Majalah Komunikasi UM | Edisi 324 Sep - Okt 2019

Page 1



DAFTAR ISI Quadtrick!

6

SURAT PEMBACA 5 LAPORAN UTAMA OPINI 10

The Most Inspiring Student 2019

SEPUTAR KAMPUS 12

Laksamana Raja Prestasi

UP TO DATE 19

Hai Komunikan, masih ingat dengan Laksamana? Kali ini dia muncul dengan karya luar biasa setelah sukses di Mawapres UM. Bagi Laksamana, prestasi tanpa realisasi bukan apa-apa, prestasi harus selalu diimbangi dengan realisasi dalam kehidupan. Penasaran dengan kisahnya? Yuk, simak kisahnya dalam Rubrik Profil!

21 24

dok. Pribadi

SALAM REDAKSI 4

24 Kebun Teh Wonosari Opsi Wisata Murah nan Memesona

Agrowisata Kebun Teh Malang menjadi daya tarik tersendiri untuk para penikmat pegunungan, hamparan hijau kebun teh dan semilir angin membuat siapa saja yang berkunjung terpesona. Tidak hanya kebun teh, terdapat kebun binatang mini untuk anak-anak pecinta binatang. Ingin berjalanjalan ditemani pekerja pemetik teh? Tentu bisa, yuk simak reportasenya di Rubrik Wisata!

LAPORAN KHUSUS 20 PROFIL CERITA MEREKA CURHAT 26

Rozi, Debater Tak Gentar Hadapi Masalah

INFO 27

Selama duduk di bangku sarjana, 60 lebih pengharagaan telah diraih Fakhrur Rozi. Dari sekian prestasi yang pernah didapat, kejuaraan yang paling berkesan menurutnya adalah juara 1 The Best Speaker dalam lomba Debat Bahasa Arab tingkat ASEAN. Namun, mengimbangi prestasi nonakademik dengan prestasi akademik tidak mulus begitu saja. Ingin tahu cerita sebenarnya? Simak selengkapnya di Rubrik Cerita Mereka!

PUSTAKA 31 WISATA RANCAK BUDAYA 34 KOMIK 38 LENSA UM 39

32

32

dok. Pribadi

dok. Pribadi

Juara MTQ rupanya telah melekat pada UM. Hal ini terbukti dengan kemenangan keempat kalinya 'quadtrick!' yang diraih UM pada ajang MTQMN XVI di Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Banda Aceh beberapa waktu lalu. Usaha dan tekad kuat dari para kafilah UM menjadi kunci utama kemenangan mereka. Bagaimana kisah di balik kemenangan MTQMN XVI ini, simak liputannya dalam Rubrik Laporan Utama!

dok. Pribadi

Sibak Resep Kemenangan MTQMN XVI

Tahun 41 September-Oktober 2019 |

3


Salam Redaksi

STT: SK Menpen No. 148/ STT: SK Menpen No. 148/ SK DITJEN PPG/STT/1978/ SK DITJEN tanggal 27PPG/STT/1978/ Oktober 1978 tanggal 27 Oktober 1978

oleh Yusuf Hanafi

P

restasi mahasiswa. Tidak sedikit civitas akademika perguruan tinggi (PT) yang memandangnya dengan sebelah mata. Apalagi jika hal itu dikaitkan dengan peringkat PT dalam klasterisasi. Sumbangsih prestasi kemahasiswaan dinilai tidak signifikan jika dibandingkan dengan kontribusi indikator-indikator lain dalam pemeringkatan PT. Lebih parah lagi, ada yang berasumsi bahwa prestasi kemahasiswaan itu hukumnya “sunnah”, bersifat “prasmanan”, dan terkesan sebagai “pelengkap” saja. Terlebih, untuk mewujudkan prestasi di bidang kemahasiswaan itu diperlukan “wagana” (waktu, tenaga dan dana) yang relatif besar, anggapan tersebut seolah mendapatkan justifikasi pembenaran. Mengejar prestasi kemahasiswaan bukanlah tujuan akhir, melainkan hanya sasaran antara untuk memastikan mahasiswa terus bergerak maju (moving forward) dalam kompetisi sehat dengan mahasiswa PT maju lainnya di level nasional, regional, bahkan internasional. Sebab, tujuan utama (the ultimate goal) dari mengejar prestasi kemahasiswaan adalah menyiapkan peserta didik agar menjadi lulusan yang kompetitif, inovatif, dan berkarakter sehingga mereka siap memasuki dunia kerja dan merespons tantangan kehidupan yang sesungguhnya. Sebagai catatan, mahasiswa saat memasuki jenjang pendidikan tinggi harus melewati tiga fase, yakni: fase adaptasi, fase prestasi, dan fase profesi. “Berprestasi” merupakan satu dari tiga fase krusial yang harus dilalui lulusan perguruan tinggi dengan baik. Kegagalan di salah satu fase tersebut akan berakibat pada ketidakberhasilan dalam mencetak lulusan yang berkarakter, unggul, dan kompetitif. Kebanggaan dari Prestasi Kemahasiswaan Dibanding bidang-bidang lain, kinerja kemahasiswaan UM relatif stabil, bagus dan mantap. Meskipun selalu ada ruang evaluasi untuk perbaikan dan peningkatan diri di masa mendatang. Di antara prestasi menonjol di sepanjang tahun 2019 ini adalah torehan quadtrick kafilah UM di ajang Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) Mahasiswa Nasional XVI, (26/7-4/8) lalu di Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Secara mengagumkan kafilah

dok. Pribadi

Prestasi, Prestasi, dan Prestasi UM menjadi kampium juara umum untuk kali keempat secara beruntun, melengkapi capaian juara umum di ajang MTQ Mahasiswa Nasional (MTQMN) sebelumnya (2013 di Padang Sumatera Barat, 2015 di Universitas Indonesia Depok, dan 2017 di Malang). Tidak hanya di MTQMN, di event resmi Ditjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa) Kemenristekdikti lainnya, yakni Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) ke-32 tahun 2019 di Denpasar Bali, kontingen UM mampu menempati rangking delapan dalam klasemen akhir, memperbaiki capaian UM di tahun 2018 yang hanya menduduki rangking 12. Di major events bergengsi lainnya, duta-duta UM juga meraih prestasi-prestasi yang layak mendapat apresiasi tinggiPrestasi-prestasi kemahasiswaan yang membanggakan di atas diyakini menjadi sarana promosi yang efektif guna meningkatkan citra positif institusi, sekaligus membangun atmosfer kondusif dalam menggelorakan spirit berprestasi dari seluruh sivitas akademika UM. Now or Never Dalam sebuah kalam hikmah dinyatakan: “Man lam yu’thi fi syababihi, qallama yu’thi fi baqiyyati ‘umrihi” (pemuda yang tidak menorehkan prestasi di masa mudanya, sangat sulit diharapkan untuk berprestasi di sisa umurnya). Kalam hikmah ini mengingatkan bahwa usia mahasiswa adalah usia emas (golden age). Oleh karena itu, senyampang badan dan pikiran masih prima, serta mempunyai banyak waktu luang, mahasiswa harus mendorong diri sekuat tenaga, disertai dengan hasrat dan kemauan yang kuat untuk menangkap peluang guna menorehkan prestasi yang gemilang! Dalam konteks semangat prestasi itulah, majalah Komunikasi edisi ini meliput secara khusus capaian prestisius kafilah UM yang mencetak quadtrick juara umum MTQMN empat kali beruntun. Semoga menginspirasi! Hidup mahasiswa! Jayalah UM! Majulah Indonesiaku! Penulis adalah Wakil Dekan III Fakultas Sastra dan Anggota Penyunting Majalah Komunikasi UM

KOMUNIKASI • Majalah Kampus Universitas Negeri Malang • Jalan Semarang No. 5 Graha Rektorat lantai 2 Telp. (0341) 551312 Psw. 354 • E-mail: komunikasi@um.ac.id • Website: http://komunikasi.um.ac.id • Instagram: @komunikasi_um KOMUNIKASI diterbitkan sebagai media informasi dan kajian masalah pendidikan, politik, ekonomi, agama, dan budaya. Berisi tulisan ilmiah populer, ringkasan hasil penelitian, dan gagasan orisinil yang segar. Redaksi menerima tulisan para akademisi dan praktisi yang ditulis secara bebas dan kreatif. Naskah dikirim dalam bentuk softdata dan print out, panjang tulisan 2 kwarto, spasi 1.5, font Times New Roman. Naskah yang dikirim belum pernah dimuat atau dipublikasikan pada media cetak manapun. Tulisan yang dimuat akan mendapatkan imbalan yang sepantasnya. Redaksi dapat menyunting tulisan yang akan dimuat tanpa mengubah artinya. Tulisan dalam Komunikasi tidak selalu mencerminkan pendapat redaksi. Isi di luar tanggung jawab percetakan PT Antar Surya Jaya Surabaya.

4 | Komunikasi Edisi 324

Pembina Rektor (AH. Rofi’uddin) Penanggung Jawab Wakil Rektor III (Mu’arifin) Ketua Pengarah Kadim Masjkur Anggota Hendro Susanto Ketua Penyunting A.J.E. Toenlioe Wakil Ketua Djajusman Hadi Anggota Zulkarnain Yusuf Hanafi Evi Susanti Nuruddin Zanky Dila Umnia Soraya Sukamto Tika Dwi Tama Septa Katmawanti Ike Dwiastuti Redaktur Pelaksana Nida Anisatus Sholihah Editor Azizatul Qolbi Layouter Fitrah Izul Falaq Desainer dan Ilustrator Krisnawa Adi Baskhara Reporter Amey Karimatul Fadhilah Fanisha Amelia Dessy Herawati Cintya Indah Sari Rosa Briliana Umi Nahdhiah Tanzilla Yulia Ageng Nur Nilam Ayu S. M. Irkhamin Azril Azi Famba Safira Putri H. Nikmatul Khoiriyah Administrasi Taat Setyohadi Ahmad Mu’am Rini Tri Rahayu Suhartono Ekowati Sudibyaningsih Oni Irawan Nur Cholisah Elok Kanthiasih Distributor Adi Santoso


Surat Pembaca

Meminta Majalah Komunikasi, Bolehkah?

Salam! Dear, Adriana terima kasih telah mengikuti perkembangan majalah Komunikasi. Bagi siapapun yang ingin meminta majalah Komunikasi untuk keperluan kegiatan di UM bisa mengajukan surat permohonan dengan menyebutkan nama kegiatan, fakultas, jurusan, dan jumlah majalah yang diminta. Surat permohonan tersebut dikirimkan ke subbag MPIKA Graha Rektorat lantai 2.

Krisnawa Adi Baskhara

Salam Pers! Saya Adriana, mahasiswa Jurusan Matematika. Saya ingin bertanya apakah jika jurusan mengadakan perlombaan yang mengundang peserta dari luar UM kami boleh meminta majalah Komunikasi untuk dibagikan kepada peserta? Jika boleh bagaimana prosedurnya? Terima kasih. Semoga Komunikasi sukses selalu! Saya Salam, Adriana S-1 Jurusan Matematika Perjalanan mimpi insan qurani tundukkan puji taklukkan uji Cover Story

Terima kasih

Repro Internet

Salam, Redaksi

Sukses tak pernah masuk hitungan, kecuali kamu mendapatkannya dengan adil dan jujur. Michelle Obama

ilustrasi oleh : Krisnawa Adi Baskhara

Tahun 41 September-Oktober 2019 |

5


Laporan Utama

Quadtrick! dok. Panitia

Sibak Resep Kemenangan MTQMN XVI Quadtrick!: Kafilah MTQ UM bersama piala kebanggaannya

Q

uadtrick! Universitas Negeri Malang (UM) memboyong piala juara umum keempat kalinya pada ajang bergengsi, Musabaqah Tilawatil Qur`an Mahasiswa Nasional (MTQMN) XVI di Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Banda Aceh (28/7-4/8). Peraihan ini tak lepas dari berbagai proses panjang dengan berbagai kendala yang dihadapi. Ikhtiar, rendah hati, dan selalu ingin belajar merupakan kunci sukses kemenangan mereka. Banyak pula hal-hal menarik dan tidak terduga terjadi selama MTQMN berlangsung di Aceh, bagaimana kisahnya? Berikut akan diulas pada rubrik Laporan Utama! Kunci Kontinuitas Kemenangan: Pembibitan, Pembinaan, dan Pendampingan Meski menjadi juara umum empat kali beruntun, setiap tahunnya kafilah UM diwakili oleh generasi yang berbeda. Di ajang MTQMN terdapat ketentuan apabila salah satu peserta sudah meraih juara satu cabang lomba tertentu, ia tidak dapat mengikuti cabang lomba yang sama lagi pada MTQMN berikutnya. Tak kalah strategi, ada tiga kontinuitas kunci kemenangan UM pada MTQMN, yaitu pembibitan, pembinaan, dan pendampingan. Pertama, sebagus apa pun pembinaannya jika no-material atau bahan mentahnya tidak bagus akan sulit untuk mencetak prestasi, di sanalah perlunya pembibitan. Sebagai upaya mendapatkan bibit yang bagus UM menempuh beragam cara, di antaranya

6 | Komunikasi Edisi 324

rutin menggelar acara Musabaqah Tilawatil Qur`an Siswa Nasional (MTQSN) dengan iming-iming juara 1, 2, dan 3 mendapatkan golden ticket boleh mendaftar ke UM melalui seleksi jalur prestasi nonakademik bidang keagamaan. UM juga rutin menggelar berbagai event untuk siswa SMA/sederajat sebagai wadah menjaring talenta-talenta terbaik yang diharapakan bisa menjadi mahasiswa UM. Kedua, agar bibit unggul ini tidak layu dan mati yaitu pembinaan. Pembinaan di UM dilakukan melalui Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Alquran Study Club (ASC). “ASC sebagai kawah candradimuka untuk menggodok bibit-bibit unggul yang sudah didapatkan dalam seleksi mahasiswa baru. Pembinaan biasanya dilakukan pada sore hari dengan banyak divisi, seperti divisi tilawah, tahfizhul quran, karya tulis ilmiah, dan masih banyak yang lain. Dengan kata lain, pembibitan oke, pembinaan juga harus oke. Semua hal yang baik tidak bisa didapatkan secara instan,� ungkap Dr. Yusuf Hanafi, S. Ag., M.Fil.I. Ketiga, setelah dilakukan pembinaan, untuk menyongsong MTQMN UM juga melakukan pendampingan jangka panjang. Misalnya, MTQMN diadakan pada bulan Juli maka sebelum itu UM sudah melakukan pendampingan yang dimulai sejak Februari. Pendampingan difokuskan agar kafilah UM bisa menorehkan prestasi. Sebagai upaya pendampingan, kafilah UM wajib mengikuti karantina selama enam bulan sebelum MTQMN berlangsung. Persiapan Kafilah untuk Mengikuti Lomba MTQMN Kafilah yang terpilih lebih dipersiapkan dengan diikutsertakan


Laporan Utama dengan tiga poin, harapan dua dengan dua poin, dan harapan tiga dengan satu poin. Mulanya, jumlah poin UM 55 dan UB 56. Namun, pada pengumuman cabang lomba terakhir yaitu Desain Aplikasi Komputer Alquran (DAQ) UM mendapatkan juara satu sehingga mendapatkan sembilan poin tambahan yang menyebabkannya unggul satu poin di atas UB. Poin terakhir inilah yang membuat para kafilah membawa pulang piala. Momen itu menjadi momen paling dramatis yang dirasakan para kafilah dan ofisial selama pelaksanaan MTQMN XVI di Aceh beberapa waktu lalu. Dilihat dari perkembangannya, kompetitor UM semakin kuat. Di bawah UB ada Universitas Gajah Mada (UGM) yang diketahui sebelumnya merupakan juara umum pada Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas). “Saya bersama temanteman yakin bahwa tidak ada sukses secara instan, semua perlu kerja keras. Ada sistem bimbingan, komitmen, dan passion,” tambahnya. “Pesimisme berubah menjadi keajaiban dengan kita menyikapinya secara bijak dan tetap yakin," ujar Yusuf. Solidaritas Para Alumni dan Tim Repot Kafilah tidak terbangun tiba-tiba, ia terbentuk oleh proses yang panjang. Semua orang yang terlibat di masingmasing cabang lomba selalu diingatkan bahwa jangan terlalu mendewa-dewakan potensi dan kemampuan karena semua itu karunia yang diberikan oleh Allah. Selain itu, UM juga beruntung memiliki alumni yang sangat potensial dan komitmen. “Ada Mas Alif yang paling berjasa, di cabang hifzil ada Mbak Fitri Anisa yang luar biasa. Komitmen dari Pak Taat dan Pak Subur, serta Pak Rektor juga luar biasa,” ungkap Dr. Hj. Muslihati, S.Ag., M.Pd. yang menjadi ibu dari kafilah UM. Dilihat dari prosesnya, meraih kemenangan dapat dikatakan gampanggampang susah. Talenta dan potensi juara menjadi kriteria untuk memilih para calon juara, tetapi yang paling utama adalah kedisiplinan. Komitmen dan kedisiplinan itu sikap yang menjadi modal. Kalau modalnya tidak bagus hasilnya juga tidak akan bagus. Tak lupa, di balik barisan kafilah MTQ ada ASC selalu melakukan pembinaan berkelanjutan. Proses tersebut merupakan modal yang tidak boleh dianggap remeh. Selain itu, ASC selalu menyediakan khudhama`. Mereka mengistilahkan khudhama` sebagai 'tim repot'. Mereka rela menjadi pahlawan tanpa tanda jasa, mulai dari menyiapkan makan hingga mencari seragam untuk para kafilah agar bisa tampil bagus dan bermartabat.

Harapan di MTQMN 2021 “Pertama, kami akan mempertahankan kemenangan untuk kelima kali. Kedua, kami berharap pembinaan secara intens tetap dilanjutkan. Ketiga, kalau wacana pembangunan rumah tahfiz terlaksana alhamdulillah. Tempat itu sangat membantu meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mempelajari Alquran yang akan berimbas pada kemampuan mereka saat berlomba di MTQ. Saya baru pertama kali menjadi ketua kafilah, tetapi sebelumnya saya sudah pernah menjadi anggota. Dari menjadi anggota tersebut saya sudah memiliki pengalaman untuk melanjutkan kepemimpinan pada MTQ di Aceh kemarin,” ujar Ketua Kafilah MTQMN XVI, Moh. Fauzan, S,Pd., M.Pd.I. Cabang Lomba MTQMN yang Dijagokan Ada tiga cabang lomba yang dijagokan UM, yaitu: (1) Desain Aplikasi Alquran yang meraih juara satu; (2) Karya Tulis Ilmiah Alquran meraih juara satu; (3) Syarhil Quran meraih juara satu. “Meskipun saat ini kita sudah juara umum, tapi bukan berarti kita adalah yang terbaik di antara mereka. Kita tetap harus belajar karena faktanya kampus lain juga berlari kencang sama seperti kita dan itu dibuktikan pada MTQ tahun 2019. Buktinya, kampus sebelah dapat 63 poin dan kita mendapat 64 poin," tutur Fauzan saat diwawancara. Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa kafilah UM tidak boleh berpuas diri. Semua elemen harus terus mengaktualisasi diri agar bisa lebih baik setiap tahunnya. Pentingnya Input dan Proses Memperoleh output yang bagus mempunyai suatu prinsip, pada level mahasiswa sudah bukan waktunya fase pembibitan. Fase tersebut seharusnya

dok. Pribadi

try out berupa lomba-lomba tingkat regional. MTQMN merupakan acara dua tahunan yang dilaksanakan pada tahun ganjil, tetapui pada tahun genap terdapat event MTQ Regional Jawa Timur. Pada MTQ Regional inilah UM menurunkan tim muda proyeksi nasional ke dalam perlombaan. UM juga mengadakan kegiatan magang bagi para kafilah, yakni memasukkan mereka ke pesantren. Misalnya, peserta yang mengikuti hifzil quran akan dimasukkan ke Pondok Pesantren Salaf Alquran (PPSQ) Asy-Syadzili Sumberpasir, Pakis, Malang. Alasan dipilihnya pondok tersebut karena salah satu kyainya pernah menjadi juara MTQ Internasional. Ada pula yang diberangkatkan ke Islamic Center Surabaya, di sana mereka dipertemukan dengan pembina yang berasal dari luar UM. Dengan kata lain, para kafilah tidak hanya dibina oleh pembina di internal UM, tetapi juga pembina dari luar UM yang berkelas nasional. “Usaha lain yang dilakukan adalah menggarap dimensi ruhiyah spiritual, mengingat MTQ merupakan kegiatan keagamaan. Contoh, ketika para kafilah dikarantina di TGP, mereka selalu diajak salat berjamaah, khususnya Maghrib dan Isya. Setelah salat Maghrib diadakan istigasah dan penguatan rohani lewat hipnotherapi. Dengan kata lain, lahiriah dan spiritual digarap dengan matang, tidak hanya penalarannya,” ujar dosen Jurusan Sastra Arab ini. Itu juga yang menjadi salah satu kunci sukses kemenangan para kafilah setiap kali berkompetisi di MTQMN. Sempat Pesimis, UM Unggul di DetikDetik Akhir “Kita sempat pesimis tidak jadi juara umum, mengingat MTQMN dilaksanakan selama tujuh hari, pada hari ketiga pesimis mulai muncul ketika kita melihat laju kemenangan dari universitas lain. Sempat berpikir bahwa UM hanya akan berhenti menjadi juara umum pada hattrick saja. Harapan saya nyaris kurang dari 10%,” terangnya. Pada hari terakhir ada kabar bahwa UM tidak akan meraih juara karena pada malam sebelumnya tidak ada UM di daftar para pemenang. Dari data yang ada memang UM tidak begitu bagus peraihannya. Pada malam puncak pengumuman, keajaiban memang ada dan UM keluar seabgai juara umum untuk keempat kalinya. Selisih poin yang didapatkan sangat tipis antara UM dan Universitas Brawijaya (UB) yang menjadi juara dua. Jumlah poin yang didapatkan untuk juara satu sebanyak sembilan poin, juara dua dengan tujuh poin, juara tiga dengan lima poin, harapan satu

Dr. Yusuf Hanafi, salah satu pelopor keberhasilan kafilah UM

Tahun 41 September-Oktober 2019 |

7


dok. Pribadi

Laporan Utama

Tersenyum lega sembari mengangkat bangga piala

sudah dilakukan saat SD, SMP, dan SMA. Masuk universitas dengan usia sekitar 1819 tahun merupakan usia emas produktif atau usia yang ready for use. Upaya untuk mendapatkan output atau prestasi bagus harus melalui input dan proses sumber daya manusia yang sudah berbakat sebelumnya. Input ready for use tersebut ketika diproses tidak mulai dari nol, tetapi sudah berjalan. “Kalau kita tidak mengambil mahasiswa yang memiliki potensi maka tidak mungkin output-nya kita menjadi juara nasional. Langkah pertama dari input adalah melalui seleksi masuk perguruan tinggi jalur prestasi. Kedua, UM harus aktif mencari karena output animo perguruan tinggi lain yang mengikuti MTQMN ke XVI kemarin juga sudah tinggi dengan jarak selisih poin kemenangan yang sangat tipis. UM sudah melakukan, tetapi kita akan tingkatkan intensitasnya. Kita sudah melakukan kolaborasi, koordinasi, dan konsultasi. Tentu saja semua itu harus memadai dan UM menyiapkan apresiasi kepada pihak yang telah membantu dalam kelancaran persiapan hingga kemenangan MTQMN,” terang Dr. Mu’arifin, M.Pd., Wakil Rektor III UM saat ditemui di ruang kerjanya. Proses untuk mendapatkan output yang bagus ada yang dinamakan long term student development, harus panjang waktunya, tidak serta merta. Pembinaan mahasiswa berjangka panjang dibagi menjadi tiga, yaitu adaptasi, prestasi, dan profesi. Proses adaptasi berlangsung ketika menjadi mahasiswa baru. Mereka harus cepat

8 | Komunikasi Edisi 324

beradaptasi dengan lingkungan kampus melalui serangkaian kegiatan PKKMB misalnya. Mengejar prestasi berlangsung pada saat mahasiswa di atas semester tiga serta sudah melalui pembinaan yang cukup lama. Profesi dikembangkan oleh mahasiswa yang sudah semester delapan, mereka sudah mulai memikirkan masa depan. Bidang kemahasiswaan melakukan pengembangan tidak sekadar secara teknis, tetapi juga secara nonteknis seperti ikhtiar, prihatin, dan keikhlasan. “Seperti para mahasiswa kafilah MTQ dari UM yang memiliki prihatin tinggi, mereka ikhlas dengan tipe mahasiswa UM yang sederhana, ikhlas, dan gigih. Pembinaan juga sudah dilakukan sejak lama. Sering juga doa bersama serta istigasah dan tidak lupa meminta doa restu orang tua,” imbuhnya. Brand MTQ melekat di UM Keberhasilan UM menjadi juara pada MTQ, baik regional maupun nasional tentu membawa dampak positif. Dengan antusias Wakil Rektor III UM tersebut menjelaskan, MTQ sudah menjadi brand yang melekat pada UM. Dari sejumlah event nasional Dikti, kampus yang menjadi langganan juara umum mendapat predikat khusus di mata kampus lain, misalnya MTQMN dan UM. “Pokoknya kalau ngomong MTQ ya UM, itu merupakan semacam brand lah,” terang Mu’arifin. Dia menambahkan, UM sudah menunjukkan dinamika yang progresif pada bidang kemahasiswaan. Namun, meskipun sudah mulai merangkak

naik langkah demi langkah, UM tidak boleh sampai terlena. Atas peraihan yang gemilang dalam MTQMN, ia bercerita kampus lain sempat menghubunginya dengan maksud mengupas isi dapur UM. “Ya dilematis juga ya, kalau kita tidak beritahu dikira gimana, kalau diberitahu persaingannya juga menjadi sengit,” pungkasnya lebih jelas. Peserta Bermental Juara MTQMN XVI bukanlah kali pertama bagi Alif menjadi seorang ofisial kafilah. Tahun 2017, tepatnya MTQMN XV menjadi pengalaman awal baginya dipilih sebagai ofisial kafilah UM, berlanjut di 2018, dan 2019. Tiga tahun menjadi ofisial diakui olehnya sudah tidak lagi beradaptasi dengan lingkungan. Mengenal medan pun sudah menjadi sebuah kepastian. Hanya saja sudah berkali-kali menjadi ofisial bukan berarti berjalan mulus tanpa kendala. Mental peserta yang naik-turun menjadi perhatiannya. “Adik-adik itu kan mentalnya naik turun, nah tugas berat ofisial itu menstabilkan mental mereka,” ujar Alif. Dituturkan lebih lanjut pria kelahiran Mojokerto ini, sejak awal mental memang dipersiapkan sedemikian rupa, ditekankan bahwa semua bukan hanya karena lomba, melainkan untuk syiar Alquran. Jajaran pimpinan yang sedang sambang juga tidak diperkenankan masuk asrama peserta. Bukan tanpa sebab, kekhawatiran akan mental yang sudah dibangun optimis akan jatuh ketika dikunjungi. Hal tersebut juga


Laporan Utama MTQMN ini UM bisa menjadi juara umum empat kali beruntun. Dampak Kemenangan UM Bagi Kemahasiswaan Dampak positif yang didapatkan UM adalah output prestasi kemahasiswaan menjadi tinggi. “Saat ini UM sangat getol pada pemeringkatan perguruan tinggi supaya klasterisasi universitas bagus, UM mendapat poin cukup tinggi di bidang kemahasiswaan. Poin kemahasiswaan mejadi lebih tinggi dibanding peringkat UM di bidang institusional. Dengan kata lain, juara umum itu berdampak pada nilai kemahasiswaan dalam pemeringkatan Kementerian Riset dan Teknologi Tinggi (Kemenristekdikti),” terang Yusuf saat ditemui di ruang kerjanya. Reaksi Kampus Lain Atas Kemenangan UM Ucapan selamat juga datang dari kampus lain. Mereka juga sudah cukup banyak yang coba membedah rahasia usaha di balik kemenangan UM, misalnya Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Universitas Airlangga (Unair), dan banyak perguruan tinggi lain. Semua rahasia di balik kemenangan MTQMN disampaikan oleh UM kepada mereka “Semua hal itu hanya sekadar konsep, yang terpenting bagaimana hal tersebut bisa terimplementasikan di lapangan. Juara yang diraih UM saat ini merupakan buah yang didapat dari proses panjang,” jelas dosen yang akrab dipanggil Ustadz Yusuf tersebut. Pada MTQMN tahun 2013 persiapan dari UM masih terlalu mepet, tetapi UM bisa mendapatkan juara umum. Namun, lamakelamaan proses itu terbentuk. Pada tahun 2015 UM meraih kemenangan untuk yang

kedua kali, disusul pada tahun 2017, dan 2019 kembali meraih juara umum. Tidak masalah orang lain mengetahui dapur UM, tetapi ada lipatan-lipatan yang orang lain tidak tahu dan hanya UM yang mampu melakukannya. Contoh yang tidak bisa ditiru ialah semangat dedikasi dan loyalitas untuk persiapan mengikuti MTQ dengan sebaik-baiknya. Ikatan Khusus Alumni Kafilah UM Kunci kekuatan kafilah UM juga ada pada solidaritas alumni. Sebanyak 70 sampai 80 persen pembina kafilah UM adalah alumni yang telah menjadi juara di MTQ sebelumnya, sehingga mereka tau persis bagaimana membuat adik-adiknya juara. Alumni ini di-openi dengan beragam cara, ada beberapa alumni sukses yang diberikan dana untuk penelitian. Tentunya, hari ini hingga setereusnya dedikasi para alumni tersebut sangat dibutuhkan demi keberhasilan kafilah UM. Terus Membangun Solidaritas Tentunya tak ada kemenangan yang diraih tanpa kendala. Membangun solidaritas di antara kafilah dan para pembina menjadi salah satu kendala dalam ajang MTQ. Ada pembina yang sangat care dan ada pula yang sebaliknya. “Membentuk suatu kelompok yang solid itu susah dan membuat stres, sehingga di sini perlu ada seseorang yang bisa membangun kesolidaritasan atau menjadi mega. Di sini saya mengambil peran tersebut. Kita akan menang bersama-sama kalah juga bersamasama, di sini mungkin ada bintang dan ada pendatang baru. Namun, percayalah kita akan bisa melewati semua itu dengan adanya solidaritas,” tutup Yusuf, dosen yang sekaligus menjabat Wakil Dekan III Fakultas Sastra UM tersebut. Irkhamin/Tanzilla

dok. Panitia

berlaku pada Dr. Mu’arifin, M.Pd.. Cerita saat kompetisi, ada tipe kafilah yang sengaja berpesan untuk tidak ingin dilihat. Terbukti setelah diaminkan keinginannya, kafilah tampil dengan prima. Ofisial kafilah UM pun tidak pernah menuntut kontestan untuk juara. Senada dengan sebelumnya, ditakutkan hal tersebut menjadi momok dan berdampak pada penampilan yang kurang maksimal. Ditegaskan bahwa cukup pembina saja yang memiliki target, sedangkan peserta tidak diharuskan. Juara tidak juara para kafilah tetap diapresiasi. “Tapi alhamdulillah mental adik-adik ini memang mental juara. Di awal mereka sudah ditempa luar biasa, mereka siap kalah dan tidak kaget kalau menang,” ungkap pria murah senyum ini. Apresiasi UM atas Kemenangan Kafilah di Ajang MTQMN XVI Sesuai Surat Keterangan (SK) Rektor, mahasiswa UM yang menjuarai lomba tingkat nasional seperti MTQMN akan dilakukan penyambutan khusus oleh Rektor UM dan di dalamnya ada pemberian hadiah bisa berupa pembebasan UKT, fresh money, dan beasiswa. Penghargaan tidak harus dilihat dari nominalnya, tetapi bagaimana apresiasi lembaga terhadap mahasiswa yang berprestasi. Tepat pada upacara peringatan HUT ke-74 RI di lapangan Stadion UM (17/8) kafilah UM membuat pleton khusus. Ada sesi khusus penyerahan piala juara umum MTQMN kepada Rektor UM di hadapan seluruh civitas akademika UM. Hal ini merupakan bentuk apresiasi atau pengakuan dari lembaga. Mengingat, di turnamen mayor atau besar yang diadakan oleh Direktorat Jenderal (Ditjen) Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa), baru di ajang

Para kafilah dan ofisial usai malam pengumuman

Tahun 41 September-Oktober 2019 |

9


Opini

BPJS Defisit, Konflik Masa Depan Yankes Indonesia oleh Nur Irene Siswandari

B

ila mendengar kata Badan Penyelenggaran Jaminan SosialÂ

(BPJS) Kesehatan tentu

sebagian besar orang akan berasumsi bahwa pelayanan yang diberikan tidak memuaskan. Pasien sering kali mengantri berjam-jam, petugas

ilustrasi oleh : Krisnawa Adi Baskhara

kesehatan

kurang

ramah,

dan

penggunaan obat dibatasi. Namun, arti dari

keberadaan BPJS Kesehatan lebih dari sekadar asumsi masyarakat semata. Sebagian besar masyarakat belum mengetahui bahwa BPJS Kesehatan mengalami defisit sebesar Rp9,75 triliun pada tahun 2017. BPJS

Kesehatan

merupakan

badan

pelaksana

yang

menyelenggarakan program jaminan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia. Tujuan dari program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran, baik yang dibayar oleh pribadi maupun pemerintah.

10 | Komunikasi Edisi 324


Opini

Pertanyaannya, apakah yang dibayarkan

nirlaba atau tidak memprioritaskan profit,

salah satu alternatif, selain suntikan dana

sudah sesuai dengan besarnya pelayanan

dalam arti hanya mengambil sedikit

dari pajak rokok, pemerintah juga perlu

yang harus diberikan BPJS? Pada tahun

keuntungan, sehingga tak mengherankan

mempertimbangkan sokongan dana dari

2017 iuran yang didapatkan sebesar

kalau BPJS masih sering mengalami defisit.

sektor pariwisata untuk menutup kerugian

Rp74,25 triliun sedangkan jumlah klaim

Saat ini solusi yang berusaha ditawarkan

atau tuntutan biaya kesehatan mencapai

pemerintah untuk menutup kerugian

Indonesia memiliki segudang tempat

Rp84 triliun. Jika situasi BPJS terus

BPJS

wisata yang memberikan sumbangan

berlangsung demikian, bagaimana kondisi

suntikan

pelayanan

dari pajak rokok daerah. Namun, upaya

Masalah ini tentu tidak bisa hanya

pemerintah tersebut dianggap tidak sesuai

dibebankan pada pemerintah karena

kesehatan

(yankes)

dapat

membaik? Sementara

itu,

tuntutan

Kesehatan dana

dengan sebesar

memberikan Rp4,9

triliun

BPJS

Kesehatan.

Mengingat,

bahwa

devisa cukup banyak bagi kas negara.

biaya

dengan gerakan pengendalian tembakau.

akar dari permasalahan ini adalah kualitas

kesehatan (klaim) yang diterima oleh

Keputusan tersebut tentu dapat menjadi

kesehatan masyarakat Indonesia yang

tenaga kesehatan, terutama dokter hanya

pembenaran bahwa pajak rokok dapat

belum dapat dikatakan bagus. Maka dari

sebesar Rp9.000-Rp11.000 per pasien,

menyelesaikan masalah keuangan negara.

itu, untuk menyelesaikan masalah ini

dokter umum non-BPJS dapat mematok

Padahal, menurut Staf Ahli Menteri bidang

juga perlu kerja sama dari semua pihak,

tarif sebesar Rp25.000-Rp50.000. Tentu

Hukum Kesehatan, Tritarayati, beban biaya

terutama masyarakat. Masyarakat dapat

hal tersebut menjadi salah satu alasan

penyakit akibat paparan asap rokok seperti

melakukan banyak hal untuk menentukan

pelayanan dokter di bawah BPJS menjadi

jantung, ginjal, dan stroke menyedot lebih

masa depan yankes Indonesia. Sebagai

kurang ramah.

System (NHS) yang merupakan badan

dialami BPJS adalah premi atau iuran terlalu

BPJS. Sudah dapat dilihat bahwa pajak

penyelenggaran

rendah (underprice). Tarif premi yang harus

rokok tidak hanya dapat menguntungkan,

universal di Inggris pernah mengalami

dibayar oleh peserta bukan penerima upah

tapi juga dapat merugikan. Menurut

defisit dan akan bangkrut, tetapi hingga

(PBPU) untuk kelas I adalah Rp80.000, kelas

Soewarta

kini NHS masih berjalan karena sejumlah

II Rp63.000, dan kelas III Rp53.000 per bulan.

Kementerian

kerugian

warga menggalang aksi menuntut agar

Adapun peserta penerima upah (karyawan)

ekonomi pada 2015 untuk biaya kesehatan

pemerintah tetap memberikan subsidi

untuk potongan upah 6% dari gaji dan

sebesar Rp596,61 triliun. Sedangkan dalam

untuk memenuhi pelayanan kesehatan

batas atas upah 6x pendapatan tidak kena

laporan penelitian yang dilansir Kemenkes

masyarakat.

pajak berkeluarga beranak satu. Padahal

pada 2015 perkiraan total belanja rokok

Sebagai mahasiswa, tentu kita harus

dalam aturan pemerintah disebutkan

pada perokok aktif sebesar 36,3% dari total

memiliki pola pikir yang lebih terbuka

bahwa peserta penerima bantuan iuran

jumlah perokok aktif dikali Rp3.099.600

dalam masalah ini. Ketika terjun ke

(PBI) dikenakan iuran Rp23.000 per bulan.

dari belanja rokok per kapita per bulan

masyarakat kita harus dapat mengedukasi

PBPU kelas I mencapai Rp80.000, kelas II

sebesar Rp258.500 ialah Rp208,8 triliun.

masyarakat tentang fakta di balik situasi

dari

Kesehatan

Balitbangkes RI,

contoh,

Health

salah

lagi biaya kesehatan yang tidak ter-cover

Kosen

satu

National

dari 70% dana yang dikelola BPJS. Belum

Salah satu penyebab kerugian yang

jaminan

kesehatan

Rp53.000 (kurang Rp12.000), dan kelas III

Dapat dilihat bahwa kerugian yang

defisit yang dialami BPJS Kesehatan. Kita

Rp25.500 (kurang Rp27.500), belum lagi

dialami Indonesia akibat rokok menyentuh

juga dapat turut mengajak masyarakat

kekurangan dana akibat peserta BPJS tidak

angka Rp3 triliun lebih. Namun, masih

agar tertib membayar premi, karena sesuai

rutin membayar premi. Kebanyakan dari

banyak pihak yang menutup mata akan

prinsip Sistem Jaminan Sosial Nasional

mereka beranggapan bahwa tidak perlu

fakta ini, baik dari masyarakat maupun

(SJSN) premi yang dibayarkan juga akan

membayar premi bila tidak sedang sakit.

dari pemerintah. Menutup kerugian BPJS

kembali kepada mereka ketika sakit.

Tak sedikit pula yang baru mendaftar

dengan pajak rokok daerah tentu akan

BPJS setelah penyakit yang mereka alami

terdengar sangat ironis bagi Indonesia

Penulis adalah Mahasiswa Jurusan

menjadi lebih parah. Lalu, bagaimana

karena bagaimanapun rokok menjadi salah

Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Juara

BPJS dapat menutup berbagai kekurangan

satu penyebab kerugian BPJS secara tidak

Harapan 2 Kompetisi Penulisan Opini

tersebut? BPJS memang memiliki prinsip

langsung tak dapat dipungkiri. Sebagai

Majalah Komunikasi

Tahun 41 September-Oktober 2019 |

11


dok. Panitia

Seputar Kampus

UM Mendulang 20 Medali untuk Jawa Timur Rio (tengah atas), atlet pencak silat dari UM yang berhasil meraih medali emas

P

ara punggawa UM yang turut serta dalam kontingen Jawa Timur turut menyumbang 20 medali pada Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional (Pomnas) XVI tahun 2019. Dengan jumlah yang diperoleh tersebut UM menjadi universitas kedua yang menyumbangkan medali terbanyak bagi Jawa Timur setelah Universitas Negeri Surabaya (UNESA). Perolehan medali tersebut terdiri dari lima medali emas, tujuh medali perak, dan delapan medali perunggu. Perolehan tersebut sekaligus mendudukkan Jawa Timur di peringkat ketiga setelah DKI Jakarta dan Jawa Barat. Pomnas digelar selama sembilan hari di Jakarta (15-26/9). Kompetisi nasional yang diselenggarakan setiap dua tahun sekali itu menjadi ajang bergengsi bagi para atlet dari 33 provinsi di Indonesia yang tengah duduk di perguruan tinggi. Mengusung tema “Semangat, Sportif, dan Berprestasi," Pomnas XVI digelar oleh Badan Pembina Olahraga Mahasiswa Indonesia (BAPOMI) DKI Jakarta dengan ketuanya dari Universitas Negeri Jakarta

12 | Komunikasi Edisi 324

(UNJ). Pomnas kali ini diikuti oleh 3.034 atlet dari 33 provinsi di Indonesia. Ada 19 cabang olahraga (cabor) yang bisa diikuti, yaitu Bola Basket, Atletik, Anggar, Catur, Bola Voli, Bulutangkis, Futsal, Gulat, Hockey Indoor, Judo, Karate, Kempo, Panjat Tebing, Pencak Silat, Petanque, Renang, Sepak Takraw, Tarung Derajat, Cricket, dan E-sport. Cabor yang sukses menyumbangkan lima medali emas yakni cabor Gulat atas nama Iin Wijayanti, Mutiara Ayu Ningtia, dan Lulut Gilang Saputra; Pencak Silat atas nama Rio Danang Kresnawa; dan Atletik (tim estafet 4x400 meter putri) atas nama Maudy Awanda Saputri. Sedangkan cabor yang menyumbangkan tujuh medali perak ialah Renang (4x100 meter estafet gaya bebas) atas nama Sonya Angelica Kawilarang, Atletik (110 meter gawang putra) atas nama Haris Halim Setiadi, Catur atas nama Muchamad Fani Maulana, Renang (4x100 meter estafet gaya ganti) atas nama Sonya Angelica Kawilarang, Pencak Silat atas nama M. Sholeh Sholakhudin, Bola Voli atas nama Nanda Maulana Pamungkas dan Muhammad Ghafar Assidiqqi, serta Futsal atas nama

Resty Dona Rahayu dan Azahna Firzalvia. Adapun delapan perunggu diperoleh dari cabor Atletik, Renang, Hockey Indoor, dua medali dari Cricket, dan dua dari Catur. Rio Danang Kresnawa, peserta Pencak Silat dari UM yang turut menyumbangkan medali emas bagi kontingen Jawa Timur memaparkan bahwa atlet-atlet ini sudah berlatih begitu keras sejak mengikuti Pekan Olahraga Mahasiswa Daerah (Pomda). Oleh karena itu, kontingen Jawa Timur berhasil menduduki. “Saya dan teman-teman di sini selalu berlatih dengan keras dari jauh-jauh hari, apalagi ketika ikut Pomda. Di tingkat provinsi kami ketemu temanteman dari universitas lain di Jawa Timur, senang karena bisa berbagi banyak ilmu,” tutur Rio yang merupakan mahasiswa Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga UM. “Senang sekali rasanya bisa menyumbangkan medali emas di Pomnas. Harapan saya, semoga atlet-atlet UM ke depannya semakin berprestasi. Bahkan tidak hanya di kancah nasional, kalau bisa sampai internasional, berprestasi di POM Asean.” pungkas Rio menutup wawancara denga kru Komunikasi. Azril


Seputar Kampus

Syiar Alquran Lewat MAMAQ

U

karya dan menikmati field trip di Museum Angkut serta Alun-Alun Batu. Tak hanya itu, ada juga seminar nasional Alquran dengan tema “Akselerasi Literasi Alquran guna Mewujudkan Generasi Rabbani Berjiwa Qurani”. Seminar yang berlangsung di Aula Lantai 2 Gedung Pascasarjana UM ini bertujuan sebagai wadah mahasiswa dalam mengkaji Alquran, mensyiarkan Alquran, dan menggemakan Alquran demi mewujudkan generasi rabbani. “Generasi rabbani itu generasi yang cinta Allah, generasi yang mengenal Allah, berjiwa Qurani dengan mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam Alquran,” tutur Alivara Lintang Maharani, Sekretaris Pelaksana MAMAQ. Seminar yang dihadiri oleh seratus peserta ini mendatangkan pemateri Dr. Ahmad Taufiq, S.Pd., M.Si., dengan materi “Alquran sebagai Sumber Ide Karya Tulis Ilmiah” dan Dr. Mohammad Kholisin, M.Pd.I. dengan materi “Mewujudkan Generasi Rabbani Berjiwa Qurani Melalui Literasi Alquran”. Di akhir seminar diumumkan para pemenang MAMAQ IV tahun 2019. Peraih Juara I presentasi berasal dari Institut Agama Islam Negeri Langsa dengan judul artikel “Pola Asuh Anak Dalam Alquran (Analisis Terhadap Kisah Istri Imran)” sekaligus peraih predikat Best Presenter. Sementara itu, Kategori Best Poster disabet oleh finalis dari UM dengan judul artikel “Thoyyib: Sistem Pengidentifikasi Dan Pengontrol Makanan Sisa Solusi Menyikapi Kemubaziran Makanan”. Alivara berharap tahun depan jumlah peserta yang mengikuti MAMAQ semakin banyak dan kajian Alquran yang berhubungan dengan permasalahan saat ini akan terus meningkat. “Tetap semangat mensyiarkan Alquran,” tutup Mahasiswa Jurusan Ekonomi Pembangunan tersebut. Diah

dok. Panitia

nit Kegiatan Mahasiswa Alquran Study Club (UKM ASC) Universitas Negeri Malang (UM) kembali menggelar acara Karya Tulis Ilmiah Alquran tingkat nasional, Maqalah Madlmun Alquran (MAMAQ). Terdapat dua agenda dalam rangkaian acara MAMAQ yaitu Lomba Karya Tulis Ilmiah Alquran (LKTIA) dan Seminar Nasional Kealquraanan. Sabtu (14/5) kesepuluh finalis MAMAQ berkesempatan mempresentasikan karya tulis mereka pada babak final di Aula Lantai 2 Perpustakaan UM. Tak hanya itu, poster mereka juga dipamerkan dan dilombakan. Para finalis yang masuk final berasal dari berbagai perguruan tinggi, yaitu Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Langsa Aceh, Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Airlangga (UNAIR), Universitas Brawijaya (UB), UM, Universitas Negeri Semarang (UNNES), Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Politeknik Negeri Semarang (Polines), dan Universitas Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Madiun. Sebelumnya, mereka telah bertarung dengan 42 peserta di babah Penyisihan. Babak final MAMAQ menghadirkan tujuh juri dengan rincian empat juri presentasi dan tiga juri poster. Ketujuh juri tersebut antara lain (1) Dr. Drs. H. M. Hadi Masruri, Lc., MA., M.Ag., (2) H. Faris Khoirul Anam, Lc., M.H.I., (3) Dr. Eny Latifah, M.Si., (4) M. Alifudin Ikhsan, S.Pd., M.Pd., (5) Dr. Yusuf Hanafi. S.Ag., M.Fil.I., (6) Andreas Syah Pahlevi, S.Sn., M.Sn., dan (7) Heppy Jundan Hendrawan, S.Sn., M.Ds.. Tiga kategori penilaian meliputi presentasi, best poster, dan best presenter. Acara puncak MAMAQ IV berlangsung Minggu (15/9). Sebelumnya , sepuluh finalis tersebut telah mempresentasikan

Presentasi peserta MAMAQ dari Universtias Gajahmada

Tahun 41 September-Oktober 2019 |

13


Seputar Kampus

Seminar Pendidikan Kampus 3

Umi Dayati: Jadikan Dirimu Punya Branding

Umi Dayati saat menyampaikan materi

14 | Komunikasi Edisi 324

maju di dunia. Oleh karena itu, kemampuan berpikir tingkat tinggi dituntut dan pengambilan keputusan harus terus diasah. Seorang guru harus pintar (cepat dan tepat menyerap informasi, ilmu, dan referensi banyak, red.), cerdas, kreatif, dan inovatif. “Orang cerdas benar-benar memahami karakter seseorang, kaya pengalaman,” tutur profesor yang juga menjabat Rektor Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Blitar tersebut. Lebih lanjut, Zainuddin menerangkan bahwa rajin belajar dan banyak ilmu saja tidak cukup. Seseorang juga harus kreatif dan cerdas agar ilmu yang dimiliki bisa diaplikasikan dengan baik. “Jangan lali jadi orang yang cerdas, orang yang aktif dalam berkegiatan,” pesannya pada 270 peserta yang terdiri dari mahasiswa, kepala sekolah, dosen, dan guru TK hingga SMA. Tak jauh beda dengan Zainuddin, Umi Dayati menerangkan bahwa kemampuan berkomunikasi, critical thinking dan problem solving, kreatif, dan inovatif sangat penting dimiliki dalam menghadapi bonus demografi. Guru SD dan PAUD menjadi tokoh yang berperan dalam membentuk karakter anak. “Golden Age membentuk karakter itu sampai SD,” kata dosen FIP UM yang juga motivator level ASEAN tersebut. “Jadikan dirimu punya branding. Bonus demografi nggak usah dikhawatirkan," ujarnya.

Selaras dengan Umi, Runner Up 2 Duta Genre Indonesia 2017, Yauma Bahru mengatakan bahwa dalam menghadapi bonus demografi anak muda harus memaksimalkan potensi yang dimiliki. Terdapat tiga langkah E yang perlu dilakukan, yakni terkait education, engagement, dan employment. Tiga poin ini adalah peningkatan kualitas pendidikan dari sisi soft skills maupun hard skills, peningkatan partisipasi dalam kegiatan, dan menciptakan lapangan kerja baru. “Saya jadi tahu bagaimana menghadapi bonus demografi di Tahun 2045. Alhamdulillah, dapat banyak wawasan baru," kesan Isma, salah satu peserta seminar. “Tidak usah takut menghadapi bonus demografi tahun 2045 nanti, yang penting tetap kembangkan kemampuan untuk terjun ke dunia kerja dan masyarakat.” Diah

dok. Panitia

I

ndonesia diperkirakan akan mengalami bonus demografi pada tahun 2045. Berangkat dari pernyataan tersebut, Sabtu (14/09) Koordinator Kegiatan Mahasiswa Kampus 3 (KKM 3) menyelenggarakan seminar nasional pendidikan yang menghadirkan beberapa pembicara, antara lain Dr. Dra. Hj. Umi Dayati, M.Pd., Prof. Dr. H. Zainuddin, M.Pd., dan Yauma Bahru Isnaini, S.Pd. Seminar tersebut bertajuk “Strategi Pendidik Berkarakter Menyongsong Bonus Demografi Menuju Indonesia Emas 2045”. “Generasi muda produktif diharapkan mampu memanfaatkan usia produktifnya itu dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang produktif agar Indonesia mampu menuju emasnya di tahun 2045,” jelas Ketua Pelaksana Kegiatan, Sigit Wibowo. Menurut mahasiswa Jurusan Kependidikan Sekolah Dasar tersebut, karakter menjadi hal utama yang harus dimiliki oleh pendidik. Dengan begitu mereka akan dapat mendidik dan melahirkan generasi yang berkarakter untuk menyongsong bonus demografi tersebut. Sambutan Ketua Jurusan Kependidikan Sekolah Dasar, Dr. H. Sutarno, M.Pd. dan penampilan tari asmaradhana membuka seminar yang berlangsung di aula kampus 3 tersebut. Guru Besar Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Zainuddin menjelaskan bahwa Indonesia diperkirakan menjadi negara


dok. Panitia

Seputar Kampus

Semeru team dari UM

Gebyar KMHE 2019 UM Utas Awij UM Juara

A

da yang berbeda di area Jalan Jakarta hingga Jalan Simpang Ijen beberapa waktu lalu. Area tersebut berubah menjadi arena sirkuit mobil (sirkuit JSI) dalam Kontes Mobil Hemat Energi (KMHE). Ajang tersebut berlangsung selama lima hari, Selasa-Sabtu (24-28/9). KMHE merupakan ajang lomba mobil hemat energi tingkat nasional yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Kegiatan yang awalnya bernama Indonesia Energy Marathon Challenge (IEMC) ini diselenggarakan setiap tahun sejak 2012. Terdapat dua kategori kendaraan yang dikompetisikan dalam kontes ini, yaitu prototype dan urban concept. Tahun ini Universitas Negeri Malang (UM) mendapat kehormatan untuk menjadi tuan rumah kontes bergengsi tersebut. KMHE yang berlangsung di kota dingin kali ini mengusung tema “Utas Awij untuk Alam�. Tema tersebut sangat menggambarkan ciri khas Malang dengan bahasa walikan-nya. Di dalamnya terdapat pesan untuk dapat menyatukan jiwa masyarakat demi kelestarian alam melalui konsep kendaraan hemat energi. Dibuka pada hari selasa (24/9), kontes ini diikuti oleh 80 tim dari 45 perguruan tinggi seluruh Indonesia. Acara pembukaan dimeriahkan oleh Komunitas Miniatur Truk Gondanglegi, pameran kostum Malang Flower Carnival, dan juga penampilan tari dari UKM STKAK. Tak ketinggalan, yang paling ditunggu dan menarik perhatian ialah iring-iringan mobil dengan variasi warna dan keunikan desainnya. Satu per satu tim memamerkan mobil hemat energi kebanggan mereka yang akan diadu dan diuji kehematannya di sirkuit JSI.

Salah satu tim terlihat memamerkan mobl hemat energi dengan desain kupu-kupu. Tim tersebut berasal dari Universitas Tadulako, Palu, Sulawesi Tengah. “Tim kami telah berada di Malang sejak hari Jumat dan membawa mobil menggunakan truk yang diangkut ke dalam kapal,� ungkap Rusdi, salah satu dosen pembimbing dari Universitas Tadulako saat diwawancarai. Kreativitas dalam mewujudkan karya nyata berupa kendaraan yang irit, aman, dan ramah lingkungan dituntut untuk dapat dikuasai oleh seluruh peserta. Target jangka pendek dari kompetisi ini adalah menjadi tolok ukur mahasiswa untuk melaju ke kompetisi sejenis di tingkat internasional. Sedangkan, untuk target jangka panjang, putra-putri Indonesia diharapkan mampu mendesain dan membuat sendiri kendaraan yang hemat energi dan ramah lingkungan. Kendaraan ini minimal dapat digunakan sebagai alat transportasi internal di kampus. Tidak hanya sukses menjadi tuan rumah utas awij untuk alam, UM juga keluar sebagai juara. Setelah berlaga di sirkuit JSI selama kurang lebih empat hari, pengumuman pemenang pun tiba. Pengumuman pemenang sekaligus penutupan acara KMHE dilaksanakan di gedung Graha Cakrawala (28/9). Dalam kontes tahun ini ITS keluar sebagai juara umum bertahan KMHE. Kendati demikian, tim UM yang bernama Semeru team I dan Semeru team II juga berhasil menyabet juara 1 kategori Prototype MPD Etanol dan Best Design Vehicle. Sangat membanggakan! Semoga mobil hemat energi kebanggaan UM dapat segera melenggang di area kampus. Nilam

Tahun 41 September-Oktober 2019 |

15


Seputar Kampus

Kemeriahan Lustrum XII

Ajang Introspeksi, Silaturahmi, dan Berekspresi

U

niversitas Negeri Malang (UM) akan memasuki usia yang ke-65 tahun, sudah cukup dewasa untuk menjadi universitas panutan dan rujukan bagi pendidikan di Indonesia bahkan di kancah internasional. Tahun ini UM akan merayakan ulang tahun ke-65 atau yang lebih dikenal dengan istilah Lustrum XIII, terhitung sejak berdirinya UM (IKIP Malang, red.) pada tanggal 18 Oktober 1954. Lustrum XIII kali ini mengangkat tema ”Jaga Tradisi, Bernas Inovasi, Lambungkan Prestasi”. menurut penuturan Ketua Pelaksana Lustrum, Hendra Susanto, S.Pd., M.Kes., Ph.D., tema tersebut merujuk pada sejarah gemilang UM yang panjang sejak berdiri sebagai IKIP Malang hingga bertransformasi menjadi UM sejak 1999. Menjaga tradisi kegemilangan IKIP Malang-UM merupakan hal pokok bagi para civitas akademika UM sebagai upaya mempertahankan marwah UM (IKIP Malang dulu, red.). Melalui kegiatan Lustrum XIII ini UM juga perlu terus mempertahankan track record positif terhadap hasil inovasi, invensi, dan hal-hal novelty lainnya. Hal itu sebagai bukti UM bernaskan inovasi unggul inovatif. Tema

tersebut diharapkan menjadi hallmark untuk UM agar terus melambungkan prestasinya di kancah akademik nasional dan internasional. Tujuan Lustrum UM XIII tahun 2019 tidak lain untuk introspeksi dan refleksi, silaturrahmi akademis antara civitas akademika UM dan pihak eksternal, wadah UM untuk mengekspresikan prestasi kinerja kepada khalayak, dan menjaring aspirasi pihak eksternal untuk meningkatkan dharma, kinerja, dan karya UM. Dalam menyambut Lustrum XIII UM beberapa kegiatan dilaksanakan sejak 2 Mei hingga puncaknya pada 18 Okotober 2019. Kegiatan Lustrum XIII UM 2019 dibagi menjadi tiga bagian yang meliputi bidang akademik, nonakademik, dan launching branding UM. Launching Lustrum UM XIII sudah dilakukan pada (2/5), sedangkan produksi visual branding baru UM telah dilakukan pada bulan Mei-Agustus 2019. Bulan inobel dan konferensi internasional dilakukan pada September-Oktober 2019. Pekan olahraga dilaksanakan pada (7-13/10) yang meliputi tenis lapangan, tenis meja, bulutangkis, voli pasir, senam aerobic, dan jalan sehat. Tidak hanya itu, ada juga kegiatan donor darah. Pekan seni dan budaya juga turut memeriahkan Lustrum XII UM pada

Simbolis penyerahan kuci sepeda motor oleh Wakil Rektor I kepada Peserta jalan sehat yang mujur mendapat hadiah sepeda motor

16 | Komunikasi Edisi 324

(14-18/10) yang meliputi talkshow enterpreneurship, talent show Duta kampus UM 2019, Beauty Class with KMUA yang merupakan alumni UM, UKM Performing, Workshop Kriya Seni, talkshow bersama Putri Indonesia, Ormawa Of The Year and Grand Final Duta Kampus, International Food Festival, Festival Nusantara, Arts and Culture, Fashion Concerto, serta lomba foto selfie pada foto spot lustrum di masingmasing fakultas. Selain kegiatan seni budaya dan olahraga, ada kegiatan akademik yang meliputi orasi ilmiah, penganugerahan, penerbitan buku, lalu ditutup malam gebyar seni pada tanggal (17/10). Pada malam puncak akan ditampilkan 12 finalis UM Got Talent dan guest star, Klantink, salah satu finalis Indonesia Mencari Bakat (IMB) Trans TV. Adapun panitia dies natalis dan Lustrum XIII berasal dari mahasiswa hasil open volunteer yang terdiri atas 46 mahasiswa, tendik tiap fakultas, BEM Universitas, Paduka UM, dan UKM. Persiapan telah dilakukan sejak awal bulan Januari 2019 sampai saat ini. Salah satu panitia, Rizki, mengatakan, “Sejauh ini dilihat dari kinerja LO masing-masing acara persiapan telah mencapai 70 persen,” ungkap mahasiswa yang juga koordinator seluruh LO tersebut. Nikma


dok. Panitia

Seputar Kampus

Keringat para peserta yang terbayar dengan piala

Tetap Eksis:

32 Tahun Pekan Arabi Bumikan Bahasa Arab

P

ekan Arabi merupakan event bahasa Arab tertua yang dilaksanakan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Sastra Arab Universitas Negeri Malang (UM). Acara tersebut pertama kali dilaksanakan pada tahun 1987. Sampai saat ini tercatat sudah 32 tahun ajang tersebut digelar. Kegiatan ini dilaksanakan selama delapan hari, yakni pada (14-21/9) dengan menggunakan beberapa venue seperti Aula Fakultas Sastra, Aula Perpustakaan, Gedung D7 Fakultas Sastra, dan Ruang Senat Gedung A3. Selain berbagai macam lomba, Pekan Arabi ini juga menyajikan bazar yang menjual beraneka ragam makanan, aksesoris, dan buku. Mengambil tema "Membumikan Bahasa dan Sastra Arab di Era Milenial", acara ini bertujuan untuk menjawab eksistensi bahasa Arab di era kompetitif dengan mengapresiasikan kecintaan siswa terhadap bahasa Arab, mewujudkan sarana berbagi, bertukar ilmu, dan menambah wawasan seputar bahasa Arab bagi pembelajar, pengajar, pakar dan pecinta bahasa Arab di Indonesia. Selain itu, acara ini juga bertujuan sebagai media evaluasi peningkatan kualitas bahasa Arab dan pengajarannya di Indonesia. Ketua Pekan Arabi menyampaikan bahwa tahun ini lebih peserta berasal dari 150 instansi yang ada di Indonesia dengan jumlah total 630 partisipan dengan perincian 480 peserta dan 155 official. Lomba dibagi menjadi dua kategori, yakni kategori untuk

tingkat SMA/sederajat dan kategori umum. Macam-macam lomba untuk kategori umum antara lain Kaligrafi, Albanjari, Ghina` Arabi (menyanyi berbahasa Arab, red.), dan Qira`atul Kutub, sedangkan lomba untuk kategori SMA/MA/sederajat antara lain Munadharah Ilmiyyah yang merupakan lomba debat menggunakan bahasa Arab fushah sesui judul yang telah ditentukan, Taqdimul Qishah, Olimpiade Bahasa Arab, Cerdas Cermat, Pidato Bahasa Arab (khathabah, red.), Qira`atul Akhbar, dan Qira`atus Syi'ri. Pada lomba Olimpiade Bahasa Arab ini peserta diberi soal tentang percakapan sehari-hari, kosa kata, lawan kata, persamaan kata, dan nahwu sharaf. Pada malam penganugerahan banyak penampilan yang disuguhkan oleh panitia, di antaranya Albanjari JSA, tari kolaborasi, dan gambus Al-Karomi. Selain itu, panitia juga mengundang sang juara 1 lomba Menyanyi Bahasa Arab untuk menghibur para hadirin. Tahun ini juara umum diraih oleh Pondok Pesantren Annuqayah dari Kota Sumenep, Madura dengan jumlah poin 14. Mohammad Rozy Zamroni, Ketua HMJ Sastra Arab ungkapkan rasa syukurnya karena acara bisa berjalan dengan lancar. "Ke depannya saya berharap jumlah peserta yang mengikuti lomba akan terus meningkat, selain itu juga bisa meningkatkan kualitas bahasa Arab yang ada di Indonesia, terlebih di kampus UM ini," tuturnya. Dewi

Tahun 41 September-Oktober 2019 |

17


Seputar Kampus

Gandeng Telkomsel, FE UM Sinergikan Berbagai Program

P

dalam bidang pendidikan, penelitian, pengabdian kepada masyarakat, serta peningkatan kualitas sumber daya manusia kedua belah pihak. Namun, kerja sama ini lebih menitikberatkan pada kegiatan pendidikan dan pembelajaran. Bentuk kerja sama tersebut antara lain seminar pelatihan, digital marketing, dan pemberian sponsorship untuk beberapa event yang akan dilaksanakan di FE. Selain itu, adanya kerja sama ini juga membuka peluang mahasiswa yang ingin melakukan kegiatan kajian dan praktik lapangan (KPL) selama dua sampai enam bulan, serta penelitian di lingkungan operasional Telkomsel. Kegiatan penandatanganan kerja sama ini juga diikuti dengan pelatihan soft skills oleh PT Telkomsel kepada

dok. Panitia

T Telekomunikasi Seluler (Telkomsel) selaku penyedia layanan telekomunikasi terbesar di Indonesia menjalin kerja sama dengan Fakultas Ekonomi (FE) Universitas Negeri Malang (UM). Nota kerja sama ini ditandatangani langsung oleh Dekan FE UM Dr. Cipto Wardoyo, S.E., M.Pd., M.Si., Ak.,CA. dan Manager Telkomsel Branch Malang, Frits Marendeng pada (3/10) di gedung D4 lantai 4 FE UM. Kerja sama yang telah disepakati berlaku selama satu tahun, yakni mulai 25 September 2019 hingga 25 September 2020. Namun, kerja sama ini bisa diperpanjang apabila sudah selesai masa berlakunya. Program kerja sama tersebut diterapkan

Bersalaman usai menandatangani nota kerja sama

18 | Komunikasi Edisi 324

calon Wisudawan ke-99 dan ke-100 FE UM. Pelatihan soft skills kepada calon wisudawan memang selalu diselenggarakan oleh FE sebagai bekal mahasiswa memasuki ke dunia kerja. Dalam pelatihan tersebut pihak Telkomsel memberikan materi tentang pembuatan curriculum vitae yang baik dan menarik. Tidak hanya itu, peserta juga diberikan beebrapa tips untuk menghadapi pertanyaan ketika melakukan tes wawancara kerja. Ditemui di ruangannya, Dr. Agus Hermawan, M.Si., Grad Dip MGT., M.Bus. selaku Wakil Dekan 1 FE UM menuturkan bahwa pihaknya menyambut baik kerja sama ini. "Saya berharap kerja sama ini nantinya dapat ditindaklanjuti dalam bentuk nyata," tuturnya. Dewi


Up To Date

LTDC, Top Army On The Dangerous Zone

E

rat kaitannya dengan seni, kreativitas juga bisa merujuk pada kemampuan merakit komponen sederhana menjadi luar biasa, salah satunya robot. Workshop Elektro Universitas Negeri Malang (UM) gelar event tahunan Line Tracer Design and Contest atau lebih dikenal dengan LTDC pada (25-26/9) untuk mewadahi para pecinta robot. Even yang sudah memasuki tahun kesepuluh ini digelar di Gedung Sasana Budaya UM. LTDC merupakan lomba yang dikhususkan untuk kalangan pecinta robot line follower. "The Bravest Troop on the Dangerous Zone" menjadi tema terpilih yang cocok disandingkan dengan event kali ini. Ketua Pelaksana, Tri Ananda Mahardika menuturkan bahwa tema ini dipilih karena saat ini sedang marak-maraknya game berbasis peperangan (battle royale). Konsep perlombaan pun didesain seperti itu. Tema ini memberikan semangat pada peserta untuk benar-benar berjuang layaknya seorang army dan tidak takut pada musuh serta rintangan yang sewaktu-waktu menghadang. Menggaet mahasiswa, siswa SMP sederajat, dan siswa SMA/ SMK/sederajat se-Indonesia, kegiatan ini memperkenalkan kepada masyarakat alternatif memilih permainan anak yang bisa mengedukasi sekaligus berprestasi. Kegiatan ini juga sebagai wadah penyalur hobi robotika. Sama seperti tahun sebelumnya, terdapat dua kategori robot yang dipertandingkan, yaitu kategori analog dan mikrokontroler. Ada yang berbeda pada arena lomba tahun ini. “Kita membuat arena lomba yang lebih menantang, terlihat banyaknya robot yang gugur di babak penyisihan tidak dapat mencapai garis finish,� ungkap Mahardika. Tidak hanya itu, panitia juga mendatangkan dewan juri ahli dari empat perguruan tinggi, yakni Mahfud Jiono, S.Pd., M.En., dosen Jurusan Teknik Elektro UM, Denda Dewatama, S.T., M. T., dosen Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Malang,

dok. Panitia

Dangerous zone, arena kompetisi LTDC

Yunifa Miftachul Arif, S.T., M.T., dosen Informatika Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, dan Eka Maulana, S.T., M.T., M.Eng., dosen Jurusan Teknik Elektro Universitas Brawijaya. Keempat dewan juri tersebut berhak memberikan penilaian selama lomba dengan dibantu wasit dari HMJ TE UM sebanyak 16 orang. Apabila terjadi kesalahan penilaian, peserta diperbolehkan melayangkan protes dengan menyerahkan bukti yang valid berupa video. Total peserta yang mengikuti lomba ini sebanyak 183 tim yang terbagi ke dalam dua kategori. Kategori mikrokontroler diikuti 102 tim dan kategori analog diikuti 81 tim. Mahardika menambahkan, peserta LTDC tahun ini didominasi oleh pelajar dan mahasiswa di Jawa Timur dengan daerah asal tim terjauh yaitu Sumatera. Terdapat tiga juara dalam setiap kategori dengan tambahan best design. Kategori analog juara 1 diraih oleh Ratu Robotic 2 dari SMK 1 Rejotangan, juara 2 diraih oleh Ratu Robotic 1 dari SMK 1 Rejotangan, dan juara 3 diraih oleh MRC Cupid dari MTsN 1 Lamongan, sedangkan untuk best design diraih oleh Verora dari MTsN 3 Nganjuk. Sementara, di kategori mikrokontroler juara 1 diraih oleh RR_B Nirvash dari Universitas Muhammadiyah Surakarta, disusul Ichibot MRT Ar-rahman dari Universitas Trunojoyo Madura sebagai juara 2, dan BTW Team dari SMK Telkom Malang sebagai juara 3, sedangkan best design berhasil diraih oleh Beta Bots dari SMAN 1 Singosari. Keberhasilan kegiatan ini buah kerja keras panitia dari HMJ Teknik Elektro UM dan pihak-pihak yang terlibat. Mahardika berharap tahun berikutnya peserta LTDC semakin bertambah banyak dan dari daerah yang lebih beragam. “Harapannya, jangkauan peserta lebih menyebar lagi, tidak hanya dari pulau Jawa dan Sumatera, tapi bisa sampai tingkat Nasional sekaligus bisa mempromosikan UM,� tutur Mahardika pada kru Komunikasi. Rosa

Tahun 41 September-Oktober 2019 |

19


Laporan Khusus

dok. Panitia

Mahasiswa PascasarjanaWajib Publikasi di Jurnal Bereputasi

A

Direktur Pascasarjana (kanan) saat diwawancarai kru Komunikasi

rtikel ilmiah dan jurnal-jurnal nasional maupun internasional yang bereputasi tentu sudah bukan barang asing lagi bagi mahasiswa, meski kadang terdengar cukup memberatkan. Apalagi, terhitung sejak tahun 2015 atau sejak dikeluarkannya Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SN Dikti) Nomor 49 tahun 2014 dan diperbarui dengan SN Dikti Nomor 44 Tahun 2015, mahasiswa yang menempuh studi pascasarjana wajib melakukan publikasi di jurnal-jurnal bereputasi. Sebagai ketentuan berstandar nasional, hal tersebut juga menjadi persyaratan wajib bagi mahasiswa pascasarjana Universitas Negeri Malang (UM) sebelum menyelesaikan studi, baik yang menempuh program magister maupun doktoral. Kewajiban tersebut tertera dalam Pedoman Pendidikan UM Pasal 83 tentang Persyaratan Ujian Akhir yang menyatakan bahwa mahasiswa program magister wajib memiliki minimal satu publikasi ilmiah dalam jurnal internasional terindeks (DOAJ/Copernicus), atau prosiding internasional terindeks (Scopus), atau jurnal nasional terindeks SINTA 1-3. Sementara itu, mahasiswa program doktoral berkewajiban memiliki minimal satu artikel ilmiah yang telah diterima dalam jurnal internasional bereputasi minimal setara Q4 yang terindeks Scopus. “Sebagai sebuah kewajiban yang telah diantur dalam SN Dikti, maka kita juga harus mengikutinya. Setiap mahasiswa harus mempunyai minimal satu publikasi ilmiah yang sesuai dengan bidang keilmuan atau rumpun keahliannya masing-masing. Dengan demikian, tren perkembangan publikasi mahasiswa di jurnal-jurnal bereputasi tentu menjadi semakin baik,” tutur Prof. Dr. Ery Tri Djatmika, M.A., M.Si. atau lebih akrab disapa Ery selaku Direktur Pascasarjana UM saat ditemui kru Komunikasi di kantornya, Senin (16/9). Lebih lanjut, Ery menjelaskan bahwa sebelum mahasiswa mengikuti ujian tesis maupun disertasi, mereka harus terlebih dulu menunjukkan keterangan telah memiliki publikasi ilmiah di jurnal internasional terindeks. “Meskipun mahasiswa sudah menempuh seluruh matakuliah, tetapi jika belum mempunyai publikasi di jurnal yang terindeks, maka mereka belum bisa mengikuti ujian akhir untuk menyelesaikan studi,” jelasnya.

20 | Komunikasi Edisi 324

Di sisi lain, Dr. Dewa Agung Gede Agung, M.Hum. yang merupakan Kepala Program Studi (Kaprodi) Pendidikan Sejarah Pascasarjana UM menyatakan bahwa sebenarnya kebijakan tersebut cukup berat bagi mahasiswa dan pihak prodi, apalagi bagi prodi-prodi Pascasarjana di UM yang belum memiliki jurnal terindeks SINTA seperti prodi Pendidikan Sejarah. “Bagaimanapun, kebijakan tersebut adalah kewajiban yang harus diikuti oleh seluruh elemen pascasarjana. Meskipun terbilang berat, kami dari pihak prodi Pendidikan Sejarah terus mengupayakan supaya jurnal yang kami miliki dapat secepatnya terindeks SINTA, sehingga dapat menjadi wadah untuk mengakomodir publikasi-publikasi ilmiah mahasiswa." Selanjutnya, Dr. Dewa Agung Gede Agung, M.Hum. menjelaskan bahwa sejauh ini para mahasiswa pascasarjana prodi Pendidikan Sejarah umumnya mencari jurnal-jurnal lain atau memanfaatkan Jurnal Pascasarjana UM yang telah terindeks SINTA. “Sejak pertemuan awal mahasiswa-mahasiswa baru, saya sudah menyampaikan mengenai kewajiban ini. Sejak awal juga saya sampaikan bahwa mereka harus mempersiapkan diri, mulai berburu artikel dan menulis. Jadi, paling tidak di semester tiga mereka sudah melakukan penelitian dan menghasilkan satu artikel.” Ujar Dr. Dewa Agung Gede Agung, M.Hum. Dari sudut pandang mahasiswa, kewajiban untuk memiliki publikasi ilmiah di jurnal bereputasi ini juga dapat dikatakan tidak mudah. Iska Agustina, salah satu mahasiswa pascasarjana UM prodi Pendidikan Matematika mengatakan bahwa pada awalnya hal itu terdengar cukup berat. Namun, demi kelancaran studi Iska tetap melakukan berbagai upaya. “Saya awalnya memang merasa ini berat, ya, tapi seiring berjalannya waktu saya juga mulai belajar, baik melalui dosen pembimbing maupun mengikuti berbagai pelatihan atau seminar kepenulisan.” Iska juga memaparkan bahwa mengikuti berbagai pelatihan kepenulisan menurutnya sangat membantu proses penulisan artikel yang dipersiapkan untuk publikasi di jurnal bereputasi. Dari sana, mahasiswa dapat belajar banyak mengenai bagaimana mencari topik, membuat latar belakang, hingga akhirnya mampu menghasilkan artikel yang baik dan berkualitas. Azril


dok. Pribadi

Profil

The Most Inspiring Student 2019

Laksamana Raja Prestasi Laks tampil di depan publik penuh percaya diri

Nama TTL Moto

: Laksamana Fadian Zuhad Ramadhan (Laksamana) : Malang, 5 Januari 1998 : Investasikan setiap detikmu untuk kebaikan

Riwayat Pendidikan • SD Negeri 1 Purwosari (2004-2010) • SMP Negeri 1 Purwosari (2010-2013) • SMK Negeri 1 Purwosari (2013-2016) • S-1 Jurusan Sastra Inggris Universitas Negeri Malang (2016-sekarang) Riwayat Organisasi • Valiant UM (2016-2019) • Model United Nation (MUN) UM (2016-sekarang)

Tiada gamang dalam berjuang Menang tak usaikan juang Terbang melenggang Suaranya lantang, “Saya adalah aktivis yang bersuara lewat ceramah agama, podcast, dan video untuk menyuarakan isu minoritas, gender, hingga lingkungan.”

Tahun 41 September-Oktober 2019 |

21


Profil • Pemilihan Mahasiswa Berprestasi Nasional 2019 (Pilmapresnas 2019)- The most Inspiring Mawapres Nasional dan Top 5 Mawapres • ICONAS UGM 2019 - Pembicara/pemakalah delegasi Indonesia 4th International Conference on Education and Technology (ICET) • Kompetisi Debat Mahasiswa Indonesia (KDMI) 2019

dok. Pribadi

Penghargaan yang pernah Diterima: • Pembicara/pemakalah delegasi Indonesia pada ICONAS UGM 2019 • Juara 3 Honorable Mention MUN Parahyangan Model United Nations 2019 • Pembicara dan delegasi Indonesia pada IMPACT EXL Workshop on Entrepreneurship and The Environment 2019 • Juara 1 National Essay Competition IAIN Purwokerto 2018 • Juara 1 Lomba Essay Nasional pada LEON Universitas Brawijaya

Laksamana bersama timnya dalam gelaran ISIF

Hai, Komunikan bagaimana kabarnya? Masih ingat dengan Laksamana yang sukses menjadi Mawapres? Setelah sukses menjadi Mawapres UM, Laksamana terus mengembangkan karya-karya luar biasanya. Bagi Laksamana, prestasi tanpa realisasi bukan apa-apa. Prestasi harus selalu diimbangi dengan realisasi dalam kehidupan. Perjuangan Laksamana tidak berhenti di Mawapres, ia terus berjuang untuk menungkan semua ideide luar biasanya, baik di dalam organisasi maupun di bidang sosial. Tidak hanya itu, Laksamana juga berhasil meraih kategori “The Most Inspiring Student” pada pemilihan Mawapresn Nasional beberapa waktu lalu. Di balik predikat The Most Inspiring Student yang diraihnya, kegigihannya dalam beberapa lomba dan conference di Malaysia walaupun tidak mendapat pendanaan, keterlibatannya dalam aktivisme sosial dengan berceramah sebagai mubalig progresif yang membawa isu gender, sains, dan lingkungan di beberapa masjid menjadi

22 | Komunikasi Edisi 324

sesuatu yang unik. Kali ini Laksamana juga berhasil menciptakan Inkubator Imapres. Penasaran dengan kisahnya? Yuk kita simak wawancara Laksamana dengan salah satu reporter Komunikasi. Prestasi apa yang sudah Anda raih? Saya masih berusaha untuk berprestasi di bidang aktivisme dan organisasi kemahasiswaan. Kedua hal ini saya realisasikan dengan menginisasi podcast Imapres, Inkubator Ilmiah Imapres, dan pendirian Model United Nations Society (MUN) yang telah berjalan hingga saat ini. Apa alasan Anda membuat program social impact melalui inkubator imapres dan MUN UM? Insiasi Inkubator Ilmiah Imapres dilatarbelakangi oleh keresahan saya setelah mendengar keluh kesah mahasiswa baru atau mahasiswa lama yang ingin berprestasi, tetapi tidak dapat mengembangkan idenya menjadi karya untuk dilombakan, dipublikasikan, atau direalisasikan. Inkubator Ilmiah Imapres

terakhir kali telah mengumpulkan sumbangan dana Rp60.000 untuk diteruskan ke karya presenter terpilih dan saya harap fundraising akan masuk ke platform Kitabisa.com atau Patreon. Inkubator ini mendapat feedback yang sangat positif dari peserta dari Inkubator ke-3. Pasalnya, tiap audiens dapat mengatahui pola feedback dan pertanyaan dari coaches ke presenter yang diundang. Setiap audiens dari beragam disiplin ilmu juga dapat meyampaikan feedback dan kritiknya kepada presenter. Inkubator tidak hanya akan meningkatkan (scale-up) karya yang masih prematur, tetapi juga menjadi tempat mencari partner untuk bersama menuju publikasi-conference hingga PIMNAS. Inkubator ini tidak hanya terbatas untuk mahasiswa UM. Kami juga berhasil mendapat registran dari UB dan UIN Malang. MUN UM saya bentuk tidak hanya untuk memfasilitasi pelatihan MUN, tetapi juga sebagai platform berbasis NGO untuk


dok. Pribadi

Profil

Tak jumud pergaulan, Laksamana berbaur dengan peserta dari negara lain

sebagai Markas Prestasi yang menjadi coworking space baru bagi Inkubator IMAPRES. Sejauh ini kami telah mendapatkan support dari Seven Chicken Suhat dalam penyediaan co-working space yang lebih luas. Program Inkubator ini terbuka untuk siapa aja? Program Inkubator ini terbuka untuk seluruh mahasiswa yang mau bergabung. Inkubator ini tidak hanya terbatas untuk mahasiswa UM. Kami menerima mahasiswa dari berbagai kampus. Bagaimana tips dan trik Anda agar memiliki inovasi-inovasi yang kreatif? Inovasi kreatif datang dari paparan intens pemikiran out of the box yagn berasal dari beragam sumber. Saya selalu memastikan setiap hari saya tidak absen untuk berkumpul dengan pemikir masa depan

dok. Pribadi

mengampanyekan isu sosial dari ekspektasi SDGs PBB. Sifat hybrid NGO MUN UM ada karena MUN sebagai simulasi PBB yang selalu membicarakan beragam isu global, seperti kekerasan seksual hingga krisis polusi. MUN UM sendiri telah menyuarakan kampanye pertamanya di kawasan CFD Ijen dengan mengusung tema “Plastic Trass-Passing�. Ke depan, MUN UM akan berkolaborasi dengan NGO, embassy negara-negara lain dan aktivis akar rumput dalam mengembangkan keterampilan MUN. Milestone ini dapat dicapai mengingat registran MUN UM mencapai 41 individu dari beragam jurusan. Alhamdulillah, sejauh ini kami mendapat bantuan dari Ibu Prita sebagai bagian dari OIA UM untuk terus mengembangkan organisasi ini. Apakah dalam menerapkan program Anda memiliki kendala? Bagaimana solusinya? Inkubator ilmiah Imapres memiliki kendala seperti terbatasnya SDM untuk menggelar acara mingguan, sulit mencari tempat, dan memastikan setiap audiens memiliki kesempatan yang setara untuk menjadi presenter di pertemuan selanjutnya. Solusinya, kami melakukan diplomasi personal dan mengingatkan bahwa program ini memiliki prospek besar demi kemajuan organisasi, dengan begitu kami dapat menyamakan visi. Solusi lain untuk memastikan kesetaraan kesempatan pada peserta untuk menjadi presenter, kami juga memberikan rekomendasi agar mereka bergabung dalam tim-tim yang masih membutuhkan SDM spesifik bagi kemajuan proyek. Terbatasnya tempat juga dapat diatasi dengan difungsikannya kontrakan saya

bangsa, membaca majalah internasional The Economist, mendengarkan podcast BukaTalks hingga TED Talks, dan mengikuti akun inovasi teknologi di Instagram dan Twitter. Apabila paparan itu dikombinasikan dengan kesadaran bahwa ekosistem masyarakat masih jauh dari kata ideal, kita akan terpicu untuk menggunakan kreativitas itu dalam berkarya. Karya saya yang berjudul Vridom datang dari infomasi bahwa TKI menjadi objek eksploitasi dikarenakan tidak memiliki bargaining power dalam bahasa. halitu akhirnya menjalar ke performa kerja mereka. Begitupun dalam membuat media pelatihan berbasis virtual reality, ide tidak datang secara tiba-tiba, tetapi hasil dari membaca beragam literatur ilmiah dan artikel popular seperti Tirto.id selama berbulan-bulan. Bagaimana aplikasi Vridom itu berjalan dan untuk negara mana saja? Dalam aplikasi Vridom calon TKI bisa belajar tentang bahasa dan norma negara yang akan dituju. Totalnya ada empat negara di dalam aplikasi ini yang sudah tersedia, yaitu Taiwan, Hongkong, Malaysia, dan Singapura. Aplikasi ini diciptakan karena sebagian besar TKI terkendala bahasa. Hal ini biasa menjadi kendala TKI dalam beradaptasi di negara tujuan. Harapannya, aplikasi ini dapat membantu para pahlawan devisa negara dalam berjuang di negari orang. Di samping itu, saya juga berharap bisa mengembangkan karya-karya saya yang lain, baik dalam inkubator imapres atau karya yang lainnya agar bisa dimanfaatkan oleh masyarakat luas. Cintya

Satu medali tak menjadikannya puas hati

Tahun 41 September-Oktober 2019 |

23


Cerita Mereka

dok. Pribadi

Rozi, Debater Tak Gentar Hadapi Masalah

S

iang itu langit tampak cerah, di bawah selasar berwarna putih salah satu kru Komunikasi berkesempatan berbincang dengan mahasiswa yang memiliki nama lengkap Fakhrur Rozi, mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Arab yang pernah menempuh pendidikan S-1 pada tahun 2014. Saat ini ia tengah melanjutkan S-2 di Universitas Negeri Malang (UM). Rozi, sapaan akrabnya memiliki lebih dari 60 penghargaan yang diraih selama duduk di bangku sarjana. Dari sekian banyak prestasi yang pernah disabet, kejuaraan yang paling berkesan menurutnya ketika menjadi juara 1 The Best Speaker lomba Debat tingkat ASEAN. Debut Rozi dalam dunia debat dimulai sejak dirinya duduk di bangku kelas 9 Madrasah Tsanawiyah (MTs) di Sumenep, tempat kelahirannya. Cerita dimulai tepat ketika kelas 8 Rozi merasa iri dengan temanteman sekamarnya yang pada waktu itu berangkat mengikuti perlombaan di Jawa Timur dan hanya dia sendiri yang ada di kamar. Rozi merasa bahwa dirinya saat itu tidak memiliki potensi bakat di bidang apa pun. Hingga setahun setelah itu, pria kelahiran 1994 tersebut menyadari bakatnya melalui teman sekelasnya. Bakat tersebut muncul ketika Rozi sedang

24 | Komunikasi Edisi 324

melakukan presentasi di kelas dan semua temannya melontarkan pujian. Ada salah satu teman yang mengatakan jika Rozi memiliki bakat public speaking. Dari situ Rozi mulai mencari dan terus menggali bakat apa yang dia miliki mulai dari pidato, baca berita, dan story telling pernah dipelajari. Namun, semua itu membuat Rozi sedikit bosan karena hanya hafalan dan kurang menantang. Akhirnya, dia mengenal debat yang tidak hanya membutuhkan kemampuan berbicara, tapi juga harus siap dengan data-data terkini. Dia pun mulai tertantang untuk mengikuti debat. Saat kelas 9 pertama kalinya Rozi mengikuti lomba debat langsung di tingkat Jawa Timur bersama teman-temannya. Mereka dinyatakan lolos, tetapi untuk babak selanjutnya tim Rozi dinyatkan kalah karena ada beberapa sistem yang dilanggar. Dari situ Rozi mulai terpacu untuk memperdalam ilmu bahasa Arabnya. Setelah lulus dari MTs, Rozi berniat melanjutkan ke Madrasah Aliyah (MA), tapi tidak mendapat restu dari ibunya tanpa diberitahu alasannya. Rozi yang notabene anak pesantren dan dididik dengan pendidikan keagamaan yang kental, Rozi pun mengiyakan kehendak ibunya untuk masuk Sekolah Menengah Atas (SMA). Di bangku SMA dia juga mendulang banyak

Rozi dengan buku produk skripsinya

"...debat mengajarkan saya kalau ada masalah harus bisa segera mencari solusi..�


Cerita Mereka Lapangan (KPL) di MAN 3 Malang. Dirasa ilmunya mumpuni, Rozi ditarik oleh pihak sekolah untuk menjadi pengasuh di sana. Setelah berdiskusi dengan kedua orang tua, ayahnya mengizinkan Rozi mengambil tawaran itu untuk menambah pengalaman. “Pada waktu itu sama ayah disuruh ambil, soalnya nanti kalau sudah lulus belum tentu langsung bisa mendapatkan pekerjaan. Mumpung sebelum lulus ada kesempatan kenapa tidak diambil,” ungkapnya. Akhirnya, kesempatan itu diambil olehnya. Selama menjadi pengasuh di sana, apalagi masih dalam status mahasiswa aktif, banyak sekali tanggung jawab dan tugas yang harus diselesaikan. Sibuk dengan dunia barunya sekaligus mempersiapkan diri sebagai kafilah lomba MTQMN pada tahun 2017 membuat skripsinya tak tersentuh sama sekali selama setahun. Malam itu dering handphone Rozi berbunyi, telepon dari ayahnya memecah keheningan malam itu. Sebelum diangkat, tanda tanya besar muncul di pikirannya. Sang ayah memberi kabar kalau ibunya sedang dirawat di rumah sakit. Bagai tersambar petir di siang bolong, Rozi merasa sangat kacau. Keesokan harinya Rozi meminta izin tidak masuk kerja dan hari itu juga ia bergegas pulang ke kampung untuk menemui ibunya. Sesampainya di sana hati Rozi sangat terpukul melihat ibunya terbaring lemah karena peyakit vertigo yang dideritanya. Laki-laki yang menjadi kebanggaan keluarga itu menciut hatinya ketika mendengar bahwa salah satu alasan ibunya sakit karena memikirkan anaknya yang belum lulus juga. Padahal sebelumnya Rozi sudah berjanji pada ibunya untuk lulus lebih cepat. Setelah sepuluh hari menunggui ibunya sampai sembuh, Rozi bergegas kembali ke Malang untuk menuntaskan studinya yang telah lama tak terurus. Dia tahu bahwa beasiswa bidikmisinya sudah habis masanya. Rozi banting tulang untuk mencukupi kebutuhan kuliahnya tanpa meminta bantuan apa pun dari orang tuanya.

Pernah berada di titik yang sangat berat karena lulus telat dan ibunya sakit membuat Rozi termotivasi. Pertayaan kapan lulus selalu terngiang di kepalanya. Setiap bertemu teman atau dosen di jurusannya, pertanyaan itu juga yang selalu mereka lontarkan. “Padahal orang yang sedang di titik berat butuh motivasi, tapi saya tidak gentar karena debat mengajarkan saya kalau ada masalah harus bisa mencari solusi,” jelasnya. Semenjak itu Rozi kembali menyentuh skripsinya dan cukup dengan waktu satu minggu skripsi itu mampu terselesaikan dengan baik. Meskipun Rozi lulus di semester 10, tapi di balik itu dia mampu meraih gelar wisudawan terbaik dengan prestasi nonakademik tingkat universitas di wisuda ke-97. Dalam ceritanya, Rozi mengatakan kalau dia juga pernah berpikir jika tidak ada musibah itu mungkin dia tidak bisa menyelesaikan skripsi dalam waktu satu minggu. Selain sedang menempuh studi di S-2, Rozi saat ini juga menjadi Kepala Laboratorium Bahasa di Desa Pandanlandung, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang. Ia juga menjadi guru debat bahasa Arab dari club yang telah didirikan dan di instansi-instansi yang lain. Rozi mengaku dalam satu minggu kadang tidak ada waktu untuk rileks, sampai kadang terlintas di pikirannya ingin menjadi orang yang normal, dalam arti menikmati masa-masa remaja seperti mahasiswa pada umunya. Rozi juga mengaku untuk mengurusi hubungan asmara pun tidak ada waktu. Bahkan hari minggu yang seharusnya untuk keluar sekadar main-main Rozi dedikasikan utuk ma’had karena harus ngurus anak-anak. “Kadang saya ingin melepas semuanya hanya untuk fokus ke kuliah,” imbuhnya. “Hidup itu hanya sekali jangan dibuat sia-sia, jadikan hidup ini lebih bermakna sampai orang lain termotivasi dengan kita,” tutup Rozi dalam obrolan siang itu. Dessy

dok. Pribadi

prestasi, salah satunya pernah menjuarai lomba debat tingkat Jawa Timur yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama Republik Indonesia dalam acara Musabaqoh Tilawatil Kutub, yaitu lomba baca kitab yang di dalamnya ada lomba debat bahasa Arab. Dia menjadi perwakilan dari Kabupaten Sumenep dan berhasil membawa pulang piala juara 2. Rozi terlahir dari keluarga yang sangat sederhana. Anak terakhir dari dua bersaudara ini mempunyai semangat yang tinggi. Sempat salat istikharah dan bermimpi berada di gerbang UM, Rozi akhirnya diterima jalur SNMPTN dengan mendapat beasiswa bidikmisi. “Karena salat istikharah dan pastinya doa dari kedua orang tua, saya yakin hasilnya pasti nyata,” ujarnya. Di awal perkuliahan Rozi adalah seorang mahasiswa yang pendiam dan tidak menginginkan orang tahu tentang prestasi yang pernah dia raih. Dari beberapa sertifikat yang pernah dicantumkan ketika daftar bidikmisi, orang lain menjadi tahu. Saat semester 2 Rozi mulai mengikuti lomba untuk pertama kali di bangku perkuliahan yang bertempat di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang yang diadakan oleh Kerajaan Arab Saudi di Indonesia. Lagi-lagi juara dikantonginya. Dia hampir tidak pernah kalah dalam lomba yang diikutinya. “Senang banget dengan debat sampai hampir setiap hari nonton video di YouTube tentang debat dengan tujuan untuk menambah informasi dan bagaimana sistematika debat yang benar,” jelasnya. Meskipun di keluarganya tidak ada yang memiliki bakat berdebat, tetapi support dari mereka sangat besar untuk keberhasilan Rozi. Bagi laki-laki yang pernah menjabat menjadi ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Bahasa Arab ini dukungan kedua orang tuanya sangat penting. Selama menjadi mahasiswa Rozi pernah tergabung dalam Ikatan Mahasiswa Study Arab Indonesia pada tahun 2017 wilayah 8 Jawa Timur. Ia menjabat sebagai ketua pada tahun 2016-2017. Cuaca tampak lebih panas hari itu. Rozi melanjutkan ceritanya. Selama menjadi mahasiswa, sejak awal dia mempunyai target untuk lulus tujuh semester. Menurutnya, lulus lebih cepat sangat gampang bagi seorang mahasiswa yang memiliki banyak prestasi. Judul yang diangkat dalam skripsinya tentang pengembangan buku debat. Dosen pembimbing pun dapat Rozi pilih sesuka hati sehingga membuat teman-temannya yang lain iri. Namun, target tersebut hanyalah menjadi opini. Semua itu berawal ketika Rozi Kuliah Praktik

Rozi (kiri) saat menjadi juri debat

Tahun 41 September-Oktober 2019 |

25


dok. Pribadi

Curhat

Ketika Merasa Salah Jurusan

Jawaban oleh : Ike Dwiastuti, M.Psi., Dosen Fakultas Pendidikan Psikologi UM

Assalamualaikum, Wr. Wb. Saya mahasiswa baru dari Fakultas Sastra. Pada perkuliahan saya yang masih terhitung baru ini saya telah merasa seperti salah memilih jurusan. Mungkin salah satu faktornya adalah ketidaksesuaian antara jurusan yang saat ini saya tempuh dengan passion yang saya miliki. Sebelumnya saya berpikir, yang penting saya kuliah, apa pun jurusan saya nantinya, toh juga akan diajari dari dasar. Setelah dengan begitu percaya dirinya saya beranggapan seperti itu, ternyata hal tersebut tidak sepenuhnya sesuai dengan ekspetasi saya. Saya perlu berusaha lebih keras untuk bisa mengikuti materi perkuliahan, bahkan parahnya tak jarang saya menangis karena merasa tak sanggup untuk terus berkuliah di jurusan ini. Di sisi lain, karena kurang pandainya dalam bergaul, saya juga mengalami masalah dalam hal teman belajar. Bagaimana sebaiknya bagi saya agar kiranya tetap bersemangat menjalani perkuliahan ini? Wassalamualaikum, Wr. Wb. Dhea (nama disamarkan)

ilustrasi oleh : Krisnawa Adi Baskhara

Jawaban: Waalaikumsalam Wr. Wb. Pemilihan jurusan dalam studi pada jenjang perguruan tinggi merupakan tahapan yang sangat penting. Tahapan ini tentu melibatkan pertimbangan minat, bakat, peluang karir dan kesempatan belajarnya. Apabila seorang pelajar dapat memilih jurusan yang tepat maka ia akan belajar lebih bersemangat, mampu mengadapi tantangan dalam perkuliahan, prestasi akademik tinggi, serta dapat lulus kuliah tepat waktu agar segera dapat meraih karir yang dicita-citakannya dan merasa puas dengan karirnya. Namun, apabila merasa salah dalam memilih jurusan akan berakibat kurang motivasi ketika belajar, mudah menyerah apabila mengahadapi kendala dalam perkuliahan, prestasi akademik rendah, kurang minat untuk bergaul dengan teman kuliah, membutuhkan waktu yang lama untuk menyelesaikan pendidikannya, dan mengalami kebingungan dalam karirnya. Idealnya seseorang menjalankan pendidikan sesuai minat bakat dan berkarir sesuai dengan latar belakang pendidikan. Namun, tidak sedikit orang yang harus menempuh pendidikan di jurusan yang bukan minat bakatnya. Pada umumnya, pendidikan pada jenjang pergurun tinggi mengajarkan keterampilan untuk belajar, menganalisis masalah, dan memecahkan masalah tersebut dengan berbagai solusi yang tepat. Keterampilan ini dapat diterapkan diberbagai bidang karir,

dan yang lebih penting adalah belajar sepanjang hayat. Sebab, materi yang diajarkan di bangku kuliah adalah pengetahuan dasar, sedangkan dalam dunia kerja permasalahannya berkembang. Adapun saran pengemabangan yang dapat Anda lakukan adalah: • Cari sebanyak mungkin informasi tentang peluang karir dari jurusan Anda. Bisa jadi meskipun yang dipelajari adalah sastra, namun ternyata dapat menjadi guru, dosen, penulis, jurnalis, bahkan dapat bekerja sebagai staf kedutaan besar disuatu Negara, karena kemampuan bahasa yang Anda miliki tersebut. • Setelah mengetahui peluang karir, fokuslah pada salah satu peluang tersebut. Cari tahu bagaimana untuk dapat mencapai karir tersebut, keterampilan apa saja yang harus dikuasai?. Fokus pada mengasah kemampuan diri agar dapat memiliki keterampilan tersebut. • Anda aktif menjalin hubungan yang baik dengan teman-teman satu angkatan dan kakak tingkat. Sering-seringlah berdiskusi, belajar bersama dan bertanya tentang tips-tips belajar berbagai materi di Fakultas Sastra. • Apabila masih sangat keberatan dalam menjalankan perkuliahan jurusan Anda ini dan menyebabkan permasalahan serius, Anda dapat berkonsultasi lebih lanjut di P2BK3A. Demikian saran pengembangan dari saya, semoga bermanfaat.

Mahasiswa UM dapat mengirimkan tulisan berupa curahan hati (curhat) pada rubrik ini dengan space halaman A4 via email komunikasi@um.ac.id selambat-lambatnya tanggal 25 November 2019. Apabila nama asli tidak ingin dicantumkan, diperbolehkan untuk menggunakan nama inisial. Curhat Anda akan kami kirim ke ahlinya (dosen Fakultas Pendidikan Psikologi UM untuk mendapatkan jawaban. Tulisan curhat akan mendapat imbalan atau penghargaan yang sepantasnya.

26 | Komunikasi Edisi 324


dok. Pribadi

Info

Oleh-oleh KKN:

Babat Alas Wisata Sumber Wiwit Akrab: mahasiswa bahu-membahu bersama warga

M

anfaatkan Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang diselenggarakan oleh LP2 UM, KKN mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM) Desa Beringin, Wajak membuat programprogram nyata untuk membantu kesejahteraan masyarakat. Salah satu program utama dari KKN Desa Beringin ialah membantu masyarakat mengembangkan wisata. Bedasarkan hasil pengamatan mahasiswa, Desa Beringin memiliki sumber yang biasa digunakan untuk mandi masyarakat desa. Namun, seiring berjalannya waktu sumber tersebut terbengkalai dan jarang ada warga yang mandi di sana karena sudah mempunyai toilet masing-masing. Mahasiswa KKN Beringin bekerja sama dengan kelompok sadar wisata (pokdarwis) yang ada di Desa Beringin membuka wisata dengan nama “Sumber Wiwit�. Nama tersebut berasal dari kata 'wiwit' yang dalam bahasa Jawa berarti awal. Konon, Sumber Wiwit ini digunakan untuk memandikan bayi yang baru lahir. Diawali dengan perencanaan konsep untuk pembangunan wisata Sumber Wiwit, mahasiswa KKN UM bekerja keras untuk membuat sketsa wisata yang dibuat secara rinci. Dibantu oleh pokdarwis dan pemerintah desa, mereka membicarakan konsep

bersama pemilik lahan yang ada di sekitar Sumber Wiwit. Mereka menggunakan Aula Balai Desa Sumber Wiwit dalam mengadakan pertemuan. Setelah melalui diskusi yang panjang, akhirnya pemilik lahan memperbolehkan lahannya untuk dijadikan sebagai tempat wisata. Kelompok KKN tersebut juga menggandeng Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Malang. Tidak hanya itu, mereka juga bekerja sama dengan Cross-Cutting Capacity Development (CCCD) Project. Proyek dimulai dari perencanaan dan pengembangan wisata dengan harapan dapat dilanjutkan oleh mahasiswa-mahasiswa lain yang akan melakukan KKN di sana. Usaha tidak menghianati hasil, pihak dinas pariwisata bersedia datang ke Balai Desa Beringin untuk memberikan sosialisasi wisata kepada masyarakat. Dalam sosialisasi tersebut perwakilan mahasiswa KKN juga menjelaskan konsep wisata yang telah mereka rancang. Konsep tersebut dibuat oleh Naufal, salah satu mahasiswa dari Jurusan Teknik Sipil UM. Pembangunan wisata Sumber Wiwit dimulai dari babat alas dan pendirian pendopo. Mahasiswa dan pihak desa meyakinkan CCCD Project bahwa wisata ini akan berjalan dengan baik. Dengan

berbagai pertimbangan dan pengecekan lokasi secara langsung, pihak CCCD Project akhirnya berani mengucurkan dana sebesar Rp33 juta untuk pembangunan wisata Sumber Wiwit. Selain itu, berbagai dukungan juga berhasil didapatkan dari berbagai pihak. Hal ini yang membuat mahasiswa KKN UM semakin semangat dalam merealisasikan programnya. Sejumlah uang dari CCCD Project diberikan kepada pemerintah desa dan pokdarwis untuk modal awal pembangunan wisata. Dengan waktu yang singkat, para mahasiswa ini meninggalkan jejak kreatif dengan dibangunnya wisata Sumber Wiwit. Meski masih berupa konsep, papan jalan, pendopo, dan tulisan "Sumber Wiwit" mereka berharap hasil kerja keras mereka bisa bermanfaat. Berkat kerja sama dan kekompokkan tim, mahasiswa KKN Desa Beringin dapat menyelesaikan proyeknya tepat waktu. Rancangan wisata mereka ke depan akan dikembangkan oleh pokdarwis Desa Beringin. �Harapannya, di beberapa tim KKN lain dan KKN berikutnya bisa memberikan inovasi yang jauh lebih bagus dibandingkan inovasi yang biasa-biasa ini,� ujar Fiqi selaku Koordinator KKN UM Desa Beringin.Cintya

Tahun 41 September-Oktober 2019 |

27


Info

Hadirkan Potensi dan Kontribusi Para Alumni

dok. Panitia

IKA UM 2019:

Keceriaan yang terpancar saat pembukaan IKA UM

K

esuksesan para alumni sejatinya cermin kesuksesan sebuah universitas. Ikatan Alumni (IKA) Universitas Negeri Malang (UM) yang menjadi wadah para alumni UM menjalin pertemuan bertajuk IKA UM 2019. IKA UM secara resmi dibentuk pada 22 Januari 1983 sebagai wadah kerja sama, forum konsultasi, dan sarana komunikasi alumni. Wadah alumni tersebut diharapkan dapat berperan aktif dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Rangkaian acara pertemuan para alumni kali ini diselenggarakan sejak Jumat (13/9) sampai dengan Minggu (15/9), dimulai dengan pameran berbagai macam karya gemilang para alumni melalui IKA UM Fair 2019, Musyawarah Nasional, serta diakhiri dengan Reuni Akbar di masing-masing fakultas. Acara reuni ini dihadiri oleh semua angkatan dari 28 wilayah di Indonesia. Ketua IKA UM, Prof. Dr. Moh. Ainin, M.Pd. menyampaikan bahwa alumni yang hadir mayoritas sudah tua. “Sebanyak 21 peserta alumni ikut hadir menyukseskan acara IKA UM Fair mulai dari angkatan 70, 80, 90, dan 2000-an. IKA UM Fair merupakan saksi kontribusi alumni yang menampilkan produk-produk unggulan karya alumni UM dalam rangka memberi motivasi dan inspirasi kepada mahasiswa UM supaya memiliki kemauan jiwa berwirausaha,” tuturnya. IKA UM Fair merupakan hal baru yang diselenggarakan oleh pengurus IKA UM, sebelumnya kegiatan pertemuan para alumni ini hanya Musyawarah Nasional dan Reuni Akbar. Produk yang ditampikan pada acara IKA UM Fair sangat beragam, mulai dari pangan, energi, pendidikan, dan sandang. Mereka mengenalkan produk unggulan seperti kain selendang, batik, makanan minuman, souvenir, baju, dan pernak-pernik lainnya yang sudah dikemas rapi di stan masingmasing. Namun, karena terbatasnya ruang dan tempat, tahun ini hasil karya yang bisa dipamerkan terbatas. Jejaring alumni merupakan keluarga besar yang mendukung perkembangan sebuah universitas yang menjadi ujung tombak promosi, potensi finansial dan moral, juga penyedia lapangan pekerjaan bagi sesama alumni. Wakil Rektor I, Prof. Dr. Budi Eko Soetjipto, M.Ed., M.Si. dalam sambutannya menyampaikan bahwa nantinya akan ada aplikasi alumni UM. "Aplikasi alumni UM nantinya akan memiliki fitur-fitur lowongan pekerjaan, galeri yang memuat foto-foto sejarah UM

28 | Komunikasi Edisi 324

atau memories perkembangan UM, dan sebagainya,” jelasnya. IKA UM dilaksanakan empat tahun sekali. Rangkaian kegiatan tersebut salah satunya adalah Musyawarah Nasional (Munas) yang tahun ini digelar di Aula Graha Rektorat lantai 9. Tercatat beberapa agenda yang dilaksanakan, yaitu laporan koordinasi Munas, sambutan, sarasehan, laporan pertanggungjawaban pengurus pusat IKA UM periode 2015-2019, revisi dan pengesahan AD ART, serta pemilihan dan pelantikan Ketua Umum IKA UM periode 2019-2023. Puncak acara dari kegiatan Munas ini adalah dibacakannya susunan pengurusan pusat IKA UM periode 2019-2023. Nama-nama yang diangkat antara lain: (1) Pembina, Prof. Dr. H. AH. Rofi’uddin, M.Pd. selaku Rektor UM dan Dr. Mu’arifin, M.Pd. selaku Wakil Rektor III UM; (2) Penasihat yaitu Hamid Muhammad, M.Sc., Ph.D. dan Drs. H. Murdibjono, M.A.; (3) Pengurus harian yaitu Prof. Dr. H. Suparno sebagai ketua umum, Prof. Dr. Moh. Ainin, M.Pd. sebagai ketua I, Drs. Bambang Mudjiono sebagai ketua II, Drs. Sutrisno, S.Pd., M.Pd. selaku ketua III, Dra. Fatmawati sebagai sekretaris jenderal, Drs. Taat Setyohadi sebagai sekretaris, serta Drs. Achmad Zunaedi sebagai Bendahara. Usai penetapan pengurus IKA UM periode 20192023 acara dilanjutkan dengan foto bersama dan penyampaian ucapan selamat. Sebagai ketua umum terpilih IKA UM periode 2019-2023, Prof. Dr. H. Suparno menyampaikan terima kasih atas kepercayaan yang diberikan kepadanya untuk menjabat sebagai Ketua Umum IKA UM hingga lima tahun ke depan. Ia menegaskan, peran alumni sangat sentral dalam mewadahi dan mengakomodasi para lulusan. Oleh karena itu, dalam kepengurusannya ia akan memperkuat basis informasi yang akurat, baik di pusat maupun di tingkat wilayah. “Semua kekuatan akan kita berdayakan. Karena lazimnya, alumni harus punya peran dalam rangka pengabdian untuk lembaga, salah satunya menempatkan lulusan agar mendapat kepercayaan di dunia kerja,” jelasnya saat memberikan sambutan pada kegiatan Reuni Akbar. Ia memaparkan, ada empat simpul yang menjadi pola pikir pendidikan modern, yaitu input, proses, output, dan outcome. Keberadaan IKA UM sejatinya sebagai upaya mengisi simpul yang terakhir. “Outcome itu medan pengamalan ilmu, pengamalan kapasitas hasil belajar di berbagai lini kehidupan,” tandasnya. Dewi


dok. Pribadi

Info

Manfaatkan Lumpur Lapindo Raih Gold Medal di Malaysia Bawa harum nama Indonesia di negeri tetangga

L

agi-lagi dalam ajang bergengsi tingkat internasional UM berhasil memboyong medali emas. The Industrial Revolution Exposition (IREX) 4.0, acara yang diselenggarakan oleh Universiti Teknologi Mara Kedah Branch, Malaysia ini berhasil ditaklukkan oleh dua tim dari UM. Satu tim meraih gold medal dan satu tim lainnya meraih silver medal. Tak hanya itu, mereka juga mendapatkan penghargaan Best Booth. IREX merupakan ajang pertemuan para inovator baik dari kalangan primary school, middle school, high institution, hingga professional. Tahun ini peserta IREX berjumlah 120 finalis. Mengambil tema “Thriving Technologies”, beberapa kategori lomba yang ditawarkan ialah invention, innovation, design, serta product pitching. Perwakilan tim dari UM yang berhasil memborong medali diketuai oleh Deni Ainur Rokhim dari Jurusan Kimia dengan

anggotanya Nur Indah A dari Jurusan Kimia, Rahadian Dimas dari Jurusan Sastra Inggris, Nor Laili dari Jurusan Pendidikan Luar Biasa. Mereka mengusung karya berjudul “Sidoarjo Mud Flow Electric (SMF-E)”. Siapa sangka, karya tersebut berhasil menaklukkan hati juri dan meraih Gold Medal serta Best Booth. Sedangkan tim lain yang diketuai oleh Nur Wagis Mulyawati dari Pendidikan Luar Biasa dengan karyanya “Mr. JHAK (Jelajah Harta Karun) For Children with Intellectual Disability” meraih Silver Medal. Deni menuturkan, temuan inovasi tersebut berawal dari ketidaksengajaannya bermain lumpur saat meneliti tentang kontur tanah pada saat SMA. Saat itu ia iseng-iseng memasukkan eletroda ke dalam lumpur dan dihubungkan ke avometer, ternyata di layar avometer muncul angka-angka. Dari keisengan tersebut muncul pemikiran bahwa lumpur dapat

menghasilkan energi listrik. Penelitian dikembangan Deni di bangku kuliah dan menerbangkannya ke Malaysia. Ada beberapa tahap yang harus dikuti oleh tim, mulai dari pengiriman abstrak, melakukan penelitian, dan mempersiapkan pembuatan alat. Sebelum akhirnya lolos diundang ke UiTM. “Sebelum berangkat tentunya kami melakukan studi pemahaman bersama, konsultasi kepada ahli, dan validasi. Saat ini kami juga sudah mengajukan pendaftaran hak cipta,” ujar Deni. Selanjutnya, Deni mengatakan bahwa untuk mengikuti event internasional perlu persiapan yang baik, mulai dari memperhatikan hal-hal kecil, penguasaan bahasa dan materi, serta meningkatkan kepercayaan diri. Menutup tips yang diberikan dia berkata, “Jangan malas untuk terus belajar, terima kritik dan saran sebagai asupan,” pungkasnya.Nikma Tahun 41 September-Oktober 2019 |

29


Info

DIA CERDIC

Aplikasi Diet Pemenang Hati Juri

U

dok. Panitia

niversitas Negeri Malang (UM) patut berbangga atas prestasi yang diraih mahasiswanya di kancah Internasional. Salah satunya adalah prestasi tim mahasiswa UM yang berhasil menyabet gold medal dalam gelaran World Invention Competition and Exhibition (WICE) 2019. Kegiatan tersebut diselenggarakan selama lima hari pada (2-6/10) di SEGi College Subang Jaya, Malaysia. Tim yang berhasil memenangkan hati juri tersebut beranggotakan Zahratul Laili dan Rufaidah As-Samara dari Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Sayyidati Fatimah Az Zahroh dari Jurusan Matematika, Bondan Charisnanda dari Jurusan Sastra Inggris, dan Syahroni Al Khadzir dari Jurusan Geografi. Pembimbing mereka, Septa Katmawanti, S.Gz., M.Kes., dosen Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat tak

Senyum kemenangan tim UM usai berjuang di WICE

30 | Komunikasi Edisi 324

kalah bangga atas capaian mahasiswa didikannya tersebut. Perbedaan jurusan tidak menjadi penghambat, justru memperkaya khazanah keilmuan tim. Berangkat dari keresahan masyarakat Indonesia terkati masalah berat badan yang tidak ideal, tercetuslah ide pembuatan aplikasi yang bernama DIA CERDIC, Aplikasi diet tersebut untuk orang-orang Indonesia dan orang-orang yang memiliki penyakit tidak menular. Penderita penyakit tidak menular seperti penderita jantung koroner, diabetes, dan stroke dapat mengatur porsi makanannya sesuai dengan kebutuhan tubuh. Tidak hanya untuk penderita penyakit, aplikasi ini juga bisa digunakan orang-orang sehat yang ingin memiliki tubuh ideal. Tim ini patut berbangga bisa mengalungi medali emas di ajang inovasi yang diikuti

berbagai negara seperti Inggris, Filipina, Turki, Vietnam, Malaysia, Korea Selatan, Indonesia, Thailand, dan beberapa negara lainnya. Untuk mengikuti lomba seperti itu tentunya tidak mudah. Syahroni Al Khadzir mewakili tim menuturkan bahwa untuk mencapai titik ini diperlukan niat dan ketulusan untuk bekerja bersama tim. Tim yang solid akan membuat pemilkiran menjadi lebih jernih dan inovatif. “Judge your self to improve your skills dan think globally and act locally,” pesannya. Syahroni berharap, pihak kampus dapat membiayai kegiatan kompetisi sejenis secara keseluruhan agar tim yang berkompetisi bisa fokus menyiapkan strategi untuk memenangkan grand winner atau prize. “Event ini bisa menjadi pijakan untuk terus berkarya di ajang-ajang invention selanjutnya,” tutup Syahroni. Dewi


Pustaka

Tentang Senja yang Kehilangan Langitnya oleh Nurul Laili Rohmatin

R

: Kata : Rintik Sedu : Gagas Media : 2018 : 396 halaman : 978-979-780-932-4

intik sedu ialah nama pena seorang penulis yang bernama Nadhifa Allya Tsana atau biasa dipanggil Tsana. Ia kembali melahirkan buku baru di awal tahun 2018, setelah buku terakhirnya yang berjudul Gezz dan Ann #2 (2017). Kata merupakan buku ketiga dari Rintik Sedu yang masih bergenre romantis. Tsana, saapan akrabnya mengawali karier dari menulis kata-kata yang mengalir dalam pikirannya tentang keresahan hati seseorang pada sosial medianya dan ia juga aktif menulis cerita pada blog. Namun, hal itu tidak berlangsung lama karena ada salah satu pembaca atau penggemarnya menyarankan Tsana untuk menulis ceritanya di Wattpad. Sejak pertama kali bukunya terbit, Tsana membawa pembaca mampu merasakan kehangatan, romantisnya dan kegelisahan lika liku perjalanan sepasang kekasih, lebih tepatnya teman dekat. Sama halnya dengan buku-buku sebelum Kata yang juga banyak menceritakan lika-liku rumit dalam suatu hubungan pertemanan. Jika membaca buku-buku Tsana mulai dari Gezz dan Ann #1, Gezz dan Ann #2, Rahasia Gezz, sampai Kata akan kita jumpai banyak

repro internet

Judul Buku Penulis Penerbit Tahun Terbit Tebal Buku ISBN

hal yang harus dipahami dalam proses menjalin sebuah komitmen untuk menjadi sepasang kekasih. Di buku ini Tsana menulis dengan jalan cerita yang lebih menarik dengan membuat pembaca yang terus haus rasa ingin tahu akan kelanjutan ceritanya. Buku ini terdiri dari 30 bab. Di setiap bab terdapat konflik serta pesan moral yang disampaikan melalui ciri khas Tsana, yaitu memadukan kehangatan kasih dan pengorbanan besar untuk mampu menaklukan hati sesorang yang terjebak dalam masa lalunya. Seperti dalam bab 25 “Pelaut itu meretakkan kapalnya sendiri” (hlm. 302) tokoh utama yang bernama Binta menyuruh teman dekatnya yang bernama Nugraha untuk memakan fast food berupa cheese burger padahal Nugraha tidak menyukai keju. Namun, demi sesorang yang ia cintai rela memakan cheese burger. Mencintai sesorang yang tidak memiliki perasaan yang sama dengan kita harus siap menghadapi rintangan di depan mata. Kurang lebih seperti itu Tsana mengambarkan pengorbanan dan perjuangan untuk menaklukan hati seseorang yang terjebak dalam masa lalunya. Seseorang yang terjebak dalam masa lalu tidak bisa berpindah kekehidupan

yang baru atau “tidak bisa move on” sering dijumpai dalam kehidupan saat ini. Terlebih lagi, Rintik Sedu menyuguhkan buku kata dengan dilatarbelakangi oleh kisah nyata dari salah seorang sahabatnya yang jalan ceritanya digubah seperlunya oleh pengarang. Di akhir kumpulan cerita dalam Kata karangan Rintik sedu ada kalimat yang mewakili semua rasa, “Tentang senja yang kehilangan langitnya“. Seindah apa pun perasaan kita kepada seseorang akan di masa lalu akan tergantikan dengan sesorang yang baru dalam kehidupan kita selanjutnya. Dalam hal mencintai bukan perkara pernah ada atau tidak, melainkan seberapa besar pengorbanan dan perjuangan untuk mempertahankan ia yang kita cintai. Seseorang harus mampu beranjak dari masa lalunya tanpa mengorbankan apa pun dalam dirinya. Buku ini layak dikonsumsi kalangan remaja hingga dewasa. Pesan moralnya, kita harus membuka lembaran kehidupan yang baru dengan cerita baru. Ckup jadikan kisah yang lalu sebagai bagian dari lika-liku perjalanan yang manis dalam hidup. Seperti yang dialami Tsana, menjadi penulis buku bergenre romantis membuat Tsana lebih paham bagaimana pengorbanan dalam mencintai.

Tahun 41 September-Oktober 2019 |

31


dok. Panitia

Wisata

Saat kesejukan berkarib dengan keakraban

Kebun Teh Wonosari, Opsi Wisata Murah nan Memesona

32 | Komunikasi Edisi 324

H

awa dingin menjadi ciri khas Kabupaten Malang. Pesona alam yang ditawarkan selalu menggoda siapa pun untuk berkunjung, salah satunya adalah Kebun Teh Wonosari. Terletak sekitar 30 kilometer dari Kota Malang, Kebun Teh Wonosari berada pada ketinggian 950-1.250 MDPL. Tidak hanya menyajikan panorama yang indah, hawa sejuk angin pegunungan akan menyapa setiap wisatawan yang datang. Bentangan luas pohon teh terbagi menjadi tiga subarea, yaitu Kebun Wonosari, Kebun Raden Agung, dan Kebun Gebug Lor. Tahukah kamu, kebuh teh ini merupakan kebun teh pertama di Jawa Timur yang dijadikan tempat wisata. Di balik kecantikannya, wisatawan harus tahu bagaimana awal mula berdirinya kebun teh tersebut. Menurut warga sekitar, perkebunan teh yang pertama kali di Indonesia bukanlah perkebunan yang diusahakan oleh bangsa Indonesia sendiri, melainkan oleh pemerintah Kolonial Belanda. Upaya bangsa Indonesia untuk mengadopsi dan mengembangkan tanaman perkebunan membutuhkan waktu yang lama. Berbagai bentuk dan corak yang mewarnai perkebunan teh masih menampakkan kondisi masa lampau. Hal tersebut masih dapat dilihat pada masyarakat di sekitar perkebunan yang seolah-olah sudah terpola oleh kondisi dan


Fokus ke daun teh atau ke teteh?

lingkungan. Masyarakat di sana sangat mencirikan aspek sosial budaya dan ekonomi daerah perkebunan. Pada abad ke-19 mulai ada titik terang dalam pengenalan tenaman teh sebagai tanaman perkebunan. Kota Malang pada masa itu dikuasai oleh Kolonial Belanda dan memiliki letak geografis berupa dataran tinggi yang sangat cocok untuk ditanami teh. Pada masa itulah Kebun Teh Wonosari mulai dikembangkan hingga sekarang. Setelah mengetahui sejarahnya, selain dimanjakan oleh pemandangan yang memesona juga mendapat ilmu pengetahun. Kebun Teh Wonosari sangat cocok untuk menjadi tempat bersantai. Tak berlebihan rasanya jika tempat ini merupakan penghilang penat yang sangat menyejukkan. Di sana wisatawan tidak hanya disuguhi keindahan alami khas pegunungan, tetapi juga diberi fasilitas yang tidak akan membuat wisatawan betah. Siapa pun bisa menikmati semua fasilitas yang disediakan. Ada kereta mini yang siap mengajak wisatawan keliling perkebunan tanpa harus capek-capek jalan kaki. Selain itu, ada juga menara pantau dan jembatan panjang yang bisa menjadi lokasi foto bersama. Frame love, gubuk kayu, dan sayap burung juga bisa menjadi spot foto yang cantik bagi wisatawan yang ingin mengabadikan moment, terlebih bagi wisatawan yang datang berdua dengan pasangan. Foto akan berkesan romantis

saat bercengkrama di tengah perkebunan teh yang hijau. Tak hanya itu, dari menara pantau dan jembatan panjang wisatwan akan mendapatkan pemandangan yang sangat indah dari ketinggian. Dari sana terlihat hamparan pohon teh berwarna hijau membentang sejauh mata memandang. Selain perkebunan teh, Kebun The Wonosati juga menyiapkan wisata edukasi, pemandian air hangat, serta kebun binatang mini. Kebun binatang mini menjadi daya tarik tersendiri bagi anak-anak. Banyak anak TK yang melakukan darmawisata ke sana. Dengan adanya gazebo, kantin, dan pendopo untuk beristirahat menambah lengkap fasilitas yang ditawarkan. Jadi, bisa dipastikan suasana liburan akan sangat menarik karena tidak monoton dengan perkebunan hijau saja, meskipun pesona yang disuguhkan sangat memukau dan menyejukkan mata. Bagi wisatawan yang tidak bisa bepergian dengan kendaraan pribadi, tenang saja. Dari arah Malang silakan menaiki transportasi arah Malang-Surabaya dan turun di stasiun Lawang, setelah itu ganti naik angkutan arah Wonosari. Jalan yang berbelok-belok dan menanjak menjadi tantangan tersendiri bagi mereka yang menyukai travelling. Di sepanjang perjalanan wisatawan akan disuguhi pohon buah naga yang berjejer rapi.

Nah, bagi wisatawan dari luar kota tidak perlu kawatir. Di dalam kawasan agrowisata Kebun Teh Wonosari terdapat banyak penginapan dengan desain minimalis yang menggoda siapa pun untuk menginap. Hanya dengan kisaran harga Rp 150.000,00 hingga Rp250.000,00 wisatawan dapat menikmati sarana olahraga dan menginap dengan tenang di kesunyian pegunungan. Tanaman toga di sekitar penginapan menambah asri suasana penginapan. Soal tiket masuk Kebun The Wonosari wisatawan tidak perlu banyak merogoh kocek. Cukup membayar tiket masuk RP10.000,00 wisatawan sudah bisa menghabiskan waktu sepuasnya di sana. Jam operasionalnya dimulai pukul 07.00 sampai dengan 17.00. Untuk sekadar liburan murah, agrowisata ini bisa dijadikan alternatif wisata bagus di akhir pekan bersama keluarga. Menariknya lagi, jika beruntung wisatawan akan menjumpai para petani yang memetik daun teh. Sambil mengelilingi perkebunan wisatawan dapat dapat menyaksikan proses pemetikan, pengolahan, sampai menjadi teh siap seduh. Eits, wisatawan juga dapat menikmati teh langsung di kawasan Agrowisata Kebuh Teh Wonosari, lho. Teh disajikan dalam keadaan hangat untuk menghalau dinginnya angin pegunungan. Anda tertarik mencoba? Amey

dok. Panitia

dok. Panitia

Wisata

Instagramable, jembatan Kebun Teh Wonosari

Tahun 41 September-Oktober 2019 |

33


Rancak Budaya

Wajah-Wajah Pemalsu Identitas oleh Yulaika

K

oridor sebuah gedung yang kerapkali dikunjungi oleh orang-orang yang memiliki kepentingan itu tampak sepi. Biasanya, pukul sembilan saja sudah ramai. Ada yang duduk berjajar di kursi besi yang telah disediakan, ada yang berdiri mematung sambil berkacak pinggang atau melipat tangan, ada yang memencat-mencat ponsel (mengetik pesan atau nomor HP), dan ada pula yang mondar-mandir seperti orang cemas. Kali ini, memang tidak biasa. Ganjil. Rupa-rupanya, menurut penuturan seorang petugas kebersihan, sejak dua hari lalu memang sepi pengunjung. Kalau pun ada, satu atau dua orang saja sehingga pukul 15.00 mereka sudah harus tutup dan pulang. Otomatis sudah tidak ada kegiatan apa-apa lagi. Aku yang bekerja sebagai jurnalis --nyaris seperti intel atau anggota BIN/CIA-- dirundung rasa penasaran.

34 | Komunikasi Edisi 324

Benar-benar ingin tahu hal ihwal apa yang menyebabkan gedung ala-ala Belanda itu sepi. Muncul pula beragam pertanyaan yang kian menyeruak membuat sesak. Curiga bercampur heran. Penasaran sekali. Kuputuskan berkunjung ke tempat itu dua hari lagi untuk melihat perkembangan apa yang terjadi. Hitung-hitung sekaligus mencari angin segar sebab baru kali ini aku mendapat mandat amat ringan dari pimred. Hanya meliput aktivitas di gedung putih itu. Biasanya aku harus terjun ke tempat-tempat yang sangat ekstrem demi mendapatkan hot news. Tidak apalah, asalkan bulan depan, sesuai janji Pak Bos, gajiku naik sepuluh persen. Kuturuti saja titah beliau dengan penuh loyalitas. Benar sungguh, sepagi ini, kulirik arloji bermerek Alba di pergelangan tangan kiriku masih menunjuk pukul 07.09. Aku sudah berada di depan gedung putih bersama seorang satpam berwajah garang. Beliau menyeletuk saat berhadapan denganku.

“Hei, cari siapa? Pagi-pagi kok sudah ke sini? Kantor saja belum buka.” “Oh, saya mau ada perlu, Pak. Saya calon klien di kantor ini. Perkenalkan, saya Ratna,” aku mengulurkan tangan. “Kamu apa tidak tahu kantor ini buka pukul 08.30?” “Tentu tidak, Pak. Saya khawatir jika nanti mengantre sehingga harus datang lebih awal.” “Hmmm, begitu, ya? Tunggu saja di depan pos satpam itu.” Aku bergegas duduk di kursi yang telah disediakan tepat di bawah jendela pos sambil memerhatikan sekeliling. Kelang beberapa menit, sebuah mobil sedan biru dongker memasuki halaman gedung. Tampak seorang pria bersafari hijau toska turun menenteng tas, lalu terburu-buru masuk. Aku bertanya kepada satpam siapa pria itu. “Pak, siapa ya bapak muda itu?” “Oh, itu bos di kantor ini. Beliau memang


Rancak Budaya

ilustrasi oleh : Krisnawa Adi Baskhara

selalu datang cepat sebab pulang lebih awal.” “Pak, boleh tanya-tanya lagi?” “Apa itu?” “Klien di kantor ini dari mana saja, ya?” “Wah, hampir seluruh kota besar di Indonesia. Kamu sendiri dari mana dan untuk keperluan apa ke sini?” “Saya dari Tangerang, biasa Pak, mau nyaleg.” Satpam itu manggut-manggut tanda paham. Padahal, aku berbohong demi melancarkan aksi. Mana mungkin tampang sepertiku mencalonkan diri sebagai anggota legislatif. Tidak terasa, hampir sejam aku duduk. Aku terkesima melihat seorang perempuan yang datang. Mungkin saja dia tamu, mungkin juga pekerja. Perempuan itu bersanggul menyerupai pramugari, memakai rok mini, kemeja pendek, dan setelan rompi. Make up tebal. Sepatu heels hitam. Kulitnya putih

bersih. Berjalan berlenggok-lenggok. Dia mengendarai ayla merah, senada dengan warna tas mahalnya. ”Perempuan ini memegang jabatan apa, ya?” gumamku. Tiba-tiba satpam di sebelahku membuyarkan fokus tentang perempuan cantik tadi, “Sudah, masuk saja! Daripada nanti ngantre!” perintah satpam. “Baik, Pak.” Aku memasuki pintu utama kantor yang lebih mirip seperti guest house. Seorang office boy mempersilakan duduk di sofa biru safir yang menghadap ke meja resepsionis. Padahal, meja resepsionis belum dihuni oleh seorang pun. Tiba-tiba perempuan sosialita tadi menghampiri. “Ada perlu apa, Mbak? Mari ikut saya ke ruangan," ajaknya. “Saya mau membuat ijazah sarjana, Mbak.” Aku berdiri sembari megikuti kakinya yang jenjang melangkah. Kami

masuk ke ruangan elite ber-AC, yang dindingnya berwarna kuning gading dilengkapi dengan kulkas dan hiasan lainnya. “Duduklah!” Aku duduk berhadapan, dipisahkan oleh meja hitam bertapak rajutan kuning. Perempuan itu memutar-mutarkan kursinya. Santai sekali. Aku menepis rasa canggung agar tidak dicurigai. “Kalau boleh tahu ijazah sarjananya untuk apa, Mbak?” “Untuk nyaleg, Mbak. Maklum saya tak berijazah S-1. Saya pernah kuliah, tetapi cuma setahun. Lalu, keluar karena tertarik bekerja. Oh ya, selain menyediakan jasa pembuatan ijazah palsu, di kantor ini melayani apa lagi?” “Oh, banyak. Ada pemalsuan paspor, KTP, akta tanah, KK, bahkan buku nikah. Mbak pernah mengikuti berita tentang Gayus Tambunan, kan? Nah, kami bisa membuat

Tahun 41 September-Oktober 2019 |

35


paspor seperti dia. Memalsukan nama sehingga seseorang bisa pergi ke mana saja,” jelas perempuan yang kuketahui lewat tulisan di atas mejanya bernama Renny. “Oh, begitu. Apa tidak pernah ketahuan?” “Selama hampir empat tahun kami beroperasi tidak pernah ketahuan. Semua mulus, hanya saja beberapa hari ini sepi karena tidak musim lowongan pekerjaan dan wisata ke luar negeri. Namun, Mbak orang pertama pada bulan ini yang datang untuk keperluan nyaleg.” Setelah berceloteh panjang lebar sampai disuguhkan sebotol minuman ringan rasa jeruk florida dan sepotong donat, aku pun berpamitan. Akan tetapi, tidak asal pamit. Di kantor itu sudah ditetapkan bahwa siapa pun yang jadi atau tidak menggunakan jasa mereka, harus membayar uang panjar. Aku terpaksa merogoh dompet dan menyerahkan tiga lembar uang kertas merah sebagai jaminan. Kupikir tidak masalah sebab aku telah mendapatkan informasi penting. Semua pengakuan Renny sudah kurekam menggunakan HP yang kusimpan dalam saku celana. Tiga hari lagi aku diminta kembali sambil menyerahkan pas foto warna dan nilai di ijazah yang kuinginkan. Mereka tidak mau meminta secara online karena khawatir akan disadap. *** Sesuai hari yang ditetapkan, aku kembali ke kantor putih tempat para mafia dokumen itu bersemayam. Kali ini misiku ialah bisa bertemu langsung dengan bosnya untuk mengorek informasi siapa saja nama-nama klien yang pernah menggunakan jasa kotor mereka. Kasihan rakyat bila terus dibohongi. Rasanya tidak pantas dipimpin oleh orangorang pendusta yang bermental instan. Tidak mau berlelah sekolah, tetapi bergelar macam-macam demi bisa memimpin. Sama seperti beberapa hari lalu, kantor yang tidak bernama itu, sepi. Padahal, aku datang sekitar pukul 10.30. Hanya terlihat dua motor dan tiga mobil terparkir. Kuberanikan masuk. Kali ini ada seorang perempuan muda berseragam batik berdiri di balik meja resepsionis sambil menyapa. “Selamat pagi, Mbak. Sudah pernah ke sini?” “Sudah, Mbak. Saya cuma mau mengantar pas foto.” “Oke, tunggu saja.” Saat itu juga kulihat lelaki parlente yang pernah kulihat bersama sedannya melewatiku. Entah mengapa muncul niat untuk mengikutinya. Aku pun berpura-

36 | Komunikasi Edisi 324

pura hendak ke toilet. Aku yang sudah biasa menguntit atau mengikuti --orang tidak pernah gagal-- terus saja diam-diam berada di belakang lelaki itu. Sampailah di sebuah ruangan pribadinya di lantai dua. Lelaki itu membuka pintu ruangan. Aku bersembunyi di dekat tangga tepat di balik lemari. Tidak lama kemudian, lelaki itu keluar menuruni anak tangga. Setelah dia lenyap, aku segera masuk ke ruangannya yang tidak dikunci. Di ruangan itu kuamati seluruh isi, bahkan kufoto. Aku juga menemukan tumpukan berkas. Kubuka dengan cepat. Ternyata isinya nama, foto, nomor HP, alamat, dan jumlah nominal yang harus dibayar oleh para klien. Ada kepala daerah, kepala sekolah, dan anggota dewan. Kufoto lembar demi lembar, lalu bergegas keluar. Sebenarnya, ingin kucuri, tetapi takut ketahuan. Kuurungkan saja niat itu. Aku segera beranjak. Untunglah lantai dua sepi, hanya terdengar suara office boy menghidupkan keran air kamar mandi di dapur. Aku bingung harus lewat pintu mana. Kucoba mencari jalan lain. Akhirnya, kutemukan sebuah pintu dan tangga yang tembus ke lantai satu. Tepat dekat gudang. Gudang itu menyimpan berkas yang tampak usang. Tenyata klien di kantor ini tidak hanya kepala daerah atau lembaga, tetapi juga para transgender yang hendak memalsukan identitas. Tampak dari fotofoto semula sebelum berubah. Ada yang bernama Bagas Purwanto, diubah menjadi Sagi Priwanti. Tohar Husnaidi menjadi Tina Hasnita. Meiwandi menjadi Meiliya Sari. Aku sempat geleng-geleng kepala. Keblinger! *** Di ruang resepsionis terdengar suara gaduh. Kedengarannya mereka sedang mencariku. Aku, si jurnalis yang lebih tepat dijuluki “Detektif Ulung” hampir berhasil mengelabui mereka. Aku mengendapngendap mencari pintu keluar. Namun, tida ada. Kucoba kembali ke atas (jalan semula) dan akan berpura-pura kesasar saat mencari toilet jika mereka curiga. Benar, aku hanya bisa lewat jalur semula. Di hadapanku telah berdiri lelaki bersafari cokelat tadi dengan wajah bengis, ”Hei, kau ini siapa? Ke mana saja dari tadi?” “Saya kesasar mencari toilet, Pak.” “Resepsionis, periksa dia!” Resepsionis yang tadinya manis, tetapi seketika sinis itu memeriksa isi tas dan seluruh saku kemeja dan celana panjangku. Dia tidak menemukan apa-apa selain KTP

milik temanku a.n. Ratna Kinanti, tempat/ tanggal lahir: Depok, 11 Juni 1992, alamat: Tangerang, pekerjaan: wiraswasta, status: tidak kawin. Aku pun diminta untuk duduk sambil diintrogasi. “Sebenarnya kamu ini mau apa, sih? Belum pernah ada klien selancang kamu?” cecar lelaki bersafari itu dengan emosi. “Saya hanya ingin membuat ijazah palsu. Hari ini saya akan mengantar pas foto yang diminta kemarin.” “Jika benar begitu, keluarkan pas fotomu! Kamu juga harus membayar uang senilai tiga juta karena harga ijazah palsu itu lima juta.” “Tapi uang saya belum ada, saya hanya bisa melunasi jika ijazah sudah selesai, Pak.” “Ah, tidak bisa. Lebih baik kamu pergi saja dan jangan pernah kembali! Kalau kere, jangan pernah ke sini!” Aku langsung pergi tanpa berpamitan. Bagiku tidak masalah jika diusir begitu, asalkan apa yang kumau sudah kudapat. Mereka tidak hanya memalsukan identitas orang-orang, tetapi juga melakukan pemerasan. Berdasarkan bukti-bukti otentik yang akurat, aku melaporkan perbuatan zalim mereka yang telah bersekongkol dengan para kepala daerah atau lembaga kepada polisi. Polisi mengapresiasi keberanianku mengungkapkan fakta. Mereka melakukan pengusutan lebih lanjut hingga berhasil membumihanguskan praktik dokumen ilegal ini beserta kepala daerah yang telanjur duduk manis menikmati jabatan empuk. Dalam hitungan bulan, beberapa kasus telah ditangani. Polisi berterima kasih, bahkan mengajak bekerja sama. Aku semakin gencar membuat berita hot. Bukan untuk memprovokasi, melainkan mengungkapkan fakta tersembunyi. Beberapa bulan kemudian, aku mendapat penghargaan dari media tempatku bekerja, gajiku pun naik, bukan hanya 10 persen, melainkan 20 persen. Aku pun bisa melanjutkan studi jurnalistik di kampus idaman. Sayangnya, sejak kejadian itu, aku sering mendapat teror dan banyak yang mengancamku. Aku tidak takut. Aku harus berani membuka tabir wajah-wajah pemalsu identitas yang penuh kehipokritan itu agar tidak banyak merugikan negara. Ya, akulah Niara Ikrari, seorang jurnalis yang tidak pernah takut kepada siapa pun, kecuali Tuhan. Penulis adalah Mahasiswa Pascasarjana dan Juara Harapan 3 Kompetisi Menulis Cerpen Majalah Komunikasi


Sajak Kampung Halaman Seru namaku, Nak, Kampung Halaman, kekuatan siang dan malam, cahaya bulan dan api matahari dari masa silam, dari bercak darah atau belulang yang bergelegak di tubuhmu dan talu bersemayam. Meski terpisah raga dari segala musim yang berbeda, dari jalanan kota, sentuhan angin atau aroma pagi. Percayalah, aku ada selamanya. Dan menjaga saat kau lelap atau terjaga. Seru namaku, Nak, Kampung Halaman, lautan maha dalam yang memeluk kapal karam, gunung julang yang menangkis mendung datang, dan mimpi buruk bagi mereka yang ingin menumpas citacitamu turun ke tanah.

Ingat namaku, Nak, Kampung Halaman, penjaga silsilah sejarah, rahim yang melindungimu dari segala badai, juga ruang pendiam yang menunggumu pulang rebahkan risau, rebahkan lelahmu yang panjang.

Walau aku terhalang dermaga Ujung Pandang dan Tanjung Perak, juga pulau-pulau jauh di lekuk samudera, dan kabut-kabut tebal udara. Yakinlah, aku mengatap dan mengatupmu selalu.

Meski kau serupa ombak gegabah yang mengais diri di laut jauh, tetapi aku dirimu selalu. Hulu yang menggaris muaramu, setelah kau hanguskan suara ayah di pintu dan kau kosongkan air mata ibu di ruang tamu karena kepergianmu, aku satu-satunya yang tak pudar di tubuhmu. Dan yang akan memerah lukamu ketika orangorang menolak perbedaanmu, menolak keberadaanmu.

Tegaplah berdiri, tegakkan tubuhmu. Jangan tunduk dan merasa kalah, selama langit masih kau junjung, kebenaran dan nama leluhur masih kau dekap, juga bahasa ibu tak kau luputkan, maka aku berakar dalam tubuhmu seluruh. Selamanya selalu.

Lagi, aku satu-satunya tempat yang tak henti menanti gemerincing langkahmu tiba di beranda rumah. Serukan aku, Nak! Malang, 2019 Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia dan Juara 1 dalam Kompetisi Penulisan Majalah Komunikasi tahun 2019

ilustrasi oleh : Krisnawa Adi Baskhara

Tahun 41 September-Oktober 2019 |

37


KOMIK

Nama

:

Fak/Jur :

Seluruh civitas akademika UM dapat mengirimkan karya berupa komik dengan tema bebas dalam bentuk soft file yang dikirim langsung ke Kantor Redaksi Majalah Komunikasi Graha Rektorat Lantai II atau via email: komunikasi@um.ac.id selambat-lambatnya tanggal 25 November 2019 disertai identitas diri (nama, fakultas, jurusan, dan nomor HP). Tahun 41 September-Oktober 2019 |

38 | Komunikasi Edisi 324

35


Bukumu berdebu, hidupmu nirmutu.

Suatu hari tak ada lagi anak-anak kecil yang bermain, mereka sibuk dipermainkan kecanggihan.

Tentang baskara, terbit tenggelamnya menganyam mimpi manusia di tepian negeri.

Kepada alam: Terima kasih selalu menyemai kedamaiann meski sesamaku memupukmu dengan keculasan.

Seluruh civitas UM dapat mengirimkan karya fotografi dengan tema dan tempat bebas dalam bentuk soft file yang dikirim langsung ke Kantor Redaksi Majalah Komunikasi Graha Rektorat Lantai II UM atau via email: komunikasi@ um.ac.id selambat-lambatnya tanggal 25 November 2019 disertai lokasi foto dan identitas diri (nama, fakultas, jurusan, dan nomor HP). Foto yang dimuat mendapat imbalan atau penghargaan yang sesuai.


Redaksi menerima tulisan reportase dengan panjang tulisan 1 halaman A4 font Times New Roman ukuran 12 spasi 1,5 dikirim maksimal dua hari setelah pelaksanaan kegiatan ke email komunikasi@um.ac.id. Naskah yang layak akan dimuat di Komunikasi online dan mendapat imbalan atau penghargaan yang sesuai


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.