Majalah Komunikasi UM | Edisi 323 Juli - Agustus 2019

Page 1



DAFTAR ISI Kemenristekdikti sebagai badan yang menaungi perguruan tinggi di Indonesia terus berupaya mengembangkan kualitas pelayanan penjaringan dan seleksi calon mahasiswa baru dari masa ke masa. Pada upayanya dalam meningkatkan kualitas seleksi, Kemenristekdikti kemudian hadir dengan inovasi sistem penjaringan yakni UTKBK. Simak liputan selengkapnya di Rubrik Laporan Utama!

dok. Pribadi

Nilai UTBK Jadi Tolak Ukur Seleksi PTN SALAM REDAKSI 4

6

SURAT PEMBACA 5 LAPORAN UTAMA OPINI 10

dok. Pribadi

KUPAS CERITA INOVATOR MEDIA FAWSTOR

21

UP TO DATE 12 SEPUTAR KAMPUS 13

Ajang Pilmapres UM terus melahirkan mahasiswa-mahasiswa berprestasi dengan segudang inovasi tiada henti. Salah satunya Rahardian Dimas Dodi dengan sumbangsihnya, menghadirkan solusi permasalahan berita hoaks yang marak terjadi saat ini. Yuk, simak ulasan lengkapnya dalam Rubrik Profil!

PROFIL CERITA MEREKA CURHAT 26 INFO 27

24

Masjid Putih Telur: Jejak Peninggalan Kerajaan Melayu

Jalan-jalan sejarah bisa menjadi salah satu pilihan menarik mengisi waktu libur. Berwisata sambil belajar. Keindahan tempat dan cerita sejarah di baliknya pun menarik untuk dilirik. Simak liputannya di Rubrik Wisata!

LAPORAN KHUSUS 30 PUSTAKA 31

Menjadi delegasi dalam urusan diplomasi luar negeri bukan hanya kesempatan bagi mahasiswa jurusan HI atau yang mempelajari bahasa asing. Peduli isu-isu internasional, berpikir kritis, dan berwawasan budaya, jadi modal Rafly untuk bisa bergabung dalam Global Goals MUN. Penasaran bagaimana caranya? Yuk, simak cerita selengkapnya di Rubrik Cerita Mereka!

WISATA RANCAK BUDAYA 34 KOMIK 38 LENSA UM 39

32

32

dok. Pribadi

dok. Pribadi

Jajal Pengalaman Jadi Diplomat Muda

Tahun 41 Juli-Agustus 2019 |

3


Salam Redaksi

STT: SK Menpen No. 148/ STT: SK Menpen No. 148/ SK DITJEN PPG/STT/1978/ SK DITJEN tanggal 27PPG/STT/1978/ Oktober 1978 tanggal 27 Oktober 1978

oleh Sukamto

W

e didn’t do anything wrong, but somehow we lost, kutipan langsung oleh CEO Nokia, Jorma Olila ketika mengumumkan akuisisi Nokia di tahun 2018. Siapa yang tidak mengenal Nokia? Di Indonesia, Nokia sempat disebut sebagai ponsel sejuta umat karena jumlah penggunanya yang sempat membludak di tahun 2000-an. Nokia gagah merajai penggunaan dan penjualan ponsel. Namun, pada akhirnya Nokia harus bertekuk lutut. Apa yang membuat Nokia merasa kalah? Ia kalah pada perubahan. Perubahan yang cepat dalam dunia digital, terlambat direspon oleh Nokia sehingga membuatnya harus mengakui kegagalannya dalam mengeksekusi kebutuhan pasar. Belajar dari Nokia, pada era Industri 4.0 perubahan merupakan hal yang tak terelakkan. Klaus Schwab, Ketua Eksekutif World Economic Forum menyatakan perubahan perekonomian dunia sudah dapat dikatakan sebagai sebuah revolusi karena kualitas perubahan yang terhitung cepat. VUCA (volatile/bergejolak, uncertainty/ ketidakpastian, complexity/kompleksitas, dan ambiguity/ambiguitas) menjadi ciri utamanya. Kondisi tersebut ditandai dengan lahirnya berbagai industri dan jenis pekerjaan baru yang sebelumnya tidak ada. Tanda yang paling terlihat bahwa banyak pekerjaan tradisional yang kemudian mengalami perubahan atau bahkan menghilang digantikan oleh teknologi. Perubahan tersebut bukan hanya dalam bidang ekonomi, namun menyentuh seluruh aspek kehidupan, termasuk perguruan tinggi. Salah satu aspek perubahan yang tersentuh teknologi, terjadi dalam perekrutan mahasiswa dalam sistem Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK). Jika dahulu ujian masuk didominasi oleh tes tulis, kini ujian sudah diselenggarakan dengan menggunakan perangkat teknologi sehingga dapat berjalan lebih efektif dan mengutamakan prinsip “equality” karena menyajikan tingkat kesulitan soal yang sama di seluruh Indonesia. Pembentukan Lembaga Test Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT) sebagai penyelenggara UTBK di bawah Kementerian Riset,

dok. Pribadi

Kata Kuncinya Perubahan Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) merupakan salah satu upaya untuk menghadapi serta mengawal perubahan perekrutan mahasiswa yang terjadi. Berbagai perubahan lain, baik yang bersifat sistem maupun dibukanya program studi baru, dipersiapkan untuk memastikan perguruan tinggi, termasuk Universitas Negeri Malang (UM), tidak ketinggalan dalam merespon perubahan yang terjadi di dunia. Perubahan, layaknya ketika kita bergerak dari satu tempat ke tempat lain, membutuhkan energi dan upaya. Bahkan terkadang terbawa perasaan tidak nyaman. Menghadapi orang baru, menghadapi situasi baru, menghadapi sistem yang baru seringkali mengganggu dan menggeser zona nyaman yang terlanjur dimiliki. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa keadaan tersebut juga mendorong untuk terus menarik kemampuan sampai titik batas. Hal tersebut juga sekaligus menguji fleksibilitas kemampuan yang dimiliki untu menjadi pelajaran agar terus dikembangkan. Baik mengembangkan yang ada dihadapan, maupun yang masih terencana juah ke depan. Perasaan tidak nyaman tersebut terkadang disertai dengan perasaan terancam, bahkan hingga merasa apatis terhadap perubahan. Namun, seperti yang dinyatakan oleh Albert Einstein, the world as we created is a process of our thinking, it cannot be changed without changing our thinking. Kutipan tersebut menegaskan bahwa perubahan yang pertama dan utama adalah perubahan dalam pola pikir kita. Termasuk berubah untuk tidak memandang apa yang kita lakukan sebagai satusatunya cara. Selain UTBK, UM akan menghadapi berbagai perubahan lainnya. Mungkin tidak selalu berjalan mulus, perlu sedikit berlari bahkan terkadang membuat terengah-engah. Tidak menutup kemungkinan terkadang bisa terjatuh, namun perubahan merupakan kata kunci untuk maju ke depan. Maka, civitas akademika UM, mari berubah! Penulis adalah Anggota Penyunting Komunikasi dan Dosen FIS UM

KOMUNIKASI • Majalah Kampus Universitas Negeri Malang • Jalan Semarang No. 5 Graha Rektorat lantai 2 Telp. (0341) 551312 Psw. 354 • E-mail: komunikasi@um.ac.id • Website: http://komunikasi.um.ac.id • Instagram: @komunikasi_um KOMUNIKASI diterbitkan sebagai media informasi dan kajian masalah pendidikan, politik, ekonomi, agama, dan budaya. Berisi tulisan ilmiah populer, ringkasan hasil penelitian, dan gagasan orisinil yang segar. Redaksi menerima tulisan para akademisi dan praktisi yang ditulis secara bebas dan kreatif. Naskah dikirim dalam bentuk softdata dan print out, panjang tulisan 2 kwarto, spasi 1.5, font Times New Roman. Naskah yang dikirim belum pernah dimuat atau dipublikasikan pada media cetak manapun. Tulisan yang dimuat akan mendapatkan imbalan yang sepantasnya. Redaksi dapat menyunting tulisan yang akan dimuat tanpa mengubah artinya. Tulisan dalam Komunikasi tidak selalu mencerminkan pendapat redaksi. Isi di luar tanggung jawab percetakan PT Antar Surya Jaya Surabaya.

4 | Komunikasi Edisi 323

Pembina Rektor (AH. Rofi’uddin) Penanggung Jawab Wakil Rektor III (Mu’arifin) Ketua Pengarah Kadim Masjkur Anggota Hendro Susanto Ketua Penyunting A.J.E. Toenlioe Wakil Ketua Djajusman Hadi Anggota Zulkarnain Yusuf Hanafi Evi Susanti Nuruddin Zanky Dila Umnia Soraya Sukamto Tika Dwi Tama Septa Katmawanti Ike Dwiastuti Redaktur Pelaksana Nida Anisatus Sholihah Editor Azizatul Qolbi Layouter Fitrah Izul Falaq Desainer dan Ilustrator Krisnawa Adi Baskhara Reporter Amey Karimatul Fadhilah Fanisha Amelia Dessy Herawati Cintya Indah Sari Rosa Briliana Umi Nahdhiah Tanzilla Yulia Ageng Nur Nilam Ayu S. M. Irkhamin Azril Azi Famba Safira Putri H. Nikmatul Khoiriyah Administrasi Taat Setyohadi Ahmad Mu’am Rini Tri Rahayu Suhartono Ekowati Sudibyaningsih Oni Irawan Nur Cholisah Elok Kanthiasih Distributor Adi Santoso


Surat Pembaca

Komunikasi Sebagai Media Partner Salam Pers!

Salam, Maria Ulfa S-1 Pendidikan Bahasa Inggris

Krisnawa Adi Baskhara

Saya Maria, mahasiswa Sastra Inggris. Beberapa belakangan ini Majalah Komunikasi hadir dengan gaya baru dan lebih update. Komunikasi Online juga membuat rubrik yang menarik seperti #CeritaKKN. Saya ingin bertanya apakah Majalah Komunikasi menerima kerja sama berbentuk media partner? Terima kasih Semoga Majalah Komunikasi selalu sukses!

Bergerak maju menuju perubahan positif demi meningkatkan kualitas diri

Waalaikumsalam Wr. Wb.

Cover Story

Hai Maria, terima kasih atas pertanyaannya. Mengenai media partner, dengan tangan terbuka kami menerima bentuk kerja sama sebagai media partner. Tentunya kerja sama yang dilakukan dengan rekan-rekan Komunikan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas publikasi semua kegiatan kampus yang ada di UM.

Repro Internet

Salam, Redaksi

Peluang untuk sukses sangat terbuka lebar, asal disertai kemauan dan usaha keras. Tinggal anda mau bagaimana Dahlan Iskan

ilustrasi oleh : Krisnawa Adi Baskhara

Tahun 41 Juli-Agustus 2019 |

5


Laporan Utama

Wawancara Kru Komunikasi bersama Ketua SPM

Nilai UTBK Jadi Tolak Ukur Seleksi PTN

M

enjelang kelulusan, peserta didik Sekolah Menengah Atas (SMA) dan sederajat bersiap untuk memasuki jenjang kehidupan tahap berikutnya. Ada yang memutuskan berkuliah, kerja, dan lain sebagainya. Menghadapi hiruk-pikuk urusan penerimaan mahasiswa baru, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) Republik Indonesia (RI) telah menyiapkan inovasi baru. Pada upayanya dalam meningkatkan kualitas proses seleksi penerimaan mahasiswa baru di Perguruan Tinggi Negeri (PTN), Kemenristekdikti merilis sebuah wadah baru bernama Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT). Dilansir dari web resminya ltmpt.ac.id, salah satu fungsi dari LTMPT adalah melaksanakan Ujian

6 | Komunikasi Edisi 323

Tulis Berbasis Komputer (UTBK) Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). UTBK adalah ujian yang dilaksanakan sebelum seleksi masuk perguruan tinggi berlangsung, di antaranya yaitu SBMPTN dan seleksi mandiri yang diselenggarakan oleh tiap PTN di Indonesia. UTBK sendiri merupakan suatu ujian yang mempunyai tujuan untuk mengukur skor calon mahasiswa dalam menentukan pilihannya memasuki dan menentukan jurusan perkuliahan. Universitas Negeri Malang (UM) sebagai salah satu PTN di Indonesia tidak ketinggalan ikut andil dalam terselenggaranya tes UTBK. Bagaimana persiapan dan hal menarik selama pelaksanaan UTBK berlangsung di UM? Berikut ulasannya!


Laporan Utama UTBK diselenggarakan LTMPT UTBK merupakan tes yang dilaksanakan praseleksi masuk PTN, yaitu SBMPTN dan seleksi mandiri yang diselenggarakan oleh PTN di Indonesia. UTBK baru pertama kali dilaksanakan di tahun 2019 sebagai salah satu persyaratan calon mahasiswa bisa mengikuti seleksi masuk perguruan tinggi, yaitu SBMPTN. UTBK ini diselenggarakan oleh Panitia Pusat (Panpus), LTMPT dalam naungan Kemenristekdikti. Sebelumnya telah dilakukan uji coba UTBK oleh Panpus yang meliputi kesiapan server, jaringan, listrik, dan komputer agar pelaksanaan UTBK bisa berjalan lancar. Terbukti, dengan persiapan yang matang sebelumnya, UTBK yang dilaksanakan pertama kali di Indonesia ini terbilang cukup sukses. Paper Less dan Menjalin Mitra Pelaksanaan UTBK yang berlangsung tahun ini diawali dengan baik, salah satunya yaitu penggunaan komputer atau paper less pada saat ujian berlangsung. Paper less saat ujian dipilih dengan alasan untuk menghindari kebocoran soal, lebih efisien menurut standar nasional dan soal memiliki tingkat kesulitan yang cukup bagus. LTMPT menunjuk dua perguruan tinggi di Kota Malang sebagai tempat pelaksanaan tes UTBK berlangsung, yakni UM dan Universitas Brawijaya (UB). UM sendiri melibatkan mitra untuk bisa ikut melaksanakan penyelenggaraan tes UTBK, mitra tersebut antara lain adalah Universitas Merdeka (Unmer), Universitas Islam Malang (Unisma), Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang (UIN Malang), dan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). UM menjalin mitra dengan alasan tidak lain dan tidak bukan untuk memenuhi kuota penggunaan komputer pada saat tes UTBK berlangsung. Sebab komputer yang dibutuhkan selama tes UTBK berlangsung sebanyak 1800 unit, sedangkan UM hanya mampu menyiapkan sekitar 850 unit, sehingga perlulah menjalin hubungan mitra kerja sama dengan perguruan tinggi lain. Hal Menarik Pelaksanaan UTBK UTBK yang dilaksanakan pertama kali ini memiliki sisi menarik dalam pelaksanaannya, yaitu adil bagi seluruh peserta tes karena dinilai memiliki tingkat kesulitan soal yang sama di seluruh Indonesia. Namun, ada juga hal nyeleneh lain dalam UTBK ini yang tidak terduga yaitu peserta tidak memperhatikan kelas pelaksanaan tes, sehingga membuat siswa salah memasuki ruang kelas. “Tempat tes yang berjauhan berada pada berbeda universitas, menyebabkan peserta tes telat dan tidak dapat mengikuti ujian apabila peserta tes tersebut salah mengira lokasi ujiannya,” ujar Prof. Dr. Budi Eko Soetjipto, M.Ed., M.Si. Sebanyak 11% dari total keseluruhan peserta tes gagal mengikuti ujian karena keterlambatan ini, padahal

sebelumnya sudah dilakukan sosialisasi melalui berbagai media sosial tentang penempatan tempat tes peserta, hanya saja peserta yang belum teliti dalam melihat lokasi tes mereka. Tes UTBK dapat diikuti dan dilaksanakan sebanyak dua kali oleh calon mahasiswa di seluruh Indonesia, dengan tujuan untuk memberi kesempatan kepada mereka untuk memperoleh skor terbaik. Sebab, skor terbaik yang mereka dapatkan saat UTBK dapat mereka gunakan untuk menentukan pilihan dalam mengikuti SBMPTN ataupun seleksi mandiri pada kampus yang ingin mereka masuki. Selama 20 sesi berjalan dua bulan, dilaksanakan pada hari sabtu dan minggu (13/04-26/05), sesi tes ini bisa diikuti dan dipilih sesuai keinginan peserta tes UTBK. Persiapan UM dalam Penyelenggaraan UTBK Persiapan UM untuk ikut menyelenggarakan UTBK ini dimulai dari persiapan komputer, menjalin mitra, serta sosialisasi pengawas agar tidak terjadi kesalahan input data peserta tes. “UM juga mempunyai target khusus selama pelaksanaan UTBK berlangsung, yaitu peserta diharapakan hadir 100%, namun dalam kenyataannya 11% peserta tidak hadir,” ungkap Wakil Rektor 1 UM ini. Harapan untuk pelaksanaan UTBK yang dilaksanakan pertama kali ini adalah tetap berjalan untuk waktu selanjutnya dan bisa dilaksanakan lebih efisien. Seleksi UTBK juga dilakukan dalam seleksi jalur mandiri yang diselenggarakan UM, yakni Tes Mandiri Berbasis Komputer (TMBK). Hasil skor tes UTBK yang sudah dilaksanakan oleh calon mahasiswa sebelum SBMPTN berlangsung, bisa digunakan untuk mengikuti seleksi TMBK UM. Hal ini berlaku, apabila calon mahasiswa tidak diterima masuk di universitas melalui jalur SBMPTN. “Calon mahasiswa bisa mengikuti tes UTBK sebanyak dua kali dengan pembayaran tersendiri, ia mendaftar melalui dua jalur tersebut dengan mempertimbangkan skor terbaik yang ia dapatkan selama tes serta untuk menentukan jurusan dan program studi (prodi) apa yang cocok untuk ia tempuh selama kuliah,” terang Budi saat ditemui di ruang kerjanya. Tahap TMBK UM mirip dengan tahap tes UTBK yang diselenggarakan LTMPT, yaitu ada tahapan Tes Potensi Skolastik (TPS) dan Tes Kompetensi Akademik (TKA) berbasis komputer. Bioteknologi, Program Studi Baru dengan Peminat Tinggi Program studi yang memiliki peminat tertinggi dalam SBMPTN tahun ini adalah Prodi Bioteknologi yang merupakan prodi baru di Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UM. Selain itu, ada juga Prodi Teknik Informatika yang tetap menjadi

prodi dengan jumlah peminat tertinggi SBMPTN tahun ini di UM. Calon mahasiswa yang melamar Bidikmisi terdata lebih banyak dibandingkan kuotanya yang tersedia di UM. Rencananya, pihak UM akan melakukan seleksi lagi bagi mahasiswa pelamar Bidikmisi tersebut. Kuota Bidikmisi di UM sendiri sekitar 1300, namun calon penerimanya melebihi kapasitas tersebut, maka dari itu perlulah dilakukan seleksi untuk calon penerima Bidikmisi ini. “Harapan untuk kuota Bidikmisi tahun depan bisa ditambah lagi karena calon mahasiswa yang semakin tahun juga bertambah, jadi Kuota bidikmisi sebanyak 1300 bisa bertambah lagi dari pemerintah,” tutur Budi. Ketua UPT Satuan Penjaminan Mutu (Dr. H. Imam Agus Basuki, M.Pd.) Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Kilas balik sebelumnya, seleksi masuk perguruan tinggi ada tiga jalur yaitu Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi (SNMPTN), SBMPTN, dan seleksi mandiri. Sebelumnya pola yang dilaksanakan pada SBMPTN adalah calon mahasiswa memilih jurusan dan prodi yang menjadi pilihannya baru mengikuti tes, sedangkan saat ini calon mahasiswa mengikuti tes terlebih dahulu melalui UTBK untuk menentukan skor. Dari skor itulah calon mahasiswa bisa menentukan Prodi mana yang akan ia pilih untuk kuliah. Istilahnya calon mahasiswa bisa lebih memperkirakan kesempatan diterima atau tidaknya ia pada SBMPTN jika ikut seleksi UTBK dengan dua kemungkinan tersebut. Namun kekurangannya apabila calon mahasiswa sudah bisa memprediksi ia akan memasuki jurusan apa di universitas dengan memiliki dua pilihan, salah satu jurusan akan menumpuk jumlah mahasiswanya, padahal pada jurusan pilihan pertama sebenarnya mahasiswa tersebut bisa diterima dan lolos dengan skor cukup yang dimilikinya. Pendaftar juga harus memiliki dasar yang kuat dengan mempertimbangkan skor UTBK yang dimilikinya. Calon mahasiswa memiliki dua kali kesempatan untuk mengikuti tes UTBK, baik di bidang Sains dan Teknologi (Saintek) atau Sosial Humaniora (Soshum). Hal ini bisa dilakukan calon mahasiswa untuk melihat peluang skor terbaik agar bisa menentukan jurusan apa yang akan ia masuki untuk kuliah. Apabila skor yang dimilikinya dirasa cukup untuk mengikuti seleksi jalur SBMPTN, maka mahasiswa bisa langsung mengikuti seleksi tersebut tanpa ada tes lagi selama pelaksanaan SBMPTN berlangsung. Pendaftaran UTBK langsung kepada Panpus tidak kepada pihak perguruan tinggi yang menjadi tempat terselenggaranya pelaksanaan UTBK. Mengingat tes ini yang menyelenggarakan adalah LTMPT.

Tahun 41 Juli-Agustus 2019 |

7


Laporan Utama

Ketua SPM saat ditemui di ruang kerjanya

Alasan tes menggunakan paper less Pada kenyataannya, sebelum ini sudah terlaksana tes seleksi dengan dua versi, yaitu calon mahasiswa bisa menentukan ia akan mengikuti tes yang menggunakan kertas atau komputer. Tahun ini keseluruhan menggunakan komputer karena dirasa memiliki banyak kelebihan yaitu: pertama, lebih efisien, distribusi mudah (mengingat wilayah di Indonesia yang luas), mengurangi jasa angkut kertas; kedua, penyiapan yang cukup cepat; ketiga, sisi kerahasian yang cukup tinggi, yaitu kebocoran soal yang ditakuti bisa diminimalisir. Pengaturan soal di komputer lebih mudah diacak sehingga kemungkinan kebocoran soal sangat sedikit. Seleksi Mandiri di UM Pada seleksi Mandiri UM, pendaftar bisa memanfaatkan beberapa pilihan yang disediakan. Peserta yang memiliki prestasi bisa mendaftar melalui jalur prestasi. Apabila ada pelamar yang telah mengikuti UTBK SBMPTN namun tidak diterima, skor yang didapat dari tes tersebut juga bisa digunakan pada seleksi jalur Mandiri UM. Opsi lainnya adalah calon mahasiswa bisa mengikuti jalur tes. Berbasis komputer pula, seleksi Tes Masuk Berbasis Komputer (TMBK) UM dilangsungkan selama tiga hari (16-18/07). Sama seperti pada UTBK, yang diujikan pada TMBK UM adalah Tes Potensi Skolastik (TPS) dan Tes Kompetensi Akademik (TKA). Tak terbatas usia, jalur Mandiri UM bisa diikuti siapapun yang telah tamat Sekolah Menengah Atas (SMA) dan sederajat. Ditemui di ruang kerjanya, Ketua Unit Pelaksana Teknis (UPT) Satuan Penjaminan Mutu (SPM) Dr. H. Imam Agus Basuki, M.Pd., sempat mengulang gurauan yang pernah diujarkan ke rekannya, “Yang lulusan 1990, itu artinya puluhan tahun yang lalu juga gapapa lah, ada orang ingin belajar kok tidak boleh,” guraunya. Imam juga menuturkan, peserta yang telah mendaftar jalur Mandiri UM dengan skor hasil hasil UTBK SBMPTN juga diperbolehkan mendaftar lagi pada ujian tes TMBK UM. Pendaftar TMBK UM tidak harus menentukan pilihan Prodi yang sama dengan Prodi yang dipilih pada seleksi berdasarkan skor hasil UTBK SBMPTN. Hal ini disampaikan olehnya merupakan sebagai

8 | Komunikasi Edisi 323

wujud kefleksibilitasan. Kendala UTBK SBMPTN Ketua UPT SPM UM ini juga mengungkapkan tidak ada kendala yang berarti selama pelaksanaan UTBK berlangsung. Sempat terjadi listrik padam saat UTBK diselenggarakan, namun hal tersebut dapat diatasi. Data yang telah dikerjakan peserta selama ujian akan tersimpan sesuai dengan simpanan terakhir kali sebelum komputer nonaktif. Setelah komputer kembali aktif, tes dapat dilanjutkan sesuai dengan data sebelumnya yang telah dikerjakan. Peserta tidak perlu mengulang kembali dan bisa langsung melanjutkan ujian. Butuh waktu agar komputer bisa kembali menyala. Pernah sekali yang seharusnya ujian selesai kurang lebih pukul 16.00 WIB ternyata berakhir menjelang Magrib karena menunggu komputer siap digunakan kembali. Bertepatan dengan Ramadan, maka panitia memutuskan untuk memberi takjil untuk peserta. Terbatasnya kuantitas dari komputer yang tersedia dan siap dipakai bisa terpenuhi dengan bermitra bersama kampus lain di Malang seperti Unmer, Unisma, UIN Malang, dan UMM. Timbul upaya untuk pelaksanaan UTBK tahun depan bisa lebih baik lagi dengan jumlah komputer yang tersedia dan layak pakai bisa bertambah. “Yang paling sederhana kita berupaya meningkatkan jumlah komputer sehingga kalau menjalin dengan mitra tidak terlalu banyak,” ujar pria yang mengenakan baju batik saat ditemui di ruangannya. Tanggapan Civitas Akademika Semua pelaksanaan tes masuk perguruan tinggi sudah berbasis komputer baik UTBK ataupun TMBK, karenanya semua proses dapat berjalan dengan cepat. Jalur pendaftaran Mandiri di UM ada dua, yaitu pendaftar bisa mendaftarkan dirinya menggunakan skor UTBK yang didapatkan sebelumnya dan mengikuti tes Mandiri yang diselenggarakan UM yaitu TMBK. Peserta TMBK di UM mencapai angka 13.000 belum termasuk peserta yang mendaftarkan diri menggunakan skor

UTBK. “Calon mahasiswa yang akan diterima melalui jalur Mandiri di UM sekitar 30% dari total keseluruhan kuota mahasiswa baru yaitu sekitar 7000,” ungkap Dr. Yusuf Hanafi, S.Ag, M.Fil.l, dosen sastra UM. “Pelaksanaan tes TMBK sejauh ini berjalan lancar, koneksi internet bagus, dan sejauh ini tidak ada kendala yang berarti,” tambah Yusuf selaku penanggung jawab lokasi TMBK di Fakultas Sastra UM. Kehadiran untuk peserta TMBK hampir 100%, sebab untuk mendaftar pun membutuhkan perjuangan, sehingga kehadiran peserta saat tes berlangsung dikatakan mencapai 100%. “Harapan selama pelaksanaan tes dapat berjalan lancar dan UM mendapatkan calon mahasiswa yang berkualifikasi tinggi. Dari situ, UM bisa melahirkan lulusan-lulusan terbaik, unggul, dan nantinya bisa diterima di dunia kerja,” imbuhnya. Persiapan Teknis UTBK Dari segi perangkat komputer yang digunakan, secara teknis diperlukan waktu satu bulan untuk persiapan. Beberapa hal yang perlu dipastikan di antaranya terkait seperti jaringan komputer, hardware dan software dalam komputer tersebut. Diungkapkan oleh Ananda Erlangga, Teknisi Information and Technology (IT) Fakultas Sastra, sebelum dilangsungkannya UTBK panitia penyelenggara telah menerima aplikasi untuk ujian. Program yang telah didapat kemudian diinstal ke komputer dan dilakukan percobaan. “Setelah itu ada sesi uji coba aplikasi, setelah uji coba aplikasi, di dalamnya juga ada uji coba soal, uji coba mengerjakan, termasuk uji coba aplikasi pengawas,” ujar pria yang kerap disapa Mas Nanda. Laki-laki berkacamata ini juga menuturkan, selama seleksi berlangsung software yang digunakan mampu berjalan dengan baik dan nyaris tidak ada kendala. Aplikasi ujian saat ini juga telah dipergunakan pada tes seleksi mulai dua tahun lalu. Ini adalah kali pertama pelaksanaan UTBK secara keseluruhan. Sebelumnya telah dilaksanakan ujian berbasis komputer, hanya saja belum 100%. Periode lalu masih terdapat dua opsi, menggunakan kertas atau komputer. Pendaftar tes juga tidak mengalami kendala selama ujian. “Peserta sebenarnya sudah familiar dengan software-software seperti ini, sepertinya di SMA mereka itu sudah pernah ujian nasional berbasis komputer, jadi rata-rata mereka sudah familiar tidak ada istilahnya gaptek (gagap teknologi, red.),” ulas Nanda. Pria yang sebagai teknisi ini pun mengatakan sistem soal yang digunakan sudah bagus karena dipastikan acak, setiap peserta mendapat urutan soal yang berbeda. Ia turut berharap agar UM bisa memiliki tambahan komputer beserta spesifikasi yang lebih bagus setiap tahunnya, karena hal tersebut menurutnya mampu menambah tingkat keefektivitasan dalam pelaksanaan ujian. Irkhamin/


Up to Date

Membawa bendera almamater kebanggaan setelah pertandingan

UKM Karate Inkai Kembali Raih Juara Umum

U

nit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Karate Inkai Universitas Negeri Malang (UM) kembali menyabet juara umum dalam Kejuaraan Seleksi Daerah (Selekda) Jawa Timur cabang olahraga karate tahun 2019 yang diselenggarakan oleh Universitas Brawijaya di bawah pengawasan Badan Pembina Olahraga Mahasiswa Indonesia (Bapomi). Lomba karate yang berlangsung selama lima hari (24-29/06) ini bertempat di Gedung Samantha Krida Universitas Brawijaya. Sebanyak 17 universitas yang ada di Jawa Timur berpartisipasi di dalamnya antar lain UM, Universitas Negeri Surabaya, Universitas Abdurachman Saleh Situbondo, Universitas Negeri Jember, Universitas Tribhuwana Tunggadewi, UPN Veteran Surabaya, Universitas Arlangga, Universitas Muhammadiyah Malang, Politeknik Jember, Universitas Hang Tuah Surabaya, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Mandala Jember, Politeknik Negeri Malang, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Universitas PGRI Adi Buana Surabaya, Universitas 17 Agustus Surabaya, Universitas PGRI Ronggolawe Tuban, dan Universitas Brawijaya yang menjadi tuan rumah. UKM Karate Inkai UM mengirimkan perwakilan sebanyak 21 atlet yang terdiri dari 11 atrlet putra dan 10 atlet putri untuk berlaga dalam kejuaraan tersebut. Dalam mempersiapkan kejuaraan di tingkat daerah ini membutuhkan kerja keras yang tinggi. Hal ini dibuktikan dengan latihan secara rutin sejak awal bulan mei sampai mendekati pertandingan. ”Persiapan dalam menghadapi pertandingan Selekda ini tidak instan, namun kami menyiapkan ini semua jauh

hari. Meskipun bulan Mei adalah bulan puasa Ramadan namun kami tetap semangat untuk latihan agar mendapat hasil yang maksimal,” tutur Handika Mulya Nurdestama, Ketua Umum UKM Inkai. Kelas pertandingan yang diikuti oleh atlet putra yakni kumite -55kg, kumite -61kg, kumite -81kg, kumite +84kg, kumite perorangan, dan kata perorangan. Sedangkan pertandingan yang diikuti oleh altet putri yakni kumite -50kg, kumite -55kg, kumite -61kg, kumite -84kg, kumite +84kg, kumite beregu, dan kata perorangan. UKM Inkai UM berhasil meraih satu medali emas yang dan satu medali perunggu kategori kata perorangan putri. Selain itu pada pertandingan kumite perorangan dari kelas paling ringan yakni kumite -50kg putri dan kumite -55kg putra sampai kelas paling berat yakni kumite +84kg secara berurutan berhasil memperoleh empat medali emas, dua medali perak, dan dua medali perunggu. Untuk kategori beregu putri meraih satu medali emas dan beregu putra meraih dua medali perunggu. Dengan memborong beberapa medali kejuaraan, UKM Inkai UM dinyatakan sebagai juara umum dengan total perolehan medali sebanyak enam medali emas, tiga medali perak, dan delapan medali perunggu. Prestasi yang membanggakan ini juga pernah pernah diraih UKM Inkai pada tahun 2017 yang juga berhasil meraih juara umum dalam Kejuaraan Pekan Olahraga Mahasiswa (Pomda) Jawa Timur cabang olahraga karate. “Saya sangat bersyukur atas kejuaraan yang telah kami dapat, semoga tahun-tahun selanjutnya dapat mempertahankan juara umum dan pastinya tetap giat berlatih,” Harap Nurina Dyatika, peraih medali emas. Dessy Tahun 41 Juli-Agustus 2019 |

9


Opini

Minimnya Partisipasi Mahasiswa Menjaga Kebersihan Lingkungan Kampus Universitas Negeri Malang oleh Nabibah

K

ampus bersih merupakan idaman bagi seluruh masyarakat yang ada di kampus. Kebersihan lingkungan kampus sangat berpengaruh terhadap seluruh kegiatan pendidikan di kampus. Suasana kampus yang bersih dan nyaman akan sangat mempengaruhi aktivitas belajar mahasiswa dan mengajar dosen. Tanggung jawab kebersihan kampus tidak hanya merupakan tanggung jawab petugas kebersihan, penghuni kampus juga harus berpartisipasi dalam menangani masalah sampah tersebut. Poetro dan Alastraire (1988) mengatakan bahwa partisipasi merupakan keterlibatan yang bersifat spontan disertai tanggung jawab dan kesadaran untuk kepentingan kelompok dalam mencapai kepentingan bersama yang melibatkan

10 | Komunikasi Edisi 323


Opini komunitas setempat secara aktif dalam pengambilan keputusan pelaksanaannya. Mahasiswa sebagai salah satu pengguna tetap kampus yang banyak beraktivitas di lingkungan kampus, berpotensi sebagai penghasil sampah terbanyak di lingkungan kampus. Maka dari itu, sudah seharusnya mahasiswa ikut berpartisipasi dalam menjaga kebersihan lingkungan bahkan pengelolaan sampah dilingkungan kampus. Pemerintah sebenarnya telah membuat peraturan mengenai pengelolaan sampah yang dituangkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah pada Pasal 29 ayat (1) huruf E yang berbunyi bahwa “Setiap orang dilarang membuang sampah tidak pada tempat yang telah ditentukan dan disediakan”. Peraturan serupa juga tertuang pada Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 10 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Sampah yang tertuang pada Pasal 26 ayat (1) huruf D yang berbunyi bahwa “Setiap orang dilarang membuang sampah tidak pada tempat yang telah ditentukan dan disediakan (diantaranya membuang sampah di sungai, saluran, membuang sampah dari kendaraan dan pembuangan-pembuangan pada tempat lainnya selain yang telah ditentukan dan yang disediakan)”. Jika ada yang melanggar maka akan dikenakan sanksi sesuai dengan Pasal 34 ayat (4) bab ketentuan pidana berbunyi bahwa “Setiap orang yang tidak mentaati ketentuan Pasal 26 ayat (1) huruf D dan huruf E, diancam dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) minggu atau denda paling banyak Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah)”. Universitas Negeri Malang (UM) sendiri memiliki Peraturan Rektor Nomor 16 Tahun 2015 Tentang Tata Tertib Kehidupan Kampus Bagi Mahasiswa Universitas Negeri Malang yang tertuang pada pasal 10 bahwa “Mahasiswa ikut menjaga kebersihan dan keindahan kampus UM serta tidak membuang sampah sembarangan.” Namun, apakah mahasiswa mentaati peraturan tersebut? Pada kenyataanya masih sedikit mahasiswa yang berpartisipasi dalam menjaga kebersihan lingkungan. Buktinya, masih banyak mahasiswa yang membuang sampah sembarangan. Hal tersebut sudah menunjukkan minimnya partisipasi mahasiswa dalam menjaga kebersihan lingkungan. Di setiap sudut kampus sudah banyak disediakan tempat sampah, dari yang berukuran kecil, sedang, hingga besar. Kenyataannya tempat sampah hanya dijadikan sebagai

pajangan, budaya membuang sampah sembarangan sudah mendarah daging di kalangan sebagian besar mahasiswa. Masih sering terlihat di sekitar tempat sampah berserakan sampah. Hal ini tidak jarang karena sikap tak acuh mahasiswa. Salah satu tempat yang sering banyak didatangi oleh mahasiswa yakni Kampung Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Di mana di tempat ini berbagai macam kalangan mahasiswa berkumpul. Berbagai macam organisasi ada di tempat tersebut sebagai wadah untuk mengembangkan bakat dan minat yang dimiliki oleh mahasiswa. Namun, sangat disayangkan ketika di tempat tersebut terlihat banyak sampah yang berserakan. Sudah seharusnya sebagai mahasiswa berpartisipasi dalam menjaga kebersihan lingkungan.

Untuk menciptakan kebersihan lingkungan kampus diperlukan partisipasi aktif dari warga kampus, salah satunya dengan menerapkan sistem rewards dan punishment. Dimaksudkan dengan adanya sistem ini, mahasiswa yang aktif dalam menjaga kebersihan lingkungan akan mendapatkan rewards, sedangkan mahasiswa yang tertangkap membuang sampah sembarangan akan dikenakan punishment. Selain itu, pihak kampus bisa mengadakan lomba kebersihan antar fakultas atau lomba kebersihan antar UKM. Dengan adanya hal tersebut maka mahasiswa akan berlomba-lomba untuk menjaga kebersihan lingkungan dan meningkatkan partisipasinya untuk menjaga kebersihan lingkungan. Sehingga lingkungan kampus menjadi bersih dan indah yang nantinya juga menjadi tempat nyaman bagi civitas kampus untuk beraktivitas di dalam kampus. Nabilah

Tahun 41 Juli-Agustus 2019 |

11


Seputar Kampus

MENWA UM BORONG KATEGORI JUARA JALAKA PALAGRI IV

S

ebagai salah satu perguruan tiggi bergengsi di Kota Malang, mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM) tidak habis menorehkan prestasi akademik maupun nonakademik. Salah satunya yakni Unit Kegiatan Mahasiswa Satuan Resimen Mahasiwa (UKM Menwa) yang berhasil menyabet semua kategori penghargaan pada kompetisi Jalaka Palagri IV 2019. Kompetisi ketangkasan perorangan bagi anggota resimen mahasiswa se-Indonesia ini berlangsung selama dua hari (13-14/07). Kompetisi ini merupakan agenda setiap dua tahun sekali yang diadakan oleh Universitas Jember (Unej) dan diikuti sebanyak 70 anggota satuan Menwa dari 26 perguruan tinggi di Indonesia. Tangkai lomba yang menjadi rebutan dalam kompetisi ini meliputi ketangkasan khas militer di Sekolah Calon Bintara (Secaba) Rindam V Brawijaya. Macammacamnya seperti navigasi darat, rayapan tali, jembatan tali, kesehatan lapangan, lempar pisau dan kapak, bongkar pasang senjata, serta lari lintas alam. Yang berbeda di tahun ini, Jalaka Palagri IV juga membuka tangkai lomba esai. Tema

yang diambil adalah “Peran Menwa dalam Menciptakan Generasi yang Tangguh dan Berjiwa Pancasila dalam Mempersiapkan Pembangunan Nasiona di Era Revolusi Industri 4.0”. Hal ini tentunya menjadi kemajuan tersendiri dalam kompetisi satuan Menwa, karena tidak hanya mempertandingkan kemampuan fisik yang mutlak dimiliki anggota satuan, juga kecerdikan dalam berpikir. Sejak tahun 2018 UKM Menwa UM sudah berpartisipasi pada kompetisi Jalaka Palagri dan mampu menyabet juara dua lomba lintas alam. Pada partisipasinya yang kedua kali dalam kompetisi ini, tim Menwa UM berhasil menyabet lima kategori juara yakni juara dua ketangkasan dan juara tiga lintas alam putri oleh Fina Nur Safitri, juara dua lomba lintas alam kategori putri dan juara tiga lomba esai oleh Dita Novita Sari, juara dua lintas alam kategori putra oleh Muhammad Linggar Eka Prasetya. Beberapa perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta yang andil dalam kompetisi ini seperti Universitas Airlangga (Unair), Universitas Negeri Semarang (Unnes), Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang, Universitas

Bawa pulang penghargaan dalam Jalaka Palagri IV

12 | Komunikasi Edisi 323

Merdeka Madiun, UIN Walisongo Semarang, Universitas Negeri Surabaya dan masih banyak lagi. Perolehan penghargaan sebagai juara tentunya bukan tanpa usaha. Anggota satuan Menwa UM yang menjadi delegasi sangat memaksimalkan latihan menjelang kompetisi. Menurut penuturan salah satu delegasi tim Jalaka Palagri Menwa UM, persiapan dilakukan sejak H-14 perlombaan. Latihan rutin dilakukan saat pagi atau sore hari dan dibimbing langsung oleh anggota satuan Menwa UM senior angkatan 71, Avi Kusuma Fatkur. “Tidak ada kendala serius pada saat persiapan maupun berlangsungnya lomba,” tutur Fina Nur Safitri, salah satu anggota tim Jalaka Palagri Menwa UM. Perlombaan bergengsi yang mempertemukan satuan Menwa se-Indonesia ini menjadi ajang pertemuan sekaligus silaturahmi dan berbagi pengalaman antara senior maupun junior. Fina Nur Safitri berharap selanjutnya Satmenwa 085 Universitas Negeri Malang juga dapat mengadakan acara yang serupa. Tim Jalaka Palagri juga merasa sangat bangga dapat membawa nama UM ke tingkat Nasional melaui Satuan Resimen Mahasiswa.Nikma


Seputar Kampus

Saat pertukaran cenderamata

5th ASDS 2019, GERBANG KERJA SAMA SAINS se-ASIA

S

ebagai salah satu perguruan tinggi yang memiliki Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA), tahun ini Universitas Negeri Malang (UM) didapuk menjadi penyelenggara Asian Deans Science Summit (ASDS) yang ke-5. Rangkaian acara ASDS kali ini diselenggarakan sejak Selasa (9/7) sampai dengan Kamis (11/7), dimulai dengan wisata keliling kota (Malang City Tour), pembukaan dan acara utama di Hotel Santika Premiere Malang, serta diakhiri dengan kegiatan ekskursi di wisata Gunung Bromo. Dengan mengusung tema “Reinforce Mobility and Networking Activity on Teaching Research and Community Service”, ASDS ke-5 ini diikui oleh 61 partisipan dari negara-negara di Asia. ASDS merupakan pertemuan tahunan para dekan dari berbagai perguruan tinggi di Asia yang memiliki Fakultas MIPA dengan tujuan membangun jaringan dan kerja sama untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, riset atau penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Sebanyak 61 partisipan dalam ASDS ke-5 tahun ini terdiri dari para dekan, wakil dekan, dan pegawai International Office dari berbagai perguruan tinggi di Asia, seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, Timor Leste, Korea Selatan, dan Jepang. Penyelenggaraan ASDS di UM ini merupakan penyelenggaraan yang kelima kalinya. Kegiatan yang diprakarsai oleh Profesor Seung-Han Park ini pertama kali diselenggarakan di Yonsei University, Korea Selatan pada tahun 2015. Untuk

tahun-tahun selanjutnya, ASDS secara berurutan digelar di University of Malaya, Malaysia (2016), kemudian di Universitas Indonesia (2017), di Prince Songkla University, Thailand (2018), dan di Universitas Negeri Malang. Penunjukan UM sebagai penyelenggara ASDS tahun 2019 didasarkan pada hasil keputusan dari ASDS tahun sebelumnya. “Penunjukan UM sebagai penyelenggara ASDS ke-5 tahun ini menjadi ajang yang baik supaya lebih dikenal di kancah internasional. Selain itu, kita juga bisa menjalin kerja sama dengan berbagai universitas baik di Indonesia sendiri maupun di Asia,” ujar Dr. Hadi Suwono, M.Si selaku Dekan Fakultas MIPA UM. Dalam acara utama, telah ditandatangani MoU yang menjadi bukti kerja sama di antara para partisipan ASDS. Beberapa perguruan tinggi yang terlibat dalam MoU tersebut diantaranya yaitu Universiti Tun Hussein Onn Malaysia (UTHM), Universitas Nasional Timor Lorosae (UNTL), Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Airlangga (UNAIR), Universitas Diponegoro (UNDIP), dan Institut Teknologi Surabaya (ITS). Kerja sama tersebut menitikberatkan perihal proses pembelajaran di Fakultas MIPA. Dengan demikian, para dosen dari berbagai perguruan tinggi yang terlibat dalam MoU dapat saling berpartisipasi dalam proses pembelajaran, seperti halnya memberikan kuliah lintas universitas. Tidak hanya itu, berbagai perguruan tinggi tersebut juga bekerjasama dalam hal double degree,

dan untuk berbagai perguruan tinggi luar negeri, kerja sama juga dititikberatkan pada perihal riset, kolaborasi, publikasi, dan study mobility atau pertukaran mahasiswa. Sebagai penyelenggara ASDS yang merupakan sebuah event besar internasional, Fakultas MIPA UM juga melibatkan para mahasiswa dalam kegiatan tersebut supaya mereka nantinya terbiasa dengan event-event bertaraf internasional. Untuk ASDS ini, pihak Fakultas MIPA telah melakukan persiapan sejak awal tahun 2019, mulai dari promosi ke berbagai perguruan tinggi di Indonesia yang memiliki Fakultas MIPA serta mengundang para pembicara dan pihak-pihak yang menjadi penggagas ASDS. Dari tahun ke tahun, peserta ASDS cukup mengalami peningkatan, dan tema yang diusung pun selalu disesuaikan dengan isu-isu penting di tengah masyarakat dunia, khususnya dalam hal pembelajaran dan sains. Pada sesi diskusi, para partisipan ASDS mempromosikan perguruan tinggi masing-masing dan menyajikan berbagai pengalaman yang telah dilalui, khususnya dalam usaha kerja sama dan membangun jaringan guna meningkatkan kualitas pembelajaran, riset, dan pengabdian masyarakat. “Dari diskusi hari ini, nantinya akan diambil kesimpulan serta rekomendasi mengenai apa saja yang akan dilakukan untuk ke depannya. Semoga ASDS ini berhasil memajukan hasil riset dari berbagai perguruan tinggi yang dapat memberikan manfaat bagi masyarakat,” ujar Dr. Hadi Suwono, M.Si. menutup wawancara oleh Komunikasi. Azril Tahun 41 Juli-Agustus 2019 |

13


Seputar Kampus

PIM UM: Gali Kreativitas Mahasiswa, Mantapkan Jadi Jawara

WR III saat memberikan sambutan pembuka

P

ameran poster di lantai dasar Graha Rektorat Universitas Negeri Malang (UM) memeriahkan Monitoring dan Evaluasi (Monev) Eksternal Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Pendanaan Tahun 2019, Selasa-Kamis (25-27/06). Tahun ini UM kembali menjadi tuan rumah Monev Eksternal PKM Pendanaan. Hadir sebagai pemonev Dr. Hermanto, S.Pd, M.Pd, dosen Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) dan Drs. Bandung Arry S., MI. Komp, dosen Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Selama 20 menit, 59 Tim PKM sebelas perguruan tinggi di Malang Raya, Blitar, dan Pasuruan berlaga menampilkan kinerja pelaksanaan programnya. Kesebelas Perguruan Tinggi tersebut meliputi Universitas Negeri Malang (UM), Universitas Kanjuruhan Malang (Unikama), IKIP Budi Utomo (IBU) Malang, Politeknik Kesehatan (Poltekkes) RS. Dr Soepraoen Kesdam V Malang, Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer (STMIK) Asia Malang, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Widyagama Husada Malang, Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang, Universitas Wisnuwardhana Malang, Universitas Tribhuana Tunggal Dewi Malang, Universitas Yudharta Pasuruan, dan Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Blitar. Kegiatan monev ini tidak lain bertujuan untuk memantau dan melihat sejauh mana keterlaksanaan dana hibah yang dilaksanakan oleh tim PKM. Sesuai ketentuan dari Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Dirjen Belmawa Kemenristekdikti), hari pertama monev terjadwal khusus untuk perguruan tinggi di luar UM. Sementara hari kedua dan ketiga, jadwal presentasi monev untuk tim yang berasal dari UM. Dalam pembukaan, Wakil Rektor III UM, Dr. Mu’arifin, M.Pd, menyambut para tamu dan mengapresiasi hasil karya yang ditampilkan dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa UM dan Monev

14 | Komunikasi Edisi 323

Eksternal PKM ini. “Manfaatkan PKM untuk menempa diri Saudara. Memperbaiki diri Saudara. Kalau diri Saudara sudah baik, mari kita perbaiki lingkungan kita,” pesannya. Ketua Tim Penalaran UM, Dr. Heny Kusdiyanti, S.Pd., M.M., menuturkan bahwa diselenggarakannya pameran dan lomba poster PKM mahasiswa yang didanai ini bertujuan agar para mahasiswa dapat merasakan bagaimana suasana Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS). “Kami menginginkan ada cerita bahwa monev eksternal ini seolah-olah adalah PIMNAS mini versi UM,” tuturnya. “Jadi bagi teman-teman yang mengikuti kegiatan monev bisa merasakan bagaimana sih rasanya PIMNAS yang sebenarnya,” lanjut dosen yang akrab disapa Bunda oleh mahasiswanya tersebut. Dalam monev eksternal PKM, UM memang menjadi host dan peserta. Lomba dan pameran poster merupakan bagian dari rangkaian Pekan Ilmiah Mahasiswa (PIM) UM. 59 poster yang terdiri dari 36 poster tim PKM internal dan 23 poster tim PKM eksternal UM dipamerkan. Dari 59 poster dipilih juara 1-3 khusus bagi tim UM dan juara 1-3 khusus bagi tim luar UM dalam lomba ini. Para pemenang mendapatkan sertifikat dari Rektor UM. Sebelumnya, 36 tim PKM UM telah dikarantina selama dua hari untuk mempersiapkan monev. Penilaian Monev Eksternal notabene merupakan tiket penentu lolos tidaknya tim PKM ke ajang PIMNAS selain aspek proposal dan laporan kemajuan PKM. Dikatakan Heny, UM mengharapkan bisa masuk lima besar di PIMNAS. Tahun ini UM mengusung 36 PKM. Jumlah ini menurun dari tahun sebelumnya 84 PKM didanai. Ini dikarenakan Belmawa Kemenristekdikti membuat regulasi pemerataan. Sehingga, tak didominasi PTN kluster 1. “Target UM, ada perwakilan dalam 5 kelompok PKM. Agar rangking UM naik dari 14, minimal ke-13,” imbuhnya. Mengingat PKM merupakan bagian dari program nasional. Diah


Seputar Kampus

Temu Teman Lembur: Tetap Erat Dalam Bingkai Pertemuan Alumni

T

emu Teman Lembur adalah tema yang diusung dalam acara reuni kru Majalah Komunikasi UM pada Minggu (23/06) lalu. Acara tersebut dihadiri oleh Ketua Penyunting, Dr. Anselmus J. E. Toenlioe, M. Pd, Redaktur Pelaksana, Nida Anisatus Sholihah, S.pd, alumni kru Majalah Komunikasi, dan kru Majalah Komunikasi yang tengah menjabat pada periode ini. Acara ini bertempat di aula utama gedung A3 lantai 2 Universitas Negeri Malang (UM), gedung yang sempat menjadi kantor pusat Majalah Komunikasi sebelum berpindah ke Graha Rektorat. Banyak cerita yang kembali terkisah di tempat tersebut, mulai dari cerita horror yang membuat merinding, sampai cerita lembur yang penuh kenangan. Acara reuni ini sengaja dikonsep dengan suasana santai dan bersahabat, kursi yang ada di aula utama gedung A3 ditata melingkar agar tidak terkesan terlalu formal dan kaku. Pada sesi pertama, alumni dan kru Majalah Komunikasi saling memperkenalkan diri agar lebih akrab. Setelah perkenalan, terdapat sesi games

dengan dorprize yang telah disiapkan oleh panitia sebelumnya. Dalam sesi ini, tiga orang alumni dipersilahkan maju secara acak, kemudian semua undangan reuni satu sama lain dapat secara bebas menanyakan berbagai hal. It’s sharing time! Di sinilah waktu yang sangat berharga bagi alumni dan kru ketika melakukan tanya-jawab dan diskusi. Kegiatan tersebut berlangsung seru diselingi canda tawa, karena topik yang dibahas cukup dekat dengan dunia jurnalistik. Tentu saja hal ini sangat menarik, karena narasumber pertanyaan adalah para alumni kru Majalah Komunikasi yang profesional dibidangnya. Memang tidak semua alumni menggeluti kegiatan jurnalisik, namun hal ini justru merupakan sebuah keunikan. Kini, mereka ada yang bekerja sebagai pegawai pemerintahan dan guru. Namun, mereka mengaku pengalaman menjadi kru Majalah Komunikasi sangatlah berharga. Pengalaman tersebut didapatkan oleh seluruh kru, baik yang dulu bertugas sebagai reporter, editor, designer, maupun layouter. Ilmu-ilmu yang mereka dapat

Kehangatan Kru Komunikasi dengan para alumni

dari Majalah Komunikasi membuat mereka tidak kagok saat terjun di dunia kerja, Hal ini dikarenakan di mana pun dan kapan pun, kegiatan jurnalistik, terutama keterampilan menulis akan selalu dibutuhkan. Tidak hanya melakukan tanya jawab dan diskusi, kisah perjuangan dan kenangan pun tumpah ruah dalam acara reuni tersebut. Para alumni flashback di saat mereka berjuang bersama Nida, Redaktur Pelaksana yang selalu sabar dan setia membimbing Majalah Komunikasi menjadi lebih baik dari tahun ke tahun. Dulu, komunikasi hanyalah info kampus berbentuk koran biasa, hingga pada tahun 2005 beralih menjadi bentuk majalah dan kini bahkan telah berhasil membuat versi online-nya. Tentu hal tersebut tidaklah mudah dan butuh berbagai inovasi dan kreativitas dari seluruh kru Majalah Komunikasi UM. Tidak sampai di situ, mereka kembali mengingat cerita masa-masa ketika kerja hingga larut malam demi menyelesaikan deadline majalah. Mereka mengaku bahwa kerja lembur bukanlah suatu masalah, karena mereka mengerjakannya secara bersama-sama.“Semua teman-teman Komunikasi punya mimpi besar,� ujar Ajrul, salah satu alumni, ia mengaku bangga dapat mengenal teman-teman seperjuangannya yang selalu bersemangat. Di saat itu, mereka saling melempar canda dan berbagi cerita untuk menghilangkan kejenuhan mengejar deadline berita. Di balik itu semua, ada saja kejadian tidak diinginkan yang tiba-tiba muncul, yang bahkan hingga kini masih menjadi misteri. Tetapi hal tersebut justru membuat kenangan tersendiri bagi mereka. Nilam

Tahun 41 Juli-Agustus 2019 |

15


Seputar Kampus

Menyongsong Babak Baru iCamp 2019

Pertemuan pihak HI UM dengan PJ pariwisata

S

erangkaian persiapan nampaknya semakin gencar dilakukan oleh Office of International Affairs (OIA) Universitas Negeri Malang (UM). Persiapan ini dilakukan untuk menerima puluhan peserta yang merupakan mahasiswa dari seluruh belahan dunia dalam acara International Camp (iCamp). Acara yang diketuai oleh Nabhan F Choiron, S.S, M.A nampaknya semakin meningkat, terbukti antusiasme yang luar biasa juga datang dari pendaftar yang semakin meningkat setiap tahunnya. Tak pelak sampai bulan Juli 2019 tercatat jumlah pendaftar sebanyak 841 yang terdiri dari 57 negara di seluruh dunia. 841 pendaftar ini akan diseleksi oleh panitia dan diambil 60 peserta untuk mengikuti iCamp di UM. Meskipun jumlah pendaftar semakin meningkat tak membuat panitia kewalahan, bahkan panitia mengaku sangat senang dengan antusiasme yang luar biasa tersebut. Tahun ini adalah tahun keempat UM mengundang mahasiswa dari berbagai belahan dunia untuk bergabung dalam acara iCamp. Tema yang diangkat tahun ini adalah Broaden Your Vistas, Elevate Your Global Endeavor. Tema yang luar biasa tersebut juga diikuti dengan berbagai

16 | Komunikasi Edisi 323

persiapan yang matang. Salah satunya adalah pembukaan seleksi volunteer oleh panitia OIA mengadakan seleksi volunteer bagi seluruh mahasiswa UM dan kampus lain. Sampai saat ini terdapat 54 volunteer, 52 dari UM, satu volunteer dari Universitas Brawijaya dan satu dari Universitas Mercubuana Jakarta. Mereka yang terpilih adalah mahasiswa yang memiliki komitmen tinggi dan memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik terutama dalam Bahasa Inggris. Seleksi yang sangat ketat ini bertujuan untuk memberikan pelayanan yang baik bagi tamu-tamu dalam iCamp tahun ini. Selain penerimaan volunteer, panitia OIA juga telah mempersiapkan berbagai divisi untuk mengatur kelancaran kegiatan tahun ini. Divisi-divisi yang telah disiapkan antara lain Event Organizer (EO), Liaison Officer (LO), Dokumentasi, Logistik, Konsumsi, Sekretariat, Keamanan, MC, Transportasi, Akomodasi, Merchandise, Publikasi, Desain Grafis, dan Sponsor. “Meskipun kami sudah menyiapkan berbagai divisi, kami juga tetap bekerja sama dengan berbagai pihak baik dari UM atau pihak luar,� jelas Gloria Hardiningsih, S.Sn. Bahkan dalam acara ini pihak OIA juga bekerja sama dengan Dinas Pariwisata Kabupaten Malang dan beberapa Bank yang ada di Malang.

Sejauh ini persiapan terkait dengan rangkaian acara juga telah disediakan oleh panitia. Tahun ini panitia menyediakan Kelas Batik, Kelas Menari Nusantara, dan Kelas Bahasa dan Budaya Indonesia. Rangkaian tersebut sesuai dengan tujuan diadakannya iCamp yaitu memperkenalkan Indonesia kepada dunia dan menjalin hubungan yang baik dengan berbagai mahasiswa dari belahan dunia. Selain itu, iCamp ini juga upaya untuk mempromosikan pariwisata Indonesia khususnya yang ada di daerah Malang. Terkait dengan berbagai kendala dalam pelaksanaan iCamp tahun lalu nampaknya menjadi pembelajaran yang luar biasa bagi seluruh panitia. Tetapi sebenarnya kendala tersebut terjadi karena perbedaan budaya antara negara asal peserta dengan budaya yang ada di Indonesia. sehingga tahun ini panitia telah berupaya semaksimal mungkin untuk menghindari kemungkinan yang tidak diinginkan. “Tahun ini harapannya yang jelas iCamp semakin baik dalam berbagai hal, entah persiapan atau pelaksanaan. Yang terpenting adalah UM semakin dikenal di mata dunia dengan prestasi dan berbagai hal positif seperti iCamp ini misalnya,� terang Gloria. Safira


Seputar Kampus

SARASEHAN BULANAN P2P: MENILIK PAHLAWAN PEREMPUAN INDONESIA

U

nit Pelaksanaan Teknis (UPT) Pusat Pengkajian Pancasila (P2P) sukses menggelar sarasehan bulanan (17/07). Sarasehan mengundang M. Fahcrul Lukmanul Khakim, M.Pd, sebagai pembicara utama dan dimoderatori oleh Ronal Ridho’I, M.A., Dosen Jurusan Sejarah Universitas Negeri Malang (UM). Sarasehan dengan tema “Sepak Terjang Kiprah Pahlawan Perempuan Indonesia” ini ternyata cukup menarik minat mahasiswa. Terbukti pada hari itu Laboratorium Pancasila dipenuhi oleh mahasiswamahasiswi yang siap mendengarkan pemaparan tentang pahlawan perempuan. Sarasehan ini merupakan kegiatan rutin yang diadakan oleh (P2P) untuk mengedukasi mahasiswa khususnya mahasiswa UM terkait dengan Pancasila, kebangsaan, dan nasionalisme. “Sarasehan ini sebenarnya merupakan langkah kami sebagai salah satu lembaga pendidikan untuk mengedukasi mahasiswa, khususnya mahasiswa Universitas Negeri Malang. Apalagi kalau melihat saat ini kita berada di era milenial sehingga sangat penting untuk mengedukasi bahwa Pancasila itu adalah dasar negara yang sangat penting, kebangsaan juga sangat penting,” terang Drs. Slamet Sujud Purnawan Jati, M.Hum , Kepala UPT P2P.

Serasehan yang diselenggarakan oleh UPT P2P biasanya selalu mengangkat topik terkini yang menarik untuk didiskusikan bersama. Misalnya pada bulan sebelumnya sudah diadakan acara serupa dengan tema “Konflik Maritim Indonesia”, sehingga pada bulan ini, diselenggarakan sarasehan dengan tema perempuan. Tema ini sangat menarik untuk diangkat karena jikam ditelisik dari sekian banyak pahlawan Nasional, hanya ada 13 pahlawan perempuan yang tercatat. Pengangkatan tersebut sampai saat ini pun masih menjadi kontroversi di kalangan masyarakat. Hal ini tentu sangat miris melihat bagaimana perjuangan mereka untuk Indonesia yang berjuang hingga titik darah penghabisan. Terlebih masih banyak tokoh-tokoh perempuan yang menginspirasi masyarakat Indonesia dan mereka belum terekspos oleh media. Fakta menarik yang menjadi perhatian dalam diskusi tersebut bahwa masyarakat Indonesia, kini telah kehilangan esensi dari Hari Ibu yang diperingati setiap tanggal 22 Desember dan Hari Kartini setiap tanggal 21 April. Antusiasme peserta semakin meningkat ketika moderator, Ronal Ridho’I memantik pertanyaan dengan berbagai permasalahan yang sudah dipaparkan oleh pemateri. Sehingga pada sesi diskusi terbilang cukup riuh dengan berbagai pertanyaan dari

peserta. Selain pertanyaan terkait dengan pahlawan, peserta juga menanyakan berbagai permasalahan perempuan di masa kini dan berbagai stereotip negatif yang hinggap pada perempuan. Sebelum mengakhiri sarasehan tersebut, Dosen yang kerap disapa Fachrul menyatakan bahwa masih terdapat banyak sekali tokoh-tokoh perempuan yang berjuang bagi Indonesia dan mereka tidak terekam oleh sejarah. Selain itu, sebagai generasi muda harus mampu mengangkat profil mereka serta menghargai segala upaya yang telah dilakukan terutama bagi mahasiswa yang memang bergelut dalam bidang sejarah. Safira

Pemaparan materi oleh oleh P. Fachrul

Tahun 41 Juli-Agustus 2019 |

17


Seputar Kampus

Suasana dalam IKA UM Job Fair dan Entrepreneur Expo

Sambut Lulusan baru, IKA UM Adakan Job Fair dan Entrepreuner Expo 2019

I

katan Alumni Universitas Negeri Malang (IKA UM) bersama Kemahasiswaan UM sukses mengadakan acara Job Fair dan Entrepeuner Expo 2019. Acara ini diadakan mengingat penambahan jumlah lulusan UM setiap tahunnya yang mencapai 4000 orang. Semakin bertambahnya jumlah alumni, maka semakin bertambah pula tantangan yang dihadapi selanjutnya.“IKA UM sebagai wadah kerja sama alumni dalam rangka mengembangkan almamater berupaya memfasilitasi lulusan tersebut dengan kebutuhan dunia kerja, salah satunya dengan menyelenggarakan kegiatan UM Job Fair dan Entrepeuner Expo,” ungkap ketua umum pengurus pusat IKA UM, Prof. Dr.Ainin, M.Pd. Kegiatan ini diikuti oleh 22 perusahaan di antaranya Epson, Alterra, BCA Finance, Bukopin, dan Kalbe. Lebih dari 4000 job seeker berpartisipasi dalam acara ini, yang berasal dari berbagai lembaga pendidikan mulai dari tingkat SMA/SMK, Diploma, Sarjana hingga Pascasarjana. Rangkaian acara yang diselenggarakan selama dua

18 | Komunikasi Edisi 323

hari (17-18/07) ini mempertemukan beberapa perusahaan besar seperti yang diselenggarakan dalam Campus Hiring and recruitment di FIF Grup (Anggota PT. Astra), Guest Lecture Campus Hiring and recruitment oleh PT Epson di Gedung H5 Fakultas Teknik UM, dan Campus Hiring oleh PT Kalbe di aula perpustakaan UM. Selain untuk memfasilitasi lulusanlulusan UM dan masyarakat pada umumnya, kegiatan ini juga membantu program pemerintah dalam menekan jumlah pengangguran dengan cara mempertemukan pihak penyedia kerja dengan pihak pencari kerja secara langsung. Pada kegiatan job fair dan entrepeuner expo kali ini memberi kesempatan kepada pengusaha muda dari UM, khususnya alumni Program Kreativitas Mahasiwa dan Program Mahasiswa Wirausaha (PKM dan PMW) untuk turut berartisipasi mempromosikan produknya. Pada kegiatan kemarin salah satu tim PKM dari Fakultas Sastra UM yang memiliki produk buku cerita “Lala Lilo” turut serta meramaikan acara.

Pada job fair dan entrepeuner expo juga dilaksanakan informasi beasiswa S2 dan S3 di dalam negeri dalam program Scolarship Expo. Kegiatan tahun ini terintegrasi antara promosi, presentasi, pameran, konsultasi gratis, pameran wirausaha, beasiswa, dan rekruitmen perusahaan. “Acara ini sangat membantu lulusan baru UM untuk mencari pekerjaan selain itu juga yang ingin melanjutkan studi S2 dan S3 bisa mencari informasi di sini, diadakan gratis pula,” ujar salah satu pengunjung, Imah fresh graduate UM 2019. Antusias peserta tidak bisa dibendung sejak acara dibuka pada pukul 09.00 dan ditutup pukul 16.00 WIB. Terlihat mereka memenuhi stan dan mengikuti pembukaan rekrutmen yang diadakan tiap perusahaan. “Salah satu yang harus diperhatikan job seeker saat ini adalah passion, tentukan passion dahulu ingin bekerja di bidang apa disesuaikan dengan kemauan dan kemampuan,” pesan Danita, salah satu karyawan Epson kepada job seeker milenial. Nikma


Seputar Kampus

UM SABET GELAR RUNNER UP KDMI TINGKKAT NASIONAL

Kegembiraan setelah melenggang menjadi Runner Up

U

niversitas Negeri Malang (UM) mengirimkan tim debat terbaiknya untuk melenggang ke tingkat Nasional. Posisi runner up berhasil diraih UM dalam Kompetisi Debat Mahasiswa Indonesia (KDMI) tahun ini, setelah berlaga dalam kurun waktu lima hari (1419/07). Pada pelaksanaan KDMI 2019, Universitas Airlangga (Unair) Surabaya terpilih sebagai tuan rumah. Sebanyak 112 peserta dari seluruh Indonesia mengikuti kompetisi debat ini sehingga persaingan berlangsung cukup sengit. Peringkat pertama diraih oleh Institut Pertanian Bogor (IPB) sedangkan peringkat ketiga disabet oleh Universitas Brawijaya (UB) Malang yang merupakan rival UM sejak seleksi wilayah di Jawa Timur. Tim UM yang terdiri dari tiga mahasiswa terbaik, yakni Jodhi Febrian (FPPSi), Laksamana Fadian Zuhad Ramadhan (FS), dan Sofia Ari Murti (FS), maju ke tahap seleksi nasional di bawah bimbingan Aji Bagus Priyambodo, S.Psi., M.Psi. Rutin diselenggarakan oleh Direktoral Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan setiap tahunnya, kompetisi ini mampu memberikan ruang bagi mahasiswa untuk berkembang sesuai dengan potensi yang mereka miliki. Kegiatan ini menjadi ajang positif bagi mahasiswa untuk menunjukkan kemampuannya dalam berkomunikasi dan berpikir kritis serta mampu meningkatkan rasa percaya diri peserta debat. Mahasiswa bukan saja mengungkapkan isu-isu yang mnejadi permasalahan, namun memberikan solusi terbaik terhadap persoalan nyata yang dihadapi saat ini. Terdapat tahapan seleksi yang harus dilewati oleh tim debat supaya mampu mencapai tingkat nasional. Mulai dari seleksi wilayah, UM mampu menyisihkan 24 tim debat dari Perguruan Tinggi Negeri (PTN) maupun Perguruan Tinggi Swasta (PTS) se-Jawa Timur sehingga bisa melenggang ke tingkat Nasional. Seleksi wilayah

ini dilaksanakan di Universitas Muhammadiyah Malang pada (2830/07). Pada debat nasional terdapat lima babak penyisihan yang dilaksanakan selama dua hari, tiga babak di hari pertama, dan sisanya dilaksanakan di hari kedua. “Di hari pertama ada 3 kali debat. Kami hanya menang satu kali dengan poin kemenangan satu, itu benar-benar membuat mental saya dan teman-teman sempat down. Tapi saya punya tim dan coach yang membesarkan hati saya, sampai akhirnya saya siap untuk hari kedua,” tutur Sofia. Pada babak 16 besar UM berhasil bertengger di posisi sembilan dan harus melawan Universitas Diponegoro (Undip). Kemudian babak 8 besar Tim Debat UM harus melawan Universitas Gajah Mada (UGM) sebagai Top List penyabet kemenangan terbanyak. “Setelah masuk semifinal satu hal yang kita tuju yaitu kita pengen masuk di video KDMI karena kalau masuk grandfinal akan di record dan alhamdulillah kita masuk grandfinal lawan IPB,” ungkap satu-satunya anggota perempuan Tim Debat UM tersebut. Selama latihan Jodhi, Sofia, dan Laksamana tidak menemukan kendala serius, kendala justru ada ketika proses debat itu berlangsung dengan adanya kompetitor dari universitas lain di seluruh Indonesia. Kendala mental dan emosional. Selama lima hari berturut-turut untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Selain itu kunci dari keberhasilan tim debat ini yaitu latihan. Mereka memulai karantina sejak bulan Februari, rutin minimal seminggu sekali sehingga mampu mengasah kemampuan berkomunikasi dan berpikir kritis. Persiapan yang dilaksanakan sangat banyak mulai dari bedah mosi, saling berbagi berita setiap malam. “Paling nggak tiap malam ada aja yang kita bahas dengan isi yang berbeda dan nonton video tentang debat,” tandas Mahasiswi cantik, Jurusan Sastra Inggris tersebut. Rosa Tahun 41 Juli-Agustus 2019 |

1719


Laporan Khusus

UM Press: Pelaku Penerbit dan Percetakan UM

B

egitu banyak buku yang terpajang di toko untuk dilihat, dibeli, dan dibaca tentunya. Begitu banyak pula penerbit dan percetakan yang menghasilkan buku tersebut. Sebut saja Gramedia, Grasindo, Erlangga, dan masih banyak lagi. Tak kalah dengan penerbit-penerbit tersebut, Universitas Negeri Malang (UM) pun punya UM Press. Penerbit dan percetakan UM yang sudah menemani selama hampir 31 tahun ini berdiri pada tanggal 18 Desember 1988 dengan nama Penerbit IKIP, ketika nama IKIP (Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan) Malang masih melekat. Seiring perkembangan masa, nama Penerbit IKIP berganti menjadi UM Press, mengiringi pergantian nama IKIP Malang menjadi UM. UM Press berada di bawah naungan Pusat Bisnis UM. Lokasinya di depan Gedung Graha Cakrawala. Berjalannya waktu ketika pengaruh internet semakin meluas mengakibatkan begitu banyak penerbit yang beralih ke jalur online. Tak ketinggalan, UM Press juga melakukan hal yang sama. “Kita juga maunya ke depan ini mengangkat Penerbit Universitas Negeri Malang (UM, red.) ikut berkompetisi di website sehingga dapat diakses secara online,� ujar Sugeng Johaini Santosa, S.AB., Kepala Sub Divisi Penerbit ketika ditemui di Kantor UM Press (16/07). Tak perlu diragukan lagi UM Press sudah diakui secara nasional terbukti dengan sertifikat keanggotaan UM Press oleh IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia). Hal ini merupakan suatu keistimewaan, karena tidak semua penerbit merupakan anggota IKAPI. Sudah menerbitkan total hampir 500 judul buku. UM Press menerima naskah siap cetak untuk diterbitkan menjadi buku. Naskah siap cetak yang dimaksud yakni sudah melalui proses editing dan layout. Berdasarkan penuturan Sugeng hal ini dilakukan untuk mempercepat proses cetak. Pihak UM Press akan mengembalikan naskah apabila masih terdapat kejanggalan atau kesalahan kepada

Mesin yang telah lama menemani Percetakan UM

20 | Komunikasi Edisi 323

pengirim untuk direvisi ulang. Hal ini merupakan profesionalisme yang dijunjung tinggi oleh UM Press supaya naskah yang tercetak tidak ada kekurangan yang mendasar. UM Press mampu melayani percetakan hingga 3000 eksemplar. Hampir semua administrasi UM dicetak di sini. Mulai dari amplop, kalender, notebook, map, dan masih banyak lagi. Pengirim naskah tidak dibatasi wilayah maupun jabatan. Tidak hanya dosen, mahasiswa pun juga diberi kesempatan untuk mengirimkan naskahnya dan dicetak di UM Press. Pengirim pun tidak hanya berasal dari lingkup UM saja. “Penulis dari luar Brawijaya juga,� ungkap H. Subagyo, S.E., S.H., M.M, kepala perlengkapan. Sugeng juga menuturkan UM Press melayani naskah dari berbagai wilayah, bahkan luar Jawa seperti Kupang dan Manado. Pengirim naskah sudah dilakukan secara online melalui email. Buku yang tercetak pun sudah memiliki ISBN (International Standard Book Number) yang membuat bobot buku semakin tinggi. Dosen maupun mahasiswa dapat mengirimkan naskahnya dengan rekomendasi dari Fakultas masing-masing, namun apabila naskah dari luar UM dapat dikirimkan langsung ke email UM Press. Berbagai peralatan dan perlengkapan percetakan lengkap, sehingga menunjang kecepatan percetakan dari naskah yang masuk. Terdapat tiga mesin cetak dengan kapasitas yang berbedabeda, mesin laminating, mesin jilid, mesin potong, dan masih banyak lagi. Terdapat 18 staf yang bertugas di bagian berbeda. Terdapat bagian penerimaan naskah yang akan dicetak, sie desain dan setting, sie cetak, dan bagian keuangan. Bagian cetak terbagi menjadi lima bidang antara lain finishing, mesin offset digital, mesin offset besar manual, mesin potong, dan bagian layout. Untuk setiap tugas produksi ada yang dipegang oleh dua staf dan ada juga yang satu staf. Rosa


KUPAS CERITA INOVATOR MEDIA FAWSTOR

Profil

Menerima penghargaan Mawapres UM pada malam puncak Pilmapres 2019

Nama: Rahadian Dimas Dody Aditya Djaya M.a Tempat Tanggal Lahir: Ponorogo, 06 Desember 1998 Riwayat Pendidikan: SD Negeri 1 Plosojenar (2004-2010) SMP Negeri 2 Kauman (2010-2013) SMA Negeri 3 Ponorogo (2013-2016) S1 Bahasa dan Sastra Inggris Universitas Negeri Malang (2016-sekarang) Riwayat Organisasi dan Pekerjaan: • Ketua Sub Bidang Penelitian dan Pengembangan HMJ Sastra Inggris LEGATO Universitas Negeri Malang (2017-2018) • Anggota Bidang Penalaran Pengurus Rumah Tangga Asrama Mahasiswa Universitas Negeri Malang (2016-2018) • Coach and Tutor of Eagle Wings English Academy Malang (2019) • Tutor Bahasa Inggris Rumah Bahasa Malang (2019) • Pelatih Kelas Speech, Story Telling, dan News Casting Administration English Club (AEC) Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya (Maret-April, 2019) • Tutor TOEFL Speak Up di SMA Negeri 1 Turen (Januari, 2019) • Public Speaking Trainer Miss Indonesia Kalimantan Utara (2018)

Singkirkan ragu, mengambil keputusan Menjawab isu, selesaikan tantangan Jatuh bangun, jajal pengalaman Taklukan rasa takut, Bergerak maju ke depan Tahun 41 Juli-Agustus 2019 |

21


Profil

• • • • •

Silver Medal of Indonesia International Invention Festival AKU Indonesia and IYSA (2019) Champion of News Casting Competition English Fair ICOSH Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (2018) Champion of News Anchor Competition National English Festival FKIP Universitas Islam Malang (2018) 1st Runner Up of News Casting Competition Brawijaya English Tournament FORMASI Universitas Brawijaya (2018) Champion of News Casting Competition English Fair ICOSH Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (2017)

Dimas bersama official saat setelah casting

22 | Komunikasi Edisi 323

• • • •

Champion of News Anchor Competition National English Festival FKIP Universitas Islam Malang (2017) Champion of Korean Studies Presentation INDREA Malang (2017) Champion of News Anchor Competition Commolympic Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Brawijaya (2017) TOP 11 News Presenter Competition EMTEK SCTV Indosiar Goes to Campus (2017)

Mahasiswa berprestasi selalu mempunyai ide-ide luar biasa dalam menangani permasalahan yang ada di sekitar masyarakat. Rahardian Dimas Dodi yang akrab di panggil Dimas, mencurahkan ide-ide kreatifnya dalam menanggani kasus berita-berita hoaks yang kerap terjadi baru-baru ini. Dia mengajukan rancangan aplikasi untuk mendeteksi berita hoaks yang sering terjadi di masyarakat, kemampuan literasi sangat di pegang teguh dalam mengangani berita hoaks yang acap kali terjadi. Hal inilah yang memberikan pelajaran bagi mahasiswa-mahasiswa lainnya untuk terus berfikir kreatif dalam menangani permasalahan di sekitar. Penasaran? Yuk, simak obrolan singkat salah satu reporter kami dengan mawapres ini! Dalam pembuatan karya tulis ilmiah, Anda membuat jurnal atau artikel tentang apa? Saya menulis karya ilmiah dalam lingkup kaidah bahasa dan jurnalistik. Saya mengajukan rancangan aplikasi berbasis web untuk mendeteksi berita bohong. Fawstor (Fake News Detector) diharapkan dapat menjadi solusi bagi masyarakat demi meningkatkan kemampuan literasi media dalam mendeteksi berita bohong. Harapannya dengan adanya aplikasi ini dapat menjadi solusi bagi masyarakat untuk meningkatkan kemampuan literasi media dalam mendeteksi berita bohong atau berita hoaks yang kerap terjadi. Apa latar belakang Anda membuat Fawstor? Masyarakat kerap kali menerima berita berita hoaks yang kerap terjadi, dan hal tersebut sangat mempengaruhi pola pikir masyarakat, terlebih pada tahu politik saat ini. Saya mendapatkan ide awal dari permasalahan yang memang seringkali terjadi dalam kurun waktu pemilihan umum. Dapat kita lihat bersama bahwa berita bohong seringkali muncul dalam kurun waktu tersebut. Berita bohong yang tersebar tanpa kita sadari dapat berpengaruh buruk dalam bentuk polarisasi ideologi dan sudut pandang masyarakat. Sayangnya, masyarakat secara tidak langsung juga dikondisikan untuk mengabaikan verifikasi kebenaran. Konsep kebenaran dan objektivitas bahkan kadang seringkali dipermainkan. Di sisi lain, communication digitalization juga memberikan akses kepada semua masyarakat untuk membuat dan menyebarkan informasi. Dengan penyebaran informasi yang begitu pesat semakin memudahkan masyarakat untuk menerima informasi, namun kerap kali berita hoakslah yang banyak diterima oleh masyarakat.


Profil

Dimas saat memperoleh penghargaan dalam National English Festival Unisma 2017

Apakah sebelumnya Anda punya pengalaman di bidang tersebut? Misalnya pem buatan web untuk plagiasi atau sebagainya? Sebelum saya ingin mengajukan rancangan mengenai Fawstor, sebenarnya saya lebih memiliki pengalaman dalam bidang bahasa dan jurnalistik. Saya beruntung karena memiliki teman-teman yang berpengalaman dalam pembuatan web dan membantu saya dalam belajar, hingga saya memiliki rancangan untuk pengajuan aplikasi Fawstor. Bagaimana cara pengunaan Fawstor? Fawstor akan dibuat dalam bentuk web berbasis aplikasi. Fawstor menyediakan layanan analisis berita dengan menggunakan teori bahasa dan teori komunikasi media. Selain memiliki kegunaan untuk membuktikan kebohongan dalam berita, analisis mendalam akan memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai deteksi berita bohong berdasar kombinasi disiplin linguistik dan komunikasi. Pertama, pengguna akan masuk ke halaman awal yang akan mengarah kepada laman beranda. Selanjutnya, pengguna dapat mengisi kolom deteksi dengan link berita. Setelah itu pengguna harus menunggu 5-10 menit untuk mendapatkan hasil analisis. Lalu setelah menunggu durasi waktu tersebut, pengguna akan mendapatkan hasil analisis terkait berita yang sudah disertakan. Siapa saja yang menjadi sasaran pengguna Fawstor? Sebenarnya, saya tidak menetapkan sasaran umur atau kalangan pengguna

Fawstor. Menurut saya, semua lapisan masyarakat dan dari berbagai umur dapat menggunakan Fawstor. Alasannya karena Fawstor ini sendiri saya khususkan untuk mendeteksi berita hoaks yang terjadi di lingkungan masyarakat, jadi untuk usia tidak ada batasannya. Apakah saat ini sudah bisa di akses? Saat ini Fawstor hanya tersedia dalam bentuk interface. Kami sedang dalam proses pengumpulan dana dan melakukan kajian ulang terhadap teori. Konsep apa yang Anda gunakan untuk membuat Fawstor? Konsep dasar yang digunakan Fawstor adalah kombinasi teori linguistik dan teori komunikasi massa. Secara spesifik, analisis konten (content analysis), framing analysis, dan elements of linguistics and nonlinguistics digunakan sebagai landasan teori. Apakah Fawstor yang Anda buat hanya untuk bidang-bidang tertentu? Rancangan Fawstor hanya digunakan dalam lingkup jurnalistik. Dalam artian objek analisis dari Fawstor memang hanya dikhususkan untuk melakukan analisis berita bohong. Apakah Anda telah atau akan melakukan seminar untuk penggunaan Fawstor? Setelah diajukan dalam seleksi mahasiswa berprestasi kemarin, saya dan teman-teman mencoba untuk mengajukan program ini ke beberapa kompetisi karya ilmiah. Saat ini kami masih menunggu pengumuman sembari memperkuat ide rancangan.

Tips dan trik untuk memilih ide-ide inovatif di sekitar kita? Menurut saya pribadi, ide-ide inovatif dapat diperoleh melalui dua hal: Yang pertama yaitu menggali potensi dari hobi atau hal yang menjadi kesukaan pribadi. Lalu, lakukan brainstorming terkait apa yang bisa dikembangkan dari hobi atau kesukaan pribadi tersebut. Proses brainstorming juga tidak lepas dari membaca, observasi, dan diskusi. Dengan cara ini kalian akan lebih mengenal minat dan bakat yang kalian miliki. Tidak hanay berhenti sampai di situ, kalian juga bisa mengembangkannya sesuai dengan kapasitas kemampuan kalian. Selain dengan menggali potensi dalam diri, cara kedua yang bisa dilakukan adalah observasi terkait permasalahan yang sedang ada dalam masyarakat sekitar. Gunakan hal tersebut sebagai landasan untuk membuat sesuatu yang orisinil dan dapat membantu dalam menyelesaikan permasalahan tersebut. Pesan untuk Mahasiswa UM ? Pesan saya untuk mahasiwa UM saya mengambil pembelajaran dari (Franklin D. Roosevelt) yaitu berani untuk keluar dari zona nyaman. Jangan mudah menyerah dalam menghadapi setiap tantangan dan lakukan yang terbaik dari dirimu. A Smooth Sea never missed a Skilled Sailor. Cintya

Tahun 41 Juli-Agustus 2019 |

23


Cerita Mereka

JAJAL PENGALAMAN JADI DIPLOMAT

B

erperan sebagai diplomat dalam kompetisi simulasi sidang PBB atau yang biasa dikenal sebagai Model United Nations (MUN) tampak keren bagi sebagian mahasiswa. Itulah yang dilakoni oleh Rafly Yuvindra Maulidan, tercatat sebagai mahasiswa Sastra Indonesia UM ia memilih kegiatan yang berbeda dari mahasiswa sebayanya. “MUN adalah konferensi internasional dan harus berbahasa Inggris. Namun hal ini tidak menjadi masalah, meskipun saya adalah mahasiswa jurusan Sastra Indonesia. Hal tersebut tidak mengurangi rasa percaya diri untuk tetap mengikuti MUN dan mengingat adanya modal bahasa Inggris yang memang harus dipelajari oleh seluruh mahasiswa,� ucapnya di awal perbincangan kami. Berbekal kemampuan berbahasa Inggris, ia berani mengikuti seleksi dan

Rafly saat mengikuti Global Goals MUN di Malaysia

24 | Komunikasi Edisi 323


Cerita Mereka berhasil menjadi perwakilan mahasiswa MUN untuk Indonesia di Malaysia bersama 20 mahasiswa dari berbagai universitas di Indonesia. Memiliki perangai yang tinggi, lakilaki yang akrab disapa Rafly ini memiliki keinginan dengan ambisi yang tinggi. Siang yang mendung di Kafe Pustaka UM, ia berbagi cerita mengenai pencapaiannya selama ini kepada Kru Komunikasi. Menurutnya mengikuti MUN tidaklah mudah, perlu mempersiapkan dana yang besar karena MUN adalah kegiatan yang mahal bagi kalangan mahasiswa ketika kampus tidak membiayai aktivitas mahasiswanya tersebut. “Masalah biaya menjadi kendala sendiri untuk saya meskipun kedua orang tua sangat mensupport, tetapi saya tetap mencari sponsorship untuk keberangkatan saya,” ujar Rafly. Mahasiswa kelahiran Kota Apel ini berhasil menjadi delegasi MUN. Peserta yang mengikuti MUN disebut dengan delegasi. Delegasi yang lolos MUN harus membuat Position Paper, yaitu sebuah dokumen singkat satu halaman yang memuat permasalahan yang ada di suatu negara. “Negara yang dipilih delegasi MUN harus berbeda dan tidak boleh sama dengan delegasi MUN yang lain, di sisi lain kita harus mengerti permasalahan apa yang sedang terjadi di negara tersebut,” imbuh Rafly. Position Paper mencakup permasalahan suatu negara berdasarkan councils atau goals yang dipilih delegasi dan dokumen ini membahas permasalahan tersebut, mulai dari penyebab dan dampak sampai solusi permasalahan yang terjadi di negara tersebut. Memiliki pengetahuan yang luas menjadi bekal tersendiri untuk Rafly berlaga di MUN. Secara garis besar mengikuti MUN sama halnya dengan mengikuti simulasi sidang Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB). Di sana ia dapat belajar tentang diplomasi, hubungan internasional dan PBB. MUN juga mengajarkan public speaking, negosiasi, berpikir kritis, kerja sama dan kepemimpinan. Ia menjadi delegasi dari Indonesia yang bertugas sebagai figur politik dan organisasi internasional yang mendiskusikan suatu topik. Rinai hujan mulai turun, hawa dingin menyeruap dari jendela Kafe Pustaka, Rafly meneruskan ceritanya. Berasal dari keluarga berlatar belakang ayah sebagai kontraktor yang mendidik ia menjadi anak yang pekerja keras dalam meraih segala cita-cita. “Dukungan moril dan materiil selalu saya dapat dari ayah dan ibu, ayah seorang kontraktor yang selalu bekerja di

Bersama delegasi lain dari Indonesia saat malam puncak Global Goals MUN

lapangan dengan keras, dan ibu sebagai pedagang yang tlaten. Sifat pekerja keras beliau sebagai teladan untuk kesuksesan saya,” lanjut Rafly. Ia yang memiliki hobi travelling pastinya sangat terbantu karena dalam MUN terdapat banyak kegiatan. Selain event sidang konferensi PBB atau yang disebut dengan meeting session, banyak sekali event lain yang dilaksanakan di Global Goals MUN selama empat hari seperti International Grand Symposium, City Tour di Kuala Lumpur dan Putra Jaya, sampai Cultural Performance oleh delegasi MUN dari berbagai negara. Bertemu dengan berbagai suku dan budaya yang berbeda tentunya menjadi tantangan tersendiri karena dalam MUN terlatih menjadi team work untuk perundingan masalah negara yang disajikan. Seiring dengan ini, kemampuan teamwork pun akan meningkat dan akan menjadi lebih cepat tanggap dalam menemukan solusi terhadap masalah-masalah yang ditemukan. “Tentu kemampuan teamwork ini akan sangat berguna baik di dunia organisasi maupun dunia kerja esok hari,” ujarnya. Ia pun kemudian memaparkan beberapa tips berdasarkan pengalamannya berlaga dalam dunia MUN. Tips yang pertama ialah melakukan riset yang baik. Riset yang baik diperlukan agar peserta dapat merumuskan solusi yang tepat dari permasalahan yang dibahas. “Misalnya, kita harus mengerti wewenang PBB itu apa, sehingga solusi yang ditawarkan dari

Berpose setelah acara simposium

permasalahan tersebut tepat sasaran,” celetuknya. Dikatakan oleh Rafly pula, peserta MUN harus menampilkan performa yang baik dari cara penyampaian pendapat saat acara berlangsung. Dalam akhir perbincangan kami, ia berharap semakin banyak mahasiswa yang mencoba mengikuti MUN, terlebih mahasiswa UM. “Masih sedikit mahasiswa UM yang mengetahui tentang MUN, apalagi mencoba mengikutinya. Saya ingin memotivasi mereka untu menorehkan prestadi di MUN. See you on top MUN’ers and young leaders,” tutupnya dengan bersemangat. Amey

Tahun 41 Juli-Agustus 2019 |

25


Curhat

Saat Murid Tak Mau Mendengar

Jawaban: Waalaikumsalam Wr.Wb. Banyak peserta didik yang kehilangan konsentrasi saat belajar mengajar sedang berlangsung dan akhirnya mereka mengobrol dengan teman atau bahkan berbuat usil kepada teman-temannya, sehingga membuat kelas menjadi gaduh. Mereka juga suka ngobrol sendiri ketika sudah bosan dengan penjelasan. Agar Ananda Khumairo dapat mengatasi permasalahan-permasalahan dalam kelas, maka perlu mengenali karakteristik peserta didik, metode pengajaran, serta manajemen kelas yang efektif. Karakteristik peserta didik dapat dipahami dari 3 aspek, yaitu aspek biologis, sosio-emosional, dan kognitif (kemampuan berpikir). Siswa SMA pada umumnya sudah berkembang secara fisik, namun hormon sedang bergejolak sehingga mempengaruhi suasana hati dan perilaku. Selain itu, mereka sangat dipengaruhi oleh teman sebaya, sehingga ada kebutuhan untuk ngobrol dan berkelompok. Pada aspek kognitif, pada umumnya mereka sudah memiliki cukup kemampuan berpikir analisis. Karakter ini membutuhkan metode pengajaran yang sesuai agar para siswa dapat belajar dengan efektif. Ada metode pengajaran dengan pendekatan behavioristik, kognitif, dan konstruktivistik. Untuk siswa SMA, pengajaran yang sesuai adalah dengan pendekatan kognitif dan konstruktivistik. Pendekatan kognitif menekankan pada atensi, persepsi, pengolahan informasi, pengodean, dan penyimpanan. Sedangkan agar pendekatan konstruktivistik efektif, maka pengetahuan tidak diberikan tetapi dibangun sendiri oleh siswa, pendidik perlu menyiapkan kegiatan belajar kontekstual dan diskusi kelompok. Kemampuan manajemen kelas yang perlu dikuasai yakni kemampuan memotivasi siswa, melakukan pendisiplinan, dan

menciptakan lingkungan yang kondusif. Berikut beberapa langkah praktis yang bisa Ananda coba di kelas: Membuat kontrak belajar. Para siswa yang menentukan aturan yang akan diberlakukan dalam kelas dan diskusikan juga konsekuensi apa yang akan diberikan apabila ada yang melanggar. Termasuk untuk siswa yang ngobrol. Lalu terapkan dengan konsisten. Motivasi siswa dengan mendiskusikan tujuan dan manfaat dari materi pelajaran. Misal manfaat pelajaran ini akan terkait dengan mata pelajaran lainnya, serta manfaatnya dalam kehidupan seharihari. Bila siswa menganggap materi ini penting, maka mereka akan berusaha mengikuti dengan sungguh-sungguh. Aturlah ruangan dan tempat duduk agar seluruh siswa mudah melihat atau mendengarkan dan mudah berinteraksi dengan Anda. Misal, mengatur bangku menyerupai letter “U�. Menarik dan mempertahankan atensi siswa bisa dengan cara memberikan penjelasan disertai media pembelajaran, misalkan gambar, foto, dan bagan. Gunakan metode pengajaran yang berfokus pada siswa (student center), jangan hanya penjelasan guru satu arah selama 2 jam pelajaran, tapi kombinasi dengan memberi kegiatan kepada siswa, misal tugas membaca, merangkum, membandingkan, mencari contoh dalam kehidupan sehari-hari, membuat table atau bagan, dan menyelesaikan suatu persoalan dengan berkelompok . Demikian saran dari saya, semoga bermanfaat. Wassalamualaikum Wr.Wb Jawaban dari Ike Dwiastuti, M.Psi., Dosen Fakultas Pendidikan Psikologi UM

Mahasiswa UM dapat mengirimkan tulisan berupa curahan hati (curhat) pada rubrik ini dengan space halaman A4 via email komunikasi@um.ac.id selambat-lambatnya tanggal 25 September 2019. Apabila nama asli tidak ingin dicantumkan, diperbolehkan untuk menggunakan nama inisial. Curhat Anda akan kami kirim ke ahlinya (dosen Fakultas Pendidikan Psikologi UM untuk mendapatkan jawaban. Tulisan curhat akan mendapat imbalan atau penghargaan yang sepantasnya.

26 | Komunikasi Edisi 323

dok. Pribadi

Assalamualaikum,Wr. Wb. Saya mahasiswa UM yang juga mengajar di salah satu lembaga pendidikan formal tingkat SMA. Saya memiliki kendala tidak bisa mengondisikan kelas saya ketika mengajar. Ketika pelajaran sudah mulai berjalan, terkadang sebagian dari mereka mengobrol sendiri dengan temannya dan saya bingung bagaimana memberi teguran kepada mereka. Kadang, saya menegur dengan cara yang halus, tetapi akibatnya teguran saya seperti diabaikan. Ketika saya menegur dengan agak keras, wajah mereka seketika berubah dan moodnya untuk mengikuti pelajaran menurun. Saya memohon solusi atas permasalahan terebut. Sebelumnya saya ucapkan terima kasih atas solusi yang telah Ibu berikan. Wassalamualaikum, Wr. Wb. Khumairo (nama disamarkan)


Info

Pascapertandingan saat dinyatakan menang oleh wasit

Kantongi Juara Pertama, Cabor PSHT Siap Menuju Pomnas

dok. Pribadi

U

nit Kegiatan Mahasiswa (UKM) pencak silat Persaudaraan Setia Hati Teratai (PSHT) Universitas Negeri Malang (UM) kembali ukir prestasi. Pada kesempatan kali ini UKM PSHT telah berhasil menyabet juara pertama pada kejuaraan Pekan Olahraga Mahasiswa Daerah (Pomda), cabang olahraga (cabor) Pencak Silat tahun 2019 yang berlangsung pada (25-27/06) di Universitas Merdeka Malang. Kejuaraan Pomda ini diikuti oleh 185 peserta dari kontingen universitas yang ada di Jawa Timur, seperti Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Universitas Negeri Jember (Unej), Universitas Brawijaya (UB), Universitas Trunojoyo Madura, Universitas Airlangga (Unair), dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Peserta merupakan mahasiswa aktif , perwakilan dari perguruan tinggi, wajib mengikuti peraturan yang telah ditetapkan, menjunjung tinggi sportivitas, dan saling menghormati sesama peserta. Adanya Pomda ini merupakan sarana pembinaan sekaligus penjaringan mahasiswa yang mempunyai potensi untuk mengikuti kejuaraan olahraga baik di tingkat nasional maupun internasional. Dalam perlombaan ini dibagi menjadi beberapa kategori yaitu kategori tanding putra putri kelas A sampai F, kategori putra putri tunggal, kategori putra putri ganda, dan kategori putra putri beregu. UM berhasil menyabet juara 1 kategori tanding yaitu diraih oleh M Sholeh Sholakhudin kelas C putra 55-60 kg dan Rio Danang kelas D putra 60-65 kg. Teknik andalan yang

digunakan oleh Rio lebih dominan ke teknik guntingan dan tendangan T. Keduanya telah berhasil mengharumkan nama UM dan siap melaju di Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional (Pomnas). Selain keduanya, perwakilan UM yang juga menyumbangkan prestasi adalah Wiwik Suryaningsih juara 3 kategori tanding putri kelas A, Brilliance Titisari juara 2 kategori tanding putri kelas B, Lina Handayani juara 3 kategori tanding putri kelas C, serta Selvi Intan Sari, Dayane Praselia, Yeni Wulandari kategori beregu putri. Dengan ini mereka berhasil membawa pulang 2 emas, 2 perak, dan 5 perunggu. “Saya sangat bersyukur karena bisa meraih juara 1 dalam ajang bergengsi ini. Meskipun waktunya bersamaan dengan kegiatan kampus, saya berusaha membagi waktu dengan sebaik mungkin,” tutur Rio Danang. Tahun 2018, Rio juga mengikuti kejuaraan Pomda, namun ada kendala yang dihadapi sehingga didiskualifikasi karena melakukan pelanggaran. Beruntung hal ini tidak menyurutkan semangat Rio untuk tetap berlatih, hingga berhasil meraih juara 1 di Tahun 2019. “Tahun kemarin saya juga mengikuti kejuaraan ini namun belum bisa maksimal dikarenakan saya telah melakukan pelanggaran yang tidak boleh dilakukan sehingga saya didiskualifikasi. Memang sedikit kecewa namun saya tidak menyerah dan lebih giat untuk berlatih,” jelas Rio. “Semoga ke depannya mengenai surat perizinan latihan oleh pihak kampus lebih dipermudah untuk proses mempersiapkan Pomnas di DKI nanti,” harap mahasiswa Pendidikan Kepelatihan Olahraga ini. Dessy

Tahun 41 Juli-Agustus 2019 |

27


Info

The 8th NIDA Summer Camp: Kenalkan Budaya dan Belajar Ekonomi di Thailand

B

anyaknya kasus kecelakaan mobil di Indonesia didominasi sebab pengendara yang belum memiliki Surat Ijin Mengemudi (SIM). Fakta tersebut sukses membuat resah empat mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM) yang tergabung dalam tim AE, yakni Diani Feralia Rahmadani (Pendidikan Biologi), Fikri Syahir Robi (Biologi), Rizky Kristyanto (Teknik Mesin), Fauzi Andi Finzaqi (Teknik Elektro). Lewat keresahannya, mereka berhasil mengharumkan nama UM dalam Young Scientist International Seminar & Expo Unit Kegiatan Mahasiswa Riset dan Karya Ilmiah Mahasiswa Universitas Brawijaya (UKM RKIM UB). Bersaing dengan tim dari berbagai negara meliputi Malaysia, Palestina, Sudan, Takijistan, dan perguruan tinggi lain di Indonesia seperti Universitas Brawijaya (UB), Universitas Indonesia (UI), Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS), Institut Teknologi Sepuluh November (ITS), Universitas Islam Indonesia (UII). Tim AE berhasil membawa pulang gold medal dan best poster sekaligus. Dalam ajang pameran internasional yang diselenggarakan di Gedung Widyaloka Universitas Brawijaya (25/06) tersebut, AE mengusung sebuah alat bernama Scarsaring (Smart Card Safety Riding), Vehicle Safety System in Car Using RFID yang berguna untuk menyeleksi pengemudi yang memiliki lisensi dan tidak berlisensi. “Hanya pengemudi mobil yang berlisensi atau yang telah memiliki SIM saja yang bisa menaiki mobil tersebut,” ungkap Diani. Sehingga, Scarsaring dapat mencegah terjadinya kecelakaan dan pengemudi mobil di bawah umur yang belum memiliki SIM mengendarai mobil. Lebih lanjut, mahasiswa Pendidikan Biologi tersebut menjelaskan, alur kerja Scarsaring yakni ketika pengemudi menyalakan mesin mobil, pengemudi terlebih dahulu diwajibkan untuk memindai kartu SIM yang

Wajah gembira tim AE setelah perolehan medali

28 | Komunikasi Edisi 323

sudah terdapat chip RFID. Kemudian, kartu SIM dibaca oleh RFID reader. Setelah itu, Identitas SIM akan diproses oleh Arduino ke database untuk pencocokan identitas SIM yang sudah terdaftar pada database kepolisian. Ketika pengemudi memindai SIM pada RFID reader dan identitas pengguna sesuai dengan database, maka display akan menampilkan notifikasi terferivikasi dan relay akan aktif menyuplai listrik ke mesin sehingga mesin bekerja seperti biasa. Sebaliknya, jika identitas pengemudi tidak sesuai dengan database atau tidak ada identitas pengemudi, maka display akan menampilkan notifikasi bahaya dan relay akan mati sehingga tidak menyuplai listrik ke mesin. Hal ini berakibat mesin tidak dapat bekerja dan buzzer akan menyala sebagai peringatan. Pembuatan Scarsaring diperlukan ketelitian yang amat tinggi. Diani mengaku, apabila terdapat salah satu kesalahan dalam memasukkan kabel ke rangkaian maka dapat mengakibatkan konsleting. Berkat inovasi tersebut, tim AE berhasil memikat dewan juri dengan capaian medali emas Best Innovation kategori Public Policy. Sementara pada penilaian poster, AE berhasil menggondol best poster melalui penilaian peserta (60%) dan like instagram (40%). Dikatakan Diani, nama AE dipakai dikarenakan semua anggota tim berasal dari Madiun. Daerah yang terkenal dengan makanan khas bremnya itu notabene berplat AE. Diani mengaku senang dapat bertemu dengan banyak ‘saudara’ baru dari universitas ternama dan berbagi seputar inovasi terkini. “Alhamdulillah, kami bersyukur sekali dan senang karena bisa membawa Universitas Negeri Malang bersaing dengan universitas-universitas bergengsi lainnya,” ucapnya bersyukur. “Dan event ini menjadi pijakan untuk terus berkarya di ajangajang invention selanjutnya,” tutup Diani. Diah


Info

The 8th NIDA Summer Camp: Kenalkan Budaya dan Belajar Ekonomi di Thailand

Yogi (jilbab hitam) saat membawakan tarian Maumere bersama delegasi lain

N

IDA Summer Camp adalah acara tahunan yang diselenggarakan oleh National Institute of Development Administation (NIDA) Bangkok, Thailand. Berlangsung selama delapan hari pada (30/06-8/07), kegiatan ini diikuti oleh 28 negara dari berbagai penjuru dunia. Indonesia adalah negara dengan peserta terbanyak yang berhasil lolos seleksi tahun ini, dengan total delegasi sebanyak 15 mahasiswa dari berbagai daerah. Kabar gembira dan membanggakan datang dari Yogi Imansary, salah satu mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM) dari Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK), berhasil menjadi salah satu delegasi dalam acara NIDA Summer Camp ke-8 ini. Acara ini bertujuan untuk mengenalkan budaya Thailand dan juga kampus NIDA yang merupakan satu-satunya kampus di Thailand untuk program pascasarjana yang berfokus pada administrasi pembangunan. Terdapat beberapa persyaratan yang wajib dipenuhi oleh calon peserta untuk bisa mengikuti The 8th NIDA Summer Camp 2019, di antaranya adalah melengkapi berkas-berkas seperti transkrip nilai akademik, hasil tes TOEFL, membuat esai, dan masih banyak. Selain mengirim berkas tersebut, calon peserta juga harus membuat video dengan durasi selama kurang lebih 2 menit sesuai dengan tema yang diusung tahun ini, yakni “Creative and Innovative Economy�. Peserta yang dinyatakan lolos berhak berangkat ke Thailand dan mendapatkan akomodasi gratis, meliputi makan, tempat tinggal, transportasi, dll. Banyak kegiatan seru dan tentunya sangat bermanfaat bagi peserta The 8th NIDA Summer Camp. Selain mendapat teman baru, mereka juga mendapat pengalaman baru. Selama 1 minggu, mereka melakukan kegiatan yang dilaksanakan di dalam kampus maupun touring ke berbagai destinasi di luar kampus. Di kampus, mereka berkeliling ke berbagai tempat, seperti perpustakaan, museum, pusat olahraga, ruang belajar, serta ke air terjun Saimaan (Saimaan Waterfall) dan

Pattanatara Aquatic Garden yang masih merupakan bagian dari area kampus. Kegiatan utama yang mereka lakukan di kampus adalah belajar bahasa Thailand dan mengikuti kuliah atau workshop mengenai materi yang berkaitan dengan tema kegiatan, di antaranya adalah creative and innovative economy, digital transformation, dan design thinking. Di luar kampus, peserta diajak berkunjung ke Ayutthaya, yang merupakan ibu kota provinsi di Bangkok bagian Selatan. berlanjut ke istana Bang Pa-In, yang juga dikenal dengan Summer Palace. Selanjutnya, peserta summer camp melancong ke situs budaya dan sejarah di Thailand, yakni Ayutthaya Historical Park, Wat Phanan Choeng, serta The Grand Palace and The Emarld Buddha, tempat yang paling terkenal dan harus dikunjungi di Thailand. Selain itu, mereka juga pergi ke Rattakonsin Exhibition Hall yang merupakan tempat pusat pembelajaran interaktif dengan teknologi multimedia canggih yang memberikan informasi mengenai sejarah, seni, dan budaya di era Rattanakosin atau yang sekarang disebut Bangkok. Dari seluruh rangkaian kegiatan, Yogi Imansary merasa bahwa kegiatan yang paling berkesan adalah saat acara penyambutan peserta The 8th NIDA Summer Camp. Dalam acara tersebut, delegasi Indonesia yang berjumlah 15 orang, termasuk dirinya, menampilkan tarian Gemu Famire atau Maumere yang berasal dari Nusa Tenggara Timur. Seluruh peserta dari berbagai negara juga ikut menari bersama dan disaksikan oleh perwakilan KBRI Bangkok. Hal tersebut merupakan kebanggaan tersendiri baginya. Yogi mengaku bahwa tidak ada kendala serius selama berada di sana, “Alhamdulillah nggak ada (kendala, red.), sebelum dan pas kegiatan. Tapi mungkin bahasa ya sedikit, karena penulisan dan bacaan yang tidak ada romanjinya, jadi bingung. Tapi masih bisa diatasi sama bahasa tubuh. Oh iya, makanan halal masih sedikit susah,� ujarnya saat diwawancarai beberapa waktu lalu.Nilam

Tahun 41 Juli-Agustus 2019 |

29


SOVIPRO DAN HYLBUS BAWA UM JUARA DI MALAYSIA

Hasil tidak pernah menghianati usaha

T

im Universitas Negeri Malang (UM) sukses membawa pulang medali dalam ajang International Bujang Valley Innovation, Invention and Design Competition (BVIIEC) 2019 yang diselenggarakan di University Teknologi Mara, Kedah, Malaysia. Kompetisi yang diikuti oleh tim dari Malaysia, Indonesia, India, China, dan Thailand ini digelar pada Kamis (13/6). Dengan mengusung tema Leading Innovation Ecosystem Towards IR4, kompetisi tahunan ini memberikan kesempatan bagi para partisipan untuk menampilkan produk-produk hasil inovasi yang berlatar belakang sains dan teknologi. Dalam kompetisi BVIIEC 2019, tim UM mengusung dua produk yang akhirnya mengantarkan mereka menjadi peraih Gold Medal, Bronze Medal, dan Best Participant. Dua produk tersebut adalah Hybrid Learning Based on Asynchronous Learning Network (Hylbus), termasuk ke dalam kategori Professional Inventor/Innovator dan Social Provisioning Process (Sovipro) masuk dalam kategori Young Inventor/Innovator. Hylbus sendiri merupakan sebuah website pembelajaran Kewirausahaan menggunakan prinsip hybrid yang mengintegrasikan pembelajaran daring dan luring dalam satu platform. Dengan demikian, pembelajaran akan menjadi lebih efektif dan efisien. “Proses pembelajaran yang kurang efektif pada umumnya disebabkan oleh peran guru dan siswa yang kurang maksimal, sehingga Hylbus ini menyediakan fitur-fitur, wujud representasi kebutuhan guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Hylbus juga dipadukan dengan Kurikulum Berbasis Kehidupan dalam pembelajaran Kewirausaan, memiliki Direct Formative Assessment, serta mampu memberikan pengalaman belajar secara kontekstual dan visual,” terang Indra Febrianto, mahasiswa Fakultas Ekonomi yang tergabung dalam tim UM di BVIIEC 2019. Lebih lanjut, Indra menjelaskan bahwa pembuatan produk-

30 | Komunikasi Edisi 323

produk tersebut dilakukan oleh tim internal UM. Dalam BVIIEC ini, tim UM terdiri dari para dosen dan mahasiswa, di antaranya yaitu Dr. Heny Kusdiyanti, S.Pd., M.M. (Fakultas Ekonomi), M. Nurruddin Zanky, S.Pd., M.Pd. (Fakultas Ekonomi), Andy Prasetyo, S.Pd., M.Pd. (Fakultas Ekonomi), Indra Febrianto (Fakultas Ekonomi), Robby Wijaya (Fakultas Teknik), Himmatul Ulya Alfaratri (Fakultas Mipa), Ekki Septian Putra (Fakultas Ekonomi), dan Ni’matus Sholihah (Fakultas Mipa). Selain Hylbus, ada pula produk Sovipro yakni sebuah aplikasi yang mengintegrasikan seluruh stakeholder dalam bidang agroindustri yaitu ABCG (Academian, Business, Community And Government). Sovipro bertujuan mengatasi kesenjangan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di sektor agroindustri. “Sovipro ini sangat user friendy, responsive, accountable, transparan, dan terpercaya. Dengan Sovipro, diharapkan keseimbangan harga produk agroindustri akan tercapai di masyarakat melalui mekanisme pasar yang berjalan dengan seharusnya. Selain itu, para petani juga diharapkan mampu mengetahui alur distribusi produk yang tepat melalui fitur-fitur di dalam Sovipro,” ujar Indra. Hylbus dan Sovipro yang dikembangkan oleh tim UM ini secara umum didasari oleh fakta bahwa saat ini adalah era Revolusi Industri 4.0, segala hal yang ada dalam masyarakat telah berlandaskan pada teknologi. Dengan demikian, produk-produk tersebut dibuat dengan berbasis Internet of Thing dan Big Data yang sangat dibutuhkan di era ini. Hylbus dan Sovipro sendiri rencananya akan dikembangkan menjadi lebih baik dengan menggandeng beberapa pihak. “Untuk pengembangan lebih lanjut produk Hylbus dan Sovipro, kami akan menggandeng berbagai pihak untuk membantu proses pengembangannya. Selain itu, kami juga menjalin kerja sama untuk pengembangan lebih lanjut produkproduk ini dengan Pusat Multimedia di Universitas Sains Malaya, Malaysia.” pungkas Indra. Azril


Pustaka

Bersikap Bodo Amat, Salah Satu Resep Hidup Senang oleh Ryandini Dwi Puspita

Judul : Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat Penulis : Mark Manson Penerbit : PT.Gramedia Widiasarana Indonesia Tahun : 2016 Tebal : 246 halaman Cetakan : VI (Agustus,2018)

P

ada umumnya bersikap bodo amat biasanya digunakan ketika seorang dengan tingkat kepedulian paling rendah. Bersikap bodo amat juga termasuk sikap yang sensitif untuk dilakukan. Namun, bersikap bodo amat kadang memang diperlukan untuk beberapa hal yang tidak bermakna. Mark manson merupakan penulis dari buku The Subtle Art Of Not Giving A Fuck dan telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan judul Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodoh Amat. Mark mengawali karirnya sebagai blogger sejak tahun 2009. Pemilik blog markmanson.net ini mendulang kejayaan ketika blognya sering dikunjungi viewers. Tercatat setiap bulan blognya dikunjungi 400.000 orang pada tahun 2014 dan meningkat pesat pada tahun 2016 yaitu mencapai 2 juta viewers. Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat adalah buku kedua yang dibuat oleh Mark, setelah buku pertamanya yang berjudul Models: Attract Women through Honesty. Buku kedua Mark mendapat banyak sambutan pada banyak kalangan, buku ini digadang dapat merubah pola pikir masyarakat untuk berfikir lebih simple dan lebih pandai dalam bertindak. Semua orang pasti akan berfikir mengapa harus ada seni yang di padukan dengan masa bodoh? Dalam bukunya, Mark menjelaskan bahwa masa bodoh bukan berarti tak acuh pada suatu hal. Ada beberapa hal yang akan membuat pembacanya mengangguk-anggukkan kepalanya saat menyimak beberapa pernyataan cerdas dari Mark. Poin yang pertama, masa bodoh bukan berarti menjadi tak acuh. Masa bodoh berarti nyaman saat menjadi berbeda. Mark mencontohkan sikap tak acuh hanya berlaku untuk orang “couch potatoes� (malas bergerak dan tukang usil). Mereka selalu mempedulikan hal yang tidak penting. Tidak ada yang namanya masa bodoh dalam kehidupan, yang menjadi pertanyaan adalah apa yang kita pedulikan? Apa yang kita pilih? Bagaimana cara kita bersikap pada hal bodoh yang tidak ada maknanya?. Poin yang kedua untuk bisa mengatakan “bodo amat� pada kesulitan, pertama-tama anda harus peduli terhadap sesuatu yang jauh lebih penting dari kesulitan. Mark lagi-lagi menyelipkan kisah nyata dalam pembahasanya. Seorang wanita tua berteriak kepada seorang kasir, memaki-maki kasir tersebut karena

tidak boleh menggunakan kupon senilai 3 sennya. Mark berfikir, mengapa harus mengamuk? Toh hanya 3 sen. Selain itu, misalnya ketika anda terlalu memberikan porsi perhatian yang berlebihan kepada foto mantan pacar anda yang ada di Facebook, kehilangan kesempatan untuk membeli hand sanitizer dua gratis satu. Jadi, menemukan sesuatu yang lebih penting dan bermakna itu jauh lebih penting dan cara produktif untuk memanfaatkan waktu dan tenaga yang ada dari pada mengurusi hal-hal yang tidak memiliki makna. Point ketiga, Entah anda sadari atau tidak anda selalu memilih suatu hal untuk diperhatikan. Artinya sebagai manusia dilahirkan akan risau untuk beberapa hal. Misalnya pernahkah melihat anak kecil menangis karena warna biru di topinya tidak sesuai? Namun, ketika sudah beranjak dewasa diri akan mulai memperhatikan bahwa sebagian hal semacam ini akan memiliki dampak yang kecil dalam hidup. Buku ini berisi pembahasan yang nyeleneh untuk bab-bab selanjutnya seperti membahas kebahagiaan itu masalah, Anda tidak istimewa, nilai sebuah penderitaan, anda selalu memilih, kegagalan adalah jalan untuk maju dan lain-lain. Pembahasan yang aneh dan berbanding terbalik dari pemikiran orang normal serta diselingi motivasi ini menjadi daya tarik sendiri bagi pembacanya. Buku ini juga menjadi buku self-improvement yang berbeda dari biasanya yang hanya menyelipkan motivasi dan rasa bangkit dalam bertindak. Namun ada beberapan hal yang menjadi koreksi, dari segi bahasa yang mungkin merupakan buku terjemahan, masih sulit dimengerti dan harus membaca ulang untuk memahami beberapa kalimat yang tertera. Ada beberapa kalimat yang aneh dan kasar untuk dibaca, serta pembahasannya tidak runtut serta tidak konsisten dalam penjelasannya. Misalkan dimulai dari A penjelasan selanjutnya menuju F. Selebihnya buku ini sangat direkomendasikan kepada kalian para pembaca yang mungkin mencari bahan bacaan bermutu dan merubah pola pikir anda bahwa hidup itu tidak hanya untuk mempedulikan orang yang tidak peduli terhadap anda. Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Kependidikan Sekolah Dasar dan Prasekolah yang merupakan Juara Harapan 2 Kompetisi Penulisan Pustaka Majalah Komunikasi. Tahun 41 Juli-Agustus 2019 |

31


Wisata

Bertemu dengan penjaga Masjid Putih Telur

Masjid Putih Telur: Jejak Kerajaan Melayu, Kepulaun Riau Oleh Zulkarnain

32 | Komunikasi Edisi 323

P

ulau Penyengat merupakan sebuah pulau kecil berukuran kurang lebih 2.500x750 meter yang berjarak kurang lebih sekitar 3 km dari Kota Tanjungpinang sebagai pusat pemerintahan dari Provinsi Kepulauan Riau (Kepri). Pulau wisata ini berjarak kurang lebih 35 km dari Pulau Batam dapat dicapai dengan menggunakan perahu bot atau lebih dikenal bot pompong, selama 15 menit dari Kota Tanjungpinang. Pulau Penyengat merupakan salah satu tujuan wisata yang ada di Kepulauan Riau. Banyak objek-objek wisatanya tersebar di kepulauan kecil ini. Beberapa objek wisata terkenal bisa kita lihat sebagai sejarah peninggalan kejayaan agama Islam di Pulau Penyengat seperti Masjid Raya Sultan Riau atau Masjid Penyengat yang bangunannya terbuat dari campuran putih telur. Ya! Masjid Putih Telur ini sebagai peninggalan Sultan Mahmud yang dibangun pada tahun 1803 Masehi dan rampung pada tahun 1844 Masehi. Hampir dua abad lamanya setelah pembangunan, masjid tersebut masih terus berdiri kokoh. Konon karena putih telur yang digunakan sebagai perekat material bangunanlah yang telah membuat masjid ini tetap kokoh berdiri hingga saat ini. Dengan kekayaan objek wisata khususnya wisata


Wisata

sejarah yang ada di dalamnya, maka Pulau Penyengat dan komplek istana di Pulau Penyengat tersebut telah diajukan ke UNESCO sebagai salah satu situs warisan dunia. Saat ini, warna bangunan dicat dengan menggunakan warna kuning sebagai warna kebesaran dari bangsa Melayu. Warna tersebut menutupi hampir seluruh bagian luar hingga ke bagian dalam bangunan masjid. Diselingi dengan warna hijau di beberapa ornamen untuk keindahan. Pada sisi kiri gerbang masjid berdiri sebuah perpustakaan sebagai tempat menyimpan Kitab Suci Alquran dari mulai abad ke-17 dan beberapa buah kitab kuno. Pada empat bagian sisi masjid juga terdapat menara tinggi menjulang yang berwarna kuning. Salah satu keistimewaan masjid berwarna kuning ini adalah dipajangnya mushaf Alquran tulisan tangan oleh Abdurrahman Stambul, putra Riau asli Pulau Penyengat yang diutus oleh Sultan untuk belajar di Turki pada tahun 1867 Masehi. Selain itu ada juga mushaf Alquran tulisan tangan yang disimpan karena usianya lebih tua dari yang terpajang dan ditulis oleh Abdullah Al Bugisi pada tahun 1752 Masehi. Mushaf ini dilengkapi dengan tafsiran-tafsiran dari ayat Alquran yang tidak diketahui siapa penulisnya. Mushaf ini tersimpan bersama sekitar 300 kitab lain yang tidak dipertunjukkan kepada pengunjung. Keistimewaan lain adalah mimbar di dalam masjid di pulau para raja ini yang terbuat dari kayu jati yang dipesan khusus dahulunya dari Jepara, Jawa Tengah. Mimbar ini lebih besar dari pada mimbar yang berada di Masjid Sultan Lingga di Daik yang dipesan secara bersamaan. Di samping mimbar terdapat piring berisi pasir yang konon dibawa dari pasir tanah Makkah al-Mukarramah bersama benda-benda lain dari tanah Arab. Pasir Makkah ini dibawa oleh Raja Ahmad Engku Haji Tua, yakni bangsawan Riau-Lingga pertama yang menunaikan ibadah haji ke tanah Makkah pada tahun 1820 Masehi. Lampu kristal masjid putih telur (ada beberapa masyarakat menyebut hal demikian untuk Masjid yang terletak di Pulau Penyengat ini) berasal dari hadiah dari Kerajaan Prusia (Jerman) pada tahun 1860-an. Hal ini menambah keindahan di dalam masjid. Masjid pertama yang tercatat memakai kubah di Indonesia ini berada dalam kompleks masjid dengan luas areal 54,4x32,2 meter. Bangunan masjid memiliki 6 jendela besar, dilengkapi 7 pintu berkusen besar, 13 kubah, dan 4 menara beratap hijau berdinding kuning setinggi 18,9 meter. Terdapat beberapa bangunan penunjang di bagian depan dan kuburan di bagian belakangnya serta tempat wudu di bagian kiri dan kanannya. Bangunan penunjang ini berupa 2 buah bangunan rumah Sotoh dan 2 buah balai tempat pertemuan berada di bagian kanan dan kiri halaman depan masjid. Balai-balai digunakan untuk menunggu waktu salat dan kadang digunakan untuk tempat istirahat atau berkesenian. Rumah Sotoh dahulunya digunakan untuk belajar menimba segala ilmu pengetahuan khususnya ilmu agama. Tercatat 4 ulama terkenal di Riau-Lingga pernah mengajar di masjid ini seperti Syekh Ahmad Jabrati, Syekh Ismail, Syekh Arsyad Banjar, dan Haji Shahabuddin. Penulis adalah Dosen Pendidikan Luar Sekolah dan Anggota Penyunting Majalah Komunikasi

Berpose di depan gerbang Masjid Putih Telur

Tahun 41 Juli-Agustus 2019 |

33


Rancak Budaya

Muangsangkal oleh Mochammad S

I

a masih termenung di tempatnya. Belum mau beralih. Baik dari persimpuhan itu maupun dari segala hal yang menyesaki sudut-sudut kepala. Pelataran tanean lanjhang begitu sepi dan hanya menyisakan ia seorang diri. Mematung di emperan langgar sendirian. Padahal acara rembug warga telah usai. Agaknya ia masih berunding dengan alam tentang jalan mana yang paling tepat untuk ditapaki bersama. Andai tak kuberikan pengantar cerita, mungkin kalian akan mengira ia ketiduran. Lihat saja, mata yang memancarkan sinar kebijaksanaan itu ia pejamkan. Tentu hanya aku, ia sendiri, dan Tuhan yang mengerti bahwa sesungguhnya ia sedang menenangkan hati. Berusaha menelisik isyarat-isyarat yang keluar dari koak-koak gagak. Tidakkah serak suara yang mengisi ruangruang udara malam yang melipat dingin begitu meresahkan dada yang mendengar? Dan betul saja cerita leluhur kita, bahwa gagak hitam datang ditunggangi malaikat kematian. Aku percaya ini karena pagi hari setelah kemunculan pertama kawanan gagak di kampung, puluhan sapi karap milik warga-yang sudah disiapkan untuk sayembara ditemukan tersungkur tanpa nyawa. Lapangan kampung pun diterjang airmata yang jatuh setelah sumpah serapah. Musykilnya, tak satupun yang berbekas tanda luka. Artinya kejadian itu memang sebuah malapetaka. Artinya kejadian itu memang sebuah malapetaka yang diturunkan kawanan gagak hitam. Bayanganku peristiwa itu mirip kawanan gajahnya Abrahah yang kelojotan diserang ababil surga. Tapi Madura bukan surga kan?

34 | Komunikasi Edisi 323

Sementara itu, di sebelah lapangan sawah-sawah penadah hujan kami berantakan. Tikus-tikus yang rakus menggasak tak aturan padi yang sudah menguning lalu bersembunyi di dalam tanah yang berlobang. Bau anyir yang merangseki hidung kami kemudian melaporkan bahwa ular pemburu begundal sialan itu-kami terbisasa melepas ular sawah ketika menjelang panen--telah koyak berserak di mana-mana. Naas sungguh naas, kali ini harus memanen rugi bukan padi. Dua tragedi yang mengejutkan itu berhasil membuat gaduh seisi desa. Di warung-warung kopi para bapak tak ada habisnya menyoal kematian massal ternak yang kian waktu kian marak. Akibatnya, masing-masing tak tau lagi harus bekerja sebagai apa tanpa sapi yang biasanya dipakai membajak. Adapula yang sesumbar dengan sejuta pengandaian bilasaja sape kerah nya masih hidup, barang tentu dirinyalah yang akan menyabet hadiah sepeda motor yang dijanjikan bupati pada sayembara keraben sape. Sementara di sempadan-sempadan sungai mengalir deras isu akan datangnya wabah dari mulut kaum ibu. Mereka percaya jika bangkai ular yang tercecer di mana-mana itu akan mengundang penyakit menular. Lalu, anak-anak kecil masing-masing akan dilarang bermain tanah supaya kulitnya aman dari kuman. Dalihnya, boleh jadi kotoran kawanan gagak yang jatuh sembarangan juga membawa benih epidemi. Tak tinggal diam, para sesepuh kami pun tanggap bereaksi. Dari pengeras-pengeras langgar tersuar pengumuman. “Bila maghrib nanti kawanan gagak hitam datang lagi, maka siapapun yang


Rancak Budaya

mendengar koaknya dibolehkan mengikuti rembug warga di halaman komplek tanean lanjhang keluarga Raden Ayu Ratungga!” Begitulah pemberitahuan itu menenangkan suasana. Meski bisa dibilang hanya sejenak. Sejenak sekali. Sebab di luar praduga, musyawarah penduduk kampung justru berlangsung penuh cekcok. Parahnya, kewasisaan Raden Ayu Ratunggayang sebelumnya diandalkan sebagai alternatif peneduh situasi sama sekali tak digubris orang-orang. Seakan gelar keturunan Keraton Songenep telah pudar, tak ada wibawa di sana. Bahkan kedudukannya selaku tuan rumah juga terkesampingkan. Semua adalah warga. Begitu agaknya yang berlaku. Tampias perak sinar rakai menerpa paras yang meneduhkan itu. Ujung kerudung merah bata yang menggantung di bawah dada terayun dimainkan angin. Mata yang lentik sempurna belum juga nampak terbuka. Adakah kebijaksanaan telah lari dari jalannya? Sekali dua kali terdengar napas yang bercampur sedikit isak. Barangkali ia masih menyesali

keberadaannya selama rembug warga tadi. Ia yang memang hanya berbekal gelar kekeratonan sungguh tak berkutik dihadapan orang-orang. Predikat sebagai salah seorang keturunan Sri Sultan Abdurrahman justru membuat ia terpaku. Mulutnya kelu. Tak mampu berucap barang sepatah katapun. Padahal, para sesepuh desa terlanjur mengharapkan ketokohannya. Tapi ia sendiri terlampau takut untuk bersuara. Nurani kebijaksanaannya seakan terjebak dalam kekhawatiran lahirnya petaka yang lebih menyeramkan. Alhasil, ia hanya berani menggetar bibir saat antar warga saling menyoal ritual muangsangkal yang sudah ia godok matang-matang sebelumnya bersama para tetua. “Bagaimanapun juga desa ini perlu di rokat! Arwah-arwah leluhur perlu diberi sajjhin. Biar gagak gagak jahanam itu dienyahkan! Supaya macam-macam huru-hara tak lagi menimpa! Sebab boleh jadi semua musibah ini adalah wujud kemarahan leluhur karena kita lalai menjaga tradisi.” desak Ajunan Kanapi. Kami sering melihatnya berkesenian rakyat. Kacau pembicaraan kemudian mendengung saling susul bak kerumunan tawon. Ada yang mendukung ada pula yang berberat hati. Pasalnya, ritual rokat memerlukan perlengkapan sesaji (sajjhin) seperti bhabhang daun (daun bawang), bherras potè (beras putih), bherras konèng (beras kuning), jaghung (jagung), geddhang soso (gedang susu), dan romaroma’an sè tadha’ tong-antongnga (miniatur rumah tanpa tutup keyong). Prasyarat ini tentu akan sangat menyulitkan. Sebab hasil bumi sendiri mendadak dilanda paceklik. Ketegangan memuncak ketika Ajunan Sopingi lantang bersuara mewakili imamimam langgar lainnya. Ah, ajunan sopingi adalah guru mengajiku. “Pendek kata saya tak sejalan dengan apa yang ditawarkan para tetua desa. Dalam pandangan saya, bukankah tak tahu diri sekali apabila segala yang datang dari Ghustese Ngabehi kita pungkiri? Sekalipun itu berupa bencana! Hina diri ini rasanya ketika harus berpaling dari apa yang sudah ditetapkan yang Maha Kuasa. Seakan gugur sudah sifat penghambaan ini bila harus menolak sangkal yang (bila dipikir) juga terjadi di atas kehendaknya. Bukankah begitu saudaraku? Seingatku ia mengatakan itu. Detik belum berganti ketika keruh suara lain sontak menimpali. “Boleh jadi kau berkata begitu sebab

petaka ini belum sampai ke rumah mu. Apa kau sudah merasakan pahitnya merugi? gagal panen?” “Memang situ punya sawah?” celetuk yang lain diiringi becek tawa ejek yang lainlain. “Bukan maksud hati untuk tidak turut prihatin dengan situasi ini. Namun yang Saya khawatirkan adalah kemungkinan akan datangnya huru-hara yang lebih mengerikan yang justru lahir dari rokat desa. Sebab bila terpaksa melakukan ritual, adanya sesaji itu hanya akan berujung pada kemubadiran bukan? Sedangkan mubadir sendiri adalah perilaku setan yang nyata lebih jahanam ketimbang sekadar gagak hitam. Akan lebih baik lagi jika kita mampu berlapang dada akan semua yang sudah terjadi. Saya yakin, bilamana kita mampu ridlo atas rentetan malapetaka ini insyaallah hari esok tak kan ada lagi huru-hara,” Ajunan Sopingi menyudahi perkataannya. Ini lengkap, sebab aku mencatatnya biar tak lupa. Mendengar pendapat yang lebih terkesan menggurui itu, kurasa telinga Ajunan Kanapi memerah seketika. Seperti ada tangan gaib yang menjewernya kuat-kuat. Dan sepertinya tokoh lain dari kalangan seniman rakyat juga akan begitu. Tausiah itu seakan memorak-porandakan pondasi tradisi yang selama ini mereka pertahankan. Maka tanpa seucap kata lagi mereka bergegas angkat kaki-sambil sebisa mungkin tak memperlihatkan muka merah padam. Tentu hanya aku dan Tuhan yang menyaksikan kegeramannya meluap-luap. Mereka pergi tapi tak membawa suasana dingin dan hening yang berselimut cekamnya malam. Tapi, sebelum benarbenar menghilang dilahap gelap, Terdengar seruan dari kejauhan “Lihat saja kalian! Bila ujungnya muangsangkal urung dilakukan, aku jamin akan ada yang lebih menyala ketimbang bara di dada kami saat ini,” Koak gagak yang sedari tadi tak terdengar tetiba menyeruak dari setiap penjuru. Seolah serempak mengamini ancaman yang baru saja terlempar. Angin malam yang semakin larut menegangkan raut-raut yang tersisa di halaman tanean lanjhang. Muka kami saling tatap. Berusaha meneguhkan hati sendiri dari sekelebat bayang yang melintas-beserta kengerian petaka yang sedang bersembunyi dibalik mentari pagi. “Ini malam ketiga bukan?” Dengan suara sangat berat salah seorang di antara kami memberanikan diri memecah kesenyapan, meski kalimat itu keluar dari bibir yang gemetar. Entah siapa yang diajak bicara. Barangkali dirinya sendiri.

Tahun 41 Juli-Agustus 2019 |

35


“Kau kenapa?” Perempuan yang duduk di sebelahnya justru mengembalikan tanya. Perempuan itu mungkin istrinya. Sebab setelah itu aku mengupingi mereka. “Kemari, peluk relungku! Sudahkah kau tangkap firasat kematian manusia di sana? Semua detak jantung tak ada yang mau menipu, kau pasti sudah tahu,” balas Sang Suami yang kini sudah memeluk istri terkasihnya itu. Dekapan sepasang jiwa itu baru terlepas saat keduanya saksikan Raden Ayu Ratungga memisahkan diri dari barisan para tetua. Sosok yang masih jadi panutan itu--biarpun perempuan--melangkah mundur. Tak hendak membalik badannya yang semampai. Seperti itulah budi pekerti yang masih mengendap di darah biru keturunan keraton. Kesantunan dalam bertindak menghargai tamu sungguh tak ada duanya. Den Ayu kemudian bersimpuh di pelataran langgar. Seolah menyilahkan pada siapapun yang memerhatikan untuk menyudahi rembugan. Dan seperti lazimnya, keluarnya tuan rumah dari perkumpulan juga berarti penyilahan menuju dapur, menikmati jamuan. Tak berselang lama majelis pun dibubarkan oleh para sesepuh. Namun dewan kehormatan itu tetap saja belum mampu membubarkan kekhawatiran yang melingkari purnama rembulan. Apalagi mengatasi malapetaka yang dirasa telah menuju desa. Dengan langkah setenang tanah Ajunan Sopingi justru berjalan menerjang arah. Ajunan tak hendak ke dapur, ia ingin menghampiri Den Ayu. Menyampaikan sebisik kata mewakili kami. “Nanti subuh kami akan kemari lagi Den. Masing-masing kami sepakat guna menanti keputusan Den Ratungga. Sebab bagaimanapun juga, hanya jalan yang dipilih keluarga ini yang mampu ditapaki seluruh masyarakat desa. Bukan jalan pilihan Si Sopingi ini,” begitulah Sang Ajunan bertutur dengan lirih. Lalu beranjak pulang bersama warga lain tanpa menunggu balasan Den Ayu. Kokok bekisar jantan saling bersahutan meriuhkan kandang. Pecah sudah keheningan yang sebelumnya membungkus erat komplek tanean lanjhang. Sementara di kejauhan, fajar Istilah-istilah

perlahan mulai merekah di atas ufuk timur. Semburat tipis sinarnya mengabarkan salam damai pada rakai yang beranjak pergi. Namun di sana, di emperan langgar keluarga, ia belum juga membuka matanya. Secelah pun tidak. Rupanya sanubari itu masih belum bisa bebas dari jeratan pengharapan warga desa pada keputusannya. Kebergantungan yang berlebihan seringkali menumbuhkan kebimbangan untuk bertindak dalam benak seseorang. Dalam-dalam ia hirup segala harap yang mampu ia panjatkan kepada Ghuste se Kobasa. Dengan segenap jiwa ia memohon kiranya yang kuasa menghamparkan sebuah jalan lebar yang cukup untuk dipijaki seluruh warga. Segala sifat penghambaan telah ia tanahkan pada bumi Songenep yang membesarkannya. Semoga tak sampai setetes pun darah saudaranya yang merubah warna tanah jadi merah. Tetiba usai hembusan ketujuh, napasnya menjadi memburu. Air mukanya mengkilap dimandikan keringat. Tubuh yang bersimpuh itu gemetar lalu bergoyang kirikanan dengan sendirinya. Kesadaran raga dan rasa miliknya bagaikan telah tersadur sepenuhnya. Interaksi yang ia jalin dengan Ghuste Pangeran sedari tadi seakan telah menemukan jalan terang. Usai menunaikan sembayang subuh, warga desa yang dipimpin Ajunan Sopingi kembali menuju halaman tanean Den Ayu Ratungga. Menepati janji. Tanpa diduga, hal senada juga dilakukan para pengikut Ajunan Kanapi. Namun masyarakat adat-begitulah sebutan yang Ajunan Kanapi berikan untuk pengikutnya--kali ini tak hanya bertangan kosong. Sebab masingmasing sudah membawa sajjhin untuk melakukan rokat desa dan nyala obor untuk “berjaga-jaga”. Dua kubu yang bisa dibilang diam-diam berseteru itu sama-sama menginginkan keputusan panutannya. Persis seperti dua jalan berbeda yang akan berujung pada tujuan yang sama. Semua pasang mata tercengang ketika sampai di kompleks tanean lanjhang. Tentu tidak halnya dengan Aku dan Tuhan. Disinari keremangan fajar, mereka dapati berpuluh-puluh gagak hitam terkelepar di halaman. Bangkai-bangkai itu membentuk lingkaran dengan Den Ayu Ratungga

Tanean lanjhang : rumah adat sumenep Sape kerab : sapi balap Keraben sape : balapan sapi Rokat : ruwat atau bersih desa Ghuste se Ngabehi : tuhan yang maha memiliki segalanya Ghuste se Kobasa : tuhan yang maha kuasa

36 | Komunikasi Edisi 323

sebagai pusatnya. Pembawa sangkal itu melesat di awang-awang dari arah entah lalu terpental dengan aneh ketika hendak melintasi Den Ratungga. Sedangkan Den Ayu sendiri seakan tak terusik akan hal itu. Ia hanya bersimpuh di emperan langgar dengan mata terpejam. Sekali waktu dengan aura ketenangan yang terpancar, ia akan bergerak naik dari tanah sampai pada posisi setengah berdiri. Lalu perlahan tangan kirinya ia ditengadahkan. Telapak itu ia cekungkan sehingga nampak seperti cemong. Isyarat meminta limpahan petunjuk kepada “yang di atas”. Sementara lengan kananya ia sikukan di depan dada. Bagai menopang rahmat yang diturukan pada lengan kiri lalu memasukkannya kehati. Sebelum ia kembali duduk, ia akan memutar badan terlebih dulu. Seakan menaburkan kedamaian yang telah ia terima pada orang-orang sekitarnya. Semua geraknya begitu terlihat meneduhkan kerisauan yang bersarang di dada para warga. Sehingga satu-persatu tergerak menirukan. Seolah ada anjuran gaib yang terbisik di telinga mereka. Baik dari kalangan masyarakat adat maupun para imam langgar semua serempak menyertai peragaan Den Ayu. Sayup-sayup tergema sebuah mantra yang ternyata juga bermula dari bibir Sang Panutan. Edina seroteka mostakem, edina, edina. Mentari berarak di cakrawala. Menerangi jalan baru yang terhampar di bawahnya. Tak ada satu pun sangkal atau gagak hitam yang bersembunyi di sebaliknya. Sebab sampai mentari itu tergelincir dari garis tengah langit tak terdengar satupun kabar duka yang masuk telinga warga. Prasangka kematian manusia seperti yang dikhawatirkan sebelumnya, agaknya lebih dulu dibunuh romantisme persaudaraan yang baru saja terbangun dengan utuh. Ajunan Sopingi sempat memnggumam pada diri sendiri tatkala larut dalam khusyuknya suasana ritual jiwa-jiwa yang mendekat pada Yang Maha Esa “Mungkin inilah jalan itu” “Muangsangkal pilihan Den Ayu memang tak akan keliru,” gumam Ajunan Kanapi di lain sisi. Juga pada dirinya sendiri. Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Geografi dan Juara Harapan 2 Penulisan Cerpen Majalah Komunikasi

keraton songenep : keraton sumenep cemong : mangkok dari kuningan muangsangkal : menolak balak atau membuang petaka- yang juga Bermakna tarian daerah sumenep. Edina seroteka mostakem, edina, edina: berilah kami petunjuk dijalanmu yang lurus, berilah kami petunjuk, berilah kami petunjuk. (ihdina asshirotoka almustakim ihdina, ihdina)


ilustrasi oleh : Krisnawa Adi Baskhara

Lukamu Abadi

Lukamu Abadi Dengan bahasa langit Kuterjemahkan lukamu Tapi, mata penaku berkedip Ketika menuliskan perihnya

Dengan cawan di tangan kiri

Dan tinta di tangan kanan

Seakan eskulapus memandang Venus

Yang telanjang di bawah bintang

Tak ada lagi hari yang tersisa Semua mencari serpihan sisa-sisa abu Yang terkubur bersama larut waktu Bagaikan angin, ia lewat sia-sia

Hingga semesta pun turut mengheningkan cipta

Sungguh, lukamu abadi Kataku. Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Sejarah dan Juara Harapan 3 Penulisan Puisi Majalah Komunikasi

Tahun 41 Juli-Agustus 2019 |

37


AKHIR CERITA

Nama

: Intania Dellasari

Fak/Jur

: Ekonomi/Manajemen

Seluruh civitas akademika UM dapat mengirimkan karya berupa komik dengan tema bebas dalam bentuk soft file yang dikirim langsung ke Kantor Redaksi Majalah Komunikasi Graha Rektorat Lantai II atau via email: komunikasi@um.ac.id selambat-lambatnya tanggal 25 September 2019 disertai identitas diri (nama, fakultas, jurusan, dan nomor HP). Tahun 41 Juli-Agustus 2019 |

38 | Komunikasi Edisi 323

35


Wujud keberadaannya bukti tegas kehidupan manusia, tumbuh dan meranggas. Nama : Hawiki Renalia Fak/Jur : Ilmu Sosial/Sejarah Lokasi : Gua Liang Bangkai, Kalimantan Selatan

Swastamita menggiring mantari pulang ke peraduan. Nama : Amey Karimatul Fadhilah Fak/Jur : Ilmu Sosial/Sejarah Lokasi : Pantai Balangan Bali

Panji-panji lakon bergelut dalam batas realitas dan gurat semu. Nama : Nur Aviatul Adaniyah Fak/Jur : Sastra/Seni dan Desain Lokasi : Museum Panji, Tumpang

Seni bukan sesuatu yang menengadah ke atas, atau nilainilai yang tergantung di atas kertas. Nama : Utia Putri Utami Fak/Jur : Sastra/Sastra Indonesia Lokasi : Keraton Yogyakarya

Seluruh civitas UM dapat mengirimkan karya fotografi dengan tema dan tempat bebas dalam bentuk soft file yang dikirim langsung ke Kantor Redaksi Majalah Komunikasi Graha Rektorat Lantai II UM atau via email: komunikasi@ um.ac.id selambat-lambatnya tanggal 25 September 2019 disertai lokasi foto dan identitas diri (nama, fakultas, jurusan, dan nomor HP). Foto yang dimuat mendapat imbalan atau penghargaan yang sesuai.



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.