Majalah Komunikasi UM | Edisi 315 Maret - April 2018

Page 1



DAFTAR ISI dok. Panitia

Genjot Publikasi dan Konferensi, UM Kejar Reputasi Publikasi ilmiah kini menjadi hal yang diperhitungkan di setiap universitas. Pasalnya, hal tersebut menjadi nilai kualitas sebuah universitas. Namun tidak mudah untuk melakukan publikasi jurnal terutama jurnal internasional, diperlukan beberapa cara untuk menggenjot publikasi. Bagaimana langkah UM dalam menggenjot publikasi ilmiah? Simak ulasannya dalam rubrik Laporan Utama!

dok. Pribadi

19

6

SURAT PEMBACA 5 LAPORAN UTAMA UP TO DATE 9 OPINI 10

Jejak Perjuangan

SEPUTAR KAMPUS 12

Mawapres Sarjana dan Diploma

PROFIL

Grand final Mawapres UM 2018 melahirkan Indra Febrianto sebagai juara pertama Program Sarjana dan Yusuf Mahesa juara pertama dari Program Diploma. Tak mudah untuk menjadi yang pertama, perlu kerja keras dan kegigihan. Bagaimana proses mereka? Kru Komunikasi telah merangkumnya pada rubrik Profil!

CURHAT 23 CERITA MEREKA 24 INFO 26

UM Kembangkan Jurusan Pendidikan Vokasi

dok. Komunikasi

24

6

SALAM REDAKSI 4

31

AGAMA 29 LAPORAN KHUSUS

Pentingnya kreativitas dalam dunia kerja menuntut UM mengembangkan Jurusan Pendidikan Vokasi demi meningkatkan mutu mahasiswa UM. Sebelas Progam Vokasi akan dijadikan Jurusan Pendidikan Vokasi UM yang sementara ini berada di bawah Fakultas Teknik UM. Simak liputannya dalam rubrik Laporan Khusus!

WISATA RANCAK BUDAYA 34 PUSTAKA 36 KOMIK 38

Agrowisata Salak Pondoh dan Kuliner je Jamuran Yogyakarta

32

32

dok. Komunikasi

Siapa yang tak kenal dengan Yogyakarta? Kota budaya ini mempunyai beragam pesona. Yogyakarta memiliki banyak tempat wisata yang tak pernah bosan dikunjungi oleh wisatawan. Di antaranya adalah wisata kuliner je Jamuran dan agrowisata salak pondoh. Telesuri di rubrik Wisata!

LENSA UM 39

Tahun 40 Maret-April 2018|

3


Salam Redaksi

oleh Evi Susanti

S

ejak kita mengenyam mendidikan PAUD hingga Pendidikan Tinggi, berbagai seremonial biasa kita lakukan pada bulan April untuk mengenang perjuangan Kartini. Kita tak luput untuk mengingat bahwa April identik dengan Kartini. Kartini adalah wanita Jawa yang pandai dan peka terhadap permasalahan yang terjadi di sekitarnya. Kartini telah melalui tradisi pingitan pada usia 12 tahun, selepas mengenyam pendidikan rendah. Pingitan dalam budaya Jawa adalah masa seorang perempuan harus membekali dirinya dengan kecakapan yang diperlukan untuk memasuki masa pernikahan. Umumnya dengan membantu pekerjaan ibu, mengurus adik-adik, memasak, menjahit, atau kecakapan lain yang khas dengan lingkungan perempuan itu. Pada masa pingitan, anak perempuan tidak memiliki kebebasan untuk bersekolah, beraktivitas dan bersosialisasi ke luar rumah hingga saatnya dinikahkan. Kegalauan, harapan, dan pemberontakan Kartini mengenai ketidaksetaraan tersebut diperjuangkannya melalui goresan pena kepada teman-temannya, yang saat ini kita kenal dengan kumpulan surat Kartini dalam buku Habis Gelap Terbitlah Terang dan berbagai kolom surat kabar kolonial Belanda saat itu. Pemikiran Kartini terus menggelora dan mempengaruhi tokohtokoh pejuang Indonesia setelah Kartini. Bukan perayaan dan perlombaan keluwesan berbaju kebaya saja untuk memaknai perjuangan Kartini, mungkin lebih bijaksana jika saat ini kita belajar memahami pemikiran Kartini melalui tulisannya. Penulis tertarik pada dua tulisan Kartini dalam surat tertanggal 4 Oktober 1902 dan surat kabar Kolonial Belanda yang diterbitkan tahun 1903. “... mohon dengan sangat supaya diusahakan pengajaran dan pendidikan bagi anak-anak perempuan, bukanlah karena kami tidak hendak menjadikan anak-anak perempuan menjadi saingan laki-laki dalam perjuangan hidup ini. Melainkan karena kami yakin akan pengaruh besar yang datang dari kaum perempuan. Kami hendak menjadikan perempuan lebih cakap dalam menjalankan tugas besar yang diletakkan oleh Alam (sunatullah) sendiri ke dalam tangannya: menjadi ibu, pendidik umat manusia yang pertama-tama (4 Oktober 1902)” dan “Tangan ibulah yang dapat meletakkan dalam hati sanubari manusia unsur pertama kebaikan dan

dok. Komunikasi

April adalah Kartini

STT: SK Menpen No. 148/ STT: SK Menpen No. 148/ SK DITJEN PPG/STT/1978/ SK DITJEN tanggal 27PPG/STT/1978/ Oktober 1978 tanggal 27 Oktober 1978

kejahatan yang nantinya akan sangat berarti dan berpengaruh pada kehidupan selanjutnya. Tidak begitu saja dikatakan bahwa kebaikan ataupun kejahatan itu diminumkan bersama susu ibu. Dan bagaimanakah ibu Jawa dapat mendidik anak kalau ia sendiri tidak berpendidikan?" Penulis menangkap bahwa emansipasi wanita yang dicita-citakan Kartini bukan ingin menciptakan perempuan yang memandang dirinya sebagai makhluk mandiri yang bangga dengan kemampuannya di atas laki-laki dan tidak pula hanya sebatas pada kesetaraan gender untuk memperoleh pendidikan yang sama di luar rumah. Kartini pada saat itu telah menyadari bahwa kodrat perempuan adalah menjadi ibu yang merupakan pusat kehidupan, gudang ilmu, “wadah” bagi akhlak mulia untuk anak-anaknya, dan secara alamiah sebagai pembentuk peradaban. Pada rahim perempuan, benih calon manusia diletakkan, dilindungi, dan berkembang menjadi manusia. Anak manusia yang dilahirkan sangat bergantung pada lingkungannya, terutama ibu. Ibu menjadi teladan pertama dan utama pembentukan watak, karakter, dan sifat anak. Sungguh tepat pendapat Kartini bahwa perempuan harus diberi kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang baik. Sejak perempuan akil balig, dia memerlukan ilmu yang cukup untuk mengekspresikan dan mengembangkan diri dengan wajar, memilih pasangan hidup, membentuk keluarga, hingga mendidik dan membesarkan anak. Tak ada batasan bagi perempuan untuk mencari ilmu di zaman yang menuntutnya harus memiliki banyak kecakapan, baik sebagai ibu rumah tangga maupun ibu yang bekerja. Para perempuan muda yang saat ini sedang menempa dirinya dalam Kawah Candradimuka di UM adalah perempuanperempuan yang beruntung karena dapat memperoleh pendidikan yang dulu hanya menjadi mimpi Kartini. Sudah selayaknya cita-cita Kartini Anda patri dalam jiwa bahwa perempuan harus terus belajar untuk mempersiapkan diri memenuhi kodrat alamiahnya sebagai pendidik pertama dan utama bagi anak dan keluarga. Selamat berjuang Kartini-Kartini muda, pada saatnya, Andalah yang akan menentukan kualitas peradaban Indonesia. Penulis adalah dosen Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dan anggota penyunting Majalah Komunikasi

KOMUNIKASI • Majalah Kampus Universitas Negeri Malang • Jalan Semarang No. 5 Graha Rektorat lantai 2 Telp. (0341) 551312 Psw. 354 • E-mail: komunikasi@um.ac.id • Website: http://komunikasi.um.ac.id KOMUNIKASI diterbitkan sebagai media informasi dan kajian masalah pendidikan, politik, ekonomi, agama, dan budaya. Berisi tulisan ilmiah populer, ringkasan hasil penelitian, dan gagasan orisinil yang segar. Redaksi menerima tulisan para akademisi dan praktisi yang ditulis secara bebas dan kreatif. Naskah dikirim dalam bentuk softdata dan print out, panjang tulisan 2 kwarto, spasi 1.5, font Times New Roman. Naskah yang dikirim belum pernah dimuat atau dipublikasikan pada media cetak manapun. Tulisan yang dimuat akan mendapatkan imbalan yang sepantasnya. Redaksi dapat menyunting tulisan yang akan dimuat tanpa mengubah artinya. Tulisan dalam Komunikasi tidak selalu mencerminkan pendapat redaksi. Isi di luar tanggung Jawab percetakan PT Antar Surya Jaya Surabaya.

4 | Komunikasi Edisi 315

Pembina Rektor (AH. Rofi’uddin) Penanggung Jawab Wakil Rektor III (Syamsul Hadi) Ketua Pengarah Kadim Masjkur Anggota Andoyo Ahmad Fahmi Ketua Penyunting A.J.E. Toenlioe Wakil Ketua Djajusman Hadi Anggota Zulkarnain Yusuf Hanafi Evi Susanti Nuruddin Zanky Dila Umnia Soraya Sukamto Septa Katmawanti Ike Dwiastuti Redaktur Pelaksana Nida Anisatus Sholihah Editor Amalia Safitri Hidayati Layouter Fitrah Izul Falaq Desainer dan Ilustrator Krisnawa Adi Baskhara Reporter Arni Nur Laila Shintiya Yulia Frantika Maulani Firul Khotimah Arvendo Mahardika Amey Karimatul Fadhilah Fanisha Amelia Dessy Herawati Cintya Indah Sari Rosa Briliana Administrasi Taat Setyohadi Ifa Nursanti Rini Tri Rahayu Suhartono Ekowati Sudibyaningsih Agus Hartono Astutik Elok Kanthiasih Distributor Adi Santoso


Surat Pembaca

Permintaan Rubrik Curhat

Salam, Nainunis Nailati Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Waalaikumsalam Wr. Wb. Dear Nainunis, terima kasih atas tulisannya ke Komunikasi. Mulai edisi ini rubrik khusus curhat mahasiswa sudah ada. Bagi mahasiswa yang ingin menceritakan keluh kesah silahkan mengirimkan tulisannya ke email komunikasi@um.ac.id. Curhatmu akan kami kirim kepada orang yang ahli di bidangnya (dosen Fakultas Psikologi/FPPsi UM) untuk mendapatkan jawaban, nasihat, arahan, dan bimbingan yang tepat. Rubrik curhat edisi ini dapat dilihat di halaman 23.

Krisnawa Adi Baskhara

Assalamualaikum Wr. Wb. Halo, Selama mengenal Majalah Komunikasi, bagiku adalah majalah tersebut memberikan ruang bagi jiwa muda untuk terus mengembangkan jiwa literasi yang memotivasi dan mengedukasi. Namun, masih ada hal yang masih saya bingungkan. Apakah di Majalah Komunikasi tidak menyediakan rubrik khusus untuk sesi menceritakan keluh kesah mahasiswa?

Berlari meraih reputasi, menabung publikasi sejak dini Cover Story

Repro Internet

Salam, Redaksi

Bila Anda ingin bahagia, buatlah tujuan yang bisa mengendalikan pikiran, melepaskan tenaga, serta mengilhami harapan anda. Andrew Carnegie

ilustrasi oleh : Krisnawa Adi Baskhara

Tahun 40 Maret-April 2018|

5


Laporan Utama

Genjot Publikasi dan Konferensi, UM Kejar Reputasi

S

6 | Komunikasi Edisi 315

alah satu peran perguruan tinggi yang termaktub dalam tridarma perguruan tinggi ialah penelitian. Penelitian dilakukan antara lain untuk menciptakan inovasi-inovasi yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Inovasi yang bermanfaat akan menghasilkan produktivitas yang tinggi dan berujung pada peningkatan kesejahteraan. Perguruan tinggi, termasuk Universitas Negeri Malang (UM), dituntut untuk senantiasa meningkatkan kemampuan meneliti, produktivitas penelitian, dan publikasi hasil penelitian yang dilakukan. Publikasi ilmiah, terlebih yang bertaraf internasional, sangat penting bagi suatu institusi pendidikan tinggi seperti UM. Selain dapat meningkatkan prestise perguruan tinggi sebagai institusi pembelajaran (learning organization), publikasi ilmiah juga dapat menjadi tolok ukur seberapa jauh manfaat dari hadirnya perguruan tinggi di tengah-tengah masyarakat yang haus akan inovasi. Kenyataannya, sejauh ini Indonesia secara umum dan UM secara khusus masih belum maksimal dalam meramaikan jurnal-jurnal internasional dengan hasil penelitiannya. Wakil Rektor Bidang Akademik UM, Prof. Dr. Budi Eko Soetjipto, M.Ed., M.Si. mengutarakan bahwa tidak hanya di UM, rendahnya publikasi ilmiah

yang dihasilkan para cendekiawan di kampus telah menjadi isu nasional. “Terutama karena di wilayah Asia Tenggara saja, pada tahun 2017 posisi jumlah publikasi ilmiah kita (Indonesia, red.) masih nomor tiga, kalah dengan Singapura dan Malaysia,� papar WR I saat ditemui di ruang kerjanya, Jumat (06/04). Ia juga menjelaskan bahwa sebenarnya publikasi ilmiah Indonesia sudah lebih baik daripada tahun 2016. “Waktu itu Thailand yang nomor tiga, kita nomor empat. Oleh karena itu, Pak Menteri (Menristekdikti, Prof. Mohamad Nasir, red.) memberlakukan kebijakan nasional untuk peningkatan publikasi ilmiah, maka posisi kita bisa naik,� imbuh Guru Besar bidang Ilmu Manajemen Sumber Daya Manusia tersebut. Dari kebijakan yang diberlakukan secara nasional, pimpinan UM menerjemahkannya menjadi peraturan yang lebih spesifik dan teknis. Salah satunya ialah ke dalam Peraturan Rektor UM Nomor 6 Tahun 2017 tentang Kebijakan Program Kerja UM Tahun 2018. Pada lampiran peraturan rektor tersebut, tercantum bahwa peningkatan kuantitas dan kualitas publikasi karya ilmiah nasional maupun internasional bereputasi menjadi salah satu dari kegiatan-kegiatan utama yang dikembangkan dan dilaksanakan oleh UM

dok. Komunikasi

International Conference on Education (ICE) 2 yang diselenggarakan Pascasarjana (28/03)


di tahun 2018. Lebih lanjut, dijelaskan pada Pasal 60 Peraturan Akademik UM Tahun 2017/2018, saat ini setiap lulusan Diploma dan Sarjana diwajibkan mengunggah karya ilmiah yang belum terpublikasi ke URL Karya Ilmiah UM (karya-ilmiah.um.ac.id) atau jurnal daring yang dikelola oleh masing-masing jurusan/ program studi. Selain itu, lulusan program Magister diwajibkan untuk minimal memiliki satu publikasi ilmiah dalam jurnal nasional terakreditasi, satu publikasi ilmiah dalam jurnal internasional; atau satu publikasi ilmiah dalam jurnal nasional tidak terakreditasi dan satu prosiding nasional yang telah dipresentasikan pada sebuah seminar, konferensi nasional, atau pertemuan ilmiah lain. Pun juga sama halnya dengan mahasiswa program Doktor jalur kuliah yang diwajibkan memiliki minimal satu publikasi ilmiah dalam jurnal internasional bereputasi, minimal dua publikasi ilmiah dalam jurnal nasional, terakreditasi, atau minimal satu publikasi ilmiah dalam jurnal nasional terakreditasi dan satu prosiding internasional, atau satu prosiding nasional yang di dalamnya terdapat artikel telah dipresentasikan pada seminar nasional, konferensi nasional, atau pertemuan ilmiah nasional lain dan satu publikasi prosiding internasional terindeks yang telah dipresentasikan pada seminar, konferensi, atau pertemuan ilmiah internasional bereputasi. Memang, pada pasal 66 Pedoman Akademik UM tercantum bahwa mahasiswa program Magister atau Doktor diperkenankan mengikuti ujian tesis atau disertasi setelah menyerahkan surat keterangan yang menyatakan bahwa artikel yang bersangkutan minimal telah diterima (accepted) dan layak untuk dipublikasikan. “Mau tidak mau, saat ini jika mau lulus, mahasiswa S-3 harus menerbitkan artikelnya, tahun ini ada 97 orang. Kita optimis saja,” tegas dosen Manajemen ini. Selain dari riset yang dilakukan mahasiswa berupa tugas akhir, WR I juga menerangkan bahwa sebenarnya banyak hal yang bisa dijadikan untuk meningkatkan publikasi ilmiah UM. “Salah satunya dari dosen-dosen yang memperoleh hibah penelitian dari PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak, red.) UM ada 180, berarti mereka minimal harus menghasilkan 180 artikel,” terang WR I. Para peneliti di Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M), tambah Budi, juga menjadi target dari program ini. “Pendanaan mereka dari Kemristekdikti. Berbeda dengan PNBP,” ujarnya. Sejauh ini, pangkalan data publikasi ilmiah yang menjadi tolok ukur program

repro internet

Laporan Utama

Tampilan situs repositori UM, mulai tahun akademik 2017/2018

tersebut adalah Scopus. Tak tanggungtanggung, UM menargetkan hingga 500 buah publikasi ilmiah yang terpublikasi di tahun 2018. “Sejauh ini (per Maret 2018, red.) sudah ada 35 artikel civitas UM yang telah terpublikasi di Scopus. Tahun lalu ada 204 buah artikel. Memang agak ambisius tahun ini kita memasang target 500, sambil memacu semangat para dosen dan mahasiswa untuk menulis,” terang Dekan Fakultas Ekonomi UM periode 2014-2017 tersebut. Skripsi Tidak Boleh Jadi Pajangan! Menanggapi isu bahwa tugas akhir dan skripsi mahasiswa D-3 dan S-1 juga harus terpublikasi internasional, WR I memberikan klarifikasi. “Artikel ilmiah S-1 itu boleh berbahasa Indonesia, dan diunggah ke jurnal masing-masing fakultas atau prodi jika ada. Boleh di dalam UM, boleh juga di luar. Boleh sendiri, boleh juga gabung dengan dosen. Pokoknya diterbitkan,” terang ayah dari dua putri ini. Intinya, lanjut WR I, tidak boleh lagi skripsi yang setebal itu hanya dibuat pajangan di perpustakaan. Beberapa fakultas juga sudah menerapkan wajib publikasi ilmiah untuk tugas akhir mahasiswa S-1. “Semisal di FE, semua sudah terindeks dalam DOAJ (Directory of Open Access Journals, red.),” tambah lulusan Master of Education dari Deakin University Australia tersebut. Lain lagi jika artikel tersebut berbahasa Indonesia, cakupannya sempit dan pembaca terbatas pada yang mengerti bahasa Indonesia saja. “Oleh karenanya jika dimasukkan ke DOAJ, saya meminta agar ditulis dalam bahasa Inggris. You should write it in English, because it will be read by people around the world,” terang WR I. Untuk menyukseskan program yang dituangkan dalam peraturan rektor dan pedoman akademik ini, maka Rektor UM

membentuk Tim Percepatan Publikasi (TPP) dan Tim Pengembang Jurnal dan Konferensi Internasional (TPJK). TPP UM, Solusi Mumpuni Kejar Kualitas Publikasi Staf Ahli WR I, Nandang Mufti, S.Si., M.T., Ph.D. yang berkesempatan hadir saat Komunikasi mewawancarai WR I, menambahkan bahwa pihaknya sangat apresiatif jika ada mahasiswa S-1 yang karyanya diterbitkan di jurnal internasional. “Apabila ada mahasiswa S-1 yang karyanya diterbitkan di jurnal internasional bereputasi, sesuai pedoman akademik, maka jurnalnya itu bisa dijadikan pengganti skripsi, meskipun tidak berlaku di semua fakultas,” ujar dosen yang pernah menjabat sebagai ketua TPP itu. Nandang mengatakan bahwa artikel ilmiah UM di Scopus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. “Pada tahun 2015, hanya ada 39 penelitian yang terindeks Scopus, 2016 ada 129 penelitian, 2017 sebanyak 204, dan pada tahun ini rektor menargetkan sebanyak 500 penelitian yang terindeks Scopus,” papar dosen Fisika FMIPA UM tersebut. Tak tanggung-tanggung, tahun 2017 lalu UM telah menggelontorkan dana sebesar Rp20 miliar untuk keperluan riset. “Rinciannya Rp13 miliar untuk 180 judul penelitian serta Rp7 miliar sebagai penunjang publikasi,” ujar peraih gelar Ph.D dari University of Groningen, Belanda ini. Guna memenuhi target jurnal internasional yang ingin dicapai, UM memiliki beberapa strategi. Selain mahasiswa Pascasarjana yang wajib memiliki artikel di jurnal, di antaranya ialah memberikan dana lebih untuk keperluan penelitian, serta akan diselenggarakannya 15 konferensi internasional sepanjang 2018 yang akan dilakukan oleh 8 fakultas dan Pascasarjana. “Harapan dari konferensi Tahun 40 Maret-April 2018|

7


dok. Pribadi

Laporan Utama

Prof. Dr. Budi Eko Soetjipto, M.Ed., M.Si.

internasional tersebut ialah memberikan output berupa prosiding internasional,” kata Nandang. Mahasiswa yang ingin mempublikasikan penelitiannya sebagai jurnal internasional haruslah memiliki persetujuan dari dosen pembimbing, kemudian dapat mendatangi Kantor TPP yang terletak di Graha Rektorat lantai 5. “UM bukan hanya menarget, namun juga memfasilitasi apa yang diperlukan untuk publikasi jurnal,” ujar dosen yang memiliki keahlian Fisika Material ini. TPJK: Transformasi Wadah Publikasi Jadi Wadah Institusi Ketua TPJK, Aji Prasetya Wibawa, S.T., M.M.T., Ph.D. menyampaikan bahwa timnya bertugas untuk mengembangkan jurnal dan konferensi, khususnya konferensi internasional yang berlangsung di UM. “Kalau TPP berkecimpung pada konten artikelnya, TPJK berfokus pada wadah tulisan-tulisan tersebut,” terang Aji ketika ditemui di ruang kerjanya, Graha Rektorat lantai 7, Rabu (04/04). Ia dan tim bekerja salah satunya untuk menciptakan suasana akademik di kampus dari sisi penyelenggara konferensi, serta mengembangkan wadah dari artikel ilmiah, yakni jurnal ilmiah. “Saat ini tim kami membina 80 jurnal dan berfokus pada hal-hal seperti peningkatan kualitas, ketepatan terbit, dan sebagainya,” papar Aji. Tim ini efektif bekerja per Desember 2017 sesuai dengan Surat Keputusan Rektor UM Nomor 4.12.4/UN32/KP/2017 tentang Pengangkatan TPJK. “Sebelumnya sudah ada tim pengembang jurnal cetak sekitar tahun 90-an, lalu juga pernah ada TPJE, Tim Pengembang Jurnal Elektronik, tahun

8 | Komunikasi Edisi 315

2000-an, dan sekarang TPJK ini,” terang dosen Teknik Elektro tersebut. Membangun budaya tulis, imbuh Aji, diakuinya memang berat karena dosen tidak hanya mengajar, meneliti, atau mengabdi saja sesuai dengan apa yang diamanatkan tridarma perguruan tinggi. “Tiga-tiganya itu harus harus jalan, itu yang membuat kita harus berupaya lebih dalam membiasakan menulis,” kata pria yang identik dengan topi koboinya itu. Namun, bagi timnya, hal tersebut bukan hambatan. “Yang penting alon-alon waton kelakon (pelan-pelan, namun terlaksana, red.),” lanjut Aji. Pengembangan jumlah jurnal dan konferensi, menurut Aji, bukan hanya sekadar angka, tapi juga cara menumbuhkan semangat menulis baik untuk dosen maupun mahasiswa. “Di kelas saya misalnya, di S-2, semua tugas harus berupa artikel, minimal dua artikel ilmiah yang terpublikasi,” ujarnya. Secara terus-menerus, TPJK selalu mengingatkan para akademisi di UM untuk menjadi penulis artikel sekaligus pengelola jurnal supaya memiliki pemahaman yang komprehensif mengenai tulisan, khususnya artikel ilmiah. “Satu hal yang merupakan program kami, yakni Klinik Jurnal Keliling. Kami memberikan penanganan on side, jurnal ini butuh apa untuk dikembangkan, misal akreditasinya ingin meningkat, ingin jadi jurnal internasional, lambat terbit, atau reviewer-nya bandel, kami siapkan treatment khususnya,” papar Aji. Diakuinya, cara door to door ini sangat efektif dalam memberikan pelayanan kepada para pengelola jurnal yang tersebar di fakultas dan Pascasarjana. “Memang, dibutuhkan inisiatif dari masing-masing pengelola jurnal untuk mengonsultasikan jurnal yang membutuhkan penanganan,” ujarnya. Namun, ia kembali beranalogi. “Jika bunga yang segar dan kering disejajarkan dalam sebuah taman, maka taman tersebut akan tampak kurang menarik, kan?” tanyanya pada Komunikasi. Supaya tampak baik, lanjut Aji, maka bunga-bunga yang kering tadi disembunyikan dan diberi treatment khusus agar jadi segar lagi. “Upaya yang dilakukan TPJK tersebut membuahkan hasil. Banyak dari mereka yang malah ingin jurnalnya menjadi jurnal internasional,” ujarnya optimistis. Berbicara tentang konferensi inter– nasional di UM, tahun ini konferensi yang sudah terdaftar ada 15 konferensi. “Misinya yang utama ialah bagaimana supaya konferensi internasional tidak jadi konferensi internal, memang labelnya

internasional tapi pesertanya hanya lokal dari UM saja,” terang dosen yang memiliki bidang keahlian Natural Language Processing ini. Selain itu, pihaknya juga berupaya meningkatkan kredibilitas mela– lui konferensi yang bereputasi melalui indexing, yakni mencarikan indeks untuk konferensi yang berada di fakultas. “Tidak selesai sampai di situ, namun juga dengan memastikan adanya pembicara dari lu– ar negeri, peserta dari luar negeri, dan sebagainya. Semua upaya tersebut butuh dukungan dan sinergi dari unit dan fakultas penyelenggara,” jelas pria yang terkenal dengan keahliannya mendalang dan bermain gamelan tersebut. Terakhir, ia berpesan bahwa tulis-menulis sebenarnya tidak terlalu sulit, asalkan dilaksanakan secara kontinu. “Bagi saya, yang perlu dilakukan adalah tetaplah menulis. Menulis memang butuh waktu, tidak bisa secara instan, perlu pembiasaan,” tutupnya. Respons Civitas Academica Adanya program tersebut memberikan berbagai tanggapan dari civitas academica. Abdul Hadi, S.Pd., M.Hum. misalnya. Dosen Fakultas Sastra ini menyatakan bahwa kebijakan yang diterapkan oleh kampus sangat baik. Selain menjaga produktivitas seorang dosen juga dapat menjadi maintenance atau pemeliharaan pengetahuan dari masing-masing dosen. “Ketika seorang dosen produktif dalam penulisan jurnal, maka pemeliharaan pengetahuan dosen menjadi lebih baik,” ujarnya. Selain itu, hal tersebut juga bermanfaat untuk meningkatkan akreditasi masing-masing program studi yang dimiliki. “Di sisi lain dengan adanya publikasi jurnal internasional juga bisa menambah kualitas keilmuan dosen,” kata dosen Pendidikan Bahasa Jerman ini. Secara sistemik, kebijakan tersebut juga memberikan dampak positif bagi para mahasiswa, karena ketika keilmuan yang dimiliki oleh dosen meningkat, maka pengetahuan mahasiswa semakin membaik. Hal tersebut juga dapat menjadikan inspirasi tersendiri bagi mahasiswa untuk menulis karya-karya ilmiah. “Saya pribadi siap dengan kebijakan kampus, namun membutuhkan proses dalam penerapannya, terutama mengenai waktu,” tambah Hadi. Senada dengan Hadi, salah satu mahasiswi, Sintha Permatasari juga tidak berkeberatan dengan kebijakan tersebut. "Selama bapak ibu dosen siap membimbing, tentunya kami tidak masalah, malah senang karena punya pengalaman menulis di jurnal dan dipublikasikan," tambah mahasiswi semester 8 itu Fanisha/Arvendo


dok. Komunikasi

Up ToUp Date To Date

Pendirian UKM Baru Memantik Semangat Berprestasi

Salah satu UKM baru, UKM Marching Band, yang kerap menuai prestasi

U

nit Kegiatan Mahasiswa (UKM) menjadi wadah bagi mahasiswa untuk menyalurkan bakatnya. Awal tahun lalu (26/02), empat UKM baru di Universitas Negeri Malang (UM) telah diresmikan. UKM tersebut adalah UKM Badminton yang diketuai oleh Emdi Ramadhana Putra, UKM Mahasiswa Peduli Inklusi dan Disabilitas yang diketuai oleh Mayudi Radiansyah, UKM Catur yang diketuai oleh Adi Surya, dan UKM Marching Band yang diketuai oleh Mochamad Doni Akviansah. Usulan dari mahasiswa untuk diadakannya UKM baru ini telah ada sejak lama. Namun, pihak kampus perlu untuk mempertimbangkan beberapa hal, salah satunya latar belakang berdirinya masing-masing UKM tersebut. “Kita mencoba mempertimbangkan apa yang melatarbelakangi usulan itu. Tidak boleh berpikir hitam dan putih. Memang kita cermati, apakah UKM tersebut benar-benar dibutuhkan atau tidak melalui pengajuan proposal dan presentasi,” jelas Syamsul Hadi, M.Pd., M.Ed., Wakil Rektor III. Menurut Peraturan Rektor Universitas Negeri Malang nomor13/ KEP/UN32/KM/2012 29 November 2012, persyaratan didirikannya UKM baru diantaranya memiliki Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART), memiliki program kerja, memiliki pendamping, pengurus, dan memiliki anggota minimal empat

puluh orang, juga melakukan kegiatan yang berciri khusus secara nyata yang dilaksanakan dalam satu tahun. Jika tidak memenuhi persyaratan tersebut, keberadaan UKM tidak akan diakui. Sementara itu, menurut Syamsul Hadi, UKM haruslah memiliki visi misi yang jelas, juga mempertimbangkan prospek berkembangnya UKM tersebut bagi pihak kampus ke depannya. Pengajuan UKM juga harus melihat potensi yang dimiliki mahasiswa sehingga diharapkan dibentuknya UKM baru akan menambah eksistensi mahasiswa dalam bidang prestasi selain akademik. Tujuan didirikannya UKM adalah untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh mahasiswa, baik itu yang sudah tampak maupun belum tampak. Seperti yang dipaparkan oleh Mochamad Doni Akviansah selaku Ketua UKM Marching Band bahwa semua mahasiswa boleh mendaftarkan diri. “Semua berkesempatan untuk gabung UKM Marching Band. Tidak perlu memiliki bakat, yang kami butuhkan niat, konsistensi, dan loyalitas yang tinggi,” terangnya. UKM yang lain pun diharapkan dapat mengembangkan potensi mahasiswa untuk melambungkan prestasi di bidang selain akademik. “Jadilah UKM zaman now, yaitu UKM yang berpikir global, kreatif, dan inovatif dengan memanfaatkan teknologi yang ada sehingga nantinya mampu menjalin kolaborasi dengan pihak masyarakat baik nasional maupun internasional," pesan Wakil Rektor III tersebut.Maul

Tahun 40 Maret-April 2018|

9


Opini

ilustrasi oleh : Krisnawa Adi Baskhara

Urgensi Membangun Generasi Emas Sejak Dini oleh Ade Setyawan Pratama

P

ada tahun 2045, bangsa Indonesia akan genap berusia 100 tahun merdeka. Jika kita menyimak gagasan mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Muhammad Nuh, yang disampaikan pada tahun 2012 lalu menyatakan bahwa diperkirakan pada saat 100 tahun Indonesia merdeka, bangsa Indonesia akan diisi oleh Generasi Emas, yaitu generasi berusia produktif yang mencapai sekitar 100 juta dari 500 juta penduduk. Pendudukpenduduk produktif tersebut saat ini masih berusia 0-19

10 | Komunikasi Edisi 315

tahun. Generasi Emas merupakan generasi masa depan yang perlu mendapatkan perhatian serius. Generasi Emas inilah yang diharapkan dapat membawa bangsa Indonesia menjadi bangsa yang lebih baik dan maju di berbagai bidang sehingga mampu mewujudkan masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera. Populasi usia produktif yang jumlahnya luar biasa tersebut akan menjadi bonus demografi yang sangat berharga jika kesempatan emas yang baru pertama kalinya terjadi sejak


Opini Indonesia merdeka tersebut dapat dikelola dan dimanfaatkan dengan baik. Alih-alih menyambut keemasan generasi Indonesia di tahun 2045, menurut hasil Pemantauan Status Gizi oleh Kementerian Kesehatan RI secara nasional pada tahun 2016, terdapat prevalensi 3,4% balita gizi buruk dan 14,4% gizi kurang pada balita di Indonesia. Masalah gizi buruk dan kurang pada balita di Indonesia masuk dalam kategori sedang. Kekurangan gizi pada awal kehidupan akan berdampak pada kualitas sumber daya manusia serta daya saing bangsa di masa depan. Kekurangan gizi pada anak akan menyebabkan beberapa efek serius seperti kegagalan pertumbuhan fisik serta tidak optimalnya perkembangan dan kecerdasan sebagai generasi penerus bangsa. Dalam upaya mewujudkan sumber daya manusia sebagai Generasi Emas Indonesia 28 tahun mendatang, diperlukan perbaikan serta penguatan yang menyeluruh mulai dari sosial kebudayaan, teknologi, pendidikan, serta aspek lain yang mendukung terwujudnya Generasi Emas Indonesia yang unggul. Semua itu juga akan terwujud apabila kebutuhan pangan yang mereka konsumsi tercukupi dan bergizi. Sebenarnya Indonesia memiliki kekayaan alam luar biasa yang seharusnya cukup untuk menjamin ketahanan pangan bagi masyarakat. Akan tetapi, masih banyak masyarakat Indonesia yang belum mendapatkan kebutuhan pangan yang cukup. Sehubungan dengan hal tersebut, melalui artikel ini penulis ingin merefleksikan sejauh mana upaya perbaikan gizi atas pemenuhan pangan generasi penerus bangsa yang akan menjadi pionerpioner unggul dalam menyongsong 100 tahun Indonesia merdeka, serta pentingnya aktualisasi peran mahasiswa sebagai agen perubahan yang diharapkan mampu membawa perubahan untuk mengubah wacana menjadi wujud aksi nyata dalam menangani permasalahan gizi sebagai langkah awal mewujudkan Generasi Emas 2045. Secara nasional, kewajiban mewujudkan ketahanan pangan dan gizi telah dijelaskan secara komprehensif dalam PP Nomor 28 Tahun 2004 yang mengatur tentang Keamanan, Mutu, dan Gizi Pangan, Pemasukan dan Pengeluaran Pangan ke Wilayah Indonesia, Pengawasan dan Pembinaan Bidang Mutu dan Gizi Pangan. Dalam upaya pembangunan ketahanan pangan dan gizi, pemerintah telah menerapkan berbagai kebijakan untuk menjamin rumah tangga dan individu

agar memiliki akses terhadap pangan yang tersedia. Upaya atau kebijakan umum yang diterapkan salah satunya adalah stabilisasi harga pangan pokok, agar mekanisme pasar dan distribusi yang ada dapat menyediakan pangan pokok dengan harga yang terjangkau. Pemerintah melalui Program Beras Sejahtera bermaksud untuk menjamin ketahanan pangan rumah tangga miskin agar dapat mengakses kebutuhan pangan. Faktanya, masih banyak ditemukan kasus gizi buruk di berbagai daerah. Hal tersebut menunjukkan bahwa program pemerintah dalam penanganan masalah perbaikan gizi belum berhasil secara optimal. Selama ini peran pemerintah dan masyarakat kurang seimbang, pemerintah berperan sebagai pelaku/subjek pembangunan, sedangkan masyarakat hanya dijadikan sebagai objek/sasaran program sehingga akhirnya masyarakat tergantung pada pemerintah. Masalah gizi tidak saja dipandang sebagai masalah kesehatan, tetapi telah menjadi masalah yang kompleks dan memiliki faktor yang luas karena penyebabnya multifaktor. Bila keluarga mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pangan yang disebabkan oleh ketidakmampuan dalam menyediakan makanan karena dari segi ekonomi tidak mampu membeli, maka keluarga tersebut dikatakan tidak tahan pangan. Dengan kondisi ketahanan pangan yang menurun, akan berakibat pada kurangnya pemenuhan gizi. Memperhatikan kondisi di atas, maka tidak ada jalan lain bila kita ingin mengejar ketertinggalan dengan berupaya keras, bahu membahu untuk menanggulangi masalah ini. Masalah perbaikan gizi tidak bisa hanya diatasi oleh pemerintah saja, namun perlu keterlibatan dan dukungan dari pemangku kepentingan lain seperti Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), perguruan tinggi, organisasi profesi, dan sebagainya. Sebagai bagian dari masyarakat intelektual, mahasiswa memiliki tanggung jawab moral untuk berkontribusi mencari solusi atas ironi ini dengan memberikan ide-ide solutif yang diaktualisasikan dalam aksi nyata sebagai upaya pemenuhan serta perbaikan kebutuhan pangan dan gizi, agar Generasi Emas Indonesia dapat tumbuh dan berkembang dengan sehat dan produktif. Mahasiswa dapat mengaktualisasikan perannya dalam upaya perbaikan gizi dengan memberikan solusi secara langsung melalui pendekatan sesuai dengan bidang keilmuannya. Penulis mengambil contoh, misalnya seorang mahasiswa Jurusan Kesehatan Masyarakat,

bisa melakukan penyuluhan mengenai pentingnya pemenuhan gizi keluarga dengan pengetahuan proporsi makanan yang bergizi seimbang atau mahasiswa Biologi bisa saja meneliti dan mencari tanaman alternatif yang lebih murah yang juga dapat memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. Lain lagi dengan mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan yang bisa mencarikan solusi pada daerah aliran sungai dengan sistem irigasi yang mengalami kelangkaan sumber air sehingga sawah-sawah beririgasi dapat berproduksi optimal yang akan mendukung ketahanan pangan masyarakat. Hal-hal tersebut sangat mungkin diaktualisasikan, misalnya melalui kegiatan bakti sosial, mitra dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Pengabdian Masyarakat atau melalui Kuliah Kerja Nyata (KKN). Kuncinya hanya kesadaran atas peran masing-masing dan kesadaran terhadap permasalahan yang terjadi di sekeliling kita. Upaya-upaya lain dalam rangka perbaikan gizi masyarakat khususnya balita sebagai calon Generasi Emas 2045 juga harus dibangun dan terus dikembangkan sesuai dengan kondisi aktual bangsa dan diimplementasikan dalam wujud nyata yang dimulai sejak dini dari lingkungan terdekat kita. Monitoring dan evaluasi secara periodik juga sangat diperlukan agar pelaksanaan berbagai program dan kegiatan pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi dapat benar-benar diterapkan dan dijaga semangatnya untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Penulis yakin bahwa kita mampu mewujudkan Generasi Emas kebanggaan Indonesia. Generasi yang siap membawa Indonesia menjadi lebih baik dalam meningkatkan kesejahteraan, harkat, dan martabat bangsa dan negara Indonesia jika dilandasi semangat kesatuan dan persatuan serta kesadaran dari seluruh elemen negeri ini. Mari kita bergandeng tangan memperbaiki keadaan tersebut sebagai langkah awal dalam mewujudkan Generasi Emas Indonesia 2045! Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu meridai dan membimbing kita semua. Alone we can do so little, together we can do so much. Jayalah Indonesiaku! Penulis adalah mahasiswa S-1 Jurusan Ekonomi Pembangunan dan Harapan II Opini Kompetisi Penulisan Rubrik Majalah Komunikasi 2017

Tahun 40 Maret-April 2018|

11


Seputar Kampus

'Oleh-oleh' Menghidupkan Majalah Kreatif dari Solo

s

dok. Komunikasi

enin (05/03), kru majalah Komunikasi adakan kunjungan ke PT Smart Media dan Redaksi Majalah Visi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sebelas Maret (UNS). Dari sana, kru Komunikasi bertemu dengan kru PT Smart Media yang awalnya adalah Lembaga Sosial Solo Peduli. Berawal dari lembaga tersebut, lahirlah majalah Hadila yang awalnya diberikan kepada donatur saja. Sejak awal berdiri, majalah keluarga ini dikhususkan untuk menyasar kaum muslim. Pada tahun 2015, majalah Hadila melahirkan 'anak baru' bernama majalah Cilukba yang dikhususkan untuk anak-anak usia Sekolah Dasar (SD). Pada dasarnya, majalah ini ingin menerjang arus dan mengibarkan namanya saat minat baca majalah mulai turun karena tergeser oleh arus globalisasi. Tentunya dengan diimbangi ide dan cara yang kreatif. Desain majalah Cilukba dibuat dengan warna yang menarik perhatian supaya anak-anak tertarik untuk membaca. Tentunya dengan sajian konten yang ceria untuk belajar sembari bermain. Majalah ini dipasarkan di kalangan ibu-ibu muslim untuk membantu memancing imajinasi anak sejak dini. Tak hanya itu, PT Smart Media juga menerbitkan majalah Cilukba junior yang dikhususkan untuk anak usia Taman Kanak-kanak (TK). Majalah tersebut mengajak anak untuk mengenali abjad, mewarnai, dan meneladani cerita-cerita bernilai islami yang

Kru Komunikasi dan kru Majalah Hadila di PT Smart Media

12 | Komunikasi Edisi 315

inspiratif. PT Smart Media juga mengajak para remaja Islam menuju takwa dengan menerbitkan majalah Smart Teen. Majalah ini disajikan dengan rubrik materi Islam yang inspiratif dan kekinian. Untuk para lansia, perusahaan media ini juga menerbitkan majalah Golden. Majalah Komunikasi UM telah banyak belajar dari inovasi PT Smart Media untuk mengembangkan minat baca masyarakat dari berbagai kalangan. Seusai dari PT Smart Media, kru majalah Komunikasi menuju ke FISIP UNS. Sampai sana, kru majalah Visi (UNS) menyambut hangat kehadiran kru kami. Di sana kami berdiskusi untuk meningkatkan kreativitas dan daya tarik majalah. Kru majalah Visi sangat mengapresiasi kehadiran kami untuk belajar bersama. “PT Smart Media memberi kita motivasi untuk terus berkembang pesat melalui kreativitas-kreativitasnya. Salah satu senior jajaran pembina majalah Visi juga memberikan pelajaran bahwa saat ini media cetak eranya sudah berakhir, karena saat ini merupakan era digital, tapi tidak berarti bahwa media cetak harus ditinggalkan. Saya berharap dengan adanya kunjungan kali ini bisa meningkatkan daya aktif kru majalah Komunikasi untuk berpikir dan menggarap sungguh-sungguh media online Komunikasi,� ujar Dr. Yusuf Hanafi, M.Fil.I. selaku penyunting majalah Komunikasi yang juga dosen Sastra Arab tersebut.Cintya


Seputar Kampus

UM Gencarkan Publikasi melalui Website

S

kesempatan mahasiswa untuk ikut andil dalam memberikan foto seputar UM via instagram. Foto tersebut akan dikelola kembali oleh tim Humas UM dengan menyertakan logo standar sebelum diunggah ke media sosial. Dalam pelatihan website tersebut, mahasiswa ormawa juga dijelaskan mengenai penggunaan Wordpress. Aplikasi ini sangat populer di dunia. Namun wordpress juga termasuk salah satu aplikasi yang sering dibobol. Peserta pelatihan juga diberi kesempatan untuk praktik langsung yang dipandu oleh pemateri. Pelatihan tersebut meliputi cara mengatur website agar bisa terbaca oleh publik. Mahasiswa dilatih mengatur latest post dan static pages supaya pembaca website dapat mengetahui informasi-informasi baru. Dengan menggunakan static pages, kita dapat mengatur sendiri unggahan yang akan ditampilkan di awal dan yang akan ditampilkan di akhir. “Saya berharap semua yang saya ajarkan tadi dapat diterima dan bermanfaat untuk teman-teman, karena saat ini merupakan era digital. Informasi dapat diakses di mana saja. Salah satu cara untuk mengakses informasi bisa dilakukan melalui website. Sebisa mungkin teman-teman di ormawa memaksimalkan apa yang ada di ormawa. Masing-masing bisa diinformasikan secara baik dan kreatif melalui website, karena saat ini juga sudah ada suatu layanan untuk ormawa seperti ketersediaan hosting, server, dan jaringan internet di UM. Hal ini bisa dimaksimalkan oleh teman-teman ormawa,� ujar Eka Nur, salah satu pemateri website.Cintya

dok. Panitia

Selasa (20/03), Universitas Negeri Malang mengadakan pelatihan website yang diikuti oleh perwakilan anggota tiap Organisasi Mahasiswa (ormawa). Acara yang dimulai pukul 08.00 WIB ini bertujuan untuk mengembangkan dan mengaktifkan website bersama. Dalam pelatihan ini, mereka juga diajarkan mengenai ilmu kejurnalistikan yang mencakup penulisan berita. Berdasarkan Surat Keputusan (SK) Rektor No. 17.4/UN32/ KP/2016, mahasiswa yang tulisan atau fotonya dimuat di media massa cetak akan mendapatkan kontribusi sebesar Rp100.000 per satu tulisan atau foto. Dengan adanya ketentuan tersebut, UM berharap dapat memotivasi mahasiswa untuk meningkatkan daya tariknya terhadap dunia jurnalistik. Tak melulu mengangkat berita tentang UM, tulisan atau foto mahasiswa yang berhasil dimuat di media massa boleh berita dari luar UM. UM akan menghargai karya tersebut. Saat ini, UM sedang gencar-gencarnya melakukan publikasi. Mengapa harus publikasi? Sebentar lagi, UM akan memasuki Program Pengenalan Kehidupan bagi Mahasiswa Baru (PKKMB). Untuk menghadapi mahasiswa baru yang akan datang ke kampus, pempublikasian akan mempermudah mereka untuk mengetahui segala sesuatu tentang UM, termasuk ormawa. Dengan aktif memberikan informasi, jangkauan UM juga akan semakin luas. UM juga berkiprah aktif dalam media sosial. UM memberi

Eka Nur ketika memberikan pelatihan website

Tahun 40 Maret-April 2018|

13


Seputar Kampus

Lahirkan Kreator Muda melalui Forum Dunia Maya

K

akan terbuka lebar. Kaskus mengusung program Kaskus Kreator untuk mengajak semua orang yang mempunyai passion di bidang menulis dan menjadikannya sebagai hobi yang menghasilkan. Tidak adanya persyaratan khusus menjadi kemudahan tersendiri bagi mahasiswa untuk mendaftar sebagai salah satu anggota forum Kaskus Kreator. Prosedur yang cukup mudah bagi pemula menjadi daya tarik bagi para penulis. Kaskuser tidak perlu khawatir mengenai pembaca, karena Kaskus memiliki 300 juta pembaca aktif setiap bulannya. Dapat dipastikan bahwa setiap hasil karya yang diunggah akan memiliki pembaca. Kaskus menawarkan keuntungan bagi pemilik karya yang hasil karyanya berhasil diunggah. Keuntungan tersebut dalam bentuk poin yang dapat ditukar menjadi saldo Kaspay. “Mahasiswa mendapatkan reward berupa uang dan Kaskus memiliki basis data mahasiswa,� ungkap Moch. Syahri S. Sos., M. Si. selaku pemateri dari UM. Ia menjelaskan bahwa salah satu kunci dalam menulis adalah membaca. Membaca apapun yang ada di sekitar. Tidak harus membaca dalam bentuk teks, namun membaca kehidupan. Moch. Syahri menuturkan bahwa menulis membutuhkan keterampilan. Acara ini mendapat dukungan penuh dari Jurusan Sastra Indonesia. Hal ini disampaikan oleh Ketua Jurusan Sastra Indonesia, Prof. Dr. Heri Suwignyo, M.Pd. bahwa mahasiswa dalam era digital ini harus mampu untuk bertransformasi dalam tiga hal yaitu mitos, etos, dan logos.Rosa

dok. Panitia

amis (15/03), Kaskus Goes to Campus menyambangi Universitas Negeri Malang (UM) di Fakultas Sastra. Kreator Muda di Era Digital menjadi tema menarik untuk acara tersebut. Melalui tema tersebut, Kaskus ingin mengajak mahasiswa untuk lebih kreatif dalam berkarya di era digital. Acara ini menuai antusiasme yang dibuktikan oleh padatnya Aula Ava Fakultas Sastra oleh seratus lebih peserta, mulai dari mahasiswa hingga dosen. Acara tersebut menghadirkan pemateri yang membagikan pengalaman dan motivasi kepada para peserta. Pemateri tersebut adalah Moch. Syahri S.Sos., M.Si. yang merupakan dosen Jurnalistik UM, sedangkan dua narasumber lainnya adalah WN Naufal (penulis buku 100 Tahun Setelah Aku Mati) dan Ewing HD seorang konten kreator. Kaskus merupakan singkatan dari Kasak Kusuk yang menjadi forum komunitas maya terbesar di Indonesia. Pengguna Kaskus disebut dengan Kaskuser. Aktivitas diskusi terbesar dan jualbeli paling murah bisa ditemukan di forum tersebut. Bukan hanya itu, pada tahun 2017, komunitas ini menciptakan sebuah inovasi bertajuk Kaskus Kreator. Pada saat ini, para konten kreator berhasil mendorong industri kreatif Indonesia. Industri kreatif ini bisa diterapkan pada semua bidang, mulai dari tulisan, gambar, video, suara, hingga gabungan dari bidangbidang tersebut. Dengan adanya Kaskus Kreator, kesempatan bagi kreator muda untuk menyalurkan passion di bidang tulisan

Pemberian cinderamata dari Kaskus untuk Jurusan Sastra Indonesia UM

14 | Komunikasi Edisi 315


Seputar Kampus

ICFC Jembatani Mahasiswa Penikmat Futsal

B

tidak hanya mendapat hadiah uang tunai, tetapi juga mendapat voucher ROAR Indonesia dan tiket liburan ke Jatim Park Malang. “Terdapat tiga tim dari UM, yaitu Sosiologi UM, Goalpsyum, dan TFC (Fakultas Teknik, red.). Sayangnya, UM tidak mendapat juara, juara satu sampai tiga diraih oleh tim ACFC, Macan AwuAwu B, dan Macan Awu-Awu A. Karena banyaknya organisasi yang menyelenggarakan kompetisi futsal, kami berani berbeda dengan memberikan banyak hadiah termasuk trofi senilai Rp6.000.000, voucher ROAR Indonesia, dan liburan ke Jatim Park Malang senilai Rp2.100.000,” tambah Nur Wahyu Putra. BEM FIS UM berharap agar ICFC 2017 ini dapat menjadi sarana unjuk kebolehan bagi mahasiswa Jawa Timur penikmat olahraga futsal. ICFC yang bermula dari babak penyisihan hingga babak final mengalami kendala dari beberapa tim yang protes mengenai teknis acara, tetapi dengan perlahan, panitia dapat menyelesaikan masalah tersebut. Banyak suporter yang datang untuk mendukung tim kesayangan mereka sehingga area futsal menjadi sangat padat. BEM FIS UM berharap agar ICFC 2018 dapat menjadi sarana unjuk kebolehan bagi mahasiswa Jawa Timur penikmat olahraga futsal dan tahun depan bisa merambah ke tingkat provinsi.Amey

dok. Panitia

adan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang (BEM FIS UM) mengadakan Inter Campus Futsal Cup (ICFC). ICFC merupakan kompetisi futsal tahunan yang diadakan oleh BEM FIS UM. ICFC sudah diselenggarakan selama lima tahun berturutturut sejak tahun 2014. Acara yang digelar Sabtu-Minggu (31/03-1/04) ini menarik antusias dari banyak mahasiswa se-Jawa Timur. “ICFC yang pertama pada tahun 2014. Awalnya merupakan turnamen futsal mahasiswa seMalang Raya yang diikuti oleh 54 tim dengan target kuota semula 32 tim. Melihat antusiasme peserta di tahun pertama, BEM FIS UM pun memutuskan untuk menambah kuota tim sehingga di tahun kedua ICFC diikuti oleh 64 tim. Pada tahun yang ketiga, BEM FIS UM menaikkan level turnamen ICFC ke tingkat Jawa Timur dan menjadi turnamen futsal antarmahasiswa tingkat Jawa Timur. Tahun ini, ICFC diselenggarakan untuk yang kelima kalinya 64 tim,” ujar Nur Wahyu Putra selaku Ketua BEM FIS. Acara yang digelar di Zona SM Futsal Sport ini dilatarbelakangi oleh keinginan mewadahi minat mahasiswa dalam bidang futsal sekaligus menjembatani silaturahmi lintas universitas melalui olahraga. Acara menjadi menarik karena pemenang

Salah satu aksi peserta tim futsal ICFC

Tahun 40 Maret-April 2018|

15


Seputar Kampus

Filosofi Domdondom dalam Pameran Samin

u

menyatukan mahasiswa dengan latar belakang yang berbeda-beda. Mulai dari jurusan, ide, hingga gagasan. Hal ini diwujudkan oleh UKM Samin melalui Pameran Seni Domdondom. “Pameran ini untuk merapatkan agar tetap solid, tetap menjalin silaturahmi, dan tetap dikenang," tutur Rezda. Terdapat satu hal yang menjadi ciri khas dari pameran tahun ini, yaitu kolase. Kolase adalah komposisi artistik yang dibuat dari berbagai bahan yang ditempelkan pada permukaan gambar. Karya seni ini biasanya berbentuk dua dimensi dan menggunakan berbagai macam paduan bahan. “Kolase merupakan penyatuan gambar-gambar yang berbeda menyerupai satu objek yang abstrak, namun mempunyai nilai yang tetap menyatukan," ujar Rezda. Rezda menuturkan bahwa setiap tahun pameran ini mengalami peningkatan kualitas. Pengunjung yang datang menjadi salah satu kepuasan sendiri bagi panitia yang tidak lain adalah anggota angkatan 25. Pameran ini menarik minat pengunjung bukan hanya dari kalangan mahasiswa UM saja, melainkan dari luar UM, siswa-siswi SMA, dan masyarakat umum. Bukan hanya pengunjung yang berminat di bidang seni saja yang tertarik, melainkan juga pengunjung yang hanya ingin melihat keindahan karya seni tersebut. Tidak hanya pameran hasil karya anggota saja, melainkan juga terdapat beberapa acara lain yang diadakan di tempat yang sama. Pada hari kedua (10/03) dilaksanakan sarasehan dengan topik “Isu Karya Sosial” yang mendatangkan narasumber dari alumni Samin. Kegiatan tersebut mewujudkan kegiatan berkarya bersama semua anggota Samin.Rosa

dok. Panitia

nit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Sanggar Minat (Samin) mengadakan pameran seni dengan tema yang unik yaitu Domdondom. Acara tersebut dilaksanakan dalam tiga hari (9-11/03) di Gedung Dewan Kesenian Malang (DKM). Sebanyak 29 karya dari 62 anggota yang tergabung ke dalam angkatan 25 dipamerkan. Dari karya tersebut, terdapat hasil karya kelompok dan individu. Samin merupakan salah satu UKM yang mewadahi mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM), khususnya pecinta seni maupun yang memiliki hobi di bidang seni. Setiap tahunnya, UKM ini mengadakan pameran seni dengan tema yang berbeda-beda. Tema Domdondom diputuskan berdasarkan hasil musyawarah para anggota dengan tujuan untuk menyatukan para anggota Samin yang berasal dari berbagai macam jurusan. “Domdondom itu sendiri kan benang dan jahit. Benang dan jahit itu kan beda tapi tetap menyatukan. Seperti halnya kita yang beda-beda jurusan, tapi tetap memiliki satu tujuan, yaitu berkarya dan mengaplikasikan ke dalam sebuah pameran," ungkap Rezda Bunga Cempaka selaku ketua pelaksana. Ia juga menuturkan bahwa setiap anggota memiliki ide, gagasan, dan keahlian yang kemudian disatukan ke dalam sebuah pameran. Seni bukan hanya sekadar wahana untuk menyalurkan hobi, melainkan sebagai salah satu pemersatu. Seni perlu dioptimalkan, terus dipertahankan, dan dikembangkan secara kreatif sehingga dapat menumbuhkan kebersamaan antarpecinta seni dan antarpenikmat seni. Seni mampu

Pengunjung antusias mengamati karya seni anggota Samin

16 | Komunikasi Edisi 315


Seputar Kampus

Sarasehan Rektor dengan Pengurus Ormawa

R

Keuangan Kemahasiswaan. Dengan tertibnya administrasi pelaporan tersebut, maka akan memperlancar pencairan dana untuk kegiatan berikutnya. “Untuk penganggaran tahun 2018, akan direncanakan dengan sebaik-baiknya, Bagian Keuangan Kemahasiswaan diharuskan dapat menyelesaikan tugasnya dengan tepat waktu,� tegas rektor. Dengan adanya kesinambungan pemikiran antara Kemahasiswaan dan Ormawa, maka akan tercapai tujuan yang sama. Selain soal dana, acara yang bertajuk Sarasehan Rektor dengan Ormawa ini akan membenahi sarana dan prasarana di area Ormawa Fakultas Sastra (FS) dan mahasiswa juga memohon keamanan kampus agar lebih ditingkatkan. Rektor berharap mahasiswa ikut menjaga keamanan dan ketertiban di lingkungan kampus, terutama area UKM. Di akhir acara, rektor mengimbau kepada mahasiswa untuk mempromosikan UM ke sekolah (SMA, red.) mahasiswa yang bersangkutan, untuk meningkatkan reputasi dan minat siswa terhadap UM, tegasnya.Nida

dok. Panitia

esmi namun akrab, begitulah kesan yang ditangkap pada Rabu (21/02) di Ruang Sidang Senat Graha Rektorat lantai 9 Universitas Negeri Malang (UM). Saat rektor dan para pimpinan UM memasuki ruangan, para mahasiswa mengerumuni rektor untuk berjabat tangan. Pertemuan rektor dengan para pengurus ormawa ini dijembatani oleh Bagian Kemahasiswaan untuk membahas program dan prospek kegiatan Ormawa UM. Acara yang dimulai pukul 07.30 WIB ini dihadiri para Wakil Rektor, para Wakil Dekan III, Kabag Umum, Hukum dan Tata Laksana dan Barang Milik Negera (UHTBMN), Kabag Keuangan, Kabag Kerjasama dan Humas, Kasubbag MPIKA, Kasubbag Kesma, Kasubbag Rumah Tangga, dan mahasiswa pengurus Ormawa UM. Dalam acara ini, rektor mengimbau kepada para pengurus ormawa untuk melakukan pelaporan dana yang telah digunakan agar segera dilaporkan kepada Bagian

Suasana Sarasehan Rektor bersama Ormawa di Graha Rektorat

Tahun 40 Maret-April 2018|

17


Seputar Kampus

Pilmapres UM 2018 Bekal Melaju ke Nasional

P

dok. Panitia

uncak perhelatan Grand Final Pemilihan Mahasiswa Beprestasi (Pilmapres) Universitas Negeri Malang (UM) 2018 yang dilaksanakan pada Rabu (20/03) di Graha Cakrawala merupakan hal yang ditunggu–tunggu oleh civitas academica UM. Acara dihadiri oleh Wakil Rektor III Dr. Syamsul Hadi, M.Pd. M.Ed, jajaran dekan, orang tua Mawapres, civitas academica UM, dan suporter tiap fakultas yang ikut menambah keramaian. Grand Final Pilmapres UM 2018 dibuka dengan Parade Mawapres yang berlenggak-lenggok di atas panggung dengan memakai kostum adat. Pilmapres UM 2018 diikuti oleh 27 finalis yang terbagi atas 24 mahasiswa progam Sarjana dan 3 mahasiswa progam Diploma. Juara Mawapres tingkat Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) diraih oleh Fitrah Izul Falaq, Anton Agus Setiawan, dan Dedek Handayani Nasution. Juara Mawapres Fakultas Teknik (FT) diraih oleh Feri Kurniawan, Desy Purnamasari, dan Sendy Hanggrawan. Juara Mawapres Fakultas Sastra (FS) diraih oleh Mochammad Abdul Hafidz, Akbar Rahmada, dan Elmiatun Nafiah. Juara Mawapres dari Fakultas Ilmu Sosial (FIS) diraih oleh Faris Rosul Arifin, Annisa Fathin Dianah, dan Lilya Windi Pramesti. Juara dari Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) diraih Fariha Mariroh, Sabira Putri Salsabila, dan Dwi Nashiro Milla Rosya. Dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) dijuarai oleh Widya Rohmawati, Rizal Fanany, dan Deni Ainur Rokhim. Dari Fakultas Ekonomi (FE) dijuarai Indra Febrianto, Renica Cristia Ningrum, dan Asa’a Nur Fadhilah. Dari Fakultas Pendidikan Psikologi (FPPsi) dijuarai oleh Demanda Bimantor, Ameliya Alfirdosi, dan Maizuhra Shafira. Dari data yang telah disebutkan, juara 1 Mawapres tingkat

Atmosfir kebanggaan menyelimuti puncak acara Mawapres UM

18 | Komunikasi Edisi 315

fakultas serta tiga mahasiswa program Diploma yang berjumlah sebelas finalis memasuki babak presentasi karya ilmiah. “Sebelumnya mereka sudah diberikan pembekalan, di antaranya mengenai potensi, akademik, attitude, dan mental,” pungkas Dr. Heny Kusdianti, S.Pd., M.M., Ketua Pelaksana Mawapres UM 2018. Presentasi karya ilmiah Mawapres dinilai oleh tiga juri, yaitu Febrita Pulina Heynoek, S.Pd., M.Pd., Nabhan Fuad Choiron, S.S., M.A., dan Dr. Heny Kusdianti, S.Pd., M.M. Setelah mempresentasikan karyanya, kesebelas finalis dikerucutkan menjadi enam finalis yang terbagi atas tiga mahasiswa program Sarjana dan tiga mahasiswa progam Diploma untuk masuk ke babak question. Satu per satu mahasiswa maju untuk menjawab pertanyaan yang telah disampaikan oleh juri. Pada akhir acara, juara mawapres utama UM 2018 diumumkan. Dari progam Sarjana, juara 1 diraih oleh Indra Febrianto (FE), juara 2 Feri Kurniawan (FT), dan juara 3 Fitrah Izul Falaq (FIP), sedangkan progam Diploma juara 1 diraih oleh Yusuf Mahendra (FT), juara 2 Widia Ayu Wulandari (FE), dan juara 3 Abhsita Fikri (FT). Nantinya, Mawapres yang akan melaju mewakili UM ke Pilmapres Nasional adalah Indra Febrianto dan Yusuf Mahendra. Tidak berhenti di situ, Mawapres UM 2018 kategori berbakat diraih oleh Dedek Handayani (FIP) dan kategori terfavorit diraih oleh Sendy Hanggrawan (FT). Dalam kategori favorit, pemenang dilihat berdasarkan jumlah like terbanyak di Instagram dan keaktifannya saat proses pembekalan. “Pengalaman untuk menjadi Mahasiswa Berprestasi akan menjadi modal yang kuat untuk menyongsong masa depan. Mulai tahun 2017, Mawapres UM tidak saja dinilai, tetapi juga dibekali berbagai softkills untuk mempersiapkan diri dengan baik di tingkat nasional,” pungkas Syamsul Hadi.Dessy


Profil

Jejak Perjuangan Mawapres Sarjana dan Diploma

dok. Pribadi

Usai dari Turki, Ketagihan Ikut Kompetisi

Nama Lengkap : Indra Febrianto Tempat, Tanggal Lahir : Jombang, 28 Februari 1997 Alamat : Desa Gondek, Kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang Riwayat Pendidikan : SDN Mojowangi 11 (2003-2009) SMPN 1 Mojowarno (2009-2012) SMKN 1 Mojoagung (2012-2015) Universitas Negeri Malang, S1 Pendidikan Ekonomi (2015-sekarang) Pengalaman Organisasi : • Forum Silaturahmi Studi Ekonomi Islam (2015-2016) • Komunitas Ekonomi Kerakyatan (2016-sekarang) • Kelompok Studi Pasar Modal (2016-2017) • Lembaga Pengembangan Penalaran dan Penelitian Mahasiswa Ekonomi (2016-2017) • Inovator Nusantara (2018-sekarang)

"Berkelana ke negeri seberang Mereguk ilmu menanam manfaat Tak stagnan pada zona nyaman Mengantarnya pada gerbang kemenangan Kompetisi jadi titik balik prestasi Menggugurkan rasa tak peduli Menggagas ide jadi potensi Gemilang masa depan telah terpatri dalam diri"

Indra presentasi di Great Indonesia Leader Summit 2017


Profil

Indra Febrianto ketika di Emirgan Park. Turki

Mengikuti kompetisi hingga ke negeri orang merupakan pengalaman yang membanggakan. Kompetisinya di Turki menjadi sebuah titik balik untuk mengikuti kompetisi selanjutnya. Bermanfaat bagi orang sekitar merupakan prinsip yang dipegang oleh Mawapres Utama Univeristas Negeri Malang (UM) 2018 ini. Dia adalah Indra Febrianto, mahasiswa asal Jombang. Simak wawancara kru Komunikasi dengan Indra Febrianto berikut! Bagaimana perasaan Anda ketika terpilih menjadi Mawapres 1 UM? Tentunya seneng, tidak menyangka juga. Jujur target saya bukan Mawapres 1 UM, tapi Mawapres 1 fakultas. Apa yang membuat Anda unggul dari peserta lain? Mungkin dari prestasinya. Prestasi yang saya submit kemarin ada empat yang internasional, individu, dan yang linear

20 | Komunikasi Edisi 315

• • • • • • •

Paper presenter at International Student Congress, Balkan University 2017 Paper presenter at East Java Economic Forum 2017 Paper acceptance at International Journal of Scientific and Engineering Research 2017 Paper acceptance at Journal of Business and Economics 2017 Council of Great Indonesia Leader Summit 2018 Mawapres 1 Fakultas Ekonomi 2018 Mawapres 1 Universitas Negeri Malang 2018

dengan jurusan saya. Mungkin itu yang menjadi unggul. Karya ilmiah yang dibuat tentang apa? Untuk tema globalnya dari Dikti itu SDGs (Sustainable Development Goals), topik yang saya angkat di sini adalah agro industri. Jadi saya membuat suatu sistem kerja baru yang akan diimplementasikan di agro industri Jawa Timur. Saya membuat role modelnya Jawa Timur. Goals-nya akhirnya kesenjangan sumber daya manusia agro industri di Jawa Timur. Mengapa role model-nya Jawa Timur? Karena Jawa Timur merupakan lumbung pangan nasional. Setelah saya melakukan analisis, ternyata Jawa Timur belum bisa memaksimalkan sektor pertanian mereka. Apakah prestasi yang dikumpulkan harus linear dengan bidang ilmu yang didalami? Sebenarnya ada panduan tentang prestasi yang disetorkan itu kelompok dan individu beda, kemudian linear dengan tidak linear beda juga. Di pedoman Ristekdikti sudah ada panduannya, juara satu nasional individu berapa, juara satu nasional kelompok poinnya berapa. Kalau masalah prestasi itu sudah ada pedoman yang valid. Dari segi prestasi kira-kira saya dapat poin berapa kita bisa tahu. Kalau saya sendiri, saya usahakan bisa linear dengan jurusan saya sendiri, kenapa? Karena kebermanfaatanya akan lebih bagus dan itu akan dapat saya dukung dari studi saya. Seandainya tidak linear otomatis saya tidak bisa mendukung gagasan saya tersebut. Menurut Anda, kompetisi mana yang paling berkesan? Menurut saya ketika ke Turki kemarin. Saya kan dapat dana dari DPRD Jombang untuk tiket pesawat. Karena kita untuk pesawatnya mencari sendiri. Pencarian tiket itu sedikit drama, besoknya berangkat baru nanti malam dapat tiket. Saya baru dapat tiket itu setelah subuh pada hari H. Itu karena kesalahan saya sendiri, saya mintanya uang sejumlah harga tiket yang saya lihat beberapa minggu lalu padahal saat saya mau beli tiket harganya sudah naik. Jadi saya tidak meng-update harga tiketnya. Otomatis uangnya tidak cukup untuk beli tiket itu. Ya belum pasti juga pada waktu itu jadi berangkat atau tidak,

sedangkan media sudah mem-publish berita tersebut. Syukurlah sudah bisa teratasi waktu itu. Paginya dapat tiket, malamnya berangkat. Selain itu, ketika Mawapres. Seleksi Mawapres itu kan harus membuat Karya Tulis Ilmiah (KTI). Nah, flashdisk saya itu hilang padahal semua file ada di situ, di laptop pun juga tidak ada yang sudah jadi adanya yang belum direvisi. Akhirnya saya buat lagi. Eh setelah selesai, flasdisk saya baru ketemu. Setelah itu, juga harus menyetorkan lima eksemplar KTI. Pas itu ketika saya lagi krisisnya, KTI saya itu kan banyak lampirannya, ya jadinya saya harus pinjam teman dulu untuk print semuanya. Hehe. Setelah menjadi Mawapres, apa tindakan Anda untuk memberi dampak positif bagi mahasiswa lain? Untuk itu, saya join beberapa organisasi yang di kampus dan di luar. Di kampus sendiri sudah dimintai tolong untuk sharing masalah KTI, masalah kepenulisan, maupun diundang untuk menjadi pemateri. Apa yang saya punya ini, bisa saya bagikan kepada orang-orang di sekitar saya. Jadi yang merasakan bukan hanya saya, tapi orang di sekitar saya juga merasakan. Pesan untuk Mahasiswa UM? Jangan menjadi mahasiswa yang apatis. Jangan nyaman dengan zona nyaman kamu, karena jika kamu keluar dari zona nyaman itu, kamu akan menemukan sesuatu yang luar biasa.Shintiya.

dok. Pribadi

dok. Pribadi

Prestasi : • Top 10 Lomba Ketrampilan Siswa se-Jatim 2015 • Runner Up Economic Ambassador 2015 • Runner Up Economic Development Ambassador 2015 • Top 10 Lomba Karya Tulis Ilmiah Universitas Trunojoyo Madura 2017 • Delegate of Great Indonesia Leader Summit 2017 • Paper Presenter of Internasional Business Management and Science Congress, Istanbul Turkey 2017

Indra berpose di Turki


Fokuskan Diri pada Penerapan Ilmu Fisika Nama : Yusuf Mahesa Tempat, Tanggal Lahir : Blitar, 3 Mei 1997 Alamat : Dusun Ngrawan, RT.01 RW.02, Desa Rejosari, Kecamatan Wonodadi, Kabupaten Blitar 66155. Riwayat Pendidikan : SD Al-Hikmah Surabaya (2003-2009) SMP Taruna Samudera Surabaya (2009-2012) SMAN 1 Srengat Blitar (2012-2015) Universitas Negeri Malang, D3 Teknik Mesin (2016-sekarang) Pengalaman Organisasi : UKM Penulis/UKMP (2017-sekarang) Forum Mahasiswa Blitar Universitas Negeri Malang (Formablium) (2017-sekarang) Cakrawala Team (2017-sekarang) Patriot Plasma Team (2016-2017) Feeder Ship Team (2016-sekarang) MOAT Team (2017-sekarang) PP Center (2017-2018)

Prestasi : • Peringkat 3 Olimpiade Matematika ITS Tingkat Nasional Regional Tulungagung, HIMATIKA ITS 2015 • Penyaji Tingkat Nasional dan Juara 2 Lomba Karya Cipta Teknologi Tingkat Nasional, BEM FT UM 2016 • Pemilik Hak Paten Industri Kapal Cepat Penebar Pakan Ikan, Universitas Negeri Malang 2017 • PKM-Karsa Cipta didanai RISTEKDIKTI Tahun 2017 • Penyaji Tingkat Nasional dan Juara 2 Lomba Gagasan dan Rancangan Kreatif Tingkat Nasional, Politeknik Negeri Malang 2017 Yusuf Mahesa mewakili Program Diploma dalam ajang Mawapres

• • • • •

dok. Pribadi

Profil

Gelombang ambisi tak surut Meski terpaan angin merintang Butir-butir keberanian tak luruh Meski hambatan seakan menantang Senantiasa haus akan ilmu Lahirkan beragam karya jenius Ia temali rantai kesenjangan untuk mengabdi pada yang tertinggal

Penyaji Tingkat Kabupaten dan Juara 2 Lomba Kreativitas Inovasi dan Teknologi Tingkat Kabupaten, BAPPEDA Blitar 2017 Peraih Medali Perak Kategori Poster di Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) 30 Universitas Muslim Indonesia Makassar, RISTEKDIKTI 2017 Penyaji se-Jawa Bali dan Juara 1 Lomba Cipta Praktis Elektronika se-Jawa Bali, Universitas Negeri Jember 2017 Mawapres 1 Program Diploma Universitas Negeri Malang 2018 PKM-Kewirausahaan didanai RISTEKDIKTI Tahun 2018

Tahun 40 Maret-April 2018|

21


dok. Pribadi

Profil

Mahesa saat menjadi juara LKCT 2016

Tetap survive di tengah keluarga yang acuh tak acuh dengan caci maki tetangga bukanlah hal yang mudah. Berbekal prinsip yang kuat, Yusuf Mahesa tak mau menyurutkan keinginannya untuk melanjutkan kuliah meskipun sempat terhenti setahun karena belum diterima masuk Perguruan Tinggi. Ingin menekuni disiplin Ilmu Fisika terlebih pada penerapannya, Yusuf mengambil Jurusan Teknik Mesin. Setelah diterima masuk Universitas Negeri Malang (UM), biaya menjadi persoalan berikutnya. Kemudian seorang gurunya, merekomendasikan ke Ikatan Alumni SMA-nya untuk dibiayai selama kuliah. Simak wawancara kru Komunikasi dengan Yusuf berikut! Bagaimana perasaan Anda ketika menjadi Mawapres utama Program Diploma UM? Pastinya bahagia sekali, seperti nggak menyangka saya bisa menjadi Mawapres utama Program Diploma. Pada awalnya saya merasa tidak percaya diri. Lambat laun, seleksi tahap demi tahap, kalau sudah terjun ke suatu permasalahan itu harus maksimal juga. Apa yang menjadi motivasi Anda mengikuti ajang Mawapres? Saya ikut ini atas dasar keinginan sendiri. Pada semester dua saya pernah mengikuti Mawapres. Akan tetapi, waktu itu seleksinya berbeda. Seleksi tingkat fakultas ada presentasi bahasa Inggris dan itu melampirkan berkas prestasi. Nah, saya itu dulu tidak tahu bahwa harus melampirkan berkas prestasi juga karena di pendaftarannya syaratnya IPK (Indeks Prestasi Kumulatif, red.) dan berkas-berkas seperti KTM (Kartu Tanda Mahasiswa, red.). Akhirnya saya hanya adu IPK saja. Dari situ saya tidak lolos. Setelah itu saya evaluasi, kesalahan saya di sini, tahun depan harus bisa. Untuk persiapan saya tahun depan, saya mulai menggaet prestasi mulai dari tingkat regional maupun nasional. Dan

22 | Komunikasi Edisi 315

alhamdullilah kemarin mendapat medali perak di Pimnas (Pekan Ilmiah Mahasiswa, red.). Itu salah satu modal saya untuk ikut Mawapres. Strategi apa yang Anda lakukan? Dengan meninggikan IPK. Karena di bidang eksakta sendiri, apalagi di Teknik cari IPK itu susah apalagi di Diploma itu nggak sembarangan. Jadi, saya lebih bersungguhsungguh. Selain saya berprestasi, di perkuliahan juga harus baik. Apakah keluarga datang ketika Grand Final pemilihan Mawapres? Alhamdulillah, keluarga datang. Pada awalnya saya tidak memberitahu keluarga karena saya dari keluarga yang broken. Jadi ibu saya bekerja di luar negeri dan ayah saya seperti acuh tak acuh terhadap prestasi saya. Saya tidak menyangka ternyata beliau datang bersama adik sambung saya. Saya tanya dari pihak panitia juga, tidak ada yang mengirim undangan ke beliau. Mungkin beliau tahu dari vote instagram atau share poster mengenai itu (poster Mawapres, red.). Tapi sebelumnya, beliau juga mengabari kalau akan datang. Karya ilmiah yang dibuat tentang apa? Jadi, judul karya tulis saya adalah Bau Suku Pawitra Gayuh dari bahasa Sansekerta, yang artinya energi bersih dan terjangkau. Kenapa saya mengambil bahasa Sansekerta? Karena itu merupakan bahasa nenek moyang. Kenapa saya memilih kata kunci energi bersih dan terjangkau? Karena salah satu tema di pemilihan Mahasiswa Berprestasi pedoman Kemenristekdikti (Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia, red.) adalah SDGs (Sustainable Development Goals). Di SDGs ada 17 sub tema, salah satunya energi bersih dan terjangkau. Judul saya adalah Bau Suku Pawitra Gayuh: Inovasi Alat Produksi Energi Listrik Berbasis Pemanfaatan Potensi Transmisi Abadi Gaya Magnet sebagai Strategi Mewujudkan Kesejahteraan Energi Bersih dan Terjangkau

di Daerah Tertinggal. Daerah tertinggal ini cakupannya sangat luas. Menurut literasi yang saya baca, saya lihat di satelit NASA bahwasanya di Indonesia konsumsi listrik paling besar itu dikonsumsi oleh Pulau Jawa. Di mana di malam hari Pulau Jawa terlihat lebih terang benderang sekali, sedangkan saudara kita yang tinggal di Sumatera, Kalimantan, Maluku, Sulawesi bahkan Papua ketika malam hari seolah hilang ditelan kegelapan malam. Nah, itu kan daerah-daerah terpencil yang tidak bisa dijangkau oleh PLN (Perusahaan Listrik Negara, red.). Untuk menjangkaunya butuh biaya banyak dari pemerintah. Sebenarnya ini juga ada kaitanya dengan elektro, hanya saja saya main ke ilmu fisikanya tentang pemanfaatan tolak menolak medan magnet dan bagaimana sih gaya sentrifugal atau gaya melingkar itu bisa menghasilkan energi listrik. Menurut Anda, kompetisi mana yang paling berkesan? Paling berkesan itu tentunya di Pimnas. Di Pimnas itu ada berbagai tahap yang harus dilewati. Mulai dari membuat proposal sampai dengan meng-upload proposal tersebut. Di upload itu, dapat dikatakan sistem keberuntungan karena kita tidak tahu sistem penilain proposal dari Dikti seperti apa. Kita hanya menyesuaikan dengan yang ada di pedoman dan bagaimana inovasi kita. Sebenarnya ada dua kunci untuk lolos pendanaan yaitu kreatif dan inovatif. Di pendanaan ada strategi untuk menuju Pimnas. Saya yakin semua anak-anak alumni Pimnas pasti tahu strategi menuju pimnas. Salah satunya pasti publikasi Internasional. Kalau bisa masuk di jurnal Internasional dan juga masuk di TV. Intinya, sebuah gagasan tersebut harus riil terlaksana. Lebih dari proposal bagus, tapi kalau kurang tidak boleh. Semisal, ada handphone dua. Handphone tersebut ditambah kunci malah lebih bagus tapi kalau misal handphone-nya hanya satu itu yang tidak boleh. Ketika di Pimnas itu pastinya banyak karya-karya terbaik anak bangsa, tentunya kita harus sungguhsungguh dan kerja tim. Pesan untuk mahasiswa UM? Kita di sini (Malang, red.) tidak hanya kuliah saja, kalau hanya kuliah saja janganlah sering-sering pulang kampung. Kita merantau untuk mencari ilmu demi masa depan kita. Tapi jangan anggap dengan kuliah saja, dengan menekuni disiplin ilmu saja kita bisa menjadi orang yang baik. Ya ada orang yang baik tapi banyak pula ijasah sarjana yang menganggur karena mereka tidak tahu implementassi disiplin ilmu mereka. Kita juga harus berkembang, melalui apa? Ya dengan berorganisasi atau dengan berkarya. Intinya kita harus bisa berpikir, ketika kita melakukan hal ini, apa sih yang dilakukan orang pintar di luar sana. Shintiya


Curhat

Problem Ketidakpercayaan Diri ,

Assalamualaikum Wr. Wb. Saya mempunyai hobi menulis. Alhamdulillah, berkat beberapa tulisan, terkadang saya mendapat beberapa penghargaan yang cukup membanggakan. Kebanyakan orang mengatakan bahwa saya hebat. Namun, mengapa saya tidak merasa demikian? Bahkan saya merasa jauh lebih penting untuk menutupinya daripada harus membanggakannya. Ketika saya berprestasi, saya merasa semakin canggung untuk bersosialisasi. Kebanyakan teman saya juga demikian. Seperti ada sekat yang menjadikan sikap mereka berbeda. Kebetulan saya bukan dari keluarga yang “berpendidikan�, jadi di lingkungan saya sangat jarang yang memprioritaskan hal-hal berbau akademik, apalagi kepenulisan. Terkadang saya merasa sungkan apabila mendapat penghargaan lebih. Pernah saya mencoba berteman dengan orang-orang yang gandrung akan prestasi membanggakan. Namun, lingkungan seperti itu malah mematikan semangat sosial saya, sedikit sekali rasa solidaritas, dan memberi tanpa pamrih yang saya

Waalaikumsalam Wr.Wb. Dari uraian yang Saudara sampaikan, ada dua permasalahan utama yang menjadi kendala. Pertama, permasalahan sudut pandang atau sikap terhadap penghargaan prestasi menulis, yaitu ketika Saudara merasa tidak bangga dengan prestasi menulis yang telah diraih, juga menilai diri sendiri tidak cocok bergaul dengan teman yang menyukai kompetisi menulis dan perilaku Saudara yang cenderung menutupi prestasi yang telah dicapai. Kedua, permasalahan bersosialisasi dengan teman, yaitu merasa ada sekat atau dinding penghalang ketika berinteraksi dengan teman yang mengetahui tentang prestasi menulis yang Saudara dapatkan sehingga suasananya menjadi canggung. Pada permasalahan pertama, pada dasarnya, sikap atau sudut pandang Saudara terhadap penghargaan prestasi menulis tersebut tidak salah. Tiap orang dapat memiliki sikap yang berbeda dalam menilai sesuatu. Namun, suatu sikap dapat menjadi salah ketika sikap tersebut merugikan orang lain atau menghambat perkembangan diri sendiri. Sikap Saudara yang cenderung negatif terhadap penghargaan prestasi menulis juga mempengaruhi perasaan dan perilaku. Saudara menjadi merasa tidak bangga, sibuk menutupi prestasi

pelajari. Semua malah saling berkompetisi mendapatkan penghargaan dan pengakuan sebanyak-banyaknya Di sisi lain, saya mempunyai pemikiran bahwa ketika saya tidak menulis, tidak berprestasi, saya tidak bisa mencapai mobilitas sosial vertikal naik. Untuk memperbaiki hidup, maka saya harus banyak belajar menggali banyak ilmu, mengikatnya ke dalam tulisan, dan mengujinya melalui perlombaan. Tujuan utama saya mengikuti perlombaan cuma sebatas itu, memperbaiki hidup saya dan bermanfaat bagi lingkungan sekitar saya agar lebih “berpendidikan�. Sebenarnya, beberapa teman telah menyarankan saya harus lebih percaya diri (PD) untuk mengapresiasi seluruh pencapaian saya, agar bisa menginspirasi, katanya. Tapi saya tipe orang yang susah membanggakan diri sendiri. Lantas, apa yang harus saya lakukan? Apakah ada yang salah dengan sudut pandang saya? Bagaimana cara memperbaikinya? Terima kasih Waasalmu’alaikum Wr. Wb.

menulis, dan menghindari orang-orang yang senang berprestasi. Kondisi ini dapat menghambat perkembangan keterampilan menulis Saudara. Pada permasalahan kedua, bersosialisasi dengan teman adalah suatu proses menjalin hubungan interpersonal. Kurang lancarnya proses sosialisasi ini berkaitan juga dengan permasalahan yang pertama. Ketika Saudara mempunyai sikap negatif, maka secara sadar atau tidak sadar akan mempengaruhi perilaku sehingga teman sekitar juga akan merasa tidak nyaman. Padahal dalam menjalin hubungan interpersonal dibutuhkan adanya keterbukaan, kepercayaan, dan komunikasi yang efektif. Lalu, apa yang bisa Saudara lakukan? Beberapa perubahan yang dapat Saudara lakukan untuk mengembangkan diri, antara lain (1) merubah sikap menjadi positif terhadap penghargaan prestasi menulis dengan cara memikirkan halhal positif yang didapat dari kegiatan tersebut, misalnya berpikir bahwa dengan mengikuti kompetisi maka akan mendapat feedback cara menulis yang lebih baik; (2) menemukan motivasi dari dalam diri sendiri tentang kegiatan menulis, misalnya mengasah kemampuan menulis dengan tujuan dapat menuangkan ide inovasi yang bermanfaat bagi masyarakat

Mahasiswa UM dapat mengirimkan tulisan berupa curahan hati (curhat) pada rubrik ini dengan space halaman A4 via email komunikasi@um.ac.id. Apabila nama asli tidak ingin dicantumkan, diperbolehkan untuk menggunakan nama inisial. Curhat Anda akan kami kirim ke ahlinya (dosen FPPsi/Psikologi UM) untuk mendapat jawaban. Tulisan curhat akan mendapat imbalan atau penghargaan yang sepantasnya.

dan dapat membuat tulisan-tulisan yang menginspirasi dan mencerdaskan masyarakat; (3) tetap berteman dengan siapapun, termasuk dengan temanteman yang sangat menyukai kompetisi menulis, karena Saudara dapat saling belajar dengan siapapun, namun tetap jadi diri sendiri, yaitu tetap rendah hati atau tidak show-off; (4) keterampilan bersosialisasi dengan teman dapat ditingkatkan dengan Saudara menjadi diri sendiri, tidak perlu menutupi prestasi, namun juga tidak perlu show-off. Bila teman lainnya tahu tentang penghargaan yang Saudara peroleh, maka akui itu dan ucapkan syukur, katakan kepada temanteman bahwa Saudara dengan senang hati untuk sharing pengalaman. Dapat juga dengan menyisihkan hadiah untuk beli snack yang dapat dimakan bersama-sama sehingga makin akrab. Saudara juga dapat meningkatkan kemampuan humor dan membicarakan hal-hal lainnya yang sedang menjadi fokus pemikiran teman-teman (meningkatkan rasa empati). Jadi tidak harus berbicara tentang diri sendiri. Demikian, semoga bermanfaat! Tingkatkan terus kompetensi Saudara. Wassalamualaikum Wr.Wb. Jawaban dari Ike Dwi Astuti, dosen Fakultas Psikologi Universitas Negeri Malang

Tahun 40 Maret-April 2018|

23


Cerita Mereka

G

Perjalanan Si Pemeran Sitkom hingga Penjual Seblak dulu, karena sekarang masih nyelesaiin skripsi,” ujar mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia tersebut. Keikutsertaannya dalam penggarapan brand kue oleh-oleh Malang tak lepas dari dukungan sang mama. “Mama yang daftarkan aku lewat FB (facebook, red.), sampai akhirnya hari H casting aku baru tahu,” kenang Ajeng. Ada keunikan tersendiri sebelum ia mengikuti casting yang ternyata mamanya lupa dengan jadwal hari H. “Waktu aku cerita ke mama, kok temenku ada yang ikut casting, ya? Baru mama ingat kalau hari itu harus casting dan aku belum siap-siap. Cuci muka dan ganti baju. Tanpa mandi, aku dan mama langsung berangkat,” kenang mantan vokalis Harmoniora Sastra ini. Ternyata bakat akting bukan hal yang baru bagi gadis keturunan Jawa-Sunda ini. Ajeng telah menjuarai teater nasional sejak SMA. Ia menerima tawaran menjadi pemeran di beberapa penyelenggaran teater. Ajeng juga pernah menjadi talent di video klip penyanyi dangdut Wandra asal Banyuwangi. Bukan hanya itu, Ajeng juga aktif men-cover lagu yang diunggah di channel YouTube. “Kalau cover lagu ada yang iseng dan memang ada yang sudah didirect,” tutur perempuan berhijab tersebut. Berbicara mengenai hijab, ternyata ada hidayah tersendiri ketika ia memutuskan untuk berhijab. “Aku pakai hijab baru 2017,

dok. Pribadi

adis berkulit putih kelahiran Bandung yang sering disapa Teh Ajeng ini ternyata memiliki banyak bakat di bidang entertainment. Ajeng yang pernah menjadi pemeran situasi komedi (sitkom) Malang Melintang ini sempat beradu akting dengan aktor ternama tanah air. Salah satunya bersama Teuku Wisnu dan Kadir Bachmid (D'Kadoor). Peringainya yang kalem nan lincah memikat para produser untuk menggandeng Ajeng sebagai pemeran asisten chef brand Malang Struddle. Ajeng melakoni peran sebagai keponakan Teuku Wisnu yang menyebalkan dan centil. Dalam peran tersebut, Ajeng sukses mendalami karakter yang katanya tak jauh berbeda dari kepribadiannya. “Lebih mudah untuk memerankan karakter asisten chef yang digambarin pulang dari lulusan kuliah luar negeri. Kayaknya memang nggak jauh beda dengan karakter asli,” kelakar Ajeng dengan dengan logat Sunda yang tak begitu kental. Pemilik nama lengkap Diajeng Widya Pradnyaparamita ini sempat mendapat tawaran sebagai kru oleh penulis naskah Malang Melintang di Inspira TV, salah satu stasiun TV lokal di Kota Bandung. Tawaran tersebut menjadi angin segar untuk dirinya. Ajeng memang tertarik menekuni dunia broadcast sebagai rencana setelah lulus kuliah nanti. “Aku bilang waktu itu, nanti

Ajeng yang memulai kariernya dari dunia teater

24 | Komunikasi Edisi 315

setelah meranin asisten chef bareng Teuku Wisnu. Di situ memang semua pemeran perempuan diwajibkan untuk pakai jilbab,” kata perempuan kelahiran April 1996 silam. Mulai dari situ, ia belajar sedikit demi sedikit untuk memakai jilbab. “Setelah aku memutuskan berhijab, entah kenapa aku dipertemukan dengan teman-teman yang basic agamanya sudah kuat. Aku belajar dari mereka,” tutur Ajeng. Selain bakatnya di dunia entertainment, Ajeng juga merambah ke bidang bisnis. Usaha seblak dengan brand Geulis telah ia rintis sejak 2016 silam. Usaha kuliner khas Bandung ini terlahir dari buah hasil pulang ke Bandung dan pada waktu itu sedang marak makanan seblak. Kuliner nusantara dengan bahan baku kerupuk serta bumbu kencur dan bawang putih ini memang kini sedang digandrungi sebagai makanan anak muda masa kini. Ajeng mampu menembus pasar dengan berbagai inovasi varian menu. Diawali dengan riset bumbu di area Jalanan Kiaracondong, ia mencoba memadukan resep. “Waktu pulang ke Kiaracondong, Bandung, memang hampir tiap hari aku dan adikku beli seblak sambil lihat-lihat bumbunya,” kata Ajeng. Tak membutuhkan waktu lama, Ajeng telah mengeksekusi racikan seblak selama satu minggu. Insting memasak yang diturunkan oleh mamanya membuatnya mudah untuk menemukan resep yang pas untuk dipasarkan. Dimulai dari promosi lewat media sosial, ternyata produknya sukses memikat lidah masyarakat Malang. Kini ia telah memiliki booth sendiri dengan brand Seblak Geulis yang dijajakan di daerah Sawojajar yang tak jauh dari kediamannya. “Sekarang memang masak sendiri, buka booth sendiri, juga melayani pelanggan sendiri. Masih merintis,” tegas Ajeng. Jiwa wirausahanya ternyata diturunkan dari sang ayah. “Kalau buka bisnis memang cita-cita ayah,” tandas Ajeng yang juga menjadi guru privat ini. Tak heran jika sekarang Ajeng sangat getol merintis usahanya. Dukungan penuh dari keluarga


dok. Pribadi

Cerita Mereka

“Jangan hanya melihat seseorang pada saat ini, siapa tahu ke depan mereka akan menjadi seseorang yang hebat. Letakkan persepsi tersebut dalam menilai orang lain karena kita belum tahu proses kehidupan mereka”

Terjun ke entertainment, Ajeng juga merambah dunia wirausaha

pun diberik an padanya. Waktu tinggal di Bandung, Ajeng sudah terlatih dengan hiruk pikuk usaha yang digeluti ayahnya. Sang ayah memiliki beberapa usaha ketika masih di Bandung, yaitu usaha game seprai, dan springbed. Usaha tersebut lancar. Namun, saat ia masih SD, perubahan besar menimpa keluarganya. “Waktu aku masih SD semua usaha ayah habis dan bangkrut, rumah dan mobil semua terjual serta masih ada beberapa utang,” kenang Ajeng. Mulai dari situ, kehidupan keluarganya berubah drastis. Mereka memutuskan untuk meninggalkan Kota Bandung dan menetap di daerah pegunungan. “Ayah bilang, kita menghilang sementara, tapi semua akan baik-baik saja,” kenang Ajeng. Bagi Ajeng, sosok ayahnya lah yang selama ini memberi pelajaran hidup. Mereka yang semula hidup berkecukupan dan tinggal di tengah kota harus bermigrasi ke wilayah pelosok Bandung. Desa Pangauban namanya, wilayahnya asri dan belum terjamah hiruk pikuk kehidupan kota pada kisaran tahun 2006. Jalanan yang belum beraspal dan jauh dari bunyi klakson membawa kedamaian tersendiri baginya. Kehidupan yang dirasakan Ajeng berubah drastis. Ia harus pindah sekolah dari SD di Kota Bandung yang elit ke madrasah yang tidak ada satu murid pun yang memakai sepatu. “Aku baru tahu ternyata masih ada

sekolah yang kayak gini, teman-temanku tidak ada yang pakai sepatu. Ada yang pakai sandal bahkan banyak yang nyeker. Mereka juga nggak pakai tas, buku-bukunya ditenteng dengan kantong kresek,” kenang Ajeng. Secepat kilat ia mulai beradaptasi dengan teman-temannya. Di hari pertama sekolah, ia masih menggunakan sepatu dan sempat dilarang oleh sang mama untuk berangkat sekolah karena melihat kepiluan yang terjadi. “Awalnya aku pakai sepatu karena memang ada sisa dari Bandung, sempat dilihatin seperti orang kaya dari mana, padahal waktu itu kan bahasa lainnya masih orang nggak punya ya miskin,” tandas Ajeng. Ia tetap bersekolah hingga lulus MI dan masuk ke MTs setempat. Mama dan dirinya juga berinisiatif untuk membagikan beberapa tas yang dimilikinya kepada teman-teman dekat. Jalanan yang masih berlumpur mengharuskan ia dan temanteman mencuci kaki setiba di sekolah. Setiap hari ia selalu membantu mamanya untuk menjajakan gorengan ke seluruh kampung sepulang sekolah atau mengaji. “Waktu itu penghasilan utama dari gorengan. Aku yang keliling kampung setiap hari dan tahu sendiri jalannya naik turun karena pegunungan,” kata anak sulung dari dua bersaudara ini. Ayahnya yang selalu menguatkan dirinya. “Ayah bilang, teh ini hanya sementara, Allah sedang menguji kita,” kenangnya. Dari situ, Ajeng banyak menemukan hikmah dalam perjalanan hidup maupun spiritual. “Karena hal ini, aku jadi bisa belajar salat, dzikir,

baca quran setiap hari karena lingkungan yang mendukung. Dulu ketika masih di Bandung, keluarga kami jauh dengan Allah. Aku belum pernah diajari salat oleh ayah maupun mama, tapi dari sini, kami sekeluarga bisa berubah. Mungkin kalau nggak ada musibah sampai sekarang aku masih belum bisa salat,” kenang Ajeng. Ketika ia menginjak kelas dua SMP, mereka memutuskan untuk ke Malang yang merupakan kampung halaman ayahnya. Tak banyak berubah, perekonomian juga masih merangkak. Mama berinisiatif untuk jualan bubur di pasar. Mereka tinggal berpindah-pindah. Mulai dari rumah nenek, indekos hingga diusir, serta tinggal di gudang tempat kerja ayah. “Ngekos satu kamar berempat dan diusir karena belum bisa bayar lalu tinggal di gudang tempat ayah kerja. Kami juga terusir,” kenangnya. Saat SMP, ia sempat menjadi korban bully karena miskin. Sampai pada titik sang ayah telah menemukan cara membuat stempel mekanik yang dicoba sendiri. Mulai dari situ, pintu rizki terbuka sedikit demi sedikit hingga 2016 Ajeng dan sekeluarga sudah bisa menetap di rumah kawasan Sawojajar. “Ayah selalu bilang, selain aku harus manfaat buat sesama, beliau juga memberi tahu bahwa jangan melihat orang itu hari ini, siapa tahu dia akan jadi seseorang ke depannya. Jangan sampai meremehkan orang lain. Kadang orang lihatnya hari ini padahal prosesnya sangat panjang,” kenangnya. Kalimat tersebut yang sampai saat ini ia tanamkan dan pegang dengan perjalanan panjang yang mendewasakan dirinya.Arni

Tahun 40 Maret-April 2018|

25


dok. Panitia

Info

KEMBALIKAN Urgensi PKM untuk Masyarakat

S

abtu (07/04), Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Sejarah mengadakan Workshop Penulisan Progam Kreativitas Mahasiswa (PKM) dengan sasaran mahasiswa Bidikmisi angkatan 2016 dan 2017. PKM merupakan pengembangan dari Kegiatan Alternatif Mahasiswa (KAM). Workshop yang diadakan di Aula H.O.S Cokroaminoto lantai 7 Fakultas Ilmu Sosial UM (FIS UM) ini bertema “Meningkatkan Mutu Mahasiswa Sejarah dalam Berinovasi dan Kreasi Menuju Pimnas 2019”. Fokus workshop tersebut pada tiga PKM, yaitu PKM-AI (Artikel Ilmiah), PKM-P (Penelitian), dan PKM-M (Pengabdian Masyarakat) dengan 85 peserta yang tergabung dalam 22 tim. Dalam workshop tersebut, terdapat tiga pemateri sekaligus pembina yang berkompeten dalam bidangnya, yaitu Ronal Ridhoi, M.A., Moch. Nurfahrul Lukmanul Khakim, M.Pd., dan Wahyu Djoko Sulistyo, M.Pd. “Menanggapi urgensi PKM di kalangan mahasiswa sejarah, kami berusaha meningkatkan mutu PKM dengan diadakannya workshop tersebut. Sebelum peserta mengikuti workshop, mereka diwajibkan membuat judul dan pendahuluan PKM untuk kemudian didiskusikan bersama pembina di forum diskusi dan sharing. Setelah itu dilakukan seleksi kemudian diadakan pembinaan setiap hari Jumat untuk persiapan menuju Pimnas 2019,” tutur Hanum Ega Nurina, ketua pelaksana. Pentingnya mengembangkan PKM-M di masyarakat

26 | Komunikasi Edisi 315

Pemateri Workshop jelaskan urgensi PKM untuk masyarakat

diungkapkan oleh Wahyu Djoko Sulistyo, M.Pd. selaku pemateri. “Sebagai mahasiswa sejarah wajib hukumnya melihat keadaan di lingkungan situs sejarah agar masyarakat mengerti melalui penyajian karya yang kreatif. Kalian hanya perlu mengajari masyarakat untuk mengelola situs tersebut, apa yang dilakukan di masyarakat sekecil apapun tetapi bermanfaat sebagai wujud pengabdian masyarakat”. Melalui kolaborasi dengan beberapa jurusan, akan menambah nilai kreatif dari PKM tersebut. Ide yang menarik juga sangat dibutuhkan dalam penulisan PKM. Para mahasiswa disarankan agar tidak seperti katak dalam tempurung. Mahasiswa harus terbuka, mencoba untuk melihat dan mengambil kesempatan yang ada, serta mencoba untuk terlibat dengan kesempatan yang ditawarkan oleh universitas melalui PKM. “PKM adalah wadah bagi mahasiswa-mahasiswi untuk mengembangkan kreativitas intelektual dan kecerdasan dalam berorganisasi. Kreativitas merupakan paduan tiga unsur utama dalam diri manusia, yaitu pikiran, perasaan, dan keterampilan. Nah, agar mahasiswa-mahasiswi mencapai level kreatif, ketiga unsur tersebut diupayakan di setiap perguruan tinggi. Upaya tersebut terwujud dalam PKM. Terlepas dari itu kami ingin meningkatkan kualitas PKM agar lolos ke Pimnas 2019. Kami membidik mahasiswa Bidikmisi karena mereka diwajibkan membuat PKM setiap tahunnya,” tutur Hanum Ega Nurina.Amey


Info

dok. Panitia

Mendikbud Berikan Kuliah Tamu di UM

Prof. Dr. Muhadjir Effendy, M.A.P., jelaskan perihal anggaran pendidikan

M

enteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Mendikbud RI), Prof. Dr. Muhadjir Effendy, M.A.P., memberikan kuliah tamu bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Negeri Malang (UM) pada Kamis (29/03). Kuliah tamu tersebut diselenggarakan di Gedung Kuliah Bersama (GKB), Gedung D2 FIP UM. Guru Besar Pendidikan Luar Sekolah (PLS) FIP UM tersebut menyampaikan beberapa poin, di antaranya mengenai anggaran pendidikan Indonesia dari sumber Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), rekrutmen guru, dan beban mengajar di sekolah. Beliau menyampaikan bahwa anggaran pendidikan tahun 2018 berjumlah hingga 440 triliun lebih. Anggaran tersebut dibagi kepada dua puluh kementerian dan lembaga serta provinsi dan kabupaten. Ada tiga kementerian penerima anggaran pendidikan paling besar, yakni Kementerian Agama (Kemenag), Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia (Kemristekdikti), serta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). “Saya khawatir mahasiswa S-1 banyak yang tidak tahu kalau anggaran pendidikan itu tidak hanya dikelola oleh Kemendikbud saja, dalam APBN itu namanya fungsi pendidikan, bukan anggaran pendidikan untuk Kemendikbud,” ungkap Prof. Dr. Muhadjir Effendy, M.A.P. Hal tersebut merupakan konsekuensi dari otonomi daerah karena pendidikan sudah diotonomikan. Kemendikbud mendapat dana sebesar 40 triliun lebih. Sekitar 9,8 triliun digunakan untuk membiayai Program Indonesia Pintar (PIP), tunjangan profesi guru swasta yang telah menerima sertifikat, dan untuk profesi guru negeri diambilkan dari Dana Alokasi Khusus (DAK), belanja barang dan jasa serta bantuan afirmasi ke sekolahsekolah. Jadi itulah alokasi dana Kemendikbud. Akan tetapi, dalam Undang-undang Dasar 1945 (UUD 1945), Kemendikbud tetap menjadi penanggung jawab utama pendidikan. “Jadi, jangan kaget apabila ada siswa yang berkelahi, guru melakukan kecurangan

maupun sekolah roboh yang akan dimintai pertanggungjawaban adalah Kemendikbud,” ujar menteri pertama yang berasal dari IKIP tersebut. Mengenai rekrutmen guru, guru bukanlah pegawai Kemendikbud, melainkan pegawai daerah. Kemendikbud hanya menunjukkan tingkat kebutuhan, kemudian Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan RB) yang menetapkan kuotanya dan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) yang menentukan. Karena pegawai daerah, guru bisa pindah profesi. “Tidak heran apabila ada guru yang menjadi kepala pasar, kepala satpam, di puskesmas maupun kepala desa,” tutur beliau. Sekarang ini, karena Kemenristekdikti dan Kemendikbud sudah dipisah, Kemendikbud bukanlah pencetak guru, melainkan Ristekdiktik melalui Lembaga Pendidikan Tingkat Kependidikan (LPTK). Secara struktural, Kemendikbud tidak memiliki hubungan dengan LPTK, akan tetapi produk LPTK nanti akan digunakan oleh Kemendikbud. Poin terakhir, pria kelahiran Madiun tersebut menjelaskan bahwa beban kerja guru dalam seminggu minimum 24 jam tatap muka, artinya beban kerja di luar kelas tidak diakui. Hal tersebut memicu banyak masalah. Banyak guru yang tidak bisa memenuhi 24 jam tatap muka, terutama guru yang jumlah jam mata pelajarannya sedikit. Contohnya seperti guru agama, guru bahasa asing, dan sebagainya. Hal tersebut membuat banyak guru mencari jam mengajar di luar untuk mendapat 24 jam tatap muka. Ketika guru tersebut mengajar di luar jam pelajaran dan tidak linear dianggap tidak memenuhi. Karena peraturan tersebut, banyak terjadi masalah di lapangan. Oleh karena itu, dibuatlah peraturan baru yang intinya mengakui pekerjaan guru di luar jam mata pelajaran, contohnya membimbing siswa. “Dari situ, diharapkan guru tetap berada di sekolah karena apabila ingin menerapkan pendidikan karakter, tidak mungkin guru tersebut keluar masuk sekolah,” jelas penerima Satyalancana Karya Satya XX tahun 2010.Shintiya

Tahun 40 Maret-April 2018|

27


Info

dok. Panitia

Kopma UM Kembali Juarai Kompetisi Nasional

Senyum bahagia mahasiswa Kopma UM atas raihan prestasinya

K

operasi Mahasiswa Universitas Negeri Malang (Kopma UM) kembali meraih juara dalam acara Kopma Fair National Competition yang diselenggarakan oleh Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang (05-07/04). Acara tahunan yang diselenggarakan oleh Koperasi Padang Bulan UIN Malang ini mewadahi antusias anggota kader agar mempunyai soft skill dalam mengelola event bertaraf nasional. Acara yang diadakan di Hotel Santoso, Batu, ini diikuti oleh kopma dari perguruan tinggi negeri maupun swasta di Indonesia, di antaranya Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), UIN Jakarta, Universitas Gajah Mada (UGM), serta Universitas Hasanudin. Event ke-3 ini merupakan serangkaian acara dari peringatan Anniversary Kopma Padang Bulan ke 18 tahun. Pada tahun ini, Kopma Padang Bulan mengambil tema "Generasi Muda Menjunjung Pilar Ekonomi Koperasi yang Berdaya Saing di Era Digital". Berbagai rangkaian acara yang diselenggarakan oleh Kopma Padang Bulan di antaranya Lomba Kopma Nasional yang meliputi lomba cerdas cermat dan debat tentang perkoperasian serta

28 | Komunikasi Edisi 315

ekonomi secara umum. Pada kesempatan ini, Kopma UM turut andil dalam acara lomba cerdas cermat dan debat. Dewan juri pada lomba kali ini berasal dari praktisi Dosen Ekonomi UIN Malang, Dinas Koperasi Malang, dan Mahkamah Konstitusi. Acara yang dilaksanakan selama tiga hari itu memberikan hasil yang memuaskan. Dalam lomba cerdas cermat dan debat, juara 1 diraih oleh Kopma UM dengan anggota tim bernama Asa’a Nur Fadhilah (Akuntansi 2015), Ahmad Syamsul Maarif La Pisu (Akuntansi 2016), dan Yuli Puspitasari (Manajemen 2017). Tidak hanya tahun ini saja, pada tahun sebelumnya Kopma UM juga meraih juara 1 esai dan juara 2 cerdas cermat. “Sangat bersyukur bisa meraih juara 1 lomba cerdas cermat dan debat, serta ucapan terima kasih kepada pihak–pihak yang telah mendukung. Semoga tahun depan bisa mengikuti lomba lagi dengan persiapan yang matang,” pungkas Ahmad Syamsul Maarif La Pisu. Hal senada diungkapkan oleh Asa’a Nur Fadhilah. “Tidak menyangka bisa meraih juara 1 dengan persiapan yang seadanya, kami sangat bersyukur. Jadi untuk tiga finalis dalam dua cabang lomba ini kebetulan sama, yaitu UIN Jakarta dan UGM, tapi Alhamdulillah UM tetap yang pertama,” tutup Asa’a Nur Fadhilah.Dessy


Agama

ilustrasi oleh : Krisnawa Adi Baskhara

Mengonstruk Makna Paskah oleh Sukamto

P

askah merupakan kata yang biasa-biasa saja, namun dapat juga menjadi sesuatu yang luar biasa maknanya. Hal ini sangat bergantung pada bagaimana seseorang memberi makna atau memaknai Paskah. Bagi umat Kristen, perayaan Paskah merupakan puncak perayaan liturgis sepanjang tahun. Persepsi dan penghayatan atas Paskah mengandung isi yang cukup luas dan dalam. Keluasan dan kedalamannya ditentukan oleh iman dan kepercayaan yang dipunyai. Bagi yang tak percaya, Paskah tidak lebih sebagai angin lalu. Namun, bagi yang percaya, Paskah menjadi ungkapan iman yang utuh, holistik dan

penuh makna. Bagi umat Kristiani, Pesta Paskah menjadi perayaan pokok iman Kristiani, yaitu kebangkitan Yesus Kristus dari alam maut. Sejak peristiwa tersebut dan berkat kebangkitan tersebut, umat Kristiani mengimani dan menempatkan pengetahuan, penghayatan, pengalaman yang monumental, menempatkan umat Kristiani tiada lagi gentar menghadapi maut. Inti pokok keyakinan ini adalah mereka yakin dan percaya bahwa mereka juga akan bangkit seperti Yesus Kristus. Sebagaimana kata Yesus Kristus, “Sebab sama seperti maut datang karena satu orang manusia, demikian juga kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia. Karena

Tahun 40 Maret-April 2018|

29


Agama sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus”. Jadi andai kata Yesus Kristus tidak dibangkitkan dari alam maut, maka sia-sialah seluruh pemberitaan Injil dan sia-sia pulalah keyakinan dan kepercayaan umat Kristiani. Paskah bukanlah peristiwa tunggal, melainkan sebuah proses panjang yang diawali dengan dan atau sejak “Rabu Abu” sampai 40 hari berikutnya masa itu dikenal dengan masa Prapaska sampai Pekan suci. Selama 40 hari itu pula umat Kristiani secara penuh dan total menyiapkan diri untuk mengadakan gladi rohani, membangun iman dan kesediaan jalan mengikuti jejak dan jalan Yesus Kristus. Betapa pentingnya perayaan Pesta Paskah sehingga dirayakan selama seminggu penuh, yang diawali dengan Minggu Palma dan diakhiri dengan perayaan hari Minggu Paskah. Mengapa Abu? Merenungi dan memaknai Rabu abu, sama halnya dengan mengosntruk kembali perjalanan iman, abu sekurang-kurangnya diartikan: pertama, sebagai perubahan akibat terbakar oleh api, kedua adalah abu dapat menjadi pupuk kehidupan. Bagi umat kristiani, Abu menjadi tanda yang perlu diungkapkan dalam ibadah dan diwujudkan dalam kehidupan. Sambil mendengar dan memahami Sabda Allah inilah orang beriman diajak mengolah kehidupan dalam semangat doa, pantang dan puasa, serta berbuat amal. Hari minggu Palma, peristiwa penting yang dikenang dan direnungkan pada hari Minggu Palma ini adalah kunjungan istimewa Yesus bersama 12 muridnya. Kisah ini dalam konteks pekan suci merupakan pengantar terhadap kisah sengsara, wafat, dan kebangkitan Yesus. Sebagaimana Yohanes, Yesus memang sudah menubuatkan kematian dan kebangkitan-Nya di Yerusalem. Hal yang perlu dicatat, Yesus memasuki Yerusalem dengan mengendarai seekor keledai. Kendaraan ini meneguhkan dan sekaligus menyimbolkan kedamaian. Jadi dengan mengendarai keledai memasuki Yerusalem, Yesus memaklumkan diri sebagai raja Mesias yang membawa kedamaian bagi semua bangsa. Hari Kamis Putih, peristiwa penting yang dikenangkan dan direnungkan pada hari ini adalah perjamuan teakhir Yesus bersama kedua belas muridnya. Makna yang terkandung adalah pemberian makanan dan minuman, yang bukan hanya

30 | Komunikasi Edisi 315

makanan dan minuman biasa, melainkan sebagai simbolis memberikan diri-Nya sendiri kepada mereka. Pemberian roti dan anggur kepada para murid melambangkan pemberian tubuh dan darah Kristus kepada mereka. Hari Jumat Agung, peristiwa penting yang mengenang dan merenungkan penderitaan dan kematian Yesus di kayu salib. Dalam sajian peristiwa, ini bukan semata-mata penyampaian peristiwa sejarah, melainkan juga interpretasi iman umat Kristiani. Berbagai peristiwa penting di

"Andai kataYesus Kristus tidak dibangkitkan dari alam maut, maka sia-sialah seluruh pemberitaan Injil dan sia-sia pulalah keyakinan dan kepercayaan umat Kristiani" sini adalah doa di Getsmani, penangkapan Yesus, pemeriksaan di hadapan Mahkamah Agama, penyangkalan Petrus, Pengadilan di hadapan Pilatus, penyaliban, dan kematian Yesus yang diakhiri penguburan. Konstruksi makna Paskah dapat diformulasikan bahwa semua penginjil menegaskan dan meneguhkan bahwa pertama Yesus sama sekali tidak bersalah, sehingga sesungguhnya ia tidak pantas dihukum mati. Kedua, Yesus memang harus mati untuk menebus dosa-dosa manusia. Ketiga, Yesus mati sebagai raja orang Yahudi alias Mesias (sebutan Ibrani) atau Kristus (sebutan Yunani). Keempat, Yesus menderita batin dan murid-

murinya membiarkan. Kelima, kerelaan dan kesabaran Yesus dalam menjalani penderitaan menegaskan sikap-Nya untuk taat sepenuhnya kepada kehendak Allah. Keenam, untuk menjadi murid-murid Yesus harus bersedia menyangkal diri dan memikul salib bersama Dia. Sabtu dan Minggu Paskah merupakan puncak dari seluruh perayaan Paskah. Peristiwa penting yang dikenang dan direnungkan pada hari ini adalah kebangkitan Yesus Kristus dari orang mati,. Inilah yang menjadi pokok pemberitaan dan kepercayaan orang-orang Kristen. Menurut penjelasan Santo Thomas Aquinas, penampakan Yesus sesudah kebangkitanNya, terutama menyangkut “penglihatan iman” bukan penglihatan dengan mata inderawi, kebangkitan dan penampakkan Yesus hanya dapat dilihat dengan “mata iman”. Pokok pewartaan dan kepercayaan jemaat Kristen inilah yang dikenang dan direnungkan selama “Pekan Suci”, khsususnya dalam “trihari suci” serta teristimewa pada hari Sabtu dan Minggu Paskah. Dalam perayaan “Pekan Suci” ini secara khusus diperingati dan dikenang empat peristiwa bersejarah yang sangat penting bagi umat manusia umumnya dan Kristiani khususnya, yaitu: (1) Kunjungan istimewa Yesus ke Yerusalem dirayakan pada hari Minggu Palma; (2) Perjamuan terakhir Yesus bersama para muridnya dirayakan pada hari Kamis Putih; (3) Penderitaan dan kematian Yesus dirayakan pada hari Jumat Agung; (4) Kebangkitan Yesus dari alam maut dirayakan pada hari Sabtu dan Minggu Paskah; Ketiga yang terakhir itulah yang lazim disebut perayaan “Tri Hari Suci”. Demikianlah sekelumit konstruksi makna Paskah. Semoga berkat melimpah. Amin. Bandungrejosari Medio Maret 2018 Penulis adalah dosen Jurusan Ilmu Sejarah dan anggota penyunting Majalah Komunikasi Universitas Negeri Malang


Laporan Khusus

P

endidikan kejuruan yang dikenal sebagai pendidikan vokasi atau skill based semakin lama semakin populer. Banyak perusahaan lebih menyukai para lulusan pendidikan kejuruan yang telah menguasai keahlian praktikal karena dianggap lebih siap kerja. Barubaru ini, Universitas Negeri Malang (UM) mengembangkan program vokasi dengan jargon “Solusi Cerdas Siap Kerja” yang rencananya akan menjadi Fakultas Pendidikan Vokasi. “Jurusan Pendidikan Vokasi UM yang baru dibentuk ini akan mengelola Program Diploma dari Fakultas Teknik, Fakultas Ekonomi, dan Fakultas Sastra sehingga ke depannya pengelolaan Program Diploma akan disatukan menjadi Fakultas Pendidikan Vokasi UM,” ungkap Marsono, S.Pd., M.Pd., Ph.D., selaku Sekretaris Jurusan Vokasi. Terdapat sebelas Progam Vokasi UM yang meliputi D-3 Teknik Mesin, D-3 Mesin Otomotif, D-3 Teknik Elektro, D-3 Teknik Elektronika, D-3 Manajemen Pemasaran, D-3 Perpustakaan, D-3 Tata Busana, D-3 Tata Boga, D-3 Teknik Sipil dan Bangunan, D-3 Akuntansi, dan D-3 Game Animasi. Untuk sekarang, sudah berjalan Jurusan Vokasi yang diketuai oleh Dr. Yoto, S.T., M.Pd. “Secara akademik, di UM terdapat S1, S2, dan S3 kemudian lanjut ke profesi

dok. Panitia

UM Kembangkan Jurusan Pendidikan Vokasi

Salah satu Jurusan Pendidikan Vokasi di Fakultas Teknik

sesuai bidangnya. Sementara ini, di UM, vokasi dan akademik menjadi satu sehingga vokasi menjadi sedikit berbau akademik. Agar model sistemnya tidak cenderung ke akademik, maka akan dibedakan. Sementara ini, vokasi dikondisikan di bawah ketua Jurusan Vokasi Fakultas Teknik (FT). Nantinya secara bertahap akan mulai memisahkan diri dan disiapkan berbagai sarana penunjang,” tutur Dr. Imam Agus Basuki, M.Pd., sebagai Satuan Penjamin Mutu UM. Upaya presiden untuk memajukan pendidikan kejuruan dan pendidikan umum bisa dicapai secara seimbang. Sekarang ini, disinyalir pengangguran terdidik akan lebih banyak, apalagi bagi yang tidak memiliki keterampilan lebih. “Pemerintah mulai menyeimbangkan pendidikan kejuruan dan pendidikan umum agar seimbang, terbukti dengan meratanya jumlah SMA

dan SMK di berbagai wilayah. Nah, kita di perguruan tinggi inginnya juga seperti itu agar mengurangi pengangguran terdidik. Terkait dengan kerja sama di beberapa SMK, sebenarnya kita hanya mencanangkan UM Goes to School atau semacam sosialisasi. Kita mengimbau bahwa di UM terdapat berbagai Jurusan Vokasi yang bisa menampung mereka. Hal ini juga berkaitan dengan seleksi masuk. Untuk vokasi tidak diatur secara nasional, jadi menggunakan kebijakan kampus, yaitu jalur prestasi dan tes,” tambah Dr. Imam Agus Basuki, M.Pd. Beliau juga berharap untuk ke depannya Jurusan Pendidikan Vokasi bisa menjadi Fakultas Vokasi UM yang mampu memberikan kontribusi bagi dunia nasional dan internasional.Amey

Tahun 40 Maret-April 2018|

31


Wisata

Agrowisata Salak Pondoh dan Kuliner je Jamuran Yogyakarta iapa yang tak kenal dengan Yogyakarta? Kota budaya ini mempunyai beragam pesona. Jika kita berbicara wisata, Yogyakarta memiliki tempat wisata yang tidak pernah bosan untuk dikunjungi oleh wisatawan. Mulai dari wisata budaya, wisata alam, sampai dengan wisata kuliner. Agrowisata organik salak pondoh yang berada di Kabupaten Sleman, Yogyakarta, merupakan salah satu destinasi wisata yang tepat untuk dikunjungi bersama keluarga, sahabat, atau rekan kerja. Sebuah pengalaman berharga yang membuat kita menyadari cara menghargai alam. Agrowisata ini menerapkan kombinasi unik antara perkebunan salak pondoh dengan para pengunjung yang bisa masuk ke dalam kebun, mempelajari tentang salak, memetiknya, dan bisa langsung mencicipinya. Ini bisa dikatakan petualangan kuliner 'sekali jalan dapat

S

beberapa keuntungan'. Selain berwisata di tempat ini, pengunjung juga bisa belajar cara membudidayakan salak. Tanaman yang bisa hidup selamanya ini mempunyai kelamin jantan dan betina. Cara membedakan jantan dan betina dengan melihat dari bunganya. Adapun perbedaannya adalah bunga jantan hanya mempunyai benang sari tanpa putik sehingga hanya membentuk sel kelamin jantan dengan bentuk bunga bulat memanjang. Saat bunga masak akan berwarna merah yang berlangsung hanya tiga hari dan tidak bisa berbuah. Lain lagi dengan bunga betina yang hanya mempunyai putik tanpa benang sari. Bentuk bunganya panjang agak bulat dan di bagian tengah lebih besar. Pada saat masak, akan ada seludang atau kulit bunga pecah–pecah dan mahkota bunga nampak merah jambu selama tiga hari. Teknik penyerbukan atau pengawinan salak dengan bantuan manusia dilakukan

dok. Komunikasi

Mengabadikan momen di Jalan Malioboro Yogyakarta

pada saat bunga betina mekar. Seludang atau kulit bunga sebaiknya dibersihkan dengan cara digunting secara hati–hati agar tidak merusak mahkota. Lalu, siapkan bunga jantan masak yang telah dipetik dari pohon pejantan. Bunga jantan yang digunakan untuk menyerbuki dikerik dengan alat agar tepungsari muncul kepermukaan. Hal ini ditandai dengan warna kuning lembut seperti debu. Kemudian bunga jantan didekatkan dengan bunga betina dan diketok–ketokkan dengan jari agar putik betina secara merata mendapat tepung sari dari bunga jantan. Apabila tidak ada penyerbukan antara bunga salak betina dan bunga salak jantan, maka kita tidak bisa merasakan manis serta gurihnya salak pondoh. Ada beraneka macam salak yang dibudidayakan, seperti salak madu, salak super, salak lokal, salak gula pasir yang rasanya paling manis, dan salak anti-asam urat. Harganya juga terjangkau mulai 10 ribu sampai 35 ribu per kg.

32 | Komunikasi Edisi 315

Be


Menikmati lezatnya aneka masakan jamur di Resto je Jamuran

dok. Komunikasi

Tanaman yang satu ini juga mempunyai manfaat pada getahnya. Getah yang ada pada batang pohon salak bisa diolah menjadi produk kecantikan. Selain itu, juga bisa digunakan untuk pengobatan ketika terkena duri pohon salak. Pengunjung juga harus berhati–hati ketika memasuki kawasan kebun salak, karena tumbuhan yang satu ini memiliki duri tajam pada bagian batang hingga buahnya. Apabila ingin menimati kelezatan salak pondoh, pengunjung disarankan menggunakan alat seperti sabit untuk memetiknya. Tidak berhenti di agrowisata salak pondoh, di Desa Pandhowoharjo, Sleman Yogyakarta, juga menghadirkan wisata kuliner serba olahan jamur di Resto je Jamuran. Restoran ini sudah berdiri sejak tahun 1977 di bawah pengelolaan Ratidjo, seorang pengusaha jamur yang kini telah sukses meraih hati para pelanggan. Restoran ini buka setiap hari mulai pukul 10.00–21.00 WIB. Ada aneka makanan yang semuanya terbuat dari jamur. Mulai dari sate jamur, tongseng jamur, jamur bakar pedas, siomay jamur, martabak jamur, botok jamur, hingga olahan jamur modern seperti tom yum jamur. Tak hanya makanan yang nikmat, je Jamuran pun menyediakan aneka minuman yang layak dicoba, seperti wedang je Jamuran, es dawet jamur, dan masih banyak lagi menu jamur lainnya yang bisa disesuaikan dengan selera masing– masing. Kalau sudah puas mencicipi masakan dan minumannya, maka pengunjung juga bisa membeli camilan dari aneka jamur yang dijual di depan restoran.

dok. Komunikasi

Wisata

dok. Komunikasi

Di agrowisata salak pondoh, pengunjung bisa bebas memetik buah salak

Di sana ada counter tempat belanja camilan dan souvenir, seperti gantungan kunci atau kaos khas je Jamuran. Ada berbagai macam camilan yang bisa dibeli, antara lain kripik jamur kuping, kripik jamur kancing, kripik jamur merang, kripik jamur tiram, dan sebagainya. Suasana resto yang sangat nyaman dan asri ini terdiri atas ruang makan indoor dan outdoor. Ada pula ruangan untuk acara dan tempat ibadah. Penataan restorannya pun terbilang rapi dan kreatif. Tidak hanya fasilitas restoran pada umumnya, restoran ini juga mempunyai fish therapy gratis di dekat meja makan. Terdapat juga beberapa spot foto yang memang didesain untuk apik, lengkap dengan ornamen aneka jamur berbagai bentuk dan warna. Selain itu, resto yang dikelola oleh seorang ahli jamur ini telah terintegrasi dengan

perkebunan sekaligus menjadi tempat rujukan budidaya jamur. Jadi, wisatawan tak perlu ragu akan kualitas jamur yang dihidangkan. Di tempat ini, pengunjung tidak hanya bisa menikmati menu berbahan dasar jamur, namun juga bisa menyaksikan aneka tanaman jamur serta belajar tentang selukbeluk budidaya jamur. Bahkan, pengunjung juga bisa membeli bibit jamur di tempat ini untuk dibawa pulang sebagai oleh–oleh maupun untuk dibudidayakan. Restoran je Jamuran ini tidak membuka cabang di tempat lain. Jadi, jika Anda ke Yogyakarta, pastikan untuk mampir ke tempat ini.Dessy

Tahun 40 Maret-April 2018| Berfoto ria di resto je Jamuran

33


Rancak Budaya

ilustrasi oleh : Krisnawa Adi Baskhara

Mekar Bunga Kamboja Berwarna Merah Muda oleh Luthfi Nur Kholidiya

K

au mestinya terpana. Mekar bunga kamboja yang serentak itu terlalu menawan meski tengah bertugas memayungi pemakaman. Bahkan hingga detik ini aku masih teringat, saat dirimu tertatihtatih membawakan rantang berisi makan siang untuk bapakku yang usai menggali liang lahat, kau sama sekali tidak menampakkan rasa suka. Kau sama sekali tidak terpana. “Kenapa aku harus suka?” balasmu ketus saat kutanya tentang bunga-bunga kamboja yang bermekaran. “Bukan! Bukan karena aromanya.” Lagi-lagi kau menyangkal. Semua kemungkinan alasan yang kukira menjadi penyebab tak satu pun kau iyakan. “Sudahlah, kau tak perlu menduga-duga.” Ahh, kau pasti tak tahu. Kala itu aku tengah menebak-nebak. Memikirkan apa saja yang mungkin kau sukai. Hal yang jelas tak pernah kulakukan, bahkan terbesit pun tidak. Kau tahu? Jika saja

34 | Komunikasi Edisi 315

aku tak mengetahui rahasiamu, mungkin aku tak akan tersiksa hingga detik ini. Dulu, saat kau masih menjadi salah satu penari gandrung terbaik, aku hanya mampu mengagumimu. Memuji seluruh keelokan yang ada pada dirimu. Bukan dengan lisan. Bukan! Aku marapalnya hanya dalam hati. Lantas menyiksa kepalaku dengan rupa ayumu yang masih menggunakan Omprok. “Kau tahu? Filosofi Omprok ini begitu dalam,” ucapmu antusias sambil menyambar selendang, bergegas naik ke panggung, “nanti kuberitahu.” Ucapanmu yang setengah berteriak padaku membuat gerombolan pemuda yang tadinya asyik menyesap kopi hitam serempak menoleh. Bergantian menatapku dan dirimu yang sambil lalu. “Kamu kenal Windari?” seorang pemuda dari mereka mengintrogasi, gerombolan pemuda itu melempar tatapan tanya dan mengintimidasi yang membuatku begidik ngeri. Aku tak bisa


Rancak Budaya melakukan apapun, kecuali melesatkan anggukan bertubi-tubi. Kau tahu Windari? Sejak saat itu, aku tak berani berada dekat denganmu. Bukan Windari! Bukan karena aku takut dengan ancaman gerombolan pemuda itu. Kenyataannya sama sekali berbeda dengan apa yang kamu pikirkan Windari. Sekalipun aku menjelaskan, kau masih tak akan mengerti. Tapi, kau tak peduli. Entah aku menggubrismu atau tidak, kau tetap melanjutkan ceritamu. Menunaikan janji untuk memberitahuku tentang gandrungmu. Hal yang selalu kau banggakan. “Ada tokoh Antasena, Yan. Omprok yang terbuat dari kulit kerbau yang disamak itu menjadi lebih artistik dengan ornamen tokoh pewayangan Jawa itu.” Ocehanmu tanpa spasi, Windari. Meski raut mukaku sama sekali menunjukkan ketidaktertarikan, kau masih berapi-api dengan cerita Omprok, benda yang selalu kau kenakan ketika menari gandrung. Mahkota yang sempurna membuat mukamu persis seperti telur. Menambah ayumu, Windari. Ahh, Windari, kenapa kebanggaan itu cepat sekali sirna? Tidak lama usai kau riang bercerita tentang omprokmu, kau serupa kena kutukan. Kau tahu, Windari? Satu kampung membicarakanmu. Tak luput juga gerombolan pemuda yang tergilagila padamu. Bertanya-tanya. Apa yang sebenarnya terjadi pada mukamu, Windari? Paras ayu yang membuat pemuda satu kampung tergila-gila padamu mengeriput. Entah dari mana asalnya keriput itu, tapi kau malah berlaku tenang. Bahkan saat aku terbirit-birit berlari ke rumahmu, meninggalkan bapak yang tengah membersihkan area pemakaman, kau melemparkan senyum simpul padaku. Kau tahu, Windari? Entah mengapa, aku merasa itu adalah senyumanmu yang paling tulus selama ini. Melihatku yang mematung di depan daun pintu yang menganga, kau menghampiriku. Sekali lagi tersenyum manis. “Apa kau berlari terseok-seok ke mari tanpa sandal dengan sapu lidi di tanganmu seperti itu?” telunjuk kananmu mengarah pada tanganku yang gemetar memegang sapu, sementara tangan kirimu berupaya menutup mulut. Menahan agar tawamu tidak pecah. “Baiklah-baiklah,” kau berusaha menghentikan hasrat ingin tertawa, “apa aku harus menjadi keriput begini agar kau

mau melihatku?” Sungguh Windari! Aku tidak memiliki jawaban atas hal itu. Bahkan dalam hati sekalipun. Tapi ... ahh, entahlah. Bukan itu yang terpenting sekarang. Apa kau tidak ingin memberitahuku apa yang sebenarnya terjadi? Namun, bukannya menjelaskan padaku, kau menarikku keluar. Pergi ke tempat yang semula kutinggalkan hanya demi mengetahui keadaanmu. Bapak yang sedang mencabuti rumput liar terkesiap. Sedikit kaget. Tapi kau hanya melempar senyum. Bertanya kabar bapak dan emak di rumah. Angin semilir kala itu terekam jelas di ingatanku, Windari. Kau memetik bunga kamboja putih yang tengah mekar di dekat makam bapakmu usai menuntunku duduk di salah satu batu besar. Auramu tak menunjukkan setitik kesedihan. Sebaliknya, kau teramat bahagia, Windari. Itulah yang tidak kumengerti. Apa yang sebenarnya tengah terjadi padamu? “Yan, apa kau tak jenuh hanya melihat bunga kamboja berwarna putih?” Mendengar pertanyaanmu hanya membuatku mengerutkan dahi. Tapi, kau hanya membalas raut mukaku dengan tawa. Memang benar di pemakaman ini semua bunga kamboja berwarna putih, tapi apa perlu harus dipermasalahkan? Toh, nyatanya itu hanya bunga kamboja di pemakaman. Bukan untuk dinikmati sebagai hiasan, Windari. Terkadang, pemikiranmu membuatku semakin pening. “Meskipun hanya di pemakaman, tidak bolehkah ada warna lain di sini?” tanyamu seolah mendengar jelas isi kepalaku, “apa kau tak ingin menanam bunga kamboja berwarna merah muda di sini?” Kau tidak perlu mendengar jawabanku. Kau selalu tahu itu. Bagimu, bahasa diamku adalah jawaban terbaik yang menjadi setiap pertanyaanmu. Kau selalu begitu, Windari. Tapi, aku menyukainya. “Aku masih menari, Yan,” ucapmu tibatiba, “meski bukan lagi sebagai penari yang ditonton. Aku senang, Yan. Aku senang meski hanya mengajari menari gandrung.” Kau membalas senyumku, Windari. Kau terlihat amat bahagia. “Mulanya aku juga khawatir, Yan. Aku tidak menjadi diriku lagi. Itu hal yang paling aku takuti. Tapi, sekarang aku tak perlu khawatir lagi, Yan. Aku masih bisa mengajar menari, maka identitasku tidak akan hilang kan, Yan?” Aku mengangguk. Menanggapimu dengan anggukan kurasa cukup.

Mengiyakan apa yang kau yakini, Windari. Windari. Lihatlah, Windari. Di hadapanku kini, bunga kamboja berwarna merah muda sedang mekar, Windari. Ahh, sudikah kau kembali? Aku sudah menanamnya. Ini adalah satu-satunya bunga kamboja berwarna merah muda di pemakaman ini, Windari. Aku menanamnya untukmu. Mewujudkan permintaanmu. Tak bisakah kau kembali, Windari? Angin yang berkesiur ringan mengantarkanku lagi pada ingatan itu. Saat siang yang amat terik tiba-tiba dibungkus hujan lebat. Bukannya berteduh, kau malah berlari ke tengah jalan raya. Menerjang hujan dan padatnya lalu lintas. Kau tahu Windari? Jika aku diberi kesempatan kembali pada saat itu, aku akan menahanmu. Berlama-lama menikmati riasan yang luntur dari wajahmu. Kau tidak keriput. Windari, kau masih cantik seperti dulu. Aku tahu, Windari. Kau tak bisa melupakan kematian bapakmu. Terlindas truk gandeng saat mengejarmu yang ingin kabur dengan lelaki bajingan yang mengelabuimu. Tapi haruskah rasa bersalahmu dibayar dengan kau menyelamatkan bapak tua? Kenapa kau harus membayar lukamu dengan mengorbankan diri Windari? Ahh, seharusnya aku segera menabur kembang di atas makammu bukan? Bagaimana? Kau suka dengan bunga kamboja ini? Warnanya merah muda dan dia sudah mekar. Penulis adalah mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia dan Juara III Kompetisi Penulisan Cerpen Majalah Komunikasi 2017

"Bagimu,

bahasa diamku adalah jawaban terbaik yang menjadi setiap pertanyaanmu" Tahun 40 Maret-April 2018|

35


Rancak Budaya

Potret Pendidikan Indonesia dalam Jembatan Pensil oleh Khuswatul Kholifah

“Film ini sangat inspiratif, penuh dengan nilai-nilai edukasi. Film ini menceritakan perjuangan seorang anak yang hidup serba kekurangan, tapi bisa sukses," kata Rusman Emba, Bupati Kabupaten Muna"

B

eberapa waktu lalu, media sosial sempat heboh dan viral dengan berita anak-anak sekolah yang harus bergelantungan di jembatan tali untuk berangkat dan pulang sekolah. Dengan arus sungai yang deras, nyawa para penerus bangsa ini amat dipertaruhkan. Sangat miris ketika hal tersebut masih terjadi di negara Indonesia. Potret tersebut tergambar dalam film Jembatan Pensil. Bermula dari kisah Inal, Nia, Yanti, Aska, dan Ondeng yang sangat bersemangat untuk belajar di sekolah gratis yang telah dibangun oleh Pak Guru. Inal seorang bocah laki-laki tuna netra dan Ondeng yang menderita ‘keterbelakangan’ tidak mengenal kata lelah dan sangat menikmati masa-masa sekolah dengan riang gembira. Meskipun setiap harinya mereka harus berangkat dan pulang sekolah melewati jalan yang berliku dan berbahaya. Ondeng memiliki bakat terpendam dalam bidang seni, yakni menggambar. Dia sangat suka membuat sketsa dengan pensil. Dia selalu sibuk dengan bakatnya tersebut, baik di dalam maupun di luar sekolah. Ia juga sering menggambar ayahnya yang seorang nelayan dan jembatan kayu rapuh yang setiap hari dilaluinya bersama teman-temanya. Impian terbesarnya adalah membangun jembatan rapuh tersebut, bahkan ketika jembatan itu roboh tepat saat mereka melintasinya hingga mereka tercebur ke sungai kotor berarus deras. Semangat belajar mereka tidak hanyut bersama derasnya air sungai. Mereka masih terus berjalan tertatih menuju sekolah

36 | Komunikasi Edisi 315

dengan pakaian yang lusuh dan basah. Selain menceritakan perjuangan hebat para calon pemegang kuasa Indonesia, film ini juga melukiskan betapa berartinya seorang sahabat serta bagaimana cara menerima kelebihan dan kekuranganya. Terekam dengan haru bagaimana sikap temanteman Ondeng dan Inal dalam menerima kekurangan mereka. Persahabatan yang kental di antara mereka semua dapat menguras air mata siapapun yang menonton film ini. Film garapan sutradara kondang Hasto Broto ini menggandeng sejumlah artis ternama Indonesia yang tak diragukan lagi kemampuanya dalam dunia akting. Sejumlah artis itu ialah aktor muda Kevin Julio, aktris senior Meriam Bellina, Agung Saga, Didi Mulya, Alisia Rininta dan masih banyak lagi. Film yang diproduseri oleh Grahandika Visual ini telah rilis pada 7 September 2017 lalu. Latar pembuatan film berada di salah satu Daerah Tingkat II, Provinsi Sulawesi Tenggara. Eksplorasi pesona wisata di Kabupaten Muna ini dilakukan sebagai ajang promosi destinasi wisata agar pulau yang dikatakan mirip Raja Ampat tersebut dikenal oleh masyarakat luas, baik nasional maupun mancanegara. Penayangan film ini diharapkan tak hanya memberikan nilai edukasi kepada generasi muda, melainkan juga sebagai ajang promosi destinasi wisata di Kabupaten Muna. Penulis adalah mahasiswa Jurusan Sastra Jerman dan Harapan I Kompetisi Penulisan Pustaka Majalah Komunikasi 2017


Ibu Permata Hatiku Karya : Syafira Putri Ramadhani

Ibu Disaat aku masih bisa menjamahmu Raga ini selalu membuat hatimu terluka Entah, berapa luka yang aku goreskan Tapi kau tak pernah membalas goresan itu Entah berapa butir air mata yang kau teteskan Tapi kau masih tak membalas tetesan itu Ibu Sekantong darah yang berhamburan Segelintir harapan dengan ketidakpastian Kau masih tetap saja bertahan Betapa bodohnya aku yang tak pernah bisa melihat Besarnya kasih sayang dan pengorbanan yang kau berikan Ibu Setiap kali aku khilaf Kau hukum aku dengan nasihat Setiap kali aku menderita Di malam hari kau bersholawat dan bermunajat Setiap kali aku terluka Kau obati dengan semangat dan canda Dan ketika aku mencapai bahagia Syukurmu kepada tuhan luar biasa Ibu Cintamu padaku Tak terlukis oleh waktu Sayangmu padaku Tak ternilai dan tak terperih Ibu Ini hari ibu Jasamu terpahat slalu di kalbu Tak kuasa aku membalas budimu Dengan apa harus kucurahkan itu Sekedar sehelai selendang berwarna biru Yang pernah kau buat menggendongku Kuberikan padamu Ibu Semoga selendang birumu Menjadikan pelangi dalam hidupku Tuk menggapai cita citaku Trenggalek, 18 Juli 2017 ilustrasi oleh : Krisnawa Adi Baskhara

Penulis adalah mahasiswa Jurusan Pendidikan Psikologi dan Harapan III Kompetisi Penulisan Puisi Majalah Komunikasi 2017


oleh Jonathan Viola Christian

Seluruh civitas academica UM dapat mengirimkan karya komik dengan tematema bebas dalam bentuk soft file Seluruh civitas akademika UM dapat mengirimkan karya berupa komik dengan bebas dalam bentuk yang dikirim langsung ke Kantor Redaksi Majalah Komunikasi Gedung Graha Rektorat Lantai II UM atau soft file yang dikirim langsung ke Kantor Redaksi Majalah Komunikasi Gedung A3 Lantai III UM atau via email: via email: komunikasi@um.ac.id selambat-lambatnya tanggal 25 Meidisertai 2018 disertai lokasi danfakultas, identitas diri komunikasi@um.ac.id selambat-lambatnya tanggal 25 November 2016 identitas dirifoto (nama, jurusan, danfakultas, nomor HP). (nama, jurusan, dan nomor HP). Komik yang dimuat mendapat imbalan atau penghargaan Tahun 40 Maret-Aprilyang 2018|

Edisi 315 38 | Komunikasi sesuai.

35


Rezeki telah dikandungnya dari dalam tanah Ibu pertiwi senantiasa melahirkan 'anak-anaknya' untuk menghidupi manusia Nama : Desy Bariyyatul Q. Fak/Jur : Ekonomi/ Manajemen Lokasi : Pasar Besar Malang

Melihat, mendengar, merasa. Anugerahi pendidikan dengan apresiasi Nama : Yolanda Akadiana Fak/Jur :Ekonomi/Akuntansi Lokasi : Jalan Idjen Malang

Aroma kabut khasmu mengheningkan keadaan. Menyatu bersama senyap yang bermakna. Nama : Ratna Widi Astuti Fak/Jur : Imu Sosial/Hukum dan Kewarganegaraan Lokasi : Bedugul, Bali

Jangan bergantung pada hal yang tak pasti. Bergantunglah pada diri sendiri dengan bantuan Yang di Atas Nama : Ilham Abdul H. Fak/Jur : Sastra/Seni dan Desain Lokasi : Taman Trunojoyo Malang

Seluruh civitas academica UM dapat mengirimkan karya fotografi dengan tema dan tempat bebas dalam bentuk soft file yang dikirim langsung ke Kantor Redaksi Majawwqlah Komunikasi Gedung Graha Rektorat Lantai II UM atau via email: komunikasi@ um.ac.id selambat-lambatnya tanggal 25 Mei 2018 disertai lokasi foto dan identitas diri (nama, fakultas, jurusan, dan nomor HP). Foto yang dimuat mendapat imbalan atau penghargaan yang sesuai.



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.