Buletin Selebaran
Edisi, 16 Maret 2015
LEMBAGA PERS MAHASISWA
SPIRIT-MAHASISWA
Buetin Selebaran 19 Maret 2015
BULETIN MEMUAT OPINI YANG DIBAGIKAN KE MAHASISWA UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
Ilustrasi By : CDV-T
Buletin Selebaran
Selektif Mendepak Modernisme di Desa Ilustrasi By : CDV-T
Angin tenang yang berhembus dengan udara sejuk bebas polusi. Suara riuh petani dan juga gelak tawa anak-anak yang berlari mengejar capung. Tak ada yang lebih tentram selain suasana di desa. Sampai pada suatu hari saya pulang dari rantau dan menemukan kejutan besar. Awalnya, saya pikir akan mendapatkan ketentraman di desa. Jangankan ketentraman, angin sejuk saja tak ada. Suara tawa anak bermain gundu telah berganti menjadi teriakan kemenangan
atas game online. Saya masih ingat dahulu di desa ini terdapat sebuah pohon besar. Di bawahnya selalu menjadi tempat favorit untuk anak kecil bermain gundu, masak-masakan. Di sampingnya juga ada sebuah dipan untuk tempat ibu-ibu yang sedang menunggu anaknya bermain sambil melihat sawah. Lalu, seperti halnya pagar. Hampir seluruh rumah di desa ini sudah menggunakan pagar besi untuk melindungi rumahnya. Sudah banyak yang hilang di sini. Mulai jarang ada perkumpulan para tentangga
di salah satu rumah. Bahkan untuk sekedar menyapa sudah sungkan. Lantas dimana budaya senyum, sapa, salam serta gotong royong? Apa ini yang dinamakan kemajuan? Bukankah seharusnya ada nilai-nilai yang harus dipertahankan menjadi ciri khas suatu daerah. Meski perkembangan teknologi dan informasi telah masuk sampai ke desa. Sekarang orang desa dapat mengakses berbagai informasi dengan mudah.
FACEBOOK : WARTA KAMPUS UNIVERSITAS TRUNOJOYO, TWITTER : @LPMSM, @WARTAUTM, WEB /BLOG : HTTP://WWW.SPIRIT-MAHASISWA.BLOGSPOT.COM, E-MAIL : SPIRITMAHASISWA.LPM@GMAIL.COM
Buletin Selebaran Akan tetapi perkembangan dan kemajuan teknologi juga memiliki dampak negatif. Contohnya kehadiran internet yang kemudian mengeser nilai-nilai budaya. Pergeseran nilai-nilai budaya membuat adanya pergeseran tata krama. Kebiasaankebiasaan yang ada merupakan hasil adanya reaksi dari rangsangan terusmenerus yang menghujani masyarakat desa. Apabila mereka terlalu sering menerima kemajuan dan perkembangan maka secara otomatis kebiasaan yang terbentuk sejak dulu, sejak lahir, perlahan berganti dengan kebiasaan baru. Masyarakat desa yang dahulu dianalogikan seperti durian, nampak buruk dan berduri di depan, tetapi lembut di dalam, sudah tak berlaku lagi. Sedangkan setelah adanya kemajuan saat ini masyarakat desa jadi seperti kedondong. Nampak halus di depan, tapi di dalamnya terdapat duri yang tajam. Adanya penemuan baru yang disiarkan di berbagai media membuat terjadinya perubahan di berbagai bidang. Seperti adanya penemuan internet dan teknologi. Perubahan budaya terjadi melalui proses melihat, menerjemahkan, mencoba meniru lantas menggunakannya setiap hari dan menjadi suatu kebiasaan. Contohnya seorang petani pada awalnya mengolah sawahnya dengan cara sangat sederhana. Setelah ada internet, perlahan ia mulai mencari tahu tentang pertanian yang baik versi internet. Padahal, mereka belum sepenuhnya sadar bila internet dan kebaruan teknologi tidak selamanya baik bagi keberlangsungan kehidupan. Selain itu, contoh lainnya adalah proses pembajakan sawah yang dulu menggunakan kerbau, sudah berpindah menggunakan traktor. Semua hal ini kemudian menjadi sebuah masalah baru yang merubah kearifan lokal masyarakat desa melalui sebuah mitos kemajuan dan segala tahayul modernisme. Kurangnya kesiapan masyarakat menerima berbagai perkembangan
teknologi yang ada membuat mereka kurang bisa memilih dan memilah informasi yang masuk. Dengan internet misalnya, masyarakat mulai dapat melakukan segala hal tanpa batasan, sehingga mereka melupakan budaya yang ada. Mungkin tidak melupakan namun hanya mengesampingkan budaya yang ada. Padahal seharusnya masyarakat dapat menerapkan fungsi budaya untuk menyaring berbagai informasi yang masuk. Menjadikan budaya yang membekali diri sebagai pedomanpedoman pembentuk prilaku. Tidak semena-mena menelan segala apa yang dilihat. Adanya argumen jika tidak menggunakan perkembangan teknologi adalah masyarakat yang terbelakang, membuat masyarakat semakin memaksakan diri untuk maju. Efek domino lainnya adalah masyarakat desa saat ini berubah menjadi masyarakat yang konsumtif karena imingiming modernitas. Adanya kemajuan di desa juga menyebabkan masyarakat menjadi lebih apatis, individualistis dan juga konsumeris. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya penyalahgunaan fungsi dari teknologi itu sendiri. Masyarakat desa yang tergiur akan keenakan teknologi membuat mereka menjadi menggunakan teknologi sesuka hati. Tetapi ada pula dampak positif dari kemajuan teknologi informasi, masyarakat dapat dengan mudah menjalin suatu hubungan dengan dunia terbuka. Yang awalnya masyarakat desa tertutup lebih mengetahui dunia luas. Seperti masyarakat desa sudah mengenal handphone. Dengan mudah mereka menghubungi warga saat ada kegiatan. Hal itu dapat menjadi positif apabila kita bijak dalam menyeimbangkan antara kebudayaan asli dengan teknologi. Kompromi budaya yang selektif Perkembangan teknologi informasi dan internet memang tidak dapat dihindari masyarakat. Namun ada hal yang dapat dilakukan untuk tetap mempertahankan
identitas budaya masyarakat desa dengan tetap melaksanakan kerja bakti rutin, pengajian bersama, arisan dan lain-lain. Agar gotong royong dan solidaritas tetap tercipta. Dan di sini peran teknologi adalah membantu mempermudah koordinasi warga melalui teknologi komunikasi seperti bbm, facebook, line, kakao talk dll. Kendati demikian, generasi penerus dan orang tua diharapkan dapat menerapkan prinsip cerdas media, seperti halnya memilih acara Tv yang pantas dilihat. Masyarakat desa memang harus bisa lebih maju. Namun tidak selayaknya melupakan budaya yang sudah menjadi identitas. Bukan malah berprinsip “Maju! Yang penting harus maju.� Karena manusia adalah makhluk yang berbudaya –yang menggunakan akalnya untuk segala sesuatu yang baik. Budaya yang berkualitas tidak selalu muncul dari pendidikan formal yang tinggi. Karena tata hidup dan nilai yang berlaku di desa juga sebuah pelajaran mahal yang tidak didapat oleh masyarakat yang mengaku modern. Dan pelajaran inilah yang membuat masyarakat memiliki benteng yang kokoh dari provokasi mimpi-mimpi modernisme. Walau mungkin, kekuatan budaya juga bukan berarti membutakan diri atas teknologi. Bersikap sebagai manusia cerdas menyaring datangnya kemajuan dan perkembangan teknologi sepertinya solusi yang layak dipertimbangkan. Alangkah tentram jika mendengarkan alunan musik tradisional. Anak-anak kecil berlari riang, terpaan angin sawah yang menemani petani membajak sawah. Meski semua ini hanya kenangan.
Alvi Awwaliya, Anggota Baru 2014 LPM Spirit-Mahasiswa
FACEBOOK : WARTA KAMPUS UNIVERSITAS TRUNOJOYO, TWITTER : @LPMSM, @WARTAUTM, WEB /BLOG : HTTP://WWW.SPIRIT-MAHASISWA.BLOGSPOT.COM, E-MAIL : SPIRITMAHASISWA.LPM@GMAIL.COM
Buletin Selebaran
Ilustrasi By : CDV-T
FACEBOOK : WARTA KAMPUS UNIVERSITAS TRUNOJOYO, TWITTER : @LPMSM, @WARTAUTM, WEB /BLOG : HTTP://WWW.SPIRIT-MAHASISWA.BLOGSPOT.COM, E-MAIL : SPIRITMAHASISWA.LPM@GMAIL.COM
Buletin Selebaran
WAKIL �Fasilitas mewah harus terpenuhi untuk menunjang kinerja para wakil rakyat termasuk mobil, rumah dan pelayanan,� kata seorang sakit jiwa. Orang berfikir sesuatu yang mewah pastilah nyaman. Padahal rasa nyaman dapat membuat seseorang abai pada kewajibannya. Namun, jika tujuan segala fasilitas itu untuk menunjang kinerja pemerintah, maka pertanyaannya: kinerja macam apa yang perlu ditunjang? Kalau hanya masalah tepat waktu, di Jakarta seseorang lebih baik memakai sepeda motor karena tidak butuh banyak ruang di jalan raya. Sedang mobil, semewah apapun masih membutuhkan dua kali luas ruang yang dibutuhkan. Dan lagi-lagi soal fasilitas membuat saya bertanya: bagaimana bekerja dengan baik bila para dewan sering terlambat ngantor dan bahkan sering bolos? Kepentingan siapa yang mereka perjuangkan: individu dan golongan atau kepentingan rakyat? Sebagai pribadi, kepentingan individu adalah lumrah. Tapi dalam konteks wakil rakyat, sikap mementingkan diri sendiri sangat merugikan rakyat selaku orang yang diwakili. Sebab, wakil rakyat adalah pengayom rakyat dan penyelenggara kepentingan bersama. Artinya kesalahan seorang wakil rakyat bukan hanya dia pribadi yang menanggung, tapi seluruh rakyat. Banyak orang beranggapan bahwa “keinginan� adalah salah sesuatu yang wajib dipenuhi. Padahal, seorang wakil rakyat yang benar-benar teguh dengan keinginannya dapat menjadi seorang yang ambisius. Sedang seorang yang ambisius akan mengupayakan keinginannya dengan segala cara. Seharusnya, seorang wakil rakyat adalah orang yang mampu mengesampingkan kepentingan pribadi. Karena pada hakikatnya seorang wakil rakyat adalah pelayan bagi rakyat. Dan pelayan itu seharusnya bekerja untuk memenuhi
kebutuhan rakyat. Selain itu, wakil rakyat yang baik harus ikut menanggung beban hidup rakyat. Sebenarnya wakil rakyat yang bisa berlaku layaknya pelayan, akan mendapat apresiasi rakyatnya. Tetapi sekarang, seakan wakil rakyat harus dipenuhi kebutuhan dan keinginannya tanpa harus memberikan pelayanan yang layak kepada rakyatnya. Bahkan tren saat ini, yang paling diutamakan adalah kebutuhan pribadi seorang wakil rakyat dan golongannya saja ketimbang kebutuhan rakyat. Sedangkan di lain pihak, untuk kebutuhan makan sehari-hari, banyak rakyatnya kerepotan. Wakil rakyat layaknya sopir angkutan umum dan anggotanya adalah penumpang. Wakil rakyat mengantarkan ke tujuan yang diinginkan penumpang tetapi tetap pada jalur yang telah ditetapkan. Meski dia pemegang otoritas tertinggi tetapi tidak sah hukumnya menentukan tujuan tanpa persetujuan dari keseluruhan penumpang. Wakil rakyat yang baik tidak mencalonkan tetapi dicalonkan. Dengan begitu, setidaknya dalam memilih antar calon wakil rakyat ada hubungan emosional antar calon wakil rakyat dan rakyatnya. Sehingga sedikit banyak terdapat beberapa orang yang mengenal betul pimpinannya. Dengan begitu, akan dapat diketahui mana yang paling layak menjadi wakil rakyat. Juga memilih seorang yang sudah benar-benar tercukupi segala kebutuhannya hingga tak ada keinginan untuk menambah kekayaannya lagi. Lalu, jika sewaktu-waktu terdapat kesalahan padanya dia akan mudah dibenarkan karena dia telah mendapat kepercayaan penuh sebelumnya. Selain itu, sebaiknya seorang wakil rakyat pernah merasakan kesengsaraan karena sewajarnya jika dia sudah pernah merasakan susahnya hidup
sengsara maka dia tidak akan memberikan kesengsaraan pada orang lain. Sebaliknya, jika calon wakil rakyat mencalonkan dirinya sendiri bukankah itu mengindikasikan bahwa dia telah yakin dirinya pantas memimpin. Sedangkan orang yang merasa dirinya pantas hanyalah orang yang sulit untuk berkembang. Maka dia tidak pantas memimpin. Sistem yang Salah Mungkin sebab kesalahan kecil dari sistem yang berlaku di Indonesia saat ini, menjadikan wakil rakyat kita selalu tidak bisa melakukan sesuatu yang maksimal. Karena, dalam sebuah pemilu, kita tidak benar-benar memilih calon wakil rakyat. Melainkan, semua calon wakil rakyat kita, adalah pilihan dari partainya masingmasing. Sedangkan partai yang boleh mengikuti pilpres hanya partai yang telah menduduki 25 persen kursi DPR. Dalam artian, setiap partai pastilah mempunyai tujuan dan kepentingannya masingmasing. Lagipula, kompetisi seperti ini sudah wajar dilakukan di negara manapun. Kenyataannya, partai hanya menjadi sarana pengumpulan massa dan pembaharuan bendera selain merah putih. Padahal, Indonesia sudah memiliki ideologinya, bendera, rakyatnya sendiri. Lalu mengapa harus perlu mendirikan partai-partai yang juga memiliki ideologinya, benderanya, massanya? Bukankah sama saja kita merelakan berdiri negara dalam negara kita? Muhamad Adam Abdullah, Anggota Baru LPM Spirit Mahasiswa 2014
FACEBOOK : WARTA KAMPUS UNIVERSITAS TRUNOJOYO, TWITTER : @LPMSM, @WARTAUTM, WEB /BLOG : HTTP://WWW.SPIRIT-MAHASISWA.BLOGSPOT.COM, E-MAIL : SPIRITMAHASISWA.LPM@GMAIL.COM
Buletin Selebaran
“MANUSIAWI” Mungkin sampai saat ini pengertian “manusiawi” masih sangat relatif. Umumnya istilah manusiawi selalu dialamatkan pada sebentuk upaya apologis: menganggap manusia adalah tempat salah dan lupa. Tapi, mengatasnamakan “manusiawi” untuk memaafkan kesalahan yang berulangulang adalah sebentuk sesat pikir yang barbar.
dirinnya atau paling tidak keluarganya. Sedangkan pemenuhan kebutuhan pokok adalah wajib hukumnya. Meski banyak juga orang beranggapan bahwa keinginan adalah salah satu kebutuhannya. Padahal, seorang yang benar-benar teguh dengan keinginannya dapat menjadikan seorang yang ambisius. Sedang seorang yang ambisius akan mengupayakan keinginannya dengan segala cara.
Manusia memang tempat salah dan lupa. tapi tidak benar jika terus melakukan kesalahan merupakan manusiawi. Diluar itu, bukankah manusia adalah makhluk yang dibanggakan oleh Kerajaan Langit? Karena dia merupakan makhluk yang diperkenankan memilih menjadi malaikat atau iblis. Lantas, yang mana yang manusiawi? Sedangkan manusia diharuskan menjadi pemimpin. Pemegang otoritas yang enggan menerima kekalahan akan berdampak buruk bagi kaum yang di bawahinya. Apalagi, jika dia menolak karena persoalan pribadi dengan merasa dirinya lah yang paling hebat.
Lengkap rasanya jika sifat seperti itu akan dibarengi dengan kebanggaan akan masa lampau. Kebanggaan memang perlu ditumbuhkan pada sekelompok orang. Sebab, dari pengetahuan, timbul rasa bangga, dari kebanggaan, timbul kepercayaan. Tapi jika bangga dengan apa yang telah dicapai bapaknya atau nenek moyangnya, saya rasa malah akan berdampak buruk bagi pribadi yang melakukannya. Bahkan yang terlalu bangga dengan prestasinya pun juga demikian. Karena orang yang hanya membanggakan moyangnya maupun prestasinya dulu, biasanya hanya akan berkoar-koar tentang kelebihannya. Lebih buruknya lagi jika dia hanya mencontoh prilaku mbahnya yang dirasa nyaman untuknya saja tanpa mencontoh proses mendapatkan kenyamanan itu sendiri. Dengan begitu, hampir tidak dimungkinkan ada perkembangan padanya.
Memang di seluruh kelas sosial, seorang yang mementingkan persoalan pribadi akan merugikan kaum sekelasnya maupun yang di bawahnya. Jika dia dikalangan masyarakat dia akan mencoba naik kelas sosial dengan menjadi ”penjilat”. Sebaliknya jika dia pemegang otoritas, maka enggan baginya menerima kaum yang di bawahnya bisa melebihinya. Saya tak bisa katakan mementingkan diri sendiri adalah hal yang keliru. Sebab di sisi lain, kepentingan diri adalah sebuah kewajiban seorang manusia. Tetapi, jika kepentingan tersebut menjadi ajang untuk mencari keuntungan pribadi dibalik penderitaan orang lain kan perbuatan amoral? Lagipula, dalam memenuhi kebutuhan, manusia juga akan mementingkan
Suatu ketika, salah seorang teman saya diangkat menjadi ketua kelas. Saat menjabat, dia banyak mendapat kritik dan sindiran dari teman-teman sekelas saya. Dan dia tidak peduli, mendengar pun sepertinya tidak. Jika aku perhatikan memang benar apa yang disindirkan teman-teman. Memang, dia pernah menjuarai kompetisi pencak silat. Mungkin karena dia telah merasa menguasai mereka dia tidak mau mengerjakan hal remeh; menyapu ruang kelas. Tapi karena kami semua mempunyai suara yang sama, kami tidak mundur.
Seperti dalam cerita pewayangan, ”Dan ketika Semar (simbol rakyat) marah besar, jangankan penguasa bumi, dewa-dewa pun akan kalah.” Sampai suatu saat, dia mendengarkan sindiran salah seorang temanku, hingga dia marah dan memukulinya. Entah karena sindirannya yang pedas atau karena suasana hatinya yang sedang buruk saya tidak tau. Karena memang, saya tidak berada disana dan saya tidak percaya pengakuan dari salah seorang pihak. Tapi yang jelas si pemimpin hanya diam dan menyimpan raut wajah penuh amarah. Sebab kejadian itu, mereka berdua hampir tidak bicara satu sama lain dalam jangka waktu yang lama dan dia semakin di jauhi teman-teman. Karena hal itu, dia semakin tidak peduli dengan teman sekelas dan semakin dia meninggalkan kewajibannya. Mungkin orang yang ada dipihaknya membenarkan dengan alasan manusiawi. Jika begitu alasannya bukankah lebih baik jika seorang pimpinan bukan seorang yang manusiawi? Atau mungkin memang semua manusia mempunyai sifat seperti itu. Berati sah dong jika seorang pemimpin tidak dibutuhkan? Karena sifat manusiawi itu sendiri menyebabkan tidak ada perkembangan. Bahkan malah mengalami kemunduran. Lagipula, semua manusia kan khalifah. Khalifah untuk dirinya sendiri dan untuk dunianya. Berarti kan dia bisa memimpin dirinya sendiri tanpa butuh seorang pemimpin yang menuntun. Muhamad Adam Abdullah, Anggota Baru LPM Spirit Mahasiswa 2014
FACEBOOK : WARTA KAMPUS UNIVERSITAS TRUNOJOYO, TWITTER : @LPMSM, @WARTAUTM, WEB /BLOG : HTTP://WWW.SPIRIT-MAHASISWA.BLOGSPOT.COM, E-MAIL : SPIRITMAHASISWA.LPM@GMAIL.COM
KARYAMU Siapapun bisa mengirim tulisan/informasi yang berkaitan dengan apapun. Jenis tulisan bisa berupa opini, berita, feature, wawancara, artikel, resensi, siaran pers, jadwal/agenda kegiatan seni & budaya, foto maupun karya seni (untuk seni sastra berupa cerpen atau puisi. Untuk seni visual berupa karya foto), essay, paper, analisis, wacana, cergam, cerita rakyat/foklor. Dll. Setiap tulisan disertai dengan nama atau identitas (CV) lengkap dan foto 3x4, pengirim. Tulisan tidak menyinggung Suku, Agama, Adat maupun Ras tertentu. Tulisan tidak mengandung fitnah ataupun unsur bohong apalagi Plagiasi. Tulisan berita disarankan sudah memenuhi standar yang baik. Untuk Foto (untuk karya fotografi) yang dikirim menggunakan kualitas medium (± 150 dpi). Jika ingin tau lebih mengenai syarat pengiriman tulisan, detailnya silakan akses di : “Spirit-Mahasiswa.blogspot.com”
r
r
Spiritmahasiswa.lpm@gmail.com Spirit-Mahasiswa.blogspot.com Warta Kampus Universitas Trunojoyo @Lpmsm | @WartaUTM Telp : 083-857-958-435
FACEBOOK : WARTA KAMPUS UNIVERSITAS TRUNOJOYO, TWITTER : @LPMSM, @WARTAUTM, WEB /BLOG : HTTP://WWW.SPIRIT-MAHASISWA.BLOGSPOT.COM, E-MAIL : SPIRITMAHASISWA.LPM@GMAIL.COM
TIN RAN E L U B LEBA
SE
LEMBAGA PERS MAHASISWA
SPIRIT-MAHASISWA
BULETIN MEMUAT OPINI YANG DIBAGIKAN KE MAHASISWA UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
TIN RAN E L U B LEBA
SE