Edisi 312 Sept-Okt 2017

Page 1



DAFTAR ISI Tiga Kampus, Dua Kota, Satu Jiwa

6

Tiga kampus, dua kota, satu jiwa. Kiranya itu adalah kata-kata yang pas untuk menggambarkan Universitas Negeri Malang (UM). Tidak hanya satu, UM mempunyai tiga kampus yang berada di lokasi berbeda, Majalah Komunikasi akan mengupas habis sejarah dan perkembangan kampus II dan kampus III UM. Simak ulasannya di Laporan Utama!

SURAT PEMBACA 5 LAPORAN UTAMA UP TO DATE 10 OPINI 11

Merunut Kerja Ikhlas Pemimpin, Pendidik, dan Pahlawan Keluarga

SEPUTAR KAMPUS 12

Kiprahnya telah banyak dikenal di kalangan masyarakat Blitar. Menurutnya, mengabdi itu harus ikhlas dan apa adanya. Liku-likunya meninggalkan jejak kesuksesan. Mulai dari mendirikan sekolah, jadi wakil walikota, hingga Direktur PDAM beliau lakoni dengan sabar. Simak perjuangannya dalam Rubrik Profil!

22 Jalan Sehat sembari Launching Klub Bersepeda

24 30

SALAM REDAKSI 4

PROFIL CERITA MEREKA 24 INFO 26 PUSTAKA 29 LAPORAN KHUSUS

"Berkarya untuk Bangsa" adalah tema yang diangkat dalam dies natalis tahun ini. Acara besar tersebut diperingati dengan banyak kegiatan, salah satunya adalah jalan sehat dan launching klub bersepeda. Tak hanya itu, acara tahun ini cukup spesial karena berkaitan dengan peresmian Gedung Rektorat baru. Simak ulasan kegiatannya dalam Rubrik Laporan Khusus!

WISATA RANCAK BUDAYA 34 KOMIK 38 LENSA UM 39

Suku Sasak Bayan Primadona Destinasi Wisata Budaya Keindahan suku Sasak Bayan dengan segala budaya yang masih memegang teguh adat istiadat akan membawa kita pada Indonesia sisi lain. Kearifan lokal yang masih terjaga menambah daya tarik wisatawan. Simak perjalanan selengkapnya dalam Rubik Wisata!

32

32

Tahun 39 September-Oktober 2017|

3


Salam Redaksi

STT: SK Menpen No. 148/ STT:DITJEN SK Menpen No. 148/ SK PPG/STT/1978/ SK DITJEN tanggal 27PPG/STT/1978/ Oktober 1978 tanggal 27 Oktober 1978

Antara Rasa dan Fakta oleh Anselmus JE Toenlioe

M

ungkin tidak semua warga UM tahu, UM memiliki dua kampus selain kampus I di Jalan Semarang 5, Malang. Di luar kampus I, ada pula kampus luar kota yang berada di Jalan Ir. Soekarno 3, Blitar, sebagai kampus III Adapula kampus dalam kota di Jalan Ki Ageng Gibrik 45, Malang, sebagai kampus II. Kemungkinan besar jika di antara warga UM mungkin ada yang belum tahu bahwa UM memiliki tiga lokasi kampus, bahkan pasti besar di masyarakat luar UM. Tentu relatif banyak masyarakat luar UM yang tak tahu bahwa UM adalah kampus dengan tiga lokasi. Dua dalam satu kota dan satu berada relatif jauh di kota lain. Satu kampus dengan tiga lokasi tentu bukan tanpa masalah. Entah sekadar masalah rasa maupun fakta. Misalnya ada warga UM yang merasa sebagai warga kelas dua, ketika menjadi warga kampus II maupun III. Sebaliknya, ada pula yang merasa warga kelas satu, saat menjadi warga kampus I. Tentang masalah rasa, sejumlah orangtua mahasiswa misalnya, mengemukakan kekecewaannya, ketika tahu bahwa buah hatinya tidak kuliah di kampus yang dipersepsi sebagai kampus utama, Jalan Semarang 5, melainkan di kampus II maupun kampus III. Tentu saja kekecewaan sejumlah orangtua adalah cerminan pula dari kekecewaan para ananda. Dengan kata lain, ada pula mahasiswa yang kecewa, ketika tahu bahwa dirinya berkuliah di luar kampus I. Tentang masalah rasa yang mengganggu sebagai penghuni kampus II atau III, barangkali tidak banyak hal yang dapat dikemukakan. Mungkin hanya bisa dikatakan, tidak ada niat UM untuk menomorduakan kampus II maupun III. Kalaupun terdapat perbedaan, itu terjadi sematamata karena UM masih berproses menuju satu kampus tiga lokasi, dengan pelayanan holistik dan seimbang antarlokasi. Tak dapat dipungkiri, sebagai kampus adik,

dok. Komunikasi

Satu Kampus Tiga Lokasi: karena hadir sebagai kampus belakangan, terdapat sejumlah hal yang masih berbeda dibanding kampus kakak. Misalnya, secara umum belum semua fasilitas yang dimiliki kampus I, dimiliki pula oleh kampus II dan III. Kalaupun sudah ada, kuantitas dan kualitasnya belum setara kampus I. Sebut saja perpustakaan misalnya. Dalam hal jumlah dan jenis, buku di di kampus I jauh lebih banyak dibanding kampus II dan III. Benar, perpustakaan pusat terbuka terhadap semua warga UM tanpa pandang lokasi. Meskipun demikian, jarak tempuh menjadi perjuangan tersendiri bagi warga kampus II, apalagi kampus III dalam menggunakan perpustakaan pusat. Singkatnya, warga UM di kampus I lebih mudah mengakses perpustakan memadai dibanding warga kampus II, apalagi kampus III, dengan sejumlah dampaknya. Wajar bila kenyataan ini menimbulkan rasa tak adil warga penghuni kampus II dan III. Sejumlah saran telah dilontarkan oleh berbagai pihak di lingkungan UM tentang penataan kampus II dan III, agar tidak memiliki kesenjangan pelayanan kepada mahasiswa di tiga lokasi berbeda. Ada misalnya yang menyarankan agar kampus di luar kampus I, khususnya kampus III dijadikan kampus khusus program pendidikan yang menjadi incaran banyak calon mahasiswa. Sebuah usulan yang mesti diwadahi untuk didiskusikan dan ditindaklanjuti. Sesungguhnya masih terus diperlukan saran, tak hanya praktis, tetapi juga kreatif dan visioner, jauh melintas ke depan, tentang arah pengembangan satu kampus tiga lokasi ini. Silakan berpartisipasi, memanfaatkan berbagai wadah yang ada. Salam satu kampus tiga lokasi: sehati dan serasi berinovasi. Selamat membaca! Penulis adalah dosen Jurusan Teknologi Pendidikan dan Ketua Penyunting Majalah Komunikasi Universitas Negeri Malang

Pembina Rektor (AH. Rofi’uddin) Penanggung Jawab Wakil Rektor III (Syamsul Hadi) Ketua Pengarah Kadim Masjkur Anggota Andoyo Ahmad Fahmi Ketua Penyunting A.J.E. Toenlioe Wakil Ketua Djajusman Hadi Anggota Ali Imron Sri Rahayu Lestari Didik Dwi Prasetya Yusuf Hanafi Sukamto Ike Dwiastuti Teguh Prasetyo Redaktur Pelaksana Nida Anisatus Sholihah Editor Amalia Safitri Hidayati Layouter Fitrah Izul Falaq Desainer dan Ilustrator Krisnawa Adi Baskhara Reporter Arni Nur Laila Shintiya Yulia Frantika Maulani Firul Khotimah Arvendo Mahardika Amey Karimatul Fadhilah Fanisha Amelia Dessy Herawati Cintya Indah Sari Rosa Briliana Moch. Adi Yulianto Administrasi Taat Setyohadi Ifa Nursanti Rini Tri Rahayu Suhartono Ekowati Sudibyaningsih Astutik Agus Hartono Badrus Zaman Habibie

KOMUNIKASI • Majalah Kampus Universitas Negeri Malang • Jl. Semarang No. 5 Gedung A3 Lt. 3 Telp. (0341) 551312 Psw. 354 • E-mail: komunikasi@um.ac.id • Website: http://komunikasi.um.ac.id KOMUNIKASI diterbitkan sebagai media informasi dan kajian masalah pendidikan, politik, ekonomi, agama, dan budaya. Berisi tulisan ilmiah populer, ringkasan hasil penelitian, dan gagasan orisinil yang segar. Redaksi menerima tulisan para akademisi dan praktisi yang ditulis secara bebas dan kreatif. Naskah dikirim dalam bentuk softdata dan printout, panjang tulisan 2 kwarto, spasi 1.5, font Times New Roman. Naskah yang dikirim belum pernah dimuat atau dipublikasikan pada media cetak manapun. Tulisan yang dimuat akan mendapatkan imbalan yang sepantasnya. Redaksi dapat menyunting tulisan yang akan dimuat tanpa mengubah artinya. Tulisan dalam Komunikasi tidak selalu mencerminkan pendapat redaksi. Isi diluar tanggung Jawab percetakan PT. Antar Surya Jaya Surabaya.

4 | Komunikasi Edisi 312

Distributor Jarmani


Surat Pembaca

Peliputan Kampus III Krisnawa Adi Baskhara

Salam hangat dari Patria Raya, Teruntuk Majalah Komunikasi UM tolong masukkan rubrik khusus mengenai kampus III UM yang ada di Kota Blitar, ya. Kami berharap agar kampus ini dapat lebih dikenal. Semoga Majalah Komunikasi selalu jaya. Tath Mainnul Qolbiya Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Kampus III, Universitas Negeri Malang Dear Tathma, terima kasih atas tulisannya ke Komunikasi. Jika kegiatan Saudari di kampus III ingin diliput oleh reporter Komunikasi, silakan mengirimkan surat permohonan peliputan ke redaksi Komunikasi yang mencakup nama kegiatan, tanggal pelaksanaan, dan contact person ketua pelaksana. Surat tersebut dapat dikirim langsung ke redaksi atau via surel komunikasi@um.ac.id. Nah, untuk edisi kali ini kami telah menghadirkan liputan khusus mengenai kampus II di Sawojajar dan kampus III di Blitar.

Satu nama menalikan tiga perbedaan menjadi simpul kesempurnaan Cover Story

Terima kasih.

Repro Internet

Salam, Redaksi

ilustrasi oleh Krisnawa Adi Baskhara

Ada banyak hal-hal hebat yang tampil sederhana. Bahkan sepertinya banyak momen berharga dalam hidup datang dari halhal kecil yang luput kita perhatikan. Karena kita terlalu sibuk mengurus sebaliknya. Tere Liye

Tahun 39 September-Oktober 2017|

5


dok. Komunikasi

Laporan Utama

Bangunan utama kampus III terjaga orisinalitasnya sejak 1909

Tiga Kampus, Dua Kota, Satu Jiwa: Menautkan Raga yang Terpisah

M

enjadi kampus unggul dan rujukan utamanya dalam bidang kependidikan, Universitas Negeri Malang (UM) senantiasa berkomitmen untuk melahirkan jiwa-jiwa pendidik yang berkarakter dan kompeten di bidangnya. Kampus yang lahir sejak 63 tahun silam ini ternyata tidak hanya memiliki satu kampus sebagai pusat perkuliahan. Selain kampus utama yang terletak di Jalan Semarang, terdapat pula kampus II di Jalan Ki Ageng Gribig 45 Sawojajar, dan kampus III di Jalan Ir. Soekarno 3, Blitar. Kampus II Sering Jadi Rujukan: Lokasi Strategis, Butuh Perhatian Lebih ‘Romantis' Bagi masyarakat Malang, ada dua hal yang hampir pernah dirasakan selama tinggal di Malang. Pertama, terjebak kemacetan di Kota Malang pada setiap jam pulang kerja. Kedua, tersesat di Sawojajar. Memang, jalanan di daerah Sawojajar sangat membingungkan dan cukup sering membuat orang tersesat. Sebagai contoh, ada satu jalan yang bernama Jalan Simpang Danau Maninjau Selatan Dalam I. Nama pokok jalan tersebut adalah Danau Maninjau. Kita akan dengan mudah menemukan Jalan Danau Maninjau saja. Tapi, dengan tambahan Simpang, Selatan, dan Dalam plus I akan menjadi tantangan tersendiri bagi orang yang mencarinya. Mungkin, beberapa dari sivitas akademika Universitas Negeri Malang (UM) pernah

6 | Komunikasi Edisi 312

merasakan hal menegangkan sekaligus menjengkelkan tersebut. Sawojajar yang konon merupakan perumahan terbesar se-Asia Tenggara itu memang sepertinya layak dijadikan kota tersendiri. Bayangkan, tidak ada fasilitas umum yang tidak ada di sana. Terminal, pasar, bahkan mal ada di sana. Termasuk perguruan tinggi. Bukan sembarang perguruan tinggi, perguruan tinggi negeri pun ada di sana. Apalagi kalau bukan UM kampus II. Sebenarnya, UM kampus II tidak benarbenar terletak di Kelurahan Sawojajar. Kampus eks-Sekolah Guru Olahraga Negeri (SGON) Malang ini terletak di Jalan Ki Ageng Gribig Nomor 45, Madyopuro, Kedungkandang, Kota Malang. Daerah yang kita kenal selama ini sebagai Sawojajar sesungguhnya merupakan ‘gabungan’ wilayah Perumnas dan Perumahan Asabri yang berkembang sekitar tahun 80 hingga 90-an. Kedua perumahan besar tersebut tidak memiliki perbatasan yang jelas, sehingga tampak menyatu. Sedangkan Kelurahan Sawojajar sendiri membentang di bagian barat dari keseluruhan wilayah ‘Sawojajar’ yang kita kenal selama ini. Menemukan UM kampus II sangat mudah. Dari Jalan Ranugrati yang merupakan jalan protokol di wilayah Sawojajar, Anda tinggal lurus saja melewati Jalan Danau Toba hingga perempatan Bank Tabungan Negara (BTN). Setelah itu, ambil posisi kanan dan 500 meter setelahnya Anda akan menemukan perempatan Perusahaan Listrik Negara (PLN). Belok kiri, setelah berjalan sekitar 800 meter,

Anda akan menemukan gapura megah milik UM kampus II di kiri jalan. Jika Anda naik angkot, naik saja angkutan kota jalur MM. Katakan ke sopirnya untuk turun di SGO. Jika diteruskan hingga Madyopuro, kita akan menemukan hulu proyek Jalan Tol Malang-Surabaya. Perlu diketahui, pembangunan jalan kembar Ki Ageng Gribig untuk menyambut rencana pembangunan jalur bebas hambatan tersebut. Rencananya, satu dari beberapa pintu masuk dan keluar tol tersebut akan berada di Jalan Ki Ageng Gribig. “Jika pemkot (Pemerintah Kota Malang, red.) tak membangun jalan kembar, dipastikan kemacetan parah akan terjadi,” ujar Slamet Santosa, Kepala Seksi Jalan Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Pengawasan Bangunan (DPUPPB) Kota Malang seperti disadur dari Harian Surya. Pembangunan jalan itu memakai anggaran dari pemerintah pusat senilai sekitar Rp50 miliar. Sehingga, kampus II akan terletak pada jalan protokol penghubung tol dengan Kota Malang. Kondusif dan Sejuk, Cocok untuk Pengembangan Prestasi Ketika memasuki UM kampus II, kesan pertama yang tercipta ialah kondusif dan sejuk. Terlihat beberapa mahasiswa sedang asyik mengerjakan tugas di gazebo depan Masjid Nurul ‘Ilmi. Ada juga beberapa dosen dan mahasiswa yang sedang berbincang akrab di kantin. Semuanya menyambut dengan ramah ketika Komunikasi menanyakan posisi sekretariat Himpunan


Laporan Utama

Unggul dan Jadi Rujukan Ketika Komunikasi memasuki sekretariat HMJ KSDP, kami disambut oleh sekretaris himpunan, Wangi Melati dan Ketua Divisi Komunikasi dan Informasi (Kominfo), M. Resnanda Anugerah. Selain mereka, ada beberapa anggota HMJ yang sedang beristirahat dan bersantai. Maklum, waktu itu adalah akhir pekan sehingga sudah tidak banyak kegiatan akademik. Sesuatu yang menyita perhatian kami pertama kali adalah terpampangnya berbagai cenderamata dari prodi PGSD dan PGPAUD dari beberapa kampus di Indonesia. Sebut

saja Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin, dan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). “Banyak ya kenang-kenangannya, Mbak,” ujar kami kepada sang sekretaris himpunan. “Iya Mas, sering juga ada kunjungan ke sini dari sesama PGSD dan PGPAUD,” ujar mahasiswi yang biasa disapa Wangi tersebut. Ketua HMJ KSDP, Giga Galih Eka Wibisono, yang hadir kemudian menjelaskan bahwa memang PGSD dan PGPAUD UM kampus II sering menjadi rujukan dalam penyelenggaraan pendidikan keguruan dasar dan prasekolah. “Terutama laboratoriumnya, Mas. Karena di sini sangat lengkap dan pengorganisasiannya bagus, mulai dari laboratorium IPA, matematika, PKn, bahasa, komputer, PAUD, dan sebagainya,” urai Galih. Dilansir dari situs resmi Biro Akademik, Kemahasiswaan, Perencanaan, Informasi, dan Kerjasama (BAKPIK) UM, mahasiswa yang berkuliah di kampus II disediakan asrama yang luas bangunannya 2.400m² yang dapat menampung seratus mahasiswa, dengan jumlah kamar lima puluh buah yang dilengkapi dengan fasilitas kamar tidur dan perlengkapannya, ruang baca dan bahan bacaan, televisi, ruang tamu, dan sarana olahraga. “Untuk sementara ini asrama digunakan untuk mahasiswa PPG (Pendidikan Profesi Guru, red.) serta mahasiswa kerjasama, seperti dari daerah dan Freeport,” kata sang ketua HMJ. Semarak Kegiatan Kemahasiswaan Galih mengutarakan bahwa terdapat tiga macam kegiatan kemahasiswaan yang terdapat di kampus II. “Ada dari HMJ, takmir Masjid Nurul Ilmi, dan ada kegiatan

khusus dari prodi masing-masing,” ujarnya. Terdapat bermacam-macam kegiatan yang diselenggarakan HMJ KSDP. Dalam bidang kerohanian misalnya, ada kajian setiap hari Selasa. “Kadang juga ada kegiatan insidentil mengaji bersama dan istigasah,” sambung pria yang akrab disapa Giga ini. Divisi Bakat dan Minat HMJ juga mengakomodasi kegiatan mahasiswa di bidang olahraga seperti voli, badminton, fustal putra, dan putri, serta tenis meja. “Ada juga kegiatan musik di Laboratorium Microteaching dan tari di Laboratorium Tari,” rincinya. Ada juga pendampingan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang terjadwal. Selain itu, HMJ juga berkolaborasi dengan kedua prodi yang ada dengan kegiatan seperti karawitan dan Olimpiade PGPAUD. Takmir Masjid Nurul ‘Ilmi pun juga tak mau kalah dalam menyemarakkan kegiatan mahasiswa. Mereka mengadakan rutin yasinan, kajian, dan latihan selawat albanjari bekerjasama dengan HMJ KSDP. Disinggung tentang Olimpiade PGPAUD yang merupakan agenda terdekat di kampus II, Giga menjelaskan bahwa kegiatan tersebut merupakan wahana untuk mengaktualisasi PAUD di kalangan masyarakat umum dan khususnya di lingkungan akademik. “Olimpiadenya ada beberapa kategori yaitu untuk guru PAUD dan mahasiswa PGPAUD,” urai mahasiswa S-1 PGSD tersebut. Kategori-kategori yang ada ialah lomba karya tulis ilmiah, cipta kreasi gerak dan lagu, cipta kreasi permainan, dan cipta kreasi lagu untuk pembelajaran di PAUD. Semua agenda tersebut dilaksanakan di Gedung Kuliah Bersama Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), Jumat-Minggu (13-15/10). Meskipun kegiatan kemahasiswaan di kampus II sudah cukup semarak, Giga mengatakan bahwa para mahasiswa

dok. Komunikasi

Mahasiswa Jurusan Kependidikan Sekolah Dasar dan Prasekolah (KSDP). Kampus II berada di bawah pengelolaan Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), khususnya Jurusan KSDP. Di kampus II, terdapat dua program studi, yakni S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) dan S-1 Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PGPAUD). Kebanyakan kegiatan kemahasiswaan Jurusan KSDP juga dilaksanakan di kampus II. Koordinator prodi S-1 PGSD, Drs. Dimyati, M.Pd. menjelaskan bahwa sejarah kampus II berawal dari SGON Malang. “Dulu SGON itu tempatnya di Batu,” bukanya. Berdasarkan data yang dihimpun Komunikasi, SGON Malang sebelum terletak di lokasi kampus II sekarang terletak di bangunan yang sekarang ditempati kompleks SMP Negeri 2 Batu, Jalan Bromo, Kelurahan Sisir, Kecamatan Batu, Kota Batu. “Pindahnya sekitar tahun 1980an,” lanjut Dimyati. Lantas, SGON Malang dan dua SPGN yang berada di Malang dan Blitar dialihkelolakan pada IKIP Malang menjadi D-II PGSD melalui Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI nomor 0854/O/1989 tanggal 30 Desember 1989 yang menetapkan bahwa kualifikasi awal guru SD yang semula lulusan tingkat SLTA (SPG) ditingkatkan menjadi lulusan jenjang Diploma II (D-II). “Hal tersebut berfungsi untuk meningkatkan kualitas guru pada waktu itu,” sambung pria kelahiran Blitar 62 tahun silam ini. Disinggung soal letak kampus II yang terletak di jalan protokol penghubung tol dan kota, Dimyati menjelaskan bahwa pihaknya sudah melakukan beberapa penataan dengan kerjasama Pemkot Malang agar kampus II terlihat lebih representatif. “Contohnya trotoar di depan ini dibangunkan oleh pemkot,” katanya. Selain penataan bangunan, kampus II juga berusaha mengoptimalkan situs web yang dimiliki Jurusan KSDP maupun kedua prodi. “Semua informasi ada di sana, seperti programprogram termasuk e-Learning,” ujarnya. Sehingga masyarakat dapat lebih mudah dalam menggali informasi tentang kampus II khususnya dan UM pada umumnya.

Gedung kuliah baru di Kampus II, diresmikan sejak 2013

Tahun 39 September-Oktober 2017|

7


dok. Komunikasi

masih kurang terfasilitasi untuk mengaktualisasikan dirinya melalui Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). “Selama ini mahasiswa kampus II jika ingin mengikuti UKM yang ada di pusat kesulitan, karena jarak yang jauh,” kata Giga. Memang, jarak 9km yang terbentang dari kampus pusat di Jalan Semarang 5 dan kampus II dirasa cukup jauh dan membutuhkan ongkos lebih untuk perjalanan pulang-pergi. “Apalagi kegiatan UKM di pusat biasanya sampai jam 10 bahkan 11 malam, tentunya (perjalanan, red.) menjadi sangat berbahaya karena jalan sudah sepi,” ceritanya. Aku Giga, pihaknya telah beberapa kali mengajukan pembukaan cabang dari UKM-UKM di pusat untuk kampus II, namun masih belum ada tanda-tanda respons. “Padahal kami sudah siap, secara massa bahkan jika dibentuk kepengurusan pun kami siap,” ujar mahasiswa asli Kasembon tersebut. Ditanya soal prestasi mahasiswa kampus II, ia mengutarakan bahwa pihaknya sering menjuarai berbagai kompetisi baik di tingkat fakultas, universitas, bahkan nasional. “Seperti kemarin kami juara di Pekan Seni Kreatif yang diselenggarakan oleh Opium (Organisasi Pecinta Seni FIP UM, red.), bahkan ada mahasiswa PGPAUD yang menjuarai Pekan Olahraga Nasional cabang lari jarak jauh,” sambung Giga. Pembinaan intensif, lanjutnya, sangat diperlukan untuk mengasah bakatbakat terpendam mahasiswa kampus II agar dapat lebih berprestasi. Berkaitan dengan Dies Natalis ke-63 UM, Giga tak lupa mencurahkan harapan, khususnya untuk kampus II. “Semoga lebih sering diperhatikan, terutama fasilitas seperti lapangan basket yang sudah banyak

Piala SPGN terbaik tahun 1983 di Kampus III

8 | Komunikasi Edisi 312

semak belukar yang menutupi, waktunya untuk diperbaiki, serta juga lebih banyak dikunjungi agar lebih akrab dengan seluruh keluarga UM,” harapnya. Kampus III di Gerbang Kawasan Wisata, Langganan Panen Juara Blitar kutho cilik sing kawentar Edi peni Gunung Kelud sing ngayomi Blitar jaman Jepang nate gempar Peta brontak sing dipimpin Soeprijadi Blitar nyimpen awune sang noto Mojopait ning candi Penataran Blitar nyimpen layone Bung Karno Proklamator lan presiden kang kapisan Sepenggal lirik lagu di atas memang benar-benar menggambarkan Blitar seba– gai kota kecil yang terkenal. Meletusnya pemberontakan Tentara Pembela Tanah Air (Peta) yang dipimpin Sodancho Soeprijadi pada pertengahan 1945 terhadap penjajah– an Jepang, serta bersemayamnya jenazah sang proklamator Indonesia, Bung Karno, di kota ini, membuat sebuah sematan baru yang terpatri untuknya: Kota Patria. Jumat (22/09) pagi terasa cukup sejuk di Blitar. Kendaraan yang tertib berlalu lintas dan suasananya tidak seramai Malang, membuat siapa saja betah tinggal di sana. Selain menyimpan berbagai macam lokasi wisata, kota yang terletak di 167 meter di atas permukaan laut ini juga menjadi destinasi rujukan untuk menuntut ilmu. Terbukti dengan berdirinya sebuah perguruan tinggi negeri bergengsi yang sudah berprestasi sejak zaman penjajahan! Ya, apalagi kalau bukan Universitas Negeri Malang (UM) kampus III. Ketika pertama kali menginjakkan kaki di parkiran kampus yang terletak di Jalan Ir. Soekarno 3 Blitar ini, kami disambut oleh Guru Besar Ilmu Sosial FIP UM, Prof. Dr. Mohammad Zainuddin, M.Pd. “Dari pusat, ya?” sapanya dengan ramah. “Betul, Pak,” kami menjawab. Lantas, kami diajak menuju kantor tata usaha yang terletak di sisi selatan kompleks kampus III. Di sana, sudah ada Koordinator Pelaksana Program III (KPP-III), Dra. Sutansi, M.Pd. yang menyambut kami dengan senyuman. Lantas kami diperkenalkan dengan staf kampus III dan dipersilakan duduk di ruang KPP-III. Bangunan Asli Zaman Kolonial Kami serasa dibawa kembali ke zaman kolonial Belanda. Bangunan utama yang berlanggam arsitektur indie dan jendela krepyak yang tinggi dan besar semakin menguatkan kesan bahwa bangunan ini layak dikategorikan sebagai cagar budaya. Sayang, ketika Komunikasi mengecek ke Situs Registrasi Nasional Cagar Budaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (http://cagarbudaya.kemdikbud.go.id), informasi tentang gedung megah ini belum

dok. Komunikasi

Laporan Utama

KPP-III, Dra. Sutansi, M.Pd.

tertera. Mencari informasi tentang awal mula pembangunannya pun sangat sulit. Komunikasi harus mencari arsip-arsip lama tentang gedung ini di situs-situs penyedia gambar dan informasi sejarah Hindia Belanda seperti Nationaal Archief, KITLV, dan Troppenmuseum. Kemungkinan, arsiparsip otentik tentang sejarah kampus III di zaman penjajahan sudah dibumihanguskan ketika terjadi perang mempertahankan kemerdekaan antara 1945-1949. Memiliki luas dua setengah hektar, kompleks bangunan kampus III berdiri kokoh di sisi barat pintu masuk Kawasan Wisata Sejarah Makam Bung Karno (MBK) dan masuk peta target preservasi kawasan tersebut. Selain pintu dan jendela yang berukuran besar dan tinggi, plafon bangunan-bangunan yang ada di kampus III juga menjulang tinggi, sekitar 7 meter. Hal ini membuat sirkulasi udara di dalam ruangan tetap sejuk meski tanpa menggunakan kipas angin atau air conditioner. Rintis PGSD Berasrama Kampus III digunakan untuk kegiatan perkuliahan prodi S-1 PGSD. Sejak 2016, mahasiswa baru yang ditempatkan di sini berarti wajib bertempat di asrama selama satu tahun. Program ini selaras dengan program Wakil Presiden RI, Drs. H. M. Jusuf Kalla yang mencanangkan pada tahun ajaran baru 2017 akan menyelenggarakan PGSD berasrama, untuk memudahkan pembentukan karakter para guru SD. “Calon pendidik harus diajarkan karakter mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi. Roh pendidikan adalah kemandirian itu sendiri. Inilah kenapa semua dari kami sepakat untuk menempatkan mereka di asrama,” urai Prof. Zain, sapaan akrabnya. Program tersebut akhirnya disetujui oleh rapat pimpinan


(rapim) yang diselenggarakan Rektor UM, Prof. Dr. Ahmad Rofi’uddin, M.Pd. pada Rabu (15/6/2016), di kampus III. Asrama tidak hanya mencerminkan kemandirian, namun juga sebagai pembentukan karakter, serta kebiasaankebiasaan yang tidak bisa dibentuk secara instan. Menempati asrama, berarti juga mengikuti segala ketentuan yang telah ditentukan. Hal ini termasuk jatah makan, batasan keluar malam, berinteraksi dengan lawan jenis, serta izin pulang. Semua peraturan harus dipatuhi betul, mengingat akan ada sanksi bagi yang melanggarnya. Berasrama juga melatih mahasiswa untuk bersosialisasi dengan orang lain. Menurut Prof. Zain, seorang guru SD tidak cukup hanya menguasai materi di kelas namun juga bagaimana berperilaku secara nyata ketika berhadapan dengan siswanya. “Menjadi teladan bagi anak-anak mengenai hal-hal sederhana yang terkadang terabaikan, itu yang kita pupuk dari pembelajaran di asrama,”tambah guru besar asli Blitar tersebut. Sutansi menambahkan bahwa hal-hal ini harus diupayakan agar pendidik anak tingkat sekolah dasar ini memiliki pribadi yang dapat mengajarkan kemandirian. Contohnya dalam hal yang sederhana seperti melipat pakaian, mencuci baju, dan lain sebagainya. Guru merupakan figur bagi anak yang secara tidak langsung akan membentuk perilaku anak. “Bisa dibayangkan, bagaimana mengajarkan dan memberi contoh kepada siswanya kalau gurunya sendiri tidak mandiri,” ucap Sutansi. Dari Dulu Sudah Jadi Pencetak Guru Berdasarkan penelusuran Komunikasi, gedung ini dulunya adalah Meisjes Normaalschool atau sekolah guru putri setingkat SMP. Ditambahkan oleh Suprianto, salah satu staf kampus III yang sudah bertugas sejak 1983, bangunan Meisjes Normaalschool telah berdiri sejak 1909. “Bisa dilihat di kuda-kudanya, Mas, tapi di atas,” ujarnya. Sehingga, setidaknya bangunan ini telah mencetak tenaga pendidik selama 108 tahun. Salah satu tokoh pendidikan Hindia Belanda, J.C.A. Lichtenbelt, pernah menjadi directrice (kepala sekolah) di sini tahun 1927-1939. Sekitar tahun 1953, gedung ini tetap menjadi sekolah guru dengan bentuk Sekolah Guru A dan Sekolah Guru B. Sekolahsekolah setingkat SMP tersebut lulusannya dapat menjadi guru di Sekolah Rakjat (SR). Zainuddin menambahkan bahwa kampus III dulunya merupakan bangunan yang digunakan Sekolah Pendidikan Guru Negeri (SPGN) Kota Blitar. Berdasarkan riset Komunikasi, perubahan SGA/SGB menjadi SPGN dimulai sejak tahun 1964. Hal itu didasarkan pada Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 70/1964 tanggal 21 Juli 1964 yang mengatur perubahan SGA menjadi SPG.

Pada perkembangannya, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan Surat Keputusan nomor 0854/O/1989 tanggal 30 Desember 1989 yang menetapkan bahwa kualifikasi awal guru SD yang semula lulusan tingkat SLTA (SPG) ditingkatkan menjadi lulusan jenjang Diploma II (D-II). Dengan adanya keputusan tersebut, maka pada tahun 1990/1991 SPG ditutup. Selanjutnya untuk menghasilkan calon guru SD dilakukan melalui Program D-II PGSD di sejumlah perguruan tinggi yang ditugasi oleh pemerintah. IKIP Malang merupakan salah satu LPTK yang diberi tugas untuk menyelenggarakan Program D-II PGSD, sehingga pada bulan September tahun 1990 dibuka program tersebut di IKIP Malang, dengan mengintegrasikan Sekolah Guru Olahraga Negeri (SGON) Malang, SPGN Malang, dan SPGN Blitar menjadi D-II PGSD. “Ketika itu memang masih ikatan dinas, jadi lulusan D-II langsung jadi PNS,” jelas Prof. Zain. Guru-guru dan karyawan yang ada diangkat menjadi dosen namun tetap melalui proses seleksi. Prof. Zainuddin yang sempat menjadi Wakil Walikota Blitar 2000-2005 ini juga menjelaskan bahwa tahun 2005-2007 sempat dibuka prodi D-III Manajemen dan D-III Akuntansi. Namun, keberadaan kedua prodi tersebut tidak berlangsung lama. Pasalnya, mempertimbangkan tidak adanya dosen yang menetap. Sehingga, di kampus III jurusan lain selain PGSD ditarik ke pusat untuk mempertahankan kualitas peserta didik. Disinggung soal alumni yang notable, Sutansi menyebut beberapa nama seperti Gubernur Jawa Timur era 19491958, R. Samadikoen dan orangtua Menteri Keuangan Sri Mulyani. Selain itu, Komunikasi juga menemukan alumni yang sukses berkiprah di kancah nasional seperti mantan Kepala Pusat Pengembangan Penataran Guru (PPPG) Matematika Yogyakarta, Suparlan. Menjelang ulang tahun UM ke-63 tentu banyak harapan yang ingin diwujudkan, tak terkecuali harapan dari kampus III. Prof. Zainuddin mengatakan bahwa ada hal-hal yang harus dikembangkan dari sisi pembelajaran, pengelolaan, sarana prasarana, dan lain sebagainya. “Pertama dari sumber dayanya dulu, lalu tata kelola selanjutnya ke pelaksanaan,” paparnya. Sejalan dengan tiga hal di atas, pihaknya juga mengharapkan kelanjutan dari pembangunan yang sudah berjalan. "Contohnya gerbang di depan itu, Mas. Sudah dua tahun tapi belum difungsikan," tambah pria yang mengawali kariernya sebagai guru SPGN Blitar tersebut. Langganan Juara Sejak Zaman Belanda Aktivitas mahasiswa di kampus yang

dok. Komunikasi

Laporan Utama

Supriyanto, sang saksi sejarah

terletak di jantung Kota Blitar ini juga tidak kalah dengan yang diadakan di kampus pusat. Kegiatan mahasiswa di kampus III diwadahi oleh sebuah ormawa yang bernama Koordinatorat Kegiatan Mahasiswa Kampus III (KKM-III). Secara fungsi dan tugas, KKMIII berfungsi sama seperti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM). Mulai dari fasilitator ketika ada kegiatan di pusat dan menjaring mahasiswa untuk mengikuti lomba-lomba yang ada di kampus pusat. Banyak ajang kejuaraan yang telah diraih dari mahasiswa PP3, salah satunya dalam MTQMN 2017. Selain itu, yang terbaru kampus III juga menjadi juara umum dalam Spidycup 2017, semacam pekan olahraga mahasiswa baru di FIP, serta juara umum MTQ FIP 2017. Jika dirunut ke zaman kolonial siswi Meisjes Normaalschool Blitar juga sering menjuarai perlombaan antar-Normaalschool se-Hindia Belanda. Hal tersebut banyak tercantum pada Harian De Indische Courant, khususnya pada rentang tahun 30 hingga 40-an. Hal yang tak kalah menarik, Meisjes Normaalschool Blitar juga pernah menjadi rujukan dalam mendidik siswi Meisjes Normaalschool Makassar ketika sekolah mereka direnovasi pada 1940-an. Sebagai kampus yang dipisahkan jarak dari kampus pusat, tidak bisa dipungkiri bahwa prestasi dan keberadaan kampus III belum banyak diketahui, bahkan oleh mahasiswa UM sendiri. “Kami berharap teman-teman dari kampus pusat sering main ke sini, kita sharing aktivitas, pikiran, dan kegiatan karena kita kan satu keluarga,” papar M. Fatoni Azis, Ketua KKM-III. Selain itu, mahasiswa yang akrab disapa Fatoni tersebut juga berharap bahwa sarana dan prasarana di kampus III dapat dibenahi sehingga dapat menjalankan aktivitas perkuliahan dengan maksimal. "Sudah banyak prestasi yang ditorehkan teman-teman di sini, apabila sarana pendukungnya dibenahi maka prestasi yang dihasilkan akan lebih bagus," tutupnya.Maulani/Arvendo Tahun 39 September-Oktober 2017|

9


foto Himafo UM

dok. Komunikasi

UpUptoToDate Date

Pemandangan Graha Rektorat tatkala senja

Graha Rektorat Baru, Menuju Sistem Layanan Terpadu

G

una menunjang kualitas sebuah institusi diperlukan suatu sarana dan prasarana di dalamnya. Dalam mewujudkan hal tersebut, Universitas Negeri Malang (UM) telah melakukan perluasan sarana dan prasarana yang ada di lingkungan kampus. Salah satunya adalah pembangunan Gedung Rektorat. Gedung yang awalnya terletak di Jalan Surabaya ini akan segera dipindahkan ke Jalan Semarang. Sejak tahun 2011, pihak UM telah merencanakan dengan matang proses pembangunan Graha Rektorat ini. Mengenai pemindahan lokasi pun telah dipertimbangkan dengan berbagai tujuan, salah satunya adalah karena Jalan Semarang telah menjadi pintu masuk utama UM dan merupakan wilayah milik UM. Gedung yang rencananya diresmikan pada 18 Oktober 2017 ini diharapkan akan menjadi sebuah kebanggaan dan identitas tersendiri bagi UM. Sebagai gambaran makro, Graha Rektorat ini akan digunakan sebagai tempat bagi rektor, wakil rektor, dan para staf ahli wakil rektor. Selain itu, juga digunakan untuk sistem manajemen menyeluruh tingkat universitas, seperti Biro Akademik, Kemahasiswaan, Perencanaan, Informasi dan Kerjasama (BAKPIK), Biro Umum dan Keuangan (BUK), Kantor Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M), Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Pembelajaran (LP3), Dewan Pengawas, Guru Besar,

10 | Komunikasi Edisi 312

Satuan Pengawas Internal (SPI), Satuan Penjaminan Mutu (SPM), Pusat Bisnis, Unit Layanan Pengadaan (ULP), dan unit-unit terkait lainnya. Seluruh sistem Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) UM juga ditempatkan di sini. Unit Layanan Terpadu UM akan ditempatkan di lantai 1 sayap kanan Graha Rektorat, seperti Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) yang merupakan salah satu bagian dari layanan terpadu. Layanan Terpadu memberikan segala informasi mengenai UM yang dibutuhkan oleh masyarakat dan sivitas akademika secara mudah. Bukan hanya mengenai informasi melainkan juga melayani mengenai pengaduan. “Pemindahan layanan terpadu ke Graha Rektorat diharapkan dapat mewujudkan layanan prima kepada seluruh sivitas akademika," harap Dr. I Wayan Dasna, M.Si, M.Ed, Wakil Rektor IV. Selain itu terdapat pula taman-taman di sekitar Graha Rektorat yang sesuai dengan tujuan UM untuk mewujudkan kampus dalam taman. Taman tersebut diantaranya adalah taman lingkar yang terletak di pintu gerbang masuk Jalan Semarang. Pembangunan Graha Rektorat ini telah dirancang khusus guna mendapatkan lingkungan kerja yang lebih kondusif sehingga akan menciptakan kinerja yang baik. Proses pembangunan gedung yang terdiri atas sembilan lantai ini pun kini telah mencapai 85% dan mulai dapat dimanfaatkan bersamaan dengan perayaan Dies Natalies UM yang ke-63.Fanisha


Opini

ilustrasi oleh Krisnawa Adi Baskhara

Kronologi Sejarah dalam Arsip Foto oleh Susiasih Damalita alam benak kita apabila menyebut kata arsip pasti yang terbayang adalah dokumen penting, seperti Surat Keterangan (SK), Surat Perjanjian (MOU), Surat Pertanggungjawaban (SPJ), Surat Tanah (Sertifikat), dan lain-lain yang berbentuk kertas. Pernahkah kita terpikir bahwa foto juga merupakan arsip? Bahkan foto juga dapat menjadi alat bukti berkekuatan hukum, karena foto adalah gambar yang berbicara. Foto mendokumentasikan suatu kejadian pada masanya untuk tujuan tertentu. Foto seringkali juga disebut dengan potret. Berasal dari kata photography (bahasa Yunani) yang merupakan gabungan dari kata “photos� (cahaya) dan “graphier� (melukis) yang berarti melukis dengan cahaya. Seperti juga arsip tekstual yang mempunyai nilai guna, arsip foto juga memiliki nilai guna, yaitu nilai guna primer dan sekunder. Nilai guna primer didasarkan pada kegunaannya dalam pelaksanaan kegiatan yang sedang berlangsung dan yang akan datang, sedangkan nilai guna sekunder didasarkan pada kegunaan arsip bagi kepentingan di luar instansi pencipta. Menilai foto hampir sama dengan menilai arsip tekstual (konvensional). Arsip foto harus diberi informasi, seperti nama kegiatan, nama orang, tempat, serta nama benda dan tanggal kejadian agar dapat digunakan dengan jelas oleh penggunanya. Contoh arsip foto yang bernilai guna primer adalah foto pelantikan pejabat (rektor, wakil rektor, dekan, dsb.). Contoh arsip foto yang bernilai guna sekunder adalah foto pameran pendidikan, kegiatan ospek, foto kerjasama dengan lembaga lain, dan lain-lain. Pada saat pengambilan foto nilai guna yang terkandung adalah nilai guna primer, tapi seiring berjalannya waktu maka nilai guna foto bisa menjadi sekunder disebabkan ada kepentingan di luar lembaga pencipta foto. Pertanyaannya, apakah kita (lembaga) sudah mengarsip foto-foto kejadian yang berhubungan dengan sejarah perjalanan lembaga dengan baik? Sepanjang pengamatan penulis, banyak foto-foto yang terbengkalai bahkan hanya ditumpuk di kardus-kardus bekas. Selain itu, hanya pihak Hubungan Masyarakat (Humas) yang mencetak hasil foto. Itu pun tidak semua hasil foto dicetak, alasan klasiknya adalah keterbatasan dana. Cara penyimpanan foto-foto tersebut juga tidak sesuai dengan standar penyimpanan kearsipan, hanya diletakkan di album plastik yang berpotensi merusak foto dalam jangka waktu yang panjang. Foto-foto disimpan tanpa

D

narasi kegiatan, sehingga sering kita bertanya-tanya siapa pelaku sejarah dalam foto kegiatan tersebut. Padahal dalam pameran suatu lembaga, pengunjung akan lebih senang melihat foto-foto kejadian yang terkait dengan perjalanan lembaga tersebut. Mereka akan terhanyut dan berimajinasi seolah-olah masuk ke dalam zaman ketika gambar itu difoto. Oleh karena itu, arsip foto juga perlu dikelola dengan baik agar informasi yang terkandung di dalamnya dapat digambarkan dalam tulisan. Pengolah arsip foto harus bisa menjabarkan informasi yang terkandung dalam foto tersebut agar informasi dapat tersampaikan sesuai dengan kenyataan yang terjadi pada waktu foto diambil. Tulisan atau narasi arsip foto sebagai informasi foto tersebut didapat dari hasil wawancara atau penelusuran si pencipta arsip, baik itu perorangan atau lembaga. Dengan pengolahan yang baik, arsip foto bisa menjadi pendukung sejarah perjalanan hidup suatu lembaga atau instansi dari masa ke masa. Agar informasi yang ada di arsip foto tidak hilang, maka foto harus segera dicetak dan diberi narasi sesuai dengan kejadiannya. Arsip foto sekarang ini juga tidak selalu berbentuk lembaran-lembaran konvensional, tetapi juga bisa dikemas dalam bentuk lain sesuai kemajuan zaman. Selain arsip foto konvensional, arsip yang disimpan dalam media bisa disebut dengan arsip elektronik. Dengan penyimpanan arsip foto menggunakan media baru, maka arsip foto semakin mudah dibawa, dikirim, dan digandakan. Dengan penyimpanan arsip elektronik, mudah sekali mengirim arsip foto ke tempat yang sangat jauh sekalipun. Misalnya pengiriman arsip foto melalui media WhatsApp, BBM, Facebook, dll. Manusia zaman sekarang memang sangat dimanjakan dengan kecanggihan teknologi, sehingga penyimpanan arsip foto tidak lagi seribet masa lampau. Dengan media baru, pengelolaan arsip foto bisa terjaga dengan baik dan mudah. Belum lagi keuntungan dalam proses pencetakan, seberapa pun yang kita mau, ukuran besar kecil seperti yang kita inginkan dengan mudah dapat dilakukan tanpa harus merusak arsip yang asli. Mencetak foto secara konvensional memang lebih tahan lama hingga ratusan tahun, apabila cara penyimpanannya baik dan benar. Penulis adalah arsiparis di Subag Tata Usaha Universitas Negeri Malang Tahun 39 September-Oktober 2017|

11


Seputar Kampus

UM iCamp Promosikan Indonesia

dok. Panitia

pada Mahasiswa Internasional

Peserta UM iCamp ketika kunjungan ke Gunung Bromo

U

niversitas Negeri Malang (UM) melalui Kantor Hubungan Internasional menawarkan berbagai program gelar dan nongelar. Salah satu program internasionalisasi non-gelar yang bertujuan mengenalkan budaya dan bahasa Indonesia adalah UM International Camp (UM iCamp). Setelah sukses diselenggarakan tahun lalu, kegiatan ini diselenggarakan lagi pada tahun ini. Kegiatan terebut merupakan bagian dari upaya UM untuk meningkatkan pendidikan global. Dimulai dengan memberi kesempatan kepada mahasiswa luar negeri belajar bahasa Indonesia dan merasakan kehidupan budaya serta akademis di negara yang kaya akan wisata ini. Program intensif ini terdiri atas sesi kelas dan sesi sosio-budaya. Ada juga kunjungan lapangan ke tempat budaya dan sejarah. Melalui sesi tersebut, mahasiswa internasional akan memiliki kesempatan untuk lebih memahami aspek dinamis masyarakat Indonesia di masa lalu, sekarang, dan masa depan sesuai dengan tagline-nya “Perluas visitas Anda dan buka kedok budaya yang penuh warna�. Kegiatan yang diselenggarakan oleh Kantor Hubungan Internasional UM ini berlangsung selama satu minggu (11-17/08). Diikuti oleh peserta mahasiswa dari Aljazair, Palestina, Malaysia, Vietnam, Uzbekistan, Rusia, Thailand dan Maroko. Tim transportasi dan Liaison Officer (LO) telah menyiapkan armada untuk menyambut peserta. Antusiasme terlihat dari peserta, mereka tampak senang ketika sampai di Indonesia. Mereka kemudian diantar ke homestay untuk beristirahat dan mempersiapkan diri untuk mengikuti rangkaian kegiatan UM iCamp 2017. Pada hari pertama (11/08), para peserta mengikuti Welcoming Session. Sebanyak 49 mahasiswa dari 42 negara mengikuti kegiatan ini di Sasana Budaya UM sejak pukul 07.00 WIB. Sesi penyambutan dilakukan oleh Direktur Kantor Hubungan Internasional UM, Prof. Dr. Yazid Basthomi, M.A., dan Ketua Pelaksana UM iCamp 2017, Nabhan F. Choiron, S.S., M.A. Dalam sesi ini, para peserta diberikan pengarahan tentang pelaksanaan UM iCamp.

12 | Komunikasi Edisi 312

Agenda yang dilakukan selama satu minggu tersebut meliputi pembelajaran lokakarya angklung oleh Saung Mang Udjo Bandung, kursus gamelan, lokakarya permainan tradisional nusantara, belanja ke pasar tradisional, workshop kuliner Indonesia, wisata Kota Malang, workshop udheng, workshop dance nusantara oleh Pendidikan Seni Tari dan Musik (PSTM), dan workshop-Tari Indonesia oleh Didik Nini Thowok. Ada juga kunjungan lapangan ke tempat budaya dan sejarah, seperti Museum D’Topeng, Pantai Lenggoksono, dan Gunung Bromo. Setelah beberapa hari melaksanakan kegiatan UM iCamp 2017, puluhan mahasiswa asing dari berbagai negara tersebut menutupnya dengan sebuah kenangan manis. Mereka turut menyuguhkan tarian tradisional Indonesia dengan luwes di Aula Utama, Gedung A3 UM. Penampilan mereka sekaligus menjadi penutupan UM iCamp 2017 yang diakhiri dengan pemberian penghargaan Master of Master oleh LO kepada peserta. Tujuan dari program UM iCamp ini untuk mengenalkan budaya Indonesia, khususnya budaya Malang kepada mahasiswa internasional, memberikan layanan edukasi yang bisa menginspirasi mahasiswa internasional, memperluas eksposur acara internasional di UM, mengoptimalkan timbal balik inisiasi kemitraan internasional, mendukung potensi wisata Kota Malang, dan mempromosikan kualitas pendidikan Indonesia, khususnya UM, kepada mahasiswa internasional. Perguruan tinggi di Indonesia mulai menjadi rujukan, baik di tingkat sarjana, magister, maupun doktor. Sebagai salah satu perguruan tinggi pencetak guru di Indonesia, UM terus meningkatkan kualitasnya, baik secara akademik maupun nonakademik. UM berupaya mewujudkan cita-citanya untuk menjadi salah satu perguruan tinggi rujukan nasional dan internasional dengan menambahkan unsur bahasa dan budaya di setiap bidang pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya jumlah mahasiswa internasional dari tahun ke tahun.Dessy


Seputar Kampus

ADU ROBOT JADI KSATRIA

W

Tema tersebut menggugah pertarungan antarpeserta menjadi semakin sengit dan meriah untuk memperebutkan gelar ksatria pada ajang kali ini. Tidak cukup di situ saja, panitia juga mendatangkan para dewan juri dari berbagai perguruan tinggi yang ahli di bidangnya, yakni Denda Dewatama, S.T., M.T. dari Politeknik Negeri Malang, Yunifa Miftachul Arif, S.T., M.T. dari Univeristas Islam Negeri Malang, Eka Maulana, S.T., M.Eng. dari Univeristas Brawijaya, dan Ilham Ari Elbaith Zaeni, S.T., M.T. dari Jurusan Teknik Elektro UM. Acara LTDC turut dihadiri oleh Wakil Dekan II dan III Fakultas Teknik, para ketua jurusan yang ada di Fakultas Teknik, dan tentunya para pendidik di lingkup Fakultas Teknik beserta para tamu undangan. “Perlombaan ini adalah sebagai ajang kreasi yang baik, ajang pembelajaraan di tengah-tengah kesibukan, dan tentunya ajang kreasi untuk mengasah bakat dan minat guna mengisi masa depan yang lebih efektif dan produktif. Saya juga berharap ke depannya acara seperti ini lebih banyak

lagi, lebih meriah, dan tentunya diimbangi dengan jumlah peserta yang lebih banyak dan merata dari seluruh pelosok negeri,” ujar Prof. Dr. Marji, M.Kes. selaku Wakil Dekan III Fakultas Teknik UM. Di sela-sela kesibukanya, Ketua Pelaksana LTDC mengungkapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga acara ini bisa berjalan dengan sukses. Terutama pada panitia dan para dosen pengajar yang tiada mengenal kata lelah. Beliau juga menambahkan bahwa LTDC kali ini diikuti sebanyak 177 tim yang terdiri atas 80 tim kategori analog dengan 146 peserta dan 97 tim kategori mikrokontroler dengan 191 peserta. “Acara ini sungguh sangat meriah dan berbeda dari tahun lalu. Mulai dari jumlah peserta, jumlah panitia, dan lintasan buat perlombaan. Saya juga berharap ke depannya LTDC bisa lebih meriah lagi, lebih semarak, dan menjadi media pembelajaran bagi peserta dan panitia agar lebih baik lagi,’’ imbuh Risky Perdana Adi Perkasa, selaku Ketua Pelaksana LTDC 2017.Adi

dok. Panitia

orkshop Elektro Universitas Negeri Malang (UM) gelar even tahunan Line Tracer Design and Contest (LTDC) UM 2017 (2728/9) di Gedung Sasana Budaya UM. LTDC merupakan perlombaan adu cepat dan adu desain robot line tracer (robot penjajak garis) yang diikuti oleh mahasiswa, siswa SMP sederajat, dan siswa SMA/SMK sederajat se-Indonesia. Jenis robot yang yang dipertandingkan pada LTDC 2017 ini terdiri atas dua kategori, yaitu kategori analog dan kategori mikrokontroler. Di setiap pertandingan akan mempertandingkan empat robot sekaligus dalam satu lintasan/ track. Start dimulai di empat sudut yang berbeda. Robot dianggap mencapai garis finish apabila salah satu bagian robot menyentuh garis finish. Waktu maksimal untuk setiap pertandingan adalah 4,5 menit dengan 30 detik untuk persiapan. Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, LTDC tahun ini mengangkat tema "Mysterious Knight on The Battle Arena".

Senyum sumringah pemenang LTDC

Tahun 39 September-Oktober 2017|

13


Seputar Kampus

Berantas Korupsi dengan Nilai Integritas

B

adan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial (BEM FIS) mengadakan seminar antikorupsi dengan tema “Mentalisasi Anti-Korupsi Para Pendiri Bangsa Refleksi dan Revitalisasi Pembangunan Indonesia”. Dengan

dok. Panitia

menghadirkan pemateri-pemateri yang andal dalam bidangnya, antara lain Dr. Abraham Samad, S.H., M.H., Dr. Zainal Arifin Mochtar, S.H., LLM., Ir. Agus Rahardjo, M.S.M. dan Prof. Dr. Sukowiyono, M.H. Tujuan dari diadakannya seminar antikorupsi ini adalah untuk mengedukasi mahasiswa terkait bahaya korupsi, sekaligus sebagai bentuk dukungan dari BEM FIS terhadap pemberantasan korupsi di Indonesia. Dalam seminar ini dijelaskan bahwa di beberapa universitas banyak yang menjadikan Pemberantasan Anti-Korupsi (PAK) menjadi matakuliah wajib untuk menanam integritas dan meningkatkan kekebalan mahasiswa, karena saat ini korupsi merupakan masalah terbesar yang dihadapi oleh Indonesia. Maka dari itu, perlu diadakan matakuliah wajib seperti PAK. Sikap mental bangsa Indonesia yang gemar meremehkan mutu, tidak percaya pada diri sendiri, tidak disiplin, dan mengabaikan tanggung jawab menjadi beberapa alasan korupsi semakin merajalela di tanah air. Mengapa korupsi susah dicegah? Karena demokrasi kita yang sudah hancur dari awal. Korupsi terjadi karena mahalnya demokrasi. Selain itu, korupsi bisa terjadi karena dua faktor. Faktor pertama yakni keserakahan, karena adanya sifat manusia yang ingin memiliki lebih dari yang ia punya sehingga apa yang didapat selalu merasa kurang. Faktor kedua yakni kebutuhan yang tidak terpenuhi. Jika pemuda melakukan korupsi karena integritas dan moral yang bobrok, hal itu mengindikasikan pendidikan karakter yang

tidak tuntas atau kurang dalam penerapannya. Seharusnya pendidikan karakter mengutamakan hasil kognitif dan nilai integritas yang dikembangkan. Saat ini Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sedang mengembangkan nilai-nilai integritas, yakni kejujuran, keadilan, disiplin, tanggung jawab, kemandirian, kerja keras, sederhana, dan kepribadian yang baik. Seminar ini diadakan agar seluruh masyarakat, khususnya mahasiwa UM, sadar dan paham akan bahaya yang ditimbulkan dari perilaku korupsi. Dilihat dari tingkat keberhasilannya, acara ini dapat dikatakan berhasil. Ditandai dengan membludaknya jumlah peserta hingga tiket yang sold out jauh hari sebelum pelaksanaan seminar nasional. “Saya berharap setelah diadakannya seminar ini mampu menyadarkan pemikiran bersama bahwa korupsi merupakan musuh bersama dan upaya pemberantasan korupsi harus kita dukung secara maksimal,” harap Teguh Dwi Imanda, Ketua BEM FIS. Kesan secara langsung juga diungkapkan oleh salah satu peserta dalam seminar nasional kali ini. “Acara ini sangat membangun sekali. Ketika nanti menjadi pejabat harus dan wajib mempunyai sifat antikorupsi. Pemateri-pemateri tadi menyadarkan bahwa pemuda adalah masa depan sekaligus harapan bagi bangsa Indonesia. Apalagi saya yang sedang menempuh pendidikan Hukum dan Kewarganegaraan dan tidak menutup kemungkinan bahwa saya akan menjadi pejabat ataupun sebagai guru, saya mempunyai tanggung jawab moral untuk membentuk karakter yang baik agar membawa bangsa Indonesia ke tempat yang lebih baik,” ujar Delvi Berliana Sari, mahasiswa Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial.Cintya

Penyerahan cinderamata oleh Wakil Dekan III, I Nyoman Ruja, S.U., ke moderator dan pemateri

14 | Komunikasi Edisi 312


Seputar Kampus

Menuju Laboratorium Online mahasiswa UIN Malang dalam kepanitiaan dan acara ini dibuka oleh Rektor UIN Malang karena Bapak Dirjen berhalangan hadir,” tutur Ardyansah, ketua pelaksana. Acara yang diadakan dua hari (24-25/09) ini dihadiri lebih dari 150 peserta dari berbagai daerah di Indonesia. Para peserta diberi pilihan untuk masuk kelas full training atau kelas pengenalan software. Tujuan diadakan training ini guna meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) pranata laboratorium pendidik dengan menulis karya ilmiah. Pemateri-pemateri dalam workshop didatangkan dari Dikti, UM, UIN Malang, UB, dan PPLPI. “Memperkenalkan IT (information technology, red.) untuk manajemen laboratorium ini penting guna mengembangkan laboratorium manual menjadi laboratorium online, seperti dalam hal peminjaman bisa jadi lebih terintegrasi dan mengetahui jumlah alat yang masih baik maupun rusak. Hal ini akan mempermudah PLP dalam pekerjaannya karena semua menggunakan sistem

berbasis IT,” tutur Dr. Eng. Siti Sendari, S.T., M.T., pemateri dari Fakultas Teknik (FT) UM. “UM memiliki laboratorium yang statusnya fungsional hanya di Fakultas Teknik (FT) dan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA),” tutur Rina Triturani sebagai pranata laboratorium FMIPA.Amey

dok. Panitia

P

ersatuan Pranata Laboratorium Pendidikan Indonesia (PPLPI) yang dinaungi Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia (Kemenristekdikti) mengadakan kegiatan Workshop and Training Nasional. Kegiatan ini membahas tentang penggunaan Aplikasi Sistem Informasi Online Laboratorium Pendidikan (Sionlap) serta Metode Peneliti Pranata Laboratorium Pendidikan (PLP)-Jurnal Inovasi & Pengelolaan Laboratorium (Jipel) bagi PLP, Laboratoriun/Teknisi, Kepala Laboratorium, Dosen, dan Guru Pengelola Laboratorium. Acara yang bertempat di The Same Hotel Malang ini diatur oleh panitia PPLPI yang berkolaborasi dengan Universitas Brawijaya (UB), Universitas Negeri Malang (UM), Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang (UIN Malang), dan Politeknik Negeri Malang (Polinema). “Ini kali kedua kami mengadakan acara pelatihan, tahun ini kami bertuan rumah di UIN Malang, sehingga melibatkan beberapa

Penyampaian materi pengelolaan laboratorium

Ratusan Alumni UM Berebut Posisi di PT Pama leader di tempat kerja yang berkualitas,” tegas Prof. Dr. Ainin, M.Pd., Ketua PP-IKA UM. Wicahyo, salah satu peserta, mengaku bahwa dirinya mengikuti kegiatan ini karena tertarik dengan posisi yang ditawarkan oleh perusahaan yang merupakan bagian dari ASTRA Heavy Equipment, Mining, and Energy ini. “Posisi yang saya ambil ini sesuai dengan jurusan dan bidang saya, jadi saya sangat berharap dapat diterima di PT Pama Persada” aku alumni Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi angkatan 2015 ini.Nida

dok. Panitia

S

ejumlah 230 alumni UM mengikuti seminar dan rekrutmen yang diselenggarakan oleh PT Pama Persada Nusantara yang bekerjasama dengan Bagian Kemahasiswaan dan Pengurus Pusat Ikatan Alumni (PP-IKA) UM. Acara berlangsung di Aula PP-IKA UM. Dalam sambutannya, Manajer PT Pama, Ignatius Daniel Lopulalan, menerangkan tentang keberhasilan tes yang diikuti oleh peserta. “Saat ini rata-rata peserta tes sudah pandai, mereka lolos seleksi administrasi, psikotes, interview, tapi yang banyak tidak lolos adalah tes kesehatan,” ungkapnya. Barangkali hal tersebut, lanjut lelaki berperawakan tegas ini, adalah pengaruh teknologi informasi (TI). Setiap orang saat ini sangat ketergantungan dengan handphone, jadi olah tubuhnya kurang terlatih, sehingga kesehatan fisiknya menurun dan banyak dari peserta tes yang berguguran pada sesi ini. Seminar usai pada pukul 12.00 WIB. Dari 230 peserta yang sebelumnya telah mengisi data administrasi secara daring di http://ika.um.ac.id, terjaring 125 peserta untuk mengikuti psikotes pada Rabu-Kamis (04-05/10) di Aula Perpustakaan UM. Tahap selanjutnya adalah tes interview. Keseriusan peserta sangat terlihat selama mengikuti tes ini. Mereka mengerjakan soal demi soal psikotes yang diberikan oleh panitia dari perusahan kontraktor pertambangan Indonesia tersebut. “Saya berharap alumni UM bisa mendapatkan posisi penting di perusahaan-perusahaan besar, sehingga lulusannya dapat menjadi

Serius mengerjakan psikotes

Tahun 39 September-Oktober 2017|

15


Seputar Kampus

SSÇ Boyong Dua Medali Emas di Kancah Nasional dok. Panitia

U

nit Kegiatan Mahasiswa Paduan Suara Mahasiswa (UKM PSM) Swara Satata Çakti (SSÇ) Universitas Negeri Malang (UM) berhasil meraih dua medali emas sekaligus dalam Festival Institut Teknologi Bandung (ITB) yang digelar selama lima hari (15-19/09). Festival ini merupakan festival paduan suara tertua di Indonesia yang dilaksanakan setiap dua tahun sekali. Pada kategori dewasa campuran, SSÇ meraih juara dua dengan nilai 87,85 dan kategori dewasa sejenis (female) mengantongi juara ketiga dengan nilai 83,29. Sebanyak 42 anggota dan satu arranger SSÇ dikirimkan untuk mengikuti festival yang berlangsung di Bogor. Beragam pesaing dari seluruh Indonesia mereka temui dalam ajang bergengsi ini. Para peserta festival bukan hanya dari paduan suara universitas, melainkan juga ada yang independen (paduan suara gereja atau paduan suara dari komunitas). Total seluruh peserta festival ini ada 70 peserta, namun pada kategori dewasa campuran ada 16 peserta. Pemilihan lagu juga berpengaruh terhadap performa tim paduan suara. Pada festival ini, PSM SSÇ menyanyikan lagu wajib berjudul Senja di Pelabuhan Kecil karya Ken Steven. Selain itu, pada kategori dewasa campuran, lagu pilihannya adalah lagu Jerman klasik berjudul Herr Wenn Trübsal da ist dan lagu bebas berjudul Nascatur Pax. Pada kategori dewasa sejenis (female) menyanyikan lagu pilihan berjudul Der Wassermann dan lagu bebas berjudul Doa yang merupakan arransement konduktor PSM.

Swara Satata Çakti ketika mengikuti festival di ITB Kemenangan yang diraih tidak lepas dari doa dan kerja keras. Ketika libur semester, mereka tidak henti-hentinya berlatih siang malam agar mendapat hasil memuaskan. Iga Melathi, Ketua Umum PSM SSÇ UM, mengaku sangat bangga karena SSÇ pertama kalinya mengantongi emas pada Festival ITB. Peraihan ini dirasa cukup sulit sebab peserta lain adalah pesaing yang berat. Namun, berkat usaha yang dilakukan, SSÇ dapat meningkatkan gelar silver menjadi emas pada tahun ini. “Harapan ke depan agar PSM SSÇ UM dapat bersaing dan berprestasi di kompetisi internasional”, harap mahasiswi yang kerap disapa Iga ini.Fanisha

Social Debating Competition:

dok. Panitia

Ajang Latih Kepekaan Sosial

Salah satu tim debat yang menyampaikan mosi

S

etiap mahasiswa pada hakikatnya merupakan agent of change dalam kehidupan bermasyarakat. Namun berbagai isu sosial yang sedang hangat di kalangan masyarakat tidak sepenuhnya disadari oleh mahasiswa. Mahasiswa seringkali bersikap apatis. Hal tersebut menjadi dasar bagi Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Sosiologi Universitas Negeri Malang (UM) mengadakan kompetisi

16 | Komunikasi Edisi 312

debat berbahasa Inggris. Kompetisi debat sosial bahasa Inggris yang diadakan pada 28 September ini bertemakan “Upgrading Social Identity trough Social Issue in Society” yang mengangkat mengenai permasalahan-permasalahan sosial yang sedang hangat dalam masyarakat. Sebanyak enam belas tim dari beberapa universitas mengikuti ajang ini, diantaranya Universitas Negeri Jember

(Unej) dan Universitas Brawijaya (UB). Mosi yang diperdebatkan seputar human rights, education, technology, gender, and environment. Kompetisi yang dimulai pada pukul 07.00 WIB di Aula Ki Hajar Dewantara Fakultas Ilmu Sosial (FIS) ini menghadirkan enam juri, beberapa juri berasal dari UM, dua juri berasal dari The British Institute (TBI), dan ada pula juri dari luar UM. Para juri yang dipilih merupakan juri yang kompeten di bidangnya, sehingga kompetisi debat ini menjadi suatu ajang yang berkelas. Kompetisi yang baru diadakan pertama kali ini menggunakan sistem debat British yang mengambil empat pemenang dalam kompetisi. "Mahasiswa dapat berpikir kritis dan sikap apatisnya pun mulai hilang,” ujar Arif Aminullah Prayono, Ketua HMJ Sosiologi UM. Berbagai efek positif dapat dirasakan setelah adanya kompetisi ini, sehingga HMJ Sosiologi merencanakan agar kompetisi debat sosial berbahasa Inggris ini dilaksanakan secara rutin pada tahun-tahun berikutnya.Fanisha


Seputar Kampus

LKTI SEJARAH ALAMI PROGRES, MANUVER KESADARAN MAHASISWA MENINGKAT sembilan tim yang mendaftar. Mely mengaku sempat tidak percaya diri untuk memimpin kegiatan ini. Tak disangka, jumlah pendaftar meningkat saat mendekati waktu pelaksanaan. Hal ini spontan membuatnya semakin optimis untuk menyuskseskan acara. "LKTI Sejarah tahun depan semoga bisa lebih baik lagi dari tahun ini," ungkap Mely.Rosa

dok. Panitia

S

ejarah merupakan salah satu jurusan di Universitas Negeri Malang (UM) yang senantiasa berupaya mengajak semua kalangan untuk menapaki perkembangan sejarah di negeri ini. Upaya tersebut diwujudkan dengan diselenggarakannya Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI). Kegiatan yang digagas oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Sejarah (HMJ FIS) UM ini mengangkat tema “Upaya Meningkatkan Kesadaran Sejarah Masyarakat terhadap Kearifan Lokal di Era Globalisasi". Menurut Mely Oviani Putri, Ketua Pelaksana LKTI, tema ini dipilih karena bersifat universal. Tak tanggung-tanggung, mereka menggaet tujuh puluh mahasiswa S-1 dari Sabang sampai Merauke sebagai pesertanya. Tak hanya itu, dewan juri dalam LKTI ini ialah pakar yang kompeten di bidangnya. Selama pelaksanaanya, ada tiga babak yang digunakan; penyisihan, semifinal, dan final. Tepat Minggu (24/09) final berjalan lancar di Aula Ki Hajar Dewantara. Di lain sisi, acara ini mengalami progres yang memuaskan. Jumlah peserta yang membludak merupakan fakta menggembirakan bagi panitia penyelenggara. Pasalnya di tahun pertama penyelenggaraan hanya terdapat

Juara I diraih oleh tim Universitas Nusantara PGRI (UNP) Kediri

Odisea, Ajak Siswa Berpikir Kritis

P

yang akan lanjut ke babak semifinal dan final (03/09) di Aula Ki Hajar Dewantara FIS UM. Pada babak semifinal satu, terdapat enam puluh tim yang akan disaring menjadi tiga puluh untuk masuk semifinal dua, kemudian diambil lima tim terbaik untuk masuk ke babak final. Lima tim tersebut antara lain SMAN 1 Kepanjen, SMAN 1 Gambiran, SMAN 1 Tumpang, SMAN 61 Jakarta, dan SMAN 1 Batu. Pengadaan rayon online memunculkan hambatan tersendiri bagi panitia. “Seringkali informasi via website UM macet, sehingga sedikit menyulitkan peserta untuk mengakses informasi lomba,” ujar Umu. Kesulitan tersebut dapat diatasi dengan mengerahkan panita penanggung jawab untuk setiap peserta. Odisea kali ini dikemas semenarik mungkin agar lebih berkesan bagi peserta. “Menghadirkan sesuatu yang baru, sebelum mengonsep acara biasanya kami melihat rundown acara di tahun lalu supaya

bisa memperbaiki acara. Setelah itu kami mengonsep acara dengan menghadirkan hal baru, seperti menghadirkan dua penari yang berkolaborasi untuk pembukaan acara Odisea. O, iya, untuk sekolah luar Jawa kami memberikan penginapan di Wisma Ringgit,” tutur Zukhriya, Sie Acara Odisea. Guna mengisi waktu, panitia menyediakan workshop pendidikan bagi para guru pendamping yang diisi oleh Ismail Lutfi dan Najib Jauhari selaku dosen Sejarah. Selain itu juga terdapat talkshow Wardah sebagai penutup acara. “Harapan saya dalam acara ini secara kuantitatif semakin merata persebaran pesertanya. Di tahun depan, kualitas soalnya (soal olimpiade, red.) lebih bagus lagi agar tercapai tujuan historisnya atas kesadaran sejarah, yang paling utama untuk menjalin kerjasama dan silaturahmi dengan guruguru menjadi lebih baik dan bisa saling berbagi informasi setiap tahunnya,” tutur Najib Jauhari, Pembina HMJ Sejarah.Amey

dok. Panitia

entingnya belajar sejarah secara kritis menjadi acuan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Sejarah Fakultas Ilmu Sosial (FIS) Universitas Negeri Malang (UM) untuk mengadakan Olimpiade Sejarah (Odisea). Progam kerja yang diadakan setiap tahun kepengurusan ini mendapat apresiasi yang baik dari seluruh peserta di Indonesia “Tujuan dari Odisea ini untuk menumbuhkan iklim cinta sejarah dan mengajak siswa berpikir kritis terhadap peristiwa-peristiwa sejarah. Juga sebagai ajang promosi Jurusan Sejarah UM,” ungkap Umu Lisa, ketua pelaksana. Tahun 2017, Odisea merambah tingkat nasional yang menjadikannya salah satu olimpiade bergengsi. Acara ini diikuti oleh 390 tim dengan delapan rayon, yaitu rayon Malang, Banyuwangi, Mojokerto, Blitar, Tuban, Ponorogo, Sidoarjo, serta rayon online yang berada di Jawa Barat, Kalimantan, Sumatera, dan Bali. Penyisihan per rayon (19/08) mengambil 20% siswa

Senyum sumringah pemenang beserta dewan juri Odisea 2017

Tahun 39 September-Oktober 2017|

17


Profil

Ingin Berbeda,

dok. Pribadi

Teguh Geluti Sastra dan Ilmiah

Teguh bersama Rakai Langit di depan Menara Petronas

Nama : Teguh Dewangga Tempat/Tanggal lahir : Malang, 10 Juli 1995 Alamat : Jalan Teuku Umar, no.22, RT 01/RW 06, Desa Jeru, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang Riwayat Pendidikan • SDN Jeru 1 (2001-2007) • SMPN 1 Tumpang (2007-2010) • SMKN 1 Singosari, Teknik Ototronik (2010-2013) • Universitas Negeri Malang, Pendidikan Teknik Otomotif (2013-2017) Pengalaman Organisasi • Pramuka Lanegsatu SMPN 1 Tumpang (2007-2010) • Pecinta Alam STEPAS SMKN 1 Singosari (2010-2011) • Ketua 1 OSIS SMKN 1 Singosari (2011-2012) • Paduan Suara Mahasiswa Swara Satata Çakti (2013-2014) • UKM Penulis/UKMP (2014-Sekarang) Prestasi • Juara 1 PKM-M dan Juara 1 PKM-T Lomba PKM se-Fakultas Teknik, Universitas Negeri Malang 2014 • Juara 2 PKM-M dan Juara 2 PKM-T Lomba PKM se-Fakultas Teknik, Universitas Negeri Malang 2015 • Juara 1 Kategori Cerpen dan Juara 2 Kategori Pustaka, Kompetisi Penulisan Rubrik Majalah Komunikasi UM 2015 • Juara 1 Lomba Cerpen Festival Sastra Mata Pena, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya 2015 • Juara 1 Lomba Cerpen Pekan Budaya Tingkat Nasional, HMJ Sastra Indonesia, Universitas Negeri Malang 2016 • Juara ke 5 Book Review Telkom Indonesia Tingkat Nasional, Indonesian Book Club 2016 • Gold Medal Poster dan Silver Medal Presentation, Pekan Ilmiah Mahasiswa UM (PIM UM) 2016 • Juara Harapan 2 Lomba Karsa Cipta Teknologi (LKCT) Tingkat

18 | Komunikasi Edisi 312

"Penanya menari-nari warnai lembar prestasi Senjata kreativitas tak ia batasi Berpeluru pada lapangnya kegagalan Menembak setiap kesempatan Tak ada kata penghabisan dalam kamusnya Optimis ia bawa selagi berperang Berpuluh bacaan telah jadi senapan Melaju ke rimba sastra, membalak belantara ilmiah Petik buah gagasan yang ranum dalam arah Tebarkan nama harum di setiap langkah"

• Nasional, BEM Fakultas Teknik, Universitas Negeri Malang 2016 • Juara 2 Lomba Kreativitas Inovasi dan Teknologi (Krenotek), Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), Kabupaten Blitar 2017 • Juara 2 Scientist In Action 3 FMIPA ITS 2017 • Gold Medal Presentation dan Silver Medal Poster, Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) 30, Universitas Muslim Indonesia, Makassar 2017 • Gold Award Inovation, Desain, Research, and International Symposium (IDRIS), MyRIS, Kuala Lumpur, Malaysia 2017 • Juara 1 Kategori Cerpen dan Juara 1 Kategori Pustaka, Kompetisi Penulisan Rubrik Majalah Komunikasi UM 2016 • Juara 1 Lomba Cerpen Nasional BIOMA, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang 2017 • Wisudawan terbaik non-akademik ke-90 UM tahun 2017


Profil

dok. Pribadi

S

ebagai mahasiswa yang merasa salah jurusan, Teguh Dewangga selalu ingin membuktikan bahwa ia mampu. Hal itu menjadikannya ingin berbeda dari mahasiswa lain. Menjadi mahasiswa Teknik, bukan berarti ia tak mampu menulis sastra. Di sisi lain, ia juga mendalami karya tulis ilmiah. Kedua bidang tersebut telah berhasil membuahkan banyak prestasi yang gemilang. Bagaimana liku-liku perjalananannya? Simak wawancara kru Komunikasi dengan Teguh Dewangga berikut! Apa yang mengawali Anda tertarik dengan dunia kepenulisan? Saya baru suka tulis menulis ketika masuk kuliah. Awalnya saya menulis cerpen. Dua tahun pertama lumayan menghasilkan juara tingkat nasional. Kemudian, saya juga mencoba menulis ilmiah serta jurnalistik. Sebenarnya, sejak mahasiswa baru, PKM (Program Kreativitas Mahasiswa, red.) saya sudah didanai. Tapi pada awal kuliah fokusnya menulis fiksi. Lalu mulai berkembang ketika saya masuk UKM Penulis. Soalnya, bertemu sesama penulis dan atmosfer menulisnya terasa sekali. Bagaimana Anda bisa menguasai dua bidang kepenulisan, yakni ilmiah dan sastra? Sebenarnya kalau fiksi saya lebih banyak menulis cerpen, namun menurut saya, di UM menulis ilmiah itu lebih dihargai dan dipandang penting. Karena memang saya sendiri dari Jurusan Teknik, kesannya gimana gitu anak teknik menulis cerpen. Saya ingin mencoba semua bidang menulis dan saya juga suka berkompetisi. Jika di ilmiah kompetisinya lebih kompleks, karena kita menulis dan presentasi. Jadi, tantangannya lebih greget. Siapa yang telah menginspirasi Anda? Banyak, kalau menulis fiksi terinspirasi dari senior-senior saya di UKMP. Banyak dari mereka yang telah berhasil. Untuk menulis ilmiah, saya terinspirasi dari alumni-alumni Pimnas, seperti Mbak Tanty. Apa benar Anda sebenarnya tidak ingin kuliah di jurusan Anda sekarang? Benar. Sejak semester dua saya sudah merasa salah jurusan. Tapi saya tanggung jawab untuk menyelesaikan masa studi, tanggung jawab ke orangtua, dan tanggung jawab terhadap pilihan saya sendiri. Oke saya kuliah, tapi harus beda dengan mahasiswa lain. Akhirnya dengan passion menulis, saya mengejar banyak lomba, supaya bisa membuktikan “Ini lho, anak yang salah jurusan juga bisa�. Di balik itu ada hikmahnya kok. Kalau tidak begitu, tidak akan bertemu dengan dosen-dosen Teknik Mesin yang mengajari saya menulis PKM. Bagaimana dengan akademik Anda? Untuk akademik, saya lulusan terbaik

Kemenangan Teguh bersama empat rekannya di Pimnas ke-30 Tahun 2017

Jurusan Mesin semester antara. Saya membuktikan meskipun salah jurusan, saya bisa mendapat IP (Indeks Prestasi) baik. Sebenarnya saya tidak terlalu mengejar IP. IP bagus semua orang bisa, tapi kalau untuk non-akademik tidak semua. Perjuangan mendapat IP bagus lebih mudah daripada perjuangan untuk non-akademik. Kalau disuruh cari nilai bagus, saya bisa tapi setelah itu tidak ada kepuasan. Berbeda kalau passion, kita dapat bagus itu terpuaskan. Bagaimana kiprah Anda dalam menekuni dunia kepenulisan? Saya sudah sering gagal, yang dilihat orang hanya keberhasilan saya saja. Saya menulis fiksi baru berhasil setelah dua tahun. Selama itu, saya banyak belajar karena saya sadar menulis itu tidak instan. Saya kuliah empat tahun baru bisa mendapat medali Pimnas. Ada tiga judul saya yang lolos Pimnas dan baru dapat medali emas tahun ini. Bagaimana proses Anda mendapatkan ide menulis? Dari banyak hal. Seumpama saya lihat ada orang jualan kepiting. Akhirnya kepitingnya saya jadikan cerpen. Inspirasi menulis datang dari banyak membaca. Kalau ilmiah, saya banyak di pertanian. Seperti Pimnas kemarin tentang pertanian padi. Di Malaysia tentang teknologi budidaya bawang merah. Menurut Anda, kompetisi mana yang paling berkesan? Pimnas kemarin. Cobaannya banyak. Saya mengejar yudisium dengan selang waktu satu hari sebelum berangkat Pimnas. Sebelum berangkat suara hilang, padahal harus presentasi. Saya memang sudah punya target, sebelum lulus harus dapat medali

emas, saya tulis dan tempel di kamar. Kemenangan kemarin berkat kolaborasi dengan empat fakultas. Kita tidak bisa berdiri sendiri. Dari Pimnas tahun kemarin, saya banyak belajar. Contohnya komposisi anggota, kita harus cari anggota sesuai bidangnya. Butuh desain, ya cari anggota dari DKV (Desain Komunikasi Visual, red.), dan seterusnya. Jadi, semua anggota punya peran aktif. Bagaimana mengatasi suara Anda yang hilang tersebut? Untung presentasi Rakai Langit hari terakhir, sehingga saya punya waktu recovery. Sampai dibawakan kencur oleh ibu-ibu dari Kemahasiswaan. Saya yakin, kalau cobaan banyak, biasanya hasilnya juga besar. Waktu di Malaysia, H-1 poster temen saya salah cetak, rantai motor putus, bensin habis, HP temen terselip, paspor teman hilang, ketinggalan MRT, sampai Juanda tas saya masih di Malaysia. Dari situ saya belajar kalau saya menyerah dengan cobaan ini bisa-bisa mental saya hancur. Akhirnya pasrah, namun tetap optimis. Bagaimana Anda menularkan semangat berkompetisi ke mahasiswa lain? Sepulang dari Pimnas sampai hari ini, saya mengisi materi PKM di FPPSI, FMIPA, FT, FIK, dan UKMP. Bahkan di jurusan saya mengader sendiri. Di UKMP saya mengisi lima sesi, mulai cari ide sampai proposal jadi. Sudah ada belasan judul yang tinggal poles. Sebagai pemenang, kita­punya tanggung jawab moral untuk mengatrol. Pesan untuk mahasiswa UM? Kita boleh ikut organisasi, boleh mengejar akademik, tapi kita harus mengembangkan passion. Berkarya itu yang penting. Organisasi iya, kuliah iya, dan berkarya juga iya.Shintiya Tahun 39 September-Oktober 2017|

19


dok. Pribadi dok. Pribadi

20 | Komunikasi Edisi 312


Tahun 39 September-Oktober 2017|

21

dok. Pribadi

dok. Pribadi

dok. Pribadi


dok. Komunikasi

Profil

"Pendidikan telah jadi prioritas utama Selaras dengan acuannya beragama Membangun sumur ilmu untuk ditimba Tanpa mengharap secuil balas dan laba Jiwa pemimpin ia pegang teguh senantiasa Mengemban amanah sebagai wakil walikota Tak menyurutkan perhatian pada kepentingan negara Sukses berkat ikhlas dan belajar mengeja peristiwa demi bersama ia tempa gagasannya, ia jelma pula sebagai pahlawan di keluarga"

Nama Tempat, Tanggal Lahir Alamat

: Prof. Dr. Drs. Mohammad Zainuddin, M.Pd. : Blitar, 26 Juni 1957 : Jalan Wisanggeni Blok G 87 Kota Blitar

Riwayat Pendidikan • SDN Blitar lulus tahun 1970 • SMPN 1 Blitar lulus tahun 1973 • SMAN 1 Blitar lulus tahun 1976 • S-1 Pendidikan Matematika, Universitas Negeri Malang, lulus tahun 1982 • S-2 Pendidikan Matematika SD, Universitas Negeri Malang, lulus tahun 1998 • S-3 Ilmu Sosial, Universitas Merdeka Malang, lulus tahun 2006

22 | Komunikasi Edisi 312


Profil Jabatan dalam Pengelolaan Institusi : • Anggota Bidang Penalaran Senat Fakultas MIPA IKIP Malang 1980-1982 • Ketua Remas Masjid Agung Malang 1981-1999 • Ketua UPP III PGSD Universitas Negeri Malang di Blitar 1998-2001 • Wakil Ketua PCNU Kota Blitar 2001-2006 • Wakil Ketua PCNU Kota Blitar 2006-2011 • Dosen tetap KSDP UM Malang 1992- sekarang Prof. Dr. Drs. Mohammad Zainuddin, M.Pd. sosok yang cukup dikenal di kalangan masyarakat Blitar. Di tahun 2000-2005 beliau mendampingi Djarot Saiful Hidayat memimpin Kota Blitar. Di sela-sela itu, beliau juga menangani PDAM yang hampir bangkrut. Keinginannya untuk mengabdi membuatnya mendirikan sekolah-sekolah. Selain itu, sebagai anak tunggal, beliau tak ingin memiliki anak sedikit. Bagaimana kisahnya? Simak kisahnya dalam wawancara kru Komunikasi berikut! Bagaimana Anda mengawali karier? Saya dulu dari SPG, karena ada peraturan baru, otomatis saya menyesuaikan, harus kuliah lagi. Saya selaku dosen harus menyesuaikan perkembangan zaman. Saya menjadi dosen tahun 1990. Tahun 1998 kuliah S-2, setelah lulus diangkat jadi Koordinator Pelaksana Program (KPP) kampus 3 selama empat tahun. Otonom pertama, saya cuti karena jadi wakil walikota tahun 2000-2005. Setelah habis masa jabatan, saya kuliah lagi S3. Saya harus mengejar jabatan akademik walaupun luar biasa sulitnya. Selain menjadi dosen Anda juga mendirikan sekolah-sekolah bahkan perguruan tinggi. Sekolah dan perguruan tinggi mana saja yang telah Anda dirikan? Saya sudah mendirikan tiga sekolah. SD Islam Kardina Massa pada 1995, SD Islam Kota Blitar tahun 1998, dan SD Islam Ma’arif Plosokerep pada 2006. Saya juga pernah diminta membenahi MI Nurul Huda Ngadirejo. Untuk perguruan tinggi, saya telah mendirikan Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Blitar tahun 2016. Apa yang mendasari Anda untuk mendirikan itu semua? Saya hanya ingin mengabdi. Kalau kita mendirikan sekolah pasti ada liku-likunya. Kuncinya ikhlas dan apa adanya. Mendirikan sekolah itu jangan ada rasa ingin memiliki, nanti bisa getun. Seperti UNU, sekarang

• Guru Sekolah Pendidikan Guru (SPG) Negeri Blitar 1984-1992 • Wakil Walikota Pemerintah Kota Blitar 2000-2005 • Direktur Utama PDAM Kota Blitar 2003-2004 • Penilai Angka Kredit Guru Dinas Provinsi Jatim 2010-sekarang • Ketua Lajnah LPTNU PCNU Blitar 2014-sekarang • KPP 3 Universitas Negeri Malang 2015-sekarang • Narasumber Nasional K13 untuk SD, Kemendikbud 2015-sekarang • Rektor Universitas Nahdlatul Ulama Blitar 2016-sekarang

saya menjadi rektornya, kalau sudah bagus ya nanti siapalah yang bisa meneruskan. Bagiamana Anda bisa terpilih menjadi wakil walikota Blitar? Ketika awal dilaksanakannya otonomi daerah, saya menjabat tahun 2000-2005. Untung waktu itu (aturannya,red.) tidak harus mengundurkan diri dari Pegawai Negeri Sipil (PNS). Berarti waktu itu mendampingi Pak Djarot Saiful Hidayat? Iya. Saya menjadi wakil walikota tanpa biaya sama sekali. Dulu Anda juga pernah menjadi direktur di PDAM, bagaimana Anda bisa menjadi direktur PDAM? Saat itu PDAM rugi. Saya menjadi wakil walikota sehingga saya ditugaskan walikota menjadi direktur di PDAM untuk membenahi administrasi. Padahal basic saya guru. Saya dapat inspirasi dari membaca otobiografi Gus Dur. Cara belajarnya dengan memanggil. Saya memanggil kepala bagian manajemen keuangan, bagian teknik, marketing, dan peralatan. Saya bilang, silakan buat perencanaan. Kemudian saya diskusi dengan ahli-ahli itu. Saya buat kesimpulan, PDAM itu barang dari air, tidak kolakan, kenapa bisa rugi? Mengapa alatnya sering rusak? Ternyata insentifnya tidak memadai. Sehingga dengan dia (salah satu karyawan) mesin itu dibunyikan seharian. Kalau sudah rusak, dia senang karena biaya kerusakan bisa dibuat ceperan. Akhirnya saya benahi. Setelah satu tahun, akhirnya utang lunas. Karena sudah membaik, saya tidak mau di situ, tugas saya sebagai wakil walikota. Saat rapat, semua kaget. “Loh Pak Zainuddin kok tahu betul?” Padahal saya belajar dari mereka. Ketika saya menjadi direktur saya tidak usah digaji, karena sudah digaji menjadi wakil walikota. Kerja harus jujur dan ikhlas, rahasianya di situ. Bagaimana Anda bisa sukses dalam

berkeluarga? Kebetulan saya diberi anugerah anak kandung lima belas. Kuncinya melayani masyarakat atau melayani keluarga. Adanya kerja sama antara ayah dan ibu. Harus penuh kesabaran bahwa semua yang ditugaskan adalah anugerah. Pasti Allah memberi kemudahan, ndak mungkin memberi beban ke umatnya. Kalau sejak awal belum yakin, jangankan punya anak lima belas, anak tiga saja sudah bingung. Itu harus diyakinkan kepada istri karena istri yang biasanya akan mengeluh. Bagaimana Anda bersama istri mengasuh lima belas putra-putri Anda? Setelah 10 hari melahirkan kita titipkan ke tetangga. Setiap minggu kami datangi, beri susu, dan keperluan bayi. Setelah anak berusia lima-enam tahun kami ambil. Kalau kita rawat sendiri ndak mungkin, karena setiap tahun punya anak. Ada lima rumah yang kita titipi. Apakah istri Anda bekerja? Bekerja, dulu dia guru TK, karena punya S-1 maka dia mutasi ke SMK. Agar image kepada masyarakat anak tidak menghalangi menuntut ilmu, saya sekolahkan lagi D3 di Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Blitar, S-1 di Malang, S-2 di UM Jurusan Bahasa Inggris. Sekarang S-3 di Universitas Sebelas Maret (UNS). Dia memberikan contoh kepada anak-anak, bahwa anak jangan dijadikan beban. Allah akan mengangkat derajatnya bagi yang menuntut ilmu. Menuntut ilmu itu wajib. Kalau sekolah sudah selesai, kita harus tetap menuntut ilmu di mana saja. Menuntut ilmu bagian dari hidup, jangan hanya semacam pemaksaan. Pesan untuk mahasiswa UM? Mahasiswa kalau belajar jangan hanya belajar di kampus. Juga belajar bermasyarakat. Apalagi mempelajari kehidupan beragama itu jauh lebih penting untuk memberikan inspirasi kehidupan masa depan.Shintiya

Prof. Zainuddin bersama Menpora dan jajaran

Tahun 39 September-Oktober 2017|

23


Cerita Mereka

Duta Pancasila dan Ilustrator Penakluk Dunia Temukan passion dan menekuni hobi, melangkah sedikit demi sedikit. Jangan pernah mundur untuk selalu berkarya dan berbuat baik

dok. Pribadi

B

Lintang Pandu Pratiwi yang juga merambah dunia model

24 | Komunikasi Edisi 312

erpenampilan menarik, dengan rambut panjang teurai, dan warna kulit sawo matang adalah visualisasi dari Lintang. Bergelut dan berkutat melalui dunia anak dengan cara elegan sudah dilakoni Lintang Pandu Pratiwi selama beberapa tahun terakhir. Skill menggambar yang terus ia asah menjadi modalnya sebagai ilustrator. Perpaduan ilustrasi dan tulisan membawanya dengan bebas berimajinasi menghasilkan cerita anak yang apik. Lintang ialah pribadi yang tegas, humble, dan komunikatif. Sikap itu selalu ia cerminkan saat bertemu setiap orang. Ditemui dengan dress motif bunga membuat pembawaanya lebih fresh. Perempuan ini sudah hafal lagu-lagu daerah sejak kecil di saat teman yang lain gandrung dengan musik pop. Jiwa nasionalisme sudah ditanamkan sedari dini oleh orangtuanya. Tak ayal jika saat ini setiap hembusan napasnya melambungkan ibu pertiwi. Karyakarya yang diusung menjadi salah satu cerminan kepribadiannya yang lantas membawanya menyabet seabrek prestasi nasional maupun internasional. Karier yang melejit tak semata-mata ia dapatkan dengan mudah. Bermula dari hobi yang ditekuni hingga akhirnya membuahkan hasil. Alumnus Desain Komunikasi Visual (DKV) ini berhasil lolos ke penerbit Indonesia yang akhirnya membuka jalan untuk melangkah ke kesempatan-kesempatan lain. Penerbit-penerbit lain juga ia masuki dengan keapikan karyanya. Hobi yang ia tekuni kini telah diakui Indonesia maupun dunia, salah satunya dengan mendapat penghargaan “72 Ikon Prestasi Indonesia� yang diberikan oleh Presiden Jokowi melalui Unit Kerja Presiden Pembina Ideologi Pancasila. Dalam perhelatan ini, ada 72 ikon berprestasi, baik dari bidang sosial, seni budaya, olahraga, dan teknologi. Penghargaan yang diberikan pada 21 Agustus 2017 itu sempat membuat Lintang speechless karena memang tidak disangka sebelumnya. “Aku langsung dihubungi sama mereka by email dan call,� tegas perempuan asli Wonosobo tersebut. Perlehatan yang berlangsung di Jakarta Convention


selalu ada dan tidak bisa dihindari. Nilai dalam diri yang ia pegang teguh tidak mengkhianati hasil usaha yang diraihnya. Lintang yang piawai menulis dan lihai menggambar selalu memadukan imajinasi untuk mewujudkannya. Talenta yang ia miliki dan sudah diasah sejak kecil membawanya dalam muara kesenangan tersendiri untuk menemukan passion yang dimiliki. “Sering mengikuti kompetisi menggambar sejak TK,” ungkap Duta Pancasila tersebut. Tak heran jika alumni SMA Negeri 4 Malang ini mengambil jalan di dunia seni. Skill menggambar dan membuat ilustrasi juga diiringi dengan tulisan yang kece. Pengalaman menulis ketika di bangku SMP tak pernah ia lupakan. “Sempat nggak dipercaya sama guru ketika mengikuti kompetisi menulis, kesannya tulisan saya seperti dibuatkan orangtua,” kelakarnya. Tulisan Lintang yang berhasil menyabet juara satu se-Kabupaten Wonosobo ketika di bangku menengah pertama memunculkan kecurigaan besar dari para penyelenggara karena genre yang diusung berbeda dengan anak-anak seumurannya. Ia mengusung tulisan dengan nilai-nilai humanis dan nasionalis di usia yang sangat belia. Hingga akhirnya nama Lintang digugurkan dalam kompetisi tersebut dan hanya tinggal judul tulisan yang terpampang. “Dewan juri sempat bilang ke ayah saya saat mengetahui segalanya dan memberi selamat,” kenangnya sambil tertawa geli. Tak hanya itu, Lintang yang mengagumi keeksotikan alam Indonesia juga memiliki hobi fotografi dan modeling. Lelah dan kebosanan ia lunturkan sejenak dengan berpose di depan kamera. Tak luput pula ia jeprat-jepret sana-sini view yang menurutnya indah. “Aku memang suka alam dengan pemandangannya, mungkin karena memang berasal dari pedesaan,” tutur perempuan pengagum bunga ini. Sesekali ia masih mencari murbey hutan di dok. Pribadi

Center ini dihadiri pula oleh tokoh-tokoh penting negeri ini, diantaranya Megawati Soekarno Putri, Tri Sutrisno, Jenderal TNI Luhut Binsar Panjaitan, serta Dewan Unit Kerja Pancasila (UKP) Yudi Latief. Kehadiran mereka membawa kesan sakral dan bergengsi. Track record-nya yang memang sudah tidak diragukan lagi dengan seabrek portofolio-portofolio membuat Presiden Jokowi meliriknya. “Karena memang tema nasionalisme yang diusung sesuai dengan value yang ada di buku-buku cerita anak saya,” tegasnya. Goresan tinta saat ia menggambar dan membuat ilustrasi mempertajam tulisannya yang penuh dengan pesan moral. Mulai dari budi pekerti, tolong menolong, dan toleransi ia usung menjadi poin penting dalam tulisannya. Tidak berhenti di situ, Lintang masih harus mengampanyekan tema nasionalisme melalui karya dan sejumlah schedule yang telah dibuat bersama tim Unit Presiden dan ke-72 Ikon Prestasi. Ia diberi kesempatan untuk public speaking di beberapa kampus Indonesia. “Iya ini baru pulang dari STAN (Sekolah Tinggi Akuntansi Negara,red.) dalam rangka proyek lanjutan,” tuturnya. Karya Lintang juga mendapat penghargaan bergengsi di tahun 2016. Ia berhasil menyabet prestasi “40 Anak Bangsa Penakluk Dunia Versi Media Indonesia”. Ia tak diragukan lagi bersanding dengan rekan yang sudah melejit di kancah nasional maupun internasional dengan karya masing-masing. Mengusung tema nasionalisme dari setiap kemasan cerita membawanya melalang buana hingga Amerika, Eropa, dan Asia. Karya-karya ilustrasinya telah menghiasi penerbit mancanegara. Studio komik Multitude Comics Amerika telah meliriknya sebagai ilustrator hingga menjadi bestseller dengan karya Walker Hound of Park Avenue. Tentunya jatuh bangun yang ia hadapi

Buku karya Lintang (kiri) dan ilustrasi karyanya (kanan)

dok. Pribadi

Cerita Mereka

Ilustrasinya yang menembus internasional

sekitar rumah ketika pulang ke Wonosobo sembari mengenang keceriaan masa kecilnya. “Jalan-jalan dan langsung lihat pemandangan sering memunculkan ideide baru untuk berkarya,” imbuh perempuan yang suka berteater ini. Pencapaian yang sudah banyak tidak membuat Lintang berhenti di satu jalan. Ia masih ingin mengeksplor karyakaryanya selain menulis dan ilustrasi. Ia tetap bersemangat untuk mengepakkan sayapnya seperti penuturannya. “Mungkin nanti bisa merambah ke dunia film.” Walaupun begitu, Lintang tetap memegang nilai-nilai yang telah ditanamkan oleh orangtua. Ia tidak luput untuk berbagi melalui karya-karyanya. Prinsipnya agar selalu ­­­ berguna bagi orang lain selalu ia pegang dengan kuat. “Salah satu impianku lagi, ke depannya buku-buku yang telah aku buat nantinya bisa langsung aku salurkan ke anak-anak dengan membangun perpustakaan buat mereka. Berharapnya anak-anak bukan sekadar gemar literasi, tetapi juga bisa mengambil nilai yang terkandung di dalamnya,” imbuhnya. Penulis buku yang produktif ini berhasil menciptakan tiga puluh buku kompilasi Indonesia dan luar negeri, salah satunya buku tentang Michelle Obama yang didedikasikan untuk mengenang masa akhir jabatannya sebagai First Lady. “Kalau dari aku sih temukan dulu passion dan jangan pernah mundur sedikit pun. Maju dan mulai dari yang kecil dan sederhana untuk membuat hal yang bisa mengesankan,” kata ilustrator Majalah Bobo ini. Sosoknya yang tidak gampang menyerah dan selalu berpikir positif mampu membawa dirinya untuk terus berkarya.Arni Tahun 39 September-Oktober 2017|

25


dok. Panitia

Info

Berbagi Kemajuan Mutakhir, FMIPA Gelar Konferensi Internasional Pemaparan materi oleh keynote speaker

S

elasa (29/08), bertempat di salah satu gedung Universitas Negeri Malang (UM), Graha Cakrawala, telah diselenggarakan acara bertaraf internasional oleh Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA). Acara yang berlangsung selama dua hari, Selasa (29/08) dan Rabu (30/08), ini bertajuk International Conference of Mathematics and Science (ICoMSE) yang baru pertama kali diselenggarakan oleh FMIPA. Berdasarkan pemaparan Ketua Jurusan Biologi, Dr. Hadi Suwono, M.Si., ICoMSE bertujuan untuk berbagi seputar kemajuan mutahir di bidang matematika, ilmu pengetahuan alam dan pendidikan, serta memberikan wadah bagi para peneliti, pakar dari kalangan akademisi, pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), lembaga penelitian, dan industri. Bukan hanya dari Indonesia saja, namun juga negaranegara lain yang bekerjasama dengan UM maupun FMIPA. Tujuan lain dari acara ini untuk membuat jaringan kerja sama antara peneliti satu dengan peneliti yang lain, dari universitas satu dengan universitas yang lain, maupun antara negara satu dengan negara yang lain. ICoMSE menghadirkan delapan narasumber dari UM, Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Dirjen Belmawa), (Departement of Engineering Education, College of Engineering Utah State Universitty) USA, (Faculty of Education, Khon Kaen University) Thailand,

26 | Komunikasi Edisi 312

(Ecological Chemistry, Faculty Chemistry and Biotechnology, FH Aachen University of Applied Sciences) Germany, (Department of Chemistry, College of Engineering, Universiti Teknologi Malaysia) Malaysia, Universitas Pertamina and Department of Biochemistry, Institut Teknologi Bandung. Acara ini mengambil tema “Innovation of Mathematics, Science, and Education Research for Sustainable Development”. “Dipilih keynote speaker ini karena semua bidang harus ada. Ada bidang biologi, fisika, kimia, matematika, dan bidang pendidikan. Kedua yaitu kita sudah mengenal reputasinya, sesuai dengan isu yang kami angkat dan waktunya juga pas cocok,” tutur Dr. Hadi Suwono, M. Si., yang juga ketua panitia pelaksana. Di dalam konferensi ini terdapat beberapa topik, di antaranya fundamental and applied research ini mathematics, physics, chemistry, biology, and education. Terbagi ke dalam lima konferensi kecil yang di dalamnya masing-masing terdapat topik konferensi. ICoMSE terbagi menjadi empat sesi dengan pembagian waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Terdapat sesi pengumpulan abstrak, pengumuman lolos diterima, tanggal konferensi, dan tenggat waktu pengiriman dokumen secara lengkap. Peserta yang mengikuti acara ini berasal dari kalangan dosen, mahasiswa dari semua tingkatan baik S-1, S-2, maupun S-3, dan guru. Peserta tersebut bukan hanya berasal dari Indonesia saja, melainkan ada dari

negara lain juga ikut berpartisipasi. Ada yang berasal dari Iran, Thailand, Jepang, dan Taiwan. Abstrak yang masuk dalam acara ini sebanyak 632 dengan peserta yang berpartisipasi sebanyak 544 dan paper yang telah dipresentasikan sebanyak 456. Tidak hanya dosen yang ambil bagian dalam kepanitiaan acara. FMIPA memberikan kesempatan bagi mahasiswanya untuk ikut berpartisipasi dalam kepanitiaan. Penyeleksian dilakukan untuk mengetahui mahasiswa yang sungguh-sungguh ingin berpartisipasi. Dr. Hadi Suwono, M.Si. mengatakan bahwa pantia dari unsur mahasiswa diutamakan yang bisa dan fasih berbahasa Inggris. Hal ini tentunya menjadi tantangan bagi penguji maupun mahasiswa. Mahasiswa akan lebih terpacu untuk belajar bahasa Inggris. Alhasil, acara ini berjalan dengan lancar. “Harapan saya yang pertama acara ini bisa menjadi agenda rutin internasional yang kita selenggarakan sehingga setiap peneliti bisa mengalokasikan waktu untuk berpartisipasi dalam acara ini,” tutur beliau. Rosa


Info

Komitmen

dok. Panitia

Ciptakan Kampus Bebas Narkoba

Kebahagiaan panitia beserta peserta diskusi setelah diskusi selesai

N

arkotika, Psikotropika, Zat Adiktif (Napza) adalah salah satu hal yang perlu dijauhi oleh kalangan pemuda, termasuk mahasiswa sebagai agent of change di masa yang akan datang. Bahaya Napza sangat mengancam pemuda Indonesia pada masa sekarang. Pentingnya melakukan pengawasan diri maupun lingkungan dari bahaya Napza sangat diperlukan. Seperti yang dilakukan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa Gerakan Mahasiswa Anti Napza (UKM German) yang memiliki kebulatan tekad untuk memerangi penyalahgunaan Napza. Senin (11/09), UKM German menyelenggarakan progam kerja dalam rangkaian German Transfering Knowledge, setelah sebelumnya sukses menyelenggarakan German Goes to School (GGS), kemudian disusul kegiatan kedua yaitu Focus Group Discussion (FGD). FGD mengundang 48 organisasi mahasiswa (ormawa) yang meliputi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), dan Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) dengan perwakilan dua mahasiswa setiap ormawa. “FGD diselenggarakan dengan tujuan ingin menampung aspirasi mahasiswa dalam mewujudkan kampus bebas narkotika,

dengan mengajak seluruh ormawa. Mereka berperan sebagai fasilitator yang kemudian aspirasinya dibawa ke rektorat,” tutur Wawan, ketua pelaksana. Kegiatan yang bertema “Siapkah kita dengan kampus bebas narkotika?” ini diselenggarakan di Gedung Sasana Budaya UM dengan dibuka oleh Wakil Rektor III. Memerlukan waktu satu bulan untuk mempersiakan kegiatan ini karena terdapat beberapa hambatan dari peserta. “Kami mengalami hambatan karena minimnya respon dari ormawa, padahal kami sudah mengirim undangan jauh-jauh hari dari pelaksanaan, kurangnya minat peserta juga mempengaruhi kegiatan FGD ini,” tambah Wawan. Panitia yang terdiri atas anggota UKM German telah bekerja dengan baik, mereka mengundang beberapa demisioner terdahulu dari UKM tersebut. “Kami berharap para mahasiswa mengetahui bahaya narkotika dan bebas dari napza. Dengan diadakannya FGD ini memberikan kesepakatan bahwa kampus memberikan aksi nyata untuk menolak narkotika dan mendukung kampus bebas dari narkotika,” tambahnya. Dengan satu bulan persiapan, panitia berhasil mengemas forum diskusi yang terkesan membosankan menjadi menarik.

Dengan penataan meja melingkar di beberapa sudut ruang menambah pengemasan kegiatan ini terlihat rapi. Diskusi berjalan dengan baik karena setiap meja terdapat beberapa perwakilan ormawa yang kemudian diberi bahan diskusi untuk dirundingkan. Setelah itu, perwakilan akan menjabarkan hasil diskusi. “Diskusi kali ini dipimpin oleh Uswatun Hasanah, anggota German sebagai moderator, dalam diskusi terdapat pro kontra dan forum perdebatan, setelah itu kembali ke forum diskusi kecil dengan bahasan diskusi aksi nyata dan dijabarkan kembali hasilnya,” ujar Tiwi, Sie acara FGD. Setelah mendapat kesepakatan diadakan petisi yang ditandatangani oleh seluruh ormawa kemudian diserahkan kepada Wakil Rektor III untuk kemudian diproses supaya menjadi aksi nyata yang bukan hanya sekadar aspirasi belaka. Hasil akhir dari kegiatan tersebut adalah dilakukannya tes urine. Masing-masing ormawa bergerak sesuai bidang masingmasing dalam upaya sosialisasi bahaya narkotika terhadap mahasiswa UM yang dikomando oleh German. “Acaranya menarik dan bermanfaat bagi mahasiswa, diskusi yang terkesan membosankan jadi terlihat menarik mungkin karena temanya juga menarik,” ungkap Yoga, salah satu peserta FGD.Amey

Tahun 39 September-Oktober 2017|

27


Info

dok. Panitia

Character Building Cetak Mahasiswa Hebat

Keseruan kegiatan character buiding

B

adan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Malang (UM) mengadakan Character Building 2017. Kegiatan ini terdiri atas dua kloter yang dibagi berdasarkan Jurusan Matematika dan Kimia (23-24/08) dan Jurusan Pendidikan IPA dan Fisika (30-01/09). Kegiatan diadakan di Polteked Pusat Pendidikan dan Latihan (Pusdiklat) Angkatan Darat (AD) yang berada di Kecamatan Karangploso. “Terdapat 490

mahasiswa yang ikut di setiap kloter, kami bikin per kloter karena tempatnya hanya bisa menampung lima ratus mahasiswa saja. Kegiatan ini pertama kali kami laksanakan dan bersifat wajib atas imbauan Wakil Dekan III. Bertujuan untuk menangkal isu nasional yang sedang beredar di kalangan mahasiswa, mendisiplinkan mahasiswa, dan membentuk karakter mahasiswa yang hebat dengan materi keorganisasian maupun nasionalisme,” tutur Ahmad Najmi Faris, Ketua BEM FMIPA.

Materi yang disampaikan oleh TNI AD seputar kesadaran bela negara, kehidupan berbangsa dan bernegara, pembekalan Pelatihan Baris Berbaris (PBB), dan penanggulangan narkoba, antikorupsi, dan plagiarisme. Terdapat juga materi tentang mahasiswa berprestasi yang disampaikan oleh Tsania Nur Diana, Mahasiswa Berprestasi UM 2017. “Untuk persiapan dari konsep kegiatan sudah dirancang kurang lebih tiga bulan, yang dimaksud membahas konsep adalah poin atau hal apa yang harus didapatkan oleh mahasiswa baru setelah mengikuti kegiatan Character Building ini. Untuk persiapan teknik acara kita mempersiapkan selama sekitar satu bulan untuk berkoordinasi dengan pihak Polteked AD,” tutur Anugrah Pratama Supriyono, ketua pelaksana. “Harapan saya untuk ke depannya, acara ini dapat membiasakan mahasiswa baru untuk disiplin, patuh terhadap aturan, dan menjadi mahasiswa yang hebat,” tambah Anugrah.Amey

Industri Sejarah, Kemas Kekunoan Jadi Kekinian

28 | Komunikasi Edisi 312

dikembangan oleh para sejarawan,” kata Samantha sebagai pemateri. Perkembangan industri kreatif bisa diimplementasikan dengan pembuatan kaos-kaos bergambar museum ataupun cagar budaya, hal ini akan menciptakan rasa sadar sejarah di kalangan masyarakat. “Saya yakin peluang berkembangnya industri kreatif sejarah ini bisa semakin berkembang dengan inovasi kreatif dan keunikan. Kita bisa mengemas kekunoan menjadi kekinian dan memunculkan jiwa entrepreneur dengan pengenalan museum lewat membangun industri kaos. Dengan itu juga akan menjadi lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar,” tambah Samantha. Kuliah tamu ini dihadiri banyak sekali mahasiswa dari Jurusan Sejarah yang sangat antusias. “Kuliah tamu kali ini sangat menarik dan inovatif. Tentunya juga bermanfaat bagi kami dan tidak membosankan,” tutur Iza, salah satu mahasiswa Sejarah.Amey

dok. Panitia

J

urusan Sejarah mengadakan kuliah tamu yang diadakan pada Kamis (31/08) dengan mendatangkan pemateri bernama Samantha Aditya, S.S. sebagai Ketua Komunitas Malam Museum Yogya. Kuliah tamu ini bertujuan menjadikan Jurusan Sejarah bermanfaat dalam bidang industri kreatif yang berpengaruh dalam ekonomi dan pemikiran. “Kuliah tamu ini diadakan secara konsisten setiap semester di Jurusan Sejarah, agar mahasiswa Sejarah memiliki bidang kreatif. Karena selama ini kuliah tamu Jurusan Sejarah hanya mempunyai kepentingan akademik, kali ini kami melakukan kolaborasi antara tujuan akademik dan praktis,” tutur Ronal Ridho'i, sekretaris acara kuliah tamu. Selain itu, untuk menyikapi kurikulum terbaru UM, mahasiswa memang diharuskan untuk memiliki jiwa entrepreneur. Kuliah tamu yang diadakan di Aula Fakultas Ilmu Sosial ini dikonsep menjadi talkshow dengan sistem tanya jawab saat penyampaian materi, sistem tersebut akan memudahkan interaksi antara pemateri dengan audience. Pemilihan materi yang menarik dan pemateri yang terbukti berkompetensi menjadikan kuliah tamu ini tidak membosankan. “Konsep kuliah tamu kali ini kami jadikan rangkaian acara jurusan, setelah ini akan ada workshop film sejarah dan fotografi. Kuliah tamu ini untuk membuktikan bahwa mahasiswa Sejarah sebagai mahasiswa industri dan memiliki nilai plus,” tambah Ronal. “Kita lihat Indonesia jejak masa lalu, cagar budaya, situs, dan lain-lain sangat memenuhi konsumen, dalam sektor budaya memberikan sesuatu yang berbeda. Mahasiswa harus melihat dari analisis strange, weakness, opportunity, threat (SWOT). Dalam peluang banyak museum dan cagar budaya yang perlu

Samantha Aditya, S.S. sedang memaparkan materi


Pustaka

repro internet

Cinta yang Tersesat adalah Pembuta Dunia oleh Amey Karimatul Fadhilah

Judul Novel

: Filosofi Kopi

Nama Penulis

: Dee Lestari

Tahun Terbit

: 2015

Penerbit

: Bentang

Halaman : 139 halaman

D

ee Lestari yang mempunyai nama asli Dewi Lestari berhasil menerbitkan buku berjudul Filosofi Kopi setelah Supernova yang menjadi best seller. Filosofi Kopi merupakan kumpulan cerita dan prosa satu dekade selama 19952005. Terdapat delapan belas prosa dan cerita yang tertuang dalam buku ini, beberapa tulisan menganut alur yang sama dan tetap pada ciri khas Dee yang menulis tidak jauh dari bahasan tentang cinta, yang unik Dee menulis cinta dengan kreatif sehingga menghasilkan cinta antar-insan, cinta pada kopi, hingga cinta terhadap kecoak. Kisahkisah dalam buku ini menggambarkan proses transformasi cinta dari sekadar kumpulan emosi menuju sebuah eksistensi. Cerita yang pertama adalah Filosofi Kopi, sebuah karya yang terkenal di kalangan masyarakat luas dan sudah menjadi tayangan layar lebar yang dibintangi aktor ganteng Chico Jericho. Karya film tersebut diadaptasi dari buku cerita pendek karya Dee Lestari yang berjudul sama. Bagi para penikmat karya dalam bentuk tulisan akan berpendapat salah satu dari tulisan Dee ini layak dibaca, bahasanya ringan dengan alur cerita yang dapat menghanyutkan para pembacanya. Filosofi Kopi menceritakan seorang barista bernama Ben yang sangat mengagumi kopi, dia berkeliling ke seluruh penjuru dunia untuk belajar cara membuat kopi kualitas terbaik. Setelah itu, dia kembali ke Jakarta dan membuka kedai kopi bersama kawannya, Jody. Dengan nama Kedai Kopi Filosofi Kopi. Kedai tersebut setiap harinya selalu diramaikan konsumen yang senantiasa menikmati kopi

buatan Ben. Para konsumen pun merasa terpuaskan karena keramahannya dalam melayani mereka. Namun, kecintaan Ben terhadap kopi diuji ketika seorang pebisnis kaya yang datang untuk menantangnya dalam membuat kopi yang sempurna. Tantangan pun diterima oleh Ben. Beberapa waktu kemudian, Ben berhasil membuat kopi yang menurutnya sudah sempurna, yang dijuluki sebagai kopi terbaik di dunia. Tapi, kesenangan itu hanya sesaat, hingga datang seorang bapak yang mengatakan bahwa kopi Ben tersebut bukanlah yang terbaik, meskipun tetap enak. Bentuk kecintaan Ben terhadap kopi tidaklah main-main, dia selalu ambisius jika berbicara tentang kopi. Ben meminta kepada bapak tadi untuk memberitahukan di mana kopi yang lebih enak dibanding kopi buatannya. Suatu hari Ben dan Jody pergi ke suatu daerah di Jawa Tengah dan berkenalan dengan kopi tiwus, kopi sederhana dari daerah terpencil dan tidak perlu proses yang rumit ataupun alat yang canggih. Kopi tiwus sangat nikmat walau hanya diseduh dengan air panas. Pada titik inilah, Ben sadar bahwa kecintaan yang berlebih bukanlah hal yang baik dan sesunggunya tidak ada yang sempurna di dunia ini, namun dia tetap mensyukuri hidup ini. Dee membuat kemiripan pada masingmasing tokoh utama dari setiap cerpen, yakni sosok yang ambisius akan suatu hal. Dee seperti menjadikan hal tersebut ciri khas pada setiap cerpennya. Pada tulisan Filosofi Kopi, Dee menjadikan tokoh Ben sangat berambisi untuk membuat kopi

terbaik. Dalam tulisan Mencari Herman, Dee membuat tokoh Hera yang sangat berambisi untuk mencari seorang yang bernama Herman sejak berusia tiga belas tahun hingga dewasa. Hera tak pernah berhenti untuk mencari Herman hingga maut memanggilnya. Sikat Gigi, cerpen yang menceritakan tokoh Tio yang terobsesi terhadap Egi, seorang wanita yang dicintai sedari awal ia mengenalnya. Apa boleh dikata, Egi mencintai pria lain, tapi Tio tak pernah peduli, cintanya tak pernah padam, ia selalu percaya bahwa Egi adalah rumah ternyaman bagi dirinya. Rico de Coro, adalah salah satu cerpen terunik yang ditulis oleh Dee di buku karyanya ini. Menceritakan tentang seekor kecoa yang memiliki rasa pada seorang gadis manusia bernama Sarah, anak dari Om Haryanto, sang pemilik rumah, yang juga ditinggali oleh keluarga kecoa Rico. Kecoa di rumah Om Haryanto selalu diburu yang menyebabkan ayah Rico tidak terima. Dia menggunakan berbagai cara untuk balas dendam akan kematian kerabatnya yang lain. Hingga pada akhirnya, rencana untuk membalas dendam itu bukannya melukai keluarga Om Haryanto, tapi menewaskan Rico demi menyelamatkan Sarah. Cerpen ini unik dengan apa adanya, menceritakan kecoa yang rela mati demi kecintaannya terhadap seorang anak gadis. Kumpulan cerita pendek dan prosa Dee ini cocok dinikmati oleh para pecinta tulisan cinta yang tentunya tidak membosankan. Penulis adalah mahasiswa S-1 Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang

Tahun 39 September-Oktober 2017|

29


Laporan Khusus

Jalan Sehat sembari Launching Klub Bersepeda

U

UM Cycling Club atau bisa disebut klub bersepeda. Launching yang bersamaan dengan jalan sehat itu dipimpin langsung oleh Rektor UM, Prof. Dr. AH. Rofi’uddin, M.Pd. Ketua Dies Natalis UM ke-63, Nandang Mufti, S.Si., M.T., Ph.D. menuturkan bahwa launching UM Cycling Club sengaja dibarengkan dengan kegiatan jalan sehat agar perayaan Dies Natalis UM ke-63 lebih semarak. “Kami menggabungkan launching UM Cycling Club bersamaan jalan sehat agar acara berlangsung lebih semarak,” pungkas Nandang. Peserta gowes menempuh jarak sekitar 17 km dengan start dan finish di Lapangan A2 UM. UM Cycling Club ini beranggotakan 55 orang, yang terdiri atas para dosen dan tenaga kependidikan UM. Selain itu, para peserta juga dapat menikmati layanan pijat gratis, serta layanan kesehatan gratis lainnya dari mahasiswa Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) UM. Peserta jalan sehat Dies Natalis ke-

63 kali ini diikuti kurang lebih 14.000 peserta. Mereka menempuh rute dari Jalan Surabaya, Jalan Jakarta, Jalan Bandung, Jalan Veteran, Jalan Ambarawa, dan finish di lapangan depan gedung A2 UM. Setelah sampai finish, para peserta mengikuti undian hadiah menarik yang dipersembahkan oleh mitra UM. Door prize tersebut antara lain hadiah utama lima sepeda motor, 22 sepeda gunung, TV LED, kulkas, dan ratusan hadiah lainnya. Antusiasme terlihat dari para sivitas akademika UM yang nampak semangat dan penuh harap mendapat door pzice. “Dies Natalis tahun ini cukup spesial, karena berkaitan dengan perpindahan atau peresmian gedung rektorat yang baru,” ungkap Nandang. Mengingat acara ini diadakan secara rutin, tahun ini tidak ada kendala berarti yang dihadapi oleh panitia. “Dengan bertambahnya usia UM, semoga UM bisa lebih maju, UM bisa lebih dikenal, lebih mandiri, dan bisa memberikan manfaat kepada semua orang,” harap Nandang.Dessy

dok. Humas UM

niversitas Negeri Malang (UM) kembali menyelenggarakan hajat besar tahunan dalam rangka memperingati Dies Natalis UM ke-63. Di usianya yang ke-63, UM kali ini mengangkat tema “Berkarya untuk Bangsa”. Tema ini merupakan wujud cinta UM untuk Indonesia. Berkarya atau bisa juga diistilahkan dengan bekerja selaras dengan slogan pemerintah pada peringatan HUT RI ke-72, “Indonesia Kerja Bersama”. Artinya, dalam bekerja harus dapat menciptakan sebuah karya yang bermanfaat bagi Indonesia. Pada acara Dies Natalis UM ke-63 banyak agenda yang diselenggarakan oleh UM, salah satunya adalah jalan sehat yang dilaksanakan pada Minggu (08/10) pukul 06.00 bertempat di lapangan depan Gedung A2. Tidak hanya jalan sehat saja, ada pula senam aerobik, bazar, dan tentunya panggung hiburan yang ikut meramaikan Dies Natalis. Selain kegiatan tersebut, pada Dies Natalis tahun ini juga diadakan launching

30 | Komunikasi Edisi 312

Rektor UM meresmikan Klub Bersepeda UM


Laporan Khusus

Prospek Prodi Baru dok. Komunikasi

Begitu banyak potensi pariwisata yang disuguhkan oleh alam Indonesia untuk dikembangkan. Hal inilah yang mendasari Probis membuka prodi baru Usaha Perjalanan Wisata, Tour and Travel (TNT)

Kru Komunikasi saat mewawancarai Kepala Sub Divisi Diklat Probis

M

ulai dari keindahan alam yang beragam, peninggalan sejarah yang menarik untuk dipelajari, keunikan budaya di suatu daerah, semuanya dapat dijadikan sebagai objek wisata yang bermutu. Tak terkecuali di Malang Raya yang sudah terkenal sebagai daerah wisata. Mulai dari wisata religi, bahari, wisata edukasi, wisata sejarah, wisata alam, maupun wisata seni. Menyikapi perkembangan dunia pariwisata yang menjanjikan dan membutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, maka Pendidikan Keterampilan Otomotif Bisnis Industri dan Teknologi Informasi (Probis) Pusat Bisnis Universitas Negeri Malang (UM) sebagai institusi pendidikan tak mau melewatkan kesempatan begitu saja. Menindaklanjuti hal tersebut, dibentuklah program studi baru, yaitu Usaha Perjalanan Wisata, Tour and Travel (TNT). Program studi ini menitikberatkan pada dunia kepariwisataan dengan 80% praktek dan 20% teori. Kompetensi keahlian yang ditawarkan antara lain guiding, ticketing, serta paket-paket wisata. Tak hanya itu, mahasiswa TNT nantinya juga dibekali dengan kompetensi diri yang berupa public speaking, menjadi master of ceremony (MC), dan entrepreneurship. Dalam rangka pembukaan program studi baru ini, pihak Probis tidak tanggung-tanggung dalam menyiapkan segalanya. Mulai dari tenaga pengajar yang ahli di bidangnya hingga jalinan komunikasi dengan pihak ketiga guna mendukung pembentukan program studi baru ini. Pihak ketiga yang dimaksud ialah Wahana Tour,

Kaya Tour, Swiss Bell Hotel Internasional, Ibis Styles Hotel, Dinas Pariwisata Kota Batu, Dinas Pariwisata Kota Malang, dan Dinas Pariwisata Kabupaten Malang. ‘’Sejauh ini kami sudah menjalin komunikasi serius dengan berbagai pihak, tinggal memantabkan saja dengan adanya MOU (Memorandum of Understanding, red.),” ujar Dra. Sri Surhartatiek, Koordinator Program Studi TNT sembari tersenyum lebar. Di kesempatan lain, Kepala Sub Divisi Pendidikan dan Latihan (Diklat) Probis, Mohammad Yasin., S.Kom., M.Kom., mengungkapkan bahwa program studi TNT adalah program studi yang ke depannya sangat diminati, mengingat perkembangan dunia pariwisata yang tiada matinya. Beliau juga memberikan informasi bahwa Probis pada tahun ini hanya membuka satu kelas saja disebabkan keterbatasan gedung yang dimiliki. Akan tetapi itu semua bisa diselesaikan dengan baik tanpa menghalangi semangat para mahasiswa Probis dalam menimba ilmu. ”Harapan kami selaku pengajar dan pimpinan Probis terhadap mahasiswa dan khususnya program studi TNT adalah setelah lulus dari Probis bisa menerapkan ilmu yang didapatkannya, baik di dunia kerja ataupun di tengah-tengah masyarakat. Saya juga berharap ke depannya program studi TNT ini bisa berkembang lebih baik lagi, lebih maju, bisa bersaing dengan lulusan dari perguruan tinggi lainnya sehingga memiliki nilai tambah di mata masyarakat tentang Probis,” imbuh Dr. Rustanto Rahardi, M.Si., Kepala Diklat Probis.Adi

Tahun 39 September-Oktober 2017|

31


dok. Pribadi

Wisata

Perkampungan suku Sasak Bayan

Suku Sasak Bayan:

Primadona Destinasi Wisata Budaya oleh Ulfatush

G

uyuran ­­ hujan sore Kota Malang mengiringi kegiatan ekspedisi kami yang diawali dengan upacara pemberangkatan. Dengan dihadiri pendamping Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), Drs H. Nur Hadi, M.Pd., M.Si. beserta anggota Mahasiswa Pecinta Alam (MPA) Jonggring Salaka lainnya. Keesokan harinya tim berangkat menuju Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya dan akhirnya tiba di Pelabuhan Lembar Lombok Nusa Tenggara Barat pada hari selanjutnya. Setelah menginap semalam di salah satu rekan anggota MPA Jonggring Salaka, keesokan harinya tim berangkat menuju lokasi penelitian, tepatnya di Desa Bayan, Kecamatan Bayan, Lombok Utara, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Desa Bayan ini merupakan lokasi penelitian kami. Sebuah desa yang masih memegang teguh adat istiadat dalam kehidupan masyarakat maupun berinteraksi langsung dengan lingkungan. Oleh sebab itu, kami tertarik untuk melakukan sebuah kajian tentang kearifan lokal masyarakat adat setempat atau masyarakat adat Sasak Bayan dalam mengelola lingkungan, khususnya hutan adat yang berada pada kawasan tersebut. Secara geografis, Desa Bayan ini merupakan lereng dari Gunung Rinjani. Kondisi daerah ini sebagian besar merupakan daerah agraris, sehingga mayoritas penduduk desa ini berprofesi

32 | Komunikasi Edisi 312

sebagai petani. Desa Bayan dulunya memiliki sebelas dusun, karena adanya pemekaran, maka saat ini desa Bayan memiliki tiga belas dusun. Setibanya di desa, tim ekspedisi langsung menuju ke Kantor Desa Bayan untuk mengonfirmasi kedatangan. Kemudian kami mengunjungi rumah pemangku adat setempat, Raden Wikto Kusuma, sebagai tempat tim tinggal sementara selama penelitian berlangsung. Hari kedua di Desa Bayan tim menghadiri ritual adat kematian salah satu warga desa dengan didampingi oleh Raden Wikto. Setelah itu, tim berkunjung ke rumah pembekel adat, yaitu Raden Gedarip. Di sana tim belajar tentang kehidupan, tradisi, dan kearifan lokal masyarakat adat Sasak yang ada di Desa Bayan. Hari ketiga di Desa Bayan, tim melakukan kunjungan ke rumah Kepala Adat Desa Bayan. Di sana banyak informasi yang diberikan terkait tradisi dan kearifan lokal yang ada pada masyarakat adat Sasak Bayan. Ketika sore hari, tim melakukan observasi daerah kajian bersama masyarakat sekitar. Berlanjut hari keempat, tim ekspedisi kami melakukan kunjungan ke rumah penghulu atau pemuka agama di Desa Bayan. Di sana juga banyak data dan informasi yang didapat terkait tradisi dan kearifan masyarakat adat Bayan, khususnya yang berhubungan langsung

dengan keagamaan. Pada malam harinya melakukan kunjungan ke rumah kepala desa untuk melakukan pengambilan data. Hari kelima di Desa Bayan tim melakukan kunjungan langsung ke hutan adat yang ada di sana. Tim melakukan dokumentasi kegiatan dan wawancara langsung dengan penjaga hutan. Selain kearifan budaya yang ada, Desa Bayan juga memiliki beberapa tempat wisata yang tidak kalah menarik, seperti Masjid Bayan Beleq, Air Terjun Sendang Gile, dan pendakian Gunung Rinjani. Tim mengunjungi dua tempat dari ketiga tempat tersebut. Masjid Bayan Beleq merupakan satusatunya masjid kuno yang ada di Pulau Lombok dan terkenal sebagai salah satu pintu gerbang masuknya ajaran Islam ke Pulau Lombok. Dalam situs resmi pemerintah Kabupaten Lombok Utara disebutkan bahwa bangunan Masjid Bayan Beleq ini menggambarkan tonggak peradaban masyarakat Lombok Utara yang dibangun berdasarkan kesadaran sejarah, kesadaran adat, dan juga kesadaran spiritual. Masjid ini didirikan sekitar 300 tahun yang lalu. Bentuk bangunan Masjid Bayan Beleq ini serupa dengan bentuk bangunan rumah adat masyarakat Bayan. Ukurannya pun relatif kecil sekitar 9x9m, berdinding anyaman bambu, beralaskan tanah liat yang dikeraskan, dan dilapisi dengan


dok. Pribadi

Perempuan Sasak Bayan

Aktivitas warga suku Sasak Bayan

turun ke bumi. Masyarakat percaya bahwa siapapun yang mandi atau membasuh muka di air terjun ini akan membuat seseorang menjadi terlihat lebih muda. Hari terakhir di Desa Bayan, tim melakukan croshchek data dengan pemangku adat yaitu Raden Wikto terkait data-data yang telah didapat, kemudian siang harinya tim ekspedisi berpamitan dan menyerahkan kenang-kenangan kepada desa yang diterima langsung oleh Kepala Desa Bayan. Tim akhirnya meninggalkan tempat penelitian dan melanjutkan perjalanan ke salah satu senior MPA Jonggring Salaka di Gelogor. Selama di Gelogor, tim mampir ke salah satu pantai terpopuler di Pulau Lombok, yaitu Pantai Kuta yang terletak di wilayah selatan Pulau Lombok tepatnya di Desa Kuta, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah. Pantai ini memiliki garis pantai sepanjang 7,2 kilometer, di sebelah barat pantai terdapat bukit yang dinamai dengan Bukit Mandalika. Menurut cerita masyarakat setempat, nama Bukit Mandalika ini diambil dari cerita kuno masyarakat setempat tentang seorang putri bernama Mandalika yang melompat ke laut untuk menghindari kejaran seorang pangeran yang hendak mempersuntingnya. Hingga saat ini Bukit Mandalika menjadi tempat yang paling tepat untuk menikmati pemandangan Kuta dari ketinggian. Namun pada saat kami mengunjungi pantai ini, lokasi wisata sedang ada pembangunan sehingga membatasi para pengunjung yang masuk untuk menikmati wisata tersebut.

Sungguh pengalaman luar biasa yang tim dapatkan dari perjalanan ini. Tim bisa belajar langsung dengan masyarakat adat Sasak Bayan yang ramah dan penuh toleransi terhadap alam sebagai sumber kehidupan. Mereka meyakini bahwasanya lingkungan yang mereka tempati adalah wujud karunia yang diberikan Tuhan, sehingga harus dijaga dan dilestarikan dengan baik. Masyarakat adat Sasak Bayan ini menggunakan budaya atau tradisi lokal sebagai upaya untuk melindungi alam dan lingkungan yang mereka tempati. Salah satu kearifan lokal tersebut adalah sebuah aturan adat yang disebut dengan istilah ‘awiq-awiq’. 'Awiq-awiq' merupakan sebuah aturan adat yang digunakan masyarakat setempat untuk melindungi kawasan hutan dan menjadikan hutan sebagai sebuah kawasan yang memiliki kedudukan tertinggi dalam kehidupan mereka serta menjadikan hutan sebagai sebuah tempat yang dikeramatkan atau dijaga keberadaannya. Perjalanan ini mengajarkan tim akan kearifan lokal serta mengenalkan pesona alam Pulau Lombok sebagai salah satu kekayaan alam yang dimiliki Indonesia. Inilah yang patut kita banggakan dan kita lindungi kelestariannya. Karena hakikat manusia diciptakan adalah sebagai pemimpin di bumi untuk menjaga dan melindungi bumi beserta isinya yang telah diberikan oleh Tuhan yang Mahakuasa. Penulis adalah mahasiswa UKM Pecinta Alam Jonggring Salaka Universitas Negeri Malang

dok. Pribadi

anyaman tikar bambu. Atap tumpangnya pun dibuat dari bilah-bilah bambu. Pondasi masjid ini juga masih menggunakan batu kali tanpa semen. Atap masjid kuno Bayan Beleq ini berbentuk tumpang, terbuat dari bambu atau yang biasa disebut dengan “santek”. Pada bagian puncaknya terdapat hiasan “mahkota”. Ukuran tinggi dinding bangunannya hanya 125 cm, jauh di bawah ukuran tinggi rata-rata. Hal tersebut dibuat dengan maksud agar setiap orang yang hendak masuk ke dalam masjid tidak berjalan dengan langkah tegap, tetapi harus menunduk yang memiliki makna penghormatan. Inilah salah satu kearifan budaya yang dimiliki masyarakat adat Bayan dalam kehidupannya yang masih tetap terjaga hingga saat ini. Salah satu wisata alam yang ada di Desa Bayan yaitu pendakian Gunung Rinjani, tepatnya di Desa Senaru yang letaknya tidak jauh dari Desa Bayan. Sayangnya karena kami terkendala waktu untuk segera kembali ke Malang, akhirnya kami tidak sempat untuk melakukan pendakian ke Gunung Rinjani ini. Jalur Senaru ini hanya berjarak beberapa kilometer saja dari Desa Bayan. Pesona yang dimiliki oleh Gunung Rinjani nyaris sempurna sehingga tidak diragukan lagi jika Rinjani menjadi daya tarik yang mampu memikat minat para wisatawan nusantara maupun mancanegara untuk mengunjunginya. Selanjutnya adalah wisata alam Air Terjun Sendang Gile. Wisata alam ini letaknya juga berada di Desa Senaru. Objek wisata Sendang Gile ini masih berada di kawasan Taman Nasioanl Gunung Rinjani. Hal ini disebabkan karena air terjun ini merupakan pintu masuk pendakian menuju Gunung Rinjani. Selain itu air di Sendang Gile ini berasal dari mata air Gunung Rinjani yang sangat sejuk dan alami. Air terjun Sendang Gile memiliki ketinggian sekitar 600 mdpl dan untuk menuju ke Sendang Gile ini harus melalui ratusan anak tangga yang mencapai ketinggian 40 m. Air terjun ini diyakini oleh penduduk setempat sebagai tempat bersejarah. Menurut cerita pemangku adat Bayan, dulu Sendang Gile adalah tempat bidadari mandi ketika

dok. Pribadi

Wisata

Tampak rumah tradisional suku Sasak Bayan

Tahun 39 September-Oktober 2017|

33


Rancak Budaya

ilustrasi oleh Krisnawa Adi Baskhara

oleh Ardi Wina Saputra

R

iuh gemuruh kalbu dalam degub jantungku tak pernah berhenti menanak risau walau sejenak. Setiap tamu yang kujamu semalam suntuk selalu terenggut nyawanya ketika surya mulai membersitkan cahaya dari ufuk timur. Kepalaku berdesir membayangkan hal muram tak karuan. Sempat aku mengutuk langit melontarkan sumpah serapah agar tak turun lagi malaikat pencabut nyawa di atas atap rumahku. Namun semua sia-sia, langit hanya membisu dengan semilir angin memporakporandakan setiap helaian ujung rambutku. Aku pun menghentakkan kaki ke tanah sekeras mungkin, berharap agar dewa neraka terusik dan keluar menjelaskan sebab musabab diseretnya

34 | Komunikasi Edisi 312

tamu-tamuku ke api pencucian. Sungguh hal itu juga sia-sia. Ah sudahlah, aku telah termakan takhayul rakyat jelata yang mengatakan bahwa rumahku dikutuk oleh jin dan sebangsa gaib lainnya. Semakin kudengar perkataan para budak pribumi itu, semakin tak waras aku dibuatnya. Oh tamu-tamuku. Padahal mereka bukanlah orang sembarangan, mereka adalah para pembesar, pejabat, bangsawan, bahkan para tuan tanah Semarang. Tim penyidik utusan Gouverneur General dari Balai Kota telah berkali-kali memeriksa rumah ini, namun sayang hasilnya nihil. Tak ditemukan jejak, sidik jari, bahkan satu pun barang bukti yang membuktikan tindak pembunuhan. Mereka bahkan seringkali menutup kasusnya di tengah jalan, bahkan

beberapa malah menyerah dan menyuruhku untuk melaporkan pada dukun setempat. Sempat aku berpikir ada musuh dalam selimut yang berkedok sebagai pegawaiku. Parahnya aku sempat melakukan praduga tak bersalah terhadap setiap jongos, kurir, hingga penjaga rumah yang berkulit pribumi. Mereka kubariskan berjajar dan kupukul dengan cambuk berduri agar mau mengakui kesalahannya. Namun percuma, hingga mereka bersimbah darah pun tak ada yang mau mengaku. Sejak itu aku tak mempekerjakan mereka lagi dan memulangkannya dalam keadaan cacat. Harusnya mereka masih berterimakasih


Rancak Budaya padaku karena tak kujadikan sebagai sarapan para buaya di kolam belakang rumah. Kecurigaan konyolku itu ternyata tak terbukti, setelah aku mengganti seluruh pekerja dan penjaga di rumahku dengan orang-orang sebangsaku, kasus pembunuhan tetap saja meneror rumah ini. Bahkan satu per satu dari mereka lah yang mati saat tidak ada tamu menginap di rumah ini. Sungguh lawanku kurang ajar. Di luar rumah, aku sangat disegani bahkan serdadu KNIL pun tunduk atas perintahku tapi sayang di dalam rumah aku hanya dipermainkan oleh kematian-kematian beruntun orang di sekelilingku. Dari berbagai kasus itu sebenarnya hanya satu yang kukhawatirkan, yaitu nyawa puteri semata wayangku, Helena. Aku sendiri sudah tak khawatir dengan kematianku sendiri. Tugasku tak lepas dari maut. Sebagai mayoor tertinggi KNIL di Malang, aku erat dengan peperangan dan pemberontakan. Hampir setiap hari senapanku merenggut nyawa dan mortir-mortirku melululantahkan markas pemberontak. Itulah sebabnya kenapa aku memiliki rumah yang jauh dari pusat kota. Aku tak ingin Helena tahu banyak tentang pekerjaanku, aku tak mau melihatnya bersedih setelah kematian ibunya lima tahun silam. Beruntung sekarang aku sering melihatnya tersenyum dan tertawa, itu tak lepas dari kuda yang dimilikinya enam bulan terakhir yang mampu membilas sembilu pilu di hatinya. Perlahan tapi pasti, senyum puteriku mengembang lebar. Ia semakin hari semakin bahagia meskipun aku menerapkan aturan agar dia pulang ke rumah maksimal jam 3 sore. Memang sengaja, agar tidak ada yang menggodanya. Kelak jika aku menemukan sinjo Belanda yang berpangkat, akan kunikahkan dengan puteriku. Sebelum aku menemukannya, biarlah dia bermain-main sendiri tanpa mengenal kaum adam mana pun di kota ini. Awalnya aku tenang-tenang saja melihat ia bermain bersama kudanya. Namun lama kelamaan kekhawatiranku mulai membuncah. Semenjak kemunculan kuda ini, korban di rumah mulai berguguran satu per satu. Aku heran mengapa bisa demikian. Padahal kandang kuda juga dijaga oleh seorang body guard. Ah itu mungkin hanya kecurigaanku saja. Anehnya setiap aku mengalihkan rasa curigaku semakin aku penasaran untuk kembali mencurigai kuda itu. Kecurigaanku bahkan berujung pada kekhawatiran. Helena anakku memperlakukan kuda itu dengan sangat intim, ia memandikannya

dan menciumi pipinya. Kuda ini memang sangat bersih dan sengaja aku menyewa dokter hewan khusus untuk merawatnya agar tidak terkena kuman, tapi tetap saja medis tidaklah cukup untuk menghapus kecurigaan yang mengulum jiwaku. “Papi, Papi!!!” suara Helena mengagetkan lamunanku Ia berteriak-teriak dari balik pintu ruang kerjaku. “Kom op Helly, pintunya tak dikunci,” sahutku menimpali. Seberkas wajah cantik muncul dari pintu yang terbuka perlahan. Ah puteri manisku, dia cantik seperti ibunya. Kulihat ia mengenakan gaun putih yang sering digunakannya saat ke gereja. Lengkap dengan sepatu kaca hak tinggi dan mahkota daun melingkar di kepalanya. Sungguh teramat cantik. Ia wanita sempurna yang kujaga dengan segenap hatiku. Ah tunggu dulu, hampir saja aku terhipnotis oleh kecantikannya hingga tak sadar kenapa ia berpenampilan seanggun ini padahal hari ini bukan hari Minggu dan tidak ada misa di gereja. “Penampilanmu sangat menarik, Nak. Hendak ke mana kau hari ini?” tanyaku lirih. Ia hanya tersenyum manja sembari berdiri di hadapanku. Pipinya merah pertanda malu. Ah apa yang sedang disembunyikannya. Tak pernah aku melihat dia tersipu malu seperti ini. “Papi aku ingin menikah, Pi! Nikahkan aku sekarang juga boleh ya?” Sungguh perkataan itu bagai halilintar di siang bolong. Apa aku tak salah dengar? Jangan-jangan yang di hadapanku ini bukan anakku melainkan jelmaan dari ibunya? Tidak! Bukan! Dia tetaplah anakku. Kakinya masih jelas menyentuh tanah. “Kau! Kau mau menikah dengan siapa, Nak? Apa kau ingin mengajak bercanda ayahmu yang sudah tua ini?” tanyaku terbata-bata. “Aku ingin menikah dengan Rawis , Ayah! Ia sudah menungguku di luar dan berpakaian putih sepertiku!” “In Godsnam! Apa kau sehat, Nak!” “Sehat, Ayah. Kalau aku tidak sehat tak mungkin aku hamil. Kemarin saat ayah kerja, aku sengaja telepon dokter kemari untuk periksa keadaanku dan ternyata aku hamil Ayah! Awalnya aku heran kenapa aku lama tak menstruasi dan perutku mual, ternyata benar aku hamil!” ucapnya dengan riang. “Tak mungkin kau hamil! Kau tak pernah bergaul dengan lelaki! Siapa yang menghamilimu, Nak?” “Rawis Ayah, dia juga lelaki, kan! Lelaki tampan yang berbulu indah!”

Kepalaku serasa pening bagaikan tertimpa jangkar Van der Wijk. Mana mungkin ini bisa terjadi? Sepanjang sejarah petualanganku sebagai mayoor, sudah berbagai daerah yang kutaklukan dan aku tak menemukan kasus seperti ini. Bahkan pelacur terkotor yang pernah kutiduri sekalipun tak akan melakukan hal konyol sebodoh itu. Mana mungkin aku menikahkan anakku dengan seekor kuda? *** Malam ini rembulan berada di puncak peraduannya. Bintang gemintang bertengger ramah laksana malaikat pengawal purnama. Sinarnya begitu terang dan memesona. Saya pun melongok keluar untuk menghadapkan dahi saya sehadap dengan posisi rembulan. Cahaya rembulan menerangi dahi saya sehingga membuat seluruh tubuh saya menghangat. Perlahan tapi pasti, punggung saya mengeluarkan sayap yang teramat lebar dan tubuh saya jadi ringan seringan kapas. Di luar, saya melihat para penjaga terlelap dengan pulasnya sehingga memudahkan saya untuk keluar sebentar lagi. Kini sayap saya mencuat dari punggung yang putih kekar ini. Semakin lama semakin melebar hingga mampu untuk dikepakkan. Dahi saya yang sedari tadi terkena caha bulan, mulai menyembulkan tanduk perak berkilauan. Saya pun menatap jendela kandang yang terbuka dan siap meluncur ke menara peraduan cinta paling tinggi. Seperti purnama sebelumnya, saya berhasil keluar dari kandang saya dan terbang menuju lantai tiga rumah pemilik kandang saya. Sudah saya duga, di lantai tiga saat purnama seperti ini ada jendela yang tetap terbuka dan lampu kamar tetap menyala layaknya gerbang swargaloka. “Cepat turun kemari, Rawis!” kata wanita yang memelihara saya. Saya pun mendarat tepat di koridor kamar jendela itu kemudian masuk ke kamarnya Wanita itu bukanlah wanita yang saya kategorikan sabar. Cekatan dia memeluk saya dengan erat. Jemari tangannya membelai rambut saya yang menjuntai ke belakang dari dahi ke punggung. Darahdarah dalam arteri serasa cepat mengalir sehingga saya pun serasa terbakar. Panasnya aliran darah saya membuat tubuh ini perlahan berubah setara dengannya. Kedua kaki saya di bagian depan berubah menjadi tangan dan kedua kaki saya di bagian belakang mulai berubah muncul jemarinya. Sayap saya mulai masuk lagi ke punggung yang sudah bisa menegak menjadi manusia seutuhnya. Bibir moncong saya pun memendek menjadi Tahun 39 September-Oktober 2017|

35


Rancak Budaya bibir tipis yang membuat saya menjadi lelaki seutuhnya. “Sayang, kau sudah tak takut lagi padaku?” saya meyakinkan Helena. “Tidak, Tampan. Ini adalah pertemuan kita yang ketiga dan aku menginginkanmu malam ini!” ucapnya manja. Malam begitu dingin. Semilir angin menerobos masuk merangsek memasuki ruang kamar sang puteri. Di dalamnya ada dua insan yang saling terjaga menikmati malam dengan caranya sendiri. “Helena sayangku, kita telah menyatu atas nama cinta. Tunggulah sebulan lagi, kelak jika perutmu terasa mulai mual, itu pertanda bahwa benih cinta yang kutanam malam ini mulai tumbuh dalam rahimmu!” “Iya Rawis, kelak jika memang itu terjadi aku akan mengatakan pada papi dan memintanya untuk menikahkan kita berdua sehingga kita dapat hidup selamanya sayang!” “Tidak Helena, jangan! Aku yakin Papimu yang Mayoor KNIL itu tak mampu berdamai dengan kenyataan ini. Mana mungkin ia mau punya menantu seekor kuda? Meskipun demikian percayalah bahwa aku masih tetap mencintaimu dan selalu menemuimu saat purnama tiba!” Ayam mulai berkokok, dari ufuk timur saya melihat matahari mulai memberkaskan sekelumit sinarnya. Itu pertanda bahwa saya harus berubah kembali menjadi kuda bersayap dan lompat dari jendela kamar Helena untuk masuk ke kandang di halaman belakang. Sebelum saya benar benar lompat, saya memberikannya sebungkus serbuk. “Seperti biasa, Sayang, campurkan serbuk ini pada setiap makan malam tamu-tamu Papimu. Semakin kau taat padaku, semakin aku menyayangimu Helena” ucap saya pada Helena. Ia mengangguk paham. *** Mayoor Van Marwick sangat geram mendengar pengakuan anaknya. Wajahnya merah menyala. Dahinya mengernyit berkumpul jadi satu membentuk panah ke arah hidung teramat mancung. Nafasnya mulai mendegus keras. Ia laksana banteng yang siap menyerunduk kain merah krimzi. Tak mau berdiam diri, ia lalu mengambil senapan laras panjang yang terpampang di dinding barat kamarnya. Melihat hal itu, Helena berlari keluar mendobrak pintu rumah. Van Marwijk melangkah tegap ke kandang kuda. Menyibak rerumputan, menghalau hembusan angin yang menerpanya. Semua ajudan tunduk tak berani tatap muka sang mayoor. Di belakangnya ada Helena, berlari meraung-

36 | Komunikasi Edisi 312

raung menyuruh papinya berhenti. Langkah jenderal semakin mantap tak gentar hingga tepat berada di depan pintu kandang kuda. “Masukklah, Tuan! Tak dikunci pintunya,” ujar seorang lelaki dengan suara basah. Mata Van Marwijk semakin merah jahanam, ia langsung memopor pintu kandang. Setelah pintu benar-benar terbuka, diberondongkannya peluru ke dalam kandang secara serampangan. Memang benar, amarah membutakan akal. Setelah puas kesetanan, ia menghela keringat di dahi sembari berharap ada seekor kuda bermandi darah. Setelah semua serbuk mesiu menghilang dari pandanganya, Van Marwijk sadar bahwa semua pelurunya hanya melobangi dinding-dinding kandang. “Aku di sini, Tuan,” ucap seorang lelaki yang melompat dari atap kandang sembari menendang kepala Van Marwijk hingga jatuh tersungkur. Senapan pun lepas dari tangan Van Marwijk dan disahut cepat oleh pemuda tangkas. “Siapa kau sebenarnya?” ujar Van Marwijk. “Aku adalah Rawis, kuda yang kau pelihara selama ini!” pemuda tersenyum simpul sambil mengarahkan moncong senapan ke arah kepala Van Marwijk. “Mana mungkin seekor kuda bisa menjadi manusia?” tanya Van Marwijk. “Mana mungkin pula seluruh tanah di kota ini hingga pelosok desa dikuasai oleh kaummu? Namun lihat! Tak ada yang tak mungkin bukan?!” timpal Rawis. Pemuda itu mendekatkan langkah sambil mengarahkan moncong senapan pada Van Marwijk. “Tahukah kau peristiwa pemberontakan di stasiun kota setahun silam, saat itu ratusan mortir dilempar oleh anak buahmu secara serampangan? Anak dan isteriku pun terkena getahnya sehingga aku hidup menduda. Saat itu, aku menjadi gila dan berlari tak tahu arah hingga aku tiba di bawah kaki Gunung Kawi. Di sana aku bertemu seekor kuda putih dan bertapa di gua yang disinggahinya. Ragaku dan kuda itu menyatu, aku kini memiliki kekebalan. Kau pasti tak menyangka semua ini terjadi kan Van Marwijk? Di negerimu, hukum fisika dan ilmu terbaik sekalipun bahkan tak mampu membuktikan kejadian ini! Hai Van Marwijk ingat kau di mana? Kau berada di tanahku!” Van Marwijk masih tersungkur dan mengepalkan kedua tangganya ke tanah. Ia benar-benar tak habis pikir dengan semua takhayul yang diucapkan masyarakat setempat nyatanya benar adanya.

“Sekarang apa maumu wahai pemuda kuda? Apa kau mau menikahi puteriku?” ucap Van Marwijk dengan nada dalam. “Van Marwijk kau begitu bodoh! Mana mungkin aku yang baru saja ditinggalkan isteri dan anakku langsung mencari isteri baru. Puterimu memang cantik tak terkira, namun tahukah kau bahwa ia hanya kuperdaya untuk menghancurkanmu dan tamu-tamu terbaikmu!” ucap Rawis sembari menekan pelatuk senapan di tangannya. Psss, Hanya bisikan angin yang keluar dari moncong senapan Rawis. Di sisi lain, senyum tipis mulai tersungging dari mulut Van Marwijk. “Jangan panggil aku mayoor jika aku tak paham seni bertarung, Nak!” ucap Van Marwijk sambil mengeluarkan sepucuk pistol dari saku celananya. Nama Maretha terukir jelas di ujung pistol pamungkas milik sang mayoor. “Biar Maretha isteriku yang menghukummu karena kau telah melukai perasaan puterinya,” kini Van Marwijk yang mengarahkan moncong pistolnya ke arah dada Rawis. Rawis mulai terdesak. Lelaki jelmaan kuda itu tak mau menanggung malu, ia berlari ke arah Van Marwijk hendak memukul sang mayoor. Melihat hal nekat itu, Van Marwijk tak mau mengambil pusing. Tangan kanannya telah mengeras menggenggam senapan, bersiap menekan pelatuknya dan.... Dorrrrr! Mata Van Marwijk terbelalak. Wajahnya penuh dengan semburat darah. Setelah diusap wajahnya, ia tahu bahwa darah yang muncrat ke wajah itu bukanlah darah lawannya, bukan juga darahnya sendiri. Sungguh Van Marwijk terguncang hatinya, ia sadar bahwa darah yang baru saja diusapnya adalah puterinya yang kini terbaring di pelukan lelaki yang sangat dicintai oleh wanita itu. “Rawis, aku juga isterimu, kan? Isteri yang kelak akan melahirkan anakmu,” ucap Helena dengan menahan sakit di dadanya yang kini tersarang sebutir peluru. Betapa terkejutnya Rawis bahwa cinta Helena begitu tulus sehingga ia rela melakukan semua ini. Belum sempat Rawis menjawab pertanyaan Helena, wanita manis itu telah lemas berpasrah melepaskan nyawa pada pelukan lelaki yang benar-benar dicintainya. Penulis adalah mahasiswa Pascasarjana Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia dan Harapan III Kompetisi Penulisan Cerpen Majalah Komunikasi 2016


Pinta Mamak pada Jarak-jarak oleh Amalia Safitri Hidayati

Suatu kelak, kau kan menjadi. Gerimis yang sederhana, teduh menenangkan. Barangkali hatinya akan hanyut ketika rintikmu membasah di parasnya. Dan burung akan bersua suka manakali senjamu melayung di cakrawala. Suatu kelak, kelak suatu senja, pulanglah.. Bawalah benih-benih teratai lalu habiskan harimu di sana Barangkali kau kan menghidupi makhluk-makhluk pada muka teratainya. Pulanglah kesedihan, terlalu takut mamak pada jarak Yang membelenggu dengan khidmat, lepas. Kutolak keabadiaan bersama jarak, tertambatlah pada mamak, kau. Kau perempuanku telah menua dan dibesarkan waktu. Sesuatu menjelmakanmu sebagai kupu-kupu Di depan pintu kubaca baris-baris doa dan mantra. Pulanglah perempuanku, tertambatlah pada mamak, kau. Penulis adalah mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia, Universitas Negeri Malang

ilustrasi oleh Krisnawa Adi Baskhara


"DILEMA"

Seluruh sivitas akademika UM dapat mengirimkan karya komik dengan tema bebas dalam bentuk soft Seluruh civitas akademika UM dapat mengirimkan karya berupa komik dengan tema bebas dalam bentuk file yang dikirim langsung ke Kantor Redaksi Majalah Komunikasi Gedung A3 Lantai III UM atau via email: soft file yang dikirim langsung ke Kantor Redaksi Majalah Komunikasi Gedung A3 Lantai III UM atau via email: komunikasi@um.ac.id selambat-lambatnya tanggal 25 November 2017 disertai lokasi danfakultas, identitas diri komunikasi@um.ac.id selambat-lambatnya tanggal 25 November 2016 disertai identitas dirifoto (nama, jurusan, danfakultas, nomor HP). (nama, jurusan, dan nomor HP). Tahun 39 September-Oktober 2017|

38 | Komunikasi Edisi 312

35


Menjulang dalam kemegahan di titik kulminasi. Mengakar ke bumi, menanam sahaja dalam diri. Menyiratkan ambisi dan harapan-harapan tinggi. Fotografer Lokasi

: Himpunan Mahasiswa Fotografi (Himafo) Universitas Negeri Malang : Graha Rektorat Universitas Negeri Malang

Seluruh sivitas akademika UM dapat mengirimkan karya fotografi dengan tema dan tempat bebas dalam bentuk soft file yang dikirim langsung ke Kantor Redaksi Majalah Komunikasi Gedung A3 Lantai III UM atau via email: komunikasi@um.ac.id selambat-lambatnya tanggal 25 November 2017 disertai lokasi foto dan identitas diri (nama, fakultas, jurusan, dan nomor HP).



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.