2 minute read

Pantai Ngobaran:

Next Article
YNCI Semarang:

YNCI Semarang:

Wujud Nyata Keindahan Alam Beserta Indahnya Toleransi

Oleh: Naufal Aftabuddin, Lucyana Rizq | Desainer: Agustina Aulia Putri

Advertisement

Yogyakarta merupakan kota wisata yang keindahan alamnya selalu sukses memikat hati para wisatawan. Yogyakarta juga kaya akan sejarah dan kebudayaannya, salah satu tempat wisata bersejarah di Yogyakarta adalah Pantai Ngobaran. Pantai Ngobaran memiliki sejarah yang sangat menarik dan pemandangan yang sangat indah. Oleh karena itu, kami dari tim Kru Magang LPM Dimensi memutuskan untuk mengulik sejarah sekaligus menikmati keindahan alam yang ada di pantai tersebut pada Jumat (20/01) lalu.

Perjalanan kami mulai dari Banyumanik, Semarang pada pukul 05.30 WIB dengan mengendarai sepeda motor. Selama perjalanan, kami disambut oleh barisan perbukitan dengan jalanan yang berkelok serta panorama pedesaan yang masih asri. Meskipun jalannya cukup sempit dan medan yang menanjak, tak menyurutkan semangat kami untuk menuju Pantai Ngobaran. Hingga tak terasa kami sudah sampai di Gunung Kidul pada pukul 10.00 WIB. Kemudian kami bergegas menuju Pantai Ngobaran yang terletak di Dusun Gebang, Kanigoro Kapanewon, Saptosari, Gunung Kidul, Yogyakarta. Kami tiba di sana pada pukul 11.00 WIB dan langsung membeli tiket masuk dengan harga Rp5000,00 saja.

Ketika pertama kali menginjakkan kaki di sana, kami terpukau melihat pemandangan laut yang sangat indah. Pantai ini juga didominasi oleh tebing-tebing karang yang besar. Hamparan pasir putih turut menambah keindahan pantai. Selain moleknya keindahan alam, pantai ngobaran juga memiliki keberagaman yang unik, yaitu terdapat berbagai macam tempat peribadatan seperti pura, masjid, dan candi untuk aliran kejawen serta prasasti. Di sekitar pantai juga tersedia banyak pilihan warung makan yang menyediakan berbagai macam kuliner khas Pantai Ngobaran, seperti landak laut goreng, aneka olahan seafood, dan es kelapa muda yang menyegarkan. Selain kuliner, Pantai Ngobaran juga menyediakan berbagai macam fasilitas untuk pengunjung seperti lahan parkir, toilet, dan juga beragam tempat ibadah.

Adapun nama Pantai Ngobaran diambil dari sejarah Kerajaan Majapahit yang pada saat itu mulai mengalami keruntuhan bersamaan dengan menyebarnya agama Islam di Indonesia. Suratso Kadar, selaku juru kunci, menceritakan bahwa awal mulanya Raja Brawijaya V didesak oleh putranya, Raden Patah, untuk memeluk agama Islam. Namun, Prabu Brawijaya enggan dan memutuskan untuk melarikan diri dari kerajaan. “Prabu melarikan diri bersama kedua istrinya hingga sampai ke kawasan Pantai Ngobaran yang dahulu bernama Hutan Sawar,” jelasnya.

Di hutan inilah Prabu Brawijaya melakukan upacara moksa berupa membakar diri demi menghindari peperangan dengan putranya. Moksa adalah pencapaian atau pencerahan diri. Beliau dan kedua istrinya pun melompat ke dalam api yang berkobar-kobar. Dari api yang berkobar inilah yang menjadi asal kata Ngobaran.

Pantai Ngobaran menjadi satu-satunya pantai di Yogyakarta yang memiliki Pura Segara. Pura ini didirikan pada tahun 2005 dengan nama Pura Segara Wukir sebagai penunjang tempat ibadah umat Hindu. Peribadatan yang masih dilakukan adalah sembahyang untuk purnama dan tilem yang dilakukan dua kali setiap bulannya pada saat bulan purnama dan bulan mati. Pura ini juga digunakan untuk berbagai perayaan umat Hindu.

Bergeser sedikit ke arah barat terdapat bangunan yang cukup unik. Bangunan tersebut adalah Masjid Aolia. Keunikan dari masjid ini adalah mihrabnya mengarah ke selatan menghadap laut lepas. Alasnya juga unik karena hanya beralaskan pasir pantai saja. Kemudian di dekat masjid juga terdapat candi yang merupakan tempat ibadah untuk aliran kepercayaan kejawen. Peribadatan biasanya dilaksanakan setiap malam Jumat dan malam Selasa. Terdapat bangunan joglo di utara candi yang biasa digunakan penganut aliran kejawen untuk melakukan sembahyang.

Keberagaman selanjutnya adalah prasasti kejawen yang didirikan oleh keturunan Brawijaya V sebagai pertanda dan pengingat bahwa leluhur Kerajaan Majapahit pernah melakukan moksa di pantai ini. Di sekitar prasasti terdapat beberapa patung kesatria dan pandawa yang melambangkan nilai-nilai Hasta Brata. Nilainilai tersebut meliputi yang pertama kejujuran, kerelaan, dan keikhlasan; yang kedua moral dan etika; yang ketiga adalah cinta; nilai keempat adalah kesetiaan; dan nilai kelima adalah ketaatan. Pada pintu masuk prasasti terdapat dua patung naga yang memiliki filosofi sebagai sang penjaga. Dengan adanya beragam tempat ibadah di pantai ini, menandakan bahwa Indonesia merupakan negara dengan keharmonisan dan toleransi yang baik.

Namun, sangat disayangkan tempat sampah yang disediakan masih terbilang sedikit. Jadi, jika berkunjung ke sana sebaiknya Sahabat Dims berjaga-jaga membawa trash bag. Terlepas dari itu, Pantai Ngobaran tetap cocok untuk dikunjungi. Selain sebagai tempat wisata yang memanjakan mata, Pantai Ngobaran juga menjadi tempat wisata yang edukatif. Bagi Sahabat Dims yang mencari tempat wisata edukatif dengan nuansa yang berbeda, Pantai Ngobaran bisa menjadi salah satu pilihan destinasi yang patut dikunjungi.

This article is from: