Majalah Dimensi Edisi 66

Page 1

DIMENSI EDISI 66/MARET 2022 LAPORAN UTAMA

MAJALAH KAMPUS POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

MENUJU KENISCAYAAN EKOSENTRIS,

MAJALAH DIMENSI 66 01 PERLAHAN HILANGKAN EGOSENTRIS



LEMBAGA PERS MAHASISWA

DIMENSI Pelindung Prof. Dr. Totok Prasetyo, B.Eng., M.T., IPU Penasehat Adhy Purnomo, S.T., M.T. Pembina Junaidi, S.T., M.T. Pemimpin Umum Rakha Yusan Al Hafizh Sektretaris Umum Salsabilla Az-Zahra, Alda Anggi Rosiana Bendahara Umum Novia Putri Fatmatuzzahro, Nadia Rahmalia Rahim Pemimpin Redaksi Ayu Anggraeni Redaktur Pelaksana Rosita Wulandari Redaktur Majalah Kholifatul Mufti L. P., Suzanah Redaktur Buletin Siti Nurhasanah Redaktur Siber Vera Linda A., Ririn Anjarwati Redaktur Artistik | Koordinator Artistik Zakiyah, R. Satrya Bramantya | Safiatun Naja Redaktur Fotografi | Koordinator Fotografi Alliffia Rahma D. | Ilham Afief F. Redaktur Videografi | Koordinator Videografi Mochammad Fahrizal Ian Z. | Adib Faiz Al Asyraaf Reporter Arifiani Kusuma S., Annisa Nur A., Candra Ayuningtyas M., Reitha Alya P., Ela Elfita F., Pramuditya Verro S., Mahesti Diva P, Quini Milna A., Rizky Tania U. H. Staf Artistik Hasna Jilan A., Diva Aurelia S., Rafli Hardiansyah, Ranira Salma E. F., Roihanatul Fatihati, Sari Wahyuningsih, Syahdilla Sekar R. Staf Fotografi Arya Bhisma F., Fahmi Yuliarmanto W., Intan Dwi Y., Laila Syifa S. Staf Videografi Dwi Wulandari, Imam Mahdi I., Hanif Nugraha R., Rifa Nurfauzan A. Pemimpin Litbang Tita Tri Uma Kepala Divisi PSDM | Koordinator PSDM Cintya Sofia K. W. | Eliza Latifia F., Lutfiyatul Iftitah, Arief Anom Septyawan Kepala Divisi Humas Aisyah Shabira Y. Kepala Divisi Riset Olivia Novitasari Staf PSDM Alifia Tiara P., Alifa Salsabilla K. R., Yulhita Nur Fadilah Staf Humas Annisa Safina I. S., Eka Juniarti, Hamidah Aufa K., Nurul Azizah Staf Riset Imara Naifa S., Inayatul M., Izdihar Rana H., M. Ikhwan Zaelani, Zabrina Mayangsasati A. Pemimpin Perusahaan Disma Cahya A. Kepala Divisi Periklanan dan NonProduk Maulana Malik I. Kepala Divisi Logistik | Koordinator Logistik Vidya Rizqiani | Nining Hapsari Staf Periklanan dan Non Produk Oktavia Dewi F., Selvira Medihana, Tiara Ayu Dhiya U. Staf Logistik Adella Titah A., Dianita Vega S.I., Rifqi Hidayat

Cover Cover

DIMENSI EDISI 66/MARET 2022

MAJALAH KAMPUS POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

MENUJU KENISCAYAAN EKOSENTRIS,

PERLAHAN HILANGKAN EGOSENTRIS

Ilustrator: Rafli Hardiansyah

Salurkan Salurkan Idemu Idemu Redaksi menerima tulisan, karikatur, ilustrasi, atau foto. Hasil karya merupakan karya asli, ­bukan ­terjemahan/saduran atau hasil kopi. ­Redaksi ­berhak memilih karya yang masuk dan me­nyunting tulisan yang akan dimuat tanpa mengubah ­esensi. Karya dapat langsung dikirim melalui e-mail redaksidimensi23@gmail.com atau dikirm langsung ke alamat kantor redaksi di: Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa Baru Lantai 2 No. 4-5, Kampus Politeknik Negeri Semarang Jalan Prof. Soedharto Tembalang, PO Box 6199 Semarang 50061 Selamat berkarya!


D

Dari Dari Dapur Dapur

alam memenuhi kebutuhan hidup, manusia pasti tidak terlepas dari ketergantungannya dengan alam. Namun, tak bisa dipungkiri ternyata masih banyak masyarakat yang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, terkadang tidak mempertimbangkan keseimbangan ekosistem lingkungan. Seolah acuh tak acuh terhadap lingkungan demi mencari keuntungan besar atau yang bisa kita sebut sebagai egosentris. Di sini, setiap orang bertujuan mengejar kepentingan pribadi dengan menomor sekiankan keseimbangan lingkungan. Oleh karena itu, melihat persoalan tersebut pada Majalah Dimensi Edisi 66 kali ini mengangkat topik mengenai ‘Menuju Keniscayaan Ekosentris Perlahan Hilangkan Egosentris’. Di dalam majalah ini, topik pada rubrik Laporan Utama membahas mengenai pergeseran egosentris menuju ekosentris. Adanya egosentris yang menimbulkan berbagai permasalahan, salah satunya penurunan permukaan tanah. Banyak sekali kasus dan dampak akibat penurunan permukaan tanah yang justru manusialah yang menjadi faktor terbesar penyebab masalah tersebut. Alhasil perlu digencarkan pemahaman atau tindakan akan pentingnya pemulihan lingkungan, yang kerap disebut dengan ekosentris. Sejalan dengan Laporan Utama, pada rubrik Laporan Khusus kami lebih terpaku pada pembahasan tentang daya dukung dalam menyongsong lingkungan hijau. Dimulai dari sungai sebagai sumber daya pendukung lingkungan di tengah pesatnya industri seperti saat ini, hingga peranan pemerintah daerah dalam mewujudkan lingkungan hijau dan lestari. Selain topik-topik utama tersebut, kami juga menyajikan berbagai konten informatif pada rubrik Kampusiana dan Semarangan. Tak lupa pula, kami pun menyajikan hal menarik untuk disimak dan tentunya pasti ditunggu-tunggu oleh para pembaca yaitu Travelogue. Kali ini kami menelisik indahnya Bukit Kosakora dan Pantai Ngrumput. Tempat dimana aset alam yang tersembunyi di Gunungkidul. Selain itu, tersaji pula konten sastra pada rubrik Incognito yang menjadi pemanis dan penutup pada majalah Dimensi Edisi 66 ini. Tak lupa, tentunya kami mengucapkan syukur dan terima kasih kepada seluruh pihak yang ikut serta dan mendukung dalam pembuatan majalah ini. Kami juga menunggu kritik maupun saran yang membangun dari pembaca untuk memperbaiki majalah Dimensi di masa yang akan datang. Sebab pada dasarnya tidak ada yang sempurna di dunia ini kecuali Sang Pencipta. Begitu pula dengan majalah edisi kali ini. Kami berharap semoga sajian yang kami berikan dapat membawa manfaat bagi para pembaca. Selamat membaca! Hidup Pers Mahasiswa!

Redaksi

04 MAJALAH DIMENSI 66


CONTENT CONTENT Nestapa Egosentris Timbulkan Penurunan Tanah yang

08 Tak Kunjung Dibenah 10

Mengejar Ekosentrisme: Wujudkan ­Pemulihan Lingkungan Dengan Gencarkan Upaya Penanggulang­an Banjir

12 Opini: Pengolahan Limbah : Faktor Penting ­Menjaga Kelestarian Lingkungan Hijau

14

Polling: Mengenal dan Peka akan Status Lingkung­an Hijau Masa Kini di Kalangan ­Masyarakat

42

18 Tilik Sungai : Penunjang Lingkungan Hijau di Tengah Pesatnya Industri Peranan Pemda dalam Wujudkan Lingkungan Hidup

20 yang Lestari

Sosok: Sekti Mulatsih: Sang Ratu Sampah Pelopor

22 Rapel Indonesia 24 Infografis: Bahaya Ekonomi Linier, Berikan Ancaman Bagi Lingkungan Hijau

Kuliah Daring, Sejauh Mana Peranan Institusi sebagai

17

28 Fasilitator Media Belajar?

07

30 Speak Up: Juang‌ ‌dan‌ ‌Asa‌ ‌Mengatasi‌ ­‌Keterbatasan‌ ‌Media‌‌Belajar‌‌

48

34 36 38

43 46

33

26

49

Landscape Kota Semarang, Kelola Tata Ruang Nyaman dan Ramah Investasi Komunitas: Wujudkan Kota Semarang Bebas Sampah Laut Bersama Komunitas Seangle Semarang Galeri Foto: Dibalik Keindahan Kota Lama Semarang Plesir: Menelisik Indahnya Aset Alam ­Tersembunyi Gunungkidul, Bukit Kosakora, dan Pantai Ngrumput Kuliner: Mencicipi Gandjel Rel, Kue Jadul Khas Semarang

51

Kelakar: Kesuksesan : Bakat atau Keberuntung­ an? Inggris: Get To Know About Microaggressions

53

Cerpen: Bulan Yang Tak Sempurna

55

Resensi Buku: Maaf Tuhan, Aku Hampir ­Me­nyerah Resensi Film: Seaspiracy : Menyingkap Tabir Gelap Industri Perikanan

57

59 Kang Prov 60 Teka-Teki 61 Ngedims MAJALAH DIMENSI 66

05


SURAT PEMBACA

K EB IJ AK AN K A MPU S

yang Kian Lamban nan Membingungkan Oleh : Hegi Ainul Abrar - Teknik Elektro Desainer : Sari Wahyuningsih

K

ebijakan kampus merupakan suatu hal yang penting tuk diketahui mahasiswa. Namun, bagaimana bila kebijakan yang diterima lamban bahkan tidak sampai diterima oleh mahasiswa? apalagi jika kebijakan yang dikeluarkan tidak disertai keterbukaan. Lantas, apakah kita hanya diam dan melihat kampus seolah mempermainkan kita? Sejumlah kebijakan di kampus tercinta dirasa meninggalkan banyak tanda tanya. Pertama, perihal peninjauan Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang publikasinya dilakukan satu bulan menjelang pembayaran UKT, tanpa disertai informasi sebelumnya. Keresahan hadir menyelimuti mahasiswa setelah tahu bahwa peninjaun yang diterima hanya berlaku satu semester saja. Masih berkutat soal UKT, kebijakan daftar ulang UKT pun sempat jadi polemik. Sejumlah mahasiswa diketahui mendapat surat perintah bayar sebanyak dua kali ­dengan nominal yang berbeda. Kepanikan dan kebingungan sudah melanda, institusi baru bergerak memberi informasi. Selanjutnya, mengenai asuransi yang jumlah­nya selama pandemi kok ­justru­ kian meninggi. Institusi beralasan, kenaikan harga dari pihak asuransi ­ dikarenakan ­harga lama sudah tidak re­ levan. Pertanyaan­ nya, apakah kenaikan

06 MAJALAH DIMENSI 66

­ iimbangi­dengan pening­katan kualitas ped layanan? seperti yang kita ketahui, proses klaim asuransi harus melewati ketentuan dan alur yang amat sangat panjang. Dari sejumlah informasi, asuransi juga tidak dapat digunakan ketika kita tengah menjalani magang di luar kampus. Lalu, masih bergunakah asuransi yang ada? Ketakutan terbesar muncul ketika ketidak­ jelasan kebijakan membuat mahasiswa bingung dan kian acuh dengan apa yang dirancang oleh kampus. Padahal kepastian, kejelasan, dan transparansi kebijakan kampus justru dapat membuat mahasiswa lebih percaya dan mendukung secara penuh kebijakan yang dikeluarkan oleh kampus kita tercinta, Politeknik Negeri Semarang.



LAPORAN UTAMA

Nestapa Egosentris Timbulkan

Penurunan Tanah yang Tak Kunjung Dibenah Oleh: Mahesti Diva Pratiwi I Desainer : Hasna Jilan

S

Dok. Pribadi

eluruh kehidupan manusia dalam memenuhi kebutuhan tidak terlepas dari ketergantungannya dengan alam. Namun, tak bisa dipungkiri bahwa masih banyak masyarakat yang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya terkadang tak mempertimbangkan keseimbangan ekosistem lingkungan. Perilaku acuh akan lingkung­­an tersebut biasa dikenal dengan istilah ego­ sentrisme atau egosentris. Mengutip pada jurnal yang berjudul “Refleksi ­Etika Lingkung­ an John Galtung”, didapatkan ­bahwa etika egosentris mendasarkan diri pada tindak­an manusia sebagai pelaku r­ asional untuk memperlakukan alam menurut insting-­insting “netral”. Sonny Keraf, dalam buku­nya yang berjudul “Etika Bisnis” menjelaskan bahwa pandangan egosentris merupakan tindakan dari setiap orang yang pada dasar­nya bertujuan untuk mengejar ke­pentingan ­pribadi. Tak ayal banyak masyarakat ­ menomor sekiankan keseimbangan lingkung­ an demi pemenuhan kebutuhan hidup. Kerusakan Lingkungan Akibat Ulah Manusia Salah satu contoh kerusakan lingkungan demi pemenuhan kebutuhan hidup adalah

08 MAJALAH DIMENSI 66

turunnya permukaan tanah yang ter­jadi di sekitar daerah Pantai Utara ­ (Pantura) ­Semarang. Pada umumnya, penurunan permukaan tanah disebabkan oleh dua ­faktor, yaitu faktor alam dan faktor manusia. ­Kepala Balai Besar Wilayah Sungai ­Pemali Juana, Muhammad Adek, menjelaskan bahwa ­faktor alam yang ­ melatarbelakangi fenomena ini berasal dari karakteristik ­masing-masing ­jenis tanah. “Dari sisi geologi, memang ­Pulau Jawa bagian utara terdiri dari lapisanlapisan aluvial sehingga memang terjadi pelapukan,” terangnya. ­Kejadian tersebut menyebabkan terjadinya se­dimentasi yang mengakibatkan penurunan permukaan tanah. Selain faktor alam, faktor ­manusia juga memiliki andil ­besar dalam per­ masalahan ini. Menurut dosen Teknik ­Si­pil Politeknik Negeri S ­emarang, ­ Mukhlisin, faktor manusia yang dapat menyebabkan terjadinya hal ini adalah pengambilan air tanah secara berlebihan. “Jika dalam suatu tanah aliran airnya disedot, maka air akan kosong dan tanah akan berongga,” jelas­ nya. Ia menambahkan, jika hal tersebut terjadi dan di atas tanah terdapat beban bangunan dan beban lainnya, maka akan ter

Dok. Pribadi


jadi fenomena penurunan permukaan tanah. Sebagai contoh, kasus penurunan per­mukaan tanah terjadi di daerah sekitar ­Pantura, yang disebabkan sebagian besar bangunan hotel terpantau masih melakukan pengambilan air tanah untuk memenuhi ­kebutuhannya. Hal tersebut dikarenakan P ­erusahaan D ­aerah Air Minum (PDAM) ­ tidak bisa ­ maksimal melayani kebutuhan air di daerah ter­ sebut. Me­ngacu pada Undang-­Undang No 17 tahun 2019 ­tentang sumber daya air, untuk pemenuhan air diprioritaskan dari air permukaan terlebih dahulu. Pengambil­ an air tanah ini juga tidak bisa sembarang­ an, diperlukan izin yang ­cukup ketat serta ­surat rekomendasi dari be­berapa pihak terkait. Jika memang air yang di­ambil ter­nyata melebihi batas izin yang te­lah di­berikan, maka perusahaan tersebut akan diberikan sanksi atau hukuman. Bagi pelanggar­ an tahap awal akan mendapat beberapa tegur­ an, sedangkan pelanggaran fatal dapat mendapat sanksi berupa pencabutan izin. Nestapa Egosentris dalam Kehidupan Pada hakikatnya, segala sesuatu yang di­ ambil harus dikembalikan lagi ke asal­ nya agar tatanan alam tetap terjaga. ­Seperti halnya air, dalam skala besar dapat d ­ ilakukan dengan penanaman sejumlah pohon. Upaya lain yaitu dengan menampung air ­ hujan di danau dan waduk. Namun, pada ke­ nyataannya banyak sekali danau dan waduk yang masih disalahgunakan. Konservasi skala kecil dapat dilakukan dengan membangun daerah resapan dan sumur ­resapan oleh pemukiman dan industri. Hal lain yang terlihat sederhana tetapi mem­­ bawa dampak besar adalah dengan melakukan Corporate Social Responsibility (CSR) dalam bentuk edukasi ke masyarakat ter­ kait pentingnya menjaga kelestarian alam. Salah satu daerah yang terkena dampak besar dari masalah penurunan tanah ini ­ ­adalah Tambak Lorok, Kelurahan Tanjung Mas, Kecamatan Semarang Utara. Mau

LAPORAN UTAMA tak mau warga Tambak Lorok harus ber­ lomba dengan permukaan tanah yang terus menurun di tiap tahunnya. Murtiningsih, salah satu warga asli Tambak Lorok, memberikan kesaksian bahwa tanah di sekitar rumahnya terus mengalami penurunan. Dua tahun belakangan ini merupakan yang terparah dalam sejarah hidupnya tinggal di daerah tersebut. Pertambahan populasi pun kian memperbanyak pembangunan hunian di tepi pantai yang tentunya turut berpengaruh pada pengambilan air tanah demi pemenuh­ an kebutuhan. Jarak pemukiman dengan laut pun terasa sangat dekat. Faktor ekonomi lah yang membuat Murtaningsih bertahan untuk tetap tinggal di daerah tersebut. Di lain sisi, ia juga mengaku banyak wartawan dan pe­jabat yang datang memantau Tambak Lorok, ­tetapi hanya sebagian kecil saja yang benar-­benar memberikan bantuan. “Di tahun 2017 ­Presiden pernah kesini dan langsung memberi bantuan berupa pembangunan Bendung­an, sayangnya pembangunan hanya dilakukan setengah, hingga hari ini,” terang­ nya. Air yang terus naik berbanding terbalik dengan bantuan yang datang. Mau tak mau ­Murtiningsih dan warga sekitar lainnya me­ ngumpulkan iuran pribadi untuk meninggi­ kan jalan. “Katanya tahun 2022 akan ada bantuan yang datang, tetapi itu terlalu lama, jadi kami inisiatif iuran sendiri,” pungkasnya. Para nelayan juga tak luput terkena dampak dari penurunan permukaan tanah Tambak Lorok. Sujiyanto, Kepala Sie Pengendalian Penangkapan ikan, kapal, dan alat ­tangkap Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah, menjelaskan bahwa banyak dermaga dan kampung nelayan yang ­hilang akibat naiknya permukaan air di daerah tersebut. Tentu saja pihaknya memberikan solusi kepada para nelayan. “Kami melakukan revitalisasi atau membangun kembali dermaga karena memang kami tidak bisa mencegah penurunan tanah tersebut dan memfasilitasi nelayan untuk mencari ­tempat lain yang lebih baik,” pungkas Sujiyanto.

MAJALAH DIMENSI 66

09


LAPORAN UTAMA

Mengejar Ekosentrisme : Wujudkan

Pemulihan Lingkungan

dengan Gencarkan Upaya Penanggulangan Banjir Oleh: Annisa Nur Aulia | Desainer : Syahdilla Sekar R.

untungkan, serta kurangnya kesadaran masyarakat merupakan salah satu dari sekian banyak faktor penyebab terjadinya banjir. Apabila hal tersebut tidak mendapat perhatian khusus, tentunya akan menimbulkan efek yang lebih besar daripada hanya sekadar banjir. Pergeseran Egosentrisme Menuju Ekosentrisme

G

Dok. Pribadi

enangan banjir di tengah padatnya kota menjadi hal yang tak asing ketika musim penghujan tiba. Permasalahan yang hampir terjadi di seluruh wilayah kota di Indonesia ini, menjadi isu tahunan bagi pemerintah maupun masyarakat. Kurangnya daerah resapan air, padatnya pemukiman warga, letak geografis yang kurang meng-

10

MAJALAH DIMENSI 66

Kerusakan yang terjadi di lingkungan sekitar menunjukkan bahwa zaman telah dipenuhi oleh keegoisan manusia bumi. Adanya pandangan manusia yang memfokuskan diri dengan tindakan apa yang dirasa baik untuk dirinya, membuat kendali lingkungan berada pada individu tersebut. Paradigma tersebut dinamakan egosentrisme. Hubungan antara egosentrisme dengan perusakan lingkungan adalah adanya ketidak-konsistenan dalam konteks isu lingkungan hidup. Pada penelitian Wade-Benzoni, Tenbrunsel, dan Bazerman, dijelaskan bahwa perilaku egosentrisme berkaitan dengan polusi dan pencemaran lingkungan. Bagaimanapun, masalah-masalah polusi dan ekstraksi adalah jauh dari sederhana, dengan asimetris mendorong ke arah egosentrisme. Oleh karena itu, pentingnya pemahaman akan pemulihan lingkungan atau kerap kali disebut dengan ekosentris yang kini mulai digencarkan. Mengutip pada jurnal yang berjudul “Paradigma Ekosentrisme vs Antroposentrisme dalam Pengelolaan Hutan”, paradigma ekosentrisme memandang bahwa manusia adalah bagian dari masyarakat tumbuhan (hutan), mengutamakan tujuan jangka panjang dan berkelanjutan, serta mengkritik sistem ekonomi dan politik di dalam pengelolaan


LAPORAN UTAMA hutan. Upaya menuju ekosentrisme kini mulai digalakkan di sejumlah kota besar di Indonesia, salah satunya kota Semarang yang kerap kali jadi daerah langganan banjir tiap tahunnya. Pemerintah Kota Semarang bersama Dinas Pekerjaan Umum (DPU) berupaya untuk melakukan pemulihan lingkungan yang ada di seluruh wilayah Kota Semarang. Di samping pemerintah, masyarakat pun diharapkan turut andil dalam usaha pemulihan tersebut. Sinergi Pemerintah Kota dalam Pemulihan Lingkungan Sejak Juni 2021 lalu Pemerintah Kota Semarang melalui DPU Kota Semarang melakukan pembangunan drainase atau saluran air di daerah Simpang Lima Semarang. Daerah tersebut merupakan pusat utama banjir di Kota Semarang yang mana ketika hujan turun, air dari berbagai titik di Kota Semarang berhenti di sana. Sesuai yang dipaparkan oleh M. Hisam Ashari selaku Kasi Pengelolaan dan Pengembangan Drainase DPU Kota Semarang, bahwa letak geografis menjadi faktor utama penyebab banjir di Simpang Lima Semarang. “Secara geografis menunjukan bahwa Simpang Lima merupakan daerah hilir, yang mana menjadi titik pusat air saat musim penghujan,” papar Hisam. Oleh sebab itu, DPU membangun drainase di sekeliling daerah Simpang Lima Semarang guna menanggulangi banjir. Di samping melakukan pembangunan drainase, DPU Kota Semarang juga melakukan pemeliharaan rutin terhadap saluran-saluran air, baik yang tertutup maupun terbuka. Kegiatan tersebut dilakukan untuk membersihkan lumpur dan sampah yang mengendap di dalam saluran air. Selain itu, pemerintah kota sudah berupaya semaksimal mungkin dalam pembuatan pompa air, hampir di seluruh wilayah Kota Semarang kini sudah dilengkapi dengan pompa air. Salah satunya pompa air yang terdapat di wilayah Semarang Tengah, yang sekaligus merupakan salah satu pompa air terbesar di Kota Semarang. Pompa ini dituju-

kan untuk memompa air agar saat hujan, air dapat lebih cepat surut. Muhammad Mukhlisin, salah satu guru besar Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Semarang (Polines), turut membenarkan upaya tersebut. Beliau berpandangan bahwa pembuatan pompa air merupakan salah satu upaya efektif untuk mengurangi genangan banjir. “Pemerintah sudah banyak membuat pompa air di seluruh wilayah Kota Semarang, saya rasa hal itu efektif untuk menangani banjir,” ujarnya. Yulianto, salah satu warga Kecamatan Semarang Tengah, Kota Semarang menyampaikan bahwa adanya pemulihan lingkungan menjadikannya lebih tenang dari ancaman bencana banjir. “Sekarang lebih tenang karena pemerintah dibantu masyarakat melakukan banyak upaya penangan banjir,” tuturnya. Tak hanya di pusat kota, Pemerintah Kota Semarang turut menjaga ekosistem laut dengan melakukan penanaman mangrove. Salah satunya di kelurahan Tambakrejo, Gayamsari, Kota Semarang, yang sering diterpa banjir terutama ketika air laut sedang pasang. Penanaman tersebut dilakukan untuk menjaga tanah dari penurunan muka tanah atau Land Subsidence akibat dari abrasi. Bukan sekedar mencegah dari adanya abrasi tetapi juga dimanfaatkan sebagai tempat wisata edukasi bagi masyarakat Kota Semarang. Pemerintah kota melalui pihak kelurahan juga memberikan edukasi kepada masyarakat perihal bencana banjir, mulai dari pencegahan hingga penanganannya. Dilakukannya kegiatan tersebut karena faktor terpenting dalam upaya pemulihan lingkungan adalah kesadaran dari masyarakat. Masyarakat mempunyai peran besar dalam menjaga keseimbangan lingkungan, andil mereka menjadi kunci keberhasilan dalam pemulihan lingkungan. Usaha yang dicanangkan oleh pemerintah harus diimbangi dengan peri-laku masyarakat yang baik. Dalam hal ini masyarakat dilarang untuk membuang sampah ke sungai ataupun ke saluran air. MAJALAH DIMENSI 66

11


OPINI

B

erkembangnya zaman dan ­waktu yang terus berputar membuat ­kondisi lingkung­an hijau sekitar dapat ­berubah. Sebetulnya ada dua kemungkinan, apakah lingkung­an hijau akan tetap terjaga atau mungkin akan ter­kikis kelestariannya? Di Indonesia, penerapan prinsip lingkungan hijau belum dilakukan secara menyeluruh. Sebagian masyarakat sudah melaksanakan, sedangkan sebagian yang lain masih belum bisa menerapkannya. Hal ini dapat dilihat melalui pengolahan ­limbah rumah tangga. Mulai dari pembuangan sampai pemilahan ­limbah yang seharusnya menjadi langkah awal ­untuk mewujudkan lingkungan hijau saja, belum bisa terlaksana dengan baik. Ternyata, ­sampai saat ini masyarakat ­belum seluruh­nya memiliki kesadaran untuk me­ ngelola limbah dari hasil kegiatan rumah

12

MAJALAH DIMENSI 66

tangganya dengan baik dan benar. Sebetulnya, cara menjaga lingkungan ­hijau agar tetap lestari bisa dimulai dari hal sederhana seperti memilah sampah organik dan non organik serta meman­ faatkan sampah ­organik menjadi kompos. Hal tersebut ­ merupakan salah satu dari banyak­ nya hal yang bisa dilakukan ­ untuk men­ cegah pembuangan limbah rumah tangga yang ­tidak benar. Selain dari rumah tangga, limbah yang cukup meresahkan ­ saat ini adalah ­limbah pabrik. Masih banyak ­perusahaan-perusahaan yang masih belum mempersiapkan pengolahan limbah hasil kegia­ tan pabrik mereka. Padahal, sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia ­Nomor P.12/MENLHK/SETJEN/PLB.3/5/2020


OPINI t­ entang Penyimpanan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), sudah dijelaskan bahwa setiap orang yang menghasilkan limbah B3 wajib melakukan penyimpanan limbah B3 untuk nantinya diolah oleh pihak pengolah limbah B3. Seluruh pabrik besar di Indonesia ­ sudah menerapkan pengelolaan limbah yang baik, karena pemerintah menerapkan sistem PROPER, yaitu Program Penilaian P ­ eringkat Kinerja Perusahaan dalam ­Pengelolaan Lingkungan. Jadi, untuk limbah pabrik yang dihasilkan perusahaan-perusahaan ­besar lebih terjaga dan dapat dikelola ­sesuai dengan aturan dan sebagaimana mesti­nya. Kemudian, bagaimana nasib perusahaan-­ perusahaan kecil? Banyak diantara para pemilik perusahaan kecil seperti pabrik tahu, dan sebagainya, belum memiliki ­kesadaran untuk menyediakan dan mempersiapkan penyaluran limbahnya. Biasanya, limbah yang mereka hasilkan langsung di­ buang ke saluran air, sungai, atau ­bahkan langsung ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Padahal jumlah pabrik-pabrik kecil di Indonesia sangat banyak, tetapi ­pemerintah belum memberikan perhatian lebih pada mereka, sehingga penyaluran limbah pabrik yang mereka hasilkan belum sesuai seperti bagaimana mestinya. Selain kedua macam limbah tersebut, terdapat limbah yang baru-baru ini ­cukup meresahkan masyarakat dan lingkung­ ­ an sekitar, yaitu limbah medis. Menurut peneliti­ an Indonesian Environmental ­Scientists ­Association (IESA), pada tahun 2020 ­limbah medis meningkat jumlah­nya sampai 67%. Untuk limbah medis yang ­ berasal dari rumah sakit, klinik, ­ ­ serta ­ posko vaksin, telah menyiap­kan ­tempat di mana limbah medis tersebut akan di­ salurkan. ­ Apabila rumah sakit tidak ­ sanggup mengelola­ nya sendiri, maka dapat ­bekerja sama dengan ­Transporter, yaitu jasa pengang­kut limbah yang akan mengumpulkan, mengolah, hingga memanfaatkan ­limbah. Transporter yang digunakan pun harus berlisensi, sehingga

dapat terpantau oleh pemerintah sampai ke TPA dan bagaimana pengelolaannya. Apabila secara sistem saja sudah dilaksanakan sesuai dengan aturan yang berlaku maka pelaksanaan pengolahan limbah tersebut akan berjalan dengan baik dan aman bagi lingkungan. Lalu, apakah limbah medis berdampak ­buruk bagi lingkungan sekitar? Ada dua kemungkinan, apabila limbah tersebut berasal dari rumah sakit, ­seperti jarum suntik bekas, perban bekas perawat­ an, ­kantung darah, dan sebagainya, maka hal tersebut sudah dapat tertangani ­dengan baik. Hal ini dikarenakan pihak rumah sakit pasti sudah memiliki cara dan tempat penyalur­an serta pengolahan limbah medis yang baik dan benar. Namun, apabila limbah medis tersebut berupa masker bekas yang kini banyak digunakan oleh masyarakat umum, maka limbah inilah yang belum dapat terkendali dengan baik. Masyarakat masih belum memiliki kesadaran sendiri ­ terkait pemilahan sampah yang benar. Bukti­ nya, masih banyak sekali masker bekas berceceran di jalanan. Guna mencegah dan ­ menanggulangi pencemar­an lingkungan hijau ­tersebut, maka cara yang dapat dilakukan oleh ­masyarakat adalah memulai untuk ­ mengolah limbah rumah tangganya ­ dengan baik. Pertama, dimulai dari kesadaran diri masing-­masing untuk memilah sampah dengan benar. Kedua, adanya dukungan dari p ­ emerintah daerah setempat dengan menyediakan truk pengangkut sampah yang juga melakukan pemilahan saat meng­ angkut sampah dari rumah-rumah warga. ­Upaya masyarakat dalam menjaga ­kelestarian lingkungan tersebut akan menjadi sia-sia, apabila tidak mendapat dukungan dari pemerintah. Maka dari itu, dibutuhkan kerjasama yang baik antara masyarakat dan pemerintah untuk saling mendukung dan membantu usaha pencegahan dan penanggulangan pencemar­an lingkungan hijau. MAJALAH DIMENSI 66

13


POLLING

Menge n a l dan d a nPeka Peka Mengenal akan Status Lingkungan Hijau Masa Kini di Kalangan Masyarakat

Oleh : Tim Riset | Desainer : Sari Wahyuningsih

U

nsur lingkungan hidup terdiri dari tiga komponen yaitu unsur biotik (flora dan fauna), unsur abiotik (tanah, air, udara, mineral, gas, energi, dan sinar matahari) dan unsur sosial (budaya, akal, dan campur tangan manusia). Guna memastikan status lingku­ ngan hijau, perlu adanya keseimbangan ekosistem antar ketiga komponen tersebut. Seperti yang kita ketahui, tidak semua masyarakat sudah mampu menjaga kondisi lingkungan hijau sekitar. Tak bisa dipungkiri, masih ada sejumlah oknum yang justru bertindak merusak ­ke­se­ ­im­bangan lingkungan hijau yang ada. Selain itu, banyaknya krisis lingkungan hijau, seperti polusi udara, pembakaran liar, pembabatan hutan tropis, dan pembangunan yang mengorbankan lingkungan hijau pun kerap kali terjadi. Berkaca akan hal tersebut, perlu adanya kesadaran masyarakat lebih lanjut terkait status lingkungan hijau yang ada di ­Indonesia sekarang. Oleh sebab itu, kami Tim Riset LPM Dimensi melakukan survei terkait “Kepekaan Masyarakat Terhadap Lingkungan Hijau”. Survei tersebut memperoleh 650 responden dengan rata-rata usia 16 -20 tahun sebanyak 81,4%. Berikut hasil polling yang kami lakukan : 2. Taukah Anda status lingkungan hijau di Indonesia sekarang ini?

1. Dimana tempat tinggal Anda? Daerah Pedesaan Daerah Perkotaan

Mungkin

Jarang menemukan Cukup banyak menemukan

%

33

23,2

,2%

Masih banyak menemukan

0,3% Tidak menemukan

36,8%

14

MAJALAH DIMENSI 66

Sangat cukup menemukan

51%

3.Bagaimana kondisi pepohonan disekitar anda?

6,5%

46,5%

53,5%

34

%

Ya

15

% Tidak


POLLING 5. Apakah Anda sudah me­nerapkan prinsip lingkungan hijau dalam hidup?

4. Jenis tanaman apa yang biasa ditemui? Tanaman non produktif

Tanaman produktif

Tidak

Ya

73

% ,7 77

,7 %

12,5%

,3% 22

Tanaman produktif dan non produktif

,8%

13

6.Menurut Anda, Pentingkah menjaga lingkungan supaya tetap hijau? 1,5% Mungkin

0,2% Tidak

7. Seberapa antusias Anda menjaga lingkungan hijau? 1,2% Tidak antusias Cukup antusias

40,2%

6%

58,

98,3%

Ya Sangat antusias

9. Seberapa berpengaruh lingkungan hijau di kehidupan Anda ?

8. Apa tanggapan Anda jika kondisi lingkungan hijau semakin hilang? 0,5% Kurang peduli

Sangat berpengaruh

23

,4

%

,2

%

85

,2

76

14,

8%

Cukup peduli

% Sangat peduli

Cukup berpengaruh

MAJALAH DIMENSI 66

15


POLLING

16

%

12%

Tidak menebang pohon

Lingkungan menjadi nyaman

Perbanyak cagar alam

5%

59

1% Meningkatkan kesehatan mata Lainnya

%

6%

8%

Reboisasi lahan gundul

68%

Lainnya

11. Menurut Anda, Apa manfaat menjaga lingkungan hijau?

24%

10. Menurut Anda, Apa hal yang harus diterapkan untuk menjaga lingkungan hijau?

1% Menurunkan resiko penyakit jantung Menghasilkan udara bersih

Gerakan menanam pohon

12. Menurut Anda, Apa dampak negatif tidak adanya lingkungan hijau?

Setuju

,8

25

Lainnya Lingkungan menjadi tidak nyaman

%

19

13%

7%

Banyak bencana alam

13. Jika terdapat pembangunan yang mengorbankan lingkungan hijau, bagaimana tanggapan anda?

%

%

17

Pencemaran udara meningkat

,6

Tidak adanya paru-paru bumi

Sangat setuju

70

%

44

%

3,5%

Tidak setuju

14. Berikan alasan Anda terkait dengan jawaban Anda pada pertanyaan nomor 13 tentang pembangunan yang mengorbankan lingkungan hijau! Saat ditanya tentang alasan mengenai pembangunan yang mengorbankan lingkungan hijau, mayoritas responden berpendapat kurang setuju. Mayoritas responden berpendapat hal tersebut berdampak negatif, diantaranya hilangnya paru-paru bumi, merusak ­lingku­ng­­an, cadangan air tanah berkurang, dan dapat memperkecil udara bersih, serta lingku­ngan menjadi kurang nyaman. Namun, terdapat sejumlah responden berpendapat setuju de­ngan beralasan bahwa ada kalanya pembangunan dibutuhkan seiring dengan meningkatnya ­kebutuhan manusia, tetapi harus sesuai dengan aturan tata kelola Ruang Terbuka Hijau (RTH). KESIMPULAN Melihat hasil polling yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa status lingkungan hijau di lingkungan 650 responden yang terkumpul, tergolong cukup memadai. Hal ini dapat dilihat dari masih adanya tanaman, baik tanaman produktif maupun non produktif. Di samping itu, responden juga mengaku jika banyak pohon di lingkungan sekitarnya yang digunduli, sehingga sekarang menjadi tandus. Responden berharap ada pihak yang me­ ngadakan penanaman kembali di lahan tandus tersebut.

16

MAJALAH DIMENSI 66



LAPORAN KHUSUS

Tilik Sungai: Penunjang Lingkungan Hijau di Tengah Pesatnya Industri

Oleh: Reitha Alya Pramudita

S

eiring berkembangnya pembangun­ an ekonomi jangka panjang, pasti mem­bawa suatu perubahan struktur ekonomi, yaitu dari ekonomi agraria ke ekonomi berbasis industri. Hal itulah yang terjadi pada Indonesia saat ini. Dalam proporsi ekonomi, Indonesia telah dikategorikan sebagai negara industri, dimana sektor industri menjadi salah satu kontributor terbesar bagi perekonomian nasional. Namun, hal ini tentu memberikan dampak bagi lingkungan. Terlebih limbah pabrik dapat menimbulkan berbagai pencemaran, termasuk pencemaran sungai. Sungai yang semestinya menjadi salah satu sumber dari daya dukung penunjang lingkungan hijau, justru telah terkontaminasi limbah pabrik. Kepala Bidang Pengelolaan Sampah, Limbah B3, Pengendalian Pencemaran dan Ke­ rusakan Lingkungan Hidup, Dinas Lingkung­ an Hidup dan Kehutanan (DLHK) Provinsi Jawa Tengah, Tri Astuti menerangkan kondisi pencemaran sungai yang kini terjadi terdiri dari pencemaran tingkat ringan hingga berat. Lebih dari 50 persen sungai di Indonesia dikatakan dalam kondisi tercemar berat. Sebagaimana dikutip dari laman antaranews. com pada artikel yang berjudul “Hari ­Sungai Nasional, 59 persen sungai di Indonesia tercemar berat”, tertera bahwa sebanyak 59 persen sungai di Indonesia masih tercemar berat, sebanyak 26,6 persen dengan ­kondisi sungai tercemar sedang, serta 8,9 persen sisanya termasuk sungai dengan kondisi ter­ cemar ringan. Lalu dengan beberapa kon­

18

MAJALAH DIMENSI 66

Desainer: Novia Putri Fatmatuzzahro

disi pencemaran sungai tersebut, termasuk golongan manakah kondisi sungai di Jawa Tengah? Dipaparkan oleh Tri, kondisi air di Jawa Tengah rata-rata dikatakan tercemar ringan hingga sedang. Akan tetapi, kondisi pencemaran sungai di Semarang justru tergolong tercemar ringan hingga berat. Penyebab Pencemaran Sungai yang Kian Meradang Mari kita tengok sebentar kasus pencemaran beberapa waktu silam. Banyak sekali kasus yang terjadi di Jawa Tengah. Dimulai dari kasus beberapa tahun belakangan, yaitu empat pabrik di Ungaran yang diduga cemari Sungai Klampok hingga kasus pencemaran Sungai Bengawan Solo yang baru geger September 2021 lalu. Dilansir dari laman cnnindonesia. com pada artikel berjudul “Bengawan Solo Tercemar Limbah Ciu, Ganjar Anggap Kebangetan”, dijelaskan bahwa aliran Sungai Bengawan Solo tercemar akibat limbah industri pengolahan minuman keras. Hal tersebut dianggap keterlaluan oleh Ganjar Pranowo, karena Solo dan Blora terkena dampaknya. Kasus ini bukan yang pertama kalinya ter­ jadi, tetapi pernah terjadi pada 2019 lalu. Dari beberapa kasus yang terjadi tersebut menunjukkan bahwa rata-rata pencemaran sungai yang terjadi di Jawa Tengah disebabkan oleh limbah industri. Selain itu, Yusa Eko selaku Kepala Seksi Perencanaan dan Tata Lingkungan Bidang Peningkatan Kapasitas Lingkungan Hidup Kabupaten Semarang turut menjelaskan


Dok. Laila Syifa Pembuangan limbah industri yang dialirkan ke Sungai Klampok

penyebab kondisi pencemaran sungai, ­yaitu tidak hanya berasal dari pencemaran limbah industri saja. Akan tetapi, ditambah pula oleh limbah domestik, kotoran ternak, padatnya pemukiman di pinggir sungai, ­serta kebiasaan warga yang sulit diubah. Kebiasaan buruk manusia inilah yang justru menjadi pengaruh tingkat pencemaran apabila di­lihat dari kemajuan suatu wilayahnya. “Kemajuan suatu wilayah mempengaruhi tingkat pencemaran, di sini artinya semakin tercemar air sungainya maka semakin lancar pula ekonominya,” tutur Yusa. Oleh karena itu, tak heran jika suatu wilayah maju dengan banyak pabrik yang dibangun, maka tingkat pencemarannya pun cukup tinggi. Lantas, Apakah Ada Kiprah Industri dalam Upaya Mendukung Lingkungan Hijau? Tidak semua industri melalaikan ­tang­­­­g­u­­ng­ jawabnya terhadap pengelolaan limbah. Salah satu industri yang memperhatikan masalah keamanan limbah saat dibuang di ­sungai dan menjadi badan penerima air limbah adalah PT Semarang Herbal Indoplant (SHI). Dimas Surya Abadi, salah satu staf lingkungan PT SHI menerangkan bahwa

dengan memegang visi misi untuk menge­ depankan lingkungan hijau, perusahaan terus memperbaiki teknologi pengolahan limbahnya. Dimana dana yang dikeluarkan pun tidak sedikit, yakni kisaran 45 miliar rupiah ditambah biaya operasional sebesar 3-4 miliar rupiah per tahunnya. Di sini inovasi tek­ nologi yang digunakan di antaranya tangki UASB, diffuser main bubble, alat ecorator, slot drying bag, serta sistem screw press. Selain itu, Closed Circuit Television (CCTV) pun turut dipasang agar mudah memantau apabila timbul masalah di kemudian hari. Peningkatan pencemaran lingkungan yang kian terjadi, sudah sepantasnya mendapat perhatian dan diperlukan kesadaran dari semua pihak, termasuk pihak industri. ­Pihak industri perlu membangun kesadaran bahwa sistem pembuangan limbah sangat penting untuk diperhatikan. Memang tidak sedikit dana yang harus dikeluarkan untuk mengelola limbah dengan baik, tetapi apalah arti­ nya dana tersebut jika dibandingkan dengan kenyamanan dan kelangsungan hidup di lingkungan yang baik dan sehat. MAJALAH DIMENSI 66

19


LAPORAN KHUSUS

Peranan Pemda dalam Wujudkan Lingkungan Hidup yang Lestari Oleh: Candra Ayuningtyas Maharani I Ilustrator: Safiatun Naja I Desainer: Diva Aurelia Subagya

P

ermasalahan lingkungan hidup yang disebabkan oleh eksploitasi, sampah, maupun limbah seperti sekarang ­ ini ­tidak ­hanya menjadi permasalahan utama di ­ ­ daerah perkotaan. Akan tetapi, juga ­menjadi permasalahan yang harus ­ditanggung oleh berbagai daerah yang ada di I­ndonesia. Pertumbuhan ­ penduduk yang ­meningkat ­adalah alasan yang pa­ ling ­berpengaruh atas ­terjadinya perma­ salahan ini. ­Konsekuensi dari pertumbuhan penduduk ­ tersebutlah yang mendorong perubahan tatanan lingkungan dan malah

20 MAJALAH DIMENSI 66

merusak ekosistem lingkungan. Sedangkan, lingkungan hidup yang baik dan ­sehat merupakan hak asasi ­setiap warga ­negara Indonesia. Sebagai­ mana ­ diamanatkan dalam Pasal 28H ­Undang-Undang Dasar (UUD) Negara ­Republik Indonesia Tahun 1945, yang berbunyi “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, ­bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”. Menjalan­kan apa yang telah diamanatkan dalam UUD ­Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ini serta meli-


LAPORAN KHUSUS hat lingkungan perkotaan dan pedesaan yang memang berbeda ­dalam cara penanganan­ nya. Oleh karena itu, ­sangat diperlukan pelaksanaan kewenangan ­peranan ­Pemerintah Daerah (Pemda) ­dalam melaksanakan pengelolaan lingkung­an h ­ idup secara optimal. Aktivis lingkungan Greenpeace Youth ­Indonesia, Fauzi menerangkan bahwasan­nya penting sekali peran Pemda dalam me­nangani masalah lingkungan. ­Terlebih lagi m ­ enengok dari berbagai masalah yang mengemuka ­dalam beberapa ­tahun ­terakhir ini dan nyata-­ nyatanya telah ­merusak ­bentang alam kita. Dari hal tersebut, kita tidak boleh menutup mata bahwa ­berbagai masalah yang ­kompleks dan ­cukup ­berat ini tidak hanya dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk saja. Namun, juga ­akibat dari ­kebijakan, implementasi serta ­kesadaran yang ­belum me­nguat pada aspek dan arti penting lingkungan, terutama dalam ­kebijakan yang berkaitan dengan ­alokasi, ­eksplorasi, dan ­eksploitasi sumber daya alam. Di sinilah Pemda yang berpe­ ran dalam mengatur semua regulasi serta ­kebijakan di dae­rahnya setempat. Dimulai ketat­nya ­pemberian izin terhadap kegiatan yang berkaitan dengan lingkungan hidup, hingga berbagai program yang harus di­ pikirkan guna menciptakan lingkungan yang lestari. Lalu, Apa Saja Program yang Diupayakan Pemerintah? Berdasarkan penjelasan Yuni ­Hastuti selaku Kepala Sub Bagian Perencanaan dan Eva­ luasi Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Semarang. Yuni menerangkan ­Pemda ­sudah memiliki sekitar 10 sampai 11 ­program ­dalam peles­tarian lingkungan ­hidup. ­Beberapa ­program diantaranya a ­ dalah penanggulangan pencemaran air, udara, dan tanah serta yang kini sedang dijalan­kan yaitu terkait pengelolaan sampah. Dalam pengelolaan sampah ini Pemda mengupaya­kan program-program kebersihan, seperti penyapuan jalan serta penyediaan tempat pembuangan akhir

(TPA) di pasar-pasar. Tak hanya cukup di situ, Pemda ternyata juga memiliki sasaran tujuan untuk program jangka panjang yaitu meningkatkan tiga komponen nilai Indeks Kualitas Lingkung­an ­Hidup (IKIH) yang me­ muat indeks pengelolaan sampah, menurun­ kan pencemaran ­ udara, dan menurunkan sampah yang dihasilkan masyarakat. “Dalam mewujudkan pelestarian lingkungan, perlu adanya baku mutu yang menjadi acuan yang biasa ­disebut dengan IKIH. Semakin tinggi IKIH, maka s­emakin baik lingkungan kita,” pungkas Yuni. Kendala dalam Pelestarian Lingkungan ­Hidup Selain itu, Yuni juga menerangkan ­memang Pemda khususnya DLH ­merupakan lembaga yang memiliki ­kewenangan, ­pelestarian, dan program kerja terkait ­pengelolaan lingkung­ an hidup. Akan ­tetapi, program tidak akan berjalan sepenuhnya tanpa ada kerjasama antar pihak ­ terutama dengan masyarakat. Terlebih, banyak ditemui masyarakat yang kurang sadar akan arti penting lingkungan hidup dan ­bagaimana ­pelestarian lingkung­ an yang baik. Oleh ­karena itu, perlu dipupuk ­kesadaran ­bahwa tempat dimana kita hi­ dup dan tinggal ­harus selalu kita jaga agar baik dan bersih. ­Sekalipun yang dilakukan masyarakat demi lingkungan merupakan hal kecil atau ­ sederhana, itu akan sangat membantu bagi pemerintah. Seperti yang diungkapkan oleh Kasmiran selaku salah satu Ketua Rukun Tetangga (RT) Desa ­Tembalang. Walaupun tidak sedikit warganya yang belum sadar. ­Namun, beberapa warganya telah ­memiliki kesadaran akan pentingnya men­ jaga lingkungan. Hal ini ditunjukkan oleh warga yang memiliki rumah sehat yang terdapat biopori di dalamnya, memiliki bank sampah, dan ­selalu melakukan pembersihan jentik nyamuk secara rutin. Ia pun berharap dari beberapa hal yang dilakukan warganya ter­sebut, bisa menyadarkan masyarakat lain yang belum paham akan lingkungan.

MAJALAH DIMENSI 66

21


Dok. Pribadi

SOSOK

Sekti Mulatsih:

Sang Ratu Sampah Pelopor Rapel Indonesia Oleh: Rizky Tania Ulul Husna | Desainer: Zakiyah

S

ekti Mulatsih atau yang kerap disapa Sekti, merupakan salah satu pemrakarsa aplikasi Rakyat Peduli Lingkungan (Rapel) Indonesia. Aplikasi ini merupakan gagasan dari sekelompok aktivis lingkungan. Dimana hanya dengan mengunduh aplikasi serta me­manfaatkan fitur di dalamnya, ma­ syarakat dapat membuang dan mengelola sampah rumah tangga khususnya sampah anorganik dengan mudah. Masyarakat cu­kup diam di rumah, me­ ngunggah foto sampah yang dimilikinya dengan ketentuan minimal satu kilogram. Kemudian, kolektor sampah

22 MAJALAH DIMENSI 66

dari Rapel langsung mendatangi rumah ma­ syarakat tersebut dan menukar­ nya dengan uang. Awal ide terciptanya Rapel Indonesia tentu tidak datang begitu saja. Bermula dari ke­ prihatinan Sekti bersama dengan rekan akti­ vis lingkungan lainnya, dalam melihat ma­ salah darurat sampah yang tak kunjung usai. Wanita kelahiran Yogyakarta ini, merasa jengah ter­hadap keadaan sampah yang kian menumpuk setiap harinya. Oleh karena itu, pada 2015 ia me­mutuskan untuk melakukan survei terkait minat masyarakat terhadap


SOSOK pengelolaan sampah. Dari hasil survei tersebut, ia menemukan fakta bahwa masyarakat sebenarnya me­ miliki ke­ tertarikan dalam mengelola sampah, tetapi belum bisa te­ realisasi akibat minimnya fasilitas yang ada. Berpegang pada hasil survei inilah, Sekti dan rekan aktivisnya terus mencari cara untuk mengatasi hal tersebut, meski belum bisa menemukan cara yang efisien dan efektif. Kemudian sampai pada 2018 silam, secara kebetulan ia bertemu dengan salah satu perusahaan asing asal Singapura yang memiliki tujuan sama dengannya, yaitu menciptakan sistem pengelolaan sampah. Alhasil, Sekti bersama kawan aktivis lingkungannya pun bekerjasama dengan perusahaan tersebut, sehingga terciptalah aplikasi yang dapat kita sebut sebagai Rapel Indonesia ini. Aplikasi tersebut menawarkan hal menarik bagi warga, dimana sampah yang terkumpul dapat secara cepat ditukarkan menjadi poin sesuai dengan jenis sampahnya. Lalu dengan poin tersebut, uang dapat dengan mudah dihasilkan. Sejak awal Rapel Indonesia diciptakan, aplikasi di­ rancang layaknya mengumpulkan sampah di tukang rongsok, tetapi yang berbeda di sini ialah terdapat sistem apli­kasi sebagai perantara agar lebih efisien dan praktis. Walaupun diciptakan dengan tujuan yang baik, pada mulanya aplikasi ini kurang diterima, terlebih oleh para pe­ngepul rongsok tradisional. Mereka menganggap sistem ini sebagai pesaing yang bisa me­ng­ ancam pekerjaannya. Namun, Sekti ber­sama kawan-kawannya tidak goyah dan terus ber­ usaha me­rangkul mereka, dengan berpegang teguh motto hi­dup “Yang utama adalah bermanfaat bagi masyarakat”. Me­ ngingat kehidupan juga perlu selaras dengan per­ kembangan zaman. Di samping itu, kendala lain muncul dengan kenyataan banyak warga yang belum bisa mengoperasikan gawai. Akan tetapi, Sekti tidak menyerah begitu saja. Ia yang ke­

betulan memiliki beberapa teman di ke­senian Yogyakarta, mencoba menawarkan kerja sama sekaligus melakukan sosialisasi ke­ pada mereka. Para penggiat seni ­Yogyakarta tersebut akhirnya tertarik, bahkan sampai menyediakan lapak khusus di Festival Seni untuk campaign aplikasi Rapel Indonesia. Usaha tentu tidak pernah menghianati hasil, campaign melalui festival ternyata memiliki progres yang pesat. Terlebih pengunjung festival kebanyakan dari kalangan mahasiswa, yang bisa disebut dinamis serta terbuka pada pembaruan. Alhasil melalui festival tersebut, Sekti dan kawan-kawan berhasil menambah 700 pengguna aplikasi. Bahkan lambat laun maha­siswa pun turut menyuarakan penting­ nya kegiatan me­milah sampah melalui apli­ kasi ter­sebut. Tak hanya sampai di situ saja, perjuangan Sekti menyuarakan aplikasi ini terus berlanjut. Ia sangat giat melakukan beberapa sosialisasi di berbagai acara. Salah s­ atunya yaitu pertemuan rutin Jejaring Pengelola­an Sampah Mandiri (JPSM) di Se­hati, Kabupa­ ten Sleman. Ia menjadi perwakilan dari Rapel ­Indonesia untuk menjelaskan mekanisme dan kebermanfaatan aplikasi. Ditambah lagi, Sekti juga tak kalah aktif meng­gencarkan campaign peduli lingkungan de­ngan me­ngikuti orga­ nisasi lain, seperti bergabung dengan yayasan Bina Karta Lestari (Bintari). Di sana ia menciptakan sistem semacam Rapel lagi, tetapi dikelola langsung oleh para aktivis lingkungan Bintari. Terhitung sudah 15 tahun Sekti aktif men­ dedikasikan hidupnya dalam kegiatan ke­ masyarakatan untuk menangani lingkung­an. Dari sanalah ia dapat me­refleksikan pem­ belajaran dengan karunia Tuhan dan bagai­ mana cara menjaga alam-Nya. “Jangan takut memerangi sampah. Ada beberapa orang me­nganggap sampah sebagai sumber rezeki, jadi kelola sampah dengan bijak agar tidak menjadi beban tetapi menghasilkan sebuah keuntungan,” pungkas Sekti. MAJALAH DIMENSI 66

23


INFOGRAFIS

BAHAYA LINIER BAHAYA EKONOMI EKONOMI LINIER Berikan Ancaman bagi Lingkungan Hijau Oleh : Rif’atul Qonita, Inayatul M. I Ilustrator: Ranira Salma E. F. | Desainer : Hasna Jilan

I

su lingkungan ­ hidup kini sudah menjadi permasalah­­­an global. ­ Populasi penduduk yang semakin meningkat memberikan beban yang cu­kup berat bagi bumi. Terlebih, saat ini ma­ syarakat dunia sedang berada dalam ekonomi linier, termasuk ­Indonesia. Ekonomi lin­ier adalah ke­adaan dimana dengan mudah manusia me­ng­ambil ­Sumber Daya Alam (SDA) untuk dikelola menjadi produk, yang kemudian di­guna­­­­kan, sampai akhir­ nya dibuang sebagai limbah. Limbah-limbah tersebut tentu pada akhir­nya berkontribusi besar meng­ gunungnya sampah di ­Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

BAGAIMANA KEADAAN INDONESIA AKIBAT EKONOMI LINIER YANG TERUS MENIMBULKAN LIMBAH? Pada 2020 lalu, total produksi sampah nasional telah mencapai 67,8 juta ton. Artinya, sekitar 185.753 ton sampah dihasilkan oleh 270 juta penduduk setiap hari­ nya, atau setiap penduduk memproduksi sekitar 0,68 kilogram sampah per hari.

Aktivitas memilah sampah masih belum membudaya dalam masyarakat ­Indonesia. Hal ini menyebabkan sebanyak 60% dari produksi sampah nasional berasal dari limbah rumah tangga.

Collection rate sampah di Indonesia kurang dari 40%, di bawah negara-negara Asia Tengah dan Pasifik yang rata-rata sudah 70%.

24

MAJALAH DIMENSI 66

1

2

3


INFOGRAFIS LALU DENGAN SDA YANG KIAN DIEKSPLOITASI, APA SAJA YANG TERJADI TERHADAP IKLIM?

1

Hutan yang berfungsi sebagai penyerap emisi karbon dioksida terus menyusut. Hal ini ditunjukkan oleh hutan di Kalimantan hingga Papua yang masih mengalami eksploitasi dan penghancuran oleh korporasi, yakni berupa penggundulan hutan untuk dialihkan menjadi industri ekstraktif. Lahan seluas 159 juta hektar sudah terkapling dalam izin investasi industri ekstraktif. Luas wilayah daratan yang secara legal sudah dikuasai oleh korporasi yakni sebesar 82.91%, sedangkan untuk wilayah laut sebesar 29.75%.

2 Pada Agustus 2021 Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), Antonio Guterres memberikan peringatan berupa “Kode merah bagi umat manusia” akibat terus bertambahnya emisi karbon dioksida. Peringatan ini bukan hanya ditujukan untuk beberapa negara saja, melainkan untuk seluruh dunia termasuk Indonesia.

3

4

Berdasarkan prediksi ilmuwan yang tergabung dalam Intergovernmental Panel ­Climate Change (IPCC), perubahan iklim dalam 20 tahun ke depan berisiko tidak lagi dapat dikendalikan. Namun, dengan catatan apabila kita masih melakukan ­aktivitas business as usual dan tidak mengurangi emisi karbon dioksida secara ­ekstrim.

Sebanyak 14 ribu studi yang berkaitan dengan perubahan iklim menunjukkan ­bahwa suhu bumi terus naik sebesar 1,1°C. Penyebab kenaikan tersebut yakni akibat pembakaran bahan bakar fosil, salah satunya disebabkan oleh industri pem­ bangkit l­ istrik yang mayoritas bahan bakarnya masih menggunakan batubara.

Sumber: walhi.or.id dan indonesia.go.id

MAJALAH DIMENSI 66

25


Lembaga Pers Mahasiswa

DIMENSI

Tanam satu pohon hari ini,

Tuai jutaan manfaat di masa depan



Kuliah Daring,

Dok. Bhisma

Sejauh Mana Peranan Institusi sebagai ­Fasilitator Media Belajar? Oleh : Ela Elfita Fatimah | Desainer : Sari Wahyuningsih

P

andemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) belum menemui titik ujung. Indonesia pun masih berusaha menghadapi tantangan oleh adanya transisi dari berbagai sektor, termasuk pendidikan. Dunia pendidikan yang bergeser ke sistem virtual, mau tidak mau memaksa pelajar maupun pe­ ngajarnya untuk beradaptasi, tak ter­kecuali di Politeknik Negeri Semarang (Polines). Tak kurang satu tahun pembelajaran daring di­ langsungkan. Namun, sejauh manakah fasili­ tas media belajar yang diupayakan Polines, dalam menunjang keberlangsungan kuliah daring ini? mengingat fasilitas belajar sangat penting dalam kelancaran sistem perkuliahan yang serba terbatas di masa sulit ini. Salah satu platform fasilitas pembelajaran

28

MAJALAH DIMENSI 66

utama perkuliahan daring di Polines dari di Polines ialah media E-Learning ­System of Polines (Elnino). Menurut penuturan Wakil Direktur I Bidang Akademik, Endro ­Warsito,­ performa Elnino untuk menunjang pembelajaran terus ditingkatkan, agar mahasiswa maupun dosen lebih mudah dalam meng­akses platform tersebut. “Kita akan meningkat­kan versi Elnino agar lebih mudah digunakan tetapi fungsinya masih sama,” ungkap Endro. Arsita selaku mahasiswa Jurusan Akuntansi menyetujui bahwa sejauh ini platform Elnino yang disediakan sudah mendukung pembelajaran daring. Mahasiswa mendapatkan materi dari dosen pada platform tersebut, mengerjakan tugas dan memperoleh transparansi nilai. “Menurut


KAMPUSIANA saya platform yang disediakan sudah mendukung perkuliahan daring,” jelas Arsita. Selain Elnino, pembelajaran daring tak lepas dari platform video interaktif seperti Zoom Meeting. Namun, dalam mengakses platform tersebut, terdapat batasan waktu sehingga membuat pembelajaran daring kurang leluasa. Dalam hal ini, pihak Institusi mengaku memang belum menyediakan fasilitas Zoom unlimited, karena harus meninjau terlebih dahulu seberapa banyak dosen yang aktif menggunakan Zoom. Jika dirasa tinggi, ­Institusi dapat menganggarkan dana untuk menggunakan Zoom dengan semaksimal mungkin. “Dari lembaga belum menyediakan fasilitas Zoom tetapi jika penggunaannya tinggi dapat kami anggarkan,” terang Endro. Tak hanya itu, dalam proses belajar mengajar acapkali membutuhkan layanan e-mail guna mengirimkan tugas. Namun, Polines sendiri belum menerapkan e-mail lembaga kepada seluruh mahasiswa, dengan alasan harus memperhatikan esensi dari e-mail itu sendiri. Akan tetapi, apabila mahasiswa membutuh­ kannya untuk persyaratan tertentu dapat mengajukan kepada Unit Pelaksana Teknis (UPT) Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Hal tersebut diungkapkan oleh Joko Usito selaku Sekretaris UPT TIK. “Kebijakannya masih tergantung permintaan. Misalnya, ada mahasiswa yang membutuhkan e-mail lembaga akan kami buatkan tetapi belum bisa diterapkan secara umum,” tutur Joko. Berbicara mengenai media belajar tentu tidak lepas dari peran perpustakaan. Perpustakaan merupakan sarana untuk memperoleh informasi, belajar ilmu pengetahuan, mengkaji penelitian dan lainnya. Oleh karena itu, seluruh sivitas akademika dapat memanfaatkan fasilitas tersebut dengan baik. Meski pandemi, pelayanan perpustakaan Polines tetap dibuka dengan menerapkan protokol kesehatan. Nurul Qurniati selaku kepala UPT Perpustakaan mengaku bahwa adanya pandemi membuat kunjungan perpustakaan menjadi berkurang. Jam layanan pun di­

kurangi guna meminimalisir penyebaran virus Covid-19. “Karena pandemi kunjungan jadi makin berkurang tetapi kita berusaha agar perpustakaan tetap beroperasi,” ujar Nurul. Selain fasilitas-fasilitas penunjang di atas, masih ada fasilitas yang tak kalah penting guna mendukung pembelajaran, yaitu perpustakaan. Ditinjau dari kemajuan teknologi, penggunaan perpustakaan mengalami kemunduran karena informasi dapat ­diakses secara luas melalui internet. Menghadapi era digital yang semakin berkembang, perpustakaan Polines turut memanfaatkan ­ teknologi untuk katalogisasi digital, sampai manajemen perpustakaan yang dapat ­diakses lewat internet. Selain itu, perpustakaan juga memberikan akses terkait laman-­laman ­website penyedia jurnal internasional. Nurul berharap kemajuan teknologi tidak meng­ halangi eksistensi dari perpustakaan itu sendiri. Ada semacam kerja sama dari jurusan atau program studi dimana perpustakaan dapat dilibatkan dalam pembelajaran sehingga mahasiswa sering berkunjung tidak hanya saat mengerjakan tugas akhir atau skripsi. ­“Perpustakaan bukan hanya tempat untuk membaca tetapi dapat digunakan sebagai tempat berdiskusi,” tambah Nurul. Sebagai fasilitator pembelajaran, Polines ­telah bekerja sama dengan pemerintah dalam memberikan bantuan kuota, sehingga mahasiswa mudah mendapatkan sumber belajar lain dari internet. Dari sisi media ­belajarnya, seperti Elnino dan perpustakaan, dinilai sudah cukup baik. Platform pembelajaran E ­lnino mampu mendukung proses pembelajaran daring, dan perpustakaan di masa pandemi masih dapat digunakan oleh mahasiswa, meskipun jam operasional­nya lebih singkat. Kendati demikian, ­ institusi diharapkan tetap terus mengoptimal­ kan ­media pembelajaran untuk menunjang perkuliahan secara daring, sehingga kegiatan­perkuliahan dapat berlangsung ­ ­lebih optimal. MAJALAH DIMENSI 66

29


SPEAK UP

JUANG DAN ASA

Mengatasi Keterbatasan Media Belajar Oleh: Yulitha Nur Fadilah | Desainer : Syahdilla Sekar R.

Media belajar sangat diperlukan untuk menunjang keberlangsungan dalam proses pembelajaran. Di tengah pandemi ini, pembelajaran dilakukan secara daring di rumah dengan media pembelajaran yang terbatas karena mahasiswa tidak dapat menikmati fasilitas yang disediakan oleh kampus. Hal ini pun menjadi tantangan tersendiri bagi mahasiswa untuk dapat mengikuti pembelajaran dengan baik. Lalu, bagaimana juang dan asa mahasiswa dalam menghadapinya? Adam Caniza - Mahasiswa Jurusan Akuntansi Kendala dalam media pembelajaran yang sering terjadi adalah susahnya sinyal. Hal ini sangat berpengaruh terhadap pembelajaran yang dilakukan melalui platform Zoom Meeting ataupun Google Meeting, karena menyebabkan suara menjadi tidak jelas dan materi yang diajarkan susah dipahami. Selain itu, ponsel juga beberapa kali nge-lag sehingga menghambat pembelajaran karena beberapa data ada di ponsel. Dengan rusaknya ponsel tentu menambah pengeluaran untuk membeli ponsel baru. Saran saya media pembelajaran harus lebih kreatif lagi di pembelajaran daring agar tidak membosankan. Aris Supriyanto - Mahasiswa Jurusan Administrasi Bisnis Untuk kendala media belajar, karena kondisi sedang pandemi dan pembelajaran dilakukan secara daring permasalahan yang sering terjadi pasti sinyal yang susah karena memang lokasi rumah di pelosok desa. Disamping itu, tidak adanya buku penunjang pembelajaran menyulitkan dalam mencari referensi saat mengerjakan tugas. Saya harap pihak kampus bisa meningkatkan fasilitas pendidikan seperti aplikasi editing premium dan Zoom premium untuk mempermudah mahasiswa dalam melakukan pembelajaran daring dan mengerjakan tugas. Yodha Abid Sabriansyah - Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin Permasalahan media pembelajaran yang dialami oleh mahasiswa adalah tidak difasilitasi dengan aplikasi penunjang secara premium, seperti saat menggunakan platform Zoom hanya bisa 40 menit saja sehingga menghambat pembelajaran. Akhirnya satu kelas iuran untuk membeli Zoom premium. Disamping itu, kuota yang diperlukan

30 MAJALAH DIMENSI 66


SPEAK UP

untuk pembelajaran daring cukup banyak, walaupun ada bantuan kuota dari pemerintah tetapi masih belum mencukupi dan jadwal pencairan kuota juga tidak menentu dan kadang tidak bersamaan. Saya berharap, pihak Polines dapat menemukan cara agar pembelajaran tatap muka segera dilakukan, pembagian kuota sesuai jadwal dan merata, serta tetap semangat untuk mahasiswa teknik walaupun tidak bisa praktik.

Amalia Nur Arifah - Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Kendala pembelajaran daring yang sering terjadi adalah di kuota internet dan jaringan. Jaringan yang tidak stabil kadang mengakibatkan tertinggal informasi dan susahnya memahami pembelajaran daring karena suaranya menjadi tidak jelas. Kuota internet kadang belum cukup walaupun sudah ada bantuan kuota dari pemerintah. Mengatasi masalah ini menggunakan WiFi adalah solusinya. Apabila memakai WiFi tetap tidak jelas, bisa diatasi dengan bertanya kepada teman sekelas mengenai materi tersebut. Pesan saya sebelum memulai pembelajaran mahasiswa diberi motivasi untuk tetap semangat dalam mengikuti pembelajaran. Selain itu, untuk mata kuliah yang mewajibkan untuk praktik dapat dilakukan secara luring agar materi yang disampaikan dapat dipahami dengan baik.

Sonia Audira - Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Pembelajaran daring di Polines untuk anak teknik kurang efektif, karena memang mata kuliah untuk teknik kebanyakan praktik bengkel dan laboratorium yang seharusnya luring terpaksa harus dilakukan secara daring. Untuk mengantisipasi hal tersebut, beberapa perlengkapan harus dibeli secara pribadi, sehingga menambah pengeluaran ditengah susahnya ekonomi saat ini. Disamping itu, buku panduan sangat kurang, kebutuhan kuota yang semakin meningkat, sinyal yang tidak stabil, serta tidak jarang adanya pemadaman listrik. Saya berharap fasilitas pembelajaran daring bisa lebih ditingkatkan lagi oleh pihak kampus dan jika memungkinkan pembelajaran yang memerlukan praktik bisa dilakukan secara tatap muka.

MAJALAH DIMENSI 66

31


Source gambar: www.freepik.com



SEMARANGAN

Landscape Kota Semarang,

Kelola Tata Ruang Nyaman dan

Ramah Investasi Oleh: Arifiani Kusuma Sakti | Ilustrator: Safiatun Naja | Desainer: Zakiyah

T

erwujudnya penyelenggaraan kota yang nyaman tidak terlepas dari peran tata ruang di dalamnya. Keberadaan tata ruang tentunya bukan hal yang baru di ma­ syarakat, terutama bagi pengelola pemerintah kota. Seperti yang tertuang dalam UU RI Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, dalam Pasal 1 ayat (2) dijelaskan bahwa penataan ruang merupakan wujud struktur ruang dan pola ruang. Sedangkan, istilah kota merujuk pada kondisi geografis yang identik dengan kepadatan penduduk dan strata sosial ekonomi yang tinggi atau materialistis. De­ ngan demikian, dapat disimpulkan keduanya merupakan kesatuan yang tak terpisahkan. Dalam pelaksanaannya, sering dijumpai ada­ nya pusat kota yang indah dan ramai sekaligus juga menjadi pusat bisnis. Hal ini mer-

34

MAJALAH DIMENSI 66

upakan salah satu contoh penerapan Central Business District (CBD) atau kawasan bisnis. Keberadaan CBD selain berfungsi sebagai ikon kota, sekaligus menjadi pusat perkembangan ekonomi masyarakat. Dalam hal ini, pengelolaan tata ruang dimanfaatkan untuk menjaga keseimbangan alam guna kenyamanan kota dan mengoptimalkan perekonomian masyarakat dengan investasi.

Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang Berbicara tentang pengelolaan tata ruang kota, tidak luput dari adanya peran ma­ syarakat di dalamnya. Menelisik peran ma­ syarakat dalam penataan ruang, salah satu­ nya tampak dari terawatnya Lapangan Gaharu, Banyumanik. Warga secara suka­rela memelihara, membersihkan, dan menjadi pengurus pengelolaan lahan di lingkungan


M

SEMARANGAN

sekitar lapangan. Budi Susprijanto, selaku Ketua Pengurus Lapang­ an Gaharu, menerangkan peranan pengurus dalam hal perawatan dilakukan dengan meng­ ajak ma­syarakat untuk menjaga area lapa­ngan dan melakukan pendekatan persuasif kepada ma­syarakat yang tidak menaati per­ aturan. “Kami menghimbau untuk tidak membuang sampah sembarangan, bagi yang melanggar dilakukan pendekatan secara persuasif,” tuturnya.

Satu hal yang menarik adalah ketika penataan ruang yang telah melibatkan masyarakat di dalamnya, tetapi menjadi sebuah peraturan yang bersifat top down. Kendati demikian, peng­ gunaan lahan tidak dipengaruhi oleh peraturan tersebut, melainkan oleh lahan itu sendiri. Sariffudin, salah satu dosen Fakultas Penataan Wilayah dan Kota Undip, turut menuturkan bahwasanya penggunaan lahan dipengaruhi tiga komponen utama, yakni la­han itu sendiri, tata ruang, dan pasar pro­ perti. “Ketiganya saling mempengaruhi dan membentuk ruang,” ungkap Pengelolaan lahan di Lapangan ­ Gaharu Sarif. tersebut menjadi salah satu contoh kepedulian masyarakat untuk menjaga CBD Mendukung Pemerataan Ekonomi di lingkungan terdekatnya. Selain digunakan Semarang untuk sarana bermain dan ber­ olahraga oleh masyarakat sekitar, fasilitas lapa­­ng­ Menelisik pentingya penataan ruang, perlu an juga menjadi wadah masyarakat untuk mendapat perhatian khusus demi terciptanya cuali oleh Peme­ mendukung pengelolaan tata ruang kota. kenyamanan kota, tak terke­ rintah Kota Semarang. Terbukti dengan adanya Seperti yang diungkapkan oleh Ferry Kuntoaji bahwasanya diperlukan peran ma­ perkembang­an CBD di beberapa titik ikon Kota syarakat yang besar untuk terciptanya tata Semarang, justru menjadi kawasan industri ruang kota yang baik. “Perlu di­tingkatkan bisnis. Seperti di kawasan Simpang Lima yang iring­ i dengan kembali, karena dalam hal penggunaan la- menerapkan CBD, sekaligus di­ han terbuka hijau juga sa­ngat penting pe­ perawatan ruang terbuka hijau sebagai komponen pendukungnya. Hal tersebut tentunya ran sertanya,” tutur Ferry. akan mendukung pertumbuhan ekonomi, seperti Keterkaitan Pengelolaan Lahan dan yang disampaikan oleh ­Fe­rry Kuntoaji, Kepala Tata Ruang Dinas Penataan Ruang Kota Semarang bahwasanya pengelolaan lahan yang baik, terlebih Pentingnya pengelolaan lahan demi tertidak terfokus pada satu titik akan mendukung ciptanya pola tata ruang yang baik, bukan pertumbuh­an ekonomi yang merata. hanya tugas dari masyarakat, melainkan property market atau pasar properti juga Terlepas dari hal tersebut, keberadaan CBD yang memiliki andil yang besar di dalamnya. memperhatikan penataan ruang dapat melahirPasar properti yang menjadi penghubung kan efisiensi dan interkoneksi antar wilayah. Seantara aturan dari pemerintah dengan lain itu, penataan ruang yang se­suai juga dapat masyarakat sebagai target jualnya, turut mengoptimalkan fungsi ruang yang membuatmendukung jalannya aspek ekonomi ma­ nya terasa nyaman dan elok dipandang. Untuk syarakat. Dalam hal ini, pengusaha pro­ itu, Ferry berharap agar Kota Semarang dapat perti akan membangun asetnya di daerah berkembang melalui sentra investasi dengan yang strategis dan mudah dijangkau. Salah tetap memperhatikan kondisi tata ruangnya. satunya yaitu daerah premium di kawasan “Jangan sampai investasi yang akan masuk tidak pelabuhan Tanjung Emas Semarang, seka- diterjemahkan dengan tata ruang secara benar,” lipun rawan terjadi pengikisan tanah se­ pungkasnya. tiap tahunnya.

G

S

MAJALAH DIMENSI 66

35


KOMUNITAS

Dok. Pribadi

Wujudkan Kota Semarang Bebas Sampah Laut Bersama Oleh: Dianita Vega Sekar Islami I Desainer: Diva Aurelia Subagya

D

ilatarbelakangi dengan banyaknya sampah laut yang tidak terkontrol di pesisir Kota Semarang serta ­minimnya rasa empati masyarakat, membuat sekelompok mahasiswa dari Universitas Diponegoro (Undip) membentuk gerakan kepedulian ­terhadap marine debris (sampah laut). Kelompok ini kemudian bergabung dalam suatu komunitas yang bernama ­ Seangle Semarang dan memiliki kantor yang bertempat di Tembalang. Hal menarik dari ­komunitas yang berdiri sejak 26 Juli 2018 ini, yaitu adanya komunitas induk bernama ­Seangle.id yang memiliki cabang di beberapa

36 MAJALAH DIMENSI 66

kota, seperti Pontianak, Gorontalo, Medan, Yogyakarta, dan Jakarta. Pada mulanya, komunitas induk ­­ Seangle. id terbentuk atas inisiasi pemuda-pemuda yang berasal dari Kota Palu. Dimana inisiasi tersebut, berhasil memenangkan kategori Best ­ Action Plan dalam Indonesian Youth Marine Debris Summit (IYMDS) pada tahun 2017 lalu. Dari sanalah kemudian muncul komunitas-komunitas Seangle di beberapa kota yang menjadi komunitas turunan dari Seangle.id, termasuk di dalamnya komunitas Seangle Semarang.


KOMUNITAS Nama Seangle terbentuk dari dua kata, yaitu sea yang berarti laut dan angle yang ­berarti sudut pandang. Sesuai ­dengan namanya, komunitas ini memiliki visi ­menjadi solusi untuk menciptakan ­ Indonesia bebas sampah laut, melalui edukasi dan pendekatan sosial budaya di masyarakat. Kendati ­ demikian, ­tidak hanya berfokus di sampah laut saja, ­komunitas ini juga bergerak ­untuk meng­atasi semua permasalahan sampah yang ada di ­Indonesia, dengan berbekal ­prinsip sosial dan inovatif melalui program kerja yang dilakukannya. Komunitas Seangle Semarang menawar­kan banyak kegiatan positif, diantara­nya ­Rumah Pendidikan Sampah ­(Rupiah), S ­ easchool atau kegiatan edukasi dengan ­mendatangi sekolah­ -sekolah, serta Up-­cyclying atau ­ kegiatan mendaur ulang sampah agar memiliki nilai jual. Ketiga ­kegiatan ter­sebut ­merupakan program ­kerja utama yang dikoordinir langsung oleh komuni­tas induk, Seangle.id. Dari ­ situlah, Komunitas ­ Seangle Semarang melebarkan sayapnya dengan menyelenggarakan kegiatan­-kegiatan pe­duli sampah, ­hingga memiliki desa binaan melalui program ­kerjanya di Mangkang ­Kulon, ­Semarang. ­Tidak hanya terpaku ­dengan program ­kerja utama tersebut, ­Seangle ­Semarang juga menciptakan kegiatan menarik lainnya, ­ seperti stronger movement, yang melakukan edukasi kepada para pedagang yang masih menggunakan bahan tidak ramah lingkung­ an. Ada pula Clean Up for Environment ­(Clever), yang melakukan clean up beberapa titik di Semarang seperti pantai, serta kegiatan yang terbaru yaitu Cendekiawan Tanam Mangrove (Cetar) yang berkoordinasi dengan Dinas Lingkungan Hidup. Terlepas dari banyaknya kegiatan yang dilakukan dalam hal pengelolaan sampah, tidak menampik adanya suatu kendala yang dihadapi. Komunitas yang mengedepan­ ­ kan prinsip sosial ini, menjadi komunitas yang dalam menjalankan kegiatan bersifat non profit dan tidak memiliki sumber daya tetap.

­ endati demikian, tidak membuat anggota­nya K membatasi kegiatan dan ­program ­kerja yang dilakukan. ­Mereka meminima­lisir pengguna­ an anggaran melalui kerja sama MoU ­dengan ­beberapa perusahaan dan melakukan kola­ borasi ­dengan ber­bagai komunitas lain yang ada di Jawa ­Tengah. “Kolaborasi dilakukan ­ dengan ­ komu­ nitas lain meminimalkan anggar­an ­serta bisa mem-branding Seangle di kalang­an ­masyarakat,” tutur Pranata ­Candra Putra s­ elaku President Seangle Semarang. Berbicara tentang keanggotaan, ­ anggota Komunitas Seangle Semarang di­ ­ dominasi oleh kalangan mahasiswa. Sekitar 32 ­anggota yang telah bergabung dalam ­komunitas ini, tidak hanya mahasiswa dari ­Undip, tetapi juga berasal dari ­universitas lain, ­seperti Unnes, Unhas, Unika, dan sebagai­nya. Bagi teman-teman yang berumur ­18-25 tahun dan berdomisili di Semarang, bisa bergabung di komunitas ini dengan meng­ikuti proses ­registrasi daring, serta mengirim­kan ­portofolio berupa design atau video. Selanjut­ nya, dilakukan seleksi wawancara untuk menentukan diterima atau tidaknya menjadi ­anggota komunitas. Bergabung menjadi anggota komu­nitas ini tentu memiliki banyak manfaat, ­ selain menambah relasi juga sebagai media pengeta­ huan dalam hal pengelolaan sampah laut. Seperti yang diungkapkan Angelina Syafa, salah satu Humas eksternal ­Seangle Semarang, yang merasa beruntung bisa bergabung dalam komunitas ini. “Banyak ­pengalaman dan ilmu yang tidak aku dapat­kan di organisasi lainnya. Di sini kita satu frekuensi yaitu sama-sama ingin memajukan Indonesia bebas sampah laut,” terangnya. Hal tersebut turut ditekankan oleh Pranata bahwasanya untuk menciptakan Indonesia, khususnya Kota Semarang bebas sampah laut tidak hanya dari Seangle Semarang, tetapi menjadi tugas dari semua orang. ­“Bukan hanya Seangle, tapi semua orang. Jika bukan kita siapa yang akan menjadi ­malaikat laut?” pungkas Pranata. MAJALAH DIMENSI 66

37


GALERI FOTO

Dok. Bhisma

DIBALIK KEINDAHAN

Kota Lama Semarang

B

Oleh: Tim Fotograf i | Desainer : Syahdilla Sekar R.

anyak sekali tempat wisata di Kota Semarang, dan pasti kalian sudah tidak asing lagi dengan Kota Lama Semarang. Tempat wisata yang saat ini sedang naik daun tersebut, mencuri perhatian para wisatawan. Kota Lama Semarang menawarkan sensasi berswafoto dengan gedung vintage beraneka bentuk. Tapi seringkali kita hanya menikmati keindahannya saja, tidak tahu ada apa di balik keindahan Kota Lama Semarang. Berikut simak galeri foto sisi lain Kota Lama Semarang:

Seorang pengepul rongsok tengah mengumpulkan hasilnya

38 MAJALAH DIMENSI 66

Dok. Bhisma


GALERI FOTO

Dok. Syifa

Anak-anak yang gembira akan makanannya

Pebecak yang sedang mengantarkan air

Dok. Fahmi

Pengepul rongsok tengah berbincang-bincang Dok. Syifa

MAJALAH DIMENSI 66

39


GALERI FOTO

Pebecak berkeliling mencari penumpang Dok. Bhisma

Dok. Bhisma

Pedagang keliling menjajakan dagangannya

40 MAJALAH DIMENSI 66

Pedagang makanan yang nampak bahagia

Dok. Bhisma



PLESIR

42 MAJALAH DIMENSI 66


PLESIR

Dok. Fahmi

Menelisik Indahnya Aset Alam Tersembunyi

Gunungkidul

Oleh: Pramuditya Verro Syahdham I Desainer : Hasna Jilan

Bukit Kosakora dan Pantai Ngrumput

Dok. Fahmi

MAJALAH DIMENSI 66

43


PLESIR

Y

Dok. Fahmi

ogyakarta, banyak orang menyapa­ nya ­­dengan sebutan Jogja, di­­leng­ kapi­ ­dengan bubuhan Kota Istimewa. Hingga kami sempat bertanya-tanya, apa sih istimewanya Jogja? Tak lain untuk membuktikan hal itu, kami memutuskan untuk menyusuri seluk-beluk kota nan penuh akan pesona di setiap sudutnya ini. Rupa­ nya, ­Jogja ­identik akan budaya khasnya yang kental, se­ perti keraton, gudeg, ­ Malioboro, dan lain sebagainya. Namun, kali ini kami ingin me­ngulik warisan tersembunyi, tempat yang masih jarang diungkap oleh masyarakat akan keindahannya. Namanya, ­ Pantai ­Ngrumput dan Bukit Kosakora. Berlokasi di ­Kelurahan Banjarejo, Kecamatan ­Tanjungsari, ­Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. Tanpa menimbang waktu lama, kami dari tim LPM Dimensi yang beranggotakan 10 orang memutuskan untuk mengunjungi wisata tersebut pada hari Minggu (19/8) lalu. Disinilah kisah perjalanan kami di­mulai. Hari itu, kami berangkat pukul 07.00 WIB dari Ungaran, Kabupaten Semarang ­dengan persiapan yang sangat sederhana. Perjalan­an terasa begitu cepat, hingga tak sadar kami sudah memasuki area perbatasan Klaten dan Gunungkidul. Kami disambut oleh ­ barisan perbukitan dengan jalan yang berkelok-

44

MAJALAH DIMENSI 66

kelok. Setelahnya, sepanjang perjalanan Klaten menuju Jogja kami di­suguhkan panorama pedesaan yang ­ ­ masih terlihat ­begitu asri. Walaupun jalanan ­cukup sempit dan medan yang menanjak, tak menyurutkan semangat kami untuk menuntas­ kan perjalanan menuju wisata tujuan. Tepat pada pukul 12.00 WIB, kami tiba di daerah Tanjungsari, Gunungkidul. Kami memutus­kan untuk mengunjungi Pantai Ngrumput terlebih dahulu. Ternyata, un­ tuk sampai di area pantai tersebut masih me­merlukan waktu yang cukup lama. Namun, hal ter­ sebut terbayarkan oleh pemandang­ an alam karst yang membentang luas di se­panjang jalan. Akhirnya, pada pukul 14.40 WIB kami telah sampai di lokasi Pantai Ngrumput ini. Waktu itu, keadaan pantai ­cukup sepi, karena ada­nya pembatasan ­pengunjung selama ­pandemi Corona ­Virus Disease 2019 (Covid-19) mewabah. Kemilau pasir putih khas pantai selatan serta gelombang laut yang berlari-larian menuju garis pantai tak luput menyambut kedatangan kami. Hampar­ an batu karang terlihat menjadi pembatas antara pantai dan samudra lepas. Ditambah lagi, rumput laut yang tumbuh di atas karang menambah aksen natural dari pantai ini.


PLESIR Harga tiket masuk Pantai Ngrumput pun cukup terjangkau, hanya Rp10.000 saja. Bila ­ingin mengisi perut yang kosong, di se­keliling pantai tersedia warung makan yang siap memasakkan berbagai makanan seperti nasi goreng, nasi rames, mi instan ataupun membuatkan es kelapa muda khas G ­ unungkidul. Selain menyediakan makanan, tentu saja warung di sekitar Pantai Ngrumput juga me­ nawarkan hal-hal kebutuhan pantai, ­seperti plastik dan beberapa kebutuhan mandi. Kami memutuskan untuk me­­nikmati damai­ nya suasana pantai hingga pukul 15.30 WIB. Usai menyinggahi pesona ­ Pantai Ngrumput, kami memutuskan untuk ­ menghampiri destinasi selanjutnya, yaitu ­puncak Bukit Kosakora. Lokasinya cukup dekat dengan Pantai Ngrumput. Biasanya, para wisatawan yang mengunjungi Pantai Ngrumput, tak lengkap jika tidak mampir ke Bukit Kosakora. Harga tiket tambahan untuk mendaki bukit ini hanya merogoh kocek Rp2.000 saja untuk satu orangnya. Dalam menyusuri lereng Bukit Kosakora, ­perlu hati-hati karena medannya cukup ­curam. Meskipun lereng bukit ini telah di­ bangun anak tangga dari batuan kapur, t­ etapi kami tetap memperhatikan langkah dalam berpijak. Tracking bukit yang cukup terjal,

menjadikan banyak peluh dan tenaga yang terkuras. Hingga akhirnya, kami sampai di puncak Bukit Kosakora. Keadaan di se­keliling bukit ditumbuhi pohon dan semak-semak yang rindang. Di puncak bukit, kami me­ nyaksikan keindahan alam bahari pantai selatan bak pemandangan di Raja Ampat, Papua. Jajaran batu karang raksasa tampak menyebar di sepanjang pantai. Awan kabut yang menyelimuti kawasan tersebut semakin memanjakan suasana senja di kala itu. Kami menyebut pemandangan dari atas Bukit Kosakora ini, memang begitu sempurna. Akhirnya, kami memutuskan untuk tetap tinggal dan menikmati pemandangan yang ada, sembari ditemani dengan sejuknya hembusan angin laut dan tenggelamnya ­ ­matahari ke horizon. Lembayung jingga menutup hari Minggu itu dengan sempurna, karena kami juga menyaksikan sunset ­pantai selatan sampai hari menyambut petang­ nya ­kembali. Setelah langit mulai gelap dan ­bulan seraya terbit dari ujung timur, kami me­ mutuskan untuk menuruni Bukit ­Kosakora. Pantai Ngrumput dan Bukit ­Kosakora ini buka 24 jam dari hari Senin-Minggu, ­sehingga cocok menjadi referensi tempat untuk sekadar healing dari penatnya kehidupan. Kalau ke Jogja, jangan lupa mampir ya!

MAJALAH DIMENSI 66 Dok. Fahmi

45


KULINERAN Dok. Pribadi

Mencicipi Gandjel Rel, Kue Jadul Khas Semarang

B

Oleh : Adella Titah Anggita dan Eliza Latifia Firmani | Desainer : Sari Wahyuningsih

erkunjung ke Kota Semarang, tak lengkap rasanya jika tidak mencicipi kue khasnya, yaitu Kue Gandjel Rel. Bentuknya yang unik seperti ganjalan atau bantalan rel kereta api menjadikan kue ini disebut dengan nama Kue Gandjel Rel. Fakta­ nya, kue ini sudah ada sejak zaman Belanda yang disebut sebagai ontbijtkoek atau lebih dikenal dengan roti rempah Belanda. Selain itu, orang Belanda juga kerap menyebut ­ontbijtkoek sebagai kue sarapan pagi. Secara keseluruhan, di antara ontbijtkoek dengan Gandjel Rel masih diolah dengan cara yang sama. Bedanya, jika ontbijtkoek ber­asal dari bahan-bahan premium pada zaman-

46 MAJALAH DIMENSI 66

nya berupa kapulaga, gula pasir, terigu, telur ­kocok, serta margarin dengan taburan ­topping kenari atau almond. Sedangkan, Gandjel Rel berasal dari bahan-bahan yang lebih terjangkau harganya. Misalnya, jika ontbijtkoek memakai tepung terigu, maka Gandjlel Rel menggunakan tepung gaplek. Selanjutnya, jika ontbijtkoek menggunakan gula pasir, maka Gandjlel Rel memakai gula jawa. Jika ontbijtkoek ditaburi dengan ­topping kenari atau almond, maka Gandjlel Rel diganti dengan taburan wijen. Kemudian, untuk telur kocok sendiri tidak digunakan dalam membuat adonan kue Gandjel Rel. Hal inilah yang membuat kue tersebut bertekstur bantat.


KULINERAN

Perlu diketahui bahwa tekstur dari Gandjel Rel ini ternyata berbeda-beda seiring ada­ nya inovasi dari terdahulu hingga saat ini. Jika dahulu Gandjel Rel lebih susah untuk dikonsumsi, karena memiliki tekstur keras. Kini, kue Gandjel Rel lebih mudah dikonsumsi, karena teksturnya yang lebih lembut. Jika berbicara mengenai rasa, tak perlu ragu lagi. Gandjel Rel memiliki rasa berupa perpaduan rempah dengan taburan wijen, serta aroma kayu manis yang menimbulkan sensasi ­hangat di tenggorokan. Selain itu, karena tekstur yang dihasilkan pun sangat legit, maka sangat cocok untuk dinikmati sebagai cemilan dengan secangkir teh hangat. Salah satu produsen yang telah lama bergelut di dunia bakery khususnya Gandjel Rel, ialah Aunil Fadhlilah atau kerap disapa Aunil dengan merk dagang Masjuki yang berlokasi di Kauman. Rupanya, Aunil sudah berkiprah membuat Gandjel Rel sejak tahun 1994. Namun, tak mudah baginya untuk menemukan resep yang tepat. Tak tanggung, ia pun sampai membuat delapan resep berbeda supaya dapat menemukan resep asli dari kue Gandjel Rel ini. Hingga akhirnya, sekitar tahun 2000-an, ia mendapatkan pesanan kue Gandjel Rel sebanyak 1.500 potong dari takmir Masjid Kauman, Semarang. Pasalnya, kue tersebut dipesan untuk dibagikan kepada masyarakat yang berkumpul ketika ada perayaan Dugderan. Kemudian, di tahun 2015, Aunil ­diamanahi­ oleh Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) untuk memperkenalkan Kue Gandjel Rel ini kepada masyarakat. Khususnya, Ibu Rumah Tangga (IRT) di seluruh kecamatan Kota Semarang. Tujuannya adalah supaya Kue Gandjel Rel makin dikenal, sekaligus bisa menginspirasi

para IRT untuk memproduksi kue tersebut. Harapannya dapat menambah pendapatan keluarga, serta mempertahankan kelestari­ an kuliner khas Semarang. Lagi pula, Kue Gandjel Rel sudah mulai langka dijual dan diproduksi. Kurang lebih penyebabnya selain peminat yang sedikit, rupanya juga kalah saing dengan kue–kue kekinian yang menjamur di pasaran. Oleh karena itu, beliau ingin sekali membuat kue satu ini kembali diminati oleh masyarakat luas seperti dahulu. Tak sampai di situ saja, di tahun 2019, Aunil pun kembali mendapatkan pesanan sebanyak 10.000 potong Kue Gandjel Rel dari takmir Masjid Kauman, Semarang. Tak lain, Kue Gandjel Rel ini nantinya dibagikan secara gratis kepada masyarakat yang ikut memeriahkan perayaan acara dugderan di tahun tersebut. Hal unik lain, rupanya Kue Gandjel Rel ­Masjuki Aunil ini juga merupakan langganan dari Wali Kota Semarang di setiap ­Dugderan. Kerap mendapat langganan Dugderan tidak hanya dari satu pihak saja, akhirnya ­Aunil berani mengambil keputusan dengan cara memberi tagline kue tersebut dengan nama Kue Gandjel Rel Dugderan. Kini, Aunil pun mengkreasikan Kue Gandjel Rel Masjuki tersebut ke dalam olahan kue kering. Pembeda antara olahan kering dan original Kue Gandjel Rel ini ialah terletak pada tekstur­ nya. Jika kue keringnya sendiri, ada rasa rempah dan sangat gurih. Sedangkan, untuk olahan original, rasanya lebih lembut dan sangat legit. Tak lupa, harga yang dibanderol pun cukup terjangkau, sekitar Rp35.000,00, kita dapat memiliki Gandjel Rel dengan ­kemasan vacum 380gr. Hebatnya, Gandjel Rel Masjuki ini pun sudah menerima pesanan untuk luar kota bahkan luar pulau.

MAJALAH DIMENSI 66

47



KELAKAR

Kesuksesan :

Bakat atau Keberuntungan?

M

Oleh : Rakha Yusan A. | Ilustrator : Ranira Salma E.F. | Desainer : Syahdilla Sekar R.

ungkin pernah terlintas di benak, manakah yang lebih dominan dalam mencapai sebuah kesuksesan, bakat atau keberuntungan? Pastinya, setiap orang mempunyai pandangan tersendiri atas statement terkait hal itu. Sedangkan, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sukses berarti berhasil atau beruntung. Namun, kesuksesan tak harus selalu mengandalkan keberuntungan yang tak pasti. Beruntung tak semata-mata menjadi faktor kesuksesan yang utama. Lalu, apa saja yang menjadi faktor penentu kesuksesan itu? Apakah bakat termasuk hal penting dalam meraih kesuksesan? Tentu! Pasti kita sudah sering melihat orang-orang bertalenta di berbagai bidang muncul melalui layar kaca maupun media sosial. Lalu, bagaimana dengan yang tidak memiliki bakat sama sekali? Sejatinya, setiap individu memiliki bakatnya masing-masing. Namun, tidak semua orang mampu mengembangkan bakatnya, atau bahkan ada yang belum menemukannya sama sekali hingga dewasa. Kerja keras menjadi solusi untuk mereka yang belum menemukan atau mengembangkan bakatnya. Tak hanya kerja keras, kerja cerdas pun dibutuhkan untuk MAJALAH DIMENSI 66

49


KELAKAR mencapai kesuksesan. Kesuksesan akan diterima oleh mereka yang kerja, baik secara “keras” maupun “cerdas”. Keduanya menandakan bahwa mereka bersungguh-sungguh. Sudah banyak orang sukses karena hasil kerja keras mereka. Salah satunya Achmad Zaky, Chief Executive Officer (CEO) Bukalapak. Zaky merupakan anak desa yang berusaha keras untuk dapat berprestasi di kotanya, Solo. Beruntung ayah Zaky yang seorang guru, walau bagaimanapun sulitnya hidup, pendidikan tetap menjadi prioritas utama. Mereka menabung agar Zaky bisa kuliah dan akhir­ nya ia menjadi lulusan Teknik Informatika dari Institut Teknologi Bandung (ITB). Menjadi anak yang berasal dari desa, Zaky mengakui salah satu momok terbesarnya adalah Bahasa Inggris. Alih-alih minder dan tak semangat, Zaky justru mengikuti beasiswa short course ke Amerika yang persyaratan utamanya tidak dapat berbahasa inggris. Hal itu terbukti membantu Zaky dalam memperluas jaringan dan memperlancar kemampuan bahasanya. Kemudian, ketika awal berdirinya Bukalapak, Zaky rela melakukan blusukan ke pasar-pa­ sar tradisional ataupun Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) untuk meyakinkan mereka menggunakan aplikasi Bukalapak. Terbukti sampai sekarang, engagement dan usaha tersebut membuahkan hasil. Bukalapak memiliki jumlah pengunjung rata-rata sebanyak 35 juta setiap bulan­nya dan sudah memberdayakan 13,5 juta UMKM melalui pemanfaatan teknologinya. Bagaimana dengan keberuntungan? Keberuntungan pada seseorang menjadi salah satu faktor kesuksesan. Akan tetapi, keberuntungan tersebut menjadi faktor eks­ ternal yang tidak dapat dikendalikan. Se­perti halnya ketika kita kelak akan bertemu de­ ngan seseorang dan keputusan apa saja yang mampu memengaruhi hidup kita. Kita dapat mengendalikan sikap dan tindakan yang perlu dilakukan ketika menemui suatu kesempatan,

50

MAJALAH DIMENSI 66

hingga kesempatan itu menjadi sebuah keberuntungan. Sebagai contoh, kamu adalah seorang mahasiswa di Jurusan Informatika, lalu dosenmu menawarkanmu untuk membantu proyek aplikasinya. Ketika kesempatan itu datang, apakah kamu sudah siap untuk menerima kesempatan itu? Apakah kamu sudah siap untuk mengubah kesempatan itu menjadi sebuah keberuntungan, yang mungkin kelak akan membantu karirmu di masa depan? Contoh lain dapat kita lihat melalui Zaky. Ia beruntung memiliki ayah yang berprofesi sebagai guru. Meskipun penghasilannya tidak seberapa, pendidikan tetap nomor satu di keluarganya. Zaky juga beruntung karena memiliki dua sahabat yang loyal dan suportif. Chief Financial Officer (CFO) Bukalapak, ­Muhamad Fajrin Rasyid dan Nugroho Herucahyono sebagai Chief Technology Officer (CTO) Bukalapak. Dua orang inilah yang menjadi salah satu kunci keberhasilan Bukalapak. Ia mendapatkan dukungan dari teman dekat dan mampu memaksimalkan kesempatan untuk mendapatkan momen yang tepat mendirikan Bukalapak. Persaingan industri E-commerce masih sedikit kala itu, dan Zaky mampu mengubah kesempatan yang ada menjadi sebuah keberuntung­an. Pada intinya, kesungguhan dan tekad yang membuat Zaky berhasil. Kesungguhanlah yang memisahkan bakat dan keberuntungan menuju kesuksesan. Kita mungkin berbakat, tetapi mudah jenuh dan tak mau mengasahnya, maka kesuksesan hanya akan menjadi mimpi yang tak akan tercapai. Sama halnya apabila kita beruntung, tetapi mudah menye­ rah, maka kesuksesan akan jauh untuk digapai. Sebaliknya, orang yang tidak berbakat dan tidak beruntung, tetapi ia bersungguh-sungguh, maka kesuksesan akan mengikutinya. Jadi silakan pilih! Menunggu keberuntungan itu datang dari kamar pengap kalian, atau menjemput kesempatan itu dengan kesiapan, sehingga berbuah menjadi keberuntungan.


INGGRIS

Get To Know About

Microaggressions By: Tiara Ayu Dhiya Ulhaq I Ilustrator: Safiatun Naja I Designer: Diva Aurelia Subagya

MAJALAH DIMENSI 66

51


INGGRIS

Y

ou look pretty for an Asian girl. You’re good at cooking for a white person. You have a good fashion sense for a fat woman. Have you ever got some similar comments and felt awkward after that? Or have you ever said those kinds of compliments to someone then you expect them to be happy to hear that, but they don’t? Yaps! Those comments aren’t complimenting. Those are microaggressions. According to verywellmind.com, micro­ aggressions are subtle verbal or non­ verbal behavior, committed consciously or un­consciously, directed at a member of ­marginalized groups, which have a ­damaging, derogatory effect. Even though this action might not be as bad as direct discrimination, ­continuously receiving micro­aggressions could affect your mental health. That is why not denying something that makes us ­uncomfortable is ­necessary. As a society, we need to acknowledge this topic to stop all of the bad things that could happen in the future. Here are some types of microaggressions. The first one is micro assaults which is the most common type of microaggressions. Some people do it purposely and are aware that their words are hurtful and sarcastic. This kind of action usually happens because of some bias towards marginalized groups. For example, called someone that is part of a marginalized group using a term that has a rude meaning. It is like calling Muslims ­terrorists or calling black people ni*ga. The second type is micro insults. This one is more complex because it might sound like a compliment, but it has a different meaning behind it. For example, as I said in the first paragraph, those comments mean that Asian girls are ugly, stereotypes that white people couldn’t cook, and fat women could not dress

52 MAJALAH DIMENSI 66

well. Those insults can also ­happen towards individualists who aren’t part of ­marginalized groups, for example, telling someone they can only get the job they are applying for ­because of their luck. The third type is microinvalidations. It could be that, didn’t give justice to the ­horrific history of marginalized groups. Tell someone that they’re just overreacting and oversensitive towards something that ­happened in their life is also a micro-­validation. It is usually also followed by ­saying that what they went through was nothing compared to them. As a result, microinvalidations usually follow micro assaults and micro insults. In case you think that you’ve been the ­target of microaggressions after reading the information above. That is fine because you’re not alone. Regarding the long-­term effect on your mental health, you need to do something about it. You might find yourself powerless to give a response when you are dealing with it. But if somebody does it ­unintentionally, you can calmly educate people about it. Tell people how their words affect you and how you feel about it. It’s not overreacting or over-sensitive. Those are good for both ways to raise awareness about microaggressions. But if you realize that you’ve been a person who often does micro insults, ­micro ­assaults, or any other type of micro­aggressions, you need to change yourself right now! It is not too late to change the way you talk with o­thers. For example, ­instead of saying you look pretty for an Asian girl! Just say you look so pretty! Also, you can learn about other cultures, religions, or any other marginalized groups. So you don’t end up ­being biased towards them and hurting their feelings unconsciously. You do not have to change you­r beliefs about something, but you have to open yourself to learn something new.


Bulan Yang Tak Sempurna

CERPEN

P

Oleh : Alifa Salsabila Khalda Rifai | Ilustrator : Rafli Hardiansyah | Desainer : Sari Wahyuningsih

agi hari cuaca tak bersahabat. Gerimis jatuh dari langit dan udara terasa begitu lembab. Di ambang jendela, tampak seorang gadis berusia delapan belas tahun memandangi rintik hujan. Terlintas ingatan dari tujuh tahun silam, saat ia dan kedua orang tuanya harus mengalami kecelakaan tunggal yang merenggut nyawa kedua orang tua tercinta. Gadis itu bernama Bulan Sabita, korban kecelakaan yang kini tinggal di panti asuhan, tempat anak-anak kurang ber­untung berada. Memori buruk itu juga mengakibatkan kakinya tak lagi sempurna. Ia harus berjalan pincang dan bertopang pada kedua

tongkat kayunya. Gadis itu tampak murung dan sedih. Bulan merindukan ayah dan bundanya. Namun, bagaimana dia bertemu dengan mereka yang sudah berbeda dunia. Hanya ada sehelai foto untuk mengobati kerinduan. “Bulan, sedang apa kamu disini, Nak?” tanya ibu panti dengan suara lembutnya. “Bulan sedang merindukan ayah dan bunda, Bu. Apakah di surga mereka bahagia dan merindukan Bulan juga?” keluh Bulan dengan guratan rindu. MAJALAH DIMENSI 66

53


CERPEN “Ikhlaskan ayah dan bundamu, Nak. Mereka sudah tenang di sisi Allah dan tentunya bangga punya anak sekuat kamu, sekarang Bulan sudah punya ibu,” jawab ibu panti menenangkan. “Terima kasih sudah selalu ada di samping Bulan, Bu,” balas Bulan dengan tulus. Hari demi hari telah berlalu. Tumbuh dengan kepekaan dalam melihat realitas menjadikan Bulan sebagai anak yang mandiri dan pekerja keras. Sedari kecil, Bulan telah bermimpi menjadi seorang dokter agar dapat membantu orang-orang berlatar belakang fisik tak sempurna sepertinya. Ujian demi ujian telah dia lewati, termasuk mencoba semua jalur masuk Perguruan Tinggi Negeri demi bisa merasakan bangku kuliah. Dengan tekad yang bulat, kini Bulan pun akhirnya bisa menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran. Langkahnya sampai detik ini memang tidak mudah, banyak pengorbanan yang sudah dilalui termasuk mendapat penolakan dari lingkungan sekitar karena keterbatasan fisik­ nya. “Ih, udah jalannya pakai tongkat, tidak punya orang tua. Hidupnya terlalu sederhana.” “Bulan mana bisa sih sekolah kedokteran, untuk jalan saja sudah susah.” Kalimat itulah yang selalu terlontarkan dari orang-orang, menohok hati Bulan. Namun, kesabaran di hati Bulan sangat besar se­ hingga dia pun tak menghiraukannya. Impian­ nya jauh lebih berharga seperti yang selalu Bu Sari ingatkan padanya. “Jangan pernah biarkan kecacatanmu menang karena setiap orang mempunyai kesempatan yang sama.” Hujan di Agustus yang dingin berhasil membuat Bulan hampir menyerah. Kala itu, Bulan memasuki awal semester dan masih mahasiswa baru. Hampir semua pretest praktikum dilaksanakan di pagi buta, sekitar jam se­ tengah enam. Selama itu juga, terkadang kaki Bulan sering mengalami kelelahan karena terlalu banyak kegiatan, untungnya dia juga

54

MAJALAH DIMENSI 66

punya sahabat yang setia membantu­nya. “Hei, kalau makan jangan sambil melamun!” tegur Tari, sahabat Bulan. “Kamu lagi mikirin apa, Lan? Muka kamu kok murung gitu, biasanya juga selalu sema­ngat,” heran Tari. “Aku baik-baik saja kok, Ri. Gimana praktikum kamu tadi, lancarkan?” tanya Bulan. “Alhamdulillah lancar, cuma praktikum­ nya itu bikin kepala aku rasanya mau pecah. Kamu juga harus banyak istirahat Lan, ­kasihan kakimu kalau terlalu banyak kegiat­an,” balas Tari. “Terima kasih Tari, kamu sangat perhatian dan mau menerima kekuranganku,” jelas ­Bulan. Akhirnya praktikum demi praktikum sebagai mahasiswa kedokteran sudah Bulan lalui dengan penuh perjuangan. Ia sudah berhasil lulus dengan nilai yang memuaskan setelah melewati masa koas yang panjang. ­Pengalaman pertama saat menerima ­pasien, Bulan sering mendapatkan penolakan karena keraguan pasien terhadap fisiknya. Namun, kini Bulan berhasil bekerja di salah satu rumah sakit di kotanya. Banyak sekali pelajaran yang Bulan dapatkan selama bertemu de­ ngan pasien. Rasanya Bulan sangat malu jika mengingat dulu dia terus mengeluh pada Tuhan dan hampir menyerah. Sekarang, kaki Bulan juga berhasil mendapat­ kan penanganan khusus dan sudah bisa berjalan dengan normal. Janji Bulan sekarang adalah mengabdi kepada masyarakat. Ia sangat bersyukur karena sepasang tongkat kayunya berhasil menggoreskan kenang­ an bahwa ketidaksempurnaan itulah yang sekarang menyempurnakan jalan hidupnya. Sepasang tongkat kayu yang dulu begitu sulit melangkah tapi tak pernah memilih menye­ rah. Sang pemilik selalu percaya bahwa dibalik keterbatasanya selalu ada Tuhan yang me­ luaskan mimpinya.


RESENSI BUKU

" Maaf Tuhan, Aku Hampir Menyerah Oleh: Lutfiyatul Iftitah | Desainer: Novia Putri Fatmatuzzahro

Judul Penulis Penyunting Penerbit Tebal Buku ISBN Tahun Terbit

: Maaf Tuhan, Aku Hampir Menyerah : Alfialghazi : Tatep Mulyadin : Sahima (Kelompok Penerbit PT Magenta Media) : 246 halaman; 19,4 x 13,8 cm : 978-602-6744-47-0 : 2020

"T

idak semua hal akan berjalan sesuai keinginanmu. Pada satu waktu, im­ pianmu akan dipukul mundur, harapanmu terpatahkan, dan langkahmu dihentikan paksa.” Rangkaian kalimat di atas adalah bagian dari blurb yang tersaji di sampul belakang buku jenis nonfiksi karya Alfialghazi. Sebuah blurb yang bila terbaca oleh seseorang, maka ia

akan merasa bahwa keadaan tersebut sa­ngat relate dengan dirinya. Oleh karenanya, pembaca akan semakin terjerumus pada rasa penasaran untuk menjelajah seluruh isi buku. Buku berjudul “Maaf Tuhan, Aku Hampir Menyerah” ini berisi motivasi-motivasi kehidupan untuk merajut kembali semangat yang kian merapuh. Buku ini terbagi dalam MAJALAH DIMENSI 66

55


RESENSI BUKU 75 topik, dimana setiap topiknya mengangkat permasalahan hidup dan cara memandang­ nya dari sudut pandang lain. Banyak kutipan yang akan kita temui dalam tiap topiknya. Penulis begitu menekankan pentingnya pe­ ran dan tujuan manusia hidup di dunia yang fana. Secara garis besar, buku ini menjelaskan perjalanan kehidupan yang tak luput dari masalah atau kesulitan yang dihadapi manusia hingga menemui kebahagiaan yang abadi. Pada topik pertama, kita disadarkan akan makna hidup yang sesungguhnya. Hidup adalah serangkaian perjalanan manusia. Dalam hidup, manusia selalu mendambakan ke­bahagiaan di setiap jalannya tetapi mustahil rasanya. Ketika berada di titik kebahagiaan dengan segala kenyamanan, manusia tak sadar bahwa sudah terlalu larut di dalam­nya, sehingga melupakan sisi kehidupan yang lain. Sungguh topik yang tepat untuk dijadi­kan sebagai pembuka. Topik ini memberikan pemahaman bahwa susah se­ nang akan menjadi sesuatu yang lumrah dalam kehidupan. Teruntuk kita yang sukar bersahabat dengan kesulitan, buku ini akan membantu manusia belajar bahwa kesulitan tidak selalu buruk. Tak harus selalu merasa hancur, sedih, dan me­ ratapi kesedihan, tetapi cobalah memandang sisi lain dibaliknya. Kesulitan merupakan jalan yang Allah datangkan untuk membuat keimanan hamba-Nya semakin tumbuh dan semakin dekat dengan-Nya. Topik-topik menarik lainnya pun diangkat dalam buku bersampul kuning ini. Mulai dari membicarakan tentang takdir yang sulit dite­ rima, doa yang tak kunjung nyata, resah akan masa depan hingga kegagalan dalam percintaan, yang tentunya dikemas dengan sudut pandang berbeda. Pembaca akan terbantu menemukan jawaban atas problema­tika kehidupan yang tengah dialami. Pada beberapa topik terakhir, penulis me­ngajak

56

MAJALAH DIMENSI 66

kita untuk tetap semangat dalam menempuh perjuangan dengan istikamah menjalankan kebaikan. Kita sudah berproses sejauh ini, tetap kobarkan semangat hingga surgalah yang menjadi pelabuhan terakhir, sampai dipertemukan dengan Rasulullah dan para sahabatnya. Buku ini membawa vibes positif dalam kehidupan pembaca. Buku yang berisikan motivasi hidup ini sa­ yang sekali untuk dilewatkan, terutama untuk jiwa-jiwa yang lemah, yang hampir menyerah, atau bahkan sudah menyerah. Penulis sangat pandai merangkai kata agar pembaca tidak merasa bosan. Setiap topik dibahas tuntas dan singkat dengan bahasa yang mudah dipahami. Di setiap awal pembahasan topiknya, penulis sukses membuat pembaca sadar bahwa sudut pandangnya selama ini mungkin masih salah. Di saat pembaca merasakan penyesalan itu, penulis memberikan untaian kata-kata motivasi yang dapat menguatkan pembaca. Dalam setiap topiknya, penulis juga menyertakan terjemahan potongan hadis maupun surah dalam Al-quran yang menambah ketenangan jiwa. Tak hanya itu, ada beberapa topiknya yang juga dikaitkan dengan kisah Rasulullah SAW, para sahabat, serta para anbia yang sungguh luar biasa keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT. Hal itulah yang menunjukkan jika buku ini memang cukup kental dengan nuansa keislaman. Tak perlu khawatir, buku yang sudah di­cetak sebanyak 4 kali sejak tahun 2020 ini ditulis dengan pembawaan bahasa yang mudah dipahami, sehingga sangat direkomendasikan. Motivasi-motivasi didalamnya dipersiapkan untuk menghadapi suatu permasalahan yang kemungkinan dapat dialami oleh semua orang. Oleh karena itu, pembaca dari berbagai latar belakang tetap dapat belajar mengenai pen­ tingnya menjalani ­hidup yang berharga, melalui buku yang hanya setebal 246 halaman ini.


­

Seaspiracy

RESENSI FILM

Menyingkap Menyingkap Tabir Tabir Gelap Gelap Industri Industri Perikanan Perikanan

Oleh: Zabrina Mayang I Desainer : Hasna Jilan

Judul Sutradara Produser Pemeran Produksi Durasi Tanggal Rilis

F

: Seaspiracy : Ali Tabrizi : Klip Andersen : Ali Tabrizi, Lucy Tabrizi : A.U.M Films Disrupt Studios : 90 menit : 24 Maret 2021

ilm yang dirilis pada Maret 2021 ini me­rupa­kan jenis film dokumenter keluar­an­ ­Netflix. Disutradarai oleh Ali Tabrizi, yang juga merupa­kan peme­ ran utama film ini, ditemani oleh rekannya, Lucy Tabrizi. Seaspiracy­­­ sendiri dilatar­ belakangi oleh obsesi Ali pada kehidupan laut yang menghantarkan­ nya kepada sisi

gelap ­ industri perikanan ­ skala­dunia. Ia berkeliling ke beberapa tempat di ­ dunia untuk menguak berbagai skandal yang merusak kehidupan laut. Meskipun berupa dokumenter, alur cerita semakin me­ narik karena menampilkan banyak ahli di bidang kelautan serta pemerhati lingkungan hidup. MAJALAH DIMENSI 66

57


RESENSI FILM Film berdurasi 1 jam 30 menit ini, dibuka ­dengan dokumentasi indahnya lautan yang me­ rupakan jantung kehidupan di bumi. Sampah menjadi konflik pertama yang dibahas dari berbagai macam permasalahan laut. Disambung dengan fakta mengerikan tentang pembantaian satwa laut penting yang menempati posisi teratas dalam ekosistem­­laut. Hal inilah yang menyebabkan paus, lumba-lumba, dan hiu semakin punah, serta membuka langkah awal perjalanan Ali dan Lucy untuk menguak ­lebih­ jauh kekejaman manusia terhadap laut. Tak hanya itu, film ini juga mengungkap beberapa perusahaan besar dunia ternyata turut andil dalam kerusakan laut. ­Seperti produk kalengan yang melabeli dirinya aman untuk lingkungan, tetapi setelah di­telusuri hal itu tidak dapat dibuktikan. ­Konflik­­yang diungkap selanjutnya yaitu polusi air atas tumpahan minyak. Sebagian besar tumpah­an minyak ini berasal dari kapal kilang minyak­­­yang berlalu lalang. Lebih buruk­nya, dampak itu masih belum sebanding ­dengan akibat overfishing di lautan. ­Pe­nonton akan merasa­­kan pilu dan prihatin saat penangkap­an ikan secara besar-besaran menggunakan jaring pukat atau jaring ­raksasa. Dasar laut yang berlimpah kehidupan terus di­keruk tanpa memedulikan akibatnya, ­­hanya ­­untuk tujuan komersial ­semata. ­Fakta ­paling mengejutkan selanjutnya datang dari salah satu pakar perikanan ter­kemuka di dunia, yang memperkirakan lautan akan kosong pada tahun 2048, jika tren pe­nangkapan ikan seperti itu terus berlanjut. Inilah yang menjadi inti cerita Seaspiracy. Keberanian Ali patut diapresiasi atas pe­­ nyamarannya demi menguak dan me­­ nggali informasi. Ia bahkan rela mempertaruhkan nyawa demi penyamaran yang ­begitu ­berisiko. Tak hanya penangkapan oleh aparat, tetapi sampai pada pengancaman pembunuhan. Pada pertengahan film, Ali mendapati ­organisasi konservasi laut ter­besar di dunia yang justru mengubur kebenaran yang ada. Alih-alih mengampanyekan pengurangan konsumsi ikan, organisasi ini lebih banyak membicarakan perikanan berkelanjutan. Hal

58 MAJALAH DIMENSI 66

ini yang menghantarkan Ali menuju Belgia, berbincang dengan ­ Komisaris Eropa untuk Perikanan dan Lingkungan, Karmenu ­Vella. Untuk kesekian kalinya, pertanyaan Ali ­­tidak menemukan jawaban yang memuaskan. ­Sejauh konflik yang dipaparkan, penonton akan langsung menyimpulkan konsumsi ikan terbaik tanpa merusak ekosistem ­adalah de­ ngan cara budi daya ikan. Namun, terungkap pula banyak masalah dari budi daya itu. Inti cerita tidak hanya menggiring ­emosi penonton untuk iba atas kehidupan laut saat ini, tetapi juga sisi kemanusiaan yang ­seakan terlupakan. Pada segmen selanjutnya, Ali menempuh perjalanan ke Thailand dan me­ nemukan perbudakan manusia masih ­banyak terjadi. Penonton akan dikejutkan bahwa banyak makanan laut yang ­dikonsumsi ber­ asal dari pengeksploitasian sumber daya manusia di era yang sudah modern ini. Dokumenter ini ditutup dengan kembali­nya Ali ke Kepulauan Faroe untuk me­nyaksikan perburuan paus dan berbicara dengan pemburu paus disana. Kisahnya ditutup ­dengan meninggalkan begitu ­banyak emosi kesedih­an. Tragedi-tragedi yang ditayangkan memberikan kesimpulan, bahwa ­Seaspiracy ­mengajak penonton untuk berhenti mengonsumsi ikan demi kehidupan bumi yang lebih baik. Akan tetapi, ­hanya satu solusi itu saja yang dikemukakan dokumen­ter ini atas berbagai macam per­masalahan laut yang ada. Penonton di­ imbau untuk tidak mengkonsumsi ikan sama ­sekali, padahal banyak dari masyarakat yang mengandalkan laut untuk hidup mereka. Namun tak perlu khawatir, film ini menyerta­ kan pandangan para ahli atas setiap isu yang diangkat. Begitu pula totalitas Ali ­­ untuk menghabiskan banyak waktu berkeliling dunia, mendatangi perusahaan global untuk berbincang atas konflik yang terjadi. Penulis memberikan rating 9/10 untuk film dokumen­ ter satu ini. Banyak hikmah dan pelajar­ an yang dapat dipetik dari Seaspiracy, agar ­manusia tak serakah dan lebih mencintai laut.


KANGPROV

KANG PROV "Janji Palsu" Ilustrator : R. Satrya Bramantya

MAJALAH DIMENSI 66

59


XX XX XX XX XX XX Teka-Teki Majalah 66 XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX B e r h a d i a XX XX Menarik h XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX XX60 XX XX TEKA-TEKI

So al Pertama

So al Kedua

Ilustrator: Roihanatul Fatihati

Silakan lengkapi titik-titik berikut dengan kata yang paling sesuai:

So al Pertama

Unta makan _e_ _ _ _ _a_ daripada beruang tapi _ _ _u_s_

So al Kedua

Biri-biri dia _ _ _ _ _g sebelum jalan bebek akibat k_ _ _ _ _ _a_

Kirim jawaban yang paling tepat dari pertanyaan diatas melalui email : redaksidimensi23@gmail.com dengan subject : Nama - Jawaban Teka-Teki Majalah 66 Bagi yang mengirimkan jawaban yang paling tepat akan mendapatkan Merchandise special dari LPM Dimensi. Pemenang akan diumumkan melalui instagram @lpm_dimensi

MAJALAH DIMENSI MA JALAH DIMENSI 66 66


NGEDIMS

Oleh: Eka Juniarti | Desainer: Zakiyah

Jatah kuota Kemendikbud kok kian menurun. Sejalanlah dengan menurunnya kasus Covid-19. Sejalanlah dengan menurunnya kasus Covid-19.

Polines resmi berstatus PTN Pola Pengolaan Keuangan Badan Layanan Umum ( PPK BLU). Sejalanlah keuangan dengan menurunnya kasus Covid-19. Pengelolaan harusnya semakin terbuka dan mandiri.

Pemilihan direktur dirasa belum banyak diketahui mahasiswa. Sejalanlah dengan menurunnya kasus Covid-19. Kurang sosialisasi atau ada yang ditutupi?

Pembangunan 8 tingkat Gedung TC yang belum terealisasi. Sejalanlah dengan kasuspencakar Covid-19. Masih menjadi mimpimenurunnya memiliki gedung langit.

Tindak lanjut hasil evaluasi dosen akhir semester. Sejalanlah dengan menurunnya kasus Covid-19. Memang untuk evaluasi atau hanya formalitas?

MAJALAH DIMENSI 66

61


Biarkan Perbedaan Warna

~Menjadi Potensi Besar ~ Berkembangnya Pola Pikir



Rawat dan jagalah Bumi hari ini untuk kehidupan yang lebih baik esok. Jangan sampai jika pohon terakhir akan ditebang dan mata air terakhir berhenti mengalir, kamu baru sadar bahwa uang tidak dapat dimakan dan diminum. (Dims, 66th)

TERSEDIA

MAJALAH DIGITAL Scan Me!


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.