Majalah Komunikasi UM | Edisi 320 Januari - Februari 2019

Page 1



DAFTAR ISI Asa Memacu Peringkat dalam Klasterisasi PT

19 22 24

dok. Komunikasi

SALAM REDAKSI 4

6

SURAT PEMBACA 5 LAPORAN UTAMA UP TO DATE 9

Faris Lahap Organisasi

OPINI 10

dan Prestasi

SEPUTAR KAMPUS 12

Menjadi seorang presiden mahasiswa, bukanlah suatu hal yang mudah. Banyak inovasi-inovasi baru yang harus dilakukan. Seorang presiden mahasiswa harus kuat secara fisik maupun secara psikis. Faris Rosul, presiden mahasiswa 2019 yang telah menguji eksistensi dirinya hingga ke Negeri Sakura. Penasaran? Yuk, simak kisahnya dalam Rubrik Profil!

PROFIL CERITA MEREKA CURHAT 24 INFO 25

­­

Dirikan Sekolah Sendiri, Bilqis Percaya Mimpi itu Doa

LAPORAN KHUSUS 30 PUSTAKA 31

Berawal dari rasa tidak nyaman dan bosan pada masa sekolah, tak disangka kini Bilqis justru berhasil mendirikan sekolah. Bukan sekolah biasa, melainkan sekolah yang mengedepankan akhlak dan untuk mencetak cendekiawan muslim yang memiliki critical thinking. SD Muslim Cendekia berhasil Bilqis rintis dengan bersusah payah. Yuk, simak cerita selengkapnya di Rubrik Cerita Mereka!

WISATA RANCAK BUDAYA 34 KOMIK 38 LENSA UM 39

Belajarlah Hingga ke Negeri Cina Secarik Cerita Perjalanan di Hainan Pepatah belajarlah hingga ke negeri Cina rupanya mengundang banyak rasa penasaran di benak banyak orang. Pertanyaan "Ada apa di Cina?" itu pun bermunculan. Kali ini salah satu Anggota Penyunting Majalah Komunikasi akan menceritakan perjalannya selama di Hainan, China. Simak liputannya di Rubrik Wisata!

32

dok. Pribadi

dok. Pribadi

dok. Pribadi

Bukan hal mudah untuk menjadikan UM menjadi universitas yang unggul di Indonesia, bahkan di dunia. UM yang kini menduduki peringkat ke-14 dalam klasterisasi Kemenristekdikti, ingin menaikkan peringkatnya ke posisi 13. Bagaimana upaya yang dilakukan UM untuk menaikkan peringkat di Kemenristekdikti? Simak liputannya di Rubrik Laporan Utama!

Tahun 41 Januari-Februari 2018|

3


Salam Redaksi

STT: SK Menpen No. 148/ STT: SK Menpen No. 148/ SK DITJEN PPG/STT/1978/ SK DITJEN tanggal 27PPG/STT/1978/ Oktober 1978 tanggal 27 Oktober 1978

oleh Djajusman Hadi

P

ara pembaca yang terhormat, terimalah salam hangat kami dari meja redaksi. Salam dan rasa syukur kami atas segala perubahan yang kami lakukan untuk meningkatkan kualitas Majalah Komunikasi baik dari segi penampilan maupun isi. Kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Tim Pengelola Majalah Komunikasi yang telah bekerja keras dalam membangun majalah kampus ini hingga meraih Bronze Winner yang diselenggarakan oleh Indonesia Print Media Awards (IPMA) dan dianugerahkan pada (07/02) lalu. Dalam Majalah Komunikasi ini, sebagai sajian berita utama kami mencoba mengulas tentang Pemeringkatan Kemenristekdikti 2019, yaitu target UM dalam menggapai kelima indikator klasterisasi kerja inovasi demi meraih peringkat klasterisasi. Bukan hal yang mudah untuk menjadikan UM naik peringkat dari posisi 14 menjadi 13. Peringkat ke14 sendiri merupakan peringkat akhir pada klaster satu di dalam pemeringkatan Kemenristekdikti menjadikan UM naik satu peringkat tentu bukan hal yang mudah untuk dilakukan, perlu berbagai usaha untuk menaikkan peringkat UM dan menjadikannya sebagai universitas unggul dan rujukan di Asia. Mulai tahun 2013, kementerian sudah mulai membentuk tim untuk menentukan klasterisasi atau perangkingan perguruan tinggi yang ada di Indonesia. Tim ini pertama kali membahas model yang diadopsi untuk melakukan pengklasteran. Setiap pemeringkatan memiliki masing-masing indikator penilaian. Terdapat lima indikator yang harus dicapai masing-masing perguruan tinggi dalam mencapai target klasterisasi di Kemenristekdikti. Kelima indikator tersebut mencakup hal tentang: (1)sumber daya manusia; (2) kelembagaan; (3) kemahasiswaan; (4) penelitian dan pengabdian kepada masyarakat; serta (5)inovasi. Dari kelima indikator tersebut yang menjadi prioritas UM sebagai upaya untuk menaikkan peringkatnya adalah pada bidang riset dan publikasi, hak paten, serta Hak Kekayaan Intelektual (HaKI). Kini UM menduduki peringkat ke-14 universitas terbaik di Indonesia. Ditargetkan tahun 2019 ini bisa naik satu peringkat ke posisi 13. Sebagai bekal guna mencapai raihan ke peringkat 13 yang dipersiapkan UM adalah mendidik, mematangkan, dan menyiapkan mental mahasiswa. Selain guna mendukung peningkatan peringkat tersebut, pencapaian ini tidak terlepas

dok. Pribadi

Mengaktualisasi Semangat Berprestasi dengan adaya tim pemeringkatan UM yang dibentuk pertama kali pada bulan Juni 2018. Namun pada tahun ini kinerja tim pemeringkatan akan lebih dioptimalkan dengan dibentuknya anggota baru, maka saat ini sedang dibangun sebuah ruang kerja untuk tim pemeringkatan UM sebagai wujud nyata mengawal Unit Kerja UM. Dalam rangka menuju puncak prestasi ke jenjang yang lebih tinggi, setidaknya ada beberapa upaya yang harus yang dilakukan, antara lain yaitu merevitalisasi dan mengaktualisasi terhadap kualitas kerja inovatif dalam mendidik, mematangkan, dan menyiapkan mental mahasiswa dalam berprestasi secara akademik maupun nonakademik. Berprestasi adalah wujud aktualisasi kebebasan positif dalam rangka mengembangkan potensi insani dan potensi kolektif bangsa dalam usaha mencapai cita-cita nasional. Berprestasi menjadi hal penting bagi spirit kita untuk terus memberikan karya inovatif terhadap stakeholder. Hidup mestilah berprestasi agar kita mampu menghadirkan telaga inspirasi yang luas buat orang lain. Artinya, kita akan menjadi sebaik-baiknya manusia jika kita mampu memberikan banyak energi kebaikan kepada sesama. Salah satu dari begitu banyak energi kebaikan itu adalah dengan menjadi insan berprestasi khususnya sebagai warga UM. Hidup haruslah berprestasi, hidup haruslah memberikan manfaat dan kemaslahatan. Hidup mestilah disii dengan warisan kebaikan yang selalu menginspirasi setiap orang. Oleh karena itu, mari kita sebagai warga UM membumikan semangat berprestasi dengan memanifestasikan kerja keras yang inovatif dan komprehensif yang penuh manfaat. Seiring dengan liputan yang mengupas tentang Pemeringkatan Kemenristekdikti, maka dalam terbitan Majalah Komunikasi kali ini, kami juga menampilkan opini yang juga mengulas tentang manajemen inovasi, dan beragam info menarik seputar kampus di awal tahun 2019. Mari kita gelorakan semangat menggali kembali mutiara yang terpendam di dalam aset potensi diri kita dengan mengaktualisasi semangat berprestasi yang gemilang melalui kerja berprestasi. Semoga dengan komitmen kuat ini, UM dapat meraih prestasi menuju peringkat yang lebih tinggi. Penulis adalah Anggota Penyunting Majalah Komunikasi

KOMUNIKASI • Majalah Kampus Universitas Negeri Malang • Jalan Semarang No. 5 Graha Rektorat lantai 2 Telp. (0341) 551312 Psw. 354 • E-mail: komunikasi@um.ac.id • Website: http://komunikasi.um.ac.id • Instagram: @komunikasi_um KOMUNIKASI diterbitkan sebagai media informasi dan kajian masalah pendidikan, politik, ekonomi, agama, dan budaya. Berisi tulisan ilmiah populer, ringkasan hasil penelitian, dan gagasan orisinil yang segar. Redaksi menerima tulisan para akademisi dan praktisi yang ditulis secara bebas dan kreatif. Naskah dikirim dalam bentuk softdata dan print out, panjang tulisan 2 kwarto, spasi 1.5, font Times New Roman. Naskah yang dikirim belum pernah dimuat atau dipublikasikan pada media cetak manapun. Tulisan yang dimuat akan mendapatkan imbalan yang sepantasnya. Redaksi dapat menyunting tulisan yang akan dimuat tanpa mengubah artinya. Tulisan dalam Komunikasi tidak selalu mencerminkan pendapat redaksi. Isi di luar tanggung jawab percetakan PT Antar Surya Jaya Surabaya.

4 | Komunikasi Edisi 320

Pembina Rektor (AH. Rofi’uddin) Penanggung Jawab Wakil Rektor III (Mu’arifin) Ketua Pengarah Kadim Masjkur Anggota Ahmad Fahmi Ketua Penyunting A.J.E. Toenlioe Wakil Ketua Djajusman Hadi Anggota Zulkarnain Yusuf Hanafi Evi Susanti Nuruddin Zanky Dila Umnia Soraya Sukamto Tika Dwi Tama Septa Katmawanti Ike Dwiastuti Redaktur Pelaksana Nida Anisatus Sholihah Editor Azizatul Qolbi Layouter Fitrah Izul Falaq Desainer dan Ilustrator Krisnawa Adi Baskhara Reporter Amey Karimatul Fadhilah Fanisha Amelia Dessy Herawati Cintya Indah Sari Rosa Briliana Umi Nahdhiah Tanzilla Yulia Ageng Nur Nilam Ayu S. M. Irkhamin Azril Azi Famba Safira Putri H. Nikmatul Khoiriyah Administrasi Taat Setyohadi Ahmad Mu’am Rini Tri Rahayu Suhartono Ekowati Sudibyaningsih Agus Hartono Astutik Elok Kanthiasih Distributor Adi Santoso


Surat Pembaca

Perlunya Rubrik Prestasi Krisnawa Adi Baskhara

Assalamualaikum, Wr. Wb. Perkenalkan, saya Eka Zahra. Sejak saya menjadi mahasiswa UM, saya setia menjadi pembaca Komunikasi. Sejauh pengamatan saya selama ini, di Majalah Komunikasi belum ada rubrik "Prestasi" yang mewartakan ataupun menggalerikan prestasi mahasiswa. Selama ini, prestasi mahasiswa Universitas Negeri Malang menurut saya patut diacungi jempol. Kiranya, Komunikasi mungkin dapat menyediakan rubrik prestasi yang berisi galeri beberapa prestasi mahasiswa dengan cerita singkat ataupun warta sebuah prestasi. Sehingga, dapat menginspirasi teman-teman yang lain. Di situ, rekan-rekan mahasiswa juga bisa mengirimkan prestasinya atau menulis ceritanya untuk diangkat di majalah. Susun strategi improvisasi tepatkan langkah menaiki tangga klasterisasi

Eka Zahra S-1 Pendidikan Sekolah Dasar Waalaikumsalam Wr. Wb. Dear Eka Zahra, Terima kasih telah setia membawa Komunikasi, untuk civitas akademika UM yang berprestasi di majalah Komunikasi ini masuk pada rubrik Profil. Jadi, diharapkan dengan adanya rubrik ini banyak yang terinspirasi dari berbagai prestasi yang diraih oleh tokoh dalam rubrik profil tersebut.

Cover Story

Repro Internet

Salam, Redaksi

Sikap mental seorang pemimpin haruslah sikap mental kerakyatan. Emha Ainun Nadjib

ilustrasi oleh : Krisnawa Adi Baskhara

Tahun 41 Januari-Februari 2019 |

5


Laporan Utama

Asa Memacu Peringkat dalam Klasterisasi Perguruan Tinggi

ilustrasi oleh : Krisnawa Adi Baskhara

S

etiap universitas tentu memiliki cara masingmasing untuk menjadikan dirinya lebih unggul. Untuk mewujudkan hal itu, berbagai inovasi terus dilakukan demi meningkatkan kualitasnya, baik dalam bidang akademik maupun nonakademik. Tak terkecuali dengan Universitas Negeri Malang (UM). Universitas yang memiliki visi untuk menjadi “Guru” Asia, Dikenal Dunia” tersebut semakin meningkatkan performanya untuk menjadi universitas yang unggul dan menjadi rujukan di Indonesia, bahkan di dunia. Salah satu upaya yang dilakukan adalah menaikkan peringkat UM dalam klasterisasi di Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) Republik Indonesia. Banyak usaha yang harus dilakukan untuk mencapai target tersebut. Tentunya, hal itu tidak lepas dari peran seorang rektor sebagai pimpinan tertinggi di UM. Pada kesempatan wawancara dengan kru majalah Komunikasi beberapa waktu lalu, Rektor UM, Prof. Dr. AH. Rofi'uddin, M.Pd. menyampaikan beberapa strategi dan progam kerja yang ia canangkan untuk meningkatkan peringkat UM Kemenristekdikti. Berikut ulasannya.

6 | Komunikasi Edisi 320

Prioritas Indikator Klasterisasi bagi UM Setiap pemeringkatan memiliki indikator penilaian. Hal tersebut juga dilakukan oleh Kemenristekdikti dalam melakukan pemeringkatan bagi universitas-universitas unggul di Indonesia. Terdapat lima indikator yang harus dicapai masing-masing perguruan tinggi dalam upaya klasterisasi di Kemenristekdikti. Kelima indikator tersebut, yaitu: (1) sumber daya manusia; (2) kelembagaan; (3) kemahasiswaan; (4) penelitian dan pengabdian kepada masyarakat; dan (5) inovasi. Pada prinsipnya, indikator-indikator tersebut mencakup semua aspek yang termaktub dalam Tridharma Perguruan Tinggi dan manajemen secara keseluruhan. Dari kelima indikator di atas yang menjadi prioritas UM sebagai upaya untuk menaikkan peringkatnya adalah pada bidang riset dan publikasi, hak paten, serta Hak Kekayaan Intelektual (HaKI). “Penguatannya dari segi program dan pembiayaannya. Bukan berarti yang lain ditinggalkan, hanya saja yang butuh perhatian lebih adalah pada dharma kedua, yaitu bidang penelitian,” papar Prof. Dr. AH. Rofi'uddin, M.Pd., Rektor UM periode 2018-2022 saat ditemui di ruang kerjanya.

Capaian UM dalam upaya menaikkan peringkat di Kemenristekdikti dari waktu ke waktu cukup dinamis, semua komponen yang ada di UM mengalami peningkatan dan perkembangan. Saat ini UM berada di peringkat ke-14 pada klaster satu, namun pihak kampus menargetkan agar UM naik pada peringkat ke-13. “Dari waktu ke waktu terus dilakukan upaya bagaimana UM bisa memenuhi target-target,” tuturnya. Target UM secara keseluruhan sudah terbagi, salah satunya dengan dilakukannya kontrak kinerja antara rektor dengan kepala dekan, ketua lembaga, dan dengan para pimpinan lain di UM. Semua kontrak kinerja ini mempunyai satu tujuan, yaitu untuk meningkatkan performa UM di level kementerian secara nasional. Peran Kabinet Baru dalam Upaya Menaikkan Peringkat UM Dengan bergantinya periode kepemimpinan di UM, maka dibentuk pula kabinet baru. Kabinet baru periode 20182022 harus memenuhi target capaian yang telah dibuat dalam kurun waktu empat tahun serta target-target tahunan lainnya. “Tahun kemarin ada 13 international conference, tahun 2019 ini kita berharap dan menargetkan 20 international conference


Laporan Utama yang diadakan di fakultas-fakultas, seperti di Fakultas MIPA, Fakultas Teknik, Fakultas Sastra, dan fakultas-fakultas lain yang ada di UM,” tutur rektor yang berasal dari Fakultas Sastra ini. Ia menambahkan, hal itu bukan sekedar janji, namun sudah dituangkan pada sebuah kontrak kinerja di semua aspek. Lembaga-lembaga yang kuat harus memperhatikan semua lini agar berjalan dengan baik, begitu pula dengan rektor yang harus selalu siap di setiap komponen apabila menghadapi kendala. Prof. Dr. AH. Rofi’uddin, M.Pd.: Mendidik, Mematangkan, dan Menyiapkan Mental Mahasiswa Dalam upaya mencapai masing-masing indikator pemeringkatan perlu adanya perhatian dan penanganan, hal tersebut harus berjalan sinergis, termasuk research dan publikasi. Hasil dari suatu research harus menghasilkan suatu manfaat pada kesejahteraan masyarakat. Bukan hanya terbit di jurnal-jurnal nasional maupun internasional. Hasil research harus mempunyai kontribusi ke depan. Selain research, kreativitas dan inovasi merupakan hal penting yang menjadi satu kesatuan. "UM juga mendorong untuk mengalihkan kuliah-kuliah konvensional. Sekitar 30% matakuliah akan beralih menggunakan e-learning,” ungkap pria asal Jombang ini. Penggunaan e-learning akan membuka wawasan dan mindset mahasiswa terhadap dunia yang dihadapi. Dalam hal ini dosen juga dituntut untuk melakukan inovasiinovasi yang mendukung mahasiswa dalam pembelajaran. “Sebenarnya ujung dari kita mengejar target untuk klasterisasi atau rangking itu hanyalah tujuan antara. Sedangkan tujuan akhir kita adalah bagaimana kampus ini bisa mengantarkan mahasiswanya sampai pada dunia yang penuh dengan tantangan, serta lembaga ini betul-betul capable dan menjadi rujukan,” terang Rofi’uddin. Dari keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa pemeringkatan bukan merupakan tujuan akhir, melainkan tujuan antara untuk menjadikan UM lebih hebat. Tujuan akhir UM dalam menaikkan peringkat adalah lebih hebat dalam mendidik, mematangkan, dan menyiapkan mahasiswanya untuk siap memasuki dunia kerja yang penuh dengan gejolak. Di sisi lain, kampus ini didorong sedemikian rupa untuk bisa memberikan kontribusi dari berbagai riset serta hak-hak patennya ke dunia industri dan dunia usaha. Semua bagian dari kampus harus terus mengasah daya kreatif dan inovasinya. Dalam usaha menaikkan peringkat UM, kini telah dibentuk tim pemeringkatan

yang sifatnya lebih permanen. Tim tersebut dibentuk oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M). Tugas khusus tim ini adalah melihat capaian yang diperlukan UM agar dapat mencapai peringkat ke-13 pada klasterisasi perguruan tinggi di Indonesia. Prof. Dr. Ibrahim Bafadal, M.Pd: Tim Pemeringkatan, Wujud Nyata Mengawal Unit Kerja UM Keberhasilan UM menduduki peringkat ke-14 pada klaster satu tidak lepas dari peran tim pemeringkatan UM yang dibentuk pertama kali pada Juni 2018. Namun, pada tahun ini kinerja tim pemeringkatan akan lebih dioptimalkan dengan dibentuknya anggota baru. Hal itu dilakukan karena Ibrahim Bafadal, Wakil Rektor IV UM mencoba merevitalisasi tim pemeringkatan dengan ketua yang sama, yaitu Utomo Pujianto, S.Kom., M.Kom., dosen Fakultas Teknik UM. Saat ini, tim ini terdiri dari satu ketua, satu sekretaris, sebelas anggota, dan satu sekretariat yang dipilih dari Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi (PTIK), serta nantinya akan terdapat tambahan yang lain. Anggota tim pemeringkatan universitas tersebut juga bertugas sebagai ketua tim pemeringkatan di setiap fakultas. “Tim pemeringkatan tingkat fakultas ini nantinya akan beranggotakan tiga orang saja," ungkap Utomo. Dengan dibentuknya anggota tim pemeringkatan yang baru, dibentuk pula suatu aturan baru, yaitu adanya pertemuan rutin yang dilakukan setiap minggu antara wakil rektor IV dengan tim pemeringkatan. Guna mendukung kinerja tim pemeringkatan, saat ini juga sedang dibangun ruang kerja untuk tim pemeringkatan UM. Ruang kerja tersebut rencananya berada di lantai satu gedung Graha Rektorat UM yang akan mulai ditempati pada Februari 2019. “Tim pemeringkatan UM menjadi tim satuan tugas (Satgas) yang kami andalkan,” ungkap Ibrahim yang merupakan guru besar Manajemen Pendidikan UM. Adapun tugas-tugas tim pemeringkatan UM dibagi menjadi tiga, yakni: (1) mengusulkan peringkat berapa UM tahun 2019 dan ditetapkan dalam rapat pimpinan; (2) melakukan pengawalan agar semua kinerja yang akan dinilai dalam pemeringakatan ter-entry atau terpublikasikan; dan (3) mengawali implementasi perjanjian kerja masingmasing unit kerja UM dengan rektor. Pada (30/01) lalu telah ditandatangani kontrak kerja antara rektor dengan para masingmasing unit kerja yang bertujuan untuk

menjamin semua kinerja sukses, apabila terdapat kinerja yang kurang optimal akan diingatkan oleh tim pemeringkatan agar upaya yang diinginkan bisa tercapai. Dari beberapa indikator penilaian, pihak UM memiliki target penilaian yang ingin dimaksimalkan pada bidang penelitian, pengabdian masyarakat, dan inovasi. Untuk dapat mencapai hal itu diperlukan usaha lebih berupa pemuatan artikel pada jurnal terindeks. Rektor juga mengupayakan agar anggaran international conference ditingkatkan. Sebelumnya, hanya terdapat 15 paket international conference yang terbiayai, padahal saat ini diperlukan 24 konferensi untuk mencapai pemenuhan pemeringkatan. “Kegiatan ilmiah internasional direncanakan ada 24 kegiatan, misalnya dianggarkan pada FS empat, FIP tiga, FMIPA empat, Psikologi satu, semua itu sudah dibagi untuk pemenuhan tugas. Jika nanti semua unit berlomba-lomba untuk kontraknya dipenuhi akhir tahun, insyaallah peringkatnya akan naik ke 13,” imbuh Ibrahim. Secara umum, pihak UM harus memerhatikan tiga hal penting untuk pemeringkatan, yaitu: (1) ada orang yang mengawal, yaitu tim pemeringkatan UM; (2) kinerja UM pada bidang research, international conference, dan seminar nasional; dan (3) perlu adanya suatu komitmen dari pimpinan, baik dari pimpinan universitas maupun fakultas. UM juga memberikan penghargaan kepada unit kerja yang memiliki kinerja bagus, namun bagi unit yang tidak dapat melakukan tugasnya akan mendapatkan punishment. Hal tersebut merupakan bagian untuk menyemangati dan mendorong para civitas academica dalam melaksanakan pekerjaannya. UM Selalu Siapkan Diri di Setiap Pemeringkatan Sejak pembentukan tim pemeringkatan UM pada tahun 2018, tim ini memiliki tugas yaitu mempersiapkan UM untuk mengikuti berbagai ajang pemeringkatan, seperti halnya Webometrics, 4 International Colleges and University (4ICU) Ranking, Kemenristekdikti, dan Quacquarelli Symonds (QS) World University Ranking. Hampir semua pemeringkatan yang populer di Indonesia diikuti UM, sehingga UM harus selalu bersiap diri. “Tahun ini banyak yang dikerjakan oleh tim pemeringkatan, rapat pimpinan (rapim) memutuskan untuk fokus di dua hal, yaitu klasterisasi perguruan tinggi Kemenristekdikti dan QS," jelas Utomo. Dalam usaha menjadikan UM lebih siap tentu saja memiliki berbagai kendala yang dihadapi selama pengerjaan tugas,

Tahun 41 Januari-Februari 2019 |

7


Laporan Utama misalnya dalam pengumpulan data. Terdapat detail yang harus dikejar pada masing-masing unit kerja, seperti tingkat fakultas, LP2M, Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Pembelajaran (LP3), serta kemahasiswaan. Setelah pengumpulan data dilakukan, tim bertugas untuk memetakan data yang nantinya dapat diketahui hal yang kurang dan perlu diperbaiki untuk menaikan peringkat UM. Sejauh ini tim pemeringkatan UM sudah mencapai beberapa capaian, diantaranya: (1) berhasil merinci variabel dan subvariabel yang akan dinilai dalam proses pemeringkatan, serta telah mengetahui bobot dari masingmasing variabel; (2) menentukan skor dari masing-masing variabel yang harus dicapai untuk masuk ke peringkat 13; dan (3) tim pemeringkatan menyusun distribusi pemenuhan oleh masing-masing unit kerja. Pada tahun sebelumnya, tim pemeringkatan UM hanya terfokus pada pemeringkatan di Webometrics dan 4ICU, yaitu persaingan image perguruan tinggi di dunia maya. Utomo yang saat itu ditemui di ruang kerjanya menyatakan bahwa hal tersebut tidak seberat tahun 2019 ini, dikarenakan indikator penilaian pada tahun ini lebih banyak. Data yang digunakan untuk pemeringkatan pada tahun 2019 ini berasal dari hasil kerja 2018, sehingga tim pemeringkatan hanya tinggal memasukkan data yang tersebar di berbagai unit. Dikarenakan pengumuman klasterisasi dilakukan setiap tanggal 17 Agustus maka

tim memiliki timeline pemasukan data pada setiap indikator. Pada bulan Februari untuk memasukkan data pengabdian, Maret untuk data penelitian, dan Juni terkait data kemahasiswaan; kemudian antara Juni-Juli terkait inovasi. Tim pemeringkatan UM juga meminta perwakilan dari masing-masing fakultas agar ikut berkontribusi menyampaikan data. Hal tersebut merupakan bagian dari cara tim untuk memonitor unit kerja UM. Data yang paling besar merupakan data yang berada pada ssitem akademik (Siakad) atau yang dimiliki oleh PTIK. “Sebenarnya untuk klasterisasi lebih diutamakan kuantitas data dan hal itu yang harus dipersiapkan”, tutup Utomo. Tanggapan dan Harapan Civitas Akademika Adanya usaha UM dalam menaikkan peringkat UM menuju peringkat ke13 dalam Kemenristekdikti menuai berbagai tanggapan positif dari para civitas akademika. Salah satunya Dr. Edy Hidayat, S.Pd, M.Hum., Ketua Jurusan Sastra Jerman yang menyatakan bahwa usaha UM untuk menaikkan peringkat dinilai bagus. Hal tersebut dikarenakan pihak kampus akan selalu memiliki target kedepan. “Walaupun hanya berbicara tentang angka, sebenarnya hal itu menggambarkan kualitas," ujar pria yang akrab disapa Edy ini. “Apabila upaya kita kurang, pasti disalip oleh universitas lain di Indonesia,” tambahnya.

Aspek dan bobot setiap Indikator Klasterisasi PT Tahun 2018

8 | Komunikasi Edisi 320

dok. Kemeristekdikti

Meningkatkan peringkat UM merupakan pekerjaan besar seluruh komponen universitas, tidak hanya pimpinan. Pembagian tugas secara merata juga perlu dilakukan. Masing-masing jurusan juga harus melakukan hal yang positif untuk mendukung kontrak kerja antara dekan dengan rektor. Misalnya di Fakultas Sastra, pihaknya menargetkan kenaikan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) mahasiswa meningkat dan lima seminar nasional dengan masing-masing satu seminar pada tiap jurusan. Pihak jurusan pun memiliki kewajiban untuk membantu mahasiswa agar lulus tepat waktu apabila mahasiswa sudah siap untuk ujian. Selain itu jurusan melakukan beberapa cara untuk mendorong jumlah penelitian pada mahasiswa, misalnya dengan diwajibkannya menulis Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Pihak jurusan juga membentuk tim pembina penalaran untuk membimbing mahasiswa dalam menulis penelitian. Dosen yang membimbing dapat melakukan seminar penelitian bersama mahasiswa di forum dosen maupun guru. “Kesannya hanya naik satu peringkat, tapi semangat dalam mewujudkan harapan tersebut sangat tinggi. UM harus lebih gencar dalam melakukan upaya agar bisa naik satu peringkat dibandingkan universitas lain yang terus berlomba dalam menaikkan peringkat di klasterisasi Kemenristekdikti," tutupnya. Tanggapan positif juga diungkapkan oleh salah satu mahasiswi pascasarjana, Yulaika Ranu Sastra yang menyatakan bahwa untuk menaikkan peringkat dibutuhkan kerja ekstra yang melibatkan semua pihak. Hal tersebut tidaklah mudah, sebab dibutuhkan sebuah proses restrukturisasi Sumber Daya Manusia (SDM) secara internal, sehingga menghasilkan nilai jual yang dipandang baik oleh masyarakat, Kemenristekdikti, dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). “Bukan berarti hanya ingin terlihat bagus di luar saja, melainkan terbukti dari banyaknya lulusan yang berkompeten di dunia kerja”, ujarnya. Mahasiswi yang akrab disapa Yulaika ini juga berharap agar pihak UM tidak berhenti untuk melibatkan mahasiswa di berbagai ajang perlombaan, baik lokal, nasional, maupun internasional untuk mendongkrak prestasi. UM harus selalu kreatif serta inovatif untuk membuat terobosan baru agar memiliki keunikan yang berbeda dengan kampus lain. Pihak kampus juga harus dapat mendukung dan menfasilitasi bibit-bibit unggul di berbagai jurusan, secara akademik maupun nonakademik. “Ada banyak bibit unggul di kampus ini yang perlu mendapat apresiasi," tutup wanita yang gemar menulis ini. Fanisha/ Tanzilla


dok. Komunikasi

Up To Date

Desainer Komunikasi, Krisnawa (baris depan kedua dari kiri) saat berfoto bersama pemenang lainnya

Kembali Bawa Pulang Penghargaan, Komunikasi Tetap Eksis di Era Disrupsi

M

ajalah Komunikasi Universitas Negeri Malang (UM) kembali mendapatkan penghargaan tingkat Jawa, Bali, dan Sumatra yang di selenggarakan oleh Indonesia Print Media Award (IPMA) dan Serikat Perushaan Pers (SPS). Tahun ini Majalah Komunikasi kembali membawa pulang Bronze Winner kategori The Best of Java Magazine. Tentunya penghargaan ini bukanlah yang pertama kalinya bagi Komunikasi. Pada tahun 2016, majalah Komunikasi pernah mendapatkan Gold Winner dan Silver Winner. Bertepatan dengan peringatan Hari Pers Nasional yang dipusatkan di Kota Surabaya, malam penghargaan IPMA berlangsung di gedung Siola Surabaya (7/2). Turut hadir Redaktur Pelaksana majalah Komunikasi, Nida Anisatus Sholihah, S.Pd. dengan didampingi lima kru majalah Komunikasi. Krisnawa Adi Baskhara, desainer dan ilustrator majalah Komunikasi menerima piala Bronze Winner dengan diiringi riuh tepuk tangan para tamu. Selain pemberian penghargaan, malam itu juga berlangsung penyerahan secara simbolis jabatan Ketua Serikat Perusahaan Pers (SPS). Dahlan Iskan sebagai ketua lama SPS resmi menyerahkan kekuasaannya kepada H. M. Alwi Hamu sebagai ketua terpilih. Dalam sambutannya di acara yang mengambil tema “Kualitas Tanpa Batas di Era Disrupsi� ini, Alwi mengatakan bahwa Disrupsi digital tengah melanda dunia industri. Industri media menjadi salah satu industri yang paling merasakan dampaknya. Pola konsumsi media

masyarakat yang semakin meninggalkan media konvensional menjadi tantangan besar. Namun, hal itu merupakan tantangan bagi pers sendiri untuk berkreativitas tanpa batas. “Terima kasih atas dukungan semua rekan-rekan peserta kongres. Ini semangat kita bersama untuk tetap menghidupkan SPS ini. Dengan begitu, amanah ini tentu tidak bisa saya tolak. Mari bersama-sama kita besarkan SPS," ujarnya. Acara tersebut juga dihadiri oleh Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara dan Wali Kota Surabaya, Dr. (H. C.) Ir. Tri Rismaharini, M.T.. Dalam sambutannya, Rudiantara mengatakan bahwa untuk menghadapi tantangan disrupsi digital, perusahaan pers harus merubah pola pikir pada sumber daya manusia (SDM). Ia menegaskan bahwa kunci kesuksesan sebuah perusahaan pers di masa sekarang justru terletak pada SDM.  Tantangan disrupsi bukanlah pada teknologi, tetapi pada pola pikir orang dalam memanfaatkan dan menggunakan cara baru yang berubah itu, bukan hanya dari cetak ke elektronik, tapi kontennya juga harus profesional. "Kekuatan pers ada pada bagaimana memperkuat jurnalismenya. Hal ini berbeda dibanding bidang kerja lainnya yang bisa diganti mesin. Bagaimana jurnalisnya bisa men-cover both side, menjaga kode etik dan profesionalisme," ujar Rudiantara Sambutan tersebut juga kembali memacu kru Komunkasi untuk terus meningkatkan inovasi dan kreativitasnya agar dapat merebut kembali berprestasi dan merebut Gold Winner pada ajang IPMA pada tahun-tahun berikutnya.Cintya

Tahun 41 Januari-Februari 2019 |

9


Opini

Menjadi Kaum Muda Milenial Lewat Wirausaha Oleh: Yulaika Ranu Sastra

“Setinggi apa pun pangkat yang dimiliki, Anda tetap seorang pegawai. Sekecil apa pun usaha yang Anda punya, Anda adalah bosnya,� Bob Sadino

ilustrasi oleh : Krisnawa Adi Baskhara

10 | Komunikasi Edisi 320

Penyebab Kaum Muda Kurang Sadar Berwirausaha Kondisi ekonomi bangsa Indonesia dapat dikatakan tidak stabil. Dilihat dari naiknya harga BBM dan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika. Akibatnya, terjadi kesulitan memenuhi kebutuhan. Selain itu, persaingan di berbagai sendi kehidupan semakin ketat, tetapi minim skil. Ditambah, dikuasainya aset negara dan didominasinya beragam industri serta perdagangan oleh pihak asing. Bahkan, tenaga kerja saja diimpor dari Tiongkok. Oleh sebab itu, angka pengangguran semakin bertambah dan terjadilah tindakan kriminal. Hal ini tidak boleh dibiarkan begitu saja agar negara yang kaya akan potensi Sumber Daya Alam (SDA) ini, bangsanya tetap sejahtera. Salah satu penyebab masalah ekonomi yang krusial adalah kurangnya kesadaran kaum muda untuk berwirausaha. Mereka lebih tertarik bekerja sebagai karyawan di sebuah instansi atau perusahaan swasta yang terlihat elite, padahal penghasilan yang mereka dapat hanya mampu membeli perlengkapan fesyen dan makan, tidak bisa menabung. Itu masih bisa ditoleransi karena mereka punya ijazah atau keterampilan di dunia iptek. Mirisnya, jika hal terjadi pada kaum muda yang sama sekali tidak memiliki kemampuan apa-apa akibat putus sekolah atau ketiadaan biaya. Mereka hanya akan menjadi buruh kasar yang hanya mendapatkan upah seadanya. Bukan berarti pekerjaan seperti itu buruk, melainkan alangkah lebih bijaknya jika mampu menghasilkan sesuatu yang bermanfaat dan membawa nama diri, keluarga, dan bangsa sehingga bangsa lain tidak meremehkan bangsa ini. Jika hal itu terus dibiarkan, akan terjadi semacam kemiskinan yang diwariskan. Seyogyanya, manusia masih bisa mengubah nasibnya sendiri untuk mendapatkan kehidupan yang layak dan lebih dihargai, terlebih saat menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang sudah berjalan sejak tahun 2015. Berdasarkan data dari Kemenperin, tingkat daya saing Indonesia terhadap negar-negara ASEAN berada di urutan keenam. Karena itu, Indonesia harus mempersiapkan diri dengan serius untuk menghadapi pasar bebas itu.

Upaya Menggalakkan Kaum Muda Milenial Berwirausaha Mengutip perkataan Bob Sadino, “Setinggi apa pun pangkat yang dimiliki, Anda tetap seorang pegawai. Sekecil apa pun usaha yang Anda punya, Anda adalah bosnya,�. Seseorang akan merasa dirinya terbebas jika bisa berdiri sendiri tanpa aturan orang lain. Artinya, menjadi bos bagi dirinya sendiri dengan membuka usaha. Ada pun hal-hal yang dapat dilakukan dalam berwirausaha meliputi, membuka jasa menjahit pakaian atau butik; laundry; kuliner (kue kering dan basah sebagai makanan khas); berjualan pakaian, sepatu, dan tas online; berjualan aksesoris dan handmade; membuka les atau bimbingan belajar; membuka warung internet (warnet) beserta jasa foto kopi dan print; membuka salon atau jasa rias pengantin lengkap dengan event organizer (EO)-nya; membuka jasa penerbitan dan percetakan buku atau undangan; membuka bengkel; budi daya jamur; budi daya ikan air tawar; atau mengembangkan usaha ternak. Jika kaum muda mau berwirausaha, tanpa harus gengsi ketika tidak terlihat modis bekerja di ruangan ber-AC, pasti penghasilan mereka berkali lipat dari gaji yang diperoleh selama ini, sehingga ujaran Bob Sadino tersebut dapat dibuktikan. Sayangnya, kebanyakan kaum muda gengsi melakukan usaha sendiri. Padahal, usaha-usaha di atas mampu menyelamatkan perekonomian bangsa yang kian carut-marut. Berdasarkan data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) yang diselenggarakan oleh BPS pada bulan Agustus 2016, tercatat sebanyak 118,41 juta penduduk yang bekerja, dan 28,50 persennya adalah pemuda. Jumlah yang tidak sedikit itu dapat berperan menggerakkan ekonomi negara. Potensi kaum muda akan maksimal jika mereka diberikan ruang gerak untuk melakukan kreasi dan inovasi sebab mereka yang akan melanjutkan para wirausahawan terdahulu. Kaum muda harus diberi kesempatan dengan cara melakukan pembinaan, seperti membuka workshop atau pelatihan secara gratis bagi yang tidak mampu selama beberapa waktu. Ketika mereka sudah dibekali keterampilan, bisa membuka usaha sendiri, bahkan membuka


Opini

ilustrasi oleh : Krisnawa Adi Baskhara

lapangan pekerjaan. Pelatihan atau kursus yang bisa mereka lakukan antara lain: memasak, menjahit, merias, belajar komputer, membuat handmade atau kerajianan tangan, budidaya tanaman, dan montir. Tentu semua bernilai jual di pasaran. Kaum muda dapat membantu membangun negeri ini, menggalakkan produk dalam negeri yang tidak kalah saing di kancah nasional maupun internasional, mengurangi angka pengangguran, mengaktualisasikan diri, dan memperkenalkan warisan kebudayaan bangsa Indonesia melalui kerajinan tangan dan pakaian adat, sepetri ulos, songket, dan batik. Dikutip dari situs berita detikfinance, pada 12 Oktober 2018, diinformasikan bahwa pihak Nike akan mengurangi rantai pasokan di seluruh dunia, dari 785 pabrik menjadi 542. Kebijakan itu berlaku secara global, termasuk Indonesia. Selain itu, dikabarkan pihak Nike akan menghentikan pesanan pakaian olahraga terhadap 19 perusahaan garmen atau produsen pakaian jadi di Indonesia. Akibatnya, muncul opini yang mengatakan bahwa 35.000 karyawan terancam di-PHK. Berwirausaha, Identitas Kaum Muda Milenial Untuk bisa bergerak memulihkan kegiatan ekonomi, sudah seharusnya pemerintah juga membantu kaum muda berwirausaha lewat pemberian hibah atau peminjaman modal untuk membuka Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).

Dengan demikian, diharapkan UMKM akan terus melejit sehingga produk-produk dalam negeri mampu bersaing di kancah global. Mengingat, UMKM tengah menjadi salah satu roda penggerak ekonomi di Indonesia. Berdasarkan data dari Kementerian Koperasi dan UKM, pada tahun 2017 menunjukkan tingginya devisa negara dari para pelaku UMKM. Angkanya pun sangat tinggi, mencapai Rp88,45 miliar. Angka ini mengalami peningkatan hingga delapan kali lipat dibandingkan tahun 2016. Selanjutnya, dikutip dari laman internetmarketing yang dipublikasi pada tanggal 20 November 2017, dikatakan bahwa tidak sampai disitu saja, bisnis kecil ini juga mampu memberikan sumbangsih terhadap PDB yang tercatat mencapai 7,1 persen dan mampu menyerap 10,7 persen atau sekitar 12 juta total dari tenaga kerja. Memang kontribusinya cukup besar meskipun hanya usaha kecil. Untuk industri ekonomi kreatif sendiri juga tumbuh 5,76 persen dari tahun sebelumnya. Dari data itu bisa dikatakan bahwa pertumbuhan ekonomi ini di atas rata-rata. Peran UMKM cukup penting karena mampu memberi nilai tambah hingga Rp641,8 triliun untuk PDB nasional. Walaupun begitu, pemerintah juga memiliki target tersendiri dari UMKM ini karena pemerintah merencanakan kontribusi PDB Ekonomi kreatif ditahun 2019 bisa mencapai 7–7,5 persen. Untuk sektor ekonomi kreatif ini pemerintah

menargetkan 15 subsektor ekonnomi kreatif dan 3 di antaranya telah tercatat mampu memberikan kontribusi PDB yang cukup besar. Ketiganya itu antara lain adalah usaha kuliner sebesar Rp209 triliun atau 32,5 persen. Fesyen sebesar Rp182 triliun (28,3 persen) dan kerajinan sebesar Rp93 triliun (14,4 persen). Pemaparan mengenai kontribusi UMKM di atas, jelaslah bahwa UMKM sangat berperan bagi negara sehingga harus tetap ditingkatkan. Khususnya oleh kaum muda milenial yang memiliki banyak waktu. Jika sudah telanjur bekerja kantoran, tidak perlu khawatir. Kaum muda bisa berwirausaha pada paruh waktu. Terlebih akses informasi saat ini sangat mudah. Siapa saja bisa berbisnis di manapun dan kapan pun menggunakan teknologi gadget. Waktu yang digunakan juga tidak begitu banyak. Namun, tidak jarang para pegawai kantor meninggalkan pekerjaannya hanya untuk berwirausaha. Hasil yang diperoleh mencapai ratusan juta rupiah. Hal ini berimbas pada kemakmuran keluarga, orang sekitar, dan negara. Selain itu, dapat menunjukkan identitas bangsa Indonesia yang tidak kalah saing secara ekonomi dengan bangsa lain sehingga tidak akan ada lagi pengusaha asing yang berkuasa di negeri tercinta ini. Penulis adalah Mahasiswa Pascasarjana dan Juara II Penulisan Opini Majalah Komunkasi Tahun 41 Januari-Februari 2019 |

11


Seputar Kampus

Malang Eyes Lapwing: Mencintai Tidak Harus Mengurung

M

Beberapa kali, kamera dibidikkan untuk mengabadikan keindahan ciptaan Tuhan. Setelah menikmati pengamatan di titik tersebut selama beberapa menit, peserta beranjak ke titik-titik lain, yakni depan danau UMM, titik di samping sungai, dan terakhir teras lantai 4 Gedung Kuliah Bersama 4 UMM. Terdapat 16 jenis burung yang ditemui hari itu, meliputi cekakak sungai, cekakak jawa, bondol jawa, cabai jawa, merbah cerucuk, kareo padi, cinenen jawa, kapinis rumah, walet linchi, layanglayang loreng, cipoh kacat, burung madu sriganti, burung geraja erasia, cucak kutilang, layang-layang batu, dan yang terakhir raja udang meninting yang sedikit diragukan kevalidannya. Keberagaman jenis tersebut didukung oleh lingkungan kampus yang luas, memiliki banyak pohon tinggi, serta dekat dengan sungai. Pada dasarnya, ada banyak hal yang bisa dipetik dari pengamatan burung. Begitu yang diungkap oleh Heru Cahyono, pendamping sekaligus pendiri MEL. “Belajar mengidentifikasi burung, mengevaluasi dan memantau kembali," jelas Heru. Lewat pengamatan, para peserta dapat mengasah keterampilan sekaligus mengumpulkan dan mengevaluasi data. Sejatinya, burung merupakan indikator kualitas lingkungan. Semakin banyak keragaman jenis burung di suatu tempat menandakan bahwa habitat tersebut masih bagus. Mengingat, dalam sebuah lingkungan burung berperan sebagai arsitektur alami yang memiliki banyak

manfaat, salah satunya dalam penyerbukan bunga. Menurut Heru, bila sebuah burung dapat berada di suatu tempat, maka dapat disimpulkan bahwa burung itu masih bisa survive di tempat tersebut. “Semakin kaya burung, semakin banyak kajian yang kita amati,” lanjut alumni Jurusan Biologi UM tahun 2011 yang saat ini berprofesi sebagai guide fotografer burung tersebut. Selain bird watching atau pengamatan burung yang sering dilakukan, organisasi yang bernaung di bawah Himpunan Mahasiswa Jurusan Biologi UM ini juga melakukan kegiatan lain seputar ornitologi, meliputi fotografi, sketsa, penulisan artikel dan riset, serta konservasi. Organisasi konservasi burung yang mendalami pengkajian informasi ini terbentuk pada 5 Mei Tahun 2010 dan resmi menjadi lembaga semi otonom pada 8 Mei Tahun 2012. Anggotanya merupakan mahasiswa UM tak hanya dari Jurusan Biologi. Saat matahari mulai terik, peserta pengamatan berdiskusi mengenai hasil pengamatan. Selain data, mereka mendapat karya indah dan pengalaman berkesan lewat pengamatan yang dilakukan di ujung pekan itu. “Pengamatan kali ini cukup menyenangkan. Ketemu burung cabai jawa, soalnya belum pernah lihat," ujar Fita, salah satu peserta pengamatan dengan senang.Diah

dok. Panitia

atahari belum sepenuhnya menampakkan sinarnya saat Kelompok Pecinta Burung Malang Eyes Lapwing (MEL) Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang (UM) berkumpul di gerbang Jalan Veteran UM. Pagi hari itu (26/01), para anggota MEL hendak melakukan pengamatan burung yang akan dilakukan di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Berbagai peralatan mulai dari kamera, teropong binokuler serta monokuler, dan tripod dibawa guna menunjang kegiatan yang mengesankan tersebut. Bagi manusia awam, mengamati burung mungkin sebuah hal yang terdengar asing, namun bagi para pecinta burung seperti anggota MEL, mengamati burung merupakan salah satu bentuk perwujudan kecintaan pada burung. Berangkat dari keyakinan bahwa mencintai tidak harus mengurung, namun mencintai adalah melepaskan untuk terbang bebas, MEL berangkat untuk mendatangi ‘kecintaan’nya. Sebab, burung sejatinya adalah bebas. Matahari sudah mulai beranjak terang saat para anggota MEL sampai di UMM. Disambut oleh beberapa anggota Kelompok Studi Satwa Liar (KSSL) UMM yang juga tergabung dalam Komunitas Serikat Bird Watcher Ngalam (Seriwang), para peserta diajak untuk berkeliling kampus tersebut. Titik pertama peserta menginjakkan kaki di teras lantai teratas perpustakaan UMM. Mulai terlihat berbagai burung yang berada di pepohonan.

12

Salah satu agenda Malang Eyes Lapwing, yakni Bird Watching

| Komunikasi Edisi 320


dok. Panitia

Seputar Kampus

Salah satu penampilan peserta saat mengikuti Gelora Wira Tria Cita III

Gelora Wira Tri Acita III Hadirkan Cerdas Cermat dan Tari

R

esimen Mahasiswa (Menwa) 805 Wira Cendekia Universitas Negeri Malang (UM) mengadakan Gelora Wira Tri Acita se-Malang Open yang ketiga kalinya, acara ini merupakan agenda dua tahunan yang diadakan oleh Menwa UM. Dibuka di lapangan A2 UM, Sabtu (26/01) oleh Wakil Rektor III UM, Dr. Mua’arifin, M.Pd., acara tersebut berlangsung sangat meriah. Gelora Wira Tri Acita terdiri dari tiga jenis lomba, meliputi Kreasi PBB,Tari, dan cerdas cermat dengan mengangkat tema 'Spektrum Gemilang Emas'. Terik matahari tidak menghalangi semangat peserta lomba yang terdiri dari siswa SMA dan SMP untuk menunjukkan kreasi PBB terbaiknya di tengah lapangan A2. Sedangkan lomba tari dilaksanakan di aula Ki Hadjar Dewantara, lantai 7 Fakultas Ilmu Sosial (FIS). Ada pula lomba cerdas cermat yang dilaksanakan di lantai 6 ruang 607 dan 608 gedung I1 (FIS). Perlombaan yang diadakaan tiap tahun ini memiliki perbedaan dengan tahun sebelumnya, yakni dibukanya pendaftaran tingkat SMP/sederajat untuk cabang kreasi PBB dan cerdas cermat, selain itu ada penambahan piala tetap oleh panitia. “Antusias perlombaan tahun ini meningkat, sebenarnya kami

membuka kuota untuk kreasi PBB maksimal 25 tim tiap tingkat, namun karena pada tingkat SMA banyak yang tertarik, akhirnya kami menambah kuota menjadi 30 tim untuk SMA dengan persetujuan official,” ujar Yogi, komandan Menwa UM. Perlombaan yang dirancang oleh 58 panitia ini memperebutkan piala tetap sebanyak 47 piala dengan berbagai kategori. Juri dalam perlombaan PBB didatangkan dari tiga matra Tentara Nasional Indonesia (TNI), meliputi Rindam V Brawijaya/TNI Angkatan Darat (AD), Pangkalan TNI Angkatan Udara (Lanud), dan Pangkalan TNI Angkatan Laut (Lanal). Perlombaan berlangsung dengan lancar dan kompetitif. Senada dengan hal itu, M. Budiharto Hidayat, salah satu peserta dari SMAN 1 Tuban mengatakan bahwa perlombaan ini bergengsi dan pesertanya bagus-bagus, jadi sangat menantang. Tidak hanya itu, lomba cerdas cermat pun berlangsung sengit. Materi cerdas cermat meliputi bendera, kemerdekaan, dan seputar materi PPKn. “Pertanyaannya banyak yang menjebak dan banyak saingannya,” ungkap Elina, peserta dari SMK Penerbangan Angkasa Singosari Malang.

Tidak ketinggalan pula, kompetisi tari yang dilaksanakan di aula lantai 7 FIS berlangsung sangat memukau. Para peserta menampilkan kreasi tari sebaik mungkin demi menyumbang piala untuk sekolah masing-masing. Tampilan tari yang disuguhkan di depan juri dan penonton dilengkapi dengan kostum yang elegan. Ajang tari ini menjadikan Gelora Wira Tri Acita menjadi lebih meriah, “Ada tari dan cerdas cermat yang menjadikan sekolah kami tertarik untuk mengirimkan 1 pleton untuk semua cabang, baru pertama kali ikut lomba PBB ada tarinya juga,” jelas salah satu peserta cabang tari, Uswatun Hasanah dari SMAN 1 Panggul Trenggalek. Gelora Wira Tri Acita ini berakhir sore hari, dilakukan penutupan dan penyerahan piala di lapangan A2 pukul 16.00 WIB. Juara umum kategori SMA dimenangkan oleh SMK Penerbangan Malang tim B, sedangkan untuk juara umum kategori SMP diraih oleh SMPN 21 Malang tim B. Acara ditutup dengan rasa sukacita, baik dari peserta maupun panitia. Yogi, komandan Menwa UM 2018 berharap Gelora Wira Tri Acita IV dapat terlaksana kembali dengan tingkat Jawa Timur.Nikma Tahun 41 Januari-Februari 2019 |

13


Seputar Kampus

dok. Panitia

Seremonial Estafet Kepemimpinan UKM

B

Serah terima jabatan pengurus ormawa UM periode 2019

Perjalanan satu tahun ke depan harus dihadapi oleh pengurus baru, apapun tantangan dan rintangannya. Kerja keras, kesiapan mental, kedisiplinan, serta ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa akan sangat mempengaruhi kerja UKM setahun ke depan.

14 | Komunikasi Edisi 320

erkenaan dengan berakhirnya masa jabatan pengurus Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) UM tahun 2018, acara serah terima jabatan (sertijab) pun dilaksanakan. Bertempat di Gedung Sasana Budaya, Senin (4/2). Acara ini dihadiri oleh delegasi dari 35 UKM dan beberapa tamu undangan. Dengan suasana yang santai, penuh suka cita, dan adanya sedikit keharuan, acara tersebut berlangsung lancar dan sukses. Sertijab ini dilaksanakan oleh seluruh UKM UM yang dikoordinasi oleh Forum Komunikasi UKM. Forum Komunikasi UKM merupakan sebuah komunitas yang berisi kumpulan delegasi dari 35 UKM UM dan berada langsung dibawah naungan wakil rektor III dan Subbag MPIKA UM. Acara tersebut dibuka dengan sambutan dan juga dimeriahkan oleh penampilan dari UKM Opus 275 serta UKM Sanggar Tari Karawitan Asri Kusuma (STK-AK). Dalam sambutannya, Wakil Rektor III, Dr. Mu’ariffin, M.Pd., menyampaikan bahwa acara sertijab pada malam itu bukanlah akhir dari segalanya bagi pengurus lama UKM, justru itu akan menjadi lanjutan bagi mereka untuk membimbing pengurus UKM yang baru. Bagi pengurus baru UKM, acara tersebut merupakan awal perjalanan mereka untuk meneruskan perjuangan senior terdahulu agar dapat menjadi lebih baik. “Sertijab ini bukan titik, tetapi koma,” tutur Mu’arifin. Regenerasi memang harus dilaksanakan dari

tahun ke tahun. Regenerasi pengurus UKM dalam sertijab malam itu dilakukan secara simbolik dengan penyerahan bendera masingmasing UKM dari ketua umum lama kepada ketua umum baru. Dengan demikian, tanggung jawab dan masa depan UKM yang sebelumnya diemban oleh pengurus periode tahun 2018, kini berpindah tangan kepada pengurus UKM tahun 2019. Perjalanan satu tahun ke depan harus dihadapi oleh pengurus baru, apapun tantangan dan rintangannya. Kerja keras, kesiapan mental, kedisiplinan, serta ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa akan sangat mempengaruhi kerja UKM setahun ke depan. Disampaikan oleh Muam bahwa setiap UKM UM dituntut untuk bisa berprestasi, bermartabat, memiliki akhlak yang mulia, dan mau diatur oleh lembaga. Namun demikian, apapun amanah yang diberikan kepada masing-masing pengurus, ia mengingatkan agar tugas utama sebagai mahasiswa harus tetap dilaksanakan. “Harapannya agar setiap UKM terus berprestasi, tapi jangan lupa untuk belajar," ujar Muam. Ketua Forum Komunikasi UKM 2019, Ahmad Sholehuddin Suryanullah berharap kepada seluruh UKM yang ada di UM agar dapat meningkatkan kebersamaan dan solidaritas antara satu UKM dengan UKM yang lain, tidak hanya fokus pada UKM-nya masing-masing. "Sehingga, dengan begitu dapat bersamasama membangun dan memajukan UKM UM," pungkasnya.Nilam


dok. Panitia

Seputar Kampus

Penampilan salah satu anggota KSR PMI UM pada Dies Natalies ke-39

Java Wonderfull Land

Warnai Dies Natalis KSR

K

orps Sukarela Palang Merah Indonesia (KSR PMI) unit Universitas Negeri Malang (UM) genap berusia 39 tahun pada tahun 2019. Tahun ini Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) ini menyelenggarakan kegiatan dies natalis dengan tema Java Wonderful Land pada (23/01). Acara ini berlangsung sukses meskipun cuaca di Malang mendung, bahkan sempat hujan lebat. Antusias penonton juga sangat tinggi, terbukti meskipun hujan lebat banyak masih banyak penonton berdatangan. Bahkan tidak hanya dari kalangan UM saja, tetapi juga banyak penonton dari luar UM maupun dari luar Malang. Keluarga besar KSR se-Jawa Timur turut hadir memeriahkan puncak dies natalis. Dies natalis ini merupakan salah satu progam kerja (proker) awal tahun KSR UM yang sudah diagendakan pada bulan Januari. Berbeda dengan tahun sebelumnya, tahun ini panitia pelaksana mengadakan kegiatan lomba antar-UKM. “Tahun ini ada beberapa lomba yang diadakan, seperti lomba lari estafet, lomba voli buta, dan lomba lari ikat,” jelas Dila, ketua pelaksana dies natalis. Selain kegiatan tersebut, juga dilakukan kegiatan tasyakuran. Dalam kegiatan ini hampir semua anggota KSR terlibat. Dies natalis ini tergolong unik karena pengisi acara menonjolkan

budaya Jawa untuk ditampilkan. “Jadi seperti yang nyanyi, aransemennya pakai musik Jawa. Memang ingin menonjolkan budaya Jawa juga sih, biar beda dari yang lain,” tutur Dila. Meskipun KSR adalah organisasi yang bergerak dalam bidang kesehatan dan kepalangmerahan, tetapi masih peduli terhadap budaya Jawa. Java Wonderful Land ini merupakan salah satu ungkapan atau harapan yang ingin disampaikan melalui dies natalis tahun 2019. “Yang kita lakukan tidak hanya dalam bidang kepalangmerahan dan kesehatan, tetapi semua yang kita lakukan atas dasar kemanusiaan,” jelas Zurais, Ketua Umum KSR UM 2019. Bagi anggota KSR UM, berhubungan dengan kemanusiaan sangat penting, yang paling utama adalah dilakukan dengan sukarela dan ikhlas. Dies natalis ini merupakan awal proker yang sukses dilaksanakan di tahun 2019. ”Saya berharap tahun ini proker-proker lain juga semakin sukses terlaksana dan sesama anggota selalu kompak untuk menyukseskan program lain bersama dengan UKM lainnya,” jelas Dila. Selain itu, Ketua Umum KSR, Zurais juga berharap bahwa KSR PMI Unit UM dapat lebih maju dan mampu membawa nama baik UM. Terlebih KSR UM merupakan UKM kepalangmerahan pertama yang ada di Indonesia. KSR PMI Unit UM, jaya! Jaya! Jaya!.Safira

Tahun 41 Januari-Februari 2019 |

15


Seputar Kampus

Sambut Tahun Babi

dok. Panitia

dengan Adu Kreasi

R

Penghargaan peserta kompetisi fotografi dan fashion design tingkat nasional

ayakan Imlek di awal tahun 2019, Pusat Bahasa Mandarin Universitas Negeri Malang (UM) menggelar kompetisi fotografi dan fashion design tingkat nasional yang diikuti oleh para pelajar Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) sederajat, serta mahasiswa. Kompetisi ini telah dibuka sejak akhir tahun 2018 lalu, sedangkan babak final berlangsung pada Sabtu (9/2) di aula Gedung A3 UM. Dimulai pukul 09.00 WIB, grand final berlangsung meriah dengan fashion show dan penampilan-penampilan lain yang kental dengan nuansa Tiongkok. “Setiap Imlek, kami selalu menggelar acara dengan berbagai tema yang berbeda. Untuk tahun ini, tema yang kami usung adalah ‘Tiongkok di Mataku’ bagi kompetisi fotografi. Dari situ, kita akan tahu bagaimana pandangan orang-orang tentang kebudayaan Tiongkok di tengah fenomena rasisme yang masih saja muncul saat ini,” tutur Aulia, ketua panitia acara. Sementara itu, dalam kompetisi fashion design, para peserta harus mendesain pakaian gaya Tiongkok secara anti-mainstream, yaitu dengan menggunakan barang-barang bekas. Tidak hanya mendesain, peserta juga harus melakukan fashion show di hadapan para juri dan penonton. “Awalnya sih aku dapat info dari teman, lalu aku tertarik, akhirnya memutuskan untuk ikut,” ungkap Steven Yang, salah satu peserta kompetisi fashion design dari Universitas Ma Chung, Malang.

16 | Komunikasi Edisi 320

Selain penampilan-penampilan bernuansa Tiongkok, acara ini juga dimeriahkan dengan tampilan bernuansa budaya Indonesia. Ada penampilan Tari Remo yang dibawakan oleh mahasiswa Universitas Brawijaya Malang. Ada pula fashion show yang memadukan budaya Indonesia dan Tiongkok yang diperagakan oleh mahasiswa UM. Tidak hanya itu, di sela-sela acara juga ada pengundian angpau. Tak tanggung-tanggung, panitia juga menghadirkan jurijuri berkompeten dari berbagai universitas yang bekerjasama dengan Pusat Bahasa Mandarin UM, di antaranya Universitas Brawijaya, Universitas Muhammadiyah Malang, dan Universitas Negeri Surabaya. Di penghujung acara, nama Lailatus Sa’adah, mahasiswi UM muncul sebagai juara pertama dengan hadiah senilai Rp1.200.000,00. Tidak hanya itu, Lailatus juga berhasil membawa pulang gelar juara kategori paling kreatif dengan hadiah senilai Rp500.000. Kemudian, Dyna Melania, mahasiswi UM yang mengikuti kompetisi fashion design juga berhasil membawa pulang gelar sebagai juara pertama desain pakaian paling ramah lingkungan dengan hadiah senilai Rp500.000,00. Dengan adanya acara ini, panitia berharap generasi muda akan lebih mengenal beragam kebudayaan sejak dini, termasuk kebudayaan Tiongkok. “Jadi, kebudayaan-kebudayaan yang beragam termasuk kebudayaan Tiongkok ini seharusnya tidak hanya sekadar kita lihat. Tidak ada salahya juga kita mengapresiasi dan turut mempelajari," pungkas Aulia.Azril


dok. Panitia

Seputar Kampus

Momen Dalam Lensa: Saatnya Anggota Baru Mengangkat Kamera

H

impunan Mahasiswa Penggemar Fotografi (Himafo) Universitas Negeri Malang (UM) kembali mengadakan pameran pascadiklat ke-35. Kegiatan tahunan yang diadakan oleh Himafo ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki anggota baru setelah mengikuti diklat dasar. Di samping itu anggota baru angkatan 35 tersebut juga diajari bagaimana mengatur sebuah acara. Maka tak mengejutkan jika susunan panitia pelaksana terdiri dari anggota Himafo yang berjumlah berjumlah 40 mahasiswa. “Belajar jadi event organizer juga selain pameran,� ungkap Alya, salah satu panitia pameran. Semakin bertambah umur, UKM ini semakin dapat merawat dan mempertahankan budaya pameran yang terhitung sudah ke-35 kalinya dilaksanakan. Selain itu, dari tahun ke tahun karya yang dihasilkan oleh banyak fotografer muda Himafo juga semakin menarik. Disusun dengan konsep ruangan hitam-putih membuat ruangan pameran terasa lebih luas dari ukuran aslinya. Pengunjung yang datang tidak hanya dimanjakan oleh berbagai foto yang memakau namun juga display tempat yang menarik untuk dijepret. Mengangkat tema "Momen Dalam Lensa", pameran tersebut diikuti oleh 33 anggota dengan total 70 foto yang dipamerkan. Sebelum dipamerkan, foto-foto tersebut harus melewati seleksi kurator agar layak dipajang di Galeri Soeparno (Aula UKM UM). Tahun ini, kurator yang terlibat antara lain, Ajik Rohmansyah, Ramasyah Putra, dan Rifki Yulian Achmad yang merupakan

Pengunjung pameran pascadiklat Himafo ke-35

senior di Himafo. Selanjutnya, akan dipilih satu foto terfavorit hasil dari penilaian pengunjung tiap harinya. Pameran tersebut berlangsung selama enam hari, yakni pada (11-16/02). Pengunjung sudah bisa melihat pameran mulai pukul 10.00 WIB hingga pukul 21.30 WIB. Tidak ada tiket masuk yang dikenakan kepada para pengunjung. Biasanya, semakin petang akan semakin banyak pengunjung yang berdatangan. “Bagus foto-fotonya, tempatnya juga, penataannya fotogenic,� ungkap Fentrilia salah satu pengunjung yang tengah memperhatikan satu-satu foto hasil karya anak Himafo. Setelah pameran pascadiklat, Himafo akan mengadakan sarasehan sebagai kelanjutan dari kegiatan pameran pada (16/02/2019) bersamaan dengan penutupan pameran. Pengunjung dapat berdialog langsung dengan fotografer muda Himafo mengenai teknik foto atau makna di balik foto yang dipamerkan. Tentunya, semua kalangan, baik dari peminat fotografi maupun bukan diperbolehkan mengikuti sarasehan tersebut. Bagi anggota baru Himafo, pameran pascadiklat dijadikan sebagai ajang awal untuk mengekspresikan dirinya sebelum ditempa dengan berbagai latihan kependidikan fotografi dan videografi selama tiga bulan ke depan, serta pameran dengan skala yang lebih besar. Senada dengan hal tersebut, Alya mengungkapkan bahwa masih banyak kegiatan. Nantinya juga akan ada pameran pascapendidikan yang akan diadakan setelah anggota Himafo mendapatkan pendidikan selama tiga bulan.Nikma Tahun 41 Januari-Februari 2019 |

17


dok. Panitia

Seputar Kampus

Peserta diklat UKM Pramuka ketika mengikuti apel pagi di lapangan Universitas Negeri Malang

Pramuka Jawab Tantangan Era Millenial

R

iuh tepuk pramuka membuat semarak gedung A3 Universitas Negeri Malang (UM). Sejumlah 63 anggota baru Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Pramuka telah siap mengikut diklat ruang. Diklat ruang yang diadakan dua hari (16-17/02) berlangsung khidmat dan bermakna. Tema "Pramuka Sebagai Pemersatu Bangsa di Era Mileneal" dirasa sangat cocok dengan pola mahasiswa zaman sekarang. “Di era mileneal ini kita prihatin sekali dengan kasus yang marak terjadi seperti banyaknya berita hoax yang bisa memecah persatuan, sikap individual atau mementingkan diri sendiri, dan krisis toleransi. Nah, dari situ Pramuka sebagai wadah pemersatu bangsa di era mileneal,” tutur Andik Sukoco, ketua pelaksana diklat pramuka. Seiring dengan perkembangan zaman, kini mahasiswa didominasi oleh generasi milenial dengan cirinya yang lebih cekatan dan hidup dalam teknologi kekinian. Meski demikian, mereka tetap harus tumbuh dan berkembang, bahkan diharapkan menjadi semakin solid dan cerdas dalam melangkah. Nah, di situlah perlunya pendidikan kepramukaan. Seperti yang dijelaskan oleh salah Fa’iz Nur Abdillah sebagai salah satu pemateri, “Pramuka bisa merangkul semua keterampilan dan menangkal radikal. Melalui jiwa kepramukaan aktualisasi seluruh kegiatan sosial dan kemasyarakatan dapat berakar dan berpijak pada kebudayaan itu sendiri. Hal itu merupakan modal dasar yang kuat dalam rangka menghadapi tantangan di era global, sehingga generasi milenial tetap mempunyai sikap dan perilaku yang cinta tanah air, berkarakter, dan berjati diri.” Kehadiran Pramuka di era kekinian bagi kalangan mahasiswa

18 | Komunikasi Edisi 320

masih diperlukan sebagai wadah penanaman sikap mental, terutama bagi generasi milenial yang akan mengambil alih kepemimpinan Indonesia emas di masa mendatang. Di samping itu, keberadaan gerakan mahasiswa yang tergabung dalam organisasi pramuka akan banyak memberikan kontribusi nyata dan mejadi benteng di tengah percepatan zaman. Mengingat, globalisasi yang ditandai dengan menjamurnya teknologi informasi dan komunikasin sangat dimungkinkan membawa ancaman dari luar, seperti infiltrasi budaya asing serta pengaruh lain yang dapat mengganggu stabilitas sosial dan keamanan nasional. Diselingi ice breaking, peserta diklat terlihat antusias dalam mengikuti acara. Memupuk sikap disiplin sejak dini sangat nampak pada kegiatan tersebut. Sejak sebelum matahari terbit, peserta diklat sudah disiapkan di lapangan untuk melakukan apel pagi. Hal ini tentunya perlu diterapkan kepada generasi mileneal sebagai pendidikan dasar kedisiplinan dalam menjalani hidup hingga masa depan. Dalam konteks lebih luas, menumbuhkembangkan jiwa kepramukaan sama halnya dengan ikut serta memupuk sikap mental dalam rangka membela negara. Jika Indonesia berada di bawah komando geenrasi milenial yang cerdas dan solid, maka negeri ini akan tetap berjaya di masa depan. “Harapan saya, peserta diklat bisa tetap bertahan dan kompak hingga dilantik menjadi anggota pramuka dan menerima tongkat kepemimpinan di masa depan,” tutup Andik. Perlu diketahui, diklat ruang UKM Pramuka UM akan berlanjut dengan diklat alam yang akan dilaksanakan pada tanggal (01-03/03). Amey


dok. Pribadi

Profil

Terus Aktualisasi Diri, Faris Lahap Prestasi dan Organisasi ­­­ Nama Lengkap TTL Motto Hidup

: Faris Rosul Arifin (Faris) : Pamekasan, 06 Juni 1997 : Kerja keras, kerja cerdas, dan kerja ikhlas

Riwayat Pendidikan: • TK Widayatama Madura • SDN Proppo 1 Pamekasan • SMPN 3 Pamekasan • SMAN 4 Pamekasan • S-1 Ilmu Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang Riwayat Organisasi: • BEM UM (2019-sekarang) • Staff Advokasi Riset BEM UM (2018) • HMJ Geografi Universitas Negeri Malang (2017) • Pengurus Divisi MC Ikatan Pecinta Retorika Indonesia (2018) Prestasi yang pernah diraih: • Juara I Mahasiswa Berprestasi Tingkat Fakultas Ilmu Sosial • Asia-Pasific Social Science Confrence (APSSC 2017) di Fukuoka Jepang sebagai pemakalah (Oral-Presenter) pada Konferensi Internasional di Jepang (APSSC) 2017. • International Geography Seminar (IGEOS 2017) Jurnal Terindeks Scopus sebagai Pemakalah (Oral-Presenter) pada Seminar Internasional di Bandung. • Juara harapan I Vosico (Volcano Scientific Competition) tingkat Jawa-Bali • Duta CERITA (Community Empowerment in Raising Inclusivity and Trust Through Technology Aplication) Sebagai Penggerak dan Penerus Duta CERITA cabang Malang. • Sekolah Berwawasan Lingkungan berbasis Change Project dan Project Base Learning Tingkat Nasional Sebagai Presenter dan Sebagai Juara Umum (The Best Performing School).

si nisasi bukanlah op Prestasi atau orga ga ar keduanya berh Kuliah atau juara n aktivasi diri terus ekspos lakuka taklukkan cita-cita tegakkan langkah

nnya emis adalah sebuta Aktivis dan akad r dengan sesama Merendah, berbau lan kehidupan Halau terjalnya ja isan han dalam keoptim ba ru pe n ka ar iy ht Ik

Tahun 41 Januari-Februari 2019 |

19


dok. Pribadi

Profil

K

Faris Rosul saat orasi

20

| Komunikasi Edisi 320

untuk mengikuti lomba-lomba dengan motivasi menjadi seorang mahasiswa yang berprestasi. Tak hanya dengan teori saja, dia juga memperkenalkan salah satu temannya, anak FMIPA yang menjadi mawapres dan juga menjabat sebagai ketua BEM Fakultas waktu itu. Setiap ada lomba yang saya tahu, saya selalu ikuti lomba-lomba tersebut, mulai dari lomba debat, karya tulis, pidato, dan lain sebagainya. Saya tidak peduli saya menang atau kalah, yang terpenting bagi saya adalah pengalaman, karena pengalaman merupakan guru terbaik. Namun, saat saya kalah saya selalu mencoba dan terus mencoba memperbaiki kesalahan yang pernah saya lakukan. Tidak ada kata pantang menyerah dalam mencoba, yang ada adalah ilmu dan pengalaman dari setiap hal yang pernah saya lakukan. Dalam perlombaan yang sering saya ikuti, saya banyak mendapat kekalahan, hingga akhirnya 2018 kemarin mendapat juara II pada saat debat pendidikan, Juara II Pidato

Pekan Retorika Indonesia dan diundang sebagai Presenter Konferensi Internasional di Jepang. Tidak berhenti sampai di situ, hingga sekarang saya masih terus belajar untuk menjadi lebih baik. Saya juga mengikuti konferensi internasional geografi, kebetulan geografi sering mengadakan riset-riset tentang alam, baik itu di gunung maupun di tempat yang memiliki masalah dari segi hidrologis. Dari situlah saya mengemas penelitian-penelitian saya dalam bentuk paper, sebelum itu saya sering melakukan pembimbingan bersama dengan dosen. Hingga akhrinya paper itu saya publish di konferensi internasional di Bandung atau yang biasa disebut IGEOS (International Geography Seminar) dan alhamdulillah saya diterima di sana, tidak berhenti di IGEOS saja. Saya juga mencoba membuat paper untuk saya submit di Jepang, sebulan setelah itu saya mendapat invitation letter bahwa paper saya diterima di Jepang, semua pembiayaan ditanggung oleh fakultas dan universitas.

dok. Pribadi

egigihan dan kerja keras Faris Rosul membuahkan prestasiprestasi yang luar biasa, baik di dalam kampus maupun di luar kampus. Tak hanya di bidang akademik, pria yang lahir di Pamekasan ini juga memiliki segudang prestasi non akademik lainnya. Hingga di tahun 2019 dirinya dinobatkan sebagai ketua Badan Ekseskutif Mahasiswa (BEM) Universitas Negeri Malang (UM) atau yang biasa dikenal dengan sebutan Presiden Mahasiswa (Presma) UM. Faris memiliki ide baru untuk “Ngopi Bareng Bersama Bapak Rektor� yang nantinya menunggu keputusan bersama dengan para kabinet kerjanya. Komunikan penasaran dengan kisah presma baru kita? Apa saja progam kerja yang telah dia rencanakan? Mari simak obrolan santai Faris bersama dengan salah satu kru majalah Komunikasi! Apa Saja Pengalaman Prestasi yang Anda Miliki? Saat awal jadi mahasiswa baru (maba) saya sempat bingung, saya ingin ke jalur prestasi atau ke jalur organisasi. Suatu ketika saya mengerjakan tugas di A3 lalu saya bertemu dengan salah satu kakak tingkat saya yang sama-sama dari jurusan Geografi, kebetulan dia merupakan salah satu sosok mahasiswa yang berprestasi tapi juga mahasiswa yang organisatoris. Selama dua tahun berturut turut, pada tahun 2015-2016 dia mampu menjadi mahasiswa berprestasi (mawapres) di Fakultas Ilmu Sosial. Dia dikenal dengan nama Sam Yudi Susilo. Saya dapat banyak pengarahan dari dia, saya diajak untuk satu kos dan satu kamar bersama. Setiap malam saya selalu ditawari

Faris (tengah) sebagai bagian dari Mawapres dan peraih penghargaan Mawapres FIS


Apa Motivasi Anda Mengikuti BEM UM Hingga Menjadi Presma UM? Seperti alasan klasik yang biasa diutarakan mahasiswa, yaitu mencari pengalaman. Selain itu, sejak SMP saya sudah aktif berorganisasi sehingga sudah menganggap bahwa organisasi merupakan kebutuhan bagi saya. Pada saat SMA saya menjadi Ketua Pramuka di SMAN 4 Pamekasan selama satu periode. Pada saat di perkuliahan saya mengikuti organisasi Himpunan Mahasiswa Jurusan Geografi FIS UM dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Ikatan Pecinta Retorika Indonesia (IPRI). Setahu saya, BEM UM merupakan organisasi yang berkualitas dan sangat menjunjung sportivitas sehingga dengan mengikuti BEM ini saya banyak belajar dan berkontribusi secara penuh terhadap BEM dan almamater UM, sekaligus menyalurkan pengalaman organisasi yang saya peroleh. Bersama! Bergerak dalam harmoni menginspirasi untuk negeri! Mengapa Organisasi Merupakan Hal Penting Bagi Anda? Saya mengikuti banyak lomba, karena lomba-lomba merupakan kebutuhan mahasiswa di bidang akademis. Tapi semua prestasi, gelar, dan penghargaan yang saya dapatkan itu tidak ada gunanya jika tidak bermanfaat bagi sesama. Saya ingin melakukan perubahan, saya ingin membagikan hasil yang sudah saya dapat, dan saya ingin menjadi mahasiswa yang bermanfaat di kalangan universitas, dan organisasilah tempatnya. Organisasi merupakan kebutuhan bagi setiap mahasiswa karena semua hal yang kita pelajari di dalam organisasi tidak akan ditemukan dalam teori-teori di bangku kuliah. Dalam dunia kerja nanti kita akan merasakan bahwa organisasi itu memang kebutuhan yang sangat mutlak. Banyak perusahaan atau lapangan kerja yang sangat membutuhkan kerja tim, di situlah pengalaman-pengalaman dalam berorganisasi banyak dibutuhkan, tidak mengandalkan prestasi saja. Visi Kampanye yang Anda Tawarkan? Visi kampanye yang saya tawarkan adalah mempererat kekeluargaan dalam lingkup internal dan juga eksternal (BEM fakultas dan UKM) guna menciptakan Ormawa UM yang lebih solid, bersinergi, dan berkolaborasi. Di samping itu saya menawarkan program kerja yang mengarah kepada aspirasi dan juga akademik. Mengapa Menawarkan Visi tersebut? Visi tersebut muncul karena kondisi Ormawa UM pada saat ini. Banyak aspirasi mahasiswa UM yang belum tersampaikan dan juga minimnya kontribusi mahasiswa

UM dalam bidang akademik. Dengan adanya BEM UM 2019 ini diharapkan mampu mewadahi aspirasi mahasiswa dan juga dapat mengembangkan potensi dalam bidang akademik melalui program kerja-program kerja unggulan kami. Apa Saja Program Kerja Baru yang Anda Tawarkan? Program kerja yang terbaru yang akan saya tawarkan, yaitu adanya program pelatihan penulisan yang bekerja sama dengan PKM center dan teman-teman Ikatan Mahasiswa Berprestasi (Imapres) untuk terus melatih para mahasiswa, khususnya di lingkup UM. Dengan adanya progam ini saya berharap mahasiswa UM memiliki rasa cinta dan senang menulis serta mampu menulis dengan baik. Tidak hanya adanya suatu pelatihan saja tapi juga ada suatu perlombaan-perlombaan kepenulisan. Selain itu, saya juga menawarkan progam “Ngopi Bareng Bapak Rektor� yang akan diikuti oleh semua ketua himpunan mahasiswa jurusan atau prodi, BEM, DPM fakultas, dan DPM. Kita duduk bersama setiap kurang lebih tiga bulan sekali untuk mendiskusi permasalahan-permasalahan yang ada di universitas bersama dengan Bapak Rektor. Di sana kita dapat saling menyampaikan keluhan kita terhadap universitas dan langsung berdiskusi dengan pimpinan tertinggi di UM. Dengan adanya program baru ini saya ingin mahasiswamahasiswa UM kembali berbicara. Bukan hanya sekedar menerima dan menjalani perintah dari atasan tanpa mengetahui alasannya. Tips dan Trik Agar Bisa Seimbang Antara Organisasi dengan Akademis? Kalau tips dan trik lebih mengarah kepada pengalaman pribadi mungkin ya, kalau pengalaman pribadi saya, saya sering menuliskan apa yang akan saya kerjakan hari ini, besok, hingga seminggu ke depan, jadi lebih terstruktur dan terjadwal. Saya punya dua catatan, satu catatan untuk akademis dengan lomba dan satunya untuk catatan jadwal organisasi saya. Di samping itu, seperti materi klasik manajemen organisasi lainnya, saya juga membuat skala prioritas yang akan dikerjakan dengan kategori penting mendesak, tidak penting, mendesak, dan sebagainya. Agar saya tetap konsisten dan seimbang antara organisasi dan akademik, saya memiliki target-target yang saya tulis di selembar kertas dan tempelkan di dinding kos atau rumah saya. Dalam mencapai target tersebut sering dilanda rasa bosan dan kadang mager, hehehe, maklum mahasiswa. Nah, untuk mencegah hal itu saya menempel foto Ibu/bapak saya waktu kerja di sawah atau

dok. Pribadi

Profil

Faris saat di Jepang

waktu di bengkel motor dan juga menulis semua pengeluaran, semua uang yang saya habiskan selama kuliah. Sehingga ketika saya bosan, saya cukup melihat dan mengingat orang tua yang bekerja keras untuk membiayai saya. Pesan untuk Mahasiswa UM? Jika kalian memiliki tujuan ataupun cita-cita yang tinggi jangan banyak alasan, seperti tidak memiliki passion, tidak ahli, tidak terlahir dari orang yang mampu, saya tidak punya Kesempatan, dan lain sebagainya. Buang alasan itu jauh-jauh! Lakukan dan yakini apa yang akan kamu lakukan. Cari solusi dari setiap permasalahan yang menghambatmu untuk meraih cita-cita, dan yang terpenting keluarlah dari zona nyaman. Sudahi dulu senang-senangmu, jangan terlalu banyak bersenang-senang, tapi banyak-banyaklah menangis dan kesusahan untuk menuai suatu keindahan di hari kelak yang akan kamu capai.Cintya

"

Saya ingin mahasiswamahasiswa UM kembali berbicara. Bukan hanya sekedar menerima dan menjalani perintah dari atasan tanpa mengetahui alasannya.

Tahun 41 Januari-Februari 2019 |

21


dok. Pribadi

Cerita Mereka

Bilqis bersama dengan anak didiknya

Dirikan Sekolah Sendiri, Bilqis: Saya Percaya Mimpi Itu Doa 22 | Komunikasi Edisi 320

B

egitu menapak ke gedung sekolah yang asri dan sejuk di tengahtengah Kota Batu dengan arsitektur yang menawan, sambutan ramah ditunjukkan oleh kepala sekolah yang biasa dipanggil ibu direktur Bilqis. Lika-liku kehidupannya meninggalkan jejak kesuksesan, ia berhasil merintis SD Muslim Cendekia yang hanya berawal dari bermimpi. Kepekaan dan kepedulian menjadi pijakannya untuk melangkah hingga kini. Mahasiswa yang tengah mengerjakan disertasi sebagai syarat kelulusan S-3 Jurusan Tekhnologi Pendidikan (TEP) ini mengawali mimpi dari sekadar menuliskannya dalam selembar coret-coretan di kertas pada masa SMA. “Pada masa SMA saya menulis banyak hal, salah satunya ingin mendirikan lembaga pendidikan. Meskipun belum tahu bagaimana cara mewujudkannya, tapi saya percaya mimpi itu bagian dari doa,� kenang Bilqis. Perempuan bernama lengkap Bilqis Firyal Nabila tersebut mulai bercerita memutar waktu. Meskipun berasal dari keluarga broken home hal itu tidak menyurutkan niat Bilqis untuk mendirikan lembaga pendidikan. Menurutnya, ia bukan tergolong anak yang pandai maupun rajin, tetapi ia berhasil menyelesaikan jenjang pendidikan SMP dan SMA dalam kurun waktu empat tahun, hal itu bukan karena progam akselerasi. Ia merasa bosan dan tidak nyaman berada di sekolah sehingga ia memutar otak untuk segera mengakhiri masa sekolah. Hingga pada suatu saat ia berhasil mengikuti tes kelulusan yang disediakan sekolah khusus untuk Bilqis, dan ia berhasil


Cerita Mereka

terlepas dari sekolah yang menurutnya bak penjara. “Semenjak itu saya memiliki dendam yang harus terbalaskan dengan cara mendirikan lembaga pendidikan yang nyaman untuk anak-anak bangsa,” kelakar Bilqis dengan penuh semangat. Membaca beragam situasi dalam mengambil keputusan selalu ia terapkan. Sempat bekerja di SMA Katholik Cor Jesu Malang sebagai staf ahli kepala sekolah, perempuan berparas cantik ini mengambil keputusan untuk keluar dari zona nyaman meninggalkan pekerjaan yang memberikan feedback besar dan memilih untuk mewujudkan mimpinya. Tidak dengan mudah ia bisa menjadi sebesar sekarang dengan segala pencapaiannya. Di tengah keterpurukan ekonomi yang melanda,

ia berjuang mendapatkan uang untuk membiayai kuliah dan bertahan hidup. “Saya harus menolong diri saya sendiri, hingga saya menjadi wisudawan terbaik bidang akademik saat S-1,” tutur Bilqis. Tidak merasa puas dengan pencapain tersebut, ia mengambil S-2 dalam jurusan yang linier dan mendapatkan beasiswa. Perjalanan Bilqis tidaklah mudah, ia sempat bekerja paruh waktu seusai kuliah dan ia berusaha memenangkan banyak perlombaan karya ilmiah hingga kelihangan banyak jam tidur. Ia sadar kerasnya hidup yang harus ia jalani, “Kalau kita nggak keras sama kehidupan, maka kehidupan yang akan keras pada kita,” tambah Bilqis sembari tersenyum. Keheningan suasana Kota Batu dipecahkan oleh riuh gelak tawa siswa SD Muslim Cendekia, di sudut ruangan dengan suguhan teh hangat Bilqis melanjutkan ceritanya. Sebelum di Kota Batu, ia sempat mendapat tawaran untuk mendirikan sekolah di Bumiaji dan Kota Malang, tapi tidak sesuai dengan keinginan hatinya. Pada tahun 2016 ia mulai merintis SD Muslim Cendekia, menjadi single fighter merupakan semangat tersendiri untuk menyelesaikan apa yang ia mimpikan. “Saya yang mengurus segala kebutuhan bangunan, layaknya mandor saya membeli semen, pasir, batu dan lain-lain. Setelah selesai pembangunan, saya baru oprec tenaga pendidik,” tegas Bilqis. Sempat dirundung kecemasan, Bilqis segera bangkit dari keterpurukan. Ia harus mengambil konsekuensi dari apa yang telah ia putuskan. Dukungan pihak keluarga menjadi penyemangat. Dihadapkan oleh dua pilihan menjadi dosen sesuai gelar yang ia dapat atau mendirikan lembaga pendidikan yang ia impikan, ia tetap teguh pada pendiriannya untuk meneruskan perjuangan yang sudah ia mulai. “Apa gunanya gelar dan gaji kalau nggak bermanfaat untuk orang lain,” ungkap Bilqis. Di sela-sela kecemasan Bilqis pada nasib SD Muslim Cendekia, apakah akan mendapat siswa banyak atau tidak, ia memikirkan bagaimana cara yang tepat untuk membuat branding yang berbeda dari sekolah lain, karena itu akan mempengaruhi jumlah siswa yang ia dapat. Branding yang akhirnya ia angkat adalah menjadikan siswa-siswi SD Muslim Cendekia seorang muslim yang cendekia, dengan mengedepankan pendidikan akhlak. Dengan branding itu ia berhasil meyakinkan orangtua siswa untuk menyekolahkan anak mereka di SD Muslim Cendekia. Sebanyak 75 siswa yang terbagi dalam tiga kelas ia dapat di awal

ajaran baru tahun 2017. Suatu pencapain yang luar biasa bagi Bilqis beserta 12 guru yang tergabung dalam SD Muslim Cendekia. Dirinya memang menyediakan tiga kelas untuk setiap tingkat dengan tujuan meningkatkan keefektifan dalam pembelajaran. Bel istirahat berbunyi, nampak beberapa siswa menghampiri kami yang sedang berbagi cerita. “Saya bilang ke wali murid, jika menginginkan anak dengan nilai yang bagus jangan disekolahkan di sini. Kalau ingin anak yang bagus dalam akhlak dan menjadi cendekiawan muslim dengan critical thinking mari kita belajar bersama,” tegas Bilqis. Ketegasan Bilqis ini membawa kesuksesan bagi dirinya. Di usia 26 tahun ia berhasil menjadi kepala sekolah dan mempunyai 12 guru di lembaga yang ia dirikan sendiri. Bilqis pun merasa senang dengan keputusan yang ia ambil. Sekarang ia berhasil mendirikan sekolahan yang nyaman bukan hanya untuk siswa, tetapi semua yang ada di dalam lingkup sekolah bisa nyaman dan bahagia. Mengutip dari perkataan wali murid siswa SD Muslim Cendekia, “Terima kasih Bu Bilqis, sudah mendirikan SD Muslim Cendekia dan menjadi tempat ternyaman untuk anak saya”, sebuah bentuk apresiasi tersendiri untuk seorang Bilqis yang harus memulai dari nol dan berproses dengan tidak mudah. Mandiri menjadikan dirinya tak sedikitpun berpangku tangan kepada orang lain. Kurang dalam pandangan manusia, bukan berarti tak ada karya dan asa, bagai selasar dan bambu runcing yang siap membidik cakrawala. Satu impian yang belum Bilqis raih adalah menjadi Menteri Pendidikan Indonesia. Menurutnya, pendidikan di Indonesia harus dipegang oleh mereka yang terjun langsung di dalam kelas setiap hari, bukan hanya menjadi pengamat saja. Ia sering merenungi pelajaran hidup yang telah dapat. Baginya, tanpa tempaan proses yang ia lewati, tak akan pernah ada karya yang berhasil ia hasilkan. “Nikmati setiap proses, jangan jadi generasi strawberry, kepencet dikit sudah penyet. Ada sakit yang ditanggung ya itu dijalani saja, karena proses akan menjadi besar suatu saat nanti,” tutup Bilqis sambil menyeruput teh yang berangsur dingin. Usut punya usut, arsitektur sekolahan yang berbeda dengan sekolah pada umumnya tersebut adalah bentuk dari manipulasi bangunan yang tidak menghabiskan banyak dana. Keren, bukan? Amey

Tahun 41 Januari-Februari 2019 |

23


Curhat

Saatnya Atasi Gagap Bersosialisasi

Jawab: Waalaikumsalam Wr. Wb. Permasalahan yang sedang Ananda hadapi saat ini terkait dengan aspek sosial-emosionoal, yaitu kurangnya minat dan kemampuan untuk menjalin hubungan dan mempertahankan hubungan, khususnya hubungan pertemanan atau persahabatan. Pada umumnya, kemampuan ini berkembang ketika seseorang memasuki usia remaja. Pada usia remaja, seorang individu mulai memiliki minat untuk bersosialisasi dengan orang-orang yang seusia dan mengembangkan keterampilanketerampilan sosial untuk memenuhi minatnya tersebut. Berkaitan dengan permasalahan yang disampaikan, Ananda perlu mengevaluasi diri sendiri. Kondisi Ananda yang tidak mempunyai teman dekat dan tidak disukai oleh teman-teman di kelas, bukan 100% karena kesalahan mereka, tetapi karena kemampuan sosial Ananda yang masih kurang berkembang. Evaluasi pikiran dan perasaan Ananda, apa ada pemikiran yang kurang tepat? Misal, Ananda berpikir bahwa teman itu merepotkan, semaunya sendiri, tidak

bisa dipercaya, atau teman itu hanya mendekati ketika membutuhkan. Bila ada pemikiran-pemikiran seperti itu, maka Ananda memiliki pemikiran yang kurang tepat tentang pertemanan, sehingga mempengaruhi emosi/perasaan dan perilaku Ananda. Perilaku kurang tepat yang akhirnya muncul adalah menarik diri/pasif dalam memulai hubungan pertemanan, tidak terbuka tentang diri sendiri kepada teman-teman, enggan membantu teman, dan lain sebagainya. Cara meningkatkan kemampuan sosialisasi, khususnya kemampuan untuk menjalin dan mempertahankan hubungan pertemanan antara lain. 1) Merubah pemikiran dan perasaan Ananda tentang pertemanan menjadi lebih positif, misal pertemanan itu bisa saling mengingatkan hal yang benar dan hal yang salah, teman itu saling membantu, teman itu saling menemani, mempunyai teman menjadikan hidup lebih berwarna, dan lain sebagainya. 2) Setelah pikiran dan perasaan diubah menjadi positif, maka perilaku juga diubah. Misal, Ananda memulai dulu

ilustrasi oleh : Krisnawa Adi Baskhara

menyapa teman, menanyakan kabar, memulai pembicaraan, menanyakan tugas, menawarkan menemani ke toko untuk mencari barang yang diperlukan teman, membawa permen/snack untuk ditawarkan kepada teman-teman, tidak mudah tersinggung, mengembangkan kemampuan humor, dan lain sebagainya. 3) Mulailah merubah perilaku Ananda seperti pada poin 2 kepada salah satu teman yang terlihat cukup baik kepada Ananda selama ini. Bila cukup berhasil dengan satu orang, kemudian Ananda tambah lagi kepada teman-teman lainnya, tetapi teman lama menjadi lebih dekat lagi. Demikian saran pengembangan dari saya, selamat mencoba dan semoga bermanfaat. Wassalamualaikum Wr. Wb. Jawaban dari Ike Dwiastuti, S.Psi., M.Psi. Dosen Fakultas Pendidikan Psikologi UM

Mahasiswa UM dapat mengirimkan tulisan berupa curahan hati (curhat) pada rubrik ini dengan space halaman A4 via email komunikasi@um.ac.id selambat-lambatnya tanggal 25 Maret 2019. Apabila nama asli tidak ingin dicantumkan, diperbolehkan untuk menggunakan nama inisial. Curhat Anda akan kami kirim ke ahlinya (dosen Fakultas Pendidikan Psikologi UM untuk mendapatkan jawaban. Tulisan curhat akan mendapat imbalan atau penghargaan yang sepantasnya.

24 | Komunikasi Edisi 320

dok. Pribadi

Assalamualaikum Wr. Wb. Perkenalkan, saya mahasiswa Fakultas Ekonomi (FE) Universitas Negeri Malang (UM). Saya memiliki kondisi di mana saya lebih suka menyendiri dan sungkan ketika meminta bantuan kepada teman, jadi saya lebih sering melakukan banyak kegiatan sendiri. Tapi terkadang terlintas sifat iri melihat teman-teman yang memiliki sahabat baik yang kemana-mana selalu bersama. Saya sebenarnya ingin memiliki sahabat bukan sekedar teman yang datang ke saya ketika butuh saja, namun saya bingung bagaimana caranya bisa bersosialisasi sehingga saya bisa memiliki sahabat. Selain itu, ketika di kelas saya juga merasa bahwa banyak teman-teman di kelas saya yang tidak suka kepada saya, hal itu tentunya sangat mengganggu saya. Bagaimana menanggapi kondisi tersebut? Terima kasih. Wassalamualaikum Wr. Wb.


dok. Pribadi

Info

Senyum bahagia saat menerima penghargaan

Langkah Tegas Ranupani Sabet Kategori Best of The Best

dok. Pribadi

K

abar menggembirakan datang dari Mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM), Robby Ainu Fikry. Mahasiswa Jurusan Seni dan Desain (Sedesa) UM ini berhasil menyabet predikat Best of The Best kategori umum pada PLN Video Competition 2018 “Listrik Mudahkan Hariku”. Robby mendapat undangan pihak Perusahaan Listrik Negara (PLN) untuk pengumuman pemenang sekaligus penganugerahan hadiah di Museum Listrik dan Energi Baru (MLEB), Jakarta pada Senin (28/01). Ada tiga tahapan penjurian yang dilalui sebelum karya Robby keluar sebagai yang terbaik. Pada tahap pertama, diambil 127 dari total 776 karya se-Indonesia. Mohammad Rivai Riza, sutradara dan produser film dipilih sebagai juri pada tahap dua untuk memilih sepuluh karya. Tahap ketiga, seluruh kontestan yang terpilih bertandang ke MLEB untuk pengumuman pemenang beserta pemberian apresiasi. Film berjudul Langkah Tegas Ranupani tersebut menceritakan kemajuan

perkembangan Ranupani sejak adanya listrik. Robby menuturkan, sejak datangnya listrik akses transportasi dan pertumbuhan ekonomi di Ranupani juga membaik, mulai dari jalan beraspal, penerangan jalan, hingga tumbuh suburnya ladang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Ranupani. Sempat mengurungkan niat, akhirnya Robby memantapkan diri mengikuti lomba di sepuluh hari menjelang deadline. Ditemani adiknya yang masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP), bermodal tekad dan finansial seadanya Robby berkunjung ke Ranupani. Di sana ia bertemu Imam Chodri, S.Pd., sesepuh Desa Ranupani. Ditegaskan oleh Robby, Imam Chodri dipilih menjadi narasumber karena sosoknya yang berpengaruh kuat di Ranupani. “Yang membuat film saya hidup ya Pak Imam Chodri, ada pesan moralnya, beliau pinter banget, ngomongnya juga enak,” jelas Robby. Dibutuhkan waktu tiga hari untuk proses pengambilan gambar dan sisanya

untuk proses penyuntingan gambar. Buta warna parsial membuat Robby mengalami kesulitan. Beruntung, ada sosok Lila Nur Aini, mahasiswi Ilmu Perpustakaan yang bisa melengkapi kekurangan Robby. Segala hal mengenai desain, foto, dan video yang ada kaitannya dengan warna diberi koreksi dan masukan oleh Lila. Rekam jejak Robby pun cukup cemerlang. Tercatat beberapa prestasi pernah ditorehkannya, diantaranya: Juara 2 Video Simpati Kickfest 2016, Juara Favorit Video Pariwisata Kabupaten Kediri 2017, Juara 1 Video Simpati Kickfest 2017, Juara 1 Video Simpati Kickfest 2018, dan Juara 3 Video Competition Jawa Timur Park Group 2018. “Percayai dirimu, yakini kemampuanmu dan maksimalkan keterbatasanmu” dijadikan Robby sebagai pemicu untuk terus berkarya dan bermanfaat bagi orang lain. Pesan Robby, jangan pesimis melihat karya yang terasa lebih tinggi, karena berani memulai adalah kunci yang mampu menjadi bukti kemampuan diri. Irkhamin

Tahun 41 Januari-Februari 2019 |

25


Info

Sambang Wisma Tumapel, Siapkan Menjadi Aset yang Produktif

W

dok. Komunikasi

isma Tumapel merupakan salah satu gedung bersejarah yang ada di Kota Malang. Bangunan tersebut menjadi milik Universitas Negeri Malang (UM) sejak tahun 1950. Wisma yang berada di Jalan Tumapel No. 1 Kelurahan Kauman, Kecamatan Klojen, Kota Malang tersebut cukup banyak diketahui orang. Untuk menemukannya juga sangat mudah, sebab bangunan tersebut bersebelahan dengan Gedung Balai Kota Malang, tepatnya berada di sebelah barat Gedung Balai Kota atau sebelah barat Alun-Alun Tugu Malang. Pada tahun 2016 pihak UM telah melakukan restorasi pada Wisma Tumapel. Sejak itulah pihak UM terus melakukan pemugaran pada bangunan itu dengan membuatnya terlihat lebih bersih dan rapi

dengan tetap mempertahan bentuk aslinya. Saat memasuki Wisma Tumapel, kita akan disambut oleh bangunan berwarna putih bergaya klasik yang dilengkapi deangn taman di halaman gedung. Bangunan yang berdiri di atas luas tanah 4440 meter persegi tersebut berbatasan Jalan Tumapel di sebelah utara dan Jalan Mojopahit di sebelah timur. Untuk luasnya, bangunan dengan tiga lantai ini memiliki luas 1551 meter persegi dengan 99 ruangan, mulai dari ruangan berukuran besar, ruangan berukuran kecil, dan kamar mandi. Pada bagian belakang Wisma Tumapel banyak jendela bergaya klasik yang bisa untuk melihat sungai Brantas yang mengalir di bawahnya. Saat ini bangunan tersebut belum difungsikan karena masih dalam tahap

perawatan oleh pihak kedua selama 6 bulan hingga Juni nanti. “Proses renovasi dari sisi pembangunan Wisma Tumapel sudah selesai sejak Desember 2018 dengan pihak pertama, dan saat ini pihak kedua diberi kesempatan selama enam bulan sampai bulan Juni untuk melihat apakah masih ada kekurangan dari bangunan tersebut dan sampai bulan Juni Wisma Tumapel belum dipakai. Apabila selama 6 bulan nanti tidak ada keluhan maka akan dilaksanakan serah terima,� Jelas Prof. Dr. Heri Suwignyo, M.Pd., Wakil Rektor II UM. Lebih lanjut, Heri menjelaskan bahwa pada awalnya bangunan Wisma Tumapel tersebut akan digunakan sebagai gedung perkuliahan mahasiswa Pascasarjana. Namun pada tahun 2018, setelah ada perubahan besar dalam kebijakan, Pascasarjana tidak lagi membutuhkan bangunan tersebut. Sedangkan, untuk saat ini fungsi Wisma Tumapel belum bisa diputuskan dengan pasti karena masih menunggu adanya rapat pimpinan. “Sebagai pengelolah bidang sarana dan prasarana, Wisma Tumapel ini nantinya akan dibuat income generating, apalagi kalau kita akan bergerak menjadi perguruan tinggi negeri berbadan hukum, seluruh barang milik negara itu bisa menjadi aset yang produktif,� tambahnya. Dessy

Wisma Tumapel tampak depan

26 | Komunikasi Edisi 320


Info

Bawa Misi Kebudayaan:

dok. Pribadi

Lima Mahasiswa UM Tampil di Arab Saudi

M

Delegasi UM dan rekan-rekan di Festival Al-Janadryah

enjadi tamu kehormatan dalam Festival Al Janadriyah merupakan suatu kebanggan tersendiri bagi Indonesia pada umumnya, dan Universitas Negeri Malang (UM) pada khususnya. Pada festival yang ke-33 ini, lima mahasiswa UM turut andil mengenalkan budaya Indonesia dalam perhelatan seni dan budaya yang diselenggarakan oleh Kementerian Garda Nasional Arab Saudi. Bertempat di daerah bernama Janadriyah, Riyadh, Saudi Arabia, acara ini berlangsung pada (12/12/18) hingga (10/01/19). Dengan persiapan kurang lebih satu bulan, beginilah kisah di balik festival Al Janadriyah yang diceritakan oleh salah satu delegasi, Mokhammad Prasetyo, Mahasiswa Fakultas Sastra (FS) program studi Seni Tari dan Musik (PSTM) angkatan 2016 saat diwawancarai beberapa waktu lalu. Pengenalan budaya oleh pemerintah Arab Saudi dalam Festival Al Janadriyah dilaksanakan melalui berbagai kegiatan, diantaranya penampilan pentas seni, berbagai perlombaan, dan bazar. Di antara kegiatan tersebut, lima mahasiswa UM dan delegasi dari berbagai daerah di Indonesia harus menampilkan pertunjukkan yang

mencerminkan budaya Indonesia di hadapan seluruh pengunjung dari dalam maupun luar Arab Saudi. Kelima mahasiswa tersebut adalah Mokhamad Prasetyo (FS), Reforma Patria (FS), Ahmad Razan Rizky Dhafin (FS), Susilo Febrianto (FS), dan Leonardo Yogi Galih Fernando dari Fakultas Ekonomi (FE). Selama sepuluh hari berada di sana, mereka menampilkan berbagai atraksi, seperti parade kostum, Tari Piring, Tari Jaranan, dan Tari Aduh Manis yang mewakili beberapa budaya daerah di Indonesia. Terdapat berbagai hal tidak terduga yang Prasetyo dan teman-temannya dapatkan selama berada di Saudi Arabia. Kejutan yang pertama adalah musim dingin yang sedang berlangsung di Arab Saudi. Prasetyo dan kawan-kawan tidak menyangka akan merasakan suhu dingin hingga mencapai 4 derajat celcius di negara yang identik dengan terik matahari menyengat dan cuaca panas yang ekstrim itu. Kejutan yang kedua adalah badai pasir yang cukup sering terjadi. Prasetyo mengakui bahwa mereka pernah gagal melakukan penampilan selama satu hari dikarenakan badai pasir yang cukup mengkhawatirkan dan sangat beresiko apabila tetap memaksa untuk melanjutkan penampilan. Kejutan yang

ketiga adalah mereka bertemu dengan Drs. Ponimin, M. Hum., dosen Seni dan Desain Fakultas Sastra UM yang karyanya telah mendunia. Ia bahkan telah bertugas di sana selama satu bulan. Tidak berhenti di situ, kejutan yang paling istimewa justru mereka dapatkan di hari terakhir, yaitu ucapan terima kasih dari Kementerian Pariwisata Indonesia kepada semua penampil Indonesia berupa akomodasi umrah secara gratis. Di balik kejutan-kejutan tersebut, Prasetyo meyakini bahwa semua itu adalah hadiah dari Allah atas kerja keras mereka dalam menjalankan misi melestarikan budaya. “Jangan pernah meremehekan budaya,� tutur Prasetyo. “Budaya adalah wajah bangsa. Apapun yang dilihat oleh turis mancanegara itu dilihat dari budayanya terlebih dahulu, bukan kemajuan teknologi,� lanjutnya. Ia juga mengatakan bahwa sebagai generasi milenial, jangan pernah meremehkan kekuatan budaya, karena budaya merupakan penyalur dari aset suatu bangsa. Ia berpesan kepada seluruh mahasiswa UM agar dapat mengapresiasi budaya. Semua itu dapat dimulai dengan hal sederhana seperti menonton pagelaran seni dan budaya, khususnya yang berada di Kota Malang.Nilam Tahun 41 Januari-Februari 2019 |

27


Info

dok. Pribadi

Gelorakan Nama UM di Festival Paduan Suara Nasional

Kebersamaan seusai lomba

S

wara Çatata Çakti (SÇÇ) kembali membuat UM bangga, kali ini UKM paduan suara Universitas Negeri Malang ini menyabet dua medali emas di 9th Brawijaya Choir Festival. Event nasional bergengsi ini diadakan pada (06-10/02) dengan mengangkat tema 'Expression of Love'. Dalam kompetisi ini, SÇÇ mengirim dua tim untuk mengikuti dua kategori lomba, yaitu mixed dan pop atau jazz. Tak tanggung-tanggung, SÇÇ dapat menyabet juara di dua kategori tersebut, yakni Juara 1 pada kategori mixed dan Juara 2 pada kategori pop/jazz. Tidak sampai di situ, pelatih dari SÇÇ, Ageng Pujarahman berhasil meraih predikat best conductor. “Ini merupakan prestasi pertama di tahun 2019 dengan pelatih yang baru,” ungkap Anggyansyah, ketua Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Paduan Suara Mahasiswa (PSM) UM 2019. Mahasiswa yang tergabung dalam pagelaran ini berjumlah 51 orang dan

28 | Komunikasi Edisi 320

tersebar dalam dua dua tim. Untuk kategori mixed, lagu yang dibawakan adalah There Rolls the Deep, Izar Ederrak, dan Fajar dan Senja II. Sedangkan untuk kategori pop, lagu yang dibawakan adalah Aku Melangkah Lagi dan Bahagia. Keseluruhan lagu tersebutlah yang mampu mengantarkan SÇÇ memborong ketiga kategori, tidak hanya mahasiswanya namun juga pelatihnya. Tim PSM UM ini mampu menyingkirkan banyak tim PSM universitas lain yang tidak kalah bergengsi, seperti PSM Universitas Ciputra, Octava (PSM independen dari Jakarta, red.), UKM PSM Universitas Semarang, dan Swara Anggita Choir dari Universitas Negeri Surabaya. Selama tiga bulan, SÇÇ berlatih keras untuk menyiapkan penampilan terbaiknya pada Festival Paduan Suara UB yang diadakan pertama kali pada tahun 1986 tersebut. Menggunakan kostum hitam dan biru dongker, tak lupa motif batik sebagai pemanis, mereka tampil percaya diri. Tidak

ada hambatan yang terlalu besar selama persiapan, hanya saja cuaca yang ekstrem akhir-akhir ini menjadi hambatan bagi tim PSM UM untuk menjaga stamina mereka. Namun, dengan semangat kompetisi yang menggbu di awal tahun dan keinginan mereka untuk menggelorakan nama UM diatas panggung, mereka berhasil tampil dengan formasi lengkap di hari perlombaan. Acara yang diadakan di UB TV Rektorat Universitas Brawijaya ini menjadi ajang pijakan bagi SÇÇ untuk mengasah kemampuan. Ketua SÇÇ 2019 mengatakan bahwa ia dan timnya menargetkan dapat go kompetisi paduan suara internasional. “Kompetisi nasional sudah sering dimenangkan SÇÇ, kami menargetkan kompetisi internasional, hal ini akan menjadi pencapaian PSM UM pertama kali, semoga UM mendukung rencana kami,” papar mahasiswa Jurusan Sejarah tersebut. Nikma


dok. Komunikasi

Info

Mahasiswa berprestasi sedang mengantri untuk pengambilan dana prestasi

Hargai Berbagai Prestasi, UM Berikan Apresiasi

S

ebanyak 233 mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM) dari berbagai fakultas telah berhasil memperoleh penghargaan dari Kemahasiswaan UM atas prestasi yang didapatkan dalam berbagai kompetisi, mulai tingkat regional nasional hingga internasional. Tidak hanya mahasiswa, sebanyak 42 dosen pembimbing dari mahasiswa berprestasi juga diberikan peghargaan. Selasa (19/02), tepatnya di Gedung A3 lantai 2 UM telah diadakan acara penyerahan penghargaan bagi mahasiswa dan dosen pembimbing mahasiswa berprestasi tahun 2017-2018. Acara yang dimulai pukul 09.00 WIB tersebut dihadiri oleh Wakil Rektor III UM, Wakil Dekan III dari masing-masing fakultas, dosen pembimbing, serta mahasiswa yang memperoleh penghargaan. ”Sebenarnya acara penyerahan penghargaan mahasiswa berprestasi beserta dosen pembimbing ini seharusnya dilaksanakan pada bulan Desember 2018, namun karena masih ada beberapa mahasiswa yang masih belum melengkapi administrasi maka penyerahan penghargaan ini baru bisa terealisasi di bulan Februari,” jelas Drs. Taat Setyohadi selaku Kepala Bagian Kemahasiswaan. “Pemberian penghargaan ini merupakan periode Juli sampai Desember 2018 dan nantinya periode Januari-Juni akan ada pemberian penghargaan lagi yang insyaallah akan dilaksanakan pada bulan Juli 2019,” tambahnya. Prestasi yang telah diraih

meliputi bidang penalaran, olahraga, kesenian, dan kerohanian dengan total hadiah yang diberikan kepada mahasiswa sekitar Rp350 juta dan dosen pembimbing sekitar Rp60 juta. Bidang Kemahasiswaan merupakan salah satu komponen penentu pemeringkatan perguruan tinggi. Saat ini UM berada di klaster 1 pada pemeringkatan Kemenristekdikti yang terdiri dari 14 perguruan tinggi. Ada lima komponen penentu, yaitu publikasi dengan bobot 30 persen, sumber daya manusia yang terdiri dari guru besar maupun doktor dengan bobot 28 persen, kemahasiswaan dengan bobot 12 persen, inovasi dengan bobot 5 persen, dan tata kolom adalah sisa dari persentase semuanya. “Untuk publikasi UM telah menduduki peringkat 18 nasional dan kemahasiswaan berada pada peringkat 12 besar nasional. Jadi kalian harus tahu bahwa dunia kemahasiswaan telah menyumbang sebanyak 12 persen penentu pemeringkatan, sehingga UM bisa menduduki klaster 1 nasional,” jelas Dr. Mu’arifin, M.Pd. selaku Wakil Rektor III UM. ”Bidang kemahasiswaan juga akan menfasilitasi semua event yang ada, dengan harapan peringkat UM dapat naik ke peringkat 13 nasional,” tambahnya. Setelah menerima penghargaan secara simbolis, mahasiswa berprestasi diarahkan langsung menuju ke Subbag MPIK Kemahasiswaan di Graha Rektorat lantai 2 untuk mengambil penghargaan yang berupa uang.Dessy

Tahun 41 Januari-Februari 2019 |

29


Laporan Khusus

ilustrasi oleh : Krisnawa Adi Baskhara

Manajemen Inovasi,

Langkah Cerdas Hadapi Era Revolusi Industri 4.0

S

eiring dengan bertambahnya waktu dan semangat belajar mahasiswa membuat aktivitas pembelajaran semakin meningkat. Hal ini pula yang terjadi di Universitas Negeri Malang (UM). Kampus Pendidikan ini berupaya untuk mengembangkan pembelajaran yang menyenangkan dan mampu memberikan manfaat untuk mahasiswa, baik sebelum lulus maupun ketika masuk dunia kerja. Pada tahun 2018 UM melalui Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Pembelajaran (LP3) meluncurkan kurikulum baru berbasis kapabilitas. “Kapabilitas ini kita harus punya kemampuan apa, selain mahasiswa punya profil lulusan Program Studi (Prodi) juga harus punya profil lulusan universitas. Salah satunya setiap mahasiswa UM harus mampu mengembangkan inovasi sesuai dengan bidangnya masing-masing,� tutur Dr. H. Sulton, M.Pd selaku Ketua LP3 ketika ditemui bersama Dr. Lia Yuliati, M.Pd. di LP3 Lantai 5 Graha Rektorat (06/02). Kurikulum baru tersebut memunculkan matakuliah baru yang diberi nama Manajemen Inovasi. Matakuliah tersebut diharapkan mampu mendorong pola pikir dan cara pandang mahasiswa agar lebih inovatif sehingga mampu menghadapi berbagai macam problematika perubahan sosial serta teknologi di era revolusi industry 4.0. Matakuliah ini diterapkan pada kurikulum tahun 2018

30 | Komunikasi Edisi 320

dan bersifat wajib bagi setiap mahasiswa. Pengambilan matakuliah Manajemen Inovasi ini akan dibebankan untuk mahasiswa baru mulai tahun 2018 hingga seterusnya. Terdapat 16 pertemuan dengan 3 Satuan Kredit Semester (SKS) pada setiap pertemuannya. Kegiatan pembelajaran akan lebih berfokus pada praktik. Dalam matakuliah ini, salah satu yang akan diajarkan yaitu dasar pemikiran mengenai cara mengembangkan inovasi pada mahasiswa sesuai dengan bidang yang mereka pelajari saat ini. Meski pada dasarnya matakuliah ini diwajibkan di setiap fakultas, Ketua LP3 UM menginformasikan bahwa untuk saat ini baru dua fakultas yang mewajibkan mahasiswa baru tahun 2018 menempuh matakuliah Manajemen Inovasi. Kedua fakultas itu ialah Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) dan Fakultas Ilmu Sosial (FIS). Hal ini tergantung pada kesiapan masing-masing fakultas untuk menerbitkan matakuliah ini. Dari segi dosen pengajar, LP3 secara khusus mengadakan workshop sebelum diterapkannya matakuliah ini. Rencana Pembelajaran Semester (RPS) juga turut dipersiapkan demi menyukseskan pembelajaran. Dosen-dosen yang hendak mengajar mata kuliah ini akan mengikuti pelatihan terlebih dahulu, sehingga mampu menguasai materi yang akan disampaikan saat proses perkuliahan berlangsung. Rosa


Pustaka

Hidup Dari Apa yang Kamu Cintai Itu Nikmat oleh: Dinda Ayu Maulida

D

: Ubur-Ubur Lembur : Dika Angkasaputra Moerwani (Raditya Dika) : Gagas Media : 2018 : 232 halaman : 978-979-780-915-7

ika Angkasaputra Moerwani atau biasa disebut Raditya Dika kembali melahirkan buku baru di awal tahun 2018, setelah buku terakhirnya yang berjudul Koala Kumal (terbit tahun 2015). Ubur-ubur Lembur merupakan buku kedelapan dari Radit yang judulnya masih menggunakan nama binatang. Setelah kambing, babi, marmut, koala, kali ini ia menggunakan nama binatang laut yang sering muncul di tayangan kartun Spongebob, yaitu ubur-ubur. Bang Radit; sapaan akrabnya mengawali karier dari keisengan menertawakan keresahan hidupnya melalui sebuah blog, kini penulis yang merangkap sebagai sutradara, aktor, juga komika yang sempat mendapat gelar sebagai “presiden jomblo” itu ternyata mampu memberikan pandangan yang berbeda terhadap sebuah keresahan hidup. Sejak pertama kali bukunya terbit (Kambing Jantan, terbit tahun 2008), Radit membawa pembaca untuk mampu tertawa dari kegelisahan hidup. Lain halnya dengan buku-buku sebelum Ubur-ubur Lembur yang banyak menceritakan tentang kisah cinta Radit, atau tentang ke-absurd-an Radit menjalani hidup. Jika membaca buku-buku Radit mulai dari Kambing Jantan hingga Ubur-ubur Lembur, akan kita jumpai perbedaan, semacam proses pendewasaan diri. Di buku ubur-ubur lembur ini Radit menulis dengan sudut pandang yang lebih dewasa. Tetap dengan kisah kocaknya, ada juga kisah bersama sahabat kecilnya dari India, kisah dibalik kehidupan artis papan atas, serta kisah tentang penyesalan hidup yang begitu manis dia rasakan. Buku ini terdiri dari 14 bab judul cerita, dimana setiap babnya terdapat pesan moral yang disampaikan melalui ciri khas Radit, yaitu menertawakan hal receh dalam hidup. Seperti dalam bab “Pada sebuah Kebun Binatang” halaman 39, Radit berkata “Untuk sesuatu yang begitu manis, kenapa rasanya begitu hambar?”. Keikhlasan hati untuk melihat orang yang kita cintai bahagia bersama orang lain, manis tapi hambar. Kurang lebih seperti itu Radit menggambarkan kisah cintanya dalam buku ubur-ubur lembur ini. Kerisauan hidup wajar dialami setiap manusia, terlebih diusia

repro internet

Judul Buku Penulis Penerbit Tahun Terbit Tebal Buku ISBN

seperti Radit kini. Pria berdarah Batak ini sudah memasuki masa di mana hidup bukan lagi sekadar galau memikirkan hal-hal remeh, lebih dari pada itu, dia sudah seharusnya memikirkan masa depan. Semakin dewasa seseorang, semakin banyak pertimbangan keputusan dan jalan hidup yang harus dilalui. ”Jangan-jangan inti dari menjadi orang dewasa: untuk lupa rasanya senang dengan sepenuh tenaga. Kalau dulu ketika jatuh cinta sama orang, kita bisa sepebuh jiwa raga berkorban untuk orang itu. sekarang kalau jatuh cinta, penuh dengan kehati-hatian: apakah orangnya beneran baik? Apa motivasi dia ngedeketin kita? Apakah hubungan ini akan berakhir dengan perih seperti dulu-dulu?” (halaman 99). Kisah cinta sahabatnya dari India membuat Radit sadar bahwa perihal hatipun sudah seharusnya disikapi dengan dewasa, dia bukan lagi anak-anak, melainkan sudah dewasa. Di akhir bab dalam kumpulan cerita ini Radit menyadari bahwa sebelum dia menjadi penulis seperti sekarang, ia merasa seperti ubur-ubur. Lemah, lunglai, hanya hidup mengikuti arus, karena di masa itu Radit bekerja di sebuah perusahaan media di Jakarta. Dia merasa hidupnya hanya berputar disitu saja, mengikuti arus sebagai karyawan, yang ketika seniornya menyuruhnya tanpa alasan, dia tetap melaksanakan perintah tersebut. Radit sadar bahwa dia hidup dari apa yang sebenarnya tidak ia sukai. Sebagai seorang yang mulai memasuki masa dimana hidup bukan lagi untuk bersenang-senang belaka, buku ini layak dikonsumsi kalangan remaja hingga dewasa. Sebab, pesan moral dimana kita akan lebih bahagia ketika hidup dari apa yang kita cintai itu akan terasa lebih nikmat. Seperti yang dialami Raditya Dika sendiri, menjadi penulis membuat Radit merasakan nikmatnya berkarya, kerena memang itulah hidup yang ia cintai; menulis. Namun, di beberapa bab dalam buku ini, sebagian besar ceritanya sudah pernah Radit bawakan dalam stand up comedynya. Sehingga, bagi pengikut stand up comedy yang Radit bawakan akan dapat menebak akhir cerita tersebut. Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Pendidikan Luar Biasa dan Juara 2 Kompetisi Penulisan Pustaka Majalah Komunikasi

Tahun 41 Januari-Februari 2019 |

31


Wisata

Belajarlah Hingga ke Negeri Cina: Secarik Cerita Perjalanan di Hainan dok. Pribadi

oleh Yusuf Hanafi

Di Kota Tua Haikou, Hainan

32 | Komunikasi Edisi 320

T

uhan berfirman melalui kalam suci-Nya, “Katakan, berjalanlah di muka bumi!� Sebanyak empat kali, ayat senada berulang di dalam Alquran. Itulah alasan kami mengambil tawaran promo wisata ke Provinsi Hainan, China. Walhasil, selama lima hari (11–15/01) kami habiskan di negeri yang saat ini tengah terlibat perang dagang dengan Amerika Serikat (AS) itu. Bisa dibayangkan, hanya dengan Rp4 juta, kita bisa plesiran ke Negeri Tirai Bambu, tepatnya ke Provinsi Hainan yang terletak di wilayah China paling selatan. Tak tanggung-tanggung, pesawat yang mengantar pulang-pergi adalah pesawat carter (tanpa transit, red.) dari Surabaya langsung ke Haikou (Hainan, red.). Harga di atas juga sudah termasuk transportasi darat selama 4 hari, akomodasi hotel 3 malam, dan makan di moslem restaurant terpilih. Sebagai catatan, Provinsi Hainan itu tidak menyatu dengan China daratan (kontinental, red.), sebab Hainan adalah pulau terbesar kedua China setelah Pulau Formosa Taiwan. Merasakan Nafas Kehidupan Masyarakat Hainan Rombongan kami yang berjumlah sekitar 50 orang tiba di Kota Haikou (ibukota Hainan, red.) pada Sabtu dini hari, (12/01) setelah menempuh perjalanan udara sekitar lima jam. Proses imigrasi berlangsung singkat, cepat bahkan terkesan longgar, sangat beda dengan pengalaman saya saat masuk Singapura tahun 2018 silam, di mana proses imigrasi memakan waktu hampir tiga jam.


Saya coba tanyakan hal itu kepada pemandu wisata kami. Ia menjawab, pemerintah China memang tengah menerapkan kebijakan khusus untuk mendatangkan wisatawan sebanyakbanyaknya guna mengakselerasi pertumbuhan ekonomi nasional mereka yang cenderung melamban sebagai dampak perang dagang dengan Amerika Serikat (AS). Salah satu strateginya adalah menyederhanakan proses imigrasi, tentunya dengan tetap memasang kewaspadaan tinggi terhadap hal-hal yang berpotensi mengancam teritori dan keamanan nasional China. Hari pertama di Hainan, kami mengunjungi kota tua Haikou yang bangunan-bangunan bersejarahnya tetap dilestarikan sebagai cagar budaya. Wilayah tersebut juga penuh dengan patung perunggu yang menvisualisasikan potret kehidupan masyarakat Haikou di masa lampau. Dari kota tua, kami singgah ke kuil pertama yang dibangun di Haikou (the first Haikou temple). Di sana, kami seolah dibawa ke suasana China di abad pertengahan, yang menceritakan proses masuknya agama Konghucu ke Pulau Hainan. Setelah hampir seharian mengelilingi kota Haikou, rombongan bergegas makan siang untuk menikmati sensasi naik Kereta api cepat yang mengantar kami ke Kota Lingshui. Jangan Anda bayangkan bahwa Kota Haikou, termasuk kota-kota lain di

Masalah yang terjadi di Xinjiang sesungguhnya lebih kental dengan aroma politik dibanding pilihan keyakinan agama, di mana Muslim Uighur berusaha memisahkan diri dari kekuasaan Beijing. Sesuatu yang tidak mungkin ditolerir oleh Pemerintah China!

Hainan merupakan kota yang macet dan semrawut karena populasi penduduknya yang padat. Sama sekali tidak! Kota-kota di Hainan sangat lengang. Selain karena jalanannya lebar dan ditata rapi, sebagaian besar penduduknya lebih memilih moda transportasi publik ketimbang membawa kendaraan pribadi. Di Hainan, jalur kendaraan roda empat atau lebih dan roda dua dipisah. Jalur pedestrian juga disiapkan dengan sangat baik sehingga ramah dan nyaman bagi pejalan kaki. Satu catatan penting lagi, mayoritas kendaraan roda dua di Hainan itu menggunakan mesin hemat energi yang nyaris tidak mengeluarkan polusi asap dan suara. Keajaiban Ekonomi China Ketika ramai diwartakan bahwa Presiden AS, Donald Trump mengumumkan perang dagang dengan China, saya berguman dalam hati, “China sedang menghitung hari, dan segera memasuki liang kematiannya,”. Setelah beberapa hari di Hainan, opini saya berubah. China tidak hanya akan bertahan, tetapi akan menang dalam perang dagangnya melawan Negeri Paman Sam. Ekonomi China benar-benar tangguh. Selain karena besarnya produk domestik bruto mereka, Negeri Tirai Bambu itu banyak akalnya. Salah satu akal cerdas pemerintah China adalah bahwa seluruh travel yang membawa wisatawan masuk ke negeri China diwajibkan untuk mengunjungi perusahan-perusahaan nasional China (semacam BUMN di Indonesia, red.). Dalam sehari, setidaknya ada dua perusahaan nasional China yang kami kunjungi, mulai dari pabrik pengolahan Kelapa, industri lateks, perusahaan obat-obatan tradisional, hingga toko perhiasan giok. Memang tidak ada paksaan terhadap wisatawan untuk belanja, tetapi karena keterampilan salesnya dalam menjelaskan keunggulan produk dan mempersuasi calon pembeli. Uang ¥5000 Yuan yang saya bawa pun ludes tidak tersisa. Dari kota Lingshui, rute wisata kami berikutnya adalah Kota Sanya. Berbeda dengan dua kota sebelumnya di Hainan, kota Sanya memiliki pantai-pantai yang eksotis. Tak heran, turis-turis Eropa Timur, khususnya dari Rusia membanjiri kota tersebut. Hal lain yang menonjol dari Sanya adalah adanya suku Hui yang mayoritasnya memeluk agama Islam. Jumlah mereka memang tidak sebanyak suku Han yang memeluk agama Konghucu dan/atau agama China Kuno lainnya, tetapi mereka cukup mewarnai kota Sanya. Tidak kurang dari lima masjid berukuran besar bisa

dok. Pribadi

Wisata

Berpose bersama muslim di Hainan (tengah)

ditemukan di Kota Sanya. Restoran Muslim pun bisa ditemukan dengan mudah di beberapa sudut kota. Bersama Penduduk Lokal yang Beragama Islam Secara umum, meski China dikenal sebagai negara komunis, kehidupan beragama di Hainan sangatlah baik. Pemerintah China sesungguhnya memberikan keleluasan dan kebebasan beragama bagi penduduknya, sejauh tidak merongrong nasionalisme China yang sangat menekankan jargon 'One China'. Kehidupan muslim Hainan yang damai juga seolah menjadi penjelasan atas represi militer yang dialami oleh Muslim Uighur di Provinsi Xinjiang. Masalah yang terjadi di Xinjiang sesungguhnya lebih kental dengan aroma politik dibanding pilihan keyakinan agama, dimana Muslim Uighur berusaha memisahkan diri dari kekuasaan Beijing. Sesuatu yang tidak mungkin ditolerir oleh Pemerintah China. Sempatkan berkunjung ke Negeri Tirai Bambu, karena Rasulullah Muhammad SAW menyatakan, “Belajarlah hingga ke negeri China!” Penulis adalah dosen Wakil Dekan III Fakultas Sastra dan Anggota Penyunting Majalah Komunikasi.

Tahun 41 Januari-Februari 2019 |

33


Rancak Budaya

Kolak Ayam dan

Seorang Gadis oleh Fatima Tuzzaroh

ilustrasi oleh : Krisnawa Adi Baskhara

S

ore itu Pak Kumis pulang ke rumah dengan geram. Ia melangkah cepat ke rumah ingin segera ambil sholat malam. Hatinya tak bisa tenang seperti biasanya. Ini gara-gara keputusan sepihak Pak Iman, kepala desa Gumeno sekaligus juru kunci masjid Jami' Sunan Dalem. "Musyawarah dengan warga tadi itu sia-sia. Ujungnya keputusan si juru kunci itu pasti menang." Gerutu Pak Kumis di meja makan saat sarapan. Istrinya hanya tersenyum kaku menanggapi celotehan itu. Wanita paruh baya itu sudah hapal betul dengan tingkah suaminya, apalagi kalau berkaitan dengan Pak Iman. Serasa

34 | Komunikasi Edisi 320

amarah selalu singgah di ubun-ubun kepalanya. Tapi amarahnya kali ini benar-benar tak bisa diatasi. Sholat malamnya kemarin tak khusyuk membayangkan hasil perbuatan Pak Iman atas keputusannya. Pak Kumis masih tak percaya, bagaimana mungkin Pak Iman bisa merubah tradisi desa Gumeno semudah membalik telapak tangannya. Ia bahkan bisa mengingat setiap huruf yang keluar dari mulut Pak Iman di musyawarah desa semalam. "Saudara sekalian boleh percaya atau tidak, saya telah mendapat petunjuk dalam mimpi untuk menyelamatkan warga kita. Wabah ini akan berakhir ketika diadakan syukuran akbar dan semua

warga memakan kolak ayam sewaktu acara. Lalu, harus ada nak Aminah, putri dari Pak Jamal yang ikut membantu pembuatan kolak ayam." Penjelasan Pak Iman itu menjadi perdebatan panjang. Pak Kumis yang paling menolak saran itu. Sementara Pak Jamal hanya membisu di sudut masjid sebab tak paham maksud perkataan Pak Iman. "Saran Bapak itu akan merusak tradisi yang ada. Pertama, kolak ayam itu dibuat hanya saat bulan Ramadhan. Mungkin aku bisa terima jika kita syukuran meski bukan bulan Ramadhan. Tapi meminta Aminah untuk ikut membantu proses memasak kolak ayam itu sungguh kelewatan.


Rancak Budaya Bapak bilang desa kita akan tertimpah wabah penyakit. Obatnya adalah kolak ayam. Kisah itu sudah terkenal di seluruh penjuru negeri. Tapi sepertinya Bapak lupa kenapa kolak ayam harus dimasak oleh para lelaki." argumen panjang Pak Kumis itu membuat keheningan. Mereka semua paham maksud Pak Kumis. Kisah Sanggiring telah mengakar di otak mereka dan diwariskan kepada seluruh generasi di desa. Sunan Dalem yang sakit para mengutus para laki-laki untuk memasak kolak ayam. Mereka percaya, kolak ayam yang dimasak perempuan tak memiliki khasiat sama sekali. "Dan lebih parahnya, Aminah, gadis itu yang harus memasak." Pak Kumis menutup argumennya. Matanya setengah melirik ke sosok Pak Jamal yang semakin ciut di sudut masjid. "Saya tidak memaksa saudara sekalian untuk menerima saran ini. Saya hanya ingin menyampaikan mimpi yang saya peroleh selaku juru kunci Masjid ini. Seperti yang saya jelaskan di awal musyawarah tadi, Sunan Dalem menemui saya lewat mimpi dan meminta saya untuk menyampaikan seluruh pesan ini. Keputusan tetap ada di tangan saudara sekalian." Penyampaian Pak Iman yang penuh Wibawa itu membuat sarannya unggul dalam voting. Keputusan yang membuat Pak Kumis pulang dengan amarah. "Kenapa harus Aminah! Kenapa harus gadis itu!" ****** Tak ada yang mengenal aminah dengan baik. Kawan-kawan semasa kecilnya sebagian bahkan telah lupa bahwa mereka pernah punya teman bernama Aminah. Tapi fakta bahwa Aminah adalah kembang desa Gumeno tak bisa dipungkiri. Kecantikan gadis itu telah terlihat sejak hari pertama kelahirannya. Gadis itu meninggalkan desa saat umurnya yang ke enam. Ia memutuskan tinggal di rumah neneknya di Surabaya. Kisah kecantikannya tenggelam begitu saja. Sesekali dia pulang saat hari Raya, tapi gadis itu bersembunyi di dalam kamar. Tak ada yang tahu tumbuh kembang si gadis selain keluarga mereka. Semua berawal dari kepulangannya tahun lalu. Gadis itu pulang, dengan seorang bayi dalam gendongan. Warga desa heboh dengan kepulangannya itu. Gadis yang biasanya pulang sembunyisembunyi itu melangkah dengan santai di jalanan desa menuju rumahnya.

Pak Jamal menyambutnya tanpa kehebohan. Pria itu langsung mengambil bayi yang dibawa Aminah dan mengatakan bahwa bayi itu adalah cucunya. Cucu yang paling tampan dan akan menjadi pria tersoleh di desa, serupa ibunya. Tak ada tanda-tanda dari ayah si bayi. Warga mengambil keputusan bahwa Aminah telah hamil di luar nikah. Mungkin itu alasan kenapa Aminah tak pulang kampung tahun sebelumnya. Gadis itu menutupi kehamilannya. Sejak hari itu Aminah tak pernah kembali ke Surabaya. Ia besarkan anaknya di desa Gumeno. Saban hari pekerjaan si Gadis adalah mengajar ngaji anak-anak di Masjid Jami' Sunan Dalem. Warga tak berani protes, sebab Pak Iman yang meminta gadis itu mengajar. Pak Kumis satu-satunya warga yang paling menampakkan rasa tak sukanya pada Aminah. Pria paruh baya yang mengincar kedudukan Pak Iman itu selalu sholat berjamaah di masjid. Lalu sejak Aminah mengajar ngaji dari waktu ashar hingga maghrib, Pak Kumis memilih sholat di rumah. "Bagaimana mungkin lacur seperti itu dibiarkan ke masjid milik Sunan Dalem. Harusnya seluruh masjid itu dipel dengan pewangi agar tak ternoda dosanya." itu alasan Pak Kumis ketika ditanya istrinya. Pernah sesekali Pak Kumis berpapasan dengan Aminah di jalan. Pria paruh baya itu langsung putar arah dan lati tunggang langgang seperti melihat setan. Aminah tak peduli dengan tingkahnya, sementara warga hanya melongo keheranan. Apa yang ditakutkan dari sosok Aminah? Gadis itu bahkan berkerudung rapat dan memiliki sikap yang santun, meski fakta bahwa dia memiliki anak di luar nikah masih tidak bisa dilupakan. Aminah dan Pak Kumis seperti minyak dan air. Mereka tak mau disatukan dalam kondisi apapun dan saling menolak. ****** Seperti yang telah disampaikan Pak Iman. Wabah itu benar-benar datang. Warga mulai jatuh sakit satu-persatu tanpa sebab yang jelas. Persiapan syukuran segera dilakukan oleh mereka yang masih sehat. Aminah ada di antaranya. Gadis itu bersedia membantu setelah dibujuk oleh Pak Iman secara langsung. Selama proses persiapan itu Pak Kumis masih tak terima. Ia bahkan menyebarkan rumor bahwa wabah di desa mereka itu hadir karena dosa yang dilakukan Aminah. Sayangnya runor itu ditampik mentah-

mentah oleh Pak Iman. "Ini bukan azab." jelas Pak Iman saat musyawarah desa. Tanggal syukuran telah ditentukan. Persiapan telah matang. Warga berkumpul di Masjid Jami' Sunan Dalem untuk pengajian sehari penuh. Keluarga yang sakit dibawa serta untuk mendapat jatah kolak ayam. Untuk pertama kalinya di dapur masjid ada perempuan yang memasak kolak ayam dan orang itu adalah Aminah. Selama acara syukuran berlangsung, Pak Kumis tak nampak hidungnya. Hanya istrinya saja yang ikut pengajian. Wanita itu bilang, putra semata wayangnya pulang kampung bersama istri dan anaknya. Pak Kumis memilih di rumah untuk menyambut mereka. Warga tak bertanya lebih lanjut kepada istri Pak Kumis. Mereka yakin alasan Pak Kumis yang sebenarnya adalah Aminah. ****** Syukuran berlangsung dengan lancar. Syukuran inj dapat dipastikan menjadi sejarah baru di otak warga desa Gumeno, seperti halnya kisan Sanggiring milik Sunan Dalem. Hebatnya lagi, warga yang sakit langsung sembuh usai menyantap kolak ayam buatan Aminah. Kepercayaan warga kepada Pak Iman semakin meningkat. Sementara pandangan negatif pada Aminah seolah tak pernah ada. "Untuk Pak Kumis dan Wijaya." dua bungkus kolak ayam itu terpampang dihadapan istri Pak Kumis. Mengagetkan, terutama Aminah yang memberikannya. "Untuk suami dan putraku?" Aminah mengangguk, "mereka harus memakannya, wabah ini belum berakhir tanpa ini." Wanita paruh baya itu tak paham dengan perkataan Aminah. Ia pulang dan menyuguhkan kolak ayam itu dihadapan suami dan putranya. Herannya, dua orang pria itu malah membisu di meja makan dengan kulit wajah yang memucat. Pak Kumis segera memandang putranya begitu sang istri pergi dari hadapan mereka. "Besok kau harus ke rumah Aminah, bagaimanapun kau harus menikahinya dan mengakui anaknya sebagai anakmu. Nanti malam aku bantu membujuk istrimu." Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia dan Juara II Penulisan Cerpen Majalah Komunikasi

Tahun 41 Januari-Februari 2019 |

35


do’a anak donggala oleh: Arfian Rizky Pratama

Mata waktu mengisyaratkan malam Sabtu Seorang anak mungkin berumur tujuh tahun Duduk termangu menyandarkan tubuh di bawah pohon teduh Tangannya gemetar melawan udara malam yang beku Ia menengadah, meminta Tuhan agar melepas baju langit Untuk dibuatnya baju atau kain selimut Sebab pakaian yang ia kenakan basah sudah Pakaian satu-satunya ialah yang kenakan saat bermain Setelah berpamit dengan ibunya Sebelum ia tak mengenali rumahnya Dan ia masih yakin ibunya sedang atau telah memasak Untuk makan malam sekarang ini Sedang ayahnya pamit bekerja pagi tadi Tapi tak tahu saat ini di mana Karena ayahnya tak pernah mengajaknya ke tempat kerja Seharusnya sudah pulang beberapa menit setalah senja Seharusnya sudah meneguk kopi di beranda rumah Mendengar semua kisah ini Langit melepas bajunya sendiri Lalu membiarkannya jatuh dan menyentuh anak itu Sebab langit tak pernah membiarkan Seorang pendo’a sendiri berdo’a Sebab langit tak pernah membiarkan Seorang peronda sendiri berjaga Sebab langit tak pernah membiarkan Seorang perindu sendiri meneteskan air mata Sedang anak itu Sendiri berdo’a Sendiri berjaga Sendiri menetaskan air mata "Tuhan biarkan malam tidur di mataku Biarkan mataku tidur di do’aku Biarkan do’aku tidur di rumah, bersama ayah dan ibu” Malang, 2018

Penulis adalah mahasiswa Jurusan Matematika dan Juara III Kompetisi Penulisan Puisi Majalah Komunikasi

ilustrasi oleh : Krisnawa Adi Baskhara

36 | Komunikasi Edisi 320


Melati

oleh Salsa Islam Lazuardini Pagi buta ku menata diri Kain kuning baluti renta tubuh ini Menenteng sapu menyusur jalanan pagi Dengan semangat mengobar api Ku tebar senyum pada dunia Bersiap memulai semua Mengayun sapu menghapus debu Menghempas ranting dedaunan Juga helai-helai koran Walau tak jarang bau busuk membayang Tetap ku senang, semua itu kan melayang Tak sedikit berat mata memandang Tabahkan hati mendorong elegan Seorang diri menopang hidup Dan nahkodaku t’lah pergi Namun, takkan ku henti langkah ini Sekalipun bulan meredup Kala mentari mulai tengggelam Ku menuju gubuk pangkuan Bola mata mulai memburam Menapak kaki terus ku lanjutkan Tak dekat jarak ku lalui Raga letih perih tertatih Sesampainya daku di tenda tua Menggigit butir nasi bersama Lalu ku lelap terbuai mimpi Menghemat tenaga tuk esok pagi Inikah kehidupan Kisah kartini di masa depan Pantang menyerah terus berjuang Merubah nasib tuk kemakmuran Meski sesak kerangka fakta Duniaku telah memaksa tawa Dengan segenap air mata Merajut hari dengan mimpi-mimpi yang mungkin semu semata

Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Teknologi Pendidikan dan Juara II Kompetisi Penulisan Puisi Majalah Komunikasi ilustrasi oleh : Krisnawa Adi Baskhara

Tahun 41 Januari-Februari 2019 |

37


Nama

: Dwiyana Putra S.

Fak/Jur

: Sastra / Seni dan Desain

Seluruh civitas akademika UM dapat mengirimkan karya berupa komik dengan tema bebas dalam bentuk soft file yang dikirim langsung ke Kantor Redaksi Majalah Komunikasi Graha Rektorat Lantai II atau via email: komunikasi@um.ac.id selambat-lambatnya tanggal 25 Maret 2019 disertai identitas diri (nama, fakultas, jurusan, dan nomor HP). Tahun 41 Januari-Februari 2019 |

38 | Komunikasi Edisi 320

35


Menyatu bersama jiwa lain: lelakon habis, diri berkatarsis. Nama : Fany Teguh Permana Adi Fak/Jur : Ekonomi/Manajemen Lokasi : Tuban, Jawa Timur

Berayun sendiri, menunggu waktu mengantarmu bersama cinta yang abadi. Nama : Ganiswara Adhitya Putra Wibowo Fak/Jur : Ilmu Sosial/Sejarah Lokasi : Pantai Sendiki

Puncak tertinggi selalu ditopangi langkah kaki dan mimpi yang berkonstelasi. Nama : Ega Karima Fak/Jur : Sastra/Sastra Jerman Lokasi : Candi Prambanan, Yogyakarta

Keindahan adalah keniscayaan dari ketenangan dan kesantunan yang mengharmoni dalam imaji. Nama : Agista Windanastiti Fak/Jur : Keolahragaan/Kesehatan Masyarakat Lokasi : Padang, Sumatra Barat

Seluruh civitas UM dapat mengirimkan karya fotografi dengan tema dan tempat bebas dalam bentuk soft file yang dikirim langsung ke Kantor Redaksi Majalah Komunikasi Graha Rektorat Lantai II UM atau via email: komunikasi@um.ac.id selambat-lambatnya tanggal 25 Maret 2019 disertai lokasi foto dan identitas diri (nama, fakultas, jurusan, dan nomor HP). Foto yang dimuat mendapat imbalan atau penghargaan yang sesuai.


Redaksi menerima tulisan reportase dengan panjang tulisan 1 halaman A4 font Times New Roman ukuran 12 spasi 1,5 dikirim maksimal dua hari setelah pelaksanaan kegiatan ke email komunikasi@um.ac.id. Naskah yang layak akan dimuat di Komunikasi online dan mendapat imbalan atau penghargaan yang sesuai


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.