DAFTAR ISI Graha Rektorat Satu Atap Bikin UM Makin Mantap Gedung Graha Rektorat yang baru kini menjadi salah satu ikon unggulan bagi seluruh warga UM. Bangunan yang terdiri atas dua gedung yang saling terhubung tersebut mengandung makna filosofis yang mendalam. Pembagian tiap-tiap unit kerja UM juga telah diatur sedemikian rupa. Lantas bagaimana dengan pemanfaatan Gedung Rektorat lama? Simak ulasannya dalam rubrik Laporan Utama!
19
66 Kisah Debater Berperang hingga ke Luar Negeri
Mata Najwa:
LAPORAN UTAMA UP TO DATE 9
SEPUTAR KAMPUS 12 PROFIL CERITA MEREKA 22 INFO 24 PERNIK 26 PUSTAKA 28
Kelola Isu Panas dalam Majelis Rakyat
31
SURAT PEMBACA 5
OPINI 10
Mereka tak berperang dengan fisik. Berbekal pengetahuan, sikap kritis, dan kemampuannya beretorika, Feri Kurniawan dan Lisa Ramadhani Hartanti berhasil menembus kancah internasional dalam ajang debat yang bergengsi. Tengok perjuangannya di rubrik Profil!
24
SALAM REDAKSI 4
LAPORAN KHUSUS
Siapa tak kenal Najwa Shihab? Presenter Talkshow Mata Najwa yang dikenal kritis ini baru saja bertandang ke UM. Bersama keempat narasumber, dua panelis, dan segenap kru Trans 7, acara ini sukses menyedot perhatian penonton. Tak tanggung-tanggung, sebanyak 7.000 penonton memadati Gedung Graha Cakrawala. Simak liputannya dalam rubrik Laporan Khusus!
WISATA RANCAK BUDAYA 34 KOMIK 38 LENSA UM 39
Parang Tejo Harta Karun Gunung Butak Membicarakan coban di Malang tidak akan ada habisnya. Salah satunya yaitu Coban Parang Tejo. Coban yang berada di dalam Gunung Butak ini masih sangat alami. Bahkan, objek wisata ini sangat dianjurkan bagi wisatawan yang berjiwa petualang. Telusuri perjalanannya di rubrik Wisata!
32
32
Tahun 40 Januari-Februari 2018|
3
Salam Redaksi
STT: SK Menpen No. 148/ STT: SK Menpen No. 148/ SK DITJEN PPG/STT/1978/ SK DITJEN tanggal 27PPG/STT/1978/ Oktober 1978 tanggal 27 Oktober 1978
dari Graha Rektorat
oleh Anselmus JE Toenlioe Mulai digarap tahun 2011 melalui lima tahap pengerjaan, akhirnya bangunan berlantai sembilan, Graha Rektorat, berdiri kokoh dan megah. Menghadap Jalan Semarang di sebelah timur dan membelakangi Gunung Putri di bagian barat, begitulah posisi Graha Rektorat UM. Gedung dengan posisi berbalut filosofi kekokohan, keteguhan, dan kesiapan melayani. Sejak Graha Rektorat diresmikan dan digunakan Oktober 2017 lalu, kampus UM ibarat orangtua yang mendapatkan rumah baru dan menata pembagian rumah lama kepada para ahli warisnya. Sadar atau tidak, para ananda yang berwujud fakultas, unit kegiatan administratif, dan unit kegiatan kemahasiswaan berharap bahkan mungkin berlomba-lomba mendapatkan warisan sesuai kebutuhan versinya masing-masing. Sebuah upaya dinamis karena tak ada panduan praktis tentang keadilan menata warisan dalam konteks kasus hadirnya Graha Rektorat. Mungkin hanya dapat dikemukakan kerangka normatif tentang penataan warisan yang adil, itu pun belum tentu disepakati oleh seluruh ananda. Konon jauh-jauh hari sebelum Graha Rektorat diresmikan dan mulai beroperasi, sudah muncul klaim oleh sejumlah fakultas sebagai pihak yang paling membutuhkan gedung tertentu. Sementara itu, terdapat pula individu-individu yang mempunyai pandangan dan harapannya masingmasing. Dalam suatu bincang-bincang santai di kampus misalnya, seorang dosen, yang juga pengajar Pascasarjana berpandangan bahwa Pascasarjana adalah jenjang pendidikan tertinggi dan merupakan ikon universitas. Oleh karena itu, Pascasarjana patut mendapatkan lokasi strategis yang mudah dijangkau. Tak hanya oleh mata, tapi terutama untuk hal-hal administratif dan akademik. Secara konkret ia menyebut Jalan Surabaya sebagai sisi kampus UM yang mesti nampak wah dari luar. Untuk itu, ia berpandangan, gedung-gedung
dok. Komunikasi
Berbagi Warisan bertingkat yang menghadap Jalan Surabaya paling tepat ditempati oleh Pascasarjana. Gedung A1 sebagai pusat adminsitrasi, sementara gedung A2 dan A3 sebagai tempat kuliah. Tentang ide letak Pascasarjana ini, ada yang berbeda pandangan. Dalam pandangannya, deretan gedung A justru tidak cocok untuk memosisikan Pascasarjana sebagai ikon UM. Pasalnya, di depan deretan gedung-gedung tersebut terdapat lapangan olahraga yang mengganggu pandangan. Mungkin lebih tepat untuk Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK), begitu argumentasinya. Apa yang dikemukakan di atas sekadar contoh dinamika pandangan tentang penataan gedung menyongsong hadirnya Graha Rektorat ketika itu. Masih terdapat sederet pandangan yang tak akan cukup ruang bila harus dibahas satu demi satu. Paling tidak, terdapat empat jenis berpikir: awam, ilmiah, filosofis, dan religi. Sebagai lembaga pendidikan, apalagi jenjang tertinggi, penataan warisan gedung untuk anak-anak akademik dan adminsitratif UM pasca Graha Rektorat mesti memenuhi kaidah-kaidah ilmiah, filosofis, religi secara sinergis. Jika ditata secara holistik-sinergis berdasarkan kaidah-kaidah berpikir ini, prinsip keadilan, misalnya, sebagai sesuatu yang masih terus diperjuangkan di negeri ini bisa terpenuhi. Apapun hasil pembagian itu, yakinlah bahwa kampus UM mencintai anak-anaknya, tanpa kecuali. Tak ada niat untuk menganaktirikan salah satu atau lebih unit-unit yang ada. Karena terdapat keyakinan, bahwa sebagai sistem, hasil maksimal akan didapatkan bila setiap unit sebagai komponen sistem kehidupan kampus berkontribusi maksimal. Selamat menikmati tempat baru dan memaksimalkan pemakaiannya untuk kemajuan kampus tercinta. Jayalah UM! Penulis adalah dosen Jurusan Teknologi Pendidikan dan Ketua Penyunting Majalah Komunikasi Universitas Negeri Malang
KOMUNIKASI • Majalah Kampus Universitas Negeri Malang • Jalan Semarang No. 5 Graha Rektorat lantai 2 Telp. (0341) 551312 Psw. 354 • E-mail: komunikasi@um.ac.id • Website: http://komunikasi.um.ac.id KOMUNIKASI diterbitkan sebagai media informasi dan kajian masalah pendidikan, politik, ekonomi, agama, dan budaya. Berisi tulisan ilmiah populer, ringkasan hasil penelitian, dan gagasan orisinil yang segar. Redaksi menerima tulisan para akademisi dan praktisi yang ditulis secara bebas dan kreatif. Naskah dikirim dalam bentuk softdata dan printout, panjang tulisan 2 kwarto, spasi 1.5, font Times New Roman. Naskah yang dikirim belum pernah dimuat atau dipublikasikan pada media cetak manapun. Tulisan yang dimuat akan mendapatkan imbalan yang sepantasnya. Redaksi dapat menyunting tulisan yang akan dimuat tanpa mengubah artinya. Tulisan dalam Komunikasi tidak selalu mencerminkan pendapat redaksi. Isi di luar tanggung Jawab percetakan PT Antar Surya Jaya Surabaya.
4 | Komunikasi Edisi 314
Pembina Rektor (AH. Rofi’uddin) Penanggung Jawab Wakil Rektor III (Syamsul Hadi) Ketua Pengarah Kadim Masjkur Anggota Andoyo Ahmad Fahmi Ketua Penyunting A.J.E. Toenlioe Wakil Ketua Djajusman Hadi Anggota Zulkarnain Yusuf Hanafi Evi Susanti Nuruddin Zanky Dila Umnia Soraya Sukamto Septa Katmawanti Ike Dwiastuti Redaktur Pelaksana Nida Anisatus Sholihah Editor Amalia Safitri Hidayati Layouter Fitrah Izul Falaq Desainer dan Ilustrator Krisnawa Adi Baskhara Reporter Arni Nur Laila Shintiya Yulia Frantika Maulani Firul Khotimah Arvendo Mahardika Amey Karimatul Fadhilah Fanisha Amelia Dessy Herawati Cintya Indah Sari Rosa Briliana Administrasi Taat Setyohadi Ifa Nursanti Rini Tri Rahayu Suhartono Ekowati Sudibyaningsih Agus Hartono Astutik Elok Kanthiasih Badrus Zaman Habibie Distributor Adi Santoso
Surat Pembaca
Naskah Cerpen yang Dimuat
Salam, Lintang Kirana Mahasiswa Fakultas Sastra Waalaikumsalam Wr. Wb. Dear Lintang, terima kasih atas tulisannya ke Komunikasi. Saat ini rubrik cerpen masih diisi oleh karya cerpen pemenang kompetisi penulisan majalah Komunikasi 2017 untuk beberapa edisi. Jika memungkinkan, karya dari non-pemenang masih bisa dimuat setelah karya pemenang terpublikasi semua.
Krisnawa Adi Baskhara
Assalamualaikum Wr. Wb. Halo, Majalah Komunikasi itu majalah yang keren, memberi kesempatan untuk penulis muda agar lebih mengekspresikan ide-idenya. Ada satu hal yang masih saya bingungkan. Mengenai kriteria cerpen untuk mampu tembus majalah Komunikasi itu seperti apa? Saya sudah kirim cerpen tapi kok belum pernah lolos dan dimuat ke majalah?
Mengantar bingkisan perubahan untuk dinamika yang lebih baik Cover Story
Repro Internet
Salam, Redaksi
Waktu akan membuatku lupa, tapi yang aku tulis akan membantu membuatku ingat Pidi Baiq
ilustrasi oleh : Krisnawa Adi Baskhara
Tahun 40 Januari-Februari 2018|
5
Laporan Utama
Graha Rektorat: Satu Atap Bikin UM Makin Mantap
dok. Komunikasi
D
i era yang serba dinamis seperti saat ini, sebuah organisasi, utamanya lembaga pemerintah dituntut untuk selalu meningkatkan kapasitas dan kapabilitas pelayanan kepada masyarakat agar tercapai setinggi-tingginya cita-cita yang telah digariskan pada visi lembaga. Dalam meningkatkan dimensi kualitas pelayanan publik tersebut, berbagai upaya telah dilakukan oleh lembaga-lembaga pemerintah. Salah satu kebijakan yang digulirkan dalam upaya meningkatkan pelayanan kepada masyarakat adalah dengan menyelenggarakan pelayanan terpadu satu atap. Lembaga pemerintah, termasuk Universitas Negeri Malang (UM), turut berbenah dalam menyelenggarakan pelayanan publik, baik di lingkup internal berupa pelayanan akademik dan nonakademik pada civitas academica UM maupun penyelenggaraan pelayanan di lingkup eksternal seperti kerja sama dan pengabdian pada masyarakat. Hal tersebut ditunjukkan dengan upaya penyatuan seluruh unit kerja UM agar berada pada satu gedung yang tersentralisasi. Sejak 2011, pembangunan Graha Rektorat UM sebagai implementasi dari wacana penyatuan tersebut mulai diinisiasi. Dilansir dari um.ac.id, pengerjaan bangunan megah berlantai sembilan tersebut terbagi menjadi lima tahap. Tahap pertama dimulai pada tahun 2011 dengan pengerjaan galian tanah, urugan, dan pemadatan pondasi. Tahap kedua dilaksanakan tahun 2013 yakni pengerjaan struktur rangka gedung. Kemudian, tahap ketiga pada tahun 2014 masih dengan pengerjaan struktur rangka gedung sekaligus pembangunan atap di lantai 3 dan lantai 9. Dilanjutkan dengan tahap keempat pada tahun 2015 yakni penyempurnaan arsitektur bangunan, instalasi, dan interior. Terakhir, pada tahap
PPID yang terletak di lantai 1 Graha Rektorat, menjadi wadah segar pelayanan UM pada Masyarakat
6 | Komunikasi Edisi 314
Laporan Utama
kelima di tahun 2017 pengerjaan meliputi finishing arsitektur, instalasi, interior, dan lanskap bangunan. Diresmikannya penggunaan Graha Rektorat UM pada puncak acara Dies Natalis ke-63 UM pada Rabu (18/10/2017) lalu menandai langkah serius UM untuk segera memacu diri dalam memperbaiki pelayanan di seluruh lini. Rektor UM, Prof. Dr. Ahmad Rofi’uddin, M.Pd., tidak memungkiri bahwa penyatuan seluruh unit dalam satu atap Graha Rektorat adalah merupakan upaya UM untuk meningkatkan efektivitas penyelenggaraan lembaga UM. “Dengan penyatuan atap (di Graha Rektorat, red.) ini menghasilkan banyak sekali penghematan energi, efisiensi, dan efektivitas kinerja,” tutur rektor saat ditemui di ruang kerjanya, Kamis (08/02). Sebab, tambah Rofi’uddin, seluruh unit yang berada di level universitas kini berada di dalam satu atap sehingga memudahkan koordinasi antarunit kerja. “Penyatuan seluruh unit tersebut, juga akan mempermudah (pimpinan UM, red.) melakukan berbagai program termasuk supervisi,” tukas guru besar Pengajaran Bahasa Indonesia tersebut. Sarat Makna Filosofis Bangunan yang terdiri atas dua gedung yang terhubung tersebut mengandung makna filosofis yang mendalam. Berdasarkan wawancara Komunikasi pada Agustus 2011 dengan Rektor UM saat itu, Prof. Dr. Suparno, M.Pd., Graha Rektorat dibangun dengan konsep The Learning University. Atap gedung menggunakan bentuk atap joglo yang memberikan kesan menyatu dengan bangunanbangunan di sekitarnya. Jumlah atap joglo ada tiga bagian yang merupakan filosofi sebagai Tridarma Perguruan Tinggi. Selain menggunakan atap joglo, gedung ini juga menggunakan bentuk kolom bulat yang memberikan kesan kokoh. Jika diperhatikan, dalam konsep rancang bangun Graha Rektorat terdapat dua gedung yang dihubungkan oleh satu pengait berupa sky bridge, tepat di tengah lantai 8. Ini merupakan representasi mandat ganda yang diemban UM. Mandat penyelenggaraan prodi kependidikan dan mandat penyelenggaraan prodi nonkependidikan merupakan dua bagian yang bersinergi melalui satu media penghubung, yakni UM. Oleh karena
Lantai 9 - Aula Lantai 8 - Rektor - Wakil Rektor I,II,III,IV Lantai 7 - Dewan Pengawas - Satuan Pengawasan Internal (SPI) - Pusat Pengembangan Laboratorium Pendidikan (P2LP) - Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) - Sekretariat Tim Reformasi Birokrasi - Pusat Pengkajian Pancasila (PPP) - Ikatan Alumni (IKA) Lantai 6 - Satuan Penjaminan Mutu (SPM) - Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) Lantai 5 - Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Pembelajaran (LP3) - Sekretariat Tim Percepatan Publikasi (TPP) Lantai 4 - Kepala Biro Umum dan Keuangan (BUK) - Bagian Kepegawaian BUK - Bagian Keuangan BUK - Lantai 3 -
ilustrasi oleh : Krisnawa Adi Baskhara
Unit Layanan dan Pengadaan Bagian Umum, Hukum dan Tata Laksana, dan Barang Milik Negara Biro Umum Keuangan (UHTBMN BUK),
- Direktur Hubungan Internasional (HI), - KORPRI, - Dharma wanita Lantai 2 - Biro Akademik, - Kemahasiswaan, - Perencanaan, Informasi, dan Kerjasama (BAKPIK) Lantai 1 - Unit Layanan Terpadu (ULT) - Bagian Kerjasama dan Humas, - Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID)
itu, UM diharapkan senantiasa dapat menyelaraskan keduanya dalam satu jalur demi meraih tujuan bersama. Selain itu, pengait di tengah tersebut juga berperan sebagai pemangku yang akan menentukan arah keberhasilan lembaga itu sendiri. Graha Rektorat menghadap ke arah timur, membelakangi Gunung Putri (sendhen gunung), menggambarkan sebuah kekokohan, keteguhan, dan kesiapan seluruh civitas academica UM dalam menyelenggarakan pelayanan prima kepada segenap lapisan masyarakat. Di dekat pintu masuk utama di sisi timur gedung terdapat dua tangga yang saling menyilang arahnya. Hal itu
menggambarkan terjadinya interelasi antarkomponen internal UM dalam bekerja, selain juga menggambarkan hubungan yang harmonis dan selaras antarbagian dalam mewujudkan visi UM sebagai perguruan tinggi yang unggul dan menjadi rujukan. Pembagian Tiap Lantai Berdasarkan penelusuran Komunikasi, unit kerja yang ‘hijrah’ ke Graha Rektorat meliputi seluruh unit yang berada di kompleks Gedung A, seluruh Unit Pelaksana Teknis (UPT) kecuali UPT Perpustakaan dan UPT Pusat Teknologi Informasi dan
Tahun 40 Januari-Februari 2018|
7
Laporan Utama
dok. Komunikasi
Masih Perlu Disempurnakan, Ramah Difabel
Pelayanan semakin nyaman di Graha Rektorat baru
Komunikasi. Tidak ketinggalan, kedua lembaga yakni Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Pembelajaran (LP3) serta Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M) juga turut ‘boyongan’ ke Graha Rektorat baru. Di lantai satu terdapat Unit Layanan Terpadu (ULT), Bagian Kerjasama dan Humas, serta Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID), serta dua buah aula. Selain itu, mahasiswa dapat mengurus segala keperluan akademik dan kemahasiswaan di lantai dua, karena di sana terdapat bagian akademik, bagian kemahasiswaan, serta bagian perencanaan dan informasi yang semuanya dinaungi Biro Akademik, Kemahasiswaan, Perencanaan, Informasi, dan Kerjasama (BAKPIK). Gedung Lama untuk Apa? Pemindahan besar-besaran dari gedung lama (kompleks Gedung A dan beberapa gedung lain) ke Graha Rektorat, tentu menimbulkan pertanyaan: Untuk apakah selanjutnya gedung-gedung tersebut? Rektor punya jawabannya. “Ke depan, semua gedung tersebut akan dioptimalkan untuk kegiatan-kegiatan akademik, bisa perkuliahan, praktikum, maupun administrasi,” ujarnya. Saat ini, tambah rektor, UM sedang menuju pola sentralistik dalam hal pengelolaan aset. “Sentralistik bermakna satu fasilitas bisa dipakai semua, tidak hanya fakultas tertentu atau unit tertentu, sehingga ketika ditanya gedunggedung tadi untuk siapa, (jawabannya, red.)
8 | Komunikasi Edisi 314
ya untuk siapa saja,” sambung pria kelahiran Jombang tersebut. Namun, dalam menetapkan siapa pengguna gedung tersebut, pihaknya memiliki ukuran tersendiri. “Nah, sekarang kita lihat, seberapa banyak dan apa saja kebutuhannya,” ujar Rofi’uddin. Dari rincian kebutuhan masing-masing unit/fakultas, baru pihaknya bisa memetakan pembagian penggunaan gedung tersebut. “Jadi tidak ada (plotting, red.), oh gedung ini milik unit itu, oh gedung yang itu milik fakultas tertentu, tidak ada,” tambahnya menegaskan. Pemakaian gedung berdasarkan kebutuhan suatu unit/fakultas tersebut, bukan berarti gedung yang dipakai menjadi milik unit/fakultas yang bersangkutan. “Seluruh aset yang ada di UM ini milik universitas, mungkin ketika tahun berikutnya ada perubahan, ya gedung tersebut bisa dipakai yang lain,” tukas rektor. “Prinsipnya tidak boleh ada fasilitas yang tidak termanfaatkan,” tambah dosen Sastra Indonesia tersebut. Ketika Komunikasi memfokuskan pertanyaan bahwa gedunggedung tersebut akan menjadi Gedung Kuliah Bersama (GKB), rektor mengiyakan. “Selain juga kita akan menindaklanjuti gedung di sebelah ini, ada dua GKB baru hibah IDB (Islamic Development Bank, red.) dan gedung sebelahnya. Meskipun nanti gedung tersebut berlabel PPG (Pendidikan Profesi Guru, red.), bukan berarti yang tidak PPG tidak bisa memanfaatkan gedung tersebut,” urai dosen yang mengenyam seluruh pendidikan tingginya di IKIP Malang/UM ini.
Lebih
Merawat gedung sebesar Graha Rektorat memang bukan pekerjaan mudah. Hal tersebut tak ditampik oleh rektor. Terlebih, masih ada beberapa bagian yang perlu ditingkatkan fungsi dan estetikanya. “Tentu masih ada beberapa perbaikan untuk di basemen, akan kita perbaiki dan optimalkan, selain itu juga taman akan terus kita sempurnakan sambil berjalan,” terangnya. Seluruh civitas academica UM memiliki kebangaan tersendiri dengan adanya Gedung Graha Rektorat yang merupakan simbol kebesaran UM ini, namun bukan hanya kebanggaan yang dirasakan melainkan setiap mahasiswa juga memiliki harapan-harapan bagi gedung yang megah ini. Salah satunya Harniko Dwi Alfinza, mahasiswa S-1 Pendidikan Luar Biasa yang mengaku bahwa ia sangat senang dengan dibangunnya Gedung Graha Rektorat. “Gedung Graha Rektorat baru ini benar-benar mempermudah saya.” Hal tersebut dimaksudkan karena di Gedung Graha Rektorat yang baru telah memiliki bidang miring bagi pengguna kursi roda yang berbeda daripada bidang miring di beberapa gedung yang telah memiliki akses ramah difabel ini. Niko yang harus menggunakan kursi roda mengaku bahwa ia bisa mandiri dengan adanya fasilitas yang terdapat di Gedung Graha Rektorat baru, pasalnya ia dapat mengurus segala kebutuhan akademik sendirian tanpa perlu ditemani oleh teman-temannya. Hal tersebut berbeda dengan Gedung Rektorat lama yang belum cukup memfasilitasi mahasiswa berkebutuhan khusus, sehingga mahasiswa yang memerlukan fasilitas khusus tersebut harus ditemani oleh beberapa teman dan membutuhkan tenaga lebih untuk mengurus segala keperluan yang berhubungan dengan akademik. Berdasarkan pengalaman Niko, ia sempat harus dibopong oleh beberapa temannya menuju Gedung A3 lantai 3, namun di Gedung Graha Rektorat baru ini ia dengan mudah mengurus segala keperluan akademiknya secara mandiri. Gedung Graha Rektorat baru ini mudah diakses, namun perlu ditambahkan papan brailed dan juga guiding block bagi penyandang tunanetra, harap mahasiswa asal Pasuruan ini.Arvendo/Fanisha
Guru Budi Tetap Abadi
K
kepada keluarga guru Budi. Dari Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Sastra (BEM FS) telah ada perwakilan yang datang ke Madura. Dalam peringatan ini akan ada pernyataan sikap deklarasi dari BEM FS dan doa bersama yang akan dipimpin oleh Dr. H. Moh. Khusyairi, M.Pd. dan pembacaan puisi oleh M. Leo Zaini, S.S. M.Pd.,” tutur Dr. H. Kholisin, M.Hum. selaku Wakil Dekan III FS. Pembacaan puisi yang berjudul Obituari Guru Budi karya Prof. Dr. Djoko Saryono, M.Pd. oleh M. Leo Zaini menjadi cerminan untuk kita semua betapa adab sangat penting ketika mencari ilmu. “Saya yang mengunggah melalui artikel yang berjudul Pak Budi Memilih Jadi Guru dan Khusnul Khotimah. Di dalam artikel tersebut terdapat puisi karya Prof. Djoko. Saya menulis mengenai pilihan guru Budi menjadi guru yang berperang menghadapi musuh, akhirnya Pak Budi mati syahid tetapi beliau akan tetap abadi. Kita krisis keteladanan. Murid tidak dibekali adab saat menuntut ilmu,” ujar M. Leo Zaini selaku pembaca puisi. Puisi Obituari Guru Budi yang diiringi biola menambah khidmat acara ini yang bertepatan dengan tujuh hari kepergian beliau. Guru Budi dikenal sebagai mahasiswa yang pandai bermain biola. Sayang, biolanya terpaksa harus dijual karena keterbatasan biaya saat penyusunan skripsi. Guru Budi memiliki keinginan untuk memiliki biola itu kembali, tetapi biola kesayangan guru Budi gagal dimiliki lagi, karena nyawa guru Budi yang terlebih dahulu melayang. “Sebenarnya waktu beliau mau skripsi ada kendala keterbatasan biaya, sehingga beliau menjual biolanya. Kebetulan yang membeli biola teman saya yang di Jakarta. Membeli biola dengan transaksi seandainya guru Budi punya uang biola tersebut akan ditebus lagi,” tambah M. Leo Zaini. Amey
dok. Komunikasi
amis (08/02) Universitas Negeri Malang (UM) menggelar peringatan dan doa bersama untuk almarhum guru Budi. Kepergian Ahmad Budi Cahyanto, S.Pd. yang merupakan alumni UM Fakultas Sastra, Pendidikan Seni Rupa angkatan 2009 dan lulus tahun 2014 ini telah meninggalkan luka yang mendalam bagi dunia pendidikan Indonesia. Berdasarkan hal tersebut, UM menggelar doa bersama. “UM mengungkapkan rasa duka yang mendalam seiring doa semoga almarhum mendapat tempat yang baik dan ilmu yang terus mengalir dan bermanfaat. UM mengutuk keras peristiwa menurunnya penghormatan terhadap pendidikan. UM menggelar aksi peringatan dan doa bersama agar guru Budi tetap abadi di dunia pendidikan Indonesia,” tutur Dr. Syamsul Hadi, M.Pd., M.Ed., Wakil Rektor III. Meninggalnya guru Budi menyisakan keprihatinan mendalam. Khususnya di lingkungan pendidikan. Indonesia yang menjunjung budaya sopan santun antara murid kepada guru, kini tercoreng akibat peristiwa tersebut. “Mudah-mudahan ini bukan fenomena gunung es. Apakah sudah sebegitu jauh seorang murid kehilangan hormatnya kepada guru? Apakah sudah sebegitu jauh anak-anak tidak menyadari pentingnya menghormati ilmu pengetahuan? Pentingnya menghormati orangtua, pentingnya menghormati guru,” tambah Wakil Rektor III tersebut. Ia lantas mengusulkan dibentuknya peraturan mengenai perlindungan, bukan sekadar perlindungan fisik, tetapi juga profesi. Lantunan zikir memenuhi seisi Gedung Sasana Budaya. Setiap mahasiswa yang hadir tertunduk, khusyuk memanjatkan doa kepada guru Budi. Setidaknya 75 mahasiswa dari setiap fakultas hadir dalam peringatan ini. “Terdapat lebih dari 300 mahasiswa yang hadir dalam aksi peringatan ini, terdapat juga penggalangan dana peduli guru Budi yang akan diserahkan
repro internet
Up ToUp Date To Date
Pembacaan puisi oleh M. Leo Zaini, Dosen Sastra Indonesia
Tahun 40 Januari-Februari 2018|
9
Opini
ilustrasi oleh : Krisnawa Adi Baskhara
Hoax sebagai Ancaman Kebhinekaan di Era Kekinian oleh Ade Setyawan Pratama
i era globalisasi, perkembangan teknologi begitu pesat dan banyak mempengaruhi pola hidup berbangsa dan bernegara. Globalisasi pada hakikatnya telah membawa nuansa budaya dan nilai yang mempengaruhi selera dan gaya hidup masyarakat. Melalui media yang kian terbuka dan terjangkau, masyarakat dapat mengirim atau menerima berbagai informasi dari dan ke seluruh penjuru dunia. Hingga saat ini pengguna internet di Indonesia mencapai 63 juta orang, dengan sekitar 95% di antaranya untuk mengakses jejaring sosial. Selain Youtube dan Vlog, media sosial yang sangat populer di Indonesia adalah Facebook dengan total 65 juta pengguna, Twitter dengan 19,5 juta pengguna, Line dengan 10 juta orang, serta WhatsApp yang jumlah pengguna aktifnya di dunia sudah mencapai satu milyar orang. Lantas bagaimana bagi negara berkembang seperti Indonesia menyikapi fenomena transformasi media
D
10 | Komunikasi Edisi 314
Opini terhadap perilaku masyarakat dan budaya? Bukankah globalisasi dengan segala nilai yang dibawanya melalui internet sedikit banyak akan berdampak pada kehidupan masyarakat? Ya. Beragam penggunaan media sosial yang semakin meningkat pesat tersebut berdampak positif sekaligus negatif, ibarat dua sisi mata uang, bagi interaksi kehidupan sosial budaya masyarakat di era globalisasi ini. Secara positif, komunikasi dan interaksi antar-individu menjadi semakin mudah, efektif, dan cepat. Namun sisi negatif lain mengemuka. Kemajuan teknologi komunikasi informasi telah memunculkan fenomena hoax, yaitu ketidakakuratan berita, data, dan fakta bahkan beredarnya ujaran kebencian. Kesengajaan penyebaran kabar hoax bahkan digunakan untuk keuntungan dan kepentingan kelompok tertentu, mengadu domba antar-umat beragama, memecah-belah kesatuan bangsa, serta mengancam keutuhan NKRI. Hoax Hoax adalah mengelabui agar orang percaya atau menerima sesuatu kebohongan. Kebohongan yang seringkali bertentangan dengan fakta atau akal sehat. Mengutip Wikipedia, pertama kali hoax tercatat dalam sejarah adalah pada tahun 1661. Di Indonesia dengan kemajuan teknologi informasi, hoax juga menjadi pesoalan yang membutuhkan perhatian serius. Berdasarkan catatan hasil survei tentang wabah hoax secara nasional pada tahun 2017 oleh mastel.id menunjukkan bahwa jenis kabar hoax yang diterima oleh responden survei adalah terkait Suku, Agama, Ras, dan Antar-golongan (SARA) sebesar 88,60%. Begitu pula dengan saluran penyebaran berita hoax tertinggi disalurkan melalui media sosial sebesar 92,40%. Padahal secara konstitusi, pemanfaatan teknologi informasi telah diatur sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 4 UU RI No.11 tahun 2008 mengenai Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE), pemanfaatan teknologi informasi dan transaksi elektronik dilaksanakan dengan tujuan: mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai bagian dari masyarakat informasi dunia; mengembangkan perdagangan dan perekonomian nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat; meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan publik; membuka kesempatan
seluas-luasnya kepada setiap orang untuk memajukan pemikiran dan kemampuan di bidang penggunaan dan pemanfaatan Teknologi Informasi seoptimal mungkin dan bertanggung jawab; dan memberikan rasa aman, keadilan, dan kepastian hukum bagi pengguna dan penyelenggara teknologi. Kelima tujuan mulia ini hanya bisa dicapai jika seseorang melek terhadap informasi. Berkaitan dengan strategi melawan hoax, terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan. Pertama, menjelaskan hoax melalui media sosial. Banyak berita hoax disebarkan melalui media sosial sehingga perlu dilawan dengan cara yang sama, seperti memberikan penjelasan melalui komentar jika menemukan berita hoax. Dapat pula dilakukan dengan membuat status untuk menjelaskan informasi hoax tersebut. Kedua, aktif melaporkan penyebar berita hoax kepada aparat atau juga dapat melapor pada situs melawan hoax yang dibuat pemerintah, yaitu trustpositif.kominfo.go.id atau melalui email Kementerian Komunikasi dan Informasi aduankonten@mail.kominfo.go.id sehingga dapat dilakukan pencegahan sejak dini. Pelapor perlu menunjukkan foto, screenshoot, atau bukti lain sehingga aparat tidak ragu-ragu melakukan penindakan. Ketiga, aktif melaporkan konten hoax kepada server atau owner media sosial dan media mainstream. Berdasarkan laporan itu, pihak yang server tentu akan bertindak, seperti memberikan teguran dan bahkan memblokir akun tersebut. Literasi Media Cara lain yang dapat dilakukan guna mencegah maraknya informasi hoax adalah melalui literasi media. Penelitian Wiratmo (2011) memotret pengalaman gerakan literasi media yang yang dilakukan Lembaga Studi Pers dan Informasi (LESPI) Semarang terhadap beberapa komunitas. Mengandalkan posisi strategis komunitas sebagai ujung tombak penyebarluasan isu literasi media, Wiratmo menggunakan definisi literasi media oleh Sonia Livingstone (2004), yaitu kemampuan untuk mengakses, menganalisis, mengevaluasi, dan membuat pesan dalam berbagai konteks. Literasi media melingkupi kecakapan dalam berinteraksi dengan media internet, HP, dan game. Paling tidak ada lima fokus dalam literasi media, yaitu peningkatan kecakapan individu dalam menggunakan
media, pemahaman yang baik atas realita yang sesungguhnya, literasi media sebagai sebuah upaya pembelajaran yang merujuk pada cara informasi dikemas, literasi media berfokus pada pemahaman kritis atas apa yang disampaikan oleh media, literasi media pada level makro untuk pemberdayaan masyarakat. Urgensi literasi media di era kekinian disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu pengguna media sosial membutuhkan ketrampilan berpikir kritis, mengekspresikan diri dan berpartisipasi dalam media sosial, konsumsi media sosial memerlukan panduan aman dalam menyikapinya, dan media sosial akan mempengaruhi cara kita mempersepsi sesuatu. Secara mendasar terdapat beberapa strategi kegiatan literasi media. Pertama, mewujudkan kerjasama kelembagaan untuk bersama menjalankan literasi media yang bisa mendorong pengguna media sosial berpastisipasi aktif dan berpikir kritis. Kedua, adanya kemauan dan kesiapan atau koordinasi yang baik antarlembaga-lembaga yang bergerak dalam literasi media. Kegiatan literasi media seharusnya menjadikan individu pengguna media sosial memiliki nilai-nilai tertentu sehingga dapat membedakan mana kabar/konten yang dipandang baik dan buruk. Banyaknya berita bohong yang bermunculan ini sekali lagi harus menjadi perhatian serius yang dihadapi bangsa ini. Hoax harus dilawan agar dampak negatifnya dapat diminimalisasi. Semua pihak harus aktif berperang melawan derasnya informasi hoax. Jika bukan generasi muda sebagai agen perubahan negeri ini yang menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai dampak dari maraknya kabar hoax dan ujaran kebencian, lalu siapa lagi? Menjaga keutuhan NKRI bukan hanya tugas TNI atau Polri saja, tapi semua warga negara Indonesia. Jika di lingkungan keluarga, RT/ RW, dan komunitas kita sudah berusaha melawan hoax, maka dengan sendirinya akan memperkuat keutuhan bangsa dalam merawat kebhinekaan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu meridai segala usaha dan membimbing kita semua. Jayalah Indonesiaku! Penulis adalah mahasiswa S-1 Jurusan Ekonomi Pembangunan dan Harapan I Opini Kompetisi Penulisan Rubrik Majalah Komunikasi 2017
Tahun 40 Januari-Februari 2018|
11
Seputar Up To Date Kampus
Blaudzun Guncang Sasana Budaya: Sekaligus Ajang Silaturahmi Budaya
P
menikmati energiknya alunan musik mereka. Atas pencapaian luar biasa itulah, Johannes Sigmond dkk. panen penghargaan, seperti Best Album of the Year 2012 pada Dutch Public Broadcasting Award, Best Male Artist di Dutch Edison Awards, serta penghargaan berupa Best Alternative Act dari 3FM, Radio Nasional Belanda. Dalam konser yang berlangsung sekitar empat jam tersebut, Blaudzun menyuguhkan lagu-lagu andalan mereka seperti Elephants, Euphoria, Promises of No Man’s Land, dan Flame on My Head. Di tengah konser, grup musik asal Yogyakarta, Kroncongan Agawe Santosa, hadir memberikan iringan musik keroncong. Energi musik keroncong yang diembuskan pada lagu Midnight Room nampaknya malah semakin ‘membakar’ suasana Sasana Budaya. Akulturasi kedua musik yang dihasilkan membuat penonton semakin asyik berjoget. Hingga pada puncaknya, Blaudzun melantunkan single terbaru mereka, Hey Now, yang membuat sorak sorai penonton semakin berada pada klimaksnya. Telusuri Jejak Nenek Moyang Pada turnya ke Indonesia ini, Blaudzun tak ingin sekadar memperkenalkan musiknya kepada publik di Indonesia. Blaudzun juga membawa ‘misi’ lain, yaitu mengenal lebih jauh tempat asal moyang sang vokalis,
dok. Panitia
enyanyi dan pencipta lagu asal Belanda, Johannes Sigmond, bersama grup musiknya, Blaudzun, menggiring ratusan penonton yang memadati Sasana Budaya Universitas Negeri Malang (UM) pada Jumat (02/02) untuk berjingkrak bersama sepanjang malam. Sebabnya, malam itu Blaudzun menyajikan konser yang bertajuk “Blaudzun & Kerontjong Culture Exchanges Concert” yang merupakan bagian dari lawatan mereka ke Indonesia mulai Sabtu (27/01) lalu. Konser tersebut terselenggara atas kerja sama Yayasan Caraka Mulia, Erasmus Huis, dan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UM. Kota Malang merupakan tujuan akhir mereka setelah melakoni tur di tiga kota besar lainnya, yakni Jakarta, Yogyakarta, dan Solo. Di Belanda dan Eropa, Blaudzun yang memulai bermusik sejak 2008 dikenal sebagai musisi yang mengusung musik beraliran pop-rock alternatif. Blaudzun yang awalnya tampil seorang diri, kini diperkuat oleh lima orang pengiring, yakni Jakob Sigmond (gitar), Tom Swart (harmonika dan kibor), Frank Timmerman (bas), Simon Levi (drum), dan Linda van Leeuwen (perkusi). Indonesia merupakan satu dari beberapa negara yang pernah disinggahi Blaudzun. Sebut saja Amerika Serikat, Islandia, Jerman, Argentina, dan Meksiko, sudah pernah
Penampilan Blaudzun berlangsung meriah
12 | Komunikasi Edisi 314
Johannes Sigmond, hingga mencoba menelusuri kembali ke akarnya. Johannes yang lahir di Arnhem, Belanda, memiliki latar belakang blasteran Belanda-Indonesia. Kakeknya yang lahir di Probolinggo adalah orang Indonesia, sedangkan neneknya yang ‘setengah’ Indonesia lahir di Solo. Kakek dan neneknya sama-sama tinggal dan bersekolah di Malang. Rumah bekas tempat tinggal neneknya pun hingga kini masih tegak berdiri di Lawang, Malang. “Di Belanda, orangtuaku memainkan musik keroncong dan aku mendengarkan. Keroncong telah menjadi musik masa kecilku,” urai Johannes. Memang, lanjutnya, keroncong sangat berbeda jika dibandingkan dengan musiknya saat ini yang berada di ranah pop alternatif dan sedikit rock. “Tapi, menurutku keroncong yang banyak di dalamnya permainanpermainan dasar gitar itu terdengar seperti musik pop juga dengan versi yang lebih tua,” papar musisi berusia 44 tahun tersebut. Ketika duet dengan grup keroncong, tak dipungkiri komunikasi menjadi kendala. Namun, saat mereka tampil bersama di panggung, semuanya berjalan baik. “Kami berkomunikasi melalui musik. Musik adalah bahasa,” kata Johannes. Berada di Indonesia dan memainkan keroncong sungguh sangat berarti baginya. Salah satu personel, Tom Swart, juga mengungkapkan ekspresinya terhadap penonton yang bersemangat malam itu. “Saya sangat puas dengan apa yang disuguhkan balik oleh penonton malam ini, sangat berkesan bagi saya,” ujar keyboardist yang nyambi akordionis ini. Selain penontonnya, Bumi Arema juga meninggalkan kesan yang mendalam bagi Tom. “Malang memberikan pengalaman yang menakjubkan bagi saya, atmosfernya sungguh enak,” tutup pria yang juga memiliki kemampuan sebagai arranger ini.Arvendo
Seputar Kampus
dok. Panitia
Semarak HUT KSR: Kini dan Nanti
Penyerahan hadiah untuk para pemenang lomba HUT KSR
D
alam rangka menyambut Hari Ulang Tahun (HUT) Korps Sukarelawan (KSR), Korps Sukarelawan UM mengadakan berbagai kegiatan yang diawali dengan bakti sosial ke Panti Asuhan Yashibu (20/01). Tim tersebut sengaja bakti sosial ke Panti Asuhan Yashibu karena panti ini baru saja berdiri dan masih membutuhkan banyak bantuan dari orang-orang di sekitarnya. Korps Sukarelawan bekerja sama dengan website kitabisa.com untuk pengumpulan dana bakti sosial. Dana yang terkumpul dalam bakti sosial ini sejumlah Rp2 juta yang akan disalurkan ke Panti Asuhan Yashibu. Dalam acara bakti sosial ini, KSR UM membagikan lebih kurang tiga puluh kardus bantuan yang berupa baju, sembako, peralatan mandi, dan lain sebagainya. Esoknya (21/01), kegiatan dilanjutkan dengan berbagai lomba yang diiikuti oleh beberapa Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Lomba yang menarik diantaranya adalah voli buta yang dilaksanakan di depan Gedung A1. Dengan net yang ditutup menggunakan banner dan bola yang terbuat dari balon berisi air, serta servis menggunakan sarung, lomba ini berhasil membuat suasana meriah. Sorak sorai dan jerit tawa peserta menyelimuti keseruan pertandingan voli buta ini. Ditambah pula dengan adanya tim suporter yang mampu membakar semangat para peserta untuk memperebutkan juara I pada pertandingan voli buta. Acara perlombaan yang dilaksanakan sejak pukul 08.00 WIB ini diikuti oleh sembilan UKM. Dengan adanya lomba ini, KSR berharap dapat mengakrabkan hubungan antar-UKM. Dilanjut dengan lomba keep moving, di sini para peserta lomba dari berbagai UKM harus membawa satu tim. Satu tim diiisi oleh lima orang yang terdiri atas satu orang pemandu dan empat orang yang harus berjalan estafet dengan mata tertutup, sedangkan pemandu terus memandu jalannya peserta untuk dapat meniup
balon tanpa alat dan harus sampai meletus. Kemudian sang pemandu memberikan slayer kepada timnya dan salah satu peserta dari tim langsung berjalan dengan mata yang ditutup juga untuk melanjutkan tantangan kedua, yaitu memasukkan paku. Lalu lanjut ke tantangan ketiga yakni topi disko serta membawa kelereng sampai finish. Acara puncak dari dies natalis Korps Sukarelawan kali ini dilaksanakan pada Kamis (25/01) di Gedung Sasana Krida Universitas Negeri Malang. Dengan mengangkat tema “For Nothing to Something�, KSR berharap agar menjadi lebih baik dari sebelumnya. Dengan tema tersebut, KSR ingin mengulas kembali perjalanan Korps Sukarelawan mulai zaman dahulu hingga saat ini. Dalam acara puncak tersebut, turut pula diadakan pameran kostum zaman dahulu hingga zaman sekarang dalam bentuk pajangan. Tak hanya itu, ada museum kecil dalam ruangan sebagai pameran yang menceritakan perjuangan Korps Sukarelawan mulai zaman dahulu hingga sekarang. Tentunya dengan diiringi panggung hiburan untuk para tamu undangan. Acara ini merupakan program kerja pengurus KSR yang baru. "Saya berharap ke depannya KSR lebih baik. Program kerja yang kurang baik akan terus dievaluasi agar program kerja tersebut dapat terlaksana dengan baik. Korps sukarelawan semakin berjaya," ujar Diah Lestari, mahasiswi Hukum dan Kewarganegaraan (HKn), Fakultas Ilmu Sosial (FIS). “Dengan mengangkat tema ini saya berharap kepada rekanrekan Korps Sukarelawan khususnya mahasiswa dan masyarakat umum agar dapat mengetahui perjuangan Korps Sukarelawan di masa lalu hingga saat ini. Dengan adanya pedoman dari masa lalu, semoga menjadi patokan khusus agar KSR mampu mengibarkan benderanya jauh lebih tinggi lagi dari yang sebelumnya� ujar Yunita Afsari, Pengurus Bidang Pengabdian Korps Sukarelawan UM.Cintya Tahun 40 Januari-Februari 2018|
13
dok. Komunikasi
Seputar Kampus
Warung Kopma dipadati oleh mahasiswa UM
Warung Kopma, Bukti Kerja Nyata Anggota Kopma
K
operasi Mahasiswa Universitas Negeri Malang (Kopma UM) merupakan badan usaha beranggotakan mahasiswa UM yang kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi atas azas kekeluargaan. Pada hari Minggu kemarin (21/01), Kopma UM telah me-launching satu usaha lagi, yaitu Warung Kopma. Dalam acara ini, panitia juga mengundang beberapa anak yatim piatu di sekitar kawasan UM untuk berbagi. Hal ini selaras dengan fungsi umum dari koperasi, yaitu menyejahterakan anggota dan masyarakat. Acara tersebut juga diisi oleh Unit Kegiatan Mahasiswa Badan Dakwah Masjid (UKM BDM) dengan kegiatan ceramah. Ide pertama dibuatnya warung tersebut baru tercetus dalam kepengurusan sekarang ini. Kepengurusan sekarang ini yang bernama Kabinet Koperasi Muda mengusung jargon muda, beda, karya nyata. Selama ini, karya nyata Kopma tersalurkan dalam usaha minimarket, tempat fotokopi, dan tempat print saja. Saat ini, Kopma UM sedang mencari anggota yang benar–benar memiliki usaha yang skalanya lebih besar. Sebelum menemukan ide mengenai Warung Kopma tersebut, awalnya Kopma UM hanya ingin membuka mini outlet.
14 | Komunikasi Edisi 314
Belum sempat terlaksana, ada anggota yang ingin mengembangkan usaha kulinernya karena sebelumnya dia pernah ada pengalaman bekerja di warung lalapan. Berdasarkan ilmu yang telah diperolehnya, dia menawarkan kepada seluruh pengurus Kopma UM untuk membuka warung dan akhirnya pengurus Kopma UM membuatkan fasilitas tempat untuk mengembangkan usahanya tersebut. ”Jadi ini memang untuk fasilitas anggota Kopma. Dari yang menempati, yang mengelola, yang memasak, dan yang jaga warung semua itu adalah anggota Kopma,” jelas Rani Dwi Sartikasari, Ketua Umum Kopma UM. Pengelola Warung Kopma ini adalah anggota Kopma UM angkatan 2014 yang bekerja secara part time. Part time dipilih karena mereka masih disibukkan oleh kegiatan perkuliahan. Dari perancangan ide hingga dibukanya warung tersebut memakan waktu lebih kurang tiga bulan sebelum Rapat Anggota Tahunan (RAT) kepengurusan 2017, karena pada RAT-lah pengurus mulai bertemu dengan anggota lain dan membahas tentang konsep awal dan permodalan Warung Kopma. Warung Kopma melakukan grand opening pertama bersamaan dengan awal masuk perkuliahan (22/01). Dalam grand opening
ini, Warung Kopma membuka promo sebanyak tiga ratus porsi makan gratis yang diadakan selama empat hari. Promo ini dilakukan untuk menarik mahasiswa terkait adanya Warung Kopma tersebut. “Alhamdulillah, dalam promo ini teman–teman mahasiswa sudah banyak yang kenal dengan Warung Kopma dan ini sangat sesuai dengan ekspetasi kita walaupun mungkin (konsumen, red.) masih (berasal dari, red.) daerah yang dekat dengan warung, seperti Fakultas Ilmu Sosial, Fakultas Psikologi, dan Fakultas Teknik. Untuk ke depannya, Kopma akan memanfaatkan anggota yang ada untuk mempromosikan ke teman–temannya,” tambah Ketua Umum Kopma yang berasal dari Fakultas Ekonomi tersebut. Warung Kopma ini rencananya dibuka setiap hari Senin–Minggu dari pagi hingga pukul 21.00 WIB. Melihat kawasan kampus yang masih ramai oleh mahasiswa yang mengerjakan tugas serta UKM lain yang sedang melakukan kegiatan, akhirnya anggota Kopma berinisiatif untuk membuka warungnya sampai malam. ”Semoga semua unit usaha yang ada di Kopma tambah ramai, apalagi warung yang dibuka sampai malam tersebut sangat berpengaruh terhadap perdapatan kita,“ harap Rani.Dessy
Seputar Kampus
Pilmapres Jalan Gapai Asa dan Mimpi mahasiswa lain dan memberikan kemudahan bagi mahasiswa yang menjadi peserta roadshow. Hal ini pun dituturkan oleh Syahroni Al Khadzir, mahasiswa Geografi, yang sudah dua kali ini mengikuti ajang Pilmapres. Proses yang sulit dan panjang berhasil ia tempuh hingga sampai di posisi sekarang. “Roadshow Mawapres di FIS itu puncaknya. Sangat motivatif banget ketika semua pemenang mawapres datang untuk melihat kondisi juniorjuniornya bahkan saat di luar roadshow saya juga masih diberikan motivasimotivasi lagi untuk mengejar prestasi agar tidak ketinggalan dengan yang lain.� Belajar dan belajar serta meningkatkan kemapuan berbahasa Inggris menjadi kegiatan yang saat ini tengah ditekuninya. Dengan adanya Roadshow Mawapres ini mampu memberikan suntikan semangat dan motivasi bagi mahasiswa lain dengan tujuan yang sama, sehingga mahasiswa mampu terdorong untuk mengasah kemampuannya dan menghasilkan suatu karya.Rosa
dok. Panitia
dok. Panitia
dok. Panitia
penjelasan mengenai Pemilihan Mahasiswa Berprestasi, persyaratan, tips and trick, hingga keuntungan nantinya yang akan didapatkan ketika menjadi mahasiswa berprestasi. Pada wawancara sebelumnya bersama Tsania Nur Diyana, Mawapres 1 UM, Roadshow Mawapres ini bertujuan untuk menyosialisakan mengenai pemilihan Mahasiswa Berprestasi dan memberi motivasi pada mahasiswa yang memiliki mimpi yang sama untuk mampu mengembangkan kemampuannya menjadi lebih baik lagi. Kegiatan ini pun juga dirasakan dampak positifnya oleh banyak fakultas. Tak terkecuali Fakultas Ilmu Sosial (FIS). Sudah ada sekitar empat belas mahasiswa yang terdaftar dari semua jurusan yang ada. Menurut Mulyawati, Staf Subbag Kemahasiswaan FIS, kemampuan berbahasa Inggris sekarang ini tengah dikejar. Ia juga berharap supaya mahasiswa FIS mampu lolos ke tingkat universitas. Dengan adanya Roadshow Mawapres, pengalaman yang dibagikan oleh Mahasiswa Berprestasi tersebut mampu memotivasi
dok. Panitia
P
uncak perhelatan Pemilihan Mahasiswa Berprestasi (Pilmapres) nasional yang mengangkat tema “Sustainable Development Goals� ini akan dilaksanakan pada 5 sampai 19 April 2018. Seperti perhelatan di tahun sebelumnya, Pilmapres terdiri atas kategori sarjana dan diploma dengan pedoman yang sudah ditentukan. Tak heran apabila perguruan tinggi di seluruh Indonesia bergerak cepat dalam memilih hingga membimbing para mahawasiswanya untuk mampu menjadi nomor satu. Namun bukan hanya menjadi nomor satu saja, melainkan harus mampu berinovasi dalam memberikan kontribusi terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara untuk Indonesia yang lebih baik. Universitas Negeri Malang (UM) menjadi salah satu perguruan tinggi yang ikut serta dalam hiruk pikuk Pilmapres Nasional 2018. Tidak hanya sampai di situ, untuk mengirimkan perwakilannya, UM sudah mewujudkan satu persatu upaya dalam perhelatan ini. Krikil- krikil kecil datang tanpa henti, namun usaha akan terus ditekuni, kalimat penyemangat tersebut memecut mahasiswa UM untuk memberikan kemampuan terbaiknya dalam Pilmapres Nasional 2018. Upaya dilakukan hingga publikasi berskala luas agar mahasiswa mengetahui mengenai Pilmapres. Publikasi dilakukan sekaligus untuk menambah minat mahasiswa agar ikut berpartisipasi dalam acara bergengsi ini. Upaya lain yang tidak kalah penting, yaitu Roadshow Mawapres. Digalang oleh para Mahasiswa Berprestasi di sela-sela kesibukan kegiatan perkuliahan mereka. Kegiatan yang sudah dilaksanakan beberapa kali ini belum begitu diketahui oleh mahasiswa UM, namun di tahun 2017 roadshow ini mulai ditingkatkan dari segi publikasi hingga mampu menarik minat mahasiswa yang ingin datang. Mulai dari
Rangkaian acara roadshow
Tahun 40 Januari-Februari 2018|
15
Seputar Kampus
Apresiasi UM terhadap Mahasiswa Berprestasi dan Pembimbing
S
pada bulan Desember, namun ada pindahan ke Graha Rektorat jadi bisa terealisasi sekarang,” pungkas Taat Setyohadi. Pembukaan pendaftaran penerima penghargaan Mahasiswa Berprestasi dibuka mulai awal November 2017. Ada beberapa persyaratan yang harus dilampirkan, di antaranya adalah sertifikat atau piagam kejuaraan yang didapat, foto–foto kegiatan, serta pencantuman situs web penyelenggara. “Dari pihak fakultas tidak ada seleksi, namun dari fakultas menyarankan bagi peraih penghargaan tingkat nasional ke atas untuk mendaftar, karena mulai tahun ini semua penghargaan prestasi diberikan langsung oleh univ (universitas, red.) sehingga fakultas tidak memberi, tidak seperti tahun–tahun yang lalu,” ungkap Muh. Rasnanda Asyari, peraih penghargaan tingkat Internasional juara 1st Runner Up Olympiade. Penyerahan penghargaan diberikan oleh Wakil Rektor III Dr. Syamsul Hadi, M.Pd, M.Ed. kepada mahasiswa dan pendamping berprestasi secara simbolik. “Untuk mahasiswa baru pada kegiatan tahun 2018 supaya dibimbing agar ilmu yang sudah didapat bisa ditularkan,” pesan Wakil Rektor III yang juga dosen Fakultas Teknik ini kepada mahasiswa berprestasi. Dalam laporan Kabag Kemahasiswaan, mahasiswa yang berprestasi sesuai tingkat kejuaraan,
yaitu internasional sebanyak tiga orang, tingkat nasional 63 orang, tingkat provinsi 123 orang, dan tingkat ASEAN tiga orang. Adapun pada bidang olahraga sebanyak 126 orang, bidang seni dua belas orang, dan bidang ilmiah 45 orang. “Semoga tahun berikutnya mahasiswa dapat meningkatkan kejuaraan dalam tingkat internasional karena total tahun ini masih tiga,” tambah Taat Setyohadi. Kemudian semua penerima diarahkan ke Subbag MPIKA Kemahasiswaan di Graha Rektorat lantai 2 untuk mengambil penghargaan. “Kami senang bahwa prestasi yang kami capai dengan membawa nama baik kampus diperhatikan dan diapresiasi oleh kampus apapun bentuk penghargaannya,” tambah Rasnanda. “Semoga ke depannya Kemahasiswaan lebih mampu memperhatikan mahasiswanya sendiri, kemudian mampu memberikan fasilitas serta sarana prasarana atau mobilitas mahasiswa dan yang lebih penting pengajuan dana yang sering terkendala semoga lebih dipermudah lagi,” harap Nurul Aulia Atmaja peraih kejuaraan karate Pomda tingkat provinsi.Dessy
Pe
dok. Panitia
ebanyak 206 mahasiswa berbagai fakultas meraih penghargaan dari Kemahasiswaan UM atas prestasi yang didapatkannya dalam kejuaraan, mulai tingkat provinsi sampai tingkat internasional. Tak hanya mahasiswa saja yang mendapat penghargaan, pembimbing dari masing–masing mahasiswa yang memperoleh kejuaraan pun juga diberikan penghargaan. Selasa (06/02), tepatnya di Gedung A3 lantai 2 Universitas Negeri Malang (UM) diadakan acara penyerahan penghargaan bagi mahasiswa dan pembimbing mahasiswa berprestasi. Acara yang dimulai pukul 09.00 WIB ini dihadiri oleh Wakil Dekan III dari masing-masing fakultas, dosen, pembimbing, dan mahasiswa peraih penghargaan. Mahasiswa peraih penghargaan berasal dari Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) 18 orang, Fakultas Sastra (FS) 33 orang, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan (FMIPA) 18 orang, Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) 87 orang, Fakultas Teknik (FT) 25 orang, Fakultas Ekonomi (FE) 14 orang, Fakultas Ilmu Sosial (FIS) 7 orang, dan Fakultas Psikologi (FPPsi) 4 orang. Acara tersebut dibuka oleh Ketua Bagian Kemahasiswaan (Kabag) Drs. Taat Setyohadi. “Sebenarnya acara penyerahan penghargaan ini dilakukan
16 | Komunikasi Edisi 314
Tak hanya mahasiswa, pembimbing mahasiswa berprestasi pun dapat penghargaan
Seputar Kampus
dok. Panitia
Lantik Ormawa, Rektor UM: Mahasiswa Adalah ‘Marketer’
Pengurus ormawa membacakan sumpah ketika pelantikan
S
elasa (06/02) merupakan hari yang istimewa bagi dinamika kehidupan kemahasiswaan Universitas Negeri Malang (UM). Pasalnya, Rektor UM, Prof. Dr. Ahmad Rofi’uddin, M.Pd. melantik Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM), Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) periode 2018 di Aula Graha Rektorat UM lantai 9. Acara pelantikan yang dimulai pukul 13.00 tersebut dihadiri Wakil Rektor III, Dr. Syamsul Hadi, M.Pd., M.Ed., Kabag Kemahasiswaan Drs. Taat Setyohadi, serta para pejabat struktural di lingkungan UM. Dalam kesempatan tersebut, rektor berpesan bahwa UM saat ini sedang memacu pertumbuhan prestasi baik di tingkat nasional maupun internasional. Organisasi kemahasiswaan (ormawa) merupakan motor utama untuk mengembangkan prestasi tersebut. “Saya tidak bosan-bosan berpesan pada dosen, tendik (tenaga kependidikan, red.) dan terutama mahasiswa. Kami sangat mengharapkan, yuk kita sama-sama membuat UM semakin disegani (kiprahnya, red.),” ujar rektor. Prestasi tersebut dapat dicapai oleh mahasiswa UM, khususnya yang tergabung
dalam ormawa. Mahasiswa, tambah rektor, juga memegang peran strategis dalam mempromosikan UM ke seluruh Indonesia supaya didapat mahasiswa yang potensial untuk dikembangkan agar ke depannnya bisa berprestasi. Paling tidak, dalam lingkup terkecil yakni pada sekolah/madrasahnya dahulu. “Kalau kita lihat statistik, baru 18% mahasiswa UM yang berasal dari luar Jawa Timur, tentunya kita semua berharap bahwa di UM terdapat Indonesia secara utuh, untuk itu saya mengharap partisipasi saudara dalam ikut mempromosikan nama UM agar lebih diminati oleh masyarakat,” jelasnya. Mahasiswa UM, lanjut rektor, adalah ujung tombak promosi UM ke masyarakat luas. “Kita punya mahasiswa sekitar 33.000 orang, ditambah dosen 1.197 orang dan tendik seribu orang, kita semua ini adalah ‘marketer’ utama agar UM semakin diminati calon mahasiswa,” urai rektor. Tak lupa, rektor juga berpesan kepada para fungsionaris ormawa yang dilantik agar tidak melupakan kewajiban utamanya sebagai mahasiswa. “Berorganisasi penting, tapi tetap tidak boleh melupakan kewajiban utama sebagai seorang mahasiswa, belajar dan berprestasi setinggi yang
saudara mampu capai dan lulus di waktu yang tepat,” tambah guru besar bidang Pengajaran Bahasa Indonesia tersebut. Di era ‘zaman now’, lanjut rektor, mahasiswa harus mampu belajar sebanyakbanyaknya tentang hal apa saja untuk menghadapi kondisi yang dinamis. “Betulbetul tidak terduga perubahan yang terjadi sekarang ini,” ujarnya. “Sekarang jenis pekerjaan sudah tidak terhitung jumlahnya, kalau dulu bekerja diidentikkan dengan aktivitas di luar rumah, sekarang pun saya tahu beberapa alumni kita, di rumah saja sudah bisa melakukan pekerjaan,” urai rektor. Terakhir, rektor berpesan dalam menghadapi era informasi yang semakin deras ini, mahasiswa agar selalu bersikap seperti laut. “Dimasuki apapun, bahkan bangkai, kotoran, laut tidak terpengaruh tetap jernih, tetap bersih, bicara menyejukkan,” tambahnya. Berbeda dengan air got, sedikit saja dimasuki kotoran sudah membuat orang lain tidak nyaman dengan baunya. “Omongannya selalu menyakitkan, jika diibaratkan baunya sudah ke mana-mana, mudah terpengaruh. Saya tidak ingin mahasiswa UM larut dalam arus yang seperti itu,” tutupnya.Arvendo Tahun 40 Januari-Februari 2018|
17
Seputar Kampus
Sulap Buah Lindur Jadi Penangkal Gizi Buruk
D
caranya untuk mengatasi rasa buah lindur yang tidak enak. Bubur Lindur (Bulin) mempunyai empat varian rasa, yakni pisang, stroberi, original, dan nabati. Rasa nabati diperuntukkan bagi balita yang alergi dengan susu hewani. Ada dua versi kemasan, yakni kemasan 40 dan 120gr yang dihargai Rp5.000,00 dan Rp13.000,00. “Kami juga pernah terjun untuk uji coba pasar di posyandu-posyandu,” kata mahasiswa yang pernah membuat biskuit dari daun kelor tersebut. Bubur dari buah tanaman bakau tersebut dapat dikonsumsi oleh balita mulai usia enam bulan ke atas. Dayat bersama timnya tidak menggunakan tepung beras dalam pembuatannya karena apabila diberikan terlalu banyak ke balita dapat membuat obesitas. Dengan buah lindur, meskipun diberikan sebanyak apapun masih bisa dikontrol. Buah lindur bukan termasuk buah musiman, sehingga tidak harus menunggu musim untuk diproduksi. “Kami tidak menggunakan bahan pengawet maupun penambahan zat gizi, sehingga ketahananya hanya satu tahun,” tutur mahasiswa yang tergabung dalam tim riset Pemkot Malang. Buah lindur sudah cukup kandungan gizinya. Keunggulan lainnya, Bulin sangat aplikatif dan berpotensi ditanam di lahan basah Jawa Timur yang sangat luas, contohnya saja di Surabaya, Trenggalek, Probolinggo, dan masih banyak lagi. Buah yang memiliki nama latin Bruguiera Gymnorrhiza tersebut juga bisa dibuat tepung. “Karena angka kurang gizi di Indonesia masih tinggi, maka kami mengolah buah lindur ini sebagai bubur,” jelas laki-laki asal Palembang. Adanya Bulin, diharapkan dapat memperbaiki gizi balita dengan harga yang terjangkau. Cukup diseduh dengan air hangat, bulin sudah dapat dinikmati. “Cocok sekali dengan yang tidak suka ribet,” pungkasnya.Shintiya
dok. Pribadi
i tangan dua mahasiswa Ilmu kesehatan Masyarakat (IKM) UM, buah lindur yang semula kurang dimanfaatkan ternyata mengandung gizi yang baik. Buah lindur merupakan buah yang dihasilkan dari tanaman pohon bakau. Muhammad Dwi Hidayatullah dan Fariha Mariroh membuktikannya dengan mengolah buah lindur untuk bubur balita. Ide tersebut mengantarkan dua mahasiswa IKM untuk meraih juara pertama dalam Call For Paper yang diadakan oleh Fakultas Kedokteran, Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Lomba yang diselenggarakan selama dua hari ini (15-17/12), tidak hanya untuk kalangan mahasiswa, melainkan diikuti mulai dari SMA hingga praktisi. Call For Paper tersebut menggabungkan antara kepemimpinan, ilmiah, dan kewirausahaan. Selain meraih juara pertama, paper mereka juga akan dipublikasikan dalam prosiding yang memiliki International Standard Book Number (ISBN). Keberhasilan mereka juga didukung oleh PT Maju Pesat Berkah yang diwakili Ahmad Farid Ary Wardhana, S.Pi. serta CV Monutri Berkah Sukses. “Berpartner dengan PT Maju Pesat Berkah dan CV Monutri Berkah Sukses semakin memperkuat kami di bidang enterpreunership,” ungkap mahasiswa yang biasa dipanggil Dayat tersebut. “Pesaing kami bahkan penjualan produknya sudah melebihi kami, akan tetapi dari segi ilmiah mereka kalah,” tambah mahasiswa angkatan 2013 tersebut. “Kami mengombinasikan tepung tempe dan rasa-rasa. Jadi kami mengombinasikan potensi yang ada di Malang maupun yang ada di Jawa Timur,” papar Duta Kampus UM 2015 tersebut ketika ditanya
Dayat ketika meraih penghargaanya di ULM
18 | Komunikasi Edisi 314
Kisah Debater
Berperang hingga ke Luar Negeri "Gali sukses sejak dini dengan tanamkan beragam investasi Memecut semangat dalam diri Demi passion, segenap hati ia lakoni"
dok. Pribadi
Feri Kurniawan Debater Penguasa Banyak Bahasa
Feri Kurniawan ketika di Mexico
Nama : Feri Kurniawan Tempat, Tanggal Lahir : Malang, 6 Februari 1996 Alamat : Jalan Simpang 3 No. 5 RT 04 RW 04, Plaosan, Wonosari, Malang Riwayat Pendidikan: • SDN Plaosan 1 (2003-2009) • SMPN 1 Kromengan (2009-2012) • SMK Brantas Karangkates (2012-2015) • S1 Pendidikan Teknik Elektro, Universitas Negeri Malang (2015-sekarang) Pengalaman Organisasi: • Valiant English Debate (2015-sekarang) • Indonesia Debating Union (2016-2017) • Fakta Bahasa Malang (2017-sekarang) • Korps Asisten Jurusan Teknik Elektro (2016-2017) • Research Club BEM FT (2017)
Prestasi: • 3rd Runner up of FKIP Expo Umsida Debate Competition 2015 • 3rd Runner up of National English Competition Unisma 2015 • 5th Breaking Teams of Lomba Debat Bahasa Indonesia (LDBI) East Java Region 2015 • 5th Breaking Teams of National Students Debate Competition (NSDC) East Java Region 2015 • 3rd Runner up Malang Newbies Debating Competition (MNDC) 2015
M
alaysia, Singapura, Jepang, Mexico, dan Korea. Itulah beberapa negara yang telah dan akan dikunjungi oleh Feri Kurniawan. Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro tersebut pada bulan Desember lalu menjadi salah satu perwakilan Indonesia sekaligus membawa nama UM untuk berlaga di ajang bergensi World Universities Debating Championship (WUDC). Bukan hal mudah baginya
• 2nd Runner Up of Musabaqoh Debat Kandungan Al-qur’an Regional Jawa Timur MTQMR 2016 • 3rd Runner Up of English Debate On Social and Political Issue (EDSOTICS) Unair 2016 • 2nd Winner of National University Debating Championship (NUDC) 2017 Kemenristekdikti • Representative of Indonesia at World University Debating Championship (WUDC) Mexico 2018
untuk sampai WUDC. Ada yang harus ia investasikan terlebih dahulu. Nah, apa kirakira yang ia investasikan? Simak wawancara kru Komunikasi dengan Feri berikut! Bagaimana pengalaman Anda mengikuti kompetisi NUDC? NUDC (National University Debating Championship, red.) adalah salah satu event yang dilaksanakan oleh Dikti. Fokus dari acara ini menyeleksi mahasiswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis yang baik serta paham terhadap isu-isu global
sehingga diimplementasikan dalam wujud debat. Nah, untuk menuju NUDC nasional ada beberapa tahap. Mulai seleksi kampus. Kemudian seleksi regional (kopertis). Ada sekitar empat puluh kampus, tapi hanya sepuluh tim yang bisa mewakili ke tingkat nasional. Di lomba ini kita akhirnya bisa berkumpul dengan mahasiswa seluruh Indonesia yang memilik interest yang sama pada isu-isu global dan nasional serta kemampuan
Profil berpikir kritis. Selain itu, kompetisi ini berat karena hanya akan dipilih empat terbaik dari sekian ratus. Ada sembilan babak penyisihan dan empat babak eliminasi. Kesannya sangat excited sekali, kemudian ajang tersebut sangat kompetitif dengan persaingan yang begitu ketat. Bagaimana dengan pengalaman WUDC? UM baru bisa mencapai WUDC sepuluh tahun yang lalu di Turki tahun 2007 dan tahun ini di Mexico. WUDC itu lebih berat lagi. Sembilan kali round prapenyisihan dan empat kali round penyisihan. Ada sekitar empat ratus tim dari seratus lebih negara yang didominasi dari negara-negara Eropa dan Australia. Dari Asia, kontingen terbanyak dari Indonesia dua belas tim. Pengalaman di sana, membuka wawasan saya lebih luas karena tahu culture akademis yang berbeda dari berbagai belahan dunia. Selain itu, saya bangga karena membawa bendera Indonesia untuk mewakili Indonesia dan kampus. Hasilnya kami kalah di round sembilan, waktu itu ketemu dengan University of Belgrade, University of St Andrews, Inggris, dan Monash University, Australia. Untuk pencapaian individu saya pembicara terbaik nomor 13 kategori Morane Language. Apakah ada perbedaan format debat
saat di NUDC dan WUDC? NUDC dan WUDC menggunakan format British Parliamentary Debate. Dalam format tersebut, ada satu tim berisi dua orang. Dalam satu kali debat ada empat tim, artinya dalam satu kali debat kita akan melawan enam orang lainnya. Namun kita juga mengalahkan yang pro juga. Maksudnya kita harus memiliki argumen yang lebih baik, meskipun sama-sama pro. Bagaimana Anda bisa menyukai debat? Saya mulai debat akhir kelas 3 SMK. Hal itu terjadi karena ada guru yang dulunya pernah melatih debat dan baru masuk ke sekolah saya. Kemudian beliau mendirikan klub debat. Nah, dari situ saya mulai suka karena isu yang dibahas banyak sekali, mulai dari feminisme, agama, politik, internasional, terorisme, pendidikan, ekonomi, dan masih banyak lagi. Saya rasa apabila hanya tahu tentang elektro mungkin pengetahuan saya akan terbatas. Akhirnya, saya mencari platform lain untuk menggali pengetahuan. Hal itu yang mendorong saya untuk bisa debat. Selain itu, saya bergabung dengan komunitas yang bisa mengayomi dan membuat saya bisa sampai sekarang ini, yaitu Valiant English Debate. Meskipun saya dari Elektro,
tapi saya dilatih Bahasa Inggris. Kenapa saya bisa debat? Karena tertarik dan ada platform yang mewadahi. Bagaimana Anda dapat lancar bahasa Korea dan Spanyol? Saya belajar sejak kelas 3 SMP kalau tidak salah. Belajarnya dari kamus, buku grammar, video, dan chatting dengan native speaker lewat FB. Menurut Anda, apa tips agar bisa menang di kompetisi debat? Sebenarnya saya tidak langsung menang. Seperti NUDC misalnya, ini merupakan investasi saya bertahun-tahun. Investasinya adalah saya setiap hari membaca berita, buku filsafat atau apa saja. Jadi hal itu merupakan kristalisasi dari investasi berupa kemauan membaca isu-isu supaya mempunyai bekal. Investasi selanjutnya adalah latihan. Di Valiant latihannya bisa 2-3 kali saat weekend. Pesan untuk mahasiswa UM? Serius dan fokus terhadap minat dan bakat atau keunggulan di bidangnya. Jangan ikut sesuatu atau memilih sesuatu itu setengahsetengah. Apapun bidangnya, kalau kita fokus, passionate dan menginvestasikan seratus persen diri kita pada bidang tersebut, saya rasa semua bisa mencapai sukses di bidang tersebut.Shintiya
Nama Tempat, Tanggal Lahir Alamat
: Lisa Ramadhani Harianti : Batu, 23 Januari 1996 : Jalan Patimura IV no. 9, Desa Temas, Kecamatan Batu, Kota Batu, Jawa Timur
Riwayat Pendidikan: • SDN Temas 2 Batu (2002-2007) • SDN 1 Tajinan Malang (2007-2008) • SMPN 1 Tajinan Malang (2008-2011) • SMKN 4 Malang (2011- 2014) • S1 Pendidikan Bahasa Inggris UM (2014-sekarang) Pengalaman Organisasi: Valian English Debate Association (2016-2017)
"Debat telah jadi candu baginya Ia berjuang hingga ke negeri orang Kuasai topik yang beragam Dengan lawan yang tak kalah andal" Lisa yang selalu menunjukkan senyum sumringahnya
20 | Komunikasi Edisi 314
dok. Pribadi
Lisa Ramadhani Harianti, Ketagihan Ikut Debat
Profil
L
isa Ramadhani Harianti, mahasiswa Jurusan Sastra Inggris, bersama rekannya dari Jurusan Teknik Elektro, Feri Kurniawan, membawa nama UM ke kancah internasional. Kecintaannya dengan debat banyak membuahkan hasil meskipun kegagalan turut mewarnainya. Hingga salah satu ajang bergengsi di bidang debat, yakni NUDC, menjadi tiketnya ke World Universities Debating Championship (WUDC) dengan biaya seluruhnya dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti). Di tengah kesibukannya sebagai mahasiswa akhir, kru Komunikasi berkesempatan untuk mewawancarainya. Berikut rangkuman wawancara dengan Lisa. Bagaimana pengalaman Anda ketika mengikuti NUDC dan WUDC? NUDC seru, karena kompetisinya benarbenar ketat. Sebelum NUDC ada seleksi di tiap provinsi jadi yang di sana (NUDC, red.) pada jago semua. Topik debat juga beragam, mulai ekonomi, politik, minoritas, hukum, dan sebagainya. Jadi lombanya itu selama seminggu. Seminggu itu deg-degan terus penasaran dengan round lombanya. Kalau WUDC, semakin asyik lagi. Selain lawan-lawannya yang lebih beragam, kebanyakan peserta dari negara native seperti Amerika dan negara-negara Eropa, tema debatnya juga lebih spesifik. Waktu WUDC di Mexico, di sana lagi musim dingin. Jadi kita nggak cuma memikirkan tema-tema debatnya, tapi juga cara bertahan agar tetap sehat di sana karena suhu bisa sampai 10 derajat atau bahkan di bawah itu selama seharian dan tingkat oksigennya juga tipis. Jadi kadang kita case building dengan tangan kaku karena dingin atau sambil kehabisan napas karena harus cari gedung yang jauh dan oksigennya tipis. Saat WUDC, kita juga beberapa kali bertemu dengan tim-tim gede di debat seperti Oxford, St. Andrew, Australia, dan
• Quarterfinalist National University Debating Championship (NUDC) (2016) • Champion of National English Education Debate Competition at Muhammadiyah University of Yogyakarta (2017) • Champion National University Debating Championship (NUDC) Kopertis 7 (2017) • Runner up National University Debating Championship (NUDC) (2017)
masih banyak lagi. Jadi kita tahu perspektif mereka dalam sebuah masalah, kita juga tahu cara juri luar negeri menilai debatnya. Pelajaran apa yang Anda ambil di kedua kompetisi tersebut? Pelajarannya, kita masih perlu dukungan maksimal dan continues dari kampus, karena dalam debat jam terbang ikut kompetisi itu sangat penting. Mungkin ke depannya kita bisa ikut lebih banyak kompetisi baik di luar maupun di dalam negeri agar lebih terbiasa menghadapi berbagai macam lawan dan lebih mengerti standar-standar penilaian dari dewan juri. Penilaian juri di luar negeri seperti apa? Sebenarnya mirip. Kalau di kompetisi luar negeri harus banyak memberi contoh. Contohnya tidak bisa kasus-kasus di Indonesia. Apa motivasi Anda mengikuti NUDC? Ikut NUDC karena ingin tambah pengalaman, menambah temen. Apalagi NUDC itu kompetisi paling bergengsi untuk anak-anak debat. Menurut Anda, yang menarik dari debat itu apa? Sejak SMA, aku sudah ikut debat. Serunya di debat itu banyak. Dari debat, aku jadi banyak tahu tentang yang sedang terjadi di dunia, bukan cuma berita yang lagi viral, tapi yang nggak viral juga dibahas. Terus kita jadi belajar melihat segala masalah dari banyak perspektif dan orang-orang di dunia debat itu hampir semuanya open minded. Jadi enak kalau ngobrol-ngobrol dan temenan dengan mereka. Selain itu, juga bisa latihan public speaking. Di debat kita juga belajar berpikir dan berbicara secara terstruktur, jadi bantu banget buat kuliah. Apa tips Anda agar lolos ke NUDC dan WUDC? Tipsnya banyak latihan, rajin baca berita, dan artikel internasional. Apa yang Anda lakukan untuk memberikan dampak positif untuk mahasiswa lain? Dampak positif yang aku rasa sudah
dok. Pribadi
Prestasi: • Champion of Malang Newbie Debate Competition (2015) • 2nd Runner Up of National English Education Debate Competition at Muhammadiyah University of Yogyakarta (2015) • Best Speaker of National English Education Debate Competition at Muhammadiyah University of Yogyakarta (2015) • Semifinalist of Machung Intelligence Battle (2016) • Top ten National University Debating Championship Kopertis 7 (NUDC) (2016)
Lisa ketika di Jepang
kuberikan mungkin lebih ke anak-anak UM yang ada di Valiant. Soalnya banyak pengalamanku yang sesuai dengan yang mereka butuhkan. Jadi aku lebih bisa bantu-bantu mereka latihan dengan topiktopik debat yang mungkin mirip dengan topik debat di lomba yang aku pernah ikut, dan memberikan motivasi ke mereka untuk terus latihan agar bisa tampil maksimal di kompetisi mendatang. Pesan untuk mahasiswa UM? Mungkin lebih sering baca-baca berita dan beritanya mungkin yang bervariasi agar perspektifnya beda-beda. Cobalah ikut debat, nanti pasti ketagihan.Shintiya
Tahun 40 Januari-Februari 2018|
21
Sang Pelaku Kreatif Pengabdi Pendidikan
M
Winarto dan penghargaannya dari WICC
Filosofi punakawan tercermin dari kepribadiannya untuk mengembangkan karya. Ada semar sang cipta, gareng sang bahasa, petruk sang kerja, dan bagong sang karya. Satu kesatuan yang berjalan beriringan dan membuat seimbang. Jika mau kaya jadi pengusaha saja, namun jika ingin mendapat kepuasan batin mengajarlah. (Drs. Winarto, M.Pd.)
22 | Komunikasi Edisi 314
enapak ke kediamannya yang asri dan sejuk di tengah-tengah Kota Malang, sambutan ramah dan humble ditunjukkan oleh seorang dosen kawakan Fisika bernama Winarto. Salah satu peraih penghargaan World Invention Creativity Contest (WICC) dari Korea University Invention Association (KUIA) ini kini tak lagi muda. Salah satu karyanya yang tembus ke kancah internasional yakni prinsip cara generator dengan konsep fisika sederhana menggunakan barang-barang bekas. Cukup dengan tempat oli bekas dan papan kursi kayu, sebuah karya tercipta apik dan berdaya guna di tangan Pak Win, sapaan akrabnya. Usia boleh kepala enam, tapi nyali untuk berkarya masih menggelora. Dosen Fisika UM yang layak dijuluki sebagai dosen segudang inspirasi ini memiliki karyakarya bombastis yang dihasilkan untuk membantu para guru dan mahasiswa. Ia adalah salah satu dosen yang berhasil membongkar gudang Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) ketika UM masih menjadi Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP). Dalam gudang tersebut terdapat barang bekas hibah dari Amerika. Itulah salah satu batu loncatan Pak Win ketika melihat rongsokan yang kata orang minim daya jual. Di tangan beliau, rongsokan itu bisa bernilai lebih untuk pelaksanaan pendidikan kreatif. Ada satu ruangan di rumah untuk workshop karya-karyanya. Mulai dari miniatur proses gerhana bulan dan matahari 3D, lensa loop menarik, teleskop mini,
pengaplikasian hukum pascal, generator, dan masih banyak karya lain yang terbuat dari bahan bekas yang ramah lingkungan. “Ini nantinya jadi warisan saya yang bisa diterapkan. Banyak yang nyuruh mengHAKI-kan (Hak Atas Kekayaan Intelektual, red.), tapi menurut saya buat apa. Ini kan ilmu Allah, kenapa harus diperjualbelikan, bikin standar jadi diri sendiri,” kenang Winarto. Ia juga menuturkan, kasihan jika di-HAKI-kan, nanti jika ada orang yang mengadopsi ide ini akan bingung mencaricari saya untuk meminta izin. Menurutnya, biarlah dipakai oleh siapapun dan bisa bermanfaat. “Kenapa membuat alat-alat ini ya untuk mempermudah pemahaman, kalau science itu gampang, nggak perlu matik-matik (matematika, red.) dulu, lihat proses baru pusing memikirkan perhitungan. Saya kira lebih mudah untuk anak-anak belajar,” jelas Winarto. Sosok yang juga memiliki jiwa seni tinggi ini dibuktikan dengan beberapa ornamen di dinding ruang tamunya. Lukisan dan wayang pun hasil kreasi tangannya. “Kalau senggang masih sempat nglukis biar ada hiburannya,” kata bapak dua putra tersebut. Lukisan yang mendominasi ruangan ini diselingi dengan pemandangan wayang di sisi tembok dan sudut ruangan. Bukan hanya wayang punakawan yang ia usung, ada pula Einstein, ibu guru dan
dok. Komunikasi
dok. Komunikasi
Cerita Mereka
Prototype generator listrik
Cerita Mereka bapak guru, serta siswa. Wayang-wayang tersebut berpadu dengan apik di ruangan. Ternyata bukan hanya untuk pajangan saja, melainkan sebagai salah satu media Pak Win untuk mengajar di sekolah-sekolah. Pak Win juga bersedia menampilkan cerita pewayangan yang sesuai dengan siswa SD ketika diminta untuk mempertunjukkan. “Hai anak-anak, namaku Qorin, ‘bukaaaaan itu gareng,’ kalian masih jawa banget, nama lainnya petruk sebenarnya Qorin, kenapa Qorin jalannya susah? Karena apapun biar berjalan dengan hati-hati nggak ceroboh dan grusah-grusuh,” itulah sepenggal kisah yang dituturkan Pak Win dengan intonasi yang menggemaskan sembari kedua tangganya memainkan wayang. “Kepuasan batin tersendiri ketika mengajar, kalau pingin kaya jadi pengusaha saja,” tutur lembut yang terucap dari Winarto.
siswa anak pejabat Indonesia yang ada di tanah suci. Mulai dari science, bahasa, maupun seni. Ia dipercaya pula menampilkan tarian tradisional Indonesia di Kerajaan Arab Saudi. “Saya menampilkan tari piring yang baru dipelajari di sana dan mulai belajar musik bersama siswa ketika akan ada pertunjukan,” kenang eyang berusia 61 tahun tersebut. Winarto pun menjelaskan sembari meraih gitar di sebelah kursinya. Beliau sedikit nembang dan nggenjreng untuk membuktikan keahliannya. “Sering main bareng dengan anak laki-laki saya kalau di rumah,” jelasnya. Darah seninya mengalir dan diturunkan ke anak laki-lakinya. Kreativitas membuat media menjadi salah satu skill yang menular pada anak perempuannya. Napas kreatif dan berdaya seni ternyata tidak lepas dari kisah masa lalunya. Winarto yang berasal
kemiri kalau lagi musim. Lumayan bisa buat masak orang rumah,” kenangnya sambil tertawa. Insting Winarto yang kuat telah terasah sedari kecil untuk melihat peluang dalam mengembangkan diri maupun efektivitas ekonomi yang terbatas. “Kondisi yang terbatas buat saya lebih kreatif. Sudah bisa gambar dari dulu dan berani buat wayang-wayangan untuk pertunjukan,” tutur putra Nganjuk tersebut. Wayang-wayang sederhana hasil karya Winarto bukan hanya dari hasil gambar buatannya sendiri atau kulit pada umumnya. Salah satunya adalah wayang suket yang ia ciptakan. “Saya sempat kaget waktu wayang suket sangat terkenal dan pernah bilang ‘itu dulu saya juga sudah buat sebelum terkenal saat ini’,” kenang Winarto dengan intonasi yang berubah dan menekan.
dari tanah Jawa ini harus ikut keluarga besar merantau ke Sumba untuk menemani sang nenek sebagai koki tentara Jepang pada zamannya. Winarto kecil sudah ikut bekerja ayahnya yang mempunyai persewaan lampu sokle untuk pertunjukan wayang maupun kegiatan kemasyarakatan. Maklum, tahun 60an Indonesia masih belum merata jaringan listriknya sehingga lampu sokle menjadi salah satu penolong. Dari hal tersebut, Winarto selalu menikmati pagelaran tradisional dan budaya setempat. Belajar dari mengamati dan menikmati proses dengan tidur di bawah alat-alat musik seperti gendang. Hal ini membuat Winarto tumbuh dengan keberanian dan jiwa seni yang tinggi. Di usia remaja ia telah berhasil membuat pagelaran wayang tunggal dengan peralatan sederhana di Sumba. “Dulu saya membuat pementasan wayang yang mau nonton silakan bayar karet gelang atau
Tidak salah jika Winarto mengaplikasikan pendidikan dengan pendekatan budaya. Mulai dari tokoh pewayangan yang berada di sekolah yang ia bina hingga karya-karyanya yang menjunjung kearifan lokal sebagai wajah pendidikan. “K-13 salah satu wujud budaya tasawuf yang dirintis oleh M. Nuh,” tegas Winarto. Jika K-13 diaplikasikan, hal tersebut merupakan cerminan dari transformasi budaya yang dileburkan dalam sistem pengajaran. Obrolan ringan dan berbobot bersama Pak Win tak terasa sebab kami sembari mengenang memori masa muda dengan album kuno yang ia suguhkan. “Saat ini saya masih ingin membuat galeri sendiri di halaman rumah. Biar orang datang dan saya menjadi guide-nya,” tutur Winarto penuh harap dan optimis sembari berjalan menuju pintu gerbang menemani saya menunggu ojek di seberang Kantor Kelurahan Sumbersari.Arni
dok. Komunikasi
Winarto ketika menunjukkan wayang buatannya sembari mendalang
Winarto menggenggam filosofi punakawan dalam dirinya untuk mengembangkan pendidikan dan menerapkannya. “Layaknya Semar sebagai simbolis tercipta, Qorin atau gareng bermakna bahasa, Petruk yakni karso atau kerja, dan bagong sebagai wujud karya,” jelas Winarto. Perpaduan tokoh punakawan dimaknai oleh Winarto sebagai satu kesatuan yang utuh dan bisa diambil pesannya. Ia pun mengaplikasikan dalam hidupnya dengan selalu menciptakan karya-karya agung di bidang pendidikan dan seni dengan retorika yang apik melalui kerja keras yang sesungguhnya. Terbukti, Winarto memiliki banyak karya dalam bidang edukasi, seni, dan jejaring dengan diplomasinya yang bagus. Winarto sempat menjadi guru sekolah Indonesia di Arab Saudi pada era 80-an. Ia menjadi guru multitalent untuk para
Tahun 40 Januari-Februari 2018|
23
Info
Ragam Pernak Pernik UM di Plaza Akademik
T
dengan tujuan untuk menyejahterakan anggotanya. Diketuai oleh Faridah Hayati Rofi’uddin sejak 2014, Dharma Wanita Persatuan ini merupakan persatuan dari para istri Pegawai Negeri Sipil UM dan karyawati UM. Namun hanya sekitar tiga puluh pengurus yang masing-masing mewakili delapan fakultas yang ada di UM. Proses pemasaran produk-produk dalam plaza ini masih terlalu minim. Hal ini diakui oleh Ketua Dharma Wanita Persatuan UM bahwa promosi mengenai Plaza Akademik masih berupa banner-banner yang terpasang di sekitar UM. Keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi salah satu penyebab belum dimulainya promosi di media sosial. Hal ini pun dibenarkan oleh salah satu pengunjung yang bernama Gita Dwi Amelia. “Mungkin karena promosi yang kurang ya, jadi ada mahasiswa yang kurang tahu Plaza Akademik. Nggak ada promosi-promosi,” ungkap Gita Dwi Amelia. Merchandise yang dijual di Plaza Akademik tidak begitu mahal. Mulai dari jaket, payung, gantungan kunci, camilan, hingga kebutuhan mahasiswa lainnya dijual dengan harga yang terjangkau, sesuai dengan kantong mahasiswa. Tidak jauh beda dengan tempat penjualan merchandise, Plaza Akademik ini tentunya juga mempunyai tenaga sebagai pengelola, yaitu seorang anggota dari Dharma Wanita. Tidak hanya itu, ada tenaga tambahan dari siswi SMK yang tengah mengisi masa praktiknya atau biasa disebut magang. Setiap tahunnya, berdasarkan penuturan Ketua Dharma Wanita UM tersebut, pengunjung mengalami peningkatan. Antusias pengunjung yang datang dan membeli di Plaza Akademik mendorong beliau untuk menambah ragam merchandise yang dijual agar punya variasi produk di setiap tahunnya.Rosa
dok. Komunikasi
idak perlu bingung ketika ingin membeli pernakpernik khas Universitas Negeri Malang (UM). Berbagai jenis pernak-pernik khas UM tersebut dapat ditemukan di satu tempat, yaitu Plaza Akademik. Dengan bentuk bangunan yang unik dan tempatnya yang strategis, di dalamnya terdapat suvenir seperti gantungan kunci, mug, hingga jaket dan kaos UM. Tak ketinggalan pula camilan-camilan ringan. Lengkap, bukan? Tempat ini sudah diresmikan pembangunannya sejak empat tahun lalu. Bertempat di Jalan Veteran dan dekat dengan gerbang Veteran sehingga memudahkan mahasiswa untuk bisa mampir dan melihat-lihat produk yang dijual di Plaza Akademik. Dilihat dari lokasinya yang cukup strategis, banyak kesibukan mahasiswa yang terlihat dari lokasi tersebut. Lokasi plaza ini juga cukup dekat dengan Graha Cakrawala dan Gedung Sasana Krida sehingga mampu menarik pengunjung baik dari UM maupun luar UM. Walaupun tempatnya tidak begitu besar, namun plaza ini mempunyai fungsi yang vital. “Plaza ini difungsikan untuk penjualan merchandise UM," tutur Faridah Hayati Rofi’uddin ketika diwawancarai beberapa waktu yang lalu (06/02). Istri Prof. Dr. Ah. Rofi’uddin selaku Rektor UM tersebut mengatakan bahwa setiap tahun selalu ada produk yang ditambah guna memperbanyak ragam merchandise. Beliau juga menambahkan bahwa tempat yang kurang besar terkadang membuat dilema untuk menambah produk, namun ia menyiasati dengan menyetok produk sesuai dengan minat atau permintaan pengunjung. Plaza Akademik ini dikelola oleh Dharma Wanita Persatuan UM
Bangunan Plaza Akademik dari depan
24 | Komunikasi Edisi 314
Info
Teaching Catering Jadi Kreasi Anak Tata Boga dok. Panitia
M
Selain menjadi matakuliah, program ini juga melatih wirausaha
ada di paket itu,” terang Fahmi. Dalam mengelola Teaching Catering mereka dibagi beberapa kelompok. Setiap minggu kelompok yang bertugas harus memasak untuk melayani pesanan catering. Nilai yang didapat pada akhir semester pun tergantung pada banyaknya pesanan setiap minggunya. Makanan cepat saji belum tentu dijamin sehat. Terlalu banyak bahan kimia yang terkandung di dalamnya. Diakui Fahmi, makanan yang tersedia di Teaching Catering dijamin kebersihannya dan tanpa Monosodium Glutamat (MSG). Hal inilah yang membedakan dari usaha catering yang lain. Bagi mereka, kualitas makanan tidak hanya dinilai dari tampilannya saja namun dari segi kesehatan dan kebersihan.Maul
dok. Panitia
engembalikan kepercayaan masyarakat tidaklah mudah. Terlebih soal cita rasa makanan. Hal inilah yang sedang dilakukan Mahasiswa Jurusan Tata Boga Universitas Negeri Malang angkatan 2015. “Teaching Catering” dipilih sebagai nama baru menggantikan “Teaching Restaurant” yang merupakan syarat pemenuhan Kuliah Kerja Usaha (KKU) di semester 6. Belajar dari tahun sebelumnya, mereka mengubah konsep dari bentuk rumah makan menjadi masakan rumahan yang lebih ramah di kantong, khususnya bagi mahasiswa. “Dulu namanya Teaching Restaurant, karena kurang bagus daya tariknya sehingga untuk angkatan 2015 diganti menjadi Teaching Catering,” jelas Fahmi Putra, selaku manajer. Teaching Catering yang bertempat di Jalan Veteran ini pun juga menyediakan ruang untuk menyeduh kopi bagi anak muda. Pelanggan yang datang pun beragam, mulai dari anak muda hingga tukang ojek. “Tempatnya cocok buat kumpul rame-rame soalnya lesehan. Kita juga bisa pesan minuman sama makanan ringan,” ungkap Fathiyya Nur Rachman saat berkumpul bersama teman-temannya di Teaching Coffe. Harga yang disajikan pun beragam dan cukup terjangkau. Mulai dari harga Rp5.000,00 sampai Rp15.000,00. Jika ingin menu yang berbeda, pelanggan bisa memesan sesuai keinginan. “Kami ada tiga paket menu. Untuk nasi bungkus itu lima ribu. Nasi kotak ada yang sepuluh ribu sampai lima belas ribu. Menunya bisa pesan beda sih kalo mau. Tapi seringnya mahasiswa ya pesan sesuai yang
Teaching Catering siap melayani pemesanan tumpeng
Tahun 40 Januari-Februari 2018|
25
dok. Pribadi
Pernik
Mengenal Pendidikan Sosial “Kominkan� Masyarakat Jepang oleh Zulkarnain Nasution
P
endidikan di Jepang mengenal tiga sistem; home education, school education, dan social education. Pendidikan sosial di Jepang ditekankan pada dua asas pokok yaitu (1) menjamin hak-hak setiap warga negara untuk belajar, khususnya mereka yang kurang mampu untuk bersekolah, dan (2) memajukan demokrasi yang partisipatif kepada masyarakat melalui proses pembelajaran di tengah-tengah lingkungan masyarakat. Perkembangan pendidikan sosial sangat pesat sejak mendapatkan pengesahan tahun 1949 sampai pada saat disusunnya aturan tentang life long learning promotion law tahun 1990. Salah satu bentuk kegiatannya adalah Community Cultural Learning Center (Kominkan). Kominkan berdiri satu tahun setelah berakhirnya Perang Dunia ke-2. Sehingga Kominkan telah berkembang dan dikenal begitu lama, hampir setengah abad lebih. Dengan demikian, Kominkan didirikan sekitar tahun 1946 atau lebih tua empat tahun dari Undang-Undang Pendidikan Sosial. Landasan tersebut telah diwujudkan melalui sebuah proses dan kegiatan pembelajaran gratis atau murah dalam Kominkan yang tersebar di seluruh wilayah Jepang, khususnya Kota Tokyo Implementasi program pendidikan sosial di Jepang lebih menekankan pada hal-hal yang berhubungan dengan berbagai budaya, gaya hidup, olahraga dan rekreasi, serta kegiatan pembelajaran masyarakat lainnya. Kominkan didirikan dan disosialisasikan di tengah-tengah masyarakat Jepang sebagai wujud dari kepedulian pemerintah akan pentingnya rekonstruksi bidang pendidikan dalam mengembalikan kejayaan Jepang sebagai negara yang berdaulat dan demokrasi. Pemerintah Jepang pada saat itu menganggap bahwa rekonstruksi bidang pendidikan melalui sekolah atau pendidikan anak-anak tidaklah cukup, sehingga diperlukan model pendidikan yang betul-betul mampu menyatu dan melayani seluruh kebutuhan pendidikan bagi masyarakatnya.
Mengabadikan momen di Jepang
26 | Komunikasi Edisi 314
Maka, model pendidikan orang dewasa dan pendidikan masyarakat merupakan sebuah konsep yang dianggap dapat melayani seluruh kebutuhan pendidikan bagi masyarakat di antaranya programprogram keterampilan bagi pendidikan orang dewasa. Pada saat itulah konsep citizens’ public halls direkomendasikan oleh pemerintah sebagai sebuah fasilitas pendidikan sosial di setiap pemerintahan kota. Dengan harapan, Kominkan dapat membangun dan meningkatkan kemampuan, keterampilan, dan kepercayaan diri masyarakat Jepang. Pada saat pertama kali didirikan, Kominkan bertujuan untuk memperkenalkan demokrasi secara partisipatif di tengahtengah masyarakat Jepang, memberikan kesempatan kepada masyarakat Jepang untuk memperoleh pendidikan yang layak, serta memberdayakan dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Kegiatan-kegiatan Kominkan pada saat itu lebih diarahkan pada program-program pendidikan dan program-program keterampilan bagi orang dewasa. Di samping itu pula, keberadaan Kominkan di tengah-tengah masyarakat diharapkan dapat memfasilitasi kegiatankegiatan pendidikan orang dewasa yang memadai dan memfasilitasi pertemuan antara masyarakat dengan pemerintahan setempat, serta sebagai pusat interaksi sosial budaya masyarakat setempat. Kominkan dikembangkan berdasarkan aturan dalam life long learning in Japan yang menjelaskan tentang berbagai kegiatan yang harus dilakukan kantor pendidikan kota sehubungan dengan social education. Ada dua model Kominkan di bawah pengawasan social education administration, yakni Urban Kominkan dan Rural Kominkan. Kedua Kominkan ini seringkali disebut dengan legal Kominkan karena pengelolaannya di bawah aturan administrasi pemerintah kota. Di samping kedua model Kominkan tersebut, ada juga Kominkan yang didirikan oleh masyarakat, asosiasi (organisasi) sukarela atau lembaga independent (non pemerintah). Kominkan jenis ini dikenal dengan Autonomous Kominkan (Kominkan Mandiri). Perjalanan penulis selama sepuluh hari di Kota Metropolitan Tokyo dari tanggal 23 Desember 2017 hingga 3 Januari 2018 menjadi salah satu pengalaman dan pembelajaran. Hal yang diperolehnya adalah bagaimana program dan aktivitas pendidikan sosial di Jepang, khususnya di Tokyo, dengan mengunjungi salah satu penggerak lembaga pendidikan sosial
dok. Pribadi
Pernik
Zulkarnain (kiri) dengan Masato Kamura, Koordinator Kominkan Non Goverment (kanan)
Kominkan. Salah satu yang dikunjungi adalah aktivitas Kominkan “Nojiven� sebagai lembaga independent (non-pemerintah). Lembaga ini memberikan subsisten dan kesejahteraan bagi tunawisma melalui program-program pelatihan peningkatan keterampilan untuk meningkatkan pendapatan para tunawisma. Kominkan sebagai salah satu fasilitas layanan pendidikan sosial yang terintegrasi memiliki tugas dalam mengembangkan pendidikan masyarakat dan pendidikan orang dewasa dengan fasilitas-fasilitas pendidikan sosial lainnya seperti perpustakaan, museum, pusat pengembangan pemuda dan anakanak, pusat pengembangan perempuan dan pusat-pusat pengembangan layanan pendidikan sosial lainnya. Setiap kota memiliki Kominkan yang berbeda, baik pengelolaannya maupun pengembangannya. Besar kecilnya Kominkan sangat disesuaikan dengan luas area serta jumlah sasaran penduduk di daerah tersebut. Kominkan didirikan untuk mendukung berbagai kegiatan masyarakat. Sejalan dengan perubahan dan perkembangan masyarakat Jepang terutama perkembangan di bidang
ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat, perhatian pemerintah dan masyarakat terhadap pendidikan orang dewasa dan pendidikan masyarakat melalui Kominkan tidak lagi hanya sekadar memperhatikan peningkatan pengetahuan dan keterampilan bagi masyarakat sebagai sebuah kebutuhan dasar, akan tetapi sudah bergeser kepada peningkatan selfactualization dan self-development. Hal ini sesuai dengan tujuan Kominkan untuk memfasilitasi kegiatan-kegiatan masyarakat dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan wawasan. Program-program yang dikembangkan Kominkan biasanya secara teratur disosialisasikan atau ditawarkan kepada seluruh masyarakat melalui berbagai media seperti internet, televisi, radio, surat kabar, majalah Kominkan, atau buletin juga papan pengumuman Kominkan. Dengan media tersebut, Kominkan semakin menjadi pengikat bagi tumbuhnya kebiasaan dan budaya belajar masyarakat. Penulis adalah dosen Pendidikan Luar Sekolah (PLS) Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) dan anggota penyunting Majalah Komunikasi
Tahun 40 Januari-Februari 2018|
27
Pustaka
Buaian Imaji dalam Serumpun Cerita Elegi Judul Buku Penulis Penerbit Cetakan Tebal
: Rakai Langit : Teguh Dewangga : Bentara Pustaka : Juni 2017 : 111 halaman
pa yang lebih membuat penasaran selain membaca suatu cerita-cerita karya sastra? Belum lagi dengan bahasa imajinya yang sukses menggiring pembacanya terbuai dalam alur cerita? Itulah yang kita rasakan ketika membaca sebuah karya sastra, lebih khusus ketika membaca cerpen-cerpen dalam kumpulan cerpen Rakai Langit. Penulis kumpulan cerpen Rakai Langit ialah mahasiswa Universitas Negeri Malang, Teguh Dewangga. Sepuluh cerpen dalam kumpulan cerpen Rakai Langit ini merupakan cerpen-cerpen yang telah meraih berbagai kejuaraan penulisan cerpen. Puncaknya kumcer (baca: kumpulan cerpen) ini telah meraih medali emas dalam ajang bergengsi Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) 2017. Rakai Langit ini memang tidak bisa kita anggap remeh. Kumcer ini mempunyai inovasi baru untuk para pembaca masa kini yang sudah mulai meninggalkan buku bacaan. Dengan berbasis Augmented Reality, Rakai Langit menyuguhkan ilustrasi animasi berbentuk audio visual yang ada di dalamnya. Caranya dengan memindai ilustrasi yang ada di kumcer Rakai langit dengan gawai yang telah terinstal aplikasi Rakai Langit di play store. Tak heran ketika membaca cerpen-cerpen ini pembaca akan dibuai oleh cerita imaji yang apik dan kekinian. Dengan mengangkat tema kearifan lokal, cerpen-cerpen Teguh ini membuka mata para pembaca akan kejadian yang ada di sekitar kita. Pada cerpen pertama yang berjudul Lidah Ungu Bercabang Dua yang Membuat Mereka menjadi Cangkang Abu, bercerita tentang sebuah makam keramat yang ada di sebuah tanjung. Terdapat banyak kepiting-kepiting bercangkang hijau yang memenuhi masjid dan makam yang ada di tanjung tersebut. Makam tersebut banyak didatangi untuk berziarah oleh orang-orang yang percaya akan suatu hal mistis. Seorang tokoh agama bernama Kyai Mustafa digambarkan memiliki lidah ungu yang bercabang dua. Ia adalah kyai yang biasa berkhotbah di tanjung itu yang akhirnya membakar makam keramat dan masjid di tanjung tersebut. Cerpen-cerpen yang disajikan dalam kumcer yang juga memenangkan medali perak dari kategori poster dalam Pimnas 2017 ini mempunyai jalan cerita yang khas. Secara implisit, banyak makna yang terkandung dalam setiap cerpennya. Tragedi-tragedi sosial tentang nilai religiusitas yang menimbulkan elegi ini menjadi beberapa cerita yang menggugah selera pembaca. Pada empat cerpen dalam kumcer ini, yaitu Lelaki Kencana yang Hilang Sebelum Berkhotbah pada Malam yang Ganjil, Lelaki Kencana yang Menguburkan Jenazah Pendukung Penista Agama, Petunjuk Syekh Narwastu tentang Mengawali dan Mengakhiri Bulan
A
28 | Komunikasi Edisi 314
repro internet
oleh Zahro Rokhmawati
Ramadhan, dan Lidah Ungu Bercabang Dua yang Membuat Mereka menjadi Cangkang Abu memiliki kemiripan unsur cerita dari segi nama tokoh, latar, dan hubungan nilai religiusitas. Hal ini menjadi menarik karena hampir ada keterkaitan antara empat cerpen tersebut. Dalam cerpen yang juga menjadi judul buku ini, yaitu Rakai Langit dan Gadis Kepiting serta Rahasia Lubang-lubang di Tengah Bakau mengisahkan elegi rasa cinta yang tak biasa. Dengan latar cerita di hutan bakau, cerpen ini menceritakan kisah anak muda bernama Rakai Langit yang terjebak oleh gadis kepiting misterius. Dari cerpen ini memang tampak upaya penulis menampilkan cerita yang logis dan adanya campuran cerita fantasi. Namun hal itu terkesan memaksa isi cerita. Berbeda dengan cerpen Bentara Bumi Direngkuh Retis Hujan Wonopotro yang tampak lebih menarik dari segi pemilihan tokohnya. Tokoh utama dari cerpen ini yakni sebuah pohon bunga sepatu sebagai aku dan Bentara Bumi seorang anak lakilaki yang mempunyai pohon bunga sepatu tersebut. Teguh ingin menampilkan tokoh yang tidak biasa, yakni dari sudut pandang tumbuhan yang mengetahui Bentara Bumi sejak kecil hingga akhirnya tewas mengenaskan karena dibunuh. Ciri khas lain yang dibuat Teguh untuk cerpen-cerpennya selain dengan menyuguhkan kata-kata metafora yang menawan yakni dengan pemilihan judul yang panjang. Judul panjang yang dibuat sekitar 6-14 kata. Hal ini memang bisa menarik perhatian pembaca. Namun, ada beberapa judul yang terkesan memaksa padu dan sedikit tidak selaras dengan isi utama cerita. Terlebih dari itu semua, Rakai Langit mampu membuai para pembacanya dan dibuatnya penasaran akan kisah-kisah elegi yang disajikan. Tak banyak kumpulan cerpen yang menyajikan tambahan ilustrasi yang menawan pada tiap-tiap ceritanya. Selain itu, Rakai Langit hadir menjawab kegelisahan akan turunnya minat baca masyarakat saat ini. Selamat membaca dan dibuai imaji oleh Rakai Langit! Penulis adalah mahasiswa Pascasarjana Sastra Indonesia dan Juara III Kompetisi Penulisan Pustaka Majalah Komunikasi UM Tahun 2017
dok. Kumunikasi
Pustaka
Menapaki Jalan Kehidupan oleh Shintiya Yulia Frantika
“P
antang tolak tugas, pantang kerja tak selesai�. Begitu cuplikan kutipan dalam buku yang tulis oleh Sonny Asmara. Pemilik nama asli Ahmad Sonhadji Kosim Hasan ini adalah seorang guru besar dari Fakultas Teknik, Universitas Negeri Malang (UM). Jika dilihat, sampul buku terkesan kurang menarik, malah cenderung biasa sekali. Akan tetapi, dengan ketebalan yang pas yakni 209 halaman, tidak terlalu tipis dan tebal, pembaca dapat segera menuntaskan penasarannya tentang akhir cerita dari Menggapai Cita-cita Imajiner ini. Menggapai Cita-cita Imajiner mengisahkan tentang seorang Yugo Aji kecil yang berasal dari desa terpencil hingga ia dewasa berhasil menjadi orang besar. Masa kecilnya tidak berbeda jauh dengan bocah desa lainnya. Sejak kecil, Yugo Aji sudah menunjukkan kepandaiannya. Yugo berhasil menjadi juara ujian negara sekecamatan yang kala itu masih Sekolah Rakyat. Dia pun bukan orang yang gengsian. Menjadi calo cilik ia lakoni dengan senang hati. Dari hasil menjadi calo cilik, dia diberi satu tiket masuk untuk menonton. Menurutnya, menjadi calo cilik ia lakoni untuk belajar mengalami dan menghayati bagaimana orang kecil berjuang mencari uang. Ketika itu dia masih duduk dibangku SMP. “Masuk ke situasi baru, kebiasaan baru, dan budaya baru. Orang bisa mengalami keterkejutan. Orang bisa mengalami tekanan dalam menghadapi tantangan. Akan tetapi, keterkejutan bisa dicegah, tekanan bisa ditangkal. Manakala orang sabar dan tawakal�. Begitu Yugo Aji bersikap ketika ia harus pindah ke sekolah yang lebih disiplin saat SMP sebab bapaknya dipindahtugaskan. Setelah lulus SMP, Yugo melanjutkan ke jenjang selanjutnya. Dia harus dihadapkan pada dua pilihan sekolah, antara STM atau SMA. Karena kebimbangannya tersebut, pada akhirnya ia lakoni keduanya. Kehidupan pesantren turut mewarnai masa-masa SMA. Tidur beralaskan tikar dan makan gembul dengan teman-teman pesantren menjadi keasyikan tersendiri. Sebagai mahasiswa, ia bukan tergolong mahasiswa yang kupukupu (kuliah pulang-kuliah pulang). Bahkan bisa dikatakan Yugo Aji mahasiswa yang superaktif. Masih menyandang status mahasiswa, ia sudah mengajar di sekolah, terjun menjadi aktivis intra-
Judul Buku Penulis Penerbit Tahun terbit Tebal
: Menggapai Cita-cita Imajiner : Sonny Asmara : UM Press : 2017 : x + 209 halaman
universitas sampai ekstra-universitas, keagamaan, kewartawanan dan pecinta alam. Di kala liburan, ia menjajakan pakaian ketika menjelang Idul Fitri. Tidak berhenti sampai di situ, usai lulus kuliah Yugo menerima tawaran untuk menjadi wakil kepala sekolah di usianya yang masih terbilang muda. Dia terus menapaki tangga kehidupan. Melanjutkan pendidikan magister di Ohio State University sekaligus melanjutkan untuk memperoleh gelar Ph.D. Kariernya semakin cemerlang. Menjadi dekan selama dua periode berturut-turut, kemudian diangkat menjadi guru besar dan menjadi konsultan pendidikan di Departemen Agama RI yang didanai oleh Asian Development Bank (ADB). Sebagai konsultan, Yugo harus berkeliling hampir ke semua MAN Model dan Pusat Sumber Belajar Bersama (PSBB) di seluruh Indonesia. Melibas medan yang sukar tak enggan diterjang demi menuju sekolah yang letaknya di tengah hutan. Tak jarang banyak bahaya yang menghadang. Namun, semua itu berhasil dilalui dengan baik atas ridho-Nya. Buku yang diterbitkan tahun 2017 tersebut terdiri atas sembilan bagian cerita. Bisa dikatakan, buku ini merupakan autobiografi dari si penulis sendiri. Penulis menuturkannya dengan ringan dan sangat lugas. Sekali duduk membaca, pembaca tidak akan merasa telah berhasil menuntaskannya. Sangat disayangkan ada beberapa istilah lama yang kurang dijelaskan oleh penulis sehingga pembaca dari kalangan anak muda akan kebingungan dengan istilah tersebut. Serta ada beberapa singkatan yang kurang familiar namun tidak dijelaskan kepanjangannya. Meskipun begitu, membaca buku ini mengajarkan kita untuk hidup dengan kesederhanaan. Semangat untuk bertanggungjawab mengemban amanah tercemin jelas dalam buku ini. Banyak nilai-nilai kehidupan serta spirit untuk terus menggapai cita-cita setinggi mungkin, sehingga sangat perlu dibaca oleh anak muda zaman now. Penulis adalah mahasiswa S-1 Jurusan Akuntansi, Universitas Negeri Malang
Tahun 40 Januari-Februari 2018|
29
Laporan Khusus
dok. Pribadi
Mahasiswa UM Raih Gelar Duta Politik
Winang (kiri) bersama partnernya dari Universitas Merdeka (kanan)
M
ahasiswa Universitas Negeri Malang (UM), Winang Surya Utama, yang akrab dipanggil Winang berhasil menjuarai pemilihan Duta Politik Kota Malang 2018. Acara tersebut diadakan oleh organisasi Anak Muda Hebat (AMH) Kota Malang bersama Radar Malang dan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Malang (13/01). Tak tanggungtanggung, proses seleksi meliputi tes tulis, interview, dan tes bakat. Mahasiswa Pascasarjana UM ini menampilkan bakat musikalisasi puisi yang berjudul Senyum yang Selalu Terkenang karya Juan Krisna Akhiru. Selain pengetahuan mengenai politik, penampilan bakat, kemampuan public speaking, dan pemecahan masalah pada saat diskusi juga mengantarkan Winang menjuarai Duta Politik Kota Malang. “Saya ingin belajar lebih banyak mengenai politik, kemampuan public speaking sangat membantu dalam pemilihan ini. Sebelumnya saya sudah banyak belajar ketika menjadi Duta Kampus UM. Intinya selalu positive thinking
30 | Komunikasi Edisi 314
dan banyak membaca terutama membaca koran karena banyak hal terbaru yang sering kita lupakan di sana” tutur Winang selaku pemenang Duta Politik. Mengharumkan nama UM, Winang mendapat banyak tanggapan positif dan support dari teman-teman kuliah, Paguyuban Duta Kampus (Paduka) UM, dan civitas academica UM. “Setelah saya mendapat amanah menjadi Duta Politik, tentunya saya akan menyosialisasikan kepada teman-teman mahasiswa betapa pentingnya hak suara kita dalam memilih, karena hal itu akan menentukan masa depan politik di Indonesia. Saya sangat senang karena pihak UM sangat mengapresiasi kemenangan saya,” tambah Winang. Dengan jabatan sebagai Duta Politik Kota Malang, Winang ingin memotivasi mahasiswa untuk lebih memahami dinamika politik di Indonesia. Menurutnya, politik bisa diceritakan lewat mulut ke mulut seperti bercerita biasa kepada sesama mahasiswa. Salah satu alasan diselenggarakannya Duta Politik adalah untuk mengajak para generasi bangsa agar memahami dan tidak
antipati pada politik. Karena melihat data yang ada hanya sebagian dari mahasiswa atau anak usia muda yang menggunakan hak politik mereka. Acara ini memberikan berbagai informasi dan pendidikan mengenai politik kepada masyarakat khususnya mahasiswa dan anak muda di Kota Malang. Terdapat lebih dari seratus peserta pendaftar yang meliputi mahasiswa dan pelajar di Kota Malang dan Winang adalah salah satu dari mereka yang berhasil meraih gelar Duta Politik Kota Malang. “Duta Politik bukan merupakan ajang kompetisi kecantikan, melainkan kompetisi mengenai dunia politik yang menurut saya ini sangat menarik. Saya bertugas membantu KPU dan menyosialisakan ketika ada pesta demokrasi. Karena itu, untuk menjadi Duta Politik harus mengedepankan luasnya wawasan tentang politik dan yang paling penting harus pandai bersosialisasi di lingkungan sekitar,” tambah Winang. Ia pun berpesan pada generasi muda yang sudah memiliki hak pilih untuk mulai mengenali pasangan calon kepala daerah masing-masing.Amey
Laporan Khusus
Mata Najwa: Kelola Isu Panas dalam Majelis Rakyat
T
anggota DPR yang melakukan korupsi, Ahmad Basarah pun menentang. “Di Indonesia sudah ada komisi khusus pemberantas korupsi, kita terus-terusan heboh dengan membahas korupsi tanpa berpikir serius bagaimana cara menghentikannya. Bisa jadi korupsi berawal dari mahalnya biaya untuk menjabat menjadi wakil rakyat,” ujar Ahmad Basarah. Suasana diskusi yang menegangkan dapat dicairkan dengan celetukan Komeng. Contohnya saat membahas soal gedung DPR yang miring dan akan dilakukan pembangunan. Menurut Komeng hal itu perlu dibiarkan saja. “Siapa tau bisa jadi potensi wisata, kan lumayan untuk pemasukan negara,” ucap Komeng disambut tawa para penonton. Menjelang akhir acara, Najwa Shihab berusaha menghibur penggemarnya yang berada di luar gedung karena tidak mendapat tempat di dalam. “Terima kasih sudah setia menunggu dan menyaksikan di luar. Nanti giliran saya yang akan mendatangi kalian semua,” ucap Najwa Shihab. Hal itu tentunya mendapat respons yang menyenangkan dari penonton yang berada di luar. Amey
dok. Komunikasi
rans7 Goes to Campus bertandang ke Universitas Negeri Malang untuk pertama kalinya. Mata Najwa On Stage mengawali kegiatan dengan sesi diskusi bersama presenter Trans7 dan konten kreator mahasiswa. Acara yang digelar selama dua hari (9-10/02) di Graha Cakrawala UM ini mengundang antusias mahasiswa UM maupun luar UM. Gerimis tak menyurutkan mahasiswa yang rela mengantre demi menonton Mata Najwa. “Nantinya akan ada tiga kota, selain Malang, ada Solo dan Bandung. Ketiga kota tersebut selama ini diketahui menjadi pusat pendidikan dan ini bisa terbukti dengan banyaknya mahasiswa yang datang. Antusias mereka sangat luar biasa. Malang menjadi tujuan pertama kami dan saya rasa UM sangat cocok untuk menjadi tuan rumah. Selain sebagai kampus pendidikan, juga menyediakan Graha Cakrawala yang bisa menampung 7.000 mahasiswa,” ujar Anita Wulandari, Kepala Divisi Marketing Public Relations Trans7. Dapat dilihat, Mata Najwa memang merupakan progam yang menyasar generasi milineal saat ini. Alasan itulah yang menjadikan UM sebagai salah satu tujuan Mata Najwa on Stage. Perlu diketahui, Mata Najwa on Stage mengambil tema mengenai Majelis Rakyat. Menghadirkan empat narasumber dari dunia perpolitikan, yakni Fadli Zon, Ahmad Basarah, Abdul Kadir Karding, dan Nasir Djamil. Narasumber tersebut berasal dari anggota MPR dan DPR RI. Turut meramaikan sebagai penelis yaitu Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya dan Komedian Komeng. Mata Najwa on Stage kali ini membahas soal hak imunitas dewan, jumlah korupsi anggota dewan, hak angket dewan, kepercayaan publik, kritik mengkritik dewan, gaji anggota dewan, tolok ukur kinerja dewan, hingga yang paling menarik adalah twitwar Fadli Zon dengan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti. Mengomentari salah satu pendapat Najwa mengenai maraknya
Najwa Shihab ketika membuka acaranya di Graca
Tahun 40 Januari-Februari 2018|
31
Wisata
Parang Tejo
Harta Karun Gunung Butak
dok. Pribadi
P
esona Malang tiada habisnya, tidak salah apabila pemerintah menyematkan gelar The Heart of East Java untuk Malang. Jika kita membicarakan wisata coban di Malang tidak akan pernah membosankan. Dalam bahasa Jawa Timur-an coban berarti air terjun. Sungai-sungai di hulu, dengan fisiografinya banyak menciptakan air terjun yang unik, eksotik, dan indah. Salah satu coban yang belum banyak terjamah wisatawan adalah Coban Parang Tejo. Coban Parang Tejo memiliki ketinggian sekitar 100 meter dengan kucuran air yang indah. Air terjun ini terletak di lereng Gunung Butak yang membentuk aliran Sungai Metro di perbatasan Desa Tlekung, Kecamatan Junrejo. Karena berada di dekat Gunung Butak, maka coban ini berada di dalam gunung yang indah. Selain menyuguhkan sensasi pemandangan, air terjun berlapis dengan kelembutan alirannya, coban ini juga menyajikan adanya penampakan warna-warni pelangi di beberapa waktu tertentu, sesuai dengan namanya parang yang berarti tebing dan tejo yang berarti pelangi. Biasanya, pemandangan itu terjadi pada saat musim kemarau dalam kondisi matahari tengah terik. Suasana di sekitar Coban Parang Tejo ini pun tergolong masih sangat alami dan perawan. Kawasan ini bisa dibilang sebagai keindahan surga yang tersembunyi di balik keramaian kota. Terlebih, untuk menikmati pesona alam yang indah ini, tidak membutuhkan banyak biaya, cukup dengan Rp10.000,00, kita sudah bisa menikmati Coban Parang Tejo beserta taman-
Air terjun Parang Tejo yang masih alami
32 | Komunikasi Edisi 314
taman di sekitar coban. Coban Parang Tejo menjadi sangat menarik dengan adanya taman yang bernama ayunan maut dan taman kupu-kupu. Wisatawan tidak perlu membayar lagi untuk mendapatkan view yang indah di atas gunung dan menikmati Coban Parang Tejo. Karena lokasinya yang berdekatan dengan Gunung Butak, maka wisatawan harus bersiap-siap berjalan di dalam gunung untuk menikmati indahnya Coban Parang Tejo. Selain itu, wisatawan disarankan untuk menggunakan kendaraan pribadi, karena memang tidak ada angkutan umum yang menuju kawasan ini. Mengenai lahan parkir wisatawan, tidak perlu khawatir karena di objek wisata ini telah disediakan lahan parkir yang memadai untuk menampung kendaraan wisatawan. Di sepanjang perjalanan, wisatawan akan banyak disuguhkan pemandangan alam yang indah dan banyak pohon pinus yang dikelola menjadi objek wisata. Perjalanan dilakukan dengan berjalan kaki melewati jalan setapak naik turun bukit, menyisir jurang hingga lokasi Coban Parang Tejo menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Sejuknya udara yang berembus akan menemani wisatawan melewati jalan yang berkelok-kelok dan curam. Menerobos ranting-ranting pohon liar yang menutupi jalan menjadikan sebuah pengalaman tersendiri bagi yang memiliki jiwa petualang dan sangat tertarik dengan keeksotisan alam. Wisatawan tidak perlu khawatir tersesat karena banyak petunjuk jalan untuk sampai di lokasi coban. Bagi wisatawan yang merasa kesulitan dengan akses menuju Coban Parang Tejo
Berpose di Taman Peterpan
dapat berfoto di atas jembatan dengan leluasa dan merasa aman karena terdapat pembatas antara jembatan dengan jurang di sekitar pohon pinus. Spot foto yang tak kalah instragamable adalah sayap burung di atas gunung. Spot foto ini menjadi idola wisawatan karena berada di atas gunung dengan background awan dan jurang Gunung Butak. Untuk wisatawan yang datang dengan pasangan, Taman Love sangat dianjurkan, karena terdapat ayunan yang dapat digunakan duduk berdua dengan pasangan disertai hiasan daun berbentuk hati yang menambah indah suasana berdua. Ada beberapa tips untuk wisatawan yang akan berlibur ke Coban Parang Tejo. Wisatawan disarankan memakai alas kaki yang nyaman dan tepat karena akan berjalan di dalam gunung, berhati-hatilah saat menyusuri setapak karena masih berupa tanah, batu-batu, dan banyak ranting pohon, lebih baik datanglah saat musim kemarau untuk menghindari longsor di tebing, dan pastikan kendaraan dalam kondisi yang baik mengingat akses berada di pegunungan. Hal yang paling
Spot foto ayunan maut jadi idola pengunjung
dok. Pribadi
dan enggan ke sana, masyarakat sekitar memfasilitasi taman-taman dengan spot foto yang tidak kalah indah. Terdapat juga musala dan kantin di sekitar taman untuk menjadi tempat istirahat. Kantin ini menyediakan makanan berat maupun ringan, jadi wisatawan tidak perlu takut kelaparan. Wisatawan dapat menikmati ayunan maut untuk melihat pemandangan coban dari atas gunun. Tidak perlu khawatir karena terdapat petugas yang menjaga ayunan maut tersebut. Keindahan Coban Parang Tejo memang tidak dapat diragukan lagi, tetapi ada sesuatu di dalamnya yang tidak kalah menarik untuk diabadikan dalam lensa kamera, yaitu taman kupukupu yang diberi nama Taman Peterpan. Taman ini punya bunga-bunga yang biasa dihinggapi oleh kupu-kupu dan tentunya ada beberapa spot foto dengan kupu-kupu buatan. Taman Peterpan menjadi idola bagi anak-anak usia dini, bahkan terlihat beberapa rombongan anak Taman KanakKanak yang melakukan rekreasi. Sampai saat ini, fasilitas di sekitar coban selalu diperbaiki demi kenyamanan wisatawan. Terdapat juga jembatan kayu yang berdiri di antara pohon-pohon pinus yang masih sangat asri. Wisatawan
Perjalanan menuju air terjun
penting, jangan mencemari lingkungan dan buanglah sampah pada tempatnya. Adanya Gunung Butak yang indah juga menjadi pertimbangan wisatawan untuk berkunjung, meskipun jalur semakin sulit, tapi wisatawan disuguhkan banyak pohon jeruk dan apel di sekitar pendakian. Gunung ini memiliki ketinggian 2868mdpl dan menyimpan eksotika alam yang menawan seperti halnya Coban Parang Tejo, Kebun Teh, dan Sabana. Gunung Butak ini berdekatan dengan Gunung Kawi dan Gunung Panderman, sehingga kalau dilihat dari kejauhan seperti orang sedang tidur. Masyarakat Kota Malang lebih banyak menyebutnya pegunungan putri tidur. Jadi gunung ini menawarkan pemandangan yang luar biasa indah, ditambah gunung ini sudah tidak aktif dan tidak berbahaya. Karena cuaca yang tidak menentu, wisatawan dianjurkan membawa jaket atau mantel jika sewaktu-waktu hujan turun. Coban Parang Tejo dan Gunung Butak dapat memulihkan fisik dan mental wisatawan juga memberikan kesempatan rileks bagi mereka yang merasa bosan dan lelah dengan kegiatan bekerja maupun kuliah. Wisata ini sangat dianjurkan bagi mereka yang menyukai tantangan.Amey
dok. Pribadi
dok. Pribadi
dok. Pribadi
Wisata
Berpose di spot ayunan maut
Tahun 40 Januari-Februari 2018|
33
Rancak Budaya
Surat Keadilan oleh Candra Mariatul Kibtiyah
ilustrasi oleh : Krisnawa Adi Baskhara
M
ega merah mulai menghiasi langit kala itu. Ketika seorang gadis belia berdiri di ambang pintu sambil menatap wajah sendu seorang ibu yang tengah berduka. Dia menekan dada kirinya yang terasa sangat sakit, bagai diimpit bongkahan batu. Di kejauhan, tampak seorang wanita paruh baya sedang terduduk lesu pada sebuah bangku rotan yang telah reot. Matanya yang merah dan sembab tak berhenti menitikkan air mata. Keriput di wajahnya tampak semakin nyata dengan baju lusuh yang dikenakannya. Seorang wanita lain, yang tampak sedikit lebih muda darinya, mencoba untuk menenangkannya, “Yang sabar, ya Mbok Asih. Yang ikhlas. Biar Nida tenang. Pandongane wae, kareben padang dalane, jembar kubure,� kata wanita itu. “Nida itu unting-unting, cuma dia yang kupunya setelah bapake seda, duh Gusti kulo mboten kuwawa,� kata wanita yang dipanggil Mbok Asih itu sambil tak henti-hentinya menitikkan air mata. Semua orang yang datang melayat memandang Mbok Asih
34 | Komunikasi Edisi 314
dengan iba. Mereka tak menyangka, Nida, gadis cantik yang sangat sopan dan juga cerdas, telah menghadap Sang Pencipta dengan cara yang tragis. Gadis di ambang pintu itu juga hanyut dalam birunya suasana sore itu. Masih segar di ingatannya, bagaimana orang-orang berperut buncit itu berlaku sewenang-wenang di desanya. Mereka datang dengan janjijanji manis, membangun pabrik demi kemakmuran penduduk setempat. Namun semua itu hanya fatamorgana. Apa yang terjadi setelah pabrik itu berdiri tidaklah seindah yang diharapkan. Limbah mulai mencemari lingkungan sekitar, mata air jadi keruh, udara tak lagi sejuk, dan suara deru mesin yang tak berhenti-henti dari pagi hingga pagi lagi. Penduduk sekitar juga diperalat sebagai pekerja dengan upah yang sangat minim dan tanpa asuransi kecelakaan kerja. Pak Warto, suami Mbok Asih, adalah salah satu di antara sekian banyak penduduk yang bekerja sebagai buruh di pabrik itu. Beliau dipaksa bekerja keras, bahkan sering lembur di usianya yang sudah senja hingga suatu hari beliau mengalami kecelakaan kerja. Alihalih menanggung biaya pengobatan Pak Warto, pihak perusahaan justru meminta ganti rugi atas mesin yang rusak saat kecelakaan tersebut terjadi. Melihat kejadian itu, Nida naik pitam. Dengan
Rancak Budaya
tegas dan lantang dia meminta keadilan untuk bapaknya, bahkan Mbok Asih sampai memohon belas kasihan dari mereka. Tetapi manusia-manusia keji itu justru melempar kedua wanita itu keluar bak seekor binatang liar. Keterbatasan ekonomi membuat Pak Warto tidak sanggup berobat ke dokter dan akhirnya beliau hanya diobati dengan pengobatan tradisional seadanya. Beliau tetap berusaha untuk bekerja di ladang tetangga meskipun kondisi fisiknya sudah tak lagi prima. Mbok Asih juga bekerja sebagai buruh pembuat ebek. Nida yang masih duduk di bangku kelas IX, tak mampu berbuat banyak untuk membantu kedua orangtuanya. Melihat kondisi orangtuanya, Nida tak sanggup bila harus tetap diam dan berpangku tangan saja. Diam-diam, Nida mulai mengumpulkan berbagai informasi mengenai kejahatan dan pelanggaran yang dilakukan oleh pabrik itu berserta buktibuktinya. Dia bertekad untuk membongkar liang para tikus yang mengeksploitasi warga dengan dalih kemajuan desa tempat tinggalnya demi mencari keadilan untuk bapaknya. Suatu hari Pak Warto demam tinggi, rupanya luka akibat kecelakaan kerja yang dialaminya sekitar sebulan yang lalu telah mengalami infeksi. Untuk kesekian kalinya Nida mendatangi rumah pemilik pabrik, memohon kebesaran hati sang tuan rumah untuk menolong bapaknya. Namun ketegaran dan kesopanan yang dia haturkan tak juga dapat meluluhkan hati sang cukong yang sekeras batu itu. Nida diusir dengan kasar dari rumah itu. Nida pulang dengan putus asa, tak tahu apa lagi yang dapat ia perbuat untuk menolong bapaknya yang sedang sekarat. Hatinya bertambah remuk saat mendengar jeritan emaknya saat memasuki halaman rumah. Buru-buru Nida menghampiri emaknya ke dalam kamar. “Apa yang terjadi, Mak?” tanya Nida kala itu. Mbok Asih tak sanggup berkata-kata, ia hanya memandangi suaminya yang terlentang di hadapannya. Tahulah Nida apa yang tengah terjadi. Dua wanita itu pun menangis bersama meratapi kepergian Pak Warto di malam itu. Pelanggaran demi pelanggaran yang dilakukan oleh pabrik itu semakin hari semakin bertambah banyak. Jika hal ini dibiarkan terus menerus, maka akan semakin banyak Pak Warto-Pak Warto lain
yang akan muncul. Nida bertekad untuk segera mengakhirinya. Dia mengumpulkan semua bahan tulisannya mengenai pabrik itu, lalu ditulisnya kembali dalam lembaran surat yang akan dia kirimkan ke kantor bupati. Dia sadar, statusnya yang hanya pelajar SMP dapat dipandang sebelah mata oleh aparat penegak hukum, namun setidaknya mereka harus tahu apa yang sesungguhnya sedang terjadi di desa yang terpencil seperti ini. Alih-alih sampai ke tangan Bupati, surat itu justru jatuh ke tangan kepala desa. Ternyata, kepala desa telah bersekongkol dengan para cukong dari kota itu. Orang-orang itu geram, mengetahui apa yang telah ditulis oleh Nida. Nida dipanggil ke balai desa saat itu juga, dia bahkan diseret paksa dari rumahnya. Mbok Asih yang ingin melindungi anaknya justru didorong hingga jatuh terjungkal. Warga yang melihat kejadian itu pun berbondong-bondong mendatangi balai desa. “Kowe iku bocah, ngerti opo?” hardik kepala desa saat Nida telah didudukkan di kursi pesakitan, “Saya tahu semuanya, saya tahu kejahatan kalian, juga ketidakadilan atas kasus bapak saya,” jawab Nida tegas, “Diam adalah pilihan terbaik, nak. Jangan memperumit dirimu sendiri!" kata pemilik pabrik. Nida tak mau menyerah, dia berpegang teguh pada pendiriannya. Akhirnya perdebatan pun tak terelakkan meskipun Nida tak mampu bersilat lidah seperti orang-orang yang mengeroyoknya. Khawatir warga lain akan terprovokasi, akhirnya kepala desa memutuskan untuk mengadili Nida di dalam ruangannya. Ternyata Nida tidak diinterogasi di ruang kepala desa, melainkan dimasukkan ke gudang. Di sana Nida diikat dan dikurung. Mbok Asih menunggu Nida di depan balai desa dengan cemas, namun hingga larut malam Nida belum juga keluar. Warga yang khawatir dengan kondisi Mbok Asih memaksanya untuk pulang saja ke rumah. Meskipun awalnya tidak mau, Mbok Asih akhirnya bersedia untuk pulang. Sehari, dua hari, hingga hari ketiga Nida belum juga pulang. Selama tiga hari itu Mbok Asih sering ke balai desa, dalam sehari Mbok Asih bisa bolak-balik sampai lima kali ke balai desa untuk menanyakan keberadaan Nida. Akan tetapi Pak Kades selalu bilang Nida sudah pulang sejak sore pada hari dia diinterogasi. Mbok Asih tak percaya. Kalau memang Nida sudah keluar dari balai
desa, kenapa Nida belum pulang juga? Pertanyaan itulah yang selalu terlintas di benak Mbok Asih dan pertanyaan itu juga yang selalu disampaikan kepada semua orang yang dia temui di balai desa. Beliau bahkan memohon agar Pak Kades bersedia membantu mencari Nida. Tapi permintaan tersebut ditolak mentah-mentah oleh Pak Kades, bahkan Mbok Asih sampai diusir karena dianggap mengganggu. Mbok Asih tak berhenti begitu saja, beliau terus berusaha mencari anaknya, hingga pada malam keempat Mbok Asih menemukan Nida dalam kondisi yang sangat menyedihkan di depan pintu rumahnya. Mbok Asih mencoba mencari pertolongan, namun ternyata Nida tak sanggup bertahan dan meninggal di pangkuan ibunya. Warga yang hendak menolong hanya bisa tertunduk lesu melihat semua kejadian itu. Sekarang jasad Nida telah selesai dikebumikan di samping makam bapaknya. Semua orang yang datang melayat, termasuk gadis yang berdiri di ambang pintu itu, tengah tenggelam dalam kedukaan Mbok Asih yang kini hidup sebatang kara. Gadis di ambang pintu itu tampak sangat iba pada mbok Asih, namun tak ada kata-kata yang dapat ditujukan untuk menghiburnya. “Dengar kalian semua! Kematian Nida tidak ada hubungannya dengan kami maupun perangkat desa. Camkan itu, Mbok Asih!” kata sang cukong pemilik pabrik dengan nada kasar dan suara yang mengguntur memecah keheningan tanpa ada silah-silahnya. Mbok Asih yang tengah dirundung duka tak mampu membantah apa-apa, warga yang takut pada para penguasa juga tak berani bersuara. Tanpa basa-basi, para cukong dan perangkat desa itu pun keluar dari rumah itu, melewati pintu di mana sang gadis tengah berdiri tadi. Mbok Asih menatap kepergian mereka. Samar-samar, di antara gerombolan orang-orang kejam itu, Mbok Asih melihat sosok Nida sedang berdiri di ambang pintu, menatapnya dengan penuh rindu. Semua menjadi semakin samar, mata Mbok Asih mulai berkunang-kunang, kemudian menjadi gelap seluruhnya, yang terdengar hanyalah teriakan warga yang memanggil nama Mbok Asih. Penulis adalah mahasiswa Jurusan Matematika dan Juara II Kompetisi Penulisan Cerpen Majalah Komunikasi 2017
Tahun 40 Januari-Februari 2018|
35
Rancak Budaya
ilustrasi oleh : Krisnawa Adi Baskhara
Mereguk Tonikum-tonikum Penghabisan oleh Amalia Safitri Hidayati Lembayung menjalar ke ubun-ubun hingga pijak kakimu Genderang perang masih menggaung, Mencatat setiap koyak menganga Lantas jenderal agung hanyalah rapalan di ingatan Dalam diktat, yang bersisa, melindap, mengendap di tanah kenangan Anyir darah dan kematian membaur ke bilik-bilik ketiak Mengendus pada tulang punggung bernama pemuda. Kemana sang empunya? Ketika laga atas nama budaya bersilang sengketa Depa-depa tanah saksi petumpahan darah Menunggangi kawanan, memedang puak-puak gejolak, Mengibaskobarkan dusta, menolak tunduk pada merdeka Kitalah matahari negara, yang setia menekuri musim penumpas culas dan beringas Senantiasa mereguk tonikum darah penghabisan Memulangkan dahaga pada darah Gajahmada, Darah Diponegoro, darah Mpu Nala, Darah Soekarno Hatta, serta ceceran darah gerilya Kitalah matahari negara, yang memancarbiaskan darah menjadi pendar cahaya Kita kendarai peri hidup, esok. Berpeluh tonikum, memagari teritorial amerta Dari rimbun belantara Sumatra ke kebun anggrek Papua Lalu dalam getir yang sunyi, kita langgamkan epos perjuangan sembari mereguk tonikum darah di bawah bendera. Penulis adalah mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang
Rintih Sang Mushaf oleh Silvia Arina Hidayati ilustrasi oleh : Krisnawa Adi Baskhara
Yaa Ukhti.. Salam rinduku padamu untuk yang kesekian kali tak lagi bisa kutepis Kudengar raut mungilmu telah tumbuh amat manis Tapi sayang, hijabmu kau lepas habis Wudhumu kau kikis Gamis kau ganti gaun tipis minimalis Dan aku kau biarkan menangis Sungguh miris. Iqra’! Iqra’ Ya Ukhti! Baca aku lagi! Sentuh aku dengan hati Peluk aku dalam dekapmu lagi Sembunyikan mahkotamu dengan balutan kain-kain perintah-Nya Tutup tulang-tulangmu dengan jubah panjang penyejuk mata Ambil Wudhumu, tunaikan tujuh belas kewajibanmu yang lama kau lupa Kecup aku dengan segenap kerinduan akan aku yang lama kau tinggal pergi Sebelum langit tak lagi menghendaki Alam Allah tak lagi mengampuni Meregang nyawa esok hari Iqra’ Yaa Ukhti! Jangan sibuk urus duniawi Cari uang sana-sini Hingga aku lupa kau resapi Mendekatlah, aku rindu. (Malang, 3 Oktober 2017) Penulis adalah mahasiswa Jurusan Kependidikan Sekolah Dasar dan Prasekolah dan Juara II Kompetisi Penulisan Puisi Majalah Komunikasi 2017
oleh Jonathan Christian Viola
Dahulukan Wanita Hamil
Seluruh civitas academica UM dapat mengirimkan karya komik dengan tematema bebas dalam bentuk soft file Seluruh civitas akademika UM dapat mengirimkan karya berupa komik dengan bebas dalam bentuk yang dikirim langsung ke Kantor Redaksi Majalah Komunikasi Gedung Graha Rektorat Lantai II UM atau soft file yang dikirim langsung ke Kantor Redaksi Majalah Komunikasi Gedung A3 Lantai III UM atau via email: via email: komunikasi@um.ac.id selambat-lambatnya tanggal 25 Maret 2018identitas disertai lokasi foto dan identitas diri komunikasi@um.ac.id selambat-lambatnya tanggal 25 November 2016 disertai diri (nama, fakultas, jurusan, danfakultas, nomor HP). (nama, jurusan, dan nomor HP). Tahun 40 Januari-Februari 2018|
38 | Komunikasi Edisi 314
35
Mendulang rupiah, menyambung kehidupan Nama : Yolanda Akadiana Putri Fak/Jur : Ekonomi / Akuntansi Lokasi : Kulonprogo, Yogyakarta
Menapak seiring dengan alam sebagai sahabat sejati Nama : Grebbi Erandi Putra Fak/Jur : Sastra/Seni dan Desain Lokasi : Bromo
Riangnya tak bisa sembunyi, gelaknya masih tersimpan di sanubari Nama : Alif Rahmat Yuliawan Fak/Jur : Sastra/Seni dan Desain Lokasi : Kampung Tridi, Malang
Tak ada panorama yang terulang sama, meski esok senja masih ada Nama : Agus Arifin Wijaya Fak/Jur : Pascasarjana/ S2 Teknologi Pembelajaran Lokasi : Pelabuhan Kalbut, Kabupaten Situbondo
Seluruh civitas academica UM dapat mengirimkan karya fotografi dengan tema dan tempat bebas dalam bentuk soft file yang dikirim langsung ke Kantor Redaksi Majawwqlah Komunikasi Gedung Graha Rektorat Lantai II UM atau via email: komunikasi@um.ac.id selambatlambatnya tanggal 25 Maret 2018 disertai lokasi foto dan identitas diri (nama, fakultas, jurusan, dan nomor HP)