Koran Kampus UKDW Edisi Januari 2020

Page 1

Universitas Kristen Duta Wacana

14

@UKDW JOGJA @duta_wacana

01

Kantor Humas UKDW

Alamat Redaksi: Kantor Biro 4 UKDW Jalan dr. Wahidin Sudirohusodo No. 5-25, Yogyakarta 55224 Koran Kampus UKDW

Januari 2020

korankampus@staff.ukdw.ac.id

KKN Tematik UKDW Kembangkan Kampung Sayur Bausasran

Profil Bulan Ini: Dr. Murti Lestari, M.Si.

2

foto:dok. panitia

11 Dokter Baru FK UKDW

4

Infografis: Spesial Tahun Baru Imlek 2571

11

R

ektor Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta, Ir. Henry Feriadi, M.Sc. Ph.D melepas 27 mahasiswa untuk mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik yang dikelola oleh Fakultas Bioteknologi dan Fakultas Bisnis UKDW di Desa Bausasran. Program KKN Tematik ini dilaksanakan dari tanggal 6 Januari – 19 Februari 2020 mendatang. Dalam acara pelepasan mahasiswa KKN Tematik yang berlangsung di Balai RW Bausasran, Ir. Henry Feriadi, M.Sc. Ph.D menyampaikan dukungannya terhadap program KKN yang merupakan sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan UKDW. “Kami berharap kegiatan ini dapat mendukung program Gandeng Gendong, upaya pemberdayaan masyarakat yang melibatkan kampus, kampung, komunitas, korporasi, dan kota yang dicanangkan oleh Pemerintah Kota

Yogyakarta dan menjadi role model bagi pelaksanaan KKN selanjutnya,” katanya. Ketua Tim KKN, Drs. Djoko Rahardjo, M.Kes mengatakan tema yang diusung pada KKN periode ini adalah “Pengembangan Kampung Sayur Bausasran Menuju Kampung Mandiri Pangan dan Ekowisata Perkotaan”. Dalam pelaksanaan program, mahasiswa didampingi oleh dua Dosen Pembimbing Lapangan (DPL). “Program-program yang akan dilaksanakan oleh mahasiswa difokuskan pada pendampingan kelembagaan kelompok tani, peningkatan kualitas SDM baik dalam hal pertanian, pengelolaan sampah, dan pembuatan pupuk. Selain itu mereka juga akan membantu dalam penanganan hasil dan pengolahan pasca panen, serta pengembangan kewirausahaan dan

ekowisata berbasis pertanian organik,” tutur Djoko. Camat Danurejan, Drs. Antariksa Agus Purnama, M.Si. menyambut baik inisiatif UKDW yang bersedia mengambil peran, bersinergi dengan pemerintah dan masyarakat untuk mengembangkan kampung sayur Bausasran. “Kami telah merintis usaha pertanian perkotaan untuk menggerakkan roda perekonomian masyarakat khususnya di Desa Bausasran. Pada tanggal 4 Agustus 2019 lalu dibentuklah Kelompok Tani Gemah Ripah yang beranggotakan 20 orang. Besar harapan kami, pelaksanaan program KKN ini bermanfaat bagi mahasiswa dan masyarakat yang terlibat sehingga dapat mempercepat terwujudnya Bausasran menjadi kampung mandiri pangan dan kampung ekowisata,” pungkasnya. [DR]

‘Sahabat Bagi Sesama dan Alam Sekitar’ (Yoh. 15:14-15)

B

ertempat di Auditorium Koinonia Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) pada hari Senin, 16 Desember 2019 berlangsung acara refleksi Natal dan refleksi akhir tahun 2019 keluarga besar UKDW. Acara ini dikemas dalam bentuk sebuah refleksi dengan mengangkat tema ‘Sahabat Bagi Sesama dan Alam Sekitar’ (Yoh. 15:14-15). Maksud dan tujuan dari tema ini ialah mengundang semua jemaat yang hadir untuk dapat meneladani Kristus yang lahir ke dunia guna menjadi sahabat bagi semua orang tanpa kecuali. Persahabatan dengan Kristus juga tidak akan sempurna jika tanpa diikuti sikap manusia yang bersahabat dengan alam lingkungan sekitar. Oleh karena warna hijau identik dengan alam maka dipilihlah warna hijau sebagai warna dominan untuk dekorasi panggung, warna kostum tiap-tiap kelompok paduan suara, dan juga dress-code dari baju tamu undangan. Di awal acara, terdapat sebuah prosesi pencurahan tujuh air suci yang diambil dari tujuh mata air yang ada di sekitar daerah Yogyakarta. Ketujuh sumber air tersebut adalah Sumur Kitiran Mas (Pakem), Sendang Jatiningsih (Sleman), Sendang Sono (Kulonprogo), Candi Hati Kudus Yesus (Ganjuran), Masjid Agung (Kota Gede), Pura Jagat Nata (Banguntapan) dan sumber air Duta Wacana sendiri. Secara simbolis ketujuh air dari tujuh sumber ini dicurahkan dalam satu belanga tanah liat. Penyatuan air suci ini menjadi simbol bahwa air yang mengalir di alam yang satu, menjadi sumber kehidupan bagi semua mahluk tanpa dibatasi oleh klaim

foto:dok. biro IV

agama, suku, golongan. Mata air tersebut melebur dalam satu wadah air kehidupan itu merahmati bumi dan manusia. Air yang sudah menyatu ini digunakan untuk memberkati semua bibit tanaman buah yang ada di samping kiri dan kanan altar utama. Acara Natal ini juga dimeriahkan oleh kelompok-kelompok paduan suara anakanak karyawan dan dosen UKDW, gabungan unit-unit dan fakultas-fakultas, hingga membuat acara semarak. Hal yang cukup menarik perhatian segenap tamu undangan yang hadir adalah penampilan gerak dan tari dari Sanggar Anak Mawar Saron dari Kalipenten, Kulonprogo di bawah asuhan Pdt. Aris Kristian Widodo dari GKJ Kalipenten. Kelompok ini telah mempersembahkan sebuah karya seni gerak dan tari dengan mengangkat tema “Aku Anak Indonesia”. Sanggar ini beranggotakan anak-anak di lingkungan desa Kalipenten dan berasal dari keluarga-keluarga yang beragama Islam dan Kristiani. Menurut pengasuhnya, sanggar ini terbuka untuk semua anak yang mau dan tertarik terlibat di dalamnya, tidak ada

batasan-batasan kaku. Di dalam sanggar ini anak-anak berlatih secara berkala dan mengasah kepekaan akan keragaman seni dan budaya melalui jalur tari-tarian. Pdt. Aris berusaha mengajarkan kepada mereka bagaimana hidup dalam kemajemukan itu dalam tingkat akar rumput kepada anak-anak ini. Pada perayaan Natal UKDW ini tongkat komando kepanitiaan dipercayakan kepada Fakultas Bioteknologi UKDW untuk mempersiapkannya. Selaku Ketua Panitia Natal, Drs. Kisworo, M.Sc. yang hadir dengan menggunakan pakaian beskap Jawa warna hijau lengkap dengan blangkonnya memberikan sambutan singkat. Dalam sambutannya, Kisworo mengundang segenap tamu undangan untuk kembali mengolah semangat persahabatan dalam diri masingmasing. Sebagai sebuah karunia Allah maka persahabatan manusia dengan Sang Bayi Kristus yang telah lahir di malam Natal tidak berhenti pada diri sendiri semata. Persahabatan ini harusnya membuka mata hati sekaligus untuk melihat pentingnya

membagikan semangat persahabatan itu kepada sesama manusia yang ada disekeliling, baik itu yang dikenal maupun yang baru saja dijumpai. Lebih lanjut, Kisworo menyampaikan bahwa manusia wajib mengulurkan tangan-tangan yang bersahabat dan bergaul dengan alam serta merawatnya. Dalam renungan Natal yang disampaikan, Pdt. Wahju Satria Wibowo, Ph.D. secara kritis menyampaikan pentingnya untuk meninjau ulang definisi kata ‘sahabat’ yang selama ini dimiliki. Pdt. Wahju mengingatkan bahwa umat Kristiani seyogyanya meneladani Kristus yang tidak pernah merasa risih untuk bersahabat dengan mereka yang oleh masyarakat dikategorikan sebagai kelompok yang tidak layak disebut sahabat, misalnya para pemungut cukai, perempuan pelacur, perempuan Samaria, orang berpenyakit ku s t a, p e re mp u an y ang me ng al ami pendarahan selama dua belas tahun, penjahat, dan lain-lain. Keberadaan orangorang seperti mereka ini tidak akan pernah bisa dihapuskan sama sekali. Mereka juga punya hak hidup dan mereka juga berhak untuk disebut sebagai sahabat kita. Di penghujung acara, panitia membagikan ratusan benih tanaman buahbuahan yang telah diberkati oleh pendetapendeta dari Fakultas Teologia ke tiap kepala keluarga yang hadir dalam acara tersebut untuk dibawa pulang dan ditanam di rumah masing-masing. [Adham]


Profil Bulan Ini

2

VOL.14/JAN 2020

Pilih Investasi yang Aman, Hadapi Hari Tua dengan Nyaman

M

enata keuangan, apalagi mempersiapkan dana untuk masa tua, memang bukan hal yang mudah dan perlu dilakukan sejak dini. Sayangnya, masih banyak yang belum tahu dan belum sadar akan pentingnya investasi. Pada edisi kali ini, kita akan mengenal secara lebih mendalam profil seorang dosen yang menekuni minatnya pada perbankan dan lembaga keuangan, serta sedikit mengulas perihal investasi dan cara mengelola keuangan pribadi maupun rumah tangga secara bijak. Dr. Murti Lestari, M.Si., dosen dan peneliti yang berkarya di Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) sejak tahun 1989 membagikan pengalaman dan pengetahuannya seputar bidang yang ia tekuni selama ini. Menekuni pendidikan sarjana hingga doktor di bidang Ilmu Ekonomi membuat Murti memiliki ilmu yang mumpuni untuk berprofesi sebagai dosen di UKDW, peneliti di beberapa pusat studi, serta tenaga ahli di Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Kabupaten Bantul. Tidak hanya berkarir, Murti juga menyeimbangkan aktivitas hariannya dengan terlibat di organisasi sosial yang produktif. Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) DIY menjadi ruang baginya untuk mengembangkan pengetahuan, belajar dari banyak guru besar, serta berbagi ilmu bersama orang-orang yang ahli di bidangnya. Kini, Murti dipercaya rekanrekannya menjadi Koordinator Bidang Riset di ISEI DIY. Selain mengadakan diskusi, ISEI DIY juga sering memberikan pandangan dan masukan terkait kebijakan pemerintah DIY demi kemajuan DIY dan Indonesia. Pada saat muncul rencana pembangunan jalan tol Yogyakarta-Surakarta, ISEI DIY menyampaikan pendapatnya sebagai masyarakat independen mengenai manfaat jalan tol, penyebab suatu daerah harus memiliki jalan tol, serta kerugian jika tidak membangun jalan tol. Baru-baru ini, ISEI DIY menggelar diskusi mengenai asuransi dan berbagai seluk-beluknya yang sedang hangat dibicarakan di Indonesia. “Asuransi

memiliki dampak yang besar, karena menjadi infrastruktur investasi. Mengapa demikian, karena asuransi mampu menurunkan risiko. Jika asuransi sebuah negara tidak sehat, maka investasi akan sulit masuk, atau akan menggunakan jasa asuransi dari luar negeri. Tentu hal tersebut sangat disayangkan, karena potensi investasi yang begitu besar akhirnya dimanfaatkan oleh jasa asuransi dari luar negeri”. Berkaitan dengan peran Murti dan ISEI DIY dalam memberikan pandangan dan pendapat kepada pemerintah, dalam tugasnya sebagai dosen, ia selalu mendorong mahasiswa untuk mampu menyampaikan masukan pada pemerintah demi perkembangan daerah di sekitarnya. “Mahasiswa bisa menulis di surat kabar, di ruang publik, mengundang wartawan, atau menyampaikan pesan di media sosial, sehingga pesan, masukan, dan keluhan kepada pemerintah dapat tersampaikan secara efektif.” pesannya. Dalam mata kuliah yang diajarkannya yaitu Ekonomi Indonesia, Murti selalu mewajibkan mahasiswanya untuk mampu menilai kinerja pemerintah hingga mencari akses untuk mendapatkan data-data yang bersifat publik. Melihat kondisi ekonomi yang bergerak begitu cepat akhir-akhir ini, Murti Lestari menekankan pentingnya investasi ilmu, tergantung pada minat setiap pribadi. “Berdasarkan pengalaman bazaar wirausaha yang digelar mahasiswa, kebanyakan pasti menjual barang-barang konsumsi (makanan, minuman, dan lain-lain.), padahal hidup tidak selalu tentang makan. Kalau kalian punya ketertarikan di bidang memasak, fashion, tata rias, atau fotografi, pelajarilah sungguh-sungguh dan perlakukan konsumen dengan hormat serta profesional,” imbuhnya. Murti mendorong mahasiswa untuk menggali kemampuan di bidang layanan jasa, seperti yang dilakukan salah satu anaknya yang menekuni jasa dokumentasi untuk acara-acara tertentu. Berbicara tentang investasi, selain investasi ilmu, mahasiswa tentu harus membekali diri dengan investasi dana. Menurut Murti, setiap orang harus melakukan investasi, sehingga memiliki

PROFIL

Nama

S2

Prodi. Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan

Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Salatiga, 31- Maret - 1966

S3

Jl. Golo Gg Wora-wari No. 13 Umbulharjo Yogyakarta

Prodi. Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan

Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Dr. Murti Lestari, M. Si.

Alamat

simpanan dana yang cukup di hari tua. Untuk itulah, ia memberi saran bagi para pemula untuk melakukan investasi dengan risiko rendah dan hasil yang wajar. Murti memberikan gambaran hidup manusia dan kaitannya dengan investasi serta hutang. Ketika masih anak-anak, seseorang memiliki banyak kebutuhan, tetapi belum memiliki penghasilan. Memasuki usia kerja, kebutuhan semakin meningkat, akan tetapi sudah memperoleh pemasukan yang lebih besar dari kebutuhan. Beranjak menapaki usia senja, kebutuhan bukannya menurun, tetapi kian bertambah karena permasalahan kesehatan memakan biaya yang tidak sedikit. “Jika dilihat kembali, kita sedang berhutang pada orang tua pada fase anak-anak, karena mereka membuat hidup kita nyaman dengan segala kebutuhan kita yang mesti dipenuhi. Atas dasar itulah, ketika orang tua sudah memasuki masa pensiun dan menghadapi penurunan kesehatan, kita wajib membayar hutang tersebut dengan membuat mereka hidup nyaman melalui segala kebutuhan serta penopang kesehatannya.” jelasnya. Berdasarkan pengalaman pribadinya, Murti menerapkan aturan untuk membagi pemasukan dengan rasio 40 persen untuk pemenuhan kebutuhan, sementara 60 persen untuk investasi. Jika hanya satu orang yang bekerja, rasionya dapat disesuaikan menjadi

RIWAYAT PENDIDIKAN

S1

Tempat/Tanggal Lahir

foto:dok. biro IV

PEKERJAAN 1989-sekarang

Dosen tetap di Fakultas Ekonomi UKDW

2006-sekarang

Peneliti di Pusat Studi Asia Pasik (PSAP) UGM

2007-sekarang

Peneliti di Pusat Studi Transportasi dan Logistik (PUSTRAL) UGM

2012-sekarang

Tenaga Ahli BAPPEDA DIY

2019-sekarang

Tenaga Ahli BAPPEDA Kabupaten Bantul

BIDANG PENELITIAN

Prodi. Ilmu Ekonomi

Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Bidang Ekonomi Industri

80 persen untuk konsumsi, sedangkan 20 persen untuk ditabung. Selain itu, perhitungan konsumsi juga didasarkan pada apa yang perlu dikonsumsi, sehingga pengeluaran menjadi terencana. Cara lain yang selama ini ia lakukan adalah melakukan kredit untuk membeli aset yang nilainya akan meningkat di masa mendatang. Kepada mahasiswa yang tertarik untuk berinvestasi, Murti menitipkan pesan supaya mempelajari semua tipe investasi, entah itu bertransaksi di pasar saham, valuta asing, bahkan investasi berupa sharing modal usaha secara mendalam. Pojok Bursa Efek yang dimiliki UKDW bisa menjadi tempat menggali ilmu bagi mahasiswa yang ingin mencoba berinvestasi. Jika ada kelas atau seminar yang membahas investasi, ikutilah kelas tersebut. “Di era digital, mahasiswa harus belajar banyak ilmu karena sangat memungkinkan untuk dilakukan, sehingga mahasiswa punya bermacam keahlian. Tentu saja, ketika memilih untuk mempelajari bidang tertentu, pelajarilah secara serius dan detail”, pesan Murti. Pada intinya, cobalah segala sesuatu, tentu saja dengan berbagai macam perhitungannya, karena mahasiswa harus cerdas dan kreatif. “Di akhir nanti, jika sudah sukses, jangan lupa dengan tempatmu bertumbuh dan jangan lupa akan jati dirimu,” pungkasnya. [rap]

INDUSTRI

INFRASTRUKTUR

KEBIJAKAN PUBLIK

REDAKSI KORAN KAMPUS PENANGGUNG JAWAB PIMPINAN REDAKSI WAKIL PIMPINAN REDAKSI

: Pdt. Handi Hadiwitanto, Ph.D. : Arida Susyetina, M.A : Meilina Parwa Kristiningrum, S.Sos.

WARTAWAN

EDITOR

SETTER

Rully, Mey, Ivan

Lia, Iit, Anti

Cella, Gracia, Eva

Koran Kampus bisa Anda dapatkan secara GRATIS di Pick-up Point yang sudah terpasang di 12 area publik di seluruh UKDW. Redaksi menerima tulisan dari warga kampus berupa artikel, laporan kegiatan dan foto-foto yang membangun harapan. Silahkan kirim ke alamat Redaksi atau melalui email: korankampus@staff.ukdw.ac.id


Universitaria

3

VOL.14/JAN 2020

Pengabdian kepada Masyarakat Gondokusuman melalui KKN Tematik Kota

K

uliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Kota merupakan agenda rutin Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) sebagai salah satu bentuk kegiatan pengabdian kepada masyarakat oleh mahasiswa. Pada semester gasal tahun ajaran 2019/2020 ini KKN Tematik Kota dilaksanakan mulai dari tanggal 25 September 2019 hingga 5 Desember 2019. Sebanyak 80 mahasiswa diterjunkan ke seluruh kelurahan yang ada di Kecamatan Gondokusuman, yaitu Kelurahan Demangan, Kelurahan Kotabaru, Kelurahan Klitren, Kelurahan Baciro, dan Kelurahan Terban. Pada acara serah terima kembali atau penarikan mahasiswa KKN di Kecamatan Gondokusuman (5/12/19) kemarin, Dr. -Ing. Wiyatiningsih, S.T., M.T., sebagai Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (LPPM) UKDW, mengatakan bahwa kegiatan KKN Tematik di wilayah sekitar kampus ini merupakan bagian dari kerja sama antara UKDW dengan kampung yang dapat dilanjutkan dengan kegiatan lain yang mendukung kegiatan akademik dosen dan mahasiswa. Dr. – Ing., Ir. Paulus Bawole, MIP. selaku Dosen Pembimbing Lapangan

foto:dok. panitia

KKN Tematik Kota 2019 memberikan apresiasi yang luar biasa terhadap mahasiswa yang sudah melaksanakan KKN Tematik Kota 2019 dengan baik. Mahasiswa telah belajar bagaimana melakukan pendekatan kepada masyarakat untuk terlibat dalam program-program yang dilaksanakan selama KKN berlangsung. Guritno, AP., selaku Camat di Kecamatan Gondokusuman menyampaikan bahwa mahasiswa peserta KKN Tematik Kota 2019 telah bekerja dengan

maksimal dan telah memberi dampak terhadap masyarakat kecamatan Gondokusuman. Guritno juga menambahkan bahwa Kecamatan Gondokusuman siap menerima kembali program KKN yang diselenggarakan oleh UKDW demi kemajuan pembangunan di Kecamatan Gondokusuman. Salah satu kegiatan yang diselenggarakan oleh mahasiswa adalah program “Lingkungan Becik Ati Resik” di Kelurahan Klitren. Program ini bertujuan untuk

mengingatkan masyarakat setempat agar lebih memperhatikan keadaan lingkungan, sanitasi, dan pengolahan bank sampah yang lebih efisien. Sejalan dengan keberhasilan penyelenggaraan KKN Tematik Kota 2019, Kinerja Penelitian Perguruan Tinggi UKDW Periode tahun 2016 - 2018 meningkat dari cluster “Madya” ke cluster “Utama”. Sesuai dengan Surat Keputusan Direktur Sistem Riset dan Pengembangan RI, UKDW menempati peringkat 144 dari 1977 perguruan tinggi. Selain itu, Kinerja Abdimas (Pengabdian pada Masyarakat) UKDW periode 2016-2018 juga naik dari cluster “Memuaskan” ke cluster “Sangat Bagus”. Menurut Surat Keputusan Direktur Riset dan Pengabdian Masyarakat RI, UKDW duduk di peringkat 70. Kenaikan peringkat kinerja Penelitian dan Pengabdian Masyarakat ini merupakan hasil kerja seluruh sivitas akademika UKDW. Kegiatan KKN Tematik Kota 2019 ini menjadi salah satu program yang mendukung pencapaian kinerja Abdimas UKDW. [Penta]

LPPM UKDW Serahkan Bantuan untuk Korban Gempa Ambon

foto:dok. panitia

D

eretan bencana alam terjadi di Maluku pada tahun 2019. Dikutip dari kumparan.com, Selasa (12/11/2019), gempa kembali terjadi di Ambon, Maluku dengan magnitudo 5,1 SR yang mengakibatkan 900 rumah warga di Ambon rusak. Sebagai bentuk kepedulian terhadap korban bencana gempa, pada hari Selasa (17/12/2019), Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Universitas Kristen Duta Wacana (LPPM UKDW) menyerahkan bantuan berupa uang tunai

sebesar Rp 15.000.000,- melalui Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Maluku (IKAPELAMAKU) yang diserahkan kepada korban gempa Ambon, Maluku. Dana bantuan ini bersumber dari LPPM UKDW, Organisasi Kemahasiswaan UKDW, dan Fakultas Kedokteran UKDW. Muhammad Hasyim Tuankotta selaku Ketua IKAPELAMAKU mengucapkan terima kasih atas bantuan yang diberikan dan akan segera menyalurkan bantuan tersebut kepada korban gempa di Ambon. Ketua LPPM UKDW

foto:dok. panitia

Dr. -Ing. Wiyatiningsih, S.T., M.T. menyampaikan bahwa jumlah dana bantuan yang diberikan mungkin tidak bisa dibandingkan dengan kebutuhan korban gempa namun lebih dari itu aksi bantuan bencana gempa ini menunjukkan kepedulian terhadap korban bencana dari sivitas akademika di UKDW. Pada hari berikutnya, Rabu (18/12/2019), LPPM UKDW merayakan kebahagiaan Natal dengan memberikan bingkisan kepada siswa dan guru Taman Kanak-kanak (TK) Bina

Putra Ledok, Terban, Yogyakarta. Sekolah yang terletak di bantaran Kali Code ini merupakan TK binaan LPPM UKDW sejak puluhan tahun yang lalu. Pemberian bingkisan ini adalah agenda tahunan LPPM, sebagai salah satu bentuk pengabdian kepada masyarakat. Saat penyerahan bingkisan, Sutji Rahayu selaku guru TK tersebut mengucapkan banyak terima kasih kepada LPPM UKDW atas perhatian yang telah diberikan selama ini kepada TK Bina Putra Ledok. [Penta]

UKDW Selenggarakan Diklat Perpajakan untuk Asosiasi Pengacara Syariah Indonesia (APSI)

T

ax Amnesty yang digalakkan pemerintah Indonesia membawa dampak yang sangat besar terhadap wajib pajak. Wajib pajak diharapkan dapat lebih taat dalam membayar pajak yang menjadi kewajibannya, sementara itu beberapa peraturan tentang perpajakan senantiasa diperbaharui di Indonesia. Hal inilah yang menjadi pendorong bagi wajib pajak untuk mengetahui lebih dalam mengenai aturan perpajakan yang berlaku. Hingga akhir 2019, Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) melalui Pusat Studi Ekonomi dan Bisnis (PSEB) telah menyelenggarakan pelatihan Brevet A dan B sebanyak 19 angkatan dan Brevet C untuk angkatan pertama. Hal tersebut telah menarik pihak eksternal untuk mulai bergabung dengan Brevet Pajak yang dilaksanakan di UKDW, salah satunya adalah Asosiasi Pengacara Syariah Indonesia (APSI). UKDW mendapatkan kepercayaan dari APSI untuk menyelenggarakan kegiatan pendidikan dan pelatihan (diklat) Perpajakan yang berlangsung selama 8 hari sejak 1118 Januari 2020. Kepercayaan ini diberikan karena APSI menilai Pelatihan Brevet Pajak yang diselenggarakan oleh PSEB UKDW selama ini berkualitas baik terbukti dengan tingginya animo peserta yang berasal dari kalangan pekerja dan profesional.

foto:dok. panitia

Diklat yang berlangsung selama seminggu ini diikuti oleh 16 peserta yang memiliki latar belakang ahli hukum atau pengacara. Para pengajar dalam diklat ini terdiri dari praktisi pajak dan dosen perpajakan, antara lain Hersona Bangun, SH.,SE.,AK.,BKP.,CA.,M.Ak.,CLA, Hillarion Didik, SE.,Ak.,M.Si.,BKP, Gunawan Wibisono, HTC & Team, serta Frista, SH,SE, M.Ak. Materi yang diberikan meliputi Ketentuan Umum Perpajakan A & B, Pajak Penghasilan Orang Pribadi, Pajak Penghasilan Badan, Pajak Penambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Akuntansi Pajak, Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, Bea

foto:dok. panitia

Materai. Dalam diklat ini materi yang diberikan langsung dipraktekkan melalui pengisian Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) secara manual maupun melalui komputer dan dilanjutkan dengan ujian bagi para peserta diklat. Kegiatan ini ditutup pada hari Sabtu, 18 Januari 2020 oleh Ketua PSEB UKDW, Drs. Purnawan Hardiyanto, M.Ec.Dev., didampingi oleh Agus Supriyanto, SH., SHI., M.S.I., CM. SHEL selaku Direktur Pusdiklat Dewan Pengurus Pusat (DPP) APSI. Pengetahuan perpajakan sangat penting bagi pengacara dalam mendampingi para klien, khususnya dalam menangani masalah perpajakan. Kedepannya diharapkan kerja sama ini dapat terus berlanjut. [Mey&Frista]


Program Studi

4

VOL.14/JAN 2020

Early Clinical and Community Exposure: Menjalin Kasih dan Asa dengan Berbagai Kalangan

E

arly Clinical and Community Exposure (ECCE) merupakan suatu program service learning dalam ranah kedokteran masyarakat yang wajib diikuti oleh mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana (FK UKDW) tahun kedua dan ketiga. Menurut dr. Teguh Kristian Perdamaian, MPH, selaku salah satu penanggung jawab program, ECCE diharapkan dapat memfasilitasi mahasiswa untuk belajar secara langsung dari lapangan. “Melalui program ini mahasiswa diharapkan tidak hanya mempraktikkan teori yang sudah dipelajari di kampus tapi juga mempelajari hal-hal yang tidak dapat ditemui di ruang kuliah seperti bagaimana cara berkomunikasi dengan masyarakat, cara berkoordinasi, dan menyusun pemecahan masalah di komunitas atau institusi, serta melihat secara langsung praktik kedokteran di masyarakat,” ujarnya. Pada program yang dilaksanakan di institusi mitra pada tanggal 19 September 2019 sampai 29 November 2019 ini, mahasiswa ditempatkan di suatu institusi untuk dapat melakukan observasi sembari melakukan health need assessment (HNA), mengorganisir kegiatan promosi atau edukasi terkait masalah kesehatan yang ada, serta melatih komunikasi efektif. ECCE 1 diikuti oleh mahasiswa tahun kedua yang diterjunkan ke dalam suatu komunitas

foto:dok. panitia

sedangkan ECCE 2 diikuti mahasiswa tahun ketiga yang ditempatkan di suatu institusi rumah sakit dan klinik. Selama penerjunan, mahasiswa dibagi dalam kelompok dan didampingi satu orang instruktur. Kegiatan ECCE ini diharapkan memberi manfaat bagi mahasiswa untuk menyiapkan dasar-dasar pembelajaran berbasis pengalaman (experience based learning) serta membangun perilaku profesional mahasiswa. Institusi mitra yang bekerja sama dalam program ECCE 1 adalah Panti Rehabilitasi YAKKUM, Panti Asuhan Sayap Ibu, Panti Wredha Hana, Panti Wredha Perandan Padundan GKJ Gondokusuman, GKI Gejayan, dan GKJ Sarimulyo. Sedangkan institusi mitra ECCE 2 terdiri dari institusi mitra yang wajib didatangi oleh seluruh

kelompok yakni Rumah Sakit Bethesda dan Palang Merah Indonesia, serta klinik-klinik kesehatan di Yogyakarta. Selama berada di lapangan, mahasiswa akan mengikuti kegiatan sehari-hari di komunitas tersebut dan akan melakukan penilaian tentang apa yang menjadi masalah kesehatan di sana dengan cara observasi dan wawancara, lalu menyusun kegiatan yang dapat menjadi solusi permasalahan tersebut. Secara umum, permasalahan kesehatan yang ditemui oleh mahasiswa ECCE 1 adalah terkait gaya hidup masyarakat dan kondisi panti yang masih minim akan kebersihan dan kesehatan. Berdasarkan permasalahan tersebut, mahasiswa ECCE 1 merancang beberapa kegiatan seperti edukasi promosi perilaku hidup bersih dan sehat, promosi gaya

hidup sehat, serta senam lansia. Sedangkan mahasiswa ECCE 2 menjumpai tingginya permasalahan penyakit non menular di klinik, sehingga kegiatan yang disusun oleh mahasiswa ECCE 2 lebih mengarah ke edukasi prevensi penyakit non menular seperti diabetes, hipertensi, dan dislipidemia. Program prevensi yang dilakukan pun bervariasi seperti pemasangan poster di klinik, membuat pojok edukasi, melakukan pemeriksaan darah, sampai melakukan home care ke rumah pasien. Pada akhir kegiatan di bulan Desember 2019, mahasiswa menyampaikan laporan dan refleksi dalam pleno. Secara keseluruhan kegiatan ini memberi dampak positif bagi mahasiswa. Mahasiswa dapat turun langsung ke lapangan, melatih kemampuan komunikasi, berbicara di depan umum, mengembangkan empati, serta melihat dan berpartisipasi langsung dalam praktik kedokteran di masyarakat. Kegiatan ini juga menjadi pendorong mahasiswa untuk terus belajar dan mengembangkan diri sehingga dapat menjadi dokter yang handal. Program ECCE dapat berjalan dengan baik berkat dukungan dan kerja sama antara tim ECCE, mahasiswa, serta institusi mitra. Kegiatan ini juga menjadi penyambung kasih antara FK-UKDW dengan berbagai institusi mitra di Yogyakarta. [WWC, Geraldine]

Akreditasi Jurnal BIKDW Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana

F

akultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana (FK UKDW) yang diresmikan pada tahun 2011 merupakan salah satu fakultas di UKDW yang menghasilkan sarjana kedokteran berbudi luhur serta mandiri dalam bidang kesehatan untuk masyarakat pluralistik berdasarkan kasih. FK UKDW memegang konsep pembelajaran yang berbasis problem solving dan melakukan pendekatan Student Center Learning, di mana aktivitas pembelajaran yang dilaksanakan antara lain kuliah pakar, tutorial, skills lab, dan praktikum dengan menggunakan sistem blok. Kegiatan pembelajaran ini didukung pula dengan diterbitkannya jurnal oleh FK UKDW yang bertajuk “Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana” (BIKDW) pada tanggal 17 Oktober 2015. Jurnal ini berperan sebagai wadah informasi ilmiah di FK UKDW dalam upaya peningkatan peran mahasiswa dan dosen di bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian. Setiap tahun Jurnal BIKDW diterbitkan sebanyak 2 kali dan terdapat 8

artikel yang mencakup 6 artikel penelitian serta 2 artikel telaah pustaka. Pada tahun 2016, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI) dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) telah menyepakati adanya satu instrumen akreditasi jurnal ilmiah dengan pengelolaan berbasis elektronik (ejournal). Berdasarkan hal tersebut, FK UKDW mengajukan akreditasi untuk BIKDW dengan menggunakan metode Open Journal Systems yang sudah dinilai oleh tim penilai dan pada akhirnya berhasil mendapatkan peringkat S-4 sesuai dengan surat keputusan nomor: 36/E/KPT/2019 yang dikeluarkan oleh Kementerian Riset, Teknologi, & Pendidikan Tinggi (Direktorat Jenderal Penguatan Riset & Pengembangan) tertanggal 13 Desember 2019. Dalam proses pengembangan BIKDW, adanya kerjasama dengan mitra bestari (reviewer) akan mendukung pengetahuan para penulis untuk bisa berperan aktif dalam meningkatkan mutu tulisan yang akan dimuat

di jurnal BIKDW. Selain hal tersebut, perhatian lebih dalam pengelolaan jurnal elektronik juga diperlukan. Perkembangan informasi, teknologi dan komunikasi yang terus menerus berubah dengan cepat seiring berubahnya waktu akan berdampak pada manajemen pengelolaan jurnal elektronik yang juga harus terus menyesuaikan dengan perubahan. “Pengelolaan jurnal elektronik bukan hanya menyediakan infrastruktur maupun aplikasi. Komitmen dari pengelola jurnal dan institusi lembaga penerbit jurnal menjadi hal yang paling penting untuk menjamin keberlanjutan dari jurnal yang diterbitkan,” ungkap dr. Teguh Kristian Perdamaian, MPH selaku Pimpinan Redaksi BIKDW. Selamat atas akreditasi Jurnal BIKDW, semoga para mahasiswa, dosen dan penulis dari institusi mitra atau umum dapat berperan aktif dalam penulisan artikel ilmiah dan dapat mengirimkan artikelnya ke BIKDW melalui website: bikdw.ukdw.ac.id. [AD]

11 Dokter Baru FK UKDW: Berbudi Luhur, Profesional Mandiri, dan Terpercaya

P

ada 1 Februari 2020 bertempat di Ballroom Indraprasta 3, Hotel Sahid Yogyakarta, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana (FK UKDW) Yogyakarta kembali melantik 11 dokter dalam acara “Sumpah Dokter Periode XV”. Adapun dokter-dokter yang dilantik adalah dr. Nabella Septiana Wibawa, dr. Merryones Br Tobing, dr. Andreas Naibaho, dr. Steven Arif Wibowo, dr. Anggoro Ristianto Saputro, dr. Oeij Henri Wijaya, dr. Joanne Switasanny Alexangela, dr. Niko Prasetya Ginting, dr. Alfonsus Aditya Lodjing, dr. Intan Novi Dewantary, dan dr. Putu Wiliska Wilasitha. Kesebelas dokter baru tersebut semakin menambah panjang daftar dokter lulusan FK UKDW Yogyakarta. Mereka secara khusus dipersiapkan untuk terjun di masyarakat dan memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik, dimanapun mereka berada nantinya. Pada upacara pelantikan, para dokter tersebut mengucapkan sumpah Hippokrates yang merupakan sumpah semua dokter di seluruh dunia. Sumpah Hippokrates ditulis sekitar tahun 400 SM oleh seorang tabib

Yunani yang bernama Hippokrates, yang juga dikenal sebagai Bapak Kedokteran. Sumpah ini berisi pedoman etika luhur yang menjadi tuntunan profesi kedokteran. Seiring berjalannya waktu, sumpah Hippokrates telah mengalami beberapa perubahan yang disesuaikan dengan perubahan zaman serta kemajuan sains dan ilmu kedokteran modern. Namun pada hakikatnya, sumpah ini merupakan puncak perkembangan konsep etika kedokteran yang ketat, dasar hubungan pasien–dokter dalam dunia maju, dan titik penting moralitas profesional. Segera setelah dilantik, para dokter tersebut akan menjalani program magang selama satu tahun. Program ini merupakan program pemerintah bagi seluruh dokter di Indonesia untuk menyelaraskan ilmu yang didapat selama proses studi dengan realitas dunia kesehatan. Melalui program ini, yang juga merupakan program pemerataan tenaga dokter di seluruh pelosok Indonesia diharapkan pelayanan kesehatan yang bermutu dapat menjangkau seluruh

foto:dok. FK

masyarakat Indonesia. Hal ini sangat selaras dengan visi dari FK UKDW, yakni menghasilkan dokter yang berbudi luhur, profesional mandiri, dan terpercaya dalam

bidang pelayanan kesehatan untuk masyarakat yang pluralistik berdasarkan kasih.[Alfonsus]


Program Studi VOL. 14/JAN 2020

Story from ELED's Micro Teaching Competition

T

he English Language Education Department (ELED) of Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) conducted English Micro Teaching Competition on December 9, 2019. The competition was held at Rev. Dr. Tasdik Seminar Room. The participants were 2016-batch students who had experienced pre-service teachings in some institutions, such as ASMI Santa Maria, SMK 2 Bopkri, Ayunan Langit Kulon Progo - a community-based tourism site, and STIKES Bethesda. This micro-teaching competition was a joint-final test of Micro Teaching and Blended Learning classes. Ms. Anesti Budi Ermerawati, M. Hum. and Ms. Lemmuela Alvita Kurniawati M. Hum. as the lecturers of the respective subjects initiated this event to prepare ELED students for their future teaching career readiness and to meet the future demands of the job market. The three judges, namely Ms. Agatha Pepy Yerintha from English Language Training Center of UKDW, Ms. Siska Lidya Revianti from Akakom Yogyakarta, and Ms. Erni Sumiyati from ELTI Gramedia

foto:dok.Panitia

Yogyakarta, evaluated and assessed the participants' performance and gave constructive feedback for improvements In this competition, the 2019 batch students took part actively as the committee in organizing the event. Seven students, namely Wayan Gianita, Tiofani Yasimawarni Saragih, Rita, Erlita Rosy Evani, Satrio William Tirtajaya, Noven Angelina Tampubolon, and Melissa

foto:dok.Panitia

Rizky Maharani acted as the students who participated in the class activities and did what the teachers asked them to do. The MC in this competition, Gerzon Sealtyel Susanto Ledoh, hosted the event, introduced the participants and judges, and engaged with the audience. Lusiana Puspita Dewi as the timekeeper helped the participants to provide timing signals and reported the time spent by the participants in each

micro-teaching performance. Rama E. Damaryanan, as the documentation committee, took pictures and recorded the event. Griffine Philippe Steven Junior took part as the journalist of the event who was responsible to report and publish the news of the event. The participants mentioned that they had expectations for themselves and their juniors through this event. One of the participants, Liana, said ”Even though it was not easy, I feel glad about this Micro Teaching Competition, I've prepared this for a long time. I faced some difficulties, but it's fun”. She also hoped that her juniors would learn something from this event. Another student, Sarfita, said, “I have been preparing this for two days, one day to prepare the theories and things I need to bring, another day to practice teaching”. She felt happy to join this micro competition and she hoped that the juniors would be better prepared for this micro-teaching. [Griffine ]

Exploring Kasongan Tourism Village: Places, Activities, and Foods

K

asongan Tourism Village is located in Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. This place is famous in Yogyakarta because it is like the heaven of art. Tourists can find many kinds of handicrafts, paintings, and sculptures here. There are a lot of domestic and foreign tourists visit this place to explore the art and beauty of its place. I will tell you more about famous places, activities, and foods that people can see and do in Kasongan. Timboel Art Gallery and KAY Home Decoration are two famous places in Kasongan. As the oldest galleries in the area, they have so many visitors every day, both domestic as well as foreign tourists. Timboel Art Gallery has two branches owned by Timbul Raharjo, a ceramic expert and prominent artist. The first branch is located beside the entrance gate of Kasongan Tourism Village, while the other is beside the

foto:dok.Panitia

foto:dok.Panitia

Kasongan River. Both galleries have a big showroom with a range of various art collections. KAY Home Decoration is a wicker furniture specialist. They design and produce stunning and eco-friendly home furniture. One thing that makes this place so special is that they have a colorful showroom which has many good spots for taking pictures. In Kasongan Tourism Village, visitors can do different kinds of activities from shopping, visiting art galleries, joining art workshops, and taking pictures. Some art galleries offer shorttime workshops in which tourists can learn how to make and color pottery. The workshops are also suitable for children, so it can be an option for a family trip. For those who love shopping,

not feel bored to spend their time in Kasongan Tourism Village while doing those activities. Travelers can also try traditional food in Kasongan Tourism Village at affordable prices and with beautiful views. Kedai Nyah Tan Li and Aroma Restaurant are two restaurants worth trying. Kedai Nyah Tan Li is located beside Timboel Art Gallery 2 and near the Winongo River. Visitors can enjoy the landscape while relaxing and having their meals. This restaurant sells Indonesian food, such as nasi goreng, bakmi, gorengan, nasi kuning, and traditional desserts. Meanwhile, Aroma Restaurant is a new restaurant serving similar menus as Kedai Nyah Tan Li, but this restaurant has a more modern building and Instagram-able spots. In conclusion, Kasongan Tourism Village offers many interesting places to visit, activities to do, and food to try. [Irene ]

5


6

Office of International Affairs

VOL. 14/JAN 2020

Scholarships Oppurtunities

S

tudying abroad is not only about joining the lecturers classes and get an academic degree, but we also learn about foreign

language and culture. We will get multicultural experience that will expand our perspective on many things. (Rev. Handi Hadiwitanto, Ph.D.,

Vice Rector for Human Resources Capacity Building and Partnership Development). So if you have a plan to continue your study

abroad, you are looking for a scholarship, and you have a lot of questions about these things, just find more detailed information here. (Ai)

A Story of Indonesian Student in China: Education, Tradition, and the News

C

hina is becoming one of the top destinations for young Indonesians to pursue their education. According to the statistical report on international students in China for 2018 published by the Ministry of Education of the People's Republic of China, the number of Indonesian students studying in China reached 15 thousand. Rachel Angella Pelle, a graduate of the Faculty of Business of Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) is one of the Indonesian students pursuing higher education in China. Marking the beginning of the year of Metal Rat, Koran Kampus got the chance to chat with Rachel to hear her experience. To begin, we asked her the story of how she gets a scholarship to study in China. "Since I was enrolled as an undergraduate student at UKDW, besides learning academically, I also worked my time on developing my soft skills. During that time, I met my senior Ko Frista who at that time was in his final year (now a lecturer in UKDW's Faculty of Business). He always supports me by giving advice and sharing his experience," she started. In her third and fourth year at UKDW, Rachel got a scholarship from Scranton Women's Leadership Center - South Korea and joined UKDW's Office of International Affairs as a student assistant. "I met many international students and gained a lot f experience. It helped me find my dream to study abroad," she continued. To get closer to that dream, she said, she diligently searched information about scholarships to continue master's degree abroad. "A few months after I graduated -at that time I was still working- I heard about Chinese Government Scholarships. I looked up the information and decided to apply. Praise the Lord! After undergoing the selection process, the announcement said that I passed. That was how I started my study in the city of Xi`an, China," she told us. Curious, we asked Rachel about the city and her campus. "I am studying at Northwestern Polytechnical University. I started in early September last year, learning Mandarin. The campus is very big and

foto:dok.Panitia

the environment is clean. I live in the international student dormitory, 15 minutes walking from the campus. The city of Xi`an is beautiful as well. There are many historical sites such as Terracotta Warriors Museum, Giant Wild Goose Pagoda, City Wall, Muslim Quarter, Bell Tower of Xi`an, and many more," she explained. Talking about studying in China, we found out that it is quite different from Indonesia. The schedule is quite tight and long. When we asked Rachel about her daily activities, she answered, "My main activity is of course studying. Here, morning classes are started from 08.00 - 12.00 and afternoon classes from 14.00 - 18.00. A class hour is 50 minutes long with 10 minutes break. Then, there is a self-study in the evening. Classes take place from Monday to Friday. I usually spend the weekends to do my assignments and hang out with friends sometimes.” Now, let's see how the country known as the Land of the Red Dragon is different from our country. "The foods taste different. For example, I find the food here is more oily and the portion is very large," she shared her thoughts. “Early in October, the fall is coming. Leaves change color into yellowish. When December comes, we start seeing a thin layer of snow. With these conditions, I need to adapt to the new environment, getting used to eating in a larger portion and take good care of my body, especially when winter comes," she added. She remembered during one of her classes, her lecturer gave advice to drink warm water in a cold weather. "Chinese people love drinking tea.

foto:dok.Panitia

By the way, a delicious tea can be fairly expensive. Seeing these people enjoying their tea, I started to like drinking tea myself," said the girl who joined the student choir during her study at UKDW. We heard that the Chinese government is quite strict in terms of internet regulation. How netizens survive? "In China, we can not simply access Google, YouTube, WhatsApp, Instagram, Facebook, Twitter, etc since those sites are blocked by the government. To access those sites we need a VPN. China has its own application for mailing, music streaming, movie streaming, and other online activities. For example QQ as email provider, QQ music (music streaming), IQIYI (movie streaming), and youku (similar to YouTube). WeChat is the most popular messaging app in China. For online payment systems, most vendors use WeChat pay or Alipay," she told us. After several months living and experiencing the education atmosphere in China, Rachel said that the most challenging thing is adapting in the fast-paced and long study hour in this country, which might make students quickly bored. "There was even time when I thought I would give up because I was afraid I could not overcome the rigorous lesson. But, I turn my fear into motivation to learn and memorize the hanzi as well as pinyin," said the Tangerang-born student. Responding to our question about what she missed the most about Indonesia, she answered, "Definitely Indonesian foods! Sate madura, rendang, ayam rica-rica, telur balado, kerupuk, etc.” Seeing the celebration of Chinese New Year in

the land where the tradition originated, must be an exciting experience. "During the Chinese New Year, everyone heads back to their hometown to celebrate with their family. No matter how far, no matter how expensive, they are obliged to go home. Interestingly, there is even standing ticket sales for the seats are sold out. Many people don't have a choice but to buy that standing ticket even if the price is the same with the regular one, for the sake of meeting their family. I was traveling to Guangzhou, booked a train ticket to Shanghai. On the train, I saw many people standing during the 16-hour-ride. So you can imagine how important it is to get together with family during Chinese New Year," she said. Unfortunately, coronavirus overshadows the celebration of Chinese New Year this time. "It's a quiet celebration. Nobody celebrates it outside. Every family can only gather inside their house," she reported. “I was in Shanghai with two Indonesian friends when we heard the news that access to all transportations in Wuhan had been closed due to the outbreak of coronavirus. We panicked. We decided to call the Indonesian embassy in China to ask if we should go back to Xi`an or directly take the flight back to Indonesia. At that time, the embassy was still confirming to take a preventive measures such as washing hands, wearing masker, etc. However, the next morning, we heard that three people in Xi`an had been infected by the virus. In the evening, we got call from the embaassy, suggesting that we go back to Indonesia for the time being. We immidiately take the flight back home," Rachel described the situation."We all hope that the situation will get better in China. I probably will go back to China next month, but I need to wait for further information from my lecturer there," she added. Closing our chat, Rachel gave some words of encouragement to UKDW students who also want to study abroad, "Pray and give your best in everything you do. Start now, start from yourself! don't be afraid to have a dream that will bring a good impact to our country Indonesia. One thing that we should not forget is to always be grateful for everything we have and every situation we're in." [drr]


Siraman Rohani

VOL. 14/JAN 2020

Misteri Cermin Kehidupan

"Di manakah engkau ketika Aku meletakkan dasar bumi? Ceritakanlah kalau engkau mempunyai pengertian!" (Ayub 38:4).

S

eorang lelaki pada suatu hari menemukan sebuah telur burung rajawali dan dia meletakkan telur itu bersama dengan telurtelur lain di sarang seekor induk ayam peliharaan yang sedang mengeram. Telur itu menetas bersama telur ayam yang lain, dan anak burung itu tumbuh bersama anak-anak lain, diasuh oleh induk ayam itu. Selama hidupnya burung rajawali itu bertingkah laku sama seperti ayam dan menganggap dirinya ayam peliharaan. Dia mengais tanah untuk mencari cacing dan serangga. Dia berkotek dan berkokok. Dia akan mengepak-ngepakkan sayapnya dan terbang beberapa meter di udara. Tahun berIalu dan burung rajawali itu menjadi tua. Suatu hari dia melihat seekor burung yang sangat gagah terbang di angkasa yang tak berawan. Burung itu melayang dengan anggun dan berwibawa dalam hembusan angin yang kuat, dia hanya membentangkan sayapnya dan jarang sekali menggerakkan sayapnya itu. Rajawali tua itu terpesona memandang ke atas. “Siapakah itu?” tanyanya. “Itu adalah burung rajawali, raja dari segala burung,” kata ayam yang ada di dekatnya. “Dia penghuni langit dan kita penghuni bumi, kita adalah ayam”. Demikianlah rajawali itu hidup terus dan mati sebagai seekor ayam, karena begitulah anggapannya tentang dirinya. (Awareness, de Mello, 2000, xiii xiv). Entah kenapa, kita tidak mudah memahami hidup kita sendiri. Selalu ada pertanyaan yang tertinggal dan tanda tanya yang menyambut. Mungkin karena memang hidup itu misteri. Padahal kita sebelumnya ada di dalam hidup itu. Hal ini sama dengan rajawali yang tidak mengetahui bahwa dirinya adalah rajawali. Hasilnya, ia hanya merasa diri sebagai ayam. Demikianlah hidup mungkin lebih dari yang kita tahu dan sadari, karena kita yang kurang wawasan atau malah justru karena hidup itu, secara faktisitas, memang sarat misteri. Tidakkah kita perlu berfilsafat? Kitab Ayub adalah sebuah kitab hikmat. Membaca Ayub berarti belajar hikmat. Belajar hikmat yang dilakukan dengan gembira dan sungguh-sungguh berarti mencintai hikmat. Siapa yang mencintai hikmat sebetulnya adalah seorang filsuf, sebab filsuf adalah orang yang philo (mencintai) sophos (kebijakan, hikmat). Dalam pengertian ini kitab Ayub jelas adalah kitab filsafat. Dengan segala hormat, mohon agar filsafat jangan ditanggapi dengan sinis apalagi alergi sebelum benar-benar memahami. Bukankah bila kita mau jujur, setiap orang suka akan hikmat dan kebijakan? Jika demikian halnya, maka sebenarnya secara substansial setiap orang suka ber-philosophia, suka berfilsafat. Bukankah setiap orang ingin menjadi berhikmat dan bijak? Bukankah secara hakiki, orang rindu jadi filsuf? Meskipun demikian harus segera dikemukakan bahwa berpikir yang dimaksudkan disini bukanlah sekedarnya saja. Tidak semua pikiran atau ide adalah kebijakan, tidak semua olah otak adalah sophia. Barulah bisa dibilang sebagai filsafat bila orang berpikir sedemikian rupa terhadap suatu realita hingga sampai kepada halnya, sari pati, substansi, inti terdalam, the core of things. Nah, ada masanya dimana hampir setiap orang waras (paling tidak sekali dalam setahun) berfilsafat, berpikir, dan berefleksi dengan hikmatnya atas realita hingga kepada yang benar-benar substansial, hingga ke halnya, yaitu pada saat orang ada di realita tutup dan buka tahun. Pelbagai pikiran dan refleksi muncul. ”Sebenarnya aku sudah buat apa di tahun lalu? Apa makna hidup yang kudapatkan di tahun lalu? Bagaimana mesti memaknai waktu sekarang, tahun yang baru ini? Apa yang telah benar-benar mewarnai hidupku? Apa realita yang masih tersembunyi dalam hari-hari di tahun yang datangi? Bagaimana hidup ini jadinya nanti?” Pada saat kita merenung, memikirkan, mencari makna, memberi makna, menghayati dengan amat sangat mendalam seperti itulah kita sedang berfilsafat. Kemampuan untuk memikirkan, menghayati, menilai, menimbang, mengkaji, menganalisis, memaknai, menghidupi hidup dengan kesadaran demi kesadaran adalah karunia akbar yang membedakan kita dengan hewan dan tumbuhan. Di pihak lain dan simultan sekaligus di dalam hidup dan kehidupan kita, terbentang suatu misteri yang merangkul kita dalam pikiran – perasaan – tubuh – jiwa dan kerohanian baik di masa lalu, kini, maupun masa depan.

Dalam rangka inilah kita perlu belajar pada peristiwa Ayub. Peristiwa ini menggugah kesadaran kita bahwa kita selalu berdiri di depan suatu misteri, suatu misteri besar yang tak akan dapat dipecahkan oleh akal kita. Lalu kalau bukan dengan akal, dengan apakah modal kita menghadapi misteri itu? Jawaban terhadap pertanyaan itulah yang akan menjadi titik konsentrasi kita dalam perenungan kita bersama. Misteri Itu Rahmat Hidup manusia sarat dengan misteri, justru di situlah menariknya. Coba bayangkan bila kita mengetahui semua-semua. Maka vibrasi (getar) kehidupan tak akan dinamis. Orang hanya akan dilanda kepastian yang dingin, dan bukan hidup dalam harapan yang hidup. Coba bayangkan bila kita selalu tahu tentang segala sesuatu, misalnya kapan kita mati dan bagaimana caranya, dengan siapa kita menikah, kapan kita jadi miskin dan kapan pula akan bangkrut, kapan jari kita akan pedih perih kena silet, dan lain-lain. Bila semua hal kita tahu, malah menakutkan bukan? Bukan hanya menakutkan, bisa-bisa kita tak lagi beriman, sebab bukankah iman merupakan ”bukti dari yang tidak kita lihat dan dasar dari semua yang kita harapkan”, seperti tertulis dalam surat Ibrani 11. Ada baiknya kita bersikap positif terhadap ketidaktahuan kita akan misteri hidup. Malah bila anda mau lebih maju, adalah karunia Tuhan bahwa kita tidak tahu banyak hal. Dengan ketidaktahuan itu kita berserah, kita percaya, kita beriman, kita berTuhan. Dengan demikian, sebenarnya ketidaktahuan itu bisa dipahami sebagai rahmat. Ketidaktahuan di sini pastilah berbeda dengan a vidya atau awidya (a: tidak; vidya/widya: tahu) dalam agama Budha. Istilah a vidya yang dalam agama Budha dipahami sebagai dosa dan penyebab kesengsaraan manusia, lebih dimaksudkan pada ketidakmengertian batiniah manusia tentang jalan menuju nirwana (salvific theory of Buddhism). Adapun ketidaktahuan dimaksudkan sebagai rahmat dalam ulasan ini adalah ketidaktahuan manusia sebagai realita keterbatasannya mencermati diri dan dunianya. Banyak hal yang tidak kita ketahui, banyak hal yang menjadi misteri dalam kehidupan manusia. Siapa tahu apa yang tepatnya akan terjadi di Indonesia di waktu-waktu mendatang, siapa tahu berapakah jumlah rambut yang masih bertahan hitam di tengah proses pengubanan, siapa tahu wajah janin yang masih sedang dikandung ibunya? Banyak yang kita tidak tahu. Namun justru itulah hidup mendapatkan kemanusiawiannya. Misteri itu Religius Ayub dan sahabat-sahabatnya (Elifas, Bildad, Sofar) menyelamkan diri mereka ke dalam pertanyaan-pertanyaan dan jawabanjawaban yang begitu dalam dan mengagumkan tentang misteri kehidupan seolah mereka tahu semua. Pelbagai teori muncul, pendapat diajukan ini dan itu, sanggahan diberikan itu dan ini, pemetaan-pemetaan orang terhadap hidup dimunculkan. Demikian pula dengan pemetaan-pemetaan tentang Tuhan dan keterlibatan Tuhan di dalam kehidupan. Mereka bicara tentang Tuhan seolah mereka ahli Tuhan! Membicarakan tentang Tuhan pastilah masih sehat, namun memasukkan realita Tuhan ke dalam pendapat orang secara aksiomatis pastilah bukan hanya tidak tahu diri, tidak sopan namun juga sekaligus berbahaya. Secara intuitif, empiris, kognitif kita mestinya sadar bahwa pengetahuan manusia tentang Allah tidak mungkin tidak terbatas. Seharusnya orang menjadi sangat sadar bahwa memang hidup, kehidupan, Allah, bahkan diri sendiri adalah sesuatu yang misteri. ”Sesungguhnya agunglah rahasia ibadah kita (kai chomologoumenoos mega estin to tes eusebeias musterion/Yunani)”, tulis Paulus (I Timotius 3:16). Sadar bahwa kita, manusia, tidak akan bisa mengerti segala rahasia merupakan sikap batin yang baik. Bukan sebaliknya. Thomas Aquinas, salah seorang teolog paling brilian di milenium yang baru lewat, dalam komentarnya yang terkenal atas De Sancata Trinitate, karya Boethius mengatakan ada 3 cara untuk mengenal Tuhan: (1)dalam ciptaan, (2)dalam tindakan Tuhan sepanjang sejarah, (3)dalam bentuk tertinggi pengetahuan tentang Tuhan: mengenal Tuhan tamquam ignotum (mengenal Tuhan sebagai yang tidak dikenal). Bentuk tertinggi dari pembicaraan

mengenai Tuhan adalah mengetahui bahwa orang tidak tahu. Dalam pendahuluan Summa Theologica, yang merupakan ringkasan dari semua teologi yang ditulisnya, Aquinas berkata, ”Mengenai Tuhan, kita tidak dapat mengatakan apakah Dia, tetapi kita bisa mengatakan apa yang bukan Dia. Dengan demikian kita tidak dapat mengatakan bagaimanakah Dia, tetapi mengatakan bagaimanakah yang bukan Dia” (Mello, 210). Aha!!! Setelah Ayub dan sahabat-sahabatnya berdebat panjang, mendalam, berdakik-dakik, berbelit-belit, menukik masuk ke pelbagai sasaran perbincangan, wahana, diskursus (discourse), keluar lagi lalu masuk kembali dengan lebih tajam di pelbagai topik universal – yang masih akan mengundang decak kagum dan keheranan kita sebagai umat milenium ke3, makhluk abad 21, di pasal 38 ini. Tuhan ikut rembugan! Misteri Itu Kaya! Tuhan mengajukan pertanyaan kepada Ayub. Ayub ditantang Tuhan, dan terbukti ia tak mampu bicara banyak lagi. Ternyata begitu banyak hal yang tidak diketahui oleh Ayub. Ayub tak mampu menjawab pertanyaan Tuhan: ”Siapakah dia yang menggelapkan keputusan dengan perkataanperkataan yang tidak berpengetahuan? Bersiaplah engkau sebagai laki-laki! Aku akan menanyai engkau, supaya engkau memberitahu Aku. Di manakah engkau ketika Aku meletakkan dasar bumi? Ceritakanlah kalau engkau mempunyai pengertian! Siapakah yang menetapkan ukurannya – diikuti oleh pertanyaan retoris (yang tak memerlukan jawaban) – bukankah engkau mengetahuinya?” (Ayub 38:2-5a). Setelah ayat ini masih ada 33 lagi pertanyaan yang diajukan Tuhan kepada Ayub di sepanjang pasal 38 dan 39, dan tak satupun dari pertanyaanpertanyaan itu yang mampu dijawab Ayub. Halhal yang ditanyakan Tuhan sebetulnya menyangkut peristiwa sehari-hari, yang seolah biasa-biasa saja, misalnya tentang fajar hari, air laut, bintang indah di angkasa, angin, mangsa singa betina, makanan burung gagak, lamanya kambing gunung beranak, sayap burung unta, tenaga kuda, burung elang yang terbang, dlll. Namun, ketika ke atas hal-hal ”biasa” itu dipertanyakan sebab musababnya, dipertanyakan asal-usul dan penyebab pergerakan alamiahnya, serta pendorong elan vital-nya, maka serta merta Ayub knock out! Kata Ayub kepada Tuhan, ”Sesungguhnya aku ini terlalu hina, jawab apakah yang dapat kuberikan kepada-Mu? Mulutku kututup dengan tangan.” (Ayub 39:38). Di sini marilah kita munculkan kembali pertanyaan kunci kita, Kalau begitu dengan apa misteri hidup ini mesti disikapi sebagaimana mestinya? Bagaimana juga agar burung rajawali yang diceritakan di muka dapat ”bangun” sehingga ia mengerti bahwa ia bukan “ayam”? Ada petunjuk untuk itu. Perhatikan kisah Ayub selanjutnya. Ketika Ayub menanggapi pertanyaan Tuhan dengan mengakui bahwa ia tidak bisa menjawab (39:38), Tuhan ternyata masih meneruskan pertanyaan-Nya. ”Bersiaplah engkau sebagai laki-laki,” demikian suara Tuhan dari dalam badai, ”Aku akan menanyai engkau dan engkau akan memberitahu Aku.” Lalu Tuhan membidikkan pertanyaan yang sifatnya sejenis kepada Ayub. Ada sekitar 14 pertanyaan tentang misteri kekuatan guntur, kuda nil, buaya yang dinarasikan oleh Tuhan dengan demikian dahsyat bahkan berkekuatan kosmis. Tuhan sudah bertanya. Apa jawab Ayub untuk kedua kali? Demikianlah ia berkata, ”Aku tahu bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal. Firman-Mu: Siapakah dia yang menyelubungi keputusan tanpa pengetahuan? Itulah sebabnya, tanpa pengertian aku telah bercerita tentang hal-hal yang sangat ajaib bagiku dan yang tidak kuketahui hanya dengan kata orang saja aku mendengar tentang Engkau tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau. Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu.” (Ayub 42:1-6). Sungguh baik Ayub menyikapi Tuhan dan menyikapi diri sendiri. Dalam dua kesempatan Tuhan membidik, dalam kesempatan itu pula ia mengakui diri sebagai yang sebenar-benarnya tidak tahu. Ayub mengakui kemisterian Allah, Ayub menyadari bahwa apa yang ia anggap tahu ternyata memuat misteri yang tak mampu ia kemukakan jawabnya,kecuali dalam penyerahanNya akan ketidaktahuannya itu yang simultan dengan pengakuannya akan kemahamisterian

Tuhan yang melibatkan diri dalam kehidupan segenap ciptaan. Untuk membantu Ayub mencapai tahap ini, agaknya pertama-tama Tuhan memberikan kesempatan bagi Ayub dan para sahabatnya (sebagai representasi tingkah polah dan sikap hati kita manusia) untuk menjawab, bertanya, menjawab lagi, menganalisa dan sebagainya. Namun setelah tahap itu, Tuhan ingin membuktikan bahwa segala jawaban manusia yang mengatasnamakan diri mengatasi dan menguasai misteri tidaklah valid. Untuk membantu Ayub ke tahap ini, Tuhan dengan bidikan pertanyaannya membawa Ayub ke tahap ”threshold”, tahap ambang batas. Di tahap ambang batas inilah, Ayub ”melihat”, ”bangun”, ”sadar”!!! Apa yang ia lihat, apa yang ia sadari, dan terhadap apa ia bangun? Jawabnya: Misteri kehidupan, – koma – yang betapapun besar toh tetap ada di bawah pengetahuan Tuhan, Allah semesta alam. Di dalam Tuhan Ayub mendapatkan jawaban bahwa hidup memang misteri, memang banyak hal yang di luar jangkauan manusia, tetapi tidak apa-apa, jalan terus bersama misteri, terus hidup bersama misteri, sebab Tuhan lebih besar dari misteri itu. Sebab dalam kekaburan pandang Ayub karena ke-mega-an misteri Tuhan justru jelas, ketika Ayub berada di wilayah ambang batas. Di wilayah itu Ayub peka melihat dan menerima misteri. Ia tidak lagi mengulas ini dan itu seolah-olah ia ahli tentang misteri. Misteri itu besar, namun Tuhan mengatasinya. Bahkan Tuhan itu sebenarnya juga misteri: Ia tamquam ignotum. Cara tertepat berhadapan dengan Tuhan dan juga dengan misteri adalah menyadari diri bahwa dalam relasi dengan Allah yang mengatasi misteri itu kita ada di tahap “threshold”, ambang batas. Namun, itu baru langkah pertama. Ada langkah berikutnya yang merupakan kunci, yaitu bahwa pengertian baru tentang misteri hidup dan tentang Tuhan yang didapatkan Ayub di tahap ambang batas harus dialami sungguhsungguh. Di tahap ambang, reaksi Ayub bukan reaksi kognitif (misalnya: “Nah aku tahu sekarang), melainkan reaksi mengalami (experiencing)! Katanya, “Sekarang mataku sendiri memandang oleh sebab itu akau mencabut perkataanku dan dengan menyesal duduk dalam debu dan abu.” Ia sudah mengalami, jati dirinya berubah seluruhnya. Ia sudah “bangun” sungguh-sungguh “bangun”. “Kebangunan” itu membuat ia dengan utuh lembut penuh menyikapi Tuhan dan menyikapkan diri sebagai yang sadar sekaligus menyesal, sekaligus pula menyatakan “penemuan akan bangun” itu dengan “duduk dalam debu dan abu.” Artinya memang penyesalan, namun penyesalan ini adalah bukti pencerahan! Bangun! Misteri kehidupan Tuhan, dan misteri-Nya akan menggugah orang untuk bangun, sadar penuh bila orang itu mengalami. Mengalami adalah kunci. Dengan mengalami orang menjadi utuh. Seperti orang buta yang tidak tahu warna hijau dan dibantu dengan analogi ”hijau itu lembut seperti sutra” lalu sembuh dari kebutaannya, dan ia sendiri mampu melihat apa itu hijau. Di tahap ini ia mengalami. Di tahap ini konsep tidaklah mencukupi. Hijau tidak lagi ia pahami sebagaimana ia memahami kain sutra, namun hijau ia pahami sebagai hijau! Ia mengalami, ia utuh sadar. Ia bergerak dari anggapan diri sudah tahu ke-pengaku-an diri sebagai tidak tahu (tahap batas), lalu meloncat ke mengalami Tuhan, mengalami misteri. Di tahap ini semua dapat diterima dengan rela dan luas, walau tidak tahu tentang semua-semua. Tidak tahu? Tidak apa-apa, tidak masalah, yang penting adalah mengalami Allah dalam ketidaktahuan kita akan misteri hidup. Yang penting adalah menyadari bahwa ketidaktahuan kita akan misteri justru adalah saat batas di mana kita melihat Tuhan yang bekerja di dalam misteri. Hadapilah misteri masa lalu, kini, dan masa depan! Terimalah dengan tangan terbuka! Demikian juga dengan tahun 2020 ini, sambut dengan sikap batin yang sadar dan mengalami! Maka apapun yang datang dalam kehidupan, apapun itu – pahit, asam, manis atau tawar – tidak akan pernah merenggut kita dari ketakjuban yang penuh syukur akan Tuhan dan misteri kasih-Nya. Selamat meninggalkan tahun 2019 dengan tenang, dan memasuki tahun 2020 dengan hati mantap, teduh, dan terbuka. Terbuka pada Tuhan dan jalan-jalanNya. [DKL]

7


Siraman Rohani

8

VOL. 14/JAN 2020

Tahun Baru: Sebar Harapan dan Bangun Masa Depan (Perenungan atas Mazmur 46:1-3)

S

alam Sorbum! Selamat Tahun Baru 2020 untuk kita semuanya. Kemeriahan pergantian malam Tahun Baru telah berlalu namun benak kita masih dipenuhi dengan berita, video, ulasan, dan deskripsi bencana banjir yang melanda Jakarta, Ibukota Republik Indonesia (RI). Banyak korban berjatuhan justru di saat kemeriahan pernakpernik Natal & Tahun Baru masih terpasang dan masih dirayakan di Jakarta dan di pelosokpelosok Indonesia lainnya. Ironis memang, seakan harapan dan masa depan para korban di tahun yang baru pupus saat banjir bandang datang mengepung Jakarta dan memporakporandakan lingkungan hidup mereka. Kesaksian demi kesaksian semakin menguatkan dampak negatif banjir ini bagi segenap korbannya. Semua kalangan terkena imbas banjir bandang ini. Tak peduli kaya atau miskin. Di hari pertama tahun 2020, seorang bapak korban banjir sedang sibuk menyelamatkan perabot rumah tangga dari banjir yang sudah setinggi paha. Tiba-tiba dia dihampiri anak bungsunya yang berlari sambil menangis dan berteriak mengabarkan kakak sulungnya yang meninggal tersengat aliran listrik. Tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya dia berlari menuju tempat kejadian. Betapa hancur hati bapak tersebut melihat putra sulungnya sudah terbujur kaku tak bernyawa tertutup kertas koran lusuh yang menutup jasad putranya. Ternyata ada kabel yang terkelupas pada tiang listrik yang dipegang putra sulungnya secara tidak sengaja. Pihak PLN telah meminta maaf kepada keluarga atas kelalaian mereka dan telah memberikan bantuan dana kepada keluarga bapak tersebut. Walaupun banjir tidak memandang korbannya, namun jelas mereka yang tak berpunya selalu menjadi korban yang paling menderita. Foto di atas secara simbolis menggambarkan sebuah realita saat banjir terjadi di Jakarta dan daerah sekitarnya. Foto tersebut menceritakan keadaan sebuah hotel berbintang di Jakarta yang sama sekali tidak terdampak banjir karena dibangun lebih tinggi dari paras jalan dan lingkungan sekitarnya. Sehingga saat banjir datang tingginya luapan air banjir tidak sampai masuk dan menggenangi kolam renang eksklusif yang mereka miliki. Kenyamanan dan kemewahan hotel tetap bisa mereka pertahankan dan persembahkan ke tamu-tamu mereka. Sementara di luar tembok hotel, tim SAR dan masyarakat setempat berusaha keras menyelamatkan diri dan mengamankan korban banjir lainnya. Cerita dan kesaksian seperti di atas bisa kita dapatkan tersebar di banyak media sosial di awal bulan Januari 2020. Berempati dengan para korban banjir bandang Jakarta kita

foto: https://tirto.id/nasib-si-kaya-dan-si-miskin-dalam-kepungan-banjir-jakarta-eq9Z

dengar seakan mereka bertanya-tanya: Masih adakah harapan? Masih cerahkah masa depan kami? Siapa yang akan menyebarkan harapan? Bagaimana kami akan meniti masa depan kami? Di awal tahun baru 2020 ini, saya ingin mengajak kita sekalian merenungkan pertanyaan-pertanyaan reflektif di atas dengan menggunakan inspirasi sebagaimana yang tertulis dalam Kitab Mazmur 46:1-3. Tiga ayat yang ditulis oleh Pemazmur di atas merupakan bait pertama dari trilogi puji-pujian yang tersusun rapi menjadi satu kesatuan guna menonjolkan kehadiran Tuhan yang selalu memberikan kehidupan. Bait pertama (ayat 13) menggambarkan kehadiran Allah ketika bumi dan segala isinya bergoncang. Bait kedua (ayat 4-7) menggambarkan kehadiran Allah sebagai sungai yang membelah kota dan memberi kehidupan pada semua penghuni kota. Bait ketiga (ayat 8-11) menggambarkan Allah sebagai Petarung yang handal, kota benteng yang teguh, pemenang dalam peperangan. Unsur-unsur apokaliptis di dalam tiga bait ini digunakan oleh penulis untuk menghiburkan dan membesarkan hati bangsa itu di tengah krisis yang kini mereka hadapi. Secara tradisional, Mazmur 46 dan ketiga baitnya dipahami sebagai bait-bait Mazmur yang memberikan jaminan bagi umat Tuhan yang kala itu sedang gelisah menjalani masa pengasingan dan masa-masa sesudahnya. Siapapun bakal gelisah dan frustrasi jika harus hidup di tanah pengasingan yang bukan tanah leluhurnya dan bukan tanah kelahirannya. Mereka seperti kehilangan akar tempat kaki

mereka bisa dipijakkan. Demikian pula dengan para korban banjir di Jakarta. Kegelisahan dan frustrasi yang mereka alami seakan berkait kelindan dengan kesulitan hidup yang telah dan akan terus melilit mereka tiap harinya. Bagi yang sudah lebih dari 20 tahun hidup di bantaran sungai Ciliwung, banjir tahunan di Jakarta ini sudah menjadi pil pahit yang harus mereka telan tiap kali musim penghujan datang. Bagaimana kita bisa temukan kehadiran Tuhan yang memberi kehidupan jika hingga hari ini (15/1/2020) sudah diberitakan telah jatuh korban sekitar 67 korban meninggal dunia? Di samping semua hal yang membuat hati kita gelisah dan tidak tenteram di awal tahun 2020 ini, penulis Mazmur ingin mengundang kita sekalian untuk menggaris bawahi keHADIR-an Allah di tengah pergumulan umatNya bahkan dalam situasi & masa terburuk sekalipun. Bagi pemazmur walaupun bencana silih ganti menimpa namun harapan dan masa depan masih ada. Pemazmur menganjurkan para pembacanya untuk: [1] tidak kehilangan fokus pandangan dan memusatkan perhatian hanya pada Tuhan semata terutama saat awan pekat dan badai mengancam (ayat 2-6); [2] mengingat kembali perkara-perkara besar yang Tuhan pernah lakukan bagi semua umatNya terutama saat mereka harus berhadapan dengan lawanlawan mereka (ayat 7-10); [3] Allah memuliakan namaNya sendiri bukanlah demi keuntungan sendiri melainkan untuk memberikan penghiburan bagi umatNya yang hatinya sedang hancur berkeping-keping (ayat 11-12). Lalu, masih adakah harapan di tahun 2020

ini? Masih cerahkah masa depan kita? Siapa yang akan menyebarkan harapan? Bagaimana kita akan meniti masa depan? Adalah tidak mungkin hanya dengan dengan berpangku tangan maka semua pertanyaan tadi bisa terjawab. Bercermin dari bait-bait dalam Mazmur 46 saya ingin mengundang kita sekalian untuk merenungkan beberapa hal. Jika harapan tak kunjung ditemukan, jadilah harapan itu sendiri. Jika masa depan tampak suram, pusatkan perhatian dan pandanglah pada Allah semata. Jika tidak ada yang mau menjadi duta-duta pengharapan maka hitunglah setiap karya Tuhan dalam hidupmu dan jadilah duta-duta harapanNya. Jika jalan setapak menuju masa depan tak tampak dan tertutup lumpur, jangan takut, raih tongkat ziarahmu, ikat tali sepatumu, kencangkan ikat pinggangmu dan majulah setapak demi setapak di tahun baru 2020 ini dengan penuh percaya diri. Tuhan tidak pernah menjamin bahwa hidup kita akan bebas dari bencana. Tuhan juga tidak menjamin bahwa tahun baru 2020 ini akan luput dari segenap derita dan nestapa. Namun Sang Pemazmur mengundang kita sekalian untuk menjadi bagian dari solusi itu sendiri. Kita diundang untuk berani menjadi tanda-tanda harapan bagi mereka yang tidak dapat lagi melihat secercah harapan dalam hidup mereka. Menjadi tanda-tanda harapan maksudnya seseorang yang memiliki tekad hati untuk menjadi pelopor dalam melakukan hal-hal kecil yang dapat membawa imbas munculnya pengharapan-pengharapan baru bagi mereka yang melihat, membaca, dan merasakannya. Menjadi tanda harapan bisa dimulai dari diri sendiri: Maukah saya menjadi inisiator harapan bagi diri saya sendiri? Benihbenih harapan seperti apa yang saya miliki dan bisa saya olah sehingga bisa menghasilkan bibit-bibit harapan baru? Jika ada orang lain yang membutuhkan suntikan harapan baru, bersediakah saya menjadi tanda harapan baru bagi orang tersebut? Semoga pertanyaan-pertanyaan reflektif ini mendorong kita untuk semakin peka dengan ke-'tiadaan'-harapan baik dalam diri kita maupun dalam diri mereka yang ada di sekeliling kita. Kiranya Tuhan memampukan kita sekalian untuk mau tergerak menjadi tanda-tanda hidup dari pengharapan guna meringankan beban penderitaan mereka yang sedang mengalami kedukaan yang mendalam. Tuhan memberkati kita sekalian. Amin. (Adham K. Satria)

UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA

. .






Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.