ilustrasi oleh : Nur Aviatul Adaniyah
DAFTAR ISI
dok. Pribadi
COVID-19 telah menjadi pandemi bagi dunia. Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan sejumlah imbauan, salah satunya seruan #dirumahaja. Selaku lembaga pendidikan dalam naungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Universitas Negeri Malang (UM) turut berperan mencegah penyebaran COVID-19 ini. UM membentuk satuan tugas (satgas) COVID-19 UM dengan tugas pokok peningkatan kewaspadaan, pencegahan, dan pengendalian pandemi COVID-19 di lingkungan UM. Bagaimana upaya berkelanjutan yang dilakukan UM? Simak informasi lengkapnya di rubrik Laporan Utama!
20
dok. Humas UM
Bersama UM Hadapi Covid-19 SALAM REDAKSI 4
6
SURAT PEMBACA 5 LAPORAN UTAMA OPINI 10
Taklukan Tantangan, Berguru pada Pengalaman
SEPUTAR KAMPUS 12
Berkontribusi untuk negeri adalah cita-cita mulianya. Tak kenal lelah dalam berikhtiar adalah jalan yang ditempuhnya. Amanah sebagai pemimpin di berbagai macam bidang ia emban dipundaknya. "Prof Markus", demikian sering disebut namanya. Yuk simak obrolan seru kru Komunikasi bersama Dr. Markus Diantoro, M. Si! Cek halaman Profil yaa!
LAPORAN KHUSUS 22 UP TO DATE 23 CERITA MEREKA INFO 26
Salah satu cara untuk mengoleksi beragam suvenir dari berbagai negara adalah dengan mengunjungi negara tersebut. Namun, cara yang berbeda ditempuh oleh Christian Hadhinata. Memiliki hobi filateli, mahasiswa Teknik Sipil ini telah 'menjelajahi' berbagai belahan dunia dengan selembar prangko. Beragam suvenir hingga surat dari kerajaan telah dia terima. Penasaran bagaimana ceritanya? Yuk, simak cerita selengkapnya di rubrik Cerita Mereka!
PUSTAKA 31 WISATA RANCAK BUDAYA 34 KOMIK 38 LENSA UM 39
Dunia Pariwisata Sekarat dalam Dekapan COVID-19
Merebaknya pandemi jadi sebab pincangnya berbagai sektor industri, termasuk industri wisata. Beberapa tempat wisata di Blitar telah di ujung tanduk, bahkan beberapa sudah ditutup. Lalu, bagaimana nasib para pegawainya dan bagaimana pengelola wisata mempertahankan tempat wisatanya untuk persiapan menyambut new normal? Simak liputan lengkapnya di rubrik Wisata!
CURHAT 30
32
dok. Komunikasi
dok. Pribadi
Dari Inggris hingga Afrika Christian Jelajahi Dunia via Postcrossing
24
PROFIL
Tahun 41 Mei - Juni 2020 |
3
Salam Redaksi
STT: SK Menpen No. 148/ STT:DITJEN SK Menpen No. 148/ SK PPG/STT/1978/ SK DITJEN tanggal 27PPG/STT/1978/ Oktober 1978 tanggal 27 Oktober 1978
oleh Tika Dwi Tama
S
aat ini dunia sedang berjuang melawan musuh yang tak kasat mata. Pandemi Covid-19 yang melanda dunia di awal tahun 2020 telah mengubah seluruh tatanan kehidupan dalam waktu sekejap. Dunia seakan tidak berdaya dalam menghadapi pandemi ini. Laju angka penemuan kasus Covid-19 terus meningkat dan semakin meluas ke seluruh penjuru dunia. Situasi ini meluluhlantakkan berbagai sektor kehidupan, mulai kesehatan, industri, ekonomi, pemerintahan, transportasi, hingga pariwisata. Sektor pendidikan juga tak luput dari kerasnya hantaman pandemi ini. Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayan (Kemendikbud) merespons kondisi ini dengan mengeluarkan berbagai kebijakan pendidikan di masa darurat Covid-19. Universitas Negeri Malang (UM) tentu tidak hanya tinggal diam. UM terpanggil untuk memberikan kontribusi nyata dalam menanggulangi pandemi ini. UM membentuk Tim Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 sebagai langkah strategis dalam meningkatkan kewaspadaan dan melakukan tindakan pencegahan maupun pengendalian Covid-19 di lingkungan UM. Surat edaran Rektor tentang pencegahan penyebaran COVID-19 di lingkungan UM tanggal 16 Maret 2020 semakin menegaskan keseriusan UM dalam menyikapi Covid-19. Beberapa kebijakan yang diterapkan meliputi pengaturan kegiatan akademik, nonakademik, dan pelayanan administrasi yang mengacu kepada protokol kesehatan dan kewaspadaan Covid-19. Kebersihan lingkungan UM juga menjadi salah satu fokus utama upaya pencegahan Covid-19. Kegiatan penyemprotan desinfektan dilakukan di beberapa titik strategis, khususnya fasilitas publik secara periodik. Kebijakan pembatasan fisik (physical distancing) yang digalakkan untuk memutus rantai penyebaran Covid-19 menyebabkan perubahan yang signifikan pada pola kehidupan kampus. Kegiatan belajar mengajar yang awalnya dilakukan secara tatap muka harus dialihkan menjadi pembelajaran jarak jauh/daring. Kerja dari rumah (work from home) dan belajar dari rumah (study from home) menjadi rutinitas baru yang harus dijalani di masa pandemi. UM tak segan memfasilitasi mahasiswa dengan memberikan bantuan paket data agar proses pembelajaran berlangsung tanpa hambatan.
dok. Pribadi
Tebarkan Energi Positif di Masa Pandemi Tidak cukup sampai di situ, UM juga menggalang donasi dengan sistem satu pintu dan menerapkan kebijakan pemotongan remunerasi dosen dan tenaga kependidikan sebagai bentuk solidaritas dalam penanganan Covid-19. Hasil dari kegiatan ini disalurkan dalam bentuk pemberian bantuan bahan makanan dan vitamin kepada berbagai pihak yang terdampak, seperti mahasiswa dan warga di sekitar lingkungan UM, pemberian donasi yang diserahkan kepada Pemerintah Kota Malang, serta pemberian bantuan alat pelindung diri (APD) ke berbagai rumah sakit di wilayah Malang Raya. Situasi pandemi janganlah menjadi penghalang untuk tetap produktif dan menebarkan manfaat. Masa pandemi ini hendaknya dijadikan sarana untuk menggali potensi diri, mengerahkan, dan menghimpun semua energi untuk melakukan kegiatan-kegiatan positif. Penguatan modal sosial memegang peranan yang penting dalam percepatan penanganan pandemi. Semua civitas UM dapat menjadi agen yang menyebarkan energi positif sehingga dapat menstimulus munculnya ide kreatif dan inovasi yang solutif untuk memerangi Covid-19. Di sisi lain, situasi darurat pandemi yang telah berlangsung lebih dari dua bulan ini juga menimbulkan rasa jenuh dan bosan. Berbagai informasi yang beredar mengenai Covid-19 terkadang membuat rasa takut dan cemas datang menghampiri. Tetap berpikiran positif, terapkan pola hidup sehat, saling memberikan dukungan, dan tingkatkan kualitas keimanan agar kondisi kesehatan dapat terjaga secara pandemi, baik psikis, fisik, sosial, maupun spiritual. Sebagai civitas UM, mari kita berikan kontribusi terbaik untuk mencegah dan mempercepat penanganan pandemi COVID-19. Gunakan energi positif yang kita miliki dengan sebaik- baiknya dan bersatu melawan serangan pandemi ini. Tetap jaga kesehatan, berpikir positif, dan patuhi protokol yang ditetapkan Pemerintah. Semoga kita semua dapat mengambil hikmah dari pandemi COVID-19 dan optimis bahwa pandemi ini segera berakhir. Penulis adalah dosen Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat dan anggota penyunting majalah Komunikasi
KOMUNIKASI • Majalah Kampus Universitas Negeri Malang • Jalan Semarang No. 5 Graha Rektorat lantai 2 Telp. (0341) 551312 Psw. 354 • E-mail: komunikasi@um.ac.id • Website: http://komunikasi.um.ac.id • Instagram: @komunikasi_um KOMUNIKASI diterbitkan sebagai media informasi dan kajian masalah pendidikan, politik, ekonomi, agama, dan budaya. Berisi tulisan ilmiah populer, ringkasan hasil penelitian, dan gagasan orisinil yang segar. Redaksi menerima tulisan para akademisi dan praktisi yang ditulis secara bebas dan kreatif. Naskah dikirim dalam bentuk softdata dan print out, panjang tulisan 2 kwarto, spasi 1.5, font Times New Roman. Naskah yang dikirim belum pernah dimuat atau dipublikasikan pada media cetak manapun. Tulisan yang dimuat akan mendapatkan imbalan yang sepantasnya. Redaksi dapat menyunting tulisan yang akan dimuat tanpa mengubah artinya. Tulisan dalam Komunikasi tidak selalu mencerminkan pendapat redaksi. Isi di luar tanggung jawab percetakan PT Antar Surya Jaya Surabaya.
4 | Komunikasi Edisi 328
Pembina Rektor (AH. Rofi’uddin) Penanggung Jawab Wakil Rektor III (Mu’arifin) Wakil Penanggung Jawab Hendra Susanto Ketua Pengarah Sucipto Ketua Penyunting Zulkarnain Wakil Ketua Djajusman Hadi Anggota Yusuf Hanafi Muslihati Evi Susanti M. Nuruddin Zanky Dila Umnia Soraya Kun Sila Ananda Tika Dwi Tama Ike Dwiastuti Redaktur Pelaksana Nida Anisatus Sholihah Editor Azizatul Qolbi Fitriyanti Bunga Layouter Nadifah Adya Ilham Desainer dan Ilustrator Nur Aviatul Adaniyah Reporter Umi Nahdhiah Tanzilla Yulia Ageng Nur Nilam Ayu S. M. Irkhamin Azril Azi Famba Safira Putri H. Nurul Laili Rohmatin Zahira Alfiani Niken Puspitsari M. Izam Masroir Administrasi Taat Setyohadi Su’udi Suhartono Ekowati Sudibyaningsih Oni Irawan Nur Cholisah Elok Kanthiasih Hadi Mulyono Distributor Adi Santoso
Surat Pembaca
Ketentuan Mengirim Berita KKN
Bersatu memutus pandemi #dirumahaja Cover Story
Repro Internet
Waalaikumsalam, Wr. Wb. Dear Izam, Terima kasih telah mengapresiasi majalah Komunikasi UM. Kami selalu berusaha memberikan berita-berita menarik, up to date, dan terbaik untuk pembaca. Apabila pembaca ingin mengirimkan berita dapat dikirim langsung ke surel komunikasi@um.ac.id. Syaratnya: (1) berita harus mengandung unsur 5W+1H, (2) berita dikirim maksimal dua hari setelah pelaksanaan kegiatan, (3) panjang berita 150-200 kata, dan (4) berita harus disertai foto kegiatan. Kami tunggu berita kegiatan kalian, ya. Salam, Redaksi
Nur Aviatul Adaniyah
Assalamualaikum Wr. Wb. Saya Izam, mahasiswa Pendidikan Sejarah. Saya sangat mengapresiasi perjuangan kru majalah Komunikasi UM yang rela meluangkan waktu dan tenaganya untuk menulis berita meski di tengah pandemi. Reportase yang disajikan selalu aktual dan berkualitas. Sebagai pembaca setia majalah Komunikasi, saya juga ingin mengirimkan berita tentang kegiatan selama KKN untuk dimuat di Komunikasi. Apa saja ketentuan yang harus dipenuhi agar berita saya dimuat? Terima kasih atas tanggapannya. Semoga majalah Komunikasi jaya selalu! Amin. Salam Muchammad Izam Masro’ir S-1 Pendidikan Sejarah
Hiduplah kamu seperti akan mati besok, dan berbahagialah seperti kamu akan hidup selamanya B.J. Habibie
ilustrasi oleh : Nur Aviatul Adaniyah
Tahun 41 Mei - Juni 2020 |
5
dok. Humas UM
Laporan Utama
Mahasiswi yang telah menerima donasi
UM Bersinergi Hadapi Covid-19
P
6 | Komunikasi Edisi 328
andemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) sudah menjadi musuh bersama semua orang di dunia. Bagaimana tidak, banyak manusia terinfeksi virus ini, termasuk di Indonesia. Salah satu daerah di Indonesia yang menjadi zona merah penyebaran Covid-19 adalah Malang Raya. Semua masyarakat merasakan dampak pandemi ini. Semua serba dilakukan dari rumah, mulai dari bekerja, belajar, dan beribadah. Lalu, bagaimana nasib mahasiswa yang tidak sempat kembali ke kampung halaman saat pandemi ini sudah merebak di Malang? Pastinya mereka dianjurkan untuk tetap berada di kos masing-masing. Namun, pasti banyak juga kendala yang dihadapi mahasiswa ini, seperti perlunya memenuhi kebutuhan sehari-hari dan biaya hidup. Persoalan ini menggelitik Universitas Negeri Malang (UM) untuk ikut ambil bagian. Berbagai upaya telah dilakukan UM selama beberapa bulan terakhir. Berikut ulasan lengkapnya. Dasar UM Ikut Ambil Bagian Menanggulangi Pandemi Covid-19 UM memiliki dua dasar. Pertama, secara formal UM sebagai institusi pemerintah yang jalur ko mandonya mengikuti institusi pusat. Kedua, secara geografis UM sebagai institusi pemerintah yang
berada di wilayah Malang. Dasar hukum formal yang dipakai UM di antaranya press release Pre siden Republik Indonesia (RI) tanggal 15 Maret, Surat Edaran (SE) Kemenkes RI, SE Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), dan SE (Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti). UM merespons melalui SE Rektor tertanggal 16 Maret tentang Pencegahan Penyebaran Covid-19. Selain itu, UM sebagai komponen ne gara dan bagian tak terpisahkan dari masyarakat tentu terpanggil untuk berkontribusi nyata dalam pencegahan penyebaran wabah ini. Secara formal, UM mulai aktif membantu upaya penanggulangan Covid-19 sejak ditetapkan SE Rektor Nomor 16.3.39/UN32/KL/2020 tanggal 16 Maret 2020 dan dilanjutkan dengan pembentuk an Satuan Petugas (Satgas) Covid-19 UM. Tugas pokok Satgas Covid-19 UM meliputi peningkatan kewaspadaan, pencegahan, dan pengendalian pandemi Covid-19 di lingkungan UM. Pelopor dan Partisipan Kegiatan Penanggulangan Covid-19 di UM “Rapat pimpinan (rapim) yang dipimpin rektor mengawali diskusi informal melalui forum grup What’sApp (WA) merespons dan mengantisipasi
dok. Humas UM
Antrean mahasiswa penerima donasi terdampak COVID-19
Penyerahan donasi kepada garda terdepan Covid-19 oleh WR 3 UM
dok. Humas UM
kondisi perkembangan Covid-19 ini. Sebab, saat press release itu kebetulan perkuliahan libur,” ungkap Prof. Dr. Markus Diantoro, M.Si. selaku Koordinator Satgas. Civitas UM, LP2M, Tim K3, poliklinik, humas, UKM KSR, dan HMJ Ilmu Kesehatan Masyarakat UM dilibatkan dalam satgas. Adapun pihak eksternal yang bekerja sama dengan UM ialah Gugus Tugas Malang Kota dan Malang Raya. “Saya perlu tekankan di sini bahwa tim donasi hanya merupakan bagian kecil dari program kegiatan satgas dalam menangani pencegahan pandemi Covid-19. Masih banyak tugas satgas yang lain,” imbuhnya. Pengelompokan Penerima Bantuan Secara garis besar penerima bantuan dari UM dikelompokkan menjadi dua, yaitu penerima dari internal dan eksternal UM. Dari pihak internal UM penerimanya para mahasiswa dari luar Malang yang masih tinggal di Malang dan mahasiswa asli Malang yang menerima beasiswa Bidikmisi. Seda ngkan kelompok penerima eksternal UM dikelompokkan lagi menjadi dua. Pertama, warga sekitar kampus yang dinilai terkena dampak langsung dari kampus UM seperti pemilik kos dan warung. Kedua, warga yang berada di luar lingkup di atas. Kelompok kedua ini dibagi lagi menjadi perorangan dan institusi. Secara umum, institusi yang menjadi sasaran adalah Pemerintah Kota (Pemkot) Malang, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malang, dan Pemkot Batu, serta beberapa rumah sakit dan klinik kesehatan yang dinilai berkontribusi dalam pela yanan dan penanganan Covid-19. “Meliputi fasilitas kesehatan (faskes) di Malang Raya, Jombang, dan Gresik,” ujar Ifa Nursanti, S.AP., Kasubag Humas UM. Kelompok eksternal lain adalah perorangan seperti tukang becak, ojek online (ojol), dan sejenisnya. Mekanisme Pelaksanaan Donasi yang Diselenggarakan UM Dua kegiatan besar di tim donasi sebagai subunit Satgas Covid-19 adalah koordinasi satu pintu, penggalangan, dan penyaluran donasi. Donasi berasal dari tiga sumber, yaitu warga UM dan masyarakat umum, gaji remunerasi UM, dan anggaran dana UM. Semua warga UM dapat bergabung dalam penggalangan dana melalui mekanisme satu pintu. Sedangkan, untuk penentuan penyaluran donasi dikoordinasikan dengan berbagai pihak seperti pemkot, pemkab, IDI, ACT, dan ketua RT atau RW. “Bentuk donasi yang diberikan berupa alat perlindungan diri (APD), sembako, uang, serta masih banyak lagi,” tutur Markus yang juga menjabat sebagai Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M) UM tersebut. Bentuk donasi lain yang disalurkan berupa baju hazmat, masker, handsanitizer, dan face shield yang umumnya disumbangkan ke pemkot dan instansi kesehatan. Adapun
dok. Humas UM
Laporan Utama
Pendistribusian bantuan oleh tim satgas COVID-19 UM
Tahun 41 Mei - Juni 2020 |
7
Laporan Utama
donasi bahan makanan, multivitamin, dan sembako disalurkan ke individu seperti mahasiswa, warga terdampak sekitar UM, atau pihak eksternal lain. Pemberian bahan makanan kepada mahasiswa dan warga sekitar UM sudah dilakukan beberapa kali. Beberapa kelompok ada yang memperoleh sekali, dua kali, ada yang tiga kali seperti mahasiswa luar Malang yang masih tinggal di Malang. Keberlanjutan pemberian bantuan ini akan ditinjau dan disesuaikan dengan kondisi. Apakah dalam kegiatan donasi ini termasuk atau melibatkan donasi yang diadakan oleh ormawa? Total donasi yang sudah dikumpulkan dan disalurkan oleh UM kepada sasaran berupa uang melalui transfer rekening satgas, OVO, dan DANA sekitar Rp145.000.000,00. Donasi berupa makanan siap saji, bahan makanan awet atau tidak awet yang disalurkan langsung atau digabung dalam paket makanan lain, serta dana donasi dari dosen dan tendik melalui gaji remunerasi sekitar Rp295.000.000,00. Ini di luar paket internet untuk mahasiswa dan pengeluaran lain. “Lebih detailnya, donasi yang terkumpul sampai dengan (19/5) sebesar Rp459.845.381,” terang Ifa. Pemotongan Remunerasi Dosen dan Tendik “Pemotongan gaji remunerasi dosen dan tendik dilakukan sebagai wujud kepedulian civitas UM terhadap pandemi Covid-19 di Malang Raya khususnya,” kata wanita yang akrab disapa Bu Ifa itu. “Pemotongan ini hanya masalah teknis atau cara, karena dengan pemotongan ini dosen dan tendik dibantu menyalurkan untuk berdonasi. Komponen besar potongan dan pelaksanaannya dikoordinasikan dalam rapim,” ulas Markus di kesempatan yang berbeda. Tanggapan dari para dosen dan tendik cukup baik. Mereka justru senang ketika diingatkan dan dibantu dalam berdonasi. Sebe lumnya, UM pernah melakukan pemotongan remunerasi saat terjadi bencana nasional di Palu dan Lombok. Mekanisme Kerja Sama dengan Tel-
8 | Komunikasi Edisi 328
komsel dan Indosat Selain memberikan donasi, UM juga memberikan paket data internet kepada seluruh mahasiswa. “Paket data ini bukan secara gratis didapatkan UM. UM membeli seperti biasa. Teknis pembelian dalam jumlah besar diakukan melalui mekanisme standar pengadaan agar dapat dipertanggungjawabkan,” terang pria yang lahir 44 tahun silam ini. Mekanismenya, provider memberikan surat penawaran ke UM dan beberapa alternatif paket data. Setelah ditentukan oleh UM, dilakukan kontrak kerja sama antara UM dengan provider. Proses berikutnya adalah injeksi paket data dari provider ke nomor HP masing-masing mahasiswa. Komunikasi ke provider perusahaan penyedia paket data internet dikoordinasi oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat Tekonologi Informasi dan Komunikasi (PTIK) dan pengadaan tetap melalui Unit Layanan Pengadaan (ULP) UM, Kendala yang dihadapi selama proses pemberian paket data kepada mahasiswa adalah banyaknya nomor telepon para mahasiswa yang berubah, sehingga provider tidak dapat melakukan injeksi paket data. Beberapa mahasiswa juga memiliki nomor telepon dari penyedia atau provider yang tidak terkenal sehingga kesulitan dalam pengadaan paket tersebut. Bekerja Sama dengan Beberapa Jurusan APD berupa masker kain juga diproduksi UM bekerja sama dengan Jurusan Tata Busana. APD jenis lain seperti baju hazmat bekerja sama dengan Aliansi Alumni Tata Busana UM. Tidak hanya dengan Jurusan Tata Busana dari Fakultas Teknik, UM juga menggandeng Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) dalam penyediaan hand sanitizer, lorong desinfeksi anti Covid-19, anjungan pengukur suhu mandiri, ultraviolet (UV) portable, dan UV meter digunakan dalam kampus. Markus menyampaikan kendala yang dihadapi dalam produksi tersebut se perti kelangkaan barang dan komponen elektronika, serta sarana transpor-
tasi yang terbatas. Doa Bersama Daring Warga UM Di samping berusaha secara maksimal, UM juga mengggelar doa bersama dengan Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Pembelajaran (LP3) UM pada Jumat (8/5). Kegiatan itu dilaksanakan di Masjid Al-Hikmah UM dan peserta mengikuti secara daring . “Doa bersama secara formal yang dikoordinasi oleh UM dan disiarkan live streaming dilakukan satu kali selama ini. Namun, masih ada kegiatan formal yang dilakukan unit dan kelompok warga UM yang tidak dicatat di sini,” ungkap Markus. Tanggapan Mahasiswa dan Warga Sekitar UM yang Mendapatkan Bantuan “Secara umum mahasiswa sangat senang, kami punya beberapa bukti chat dan kiriman videonya. Warga masyarakat juga menyampaikan hal yang sama, baik disampaikan secara individu maupun perwakilan. Ucapan terima kasih secara formal dalam bentuk surat tertulis juga diterima satgas,” imbuhnya. Senada dengan Markus, Humas UM juga mendapat kesan serupa. “Tanggapan mahasiswa dan warga ketika menerima sangat senang dan bersyukur, UM sangat peduli pada masa pandemi COVID-19 ini,” ujar Ifa. Tidak ada keluh kesah dalam pengertian komplain secara formal yang disampaikan penerima bantuan kepada UM. “Keluhan di sini mungkin lebih berupa pertanyaan yang diajukan kepada pihak UM karena mungkin tidak semua informasi tersampaikan dengan jelas,” jelas Markus. Di sisi Humas UM, Ifa me nerangkan tidak ada keluhan. “Sejauh ini tidak ada keluhan, bahkan warga secara langsung dapat mengajukan kebutuhan yang berhubungan dengan pencegahan COVID-19 seperti masker, disinfektan, wastafel, dan sabun cuci tangan,” tutur perempuan berkacamata tersebut. Kebijakan yang Diambil UM dalam Penanggulangan Covid-19 Banyak kebijakan yang telah diambil oleh UM. Tim humas sebagai unit resmi yang menyuarakan hal ini telah
dok. Humas UM
Laporan Utama
WR 3 UM bersama koordinator satgas COVID-19 UM memberikan bingkisan kepada mahasiswa
menyampaikan dalam berbagai forum. Rektor juga telah menyampaikan dalam web seminar (webinar) di salah satu media. “Saya sebagai koordinator juga telah menyampaikan dalam webinar pada 3 Juni 2020, dan dalam berbagai forum Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) Jawa Timur (Jatim), yaitu LP2M Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan Negeri Indonesia (LPTKNI),” pungkas Markus. Kebijakan tersebut terkait dengan perkuliahan, pelaksanaan kuliah di lapangan, masyarakat, penggunakan laboratorium, fasilitias umum internal maupun eksternal, dan lain-lain yang dikeluarkan dalam bentuk SK atau SE. UM juga telah mengeluarkan Pengumuman Nomor 2.6.32/UN32.I/KM/2020 tentang Registrasi Mahasiswa Semester Gasal Tahun Akademik 2020/2021, tertanggal 2 Juni 2020. Dalam pengumuman ini mahasiswa yang orang tua/ walinya terdampak Covid-19 diberi keringanan penundaan pembayaran/ penurunan UKT/biaya pendidikan. Aturan-aturan baru juga diberlakukan untuk mencegah penyebaran Covid-19 di lingkungan UM. Salah satu yang dia-
tur dalam Surat Edaran Nomor 8.6.35/ UN32/TU/2020 tentang Pengaturan Aktivitas Kampus Universitas Negeri Malang dalam Masa Pandemi Covid-19 adalah mahasiswa baru. Registrasi ulang mahasiswa baru dilakukan secara daring dan pembuatan Kartu Tanda Mahasiswa (KTM) ditiadakan untuk sementara. Masa orientasi mahasiswa baru direncanakan secara daring dan dapat secara luring dengan menerapkan protokol Covid-19 UM. Penyelesaian tugas akhir (TA/skripsi/ tesis/disertasi) mahasiswa turut diatur. Mahasiswa dapat diizinkan ke kampus/ laboratorium dengan menerapkan pro tokol Covid-19 UM. Pembimbingan tugas akhir/skripsi/tesis/disertasi dilakukan secara daring. Ujian Akhir dilaksanakan secara daring atau dapat luring dengan izin khusus dari unit kerja bersangkutan. Mahasiswa pada masa terakhir studi yang hanya menempuh tugas akhir/skripsi/tesis/disertasi diberi dua ketentuan. Pertama, mahasiswa dapat diberi perpanjangan masa studi selama satu semester dengan tidak membayar UKT. Kedua, mahasiswa D-3/S-1 dapat diberikan kesempatan untuk menulis
artikel dan karya akademik lainnya sebagai pengganti skripsi. Pesan Kepada Mahasiswa UM yang Masih di Malang “Kami ingin menyampaikan kepada para mahasiswa yang berasal dari luar Malang, mohon dijaga kesehatannya. Biasakan hidup bersih dan sehat, membantu mencegah penyebaran dari diri sendiri dan keluarga, serta membantu menyebarkan informasi yang benar dari sumber yang benar,” harap ketua koordinator satgas UM. “Untuk kehadiran ke kampus harap mengikuti informasi resmi dari UM atau Satgas Covid-19 UM. Tentu juga ikuti protokol Covid-19 di daerah tempat tinggal. UM telah berupaya untuk memaksimalkan kinerja dosen dan tendik agar mahasiswa tidak dirugikan dna mahasiswa tetap dapat berkarya secara akademik dan nonakademik. Terus ikuti update informasi dari UM melalui Instagram atau informasi resmi dari laman resmi Humas UM. Terakhir, jangan lupa wajib berpartisipasi dalam survei dan deteksi dini SATGAS COVID-19 UM,” pungkas Markus mengakhiri wawancara. Irkhamin/Tanzilla.
Tahun 41 Mei - Juni 2020 |
9
Opini
ilustrasi oleh : Nur Aviatul Adaniyah
MATINYA KERTAS, MATINYA MANUSIA(?) oleh Muhammad Iqbal Fakhrul Firdaus
S
10 | Komunikasi Edisi 328
ebagian besar kertas menyimpan segudang informasi masa lalu untuk bekal menghadapi masa depan. Dapat dikatakan bahwa jika kertas memuat informasi masa lalu, kertas juga memuat informasi untuk masa depan. Sayangnya, kertas, terutama sebagai media penulisan ilmiah, perlahan mulai tersingkirkan. Kertas seolah tidak ada nilainya. Fungsi dan nilainya sebagai pemasok dan lumbung
pengetahuan telah bergeser. Seolah-olah, fungsi kertas h anya dibatasi untuk membungkus gorengan. Penulis sama sekali tidak menolak disrupsi pada zaman yang segera mengganti kertas dengan piranti elektronik karena peradaban secara kodrati bersifat dinamis dan saling mengganti. Contohnya, per adaban batu pada zaman litikum tersingkir bukan karena habisnya
batu, toh sampai sekarang batu masih banyak dijumpai. Peradaban batu punah karena penemuan berbagai unsur logam, seperti besi, tembaga, dan emas. Begitu pula dengan kertas yang dalam ambang kepunahan bukan disebabkan kelangkaan kertas, toh pohon berkayu sebagai bahan baku kertas dapat dengan mudah ditanam kembali sesuai kebutuhan. Bila suatu saat nanti hutan
Opini
semakin tipis hingga tak menyisakan pohon sebatang pun, kertas masih bisa didaur ulang. Sehingga, punahnya zaman kertas tidak ada hubungannya dengan punahnya kertas. Punahnya zaman kertas, khususnya dalam konteks ilmiah, lebih dikarenakan penemuan teknologi baru. Seharusnya ini menggembirakan. Namun, kalau ditelusuri lebih lanjut, penemuan teknologi ini berdampak buruk. Melalui mesin pencari otomatis, semua masalah menjadi tidak masalah. Berbagai informasi bermunculan secara cepat. Sayangnya, kemunculan informasi ini tidak dibarengi dengan filter yang memadai. Siapa saja bisa membuat informasi. Dunia digital terlalu “menjunjung” kesetaraan, sehingga setiap suara ditampung sedemikian rupa. Suara amatir de ngan suara profesional seolah sama. Maklum, semua bisa berlagak ahli di dunia maya. Sayangnya, berlagak ahli tidak menggembirakan sama sekali. Berlagak ahli serupa saja dengan berlagak tidak ahli. Tiada penghormatan untuk pengetahuan, yang oleh Tom Nichols (2018) disebut sebagai death of expertise, matinya kepakaran. Matinya kepakaran lebih disebabkan karena tidak ada filter memadai untuk segala informasi, bukan karena hilangnya budaya berpikir. Semua masuk begitu saja, makanan basi berbaur dengan makanan bergizi. Segala suara di media digital menjadi kebisingan. Tiada keheningan, tiada pula waktu untuk berkontemplasi, merenungkan informasi secara mendalam. Sebagai pengguna media digital, kita layaknya pemulung di antara gunung sampah, kotor-mengotori. Adab hanya menjadi hiasan. Berita dusta beredar sangat cepat. Keri butan menjadi sarapan pagi. Hujatan
menjadi camilan sehari-hari. Dendam menjadi teman tidur di malam hari. Bagaimana tidak, setiap hari dengan mudahnya kita menjadi korban cum pelaku penyebaran informasi secara serampangan. Memang sebagian dari kita masih serumah dengan anggota keluarga kita, tetapi pikiran dan hati kita seolah-olah tercerai-berai dengan penghuni rumah lainnya. Kita telah asing, terasing, dan mengasingkan diri. Kita makin tertutup dan menutup diri. Keasyikan dengan gawai membuat keluarga hanya menjadi background kehidupan. Bayangkan saja, setiap waktu senggang tiba, kita asyik de-ngan gawai dan segala informasi di dalamnya. Kita langsung membaginya ke seluruh kontak sembari membubuhi frasa “hanya share”, “sekadar mengingatkan”, dan sejenisnya. Bahkan saat ingin buang air, kita membawa gawai dan membagikan informasi di dalamnya lewat bilik tandas. Menjelang tidur, kita tidak lagi bercengkerama dengan keluarga. Di kamar tidur, di balik selimut, sembari memeluk bantal dan guling, kita mencerna berbagai macam informasi. Lama-lama, kita tertidur dalam kondisi “kekenyangan” informasi di gawai. Bangun pagi, telah berjibun informasi yang siap share. Bukan doa pagi atau bersih diri, yang dilakukan pertama kali adalah membagi setiap informasi tak tersaring itu. Bayangkan, alangkah brutalnya hidup kita: memulai hari dengan turut serta membagi informasi tak tersaring, lalu diakhiri tanpa klarifikasi, apalagi permohonan maaf, malah ada yang memendam amarah dan dendam. Bayangkan juga, kita tidur dengan informasi bodoh, kita bangun dengan informasi bodoh pula. Apa
bedanya tidur dengan terjaga? Harus disadari, bahwa semua itu dilakukan tanpa kesadaran, tanpa dominansi superego dalam diri. Bagaimana tidak, kita menjadi manusia grusa-grusu. Tiada lagi pembentukan tesis-antitesissintesis seperti dicetuskan oleh Hegel. Tiada lagi aktivitas membaca surat kabar setiap pagi. Dulu hidup kita dipandu oleh berita di surat kabar, piki ran kita dibentuk untuk berpikir kritis dan mendalam. Tidak aneh kemudian kalau saat itu setiap orang berusaha menumpuk segala pengetahuan dengan membaca sehelai demi sehelai kertas. Dengan sabar, kita mendalami dan merenungi segala informasi. Kini pengetahuan tidak ditumpuk di kepala lagi, tetapi di gawai, maklum saja kalau sekarang orang semakin suka berpikir pendek. Masihkah kita tidak berpikir bahwa inilah dampak dari “kematian” kertas? Tidak salah kalau penulis me ngatakan, matinya kertas, matinya manusia. Itu juga kalau manusia memang makhluk berpikir seperti disi ratkan dalam pitutur Rene Descartes, “cogito ergo sum” (aku berpikir maka aku ada). Kalau manusia sudah bukan makhluk berpikir, penulis meyakini bahwa matinya kertas tidak terkait dengan matinya manusia. Dus, apakah kita memilih menjadi makhluk berpikir atau sebaliknya? Penulis adalah mahasiswa Jurusan Pendidikan Psikologi
Tahun 41 Mei - Juni 2020 |
11
Seputar Kampus
Maksimalkan Potensi Mahasiswa, UM Tetap Langsungkan KKN Edisi Covid-19
D
nya masa kelulusan mahasiswa juga akan tertunda,” terangnya ketika diwawancarai oleh Kru Komunikasi. Tetap berlangsungnya KKN Edisi Covid-19 ini juga disiasati oleh UM sebagai langkah kontribusi mahasiswa UM untuk tetap membuat karyakarya inovatif. Karya-karya tersebut tentunya diharapkan bisa membantu masyarakat dalam pencegahan penyebaran Covid-19. KKN Edisi Covid-19 terbagi ke dalam 3 macam penempatan kelompok KKN. Kelompok pertama yaitu KKN Malang Raya Edisi Covid-19, penempatan lokasi KKN ditentukan oleh LP2M UM. Kelompok kedua yaitu KKN Pulang Kampung Edisi Covid-19, penempatan lokasi KKN ditentukan oleh mahasiswa organisasi daerah (orda) dengan tetap mengikuti pedoman KKN yang dibuat oleh LP2M UM. Kelompok ketiga yaitu KKN Tematik Program Studi Edisi Covid-19, penempatan lokasi KKN ditentukan oleh masing-masing prodi atau jurusan. “Mahasiswa yang melaksanakan KKN Edisi Covid-19 ini sebanyak 4341, ditempatkan di 239 desa yang berada di 20 kabupaten di provinsi Jawa Timur dengan jumlah dosen pembimbing sebanyak 165 dosen,” tegas Agung. Pembekalan pelaksanaan KKN juga dilakukan secara daring, berupa penayangan video melalui laman Youtube UM. Selain itu, sesi tanya jawab seputar teknis dan ketentuan KKN juga dilangsungkan melalui akun media sosial KKN UM.
Luaran yang diharapkan dari pelaksanaan KKN Edisi Covid-19 ini, bisa menghasilkan minimal 5 karya pengabdian yang dapat dimanfatkan dan mengedukasi masyarakat sasaran. Program kerja yang diciptakan atau dilaksanakan oleh mahasiswa dapat berupa perpaduan atau kombinasi antara pengabdian dan layanan masyarakat. Salah satu kelompok mahasiswa KKN pulang kampung Edisi Covid-19 juga menerapkan peraturan dan sistematika pelaksanaan KKN Edisi Covid-19 dengan mengerjakan proram kerja dari rumah masing-masing secara daring. “Program kerja yang akan kami usung ada 7 yaitu pembagian sembako, pembagian masker, pembuatan video profil desa, pembuatan website desa dan pengarsipan, penyuluhan Covid-19 dan pencegahannya yang akan ditayangkan di website desa, mendirikan posko Covid-19, dan pembuatan buku panduan terkait pupuk di desa Kertagena Laok Madura,” ujar Firdausi Ramadhan, salah satu mahasiswa pelaksana KKN Edisi Covid-19. Persiapan dan sebagian pengerjaan proker dikerjakan di rumah masing-masing. Namun, hasil dari proker mereka secara langsung diterapkan atau diberikan pada desa sasaran. “Harapannya, teman-teman tetap melaksanakan protokol kesehatan jika diharuskan melakukan proker lapangan dan tetap semangat dan kreatif untuk membuat produk karya pengabdian masyarakat meskipun berbasis online,” ujar Agung. Nurul
Pembukaan acara KKN Kertagena Laok
12 | Komunikasi Edisi 328
dok. Komunikasi
dok. Komunikasi
i tengah pandemi Covid-19, Universitas Negeri Malang (UM) tetap melangsungkan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) bagi mahasiswa yang telah menempuh beban studi sebanyak 100 sks dalam perkuliahan. KKN Edisi Covid-19 dirancang dengan tema KKN berbasis produk karya pengabdian. Berbeda dengan pelaksanaan KKN pada tahun-tahun sebelumnya yang melaksanakan program kerja lapangan, kelompok KKN Edisi Covid-19 lebih diarahkan untuk menciptakan produk pengabdian yang bermanfaat dan mengedukasi masyarakat sasaran secara daring. Dr. H. Agung Winarno, M.M., Kepala Pusat Sumber Daya Wilayah dan KKN UM menyebutkan bahwa selama berlangsungnya KKN (29/5-7/7), aturan pelaksanaan juga dibuat berbeda dari tahun sebelumnya. “Pertama, KKN dilaksanakan tidak berada di lokasi penempatan, melainkan secara daring di rumah masing-masing; kedua, kalau mahasiswa berkunjung ke desa penempatan, dibatasi maksimum 3 orang. Itu pun tidak boleh sering-sering pergi ke desa pe nempatan; dan yang ketiga, semua proses komunikasi dengan pihak desa atau lokasi penempatan dilakukan dengan model daring. Diharapkan dengan model (KKN, red.) yang seperti ini, tidak menghambat ke giatan akademik mahasiswa, karena jika kegiatan akademik tertunda maka dampak-
Prosesi perkenalan masing-masing anggota KKN Kertagena Laok
Seputar Kampus
Pandemi Tak Halangi Penyelesaian Studi
P
mendaftar secara daring ke jurusan de ngan melampirkan Kartu Hasil Studi (KHS) terakhir. Draf skripsi yang akan diserahkan ke dosen pembimbing dan penguji dapat berupa soft file yang dikirim secara daring maupun hard file yang dikirim melalui pos. Setelah itu, ujian skripsi dilaksanakan via Google Meet. Ujian akhir daring juga dilaksanakan oleh Pascasarjana UM. Menurut keterangan Reny Eka, mahasiswa Pascasarjana Prodi Pendidikan Matematika, ujian akhir daring merupakan hal yang baru dan tiba-tiba. Namun, semua pihak dapat beradaptasi dengan baik sehingga kegiatan tetap berjalan lancar. Pendaftaran ujian akhir program Pascasarjana secara daring dengan melampirkan borang berupa sertifikat bebas plagiasi, surat keterangan publikasi artikel, bukti lunas pembayaran UKT, persetujuan dosen pembimbing, KRS semester terakhir, dan dokumen hasil studi (DHS) seluruh semester. Selanjutnya jika persyaratan pendaftaran telah terpenuhi, pelaksanaan ujian akhir dilakukan melalui platform yang telah disepakati dengan dosen pembimbing. Proses revisi setelah pelaksanaan ujian akhir juga dilakukan secara daring. “Karena Prodi Pendidikan Matematika berada di bawah FMIPA, maka pelaksanaan tesis wajib dilakukan secara online. Alhamdulillah, UM memberikan bantuan paket data kepada setiap mahasiswa aktif. Terima kasih UM,” tambah Reny.
Meski pelaksanaan ujian akhir daring selalu identik dengan jarak jauh, pelaksanaan ujian akhir daring yang satu ini tetap bisa dilakukan dalam satu tempat. “Meskipun aku sidang online dari rumah, ada juga pelaksanaan sidang online di fakultasku yang mahasiswanya datang ke kampus, tapi tetap memperhatikan protokol pencegahan COVID-19. Jadi mahasiswa bersama dosen pembimbing dan penguji berada di ruangan yang berbeda,” ujar Rizkha Kanisa, mahasiswa Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan. Prodi Ilmu Geografi, Fakultas Ilmu Sosial (FIS) juga memfasilitasi mahasiswa tingkat akhir untuk ujian daring. Bahkan, mahasiswa yang telah selesai melaksanakan ujian juga dapat melakukan yudisium secara daring. Berdasarkan penuturan Fitri, mahasiswa Prodi Ilmu Geografi dalam wawancara via whatsapp yang dilakukan oleh Komunikasi, ia diperbolehkan untuk melakukan yudisium secara daring setelah menyelesaikan ujian skripsi daring. “Setelah selesai sidang online, dosen pemimbingku memperbolehkan untuk langsung mendaftar yudisium secara online juga. Untuk masalah revisi, akan dilakukan menyusul,” ungkapnya. Meskipun pandemi ini mengharuskan setiap orang untuk senantiasa menjaga diri dengan meminimalisasi interaksi secara langsung, tetapi dengan teknologi yang memadai seperti penerapan sistem daring, segala kegiatan tetap dapat terlaksana sebagaimana mestinya. Azril
dok. Komunikasi
dok. Komunikasi
ersebaran pandemi COVID-19 di Indonesia sejak bulan Maret lalu membawa dampak yang cukup signifikan di berbagai bidang, termasuk bidang pendidikan. Segala aktivitas yang seharusnya dapat dilakukan secara normal menjadi terhambat. Berbagai institusi pendidikan kemudian menerapkan Work From Home (WFH), tidak terkecuali Universitas Negeri Malang (UM). Terhitung sejak Senin (16/3), berbagai kegiatan yang seharusnya dilakukan secara tatap muka langsung dialihkan menjadi pertemuan dalam jaringan (daring). Kegiatan yang dilakukan secara daring tidak hanya kegiatan perkuliahan, tetapi juga kegiatan ujian akhir skripsi maupun tesis. Layanan ujian akhir daring cukup memudahkan mahasiswa dalam menyelesaikan studi di tengah situasi pandemi. “Alhamdulillah, karena boleh sidang online, aku tetap bisa menyelesaikan skripsi meski dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk ke luar kota,” ujar Dinar Chairunnisa, mahasiswa Prodi Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB). Lebih lanjut, Dinar menjelaskan bahwa pelaksanaan ujian skripsi secara daring, khususnya di FEB sesungguhnya tergantung pada kebijakan masing-masing dosen pembimbing. Apabila dosen pembimbing menghendaki ujian dilakukan secara daring, maka mahasiswa bersama dengan dosen pembimbing akan menentukan tanggal ujian dan kemudian
Proses pelaksanaan ujian disertasi online di FMIPA
Tetap bahagia meskipun ujian skripsi dari rumah 1
Tahun 41 Mei - Juni 2020 |
13
Seputar Kampus
Susah Sinyal Tak Menyurutkan Mahasiswa Kuliah Daring di Tengah Pandemi ilustrasi : Repro Internert
P
14 | Komunikasi Edisi 328
andemi Covid-19 menyebabkan perubahan seluruh aktivitas di kehidupan sehari-hari. Tidak terkecuali pada dunia pendidikan bagi civitas akademik. Melihat adanya perubahan ini, Universitas Negeri Malang (UM) menerapkan Masa Pencegahan Penyebaran Virus Corona (Covid-19) melalui surat edaran Nomor 16.3.39/UN32/KL/2020 tentang Pencegahan Penyebaran Virus Corona (Covid-19) di lingkungan kampus UM yang berlaku selama masa perkuliahan semester genap. Selain itu UM juga melakukan tindak lanjut sesuai dengan keputusan pemerintah melalui surat edaran nomor 27.3.3/UN32/ TU/2020 tentang Perpanjangan Masa Pencegahan Penyebaran Virus Corona (Covid-19) di lingkungan kampus dengan menerapkan peraturan kegiatan secara khusus selama masa perkuliahan semester gasal 2020/2021. Dalam peraturan khusus yang disebutkan dalam surat edaran tersebut adalah seluruh macam kegiatan terkait dengan perkuliahan dilakukan secara daring melalui Sipejar UM atau media daring lainnya, seperti G-Meet, G-
Classroom, Schoology, WhatsApp, dan e-mail. Hal tersebut dilakukan karena tidak memungkinkan untuk melakukan aktivitas perkul iahan dengan tatap muka di kelas di tengah wabah pandemi Covid-19 yang masih memiliki kemungkinan untuk terus menyebar. Pelaksanaan perkuliahan sistem daring di UM dilaksanakan sejak tanggal 17 Maret 2020 sampai perpanjangan hingga 29 Mei 2020. Efek perkuliahan daring tersebut membuat sebagian besar mahasiswa yang berasal dari daerahdaerah luar Malang kembali pulang ke kampung halaman, dengan harapan agar terhindar dari Covid-19 tersebut. Sehingga aktivitas perkuliahan dilakukan oleh mahasiswa dari rumah masing-masing. Namun, tidak semua aktivitas perkuliahan daring dapat berjalan dengan baik. Hal tersebut dikarenakan ada sebagian daerah dengan keterbatasan jaringan yang memberikan dampak terhadap kelancaran proses perkuliahan daring mahasiswa. Hal tersebutlah yang dialami oleh Nur Afani, salah satu mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis
(FEB) UM yang berasal dari Bima, Nusa Tenggara Barat. “Rumah saya susah sinyal internet, jadi saya kesulitan untuk melakukan perkuliahan daring. Apalagi ketika jam kuliah pagi saya tidak bisa mengikutinya,� jelasnya ketika diwawancarai oleh Kru Komunikasi. Dirinya mengaku harus pergi ke perbatasan kota untuk mengakses internet agar perkuliahan tetap berlanjut. Dengan adanya keterbatasan tersebut, beberapa dosen juga telah membantu dengan memberikan materi tidak hanya melalui tatap muka daring tetapi juga mengunggah materi melalui Sipejar UM. Harapannya agar mahasiswa tetap bisa menerima informasi terkait materi perkuliahan dengan akses yang lebih mudah. Usaha untuk tetap melaksanakan perkuliahan di tengah keterbatasan juga dilakukan pihak kampus UM dengan memberikan bantuan kuota internet gratis yang dapat digunakan oleh mahasiswa. Di tengah keterbatasan akibat harus berjauhan sejenak, seluruh civitas akademik UM tetap berusaha agar kegiatan perkuliahan bisa berjalan sebagaimana mestinya. Niken
Seputar Kampus ilustrasi: Repro Internert
Kuota Internet Gratis, dok. Komunikasi
P
andemi Covid-19 telah menghambat seluruh aktivitas manusia. Di masa pandemi ini, mengharuskan setiap masyarakat saling berjauhan sejenak untuk memutus rantai penyebaran Covid-19. Di dalam dunia pendidikan, pemerintah telah mengimbau masyarakat untuk belajar dan bekerja dari rumah sebagai langkah pencegahan Covid-19. Universitas Negeri Malang (UM) sendiri telah mengeluarkan surat edaran dengan nomer 18.3.17/ UN32/LL/2020 tentang Protokol Pencegahan Corona Virus (Covid-19) di Lingkungan UM sebagai langkah aktif pencegahan Covid-19. Selain itu, UM juga melakukan tindak lanjut pencegahan penyebaran Covid-19 terkait kegiatan belajar & pembelajaran melalui surat edaran Rektor nomer 27.3.3/ UN32/TU/2020 tentang Perpanjangan Masa Pencegahan Penyebaran Virus Corona (Covid-19) di Lingkungan Universitas Negeri Malang. Dengan menerapkan peraturan kegiatan belajar & pembelajaran secara khusus di lingkungan kampus, seluruh civitas akademik UM diharuskan melakukan perkuliahan secara daring. Hal ini tentu bukan tanpa masalah. Perkuliahan daring yang dilakukan dari rumah m asing-masing tidak sepenuhnya berjalan dengan baik. Salah satu penyebabnya adalah akses jaringan di daerah masing-masing mahasiswa tidak semuanya lancar. Belum lagi keterbatasan kuota internet menjadi penghambat mahasiswa dalam pelaksanaan kuliah daring. Banyak mahasiswa yang berkeluh kesah dengan perkuliahan daring karena mengaku kuota internet yang dimiliki cepat berkurang. Kuota internet yang cepat berkurang tersebut dikarenakan kegiatan perkuliahan daring yang mengharuskan mahasiswa menggunakan aplikasi-aplikasi penyedia tatap muka, sangat membutuhkan banyak kuota. Atas dasar hal tersebut, pihak kampus memberikan bantuan melalui surat edaran Nomer 22.3.1/UN32.19/TU/2020 tentang Akses Internet Gratis Telkomsel. Di mana dalam surat tersebut menginformasikan kepada seluruh civitas akademik UM yang menggunakan koneksi internet Telkomsel akan diberikan akses internet gratis sebanyak 30GB selama 30 hari. Cara
agar mendapatkan bantuan kuota internet gratis adalah dengan melakukan aktivasi nomor melalui aplikasi MyTelkomsel. Pemberian informasi tersebut di lakukan dalam rangka mendukung pelaksanaan pembelajaran daring untuk pencegahan penyebaran Covid-19 di lingkungan UM. Bantuan lainnya tidak hanya untuk pengguna provider Telkomsel saja, melainkan provider Indosat juga mendapatkan bantuan kuota internet. Dalam surat edaran Nomer 8.4.24/ UN32.II/TU/2020 tentang Bantuan Paket Data Kepada Mahasiswa. Untuk membantu pembelajaran daring dan bekerja dari rumah sebagai langkah pencegahan penyebaran Covid-19, UM telah memberikan bantuan paket data internet kepada mahasiswa. Mahasiswa cukup memperbarui nomer handphone yang digunakan pada profil.um.ac.id dengan batas tanggal paling lambat 15 April 2020. Bantuan paket data ini merupakan wujud kerja sama UM dan provider Telkomsel dan Indosat dalam mencegah penyebaran Covid-19. Dian Rahma Tri Anjasmara mengaku bahwa dirinya cukup terbantu dengan pengadaan kuota gratis untuk perkuliahan daring ini, “bantuan kuota internet cukup membantu karena emang kuota internet menjadi kebutuhan utama selama perkuliahan online ini,” terangnya. Narsum lainnya juga menyatakan hal serupa, “terbantu banget, karena adanya kuota internet gratis selain digunakan untuk tatap muka secara daring juga bisa buat browsing hal-hal yang berkaitan de ngan perkuliahan dan semacamnya seperti masuk ke Siakad UM untuk submit tugas,” tambah Fadly Robby Alfandi, salah satu mahasiwa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB). Selain itu, dengan adanya bantuan kuota internet gratis ini, secara tidak langsung dapat membantu menurunkan biaya pengeluaran mahasiswa. Seperti yang diungkap oleh Abdika Rohmawan dari Fakultas Sastra, “pastinya cukup membantu, karena di desa banyak orang yang tidak memasang wifi di rumah, sehingga kuota yang diberikan cukup membantu perekonomian keluarga yang sedikit menurun.” Diharapkan adanya pemberian kuota internet gratis ini dapat membantu mahasiswa dalam perkuliahan daring di masa pandemi ini. Niken
dok. Komunikasi
UM Fasilitasi Mahasiswa Perkuliahan Daring
Tahun 41 Mei - Juni 2020 |
15
Info
Young Creative Idea(YCI):
dok. Komunikasi
Wadah Karya Nyata Mahasiswa Walau Hanya #Dirumahaja
Buku pedoman YCI sangat mudah diakses mahasiswa
D
i tengah situasi pandemi seperti sekarang ini, banyak permasalahan yang muncul di masyarakat, mulai dari masalah kesehatan hingga ekonomi, masalah yang paling sederhana hingga yang kompleks. Seluruh elemen masyarakat saat ini membutuhkan bantuan kemanusiaan dari berbagai pihak, termasuk mahasiswa. Kenyataan bahwa mahasiswa sebagai agen perubahan, selalu digadang-gadang sebagai aset masa depan bangsa yang memiliki potensi dan energi besar untuk diasah dan dikembangkan kreativitasnya. Bantuan kemanusiaan yang dimaksud tidak melulu berupa materi. Gagasan dan ide konstruktif pun bisa dikatakan sebagai bantuan jika tersampaikan dan terealisasikan dengan baik. Berlandaskan hal tersebut, tim Penalaran Pusat Universitas Negeri Malang (UM) bersinergi dengan tim PKM Center UM, menyelenggarakan perlombaan tingkat nasional bernama Young Creative Idea (YCI). Beberapa kategori yang dilombakan berupa poster, video, kewirausahaan kreatif, dan gagasan tertulis. Mengusung tema “Kolaborasi Cegah dan Tangani Covid-19 Serta Solusi Kreatif Pemulihan Pasca Masa Pandemik Sebagai Aksi Nyata Mahasiswa Indonesia”, diharapkan YCI dapat dapat mewadahi kreativitas mahasiswa dalam berbagai bidang. Mendorong mereka untuk tetap aktif berinovasi melalui ide, solusi, produk, sistem, platform, atau aplikasi digital. YCI adalah lomba yang pertama kali diselenggarakan UM dengan melihat momentum physical distancing sebagai langkah agar tetap produktif meski hanya di rumah saja. Waktu yang dipersiapkan untuk lomba ini
16 | Komunikasi Edisi 328
juga terbilang singkat selama kurang lebih dua minggu. Namun, Leny, salah satu tim PKM Center, menyatakan bahwa hal ini tidak menjadi masalah, “panitia yang tergabung banyak dari kalangan dosen, jadi semua gercep (gerak cepat, red), terstruktur, dan cepat dalam menyusun dan mempersiapkan apapun,” tuturnya. Menurut Leny, kendala yang dihadapi adalah komunikasi antarpanitia penyelenggara YCI yang cukup sulit. Kondisi yang tidak memungkinkan membuat panitia terpaksa Work From Home (WFH), tanpa pernah bertemu. Walau dengan persiapan yang begitu singkat, tim YCI berhasil mengumpulkan peserta sebanyak 1673 tim dari berbagai universitas di seluruh Indonesia. Jumlah tersebut terdiri dari 164 tim wirausaha kreatif, 154 tim video, 864 poster, dan 492 tim gagasan tertulis. Seluruh karya yang dikumpulkan oleh mahasiswa-mahasiswa Indonesia ini nantinya akan diseleksi dan dinilai oleh tim juri dari kalangan dosen. Total hadiah yang telah disiapkan oleh UM adalah sebanyak 78 juta rupiah, lengkap dengan sertifikat penghargaan. “Harapannya, karya-karya ini dapat bermanfaat. Kan peruma kalau hanya membuat saja, tanpa digunakan,” ujar Leny. Ia berharap, video dan poster yang sudah dibuat dapat dipublikasikan dan digunakan untuk berkomunikasi dengan masyarakat. Begitupun dengan karya tulis berupa proposal kewirausahaan kreatif dan gagasan tertulis, diharapkan dapat terealisasikan dengan baik di masyarakat. Seperti kutipan dari Abu Bakar Ash-shidiq yang diambil dari akun Instagram YCI, “Knowledge without action is meaningless” (ilmu tanpa aksi adalah tidak berarti). Nilam
Info
dok. Pribadi
Lahirnya Prestasi di tengah Pandemi
Judul komik kisah inspiratif oleh Diar
D
atangnya pandemi tidak menyurutkan semangat mahasiswa UM untuk meraih prestasi. Begitulah menurut Afdiarsa Zaidan yang tetap produktif dan berhasil mengharumkan nama UM di t engah berlangsungnya pandemi. Mahasiswa jurusan Pendidikan Luar Sekolah (PLS) ini, meraih Juara Favorit Visual Storytelling dalam ajang Student at Home Challenge yang diselenggarakan Institut Pertanian Bogor (IPB) selama kurang lebih satu bulan (26/03-21/04). Student at Home Challenge diadakan pada awal dialihkannya sistem perkuliahan menjadi Study From Home (SFH) oleh karena adanya pandemi Covid-19. “Tujuan lomba ini ialah supaya para mahasiswa dapat tetap produktif meskipun beraktivitas dari rumah,” terang mahasiswa yang lebih akrab disapa Diar ini. Terdapat beberapa kategori dalam kompetisi tersebut, yakni Kisah Inspiratif, Visual Storytelling, Creative Photo, Educative Poster, dan Esai Inovatif. Tiap cabang lomba mengambil 20 finalis dari ratusan peserta. Proses penentuan juara pada masing-ma sing cabang lomba dilakukan berbeda. Untuk cabang Esai Inovatif, 20 finalis kembali diseleksi melalui hasil presentasi, sedangkan kategori Educative Poster dan Creative Photo bersaing dalam jumlah like di akun
Diar menunjukkan komik kisah inspiratifnya
Instagram resmi penyelenggara untuk mendapat gelar Juara Favorit. Kemudian untuk finalis Kisah Inspiratif dikolaborasikan dengan finalis Visual Storytelling oleh penyelenggara. “Sebagai finalis Kisah Inspiratif, saya mendapat partner dari IPB untuk memvisualisasikan kisah saya. Setelah kisah tersebut divisualisasikan, hasilnya diunggah di akun Instagram resmi @shc_ipb dan dicari juara favoritnya melalui jumlah like terbanyak,” jelas mahasiswa asal Tangerang Selatan tersebut. Awalnya Diar merasa bimbang untuk mengikuti lomba tersebut, tetapi pada akhirnya ia memutuskan untuk mendaftar sehari sebelum pengumpulan karya. Meskipun terkendala dengan waktu yang relatif singkat, ia berhasil menyelesaikan kisahnya yang berjudul “Mamahku Seorang Reseller Masker” dan berhasil menjadi salah satu finalis. Inspirasi cerita yang ia tulis datang dari perjuangan sang ibu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Bersama Naniko Bilova Nauli dari IPB, ia memvisualisasikan kisah yang telah dibuat dalam bentuk komik. Karena kisah yang ditulis cukup panjang, meringkas cerita tersebut merupakan sebuah tantangan bagi mereka berdua. “Jumlah halaman maksimal untuk Visual Storytelling ini hanya 5 halaman, oleh karena itu kami harus meringkas cerita tersebut tanpa mengurangi esensi dan pesan
yang ingin kami sampaikan,” ujarnya. Di te ngah-tengah menumpuknya tugas kuliah, mereka berusaha membagi waktu supaya proyek mereka berjalan lancar tanpa melalaikan kewajiban sebagai mahasiswa. Diar merasa senang karena melalui kompetisi tersebut ia mendapat banyak relasi baru yang kompeten, termasuk partnernya dalam memvisualisasikan kisah inspiratif. “Bilova adalah sosok yang kooperatif. Meski kami baru saling mengenal, kami bisa saling menyemangati satu sama lain,” terangnya. Hal tersebut dibuktikan dalam perjuangan mereka untuk mengejar ketertinggalan jumlah like pada postingan mereka di Instagram. “Kami memutuskan untuk mengirim pesan satu per satu pada teman-teman kami melalui WA dan Instagram. Capek sih, tetapi hal tersebut benar-benar membuahkan hasil karena like di postingan kami naik drastis,” ungkap Diar. Di tengah bergolaknya pandemi, Diar mengirimkan pesan penuh semangat pada para mahasiswa supaya berani unjuk gigi meskipun beraktivitas dari rumah saja. “Mungkin bisa dimulai dengan mendukung karya teman-teman kita sendiri, pasti lamalama kita jadi termotivasi. Semangat untuk para pelajar yang harus belajar di rumah saja, di tengah pandemi COVID-19. Semoga kita bisa lebih percaya diri untuk menunjukkan karya kita,” pungkasnya. Zahirah Tahun 41 Mei - Juni 2020 |
17
Info
LAYANAN AKADEMIK DAN KEMAHASISWAAN SECARA DARING ilustrasi oleh : Nur Aviatul Adaniyah
P
andemi Covid-19 membawa dampak yang luar biasa bagi semua kalangan masyarakat, tak terkecuali bagi institusi pendidikan. Selama masa pandemi Covid-19, banyak layanan yang ada di Universitas Negeri Malang (UM) terhambat. Terhitung sejak bulan Maret-Juni 2020, UM telah menghentikan hampir semua kegiatan mahasiswa dan layanan-layanan yang dilakukan secara langsung. Salah satunya adalah layanan nonakademik yang biasanya dilakukan terpusat di Graha Rektorat UM. Meski sempat terhenti, layanan nonakademik UM tetap berusaha memberikan layanan yang terbaik di tengah pandemi Covid-19. Salah satu upaya yang dilakukan adalah layanan secara daring. Layanan ini merujuk pada peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah terkait dengan Social distancing yang harus dilakukan oleh semua masyarakat untuk mencegah penyebaran Covid-19. Adapun layanan tersebut dilakukan oleh beberapa bagian seperti Pelayanan Kesma (Pelkesma), bagian Akademik dan Evaluasi (AE), bagian Registrasi dan Statistik (RS), dan bagian Minat, Penalaran, Informasi, Kemahasiswaan, dan Alumni (MPIKA). Meski jam kerja yang diterapkan belum berlangsung secara normal, tetapi layanan nonakademik UM berusaha memberikan layanan seoptimal mungkin kepada mahasiswa. Layanan Kesma UM yang biasanya melayani administrasi dan pelayanan beasiswa dari sponsor dilayani secara daring agar tetap berjalan seperti biasanya. “Pendistribuasian beasiswa yang biasa nya dilakukan secara langsung di Subbag Kesma, kita laksanakan dengan sistem transfer ke rekening penerima beasiswa,” papar Kasubbag Kesma, Wiwid Nurachmawati. Selain itu untuk kegiatan yang berada dalam naungan Kesma juga terhambat, seperti ke giatan Enterpreneur day dan Seleksi MTQ Tingkat Regional bagi mahasiswa. “Kegiatan-kegiatan tersebut sulit jika dilakukan secara virtual,” jelas Wiwid. Untuk mengatasi penundaan Enterpreneur Day, pihak Kesma menyarankan kepada mahasiswa untuk mengalihkan para peserta pameran wirausaha ke YCI UM dan berbagai kompetisi wirausaha yang dilakukan secara daring. Selain Kesma dan AE, bagian nonakademik yang melakukan layanan secara daring adalah Registrasi dan Statistik. Bagian ini mengurusi tentang Surat Keterangan Mahasiswa, Surat Pernyataan Masih Kuliah, Surat Keterangan Cuti Kuliah, Status Registrasi, Data
18 | Komunikasi Edisi 328
PDDikti dan Foto Ijazah. “Layanan yang dapat dilakukan secara da ring dan sudah ada aplikasinya adalah foto ijazah, sedangkan untuk layanan lain tetap dapat dilayani melalui WhatsApp bagian RS yang sudah kami sebarkan melalui edaran resmi,” jelas Kasubbag RS, Djajusman Hadi. Pelayanan secara daring juga dilakukan oleh bagian Akademik dan Evaluasi(AE). Layanan pengajuan rekap hasil studi dilayani bagi mahasiswa yang membutuhkan untuk keperluan beasiswa atau pindah (keluar UM, red.). “Mahasiswa yang membutuhkan rekapitulasi hasil studi untuk keperluan beasiswa dapat memasukkan permohonan melalui surel ae@um.ac.id atau nomor helpdesk AE 081217366627,” jelas Kasubag AE, Tomy DwI Susanto. Setelah mengajukan permohonan tersebut AE akan mengirimkan rekap hasil studi ke surel mahasiswa yang bersangkutan. Layanan lainnya seperti pengurusan surat-surat untuk kepentingan pindah/keluar UM juga dapat dilayani secara daring. Sementara itu, pemohonan cetak KHS untuk kepentingan KRS belum bisa dilayanai secara daring. Layanan nonakademik UM lainnya adalah MPIKA yang menaungi berbagai kegiatan mahasiswa terkait dengan minat dan prestasi. UKM, BEM, MAWAPRES, dan PKM PIMNAS merupakan beberapa kegiatan yang berada di bawah naungan bagian MPIKA. Bagian ini umumnya langsung berhadapan dengan mahasiswa untuk me ngatur berbagai kegiatan, tetapi karena pandemi ini, MPIKA mematuhi peraturan yang ditetapkan oleh pihak UM. “Informasi terkait dengan kepengurusan surat dan kegiatan dilakukan secara daring melalui website,” jelas Kasubag MPIKA, Su’udi. Sedangkan layanan pengajuan prestasi yang ditangani oleh MPIKA harus tertunda sementara waktu karena mengacu pada peraturan yang diberikan UM dalam rangka pencegahan penyebaran Covid-19. Selain itu, kegiatan yang dilakukan oleh MPIKA selama masa pandemi ini adalah mengadakan lomba YCI UM tingkat Nasional untuk mengalihkan kegiatan lain yang seharusnya dilakukan secara langsung. Meskipun pelayanan secara daring merupakan hal baru bagi beberapa sub bagian, mereka mengaku bahwa secara umum tidak ada kendala. Kemudahan akses teknologi menjadi salah satu alasan mereka dalam melakukan layanan kepada mahasiswa, meski harus menunda beberapa kegiatan karena harus melibatkan banyak massa yang bertentangan dengan prinsip social distancing. Safira
Info
dok. Komunikasi
Cahaya dalam Gulita : Terbitnya SK Definitif Institusi di Tengah Pandemi
Sertifikat Akreditasi Universitas Negeri Malang
D
i tengah situasi yang tak menentu, berembus kabar gembira yang membanggakan seluruh civitas akademik Universitas Negri Malang (UM). Bedasarkan keputusan Badan Akreditasi Nasional (BAN-PT) No. 187/SK/BAN-PT/ AK-PPJ/PT/V/2020, UM kembali dianugerahi akreditasi A yang berlaku sampai dengan 5 Mei 2025. Sistem akreditasi yang digunakan UM masih menggunakan model lama,“awalnya kami mengusulkan predikat unggul sesuai sistem terbaru dengan menggunakan kategori unggul, baik sekali, dan baik. Namun dengan kondisi seperti yang ini, dan proses yang harus bertemu (pihak, red.) sana-sini, kami masih memakai akreditasi kategori lama,” ujar Dr. H. Imam Agus Basuki, M. Pd., Ketua Satuan Penjamin Mutu (SPM). “Ke depannya kami akan menggunakan kategori baru untuk penentuan akreditasi,” imbuhnya saat diwa wancarai Kru Majalah Komunikasi. Akreditasi merupakan agenda utama UM setiap lima tahun sekali. Jika melihat laman UM mengenai akreditasi, terdapat 3 surat keterangan (SK) mengenai akreditasi A. Namun SK kedua adalah SK perpanjangan yang berlaku kurang dari lima tahun. Kali ini, SK definitif telah dikeluarkan dengan masa berlaku akreditasi sampai dengan 5 Mei 2025. Pengumpulan data untuk akreditasi dimulai dari awal 2018. Meskipun dihadang oleh kendala perole-
han data, tim akreditasi UM tetap dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan pero lehan nilai 372 dari 400 yang diberikan oleh BAN-PT. Kesiapan data merupakan salah satu faktor penting yang membuat UM kembali meraih akreditasi A. Data yang diminta untuk akreditasi ada tiga yakni laporan kinerja prodi, laporan kinerja perguruan tinggi, dan laporan evaluasi diri. Dalam laporan evaluasi diri, pihak universitas membuat laporan tentang pencapaian standar yang sudah diterapkan oleh universitas sendiri. Kriteria dan elemen penilaian dalam akreditasi ini meliputi (1) visi, misi, tujuan, dan sasaran; (2) tata pamong, tata kelola, dan kerjasama; (3) mahasiswa; (4) sumber daya manusia; (5) keuangan, sarana, dan prasarana; (6) pendidikan; (7) penelitian; (8) pengabdian kepada masyarakat; serta (9) luaran dan capaian Tridharma. Akreditasi A yang didapat UM berpengaruh terhadap ijazah yang akan dikeluarkan UM. Dalam transkrip ijazah, akan tertulis akreditasi A yang memudahkan para lulusan untuk mencari pekerjaan. Misalnya untuk mendaftar seleksi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) atau posisi dosen di beberapa perguruan tinggi dengan persyaratan akreditasi tertentu atau akreditasi institusi harus A. Dengan akreditasi A yang disandang UM, para pendaftar seleksi CPNS dapat lebih leluasa mendaftar posisi yang dikehendaki. Ayu
Tahun 41 Mei - Juni 2020 |
19
Profil Bakti pada ilmu pengetahun bukan sekadar ancangan Ambil bagian dalam setiap perjuangan
dok. Pribadi
Pandemi semakin melambungkan kiprahnya Ambil peran jadi garda terdepan penanganan
Taklukan Tantangan, Berguru pada Pengalaman Nama : Dr. Markus Diantoro, M.Si. TTL : Malang, 21 Desember 1966 Alamat: Jl. Sasando 183A. Tunggungwulung, Malang 65152 Email : markus.diantoro.fmipa@um.ac.id Bidang keahlian: Condensed matters, Magnetism and Superconductors, Advanced Materials for Energy
Riwayat Pendidikan: • • • •
S-1 Pendidikan Fisika, IKIP Malang, Indonesia (1990) S-2 Ilmu Fisika, ITB Bandung, Indonesia (1994—1997) S-3 Ilmu Fisika, ITB Bandung, Indonesia (1997—2004) Sandwich Program at Van Der Waals – Zeeman Institute, University of Amsterdam (1999—2001) • Visiting Research Institute of Electrical Engineering, Slovak Academy of Science, Bratislava (2000) • Pots Doc at Zernike Institute for Advanced Materials, University of Groningen, (2009—2010) via PAR-C DIKTI • Short Course in Crystallography and X-Ray Diffraction at Almelo, Netherlands (2010)
20 | Komunikasi Edisi 328
Riwayat Pekerjaan:
• Sekertaris Jurusan Fisika Universitas Negeri Malang (2009—2012) • Tim Monitor dan Evaluasi Internal AIMA SPM Universitas Negeri Malang • Ketua Jurusan Fisika Universitas Negeri Malang (2012— 2014) • Sekertaris divisi akademik Indonesian Managing Higher Education and Research (I-M HERE) (2007—2009) • Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Alam (FMIPA), Universitas Negeri Malang (2015—2019) • Kepala Asosiasi MIPA LPTK Indonesia (AMLI) (2015— 2018 • Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M) (2018—sekarang)
P
otret seorang figur yang diamanahi untuk menjadi koordinator Satuan Petugas (Satgas) Covid-19 Universitas Negeri Malang (UM) ini patut menjadi sorotan. Tidak hanya memberikan gebrakan nyata di tim satgas, LP2M, maupun
Profil fakultas yang dibawahinya, dosen FMIPA penyuka tantangan ini juga menorehkan segudang prestasi di bidang penelitian. Di tengah masa pandemi yang sedang melanda, kabar baik berembus dengan dinobatkannya Markus sebagai dosen peneliti terbaik SINTA. Inilah hasil wawancara kru majalah Komunikasi UM bersama sosok sederhana dengan cita-citanya yang begitu mulia, Dr. Markus Diantoro, M.Si. Apa saja kesibukan Anda saat ini? Sebagai dosen tetap, saya menjalankan Tridharma Perguruan Tinggi, pendidikan, penelitian, pengabdian kepada masyarakat. Namun sebagai dosen dengan mendapat tugas tambahan, saya setiap hari juga harus mengurus kelembagaan LP2M dalam mengelola, merencanakan, dan mengevaluasi program, terutama dalam meningkatkan kinerja dan pemeringkatan UM. Sebagai Koordinator Satgas Covid-19 UM, bisakah Anda sedikit menceritakan awal mula terbentuknya satgas ini? Di dalam satgas ada beberapa unit/divisi, salah satunya divisi donasi yang bertugas mengkoordinasi semua unit kecil atau perorangan di lingkungan UM yang membuka donasi, posko donasi, membuat informasi donasi, menerima, mengatur, dan menyalurkan donasi. Satgas Covid-19 ini terbentuk atas mandat rapim yang dipimpin Rektor UM. Salah satu alasannya, di LP2M ada dua pusat yang sesuai dengan kondisi sekarang, yaitu Pusat Gender dan Kesehatan serta Pusat Mitigasi Kebencanaan dan Lingkungan. Siapa saja yang terlibat dalam tim satgas? Dalam satgas ini tergabung banyak unit yang langsung terkait. Unit-unit di dalamnya antara lain K3, kesmas, humas, TIK, subbag rumah tangga, LKM, dan tentu unit-unit lain seperti LP3 dan seluruh fakultas. Apa kendala serta suka duka yang dialami tim satgas sejauh ini? Salah satu yang mengembirakan adalah kebersamaan tim, baik dari unsur dosen, tendik maupun mahasiswa. Hal lain yang kurang menyenangkan ialah ketika ada permintaan donasi dari masyarakat kita masih belum bisa melayani. Sebagai Ketua LP2M UM, gebrakan apa saja yang sudah Anda lakukan?
Di LP2M kami perlu mengkoordinasikan seluruh tim, kapus, dan tendik. Kemudian, kami bercermin ke LPPM nasional dan internasional. Di nasional kami langsung berkunjung ke ITB, Unpad. Kami juga melakukan kunjungan luar negeri seperti ke UTM, UM, dan Chula University. Kami juga melihat yang capaian sebelumnya. Ada beberapa kebijakan terbaru, misalnya setiap usulan penelitian wajib ada partner peneliti asing, setiap usulan penelitian wajib didampingi usulan pengabdian, serta setiap luaran diarahkan pada pencapaian kinerja dan pemeringkatan UM secara nasional. Bagaimana siasat Anda dalam menjalankan program-program LP2M di tengah kondisi pandemi saat ini? Kita sangat kurang akses ke laboratorium, instansi, atau subjek penelitian maupun pengabdian. Pada kondisi seperti ini kita perlu menyiapkan segala kemungkinan. Jika dipilah dari segi pendanaan, kita memiliki tiga sumber dana, yaitu dari LP2M UM, Ristekdikti/BRIM, dan PPNBP UM khusus penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Sejak awal April kita sosialisasikan dan koordinasikan agar kegiatan penelitian disesuaikan dengan empat pilihan: (1) mengarahkan ke topik COVID, (2) mengundurkan diri, (3) menunda hingga tahun 2021, dan 4) tetap lanjut. Dari sisi pemeringkatan, saat ini ada beberapa pemeringkatan yang sedang terkait dengan LP2M: (1) pemeringkatan universitas berdasarkan kinerja penelitian, (2) pemeringkatan universitas berdasarkan kinerja pengabdian, (3) pemeringkatan kemahasiswaan, (4) pemeringkatan perguruan tinggi Kemendikbud, (5) pemeringkatan kinerja inovasi, dan (6) pemeringkatan kinerja green campus. Melalui subbag Program dan Kapus Pemeringkatan, kita bentuk subunit dari fakultas/unit lain sebagai tim keseluruhan. Tugas mereka ialah menyiapkan sejak dini data-data dan pencapaian kinerja. Sebagai dosen peneliti terbaik SINTA, apa penelitian yang Anda tekuni? Alhamdulillah, meskipun cukup tersita waktu dalam pengelolaan administrasi dan manajerial di LP2M, saya masih dapat berkontribusi di SINTA series pemeringka-
tan 500 peneilti terbaik Indonesia. Bidang saya fisika material, khususnya nano material untuk energi terbarukan. Lebih detail lagi saya fokus di matrial maju untuk energi terbarukan seperti solar cell, superkapasitor, dan kemagnetan. Mengapa Anda memilih penelitian tersebut? Tentunya karena saya suka dan i ngin menggabungkan ilmu sains dengan terapan. Jadi, di bidang ini ada teori dan terapan. Di sisi lain juga menggabungkan berbagai disiplin ilmu seperti matematika, fisika, kimia, biologi, dan elektronika. Biasanya memang perlu kerja sama dengan beberapa orang yang berasal dari disiplin ilmu berbeda. Apa tips dair Anda agar mahasiswa bisa melakukan publikasi di jurnal nasional maupun internasional? Selama ini di fisika material sudah berkolaborasi dengan mahasiswa dalam riset mapun publikasi. Dalam keadaan normal, kami punya jadwal meeting dua kali seminggu. Semua mahasiswa dalam grup saya difasilitasi untuk bisa pengalaman riset atau magang riset di luar negeri, punya pengalaman presentasi di forum internasional, dan punya pengalaman menulis di jurnal atau conference series international. Tentu kami yang mengkoordinir, mengarahkan, membimbing, mencarikan pendanaan, mencarikan pertner di luar negeri, dll. Saat ini sudah banyak teman-teman dosen yang mulai melakukan hal serupa. Beberapa kolega saya yang sudah mapan dalam riset kolaborasai seperti Pak Nandang, Pak Taufiq, dan Pak Sunaryono patut dijadikan contoh. Apa motivasi Anda melakukan penelitian dengan giat? Jika didasari dengan “suka� maka perlu pendamping lain untuk pendanaan dan partner. Hal lain yang mendorong saya untuk melakukan riset ini adalah memanfaatkan ilmu atau mencari ilmu di luar perkuliahan. Saya juga ingin berkontribusi dalam pembangunan Indonesia melalui pendampingan lulusan yang bagus. Apa pesan Anda untuk seluruh mahasiswa UM? Tanyakan yang ingin kau tahu, belajar dan ikutlah apa yang sudah dicapai orang berhasil. Ingat, dosen juga perlu mahasiswa.Nilam
Tahun 41 Mei - Juni 2020 |
21
dok. Komunikasi
Laporan Khusus
Tampilan website SIPEJAR - Sistem Pengolahan Pembelajaran
Merevitalisasi Sipejar UM Jadi Lebih Tangguh
U
niversitas Negeri Malang (UM) sejak 2018 telah meluncurkan Sistem Pengelolaan Pembelajaran (Sipejar). Sipejar merupakan sistem pembelajaran daring di UM berbasis moodle yang menggabungkan Sistem Informasi Kurikulum (SIK) dan Sistem Informasi Akademik (Siakad) UM. Penggunaan Sipejar dari tahun ke tahun terus mengalami kemajuan, tetapi masih kurang reliable untuk pembelajaran pada saat ini. Banyaknya permasalahan dari dosen dan mahasiswa pengguna Sipejar menuntut adanya revitalisasi. Sipejar muncul sebagai salah satu pendekatan pengembangan kurikulum UM. Hal ini tertuang dalam Keputusan Rektor UM tahun 2016 tentang Panduan Pengembangan Kurikulum UM guna memenuhi kehi dupan abad ke-21 dan era industri 4.0. Sejak tahun ajaran 2018/2019 implementasi Sipejar dilaksanakan pada mahasiswa program sarjana di UM dan pada tahun ajaran 2020/2021 dilaksanakan pada mahasiswa program diploma, magister, dan doktor. Implementasi Sipejar diawali dengan pengunggahan kurikulum oleh program studi agar dapat diakses oleh dosen dan mahasiswa. Dalam penggunaan Sipejar menuai banyak kritikan dari mahasiswa, salah satunya dari Hendika Wicaksana, mahasiswa Jurusan Sejarah UM. Dia mengungkapkan bahwa Sipejar belum siap menampung banyaknya mahasiswa UM secara bersamaan, selain itu juga kerap terjadi request time out karena server tidak merespons. “Sipejar sepertinya sudah mengalami perbaikan, tetapi saat melaksanakan ujian semester serentak pada Sabtu (10/5), masih adanya request time out walaupun telah dibagi menjadi dua sesi,” tuturnya. Tidak hanya mahasiswa, Dr. Yusuf Hanafi, M.Fil.I selaku dosen dan Wakil Dekan III Fakultas Sastra UM mengungkapkan juga kegelisahannya terhadap Sipejar. Yusuf menyatakan, Sipejar belum efektif dan reliable saat pembelajaran berlangsung, sering terjadi eror dan not responding,
22 | Komunikasi Edisi 328
khususnya saat digunakan secara bersamaan. “Perlu uji reliabilitas (ketahanan, red.). Pengalaman paling mutakhir saya dalam menfaatkan Sipejar adalah saat LP3 UM menggelar UAS serentak secara online menggunakan Sipejar pada (9/5). Ironisnya, UAS yang sudah disiapkan secara matang batal terlaksana. Sebab, 30 menit sebelum UAS dimulai Sipejar sudah error dan hang dipakai latihan soal. Padahal saat itu peserta UAS serentak jumlahnya berkisar 3000 mahasiswa,” ungkap Yusuf. Menanggapi keresahan tersebut, Mahmuddin Yunus, S.Kom., M.Cs., Ketua PTIK mengatakan, Sipejar merupa kan sistem pembelajaran khas yang dimiliki UM yang terintegrasi dengan Sistem Pembelajaran Daring (Spada) Indonesia. Spada Indonesia adalah salah satu program Dirjen Kemenristekdikti untuk meningkatkan pemerataan akses terhadap pembelajaran yang bermutu di perguruan tinggi. Menurutnya, penggunaan Sipejar memerlukan koneksi internet yang lancar. Dalam kondisi Covid-19 saat ini trafik penggunaan internet di Indonesia sangat tinggi karena semua kegiatan pembelajaran dilaksanakan secara daring. Kondisi ini juga mempengaruhi akses Sipejar. “Dari segi teknis, PTIK selalu mengawal penggunaan aplikasi Sipejar. Kami selalu melakukan update versi moodle. Dari sisi hardware, setiap periode ada penambahan server untuk Sipejar,” jelasnya. Dukungan untuk mengupgrade Sipejar juga datang dari Drs. I Wayan Dasna, M.Si., M.Ed., Ph.D., Ketua LP3 UM. Pihaknya akan mempersiapkan pembelajaran semester gasal 2020/2021 dengan server dan memori khusus Sipejar, melaksakan pelatihan dosen untuk mengembangkan konten perkuliahan daring, menyelenggaakan pelatihan dosen untuk meningkatan pembelajaran daring, dan mengembangkan standar perkuliahan daring. Banyak pihak berharap Sipejar bisa direvitalisasi, terutama selama pembelajaran daring berlangsung. Berlian
dok. Komunikasi
dok. Komunikasi
Up to Date
Koordinasi dengan unit-unit lain yang lokasinnya menyebar se-Jawa Timur
Gegap Gempita Work From Home (WFH) di UM
M
enindaklanjuti surat edaran Kementerian Pendidikan dan kebudayaan tentang Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19) di Lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada Minggu (15/3), Wakil Rektor II Universitas Negeri Malang (UM) membuat kebijakan baru. Kebijakan tersebut ialah refocussing dan penggunaan anggaran untuk mendukung bekerja dari rumah atau work from home (WFH) bagi dosen, penjabat struktural, dan tenaga kependidikan PNS/CPNS/non-PNS dalam rangka mencegah penyebaran Covid-19 di UM. Kebijakan tersebut dirilis pada Rabu (1/4). Kepala Biro Umum dan Keuangan, Drs. H. Amin Sidiq, M.Pd. meyampaikan, EFH sempat menimbulkan kebingungan dan kegagapan. Jika semula civitas akademika UM bekerja di kantor dengan fasilitas yang lengkap dan memadai, sekarang dituntut untuk bekerja dari rumah. Sehingga banyak penyesuaiaan yang harus dilakukan serta pengeluaran terkait pulsa, listrik dan lainsebagainya. “Mungkin jika 1—2 minggu seseorang masih dapat bertahan bekerja dari rumha, tapi jika sudah terlalu lama dapat menimbulkan rasa bosan. Apalagi pekerjaan yang sifatnya fisik seperti kebersihan dan keamanan tidak bisa dilakukan secara efektif dan sangat rentan terkena Covid-19,” ungkap Amin.
Salah satu bentuk nyata UM mendukung WFH ialah dirilisnya perangkat aplikasi untuk meringankan pekerjaan pegawai yang diberi nama I-Office. Perangkat tersebut tak kalah pamornya dengan Siakad milik mahasiswa. Dengan adannya I-Office ini pegawai UM dapat mengerjakan pekerjaan secara online, seperti membuat dan menerima surat. Namun, jika berkaitan dengan instansi luar terpaksa mengirimkan informasi melalui e-mail atau aplikasi lain. Dilihat dari segi waktu, WFH memang lebih efisiens, tetapi dari segi produksi masih banyak evaluasi yang perlu disampaikan. Tidak hanya menggunakan I-Office, untuk mengurangi kejenuhan, para pegawai biasannya melakukan komunikasi tatap muka dengan menggunakan aplikasi se perti Google Meet, Zoom, atau sejenisnya. “Kami setiap paginya selalu berkomunikasi dengan staf untuk memberikan pekerjaan. Staf pun selalu mengisi jurnal dan verifikasi oleh atasannya. Kontrol jalan, pekerjaan pun jalan. Pekerjaannya tidak sebanyak seperti biasanya. Adannya keluarga di rumah juga membuat bekerja jadi me- nyenangkan,” tutur Amin. Selain Amin, Dr. Evi Susanti, S.Si., M.Si, dosen Jurusan Kimia juga mengungkapkan bahwa dosen pun mengalami kesulitan dalam melaksanakan WFH. Pada minggu pertama kebijakan tersebut diterapkan, Evi mengatakan, banyak dosen yang meng alami stress dan panik karena harus dengan cepat mengubah pembelajaran di kelas
menjadi daring. Para dosen pun sebenarnya masih bingung pembelajaran daring itu seperti apa. Di sisi lain, mau tidak mau mereka harus mengeluarkan biaya untuk membeli kuota dan membutuhkan waktu yang lebih banyak. Dosen harus merencanakan materi, mengunggah, memberikan penjelasan, hingga mengkoreksi satu per satu. Sementara, rata-rata dosen memegang minimal empat mata kuliah dan banyak kelas. Banyak dosen belum menemukan rancangan pembelajaran daring yang pas agar mahasiswa dan dosen sama-sama tidak terbebani. Beruntung, seiring berjalannya waktu, Evi dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menyenangkan, salah satunya dengan membuat tugas mini projek berbasis literatur sesuai dengan tingkat kemampuan mahasiswa. Contohnya seperti memberikan materi ke mahasiswa melalui aplikasi What’sApp, Google Classroom, dan sebagainya. Kemudian, mahasiswa mendiskusikan materi tersebut dan membuat poster atau pertanyaan yang bisa diunggah pada media sosial mereka. Dosen pun dapat merespons tugas tersebut. Apabila pembelajaran hanya dilakukan satu arah oleh dosen, tentu kedua belah pihak akan mengalami kebosanan. “Tentu mengurangi mutu pembelajaran, tapi setidaknya para dosen berusaha agar mahasiswa memahami materi dan mengasah kemampuan berpikir mereka walaupun sistem pembelajarannya daring,” pungkasnya. Izam Tahun 41 Mei - Juni 2020 |
23
Cerita Mereka
"
Dari Inggris hingga Afrika
dok. Pribadi
Christian Jelajahi Dunia via Postcrossing
Amplop cintanya telah melalang puluhan negara Sampaikan salam dari negeri pertiwi untuk saudara di lain belahan bumi Prangko jadi teman akrabnya Filateli jadi sebutannya
Christian menunjukkan kartu pos berbagai negara koleksinya
T 24 | Komunikasi Edisi 328
he world is a book and those who do not travel read only one page. Kalimat dari Saint Augustine itu telah menjadi salah satu kalimat populer bagi para traveller. Travelling memang dapat memberi kesempatan pada manusia untuk belajar, terutama cara bersikap. Sebab, pada setiap kota bahkan negara memiliki kearifan lokal masing-masing yang bisa membuat manusia belajar lebih dalam tentang kehidupan. Selain traveling, ada salah satu cara lain untuk memperluas jaringan dan menyelami kearifan lokal, yakni melalui filateli. Filateli tak ubahnya sebuah aktivitas mengoleksi perangko dan benda-benda pos lain, seperti yang dilakukan oleh Christian Hadhinata. Mahasiswa Teknik Sipil Angkatan 2018 ini telah menjadi filatelis (pengoleksi perangko, red.) sejak sekolah dasar (SD). “Awal mula dari senang mengoleksi perangko,” tuturnya ketika diwawancarai secara daring oleh kru Komunikasi. Sekitar akhir tahun 2015 dirinya mengaku telah memantapkan hati menjadi seorang filatelis. Christian mengingat awal mula menjadi filatelis.
Dahulu belum ada laman yang menyediakan koleksi pengakor. “Baru muncul Tahun 2018,” tuturnya. Setelah menjelajahi dunia maya terkait filateli, mahasiswa asal Trenggalek ini menemukan laman Postcrossing. Laman www.postcrossing.com dibuat untuk bertukar kartu pos dengan orang lain secara acak di seluruh dunia dengan alamat yang diberikan secara acak. Dirinya seperti menemukan wadah yang dapat membuatnya melanjutkan hobi yang sejalur dengan filateli. Dari situlah Christian berkirim kartu pos ke berbagai negara di belahan dunia hingga sekarang. “Dalam mengirim kartu pos selalu ada perangkonya,” jelas Christian. Mahasiswa yang suka drama korea ini kemudian mengoleksi perangko yang didapat. Dirinya juga menyimpan berbagai surat yang dikirim oleh sahabat pena. Berbagai belahan dunia telah dijajaki oleh Christian. Hingga saat ini mahasiswa S-1 Pendidikan Teknik Bangunan ini telah mengirimkan 136 kartu pos ke 41 negara di berbagai belahan dunia seperti China, Kepulauan Aland, Armenia, Australia, Austria, Belarus, Belgia, Kanada, Chili, Republik Ceko,
dok. Pribadi
Cerita Mereka
Surat balasan dari Kerajaan Belanda untuk Christian
Finlandia, Jerman, Hong Kong, India, Latvia, Irlandia, Italia, Jepang, Lithuania, Luksemburg, Malawi, Malaysia, Belanda, Norwegia, Filipina, Polandia, Portugal, Rusia, Singapura, Slovakia, Afrika Selatan, Spanyol, Swedia, Swiss, Taiwan, Thailand, Amerika Serikat, Ukraina, dan Inggris. Dirinya juga telah menerima 143 kartu pos dari 35 negara seperti Australia, China, Australia, Austria, Belarus, Belgia, Kanada, Republik Ceko, Finlandia, Jerman, Hong Kong, India, Latvia, Irlandia, Italia, Jepang, Malawi, Malaysia, Belanda, Polandia, Portugal, Rusia, Singapura, Slovakia, Afrika Selatan, Spanyol, Swedia, Swiss, Taiwan, Thailand, Amerika Serikat, dan Inggris. “Paling sering itu Rusia, Jerman, China, dan Belanda. Kartu pos yang masuk Inggris, Kanada,” ceritanya. Sebelum mengenal Postcrossing, Christian mencari perangko sendiri ke Kantor Pos. “Aku kan daerah Trenggalek, agak terpencil. Kantor Posnya bergantung pada Kantor Pos Tulungagung. Jadi, perangkonya itu nggak update gitu,” tuturnya. Namun, hal itu tak memadamkan kegemarannya pada filateli. “Nah, setelah kenal Postcrossing aku pindah haluan ke kartu pos aja,” jelasnya. Mekanisme dari Postcrossing yaitu pengguna meminta alamat yang nantinya diberikan secara acak. Pengguna harus mengirim ke alamat tersebut. Sedangkan, untuk surat balasan, pengguna tidak menerima dari alamat yang dikirim sebelumnya melainkan secara acak juga. “Ada password atau postcard ID namanya. Nanti kita register baru kita bisa kirim lagi,” jelas mahasiswa asal Trenggalek ini. Setelah
melakukan registrasi dan log in, pengguna akan secara langsung menerima lima alamat acak. Pengguna harus mengirim ke lima alamat itu agar mendapat balasan. “Nah, setiap kita request alamat itu pasti ada post card ID-nya. Dari post card ID itu kita tahu bahwa post card kita sudah sampai ke penerima atau belum. Kalau belum diregister berarti belum sampai. Kalau sudah sampai biasanya kita dapat pemberitahuan melalui surel.” Selain berkirim surat ke alamat acak, Christian juga pernah mengirimkan surat ke Kerajaan Inggris dan Belanda pada Tahun 2018. Gayung bersambut, dirinya kemudian mendapat balasan dari Ratu Maxima, Ratu Kerajaan Belanda melalui staf kerajaan. Lelaki asal Trenggalek ini meminta foto kepada sang ratu lewat surat yang dikirim. Maxima kemudian mengirimkan foto kepadanya. Di lain waktu, dia mengirimkan ucapan pada saat momen ulang tahun Pangeran Harry ke Kerajaan Inggris. Suratnya kemudian dibalas oleh Princess Camilla dengan terima kasih seraya menyertakan sebuah foto. Fitur mengirim surat ke kerajaan di dunia ini dinamakan dengan royal mail. Di kesempatan lain, dia juga pernah mengirimkan surat ke Kaisar Jepang yang sayangnya belum mendapat balasan. “Kalau aku ngirimnya bergantung kondisi. Kalau puengen (ingin sekali, red.) sebulan sekali, kalau nggak dua bulan sekali. Tergantung kesibukan sama keuangan juga,” candnaya. Dirinya menuturkan, tarif kartu pos dan surat yang
memiliki berat sampai dengna 20 gram di wilayah Asia yakni 6.000, wilayah Eropa 7.000, wilayah Amerika 8.000. Sedangkan, untuk layanan Express Mail Service (EMS) memiliki tarif yang berbeda. Selama ini, dia menyisihkan uang sakunya untuk berkirim kartu pos. Menekuni hobi filateli memang membutuhkan biaya. Meskipun begitu, Christian mengaku amat senang dengan hobi ini. “Untuk sukanya itu kita dapat teman yang sehobi. Terus kita dapat cerita yang menarik dari orang luar negeri.” Banyak cerita yang Christian dapat melalui hobinya ini, salah satunya ketika dua anak kecil yang mengirim surat berisi gambar yang dikirim oleh ibunya. Selain itu, dia juga pernah mendapat surat dari seorang lanjut usia dari Belanda. Cerita lain yaitu surat dari China yang menceritakan sebuah festival yang kala itu sedang dirayakan dan makanan dumpling. Christian juga pernah mendapat kejutan pada saat ulang tahunnya, dirinya mendapat paket dari China yang berasal dari alamat acak di Postcrossing. “Isinya itu ucapan, kartu pos sama kalau di filateli kan ada souvenir sheet. Itu perangko yang beda dari perangko biasanya,” ceritanya senang. Berkirim surat antarnegara membuatnya memperoleh banyak hal. Kartu pos, beragam cerita, uang koin dan kertas, teh, kopi, dan beragam souvenir seperti magnet kulkas, tiket bis, tiket film, gantungan kunci, prangko, hingga sisir dari Korea. “Bisa memiliki tanpa harus mengunjungi negara,” tuturnya senang. Sambil menyelam minum air, lewat hobinya ini Christian juga bisa mempelajari bahasa inggris. “Kita bisa tahu bagaimana tulisannya orang luar negeri. Penggunaan bahasanya, dan kesehariannya nggak seperti yang kita ekspektasikan. Ada yang jelek-jelek. Ada yang bagus.” Dari hobi filateli ini juga Christian mendapat teman dari seluruh Indonesia yang tergabung dalam Komunitas Filateli. Dia juga memiliki sahabat pena dari Korea Selatan, India, Jerman, dan Australia. “Semoga peminat filateli sama kartu pos itu bisa bertambah. Soalnya asyik,” harapnya. “Meskipun terbilang ‘kuno’ hobi ini itu jarang yang nekuni dan kayak ‘wow’ kalau kita dapat balasan sama teman dari LN (luar negeri, red),” pungkasnya. Jadi bagaimana, tertarik untuk menjadi filatelis?Diah.
Tahun 41 Mei - Juni 2020 |
25
dok. Pribadi
Info
Mahasiswa KKN UM Adakan Workshop Media Rapat Daring Suasana saat Kegiatan Sosialisasi Video Conference
D
26 | Komunikasi Edisi 328
dok. Pribadi
KKN UM EDISI COVID-19 : Tingkatkan Kapabilitas Peternak,
Simulasi Penggunaan Google meet dibantu oleh tim KKN
i tengah pandemi Covid-19, Universitas Negeri Malang (UM) tetap menjalankan program Kuliah Kerja Nyata (Kuliah Kerja Nyata) Edisi Covid-19 bagi mahasiswa tingkat akhir. Hal ini dilakukan agar mahasiswa dapat menempuh beban studi yang sesuai dan masa studinya tidak terganggu. Salah satu desa yang menjadi lokasi KKN adalah Desa Wonoayu, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang. Desa ini memiliki luas wilayah 254,6 Ha dengan struktur tanah yang berbukit dan memiliki ketinggian tanah 630 Mdpl. Warga Desa Wonoayu berprofesi sebagai peternak dan petani. Di Desa Wonoayu, potensi-potensi tersebut sudah memiliki wadah tersendiri yang diolah oleh beberapa kelompok seperti Kelompok PKK, Kelompok Wanita Tani (KWT) yang mengolah hasil pertanian dan juga Kelompok Ternak Wonokoyo yang mengolah atau mewadahi potensi peternakan Desa Wonoayu. Kelompok-kelompok tersebut tentunya memiliki program kegiatan tersendiri. Salah satu kegiatan Kelompok Ternak Wonokoyo adalah rapat rutin yang diadakan setiap tanggal Sembilan. Namun karenak adanya wabah Covid-19 kegiatan tersebut harus ter kendala beberapa waktu dan tidak dapat dilaksanakan. Oleh sebab itu, tim KKN UM memberikan solusi yaitu mengganti rapat rutin secara luring dengan rapat rutin secara daring menggunaan teknologi video conference yang dilakukan pada (16/6) di kantor Desa Wonoayu.
“Kegiatan yang kami adakan ialah bimbingan teknis pemanfaatan Google Meet sebagai platform video conference dan rapat daring bagi kelompok ternak Desa Wonoayu,” ujar penanggung jawab kegiatan. Sebelum melakukan bimbingan teknis penggunaan Google Meet, tim KKN UM Desa Wonoayu melakukan penyusunan buku panduan penggunaan aplikasi Google Meet. Buku panduan ini akan diberikan kepada Kelompok Ternak Wonokoyo untuk mempermudah dalam menggunakan aplikasi Google Meet sebagai media pelaksanaan rapat daring. Kegiatan bimbingan teknis ini diawali dengan penyampaian materi mengenai video conference dan dilanjutkan dengan simulasi sederhana penggunaan aplikasi Google Meet. Pada saat simulasi sederhana penggunaan aplikasi Google Meet, peserta sangat antusias melakukan uji coba mandiri dengan smartphone pribadinya. Dengan bantuan panitia, peserta mampu mengoperasikan aplikasi Google Meet dengan baik. Bambang S., Petugas Teknik Perternakan Kecamatan (PTPK) memberikan tanggapan bahwa Google Meet sangat bermanfaat untuk digunakaan saat-saat tertentu. Wina Nurnama S.Sos., M.Si., Kepala Desa Wonoayu juga memberikan tanggapan positif terhadap program kegiatan ini. Ia juga mengatakan bahwa kegiatan ini sangat bermanfaat di tengah suasana pra-newnormal. Kontributor: M. irfan Asrori, Mahasiswa Pendidikan Sosiologi.
KKN UM EDISI COVID-19 :
dok. Pribadi
Info
Masa Pandemi Bukan Halangan Untuk Mengabdi
S
iapa bilang mengabdi di masa pandemi hanyalah sebatas mimpi. Justru inilah waktu yang tepat untuk mahasiswa lebih peduli dalam mengabdi. Tak harus selalu berupa materi; pengabdian yang abadi selalu mengupayakan tindakan tulus dari hati untuk diberikan kepada negeri. Di tengah masa pandemi, mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM) yang tergabung dalam kelompok Kuliah Kerja Nyata (KKN) Desa Banjarejo bersatu padu mengedukasi dan membekali masyarakat dengan bÂerbagai amunisi menghadapi masa transisi new normal atau normal baru yang terjadi saat ini. Berkolaborasi dengan ibu-ibu PKK, Karang Taruna, Perangkat Desa, dan seluruh elemen masyarakat, kelompok mahasiswa KKN UM melakukan pengabdian secara daring maupun luring (terjun ke lapangan) di Desa Banjarejo, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang, pada (29/5-7/7). Terdapat 8 program kerja dengan sasaran kegiatan yang strategis. Program kerja tersebut terbagi menjadi 3 aspek utama yang meliputi bidang ekonomi, kesehatan, dan edukasi. Panduan Pengolahan Sayur Banjarejo Terpadu atau Papedu adalah salah satu program kerja yang terinspirasi dari membeludaknya hasil panen petani Desa Banjarejo yang tidak termanfaatkan dengan baik. Berangkat dari permasalahan itu, mahasiswa KKN UM berinisiatif untuk membuat buku panduan pengolahan sayur. Di dalamnya terdapat resep pengolahan sayur-mayur yang menjadi komoditas utama Desa Banjarejo. Buku ini diharapkan dapat menjadi rujukan dalam pengolahan sayur yang menarik, sehat, dan bisa menjadi ciri khas Desa Banjarejo. Dengan demikian, produksi olahan makanan tersebut dapat dijadikan salah satu ladang usaha penunjang perekonomian masyarakat desa. Pada ranah kesehatan, mahasiswa KKN UM membekali masyarakat Banjarejo dengan kegiatan produktif untuk menjaga dan meningkatkan kondisi fisik di masa pandemi. Kegiatan
Pemasangan poster di tempat umum Desa Banjarejo
tersebut bernama Pro-Active: Upaya Lansia Sehat, Aktif, Produktif� dan “Massage Education for Banjarejo atau Mas Jo. Sasaran dari kegiatan tersebut adalah masyarakat Desa Banjarejo pada umumnya,dan masyarakat lansia pada khususnya. Luaran yang dihasilkan berupa video tutorial senam dan pijat yang nantinya dapat digunakan sebagai panduan oleh masyarakat lansia atau masyarakat yang berada di Desa Banjarejo. Tak kalah kreatif, di bidang edukasi, mahasiswa KKN UM memfasilitasi masyarakat Desa Banjarejo, khususnya anak-anak usia sekolah, agar tetap aktif belajar dan berkarya walaupun berada di rumah. Melalui kegiatan Banjarejo at Home Challenge, anakanak diajak untuk mengikuti lomba menari, mewarnai, membaca puisi, menghafal Alquran, dan menyanyi secara daring. Selanjutnya, ada Milenial Education berbasis E-learning atau Milea. Luaran dari kegiatan ini adalah video pembelajaran berbasis e-learning sebagai upaya mempermudah peserta didik dalam memahami beberapa materi pembelajaran (TK dan SD) dengan memanfaatkan dunia digital dalam proses pembelajaran daring. Selain melakukan program kerja secara daring, mahasiswa KKN UM yang berada di Malang juga terjun langsung ke desa untuk membantu masyarakat menghadapi masa normal baru. Mereka membekali masyarakat Desa Banjarejo dengan beberapa perlengkapan yang wajib dimiliki seperti masker dan pensanitasi tangan. Tidak lupa mahasiswa KKN UM juga memberikan edukasi terkait info menghadapi normal baru. Sebanyak 1000 buah masker, 60 poster, 5 banner, dan 5 set tempat cuci tangan di sebar ke beberapa titik strategis Desa Banjarejo agar dapat bermanfaat dengan maksimal. Harapannya, masyarakat desa tetap waspada walaupun beberapa aktivitas telah kembali normal. Walau tak mudah, mahasiswa KKN Banjarejo terus berusaha untuk tetap semangat dan kompak. KKN Desa Banjarejo, Satu Rasa, sama Rasa! Nilam Tahun 41 Mei - Juni 2020 |
27
Info
Guidebook yang ditulis oleh mahasiswa KK
Ciptakan Kreasi Unik Cukup #DiRumahSaja
K
28 | Komunikasi Edisi 328
Kondisi pandemi yang tidak memungkinkan proses tatap muka secara langsung, mengharuskan sekelompok mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Ne geri Malang (UM) Edisi Covid-19 di Desa Benjor, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang membatalkan agenda pelatihan untuk warga desa. Menyikapi hal tersebut, mahasiswa KKN UM ini menuliskan guidebook dan mempersiapkan video tutorial pelatihan selama proses pelaksanaan KKN daring (29/5-7/7). Agenda pelatihan ini ditujukan untuk anggota Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) yang ada di Desa Benjor. Konten guidebook dan video tutorial itu sendiri merupakan pelatihan keterampilan tangan. Terdapat 3 buku panduan yang berisi teknik sulam, rajut, dan makram. Melalui teknik tersebut, peserta pelatihan dapat membuat beragam kreasi unik selama di
rumah saja. “Jadi, meskipun agenda pelatihan di desa batal, kami harap ibu-ibu PKK masih bisa melakukan kegiatan pelatihan ini secara mandiri di rumah dengan bantuan guidebook dan video tutorial yang kami siapkan,” jelas Yosua, ketua kelompok KKN. Beragam jenis kreasi dapat dibuat dari ketiga teknik keterampilan tangan yang terdapat di buku panduan ini. “Ada beragam konten dan jika membutuhkan penjelasan secara langsung juga dapat melihat video tutorial yang sudah kami buat,” ungkap Nur Annisa dengan karya sulamnya. Di teknik sulam, terdapat panduan cara mengaplikasikan sulaman pada tas sebagai hiasan. Di teknik rajut, ada cara praktis membuat dompet dan masker. Sedangkan di teknik makram, beragam panduan untuk membuat dekorasi dinding, tas, dan alas minuman ditampilkan dengan
dok. Pribadi
KKN UM EDISI COVID-19 :
menarik. Keterampilan yang telah diperoleh diharapkan dapat diajarkan kepada masyarakat Desa Benjor secara meluas. Harapannya, pelatihan secara daring ini tidak hanya berhenti di lingkup anggota PKK Desa Benjor saja, melainkan ibu-ibu di Desa Benjor secara menyeluruh, juga bisa menerapkan pelatihan daring tersebut. Lebih lanjut, akan lebih baik jika keterampilan berkreasi ini dapat dikembangkan sebagai bentuk wirausaha di desa. Khususnya bagi Desa Benjor yang unggul dengan wisata coban. “Tentu saja diharapkan keterampilan ini akan lebih berkembang dan akan lebih baik jika dapat menjadi suatu usaha untuk membuat cinderamata bagi wisatawan yang datang ke Desa Benjor,” imbuh Yosua di penghujung wawancara. Kontributor: I’anatul Mudhafif, Mahasiswa Jurusan Teknologi Industri
Agama
KKN UM EDISI COVID-19 :
dok. Pribadi
Maksimalkan Potensi Desa, Mahasiswa KKN UM Ubah Jahe Jadi Komoditas Penyerahan Sirup Jahe ke Kepala Desa Wonoayu
P
andemi Covid-19 kini menjadi momok bagi seluruh masyarakat dunia, tidak terkecuali Indonesia. Dalam penularannya, Covid-19 tidak mengenal orang kaya, miskin, artis, maupun politisi sekalipun. Semua berpotensi untuk tertular Covid-19. Dengan adanya wabah ini, kebiasaan masyarakat pun menjadi berubah secara drastis, khususnya dalam pola hidup sehat dengan menggunakan masker saat keluar rumah dan rajin mencuci tangan setelah menyentuh benda-benda. Universitas Negeri Malang (UM) sebagai kampus pendidikan di Kota Malang tetap melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Edisi Covid-19 yang dilaksanakan sesuai dengan protokol kesehatan. Pada kesempatan inilah mahasiswa UM yang tergabung dalam kelompok KKN UM Edisi Covid-19 bertempat di Desa Ngantru, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang, berinisiatif membagikan masker kain (agar bisa digunakan secara berulang) dan handsinitizer atau pensanitasi tangan kepada masyarakat setempat sebagai bentuk kepedulian mahasiswa kepada masyarakat, pada (9/6). Selain itu, program pembagian masker dan pensanitasi tangan di Desa Ngantru ini, sekaligus bertujuan untuk mengedukasi masyarakat di tengah pandemi Covid-19. Mahasiswa yang tergabung dalam kelompok KKN Desa Ngantru terdiri dari 20 mahasiswa yang terbagi ke dalam 3 kelompok penugasan. Kelompok 1 terdiri dari 3 anak bertugas untuk membuat rancangan masker dan
pensanitasi tangan; kelompok 2 yang berjumlah 9 anak bertugas dalam pembuatan masker; dan kelompok 3 yang berjumlah 8 anak bertugas dalam pembuatan dan peracikan pensanitasi tangan. “Pembuatan yang dilakukan secara mandiri ini bertujuan untuk mengedukasi masyarakat serta sebagai salah satu bentuk pelayanan mahasiswa KKN UM kepada masyarakat,� ucap Lahidhan Aji, Koordinator Desa (Kordes) KKN Desa Ngantru. Pembuatan yang dilakukan secara mandiri ini memakan waktu 1 minggu sebelum proses pendistribusian ke Desa Ngantru. Pendistribusian masker dan pensanitasi tangan ini dilakukan oleh 7 mahasiswa perwakilan kelompok KKN Desa Ngantru dikarenakan tidak semua mahasiswa berada di Malang Raya serta dari pihak desa yang membatasi jumlah yang dapat masuk ke Desa Ngantru. Pembagian masker dan pensanitasi tangan tidak bisa dilakukan secara menyebar dikarenakan kendala dari jumlah mahasiswa sendiri, sehingga masker dan pensanitasi tangan hanya diberikan kepada Ibu Rahma selaku Sekretaris Desa untuk disalurkan kepada masyarakat desa secara keseluruhan. Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan warga sekitar semakin sadar akan pentingnya menjaga kebersihan dan tetap menjalankan protokol kesehatan agar senantiasa mengurangi angka penularan Covid -19. Kontributor: Fira Octafiana, Mahasiswa Kependidikan Sekolah Dasar dan Prasekolah
Tahun 41 Mei - Juni 2020 |
29
Curhat
Assalamualaikum Wr. Wb Saya Waviq, mahasiswa Jurusan Matematika. Sejak diberlakukan study from home (SFH) saya merasa sangat bosan di rumah. Saya rindu suasana kampus. Padahal saya telah berusaha menghilangkan rasa bosan tersebut dengan kegiatan lain, tapi masih terasa bosan. Bagaimana cara yang benar menghilangkan rasa bosan selama SFH ini? Wassalamualaikum wr. wb Waviq Azizah
Hempaskan Rasa Bosan Selama SFH
Jawaban oleh: Ike Dwiastuti, M.Psi., Dosen Fakultas Pendidikan Psikologi UM Jawaban: Waalaikumsalam Wr.Wb. Berkegiatan di rumah saja ternyata dapat menimbulkan ber bagai masalah baru. Seperti masalah psikologis, ekonomi, keluarga, sampai masalah hukum. Masalah psikologis yang diprediksi dialami oleh banyak orang adalah mulai dari merasa bosan, frustasi, stress, dan lainnya. Meskipun Anda telah mencoba menghilangkan rasa bosan tersebut, tetapi masih belum berhasil. Untuk mengatasi suatu masalah perlu kita ketahui dulu penyebabnya. Faktor yang menyebabkan munculnya perasaan bosan seti- daknya ada tiga, yaitu faktor personal, lingkungan, dan prospek masa depan. Contoh faktor personal adalah kepribadian. Orang introvert bisa jadi tidak merasa cepat bosan ketika harus sering berada di rumah. Selain itu, minat personal juga berpengaruh. Orang yang terpaksa melakukan suatu aktivitas maka akan cepat merasa bosan terhadap aktivitas tersebut. Contoh faktor lingkungan adalah lingkungan fisik rumah dan fasilitasnya, serta lingkungan sosial budaya (interaksi dan kebiasaan keluarga). Faktor prospek masa depan berkaitan dengan tujuan masa depan dan optimisme terhadap peluang sukses dimasa depan. Dalam mengatasi kondisi pandemi ini, setidaknya ada dua hal yang dilakukan, yaitu penyesuaian diri dan pengembangan diri. Penyesuaian diri ini adalah melakukan perubahan agar dapat menyesuaikan dengan kondisi atau masalah yang dihadapi, misalnya membiasakan diri berkomunikasi secara daring. Hal kedua adalah pengembangan diri yang merupakan tahap lanjut dari penyesuaian diri. Jadi, tidak hanya bertahan terhadap masalah, tetapi juga meningkatkan kualitas diri. Melakukan penyesuaian diri saja biasanya
30
ilustrasi oleh : Nur Aviatul Adaniyah
akan mudah dihinggapi rasa bosan karena terpaksa melakukan penyesuaian tersebut. Sedangkan pada pengembangan diri bukan hanya melakukan aktivitas random untuk menghabiskan waktu, tetapi melakukan kegiatan yang bermakna sesuai dengan tujuan hidupnya. Dengan demikian, rasa bosan dapat berkurang. Saran Pengembangan diri dapat diawali dengan (1) Menetapkan dulu tujuan atau visi Anda di masa depan. Misalnya, Anda ingin mengajar dan menulis buku pelajaran, maka saat ini ketika waktu banyak tersedia Anda dapat mulai berlatih mengajar dan menyusun buku tersebut; (2) Temukan minat personal, apa pun tipe kepribadian Anda. Jadilah lebih kreatif. Jika biasanya ngobrol online saja dengan teman-teman, coba kembangkan menjadi obrolan yang bermakna, misalnya berkolaborasi menyusun modul belajar matematika untuk SD yang akan dibagikan gratis kepada siswa SD yang membutuhkan karena tidak semua siswa mempunyai fasilitas untuk belajar daring; (3) mengambil peran dalam keluarga. Misalnya membantu tugas-tugas rumah tangga, mempercantik rumah dengan tanaman, mengajak orang tua nonton film kesukaan melalui streaming, atau menawarkan diri bertanggung jawab terhadap pendampingan belajar adik-adik yang SFH; dan (4) yang tidak kalah penting adalah bersyukur setiap hari. Gunakan sudut pandang berbeda, masalah yang Anda alami adalah mengatasi rasa bosan. Di sisi lain, ada orang yang masalahnya adalah mengatasi perut lapar atau tubuh yang sakit terpapar virus ini. Mari kita gunakan waktu yang berlimpah ini untuk berkembang dan memberikan dampak baik bagi diri sendiri dan orang lain. Demikian, semoga bermanfaat. Wassalamualaikum Wr. Wb.
Mahasiswa UM dapat mengirimkan tulisan berupa curahan hati (curhat) pada rubrik ini dengan space halaman A4 via email komunikasi@um.ac. id selambat-lambatnya tanggal 25 Juli 2020. Apabila nama asli tidak ingin dicantumkan, diperbolehkan untuk menggunakan nama inisial. Curhat Anda akan kami kirim ke ahlinya (dosen Fakultas Pendidikan Psikologi UM untuk mendapatkan jawaban. Tulisan curhat akan mendapat imbalan atau penghargaan yang sepantasnya. | Komunikasi Edisi 328
Pustaka
Mewujudkan Kebahagiaan Sesederhana Memikirkan Kebahagiaan oleh Iqlima Safa Nur
A
Judul : I Saw the Same Dream Again Tahun : 2016 Penulis : Sumino Yoru
pa itu kebahagiaan? Selama ini banyak dari kita yang tidak mengetahui jawaban ringkas dan sederhana dari pertanyaan di atas. Begitu sederhananya, hingga banyak yang melupakan hakikat dari bahagia itu sendiri, bahkan sering kali mencampuradukkannya dengan sesuatu yang kat anya membahagiakan namun nyatanya memilukan. Banyak yang menganggap jika bahagia itu bisa tertawa dan tidak menangis, tapi bukankah kita pernah merasa sedih saat tertawa dan merasa bahagia saat menangis? Lalu, apa itu kebahagiaan? Kisah dalam novel epik ini berpusat pada Nanako, gadis kecil jenius yang selalu terlihat ke mana-mana bersama kucing kesa yangannya. Hari-harinya di sekolah selalu membosankan, bahkan hampir setiap hari ia malas berangkat ke sekolah. Namun, semua itu mulai berganti ketika tiba-tiba, guru favoritnya memberi tugas untuk direnungkan, “Apa itu kebahagiaan?” Nanako dan kucingnya—yang diberi nama ekor putus—memiliki kebiasaan setiap pulang sekolah mengunjungi rumah nenek tua dan seorang gadis dewasa. Di sanalah, Nanako merasakan hidupnya tak semembosankan saat berada di dalam kelas. Baginya berada di kelas dengan anak-anak yang bodoh, adalah hal yang bisa dikatakan membuang-buang waktu saja. Ah, se pertinya Nanako memang terlalu berlebihan. Pertanyaan yang diberikan oleh guru favoritnya itu, ia tanyakan kepada nenek tua dan juga gadis dewasa tersebut. Meski jawaban yang diberikan oleh keduanya tidak terlalu memuaskan, Nanako tetap suka, karena memang ia mengagumi segala hal mengenai kedua orang tersebut. “Kebahagiaan itu adalah ketika aku bisa mengatakan bahwa aku sekarang bahagia.” (ISTSDA: hal 258) Cerita dalam novel ini digulirkan begitu runtut, dengan bahasa yang ringan namun entah mengapa selalu menimbukan decak kagum ketika dibaca. Bahkan tidak ada yang menyadari hingga akhir ketika rentetan cerita tersebut hanyalah perihal Nanako yang menemui masa lalunya di dalam mimpi, kemudian bertanya-tanya dan bahkan mulai mencoba mendalami kembali, hal apa di masa lalu yang harus ia perbaiki? Setidaknya agar di masa depan ia tak menemui banyak sesal. Meskipun pada awalnya, plot yang disajikan terkesan lambat, seakan-akan ingin menjebak para pembaca agar kebingungan memahami makna disetiap katanya. Apalagi ketika petualangan yang menyebabkan Nanako bertemu dengan seorang remaja yang memiliki hobi menyayat tangan, benar-benar meninggalkan jejak pertanyaan yang mendalam. Namun, ada hal yang menarik dari pertemuan mereka. Nanako menjadi sosok yang mengetahui apa yang membuatnya merasa sedikit bahagia, ya, dengan membaca sedikit tulisan tangan gadis remaja tersebut. Bagi Nanako, gadis remaja tersebut memiliki pemikiran yang luar biasa, apalagi mengenai pandangannya tentang penulis.
Penerjemah : Clara Canceriana Penerbit : Penerbit Haru Jumlah halaman : 304
Nanako memang diceritakan sebagai gadis kecil yang sudah memiliki pemikiran dewasa. Hal tersebut tampak ketika ia mulai tertarik untuk memiliki sahabat yang menurutnya memiliki kepribadian cukup aneh, namanya Kiryu-kun. Kiryu-kun adalah bocah laki-laki yang terlihat bahagia ketika melukis, namun saat ditanya apakah melukis membuatnya bahagia, ia selalu menjawab tidak. Suatu hari ada rumor yang mengatakan jika ayah Kiryu-kun adalah seorang pencuri, maka seluruh anak-anak di kelas mencemoohnya sebagai anak pencuri. Setelah kejadian itu, selama berminggu-minggu Kiryu-kun memilih untuk tidak masuk sekolah. Mengetahui hal tersebut, Nanako berusaha untuk membujuknya agar mau masuk sekolah. Dua kali kedatangan Nanako selalu berakhir penolakan dari Kiryu-kun, akan tetapi hal tersebut tidak lantas membuatnya menyerah. Nanako dengan sabar membaca seluruh catatan yang ia peroleh saat pelajaran di kelas tadi, dan sepertinya cara satu itu berhasil membuat Kiryu-kun luluh untuk selamanya. Apalagi ketika mendengar ungkapan yang dikatakan dengan lantang oleh gadis yang diam-diam sudah ia kagumi sejak lama. Novel ini banyak memberikan perumpamaan-perumpamaan yang sangat logis, dan akan membuat siapapun yang membacanya selalu berpikiran sama seperti tagline yang kerap kali muncul, “Kebahagiaan tidak datang mendekat, kitalah yang bergerak menghampiri”. Maka bisa disimpukan jika kebahagiaan-kebahagiaan yang selama ini kita anggap benar belum tentu benar-benar membahagiakan. Oleh karena itu, setiap orang berhak untuk menjadi bahagia meskipun ia sedang merasa sedih, karena seperti perumpamaan yang beberapa kali diucapkan di dalam novel ini, hidup itu seperti kotak bekal makan siang, kau tak bisa memasukkan semua menu favoritmu di dalamnya. Sumino Yoru, sebagai penulis yang sudah memiliki tempat di hati pembacanya, selalu mampu menyihir, lewat kisah yang luar biasa, akan tetapi sangat sederhana begitu disimpulkan. Siapa yang menyangka jika pertemuan dengan diri sendiri lewat mimpi bisa menjadi menakjubkan bahkan hingga menembus 308 halaman? Uniknya lagi, sepanjang halaman demi halaman tidak ada yang mengecewakan. Yang terakhir, jawaban ringkas dari pertanyaan, “Apa itu kebahagiaan?” menurutku ada pada percakapan singkat ini: “Aku ingin nenek memberitahuku bagaimana menjalani hidup selama ini.” “Dari sejak kecil hingga dewasa, lalu menjadi tua, aku melewati kehidupan dengan apa yang kusuka dan juga bersama orangorang yang kusuka.” “Bukankah itu adalah hal yang biasa?” Aku sedikit kecewa.“Ya, kehidupan yang biasa saja. Aku bisa menjalani hidup bahagia dengan biasa-biasa saja.” (ISTSDA: 284) Penulis adalah mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Juara Harapan II Kompetisi Penulisan Pustaka Majalah Komunikasi
Tahun 41 Mei - Juni 2020 |
31
dok. Komunikasi
Wisata
Wisata yang sepi pengunjung
Dunia Pariwisata Sekarat Dalam Dekapan COVID-19
B
32 | Komunikasi Edisi 328
eberapa bulan terakhir Indonesia dihantui dengan aÂdanya penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19). Seiring berjalannya waktu, jumlah korban jiwa terus meningkat dan menyebabkan terhentinnya beberapa sektor esensial di Indonesia, salah satunya sektor pariwisata. Skenario terburuk yang mungkin terjadi adalah penutupan tempat-tempat wisata. Keberadaan Covid-19 benar-benar memukul para pengelola tempat wisata. Bagaimana tidak, kondisi yang terjadi saat ini sangat tidak memungkinkan untuk membuka tempat wisata. Tingkat kunjungan wisatawan menukik tajam karena adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diterapkan pemerintah. Tidak hanya berimbas pada pengelola, penutupan tempat wisata juga merugikan karyawanya, bahkan ada juga yang sampai dirumahkan secara sepihak. Tak berhenti di situ, demi menjaga tempat pariwisata agar tidak rusak, ada pengelola yang harus memakai dana cadangan
untuk melakukan perawatan. Sebaliknya, perlaku usaha yang baru merintis usaha wisatanya dan tidak mempunyai dana cadangan, terpaksa membiarkan begitu saja. Kondisi miris seperti itu juga dialami oleh beberapa tempat wisata di Blitar. Cici Yunita, General Manager Blitar Park saat diw awancara kru Komunikasi mengatakan, sejak Covid-19 mewabah di Indonesia tingkat kunjungan wisatawan anjlok. Akhirnya, pengelola memilih menutup sementara tempat wisatannya sampai keadaan benar-benar memungkinkan untuk dibuka kembali. Penutupan ini berdampak terhadap karyawannya. Mereka terpaksa dirumahkan sementara. Setidaknya ada sekitar 90% kar yawan yang dirumahkan dan sisannya tetap masuk untuk membersihkan area wisata agar tetap normal. Untuk biaya perawatan dan gaji karyawan yang tersisa, pemilik Blitar Park terpaksa merogoh dana cadangan yang telah disiapkan dan sisa-sisa pembayaran tagihan.
Kabar baiknya, saat ini pemerintah telah memutuskan bahwa Indonesia memasuki era new normal. Nah, tempat-tempat wisata ini akan dibuka secara bertahap dengan mematuhi protokol kesehatan. “Dalam menghadapi new normal yang digagas pemerintah, kami selaku pemilik wisata telah merancang persiapaan menghadapi lonjakan wisatawan. Tentunnya, dengan tetap menerapkan protokol kesehatan Covid-19,” kata Cici. Hal senada juga diungkapkan oleh Dion Wikanto, pengurus Fish Garden Blitar. “Walaupun pandemi Covid-19 sulit diprediksi kelanjutannya, tapi kami berusaha tetap bertahan. Menghadapi new normal tentun kami juga sudah menyiapkan desain wisata yang akan kami suguhkan ke para wisatawan,” ujar Dion.
dok. Komunikasi
Wisata
Penutupan sementara pariwisata karena COVID-19
Keheningan pariwisata bak tertelan bumi
dok. Komunikasi
Tidak hanya Nurul, salah satu penikmat wisata, Dwiyatma Fathanisa Rahmasari juga mengurungkan niatnya untuk berwisata. “Covid-19 membuat saya memilih untuk stay at home. New normal justru membuat saya semakin takut beraktivitas di luar rumah. Ini terasa seperti liburan yang terpenjara. Tidak ada tempat wisata yang bebas akses, malah sebagian besar menutup operasionalnya. Ingin sekali menghirup udara bebas, bertemu hijau dedaunan atau birunya air laut, tapi semua hanya bisa dikunjungi melalui imajinasi. Seusai pandemi ini berakhir saya berjanji pada diri sendiri akan memuaskan diri saya bertemu dengan indahnya ciptaan Tuhan,” tutur Dwiyatma. Izam
dok. Komunikasi
Kesedihan akibat penutupan tempat wisata ini juga diungkapkan oleh Nurul Laili Rohmatin, mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM) yang memiliki hobi berwisata. Diceritakan bahwa sebenarnya dia berencana berlibur ke Pulau Lombok pada liburan semester genap. Namun, rencanya harus kandas karena adanya pandemi. Harapannya untuk berwisata di sekitar Malang Raya juga harus pupus karena tempat wisata di Malang Raya juga ditutup. Namun, Nurul menyadari bahwa bahaya penyeberan Covid-19 jika tetap membuka tempat wisata. “Semoga tahun depan seluruh daerah di Indonesia bisa terbebas dari pandemi ini sehingga semua akses wisata dibuka kembali,” ungkap Nurul.
Tidak beroprasinnya wisata karena COVID-19
Tahun 41 Mei - Juni 2020 |
33
Rancak Budaya
ilustrasi oleh : Nur Aviatul Adaniyah
Menatap Kurusetra oleh Azril Azifambayunasti
A
mis darah padang Kurusetra masih tajam menyengat indera. Surya menarik sinarnya seiring pembakaran ribuan jasad prajurit yang berkolaborasi dengan tangisan sarat derita dari para janda dan anaknya. Segerombolan gagak masih lalu lalang mencari serpihan badan yang tertinggal. Inilah hari yang selalu kunantikan belasan tahun lamanya. Ke-
34 | Komunikasi Edisi 328
menanganku. Kejayaan suamiku dan saudara-saudaranya. Kebahagiaan putraku dan masa depannya yang menjanjikan. Semu, ternyata hanya seonggok nafsu duniawi. Hari ini, airmata seorang ibu pun gagal memadamkan api yang perlahan menjalar membakar tubuh putranya yang tinggal raga. Akulah Drupadi, putri Raja Dru-
pada dari Pancala yang diramalkan membawa perubahan bagi tanah Jawa. Adikku, Srikandi yang telah gugur di ujung pedang Aswatama pernah berkata bahwa perang ini adalah buah dari pengorbanan semu Putri Gandari yang menghabiskan hidupnya dengan menutup mata menggunakan sehelai kain. Karena kenekatannya itu, kakaknya,
Rancak Budaya Sangkuni, sampai mengambil sumpah untuk menghancurkan Astina. Aku bertanya, lantas siapa yang bertanggung jawab? Dia bilang bukan Gandari, tapi seorang pria tua yang dengan seenak jidatnya menjodoh-jodohkan orang. Dia telah menjodohkan Gandari dengan keponakannya, Destarastra yang buta sehingga Gandari merasa berkewajiban untuk buta seperti suaminya. Dialah Dewabrata yang hidupnya diperbudak sumpah untuk melajang, yang ternyata sumpah itu menjadikannya sebagai pria yang tak pernah bisa memahami cinta.
kannya. Siapa dia? Bagiku dia hanya kacung Duryudana yang kebetulan punya kemampuan tak kalah hebat dibanding kstaria murni.
Begitukah? Tapi, sahabatku Gowinda berkata, bahwa perang ini adalah takdir. Ya, takdir karena manusia hanyalah bidak yang dimainkan penciptanya di atas waktu. Bidak? Kurasa tidak demikian. Manusia tidak seperti bidak sebab manusia selalu diberi kesempatan seluas-luasnya untuk berusaha. Namun, mengapa usaha yang dilakukan suamiku untuk menghindari perang dengan mengutus Gowinda menemui Duryudana putra Gandari justru gagal?
“Kecantikanmu telah dibakar oleh keangkuhanmu dengan menghina seorang pria hari ini, Drupadi! Yang terpenting dari seorang manusia adalah pencapaian dalam hidupnya, bukan kelahiran yang hanya kebetulan.”
*** Aku makin tak karuan menyongsong kemenangan yang didapat suamiku dengan memeras darah musuhnya. Kembali kuselami dasar hati, lalu kutemui sebuah kenyataan bahwa perang ini bukan takdir, bukan pula buah dari sumpah Dewabrata, kakek mertuaku. Tapi, perang ini adalah perwujudan dendam seorang putri dari Pancala yang hatinya sudah terlalu keras untuk bersabar. Seluruh kebaikan dalam dirinya telah dibakar penghinaan. Ingatanku berhasil menampilkan sebuah sayembara di Pancala. Kala itu aku dirias begitu indahnya bak bidadari surga. Berjalan dengan anggun menuju singgasana emas yang telah ditata, hanya demi menyaksikan seorang ksatria sukses memanah mata ikan dengan melihat bayangannya di dalam air, lalu memboyongku ke istananya. Sesederhana itulah sebuah pernikahan. Semua ksatria yang hadir tiada mampu menyelesaikan tantangan konyol itu, tapi Raja Karna dari Angga berhasil melaku-
“Berhentilah, Raja Karna. Aku enggan menodai kehormatan ayahku dengan mengizinkanmu meneruskan sayembara ini.” “Apa maksudmu, Putri Drupadi?” “Aku, putri Raja Drupada tidak bisa menikah dengan seorang anak kusir kereta Astina.”
Raja Karna meninggalkan arena. Lalu datang Janaka, adik ketiga Puntadewa dan juga sepupu Duryudana yang terkenal kehebatannya dalam menggunakan panah. Dia berhasil memenangkan putri Raja Drupada dari Pancala. Uluran tangan dan sinar matanya yang teduh membuatku jatuh hati saat dirinya membawaku pada ibunya. Tapi apa yang terjadi padaku? Janaka dengan penuh rasa hormat dan patuh menyerahkanku pada Puntadewa. Begitupun ibu mereka, Ratu Kunti yang tersenyum bangga melihat Janaka membawakan oleh-oleh untuk kakak tertuanya itu. Aku sempat mengagumi Puntadewa ketika dia dengan halus menolakku, sebab aku adalah hak Janaka. Tapi apa daya, ibu dan keempat saudaranya telah mendesaknya untuk menikahiku. Aku menjadi istri Pangeran Puntadewa dari Astina. *** Sekali lagi, aku menengok padang Kurusetra yang darahnya belum kering. Aku ingat kematian Raja Karna oleh adik iparku Janaka, yang ditangisi Ratu Kunti dengan sangat menyayat. Fa ktanya, Raja Karna adalah kakak suamiku. Dialah bayi Ratu Kunti dengan Batara Surya yang dihanyutkan di sungai demi
menjaga nama baik ibu dan negaranya, hingga akhirnya ditemukan oleh kusir kereta Astina. “Andai waktu itu aku tak mempermasalahkan statusnya, kami pasti menjadi Raja dan Ratu Astina karena Karna adalah putra tertua. Andai itu tak mungkin, setidaknya kami bisa berkuasa di Kuntiboja, kerajaan asal Ratu Kunti. Bahkan kalau Ratu Kunti tak membuka rahasianya pun, kami masih bisa hidup bahagia di istana Angga. Tanpa menjadi bagian dari perang saudara ini.” Aku tertunduk, menelan kepedihan sebagai buah dari keangkuhanku selama ini. Pikiranku hanya penuh dengan kehormatan dan kedudukan. Aku terlalu bahagia ketika suamiku berhasil mendirikan Kerajaan Amarta yang keindahannya menyaingi kahyangan dan sukses menurunkan reputasi Astina sebagai kerajaan terbesar di tanah Jawa. Tapi, kebahagiaan itu berakhir tragis di ujung dadu terkutuk yang dimainkannya dengan Sangkuni. Kelicikan Sangkuni berhasil memenangkan kebenaran yang dipegang suamiku. Akibat dari kekalahannya dalam judi itu, Amarta, empat adiknya, dan aku harus diserahkan kepada Duryudana. Aku masih ingat betul sakitnya ketika Dursasana adik Duryudana menjambak rambutku dan menyeretku ke meja judi. Aku pun masih ingat ketika suamiku dan empat adik iparku serta para tetua Astina berubah bisu melihat Dursasana mencoba menelanjangiku penuh nafsu. Meski penelanjangan yang biadab itu gagal total, seorang perempuan tentu telah merasa dilecehkan. Sumpah serapah yang terseru dari mulutku dan Bayuputra, adik kedua Puntadewa terlanjur bergema di dinding Astina lalu merambat menuju peraduan para dewa. “Hari ini seorang ratu dari Amarta telah dihancurkan harga dirinya. Kerajaan ini telah tenggelam dalam kenistaan. Hari ini, deritaku adalah derita seluruh perempuan di dunia. Demi menyembuhkan harga diri yang telah hancur ini, aku bersumpah tidak akan
Tahun 41 Mei - Juni 2020 |
35
Rancak Budaya pernah menggelung rambutku sebelum membasuhnya dengan darah Dursasana!” “Paman Destarastra, kemarahan kami akan menjadi akhir dari kebahagiaan anak-anakmu. Demi menegakkan keadilan bagi seorang perempuan, ratu dari Amarta, akan kumusnahkan anakanakmu tanpa ampun!” Gelegar suara Bayuputra yang terkenal akan kekuatannya itu seolah menyambar mahkota Destarastra. Dia gentar, lalu memberikan penawaran yang bernada pembebasan, “Anakku, Drupadi. Katakan, katakan padaku sekarang juga apa yang bisa kulakukan untuk menebus semua ini. Katakan, Nak. Apa pun itu, aku akan menyanggupinya.” “Apa pun, Yang Mulia? Jika kau mampu, aku ingin kau menghapuskan kena ngan tentang hari ini.” Dia terpaku. Sadar bahwa yang keluar dari mulutku adalah sesuatu di luar kemampuannya sebagai manusia, bahkan seorang Raja Astina. Destarastra lalu mengembalikan Amarta pada suamiku. Namun, ketidakpuasan Duryudana membuatnya mengeluarkan perintah agar aku dan lima anak Ratu Kunti itu mengasingkan diri selama tiga belas tahun tanpa boleh dikenali identitasnya. Di akhir masa pengasingan, aku tak pernah lelah membakar dendam suamiku dan empat adiknya untuk berperang melawan Duryudana. Bahkan Abimanyu putra Janaka dan Subadra berani berjanji di hadapanku untuk membalas penghinaan yang telah dilakukan Duryudana. Keberaniannya membuatku lebih me ngaguminya dibandingkan putaku sendiri, Pancakumara. *** Hatiku kembali tersayat mengingat akhir riwayat Abimanyu yang dibantai di dalam Cakrawyuha. Tangis Subadra dan jeritan istrinya yang hamil muda membesarkan dendamku pada Duryudana.
36 | Komunikasi Edisi 328
Hari berikutnya, dengan mengingat tragedi di meja judi dan pembantaian Abimanyu, tanpa peduli perasaan Ratu Gandari aku menyaksikan pembantaian Dursasana oleh Bayuputra, lalu kuterima darahnya untuk kuusapkan di rambutku yang pernah disentuhnya dengan keji. Kematian Duryudana dan adikadiknya telah menjadi modal bagi pesta kami. Tanpa kusadari, derita dan kemarahan Ratu Gandari atas kematian anakanaknya mendapat simpati para dewa. Malam itu juga, kutemukan Pancakumara berlumuran darah di kamarnya. Lalu adikku Drestadyumna yang telah terpenggal kepalanya. Begitu pula Srikandi yang tergeletak tak bernyawa dengan banyak luka tusukan di tubuhnya. Aku lupa, ada Aswatama kawan Duryudana yang masih lalu lalang di Kurusetra. “Sesungguhnya tidak ada yang benarbenar menang dalam perang, sahabatku. Kau telah menyaksikan kemenanganmu yang harus ditebus dengan kematian putra dan saudaramu. Perlu banyak air untuk memadamkan kobaran api yang besar. Kau telah membersihkan tanah Jawa dari kekuasaan tirani Duryudana dan adik-adiknya.” Gowinda menasihatiku di ujung perang. Begitukah? Tetap saja sesal akan menggerogoti sisa umurku. Andaikan aku bisa mengendalikan nafsu duniawi. Andai saja aku bisa lebih bersabar saat di meja judi kala itu.
bablasan memanja anak-anaknya. Perang ini juga terjadi sebab Putri Amba yang keras kepala tidak menghormati sumpah Dewabrata. Dia yang merasa masa depannya dihancurkan kemudian menurunkan dendamnya pada adikku Srikandi. Tak hanya perempuan itu, kecerobohan Ratu Kunti membuat Karna hidup di jalan yang salah dan berselisih paham dengan adik-adiknya. Lalu, keputusan Ratu Gandari untuk menutup mata membuatnya lemah menghadapi kejahatan anak-anaknya. Dan aku, aku adalah perempuan terakhir yang akhirnya mewujudkan perang saudara nan ngeri ini. Aku masih menatap padang Kurusetra yang menyimpan luka. Kudengar sayupsayup tangis di antara suara sanjungan untuk raja baru Astina. Deras air mata takkan cukup mencuci tanah Kurusetra yang merah berdarah. Bagaimana bisa aku menjalani hidupku dengan bayangbayang ribuan mayat di Kurusetra se bagai korban keegoisanku? Bagaimana bisa aku hidup mewah sebagai Ratu Astina tanpa kehadiran Pancakumara dan Abimanyu yang begitu kukasihi? Benarkah setelah ini tirani akan musnah? Atau perang ini justru menjadi pembenaran generasi mendatang untuk berebut mahkota? Kurusetra tenggelam dalam gelap malam. Perempuan yang rapuh ini masih tenggelam dalam sesalnya. Aku menengok Kurusetra lagi. Gelap dan sepi.
“Drupadi, istirahatlah untuk persiapan upacara penobatan kita di Astina besok pagi.” Penobatan. Kata-kata Puntadewa itu kembali membuatku harus mengingat kemelut di Kurusetra. Tidak, perang ini bukan hanya perwujudan dendamku. Perang ini telah tersulut dari awal, hasil dari keserakahan Ratu Satyawati, ibu tiri Dewabrata yang menginginkan Astina diperintah keturunan kandungnya. Tapi apa hasilnya? Raja Destarastra yang ke-
Penulis adalah mahasiswa Jurusan Sejarah dan Juara Harapan III Penulisan Cerpen majalah Komunikasi
Rancak Budaya
HUTAN oleh Dimas Aldi Pratama Hutan‌ Dari kejauhan aku menatap seperti surga para flora fauna Suara-suara indah dari dalamnya terdengar Merdu mendayu layaknya seorang penyayi Pohon-pohon rindang menjulang tinggi ke atap langit Menjadi ciri bahwa kau masih lestari
Hutan... Tapi sekarang identitasmu menghilang Warna hijaumu telah didominasi merah Seolah-olah kobaranmu menunjukkan kemurkaan Menghabisi segala yang ada Daun-daun kecoklatan beterbangan di sudut negeri Hutan‌ Kini asap hitam tebal menyelimutimu Pohon-pohon tak berdaun menjadi saksi Rusakmu pertanda bahaya Para fauna merintih menangis Manusia tercekik oleh asap Lalu menanyakan di mana keadilan Hutan... Tempatmu menjadi taman bermain fauna Tempatmu menjadi ladang oksigen manusia Tempatmu kaya akan sumber hayati Tempatmu bukan tempat yang indah lagi
ilustrasi oleh : Nur Aviatul Adaniyah
Penulis adalah mahasiswa Jurusan Sosiologi Juara Harapan III Kompetisi Penulisan Puisi Majalah Komunikasi
Tahun 41 Mei - Juni 2020 |
37
Nama : Dwiyana Putra Santoso Fak/Jur : Sastra/ Seni dan Desain
Seluruh civitas akademika UM dapat mengirimkan karya berupa komik dengan tema bebas dalam bentuk soft file yang dikirim langsung ke Kantor Redaksi Majalah Komunikasi Graha Rektorat Lantai II atau via email: komunikasi@um.ac.id selambat-lambatnya tanggal 25 Juli 2020 disertai identitas diri (nama, fakultas, jurusan, dan nomor HP). Tahun 41 Mei - Juni 2020 |
38 | Komunikasi Edisi 328
35
Malam telah berlalu, bintang kian meredup, dan matahari mulai menampakkan wujud. Untuk kehidupan yang lebih baik, untuk harimu yang semakin membaik. Selamat Pagi. Nama : Jesti Susanto Fak/Jur : Ekonomi/Ekonomi Pembangunan Lokasi : Kolam FIK UM
Caramu menyambut pagi adalah boomerang. Awali hari dengan kepedulian, salah satunya kepedulian akan kesehatan. Jangan lupa berolah raga dan selamat pagi. Nama : Tusamia Salsabiela Fak/Jur : Teknik/Teknik Elektro Lokasi : Graha Rektorat UM
Setiap pagi adalah undangan yang menyenangkan untuk memulai hari. Memulai dengan kepedulian diri dan memulai dengan kepedulian akan alam ragawi. Selamat pagi. Nama : Yuditya anta taqwa Fak/Jur : Ilmu Sosial/Hukum dan Kewarganegaraan Lokasi : Kawah Ijen, Banyuwangi
Ada yang melesat pergi setiap kali pagi menjadi siang. Bukan embun yang menggumpal di dedaunan, melainkan wajahmu yang selalu berkelebat dalam renungan. Selamat pagi. Seluruh civitas academica UM dapat mengirimkan karya fotografi dengan tema dan tempat bebas dalam bentuk soft file yang dikirim langsung ke Kantor Redaksi Majalah Komunikasi Gedung Graha Rektorat Lantai II UM atau via email: komunikasi@um.ac.id selambat-lambatnya tanggal 25 Juli 2020 disertai lokasi foto dan identitas diri (nama, fakultas, jurusan, dan nomor HP). Foto yang dimuat mendapat imbalan atau penghargaan yang sesuai.
Nama : Fitriyanti Bunga Fak/Jur : Sastra/Sastra Indonesia Lokasi : Sukun Pondok Indah, Malang
Redaksi menerima tulisan reportase dengan panjang tulisan 1 halaman A4 font Times New Roman ukuran 12 spasi 1,5 dikirim maksimal dua hari setelah pelaksanaan kegiatan ke email komunikasi@um.ac.id. Naskah yang layak akan dimuat di Komunikasi online dan mendapat imbalan atau penghargaan yang sesuai