DIMENSI
Dalam kehidupan bermasyarakat tentu memerlukan suatu mekanisme pengendalian sosial agar berjalan dengan tertib, salah satunya adalah di bidang transportasi dalam bentuk peraturan lalu lintas. Pertumbuhan dan perkembangan jumlah penduduk secara signifikans akan mempengaruhi peningkatan volume kepadatan lalu lintas yang juga berdampak pada kenyamanan dan keamanan lalu lintas. Hal itu memunculkan berbagai sudut pandang masyarakat dalam penerapan tertib berlalulintas. Tak sedikit pelanggaran berlalulintas yang dilakukan oleh masyarakat, meskipun telah dilakukan berbagai upaya untuk mengurangi angka pelanggaran dalam berlalu lintas oleh para pemangku jabatan. Namun, upaya tersebut tentu tak akan berhasil jika tidak diimbangi dengan kesadaran masyarakat dalam menanggapi pentingnya budaya disiplin dalam berlalu lintas. Berangkat dari hal tersebut, Minimagz kali ini mengusung topik ‘Jendela Kesadaran Masyarakat dalam Berlalu Lintas’ dengan berbagai sudut pandang yang tersusun secara padu guna memaknai arti dari topik yang dibahas.
Mengawali topik yang diangkat, pada rubrik Laporan Utama akan diulas mengenai penerapan kesadaran dan etika masyarakat dalam berkendara dalam menaati peraturan lalu lintas. Hal tersebut dikarenakan sikap seorang pengendara sangat berperan besar untuk menentukan keselamatan dan keamanan dalam berkendara.
Dilanjutkan pada rubrik Laporan Khusus yang merupakan perincian dari rubrik sebelumnya, kami mengangkat topik mengenai polemik penggunaan sandal jepit saat berkendara yang akhir-akhir ini menjadi buah bibir di kalangan masyarakat. Imbauan dilarang menggunakan alas kaki terbuka saat berkendara menimbulkan beragam tanggapan baik positif maupun negatif.
Berkaitan dengan etika berkendara serta kebijakan yang ada di Politeknik Negeri Semarang, kami memberikan informasi mengenai adanya peraturan menunjukan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) sebelum meninggalkan parkiran kampus demi menjaga keamanan kendaraan mahasiswa yang tertuang dalam rubrik Kampusiana. Selain itu, kami juga menyajikan bacaan yang menarik tentang keindahan alam Pantai Ngobaran, Yogyakarta yang dikupas secara lengkap pada rubrik Travelog.
Untuk mengenal lebih dalam tentang budaya berlalu lintas yang baik, kami menghadirkan artikel Komunitas Motor sebagai wadah pencinta motor yang mengedepankan tertib kendaraan dalam rubrik Semarangan. Tak lupa, terdapat rubrik Galeri Foto yang akan memanjakan mata pembaca, serta rubrik Incognito yang memuat konten ringan untuk dibaca.
Tak lupa, tentunya kami mengucapkan syukur dan terima kasih kepada seluruh pihak yang ikut serta dan mendukung dalam pembuatan mini majalah ini. Kami harap dengan terbitnya Minimagz edisi kali ini dapat memberikan dampak positif sebagai bahan pembelajaran bersama demi menciptkan masyarakat yang tertib berlalulintas.
Hidup Pers Mahasiswa!
Redaksi
Laporan Utama
Keselarasan Pandang akan Kesadaran Berkendara
Menjadi Tonggak Awal Lalu Lintas yang Berbudaya
Polling: Riset Kesadaran Masyarakat dalam Kepatuhan terhadap Rambu-Rambu Lalu Lintas
Laporan Khusus
Polemik Penggunaan Sandal Jepit Saat Berkendara
Kampusiana
Tingkatkan Keamanan Parkiran Kampus dengan Pengecekan STNK
Semarangan
YNCI Semarang: Komunitas Persaudaraan Motor yang Mengedepankan Tertib Berkendara
Galeri Foto: Ragam Pengendara Saat Berkendara di Semarang
17
Plesir: Pantai Ngobaran: Wujud Nyata Keindahan Alam Beserta Indahnya Toleransi
Cerpen: Teman Seperjuangan
Resensi Buku: The Midnight Library: Keputusan Kecil yang Berdampak Besar
Teka teki
CONTENT
Ngedims Kang Prov Quotes 7 9 13 17 20 22 26 29 31 33 34 35 36 05 DIMENSI 7 29 26
Travelogue Incognito
13
LAPORAN UTAMA
yang ideal bagi seorang pengendara adalah sikap yang menyadari betapa riskannya keadaan di jalan
apabila suatu peraturan dalam berlalu lintas
tidak dilaksanakan dengan baik dan optimal sesuai dengan ketentuan yang telah berlaku. Namun demikian, adanya peraturan yang harus ditaati dan dipahami
tidak menjamin semua masyarakat bertindak sesuai dengan ketentuan. Beberapa dari masyarakat masih menganggap sebelah mata aturan-aturan lalu lintas yang digolongkan sebagai pelanggaran ringan.
Dikutip dari laman jateng.antaranews.com bahwa Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Tengah -
ran lalu lintas yang terjadi di sepanjang tahun 2022. Jumlah tersebut mengalami kenaikan yang signifikan sekitar 71% dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang hanya mencapai 374 ribu pelanggaran.
Adji Setiawan selaku Kepala Unit (Kanit) Kecelakaan Langsung (Laka) Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Kota Semarang menjelaskan bahwa selain pelanggaran berat, pelanggaran-pelanggaran ringan tidak dapat dijadikan suatu alasan penilangan. “Contohnya helm dan kelengkapan surat dapat dijadikan ala
DIMENSI 07 LAPORAN UTAMA
san penilangan karena dalam aturan lalu lintas termasuk pelanggaran berat,” jelas Adji. Di samping itu, Lala Anggreani selaku pengendara kendaraan roda dua mengatakan bahwa kesadaran berkendara juga meliputi rutinnya melakukan pengecekan apabila hendak berkendara.
“Pengecekan ini meliputi kondisi kendaraan dan pengendara karena hal tersebut merupakan faktor penentu keselamatan selama berkendara,” ujarnya.
Penerapan Kesadaran Berkendara oleh Masyarakat
Diberlakukannya kebijakan dalam berkendara tentunya menuntut penerapan kesadaran berkendara masyarakat di lalu lintas. Untuk mengawasi pemahaman masyarakat akan kesadaran berkendara dan penerapannya, Satlantas Kota Semarang dan Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Semarang secara rutin melakukan razia dan operasi gabungan.
“Penentuan sasaran operasi/razia pada umumnya sudah melalui hasil analisa dan evaluasi yang dibarengi dengan surat penugasan,” tutur Adji. Sejalan dengan hal tersebut, Ady Dwi selaku Staf Bidang Angkutan Jalan Dishub Kabupaten Semarang, menjelaskan akan pentingnya pelaksanaan operasi gabungan ini. “Operasi gabungan sangat penting dilakukan untuk mengetahui penerapan yang terjadi di masyarakat dan pemberian efek jera bagi para pelanggar lalu lintas,” ujarnya.
Selama melaksanakan operasi, Adji Setiawan masih sering menemukan beberapa pengendara yang tidak mengindahkan aturan berkendara. “Misalnya pengendara kendaraan roda dua yang berkendara tanpa mementingkan keamanan dengan tidak menggunakan helm,” ujarnya. Sebenarnya masyarakat telah memahami dengan baik aturan yang perlu ditaati dalam berkendara. Namun, kelalaian tersebut didukung oleh faktor kepraktisan yang menjadi benih-benih dari tindakan yang melanggar aturan berkendara.
Penilangan yang kerap dilakukan oleh aparat yang bertugas turut menimbulkan beragam reaksi. Menyikapi penilangan tersebut, beberapa pengendara yang melanggar aturan berkendara justru tidak menerima teguran sanksi dengan tangan terbuka. Mereka memberikan sikap defensif atas teguran yang sudah sepantasnya di-
tujukan. “Sikap yang paling sering terjadi adalah secara verbal berupa kata-kata makian, ejekan, atau justru menyalahkan nama institusi karena tidak terima ditilang,” ungkap Adji. Sikap-sikap defensif itulah yang perlu dihindari karena penilangan dilakukan untuk memberi efek jera bagi para pelanggar aturan berkendara agar dapat mengintrospeksi diri dan tidak mengulangi kesalahan di masa depan.
Meskipun masih ada beberapa pengendara yang tidak taat aturan dalam berlalu lintas, terdapat pula sebagian masyarakat lainnya yang menaati aturan-aturan tersebut. Lala Anggreani salah satunya, ia berdomisili di Kota Semarang dan menjadi pekerja yang sering melakukan perjalanan lintas kota. “Selalu menaati rambu lalu lintas dan marka jalan merupakan salah satu poin untuk menjaga keselamatan diri sendiri dan orang lain,” jawabnya ketika ditanya akan pentingnya kesadaran berkendara. Ady Dwi turut menambahkan akan kesadaran berkendara yang dapat dilestarikan. “Berbudaya tertib berlalu lintas itu sama dengan berbudaya terhadap keselamatan diri dan orang lain,” tambahnya.
Harapan di Masa Depan akan Pentingnya Kesadaran Berkendara
Mobilisasi yang terus menerus meningkat menjadi tanda bahwasanya kesadaran berkendara merupakan hal mutlak yang perlu dipahami dan diterapkan. Untuk mencapai tujuan bersama tersebut, aparat Satlantas maupun petugas Dishub wajib memberikan imbauan disertai dengan harapan di masa mendatang. “Harapannya, semoga kita semakin aware terhadap aturan lalu lintas demi menjaga keamanan dan ketertiban saat berkendara,” jelas Adji Setiawan.
Ady Dwi turut mengungkapkan harapannya akan ketertiban masyarakat dalam berlalu lintas. “Saya berharap lalu lintas menjadi tertib dan Laka Lantas dapat berkurang,” ujarnya. Sejalan dengan tujuan aparat Satlantas dan petugas Dishub, Lala Anggreani menanggapi bahwasanya edukasi perlu terus dilakukan untuk masyarakat agar taat terhadap tata tertib lalu lintas. “Edukasi dapat melalui media sosial (medsos) ataupun outlet-outlet perpanjangan Surat Ijin Mengemudi (SIM),” pungkasnya.
DIMENSI 08 LAPORAN UTAMA
Oleh: M. Nazil Zam Zami dan Salwa Fitriyatunnisa I Desainer: Abdul Rozak
Sebagai pengendara yang baik, mentaati rambu-rambu lalu lintas adalah sebuah kewajiban bagi seluruh pengguna jalan. Rambu lalu lintas diatur menurut Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 13 tahun 2014. Secara umum, ada 4 jenis rambu lalu lintas, yaitu Rambu Peringatan, Rambu Larangan, Rambu Perintah, dan Rambu Petunjuk. Rambu-rambu lalu lintas dipasang sebagai upaya mengatur jalannya lalu lintas agar tertib dan teratur juga mencegah terjadinya kecelakaan lalu lintas (laka lantas) bagi pengguna jalan, baik pejalan kaki maupun pengendara kendaraan bermotor. Namun, rambu-rambu lalu lintas ini masih sering tak dihiraukan oleh pengguna jalan, sehingga memicu kecelakaan lalu lintas.
Oleh karena itu, penting bagi setiap pengendara untuk memahami arti dari setiap rambu dan juga mematuhinya. Kru Magang LPM Dimensi telah melakukan riset kualitatif melalui survei dengan total 267 responden yang terdiri dari 127 responden berdomisili di Kota Semarang, 103 responden berdomisili di luar Kota Semarang tetapi masih di Jawa Tengah dan sebanyak 37 responden berdomisili di luar Jawa Tengah.
1. Kendaraan bermotor apa yang paling sering Anda kendarai?
2. Seberapa sering Anda mengendarai kendaraan bermotor?
DIMENSI 09 POLLING
1. Seberapa paham Anda mengenai arti dari rambu-rambu lalu lintas?
4. Menurut Anda, seberapa penting bagi pengendara untuk mengetahui rambu-rambu lalu lintas?
Dari total 267 responden, mayoritas sebanyak 208 orang berpendapat bahwa mengetahui ramburambu lalu lintas merupakan hal yang sangat penting dengan skala 5 dari 5.
5. Menurut Anda, apakah rambu lalu lintas yang ada di daerah Anda sesuai dengan keadaan dan kebutuhan?
6. Berikan alasan Anda atas jawaban pertanyaan di atas?
Berdasarkan hasil analisis, mayoritas responden berpendapat bahwa rambu lalu lintas di daerah responden sudah cukup sesuai, namun masih ada daerah di tepi kota yang minim rambu-rambu lalu lintas.
7. Apabila sedang berkendara, seberapa sering Anda memerhatikan rambu-rambu lalu lintas yang ada di jalan?
8. Pernahkah Anda mengabaikan rambu-rambu lalu lintas?
9. Jika pernah, faktor apa yang membuat Anda mengabaikan rambu-rambu lalu lintas?
Faktor yang paling berpengaruh bagi responden sehingga menyebabkan mengabaikan ramburambu lalu lintas adalah terburu-buru. Selain itu, faktor lain yang mempengaruhi diurutkan dari yang paling berpengaruh adalah rambu yang kurang jelas, tidak mengetahui arti dari rambu yang ada, dan tidak ada petugas yang berjaga.
DIMENSI 10 POLLING
10. Jika tidak, faktor apakah yang membuat Anda selalu menaati rambu-rambu lalu lintas?
Faktor motivasi dari dalam diri menjadi faktor yang paling berpengaruh bagi responden sehingga menaati rambu-rambu lalu lintas. Faktor lainnya adalah responden takut terhadap sanksi yang berlaku.
11. Darimana Anda mengetahui arti dari setiap rambu-rambu lalu lintas yang ada?
Sebanyak 153 responden mengatakan bahwa mereka mengetahui arti rambu lalu lintas dari pelajaran di sekolah, 97 mengetahuinya dari ajaran orang tua, dan sebanyak 142 dari lingkungan masyarakat yang terjadi di sekitarnya. Jawaban lain yang didapatkan adalah belajar otodidak, mengira-ngira, dan belajar saat akan membuat SIM.
12. Menurut Anda, perlukan pelajaran mengenai rambu-rambu lalu lintas bagi anak usia dini?
Berikan alasannya!
Berdasarkan analisis, responden beranggapan bahwa pelajaran rambu-rambu lalu lintas bagi anak usia dini itu perlu. Hal tersebut dikarenakan untuk mempersiapkan calon pengendara yang sah (sudah memiliki SIM) agar dapat mematuhi rambu lalu lintas yang ada.
13. Blind spot atau titik buta adalah area sekeliling kendaraan yang terhalang atau gagal dilihat pengemudi. Semakin besar dan tinggi kendaraan, maka semakin besar pula area blind spotnya Namun, dalam kondisi mendesak terkadang banyak pengemudi yang tidak menghiraukan area blind spot dan hanya berpegang pada kalimat “yang penting masih selamat”
Setujukan Anda dengan pernyataan di atas? Berikan alasannya!
Studi kasus di atas mendapat jawaban bahwa lebih dari setengah total responden tidak setuju dengan pernyataan “yang penting masih selamat”. Terdapat berbagai alasan diantaranya karena hal itu dapat membahayakan pengendara motor, pengendara kendaraan bermotor tetap harus menaati rambu yang dipasang, serta untuk mengurangi risiko kecelakaan. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden peduli terhadap bahaya menghiraukan area blind spot.
Kesimpulan
Berdasarkan analisis hasil riset yang telah dilakukan oleh Tim Riset Kru Magang LPM Dimensi, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan responden mengenai arti rambu-rambu lalu lintas dapat dikatakan cukup. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya responden yang mengetahui sebagian arti ramburambu lalu lintas. Mayoritas responden mengetahui pentingnya mentaati rambu-rambu lalu lintas dan berpendapat bahwa pengenalan rambu-rambu lalu lintas harus diajarkan sejak dini untuk mengurangi risiko kecelakaan.
DIMENSI 11 POLLING
LAPORAN KHUSUS
Berapa waktu lalu, informasi tentang
larangan memakai sandal jepit saat berkendara ramai diperbincangkan masyarakat. Sebagian masyarakat berpendapat
bahwa penggunaan sandal jepit saat
mengendarai sepeda motor bukan larangan, namun hanya sekadar imbauan. Imbauan
tersebut ditujukan bagi pengendara sepeda
motor agar tidak menggunakan sandal jepit saat
berkendara dalam rangka menjaga keamanan dan keselamatan bagi pengendara sepeda
motor. Larangan penggunaan sandal ini dibuat
dengan tujuan untuk meminimalisir risiko yang
terjadi saat kecelakaan di jalan raya terutama yang menggunakan kendaraan roda dua. Sesuai
dengan Undang-Undang (UU) Nomor 22 Tahun
2009 yang menjelaskan bahwasannya ada
persyaratan standar yang harus dilengkapi oleh
pengendara sepeda motor.
Namun, tak lama kemudian imbauan tersebut ramai di media sosial. Banyak masyarakat yang
mengetahui bahaya menggunakan sandal saat berkendara. Di lansir dari laman Semarang.inews. id bahwa tercatat sebanyak 29.772 kecelakaan lalu lintas (laka lantas) yang terjadi di Jawa Tengah
sepanjang tahun 2022. Muhammad Taufik, Kepala Unit (Kanit) Samapta mengatakan bahwa saat berkendara roda dua dengan menggunakan sandal sangatlah berbahaya. “Ketika terjadi kecelakaan, pengendara yang memakai sandal lebih berisiko terluka daripada yang menggunakan sepatu,” ujar Taufik. Ia juga menambahkan bahwa imbauan dibuat karena ada penyebabnya. “Imbauan ini dibuat karena banyaknya kasus kecelakaan roda dua dan yang terluka itu kakinya,” tambah Taufik.
Pentingnya Peran Masyarakat dalam Keselamatan Berkendara Pengendara sepeda motor wajib menggunakan perlengkapan keselamatan yang dapat melindungi tubuhnya. Pihak berwenang telah mengimbau dan menyosialisasikan cara berkendara yang baik kepada masyarakat, namun masih banyak
Oleh: Alia Rahma, Fathiya Nur I Desainer: Abdul Rozak | Ilustrator: Rizky Imam Prakosa
DIMENSI 13 LAPORAN KHUSUS
masyarakat yang belum mengetahui bagaimana cara memproteksi diri saat berkendara. “Kami sudah mengimbau masyarakat untuk tidak menggunakan sandal jepit ketika mengendarai motor, dijalankan atau tidak tergantung kesadaran masing masing,” terang Taufik. Pengetahuan masyarakat tentang dasar dan aturan lalu lintas juga menjadi tolak ukur keamanan dan keselamatan di jalan raya. “Mengetahui perlengkapan bersepeda motor seharusnya menjadi basic fundamental pengendara saat di jalan raya,” terang Taufik. Sandal jepit dinilai kurang aman ketika digunakan saat mengendarai motor, kendati demikian masyarakat umum masih menggunakannya. Taufik juga mengatakan bahwa sifat tidak mau ribet yang menjadikan standar keselamatan berkendara menjadi salah satu faktor diabaikannya imbauan tersebut. “Memakai sandal dinilai lebih simpel dari pada sepatu, jadi imbauan dari Polisi diabaikan,” tambahnya.
Standar Keselamatan Saat Berkendara
Menggunakan Perlengkapan Berkendara, seperti jaket tebal, Surat Izin Mengemudi (SIM), Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK), celana panjang, serta sepatu harus dicermati sebelum berkendara Segala jenis perlengkapan tersebut dibutuhkan untuk menunjang keselamatan pengendara sepeda motor. Semakin lengkap perlengkapan yang dipakai, maka standar berkendara sudah terpenuhi. “Apabila pengendara ikut serta berpartisipasi memakai perlengkapan lengkap, maka rasio kecelakaan lalu lintas dapat menurun,” ucap Taufik.
Menaati imbauan dan peraturan lalu lintas yang sudah ditetapkan sangatlah penting. Imbauan tersebut sifatnya untuk mengingatkan keselamatan pengendara motor supaya tertib dan patuh terhadap keamanan. “Meskipun menggunakan sandal bukan pelanggaran lalu lintas, akan tetapi ada baiknya melaksanakan imbauan demi keamanan
dan keselamatan pribadi,” tutur Taufik. Memastikan kendaraan sudah sesuai dengan standar keselamatan berkendara juga merupakan poin utama. Beberapa pengendara sepeda motor ada yang senang melakukan modifikasi. Tidak ada peraturan yang melarang memodifikasi kendaraan, hanya saja memodifikasi motor secara berlebihan sama saja tidak menaati peraturan lalu lintas dan bisa menyebabkan adanya sanksi tilang karena dianggap melanggar standar keamanan berkendara.
Pro Kontra Penggunaan Sandal Jepit Saat Berkendara
Arya Setio, salah satu pengendara motor di Kota Semarang, mendukung adanya imbauan tidak menggunakan sandal jepit ketika mengendarai motor. Ia menilai tingkat keamanan pengendara motor harus lebih diperhatikan. “Saya setuju, karena memakai sepatu bisa meminimalisir luka saat terjadi kecelakan,” ujar Arya. Berbeda dengan Arya, Naufal Latif, pelajar yang masih belum memiliki SIM kurang setuju dengan diberlakukannya imbauan ini dikarenakan kendala jarak saat mengendarai motor. “Saya kurang setuju karena tergantung jaraknya, lagi pula memakai sandal lebih praktis untuk saya yang masih menggunakan motor dengan jarak tempuh yang dekat,” kata Naufal.
Terlepas dari adanya pro kontra menggunakan sandal jepit ketika mengendarai motor, alangkah baiknya jika dapat menggunakan atribut keselamatan yang sesuai dengan aturan yang ada. Beberapa macam sosialisasi telah dilakukan oleh Direktorat Lalu Lintas (Ditlantas) seperti penyebaran imbauan melalui spanduk, media sosial, dan langsung turun ke jalan raya. Taufik berharap dengan dilakukan sosialisasi tersebut, masyarakat bisa lebih tertib dan peduli terhadap keselamatannya. “Semoga kedepannya, masyarakat dapat menaati imbauan yang diberikan sehingga cedera saat terjadi kecelakaan dapat diminimalisir,” pungkas Taufik.
DIMENSI 14 LAPORAN KHUSUS
KAMPUSIANA
Tingkatkan Keamanan Parkiran Kampus dengan Pengecekan STNK
Rasa aman dan nyaman menjadi salah satu faktor pendukung keberhasilan pembelajaran bagi mahasiswa di kampus.
Oleh karena itu, tak mengherankan apabila
setiap lembaga perguruan tinggi mengupayakan peningkatan keamanan di lingkungan kampus.
Keamanan tersebut dapat berupa keamanan
ketika belajar di kelas, keamanan data setiap mahasiswa, hingga keamanan barang atau
kendaraan yang dibawa oleh mahasiswa. Seperti halnya di Politeknik Negeri Semarang (Polines) yang mengupayakan keamanan kendaraan yang
dibawa mahasiswa. Hal tersebut dibuktikan dengan memberikan pengarahan personal kepada Satuan Pengamanan (Satpam) untuk melakukan kebijakan menunjukkan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) sebelum meninggalkan area parkiran kampus bagi seluruh mahasiswa. Dalam hal ini, Satpam diharapkan berani
melakukan pemeriksaan untuk keamanan dan mengantisipasi adanya kehilangan kendaraan. Pengecekan STNK dilakukan di setiap parkiran yaitu parkiran Jurusan Teknik Mesin, Jurusan Teknik Elektro, dan Tata Niaga.
Oleh: Amalia Safrina, Irfan Hanafi Shihab | Desainer: Agustina Aulia Putri
DIMENSI 17 KAMPUSIANA
Dok. Rahman
Alasan di Balik Penerapan Kebijakan
Karnowahadi selaku Wakil Direktur (Wadir) II
Bidang Umum dan Keuangan, menjelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi diberlakukannya kebijakan ini karena adanya kejadian kehilangan motor yang dilaporkan oleh mahasiswa kepada institusi. “Dulu ada kejadian motor mahasiswa yang dibawa keluar oleh seseorang yang mengaku sebagai temannya, tetapi pemilik motor tidak merasa mengijinkan,” tutur Karnowahadi. Lebih lanjut, kebijakan ini ditujukan hanya kepada mahasiswa yang membawa motor, dengan kata lain karyawan dan pengendara roda empat tidak diberlakukan kebijakan ini. “Antara Satpam dengan karyawan sudah saling mengenal bahkan motornya saja sudah tahu dan untuk pengendara mobil belum diterapkan kebijakan tersebut,” imbuh Karnowahadi.
Penerapan Kebijakan di Berbagai Area Parkiran Sampai saat ini, parkiran Jurusan Teknik Elektro telah menerapkan kebijakan tersebut dengan baik, ditandai dengan terlaksananya sosisalisasi oleh Satpam kepada mahasiswa Jurusan Teknik Elektro. Iyan, Satpam Jurusan Teknik Elektro, menjelaskan bahwa sistem pengecekan dilakukan dengan menyesuaikan STNK dengan pelat nomor kendaraan sesaat sebelum keluar gerbang. “Menunjukkan Kartu Tanda Mahasiswa (KTM) dan STNK pada saat keluar gerbang, apabila tidak membawa maka akan ada sanksi lanjutan seperti menyanyi,” ujar Iyan. Dalam menerapkan kebijakan ini Satpam Jurusan Teknik Elektro membutuhkan waktu relatif lama hingga tak jarang menimbulkan antrean panjang, terlebih di saat pulang kuliah. Maka dari itu, kebijakan tersebut hanya diberlakukan sampai pukul 15.00 WIB, apabila lebih dari jam tersebut maka tidak diberlakukan pengecekan. “Ada mahasiswa yang pulang malam, dikhawatirkan pulangnya semakin malam karena menunggu antrean,” ucapnya.
Sejalan dengan parkiran Jurusan Teknik Elektro, Darwi Cahyadi selaku Satpam parkiran Jurusan Teknik Mesin, menjelaskan bahwa pengecekan STNK ini diberlakukan sampai sore sehingga tidak kemalaman. “Biasanya yang pulang malam
hanya anak-anak itu saja, sehingga tidak dicek karena sudah terbiasa,” jelas Darwi. Sistem yang digunakan pun juga sama, hanya saja di parkiran ini tidak mengakibatkan antrean panjang. Hukuman yang diberikan apabila tidak membawa STNK yaitu menyanyi dan menulis biodata. “Bagi yang tidak tertib disuruh menyanyi dan menulis biodata, di sini hukuman seperti itu masih berlaku,” ujar Darwi.
Tanggapan Mengenai Kebijakan di Kalangan Mahasiswa
Meninjau dari sisi mahasiswa, Mirza Dzaki selaku mahasiswa Jurusan Administrasi Bisnis, sempat merasakan diberlakukannya pengecekan STNK di parkiran Tata Niaga. “Saya mengetahui tentang kebijakan ini dan pernah ada pengecekan juga di parkiran Tata Niaga,” tutur Dzaki. Terkait pengecekan ini pula, ia merasa terbantu dengan adanya tindak nyata dalam penerapan sisi keamanan di parkiran Tata Niaga. Hal tersebut dapat meminimalisir terjadinya kejadian yang tidak diinginkan meskipun akan menghambat akses pulang karena terjadi antrean. Selaras dengan Mirza, Zendi Safarian selaku mahasiswa Jurusan Teknik Elektro juga merasa aman dengan adanya pengecekan STNK. “Kebijakan ini memberikan rasa aman apabila STNK tidak disalahgunakan,” tambah Zendi.
Harapan Diberlakukannya Kebijakan
Dengan demikian adanya kebijakan ini memberikan harapan dari berbagai pihak. Satpam Jurusan Teknik Elektro dan Jurusan Teknik Mesin menginginkan mahasiswa dapat taat pada kebijakan tersebut. “Mahasiswa menaati peraturan yang diberikan untuk menjaga keamanan di kampus dan di jalan raya” ungkap Iyan. Sementara itu, Karnowahadi berharap nantinya pengecekan STNK dapat dilakukan dengan sistem satu pintu, mahasiswa masuk melalui parkiran di dekat jurusannya dan keluar melalui pintu gerbang utama di depan direktorat dengan pengecekan STNK. “Institusi ingin pengecekan melalui satu pintu, namun mahasiswa tetap dapat mengakses ke parkiran sesuai jurusannya,” pungkasnya.
DIMENSI 18 KAMPUSIANA
SEMARANGAN
YNCI Semarang:
Komunitas
Persaudaraan Motor yang
Mengedepankan Tertib Berkendara
Yamaha NMAX Club Indonesia (YNCI) merupakan komunitas yang mewadahi pencinta motor Yamaha NMAX di seluruh Indonesia. Komunitas ini secara resmi terbentuk pada 29 Agustus 2015. YNCI mulanya hanya sebuah akun situs penggemar yang tergabung di Facebook. Berangkat dari tingginya animo pencinta motor Yamaha NMAX, maka terbentuklah YNCI pada saat pertemuan pertama di Jakarta. YNCI menjadi komunitas yang terkenal di kalangan pencinta motor Yamaha NMAX. Komunitas ini telah memiliki lebih dari 200 chapter atau cabang yang tersebar di beberapa kota di Indonesia, seperti Jakarta, Bandung, Medan, Bali, Semarang, Malang, Siak, dan masih banyak lagi. Komunitas yang memiliki kegiatan utama berupa touring ini telah resmi terdaftar di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) pada tahun 2016.
YNCI didirikan dengan tujuan utama untuk membangun persatuan dan persaudaraan dengan sesama pengguna Yamaha NMAX. YNCI juga
ingin menjadi suatu perkumpulan yang dapat memberikan contoh baik dalam berkendara di lingkungan sekitar, meningkatkan prestasi pemuda dalam bidang otomotif, serta turut aktif dalam menjaga stabilitas dan keamanan masyarakat.
Tak hanya dikenal sebagai komunitas motor, YNCI juga dikenal sebagai komunitas yang aktif di berbagai kegiatan sosial. Pada tahun 2021, YNCI berhasil memecahkan rekor membagikan takjil terbanyak dan menerima penghargaan dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI). YNCI juga telah menerima beberapa penghargaan lain, salah satunya yaitu membantu menyukseskan Operasi Ramadiniya dalam rangka kepedulian akan keselamatan dan kelancaran arus mudik dan balik di wilayah hukum Kepolisian Resor (Polres) Cirebon pada tahun 2017.
Di chapter Semarang, YNCI didirikan di tahun yang sama yang dipelopori oleh Yunan Phalevi selaku ketua chapter hingga saat ini. Untuk memudahkan kegiatannya, komunitas ini juga
DIMENSI 20 SEMARANGAN
Oleh: Emi Anggoro, Syam Asqila Desainer: Agustina Aulia Putri
Sumber: Instagram @yncisemarang
memiliki kepengurusan yang meliputi ketua, wakil ketua, sekretaris, bendahara, humas, dan dokumentasi. Kegiatan dari komunitas ini secara garis besar sama dengan YNCI chapter lain, seperti pertemuan rutin, ngopi bareng, touring, pertemuan gabungan antar provinsi, serta kegiatan berbagi. Menariknya, komunitas ini mengusung slogan ‘Berlibur, Bercerita, Bersaudara’. Menurut keterangan dari Agus Kustiono selaku Humas, komunitas ini tak hanya merangkul persaudaraan sesama anggota, tetapi juga merangkul hingga keluarga dari anggota. Persaudaraan tersebut ditumbuhkan melalui kegiatan berlibur bersama yang bisa diikuti oleh keluarga dari tiap anggota. Tak hanya itu, YNCI juga merangkul komunitas motor lain hingga lintas komunitas pesepeda.
Sebagai komunitas yang juga memperhatikan ketertiban lalu lintas, Indah Listyanti, Sekretaris
YNCI chapter Semarang, turut menyampaikan
penilainnya terkait penerapan tertib lalu lintas di wilayah Semarang yang dirasa masing kurang.
“Sangat disayangkan, masih banyak pengendara
yang tidak taat peraturan,” ujar Indah. Seperti yang sering dijumpai di jalan, masih banyak pengendara yang mengabaikan keamanan berkendara seperti tidak memakai helm dengan alasan jarak yang dekat, melanggar marka jalan, bahkan menerobos lampu merah. Bagi sebagian orang, tertib berlalu lintas masih dianggap sebagai hal yang sepele. Padahal, jika tidak diperhatikan, hal tersebut dapat membahayakan diri sendiri maupun pengendara lain dan menjadi salah satu faktor terjadinya kecelakaan. Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk menumbuhkan tertib lalu lintas yaitu dengan memberikan edukasi.
YNCI juga menyadari pentingnya edukasi tertib lalu lintas sebagai upaya menjaga keamanan diri sendiri maupun pengendara lain ketika di jalan. Oleh karena itu, komunitas ini juga berkomitmen memberikan edukasi kepada anggota komunitas. Edukasi tersebut dilakukan melalui gambar yang dibagikan melalui media sosial. Gambar yang sudah dibagikan kemudian dijelaskan lebih rinci pada saat pelaksanaan kegiatan rutin komunitas. Contohnya pada saat melakukan touring, dilakukan aba-aba berupa sinyal atau kode tertentu menggunakan tangan dan kaki. Aba-aba tersebut dilakukan pada saat terdapat lubang di jalan, berhenti saat lampu merah, dan sebagainya. Sejauh ini edukasi yang diberikan dapat berjalan dengan baik dan disambut baik pula oleh anggota komunitas dengan menerima edukasi yang diberikan.
Saat ini, edukasi tertib lalu lintas masih difokuskan untuk anggota komunitas. Namun, mengingat pentingnya edukasi tersebut, tidak menutup kemungkinan bahwa YNCI juga akan melakukan edukasi tertib lalu lintas kepada masyarakat. Dengan adanya edukasi tersebut, YNCI berharap setiap individu memiliki kesadaran tertib berlalu lintas. Demi menjaga keselamatan diri sendiri maupun orang lain, tertib lalu lintas wajib diterapkan baik di lingkup personal maupun kelompok. Sebagai komunitas motor, YNCI juga menyadari bahwa mereka harus memberikan contoh yang baik tentang cara menjaga keamanan dan ketertiban berlalu lintas kepada masyarakat.
DIMENSI 21 SEMARANGAN
Ragam Pengendara Saat
Berkendara di Semarang
Semarang, Dimensi (14/02) – Setiap manusia memiliki karakter dan sifatnya masing-masing, tak terkecuali para pengendara. Banyak pengendara yang lebih mementingkan kepraktisan dengan tidak mengikuti aturan yang ada. Namun, tak sedikit pengendara yang selalu taat terhadap aturan lalu lintas yang berlaku. Ragam pengendara bisa dilihat dari caranya mengemudikan kendaraan bermotor, ketaatan terhadap rambu lalu lintas dan aturan, hingga adab saat berkendara. Simak galeri foto berikut:
DIMENSI 22 GALERI FOTO
Oleh: Tim Foto | Desainer: Agustina Aulia Putri
Para pengendara yang berhenti di belakang garis marka.
Seorang pengendara yang menggunakan atribut berkendara secara lengkap.
Dok. Rahman
Dok. Rahman
DIMENSI 23 GALERI FOTO
Anak sekolah yang menyeberang jalan menggunakan zebra cross.
Pengendara sepeda motor yang menggunakan ponsel saat berkendara.
Dok. Raka
Dok. Rahman
Seorang Polisi sedang mengatur lalu lintas.
DIMENSI 24 GALERI FOTO
Pengendara sepeda motor yang berboncengan lebih dari dua orang.
Dok. Rahman
Dok. Naufal
TRAVELOUGE
Pantai Ngobaran:
Wujud Nyata Keindahan Alam Beserta Indahnya Toleransi
Oleh: Naufal Aftabuddin, Lucyana Rizq | Desainer: Agustina Aulia Putri
Yogyakarta merupakan kota wisata yang keindahan alamnya selalu sukses memikat hati para wisatawan. Yogyakarta juga kaya akan sejarah dan kebudayaannya, salah satu tempat wisata bersejarah di Yogyakarta adalah Pantai Ngobaran. Pantai Ngobaran memiliki sejarah yang sangat menarik dan pemandangan yang sangat indah. Oleh karena itu, kami dari tim Kru Magang LPM Dimensi memutuskan untuk mengulik sejarah sekaligus menikmati keindahan alam yang ada di pantai tersebut pada Jumat (20/01) lalu.
Perjalanan kami mulai dari Banyumanik, Semarang pada pukul 05.30 WIB dengan mengendarai sepeda motor. Selama perjalanan, kami disambut oleh barisan perbukitan dengan jalanan yang berkelok serta panorama pedesaan yang masih asri. Meskipun jalannya cukup sempit dan medan yang menanjak, tak menyurutkan semangat kami untuk menuju Pantai Ngobaran. Hingga tak terasa kami sudah sampai di Gunung Kidul pada pukul 10.00 WIB. Kemudian kami bergegas menuju Pantai Ngobaran yang
terletak di Dusun Gebang, Kanigoro Kapanewon, Saptosari, Gunung Kidul, Yogyakarta. Kami tiba di sana pada pukul 11.00 WIB dan langsung membeli tiket masuk dengan harga Rp5000,00 saja.
Ketika pertama kali menginjakkan kaki di sana, kami terpukau melihat pemandangan laut yang sangat indah. Pantai ini juga didominasi oleh tebing-tebing karang yang besar. Hamparan pasir putih turut menambah keindahan pantai. Selain moleknya keindahan alam, pantai ngobaran juga memiliki keberagaman yang unik, yaitu terdapat berbagai macam tempat peribadatan seperti pura, masjid, dan candi untuk aliran kejawen serta prasasti. Di sekitar pantai juga tersedia banyak pilihan warung makan yang menyediakan berbagai macam kuliner khas Pantai Ngobaran, seperti landak laut goreng, aneka olahan seafood, dan es kelapa muda yang menyegarkan. Selain kuliner, Pantai Ngobaran juga menyediakan berbagai macam fasilitas untuk pengunjung seperti lahan parkir, toilet, dan juga beragam tempat ibadah.
DIMENSI 26 PLESIR
Adapun nama Pantai Ngobaran diambil dari sejarah Kerajaan Majapahit yang pada saat itu mulai mengalami keruntuhan bersamaan dengan menyebarnya agama Islam di Indonesia. Suratso Kadar, selaku juru kunci, menceritakan bahwa awal mulanya Raja Brawijaya V didesak oleh putranya, Raden Patah, untuk memeluk agama Islam. Namun, Prabu Brawijaya enggan dan memutuskan untuk melarikan diri dari kerajaan. “Prabu melarikan diri bersama kedua istrinya hingga sampai ke kawasan Pantai Ngobaran yang dahulu bernama Hutan Sawar,” jelasnya.
Di hutan inilah Prabu Brawijaya melakukan upacara moksa berupa membakar diri demi menghindari peperangan dengan putranya. Moksa adalah pencapaian atau pencerahan diri. Beliau dan kedua istrinya pun melompat ke dalam api yang berkobar-kobar. Dari api yang berkobar inilah yang menjadi asal kata Ngobaran.
Pantai Ngobaran menjadi satu-satunya pantai di Yogyakarta yang memiliki Pura Segara. Pura ini didirikan pada tahun 2005 dengan nama Pura Segara Wukir sebagai penunjang tempat ibadah umat Hindu. Peribadatan yang masih dilakukan adalah sembahyang untuk purnama dan tilem yang dilakukan dua kali setiap bulannya pada saat bulan purnama dan bulan mati. Pura ini juga digunakan untuk berbagai perayaan umat Hindu.
Bergeser sedikit ke arah barat terdapat bangunan yang cukup unik. Bangunan tersebut adalah Masjid Aolia. Keunikan dari masjid ini adalah mihrabnya mengarah ke selatan menghadap laut lepas. Alasnya juga unik karena hanya beralaskan pasir pantai saja. Kemudian di dekat masjid juga
terdapat candi yang merupakan tempat ibadah untuk aliran kepercayaan kejawen. Peribadatan biasanya dilaksanakan setiap malam Jumat dan malam Selasa. Terdapat bangunan joglo di utara candi yang biasa digunakan penganut aliran kejawen untuk melakukan sembahyang.
Keberagaman selanjutnya adalah prasasti kejawen yang didirikan oleh keturunan Brawijaya V sebagai pertanda dan pengingat bahwa leluhur Kerajaan Majapahit pernah melakukan moksa di pantai ini. Di sekitar prasasti terdapat beberapa patung kesatria dan pandawa yang melambangkan nilai-nilai Hasta Brata. Nilainilai tersebut meliputi yang pertama kejujuran, kerelaan, dan keikhlasan; yang kedua moral dan etika; yang ketiga adalah cinta; nilai keempat adalah kesetiaan; dan nilai kelima adalah ketaatan. Pada pintu masuk prasasti terdapat dua patung naga yang memiliki filosofi sebagai sang penjaga. Dengan adanya beragam tempat ibadah di pantai ini, menandakan bahwa Indonesia merupakan negara dengan keharmonisan dan toleransi yang baik.
Namun, sangat disayangkan tempat sampah yang disediakan masih terbilang sedikit. Jadi, jika berkunjung ke sana sebaiknya Sahabat Dims berjaga-jaga membawa trash bag. Terlepas dari itu, Pantai Ngobaran tetap cocok untuk dikunjungi. Selain sebagai tempat wisata yang memanjakan mata, Pantai Ngobaran juga menjadi tempat wisata yang edukatif. Bagi Sahabat Dims yang mencari tempat wisata edukatif dengan nuansa yang berbeda, Pantai Ngobaran bisa menjadi salah satu pilihan destinasi yang patut dikunjungi.
DIMENSI 27 PLESIR
INCOGNITO
Teman Seperjuangan
Aku Daisha, seorang mahasiswi baru Jurusan Kedokteran Universitas Cakrabuana. Ini adalah sebagian cerita mengenai bagaimana aku bisa menemukan sahabat yang sangat berperan penting dalam dunia perkuliahanku.
Pagi ini, semua siswa diminta menentukan jalan setelah lulus SMA. Kuliah atau bekerja, dua pilihan yang belum bisa aku putuskan. Akhirnya, aku menanyakan hal ini pada keluargaku. Seperti dugaan awal, lagi-lagi jalan hidupku ditentukan oleh orang tuaku. Tak bisa mengelak, aku mengikuti semua keputusan mereka.
Drrt...drrt... (suara dering gawai).
Gawaiku menerima notifikasi dari salah satu kampus.
“Ahh, kenapa aku lolos di kampus ini sih?!” keluhku setelah membaca notifikasi itu.
Bukannya kurang bersyukur, hanya saja berat rasanya menerima takdirku kali ini. Tetapi, seiring dengan berjalannya waktu, aku mencoba berdamai dengan diriku dan mulai menerima apa yang menjadi jalanku.
Satu bulan telah berlalu. Aku masih belum merasa nyaman dengan keadaan ini. Dengan kesendirianku, alih-alih ingin mandiri, aku malah sering merasa kesepian. Sampai akhirnya, kesendirian ini berpengaruh pada nilai kuliahku. Sering kali aku merasa down, sebab belum mampu sepenuhnya menguasai materi. Tak ingin terjebak dalam situasi ini, aku mengambil kesibukan dengan mengikuti organisasi.
Setelah mengikuti organisasi, aku banyak menghabiskan waktu di luar. Hingga akhirnya, aku bertemu dua anak kembar yang peduli terhadapku. Mereka bernama Laskara dan Sangkara, yang juga mahasiswa baru di Jurusan Kedokteran, tetapi berbeda kelas denganku.
DIMENSI 29 CERPEN
Oleh: Siti Shabrina | Ilustrator: Herlin Wijayanti | Desainer: Agustina Aulia Putri
Sore itu setelah rapat himpunan tiba-tiba ada yang memanggilku dengan sedikit berteriak.
“Daisha,” panggil Laskara dan Sangkara dengan sedikit berlari kecil menghampiriku.
“Iya? Ada apa?” tanyaku sambil memasang wajah heran.
“Kamu kenapa sih dari tadi melamun terus? Ada masalah ya?” tanya Laskara.
“Oh, itu. Aku lagi sedih aja. Ujian mata kuliah neurosainsku dapat nilai C,” ungkapku dengan sedikit rasa sedih.
“Kok bisa?” tanya mereka bersamaan.
“Aku masih kesulitan memahami materi itu,” jawabku.
“Kita belajar bareng aja yuk. Kebetulan aku dan Laskara dapat nilai A kemarin,” ajak Sangkara.
“Oke boleh. Nanti aku shareloc aja ya lokasi kosku biar bisa berangkat bareng.”
“Oke. See you Daisha.”
Sore itu mereka menjemputku di depan kos dengan mobil warna putihnya.
Kringgg… (suara telepon masuk).
“Daisha aku sudah di depan,” suara Laskara dari balik teleponnya.
“Iya, aku keluar dulu,” jawabku.
Di dalam mobil, kami membahas banyak hal. Mulai dari kegiatan himpunan, mata kuliah, hingga dosen yang cukup menyebalkan. Aku sangat senang berteman dengan mereka, karena mereka ramah dan menyenangkan. Setelah 30 menit perjalanan, kami sampai di perpustakaan kota yang terkenal dengan kelengkapan bukubuku yang dimilikinya.
“Yuk, turun!” ajak Sangkara.
“Kalian masuk duluan saja, aku parkir mobil dulu ya,” tutur Laskara.
Aku melangkah masuk ke dalam perpustakaan itu. Sembari menunggu Laskara yang sedang
memarkirkan mobil, aku dan Sangkara menunggu di lobi perpustakaan sambil mengisi buku tamu yang telah disediakan oleh penjaga perpustakaan.
“Yuk, kita ke rak nomor tiga! Buku-buku kedokteran ada disana,” ajak Sangkara.
Aku bergegas mengikuti mereka ke rak nomor tiga. Benar apa yang orang-orang katakan, buku-buku di sini sangatlah lengkap. Ada segala jenis buku, mulai dari buku kedokteran, ensiklopedia, novel, bahkan alat peraga ilmu sains ada disini. Setelah lima menit mencari, akhirnya aku menemukan buku yang berjudul “Neurosains” di rak itu.
“Aku sudah menemukan bukunya nih. Yuk kita belajar,” ujarku.
Laskara dan Sangkara sangat detail dalam mengajariku. Kami juga membahas soal ujian kemarin yang belum aku pahami, hingga aku merasa bahwa saat ini aku cukup menguasai materi Neurosains. Tak terasa, dua jam telah berlalu. Kami pun memutuskan untuk pulang karena hari sudah sangat sore.
“Terima kasih ya sudah mengajakku belajar bersama,” kataku sebelum turun dari mobil.
“Sama-sama Daisha. Lain kali kalau kamu ada kesulitan jangan enggan untuk cerita ya, pasti aku dan Laskara akan bantu kok,” tutur Sangkara sambil tersenyum.
“Lain kali kita belajar bersama lagi ya,” sambung Laskara.
Aku mengangguk dan turun dari mobil.
“Sekali lagi terima kasih. Hati-hati ya,” kataku sambil melambaikan tangan kepada mereka.
“Dah, Daisha!” ucap mereka.
Tak kusangka, setelah belajar dengan mereka nilai-nilaiku membaik. Aku mendapatkan nilai akhir A di mata kuliah Neurosains. Dosenku pun mengatakan bahwa perkembangan nilaiku sangat memuaskan. Mereka juga banyak sekali membantu menyelesaikan tugas kuliahku. Proses belajarku yang sempat menjadikan nilaiku rendah, sekarang sudah lebih baik semenjak bertemu mereka yang menjadi sahabat terbaikku selama di kampus.
DIMENSI 30 CERPEN
THE MIDNIGHTLIBRARY
Keputusan Kecil yang Berdampak Besar
Oleh: Krismahayana Sugesti | Desainer: Agustina Aulia Putri
Judul : The Midnight Library
Penulis : Matt Haig
Penerjemah : Dharmawati
Penyunting : Dian Anggraeni
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal buku : 367 halaman
ISBN : 9786020649320
Tahun Terbit : 2020
DIMENSI 31 RESENSI BUKU
Sumber gambar: www.gramedia.com
The Midnight Library atau Perpustakaan Tengah
Malam merupakan salah satu karya dari seorang penulis novel, Matt Haig. Penulis membuka kisah pada buku ini dengan latar yang menarik dan gaya bahasa yang elegan sehingga memancing rasa penasaran pembaca untuk membuka halamanhalaman berikutnya pada buku ini.
Matt Haig menggambarkan tokoh utama yang bernama Nora Seed sebagai seorang wanita yang multitalenta dan ahli dalam berbagai bidang. Hanya saja ia memutuskan untuk berhenti dari segala hal yang dapat membuatnya sukses. Nora Seed atau yang kerap disapa Nora merupakan wanita berusia 35 tahun yang baru saja dipecat dari pekerjaannya sebagai karyawati di Toko String Theory. Dalam segala kekalutannya, ia berandai-andai apa yang akan terjadi pada dirinya jika ia tidak berhenti menjadi seorang perenang, musisi, filsuf, pasangan, dan pelancong. Sebenarnya ia hanya ingin merasakan bahagia dan dicintai. Nora hanya memiliki seekor kucing sebagai peliharaan sekaligus teman di apartemennya. Pil antidepresan yang tengah ia minum pun dirasa kurang mempan untuk mengatasi masalahnya tersebut.
Pada suatu malam seorang pria bernama Ash mengetuk pintu rumahnya dan memberi kabar bahwa kucing Nora meninggal di jalanan. Pada saat itu juga Nora menghampiri tempat yang diberitahukan Ash. Dirinya sangat sedih melihat kucingnya mati, namun dalam gejolak jiwa Nora ada sepercik perasaan. Sewaktu melihat ekspresi diam dan tenang sang kucing, suatu perasaan yang tidak bisa dihindarinya mulai mendidih dalam kegelapan. Ia iri karena ingin merasakan ketenangan seperti yang dirasakan oleh kucingnya itu.
Beberapa jam sebelum Nora memutuskan untuk bunuh diri, ia menghubungi sahabat dan kakaknya untuk sekadar mengobrol. Hanya saja yang Nora dapati malah perasaan kesepian karena ia merasa benar-benar sendirian. Nora merasa gagal menjadi adik yang baik, juga menyesal karena tidak bisa menjadi sahabat yang baik. Di sisi lain, Nora menyesal karena pada saat itu ia berhenti berenang, padahal ayahnya sangat mendukung apabila putrinya tersebut menjadi seorang perenang hingga tahap olimpiade. Ia juga menyesal telah meninggalkan calon suaminya dua hari sebelum acara pernikahan karena ia belum siap untuk menikah. Selain itu, masih banyak lagi penyesalan yang berkecamuk dalam pikirannya.
Dua jam sebelum ia memutuskan untuk mati, ia membuka sebotol anggur. Setelah meminum anggur, kesadaran menghantamnya dengan kejernihan total. Tepat tengah malam Nora terbangun dan mengira bahwa dirinya sudah mati, tetapi ternyata ia berada dalam suatu perpustakaan. Di perpustakaan tersebut terdapat berjuta buku dalam lorong rak yang tak berujung. Buku tersebut berisi kisah hidup Nora yang seandainya ia memilih beberapa keputusan berbeda dalam hidupnya.
Nora merasa banyak kekecewaan dalam memilih kehidupan yang ia jalani. Ia telah mencoba berbagai macam versi dari dirinya saat mengambil keputusan yang berbeda, tetapi yang muncul adalah rasa kehilangan jati diri. Pada saat itulah Mrs. Elm selaku pustakawati berpesan, “Kau bisa menentukan pilihan-pilihan, tapi tidak dengan hasil akhirnya”. Hal itulah yang selalu Nora ingat. Dalam salah satu buku yang Nora ambil, akhirnya ia menemukan buku yang sesuai, ia merasa hidup dengan sempurna pada versi itu. Tata cara semesta bergerak di luar kendali Nora. Ia tetap kembali ke perpustakaan tersebut, di sana ia menjumpai dan merasakan keadaan perpustakaan yang perlahan-lahan menjadi hancur, buku-buku mulai terbakar, dan di sanalah ia seharusnya kembali. Perpustakaan hancur bukan karena Nora menuju kematian, namun Nora telah menemukan suatu keputusan dan ia ingin tetap hidup.
Buku ini ditulis dengan cukup unik yang membuat pembaca merasa benar-benar terjun dan melakukan banyak hal bersama Nora. Hanya saja buku ini diperuntukkan bagi pembaca berusia 17 tahun ke atas karena terdapat beberapa bagian yang memerlukan kematangan emosi agar makna dan pesan penulis dapat tersampaikan dengan baik. Tak hanya itu, dalam penulisan cerita terdapat beberapa bagian yang dijelaskan secara bertele-tele dan ada juga bagian yang sering diulang. Namun, The Midnight Library juga mengandung unsur-unsur filsafat tentang kehidupan yang bisa diambil dari filsuf ternama, Henry David Thoreau. Penulis memberi nilai 9/10 untuk buku ini karena mengandung perenungan yang mendalam dan memberikan pelajaran hidup bagi pembaca. Buku ini juga mengajarkan agar tidak hanya berfokus pada hal-hal besar saja. Dalam hidup, terkadang keputusan-keputusan kecillah yang dapat memeluk diri dalam ketenangan.
DIMENSI 32 RESENSI BUKU
LET’S REMEMBER THE TRAFFIC SIGNS!
DIMENSI 33 TEKA-TEKI
TEKA TEKI
Oleh: Yumna Salsabila Rosyada | Ilustrator: Herlin Wijayanti | Desainer: Agustina Aulia Putri
c c c
NGEDIMS
Oleh: Ichsan Tegar Pradipta | Desainer: Agustina Aulia Putri
cSanksi bagi mahasiswa yang terkena kompensasi adalah bersih-bersih di area kampus.
Lumayan dong petugas kebersihan kampus dapat pembantu bersih-bersih sehari.
Tahun ini, Modul Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (PPKS) diperuntukan untuk mahasiswa tingkat 1.
Lah, tingkat 2, 3, dan 4 memang tidak perlu Modul PPKS ya?
Salah satu oknum petugas parkiran meminta imbalan kepada mahasiswa yang barangnya tertinggal.
Itu sebagai bentuk terima kasih atau pungutan liar (pungli)?
Tahun ini minat mahasiswa baru (maba) dalam mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) mengalami penurunan.
Minat mahasiswa yang turun atau strategi UKM yang kurang dalam mempromosikan?
Masih ada mahasiswa yang mengaku kesulitan mendapatkan kepastian konversi Satuan Kredit Semester (SKS) dalam program Kampus Merdeka.
Katanya Kampus Merdeka kok belum merdeka?
c c c c c
c
DIMENSI 34 NGEDIMS
KANG PROV
“Pentingnya Mengikuti Aturan”
Ilustrator: Sabriana Oktafiantari | Desainer: Agustina Aulia Putri
DIMENSI 35 KANG PROV
-Dimensi
“Melawan segala rintangan, Anda akan berhasil melewati perjalanan pergi dan pulang. Berkendaralah dengan aman.”