Koran Kampus UKDW Edisi Oktober 2023

Page 1

UKDW Yogyakarta

17

@UKDWJOGJA @ukdwyogyakarta

10

UKDW Yogyakarta

Alamat Redaksi: Kantor Biro IV UKDW Gedung Hagios Lantai 1 Jl. dr. Wahidin Sudirohusodo 5-25, D.I Yogyakarta Koran Kampus UKDW

OKTOBER 2023

korankampus@staff.ukdw.ac.id

Berkomunikasi dengan Hati Mencipta Harmoni

B E R I TA U TA M A

UKDW & KPU DIY Sepakat Teken Nota Kesepahaman

U

Profil bulan ini: dr. Agustinus Rudolf Phyma

2

Naskah Pemenang Lomba Artikel Jurnalistik

7

niversitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta sepakat menjalin kerja sama dengan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Penandatanganan Nota Kesepahaman terkait “Peningkatan Pemahaman dalam Bidang Kepemiluan dan Demokrasi serta Partisipasi Pemilih di Lingkungan Perguruan Tinggi” dilakukan oleh Dr. -Ing. Wiyatiningsih, S.T., M.T. selaku Rektor UKDW dengan Hamdan Kurniawan selaku Ketua KPU DIY pada hari Kamis, 21 September 2023 di Ruang Seminar Pdt. Dr. Harun Hadiwijono UKDW. Adapun ruang lingkup nota kesepahaman tersebut meliputi fasilitasi pendaftaran hak pilih mahasiswa dalam Pemilu; sosialisasi dan pendidikan pemilih dalam

penyelenggaraan Pemilu serta Pilkada; riset, pengembangan pengetahuan, dan pengabdian Masyarakat dalam bidang kepemiluan; serta program Merdeka Belajar Kampus Merdeka dan pelaksanaan magang. Dr. -Ing. Wiyatiningsih, S.T., M.T. mengatakan UKDW menyambut baik kerja sama ini demi terselenggaranya pemilu tahun depan sehingga berjalan dengan baik. Dalam pemilu sebelumnya, UKDW pernah terlibat dalam kegiatan terkait, terutama tentang pengawasan. Dimana UKDW tergabung dalam Komite Independen Pemantau Pemilu (KIPP). Hamdan Kurniawan menyampaikan kerja sama dengan UKDW ini bukan yang pertama, sebetulnya kerja sama sudah terjalin lama baik yang formal maupun non

formal. Kiprah UKDW dalam Pemilu luar biasa, menerjunkan mahasiswa untuk melakukan pemantauan dalam tahapan pemungutan suara di TPS. Hal ini merupakan sumbangsih kepada negara yang konkret yang sudah dilakukan UKDW. Selain itu, UKDW juga pernah ambil bagian dalam pembuatan aplikasi untuk memberikan layanan dan informasi terkait KPU. Dalam kesempatan tersebut juga dilakukan sosialisasi terkait layanan pindah memilih yang ditujukan bagi para mahasiswa UKDW, sehingga memudahkan mahasiswa yang memiliki KTP di luar DIY untuk tetap dapat menggunakan hak pilihnya di DIY. (Mei)

Foto: Dok./UKDW

Siraman Rohani: Mendalami makna kasih

R

12

ektor Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta, Dr. –Ing., Wiyatiningsih, S.T., M.T., menghadiri forum Association of Christian Universitites and Colleges in Asia (ACUCA) Chapter Indonesia yang digelar pada hari Jumat, 6 Oktober 2023 di Gedung Rektorat Universitas Katolik (Unika) Atma Jaya Jakarta. Forum ACUCA ini dihadiri oleh para rektor Perguruan Tinggi Swasta (PTS) anggota ACUCA di Indonesia dan para kepala direktorat/biro kerja sama atau Kantor Urusan Internasional (KUI). Ada 2 agenda utama dalam pertemuan ACUCA ini yakni pemilihan Ketua ACUCA Chapter Indonesia serta penjaringan pokok-pokok gagasan dan usulan kegiatan yang hendak dibawa ke General Assembly (GA) ACUCA yang akan berlangsung pada 18-20 Oktober 2023 di Korea Selatan. Menyikapi pergantian pimpinan ACUCA Chapter Indonesia, Dr. –Ing Wiyatiningsih, S.T., M.T menyarankan beberapa kriteria bagi calon pimpinan yang baru. “Kriteria rektor yang menjadi pimpinan ACUCA Chapter Indonesia perlu mempertimbangkan aspek kesetaraan seperti gender serta lokasi. Jika saat ini pimpinan ACUCA berasal dari PT di Jakarta, maka sebaiknya pimpinan yang akan datang berasal dari PT di luar Jakarta,” tuturnya. Selain itu, Wiyatiningsih juga menyarankan untuk mempertimbangkan aspek pemerataan, yakni pergiliran PT anggota untuk memegang tampuk kepemimpinan ini. “Jika periode ini kepemimpinana ACUCA dipegang oleh Unika Atma Jaya Jakarta dan sebelumnya dipegang oleh

Rektor UKDW Hadiri Pertemuan ACUCA Chapter Indonesia UKDW Yogyakarta, maka sebaiknya pimpinan ACUCA tidak berasal dari kedua PT tersebut,” tambahnya. Setelah melakukan diskusi dan pooling, maka disepakati bahwa rektor Universitas Dhyana Pura (UNDHIRA) Bali yang menjadi pimpinan ACUCA chapter Indonesia untuk periode kepemimpinan 2023-2025. Setelah pemilihan ketua ACUCA Chapter Indonesia berhasil dilaksanakan, selanjutnya dilakukan FGD bagi para rektor dan kepala direktorat/kantor kerja sama secara terpisah. Para kepala direktorat/kantor kerja sama mendiskusikan kegiatan yang hendak diusulkan sebagai program kerja ACUCA Chapter Indonesia di forum GA ACUCA nanti. Dr. phil. Lucia D. Krisnawati, selaku Kepala Biro Kerjasama dan Relasi Publik UKDW menjelaskan, “Akhirnya kita sepakat untuk mengusulkan 3 program bagi ACUCA Chapter Indonesia di periode mendatang, yakni kuliah tamu bisa dilaksanakan secara kolaboratifi baik dengan moda luring maupun daring. Kedua, summer program yang memungkinkan untuk alih kredit dan diakui sebagai kegiatan inbound dan outbound, dan yang terakhir adalah pertukaran mahasiswa antar anggota ACUCA”. Lucia berharap bahwa 3 program yang diusulkan tersebut nantinya bisa terlaksana sehingga PT anggota ACUCA di Indonesia mendapatkan dampak positif, khususnya bagi program internasionalisasi. (ldk) Foto: Dok./Panitia


VOL.17/ OKT 2023

Misi Kemanusiaan: Perjalanan Seorang Dokter di Papua

P

apua, dengan keindahan alamnya yang memukau dan kekayaan budayanya yang mempesona, sering kali menjadi pilihan bagi para petualang yang memiliki tekad kuat untuk menjalani misi kemanusiaan yang mulia. Di balik hutan belantara dan pemandangan yang spektakuler terdapat tantangan luar biasa dalam bidang pelayanan kesehatan yang membutuhkan perhatian khusus. Seorang dokter yang bernama Agustinus Rudolf Phyma telah berdedikasi untuk meningkatkan kesehatan masyarakat Papua yang sangat membutuhkan. Dokter ini telah mengikuti panggilan hatinya untuk memberikan pelayanan medis di daerah terpencil dan unik. Rudolf adalah alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta angkatan 2010 dan lulus pada tahun 2016. Seorang dokter yang saat ini bertugas di Papua mengatakan dirinya masuk UKDW setelah diberikan info oleh teman bahwa ada Fakultas Kedokteran yang baru dibuka di UKDW. Menurut Rudolf, lokasi UKDW strategis karena terletak di pusat Kota Yogyakarta. Hal lain yang membuatnya tertarik adalah UKDW bisa diibaratkan sebagai Indonesia mini karena teman-teman dari Sumatera sampai Papua dapat dijumpai di kampus ini. Selain itu visi UKDW “menjadi universitas Kristen unggul dan terpercaya yang melahirkan generasi profesional mandiri bagi dunia pluralistik berdasarkan kasih” turut menjadi alasan Rudolf untuk berkuliah di UKDW. “Saya bersyukur bisa berkuliah di UKDW karena mendapat banyak ilmu dan pelajaran berharga. Dosendosennya sangat profesional dalam mengajar. Teman-teman di Fakultas Kedokteran juga sangat welcome dan terasa seperti keluarga sendiri,” tuturnya. Rudolf pun membagikan pemikirannya, "Awalnya, motivasi untuk bekerja di Papua adalah ingin merasakan pengalaman bekerja di tempat yang sangat terpencil. Namun, akhirnya saya merasa nyaman dengan pemandangan alam yang ada di sini, budaya yang masih sangat kental, serta keramahan masyarakat Papua. Selain itu, kebutuhan akan dokter di puskesmas yang ada di Papua sangat tinggi." Motivasi ini mencerminkan hasratnya untuk menjalani penga laman yang

berbeda dan mengejar panggilan hatinya untuk memberikan pelayanan kesehatan di daerah yang membutuhkan. Pengalamannya di Papua telah mengubah pandangan awalnya dan memberinya kesempatan untuk terlibat dalam komunitas yang unik dan ramah. Setelah menemukan motivasi dalam dirinya, dokter ini memulai perjalanan kemanusiaannya di Papua pada tahun 2018. Setelah menyelesaikan masa internship-nya, Rudolf mendengar ada lowongan kerja sebagai dokter di Kabupaten Tolikara, Papua. Tanpa ragu, dia langsung mengirim CV dan persyaratan lainnya ke DINKES Tolikara. Setelah diterima, dia ditempatkan di sebuah distrik yang jauh dari kota utama. Tolikara, seperti banyak daerah di Papua, memiliki tantangan tersendiri dalam hal kesehatan. Mayoritas wilayahnya adalah pegunungan dengan akses transportasi yang terbatas. Jalan-jalan di sini masih berupa jalan tanah, belum diaspal, sehingga perjalanan bisa menjadi tugas yang sulit. Sebagian besar penduduknya adalah petani yang pergi ke kebun, dengan cara naik turun gunung dan berjalan kaki. Akses ke puskesmas juga cukup jauh, membuat pelayanan kesehatan menjadi lebih sulit dijangkau. Untuk mengatasi tantangan ini, Rudolf dan rekan-rekannya menjalankan kegiatan pelayanan di luar gedung setiap bulan. Mereka berjalan kaki ke desa-desa yang berjarak jauh dari puskesmas, naik dan turun gunung untuk memberikan pengobatan serta pelayanan kesehatan kepada masyarakat setempat. Inisiatif ini merupakan bukti nyata dari komitmen mereka untuk memberikan perawatan kesehatan yang sangat dibutuhkan kepada komunitas di daerah terpencil ini. Puskesmas tempat dokter ini pertama kali bekerja adalah Puskesmas Kuari. Di sini, mereka harus berurusan dengan sumber daya medis yang terbatas, termasuk ketiadaan oksigen. Namun, dalam situasi seperti ini, dokter harus mampu memanfaatkan apa pun yang tersedia di puskesmas untuk menyelamatkan nyawa pasien. Salah satu pengalaman yang Rudolf bagikan adalah saat mendapatkan pasien dengan serangan asma berat. Dengan obat yang terbatas, seorang dokter harus bisa mengandalkan pengetahuan dan keteram-

pilan untuk menyelamatkan pasien ini. Meskipun sulit, mereka berhasil menstabilkan pasien tanpa oksigen yang biasanya digunakan dalam kasus serangan asma parah. Namun, tantangan tidak berhenti di situ. Ia pernah menangani pasien dengan keluhan nyeri kepala berat. Setelah melakukan serangkaian pemeriksaan, ternyata pasien ini merupakan seorang penderita HIV. Kadang kala, mereka juga menjumpai pasien dengan penurunan kesadaran yang setelah dilakukan tes ternyata positif HIV. Penyakit HIV, dengan gejala yang sering kali tidak khas, menjadi tantangan tersendiri. Sebagai seorang dokter, mereka harus memiliki kemampuan diagnostik yang baik untuk mengidentifikasi penyakit ini dan memberikan perawatan yang tepat. Di awal tahun 2021, Rudolf diberi mandat untuk menjadi Kepala Puskesmas Kanggime. Hal ini tentu membawa tanggung jawab yang lebih besar, melibatkan kerja sama yang erat dengan berbagai sektor di wilayah kerja puskesmas. Mereka secara rutin mengadakan pertemuan lintas sektor bersama kepala distrik, ketua klasis, kepala desa, kepala suku, tokoh agama, tokoh pemuda, dan pihak TNI/Polri yang beroperasi di wilayah kerja puskesmas mereka. Dalam forum ini, mereka membahas berbagai permasalahan kesehatan yang ada di wilayah kerja puskesmas dan berusaha mencari solusi bersama untuk menangani masalah tersebut. Kolaborasi ini menjadi kunci dalam meningkatkan akses dan pelayanan kesehatan di daerah terpencil Papua. Kerja sama lintas sektor memungkinkan mereka untuk memahami kebutuhan unik komunitas dan merancang solusi yang sesuai. Sumber daya medis yang terbatas adalah salah satu tantangan utama dalam memberikan pelayanan kesehatan di Papua. Ketika pertama kali tiba di Tolikara, dia bekerja di puskesmas dengan alat kesehatan dan obatobatan yang terbatas. Namun, seiring berjalannya waktu, ada perbaikan dari Dinas Kesehatan setempat sehingga alat kesehatan serta obat-obatan menjadi lebih lengkap. Dalam situasi dimana sumber daya medis terbatas, seorang dokter harus menjadi kreatif dan fleksibel. Mereka harus belajar untuk mengoptimalkan penggunaan sumber daya yang tersedia dan menyediakan perawatan yang terbaik dengan apa yang mereka miliki. Ini adalah bagian integral dari pekerjaan mereka di Papua, di mana ketersediaan alat kesehatan dan obat-obatan tidak selalu dijamin. Kolaborasi dengan organisasi non-pemerintah (NGO) dan badan pemerintah setempat telah membantu Rudolf dalam menjalani karir medis di Papua. Kerja sama dengan Dinas Kesehatan Tolikara yang berjalan dengan baik juga memungkinkan mereka untuk lebih efektif dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat Papua. Pekerjaan Rudolf dinilai telah memberikan kontribusi signifikan

dr. Rudolf Alumni FK UKDW

dalam memperbaiki kondisi kesehatan di wilayah terpencil Papua. Kisah dr. Rudolf adalah cerminan dari dedikasi dan semangat untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada mereka yang membutuhkan, terlepas dari tantangan dan keterbatasan yang mungkin ada. Papua adalah tempat di mana pengabdian kemanusiaan menjadi penting, dan dokter ini adalah salah satu pahlawan yang bekerja keras untuk memastikan bahwa masyarakat di daerah tersebut mendapatkan perawatan kesehatan yang layak. Dengan keyakinan dan harapan untuk masa depan yang lebih baik, mereka adalah inspirasi bagi banyak orang yang ingin mengabdikan diri dalam dunia medis dan misi kemanusiaan di Papua yang indah. Dalam rangka memperingati Dies Natalis ke-61 Duta Wacana, dr. Rudolf turut mendoakan UKDW supaya terus berjaya dan mencetak generasi unggul untuk pembangunan Indonesia khususnya di wilayah Indonesia bagian timur. “Saya harap dokterdokter baru lulusan UKDW dapat berkarya di tempat terpencil seperti di wilayah Indonesia timur yang masih sangat membutuhkan dokter,” pungkasnya. (Vio)

REDAKSI KORAN KAMPUS PENANGGUNG JAWAB PIMPINAN REDAKSI WAKIL PIMPINAN REDAKSI

: Pdt. Wahju Satria Wibowo, Ph.D. : Dr. Phil. Lucia Dwi Krisnawati, S.S., M.A. : Christina Angelina Puspitasari

EDITOR

LAYOUTER

Mei, Iit, Anti

Putra & Dimas

KORAN KAMPUS BISA ANDA DAPATKAN SECARA ONLINE MELALUI

https://issuu.com/korankampus_ukdw Redaksi menerima tulisan dari warga kampus berupa artikel, laporan kegiatan dan foto-foto yang membangun harapan. kirim ke alamat Redaksi atau melalui email : korankampus@staff.ukdw.ac.id


VOL.17/ OKT 2023

Universitaria

3

UKDW Gelar Pelantikan dan Peneguhan Dekanat Periode 2023-2027

Foto:Dok./UKDW

R

ektor Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta, Dr.Ing. Wiyatiningsih, S.T., M.T., melantik para dekan fakultas di lingkungan UKDW untuk periode 2023-2027, terhitung mulai tanggal 1 Oktober 2023 – 30 September 2027. Pelantikan berlangsung di Auditorium Koinonia UKDW pada hari Senin, 2 Oktober 2023. Berikut nama-nama pejabat yang dilantik: Dekanat Fakultas Teologi Universitas Kristen Duta Wacana Periode 20232027 Ÿ Pdt. Prof. Robert Setio, Ph.D. sebagai Dekan Ÿ Pdt. Handi Hadiwitanto, Ph.D. sebagai Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kaprodi Filfasat Keilahian Program Magister Ÿ Pdt. Daniel K. Listijabudi, Ph.D. sebagai Kaprodi Filsafat Keilahian Program Sarjana Ÿ Pdt. Paulus Sugeng Widjaja, MAPS, Ph.D. sebagai Kaprodi Doktor Teologi Ÿ Pdt. Dr. Wahyu Nugroho, M.A. sebagai Wakil Dekan Bidang Keuangan, SDM, dan Sarana Prasarana Ÿ Pdt. Dr. Frans Setyadi Manurung, S.Si., M.Th. sebagai Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Alumni, dan Kerjasama

Dekanat Fakultas Bisnis Universitas Kristen Duta Wacana Periode 20232027 Ÿ Dr. Perminas Pangeran, SE., M.Si. sebagai Dekan Ÿ Dr. Andreas Ari Sukoco, M.M.,M.Min. sebagai Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kaprodi Magister Manajemen Ÿ Dr. Elok Pakaryaningsih, M.Si. sebagai Kaprodi Manajemen Ÿ Rossalina Christanti S.E., M.Acc. sebagai Kaprodi Akuntansi Ÿ Eka Adhi Wibowo, S.E., M.Sc. sebagai Wakil Dekan Bidang Keuangan, SDM, dan Sarana Prasarana Ÿ Lucia Nurbani Kartika, S.Pd., Dipl.Secr., M.M. sebagai Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Alumni, dan Kerjasama Dekanat Fakultas Arsitektur dan Desain Universitas Kristen Duta Wacana Periode 2023-2027 Ÿ Dr. Imelda Irmawati Damanik, S.T., MA(UD) sebagai Dekan Ÿ Dr. -Ing. Ir. Winarna, M.A. sebagai Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kaprodi Magister Arsitektur Ÿ Linda Octavia, S.T., M.T. sebagai Kaprodi Arsitektur Ÿ Winta Tridhatu Satwikasanti, S.Ds., M.Sc., Ph.D. sebagai Kaprodi Desain Produk Ÿ Christian Nindyaputra Octarino., S.T., M.Sc. sebagai Wakil Dekan Bidang Keuangan, SDM, dan Sarana Prasarana

Ÿ

Adimas Kristiadi, S.T., M.Sc. sebagai Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Alumni, dan Kerjasama

Dekanat Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Duta Wacana Periode 2023-2027 Ÿ Restyandito, S.Kom., MSIS., Ph.D. sebagai Dekan Ÿ Argo Wibowo, S.T., M.T. sebagai Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kaprodi Sistem Informasi Ÿ Joko Purwadi, S.Kom., M.Kom. sebagai Kaprodi Informatika Ÿ Gloria Virginia, S.Kom., MAI., Ph.D. sebagai Wakil Dekan Bidang Keuangan, SDM, dan Sarana Prasarana Ÿ Matahari Bhakti Nendya, S.Kom., M.T. sebagai Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Alumni, dan Kerjasama Dekanat Fakultas Bioteknologi Universitas Kristen Duta Wacana Periode 2023-2027 Ÿ Dr. Charis Amarantini, M.Si. sebagai Dekan Ÿ Dwi Aditiyarini, S.Si., M.Biotech., M.Sc. sebagai Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kaprodi Biologi Ÿ drh. Vinsa Cantya P., SKH., M.Sc. sebagai Wakil Dekan Bidang Keuangan, SDM, dan Sarana Prasarana Ÿ Dra. Haryati Sutanto, M.Sc. sebagai Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Alumni, dan Kerjasama

Dekanat Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana Periode 2023-2027 Ÿ dr. The Maria Meiwati Widagdo, Ph.D. sebagai Dekan Ÿ dr. Christiane Marlene Sooai, M.Biomed. sebagai Wakil Dekan Bidang Akademik Ÿ dr. Yacobus Christian Prasetyo, M.Biomed. sebagai Kaprodi Kedokteran Ÿ dr. Hariatmoko, Sp.B., FINACS. sebagai Kaprodi Profesi Dokter Ÿ dr. Widya Christine Manus, M.Biomed sebagai Wakil Dekan Bidang Keuangan, SDM, dan Sarana Prasarana Ÿ dr. Pradita Sri Mitasari, M.Med.Sc., Sp.PK. sebagai Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Alumni, dan Promosi Dekanat Fakultas Kependidikan dan Humaniora Universitas Kristen Duta Wacana Periode 2023-2027 Ÿ Raden Bima Adi, M.Th., M.A., Ph.D. sebagai Dekan Ÿ Ignatius Tri Endarto, S.Pd., M.A. sebagai Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kaprodi Pendidikan Bahasa Inggris Ÿ Dra. Alviani Permata, M.Hum. sebagai Kaprodi Studi Humanitas Ÿ Dra. Krisni Noor Patrianti, M.Hum. sebagai Wakil Dekan Bidang Keuangan, SDM, dan Sarana Prasarana Ÿ Anesti Budi Ermerawati, S.Pd., M.Hum. sebagai Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Alumni, dan Kerjasama

UKDW Gelar Diseminasi Doktor

U

niversitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta menggelar acara Diseminasi Doktor pada hari Selasa, 26 September 2023 di Lecture Hall Didaktos. Kegiatan yang digelar dalam rangka Dies Natalis ke-61 Duta Wacana ini menjadi wadah yang baik untuk memperkaya pengetahuan sivitas akademika UKDW, dimana budaya berbagi pengetahuan merupakan aktivitas fundamental yang harus dilakukan terus menerus. Sehingga nantinya akan terbuka peluang kolaborasi penelitian di berbagai bidang ilmu dan meningkatkan kualitas penelitian di UKDW supaya semakin berdampak pada perguruan tinggi, mahasiswa, komunitas, maupun dunia industri. Hadir sebagai narasumber dalam acara ini Dr. Gisela Nina Sevani, S.Kom., M.Si., M.M. dari Prodi Informatika Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Kristen Krida Wacana (UKRIDA) Jakarta, Oscar Karnalim, S.T., M.T., Ph.D. dari Prodi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Maranatha Bandung, Dr. Dra. Koniherawati, S.Sn., M.A. dari Prodi Desain Produk Fakultas Arsitektur dan Desain UKDW Yogyakarta, Dr. Ranto Partomuan Sihombing, S.E., M.Si., CSRS dari Prodi AkuntansiFakultas Ekonomi dan Bisnis UNIKA Soegijapranata Semarang,

dan Dr. Anna Purwaningsih, SE., M.Si., Ak., CA. dari Prodi Akuntansi Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY). Dalam sambutannya, Dr.-Ing. Wiyatiningsih, S.T., M.T. selaku Rektor UKDW menyampaikan dari kegiatan ini kita bisa belajar dari para narasumber yang memaparkan hasil studinya, kita juga bisa belajar berpikir kritis mencermati hasil paparan para narasumber. Pada kesempatan tersebut, Dr.-Ing. Wiyatiningsih, S.T., M.T. juga memperkenalkan gerakan “Aku Peduli”, bagian langkah kecil yang dilakukan untuk mencapai visi UKDW di periode 2024-2043 yakni Sustainable Entrepreneurial Research University. “Aku Peduli ini menjadi bagian untuk mencapai inklusivitas dan keberlanjutan atau sustainability. Termasuk kegiatan ini menjadi bagian dari gerakan Aku Peduli, dimana kita punya hasil karya dari studi doktor kita yang bisa dirasakan dan dinikmati oleh seluruh masyarakat. Dampaknya bisa bermanfaat tidak hanya bagi keilmuan namun juga bagi masyarakat. Harapannya semua hal yang bisa kita lakukan untuk menuju inklusivitas dan keberlanjutan ini bisa kita raih melalui setiap kegiatan yang dilakukan oleh sivitas akademika UKDW maupun di empat mitra universitas yang hadir di sini,” terangnya.

Foto:Dok./Panitia Dalam kesempatan tersebut, Dr. Gisela Nina Sevani, S.Kom., M.Si., M.M. memaparkan hasil risetnya yang berjudul “Penggunaan Bobot dan Jarak dalam Feature-Transfer Learning untuk Klasifikasi Gambar”. Dimana pendekatan pemilihan dan pembobotan feature dapat diterapkan untuk menghasilkan representasi fitur objek dari ranah (domain) yang berbeda. Selanjutnya Oscar Karnalim, S.T., M.T., Ph.D. memaparkan hasil risetnya yang berjudul “Building Awareness of Programming Plagiarism and Collusion Through Similarity Feedback Generation”. Dimana sistem pengumpulan tugas memberikan informasi tentang tingkatan kemiripan tugas kode program yang dikumpulkan seorang mahasiswa/kelompok dengan tugas temannya atau kakak

tingkatnya. “Secara umum, siswa dengan pendekatan yang ada lebih paham plagiarisme dan kolusi. Mereka juga cenderung lebih jarang terlibat dalam ketidakjujuran tersebut,” katanya. Sedangkan Dr. Dra. Koniherawati, S.Sn., M.A. menyampaikan mengenai “Estetika Keseharian Masyarakat Pedusunan Pembuat Gerabah di Sambirata, Purbalingga”, Dr. Ranto Partomuan Sihombing, S.E., M.Si., CSRS menyampaikan mengenai “Model Nilai Tambah Penilai Internal Meraih Predikat Wilayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani di Kementerian dan Lembaga”, dan Dr. Anna Purwaningsih, SE., M.Si., Ak., CA. menyampaikan mengenai “Nilai Budaya, Tata Kelola, Dan Manajemen Laba: Studi Lintas Negara Asia Pasifik”. [mpk]


Universitaria

4

VOL.17/ OKT 2023

UKDW Ikuti Rakornas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual

Foto:Dok./Pribadi

S

atuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (PPKS) Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta menghadiri Rapat Koordinasi Nasional PPKS yang diadakan oleh Kemendikbudristek pada 3 Oktober 2023 di Hotel Sheraton Gandaria, Jakarta. Kegiatan ini diikuti oleh perwakilan Satgas PPKS yang berasal dari kurang lebih 250 perguruan tinggi negeri dan swasta di seluruh Indonesia.

Acara terbagi menjadi dua bagian. Yang pertama adalah arahan sekaligus sesi tanya jawab bersama Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim, B.A., M.B.A. yang kerap disapa Mas Mentri serta Dr. Chatarina Muliana Girsang, SH., SE., MH. selaku Ketua Sub-Pokja PPKS Kemendikbudristek. Mas Mentri memberikan apresiasi kepada Satgas PPKS seluruh perguruan tinggi di Indonesia yang telah bergerak melakukan pencegahan dan penanganan kekerasan seksual meski-

pun tidak mudah dan banyak tantangan di level lokal. “Namun PPKS ini selalu saya ceritakan ketika ada pertemuan di level global dan selalu mendapatkan perspektif baik bahwa PPKS mengubah perspektif dunia melihat Indonesia,” lanjut Nadiem Makarim. Selanjutnya, pada bagian kedua dilakukan diskusi kelompok kerja yang terbagi dalam dua kelas, yaitu kelas dosen/tenaga pendidik dan mahasiswa. Perwakilan UKDW untuk kelas dosen/tenaga pendidik adalah Vania Sharleen Setyono, M.Si., dosen Prodi Studi Humanitas yang juga menjabat ketua Satgas PPKS UKDW, sedangakan di kelas mahasiswa diwakili oleh Gracela Gloria Melodia selaku anggota Satgas PPKS yang berasal dari Prodi Bahasa Inggris. Pada sesi diskusi untuk kelas mahasiswa, peserta dari berbagai universitas saling sharing terkait kondisi, kinerja, dan hambatan masing-masing satgas. Ada beberapa pertanyaan pemantik yang diberikan oleh panitia untuk didiskusikan dan dibahas bersama oleh peserta. Pertanyaan tersebut berkaitan dengan kinerja setiap satgas di perguruan tinggi. Selanjutnya, mahasiswa diminta untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok masing masing. Sementara itu, sesi diskusi di kelas dosen, peserta dikelompokkan sesuai dengan status Perguruan Tinggi, yakni PTN-BH (Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum), PTN-

Mahasiswa UKDW Diterjunkan untuk Ikuti KKN Tematik

“Ngudhari Ruwet Renteng” Bersama KRT UKDW

Foto:Dok./Panitia

U

niversitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta menerjunkan 55 mahasiswa untuk mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Kota 2023 di Kelurahan Demangan, Kemantren Gondokusuman, Kota Yogyakarta. Acara penerjunan dilaksanakan di Kantor Kelurahan Demangan pada hari Kamis, 21 September 2023. KKN Tematik Kota ini diikuti oleh mahasiswa dari Program Studi (Prodi) Manajemen, Akuntansi, Arsitektur, Informatika, Sistem Informasi, dan Biologi. Dr. Rosa Delima, S.Kom., M.Kom. selaku Wakil Rektor Bidang Akademik dan Riset (WR1) UKDW menyampaikan KKN merupakan salah satu bagian dari tri dharma perguruan tinggi. Adapun tema KKN yang diambil adalah “Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan Kampung Baca”. “Kami sangat berterima kasih atas kesediaan Kalurahan Demangan untuk memfasilitasi kegiatan KKN yang merupakan media bagi mahasiswa kami untuk belajar. KKN Tematik ini merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang sangat bermanfaat bagi mahasiswa. Harapan kami, kehadiran mahasiswa UKDW mampu memberikan sumbangsih dan peran untuk Kalurahan Demangan. Serta program kerja yang terbentuk sesuai dengan kebutuhan untuk pengembangan Kalurahan Demangan,” tuturnya. Sementara itu, Sunu Sari Husada, S.I.P. selaku Lurah Kalurahan Demangan menyampaikan terima kasih kepada UKDW

yang berkenan melaksanakan kegiatan KKN di Kalurahan Demangan. Selanjutnya, para mahasiswa yang akan melaksanakan KKN diharapkan segera menyesuaikan diri dengan situasi di lokasi dan segera berkomunikasi dengan kelompok masyarakat untuk menyusun program-program yang sesuai. “Harapannya kerja sama ini dapat terus berjalan dan dalam proses KKN nanti para mahasiswa dapat mempraktikkan hal-hal yang telah dipelajari di bangku perkuliahan. Kesempatan ini dapat digunakan untuk menunjukkan kemampuan hidup bermasyarakat dan kemampuan berkomunikasi yang baik dengan tokoh-tokoh masyarakat dan warga setempat. Kami juga berharap bisa berkolaborasi untuk membuat programprogram yang sesuai dengan program Pemkot Yogyakarta dan masyarakat setempat. Khususnya terkait dengan program pengelolaan sampah, karena Kota Yogyakarta sudah masuk dalam kondisi darurat sampah. Diharapkan warga setempat dapat melakukan pemilahan sampah, untuk sampah organik dapat diselesaikan di rumah masing-masing dan sampah anorganik yang bernilai bisa disampaikan ke bank sampah,” terangnya. (mpk)

BLU (Perguruan Tinggi Negeri Badan Layanan Umum), dan Perguruan Tinggi Swasta. Dalam sesi pleno untuk menyampaikan hasil diskusi pararel, disimpulkan beberapa rekomendasi yang bisa ditindaklanjuti bersama di masing-masing kampus, antara lain perlunya standarisasi sarana prasarana untuk pencegahan dan penanganan kekerasan seksual, jaminan penganggaran khusus bagi Satags PPKS, penguatan struktur serta kewenangan PPKS di kampus, referensi atau standaraisasi perhitungan kredit atau pengharagaan untuk Satgas PPKS, serta memasukkan kinerja Satgas PPKS sebagai salah satu IKU Perguruan Tinggi untuk akreditasi. Menanggapi keseriusan kemendikbudristek dalam mengimplementasikan PPKS di lingkungan perguruan tinggi, UKDW berkomitmen penuh untuk menciptakan kampus yang aman dari segala bentuk kekerasan seksual. Pelaporan terkait pelecehan atau kekerasan seksual dapat disampaikan ke Satgas PPKS melalui link bit.ly/pengaduan-PPKS-UKDW. Mari kita #GerakBersama mewujudkan #UKDWKampusAman #BebasdariKekerasanSeksual. (GGM/VS).

Foto:Dok./Panitia

S

ebagai salah satu institusi pendidikan yang ada di Yogyakarta, Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) berkomitmen untuk menyediakan pendidikan berkulaitas dan layanan yang prima. Dengan tujuh fakultas di dalamnya, proses belajar mengajar dan proses administrasi di UKDW tak lepas dari peran Pegawai Akademik (PA) maupun Pegawai Pendukung Akademik (PPA). Pelayanan yang diberikan kepada sivitas akademika dan tamu yang datang haruslah memenuhi standar dan memuaskan. Hal ini penting untuk membangun image yang baik terhadap UKDW. Unit Kerumahtanggaan (KRT) di UKDW merupakan salah satu unit yang memegang peran krusial dalam memberikan pelayanan untuk mendukung berbagai kegiatan di UKDW. Dalam memberikan layanan, maka para pegawai di KRT perlu dibekali dengan pengetahuan dan wawasan tentang bagaimana melayani dengan baik (service excellence) dan membangun tim kerja yang solid. Berdasarkan hal tersebut, Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) UKDW bekerjasama dengan Lembaga Pelayanan Kerohanian, Konseling dan Spiritualitas Kampus (LPKKSK) menyelenggarakan pelatihan bagi seluruh pegawai KRT sebagai upaya pengembangan diri dan penyegaran bagi para pegawai KRT. Pelatihan tersebut dilaksanakan di Omah Babadan UKDW, pada tanggal 17 – 18 Oktober 2023. Selain sebagai sarana untuk mengembangkan diri dan penyegaran

pikiran, kegiatan ini juga bertujuan untuk membentuk tim yang lebih solid dari sebelumnya serta membentuk kembali motivasi kerja dan mempersiapkan pegawai menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi di masa depan. Pelatihan ini mengambil tema yang cukup unik, yaitu “Ngudhari Ruwet Renteng”. “Ngudhari Ruwet Renteng” sendiri berasal dari bahasa Jawa yang bisa diartikan sebagai mengurai benang yang kusut. Setiap pribadi pasti mempunyai persoalan, baik itu masalah pribadi, masalah dengan orang lain maupun masalah di tempat kerja. Dalam pelatihan ini, PSDM membantu memberikan kesempatan kepada para peserta untuk mengeluarkan isi hati dan pikirannya. “Selain mengeluarkan apa yang kami sebut keluhan, setiap pribadi juga kami minta untuk memberikan saran ataupun masukan terkait solusi dari setiap persoalan yang berada di tempat kerja. Dari pelatihan ini, salah satu harapannya adalah semakin peduli dengan lingkungan tempat bekerja,” ujar Wahyu Sapto Dewonugroho, staff PSDM UKDW. Jitendrio Wardhana selaku team pengisi dari LPKKSK mengatakan, “Kami sangat mengharapkan dari acara ini sesuai dengan tujuannya, yaitu terbentuknya teamwork yang kuat dan kemampuan komunikasi yang sehat antar personel dalam unit KRT agar tercipta suasana kerja yang semakin kondusif.” (Adhimas)


Program Studi

VOL.17/ OKT 2023

5

Dosen FK UKDW Terima Anugerah Academic Leaders

D

osen Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta, Dr. dr. Rizaldy Taslim Pinzon, M.Kes., Sp.S. menerima penghargaan Anugerah Academic Leaders sebagai Peserta Terbaik 2 Kategori Bidang Kesehatan dari Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah V Tahun 2023. Pengumuman dan penyerahan sertifikat pemenang dilakukan secara langsung oleh Plt. Kepala LLDikti Wilayah V, Prof. drh. Aris Junaidi, P.h.D., pada hari Kamis (21/9) di Hotel Grand Keisha, Yogyakarta. Program ini merupakan sebuah award atau penghargaan yang diberikan khusus bagi para dosen berprestasi, yang telah konsisten berkarya dan berinovasi bagi kemajuan pembangunan nasional. Dilansir dari laman lldikti5.kemdikbud.go.id, Prof. drh. Aris Junaidi, P.h.D

menyampaikan bahwa penyelenggaraan kegiatan pemberian anugerah Dosen sebagai Academic Leaders tahun 2023 ini dilaksanakan dengan asas: kebebasan akademik, partisipatif, keterbukaan, akuntabilitas, manfaat (komersial, ekonomi dan atau sosial-budaya), serta keberlan-jutan. Sedangkan tujuan dari penyelenggaraan kegiatan pemberian anugerah Academic Leaders, antara lain adalah: 1. Memberikan dorongan kepada dosen agar terpacu untuk mengembangkan ide kreatif dalam implementasi Merdeka Belajar, Kampus Merdeka dan secara nyata berkontribusi terhadap pencapaian indikator kinerja utama (IKU). 2. Membangun iklim kondusif penguatan dan pengembangan inovasi sebagai outreach dari riset Iptek dalam penciptaan nilai tambah komersial, ekonomi dan atau

sosial budaya secara berkelanjutan melalui kerjasama dengan berbagai pihak, baik di tingkat nasional maupun internasional. Untuk mencapai Indikator Kinerja Utama pada tingkat kementerian, maka perguruan tinggi memiliki peran yang sangat penting dan strategis. Keberhasilan perguruan tinggi dalam mencapai IKU sangat ditentukan oleh pemimpin akademik (academic leader), yaitu dosen yang memiliki visi keilmuan yang sangat jelas, menginspirasi rekan sejawat, dosen muda dan mahasiswa, unggul dalam 2 menghasilkan karya inovatif yang sering dijadikan rujukan sejawatnya, diterapkan oleh masyarakat, pemerintah, dan dunia industri, serta mendapat pengakuan baik nasional maupun internasional. “Secara ringkas, keberhasilan perguruan tinggi sangat

ditentukan oleh dosen dengan kapasitas sebagai Academic Leader yang visionary, innovative, inspiring and excellent,” ungkap Prof. Aris. Selain itu Prof Aris juga menyoroti pentingnya dosen dan perguruan tinggi untuk mendokumentasikan portofolio para dosen dengan rapi dan lengkap. “Adapun yang perlu dibenahi dari perguruan tinggi yang merupakan salah satu evaluasi dari kegiatan ini antara lain link yang tidak bisa dibuka, atau link yang terkunci; dengan kondisi tersebut maka peserta tidak mendapat tambahan skor penilaian. Tertunya hal ini sangat disayangkan karena merugikan peserta,” pungkasnya. (Mei)

UKDW Berpartisipasi dalam Radio Sastra FSY 2023

D

inas Kebudayaan Pemerintah Kota Yogyakarta tahun ini mengadakan Festival Sastra Yogyakarta (FSY) agar lembaga-lembaga pendidikan yang tidak mengenal sastra menjadi mengenal sastra, sehingga sastra memiliki relevansi dengan beragam dimensi hidup. Sastra dapat dipahami sebagai media yang berperan penting dalam membangun budaya dan citra bangsa. FSY 2023 ini mengusung tema SILA yang dimaknai duduk bersila, kontemplatif, mendengar, dan melihat kedalaman realitas hidup. FSY 2023 diisi dengan beragam rangkaian acara, salah satunya Radio Sastra dimana Program Studi (Prodi) Studi Humanitas menjadi salah satu mitra kolaborator penyelenggara acara tersebut. Acara yang diadakan di Atrium Agape UKDW pada hari Jumat, 6 Oktober 2023 ini menjadi ajang pertama bagi teman-teman di Prodi Studi Humanitas untuk menampilkan atau mengekspresikan karya sastra. Dalam festival ini tak hanya mahasiswa Prodi Studi Humanitas yang berpartisipasi, ada juga dosen, staf, dan mahasiswa dari prodi lain yang turut berpartisipasi dengan menampilkan musikalisasi puisi, bernyanyi, dan membacakan puisi. Bahkan orang-orang yang niatnya menikmati acara justru terdorong ikut serta membacakan puisi. Adapun para peserta yang berpartisipasi dalam acara tersebut antara lain: Ÿ Aloysius Airlangga Bajuadji, S.Kom., M.Eng. (Kepala Unit PUSPINdIKA): Musikalisasi Puisi “Aku Kehabisan Warna” dan “Tak Berarti Terbaik” Ÿ David Ryan Sitorus (Mahasiswa Fakultas Teologi): Pembacaan Puisi “Pesan Pencopet Kepada Pacarnya” Ÿ Pdt. Dr. Jozef M.N. Hehanussa, M.Th. (Dosen Fakultas Teologi): Pembacaan Puisi “Cerita Buat Dien Tamaela” Ÿ Geofani Mikhael Joseph Setiawan, Mery Agusti, Adellia Jeanief Anindita (Mahasiswa Prodi Studi Humanitas): Musikalisasi Puisi “Aku Ingin” Ÿ Gracela Gloria Melodia (Kelompok Studi Gender): Pembacaan Puisi “Kepada Perempuan” Ÿ Vania Sharleen Setyono, M.Si.TEOL (Dosen Prodi Studi Humanitas): Pembacaan Puisi “Kebahagiaan” Ÿ Andika Pratama dan Cinde Larasati (Komunitas Akarua) : Pembacaan Puisi “Pasar Sentul” Ÿ Arian Wandik, Diandra Elisabeth Hutama, Anastasya Wahyuning Kusuma W. (Mahasiswa Prodi Studi Humanitas): Musikalisasi Puisi “Kebenaran” Ÿ Marthen Luther Degeli (Mahasiswa Prodi Studi Humanitas): Pembacaan Puisi “Lawan” Ÿ Zefan Nugraha (Mahasiswa Prodi Studi Humanitas): Pembacaan Puisi “Mulih” Ÿ Hendra Sigalingging, S.S., M. Hum. (Dosen Prodi Studi Humanitas): Pembacaan Puisi “Pintas Alas” Acara ini mendapatkan respons yang positif dari peserta maupun penikmat sastra yang menonton. Arian Wandik, mahasiswa PSH UKDW 2023 mengatakan, "Saya

Foto: Dok./Panitia

merasakan ketegangan saat membawakan sebuah musikalisasi puisi, karena harus menyesuaikan dengan perasaan puisi yang dibawakan, baik itu rasa sedih atau senang. Soalnya belum pernah menyanyikan lagu yang bergenre puisi dan musik. Ini kali pertama juga buat menampilkan semua musikalisasi puisi di depan-depan orang". Sementara itu, Adellia Jeanief Anindita yang juga mahasiswa PSH UKDW 2023 menyampaikan bahwa dirinya merasa senang dan bangga, karena tidak menyangka ternyata dirinya bisa tampil seperti ini, apalagi sebelumnya ia tidak tertarik dengan musikalisasi puisi. "Awalnya terpaksa tampil karena ditunjuk, namun setelah dipikir-pikir kembali, cukup menarik untuk menantang diri sendiri dan keluar dari zona nyaman. Setelah selesai tampil, saya sadar ternyata musikalisasi puisi semenarik itu, terlebih penampilan ini adalah pertama kalinya saya membawakan musikalisasi puisi,” tutur penggemar Taylor Swift ini. Radio Sastra FSY 2023 menghadirkan suasana baru di kampus UKDW. Warna

sastra yang sebelumnya belum pernah ada kini mulai hadir dengan pertunjukan yang diselenggarakan oleh Prodi Studi Humanitas. Harapannya kegiatan-kegiatan serupa mulai lebih sering diadakan dengan semarak sehingga kampus UKDW lebih memiliki cita

rasa sastra. Kegiatan seperti ini diperlukan untuk membantu sivitas akademika untuk mengolah rasa dan diri melalui perjumpaan dengan karya sastra. (AR)

Ralat Artikel

S

ehubungan dengan artikel berjudul “Fakultas Kedokteran UKDW Berhasil Menjadi Juara Lomba Video Pembelajaran.” yang dimuat di Koran Kampus Edisi September 2023 halaman 7 terdapat ralat sebagai berikut: Tertulis: … serta tim 2 yang dipimpin oleh dr. Lothar Matheus Manson Vanende Silalahi, Sp.N., beranggotakan Gilbert Christhew Gunawan dan Andreas Mercyan Anggitama yang merupakan mahasiswa angkatan 2020 serta Ade Prasetya Putra Wibawa mahasiswa angkatan 2021.

Seharusnya: …serta tim 2 yang dipimpin oleh dr. Lothar Matheus Manson Vanende Silalahi, Sp.N., beranggotakan Arya Taksya Bagaskara, Gilbert Christhew Gunawan, Andreas Mercyan Anggitama yang merupakan mahasiswa angkatan 2020 serta Ade Prasetya Putra Wibawa mahasiswa angkatan 2021. Demikian disampaikan, mohon perhatiannya. Redaktur Koran Kampus UKDW


Program Studi

6

VOL.17/ OKT 2023

Fakultas Bioteknologi Sambut Peluang Kerjasama dari Prodi Doktor Biologi UNS

F

akultas Bioteknologi Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta menerima kunjungan dari Program Studi Doktor Biologi Universitas Sebelas Maret (UNS) dalam rangkan penjajakan kerjasama pada hari Rabu, 4 Oktober 2023 di Ruang Seminar Pdt. Dr. Harun Hadiwijono. Tim Prodi Doktor Biologi UNS dipimpin oleh Prof. Dr. Sunarto, M.S. selaku Ketua Program Studi Doktor (S3) UNS yang didampingi oleh empat orang dosen Prodi Doktor Biologi yaitu Dr. Tetri Widiyani, S.Si., M.Si; Dr. Edwi Mahajoeno, M.Si; Dr. Widya Mudyantini, S.Si., M.Si; Dr. Ari Susilowati,

S.Si.,M.Si; dan Atik Dwiningsih, A.Md selaku staff Prodi Doktor Biologi, serta Ari Pitoyo, S.Si, M.Sc. selaku Pengelola Jurnal Biodiversitas. Rombongan tersebut disambut langsung oleh Dr. Charis Amarantini, M.Si., (Dekan Fakultas Bioteknologi UKDW), Dwi Aditiyarini, S.Si., M.Biotech., M.Sc. (Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kaprodi Biologi), drh. Vinsa Cantya P., SKH., M.Sc. (Wakil Dekan Bidang Keuangan, SDM, dan Sarana Prasarana), Dra. Haryati Sutanto, M.Sc. (Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Alumni, dan Kerjasama), para dosen di Fakultas Bioteknologi UKDW serta para

alumni Fakultas Bioteknologi yang sedang mengambil maupun yang telah menyelesaikan program S2. Dalam kesempatan tersebut ada tiga topik yang dibahas yakni sosialisasi Program Doktor/S-3 Prodi Biologi UNS, penjajakan peluang kerjasama dalam melaksanakan penelitian dan penjajakan sharing fasilitas laboratorium yang menunjang pelaksanaan penelitian, serta publikasi jurnal Biodiversitas (Q3). Dr. Charis Amarantini, M.Si. menyebutkan Jurnal Biodiversitas (Journal of Biological Diversity) merupakan salah satu jurnal yang telah terindeks/terdaftar di

Scopus Q3. Jurnal ini memiliki ruang lingkup membahas seluruh aspek keanekaragaman hayati tumbuhan, hewan, dan mikroba pada tingkat gen, spesies, dan ekosistem serta etnobiologi. “Tim UNS bersedia memberikan bantuan untuk memfasilitasi pelatihan penulisan publikasi yang baik agar dapat memenuhi kriteria publikasi dalam Jurnal Biodiversitas,” katanya. (FBio/CA)

Museum, Membuka Mata, Menyatukan Rasa

A

pa yang dipikirkan ketika mendengar kata museum? Tua? Kuno? Belakangan ini museum sudah mulai banyak dikunjungi oleh anak muda. Namun sayangnya, seringkali museum dikunjungi hanya sebagai tempat untuk berfoto ria. Museum dianggap sebagai tempat kuno, berdebu, dan antik sehingga tidak relevan bagi masa kini. Kadang, anak muda pun hanya datang ke sebuah pameran atau museum hanya untuk keperluan foto estetik dan postingan instagram. Penulis pernah menyaksikan sepasang muda-mudi yang datang ke museum untuk berfoto di depan sebuah karya tanpa melihat deskripsi karya tersebut. Hal ini menjadi sesuatu yang miris bagi generasi muda, yang memahami bahwa museum atau pameran hanyalah sebuah tempat yang didatangi ketika sedang viral. Pada masa kini, museum telah kehilangan esensinya sebagai wadah untuk membuka mata dan rasa dalam memaknai perjalanan dalam berekspresi untuk menjadi seorang manusia. Dalam memahami suatu kebudayaan, kami sadar bahwa perlu sekali untuk belajar esensi suatu budaya dan bagaimana suatu budaya itu dimaknai pada zamannya. Budaya tidak muncul secara tiba-tiba dari langit tanpa sebuah latar belakang yang jelas. Sebuah budaya pasti selalu berangkat dari kebiasaan yang nilainya lama kelamaan dipahami sebagai sebuah identitas suatu etnis atau masyarakat tertentu. Salah satu contoh di Indonesia, dimana kita terbiasa untuk bertutur dengan kalimat maupun bahasa yang lebih sopan kepada orang yang lebih tua dan kebiasaan ini dinilai baik sehingga menjadi sebuah budaya yang mendarah daging. Bagi masyarakat di negara

lain, bertutur dengan bahasa yang lebih tinggi pada orang yang lebih tua menjadi sebuah hal yang aneh, karena dalam kebiasaan mereka, semua orang dianggap setara saat proses komunikasi berlangsung. Dalam mewujudkan pemahaman akan sebuah budaya yang sejati, pada tanggal 17 September 2023, Program Studi (Prodi) Studi Humanitas Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta berkunjung ke Museum Sonobudoyo untuk melakukan kegiatan observasi dengan tujuan mengapresiasi tentang kehidupan masyarakat yang selalu bergerak, berkembang, dan menyesuaikan diri dengan setiap keadaan hingga sekarang. Kebetulan, kegiatan ini serupa dengan apa yang dipelajari di mata kuliah kami yaitu Budaya Digital pada materi Dinamika Kebudayaan di Era Informasi Teknologi. Dalam kegiatan ini, kami banyak sekali mengeksplorasi berbagai hal yang ada di museum seperti keris, batik, tombak, wayang kulit, patung, dan topeng. Dinamika budaya mengajarkan kami bahwa sebuah budaya seharusnya tidak dimaknai secara sepele, tetapi juga harus dimaknai apa dan mengapa budaya itu eksis. Di kegiatan kali ini, kami dibagi menjadi 5 kelompok yang terdiri atas 3-4 mahasiswa. Kami diberi tugas oleh dosen untuk membuat kolase foto yang menarik di museum dan membuat dua video sebagai tanggapan dan perbandingan kami tentang sebuah objek. Kami melihat sejumlah peninggalan sejarah kuno hingga berkembang menjadi modern. Kami pun mencari spot video dan gambar untuk membuat kolase foto yang ada di museum. Lalu, kami mulai berinteraksi secara bersamaan dengan pemandu yang ada di

Foto:Dok./Pribadi museum. Kami dibantu oleh seorang pemandu yang mendeskripsikan cerita maupun fungsi dari objek-objek sejarah yang ada di museum. Ada juga salah satu dari kami yang menjelaskan cerita bagaimana batik dimaknai dan digunakan oleh para keluarga ningrat di masa silam. Kami berproses satu sama lain tidak hanya melalui pemaparan pemandu, tetapi juga bagaimana kami menempatkan diri pada zaman objek itu berasal. Melalui pembelajaran di Museum Sonobudoyo, kami melihat bahwa seharusnya empati terhadap sesama manusia terbentuk melalui pemahaman akan asal budaya yang berdinamika seiring zaman, sehingga lebih paham dan mengerti alasan kita melakukannya dalam keseharian. Mungkin, museum tidak menyajikan konten seperti video tiktok

maupun reels yang hanya memberikan rasa kenikmatan di permukaan saja. Namun, museum menawarkan suatu kisah yang ada pada benda-benda yang bisa saja memiliki nilai dan cerita yang kompleks. Sudah seharusnya museum menjadi destinasi para manusia yang mencari jati dirinya karena disinilah tempat untuk menemukan cerita tentang asal muasal manusia. Museum membantu kita untuk belajar tentang cara manusia berdinamika, berkomunikasi satu sama lain, dan berpadu rasa hingga akhirnya terjalin sebuah harmoni yang disebut budaya sehingga mereka layak disebut manusia yang beradab. Museum sudah selayaknya menjadi cermin yang membuka mata manusia kembali tentang mencari arti rasa sesungguhnya, siapakah manusia? [Michelle]

Mahasiswa UKDW Pamerkan Karyanya di Biennale Jogja 2023

H

ampir selama 25 tahun salah satu rumah limasan Jawa yang berusia 44 tahun di daerah Bangunjiwo Bantul terabaikan dan perlahan rapuh bersama waktu. Tahun ini melalui Biennale Jogja, seorang Arsitek asal Serbia bernama Jelica Jovanović, Ph.D., yang memiliki keahlian dalam konservasi dan restorasi bangunan, berkolaborasi dengan mahasiswa Program Studi (Prodi) Arsitektur Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta untuk melakukan workshop dan dokumentasi arsitektur pada rumah limasan Jawa tersebut. Proyek tersebut melibatkan sepuluh mahasiswa berbakat dari mata kuliah Studio Tematik Arsitektur Lokal dan Arsitektur Nusantara yakni Adi Putra Perkasa Pala, Dwi Krisnawan Rose, Hironimus Vegi Santuri Subarno, Ishak Bramsky, Jessica Citra Kusumaningtyas, Klaudius Rangga, Lorens Aser Sulo, Rinno Ferdhian, Winja All Setujuwin Mendrofa, dan Yonathan Wahyu Wijayadi. Kesepuluh mahasiswa terampil ini dibimbing oleh Linda Octavia, S.T., M.T., IAI., Dosen sekaligus Kaprodi Arsitektur,

serta dibantu oleh dua koordinator lapangan, yaitu Hadi Jaya Putra, S.Ars., M.Ars. dan Dewiyanti Serofina Ngamelubun, S.Ars dan tiga supporting team, yaitu Agustina Tri Mulyani, S.Ars., Lintang Lokeswara Paramanandana, S.Ars., dan Wahyu Aji Pamungkas. Para mahasiswa tersebut menghasilkan 6 karya hasil pendokumentasian rumah limasan Jawa tua melalui technical hand drawing dengan sketching style yang bersumber pada kondisi asli bangunan. Hasil karya mereka kemudian dipajang dengan megah untuk dinikmati oleh para pengunjung Biennale Jogja yang berdatangan mulai hari Sabtu, 8 Oktober 2023. Pameran juga diadakan di dalam (inner) bangunan rumah limasan Jawa tua yang ada di Bangunjiwo, Bantul. Tidak hanya dari Indonesia, lebih dari 100 pengunjung dari berbagai belahan dunia menyaksikan karya yang dihasilkan oleh mahasiswa Arsitektur UKDW ini. Rumah limasan Jawa tua Bangunjiwo, yang sebelumnya terbengkalai, kini menjadi pusat perhatian dalam pesta seni internasional.

Foto:Dok./Pribadi “Mengikuti Biennale adalah sebuah petualangan yang penuh kebahagiaan. Di sana, kami tidak hanya mendapatkan pengalaman baru, melainkan juga bertemu dengan teman-teman baru dari berbagai negara yang menginspirasi. Biennale dan Jelica memberikan pelajaran berharga bahwa bahan-bahan di sekitar kita bisa diolah menjadi karya seni yang luar biasa,” ujar Winja, salah satu mahasiswa Arsitektur dari mata kuliah Arsitektur Nusantara. Biennale Jogja merupakan biennale internasional yang berfokus pada seni rupa, diadakan setiap dua tahun sejak tahun 1988.

Tahun ini, berbeda dengan seri Biennale sebelumnya yang mengambil format venue yang tersentralisasi di satu gedung, Biennale Jogja 17 memiliki format venue yang tersebar di berbagai lokasi. Mengangkat tema “Titen: Pengetahuan Menubuh, Pijakan Berubah”, Biennale Jogja 17 memunculkan gagasan tentang trans-lokalitas dan trans-historisitas untuk memberi ruang bagi sejarah yang lain dengan spirit sama. (FAD/HJP)


Pemenang Lomba Penulisan Campus Ministry Artikel VOL.17/ OKT 2023

Menjadi Muslim di Tengah UKDW: Refleksi Singkat tentang Inklusi Kampus Alifea Rabecca Puspita Sari - Mahasiswa Prodi Studi Humanitas

foto:dok./Panitia

M

enjadi seorang perempuan muslim dari Kotagede dengan konteks Muhammadiyah tentu membuat pemilihan terkait pendidikan tidaklah mudah. Hal ini ditambahkan dengan enam tahun menempuh pendidikan di sekolah Islam. Oleh karenanya, melanjutkan pendidikan sarjana dengan program studi yang sesuai di Universitas Kristen bukanlah perkara mudah, walau jurusan yang saya minati hanya ada di UKDW. Ya, jurusan Studi Humanitas, satu satunya alasan yang meyakinkan saya untuk belajar di sana. Dari namanya, Universitas Kristen Duta Wacana, saya membayangkan bahwa banyak ornamen-ornamen kristen yang akan saya temui seperti salib dan hal lainnya. Tidak hanya itu, saya pun beranggapan bahwa akan mempunyai banyak teman dari timur. Kekhawatiran utama saya adalah tentang bagaimana cara untuk berteman dengan perbedaan agama dan suku karena pengalaman itu yang belum pernah saya miliki? Dalam bahasa saya, saya ini terjebak dalam goa dengan satu agama dan suku selama sembilan belas tahun. Tidak hanya saya yang mempunyai kekhawatiran untuk kuliah di UKDW, orang-orang di sekitar saya juga mempunyai kekhawatiran, dimulai dari orang tua yang khawatir karena takut nanti saya tergiur dengan Kristen atau takut ketika saya mendapat pacar yang berbeda agama. Tidak berhenti di situ, kekhawatiran ini sampai pada tetangga saya, "Awas nanti anaknya pindah agama" sering tetangga tetangga mengatakan hal itu. Hal ini ditambah ketika mereka mendengar bahwa saya mendapat beasiswa semakin membesar ucapan yang dikatakan "ah temenku dulu dapet beasiswa tapi dipaksa masuk kristen". Teman-teman saya juga tidak ketinggalan mereka malah beranggapan ketika saya masuk UKDW sama dengan saya menjadi Kristen. Menurut saya, ini kekhawatiran yang tidak logis karena yang saya pikirkan hanya belajar tidak ada yang lainnya. Saya juga tidak mempunyai pandangan untuk berpindah agama. Saya heran mengapa orang-orang beranggapan bahwa ketika kita berada di

suatu tempat yang berbeda keyakinan dengan kita selalu dianggap aneh dan tidak wajar. Apalagi dengan para boomer, yang pada zaman dulu banyak yang sekolah di kristen juga. Saat itu, mereka biasa saja tapi mengapa sekarang hal ini dipermasalahkan? Kekhawatiran yang dirasakan diri saya sendiri dan orang orang di lingkungan saya ini wajar terjadi. Mengingat disekitar saya tidak ada yang pernah melanjutkan pendidikan di tempat yang menjadikannya minoritas. Akan tetapi seluruh kekhawatiran ini tidak sejalan dengan realita. Realita yang saya rasakan ketika sudah menjalani pendidikan di UKDW ternyata tidak semengerikan yang saya bayangkan. Saya minoritas tapi tidak merasakan seminoritas itu. Saya diperlakukan sama dengan yang lain oleh dosen-dosen. Saya juga mendapat teman yang tidak membedabedakan dan mereka menganggap saya seperti keluarganya. Teman-teman yang berbeda agama dan etnis justru membuat mata saya semakin terbuka. Jujur, saya melihat banyak hal baru. Dari teman-teman yang memiliki keberagaman agama dan etnis ini membuat saya tertantang juga untuk belajar akan budaya dari etnis dan agama lain. Tidak hanya agama kristen dan orang timur yang saya temui. Nyatanya lebih beragam dari yang saya bayangkan. Fakta yang tak bisa ditutupi adalah keberagaman di UKDW tidak hanya pada aspek agama. Aspek keberagaman lainnya juga ada di kampus ini, salah satunya keberagaman etnis. Keberagaman etnis di UKDW meliputi etnis Jawa, etnis Papua, etnis Batak, etnis Toraja, etnis Bali, etnis Sunda, dan beragam etnis lainnya. Dari sekian banyak etnis yang ada, etnis Tionghoa menjadi salah satu minoritas yang ada di kampus ini. Oleh karena itu, menjadi menarik untuk diketahui adakah persepsi dan kekhawatiran yang sama dengan kekhawatiran saya di awal sebelum masuk UKDW. Seorang mahasiswa yang saya wawancara adalah seseorang dari etnis Tionghoa jurusan kedokteran. Persepsi dia tentang UKDW adalah "sebagai opsi jika tidak diterima di kampus yang diinginkan dengan jurusan yang

sama, mencari kampus yang memiliki fakultas kedokteran, dengan jarak dari rumah yang tidak jauh, sehingga UKDW jadi pilihan". Dari ini dapat dilihat bahwa persepsinya tentang UKDW tidak semenyeramkan saya. Hal ini juga terjadi lagi ketika saya menanyakan soal kekhawatirannya. Ia menyatakan, "Nggak ada ketakutan atau kecurigaan, terkait atribut keagamaan, karena dari SD sampai SMA, sekolah dengan yayasan katolik dan kristen, jadi tidak ada masalah soal itu. Setelah masuk UKDW, aku bahkan pernah menjadi anggota choir natalan. Dan biasa saja, sih”. Pengalaman menjadi minoritas Tionghoa tadi menggambarkan satu hal. Persepsi dan kekhawatirannya sebagai Tionghoa yang tidak Kristen ternyata sangat berbeda dengan saya. Hal ini bisa disebabkan oleh pengalamannya yang pernah sekolah di sekolah Kristen sebelumnya sehingga tidak lagi memiliki persepsi negatif terkait sekolah Kristen. Hal ini berbanding terbalik dengan saya yang tidak memiliki pengalaman. Oleh karenanya, doktrin-doktrin, pengalaman serta pemahaman yang seolah-olah phobia Kristen sangat berdampak dengan kekhawatiran saya. Pertanyaan kritisnya adalah, darimana sikap intoleransi ini muncul? Sikap intoleransi terjadi karena banyak faktor. Dari sekolah adalah kurangnya pendidikan toleransi di sekolah dan pendidikan keagamaan yang dilakukan saat ini cenderung doktrinasi dan simbol. Sebagai contoh, sifat doktrin yang berlebihan dari guru dan membuat murid tidak bisa mengontrol sehingga tidak mau menerima perbedaan. Akibatnya mereka hanya membela kelompok atau agamanya sendiri tidak hanya itu peraturan sekolah yang mewajibkan muridnya meng-gunakan hijab sehingga yang beragama muslim tetapi memilih untuk tidak berhijab menjadi stigma bahwa dia kurang imannya. Secara lebih luas dalam masyarakat, intoleransi ini terjadi akibat pengalaman, pendidikan, dan media massa sesuai dengan interaksi individu atau kegiatan dalam kelompok. Adanya sifat-sifat atau pemikiran yang tidak kritis sehingga muncul konflik yang menyebabkan lunturnya toleransi. Dari sekian banyaknya faktor penyebab

intoleransi salah satunya dari sekolah. Lembaga pendidikan (sekolah) menjadi inti dari permasalahan intoleransi. Ketika para murid benar-benar paham tentang toleransi dan mempunyai pengalaman keberagaman mereka tidak akan merasa punya ancaman, kekhawatiran, atau hal negatif lainnya tentang etnis atau agama yang berbeda. Dari hal itu, istilah pendidikan inklusi menjadi penting ketika benar-benar diterapkan dalam lembaga pendidikan. Istilah pendidikan inklusif atau pendidikan inklusi merupakan kata atau istilah yang dikumandangkan oleh UNESCO yang berasal dari kata Education for All yang artinya pendidikan yang ramah untuk semua, dengan pendekatan pendidikan yang berusaha menjangkau semua orang tanpa terkecuali. Semua manusia memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk memperoleh manfaat yang maksimal dari pendidikan. Hak dan kesempatan itu tidak dibedakan oleh keragaman karakteristik individu secara fisik, mental, sosial, emosional, dan bahkan status sosial ekonomi. Oleh karenanya, pendidikan inklusi juga harus menyamakan derajat para peserta pendidikan tanpa melihat latar belakang identitas keagamaan atau etnisnya. Hal inilah pula yang sejalan dengan nilai-nilai Kedutawacanaan. Perubahan persepsi saya ada kaitannya dengan salah satu nilai yang ada di UKDW. Nilai itu service to the world yang sama artinya dengan mengutamakan kemanusiaan yang utuh. Artinya tidak membedabedakankan siapapun dari etnis, agama, budaya, ekonomi, dan perbedaan yang lain. Kampus UKDW ini telah berhasil memberi saya pengalaman tentang inklusivitas dengan toleransi. Setidaknya, stigma atau ketakutan saya terkait kekristenan dapat luntur. Harapan saya, pengalaman inklusi saya di UKDW dapat mengembangkan aspek-aspek humanitas saya.

7


Pemenang Lomba Penulisan Artikel

8

VOL.17/ OKT 2023

Hakikat Manusia Sebagai Penyempurnaan Karya Allah Maria Oktaviana Harum - PPA Fakultas Teologi

S

aat sang mentari sudah mulai lelah dan berkemas pulang, seorang wanita seperempat abad sambil tangan kirinya menggenggam telapak mungil berjalan di lorong gelap demi melepaskan kerinduan terhadap kampung halaman. Ada sedikit rasa yang mengganjal dari lubuk hatinya. Pertanyaan menakutkan tentang suatu keprihatinan selalu terbesit di kepalanya. Sesekali dia melihat tatapan dari segelintir orang, selebihnya menyisakan patung-patung tertunduk dengan posisi tangan didepan perut seakan sedang menatap sebuah peluang. Sesaat kemudian terdengar suara gemuruh mesin disertai decitan gesekan dua logam, wanita itu lalu dengan sigap menggendong anaknya untuk memulai perjalanan. Setelah berada didalam sebuah kereta modern, sambil menahan beban berat di lengannya dia berdiri dan menatap sekitar. Tatapannya tak terarah mencari sandaran berarti namun tak menemukannya. Beberapa orang yang ikut didalamnya hanya membisu menatap si wanita dengan penuh tanda tanya. Selain itu bukanlah pemandangan indah disaksikannya, melainkan bongkahanbongkahan batu berbentuk manusia yang sedang duduk menggetarkan perasaannya. Keprihatinan akan empati manusia pada zaman ini memang merupakan sesuatu yang serius dan tak dapat dianaktirikan. Banyak generasi sekarang yang tidak tahu ataupun acuh pada tugas dan hakikat utamanya sebagai anak Allah. Tidak ada satu orang tua pun yang menginginkan anaknya jatuh kedalam penderitaan. Begitu juga dengan Allah yang senantiasa ingin melihat ciptaanNya bahagia. Salah satu kunci dari sebuah kebahagiaan adalah cinta kasih. Kasih terhadap sesama manusia dan segala isi bumi. Kita bisa memulai dengan melontarkan beberapa pertanyaan. Mengapa di hari keenam Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan? Mengapa di hari tersebut Tuhan tidak menghentikan pekerjaan-Nya saja untuk beristirahat karena merasa isi bumi sudah cukup? Bukankah Tuhan bisa dengan mudah mengendalikan tatanan keharmonisan bumi seisinya? Jawabannya tentu tidak. Tuhan Maha Sempurna dan Kesempurnaan itu juga harus dicerminkan pada karya-Nya. Oleh karena itu saat bumi sudah tidak dalam keadaan kosong melompong, dihari keenam Tuhan menyempurnakannya dengan menciptakan sesuatu yang unik daripada yang lainnya, yaitu manusia. Manusia diciptakan segambar dan serupa dengan Allah supaya bisa diberikan tugas dan wewenang atas bumi dan isinya. Hal tersebut yang kadang disalahartikan oleh kita. Karena kita Gambaran Allah dan mempunyai wewenang maka kita bertindak apatis demi kepuasan pribadi. Beberapa kasus salah satunya saat berada didalam kendaraan umum orang-orang dan kebanyakan anak muda tidak mempunyai rasa empati. Mengetahui ada sesama yang tidak mendapatkan tempat duduk padahal menjadi sasaran prioritas kursi, mereka yang bukan prioritas kursi dan sudah duduk hanya cuek saja. Ada yang bermain gawai, asyik bercengkrama dengan kawan, tidur atau parahnya pura-pura tertidur. Miris sekali memang menyaksikan pemandangan tersebut. Kepada sesama manusia saja mereka tidak peduli, apalagi terhadap alam yang tidak berwewenang. Jika keberlanjutan ini dibiarkan, maka kita tidak tahu lagi bagaimana tatanan peradaban

dunia kedepan dan implikasinya terhadap anak cucu kita. Apakah dunia ini akan menuju era kehancuran mengingat semakin tua juga usia bumi. Bagaimana perasaan Allah yang sudah mempercayakan manusia untuk saling menjaga. Allah pasti akan sedih seperti seorang ayah yang sedang meratapi penderitaan anaknya karena kecerobohan dan kebodohan si anak. Pendidikan merupakan salah satu kunci dalam membentuk karakter seseorang yang saat ini sudah mulai terdegradasi. Seperti halnya Universitas Kristen Duta Wacana yang dengan cekatan menanggapi fenomena tersebut. Sebagai sebuah institusi pendidikan, UKDW mempunyai tugas penting tidak hanya mencerdaskan manusia secara kognitif, tetapi juga siap membentuk karakter sesuai dengan tugas perutusan Allah. UKDW melaksanakan fungsinya didasarkan Firman Tuhan dalam Amsal 1:7a “Takut akan Tuhan adalah permulaan Pengetahuan”. Sebagai landasan dasar pijakan dalam berpikir, bersikap dan beraktivitas yang tentunya bersifat sustainable maka lahirlah nilai-nilai UKDW. Obedience to God, Walking in Integrity, Striving for Excellence dan Service to the World selalu digaungkan di seluruh sivitas akademika UKDW. Obedience to God (menaati Allah) merupakan tugas mendasar manusia. Kita sebagai manusia haruslah mempunyai rasa syukur kepada Sang Pencipta. Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya, Allah menciptakan manusia bukan tanpa alasan tapi supaya kita mampu hidup sebagai perpanjangan tanganNya untuk menjaga keharmonisan lingkungan tempat tinggal. Tiada ucapan syukur yang dapat melampaui tindakan baik sebagai wujud rasa terima kasih atas karya penciptaan manusia. Cinta kasih dan kepedulian ter-hadap sesama dan lingkungan alam sebagai salah satu contoh bukti ketaatan kita terhadap Allah. Lewat sesama dan alam sekitar secara tidak langsung dapat membangun relasi manusia dengan Allah. Dalam menciptakan rasa cinta kasih dan kepedulian, kita perlu melangkah dengan Integritas (Walking in Integrity). Integritas diri harus melekat pada setiap kehidupan manusia. Integritas diri menunjukkan kekonsistenan dan kejujuran antara hati, pikiran, kata, dan tindakan. Setiap tindakan ataupun ucapan baik harus berakar dari hati nurani dan pikiran yang ada. Ketulusan sikap baik manusia memang sering dipertanyakan, tetapi lewat nilai-nilai kedutawacanaan kita diajak untuk selalu bertindak dan berucap baik sesuai dengan hati dan pikiran. Allah sudah menyelesaikan pekerjaan baik-Nya dengan menciptakan manusia sebagai penyempurnaan. Sebagai gambaran Allah hendaknya kita juga melakukan yang terbaik (Striving for Excellence). Apakah setiap pekerjaan baik kita hanya untuk mendapatkan penghargaan dari atasan dan rekan kerja? Atau untuk pijakan menuju kenaikan pangkat yang berimbas pada kenaikan gaji? Jika demikian maka kita masih diperbudak oleh sikap apatis demi kepen-tingan pribadi. Setiap pekerjaan baik harus dilakukan sepenuh hati seperti untuk Allah, bukan untuk manusia. Tidak ada yang abadi di dunia ini kecuali kasih Allah terhadap manusia, oleh sebab itu jika setiap pekerjaan baik hanya didasari oleh kepentingan duniawi maka akan sia-sia. Dalam Matius 20:28 ditegaskan bahwa Yesus hadir bukan untuk dilayani,

foto:dok./Pribadi

melainkan melayani. Sebagai manusia hendaknya kita meneladan Yesus Kristus, yaitu Service to the World (Melayani Dunia). Bagaimana kita melayani sesama dan lingkungan sebagai wujud cinta kasih manusia terhadap Allah? Paling dasar adalah cukup memberi pertolongan dengan ketulusan dan kasih yang tercermin dalam perbuatan dan perkataan kita di lingkungan sekitar. Siapakah sesamaku manusia? Kita dapat meneladan solidaritas Yesus Kristus terhadap penyandang disabilitas. Seperti yang tertuang dalam Injil Mat. 4:23-25. Yesus berkeliling mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Allah serta melenyapkan segala penyakit. Teladan Yesus itupun juga dapat dijadikan UKDW sebagai pondasi yang kuat dalam menunaikan tugas perutusan Allah. Memperoleh pendidikan merupakan hak setiap warga negara termasuk bagi para penyandang disabilitas. Para penyandang disabilitas berhak memperoleh pendidikan

yang sama sampai perguruan tinggi. Banyak sekali tantangan yang harus dihadapi seperti stigma masyarakat bahwa penyandang disabilitas tersebut hanya akan menghambat suatu pekerjaan ataupun fasilitas dan proses pembelajaran yang kurang memadahi. Melalui progam Kampus Inklusif, UKDW mencoba mengoptimalkan sistem yang ada. UKDW tak pernah lelah memberikan pendidikan akan pentingnya inklusivitas pada setiap elemen universitas terlebih pada mahasiswa. Hal tersebut dilakukan supaya para penyandang disabilitas di lingkungan kampus tidak merasa tereksklusi. Lewat Universitas Kristen Duta Wacana segala keprihatinan terhadap sikap manusia zaman ini dapat terjawab. UKDW akan terus berupaya menjaga keseimbangan tatanan bumi melalui nilai-nilai kedutawacanaan yang diterapkan pada seluruh sivitas akademika. Harapannya langkah besar tersebut dapat terus berkelanjutan demi mewujudkan tugas perutusan Allah.


Prodi Pendidikan Bahasa Inggris VOL.17/ OKT 2023

New Friends, New Experience, and New Journey at Summer Camp Visual Ethnography 2023

foto:dok./Pribadi

S

ummer Camp Visual Ethnography 2023 is a joint program organized by Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta and Universitas Dhyana Pura (UNDHIRA) Bali. The program ran from July 17 to August 25, 2023, and was divided into four phases that combined online and onsite activities. The first phase was held online from July 17 to July 28. The second phase was conducted in Bali from July 29 to August 4. The third phase occurred in Yogyakarta from August 5 to August 11. Finally, in the fourth phase, the participants finalized their projects and reports. They also met via Zoom to present their experiences. The summer camp brought together students from various countries, including Japan, the Philippines, Germany, and Indonesia. During this camp, participants explored and sought to understand diverse cultures, communities, religions, and other social phenomena using visual materials. Utilizing visual ethnography, participants analyzed these aspects and engaged in discussions, exchanging perspectives about cultural practices, rituals, and traditions within the specific communities or groups

they visited. During the program in Bali, there were several places that the participants visited. On the first day, they joined a campus tour at UNDHIRA. The following day, they visited the Turtle Conservation Education Center (TCEC) in Nusa Dua and Garuda Wisnu Kencana. On the subsequent day, they headed to Ubud to explore Balinese culture and the traditional market. On the fourth day in Bali, they went to Jatiluwih village to learn about Agrotourism and concluded their visit to Bali with a trip to Tanah Lot. From August 4 to August 5, all the participants packed up and were ready to leave for Yogyakarta to continue the program. On the first day in Yogyakarta, the participants headed to the Sacred Heart of Jesus Catholic Church (HKTY Church) in Ganjuran. Then, they continued to Samas Beach to learn about turtle conservation and mangrove planting. The following day, August 7, the participants had a mini workshop on videography onsite and enjoyed teambuilding activities with the UKDW facilitators. On August 8, the participants went to Kampung Wisata Purbayan Kota Gede for a

foto:dok./Pribadi

cooking class with the local people and engaged in a casual discussion about the history, religion, and culture of Kota Gede. To end the day, the participants had a short and enjoyable Karawitan class. On August 9, the summer camp participants visited UKDW for a workshop on recycled fashion. The next day, the participants continued their agenda with a visit to Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat to learn about Javanese culture. Later, they returned to UKDW for a workshop about Javanese culture, focusing on Jamu as a cultural heritage of Indonesia. The participants learned to make Jamu and had the opportunity to taste the traditional beverage. After the engaging Jamu workshop, the participants proceeded to the final activity of the day, a visit to Malioboro. Here, they had free time to shop for batik, kebaya, and souvenirs for their friends. For the last agenda on August 11, the participants visited Prambanan Temple and Plaosan Temple. In the evening, the participants enjoyed a farewell dinner before departing the next day. Finally, the onsite session of the Summer Camp concluded successfully. However, the participants still had a group project to com-

plete. Participants were assigned to make a video related to ethnography. Each group can choose one from the following themes: Local Wisdom-based Natural Conservation, Local Wisdom-based Farming, Balinese and Yogyakarta Culture, Traditional Market, Religious Life, and Community-based Tourism. During the onsite activities, participants were instructed to capture photos and videos, which would be used for their final assignment. There were 17 participants in total: nine from Japan, one from Germany, two from the Philippines, and five from Indonesia. They were divided into three groups, namely Emic, Impartial, and Immersive. All participants eagerly prepared their projects, and on the day of the presentation via Zoom, they expressed their enthusiasm. This event marked the final meeting before the official conclusion of Summer Camp 2023. During the Zoom meeting, everyone expressed gratitude and happiness for their time in Bali and Yogyakarta. We all hope that UKDW and UNDHIRA can continue this amazing program next year. [Ruth Adventina Sawor]

A Groundbreaking Journey: Student Exchange Experience

W

hen I think of a student exchange program, my mind instantly envisions going abroad. However, my experience was far from what I had imagined. As one of the participants in the student exchange, I discovered and unveiled the treasures within my city. Joining the student exchange program was one of the most enthusiastic and transformative experiences I had. My encounter with a new academic environment taught me more than I could ever have imagined. This experience opened my eyes and broadened my perspective on studying. The concept of this student exchange program was simple yet fascinating. It provided students with a significant opportunity to experience a new campus, engage with diverse academic communities, and expand their network. Experiencing academic life outside UKDW and studying with students from another university was both intriguing and exciting for me. My decision to participate in a student exchange program was filled with many doubts. I overthought whether I could survive in a new environment or not. Would I be able to make new friends? Are the lecturers strict, and so on? It was a tough decision since I had to leave my comfort zone. However, an opportunity like this would not come twice. It was the best moment for me to explore a new horizon. After many nights of contemplation, I decided to participate in the student exchange program. Studying at Universitas PGRI Yogyakarta (UPY) presented me with many academic challenges. The teaching methods that the

foto:dok./Pribadi

lecturers applied in the classroom were vastly different from what I was familiar with at UKDW. Not only were the teaching methods different, but the coursework was also quite demanding. However, I saw this as a challenge to learn quickly, adapt to the new academic

environment, and become more responsible and resourceful. This academic challenge made me realize the importance of time management and communication. It also helped me become more self-aware in my independent learning.

Furthermore, experiencing this academic challenge allowed me to discover my abilities. I truly thrived inside the classroom. Moreover, my social interactions with lecturers and fellow students enabled me to understand the academic environment of UPY from many different perspectives. One of the most joyful aspects of this student exchange program was the friendships I made at UPY, not only with UPY students but also with students from Jambi and other students from outside Yogyakarta who joined the exchange program. I love how we formed bonds that transcended borders. These friendships were not just about communication; they also became my support systems. The UPY students helped me through my ups and downs, making this student exchange program even more special. Buying street foods was one thing I loved about studying at UPY. They were so unique and tempting. I had the opportunity to try several street foods. My favorite dishes were Lotek and Sempol. This student exchange program was an enriching experience and an eye-opening journey. It showed that personal development and adventure are unlimited. Moreover, this exchange program emphasized the value of embracing new journeys and experiences, leading us out of our comfort zones. This valuable experience also taught me that personal growth and learning are not limited by time and space but can be cultivated anytime and anywhere, even in my own city. [Prisca Eirene Pricillia Mustafa]

9


PusatUniversitaria Pelatihan Bahasa

10

VOL.17/ OKT 2023

Belajar Bahasa Ngapak Itu Mudah

B

foto:dok./Pinterest

ahasa Jawa Ngapak merupakan salah satu variasi bahasa dalam bahasa Jawa, biasanya bahasa tersebut digunakan di beberapa wilayah seperti di Banjarnegara, Cilacap, Banyumas, Purbalingga, Purwokerto, Gombong, Kebumen, Brebes dan Tegal. Bahasa Jawa Ngapak mempunyai ciri khas tersendiri dalam pengucapannya, sehingga sebagian orang menganggap lucu terutama bagi yang jarang mendengarnya. Dilansir dari laman www.regionalkompas.com, bahasa Banyumasan adalah kelanjutan dari bahasa Kawi atau bahasa Jawa kuno dan tidak punya kasta. Menurut budayawan asli Banyumas, Ahmad Tohari, orang Banyumas awalnya berasal dari Kalimantan Timur (Kaltim). Dalam bahasa Jawa pada umumnya terdapat tingkatan bahasa mulai dari bahasa Jawa “ngoko” sampai bahasa Jawa krama inggil tergantung lawan bicara kita. Ketika berbicara dengan teman sebaya tentu kita memakai bahasa Jawa “ngoko”, tetapi jika berbicara dengan orang yang lebih tua maka akan lebih sopan jika memakai krama inggil. Namun dalam bahasa Ngapak tingkatan itu tidak ada sehingga bahasa Ngapak dapat digunakan untuk berbagai kalangan. Begitu berkarakternya bahasa Jawa Ngapak, sehingga muncul sebuah ungkapan yang terkenal dan sering kita dengar yaitu “ora ngapak ora kepenak”. Bahasa Jawa Ngapak mempunyai ciri khas dalam pe-ngucapan kata. Seperti huruf ‘a’ dibaca tetap ‘a’ bukan huruf ‘o’ contohnya saja “ora papa”, “sega”, “aja”, “ana”, “apa”, dan “dina”. Penasaran dengan bahasa Jawa Ngapak? Yuk kita lihat dan pelajari beberapa kata di bawah ini: 1. “Enyong” Kata “enyong” sangat sering digunakan dalam percakapan yang berarti “saya”. Contoh: “enyong urung mangkat sekolah” artinya adalah “saya belum berangkat sekolah”.

2. “Bae” “Bae” biasanya digunakan pada akhir kalimat yang artinya “saja”. Contoh: “aja mangan bae” yang artinya “jangan makan saja”. 3. “Kepriben” Dalam bahasa Indonesia “kepriben” adalah sebuah kata tanya yang artinya “bagaimana”. Contoh: “kepriben umahe Ali sing kebakaran mau mbengi?” dalam bahasa Indonesia mempunyai arti “bagaimana rumahnya Ali yang kebakaran tadi malam?”. 4. “Lali” Untuk kata yang satu ini biasanya “lali” itu artinya lupa, namun dalam bahasa Ngapak “lali” itu artinya “nyenyak”. Contoh: “enyong ora bisa turu lali” artinya “saya tidak bisa tidur nyenyak”. 5. “Bebeh” Biasanya “bebeh” diartikan “malas”. Contoh: “bebeh temen sih” artinya “males banget sih”. 6. “Nglomboni” “Nglomboni” dalam bahasa Ngapak dapat diartikan “bohong”. Contoh: “kowe nglomboni enyong” artinya “kamu membohongi aku”. 7. “Gigal” “Gigal” dapat diartikan “jatuh”. Contoh: “duitku gigal nang dalan” artinya “uangku jatuh di jalan”. 8. “Nyelang” “Nyelang” memiliki arti “pinjam”. Contoh: “Rina nyelang sepatune Sari” artinya “Rina pinjam sepatunya Sari”. Mudah kan belajar bahasa Ngapak? Mari lestarikan bahasa daerah kita masingmasing. Jangan sampai kita lupa bahwa daerah asal kita mempunyai keunikan dan karakteristik tersendiri yang patut kita jaga dan wariskan ke generasi selanjutnya. [corinatalie]

Penanda Percakapan

K

etika sedang mengobrol dalam Bahasa Inggris, pernahkah Anda kehilangan kata-kata, mendadak blank, dan tanpa sengaja menciptakan keheningan yang terasa lama alias the awkward silence, sang pembunuh percakapan? Jika jawaban untuk pertanyaan ini adalah “Ya, pernah!”, Anda tidaklah sendirian. Kita semua pernah mengalaminya. Idealnya, keheningan yang muncul pada percakapan dalam Bahasa Inggris terjadi antara seperempat sampai setengah detik saja. Jika keheningannya sudah berlangsung sampai 4 detik, biasanya akan menimbulkan perasaan resah, tidak nyaman, dapat mengganggu obrolan, dan bahkan mungkin mengganggu keakraban yang sedang terjalin. Semoga kita tidak perlu menghitung lamanya jeda saat kita mengobrol dalam Bahasa Inggris dengan adanya pilihan-pilihan penanda percakapan berikut ini. Beberapa contoh frasa ini dapat membantu kita supaya tidak hanya terkesan sebagai pendengar yang baik tetapi juga secara tulus memiliki kemampuan menimpali percakapan dengan tajam dan terpercaya. Penanda percakapan, yang juga dikenal dengan sebutan Pemarkah Wacana atau “Discourse Markers”, sangat berguna supaya kita tidak terjebak dalam awkward silence yang dapat merusak aliran suatu percakapan. Secara umum, penanda percakapan digunakan ketika giliran kita untuk berbicara muncul. Fungsi-fungsinya antara lain adalah untuk menunjukkan kesiapan mendengarkan, menyatakan setuju atau tidak setuju, memastikan sesuatu yang kurang jelas, dan menandai perpindahan antar topik. Mari kita cermati contoh-contoh penanda percakapan yang akan dibahas berikut ini. Di awal percakapan, orang yang ingin bercerita kepada kita mungkin akan butuh konfirmasi bahwa kita siap untuk mendengarkan. Untuk menunjukkan kesiapan kita dalam mendengarkan informasi yang akan disampaikan dengan seksama, kita

dapat menggunakan salah satu kalimat berikut: "Please, go ahead." “I'd love to hear your thoughts." “Please tell me all about it.” Sering kali, lawan bicara menjelaskan kepada kita tentang pendapatnya dan membutuhkan afirmasi dari kita. Untuk memberi tahu lawan bicara bahwa kita menyetujui pendapatnya, kita dapat menggunakan: "Absolutely right." “I'm with you on this." “Yes, exactly.” Menyetujui pernyataan orang yang mengajak kita berbicara tentu lebih mudah dibandingkan ketika kita butuh mengekspresikan bahwa kita tidak setuju dengan ucapan orang tersebut karena mungkin kita merasa tidak enak atau khawatir terdengar kurang sopan. Untuk dapat menyatakan tidak setuju dengan nyaman, kita dapat menggunakan: "Hmm, I'm not so sure about that, actually." "I see it a bit differently." "Well, here's the thing..." Tidak jarang terjadi, pikiran kita melanglang buana dan tidak berfokus pada informasi yang sedang dijelaskan. Untuk memastikan kita mendapatkan informasi dengan tepat dan mengkonfirmasi sesuatu yang kurang jelas, kita dapat memakai istilah berikut: “I'm still trying to wrap my head around… so what do you mean by …?" “I'm not completely sure about … Could you clarify about …?" “Correct me if I’m wrong, so are you saying that …?” Jika kita ingin mengganti topik, mungkin karena tiba-tiba terpikir tentang topik lain yang berkaitan atau topik yang ada terasa sudah cukup dibahas, kita dapat menggunakan awalan kalimat ini untuk menandai perpindahan antar topik atau mengganti bahan obrolan:

foto:dok./Pinterest

"Oh, speaking of that..." "By the way, have you heard..." "That reminds me of something..." Obrolan yang asik umumnya adalah obrolan yang mengandalkan pergantian yang cukup cepat antar teman bicara. Namun terkadang kita membutuhkan waktu untuk berpikir, mencerna informasi, mengumpulkan pikiran kita supaya dapat melontarkan kalimatkalimat yang tepat di saat yang tepat. Untuk kebutuhan ini, kita dapat menggunakan penanda percakapan seperti:

"Hmm, you know..." "Well, here's the thing..." "You see, it's like..." "Let me think for a second..." "Give me a moment to gather my thoughts..." "The way I see it..." "I need a second to process..." Berbagai penanda percakapan ini dapat dimanfaatkan ketika kita sedang mengobrol dalam Bahasa Inggris sehingga konektivitas dalam percakapan terus terjaga. [raras]


Campus Ministry VOL.17/ OKT 2023

Mendalami Makna Kasih dalam Lukas 10:25 – 37 Pendahuluan Kisah tentang orang Samaria yang murah hati sudah sering kita dengar. Kisah ini sering menjadi cerminan dari suatu kasih yang universal dan tidak memandang perbedaan. Hari ini, makna kasih yang universal dan tidak memandang perbedaan itu akan kita renungkan bersama-sama dan kita terapkan dalam kehidupan kita. Pendalaman Teks: Siapakah Sesamaku Manusia? Cerita ini dimulai dari datangnya seorang ahli Taurat kepada Yesus untuk mencobaiNya. Para ahli Taurat sering menguji Yesus dan sengaja mencari-cari kesalahanNya. Mereka sering bertanya seakan mereka benar-benar tertarik pada ajaran Kristus. Namun sesungguhnya, mereka hanya ingin menjebak Yesus dan menyingkirkanNya karena Dia dianggap sebagai saingan mereka. Yesus memberikan jawaban berupa pertanyaan. Pertanyaan yang si ahli Taurat jawab dengan mengutip Imamat 19:18. Jawaban sekaligus pertanyaan Yesus ini punya makna yang menarik jika kita memahami konteks dan latar belakang dibaliknya. Sistem penulisan bahasa Ibrani, bahasa asli Kitab Perjanjian Lama, berbeda dengan sistem penulisan bahasa Indonesia. Dalam bahasa Ibrani, hanya ada huruf konsonan, sedangkan huruf vokal baru ditambahkan kemudian. Sehingga, dalam satu kata bisa jadi ada beberapa kemungkinan. Begitupun dengan ayat yang dikutip oleh si ahli Taurat yaitu Imamat 19:18. Kata sesamaku dalam bahasa Ibrani disebut Ra yang berasal dari akar kata .‫רע‬Menariknya, kata ini bisa juga dibaca sebagai re’a yang artinya adalah musuh. Maka bisa jadi, sesamamu yang dimaksud disini juga adalah musuhmu. Di dalam bacaan kita, Yesus bertanya dua kali, pertama apa yang tertulis di Taurat dan apa yang dibaca oleh ahli Taurat. Pertanyaan ini Ia pakai untuk menegaskan maksudNya. Inilah yang Yesus maksud dengan kedua pertanyaanNya. Dia memperlihatkan kepada si ahli Taurat dan juga kepada kita pembaca, bahwa cara kita membaca suatu perintah atau ajaran, bisa saja memiliki sisi lain yang berbeda. Seringkali, sisi yang berbeda itu mengajak kita dan mengantar kita kepada hidup yang kekal dalam persekutuan dengan Allah. Sebagai seorang ahli Taurat, orang yang bertanya pada Yesus ini tentu tahu akan hal itu, namun ia enggan mengakuinya. Dia bertanya lagi, apa yang dimaksud dengan sesama manusia. Kembali lagi, karena tujuan si penanya bukannya mengerti Firman Tuhan, melainkan mencari kesalahan Yesus, maka jawaban Yesus tidak membuatnya puas. Yesus bukannya tidak tahu akan hal ini. Tetapi justru Dia melihat itulah kesempatan bagiNya untuk mengajarkan Firman Tuhan dan membuat orang-orang mengerti pesan yang Dia bawa. Dia sampaikan jawaban pertanyaan tersebut lewat perumpamaan. Dia menggunakan latar tempat dan tokoh yang dikenal akrab oleh orang-orang waktu itu. Dalam perumpamaan tersebut, seorang

bisa saja bersikap acuh pada orang tersebut, sama seperti dua orang sebelumnya. Apalagi yang dia tolong berasal dari bangsa yang memusuhinya. Tetapi dia tidak menghiraukan hal itu. Dia menolong dengan sungguhsungguh, tanpa memikirkan untung-rugi. Yesus tidak langsung menutup ceritanya dengan memberikan kesimpulan. Sebaliknya, dia justru meminta si penanya yang memberikan kesimpulan. Meskipun di teks tidak dikatakan, namun kita bisa membayangkan perasaan kesal dan dongkol yang dirasakan si penanya ketika harus mengakui bahwa musuhnya lah yang justru bersikap sebagai sesama manusia. Pendalaman Konteks: Menghadirkan Konteks dalam Dunia yang Saling Memusuhi Bagi Yesus, hanya mengasihi mereka yang berbuat baik kepada kita mampu dilakukan oleh banyak orang termasuk orang berdosa (Lukas 6:33). Namun, Yesus mengajak kita untuk juga mengasihi musuh kita dan mereka yang berbuat jahat pada kita. Yesus pun menunjukkan disini, bahwa apa yang Ia ajarkan, bukan sesuatu yang bertentangan dengan Taurat dan memang telah ada di dalamnya sejak lama. Dalam dunia saat ini, semua orang berebut demi kepentingannya. Banyak hal dipakai menjadi alasan untuk memusuhi. Perbedaan warna kulit, agama, suku bangsa, ideologi hingga kepentingan, semuanya dipakai untuk membedakan antara “kami” dan “mereka”. Kita pun lupa, bahwa kita semua adalah ciptaan Tuhan yang punya martabat sama, sebagai gambar dan rupa Allah. Gambar itu coba Allah pulihkan lewat pengorbanan Kristus. Kini kita dimampukan untuk memilih, apakah hidup kita mau dipakai untuk mengasihi sesama secara universal, atau masih terkungkung dalam kerangkeng buatan kita sendiri. Sekarang kembali kepada kita, maukah kita terbuka terhadap sisi yang lain, yang bisa jadi adalah sisi yang dipakai Tuhan untuk menunjukkan jalan dalam hidup yang kekal dalam persekutuan denganNya. foto:dok./Google

Yahudi mengalami perampokan dan ditinggalkan dalam kondisi nyaris tewas di jalanan. Orang pertama yang melihatnya adalah seorang imam, seorang yang punya status sosial paling tinggi dalam masyarakat Yahudi waktu itu. Namun rupanya status tinggi tersebut tidak diiringi dengan kesediaan untuk menolong. Kemudian orang kedua yang lewat dan melihatnya adalah orang Lewi. Orang Lewi pun punya posisi yang tinggi dalam masyarakat Yahudi, meskipun tidak setinggi imam. Dan kembali lagi, yang ditunjukkan adalah ketidakpedulian dan keengganan untuk menolong orang tersebut. Dalam struktur masyarakat Yahudi, ada satu golongan lagi, yaitu orang-orang biasa. Golongan ini punya posisi paling rendah dalam masyarakat dan ahli Taurat yang berbicara dengan Yesus

masuk ke dalam golongan tersebut. Maka tentu, si ahli Taurat pasti berekspektasi bahwa golongannya lah yang akan muncul kemudian menolong. Namun yang mengagetkan, justru yang muncul adalah orang Samaria. Orang Samaria ini tidak masuk dalam struktur masyarakat Yahudi dan dikucilkan, karena dianggap tidak lagi berdarah murni. Bahkan, orang Yahudi dan orang Samaria bermusuhan serta saling menjauhi. Akan tetapi, orang Samaria lah yang menunjukkan belas kasihan pada orang yang dirampok itu. Ketika orang Samaria itu menolong, dia bukan hanya sekedar mengobatinya, tetapi juga membawa orang itu ke tempat aman, serta menanggung penginapannya. Apa yang orang Samaria ini lakukan murni dari belas kasihan. Dia tidak berharap balasan ataupun pujian sama sekali. Dia

Aplikasi Dari kisah ini, kita bisa belajar: Ÿ Arti kasih yang universal dan radikal, tidak membeda-bedakan dan tidak menjadikan perbedaan sebagai alasan untuk membenci, namun sebaliknya tempat untuk kita menunjukkan kasih. Ÿ Martabat manusia sama mulianya, apapun latar belakangnya. Dengan kita menghargainya, kita pun menghargai sang pemberi martabat, yaitu Tuhan. Ÿ Ketika kita mengasihi, kita tidak lagi memikirkan soal untung rugi. Kita memberi, tanpa berharap menerima. Kita merasa cukup dengan kasih yang sudah kita terima, dan siap membe-rikannya kepada dunia. [moshe]

7 Jenis Istirahat & Alasan Kamu Butuh Hal Itu (Bagian 1)

S

ering merasa lelah padahal tidur cukup? Burnout? Marah-marah? Atau merasa kewalahan menghadapi banyaknya tugas dan kerjaan yang menumpuk? Mungkin, kamu butuh istirahat. Kita mungkin biasa mengenal istirahat itu seperti tidur atau rebahan. Padahal, banyak jenis istirahat yang semuanya kita perlukan. Ayo, kita kenali 7 jenis istirahat dan kita coba praktikkan. Istirahat Fisik Ini mungkin jenis istirahat yang paling dikenal. Tidur, rebahan, sudah sering kita lakukan. Akan tetapi, sudahkah kita tidur secara berkualitas? Tidur yang berkualitas bukan hanya soal waktu tidur yang cukup (7-8 jam), tetapi juga soal seperti apa posisi tidur kita serta kondisi badan kita. Seringkali, posisi tidur yang salah tidak membuat kita tidur dengan nyenyak, malah membuat badan kita sakit ketika kita bangun tidur. Aktivitas fisik kita pun berpengaruh pada kualitas tidur kita. Kalau kerjaan kita hanya

rebahan sambil scrolling hp, mageran, atau melakukan setiap aktivitas sambil berbaring, justru membuat badan kita menjadi tidak bisa tidur dengan baik. Inilah yang sering terjadi pada orang-orang yang mengidap insomnia. Selain itu, dengan rutin berolahraga akan membuat tidur kita menjadi lebih berkualitas. Istirahat fisik lain yang bisa kita lakukan adalah: Ÿ Peregangan/pemanasan Ÿ Pijat/massage, untuk melemaskan otot-otot kita. Ÿ Berjalan khaki santai. Ÿ Power nap. Istirahat Mental Setiap hari kita menerima berbagai rangsangan mental. Entah itu tekanan atau tantangan untuk membuktikan sesuatu, maupun masalah-masalah yang menyita tenaga dan pikiran. Di situ, kita butuh untuk istirahat mental. Kita beri jeda ke pikiran kita untuk memproses informasi, memproses

pikiran, serta meningkatkan produktivitas kita. Istirahat mental yang bisa kita lakukan antara lain: Ÿ Meditasi (mengolah dan menyadari nafas kita). Ÿ Mematikan gadget (mengurangi paparan sosial media dan berhenti membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain). Ÿ Bersyukur (menyadari hal-hal yang sudah dimiliki dan kemudian mengapresiasinya). Istirahat Emosional Pernahkah kamu merasa ingin marah, tetapi entah pada siapa? Atau mungkin kamu merasa cemas setiap saat pada kondisi di masa depan? Mungkin kamu butuh untuk merecharge emosionalmu. Setiap hari kita tentu berhadapan dengan kondisi yang menguras emosi. Kadangkala itu membuat kondisi kita tidak stabil, dan makin parahnya kita jadi mengambil keputusan hanya berdasarkan

emosi. Di situlah, penting bagi kita mengambil jeda untuk beristirahat secara emosional. Jenis istirahat ini bisa kita lakukan dengan: Ÿ Menghabiskan waktu sendiri (berefleksi dan berkaca diri), Ÿ Membicarakan emosi kita dengan orang yang bisa kita percaya (psikolog, konselor, atau sahabat kita). Ÿ Journaling (menuliskan dan menyadari apa yang kita rasakan). Ÿ Merawat diri sendiri. Kadangkala kita lupa, bahwa orang yang seharusnya paling kita sayangi adalah diri kita sendiri. Pada edisi selanjutnya, kita akan membahas 4 jenis istirahat lain. Tidak ada waktu terlambat untuk mencoba melakukan jenis-jenis istirahat ini. Coba dan rasakanlah dampaknya. [moshe]

11


Serba Serbi

12

VOL.17/ OKT 2023

Teladan Matius & Dekanat Baru UKDW

S

uatu ketika sehabis pulang kerja memungut cukai di wilayah kota dagang Kapernaum, Matius orang Yahudi Galilea kipas-kipas santai di teras rumah komplek perumahannya. Lewatlah Yesus, katanya, “Matius, mari ikut Aku!“ Secara spontan Matius mengikuti Yesus dan menawarkan makan bersama teman-teman karyawan. Maka kata orang-orang Farisi, “Mengapa Yesus makan bersama orang-orang berdosa?“ Jawab Yesus, “Bukan orang sehat yang memerlukan Tabib!“ Selanjutnya, Matius tertarik untuk mengikuti Yesus, meninggalkan pekerjaan dan hartanya, menjadi murid hingga Rasul-Nya, bahkan penulis Injil. Setelah itu ia mewartakan Injil ke Macedonia, Mesir, Ethiopia dan Persia, hingga mati sebagai martir. Kisah Matius ini melengkapi kisah pemungut cukai Zakheus dan pemungut cukai yang rendah hati. Kisah ketiga pemungut cukai ini berbeda dengan kisah Nabi Yunus yang “bandel” menentang Allah, walau akhirnya juga menuruti perintah-Nya. Hal menarik dari kisah ketiga pemungut cukai ini adalah bahwa meskipun memiliki pekerjaan yang mapan dan harta yang bergelimang, namun ada kegelisahan, tersimpan dalam perasaan mereka bahwa ada sesuatu yang salah. Perjumpaan dengan Yesus menjadi momentum istimewa yang menggerakkan hati mereka untuk meninggalkan kesalahan dan kekosongan hidup duniawinya. Kisah pemungut cukai ini, walau berbeda dengan kisah Nabi Yunus, namun tak kalah menariknya. Terlebih lagi, Matius sang pemungut cukai yang berstatus hina berubah menjadi rasul sekaligus penulis Injil yang berstatus mulia. Jika UKDW diibaratkan sebagai kantor bea cukai, kita adalah Matius-Matius masa kini. Maka kita dipanggil untuk bertobat dengan memperbaiki sikap kerja dan rutinitas kita sehingga apa yang kita kerjakan seturut dengan teladan Kristus. Dari Injil Matius, kita dapat belajar dan menghayati ajaran Yesus yang dapat kita terapkan dalam keseharian kita.

Injil Matius 18: 21-35 mengajar kita untuk mudah mengampuni. Mengampuni menjadi pelajaran dan ujian utama kita sebagai murid Kristus. Dalam bacaan tersebut dikatakan bahwa kita tidak akan diampuni, bahkan dihukum kalau kita tidak mau mengampuni. Allah adalah Maha Pengampun dan Maha Pendidik. Setelah diampuni, kita harus terdidik untuk tidak mengulangi kesalahan. Dari sini kita belajar untuk bekerja dengan benar dan bertanggung jawab. Ketika kita telah diberi kepercayaan oleh Allah, kita pun hendaknya saling mempercayai dan positif thinking terhadap sesama. Injil Matius 20: 11-16 menceritakan tentang orang-orang upahan yang bekerja di kebun anggur selama sepuluh jam, enam jam, dua jam, dan satu jam. Upahnya disepakati satu dinar. Secara kontekstual saat itu, standar hidup kebutuhan primer rata-rata sehari memang satu dinar, sehingga Allah Maha Baik dan Adil mencukupi kebutuhan primer semua orang. Kalau kita menargetkan hak kebutuhan sekunder dan tersier, maka kita harus berusaha tekun dan kreatif, ibaratnya “cerdik seperti ular, halus seperti merpati”. Berbekal anugerah berupa talenta kita masing-masing, Allah yang Maha Baik akan mencukupkannya, asalkan itu betul-betul kebutuhan bukan keserakahan kita. Sangat wajar jika dimanapun kita bekerja, perbedaan gaji akan bergantung pada prestasi kerja dan profesionalisme. Kita tidak boleh merasa iri. Ada ungkapan dalam bahasa Jawa, “wang sinawang”, sebuah pitutur luhur yang mengajarkan kita harus berani dan jujur menyawang (melihat dan menilai) dahulu diri kita dengan penuh iman dan rasa syukur. Kita sadar bahwa UKDW adalah kampus kita tercinta (bukan kantor pajak). Saat pelantikan Dekanat baru, direfleksikan bahwa tantangan akan semakin banyak dan berat. Hal ini dapat dimaknai sebagai ujian hidup untuk peningkatan diri. Bagi FK UKDW yang sudah berdiri sejak 14 tahun yang lalu, teruslah bersyukurlah dan menghasilkan lulusan yang berkualitas. Di tengah ba-

Resensi Buku

B

Judul Buku: Berani Tidak Disukai Genre: Self Improvement Penulis: Ichiro Kishimi dan Fumitake Koga Penerjemah: Agnes Cynthia Bahasa: Indonesia Penerbit: Gramedia Pustaka Utama Jumlah Halaman: 352 Halaman

nyaknya tantangan pada saat ini dan di masa yang akan depan, kita harus betul-betul menjadi Matius, Sang Rasul, bukan Si Pemungut Cukai. Di dalam pekerjaan kita di bawah koordinasi Dekanat baru yang dilantik pada 2 Oktober 2023, marilah kita menghayati

perjumpaan pertama Matius dengan Yesus yang telah berbuah lebat. Marilah kita juga menghasilkan buah yang lebat. Dirgahayu UKDW! [JB Soebroto]

Berani Tidak Disukai uku Berani Tidak Disukai menyuguhkan pandangan tentang kekuatan terpendam dalam proses meraih kebahagiaan. Kebahagiaan merupakan sesuatu yang dipilih manusia. Demikianlah teori Alfred Adler, satu dari tiga psikolog terkemuka pada abad ke-19, yang diungkapkan dalam buku karya Ichiro Kishimi dan Fumitake Koga ini. Buku ini memberikan refleksi sederhana tentang kehidupan seharihari dan memberikan pandangan bahwa permasalahan dalam menentukan sebuah kebahagiaan dapat dijawab dengan tindakan sederhana. Bertentangan dengan pandangan psikologi Freud yang menganggap bahwa “luka batin” atau trauma masa lalu seseorang menyebabkan ketidakbahagiaan di masa kini, teori psikologi dari Adler berargumen bahwa trauma tidak dengan sendirinya menyebabkan keberhasilan atau kegagalan seseorang.

Identitas Buku:

foto:dok./Google

Semua Persoalan adalah Tentang Hubungan Interpersonal yang Muncul dari dalam Diri Sendiri Menurut teori Adler, semua persoalan mengenai hubungan interpersonal muncul dari esensi manusia sebagai makhluk sosial. Pada dasarnya, manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri dan akan terus saling berinteraksi satu dengan yang lain dengan segala macam perbedaan yang dimilikinya. Dalam perjumpaannya dengan orang lain, ketika seseorang merasa dirinya tidak mempunyai kelebihan sedikitpun atau merasa bahwa dirinya sangat rendah, dan tidak memiliki kepercayaan diri, hal ini dapat menimbulkan rasa pesimis dan kekhawatiran akan pandangan orang lain terhadap dirinya. Persoalan tersebut muncul karena hanya fokus melihat kekurangan. Implikasinya adalah kelebihan dalam diri kita menjadi tidak terlihat. Inilah yang disebut perasaan “inferior”, sebuah perasaan di mana

seseorang merasa dirinya tidak sebaik orang lain dan selalu memandang dirinya dengan “ukuran” orang lain, merasa diri rendah dan muncul rasa minder yang berlebihan. Jika keberadaan perasaan inferior ini terlalu kuat, maka kita akan memandang diri kita negatif. Hidup Bukan Untuk Mendapat Pengakuan dari Orang Lain Teori Adler menantang kebutuhan dalam mencari pengakuan dari orang lain. Suatu hal yang menggembirakan ketika bisa mendapatkan pengakuan orang lain, namun hal yang tidak tepat jika menganggap bahwa suatu pengakuan merupakan keharusan untuk didapatkan terus menerus. Teori psikologi Adler ini mengkritisi pendidikan dengan metode reward and punishment yang dapat membentuk cara berpikir yang keliru bahwa ”kalau tidak ada yang memujiku, aku tidak akan mengambil tindakan yang tepat.” Poin menarik dari buku ini adalah bagaimana kita diajak untuk lebih fokus pada apa yang bisa kita lakukan dengan hidup kita. Kita bisa memilih jalan terbaik bagi diri kita sendiri. Ketika kita memegang suatu prinsip, selalu ada “resiko” tidak disukai oleh orangorang sekitar. Pandangan tersebut menggambarkan perjalanan menuju kehidupan yang sesuai dengan prinsip yang kita yakini membutuhkan keberanian untuk tidak disukai orang lain. Temukan Kebahagiaan Melalui Kemampuan Menerima Diri dan Keberanian Dalam menjalani kehidupan, kita akan berjumpa dengan banyak hal yang berbeda dengan diri kita. Manusia tidak bisa mengubah kapan, di mana, dan bagaimana dirinya dilahirkan. Ada hal yang memang tidak bisa diubah dan itu perlu disadari. Dalam teori psikologi Adler, kenyataan ini disebut dengan

istilah “kepasrahaan positif”. Di sisi lain, sebagai manusia kita memiliki kemampuan untuk mengubah cara pandang kita terhadap berbagai hal, bagaimana kita melihat diri kita, bagaimana menanggapi peristiwa yang terjadi dalam hidup kita, bahkan mendayagunakannya. Di sini kita diajak untuk fokus pada apa yang bisa diubah daripada terlarut pada apa yang tidak bisa diubah. Jika direfleksikan dalam pandangan keagamaan, kita dapat memohon kepada Tuhan, di mana permohonan itu dapat dikaitkan dengan kedamaian dan penerimaan diri terhadap segala hal yang bisa diubah maupun tidak bisa diubah. Kelebihan Dalam penulisannya, buku ini memiliki alur cerita yang baik. Buku ini merespon persoalan sehari-hari yang dekat dengan kehidupan kita. Ditambah lagi, ada kata-kata mutiara dapat memotivasi. Kekurangan Banyak topik yang perlu diperdalam lebih lanjut supaya topiknya tidak hanya sekedar lewat saja. Cara bercerita dalam buku ini cenderung cepat, mungkin perlu membaca dua kali agar lebih paham dan berkesan. Kesimpulan Buku Berani Tidak Disukai Kebahagiaan dikerjakan dan hadir dari cara kita mencintai diri kita sendiri, banyak orang tidak bahagia karena menganggap dirinya akan merasa lebih bahagia jika menjadi seperti orang lain yang terlihat baik. [Yudha Adi Putra]


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.