UKDW Yogyakarta
16
@UKDWJOGJA @ukdwyogyakarta
04
UKDW Yogyakarta
Alamat Redaksi: Kantor Biro IV UKDW Gedung Hagios Lantai 1 Jl. dr. Wahidin Sudirohusodo 5-25, D.I Yogyakarta Koran Kampus UKDW
APRIL 2022
korankampus@staff.ukdw.ac.id
Berkomunikasi dengan Hati Mencipta Harmoni
B E R I TA U TA M A
BINDA DIY Kembali Gandeng UKDW untuk Vaksinasi Booster
B
Profil Bulan Ini: Vania Sharleen Setyono, M.Si (Teol)
2
Siraman Rohani: Paskah = Minyak Goreng Langka?
9
Serba-Serbi: Hari Kemenangan Paskah
11 12
adan Intelijen Negara Daerah (Binda) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang bekerja sama dengan Dinas Kesehatan DIY dan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan (Poltekkes) Yogyakarta kembali menggandeng Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta dalam penyelenggaraan vaksinasi dosis ketiga atau booster pada hari Selasa, 22 Maret 2022 di Auditorium Koinonia UKDW Yogyakarta. Sebelumnya, pada bulan Januari lalu, UKDW bersama BINDA DIY dan Poltekkes Yogyakarta juga bekerjasama dalam kegiatan serupa. Wakil Rektor IV Bidang Pengembangan Kapasitas SDM dan Jejaring UKDW, Pdt. Handi Hadiwitanto, Ph.D, mengatakan vaksinasi booster tahap 2 ini merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk menekan laju penularan virus Covid-19 di masyarakat terutama varian Omicron. “UKDW memberikan dukungan penuh dengan menyediakan Auditorium Koinonia sebagai tempat vaksinasi, sarana dan prasarana yang dibutuhkan terkait kelancaran kegiatan, serta dukungan tenaga sukarelawan yang terlibat sebagai vaksinator,” tuturnya. AKBP Sugiyono, S.Pd., Koordinator Vaksinasi Wilayah Kota Binda DIY, menjelaskan BIN sebagai kepanjangan tangan dari Presiden membantu program pemerintah untuk percepatan vaksinasi Covid-19. Percepatan vaksinasi baik itu dosis pertama, dosis kedua, maupun dosis ketiga terus dilakukan untuk mencegah penularan Covid-19 secara masif. “Untuk vaksinasi booster tahap 2 ini diperuntukkan bagi karyawan dan keluarga karyawan UKDW Yogyakarta, mahasiswa UKDW Yogyakarta, masyarakat sekitar,
foto:dok./Biro 4
masyarakat yang belum menerima vaksin 1 dan vaksin 2, VIKEP Yogyakarta, serta Komunitas Romo. Namun secara berjenjang akan kita kawal vaksinasi ini untuk seluruh rakyat Indonesia. Kami kembali bekerja sama dengan UKDW karena melihat UKDW cukup potensial untuk jaringan komunikasi dan kerjasama yang terjalin selama ini. Kami dari intelijen butuh jaringan informasi dan komunikasi dari UKDW sehingga informasi yang didapat lebih lengkap dan bermanfaat untuk mendukung tugas-tugas kami,” terangnya. AKBP Sugiyono, S.Pd. menambahkan suntikan vaksin ketiga ini menggunakan jenis vaksin ASTRAZENECA sebagai vaksin heterolog dengan target sasaran sekitar 800 orang yang sebelumnya telah menerima vaksinasi primer lengkap dengan jenis
vaksin SINOVAC dan ASTRAZENECA. Adapun tenaga kesehatan yang ikut serta dalam pelaksanaan vaksinasi ini berasal dari Poltekkes Yogyakarta dan Fakultas Kedokteran UKDW Yogyakarta. Sementara itu dr. Novi Husmarini, M.Sc., Koordinator Nakes Poltekkes Yogyakarta merasa senang bisa bekerjasama kembali dengan UKDW dalam penyelenggaraan vaksinasi. “Harapannya sivitas akademika UKDW dapat menjalani vaksinasi untuk membantu proses percepatan vaksinasi di Indonesia khususnya di Yogyakarta. Sehingga ke depannya sivitas lebih sehat, tidak terpapar corona, dan dapat menjalani PTM secara maksimal. Seandainya terpapar, harapannya hanya mengalami gejala ringan,” ungkapnya. (mpk)
UKDW Dorong Mobilitas Internasional Mahasiswa Lewat IISMA
B
iro Kerjasama dan Relasi Publik (Biro 4) Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta bekerja sama dengan Kantor Urusan Internasional (KUI) Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, Universitas PGRI Yogyakarta (UPY), Universitas Dhyana Pura (UNDHIRA) Bali, dan Universitas Proklamasi (UP) 45 Yogyakarta menyelenggarakan Talkshow IISMA 2022 pada hari Selasa, 8 Maret 2022 secara daring. Acara ini digelar untuk mensosialisasikan program Indonesian International Students Mobility Awards (IISMA), salah satu program beasiswa yang dikelola oleh Ditjen Dikti Kemendikbudristek RI untuk mendanai mahasiswa Indonesia mengikuti program mobilitas internasional di universitas unggul yang ada di berbagai negara. Hadir sebagai narasumber yaitu R. Rachmat A. Sriwijaya, S.T., M.T., D. Eng (Ketua IISMA 2022), Andi R. Wijaya, S.T., M.Sc., Lic., Ph.D. (Wakil Ketua IISMA 2022), Fakhri Giffari (UGM-IISMA Alumni dari Boston University), dan Ahmad Priyansyah (UII-IISMA Alumni dari University of Sussex). Talkshow IISMA yang diikuti sekitar 400 peserta ini dipandu oleh dua host yaitu Arida Susyetina, S.S., M.A (Kepala Pusat Pelatihan Bahasa UKDW) dan Dr.rer.nat. Dian Sari Utami S.Psi., M.A. (Direktur Kemitraan/KUI UII). Rektor UKDW, Ir. Henry Feriadi, M.Sc. Ph.D, menyebutkan program IISMA ini merupakan sebuah program yang mensponsori mahasiswa Indonesia untuk ‘go international’. “Hal ini merupakan kesempatan yang baik karena award ini terbatas sehingga tidak boleh disia-siakan. Mahasiswa yang
foto:dok./Panitia
lolos program ini dapat mengikuti perkuliahan selama satu semester di kampus ternama, universitas mitra luar negeri, untuk membuka wawasan dengan merasakan pembelajaran dan budaya di negara lain. Lewat program ini kita juga bisa turut mempromosikan Indonesia yang menunjukkan keberagaman, bangsa yang toleran karena bisa hidup berdampingan meski banyak perbedaan,” tuturnya. Sementara itu Rektor UII, Prof. Fathul Wahid, ST., M.Sc., Ph.D mengatakan dengan mengikuti program IISMA, mahasiswa dapat
mengembangkan kemampuan berbahasa, pemahaman multikultural, jaringan global, serta kedalaman dan keluasan perspektif karena mahasiswa yang mengikuti program ini dapat mengambil mata kuliah di luar disiplin ilmunya. UKDW sendiri telah melakukan berbagai persiapan sejak awal tahun ini supaya banyak mahasiswa UKDW bisa lolos mengikuti program IISMA 2022. Kepala Biro 4 UKDW, Dr. phil. Lucia Dwi Krisnawati menyebutkan persiapan dimulai dengan penyelenggaraan info session terkait IISMA, pendaftaran untuk
penyaringan level universitas, serta pengadaan workshop dan seminar untuk membekali mahasiswa terkait pengetahuan yang akan memperbesar peluang mereka lolos seleksi IISMA. “Kami akan terus mendampingi dan membimbing mereka hingga semua proses seleksi selesai. Mahasiswa yang berhasil lolos akan menjadi duta UKDW dan secara tidak langsung menjadi jembatan untuk mempererat kerjasama UKDW dengan universitas mitra pilihan mereka nanti,” pungkasnya. (mpk)
VOL.16/ APR 2022
VANIA SHARLEEN SETYONO, M.Si., Teol
Perempuan sebagai Agen Perubahan
I
su-isu tentang pemberdayaan perempuan, kesetaraan gender, dan kiprah perempuan di sektor publik tidak pernah sepi dari perbincangan. Bahkan di era emansipasi seperti sekarang, perempuan masih sering dianggap sebagai kelompok kelas kedua atau pelengkap. Perempuan masih membutuhkan perjuangan ekstra untuk meraih kesetaraan karena masih ada anggapan bahwa perempuan hanya mampu dalam melaksanakan pekerjaan yang berkaitan dengan urusan rumah tangga. Menanggapi hal ini, Vania Sharleen Setyono, M.Si., Teol., Dosen Mata Kuliah Humaniora (MKH) Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta yang concern dengan isu kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, turut serta dalam membantu mendirikan Kelompok Studi Gender (KSG) UKDW. Kelompok studi yang didirikan tahun 2021 ini merupakan sebuah kelompok studi isu gender dan interseksionalitas, yang terbuka bagi seluruh mahasiswa UKDW lintas fakultas, gender, dan angkatan. Vania Sharleen pun lantas menjadi dosen pembimbing KSG UKDW. Salah satu project yang akan dilakukan adalah pembentukan satgas dan kode etik untuk pencegahan dan penangan kekerasan seksual di kampus. Vania Sharleen yang juga merupakan alumnus Fakultas Teologi UKDW mengaku mulai tertarik dengan isu kesetaraan gender sejak tahun ketiga di bangku perkuliahan. “Karena saat itu Kelompok Studi Peduli Gender yang ada di bawah Fakultas Teologi mati suri, saya dan teman-teman mencoba bangkitkan kembali. Saya ikut global movement bernama One Billion Rising (OBR) yang concern di bidang anti kekerasan seksual dari tahun 2014, seperti kekerasan dalam pacaran, rumah tangga, dan sebagainya,” ujarnya. Saat mengenyam pendidikan S2, Vania Sharleen lebih aktif dalam talkshow, seminar, dan berbagai pelatihan, baik itu sebagai peserta maupun menjadi fasilitator. Ia juga sering berdiskusi dengan temantemannya yang berkecimpung di lembaga
swadaya masyarakat yang berkaitan dengan isu kesetaraan gender. Dosen yang memiliki hobi membaca buku dan menonton film ini mengaku sudah berpikir kritis sejak kecil. Vania bercerita bahwa saat masih SD dulu, ia pernah membenci tokoh Hawa yang diceritakan dalam Alkitab yang disampaikan lewat cerita-cerita sekolah minggu. Ia pun bertanya kepada sang Mama, “Mama kenapa sih aku benci banget sama Hawa. Akibat makan buah itu, mama jadi sakit melahirkan. Lalu, seharusnya kita masih di taman Eden”. Dari situ, ia mulai tertarik dengan tokoh-tokoh perempuan di Alkitab, hingga tertarik untuk belajar lebih dalam di Fakultas Teologi UKDW. Setelah menjadi dosen di UKDW, Vania bersama Biro Kerjasama dan Relasi Publik (Biro 4) UKDW menjadi fasilitator dalam project Habitat for Humanity. Selain itu, ia juga terlibat dalam project yang bergerak pada isu lingkungan pemukiman di kawasan perkebunan kopi yang terletak di Kulon Progo. Proyeknya adalah memberikan kapasitas bagi ibu-ibu petani kopi untuk mempunyai padangan kesetaraan gender, dengan tujuan meningkatkan kepercayaan diri ibu petani kopi sebagai perempuan yang juga bisa menjadi pemimpin dan usaha. “Menariknya, 95% pekerja di perkebunan itu adalah perempuan. Mereka sebenarnya bisa maju, tetapi mereka nggak sadar kalau diri mereka itu adalah agen perubahan. Mereka masih ada dalam kungkungan pandangan patriarki, dimana harus tunduk pada kata-kata suami/laki-laki. Padahal sebetulnya, mereka adalah promotornya. Akhirnya saya melakukan pelatihan ke sana untuk membuka wawasan mereka, kalau mereka itu ambil peran aktif dari awal ditanam sampai kopi itu direbus, semuanya ada peran perempuan. Nah, akhirnya mereka sadar kalau tidak ada perempuan seperti kita ini, perkebunan kopi tidak akan berjalan, yang tujuan akhirnya adalah untuk meningkatkan pendapatannya mereka,” jelas Vania.
Emansipasi Perempuan dan Haknya Kata wanita dan perempuan, meskipun dianggap sebagai sinonim, namun nyatanya memiliki makna yang berbeda. Secara etimologis, istilah wanita berasal dari bahasa Sansekerta, vanita, yang memiliki arti “yang diinginkan”. Dalam hal ini, wanita bukan merujuk pada perbedaan jenis kelamin tapi ditempatkan sebagai “objek” yang selalu diinginkan oleh laki-laki. Kata vanita kemudian diserap ke bahasa Jawa Kuno menjadi wanita, yang dikemudian dimaknai dengan istilah “wani ditata”. Vania pribadi lebih setuju dengan penggunaan kata perempuan, yang berasal dari kata empu yang memiliki arti “yang dihormati”. Terkait emansipasi, Vania menyebutkan jika kita mengenal hal tersebut dari Kartini. “Yang terpenting adalah bukan cuma sekedar masalah sistemnya, dimana perempuan atau laki-laki itu sama. Dalam pemberdayaan perempuan, pelaku harus sadar bahwa dirinya adalah subjek bukan objek. Ia harus sadar bahwa dirinya adalah makhluk ciptaan yang berharga, sehingga ketika ada terjadi kekerasan atau terjadi potensipotensi yang melanggar hak, dia berani speak up,” ujarnya. Sebagai perempuan, kita harus bisa saling support dan menjadi agen perubahan. Walaupun sudah ada payung hukumnya, terkadang perempuan sendiri nyatanya masih takut. Jika seperti ini, bagaimana perempuan bisa berdiri untuk dirinya sendiri dan untuk kaumnya? Misalnya, mendekati lebaran untuk pulang kampung akan banyak pertanyaan yang datang, bahkan sesama perempuan sendiri saling nyinyir, seperti mengomentari fisik seseorang. “Emansipasi harus butuh kesadaran dan pengetahuan yang menyeluruh, tidak boleh tebang pilih. Saat ini, kesetaraan perempuan di Indonesia masih on progress ke arah yang baik walaupun belum 100% karena kekerasan masih terjadi,” tuturnya. Hal yang perlu diingat adalah bahwa setiap perempuan itu punya hak yang setara. Tidak
peduli status sosial, dari keluarga menengah, atas, atau bawah, karena kita semua diciptakan sebagai makhluk hidup yang setara. “Yang harus dilakukan adalah kita harus sadar ketika berada di suatu society, kita harus terus-menerus untuk speak-up jika merasa ada nilai yang tidak benar, atau jika ada tindakan kekerasan, maupun ada korban. Kita juga harus berpihak pada korban, karena sering terjadi korban malah dibully dan menganggap kekerasan yang terjadi adalah akibat dari perbuatannya sendiri,” ujarnya. Selain itu, sebagai perempuan kita harus berani menyuarakan ide-ide cemerlang untuk menginspirasi perempuan-perempuan lainnya. Karena perempuan cemerlang, akan membuka kesempatan bagi perempuan lain lewat kiprah dan prestasi kita sebagai bukti nyata. Temanteman perempuan juga harus berani menyuarakan “kalau aku bisa loh, kalau aku pinter loh”. “Terlebih sebagai mahasiswa UKDW yang berprestasi, jika mau speak up, kita bisa buka jalan bagi teman-teman yang lain. Kita juga bisa mematahkan stigma bahwa untuk prodi-prodi tertentu hanya bisa diikuti oleh laki-laki saja atau perempuan saja. Padahal kenyataannya tidak seperti itu, karena kuliah membutuhkan kecerdasan, tidak berdasarkan gender. Kita harus patahkan stigma itu pelan-pelan sehingga kesetaraan bisa terjadi,” tegasnya. Di UKDW sendiri peran perempuan sudah terlihat, baik laki-laki maupun perempuan mendapatkan kesempatan yang sama. Jumlah mahasiswa perempuan yang berprestasi juga tidak kalah dari jumlah mahasiswa laki-laki yang berprestasi. “Kedepannya semoga para mahasiswa semakin bersinar dan lebih banyak karya yang diciptakan. Bagi para mahasiswa UKDW, ketika sudah mendapat pengetahuan, bantulah yang lain untuk bisa maju, serta ikut ambil peranan dalam kehidupan sosial kita dimanapun kita berada dan apapun yang sedang dikerjakan,” pungkasnya. [Meidianti]
REDAKSI KORAN KAMPUS PENANGGUNG JAWAB PIMPINAN REDAKSI WAKIL PIMPINAN REDAKSI
: Pdt. Handi Hadiwitanto, Ph.D : Dr. Phil. Lucia Dwi Krisnawati, S.S., M.A. : Christina Angelina Puspitasari
WARTAWAN
EDITOR
LAYOUTER
Meidianti
Mei, Iit, Anti
Putra
KORAN KAMPUS BISA ANDA DAPATKAN SECARA ONLINE MELALUI
https://issuu.com/korankampus_ukdw
Redaksi menerima tulisan dari warga kampus berupa artikel, laporan kegiatan dan foto-foto yang membangun harapan. kirim ke alamat Redaksi atau melalui email : korankampus@staff.ukdw.ac.id
Universitaria
VOL.16/ APR 2022
3
UKDW Terjunkan Mahasiswa KKN Tematik MBKM
foto:dok./Pribadi
U
niversitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta menerjunkan sejumlah mahasiswa untuk mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) Dusun Sendari, Kalurahan Tirtoadi, Kabupaten Sleman. Acara penerjunan dilaksanakan di Balai Kalurahan Tirtoadi pada hari Selasa, 15 Maret 2022. KKN Tematik MBKM ini diikuti oleh mahasiswa dari Program Studi (Prodi) Akuntansi, Arsitektur, Desain Produk, dan Informatika. Adapun programprogram yang direncanakan adalah untuk
M
Sedangkan Mardiharjo selaku Lurah Tirtoadi mengatakan bahwa sebagian besar program bisa dikerjakan dari rumah tetapi dalam mengumpulkan data harus dilakukan di lokasi. Mardiharjo juga meminta bantuan para mahasiswa dalam hal desain kerajinan bambu dan meningkatkan potensi wisata di sekitar Embung Senja. “Produk-produk kerajinan bambu di daerah kami masih banyak yang belum memiliki ciri khas desain, sehingga kami mohon bantuan mahasiswa dalam hal tersebut. Selain itu juga dalam kegiatan-kegiatan yang memerlukan aplikasi untuk pemantauan dan penataan keuangan. Khususnya dalam pembuatan aplikasi tata niaga, diharapkan dapat terhubung dengan Bumdes,” katanya. Kegiatan penerjunan dilanjutkan dengan penandatanganan Berita Acara dan penyerahan mahasiswa oleh Ketua LPPM UKDW kepada Lurah Tirtoadi. Setelah penandatanganan dan serah terima, kegiatan penerjunan dilanjutkan dengan pemaparan Standar Operasional Prosedur (SOP) oleh Stefani Natalia Sabatini, S.T., M.T., salah satu DPL KKN UKDW. Seusai acara penerjunan, mahasiswa KKN langsung menuju ke tempat tinggal yang telah disediakan di Dusun Sendari, Kalurahan Tirtoadi. [Bagus&Kinan]
Mahasiswa UKDW Menangkan Scranton Essay Contest
aria Syantika Maharani mahasiswa Program Studi Sistem Informasi Fakultas Teknologi Informasi dan Pdt. Apriani Magdalena Sibarani dari Magister Filsafat Keilahian Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta berhasil menjadi pemenang Scranton Essay Contest bertemakan “Save Earth, Save Us: For All Life on Earth”. Kompetisi tingkat internasional ini diselenggarakan oleh Scranton Women’s Leadership Center (SWLC) Seoul, Korea Selatan. Sebagai pemenang, Maria dan Apriani mendapatkan beasiswa Scranton selama 1 tahun dan tambahan beasiswa sebesar US$ 500. Karya Maria yang berjudul “Preserving the Old Earth Through the Small Habits of the Youth” ini berisi tentang kebiasaan kecil yang ditanamkan sejak muda. Dalam essay yang dituliskan, Maria menceritakan kebiasaan masa kecilnya yang terbawa hingga saat ini seperti mematikan lampu, membuang sampah pada tempatnya, serta mengurangi penggunaan kertas. Kebiasaan-kebiasaan kecil yang terlihat simpel namun jika dilakukan secara rutin dan menerus akan memberi dampak yang cukup besar bagi bumi yang sudah tua ini. “Saya ingin menyampaikan pesan melalui essay ini kepada semua orang terutama bagi para remaja untuk peduli dan melakukan kebia-
T
menjawab kebutuhan dan tantangan yang diberikan oleh Lurah Tirtoadi. Sebelumnya telah diadakan Focused Group Discussion (FGD) bersama perangkat Kalurahan Tirtoadi pada bulan Februari 2022 lalu, yang dilanjutkan dengan pembekalan pada setiap prodi yang tergabung dalam kegiatan KKNT MBKM. Kemudian FGD kembali diadakan bersama beberapa tokoh desa seperti Lurah, Sekretaris Desa, Ketua Bumdes dan Ketua Komunitas Pengrajin Bambu pada tanggal 6 Maret 2022.
Hadir pada acara penerjunan tersebut Lurah Tirtoadi, Wakil Rektor Bidang Akademik, Riset, dan Inovasi (WR1) UKDW, Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (LPPM) UKDW, Dekan Fakultas Arsitektur dan Desain (FAD) UKDW, Koordinator Program KKNT MBKM UKDW, Kaprodi Arsitektur, Kaprodi Desain Produk, Kaprodi Akuntansi, Kaprodi Informatika, 4 Dosen Pembimbing Lapangan (DPL), 4 Asisten Pembimbing Lapangan (APL), dan 14 mahasiswa. Dr. Charis Amarantini, M.Si. selaku WR 1 UKDW menyampaikan bahwa KKN membutuhkan sinergi dengan masyarakat supaya semua program dapat berjalan dengan baik. Selanjutnya Dr.-Ing. Wiyatiningsih, S.T., M.T. selaku Ketua LPPM UKDW menyampaikan KKN membutuhkan spirit kebebasan yang tetap bertanggung jawab serta dilakukan secara partisipatif agar program-program dapat berjalan secara berkelanjutan meskipun KKN telah selesai. Sementara itu, Dr.-Ing. Ir. Winarna, MA. selaku Dekan FAD UKDW menyebutkan para mahasiswa ini diterjunkan untuk mengembangkan semua potensi yang ada. “Harapannya program yang dijalankan dapat memperkecil permasalahan yang ada sehingga para mahasiswa juga dapat belajar, berkembang, dan mendapatkan bekal hingga akhirnya masyarakat Tirtoadi juga dapat berkembang menjadi lebih baik,” tuturnya.
foto:dok./Panitia
saan-kebiasaan baik yang dapat merawat bumi ini,” tutur Maria. Dalam proses pembuatan essay, Maria didampingi dan dibimbing oleh Drs. Jong Jek Siang, M.Sc. (Ketua Program Studi Sistem Informasi UKDW) dan Arida Susyetina, S.S., M.A. (Kepala Pusat Pelatihan Bahasa UKDW). “Saya sangat berterima kasih kepada Pak Siang dan Bu Arida yang telah membantu saya dalam proses pembuatan essay ini,” ungkapnya. Sementara itu, Pdt. Apriani menulis essay berjudul “Theology in the Context of
the Covid-19 Pandemic: Effort to Develop Theological Ethics in Relations Justice and Harmony with Nature”. “Saya memilih tema ini berkenaan dengan konteks pandemi Covid-19 yang sejak akhir tahun 2019 sampai sekarang masih menjadi persoalan bersama yang kita hadapi. Ada banyak hipotesis dan analisis berkenaan dengan penyebab terjadinya pandemi ini, salah satunya adalah persoalan ekologis. Nah, inilah yang menjadi fokus essay saya berkenaan dengan tema besar yang diberikan SWLC,” ungkapnya. Lewat essay tersebut, Pdt. Apriani mau
mengajak pembaca untuk memahami konteks pandemi ini sebagai upaya untuk berefleksi mengkritisi pandangan teologis yang diskriminatif terhadap alam yang menyebabkan sikap dan perilaku manusia yang tidak bertanggungjawab. Tulisan tersebut menawarkan pemahaman teologis yang menerapkan keadilan relasional dan keharmonisan dengan alam. Dalam hal ini teologi setidaknya memiliki peranan untuk menjadi semangat serta inspirasi pembaharuan dan perdamaian yang berkeadilan sebagai ekspresi Iman Kristen, mampu menjelaskan landasan iman untuk bersikap baik, serta memelihara keharmonisan dengan alam. Manusia sebagai Imago Dei memaknai dirinya berharga, sama berharganya dengan alam dan ciptaan yang lain sehingga terjalin relasi yang adil dan harmonis dalam keutuhan ciptaan. “Mari memaknai pandemi Covid-19 ini sebagai ruang berefleksi yang menghasilkan aksi, khususnya tentang sikap dan perilaku kita terhadap alam dan ciptaan yang lain. Mari bersama kita wujudkan relasi keadilan dan keharmonisan dengan alam, mulai dari lingkungan keluarga, kampus dan komunitas terdekat kita,” pungkasnya. (mpk)
Tim Fakultas Bioteknologi Menangkan Scranton Essay Contest
iga mahasiswa Fakultas Bioteknologi Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta yang terdiri dari Desyana Millenia Limeranto, Eugenia Larissa Bakti Pangala, dan Wulan Sari Sinaga terpilih sebagai salah satu pemenang Scranton Essay Contest dengan tema “Save Earth, Save Us: For All Life on Earth” yang diselenggarakan oleh Scranton Women’s Leadesrship Center (SWLC) Seoul, Korea Selatan. Tim dari Fakultas Bioteknologi UKDW yang dibimbing oleh Kukuh Madyaningrana ini mengirimkan essay dengan topik “Simple Preparation of Liquid Fertilizer from Household Organic Waste in Yogyakarta” yang didasarkan pada penelitian sederhana tentang cara pembuatan pupuk organik cair (POC) berbasis limbah organik rumah tangga. Kukuh Madyaningrana menyebutkan berlimpahnya limbah rumah tangga, terutama yang berasal dari sisa olahan kegiatan dapur seperti kulit buah dan potongan sayur, semestinya tidak dipandang sebagai sampah yang menjadi sumber masalah lingkungan, tetapi harus dipandang sebagai sesuatu yang jika diolah dapat menghasilkan produk yang bermanfaat menunjang kehidupan manusia.
“Dalam penelitian kecil yang dilakukan, tim kami telah mencoba membuat pupuk organik cair (POC) dengan bahan baku dari beragam kulit buah seperti kulit buah jeruk, pisang, dan buah naga. Selain kulit buah, air cucian beras juga dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan POC. Melalui metode fermentasi sederhana dengan memanfaatkan limbah organik ditambah dengan starter mikrobia dan sumber gula, POC yang dihasilkan teramati bermanfaat dalam menunjang pertumbuhan beberapa tanaman budidaya yang ada di kebun mitra,” terangnya. Sebagai pemenang, tim dari Fakultas Bioteknologi UKDW mendapatkan hadiah sebesar US$ 2,000 untuk pengembangan project. “Dengan memanfaatkan hadiah yang diterima dari Scranton Essay Contest, penelitian dipastikan bisa dilanjutkan ke uji dampak pemberian POC berbasis limbah organik tersebut terhadap beberapa tanaman sayur yang banyak dibudidayakan oleh komunitas urban farming yang telah menjadi mitra Fakultas Bioteknologi UKDW,” pungkas Kukuh. (Kukuh)
foto:dok./Pribadi
Universitaria
4
VOL.16/ APR 2022
Pelantikan Pimpinan Lembaga/Biro/Unit UKDW 2022-2024
foto:dok./Biro 4
R
ektor Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta, Ir. Henry Feriadi, M.Sc., Ph.D melantik para Pimpinan Lembaga/Biro/Unit di lingkungan UKDW untuk periode 2022-2024, terhitung mulai tanggal 1 April 2022 – 31 Maret 2024. Pelantikan berlangsung di Kapel Atas UKDW pada hari Jumat, 1 April 2022. Turut hadir dalam acara tersebut Wakil Rektor Bidang Akademik, Riset dan Inovasi (WR 1), Wakil Rektor Bidang Keuangan dan Pengembangan Aset (WR 2), serta Wakil Rektor Bidang Pengembangan Kapasitas SDM dan Jejaring (WR 4) untuk menyerahkan surat keputusan kepada para Pimpinan Lembaga/Biro/Unit yang baru saja dilantik. Pada kesempatan tersebut, Rektor UKDW menyebutkan sebagai pimpinan diharapkan mempunyai visi untuk mening-katkan pelayanan dengan mengingat tiga kata kunci yakni adaptif, kolaboratif, dan unggul. Masing-masing harus siap untuk beradaptasi, berubah demi kebaikan, untuk menyesuaikan kondisi-kondisi yang terjadi di depan kita, maupun tantangan-tantangan. Selanjutnya tidak ada unit yang bisa bekerja sendiri tanpa dukungan dari unit yang lain, sehingga diperlukan kolaborasi yang solid. Selain itu, untuk menjadi unggul, kita harus memberikan yang terbaik.
Berikut nama-nama Pimpinan Lembaga/Biro/Unit yang dilantik: Ÿ Dr. Fransisca Endang Lestariningsih, S.Pd., M.Hum. sebagai Ketua Lembaga Pengembangan Akademik dan Inovasi Pembelajaran (LPAIP) Ÿ Lukas Chrisantyo Adhyatmoko Arinugrogo, S.Kom., M.Eng. sebagai Sekretaris Lembaga Pengembangan Akademik dan Inovasi Pembelajaran (LPAIP) Ÿ Dr.-Ing. Wiyatiningsih, ST., MT. sebagai Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (LPPM) Ÿ Mujiono, SE., M.Sc. sebagai Sekretaris Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (LPPM) Ÿ Drs. Wimmie Handiwidjojo, MIT sebagai Kepala Biro Administrasi Akademik (Biro 1) Ÿ Lussy Ernawati, S.Kom., M.Acc. sebagai Kepala Biro Administrasi dan Keuangan (Biro 2) Ÿ Adimas Kristiadi, ST., M.Sc. sebagai Kepala Biro Kemahasiswaan, Alumni, dan Pengembangan Karir (Biro 3) Ÿ Dr.phil. Lucia Dwi Krisnawati, SS., MA. sebagai Kepala Biro Kerjasama dan Relasi Publik (Biro 4) Ÿ Yetli Oslan, S.Kom., MT. sebagai Kepala Unit Institution Quality Assurance (InQa) Ÿ Rewita Nugraheni, SE. sebagai Kepala Unit Audit Internal
Ÿ Ÿ Ÿ Ÿ
Ÿ Ÿ Ÿ
Ÿ Ÿ Ÿ Ÿ
Rosa Delima, S.Kom., M.Kom sebagai Kepala Unit Pengembangan Sumber Daya Manusia Dr. Andreas Ari Sukoco, SE., MM., MMin. sebagai Kepala Unit Perpustakaan Winta Tridhatu Satwikasanti sebagai Kepala Unit Centre of Entrepreneurship and Innovation (Centrino) Dra. Agustini Dyah Respati, MBA sebagai Sekretaris Unit Centre of Entrepreneurship and Innovation (Centrino) Veronica Tiara Kusuma, S.Kom sebagai Kepala Unit Admisi dan Promosi Ngadiran sebagai Kepala Unit Kerumahtanggaan Raden Bima Adi, S.Si., M.Th., MA., Ph.D sebagai Koordinator pada Koordinatorat Mata Kuliah Humaniora (MKH) Arida Susyetina, S.S., MA. sebagai Kepala Pusat Pelatihan Bahasa (PPB) Pdt. Nani Minarni, S.Si., M.Hum sebagai Kepala Pusat Kerohanian Kampus (PKK) Abet Agung Narisworo, S.Kom., M.Kom sebagai Kepala Pusat Pelatihan dan Layanan Komputer (PPLK) Aloysius Airlangga Bajuadji, S.Kom., M.Eng sebagai Kepala Pusat Pelayanan Informasi dan Intranet Kampus (PUSPINdIKA)
Pojok Alumni Jadilah Tulang Keras, Bukan Tulang Lunak
P
Oleh
Yanto Alumni Prodi Manajemen Fakultas Bisnis
erkembangan teknologi di era revolusi industri terasa begitu cepat. Mulai dari revolusi industri 4.0 dan society 5.0 yang begitu berdampak pada perkembangan anak generasi Milenial ataupun generasi Z saat ini. Hal ini tentu tidak bisa kita hindari, selanjutnya yang bisa kita lakukan adalah terus melakukan pengembangan terhadap diri kita sendiri agar tidak ketinggalan zaman. Terlebih di kota-kota besar, kita sangat mudah menjumpai segala sesuatu yang sebagian besar sudah dipermudah oleh perkembangan teknologi ini. Contohnya adalah jika ingin makan, kita tidak lagi harus ke lokasi karena ada aplikasi seperti GoFood atau GrabFood yang menyediakan layanan pesan antar makanan. Jika ingin pesan layanan transportasi, kita tinggal klik aplikasi layanan ojek online yang sering menawarkan berbagai macam promo. Ingin investasi pun cukup dengan menggunakan handphone, dengan klik saja, kita bisa langsung deposit dan investasi dengan berbagai pilihan instrument investasi. Mau
nonton tinggal pegang handphone karena ada Youtube yang bisa menemani. Mau nonton video singkat dan lucu ada aplikasi Tiktok yang bisa menemani. Semua hal ini bisa kita lakukan sambil rebahan. Pada era ini, semua urusan akan dipermudah bahkan relatif dimanjakan oleh kemajuan teknologi. Alhasil banyak sekali anak muda yang ingin mendapatkan segala sesuatu dengan instan, tidak mau melewati sebuah proses. Kaum inilah yang diistilahkan dengan sebutan ‘tulang lunak’. Sebagai generasi anak muda, khususnya generasi Milenial ataupun generasi Z, kita tidak boleh terlena dengan kemajuan teknologi ini. Kita harus terus meng-upgrade diri dengan ilmu yang kita dapatkan di bangku kuliah dan berusaha menciptakan inovasi maupun konsep terkait apa yang bisa menjadi nilai jual kita kepada orang lain. Siapa tahu dengan manfaatkan perkembangan teknologi yang lebih maju ini bisa menjadikan kita sebagai penemu yang bisa bermanfaat bagi banyak orang. Ketika masih kuliah di Program Studi
(Prodi) Manajemen Fakultas Bisnis Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Angkatan 2010, saya selalu berbaur dengan mahasiswa dari berbagai kalangan dan latar belakang budaya beragam, terlebih UKDW sering disebut sebagai Indonesia mini. Saya juga sering berdiskusi dengan teman-teman mahasiswa dari berbagai fakultas. Hal-hal ini yang menjadi spirit kita sebagai mahasiswa UKDW untuk terus mengembangkan diri kita dan terbuka terhadap ilmu pengetahuan yang ada di UKDW untuk membangun jejaring bagi masa yang akan datang. Saya berhasil mendapatkan gelar S.E. dengan masa studi hanya 3 tahun 4 bulan. Setelah lulus, di luar UKDW kita akan berjumpa dengan banyak budaya dan kalangan masyarakat yang berbeda. Sehingga hal ini menjadi satu kesempatan yang luar biasa yang tidak boleh kita sia-siakan untuk membangun jaringan kita dari luar UKDW. Pandemi memang menjadi alasan untuk mengikis perkembangan sosial kita secara langsung, akan tetapi tidak boleh menghalangi kita untuk bertumbuh. SORBUM!
Program Studi
VOL.16/ APR 2022
5
Webinar Ekonomi Kerakyatan, Kewirausahaan dan Gereja: Mengulik Praksisnya di Credit Union Gereja Kristen Jawa
K
elompok Studi Kewirausahaan dan Inovasi (KSKI) Fakultas Bisnis Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta mengadakan webinar dengan tema “Ekonomi Kerakyatan, Kewirausahaan dan Gereja: Mengulik Praksisnya di Credit Union Gereja Kristen Jawa”. Kegiatan webinar ini dilakukan secara online melalui media Zoom Meeting pada hari Sabtu, 12 Maret 2022. Dalam kegiatan ini KSKI menghadirkan Dr. Suwarto Adi, M.Si. selaku Dosen Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga dan Mantan Direktur Yayasan Trukajaya sebagai pemateri yang mengisi kegiatan webinar KSKI. Acara dibuka dengan kata sambutan oleh Drs. Sisnuhadi, MBA., Ph.D. selaku Wakil Dekan Bidang Akademik dan Ketua Program Studi Manajemen Fakultas Bisnis UKDW Yogyakarta. Selanjutnya Hardo Firmana Given Grace Manik, S.E., M.Sc., CRA selaku moderator menyampaikan biodata diri narasumber dan topik yang akan dibahas oleh pemateri. Adapun materi yang disampaikan oleh Dr. Suwarto Adi, M.Si adalah mengenai Gereja, Credit Union, dan Ekonomi Jemaat-Kerakyatan. [Anggita]
foto:dok./Panitia
Sinergi UKDW untuk Kembangkan Bantul SEROJA
foto:dok./Panitia
M
enyikapi dampak negatif pandemi Covid-19 terhadap perekomian warga, Pemerintah Kabupaten Bantul membuat program inovasi bernama SEROJA (sehat ekonomi karo jamu) yang fokus pada upaya penanggulangan kemiskinan dan pengembangan sentra jamu di Bumi Projotamansari. Program ini berpe-
doman pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Kabupaten Bantul Tahun 2021 yaitu “Mempercepat Pemulihan Ekonomi dan Reformasi Struktural”. Berkaitan dengan hal tersebut, Fakultas Bioteknologi Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta terlibat secara aktif dalam proses perencanaan, pelak-
sanaan penelitian dan pengembangan, serta mendapat mandat untuk melakukan pendampingan pelaksanaan program SEROJA di Kecamatan Piyungan. Dalam pelaksanaannya, Fakultas Bioteknologi UKDW juga bekerjasama dengan Dinas Kesehatan, Puskesmas Piyungan, dan Kelompok Wanita Tani (KWT) Dukuh Ngelosari yang ditunjuk sebagai lokasi sentra pengembangan program SEROJA di Kecamatan Piyungan. Drs. Djoko Rahardjo, M.Kes., Dosen Fakultas Bioteknologi UKDW selaku Pendambing Program SEROJA, menuturkan program yang dilakukan di Piyungan ini fokus pada pengembangan taman obat keluarga (TOGA). “Harapannya percontohan ini dapat menjadi role model konservasi keanekaragaman hayati, khususnya kekayaan tanaman obat kita berbasis masyarakat (Padukuhan). Pembuatan Taman TOGA berbasis kampung merupakan pilar penting dalam mendukung peningkatan kesehatan, ekonomi, dan konservasi keanekaragaman hayati tanaman obat. Selain pengembangan taman toga, juga dilakukan pelatihan dan pendampingan KWT meliputi proses pengolahan, packaging, pemasaran digital, serta pengembangan desa wisata berbasis konservasi dan edukasi jamu,” terangnya. Lebih lanjut Djoko Rahardjo menjelaskan program SEROJA dilaksanakan di 19 Padukuhan yang berada di 9 kapenawon (kecamatan). Pelaksanaan program SEROJA
di beberapa wilayah telah mampu meningkatkan kemampuan KWT dalam pengolah jamu, meningkatkan pendapatan, dan penyerapan tenaga kerja. “Lewat program ini, Pemda Bantul berhasil masuk verifikasi penilaian tahap III (10 besar) tingkat Kabupaten Penghargaan Pembangunan Daerah (PPD) Tahun 2022. Program SEROJA diharapkan mampu menggerakan perekonomian akar rumput dan pelaksanaan program secara kolaboratif dapat menjadi inspirasi bagi pelaksanaan program-program lainnya untuk mewujudkan Bantul Sehat, sehat ekonomi dan sehat masyarakatnya,” ungkapnya. Verifikasi penilaian dilakukan secara online oleh Tim dari Bappenas Bantul pada tanggal 28 Maret 2022 yang diikuti oleh Bupati Bantul, Sekda Bantul, Ketua DPRD Bantul, semua unsur SKPD Bantul, perguruan tinggi mitra, pengusaha, dan kelompok masyarakat. Selanjutnya verikasi hari kedua dilaksanakan pada tanggal 29 Maret 2022 dengan peninjauan langsung ke sentra pengembangan jamu dan taman TOGA di Padukuhan Watu Argomulyo Sedayu, Padukuhan Kliringan, Padukuhan Canden Jetis, dan berakhir di Taman TOGA Ngupoyo Sehat di Padukuhan Ngelosari Kecamatan Piyungan. (F.Bio/DR)
FK UKDW Bersama Lions Club Adakan Penyuluhan dan Pemeriksaan Mata
F
akultas Kedokteran Universitas Kedokteran Duta Wacana (FK UKDW) Yogyakarta, LCYRJ (Lions Club Yogyakarta Roro Jonggrang) dan LCKSH (Lions Club Klaten Seruni Host) menggelar kegiatan bakti sosial Penyuluhan dan Pemeriksaan Mata dengan tema “Health of Vision” pada hari Kamis, 24 Maret 2022 di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 1 Balerante, Desa Balerante, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten. Kegiatan dibuka dengan seremonial pembukaan kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan mata untuk siswa, guru, tenaga pengajar, dan staf sekolah di SDN 1 Balerante. dr. Marlyna Afifudin, Sp.M selaku dokter spesialis mata yang memimpin kegiatan ini menekankan pentingnya pemeriksaan mata dini. “Pemeriksaan mata dan penyuluhan kesehatan mata seperti ini
sangat perlu dilakukan. Deteksi dini sangat berperan untuk mencegah kerusakan mata yang permanen. Pemeriksaan mata di Balerante kali ini dilakukan menggunakan Snellen chart. Nanti kalau ada yang hasil pemeriksaannya tidak normal dilanjutkan dengan pemeriksaan menggunakan trial lens” ujarnya. Tidak hanya pemeriksaan mata, mahasiswa FK UKDW juga turut andil dalam memberikan penyuluhan bagi siswa SDN 1 Balerante. Siswa diajak untuk belajar lebih jauh tentang anatomi mata melalui lagu dan alat peraga. Tes sederhana juga dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman para siswa tentang kesehatan mata. “Kami juga memberikan flyer yang berisi cara menjaga kesehatan mata serta membuat mini game yang dapat dibawa pulang oleh siswa. Harapan kami, anak-anak dapat
menyampaikan edukasi yang telah dipelajari kepada orang tua atau anggota keluarga lainnya di rumah,” ujar salah satu mahasiswa. Berbicara tentang kaitan kesehatan mata dengan penyakit lain, dr. Widya Christine Manus, M. Biomed memberikan penyuluhan tentang Diabetes Melitus (DM) bagi para guru, tenaga pengajar, dan staf sekolah. Topik ini diangkat karena salah satu komplikasi yang mungkin terjadi pada penderita DM adalah spot hitam pada mata, glaukoma hingga kebutaan. Acara selanjutnya adalah pemaparan materi tentang komplikasi diabetes pada mata yang disampaikan oleh dr. Patricia Dissy Andrea. Dokter yang akrab disapa dr Dissy menyampaikan bahwa penderita diabetes disarankan untuk melakukan pemeriksaan mata paling tidak setahun
sekali walaupun tidak mengalami gejala apapun sehingga penyakit dapat terdeteksi dan ditangani lebih awal. Kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan mata yang dilakukan secara gratis ini, yang merupakan wujud pengabdian sivitas akademika FK UDKW dalam bidang kesehatan untuk masyarakat yang pluralistik dengan dijiwai oleh kasih diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat. Siswa, guru, tenaga pengajar, dan staf SDN 1 Balerante juga diharapkan dapat menjadi agen yang mengedukasi keluarga atau warga di sekitar akan pentingnya menjaga kesehatan mata. Dengan demikian akan semakin banyak orang yang sadar pentingnya menjaga kesehatan mata dan melakukan pemeriksaan dini. (Cika)
Program Studi
6
VOL.16/ APR 2022
Mahasiswa SI Lolos Program Bangkit
K
foto:dok./Pribadi
ementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi membuka program pembinaan talenta digital terampil bagi mahasiswa Indonesia bernama Bangun Kualitas Manusia Indonesia atau Bangkit. Program tersebut terafiliasi dengan program Kampus Merdeka - Studi Independen Bersertifikat (SIB) yang akan dilaksanakan secara online pada semester genap (Februari-Juli 2022) selama 20 minggu. Mengulang kesuksesan tahun lalu, Program Bangkit kembali hadir di tahun 2022 dengan kurikulum yang dirancang Google dan dijalankan dengan dukungan GoTo, Traveloka, dan DeepTech Foundation. Program Bangkit didesain untuk mempersiapkan peserta dengan kecakapan (skills) yang relevan dan dibutuhkan berdasarkan sertifikasi teknikal, dengan menyelenggarakan tiga alur belajar multidisiplin yaitu Machine Learning, Mobile Development (Android), dan Cloud Computing. Peserta program Bangkit dapat meng-
ikuti kegiatan dengan kurikulum berstandar industri tanpa biaya dan bisa dikonversi setara dengan 20 SKS. Peserta juga memiliki peluang untuk berkarier di perusahaan IT ternama lewat Bangkit Career Fair dan berkesempatan meraih sertifikasi google seperti Associate Android Developer, Associate Cloud Engineer, atau Tensorflow Certification. Selain itu peserta berpeluang mendapat pendanaan inkubasi untuk proyek akhir. Meidianti Ayu Permatasari, mahasiswa Sistem Informasi UKDW, berhasil diterima dalam Program Bangkit 2022. Meidianti mengaku ketertarikannya mengikuti program ini muncul setelah melihat kesuksesan seniornya setelah mengikuti Program Bangkit periode sebelumnya. Begitu mendapat informasi dari salah satu dosennya terkait program tersebut, Meidianti segera mendaftarkan diri lewat portal Dicoding, sebuah platform pendidikan teknologi. “Seleksi dilakukan lewat dua tes yaitu penilaian umum dan penilaian pembelajaran. Dalam tes terdapat beberapa pertanyaan terkait kepribadian dan pengetahuan
pembelajaran sesuai topik yang dipilih dengan menggunakan Bahasa Inggris. Selanjutnya, saya diminta untuk mempersiapkan berkas pendukung seperti surat persetujuan dosen pembimbing, surat komitmen, dan surat rekomendasi Wakil Dekan Bidang Kemaha-siswaan, Alumni, dan Kerjasama (WD 3) FTI. Kemudian mendaftar portal Kampus Merdeka dengan topik pembelajaran Cloud Computing dan melengkapi dokumen yang disyaratkan seperti CV, transkrip nilai, dan sertifikat pengalaman organisasi maupun prestasi,” terangnya. Pada tahap selanjutnya, Meidianti harus mengikuti tes kebhinekaan yang membahas seputar isu dan peristiwa yang terjadi di masyarakat lewat aplikasi Pusmenjar. “Soal bersifat multiple choice dan harus dikerjakan dalam waktu 30 menit. Kita diminta memberikan pendapat atas peristiwa yang terjadi melalui sudut pandang individu. Dari 50.000 lebih peserta yang mendaftar, hanya 3000 peserta diterima untuk mengikuti Program Bangkit 2022,” katanya. (Meidianti)
UKDW Adakan Webinar Restorasi Bumi
B
adan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Teologi dan BEM Fakultas Bioteknologi Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta menggelar webinar nasional untuk memperingati hari bumi dengan tema “Restore Our Earth” pada hari Sabtu, 24 April 2021 via Zoom Meeting. Adapun yang menjadi keynote speaker pada acara tersebut adalah Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Dirjen KSDAE KLHK) Ir. Wiratno, M.Sc. yang menyampaikan materi Tantangan dan Prospek Restorasi Bumi di Indonesia. Selanjutnya disampaikan sharing best practices Komunitas Peduli Restorasi Bumi oleh Sustainable Development Manager PT. Tirta Investama Klaten Rama Zakaria dan Deputi II Sekjen Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Erasmus Cahyadi, SH. Sementara itu Kajian Restorasi Bumi dan Perspektif Teologi dan Bioteknologi disampaikan oleh Dekan Fakultas Teologi UKDW Pdt. Robert Setio, Ph.D dan Dekan Fakultas Bioteknologi UKDW Kisworo, M.Sc. Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Alumni, dan Kerjasama (WD III) Fakultas Teologi UKDW Pdt. Dr. Wahyu Nugroho, MA menyampaikan tujuan diadakannya webinar ini adalah memberikan pengetahuan tentang pentingnya ambil bagian dalam upaya restorasi bumi dalam konteks Indonesia, memberikan landasan ilmiah tentang restorasi bumi dari perspektif teologi dan bioteknologi, dan mendapatkan contoh best practices dari komunitas-komunitas yang
secara aktif melakukan upaya restorasi bumi. “Dengan adanya webinar ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan, wawasan, dan tumbuhnya tanggung jawab kolektif untuk berkontribusi pada upaya pemulihan bumi,” tuturnya. Dalam kesempatan tersebut, Rektor UKDW Ir. Henry Feriadi, M.Sc., Ph.D mengungkapkan isu tentang lingkungan sudah mencapai dimensi yang berbeda. Melalui webinar ini kita diajak merenungkan bagaimana kita sebagai manusia bisa hidup berdampingan dengan ciptaan lainnya, karena kajian tidak hanya dilakukan dari sisi lingkungan tetapi juga dari perspektif teologi. “Alam tempat kita tinggal sudah memiliki kecenderungan untuk berubah akibat global warming. Bencana alam yang terjadi beberapa waktu yang lalu seperti badai siklon tropis seroja di NTT, banjir bandang, dan tanah longsor hendaknya membuat kita berefleksi, bagaimana sesungguhnya kita memperlakukan bumi,” katanya. Dirjen KSDAE KLHK Ir. Wiratno, M.Sc. menuturkan bahwa yang menciptakan krisis lingkungan adalah manusia dan untuk mengembalikan fungsi ekosistem lingkungan tidak bisa dilakukan oleh satu pihak saja. Diperlukan upaya dari semua pihak untuk mendorong kesadaran masyarakat terkait perusakan alam dengan memberikan contoh secara nyata. “Hal ini merupakan tugas dari semua elemen baik itu melalui pendidikan maupun ajaran agama,” tuturnya. Sementara itu Deputi II Sekjen AMAN Erasmus Cahyadi, SH menyebutkan hutan di
foto:dok./Panitia
daerah pedalaman yang berada di wilayah masyarakat adat banyak yang beralih fungsi sebagai lahan pertambangan dan perkebunan sawit. Masyarakat adat berada dalam situasi terjepit. Mereka berinisiatif melakukan restorasi bumi dengan melakukan penanaman pohon, namun di beberapa lokasi upaya ini dicegat karena dianggap merebut wilayah tersebut dari penguasaan
negara. “Upaya restorasi dari masyarakat adat sebetulnya masih terus berlanjut, tapi dalam skala yang sangat kecil. Oleh karena itu butuh dukungan dari banyak pihak, serta dialog dengan pihak industri. Pemerintah menjadi kunci bagaimana mengaktivasi kearifan tradisional itu sebagai upaya merestorasi ekosistem kita,” jelasnya. (maria)
P3DM 2022 UKDW Mengajak Mahasiswa Untuk Berbagi dalam Perbedaan
M
engusung tema “Peduli dan Berbagi dengan Sang Liyan”, UKDW kembali mengadakan Program Pengembangan Potensi Diri Mahasiswa (P3DM) secara daring pada bulan Maret 2022. Sedikit berbeda dengan program yang sama di tahun lalu, P3DM 2022 mengajak mahasiswa untuk tidak hanya mengembangkan potensi diri, namun juga mengembangkan empati dan menyadari kehadiran “Yang Liyan” di sekitar. Makna ini diperdalam melalui sesi talkshow “Bagaimana menjadi berdaya ketika berbeda” dengan Ev. Aryo Widi Rumpoko. S.Th sebagai narasumber. Dimoderatori oleh Adham Khrisna Satria, M.A., Staff Pusat Kerohanian Kampus (PKK) UKDW, Aryo berbagi pengalamannya
sebagai Liyan. Aryo, yang juga seorang penyandang tunanetra menekankan bahwa semua orang memiliki perbedaan dan keunikannya sendiri. Keadaan sebagai tunanetra tidak membuat Aryo menjadi sosok yang harus selalu dikasihani. Perbedaan ini juga tidak menjadi penghalang bagi Aryo untuk mendapatkan pendidikan yang sama dengan orang lain. Lewat talkshow ini, Aryo juga mengingatkan tiap mahasiswa untuk terus mengembangkan potensi dan tidak kalah oleh keterbatasan. Program P3DM yang berakhir pada tanggal 26 Maret 2022 ditutup dengan talkshow yang menghadirkan Meyra Merianti, salah satu alumni UKDW, sebagai narasumber. Sesi yang dimoderatori oleh Pdt. Nani Minarni, S.Si, M.Hum selaku
Pendeta Universitas ini membagikan banyak pengalaman Meyra sebagai alumni yang bergerak di bidang pariwisata. “Penting bagi kita untuk menyediakan ruang yang ramah, termasuk di bidang pariwisata, bagi semua kalangan,” ungkap Meyra yang memberikan perhatian di bidang advokasi dan pengadaan akses pariwisata yang ramah disabilitas. Meyra juga menyatakan ketertarikannya dengan kondisi UKDW saat ini. Menurutnya, UKDW kali ini sudah lebih ramah dan inklusif. UKDW telah merangkul sivitas yang termasuk dalam kalangan difabel. “Saya lihat semakin banyak fasilitas yang disediakan untuk menunjang keberadaan teman-teman difabel, dibanding dengan zaman saya berkuliah,” ungkap Meyra. Menutup rangkaian acara, ketua Panitia
P3DM sekaligus Kepala Biro Kemahasiswaan, Alumni, dan Pengembangan Karir, Adimas Kristiadi, S.T, M.Sc. memberikan sambutan dan laporan pelaksanaan P3DM. Dalam laporannya, Adimas menceritakan secara singkat pelaksanaan P3DM, pengalaman-pengalaman menarik yang terekam di media sosial, serta evaluasi dan harapan agar P3DM tahun depan dapat lebih baik dari tahun ini. ”Saya berharap P3DM tahun ini dapat memberikan insight bagi peserta tentang bagaimana menggunakan anugrah dari Tuhan untuk melayani sesama serta menjadi inspirasi bagi banyak orang,” ujarnya. [Moshe]
VOL.16/ APR 2022
Prodi Pendidikan Bahasa Inggris Global Englishes: A Paradigm Shift in English Language Teaching
E
nglish Language Education Department (ELED)’s Studium Generale, a regular academic forum to share and discuss updated issues on English and English language instruction, is finally back after a few months' break. The event was successfully held on April 6, 2022, under the title 'Global Englishes Language Teaching: A Paradigm Shift', inviting Hepy Adityarini, Ph.D. from the English Language Department of Universitas Muhammadiyah Surakarta as the distinguished speaker. In her opening remarks, Anesti Budi Ermerawati, S.Pd, M.Hum., the Vice Dean of Student and Alumni Affairs, officially opened the studium generale with a warming up thoughts on global Englishes and English language instruction and wished the students insightful and fruitful discussion on global Englishes. The studium generale was designed to be interactive. Opening the session, a video entitled 'Mind Your Language' was played, then the participants were asked to give their opinion about the content of the video. Through the video and the follow-up questions, the speaker aimed for the students to have a fundamental understanding of the spread of English and its implications for English Language Teaching (ELT) as well as to raise awareness of various dialects, accents, and the roles of English in ELT. In her presentation, she explained the stages of the English diaspora. She pointed out that English is in the fourth diaspora where it is used widely in almost every essential aspect and sector. As a result of its widespread use, English is now a global language or lingua franca that has so many new varieties. Corresponding to the various varieties of English, all varieties of English are regarded as equivalent and known as World Englishes. In this regard, the English language itself has no ownership, it's like a free estate since it is now an international language. Consequently, English is used and focused on communication instead of focusing on the nationality of the speakers. Moreover, Hepy stated that there should be no 'standard' accent(s) that must be followed because every accent is just as good as the others. The other interesting topic discussed in the studium generale was the paradigm of English as a lingua franca. This paradigm is flexible and humanist as it supports the
L
diversity of World Englishes and everyone can bring their very own culture when interacting using the language. Moreover, Hepy indicated the major difference between traditional ELT and Global Englishes Language Teaching (GELT) which is, that native speakers are given the highest position and seen as superior in traditional ELT compared to in GELT context. She said, "One day, Indonesians can have our very own 'Indonesian English' as in Singlish in Singapore and Manglish in Malaysia." Wrapping up the studium generale, one of the participants voiced that it is very important and beneficial for the ELED students to be able to know there are varieties of Englishes seen from GELT context. Hayu, one of the participants said, “I got a bunch of new things from this session and the topic was very insightful”. Closing the Studium Generale, Hepy stated, "Standard is hard to define. Why do we concern too much about accents if we know that a language carries the identity of its speakers?" We are not called to forget and feel ashamed of how we speak English. Instead, we are called to be bold in speaking English in whatever varieties developed in our territories. [ch]
foto:dok./Panitia
foto:dok./Panitia
The Relationship Between Language and Culture
anguage, an instrument for expressing and sharing situations, values, and beliefs of particular social community (Gao, 2006), is a part of culture — a cognitive and symbolic system, social practice, and a construct (Foley, 1997 in Sharifian, 2015) — and both make an inseparable connection. By studying a language, especially a foreign language, learners will be able to understand other culture (Mazari & Derraz, 2015). Gao (2006) asserts that to understand a language is to understand the culture of particular social community. In line with this, Adegbite and Akindele (1999) in Okpeh (2021) mention that language expresses the culture of the speakers. It means that a group of people are understood and perceived by how they use a language.
Understanding the relationship between language and culture is important as the same forms of language can have different meanings because of the different cultures carried by the speakers (Jiang, 2017). Jiang (2017) also provides an example of his theory. When given the word dog (gou in Chinese), Americans associate the word with a loyal animal and human’s best friend, meanwhile Chinese associate the word with an insult to a very bad person. In addition to this relationship, Gile et al. (1977) in Okpeh (2021) claim that language also plays an important role in someone’s cultural identity, i.e. ethno-linguistic identity. Giles and Johnson (1987) define ethno-linguistic identity as a sense of belonging of a group of people who shared something in common--
usually language and ethnicity. In regard to this relationship, Brody (2003) in Jebahi (2013) mentions that culture is essential in language teaching. Brody (2003) explains the existence of Intercultural Language Teaching (ILT) as a field of teaching that always includes the transfer of cultural knowledge when ones learn a language (Liddicoat, 2004). In ILT field, culture is another crucial thing learnt beside language. This is supported by Crozet (1996) in Liddicoat (2004) that asserts communication is not always about grammar and vocabulary, but it is also about the cultural knowledge of the language one is learning at that moment. Liddicoat (2004) also claims that if one can speak the language but one does not understand the culture of
the language, she/he is not ready to communicate in the language she/he is learning. Moreover, Kroeber (1923) in Sinha & Sinha (1968) believes that culture will never exist if there is no language as its medium. He also claims that only by then, further developments are created. As for the last connection discussed in this paragraph, Jafari and Mahadi (2012) find that culture has directly affected language and certain language is related historically to certain culture, especially its literature. Thus, understanding other culture, having cultural identity, intercultural academic communication, and language as medium of culture are the evidences that show language and culture are surely related to one another. (ch)
7
Pusat Pelatihan Bahasa
8
VOL.16/ APR 2022
Mengintip Wastra Kutai Barat “Asli Kalimantan ya, Mbak?” “Iya, Pak.” “Berarti orang Dayak ya? Dayak apa?” “Benuaq, Pak.” “Oh, dari Kalimantan mana itu, Mbak? Bedanya apa ya?” Begitu percakapan yang terjadi antara saya dan Bapak driver Gojek dalam perjalanan pulang di suatu hari yang mendung. Mungkin tidak banyak orang paham bahwa sebenarnya istilah Dayak adalah istilah yang diperuntukkan bagi etnisetnis yang hidup di pedalaman Kalimantan. Istilah Dayak sempat dianggap sebagai istilah yang diskriminatif dan melecehkan, karena sebagai istilah sosio-religius, nama Dayak sama dengan non-islam atau kafir. Dalam bukunya, Coomans memaparkan beberapa teori mengenai asal dan arti kata Daya (baca Dayak). Menurut bahasa Heban, Daya berarti manusia (C. Hose & Mac-Dougall, 1912), ada pula pendapat yang menyatakan bahwa Daya berarti pedalaman (E. Mjoeberg, 1929; E.H. Gomes, 1911), sedangkan menurut beberapa bahasa daerah - termasuk Benuaq, Tunjung dan Kutai, Daya (atau Dayaaq dalam bahasa Benuaq) berarti hulu. Ada banyak etnis yang bernaung di bawah istilah ini, salah satunya adalah etnis Benuaq. Benuaq, kata papi saya dulu (papi saya adalah orang Benuaq asal Muara Bomboy) berasal dari kata ‘Benua’ yang berarti pemukiman atau kampung. Itulah sebabnya ada beberapa sub-etnis yang menamakan dirinya (baca disebut) Benuaq Ohokng; mereka yang tinggal di sekitar sungai Ohokng, Benuaq Jeleu; orang-orang yang bermukim di sekitar sungai Jeleu, Benuaq Paser; mereka yang bertempat tinggal di daerah Paser (dekat IKN), dan sebagainya. Singkat cerita, karena percakapan di atas dan beberapa pengalaman yang saya alami, saya jadi ingin berbagi sedikit tentang Benuaq dan Tunjung (dua etnis yang memiliki bahasa berbeda tetapi berbagi adat istiadat/budaya yang sama2). Secara lebih
spesifik saya ingin berbagi informasi seputar pakaian tradisional/wastra Benuaq dan Tunjung yang sering di sebut ulap/ketew. Shall we start? Bagi sebagian besar orang, saat mendengar pakaian adat Dayak maka gambaran yang muncul adalah pakaian yang dihiasi dengan manik-manik. Pakaian ini adalah pakaian tradisional dari etnis Kenyah dan Bahau. Sedangkan untuk perempuan etnis Benuaq-Tunjung, pakaian tradisionalnya adalah Ulap (Benuaq) atau Ketew/Ketau (Tunjung) yang berarti kain yang dipakai sebagai rok atau bawahan. Ada 3 macam ulap/ketew yang merupakan warisan budaya Benuaq dan Tunjung di Kutai Barat, yaitu ulap besarut, tumpar dan ulap doyo. Yuk, kita lihat sekilas infonya.
menarik. Pada awalnya, benang yang dipakai adalah benang yang dihasilkan dari serat daun nanas dan menggunakan pewarna alami seperti kunyit. Biasanya ulap besarut dipakai pada saat acara-acara yang bernuansa bahagia. Sedangkan pada saat berduka, ulap yang dipakai berwarna hitam polos. 2. Tumpar
foto: dok./Pribadi
foto: dok./Pribadi
1. Ulap Besarut Sarut berarti menjahit. Kerajinan ini berkembang di Kampung Muara Bomboy, Kecamatan Damai, Kabupaten Kutai Barat. Menurut Devi Maryanti (salah satu pengrajin ulap besarut) dan Tirih HS, motif-motif ulap besarut ini ada beragam dan memiliki namanya masing-masing. Tidak ada larangan khusus untuk penggunaan motif dan pengrajin pun dapat aktif berkreasi menggunakan imajinasi masing-masing untuk menghasilkan ulap yang unik dan
Kerajinan Tumpar (menyulam) merupakan wastra warisan etnis Tunjung. Motif tumpar (sejauh yang saya pahami) lebih ke bentuk sulur tanaman, meski ada juga yang membuat dari bentuk binatang seperti ayam dan naga. Dulu salah seorang nenek saya berpesan bahwa kalau orang tua masih hidup semua, maka motif naga yang disulam di ulap harus naga yang tidak bercakar, bertaring, dan buta. Menurut kepercayaan kalau hal tersebut dilanggar maka salah satu atau bahkan kedua orang tua akan mengalami nasib buruk. Saat ini tumpar tidak hanya dipakai untuk menghiasi ulap seperti dahulu tetapi dapat diaplikasikan pada berbagai macam hal seperti tas, baju, selendang, dan sebagainya seperti yang sering dikenakan oleh Ibu Yayuk Seri Rahayu Yapan, Ketua Dekra-nasda dan TP-PKK Kutai Barat. 3.Ulap Doyo Ulap Doyo merupakan kerajinan tenun berbahan dasar serat doyo yang berasal dari
foto: dok./Pribadi
etnis Benuaq Ohokng, etnis yang bermukim di Tanjung Isuy, Jempang, Kutai Barat. Seperti halnya kerajinan sarut, tenun doyo juga awalnya menggunakan pewarna alami. Warna merah berasal dari buah glinggam, kayu oter, dan buah londo; warna coklat diambil dari kayu uwar; sedangkan warna hitam dihasilkan oleh daun putri malu, umbi kunyit, dan getah akar. Lebih lanjut seperti yang ditulis oleh Ester Sondang, motif yang umum digunakan dalam tenun doyo terinspirasi dari flora dan fauna yang ada di sekitar wilayah Kutai Barat. Demikian sedikit cerita saya mengenai (sekelumit) wastra Kutai Barat. Semoga bisa menambah wawasan dan pengenalan tentang budaya Indonesia serta menambah kebanggaan menjadi warga +62 yang punya berbagai macam kekayaan. Untuk para pencinta fashion, boleh loh bekerjasama dengan Pemda Kutai Barat untuk lebih memperkenalkan dan memperkaya wastra kebanggaan Kutai Barat ini. (Tia)
Tentang Telur dan Kelinci Paskah Juga Passover dan Easter juga merupakan tanda bahwa masa praPaskah hampir selesai. Telur-telur yang tidak boleh dimakan dan telah disimpan dalam masa penantian Paskah kemudian dikeluarkan dan dihias untuk disantap pada hari raya Paskah.
foto: dok./Pribadi
S
elamat Paskah pembaca sekalian yang merayakan. Semoga kita semakin mampu menghayati pengorbanan cinta melalui karya kita pada sesama. Di banyak unggahan media sosial, kita banyak melihat kelinci dan telur berdekorasi yang digunakan dalam ucapan selamat Paskah. Mengapa telur dan kelinci? Yuk kita telusuri bersama. Tentang Telur Paskah Ada beberapa versi sejarah yang mungkin menjadi awal mula tradisi telur Paskah. Beberapa ahli sejarah percaya bahwa tradisi telur paskah bermula pada abad pertengahan di Eropa di mana telur digunakan dalam festival Anglo-saxon untuk menghormati dewi Eostre. Nama dewi Eostre ini mungkin juga merupakan asal kata ‘Easter’ yang merupakan rujukan kata untuk menggambarkan perayaan Paskah dalam bahasa Inggris. Dewi Eostre dipercaya menggambarkan fajar di awal musim semi. Pada perayaan penghormatan Dewi Eostre
foto: dok./Pribadi
ini, telur dikubur untuk kemudian dimakan bersama dalam perayaan sebagai simbol kematian musim dingin dan lahirnya kembali kesuburan di musim semi. Beberapa sumber lain mengaitkan telur sebagai lambang kelahiran kembali. Kristus yang bangkit dilambangkan dengan telur yang kemudian menetas dan membawa kehidupan baru. Ada pula sumber yang mengatakan bahwa zaman dahulu, di masa pra Paskah, orang-orang pantang makan makanan yang berasal dari hewan. Oleh karena itu, telur-telur direbus dan disimpan selama masa pra-Paskah untuk kemudian dimakan pada saat perayaan Paskah. Sementara itu, tradisi menghias telur Paskah dipercaya dimulai di abad ke-13 ketika orang-orang terhormat saling memberikan telur sebagai hadiah. Ada juga sumber yang mengatakan bahwa orangorang Kristen awal menghias telur untuk mengingat darah Yesus yang tertumpah saat peristiwa penyaliban. Beberapa sumber lain menyatakan bahwa kegiatan menghias telur
Tentang Kelinci Paskah Lalu mengapa ada kelinci? Sampai saat ini belum diketahui sumber yang jelas mengapa kelinci sering digunakan dalam perayaan Paskah. Beberapa orang percaya bahwa kelinci dipakai karena hewan ini adalah hewan lambang kesuburan. Ada sumber yang mengatakan bahwa ‘hare’ yang dalam bahasa Indonesia sering diterjemahkan menjadi kelinci, dahulu dipercaya sebagai hewan hermaprodit yang mampu menghasilkan keturunan dan tetap perawan sehingga sering dijadikan sebagai lambang Maria yang tetap perawan. Lalu bagaimana dengan kelinci yang membawa telur? Kelinci yang mengerami telur dipercaya berasal dari Jerman dari kisah Osterhare, seekor kelinci yang mem-buat daftar anak yang baik dan nakal seperti daftar yang ada dalam kisah Sinterklas. Osterhare digambarkan membawa permen dan telurtelur Paskah dan datang ke rumah anak-anak baik. Antara Passover dan Easter Passover mengacu pada tradisi Yahudi yang bersumber pada peristiwa Tuhan mengecualikan bangsa Israel dari kemarahanNya akan bangsa Mesir dan kemudian lewat Musa mengeluarkan bangsa Israel dari perbudakan Mesir. Pada perayaan Passover yang pertama, Tuhan memerintahkan untuk menyiapkan roti tak beragi yang disantap dengan daging dan sayuran pahit. Dalam tradisi Yahudi, perayaan ini berlangsung selama delapan hari. Easter mengacu pada perayaan penyaliban dan kebangkitan Kristus. Ada sumber
yang mengatakan bahwa perayaan ini jatuh bersamaan dengan penghitungan awal musim semi yang berkaitan erat dengan dewi Eostre seperti yang sudah disebut di atas. Perayaan dewi Eostre ini yang dipercaya menjadi awal penggunaan kata Easter untuk menyebut perayaan kebangkitan Tuhan yang seperti dalam kisah Injil bertepatan dengan perayaan Passover. Beberapa tahun terakhir, muncul perdebatan mengenai penggunaan kata Easter dan Passover. Kata Easter dianggap mengaburkan makna Paskah yang sesungguhnya karena sangat dekat dengan perayaan pagan. Ada pula yang menyebut bahwa Easter identik dengan perayaan yang berbau materialistik. Di banyak negara berbahasa Inggris di mana ada banyak komunitas Yahudi juga di sana, kata Easter dan Passover tetap mengacu pada dua perayaan yang berbeda. Di Indonesia sendiri, sebetulnya kata ‘Paskah’ sudah digunakan sejak awal. Kata ‘Paskah’ berasal dari kata ‘Pesah’ dalam bahasa Ibrani atau ‘Pasha’ dalam bahasa Aram. Dalam bahasa Ibrani juga ada kata ‘Pesakh’ yang mengacu pada perjamuan Passover seperti yang sudah dibahas sebelumnya. Dalam Bahasa Indonesia dua kata ini diterjemahkan menjadi Paskah. Lalu kata apa yang sebaiknya dipakai? Berhubung penulis adalah seorang guru bahasa dengan latar belakang pendidikan di bidang linguistik, penulis tidak bisa menyarankan mana yang lebih baik karena perdebatan antara Passover dan Easter mengandung unsur religius. Secara bahasa, penulis lebih memilih menggunakan kata Paskah yang lebih dekat dengan bahasa Ibrani dan Aram yang digunakan pada masa zaman Yesus. Jadi, sekali lagi, selamat Paskah. Tuhan sudah mencintai kita dan berkorban untuk kita, mari kita berbagi lebih banyak cinta. [Nina]
Campus Ministry
VOL.16/ APR 2022
9
Siraman Rohani: Paskah = Minyak Goreng Langka? “Kemudian, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, barulah teringat oleh murid-murid-Nya bahwa hal itu telah dikatakan-Nya, dan mereka pun percayalah akan Kitab Suci dan akan perkataan yang telah diucapkan Yesus. Dan sementara Ia di Yerusalem selama hari raya Paskah, banyak orang percaya dalam nama-Nya, karena mereka telah melihat tanda-tanda yang diadakan-Nya.” – (Yohanes 2 : 22 – 23)
peristiwa Paskah ini pun masih langka. Banyak yang mencari, namun sedikit yang mendapatkan. Ini semua dapat terjadi karena terkadang peristiwa Paskah hanya diperingati sebagai “momentum tahunan” saja. Banyak orang yang sibuk mengurus liturgi ibadah, memikirkan perayaan paskah untuk berbagai komisi, dan masih banyak kesibukan lainnya, tanpa menghayati penuh
foto:Dok./Pribadi
Saat ini, minyak goreng yang sedang langka sepertinya menjadi berita utama di berbagai media. Tidak hanya langka saja, namun juga ketika kita mendapatkannya, harganya pun menjadi berkali-kali lipat dari harga biasanya. Padahal, minyak goreng dibutuhkan oleh semua orang dari berbagai lapisan untuk memasak di rumah maupun untuk berdagang. Saat ini banyak orang berlomba-lomba untuk mendapatkan minyak goreng dengan mengupayakan berbagai macam cara. Mulai dari rela mengantri di mini market dengan harga tinggi, hingga berebut minyak goreng curah di pasaran. Demi mendapatkan minyak goreng, banyak orang rela berdesakdesakan, bahkan rela terdorong, didorong dan mendorong orang lain. Segala cara ditempuh agar tujuan tercapai. Karena pada prinsipnya, minyak goreng adalah kebutuhan, dan banyak orang rela mengorbankan apapun demi mendapatkan minyak goreng tersebut. Rasa-rasanya momen Paskah ini bisa diibaratkan seperti minyak goreng yang langka. Paskah seharusnya menjadi peringatan akan kebangkitan Tuhan Yesus dalam karya penyelamatan Allah bagi manusia. Peristiwa kebangkitan Tuhan Yesus ini merupakan pilar utama identitas kita sebagai pengikut Kristus. Namun nyatanya, banyak orang Kristen yang kurang menyadari akan hal itu. Sama seperti fenomena minyak goreng yang langka, penghayatan kita akan
akan makna Paskah itu sendiri. Bukankah sesungguhnya peristiwa Paskah itu merupakan kebangkitan Tuhan Yesus yang telah mati di kayu salib, dan kematian serta kebangkitan itu dialami oleh Yesus sendiri. Yesus hidup kembali dalam roh dan raga yang sama. Kebangkitan Yesus sendiri sebenarnya memiliki arti bahwa Ia yang telah menebus dosa-dosa kita, telah memberikan pengharapan yang baru. Pengharapan inilah yang membawa kita pada kehidupan baru, kehidupan yang telah terbebas dari dosa dan untuk tetap hidup di dalam-Nya. Inilah yang menjadi identitas kita sebagai pengikut Kristus. Mungkin jika kita melihat konsep kebangkitan dari perspektif agama lain, kita akan menyadari betapa “unik”-nya iman kepercayaan kita. Jika kita melihat dari perspektif saudara-saudara kita umat Muslim, Nabi Isa digambarkan sebagai sosok yang digantikan saat Ia hendak dikorbankan. Dan yang menggantikan Nabi Isa adalah salah satu muridnya, yakni Yudas Iskariot yang mengkhianatiNya. Yudas “dihukum” oleh Allah, sehingga rupanya diubah seperti rupa Nabi Isa. Hingga pada akhirnya, Yudas Iskariot-lah yang dikorbankan menggantikan Nabi Isa. Berbeda halnya ketika kita melihat konsep kebangkitan dari perspektif saudara-saudara kita umat Hindu, yang mempunyai konsep reinkarnasi. Reinkarnasi merupakan “kebangkitan” atau “penjelmaan” kembali (orang yang telah
meninggal) secara berulang kali namun rohnya masuk ke dalam (bentuk) badan yang baru. Maka konsep kebangkitan Yesus dalam iman Kristiani menjadi suatu hal yang berbeda dengan konsep reinkarnasi tersebut. Di sinilah “keunikan” iman kita. Kita percaya Yesus yang mati dan bangkit dari antara orang mati, dan hidup kembali di tubuh dan dengan roh yang sama. Seperti nats Alkitab yang mengatakan bahwa Yesus benar-benar mati dan bangkit dari antara orang mati. Kematian dan kebangkitan ini pun dikatakan sendiri oleh Yesus sebelum Ia menghadapi kesengsaraan-Nya. Setelah semua ucapan Yesus itu terbukti, murid-murid, bahkan banyak orang percaya akan Kitab Suci dan percaya dalam nama-Nya. Hal ini menunjukkan bahwa kita sebagai pengikut Kristus memiliki “identitas” yang berbeda dari yang lainnya. Dan kita pun sudah sepantasnya untuk benar-benar mengimani bahwa Yesus yang telah mati dan bangkit itu adalah Yesus Sang Juruselamat, yang telah membebaskan kita dari belenggu dosa. Peristiwa Paskah sejatinya tidak hanya berbicara mengenai karya penyelamatan Allah semata. Namun hal ini pun berkaitan erat dengan identitas kita sebagai orang Kristen, pengikut Kristus. Oleh karena itu,
kita bisa memiliki “identitas” ini ketika kita mau dengan benar-benar menghayati dan mengimani kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus Kristus. Ketika saat ini kita masih merasakan pandemi COVID-19, seharusnya kita tetap masih bisa menghayati peristiwa Paskah ini. Mungkin banyak orang yang merasa bahwa pandemi yang belum berlalu ini sebagai sebuah “kesengsaraan” karena banyak orang tidak dapat melakukan berbagai aktivitas dengan bebas seperti dahulu (sebelum pandemi melanda). Namun kita sebagai pengikut Kristus yang telah dibebaskan, justru seharusnya kita dapat bangkit dari keterpurukan dan menganggap hal ini sebagai awal penyebaran kasih Kristus. Inilah identitas kita, betapa pentingnya kita menghayati peristiwa Paskah ini. Di mana kebangkitan Yesus juga merupakan “kebangkitan” kita untuk melawan keterpurukan. Supaya nantinya kita dapat bermanfaat bagi orang lain, menyebarluaskan kasih Allah pada sesama kita. Dan yang dapat kita refleksikan saat ini adalah, apakah pemaknaan terhadap peristiwa paskah ini masih sulit untuk kita dapatkan, layaknya minyak goreng yang langka? Selamat menghayati paskah, Tuhan Yesus memberkati. AMIN. (Tera, Alumni Fakultas Teologi
2017)
foto:Dok./Pribadi
Pojok Pastoral Salah Jurusan Bukan Akhir Dunia
S
atu dari masalah yang sering ditemui oleh para mahasiswa adalah salah jurusan. Mulai dari mahaiswa baru (MABA) semester satu sampai mahasiswa yang sedang berjuang menyelesaikan skripsi, pasti pernah mendengar atau mengalami sendiri yang namanya salah jurusan. Bahkan dilansir dari www.detik. com, sebanyak 87% mahasiswa di Indonesia merasa salah jurusan. Tentu alasannya sangatlah beragam. Dalam artikel pojok pastoral kali ini, penulis sudah merangkum kiat-kiat buat kamu yang masih cari solusi untuk mengatasi kejadian “salah jurusan”. Ingat apa tujuan awal kamu Sebelum masuk ke satu jurusan, carilah informasi tentang semua jurusan yang ada di kampus tujuan. Sesuaikan jurusan pilihan dengan pertimbangan-pertimbangan, termasuk tujuan awal kita. Tujuan ini bisa banyak jenisnya, entah itu karena prospek kerja, penyaluran minat dan bakat, keinginan ortu, nilai, dan lain sebagainya. Nah, buat temen-temen yang merasa salah jurusan,
mungkin ada baiknya kalian kembali mengecek apa sih tujuan awal kamu masuk jurusan tersebut. Apakah tujuan kamu masih bisa terpenuhi jika kamu tetap di jurusan itu? Atau memang pindah jurusan adalah opsi paling masuk akal? Tanya dan evaluasi diri: apa sih yang bisa membuat kamu merasa salah jurusan? Kembali lagi ke pernyataan awal, tentu banyak dong alasan yang membuat seseorang merasa salah jurusan. Bisa jadi tidak hanya satu alasan yang kemudian membuat kamu merasa jurusan sekarang itu salah. Coba deh, kalian periksa satu-persatu alasannya. Apakah memang alasan itu sudah tidak bisa terselesaikan kecuali dengan pindah jurusan, atau masih bisa diatasi? Catat dan evaluasi: apa saja yang sudah kamu dapat? Semakin lama kamu kuliah, tentu semakin banyak yang sudah dikerjakan dan didapatkan. Mulai dari ilmu, pengalaman,
koneksi, sampai bahkan penghasilan sendiri. Mungkin hal-hal ini bisa kamu catat kemudian dievaluasi, terutama hal-hal yang berhubungan dengan poin tujuan awal kamu. Mungkin memang secara jurusan kamu “salah”, tapi lewat hal-hal lain yang kamu dapat selama kuliah kamu bisa mencapai tujuan awal kamu. Bandingkan jurusan sekarang dan jurusan lain Kalau kamu atau temen-temen kamu merasa salah jurusan, tentu kamu merasa ada jurusan lain yang lebih cocok. Mungkin sebelum kamu merasa mantap untuk pindah ke jurusan itu, kamu bisa membuat pengamatan dan penilaian tentang jurusan itu. Bukan hanya di bagian-bagian yang kamu suka dan kamu anggap mudah, tapi juga pengamatan tentang hal yang terasa sulit, tidak kamu suka, atau yang jarang orang bicarakan tentang jurusan itu. Kamu bisa mulai dengan searching apa sih definisi dari jurusan itu atau nanya langsung ke mereka yang sedang atau sudah
pernah duduk di jurusan itu. Kemudian, bandingkan itu semua dengan apa yang sudah kamu alami di jurusan kamu sekarang. Apa menurut kamu, kamu bisa menghadapi masalah-masalah itu jika kamu pindah ke jurusan itu? Apakah kamu akan tetap nyaman berada di jurusan baru setelah tahu apa saja kesulitan yang bakal dihadapi, atau malah jurusan baru ini hanya menjadi pelarian bukan solusi. Penutup: Salah jurusan bukan akhir dunia Sebenarnya masih banyak tips-tips lain buat kamu yang sedang merasa salah jurusan. Yang penting untuk diingat adalah: salah jurusan bukanlah akhir dunia. Salah jurusan, sama seperti hal-hal lain di perkuliahan seperti konflik pertemanan ataupun kurangnya manajemen waktu yang menjadi masalah bagi mahasiswa. Dan sebagaimana semua masalah lainnya, yang perlu kita lakukan adalah mundur sejenak dan pelan-pelan mengatasi masalah kita. [Moshe]
Office of Internationals Affairs
VOL.16/ APR 2022
DI KANCAH INTERNASIONAL Nicole Zefanya Jakarta, 24 Januari 1999 Musisi Salah satu penampilan terbaik dalam acara Billboard Women in Music Award 2022 Lagunya yang berjudul “Lowkey” telah dimainkan sebanyak 296,3 Juta kali di seluruh dunia.
Elisa Suteja Solo, 24 Maret 1992 Pengusaha Forbes 30 under 30 Asia 2020 - Retail & Commerce Deputy CEO Fore Coffee Indonesia Senior Analyst di East Ventures, Asia Tenggara
RINI
INDONESIA BERPRESTASI
LILIIYANA
5 WANITA NIKI
Selamat hari
BUTET
Infografis
ELISA
10
Saur Marlina Manurung Jakarta, 21 Februari 1972 Antropolog/Aktivis Sosial Heroes of Asia 2004 dari Majalah TIME Salah satu dari 12 Barbie Role Model 2022 Pendiri Sokola Rimba
Rini Sugianto Lampung, 3 Januari 1980 Animator Salah satu animator dari film-film Hollywood: Iron Man 3, The Avenger: Age of Ultron, Hunger Games, The Hobbit, Love, Death, and Robot, Catching Fire, Ready Player One, dan masih banyak lagi
Liliyana Natsir Manado, 9 September 1985 Atlet Badminton Juara All England Open ganda campur Tahun 2012, 2013, 2014 Hingga kini Liliyana memiliki 51 gelar dalam Lomba Badminton Internasional
*Dirangkum dari berbagai sumber
Resensi Buku
VOL.16/ APR 2022
11
Berani Tidak Disukai, Cara Pandang Baru Dalam Komunikasi Interpersonal
Judul Buku:
Penerjemah:
Berani Tidak Disukai
Agnes Chyntia
Penulis:
Tahun Terbit:
Ichiro Kishimi & Fumitake Koga
9 September 2019
Penerbit:
Tebal Buku:
Gramedia Pustaka Utama
352 Halaman
I
chiro Kishimi dan Fumitake Koga merupakan dua orang penulis asal Jepang yang memiliki ketertarikan di bidang ilmu filsafat dan psikologi. Mereka sangat mendalami gagasan-gagasan dari teori filsuf Alfred Adler yang menentang psikologi kebijaksanaan konvensional yang berhubungan dengan teori kepribadian sebagai pondasi dari cara pandang individu dalam relasinya dengan kehidupan sosial. Melalui ketertarikan yang sama, Ichiro dan Fumitake kemudian meluncurkan buku dengan judul asli The Courage to Be Disliked yang diterjemahkan ke dalam terbitan Bahasa Indonesia Berani Tidak Disukai. Buku ini berhasil memikat para pembaca di seluruh dunia. Tidak mengherankan bila buku ini terpilih sebagai salah satu buku International Bestseller dengan angka penjualan mencapai 3,5 juta eksemplar sejak diterbitkan. Buku ini ditulis dengan gaya bercerita yang membawa pembaca dalam ilustrasi percakapan antara seorang pemuda dengan seorang filsuf. Pemuda tersebut menyadari bahwa dunia ini penuh dengan kontradiksi yang rumit, sehingga konsep menjalani hidup dengan bahagia tidak semudah membalikan telapak tangan. Rentetan pertanyaan yang logis dan juga terkadang nyeleneh digelontorkan sang pemuda
kepada filsuf untuk mencari penjelasan dan bahkan pembenaran tentang ketidakpuasannya dalam melihat kehidupan yang dijalani selama ini. Percakapan tersebut menjadi menarik karena hampir keseluruhan pertanyaan dan argumentasi pemuda tersebut adalah realitas yang dihadapi setiap hari. Meskipun dalam percakapan seringkali terjadi ketidaksepahaman antara keduanya, sang filsuf dengan cakrawala pemikirannya yang sangat luas tentang konsepsi kehidupan mampu menuntun sang pemuda secara perlahan menelusuri jalan pikiran yang lebih terarah hingga sampai kepada kesimpulan bahwa “Dunia ini sederhana, dan hidup ini juga sederhana”. Bila dilihat secara sekilas, judul buku mungkin terlihat mengindikasikan pada muatan persuasif yang tidak bijaksana karena sangat berkebalikan dari kewajaran bahwa semua orang berlomba-lomba untuk disukai oleh orang lain serta hasrat untuk memperoleh pengakuan. Hal ini tentunya memberikan rasa penasaran yang tinggi bagi para pembaca tentang makna apa yang sebenarnya hendak disampaikan oleh penulis. Nyatanya, buku ini bertujuan memberikan gambaran baru tentang bagaimana kita mengenali konsep diri, serta sejauh mana menempatkan diri pada relasi lingkungan sosial. Banyak orang seringkali
terjebak atau bahkan tidak sadar telah menciptakan kehidupan yang rumit, tidak orisinil, dan tidak menyenangkan dikarenakan membiarkan seluruh energi diserap oleh ekspektasi orang lain. Kriteria dan penilaian orang lain selalu menjadi alat untuk mengukur nilai diri, sehingga tanpa disadari justru membuat hidup menjadi tidak seimbang dan berujung sebagai kumpulan-kumpulan tuntutan dan tekanan hidup. Buku ini sangat cocok bagi pembaca yang hendak mencari pencerahan atau sedang berupaya memahami cara pandang baru untuk melihat duduk perkara dari segala akar permasalahan kehidupan, yakni komunikasi intrapersonal dan interpersonal. Pemahaman komunikasi intrapersonal selalu harus dimulai dengan membangun dialog yang intim dengan diri sendiri hingga pada fase memaafkan diri sendiri dan penerimaan diri. Hal tersebut menjadi ‘kunci untuk membuka pintu keluar’ sebelum akhirnya menjalin relasi dengan orang lain. Di sisi lain, relasi interpersonal merupakan bentuk gagasan dan realitas tentang batasanbatasan personal yang perlu diterapkan oleh setiap orang saat berkecimpung dengan relasi sosialnya, sehingga ajakan untuk berani tidak disukai bukanlah berupa pedoman untuk menjadi pribadi yang masa bodoh, cuek, atau egois tetapi panduan
dalam membentuk pola pikir dan tindakan yang bijaksana untuk berani memberikan batasan pada apa saja yang perlu dan apa saja yang tidak perlu, ini tentang skala prioritas dan kapasitas. Meskipun bermuatan filosofis dengan ulasan teori-teori filsafat yang dapat dijumpai pada beberapa bab dalam buku sehingga bagi sebagian orang mungkin perlu untuk memahami secara perlahan, namun dengan contoh-contoh kasus yang dekat dengan kehidupan nyata, penulis mampu menyajikan kejutan dari setiap alur, dari satu bab ke bab berikutnya sehingga isi buku tetap dapat dinikmati. Akhirnya setelah selesai membaca buku ini, pembaca akan memiliki pemahaman yang jelas tentang porsi dan posisi dalam membangun komunikasi interpersonal guna memaknai kehidupan dengan perspektif yang sederhana, di antaranya keberanian untuk memberikan batasan, keberanian untuk memilih cara hidup yang benar yang tidak biasa bagi banyak orang, serta keberanian untuk mulai memberikan makna pada hidup sebab pada akhirnya tujuan hidup adalah kita dapat menjalaninya dengan menyenangkan, bahagia, dan tentunya bermakna. [Ferdy Sabono]
PSEB UKDW Gelar Webinar Pajak “Best Practice Pelaporan SPT Tahunan PPh Badan Yang Efektif ”
P
usat Studi Ekonomi dan Bisnis (PSEB), Fakultas Bisnis, Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) kembali menyeleng-garakan webinar perpajakan dengan mengusung tema “Best Practice Pelaporan SPT Tahunan PPh Badan yang Efektif”. Webinar yang merupakan kerja sama antara PSEB UKDW dan Ikatan Konsultan Pajak Indonesia (IKPI) Surabaya ini dilaksanakan pada 5 April 2022 secara daring melalui zoom dan live streaming YouTube. Dalam sambutannya, Drs. Purnawan Hardiyanto, M.Ec.Dev. selaku Ketua PSEB Fakultas Bisnis UKDW berharap acara ini dapat membantu para pelaku usaha untuk bisa melaporkan SPT Tahunan PPh Badan secara benar. Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa acara ini merupakan bagian dari launching program Pelatihan Brevet Pajak AB dan C yang rutin diselenggarakan oleh PSEB UKDW. Webinar ini menghadirkan pembicara yang kompeten di bidangnya, antara lain Ali Yus Isman, S.E., M.A., BKP., yang saat ini menjabat sebagai Wakil Ketua IKPI Surabaya, serta Ika Fransisca, S.E., M.Ak., BKP., yang juga merupakan anggota IKPI Surabaya. Bertindak sebagai moderator
dalam webinar ini adalah salah seorang dosen Akuntansi Fakultas Bisnis UKDW, yakni Frista, S.H., S.E., M.S.Ak. BKP. Peserta webinar berasal dari beragam latar belakang, mulai dari kalangan pekerja profesional, pelaku bisnis UMKM, hingga mahasiswa yang berasal dari seluruh penjuru Indonesia. Antusiasme para peserta terlihat sangat jelas, khususnya saat sesi tanya jawab berlangsung. Hal ini tidaklah mengheran-kan, mengingat batas akhir pelaporan SPT Tahunan PPh Badan yang sudah dekat, yakni paling lambat di bulan April setiap tahunnya. Dalam pemaparan materinya, kedua pembicara menjelaskan secara mendalam mengenai tata cara pelaporan SPT Tahunan PPh Badan, mulai dari pengertian, jenis, persiapan, alur, fasilitas, lampiran-lampiran khusus yang mungkin diperlukan, hingga contoh tata cara pengerjaannya. Tidak hanya itu, pembicara juga menyampaikan pembahasan-pembahasan khusus seperti pengertian dan perlakuan hubungan istimewa, serta implementasi dokumen transfer pricing. [jtm, rams]
foto:Dok./Panitia
foto:Dok./Panitia
12
Serba-Serbi
VOL.16/ APR 2022
Hari Kemenangan Paskah
M
enghadapi pandemi Covid-19, manusia selayaknya membangun orientasi hidup baru dalam upaya pemurnian akal budi yang lebih kontekstual spiritual serta memberdayakan akal, budi, dan roh secara holistik dalam pemeliharaan hubungan dengan Allah. Hal ini menjadi penting dalam menghadapi dan menyelesaikan berbagai masalah dan tantangan hidup sebagai akslerasi diri menyambut Hari Kemenangan Paskah. Mengenal Roh Roh, nyawa, atau arwah adalah daya hidup paling tinggi yang ditiupkan Allah sejak awal kehidupan, sejak dalam kandungan yang membawa berkat daya tumbuh dan naluri baik benar. Oleh karenanya, kandungan disebut rahim sebagai habitat kehidupan holistik Ilahi Sang Maha Pemeli-hara, “Allah Maha Rahim”. Pertanyaannya, dimana roh diletakkan Allah? Tidak ada yang tahu! Menurut ilmu agama kedokteran, roh secara abstrak berhubungan dengan hati nurani dan jiwa namun tak ada hubungan dengan hati (liver). Agamawan menyatakan hal ini sebagai misteri Ilahi. Agama mempercayai bahwa roh merupakan penghubung jiwa manusia dengan Roh Allah (sayangnya kemudian sekaligus dengan roh Iblis karena dosa Adam Hawa). Agama mendidik agar roh kita selalu tat dan dekat dengan Roh Allah dalam kesatuan jiwa raga.
foto:Pinterest
Mengenal Jiwa, Raga, Roh Sejak awal kehidupan dan dalam perkembangannya, apalagi menghadapi permasalahan seperti wabah Covid-19 ini, semestinya akal budi kita semakin sadar bahwa manusia terdiri atas raga (fisik), jiwa (spirit, mind), dan roh/arwah/sukma/soul. Sayangnya, dalam kehidupan sehari-hari kita lebih cenderung memperhatikan kebutuhan duniawi atau raga saja. Secara fisik, organ-organ raga memiliki bentuk dan fungsinya. Dalam hal ini, struktur, fungsi, dan cara kerja otak sebagai tempat jiwa menjadi sangat menarik. Setiap orang diciptakan dengan berbagai kombinasi tipe kepribadian yang masing-masing memiliki unsur positif dan negatif. Niat, pola pikir, cara bicara, emosi, tingkah laku, mental karakter, etos kerja kepribadian, dan martabat seseorang dalam kesatuan jiwa ditentukan oleh otaknya, sehingga jiwa secara praktis bisa disebut spirit semangat
hidup. Selanjutnya jiwa bekerja lewat akal budi dan pikiran, yang juga merekam memori pengalaman hidup yang sangat penting sebagai sumber refleksi, sumber belajar intern, dan pengembangan diri. Iman adalah analisa akal budi terhadap firman yang menjadi “konsumsi” dari roh. Jiwa (mind) dan semangat pola hidup (mindset) dikendalikan oleh otak. Itulah sebabnya ketika orang meninggal (mati otak), jiwanya menjadi tiada, sedangkan roh tetap hidup kembali ke pengadilan Allah. Itu pula sebabnya para psikolog dan psikiater menyatakan bahwa kepribadian atau jiwa bukanlah sesuatu yang abstrak namun dipengaruhi kerja saraf dan metabolisme kimia di bagian pineal otak, sehingga gangguan jiwa bisa dimanipuler atau diobati dengan psikoterapi, obat kimia penenang dan perangsang. Pendidikan Integrasi Raga Jiwa Roh Pada awal penciptaan Adam dan Hawa, manusia dianugerahi akal budi, kehendak bebas “berselera tinggi” yang menyatu dalam kemuliaan Allah. Namun karena dosa pengkhiatannya bersama iblis, manusia jatuh dalam dosa yang membawanya masuk dalam “selera hidup rendah”, egoisme, dan kedagingan. Konsekuensinya, mereka diusir atau diampirkan ke dunia fana, seperti ungkapan “urip mung diampirke ngombe”. Dalam perjalanan hidup manusia, melakukan pendidikan raga, jiwa, dan roh menjadi hal yang penting. Hikmah kemenangan Paskah adalah kemenangan roh, jiwa, raga, dan akal budi dalam menguatkan etos kerja sebagai manifestasi selera kekudusan, kesempurnaan hidup tingkat tinggi yang mampu mengalahkan selera rendah nafsunafsu kedagingan dan egoisme kita. Apapun profesi kita, hendaknya menjadi profesi rohani di atas sekulerisme. Mari kita berusaha dengan sungguh-sungguh sekuat akal budi mentaati perintah Allah melalui cinta sesama dalam iman dan perbuatan. Cinta sesama seperti mencintai diri sendiri, fokusnya adalah saling bekerja sama dan saling mendidik untuk bisa hidup berdampingan dan berjalan bersama-sama menuju surga. Kesadaran akan anugerah Allah hendaknya menjadi pedoman bagi kita untuk memaknai kehendak bebas dan keistimewaan akal budi yang bertanggungjawab! [JB. Soebroto]