MAJALAH LEMBAGA PERS MAHASISWA - SPIRIT MAHASISWA EDISI LALU LINTAS RUMAH TUHAN

Page 1

LPM-SM / V / 11 / 2019

M AHASISWA SPIRIT

Aksi dan Bersuara Lewat Tulisan

LALU- LINTAS DANA RUMAH TUHAN

Liputan Khusus Kembang Kempis Nasib Becak Tekan Kriminalitas di Sekitar UTM

Tahun 2011 MUI Sampang mengeluarkan fatwa haram untuk pemungutan sumbangan masjid di jalan raya. Namun sampai saat ini kegiatan ‘amal-amal’ masih masif beroperasi. Selain dinilai mengganggu dan membahayakan kegiatan tersebut juga dinilai sarat kepentingan.



“

Pahlawan : orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran.

KBBI

HARI

PAHLAWAN 10 NOVEMBER


SELAYANG PANDANG

Keberadaan sumbangan pembangunan masjid semakin menjamur di jalanan Madura. T i d a k ku ra n g d a r i 1 3 k penarikan sumbangan tersebar sepanjang Tangkel hingga pasar Blega. Sejak awal kemunculannya, sumbangan yang biasa disebut sebagai amalamal oleh warga setempat itu, juga dak terlepas dari perbincangan pro dan kontra.

Fenomena tersebut menjadi diskursus yang sampai sekarang perlu didiskusikan. Dibutuhkan solusi tak s dan konkret untuk menanganinya. Demi kebaikan bersama, jalan tengah yang diambil harus melegakan semua pihak.

REDAKSI Pembina Medhy Aginta H, S.S., M.Si., P.Hd.

Pimpinan Umum Sirajudin

Tahun 2011, Majelis Ulama Indonesia Kabupaten Sampang memberi fatwa haram bagi se ap amal-amal yang menaruh beton dan sejenisnya di tengah jalan. Fatwa tersebut kemudian didukung banyak pihak, termasuk beberapa pemerintah kabupaten di Madura. Akan tetapi, sampai saat ini banyak pihak yang dak mengindahkan fatwa haram itu.

Oleh karena itu, Lembaga Pers Mahasiswa Spirit Mahasiswa mengusung permasalahan sumbangan masjid di jalanan dalam majalah bertajuk 'Lalu Lintas Dana Rumah Tuhan' guna memberi informasi dan alterna f solusi terkait fenomena amal-amal di Madura. Lewat beragam konten yang ada di dalamnya, majalah ini diharap bisa menjadi sarana edukasi yang mengembangkan wawasan, baik untuk mahasiswa UTM maupun bagi masyarakat lain pada umumnya.

Di sisi lain, kebutuhan akan rumah ibadah begitu nggi. M a s y a ra k a t M a d u ra y a n g religius dan kental akan nilainilai islami masih kekurangan masjid di berbagai pelosok daerah. Minimnya donatur dan kendala pendanaan lainnya, memaksa mereka untuk mengoperasikan sumbangan masjid di sepanjang jalan raya.

Selain itu, kami juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat dalam pembuatan majalah ini. Sebagai komitmen terhadap isu yang kami bawa, kami membuka ruang diskusi, kri k dan saran kepada para sidang pembaca guna pembenahan ke arah yang lebih baik.

Pimpinan Redaksi M. Ardico Fahmi

Reporter Dina Fitriana Elvira Z. MasĘźudah Bena Icha Aisyah

Fotografer Birar Dzillul Ilah

Layouter Yulia Rahmatika

Editor Idatus Sholihah

wartautm warta kampus universitas trunojoyo madura

wartautm spiritmahasiswa

spiritmahasiswa.trunojoyo.ac.id

04 LPM-SM I

November 2019


M AHASISWA SPIRIT

Aksi dan Bersuara Lewat Tulisan

DAFTAR ISI

LPM-SM

LPM-SM / V / 11 / 2019

AHASISWA SM PIRIT

Aksi dan Bersuara Lewat Tulisan

LALU- LINTAS DANA RUMAH TUHAN

06

SUMBANGAN MASJID MENJAMUR DI JALAN MADURA

14

RISIKO LAKALANTAS DARI PUNGUTAN AMAL MASJID

18

PANDANGAN BERBAGAI PIHAK DAN PERAN UTM ATAS FENOMENA AMAL-AMAL

22

KEMBANG-KEMPIS NASIB BECAK

25

TEKAN KRIMINALITAS DI SEKITAR UTM

Fotogenial

28

ESAI FOTO

Opini

32

PSEUDO PEMBANGUNAN MASJID

Feature

35

SETITIK SAHAJA DI SUDUT REKTORAT

News Flash

38

MINIMNYA PENGELOLAAN SAMPAH UTM

Tips

40

BIAR GAK BOKEK DI AKHIR BULAN

Telaah

42

RESENSI: IRONISME CINTA

Parade Kartun

44

PARADE KARTUN

Bingkai Sastra

46

PUISI: -BULAN BULAN PENUH RINDU

Laporan Utama

Liputan Khusus

Liputan Khusus Sampul

LALU-LINTAS DANA RUMAH TUHAN

Alamat Redaksi SEKBER UKM LPM-SM JL. Raya Telang PO BOX 02 Kamal-Bangkalan Tlp. 085733573713

-PELAYARANKU -KOTA DAN KENANGAN

48 55

CERPEN: KEMBANG KANTIL ESAI: TOLERANSI DALAM NEGERI PANCASILA ESAI: BALADA NEGERI KHIDMAT


LAPORAN UTAMA I SUMBANGAN MASJID MENJAMUR DI JALAN MADURA

SUMBANGAN MASJID MENJAMUR DI JALANAN MADURA Teks : Sirajudin Foto : Birar Dz

06 LPM-SM I

November 2019


Empat orang pani a penerima sumbangan pembangunan masjid di Jalan Raya Mambeen menghen kan ak vitasnya sejenak. Muhammad Romli, salah satunya, menemui kami di sebuah gazebo yang biasa ditempa seorang petugas untuk mengatur sound system dan menyerukan sumbangan untuk pembangunan masjid pada pengguna jalan. ”Nama masjidnya Thoyyibatul Mubarok,” kata Romli memulai percakapan. Masjid Thoyyibatul Mubarok berlokasi di Dusun Mambeen, Desa Karpote, Kecamatan Blega. Semenjak tahun 2015 masjid ini direnovasi total. Tidak jelas berapa anggaran yang disiapkan, Romli hanya bisa menjelaskan bahwa saat ini pani a harus mencicili utang masjid ke toko material sebanyak 5 juta rupiah se ap bulan. Sejak awal renovasi, pani a pembangunan masjid Thoyyibatul Mubarok sepakat untuk menjadikan amal-amal atau meminta sumbangan di jalan raya sebagai sumber p e n d a n a a n utama. Romli, bapak ga anak

ini hampir empat tahun menempuh jarak 4,5 KM dari rumahnya di Dusun Baeler untuk menjalankan ru nitas harian itu. Minimnya donatur serta dibutuhkannya dana yang besar, menjadi alasan amal-amal masjid ini dioperasikan, ”Mau bagaimana lagi, memang butuh dana besar karena masjidnya besar,” ujar Romli. Hal tersebut diamini oleh Miski, pani a pembangunan masjid Nurul Huda yang terletak di Dusun Pekadan, Desa Paterongan, Galis. Sepenuturan Miski, dak ada lagi biaya yang bisa diandalkan selain memungut amal jariyah di jalan raya. Apalagi, menurutnya, pembangunan masjid merupakan keinginan dari masyarakat setempat sejak dahulu. ”Karena sangat ingin mempunyai masjid, dulu masyarakat di sini harus membuat dan menjual tabing (dinding dari anyaman bambu) lebih dulu agar bisa urunan menyumbang pembangunan masjid,” ujar Miski. Dari hal itu, muncullah inisia f untuk mencari dana dengan mengoperasikan sumbangan dan amal jariyah dari pengendara bermotor di jalan raya. Sebab menurut Miski, untuk membangun sebuah masjid dibutuhkan banyak material dan biaya sebagai o n g ko s s e r ta ke b u t u h a n t u ka n g bangunan, ”Kalau harus keliling menyebar proposal ke se ap rumah, kan, lama. Untuk saat ini saja tukangnya ada 14. Membayar mereka itu juga perlu biaya besar,” tuturnya.

Foto : Rambu Sumbangan Masjid di Paterongan, Kecamatan Galis


LAPORAN UTAMA I SUMBANGAN MASJID MENJAMUR DI JALAN MADURA

Dewasa ini, amal-amal memang menjadi fenomena menjamur di Madura. Alasan mengoperasikan kegiatan itu juga beragam, selain karena mudahnya mendapat pemasukan, nominal yang diperoleh dari kegiatan itu juga terbilang cukup besar. Meski dak pas , namun sekurang-kurangnya pani a pembangunan masjid Nurul Huda saja, bisa meraup Rp500.000 sampai dengan Rp1.000.000 ap harinya. Bahkan, jika sedang ramai pani a bisa mengumpulkan hingga Rp1.200.000. Mahsus, pani a Masjid Ash-Solihin, Klabengan, Blega mengaku dengan cara tersebut, sedikitnya bisa diperoleh Rp200.000 dalam sehari, �Pernah paling sedikit itu dapat dua ratus sehari,� kata Mahsus. Perharinya, Masjid Ash-sholihin biasa memperoleh pemasukan sekitar Rp500.000. Adapun untuk masjid Thoyyibatul Mubarok, seper yang diakui Romli, tak kurang dari Rp300.000 sampai Rp400.000 yang didapat perhari. Jumlah tersebut sudah bersih dengan potongan upah, makan, dan keperluan lain

08 LPM-SM I

November 2019

bagi pani a yang bertugas. Pendapatan itu juga dimungkinkan bertambah berkali lipat apabila memasuki musim-musim toron dan ongghe seper saat menjelang lebaran, maulidan, maupun di saat bulan besar (Dzulhijjah). Pemungut Sumbangan Masjid Jadi Profesi? Terhitung, sampai saat ini dak kurang dari 13 k amal-amal beroperasi sepanjang Tangkel sampai ke pasar Blega. Selain dinilai sebagai jalan termudah untuk menyerap dana, kegiatan meminta sumbangan itu banyak menimbulkan pandangan yang berbeda di se ap lapisan masyarakat Madura. M. Mangsur, tokoh masyarakat Desa Keleyan, dak terlalu menyetujui penggalangan dana dengan cara mengoperasikan pemungutan a ma l d i j a la n raya it u . Seb a b s ela in mengganggu keter ban lalu lintas, kegiatan itu juga dinilai berbahaya bagi para pani a yang bertugas.


Foto : Kegiatan Amal-amal di Paterongan, Kecamatan Galis


LAPORAN UTAMA I SUMBANGAN MASJID MENJAMUR DI JALAN MADURA

Foto : Kegiatan Amal-amal di Paterongan, Kecamatan Galis

Pria lulusan STKIP PGRI Bangkalan itu dak sepakat dengan mereka yang berpandangan kalau amal-amal adalah cara terakhir untuk mengumpulkan dana pembangunan atau renovasi masjid. Menurutnya ada beragam cara lain yang bisa ditempuh untuk mendapat dana semacam itu. Jika menyebar proposal ke se ap rumah dinilai memberatkan, Mangsur memberi saran sebagaimana cara yang dilakukan di daerahnya, yakni dengan mengadakan tok-otok atau arisan khusus masjid, ”Amal-amal itu kan yang ramai dari Tangkel ke mur, kalau dari Bangkalan sampai ke sini dan terus ke Kamal, mana ada? Masyarakat di sini lebih senang mengumpulkan dana untuk keperluan pembangunan masjd lewat arisan itu,” jelas Mangsur. Sistemnya juga tak beda dengan arisan atau buwuh pada umumnya. Hanya saja, jelas Mangsur, yang diundang cuma orang-orang tertentu. ”Yang hadir itu biasanya Klebun atau tokoh-tokoh masyarakat. Itu murni sumbangan, jadi dak ada kewajiban untuk mengembalikan uang tok-otok atau buwuh tadi,” imbuhnya. Putri Ayu, warga Desa Keleyan berpandangan skep s terhadap kegiatan menarik sumbangan untuk masjid di jalan raya. Ia berpendapat, ada pergeseran orientasi pada penarikan sumbangan yang semacam itu. Menurutnya, penarikan sumbangan seper itu bukanlah solusi yang tepat untuk menggalang dana pembangunan masjid. Ditambah, merebaknya kabar mengenai kegiatan amal-amal yang dijadikan lahan pekerjaan, malah semakin membuat Putri merasa risih, ”Kalau seper itu dak mungkin untuk masjid semua, bisa saja dipakai pani anya dulu,” kata Putri. Selain itu, panjangnya waktu pembangunan dinilai Putri dak wajar, ”Itu juga lama banget pembangunannya.” 10 LPM-SM I

November 2019


Kalau seperti itu kan enggak mungkin buat masjid semua, bisa saja dipakai panitianya dulu” Ayu, warga Desa Keleyan

”Yah mau bagaimana lagi, namanya kerja kan dibayar,” Khuzaini, mantan petugas amal-amal

Mantan petugas pemungut amal-amal pembangunan Masjid Nurul Jaly, Akh. Khuzaini Qumar, dak menampik persepsi tersebut. Pemuda lulusan SMA itu men gaku semp at iku t meminta su mb an gan pembangunan masjid yang berlokasi di Dusun Baeler, Desa Lombang Dajah, lantaran tergiur upah yang ditawarkan. Qumar sendiri dak mempersoalkan persepsi mengenai ak vitas memungut sumbangan masjid yang dijadikan lahan pekerjaan, ”Yah mau bagaimana lagi, namanya kerja kan dibayar,” terangnya. Sistem pembayaran upah yang dilakukan di Masjid Nurul Jaly beragam, pada awal dioperasikan, Qumar memperoleh upah sebesar Rp30.000 perhari. Seiring berkembangnya waktu, upah tersebut semakin meningkat. Saat ini, se ap petugas mendapat upah Rp50.000 untuk ak vitas harian, ”Kalau dulu cuma ga puluh, sekarang sudah sekitar lima puluh ribu sehari.” ungkapnya. Adanya pemberian upah untuk pani a yang bertugas memungut sumbangan juga diakui oleh Romli. Di Masjid Thoyyibatul Mubarok, se ap pani a yang bertugas mendapat upah Rp60.000,- dalam sehari. Uang tersebut belum termasuk jatah rokok serta makanan yang disediakan untuk petugas.


LAPORAN UTAMA I SUMBANGAN MASJID MENJAMUR DI JALAN MADURA

Meski demikian, menurut Fahmi yang juga merupakan rekan Romli dalam m e m u n g u t s u m b a n ga n masjid, jumlah pani a yang bertugas sudah dibatasi, bahkan sudah ditetapkan. Hal tersebut guna mencegah terlalu banyaknya pengeluaran untuk membayar upah para petugas. Terhitung hanya sembilan orang, termasuk Fa h m i d a n Ro m l i ya n g menjadi pemungut amal jariyah untuk Masjid Thoyyibatul Mubarok, ”Kalau datang semua ada sembilan orang, nggak terima orang baru lagi, kalau terlalu banyak buat bayar petugas, uangnya malah dak ada yang masuk ke masjid,” kata Fahmi. Bertahun-tahun menjalankan ak vitasnya, Fahmi mengaku dak pernah mendapat pelarangan dari pihak manapun. Sebab, kegiatan tersebut menurutnya sudah mengantongi izin dari beberapa lembaga. Hal senada juga diugkapkan Mahsus, selama bertahun-tahun mengoperasikan amal-amal di dua k, Masjid Ash-Sholihin telah mengantongi izin, diantaranya dari klebun (kepala desa) dan juga dari pihak kepolisian, ”Sudah izin dulu ke klebun sama ke polsek, paling kalau jalanan sedang ramai atau ada pejabat mau lewat, akan ada petugas yang memberi instruksi agar dak menaruh 12 LPM-SM I

November 2019

pembatas di tengah jalan,” jelasnya. Akh. Jakfar Ajiputra, warga Bangkalan, menilai keberadaan amal-amal merupakan sebuah gangguan bagi kelancaran lalu lintas. Menurutnya, selain mengganggu, pungutan amal tersebut juga menghambat perjalanan, lagi membahayakan keselamatan pengguna jalan dan pani a yang bertugas. Oleh karenanya, ia berharap ada perlakuan tegas dari lembaga yang berwenang untuk mengatasi hal tersebut, ”Ini bahaya, kalau ada pengendara yang dak tahu, akan menyalip kendaraan lain bisa tabrakan. Yang berwenang seharusnya sadar dan bisa memberi regulasi yang tegas buat masalah ini,” harapnya.


SEDEKAH BELUM?

“

Orang-orang yang menimbun emas dan perak serta tidak menafkahkannya di jalan Allah,

“

kepada mereka beritahukanlah bahwa mereka akan mendapat siksaan yang sangat pedih

(QS at-Taubah [9]: 34)


LAPORAN UTAMA I RISIKO LAKALANTAS DARI PUNGUTAN AMAL MASJID

RISIKO LAKALANTAS DARI PUNGUTAN AMAL MASJID Teks : Birar Dzillul Ilah

Maraknya fenomena pungutan amal untuk pembangunan masjid di Madura dinilai menjadi potensi kecelakaan lalu lintas (lakalantas) oleh berbagai pihak, hal itu karena dak jarang petugas pemungutan amal berdiri tengah jalan. Seper di B a n g ka l a n , b e rd a s a r ka n d a t a d a n perhitungan yang dihimpun Divisi Litbang Lembaga Pers Mahasiswa Spirit Mahasiswa (LPM SM), dari Tangkel hingga Pasar Blega tak kurang dari 13 k penggalangan dana beroperasi. Kepala Polisi Resort (Kapolres) Bangkalan, AKBP Rama Samtama Putra, pihaknya membenarkan bahwasannya kegiatan apapun yang dapat mengganggu kelancaran lalu lintas dapat menjadi potensi lakalantas. Menurut Rama jika pengendara dak waspada ke ka melewa k pemungutan dana bisa terjadi kecelakaan. Selain itu pihaknya mengaku mengetahui kondisi di lapangan, oleh sebab itu butuh kajian lebih lanjut untuk hal ini.

terganggu.”Kalau berbicara UndangUndang, perspek f hukum, barang siapa yang membuat terganggunya fungsi jalan, itu ada pidananya. Kalau kita terapkan secara utuh, ini juga resistance, kita juga harus paham bahwa masjid juga butuh uluran warga,” tambahnya. Lebih lanjut, Rama menilai persoalan pungutan amal masjid bisa menjadi dilema s jika

” S e b e n a r n y a r e n t a n d a n b e r i s i ko kecelakaan lalu lintas, tapi saya coba mengkaji dulu sejauh mana kotak amal berimplikasi terhadap lakalantas,” ungkap pria asal Sidoarjo tersebut (24/10). Ke ka ditanya secara regulasi dan hukum, pria lulusan Akademi Kepolisian 2001 ini mengatakan bahwa ada ancaman pidana bagi siapa saja yang membuat fungsi jalan 14 LPM-SM I

November 2019

dak melibatkan banyak

pihak untuk mencari solusinya. Hal itu karena membangun masjid butuh anggaran yang dak sedikit dan bisa menjadi ladang p a h a l a b a g i p a ra d o n at u r. Ke n d a demikian, ia ingin ada diskusi bersama yang melibatkan banyak elemen masyarakat untuk membahasnya.


”Dilema snya gini, kita paham ke ka ada pembangunan masjid butuh anggaran dari donatur, selain itu donatur sendiri berharap pahala jariyah dari sedekah atau infak untuk pembangunan masjid. Hanya permasalahannya ada risiko, jadi saya ingin ada diskusi untuk semua stakeholder membahas berdasarkan data dan faktanya, dak dari perspek f keamanan saja,” jelasnya. Masih dengan Rama, pihaknya menilai solusi sementara yang dilakukan di Keleyan sangat baik. Harapannya banyak tokoh masyarakat turut andil dalam pembangunan masjid, hal itu bisa meminimalisasi adanya kotak amal tengah jalan. ”Itu solusi yang bagus menurut saya, ar nya kalau ada solusi semacam itu berar dak harus ada lagi kotak amal tengah jalan. Syukur-syukur setelah ada diskusi dengan banyak pihak, pejabat juga i ku t m e ny u m b a n g , s e h i n g ga meminimalisasi adanya kotak amal tengah jalan. Saya pikir itu sangat solu f sekali,” paparnya. Berdasarkan data kecelakaan yang dihimpun LPM SM, Bangkalan menduduki peringkat pertama ko r b a n l a k a l a n t a s d i a n t a r a kabupaten lain di Madura. Tercatat dari Januari sampai September 2 0 1 9 te rd a p at 1 6 4 p e r ka ra , sebanyak 80 korban meninggal

dunia, 89 luka berat, dan 128 luka ringan. Sedangkan urutan berikutnya, Sumenep – dari Januari sampai akhir Agustus tercatat 115 perkara, menelan 53 korban jiwa, 3 luka berat, dan 186 luka ringan. Perihal kecelakaan karena adanya pemungutan amal masjid, Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Bangkalan, Ariek Moein, membenarkan adanya hal tersebut, namun pihaknya dak bisa memberikan data karena bukan wewenangnya. ”A d a s e b e n a r nya , G a l i s d a n Sampang itu ada, hanya secara spesifik datanya ada di lakalantas,” tuturnya ke ka diwawancai (24/10) di ruang kerjanya. Pria lulusan Fakultas Hukum Universitas Merdeka Malang ini m e n g u n g ka p ka n h a l s e n a d a dengan Kapolres Bangkalan, bahwa pihaknya menyarankan untuk patuh sesuai sistem, regulasi, dan hukum, karena sudah ada aturan dan per mbangannya. Lebih lanjut pihaknya juga menyayangkan b e b e ra p a h a l d a l a m p ra k k penggalangan dana. ”Kembali ke regulasi dan ikut sistem, semua ada aturannya. Soal butuh dana, bisa mengajukan proposal ke bagian kesejahteraan masyarakat Pemkab Bangkalan. Jika memang sulit untuk dihindari, se daknya jangan di tengah, semoga nan nya dak ada lagi,” tambahnya.


LAPORAN UTAMA I RISIKO LAKALANTAS DARI PUNGUTAN AMAL MASJID

Masih dengan Ariek, ia mengatakan bahwa adanya delik pidana se ap penyalahgunaan fungsi jalan tersebut dapat memberikan efek jera kepada masyarakat. Selain itu, agar nan nya masyarakat lebih ter b pada aturan yang berlaku. ”Adanya sanksi pidana terhadap pelanggaran fungsi jalan selain untuk kegiatan lalu lintas semes nya juga memberikan efek takut bagi masyarakat yang ingin menyalahgunakan fungsi jalan, untuk kepen ngan pribadi misalnya,” tegasnya. Oleh karena itu, Ariek berharap ada kajian bersama untuk membahas dan mencarikan solusi bersama, ”Harusnya kita bisa duduk bersama,” terangnya. Wakil Gubernur Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Trunojoyo Madura (FH UTM), Zilda Khilmatus Sholikhah, juga menilai kegiatan pungutan amal masjid membahayakan pengguna jalan lainnya. Pasalnya, selain terjadi penyempitan jalan, pengendara harus lebih waspada dengan mengurangi kecepatan ke ka melewa

k penggalangan dana.

”Memang berpotensi membahayakan pengendara. Pertama, karena adanya penyempitan jalan, bapak-bapak biasanya baris di tengah garis pembatas jalan sambil menyodorkan ember atau wadah ke pengendara yang lewat. Kalau personilnya banyak biasanya tepi kanan dan kiri juga berjejer bapak-bapak,” tulisnya melalui pesan singkat. Masih dengan Zilda, mahasiswa asal Gresik tersebut mengaku sudah mengetahui fenomena tersebut sejak menjadi mahasiswa baru. Pihaknya menyarankan agar amal-amal ditempuh dengan jalur lain yang sekiranya dak ada pihak yang dirugikan.

16 LPM-SM I

November 2019

butuh dana, bisa mengajukan “Soal proposal ke bagian kesejahteraan masyarakat Pemerintahan“ Ariek Moein Kepala Dinas Perhubungan KabupatenBangkalan


”Masih ada cara dan jalan lain yang lebih baik untuk ditempuh, misalnya dengan mengajukan proposal pembangunan ke Pemkab karena memang ada dananya. Selain itu, bisa juga membuat acara amal khusus pembangunan masjid dengan mengundang dan minta sumbangan ke warga yang berpenghasilan lebih,” pungkas mahasiswa semester akhir tersebut. Menurut Undang-Undang (UU) yang berlaku, sudah dijelaskan regulasi yang menyangkut jalan dan perhubungan. Mulai dari klasifikasi jalan, permohonan izin penggunaan jalan untuk kepen ngan lain, sampai dengan larangan. Se daknya ada UU Nomor 38 Tahun 2004 tentang jalan, UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan, Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2012 tentang pengaturan lalu lintas dalam keadaan tertentu dan penggunaan jalan selain untuk kegiatan lalu lintas. Pada pasal 15 ayat (2) Peraturan Kepala Kepolisian dikatakan bahwa, penggunaan jalan dapat dimanfaatkan untuk kepen ngan umum dan pribadi. Selanjutnya, dalam pasal 16 ayat (2) dijelaskan penggunaan jalan

bersifat pribadi seper perkawinan, kema an, dan kegiatan lainnya. Hal ini bisa menjadi alasan jika kepani aan masjid hendak melakukan pemungutan dana. Namun sesuai dengan pasl 17 ayat (3) harus melalui mekanisme perizinan, tembusan dari perangkat, dan persetujuan dari aparat setempat. Dalam bagian umum UU Nomor 22 Tahun 2009, pasal 1 ayat (30-33) mengatur keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran dalam berlalu lintas. Lebih lanjut dalam pasal 28 ayat (1 dan 2), pengguna jalan d i l a ra n g m e l a ku ka n p e r b u a t a n ya n g mengakibatkan kerusakan dan gangguan fungsi jalan. Konsekuensi pidana jelas jika pengguna jalan dengan sengaja melanggar pasal tersebut. ”Se ap orang yang sengaja melakukan perbuatan yang mengakibatkan kerusakan dan/ atau gangguan fungsi jalan sebagaimana dimaksud dalam pasal 28 ayat (1) dipidana dengan penjara paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp 24.000.000,00 (dua puluh juta rupiah),” pasal 274 ayat (1) Undangundang Nomor 22 Tahun 2009.


LAPORAN UTAMA I PANDANGAN BERBAGAI PIHAK DAN PERAN UTM ATAS FENOMENA AMAL-AMAL

PANDANGAN BERBAGAI PIHAK

DAN PERAN UTM ATAS FENOMENA

AMAL-AMAL

Teks : Idatus Sholihah & Dina Fitriana

Persoalan adanya penarikan amal jariyah di pinggir jalan untuk sumbangan masjid merupakan fenomena sosial masyarakat yang lazim ditemui di Madura. Sebagai perguruan nggi negeri di Madura, para akademisi Universitas Trunojoyo Madura (UTM) mencoba menilik dari berbagai perspek f yang menjadikan maraknya fenomena tersebut Menurut Achdiar Redy Se awan, dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis ( F E B ) te rs e b u t b e r p a n d a n ga n bahwasannya maraknya fenomena masyarakat yang meminta sumbangan di pinggir jalan tersebut d i l ata r b e ka n g i b e b e ra p a h a l . Pertama, umat Islam butuh tempat ibadah yang dekat dengan pemukiman penduduk, ar nya mereka ingin untuk beribadah dak perlu tempat jauh-jauh karena butuh effort. Di sisi lain, ada hal yang keluar tujuan utama, misalnya masjidnya di Madura tapi meminta sumbangan h i n g ga ke l u a r ko ta d e n ga n membawa proposal. ”Misalkan subuh pagi-pagi buta harus jalan dari rumahnya, 5 KM misalnya maka dak jadi untuk ke masjid akhirnya. Untuk persoalan meminta sumbangan hingga ke luar kota, yang saya miriskan apa akhirnya? S gma bagi orang-orang Madura kan jelek, orang Madura itu peminta-minta bahkan sampai ke 18 LPM-SM I

November 2019

Malang, Surabaya, Sidoarjo, Gresik, imej tentang orang peminta-minta itu kuat,” ungkapnya. Lelaki yang juga menjadi konsultan ekonomi tersebut juga menambahkan, jika dihubungkan dengan teori ekonomi, fenomena tersebut terjadi karena ada persoalan kemiskinan kultural dan struktural. Kemudian untuk menghadapi hal tersebut secara kultural, mindset harus diubah, melalui penyadaran. Kalau struktural memang harus dibantu oleh pemerintah, melalui lapangan kerja, transmigrasi. ”Secara ekonomi struktural dia dak mampu, sawah dak punya, pendidikan dak mampu, skill dia dak punya. Bagaimana mau cari uang? Ya sudah dengan begitu. Kesempatan cari dana masjid sekalian cari uang,” ungkapnya.


Foto : Kegiatan Amal-amal di Paterongan, Kecamatan Galis

Nurkholis Majid, dosen FKis tersebut juga membenarkan bahwasannya mo f yang mendorong mereka itu karena keterbatasan dana pembangunan masjid. Pandangan lain diungkapkan M u z a w w i r, D o s e n F a k u l t a s Keislaman (Fkis) tersebut menilai bahwa akhir-akhir ini fenomena amal yang ada di jalan itu semakin merebak. Padahal dalam hukum Islam sendiri satu daerah atau satu desapun satu masjid sudah cukup, kemudian melebar lebih luas lagi. Penduduk bertambah yang awalnya satu desa bertambah kadang satu desa punya dua masjid bahkan satu dusun punya satu masjid, hal tersebut disebabkan berbagai kemudahan dan keuntungan. �Penyebabnya adalah kemudahan, bayangkan dalam sehari bisa meraup keuntungan 500-600 ribu, kalau misalnya dikalikan seminggu, lalu sebulan. Nah kemudahan yang seper itu. Selain itu juga karena mata pencaharian, diakui atau dak memang ada beberapa k yang seper itu kemudian mereka dak serta merta lillahi taala atau gra s, tentunya orang yang bertugas ada imbalan-imbalan tertentu yang memang dijanjikan pihak masjid sendiri,� ungkapnya.

Selain mo f-mo f penyebab, permasalahan lain adalah adanya prak k pragma s oleh pihak petugas yang meminta sumbangan. Redy mengungkapkan bahwa harus dipas kan lagi, bagi pani a pembangunan masjid itu harus orang-orang yang kredibel, bisa dimintai pertanggungjawaban, baik, amanah. Jadi bisa mengontrol semua pasukan, baik yang di jalan maupun yang keluar kota. Namun, menurutnya sekarang persolannya terkadang kiai menyuruh berangkat ke Malang, Sidoarjo, dan lain-lain dengan bawa proposal, sedangkan seringkali hal tersebut dak tahu akuntabilitasnya. Keadaan tersebut menurut Redy seolah menurunkan harga diri orang Madura. �Menurut saya ini masalah martabat, jadi martabat orang Madura itu adalah suatu hal yang harus dijunjung orang Madura. Ada konsep malu, malu kalau konsep awal ke ka melakukan hal dak baik. Kemudian harus diperlebar lagi saya harus malu jik kita meminta-minta dari masjid, ditaruh mana wajah saya minta-minta ke rumah Allah, tak barokah. Harusnya bagaimana memberi sebanyakbanyaknya bukan meminta sebanyak-banyaknya, itu orang Madura,� terangnya. Fatwa Haram MUI 2011 Silam Pada tahun 2011 silam Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Sampang mengeluarkan fatwa haram atas pungutan sumbangan masjid di pinggir jalan. Meskipun demikian hingga saat ini pemungutan dana masjid pinggir jalan justru semakin merebak, bahkan banyak sekali kasus


LAPORAN UTAMA I PANDANGAN BERBAGAI PIHAK DAN PERAN UTM ATAS FENOMENA AMAL-AMAL

kecelakaan lalu lintas yang terjadi akibat kecelakaan lalu lintas yang terjadi akibat ak vitas tersebut. Dalam hukum Islam ak vitas tersebut. Dalam hukum Islam sendiri hal seper ini memang terdapat sendiri hal seper ini memang terdapat banyak perbedaan. Menurut Muzawwir, hal banyak perbedaan. Menurut Muzawwir, hal tersebut ada yang memperbolehkan dan tersebut ada yang memperbolehkan dan ada yang mengharamkan jika banyak ada yang mengharamkan jika banyak mudhorotnya. mudhorotnya. ”Mudhorot yang pertama ini untuk ”Mudhorot yang pertama ini untuk pengendara yang lewat, kedua untuk pengendara yang lewat, kedua untuk petugas. Dalam hal ini sangat rawan sekali petugas. Dalam hal ini sangat rawan sekali terjadi hal-hal yang dak diinginkan atau terjadi hal-hal yang dak diinginkan atau kecelakaan. Sehingga memang masuk akal kecelakaan. Sehingga memang masuk akal ke ka MUI beberapa tahun lalu ke ka MUI beberapa tahun lalu mengharamkan pungutan-pungutan mengharamkan pungutan-pungutan dengan cara meminta di tengah jalan. dengan cara meminta di tengah jalan. Karena jalanan itu kan ramai dan banyak Karena jalanan itu kan ramai dan banyak kendaraan berat,” ungkap pembina IPNU kendaraan berat,” ungkap pembina IPNU Bangkalan tersebut. Bangkalan tersebut. Di sisi lain, Redy menilai bahwa fatwa MUI Di sisi lain, Redy menilai bahwa fatwa MUI silam termasuk bagian dari penyadaran, silam termasuk bagian dari penyadaran, namun pihaknya mempertanyakan apakah namun pihaknya mempertanyakan apakah itu masih terus sampai ke bawah? itu masih terus sampai ke bawah? ”Seharusnya tokoh agama, terutama kiai di di ”Seharusnya tokoh agama, terutama kiai sekitar sekitarmasjid masjidyang yangdibangun dibangunituitupunya punya peran besar untuk memberi penger an,“ini peran besar untuk memberi penger an,“ini lo lo ada fatwa“. Karena fatwa bisa jalan kalau ada fatwa“. Karena fatwa bisa jalan kalau didengar dan dilaksanakan, ada sanksinya didengar dan dilaksanakan, ada sanksinya mungkin. mungkin.Dalam Dalampenyadaran penyadaranituitubutuh butuh tokoh agama, guru, pemimpin. Semuanya tokoh agama, guru, pemimpin. Semuanya harus harussatu satufrekuensi frekuensiuntuk untukfatwa fatwaini,” ini,” jelasnya. jelasnya. Kholis, Kholis,juga jugamenambahkan menambahkanbahwa bahwatakmir takmir harus memper mbangkan kelayakan harus memper mbangkan kelayakan pembangunan pembangunanmasjid, masjid,selain selainituitujuga juga melihat daya tampung untuk jamaah. ”Di melihat daya tampung untuk jamaah. ”Di beberapa beberapadaerah daerahituitukadang-kadang kadang-kadangyang yang menjadi persoalan masjidnya megah, menjadi persoalan masjidnya megah, jamaah cukup untuk ditampung tapi kok jamaah cukup untuk ditampung tapi kok 20 LPM-SM I

November 2019

masih mau bangun masjid lagi. Ini kan namanya mubadzir, makanya dak heran bahwa ada pengurus MUI yang mengatakan itu haram. Karena memang mo vasinya itu sekadar bermegah-megahan untuk masjid tapi dak pernah memikirkan cara bagaimana untuk memakmurkan masjid itu sendiri,” ungkap lelaki yang ak f di MUI Jawa Timur tersebut. Peran UTM UTM sebagai universitas negeri satu-satunya di Madura menjadi wadah dan penyedia sumber daya ilmu pengetahuan yang dak terbatas. Terlebih lagi sebagai lembaga pendidikan nggi memiliki fungsi tri dharma perguruan nggi. Dalam hal ini fenomena maraknya pungutan sumbangan masjid di Madura dak bisa lepas dari peran UTM. Redy menilai bahwa peran kampus itu ada, karena terdapat tri dharma peguruan nggi. Pendidikan dan pela han, riset melalui lablabnya, kemudian pengabdian masyarakat melalui KKN. Kampus memiliki tanggung jawab sosial. Minimal di sekitar UTM dak ada anak yang minta-minta. Anak-anak harus m e n g e nya m p e n d i d i ka n ka r e n a b i s a mengubah nasib seseorang. Kalaupun dak bisa pendidikan maka pela han, sebab UTM punya skill-skill, misalnya orang manajemen bisa enterpreneur, membuat proposal bisnis kecil-kecilan, memberi dana. Itu tugas kampus dengan bekal ilmu pengetahuan dan anggaran. Unsur pendidikan dan pela han h a r u s m e n j a d i ra n a h k a m p u s u n t u k membenahi ranah kultural dan struktural ini. ”Saya pikir kampus ini punya sumber daya yang besar, anggaran kita milyaran. Saya ndak muluk-muluk, jangan ke Sampang,


Pamekasan, Sumenep, bahkan Bangkalan. Ke Kamal dulu saja lah selesaikan. Ini dak bisa m e nya l a h ka n s at u p i h a k , j a d i h a r u s kolaborasi. Ayo gaet Pemda, Provinsi, kita bicara Madura. Kampus membuat apa? Sistemnya, pemikirannya, bidang 1, 2 riset dan peneli annya seper apa, pengabdian seper apa? Ayo kampus dobrak sistem. Ajak bupa , gubernur jangan sampai ada amal-amal, malu saya. Buat proposal bagus langsung dikirim ke Arab sana, kita punya banyak TKI dan TKW, banyak jaringan di sana. Lalu kita mapping mana yang perlu duluan, mana yang masjid banyak jamaahnya, persaingan sempurna lah,� paparnya. Pihaknya juga menambahkan bahwa amalamal itu adalah hasil akhir dan sebuah akibat. Kalau itu dak dibabat sebabnya maka itu dak akan selesai. Senada dengan hal tersebut, Muzawwir juga mengungkapkan bahwa UTM memiliki peran untuk persoalan ini. Diantaranya harus turun pro ak f dalam menangani fenomenafenomena seper ini melalui menambah dan mempermudah anggaran untuk

pembangunan ataupun relokasi masjid. â€?Saya rasa UTM bisa berperan ak f mendorong pemerintah dalam hal anggaran untuk masjid, tentu dak semuanya, hanya masjid-masjid yang membutuhkan dan sudah terdata serta ada jamaahnya. Karena kita akui atau dak ada masjid yang hanya berdiri tapi sepi dari jamaahnya,â€? papar ketua ISNU Bangkalan tersebut. Adapun solusi dari fenomena tersebut, Kholis menambahkan bahwa umat Islam harus menggerakkan dana zakat, infak, dan sodaqoh sehingga pembangunan masjid diambilkan dari sana dan dak lagi meminta dari pinggir jalan. Selain itu juga dapat bersinergi dengan pemerintah, dalam hal ini memohon bantuan lembaga sosial yang mereka punya orientasi tentang sosial kemasyarakatan. Masjid sebagai basis bermasyarakat dapat dimintakan bantuan ke lembaga-lembaga sosial yang secara ďŹ nansial punya banyak dana.


LIPUTAN KHUSUS I KEMBANG KEMPIS NASIB BECAK

KEMBANG-KEMPIS NASIB BECAK Teks : Bena Icha Aisyah

Keberadaan pengemudi becak di sekitar lingkungan Universitas Trunojoyo Madura (UTM) seper berada di ujung tanduk. Menurunnya minat mahasiswa untuk menggunakan jasa mereka, menyebabkan turunnya pendapatan yang biasa diperoleh. Slamet Riyadi, salah seorang penarik becak mengeluhkan pendapatannya yang merosot tajam beberapa tahun belakangan. Tak jarang, dalam sehari Slamet hanya mendapat Rp10.000 dari hasil menarik becak, ”Akhir-akhir ini sangat sepi, apalagi kalau hari libur. Kadang cuma dapat sepuluh ribu sehari,” ungkapnya. Hal yang sama juga dirasakan oleh Syamsul Arifin. Sehariharinya, paling banyak Syamsul hanya bisa memperoleh Rp80.000. Menurutnya, itu adalah hasil paling mujur saat pelanggan bisa dikatakan ramai. Jika dak, paling mentok sehari hanya mendapat Rp30.000. Pendapatan itu sangat jauh bila dibandingkan dengan tahun-tahun lalu. Sebagaimana yang dituturkan Syamsul, dulu, jika seharian menarik becak di sekitaran kampus, ia bisa memperoleh penghasilan hingga Rp150.000. 22 LPM-SM I

November 2019

Menurunnya pendapatan tersebut mengharuskan para pengemudi becak untuk mencari pekerjaan sampingan. Pendapatan di luar menarik becak itu menjadi hal yang sangat pen ng untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. M e n u r u t Sya m s u l , h a m p i r seluruh rekannya mulai dak memprioritaskan menarik becak sebagai pekerjaan yang utama, ”Saya kerja di sawah, ada sapi, maupun kambing. Apabila saya bekerja ini saja, daklah cukup. Memang, tukang becak pas ada sampingan, entah itu bertani m a u p u n m e n g g e m b a l a ,” ungkapnya. Saat ditanya mengenai penyebab menurunnya penghasilan para penarik becak, Syamsul menduga adanya ojek mahasiswa jadi salah satu penyebabnya.


Mulai maraknya ojek online yang dipromotori mahasiwa, sehingga menyebabkan turunnya minat mahasiswa untuk menggunakan jasa angkutan becak. Tr i S u s a n , m a h a s i s w i p r o d i Sosiologi, membenarkan pandangan tersebut. Ia mengaku lebih suka menggunakan jasa ojek online daripada becak. Menurutnya, tarif yang ditawarkan para driver ojek lebih murah dari pada tarif yang harus dikeluarkan apabila menggunakan jasa becak, ”Kami sebagai mahasiswa butuh yang murah, karena mahasiswa memang sukanya begitu. Sedangkan becak harganya agak mahal. Saya juga pernah punya pengalaman naik becak dari lampu merah sampai ke asrama tarifnya mencapai 20 ribu,” ungkapnya. Tidak hanya persoalan tarif belaka, Susan juga menambahkan, dibanding becak, ojek online memiliki banyak nilai lebih lantaran baragamnya fasilitas dan jasa yang ditawarkan, ”Saya tetap memilih ojek juga karena fasilitasnya banyak, seper bisa mengantarkan makanan. Untuk itu, saya rasa becak motor memang harus melakukan inovasi baru maupun menurunkan tarifnya,” sarannya.

Berbeda dengan Susan , Nanin hardiyan , Mahasiswi Fakultas Pertanian, mengaku lebih suka terhadap kendaraan umum seper becak daripada ojek online. Ia menjelaskan bahwa kegiatan seper mengangkut barang hanya bisa dilakukan oleh becak, bukan ojek online, ”Saya juga dak pernah naik-naik ojek,” ungkapnya. Belakangan, ojek online memang menjadi fenomena yang tumbuh dengan subur di kalangan mahasiswa, Wasiuddin, mahasiswa prodi Sosiologi yang juga pengemudi ojek online mahasiswa, berkisah bahwa ojek online bermula dari dua mahasiswa UTM, prodi Sosiologi, yang menciptakan Low Cost Transport (LCT) pada tanggal 14 Februari 2018. Tujuan didirikannya LCT adalah untuk mempermudah transportasi mahasiswa. Dengan memanfaatkan WhatsApp sebagai media operasional, saat ini keberadaan LCT sudah dikenal luas oleh kalangan mahasiswa UTM. Terhitung, ada lima grup WhatsApp yang ak f menerima pesanan konsumen dan satu grup khusus untuk driver, “Saat ini LCT memiliki sekitar 50 driver untuk menangani kebutuhan mobilitas transportasi mahasiswa,” jelas Wasiuddin, yang juga terda ar sebagai anggota LCT. Selanjutnya, Wasiuddin juga menjelaskan bahwa LCT menawarkan berbagai kemudahan layanan untuk mahasiswa, seper order melalui WhatsApp, melakukan pembelian barang, serta memesan makanan. Hal ini menurutnya, yang menjadi kelebihan ojek online sehingga mulai banyak dimina kalangan mahasiswa. Keuntungan menjadi ojek online sudah dirasakan oleh Dimas Agus yani, mahasiswa Sistem Informasi angkatan 2017. Dimas mengaku sudah bergabung menjadi anggota ojek online mahasiswa sejak tahun 2018. Pekerjaan ini ditekuninya ke ka ia melihat keuntungan apabila menjadi anggota ojek online. ”Saya melihat teman-teman banyak yang ikut ojek online. Biasanya saya narik ojek hari Sabtu dan Minggu, kadang juga di hari-hari biasa asal tetap di luar jam perkuliahan,” jelasnya.


LIPUTAN KHUSUS I KEMBANG KEMPIS NASIB BECAK

Syarat-syarat yang diajukan untuk bergabung menjadi driver, menurut Dimas juga terbilang mudah. Pengemudi atau driver hanya perlu mempunyai sepeda motor serta memahami daerah Telang untuk persyaratan menjadi anggota. Alarm Untuk Pengemudi Becak

masyarakat di sini. Kalau menurut saya masih dak apa-apa jika menurut mereka menjadi tukang becak masih menguntungkan,” jelasnya. Meski minat mahasiswa untuk menggunakan becak semakin turun, Medhy tetap memandang jika becak tersebut masih perlu untuk dipertahankan. Sebab menurutnya

Menurut dosen Sosiologi UTM, Medhy Aginta

dak semua masyarakat di sekitar Telang

Hidayat, menurunnya minat mahasiswa untuk

memahami adanya perubahan dan

menggunakan moda transportasi becak serta

menganggap bahwa becak sudah ke nggalan

menjamurnya ojek online di kalangan

zaman. Sehingga menurutnya, sebuah tarif

mahasiswa, menjadi alarm untuk para

bukanlah suatu alasan untuk meniadakan

pengemudi becak agar segera berbenah. Lebih

sesuatu. ”Kita dak bisa ngomong, ini ada yang

lanjut, dirinya mengungkapkan, ada sebuah

lebih murah. Kalau memang mau digusur kita

pendekatan spesifik yang diperlukan untuk

harus memikirkan, apakah yang lain juga mau

membuat para tukang becak menyadari

menerima?”

pen ngnya kreasi dan inovasi. Terlebih lagi, memper mbangkan banyaknya tawaran dan

Terakhir, pria lulusan University Of Missouri –

kemudahan yang lebih banyak didapat dari

Columbia itu menekankan, agar se ap

ojek online.

perubahan harus memper mbangkan berbagai aspek. Diantara aspek-aspek yang

Meskipun demikian,

perlu perha an itu

Medhy menganggap

adalah aspek budaya

bahwa belum menjadi

dan aspek sosial.

darurat jika becak digan kan dengan alat transportasi lain seper ojek online, ”Selama masih ada konsumen ya n g m e m b u t u h ka n , m a ka

dak masalah.

Kalau becak dak ada juga dak mengubah 24 LPM-SM I

November 2019

Penarik becak menunggu penumpang di sekitar UTM


LIPUTAN KHUSUS I TEKAN KRIMINALITAS DI SEKITAR UTM

TEKAN KRIMINALITAS DI SEKITAR UTM Teks : Elvira Z. Masʼudah

Dhea Nindy Hari Aprilia, mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Trunojoyo Madura (UTM) mengalami nasib malang. Ia kehilangan sepeda motornya di Graha Trunojoyo, Telang, Sabtu (6/4). Saat itu, Dhea tengah mengerjakan tugas organisasinya. Saat melapor ke pihak yang berwenang, Dhea malah merasa sia-sia, sebab ia hanya ditanya mengenai kronologi dan diberikan surat laporan saja. Sedang sampai saat ini, dak ada pemberitahuan l e b i h l a n j u t te r ka i t p e r ke m b a n ga n laporannya tersebut. Sementara itu, Kepala Unit Intelejen Polisi Sektor (Polsek) Kamal, Irawanto malah memandang ndak kriminalitas yang terjadi di daerah Telang banyak disebabkan oleh keteledoran korban. Sebagian besar korban seper melupakan hal pen ng yang kelihatannya sederhana, seper lupa m e n c a b u t k u n c i a t a u m e m b i a r ka n

sepedanya dak dikunci ganda, ”Dalam kasus yang kita temukan, banyak korban yang lalai terhadap barang pribadi mereka dengan berbagai alasan,” kata Irwan saat ditemui di ruangannya, Jumat (24/10). Kejadian kriminalitas, sebagaimana yang kemudian dijelaskan Irawanto, disebabkan oleh dua hal, yaitu niat dan kesempatan pelaku. Jika kedua hal tersebut bulat, maka persentase peluang ndak kejahatan akan besar terjadi. Oleh karenanya, tugas dari kepolisian ataupun Aparat Penegak Hukum (APH) adalah menggagalkan niat dan keinginan dari pelaku dengan bermitra bersama semua elemen. Salah satu bentuk pencegahan yang dilakukan pihak kepolisian adalah dengan melakukan patroli ru nan. ”Bagaimana antara niat dan kesempatan pelaku itu dak bisa diwujudkan, ini adalah tugas dari pihak kepolisian, utamanya Polsek Kamal. Kita juga sudah berupaya melakukan patroli,” ujarnya


LIPUTAN KHUSUS I TEKAN KRIMINALITAS DI SEKITAR UTM

Di sisi lain, keadaan demografis UTM yang bersifat heterogen, menurut Irawanto, menjadi sasaran empuk bagi pelaku n d a k ke j a h a t a n . Pe l a k u , d a l a m melaksanakan aksinya sudah membaca pola-pola mahasiswa. Irawan juga menjelaskan jenis pencurian yang berbeda-beda. Diantaranya, pencurian biasa, pencurian yang dilakukan bersamasama, dan pencurian dengan kekerasan sebagaimana yang tercantum dalam pasal KUHP 362, 353, dan 365. Beberapa upaya kepolisian untuk menekan angka kriminalitas di sekitar UTM sudah dilakukan. Diantaranya dengan memasang beberapa pos, salah satunya di mur kampus. Selain itu dilakukan pula patroli serta penjagaan di sekitar kampus. Adapun untuk penyebaran informasi secara menyeluruh, pihak kepolisian sudah melakukan upaya sosialisasi untuk masyarakat dan khususnya mahasiswa. Tapi lewat semua upaya itu mahasiswa harus menjadi pintar dengan menjadi polisi bagi dirinya sendiri. Hanya saja mengenai sosialisasi, Irawanto menganggap mahasiswa terlalu abai. Ia menilai mahasiswa sering mengentengkan sosialisasi yang sudah sering diberikan pihak kepolisian. Oleh karenanya, konsep penanggulangan yang hendak dijalankan kadang dak sesuai dengan apa yang diharapkan. ”Jika ada yang bertanya kita melakukan sosialisasi, sudah dilakukan. Kita sudah memberi himbauan dan mengingatkan. 26 LPM-SM I

November 2019

Namun percuma saja jika semua hal itu dianggap enteng bagi adik-adik. Ya dak bisa jalan semua konsep menanggulangi tersebut,” keluh Irawan. Kriminalitas dalam Kampus UTM Unit Kegiatan Mahasiwa (UKM) Pramuka pernah mengalami kejadian kehilangan barang pada tanggal (21/5) yaitu dua buah laptop lengkap dengan charger beserta tasnya. M. Nur Khozin, sebagai Ketua Umum langsung melaporkan ke j a d i a n te rs e b u t ke p a d a s at u a n pengaman (satpam) sekitar untuk mengkonfirmasi kehilangan dua buah laptop tersebut. Ke ka pihak keamanan kampus ditemui, Su lan Firdaus selaku Komando Regu (Danru) satpam kampus menjelaskan jika semua kehilangan yang berada di area kampus UTM merupakan tanggung jawab satpam. Sebab, tugas satpam adalah mengamankan area kampus. Namun, menanggapi kasus hilangnya laptop yang terjadi di sekretariat bersama (sekber) itu, Su lan berkelih kalau hal tersebut murni kesalahan dari mahasiswa. ”Kehilangan laptop tetapi dak jebol pintunya, itu bisa dimungkinkan orang terdekat yang mengambilnya. Mereka juga keliru, sebab sistemnya kalau kita meninggalkan barang itu harus melapor kepada satpam agar diinventaris oleh pihak keamanan kampus,” jelasnya. ”Se ap gedung kan ada petugasnya, nah, itu ngomong kesana. Jangan langsung ke wakil rektor. wakil rektor kan gatau apa-


sepenuturan Firman, orang melakukan kejahatan bisa dilakukan dengan direncanakan ataupun mempelajari pola hidup yang secara terus menerus terjadi. Sampai saat ini, banyak persoalan yang belum menemukan jawaban terkait kejahatan di kampus, menurut Firman, belum adanya kajian yang sahih terhadap kriminalitas itu, didukung oleh dua hal. Yang pertama, keterbukaan informasi yang bisa dikumpulkan oleh aparatur penegak hukum, kedua, keterlibatan pihak dari kampus untuk serius mengkaji kasus keamanan tersebut.

Tercatat 150 satpam menjadi tenaga kemanan di UTM. Se ap gedung fakultas juga dilengkapi dengan pos penjagaan. Oleh karenanya, Su lan berharap kepada mahasiswa agar melaporkan kehilangan atau ndak kriminal di dalam kampus kepada satpam yang bertugas. ”Se ap gedung kan ada petugasnya, nah, itu ngomong kesana. Jangan langsung ke wakil rektor. wakil rektor kan gatau apaapa,” jelas Su lan. Maraknya kriminalitas di dalam dan luar UTM, menurut Firman Arif Pribadi, Dosen Kriminologi Fakultas Hukum UTM, perlu dian sipasi dengan pola yang dak bisa dibaca oleh pelaku. Sebab, UTM memiliki ciri khas ak vitas yang berbeda dengan masyarakat pada umumnya,

APH dan pihak kampus memiliki tanggung jawab untuk menekan angka kriminalitas di UTM. Dua pihak itu memiliki kewajiban untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang kondusif, ”Se ap peran itu memiliki tanggung jawab masing-masing,” terang Firman. Menanggapi ngkat kriminalitas yang ada di sekitar Telang, Sayadi, tokoh masyarakat Telang mengatakan untuk menanggulangi kriminalitas di area Telang dan sekitarnya telah diadakan sosialisasi kepada masyarakat untuk selalu waspada. Selain itu, pihak desa telah melakuan kerjasama dengan Polres Bangkalan dan Polsek Kamal. Kerja sama tersebut menghasilkan pendirian pos pengamanan, salah satunya ada di mur kampus . Pos yang beroperasi 24 jam penuh diisi petugas dari polisi dan satpam kampus UTM, dirasa dapat menekan angka kriminalitas yang ada di UTM. Selain itu, penjagaan bukan hanya dilakukan di sekitar pos saja tetapi berkeliling sepanjang jalan Telang hingga mur kampus. Terakhir, Sayadi menyarankan agar mahasiswa tetap berha -ha dan meningkatkan kewaspadaanya agar dak menjadi korban. ”Kewaspadaan dari diri mahasiswa sendiri, agar dak menjadi sasaran empuk. Dan untuk yang mahasiswi kalau bisa dak usah pakai motor ma c, bawa motor jelek-jelek saja, karena begal dak mau mengambilnya,” pungkasnya.


FOTOGENIAL

ESAI

FOTO

Astutik,

ANTARA HARAPAN PRIBADI DAN KRITIK SOSIAL Teks : Birar Dzillul Ilah Ada sebuah asumsi kuat, bahwa hukum dak akan pernah memandang perasaan, sampai kapanpun itu. Seper tempo lalu kita dihebohkan dengan revisi KUHP, bahwa gelandangan akan dijatuhi delik pidana. Tentu, hal ini bertentangan dengan janji Jokowi ke ka kampanye, pihaknya terus menggaungkan akan ada program kartu prakerja. Sampai sini, saya dak bermaksud mengarahkan agar pembaca yang bijak menanggap bahwa Astu k adalah seorang gelandangan.

Sebelumnya, sebagian dari kita mungkin asing mendengar nama Astu k, namun saya yakin dak untuk sosoknya – seorang ibu yang selalu membawa putrinya 'mangkal' sekitar Universitas Trunojoyo Madura (UTM). Perempuan dari sembilan anak tersebut seolah mendapat fatwa haram untuk manja akan kerasnya hidup. Berharap agar hidup lebih baik harus ia ingat ke ka matanya masih terbuka. Putri bungsunya, masih kelas dua Sekolah Dasar, Yayuk, harus ikut ibunya sepulang sekolah dengan harapan hidup yang lebih baik. Ke ka saya temui, Astu k mengaku sudah menjalani setengah abad hidupnya. Kala itu siang sedang teriknya-teriknya, hanya bermodal topi dan selembar kain untuk anaknya agar panas dak bersentuhan langsung dengan kulit mereka. Selain itu, mikrofon dan sound selalu dibawa untuk ngamen menjelang sore ba.

28 LPM-SM I

November 2019

Pada pertemuan itu, Astu k tengah duduk di depan Gedung Pertemuan UTM. Dalam ha kecilnya, ia berharap uluran tangan dari orang sekitar. Namun, tak jarang orang hanya berseliweran seper di pasar malam, datang dan pergi begitu saja. Tidak jarang memang ada mahasiswa yang berbaik ha untuk berbagi sedikit rezeki kepada Astu k. Perihal memberi, menurut saya bukan lantaran


memiliki lebih, tapi lebih pada membayangkan dan tahu bagaimana rasanya sengsara tak berpunya. Astu k memang bukanlah satu-satunya yang berada pada posisi sulit, apalagi harus berharap pada hal-hal yang kurang pas . Masih banyak Astu k-Astu k lain di Indonesia. Sebagaimana data yang diunggah Badan Pusat Sta s k (BPS) pada Juli lalu, se daknya masih ada 25,14 juta orang

miskin di Indonesia, atau 9,41 persen dari total populasi – ini yang tercatat. Dari angka-angka tersebut, sebagian dari kita berpikir kalau orang dengan kondisi macam Astu k adalah sebuah kelumrahan, itu dak benar. Lebih tepatnya itu hanya pembenaran untuk menutupi ke dakmampuan mereka untuk berkontribusi. Pembenaran-pembenaran semacam itulah yang mengikis rasa kemanusian kita se ap harinya. Syahdan, adakah dari kita yang pernah berpikir bahwa orang seper Astu k bukan siapa-siapa, bukan ďŹ gur, belum tentu pendapat atau deritanya akan mendapat simpa dari orang lain. Dia bukan Wiranto yang mengalami sedikit kesedihan lalu diperbincangkan banyak kalangan, dia juga bukan Setya Novanto yang menabrak ang listrik dan diberitakan di media-media, orang seper Astu k dak seper mereka. Lalu, siapa yang akan bersimpa dan membicarakan Astu k di warung-warung kopi?


FOTOGENIAL

Selanjutnya ini juga menjadi pukulan keras untuk UTM khususnya, bahwa kampus masih dikelilingi mereka yang kesejahteraannya dipertanyakan. Visi-misi baik dari fakultas atau universitas seolah menjadi jargon administrasi belaka. Jurnal atau skripsi yang lahir dari tangan mahasiswa UTM selama ini masih sebatas jadi bahasan akademis. Lalu, jika semua dituntut membahas, siapa yang gerak? Sampai sini, di periode kedua Jokowi – seharunya membuat gebrakan untuk memperbaiki pola-pola ke mpangan dalam masyarakat. Mulailah menyuruh para ahli untuk berdebat tentang rekayasa sosial, dan mulailah mengkampanyekan realitas sosial. Perihal hukum yang dak berperasaan, biarlah tetap menjadi seper robot. Sedangkan untuk kesejahteraan adalah lain cerita – karena hal ini sakral menurut saya. Jika semua perut rakyat diperjuangkan secara merata, sedikit kemungkinan orang berpikir jualan secara ilegal, mencuri, dan hal-hal melawan hukum lainnya. �Orang mencuri itu karena dia lapar dan dak punya untuk membuat perutnya kenyang,� tutur kakek saya setelah beberapa pohon pisangnya dicuri orang.

30 LPM-SM I

November 2019



OPINI I PSEUDO PEMBANGUNAN MASJID

PSEUDO PEMBANGUNAN MASJID

pendapat terkait pembangunan masjid secara megah. Pertama, adalah dari kalangan Mazhab HanaďŹ . Dalam Kitab Al Mabsuth, misalnya, Imam As Sarkashi Al HanaďŹ berpendapat bahwa dak masalah memegahkan masjid, termasuk melapisi ďŹ sik Teks : Alvi Awwaliya bangunannya dengan cairan Walau sudah lulus, saya pikir tak ada salahnya mengunjungi emas. Mereka yang sepakat kampus. Ada yang menarik pandangan saya ke ka memasuki dengan pendapat pertama ini gerbang kampus. Terdapat pembangunan masjid yang biasanya menggunakan terletak tepat sebelah kiri jalan masuk ke kampus. pedoman Surah At-Taubah ayat 18, yang berar Semula semua nampak dak ada yang aneh, sampai saya menemukan papan anggaran. Disana tertulis total dana sebesar 9 milyar rupiah. Seke ka saya ingat, dana yang diperlukan untuk pembangunan beberapa masjid memang dak bisa dibilang sedikit, baik di kampus atau bahkan di berbagai daerah.

Saya dak bilang bahwa membangun masjid secara bermegah-megahan itu dak boleh. Namun, terdapat ga perbedaan

32 LPM-SM I

November 2019


“Hanya yang memakmurkan masjidmasjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari Kemudianâ€?. Pendapat kedua, oleh Imam Malik yang menyatakan bahwa membangun masjid dengan megah adalah makruh yang berar dak haram tetapi dak pula dianjurkan. Sedangkan pendapat ke ga berasal dari Mazhab Hambali dan Mazhab SyaďŹ 'i, justru menyatakan larangan memegahkan masjid. Bermegahmegahan dalam membangun masjid adalah haram hukumnya, sebab ndakan itu tergolong kemunkaran karena berlebih-lebihan. Tindakan itu juga dianggap dapat melukai perasaan kaum dhuafa.

Namun hakikat sebuah masjid dak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, namun pula menjadi pengukur dan indikator dari kesejahteraan umat baik lahir maupun ba n. Boleh lah kita membangun masjid yang menaranya mencakar langit, tetapi harus diiku mutu pemberdayaan, sehingga masjid terkesan mampu memberikan manfaat sosial bagi masyarakat seper pusat kebudayaan, ekonomi, pendidikan, pusat dakwah,kegiatan umat, pembinaan, informasi, konsultasi, rehabilitasi, zikir, dan masih banyak lagi yang lain.

Revitalisasi Masjid

Masjid sebagai wadah kegiatan umat Islam dak terpaku pada berapa banyak dana yang dibutuhkan untuk pembangunan, akan tetapi sudah seberapa jauh masjid berfungsi dalam kemaslahatan umat. Apakah dana yang dikeluarkan telah sejalan dengan antusiasme masyarakat untuk mendatangi masjid? Itu yang harus kita pikirkan dewasa ini.

Sebagai rumah ibadah, masjid sangat perlu untuk didirikan. Terlebih di Indonesia mayoritas masyarakat memeluk agama Islam. Sehingga kita pas lebih banyak melihat bangunan masjid daripada tempat ibadah yang lainnya. Tidak mengherankan pula apabila kita melihat bangunan masjid yang megah berkilauan, itu bisa berar bahwa umatnya memiliki kepedulian nggi t e r h a d a p keberlangsungan peribadatan p e m e l u k agamanya

Masjid kini laksana monumen atau tugu yang sangat iconic di suatu daerah. Bahkan b eb erap a d aerah terken al karen a kemewahan masjidnya. Pemerintah bangga, para ulama bangga, tokoh-tokoh dan pembesar keagamaannya tak kalah girang karena masjid di daerahnya terkenal dan masuk di berbagai stasiun televisi nasional. Lalu dengan waktu yang sangat singkat menjadi des nasi wisata yang ramai pada hari-hari libur sedangkan pada hari lain sepi pendatang. Menyedihkan. Bahkan lebih sedih lagi, masjidnya sudah megah tapi rumah rumah penduduk di belakang masjid masih banyak yang tak layak huni. Para warga se ap hari hidup serba kurang dan dilanda ke l a p a ra n . A n a k- a n a k b a ny a k d a k mengenyam pendidikan, sedangkan orangorang kaya itu berlomba-lomba mencatatkan


OPINI I PSEUDO PEMBANGUNAN MASJID

namanya sebagai donatur masjid-masjid mewah. Semoga kemegahan masjid dak menggolongkan kita sebagai umat yang melampaui batas sebab dak lah baik melebihkan sesuatu, seper Firman Allah "janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah dak menyukai orango r a n g y a n g m e l a m p a u i b a t a s .� [ A l Baqarah/2:190]. Membangun masjid dengan meminta-minta Saya sekali lagi dak akan berbicara mengenai haram atau daknya membangun masjid secara megah. Yang pas jumlah uang milyaran rupiah untuk membangun masjid dak sedikit bagi saya atau bahkan bagi orang lain. Maka, dak heran dengan banyaknya biaya yang diperlukan untuk pembangunan masjid yang diharapkan megah, masyarakat kesulitan untuk mendapatkan anggaran dana. Cara yang kerap ditempuh dak lain adalah mengadakan pengalangan dana terbuka pada ruas jalan raya utama terdekat pembangunan masjid. Jika kita berkunjung ke Madura, kita akan dengan mudah menemukan kegiatan tersebut. Saya rasa kegiatan tersebut dapat dibilang "bener nanging ora pener" atau dalam bahasa Indonesia berar benar tetapi d a k t e p a t . B a i k d i a n a l o g i ka n j i ka penggalangan dana tersebut memang diperuntukkan pembangunan masjid. Namun, dak tepat karena kegiatan tersebut dilakukan di ruas jalan raya utama. Selain menganggu keter ban, dana yang terkumpul juga kerap disalahgunakan untuk kepen ngan pribadi ap penjaga pos penggalangan dana. Jika sudah demikian, kegiatan yang dilakukan untuk memperkaya diri sendiri bukan untuk kemaslahatan umat dapat dikatakan sebagai mengemis. Padahal agama Islam mengemis 34 LPM-SM I

November 2019

adalah perbuatan yang dilarang. Seper sabda Rasulullah, "Barangsiapa meminta-minta kepada manusia harta mereka untuk memperbanyak hartanya, maka memang dia meminta bara api.� Mengumpulkan Donatur Saya akan mengajak kita sedikit menengok sekitar 13 abad yang lalu, se daknya terdapat dua fungsi pokok yang diemban masjid yakni fungsi keagamaan dan fungsi sosial. Sebagai fungsi keagamaan, masjid mempunyai p e ra n a n p e n n g d a l a m m e m b e r i ka n kenyamanan beribadah dan berdakwah. Sementara itu, sebagai fungsi sosial, masjid mempunyai tanggung jawab besar dalam mempersatukan umat Islam periode awal dalam pembentukan peradaban baru. Mengingat fungsinya masjid memang merupakan tempat yang menunjukkan sarana pen ng dalam beribadah, berdakwah serta bersosial serta pengajaran. Maka se daknya dana yang diperoleh untuk pembangunan memang berasal dari aliran dana yang baik. Jumlah dana yang besar dapat dikumpulkan dengan cara, mengumpulkan masyarakat untuk penentuan donatur serta iuran secara ru n. Sehingga kegiatan penggalangan dana dak dilakukan di jalanan. Selain itu mengajuan proposal pada organisasi yang dirasa mampu juga dapat menjadi salah satu alterna f . Tim yang dibentuk nampaknya juga harus benar-benar dapat dipercaya, sehingga dak ada yang menyalahgunakan dana apalagi menjadikan kegiatan penggalangan dana menjadi sebuah profesi. Pasalnya, membangun masjid bukan hanya sekadar infrastruktur. Lewat prinsip ukhuwah dalam dan dialog dapat pembentuk suatu peradaban.


FEATURE I SETITIK SAHAJA DI SUDUT REKTORAT

SETITIK SAHAJA

DI SUDUT REKTORAT Teks : Yulia Rahmatika

Dengan ramah ia membantu m a h a s i s w a y a n g b e r ke p e n n g a n d e n g a n urusan akademik. Senyum lembutnya disegani m a h a s i swa . I a m e l aya n i mahasiswa dan pimpinan sepenuh ha , seper untuk kepen ngan legalisasi ijazah atau keperluan tanda tangan pimpinan. Ada rasa tanggung jawab besar dalam dirinya, ada sepatutnya ia benarbenar ingin mengabdi.

Hari sudah menjelang sore, kertas Raden Bagus Muhammad Romadhon di ruangannya terlihat penuh dengan tulisan. Sebagai staf Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan (BAAK), ia selalu mencatat kejadian apapun yang ada di hari itu. Mahasiswa sering masuk dan keluar di ruang itu untuk menemuinya. Hari itu, Jumat (25/10), dengan semangat ia mengantar mahasiswa ke mana yang jadi tujuan mereka. Walaupun, hanya sekedar bertemu staf BAAK yang lain.

Raden Bagus Muhammad Romadhon, lahir 5 Desember 1967. Ia berasal dari Sumenep. Dulu ia berkuliah di Universitas Bangkalan (UNIBANG) atau yang sekarang menjadi UTM, ia mengambil jurusan Ilmu Hukum di Fakultas Hukum dan lulus tahun 1993.


FEATURE I SETITIK SAHAJA DI SUDUT REKTORAT

Di usianya yang ke-52, ia mengungkapkan kalau 6 tahun lagi akan masuk masa pensiun, ”Saya Staf Pelayanan, saya mengurusi surat, seper surat masuk, surat keluar. Seper surat bidikmisi yang butuh tanda tangan kepala BAAK. Kalau dak ke sini dak bisa, di sini sudah prosedur,” tambahnya. Romadhon nggal di Junok, dekat Rumah Sakit Bangkalan. Jika ia berangkat kerja ia selalu menumpang angkutan kota. Ia dak memilki sepeda motor, hanya sepeda ontel yang ada di rumahnya. Gaji bulanannya sebagai pegawai negeri sipil, ia pakai untuk biaya anaknya yang sekolah. Alasan lain Ramadhon hanya naik angkot saat berangkat kerja juga dilatarbelakangi riwayat penyakit yang diidapnya sejak kecil, epilepsi, “Waktu umur 8 bulan saya terkena step, lalu dak ditangani padahal kalau punya step itukan di durkan di tanah. Dulu orang tua enggak menger . Step kan panas dan terus saya jadi kejang,” ungkapnya. Terhitung sejak 2001, Romadhon sudah mengabdi selama 18 tahun di UTM. Se ap harinya, ia senan asa mencatat pekerjaan dan kebutuhan mahasiswa. Dibawanya semacam rekapan catatan yang ia tulis dengan rapi, kemana pun ia pergi. Rekapan catatan itu menjadi buk ngginya komitmen Romadhon dalam bertugas. Seper kata Supriyanto, Meski Romadhon belum biasa menjalankan komputer lantaran riwayat penyakitnya, namun untuk urusan administrasi selalu baik baik. Sebab Romadhon selalu punya cara. Untuk m e n u t u p i ke k u r a n g a n n y a t e r h a d a p komputer, Ia selalu mencatat se ap hal di kertas yang dibawanya. 36 LPM-SM I

November 2019

”Kalau ia dikasih tanggung jawab pas selesai. Kita kan dak mencari kelemahannya. Yang terpen ng ia menjalani tugasnya, dan peduli terhadap mahasiswa. Apalagi kita ini bidang akademik, dan pelayanan itu kan pen ng.” tambahnya Sebagai kepala BAAK, Supriyanto juga memiliki kesan tersendiri terhadap pribadi Romadhon. Meurutnya, pria yang sudah satu setengah tahun bekerja bersamanya itu, merupakan pribadi yang ter b. Selain dinilai ter b administrasi, Supriyanto juga menilai Romadhon sebagai orang baik yang memiliki jiwa besar. Dari sudut pandang Supriyanto, Romadhon dinilai amat peduli pada mahasiswa yang butuh akan pelayanan darinya. ”Ia disiplin juga rapi sekali, biarpun nyari tetapi dak ketemu, pas dia mencatat kemudian melapor kepada saya. Kalau kemana-mana ia pas juga bilang kepada saya, mau ke masjid atau mau makan, ataupun yang lainnya, dia memang ter b,” kata Supriyanto kagum. Sebelum bekerja sebagai salah satu staf di BAAK UTM, Romadhon sempat menjadi takmir di salah satu masjid. Sejak 2001, ia kemudian pindah bekerja di UTM, awalnya sebagai staf perencanaan, tetapi seiring berjalannya waktu dan perubahan program, Romadhon dipindah ke bagian BAAK ”Ia bilang kepada saya 'Pak, saya disuruh kemana aja enggak apa-apa asal jangan komputer'. Ya sudah dak apa-apa di sini. Saya malah dibantu olehnya, kalau dak ada ia kan bisa jadi amburadul,” kenang Supriyanto. Untuk menjadi seper Romadhon, memang dibutuhkan pengabdian yang besar, ungkap


Supriyanto. Kalaupun kepala belum pulang, ia juga dak akan pulang, kecuali pimpinan menyuruh pulang duluan. Kenapa ia seper itu, ia menjawab karena ia takut sama orang tua, kan ada sebuah hadist yang mengungkapkan, 'bukanlah termasuk golongan kami orang yang dak menyayangi yang lebih muda atau dak menghorma yang lebih tua'.

Kesederhanaan Jadi Prinsip Prinsip hidup Romadhon adalah ”sederhana saja tak perlu bermewah-mewah”. Inilah yang menjadikan ia selalu menyukai kesederhanaan dalam hal apapun. Ia mengungkapkan dak punya keinginan atau angen-angen yang nggi, ia mengaku hanya takut kalau sudah ma pada suatu hari nan , hal itu yang selalu ia pikirkan. ”Seper cicilan rumah Alhamdulillah sudah lunas. Saya dak punya sepeda motor, hanya sepeda ontel. Istri saya orang yang sederhana, yang dak banyak meminta-minta kepada saya,” katanya. Romadhon baru menikah ke ka menginjak usia 36 tahun. Bukan tanpa alasan, ia memegang teguh amanat yang diberikan orang tuanya terkait pernikahan. Romadhon harus memiliki pekerjaan lebih dulu sebelum menikah, demikian pesan orang tuanya.

Etos kerja yang dibangun Romadhon juga perlu diteladani. Baginya, semua pekerjaan sama asalkan halal. Kerja dimanapun, baginya tak jadi masalah asal tetap mengusung nilainilai kebaikan, ”Kerja dimana saja baik yang pen ng halal dan gak neko-neko,” pesannya. Selain bekerja di BAAK, dia mengaku juga pernah ditawari bekerja sebagai guru madarasah di tempat nggalnya. Namun waktu yang jadi kendala. Guru madrasah mulai mengajar dari pukul dua sampai lima s o re . S e d a n g p e ke r j a a n nya d i BA A K mengharuskan ia pulang, bahkan sampai maghrib ba. Untuk menambah pemasukan, Romadhon mengumpulan kardus dan botol dari acaraacara yang digelar pimpinan. Disimpannya untuk dijual setahun sekali. ”Setahun saya bisa mendapatkan bisa 800 ribu, kalau satu bulan bisa 20-30 ribu,” ucapnya.

Sederhana saja tak perlu bermewah-mewah.


NEWS FLASH I MINIMNYA PENGELOLAAN SAMPAH UTM Teks : Birar Dzillul Ilah

MINIMNYA PENGELOLAAN

SAMPAH UTM Keberadaan Tempat Pembuangan Sementara (TPS) Universitas Trunojoyo Madura (UTM) di sebelah selatan gedung asrama UTM dinilai belum efek f. Pasalnya hal tersebut berada di dalam lingkungan kampus, dekat dengan asrama mahasiswa, selain itu juga dak adanya pengelolaan lanjutan terhadap sampah-sampah tersebut. Selain perihal tempat, Komandan Resimen Mahasiswa Sakera, jumlah TPS juga disoro Wahib Husni Tamrin, menilai dari beberapa oleh mahasiswa Ilmu aspek penempatan TPS saat ini masih kurang Pertanian, Mazmur Daud, tepat. Selain itu pihaknya menyarankan agar pihaknya mengang gap pihak kampus memiliki TPS sampah di luar bahwa pihak kampus se daknya memiliki dua kampus, karena saat dilakukan pembakaran sampai ga TPS. Selain itu dalam pengelolaan bisa menyababkan polusi. sampah dak sebatas dibakar saja, melainkan ”Setahu saya tempat sampah sekarang, yang bisa didaur ulang. kayak bak itu cuma satu, saya rasa masih ”Sampah banyak jenisnya, ada organik dan kurang efek f. Harusnya UTM punya anorganik. Sampah yang diciptakan alam, pembuangan sampah di luar, soalnya kalau pohon, rumput, itu bisa diolah menjadi pupuk. dibakar dalam kampus kan menyebabkan Itu pengolahan dari segi pertanian dan bisa polusi, baik udara atau pencemaran tanah. dimanfaatkan kembali. Untuk sampah plas k Selain itu juga dekat dengan kan n,” banyak pengolahan, kalau di Ilmu Kelautan itu terangnya saat diwawancai (31/10). dijadikan ecobreak, itu bisa digunakan untuk Sementara itu Staf Unit Layanan Pengadaan, tempat duduk dan seterusnya. Bisa juga untuk Amrin Rozali, membenarkan jika pengelolaan kerajinan tangan, contohnya bungkusan kopi sampah berada di sebelah selatan asrama dan bisa digunakan untuk membuat tas dan laindibakar. Pihaknya juga mengatakan bahwa lain,” terang mahasiswa asal Mentawai, yang di UTM adalah TPS, untuk pembuangan Sumatera Barat tersebut. akhir berada di desa Jaddih, Bangkalan. Mahasiswa yang ak f dalam gerakan cinta ”Lokasi pembuangan sementara di asrama lingkungan tersebut berharap kedepannya dengan cara dibakar. Tempat pembuangan pengelolaan sampah di UTM lebih akhirnya di Jaddih tapi bukan punya kita, dikembangkan lagi, ”untuk kedepannya, dari melainkan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) p e r ta n i a n m e n g h a ra p ka n , U T M b i s a Bangkalan,” tuturnya. menciptakan cara proses pengelolaan sampah 38 LPM-SM I

November 2019


dibantah sudah bayar UKT, ya kalau sudah bilang seper itu saya dak bisa bilang apa-apa,” sesal pria asal Kediri tersebut.

yang lebih berkembang dan berteknologi,” ungkap Mazmur. Banyak faktor yang menjadi sebab pengelolaan sampah di UTM masih kurang maksimal. Berdasarkan kajian Himpunan Mahasiswa Ilmu Kelautan (Himala) UTM ada 4 faktor pengelolaan sampah sulit diatasi – pola hidup kurang baik, kurangnya kesadaran, kurang adanya edukasi, dan kurang tempat pembuangan. Seper yang diungkapkan salah satu cleaning service yang biasa membakar sampah di UTM, Kadimin, pihaknya menilai banyak faktor persoalan pengelolaan sampah di UTM, seper mahasiswa yang masih suka buang sampah sembarangan. ”Ya banyak persoalan masalah sampah di UTM, salah satunya ulah dari mahasiswa yang semaunya sendiri. Ke ka ditegur untuk ter b malah

Kepala Pusat Pendidikan Kelautan dan Perikanan, Bambang Suprakto, pernah menjadi pembicara dalam rentetan agenda Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru bulan Agustus lalu. Bambang mengapresiasi dengan langkah UTM dalam wacana gerakan an sampah plas k, karena menurutnya hal itu adalah isu yang menarik. ”Sampah menjadi isu menarik karena persoalan sampah adalah soal kesadaran nggi tugas mahasiswa adalah menyadarkan diri sendiri dan keluarga masyarakat sekitarnya,” ungkap Bambang (02/08) di gedung pertemuan. Meskipun demikian, pada pelaksanaanya belum ada arah lanjutan terkait gerakan ini. Presiden Mahasiswa UTM, Jailani Muhtadhy, membenarkan bahwa memang belum ada arah gerakan an sampah plas k karena masih terkendala regulasi. Hal itu karena peraturannya belum selesai sebab bulan lalu pihak kampus sedang sibuk dengan akreditasi. ”Sebenarnya sudah ada peraturan an sampah plas k, tapi masih belum selesai karena kampus masih sibuk dengan akreditasi. Pak Agung (red; Wakil Rektor III) bilang kalau aturannya masih sulit. Jadi, sampai sekarang program gerakan an sampah plas k belum jalan,” tambah Jailani. Terkait pengelolaan sampah UTM, menurut Amrin disebabkan mahalnya biaya pengelolaan. Hal itu menjadi alasan kuat jika pihak kampus masih membakar sampah yang ada. ”Sejak awal 2019 mungkin sudah dak pernah terlihat lagi truk dari Pemkab yang mengambil sampah di UTM. Kalau dikelola sendiri masih belum, karena mahal,” pungkas Amrin saat ditemui di ruang kerjanya.


TIPS I BIAR GAK BOKEK DI AKHIR BULAN

U

U

40 LPM-SM I

November 2019


Sumber: Litbang SM GraďŹ s: Syaiful Anwar


RESENSI

I S N E S E R Judul

: Para Pelacurku yang Sendu

Penulis

: Gabriel Garcia Marquez

Penerbit

: CIRCA

Cetakan

: I/Agustus 2016

Tebal

: 133 halaman

ISBN

: 978-602-74549-2-7

IRONISME CINTA MENUJU GARIS AKHIR

“

Apakah ada batasan usia bagi orang jatuh cinta? (Gabo)

“

Menjalani hidup dengan usia hampir satu abad, adalah salah satu takdir yang harus dijalani Profesor, seorang tokoh utama dalam novel Para Pelacurku yang Sendu. Ia menjadi jurnalis senior di El Diario de La Paz, sebuah media cetak di Kolombia. Selama empat puluh tahun menjadi editor dan hingga di usianya yang kesembilan puluh masih menjadi penulis tetap kolom di media tersebut. Profesor adalah sosok yang dak memiliki obsesi atas cinta dan pernikahan. Petualangan seksnya dimulai sejak ia berusia 12 tahun, menurutnya , seks adalah pelipur lara 42 LPM-SM I

November 2019

PERJALANAN Teks : Idatus Sholihah

untuk orang yang dak punya cinta. Pertama kali, ia dur dengan seorang pelacur terkenal bernama Castorina di sebuah hotel di Calle de Los Notarios. Sejak saat itu, di tengah ru nitas sebagai penulis ia juga mulai berpetualang dengan para pelacur di kotanya. Ke ka berusia dua puluh tahun, ia mulai menyimpan catatan berisi nama, usia, tempat, dan catatan singkat tentang keadaan dan gaya bercinta. Pada usiaku yang kelima puluh, ada 514 perempuan yang pernah diajak bercinta. Ia berhen mengisi da ar itu ke ka raganya dak memungkinkan lagi untuk bercinta dengan begitu banyak perempuan. Novel edisi asli bahasa Spanyol yang berjudul Memoria de mis putain tristes ini, terbit kali pertama tahun 2004, kemudian diterbitkan dalam bahasa Ing gris dengan judul Memory of Melancholy Whores. Gabriel Garcia Marquez atau biasa dipanggil Gabo mengisahkan tokoh utama s e b a ga i k r i k u s m u s i k d e n ga n ke m e l u t kehidupannya yang sendiri. Selain itu juga menyibukkan diri dengan membaca buku-buku klasik sebagai hiburan yang dak menghibur. Hanya mempertegas bahwa dia benar-benar dak


melakukan apa-apa. Di usia senja itu ia mengungkap semua kepalsuan dalam kehidupan monoton yang dia jalani selama ini. Sebab untuk pertama kalinya dalam seumur hidup, dia jatuh cinta. Melalui cinta yang terbilang sedikit aneh itulah dia mengenal hidup. Pada usia kesembilan puluh tahun, ia jatuh cinta dengan seorang gadis belia, menurut Rosa Cabarcas, pemilik rumah bordil yang dikunjungi profesor, gadis itu hanya dipanggil la nina. Kemudian profesor menyanyikan lagu Delgadina putri bungsu raja, sejak saat itu gadis itu dipanggilnya Delgadina. Seorang gadis yang juga bekerja menjahit kancing baju. Tokoh utama menjalani sesi menuju akhir hidup dengan begitu banyak kebahagiaan, luapan cinta yang menggebu. Dapat dikatakan bahwa si profesor; lansia yang mengalami puber kedua. Gabo dalam karya sastranya erat menggambarkan kisah-kisah kehidupan yang realis. Dalam sejarah sastra Amerika La n, dirinya merupakan pelopor lahirnya aliran realisme magis. Tidak berbeda jauh dengan karya lainnya seper Seratus Tahun Kesunyian, sebagai seorang jurnalis karya Gabo mencoba mengulik gambaran kehidupan yang memiliki potret sosial yang muram. Didasarkan fakta sosial yang ada, unsur mime k dalam sastra Gabo menjadi unsur pendukung utama. Penulis yang juga meraih nobel sastra di tahun 1982 ini mencoba mengulik lebih lanjut seluk beluk negaranya, Kolombia. Tercatat sejarah kolonialisme oleh Spanyol, hal tersebut melahirkan kemiskinan dan berakibat banyaknya pelacuran. Bahkan dalam pidato penganugerahan nobel sastra ia mengungkapkan bahwa Amerika La n bukan barang gadaian tanpa kehendaknya sendiri. Kekerasan dak terukur juga rasa sakit sejarah akibat hasil dari ke dak setaraan selama berabad-abad. Dalam novel pis ini, Gabo dak menyebutkan nama tokoh utama. Cinta adalah tema sentral dalam ďŹ ksi Gabriel GarcĂ­a MĂĄrquez. Seper Seratus Tahun Kesunyian , Cinta di Masa Kolera. Hanya saja Gabo membungkus perlakuan cinta yang sangat berbeda dan ada kepedihan-kepedihan khas di dalamnya. Narasi-narasi dalam novel Para Pelacurku yang Sendu disusun dengan sederhana, memang dak bisa dipungkiri bahwa terdapat narasi cerita seks namun Gabo menuliskan dengan gaya halus. Bagi orang pada umumnya tokoh utama akan dicap

sebagai lelaki tua yang kotor, padahal seja nya hal tersebut hanyalah pelampiasan lantaran menunggu waktu kema annya, ia juga bernostalgia lagi, kilas balik kehidupan dengan para pelacurnya dahulu. Ilustrasi sampul digambarkan dengan sosok perempuan berambut panjang, berkepala kelopak bunga berwarna merah dengan kupu-kupu yang hinggap di tangannya, di sampingnya terdapat jam weker. Sebuah gambaran yang indah sekaligus ironis, gambaran kehidupan para wanita muda yang menjadi petualang cinta antara w a k t u ya n g t e r u s s a j a berjalan dan pengembaraan ba n. Ada gambaran kepedihan yang fana dan nyata, seluk beluk kehidupan cinta yang bermasalah. Buku ini sebenarnya bukan sematamata tentang seks dan cinta, melainkan perihal kehidupan, hal-hal yang akan terjadi ke ka manusia menjelang tutup usia. Buku Gabo dak sempurna, tetapi dak mungkin untuk dibubarkan, dan dak mungkin untuk dilupakan, sama seper wanita yang menghantui impian protagonisnya.


PARADE KARTUN

44 LPM-SM I

November 2019


kkk a a Bru

Gambar : Adinda Eza


PUISI

PUISI Teks : Sirajudin

Bulan-Bulan Penuh Rindu bulan-bulan penuh rindu dan dendam menggarami luka kota yang tutup pukul 22:00 sesepi wajah ibu di ranjang sendiri kau, adakah mendengar kabar itu? lupa adalah tema kita, kata penyair sebab itu ku pkan tabik pada langit biar hujan yang pui s menanak isi ha lalu maut, biarlah mengalir di antara kita hingga pasrah semula dan cinta tumbuh seper rumput liar di pematang doa : semoga

46 LPM-SM I

November 2019

Pelayaranku dak kuhitung berapa lama aku berlayar di matamu yang laut mata yang meni kan ar maut dan kalut hingga apabila ada badai akan kujemput bulan bintang di antara dua sendang bidadari yang sunyi


K a dan Kenangan berjalan di tepi kota adalah kenangan waktu yang sembunyi di rambut lelaki menyisakan samar-sesak pada bara di dada kau: begitulah aku mengingat masa kita pada gedung-gedung yang bunuh diri sempat aku bertanya tentang jelaga langit tentang retail yang berjejer jatuh bangun dan jejak kaki kita di sebrang tanah lapang senja ba dan angin berhembus ragu-ragu sementara kulukis gelap di belantara jiwa rindu kubayangkan sebagai tenang dan sunyi jauh menutup telinga dari semarak kata kota esok barangkali atau lusa akan kukalungkan pada langit ar namamu dan namaku

tetapi kota masih dipenuhi mantramantra orang-orang hidup dalam bayang ketakutan dan lari pada kotak imaji untuk tertawa sendiri

sesempat mungkin

lalu tak ada mata yang nyaman dipandang di kota, kulihat manusia hidup masingmasing hidup di mimpinya sendiri-sendiri

sebelum ba padamu kabar tentangku tentang petualang yang ma di palung bernama sepi


CERPEN I KEMBANG KANTIL

KEMBANG KANTIL Teks : Adam Abdullah

Mak Lena telah meninggal. Pasar menjadi begitu ramai karenanya. Kami para siswa s e ko l a h d a s a r j u ga i ku t menambah sesak pasar yang telah penuh dengan orangorang yang juga penasaran dengan jasad Mak Lena. Dari sana kami lihat tubuh Mak Lena yang tambun tergeletak di bawah meja tempatnya biasa berdagang kembang. Kami begitu heran, kenapa orangorang sangat ingin melihat jasad Mak Lena, padahal Mak Lena terlihat seper halnya orang yang sedang dur dan hal itu sangat di luar dugaan kami. Karena dalam benak kami, orang yang sudah ma wajahnya dak akan begitu tenang seper Mak Lena, pas lah ada semacam raut m u ka t e rc e n ga n g ka re n a mungkin melihat sekilas wajah malaikat pencabut nyawa. Di sekeliling tubuh Mak Lena, orang-orang saling mengungkapkan rasa simpa nya pada tubuh Mak Lena yang dak bergerak lagi. “Kalau masuk angin kenapa dak minta tolong ke rumah saya to, Mak-mak�, ujar salah seorang diantara kerumunan 48 LPM-SM I

November 2019

itu. “Se daknya saya bisa kasih kalau cuma minyak kayu pu h�, lainnya menimpali. Namun betapapun banyak rasa simpa orang-orang, sayang dak ada yang mengatakannya sebelum ajalnya datang. Bahkan ke ka seorang mulai bertanya tentang keluarga Mak Lena, dak seorangpun tahu karena memang Mak Lena biasa dur di pasar sendiri. *** Aku mengenal Mak Lena sejak pertama kali sekolah di kampung sebelah. Di kampungku memang ada sekolah yang lebih dekat dari rumah, tapi bapak cenderung suka menyekolahkanku pada sekolah yang lebih jauh. Untuk menuju ke sana aku harus bersepeda kurang lebih satu jam, menyeberang jalan raya lalu melewa pasar tempat Mak Lena biasa berjualan. Mak Lena dak memiliki kios, dia berjualan di bawah gapura pasar dengan mejanya yang penuh dengan beraneka kembang. Se ap lewat pasar, dagangannya selalu menarik perha anku. Karena itu, aku biasa diberinya satu-dua kembang kan l untuk kumasukkan dalam tas supaya bukubukuku selalu harum.


Ibu selalu khawa r jika aku terlalu dekat-dekat dengan Mak Lena setelah mengetahui di dalam tasku banyak bekas kembang kan l. Menurutnya bau kembang kan l disukai demit perempuan dan aku akan dijadikan anaknya jika sering membawanya kemana-mana. Tapi karena aku dak ingin mengkhiana kebaikan Mak Lena, aku diam-diam m e ny e m b u ny i ka n pemberiannya di sela-sela buku dan membuangnya setelah kembang itu kering tanpa diketahui ibu. Saya percaya Mak Lena dak m e m b e r i k u ke m b a n g i n i supaya aku disukai demit. Lagipula aku yang memintanya dengan pandanganku yang penuh rasa penasaran kepadanya. Kurasa dak pernah ada orang yang bisa memahami keingintahuanku sebaik Mak Lena. Sekali waktu dia pernah menjelaskan kepadaku alasan dia hanya memberiku kembang kan l. “Kembang itu cocok untuk orang yang sedang belajar seper mu, kembang itu akan membuat lengket ilmu yang kau pelajari�, katanya ba- ba menjawab keherananku ke ka menemaninya berdagang sepulang sekolah. Memang ada benarnya juga katanya itu, dalam Bahasa Jawa kan l berar lengket. Namun aku dak tahu apa saja yang akan lengket dengan kembang itu. “Tapi aku dak akan di deka demit to Mak?� celetukku begitu saja karena penasaran. Mendengar tanyaku Mak Lena tertawa kecil sambil mengelus rambutku. “Demit dak akan berani jika

tahu kembang ini dari Mak.� *** Aku dak kerasan di rumah, sebab itu aku biasa dak langsung pulang ke ka selesai sekolah. Pernah suatu kali aku dipukul habis-habisan karena dak pulang sampai hampir masuk waktu isya dengan baju yang sudah basah dan kotor oleh lumpur. Aku telah membuat seisi rumah khawa r kata ibu sambil memukuliku, tapi aku tetap mengulanginya lagi. Lagipula aku benci diperlakukan seper anak gadis bila harus selalu di rumah, sedang kawan-kawanku yang lain telah bekerja di tegalan. Akibat ke dakbetahanku di rumah aku lebih sering menghabiskan waktu siang di luar rumah, membantu teman di tegalan atau sekedar bermain di sepanjang sungai dengan getek dari pelepah pisang. Hingga membuat orang tua kawanku sering merasa rikuh, khawa r kalau ba- ba orang tuaku menjemput di rumahnya, meskipun itu dak pernah terjadi. Orang-orang di sana s e l a l u m e n ga n g ga p b e r b e d a , mungkin karena aku nggal di perumahan. Aku bermaksud untuk menghapus anggapan itu dengan ikut membantu kawanku berkebun kerahi, kadang ikut bermain juga layaknya anak-anak kampung yang lain. Sebaliknya, teman-teman perempuanku selalu setuju apa kata orang tuaku. Anak perempuan memang selalu penurut dan baik di


CERPEN I KEMBANG KANTIL

mata orang-orang tua. Bahkan mereka dak segan-segan untuk mengadukan kenakalanku jika aku dak menggubris peringatannya. Itu yang dak kami para lelaki suka dari para perempuan, mereka suka menjual kami hanya untuk mendapat pujian dari guru-guru di sekolah. Sialnya, hanya orang tuaku yang dikenal teman-teman perempuan, jadi mau dak mau kadang aku harus berbaik-baik kepada mereka untuk menjaga kenakalanku dari sepengatahuan orang tuaku.

Kedekatanku dengan Mak Lena itulah yang menjadikan mereka cepat dekat denganku. Mereka sering memintaku mencarikan bunga bekas dagangan Mak Lena untuk permainan rias-merias, kadang juga mereka gunakan untuk bahan masak-masakan jika bunga yang aku dapatkan dak bagus. Sebenarnya aku sangat sungkan meminta pada Mak Lena, karena sebelumnya aku hanya diberinya tanpa meminta. Tapi sekali aku menawarkan diri untuk membantunya berdagang paham juga dia akan maksudku. Jika menjelang pukul dua siang Mak Lena sudah akan memberesi dagangannya dan sisa kembang yang sudah dak layak dijual besok diberikannya kepadaku. Setelah asar Mak Lena mulai mencari kembang di kuburan-kuburan di kampung. Sedang aku akan memberi bunga-bunga pemberian Mak Lena kepada teman-teman perempuanku dan sekedar ikut bermain bersama mereka untuk jadi sosok lelaki di keluarga kecil mereka. Kadang aku merasa berat jika salah satu kawan laki mengetahui aku bermain dengan para gadis. Dan jadilah olok-olok yang ramai di kelas, aku pernah menjadi suami Erza, salah satu gadis yang ku ka gu mi. Wa la u p u n d a la m h a a ku 50 LPM-SM I

November 2019

menyukainya, aku benci saja jika diolok-olok. Karena olok-olok laknat itu, Erza menjadi suka menghindar jika bertemu denganku di sekolah. Sampai akhirnya ke ka para guru sedang rapat dan pelajaran di adakan, kami para lelaki berencana bermain sepak bola di lapangan kampung. Tapi para perempuan berniat akan mengadukan kejadian itu, sehingga rencana itu sempat akan batal. Berbagai rayuan kami coba agar jangan sampai perempuan-perempuan itu mengadukan kami. Lalu aku berinisia f untuk mengajak Erza berbicara diam-diam agar ia mau bekerja sama dengan kami. “ M a r i ke b e l a ka n g s e ko l a h ”, b i s i k ku kepadanya. Sembari terkejut, dia menoleh ke arahku dan memberi anggukkan kecil tanda setuju. Lalu aku keluar kelas dan beberapa saat kemudian dia mengiku . Saat itu kelas sedang riuh karena semua guru sedang ada di ruang kepala sekolah, sehingga kami bisa keluar tanpa menimbulkan kecurigaan. “Kenapa perempuan suka sekali menyatakan perang kepada lelaki, apa kegiatan kami merugikan kalian, sampai kami harus dilaporkan layaknya kriminal?” luapku kepadanya sesampainya kami di belakang sekolah. “Bukan begitu”, jawabnya sambil menunduk dan terlihat sekilas matanya memerah karena menahan tangis. “Lalu apa?” “Aku dak mau kamu jadi anak nakal, aku dak suka.” Seke ka aku merasa bersalah karena telah marah padanya karena sikap teman-


temannya. “Janganlah begitu, lelaki pas lah nakal. Apa kamu ingin aku dianggap seper perempuan karena selalu berkumpul dengan perempuan?” Mendengar jawabanku dia langsung menatapku lekat dengan matanya yang menyala. Sesaat tampak bibirnya akan mengatakan sesuatu tapi dia segera menunduk lagi, diam beberapa saat. “Tapi aku dak tahu harus mengatakan apa kepada mereka supaya dak mengadu.” “Ajak saja mereka ikut bermain ke lapangan”, ajakku antusias. Sekilas dia tampak setuju dengan saranku tapi dia tampak takut untuk melakukannya. “Jangan cemas, jika satu kelas akan dihukum pas lah dak akan berat hukumannya.” Dia mengangguk lagi tanpa memandangku, itu sudah cukup menunjukkan persetujuannya. Lalu aku segera kembali ke kelas memberinya waktu supaya kita dak tampak berjalan berdua. Sesampainya di kelas aku langsung mengajak seluruh isi kelas bermain saja di luar, lagipula di kelas juga dak ada yang harus dikerjakan selain membaca sebuah cerpen untuk pelajaran esok harinya. Tidak ada salahnya juga kan jika cerpen itu dibaca di lapangan sambil mencari udara segar.

Tanpa menunggu tanggapan, kami para lelaki sudah keluar begitu saja. Kudengar Erza juga mengajak teman-temannya meskipun beberapa tetap menolak untuk ikut. Namun semuanya sepakat untuk dak mengadukan kepada guru kami. Asal kami harus kembali sebelum jam pelajaran berakhir. Akhirnya kamipun keluar bersama-sama meninggalkan kelas, lelaki dan perempuan. Namun bagaimanapun, kesenangan selalu melalaikan akan waktu sehingga kita semua mendapat hukuman membersihkan sekolah bersama-sama. Tapi sejak saat itu dak ada lagi perempuan yang senang mengadu untuk mencari muka. Mungkin karena kita sudah sama-sama tahu jika kenakalan kami dak seburuk itu, dan kita semua pernah melakukannya. Tahun-tahun setelah itu adalah waktu terbaik dalam hidupku. Keakrabanku dengan temanteman sekolahku rasanya tak pernah surut, kebahagiaan ini dirasakan juga oleh Mak Lena. Dia suka meng godaku dengan mengatakan betapa hambar hidupnya kalau aku terus bermain dengan teman-temanku tanpa menyambanginya. “Bagaimana aku bisa lupa pada ibuku sendiri?” jawabku untuk menghiburnya. Aku senang dengan Mak Lena karena dia dak pernah marah kepadaku lebih-lebih memukulku. Membandingkan suasana di


CERPEN I KEMBANG KANTIL

rumah dengan di sekolah kadang memberiku semacam dorongan untuk dak lagi pulang ke rumah. Lagipula aku bisa menwarkan diri untuk membantu Mak Lena saja, aku yakin dia dak akan melarangku.

Sebab aku pun ketakutan setengah ma . Belum lagi bayanganku tentang kepercayaan mereka yang akan hilang kepadaku nan nya dan tahun-tahun berbahagia itu habislah sudah.

Namun yang membuatku gamang untuk melakukannya adalah ingatan ke ka aku tersesat jauh sekali dari rumah dan ibu mencariku hingga larut malam di kampung di sekitar sekolahku. Meskipun ingatan itu begitu samar, tapi aku mengingat jelas wajah ibu yang begitu khawa r dengan keadaanku. Ibu merangkulku lekat-lekat ke ka ditemukan aku sudah lemas karena lelah, dan orangorang yang datang bersama ibu saat itu langsung mengerumuniku dan temantemanku.

Bagaimanapun kami berupaya agar rakit ini dak terus terbawa arus rasanya sia-sia saja. Berkali-kali kami coba mendayung ke pinggir supaya dak semakin jauh dari kampung, tapi kekuatan arus yang lebih deras terus membawa kami menjauhi kampung. Suara kami telah parau, tenaga kami juga sudah kering, nggal tubuh yang basah karena air d a n p e l u h ka m i masing-masing. Pada akhirnya kami sudah pasrah, kami sudah dak s a n g g u p melakukan apapun lagi. Bahkan ke ka rakit ini terdampar di bibir sungai, kami masih dak bisa bangun karena ke l e l a h a n . S a a t itulah samar-samar aku melihat ibu dan orang-orang menemukanku.

Saat itu aku memang mengajak teman-teman perempuanku termasuk Erza bermain getek di sungai. Rasanya senang sekali merasa jadi pelindung bagi teman-teman perempuanku. Apalagi Erza yang berhasil aku yakinkan untuk ikut denganku, melipatgandakan kepercayaan diriku untuk menunjukkan mereka permainan yang lebih menyenangkan daripada riasmerias. Sayangnya arus sungai ba- ba menjadi deras sekali menjelang petang. Rakit yang aku naiki seke ka menjadi secepat angin yang berhembus saat itu, kegembiraan kami pun mendadak hilang digan kan ketakutan. Perasaan itu sampai pada puncaknya saat kami menyadari kami dak lagi mengenal lagi daerah yang kami lewa . Kami berteriak berharap seorang mendengar dan menolong, namun usaha itu nihil. Kurasa di daerah itu aku dak melihat satupun rumah di sepanjang sungai. Namun aku tetap meyakinkan temantemanku bahwa kita akan baik-baik saja, meskipun itu hanya kalimat kosong tanpa ar . 52 LPM-SM I

November 2019

Musibah itu se daknya membuatku takut keluar rumah berhari-hari, karena aku malu bertemu teman-temanku. Kejadian itu pas lah mengguncangkan mereka, apalagi mereka perempuan yang dak terbiasa dengan permainan lakilaki. Selain itu ibu menjadi lebih


posesif kepadaku, mungkin ibu dak ingin kehilangan anak satu-satunya. Sebab menurut kabar yang beredar di kampung kami, sungai itu telah banyak menelan anak-anak seusiaku. Kebanyakan dari mereka ditemukan dak dengan kondisi yang utuh akibat lama tenggelam di dalam air. Menurut para tetangga, aku termasuk anak yang beruntung, meskipun aku sudah hanyut sangat jauh dari tempatku bermain namun se daknya rakit yang aku naiki sama sekali dak menabrak batu yang banyak tersebar di tengah sungai. Kalaulah sekali saja rakit menabrak batu, aku mungkin dak akan ditemukan secepat itu. Kejadian itu juga merubah sikap ibu terhadapku, dia menjadi amat baik. Aku merasa ibu seper menjadi seorang teman perempuanku. Dia seolah-olah m e n c o b a membuatku betah di rumah dengan m e m b u a t permainan yang b i a s a ku m a i n ka n bersama temanteman di sekolah. Tapi bagaimanpun ibu tetap perempuan dan permainannya adalah permainan perempuan. Lamalama aku bosan juga dibuatnya, tapi aku takut mengatakannya. Aku takut ibu berubah menjadi pemarah seper semula lagi. Sampai pada akhirnya Erza datang menemuiku di rumah saat aku sedang melamun di teras rumah. “Kau sudah sehat?”

tanyanya

mengagetkankuAku hanya tersenyum menanggapinya sembari menutupi kegugupanku. “ Teman-teman sudah menunggumu di sekolah, mereka mengkhawa rkanmu,” lanjutnya tanpa menunggu jawabanku. Aku tetap dak menanggapi, khawa r jawabanku dak sesuai dengan apa yang diharapkannya. Yang pas , aku bersalah terhadapnya, aku menyebabkan musibah itu, seharusnya bukan aku yang dijenguk. Selain itu, aku dak tahu apakah ibu mengizinkanku untuk keluar rumah lagi tanpa pengawasannya. Meskipun sebenarnya aku sangat ingin kembali bertemu mereka segera, jika memang mereka menungguku untuk kembali. Aku hanya dak ingin mengecewakan siapapun. “Mak Lena berkali-kali juga menanyakanmu, dia meni pkan ini kepadaku,” katanya sambil memberikan dua buah kembang kan l yang masih sangat harum baunya, seper baru dipe k. “Bagaimana, kapan kau akan kembali?” tanyanya lagi. “Apa kamu baik-baik saja kemarin?” tanyaku gugup. “Jangan cemas, kami semua baik-baik saja. Hanya saja kami dilarang bermain di sungai itu lagi. Lalu kapan kau akan kembali?” “Segera.” *** Mendapatkan izin dari ibuku bukanlah perkara mudah setelah kejadian itu, aku mencoba meyakinkannya berkali-kali bahwa aku dak akan dekat-dekat dengan sungai itu lagi dan akan pulang segera. Awalnya melarangku membawa sepeda supaya aku dak bisa bermain terlalu jauh. Aku berdalih jika sepeda ini aku gunakan supaya aku bisa pulang cepat dan dak ingin merepotkan ibu


CERPEN I KEMBANG KANTIL

karena mengantarku. Meskipun ragu-ragu, tapi ibu mengizinkan juga aku pergi dengan sepedaku. Pertama yang ingin aku temui adalah Mak Lena. Aku khawa r kalau dia sampai mengira aku melupakannya karena lebih asik bermain dengan teman sebayaku. Sembari mengucapkan terima kasih karena p e m b e r i a n nya ke m a r i n m e m b e r i ku semacam keberanian untuk berbicara kepada ibuku. Selanjutnya aku ingin menemui temantemanku, walau aku dak tahu harus mengatakan apa nan saat bertemu. Paling dak aku bisa meminta maaf kepada mereka secara langsung karena musibah yang aku sebabkan kemarin. Bayangan kebahagiaan itu begitu menyenangkanku, bahkan perjalanan satu jam itu dak terasa sudah hampir sampai juga. Sesampainya di pasar, orang-orang sedang berkumpul di sekitar tempat Mak Lena berjualan. Aku juga melihat beberapa kawanku, laki perempuan ada di sana juga. Aku segera menghampiri kerumunan itu untuk menyampaikan terima kasihku pada Mak Lena. Namun yang terlihat disana adalah meja Mak Lena yang kosong dan Mak Lena dur di bawahnya. Lalu aku mendatangi kawanku bermaksud untuk menanyakan apa yang terjadi. “Mak Lena telah meninggal,” bisik salah satu kawanku. Aku tercengang mendengarnya, perasaan sedih, kaget, dak percaya seolah datang

54 LPM-SM I

November 2019

mengeroyokku begitu saja. Mak Lena dak terlihat seper telah ma , dia hanya ter dur. Tapi orang-orang telah memeriksanya beberapa kali sampai mereka memas kan bahwa Mak Lena telah ma . Lalu aku segera pergi dari sana, agar dak melihat kejadian mengerikan itu. Sejak kema an Mak Lena, aku takut untuk melewa pasar itu lagi, bayang-bayang akan kehilangan sosok Mak Lena selamanya membuatku gila. Kadang aku akan menangis keras-keras jika mengenangkan kebaikannya, karena hal itu ibuku sering dak tahu harus melakukan apa. Sampai kuceritakan padanya bahwa Mak Lena telah meninggal. “Sudah kubilang berkali-kali, jangan datang l a g i ke p a d a ny a , ke n a p a d a k j u ga mendengarku dasar anak setan!” bentak ibuku seke ka sambil menyeretku ke kamar mandi dan memukuliku. “Aku hanya ingin berterima kasih padanya Buk,” jawabku sambil terisak. “Sudah sirik kau ternyata, berani berterima kasih pada setan itu!” Sejak saat itu aku benar-benar dak diperbolehkan keluar lagi dari rumah. Kadang aku suka melamun di teras rumah b e r h a ra p s a l a h s at u te m a n ku a ka n mendatangiku lagi, tapi itu dak pernah terjadi.


ESAI I TOLERANSI DALAM NEGRI PANCASILA

TOLERANSI DALAM NEGERI PANCASILA S e h a r u s n y a pernikahan saya dengan kekasih suatu saat bisa terjadi kalau Indonesia memang b e t u l - b e t u l n e ga ra Pancasila. Andai saja kita bisa memahami dan menerapkan sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, pas dak ada permasalahan mau kamu menyembah Tuhan Allah, Tuhan Yesus, Tuhan Sang Hyang Widhi atau Tuhan yang lain saat kamu memutuskan untuk menambahkan keluarga melalui ikatan pernikahan. Sebab semua telah sepakat bahwa dengan lima nilai-nilai luhur Pancasila, Indonesia mampu menjadi negara besar yang demokra s, beragam, rukun, dan toleran. Saya juga girang saat mendengar falsafah kudus Bhineka Tunggal Ika, dimana seja nya meskipun berbeda tetapi tetap menjadi kesatuan. Kita bak sekumpulan negara kecil dengan masing-masing bangsa, tradisi dan bahasa yang menyatakan diri tunduk pada satu kedaulatan yaitu ins tusi bernama Republik

materi bisnis periklanan terlaris di negara ini dan b a h k a n a l a t pengumpulan massa paling canggih pada abad ini. Semua orang meneriakkan berbagai dimensi tentang perbedaan sembari tanpa sadar mencela mereka yang dak sepaham dengannya. Kantor Urusan Agama (Islam) Teks : Rinda Fitary Indonesia. Saya pikir semua Saya dak bisa berharap banyak, sebab negara saya memang sudah jelas. c u ku p ra s i s . D i n e ge r i i n i , Tapi saya mendapatkan melawan kekokohan seorang berbagai macam penolakan kandidat gubernur di ibukota dak hanya dari kedua negara bisa dilakukan dengan belah pihak orang tua, m e m b a w a i s u a g a m a d a n tetapi dari seluruh kawan- etnisnya bahkan dengan mudah kawan yang se ap hari masuk penjara, apalagi cuma berbicara tentang toleransi. angan-angan saya di pernikahan To l e r a n s i d a k b i s a kelak. Sangat mudah diruntuhkan diterapkan pada kehidupan lewat jalan perbedaan agama. r u m a h t a n g ga , b e g i t u Saya bahkan baru tahu bahwa hemat saya pada rentetan negara juga dak mendukung kalimat-kalimat penolakan p e r n i ka h a n b e d a t e rs e b u t tersebut. Rupanya akar meskipun falsafahnya penuh ar pembeda yang paling besar luhur bukan main. Seper yang dari bangsa ini menyangkut a d a p a d a u n d a n g - u n d a n g p e r s o a l a n a g a m a d a n perkawinan pasal 2 ayat 1 yang kepercayaan. Kemudian d e n g a n t e g a b e r b u n y i lahirlah cara pandang saya "Perkawinan adalah sah, apabila terhadap fakta lapangan d i l a ku ka n m e n u r u t h u ku m bahwa keberagaman dan masing-masing agamanya dan toleransi kini seolah jatuh kepercayaan itu." Harus diakui menjadi slogan kampanye, undang-undang tersebut telah


hukum bagi pasangan yang akan menikah beda agama di Indonesia, yang juga bermakna bahwa negara dak mewadahi dan dak mengakui perkawinan beda agama. Kenyataan lainnya yakni, Kantor Urusan Agama itu cuma mengurus pernikahan masyarakat pemeluk agama Islam, lainnya dak. Agama selain Islam pernikahannya diurus oleh agama masing masing, untuk kemudian diajukan ke pencatatan sipil. Lantas kenapa namanya dak digan saja kantor urusan keislaman atau apapun itu sebab agama dak hanya Islam. Negara ini punya lima agama lain yang diakui tapi dak dibentuk lembaganya sendiri oleh negaranya. Pengadilan agama juga demikian, hanya mengurus tentang perceraian orang Islam. Selain Islam, silakan lari ke pengadilan negeri. Saya harus akui dak paham bagaimana negara ini bisa berjalan dengan sistem pemerintahan dan kelembagaan yang berat sebelah, entah karena Islam yang terlalu mendominasi Negara kesatuan Republik Indonesia atau agama minoritas yang lebih bersikap toleran terhadap aturan negara ini. Agama sebagai iden tas Pencarian akan Tuhan juga diawali dari teka-teki menyangkut eksistensi setelah kema an, yang mengarahkan manusia mencari jawabannya di luar dunia material. Berangkat dari hal tersebut maka lahirlah yang dinamakan spritualitas dan i m a n . S p r i t u a l i t a s d a n k e i m a n a n p a d a Tu h a n merepresentasikan jalan sangat individual dari manusia dengan Tuhannya, yang berar se ap perilaku tanggung jawab penuh pribadi yang dak bisa diwakilkan. Spritualitas dan iman membentuk agama yang kemudian mematri kebersamaan pemeluknya sehingga menciptakan iden tas bersama. Iden tas bersama dalam agama juga membentuk musuh bersama yakni orang-orang yang berada di luar ruang lingkup dari agama mereka. Dalam se ap ajaran agama, mereka mengutuk penganut agama lain dan menjanjikannya neraka. Agar dak masuk ke dalam neraka jahanam dan merupakan bentuk merendahkan Islam, muslimah dilarang keras untuk menikah dengan laki-laki musyrik. Aturan itu sangat tegas tertulis dalam QS al-Baqarah [2]:221. Apabila pernikahan tetap terjadi, maka sama dengan terus menerus dalam perzinahan. Saya memang agak tersinggung dengan kalimat terakhir tersebut sebab hukuman di dunia yang pantas untuk 56 LPM-SM I

November 2019

orang yang berzina adalah rajam. Kita semua telah mengetahui kekejaman dari hukum rajam yang dianggap dak berperikemanusiaan. Akan tetapi saya jadi teringat kalimat kawan saya, bahwa se ap hukuman selalu berat dan dak enak. Sebab hukuman yang diselenggarakan harus memiliki efek jera, sehingga keburukan tersebut dak dapat terulang lagi. Rajam menjadi hukuman yang telah ditetapkan oleh Allah karena dianggap konsekuensi yang pantas bagi pelaku zina. Penghapusan hukum rajam dengan dalih kemanusiaan, akan membawa kondisi masyarakat seper saat ini yang dak malu berzina di depan umum, yang dak malu menjalin hubungan dengan orang musyrik. Jadi kalau saya dianggap berzina dan harus dirajam, saya dak sendirian di muka bumi. Akan ada antrian panjang tersangka dan kehabisan aktor pelempar batu. Beruntung saja rajam dak diberlakukan, hukuman yang tegas namun bermaslahat bagi umat dak membuat saya ketakutan dan menghindari dosa karena dak ada prak knya. Permasalahan saya akhirnya hanya berupa toleransi dan undang-undang, yang bila dak ingin terjebak di dalam permasalahan seper saya bisa dihindari dengan berkumpul saja dengan orang-orang dari golongan kamu sembari tetap m e n g g a u n g k a n ke s u c i a n , keberagaman, dan toleransi.


ESAI I BALADA NEGERI KHIDMAT

BALADA

Teks : Birar Dzillul Ilah

NEGERI KHIDMAT Why so serious?

Masih terngiang dalam benak saya perkataan Joker dalam film Dark Knight tersebut. Selain sebab Joker sempat menjadi tren obrolan berbagai kalangan, rasanya pertanyaan itu begitu m e n d a l a m . M u n g k i n , j i ka J o ke r diceritakan menjadi seorang wartawan, sekaliber Najwa Shihab saja dak akan terbesit bertanya seper itu kepada narasumbernya. Misalnya saja, ke ka Arteria Dahlan sedang khotbah dan baba Nana bertanya, ”kenapa begitu serius?” – rasanya dak mungkin. Untungnya Arthur Fleck dalam film Joker garapan Christopher Nolan tersebut dikisahkan menjadi seorang komedian, yang sebenarnya dak lucu-lucu amat. Malah kita akan menyaksikan sebuah ironi mendalam dari komedi-komedi yang hendak disuguhkan tokoh Joker. Walaupun dia sudah berusaha ma ma an agar materi yang dibawa membuat orang lain tertawa. Beranjak dari Joker – saya masih meyakini bahwa k balik dari apapun itu adalah kebalikannya. Misalnya k balik dari ironi adalah komedi, begitupun sebaliknya. Contoh lain, ke ka teman saya sedang mengalami

ironi dan mencoba menuliskannya, sejujurnya cerita dalam tulisannya malah menjadi lucu. S e d a n g s a a t i n i , s e m u a o ra n g mengklaim dirinya serius dan seolah harus seper itu. Bahkan presiden kita yang terhormat akan menindak tegas (pecat) bawahannya yang dak serius dalam bekerja. Namun karena terlampau serius, akhirnya banyak persoalan yang menjadi bahan lelucon, yang membuat


ESAI I BALADA NEGERI KHIDMAT

stand up comedian dak lucu lagi. Contoh lain ke ka saya sedang bekerja menjadi fotografer wisuda, saya dituntut untuk membuat wisudawan bersama keluarga tercinta agar tersenyum bahagia dalam sebuah frame. Terlepas dari lensa kamera, saya melihat kesedihan dan ironi yang menan . Pasalnya, harapan besar orang tua dari anaknya yang telah diwisuda akan segera pupus dengan realita yang ada – harus lontang-lantung lagi untuk berjuang mencari pekerjaan dan kehidupan lebih baik. Kiranya dalam contoh ini saya dak perlu menyuguhkan data, karena ini adalah lagu lama yang akan terus menjadi tren. Saya pribadi telah lupa kapan terakhir kali serius. Bahkan dak sedikit yang marah karena sikap saya yang dak bisa serius. Memang saya dak dapat memberikan pembelaan apa-apa, itu murni adanya. Walaupun saya harus 'menyimpang' dari kebanyakan orang yang mau dituntut serius. Misalnya dari segi pendidikan kita dituntut serius untuk mulai masuk dalam dunia industri. Terdengar aneh saja, kita akan dibredel jika membaca dan memahami pikiran marxis, padahal orientasi buruh dan pekerja didapat dari pikiran beliau. Sisi lain – negara dan presiden kita menindak dengan tegas dan serius bagi pelanggar Hak Asasi Manusia (HAM) berat masa lalu, tapi eh tapi, malah menggandeng orang yang pernah dikatakan sebagai pelanggar HAM berat dalam kabinetnya. Lagi, seolah birokrasi

58 LPM-SM I

November 2019

menjunjung nggi hadiah reformasi – memberangus korupsi kolusi nepo sme dengan cara serentak mereka semua sepakat dengan revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Bukan apa-apa, hanya terdengar aneh saja. Sudahlah, terlalu serius itu dak baik, apalagi sifatnya hanya berkoar, ya. Bisabisa nan depresi dan bunuh diri, loh. Seper apa yang pernah dikatakan dokter spesialis jiwa, Teddy Hidayat, bahwa depresi di Indonesia terbilang nggi. Tentunya, depresi bukan karena sebab, tapi saya rasa pas dari mereka terlalu serius. Bayangkan saja, ada 11.315.500 orang depresi di Indonesia –sebanyak 10.297.105 (91%) belum mendapatkan penanganan serius karena BPJS sedang dalam perbaikan. Lebih lanjut ke arah bunuh diri, 40% orang depresi ingin bunuh diri, dan 15%-nya benar-benar melakukannya. Syahdan, saya cukupkan untuk mengingatkan agar dak terlalu serius. Walaupun sebelum tulisan ini anda baca, banyak persoalan mungkin dianggap serius. Perihal pembangunan masjid, keamanan, nasib orang kecil, peran instansi pendidikan, dan seterusnya, mungkin pihak yang harus bertanggung jawab kurang serius dalam keseriusannya atau mungkin sedang bercanda saja.


THE APPEARANCE OF THINGS CHANGES ACCORDING TO THE EMOTIONS ; AND THUS WE SEE MAGIC AND BEAUTY IN THEM WHILE THE MAGIC AND BEAUTY

ARE REALLY IN

OURSELVES 7th Nov WORLD DISABILITY DAY

-Kahlil Gibran-


spiritmahasiswa

wartautm

warta kampus universitas trunojoyo madura

spiritmahasiswa.trunojoyo.ac.id

wartautm


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.