5 minute read

LAPORAN UTAMA

Next Article
c c c NGEDIMS

c c c NGEDIMS

yang ideal bagi seorang pengendara adalah sikap yang menyadari betapa riskannya keadaan di jalan apabila suatu peraturan dalam berlalu lintas tidak dilaksanakan dengan baik dan optimal sesuai dengan ketentuan yang telah berlaku. Namun demikian, adanya peraturan yang harus ditaati dan dipahami tidak menjamin semua masyarakat bertindak sesuai dengan ketentuan. Beberapa dari masyarakat masih menganggap sebelah mata aturan-aturan lalu lintas yang digolongkan sebagai pelanggaran ringan.

Advertisement

Dikutip dari laman jateng.antaranews.com bahwa Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Tengah - ran lalu lintas yang terjadi di sepanjang tahun 2022. Jumlah tersebut mengalami kenaikan yang signifikan sekitar 71% dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang hanya mencapai 374 ribu pelanggaran.

Adji Setiawan selaku Kepala Unit (Kanit) Kecelakaan Langsung (Laka) Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Kota Semarang menjelaskan bahwa selain pelanggaran berat, pelanggaran-pelanggaran ringan tidak dapat dijadikan suatu alasan penilangan. “Contohnya helm dan kelengkapan surat dapat dijadikan ala san penilangan karena dalam aturan lalu lintas termasuk pelanggaran berat,” jelas Adji. Di samping itu, Lala Anggreani selaku pengendara kendaraan roda dua mengatakan bahwa kesadaran berkendara juga meliputi rutinnya melakukan pengecekan apabila hendak berkendara.

“Pengecekan ini meliputi kondisi kendaraan dan pengendara karena hal tersebut merupakan faktor penentu keselamatan selama berkendara,” ujarnya.

Penerapan Kesadaran Berkendara oleh Masyarakat

Diberlakukannya kebijakan dalam berkendara tentunya menuntut penerapan kesadaran berkendara masyarakat di lalu lintas. Untuk mengawasi pemahaman masyarakat akan kesadaran berkendara dan penerapannya, Satlantas Kota Semarang dan Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Semarang secara rutin melakukan razia dan operasi gabungan.

“Penentuan sasaran operasi/razia pada umumnya sudah melalui hasil analisa dan evaluasi yang dibarengi dengan surat penugasan,” tutur Adji. Sejalan dengan hal tersebut, Ady Dwi selaku Staf Bidang Angkutan Jalan Dishub Kabupaten Semarang, menjelaskan akan pentingnya pelaksanaan operasi gabungan ini. “Operasi gabungan sangat penting dilakukan untuk mengetahui penerapan yang terjadi di masyarakat dan pemberian efek jera bagi para pelanggar lalu lintas,” ujarnya.

Selama melaksanakan operasi, Adji Setiawan masih sering menemukan beberapa pengendara yang tidak mengindahkan aturan berkendara. “Misalnya pengendara kendaraan roda dua yang berkendara tanpa mementingkan keamanan dengan tidak menggunakan helm,” ujarnya. Sebenarnya masyarakat telah memahami dengan baik aturan yang perlu ditaati dalam berkendara. Namun, kelalaian tersebut didukung oleh faktor kepraktisan yang menjadi benih-benih dari tindakan yang melanggar aturan berkendara.

Penilangan yang kerap dilakukan oleh aparat yang bertugas turut menimbulkan beragam reaksi. Menyikapi penilangan tersebut, beberapa pengendara yang melanggar aturan berkendara justru tidak menerima teguran sanksi dengan tangan terbuka. Mereka memberikan sikap defensif atas teguran yang sudah sepantasnya di- tujukan. “Sikap yang paling sering terjadi adalah secara verbal berupa kata-kata makian, ejekan, atau justru menyalahkan nama institusi karena tidak terima ditilang,” ungkap Adji. Sikap-sikap defensif itulah yang perlu dihindari karena penilangan dilakukan untuk memberi efek jera bagi para pelanggar aturan berkendara agar dapat mengintrospeksi diri dan tidak mengulangi kesalahan di masa depan.

Meskipun masih ada beberapa pengendara yang tidak taat aturan dalam berlalu lintas, terdapat pula sebagian masyarakat lainnya yang menaati aturan-aturan tersebut. Lala Anggreani salah satunya, ia berdomisili di Kota Semarang dan menjadi pekerja yang sering melakukan perjalanan lintas kota. “Selalu menaati rambu lalu lintas dan marka jalan merupakan salah satu poin untuk menjaga keselamatan diri sendiri dan orang lain,” jawabnya ketika ditanya akan pentingnya kesadaran berkendara. Ady Dwi turut menambahkan akan kesadaran berkendara yang dapat dilestarikan. “Berbudaya tertib berlalu lintas itu sama dengan berbudaya terhadap keselamatan diri dan orang lain,” tambahnya.

Harapan di Masa Depan akan Pentingnya Kesadaran Berkendara

Mobilisasi yang terus menerus meningkat menjadi tanda bahwasanya kesadaran berkendara merupakan hal mutlak yang perlu dipahami dan diterapkan. Untuk mencapai tujuan bersama tersebut, aparat Satlantas maupun petugas Dishub wajib memberikan imbauan disertai dengan harapan di masa mendatang. “Harapannya, semoga kita semakin aware terhadap aturan lalu lintas demi menjaga keamanan dan ketertiban saat berkendara,” jelas Adji Setiawan.

Ady Dwi turut mengungkapkan harapannya akan ketertiban masyarakat dalam berlalu lintas. “Saya berharap lalu lintas menjadi tertib dan Laka Lantas dapat berkurang,” ujarnya. Sejalan dengan tujuan aparat Satlantas dan petugas Dishub, Lala Anggreani menanggapi bahwasanya edukasi perlu terus dilakukan untuk masyarakat agar taat terhadap tata tertib lalu lintas. “Edukasi dapat melalui media sosial (medsos) ataupun outlet-outlet perpanjangan Surat Ijin Mengemudi (SIM),” pungkasnya.

Oleh: M. Nazil Zam Zami dan Salwa Fitriyatunnisa I Desainer: Abdul Rozak

Sebagai pengendara yang baik, mentaati rambu-rambu lalu lintas adalah sebuah kewajiban bagi seluruh pengguna jalan. Rambu lalu lintas diatur menurut Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 13 tahun 2014. Secara umum, ada 4 jenis rambu lalu lintas, yaitu Rambu Peringatan, Rambu Larangan, Rambu Perintah, dan Rambu Petunjuk. Rambu-rambu lalu lintas dipasang sebagai upaya mengatur jalannya lalu lintas agar tertib dan teratur juga mencegah terjadinya kecelakaan lalu lintas (laka lantas) bagi pengguna jalan, baik pejalan kaki maupun pengendara kendaraan bermotor. Namun, rambu-rambu lalu lintas ini masih sering tak dihiraukan oleh pengguna jalan, sehingga memicu kecelakaan lalu lintas.

Oleh karena itu, penting bagi setiap pengendara untuk memahami arti dari setiap rambu dan juga mematuhinya. Kru Magang LPM Dimensi telah melakukan riset kualitatif melalui survei dengan total 267 responden yang terdiri dari 127 responden berdomisili di Kota Semarang, 103 responden berdomisili di luar Kota Semarang tetapi masih di Jawa Tengah dan sebanyak 37 responden berdomisili di luar Jawa Tengah.

4. Menurut Anda, seberapa penting bagi pengendara untuk mengetahui rambu-rambu lalu lintas?

Dari total 267 responden, mayoritas sebanyak 208 orang berpendapat bahwa mengetahui ramburambu lalu lintas merupakan hal yang sangat penting dengan skala 5 dari 5.

5. Menurut Anda, apakah rambu lalu lintas yang ada di daerah Anda sesuai dengan keadaan dan kebutuhan?

6. Berikan alasan Anda atas jawaban pertanyaan di atas?

Berdasarkan hasil analisis, mayoritas responden berpendapat bahwa rambu lalu lintas di daerah responden sudah cukup sesuai, namun masih ada daerah di tepi kota yang minim rambu-rambu lalu lintas.

7. Apabila sedang berkendara, seberapa sering Anda memerhatikan rambu-rambu lalu lintas yang ada di jalan?

8. Pernahkah Anda mengabaikan rambu-rambu lalu lintas?

9. Jika pernah, faktor apa yang membuat Anda mengabaikan rambu-rambu lalu lintas?

Faktor yang paling berpengaruh bagi responden sehingga menyebabkan mengabaikan ramburambu lalu lintas adalah terburu-buru. Selain itu, faktor lain yang mempengaruhi diurutkan dari yang paling berpengaruh adalah rambu yang kurang jelas, tidak mengetahui arti dari rambu yang ada, dan tidak ada petugas yang berjaga.

10. Jika tidak, faktor apakah yang membuat Anda selalu menaati rambu-rambu lalu lintas?

Faktor motivasi dari dalam diri menjadi faktor yang paling berpengaruh bagi responden sehingga menaati rambu-rambu lalu lintas. Faktor lainnya adalah responden takut terhadap sanksi yang berlaku.

11. Darimana Anda mengetahui arti dari setiap rambu-rambu lalu lintas yang ada?

Sebanyak 153 responden mengatakan bahwa mereka mengetahui arti rambu lalu lintas dari pelajaran di sekolah, 97 mengetahuinya dari ajaran orang tua, dan sebanyak 142 dari lingkungan masyarakat yang terjadi di sekitarnya. Jawaban lain yang didapatkan adalah belajar otodidak, mengira-ngira, dan belajar saat akan membuat SIM.

12. Menurut Anda, perlukan pelajaran mengenai rambu-rambu lalu lintas bagi anak usia dini?

Berikan alasannya!

Berdasarkan analisis, responden beranggapan bahwa pelajaran rambu-rambu lalu lintas bagi anak usia dini itu perlu. Hal tersebut dikarenakan untuk mempersiapkan calon pengendara yang sah (sudah memiliki SIM) agar dapat mematuhi rambu lalu lintas yang ada.

13. Blind spot atau titik buta adalah area sekeliling kendaraan yang terhalang atau gagal dilihat pengemudi. Semakin besar dan tinggi kendaraan, maka semakin besar pula area blind spotnya Namun, dalam kondisi mendesak terkadang banyak pengemudi yang tidak menghiraukan area blind spot dan hanya berpegang pada kalimat “yang penting masih selamat”

Setujukan Anda dengan pernyataan di atas? Berikan alasannya!

Studi kasus di atas mendapat jawaban bahwa lebih dari setengah total responden tidak setuju dengan pernyataan “yang penting masih selamat”. Terdapat berbagai alasan diantaranya karena hal itu dapat membahayakan pengendara motor, pengendara kendaraan bermotor tetap harus menaati rambu yang dipasang, serta untuk mengurangi risiko kecelakaan. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden peduli terhadap bahaya menghiraukan area blind spot.

Kesimpulan

Berdasarkan analisis hasil riset yang telah dilakukan oleh Tim Riset Kru Magang LPM Dimensi, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan responden mengenai arti rambu-rambu lalu lintas dapat dikatakan cukup. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya responden yang mengetahui sebagian arti ramburambu lalu lintas. Mayoritas responden mengetahui pentingnya mentaati rambu-rambu lalu lintas dan berpendapat bahwa pengenalan rambu-rambu lalu lintas harus diajarkan sejak dini untuk mengurangi risiko kecelakaan.

This article is from: