M AHASISWA SPIRIT Aksi dan Bersuara Lewat Tulisan
November 2018
UTM
SIMALAKAMA ATURAN PEMILIHAN REKTOR
Direktur LBH: Memimpin Tak Perlu Jadi Bos
Visi-misi Calon Rektor Belum Relevan dengan Kebutuhan UTM Mekanisme Pemilihan Rektor UTM Legalitas dan Wewenang Senat Antusias Mahasiswa Rendah, Pemilihan Rektor Hanya Dirasakan Kaum Elite Kampus
SELAYANG PANDANG
Momen pemilihan rektor bisa jadi merupakan hal yang paling diminati oleh mahasiswa maupun pegawai di sebuah universitas. Karena seperti halnya pemilihan presiden, pemilihan rektor akan menentukan arah kebijakan dan secara tidak langsung juga nasib orang-orang yang dipimpin. Namun beberapa kalangan justru dibuat kecewa dengan sistem yang diterapkan dalam pemilihan rektor belakangan. Sebabnya, rektor yang seharusnya mengepalai seluruh civitas academica di universitas justru hanya dipilih oleh segelintir orang saja, bahkan terkesan tidak transparan. Memang sudah menjadi rahasia umum, politisasi dalam setiap pemilihan pimpinan pasti terjadi. Namun setidaknya, dengan melibatkan seluruh komponen dalam civitas academica akan mengurangi dampak tersebut. Terlebih pengawasan di semua lini masyarakat universitas akan dengan sendirinya terpenuhi lewat pelibatan itu. Menanggapi berbagai keluhan tersebut, peraturan Dikti yang paling dirasa benar untuk dijadikan alasan. Karena bagaimanapun, universitas tidak punya wewenang apapun untuk membuat sendiri sistem pemilihan rektornya. Bukan hanya pemilihan rektor, pembentukan senat universitas yang menjadi 65 persen total pemilih rektor juga tidak banyak diketahui mahasiswa maupun pegawai. Jadi akan ada banyak pihak yang merasa tidak terwakili atas pilihan tersebut. Atas landasan tersebut kami Lembaga Pers Mahasiswa Spirit Mahasiswa mencoba membuka sedikit informasi terkait pemilihan senat dan juga pemilihan rektor pada periode ini. Pembahasan tema ini juga tidak lepas dari perdebatan panjang kami untuk menerbitkannya secara luas dan memenuhi keterbukaan informasi di Universitas Trunojoyo Madura. Secara sadar kami juga mengkhawatirkan akan terjadinya persekusi di bidang akademik maupun yang lainnya jika 'menyinggung' sebagian pihak. Namun kami tetap yakin Universitas Trunojoyo Madura ini memiliki budaya akademik yang fair dengan tidak mencampur urusan akademik dengan urusan di luar itu. Di sisi lain, kami juga akan menyajikan rubrik yang berisi karya sastra seperti esai, cerita pendek, resensi buku dan puisi. Tidak lain, tujuan dari adanya muatan sastra dalam majalah ini sebagai penyegar di sela membaca berita. Kami juga mengucapkan banyak terima kasih terhadap seluruh pihak yang terlibat dalam penyusunan majalah Spirit Mahasiswa edisi November 2018 ini. (red)
REDAKSI
Pembina Medhy Aginta H, S.S., M.Si., P.Hd Pimpinan Umum Adam Abdullah Pimpinan Redaksi Syaiful Anwar Reporter Alvi Awwaliya Birar Dzillul Ilah Idatus Sholihah Dina Fitriana Sirajudin Muhammad Ardico Yulia Rahmatika Elvira Z. Mas’udah Bena Icha Aisyah Fotografer Birar Dzillull Ilah Muhammad Ardico Layouter Muhammad Ardico Syaiful Anwar Editor Idatus Sholihah Rinda Fitary Sirajudin
wartakampus wartakampus spiritmahasiswa
spiritmahasiswa.trunojoyo.ac.id
04 LPM-SM
I
November 2018
M AHASISWA S PIRIT DAFTAR ISI Aksi dan Bersuara Lewat Tulisan
November
2018
LPM-SM
AHASISWA SM PIRIT Aksi dan Bersuara Lewat Tulisan
November 2018
Laporan Utama
06
Liputan Khusus
13 Mekanisme Pemilihan
UTM
Visi-misi Carek Belum Relevan dengan Kebutuhan UTM
Rektor UTM
18 Legalitas dan
Wewenang Senat
SIMALAKAMA ATURAN PEMILIHAN REKTOR
21 Antusias Mahasiswa Rendah,
Pemilihan Rektor Hanya Dirasakan Kaum Elite Kampus
Visi Misi Calon Rektor UTM
Direktur LBH: Memimpin Tak Perlu Jadi Bos
Mekanisme Pemilihan Rektor UTM Legalitas dan Wewenang Senat Antusias Mahasiswa Rendah, Pemilihan Rektor Hanya Dirasakan Kaum Elit Kampus
Fotogenial
26 Fotogenial
Opini
28 Menunggu Langkah
Tips
30 Kejujuran
News Flash
32 TraďŹƒc Light Antisipasi
Resensi
34 1984: Ortodoksi dan Pemalsuan
Cover
SIMALAKAMA ATURAN PEMILIHAN REKTOR?/ 05 Ilustrasi: Birar Dzillul Ilah
Alamat Redaksi Sekretariat: SEKBER UKM LPM-SM JL. Raya Telang PO BOX 02 Kamal-Bangkalan Tlp. 085649954963
Pemimpin Kita
Kiat Mendeteksi
Kendala Lalu Lintas Menuju Kampus
Sejarah Oleh Penguasa Direktur LBH: Memimpin Tak Perlu Jadi Bos
Feature
36
Parade Kartun
40 Parade Kartun
Bingkai Sastra
42 Puisi 46 Cerpen: Gadis Penggembala 51 Cerpen: Ideologi Pak Karman 56 Esai: Bersih dan Membersihakan
LAPORAN UTAMA
I
Visi Misi Carek Masih Belum Relevan dengan Kebutuhan UTM
VISI MISI CAREK MASIH BELUM RELEVAN DENGAN KEBUTUHAN UTM Teks: Muhammad Ardico dan Dina Fitriana Foto: Birar Z, Idatus S. dan Humas UTM
Saat ini Universitas Trunojoyo
Amir Hamzah tidak lolos
Madura (UTM) sedang
dikarenakan hanya mendapat 2
melaksanakan pesta demokrasi
suara dari Senat.
Pemilihan Rektor (Pilrek) periode Setelah itu ketiga calon rektor yang
jabatan 2018–2022.
lolos akan melakukan proses rekam Dimana hasil seleksi bakal calon
jejak oleh kementrian tanggal 8-9
menyisakan 4 nama yaitu, Muhammad
Oktober 2018. Sedangkan sidang
Syarif, Mohammad Nizarul Alim,
pemilihan calon rektor bersama
Slamet Subari, dan Amir Hamzah.
menteri diadakan pada tanggal 7
Keempat bakal calon tersebut sudah
November 2018. Lalu penetapan
memaparkan visi , misi, dan program
dan pelantikan akan dihelat tanggal
kerjanya di gedung pertemuan pada
18 November 2018.
tanggal 1 Oktober 2018 lalu. Setelah penyampaian visi, misi dan
Muhammad Syarif
program kerja, keempat calon dinilai
Muhammad Syarif merupakan Rektor UTM periode
oleh anggota senat untuk diseleksi
2014-2018 saat ini mencalonkan dirinya kembali
menjadi 3 nama calon. Penetapan 3
sebagai calon rektor periode kerja 2018-2022. Dengan
nama calon diumumkan esoknya
Visi Universitas Trunojoyo Madura berkualitas, inovatif,
(2/10) yang menyisakan Muhammad
dan mandiri.
Syarif dengan 16 suara dari Senat, Mohammad Nizarul Alim dengan 7
Muhammad Syarif menjelaskan memilih visi tersebut
suara dari Senat, dan Slamet Subari
dikarenakan UTM harus mengejar timeline yang sudah
dengan 3 suara dari Senat. Sedangkan
ditetapkan oleh KEMENRISTEKDIKTI pada tahun 2030
06 LPM-SM
I
November 2018
Bakal calon rektor menyampaikan visi misi di Gedung Pertemuan.
harus bisa menjadi perguruan tinggi yang sudah maju dan mandiri jawabnya. Selain, itu Muhammad Syarif menjelaskan bahwa lulusan UTM harus memiliki kemampuan di bidang akademik dan praktik sehingga bisa bersaing dengan kampus-kampus yang ada di Indonesia. “Apa lagi saat ini timeline UTM tahun 2018-2022 UTM, mahasiswa UTM dan lulusannya harus bisa inovatif sehingga dapat bersaing di tingkat nasional, sehingga para stakeholder bisa memperhitungkan bahwa lulusan UTM juga tidak kalah berkualitasnya,� paparnya.
Seandainya terpilih menjadi Rektor kembali Muhammad Syarif masih akan memakai sistem klaster untuk memberi peran UTM dalam mengatasi permasalahan-permasalahan di Madura.
LAPORAN UTAMA
I
Visi Misi Carek Masih Belum Relevan dengan Kebutuhan UTM V
Reporter LPM-SM saat mewawancarai Mohammad Nizarul Alim salah satu calon Rektor UTM
Hal tersebut juga
maju dalam bidang garam
bermartabat, civitas
menyesuaikan dengan sistem
dan jagung yang bekerja
academica berakhlakul
pengelolaan sumber daya
sama dengan banyak
karimah untuk mewujudkan
keuangan yang hanya
perusahaan dan PTN,” tutur
lulusan yang berkarakter dan
bersumber pada Uang Kuliah
pria kelahiran Madura
berdaya saing.”
Tunggal (UKT).
tersebut.
mengambil visi tersebut
”Karena sumber daya keuangan kita terbatas kita
Mohammad Nizar beralasan
Mohammad Nizarul Alim
dikarenakan ingin civitas
d u l u
Mohammad Nizarul Alim,
academica UTM selain pintar
permasalahan yang ada di
salah satu calon dari Fakultas
dalam akademik juga bersih
Madura dengan sistem
Ekonomi dan Bisnis
secara hati dan pikiran. Selain
klaster yang dikenal dengan 6
mengungkapkan visinya
itu seumpama Nizar menjadi
sektor, dimana UTM sudah
yaitu “UTM yang bermutu dan
Rektor nantinya ingin UTM
s e l e s a i k a n
08 LPM-SM
I
November 2018
dan mahasiswanya bisa b e r s a i n g d i d u n i a ke r j a dengan kemampuan yang sudah diasah. Penumbuhan karakter seperti akhlak dan
50 besar. Mohammad Nizar memilih branding “BERKAH” dimana dalam penjelasannya, “BER; Bermartabat institusinya dan bermutu tridarma perguruan tinggi, sedangkan KAH; kreatif dan berakhlakul karimah civitas academicanya,”.
budi pekerti civitas academica UTM juga sangat ingin diwujudkannya. “perkembangan dan
Nizar berharap dalam pesta demokrasi ini semua berjalan kondusif tidak ada yang iri hati siapapun nantinya yang terpilih dan juga harus terima siapapun nanti yang terpilih.
perubahan di luar sana sudah
”Mahasiswa dan civitas academica harus menerima siapapun
sangat sengit persaingannya
calonnya, harus mengerti kalau calon rektor yang memilih itu
di mana kita sekarang masuk
menteri. Jadi, walaupun di sini membangun citra bagus kalau
era revolusi industri. Untuk
menterinya tidak memilih ya mau bagaimana lagi,” pungkasnya.
mencapai semua itu civitas academica harus memiliki
Slamet Subari
nilai-nilai dasar, seperti nilai
Slamet Subari, calon terakhir yang berasal dari Fakultas Pertanian
agama, pancasila, moral, dan
memaparkan visi, yaitu “Membangun, mengembangkan, dan
keilmuan,” tuturnya.
menyejahterakan dalam mencapai prestasi UTM level nasional di
Misi yang dipaparkan adalah
akhir tahun 2022”.
memperkuat tata kelola UTM, menyelenggarakan Tridarma
Slamet Subari bertujuan ingin melibatkan tiga unsur yang ada di
Perguruan Tinggi berbasis
UTM, diantaranya akan membangun infrastruktur laboratorium
m u t u d a n k a r a k t e r,
dan segala hal yang mendukung akademik demi kemajuan UTM,
m e n g e m ba n g k a n s i s te m
m e n g e m ba n g k a n a pa y a n g s u d a h U T M c a pa i , d a n
pengadilan internal,
menyejahterakan semua civitas academica yang ada di UTM.
meningkatkan kesadaran, dan
“Jadi tiga pilar utama ini menjadi tema kita, membangun,
berperilaku akhlakul karimah
mengembangkan dan menyejahterakan, merupakan tujuan
untuk menyelaraskan nilai-
utama, atau ultimate goalnya itu adalah prestasi UTM,” jelasnya.
nilai yang dianut UTM, serta meningkatkan peringkat institusi dalam peringkat Ke m e n r i s t e kd i k t i s e c a r a berkesinambungan mencapai
Sedangkan, misi yang disampaikan menyasar empat tujuan utama, yaitu 30% program studi (Prodi) telah terakreditasi A diantaranya Prodi Agribisnis, Agroteknologi, Teknologi Industri Pertanian, Ilmu Kelautan, Manajemen Sumberdaya Perairan,
LAPORAN UTAMA
I
Visi Misi Carek Masih Belum Relevan dengan Kebutuhan UTM V
Taman Kampus UTM yang terletak di depan Gedung Graha Utama UTM
Manajemen, Ekonomi
penanganan khusus bidang-bidang kemahasiswaan yang
Pembangunan, Akuntansi, Ilmu
berpotensi untuk berprestasi di level nasional.
Hukum, Teknik Informatika, Teknik Industri, Sastra Inggris, Ilmu Komunikasi, Sosiologi, PGSD, akhir tahun 2022 Akreditasi Institusi Perguruan Tinggi terakreditasi A,
Selain itu Dekan Fakultas Pertanian ini juga menambahkan bahwa misi kedua yang ingin dilakukan adalah mengangkat harkat dan martabat Madura di kancah nasional. Kemudian, misi yang terakhir yang dijadikan tujuan ialah meningkatkan kesejahteraan dosen dan karyawan dengan atau tanpa BLU.
menyiapkan UTM menuju PTN Badan Layanan Umum (BLU),
Slamet mengaku bahwa terpilih atau tidak, dirinya akan
reformasi kelembagaan
legowo dengan hasil yang akan didapatkan nanti. “Saya
mahasiswa, dan membuat
hanya mengandalkan ridho Allah. Terpilih alhamdulillah,
10 LPM-SM
I
November 2018
innalillah dan tidak terpilih ya alhamdulillah, innalillah. UTM ditakdirkan untuk menjadi universitas besar, insyaallah kita bertanggung jawab betul-betul,� pungkasnya. Pendapat Civitas Academica Dengan pemilihan rektor UTM yang saat ini masih berada pada fase rekam jejak oleh kementerian menyisakan banyak pertanyaan bagi banyak civitas academica UTM. Tidak adanya sosialisasi yang menyeluruh tentang adanya Pilrek, calon rektor, dan beserta visimisinya. Membuat sebagian civitas academica
Achdiar Redy
tidak merasakan pesta demokrasi yang diadakan
Dosen Universitas Trunojoyo Madura
5 tahun sekali ini.
Bahwa persoalan dosen
Selain itu, mekanisme pemilihan kali ini dinilai
kontrak UTM masih
tidak demokratis karena menggunakan 65%
kurang diperhatikan
suara senat dan 35% suara menteri menjadi suatu
oleh para ketiga calon.
persoalan sendiri dimana asas demokratis tidak
Selain kurang
dirasa oleh civitas academica UTM.
manusiawi dalam hal
Selain itu visi-misi yang diusung ketiga calon
kesejahteraan, dosen
rektor dinilai masih belum menjawab beberapa
kontrak di UTM juga
persoalan yang ada di UTM. Seperti yang
kurang dihargai oleh
dikeluhkan oleh Achdiar Redy, yang menilai ada
para pimpinan.
persoalan penting yang luput dibahas pada visimisi ketiga calon yaitu persoalan jumlah dosen dan mahasiswa yang tidak proporsional di sebagian fakultas yang ada di UTM “Di Fakultas Ekonomi pada beberapa prodi masih ada 1 dosen mengajar 45 sampai 50 mahasiswa. Itu sistem mengajar yang sangat jelek,� protes dosen prodi Akuntansi tersebut. Achdiar Redy juga berpendapat bahwa persoalan
LAPORAN UTAMA
I
Visi Misi Carek Masih Belum Relevan dengan Kebutuhan UTM V
d o s e n ko n t r a k U T M m a s i h k u r a n g
yang membangun,” ungkap pengajar UTM
diperhatikan oleh para ketiga calon di visi
kelahiran 1982 tersebut.
misi. Selain kurang manusiawinya dalam hal kesejahteraan, dosen kontrak di UTM juga kurang dihargai oleh para pimpinan. Hambatan lainnya adalah segala pengajaran, penelitian, dan riset para dosen kontrak belum bisa diakui karena belum
Berbeda dengan Achdiar Redy, mahasiswa Prodi Teknonologi Indutri Pertanian, Andika Yuli Herianto berpendapat bahwa Uang Kuliah Tunggal (UKT) lebih bisa terjangkau oleh para mahasiswa ataupun calon mahasiswa yang mau masuk UTM.
mendapatkan Nomor Induk Dosen Nasional (NIDN). Sehingga menurutnya dosen ko n t r a k d i U T M m a s i h b e l u m b i s a melakukan peran tridarma perguruan
Tidak hanya itu, Syafrizal Febrianto juga menginginkan nantinya pemimpin dapat menjadikan UTM mampu berdaya saing tinggi.
tinggi. Ia juga berpendapat bahwa kedua masalah ini juga berimbas pada akreditasi fakultas dan akreditasi kampus yang sampai saat ini b e l u m b e r u b a h . “ Pe n g u a t a n m u t u pengajaran yang kurang dapat membuat akreditasi tidak naik-naik,” tegas pria asal
”Iya saya sebagai mahasiswa UTM, berharap rektor UTM yang terpilih nanti mampu menahkodai UTM, sehingga UTM menjadi lebih baik dan menjadi acuan sumber keilmuan di Madura,” terang Gubernur Fakultas Teknik tersebut Masih perkara harapan kepada rektor UTM,
Bangkalan itu. Redy juga berpendapat bahwa Lembaga Pe r s M a h a s i s w a d i U T M b i s a l e b i h mengkritisi kebijakan-kebijakan pimpinan y a n g m e n ye le we n g d a n m e ru g ik a n mahasiswa ataupun kampus.
Farid Wajdi Firdaus berharap agar yang terpilih menjadi pemimpin mampu bersikap egaliter. Tetapi bagi mahasiswa asal prodi Pendidikan Informatika ini, terwujudnya visi misi yang telah dipaparkan oleh calon rektor adalah hal yang paling penting. “Sederhana,
”Saya harap teman-teman pers lebih berani dalam mengkritik, sehingga pemegang kekuasaan nanti juga tidak absolut. Jika ada kebijakan penguasa yang tidak cocok maka kita harus mengkritik dan memberi saran
12 LPM-SM
I
November 2018
pemimpin yang mudah untuk bersosialisasi dengan mahasiswa, tetapi yang penting adalah menepati visi-misinya. Kelemahan dari UTM bisa diperbaiki dan kedepannya semoga lebih amanah,” harapnya.
LIPUTAN KHUSUS
I
Mekanisme Pemilihan Rektor UTM
Bakal calon rektor menyampaikan visi-misi di Gedung Pertemuan.
MEKANISME PEMILIHAN REKTOR UTM Teks: Idatus Sholihah Foto: Birar Z
Universitas Trunojoyo Madura (UTM) merujuk pada Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Perguruan Tinggi (Permenristekdikti) nomor 19 tahun 2017 terkait pemilihan rektor (Pilrek) periode tahun 20182022. Seperti yang diungkapkan Safi, salah satu dosen Fakultas Hukum (FH), bahwasannya UTM dalam mekanismenya sesuai dari Dikti sendiri yakni Pilrek diselenggarakan dengan sistem perwakilan dari senat dan menteri. ”Jadi pemilihan rektor itu pure ada di senat bersama menteri. Berkaitan dengan teknis administrasi pendaftaran, senat bisa membentuk panitia untuk acara pemilihan rektor. Dalam hal, ini ada 4 tahap pemilihan dalam rapat senat dan menteri,” ujarnya. Menurut Imam Sofyan, Pilrek merupakan amanat Undang-Undang di perguruan tinggi, terutama Perguruan Tinggi Negeri (PTN) untuk pergantian
kepemimpinan di tingkat ter tinggi setiap universitas. Untuk sistemnya menggunakan perwakilan. ”Jadi sesuai peraturan menteri untuk Pilrek, rektor dipilih senat. Senat merupakan perkumpulan senat dari masing-masing fakultas. Jadi, senat merupakan lembaga keterwakilan,” ungkap dosen Ilmu Komunikasi tersebut.
LIPUTAN KHUSUS
I
Mekanisme Pemilihan Rektor UTM
Mekanisme Pemilihan Rektor Menurut Permendikti No. 19 Tahun 2017 pasal 6-10 alur Pilrek yakni; penjaringan, penyaringan, pemilihan, penetapan, dan pelantikan. Pertama, penjaringan bakal calon dilaksanakan paling lambat 5 (lima) bulan sebelum berakhirnya masa jabatan rektor yang sedang menjabat. Rangkaian proses penjaringan diantaranya, pembentukan panitia, pengumuman penjaringan, pendaftaran bakal calon, seleksi administrasi, dan pengumuman hasil penjaringan. Proses tersebut dilakukan oleh Senat dan menghasilkan paling sedikit 4 orang bakal calon Rektor dan dilakukan paling lambat 2 bulan sebelum berakhirnya masa jabatan Rektor yang sedang menjabat.
14 LPM-SM
I
November 2018
Setelah itu, tahap kedua dilakukan proses penyaringan melalui penyampaian visi, misi, dan program kerja bakal calon dihadapan rapat senat terbuka. Kemudian adanya penilaian dan penetapan 3 (tiga) calon Rektor oleh Senat dalam rapat Senat tertutup. Selain itu, penyaringan dihadiri pejabat Kementerian yang ditunjuk oleh Menteri dan dapat mengajukan pertanyaan kepada bakal calon. Pada tahap ketiga, Senat menyampaikan 3 nama calon rektor kepada menteri paling lambat 1 bulan sebelum pelaksanaan pemilihan, dengan melampirkan dokumen yang berisi: berita acara proses penyaringan, daftar riwayat hidup masingmasing calon rektor, dan visi-misi serta program kerja masing-masing calon rektor. Berkas tersebut digunakan untuk tahap selanjutnya yakni penelusuran rekam jejak calon rektor. Rekam jejak
di UTM dilaksanakan pada 8-19 Oktober 2018. Penelusuran rekam jejak dilakukan melalui koordinasi dengan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan dan lembaga pemerintah lainnya. Apabila terdapat calon Pemimpin PTN yang memiliki rekam jejak tidak baik, maka calon tersebut tidak dapat mengikuti proses penjaringan dan penyaringan ulang. Proses tersebut dilaksanakan paling lambat 2 minggu sebelum berakhirnya masa jabatan Rektor dan dilakukan dalam rapat senat tertutup, dengan ketentuan: Menteri memiliki 35% hak suara dari total pemilih yang hadir dan senat memiliki 65% hak suara dan masing-masing anggota senat memiliki hak suara yang sama. Penetapan calon Rektor UTM dilaksanakan pada rapat senat tertutup tanggal 7 November mendatang. Dalam pelaksanaan haknya, Menteri membentuk tim penilai kinerja calon Pemimpin PTN. Hasil penilaian tim penilai kinerja calon rektor menjadi pertimbangan menteri dalam melaksanakan haknya. Menteri dapat memberikan kuasa kepada pejabat yang ditunjuk.
SaďŹ Wadek 2 Fakultas Hukum Univertsitas Trunojoyo Madura
Menurut saya, kurang tepat karena memberi ruang politisasi. Selain itu, menteri memberikan wewenang kepada dirinya sendiri secara hukum administrasi tidak pas.
Apabila ada 2 orang calon rektor yang memperoleh suara tertinggi dengan jumlah suara yang sama, dilakukan pemilihan putaran kedua pada hari yang sama untuk menghasilkan peringkat suara terbanyak. Calon rektor dengan suara terbanyak ditetapkan sebagai calon rektor terpilih. Penetapan tersebut dituangkan dalam berita acara. Terakhir, Menteri menetapkan dan melantik calon rektor terpilih sebagai pemimpin PTN terkait. Dalam hal ini, penetapan dan pelantikan rektor dilakukan pada 18 Desember 2018. Persyaratan Bakal Calon Rektor Masih berkiblat pada Permenristekdikti dalam pasal 2-5 menyebutkan beberapa persyaratan calon rektor yaitu: bahwa calon rektor harus memiliki pengalaman jabatan sebagai dosen dengan jenjang akademik minimal Lektor Kepala ( jenjang pangkat), maksimal berusia 60 tahun pada masa akhir jabatan sebagai rektor, melaporkan harta kekayaan, dan tidak mengalami serta mendapatkan sanksi hukum dan sosial. Pelaksanaan Pilrek tahun ini menjaring 4 bakal calon rektor, yaitu M. Syarif yang kini masih menjabat rektor UTM, Nizarul Alim dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), Slamet Subari dari Fakultas Pertanian (FP), dan Amir Hamzah dari FH. Sesuai dengan aturan Kementrian bahwa bakal calon minimal 4 calon. Jika belum memenuhi batas minimal maka dilakukan perpanjangan waktu, lalu apabila masih belum memenuhi maka dilakukan penunjukan. Menurut Jauhari, pendaftaran calon rektor di UTM mengalami kekurangan bakal calon sehingga dilakukan perpanjangan waktu dua kali dan mendapat satu
LIPUTAN KHUSUS
I
Mekanisme Pemilihan Rektor UTM
calon dari FP, Slamet Subari. Sedangkan Safi memandang bahwa Pilrek tahun 2018 kurang ada yang berminat padahal banyak dosen yang sudah memenuhi syarat kecakapan. Peraturan dari Dikti membatasi bakal calon minimal harus 4 orang, bila tidak maka dilakukan perpanjangan dan penunjukkan bakal calon rektor. Pihaknya membenarkan bahwa di UTM sampai batas pendaftaran hanya ada 3 bakal calon. ”Aturan Permenristekdikti calon minimal 4. Di UTM sempat dilakukan perpanjangan sampai penunjukan calon rektor. Saya tidak tahu kenapa banyak yang tidak minat, padahal di UTM yang memenuhi syarat ada kurang lebih sekitar 38 dosen. Baik dosen yang bergelar Doktor maupun jabatan minimal Lektor. Tapi yang daftar hanya tiga, ketika akhir ada tambahan satu” ungkapnya.
Polemik Mekanisme Suara Senat dan Menteri Aturan dari Permenristekdikti juga memuat mekanisme suara, yakni suara 35% dari menteri dan 65% dari senat. Adanya hal tersebut mendapat perhatian dari beberapa pihak. Seperti yang diungkapkan Achdiar Redy, salah satu dosen FEB, ia mengungkapkan bahwasannya kebijakan tersebut dinilai kurang demokratis. Pasalnya terdapat perbandingan proporsi yang kurang pas. ”Proposinya banyak sekali dari suara menteri. Untuk suara dari menteri jangan terlalu banyak karena yang tahu keadaan itu dari kampus sendiri. Menurut saya kurang demokratis, karena 35 persen dari menteri ini terlalu banyak. Kalau begini tinggal baiknya lobi-lobi politik saja,” keluhnya. Kegamangan lain juga diungkapkan Safi, pihaknya menilai adanya mekanisme suara yang kurang sebanding sehingga memberi ruang untuk lobi politik. Selain itu, pemberian porsi pada menteri sebanyak 35% juga kurang pas menurut hukum administrasi. ”Secara regulasi memang benar karena diatur dalam peraturan Dikti, tapi menurut saya, kurang
16 LPM-SM
I
November 2018
tepat karena memberi ruang politisasi. Selain itu, menteri memberikan wewenang kepada dirinya sendiri secara hukum administrasi tidak pas. Tapi itu regulasi yang harus kita jalankan karena belum ada judicial review,” ungkap salah satu anggota Senat tersebut. Menurut studi pustaka jurnal ilmiah oleh Mahfud Hadi Saputra (2017) yang memuat kewenangan pihak Menristekdikti terkait pemilihan Rektor Univer sitas Lampung, konsep demokrasi seharusnya tidak melibatkan pemerintah dalam proses pemilihan tersebut. Aturan tersebut seharusnya tidak berlaku bagi pihak menteri sendiri selaku pembuat kebijakan, sehingga adanya 35% suara dari menteri dinilai tidak sesuai menurut hukum administratif. Dilansir dari bbc.com (27/10/16) bahwasannya adanya praktik suap pemilihan rektor ini d is e ba b k a n ke p e m ilik a n h a k s u a r a 3 5 % . Diungkapkan juga bahwa Indonesia Corruption Watch (ICW) memandang bahwa kewenangan besar dan pengolahan dana membuat calon rektor mau menyuap demi posisi tertinggi di universitas. Sama halnya dengan data dari kompas.com, (27/10/16) menurut Komisi X DPR, Abdul Fikri Faqih menilai bahwa adanya 35% suara dari menteri rawan terjadi intervensi. Pasalnya kadang calon yang terpilih bukan yang memiliki suara terbanyak dari hasil pemilihan internal. ”Karena 35% hak menteri untuk menambahkan, sehingga nomor 3 sekalipun bisa jadi rektor karena menteri memiliki hak untuk menambahkan nilai,” ungkapnya. Selain itu, ia juga menambahkan bahwa kebijakan tersebut berpeluang dimanfaatkan oleh pihakpihak tertentu. Jadi, meski pemerintah ingin terlibat maka persentasinya diharapkan tak mencapai 35 persen. Keterlibatan Civitas Academica dalam Pemilihan Rektor Perihal proses Pilrek yang dilakukan secara
Perihal proses Pilrek yang dilakukan secara tertutup dan hanya melibatkan senat yang berasal dari pihak internal juga memicu beberapa pandangan, baik dari kalangan dosen maupun mahasiswa. Di pihak mahasiswa seperti, Farid, Gubernur Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), ia mengeluhkan terkait kebijakan baru terkait mahasiwa tidak dilibatkan dalam Pilrek tahun ini. Ia mengaku kecewa karena tidak diikutsertakan kembali dalam pemilihan rektor. Pihaknya hanya sebagai perantara untuk penyebaran pamflet, dan memberi pengetahuan terkait Pilrek. ”Pada tahun 2014 kita (baca: pihak BEM) dilibatkan juga mahasiswa umum, sedangkan untuk saat ini kita tidak dilibatkan sekali. Seharusnya juga kita dan akademisi UTM memiliki hak untuk memilih. Karena kita bisa menilai bagaimana kinerja para calon, rekam jejak, penyampaian visi misi,” keluhnya.
Pandangan lain diungkapkan Andika, mahasiswa FP tersebut mekanisme pemilihan tanpa melibatkan mahasiswa. Hal itu berkaca pada Pilrek sebelumnya terjadi kegaduhan akibat adanya golongan-golongan ter tentu yang membuat suara mahasiswa pecah. ”Saya sangat setuju dengan sistem 65% ada di senat dan 35% ada di Dikti, dengan syarat konsolidasi pihak terkait keinginan dari mahasiwa dari pasangan calon tersebut. Lagipula tanggung jawab mahasiswa bukan hanya di pemilu kali ini saja, tetapi mengawal rektor ataupun dekan yang terpilih sehingga mampu menyerap a s p i r a s i m a h a s i s w a ,” ungkapnya.
politik hal tersebut tidak ada tempatnya. Berbeda dengan pandangan pihak dosen, Redy m e n g u n g k a p k a n ba h w a seharusnya Pilrek juga melibatkan karyawan. Jika tidak dikhawatirkan timbul ketakutan akan ada jarak. Selain karyawan, menurutnya dari mahasiswa harus dikasih peran, namun dapat diwakilkan. ”Pada titik ter tentu mahasiswa harus dikasih peran, bisa di penjaringan awal dari perwakilan mahasiswa, tapi juga harus b e n a r- b e n a r m e w a k i l i mahasiswa, tidak mewakili dirinya sendiri, atau orango r a n g d i b e l a k a n g n y a ,” ungkap dosen yang menjadi alumni Universitas Brawijaya tersebut.
Pandangan pihak dosen diungkapkan Imam Sofyan, ia m e n g u n g k a p k a n ba h w a peran mahasiswa dalam Pilrek ini dukungan moral bagi calon rektor, namun tidak bisa langsung karena terkendala aturan. Selain itu juga menurutnya secara
Persentase Hak Suara Senat : 65% Menteri : 35%
LIPUTAN KHUSUS
I Legalitas dan Wewenang Senat
Teks: Birar Z Foto: Birar Z
Legalitas dan Wewenang Senat Badan Normatif dan Perwakilan Tertinggi (Senat) Universitas Trunojoyo masih berdiri dengan peraturan yang terbilang usang, yakni berdasarkan statuta Nomor 11 tahun 2006. Nasibnya juga diombang-ambing oleh kementerian karena permintaan pembaharuan statuta oleh pihak universitas belum mendapatkan tanggapan serius. Padahal haluan dasar administrasi senat tergantung dari isi statuta tersebut. Badan Normatif dan Per wakilan
Padahal salah satu harapan segera disahkannya statuta baru
Te r t i n g g i ( S e n a t ) U n i v e r s i t a s
tersebut untuk menautkan peraturan Dikti nomor 19 tahun 2017
Trunojoyo masih berdiri dengan
dengan peraturan di UTM. Selain itu untuk menyelaraskan tujuan
peraturan yang terbilang usang, yakni
di setiap fakultas dengan kesepakatan di tingkat universitas,
berdasarkan Statuta Nomor 11 tahun 2006. Nasibnya juga diombang-
Susunan Senat UTM
ambing oleh kementrian karena permintaan pembaharuan statuta oleh pihak universitas belum mendapatkan tanggapan serius. Padahal haluan dasar administrasi senat tergantung dari isi statuta tersebut.
Susunan senat universitas terdiri dari rektor beser ta pembantunya, dekan, guru besar, dan wakil dosen. Sedangkan susunan pengurus senat universitas terdiri dari ketua, sekretaris dan anggota. Hal ini sesuai dalam pasal 26 statuta UTM nomor 11 tahun 2006. Anggota senat UTM terdapat 28 orang. Muhammad Syarif selaku ketua senat dan Nurus Zaman sebagai sekretaris.
�Memang selama ini statuta yang digunakan yang lama. yang baru belum turun. Yang baru belum disahkan oleh menteri. Sampai saat ini
Dalam pasal 27 statuta UTM, senat sekurang-kurangnya mengadakan rapat sebanyak tiga kali. Menurut Nurus Zaman rapat yang dilakukan biasanya terkait kenaikan pangkat dosen, rapat terbuka (wisuda) atau terdapat isu penting.
kami juga menunggu senat itu, kapan peraturan baru diterbitkan,� sesal Nurus Zaman.
18 LPM-SM
I
November 2018
�Rapat senat bisa setahun enam kali, rapat terbuka atau wisuda
Slamet Subari memaparkan visi dan misi di depan para civitas academica yang hadir di Gedung Pertemuan. dua kali, kemudian terkait kenaikan pangkat dosen,
�Rapat senat bisa setahun enam kali, rapat terbuka
belum lagi ketika ada isu-isu penting yang
atau wisuda dua kali, kemudian terkait kenaikan
memerlukan senat,� ujar alumni S3 Unpad tersebut.
pangkat dosen, belum lagi ketika ada isu-isu
Ia juga menambahkan anggota senat berhak
penting yang memerlukan senat,�ujar alumni S3
mengusulkan rapat terkait evaluasi akademik.
Unpad tersebut.
sebab, senat merupakan bagian evaluasi sedangkan yang menjalankan adalah bagian eksekutif. "Ada
Ia juga menambahkan anggota senat berhak
juga, reorientasi kurikulum istilahnya, itu dilakukan
mengusulkan rapat terkait evaluasi akademik.
per fakultas kemudian tingkat universitas. hal
sebab, senat merupakan bagian evaluasi sedangkan
tersebut usulan anggota senat yang memiliki hak
yang menjalankan adalah bagian eksekutif. "Ada
untuk melakukan rapat senat," tambahnya.
juga, reorientasi kurikulum istilahnya. Itu dilakukan
Berdasarkan peraturan, rapat yang dilakukan senat
per fakultas kemudian tingkat universitas. hal
dipimpin oleh ketua senat dan didampingi oleh
tersebut usulan anggota senat yang memiliki hak
sekretaris senat. Apabila ketua senat berhalangan
untuk melakukan rapat senat," tambahnya.
hadir, maka rapat akan dipimpin oleh sekretaris senat. Hal tersebut diterapkan ketika melakukan rapat tertutup terkait pemilihan rektor periode 2018
Berdasarkan peraturan, rapat yang dilakukan senat dipimpin oleh ketua senat dan didampingi oleh
LIPUTAN KHUSUS
I Legalitas dan Wewenang Senat
Prosesi foto bersama saat kegiatan pemaparan visi dan misi di Gedung Pertemuan. - 2022. Rapat tertutup dipimpin oleh Nurus Zaman. Pasalnya, ketua senat juga menjadi calon rektor.
Perbedaan dengan Susunan Senat Fakultas
"Karena Pak Syarif adalah calon rektor, secara etika tidak diperkenankan ikut campur terhadap proses ini. Sehingga melimpahkan wewenang kepada saya selaku sekretaris,� paparnya ketika diwawancarai.
Sayangnya susunan senat universitas berbeda dengan senat tingkat fakultas. Menurut Jauhari, susunan senat di fakultas teknik telah menerapkan peraturan baru. Ketua senat fakultas teknik tidak
Hal ini mendapatkan apresiasi baik dari SaďŹ selaku
lagi dijabat oleh dekan.
anggota senat. penyerahan wewenang terhadap sekretaris ketika rapat, “Yang harus dibatasi dalam regulasi adalah penyalahgunaan wewenang. Di kala dia nyalon dan menjabat harus dibatasi. Sehingga senat sepakat menyerahkan rapat senat ke sekertaris. Jadi menurut saya sudah tepat,� terangnya
20 LPM-SM
I
November 2018
"Kalau di teknik memang sudah tidak lagi dijabat dekan, buktinya ketua senat fakultas dijabat oleh wakil dekan tiga yang kebetulan saya sendiri, " ucapnya. Hal tersebut juga diterapkan pada senat fakultas
permasalahan yang besar. �Semua besok seperti itu. Jadi begini, pimpinan lembaga dekan tidak bisa menjadi ketua senat. Rektor tidak bisa menjadi ketua senat. Tetapi kalau forum menghendaki rektor menjadi ketua senat tidak masalah,� dalihnya.
Pembentukan Komisi oleh Senat Universitas Senat Universitas dapat membentuk komisikomisi yang terdiri dari Komisi Akademik, Komisi Anggaran, dan Komisi Etika yang dipimpin oleh Ketua Komisi dan dalam melaksanakan tugasnya masing-masing Ketua Komisi didampingi oleh seorang Sekretaris yang dipilih dari dan oleh anggota komisi. Hal ini diatur pada statuta universitas pasal 28
Nurus Zaman memaparkan komisi dalam senat UTM terdapat dua bagian yaitu komisi akademisi dan komisi organisasi. Komisi hukum, menurut Wachid selaku dosen hukum. Ketua senat fakultas hukum dijabat oleh Agung Ali Fahmi selaku wakil dekan.
akademisi dijalankan oleh Wakil Rektor satu dan komisi organisasi dipimpin oleh Wakil Rektor dua. Meskipun demikian, pada
“Di fakultas hukum sudah tidak lagi dijabat dekan, hal ini
penerapannya organisasi kemahasiswaan
mengurangi kecurigaan atas penyalahgunaan wewenang
lebih sering berkonsultasi pada Wakil Rektor
ketika akan dilakukan pemilihan dekan. Seharusnya
tiga.
tingkat universitas juga dapat menerapkan peraturan baru," papar pria asal Surabaya tersebut.
�Kalau dalam peraturan lama itu ada dua, komisi akademisi dan organisasi, sedangkan
Walaupun demikian, belum diketahui peraturan mana
urusan kemahasiswaan dilimpahkan kepada
yang digunakan oleh pihak fakultas, karena dalam
wakil rektor tiga," ujarnya.
peraturan lama sudah jelas dari pasal 29 membahas
Tugas Senat UTM
tentang senat fakultas. Menyikapi hal demikian Nurus Zaman membenarkan kalau akan diterapkan regulasi
Senat universitas memiliki sebelas tugas
tersebut. Namun, perbedaan tersebut tidak menjadi
pokok yang tercantum pada pasal 25 dalam
LIPUTAN KHUSUS
I Legalitas dan Wewenang Senat
statuta UTM. Tugas pokok tersebut diantaranya adalah merumuskan kebijakan akademik dan pengembangan universitas, merumuskan kebijakan penilaian prestasi akademik dan kecakapan sivitas akademika, merumuskan norma dan tolok ukur penyelenggaraan pendidikan tinggi, memberikan persetujuan atas Rencana Anggaran Pendapatan dan
"Yang saya tahu UTM masih ingun bertahan pada karakternya, enam sektor. Hal ini memang belum maksimal, tetapi kami mau meningkatkannya karena hal ini mendapat apresiasi dari pihak kementerian,"ujarnya optimis.
Pendapat Civitas Academica
Belanja Universitas yang diajukan oleh Rektor, menilai pelaksanaan kebijakan tahunan dan laporan Rektor pada akhir masa jabatan, merumuskan peraturan pelaksanaan kebebasan akademik, kebebasan mimbar akademik , dan otonomi
Namun di balik banyaknya tantangan dan persoalan yang harus dihadapi oleh senat baik tingkat universitas atau fakultas, ketidaktahuan mahasiswa akan senat sendiri sangat minim.
keilmuan, memilih calon Rektor untuk diusulkan
Salah satunya adalah Dewi Indrawati, mahasiswa
kepada Presiden, memberikan pertimbangan
semester sembilan prodi Pendidikan Guru Sekolah
kepada Rektor tentang calon Pembantu Rektor,
Dasar (PGSD) ini mengaku tidak mengetahui adanya
memberikan persetujuan bagi dosen yang
senat di universitas. "Saya selama empat tahun
dicalonkan memangku jabatan akademik guru besar,
kuliah ini sama sekali tidak tahu terkait susunan
memberikan pertimbangan dosen yang dicalonkan
senat, bagaimana tugasnya, sama sekali tidak tahu,"
memangku jabatan akademik diatas Lektor, dan
paparnya sembari tersenyum.
menegakkan norma-norma dan etika akademik yang berlaku bagi civitas academica
Tidak hanya itu, berdasarkan survei yang dilakukan
Saat ini senat UTM sedang melaksanakan salah satu
Litbang Lembaga Pers Mahasiswa Spirit Mahasiswa
tugas pokok senat universitas yakni pemilihan calon
(LPM SM) dengan mengambil sampel di setiap
rektor. Dalam hal ini, senat UTM memiliki porsi suara
fakultas, ketidaktahuan mahasiswa terhadap adanya
65% sedangkan menteri 35%. Tidak terbatas pada
senat sebanyak 79 persen. Sedangkan terkait tugas
peraturan lama, menurut Nurus Zaman senat UTM
dan wewenang senat sebanyak 87,5 persen
memiliki tugas lain seperti perkara penentuan
mahasiswa mengaku tidak mengerti tugas serta
karakter dari universitas. UTM telah memiliki
wewenang senat di UTM.
branding enam sektor. Namun, hal tersebut masih dikatakan belum berhasil dan masih perlu adanya peningkatan.
22 LPM-SM
I
November 2018
LIPUTAN KHUSUS
I Antusias Mahasiswa Rendah, Pemilihan Rektor Hanya Dirasakan Kaum Elite
Antusias Mahasiswa Rendah, Pemilihan Rektor Hanya Dirasakan Kaum Elite Teks: Sirajudin Foto: Birar Z
Universitas Trunojoyo Madura (UTM) menggelar pemilihan rektor (Pilrek) sejak Agustus 2018 dengan mendasarkan pada Peraturan Senat UTM Nomor 1 Tahun 2018. Penetapan dan pelantikan rektor terpilih pada tanggal 18 Desember akan menjadi puncak dari momen perempattahunan itu. Akan tetapi, alih-alih menemukan semarak pesta demokrasi pada pemilihan pimpinan perguruan tinggi tersebut, kenyataan yang ada malah berbanding terbalik dengan yang terjadi di lapangan.
Menurut survei yang dilakukan LPM Spirit
Mahasiswa Manajemen (HIMMAN) juga
Mahasiswa, diketahui respon mahasiswa UTM
menilai Pilrek tahun ini sepi dari euforia
terhadap Pilrek kali ini masih terbilang
mahasiswa. Bahkan, ia membandingkan
rendah. Karena masih ada 18% dari
atmosfer di kalangan mahasiswa saat Pilrek
mahasiswa UTM yang belum mengetahui
dengan pemilihan Presiden Mahasiswa
adanya pemilihan rektor. Rendahnya respon
(Presma). Dimana menurut Ali, atmosfer yang
mahasiswa akan perhelatan ini juga terlihat
terbangun di Pilrek kali ini seperti tidak ada
dari pengetahuan mereka terhadap para
apa-apanya dibanding pemilihan Presma
calon rektor dan visi-misi yang diusung.
atau pemilihan ketua Himpunan tingkat
Tercatat, sekitar 66% mahasiswa UTM tidak
Jurusan sekalipun.
tahu siapa yang menjadi calon pimpinan di kampusnya. Selain itu, hasil survei juga
Padahal menurut Ali, sudah menjadi
mengungkapkan hanya 4% dari mahasiswa
kewajiban bagi mahasiswa untuk mengawal
UTM yang memahami pemaparan seluruh
jalannya Pilrek. Mahasiswa, sebagaimana
visi-misi para calon rektor.
fungsinya perlu untuk mengontrol kinerja rektor terpilih, kelak. Oleh karena itu ia
A l i M a k r u s , Wa k i l B u pa t i H i m p u n a n
menyayangkan di saat pemaparan visi-misi
LIPUTAN KHUSUS
I Antusias Mahasiswa Rendah, Pemilihan Rektor Hanya Dirasakan Kaum Elite
Amir Hamzah salah satu bakal calon rektor asal Fakultas Hukum menyampaikan visi dan misinya
dan program kerja calon rektor,
ini dengan empat tahun silam. Baginya, antusias mahasiswa
hanya sedikit mahasiswa yang
menjadi perbedaan paling mencolok antara Pilrek sekarang
menghadiri acara tersebut.
dengan Pilrek periode sebelumnya. Sebab Pilrek tahun lalu
”Sayangnya, pada waktu
suara mahasiswa masih diperhitungkan dalam proses
pemaparan visi misi calon rektor
penjaringan bakal calon rektor. “Saya akui, tahun ini Pilrek
masih banyak bangku kosong.
kurang ada gregetnya,” ujar lelaki yang juga menjabat
Padahal Pilrek ini sangat penting
sebagai Wakil Dekan II Fakultas Hukum itu.
k a re n a a k a n m e m p e n g a r u h i kehidupan kampus empat tahun ke
Rendahnya antusiasme di kalangan mahasiswa terkait
depan,” ujarnya.
Pilrek ini tak lepas dari peraturan baru yang ditetapkan Kemenristekdikti nomor 19 tahun 2017. Dimana mahasiswa
Safi, Sekretaris Panitia Pemilihan
pada setiap penyelenggaraan Pilrek tidak mendapat peran
Rektor UTM tidak memungkiri hal
apapun di dalamnya.
tersebut. Rangkaian acara yang telah berlangsung kurang lebih
Bagi Safi, peraturan baru tersebut dinilai belum demokratis
empat bulan itu, menurutnya
karena tidak adanya keterlibatan seluruh civitas kampus:
begitu minim akan respon dan
dosen, mahasiswa, dan karyawan. Padahal selepas terpilih,
antusias dari kalangan mahasiswa.
aturan yang ditetapkan oleh rektor akan berdampak dan
Ia juga membandingkan Pilrek saat
menyangkut kehidupan kampus. Apalagi ketetapan 35%
24 LPM-SM
I
November 2018
suara Menteri yang setara
Setiawan, Dosen Prodi
dengan sekitar 10 orang
Akuntansi, berpendat bahwa
senat, di mata Safi bisa
Pilrek saat ini hanya bisa
membuka peluang lobi-lobi
dirasakan oleh segelintir
dan tindakan Korupsi, Kolusi,
kaum elite saja, seperti Senat
Nepotisme (KKN), ”Kampus
dan Menteri. Sehingga jalan
merupakan miniatur negara,
tengah yang ia tawarkan
yang di dalamnya kita bisa
menyangkut permasalahan
belajar sistem demokrasi.
Pilrek ini adalah dengan
Sehingga pada praktiknya,
melibatkan seluruh dosen,
seluruh masyarakat kampus
seluruh karyawan, dan
berhak menentukan siapa
perwakilan mahasiswa. ”Pada
p e m i m p i n n y a k e l a k ,”
titik tertentu mahasiswa harus
paparnya.
diberikan peran, tapi tidak
Farid W. Firdaus Gubernur Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan
Karena dibanding menteri, mahasiswa lebih mengenal dan bisa
seluruh mahasiswa. Hanya
menilai bagaimana
Farid Wajdi Firdaus, Gubernur
perwakilan dari mahasiswa
kinerja para calon rektor
Mahasiswa Fakultas Ilmu
saja, sebab kalau semua saya
dan track recordnya.
Pendidikan (FIP) melontarkan
tidak sepakat. Karena tidak
Apabila yang memilih
hal yang senada. Peraturan
ada porsi yang sama antara
Menteri, Menteri
yang mencabut suara
jumlah dosen, kar yawan
cenderung memilih
mahasiswa dinilai kurang etis
dengan mahasiswa,” usulnya.
sebagai cara menetapkan seorang rektor. ”Seharusnya
Mengenai perwakilan
kita memiliki hak untuk
mahasiswa dalam Pilrek yang
memilih. Karena dibanding
diusulkan, Redy kemudian
menteri, mahasiswa lebih
menambahkan bahwa wakil
mengenal dan bisa menilai
untuk mahasiswa harus
bagaimana kinerja para calon
b e n a r- b e n a r m e m b a w a
rektor dan track recordnya.
aspirasi mahasiswa, tidak
Apabila yang memilih
mewakili dirinya sendiri atau
Menteri, Menteri cenderung
golongannya saja.
memilih calon rektor yang mempunyai kedekatan
Banyaknya komentar terkait
p r i b a d i d e n g a n n y a ,”
penyelanggaraan Pilrek
ungkapnya.
ditanggapi oleh Jauhari, ketua panitia Pilrek UTM 2018. Ia
Terkait ini, Achdiar Redy
mengatakan kalau pihaknya
calon rektor yang mempunyai kedekatan pribadi dengannya.
LIPUTAN KHUSUS
I Antusias Mahasiswa Rendah, Pemilihan Rektor Hanya Dirasakan Kaum Elite
sudah melakukan semua
Madura juga beberapa kali masuk. Kalau untuk ranah civitas
prosedur sesuai tuntunan
academica, kita sudah memasang baliho di seluruh fakultas,
dari Permenristekdikti nomor
bahkan di jalan masuk kampus. Jadi apabila mahasiswa tidak
19. Dimana pantia, untuk
membaca, berarti tidak sadar lingkungan,” jawabnya.
menarik perhatian civitas academica telah
Di sisi lain Ianatul Insyaniah, Koordinanor Divisi Advokasi Badan
m e n y e ba r k a n i n f o r m a s i
Eksekutif (BEM) FEB menilai, apa yang telah dikerjakan panita
mengenai Pilrek di beragam
masih dirasa kurang maksimal, khususnya terkait penyebaran
media. Mulai dari baliho di
informasi Pilrek. Menurut Ianatul, perlu langkah yang lebih
sekitar kampus, website
kreatif untuk menyebarkan info Pilrek kepada para mahasiswa.
resmi universitas dan
Sebab jika hanya mengandalkan situs kampus, dirasa masih
Kemenristek serta media-
sangat kurang menjangkau mahasiswa mengingat, jarangnya
media lokal.
mahasiswa yang membuka situs tersebut.
”Kita kirim (pengumuman,
”Saya melihat pada masa kini penyebaran informasi yang paling
re d ) ke s e l u r u h P T N d i
efektif dengan merujuk kepada media yang sering dikunjungi
Indonesia. Kita juga sudah
oleh mahasiswa UTM, misalnya akun yang ada di Instagram
publikasi di media cetak dan
seperti Warta UTM. Acara sebesar Pilrek penyebaran
elektronik, di web Dikti serta
informasinya masih kalah dengan acara-acara mahasiswa,”
web Humas UTM. Di Radar
ujarnya.
26 LPM-SM
I
November 2018
Hal yang serupa juga diungkap Redy,
dan UTM bisa menjadi lebih baik lagi
menurutnya panitia tidak membuat
siapapun pemimpinnya. Yang terpenting, ia
informasi dengan maksimal. Baliho-baliho
berharap agar mahasiswa tetap menjaga
yang dipasang masih kurang banyak, beda
nalar kritisnya. Siapapun yang keluar
dengan kampus lain seperti UB (Universitas
menjadi pemenang, jika kebijakannya dinilai
Brawijaya). Berdasarkan pengalamannya,
kurang tepat maka perlu bagi mahasiswa
Redy berpendapat bahwa UTM masih perlu
untuk mengkritik dengan baik dan memberi
mencontoh UB yang prosesi pemilihan
solusi yang membangun.
rektornya semarak dan terbuka. ”Ini saya agak menyalahkan panitia. Kalau di UB saya
Tak hanya Redy, Safi juga berharap
kemarin datang ke sana, di setiap sudut
kondusivitas dapat tetap terjaga sampai
banyak baliho yang menunjkukan foto para
pemilihan selesai. Lebih lanjut dirinya
calon rektor beserta visi misinya. Sehingga,
meminta agar Pilrek ini tidak dipandang
walaupun mahasiswa tidak dilibatkan
sebagai kompetisi, melainkan ajang untuk
minimal mereka mengetahui bakal calon
bahu membahu menciptakan UTM yang
rektornya. Panitia tahun ini kurang gencar
lebih baik ke depannya. ”Ketiga calon itu
mensosialisasikannya, jadi tidak terbuka dan
jangan diartikan saling berkompetisi
kurang semarak,” papar alumnus UB itu.
menjatuhkan satu sama lain. Ajang ini, bagaimana caranya kita buat sebagai
Akan tetapi lepas dari itu semua, Redy
momen untuk menciptakan kampus yang
berarap Pilrek tetap berjalan dengan lancar
lebih baik lagi,” pungkasnya.
FOTOGENIAL
Angan-angan dan perkembangan pembangunan infrastruktur di Universitas Trunojoyo Madura seolah berjalan beriringan. Banyak planning namun dengan minimnya realisasi adalah perkara yang tidak bisa dipisahkan. Kucuran dana yang banyak, tidak sesuai target, dan menimbulkan polemik adalah hal lumrah yang terjadi. Walaupun pihak kampus yang bergerak dibagian infrastruktur dan jajarannya bertujuan menunjang perkuliahan sivitas akademika dengan membangun gedung-gedung baru. Misalnya saja persoalan pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Menurut keterangan Unit Layanan Pembangunan (ULP), Amrin Rozali menuturkan kepada tim Lembaga Pers Mahasiswa Spirit Mahasiswa (LPM SM) bahwa gedung tersebut sudah dibangun sejak tahun 2016 silam. Dengan total dana sementara mencapai 21,1 M dalam kurun waktu tiga tahun terakhir. Bukan harga dan waktu yang sedikit untuk kategori kondisi gedung yang belum siap ditempati sebab terkendala fasilitas.
26 LPM-SM
I
November 2018
Masih banyak persoalan lain yang ditimbulkan ketika membahas terkait perkembangan infrastruktur di Universitas Trunojoyo Madura. Misalnya, terkait pembangunan food court yang mempertandingkan 34 perusahaan dalam tahap lelang dengan dana sebesar 1,944 milyar namun masih belum memberikan perannya sebagaimana mestinya. Adapula pembangunan gerbang yang menggunakan sistem tiket barcode dan palang pintu yang masih tersendat dana. Tidak menaďŹ kan bahwa perkembangan
infrastruktur itu baik walaupun harus ditebus dengan harga yang mahal. Namun mempertimbangkan skala prioritas juga harus diperhatikan. Misalnya, sekretariat ormawa, gedung olahraga, tempat parkir, tempat pembuangan sampah, dan lain-lain yang kiranya bisa menyejahterakan mahasiswa. Walaupun hal itu juga harus dibarengi dengan komitmen dari mahasiswanya untuk lebih produktif dalam berkarya. Sekarang mari kita lirik bagaimana mahasiswa-mahasiswa yang beraktivitas di gedung tua yang sewaktu-waktu bisa roboh, perpus lama. Mereka di sana tidak sebatas main-main saja, nyatanya gedung tersebut biasa digunakan untuk rapat ataupun latihan. Atau bisa kita lihat bagaimana perhatian
FOTOGENIAL
kampus terhadap pembuangan di sebelah gedung asrama, juga carut marutnya parkiran di ruang lingkup kampus. Ah, sejujurnya saya kurang sah untuk menghakimi upaya yang dilakukan kampus untuk perkara ini, karena saya yakin banyak pertimbangan yang dihadirkan ketika perencanaan dan penerapannya. Namun jangan sampai pengembangan gedung hanya sebatas untuk mempercantik lingkungan kampus saja, karena jika memang demikian pihak
28 LPM-SM
I
November 2018
kampus tidak jauh beda dengan Korea Utara yang membangun gedung hanya untuk terlihat makmur tanpa digunakan untuk hal-hal yang lebih produktif dan manfaat. Tapi saya yakin pihak kampus tidak sereceh itu, menurutmu?
30 LPM-SM
I
Juni 2018
OPINI
I Menunggu Langkah Pemimpin Kita
MENUNGGU LANGKAH PEMIMPIN KITA Teks: Iskak Ilustrasi: Birar
Pada akhir bulan Agustus 2018 seorang politikus sekaligus mantan ketua PP Muhammadiyah memberi sambutan di acara ulangtahun partainya. Ia mengutip sebuah pepatah ”ikan membusuk dimulai dari kepalanya.” Pernyataan tersebut menjadi bahan debatable para politikus dan analisis komunikasi politik di media. Terlepas dari framing media saat itu yang menggunakan sebagai pukulan kepada Presiden Jokowi, pepatah tersebut juga relevan digunakan untuk mempertanyakan efesiensi serta keberhasilan proses kepemimpinan tertinggi di Kampus selama ini.
Secara politik nasional, dimana daya tawar rektor kita dalam mempengaruhi atau mengintervensi arah Pemerintahan Negara Republik Indonesia? Jika per tanyaan ini terdengar tidak masuk akal langsung skip pertanyaan selanjutnya. Berapakah jumlah penelitian hasil inisiasi pimpinan kampus yang digunakan pemerintah daerah dan berhasil? Apakah kepemimpinan saat ini membuat mayoritas mahasiswa sudah merasa puas dan bangga terhadap kepribadian pemimpinnya di Kampus? Pertanyaan di atas harus dijawab para pemimpin kampus. Baik sebagai cermin atas kinerjanya selama ini ataupun syukur-syukur bersedia menjelaskan kepada publik . Janganlah seperti pepatah ”buruk muka cermin dibelah.” Karena siapapun tahu bahwa menjadi pemimpin sejati itu memang tidaklah mudah, tetapi berkuasa atas orang
30 LPM-SM
I
November Edisi 5
lain dan menggunakan kekuasaan siapapun bisa. Disitulah apa yang disebut sebagai titik ”sadar diri” terkadang bisa menyelamatkan masa depan ribuan orang. Secuil tuntutan demikian diantara berderet persoalan arus perubahan dunia bukanlah sesuatu yang mulukmuluk. Apalagi bagi lingkungan akademik yang notabene kumpulan kaum intelek. Soal alasan, salah satunya tentu bisa merujuk pada evolusi sosial Sosiolog Herbert Spencer. Ini kita bukan tengah berbicara tentang sebuah wacana sebab memang benar tengah terjadi diantara kita. Artificial intelligence akan semakin luas menggeser peran manusia. Contoh kecilnya adalah cerita kecil yang terjadi di perusahaan financial asal Jepang tempat saya bekerja. Dalam kurun waktu 3 bulan terakhir telah melakukan rotasi dan mutasi besar-besaran mulai level junior officer hingga senior officer. Banyak dari mereka yang sebelumnya berharap bisa bekerja sampai pensiun karena sudah 5 – 6 tahun mengabdi, akhirnya memilih resign disebabkan tidak bisa lagi mengikuti sistem. Ancaman lain yang menjadi perhatian bersama adalah mewabahnya gejala aktivisme radikal yang menyusup dilingkungan kampus. Pimpinan kampus harus sensitif serta melakukan screening terhadap
seluruh sivitas akademika tanpa terkecuali. Indikasi di UTM telah bersarang ormas terlarang seperti HTI semakin menguat setelah per tengahan September lalu dihebohkan oleh pengedaran foto sekelompok mahasiswi memegang atribut bendera yang sering dipakai orasi HTI di media sosial. Ditambah, buletin-buletin dakwah HTI sebelum dibubarkan oleh pemerintah dulu secara rutin mengisi sudut-sudut jendela masjid kampus setiap hari Jumat. Pimpinan kampus harus mendudukkan kembali fungsi utama kampus sebagai jembatan atas ideide progresif dan konstruktif. Bukan sekadar bergerak pasif menjadi
penyeberan calon pelamar kerja bernilai layak UMK. Untuk itulah hari ini kampus sangat memerlukan pemimpin cerdas berpolitik dalam mengintervensi kenaikan harkat martabat mahasiswanya. Hal itu k i r a n y a a k a n m u d a h te rc a pa i bilamana seorang pemimpin bisa menginspirasi publik bukan malah bersolek lewat kolom advetorial media massa, pemimpin yang memiliki mimpi besar terhadap pembangunan sumber daya manusia bukan hanya membesarkan mimpi menambah pundi-pundi rupiah, pemimpin yang tidak hanya hobi potong pita tapi juga bisa berkarya, pemimpin yang mendukung dan berpihak pada keberlanjutan ekologi ketika dihadapkan dengan intimidasi
industrialisasi, serta pemimpin yang sadar akan harga dari nilai kemanusiaan bukan hanya berpikir semua keruwetan akan diselesaikan lewat jalur belakang. Andaikata pemimpin yang kita hasilkan nanti berkebalikan dari semua harapan dan amanah yang diembannya, barangkali azab tidak akan bekerja seperti halnya tayangan sinetron di Indosiar dan MNCTV. Tapi bagi semua orang yang beriman tentu akan percaya bahwa Tuhan memiliki mekanisme keadilannya tersendiri.
KIAT
I Kiat Mendeteksi Kejujuran
KIAT MENDETEKSI KEJUJURAN Teks: Sirajudin
Pemilihan rektor UTM sudah digelar sejak beberapa bulan yang lalu . Meski tidak dilibatkan dalam pemilihan ini, setidaknya mahasiswa juga memiliki harapan sendiri mengenai sosok yang akan memimpinnya kedepan. Oleh karena itu, LPM Spirit Mahasiswa melakukan survei pada mahasiswa UTM terhadap kriteria pemimpin yang diharapkan oleh mereka. Hasilnya, sifat jujur dan transparan menempati urutan teratas dibanding sifat-sifat yang lain. Setidaknya 29% responden memilih sifat jujur sebagai kriteria yang perlu dimiliki seorang pemimpin, sifat ini mengungguli amanah dan tanggung jawab di urutan kedua serta adil dan bijaksana di posisi ketiga dengan masing-masing nilai 26% dan 12%. Melihat kebutuhan mahasiswa UTM akan sosok pemimpin yang jujur dan amanah, maka kami menyajikan artikel Traci Brown yang mendeskripsikan bahasa tubuh yang menunjukkan kemungkinan seseorang berbohong. Sebab menurut Brown, bahasa tubuh bisa kita manfaatkan sebagai 'detektor' untuk menunjukan kejujuran seseorang. Dilansir dari Elite Daily, berikut bahasa tubuh yang menunjukan kebohongan. 1. GERAKAN TUBUH Jika kita mulai curiga sesorang sedang berbohong, perhatikan dengan saksama saat dia bicara. Menurut Brown, hal penting yang harus diperhatikan adalah gerakan tubuh seseorang, terutama tangannya, ketika mereka berbicara. "Apakah gerakan itu dilakukan sebelum mereka berbicara atau sesudahnya? Orang-orang yang jujur umumnya bergerak tepat sebelum mereka berbicara," paparnya. Namun, mereka yang berkata bohong a k a n m e l a k u k a n n y a te pa t s e te l a h berbicara, karena gerakan tersebut tidak spontan.
Normalnya, orang akan menggelengkan kepala untuk berkata 'tidak' dan mengangguk ketika mengatakan 'ya'. Menurut Brown, hal ini terjadi secara alami jika kenyataan cocok dengan kata-kata yang mereka ucapkan. Namun saat berbohong, pikiran dan perkataan seringkali berbeda, sehingga gerakan tidak terjadi dengan natural. "Perhatikan saat-saat ketika gerakan kepala dan kata-kata tidak cocok, seperti berkata ya tapi menggelengkan kepala," paparnya. Jika antara dua hal tersebut terjadi ketidakcocokan, kata Brown, itu bisa menandakan jika apa yang mereka ucapkan adalah kebohongan. Ini mungkin terlihat sepele, tapi jika memang terjadi ketidakcocokan antara bahasa tubuh dan kata-kata, maka kemungkinan besar ada sesuatu yang tidak pas.
3. MENYEMBUNYIKAN TELAPAK TANGAN 2. KATA-KATA DAN GESTUR TUBUH TIDAK SINKRON
32 LPM-SM
I
November 2018
Menurut Brown, saat orang-orang mengatakan sesuatu dengan jujur, biasanya mereka membuka telapak tangan.
Umumnya orang yang cemas karena berbohong akan menutup tangannya. Itu adalah reaksi alamiah untuk melindungi diri atau menutup diri. Namun, bukan berarti mereka yang bicara dengan tangan terbuka selalu berkata jujur. Menurut Brown, ini hanya salah satu ciri saja yang bisa terlihat.
4. MENUTUP MATA ATAU TIDAK BERANI MENATAP Tanda bahasa tubuh penting lainnya yang menunjukan kebohongan adalah mata. Mata yang tertutup, tidak memandang langsung, melihat ke arah lain, atau bahkan bicara sambil menutupi seluruh wajah bisa menjadi tanda adanya kebohongan. "Pandangan mata yang ragu-ragu seringkali menandakan kebohongan. Pasalnya lewat mata kita dapat dengan mudah menilai lawan bicara. Dan bila ia berbohong, ia tidak ingin kita melihatnya," kata Brown.
5. TERSENYUM LEBAR Mungkin saja seorang yang kita curigai tengah berbohong memang ahli dalam melakukan itu. Jika ini kasusnya, mungkin mereka menunjukkan sesuatu yang digambarkan Brown sebagai "Duper's Delight" atau perasaan senang saat berhasil menipu seseorang.
Menurut Brown, ini ditandai dengan senyum lebar sebelum menjawab pertanyaan yang berpotensi memberatkan. Biasanya, orang semacam ini berusaha tampil menarik dan tak berdosa.
6. MEMEGANG BIBIR Bahasa tubuh lain yang menunjukan kebohongan adalah gestur tubuh yang seolah menandakan 'saya benar-benar bersalah'. Ketika seseorang merasa malu akan kebenaran atau mencoba menghindarinya, mereka biasanya memegangi bibirnya. Menurut Brown, ini adalah tanda kuat jika orang tersebut mengatakan kebohongan. "Orang menyembunyikan bibirnya karena mereka memikirkan bagaimana cara menjawab pertanyaan kita, hal berikutnya yang akan mereka katakan tak mungkin memiliki nilai kebenaran seratus persen," paparnya.
1
Demikianlah kiat sederhana mempelajari bahasa tubuh seseorang untuk mendeteksi kebohongan. Terakhir mengutip pepatah lama; lebih baik mencegah daripada mengobati, keberadaan artikel ini diharap bisa mencegah kebohongankebohongan yang ada di sekitar kita guna membangun iklim kehidupan yang penuh akan kejujuran.
NEWS FLASH I Traffic Light Antisipasi Kendala Lali Linatas Menuju Kampus
TRAFFIC LIGHT ANTISIPASI KENDALA LALU LINTAS MENUJU KAMPUS Teks: Elvira Z. Mas’udah Foto: Birar
WKUTM- Seringnya terjadi kecelakaan di pertigaan jalan menuju Universitas Trunojoyo Madura (UTM) diantisipasi dengan adanya pemasangan Traffic Light (25/10). Penyebab lain, yakni lantaran kerapnya kemacetan ketika jam berangkat dan pulang kuliah. Ketika ditemui di Polisi Sektor (Polsek) Kamal, Kepala Unit Reserse Kriminal (Kanit Reskrim) Polsek Kamal, Irawan menjelaskan jika pemasangan Lampu merah di pertigaan bukan wewenang dari Polsek tetapi dari Dinas Perhubungan (Dishub) Bangkalan. Tugas polisi hanya memberikan laporan dan pengajuan terhadap Dishub setempat. Senada dengan hal tersebut, Wakil Presiden Mahasiswa, Badrus Sholeh menegaskan bahwa pemasangan traffic light awalnya merupakan pengajuan dari pihak Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) karena sering terjadi kemacetan dan juga kecelakaan di sana. ”Kita awalnya mengeluhkan kepada Warek (wakil rektor) 3, juga kepada Dishub Bangkalan, tapi ketika ada kecelakaan yang terakhir kita langsung mengeluhkan kepada polres Bangkalan. Lalu pihak mereka mengiyakan, jikalau tidak mereka akan mengirim orang terlatih yang akan membantu lalu lintas di per tigaan tersebut,” tambah mahasiswa di Fakultas Pertanian tersebut.
34 LPM-SM
I
November 2018
Ketika dikonfirmasi, Kepala Polisi Sektor Kamal, AKP Sudaryanto, menjelaskan jika rencana pemasangan traffic light tersebut sudah diajukan 3 bulan lalu ke Dishub dan saat ini sudah dipasang sehingga bisa segera digunakan. Adanya fasilitas tersebut menjadikan mahasiswa merasa ada sedikit kemajuan, pasalnya hal tersebut untuk menunjang keselamatan berkendara bagi banyak orang. Seperti yang diungkapkan Indah Ruhil, mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan tersebut merasa senang akan adanya pemasangan lampu ini. Ia berharap jika sudah disediakan fasilitas semoga pengguna jalan dapat semakin tertib dan bijak dalam berkendara. Sudaryanto juga berharap dengan adanya traffic light ini menjadikan seluruh pengguna jalan tertib dan menaati rambu lalu lintas yang ada. ”Kita sudah membantu juga sudah menyediakan fasilitas. Jaga diri baik-baik, patuhi rambu yang ada, dan jangan lupa jadi polisi untuk diri sendiri," tambahnya.
Resensi I 1984: Ortodoksi Dan Pemalsuan Sejarah Oleh Penguasa
TRAFFIC LAMP ANTISIPASI 1984 : ORTODOKSI DAN PEMALSUAN KENDALA LALU LINTAS SEJARAH OLEH PENGUASA MENUJU KAMPUS JUDUL : Nineteen Eighty-Four (1984) Teks: Bena Icha
PENULIS : George Orwell PENERJEMAH : Landung Simatupang PENERBIT : Bentang Pustaka Cetakan Keempat Edisi III, Mei 2017 400 hlm. ISBN 978-602-291-234-7 “Sebuah dunia yang penuh rasa takut dan pengkhianatan dan penyiksaan, suatu dunia penginjak-injakan dan keterinjak-injakan, suatu dunia yang semakin berkembang bukannya akan kurang keji, melainkan lebih keji lagi''(hal 335) Dunia seperti apa yang ingin kamu tinggali? Tentunya kita akan membayangkan dunia yang baik, yakni kemakmuran, keadilan, ser ta kedamaian. Tak pernah sekalipun terlintas untuk tinggal dalam dunia histeria peperangan, kelaparan, naif, serta ketakutan. Dengan demikian, bagaimana jadinya ketika dalam tempo beberapa detik, tanpa lebih dulu diberi peringatan, dunia anganmu dilenyapkan untuk selamanya. Kemudian, kita dipaksa hidup berteman dengan keterpurukan, kebencian, dan kesulitan hidup. Tepatnya kita berada di dalam dunia gelap m e n c e k a m d i ba w a h ke n d a l i penguasa. Inilah Nineteen Eighty-Four (1984), sebuah novel distopia yang menjelaskan segala sesuatunya buruk, serta hidup tidak bahagia. Partai menjadi kekuasaan mutlak.
Propaganda diteriakkan, dogma dan doktrin dilakukan, serta kebebasan berpikir dibatasi. “Kita ini orang mati� (hal. 275) merupakan sebuah bukti dimana 1984 menciptakan masyarakat yang tinggal di negara yang tidak manusiawi. Jadi, lupakanlah sejenak bayang-bayang kebebasan. Winston, dalam novel ini merupakan seorang tokoh protagonis yang tunduk pada kendali partai sepanjang hidupnya. Ia bekerja di Kementrian Kebenaran yang bertugas menulis ulang dan mengubah catatan, seperti koran dan artikel dari masa lalu, kemudian menggantinya sesuai kehendak partai. Inilah pemalsuan sejarah sebagai upaya membuat orang percaya bahwa partai selalu benar. Winston menyadari bahwa ada hal yang salah terhadap mekanisme partai. Dimana pemikiran skeptis (kritis) dilarang, kebenaran obyektif dihancurkan, dan dilakukannya suatu pemutarbalikan fakta. Hal itulah yang menjadikan Winston berada pada ide suram tentang pemberontakan dan kebebasan. Wisnton percaya bahwa pemberontakan terhadap partai bisa dilakukan oleh Prol, kaum jelata yang terpuruk. Kaum Prol merupakan kaum mayoritas dan terbebas dari kendali partai. Sayangnya,
Resensi I 1984: Ortodoksi Dan Pemalsuan Sejarah Oleh Penguasa
mereka terjebak dalam kebodohan, kemiskinan, dan hanya ber fokus terhadap hidupnya sehingga tidak mungkin terlintas selayang pandang mengenai pemberontakan. Seperti yang diungkapkan partai 'mereka itu tak berdaya, seperti binatang saja.' (hlm 338) Partai menciptakan kelaparan dan ketakutan sebagai upaya agar masyarakat percaya par tai akan mengatasinya. Mereka menciptakan pemalsuan lawan, peperangan, dan mengklaim penemuan-penemuan baru. Pengupayaan semacam itu terus berjalan agar masyarakat bisa mencintai partai dan kaum Prol tidak melakukan pemberontakan. Di tengah cerita, George Orwell ingin menyampaikan poin utama kepada pembaca bahwasannya sistem kestabilan pemerintahan yang otoriter, akan berhasil jika dapat berkuasa terhadap manusia. Misalnya, partai mencoba menerapkan or todoksi (ketaatan kepada peraturan) pada masyarakat dengan menerapkan double-think yakni berpikir ganda secara paksa. Dimana pemaksaan itu dilakukan untuk mempercayai realitas dan kebohongan. Untuk itu, Wiston disiksa agar mengatakan bahwasannya 2 + 2 = 5 meksipun jelas, jawabannya bukan itu (hlm. 312-315). Sesungguhnya, itu dilakukan supaya Winston tunduk terhadap apa yang dikatakan partai dengan kerelaan mengatakan bahwa hitam adalah putih ketika partai menghendaki demikian. O'Brien, tokoh antagonis dalam novel ini mengatakan dengan fasih, “kalau kamu ingin potret tentang masa depan itu, bayangkanlah sepatu bot yang menginjak wajah manusia---
36 LPM-SM
I
November 2018
selamanya” (hlm. 336). Dari hal-hal tersebut, kita mendapati kalau 1984 harus dilihat sebagai peringatan sangat serius terhadap hilangnya kebebasan individu. Tentunya hal ini bukanlah main-main mengingat masih terjadi sampai saat ini. Alexander J. Urbelis dalam “How 1984 can decode Trump's first 100 days” yang dipublikasi oleh situs resmi cnn.com mengungkapkan, “Kita menginjakkan kaki ke wilayah yang lebih berbahaya daripada renungan Or well. Kami sekarang memiliki presiden dan para menteri yang berkuasa dimana mereka mengharapkan versi sendiri dari realitas dan peristiwa yang akan diciptakan untuk itu”. Kebebasan Tokoh Wintson merupakan gambaran seorang pemberontak yang menyadari bahwa dia tidak mempunyai kebebasan memilih ke arah manapun juga. Ia memberontak dengan caranya sendiri, seperti; menulis catatan kebencian terhadap par tai, dan melakukan hubungan terlarang sesama anggota partai, bernama Julia. Sementara itu, seorang anggota partai diharap tidak mempunyai emosi pribadi terkait kebebasan. Untuk itulah, Partai membuat slogan 'kebebasan ialah perbudakan' dan hal itu harus diamini oleh tiap anggota. Tetapi bagaimana mungkin ada slogan berbunyi 'kebebasan adalah perbudakan' jika konsep kebebasan sebenarnya sudah dihapus? Te r l i h a t j e l a s b a h w a O r w e l l menggambarkan dunia horor gelap dari n e g a r a s o s i a l i s m e . Pa d a h a l , i a
menginginkan kehidupan sosialisme dengan masyarakat yang memiliki kebebasan berbicara. Adapun kisah sosialisme yang akan digulingkan oleh kaum Prol, sekilas gagasan ini memiliki kesamaan dengan apa yang Karl Max pikirkan. Dimana menurut Max, Kapitalisme juga akan digulingkan oleh proletariat. Kaum Prol memiliki kesamaan disini, yakni keduanya dianggap masyarakat bebas, meski yang sebenarnya tidak sepenuhnya bebas. George Orwell yang juga merupakan seorang jurnalis, berhasil menghubungkan antara sastra dan politik. Novel-novelnya selalu mengekspresikan satir yang kuat pada kemunaďŹ kan politik dan sosial. Bukunya yang lain, Animal Farm 1945 merupakan bentuk kritik satiris terhadap rezim Stalin, Uni Soviet. Sedangkan Nineteen Eighty-Four (1984) mencerminkan keadaan masyarakat di Eropa tentang penyakit khayal selama masa peralihan Perang Dunia abad ke-20 akibat dari depresi perang Dunia. Di balik penjabaran Orwell, terdapat hal yang sedikit membingungkan terkait tokoh O'Brien. Sang tokoh merupakan anggota partai yang menyiksa Wintson karena percaya dengan realita dan tidak mau mengakui sistem double-think, namun ia malah membuat buku kebenaran tentang keburukan Partai yang berjudul ‘Teori dan Praktik Kolektivisme Oligarkis’ (hlm. 233). Meskipun begitu, secara kesuluruhan Orwell berhasil menghidupkan tokoh O'Brien sebagai contoh keberhasilan manipulasi psikologis. Akhirnya, saya merasa meskipun buku ini ditulis pada tahun 1949, tentunya masih relevan jika dikaitkan dengan keadaan saat ini. Kehilangan kebebasan, adanya kediktatoran pemerintahan, serta rasa kekhawatiran, masih melingkupi perasaan kita. Jadi, yang patut kita pertanyakan adalah 'apakah kita sedang terperangkap di dalam ketaatan peraturan yang tak kita sadari?' Lebih jelasnya, kita seperti rakyat Prol. Kita dikendalikan, tetapi kita mengira bahwa kita bebas. Itulah ortodoksi yang secara tidak sadar tertanam dalam diri kita sekarang. "Tujuan kekuasaan ialah kekuasaan. Sekarang apakah kamu mulai memahami saya?"
FEATURE I Direktur LBH: Memimpin Tak Perlu Jadi Bos
DIREKTUR LBH: MEMIMPIN TAK PERLU JADI BOS Teks: Alvi Awwaliya
Usianya baru menginjak 26 tahun, masih tergolong muda. Namun, ia telah melewati sepak terjang sebagai dosen sekaligus menjabat sebagai Direktur Utama Lembaga Bantuan Hukum (LBH). Tidak mudah memang, membagi waktu dalam keseharian adalah masalah utamanya. Ketika ditemui di ruang dosen Fakultas Hukum Universitas Trunojoyo Madura (FH UTM), Wachid, begitu nama sapaannya terlihat ramah, Ia tersenyum dan menyilakan duduk. Pembicaraan kami diawali dengan kisahnya yang baru datang setelah mengikuti kegiatan di Makassar. Selama dua hari, ia berada di Makassar untuk mengikuti acara Anti Corruption Summit yang diselenggarakan Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia (KPK RI). Wachid hadir untuk mewakili UTM sekaligus LBH y a n g i a p i m p i n . Ke g i a t a n i n i berkolaborasi dengan berbagai Perguruan Tinggi di Indonesia dan masyarakat sipil untuk memberantas
38 LPM-SM
I
November 2018
korupsi. Sebelumnya, tiket untuk menghadiri acara ini adalah dengan mengirimkan makalah, kemudian diseleksi dan bagi yang lolos berhak datang pada saat acara. “Judul makalah yang saya ajukan di Anti Corruption Summit yaitu Pengembangan mata kuliah klinik anti korupsi d a l a m m e n c e g a h ko r u p s i d i I n d o n e s i a . A l h a m d u l i l l a h l o l o s ,� u j a r n y a s e m b a r i menampakkan senyum. P r i a ke l a h i r a n S u r a ba y a i n i , m e n g a w a l i keahliannya di Ilmu Hukum ketika menjadi mahasiswa di Fakultas Hukum UTM. Keaktifannya sudah terlihat pada saat ia kuliah, beberapa
organisasi ia tekuni, salah satunya adalah Forum Diskusi Hukum ( F o rd i s h u m ) . I a j u g a p e r n a h menjadi anggota Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan menjadi wakil ketua Dewan Per wakilan Mahasiswa (DPM). Meskipun turut aktif membangun kehidupan kampus melalui organisasi, akan tetapi Wachid menyayangkan adanya campur tangan organisasi ekstra kampus didalam BEM dan DPM. “Saya kurang suka adanya politik praktis yang ada di BEM dan DPM akibat dari pengaruh organisasi ekstra, karena praktik politiknya nggak sehat. Selain itu, terbentuknya BEM dan DPM lebih kepada media belajar mahasiswa untuk berorganisasi,� terang pria bertubuh tambun tersebut sembari tersenyum. Dalam bidang akademis, pria yang pemilik nama panjang Abdul Wa c h i d H a b i b u l l a h i n i j u g a memiliki prestasi yang gemilang. Selain memiliki Indeks Prestasi (IP) diatas tiga setiap mata kuliah, ia juga menjadi lulusan terbaik seFakultas Hukum tahun 2013. Di tingkat nasional, Wachid pernah dua kali mewakili UTM di lomba Konstitusi Nasional pada tahun 2011 dan 2012.
Direktur LBH Termuda Ketika menginjak semester 7, Wachid mulai bergabung dengan LBH Surabaya, pada saat itu ia hanya menjadi volunter. "Saya senang bertemu orang baru untuk diajak mengobrol," ujarnya saat ditanya mengenai awal mula masuk LBH. Anak pertama dari dua bersaudara ini, mengaku pernah mengurusi kasus hukum ketika pertama mulai bergabung. Salah satunya, mengurusi kasus hukum salah seorang petani yang dipidanakan hanya karena ketidaktahuannya menanam di lahan Perhutani. Kasus yang ditangani oleh Wachid akhirnya dapat dimenangkan, dengan hasil petani tersebut bebas dari jeratan penjara. Wachid berusaha keras memenangkan kasus tersebut bukan karena materi. Ia tidak dibayar sepeserpun oleh petani. Hatinya tergugah melihat ketidakadilan yang menimpa petani asal Banyuwangi tersebut. “Saya memiliki rasa s i m pa t i t i n g g i ke pa d a k a u m marginal, orang miskin, dan orangorang minoritas. Karena hukum di Indonesia tidak adil, cenderung tidak memihak kepada mereka,� keluhnya.
FEATURE I Direktur LBH: Memimpin Tak Perlu Jadi Bos
Pertolongan yang dilakukan Wachid dalam bidang hukum, juga tidak memandang agama. Baginya rasa simpati itu lahir dari sisi kemanusiaan, tidak serta merta karena satu iman. Seperti saat ia menolong seorang Nasrani yang dituduh mendirikan Gereja tanpa izin dari pihak pemerintah. Berkat bantuan Wachid, seorang Nasrani dinyatakan tidak bersalah oleh pihak pengadilan. “Saya menolong orang yang tidak punya daya, tidak mengerti sama sekali mengenai hukum dan prosedurnya. Sehingga dia tidak bisa membela diri melalui pengacara, bahkan tidak mampu untuk membayarnya. Saya bertahan di LBH, karena LBH melayani orang-orang terpinggir itu tanpa imbalan apapun, sematamata demi keadilan,â€? tutur pria kelahiran tahun 1992 tersebut. Berkat kegigihan, sumbangsih, dan ketulusannya, pada bulan Mei 2018 lalu. Wachid diangkat menjadi direktur utama, dan menyabet gelar pimpinan termuda LBH Surabaya. Semua itu merupakan pencapaian yang sangat tidak terduga baginya. Ia merasa mendapat amanat yang besar. Terutama ketika saat itu kondisi LBH sedang mengalami masalah internal. "Saya juga tidak menyangka saya dipilih. Tetapi ini adalah amanat. Saya harus jaga dengan baik," jawabnya mantap. Pada awal kepemimpinannya, Wachid mulai untuk menyelesaikan konik-konik internal. Baginya, organisasi yang baik adalah yang memiliki fondasi kuat : budaya organisasi dan keadaan internal yang baik. "Kalau kulturnya sudah baik, kompak, dan tidak banyak konik internal, barulah organisasi menuju keluar," tegasnya. Ketika ditanya perihal sosok pemimpin, Wachid berpaku pada pemimpin yang egaliter bisa masuk pada seluruh bagian pegawai. "Kalau mau pegawainya nurut ya kita harus terjun langsung, tidak asal menyuruh. Memimpin tidak harus jadi bos. Sikap seperti bos itu tidak baik. Beri contoh dan pernah jadi posisi mereka, biar kita mengerti dan tidak asal," jelas pria yang memiliki hobi membaca tersebut. Mengajar Sebagai Kegiatan Mengubah Cara Pandang Sebagai dosen hukum, Wachid merasa memiliki tanggung jawab untuk membenahi prespektif mahasiswa, setidaknya para mahasiswa tidak mendewakan teori-teori yang ada di dalam perkuliahan. Sebab apa yang
40 LPM-SM
I
November 2018
dijelaskan dalam mata kuliah, pada kenyataanya tidak sama dengan praktiknya. “Jika ada seorang mahasiswa yang ingin bekerja di ranah hukum, bekerjalah untuk menolong. Karena jika hanya money oriented, ya itu sama saja, tidak menegakkan keadilan dan membenahi kecacatan hukum yang berpihak pada kaum kelas atas. Saya menerapkan ini ke mahasiswamahasiswa saya,� akunya. Berprofesi sebagai dosen, bukan merupakan tujuan hidup yang dimiliki oleh Wachid. Sebab meskipun telah mendapatkan kedudukan sebagai Direktur Utama LBH Surabaya, pria ini tidak meninggalkan kegiatan mengajarnya sebagai dosen. Meskipun telah diketahui bersama dan sempat gempar beberapa waktu lalu, bahwa dosen UTM kesejahteraannya masih kurang. Wachid berpendapat bahwa profesinya sebagai dosen tidak semata-mata untuk mendapatkan uang. Ia berharap pemahaman yang diberikan kepada seluruh mahasiswa ajarnya, mampu diterapkan kemudian hari. Sehingga, kurangnya keadilan dalam hukum dan permasalahan-permasalah lain yang menyangkut hukum dapat diselesaikan generasi mendatang.
PARADE KARTUN
42 LPM-SM
I
November 2018
Birar
PUISI
YANG BAGAIMANA Akhirnya kita lahir berpasrah diri Walau tumbuh dengan kekecewaan dan ketidakpercayaan Akhirnya kita kembali Menuntut perut kosong Menangis dan meminta peduli Peluh air mata minta di ganti Akhirnya kita menjadi pengharap yang baik Yang apapun percaya pasti akan terkabuli Tidak miskin, tidak begini, dan begini Mereka bilang, mereka pemimpin yang baik Tapi mana yang baik-baik Kalau kepala mereka masih sama dengan tikustikus yang tak tahu diriYang bagaimana pemimpin yang baik?
JANJI Tambah tua, tambah keriput Bumi . makin kehilangan jejak orang berbudi Orang-orang bertanya, dimana pemimpin yang paling baik? Kita terlalu gaduh, kita sibuk mengumpat Mengecap inilah yang paling dan memang baik Penyair menulis puisiIa obral kata, meminta pertanggungjawaban Tapi percuma, pemimpin sedang begadang dengan kedamaian Keadilan diucap
A AR
A TIKAHAA HM S M
R A PE GA SISW I A L YU A LEMB MAHA OT RIT GG - SPI N A WA SIS
Penjual roti, asongan, semuanya, mereka menuntut Tunduklah janji, menggunduklah janji. Janji jangan sampai membusuk Sampai mengurai, sirna entah kemana lagi.
44 LPM-SM
I
November 2018
BUKAN KEMERDEKAANKU Sering daku mendengar tanahku ini sudah berdikari Bisa meramu nasib sendiri dengan racikan tetua negeri Namun ramuan para tetua tak manjur Tetap saja terbelenggu tirani Ibuku tercengkram dalam kepentingan perampok bersepatu pantofel
.
POLITISASI TOILET KAMPUSKU Politisasi Toilet kampusku Ruang singgah prabot mewah, tempat akademisi hilangkan resah
Masih seumur nyamuk bertamu di ibuku Kini para perantau menjelma menjadi lintah darat Kini ibuku terkena penyakit anemia lantaran ulah para perantau laknat itu Para perantau semena-mena terhadap para pribumi Kami diusir dari tanah kami sendiri sampai ke bantaran kali
Ruang yang tak asing Berbau khas; pesing Ah, bukan salah mahasiswa Begitu jorok lantas malas membersihkan tinja Air mampet; ihwal sebabnya:menjadikan toilet kampus semakin menguning, kering Lalu tumbuh lumut-lumut tak bertaring
Ku hanya bisa termenung sambil bergumam Dasar bajingan berpantofel yang mulia, kami salah apa? Lantas merdekanya ibuku untukku atau untukmu wahai para perantau Daku hanyalah jelata yang ingin menyembuhkan anemia ibuku Namun tak bisa berbuat apa-apa Hanya gumaman dan teriakan yang tak pernah digubris
SY
AI AN FU SIS GGO LA W A TA L NW -S EM PIR B A AR IT G MA A P HA ERS SIS M W AH A A
Merintih lirih tak tahan sakit nan sulit bangkit Ibuku banyak kedatangan tamu perantau akhir-akhir ini Beliau menyambutnya dengan kertas-kertas bermaterai Para perantau tersenyum manis nan takzim pada ibuku Sambil berjanji akan menyembuhkan luka ibu
MA
BA
D HA GU A S UT N ISW S R M SA AP IFA S T EN D R A ID NI IK I N AN B D O AHA N E S SA IA
CERITA PENDEK I Gadis Penggembala
GADIS PENGGEMBALA Anggun Tutor LBB Bias Education Pare
Setiap kali aku datang ke kamarnya, belum sempat kuganti seragamku. Dia lebih dulu
tengah-tengahnya. “Iya Mbok.”
memanggilku. Aku pun menjawab panggilannya. Aku ”Sil! Sisil! Antar aku ke sumur, Sil!”
langsung memapah tubuh kering Mbokku
Suara serak itu merajuk mencariku. Kata
keluar kamar. Kuletakkan tas ranselku di
paman dan bibi-bibiku yang lain, aku
atas meja tv. Sudah seperti biasa, sesampai
adalah cucu kesayangannya.
di pinggiran sumur kududukan ia di kursi
Anaknya
berlima beserta enam cucu.
Apabila berkumpul, lengkaplah sudah keluarga besar Sutikno. Dan itu hanya terjadi di hari Raya Idul Fitri. Anak bungsunya seorang gadis idiot, telah meninggal 10 tahun lalu di kursi roda ketika usianya menginjak 16 tahun. Anak keempat belum juga dikaruniai momongan di usia pernikahannya yang ke
kayu, langsung kulepas kebayanya. Kumandikan Mbokku seperti aku memadikan bayiku sendiri. Tiga sampai lima guyur sudah cukup untuk membasahi kulitnya yang makin kisut terkeriputi masa. Sabun Harmoni kugosokkan lembut ke seluruh tubuh Mbokku. Aromanya menyeruakkan buah anggur, menimbun bau apek tubuh Mbokku yang sudah udzur.
16 tahun. Dan akulah anak sulung dari
“Rambutnya biar kukuncir ya, Mbok! Nanti
anak lelakinya yang ketiga. Mungkin
tak pakaikan bedak biar cantik dan harum.”
karena hobiku memasak bubur sum-sum. Rupa-rupanya telah menjadikan kedekatan batin antara Mbokku dan aku di antara kelima cucu-cucunya yang lain. Mbokku sangat menyukai bubur sum-sum dengan kuah gula merah yang disiram di
46 LPM-SM
I
November 2018
H a l y a n g pa l i n g a k u s u k a a d a l a h mendandani Mbokku setelah mandi. Kubayangkan saat aku bermain boneka barbie. Kusisir rambutnya yang tinggal 1/8 bagian dan kukuncir tinggi-tinggi karena
aku terinspirasi pada ďŹ lm Jinny Oh Jinny,
menunaikan kewajibanku sebagai gadis penggembala.
yang sedang tenar-tenarnya waktu itu. Lalu
Mbokku selalu mewanti-wanti agar aku berhati-hati saat
pipi, kening, dan leher lembab yang
mengembala kambingku. Tempat-tempat yang rawan bahaya
lemaknya telah mengendur itu kuusap
a d a la h b e n d u n g a n k a li d i d e s a k u y a n g te rke n a l
tebal-tebal dengan bedak bayi.
kedalamannya hingga 1.500 meter. Juga sawah petani yang
“Harum, sekarang Mbokku sudah harum.�
telah dipasang perangkap racun ataupun semprotan insektisida untuk tanamannya yang hijau menggoda mata
“Jika menggembala kambing jangan jauh-
kambing-kambingku itu. Aku harus waspada jika tak ingin
jauh ya, apalagi sampai ke bendungan.
kambing-kambingku mati keracunan atau tenggelam di kali
Bahaya, Nduk. Lalu jangan sampai juga
saat mereka asyik merumput.
kambingmu makan tanaman petani di sawah,� Ujarnya.
Beberapa kali Mbokku telah masuk rumah sakit karena penyakit diabetes. Bahkan sekarang sudah menjadi
Begitu pesan Mbokku setelah aku selesai
komplikasi. Kadang-kadang berganti-gantian dengan
mendandaninya dan mendudukkannya di
kakekku yang juga keluar masuk ruang operasi. Juga karena
kursi teras depan rumah. Pekerjaan rutin
komplikasi. Kami keluarga besar Sutikno berganti-gantian
yang dilakukan orang yang sudah udzur
merawat dua orang tua
umur pun udzur kesehatan adalah duduk
Sutikno yang kini telah berumah tangga, datang menengok.
santai di kursi goyang, jika tak punya kursi
Seringkali ibuku menyuruh aku kadang juga adikku untuk
goyang seperti Mbokku, ya dengan kursi
mengantarkan ketela rebus atau labu rebus kesukaannya,
plastik. Kupandang matanya sedang
kadang bubur sum-sum bikinanku sendiri.
itu. Dengan teratur empat anak
menatap ke masa depan yang mengerikan dan masa lalu yang beragam memberi kenangan. Kenangan tentang kesalahan, tentang pengorbanan, dan tentang cinta yang telah terukir bersama orang-orang terkasih selama hidup.
Jika sepulang sekolah tak singgah ke rumah keluarga besar Sutikno aku biasa pulang terlebih dulu ke rumah keluarga kecilku. Jarak rumahku dengan rumah keluarga besar Sutikno tidaklah terlampau jauh. Hanya berkisar 250 meter, sehingga aku sering menempuhnya dengan berjalan kaki. Sambil menuntun seutas tali tampar yang ujungnya berakhir pada
Ketika Mbokku sudah menyinggung
leher dua ekor kambing yang sedang hamil tua.
tentang kambing, artinya aku disuruhnya segera pulang ke rumah untuk
Dulu hanya sepasang anak kambing yang kupunya. Itu pun
CERITA PENDEK I Gadis Penggembala
pemberian kakekku. Suami Mbokku itu
mencari kayu bakar dari sisa-sisa
adalah penggembala kambing yang
pembakaran tebu, kayu bonggol jagung,
tekun. Hingga puluhan jumlah
atau kayu pohon kelorak yang tumbuh di
kambingnya beranak pinak. Namun
pinggiran kali. Kadang bersama anak-
sekarang raib karena habis terjual untuk
anak lelaki desaku mencari ikan atau
biaya berobat dan sebagian sudah
ke j e n g s e j e n i s ke r a n g s u n g a i d i
dibagikan kepada anak-anaknya sebagai
sepanjang kali saat airnya surut selutut.
hibah atau warisan, pun aku tak mengerti. Binatang itu sudah dua tahun diberikan pada keluargaku sebelum puluhan kambingnya raib. Kubesarkan sejak aku duduk di bangku SMP hingga beranak pinak dan dijual untuk kebutuhan sekolahku dan adikku.
Hal yang tidak mengenakkan jika aku berpapasan dengan teman sekolahku di jalan. Aku takut menjadi bahan ledekan dan cemoohan di sekolah. Namun aku cukup berbahagia karena selama ini belum ada teman sekolahku yang mengetahui pekerjaanku, kecuali Andre
Alangkah sukar dan tidak enak jadi gadis
tetanggaku yang juga satu sekolah
penggembala kambing. Di saat teman
denganku. Entah bagaimana
sebayaku sibuk dengan penampilan dan
pandangannya tentang gadis sepertiku
merek motor pacar barunya, aku masih
menurutnya. Aku tak peduli terhadapnya
bercengkrama dengan kedua kambingku
karena kami tak berteman akrab. Toh
di sawah dan kebun-kebun tebu tepi kali
rerimbunan semak dan deretan pohon
sampai larut Maghrib. Terkadang aku
tebu dapat kujadian tempat sembunyi
pulang dengan menenteng sekarung
jika aku melihat teman sekolahku
rumput atau kayu bakar sisa batang-
kebetulan lewat.
batang tebu. Aku mencarinya bersama ibu-ibu pencari kayu bakar di sana. Aku merasa sangat eman jika waktuku terbuang sia-sia hanya kuhabiskan untuk menunggu kambing-kambing yang getol merumput. Maka aku sering meninggalkan mereka dengan mengikatkan talinya di pangkal batang tebu. Lalu aku mengikuti ibu-ibu yang
48 LPM-SM
I
November 2018
Ibuku seorang ibu rumah tangga yang kini telah bekerja serabutan di tempattempat konveksi. Sekaligus ia menjualkan hasil jahitannya sendiri, door to door keliling rumah-rumah penduduk. Tidak mudah seorang wanita mendapat izin bekerja dari suaminya. Aku merasa turut gembira saat ibuku dapat membeli sebuah helm bekas dengan uang hasil
jerih payahnya sendiri. Hingga tiba suatu hari aku merasakan kejanggalan dan keanehan terjadi pada
Dan aku semakin semangat memanjakan mereka ke tempattempat di mana rumput segar tumbuh.
keluarga kecilku. Ibu tidak
Duniaku menjadi dewasa karena
lagi menolongku jika aku
dengan pekerjaanku itu aku tahu
pulang terlalu larut malam.
jerih payah kehidupan. Kutahu
Bahkan aku disuruhnya
rasanya gagal panen petani di sawah,
menggembala sampai
kutahu rasanya ibu-ibu pencari kayu
tempat-tempat yang jauh
ba k a r d a n p e n c a r i i k a n y a n g
hingga ke desa tetangga.
berjuang di kali demi tetap
Ketika pulang sekolah pun
mengepulkan asap dapur. Hal-hal itu
tak ada makanan
menjadikan aku lupa akan
kudapatkan tersaji di meja
perseteruan adu bantah antara ibu
makan. Maklum aku tahu
dan bapakku yang sekarang kerap
ibuku belum pulang dari
terjadi tiap-tiap malam. Berita buruk
kerja. Biasanya dua atau
tentang keluarga kecilku telah
tiga jam lagi ia pasti pulang.
menambah runyam kesehatan
Kalau tidak ada bahan-
Mbokku. Ibuku didesas-desuskan
bahan yang bisa kumasak
punya simpanan. Bapakku didesas-
biasanya aku langsung
desuskan seorang temperamen yang
pergi ke sawah sambil
selalu bertindak kasar pada istrinya.
menggembalakan
Atas desas-desus bapakku itu aku
kambing-kambing
pun pernah menyaksikan ibuku yang
kesayanganku. Harapan
kecewa saat bapakku menendang
akan kelahiran anak-anak
kukusan di atas tungku, karena tak
kambing dua bulan lagi
sabar menanti masaknya nasi yang
telah menghapus rasa lelah
ditanak ibuku. Ibuku lagi-lagi
dan laparku yang kubawa
disalahkan tidak becus sebagai istri.
dari sekolah. Terbayang
Uang belanja pun sudah tak rutin lagi
akan semakin banyak
ia berikan. Sehingga ini berdampak
kambingku nanti sebagai
pula pada uang sakuku dan uang
tabungan biaya sekolah.
saku adikku.
CERITA PENDEK I Gadis Penggembala
Hal yang membuat kupingku panas ketika gugatan-gugatan perceraian terdengar dari luar kamarku ketika malam tiba. Amat mengecewakan dan menjadi bahan pikiranku ketika prestasiku di sekolah pun turun drastis sampai peringkat bawah. Aku yang biasanya menduduki posisi-posisi penting menjadi bahan perbincangan teman-temanku karena mereka prihatin atas turunnya semangat belajarku. Mbokku pun meninggal saat aku ada dan menunggui di sampingnya, saat mendekati hari-hari yang makin merunyamkan pikiranku. Tiga hari itu ia baru pulang dari rumah sakit. Tepat ketika surat perceraian sudah tertandatangani antara ibu dan bapakku. Dadaku semakin sesak. Antara marah, kecewa, dan kehilangan semua harapan. Panas rasanya pelupuk mataku tiap-tiap hari semenjak runtutan kejadian-kejadian itu. Aku pun ditambah tidak mengerti kenapa kakekku malah menyalahkan aku atas kepergian Mbokku. Menuduh aku dan keluarga kecilku menjadi penyebab kematiannya. Semata-mata kematian Mbokku terjadi karena ia terus memikirkan tentang diriku. Tentang kelakuan ibu dan bapakku itulah yang membuatku merasa tak punya siapa-siapa lagi sebagai tempat berlindung. Kini aku sendiri dan benar-benar sendiri. Ibuku tak pulang. Bapakku tak pulang. Adikku pergi karena terus menangis. Ia akhirnya dirawat salah seorang saudara, yang memang lama tak dikaruniai anak. Malam-malamku hanya ditemani embikan suara kambing melolong panjang. Lolongan yang mewakili sedikit dari rasa kehilanganku. Mungkin aku memang ditakdirkan menjadi gadis penggembala, pikirku. Sendirian, berteman dengan puluhan kambing di ladang Savana sepi dan terbuka. Saat aku terbangun dari tidur beratku. Saat aku tersadar dari mimpi Savanaku. Saat aku membuka kandang kayu. Di saat seperti itulah kutemukan kambingku berlumuran darah di bagian pantat dan kaki belakangnya. Melahirkan dua anak kambing dan kutangani sendiri sisasisanya. Tiada Bapak tiada Ibu yang mau menghapus darah amis di tanganku. Di saat tetes darah, peluh, dan air mata, yang tak lagi dapat kubedakan.
50 LPM-SM
I
November 2018
CERITA PENDEK I Ideologi Pak Karman
IDEOLOGI PAK KARMAN RINDA FITARY ANGGOTA LEMBAGA PERS MAHASISWA SPIRIT MAHASISWA
Seperti kepala keluarga lain, sebagai tukang dawet Pak Karman ingin membahagiakan seluruh anggota keluarganya, istri dan keempat anaknya. Meskipun sering ditertawakan oleh para tetangga karena keegoisan Pak Karman untuk tidak patuh pada salah satu program pemerintah: Keluarga Berencana (KB), Pak Karman tidak malu, tidak menyerah. Dalam hidupnya Pak Karman bertekad untuk bertanggungjawab penuh terhadap kelangsungan hidup seluruh keluarganya. “Tapi ngga begitu juga, Wo. Saya ini bukannya tidak manut sama Pemerintah atau membuat hidup susah yang lebih berkepanjangan. Cuma ya, saya pikir anak itu rejeki. Kamu juga bisa lihat betapa inginnya Aryo sama Rima itu untuk punya anak, lha saya yang dikasih rezeki sama Allah untuk bisa punya anak kan terlalu sombong untuk menolak itu semua lewat KB” “Iya Karman iya, kamu benar. Tapi benar dan keras kepalamu itu beda tipis. Saya hanya bisa mendoakan kamu berumur panjang, supaya tanggung jawab ke istri dan anakanakmu itu tertunaikan dengan baik. Sehingga realisasi UUD 45 pasal 33 ayat 1 tidak terjadi ke keluargamu.” *** Bagi saya, saya termasuk orang yang beruntung. Wajah saya tidak ganteng, namun juga tidak keterlaluan jeleknya. Akan tetapi punya istri cantik, Lia, anak mantan Kepala Desa Sumberwadung.
Untung mertua saya itu tidak memandang sosok manusia dari harta, potongan rambut, atau model bajunya sudah kekinian atau belum. Sekarang anak kami sudah besar dan hari ini mereka sedang bahagia-bahagianya. Sebab baru kemarin saya mau diajak pindah ke rumah mertua saya, menuruti apa kata anggota keluarga. Saya sadar, kehidupan kami di kos-kosan sangat menghambat ruang gerak anak-anak untuk bermain. Penghasilan saya belum mampu untuk modal bikin rumah sendiri. Akan tetapi saya terlanjur berprinsip, kalau tinggal di rumah mertua suatu sikap yang kurang bertanggung jawab dari kepala keluarga dan seorang laki-laki. Anggota keluarga saya harus bisa saya hidupi sendiri. *** Karman akhirnya mau diajak anak-anaknya untuk menempati rumah mendiang mertuanya. Rumah itu tidak megah, tapi mengasyikkan dengan teras dan halaman belakang cukup luas. Fanto bahkan bisa mengajak bermain bola adiknya, Rufli, di halaman belakang. Fanto sebentar lagi menginjak sekolah SMA. Dia digadanggadang akan menyusul kakak pertamanya Fa n i d i S M A f a vo r i t s e - k a b u pa te n . Sedangkan Fani tahun ini akan masuk perguruan tinggi, sama seperti Fanto karena kepintaran Fani tidak dapat diragukan lagi. “Nggak, nggak mau, Wo. Aku pasti bisa membiayai anak-anaku sendiri”
CERITA PENDEK I Ideologi Pak Karman
“Halah, Man. Kamu yang realistis. Kuliah itu mahal, apa salahnya kalau anakmu ikut jalur bidik misi. Toh kamu ini benar-benar tidak mampu. Kamu nggak bohong, Man. Kamu nggak dosa. Kamu nggak akan dituduh memanfaatkan uang rakyat hanya karena anakmu diterima jalur bidik misi”
menyekolahkan anak untuk sombong, tidak juga untuk semata-mata mencari gaji tinggi, agar naik status, bahkan naik jabatan. Sebab itu bukan nilai kekayaan, kekayaan tertinggi adalah ketika kamu mampu menekan hasrat materilmu.
“Mampu tidak mampu itu cuma urusan pola pikir, Wo. Sekaya apapun dia tapi kalau dia merasa menjadi orang yang nggak mampu maka jadilah d i a b e n a r- b e n a r n g g a k m a m p u . B e g i t u sebaliknya.”
Saya bahkan ditertawakan Bowo, dikatai sok moralis tapi nggak realistis. Beberapa orang juga menganggap saya bodoh. Namun saya sudah sangat bangga k a re n a Fa n i a k h i r n y a memahami maksud saya. Dia juga menjadi salah satu guru di sekolah ko l o n g , m e m b e r i l e s kepada anak-anak yatim piatu di panti asuhan.
“Halah, halah” “Aku bukannya mau sombong atau bagaimana, aku cuma sedang yakin aku bisa menguliahkan anakku tanpa mengambil jalur itu. Bidik misi diambil dari uang orang banyak, Wo. Bahkan diambil dari orang yang hidup nya lebih susah dari aku. Aku nggak mau. Aku merasa yakin aku bisa. Aku punya Allah yang bisa bantuin aku, tangan dan kakiku masih lengkap” “Kamu mau jungkir balik kayak apa lagi, Man? Pagi loper koran, siang jual dawet, sore jadi tukang kebunnya Juragan Anwar, malam buka reparasi alat elektronik. Kamu nggak mati muda aja syukur, Man” ***
*** Pak Karman kini malah dituduh cari popularitas, banyak orang yang membicarakan bahwa ia sedang menyusun s t r a t e g i u n t u k mendaftarkan diri sebagai kepala desa. Mendengar itu ia hanya tersenyumsenyum geli. Baginya ini adalah sebuah dinamika hidup. Terlalu banyak orang yang bersikap tercela dan tidak amanah, maka berakibat munculnya rasa curiga terhadap orang-orang tulus.
Dengan jerih payah saya dan dibantu jualan kue basah dan kripik pisang oleh istri, kami berhasil menguliahkan Fani, putri pertama kami. Setelah wisuda, dia mengajar sebagai guru sukuan di Sekolah Dasarnya dahulu. Saya melarangnya pindah mengajar ke SD kota yang gajinya lebih tinggi. Sebab tempat Fani mengajar sekarang sungguh membutuhkan sosok guru sepertinya. Kita bisa saja mencari penghasilan dengan gaji tinggi, tapi untuk memperjualbelikan ilmu pengetahuan sepertinya kurang pantas.
“Modal mana lagi, Wo? Kamu mau modalin?”
Jauh-jauh saya sudah mewanti-wanti Fani, apabila lulus nanti dia harus berguna kepada masyarakat di sekitarnya. Saya tidak
“Lha, kok saya? Anakmu Fanto kan baru saja diterima jadi Bintara, sebentar lagi sudah dapat gaji”
52 LPM-SM
I
November 2018
“Benar Man, kamu mau nyalon?”
Setelah bertahun-tahun, kali ini saya benar-benar dibikin bingung. Rufli ngotot ingin jadi Bintara seperti kakanya. Padahal saya tau secara akademis dan postur, dia kurang. Hanya saja dia memiliki kelebihan yakni menggambar. Menggambar apa saja, dia bisa. Berkalikali pula menang perlombaan dan mendapat kesempatan untuk diterima universitas ternama meskipun nilai akademisnya jauh dari standar. Saya dan istri sudah berbicara dengan dia, berkali-kali. Bahwa keahlian orang itu berbeda-beda. Untuk menjadi manusia bahagia tidak harus menjadi orang yang diterima seleksi Bintara. Kerja enak bukanlah hal substansial dalam hidup yang harus dipaksakan. Sukses cuma mengenai bagaimana kita memandang, bukan menjadi cita-cita. *** Karman masih kebingungan, anaknya Rufli masih belum mau mengerti, tekadnya terlalu kuat untuk menjadi Bintara seperti kakaknya. Padahal dia ingin anaknya itu menekuni keahliannya, menjadi orang yang mahir di bidang menggambar. Menjadi dirinya sendiri, bukan menjadi Bintara, atau menjadi seperti kakanya. “Akhrinya yang bisa menentangmu adalah anakmu sendiri, Man” “Aku dan istriku sudah bicara, Wo”
“Saya nggak mau bergantung pada anak, Wo. Biar gajinya dia buat yang bermanfaat daripada modalin saya jadi Kades. Lagi pula, orang yang punya jabatan itu godaannya lebih besar. Saya takut” ***
“Kamu kan bapaknya, kamu harus bertanggung jawab dong. Seperti dulu katamu saat masih muda” *** Akhirnya saya menjadi salah satu orang yang datang pada toko pembeli masa depan itu. Pandangan saya dan anak saya lain. Entahlah, masa tua saya membuat saya tidak egois seperti dulu.
CERITA PENDEK I Ideologi Pak Karman
Saya kurang memiliki daya untuk memaksakan bagaimana baik menurut saya kepada anak-anak. Saya tidak bisa menyalahkan modernitas yang membuat pemahaman-pemahaman baru yang akhirnya diamini oleh Rufli. Saya yang salah, saya yang tidak bisa mendidik Rufli dengan baik.
“Iya, tapi saya sebenarnya tidak pernah setuju. Perbuatan curang dalam bentuk dan alasan apapun itu salah, Wo” “Halah, halah” “Hmm”
*** “Dengar-dengar Syifa ingin jadi dokter ya, Man?” Karman berjalan tampak murung, orang-orang baik yang datang pada toko pembeli masa depan biasanya akan murung, sedih merasa bersalah karena telah andil merusak bangsa, dan menggugurkan secara curang orang yang benarbenar mampu dan pantas. Karman ingin marah, tapi entah pada siapa. Dia yang mendatangi sendiri toko pembeli masa depan, dia sudah mendapatkan jaminan, Rufli anaknya sudah jadi bintara, tapi ternyata itu tidak membuat dia bahagia. “Kamu jangan murung, Man. Saya kemarin juga dari toko pembeli masa depan itu. Sekarang orang sudah umum ke sana, nggak dianggap curang lagi. Sudah biasa. Hidup ini memang keras, Man. Kalau nggak sukses kita diinjak-injak orang. Toko pembeli masa depan itu kan jalan pintas yang menolong kita biar nggak diinjak-injak sama orang. Hari gini, orang nginjak orang itu biasa. Orang makan orang aja wajar, Man”
*** Sudah tiga tahun ini Syifa mencoba melalui jalur tes untuk masuk kuliah kedokteran, sayangnya rejeki itu belum datang. Saya kasihan melihatnya. Pekerjaannya sehari-hari selama menganggur adalah membantu ibunya membuat kue dan menggantikan saya menjadi loper koran setiap pagi. Saya tahu, Syifa sangat terpukul. Bahkan ditahun ketiga ini dia gagal.
“Ngapain kamu kesana?”
Atas kejenuhannya kadang kala Syifa membantu Fani di sekolang kolong setiap minggu. Sampai satu waktu Rufli pulang ke rumah. Saya heran, tidak biasanya dia pulang tanpa mengabari terlebih dahulu. Namun ternyata dia mengabari bahwa sebelum menuju ke rumah dia lebih dahulu mendatangi toko pembeli masa depan. Saya marah dibuatnya, istri menahan saya. Namun kemarahan ini hampir-hampir tak terbendung. Rufli kemudian berlari pergi keluar rumah.
“Santi anak saya itu, Man. Pengen jadi pegawai negeri. Kamu tahulah, saingan jadi pegawai negeri itu kan banyak dan berat. Ya, saya kesana untuk memudahkan jalan anak saya. Apa saya salah, kalau ingin membuat anak saya Ratih sukses?”
Esok harinya saya mendatangi toko pembeli masa depan, meminta uang untuk kembali. Saya tidak ingin kesalahan saya terulang. Namun, uang itu sudah terlanjur berada di tangan universitas. Saya mendatangi universitas itu. Uang pun bisa kembali. ***
“Hmm” “Hidup ini sekali, kita tidak hidup untuk menikmati kegagalan. Kita harus punya cita-cita untuk menjadi orang yang sukses. Sukses harus didapatkan, kalau tidak dapat harus dibeli, berapapun dengan ongkos darimana pun”
54 LPM-SM
I
November 2018
Pak Karman akhirnya bisa tersenyum karena anak bungsungnya berhasil masuk ke universitas. Syifa benar-benar bahagia. Sebab cita-cita yang ia nantikan akhirnya terwujud, meskipun tidak disekolah negeri, tapi keingannya untuk menjadi dokter hampir terpenuhi. Syifa berjanji kepada
ayahnya akan memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat sekitar tanpa memandang materi, apabila kelak dia lulus. Namun ternyata usia Pak Karman tidak panjang. Ia harus meninggal akibat penyakit liver yang diderita. “Kamu harus bangga, ayahmu itu sudah berhasil menyukseskan seluruh anaknya.” “Tapi keberadaan ayah jauh diatas segala-galanya, Paman. Mungkin ayah terlalu bekerja keras sehingga beliau terkena penyakit lever” “Semester dua nanti kamu akan bertemu ayahmu sebagai cadaver, di mata kuliah anatomi dua. Hei, Syifa kamu dengar tidak?” “Apa paman? Saya tidak dengar. Saya membalas chat Pak Rektor yang mengucapkan turut berduka cita” *** Saya bisa tahu, ternyata kuliah dokter sangat sulit. Tapi anak saya mampu melaluinya, bahkan di mata kuliah anatomi 2, Syifa lulus tanpa mengulang. Banyak teman-temannya yang mengulang mata kuliah itu, bahkan ada yang sampai tujuh kali. *** Syifa ingin menyelesaikan mata kuliah anatomi 2 tanpa mengulang, dia tidak ingin melihat ayahnya. Dia bekerja keras untuk mendapatkan nilai bagus. Keinginan Syifa akhirnya tercapai, dia mendapatkan nilai B. Setelah ini dia akan menciptakan mindset seperti keluarganya yang lain bahwa sang ayah telah dikuburkan.
ESSAI I Bersih
BERSIH DAN MEMBERSIHKAN ADAM ABDULLAH ANGGOTA LEMBAGA PERS MAHASISWA SPIRIT MAHASISWA
Sewaktu saya baru pindah ke kontrakan baru-baru ini, saya kaget juga heran. Ternyata ada juga seorang mahasiswa yang lebih tidak peduli dengan kebersihan daripada saya. Padahal seperti yang sudahsudah, saya selalu dipandang sebagai orang yang menjijikan, tidak pernah mandi dan segala sebutan jorok lainnya. Bahkan orangtua saya sendiri kadang sampai taubat melihat penampilan saya dan segala kebiasaan jorok saya. Bicara mengenai kebersihan, bagi saya ini bukan sesuatu yang sangat prinsipil atau penting. Kecuali jika bersihnya pejabat, atau bersihnya hati seperti slogan kota-kota yang tidak bersih. Bersih dalam lingkup saya hanyalah bersih yang wangi, bersih yang tidak berdebu, bersih yang klimis dan bersih lain yang remeh sekali. Beberapa sumber mengaitkan kebersihan dengan dasar-dasar agama. Seper ti ungkapan kebersihan adalah sebagian dari iman misalnya. Jika saya boleh ber tanya, kebersihan dalam konteks apa yang dimaksud dalam ungkapan ini?
56 LPM-SM
I
November 2018
Saya yakin bukan bersih yang wangi atau bersih yang tidak berdebu. Anggap saja begini, orang-orang yang berceramah – yang cenderung tua, hampir seluruhnya menerapkan ini :. Mereka menggunakan parfum, baju yang khas kiai, beberapa juga memelihara jenggot, dan kumis. Jika dilihat dari sudut pandang orang sepuh, penampilan ini mungkin oke. Namun sudut pandang anak muda akan berbeda lagi. Beberapa dari mereka biasanya malah tidak suka atau bahkan terganggu dengan bau parfum orang-orang tua yang menyengat. Beberapa yang lain bisa jadi menilai bahwa memelihara jenggot bukan termasuk orang yang 'bersih', seperti ungkapan 'bersih indah tanpa bulu' misalnya. Konsep kebersihan yang disandingkan dengan iman seharusnya bukan suatu hal yang hanya bicara tentang wangi dan putih saja, dalam artian universal ini seharusnya bisa menjadi dasar atas perilaku seperti halnya iman. Karena banyak mahasiswa klimis yang saya temui malah meninggalakan sesuatu yang sangar pada lingkungannya, seperti kontrakan baru saya. Jadi bukan suatu keharusan memulai bersih tidak dari diri sendiri, malah dalam kapasitas saya menilai jika seorang hanya mau bersih kepada dirinya saja, itu sama-sekali bukan bagian dari iman. Di dalam novel, suasana bersih selalu dibangun dari tokoh kaya atau masyarakat kelas atas. Terutama di novel-novel 'kiri'. Sedangkan kaum buruh akan sebaliknya seperti halnya dalam novel Ibunda karya Maxim Gorky atau novel 1984 karya George Orwell. Dilihat dari sudut pandang manapun, kedua novel ini jelas memberikan suasana yang kumuh, suram, sesak juga tampak seperti penuh dengan kejahatan. Kemewahan selalu disandingkan dengan kebersihan bukan hanya di dalam novel saja. Barang-barang seperti wewangian, sabun anti-kuman, obat kumur anti-bakteri, makanan yang higienis adalah contoh barang-barang yang seharusnya digunakan supaya tetap bersih dan sehat.
Sedangkan barang tersebut hanya dipercaya sebagian kalangan saja, terutama kalangan masyarakat yang kebutuhan primer dan sekundernya telah terpenuhi. Meskipun beberapa barang itu memiliki harga yang tidak terlalu mahal, namun apa yang disebut orang ekonomi sebagai nilai guna tidak ditemukan berbanding dengan harganya bagi kalangan yang lain. Rasanya sedikit kurang jika membahas tentang mitos kebersihan tanpa menyinggung s i s i e ko n o m i n y a . M e m a n g t i d a k b i s a dipungkiri lagi jika mitos-mitos selalu erat kaitannya dengan pembuatan 'pasar'. Seperti halnya smartphone yang cukup banyak sekali kegunaannya sekarang dan mahal pula harganya. Namun barang ini sangat rapuh maka dari itu perlu diberi pelindung layar, pelindung karet, tas khusus, charger khusus dan yang sesuatu berfaedah lainnya. Begitu halnya pula mitos yang dihasilkan dari konsep kebersihan yang ideal. Kita selalu percaya rumah yang bersih adalah yang lantainya menggunakan keramik, karena keramik enak dipandang daripada tanah. Namun karena keramik berwarna cerah, kotoran jadi mudah terlihat maka harus ada sapu. Jika kotorannya basah akan tampak lebih kotor lagi maka butuh alat pel, tapi karena air tidak harum maka perlu ditambah dengan pewangi lantai. Ada lagi, jika lama tidak dibersihkan, lantai akan berkerak, maka butuh obat penghilang kerak. Sebenarnya jika dirunut, awal mula pasarpasar baru ini terbentuk hanya karena konsep 'idealnya' itu. Konsep tersebut biasa ditiru dan diamini masyarakat lewat iklan-iklan, yang artinya mitos-mitos ini diciptakan oleh pelaku ekonomi produsen. Namun bukan berarti mencari keuntungan dan membuat pasar itu dilarang atau suatu kegiatan yang tidak etis bagi golongan moralis. Tentu dalam kegiatan ekonomi kita semua akan membahas
keuntungan, tapi konsep ini yang perlu dikembalikan seperti adanya. Dasar purba! Memang benar, jika pola pikir yang tidak mendukung perubahan suatu konsep ideal bisa dianggap kuno. Masalahnya tidak semua perubahan itu berujung baik, anggap saja salah satunya perubahan konsep kepedulian kita terhadap sesama. Karena sudah ada teknologi komunikasi yang gratis dan mudah, konsep kepedulian menanggapi permasalahan disekitar kita bisa berubah. Contohnya adalah komentar-komentar simpatik di media sosial yang seringkali ramai menganggapi suatu musibah atau masalah. Itu saja sudah cukup disebut peduli. Bandingkan dengan konsep dari peribahasa “makan atau tidak yang penting kumpul�. Apalagi bentuk kepedulian selain bertemu meskipun sekedar menjenguk? Tidak bisa tidak , jika semua orang menginginkan bersih, kepada diri sendiri maupun kepada lingkungannya. Hanya saja, untuk membersihkan kadang kita enggan. Jika orang telah cukup dengan keadaan ekonominya mudah saja, tinggal membayar orang lain untuk pekerjaan tersebut. Jika dianggap peningkatan kegiatan ekonomi ini bisa saja. Bisa jadi Orang Kaya Baru (OKB) hanya akan meminta jasa kebersihan tempat tinggalnya lewat pembantu. Lalu Orang Kaya Lama (OKL) akan butuh jasa kebersihan dirinya lewat – entah apa sebutannya. Saya ingat beberapa hari lalu melihat orang kaya tidak mau lagi membuka pintu mobil dengan tangannya sendiri dan butuh jasa atas itu. rasanya pekerjaan itu sudah tidak pantas lagi untuk tangannya. Saya berdo'a semoga semua orang bisa mendaya-gunakan tenaga dan tubuhnya sebaik mungkin, amin.
wartakampus
wartakampus
spiritmahasiswa
spiritmahasiswa.trunojoyo.ac.id