Paper Review: Shifting Patterns of Oil Palm Driven Deforestation in Indonesia

Page 1


A. Informasi Jurnal Jurnal

: Shifting patterns of oil palm driven deforestation in Indonesia and implacations for zero-deforestation commitments

Pengarang

: K. G Austin, A. Monsier, J. Pirker, I. McCallum, S. Fritz, P.S. Kasibhatla

Tahun

: 2017

Diulas oleh

: Hana Kamila Chairunisa

B. Pendahuluan Dalam beberapa dekade terakhir, maraknya perluasan perkebunan minyak sawit memicu banyak pihak seperti pemerintah, perusahaan, dan organisasi lingkungan untuk mengawasi perkembangan perluasan perkebunan minyak sawit. Data dari United States Departement of Agriculture (USDA) pada tahun 2014 menunjukkan bahwa negara produsen 87% minyak sawit dunia, yakni Indonesia dan Malaysia mengalami peningkatan perkebunan sebanyak empat kali lipat sepanjang tahun 1990 hingga 2010 sekitar 3,5 hingga 12,9 juta hektar (ha). Perluasan ini akhirnya berujung petaka terhadap lingkungan seperti berkurangnya luas hutan, kerusakan lahan gambut, dan berkurangnya keanekaragaman hayati di sekitar perkebunan tersebut. Maka dari itu, puluhan perusahaan pengecer nulti-nasional, perusahaan produk konsumen, dan produsen minyak sawit membuat perjanjian untuk menghentikan penggundulan hutan dari rantai pemasok minyak sawit. Perjanjian ini juga sering disebut sebagai “zero deforestation,” yaitu komitmen para perusahaan untuk tidak melenyapkan hutan selama proses perluasan perkebunan minyak sawit. Penelitian artikel ini bertujuan untuk memperluas cakupan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, yakni dengan cara menghitung seberapa besar jumlah minyak sawit yang mendorong penggundulan hutan Indonesia dari tahun 1995 hingga 2015 dengan menggunakan beberapa metode. C. Data dan Metodologi Metodologi penelitian yang digunakan dalam artikel ini terdiri dari tiga bagian, yakni pembuatan peta perkebunan minyak sawit, peninjauan perubahan penutupan lahan, dan perkiraan potensi komitmen “zero deforestation” di masa depan. Pada tahap pertama, peneliti menggambar beberapa peta baru perkebunan minyak sawit berskala besar dengan data dari tiga pulau produsen terbesar minyak sawit Indonesia, yakni Sumatra, Kalimantan, dan Papua. Data yang digunakan adalah perkebunan minyak sawit dari tahun 1995-2010. Setelah itu, peneliti meninjau data perubahan penutupan lahan berdasarkan data Kementerian Lingkungan dan


Hutan Indonesia. Terakhir, peneliti membuat klasifikasi lahan yang dapat digunakan untuk “zero deforestation” di masa depan ke dalam beberapa kelompok. D. Hasil Penelitian Peneliti menemukan tiga poin besar dalam penelitian ini. Pertama, perkebunan kelapa sawit di Indonesia meluas sebesar 9 juta ha dihitung dari 1995-2015. Perluasan terbesar terdapat di Kalimantan, yakni 4,5 juta ha dan diikuti dengan Sumatera (4,3 juta ha), dan Papua (0,2 juta ha). Perhitungan ini sangat berdekatan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya (Ilustrasi 3). Kedua, perluasan perkebunan minyak sawit selama sekitar 20 tahun terakhir merupakan penyebab terbesar penggundulan hutan nasional, baik hutan primer dan hutan sekunder (Ilustrasi 1). Hal ini disebabkan penggunaan lahan yang sangat masif pada paruh 1995-2000 lalu menurun pada paruh 2010-2015. Selain itu, tanah gambut juga digunakan sebagai lahan perluasan perkebunan, yakni sebanyak satu perlima dari jumlah keseluruhan perluasan. Terakhir, potensi lahan yang masih dapat digunakan untuk perkebunan minyak sawit di masa depan adalah 48.5 juta ha. Dari ketiga poin yang telah disebutkan di atas, penulis mengambil beberapa pokok penting, seperti bagaimana kebijakan pemerintah yang seharusnya bertujuan untuk mengurangi dampak perluasan perkebunan minyak sawit dinilai tidak terlalu berhasil. Hal ini juga berpengaruh terhadap komitmen perusahaan yang melakukan “zero-deforestation” yang berdampak buruk di sektor lingkungan lainnya sebab perluasan perkebunan tidak dilakukan di lahan yang semestinya. Penulis juga mencatat bagaimana tiap daerah memiliki peraturan dan ciri lahan yang berbeda-beda sehingga terjadi perubahan pemilihan lahan tiap tahunnya.

Ilustrasi 1 Perkebunan Minyak Sawit Skala Industri Indonesia


Ilustrasi 2 A) Lahan B) Proporsi tiap penutupan lahan yang diubah menjadi perkebunan minyak sawit dalam beberapa periode di ketiga pulau

Ilustrasi 3 A) Lahan B) Proporsi tiap penutupan lahan yang diubah menjadi perkebunan minyak sawit di Sumatra

Ilustrasi 3 C) Lahan D) Proporsi tiap penutupan lahan yang diubah menjadi perkebunan minyak sawit di Kalimatam


Ilustrasi 3 E) Lahan F) Proporsi tiap penutupan lahan yang diubah menjadi perkebunan minyak sawit di Papua E. Kesimpulan Penulis menyimpulkan bahwa komitmen “zero deforestation” merupakan hal umum yang saat ini dilakukan oleh perusahaan minyak sawit dan perusahaan produk konsumen. Komitmen tersebut memiliki peran kunci pendorong penggundulan hutan di Indonesia. Hal ini juga menjadi mendorong opini penulis bahwa minyak sawit akan tetap berlanjut sebagai “notable driver” penggundulan hutan Indonesia. Penelitian ini memberikan data terbaru perkembangan perluasan perkebunan minyak sawit dalam pengaruhnya terhadap berkurangnya luas hutan nasional, yakni dengan rata-rata 117.000 ha per tahunnya baik menggunakan lahan hutan ataupun bukan hutan. Hal ini sangat disayangkan sebab penanaman minyak sawit tetap dilakukan walaupun tiap perusahaan berkomitmen dalam “zero deforestation.” Bagaimanapun juga, komitmen perusahaan tersebut tetap memiliki potensi dalam mempercepat transisi progres 100% penanaman minyak sawit bebas penggundulan hutan nasional dan mencegah perluasan penanaman di lahan yang masih memiliki hutan luas dan kadar penggundulan hutan yang rendah seperti di Papua.


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.