Komunikasi edisi 305 Juli-Agustus 2016

Page 1



DAFTAR ISI UM Menuju Pusat Inovasi Belajar UM terus menunjukkan eksistensinya sebagai The Learning University. Tak heran apabila kiprah UM dapat menarik IDB untuk memberikan dana hibahnya. UM didapuk menjadi pusat inovasi belajar yang menerapkan Life Based Learning dan kurikulum multidisipliner. Simak ulasannya dalam rubrik Laporan Utama.

6

SURAT PEMBACA 5 LAPORAN UTAMA OPINI 10

19

Mawapres Diploma, Pemuda Inovator Lingkungan Menggiati PKM di beberapa bidang membuat nama Febyan mencuat seiring banyaknya prestasi yang diraih. Lingkungan dan dunia pendidikan menjadi ide yang kerap ia kembangkan. Semua prosesnya tidak didapat secara instan. Simak cerita selengkapnya dalam rubrik Profil.

Spririt Berqurban:

Meningkatkan Iman Membina Persaudaraan

28 32

SALAM REDAKSI 4

Memperingati Hari Raya Idul Adha mengingatkan kita tentang pengorbanan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail di masa lampau. Di balik kisah yang mengharukan terdapat hikmah besar dalam setiap peringatan. Simak selengkapnya di rubrik Agama.

32

SEPUTAR KAMPUS 12 PROFIL CERITA MEREKA 22 PUSTAKA 24 INFO 26 AGAMA UP TO DATE 30 KOMIK 31 WISATA LAPORAN KHUSUS 34 RANCAK BUDAYA 36

Mendaki 'Putri Tidur' Keindahan Indonesia memang tak akan pernah habis untuk dijelajahi. Setiap tempat memiliki pesona khas tersendiri. Seperti halnya dengan Gunung 'Putri Tidur'. Simak selengkapnya di rubrik Wisata.

Tahun 38 Juli-Agustus 2016 |

3


Salam Redaksi STT: SK Menpen No. 148/ SK DITJEN PPG/STT/1978/ tanggal 27 Oktober 1978

untuk Kemajuan Bangsa Oleh Djajusman Hadi

P

ada tanggal 10 Agustus 2016 bangsa kita memperingati Hari Kebangkitan Teknologi Nasional atau Hakteknas yang ke-21. Tema Hakteknas ke-21 tahun 2016 ini adalah “Inovasi untuk kemandirian dan daya saing bangsa.” Tema tersebut pada dasarnya menggarisbawahi peran iptek dan inovasi sebagai ujung tombak komponen penentu kemandirian dan daya saing bangsa. Beberapa ciri penting dari sebuah negara yang mandiri dan berdaya saing diantaranya tergambar dari ciri inovatif yang dimiliki seperti tingkat produktivitas yang tinggi, pemasaran produk yang murah dan cepat, pelayanan administrasi publik yang transparan, terintegrasi dan efektif, namun tetap mengutamakan kelestarian lingkungan dan sumber daya alam yang dimiliki. Untuk menyosialisasikan hasil-hasil iptek dan inovasi kepada masyarakat luas, termasuk pelajar dan mahasiswa, dan dunia usaha harus dipacu dengan suatu kebangkitan yang revolusioner. Dalam menyosialisasikan kebijakankebijakan pemerintah yang berkaitan dengan pengembangan iptek dan implementasi iptek, serta terbangunnya kebersamaan para pemangku kepentingan iptek guna mendorong kreativitas dan inovasi iptek dalam diri masyarakat. Secara reflektif produk inovasi komunitas iptek yang diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia Untuk memasyarakatkan inovasi dan kreativitas adalah hal yang perlu dimiliki dan dikembangkan dalam diri wirausaha demi perkembangan dan kesuksesan sebuah usaha. Pada dasarnya sebuah inovasi dalam berusaha adalah kemampuan untuk menerapkan solusi kreatif terhadap masalah dan peluang untuk meningkatkan atau untuk memperbaiki kinerja usaha. Selain itu, pendekatan inovasi terhadap teknologi kiranya dapat dibudayakan pada masyarakat dalam mengembangkan ide-ide baru bahkan untuk menggali dan menemukan resolusi temuan baru yang dapat diciptakan. Ironisnya, ketika masyarakat mendengar kata ”penemuan” maka biasanya yang tersirat di benak dan pikiran mereka adalah sesuatu yang prestisius. Dengan asumsi

dok. Komunikasi

Memacu Inovasi

tentu penemu atau pemilik paten orangnya jenius, padahal tidak demikian karena ada beberapa teknologi yang justru penemunya tidak tamat perguruan tinggi. Dalam rangka memacu inovasi untuk kemajuan bangsa, maka dalam mengapresiasi Peringatan Hakteknas ke-21 dan menyemangati Dirgahayu Kemerdekaan RI ke-71 semakin memotivasi kami untuk menurunkan liputan utama tentang “UM Menuju Pusat Inovasi Belajar”. Senada dengan Hakteknas ke-21, hal ini terkait dengan prestasi gemilang UM yang masuk dalam 4 in 1 perguruan tinggi yang memperoleh dana hibah dari Islamic Development Bank (IDB). Dalam hal ini UM mengusung tema State University of Malang as the Center of Exellence in Learning Inovation. Program tersebut dengan tujuan UM menjadi pusat unggulan teknologi inovasi belajar (center of excellent in learning innovation). Selain itu juga meliput kabar prestasi luar biasa, yaitu kiprah Kafilah UM meraih juara umum MTQ-MR Jatim IV 2016 yang diselenggarakan di Universitas Trunojoyo Madura. Kesuksesan ini termotivasi raihan UM tahun 2015 silam dimana UM menahbiskan diri sebagai Juara Umum dan kembali membawa pulang piala bergilir Musabaqah Tilawatil Quran Mahasiswa Nasional (MTQMN) XIV 2015 di kampus Universitas Indonesia (UI), Depok. Dalam rangka menumbuhkan semangat kreativitas dan inovasi kemajuan bangsa diharapkan langkah strategis UM mampu menjadi sarana koordinasi bagi jajaran stakeholder dan kepentingan iptek secara nasional dan internasional. Manuver prestasi gemilang ini merupakan bagian dari langkah UM dalam mewujudkan sebuah institusi perguruan tinggi yang unggul dan memiliki daya saing. Hasil prestasi yang kian meroket ini menjadi sebuah bentuk apresiasi kami dalam meningkatkan wawasan dan pengetahuan mahasiswa di kampus tercinta ini melalui terbitan Majalah Komunikasi. Akhirnya selamat membaca, dari redaksi mengucapkan “Dirgahayu RI ke-71, Merdeka!” Penulis adalah Peraih Anugerah Ristek 2013 dan Penyunting Majalah Komunikasi

KOMUNIKASI • Majalah Kampus Universitas Negeri Malang • Jl. Semarang No. 5 Gedung A3 Lt. 3 Telp. (0341) 551312 Psw. 354 • E-mail: komunikasi@um.ac.id • Website: http://komunikasi.um.ac.id KOMUNIKASI diterbitkan sebagai media informasi dan kajian masalah pendidikan, politik, ekonomi, agama, dan budaya. Berisi tulisan ilmiah populer, ringkasan hasil penelitian, dan gagasan orisinil yang segar. Redaksi menerima tulisan para akademisi dan praktisi yang ditulis secara bebas dan kreatif. Naskah dikirim dalam bentuk softdata dan printout, panjang tulisan 2 kwarto, spasi 1.5, font Times New Roman. Naskah yang dikirim belum pernah dimuat atau dipublikasikan pada media cetak manapun. Tulisan yang dimuat akan mendapatkan imbalan yang sepantasnya. Redaksi dapat menyunting tulisan yang akan dimuat tanpa mengubah artinya. Tulisan dalam Komunikasi tidak selalu mencerminkan pendapat redaksi. Isi diluar tanggung Jawab percetakan PT. Antar Surya Jaya Surabaya.

4 | Komunikasi Edisi 305

Pembina Rektor (Ah. Rofi’uddin) Penanggung Jawab Wakil Rektor III (Syamsul Hadi) Ketua Pengarah Kadim Masjkur Anggota Amin Sidiq Ketua Penyunting A.J.E. Toenlioe Wakil Ketua Djajusman Hadi Anggota Ali Imron Sri Rahayu Lestari Didik Dwi Prasetya Yusuf Hanafi Sukamto Ike Dwiastuti Teguh Prasetyo Redaktur Pelaksana Nida Anisatus Sholihah Editor Rizky Imaniar Roesmanto Amalia Safitri Hidayati Layouter Monica Widyaswari Desainer dan Ilustrator Aji Setiawan Reporter Binti Muroyyanatul `A. Iqlima Pratiwi Muhammad Ajrul Mahbub Rodli Sulaiman Novi Fairuzatin A. Arni Nur Laila Iven Ferina Kalimata Shintiya Yulia Frantika Maria Ulfah Maulani Firul Khotimah Administrasi Taat Setyohadi Imam Khotib Rini Tri Rahayu Imam Sujai Lusy Fina Tursiana Astutik Agus Hartono Badrus Zaman Habibie Distributor Jarmani


Surat Pembaca

Naskah Layak Muat

Salam hangat, Warastri Rezka Hardani Mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Aji Setiawan

Assalamualaikum Wr. Wb. Saya adalah pembaca majalah Komunikasi. Dari sekian banyak konten yang ada di dalam majalah Komunikasi, ada sebagian tulisan yang merupakan kiriman dari mahasiswa atau pihak lain selain Kru Komunikasi, contohnya puisi dan rancak budaya. Apakah ada kriteria tertentu dari tulisan yang diterima dan diterbitkan di Komunikasi? Jika ada apa saja kriterianya?

Pusat inovasi belajar sebagai wujud keemasan kiprah UM. Cover Story

Waalaikumsalam Wr. Wb. Dear Rezka, Terimakasih telah setia menikmati dan mengapresiasi Majalah Komunikasi. Di rubrik Opini, kami menerima tulisan berupa artikel ilmiah populer, ringkasan hasil penelitian, dan gagasan orisinil yang segar. Pada rubrik rancak budaya, kami menerima tulisan berupa cerpen dan puisi dengan tema bebas. Tulisan yang dimuat, akan mendapatkan honor penulisan. Kami tunggu tulisan Rezka dan mahasiswa yang lain di alamat email: komunikasi@um.ac.id Salam,

Repro Internet

Redaksi

Pendidikan adalah teman terbaik. Seorang yang terdidik akan dihargai dimanapun. Pendidikan mengalahkan kecantikan dan masa muda. Chanakya ilustrasi oleh Aji Setiawan

Tahun 38 Juli-Agustus 2016 |

5


Laporan Utama

UM menuju pusat inovasi belajar Unit (PIU) IDB. Tim inti program IDB terdiri atas tujuh orang, yaitu Drs. Bambang Supriyanto, S.T., M.T. sebagai direktur eksekutif, Dr. Sintha Tresnadewi, M.Pd. sebagai sekretaris, Dr. Agus Timan, M.Pd. sebagai Person in Charge (PIC) Finance, Dr. Nazriati, M.Si. sebagai PIC Procurement, Syamsul Bahri, S.Si., M.Sc., Ph.D. sebagai PIC Program, Drs. Eko Setiawan, S.T., M.T. sebagai PIC Civil Work, dan Apif Miptahul Hajji, S.T., M.T., M.Sc., Ph.D. sebagai PIC Monev. Panandatanganan financial agreement oleh direktur IDB dan pihak Kementerian Keuangan dilakukan pada 19 Mei 2016. Pada momen itu turut hadir Rektor UM, WR IV UM, dan Bambang. Program-program PIU-IDB UM PIU-IDB UM telah menyusun beberapa program yang terbagi menjadi soft program dan hard program. Soft program dan hard program yang disusun mengarah pada tujuan utama, yaitu UM menjadi pusat unggulan inovasi belajar (center of excellence in learning innovation). Di akhir 2019, UM diharapkan sudah mencapai tujuan itu. “Dari kedua program, hard dan soft program, tentunya soft program-lah yang menjadi fokus utama untuk mencapai tujuan tadi. Hard program lebih bersifat mendukung berjalannya soft program,� terang Sintha, sekretaris PIUIDB UM. Masing-masing program memiliki penanggung jawabnya.

Foto: Maulani

u

niversitas Negeri Malang (UM) masuk dalam 4 in 1 perguruan tinggi yang memperoleh dana hibah dari Islamic Development Bank (IDB). Perguruan tinggi yang memperoleh dana IDB merupakan perguruan tinggi yang mempunyai orientasi pengembangan sebagai center of excellence. Empat perguruan tinggi yang tergabung dalam 4 in 1 tersebut adalah UM sebagai pusat inovasi belajar, Universitas Negeri Jember (Unej) sebagai pusat bioteknologi, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) Banten sebagai pusat ketahanan pangan, dan Universitas Mulawarman (Unmul) sebagai pusat tropical studies. Tema utama 4 in 1 ini adalah Development of 4 Universities as the Center of Excellence for Nation Competitiveness. Sementara itu, UM mengusung tema State University of Malang as the Center of Exellence in Learning Innovation. Program kerja sama dengan IDB ini berjalan selama tiga tahun, yaitu 2017-2019. Pada mulanya, Rektor UM melalui Prof. Dr. I Wayan Dasna, M.Si, M.Ed., Ph.D. , Wakil Rektor (WR) IV menginstruksikan untuk membuat proposal. Kemudian, proposal tersebut diajukan ke Bappenas, Kemenristek Dikti, dan Kementerian Keuangan sekitar Maret-April 2015. Setelah dievaluasi, UM dinyatakan lolos seleksi dan blue book yang diajukan memenuhi syarat untuk dikembangkan menjadi green book. Rektor pun mengeluarkan surat keterangan tentang pembentukan tim pelaksana Project Implementation

Drs. Bambang Supriyanto, S.T., M.T menjelaskan program-program PIU-IDB.


Soft Program PIU-IDB UM Soft program terdiri atas empat program. Pertama, research grant. Program ini merupakan penelitian dengan judul yang saling terkait dan melibatkan seluruh warga UM. Sebanyak 66 judul penelitian akan didanai dan dikoordinasi oleh LP2M. Penelitian ini didanai untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di UM. Penelitianpenelitian yang dilakukan harus mengarah ke bidang inovasi belajar. Penelitian ini dilakukan sejak awal program IDB dan saat ini sudah sampai pada tahap pengajuan proposal oleh dosen-dosen. Keterlibatan mahasiswa bergantung pada penelitian dosen dan yang lebih mungkin banyak terlibat adalah mahasiswa S3. Kedua, research consortia yang dilakukan bersama Unej, Unmul, dan Untirta. Konsorsium yang digawangi UM dinamai Indonesian Consortium for Learning Innovation Research (I-CLIR). Di program ini, ditunjuk beberapa dosen dari berbagai bidang keahlian yang tergabung dalam sebuah konsorsium. Ketua konsorsium untuk mengelola gagasan tersebut yaitu Prof. Dr. Waras Kamdi, M.Pd. Research consortia gabungan dari 4 perguruan tinggi itu juga memperkuat learning innovation. Empat perguruan tinggi masing-masing mempunyai bidang unggulan, tetapi juga bergabung untuk memperkuat bidang unggulan masing-masing. “Kita masuk ke sana, yang sana juga masuk ke kita,” tegas Sintha. Penelitian ini dilakukan sejak awal program. Tim I-CLIR sering bertemu, baik tatap muka maupun melalui video conference untuk membahas proposal penelitian bersama. Empat perguruan tinggi tersebut juga saling berkunjung satu sama lain untuk proses kelancaran penelitian. “Jadi mesra,” kata dosen Sastra Inggris asli Malang ini. Diharapkan konsorsium ini terus berlangsung tidak hanya sampai masa 3 tahun penelitian selesai, tetapi sampai seterusnya dan bahkan melibatkan perguruan tinggi lainnya. Ketiga, curriculum development. Melalui hasil dari research grant dan research consortia pada tahun pertama, UM akan memperoleh data tentang kebutuhan mahasiswa yang nantinya akan diwujudkan dalam kurikulum inovatif yang sesuai dengan kebutuhan mahasiswa masa kini. Kurikulum baru ini nanti akan disebut Life-based Learning Curriculum. Jadi, melalui research grant dan research consortia, UM melakukan semacam analisis kebutuhan sebagai dasar pengembangan kurikulum yang baru sambil mengevaluasi kurikulum yang ada,” ungkap dosen yang menyukai cwi mie Malang itu. Tentang kurikulum Life-based Learning ini, Dr. Kusubakti Andajani, S.Pd., M.Pd., PIC kegiatan Curriculum Development, menandaskan pula bahwa kurikulum yang bercirikan dengan transdisipliner ini dibuat untuk memenuhi kebutuhan belajar dengan cara memberikan kesempatan kepada

Foto: Yana/Ajrul

Laporan Utama

Dr. Sinta Tresnadewi, M.Pd memaparkan soft program PIU-IDB.

mahasiswa untuk mengambil matakuliah lintas disiplin dan diakui secara Sistem Kredit Semester (SKS). Namun, dengan catatan bahwa matakuliah yang diambil mendukung disiplin ilmu yang sedang diambil. “Selama ini, mata kuliah transdisipliner hanya terbatas pada mata kuliah umum. Ke depannya, akan dibuat sebuah sistem yang memungkinkan mahasiswa dapat mengambil matakuliah di luar jurusan, luar fakultas, bahkan lintas universitas,” papar dosen Sastra Indonesia itu. Pelaksanaan magang juga akan mendapatkan fasilitas. Dengan demikian, proses perkuliahan tidak hanya dari belajar teori, tetapi juga dari keadaan lapangan secara langsung. Sementara tentang sistem yang mengatur mahasiswa untuk mengambil open course di luar UM, Andajani mengaku saat ini sedang dikaji oleh jajaran akademik. Keempat, degree dan non-degree training. Degree training memberi kesempatan pada 20 dosen untuk kuliah S3 ke luar negeri. Sementara non-degree training memberi kesempatan pada total 109 orang yang terbagi menjadi tenaga kependidikan dalam negeri 27 orang, tenaga kependidikan luar negeri 17 orang, dosen dalam negeri 40 orang, dan dosen luar negeri 25 orang. Degree dan non-degree training sudah disosialisasikan dan ada tahap-tahap seleksi. Untuk degree training, ada syaratsyarat tertentu yang harus dipenuhi dosen, di antaranya usia di bawah 45 tahun. Selain itu, apa pun bidang ilmunya, disertasi yang diambil harus mendukung inovasi belajar. Non-degree training disediakan untuk

tenaga kependidikan dan dosen. Menurut Sintha, pelatihannya tidak sampai terlalu lama. Karena setelah kegiatan UM akan mempunyai laboratorium-laboratorium baru, maka perlu pelatihan untuk tenaga kependidikan ini. Dosen-dosen yang sudah S3 atau profesor juga perlu mengikuti sort course. “Semua ini untuk mendukung terwujudnya UM sebagai pusat inovasi belajar,” tegasnya. Hard Program PIU-IDB UM Hard program terdiri dari pengadaan gedung, pengadaan alat, infrastruktur, dan book and journal. Dua gedung perkuliahan bersama masing-masing sembilan lantai akan menjadi aset baru milik UM yang direncanakan selesai tahun 2019. Desain yang dibuat oleh PT. Patroon Arsindo ini akan sejajar mengapit gedung PPG di Jalan Simpang Bogor. Di antara tiga gedung tersebut, rencananya akan dibangun amphitheater sebagai tempat kegiatan berkesenian mahasiswa di tengah-tengah ruang terbuka hijau. Lantai satu sampai tiga akan dikhususkan untuk laboratorium, sedangkan lainnya adalah ruang kelas, self access center, dan testing center. Menurut WR IV UM, gedung kuliah bersama itu dibangun untuk semua jurusan. “Tujuannya, agar mahaiswa saling mengenal, tidak hanya teman satu kelas,” papar dosen Kimia itu. Berdasarkan kontrak dengan PT. Patroon Arsindo sebagai konsultan pembangunan gedung, rancangan gedung harus diselesaikan sebelum November 2016. Menurut keterangan Eko, PIC Civil Work, desain tersebut masih belum final. Ketika Tahun 38 Juli-Agustus 2016 |

7


Foto: Yana

Laporan Utama tanggung jawab besar UM adalah perawatanya. Ketika gedung sudah terbentuk, maka harus dirawat dengan baik. “Agar bisa baik seterusnya,” tutur Eko.

UM sebagai Pusat Inovasi Belajar Sasaran utama learning innovation adalah terjadinya perubahan mindset pembelajaran teaching and training menjadi learning activity. Dari melatih mahasiswa terampil bekerja menjadi pengembangan kapabilitas. Serta mengubah pendekatan belajar berbasis job ke belajar berbasis kehidupan. Pergantian paradigma ini amat mendasar. Sebab, secara Dr. Waras Kamdi, M.Pd menjelaskan langkah UM menuju psikologis pandangan kita pusat inovasi belajar. terhadap peserta didik bergeser diwawancarai, ia menerangkan bahwa dari mahasiswa sebagai calon pekerja ke sudah dilakukan pertemuan dengan para mahasiswa sebagai pribadi yang utuh. Di tengah perubahan zaman yang tidak ketua jurusan dan kepala laboratorium. Hal itu dilakukan untuk membantu menentu, penuh paradoks, dan dinamika mendesain denah. “Sebab perlu diperhatikan lapangan kerja, kapabilitas personal akan karakteristik alat-alat yang akan disediakan menentukan keberhasilan seseorang dalam laboratorium, mungkin bentuknya, memasuki kehidupan. Lahirnya generasi beratnya, ketahanan terhadap goncangan, digital, generasi Z yang kreatif, yang konon dan sebagainya,” terang Eko. Pengeboran tidak gampang menerima peran tertentu juga sedang dilakukan guna menguji lapisan memerlukan model layanan pendidikan tanah. Selain itu, juga dilakukan pertemuan yang berbeda. Waras, ketua Research dengan pimpinan untuk menentukan fasade, Consortia PIU-IDB UM memaparkan, tampak gedung jika dilihat dari luar. Fasade penelitian menunjukkan sebanyak 31% tersebut memperhatikan filosofi-filosofi mahasiswa (manusia) mulai berbisnis dari tertentu yang mendukung UM sebagai pusat dirinya (pencipta), 37% manusia menjadikan hobinya sebagai pekerjaan tetap, dan 42% inovasi belajar. Untuk mendukung konsep Life-based manusia tidak gampang menerima peran Learning, sekat masing-masing kelas akan tertentu yang diberikan orang lain. “Sederhananya, UM membangun budaya dibuat semi permanen agar memungkinkan untuk menggabungkan beberapa kelas belajar dan pembelajaran yang mendaratkan menjadi satu. Lorong dan tangga dirancang pengetahuan dalam kehidupan nyata. agar memungkinkan adanya open lecture, Apablia demikian, belajar akan menjadi student common space, serta adanya informal bermakna,” tutur purna ketua penyunting place sebagai tempat untuk berdiskusi, Tabloid Komunikasi (sekarang Majalah perkuliahan di luar kelas, atau sekadar Komunikasi) UM itu. Waras menambahkan, nongkrong menunggu pergantian kelas. ide UM sebagai pusat inovasi belajar “Tempat tersebut juga dapat digunakan merupakan pengejawantahan The Learning untuk pameran hasil karya mahasiswa,” tutur University. “Pengembangan kapabilitas melalui dosen kelahiran Blitar ini. Life-based Learning Setelah proses pembuatan desain, masih pendekatan ada beberapa tahap lagi yang harus dilakukan membutuhkan rangka kurikuler yang sebelum pembangunan dilakukan. Menurut tidak monodisiplin,” terang dekan Fakultas dosen Teknik Sipil tersebut, dalam rangka Teknik 2011-2015. Oleh sebab itu, dalam penilaian desain akan dilakukan lelang konsep Life-based Learning muncul istilah kembali untuk project supervision consultant transdisipliner dan interdisipliner. Sehingga dan project management equipment. Barulah interaksi ilmu akan terbangun oleh kemudian Unit Layanan Pengadaan (ULP) mahasiswa sendiri. “Aktivitas kurikuler lebih UM mengadakan lelang kontraktor yang fleksibel,” tegasnya. Menurut Waras, hal ini merupakan satu kesempatan baik bagi direncanakan dilakukan akhir tahun 2017. Menurut dosen kelahiran 18 Agustus 1960 mahasiswa yang mempunyai harapan besar itu, setelah proses pembangunan dan kerja untuk pengembangan diri. Waras menjelaskan, dalam rangka sama dengan IDB selesai, yang menjadi

8 | Komunikasi Edisi 305

menuju UM sebagai pusat inovasi belajar, ada 5 hal yang perlu diperhatikan. Pertama, siapa yang belajar yang meliputi gaya pikir, teknologi, dan cara pandang siswa. Kedua, layanan belajar yang tepat. Hal ini berkaitan dengan strategi belajar agar belajar mahasiswa dapat berkualitas baik dan optimal. Strategi belajar yang dikembangkan di sini adalah strategi membelajarkan orang. Ketiga, learning resources, berupa data dan sumber belajar. Keempat, desain kurikulum. Kurikulum yang dikembangkan lebih bersifat fleksibel, interdisipliner, dan transdisipliner. Kelima, master plan information and technology yang mendukung agar interaksi belajar menjadi lebih mudah. Sementara itu, Sintha mengungkapkan, tujuan lain yang ingin dicapai oleh 4 in 1 melalui dana IDB adalah meningkatkan daya saing bangsa. Salah satu yang dapat digunakan adalah bahasa. Maka, di gedung yang dibangun akan ada self access center agar mahasiswa dapat belajar bahasa asing mandiri. Sementara ini, UM mempunyai bahasa Inggris, Arab, Jerman, dan Mandarin. WR I mengusulkan agar ditambah bahasa Perancis sehingga mahasiswa mempunyai ruang untuk belajar bahasa Perancis. Grand Design Information and Technology (IT) Rancangan kurikulum multidisipliner akan didukung sistem informasi dan teknologi yang disebut IT Fusion. Sistem ini memungkinkan koneksi antarfakultas dan antarjurusan di UM. Bahkan jika perlu akan dirancang untuk terhubung dengan universitas lain, namun tetap relevan dengan matakuliah yang sedang ditempuh. Pengembangan ini diperlukan sebagai solusi terhadap keterbatasan fisik untuk berpindah. Dengan demikian, perpindahan yang terjadi lebih pada perpindahan secara akademik. Ketika kurikulum multidisipliner itu terbangun, maka IT-lah salah satu yang akan menyokong pelaksanaanya. Sebagaimana diutarakan oleh Dr. Munzil, M.Si, IT fusion diharapkan dapat memberikan fasilitas bagi mahasiswa yang mengembangkan keilmuan di luar disiplin ilmu yang sedang ditekuni. Namun, kembali menjadi hak program studi untuk membuka diri dengan memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk belajar matakuliah lain antarfakultas maupun antaruniversitas yang sudah terkoneksi. Koordinator Prodi Pendidikan IPA tersebut mempunyai mimpi dapat membentuk mahasiswa yang mempunyai life plan, mahasiswa yang mempunyai kemampuan untuk mengatur masa depan dirinya sendiri. Harapannya, dosen akan berperan sebanyak 80%, sedangkan 20% sisanya adalah pengembangan dari mahasiswa sendiri. Ia tidak dapat


Laporan Utama

Foto: Yana/Ajrul

memungkiri ketersediaan sumber belajar yang melimpah. Maka, dosen hanya perlu menyetujui rancangan belajar mahasiswa dan menagih hasilnya. “Kalau dapat dilakukan seperti itu, kita akan hebat,” tuturnya. Fasilitas teknologi informasi akan memberikan kesempatan membangun interaksi yang lebih luas, lebih dari sekadar antarteman sekelas. “Boleh saja mahasiswa bergabung dengan Komunitas Matematika Indonesia di ITB, misalnya,” kata Munzil. Pengembangan IT dalam mendukung kurikulum multidisipliner yang berbasis Life-based Learning akan rancang selama tiga tahun. Pada tahun pertama, yaitu 2017, Munzil bersama tim merancang sistem IT melalui belajar bersama kolaboratif antarpeguruan tinggi. Untuk sekarang masih pada tahap pengenalan Life-based Learning kepada para dosen untuk dijadikan penelitian. Apabila usulan mereka menarik, maka akan didanai. Pengaplikasian konsep Life-based Learning akan dilakukan secara bertahap dan parsial. “Apabila dilakukan secara langsung akan menimbulkan banyak pertentangan,” jelas dosen Kimia itu. Tahun 2019 ditargetkan sistem siap dijalankan sepenuhnya. Sistem akan menyediakan tiga jenis matakuliah, yaitu wajib, tidak wajib, dan bebas. Masing-masing mempunyai karakteristik dan tuntutan tersendiri. Khusus untuk matakuliah bebas, semua orang dapat mengikutinya tanpa adanya tes atau ujian. Tim IT akan menyiapkan

Foto: Yana/Ajrul

sarana belajar yang banyak. Mahasiswa dengan mudah dapat memilih materi yang menjadi minatnya. “Dengan seperti itu, kita akan semakin kreatif,” tambah dosen alumnus redaksi Komunikasi itu. Dengan adanya Life-based Learning yang didukung oleh IT, UM digadanggadang menjadi sumber inovasi belajar yang menjadi contoh bagi seluruh universitas di Indonesia. Hal lain yang akan turut disokong oleh tim IT melalui konsep Life-based Learning adalah pemenuhan sumber belajar berupa jurnal online atau e-book. Akan ada bantuan dari dosen kepada mahasiswa mengenai sumber belajar mana saja yang diperlukan dalam matakuliah. Bahkan Munzil berpendapat, bisa jadi sebaliknya, mahasiswa yang Dr. Munzil, M.Si menjelaskan IT Fussion. akan mendukung materi kepada dosen. “Karena sekarang kelas akademik ketika ia membuka laptopnya. bukan menjadi ajang untuk dosen memberi “Bagaimana agar IT yang dibangun dengan materi, tetapi menjadi tempat diskusi,” papar duit yang mahal dapat digunakan dengan ayah dua anak tersebut. baik dan maksimal,” ungkapnya. Dengan berkembangnya sistem IT, Satu kelompok mahasiswa mungkin kebutuhan akan ruang kelas konvensional berpikiran tidak perlu repot-repot mencari akan berkurang. Mahasiswa dan dosen dapat sumber belajar di luar apabila dengan berinteraksi di mana saja. Munzil menegaskan membaca materi dari dosen saja sudah bahwa kebutuhan akan smartphone atau bisa lulus. Berbeda dengan kelompok teknologi sejenis bukan sekadar gayamahasiswa yang kreatif. Mereka dapat gayaan, melainkan sudah menjadi tuntutan. mengembangkan materi yang didapatkan Dengan bandwidth yang semakin besar dan murah, mengakses jaringan dari perkuliahan. Munzil menambahkan internet bukan masalah lagi. bahwa belajar itu menempatkan mahasiswa Apabila ada beberapa mahasiswa sebagai subjek belajar, bukan objek yang yang memang tidak mampu untuk harus diisi oleh materi. “Kadang saya itu, universitas dapat memfasilitasi berpikir bagaimana bisa ada mahasiswa yang tidak tahu materi yang akan dipelajari dengan menyediakan PC. Segi sarana dan prasana IT UM di kelas. Apakah mereka tidak mempunyai dinilai sudah mumpuni untuk target? Atau kita yang tidak membuat mengarah kepada IT fussion. mereka mempunyai target?” ungkap dosen Karena untuk mengarah ke yang hobi menganalisis berita itu. Waras menyadari, program PIU-IDB UM sana, hanya diperlukan Learning Management System (LMS). dengan tujuan utama UM sebagai pusat Apabila dibutuhkan portal web inovasi belajar merupakan proyek yang sangat tersendiri, UM sudah mempunyai besar. “Tentu tidak seperti membalik telapak developer web yang dinilai Munzil tangan, tetapi harus ada,” ungkap Waras. Walau sudah mumpuni. Bahkan hal demikian, ia tetap optimis bahwa UM pasti tersbut dapat pula dikerjakan mampu. “Orang kalau tidak punya ambisi, ya tidak punya inovasi,” tuturnya. oleh mahasiswa. Sementara itu, dalam pelaksanaan Menurut dosen kelahiran Pamekasan itu, mentalitas program-program PIU-IDB UM ini, Bambang mahasiswa dalam penggunaan berharap seluruh pihak dan jajaran UM dapat fasilitas kampus berupa teknologi mendukung penuh program tersebut. “Kami perlu dikembangkan. Seperti tidak bisa berjalan tanpa dukungan dari pengunaan jaringan wifi kampus semua pihak,” kata Bambang. WR IV UM pun menegaskan, dana yang yang digunakan tidak untuk kepentingan akademik. Melihat akan digunakan merupakan hibah yang hal ini, ia tidak dapat sepenuhnya diberikan oleh IDB yang bekerja sama menyalahkan mahasiswa. dengan Bappenas. “Dengan dana tersebut, Menurutnya memang perlu tugas UM adalah menghasilkan lulusan Prof. Dr. I Wayan Dasna, M.Si, M.Ed., Ph.D. , berharap disiapkan sistem yang menuntut yang terbaik dengan menjadi pusat inovasi UM menghasilkan lulusan terbaik. mahasiswa membuka konten belajar,” terang Wayan.Yana/Ajrul Tahun 38 Juli-Agustus 2016 |

9


Opini

ilustrasi oleh Aji Setiawan

G

erakan emar Membaca

Oleh Nuyan Saroni

ampai kini kita masih berkutat pada masalah rendahnya minat baca. Berbagai survei telah merilis fakta yang menyedihkan tentang minat baca kita. Catatan UNESCO pada 2012 menyebutkan indeks membaca orang Indonesia hanya 0,001, yang berarti dari 1.000 jiwa di negeri ini hanya seorang yang masih memiliki minat untuk membaca buku. Kita tahu para pegiat literasi atau mereka yang suka membaca berulang kali mempromosikan budaya gemar membaca. Mereka selalu menarik perhatian dengan pesan bahwa orang yang gemar membaca akan mendapat keuntungan. Diantaranya, memiliki pengetahuan yang lebih luas, memiliki kemampuan analitis, lebih mampu mengatasi masalah, bisa meredam stres, dan masih banyak lagi. Hal-hal hebat tentang membaca sudah sering dinyatakan, namun masyarakat kita tetap sama saja. Tidak mengalami

S

10 | Komunikasi Edisi 305

peningkatan signifikan untuk urusan membaca. Mana mungkin kita akan menjadi bangsa yang maju, bila untuk urusan sepenting ini (gemar membaca) masih dianggap sepele dan digampangkan. Di tengah masyarakat yang minat bacanya rendah, sulit melahirkan generasi yang gemar membaca. Jangan menyalahkan anak bila mereka memiliki kemampuan membaca yang rendah. Berdasarkan studi Programme for International Student Assessment (PISA) 2012 di 65 negara, Indonesia berada di peringkat 60 alias kelima dari bawah untuk membaca. Menyedihkan! Gerakan Membaca Belum lama ini, Menteri Anies Baswedan membuat gerakan membaca dimulai dari sekolah. Sekolah diharapkan menjadi pintu masuk peningkatan budaya membaca. Melalui Permendikbud Nomor 21 Tahun 2015

mewajibkan siswa membaca buku bukan pelajaran 15 menit sebelum pembelajaran. Sesungguhnya anak-anak kita suka membaca. Mereka senang dengan berbagai buku bacaan. Dengan membaca cerita, anak-anak bisa memasuki dunia imajinasi secara bebas. Daya imajinasi tersebut membantu perkembangan nalar, emosi, serta kemampuan berbahasa mereka. Dengan kata lain, membaca bermanfaat merangsang perkembangan psikis anak secara optimal. Hanya saja kita kurang mengondisikan kegiatan membaca untuk anak-anak. Kita jarang menyediakan waktu untuk sekadar menemani anak menyelami dunia membaca. Orang tua lebih suka mengajak anaknya jalan-jalan ke mall atau wahana bermain daripada ke toko buku atau perpustakaan. Orang tua juga lebih suka menghadiahkan barang mainan seperti playstation daripada menghadiahkan buku


Opini guru dengan menyediakan perpustakaan sekolah yang baik. Gedung perpustakaan yang layak di tiap sekolah, serta koleksi buku yang lengkap dan berkualitas. Lalu mewajibkan guru untuk membaca di waktu luang. Dalam hal ini tentunya praktik behaviorisme bisa diterapkan. Guru yang dapat menyelesaikan bacaan dengan jumlah memenuhi target, berhak diberikan penghargaan (reward) oleh Dinas Pendidikan setempat. Sebaliknya, jika kurang dari ketentuan, maka guru bisa dikenai sanksi (punishment) berupa menyumbang buku ke perpustakaan. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan kesadaran bagi guru bahwa tanggung jawabnya tidak hanya mengajarkan anak bisa membaca, lebih dari itu juga menumbuhkan budaya baca.

cerita. Akibatnya, anak makin jauh dari dunia baca. Tak jauh beda, di lingkungan sekolah pembudayaan membaca amat gersang. Guru kurang mengefektifkan kegiatan membaca. Guru lebih suka berceramah di depan kelas. Menjelaskan materi pelajaran. Tak lebih setengah jam siswa dikondisikan untuk kegiatan membaca setiap harinya. Padahal satu hari kegiatan belajar mengajar ada sekitar 6 jam. Bisa dibilang kegiatan membaca hanya seremonial belaka sebagai tuntutan kegiatan belajar mengajar. Bukan dimaksudkan untuk menumbuhkan budaya membaca. Belum lagi tiadanya keteladanan dari guru. Harus diakui, guru-guru kita kurang suka membaca. Jarang menghidupkan perpustakaan sekolah. Sering dijumpai guru malah terlihat lebih asyik berbincang dengan teman sejawatnya daripada sibuk membaca di waktu jam istirahat. Masalah lagi, buku belum menjadi rencana kebutuhan guru. Seharusnya dengan adanya uang sertifikasi, koleksi buku pun bertambah. Bukan hanya koleksi kebutuhan gaya hidup. Sepertinya mereka masih keberatan menyisihkan uang untuk belanja buku. Bisa dikatakan buku belum menjadi bagian dari kebutuhan hidup. Ini membuktikan budaya membaca masih dikesampingkan oleh guru. Dalam situasi seperti itu, dikhawatirkan bila Permendikbud tersebut hanya jadi pepesan kosong. Padahal lakon gerakan membaca dibutuhkan sosok guru

yang gemar membaca. Guru yang suka membaca biasanya akan menularkan kegemarannya pada siswa. Ia akan senang merekomendasikan bacaan-bacaan yang bagus, mengajak siswa mendiskusikan buku-buku yang mereka baca, lalu meminta siswa membuat semacam ringkasan hasil pembacaan terhadap buku-buku tersebut. Guru yang gemar membaca juga senang mengajak anak-anak untuk ke perpustakaan dengan mengoptimalkan kegunaan perpustakaan sebagai tempat yang menyenangkan untuk melahap berbagai informasi dari buku. Sehingga perpustakaan menjadi jantung pembiasaan membaca. Dengan begitu, akan didapati anak-anak yang akrab dengan buku. Keakraban tersebut membentuk jiwa anak yang haus bacaan. Berawal dari Guru Jadi, mari kita dorong guru-guru agar gemar membaca. Guru yang suka membaca akan banyak membantu kemajuan pendidikan kita. Seperti guruguru di Finlandia, banyak melahirkan siswa yang kritis dan kreatif lewat pembiasaan berdialog dengan buku. Mungkin amat sulit mendorong guru agar suka membaca. Seperti umumnya orang Indonesia lainnya, mendorong guru gemar membaca juga akan terasa memberi pekerjaan tambahan bagi guru. Mau tidak mau guru harus dipaksa untuk membentuk kebiasaan membaca. Barangkali pemerintah bisa menfasilitasi

Ajak Masyarakat Gerakan membaca juga perlu dukungan dari komite sekolah. Sudah selayaknya komite sekolah ikut bertanggung jawab. Sebagai mitra sekolah yang perannya sangat vital bagi kemajuan pendidikan. Komite sekolah harus dilibatkan dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan program gerakan membaca. Sehingga dapat lebih berpartisipasi aktif dalam mendukung program tersebut, baik secara moril maupun materiil. Sekolah bersama komite menghidupkan perpustakaan sekolah, mengelola perpustakaan dengan program-program yang menarik, dan mengupayakan pengadaan buku-buku baru melalui berbagai jalur distribusi buku. Baik dari pemerintah, LSM, penerbit, maupun dari orang tua siswa sendiri. Selain itu, dapat pula mengadakan event kampanye membaca, seperti festival membaca keluarga, festival dongeng, piknik membaca, dan sebagainya. Dalam hal ini, dapat pula mengundang pegiat literasi atau aktivis taman baca. Mereka nantinya bisa memberikan wawasan pada masyarakat mengenai pentingnya meningkatkan kesadaran membaca di abad 21 ini. Baik cara membaca cepat, membaca menyenangkan, serta membaca sebagai kebutuhan, sehingga warga sekolah dan masyarakat termotivasi untuk meningkatkan budaya baca yang akhirnya akan menjadi gerakan membaca secara masif di masyarakat. Saya yakin, gerakan yang diawali dari sekolah serta dukungan dari pemerintah secara terus menerus akan menumbuhkan budaya membaca yang lebih baik. Sudah 70 tahun negara kita merdeka, saatnya menuju masyarakat yang gemar membaca. Penulis adalah mahasiswa Pascasarjana Pendidikan Dasar Universitas Negeri Malang

Tahun 38 Juli-Agustus 2016 |

11


Opini

AGAMA, NASIONALISME, DAN BELA NEGARA Oleh Yusuf Hanafi

B

elum lama ini, antara 27-29 Juli 2016 di Pekalongan Jawa Tengah, berlangsung Konferensi Ulama Internasional bertajuk “al-Difa’ an al-Wathan: Mafhumuhu wa Ahammiyatuhu min Mandzur Islamiy” (Bela Negara: Konsep dan Urgensinya dalam Islam) yang digelar oleh Jam’iyah Ahl al-Thariqah al-Mutabarah an-Nahdliyah (JATMAN) bekerjasama dengan Kementerian Pertahanan Republik Indonesia (RI), diikuti ratusan ulama, intelektual, dan akademisi dari 40 negara dunia. Konferensi tersebut menghasilkan 15 konsensus ulama terkait bela negara dan berbagai problem dunia

12 | Komunikasi Edisi 305

Islam kontemporer. Menimbang saat ini kita berada di bulan Agustus, di mana sebentar lagi kita akan merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan RI yang ke-71, tulisan ini menilai tepat jika mengajak pembaca untuk mengkaji persoalan bela bangsa dan nasionalisme dari sudut pandang agama. Di antara poin-poin penting yang direkomendasikan dalam Konferensi Ulama Internasional adalah: pertama, seluruh warga negara di seluruh dunia, apapun latar belakang keyakinan dan rasnya, wajib ikut serta memuliakan negerinya dan memikul tanggung jawabnya. Sebagai

konsekuensinya, mereka mendapatkan hak dan kewajiban yang sama tanpa diskriminasi. Seluruh warga negara adalah saudara sebangsa yang diikat oleh nilainilai kemanusiaan universal. Kedua, tanggung jawab bela negara merupakan kewajiban seluruh warga masyarakat tanpa pengecualian. Siapa pun yang tidak membela negaranya, ia tidak berhak hidup di negara itu. Ketiga, bela negara memiliki dimensi yang beragam dan kompleks, melebihi sekadar mempertahankan negara di medan pertempuran. Bela negara mencakup realisasi program-program pemerintah yang terkait


Opini tersebut, setetes darah manusia yang tidak bersalah, apapun keyakinan dan rasnya, haram untuk dikucurkan dan ditumpahkan. Termasuk di dalamnya, keharaman menyerang warga sipil, melakukan perusakan fasilitas umum, infrastruktur, dan sejenisnya dengan dalih apapun. Perlu penulis garis bawahi di sini, konferensi bela negara di atas sengaja digelar menimbang kian terkikisnya rasa nasionalisme oleh ideologi-ideologi transnasional radikal yang mengusung paham antikebangsaan (anti-nation state) yang mewabah luas dewasa ini. Sebagai bukti, belakangan kian marak kampanye anti-Pancasila dan anti-Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) oleh sayap fundamentalisme Islam, misalnya lewat propaganda “negara Islam”, kampanye “negara khilafah”, dan sejenisnya.

ilustrasi oleh Aji Setiawan

dengan keamanan, ekonomi, pendidikan, dan sosial, di mana setiap warga harus berupaya untuk berkontribusi sesuai dengan posisi dan perannya masing-masing. Konferensi bela negara internasional itu juga mendeklarasikan bahwa pengertian jihad—yang biasa dimaknai dengan berperang untuk mempertahankan agama dan tanah airnya mempunyai syarat-syarat yang sangat ketat, yang tidak boleh dilanggar. Jihad tidak dapat disalahgunakan untuk merusak: berbuat keonaran, menciptakan destruksi, dan teror yang mengancam pihak lain. Ditegaskan pula dalam konferensi ulama

Cinta Tanah Air dari Sudut Pandang Agama Kembali kepada persoalan bela bangsa, sesungguhnya Allah SWT telah menciptakan manusia dengan fitrah rasa cinta kepada bumi tempat kelahirannya: tempat ia dibesarkan, di mana ia makan dari kebaikannya, bernaung di bawah langitnya, dan dibesarkan dalam adat istiadat masyarakatnya. Sehingga nafasnya tidak dapat dilepaskan dari tumpah darahnya dan ia tidak kuasa untuk berpisah jauh darinya. Kalaupun ia terpaksa meninggalkannya, maka di perantauan ia akan senantiasa merindukan tanah airnya. Ini merupakan sunnatullah yang tidak dapat ditentang. Hal ini pula lah yang dirasakan oleh Nabi Muhammad SAW—sebagaimana diriwayatkan dalam hadis berikut ini: “Nabi Muhammad SAW bila pulang dari bepergian dan melihat dataran tinggi Kota Madinah, beliau mempercepat jalan untanya. Bila menunggang hewan lain, beliau memacunya lebih kencang, karena kecintaan dan kerinduannya kepada Kota Madinah” (HR. Al-Bukhari). Para ulama berpendapat, apa yang dirasakan nabi merupakan ekspresi cinta negara, merindukan sekaligus membelanya saat terancam. Memang, cinta tanah air itu selalu mengalir dalam darah, perasaan, dan pikiran. Keunggulan tanah air akan terus hidup di dalam hati, karena kita menghirup udaranya, meminum airnya, dan berjalan di atas hamparan tanahnya. Tanah dari tempat kelahiran itu bagaikan obat, sebagaimana dinyatakan Rasulullah SAW dalam sebuah hadis: “Dengan nama Allah, dengan debu di bumi kami, dan dengan ludah sebagian kami, semoga penyakit kami tersembuhkan atas seizin Tuhan kami”. Berpijak atas paparan normatif di atas, sungguh beruntung orang yang mencintai negaranya, bekerja, dan berkarya untuknya, berjuang untuk menjunjung tinggi citra

dan martabatnya, serta berdoa dengan hati dan ucapan untuk kebaikan tanah airnya, seperti doa Nabi Ibrahim AS: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri Makkah ini negeri yang aman” (QS. Ibrahim: 35). Untuk menguatkan keabsahan cinta tanah air dan bela negara, penulis ingin menambahkan di sini: meski Nabi Muhammad SAW dalam perantauannya ke Madinah telah memiliki kehidupan yang sangat baik dan menyenangkan, namun cinta beliau kepada negeri asalnya, Makkah, tidak pernah luntur. Hal itu tercermin dalam pernyataan beliau dalam riwayat berikut: “Rasulullah SAW berujar kepada negeri Makkah: Sungguh engkau adalah bumi Allah yang paling baik. Alangkah besarnya cintaku padamu! Kalau lah bukan karena penduduknya mengusirku, maka pasti aku tidak akan pernah meninggalkanmu” (HR. At-Turmudzi). Bahkan di awal kedatangannya di Madinah, Rasulullah SAW berdoa: “Ya Allah, cintakanlah Kota Madinah kepada kami, sebagaimana engkau membuat kami jatuh cinta kepada Kota Makkah, bahkan buatlah kami lebih mencintainya!” (HR. Bukhari, Malik dan Ahmad). Merawat NKRI, Mewaspadai Ideologi Transnasional Radikal Belajar dari kecintaan Rasulullah SAW kepada tanah airnya, sebagai bagian dari bangsa Indonesia, sepatutnya kita semua juga bangga kepada negeri ini. Kita beruntung memiliki negara yang utuh dan damai, gemah ripah loh jinawi, yang mampu membingkai kebhinekaan dan kemajemukan masyarakatnya. Ironisnya, di tataran global, kini banyak negara yang justru sedang gelisah, galau, dan resah. Toleransi mereka terkoyak, solidaritas mereka terbelah, ketertiban sosial mereka terganggu, seperti yang kita saksikan di Timur Tengah, Afrika Utara, dan belahan dunia lainnya. Indonesia tidak butuh referensi baru dalam membangun kehidupan berbangsa dan bernegara. Semuanya ini mengingatkan kita pada sabda Nabi Muhammad SAW: “Barang siapa di antara kalian berada di waktu pagi: dirinya merasa aman, jasmaninya sehat, dan ia memiliki makanan yang cukup untuk hari itu, maka seolah-olah ia diberi karunia dunia dengan berbagai kenikmatannya” (HR. At-Turmudzi). Last but not least, marilah kita berdoa memohon kebaikan dan keberkahan untuk tanah air tercinta ini, sebagaimana Rasulullah SAW berdoa untuk negerinya: “Ya Allah berkahilah buah-buahan kami, berkahilah kota dan desa kami, berkahilah makanan kami, dan berkahilah kehidupan kami” (HR. Muslim). Amin... Wallahu a’lam bis shawab... Penulis adalah Kepala Pusat Pengembangan Kehidupan Beragama (P2KB) LP3 dan anggota redaksi Majalah Komunikasi. Tahun 38 Juli-Agustus 2016 |

13


Foto: Novi

Seputar Kampus

Finalis model pria yang terpilih saat audisi di Graha Cakrawala.

Ragam Budaya

dalam Trend Fashion 2017

T

ak lama lagi, 79 desainer muda Tata Busana UM akan melahirkan karyanya. Serentetan acara dihelat, mulai dari audisi model (24/07), final fitting (16/10), pameran (25-30/10), dan grand show (05/11) yang menjadi puncaknya. Pagelaran akbar tahun ini lengket akan unsur budaya Indonesia, mulai dari busana yang akan dipamerkan, konsep acara sampai hiburannya. Tercatat, ada beberapa komunitas kedaerahan yang akan tampil memeriahkan acara. Selain itu, cocktail party pada saat grand show akan dikonsep seperi pasar senggol Malang Tempo Doeloe. Di luar biaya produksi karya, perhelatan tahunan ini digadang-gadang menghabiskan dana hampir Rp400 juta. Masing-masing mahasiswa Tata Busana harus membuat dua masterpice, yaitu ready to wear dan avangarde. Ready to wear adalah busana siap pakai, mudah digunakan, dan bertujuan untuk dipasarkan, sedangkan avangarde adalah busana yang bersifat eksperimental, inovatif, dan mengandung nilai seni tinggi. Bertajuk BHINNEKA, desainer muda Tata Busana UM ini akan melahirkan karya baru dengan memadukan budaya modern

14 | Komunikasi Edisi 305

tanpa menghilangkan ciri khas budaya Indonesia. Sesuai dengan temanya, Bhinneka, memiliki arti beraneka. Karyakarya yang dihasilkan akan mewakili ciri khas dari 8 pulau besar di Indonesia, diantaranya Jawa, Bali, Maluku, Sulawesi, Papua, Nusa Tenggara Timur, Sumatera, dan Kalimantan. Sejak Maret 2016, para desainer muda sudah berkoordinasi untuk mempersiapkan gawe besar ini. Mulai dari diskusi kecilkecilan yang diwakili ketua kelas masingmasing hingga rapat besar dengan beberapa dosen, diantaranya Nurul Hidayati, S.Pd., M.Sn., Agus Sunandar, S.Pd., M.Sn., dan Dra. Sri Eko Puji Rahayu, M.Si. Ketiga dosen inilah yang nantinya akan mengawal gelar cipta busana sejak awal sampai akhir. Selain untuk memamerkan karya, pagelaran ini merupakan salah satu matakuliah wajib yang harus ditempuh oleh Mahasiswa Jurusan Tata Busana. Audisi model berlangsung ketat di Graha Cakrawala UM. Selain dosen, Agung Soedir Putra, pemilik Colour Models Inc, turut campur tangan memilih model. Sebanyak 79 model profesional akhirnya terpilih dari 230 finalis, diantaranya 63 wanita dan 16 pria. Sama seperti tahun-

tahun sebelumnya, selain menjadi juri, koreografer yang sudah 25 Tahun berkecimpung dalam dunia entertaiment ini nantinya juga akan menjadi penata gerak pada saat grand show berlangsung. Kalah cepat karena terjadi kesalahpahaman dengan pihak manajemen, Isyana Sarasvati gagal menjadi guest star. Vidi Aldiano pun menjadi opsi terakhir, ia akan meramaikan grand show dengan menyanyikan 5 lagu di Graha Cakrawala UM. Selain itu, Tex Saverio, perancang busana yang karyanya pernah dikenakan Lady Gaga dan Kim Kardashian rencananya juga diundang untuk turut serta memamerkan karyanya, lagi-lagi gagal karena tak ada respon dari pihak manajemen. Namun, kekecewaan tersebut terbayar dengan adanya kabar bahwa karya-karya mahasiwa dari Universiti Teknologi MARA (UiTM) Malaysia juga akan dipamerkan dalam fashion exhibition yang akan digelar di Malang Town Square selama kurang lebih sepekan, mulai dari pukul 10.0021.00 WIB. Kerja sama dengan UiTM sejak akhir tahun 2015 ini diharapkan dapat memotivasi mahasiswa Tata Busana untuk memamerkan karyanya di UiTM kelak. Novi


Foto: Maria

Seputar Kampus

Kemeriahan Kafe Pustaka memperingati seTaun ngerame-rame.

Riyoyoan Bareng Kafe Pustaka

S

uasana liburan semester masih belum berakhir. Gedung dan jalanan Universitas Negeri Malang (UM) tak padat dipenuhi mahasiswa. Hanya mahasiswa akhir yang riweh dengan skripsi dan mahasiswa semester tujuh yang sedang menjalankan pembekalan Kajian dan Praktik Lapangan (KPL). Rabu sore yang tak biasa (27/04), dalam lingkar Fakultas Ekonomi UM terdengar riuh ramai. Pasalnya, Kafe Pustaka UM pada hari itu sedang menggelar “seTaun ngrame-rame”. Acara ini merupakan acara peringatan hari jadi kafe pustaka yang pertama yang sebenarnya jatuh pada bulan Mei lalu, namun baru diadakan dua bulan setelahnya bebarengan dengan halal bihalal. Suara gending dan kendang melantun melalui udara ke seluruh penjuru. Para pemain karawitan Gatra memakai blangkon penghias kepala dan seragam beskap merah. Tangan mereka terlihat lihai memainkan musik, diiringi suara merdu sinden laki-laki dan perempuan yang menambah khidmat suasana. Bukan dengan jarik maupun kebaya, dua sinden tersebut memakai jas almamater dengan logo UM di dada kiri. Panggung sederhana diselimuti karpet biru. Beberapa alat musik dan sound tertata

di atasnya. Potongan kertas warna-warni dengan bentuk segitiga turut maramaikan area Kafe Pustaka. Kopi dan makanan ringan serasa mengakrabkan suasana. Perut seperti dikoyak, bukan karena lapar atau akibat makanan ringan yang tersedia, melainkan karena tak berhenti untuk tertawa. Bagaimana tidak, dua pembawa acara seakan bebas melempar canda. Sesekali memanggil penonton untuk memainkan game kecil yang konyol. Mahasiswi Critical Language Scholarship (CLS) pun tak kalah jadi korban. Cukup dengan menerjemahkan jargon Kafe Pustaka “Kate nandi bro? Kene lho ngopi, ben pinter” menjadi bahasa Indonesia, ia bisa membawa pulang hadiah buku. Perayaan sederhana menjadi mewah dengan caranya sendiri. Bukan kue ulang tahun dengan lilin angka. Bukan pula dengan lagu Happy Birthday. Bahkan bukan juga joget sorak sorai ala disko, melainkan dengan duduk bersila, melantunkan doa bahasa Jawa asli dengan sajian tumpeng nasi kuning. Slogan kafe pustaka ‘Sembari ngopi membangun literasi’ tak bosan diucapkan oleh kedua pembawa acara. Tak heran karena kafe pustaka kerap menjadi tempat untuk diskusi ilmiah. Tempat

yang sejatinya ingin selalu memberi sumbangsih positif kepada UM. Tak luput juga pada acara ini dihadiri oleh beberapa sastrawan. Salah satunya adalah Tengsoe Tjahjono, dosen Universitas Negeri Surabaya yang banyak menghasilkan karya sastra. Ia juga membacakan beberapa puisinya yang menyentuh perasaan para pendengar. Sesaat sebelum membacakan puisinya, ia mengungkapkan bahasa kritisnya tentang nasib sastrawan masa kini. “Sastrawan di Indonesia tergantung pada sponsor. Karya mereka diterbitkan sendiri, di baca sendiri, dan gembira sendiri,” gelaknya. Beralih pada hiburan selanjutnya yakni Band Inatana, band yang terbentuk dari kongkow-kongkow di Kafe Pustaka. Suara merdunya berhasil mengangkat tangan para penonton untuk bertepuk tangan. Terlebih lagi lagu pertamanya berasal dari sebuah puisi karangan Sapardi Djoko Darmono, yaitu Gerimis Kecil di Jalan Jakarta. Acara terus berlanjut dan senja pun menyapa. Walaupun pertemuan berakhir, namun doa tak akan terputus. Saling berharap agar bisa bertemu di acara ulang tahun kedua, ketiga, dan seterusnya. Juga harapan agar Kafe Pustaka lebih bisa memberikan manfaat pada UM.Maria Tahun 38 Juli-Agustus 2016 |

15


Foto: Iven

Seputar Kampus

Acara serah terima kendaraan dinas ambulan dan tenda dari BRI untuk UM.

Program

Corporate Social Responsibility BRI untuk UM

B

ank Rakyat Indonesia (BRI) Malang Martadinata mempersembahkan Corporate Social Responsibility (CSR) berupa satu unit ambulans dan tenda untuk Universitas Negeri Malang (UM) ). Dihadiri oleh rektor UM, Prof Dr. H. AH. Roffi’udin, M.Pd., penyerahan bantuan berlangsung di Gedung Rektorat A1 lantai 1 pada Rabu (27/07). Kegiatan ini berlangsung mulai pukul 14.00 hingga 15.00 WIB dengan rangkaian acara berupa sambutan-sambutan, penandatangan berita acara, penyerahan cinderamata, dan peninjauan kendaraan operasional. Penyerahan ambulans senilai Rp216,4 juta dan tenda senilai Rp77 juta tersebut adalah bentuk bantuan BRI dalam memenuhi kebutuhan UM terutama fasilitas pelayanan kesehatan. Sebagai bentuk kerjasama yang sudah terjalin selama empat tahun, Rahmad Guntur Kristianto, Kepala Kantor Wilayah BRI Malang, berharap hal tersebut akan terus berjalan baik. Menurutnya, terdapat 31.000 mahasiswa UM yang menggunakan jasa BRI untuk pembayaran SPP online dan remunerasi dosen serta pegawai UM. “Sudah ada penempatan dana di BRI ,

16 | Komunikasi Edisi 305

sehingga kami akan selalu mendukung kebutuhan UM,” tambahnya. Terdapat mesin ATM di setiap sisi strategis UM yang dapat dimanfaatkan. Tercatat sekitar 600 aktivitas terjadi di sana, angka tersebut cukup signifikan dibandingkan di ATM BRI lain yang rata-rata hanya 200 transaksi saja. Dampak positifnya, salah satu program seperti kewirausahaan mahasiswa UM didukung sepenuhnya sejak dini agar dapat menjalankan bisnis dengan baik. Hal itulah yang melatarbelakangi akan ada penambahan ATM, selain karena mahasiswa UM yang lebih senang menyimpan uang di bank. Sebagai perbankan plat merah, pihaknya juga merasa tidak hanya berkewajiban memberi bantuan dalam bentuk dana, melainkan juga berkontribusi dalam perkembangan pendidikan anak bangsa. BRI juga mengajak mahasiwa memanfaatkan fasilitas yang diberikan melalui sosialisasi dengan memperkenalkan lebih jauh terkait kemudahan memanfaatkan modal dan dana segar dari BRI. Selain itu, BRI juga selalu meningkatkan berbagai fasilitas penting yang dibutuhkan oleh setiap

nasabah, seperti program pembayaran SPP. BRI memudakan prosesnya melalui e-banking yang sudah terkoneksi di seluruh jaringan BRI. Mahasiswa dapat membayar dengan lebih praktis dan mudah. Selain itu, membayar menggunakan kartu dan e-banking bertujuan untuk membiasakan mahasiswa agar lebih produktif karena mendapat keuntungan dari bank melalui transaksinya. Kemudahan itu terus ditingkatkan mengingat BRI satelit telah resmi diluncurkan, sehingga jangkaunya lebih luas. Pengguna pun dapat lebih leluasa bertransaksi dimana pun ia berada. Sementara itu, Rektor UM sangat mengapresiasi program CSR. Dengan hadiah yang diberikan, menunjukkan bahwa BRI sangat mendukung pentingnya menjaga kesehatan dan berperilaku sehat. BRI juga siap mengawal secara langsung kebutuhan UM seperti selasar yang dibutuhkan UM. “Kalau ambulans rumusnya tidak sering dipakai, maka lebih baik,” papar Rektor UM disela sambutanya. Menurutnya, semakin jarang ambulans dipakai berarti banyak yang sehat.Iven


dok. Pribadi

Seputar SeputarKampus Kampus

M. Faikar Mustafidz Al Habibi memenangkan juara III ONMIPA-PT bidang Matematika.

M. Faikar Mustafidz

Raih Honorable Mention di Bulgaria

M

. Faikar Mustafidz Al Habibi, mahasiswa Jurusan Matematika berhasil membawa nama UM ke kancah Internasional. Ia mewakili Indonesia untuk berkompetisi dalam Internasional Mathematics Competition (IMC) 2016 pada tanggal 25-31 Juli di Blagoevgrad, Bulgaria. Keberhasilannya memenangkan Olimpiade Nasional Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Perguruan Tinggi (ONMIPA-PT) bidang Matematika merupakan buah dari kecintaanya dengan Matematika. Kemenangannya pada olimpiade yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Kemristekdikti, menjadi kunci gerbang menuju seleksi kompetisi tingkat Internasional. Bukan perkara mudah untuk sampai pada tingkat Internasional. Laki-laki kelahiran 2 Februari 1995 tersebut harus melalui proses seleksi yang panjang. Tahap pertama, seleksi dilakukan di tingkat universitas dengan diambil tujuh mahasiswa terpilih. Kemudian, tahap kedua merupakan seleksi di tingkat

wilayah Kopertis VII Jawa Timur. Pada tingkat Kopertis, Faikar harus bersaing dengan 166 mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Jawa Timur dan hanya empat orang yang lolos ke tahap selanjutnya. Mereka berasal dari Universitas Surabaya, dua mahasiswa dari Institut Teknologi Sepuluh November, dan Universitas Negeri Malang yang diwakili oleh Faikar. Selanjutnya, tahap ketiga (Tingkat Nasional) ia harus bersaing dengan 64 mahasiswa dari 14 Kopertis se-Indonesia. Tahap ketiga dilaksanakan pada (23-27/05) di Hotel Kartika Candra, Jakarta. Sebanyak 64 mahasiswa nantinya akan merebutkan beberapa medali emas, perak, perunggu, dan lima honorable mention. Faikar yang merupakan delegasi dari Kopertis VII berhasil menyabet salah satu medali perunggu. Perjuangan untuk menuju IMC tak berhenti sampai di situ, 15 mahasiswa yang berhasil memenangkan medali dan lima honorable mention bersama dengan juara 1 OSN Pertamina dan juara 1 ONMIPAPT tahun lalu harus menjalani seleksi

selanjutnya untuk menentukan sembilan orang yang akan mewakili Indonesia berkompetisi di IMC. Selain Faikar, ada delapan mahasiswa lain yang juga mewakili Indonesia ke IMC, diantaranya Universitas Gajah Mada (UGM), Institut Teknologi Bandungn (ITB), Universitas Indonesia (UI), Universitas Airlangga (UNAIR), dan Universitas Sanata Dharma. Faikar mengaku menyukai matematika sejak SD. “Saya suka matematika sejak SD. Karena saya lebih suka bernalar daripada menghafal,“ ungkap mahasiswa asal Sidoarjo itu. Sebelum berangkat ke Bulgaria, disamping ia belajar sendiri, ia juga menjalani dua kali pembinaan oleh Kemerinstek Dikti, yakni pada 20-26 Juni dan 21-24 Juli. Usai seminggu di Bulgaria, perwakilan Indonesia harus puas mengantongi empat medali perunggu dan lima honorable mention. Faikar mengatakan dirinya tetap bersyukur, “Saya tetap bersyukur, walaupun bukan medali setidaknya tetap dapat penghargaan honorable mention. Nggak cuma dapat sertifikat, “ tuturnya. Shintiya Tahun 38 Juli-Agustus 2016 |

17


Foot: Iqlima

Seputar Kampus

Kunjungan Prof. Dr. Muhadjir Effendy M.Ap ke UM.

Mendikbud Baru Pamit ke UM

K

acang yang tidak lupa pada kulitnya. Apresiasi itu layak diberikan kepada Prof. Dr. Muhadjir Effendy, M.Ap. Sebagai seorang yang telah mencapai posisi tertinggi dalam dunia pendidikan Indonesia, beliau masih menyempatkan diri untuk pamit ke almamater tercinta, Universitas Negeri Malang pada (07/08) lalu. Dalam kunjungannya, sosok inspiratif yang pernah menjadi bagian dari keluarga besar Majalah Komunikasi ini menghadiri rapat bersama para pimpinan Universitas. Selain itu, beliau juga meminta izin secara resmi untuk melaksanakan tugas sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan sebagaimana yang telah diamanahkan Presiden RI. “Sebelumnya tidak pernah ada pembicaraan apapun dengan Pak Jokowi

18 | Komunikasi Edisi 305

mengenai pengangkatan saya sebagai Mendikbud. Saya juga tidak pernah ketemu Beliau. Pertama kali itu, ya ketika pelantikan itu. Jadi bisa dibilang ini mendadak. Saya baru tahu mengenai pelantikan ini ketika ditelpon pihak Protokol beberapa jam sebelumnya untuk hadir di Istana Negara,� tutur mantan redaksi Majalah Komunikasi ini. Sebagai menteri pendidikan dan kebudayaan yang baru, Prof. Muhajir mengemban amanah dari Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo untuk meneruskan tugas Anies Baswedan. Salah satunya adalah program Kartu Indonesia Pintar yang menjadi salah satu program unggulan Jokowi. Selain itu, terdapat pula fokus pengembangan yang dicanangkan, yakni ketidakmerataan pendidikan serta ketenagakerjaan. Menyikapi hal tersebut, Prof. Muhadjir mengonsultasikan

dengan orang-orang yang terlibat langsung dalam dunia pendidikan, yakni pada dekan serta para pimpinan di Universitas Negeri malang yang notabebe merupakan salah satu mantan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) terbesar di Indonesia. Dalam rapat pimpinan yang dihadirinya, sosok yang merupakan dosen di Fakultas Ilmu Pendidikan ini memaparkan rencanarencana ke depan yang akan beliau laksanakan selama menjabat sebagai Mendikbud. Salah satu program yang beliau canangkan adalah pendidikan SD dan SMP dilaksanakan hingga sore hari (full day school) yang kini sedang ramai diperbincangkan. Selain itu, dalam rapat pimpinan juga dibahas mengenai bagaimana Mendikbud menyikapi sekolah-sekolah yang terletak di perbatasan negara lain serta pembebasan iuran masyarakat pada sekolah.Iqlima


Profil dok. Pribadi

Muda, berani, dan berkarya Lahirkan inovasi tepat guna Berproses tak sekadar tanda tanya Namun menuju jawab yang bermakna Pengabdian bukti eksistensi diri Lingkungan tak luput dari kau, sang pemerhati Pendidikan kau abdi segenap hati Melesat kencang, tak berpangku tangan Membawa nama melalang buana Aktif menggali ide tiap kesempatan Ia lah sang mawapres diploma

Febyan Dimas Pramanta.

Mawapres Diploma: Pemuda Inovator Lingkungan

Nama Lengkap Tempat Tanggal Lahir Alamat Probolinggo

: Febyan Dimas Pramanta : Probolinggo, 10 Februari 1994 : Jalan K.H Ahmad Dahlan 03

Riwayat Pendidikan: • SDN Kebonsari Kulon 4 Probolinggo (2000-2006) • SMPN 5 Probolinggo (2006-2009) • SMAN 2 Probolinggo (2009-2012) • D3 Teknik Elektro (2013-sekarang) Pengalaman Organisasi: • BEM Fakultas Teknik UM 2015 • KPU Fakultas Teknik 2014 • Workshop Elektro 2014-2016 Prestasi: • Program Kreativitas Mahasiswa Karsa Cipta [PKM-KC] dengan Judul “Keyboard Penghasil Listrik [Keyboard Gen] dengan Macro Fibre Composite [MFC]” diajukan Tahun 2014. • Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan [PKM-K] dengan Judul “Basis [Bank Sampah Mahasiswa] : Peningkat

• • •

Profit dan Green Society Kampus” diajukan Tahun 2014. Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Kepada Masyarakat [PKM-M] dengan Judul “Seijo [Seneng Sinau Jowo] Berbasis Game Edukasi sebagai Upaya Pengenalan Bahasa Jawa untuk Anak SD di Kota Malang” diajukan Tahun 2014. Program Kreativitas Mahasiswa Karsa Cipta [PKM-KC] dengan Judul “Galang [Gamelan Layang] Aplikasi Berbasis Teknologi Realsense sebagai Solusi Kreatif Media Pembelajaran Alat Musik Daerah” diajukan Tahun 2015. Program Kreativitas Mahasiswa Teknologi [PKM-T] dengan Judul “Mixense [Mixer of Incense] Solusi Pengaduk Dupa Skala Home Industry” diajukan Tahun 2015. Program Kreativitas Mahasiswa Karsa Cipta [PKM-KC] dengan judul “Ketapel [Komveyor Penyortir Apel] Berbasis Sensor Warna” diajukan Tahun 2015. Program Kreativitas Mahasiswa Gagasan Tertulis [PKM-GT] dengan Judul “Museum Resparial : Museum Lingkungan Masa Depan dengan Memanfaatkan Konsep Desain Re Use of Dumped Materials sebagai Solusi Pembelajaran Lingkungan Hidup” diajukan Tahun 2015. Program Hibah Bina Desa [PHBD] dengan Judul “Green Library of Inovasia: Perintisan Perpustakaan Ramah Lingkungan sebagai Pelopor Indonesia Cerdas di Desa Sumberpetung, Tahun 38 Juli-Agustus 2016 |

19


Profil

Kabupaten Malang” diajukan Tahun 2016. Karya Tulis Pemilihan MAWAPRES 2016 dengan Judul “Smile Trash [Smart Learning Trash]: Tempat Sampah Pembentuk Karakter Anak Bangsa” diajukan Tahun 2016. Finalis pada kegiatan “Kompetisi Teknologi Informasi Tingkat Nasional UNITY EDUCOMP” di Universitas Negeri Yogyakarta Tahun 2015. Pemakalah pada kegiatan “Seminar

F

ebyan Dimas Pramanta. Mahasiswa Teknik Elektro program diploma yang fokus pada bidang kajian elektro dan sistem kontrol. Dunia kerja sempat ia selami selama satu tahun. Bermodalkan ijazah SMA, ia bergabung dengan salah satu pabrik terbesar di tempat asalnya. Selama delapan jam per hari, ia harus berdiri di depan mesin pengepres kayu dengan suhu lebih dari seratus derajat. Selang beberapa bulan, ia diangkat menjadi operator untuk mengoperasikan mesin. Saat itulah keinginannya untuk melanjutkan kuliah semakin bertambah. Kegigihan dalam menekuni bidang Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) membuat karyanya banyak didanai DIKTI dari tahun ke tahun. Kerja kerasnya membuahkan hasil yang sebanding. Dari 82 peserta, ia berhasil lolos dalam 15 besar finalis Mawapres tingkat Nasional. Simak cerita lengkap Febyan hingga menjadi finalis Mawapres Nasional dalam wawancara Kru Komunikasi berikut!

Nasional Teknologi Informasi dan Aplikasinya [SENTIA]” di Politeknik Negeri Malang Tahun 2015. Author pada kegiatan “International Conference on Electricall Engineering, Informatics, and Its Education [CEIE]” di Universitas Negeri Malang Tahun 2015. Peringkat 1 pada kegiatan “Pemilihan Mahasiswa Berprestasi Tingkat Fakultas” yang diselenggarakan Universitas Negeri Malang Tahun 2016.

Bagaimana prosesnya hingga Anda lolos menjadi Finalis Mawapres tingkat Nasional Program Diploma? Sebenarnya sejak dahulu sudah tahu mengenai Mawapres, tetapi tidak tertarik untuk mendaftar. Tahun ini, ketika saya melihat poster pendaftaran Mawapres ,ada niatan untuk mendaftar. Ya sudah, saya mendaftar bersama teman saya yang program sarjana. Ketika pengumuman ternyata yang diterima hanya teman saya yang program sarjana. Namun selang beberapa hari, ada pengumuman bahwa pihak kampus akan mengirimkan Mawapres program diploma sehingga saya akhirnya yang mewakili fakultas ke tingkat universitas. Program diploma se-universitas saat itu hanya tiga dan Alhamdulillah saya mendapat juara pertama dan mewakili tingkat nasional. Bagaimana kesan Anda? Kaget. Bingung. Saya tidak menyangka bisa lolos sampai tingkat nasional. Dan di tingkat nasional lebih banyak lagi saingannya. Ada sekitar 82 peserta dari program diploma yang terdiri dari

Peringkat 1 pada kegiatan “Pemilihan Mahasiswa Berprestasi Tingkat Universitas” yang diselenggarakan Universitas Negeri Malang Tahun 2016. Finalis pada kegiatan “Lomba Cipta Karya Kategori Game Enumeration” di Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Tahun 2016. Author pada kegiatan “Asia Tourism Forum [ATF] Wonderful Indonesia” di Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung Tahun 2016.

berbagai universitas dan saya masuk lima belas besar program diploma. Aspek apa saja yang menjadi penilaian juri? Menurut saya, yang paling penting itu karya tulis ilmiahnya. Finalis diharuskan untuk membuat video presentasi tentang karya ilmiah tersebut dengan bahasa Inggris. Selain itu, juga prestasi yang diperoleh selama menjadi mahasiswa. Apa yang membuat Anda berpikir untuk mengikuti ajang Mawapres? Pada tahun-tahun sebelumnya memang saya tidak tertarik. Namun pada tahun ini awalnya niatnya cuma coba-coba. Ketika saya melihat pengumuman waktu itu hari ini, besoknya sudah hari terakhir. Apa yang menjadi tantangan terberat dalam seleksi Mawapres tingkat nasional? Kalau tingkat nasional ini mungkin lebih ke mentalnya. Saya juga baru kali ini mewakili UM mengikuti kompetisi yang diadakan DIKTI. Jadi, mentalnya memang harus diasah. Bagaimana dukungan dari dosen? Dosen-dosen dari fakultas banyak yang mendukung untuk terus maju ke tingkat nasional saat itu, tapi waktu menyerahkan berkas untuk tingkat nasional saya sendiri yang pesimis. Terlebih dosen pembimbing saya yang memberi wejangan-wejangan. Bagaimana tanggapan teman-teman? Sebenarnya saya tidak memberi tahu teman-teman saya. Hanya dua sampai tiga orang saja yang tahu. Tapi, akhirnya tersebar juga dan banyak yang tahu. Setelah itu, banyak ucapan selamat dari teman-teman.

dok. Pribadi

Apa fokus kegiatan saat ini? Sekarang sedang menyelesaikan dua PKM-KC yang didanai tahun ini, tugas akhir program diploma, dan kompetisi Mawapres Nasional.

Febyan bersama teman-temannya di depan Fakultas Teknik UM.

Bagaimana Anda membagi waktu? Awalnya dulu sempat tidak bisa membagi waktu di semester dua karena ikut banyak


Profil

dok. Pribadi

organisasi. Lalu, pengalaman tersebut saya gunakan di semester selanjutnya. Jadi ya, kalau ada tugas dicicil. Misalkan tugasnya dikumpulkan minggu depan, mulai mengerjakannya minggu ini. Minat atau fokus karya ilmiah Anda tentang apa? Saya memang dari awal kuliah dulu tertarik dengan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Karena memang di jurusan saya kalau ingin membuat karya itu butuh modal yang tidak sedikit. Saat itu saya coba-coba membuat PKM dan lolos untuk didanai. Dari dana tersebut saya bisa membuat karya yang utuh dan dapat dilombakan lagi dan minat saya di PKM-KC dan PKM-M. Bagaimana mendapatkan ide-ide dalam karya ilmiah Anda? Biasanya muncul begitu saja saat kumpul sama teman-teman organisasi. Untuk saat ini, apakah ada gagasan Anda yang mungkin belum terlaksana? Kalau ada ide, saya biasa mencatat dan sampai sekarang masih banyak sebenarnya yang belum direalisasikan.

Febyan disela menjadi pemakalah dalam Sentia 2015.

dok. Pribadi

Bagaimana tanggapan orang tua terhadap kesibukan Anda? Saya tidak memberi tahu orang tua pada awal seleksi tingkat fakultas hingga universitas. Karena waktu itu saya menganggap hanya kebetulan. Jadi saya baru memberi tahu orang tua ketika tingkat nasional. Mereka berdua kaget. Setelah saya ceritakan prosesnya akhirnya mereka memberi dukungan penuh. Setelah menjadi Mawapres, apa tindakan Anda untuk memberi dampak positif bagi mahasiswa lain? Mungkin akan lebih banyak sharing mengenai ide dan info lomba melalui forum-forum organisasi, terlebih di jurusan saya. Apa keinginan Anda yang belum terealisasikan selama kuliah? Saya dari dahulu ingin menulis novel. Jadi, mungkin kalau di UM bisa alih jenjang dari diploma ke sarjana, UKM yang ingin saya ikuti adalah UKMP karena dulu bentrok sama organisasi lain. Lalu apa rencana ke depan? Saya berkeinginan untuk lanjut kuliah, namun ini belum didiskusikan dengan orangtua. Apa pesan untuk mahasiswa UM? Tidak perlu takut untuk berkarya. Ada ide apa, silakan langsung eksekusi. Terutama untuk adik-adik di program diploma tidak perlu minder untuk terus berkarya. Maulani

Febyan ketika menghadiri kuliah tamu.

Tahun 38 Juli-Agustus 2016 |

21


Foto: Maria

Cerita Mereka

dua pehijrah dari lombok perbaiki kampung halaman Zulkipli dan Nurchasanah siap membangun kampung halaman menjadi lebih baik.

S

uasana lebaran masih terasa melekat. Meski kesucian Ramadan telah sampai ujung dan menyisakan rutinitas berkah yang selalu memikat bagi para umat Muhammad SAW. Takjil-takjil kini berganti menjadi kue kering dalam toples-toples yang dibiarkan tak ditutup rapat. Tak lagi menunggu bedug senja, menikmati sepuasnya opor ayam dengan ketupat. Menyucikan hati dengan sanak saudara melalui pelukan hangat. Membuat silahturahmi menjadi momen istimewa dengan keluarga dan tetangga terdekat. Namun, indahnya suasana tersebut tak dirasakan seutuhnya oleh sepasang kekasih halal, Nurchasanah dan Zulkipli. Dua insan pendatang dari Lombok yang merupakan mahasiswa Pascasarjana ini masih menetap di Kota Malang. Macetnya jalan sepekan setelah lebaran tiba tak menjadi penghalang untuk menemukan asrama tempat Nurchasanah tinggal. Kesasar satu atau dua kali barulah menemukan gang yang tepat. Di Jalan K.H Hasyim Asy’ari, sebuah papan bertuliskan �Wisma Lombok� terpampang pada bangunan tua dan sederhana dengan beberapa tanaman jagung yang menjulang tinggi. Tak lama menunggu, sesosok perempuan berjilbab keluar dari bangunan itu. Seakan bertemu dengan saudara muslimah yang lama tak ditemui, Nurchasanah langsung memberikan peluk hangat dan menempelkan kedua pipinya. Sambutan yang sungguh hangat di

22 | Komunikasi Edisi 305

tengah terik matahari yang memancar kuat. Setelah berkenalan sebentar, cerita mulai mengalir. Mengisahkan jalan mereka berdua hingga seperti saat ini. Zulkipli yang merupakan lulusan Teknik Informatika ini menjadi perintis Jurusan Teknik di sebuah SMK di Lombok. Empat tahun menjabat sebagai Ketua Jurusan tanpa tahu basic untuk mengajar dan tak mengantongi sertifikat pendidik menggerakkan hatinya untuk menempuh pendidikan Pascasarjana di Universitas Negeri Malang (UM) Jurusan Teknologi Pembelajaran. Berbeda dengan Zulkipli, sang istri mengajar madrasah di rumah. Perempuan yang menjadi Wakil Kepala Kesiswaan ini menghadapi kenyataan bahwa madrasah tersebut tak bisa berkembang. Sistem pendidikan yang digunakan adalah kekerasan. Hati kecil Nurchasanah seakan bergejolak menolak hal tersebut. Ia tak bisa berbuat banyak karena tak tahu cara mengelola madrasah dan pendidikan tersebut, terlebih keterbatasan untuk menyalahi cara dan aturan yang sudah diterapkan oleh pendidik yang lebih senior. Hal inilah yang membuat Nurchasanah memilih Pendidikan Manajemen. Kedua permasalahan tersebut mengikat niat pada hati Nurchasanah dan Zulkipli. Tekad yang terpaku menggerakkan mereka untuk menstater sepeda motor menuju Malang. Berbekal uang yang tak terlalu banyak dan buta arah, perjalanan dimulai


Zulkipli dan Nurchasanah di depan Asrama Lombok Barat pukul empat sore kala itu. Deru ombak saat senja mengantarkan mereka ke Pulau Bali. Jarum jam menunjuk angka tiga ketika roda sepeda motor sampai di Denpasar. Dini hari yang sepi tak menyurutkan niat. Beruntung ada kenalan yang mempersilakan mereka untuk menginap. Tak hilang rasa lelah dan kantuk. Setelah Subuh, sepeda motor kembali melaju. Sempat terhalang niat karena kenalan di Bali yang memperingatkan bahwa Malang itu kota yang jauh. Namun, tekad seakan tumpul, tak bisa dipecah hanya dengan pisau buah. Tanpa peta dan aplikasi navigasi di android, roda motor kembali bergesekan dengan dermaga. Aroma air laut terhirup. Tak kering tenggorokan untuk berkali-kali bertanya arah menuju Malang. Bahkan Zulkipli baru mengetahui bahwa pelabuhan yang telah ia lewati bernama Gilimanuk ketika kapalnya terombang ombak. Sementara itu, Nurchasanah pingsan akibat kelelahan yang tak terelakkan. Peluh keringat hanya jadi debu yang berhembus. Tak sekali Nurchasanah pingsan. Di musala kecil yang terletak di perbatasan Probolinggo, matanya kembali terpejam tak sadarkan diri. Namun, seperti makmum yang mengikuti imam, dia tetap meluruskan tekad bersama sang suami. Imamnya pun tak kalah memperhatikan. Sambil memegang tangan Nurchasanah karena takut jatuh lagi, ia melajukan motornya pelan-pelan. Baju terasa lusuh tak tertahankan. Alhasil, Zulkipli hanya memakai sarung dan melepas celananya. Pukul dua dini hari mereka sampai di Lawang. Lalu, dijemput kenalan mereka yang menempuh pendidikan di Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. Akhirnya, mereka menginap di Asrama Lombok Barat di daerah Sigura-gura selama tiga hari. Tercengang rasanya ketika mereka menyampaikan bahwa perjalanan panjang melelahkan yang mereka ceritakan itu hanya untuk mencari informasi pendaftaran di Pascasarjana UM. Mereka pun kembali pulang setelah mendapatkan jawaban bahwa pendaftaran dibuka sebulan lagi, April 2014. Rute Lombok-Malang yang ditempuh selama beberapa hari itu tak membuat jera. Mereka kembali lagi untuk melaksanakan tes masuk lalu pulang untuk menunggu pengumuman. Setelah dinyatakan lolos, tantangan luar biasa dari keluarga menjadi pagar besi. Pengakuan bahwa tak ada biaya tak bisa dipungkiri. “Saya cuma punya Allah dan keyakinan untuk hijrah. Saya ingin memperbaiki pendidikan di sini dan hijrah itu disukai Allah,” tegas perempuan yang lahir pada 15 Juli 1985 itu. Keinginan hati ibarat ingin menyeberang pulau, tapi tak ada jembatan. Namun, seakan Mahakuasa menuntun dan merestui kesungguhan niat dan tekad mereka. “Kita buka Alquran waktu itu. Setiap membuka dan membacanya, selalu ada perintah hijrah di sana,” ungkap Zulkipli dengan logatnya yang khas. Allah menyiapkan sebuah kapal untuk menyeberang pulau. Tiba-tiba

Foto: Maria

Foto: Maria

Cerita Mereka

Perjalanan Zulkipli dan Nurchasanah menuju ke Malang ada rezeki datang sehari sebelum batas akhir pembayaran SPP. “Alhamdulillah uang itu bisa pas untuk membayar SPP pertama. Sisanya hanya sedikit, tak pernah kita berpikir bagaimana akan tinggal dan makan di Malang,” tambahnya. Tangan tak kasat mata Allah selalu terjulur untuk hamba-Nya yang membutuhkan. Sebuah keajaiban mereka bisa bertahan sampai pada semester berikutnya. Pernah dipisah selama tiga bulan di Asrama Lombok Barat, tinggal di Masjid Muhajirin, sampai pada akhirnya tinggal di Wisma Lombok paling tua yang ditempati sekarang. Bahkan berjalan dari alun-alun ke kampus pun tak jadi masalah saat tak ada sisa receh untuk membeli bensin. “Yang paling penting adalah bisa masuk kuliah setiap hari,” ujar Nurchasanah. Hari demi hari ia habiskan di perpustakaan karena memang tak ada biaya untuk fotokopi buku. “Dosen Pasca itu baik-baik. Saya sering diberi buku,” tambahnya. Lahan wisma pun tak dibiarkan menganggur dan mereka tanami beberapa bahan pangan untuk bantu biaya makan. Hari-hari berlalu menjadi kehidupan yang lebih baik. Mahasiswi yang kerap disapa Bu Nur ini mengajar les privat untuk mencukupi kebutuhan. Zulkipli yang memang ahli dalam teknik menyebarkan brosur untuk menyediakan jasa menginstall software dan reparasi hardware. Sampai pada semester tiga yang sudah di hadapan mata, kembali mereka diuji dengan biaya yang belum ada di genggaman tangan. Sekali lagi Allah tak pernah sekali pun menutup mata pada hamba-Nya. Pada saat terakhir pembayaran SPP, bantuan dari pemerintah yang diajukan pada waktu lampau bagaikan uang yang jatuh dari langit. Bantuan pendidikan tersebut cukup membantu walaupun hanya untuk satu orang. Berkah dan barokah tak ada henti. Permintaan mengajar semakin banyak. Penghasilan yang didapat digunakan untuk menebus sepeda motor yang digadaikan untuk membayar SPP semester akhir. “Kami ingin cepat kembali ke Lombok dan bekerja agar bisa melunasinya,” ungkap Zulkipli. Tak heran jika sepeda itu menjadi pusaka emas. Hanya itulah yang bisa membawa mereka enam kali pulang-pergi ke Lombok dalam waktu dua tahun ini. Uang tak akan jadi jaminan untuk bisa menjadi sukses. Usaha dengan peluh bercucuran, sabar dengan ikhlas, dan qana’ah dengan terus bersyukur jadi harga mahal yang tak bisa ditebus dengan uang. Di saat pendidikan masih dipandang rendah di daerahnya dan banyak lulusan SMP yang lebih memilih untuk menikah ataupun menjadi TKI dengan pemalsuan usia, mereka berdua malah memilih untuk menempuh pendidikan tinggi sebagai hijrah. Entah Allah ingin melapangkan jalan atau apa sehingga sampai pada tahun kelima menikah, mereka belum dikaruniai momongan. Namun hal yang terpenting adalah selalu yakin, takdir Allah pasti indah.Maria Tahun 38 Juli-Agustus 2016 |

23


Pustaka

Berharap Romansa Masa Kecil Terulang Kembali

Foto: Mock Up

Oleh Teguh Dewangga

Judul Penulis Penerbit Tahun Terbit ISBN Tebal

P

: Satu Kisah yang Tak Terucap : Guntur Alam : GagasMedia : 2016 : 979-780-855-6 : x + 242 Halaman

ulau Kemaro menyimpan kisah cinta yang melegenda antara Fatimah sang Putri Melayu dengan Tan Bu An sang Pangeran dari Negeri Tiongkok. Kisah mereka mengabadi menjadi Pulau Kemaro yang membelah Sungai Musi. Di tengah pulau tersebut muncul pohon beringin yang amat besar, orang-orang meyakini siapa pun yang menuliskan kedua nama kekasih di pohon tersebut akan diberkahi menjadi pasangan seumur hidup. Barangkali karena kisah tersebut lah Ratna dan Lee yang masih berbau kencur menuliskan nama mereka. Ratna tidak tahu harus menuliskan nama siapa, karena dia tidak memiliki pacar, yang ada hanya lah sosok yang telah dianggapnya sebagai kakak dan selalu melindunginya dari kejahilan di masa-masa sekolah. Lee yang merupakan tetangga depan rumahnya, sekaligus teman bermain sedari kecil akhirnya memberikan namanya untuk ia tulis bersisihan dengan nama Ratna di pohon tersebut. Selama lima belas tahun kisah tersebut rupanya telah tertinggal jauh. Barangkali sudah hilang bersama gerusan arus Sungai Musi. Ratna saat ini telah berumur 30 tahun. Sama sekali belum menikah dan itu yang membuat kekhawatiran kedua orangtuanya memuncak. Ada sebuah rahasia besar yang ia pendam dalam-dalam. Hatinya dirundung gelisah saat laki-laki silih berganti memenuhi hidupnya dan satu persatu dari mereka akan memilih untuk mundur karena bagaiamanapun mereka tidak bisa membuat Ratna untuk setuju mengarungi rumah tangga bersama. Bersamaan dengan itu, Lee yang telah beranjak di usia 31 tahun memilih pulang ke kampung halamannya di Palembang. Meninggalkan Jakarta yang

24 | Komunikasi Edisi 305

telah memberi ia jejak pahit karena mantan kekasihnya yang membuatnya meragu dan akhirnya memilih untuk mengikuti arus kehidupan yang kala itu sedang mengarah ke kampung halaman. Oma Liem, sang nenek, yang memintanya pulang karena ada 6 toko pempek yang harus diurusi. Bagaimanapun warisan keluarga harus ada yang meneruskan. Sebelumnya Ratna yang telah dianggap sebagai cucunya sendiri menjalankan bisnis tersebut, tapi dirasa perkembangan yang cukup pesat membuat Ratna kualahan dan akhrinya Oma Liem memutuskan untuk meminta Lee pulang membantu usaha tersebut. Sebenarnya ada siasat yang disepakati oleh keluarga Ratna. Begitu pula keluarga Lee. Mereka ingin menjodohkan mereka berdua. Mereka berpikir bahwa keduanya belum menemukan pasangan yang cocok atau masih sama-sama keras kepala mengejar pekerjaan sehingga melupakan kisah percintaan yang harusnya telah dibangun bertahun-tahun lamanya. Padahal yang sesungguhnya terjadi adalah Lee dan Ratna memiliki masa lalu yang kelam. Yang membuat mereka berpikir bahwa cinta sejati tak selamanya berakhir bahagia. Bahkan ada konflik panjang yang harus dilalui oleh Lee dan Ratna ketika mereka bertemu kembali setelah 15 tahun tanpa kabar. Lee yang mencoba mengejar Ratna dan Ratna yang selalu mencari celah untuk berlari. Bersama bayangbayang masa kelam yang membuat dia marah terhadap Lee. Dalam buku tersebut, romansa masa kecil tertulis dengan manis, dengan keluguan, serta pola pikir remaja yang sangat bebal dan suka penasaran. Namun berbanding terbalik ketika Ratna dan Lee sudah mencapai usia yang matang. Mereka berdua tumbuh beriringan dengan berjalanya sang waktu, pertemuan mereka bahkan melibatkan perasaan yang paling emosional. Belum lagi konflik keluarga yang harus mereka hadapi, lantas teman Ratna sewaktu sekolah yang mulai mendekatinya lagi. Semua teracik sempurna dalam novel ini. Keduanya mempertanyakan kembali arti sebuah cinta, yang bahkan tidak mereka sadari telah membibit sejak mereka kecil. Mempertanyakan kembali sejauh mana salah seorang dari keduanya bisa bertahan dengan sebuah rahasia dari orang yang ia cintai. Di dalam kisah ini kita bisa mengambil sebuah perenungan, bahwa masa lalu bisa saja membuat orang akan terpuruk.Berkubang pada masa lalu sama saja berkubang pada perasaan bersalah terus-menerus. Ratna yang tidak terbuka membuat hidupnya kelam sendiri. Tapi Guntur Alam, sang penulis bisa menempatkan sebuah konflik dan rahasia sebagai hewan buruan yang terusmenerus berlari sampai halaman terahkhir buku ini. Pada akhirnya kita akan menyelami kembali kisah Putri Fatimah dan Pangeran Tan Bun An yang melegenda tersebut. Membuat kita bertanya apakah Ratna dan Lee harus berakhir tragis seperti pasangan tersebut, ataukah mereka memilih untuk berjalan saling beriringan. Mengulangi romansa masa kecil dan bersama-sama meninggalkan masa lalu yang telah lewat, lantas membuat kisah bahagia sendiri dengan Pulau Kemaro yang menjadi saksi serta desau angin yang membelah Sungai Musi. Penulis adalah mahasiswa Pendidikan Teknik Otomotif Universitas Negeri Malang


Repro Internet

Pustaka

Oleh Ardi Wira Saputra Judul Film Sutradara Produser Tayang Durasi

“C

: Ada Apa dengan Cinta (AADC) 2 : Riri Riza : Mira Lesmana : 28 April 2016 : 1 jam 52 menit

inta, apa yang saya lakukan ke kamu itu tidak adil� “Rangga, apa yang kamu lakukan ke saya itu, Ja Ha T!� Sepotong dialog tersebut pasti sudah tak asing lagi bagi para pecinta film Indonesia. Bahkan, tingkat popularitasnya merambah pada meme serta berbagai versi poster di jejaring sosial. Salah satu hal yang menjadikan sepotong dialog tersebut sangat populer karena yang mengucapkan adalah Rangga dan Cinta. Dua sejoli yang sempat bombastis namanya empat belas tahun silam, saat keduanya masih duduk di bangku SMA dalam film Ada Apa dengan Cinta (AADC). Sepasang cinta pertama yang berbeda tipe, berbeda latar belakang sosial, dan berbeda watak namun serasi. Mereka ibarat Kamajaya dan Kamaratih. Dewa dan dewi cinta. Banyak orang berspekulasi tentang kelanjutan kisah Rangga dan Cinta namun akhirnya spekulasi tersebut terjawab dalam film AADC 2. Dalam film ini, dikisahkan Rangga sengaja datang ke Indonesia untuk mencari Cinta. Mereka sudah putus selama sembilan tahun, bahkan teman-teman mereka banyak yang sudah menikah. Nasib Cinta lebih baik, dia baru saja bertunangan dengan pebisnis muda sekaligus kaya bernama Trian. Sedangkan Rangga yang baru saja memiliki kedai kopi di Amerika dan menjadi seorang kolumnis media, nyatanya masih menjomblo. Tak betah dengan kesendiriannya, Rangga pun ingin menemui Cinta. Awalnya Cinta sempat marah sekaligus judes pada Rangga, bahkan Cinta juga

menampar lelaki yang dulu sangat dicintainya itu. Namun Rangga dengan sabar mengajak Cinta untuk mau mendengarkan semuanya dalam sebuah pertemuan di Jogja yang hanya diagendakan satu jam. Nyatanya keduanya pun larut dalam berbagai topik pembicaraan sambil jalanjalan mengelilingi sudut kota. Tak terasa, seharian penuh mereka bersama. Larut dalam romantika masa lalu inilah yang dinantikan oleh para penonton. Prof. Abd. Syukur Ghazali, pengajar sastra dari Universitas Negeri Malang, mengatakan bahwa sastra dapat membuat penikmatnya larut dalam kisah yang disajikan sehingga mampu mengalihkan perhatian penikmat sastra dari realita yang sedang dialaminya. Sejenak lupa akan kenyataan dan hanyut dalam kisah yang dialami para tokoh. Rupanya efek inilah yang dipahami benar oleh produser film AADC2. Bagi para pemuda yang berada pada zaman AADC 1, sedikit banyak pasti memiliki kenangan manis mengenai film tersebut. Apalagi jika percintaanya mirip atau terinspirasi dari film itu sehingga efek terbawa perasaan (baper) cukup tinggi ketika menyaksikan film tersebut. Kisah cinta yang disajikan dalam film AADC 2 secara tidak langsung juga merupakan representasi kisah cinta zaman sekarang. Khususnya representasi kelas sosial menengah untuk mencintai kelas sosial atas. Rangga merupakan perwujudan representasi kelas menengah. Hal itu ditunjukkan dengan belum siapnya dia menikahi Cinta sembilan tahun yang lalu karena masih menyelesaikan kuliah. Di sisi

lain, ayah Cinta berpesan pada Rangga agar dia segera bergegas menikahi anaknya. Rangga yang tidak siap memilih untuk memutuskan Cinta dan sembilan tahun memendam rasa sayangnya. Walhasil Cinta bertemu dengan pebisnis kaya raya yang siap untuk menikahinya. Meskipun demikian, kekuatan cinta tiada banding. Keberanian Rangga yang merasa sudah siap menikah untuk menggugah kembali cinta pertamanya diakui jempol. Dia hendak menebus ketidaksiapan sembilan tahun lampau. Ibarat pahlawan Troya yang berada pada garda terdepan barisan perang. Rangga seolah memimpin para pemuda yang senasib, sekaum dengannya untuk berani menyatakan cinta mereka. Ketulusan dan tanggung jawab adalah modal utamanya. Harta dan materi dikesampingkan semuanya. Hanya dalam waktu sehari semalam, Rangga berusaha mengulang kembali ingataningatan Cinta pada masa-masa indah yang telah ditelan ratusan purnama silam. Apabila dampak dari film AADC 1 menginspirasi para pemuda untuk menemukan cinta pertamanya, maka layak dinanti dampak dari film AADC 2 ini. Akankah timbul benih-benih Cinta Lama Bersemi Kembali (CLBK) atau justru malah menimbulkan niatan untuk kembali mengejar cinta pertamanya? Kita tunggu saja, apabila hal tersebut benar-benar terjadi, maka inilah momen yang tepat sebagai awal kemerdekaan para mantan! Penulis adalah mahasiswa S2 Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Negeri Malang Tahun 38 Juli-Agustus 2016 |

25


dok. Panitia

Suasana A3-days Workshop on GLT Research dan Publication di Aula Fakultas Sastra UM.

Workshop Tiga Hari,

Temukan Inovasi Pembelajaran Bahasa Inggris Oleh Healza Kurnia Hendiastutjik ak hanya generasi muda yang dituntut untuk menjadi tumpuan terdepan dari kemajuan suatu bangsa. Para tenaga profesional, pekerja, hingga tenaga pendidik juga diharuskan untuk terus berkembang mengikuti perkembangan zaman. Segala bidang, khususnya di bidang pendidikan yang setiap saat selalu berubah karena kemajuan teknologi dan infrastruktur membuat seluruh guru ataupun dosen harus mampu berpikir kritis terhadap beragam masalah pendidikan. Berawal dari keinginan kuat untuk terus mengabdi di dunia pendidikan inilah yang menjadi motivasi tersendiri bagi para tenaga pendidik dan dosen-dosen untuk mengadakan workshop selama 3 hari, yakni 25 Juli-27 Juli 2016. Acara yang digagas oleh Jurusan Sastra Inggris Universitas Negeri Malang bekerjasama dengan Divisi Publikasi TEFLIN (The Association for the Teaching of English as a Foreign Language in Indonesia) dan bertempat di Aula Fakultas Sastra UM tersebut turut menghadirkan fasilitator sekaligus pembicara handal yang berasal dari National Institute of Education (NIE), Nanyang Technological University (NTU) Singapura, Dr. Willy A. Renandya dan Dr. Ruanni Tupas. “Keduanya adalah pakar di bidang pembelajaran bahasa Inggris dan Applied Linguistics yang telah memiliki pengalaman dan track record yang sangat mumpuni dalam penelitian dan publikasi ilmiah di jurnal internasional,” tutur ketua pelaksana “A 3-day Workshop on ELT Research and Publication”, Nur Hayati, M.Ed. Beliau juga mengungkapkan bahwa agenda workshop yang dihadiri oleh sekitar 24 universitas di seluruh Indonesia diharapkan dapat mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan seluruh peserta dalam menghasilkan penelitian dan publikasi internasional yang memiliki kontribusi positif terhadap perkembangan ELT atau pembelajaran Bahasa Inggris sebagai bahan rujukan praktisi, peneliti dan pengamat di bidang tersebut. Dalam workshop tersebut, kedua pembicara ahli menggembleng melalui pengenalan terhadap cara-cara ampuh dalam melakukan penulisan karya ilmiah, perencanaan terhadap penelitian jangka panjang, hingga perencanaan agenda publikasi di jurnal ilmiah internasional. Sesuai dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi, seorang dosen harus mampu melakukan penelitian dan menghasilkan

T

26 | Komunikasi Edisi 305

publikasi yang berpengaruh dan berkontribusi besar bagi lingkungan masyarakat. Tidak hanya di level lokal, namun juga di skala internasional dan hasil penelitiannya akan menjadi rujukan bagi banyak orang pula. Di hari pertama ini, para peserta workshop diajak untuk mengenali “WRITE” way. Mulai dari bagaimana berpikir untuk menemukan topik permasalahan yang akan diangkat dalam sebuah penelitian dan menemukan sumber-sumber referensi yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan. Memasuki hari kedua, Willy dan Ruanni mengajak para peserta untuk mulai membuat abstrak. Selain itu, mereka juga diharuskan untuk mempresentasikan kajian pustaka dari penelitian masingmasing, mendeskripsikan metodologi penelitian yang digunakan, hingga menjelaskan hasil dari penelitian yang dilakukan. Dalam penjelasannya, kedua pemateri mengingatkan untuk tidak keluar dari jalur atau langkah-langkah dalam penulisan jurnal. Karena selain untuk memudahkan peneliti menulis ide-ide yang akan ditulis, peneliti juga dapat memetakan langkah-langkah apa saja yang akan dilakukannya selama penelitian. Di hari ketiga, Willy dan Ruanni kembali memaparkan bagaimana cara membedakan antara jurnal pedagogi dan akademik. Para peserta juga diajak untuk mengenali rate atau standar yang diterima oleh jurnal tersebut. Selain rate, dalam publikasi jurnal seorang peneliti juga harus mengetahui seberapa besar dampak yang akan diterima dari paper yang telah dipubilkasikan dalam jurnal ilmiah. Setelah mengerti dan memahami keseluruhan faktor-faktor tersebut, barulah seorang peneliti memutuskan jurnal atau publisher mana yang dapat mempublikasikan paper peneliti dengan tepat. Hari terakhir workshop para peserta diharuskan mengumpulkan manuscript yang telah dikerjakan selama tiga hari ini. Setelah mendapat revisi dan komentar atas manuscript yang telah dikumpulkan, para peserta diharuskan mengumpulkan kembali manuscript mereka yang telah direvisi. Usai kegiatan tersebut, para peserta diajak berdiskusi mengenai isu-isu terbaru dan konsentrasi yang telah dipelajari oleh para dosen, khususnya di bidang English Language Teaching (ELT). Penulis adalah mahasiswa Sastra Inggris Universitas Negeri Malang.


MENTRADISIKAN JUARA,

Info

dok. Panitia

MENJAWAB TANTANGAN KE DEPAN

Raihan UM saat MTQ Mahasiswa Regional di Universitas Trunojoyo.

esederhanaan sudah mulai usang rupanya. Apalagi di tengah-tengah kami sebagai pemuda. Malu dan ringkih bila harus terus menerus dijejali modernisasi tanpa filter yang ujung-ujungnya berlaku hedonis dalam urusan apa pun. Kini semua anggapan itu bisa dilebur dengan prestasiprestasi mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM) yang berani berkreasi dan membumikan Alquran dengan begitu elok. Tak kalah indah saat UM menjadi jawara MTQ-MR Jatim IV 2016 di Universitas Trunojoyo Madura. UM menjadi Juara Umum hingga empat kali berturut-turut, mulai dari tingkat regional hingga nasional. Tentu bukan perkara mudah untuk memoles kerang hingga menjadi mutiara yang bernilai jual tinggi. Bukan semata harga secara finansial melainkan juga kualitas dan keeleganan membawa nama harum UM di kancah nasional. Mulia atau tidak di hadapan Allah, manusia tak dapat mengukurnya secara spesifik. Yang jelas niat dari seluruh instansi UM beserta mahasiswa-mahasiswa yang terlibat untuk memberi kehidupan tentang Alquran agar tersampai lebih mudah pada masyarakat umum. Setiap waktu akan bergulir dan berganti tahun. Begitu juga dengan upaya UM untuk mempercepat generasi baru. Pembibitan untuk menjaring khafilah UM dalam berlaga di kompetisi MTQ berikutnya. “WR III memiliki rumus ampuh untuk menemukan mahasiswamahasiswa unggul pengharum nama UM. Pertama pembibitan, kedua seleksi, berikutnya pembinaan dan pendampingan,” kata Yusuf Hanafi, pembimbing ASC. Banyak dari mahasiswa memiliki skill beragam, khususnya dalam bidang agama. “Kasarannya, jika mereka tak memiliki bakat di bidang tersebut dan ditempa oleh juara dunia pun nggak akan bisa ngangkat, bisa pun hanya sedikit naik levelnya. Berbeda dengan mereka yang sudah memiliki skill,” tegas Yusuf Hanafi. Mahasiswa-mahasiswa yang berkecimpung dalam dunia agama, khususnya Alquran, telah dijaring hingga menjadi juara nasional.

K

Di samping itu, semua pihak pembimbing juga melakukan seleksi untuk memilih mahasiswa yang terbaik guna mendapat pembinaan yang intensif. Salah satu yang telah dilewati dalam ajang MTQ-MR dengan khafilah yang dikarantina selama berminggu-minggu. Tentunya dengan mentor yang memiliki track record juara nasional pula. Tidak hanya berhenti di pembinaan saja, namun juga pendampingan intensif saat mahasiswa berlaga. Pendampingan psikologis pada mahasiswa saat hari H yang semakin crowded. “Jadi pembimbing juga harus siap mental. Nggak boleh lemah di depan anak-anak. Mereka turun dari panggung dengan kekecewaan pun, saya juga harus beri jempol atas usaha mereka. Kalau nggak gitu anak-anak sudah nangis di tempat itu juga,” kenang Yusuf Hanafi. “Ranah kalian sebenarnya hanya ikhtiar dan doa. Selebihnya sudah menjadi urusan Allah,” kata Tsania Nur Diana peraih Juara 1 LKTIA MTQ Regional mengenang pesan pembimbing sejak awal pembekalan. Teknologi, sosial, dan edukasi yang segalanya bersumber dari Kalamullah berhasil dikreasikan dengan penuh makna, dan manfaat. Hal ini tercermin dalam lomba Khatthil Quran (Kaligrafi), Desain Aplikasi, Karya Tulis Ilmiah yang bersumber Alquran. Mahasiswamahasiswa yang berani mengorek isi kandungan Alquran hingga saat ini dicari oleh UM sebagai penguat khafilah berikutnya. Bersaing dengan 47 Universitas, baik negeri maupun swasta di 16 cabang, tentu diperlukan persiapan yang tak main-main. Apalagi saat akan berlaga di MTQ Mahasiswa Nasional pada 2017 dari berbagai perguruan tinggi seluruh Indonesia. UM mendapat kehormatan dengan menjadi tuan rumah bersama Universitas Brawijaya di MTQ Mahasiswa Nasional XV 2017 mendatang. Rektor UM, Prof. Dr. Ah. ROfi’uddin, M.Pd menegaskan bahwa pada tahun 2017, UM diharapkan sukses meraih prestasi juara umum kembali dan sukses dalam penyelenggaraan MTQ Mahasiswa Nasional. Arni Tahun 38 Juli-Agustus 2016 |

27


Agama Info

Spirit Berqurban:

Meningkatkan Iman, Membina Persaudaraan Oleh Ahya Mujahidin

B

erqurban merupakan ajaran yang waktu pelaksanaannya bersamaan dengan ibadah haji. Ibadah Qurban ini, biasa dilakukan pada saat Hari Raya Idul Adha. Dengan kata lain, apabila kita mendengar Idul Adha, maka langsung terlintas pada benak kita akan tradisi berqurban yang sangat identik dengan menyembelih hewan qurban. Mengenal Qurban Topik Qurban selalu menjadi bahasan penting dan menarik dari dulu hingga

28 | Komunikasi Edisi 305

sekarang. Pembahasan awal dari tulisan ini difokuskan pada apa yang dimaksud dengan qurban. Secara etimologi, “Qurban� berarti mendekat. Menurut istilah, Qurban berarti upaya pendekatan diri seorang hamba dengan jalan menyembelih hewan yang halal dan dilaksanakan sesuai dengan tuntunan untuk mencari ridha Allah SWT. Salah satu ajaran Islam yang penuh makna, mengandung sejarah, dan juga menumbuhkan rasa kepekaan sosial adalah ibadah qurban. Perintah untuk berqurban tertulis dalam QS. Al-Kautsar ayat 1 -2 yang artinya, “Sesungguhnya, Kami telah

memberimu nikmat yang banyak. Maka laksanakanlah shalat karena Tuhanmu, dan berqurbanlah�. Memahami ibadah qurban bukan hanya ibadah individual semata. Ibadah qurban sebagai ibadah yang secara khusus dilaksanakan sekali dalam setahun, tepatnya pada hari besar Islam, yaitu Idul Adha. Penyebutan hari besar Islam untuk Idul Adha ini disebabkan beberapa hal. Pertama, pada hari itu kaum muslim melakukan shalat Idul Adha. Kedua, adanya pelaksanaan ibadah haji di Makkah. Ketiga, dalam momentum ini pula, ada peristiwa penyembelihan hewan qurban.


Agama

ilustrasi oleh Aji Setiawan

Historitas Ibadah Qurban Kehidupan Nabi Ibrahim penuh dengan keteladanan yang patut diikuti untuk mendapatkan kehidupan. Ketika beliau dan istrinya sudah berusia senja, anak yang ditunggu sebagai generasi pelanjut belum juga dikaruniakan. Masa penantian yang panjang seperti itu tidaklah menyebabkan Nabiyullah Ibrahim As berputus asa dari Rahmat Allah SWT. Beliau tetap istiqamah berdo'a dan memohon kepada-Nya agar dianugerahi keturunan yang shaleh. Beliau selalu berdo’a “Robbi habliminassholihin”, Wahai Tuhan-ku karuniakanlah kepadaku

anak yang shaleh. Akhirnya Allah menganugrahkan kepadanya seorang anak yang diberi nama Ismail As. Baru saja menikmati kebahagiaan dengan kelahiran putranya, Allah SWT memerintahkan kepada Nabi Ibrahim untuk membawa istri dan anaknya ke dekat Baitullah. Beliau diperintahkan untuk berpisah dengan keluarganya, bahkan disuruh untuk menempatkan istri dan anaknya di sebuah tempat yang sangat gersang. Dalam kondisi seperti itu Siti Hajar tidak berputus asa. Ketika semua perbekalannya telah habis, ia pun berlari mencari air dari Bukit Shafa ke Bukit Marwa. Setelah perjuangannya mencapai titik optimal, Allah menurunkan pertolonganNya dengan mengeluarkan mata air di dekat kaki Ismail. Mata air itu kemudian kita kenal dengan sumur zamzam yang mengalir dan dapat dinikmati jutaan kaum muslimin hingga saat ini. Ketika Ismail telah tumbuh dewasa dan dapat diajak bertukar pikiran untuk mencari penyelesaian problem yang ada, datanglah ujian keimanan berikutnya. Allah yang tidak pernah berbuat dzalim kepada hamba-Nya, memerintahkan kepada Nabi Ibrahim As untuk menyembelih putra tercinta, putra tunggal, harapan satusatunya yang menjadi pelanjut risalah perjuangannya. Nabi Ibrahim pun menajamkan keyakinannya untuk mewujudkan perintah itu. Beliau kemudian menyampaikan perintah Allah tersebut kepada putranya, Ismail As. Di luar dugaan, beliau mendapatkan jawaban dan respon yang luar biasa. Saat beliau mengatakan kepada putranya Ismail: “Wahai anakku sungguh aku melihat dalam mimpiku bahwa aku diperintahkan Allah untuk menyembelihmu, maka kemukakanlah bagaimana pendapatmu? Nabi Ismail As menjawab : "Wahai ayah, laksanakanlah apa yang diperintahkan Tuhan kepada ayah, Insya Allah ayah akan mendapati saya dalam keadaan sabar" (QS. As-Shaffat; ayat 102). Kesanggupan Nabi Ibrahim As menyembelih anak kandungnya sendiri, Nabi Ismail, bukan semata-mata didorong oleh perasaan taat setia yang membabi buta, tetapi meyakini bahwa perintah Allah SWT itu harus dipatuhi. Saat Nabi Ibrahim akan melaksanakan perintah tersebut, Allah mengutus malaikat Jibril mengganti dengan seekor domba sebagaimana dikisahkan dalam Al-Quran Surat AshShoffat ayat 107. “Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar” (QS. Ash-Shoffat ayat 107). Hikmah Berqurban Terdapat banyak makna yang dapat dipetik dari ibadah qurban ini, baik

secara ruhiyah maupun secara sosialkemasyarakatan. Secara ruhiyah, ibadah ini dapat menumbuhkan dan meningkatkan keimanan seseorang kepada Allah SWT. Secara sosial-kemasyarakatan, ibadah qurban akan bermakna apabila kerelaan dan keikhlasan orang-orang yang melaksanakan qurban berimbas pada perilaku keseharian dan perhatiannya pada sesama, utamanya kaum miskin. Secara esensial, tentu saja, tujuan ibadah qurban bagi umat Islam adalah semata-mata mencari ridla Allah SWT. Ibadah qurban ini dimaksudkan untuk memperkuat dan mempertebal ketaqwaan kepada Allah. Allah akan menilai ibadah ini sebagai wujud ketaqwaan hamba kepada-Nya. Hal ini dijelaskan oleh Allah dalam firman-Nya. "Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya" (QS. AlHajj: 37). Ibadah Qurban mengajarkan umat Islam untuk selalu mengembangkan ukhuwah Islam antar sesama muslim. Umat Islam belajar peka terhadap keadaan saudaranya yang mungkin secara ekonomi mendapat cobaan dari Allah, sehingga dengan disyari’atkannya menyembelih hewan pada hari raya ini, sesama muslim dapat saling berbagi, saling membantu, dan saling merasakan kebahagiaan di hari-hari yang penuh berkah ini. Ibadah Qurban juga bertujuan mengangkat derajat dan martabat umat manusia. Pada zaman dulu, hampir semua peradaban mengenal yang namanya pengorbanan manusia untuk mendatangkan rezeki, menolak bencana , atau bahkan untuk sekadar persembahan kepada dewa-dewa. Mereka mengorbankan dan membunuh anak perempuan atau anak laki-laki mereka dengan harapan para dewa memberikan kebaikan dan menghindarkan bencana dari mereka. Dengan syari'at qurban, Allah menegaskan jika hamba-Nya ingin mendekatkan diri kepada Allah, maka cukuplah hal itu dilakukan dengan cara menyembelih binatang ternak sesuai syari'at yang disertai niat tulus dan ikhlas mengharapkan ridha Allah SWT. Jika hikmah seperti itu dicapai dengan qurban menyembelih hewan seperti unta, sapi, dan kambing serta membagikannya kepada sesama, sesungguhnya spirit yang sama juga harus kita miliki; baik ketika Idul Adha kita berqurban atau tidak. Spirit untuk peduli pada sesama, spirit untuk menebar kemanfaatan kepada manusia, spirit untuk mengorbankan sesuatu yang berharga demi kejayaan agama. Penulis adalah mahasiswa Biologi, Universitas Negeri Malang

Tahun 38 Juli-Agustus 2016 |

29


Foto: Shintiya

Up To Date

Staf UM menggunakan fasilitas sepeda pancal saat CFD.

Sepeda Pancal

Dukung Program Car Free Day UM

S

ebagai upaya untuk mendukung program car free day, UM kini secara bertahap melakukan pengadaan sepeda. Keberadaan sepeda tersebut ada sejak bulan Mei lalu. Tahap awal ada 50 sepeda yang disediakan. “Selanjutnya akan ditambah lagi 10 unit sepeda, tapi masih proses pengajuan,” ungkap Ahmad Muam, selaku Kasubag Rumah Tangga. Sepeda tersebut kemudian didistribusikan ke semua fakultas, lembaga, dan UPT. Setiap fakultas mendapatkan dua unit sepeda, dua unit untuk lembaga, satu unit untuk UPT, enam untuk Biro AKPIK, dan empat unit untuk rektorat. Sepeda yang tersedia saat ini masih terbatas, terbukti Biro Umum dan Keuangan (BUK) belum menerima sepeda. Maka akan ada penambahan 10 unit sepeda lagi untuk mencukupinya. Rencananya penambahan sepeda

30 | Komunikasi Edisi 305

tersebut untuk operasional pusat. Respon positif perihal pengadaan sepeda datang dari berbagai pihak. Salah satunya dari Pegawai Tata Usaha LP3 “Ya sangat membantu sekali mbak,” ungkap Mohammad Anwar. Ia menambahkan “Setiap hari kan ada tiga sampai empat kali surat, jadi putar terus. Ya capek kalau tidak ada sepeda,” tambahnya. Respon lain berasal dari staf di Fakultas Teknik. Menurut Muchamad Rulhadi adanya sepeda membuat lancar dalam tugas apalagi untuk tata persuratan. Yang biasanya jalan kaki dengan adanya sepeda dapat lebih cepat, sehingga lebih teratasi. Dan juga membantu dalam program car free day. “Hal itu men-support kami selaku staf,” tuturnya Mengenai perawatan sepeda menjadi tanggung jawab masingmasing penerima sepeda tersebut.

“Untuk pemakaiannya ya sesuai standarnya, ini kan inventaris kantor,” ungkap Rulhadi. Respon positif juga berasal dari pegawai LP2M, “Untuk hari Jumat itu jalan kaki, dengan adanya bantuan sepeda pancal ya sangat membantu sekali, untuk mengantar surat atau keperluan mendadak kalau tidak ada sepeda ya sangat repot,” papar laki-laki tersebut. Selain untuk mendukung program car free day pada hari Jumat, hal tersebut juga untuk mengurangi penggunaan sepeda motor pada hari biasa. Untuk dampak saat ini belum terasa karena perbandingan antara sepeda dan sepeda motor yang jauh. Kesulitannya ketika order sepeda. “Sepedanya kan harus sama. Jadi pengiriman sepeda dilakukan secara bertahap, karena kita pesannya di toko. Kalau di pabrik harus 500 unit sepeda,” jelas Muam.Shintiya


Oleh Gilbrania Affa

Tema Komik Edisi depan 306 (September-Oktober 2016) adalah Hari Ulang Tahun (Dies Natalis) UM. Komik bentuk soft file dan print out dapat dikirim langsung ke Kantor Redaksi Majalah Komunikasi Gedung A3 Lantai III UM atau via email: komunikasi@um.ac.id selambat-lambatnya tanggal 25 September 2016. Ukuran komik 21x25 cm full color.

Tahun 38 Juli-Agustus 2016 |

35


dok. Pribadi

Wisata

Mendaki 'Putri Tidur' Oleh Budi Akbar

B

ila sesekali kita naik ke atap gedung di kampus dan melihat ke arah barat, maka mata kita akan disuguhi pemandangan deretan gunung yang biasa disebut ‘Putri Tidur’ karena posenya yang mirip perempuan sedang tidur. Rentetan pegunungan tersebut terdiri atas Gunung Panderman (kaki), Gunung Kawi (Dada), dan Gunung Butak (kepala). Pada satu kesempatan setelah mati-

32 | Komunikasi Edisi 305

matian memperjuangkan skripsi di depan penguji, saya bersama seorang sahabat diajak mengikuti pendakian menuju Gunung Butak dengan alokasi perjalanan pulang-pergi tiga hari. Perjalanan dimulai pada Jumat (22/07), setelah menunaikan sholat Jumat rombongan berangkat dari Kota Malang dan sampai pintu masuk Gunung Panderman memakan waktu 45 menit. Lalu

kami membayar biaya masuk Rp8.000 serta biaya parkir sepeda motor Rp5.000. Pukul 02.00 WIB perjalanan pun dimulai dengan mengikuti rute yang berbeda karena jalur menuju Butak harus memutari kaki sang Putri Tidur. Dua jam pertama mata akan disuguhi pemadangan lahan hutan yang dipangkas dan dimodifikasi sedemikian rupa untuk digunakan oleh penduduk setempat menanam sayur dan buah-


Melepas lelah di ketinggian.

dok. Pribadi

buahan. Setelahnya kami melewati hutan tropis dengan jalan yang hanya cukup dilewati satu orang saja, di mana kanan dan kiri ditumbuhi pohon merambat. Tidak sampai di situ, setelah satu jam melewati hutan kami harus menaiki bukit berbatu dengan kemiringan hampir 45 derajat yang menguras waktu serta tenaga lebih. Ditambah kengerian apabila tergelincir ke dalam jurang. Tak terasa gelap pun jatuh dan kami harus beristirahat mendirikan tenda untuk bermalam. Keesokan harinya, Sabtu (23/07) pukul 09.00 WIB, seluruh rombongan berangkat melanjutkan perjalanan. Perjalanan dimulai dengan jalan datar melewati hutan tropis yang mirip hari sebelumnya hanya lebih jauh dan pepohonan lebih lebat. Tampak banyak lumut hijau di pohon-pohon besar menandakan kadar oksigen di tempat tersebut sangat baik. Namun wajah-wajah yang sebelumnya antusias tiba-tiba berubah pucat karena setelah keluar dari hutan tersebut kami harus kembali menaiki bukit dengan kemiringan ekstrem. Ditambah lagi pijakannya bukan batuan, melainkan pasir kering yang mudah mengepul. Masalah kami bertambah dengan pasokan air yang semakin menipis, sedangkan perjalanan sampai ke titik selanjutnya masih jauh ketika berpapasan dengan pendaki yang turun. Setelah beristirahat karena hampir 3 jam kami mendaki bukit berpasir pelanpelan. Terdengar suara bising dari balik bukit yang kami kira sudah dekat dengan pos selanjutnya karena jalan yang terlihat di depan mata menurun. Setengah berlari kami menuruni bukit, namun yang ditemui malah jalan menanjak masuk ke hutan dengan deretan pohon berukuran besar seperti oak, pinus, dan cemara. Dengan persediaan air dan tenaga yang sudah habis, kami putuskan untuk terus mendaki. Mengingat bila beristirahat kami malah akan semakin sulit mengumpulkan tenaga mendaki bukit selanjutnya. Dengan perlahan-lahan, bukit tersebut dilewati. Tanah pegunungan yang lembab memudahkan kaki melangkah, sehingga perjalanan menaiki bukit ini terasa ringan. Lama kelamaan jalan yang semula lebar kian menyempit dan hanya bisa dilalui satu orang karena terdapat jurang curam di sebelah kanan. Pemandangan langit biru yang mengkilap, serta burung elang yang berputar-putar di atas kepala kami membuat takjub dan kagum. Pada akhir bukit terdapat jalan yang ditutupi semak belukar keluar hutan dan rasa takjub kami tak berhenti di situ. Tepat pukul 03.30 WIB, kami sampai di pos selanjutnya yang merupakan Padang Savana yang membentang dan tersembunyi keadaanya. Ditambah lagi terdapat sumber air bersih yang sudah diberi pipa agar mudah diambil. Sore itu kami mendirikan tenda

dok. Pribadi

Wisata

Para pendaki mencapai puncak tertinggi Gunung Buthak.

untuk beristirahat. Esoknya, Minggu (24/07) di pagi buta yang dingin kami bangun untuk bersiapsiap mendaki puncak dengan 30 menit alokasi waktu. Semua barang dan tenda ditinggalkan karena tidak akan ada yang mencuri, mengingat sikap dan rasa saling menghormati para pendaki satu sama lain. Udara pagi karena angin Savana yang menusuk ke tulang membuat sebagain orang menggunakan berlapis-lapis pakaian. Air untuk minum pun berubah menjadi sedingin es dengan embun yang mengkristal di permukaan botol. Selama perjalanan ke puncak jalan yang ditempuh lebih menanjak dari hari sebelumnya, namun setiap kami berhenti beristirahat, matahari mengikuti dan mucul dari kejauhan. Pelan-pelan kegelapan dimakan oleh kilatan jingga yang membelah horizon timur. Dengan perasaan takjub tersebut kami semakin bersemangat sampai ke puncak. Benar saja, di puncak terdapat hamparan tanah datar dengan

pemandangan Gunung Arjuna di sebelah timur, Kota Blitar, Kota Kediri di Sebelah Barat, serta jajaran Gunung Kelud dan Gunung Lawu yang terlihat jelas dengan mata telanjang. Beberapa bunga edelweis mulai dibasuhi cahaya mentari membuat pagi itu makin indah untuk manusia seperti kami mencicipi secuil ciptaan Tuhan. Tepat pukul 10.00 WIB, kami sudah bersiap mengemas barang-barang untuk pulang. Perjalanan pulang dengan jalan menurun membuat langkah semakin mudah. Ditambah lagi mitos bahwa perjalanan pulang selalu lebih cepat dari perjalanan pergi memang betul adanya. Pukul 16.00 WIB kami sudah sampai di tempat kami membayar tiket dan menitipkan motor. Akhirnya saya simpulkan bahwa tujuan naik gunung bukanlah sampai di puncak dan menangkap matahari terbit, tapi sampai kembali ke rumah dengan selamat. Penulis adalah mahasiswa Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Negeri Malang

Tahun 38 Juli-Agustus 2016 |

33


dok. Pribadi

Laporan Khusus

Peserta PIMNAS ke 29 tahun 2016 peraih medali emas kategori poster.

UM, Pimnas, dan Tantangan Prestasi

S

ebanyak 154 judul Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) didanai tahun 2016. Dari 154 judul tersebut, tahun ini UM berhasil masuk peringkat tiga besar nasional PKM lolos Pimnas dengan perolehan 23 judul di bawah Universitas Gajah Mada (UGM) dan Universitas Brawijaya (UB). 23 judul dari mahasiswa Fakultas Sastra (3 proposal), Fakultas MIPA (8 proposal), Fakultas Teknik (11 proposal), dan Fakultas Ilmu Sosial (1 proposal). PKM lolos Pimnas ini telah melalui proses panjang, salah satunya MONEV (Monitoring dan Evaluasi) external sebagai ajang Seleksi Calon Peserta Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) ke-29 Tahun 2016. Pimnas merupakan sebuah ajang kompetisi karya ilmiah kreatif mahasiswa Diploma dan S1 tingkat nasional yang diselenggarakan oleh Kemenristekdikti setiap tahun. “Harapan saya dari teman-teman di setiap jurusan dapat berkordinasi dan berperan aktif dalam meningkatkan minat PKM ini, terutama melalui HMJ atau BEM. Kami tim penalaran siap membantu, supaya tahun mendatang akan lebih hebat lagi dari tahun sekarang,” ungkap Drs. Solichin, S.T., M.Kes., Ketua TIM Penalaran UM. Sebelum berangkat ke Bogor, para kontingen UM akan dikarantina. Para peserta Pimnas mengikuti acara pelepasan yang dipimpin langsung oleh Rektor Universitas Negeri Malang, Prof. Dr. AH. Rofi’uddin, M.Pd. Acara ini berlangsung Rabu (03/08) bertempat di Aula Pertemuan di Gedung A1 Universitas Negeri Malang. Dalam pidatonya, beliau sangat berharap tim dari UM akan mampu mencapai prestasi yang dapat membanggakan universitas. Dalam acara pelepasan tim Pimnas, Prof. Dr. AH. Rofi’uddin, M.Pd juga melakukan pelepasan dua mahasiswa UM yang akan maju dalam Mahasiswa Berprestasi (Mawapres) tahun 2016. Wakil Rektor III, Dr. Syamsul Hadi, M.Pd.,M.Ed. menyambut baik prestasi yang telah dicapai oleh mahasiswa UM. “Dari sini motivasi mahasiswa cukup tinggi untuk menuangkan kreativitasnya melalui PKM. Secara peringkat nasional, jumlah proposal kita yang didanai mencapai 154 proposal dan yang lolos Pimnas masuk tigas besar, hal ini juga merupakan prestasi yang menggembirakan, namun kita harus tetap kerja keras untuk prestasi yang lebih baik tahun depan” jelas Wakil rektor III tersebut.Rodli

Pimnas ke-29 Telah Digelar Suasana Gedung di IPB mendadak panas karena ribuan mahasiswa dari seluruh Indonesia dengan perasaan deg-degan menunggu hasil keputusan juri pada acara penutupan Pimnas ke-29 tahun 2016, Kamis (11/08). Masingmasing tim dari seluruh perguruan tinggi di Indonesia saling melempar yelyel penyemangat disertai tepuk tangan riuh para peserta Pimnas. Bendera masing-masing perguruan tinggi dikibarkan, jas almamater penanda kehormatan dengan bangga dikenakan, yel-yel menggema ke seluruh isi gedung menunggu detik-detik pengumuman pemenang. IPB menjadi tuan rumah Pimnas ke-29 tahun 2016 ini. Sejumlah 460 tim PKM dari berbagai perguruan tinggi, 60 juri yang telah terbagi dalam 22 kelas sangat antusias dalam mengikuti ajang prestisius bidang karya tulis ilmiah. Sejumlah pejabat daerah Bogor hadir di kampus darmaga. Rektor IPB menegaskan bahwa tahun ini dilaksanakan Pimnas Investmen Summit (PIS) yang merupakan bagian dari penyelenggaraan Pimnas 2016. “PIS adalah wadah untuk mempertemukan investor dengan para mahasiswa agar mereka dapat bersama-sama merintis usaha, menjadi inovator, dan wirausahawan yang handal,” terang Rektor IPB yang juga menyumbangkan lagu “Rumah Kita” saat acara dimulai. Sementara itu, Walikota Bogor dalam sambutannya memberi motivasi kuat kepada para mahasiswa se-Indonesia, “Masa depan dimiliki oleh orang-orang yang progresif, yang telah menyiapkan diri dari sekarang, dan Anda telah melakukan itu dari sekarang,” ujarnya. Pada Pimnas ke-29 ini, UM berhasil menempati urutan ke tiga tingkat nasional PKM yang lolos Pimnas. Namun perolehan medali tidak segemilang jumlah tim, UM mendapat satu medali emas untuk kategori poster PKM-PE yang diraih tim Fatchur Rozi dari Jurusan Fisika FMIPA. “Segala usaha telah kita lakukan, kerja keras, dan totalitas telah kita laksanakan, namun hasilnya tidak sesuai dengan harapan, kita harus ikhlas dan kerja keras lagi untuk mencapai prestasi di Pimnas yang akan datang,” ungkap Wakil Rektor III. Rektor UM, Prof. Dr. AH. Rofi’uddin, M.Pd. dalam sambutan upacara peringatan kemerdekaan RI (17/08) menegaskan bahwa di satu sisi UM mengalami kemajuan di bidang penalaran karena PKM UM yang lolos Pimnas meningkat drastis, tahun 2015 UM meloloskan 10 judul dan tahun 2016 ini PKM UM yang lolos Pimnas bertambah sebanyak 23 judul. Namun kita harus instropeksi, karena jumlah judul yang lolos tidak segemilang jumlah perolehan medali, kita harus bekerja lebih keras lagi untuk mendapatkan prestasi yang lebih baik pada tahun 2017 mendatang. Nida


dok. Pribadi

Mahasiswa UM sedang melakukan KPL di Sekolah Indonesia Singapura (SIS).

E

ksistensi Universitas Negeri Malang (UM) kembali menjadi sorotan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Singapura. Senin (07/03), atase KBRI Endah Palupi berkunjung ke UM menawarkan kerja sama berupa Kajian dan Praktik Lapangan (KPL) semester gasal 2016/2017 di Sekolah Indonesia Singapura (SIS) Ltd. Penyebutan KPL disesuaikan dengan nama mata kuliah di UM, sedangkan di SIS kegiatan itu disebut PPP (Program Pengelolaan Pembelajaran) Internasional. Kegiatan tersebut diarahkan untuk meningkatkan mutu Sumber Daya Manusia (SDM). Penempatan mahasiswa yang terpilih sebagai perwakilan PPPInternasional dari UM adalah SMP yang ada di SIS. “Menindaklanjuti kerja sama rektor dengan kedutaan Indonesia di Singapura yang meminta mengutamakan mata pelajaran yang diujikan pada Ujian Nasional (UN). UM memilih tiga prodi, yaitu Matematika, Bahasa Indonesia, dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA),” ungkap Dr. Endang Sri Andayani, SE, Msi, Ak, Kepala Pusat Pusat Pengembangan Pengalaman Lapangan (P4L). Sehingga diperlukan proses seleksi yang diserahkan pada masing-masing prodi. Terdapat dua tahap seleksi, yakni seleksi administratif akademik dan wawancara oleh LP3. Setiap prodi diambil tiga orang yang lolos seleksi tahap pertama. Selanjutnya, seleksi tahap kedua dilakukan oleh tim dari Psikologi dan Bimbingan dan Konseling (BK) untuk mencari satu yang terbaik. Tiga mahasiswa UM yang terpilih berasal dari prodi yang berbeda. Mahasiswa terpilih dari FMIPA, yaitu Rifka Amalia dan Putri Novitasari, serta Ruri Hindaya dari FS. Mereka melakukan pengabdian di Singapura selama tiga bulan, terhitung dari bulan Agustus sampai Oktober. Selama itu pula, akomodasi dan transportasi difasilitasi oleh KBRI Singapura, sedangkan untuk pemberangkatan dan pulangnya ditanggung oleh UM. Terbukti pada Senin (01/08), ketua Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Pembelajaran (LP3), Dr. H. Sulthon, M.Pd. mengantar keberangkatan tiga mahasiswa tersebut. Jatah mahasiwa Indonesia untuk pergi melaksanakan PPP-Internasional ada

enam orang, sisanya dari Universitas Negeri Surabaya (UNESA). Maka dari itu, perwakilan UM diharapkan mampu menunjukkan performa terbaik. “Pemilihan UM oleh KBRI adalah bentuk kepercayaan kedutaan Indonesia di Singapura, bahwa UM sebagai pencetak tenaga pendidik yang mumpuni,” ungkap Dra. Aminarti S. Wahyuni, Kepala Bagian Kerja sama dan Humas. Kerja sama ini terdapat dua gelombang, yakni Juli sampai Desember dan Januari sampai Juni. Kontrak kerja sama yang tertulis dalam Memorandum of Understanding (MoU) dilakukan selama satu tahun dalam dua semester. Jadi, semester depan akan ada mahasiswa yang kembali diberangkatkan ke Singapura. Ia juga menambahkan bahwasanya UM melalui kantor Hubungan Internasional (HI) juga berusaha mencari negara yang kedutaannya memiliki sekolah Indonesia. “Kunci agar dapat KPL di luar negeri adalah belajar keras dan jangan merasa minder sebelum mencobanya,” ungkap Rifka Amalia. Sementara itu, Putri Novitasari berpesan kepada mahasiswa lainya agar jangan malas mencari info, selalu mencoba, dan harus disertai dengat niat. Tak kalah dari kedua rekannya, Ruri Hindaya juga mengungkapkan mengenai beban besar yang harus mereka tanggung. “Membawa nama lembaga dan negara bukanlah hal yang mudah. Apalagi semuanya butuh proses adaptasi dan menata niat untuk mengabdi,” ungkapnya. Keuntungan KPL di luar negeri pastinya memberi pengalaman dan pengetahuan baru. Meskipun sama-sama menggunakan kurikulum Indonesia, belum tentu implementasi kurikulumnya akan sama, sebab adanya perbedaan karakteristik budaya, lingkungan, dan sarana prasarana. Bahasa pengantar yang digunakan adalah bahasa Inggris, karena bisa jadi ada orang Singapura yang sekolah di SIS sehingga tidak lancar berbahasa Indonesia atau mungkin sebaliknya. Harapanya kedepannya dengan adanya kerjasama ini, akan lebih banyak jumlah mahasiswa yang ke luar negeri untuk mengajar.Iven Tahun 38 Juli-Agustus 2016 |

35


Rancak Budaya

Menanti

Perempuan Kintamani Oleh Nur Holipah

ilustrasi oleh Aji Setiawan

—Aham bhumim adadam aryay, aham vrsthim dasuse martyaya1— udah pukul lima sore, lebih lima belas menit. Matahari sudah tak nampak lagi. Beberapa orang berbondong menuju pura untuk melaksanakan Puja Tri Sandhya. Beberapa ada yang sudah mengapit kelopak kamboja diantara jemarinya. Menangkupkan kedua tangannya, kemudian berlangsung lah sembahyang mereka. Ujung sebuah penantianmu berakhir pada sesosok perempuan dengan mengenakan kebaya brokat berwarna merah bata. Seperti biasanya, ia mengenakan pusung gonjer2 yang telah diselipi beberapa bunga kenanga yang menguning. Langkahnya amat anggun dalam sinjang3disertai paras ayunya yang kuning langsat. Bija4 pun masih menempel di dahinya, antara dua alisnya yang hampir bertaut. Entah keberapa kalinya kau duduk berlama-lama diantara rerimbunan daun meluh5 seraya meniti orang-orang bergegas menuju ke pura untuk bersembahyang. Kadangkala kau tak segan memungut kelopak-kelopak meluh yang mekar dan memutih. Duduk berlama-lama sambil

S

dikawani pènjor6 yang tinggi menjulang seperti hendak mencakar angkasa. Tak jarang kau mendapatkan senyum simpul dari mereka yang datang sambil sedikit membungkukkan badan. Kau seperti membuang waktumu saja. Menghabiskan bermenit-menit untuk sekedar menunggu. Hatimu tiba-tiba berdesir, menghitung langkah gadis yang kau nanti semakin mendekat ke arahmu. Kau berusaha mendamaikan hatimu yang gugup dan berdebar-debar. Sementara perempuan itu melangkah membawa canang sari7disertai perbincangan yang amat renyah bersama perempuan-perempuan lainnya yang berjalan beriringan dengan perempuan yang selama ini kau ketahui bernama Kinanti. Ni Putu Ayu Kinanti. Perempuan yang terhitung banyak dielu-elukan banyak pemuda di Kintamani. Lembut lisannya menyihir banyak lelaki sehingga tak sedikit dari mereka yang ingin mendekatinya, termasuk kau. Kau tak menemukan banyak alasan untuk tidak memperhatikan perempuan itu. Kau juga tak dapat memungkiri bahwa malam-malammu selalu terganggu atas parasnya yang

begitu membayangimu. Belum lagi, tatapan matanya yang meneduhkan hati. Kadangkala kau hampir dibuat linglung tersebab perempuan itu yang selalu menghantuimu. Kinanti benar-benar merasuk dalam hidupmu. Tiada sesiapa-pun tahu bahwa kau seringkali membuntuti Kinanti. Memandang parasnya dalam jala retinamu dari kejauhan, bersembunyi. Kau mengingat-ingat lagi untuk kali pertama kau bertatap muka dengan Kinanti. *** Burung prenjak berkicau begitu nyaring. Cenggeret nampaknya banyak bersembunyi di balik daun bambu. Atmosfer yang berbeda dari kehidupan yang biasa kau jalani. Kau menghirup dalam-dalam lagi pagi ini, seraya merasakan kedamaian yang tak terkira seperti tujuh hari yang telah berlalu. Tidak terhitung bagaimana lelah yang kau dera. Semua itu telah berbayar dengan keindahan alam yang begitu mempesona. Kau berdiri di bibir jendela, menyibak tirai dan membiarkan cahaya matahari menerobos masuk menghangatkan tubuhmu. “Rahajeng Enjing.� Kata Mak Naeh

Rgveda IV.26.2. artinya Aku anugerahkan bumi ini kepada orang yang mulia. Aku turunkan hujan yang bermanfaat bagi semua makhluk. Sanggul untuk perempuan yang belum menikah. 3. Kain lapis sebelum mengenakan pakaian Agung. 4. Bija atau wija adalah biji beras yang telah dicuci dengan air bersih atau air cendana. 5. Melati. 6. Hiasan dari bambu yang dililiti daun kelapa muda (janur). 7. Canangsari adalah sesaji yang berisi buah dan bunga, beralaskan "ceper" (berbentuk segi empat) yang menjadi simbol kekuatan "Ardha Candra" (bulan). Canangsari biasa digunakan untuk upacara sembahyang sehari-hari dan upacara keagamaan lainnya. 8. Penutup kepala di Bali untuk kaum laki-laki. 1. 2.

36 | Komunikasi Edisi 305


Rancak Budaya mengucapkan selamat pagi dengan logat Bali-nya yang amat kental. Mak Naeh—istri Nyoman Dauh pemilik rumah yang saat ini menampungmu—membawakan tampah berisi sepiring ubi kayu yang sudah direbus serta kopi hitam yang rupanya bercampur dengan cengkeh aromanya memenuhi ruangan. Kau berbalik badan, mencari asal suara lantas menimpali dengan senyum. “Suksma.” Katamu, berterimakasih dalam dialek Bali. “Sarapan dahulu.” Tambah Mak Naeh meletakkan tampah di meja dekat udeng8 yang melingkar di kepalamu saat kau meliput upacara Mewidhi Widana9 kemarin malam di kediaman seorang Ida Peranda10. “Bila butuh sesuatu, panggil saja. Mak ada di wingking11.” Ujar Mak Naeh sambil berpamit diri menuju pawon—dapur. “Iya Mak. Suksma.” Jawabmu lagi memakai dialek Bali. Kau kembali berdiri di bibir jendela. Kali ini kau melempar pandang pada perempuanperempuan Bali yang mengenakan kebaya dengan membawa sesajen berupa buahbuahan yang hendak dibawa ke Bali. Ada pula lelaki paruh baya yang mengayuh onthelnya dengan membawa daun-daun jeliring12. Hari ini kau akan ikut Kadek Wibisonokawanmu, mengunjungi kawanmu yang lain di Kintamani. Kalian sepakat untuk bertemu di Pura Ulun Danun Batur yang letaknya di Desa Kalanganyar di sebelah Timur jalan raya Denpasar, Singaraja. *** Aham bhumim adadam aryaya. aham vrsthim dasuse martyaya, aham apo anayam vavasana mama devaso anu ketam ayam13 Pertama kali kau menapakkan kaki di halaman pura, kau merasakan atmosfer religius yang begitu kental. Alangkah damai. Terlihat di matamu beberapa perempuan yang sedang menyusun bebungaan di atas canang sari. Berderet-deret canangsari telah siap digunakan untuk sembahyang. Betapa terperanjat hatimu ketika sepasang matamu menatap seorang perempuan yang duduk seorang diri sambil menata canang sari yang telah penuh. Kau mengamatinya diam-diam. “Mengapa kau letakkan bunga merah itu kau letakkan disisi bunga putih? Bukankah kau dapat menyusunnya berdekatan dengan bunga yang berwarna kuning?”

tanyamu mendekati salah satu perempuan yang duduk bersimpuh sambil memilahmilah kuntum bunga yang masih segar. “Bunga berwarna Putih disusun di Timur sebagai simbol kekuatan Sang Hyang Iswara.” Jawabnya dengan santun disertai satu senyuman yang sungguh legit. Kau tak begitu faham, namun kau masih ingin mendengar suaranya. Kau bertanya lagi. “Lantas mengapa kau letakkan bunga berwarna biru menghadap ke utara?” “Bunga berwarna Biru atau Hijau disusun di Utara sebagai simbol kekuatan Sang Hyang Wisnu. Bunga berwarna Merah disusun di Selatan sebagai simbol kekuatan Sang Hyang Brahma. Bunga berwarna Kuning disusun di Barat sebagai simbol kekuatan Sang Hyang Mahadewa.” Kau terkesima. Perempuan itu menjawab dengan runut. Kau mengannggukanggukkan kepalamu tanda faham. Tanda mengetahui, lebih tepatnya. Tiba-tiba Kadek datang menepuk pundakmu dari belakang. “Ngudiang? Uli semeng tiyang ngantosang14.” Kau hanya menyambut kedatangan Kadek dengan senyuman yang bermakna tak mengerti atas ucapannya yang baru saja. “Ampura15. Ini kawan saya.” Ucap Kadek pada perempuan yang sempat kau ajak bicara. Kau berucap syukur seketika lalu mengulurkan tangan untuk memperkenalkan diri. Kau terlalu naif untuk mengawali percakapan dengan menanyakan nama dan sebagainya. “Kinanti.” Katanya dengan santun sambil menangkupkan kedua tangannya yang lentik. “Maaf Kinati bila kehadiran kawan saya mengusikmu.” Kadek meminta maaf lagi. Kemudian undur diri. Ingin hati bercakapcakap lebih lama. Namun rupanya masa tak begitu mengizinkan. Kau mengekor di belakang Kadek. Sambil sesekali berbalik badan, kembali menatap perempuan yang mampu menyita perhatianmu. “Kinanti itu siapa, Dek?” tanyamu pada Kadek sambil mengikuti langkahnya. “Tiyang sing nawang?16 Dia sudah ada yang meminang. Calon suaminya berkasta Ksahtriya. Tak boleh lagi kau mendekatinya. Apalagi kau berani mengajaknya bicara.” Itu bukan jawaban yang tepat atas pertanyaan yang sudah kau lontarkan. “Apa salahnya? Hanya berbicara biasa.” Kau memberikan pembelaan. Kadek menghela nafas. Kemudian, ia

membeberkan penjelasan panjang lebar sepanjang jalan. Sayangnya kau tak begitu menggubrisnya. Sesekali saja kau menoleh ke arah Kadek sambil berpura-pura menyimak. Satu yang tak dapat kau tutupi. Bahwa kau jatuh hati pada perempuan itu. Perempuan penyusun bunga pada canangsari. Perempuan Kintamani. Aduhai, Hyang Widhi. Sihir apa yang telah Kinanti kirimkan pada hamba? Kau seperti memanjatkan doa kepada Tuhannya Kinanti. *** Kau kembali tersadar ketika langkah perempuan itu benar-benar semakin mendekatimu. Kau serta merta membuyarkan lamunan panjangmu. Kau berusaha untuk tidak gugup. Namun kau tahu, bahwa kau tak begitu mahir menyembunyikan mimik wajahmu itu. Mau tak mau, kau harus bersitatap dengan Kinanti. Ah, tidak juga. Kau berbalik badan. Kinanti melewatimu. Kau seperti mengutuk dirimu sendiri yang terlalu tak mampu berucap sepatah katapun ketika niat hatimu ingin menyatakan sesuatu yang harusnya dikatakan. Kau tetaplah kau. Putu Wijaya yang senantiasa setia menanti senja yang rubuh ditimbun dedaunan meluh. Kau akan berkawan senja ketika ia kembali mencapai ranumnya. Sudah menjadi hal yang biasa bila orang-orang yang gegas menuju pura untuk ber-Puja Tri Sandhya, menemui lelaki dengan mengenakan udheng sambil duduk di muka pura, yaitu kau. Barangkali cukup dengan dilabuhkannya senyum legitnya saja, hatimu telah bersoraksorai bahagia. Betapa menyedihkannya dirimu yang hanya mampu menatapnya ketika kau dan dia begitu berjarak. Esok dan seterusnya akan selalu begitu. Esok dan seterusnya mungkin akan menjadi cerita yang sama. Esok dan seterusnya akan menorehkan kisah yang tidak berbeda, bila Kau masih tak mau mengalahkan hatimu untuk menyapa perempuan itu. Kau tetap menjadi Putu Wijaya yang setia menanti kedatangan perempuan Kintamani penyusun bunga di atas canangsari, bernama Kinanti. Penulis adalah mahasiswa Ekonomi Pembangunan. Cerpen ini Juara Harapan III kategori Cerpen Kompetisi Penulisan Rubrik Majalah Komunikasi 2015

Salah satu dari serangkaian upacara pernikahan adat Bali. Yang memimpin acara Mewidhi Widana. 11. Belakang 12. Janur 13. Aku anugerahkan bumi ini kepada orang yang mulia. Aku turunkan hujan yang bermanfaat bagi semua makhluk. Aku alirkan terus gemuruhnya air dan hukum alam yang patut pada kehendak-Ku. (Rgveda IV.26.2). 14. Ngapain? Sejak pagi saya menunggu. 15. Maaf Mas. 16. Kamu tidak tahu? 9.

10.

Tahun 38 Juli-Agustus 2016 |

37


Camar-Camar

Penghisap !

Oleh Mohammad Rosyid Arif Amrulloh

Oleh Mohammad Rosyid Arif Amrulloh

Berbaris di kapal kapal para nahkoda. Oleh karena rahmat-Mu camar-camar bertengger mengasah paruh. Oleh karena rahmat-Mu tunduklah angin. Meniupkan layar kapal-kapal. Merentengi mutiara dan ikan-ikan. Oleh karena rahmat-Mu kantung-kantung kulit terisi. Oleh Angin yang engkau tiupkan pada layar-layar kami. Sebagai pentunjuk dan peringatan.

Kamilah para penghisap! Menghisap pucuk-pucuk bunga mekar. Berdengung-dengung di antara celah-celah bunga mekar. Berduyun-duyun menyusun lilin-lilin manis di celah-celah rimbun dedaunan, ranting-ranting, dan terkadang di sudut-sudut tanah beton. Kami para barisan loreng yang garang dan siap sengat. Mendulang permata kemuning mujarap. Petiklah hikmah dariku!

Malang, 2016

Malang, 2016

Penulis adalah mahasiswa Sastra Indonesia dan Anggota Komunitas Sastraisme UM.

Penulis adalah mahasiswa Sastra Indonesia dan Anggota Komunitas Sastraisme UM.

Ruang Tunggu Oleh Indra Yogatama

Hidup ini barangkali hanyalah perkara menunggu. Sedangkan dunia adalah sebuah ruang tunggu. Kau tahu, apa yang kau tunggu? Yang kita tunggu adalah ketika nama kita disebut dan disiarkan oleh takmir melalui corong-corong pengeras suara di masjid atau mushala. *** Sejatinya bukan masa tunggu yang menjadi titik fokus kita. Namun, tentang apa saja yang telah kita perbuat dalam masa tunggu itu. Akankah perbuatan kita bernilai sesuatu yang baikyang dapat menemani kita saat tiba giliran nama kita disebutatau sebaliknya, perbuatan kita tak bernilai apa-apa-kosong, hampa, gersang-dan akan menjadi teman yang setengah hati di perjalanan menuju panggilan? Ah, entah. Semua ada ditanganmu. Cuma soal waktu. Malang, 30 Januari 2016 Penulis adalah mahasiswa Sastra Indonesia dan Ketua Komunitas Sastraisme UM.

ilustrasi oleh Aji Setiawan




Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.