PROMO !!!
ALL DIMSUM Mie Ayam Jamur/Mie Pangsit
Brosterrestocafe
Broster cafe
@ Rp 10.000 @ Rp 10.000
0818-0888-1888
Lembaga Pers Mahasiswa
DIMENSI
COVER
Pelindung Ir. Supriyadi, M.T. Penasehat Rustono, S.E., M.M. Pembina Junaidi, S.T., M.T. Pemimpin Umum Iffan Fuad Sekretaris Umum Jamiah Bendahara Umum Rosita Intan P. Pemimpin Redaksi Richa Meiliyana Rachmawati Redaktur Majalah Mawar Anahidayah, Akidatul Ulfa Redaktur Buletin Nurul Wahidatur R. Redaktur Cyber Maria Putri Anggun L. Redaktur Pelaksana Yuli Hastuti Redaktur Artistik Johny Danang S., Salma ‘Ainuzzahroh Redaktur Foto Galih Perdana Reporter Nafisah Nurul A., Irma Aprilyani, Nur Nadia A.R., Wahyu Sari Artistik Nurul Khalim M., Dwi Aprilia P., Erica Aditya N. Fotografer Kurniani Panji R., Farizza Hayu K., Damar Satria A. Pemimpin Litbang Rifqi M. Yofatama Kepala Divisi PSDM Indri Safitri Kepala Divisi Riset Durrotun Nasikhah Kepala Divisi Humas Husna Syafyya Aprilia Staf PSDM Tika Astriani, Megarosa Citra D. Staf Riset Andi Saputra Staf Humas Muhammad Devan B. Pemimpin Perusahaan Rinda Anggreni Kepala Divisi Non Produk dan Periklanan Erni Astuti Kepala Divisi Logistik Nunu Nur Afifah Staf Non Produk dan Periklanan M. Gunawan Angga K. Staf Logistik Annisa Reza Nur, Teguh Sugiarto, Rahmat Tri Atmojo
MODEL : Ari Hardoyo A. R. FOTO : Galih, Atam, Arizal (magang) GRAFIS : Salma, Royyan (magang)
SALURKAN IDEMU! Redaksi menerima tulisan, karikatur, ilustrasi, atau foto. Hasil karya merupakan karya asli, bukan terjemahan/saduran atau hasil kopi. Redaksi berhak memilah karya yang masuk dan menyunting tulisan yang akan dimuat tanpa mengubah esensi. Karya dapat langsung dikirim melalui e-mail redaksidimensi23@gmail.com atau dikirim langsung ke alamat kantor redaksi di:
Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) Baru Lantai II No. 4-5 Kampus Politeknik Negeri Semarang Jalan Prof. Soedharto Tembalang, PO Box 6199 Semarang 50061 Selamat Berkarya!
Dari Dapur Bagaimanapun manusia dengan gigihnya berusaha keras memperjuangkan sebuah hak, tetap saja ia akan kalah dengan maut yang telah ditakdirkan. Hanya ada dua pilihan, terus berjuang melakukan perlawanan hingga keadilan itu datang, atau menyerah kepada para penguasa yang berdalih mengatasnamakan kesejahteraan rakyat. Sebagai pemisalan saja, Yu Patmi, petani asal Pegunungan Kendeng yang menyemen kaki nya. Ia melakukan penolakan saat lahan sawahnya terancam hancur oleh tindakan peng eksploitasian akibat pabrik semen di Pegunungan Kendeng. Ini adalah bentuk perlawanan terakhir untuk memperjuangkan keadilan bagi Yu Patmi, sebelum pada akhirnya ia meninggal pada Maret 2017 lalu sesudah aksi pasung semen di depan Istana Negara. Sebuah perlawanan memperjuangkan hak tentu tak akan bertameng kuat jika tak didukung dengan gerakan kaum muda, terlebih para mahasiswa. Selayaknya benar apa yang dikatakan Tan, “Bila kaum muda yang telah belajar di sekolah dan menganggap dirinya terlalu tinggi dan pintar untuk melebur dengan masyarakat yang bekerja dengan cangkul dan hanya memiliki cita-cita yang sederhana, maka sebaiknya pendidikan itu tidak diberikan sama sekali.� Maka melalui tulisan-tulisan dalam majalah ini, kami berusaha untuk meneriakkan perjuangan para petani di Kendal yang tak medapatkan keadilan atas tanahnya, yang kemudian kami rangkum dalam laporan utama. Dalam rubrik Kampusiana, kami pun mengupas sebuah upaya pelemahan gerak mahasiswa melalui revitalisasi Politeknik. Tak hanya itu, kami sajikan pula mengenai info perjalanan, kuliner khas daerah, komunitas, cerita pendek, kelakar, galeri foto, gambar ilustrasi, resensi film, hingga teka-teki silang. Bak kisah seekor semut dalam keberpihakannya membawakan setetes air untuk memadamkan api yang membakar Ibrahim. Mari bersama-sama berpihak, merapatkan barisan dan melakukan perlawanan dengan membela kaum-kaum yang butuh untuk diperjuangkan.
Hidup Pers Mahasiswa! ~Redaksi~
/SURAT PEMBACA/
Perbedaan Fasilitas di Teknik dan Tata Niaga Oleh : Ahmad Nasrul Arif, mahasiswa jurusan Teknik Elektro
F
asilitas merupakan sarana terpenting untuk menunjang proses belajar di dalam lingkup perkuliahan. Sehingga termasuk salah satu faktor yang berpengaruh dalam terciptanya kelas yang kondusif di dalam perkuliahan. Fasilitas yang bagus dan nyaman akan membuat mahasiswa akan betah dan fokus dalam memperhatikan pelajaran. Berbicara mengenai fasilitas, di Politeknik Negeri Semarang antara Teknik dan Tata Niaga terdapat banyak perbedaan. Saya sebagai mahasiswa Teknik, mendapati bahwa fasilitas Âkurang begitu memadai. Misalnya dalam hal peralatan pada program studi Teknik Informatika, komputer yang digunakan sudah tidak layak. Komputernya sudah tua dan ada beberapa yang sudah rusak. Untuk kelasnya sendiri ada beberapa ruangan yang belum ber-AC bahkan kipas pun tidak ada. Sedangkan yang saya dengar dari mahasiswa-mahasiswa Tata Niaga, ruangan disana rata-rata sudah ber-AC dan komputernya sudah banyak yang diperbaruhi. Perbedaan fasilitas tersebut mungkin disebabkan oleh kebijakan dari masing-masing Kepala Jurusan yang menaunginya. Mengingat di Teknik banyak menggunakan peralatan-peralatan berat yang ada di bengkel, sehingga mayoritas dana alokasi digunakan untuk perawatan fasilitas yang ada di bengkel untuk menunjang kegiatan praktikum. Kemungkinan yang lain adalah karena gedung Teknik adalah gedung yang sudah lama berdiri sedangkan gedung Tata Niaga notabene adalah gedung yang baru dibangun sehingga mungkin penataan dan fasilitas-fasilitasnya terbilang masih baru. Namun tanggapan terÂhadap rusaknya fasilitas pun terasa kurang cepat dan tidak segera ditanggapi. Saat di tanggapi pun fasilitas yang diganti tidak sesuai harapan. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa fasilitas kelas juga harus lebih diperhatikan lagi, walaupun tidak semua dana dialokasikan ke fasilitas kelas. Akan tetapi, untuk fasilitas kelas yang sudah tidak layak dan benar-benar harus diganti, pihak institusi harus cepat melakukan tindakan. Tidak hanya fasilitas kelas, namun semua fasilitas-fasilitas yang ada di gedung Teknik agar segera diperbaruhi.
CONTENTS. /Laporan Utama/ 10. Tersayat Geliat Pembangunan Infrastruktur 14. Ingar Bingar Menyoal Agraria 18. Gejolak Mencari Generasi Petani Muda di Negeri Agraris 21. Kurang Meratanya Program ÂPertanian Dari Pemerintah 23. Infografis: Solusi Menurunnya ÂPopulasi Petani dengan Alsintan 25. Sosok: Petani Muda Berpenghasilan Puluhan Juta
/Kampusiana/ 28. Sebuah Upaya Pelemahan Gerak Mahasiswa 31. Speak Up: Revitalisasi Politeknik, Perlukah Diterapkan?
/Semarangan/ 36. Komunitas: Sebuah Upaya Pelestarian Dolanan Tradisional 38. Galeri Foto: Solusi Pilihan Bercocok Tanam
/Travelogue/ 44. Plesir: Museum OHD, Destinasi Wisata Seni Kota Magelang 47. Kuliner: Kupang Kraton, Makanan Khas Pasuruan
/Incognito/ 50. 54. 56. 58.
Cerpen: Lacur Resensi Film: Cerita Lain Kartini Kelakar: Dedikasi yang Terdegradasi Kang Prov: Teknologi Untuk Pembaruan Pertanian 60. Kuis: Teka Teki Silang 62. Ngedims
CONTENTS.
laporan utama
Agraria - Infrastruktur - Padi - Petani - Alsintan - Keseahteraan - Gemah Ripah Loh Jinawi - hortikultura - Regenerasi - Indonesia - eksekusi
/LAPORAN UTAMA/
Tersayat Geliat Pembangunan Infrastruktur Oleh : Richa Meiliyana
Pembangunan proyek jalan tol Semarang-Batang di Desa Wungurejo (Dok. Richa)
“Nganti saiki duit ganti rugi durung
tak jupuk, amarga durung pas. Panitia ngandakke gelem sakmono, rak gelem sak mono. Karepe masyarakat yo njaluk rego sing memper. Kiwo tengene larang-larang, kene sawah apik-apik kok yo ngene,�
T
ak seperti Sabtu malam di kota, Sabtu malam di Desa Wungurejo senyap, hanya nampak beberapa sorot lampu kendaraan bermotor yang berjalan melintasi jalanan desa. Pintu-pintu rumah warga yang sudah tertutup sejak maghrib pun semakin menambah lengang desa.
10
DIMENSI 58
Malam setelah isya itu, saya dan tiga awak kru Dimensi lainnya bertemu dengan Jupri, lelaki berusia sekitar 55 tahun yang tinggal di Desa Wungurejo, Kecamatan Ringinarum, Kabupaten Kendal. Rumahnya sekitar satu kilometer dari pembangunan proyek jalan tol Semarang-Batang yang sedang digarap di Kendal. Saya menjumpai Jupri di kediamannya yang berbentuk joglo berbahan dasar kayu, sedangkan lantainya ber alaskan tanah. Jupri adalah seorang petani di Kendal yang terenggut lahan sawahnya karena dialihfungsikan untuk pembangunan proyek jalan tol Semarang-Batang. Perbincangan kami pun dimulai di teras rumahnya setelah Jupri mengira bahwa kami adalah mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa yang sedang mengunjungi rumahnya untuk sebuah keperluan.
/LAPORAN UTAMA/
Alat berat beroperasi dalam proses pembangunan.
(Dok. Richa)
Mula-mula Jupri bercerita kepada saya, jika dia dan para petani di Wungurejo terampas lahan sawahnya. “Sawahe sing kena proyek telung iring.” (Sawah yang terkena proyek itu ada tiga bagian). Namun hingga artikel ini ditulis pada akhir 2017 lalu, Jupri dan warga Wungurejo tetap kukuh belum mau mengambil uang ganti rugi yang dititipkan di Pengadilan Negeri akibat pembangunan proyek jalan tol. Hal tersebut lantaran harga tanah di Wungurejo dihargai rendah jika dibandingkan dengan harga tanah di desa-desa lain. Sehingga tidaklah cukup untuk membeli lahan pengganti bagi para petani. “Nganti saiki duit ganti rugi durung tak jupuk,
amarga durung pas. Panitia ngandakke gelem sakmono, rak gelem sak mono. Karepe masyarakat yo njaluk rego sing memper. Kiwo tengene larang-larang, kene sawah apik-apik kok yo ngene.” (Sampai sekarang uang ganti rugi belum saya ambil karena belum cocok. Panitia bilang jika mau segitu, kalau tidak mau ya tetap segitu. Penginnya masyarakat itu cuman minta harga yang wajar. Kanan kiri (tanah desa lain) dihargai mahal-mahal, disini sawah bagus-bagus tetapi kok begini). Beberapa menit setelah Jupri mengeluhkan ketidakadilan Panitia Pengadaan Tanah (PPT) atas harga tanah di Wungurejo yang dibeli dibawah harga pasar, seorang wanita yang me ngenakan jilbab seusia dengan Jupri berjalan dari luar rumah mendatangi kami. Wanita itu bernama Sripah, yang kemudian saya ketahui dia adalah istri Jupri. Sripah mempersilahkan
saya dan awak kru Dimensi lainnya masuk ke dalam rumah. Namun kami memilih tetap untuk berada di teras rumah sembari mendengarkan Jupri yang terus bercerita tentang nasibnya dan nasib petani-petani lain di Wu ngurejo. Sripah kemudian duduk dan ikut berbincang-bincang bersama kami. Dia pun sama seperti suaminya, dia merasakan ke tidakadilan atas tanah yang hanya dibayar 220 ribu per meter oleh PPT, jauh dari harga pasar tanah sekarang. Padahal menurutnya, lahan di Wungurejo adalah lahan yang produktif. “Kene ki nek rendeng ditanduri brambang,
kene tok sing keno ditanduri. Liane do banjir. Ngertine tanah sing ora keno ditanduri, tanah sing murah. Padahal kene ki produktif, mbako sing nggone paling apik, brambang iso, jagung iso, pari iso, dele iso. Kae dipotoni brambange ki lemu-lemu, dikontrol truk pirang-pirang ngusungi brambang. Wong Brebes do tuku rene. Sing ngontrol yo weruh nek dadi.”(Di sini lahan sawah kalau musim hujan ditanami bawang merah, hanya disini yang bisa ditanami. Yang lain pada banjir. Ngertinya (PPT) itu tanah yang tidak dapat ditanami, tanah yang murah. Padahal disini itu produktif, tempat tembakau paling bagus, bawang merah bisa, jagung bisa, padi bisa, kedelai bisa. Dulu difotoin bawang merah besar-besar, pas dikontrol juga banyak truk mengangkut bawang merah. Orang Brebes kalau beli ya disini. Orang yang mengontrol juga tahu kalau panen). Tak hanya bercerita tentang tanahnya yang produktif yang dapat ditanami beraneka tanaman, ia juga memberitahu saya jika lahannya itu bisa ditanami dalam empat kali musim tanam dalam setahun. Namun kini dia harus rela membiarkan lahannya tergantikan oleh proyek jalan tol yang terus dikerjakan hingga kini. Sripah merasakan diskriminasi atas harga tanah yang didapatkan oleh petani Desa Wungurejo dan Tejorejo terhadap desa-desa lainnya. “Kok iso diregani mung 220 ewu. Ora
pantes nek diregani semono. Liane ono sing nganti 470 ewu opo piro. Kene sing lapang iso ditanduri opo ae kok 220 ewu ngene. Do ngamok do demo. Do nolak.” (Kok bisa dihar-
gai cuman 220 ribu. Tidak pantas jika dihar-
/LAPORAN UTAMA/
Seorang petani sedang mempersiapkan lahannya dengan mencangkul untuk proses penanaman padi di sawah. (Dok. Richa)
gai cuman segitu. Sedangkan lainnya (tanah) ada yang 350 ribu 450 ribu atau berapa. Disini tanah yang lapang bisa ditanami apa saja kok cuman 220 ribu. Pada marah dan pada demo. Jupri hanya bisa pasrah saat lahannya harus diratakan dengan alat-alat berat, walau memang sempat terjadi perlawanan oleh warga saat eksekusi lahan. Baginya lahan yang telah dimilikinya bertahun-tahun itu adalah sumber penghidupannya untuk mencukupi kebutuhan anak dan istri nya. Dia tak punya pilihan lain, selain a khirnya menyewa lahan sawah di desa lain untuk digarap. “Aku nyewa
sawah, tuku ning Ngawensari lawong wes ora duwe sawah, mung turah sekotak.” (Saya menyewa sawah, mem-
beli di Ngawensari (nama desa di Ken dal) karena sudah tidak punya sawah, cuman sisa satu kotak).
12
DIMENSI 58
Walau harus kehilangan lahannya, Jupri sebenar nya merasa masih bersyukur dan beruntung karena masih bisa menyewa sawah di daerah lain. Sementara beberapa warga Wungurejo yang tidak memiliki modal untuk menyewa sawah terpaksa menjadi pengangguran karena lahan sawahnya dialihfungsikan. “Nandure sing kuat tuku, nek ora kuat tuku, yo nganggur. Aso ora garap sawah.” (Yang menanam yang kuat membeli, sedangkan yang tidak kuat membeli ya menjadi pengangguran, istirahat tidak menggarap sawah). Tak terasa malam sudah semakin larut dan suasana semakin hening. Saya dan awak kru Dimensi memutuskan untuk mengakhiri perbincangan pada sebuah harapan yang dilontarkan oleh Jupri. “Hara-
pane nek diundakke tak jupuk. Larang saiki sawah nduk. Nek diregani semono ki ora gatok karo regane sawah saiki.” (Harapannya kalau dinaikkan (harga tanah) nanti saya ambil. Harga sawah sekarang mahal nduk. Kalau dihargai segitu tidak cocok dengan harga sawah sekarang).
prili
Papan bertuliskan protes warga terhadap ganti rugi yang tak adil berada di dekat proyek jalan tol Desa Wungurejo.
(Dok. Richa)
Ingar Bingar Menyoal Agraria Oleh : Richa Meiliyana
Samsudin dan warga tak gentar. Mereka tak menyerah. Tetap kukuh pada pendiriannya menolak pembangunan jalan tol yang melintasi desanya. Meski kini lahan pertanian di desanya itu telah berubah menjadi jalanan berbeton. Mereka tak henti-hentinya menyuarakan aspirasi kepada pejabat yang mereka harapkan dapat mengubah putusan Mahkamah Agung (MA). Terus menuntut keadilan ditegakkan kepada para petani di Desa Wungurejo dan Desa Tejorejo. “Warga bukan sebetulnya bukan tidak mendukung pembangunan jalan tol. Warga hanya pengin pemberian ganti rugi yang wajar dan tidak diskriminatif terhadap desa lain,� ucap Samsudin. Samsudin merupakan koordinator petani sekaligus ketua paguyuban petani Desa Wungurejo yang menginformasikan kepada saya mengenai bagaimana nasib warga desanya setelah lahan sawahnya dieksesusi karena pembangunan proyek jalan tol Semarang-Batang Mei 2017 lalu. Selepas pulang dari bekerja, sore itu Samsudin menyambut saya dan awak kru Dimensi lain di rumahnya yang terletak tak jauh dari pembangunan proyek jalan tol Semarang-Batang di Desa Wungusari, Kendal. Kabupaten Kendal menjadi salah satu daerah yang terkena imbas dampak pembangunan jalan tol Transjawa yang panjangnya terbentang 1.187 kilometer dari Merak hingga Banyuwangi. Pembangunan jalan tol Transjawa yang menghubungkan kota-kota besar dari Jakarta hingga Surabaya ini bertujuan untuk mempercepat akses transportasi ma syarakat, sehingga akan mengurangi kemacetan kendaraan saat musim mudik tahunan. Sementara jalan tol Semarang – Batang yang melewati Kendal sendiri mempunyai panjang 75,35 kilometer.
/LAPORAN UTAMA/ Januari 2016 Harga Deskriminatif dan Dibawah Harga Pasar Mula-mula Samsudin bercerita bahwa Januari 2016 lalu, Panitia Pembebasan Tanah (PPT) Kabupaten Kendal menyampaikan hasil penawaran dari Tim Penilai Tanah untuk jalan tol SemarangBatang dihargai sebesar 220 ribu per meter pada semua bidang tanah di Desa Wungurejo dan Desa Tejorejo. Desa Wungurejo dan Desa Tejorejo sendiri 100% adalah tanah pertanian. Tak hanya tanah semata, namun sebagian besar warga menggantungkan nasibnya untuk mencukupi kebutuhan hidup melalui tanah tersebut. Harga tanah 220 ribu per meter yang dihargai oleh Tim Penilai Tanah pun dirasa oleh warga tidak wajar. “Harganya tidak layak sehingga warga tidak bisa membeli tanah pengganti dan akhirnya warga semakin miskin. Hal ini sudah dirasakan dua tahun ini. Sedangkan harga tanah disekitar itu 300-an per meter,” ucap Samsudin melanjutkan pembicaraan.
Februari 2016 Upaya Perlawanan melalui Pengadilan Negeri Karena harga yang tak layak, warga Wungurejo dan Tejorejo menyatakan keberatan melalui Pe ngadilan Negeri Kendal untuk mengajukan perlawanan upaya jalur hukum pada bulan Febuari 2016 lalu. Sementara itu, dilansir dari media televisi Kontrofersi pada 10 Juli 2017, Tendi Hartono selaku Pejabat Pembuat Komitmen jalan tol Semarang-Batang memberikan keterangan jika bentuk kerugian terhadap tanah yang terkena imbas proyek jalan tol telah dimusyawarahkan dengan warga. “Yang dimusyawarahkan dengan warga adalah bentuk ganti kerugian. Bentuknya mau apa. Cuman bentuknya. Nilainya adalah nilai yang sudah dinilai oleh appraisal (tim penilai tanah),”ungkapnya. Di Pengadilan Negeri Kendal sendiri, telah di nyatakan bahwa Badan Pertanahan Nasional Kendal terbukti bersalah. Sehingga Majelis Hakim Pengadilan Negeri Kendal mengabulkan
permohonan warga untuk kenaikan harga tanah menjadi sebesar 350 ribu per meter untuk tanah kelas A dan 320 ribu untuk tanah kelas B. “Tanah kita dinilai tidak produktif. Padahal tanah kita produktif. Kita ada empat kali musim tanam. Ada bawang merah, padi, tembakau, dan kedelai. Dinilai mereka hanya padi saja,” ungkap Samsudin ketika menceritakan keadaan lahan sawah di desanya.
Maret 2016 Pengajuan Kasasi ke MA Namun disaat putusan Pengadilan Negeri Kendal mengabulkan permohonan warga, pihak PPT justru menolak putusan pengadilan dan mengajukan kasasi ke MA pada Maret 2016 lalu. Tak hanya harga yang tidak layak diberikan, kejanggalan juga dirasa oleh warga ketika panitia membebaskan tanah di desa lain ber kisar mulai 350 ribu per meter hingga 470 ribu per meter pada saat proses kasasi. Diantaranya Desa Rowobranten dan Desa Sumber Agung. “Harga 220 ribu tersebut sangat diskri minatif karena 27 desa yang melewati jalan tol di Kendal hanya Wungurejo dan Tejorejo yang harganya cuma 220 ribu. Desa sebelah 470, kita 220. Itu menjadi ironis sekali,” terang Samsudin ketika menceritakan tentang ketidakadilan panitia. Di Desa Wungurejo sendiri, lahan yang berkurang akibat pembangunan jalan tol yakni empat kali lipat dari lahan normal. Hal tersebut dikarenakan lahan di Wungurejo akan dibangun rest area sebagai tempat peristirahatan para pengguna tol. “Kalau tidak ada rest area pasti cuman sedikit. Rest area-nya di Wungurejo. Tapi malah ganti ruginya sedikit. Rata-rata 60% sampai 80% kehilangan tanah. Misal tanah normalnya 400 meter , ada rest area jadi 1600 meter,”ungkapnya.
DIMENSI 58
15
/LAPORAN UTAMA/ 2017 Kekecewaan Warga terhadap Putusan MA Setelah menunggu satu tahun, putusan kasasi dari MA akhirnya keluar. Warga Wungurejo dan Tejorejo kecewa. Tak terima dengan putusan MA yang justru membatalkan putusan Pengadilan Negeri Kendal dengan menetapkan harga tanah sesuai pengajuan PPT, yaitu sebesar 220 ribu per meter. Hadi, warga Wungurejo yang lahan sawahnya terkena imbas proyek jalan tol mengaku dirinya dan warga hanya meminta ganti rugi yang wajar atas tanah yang digarap untuk pembangunan jalan tol itu. “Warga inginnya ganti rugi yang wajar mbak, tak lebih. Uang segitu mana cukup buat beli lahan pengganti,” keluhnya ketika menemani saya mengamati pembangunan proyek jalan tol pada sore itu. Tak hanya itu, hingga artikel ini ditulis pada akhir 2017 lalu, warga tetap kukuh menolak uang pemberian ganti rugi yang telah dititipkan di Pengadilan Negeri Kendal oleh PPT. Hal tersebut pun kini membuat warga semakin tak dapat berbuat banyak untuk meneruskan kehidupannya. “Warga belum merasakan senyumnya dan manisnya jalan tol. Sampai sekarang justru meng akibatkan kerugian dan penderitaan. Kalau beralih profesi masih mending, kalau ini belum bisa beralih profesi . Tanah tidak dibayar dengan harga yang sesuai. Banyak pengangguran,” tegas Samsudin ketika menceritakan kondisi warga.
Mei 2017 Usaha Penolakan Warga Ekseskusi lahan terjadi pada 9 Mei 2017 lalu. Semua warga menolak. Mereka berkumpul di lokasi esksekusi dengan membentuk pagar hidup sembari berdoa dan berzikir, menolak pemba ngunan jalan tol tersebut. Namun karena jumlah warga yang lebih sedikit dibandingkan jumlah aparat polisi, eksekusi terjadi hari itu juga. Berbagai usaha pun telah dilakukan warga untuk menyuarakan aspirasi penolakan tersebut. Penyampaian aspirasi ke Bupati, Ketua
16
DIMENSI 58
Keluar masuk kendaraan untuk pembangunan jalan tol. (Dok. Richa)
DPRD Jawa Tengah, Presiden, DPR, hingga menunggu putusan kajian dari Ombudsmantelah dilakukan. Namun hasilnya nihil. Keputusan tak dapat diubah. Sementara itu, melihat penolakan warga terhadap proyek jalan tol, pihak pemerintah desa justru mendukung proyek pemerintah tersebut. Namun pihaknya juga menghargai upaya-upaya warga yang berjuang mendapatkan keadilan melalui jalur hukum. Supardi selaku Kepala Desa Wungerejo me ngaku tak tahu-menahu tentang proyek jalan tol. Karena menurutnya, hal tersebut merupakan urusan pemerintah pusat, bukan pemerintah desa. “Saya menghargai upaya-upaya warga melalui jalur hukum. Karena warga pasti minta harga yang sepadan. Tapi sudah se perti itu, mau bagaimana lagi. Dulu warga juga minta keterangan tentang lahan yang produktif, saya tanda tangan untuk syarat, tapi kenapa kok masih mental di MA. Padahal di Pengadilan Negeri sudah menang,” ungkap Supardi.
Tak Berbanding Lurus dengan Progres Pertanian Nasional Lain halnya dengan Bagus Herwibawa selaku dosen pertanian di Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro. Menurutnya, pengubahan lahan pertanian menjadi menjadi perusahaan, ruko, dan berbagai jenis pembangunan lainnya itu tanggung jawab pemerintah daerah, sehingga keberpihakan pemerintah daerah dan pemerintah pusat terhadap keberlangsungan lahan pertanian di Indonesia pun perlu ditingkatkan. “Kebijakan pemerintah kurang berpihak kepada petani terhadap alih fungsi lahan pertanian. Perlu komitmen yang kuat dari pemilik lahan. Petani juga perlu kepastian harga dan kepastian pasar,� jelas Bagus ketika saya temui di kantornya. Sementara itu, kenaikan indeks keberlanjutan pangan Indonesia yang telah memasuki 21 besar dunia dari 133 negara dalam laporan Global Food Sustainability Index oleh The Economist Intelligence pada tahun 2017 itu tak sebanding dengan nasib para petani di negeri ini. Pasalnya indeks ini dilihat dari tiga kategori, yakni sampah dan bahan makanan yang terbuang, keberlangsungan pertanian, serta tantangan nutrisi. “Pertanian saat ini sedang bangkit. Indonesia menjadi negara di Asia Tenggara yang masuk 21 besar. Progres pertanian nasional meningkat signifikan, namun kesejahteraan petani di Indonesia tidak berbanding lurus dengan pertanian nasional. Kemiskinan di pedesaan belum terentaskan,� ungkap Bagus.
Gejolak Mencari
Generasi Petani Muda di Negeri Agraris
Seorang ibu sedang menuai padi yang sudah tua di sawah.
Oleh: Wahyu Sari Foto: Galih Perdana
“Gemah ripah loh jinawi,� Sebuah ungkapan kalimat yang cukup sederhana, namun memiliki makna yang luar biasa. Sebuah kalimat yang mengantarkan dan menyadarkan pikiran akan potensi kekayaan alam melimpah yang dimiliki oleh Indonesia.
/LAPORAN UTAMA/
P
agi itu saya berjalan menuju sawah di Dusun Sringin yang terletak di wilayah Kecamatan Pati. Saya pun terpukau melihat hijaunya pemandangan hamparan sawah yang membentang luas di depan mata. Ramah begitu yang saya rasakan saat berpapasan dengan setiap orang di tempat itu. Hingga akhirnya saya bertemu dengan Karsini, salah satu petani yang menggarap lahan pertanian milik pribadi. Kami berbincang-bincang di gubuk sambil sesekali Karsini meneguk kopi yang dia bawa dari rumah. Karsini memiliki tiga orang anak. Anak pertama dan kedua merantau ke Jakarta dan menjadi pegawai di salah satu perusahaan di sana. Sedangkan anaknya yang terakhir masih menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Sebenarnya, besar harapan Karsini agar anaknya kelak dapat kembali ke desa untuk meneruskan pertanian yang selama ini dia garap. “Jika usia mereka sudah di atas 30 tahunan, saya ingin mereka menjadi petani. Namun jika masih muda seperti sekarang, saya menginginkan mereka bekerja di tempat yang teduh, bersih dan berpenampilan menarik serta berbaju rapi,” tuturnya dengan senyuman yang ramah. Identik dengan kemiskinan, kebodohan, pekerjaan yang tidak menghasilkan uang dengan cepat, bekerja di bawah terik matahari dan bersahabat dengan lumpur yang kotor. Apabila mendengar beberapa pernyataan tersebut, pekerjaan apakah yang terbesit di dalam pikiran? Parmadi W. J., staf bidang hortikultura Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Jawa Tengah berkata, “Pekerjaan sebagai petani hingga saat ini masih dinggap sebagai pekerjaan yang tidak layak, tidak keren, jadul dan identik dengan kemiskinan.” Padahal sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional Badan Pusat Statistik (BPS) 2016, dari jumlah penduduk yang bekerja pada Agustus 2015 sebesar 16,44 juta, sektor pertanian menyerap 4,71 juta atau 28,66% dari total angkatan kerja di Jawa Tengah.
Inilah yang menyebabkan petani dianggap sebagai pekerjaan yang tidak diminati oleh kalangan muda saat ini. Orang tua yang sudah berprofesi sebagai petani kebanyakan mengharapkan anaknya agar tidak menjadi petani. Jangankan anak petani, bahkan sarjana pertanian di Indonesia sendiri yang pastinya lebih paham tentang keilmuan di bidang pertanian, jarang sekali memiliki keinginan menjadi petani. Hal tersebut dibuktikan dengan sindiran Jokowi terhadap banyaknya lulusan Institut Pertanian Bogor (IPB) yang bekerja di dunia perbankan. Sindiran tersebut disampaikan Jokowi dalam Sidang Terbuka Dies Natalis IPB ke-54 di Kampus IPB pada Rabu (6/9/2017). Dalam sambutannya, Jokowi mengaku sudah mengecek sendiri jika banyak lulusan IPB yang bekerja di jajaran direksi perbankan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), mulai dari level direksi hingga manajer tengah. Namun hal berbeda diungkapkan oleh salah satu mahasiswa dari Fakultas Pertanian dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, Thenylien Pinike Rumwaropen. Dia mengatakan orang tuanya setuju dirinya menjadi petani, namun bukan petani biasa, melainkan petani berdasi. “Saya tidak gengsi menjadi petani. Justru dari pandangan sebelah mata orang itulah saya mau menunjukkan ke masyarakat bahwa menjadi seorang petani tidaklah mudah. Petani bekerja tanpa lelah. Dia memberikan makan ribuan, bahkan jutaan orang.” Sensus pertanian yang dilakukan oleh BPS menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian terus mengalami penurunan. Pada 2013 sebanyak 39,22 juta orang bekerja di sektor pertanian, dari jumlah tersebut turun pada 2014 menjadi 38,97 juta orang. Jumlah tersebut turun kembali menjadi 37,75 juta orang pada 2015. Hasil laporan BPS bertajuk Sensus Pertanian pada 2013 dari total 26.135.469 petani yang terdata, kelompok usia lebih dari 65 tahun sebanyak 3,33 juta orang dan usia 55-64 sebanyak 5,23 juta orang. Kelompok usia 45-54 tahun memiliki jumlah terbanyak yakni 7,32 juta orang. Usia 35-44 tahun sebanyak 6,88
DIMENSI 58
19
Indonesia dikenal sebagai Negara Agraris. Identik dengan kemiskinan, profesi petani hingga saat ini dianggap kurang diminati generasi muda.
Negeri Agrarisku, Indonesia sumber: Badan Pusat Statistik
Rata-rata usia petani di dominasi oleh petani berusia 35 tahun ke atas. Penurunan jumlah petani di Indonesia mengancam swasembada pangan dalam negeri.
Jumlah Penduduk Yang Bekerja di Sektor Pertanian /juta orang
Sarjana pertanian ada yang bekerja tidak sesuai dengan jurusan mereka, perbankan misalnya. Ada pula yang bercita-cita menjadi petani “berdasi”. Pemerintah dituntut untuk menjamin pasar yang jelas dan menstabilkan harga hasil pertanian domestik agar kesejahteraan petani terpenuhi dan generasi agraris Indonesia terus meningkat.
Jumlah Petani Berdasarkan Rentang Usia Pada Tahun 2013 15-24 25-35
2013
39,22
2014
38,97
2015
37,75
juta orang. Sedangkan jumlah petani muda usia 25-35 tahun sebanyak 3,13 juta orang dan pada kelompok usia 15-24 tahun hanya sekitar 230 ribu orang. Khusus wilayah Jawa Tengah berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional BPS, pada 2013 dengan jumlah angkatan kerja 16,99 juta orang, sebanyak 5,173 juta orang bekerja di sektor pertanian. Pada tahun 2014 jumlah angkatan kerja mencapai 17,55 juta orang naik 3,30% dibanding tahun 2013, seba nyak 5,174 juta orang bekerja di sektor pertanian. Sedangkan pada tahun 2015 dengan jumlah angkatan kerja sebanyak 17,30 juta orang, yang bekerja di sektor pertanian turun menjadi 4,71 juta orang. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa regenerasi petani di Indonesia mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Rata-rata usia petani di dominasi oleh petani berusia 35 tahun ke atas. Kondisi ini cukup memprihatin kan mengingat bahwa Indonesia adalah negeri agraris yang menjadikan pertanian sebagai sektor andalan pembangunan perekonomian. Rendahnya minat anak muda untuk menjadi petani tentu menjadi hal yang mengkhawatirkan. Pasalnya jika tidak ada generasi penerus maka siapa yang akan mengelola lahan pertanian di Indonesia kedepannya. Budi Adi Kristanto selaku dosen agro
20
DIMENSI 58
>65 55-64
35-44 45-54
teknologi Universitas Diponegoro menjelaskan bahwa jaminan pasar yang jelas dan harga stabil dari pemerintah adalah kebijakan hal yang paling penting. Apabila kedua hal tersebut sudah terjamin, maka kesejahteraan petani juga akan terpenuhi. “Yang terjadi di Indonesia saat ini, tidak ada dua jaminan tersebut. Banyak petani yang mampu memproduksi komoditas pertanian, tetapi mereka sulit memasarkan produknya. Jika kesejahteraan petani telah terpenuhi, bukan tidak mungkin banyak pemuda yang tertarik untuk menjadi petani.” Pembangunan pertanian di masa yang akan datang tidak hanya dihadapkan untuk memecahkan masalah-masalah yang ada, namun dihadapkan pula pada tantangan di era globalisasi dunia. Dimana pada era global itu dibutuhkan generasi-generasi muda yang handal khususnya di bidang pertanian. Pada akhirnya kerjasama antara peme rintah dan masyarakat yang mampu membe nahi dan menangani permasalahan regenerasi petani di negeri ini. Agar identitas bangsa ini sebagai negeri agraris tidak hanya sekedar identitas yang hanya tinggal sejarah. Sekarang mari kita renungkan bersama, siapa nantinya yang akan meneruskan perjuangan mereka sebagai pahlawan pangan Indonesia.
/LAPORAN UTAMA/
P
Oleh : Nafisah Nurul A
Kurang Meratanya PROGRAM PERTANIAN DARI
PEMERINTAH
emerintah mempunyai peran penting dalam perkemba足 ngan negara Indonesia, termasuk didalamnya adalah perkembangan pertanian. Menurut M. Dawam Rahardjo seorang pengamat dan peneliti sosial sekaligus Rektor Universitas Islam 45 (Unisma) Bekasi, pembangunan pertanian diletakkan pada skala prioritas teratas. Pertanian telah dijadikan dasar pembangunan nasional yang menyeluruh. Disadari bahwa perkemba足 ngan pertanian merupakan prasyarat industrialisasi yang akan menjadi tulang punggung perekonomian nasional yang tangguh. Dari pendapat tersebut, pertanian adalah salah satu faktor yang mempengaruhi perkenomian negara Indonesia. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), profesi atau mata pencaharian pada 2014 lalu, sektor pertanian Jawa Tengah menyerap 30,86 pekerja dan merupakan sektor pa足ling banyak menye足 rap pekerja (Jawa Tengah dalam Angka 2015). Pemerintah Jawa Tengah mengadakan beberapa program yang ditujukan kepada masyarakat di bidang pertanian, hal tersebut dikatakan oleh Parmadi W. J. S, Staf Bidang Hortikular Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Jawa Tengah. Program pemerintah tersebut berupa penggunaan benih yang bermutu, sehingga produktivitas tanaman men-
DIMENSI 58
21
jadi semakin tinggi dan juga masa panen bisa lebih cepat. Misalnya, tanaman yang dulunya memiliki masa panen hampir 4 bulan, dengan ada nya benih bermutu hanya membutuhkan 3 bulan untuk masa panen. Program lain yang bertujuan untuk membangun pertanian yaitu pembuatan palut pada irigasi. Pembuatan palut bertujuan agar air yang digunakan untuk pengairan dapat sampai ke sawah bagian ujung atau sawah yang paling jauh dari sumber pe ngairan. Terdapat pula bantuan alat traktor dan Power Treaser (perontok padi) yang diberikan kepada kelompok-kelompok tani. Program Brigade Tanam yang dilakukan oleh para Tentara Nasional Indonesia (TNI) juga diterapkan pemerintah, program ini dilakukan jika terdapat petani yang enggan untuk bercocok tanam, maka Brigade Tanam ini dikerahkan untuk membantu bercocok tanam. Untuk saat ini Brigade Tanam ada di masing-masing kabupaten. Pada 2017, pemerintah juga mengadakan program kartu tani yang bertujuan untuk menutup kebocoran-kebocoran pupuk yang mengakibatkan pupuk di suatu daerah langka. Target tartu tani adalah semua petani, tetapi pendataan untuk pembuatan kartu tani dilakukan oleh kelompok tani. Jadi jika ada petani yang tidak mengikuti kelompok tani
22
DIMENSI 58
(petani individu), petani tidak bisa terdata, sehingga petani tersebut tidak akan mendapat kan kartu tani. Proses pendataan tersebut bukan berarti tidak ada tujuannya, dalam hal ini pemerintah bermaksud mendorong para petani individu untuk berkelompok. Se hingga jika ada seorang petani yang punya ilmu bisa berbagi de ngan anggota kelompok yang lain dan jika ada yang kesulitan bisa meminta bantuan saling membantu dengan para petani yang lain. Program kartu tani sudah berlangsung tetapi belum terdata 100% sehingga penerapannya juga belum merata. Penggunaan kartu tani hanya dapat dilakukan jika terdapat saldo (uang), sehingga petani harus menabung di bank terlebih dahulu untuk bisa menggunakan kartu tani dalam pembelian pupuk. Di dalam kartu tani juga terdapat pula jumlah pupuk yang sudah ditetapkan berdasarkan kebutuhan petani dengan mempertimbangkan luas tanah yang sedang digunakan untuk menanam, se hingga petani tidak bisa membeli pupuk melebihi jumlah yang sudah ditetapkan. Namun, semua program yang diterapkan pemerintah dalam pembangunan pertanian tersebut belum merata, seperti contohnya saja mesin Power Treaser, tidak semua kelompok tani mendapatkan mesin tersebut. Salah satu
petani asal Blora, Suparman me ngatakan bahwa kelompok tani di desanya tidak mendapatkan Power Treaser. “Kalau traktor memang ada bantuan tapi untuk mesin pe rontok padi tidak mendapatkan,” ungkapnya. Suparman juga mengeluhkan tentang susahnya mendapat pengairan karena minimnya sumber pengairan pertanian di Blora. “Walaupun sudah diperbaiki tapi masih tetap kurang karena terkadang pintu air jarang dibuka, jadi sekali pintu air dibuka semua petani berebut untuk mendapatkan air,” tambahnya. Mengenai program kartu tani, petani desa juga mengeluh karena mereka menganggap program tersebut terlalu rumit untuk petani yang jauh dari perkotaan dan petani yang tidak mengerti akan teknologi saat ini. Mereka berpikiran dari pada pergi ke bank, le bih baik waktunya digunakan untuk ke sawah dan mereka lebih memilih membeli pupuk secara ma nual karena mereka cukup pergi ke toko akan langsung mendapatkan pupuk dan itu tidak memakan waktu yang lama. “Saya dan semua petani di disini tidak setuju kalau menggunakan kartu tani karena pergi ke bank itu terlalu ribet dan membutuhkan waktu yang lama. Lebih baik pergi ke sawah dari pada pergi ke bank,” ungkap Suparman.
/INFOGRAFIS/
Solusi Menurunnya Populasi Petani dengan Alsintan Oleh : Durrotun & Devan Balaya alah satu persoalan besar Indonesia adalah bagaimana menjamin ketersediaan pangan yang S cukup, harganya terjangkau dan dapat diakses oleh semua warga. Menurunnya jumlah petani sebagai produsen pangan, akan memperburuk kondisi pertanian. Masalah ini akan berdampak pada menurunnya produksi pangan yang dalam jangka panjang dapat memicu terjadinya krisis pangan. Penurunan jumlah petani disebabkan oleh beberapa faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi faktor ekonomi dimana petani sering mengalami kerugian dalam menjalankan usaha tani, dan faktor yang kedua adalah mindset petani bahwa profesi petani di Indonesia diidentikan dengan kemiskinan, kurang pendidikan dan profesi orang tua. Faktor eksternal merupakan faktor yang datang dari luar individu petani, yaitu faktor alam dan konversi lahan yang disebabkan oleh kebijakan pembangunan.
Faktor Internal
Faktor Eksternal alam dan konversi lahan
ekonomi petani sering mengalami kerugian dalam menjalankan usaha tani
disebabkan oleh kebijakan pembangunan
mindset profesi petani identik dengan kemiskinan, kurang pendidikan dan profesi orang tua
Selain itu dalam konteks pembangunan, penurunan petani kerap dipandang kemajuan. Menurut analisis Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP), perspektif pembangunan semacam ini hanya menganggap sektor industrilah yang bisa memajukan suatu bangsa. Persoalannya bukan soal efisiensi dan kemajuan industri belaka. Berkurangnya jumlah petani akan berimplikasi pada penurunannya keseterdiaan pangan produk dalam negeri. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian terus mengalami penurunan dari 39,22 juta pada 2013 menjadi 38,97 juta pada 2014, dan jumlah tersebut menurun kembali menjadi 37,75 juta pada tahun 2015. Penurunan jumlah ini sudah sudah terjadi sejak sepuluh tahun terakhir. Menteri Pertanian Amran Sulaiman turut menanggapi masalah tersebut. Ketika serah terima jabatan pada tahun 2014 ia menegaskan akan mengupayakan pembangunan kedaulatan pangan berbasis agribisnis kerakyatan dengan melakukan regenerasi petani dan pengendalian atas impor pangan serta pengembangan ekspor pertanian. Karenanya perlu didukung oleh mekanisme pertanian yang membantu proses produksi.
2013 39,22 juta
2014 38,97 juta
2015 37,75 juta
DIMENSI 58
23
/INFOGRAFIS/
Kementerian Pertanian tengah berupaya dalam meningkatkan penggunaan alat mesin pertanian (alsintan) untuk mempercepat waktu budidaya tanaman, menghemat tenaga kerja, serta efisiensi biaya produksi. Jumlah penggunaan alsintan di Indonesia masih kecil dibanding negara tetangga. Dari ungkapan Amran pada bulan Februari 2017 lalu, jumlah alsintan untuk budidaya dan usai panen padi di Indonesia saat ini baru 231.870 unit. Jumlah ini diperkirakan akan bertambah karena alsintan yang rencanakan di tahun 2017 sebanyak 288.542 unit. Penggunaan altansi atau mekanisasi pertanian ini telah memberikan dampak positif yaitu Indeks pertanian (IP) dan produktifitas lahan pertanian meningkat sedangkan biaya tenaga kerja dapat dihemat. Dampaknya, selama dua tahun terakhir, terhitung mulai tahun 2014 sampai tahun 2016 indeks impor pangan di Indonesia mengalami penurunan, karena tingkat produksi pangan mengalami peningkatan.
Penggunaan Alat Mesin Pertanian (Alsintan) Tahun 2017
288.542 unit
2017
Februari 2017 231.870 unit
/SOSOK/
B
Berbeda dengan kebanyakan pemuda di era sekarang, Shofyan justru melirik bisnis pertanian sebagai bisnis yang menjanjikan. Dia berpendapat bahwa bisnis pertanian me rupakan bisnis yang menguntungkan karena sifatnya yang berkelanjutan. Kebutuhan bahan pangan yang tidak akan ada habisnya membuat dia berpikir bahwa pertanian adalah bisnis yang menjanjikan di masa depan. Di zaman sekarang kebanyakan orang tua enggan apabila anaknya berprofesi sebagai petani. Hal tersebut berbeda dengan ayah Sofyan yang jus tru mendukung dan mendorong anaknya agar menjadi petani yang sukses. “Sekarang isu-isunya justru orang tua yang melarang anaknya agar tidak menjadi petani. Bapak saya juga sama, jangan sampai saya menjadi petani se perti bapak saya. Maksudnya, bapak saya dulu bertani de ngan sistem turun-menurun sedangkan saya harus bertani berdasarkan ilmu pengetahuan,” ungkap Shofyan. Tekad untuk menjadi petani diperkuat Shofyan dengan
dok. Pribadi
erlatar belakang ke luarga sebagai petani, Shofyan Adi Cahyono adalah seorang pemuda yang memiliki cita-cita menjadi petani. Sering disapa Shofyan, pemuda berusia 22 tahun ini merupakan petani muda yang tinggal Desa Kopeng, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang.
Shofyan Adi Cahyono, pemuda yang bercita-cita menjadi petani
Petani Muda
Berpenghasilan
Puluhan Juta Oleh : Wahyu Sari memantapkan ilmu di bidang pertanian dan mengambil jurusan agroteknologi Fakultas Pertanian dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga. Kini dirinya tengah menyelesaikan program pasca sarjana dengan mengambil Magister Ilmu Pertanian Fakultas Pertanian dan Bisnis UKSW Salatiga.
Diawali dari pertanian organik yang telah digarap ayahnya pada 2008 lalu, kini Shofyan menjalankan unit usaha berbentuk perorangan yang di beri nama PO SOM (Sayur Organik Merbabu). Kemudian dia bercerita awal terbentuknya usaha tersebut. Yakni ketika proposal bertajuk “Sayur Organik Merbabu” yang dia ajukan pada program kewirausahaan berbasis kewirausahaan di Fakultas Pertanian dan Bisnis UKSW Salatiga lolos. Dia melihat bahwa komo ditas sayur yang dihasilkan oleh ayahnya belum memiliki segmen pasar yang baik karena kebanyakan petani menjual hasil panennya kepada tengkulak. Dengan modal dana sebesar 1,5 juta dari program kewirausahaan, dia pergunakan untuk membeli me sin pengemas sayur. Sehingga terbentuklah unit usaha PO SOM pada 2014. Unit usaha ini bergerak sebagai penyedia komoditas sayur organik. “Dulunya saya ingin menjual sayur organik langsung ke konsumen dalam bentuk sayur kemasan, karena dulu masih jarang sayur segar kemasan. Dari unit usaha PO SOM saya menekankan pentingnya labeling dan packaging dalam suatu produk,” paparnya. Menurut Shofyan, dalam melakukan proses budidaya organik tidak dapat dilakukan secara sembarangan, namun harus sesuai dengan ketentuan baku yaitu good agriculture
practices. Tanaman yang dibudidayakan oleh PO SOM sendiri ada sekitar 40 jenis sayur, antara lain: selada, sawi, tomat cery, kentang, wortel, dan berbagai jenis sayur lainnya. Dalam sehari PO SOM dapat memanen dan memasok hingga 100 kg sayuran segar. Pemasarannya meliputi berbagai wilayah di Pulau Jawa, seperti Salatiga, Semarang, Solo, Klaten, Magelang, Purworejo, Yogyakarta, Surabaya dan wilayah Jabodetabek. Sistem pemasarannya sendiri selain dipasarkan secara langsung, juga di pasarkan secara online melalui website maupun Instagram. “Dari segi penjualan dulu masih ke tengkulak. Seperti yang kita ketahui sendiri jika harga dari tengkulak naik turun tidak jelas. Dari situ saya berpikir saya punya produk sayur organik, kenapa tidak saya beri brand sendiri,” tuturnya. Pendapatan rata-rata per bulan dari unit usaha pertanian PO SOM mencapai 60 juta hingga 80 juta. Namun dari kesuksesannya bertani sayur organik, tidak membuat Shofyan tertutup ilmu dengan lingkungan sekitarnya. Justru dari keberhasilan membudidayakan tanaman sayuran dengan sistem pertanian organik itulah dia dengan senang hati membagikan ilmunya. Melalui kelompok tani muda “Citra Muda”, dia membagikan pe ngetahuannya kepada petanipetani muda lainnya. Dari keberhasilan menjadi seorang
petani muda itulah Shofyan meraih penghargaan Young Farmers FPB UKSW 2017. Namun kesuksesan yang telah diraih oleh Shofyan tentu tidak semudah yang dibayangkan. Sayuran yang dikelola Shofyan pernah mengalami gagal panen aki bat serangan hama. Namun rintangan yang pernah dia alami justru dijadikan sebagai bahan evaluasi agar lebih baik kedepannya. “Namanya usaha pasti kadang di atas kadang juga di bawah. Itu hal biasa. Justru dari permasalahan itu saya dapat belajar. Misalnya untuk mengatasi serangan hama, karena kita tidak menggunakan pestisida sedikit pun maka kita gunakan pestisida hayati,” tuturnya. Shofyan ternyata meng idolakan Jokowi, dia menyukai semangat kerja keras yang dimiliki oleh Jokowi. Jokowi memberikan gambaran bagi sosok Shofyan bahwa jika seseorang mau tekun dan ber usaha, pasti dapat mengubah nasib. Peluang kesuksesan bisnis di bidang pertanian masih sa ngat besar karena setiap manusia membutuhkan makanan. Oleh karena itu, Shofyan mengingatkan kepada pemuda untuk tidak menganggap sepele profesi petani. Profesi petani adalah profesi yang menjanjikan jika kita mampu mengelolanya dengan ilmu pengetahuan, tek nologi dan manajemen yang baik.
kampusiana
Politeknik - Revitalisasi - Mahasiswa - Pergerakan - Revolusi - Nasional - Pendidikan - Kampus - Vokasi - Pelemahan
/KAMPUSIANA/
Sebuah Upaya Pelemahan Gerak Mahasiswa Oleh :Yuli Hastuti
Erica
Seiring dengan diterbitkannya Instruksi Presiden nomor 9 tahun 2016 tentang revitalisasi vokasi, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan akademik komunitas oleh Presiden Joko Widodo, kini program revitalisasi Politeknik mulai diterapkan di 12 Politeknik di Indonesia.
28
DIMENSI 58
/KAMPUSIANA/
R
e vitalisasi sendiri merupakan suatu proses atau cara dan perbuatan untuk menghidupkan kembali suatu hal yang sebelumnya terberdaya. Dalam konteks ini, Politeknik yang merupakan pendidikan tinggi vokasi masih dianggap tertinggal dan dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan rendahnya jumlah mahasiswa vokasi Indonesia dibandingkan negara negara lain di dunia. Ada kurang lebih 4.300-an perguruan tinggi di Indonesia, namun untuk jumlah Politeknik yang ada hanya sedikit. Kementrian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) mengakui bahwa masih ada stigma Politeknik menjadi jalur pendidikan kelas dua. Padahal dengan bobot pengajaran 70% praktik dan 30% teori, lulusan vokasi dan Politeknik memiliki nilai yang lebih tinggi untuk diserap dunia kerja. Maka dari itu menurut Muhadjir Effendy selaku Menteri Pendidikan dalam dokumen naskah Revitalisasi Pendidikan Vokasi, Indonesia perlu melakukan revitalisasi Politeknik untuk membawa Indonesia menjadi negara dengan kekuatan ekonomi nomor tujuh dunia pada tahun 2030. Ada beberapa program revitalisasi yang akan dilakukan Kemenristek Dikti mulai anggaran tahun 2017. Pertama, penyesuaian komposisi tenaga pendidik yaitu 50% industry pendidikan dan 50% industri. Kedua, penerapan sistem perkuliahan 3-2-1, dimana tiga semester untuk kuliah di kampus, dua semester untuk magang industri, dan satu semester untuk menyelesaikan tugas akhir ataupun skripsi. Ketiga, pembangunan teaching factory yang merupakan model pembelajaran berbasis produksi atau jasa yang mengacu pada standar dan prosedur yang berlaku di industri. Keempat, pemberian pelatihan kembali kepada dosen dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pengajar. Kelima, Politeknik dapat digunakan sebagai Tempat Uji Kompetensi (TUK) dan Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP). Terakhir, pemberian kurikulum Politeknik disesuaikan dengan kebutuhan industri. Selanjutnya, sebagai tindak lanjut dari kebijakan tersebut, kini sudah ada 12 Politeknik yang menjadi acuan penerapan program ini. Diantaranya, Politeknik Lhokseumawe, Politeknik Manufaktur Bandung, Politeknik Negeri Jember, Politeknik Batam, Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, Politeknik Negeri Marine Semarang, Politeknik Negeri Ambon, Politeknik Negeri Malang, Politeknik Negeri Banjarmasin, Politeknik Pangkep, dan Politeknik Negeri Samarinda. Alasan dipilihnya 12 Politeknik ini dikarenakan anggaran kementerian terbatas. Untuk revitalisasi ini, Kemenristek Dikti mengalokasikan anggaran sebesar 200 miliar rupiah yang digunakan untuk peningkatan kualitas laboratorium, standarisasi dosen, dan penyesuaian kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan industri.
DIMENSI 58
29
/KAMPUSIANA/ Namun di Politeknik Negeri Semarang (Polines) sendiri belum menerapkan program revitalisai Politeknik ini. “Saat ini Polines belum menerapkannya karena Polines masih memiliki berbagai macam jurusan, belum fokus untuk satu jurusan saja. Sedangkan untuk saat ini, Pemerintah memprioritaskan penerapan kebijakan untuk Politeknik yang sudah memiliki jurusan khusus, seperti pada 12 Politeknik acuan tersebut,� jelas Supriyadi selaku Direktur Polines. Selajutnya Supriyadi juga menerangkan bahwa Polines masih menunggu giliran. Dia pun berharap bisa secepatnya bisa menerapkan revitalisasi sistem tersebut, karena akan memberikan dampak positif bagi mahasiswa. Selain itu, menurut Supriyadi, dengan adanya kebijakan tersebut maka akan menunjang pengadaan alat-alat praktik yang mumpuni atau minimal bisa relevan dengan industri, sehingga pendidikan dan pelatihan di laboratorium dapat terintegrasikan. Namun revitalisasi Politeknik yang dicanangkan oleh Pemerintah tersebut masih menimbulkan pro dan kontra bagi kalangan mahasiswa. Yang mencolok adalah perubahan sistem perkuliahan menjadi 3-2-1. Adin Damar Hadi, mahasiwa jurusan Akuntansi, “Itu semakin membatasi ruang gerak mahasiswa sendiri. Akan semakin terbatasi dengan sistem tiga dua satu. Otomatis hanya tiga semester untuk menikmati organisasi. Selanjutnya kita dua semester di industri. Kalaupun kita dua semester kita bolak-balik di organisasi, mungkin bisa, tapi berat. Kalau di industri kan pagi sampai sore. Setelah itu istirahat, besoknya lagi seperti itu. Kita melakukan rutinitas seperti robot, tidak ada diskusi dan semacamnya. Kalau seperti itu ya otak kita beku.� Tak hanya dinilai akan melemahkan ruang gerak mahasiswa dalam hal kritik kepada pemerintah dan pembatasan gerak mahasiswa untuk turun kejalan hingga pembatasan ruang- ruang diskusi dan berorganisasi, Adin menilai jika Polines memang tak perlu menerapkan revitalisasi Politeknik. Menurutnya, program tersebut justru malah akan membuat Politeknik yang sudah dinilai apatis menjadi semakin apatis lagi. Dalam rilis diskusi mahasiswa yang dikeluarkan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Polines pun, mahasiswa ternyata tak hanya mempermasalahkan sistem perkuliahan yang berubah drastis tersebut. Namun program revitalisasi Politeknik dengan kurikulum yang disesuaikan oleh kebutuhan industri pun turut dipermasalahkan. Pasalnya dalam rilis tersebut, yang menjadi masalah adalah jika nantinya tidak ada kecocokan antara kurikulum industri dan mahasiswa, karena hal tersebut dinilai akan memberatkan mahasiswa itu sendiri, sehingga dikhawatirkan akan terjadinya komersialisasi atau penjualan mahasiswa kepada industri.
30
DIMENSI 58
/SPEAK UP/
Revitalisasi Politeknik, Perlukah Diterapkan? Oleh :Yuli Hastuti & Teguh Sugiarto
Politeknik Negeri Semarang (Polines) sendiri masih menunggu giliran untuk melaksanakan kebijakan revitalisasi Politeknik. Adanya kebijakan program - program revitalisasi Politeknik yang dikeluarkan oleh Pemerintah masih menjadi polemik di kalangan mahasiswa Politeknik. Lalu bagaimanakah pendapat mahasiswa terkait kebijakan ini? Perlukah revitalisasi Politeknik diterapkan di Polines?
Khusnul Muarifah (Jurusan Akuntansi) Secara umum gagasan tentang revitalisasi Politeknik bagus. Namun mengenai pola 3-2-1, bagaimana tentang gerak mahasiswa khususnya di organisasi mahasiswa (ormawa) kalau mahasiswa hanya tiga semester di bangku kuliah? Tentang regenerasi dan soft skill mahasiswa di bidang organisasi yang nantinya akan bermanfaat di masyarakat dan dunia kerja malah terkesan sangat dibatasi.
Drestanta Anindita Pinasthika (Jurusan Teknik Sipil) Revitalisasi Politeknik sangat berguna bagi mahasiswa Polines agar para mahasiswa dapat bekerja sesuai dengan bidangnya. Jika Polines ikut dalam revitalisasi seperti yang diminta Kemenristek Dikti, Polines harus dapat menyesuaikan diri dari sektor-sektor yang sangat menunjang dalam berjalannya pendidikan mahasiswa. Supaya revitalisasi yang bertujuan meningkatkan mutu lulusan dan berperan dalam pembangunan Indonesia di sektor industri tidak hanya gebrakan kosong saja.
Faiz Pramuditya (Jurusan Teknik Elektro) Menurut saya revitalisasi sarana dan prasarana di Polines itu s udah diidam-idamkan sejak lama, tidak terkecuali di jurusan Elektro. Mengingat banyaknya alat yang sudah usang dan kerap kali membuat mahasiswa mengeluh dan mengurangi keakuratan dalam mengerjakan tugas laboratorium yang diberikan.
DIMENSI 58
31
Jamiah
Sekretaris Umum
Richa Meiliyana R.
Pemimpin Redaksi
Nurul Wahidatur R.
Redaktur Buletin
Mawar Anahidayah
Akidatul Ulfa
Redaktur Majalah
Maria Putri Anggun
Redaktur Cyber
Indri Safitri Kepala Divisi PSD
PSDM
Yuli Hastuti
Redaktur Pelaksana
Reporter
Johny D. Sudarmanto Salma ‘Ainuzzahroh
Galih Perdana
Redaktur Artistik
Redaktur Foto
Artistik
Fotografer
Tika Astriani
Megarosa Citra D Nafisah Nurul A.
Nurul Khalim M.
Kurniani Panji R.
Irma Aprilyani
Dwi Aprilia P.
Farriza Hayu K.
Nur Nadia A.
Erica Aditya N.
Damar Satria Aji
Wahyu Sari
DM
M. Iffan Fuadul H.
Keluarga Besar LPM DIMENSI
Pemimpin Umum
Rosita Intan P.
Bendahara Umum
Rifqi M. Yofatama
Rinda Anggreni
Pemimpin Litbang
Pemimpin Perusahaan
Durrotun Nasikhah
Husna Syafyya A.
Kepala Divisi Humas
Kepala Divisi Riset
Humas
Riset
Muhammad Devan B.
Andi Saputra
Erni Astuti
Kepala Divisi Non Produk & Periklanan
Nunu Nur Afifah
Kepala Divisi Logistik
Logistik
Non Produk & Periklanan
Annisa Reza Nur M. Gunawan Angga K.
Teguh Sugiarto
D.
Rahmat Tri Atmojo
STRUKTUR ORGANISASI LPM DIMENSI 2017/2018
The Way of Journalism
/SPEAK UP/
Rizal A. Nugroho (Jurusan Teknik Mesin) Revitalisasi Politeknik menurut saya bagus. Karena wacana ini ÂPemerintah menggelontorkan dana yang tidak sedikit. Untuk saat ini kita sebagai mahasiswa khususnya mahasiswa Politeknik dituntut untuk melek dan tidak menutup telinga dengan adanya Ârevitalisasi Politeknik ini. Karena apabila kita bersikap acuh tak acuh, dikhawatirkan proyek ini akan salah sasaran. Sehingga bukan memajukan pendidikan vokasi, malah dikhawatirkan menjadi lahan beberapa orang yang mementingkan dirinya sendiri untuk mengambil keuntungan.
Iqbal Prasetya (Jurusan Akuntansi ) Revitalisasi Politeknik dapat menguntungkan bagi Politeknik dan bahkan bisa jadi memberatkan Politeknik dan mahasiswanya sendiri. Misalkan saja poin kedua mengenai penerapan sistem dual, hal ini dirasa mengekang mahasiswa dan mengurangi kesempatan mahasiswa dalam pengembangan soft skill berorganisasi. Jadi pada intinya, revitalisasi Politeknik harus dikaji lebih dalam lagi karena isu revitalisasi Politeknik ini cukup krusial bagi dunia perpoliteknikan.
Nuraisyah Ramadhani Putri (Jurusan Administrasi Bisnis) Menurut saya revitalisasi Politeknik penting diterapkan di Polines supaya mahasiswa dapat bekal yang matang sebelum bekerja. Dengan adanya komposisi 50% dosen dari bidang akademis dan 50% dari industri akan memberikan pengetahuan yang seimbang. Soalnya pengalaman itu akan didapatkan dari dosen yang memiliki peÂngalaman langsung di industri terkait. Jika dosen dari industri masuk ke Polines nantinya juga akan memperbanyak channel perusahaan yang tidak menutup kemungkinan Polines akan semakin dikenal dan mahasiswanya akan diterima untuk bekerja disana.
34
DIMENSI 58
semarangan
Budaya - Dolanan - Komunitas - Pelestarian - Solusi - Kekinian - Hidroponik Semarang - Jawa - Tradisional
Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Sebuah Upaya
Pelestarian Dolanan Tradisional oleh: Akidatul Ulfa
36
DIMENSI 58
M
asa kanak-kanak adalah masa belia yang menyenangkan dalam hidup. Masa-masa dimana akan banyak menghabiskan waktu untuk bermain dan belajar dengan lingku ngan. Namun kini gencarnya teknologi digital di era milenial, membuat permainan tradisional itu perlahan-lahan memudar dari dunia bermain anak-anak. Anakanak zaman sekarang justru lebih tertarik bermain games di gadget. Hal ini membuat permainan tradisional semakin dilupakan dan mulai tidak dimainkan lagi.
/KOMUNITAS/
Permainan tradisional sebagai falsafah yang telah berkembang dalam keseharian anak-anak pada zaman dahulu kini sudah mulai luntur dan semakin terkikis oleh mainan yang lebih modern. Padahal permainan tradisional yang berkembang di kalangan anakanak justru memiliki nilai mo ral yang lebih baik untuk menghidupkan masa bermain anak. Hal tersebut karena permainan lebih atraktif, mengasah kreativitas dan memba ngun persahabatan dengan rasa toleran yang kuat. Mari sejenak membayangkan, apabila masa kanakkanak hanya dikendalikan oleh gadget sedangkan permainan seperti lompat tali, congklak, egrang, epyaran, dan yoyo kini sudah hilang, maka sudah pasti tidak ada lagi memori anak tentang indahnya bermain di halaman rumah. Sehingga memori justru akan terisi oleh dunia di dalam gadgetnya. Menyikapi tantangan glo bal tersebut, maka tiga pemuda yang merupakan mahasiswa asal Kendal menggagaskan untuk membentuk komunitas bernama Kampoeng Hompimpa yang bertujuan untuk melestarikan per mainan tradisional Indonesia serta mengedukasi masyarakat melalui permainan tradisonal tersebut. Anita, Wawi dan Dzul bertekad dengan semboyan “Berdiri untuk bermain, bela-
jar dan melestarikan dolanan tradisional”. Komunitas tersebut pun mulai berdiri sejak 24 Februari 2016 dan dibangun di wilayah Semarang bersama Ikatan Mahasiswa Kendal. Hingga saat ini komunitas tersebut beranggotakan 44 orang. Untuk menyongsong keberadaan permainan tradisional yang hampir tidak ditemui di kota-kota besar seperti Semarang, Kampoeng Hompimpa hadir dalam acara rutin, yakni saat Car Free Day (CFD) setiap dua minggu sekali di Jalan Pemuda Semarang untuk mengenalkan permainan tradisional kepada anakanak. Tak hanya itu, Hompimpa juga mengenalkan permainan tra disional ke desa-desa, panti asuhan dan sekolah-sekolah, dengan tujuan untuk memberikan edukasi kepada anak-anak bahwa permainan tradisional juga menyenangkan dan menarik. “Selama ini banyak kepercayaan dari luar yang turut mengundang Kampoeng Hompimpa Semarang untuk mengisi acara seperti acara Kuliah Kerja Nyata (KKN) mahasiswa, festival di Pemerintah Kota (Pemkot). Tetapi seringkali kami menolak karena keterbatasan persiapan,” jelas Nia Pratiwi selaku anggota dari komunitas Hompimpa.
anak, maka pengenalan yang dilakukan oleh Kampoeng Hompimpa Semarang kepada anak-anak yakni dengan mengajarkan cara pembuatan hingga cara memainkan. Sehingga hal tersebut dapat menghibur anak-anak sekaligus menjadi pembelajaran. “Setiap kali stan lapak dibuka, animo anak-anak dan orang tua sangat bagus. Ba nyak anak-anak yang penasaran dan ingin tahu tentang permainan tradisonal, pun didukung oleh orang tua ma sing-masing,” tambah Nia. Tak hanya ada di wilayah Semarang, terdapat pula komunitas regional Kampoeng Hompimpa di tempat lain, se perti Tangerang, Pontianak dan Yogyakarta. Mengingat perlunya perluasan jaringan dan pengenalan komunitas, maka forum silaturahmi de ngan komunitas Kampoeng Hompimpa di daerah lain ke rap dilaksanakan. “Kami masih perlu memantapkan dari dalam terlebih dahulu. Branding dan jaringan komunitas sesama Hompimpa maupun komunitas lain sangat perlu kami eratkan. Kami sering me ngikuti acara-acara dari komunitas Kampoeng Hompimpa di Yogyakarta untuk menambah wawasan dan pengalaman,” terang Mutiara yang juga anggota komunitas Hompimpa.
Demi mendekatkan dolanan tradisonal kepada anak-
DIMENSI 58
37
Sayur segar bebas dari hama. Dok. Arizal (magang)
Solusi Pilihan Bercocok Tanam oleh: Tim Fotografer
/GALERI FOTO/
K
ebutuhan sayur sehat dan segar sangat diperlukan. Hal tersebut dapat diwujudkan dengan penanaman sayuran melalui hidroponik. Cara menanam dengan metode hidroponik sendiri tidak membutuhkan bahan pestisida untuk menangkal hama, sehingga sayuran yang dihasilkan pun sehat dan Âsegar. Selain itu, penanaman hidroponik cocok untuk petani yang ingin berÂcocok tanam namun tak memiliki lahan yang luas. Karena hidroponik sendiri tidak menggunakan tanah sebagai medianya, sehingga tak perlu lahan yang luas lagi untuk pengaplikasiannya. Hal tersebut menjadikan setiap orang berpeluang menjadi petani yang dapat mengaplikasikan penanaman hidroponik di rumah masing-masing.
Perawatan rutin tanaman tomat ceri hidroponik. Dok. Damar
Hidroponik dengan sistem tetes. Dok. Galih
DIMENSI 58
39
/GALERI FOTO/ Pembersihan media hidroponik dari lumut. Dok. Damar
Hidroponik dengan sistem Nutrient Film Technique. Dok. Galih
Pengepakan sayuran dari hasil pemetikan. Dok. Galih
40
DIMENSI 58
/GALERI FOTO/ Bibit-bibit sayuran hidroponik. Dok. Galih
Sortir bibit yang siap ditanam. Dok. Damar
Pemetikan sayur hidroponik. Dok. Galih
DIMENSI 58
41
PLACE YOUR ADS HERE! Dapatkan cara yang mudah dan murah untuk mempromosikan produk dan/atau usaha anda melalui DIMENSI
Narahubung: Rinda (+62 813-8509-5474)
travelogue
Plesir - Museum - Seni - Wisata - Destinasi - Kuliner - Piknik - Kupang Kraton - Budaya - Indonesia
Museum OHD:
Destinasi Wisata Seni
Kota Magelang Oleh: M. Gunawan Angga K dan Nurul Wahidatur R
P
erjalanan menuju kota sejuta bunga itu dimulai pada Sabtu pagi, 26 Agustus 2017. Hari itu bertepatan dengan penutupan Latihan Dasar Kedisiplinan (LDK) bagi mahasiswa baru (maba) Polines angkatan 2017, sehingga kami pun mendapat tugas untuk meliput kegiatan penutupan LDK di SECABA Magelang. Untuk pergi ke Magelang sendiri, dari Semarang ada berbagai cara untuk menuju kesana, yaitu dengan naik kendaraan pribadi maupun dengan menaiki bus Semarang - Jogja. Kedua nya sama-sama memiliki kelebihan tersendiri. Namun tak usah khawatir dengan masalah kendaraan. Apapun kendaraannya, semua masih dapat melihat pemandangan persawahan dan pegunungan yang menyejukkan mata di sepanjang jalan dari Ambarawa hingga Pringapus Temanggung. Kami putuskan untuk memilih opsi kedua, yaitu menggunakan kendaraan pribadi. Alasannya untuk memperhatikan waktu dan juga kemudahan yang ada, agar kami
44
DIMENSI 58
Doc. Dimensi
dapat lebih efektif untuk sampai di Magelang. Pukul 05.30 WIB kami siap berangkat ke Magelang. Pagi itu perjalanan menuju Magelang tergolong lancar, tapi kami takut terlambat untuk meliput upacara penutupan LDK dikarenakan jadwal keberangkatan kami yang agak molor dari jadwal yang sudah ditentukan sebelumnya. Namun kekhawatiran kami terobati saat melihat mobil bertuliskan logo Polines melaju di depan kami. Kami berpikir bahwa mobil itu juga akan menghadiri penutupan LDK. Kami terus mengikuti mobil itu sampai akhirnya masuk di Kota Magelang. Namun mobil itu tiba-tiba berbelok ke sebuah rumah makan. Ya benar saja, tidak mungkin kami ikut belok. Akhirnya kami melanjutkan perjalanan menuju SECABA yang letaknya tidak jauh dari Universitas Tidar. Kami sampai di SECABA pukul 07.30 WIB. Upacara penutupan belum dimulai, namun maba sudah berbaris rapi di lapangan dan
/PLESIR/ melakukan gladi bersih. Kami segera meminta izin kepada tentara yang sedang berjaga di pos. Para maba dengan lantang meneriakkan yelyel pleton mereka masing-masing.Sementara salah seorang diantara kami meÂngambil gambar untuk dokumentasi. Setelah upacara selesai, kami segera bergegas untuk mencari beberapa informasi yang kami butuhkan kepada Komandan dan juga pihak lain yang bersangkutan untuk kami olah menjadi sebuah berita. Seusai menyelesaikan liputan di SECABA, kami melanjutkan perjalanan ke museum OHD yang letaknya tidak jauh dari SECABA, sekitar empat kilometer. Bermodalkan teknologi masa kini, kami hanya mengandalkan Google Maps untuk sampai di museum OHD. Sebenarnya ada teman kami yang rumahnya Magelang untuk mengantar ke museum OHD sebagai penunjuk arah, namun dia baru tiba saat kami sudah berada di dalam museum. Sekitar pukul 11.00 WIB, kami akhirnya sampai di museum OHD. Di depan museum terlihat tak banyak kendaraan. Dari luar memang terlihat sepi, hanya ada lorong untuk menuju ke dalam museum. Kami lalu bertanya pada petugas yang ada di dalam pos, sehingga kami dipersilakan masuk. Menurut Fathurodin selaku staf museum, museum OHD diresmikan pada 5 April 2012. Museum OHD merupakan alih fungsi atau pen-
jabaran karena dulu bersifat pribadi. Nama museum diambil dari nama pemilik yaitu Oei Hang Djien. Ia adalah seorang kolektor karya seni Eropa. Khususnya patung, seni lukis, dan instalasi. Sebelum mendirikan museum OHD, sebenarnya dia sudah memiliki museum di area rumah tinggalnya, namun itu bersifat privasi. Sehingga banyak saran dari orang-orang untuk membuat museum yang bersifat publik.Hingga akhirnya dia memanfaatkan gedung yang dulunya gudang tembakau yang kemudian diubah menjadi museum. Bangunan di museum OHD sendiri terdiri dari ruang security, lorong, ruang pamer, shop, rest area, gudang penyimpanan, dan office. Karya yang dimiliki pun meliputi seni lukis, patung, instalasi, dan seni video. Karya tersebut adalah karya dari para seniman yang sudah menjadi koleksi selama 20 tahun dan ada juga karya baru. Seniman-seniman tersebut di antaranya Entang Wiharso, Heri Dono, Pupuk, Nasirun, Jirna, Rudi Mantaufani, dan Yunizar. Dalam memamerkan karya, pihak museum selalu merotasi posisi karya-karya yang dipamerkan. Pemasangan karya seni yang mumpuni memiliki ritme dan teknik tersendiri. Karena museum OHD merupakan museum kolektor, jadi karya-karya yang ada di dalamnya merupakan karya pemilik sendiri. Mempunyai
Doc. Dimensi
DIMENSI 58
45
/PLESIR/
greget dan nuansa tersendiri, tidak pasaran, dan orang tidak bisa melihat di semua tempat. Fathurodin juga menambahkan bahwa sejauh ini pihak museum masih terus mengkaji kedepan agar museum bisa menjadi lebih baik. Menurutnya, museum OHD dapat merubah pandangan museum yang kesan nya horor, barang kuno, spiritual dan magic, menjadi lebih ke jiwa. Memperlihatkan seni dengan rasa baik dengan mengembangkan teknik, media, ide-ide yang mengkritisi tentang keadaan kehidupan.
Doc. Dimensi
Museum OHD memiliki koleksi dari ber bagai era, dari seniman tertua Raden Saleh sampai yang termuda. Tak hanya itu, museum OHD juga secara periodik memamerkan karyanya. Tema untuk pameran yang pernah diambil yaitu karya lima seniman besar, pameran kerjasama, kerjasama Indonesia Jepang dan Cina, dan sejarah seni rupa Indonesia. Cukup uang 50 ribu untuk tiket masuk bagi orang dewasa di museum OHD bagi wisatawan domestic, sedangkan 25 ribu untuk pelajar. Sementara untuk wisatawan luar negeri dikenai tarif 100 ribu untuk dewasa dan 50 ribu untuk pelajar.
Doc. Dimensi
Seusai puas menyusuri keindahan museum dan juga berfoto, kami bergegas mencari makan. Makan pagi sekaligus makan siang rupanya. Hingga akhirnya kami memilih untuk makan di sebuah warung nasi padang di daerah Magelang. Pada akhirnya untuk mengisi perut yang kosong, tak sampai menghabisan uang 20 ribu untuk makan di warung tersebut. Setelahnya kami melanjutkan perjalanan kembali. Kami berhenti di pom bensin untuk melaksanakan sholat zuhur dan selanjutnya melanjutkan perjalanan menikmati indah nya kota sejuta bunga. Doc. Dimensi
46
DIMENSI 58
/KULINER/
Dok. Dwi Aprilia
Kupang Kraton
Makanan Khas Pasuruan Oleh : Rinda Anggreni & Dwi Aprilia
K
ota Pasuruan terletak di pantai utara yang menghubungkan Pulau Jawa dengan Pulau Bali. Letak georafis tersebut menjadikan Pasuruan sebagai kota dengan prospek ekonomi yang besar. Selain itu, Pasuruan menjadi lokasi perdagangan hasil laut dan tempat aktivitas para nelayan. Hal ini wajar, mengingat posisi geografis daerah Pasuruan yang berada dekat dengan Pantai Utara, sehingga kuliner ikan pun banyak ditemui di daerah tersebut. Namun Pasuruan memiliki kuliner khas yang berbeda dengan kuliner laut yang berbahan dasar ikan pada umumnya. Makanan khas di Pasuruan ini adalah Kupang Kraton, yakni berbahan dasar kupang laut. Bagi Anda yang ingin mencoba Kupang Kraton, salah satu tempat yang bisa Anda datangi untuk mencicipi makanan khas Pasuruan ini adalah warung makan “Bu Ning Kupang Kraton” yang terletak di Jalan Stasiun, Kelurahan Karangketug, Kecamatan Gadingrejo, Kota Pasuruan, Jawa Timur. Kupang Kraton yang dijual oleh Hikmah Nafisa atau biasa disapa Bu Ning ini mulai dijual sejak 1958 hingga sekarang. Resep nya merupakan turun menurun. Meskipun sudah dijual sejak hampir 60 tahun, namun tiap tahun semakin banyak masyarakat yang suka terhadap citra rasanya. Sehingga banyak masyarakat yang memilih Kupang Kraton untuk dikonsumsi. Bahkan banyak dari luar masyarakat Pasuruan yang mencari Kupang Kraton untuk disantap. Proses pengolahannya cukup mudah, yakni dengan menyiapkan bahan utamanya yakni kupang, petis dan jeruk n ipis. Kemudian kupang yang diambil dari laut dicuci terlebih dahulu
DIMENSI 58
47
/KULINER/
untuk menghilangkan kotoran dan direbus hingga k ulit cangkangnya lepas. Selanjutnya pengolahan kuah kupang k raton yakni dengan cara menyiapkan air rebusan yang diberi petis lalu ditambahi jeruk nipis dan cabe. Kupang Kraton disajikan bersama lontong dan bawang putih sebagai taburannya, serta bahan pelengkapnya yakni tahu, sate kerang dan lento (makanan dari singkong). Citarasa dari Kupang Kraton pun sangatlah unik. Rasa
Dok. Dwi Aprilia Kuliner kupang kraton khas Pasuruhan
pedas manis dan asam menyatu dengan gurih dan kenyalnya kupang. Dari berbagai warung yang menjual Kupang Kraton, yang cukup terkenal adalah Warung Bu Ning Kupang Kraton. Warung ini biasanya menyajikan makanan khas tersebut dengan kombinasi es kelapa muda yang tentunya dapat di jadikan sebagai penawar apabila alergi kupang. Selain memiliki rasa yang enak, Kupang Kraton juga baik untuk dikonsumsi karena mengandung protein tinggi yang baik untuk kesehatan. Bagi Anda yang sedang berkunjung ke daerah Pasuruan dan merupakan pecinta kuliner nusantara sangat direkomendasikan untuk mencoba kuliner Kupang Kraton. Apalagi olahan yang terbuat dari kupang tidak banyak ditemui di setiap daerah Nusantara.
48
DIMENSI 58
incognito
Selingan - Kehidupan - Hiburan - Suplemen - Kuis - Karikatur - Komik Kritik - Warna - Universal
/CERITA PENDEK/
D
i sudut tanah lapang yang agak tandus karena hujan tak kunjung datang, senja diam-diam sudah bersiap untuk menertawakan luka. Tapi sore itu angin tak memburu rindu seperti biasa nya. Padahal aku sudah bersiap merebahkan badan lagi untuk tak goyah menanti hari esok. Rutinitas. Ya, beberapa orang menyebutnya seperti itu. Hal yang membosankan memang. Semoga saja suasana sore ini bisa terus aku nikmati karena harus diakui bahwa saat-saat seperti ini menjadi candu bagiku. Dapat bertegur sapa dengan senja yang super duper menyebalkan karena rutinitasnya yang membuatku hampir gila setiap hari. Untung saja hampir, jadi aku masih bisa berperilaku sela yaknya orang waras setiap hari, seperti hari ini. Sembari menunggu kedatangannya, aku terpaksa harus merapikan buku-buku dan barang-barang yang berserakan di tanah yang seharusnya sudah basah ini. Sebab aku sudah sangat hafal dengan sikapnya jika melihatku masih berantakan seperti ini. Meskipun aku masih sering mempertanyakan arti berantakan yang dia maksud. Tapi nihil. Jawabannya tak pernah memuaskanku. Dia hanya selalu tersenyum dan memancarkan cahaya tawa yang menurutku juga berantakan di pojokan cakrawala. Menimbulkan bayang dan serpihan penenang sesaat.
Lacur Oleh: Danganan Galuh Ilustrasi : Nunu Nur Afifah
50
DIMENSI 58
Sebentar lagi jam lima sore dan sudah saatnya dia datang. Semua barangku sudah ku tata rapi serta hatiku. Perfect. Tak ada yang kelewat untuk tampak tidak menarik dari diriku saat ini. Selayaknya kaum hawa yang menantikan kekasihnya, aku telah siap dengan pertemuan rutin ini. Bertemu senja. Ya, seingatku hanya dia yang selalu ku nanti dengan sepenuh hati. Tapi setiap hari? Mungkin terdengar aku telah tergila-gila dengannya tapi harus ku akui makhluk mana yang tidak pernah tergila-gila jika menantikan pertemuan dengan kekasihnya. Apakah tampak gila seorang lnggit Garnasih yang rela jatuh cinta dengan rekan suaminya sendiri lalu memutuskan untuk hidup bersama
/CERITA PENDEK/
Soekarno dalam masa-masa sulit pergerakan? Lalu seorang Tembang Raras yang mau meninggalkan malam pertamanya untuk mendengarkan tembang-tembang dari suaminya selama 40 malam sejak pernikahannya dengan Among raga yang memang ingin mengajaknya memahami hakikat pernikahan? Kemudian Dewi Ang graini yang menjadi satu-satunya perempuan yang menolak daya pikat Arjuna yang termasyhur sebagai lelananging jagad demi suaminya tercinta, Palgunadi? Ah cinta memang membuat semua orang gila. Arti positif maupun negatif. Seperti aku sekarang yang gelisah menantinya. Jarumjarum arloji tetap semangat berdetak menuju angka tujuh, tapi langit tak kunjung berganti. Apa senja ketiduran? Tak mungkin. Bagaimana bisa seorang pekerja keras Tuhan yang setiap hari ditugaskan beredar sesuai kodratnya bisa selalai itu? Hanya makhluk-Nya yang paling sempurna yang mampu melalaikan tugas-Nya. *** Aku berjalan pelan menyusuri jalan setapak di lingkungan akademis tempatku beraktifitas saat ini. Bersama setumpuk ide yang sengaja dipenjarakan dalam kertas-kertas yang nasibnya malang telah dikumpulkan dan disepakati bersama oleh orang-orang terdahulu sebagai buku. Aneh memang ketika hari ini mereka harus diam tergeletak dalam sekat-sekat rak kuno berdebu. Keberadaan mereka terancam oleh ponsel pintar dan alat make up serta ide perselingkuhan, percintaan dan tak lupa peng khianatan yang juga terpelihara diatas kuasa teman- temanku kaum hawa. Tentang kaum Adam? Aku jujur tak tahu. Sebab aku tak pernah memiliki banyak waktu untuk meladeni godaan dari mereka ketika aku berjalan sendirian seperti daging buruan yang berpotensi tertangkap. Aku akui mereka berbahaya. Bahkan dulu ketika aku masih tertarik dengan mitos keunggulan logika mereka, aku sempat bertemu dengan beberapa aktivis kampus hingga tampak rutin bertukar pikiran. Tapi
tetap saja pikiran yang tertukar itu tak pernah benar-benar murni sebuah pikiran. Selalu saja hasrat diam-diam menyelinap dengan senyum penuh kelicikan untuk menguasai. Apapun aliran pikirannya. Memang malang berpetualang dalam samu dera ide sendirian. Pernah suatu waktu aku bertemu dengan beberapa orang yang mencibir perjalananku. “Hai kamu gadis manis, kenapa repot- repot sendirian? Sini abang temenin.” Aku mempercepat langkahku tanpa bersuara, sebab suara tak mau hadir setelah melihat sosok berotot besar di depanku. Takut? Mana mungkin aku takut dengan orang. Aku telah dididik tidak takut selain dengan-Nya. Semenjak kecil aku telah terbiasa berani jika benar dan harus berani meminta maaf jika salah. “ Lo kok lari? Takut ya? Haha” Aku berbalik dan menatapnya. “ Siapa yang takut!” jawabku dengan tegas. “ Wow jangan galak-galak dong haha.” Kemudian yang terjadi hanya percakapan ringan yang tak pantas diingat. Ternyata masih ada orang-orang seperti itu di lingkungan akademis ini. Aku hampir muntah saking mualnya dengan sikap mereka yang mengaku-ngaku seorang akademisi. Baru saja ku ajak berlayar mencari kesetaraan mereka sudah mengaku kalah. Bagaimana kedepan jika mereka diajak seseorang memahami Socrates Plato hingga Kahn? Mereka harusnya malu dengan identitas mereka selama ini. Mereka yang selalu bersolek dalam pemikiran yang selalu berteriak dengan lantang membela kebenaran tapi tak pernah tahu apa yang mereka bela. Aku berjalan pulang meninggalkan mereka yang masih bertanya-tanya tentang hidupnya. Kembali menyusuri jalan-jalan sepi yang tampak ramai menuju peraduanku. Aku ingin beristirahat barang sejenak untuk melepas lelah dan kesah. Berusaha menghibur diri dari fase gelisah karena hidup yang terlampau payah.
DIMENSI 58
51
/CERITA PENDEK/
Bagaimana tidak? Bara api dalam kampus akan segera padam. ltu adalah pertanda kehancuran total secara teknis. Meskipun orang terpelajar tidak harus mentas dari kampus memang, tapi semoga saja ketakutanku tidak terbukti. Aku masih ingin melihat anak cucuku hidup dengan senyum dan tawa yang bahagia. Mereka tak perlu harus risau memakan racun, mendengar ujaran kebencian serta melihat kematian jasmani dan rohani. Semua itu tak perlu. Sesampainya ditempat tujuanku aku bertemu kenalanku yang rela menjual tubuh dan pikirannya untuk katanya bertahan hidup. Dalam hidup yang keterlaluan menyebalkan ini pelacuran memang banyak dipilih sebagai jawaban. “Masih yakin tak mau ikut melacurkan diri sepertiku wahai gadisku yang manis temanku tersayang ini?” tanyanya menyambut kedata nganku. “Ah kamu ini, sudah ku bilang aku tak tertarik dengan jalan pintas seperti itu.” “Mana ada orang yang tak mau dipermudah?” “Memudahkan bukan dipermudah.” “Apa bedanya?” “Jelas beda, kan sudah ku bilang berkali-kali bahwa itu berbeda.” “Iya-iya sayang, maaf ya temanmu yang cantik sepertimu ini belum bisa memahamimu hehe,” potongnya menambah kelelahanku. “Tapi kamu juga harus bisa memahamiku dong, kan juga sudah ku bilang berkali-kali kalau faktanya realitas selalu berbenturan dengan dunia idemu. Kita kan telah sepakat bahwa ada beberapa yang melacurkan keteguhan hatinya, pelacuran idealisme kalau memakai bahasamu. Seperti para penguasa yang lalim dan sialnya mereka telah berkembang biak dengan sangat cepat sekarang. Ada juga yang tak mampu berjuang terus-terusan melawan realitas sebagai korban pemerkosaan sepertiku. Akhirnya meli-
52
DIMENSI 58
hat peluang usaha melacurkan kewanitaanku. Kau tau sendiri kan tiap malam aku menangisi hidupku, calon sarjana yang mau dibayar untuk biaya perawatan badan dan pikiran. Tapi mau bagaimana lagi, himpitan ekonomi dan budaya saat ini menggiringku dalam hidup yang malang ini. Kan katamu lacur adalah malang.” Aku hanya tersenyum melihat temanku ini mencoba meraba keadaannya. Seorang pe rempuan hebat yang telah mau melihat dirinya sendiri. Meskipun dia belum berani merubah sikapnya tapi patut diapresiasi dan harus selalu aku dukung. Hanya saja melihat sikapnya saat ini yang sedang gelisah menghisap rokok di tangannya dengan penampilan yang sangat mengundang resah dan gelisah kaum Adam, aku tahu dia tak punya waktu lebih lama. Aku pun sadar aku terlalu letih hari ini. Sehingga aku memutuskan pamit masuk ke dalam. Aku ingin sesegera mungkin melepas semua beban yang telah ku pakai hari ini. Kembali menelanjangi diri sendiri itu penting. Sebab kesadaran ha nya didapat setelah kita mau jujur tanpa make up dan pakaian kinclong sehari-hari yang biasa kita pakai menutup keburukan kita. Aku berjalan pelan dengan telanjang menuju kesadaranku sendiri. Memeluk tiap-tiap ke sedihan dan kebahagian yang bisa aku kenang. Sungguh malang memang hidup di luar ruang pribadiku. Rasa menyebar acak menunggu setiap manusia merangkainya sendiri untuk dapat memaknai hidupnya sendiri-sendiri. Tapi aku? Aku juga harus jujur masih mencari potongan rasa yang belum mampu ku temukan sekarang. Tapi aku cukup puas dengan pencarianku sampai saat ini. Dan aku akan terus mencari seperti sekarang, dalam pelukan senja ke sekian yang kini tampak tua dan masih mempermainkanku dengan logat politikus berpengalaman. “Senjamu tak kunjung datang gadis manis?” Aku tersenyum menggoda menatapnya.
CERITA LAIN KARTINI Oleh : Erni Astuti
/RESENSI FILM/ Judul : Surat Cinta untuk Kartini Sutradara : Azhar Kinoi Lubis Produser : Toha Essa, Rina Yanti Harahap Tanggal Perilisan : 21 April 2016 Pemain : Chicco Jerikho, Rania Putri Sari, Lukman Sardi, Ence Bagus, Ayu Dyah Perusahaan Produksi : MNC Pictures
Dirilis tepat pada peringatan Hari Kartini 2016 lalu, film Surat Cinta untuk Kartini yang disutradarai oleh Azhar Kinoi Lubis hadir dengan meng angkat latar sejarah dan kisah hidup inspiratif R.A. Kartini. Namun kali ini, sang sutradara menyajikan cerita lain dari kisah Kartini. Kisahnya berawal dari sosok Sarwadi, seorang tukang pos yang baru saja pindah dari Semarang. Sosok Sarwadi sendiri diperankan oleh Chicco Jerikho. Di hari pertamanya bekerja, duda satu anak ini tidak menyangka jika salah satu surat yang ia antarkan adalah untuk Kartini. Kartini merupakan putri dari seorang Bupati Jepara. Sosok Kartini yang diperankan oleh Rania Putrisari memiliki paras ayu dan peduli dengan rakyat kecil, sehingga membuat Sarwadi langsung jatuh hati. Pertemuannya dengan Kartini ia ceritakan kepada sahabatnya Mujur yang diperankan oleh Ence Bagus. Namun Mujur dan orang di sekitarnya menganggap aneh Kartini karena berusaha mengubah tradisi yang menggugurkan anggapan bahwa perempuan hanya dapat mengurusi rumah dan dapur. Sarwadi semakin jatuh cinta ketika mengetahui cita-cita Kartini yang ingin mendirikan sekolah bagi kaum bumiputra. Sarwadi mengajak putri nya, Ningrum, untuk belajar bersama Kartini. Namun dalam mendirikan se-
kolah bumiputra tersebut, Kartini mendapat banyak kesulitan. Sarwadi pun membantu Kartini mengumpulkan anak-anak dan menyediakan tempat untuk belajar. Sarwadi merasa bangga mencintai sosok Kartini yang cerdas dan pantang menyerah. Namun hatinya hancur saat mendengar Kartini dilamar oleh Bupati Rembang yang sudah memiliki istri tiga. Berita lamaran Kartini membuat orang-orang berpikir Kartini telah menyerah dengan cita-citanya sendiri. Kekurangan film ini terletak pada saat percakapan Kartini dengan orang-orang Belanda. Saat orangorang Belanda berbicara menggunakan bahasa Belanda, Kartini justru menggunakan bahasa Indonesia. Lebih baik apabila Kartini menggunakan bahasa Belanda pula serta dibubuhkan terjemahan bahasa Indonesia dari percakapan yang terjadi. Namun secara keseluruhan film ini sangat menarik, meskipun bertema sejarah tetapi film ini berhasil dikemas dengan lebih menarik dan segar. Selain diselipkan unsur humor dari tingkah Sarwadi yang koÂnyol, film ini juga menyampaikan pesan moral yang sarat. Sehingga film ini sangat direkomendasikan untuk semua kalangan.
DIMENSI 58
55
/KELAKAR/
Dedikasi yang Terdegradasi Oleh : Iffan Fuad
..... Ibarate dele sing uwis dadi tempe, kudu tak lakoni yen pancen ngene dalane.....
56
DIMENSI 58
/KELAKAR/
K
esuksesan suatu kelompok atau organisasi merupakan harapan dari setiap anggotanya. Akan tetapi untuk mencapai kesuksesan itu tentunya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Seiring berjalannnya waktu, terpaan masalah pasti dihadapi hingga menggeser rencana-rencana yang telah digagas diawal. Diperparah lagi saat menjalankannya, tidak ada imbalan atau materi yang akan didapat, bukan juga gaji yang akan diperoleh. Melainkan hanyalah keadaan letih dan runyamnya masalah yang muncul. Berbeda dengan para buruh pabrik atau para pekerja lainnya, dimana setelah itu mereka mendapatkan upah. Dalam lingkup berorga nisasi, khususnya organisasi kampus pastinya akan bertolak belakang dengan itu semua. Walaupun dalam pelaksanaannya sama-sama menghabiskan banyak waktu maupun tenaga. Jangankan untuk mendapatkan gaji, untuk bisa istirahat di akhir pekan saja sulit didapat. Karena pada hakikatnya organisasi kampus itu di gerakkan oleh semangat dedikasi dan ketulusan hati. Dedikasilah yang dapat mempertahankan mereka sampai akhir, yang bisa menyukseskan semua program kerja yang telah direncanakan dari awal. Sehingga akan melahirkan kembali generasi-generasi penerusnya. Dedikasi adalah suatu pengorbanan pikiran, tenaga dan waktu untuk terwujudnya keberhasilan suatu usaha yang memiliki tujuan mulia (Toto : 2014). Dedikasi akan terbentuk dari karakter orang yang keinginan kuat. Tanpa adanya keinginan dan dorongan tentunya akan mudah goyah saat menjalaninya. Terkadang pula dedikasi juga bisa terbentuk karena suatu kondisi. Beberapa orang menyebut kalau dedikasi itu berbanding lurus dengan jabatan. Semakin tinggi jabatan seseorang semakin besar pula tanggung jawabnya. Kondisi seperti itulah yang akan menuntut seseorang harus mutlak berdedikasi. Ibarate dele sing uwis dadi tempe, kudu tak lakoni yen pancen ngene dalane. Begitulah lirik lagu yang dinyanyikan oleh Via Vallen yang sempat viral beberapa waktu yang lalu. Lirik tersebut mungkin bisa menggambarkan keadaan seperti ini. Apabila seseorang te lah memangku jabatan, maka desakan untuk
engorbankan tenaga dan upaya akan diperm juangkan. Hal tersebut karena himpitan tanggung jawab yang sedang diembannya perlu untuk dijalankan. Walaupun semestinya dedikasi itu tak ada hubungannya dengan jabatan. Semestinya seseorang akan tetap melakukan yang terbaik tanpa memikirkan posisinya dimana. Dedikasi seseorang tidak bisa dilihat sekali atau dua kali saja. Namun bagaimana proses hingga hasil akhir yang akan menilai dedikasi itu sendiri. Dedikasi seseorang bisa ditingkatkan lagi, yaitu dengan doktrin dan contoh tindakan. Doktrin merupakan suatu gagasan yang sengaja dibuat untuk meyakinkan orang lain. Bahwasanya pada zaman dulu, saat orang tua berkata, “Kalau makanannya tidak dihabiskan, nanti ayamnya akan mati.” Doktrin seperti itu dulu sangat berdampak sekali. Doktrin soal dedikasi juga hampir sama dengan contoh di atas. Bahwasanya dengan melakukan tugas dan tanggung jawabnya, percayalah suatu saat nanti akan ada hal yang bermanfaat untuk bisa dinikmati. Akan ada keadaan dimana kita akan memetik hasil dari jerih payah yang dulu pernah dilakukan. Yang perlu ditekankan lagi bahwa dedikasi itu dimana seseorang masih bisa memberi walaupun sedang dalam kondisi terburuknya. Suatu kondisi dimana sedang tertekan karena tuntutan tugas kuliah maupun deadline atau barangkali sedang terjebak dalam suatu keadaan dimana seseorang harus bekerja sendirian. Selain itu, dedikasi juga akan tumbuh dengan cara memberi contoh tindakan. Semisal seorang guru menginginkan supaya muridnya disiplin, maka guru tersebut harus mencontohkan sikap disiplin terlebih dahulu. Karena guru tersebut berperan sebagai panutan. Pada intinya seorang panutan juga memiliki pengaruh penting, selain bisa memerintah juga harus bisa mencontohkan. Dalam kondisi apapun, semestinya dedikasi tidak mungkin luntur dalam diri seseorang. Karena sejatinya dedikasi hanya akan luntur dalam diri seseorang yang sudah menyerah pada sebuah keadaan. Satu hal yang harus diingat, dedikasi itu memberi, bukan menerima.
DIMENSI 58
57
/KANG PROV/
Teknologi untuk Pe
58
DIMENSI 58
/KANG PROV/
embaruan Pertanian Oleh : Erica Aditya
DIMENSI 58
59
60
1
6
3
2
15
Kirimkan jawaban terbaik足 mu ke Kantor Dimensi Lt. II Gedung PKM Baru, Polines. Dua pengirim terbaik akan mendapat hadiah menarik dari Dimensi. Informasi lebih lanjut hubungi via Whatsapp 0857-8604-6740 (Ulfa)
DIMENSI 58 8
7
9
1. penghapusan atau pengurangan hambatan yang terdapat dalam sistem birokrasi 3. kecelakaan; kesengsaraan; musibah 5. juragan (pemimpin) perahu (kapal); perwira laut yang memegang komando tertinggi di atas kapal niaga; kapten kapal;
Mendatar
5
4
13
12
kebersamaan. kekompakan, kesetiakawanan. empati, simpati 8. siap siaga 11. umum (berlaku untuk semua orang atau untuk seluruh dunia); bersifat (melingkupi) seluruh dunia 15. ketidakhadiran
6.
11
10
14
2. konstruksi yang makna足 nya tidak sama dengan gabungan makna unsur足 nya, bahasa dan dialek yang khas menandai suatu bangsa, suku, kelompok, dan lain-lain 4. menjadikan diri sendiri sebagai titik pusat pemikiran (perbuatan); berpusat pada diri sendiri (menilai segalanya dari sudut diri sendiri); 7. coretan,gambar,lukisan,sketsa 9. tempo yang lambat dan penuh ekspresi 10. renungan; perenungan; perihal merenung, memikirkan, atau menimbang-nimbang dengan sungguh-sungguh; 12. hancur, musnah, terkutuk, jahat sekali 13. kerajaan; kekaisaran 14. dengar pendapat, 足interviu,wawansabda
Menurun
/KUIS/
NEED MORE NEWS? VISIT US ON:
www.lpmdimensi.com
/NGEDIMS/
Revitalisasi Politeknik dite rapkan dibeberapa Politeknik. Semoga kedepannya lebih teliti lagi dan tidak menimbulkan kekecewaan
Kesalahan terkait beasiswa PPA.
Gedung baru UPT PP bocor.
Jembatan parkir TN lantai tiga dibangun ulang
62
DIMENSI 58
Duh, sudah apatis, makin apatis lagi
Padahal terhitung baru ya Âgedungnya. Semoga cepat diperbaiki
Padahal baru saja selesai dibangun kok dibongkar, lalu dibangun lagi
“Dalam hidup kita, cuma satu yang kita punya, yaitu keberanian. Kalau tidak punya itu, lantas apa harga hidup kita ini?” - Pramoedya Ananta Toer -
LPM DIMENSI The Way of Journalism