Universitas Kristen Duta Wacana
13
@ukdwjogja @duta_wacana
06
UKDW Yogyakarta
Alamat Redaksi: Kantor Biro IV UKDW Gedung Hagios Lantai 1 Jl. dr. Wahidin Sudirohusodo 5-25, D.I Yogyakarta Koran Kampus UKDW
JUNI 2019
korankampus@staff.ukdw.ac.id
Berkomunikasi dengan Hati Mencipta Harmoni
Program ISL UKDW
Profile Bulan Ini: Laurentius Kuncoro P. S., S.T., M.Eng
2 foto:dok./Biro IV
S
Prodi Arsitektur UKDW Gelar SMART #4
5
Meniadakan Salah antara Aku, Kau, dan Dia
8
enin, 17 Juni 2019 bertempat di Ruang Seminar Pdt. Dr. Harun Hadiwijono dilaksanakan Opening Ceremony untuk mengawali pelaksanaan program International Service-Learning (ISL) dengan mahasiswa The Hong Kong Polytechnic University. Program ISL ini merupakan bentuk kerjasama LPPM Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) dengan The Hong Kong Polytechnic University yang dilaksanakan selama enam hari mulai tanggal 20-25 Juni 2019 dan diikuti oleh 19 mahasiswa The Hong Kong Polytechnic University yang didampingi oleh empat supervisor dan tiga mahasiswa pendamping. Lokasi pelaksanaan program ISL ini meliputi wilayah Pedukuhan Pelem, Gebang dan Gowok, Desa Kebonharjo, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo. Ketua LPPM dr. The Maria Meiwati Widagdo, Ph.D mengungkapkan rasa terima kasih sekaligus menegaskan bahwa kegiatan ISL ini merupakan awal kerjasama yang sangat baik antara LPPM UKDW dan The Hong Kong Polytechnic University. “Mahasiswa UKDW yang menjadi peserta KKN ini berasal dari sembilan prodi di lingkungan UKDW. Mahasiswa sangat diharapkan mampu menghadirkan berbagai alternatif solusi terbaik di tengah masyarakat dalam menyelesaikan permasalahan sekaligus belajar tentang kearifan lokal masyarakat dalam mengatasi permasalahan tersebut,” tambahnya. Subject Leader The Hong Kong Polytechnic University, Pang Chui Ping Phyllis juga menyampaikan rasa terima kasihnya atas kesempatan bekerjasama dengan LPPM UKDW dalam bentuk pelaksanaan ISL di Kabupaten Kulon Progo. Dalam kesempatan ini Pang Chui Ping Phyllis juga menyerahkan sumbangan buku-buku referensi untuk melengkapi koleksi buku referensi di Perpustakaan UKDW yang secara simbolis diterima oleh Wakil Rektor 1 Bidang Akademik, Riset dan Inovasi UKDW, Dr. Charis Amarantini, M.Si. Rektor UKDW, Ir. Henry Feriadi, M.Sc., Ph.D, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi atas terjalinnya kembali hubungan kerjasama yang dulu pernah dirintis dengan melakukan kegiatan ISL secara bersama-sama antara mahasiswa UKDW dan mahasiswa The Hong
foto:dok./Biro IV
Kong Polytechnic University di Desa Kebonharjo, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo. Henry juga menginformasikan bahwa UKDW selalu terbuka untuk melakukan kerjasama dalam bentuk apapun dengan mitra perguruan tinggi luar negeri, seperti kerjasama yang terjalin dalam 3-4 tahun terakhir ini dengan Hanseo UniversityKorea dan Australian National University (ANU)-Australia. “Disamping KKN Reguler, pada tahun 2019 ini UKDW juga melaksanakan KKN Tematik Luar Jawa yaitu KKN Tematik Toba Samosir di Provinsi Sumatera Utara, KKN Tematik Buton Utara di Provinsi Sulawesi Tenggara dan KKN Tematik Sumba Tengah di Provinsi Nusa Tenggara Timur,” tambahnya. Pada pertemuan perdana ini dilakukan pembekalan oleh tiga orang narasumber. Narasumber pertama adalah Paulus Widiatmoko, S.Pd., M.A. yang memberikan penjelasan secara detil terkait lokasi KKN Reguler, potensi wilayah, dan kearifan budaya lokal Desa Kebonharjo, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo. Narasumber kedua adalah Arida Susyetina, S.S., M.A. yang menyampaikan materi terkait pengenalan Bahasa Indonesia dan penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan narasumber ketiga adalah Restyandito S.Kom., MSIS., Ph.D yang menekankan kaidah, norma dan etika masyarakat dalam berkomunikasi dan bersosialisasi. Materi ketiga diawali dengan sesi permainan guna membangun keakraban antara perwakilan mahasiswa UKDW dan mahasiswa The Hong Kong Polytechnic University. Sesi ini dilakukan dengan permainan dinamika kelompok sebagai simulasi situasi budaya Jawa yang berlaku di masyarakat Desa Kebonharjo, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo. Restyandito S.Kom., MSIS., Ph.D., juga mengenalkan pola-pola atau kebiasaan komunikasi masyarakat desa yang lazim terjadi di dalam kerangka budaya masyarakat jawa. Menutup acara tersebut, LPPM UKDW menyampaikan informasi mengenai agenda hari kedua yaitu culture exposure ke obyek wisata bersejarah, diantarany; Kraton Yogyakarta, Tamansari, dan Candi Borobudur. [Mujiono]
foto:dok./Biro IV
foto:dok./Biro IV
UKDW Kirim Mahasiswa ke Luar Pulau Jawa
J
umat, 14 Juni 2019 Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) melaksanakan acara pelepasan mahasiswa peserta KKN Tematik Luar Jawa di Ruang Seminar Pdt. Dr. Harun Hadiwijono. Acara ini dihadiri oleh Rektor UKDW seluruh mahasiswa peserta KKN Tematik Luar Jawa yaitu KKN Tematik Buton UtaraSulawesi Tenggara, KKN Tematik Toba SamosirSumatera Utara, KKN Tematik Sumba TengahNTT, Pimpinan dan Staf LPPM, seluruh Dosen Pembimbing Lapangan (DPL), Dekanat Fakultas Arsitektur dan Desain serta Kepala Biro Kerjasama dan Relasi Publik. Acara diawali dengan sambutan oleh Ketua LPPM UKDW, dr. The Maria Meiwati Widagdo, Ph.D yang menyampaikan rasa terima kasih dan bangga kepada tiga Tim KKN Tematik Luar Jawa. Ketua LPPM UKDW berpesan kepada mahasiswa agar mampu bekerjasama dengan baik dengan semua pihak, mulai dari aparatur pemerintah sampai masyarakat lokal sehingga diharapkan mahasiswa mampu memberikan
solusi-solusi terbaik pada pemerintah daerah dan masyarakat dalam mengatasi permasalahan yang ada. Dekan Fakultas Arsitektur dan Desain (FAD) UKDW, Dr.-Ing Wiyatiningsih, S.T., M.T mengawali sambutannya dengan mengenalkan tim DPL untuk masing-masing tim KKN Tematik Luar Jawa. “Mahasiswa peserta KKN Tematik Luar Jawa diharapkan mampu menjaga nama baik almamater dan bisa menjalankan semua programprogramnya dengan baik sesuai dengan arahan dan bimbingan para DPL,” ujar Wiyatiningsih. Acara diakhiri dengan sambutan pelepasan oleh Rektor UKDW, Ir. Henry Feriadi, M.Sc., Ph.D yang mengajak seluruh mahasiswa peserta KKN Tematik Luar Jawa untuk berkontribusi bagi masyarakat setempat. Mahasiswa juga diharapkan mampu menjaga nama baik institusi dan mampu menjalankan serta menyelesaikan semua program kerja KKN yang telah disusun dengan baik dan dapat kembali ke kampus UKDW dengan selamat. [Mujiono]
foto:dok./Biro IV
Profil Bulan Ini
2
VOL.13/JUNI 2019
Kuncoro Ajak Mahasiswa untuk Berinovasi Bersama
foto:dok./Biro IV UKDW
D
ibesarkan dalam keluarga pendidik dan memiliki kemampuan mengajar yang mumpuni membuat sosok dosen yang satu ini memiliki keinginan kuat untuk berkiprah di dunia pendidikan. Baginya berbagi ilmu dan pengalaman kepada para mahasiswa memberikan kebahagiaan dan kepuasan tersendiri. Lahir di Serang, 6 September 1989, Laurentius Kuncoro Probo Saputra, S.T., M. Eng. atau yang akrab disapa Pak Kuncoro oleh para mahasiswa, memulai karirnya sebagai dosen tetap di Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) pada tahun 2015. Menyelesaikan studi sarjananya di Program Studi Teknik Elektro Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta pada tahun 2011, Kuncoro merasa untuk menjadi dosen, pengetahuan yang dia dapatkan di bangku perkuliahan belum cukup. Kuncoro akhirnya memutuskan untuk bergabung di PT. Softorb Technology Indonesia, salah satu perusahaan yang bergerak di bidang sistem integrator di Jakarta. Ia ditugaskan di bidang Radio Frequency Identification (RFID) dan terlibat dalam beberapa proyek besar Pemerintahan DKI Jakarta selama 2 tahun, diantaranya proyek RFID Access Control untuk perpustakaan, akses pintu, dan transportasi publik. Pekerjaan tersebut memberikan banyak pengalaman bagi Kuncoro tentang implementasi teknologi RFID yang sesungguhnya dengan segala permasalahan yang ada. Melalui pengalaman bekerja ini, Kuncoro juga dapat memahami cara menjalin hubungan kerja sama dengan pihak swasta maupun pemerintahan. Dua tahun bergabung dengan perusahaan sistem integrator, Kuncoro memutuskan untuk resign dan melanjutkan studinya di Program Pascasarjana Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Pada tahun 2015, setelah lulus dari UGM dan berbekal informasi dari kerabat tentang kebutuhan dosen di UKDW, Kuncoro akhirnya memulai karir sebagai dosen Fakultas Teknologi Informasi (FTI) UKDW. Sampai saat ini, Kuncoro mengampu beberapa mata kuliah di Program Studi Informatika antara lain Arsitektur dan Organisasi Komputer, Jaringan Komputer, Machine Learning, dan Internet of Things (IOT). IOT menjadi spesialisasi bidang ilmu pengajaran yang ditekuni oleh Kuncoro. Menurutnya, suatu saat nanti semua benda yang mendukung aktivitas manusia akan terhubung dengan jaringan internet. Selain bekerja sebagai dosen, pada bulan April 2019 Kuncoro juga menerima mandat yang diberikan oleh Rektor UKDW untuk memimpin Unit Centre of Entrepreneurship and Innovation (Centrino). Tugas ini dianggapnya sebagai tantangan besar yang harus dihadapi karena ia harus mengembangkan Centrino, unit yang baru dan belum dikenal. “Bersama Pak Frista, Dosen Fakultas Bisnis UKDW, kami sama-sama belajar karena ini unit baru. Namun kami punya mimpi bersama yaitu agar Centrino dapat menghasilkan kelompok-kelompok startup. Centrino ingin menjadi wadah bagi mahasiswa untuk saling berbagi dan berdiskusi tentang pengembangan startup. Kalau
foto:dok./Kuncoro
kita berbicara startup, kita tidak hanya berbicara tentang bisnis, tetapi juga tentang inovasi, teknologi, dan desain. Di sinilah peran penting kolaborasi,” ujarnya. Belajar dari pengalaman tim mahasiswa lintas fakultas (Prodi Informatika FTI, Prodi Desain Produk Fakultas Arsitektur dan Desain, Fakultas Kedokteran, dan GAPPALA) yang dibimbingnya dan berhasil menyabet juara ke 3 dalam lomba nasional inovasi produk kebencanaan pada bulan Juni lalu, Kuncoro menekankan bahwa saat ini sudah saatnya mahasiswa bergerak ke luar, bekerjasama dengan rekan mahasiswa dari program studi ataupun fakultas lain untuk menghasilkan karya yang pastinya akan jauh lebih baik. Keberadaan Centrino diharapkan dapat menjadi wadah bagi mahasiswa untuk lebih mampu melihat peluang bisnis, permasalahan yang mungkin timbul, dan belajar mengenai proses membangun kemitraan dalam maupun luar negeri. Keterlibatan pihak lain seperti publikasi seperti ini juga sangat penting bagi keberlanjutan Centrino ke depannya. Kuncoro menambahkan, Centrino juga berperan untuk mengorganisir segala hak cipta kekayaan intelektual yang dihasilkan UKDW melalui riset dosen. Hal ini penting untuk menumbuhkan kesadaran bahwa riset yang dilakukan bukan hanya sekedar riset tetapi juga perlu diberi hak cipta atau dipatenkan untuk mendukung penilaian akreditasi kampus. Berkaitan dengan tugasnya sebagai dosen dan Kepala Unit Centrino, Kuncoro merasa kemampuan berbahasa Inggris menjadi hal lain yang harus dia perhatikan. Inilah yang mendorong Kuncoro untuk mengikuti seleksi program Intensive English Language Program (IELP) yang diadakan oleh United Board. “Sudah tiga kesempatan saya lewatkan, dan tahun ini saya mencoba lagi karena saya memiliki misi untuk memperkenalkan Centrino di dunia Internasional. Saya ingin berjejaring dengan mitra luar negeri. Selain itu, bahasa Inggris juga sangat penting untuk persiapan studi lanjut saya di luar negeri dan dalam penulisan jurnal internasional oleh para dosen,” tambahnya. Setelah melalui tiga tahapan seleksi berupa seleksi administratif, interview, dan assessment test, akhirnya Kuncoro mendapat kesempatan untuk mengikuti program IELP 2019 di Miriam College, Manila, Philippines pada tanggal 1 Juli-15 Agustus 2019. “Satu hal yang perlu saya tekankan, mahasiswa UKDW jangan pernah merasa malu dan harus selalu percaya diri untuk menunjukkan apa yang mereka miliki. Banyak mahasiswa berbakat di sini, bekerjasamalah, dan tunjukkan ke dunia luar agar UKDW semakin maju dan dikenal. Berkunjunglah ke Centrino, berkumpullah di Centrino. Pintu Centrino akan selalu terbuka bagi mahasiswa yang ingin bertukar ide dan gagasan mengenai startup dan inovasi-inovasi lainnya. Dan satu hal lagi, jangan berhenti untuk mencoba hal baru karena kita tidak akan pernah tahu apa yang akan kita dapatkan dari hal baru tersebut,” pesannya. [Ai]
REDAKSI KORAN KAMPUS PENANGGUNG JAWAB PIMPINAN REDAKSI WAKIL PIMPINAN REDAKSI KOORDINATOR PELAKSANA
: Pdt. Handi Hadiwitanto, Ph.D : Arida Susyetina, S.S, M.A. : Christina Angelina : Yudhistira Audri
WARTAWAN
EDITOR
SETTER
Anti, Gracia, Yemima
Mei, Iit, Tiyok
Endri, Noval, Rully
Koran Kampus bisa Anda dapatkan secara GRATIS di Pick-up Point yang sudah terpasang di 11 area publik di seluruh UKDW. Redaksi menerima tulisan dari warga kampus berupa artikel, laporan kegiatan dan foto-foto yang membangun harapan. kirim ke alamat Redaksi atau melalui email : korankampus@staff.ukdw.ac.id
Universitaria
3
VOL.13/JUNI 2019
FTI UKDW Yogyakarta Ikuti Gelar Teknologi Pertanian
P
erkembangan teknologi yang cepat mendorong penerapan di berbagai bidang, salah satunya adalah bidang pertanian. Teknologi dapat mendukung efisiensi dalam proses bisnis di sektor pertanian yang merupakan salah satu sektor ekonomi terbesar di Indonesia. Untuk mendorong terciptanya perkembangan teknologi di sektor ini, Badan Penyuluhan dan Pertanian Kecamatan Pandak, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta mengadakan Gelar Teknologi Pertanian dengan tema “Melalui Efisiensi dan Diversifikasi Kita Wujudkan Kesejahteraan Petani”. Gelar Teknologi Pertanian ini dilaksanakan di Kantor BPP Pandak dan berlangsung selama tiga hari, yaitu dari tanggal 27-29 Juni 2019 dengan diikuti oleh empat desa, yaitu Desa Caturharjo, Desa Wijirejo, Desa Triharjo, dan Desa Gilangharjo. Salah satu penggunaan teknologi di sektor pertanian adalah penggunaan teknologi informasi di sektor pertanian. Tim penelitian Fakultas Teknologi Informasi (FTI) Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta yang mengembangkan Web Mapping System Lahan Pertanian ikut serta dalam gelar teknologi ini. Tim Penelitian terdiri dari 4 orang dosen, yaitu Halim Budi Santoso., S.Kom., MBA., MT dari Program Studi Sistem Informasi selaku ketua tim penelitian, Argo Wibowo., ST., MT dari Prodi Sistem Informasi, Rosa Delima., S.Kom., M.Kom dari Prodi Informatika, dan Antonius Rachmat Chrismanto.,
S.Kom., M.Cs dari Prodi Informatika. Selain itu, penelitian ini juga melibatkan beberapa mahasiswa Prodi Sistem Informasi dan Informatika UKDW Yogyakarta. Pengembangan sistem ini didanai oleh dana hibah Penelitian Terapan Unggulan Perguruan Tinggi (PTUPT) Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Ristekdikti). Penelitian ini mencoba untuk melakukan pengembangan sistem pemetaan lahan pertanian dan bekerjasama dengan kelompok tani Tani Harjo dan Tani Rahayu, Desa Gilangharjo. Web Mapping System memiliki kemampuan untuk mengukur dan mengetahui letak lahan pertanian serta detail dari lahan pertanian yang dimiliki oleh setiap petani yang ada sehingga dapat membantu petani dalam proses produksi hasil panen. Web Mapping System juga digunakan untuk memberikan informasi terkait dengan status pengolahan lahan dan tanaman komoditas yang di tanam pada lahan tersebut. Dengan menggunakan Web Mapping System, petani dan kelompok tani sebagai pengguna akhir mendapatkan informasi dan pengetahuan mengenai lahan pertanian beserta dengan produk pertanian yang sedang diproduksi. Harapannya kedepan, melalui aplikasi dan teknologi ini, petani-petani dapat lebih maju dan berkembang dalam pengelolaan lahan pertanian yang dimilikinya. [Halim] foto:dok./Panitia
Mahasiswa UKDW Sabet Juara 3 Lomba Inovasi Produk Kebencanaan
T
im Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) yang diwakili oleh lima mahasiswa lintas fakultas berhasil menorehkan prestasi dengan menyabet juara ke3 dalam Lomba Inovasi Produk Kebencanaan pada tanggal 18-19 Juni 2019. Kompetisi ini merupakan rangkaian acara Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) ke-6 Riset Kebencanaan. Kegiatan ini diadakan atas kerja sama antara Ikatan Ahli Kebencanaan Indonesia (IABI), Universitas Pertahanan Indonesia (UNHAN), dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang diselenggarakan di INA – DRTG BNPB, Sentul Bogor. PIT Riset Kebencanaan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan budaya riset dan teknologi serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pendidikan, riset dasar, dan terapan dari berbagai jenis karakteristik bencana di Indonesia. Mengusung tema “Inovasi Sosial dan Teknologi Kebencanaan menuju Revolusi 4.0”, lomba inovasi produk kebencanaan tersebut diikuti oleh 28 peserta yang terdiri dari Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian se-Indonesia.
foto:dok./Panitia
Tim mahasiswa UKDW yang berhasil mengharumkan nama UKDW tersebut adalah Ivan S. Wicaksana dari Program Studi (Prodi) Informatika, Pic Yen dan Vito R. Mahadika dari Prodi Desain Produk, Noviani Mandasari dari Prodi Kedokteran, serta Cipta V.V. Tamelan dari Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) GAPPALA. Tim mahasiswa yang berlaga ini juga mendapat bimbingan kerja dari dosen lintas fakultas yakni Winta A. Guspara, S.T., M.Sn dari Prodi Desain Produk yang juga bertindak sebagai koordinator tim, Laurentius Kuncoro P. Saputra, S.T., M.Eng dari Prodi Informatika, dan dr. Katherina Adisaputro dari Prodi Kedokteran.
foto:dok./Panitia
Dalam lomba tersebut, inovasi produk yang ditawarkan oleh tim mahasiswa UKDW ialah meja perlindungan yang bersifat inklusi dan mengadopsi dari prosedur drop-cover-hold on (DCH) serta Triangle of Life (ToL). Produk ini merupakan generasi pertama yang diwujudkan oleh tim mahasiswa UKDW mengingat Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pernah mengalami bencana gempa pada tahun 2006. Selain itu, pergerakan lempeng subduksi yang dapat memicu gempa bumi semakin meningkat, menjadikan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menjadi daerah rawan bencana. Winta A. Guspara, S.T., M.Sn menjelaskan
bahwa minimnya prosedur serta peralatan evakuasi bagi pengguna kursi roda dan paraplegia untuk dapat berlindung ketika terjadi kegempaan menjadi pertimbangan utama dalam pengembangan inovasi produk tersebut. “Pengembangan meja perlindungan generasi pertama ini akan dilanjutkan oleh tim UKDW setelah mendapat banyak masukkan dari para juri dan ahli di bidang kebencanaan. Target kami pada tahun 2020 nanti, generasi kedua dari meja perlindungan sudah selesai dan akan diajukan untuk kembali mengikuti lomba inovasi produk kebencanaan yang rencananya akan diadakan di Universitas Brawijaya Malang,” terangnya. “Kami berharap melalui pengembangan meja perlindungan yang bersifat inklusi ini, sejummlah pihak yang berkepentingan seperti pemerintah dan masyarakat DIY semakin memiliki perhatian yang lebih terhadap para survivor difabel dalam menghadapi kebencanaan khususnya gempa bumi,” pungkasnya. [Guspara]
UKDW dan INTI Sepakat Kembangkan SDM dan Potensi Desa
U
niversitas Kristen Duta Wacana (UKDW) semakin menunjukkan kepeduliannya terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia dan pengembangan potensi desa. Hal ini dituangkan dalam penandatangan Nota Kesepahaman Kerja Sama dengan Perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI) pada hari Jumat, 14 Juni 2019 di Ruang Seminar Pdt. Dr. Harun Hadiwidjono. Perhimpunan INTI merupakan salah satu organisasi sosial di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang bersifat kebangsaan dan bergerak di bidang kemasyarakatan. Kesepakatan ini ditandatangani langsung oleh Rektor UKDW, Ir. Henry Feriadi, M.Sc., Ph.D dan Ketua Umum Perhimpunan Indonesia Tionghoa, Teddy Sugianto. Hal-hal yang disepakati bersama untuk dikerjakan diantaranya terkait program pendampingan terhadap usaha kecil menengah (UKM), pelatihan Bahasa Mandarin, pemberian beasiswa S2-S3 kepada mahasiswa UKDW untuk melanjutkan studi di Tiongkok, dan pengenalan olahraga Catur Cina (Xiang Qi). Dalam sambutannya, Ir. Henry Feriadi, M.Sc., Ph.D mengungkapkan rasa syukurnya bahwa tahun lalu INTI telah menunjukkan kepeduliannya dengan memberikan beasiswa kepada mahasaiswa UKDW yang keluarganya menjadi korban gempa dan tsunami di Palu dan Donggala. “Selanjutnya kami mengharapkan UKDW dan INTI dapat berkolaborasi dalam program pendampingan UKM, khususnya
foto:dok./Biro IV
terhadap masyarakat di Samigaluh, salah satu daerah yang terdampak pembangunan Yogyakarta International Airport (YIA). Halhal lain seperti peningkatan kualitas SDM di bidang akademik serta pengenalan bahasa Mandarin dan budaya Tionghoa diharapkan dapat segera ditindaklanjuti bersama,” paparnya. Perhimpunan INTI memiliki visi menjadi organisasi yang berorientasi pada kebangsaan Indonesia dan memiliki misi berperan aktif
dalam dinamika proses pembangunan bangsa menuju terwujudnya bangsa Indonesia yang kokoh, rukun bersatu dalam keharmonisan dan kebhinekaan. Hal ini diungkapkan oleh Wakil Ketua Umum INTI, Budi S. Tanuwibowo, dalam sambutannya. “Kami melihat bahwa UKDW memiliki visi dan misi yang sejalan dengan Perhimpunan INTI. Dimana kebhinekaan dan semangat untuk membangun bangsa sangat ditanamkan dalam kehidupan sivitas akademikanya. Poin-poin yang telah disepakati
bersama seperti mengembangkan UKM, dapat segera ditindaklanjuti bersama, sehingga masyarakat dapat menghasilkan produkproduk bernilai jual tinggi dan dapat diekspor ke luar negeri,” terangnya. Acara penandatangan Nota Kesepahaman Kerja Sama ini juga dihadiri oleh Wakil Rektor Bidang Akademik, Riset dan Inovasi, Wakil Rektor Bidang Keuangan dan Pengembangan Aset, Kepala Pusat Pelatihan Bahasa, Kepala Biro Kerjasama dan Relasi Publik, Ketua dan Sekretaris Centre of Entrepreneur and Innovation (Centrino), Wakil Ketua Umum INTI, Wakil Sekretaris Jenderal INTI, serta Ketua INTI DIY. Untuk dapat mewujudkan kerja sama ini dibutuhkan keterlibatan dari segenap unit-unit yang ada di UKDW, salah satunya adalah Centrino. Unit Centrino mempunyai tugas pokok dan fungsi untuk membangun jejaring kerja sama (networking) dan mencari peluang pendanaan (grant) untuk mendukung inovasi. Centrino diharapkan dapat menggalakkan program-program kewirausahaan dengan melakukan identifikasi produk-produk UKM yang dihasilkan oleh mitra binaan UKDW, salah satunya yang berada di Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, untuk selanjutnya akan dilakukan tes quality control (QC) sehingga layak untuk diekspor ke luar negeri, salah satunya ke Tiongkok. [Mei]
Universitaria
4
VOL.13/JUNI 2019
Online Scholarship Competition Awardee, a Brilliant Generation
O
nline Scholarship Competition atau yang lebih dikenal dengan sebutan OSC, merupakan kompetisi beasiswa online pertama di Indonesia yang diinisiasi dan diselenggarakan oleh portal berita dan video Medcom.id (dulu metrotvnews.com). Kompetisi ini ditujukan bagi siswa kelas 12 yang akan menempuh perkuliahan di tahun berikutnya. Diadakan sejak tahun 2015, hingga saat ini OSC telah bekerja sama dengan 18 Perguruan Tinggi Swasta (PTS) pemberi beasiswa. Sepanjang sepak terjangnya, 2018 adalah tahun ke-3 bagi Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) bekerja sama dengan OSC sebagai satusatunya PTS di Yogyakarta. Bagi para pemenang nantinya tak perlu khawatir dengan biaya kuliah karena sudah ditanggung seluruhnya oleh UKDW, mulai dari DPFP, SPP Tetap, SPP Variabel, dan bahkan biaya lain-lain. Hanya saja biaya hidup dan uang saku tetap menjadi tanggung jawab masingmasing. Secara keseluruhan proses seleksi OSC berlangsung selama 4 bulan, dimulai dari pendaftaran di bulan September, tes online di bulan November, seleksi berkas, dan yang terakhir adalah tes tertulis dan wawancara di Jakarta pada bulan Desember. Meskipun seleksinya tergolong panjang, namun untuk prosesnya sendiri sebenarnya tidak rumit. Dimulai dari pendaftaran secara online (dan bahkan gratis!), peserta dapat memilih sendiri perguruan tinggi dan jurusan yang diinginkan.
foto:dok./Endri
Selanjutnya, peserta harus mengikuti tes online, di mana peserta akan diuji potensi akademiknya. Jika memenuhi kriteria, maka peserta akan lolos ke tahap 200 besar. Kemudian mereka harus mengirimkan berkas seperti fotokopi rapor kelas XXI, surat keterangan siswa, SKCK, serta hasil tes laboratorium bebas narkoba dan buta warna (bagi jurusan arsitek dan teknik). Terakhir 70 peserta yang lolos dari seleksi berkas itu akan bertanding dan beradu nasib di Jakarta, memperebutkan 20 kursi pemenang. Tak tanggung-tanggung, peminat OSC dari tahun ke tahun teruslah meningkat. Dari sekitar 5.000 pendaftar di awal penyelenggarannya, 28.000 di tahun 2016, hingga terakhir 54.000 pendaftar di tahun 2018 membuktikan bahwa OSC telah berperan besar dalam dunia pendidikan di Indonesia. Dari kompetisi beasiswa, OSC juga
Sharing Session Dunia Kerja Perbankan di Era Industri 4.0
mampu menyaring generasi muda yang berprestasi, khususnya di bidang akademik. Terbukti dari salah satu penerima beasiswa OSC UKDW 2016, Yuliana Chintya Dewi Santoso yang baru-baru ini memperoleh Juara 2 dalam PKN STAN Audit Competition, serta Amelia Gita Andreani (OSC UKDW 2016) yang juga memperoleh juara 4 dalam kompetisi yang sama pada 4 Mei 2019. Bahkan lewat PKN STAN Audit Competition, para OSC Awardee ini mampu membuat nama UKDW bersanding dengan Universitas Indonesia (UI) dan Universitas Diponegoro (UNDIP) selaku juara 1 dan 3. Bukan hanya menonjol dalam kemampuan akademik, Awardee OSC juga aktif dan menonjol dalam kegiatan organisasi di UKDW. Sebut saja beberapa nama seperti Felisa Febriola S (OSC UKDW 2016) selaku Ketua HMA Atrivm, Cynthia Kumalasari (OSC UKDW 2016) selaku anggota BPM
FTI, Lintang Lokeswara (OSC UKDW 2017) selaku anggota BEM FAD, Wahyu Setiawan (OSC UKDW 2017) selaku anggota HMPSM, dan masih banyak lagi. Terbukti bahwa penerima beasiswa OSC tidak hanya berkualitas secara akademik, namun juga secara non-akademik, spiritualitas dan budi pekerti. Dengan ‘benefit’ yang besar, awardee OSC diharapkan mampu memberikan kontribusi nyata dan menjadi generasi penerus yang kreatif dan kritis, baik bagi UKDW secara khusus maupun bagi bangsa dan negara. Untuk lingkup UKDW sendiri, awardee OSC sedang merintis berdirinya sebuah organisasi yang untuk menaungi seluruh awardee di UKDW. Di bawah koordinasi Biro Kemahasiswaan dan Alumni, para awardee OSC UKDW telah berkumpul dan memberikan pilihannya terkait kepengurusan organisasi ini. Hasilnya, terpilih Lintang Lokeswara sebagai Ketua, Yuliana Chintya Dewi Santoso sebagai Sekretaris, dan Wahyu Setiawan sebagai Bendahara. Secara khusus Biro Kemahasiswaan dan Alumni telah berpesan kepada Lokeswara, bahwa dengan adanya organisasi ini diharapkan dapat terus mendorong awardee OSC untuk berprestasi ke depannya. Lalu inovasi dan perubahan apa yang akan mereka berikan? Mari kita tunggu saja! [Yuliana]
Pelepasan KKN Reguler Tahun 2019
foto:dok./Panitia
Padukuhan yang digunakan untuk KKN UKDW 2019 berjumlah 60 padukuhan Desa Banjararum 65 Mahasiswa Desa Banjarsari 140 Mahasiswa Desa Banjarharjo 111 Mahasiswa Desa Banjaroyo 151 Mahasiswa
foto:dok./Biro IV
P
ara alumni UKDW bersama dengan beberapa mahasiswa akhir berkumpul di Lecture Hall Pdt. Dr. Rudi Budiman UKDW pada hari Jumat, 28 Juni 2019 untuk mengikuti kegiatan Sharing Session seputar Dunia Kerja Perbankan di Era Industri 4.0 yang diadakan oleh Biro III bersama dengan PT. Bank Central Asia (BCA). Kegiatan ini bertujuan agar para alumni dan mahasiswa akhir bisa belajar dari narasumber yang berbagi pengalamannya karena sudah terlebih dahulu merasakan dunia kerja yang sesungguhnya. Kegiatan ini dibuka dengan sambutan dari Kepala Biro Kemahasiswaan, Alumni dan Pengembangan Karir (Biro III) - Bapak Winta Aditya Guspara M.Sn. yang akrab disapa pak Tata. Dalam kegiatan Sharing Session ini PT. Bank Central Asia menghadirkan seorang narasumber dari Pro Manager bagian PSDM BCA Region II (DIY dan Jawa Tengah) yaitu Djie Agustinus Gunarso Kurdiaji, S.E., M.M. Rangkaian acara diawali dengan sesi pertama membahas mengenai gambaran umum seputar dunia kerja saat ini serta tips-tips memasuki dunia kerja dari sudut pandang HR di sebuah perusahaan yang berkaitan juga dengan Industri 4.0. Di sesi kedua perkenalan tentang BCA dan apa saja yang ditawarkan oleh BCA. Pak Gunarso menjelaskan bagaimana saat ini dunia kerja di Indonesia sudah memasuk tahap Industri 4.0 yang mana berarti dalam sebuah industri ini menggunakan teknologi otomatisasi yang digabungkan dengan teknologi cyber. Beberapa tips yang diberikan apabila seseorang ingin mencari pekerjaan yaitu harus memiliki arah tujuan yang jelas, tidak menyepelekan pekerjaan yang kecil, perluaslah relasi, mau belajar dan menaruh hati (mencintai) pada pekerjaan. Dalam menghadapi dunia kerja yang serba digital, kantor pusat Bank BCA yang berada di
Jakarta membuka peluang yang sangat besar bagi mahasiswa-mahasiswi lulusan jurusan IT. BCA juga membuka dibagian Relantionship Officer dan Account Officer dalam jumlah yang banyak tidak hanya di Jakarta tetapi juga di luar Jakarta. Program sistem pendidikan bagi karyawankaryawan baru BCA disebut dengan Buddy. Program ini melatih para karyawan baru khususnya bagi fresh graduate agar dapat beradaptasi dengan lingkungan kerja yang ada di BCA selama 3 bulan in class. Buddy ini merupakan karyawan yang lebih senior yang ditunjuk agar mendampingi para karyawan baru BCA. Produk terbaru dari BCA yaitu BCA keyboard yang memudahkan bagi nasabah apabila ingin melakukan transaksi bisa menjadi lebih cepat. BCA Keyboard merupakan suatu cara dalam mengakses BCA mobile dari keyboard smartphone agar transaksi tersebut dapat dilakukan melalui layar keyboard smartphone tanpa harus berpindah ke aplikasi BCA mobile. Saat ini BCA Keyboard hanya digunakan oleh pengguna smartphone dengan platform android saja. Demi meningkatkan kepuasan dari nasabah, BCA mendorong dan memaksimalkan layanan digital banking yang lebih inovatif agar nasabah dapat menikmati transaksi secara cepat, mudah, aman, dan nyaman. Maka dari itu Bank BCA juga membuat ajang penghargaan rutin tahunan yang disebut BCA Innovation Award’s. Penghargaan ini diberikan bagi karyawan yang memiliki sebuah ide pengembangan dan terobosan baru yang sebelumnya sudah dilombakan dan menang di tingkat nasional. Pak Gunarso menjelaskan dengan memberikan apresiasi penghargaan terhadap karyawannya dapat menjadi penyemangat agar dapat bekerja lebih baik lagi bagi perusahaan BCA. [Gracia]
P
ada tanggal 20 Juni 2019 telah dilaksanakan serah terima mahasiswa peserta Kuliah Kerja Nyata (KKN) Reguler di Kecamatan Kalibawang dan Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebanyak 494 mahasiswa Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) telah ditempatkan di lokasi KKN secara serentak pada pukul 09.00 WIB di 4 tempat yang berbeda yaitu Kantor Kecamatan Kalibawang, Kantor Desa Banjararum, Kantor Desa Banjarasri, dan Kantor Desa Kebonharjo. Mahasiswa peserta KKN Reguler berasal dari Fakultas Arsitektur dan Desain, Fakultas Bisnis, Fakultas Bioteknologi, Fakultas Teknologi Informasi, Fakultas Kedokteran dan Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris. Pada KKN Reguler tahun 2019 ini melibatkan 17 Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) dan 6 Asisten Pendamping Lapangan (APL) yang bertugas membantu menangani kondisi darurat di lokasi KKN, mengawasi dan mentoring pelaksanaan program kerja mahasiswa, dan memberikan infomasiinformasi penting terkait pelaksananaan KKN lainnya kepada DPL dan Tim Pelaksana KKN. Pada pelaksanaan KKN Reguler ini, juga diikuti mahasiswa dari mitra perguruan tinggi luar negeri diantaranya: 19 mahasiswa The Hong Kong Polytechnic University dan 7 orang pendamping (2 supervisor, 2 staf dan 3 mahasiswa pendamping) yang telah ditempatkan di Pedukuhan Pelem, Gebang dan Gowok Desa Kebonharjo Kecamatan Samigaluh Kabupaten Kulon Progo selama 6 hari mulai 20 - 26 Juni 2019, sedangkan 6 mahasiswa dari Hanseo University, Korea Selatan ditempatkan di dusun Boro Desa Banjarasri Kecamatan Kalibawang Kabupaten Kulon Progo pada hari Kamis 24 Juni 2019 sampai 4 Juli 2019. Upacara serah terima mahasiswa UKDW
peserta KKN Reguler kepada Drs. Hendri Usdiarka selaku Kepala Wilayah Pemerintahan Kecamatan Kalibawang, menandakan dimulainya pelaksanaan KKN Reguler tahun 2019. Kegiatan KKN Reguler dilaksanakan pada tanggal 20 Juni sampai 19 Juli 2019. KKN merupakan kegiatan intrakurikuler wajib bagi mahasiswa sebelum menyelesaikan pendidikan S1 di UKDW. Kegiatan KKN ini merupakan sebuah kesempatan yang sangat berharga bagi mahasiswa untuk belajar terkait permasalahan yang ada di tengah masyarakat secara nyata. Proses pembelajaran ini meliputi kepekaan melihat permasalahan, implementasi ilmu pengetahuan, serta kemampuan berkomunikasi dan beradaptasi dengan masyarakat, pemerintah daerah, lembaga sosial dan atau lembaga kemasyarakatan lainnya. KKN Reguler tahun ini mengusung tema: “Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Potensi Lokal di Kecamatan Kalibawang”. Menurut dr. The Maria Meiwati Widagdo, Ph.D selaku ketua tim pelaksana KKN Reguler 2019, tema ini diharapkan dapat menjadi salah satu upaya peningkatan pemberdayaan masyarakat bertumpu pada optimasi potensi sumber daya lokal. Selain itu, pelaksanaan program KKN ini diharapkan juga bermanfaat bagi mahasiswa untuk dapat belajar menemukan dan mengenali potensi lokal diantaranya: sumber daya alam, manusia, modal dan jejaring mitra kerjasama dalam mencapai kesejahteraan masyarakat dan proses pembangunan berkelanjutan. [Nadya & Audri]
Program Studi
VOL.13/JUNI 2019
Prodi Arsitektur UKDW Gelar SMART #4
S
elama empat tahun berturut-turut Program Studi (Prodi) Arsitektur Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta mengadakan Seminar on Architecture, Research, and Technology (SMART). Tahun ini, SMART #4 berlangsung pada Jumat, 24 Mei 2019 di Lecture Hall Pdt. Dr. Rudy Budiman UKDW mengangkat tema “URBAN+LAB: Konsep, Prinsip dan Strategi Rancang Ruang Hidup di Kawasan Perkotaan”. Adapun pokok-pokok bahasan SMART #4 meliputi proses desain, desain tepat guna, arsitektur dan keseharian, serta ruang kreatif. Adimas Kristiadi, S.T., M.Sc. selaku koordinator SMART #4 mengatakan bahwa tema tersebut berangkat dari pemahaman bahwa kota adalah ruang yang memberikan kesempatan manusia untuk belajar tentang kehidupan. “Interaksi manusia dengan lingkungan di perkotaan memproduksi ruang yang berkarakter sekaligus beridentitas. Sajian variasi ruang hidup di kota menjadi ruang laboratorium arsitektur dengan berbagai dinamikanya, maka dibutuhkan diskusi untuk menggambarkan ruang-ruang yang dihasilkan oleh dinamika kota,” paparnya. Seminar ini menghadirkan tiga pembicara yaitu Ezrom Micgel Elim, S.T. dari Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Provinsi Nusa Tenggara Timur, Imelda Irmawati Damanik, S.T., MA(UD). selaku Dosen Arsitektur Bidang Perancangan Perkotaan
UKDW Yogyakarta, serta Garin Nugroho Riyanto seorang Sutradara, Produser, dan Budayawan Tanah Air. Ketiga pembicara ini masing-masing mewakili pihak pemerintah (pemangku kebijakan), akademisi, dan praktisi di bidang arsitektur perkotaan yang kreatif. Lebih lanjut, Adimas Kristiadi yang juga merupakan dosen Prodi Arsitektur UKDW
menjelaskan bahwa kegiatan SMART #4 ini terbuka untuk umum, namun untuk pemakalah diperuntukkan khusus bagi mahasiswa S1, S2, dan S3. “Tujuannya adalah untuk mewadahi ideide kreatif dari para mahasiswa serta sebagai ruang diskusi untuk memaparkan hasil pemikiran dan gagasan ilmu yang berkonteks pada dinamika rancang ruang hidup di kawasan
perkotaan,” imbuhnya. Respons yang positif terhadap acara ini dapat dilihat dari 56 buah karya mahasiswa berupa artikel ilmiah yang dipresentasikan dalam SMART #4. Dalam seminar ini, Ezrom Micgel membahas topik “Peran Pemerintah Daerah dalam Perencanaan dan Pembangunan Kawasan Perkotaan Kota Kupang sebagai Waterfront City”. Ezrom Micgel menjelaskan tentang gap antara perencanaan dan pelaksanaan implementasi program pemerintah Kupang serta usaha kolaborasi dengan stakeholder yang terpadu untuk mewujudkan wajah baru kota Kupang sebagai Waterfront City. Sementara itu Imelda Irmawati Damanik, S.T., MA(UD). mengulas tema “Ruang Kota Ruang Pembelajaran” yang menjelaskan bahwa kota merupakan hasil leburan berbagai keilmuan, dimana masing-masing individu pembelajar dengan berbagai ilmunya memiliki peran dalam menjadikan kota sebagai ruang bagi semua, oleh semua, dan dari semua. Sesi terakhir diisi oleh Garin Nugroho Riyanto yang membawakan topik “Pokok-Pokok Pikiran Kota sebagai Tubuh Keutamaan Bangsa” berisi tentang dasar pemikiran strategi budaya atas daya hidup dan daya tumbuh kota. Sesi utama diakhiri dengan diskusi dan tanya jawab, dilanjutkan dengan sesi paralel. [Kristiadi]
SEGA-08: The 8th International Conference on Sustainable Energy and Green Architecture
S
eminar Internasional mengenai Sustainable Energy and Green Architecture atau yang disingkat SEGA diselenggarakan pada tanggal 27 - 28 Mei 2019 di Chada Hotel, Bangkok, Thailand. Seminar ini merupakan sebuah kegiatan yang dibentuk melalui kerjasama antara tiga Universitas di Thailand yaitu Universitas Kasetsart, Universitas King Mongkut's, Universitas Bangkok Kthonburi dengan Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW). Tahun ini SEGA sudah memasuki kali ke delapan dalam penyelenggaraannya. Tema yang diangkat pada seminar kali ini adalah Pathways to Achieve Sustainability. Kegiatan yang diselenggarakan selama dua hari ini, para peserta mengikuti seminar yang dibawakan oleh Keynote Speaker dan sesi kelas pararel bagi para penulis paper untuk mempresentasikan paper mereka masingmasing. Prof. Dr. Joseph Khedari selaku Chairperson dari SEGA-08 hadir untuk memberikan sambutan dan mengikuti seminar juga sesi kelas pararel. Selain itu, Ir. Henry Feriadi, M.Sc., Ph.D. dari Indonesia, Prof. Dr. Rahula Attalage dari Sri Lanka dan Prof. Hoang Manh Nguyen dari Vietnam diberi kepercayaan untuk menjadi Keynote Speaker. Masing-masing Keynote Speaker menyampaikan materi berbeda yang berkaitan dengan Sustainable Energy dan Green
Architecture. Bahasan tentang keadaan dan tantangan dalam membangun sebuah Green Building, performa energi yang dapat dihasilkan oleh bangunan sampai pada isu mengenai Sustainability, kesempatan dan juga tantangan
hidup di perkotaan di kawasan Asia Tenggara di sampaikan oleh ketiga Keynote Speaker. Seminar ini diikuti oleh beberapa negara diantaranya adalah Indonesia, Thailand, China, Vietnam dan Sri Lanka. Jumlah presenter kelas
pararel kurang lebih 70 orang, beberapa di antaranya berasal dari UKDW. Perwakilan dari UKDW berjumlah 14 orang, empat orang dosen, delapan orang mahasiswa presenter paper dan dua orang mahasiswa peserta seminar. Francho, Hoseo, Disa, Melisa, Adit, Bambang, dan Marcella sebagai presenter perwakilan mahasiswa dari Program Studi Sarjana Arsitektur dan Yordan sebagai perwakilan mahasiswa dari Program Studi Magister Arsitektur. Selain itu ada Paulus Bawole, Gregorius Sri Wuryanto sebagai perwakilan dosen dari Fakultas Arsitektur dan Desain dan Haryati Sutanto sebagai perwakilan dosen dari Fakultas Bioteknologi. Masing-masing presenter membawakan hasil penelitiannya mengenai Sustainability. Beberapa mahasiswa dari Program Studi Arsitektur mewakili mata kuliah Advanced Environmental System yang mempelajari mengenai hal berkelanjutan dalam dunia arsitektur. Kegiatan ini diharapkan dapat semakin menambah semangat dan motivasi dosen serta mahasiswa untuk melakukan penelitian dalam bidang Sustainable Energy dan Green Architecture. [Disa Egalita]
5
Program Studi
6
VOL.13/JUNI 2019
Pentingnya Pengetahuan akan Dunia Vektor
V
ektor penyakit merupakan penyumbang terbesar tingginya angka kematian akibat penyakit menular. Meskipun perilaku hidup bersih dan sehat sudah dijalankan, namun faktor lingkungan sekitar dan vektor penyakit juga berpotensi dalam mendatangkan penyakit. Dalam rangka mengenalkan pentingnya pengetahuan tentang vektor dan penyakit tular vektor, sebanyak 65 mahasiswa Fakultas Bioteknologi Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Angkatan 2016 melakukan kunjungan ke Balai Besar Pengembangan dan Penelitian Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP) Salatiga, Jawa Tengah, pada Selasa (18/6).
Kunjungan ini merupakan kegiatan yang rutin dilaksanakan setiap tahun oleh mahasiswa Fakultas Bioteknologi yang mengikuti mata kuliah Teknik Pengendalian Vektor. Pada kesempatan tersebut, Siti Alfiah SKM, M.Sc selaku Kepala Bidang Layanan dan Sarana Penelitian (Kabid. Yanlit) B2P2VRP menjelaskan bahwa B2P2VRP merupakan balai yang bekerja langsung di bawah Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. “Balai ini bertujuan melakukan penelitian tentang keragaman hewan vektor yang tersebar di seluruh Indonesia, identifikasi hewan (spesies) vektor, pengendalian saat terjadi kejadian luar biasa (KLB) penyakit vektor, pengawetan hewan vektor, serta hasil penelitian secara molekuler (genetika) yang telah dilakukan untuk pengendalian vektor,” paparnya. Di B2P2VRP terdapat beberapa fasilitas yang disediakan untuk menunjang kinerja dan penelitian antara lain laboratorium virologi, laboratorium bakteriologi, laboratorium parasitologi, laboratorium koleksi referensi vektor penyakit, laboratorium koleksi referensi reservoir penyakit, laboratorium histopatologi, laboratorium uji kaji insektisida, laboratorium
pestisida botani, laboratorium lingkungan, laboratorium hewan uji, laboratorium koloni nyamuk, laboratorium lalat dan lipas, laboratorium resistensi, laboratorium perilaku dan promosi kesehatan, epidemiologi dan sistem informasi geografi, serta perpustakaan. Para mahasiswa juga berkesempatan untuk mengunjungi Museum Duver. Museum yang berada di kompleks B2P2VRP ini merupakan pusat informasi dan dokumentasi mengenai spesimen serta display mengenai pengendalian vektor maupun reservoir penyakit di Indonesia. Di dalamnya kita dapat melihat peta penyebaran vektor malaria di Indonesia, siklus penularan penyakit tular vektor, serta berbagai jenis vektor seperti nyamuk, tikus, lalat, kecoa, dan vektor lainnya yang telah diawetkan. Selain itu, terdapat diorama serta koleksi alat-alat penangkapan tikus, nyamuk, maupun kelelawar baik secara tradisional maupun modern. Museum ini mendapat penghargaan dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) sebagai wahana informasi dan dokumentasi vektor serta reservoir pertama di Indonesia. Melalui kegiatan ini, para mahasiswa Bioteknologi UKDW mendapat banyak
pengetahuan untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya mempelajari vektor sehingga dapat melakukan pencegahan penyakit tular vektor secara fisik, kimia, dan biologi. Vektor adalah salah satu mata rantai dari penularan penyakit, yaitu arthropoda atau invertebrata lain yang memindahkan infectious agents baik secara langsung maupun tidak langsung. Sebagai contoh, penyakit malaria sering dijumpai di beberapa daerah endemis di Indonesia. Penyakit malaria disebarkan dan dibawa oleh nyamuk Anopheles sp yang memiliki plasmodium penyebab malaria. Selain malaria, beberapa penyakit yang rawan terjadi di Indonesia adalah demam berdarah, kaki gajah (filariasis), dan leptospira. Indonesia adalah negara tropis yang kaya akan keanekaragaman satwa. Karena itu, Indonesia beresiko menjadi sumber penularan penyakit hewan baru dan zoonosis baru yang bersumber dari satwa liar. Selain itu, pengelolaan sumber daya hutan dan hewan yang tidak terkendali dapat menyebabkan Indonesia menjadi hot spot zoonosis. [Yemima]
KSA UKDW Kulik Kontroversi dan Kontribusi Tembakau Indonesia
K
elompok Studi Audit Universitas Kristen Duta Wacana (KSA UKDW) kembali menyelenggarakan acara Ngopi Asyik, Sabtu (15/6) di SeRae Coffee and Kitchen. Ngopi Asyik kali ini mengangkat tema “Tembakau Indonesia: Kontroversi dan Kontribusinya”. Acara ini merupakan program kerja rutin KSA UKDW untuk mendiskusikan topik-topik unik, menambah wawasan, dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis sambil ngopi sehingga suasana lebih santai. Menurut Ketua KSA UKDW, Devari, tema tersebut dipilih karena tergelitik akan isu sosial yang berkaitan dengan produksi tembakau di Indonesia. “Di mata dunia, tembakau Indonesia ini memiliki kualitas baik, bahkan diberi banderol dengan harga yang terbilang cukup mahal. Namun tak dapat dipungkiri, tembakau memiliki dampak negatif di bidang kesehatan. Karena melekat dengan image negatif, mungkin tidak banyak masyarakat yang menyadari bahwa tembakau sesungguhnya adalah salah satu penggerak roda ekonomi karena kontribusinya yang besar terhadap penerimaan kas negara. Lantas, bagaimana seharusnya kita memandang tembakau? Apakah sebagai kambing hitam atau justru sebagai kuda hitam?” ungkapnya. Narasumber yang diundang untuk mengisi acara Ngopi Asyik ini adalah dr. Rian K urniaw an Laks ono, Dos e n F aku l t as Kedokteran UKDW dan Aditia Purnomo, Ketua Komunitas Kretek (Komtek). Materi pertama yang dibawakan oleh dr. Rian menyoroti dampak mengkonsumsi produk yang mengandung tembakau dari segi
kesehatan. “Ada tiga jenis zat berbahaya yang terkandung dalam rokok, yaitu iritan, karbon monoksida (CO), dan nikotin. Zat-zat itu dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti jantung, stroke, paru-paru, gangguan kehamilan, dan impotensi. Menurut data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan tahun 2016, penyakit jantung memakan pembiayaan perawatan kesehatan sebesar 7,4 triliun rupiah, atau 10% lebih dari total iuran BPJS 2016 sebesar 67,4 triliun rupiah. Hal itu menjadi salah satu alasan
mengapa kampanye anti rokok sangat gencar. Meskipun rokok bukan satu-satunya penyebab penyakit jantung, namun tidak dapat dipungkiri bahwa rokok bisa menjadi faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena suatu penyakit,” paparnya. Sementara itu Aditia Purnomo berusaha memperjuangkan hak-hak para perokok dalam pemaparannya. Adit menjelaskan bahwa kretek adalah produk olahan tembakau yang dicampur dengan cengkeh. “Kretek menjadi penyumbang pendapatan negara yang cukup
besar ewat cukai, pajak rokok, dan pajak pertambahan nilai. Jika dirupiahkan, dari setiap bungkus rokok yang dibeli, 60-65% dari harga jualnya diberikan untuk negara. Bahkan dari kretek 'si pemicu penyakit ini', negara dapat menutup defisit BPJS 2018 sebesar 5 dari 16 triliun dari cukai dan pajak rokok. Selain untuk negara, banyak buruh dan pekerja di sektor industri hasil tembakau (IHT) yang diuntungkan karena mencari mata pencaharian di sana. Pemilik pertanian tembakau dan cengkeh juga diuntungkan, karena dalam sekali panen dapat menghasilkan keuntungan ratusan juta rupiah per hektar per musim,” terangnya. Adit mengkritisi sebagian masyarakat dan praktisi kesehatan hanya melihat tembakau (baik itu rokok dan kretek) hanya dari sisi kesehatan, terutama sisi negatifnya. Menurut Adit, tidak adil jika melihat tembakau hanya dari satu sisi negatifnya saja, padahal masih ada sisi positif yang ditawarkan. Kontroversi mengenai produk olahan tembakau ini sesungguhnya adalah masalah multidimensional sehingga harus dilihat dari berbagai sudut pandang. “Jika hanya memandang dari segi negatif, mengapa pemerintah masih melegalkan produksi rokok?” tukasnya. Acara Ngopi Asyik semakin seru dengan diskusi dari peserta yang berasal dari anggota KSA, Kelompok Studi Pajak (KSP) UKDW, dosen Mata Kuliah Humaniora (MKH) UKDW, Institute for Integrity (IFI), dan Komunitas Anti Korupsi (Komutasi) FH UAJY. [Yuliana]
TURBO (TUkar Rokok dengan BOeah)
T
URBO merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh CIMSA SCOPH UKDW untuk memperingati “World No Tobbaco Day” yang jatuh setiap tanggal 31 Mei. Kegiatan ini dilaksanakan karena jumlah perokok yang semakin banyak di Indonesia; bahkan Indonesia menjadi negara ketiga dengan jumlah perokok yang sangat tinggi. Melalui kegiatan ini diharapkan masyarakat Indonesia menjadi lebih sadar akan bahaya merokok. Maka dari itu, SCOPH CIMSA UKDW melakukan social experiment serta edukasi bagi para perokok dengan cara meminta perokok untuk menukarkan 3 batang rokoknya dengan 2 jenis buah. Sebelum melaksanakan kegiatan social experiment, SCOPH CIMSA UKDW melaksanakan capacity building atau semacam training sehingga nantinya dapat mengedukasi masyarakat tentang bahaya rokok. Capacity Building ini dilakukan pada hari Rabu (19/6) di
ruang Eudia 3.1 dengan pembicara dr. Yoseph Leonardo Samosra, MPH. Dalam Capacity Building ini diberikan materi terkait banyaknya perokok di Indonesia, bahaya rokok, dampak rokok bagi orang sekitar, cara mengurangi jumlah perokok, cara membujuk perokok untuk berhenti merokok. Capacity Building ini diawali dan ditutup oleh pretest dan postest untuk mengetahui pengatahuan peserta sebelum dan sesudah training diberikan. Kegiatan social experiment dilaksanakan pada hari Sabtu (22/6) pukul 18.00 di kawasan Titik Nol Yogyakarta. Dalam kegiatan ini SCOPH CIMSA UKDW meminta ijin kepada target (perokok) karena mengganggu waktunya, kemudian mereka memperkenalkan diri dan mulai menanyakan pertanyaan seputar rokok dan efeknya. Dari pertanyaan yang diajukan diketahui bahwa umur perokok beragam mulai dari anak muda hingga orang tua, sebagian besar perokok juga sudah
mengetahui bahwa rokok berbahaya tapi tidak mengetahui bahwa rokok juga bisa memberi dampak bagi orang disekitarnya. Setelah mengajukan pertanyaan social experiment dilanjutkan dengan pemberian edukasi terkait hal-hal berbahaya rokok yang belum diketahui oleh perokok, kemudian dilanjutkan dengan penukaran rokok dengan buah. Reaksi masyarakat yang sebenarnya mulai terlihat ketika diminta untuk menukarkan rokoknya dengan buah. Ada yang langsung mau untuk menukarkan rokoknya, ada yang bercerita dahulu bahwa rokok yang digunakan adalah rokok herbal, ada juga yang sudah berniat ingin berhenti merokok pada hari itu karena alasan pacarnya, ada juga yang menolak mentah-mentah. Namun karena kegiatan ini tidak bersifat memaksa jadi bagi perokok yang tidak menukarkan rokok hanya diajak foto saja dan tidak dipaksa untuk memberikan rokoknya. Namun, secara keseluruhan ada sepuluh target
(perokok) yang mau untuk menukarkan rokoknya dengan buah. Hal ini sudah sesuai dengan target SCOPH CIMSA UKDW. Semoga kegiatan “World No Tobacco Day” ini dapat dilaksanakan setiap tahun dan didukung oleh pemerintah secara terus menerus supaya kedepannya jumlah perokok di Indonesia semakin berkurang. [sherry]
VOL.13/JUNI 2019
Program Studi
Service-Learning Program in Perdikan and Kalirejo, Kulon Progo: Developing Community-Based Teaching Practice
B
eing pre-service teachers, students of sixth semester of English Language Education Department (ELED) UKDW are preparing themselves for teaching practices in the coming semesters. ELED students who are having Classroom Management (CM) subject this semester are exposed to theories of managing English language classrooms. Having learnt theories of how to deal with issues of classroom space and arrangement, motivation and engagement, learners' need and characteristics, as well as rules and discipline, students of CM class are invited to experience servanthood in the process of their study in a servicelearning program in communities. CM class students design lesson plans based on the needs of the communities and then teach them. During April-May 2019, assisted by students of Language Learning and Acquisition class peers, students of CM
class did their service-learning program in two different communities in Kulon Progo called PAUD (education for children program) Perdikan and Pangudi Luhur (PL) Kalirejo Elementary School. Although there are some different characteristics and needs between the two, both communities request for simple English exposure to increase the children's confidence and motivation in learning English. Edy Priharsono, the initiator of PAUD Perdikan
as well as the owner of the study center remarked that Saturday mornings are the schedule for the kids in the village to learn different things from university students or whoever wants to introduce those kids with mind-opening knowledge. He added that any campuses may come in any Saturdays to bring new and fun things for the kids and get involved with some kids in Perdikan. Different from the students in Perdikan who are coming from various schools and
backgrounds, students in PL Kalirejo Elementary School are students who take care of their own farm, cultivate the farm, and later on sell their crops. A. Srilestari, A.Md., the principle, said that since the stude nts w ill me e t custome rs and sometimes foreign guests, they need to be exposed with English more for preparing their basic communication skills for meeting those people. “Students in PL Kalirejo elementary school are very active and confident. They are ready with new things, especially English. It is fun to know that we could contribute to their learning process. I cannot wait to have another opportunity to teach here again,” Yuliana Putri, one of CM class students, said. Doing service-learning program, university students are not only applying the theories they got from their academic activity but also doing the real step for making changes that is helping communities to progress. [mera]
Individual Differences: What They are and How They Take Parts in My Learning Process
I
ndividual Differences (ID) factors influence people's learning processes. There are some ID factors which play a role in learning a second language (L2) such as intelligence, aptitude, attitudes, motivation, personality, learning style, cognitive style, and learning strategies (Hummel, 2014). Each factor has a different level of influence. One factor can be stronger and the other is less. The level of influence depends on L2 learner (Hummel, 2014). For example, personality factor is the most influential factor in my English learning whether the motivation is not; but my friend's English learning process is very influenced by motivation. In the following paragraphs, I will discuss the eight individual differences further and how some of them influence my English learning. As mentioned above, there are eight individual differences factors which take part in learning the second language. Those factors are intelligence, aptitude, attitudes, motivation, personality, learning style, cognitive style, and learning strategies. Intelligence is the ability to learn or understand a new thing (Merriam Webster, n.d.). A study in Canada showed that standard intelligence test was not
appropriate to measure all L2 learner's skills, such as auditory comprehension and interpersonal communication (Hummel, 2014). The second factor is aptitude. In the language learning context, aptitude is defined as fundamental abilities which facilitate L2 learning. An L2 learner can do better in writing but not in speaking. That is what we call aptitude. Every learner has his own aptitude which might differ with another. The next ID factor is an attitude. This factor shows how an L2 learner tends to react toward the L2 speakers, the languages, and the learning itself. Robert Gardner, a psychologist, views attitude and motivation as connected factors. Gardner defines motivation as effort, desire, and attitude toward learning a language. Motivation is divided into many distinctions. The two common distinctions are intrinsic motivation and extrinsic motivation. Intrinsic motivation is a desire which comes from the learner him/herself, whereas the extrinsic motivation is a desire which comes from outside. The fifth ID factor is personality. Some studies such as Dewaele and Furnham (1999), Strong (1983), Verhoeven and Vermeer (2002) show the relationship between personality and L2 learning
success. For example, an introvert learner is doing better in writing while the extrovert learner is good in speaking. The next ID factor is learning style and cognitive style. Learning style is learner's common and preferred manner in order to obtain, process, and remember new information or skill. Cognitive style refers to a tendency to cultivate information in a typical way. Usually, cognitive style depends on learner's preference in processing new information. The last ID factor is learning strategies. This factor refers to the general and specific methods used in learning L2. Learning strategies can in the form of repeating new words, reading, listening to music, and so on. In short, the eight ID factors become involved in L2 learning success. Although many ID factors exist and play a role, only two of them influence my English learning most. The first one is personality. I have tested my personality and the result showed that I am an INTJ (Introversion, intuition, thinking, judgment). INTJ people tend to learn something by finding the answer to a question (Human Metrics, n.d.). When I learn English or another general subject, I usually begin my study with a question and try to find the answer. For example, last
semester I got a new term which was behaviorism. I asked myself what it was. I listened to the lecturer's explanation, then I thought about it while looking for the visual example by myself. The second ID factor is learning style. As I mentioned before, I prefer to think and watch at the same time. It is known as assimilating (McLeod, 2017). I acquire new tenses or new terms best when I think and see them at the same time. It helps me to remember them longer. To sum up, two major factors which influence my English learning proses are personality and learning style. The eight individual differences factors affect second language learning process and the two most influential factors are explained above. Intelligence, aptitude, attitudes, motivation, personality, learning style, cognitive style, and learning strategies are factors which play a role in learning language. Each of them has a different level of influence, depending on the learner him/herself. For me, personality and learning style affect my English learning very much. They influence my processes of acquiring until remembering new knowledge. [diana omega santi]
“We are Unique, We are Special”
T
his semester, the 2016 students of English Language Education Department (ELED) observed Tumbuh Elementary School as an assignment in Classroom Management class. At this chance, the ELED students got a hands-on experience watching the variation of the students in Tumbuh Elementary School. Tumbuh Elementary School is one of the inclusive schools in Yogyakarta, which means the special needs students and the regular needs students are combined together into one class. In this school, they are taught that every student are special, and they have “We are Unique, We are Special” as their motto. While observing this school, there were some students who have their episode. Jeanne, one of the 2016 batch students commented, “When I observed upper class, there was a student who had his episode. He
screamed out loud, ran around the class, and laid down on the floor.” In other class, one student also had her episode. “One little girl cried because the other student asked her to close the door. Then, this girl suddenly cried without any clear reasons,” Ira, the other 2016 ELED students added. From these experiences, Ira, Jeanne, and
also other 2016 ELED students now know how to handle these kinds of students. Jeanne stated that at that time when the student had his episode, the teacher tried to calm down the student. “After I observed the class, I realized that managing misbehavior students is not as easy as I think. Yet, I learned how to manage the
special needs students from the phenomenon.” Moreover, Ira, the other student commented, “As nowadays schools in Indonesia have to accept various types of students, the phenomenon that I saw in Tumbuh Elementary School are beneficial for my career in the future, especially for handling the special needs students.” Based on the hands-on experiences, it can be concluded that handling the inclusive students is not an easy thing. Especially in giving the instructions, as a future teacher, the 2016 ELED students need to give the instructions step by step. Not only about the instruction, but also the way we treat the student is very important. In teaching inclusive students, the students cannot be differentiated from one another, and they should be treated equally in the class. [lifia]
7
Siraman Rohani
8
VOL.13/JUNI 2019
Meniadakan Salah antara Aku, Kau, dan Dia
M
aaf itu menghapus bekas luka di hati, jadi tidak benar itu istilah saya maafkan tapi tidak saya lupakan. Kalau anda maafkan, anda harus lupakan, sudah tidak ada lagi di dalam hati.” Perkataan tersebut disampaikan M. Quraish Shihab, salah satu ahli tafsir AlQur'an di Indonesia dalam video bertajuk “Memaafkan Haruskah Melupakan?” yang dirilis di akun Youtube Najwa Shihab. Baginya, setiap manusia berpotensi melakukan kesalahan. Kesalahan yang orang lain lakukan dapat kita lakukan dalam bentuk yang sama meski di waktu yang berbeda. Untuk itulah sikap memaafkan sangat dibutuhkan dalam menjalin relasi kehidupan sesama manusia untuk menjaga keharmonisan. Perspektif M. Quraish Shihab tentang memaafkan menunjukkan bahwa maaf adalah cara yang paling ampuh untuk merawat kebersamaan. Maaf menghentikan kekecewaan akibat salah yang sengaja ataupun tak sengaja. Maaf juga menjadi pintu bagi mereka yang bersalah untuk kembali pada ruang yang benar dan memperbaiki kehidupannya. Memaafkan atau mengampuni juga merupakan salah satu ajaran penting yang Yesus tekankan pada para muridNya. Salah satu teks yang menunjukan ajaran tersebut adalah Lukas 17:1-6. Dalam perikop pendek ini ada pesan kuat yang coba disampaikan oleh penulis Injil Lukas dalam refleksi imannya atas aj aran Y e s u s t e nt ang me ni ad akan kesalahan seseorang. Menyesatkan itu Suatu Kesalahan Kemana dan kapanpun manusia pergi, pasti berpotensi untuk bertemu atau mendapatkan masalah. Mengapa? Secara sederhana, manusia memang bukan sosok sempurna yang bisa mengerjakan segala sesuatu sesuai dengan harapannya atau harapan orang lain. Kesalahan-kesalahan kecil atau besar sangat mungkin terjadi. Inilah yang membuat manusia punya masalah. Penulis Injil Lukas juga menyadari bahwa manusia tidak bisa terlepas dari dosa atau kesalahan, karena hal-hal yang menyebabkan dosa tersebut ada di sekitarnya. Namun Yesus tidak menyoroti kekurangan manusia yang membuat mereka berkemungkinan untuk berbuat dosa. Yesus lebih menyoroti penyebab dosanya. Hal-hal yang menyebabkan dosa itulah yang disebut sebagai penyesat (ayat 1). Penulis Injil Lukas menunjukan bahwa Yesus tidak menoleransi orang-orang yang menyebabkan orang lain tersesat (melakukan kesalahan atau dosa). Manusia memang lemah. Sangat mudah melakukan kesalahan. Ia tidak dapat benar-benar menjaga dirinya agar tidak melakukan kesalahan. Namun Yesus memperingatkan supaya kita tidak dengan sengaja membuat orang lain menjatuhkan dirinya ke dalam dosa. Baik itu melalui perkataan (ajaranajaran yang tidak seturut dengan firman Allah dan membuat orang lain menjalankan kehidupannya berpatokan pada kehendaknya sendiri) ataupun perbuatan (segala sikap atau kebiasaan yang diteladankan kepada orang lain namun sebenarnya menunjukan ketidaktaatan pada Allah dan justru menjadi patokan bagi orang lain untuk menjalankan kehidupannya). Apa yang Yesus janjikan pada mereka yang menyesatkan orang lain? Hukuman yang berat! Dalam Lukas 17:2 dituliskan, “Adalah lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya,
lalu ia dilemparkan ke dalam laut, dari pada menyesatkan salah satu dari orangorang yang lemah ini.” Batu kilangan adalah sebuah batu berukuran besar dan padat yang biasa dipakai untuk menggiling gandum atau biji-bijian lainnya. Hukuman yang Yesus sebutkan merupakan sebuah hukuman yang diterapkan dalam budaya Syria dan Yunani untuk orang-orang yang melakukan kejahatan seperti pembunuhan bayi ataupun kejahatan yang mematikan banyak jiwa. Hal ini menunjukan bahwa Yesus melihat orang-orang yang menyesatkan orang lain adalah orang yang melakukan kejahatan yang besar! Mengapa? Bagi Yesus, keselamatan satu jiwa saja merupakan suatu hal yang sangat penting. Keselamatan yang dimaksud bukan hanya soal selamat dari maut, tetapi juga selamat yang berarti hidup sejahtera dan tenang seturut dengan apa yang Allah siapkan bagi mereka. Ketika seseorang bersalah, dirinya dipenuhi perasaan takut akan dosa yang ia lakukan, ataupun ia telah dibenci dan kemudian membenci orang lain, maka ia sudah tidak lagi selamat. Mereka yang mengakibatkan hal tersebut, para penyesat, adalah sosok yang harus dihukum. Hukumannya setara dengan orang-orang yang melakukan pembunuhan. Kita dapat melihat bahwa Yesus tidak mau pengikut-Nya membuat orang lain berbuat salah. Yesus tidak mengajarkan para murid-Nya menjadi penyebab dari kesalahan orang lain. Oleh karena para murid inilah yang akan melanjutkan karya pelayanan Yesus, hal ini sangat penting disampaikan kepada para murid. Jangan sampai menyesatkan orang lain, jangan sampai segala kata dan lakumu membuat orang lain melakukan kesalahan! Jika itu terjadi, maka engkau sedang menjauhkannya dari keselamatan yang Allah hantarkan kepadanya! Yesus ingin para murid-Nya dapat meneruskan apa yang Ia lakukan. Bukan menjauhkan manusia dari Allah, tetapi justru mendekatkan manusia kepada Allah. Ketika para murid di masa itu (juga kita sebagai murid-murid-Nya di masa kini) hidup sebagai penyebab daripada kesalahan dan dosa orang lain, maka kita sedang menjadi penyesat, kita sedang menjauhkan sesama kita dari Allah. Mengampuni yang Salah, Menyelamatkan Jiwa yang Lemah Yesus bukan hanya mengantisipasi para murid-Nya agar tidak menjadi penyesat, di ayat 3, disebutkan bahwa mereka pun harus menjaga diri mereka. Maksudnya adalah mereka harus waspada, para murid harus senantiasa menjaga kesadaran mereka tentang apa yang sesuai dengan kehendak Allah dan yang tidak sesuai. Kewaspadaan itu hendaklah dipakai mereka untuk menolong sesama mereka. “Jika saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia”, itu yang Yesus ajarkan pada para muridNya. Memang ada banyak orang yang melakukan kesalahan karena kekurangan atau ketidakmampuannya dalam melakukan apa yang Allah perintahkan. Tetapi tidak sedikit juga yang melakukan kesalahan karena orang di sekelilingnya tidak menegur dia agar tidak berbuat salah. Orang-orang di sekitarnya memilih untuk tidak peduli. Akhir tahun lalu saya sempat berkunjung ke Kantor Ombudsman Republik Indonesia. Lembaga tersebut merupakan lembaga independen yang bertugas mengawasi kinerja pelayan publik baik di tingkat lokal maupun
nasional. Sistem kerja mereka yaitu memproses laporan dari masyarakat tentang kasus-kasus maladministrasi yang dilakukan oleh pelayan publik. Salah satu syarat laporan diterima yaitu jika pelapor telah menegur lembaga atau pelaku sistem tentang kebijakan atau praktik pelayanan yang dilakukan yang memang merugikan masyarakat dan tidak sesuai dengan ketetapan yang semestinya. Jika pelapor belum menegur yang bersangkutan, maka kasus tersebut tidak bisa diproses. Bagi saya, hal ini sangat menarik apalagi jika kita menyorotinya dengan kacamata Lukas 17:3. Seseorang yang salah haruslah diingatkan. Kira-kira begitulah yang ingin diajarkan Yesus pada murid-muridNya, dan semangat itu juga yang dipakai Ombudsman RI dalam sistem kerjanya. Kesediaan diri untuk menegur mereka yang salah adalah sebentuk kepedulian konkrit dari satu orang terhadap yang lain. Dalam penjelasannya saat itu, pihak Ombudsman RI mengatakan bahwa pelaporan yang diterima oleh mereka masih sangat sedikit. Apakah itu berarti pelayanan publik di Indonesia sudah berjalan dengan baik? Tidak! Itu justru tanda bahwa masih sedikit masyarakat Indonesia yang tidak peduli pada kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh pelayan publik. Negara yang pelayanan publiknya baik bukanlah negara tanpa keluhan dari masyarakat, tetapi justru mereka yang menerima banyak keluhan sehingga punya banyak referensi untuk memperbaharui sistem dan para pelaku sistem. Menegur orang lain agar ia tidak terus menerus berkubang dalam kesalahannya juga termasuk dalam perbuatan kasih. Kritik dan teguran adalah pagar bagi seseorang agar dapat berjalan dan bertumbuh di tempat yang baik. Semakin aktif kita memperhatikan orang lain dan memberikan kritik pada mereka, semakin kecil peluangnya untuk melakukan kesalahan. Ketika seseorang sudah terlanjur melakukan kesalahan, kemudian ia menyesali perbuatannya, Yesus mengajari para murid-Nya untuk mengampuni (ayat 3). Yesus menginginkan para murid-Nya punya hati yang ringan dalam memberi pengampunan. Dalam hal ini bukan berarti Yesus berkompromi dengan dosa dan kesalahan, penekanannya bukan tentang itu. Ia sadar bahwa manusia memang lemah, ada banyak hal dari dalam maupun luar dirinya yang membuatnya melakukan kesalahan dalam keseharian. Memberikan pengampunan adalah cara yang baik untuk merawat relasi antar sesama manusia. Kita tidak akan kehilangan apaapa ketika kita mengampuni orang lain, sesering apapun itu. Sebagai seorang manusia, kita berpotensi untuk melakukan kesalahan yang dilakukan orang lain, mungkin hanya berbeda waktu dan kesempatan saja. Tentu tidak ada manusia yang ingin dengan sengaja melakukan kesalahan atau dosa di dalam kesehariannya, apalagi yang membuatnya menjadi tidak sejahtera. Ketika seseorang telah menyadari kesalahannya kemudian ia menyesal, sebenarnya ia sudah melalui masa yang sulit karena menemukan diri berada dalam kesalahan merupakan hal yang menyesakkan. Maka mengampuni adalah sebuah upaya dari kita untuk meringankan beban beratnya. Dari sini kita dapat melihat bahwa memberi pengampunan kepada mereka yang telah menyesal atas salahnya juga merupakan sebuah upaya untuk memberikan
keselamatan kepada jiwa yang lemah. Ketika mereka terus menerus terperosok pada kesalahan namun menyesal dan butuh dukungan, maka kita pun harus terus menerus melepaskan pengampunan. Iman yang Memampukan Perikop pendek yang ditulis penulis Injil Lukas ini menunjukan pesan-pesan yang berarti tentang menghadapi orang yang berbuat salah. Murid-murid Yesus di masa itu juga di masa kini diberikan ajaran untuk tidak menyebabkan orang lain berbuat dosa atau kesalahan (tidak menyesatkan), menegur orang lain yang sedang atau akan berbuat salah (mencegah kesalahan), dan meringankan beban orang yang telah menyesali kesalahannya (memberikan pengampunan). Apa yang diajarkan Yesus ini bukan sesuatu yang mudah bagi manusia biasa! Maka wajarlah para murid-Nya berkata, “Tambahkanlah iman kami!” (ayat 5). Setiap manusia punya kekurangan terutama keegoisan yang membuatnya senantiasa berpusat pada kepentingan dirinya sendiri. Ajaran yang disampaikan Yesus mengarahkan mereka untuk senantiasa menunjukan kepedulian terhadap orang di sekitar mereka. Mereka harus punya ketaatan untuk dapat mengolah diri agar dapat memberikan teladan kebaikan supaya tidak menyesatkan orang lain melalui perkataan ataupun tindakannya. Mereka harus punya keberanian dan kepedulian untuk menegur juga mengampuni orang lain. Terlebih, mereka harus memiliki iman kepada Allah yang mengajarkan cinta kasih, iman yang mengarah kepada Allah. Tak perlu sebesar gunung. Yesus katakan iman sebesar biji sesawi (yang nyatanya sebenarnya sangat kecil) bisa memampukan mereka melakukan halhal yang besar (ayat 6), termasuk meniadakaan salah di antara kita dan sesama. Perkataan Yesus ini menunjukkan jika Ia mengerti bahwa para murid-Nya punya keterbatasan. Dan Ia mengingatkan bahwa iman yang mereka miliki akan memampukan mereka. Iman itu adalah tanda bahwa Allah juga bekerja bersama dengan mereka untuk meniadakan salah di antara manusia dengan Allah dan sesamanya. Allah bekerja bersama dengan mereka untuk menyelamatkan jiwa-jiwa yang lemah dari dosa dan kesalahan dengan tidak menyesatkan mereka, dengan menegur dan mengampuni mereka. Memaafkan atau mengampuni adalah tugas kita dalam menjaga relasi kita dengan sesama. Kita berupaya meniadakan salah lewat memaafkan atau mengampuni. Maka apa yang dikatakan oleh M. Quraish Shihab adalah benar adanya, ketika kita memaafkan sudah semestinya kita melupakan kesalahan seseorang karena maaf atau ampun itu adalah jalan yang kita pilih untuk merawat relasi yang sempat rusak karena kesalahan. Yesus bahkan meminta kita untuk tidak hanya melupakan kesalahan orang lain. Kita diarahkan untuk membantu seseorang selesai dengan kesalahannya dengan cara mengampuni mereka, menegur mereka jika mereka hendak atau sedang berbuat salah, juga tidak menyesatkan mereka agar mereka tidak melakukan kesalahan. Meski kita lemah dan sangat rentan salah, kiranya ajaran Yesus ini menguatkan dan mendorong kita untuk berbenah serta meniadakan salah antara kita dengan Allah dan sesama manusia.[Ester Novaria]
VOL.13/JUNI 2019
UKM Zone
9
Komunitas UKDW Gondrong “Mata Tak Menceritakan Asa”
B
erawal dari banyaknya mahasiswa kaum adam di Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) yang berambut panjang alias gondrong dan kemudian mengunggah foto mereka di salah satu media sosial (Instagram), maka dibentuklah sebuah komunitas yang bernama UKDW Gondrong pada tanggal 22 Mei 2019. Komunitas ini dibentuk karena adanya keinginan menjadi lebih terarah kepada sesuatu yang lebih berharga. Sebagai sebuah komunitas, UKDW Gondrong memiliki visi, misi, dan juga moto. Visi yang diusung oleh komunitas ini adalah mewujudkan persaudaraan yang kokoh dan membentuk jiwa kemanusiaan yang inklusif, solider, dan berguna di lingkup internal dan eksternal, sementara dua misi yang diperjuangkan adalah berpartisipasi dan bergotong-royong dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan (sosial dan ekologis) serta menghidupkan dan mengembangkan kemampuan dalam jiwa seni yang kreatif dan progresif. "Mata tak menceritakan asa"
foto:dok. Obhy
foto:dok. Obhy
menjadi moto yang dihidupi oleh setiap anggota komunitas UKDW Gondrong. Visi merupakan landasan utama komunitas ini, misi sebagai alat untuk mencapai tujuan tersebut, dan moto merupakan api semangat sebagai pemuda Indonesia yang progresif agar tetap satu pada kesatuan mewujudkan impian Komunitas Gondrong.
Pada tanggal 29 Mei 2019 UKDW Gondrong melakukan aksi membersihkan kampus dari sampah plastik. Tujuan aksi bersih-bersih ini merupakan langkah pertama perihal cinta lingkungan sekaligus mengusik kesadaran mahasiswa terhadap bahaya dan dampak sampah pada lingkungan. Harapannya, mahasiswa dapat menjadi contoh yang mampu menciptakan
foto:dok. Obhy
budaya cinta lingkungan yang bersih di lingkungan internal maupun eksternal UKDW. “Gondrong adalah baik, hanya saja kebaikan seorang gons sedang bersembunyi di balik rambut yang tertanam stigma negatif. Dan keburukan gons bersembunyi di balik otak orang tak tahu apa-apa”, ungkap Andreas Silaban, sekretaris UKDW Gondrong. [Obhy]
Bakti Sosial BEM UKDW 2019
P
ada hari Senin, 3 Juni 2019, kepengurusan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEMU) UKDW periode 2019 mengisi waktu libur untuk berbakti sosial di Pantai Kuwaru, Yogyakarta. Di sana, anggota BEMU memungut sampah plastik yang bertebaran di sekitar Pantai Kuwaru. Setelah kurang lebih dua jam, sampah plastik sudah tidak terlihat lagi di pinggiran pantai. Alasan BEMU melakukan kegiatan tersebut ialah seperti yang kita ketahui, Indonesia menjadi salah satu negara penyumbang sampah plastik terbesar di dunia. Meskipun kegiatan memungut sampah plastik di sekitar pantai hanya mengurangi 0,1% dari sampah plastik yang ada di Indonesia, tetapi BEMU berharap supaya dapat menjadi contoh bagi masyakarakat dan anak muda lainnya untuk tetap peduli lingkungan. Sampah-sampah yang
bertebaran itu datang dari masyarakat yang memang dapat dikatakan tidak bertanggung jawab. Maka dari itu, BEMU sebagai badan eksekutif tertinggi di kampus ingin memberikan contoh yang baik, khususnya terhadap seluruh mahasiswa di UKDW agar dapat ikut peduli terhadap lingkungan lewat kegiatan bakti sosial. Selain beraktivitas bersama melalui bakti sosial, BEMU juga menyempatkan waktu untuk menambah keakraban sebagai keluarga dari kepengurusan BEMU 2019 ini lewat kegiatan makan bersama. Dengan sering berkumpul, para anggota BEMU bisa lebih mengenal karakter teman-teman dalam organisasi, dapat membagikan banyak hal, dan tentu berharap akan semakin kompak sebagai sebuah tim. [Chandra]
foto:dok. BEMU
Office of International Affairs UKDW Goes to Korea: Three Representatives for HGLC 2019
U
niversitas Kristen Duta Wacana (UKDW) sends two students and one lecturer to South Korea for Hanseo Global Leadership Camp (HGLC) 2019. This program is organized by Hanseo University from June 27 - July 3, 2019. HGLC is an annual program aims to promote mutual understanding among students from different countries with different cultures and give opportunity for students to develop their leadership skills as well as broaden their global perspective. Since 2015, UKDW has been sending students and lecture to participate in HGLC. This year, Kevin Valiant and Yudhistira Audri Pranata, both from Informatics Department were selected as UKDW’s representatives after undergoing the selection process conducted by the Office of International Affairs (OIA) and the Office of Student and Alumni Affairs on May 14, 2019. “When I heard the interview result, I almost couldn’t believe it. It’s a wonderful thing to be selected to join this program and I’m so grateful for that. I hope that UKDW students from freshmen to final year students will be motivated to take international and exchange program opportunities. Don’t be afraid to try and come out of your comfort zone because joining international program abroad will
be useful for our personal development, upgrading our English or other foreign language proficiency, building a network of friends across countries, and learning about different cultures from different parts of the world,” Audri said. These two students were accompanied by Frista, S.H., S.E., M.S.Akt., a lecturer of Accounting department who also serves as the Secretary of the Center of Entrepreneurship and Innovation (Centrino). The opportunity to visit the private university whose campuses located in Seosan, Taean, and Namsan, will also be a chance to strengthen the partnership between UKDW and Hanseo University. The representatives from UKDW will join Hanseo students as well as students from South Africa, India, Tajikistan, and Pakistan to engage in different kinds of activities such as lectures, team discussion, flight facility tour, marine sports tour, voluntary service, global conference, global walk - a 12 km walking activity, trips to historical sites, and global festival. Do you want to follow their steps to embark on the journey to South Korea? Be ready for HGLC next year! [drr]
foto:dok.Audri
foto:dok.Audri
foto:dok.Audri
Office of International Affairs
10
Seminar and Consultation Session for Studying in Korea
VOL.13/JUNI 2019
Report from the Netherlands: International Staff Training Week at Radboud University
foto:dok.Biro IV
F
riday, 21th June 2019, Universitas Kristen Duta Wacana with Korea Culture and Language Center Foundation (KCC Sejong) and License Academy conducted Seminar and Consultation Session for Studying in Korea, with Sogang University, Chon Buk National University, and Kyung Hee University. Taking place at Didaktos Seminar Room, this seminar was attended by the representatives of each university, Rev. Handi Hadiwitanto, Ph.D. as the Vice Rector for Human Resources Capacity Building and Partnership Development, Arida Susyetina, S.S., M.A. as the Director of Office of International Affairs, Park Gi Hong as the Director of KCC Sejong and more than 70 participants consists of UKDW students, KCC Sejong students, and other universities students. In the opening speech, Rev. Handi Hadiwitanto, Ph.D. said that Korea still becomes the one of main destinations for students who want to continue their studies. Talking about studies, Rev. Handi emphasized that studying abroad is not only about gaining knowledge, but we must go deeper. “Studying abroad is not only about join the lecturer class and get the academic degree, but we also learn about foreign language and foreign culture. We will get multicultural experience that will expand our perspective on many things,” he said. On this occasion, Rev. Handi also expressed his gratitude to the License Academy who facilitated this event. He also stated that UKDW can start its academic collaboration with Sogang University, Chon Buk National University, and Kyung Hee University. Closing his remarks, Rev. Handi invited all participants to frequently attend seminars and info sessions from other Universities and dont be afraid to ask and get more information about their scholarship programs. Starting the seminar session, the representative from Kyung Hee University gave a brief introduction about their university. Kyung Hee University is a private university in South Korea with campuses in Seoul and Suwon. Founded in 1949 by Dr. Young Seek Choue, it is considered one of the best universities in South Korea (6th rank in Korea and 37th rank in Asia). Kyung Hee's representative shared that Kyung Hee has many facilities that support campus life for international students. The Department of Foreign Students will help students find scholarships from Samsung, LG, and other companies. In addition, all international students will get health insurance and facility services at Kyung Hee Hospital. This department also involves international students in various activities that will provide multicultural experience for them. Completing the presentation session, Aulia Anas Tasia, Korean Literature, Gadjah Mada University student who participated in the one-year program (2016) at Kyung Hee said that she was afraid when she was accepted to study in Korea. "At first I was scared. I think my language skills will be a barrier to socialize with other students. Fortunately, the Kyung Hee's students and OIA staff was very friendly and helped me to overcome the problems I faced," she said. She added that many things were obtained by participating in this program. First, we can study in a good environment with supporting facilities. Second, we can learn language, culture, and knowledge simultaneously.
Besides it is very possible to take majors that are not related to our educational background. For example, with an economic education background, we can take other majors in Kyung Hee such as ethnography. Studying in Korea does not close the opportunity to work part-time. "With working part-time while studying, we do not only get additional income but also expand our network with companies that may provide scholarships or other opportunities,” she said. The Seminar session was continued with the presentation from Chon Buk National University (CBNU). CBNU is located in the historical city of Jeonju, Republic of Korea and was founded in 1947. CBNU has grown to 17 colleges (including the Faculty of Public Policy and Jimmy Carter School of International Studies) and 14 graduate schools (one general, nine specialized and four professional schools). CBNU is the 1st national university in Korea. In terms of innovation, CBNU is the 1st in Korea and 51st in Asia as the most innovative university. CBNU has collaborated with 503 universities/institutions in 73 countries. CBNU representatives said that there were several reasons why CBNU was chosen as a study destination. First, CBNU has 7 study centers with international standard. Second, cheap tuition fee (27 million/semester). Another reason is that there are many scholarships program that CBNU offered (scholarship for 90% of 2019 students). CBNU also has a very good education quality with a lot of research support, learning activities and facilities. CBNU is also famous for its scholarship program. In the first semester, students will get a scholarship related to the TOPIK / IELTS score. For the next semester, students will get a scholarship in accordance with their GPA. CBNU also has many programs for foreign students, such as: student exchange to USA, UK, Japan, etc., experience for Korean culture (Buddy Program), workshops and art competition, regional festival visits and watching movies. The short 2-week program is also one of the programs offered to international students. The program includes Korean language classes, Korean crafts, Taekwondo, etc. After CBNU presentation, Sogang Korean Language Education Center (KLEC) gave a brief introduction. Sogang KLEC was established in 1990 with the goal to popularize and spread the Korean language and Korean culture throughout the world. Since its establishment, over 30,000 students from overseas have learned about Korean culture and language by participating in the program. Currently, average of 3,500 students register for the Korean Language Education Center every year. Another advantage of studying at Sogang is that students can take two major at the same time. After the presentation, the session continued with consultation session. Through this consultation session, each student may consult with representatives of every Korean university about their study plan. Closing the seminar and consultation session, Bahri Zumanto, the representative from the License Academy said that every student has to try the opportunities. "Don't be afraid to apply for the study programs in Korea. Language and money are not obstacles. Just take the chance, "he said. [ai]
foto:dok.Gloria
I
nternational Staff Training Week (ISTW) at Radboud University in the Netherlands was conducted on May 1317, 2019. The partnership between the Faculty of Theology of Universitas Kristen Duta wacana (UKDW) and the Faculty of Philosophy, Theology, and Religious Studies of Radboud University has opened the path for UKDW delegate to join this program. The ISTW offered a chance to boost participants’ knowledge on internationalization issues and for networking with international partners from across the globe. Around 30 participants from different countries attended this program. Among the participants from the United Kingdom, France, Germany, Russia, Kazakhstan, Eastern Europe, USA, Mexico, and Latin America was Gloria Wilhelmina Verdina, a former student in Master of Divinity at UKDW, who started her service as a Research Fellow and International Coordinator of the Faculty of Theology in 2018. The ISTW was started with the introduction to Radboud University and followed by a workshop on Dutch Living. The topics of ISTW revolved around Internationalization and Sustainability that included comparative study in a group discussion, Erasmus Impact Session to learn about finding grants for funding program with partner university, Communication Challenges, How to Support Research Staff in Finding Funding, Marketing and Recruitment, and Alumni Engagement. “By taking part in the ISTW, we can learn about our weaknesses, what are needed to be improved, and set the goals for the advancement of our institution,” Gloria said. Upon completing the ISTW and meeting at Radboud University, she continued her
mission with a series of visits to Vrije Universiteit (VU) Amsterdam, Protestantse Kerk in Nederland (PKN), and Protestant Theological University (PThU) in the Netherlands and Vereinte Evangelische Mission (VEM) in Germany. The meetings and visits were conducted from May 18-22, 2019. The purposes of these visits were for strengthening and revitalizing the partnership between the Faculty of Theology of UKDW and its partners in the Netherlands and Germany. “I fell off of my bike on a street in Amsterdam. It happened in 2016. I was speeding up and there was a little puddle on the street - a tiny one. People gather around and their response surprised me. They were quite enraged and said that it was government’s fault and we need to tell the government about the puddle. This is something that I couldn’t comprehend at that time. We won’t understand this mindset unless we live among these people in their society, in that environment, with their cultures and customs. Only after I lived in Netherland when I continued my study that I understood the reason: they know exactly their job, who is responsible for what, and the high standard must be maintained,” Gloria who joined Intensive Study and Research - Bridging Gap Program at VU Amsterdam for three months in 2016 and took her Master’s degree at PThU (20172018), shared her unforgettable experience. Gloria highlighted a point that there are plenty of opportunities for students who want to taste international experience. “I hope UKDW students, especially Theology students will be more eager to go outside, see the world, and expand their knowledge and outlook to the world. This is essential for their growth as professionals,” she said. [drr]
Seputar Jogja
VOL.13/JUNI 2019
11
Menikmati Senja di Keraton Ratu Boko
K
eraton Ratu Boko merupakan salah satu peninggalan sejarah yang menambah keistimewaan kota Yogyakarta. Situs ini berada di Desa Bokoharjo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Terletak pada ketinggian 196 meter di atas permukaan laut, tempat ini menawarkan pemandangan ke arah kota Yogyakarta, Candi Prambanan, hingga Gunung Merapi. Ketika matahari mulai terbenam, perpaduan antara gapura batu yang megah dengan langit senja yang eksotis menjadi pemandangan yang tidak boleh terlewatkan oleh setiap wisatawan yang datang. Tidak hanya menarik bagi wisatawan, keindahan fenomena ini juga menarik minat para pelaku perfilman Indonesia. Film ‘Ada Apa Dengan Cinta 2’ memilih Keraton Ratu Boko sebagai salah satu latar belakang cerita. Pada saat melakukan kunjungan (17/6), penulis menyaksikan sendiri sedang dilakukannya pengambilan gambar untuk kebutuhan program di salah satu stasiun televisi Indonesia. Keraton Ratu Boko ini merupakan saksi bisu peninggalan masa lalu yang masuk dalam situs warisan cagar budaya. Situs ini bukanlah sebuah candi seperti candi kebanyakan yang ada di Yogyakarta, sejatinya Ratu Boko adalah sebuah kompleks kerajaan atau istana, lengkap dengan Gapura Utama, Candi Pembakaran, Paseban, Pendopo, Goa Lanang dan Goa Wadon, Candi Batu Putih, Kaputren, hingga Pagar Pelindung. Keraton Ratu Boko merupakan peninggalan sejarah yang bercorak Budhisme dan Hinduisme, yang dibangun pada abad VII–IX M. Sebagaimana tercatat dalam prasasti Abhayagiri Wihara yang berangka tahun 792 M, situs ini merupakan kompleks vihara dengan luas sebesar 16 hektar. Dalam prasasti ini menyebut seorang tokoh bernama Tejahpurnapane Panamkarana atau Rakai Panangkaran (746-784 M), serta menyebut suatu kawasan wihara di atas bukit yang dinamakan Abhayagiri Wihara. Nama tersebut memiliki makna sebagai sebuah bukit yang penuh kedamaian. Lebih dari sekedar tempat berdoa, Istana Keraton Ratu Boko juga berfungsi sebagai benteng, tempat ibadah dan gua. Rakai Panangkaran menganut agama Buddha, sebagai buktinya ditemukan Arca Dhyani Buddha.
K
eragaman merupakan hal yang absolut bagi bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai macam elemen masyarakat. Kebudayaan tumbuh dan berkembang dalam nuansa yang harmonis selama rentang waktu yang panjang. Untuk itulah, Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LKiS) bekerja sama dengan Kadipaten Pakualaman, Kecamatan Pakualaman, Majelis Luhur Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa DIY, Pemerintah DIY, Srikandi Lintas Iman, dan Jaringan Komunitas yang berada di Yogyakarta mengadakan Festival Benang Merah. Festival tersebut berlangsung pada 22-23 Juni 2019 di Alun-alun Sewandanan dan Bangsal Kepatihan, Kadipaten Pakualaman. Festival Benang Merah memiliki misi untuk mendorong terwujudnya Yogyakarta sebagai salah satu daerah yang inklusif, menjadi destinasi wisata dan budaya yang terkemuka di Asia Tenggara pada tahun 2025, serta menjadi salah satu pendorong tumbuhnya ekonomi kerakyatan yang melibatkan kelompok yang selama ini kurang mendapat perhatian. Beberapa tujuan dari festival tersebut ialah menumbuhkan inklusivitas lintas iman, memupuk rasa kebersamaan sehingga mampu menyadari dan menerima keragaman yang ada di Yogyakarta, dan melestarikan kembali kearifan lokal yang ada di DIY. Selama dua hari, festival tersebut menghadirkan diskusi, penampilan seni, serta workshop dari komunitas yang mengedepankan inklusivitas. Beberapa tampilan yang diangkat dalam penyelenggaraan festival tersebut di
Pada tahun 856 M, nama situs ini berubah menjadi Walaing Kraton dalam prasasti Mandyasih. Dalam Bahasa daerah, Kraton berarti Istana. Rakai Walaing Pu Kumbhayoni yang dikenal sebagai raja, yang mengubah nama situs tersebut. Rakai Walaing Pu Kumbhayoni menganut agama Hindu, sebagai buktinya ditemukan prasasti, Arca Durga, Ganesa, Yoni dan prasasti dari lempengan emas. Pada abad ke-17, seorang pria Belanda H.J. DeGraff mencatat bahwa orang Eropa yang datang ke Indonesia telah melaporkan sebuah situs arkeologi dan merujuknya ke istana Prabu Boko. Boko diyakini adalah ayah dari Roro Jonggrang yang ada dari legenda atau dongeng kisah cerita Roro Jonggrang. Maka, situs tersebut diberi nama Istana Ratu Boko atau Keraton Ratu Boko.
antaranya lagu pujian dari Komisi Pemuda dan Remaja GKJ Jatimulyo, macapat dari Puan Hayati DIY, serta senam silat dan peragaan busana oleh anak-anak penyandang Down Syndrome dari Persatuan Orang Tua Anak dengan Down Syndrome. Tidak hanya ditujukan kepada kaum dewasa, anak-anak juga berkesempatan untuk terlibat aktif dalam Festival Benang Merah melalui Lomba Mewarnai dan Menggambar. Puluhan anak usia 4-11 tahun tampak bersemangat dan antusias ketika mengikuti lomba. Sebagian besar gambar hasil lomba tersebut dipamerkan di Pendhapa LKiS yang berlangsung pada 1-6 Juli 2019. Berbagai macam topik diskusi yang dibahas, di antaranya ialah “Inklusivitas Lintas Iman”, “Peran Media dalam Keberagaman”, serta “Menjaga dan Mengelola Kearifan Lokal yang Ada di DIY”. Selain mengajak masyarakat untuk terlibat aktif dalam berbagai diskusi yang digelar, beragam workshop juga turut menggandeng para pengunjung untuk ambil bagian, seperti pada workshop yang diadakan oleh Komunitas Cupable (menyeduh kopi bersama teman-teman barista dari berbagai kalangan) dan UMKM Pakualaman (membuat olahan minuman dari bahan dasar lidah buaya). Agung Supriyono, S.H. selaku Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik DIY mengapresiasi Festival Benang Merah karena menurutnya kegiatan tersebut mengokohkan semangat kebangsaan serta menguatkan karakter masyarakat Yogyakarta untuk dapat bersikap toleran, mengikis konflik yang ada,
foto:dok.Audri
foto:dok.Audri
foto:dok.Audri
foto:dok.Audri
Untuk dapat menikmati wisata ini, pengunjung dikenakan biaya tiket masuk sebesar Rp 40.000 per orang.Tersedia pula paket wisata Prambanan – Ratu Boko dengan biaya Rp 75.000 (dewasa) dan Rp 35.000 (anak). Pada paket wisata ini, wisatawan mendapatkan fasilitas tiket masuk Candi Prambanan, tiket masuk Ratu Boko, dan Transport Shuttle Service. Kompleks Ratu Boko juga dilengkapi dengan fasilitas Ratu Boko Resto. Restoran dengan konsep outdoor ini memiliki pemandangan langsung ke arah Candi Prambanan dan Gunung Merapi. Jika pementasan Sendratari Ramayana sedang berlangsung, maka dari tempat ini pengunjung dapat menyaksikan kemegahan Candi Prambanan dalam balutan lampu sorot warna-warni. Dengan letak yang strategis dan romantis, tidak
jarang restoran ini digunakan untuk lokasi gathering bahkan resepsi pernikahan. Selain mengenal dan menikmati peninggalan bangunan sejarah dan pemandangan, wisatawan bias mendapatkan pengalaman berwisata yang lebih lagi dengan menghadiri Ratu Boko Festival. Ratu Boko Festival merupakan acara Pagelaran Sendratari berskala nasional yang diselenggarakan sekali dalam setahun. Pada tahun 2018, Ratu Boko Festival menyuguhkan Sendratari Sumunaring Abhyagiri yang bertempat di pelataran gerbang utama Istana Ratu Boko. Tarian ini menceritakan kisah keluarga kerajaan dan interaksi mereka dengan warga Boko. Tarian yang dilakukan oleh ratusan penari tersebut bertujuan untuk melestarikan nilai-nilai tradisional Jawa. [Nadya]
Satukan Hati, Rajut Kebhinnekaan melalui Festival Benang Merah
foto:dok.panitia
dan menghargai satu sama lain sehingga Yogyakarta tetap “Istimewa”. Sementara itu menurut Sandra Ratzow, koresponden untuk televisi ARD (Jerman) berpendapat bahwa festival tersebut menjadi kesempatan yang
baik untuk menyatukan seluruh warga, termasuk kelompok minoritas, mengingat kondisi Indonesia yang terdiri dari beragam elemen masyarakat. [rap]
Serba-Serbi
12
VOL.13/JUNI 2019
Mengenal Teknik Dasar Fotografi
F
otografi selalu menjadi bidang yang menarik untuk diulas khususnya untuk anak muda. Menurut BEKRAF (Badan Ekonomi Kreatif Indonesia) perkembangan fotografi yang cukup pesat tak lepas dari banyaknya generasi muda yang sangat antusias belajar fotografi. Tidak sedikit dari mereka pada akhirnya memutuskan untuk menggeluti bidang tersebut dengan serius dan menjadi profesi. Namun dalam prosesnya, beberapa pemula mengenal dan mempelajari fotografi tidak dari hal yang dasar terlebih dahulu, sehingga menciptakan kebingungan ketika menghadapi situasi yang tidak biasa, contohnya melakukan fotografi di tempat yang gelap. Karena mereka hanya fokus dari apa yang mereka lihat saja, padahal di dalamnya terdapat proses yang tidak sederhana karena mencakup berbagai aspek untuk di pahami terlebih dulu. Maka dari itu, berikut beberapa teknik dasar fotografi yang perlu dipahami terlebih dahulu. Kenali kamera yang digunakan Menjadi seorang fotografer sangat identik dengan kamera yang merupakan ujung tombak dari bidang ini. Meskipun saat ini sangat banyak jenis kamera mulai dari kamera handphone sampai kamera profesional. Untuk kamera profesional memang lebih banyak tombol dengan berbagai macam fungsi yang berbeda, mulai dari tombol shutter, ISO, menu, dan lainlain. Perbedaan merek kamera juga mempunyai perbedaan fungsi tomboltombolnya. Maka, kenali dan pahami setiap merek, jenis kamera dengan berbagai macam fungsi tombol-tombolnya yang anda pakai pada saat anda memulai belajar fotografi. Mengenal fungsi lensa Untuk kamera profesional pada dasarnya kamera terbagi menjadi dua, yaitu body dan lensa yang dapat diganti sesuai dengan kebutuhan dari fotografer. Untuk prosesnya lensa ibarat sebagai mata dan body sebagai otak yang menginterpretasi gambar setelah dibidik menjadi gambar digital. Kedua alat tersebut menjadi hal yang tak terpisahkan, tanpa adanya lensa maka body tidak bisa memproduksi gambar, begitu juga sebaliknya. Secara umum jenis lensa terbagi menjadi empat, yaitu lensa fix merupakan lensa dengan kemampuan dalam melihat dan mengambil suatu peristiwa dalam satu focal length, lensa zoom merupakan lensa dengan kemampuan dalam melihat dan mengambil suatu peristiwa dengan berbagai panjang focal length mulai dari sudut pandang lebar
foto:freepik.com
foto:pexels.com
foto:unsplash.com
sampai tele, lensa macro merupakan lensa yang mampu melihat dan mengambil detil close up serta fokus terhadap objek berukuran kecil, lensa fish eye merupakan lensa yang mampu melihat dan mengambil sudut pandang melengkung keluar. Mengenali exposure compensation Exposure compensation adalah suatu fungsi yang bisa digunakan untuk mengubah pencahayaan yang ditetapkan kamera menjadi sesuatu yang merupakan preferensi fotografer sendiri. Untuk mengatur exposure compensation perlu kombinasi antara shutter speed, diafragma, dan ISO sehingga bisa menciptakan pencahayaan yang diinginkan. Komposisi Pada tahap komposisi ini merupakan bagian keindahan dari fotografi, karena lewat komposisi berbagai macam foto bisa begitu
banyak bercerita dan penuh makna. Menyusun komposisi menjadi hal yang susah-susah gampang, terkadang komposisi diuntungkan oleh keadaan atau moment tertentu tanpa di sengaja dan terkadang juga harus berpikir keras untuk mendapatkan komposisi yang sesuai sehingga gambar yang biasa tampak luar biasa. Melalui komposisi seorang fotografer bisa dinilai sebagai pemula atau profesional. Genre Fotografi Dunia fotografi mempunyai banyak aliran atau genre seperti halnya musik. Berbagai macam genre fotografi dalam proses produksinya antara satu dengan yang lainnya harus dengan keahlian yang berbedabeda. Contohnya genre portrait yang merupakan genre dengan mengekspos seseorang atau lebih dengan menonjolkan dari sisi ekspresi, kepribadian, dan suasana
foto:unsplash.com
hati, sangat berbeda dengan genre landscape yang menonjolkan ruang dalam dunia berupa pemandangan alam. Belajar fotografi seharusnya menjadi proses yang menyenangkan, jika prosesnya melalui hal dasar terlebih dahulu. Dari proses dasar dan mendengarkan saran dari orangorang yang sudah berpengalaman akan lebih mudah kita untuk menentukan kemana arah fotografi kita dan mengembangkan karyakarya kita. Fotografi juga buka bidang yang hanya sekali saja untuk dipelajari, namun proses belajar tanpa henti yang akan kita alami karena akan selalu muncul jenis atau aliran fotografi baru. Memperbanyak referensi dan berani mencoba praktik adalah cara yang wajib kita lakukan. [dirangkum dari berbagai sumber; Endrianto]