Koran Kampus UKDW Edisi Agustus 2018

Page 1

Universitas Kristen Duta Wacana

12

@duta_wacana Kantor Humas UKDW

08

www.ukdw.ac.id

Alamat Redaksi: Kantor Biro 4 UKDW Jalan dr. Wahidin Sudirohusodo No. 5-25, Yogyakarta 55224 Koran Kampus UKDW

Agustus 2018

korankampus@staff.ukdw.ac.id

Mahasiswa Baru UKDW Diharapkan Menjadi Pemimpin yang Menginspirasi

Profil Bulan Ini: Pdt. Wahju Satria Wibowo, Ph.D.

2

Java Summer Camp 2018

10

Summer Camp CJCU 2018

11

KOINONIA - (13/8) Orientasi Kehidupan Akademik (OKA) resmi dibuka oleh Rektor UKDW, Ir. Henry Feriadi, M.Sc., Ph.D. pada hari Senin, 13 Agustus 2018 di Auditorium Koinonia Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW). Sebanyak 1050 peserta yang terdiri dari mahasiswa baru dan mahasiswa dari beberapa angkatan sebelumnya mengikuti kegiatan ini sampai dengan tanggal 18 Agustus 2018. Dalam masa orientasi atau pengenalan kampus, mahasiswa baru UKDW diharapkan dapat mengenal lebih jauh lagi kampus tempat mereka berkuliah serta membentuk karakter mahasiswa baru di lingkungan baru. Upacara pembukaan OKA 2018 dibuka dengan doa dan renungan oleh Pdt. Nani Minarni, S.Si, M.Hum. selaku Pendeta Universitas (PU). Nani memberikan motivasi sesuai dengan tema OKA 2018 yakni “The Inspiring Leader” kepada para peserta OKA 2018. Nani berpesan agar para generasi penerus bangsa ini nantinya dapat menjadi sosok “pemimpin” (leader) yang dapat menginspirasi banyak orang, terutama dalam hal menjunjung tinggi rasa persaudaraan, semangat dalam melayani, pantang menyerah, tidak cepat puas diri, dan selalu menebarkan kebaikan pada sesama. Acara dilanjutkan dengan sambutan dari Rektor UKDW, Ir. Henry Feriadi, M.Sc., Ph.D. Dalam sambutannya, Henry mengucapkan selamat datang kepada seluruh mahasiswa baru yang telah memilih dan diterima di UKDW sebagai tempat baru untuk menimba ilmu. Henry juga menegaskan bahwa para mahasiswa baru angkatan 2018 ini merupakan mahasiswa pilihan terbaik yang telah melewati beberapa proses tahapan ujian. “Saya berharap para mahasiswa baru agar selalu bersyukur dan bersemangat dalam berkuliah nantinya, karena tidak semua berkesempatan untuk dapat berkuliah di UKDW,” pesan Henry. Imanuel Aji Setiawan selaku Ketua Panitia OKA 2018 dalam sambutannya menyampaikan bahwa melalui tema “The Inspiring Leader”,

foto Dok. Biro IV

foto:dok.Panitia OKA 2018

OKA 2018 ingin mengangkat semangat kepemimpinan yang digambarkan dengan sosok yang memiliki sifat pantang menyerah, mau berjuang menggapai impian, bertanggung jawab, serta mampu memperjuangkan kebenaran dan keadilan dalam cinta kasih pada sesama. Pada sesi selanjutnya, para peserta diajak untuk lebih mengenal sejarah, visi, misi, serta nilai-nilai yang terkandung dalam UKDW melalui acara talkshow versi panitia OKA 2018 dengan narasumber Joko Purwadi, S.Kom., M.Kom., Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan, Alumni, dan Informasi. Joko menjelaskan sejarah berdirinya UKDW yang diawali dengan berdirinya Sekolah Tinggi Teologia Duta Wacana pada tahun 1962 dan kemudian berkembang menjadi UKDW yang berkiprah sejak tahun 1985. Selanjutnya para peserta OKA 2018 diajak untuk lebih mengenal Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas (BEMU) dan Badan Perwakilan Mahasiswa Universitas (BPMU). Dalam sesi tersebut hadir Marcellinus Pradipta Christie selaku Presiden BEMU dan Tya Mamoto selaku Ketua BPMU. Dalam sesi ini,

Marcell dan Tya menjelaskan fungsi dan peran BEMU dan BPMU di UKDW serta selukbeluknya. Tak lupa mereka juga mengajak para mahasiswa baru untuk ikut ambil bagian serta berperan aktif dalam organisasi ataupun kepanitiaan di kampus. Mereka berpesan agar jangan takut untuk mencoba karena dengan ikut serta dalam organisasi atau kepanitiaan, banyak keuntungan yang akan didapatkan, terutama untuk menambah pengalaman sebelum para mahasiswa memasuki dunia kerja. Dalam upacara pembukaan OKA 2018 ini juga dilakukan prosesi iring-iringan tarian yang diikuti oleh beberapa peserta yang bertugas membawa bendera merah putih, bendera universitas, bendera fakultas, dan bendera program studi mulai dari Fakultas Arsitektur dan Desain, Fakultas Bioteknologi, Fakultas Bisnis, Fakultas Kedokteran, Fakultas Teknologi Informasi, Fakultas Teologi, dan Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris. Para peserta OKA 2018 juga dihibur oleh penampilan dari Duta Dance. Di akhir acara, para peserta diajak untuk berkeliling dan mengunjungi unit-unit di UKDW melalui “Campus Tour”. [Jane]

Para Mahasiswa Baru UKDW Antusias Mengikuti Rangkaian Kegiatan OKA 2018 UKDW - Memasuki hari ketiga rangkaian acara kegiatan Orientasi Kehidupan Akademik (OKA) UKDW tahun 2018, para peserta diajak untuk mengetahui makna Wawasan Kebangsaan dan Bela Negara yang dipaparkan oleh Kolonel Infanteri Jaelan selaku narasumber. Jaelan mengatakan bahwa kegiatan Wawasan Kebangsaan dan Bela Negara sangat penting dilakukan oleh para mahasiswa dalam menghadapi kompleksitas permasalahan mulai dari terorisme, radikalisme, kemiskinan, separatisme, dan penyalahgunaan narkoba. “Sebagai generasi penerus bangsa, mahasiswa harus mampu menghadapi itu semua dan membawa Indonesia yang lebih maju di masa yang akan datang,” pesannya. Acara dilanjutkan dengan sesi mengenai gaya hidup mahasiswa yang dibawakan oleh komunitas “Victory”. “Victory” merupakan komunitas untuk ODA atau Orang Dengan AIDS. Sesi tersebut bertujuan menambah pengetahuan mahasiswa mengenai situasi dan kondisi sekarang, bahwa masih banyak anak tidak memandang usia terjerumus ke dalam pergaulan bebas yang cenderung negatif hingga melibatkan narkoba dan seks bebas. Penyalahgunaan narkoba dan pergaulan yang salah bila dibiarkan dapat menimbulkan resiko terjangkit penyakit HIV/AIDS. Pada sesi tersebut, dijelaskan pula banyak hal mengenai HIV/AIDS mulai dari faktor penyebab hingga cara penanganan terhadap orang yang terjangkit penyakit HIV/AIDS.

Para peserta OKA selanjutnya mengikuti sesi mengenai pengenalan nilai budaya, tata krama, dan keilmuan oleh Ki Sutikno selaku Pakar Budaya Yogyakarta. Pada sesi ini, para peserta terlihat antusias dan bersemangat karena pembawaan Ki Sutikno yang jenaka dan sering memberi celotehan-celotehan lucu pada para peserta. Ki Sutikno menjelaskan bagaimana tata cara berkomunikasi serta tata cara berinteraksi yang ada di Jogja. “Kita semua yang sekarang ini berada di Yogyakarta harus tetap menjaga keharmonisan, kerukunan, dan toleransi pada sesama sehingga dapat menciptakan suasana kota Jogja yang rukun dan damai,” pesannya. Di hari berikutnya para peserta diajak untuk mengikuti OKA Program Studi (Prodi). Acara tersebut bertujuan untuk lebih mendekatkan para mahasiswa baru dengan program studi yang dipilihnya. Seluruh mahasiswa baru mengelompokkan diri berdasarkan prodi masing-masing untuk mendengarkan penjelasan dari dosen dan perwakilan mahasiswa seputar dunia perkuliahan yang akan mereka hadapi. Dalam rangkaian acara kegiatan OKA 2018 di tanggal 17 Agustus 2018, setelah mengikuti upacara bendera bersama seluruh sivitas akademika, para peserta diajak berkeliling dalam sesi campus tour yang diarahkan oleh fasilitator masing-masing kelompok agar para mahasiswa baru lebih mengenal lingkungan kampus mulai dari Gedung Agape sampai dengan Gedung Logos. Selama campus tour, para peserta

foto:dok.Panitia OKA 2018

juga diberi kesempatan untuk mengenal Unit-Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang ada di UKDW. Masing-masing UKM telah berada di stand-stand yang telah ditetapkan sesuai dengan alur campus tour. Para peserta juga diberi kesempatan untuk mendaftarkan diri untuk mengikuti UKM yang diminatinya. Pada hari Sabtu, 18 Agustus 2018 yang merupakan puncak dari rangkaian acara OKA 2018, panitia menyiapkan acara puncak yaitu malam inagurasi yang dilaksanakan di halaman SMA BOPKRI 1 Yogyakarta. Pada malam inagurasi ini, panitia menampilkan tarian dengan kostum lucu dan menarik untuk menghibur para peserta. Acara dilanjutkan dengan penampilan dari kelompok-kelompok yang telah memenangkan seleksi inagurasi serta acara pembagian awards dan hadiah untuk para peserta yang menjadi pemenang OKA 2018 diantaranya kelompok Ginseng

foto:dok.Panitia OKA 2018

sebagai kelompok terbaik, kelompok Bawang Putih sebagai kelompok dengan papan terbaik, kelompok Bawang Merah sebagai maskot terbaik, kelompok Kapulaga sebagai kelompok terheboh, kelompok Asam Jawa sebagai penampilan inagurasi terbaik, dan Kelompok Daun Pandan dengan kategori YelYel terbaik. Panitia juga memutarkan video seputar kegiatan OKA 2018. Selanjutnya, para peserta mengikuti acara pembacaan Janji Mahasiswa dan menikmati penampilan dari Duta Voice yang membuat suasana semakin syahdu. Rangkaian acara OKA UKDW 2018 selama seminggu akhirnya resmi ditutup oleh Rektor UKDW, Ir. Henry Feriadi, M.Sc., Ph.D. Suasana pun semakin meriah ketika para panitia dan peserta bergoyang bersama disc jockey dan berfoto bersama sebelum meninggalkan area SMA BOPKRI 1 Yogyakarta. [Jane]


Profil Bulan Ini

2

Pdt. Wahju Satria Wibowo, Ph.D, Dosen UKDW Peraih Mueller-Krueger Award

P

enulis hebat tidak butuh pengakuan orang lain. Mereka menulis karena mereka memang menyukainya. Mereka banyak berkorban untuk menghasilkan karya terbaik lewat tulisannya dan mereka bahagia dengan apa yang mereka lakukan. Begitulah jawaban dari Pdt. Wahju Satria Wibowo, Ph.D, dosen Filsafat dan Teologi Konstruktif di Fakultas Teologi Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) saat tim Koran Kampus menanyakan pendapatnya mengenai bagaimana caranya menjadi penulis yang hebat. Pdt. Wahju begitu ia akrab disapa memulai sesi wawancara dengan menceritakan profil pendidikannya. Pdt. Wahju telah mengabdikan dirinya untuk menjadi dosen di UKDW sejak tahun 2003. Ia menyelesaikan pendidikan sarjananya pada tahun 1996 di Fakultas Teologi UKDW. Sebelum menjadi seorang dosen, Pdt. Wahju merupakan seorang pendeta di Gereja Kristen Pasundan pada tahun 1998 hingga tahun 2003. Sembari menjadi pendeta, Pdt. Wahju melanjutkan pendidikan S2-nya di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta dan menyelesaikannya pada tahun 2003. Pada tahun 2003, Pdt. Wahju memulai karirnya menjadi seorang dosen di Fakultas Teologi UKDW. Bukan hanya itu, Pdt. Wahju pun melanjutkan studinya di Vrije Universiteit, Amsterdam, Belanda pada tahun 2007 untuk mengambil pendidikan S2 dan S3 di bidang Teologi Sistematik atau biasa disebut Teologi Konstruktif dan menyelesaikan pendidikan S3-nya pada tahun 2014. Menulis merupakan salah satu hobi yang ditekuni Pdt. Wahju selama menjadi dosen di UKDW, ia juga banyak menghabiskan waktunya untuk menulis berbagai hal saat ia sedang menempuh pendidikan di Amsterdam, Belanda. Berkat disertasi yang berjudul “Jesus as Kurban: Christology in the context of Islam in Indonesia”, ia menerima penghargaan disertasi terbaik dari Mueller-Krueger Award tahun ini. Bertempat di Fakultas Teologi UKDW, Mueller-Krueger Award untuk Pdt. Wahju diserahkan langsung oleh Kristina Neubauer selaku Sekretariat United Evangelical Mission (UEM) untuk wilayah Indonesia dan Asia pada tanggal 6 Agustus 2018. Mueller-Krueger Award sendiri merupakan penghargaan yang diberikan oleh UEM, sebuah yayasan yang berasal Jerman dan berfokus untuk pengembangan sumber daya manusia (SDM) di Indonesia. Mueller-Krueger Award diberikan kepada dosen yang menulis disertasi atau tesis terbaik di Indonesia selama kurun waktu dua tahun. Disertasi yang mendapatkan Mueller-Krueger Award ini membahas tentang bagaimana orang–orang Kristen menghayati Yesus dalam konteks masyarakat muslim di Indonesia. Pdt. Wahju mencoba untuk merefleksikan Yesus sebagai korban dalam konteks masyarakat muslim. Ia berharap melalui disertasinya, masyarakat Indonesia dapat mengutamakan semangat berkorban karena saat ini kebanyakan masyarakat Indonesia bukan semangat berkorban yang diutamakan melainkan kebalikannya yaitu mengorbankan orang lain. Bahkan orang Kristen pun masih banyak mengorbankan orang lain demi dirinya sendiri. Selain itu Pdt. Wahju juga ingin menonjolkan presentasi yang berbeda tentang Yesus melalui tulisannya kali ini. Proses yang dilalui hingga berhasil menjadi penerima Mueller-Krueger Award cukuplah rumit dan lama. Proses dimulai ketika harus mengirim disertasinya pada akhir tahun 2016 yang merupakan tahap awal dalam rangkaian pemilihan disertasi terbaik. Setelah itu, tim UEM yang berada di Jakarta menyeleksi seluruh disertasi yang masuk untuk wilayah Indonesia. Setelah terpilih beberapa kandidat disertasi terbaik, tim UEM di Jakarta mengirim disertasi tersebut ke Jerman untuk dinilai kembali oleh komite yang berada di Jerman. Selanjutnya terpilihlah disertasi berjudul “Jesus as Kurban: Christology in the context of Islam in Indonesia” oleh Pdt. Wahju Satria Wibowo, Ph.D sebagai disertasi terbaik tahun ini. Pencapaian ini merupakan kompetisi pertama dan menjadi raihan

foto:dok.pribadi

tertinggi Pdt. Wahju. Penghargaan yang diberikan oleh Mueller-Krueger Award ini juga bertujuan untuk memberikan semangat kepada teolog-teolog muda agar terus berkarya dalam bidang ilmiah akademik teologi. Inilah yang menjadi alasan utama Pdt. Wahju untuk mengembangkan pokok kristologi dalam konteks di Indonesia. Dengan refleksi–refleksi yang terbaru inilah yang akan menjadi bekal ke depan agar ia tetap terus menulis tanpa melihat nantinya akan mendapatkan penghargaan atau tidak. Selain aktif menjadi seorang dosen Fakultas Teologi UKDW, Pdt. Wahju juga menjabat sebagai Ketua Lembaga Pengembangan Akademik dan Inovasi Pembelajaran (LPAIP) serta Ketua Pusat Studi dan Pengembangan Perdamaian (PSPP). Bukan hanya itu, Pdt. Wahju juga menjabat sebagai Ketua Asosiasi Ahli Filsafat Keilahian Indonesia dan menjadi Koordinator Ecumenical Association of Third World Theologians (EATWOT) Regional Indonesia hingga saat ini. Padatnya jadwal dan kegiatan tidaklah menjadi halangan untuk memiliki waktu dengan keluarga karena menurutnya sebagian tugas–tugas yang ia miliki sangat mungkin untuk diatur sendiri dan bukan menjadi alasan untuk tidak berkumpul dengan keluarga di rumah. Fokusnya saat ini adalah untuk bekerja dan melakukan yang terbaik. Pdt. Wahju pun menyampaikan harapannya untuk UKDW “Bekerjalah sebaik mungkin, jika seketika muncul penghargaan dan prestasi yang didapat biarlah itu menjadi bonus dari pekerjaan baik yang kita lakukan. Kalaupun tidak, bekerja dengan baik saja sudah sangat menggembirakan.” “Belajar merupakan hal yang menyenangkan karena belajar memberikan banyak pengetahuan baru. Dengan belajar, mahasiswa dapat mempelajari hal baru, hal yang mungkin tidak diketahui sebelumnya. Kampus merupakan sarana belajar mahasiswa jadi manfaatkan kesempatan tersebut dengan baik. Belajarlah dari sekarang untuk mendapatkan pengetahuan baru selagi kesempatan masih ada baik melalui kuliah, organisasi, internet dan sebagainya,” pesannya menutup sesi wawancara dengan Tim Koran Kampus UKDW. [Ivan]

K

REDAKSI KORAN KAMPUS PENANGGUNG JAWAB PIMPINAN REDAKSI WAKIL PIMPINAN REDAKSI KOORDINATOR

: : : :

Pdt. Robert Setio, Ph.D. Arida Susyetina, M.A Meilina Parwa Eva Angelina

WARTAWAN

EDITOR

SETTER

Diky, Ivan, Pedro

Adhi, Anti, Lia

Cella, Endri, Rully

Koran Kampus bisa Anda dapatkan secara GRATIS di Pick-up Point yang sudah terpasang di 11 area publik di seluruh UKDW. Redaksi menerima tulisan dari warga kampus berupa artikel, laporan kegiatan dan foto-foto yang membangun harapan. Silahkan kirim ke alamat Redaksi atau melalui email: korankampus@staff.ukdw.ac.id


Universitaria

3

Lokakarya Kearsipan UKDW Pentingnya Pengelolaan Arsip Secara Praktis dan Nyata

U

niversitas Kristen Duta Wacana (UKDW) menyadari akan pentingnya pengelolaan arsip secara praktis akan nyata ketika institusi menjalani proses akreditasi atau audit baik secara eksternal maupun internal. Nilai penting arsip lainnya adalah menjadi sumber data dan informasi akademik yang diperlukan bagi kegiatan penelitian maupun sebagai bukti nyata keberadaan unit-unit dalam sebuah institusi sejak dibentuk hingga keberadaannya saat ini. Sadar akan pentingnya pengelolaan arsip, UKDW mengadakan kegiatan Lokakarya Kearsipan yang dilaksanakan pada tanggal 6 Agustus 2018 di Hotel Grand Puri Saron, yang diikuti oleh 35 staf dari berbagai unit kerja di UKDW. Lokakarya ini dipandu oleh Tim Pengembangan Sistem Pengarsipan. Tim terdiri dari Dr. Lucia Dwi Krisnawati, SS., MA. sebagai Ketua Tim dan beranggotakan beberapa dosen dan staf UKDW, di antaranya Umi Proboyekti, S.Kom., MLIS., Aditya Wikan Mahastama, S.Kom., M.Cs., Dra. Endah Setyowati, M.Si., MA., serta Dhian Agustin Widyaningrum, S.Hum.. Tim Pengembangan Sistem Pengarsipan UKDW resmi dibentuk pada bulan Maret 2018 dan telah melakukan studi banding mengenai pengelolaan arsip ke Universitas Gadjah Mada (UGM). UGM dikenal sebagai universitas negeri yang

memiliki sistem pengelolaan arsip terbaik seIndonesia. Tujuan diadakannya lokakarya ini adalah untuk menjaring masukan tentang pengelolaan dokumen yang dihasilkan oleh unit-unit kerja selama ini dan mengidentifikasi masalah-masalahnya. Adanya draft standar pengelolaan arsip di lingkungan UKDW merupakan hasil akhir yang diharapkan. Wakil Rektor IV Bidang Pengembangan Kapasitas SDM dan Jejaring, Pdt. Robert Setio, Ph.D dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan lokakarya ini diharapkan menjadi pijakan awal membangun sistem dan budaya yang mapan dalam pengarsipan di tengah keragaman karakter setiap unit kerja. “Para pengelola arsip diharapkan tidak hanya memahami nilai penting arsip namun juga memiliki kemampuan mengelola arsip agar terawat serta tersimpan secara sistematis sehingga mudah ditemukan apabila dibutuhkan,” pesannya. Sesi orientasi lokakarya berisi mengenai pengenalan mengenai Klasifikasi, Retensi, dan Standar Penyimpanan Arsip yang dibawakan oleh Tim Pengarsipan dan dilanjutkan oleh sesi identifikasi permasalahan yang dikerjakan secara kelompok berdasarkan kekhasan unit kerja. Beberapa masalah yang teridentifikasi meliputi masa retensi dan

foto:dok.panitia

pemusnahan arsip, metode dan teknik penyimpanan serta pengkodean arsip yang berbeda-beda. Oleh karena itu identifikasi permasalahan pengarsipan yang menjadi

pokok lokakarya akan ditindaklanjuti dengan penyempurnaan standar sistem pengarsipan yang diharapkan dapat diwujudkan pada akhir tahun 2018. [Endah]

Medcom.id Kembali Gandeng UKDW dalam Program OSC 2018

O

nline Scholarships Competition (OSC) kembali digelar oleh portal berita Medcom.id di tahun 2018 ini. Untuk gelarannya kali ini Medcom.id menggandeng 18 perguruan tinggi swasta yang tersebar di seluruh Indonesia. Salah satu perguruan tinggi yang terlibat adalah Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW). UKDW sendiri telah menjalin kerja sama dalam penyelenggaraan OSC sejak tahun 2016. Bersama dengan 17 perguruan tinggi swasta yang lain, UKDW telah menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan Medcom.id terkait kerja sama program OSC 2018. OSC merupakan ajang kompetisi online pertama di Indonesia yang menyediakan beasiswa sarjana sebagai hadiah utamanya. Tahun ini merupakan tahun keempat OSC turut serta dalam memberikan kemudahan bagi anak bangsa untuk mendapatkan pendidikan hingga lulus sarjana. Minat perguruan tinggi swasta yang terlibat untuk memberikan beasiswa melalui program OSC terus meningkat setiap tahunnya. Suryopratomo selaku Direktur Utama Metro TV mengatakan bahwa latar belakang diselenggarakannya OSC adalah untuk memberikan kesempatan kepada anak-anak yang cerdas, ingin sekolah, dan ingin mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi tapi memiliki kendala dalam hal pembiayaan. “Di Indonesia banyak sekali anak-anak yang memiliki potensi besar tetapi tidak memiliki kemampuan untuk dapat bersekolah di perguruan tinggi dikarenakan biaya kuliah

foto:osc.medcom.id

yang cukup besar,” pungkas Suryopratomo. “Jumlah peserta OSC 2017 meningkat dibandingkan tahun 2016. Tahun 2018 ini kita bekerja sama dengan 18 perguruan tinggi swasta ternama dari pulau Jawa sampai dengan pulau Sulawesi,” kata Mirdal Akib selaku Direktur Utama Medcom.id saat memberikan sambutan dalam acara Penandatanganan MoU antara Medcom.id dengan 18 perguruan tinggi swasta pemberi beasiswa OSC 2018 pada tanggal 8 Agustus 2018 di Studio Grand Metro TV, Jakarta Barat. Animo pelajar SMA terhadap beasiswa OSC juga terus meningkat tiap tahunnya. Mirdal berharap tahun 2018 ini pelamar OSC

menembus jumlah 70 ribu siswa. Mereka akan memperebutkan 360 beasiswa yang tersebar di 18 perguruan tinggi swasta. Beasiswa OSC yang disediakan oleh perguruan tinggi meliputi uang gedung dan uang kuliah mulai dari awal semester sampai dengan lulus sarjana S1. Selama kurun waktu dua tahun keikutsertaannya dalam OSC, UKDW telah memberikan beasiswa kepada 33 mahasiswa yang tersebar di berbagai fakultas yang ada di UKDW. Salah satu penerima beasiswa OSC yang berkuliah di Program Studi (Prodi) Biologi Fakultas Bioteknologi UKDW Alexander Mahadarta mengungkapkan

kegembiraannya menerima beasiswa ini. “Ketika pertama kali namaku disebut sebagai pemenang beasiswa, aku cukup kaget. Aku sendiri tidak terlalu yakin bisa mendapatkannya karena tidak semua orang memiliki kesempatan untuk berkuliah,” ujarnya. Alex begitu dia akrab disapa, sejak kecil memang menyukai pelajaran biologi dan ketika sekarang dia berkuliah di Prodi Biologi, dia merasa senang karena bisa berinteraksi langsung dengan peralatan yang ada di laboratorium dan dapat melakukannya secara mandiri. Alasan Alex memilih UKDW sebagai tempatnya berkuliah karena Prodi Biologi di UKDW merupakan salah satu yang terbaik di Indonesia dan telah meraih akreditasi A. Rektor UKDW Henry Feriadi mengatakan, “Kami bersyukur, bagi kami OSC tahun ini merupakan tahun ketiga kami ikut serta. Kami tetap berkomitmen untuk memberikan kesempatan kepada 20 calon mahasiswa untuk bisa berkuliah di UKDW.” Henry menambahkan bahwa pemberian beasiswa OSC ini merupakan kesempatan bagi UKDW untuk ikut mendidik anak bangsa yang merupakan generasi muda untuk nantinya akan menjadi pemimpin yang berpengaruh pada bangsa dan negara. “Kita senang melanjutkan kerjasama ini dengan Medcom.id supaya kita bisa memberikan kesempatan untuk anak bangsa berkuliah dan mengalami transformasi hidup di UKDW,” pungkasnya. [lia]

Perpustakaan UKDW Selenggarakan User Education bagi Mahasiswa Baru PBI PERPUSTAKAAN - (24/8) Dilatarbelakangi oleh misi untuk memberikan informasi dan layanan perpustakaan yang maksimal kepada penggunanya, Perpustakaan UKDW menyelenggarakan pendidikan pengguna (user education) serta sosialisasi tentang layanan dan fasilitas yang dimiliki. Sebagai pusat informasi yang bertujuan memenuhi kebutuhan para pengguna, Perpustakaan UKDW berusaha semaksimal mungkin meningkatkan pelayanannya, salah satunya adalah dengan mengadakan user education bagi mahasiswa baru Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI). User education dilaksanakan pada tanggal 24 Agustus 2018 dan diikuti oleh 25 orang peserta. Kegiatan tersebut ditujukan bagi

mahasiswa baru supaya para mahasiswa memperoleh informasi tentang keberadaan perpustakaan UKDW, jasa layanan yang disediakan, sumber informasi yang ada di dalamnya, serta mekanisme yang digunakan dalam penelusuran sumber-sumber informasi. Acara diawali dengan perkenalan, dilanjutkan dengan sosialisasi informasi mengenai langkah-langkah memasuki perpustakaan serta peraturan-peraturan yang harus dipatuhi saat berkunjung di perpustakaan. Para mahasiswa baru kemudian diajak berkeliling untuk melihat fasilitas dan layanan yang disediakan oleh Perpustakaan UKDW. Salah satu misi penting dalam kegiatan user education adalah memberikan informasi

kepada pengguna tentang cara memanfaatkan semua koleksi yang ada di perpustakaan secara efektif dan efisien. Para peserta mempraktikkan langsung bagaimana melakukan penelusuran koleksi, mencari berbagai informasi di dalamnya, serta memahami mekanisme peminjaman dan pengembalian koleksi, khususnya buku. Setelah mengikuti kegiatan ini, diharapkan mahasiswa mempunyai ketrampilan dalam mencari dan menemukan koleksi dengan cepat, mudah, dan akurat. Acara diakhiri dengan ramah-tamah untuk menciptakan keakraban dan menjalin komunikasi yang baik antara pengguna dan pustakawan. [Dn] foto:dok.panitia


Universitaria

4

Presentasi dan Evaluasi Akhiri KKN Tematik 2018

foto:dok.Biro IV

HARUN - (27/8) Dalam rangka merayakan terselesaikannya kegiatan Kuliah Kerja Nyata dengan konsep tematik atau KKN Tematik yang diselenggarakan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (LPPM) Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta dengan Fakultas Arsitektur dan Desain (FAD) Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta, maka LPPM dan FAD UKDW mengadakan seminar presentasi KKN Tematik pada hari Senin, 27 Agustus 2018. Seminar presentasi yang berlangsung sejak pukul 16.00 hingga 18.00 WIB tersebut diadakan guna mengevaluasi proses dan hasil yang telah diperoleh selama kurang lebih 1 bulan KKN Tematik berlangsung. Presentasi diadakan di Ruang Seminar Pdt. Dr. Harun Hadiwijono dan dilakukan oleh masingmasing perwakilan dari tiga program KKN Tematik yaitu Program KKN Tematik di Desa Meat, Tampahan, Toba Samosir, Sumatera Utara; Program KKN Tematik di Kecamatan Umbu Ratu Nggay Barat, Kabupaten Sumba Tengah; serta Program KKN Tematik di Desa Ekowitasa Pancoh, Girikerto, Turi, Sleman, DIY. Adapun seminar presentasi dan evaluasi hasil dari program KKN Tematik yang dihadiri oleh jajaran Rektorat UKDW, Dekanat FAD UKDW, Pegawai Pendukung Akademik LPPM beserta seluruh Dosen Pembimbing Lapangan dan perwakilan dari rekan-rekan mahasiswa peserta ketiga program KKN Tematik tersebut berjalan dengan baik dan lancar. Sebagai penata acara sekaligus moderator dan juga Pegawai Pendukung Akademik dari LPPM UKDW, Yohanes Totok mengatakan, “LPPM UKDW sangat mengucap syukur atas terselesaikannya seluruh Program KKN Tematik di Desa Meat, Sumatra Utara; di Sumba Tengah; dan di Desa Pancoh, Yogyakarta tanpa kurang suatu apapun dengan hasil yang sangat baik. Oleh sebab itu presentasi hasil dari Program KKN Tematik UKDW ini sangat ditunggu-tunggu oleh LPPM UKDW beserta jajaran Rektorat UKDW”. Presentasi hasil dari ketiga Program KKN Tematik tersebut menjadi sangat menarik karena capaian yang didapat cukup beragam. Mahasiswa peserta KKN Tematik tersebut sangat patut untuk diapresiasi karena hasil paparan atas kegiatan KKN mereka dinilai memberikan warna yang berbeda dalam jenis kegiatan pengabdian kepada masyarakat pada umumnya. Kerja keras dan totalitas mereka membuahkan prestasi kerja sama dan dukungan yang berkelanjutan dari pihak pemerintahan. Hasil yang dicapai dari Program KKN di Desa Meat yang berjalan dari tanggal 3 Juli hingga 2 Agustus 2018 adalah berupa Pemetaan Potensi Wisata dan Ekonomi

Kreatif yang dirumuskan dalam proposal grafis. Keberadaan proposal grafis yang telah berhasil dipresentasikan dengan baik di depan Wakil Ketua Dewan dan Kepala-kepala Dinas, Bupati dan Direktur Utama Badan Pelaksana Otonomi Danau Toba, merupakan kerangka besar (perencanaan utama secara kawasan) untuk pengembangan potensi wisata dan ekonomi kreatif di Desa Meat agar dapat menjadi desa wisata baik skala nasional maupun internasional, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan warga dari sektor perekonomian. Program KKN Tematik Desa Meat yang diikuti oleh 17 mahasiswa UKDW beserta 3 DPL tersebut merumuskan skenario yang paling tepat untuk pengembangan destinasi dan pemasaran potensi wisata dan ekonomi kreatif, yang antara lain adalah merancang kembali gardu pandang untuk merespon kekayaan pemandangan alam, merancang kembali tugu sebagai trademark Desa Meat, merancang restoran sebagai fasilitas umum pendukung berbasis kuliner yang mendukung daya jual beli desa, merancang resort dan dermaga Lumban Pasir, merancang galeri Ragihotang dan sanggar seni untuk mempertahankan kekayaan adat tradisi desa, dan merancang kembali tuk-tuk Simundi sebagai pusat kegiatan remajapemuda. “Pemerintah Kabupaten Samosir sangat mengapresiasi proses dan hasil kerja mahasiswa KKN Tematik UKDW di Desa Meat, sehingga muncul usulan kepada pihak Pemerintah Kabupaten Samosir supaya dapat melakukan perjanjian kerja sama dengan pihak UKDW. Pihak Kabupaten Samosir akan mencoba mengirimkan beberapa anggota Kelompok Sadar Wisata ke Yogyakarta dan belajar langsung mengenai Desa Wisata,” ujar Parmongan Manurung, S.T., M.T. selaku Koordinator DPL KKN Tematik Desa Meat. Adapun hasil dari program KKN Sumba Tengah adalah kegiatan pemetaan masalah yang ada di desa-desa Kecamatan Umbu Ratu Nggay Barat yang ditindaklanjuti dengan penyelesaian masalah secara konkrit melalui konsep program nyata yang nantinya akan dilanjutkan oleh warga beserta dengan pemerintah Sumba Tengah. Hal yang menarik pada KKN Tematik Sumba Tengah adalah adanya kerja sama akademis dengan pihak Australia National University (ANU), sehingga KKN Tematik Sumba Tengah menjadi KKN Internasional. Sebanyak 29 mahasiswa UKDW bekerja sama dengan 20 mahasiswa ANU saling bertukar ilmu dan pengalaman baik dari sudut pandang maupun cara berpikir dalam eksplorasi permasalahan atau fenomena dalam kehidupan bermasyarakat warga Sumba Tengah. Enam dosen menjadi pembimbing

foto:dok.Biro IV

lapangan, salah satu di antaranya adalah dosen antropologi ANU yaitu Dr. Patrick Guinness. Realisasi program dari KKN Tematik Sumba Tengah ini adalah menghidupkan kelompok tenun dan kelompok desa budaya dengan pembaharuan organisasi melalui perkumpulan dan pelatihan bersama pemerintah terkait. Adanya dua kegiatan tersebut diperlukan untuk menjawab masalah dari Desa Anajiaka yaitu kurangnya pemberdayaan masyarakat dalam mengelola potensi lokal. Kegiatan lokakarya untuk anakanak, sanggar tari tradisional, serta perancangan rumah atap tinggi dilakukan untuk menjaga semangat pelestarian budaya sekaliguts mengenalkan budaya kepada masyarakat sekitar Desa Praikatondu. Ada pula perancangan Taman Baca yang bertujuan agar anak-anak di Desa Taramoma mendapatkan fasilitas belajar yang memadai. Pengalaman hidup para peserta KKN Tematik Sumba Tengah dalam kondisi lingkungan dan sosial yang sedang berkembang dapat memberikan informasi bahwa kehadiran mahasiswa dalam hidup bermasyarakat haruslah mampu memberikan kontribusi demi kesejahteraan masyarakat. Koordinator DPL KKN Tematik Sumba Tengah, Dr-Ing., Ir. Paulus Bawole, MIP. mengemukakan bahwa kemampuan observasi partisipatoris mahasiswa KKN Tematik Sumba Tengah untuk menggali permasalahan sangat baik. Kondisi lokasi KKN yang serba kekurangan dari segi sarana dan prasarana membuat mahasiswa menjadi semakin kreatif dalam memandang dan menjalani kehidupan, termasuk kehidupan bermasyarakat dengan warga di Sumba Tengah. Bekal pengalaman yang seperti itu adalah ilmu sejati dan merupakan inti dari pengabdian masyarakat. Sementara itu, capaian yang diperoleh dari kegiatan KKN Tematik di Desa Ekowisata Pancoh, Girikerto, Turi, Sleman, DIY adalah berupa proyek rancangan terbangun dengan acara peresmian awal proyek tersebut bersama warga Kecamatan Turi. KKN Tematik di Desa Ekowisata Pancoh yang berlangsung dari tanggal 2 Juli hingga 2 Agustus 2018 memiliki tema “Bambupreneurship” yang merupakan akronim dari kata ‘bambu’ dan ‘entrepreneurship’. Konsep Bambupreneurship berfokus pada sinergi pemberdayaan dan terlibatnya masyarakat Desa Ekowisata Pancoh melalui pengenalan teknik perancangan konstruksi bambu yang arsitektural dan inovatif sebagai daya tarik wisata serta menopang pengembangan ekonomi kreatif berbasis bambu. Kegiatan KKN Tematik Desa Pancoh diprakarsai 41 mahasiswa UKDW dan 3 DPL yang bertindak sebagai penggagas inkubator bisnis berbasis sumber daya alam bambu dan

terbagi menjadi tiga kegiatan utama, yakni perencanaan dan pembangunan desain konstruksi bambu berupa jembatan (bentang ± 6 m), shelter pengunjung (bentang ± 12 m) dan menara pandang (tinggi ± 8 - 10 m); perencanaan dan pembuatan desain prototipe produk bambu untuk kerajinan (toys, handicraft, creative households product, dll); dan perencanaan serta pembuatan digital branding bambu creative product beserta fasilitas di Desa Ekowisata Pancoh. Seluruh kegiatan utama tersebut sudah terangkum pada puncak acara “Festival Surthong” yang didukung oleh Camat Turi Drs. Abdul Haris Sunaryo yang berlangsung pada Minggu, 29 Juli 2018 lalu. Koordinator DPL KKN Tematik Bambupreneurship Desa Pancoh Dr-Ing. Gregorius Sri Wuryanto, S.T., M.Arch. menyampaikan, “Program KKN Tematik Bambupreneurship Desa Ekowisata Pancoh telah menghasilkan karya nyata yang dapat dinikmati dan mengedukasi masyarakat luas, khususnya warga Desa Ekowisata Pancoh dan sekitarnya. UKDW sudah memiliki nilai jual akademis kepada pemerintah agar pemerintah ambil bagian dalam mendukung konsep kreatif dan inovatif dari KKN Tematik ini baik secara finansial dan teknikal”. Pemerintah Kecamatan Turi mengaku tertarik dan meminta pihak UKDW untuk melanjutkan keberlangsungan program KKN Tematik di wilayah pemerintahannya khususnya untuk desadesa wisata agar menjadi desa binaan UKDW. Selaku rektor UKDW, Ir. Henry Feriadi, M.Sc., Ph.D. menyampaikan rasa syukur dan bangga atas terselenggaranya ketiga program KKN Tematik UKDW. Beliau percaya bahwa segala sesuatu yang didapat dalam proses KKN adalah berharga dan dapat digunakan sebagai bekal mahasiswa dalam kehidupan bermasyarakat. Menutup acara seminar presentasi dan evaluasi hasil dari program KKN Tematik UKDW, ketua LPPM UKDW dr. The Maria Meiwati Widagdo, Ph.D. menyampaikan, “hasil dari KKN Tematik UKDW pada kesempatan tahun ini sangat baik dengan capaiannya yang luar biasa”. LPPM berharap serta menargetkan supaya kerja sama antara UKDW dengan pihak-pihak pemerintahan di ketiga lokasi KKN Tematik dapat segera ditindaklanjuti. Langkah LPPM berikutnya adalah pendalaman dan perancangan program kerja sama KKN Tematik agar dapat lebih kreatif dan inovatif dengan memanfaatkan seluruh potensi mahasiswa dari berbagai fakultas dan program studi di UKDW bersama pihak masyarakat serta pemerintah. [Adimas]


Program Studi Joint Studio UKDW - UPH

P

ada tanggal 24-26 Agustus 2018, para mahasiswa program studi Arsitektur yang mengambil mata kuliah Studio Perancangan Arsitektur (SPA) 05 mengikuti kegiatan joint studio yang berlangsung di Kota Cirebon. Kegiatan tersebut diikuti 81 mahasiswa peserta mata kuliah SPA 05, 4 asisten dosen, dan 3 dosen pendamping yaitu Ferdy Sabono, S.T., M.Sc., Dr.-Ing. Gregorius Sri Wuryanto, S.T., M.Arch., serta Dr.-Ing. Wiyatiningsih, S.T., M.T.. Joint studio tersebut merupakan kegiatan kolaborasi perkuliahan studio arsitektur antara Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) dengan Universitas Pelita Harapan (UPH) Jakarta guna mencari permasalahan dan menggali potensi Kota Cirebon yang kemudian dijadikan sebuah proyek besar selama satu semester. Selain itu, adanya joint studio juga bertujuan untuk menambah pengalaman perkuliahan mahasiswa dengan saling berbagi ilmu dan cara kerja antar universitas. Kegiatan joint studio sudah berlangsung selama 3 tahun, tahun pertama dilaksanakan di Kotagede, Yogyakarta, kemudian tahun kedua

foto:dok/Peserta

dilaksanakan di Lasem, Jawa Tengah, dan sekarang pada tahun ketiga dilaksanakan di Cirebon, Jawa Barat. Tema besar yang menjadi pembahasan dalam joint studio ini ialah “Urban Infill in the Heritage City of Cirebon” dengan mempertimbangkan Kota Cirebon sebagai konteks lokal yang mencakup berbagai aspek seperti ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan untuk menghasilkan karya desain arsitektural yang kontekstual, mampu menjawab permasalahan yang aktual,

serta berorientasi pada keberlanjutan lingkungan. Mahasiswa diterjunkan ke empat lokasi yang menjadi bahan pembahasan dan penentuan lahan proyek studio, yaitu di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Kejawanan, Pelabuhan Barang Cirebon, Kraton Kasepuhan, dan Kota Lama. Mahasiswa kemudian mengidentifikasi dan menganalisis isu permasalahan arsitektur dalam konteks urban yang ditemukan. Pada hari pertama, seluruh peserta joint studio mengunjungi keempat lokasi

dengan durasi satu hingga dua jam pada tiap lokasi. Di hari kedua, mahasiswa UKDW dan UPH mengikuti kuliah umum yang dipaparkan oleh dosen UPH. Kuliah tersebut membahas perilaku arsitek untuk membaca konteks permasalahan kota dengan memberikan beberapa contoh proyek dan dilanjutkan dengan diskusi antar mahasiswa secara berkelompok sesuai lokasi yang dipilih. Pada diskusi tersebut, para mahasiswa membahas hasil survei selama satu hari sebelumnya sekaligus menganalisis permasalahan dan potensi yang ada di wilayah masing-masing. Selain itu, mahasiswa juga dapat saling mengetahui metode pembelajaran dan cara bekerja dari masing-masing universitas. Kegiatan hari kedua ditutup dengan pemberian kenang-kenangan dari setiap universitas, kemudian para mahasiswa kembali ke wilayah masing-masing untuk melanjutkan survei. Pada hari ketiga, mahasiswa UKDW mengunjungi Keraton Kasepuhan Cirebon untuk menambah pengetahuan umum mengenai Kota Cirebon dan kembali ke Yogyakarta pada siang hari. [Carol Audie]

Desain Produk UKDW Berpartisipasi dalam World Humanity Day Bersama Rotaract Malioboro

K

epedulian dan keinginan untuk berbagi merupakan gagasan dasar dari rekan-rekan Rotaract Club of Yogyakarta Malioboro dalam menyelenggarakan kegiatan “Walk-A-Thon: Jalan Sehat Bersama dengan Teman-teman Difabel”. Kegiatan ini diadakan dalam rangka merayakan Hari Ulang Tahun Rotaract Club of Yogyakarta Malioboro yang ke-15 sekaligus memperingati Hari Kemanusiaan Sedunia atau World Humanity Day pada tanggal 19 Agustus 2018. Agenda Rotaract Club of Yogyakarta Malioboro tersebut digelar bekerjasama dengan Program Studi Desain Produk Fakultas Arsitektur dan Desain Universitas Kristen Duta Wacana (FAD UKDW), Design for Dream (DfD), Deaf Art Community (DAF) Yogyakarta, Yayasan Yakkum, Binasiwi, dan Difa Gojek. Aksi sosial yang didukung oleh Balai Pemuda dan Olahraga (BPO) DIY serta perwakilan dari National Paralympic Committee (NPC) DIY ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan kesehatan dan keberadaan serta inklusifitas teman-teman difabel di dalam masyarakat, khususnya di Yogyakarta.“Walk-A-Thon 2018 ini merupakan acara jalan sehat pertama di Yogyakarta, dan bahkan Indonesia, yang

foto:dok/Pantia

mengakomodasi dan memfasilitasi temanteman difabel. Maka tidak heran, ada banyak peserta difabel yang berasal dari luar kota Yogyakarta yang antusias untuk mengikuti acara ini,” kata Project Officer, Jessica Regina. Kegiatan yang digelar di area Monumen Serangan Umum 1 Maret (titik nol), dimulai dengan jalan sehat bersama rekan-rekan difabel. Selepas jalan sehat, para peserta disuguhi oleh beberapa kegiatan yang menarik, diantaranya senam sehat, musik oleh anggota Binasiwi, pembagian doorprize, sharing dari atlet paralympic. Selain itu juga terdapat stand komersial yang meluncurkan kaos produksi dari rekan-rekan DAF dan booth produk-

foto:dok/Pantia

produk inklusi yang dihadirkan oleh Program Studi Desain Produk FAD UKDW. Produk Inklusi Desain Produk UKDW Sejak berdirinya Program Studi Desain Produk UKDW di tahun 2005, salah satu fokus yang diambil adalah pengembangan produk dengan menggunakan pendekatan Desain Inklusi. Pendekatan Desain Inklusi menjadi salah satu program unggulan Program Studi Desain Produk FAD UKDW yang digarap oleh Laboratorium Ergonomi dan dikemas dalam beberapa implementasi terkait dengan kurikulum, diantaranya adalah tema tugas akhir mahasiswa dan mata kuliah studio Human Centre Design yang

diadakan di studio Desain Produk 4. Ruang lingkup pengembangan produk dengan pendekatan desain inklusi meliputi barangbarang keseharian dan produk khusus, semisal peralatan memasak untuk produk kategori kitchenware, peralatan mandi untuk produk kategori personal equipment dan sepeda motor listrik serta peralatan membatik untuk produk kategori khusus. Jenis pengembangan produk dengan pendekatan inklusi masih jarang sekali menjadi perhatian kalangan desainer produk di Indonesia, bahkan masih sedikit Universitas dengan Program Studi Desain Produk FAD UKDW yang mengambil fokus tersebut. Melalui desain inklusi, Program Studi Desain Produk FAD UKDW mengambil peran yang sangat penting untuk menghasilkan desainer produk yang mempunyai keterampilan, keahlian, integritas serta profesionalitas yang menjunjung tinggi pada tanggung jawab sosial dan keberpihakan moral. Cara pandang ini tentu saja tidak datang serta merta namun merupakan wujud implementasi nyata dari nilai-nilai Universitas Kristen Duta Wacana terutama striving for exellence dan service to the world. [Tata]

5


Program Studi

6

Millennials Creativity: Using the Internet to Make Money

D

o you use internet? Of course yes. Internet nowadays becomes a primary need for human being especially for millennials in this 21 century era. When they wake up, they commonly will check up their gadget that has been connecting with the internet to check news instead of watching television. Even, there are great numbers of people think internet as the main tool for everyone to express themselves. On the other hand, some others disagree about it. They think that the advancement of internet provides negative impacts to our social life, but it is because they do not know how to use it effectively. Here is a piece of information how millennials prove the effectiveness of using the internet.

First of all, internet helps millennials to share their knowledge for everyone. As we know, we can share anything beneficial in the internet through YouTube, Instagram, and many kinds of social networking. Through these tools, the millennials are free to express themselves. For instance, there are so many famous YouTubers in Indonesia who have already used internet effectively. One of them is Agung Haspah. He shares information about the positive benefit of nuclear bomb which not everyone knows about it. Then, he will get money from YouTube. Another thing is from a young girl YouTuber Fathia Izzati, she speaks 21 accent and publish it on her YouTube channel. Those two people are the

examples of millennials who have already used internet in a positive way. They can be the inspiration for many people. Although many people think that technology is actually affecting the millennials growth, internet helps the millennials to make a small business. It is free for everyone especially for the youngsters. Besides studying at the school and waiting for the parents to give them a pocket money, the millennials should use the internet effectively to increase their income. The millennials can create an online shop and advertise their product through the internet like Instagram. If we look at our Instagram account, there are a lot of people who promote their products.

For instance, Zalora and Shoppe. Many people prefer to use that kind of online shop to buy their social needs instead of going to the shop directly. To sum up, the benefits of using internet brings advantages to enhance millennials creativity. Sharing the millennials knowledge and creating a job field for everyone help the other people find everything that they want easily. Moreover, by doing so, the millennials generation in this era can show their creativity and make money for themselves using the internet. [IraLuik]

“Every Child Has the Right to Education”

E

nglish Education Department of Duta Wacana Christian University held a workshop on strategies and methods in educating students with disabilities, in the belief that every student is unique and has the full right to education, without any exceptions. Aiming to: 1) introduce the definition and characteristics of students with disabilities; and 2) provide some strategies and methods to educate students with disabilities, the one-day workshop was held on July 26, 2018, at English Education study program of DWCU. Attended by faculty members of Duta Wacana Christian University, this workshop was delivered by Pdt. Helen Aramada Setyoputri, S.Si., M.A., a pastor at Indonesian Christian Church in Cinere who is concerned about inclusive education in Indonesia. Speaking on the first session, Pdt. Helen Aramada Setyoputri, S.Si., M.A. presented the pros and cons of using the word

“disability” in addressing those with special abilities, differences between learning disabilities and intellectual disabilities, and some characteristics of people with autism, Asperger's, and Down's syndrome. Further, she mentioned that most of public schools in Indonesia are not inclusive, school authorities and teachers have limited special education background and literature. These issues, therefore, have created challenges for educators in educating students with disabilities. The first challenge teachers need to respond is fostering cooperative and collaborative teacher-student relationship by becoming a role model, teacher, as well as friend for students with disabilities. Also, teachers need to provide opportunities for them to apply what they have learned in class to real-life experiences as a part of effective teaching strategies and methods planning. Above all, despite focusing on their disabilities, teachers are asked to see and

maximize students' potential by motivating and giving them realistic challenges. On the second session of the workshop, Pdt. Helen Aramada Setyoputri, S.Si., M.A explored more on various strategies and methods, namely Universal Design for Learning (UDL) and Van Dijk Approach to educate students with disabilities. To balance and close the workshop, participants were asked to share their stories of their existing past and current teaching activities and ideas which accommodate disabled students. As one of the inclusive universities with students coming from all over Indonesia and from different background, DWCU provides equal learning opportunities and access for the students. For this reason, this kind of workshop to empower faculty members with strategies and methods to educate disabled students will provide great contribution for faculty members in facilitating disabled students with equal and appropriate

foto:dok/Pantia

education that meets their needs. “The workshop is very useful because participants get a wide range of knowledge about students with disabilities and how to teach them”, stated Yose Rianugraha, M.Hum., one of the workshop participants who is also one of DWCU Language Training Center facilitators. [LAK]

Multimodality in Language Learning (Part 1)

H

uman communication is essentially multimodal. People converse using more than verbal language. They embrace 3D properties by paying attention to gestures and facial expressions accompanied by intonation and word stress. In fact, contextual and cultural aspects of the discourse also enrich the communication multimodality. In the context of teaching and learning a foreign language, features of non-verbal modalities, therefore, should be included. Replication of authentic communication along with its rich multimodality needs to be presented for the students to learn. Textual material alone has limitation of depicting real situation of communication due to the lack of audio and 3D visual of interlocutors participating. With regard to students' learning styles which may vary from one another, traditional print-based material may not always be the best solution, especially for those who prefer to learn auditorily. Hence, integrating more modes into one's teaching would broaden the scope for accommodating learning style diversities. All types of learning, including language learning, entail certain cognitive processing which can always be facilitated through multimodality. As explained earlier, it is all due to the fact that human communication aka language itself is multimodal. Even in natural language learning, children tend to start imitating gestures and facial expressions before they learn to utter words. A study conducted by Christian M.I.M Matthiessen in his article “The multimodal page: A systemic functional exploration” has been able to show that gestures are indeed

source: http://www.macict.edu.au/

A visual of Modern Multimodality used in association with other modes of expression such as words to create meaning. This indicates that multimodality is inherent in both language and language learning. Given that the popularity of digital interactive media has enabled teachers to bring various modes of communication into the classroom, it is not overrating to state that multimodality should be considered an integral part of material development for today's language learning. But what is multimodality? It is actually a term that stems from the field of social semiotics, which is a branch of the field of semiotics investigating human practices in specific social and cultural circumstances, and which tries to explain meaning-making as a social practice. According to Gunter Kress multimodality is “representations in many modes, each chosen from rhetorical aspects for its communicational potentials”. Other scholars, Crawford Camiciottoli, B., and Fortanet-Gómez, on the other hand, see multimodality as an approach to communication studies, by stating that it is

Adapted model of multimodal instantiation hierarchy as proposed in Fortanet-Gómez & Camiciottoli's article in Multimodal analysis in academic settings: From research to teaching (2015) “an approach used to understand the contribution of various semiotic resources (e.g., verbal, visual, aural, spatial)”. Both views however adopt the same concept of using multiple modes to serve human communicative purposes. In order to reflect on how multimodality could facilitate language learning, it is crucial to find out how linguistic systems influence the whole process of multimodal communication in the first place. One of the well-known models describes multimodal communication as a process that comprises 5 stages: system of possible semiotic modes,

genres, thematic patterns, multimodal instance, and interpretation. In the first stage of multimodal communication, meaning is generated from the linguistic system through the combination of semiotic modes possible within a culture. It is then followed by the next stage in which meaning is processed via genres that are possible in those modes within that culture. The third stage in order is thematic patterns which underpin the communication. Then, multimodal instance or the actual example of the communication comes fourth. And finally, the messages are interpreted by receivers, or in this case language learners. For learning to take place and make the best use of multimodality, one needs to consider how cognitive processing actually transpires. This has been scrutinized by Richard E. Mayer in his modality principle: “people learn more deeply from pictures and spoken words than from pictures and printed words”. The principle is applicable when three conditions are met: the information is complex, the material presentation is fast-paced, and the learners are both fluent and familiar with the language. However, he further claims that in the case of EFL learners who are not familiar with the words, on-screen text or printed words might help. More detailed discussion on how this principle relates to students' learning will be elaborated in the forthcoming article. (to be continued) [Moko & Endarto]


Program Studi

7

FTI GO UKDW 2018

D

alam rangka menyambut mahasiswa barunya, Fakultas Teknologi Informasi (FTI) Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) menyelenggarakan FTI GO pada tanggal 21 – 22 Agustus 2018. FTI GO merupakan acara rutin yang dilaksanakan setiap awal tahun ajaran baru. Rangkaian acara FTI GO tahun 2018 ini meliputi sesi informasi untuk memperkenalkan perkuliahan di UKDW, khususnya FTI bagi mahasiswa baru. Acara yang berlangsung selama dua hari ini diikuti sekitar 230 mahasiswa dari Program Studi (Prodi) Informatika dan Sistem Informasi. Acara hari pertama berlangsung di Lecture Hall Rudy Budiman. Pada sesi ini, mahasiswa mendapatkan penjelasan terkait bidang kemahasiswan dan keuangan. Melalui sesi informasi ini, diharapkan mahasiswa baru dapat memahami tanggung jawabnya sebagai mahasiswa serta dapat berperan aktif dalam kegiatan kemahasiswaan baik di lingkup univertias maupun fakultas. Selain menyelesaikan minimal 144 SKS dalam masa studinya, dalam sesi ini juga ditekankan mengenai batas maksimal masa studi mahasiswa, yaitu tujuh tahun atau 14 semester. Hal ini sesuai dengan ketentuan dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia (Dikti), yaitu apabila setelah 14 semester seorang mahasiswa belum bisa menyelesaikan studi, maka pihak prodi berhak untuk mengeluarkan mahasiswa

tersebut. Dalam sesi ini juga disampaikan mengenai berbagai beasiswa yang tersedia di UKDW. Menutup hari pertama FTI GO, para peserta diminta untuk menggunggah foto kreasi dengan caption yang menarik ke akun instagram masing-masing, dengan ketentuan foto diambil di area UKDW serta mencantumkan hastag ftigo2018, ftigo2018ukdw atau sejenisnya. Acara hari kedua diisi dengan materimateri terkait bidang akademik dan administrasi. Pada sesi ini, para peserta dikelompokkan berdasarkan prodi masingmasing. Sesi untuk mahasiswa Prodi Informatika berlangsung di Lecture Hall Rudy Budiman, sedangkan untuk mahasiswa Prodi Sistem Informasi di Ruang Seminar Pdt. Harun. Para dosen dari kedua prodi juga ikut hadir dalam acara ini sehingga mahasiswa baru bisa lebih mengenal para dosen yang akan mengampunya. Pada sesi ini, para peserta mendapat penjelasan mengenai masing-masing konsentrasi yang dapat diambil nantinya serta kurikulum terbaru yang digunakan dalam perkuliahan saat ini. Para mahasiswa baru juga mendapat kesempatan untuk berdiskusi dengan dosen wali. Acara FTI GO ini dilanjutkan dengan sesi sharing dengan kakak tingkat. Beberapa mahasiswa FTI membagikan pengalamannya selama berkuliah di UKDW, baik yang menang lomba, meraih beasiswa, serta aktif berpartisipasi dalam organisasi kemahasiswaaan maupun kepanitian.

foto:dok/Pantia

Setelah sesi sharing berakhir, mahasiswa Prodi Informatika dan Sistem Informasi kembali berkumpul di Lecture Hall Rudy Budiman. Acara dilanjutkan dengan pengumuman pemenang foto kreasi. Enam orang yang terpilih sebagai pemenang diminta untuk menceritakan arti dari foto yang mereka unggah tersebut. Cerita lucu

dan kreatif para pemenang membuat suasana makin meriah. Acara FTI GO ini juga menjadi ajang bagi mahasiswa baru untuk saling mengenal satu sama lain. Diharapkan para mahasiswa tersebut dapat menghargai semangat kebersamaan hingga lulus nanti. Salam Sobat FTI! [Leovina]

UKM Zone Makrab Kamadhis Duta Dharma 2018: 2 Days with Hilarity

K

amadhis Duta Dharma (KDD) kembali menyelenggarakan Malam Keakraban (Makrab) yang merupakan salah satu agenda tahunan dalam program kerja KDD. Makrab KDD diselenggarakan pada tanggal 25-26 Agustus 2018 di Villa Cemara, Kaliurang. Diketuai oleh Brian Thomas, makrab Kamadhis diikuti oleh seluruh mahasiswa baru Buddhis, anggota Kamadhis, dan beberapa alumni KDD. Pada makrab tahun ini, jumlah seluruh peserta mencapai 32 orang, 15 di antaranya merupakan mahasiswa baru. Brian Thomas menyampaikan bahwa tujuan diseleng-garakannya kegiatan ini adalah untuk mengenalkan dan mengakrabkan mahasiswa Buddha UKDW serta diharapkan dapat melepaskan penat kuliah saat akhir pekan bersama Kamadhis. Acara berjalan dengan sukses karena adanya antusias peserta ketika mengikuti semua kegiatan. Sebagian besar rangkaian acara diisi dengan permainan untuk mendekatkan relasi antar mahasiswa. Mulai dari permainan rantai perkenalan, mencari pasangan bermain, dancing party, dan tebak gaya. Pada sore hari, peserta diajak berjalan-jalan mengelilingi area penginapan

foto:dok/Pantia

yang memiliki suasana dan udara yang tenang dan sejuk. Selain itu, panitia juga menampilkan foto-foto kegiatan KDD dari tahun ke tahun. Hari pertama ditutup dengan mengelilingi api unggun, bernyanyi bersama, serta menyampaikan pesan dan kesan selama berjalannya acara. Pada hari kedua, peserta diajak untuk beraktivitas di luar ruangan atau outbound. Peserta dibagi

CORE VALUES

menjadi 4 kelompok dengan nama kelompok Metta (cinta kasih), Karuna (kasih sayang), Mudita (simpati), dan Upekkha (hati seimbang). Kegiatan outbound memiliki 5 pos, empat di antaranya adalah pos peek-aboo, pos estafet karet, pos group skipping, dan pos voli air. Pos kelima merupakan pos spesial yaitu pos bom air, karena peserta beradu perang bom air bersama panitia.

Ketika pengujung acara, peserta diminta untuk memilih nama teman dan panitia yang menurutnya cocok untuk mendapat gelar panitia dan peserta tertampan, tercantik, terbaik, dsb. Selaku ketua panitia, Brian Thomas menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh panitia angkatan 2016 dan 2017 yang telah membantu mewujudkan makrab untuk mahasiswa angkatan 2018. Selain itu, Brian juga berharap supaya mahasiswa baru nyaman bergabung di Kamadhis, sehingga Kamadhis dapat semakin kompak. Tidak hanya itu, Setiawan selaku ketua Kamadhis juga memberikan pesan agar dengan terselenggaranya makrab tersebut, seluruh peserta tidak canggung dan tidak malu untuk saling membantu sama lain, terutama kepada mahasiswa baru yang baru memasuki dunia perkuliahan. Setiawan juga berharap supaya mahasiswa baru setia mengikuti kegiatan Kamadhis, sehingga Kamadhis menjadi lebih besar dan kompak. [Dian Paramitha]

OBEDIENCE TO GOD WALKING IN INTEGRITY STRIVING FOR EXCELLENCE SERVICE TO THE WORLD


Siraman Rohani

8

Menjadi Pembawa Damai

D

alam sekuel film animasi berjudul Avatar: The Legend of Aang dikisahkan seorang avatar yang mencoba menengahi keempat negara yang ada di bumi, yaitu air, udara, tanah, dan api. Pada awalnya keempat negara tersebut hidup rukun. Tetapi segalanya berubah ketika negara api berusaha untuk menguasai semua negara dari keempat elemen tersebut. Negara api mencoba menyerang dan menaklukan negara air, udara, dan tanah. Memang ada perlawanan, tetapi karena kalah kuat maka ketiga negara tersebut harus tunduk dan juga mengalami penderitaan akibat perang. Sampai suatu ketika seorang avatar muncul dan mendamaikan kembali kehidupan keempat negara tersebut. Kata damai dalam bahasa Yunaninya adalah eirene atau shalom dalam bahasa Ibraninya. Dalam bahasa aslinya, kata damai mengandung makna kesehatan, kesejahteraan, kemakmuran, dan lainlain. Selain itu dengan mengatakan damai berarti tidak ada persoalan, kesulitan, atau keributan. Damai adalah segala sesuatu yg membuat dan membawa kebaikan bagi manusia. Damai adalah kenikmatan atas segala kebaikan. Kata damai dalam bahasa Arabnya adalah salam yang mirip dengan shalom yaitu dengan mengatakan salam, kita sebenarnya ingin mengatakan di sini tidak ada hal-hal jahat atau menyusahkan, yang ada adalah kebaikan bagi sesama. Yesus berbicara dalam khotbahNya di bukit kepada para murid untuk berbahagia ketika mereka membawa damai, karena mereka akan disebut anakanak Allah (Matius 5:9). Kalau kita merujuk kembali pada arti kata damai di atas, kita dapat menerjemahkan arti membawa damai sebagai berbuat sesuatu sehingga orang lain dapat menikmati kebaikan. Membawa damai berarti membawa atau berbuat kebaikan bagi sesama. Tetapi membawa damai bukan berarti sama dengan cinta damai. Mengapa? Karena orang yang mengaku cinta damai biasanya melakukan

kesalahan dengan menghasilkan kesulitan atau kesusahan bukan perdamaian. Misalnya seringkali ketika seseorang ada masalah dengan sesamanya, ia memilih diam saja dengan alasan tidak mau ribut. Padahal dengan diam terus-menerus, ia tidak menyelesaikan masalahnya, melainkan justru menetapkan kesulitan di masa mendatang, karena ia menolak untuk menghadapi situasi masa kini sehingga tidak melakukan tindakantindakan yang seharusnya diambil malah menghindarkan diri dari persoalan. Membawa damai adalah melakukan suatu tindakan aktif untuk menuntaskan masalah-masalah yang sedang dihadapi supaya persoalannya selesai. Membawa damai berarti mengambil resiko untuk disalah mengerti, bahkan terkadang usahanya tidak dihargai dan tidak berhasil. Membawa damai adalah melakukan tindakan aktif dengan tidak mengorbankan pengajaran firman Tuhan, tetapi dengan menerapkannya. Orang-orang yang membawa damai adalah orang-orang yang mau menghadapi, mengatasi dan menyelesaikan suatu persoalan secara tuntas sehingga kondisi damai tercipta. Mengapa orang-orang yang membawa damai disebut anak-anak Allah? Karena mereka melakukan pekerjaan yang dilakukan oleh Allah sehingga tindakan mereka mencerminkan karakter Allah. Berbahagialah orang-orang yang berbuat dan bertindak secara aktif untuk mengusahakan perdamaian sehingga orang-orang dapat merasakan dan menikmati apa yang dinamakan sebagai kebaikan. Di dalam kehidupan kita seharihari ada orang-orang yg hidupnya suka menjadi biang kerok, perusuh dan menyulitkan kehidupan orang lain. Di manapun mereka berada mereka melakukan pekerjaan-pekerjaan setan. Tetapi di pihak lain ada anak-anak Tuhan yang perbuatannya, perkataannya mampu menghilangkan kesusahan orang lain, menjadi jembatan di antara pihak-pihak yang bertengkar, memulihkan hubungan yang rusak, memaniskan kepahitan hidup

source:https://www.google.co.id/

orang lain, dengan tanpa takut risiko untuk tidak dihargai atau disalah mengerti tetapi bertujuan untuk membina hubungan yang benar di antara sesama, bahkan membimbing mereka untuk mendapatkan damai Allah, dengan membimbing mereka kepada Kristus. Orang-orang seperti inilah yang dikatakan sebagai anak-anak Allah, karena mereka melibatkan diri mereka dan merefleksikan karakter dan pekerjaan Allah. Bulan September merupakan bulan yang penting, karena disetiap bulan September akan diperingati Hari Perdamaian Internasional (International Day of Peace), terkadang secara tidak resmi ada yang menyebutnya Hari Perdamaian Dunia (World Peace Day), pada tanggal 21 September. Peringatan ini didedikasikan demi perdamaian dunia dan secara khusus demi berakhirnya perang dan kekerasan, misalnya yang mungkin disebabkan oleh suatu gencatan senjata sementara di zona pertempuran untuk akses bantuan kemanusiaan. Sementara kita sebagai warga Duta Wacana pun

beberapa tahun terakhir pun turut memperingati hari perdamaian dengan mengadakan ibadah dan bahkan tahun lalu diselenggarakan acara Kantata Indonesia Damai, di mana doa-doa dinaikkan dalam pujian oleh para paduan suara dari berbagai kampus yang ada di Yogyakarta serta dari lintas agama. Banyak cara yang bisa kita lakukan untuk membawa damai khususnya di bulan yang kita peringati sebagai Hari Perdamaian Internasional ini. Lalu apa yang sudah kita buat sebagai Duta Wacana-Nya Kristus di dunia ini? Di tengah-tengah kondisi bangsa yang mulai panas dengan ujaran-ujaran kebencian yang muncul, mari menebar kasih kepada sesama tanpa memandang apapun seperti yang Yesus ajarkan dalam kehidupan kita, karena kita adalah anakanak Allah. [dbas]


Opini

9

Asian Games, Pelukan Hangat Jokowi-Prabowo dan Memaknai Hari Perdamaian Dunia.

J

ika ada kata yang mampu merepresentasikan kata “luar biasa” lebih dari yang lain, tentu kata tersebut sudah seharusnya diberikan kepada seluruh panitia, penari, penyanyi, volunteer, dan seluruh tim yang ikut serta dalam memeriahkan acara Opening Ceremony Asian Games 2018. Kemegahan Stadion Utama Gelora Bung Karno, penampilan luar biasa tarian Ratoeh Jaroe, pementasan drama musikal yang mengambil tema keanekaragaman budaya di Indonesia, sajian lagu dan nuansa budaya dari seluruh penjuru tanah air hingga suguhan kembang api spektakuler yang tentunya benar-benar mencerminkan Negara Republik Indonesia sebagai bentuk dari “Energy of Asia”. Asian Games 2018 Sejak diselenggarakan pertama kali di Delhi, India pada tahun 1951 dan Indonesia menjadi tuan rumah pertama kali pada tahun 1962 hingga saat ini, perhelatan Asian Games sejatinya memiliki daya tarik tersendiri bagi setiap lapisan masyarakat di Asia. Kebanggaan menjadi tuan rumah pesta olahraga terbesar se-Asia ini tentu memiliki dampak yang sangat signifikan bagi pendapatan devisa setiap negara penyelenggara. Menjadi tuan rumah untuk kedua kalinya tentu saja menjadi kebanggaan bagi Indonesia. Kepercayaan tersebut membuat Indonesia harus berbenah dari semua sektor. Pembangunan infrastruktur semakin ditingkatkan, renovasi besar-besaran di sarana olahraga maupun transportasi dan pembenahan di sektor pariwisata. Tentunya segala upaya dan kerja keras dari berbagai sektor tersebut memiliki maksud tersendiri demi kelancaran dan kesuksesan ajang empat tahunan ini. Terbilang sukses pada acara Opening Ceremony, Closing Ceremony, dan mendapatkan respon yang sangat positif dari kalangan pemimpin dunia akan kesuksesan event ini, tentu saja hal tersebut menahbiskan Indonesia sebagai salah satu negara yang mampu untuk menyelenggarakan event-event besar berskala internasional. Tidak tanggungtanggung, total dari anggaran yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat untuk acara pembukaan dan penutupan kemarin saja mencapai sekitar 680 miliar rupiah. Tidak berhenti di situ saja, rentetan angin positif juga menghampiri kubu kontingen Merah Putih. Indonesia menempati posisi keempat dalam perburuan juara umum dengan total mengoleksi 98 medali yang diantaranya 31 medali emas, 24 medali perak, dan 43 medali perunggu. Pencapaian ini tentu sangat luar biasa jika kita melihat perkembangan yang sangat pesat dari apa yang telah dilakukan

www.google.com

oleh kontingen Indonesia di ajang Asian Games 2018 ini ketimbang tahun-tahun sebelumnya. Jika kita ingin mundur kebelakang, prestasi terbaik kontingen Merah-Putih terjadi pada tahun 1962 ketika Indonesia menjadi tuan rumah untuk pertama kalinya. Pada saat itu kontingen Indonesia berada di peringkat ke-2 dengan mengoleksi 11 medali emas, 12 medali perak, dan 28 medali perunggu. Presiden Joko Widodo dan Menpora Imam Nahrawi yang selalu menyempatkan hadir pada pagelaran Asian Games 2018 mengaku sangat bangga dan puas terhadap capaian kontingen Indonesia pada ajang yang diikuti oleh 45 negara ini. Pelukan Hangat Jokowi-Prabowo Tidak bisa dipungkiri, berjalannya perhelatan Asian Games 2018 kali ini juga tentu memberikan angin sejuk terhadap perhelatan kontestasi politik yang ada di Indonesia. Pada tanggal 29 Agustus 2018 kemarin, Presiden Joko Widodo, Ketua Umum Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Prabowo Subianto, dan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri hadir di Padepokan Pencak Silat, TMII Jakarta Timur. Pada kesempatan tersebut, mereka bersama Wakil Presiden Jusuf Kalla dan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani menyaksikan pertandingan final nomor tarung putra pencak silat kelas C 55-60 kg Asian Games. Pada final tersebut, pesilat Indonesia Hanifan Yudani Kusumah sukses merebut medali emas ke-29 untuk Indonesia usai mengalahkan pesilat Vietnam Nguyen Thai Linh. Pada momen tersebut pula Hanifan secara mengejutkan berlari lalu memeluk Jokowi dan Prabowo secara bersamaan.

Kontestasi politik Indonesia pada saat ini tentu sangat membutuhkan kesejukan dan kedamaian. Perang berbagai tagar di media sosial, isu-isu hoax yang semakin marak dan perang urat syaraf antar kedua pendukung seakan menghilang ketika momen pelukan Jokowi dan Prabowo pada saat itu. Momen tersebut tentu saja meruntuhkan interpretasi masyarakat atas tindakan dan ucapan politikus pendukung keduanya di media sosial yang kerap dianggap sebagai bentuk ketegangan di antara kedua kubu yang saling bersebrangan. Momen yang sangat langka tersebut dianggap sebagian kalangan adalah sebuah upaya simbolik dari Jokowi-Prabowo untuk mencairkan suasana politik menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) di tahun 2019 nanti. Sehingga Pemilu dapat dimaknai sebagai suksesi kepemimpinan melalui sistem demokrasi yang adil. Segala upaya simbolik yang telah dilakukan oleh Presiden Joko Widodo dan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto itu tentu saja bisa gagal terwujud menjadi realita politik, apabila tidak dilanjutkan dengan praktik kampanye bersih dan damai dari para pendukung kedua kubu. Tentu saja sebagai warga negara, kita berharap agar kontestasi Pilpres 2019 nanti dapat terwujud dengan kesejukan dan kedamaian seperti apa yang telah ditunjukan oleh kedua elit politik tersebut. Memaknai Hari Perdamaian Dunia. Hari perdamaian dunia sudah seharusnya menjadi tolak ukur kita sebagai negara maupun warga negara dalam menciptakan kesejukan dan kedamaian yang terjadi di muka bumi ini. Secara historis, Hari Perdamaian Dunia yang dimulai pada tahun 1982 dan didedikasikan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sejak tahun

2013 ini bertujuan untuk menuntaskan aksi terorisme dan gencatan senjata demi berakhirnya perang dan kekerasan yang terjadi di dunia. Hari perdamaian dunia yang akan diperingati pada tanggal 21 September 2018 nanti harusnya dapat kita maknai sebagai proses diri maupun bangsa demi terciptanya kesejukan dan kedamaian nasional maupun internasional. Peran Indonesia pada hari perdamaian dunia kali ini tentu harus kita apresiasi sebagai salah satu peran terbaik. Tepat pada 8 Juni 2018 yang lalu, Indonesia terpilih sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB). Pada pemungutan suara yang dilaksanakan di markas besar PBB di New York, Amerika Serikat, Indonesia berhasil terpilih menjadi anggota tidak tetap DK PBB setelah berhasil mengalahkan Maladewa dengan perolehan suara 144 dari 190 negara anggota PBB yang ikut dalam acara pemilihan. Indonesia tentu saja akan mengusung isu terorisme, radikalisme dan ekstrimisme dalam pertemuan-pertemuan DK PBB mendatang. Isu-isu tersebut sebenarnya sudah sangat sering kita dengar mengingat beberapa tahun kebelakang seringkali kota-kota besar di dunia mendapatkan serangan terorisme. Yang menjadi concern Indonesia pada saat ini adalah bagaimana memperkuat ekosistem perdamaian dan stabilitas global. Sebagai anggota DK PBB tentu Indonesia akan mendorong budaya kebiasaan dialog dalam penyelesaian konflik dan juga akan meningkatkan kapasitas pasukan perdamaian PBB termasuk keterlibatan perempuan dalam menjadi pasukan perdamaian. Energy of Asia, It’s Indonesia. Sukses menjadi tuan rumah penyelenggaraan Asian Games ke-18 dan disebut sebagai yang terbaik dalam sejarah penyelenggaraan Asian Games, diiringi pelukan hangat dua kontestan politik dan berperannya Indonesia dalam anggota tidak tetap DK PBB tentu saja dapat menjadi sebuah kado manis bagi bangsa yang baru saja berulang tahun ke 73 ini untuk melangkah kedepan. Harapan demi harapan untuk kemakmuran bangsa tentu saja dapat terjadi apabila kita sebagai warga negara mampu menciptakan kesejukan dan kedamaian sebagai sebuah negara. Kepercayaan dunia yang semakin besar akan peran Indonesia dimata dunia tentu saja mencerminkan bahwa Indonesia adalah “Energy of Asia”. [Edward]


Seputar Jogja

10

Empat Mahasiswa UKDW Ikuti Java Summer Camp #7 2018

K

egiatan “Java Summer Camp ke-7” resmi dibuka oleh Bupati Sleman, Drs. H. Sri Purnomo, MSI di lapangan Bumi Perkemahan Rama Shinta Kompleks Candi Prambanan pada tanggal 31 Agustus 2018. Event ini diikuti oleh 250 peserta yang berasal dari beberapa negara seperti Malaysia, Laos, Mali, dan Rwanda. Dalam event ini, Universitas Kristen Duta Wacana mengirimkan empat perwakilan mahasiswa yaitu Eva Angelina dari Program Studi Arsitektur, Eunike Putri dari Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Dicky Pomfasi dan Ivan Hector Sinambela dari Program Studi Sistem Informasi. Pada hari pertama, peserta melakukan daftar ulang dan dilanjutkan dengan pembagian tenda dan pengarahan oleh panitia kegiatan. Setelah pengarahan singkat, peserta mengikuti sesi “Workshop Travel Writing” oleh Suluh Pratitasari yang merupakan penulis salah satu buku tentang dunia traveling berjudul “Tales from The Road”. Tita menyampaikan beberapa materi tentang dunia Travel Writing yang membawa peserta mengenali beberapa aspek penting yang perlu dipahami dan dikembangkan dalam penulisan tersebut. Peserta juga diberi kesempatan untuk menghasilkan karya tulis yang nantinya akan dilombakan antar peserta. Menjelang sore hari, peserta berkumpul di lapangan dan bergantian untuk belajar Jemparingan, sebuah kegiatan memanah dalam gaya Mataram. Dalam sambutannya pada upacara pembukaan “Java Summer Camp ke-7”, Ir. Arip Pramana, MT selaku Staf Ahli Bupati Kabupaten Sleman menyampaikan harapannya kepada tiap peserta yang ada untuk mengembangkan aktivitas diri seperti menambah wawasan terhadap lingkungan, kemampuan wirausaha dan kemampuan bersosialisasi dengan berbagai aktivitas positif. Pada sambutan yang lain, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman, Dra. Hj. Sudarningsih, M.Si menyampaikan bahwa melalui event yang digelar pada tanggal 31 Agustus - 2 September 2018, diharapkan ada interaksi aktif antar generasi muda dengan latar budaya yang berbeda, sehingga selain akan memperluas jejaring. Event ini pada akhirnya akan membangkitkan rasa saling percaya dan menghargai perbedaan yang ada. Secara tidak langsung, Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman dapat pula mempromosikan objek dan destinasi wisata yang ada di Kabupaten Sleman melalui kegiatan ini. Upacara pembukaan pun ditutup dengan suguhan tari tradisional dari Kabupaten Asmat, Papua, Sanggar Tari Sakura dan Jasmine Band.

foto:dok.Peserta

Di hari kedua seluruh Peserta “Java Summer Camp 2018” mengunjungi beberapa tempat wisata yang ada di Kabupaten Sleman. Tempat wisata yang pertama dikunjungi yaitu Desa Gamplong, di desa tersebut seluruh peserta diajak untuk mengunjungi Studio Alam. Studio tersebut merupakan bangunan yang sebelumnya merupakan lokasi syuting salah satu film yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo yaitu film “Sultan Agung” dan telah dihibahkan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman untuk menjadi tempat wisata masyarakat. Selain itu terdapat kerajinan tenun yang menjadi buah tangan khas desa tersebut. Setelah menelusuri studio alam dan melihat proses pembuatan kerajinan tangan di desa tersebut, seluruh peserta melanjutkan perjalananan ke Lava Bantal. Saat di Lava Bantal para peserta dijelaskan berbagai informasi yang berkaitan dengan alam serta bagaimana agar kita bisa bijak menggunakan media sosial, acara lalu diakhiri dengan pentas seni yang ditampilkan oleh setiap kelompok.

Pada hari terakhir para peserta “Java Summer Camp 2018” melakukan explore konservasi Candi Prambanan. Sebelum melaksanakan kegiatan explore candi, seluruh peserta dibagi dalam beberapa kelompok yang nantinya akan menjadi tim konservasi selama kegiatan itu berlangsung. Kegiatan konservasi candi ini juga didampingi oleh Komunitas Malam Museum yang akan memberikan banyak informasi mengenai sejarah, aktifitas yang boleh dilakukan di sekitar candi serta pengetahuan mendalam tentang candi yang berada di Kabupaten Sleman khususnya Candi Prambanan. Selesai dari kegiatan tersebut, para peserta diberikan tantangan oleh Komunitas Malam Museum dan panitia untuk membuat poster menarik dengan bahan seadanya yang nantinya akan dilombakan untuk mendapatkan medali spesial dari penyelenggara kegiatan. Seluruh peserta pun diundang untuk mengambil foto bersama Komunitas Malam Museum beserta seluruh karya poster yang telah dibuat.

Setelah mengikuti kegiatan tersebut, seluruh peserta mengikuti sesi workshop Totem dari Kabupaten Asmat, Papua. Dalam kegiatan workshop ini, peserta diberikan pengetahuan tentang kehidupan dan gaya hidup masyarakat Kabupaten Asmat mulai dari makanan tradisional, alat musik tradisional, senjata tradisional serta kegiatan sehari-hari yang dilakukan masyarakat Asmat. Uniknya, masyarakat Asmat gemar membuat ukiran menggunakan bahan kayu mulai dari ukuran kecil hingga ukuran besar dengan ukiran yang khas dan sangat menarik. Sebagai bentuk apresiasi terhadap hasil karya masyarakat Asmat, patung ukiran dengan ukuran yang cukup besar dipajang di pintu keluar Bandar Udara Internasional SoekarnoHatta Jakarta sebagai dekorasi bandara. Banyak peserta yang tertarik dengan kehidupan dan gaya hidup di tanah penghasil emas ini, terbukti banyak dari para peserta yang melontarkan berbagai pertanyaan mengenai kehidupan di Kabupaten Asmat. Sesi dilanjutkan dengan workshop papercut yang dipandu langsung oleh Theresa selaku pemilik usaha di bidang kerajinan tangan “Papercut” yang telah ditekuninya sejak lama. Theresa menjelaskan bahwa kerajinan tangan papercut merupakan kerajinan yang menyenangkan. Selain membutuhkan konsentrasi dan ketelitian, memotong kertas dan membuat ukiran harus rapi dalam pengerjaannya. Dibutuhkan konsentrasi dan imajinasi yang baik agar terciptanya ukiran yang diinginkan. Dalam workshop ini peserta juga ditantang untuk membuat papercut yang menarik untuk dilombakan dan pemenang akan mendapatkan medali “Java Summer Camp 2018” di kategori tersebut. Usai kegiatan workshop, seluruh peserta diundang untuk berkumpul bersama dalam sesi penyerahan hadiah dan medali bagi para pemenang. Terpilihlah banyak pemenang dari berbagai kategori yang ada seperti kelompok terbaik, yel-yel kelompok terbaik, pertunjukan kelompok terbaik, pemenang challenge media sosial serta hasil papercut terbaik. Salah satu mahasiswi perwakilan dari Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) bernama Eva Angelina juga berhasil menjadi salah satu pemenang dalam kategori Pertunjukan Kelompok Terbaik. Setelah penyerahan hadiah berakhir, seluruh peserta Java Summer Camp 2018 menerima sertifikat kegiatan menandakan acara tersebut telah berakhir. [Ivan, Nike, Dicky]

Serba-Serbi

Pesta Olahraga 4 Tahunan antar Negara di Asia

T

ahun 2018 rasa-rasanya pantas disebut sebagai tahun pesta olahraga. Pasalnya, banyak event olahraga yang digelar pada tahun 2018 ini. Usai kita menikmati Piala Dunia dengan Perancis sebagai juaranya, tak lama berselang Indonesia menjadi tuan rumah bagi pesta olahraga terbesar tingkat Asia. Indonesia kembali mendapat kepercayaan untuk menjadi tuan rumah Asian Games setelah 56 tahun yang lalu Indonesia didapuk menjadi tuan rumah Asian Games untuk pertama kalinya. Pada Asian Games ke-18 yang dilaksanakan tahun ini, Jakarta dan Palembang dipercaya menjadi dua kota utama penyelenggaraan acara. Guna mensukseskan perhelatan akbar empat tahunan itu, seluruh elemen dipersiapkan oleh pemerintah baik ditingkat pusat maupun daerah mulai dari infrastruktur, venue pertandingan, fasilitas umum, dan fasiltas penunjang lainnya. Begitu banyak hal menarik yang terjadi selama Asian Games berlangsung, mulai dari pemilihan Indonesia sebagai tuan rumah, momen-momen bersejarah selama Asian Games berlangsung, hingga pesta pembukaan Asian Games yang begitu memukau bagi seluruh penonton baik di Indonesia maupun di luar negeri. Terpilihnya Indonesia sebagai tuan rumah tidak terjadi begitu saja. Kota Hanoi, Vietnam yang awalnya dipersiapkan untuk menjadi tuan rumah,menunjukkan tanda-tanda ketidaksiapan sejak Maret 2014. Di Vietnam sendiri, mulai muncul penolakan dari masyarakat dikarenakan tidak stabilnya kondisi ekonomi saat itu dan kurangnya sarana olahraga yang sesuai standar internasional. Selain itu, estimasi biaya yang semula berada di kisaran 150

juta dollar AS membengkak hingga lebih dari 200 juta dollar AS. Tentu saja hal ini menjadi perhatian serius bagi pemerintah Vietnam. Setelah Vietnam dalam hal ini kota Hanoi mengundurkan diri, Olympic Council of Asia (OCA) menyatakan bahwa Indonesia, Tiongkok, dan Uni Emirat Arab adalah tiga kandidat kuat yang memungkinkan untuk menjadi tuan rumah Asian Games ke-18. Indonesia masuk dalam daftar pertimbangan OCA, karena Surabaya berada di peringkat kedua setelah Hanoi sebagai tuan rumah Asian Games 2018. Selanjutnya, pada pertemuan di Kuwait tanggal 25 Juli 2014, OCA menunjuk Jakarta sebagai tuan rumah Asian Games XVIII dengan Palembang sebagai tuan rumah pendukung. Lengkapnya sarana olahraga, adanya jaringan transportasi yang memadai, serta lengkapnya hotel dan penginapan untuk tamu membuat Jakarta mendapat kesempatan sebagai kota tuan rumah. Selain itu, Asian Games yang sedianya dijadwalkan tahun 2019 berubah menjadi tahun 2018, karena Indonesia akan mengadakan pemilihan presiden pada 2019. Siapa yang tak kenal Bhin Bhin, Atung, dan Kaka? Mereka adalah maskot Asian Games 2018 yang tampil dengan begitu atraktif dan menggemaskan. Ketiga maskot tersebut mencerminkan keberagaman Indonesia yang merupakan perwakilan tiga hewan khas dari berbagai daerah di Indonesia. Bhin Bhin, personifikasi cendrawasih, mengenakan rompi dengan motif tradisional Asmat dari Papua, tampil sebagai simbol strategi. Rusa Bawean yang ditampilkan oleh sosok Atung mengenakan sarung batik parang dan melambangkan

kecepatan. Satu lagi, Kaka yang menggambarkan kekuatan tampil dengan sosok badak bercula satu yang mengenakan motif bunga dari songket Palembang. Bhin Bhin, Atung, dan Kaka tampil sebagai maskot pengganti Derawa, maskot Asian Games ke-18 versi awal yang sempat mendapat kritik karena desainnya yang dianggap kurang atraktif. Kemeriahan Asian Games dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia dan dunia, terlebih bagi warga yang menjadi saksi pawai obor Asian Games. Api obor Asian Games sendiri diambil dari negara India, karena India menjadi tempat pelaksanaan Asian Games pertama pada tahun 1951. Tidak hanya dari India, api obor Asian Games di Indonesia juga menggunakan api dari sumber api abadi di Mrapen. Api obor tersebut tiba di Lanud Adisutjipto pada Selasa, 17 Juli 2018 lalu dibawa oleh atlet bulutangkis peraih medali emas Olimpiade tahun 1992, Susi Susanti berkeliling Kota Yogyakarta dan singgah di Museum Dirgantara hingga tanggal 19 Juli 2018. Setelah itu, obor dibawa menuju kota-kota lain di Indonesia. Ketika membahas Asian Games 2018, begitu banyak momen yang tak terlupakan dan senantiasa muncul dalam percakapan seharihari. Beberapa di antaranya adalah kemeriahan upacara pembukaan Asian Games yang dimeriahkan oleh ribuan penari dan artis pengisi acara, salah satu momen yang mungkin tidak akan dilupakan adalah momen ketika Hanifan, atlet pencak silat Indonesia yang meraih medali emas berlari ke arah Presiden Joko Widodo dan Prabowo Subianto serta memeluk keduanya di tengah ketegangan politik yang sedang terjadi,

dan puncaknya saat boyband asal Korea Selatan, iKON dan Super Junior yang tampil pada pesta penutupan Asian Games. Akan tetapi, cara yang dipilih untuk menghadirkan Presiden Joko Widodo di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) pada upacara pembukaan Asian Games menjadi momen yang paling berkesan hingga menjadi trending topic di jagad media sosial. Berlatarkan suasana keberangkatan Presiden Joko Widodo beserta rombongan Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) yang terjebak kemacetan penonton yang berjalan kaki menuju GBK, Presiden Joko Widodo memutuskan untuk mengendarai sepeda motor salah satu anggota Paspampres. Setelah itu, penonton disuguhi berbagai atraksi sang ‘presiden’ ketika melompati rombongan penonton, melewati gang sempit di tengah kampung, serta berhenti sejenak demi anakanak sekolah yang akan menyeberang jalan. Asian Games telah usai, total 98 medali berhasil diraih para atlet dari Indonesia. Para atlet juga mendapatkan apresiasi dari pemerintah berupa bonus uang yang diserahkan langsung oleh Presiden Joko Widodo di Istana Negara. Para atlet berharap pemberian apresiasi ini dapat menjadi motivasi bagi mereka untuk mempersembahkan yang terbaik bagi Indonesia melalui cabang olahraga yang mereka tekuni. Beberapa dari atlet peraih medali juga berharap pemerintah lebih memperhatikan venue-venue tempat mereka berlatih, karena dengan sarana yang memenuhi standar internasional akan meningkatkan kualitas para atlet itu sendiri. [rap]


Office of International Affairs Studying in Taiwan, Why Not?

U

niversitas Kristen Duta Wacana (UKDW) conducted “Sharing Session on Studying in Taiwan” on Friday, August 31, 2018. Took place at Rudy Budiman Lecture Hall, this event was organized by the Office of International Affairs (OIA) to provide information and encourage students who are interested in pursuing their study abroad, especially in Taiwan. This sharing session was opened for UKDW students from all departments as well as lecturers and staffs, with around 70 participants in total. One of UKDW alumni from the Faculty of Information Technology, Raden Agoeng Bhimasta was invited to talk in this event. Bimo, as he is usually called by his friends, is currently a PhD student at the Institute of Service Science, National Tsing Hua University (NTHU), Taiwan. “Why is it important to see the world? Because it’s fun and it changes you. In fact, travel taught me a lot of things,” he began. He then shared his experiences traveling abroad, started with his first trip overseas in 2012 when he was still an undergraduate student at Information System Department during “SI Goes to Singapore”, followed by joining the AISEC Program in Sri Lanka in 2013, two-weeks Vietnam trip in 2014, Global Design Thinking in Korea in 2016, and PLS Conference in Macau in 2017. He ended up studying PhD in Taiwan after he got the opportunities to attend several international conferences. “If you want to apply for scholarship, having experience in international conference will be an advance. Participating in conference is not difficult. After you finished your thesis, you can try to submit it to the conference. There is a high chance that it will be accepted, “ he encouraged the participants. If you want to study abroad, Taiwan is one of the countries you may consider. Beside the

foto dok.KK/Endri

outstanding quality of education, the living cost in in Taiwan is affordable. There are also scholarships offered by Taiwan government for international students. Studying Service Science at NTHU, Bimo shared about why he chose this program, the requirement to enrol in this program, the amazing professors and fellow students, the extraordinary classes, and the exciting activities outside the class. According to Bimo, Service Science is a new program and has important role in community. The classes are delivered in English and the professors always give valuable feedbacks to students. He also briefly explained about some scholarships available for studying in Taiwan, including scholarships from Ministry of Education (MOE), Ministry of Foreign Affairs (MOFA), Ministry of Science and technology (MOST), and Taiwan ICDF. There are also scholarship opportunities from the universities. In addition, to earn money for living

expenses, students can also work or become a teaching assistant or research assistant. Of course they must follow the regulation. Talking about living cost in Taiwan, the amount actually is depending on each person’s habit. For example, living in apartment will be more expensive than living in school dormitory. Living in school dormitory and apartment have their own pros and cons. School dormitory is cheap, convenience, and there are a lot of friends there, but students are restricted by the dorm rule. Besides, roommate or neighbour problems are not unusual. Meanwhile, apartment usually is much more comfortable, privacy will not be an issue, and you are free to do things as you wish. However, apartment is expensive, extra charge for electricity, location is quite far from campus, and since you live alone you may feel lonely. Based on his experience, Bimo said that monthly living cost in Hsinchu City is approximately 8,000 NTD. The living cost in a

big city like Taipei would be higher. One of Taiwan attractions is its culinary. Taiwan is famous for its night markets. There you can find so many delicious foods, the price varies between 30 – 100 NTD. Lastly, he gave a rough idea about estimated cost for entertainment, transportation, and other cost. Closing his session, Bimo told the participants to grab the opportunity and start immediately when there is a chance. He shared his email address and contact number for participants to contact him if they have any questions regarding studying in Taiwan. Before the sharing session was ended, two UKDW students who just returned from Taiwan to join the “2018 CJCU Global Cultural Exchange Summer Camp” were also invited to share about their experience. Lolita Febriana Kusuma (Department of Architecture) and Pedro Raymon Lapebesi (Department of Information System) are two of three UKDW students who participated in this program. “We got a lot of experiences during this program. We met many friends from different countries, so it was a great opportunity for us to build our networking,” said Pedro. Answering a question from one of the participants, the Director of OIA, Arida Susyetina, S.S., M.A. explained that when students join international program, they become the representatives of UKDW, so they will receive official letter from the Vice President for Student, Alumni Affairs and Information, that can be used for requesting a permition from the lectures. “Don’t worry about your English! Even if you think that your English is not perfect, you shouldn’t be afraid to take the opportunity to get new experience!” she added. [drr]

A Wonderful Summer Camp at CJCU Taiwan

U

niversitas Kristen Duta Wacana (UKDW) sent its representatives to participate in the “2018 Global Culture Exchange Summer Camp” at Chang Jung Christian University, Tainan, Taiwan. The five-days-event was started on August 20, 2018 and ended on August 25, 2018. It was attended by around 96 participants from 10 different countries. The participating countries were Indonesia, Taiwan, Malaysia, Japan, the Philippines, Czech, USA, Vietnam, India and Korea. Arrival and registration of participants from various countries were carried out on August 20, 2018. They were informed about their room number. Participants were divided into ten groups consisting of nine to ten participants from various countries. Continuing the agenda, the participants had dinner, followed by group discussions about "jargon" and symbol of each group. On the first day of the program, more activities were carried out in the CJCU drama studio room. The participants learned about Social Bussines from Zhang Ke-Yun, the Chairperson of Foundation for Yunus Social Business Taiwan (FYSBT) and former President of Toastmasters International in Taiwan. The topic in this session was "The Mission and Vision of Taiwan Yunus Foundation". In this lecture, the speaker talked about how Social Business comes to solve social problems and benefits the poor and the underprivileged. The participants also learned about how a small business can be a self-sustained enterprise through Tea House. Taiwan is rich in multiple aboriginal cultures, and a significant part of their cultural heritage is represented through their

foto dok.KK/Pedro

handicrafts. The next session offered a hands-on experience of making aboriginal handicrafts in order to appreciate its culture. This craft making activity was guided by Gao Sio-Chen, the Board Director of Tainan Aboriginal People Service Association. On the second day, the participants visited BROGRNT Technologies Inc. and Tainan City Government Fire Bureau. Headquartered in Kaohsiung, BROGENT is a diverse technology company with rich experience in digital content creation. During the visit to BROGENT, participants learned about the company’s business lines such as software and hardware R&D, manufacturing and system integration, theater design, as well as planning and construction capabilities.

Starting as Tainan Fire Agency during the Japanese occupation to Fire Department under Tainan City Police Department, Tainan City Government Fire Bureau was established to protect the life and possessions of all citizens. Firefighting service covers a wide range of incidents including fire prevention, disaster rescue and emergency medical service. In order to provide high quality disaster rescue service, Tainan City has established Office of Disaster Rescue and ambulance rescue teams, all working together to ensure the public a safe environment with high-quality protection. On the third day, the participants visited KPC Herbs Inc., a Taiwan branch of the U.S. Office for Kaiser Pharmaceutical Co. It is one of the most established and respected producers of premium

quality concentrated Chinese herbs, herbal extracts, and herbal preparations in the world. In this visit, the participants learned about manufacturing process and business management of this company. After that, they visited Red Barn Factory & Tour. The factory produces a variety of products including cereal, nut powder, instant coffee, etc. The participants tried to make nut powder and then they can take it home. Before going back to CJCU, the participants had dinner at Red Burn Cafe. On the fourth day, because of the typhoon, the schedule for Chinese Painting and Calligraphy Class was cancelled. All participants must stay inside the dorm. Some participants spent the time practicing their team performances. At 12 o'clock all participants had lunch, then preparing their country presentations. Ten teams that were divided by country took turn introducing their country’s tradisional food or making handcrafts that carry particular culture significance. On the final day, the participants performed with their team members besed on the performance they have chosen (dancing, singing, theater play, talent show, film making, or individual dancing). The best performances were announced during the “Team Bonding” session. It was a great opportunity to demonstrate their team efforts in reflection of what they have learned and experienced during the summer camp. [Pedro]

FTI UKDW Explores Joint Research with NTHU Taiwan

U

niversitas Kristen Duta Wacana (UKDW) and National Tsing Hua University (NTHU) expressed their interest to start the partnership, especially in conducting joint research during the meeting on Wednesday, August 29, 2018. Visiting UKDW on his second day in Yogyakarta Prof. Jyun-Cheng Wang, a lecturer at NTHU’s Institute of Service Science, who is also the Director of Center for Social Enterprise and Entrepreneurship at College of Technology Management, was accompanied by his student, Raden Agoeng Bhimasta who is an alumnus of UKDW’s Faculty of Information Technology. Took place at the Office of International Affairs (OIA), the meeting was attended by Arida Susyetina, S.S., M.A. as the Director of OIA, Budi Susanto, S.Kom., M.T. as the Dean of the Faculty of Information Technology, and lecturers of Information System as well as Informatics Department, namely Halim Budi Santosa, S.Kom., M.B.A., M.T., Argo Wibowo, S.T., M.T., Maria Nila Anggia Rini, S.Kom M.T.I,

Christina Deni Rumiarti, S.T., M.T.I., Umi Proboyekto, S.Kom., MLIS., L. Kuncoro Probo Saputra, S.T., M.Eng., and Erick Kurniawan, S.Kom., M.Kom. The meeting was specifically arranged to explore the possibility of conducting joint research. For this reason, the discussion was started with introduction of each lecturer and their research interests. Then Prof. Wang shared about his research interests including Social Network, Online Community, Social Entrepreneurship, and Patent Analyst. Aside from joint research, this meeting also discussed about the opportunity to pursue PhD program at NTHU. “If there any faculty member who has interest in studying in Taiwan, we will gladly welcome you,“ said Prof. Wang. UKDW hopes that this meeting will be the beginning of a fruitful partnership between the two universities. [drr]

foto dok.KK/Endri

11


12

OKA 2018

Orientasi Kehidupan Akademik 2018 Universitas Kristen Duta Wacana Senin-Selasa, 13-14 Agustus 2018 FOTO OLEH PANITIA OKA 2018


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.