Majalah DIMENSI Edisi 56

Page 1

EDISI LIMA PULUH ENAM

DIMENSI MAJALAH KAMPUS POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

REVITALISASI MORAL BANGSA


Biarkan Perbedaan Warna Menjadi Potensi Besar Berkembangnya Pola Pikir



LEMBAGA PERS MAHASISWA

COVER

DIMENSI Pelindung Ir. Supriyadi, MT Penasehat Poniman, SE, M.Si Pembina Junaidi, ST, M.Eng Pemimpin Umum Akhdan Zufar Faiz Sekretaris Umum Winda Dwi A, Rima Hidayati Bendahara Umum R.A.Fajriani Amalia, Alifatul Amiroh Rumah Tangga Ahmad Kafi, Yurita Setiana Pemimpin Redaksi Gilang Dwiangga Putra (non aktif) Redaktur Majalah Nurindah Suminaring W Redaktur Buletin Nefia Ayu Prasasti Redaktur Pelaksana Nur Alifa, Wilda Nur LC Redaktur Artistik M Alwan F, Adinda Paramita Redaktur Foto Rizal Lutfiansyah Redaktur Cyber Echa Lutfiana Hardianti Reporter Yuli Hastuti, Mawar Anahidayah, Akidatul Ulfa, Richa Meiliyana, Nurul Wahidatur R Layouter Salma Ainuzzahroh, Nurianah, Nurul Khalim M Ilustrator Johny Danang S, Nunu Nur Afifah, Rosita Intan P Fotografer Farizza Hayyu K, Galih Pradana, Kurniani Panji R Cyber April Aratika, Maria Putri AL Pemimpin Litbang Annora Deshty Zaneta Kepala Divisi PSDM Afif Arinugroho Kepala Divisi Humas Sandy Mukti Wibowo Kepala Divisi Riset Dian Irawati Staf PSDM Husna Syafyya, Indri Safitri Staf Humas Annisa Reza N, Rifqi M. Yofatama Staf Riset Durrotun Nasikhah, Jamiah, Ramadhan Hafidz Pemimpin Perusahaan Yasinta Budie Pangestika Bendahara Perusahaan Anindita Della (non aktif) Kepala Divisi Non Produk Aryo Winugroho Kepala Divisi Periklanan Rinda Anggreni Kepala DIvisi Produksi & Distribusi Yulia Staf Nun Produk & Periklanan Erni Astuti, Zulfikar Bayu H Staf Produksi & Distribusi Muhammad Iffan Fuad, Rifkandi Jauza

Design: Johny Danang Sudarmanto

Digital Retouch:

M Alwan F

SALURKAN IDEMU ! Redaksi menerima tulisan, karikatur, ilustrasi, atau foto. Hasil karya merupakan karya asli, bukan terjemahan/ saduran atau hasil kopi. Redaksi berhak memilah karya yang masuk dan menyunting tulisan yang akan dimuat tanpa mengubah esensi. Karya dapat langsung dikirim melalui surat elektronik di lpmdimensi_redaksi@ymail.com atau dikirim ke alamat kantor redaksi di: Gedung Barat PKM Baru Lantai II No. 4-5 Kampus Politeknik Negeri Semarang Jl.Prof.Soedharto Tembalang, Kotak Pos 6199 Semarang 50061 Selamat Berkarya!


D A R I D A P U R

Jika anda tidak menyukai sesuatu, ubahlah. Jika anda tidak dapat me­ ngubahnya, ubahlah sikap anda. Sepenggal kalimat tersebut meru­ pakan kalimat yang diungkapkan oleh Maya Angelou seorang penulis berdarah afrika-amerika yang pernah membacakan puisi berjudul “On the pulse of Morning” di depan presiden Amerika, Bill Clinton. Dari kalimat yang Maya Angelou katakan kita dapat menarik kesimpulan bahwa jika kita mengingkinkan suatu perubahan, maka kita terlebih dahulu harus merubah sikap kita. Perubahan sejatinya merupakan kebutuhan dari setiap individu di muka bumi ini. Tanpa suatu perubahan seorang individu bisa di­ katakan tidak berkembang. Banyak permasalahan di lingkungan kita, di masyarakat kita bahkan di diri kita sendiri yang perlu untuk diselesaikan. Dalam menyelesaikan suatu permasalahan tentunya kita memerlukan sikap dan mental untuk memulai, memulai suatu peruba­ han agar kehidupan umat manusia dapat berkembang. Seperti yang sering diberitakan di koran – koran, radio hingga televesi masih banyak kekerasan seksual yang sering dialami oleh perempuan atau anak – anak Indonesia. sebagai lembaga pers yang juga bertujuan sebagai penyalur informasi dan kontrol sosial kami berupaya untuk menginformasikan terkait kejahatan seksual pada anak dan wanita yang akan kami sajikan pada rubrik lapsus. Pada rubrik laput kami sa­ jikan konten terkait revitalisasi moral bangsa. Travelogue berisi sedikit pegalaman jalan – jalan ke Tuban. Semoga apa yang telah kami sajikan, dapat sedikit banyak berpengaruh dan bermanfaat bagi perkembangan pola pikir pembaca. Khususnya mahasiswa Politeknik Negeri Semarang.

-

Redaksi -

Hidup Pers Mahasiswa!

5


LAPORAN UTAMA Degradasi Moral dalam Rangka Kehidupan...................................

10

Ancaman Degradasi Moral....................

12

Opini: Degradasi Mental Generasi Muda Masa Kini...................................................... Membangkitkan dan Meningkatkan Kualitas Moral Bangsa dari Dergradasi.............................................................

16

9

18

LAPORAN KHUSUS Pelecehan Seksual Mengganggu Proses Normal Kedewasaan ................................

22

human traff icking .......................................................

24

Upaya Pemerintah dalam Mengatasi Pelecehan Seksual .........................................................

26

17

Sosok. Kepedulian Hati Menjadikannya Aktifis Kekerasan Seksual Pada Anak...........

28

Infograf is ......................................................

30

KAMPUSIANA Pembukaan Magister sains Terapan di Polines ....................................

34

Speak Up. Pro kontra Dibukanya Magister Terapan di Polines ...................................

36

Polling: Sadarkah Mahasiswa Dengan Human Traff icking.................................

38

31 Design:


- Daftar Isi -

SEMARANGAN

41

Lunturnya Unggah Unggah Jawa di Semarang....................................

42

Komunitas: SGRC UI Permasalahan Gender dan Kejahatan Seksual .................................

44

Galeri Foto .................................................

46

TRAVELOGUE

51

Tuban Dengan Surga Dibawah Tanahnya .................................

52

Kuliner Khas Magelang Mangut Beong .........................................

55

Memperingati Hari Kelahiran Deso Dengan Merdhi Deso...............

56

INGCOGNITO

59 M Alwan F

Resensi Film .............................................

60

Resensi Buku ...........................................

61

Cerpen ........................................................

62

Kelakar ....................................................

65

Ngedims ......................................................

66


Bagimu lampu merah adalah hambatan, Bagiku lampu merah adalah harapan

P O T S

ah umur w a b i d k a n akan a mempekerj

Layanan masyarakat ini dipersembahkan oleh

Lembaga Pers Mahasiswa Politeknik Negeri Semarang


-Laporan Utama-


Degradasi Moral dalam Rangka Kehidupan oleh: Richa Meiliyana R. foto: Kurniani Panji R.

Berhubungan lawan jenis merupakan salah satu contoh degradasi moral di bawah umur.

S

ekelompok bocah bersembunyi di belakang ruko. Sebagian ada yang masih berse­ ragam sekolah dan sebagian lainnya berpakaian bebas. Tangannya menggenggam parang. Langkah kakinya berjalan mengendap-endap ke sebuah bangunan SD di Pakunden. Kemudian me­ reka berteriak-teriak dan berusaha masuk ke dalam sekolah. Hendak menyerang siswa lain. Namun beruntung, petugas keamanan setempat menggagalkan aksi sekelompok bocah tersebut. Begitulah kronologis keja­ dian dalam aksi 23 siswa SD serang SD lain yang dilansir dalam koran Suara Merdeka pada Kamis (24/11). Masih dihari yang sama di kota

10

Semarang, lantaran saling ejek saat pertandingan basket dalam rangka Rektor Cup, ratusan mahasiswa Fakultas Teknik dan Fakultas Hukum Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) terlibat bentrok. Seperti itulah wujud moralitas generasi muda bangsa saat ini. Lebih tepatnya dapat dikatakan dengan istilah degradasi atau kemerosotan moral. Degradasi telah menerpa dalam segala ranah kehidupan. Setiap napas yang berhembus sudah tidak mencerminkan dasar Pancasila. Setiap langkah yang berpijak sudah tidak lagi bersatu dengan kibaran Sang merah putih. Dan setiap aksi sudah tidak lagi mencerminkan kesatuan semboyan

Bhinneka Tunggal Ika. Di riuh zaman modern dengan gemerlapnya teknologi ini, generasi muda bangsa perlu berbenah. Maraknya fenomena ­perilaku amoral yang melibatkan generasi ­ muda sebagai pelakunya, seperti tawuran, seks pra-nikah, video porno, penyalahgunaan narkoba dan minuman keras serta tindakan kriminalitas lainnya sudah tidak lagi mencerminkan peran pemuda sebagai kekuatan moral bangsa. Padahal sesuai ­ perannya dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2009 tentang kepemudaan pasal 16 bahwa “Pemuda berperan aktif sebagai kekuatan ­moral, kontrol sosial, dan agen perubahan


-Laporan Utama 1dalam segala aspek pembangunan nasional.” Jangankan menunjukkan peran aktifnya sebagai kekuatan moral, mereka malah mencederai perannya yang seharusnya menumbuhkembangkan aspek etik dan moralitas dalam bertindak pada setiap dimensi kehidupan kepemudaannya. ”Masyarakat kita sedang sakit. Yang dianggap halal malah dianggap kuno, tapi yang berbau nilai pelanggaran agama dan susila malah dianggap modern dan wajar,” ujar Dra. Endang Sri Indrawati M.Si, Psi yang saat ini menjabat sebagai Ketua Lembaga Konsultasi ­ dan Bantuan Hukum untuk Wanita dan Keluarga Kota ­ Semarang. Jika Soekarno, bapak proklamator Indonesia, bertitah, “Beri aku 1000 orang tua, niscaya akan ku cabut Semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia.” Betapa letak kekuatan sebuah bangsa, terletak pada pundak pemuda. Jika sebuah bangsa memiliki kualitas pemuda yang bagus, pasti kuatlah bangsa tersebut. Karena pemuda adalah komponen dasar progresif untuk melakukan perubahan ­bangsa. Mari sejenak kita menilik sejarah tentang peran idealis pemuda terdahulu, yakni peristiwa Rengasdengklok pada detik-detik menjelang kemerdekaan Indonesia. Bagaimana generasi muda menculik dan mendesak Soekarno dan Hatta untuk

segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Hasilnya pun kita dapat menikmati kemerdekaan hingga sekarang. Tak hanya itu, wujud perjuangan yang dilakukan oleh para pemuda nusantara untuk dapat terlepas dari belenggu kolonialisme Belanda, dilakukan ­dengan berbagai strategi dalam proses menyatukan aspirasi pada 1928, yaitu melakukan kongres pemuda yang menghasilkan “Sumpah Pemuda”. Terjadinya perbedaan pola sikap dan pola tindak generasi muda masa sekarang dengan generasi muda masa dahulu tidak terlepas dari pengaruh teknologi. Sebagai akibatnya, media dapat dijadikan alat yang sangat ampuh di tangan sekelompok orang atau golongan untuk menanamkan atau sebalik­ nya merusak nilainilai­ ­moral, mempe­ngaruhi atau mengontrol pola fikir ­seseorang oleh mereka yang mempunyai kekuasaan terhadap media. “Awalnya adalah kelengahan, dulu kita bermoral. Tapi semakin kesini dari tahun ke tahun semakin parah. Acara televisi yang tidak mendidik. ­Mengidolakan sesuatu yang tak layak di sebut idola,” terang Endang. Survei yang dilakukan dari Pusat Informasi dan Layanan Remaja (Pilar) Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jawa Tengah pada 2015 menunjukkan banyak remaja berpacaran sejak usia 10 tahun. Sementara itu, menurut Direktur Eksekutif PKBI Jawa Ten-

gah, Elisabeth SA ­Widyastuti menjelaskan 2.843 siswa di SMA di Kota Semarang dan Kabupaten Semarang, menyebutkan 40% responden mengaku sudah pacaran sejak usia 10-15 tahun. Sebesar 2,2% dari ­angka tersebut mengaku pernah berhubungan seks. Kurangnya pendidikan moral sejak dini, pengaruh lingkungan, globalisasi , dan kurangnya pengawasan dari para orang tua merupakan penyebab- penyebab degradasi moral generasi muda. Lingkungan keluarga membawa pengaruh yang penting bagi pembentukan karakter generasi muda. Menurut Endang, keluargalah yang paling bertanggung jawab atas penanaman ­moral kepada anak karena semua berawal dari keluarga. “Sejak dini orang tua harus mampu memberikan ­arahan, bimbi­ ngan, serta teladan yang baik terhadap anakanak mereka melalui pengajaran akhlak dan diberikan pengertian antara baik dan buruk, menanamkan nilainilai agama dan tata karma,” lanjutnya. Endang mengungkapkan bahwa selain menanamkan nilai-nilai moral dan agama, orang tua harus menerapkan Locus of control internal kepada anak yang berarti mempercayakan kepada anak bahwa mereka merupakan pemegang kendali atas apa pun yang terjadi pada diri mereka.

11


a d a r g e D n a m Anca

D

wasa ini media elektro­nik mau­ pun media cetak santer memberitakan tentang maraknya kasus mengenai degradasi moral. Seperti tawuran antar pelajar, pergaulan bebas, ataupun pemakaian narkoba. Mirisnya, beberapa kasus tidak hanya terjadi pada usia remaja bahkan anak yang masih dibawah umur juga terlibat di dalamnya. Remaja yang didengung-dengungkan akan membawa peruba­ han bagi kemajuan Negara apakah dapat tercermin dengan perilaku tersebut? Indonesia justru akan semakin terancam. Tidak ada yang dapat disalahkan mengenai hal ini, jaman yang semakin maju dan pe­ngaruh globalisasi memang tidak dapat dihindarkan. Semua pihak diharuskan selektif dan mampu me­nyaring pengaruh globa­lisasi sesuai dengan norma yang berlaku. Namun bagaimana sebenarnya degradasi moral

12

Oleh : Nurul Wahidatur

bisa mengancam ­Indonesia? Apakah dam­paknya akan melemahkan kondisi Negara kita? Dalam bukunya M ­ anusia dan Kebudayaan di Indo­ nesia (1988 : 384), Prof. Dr. Koentjaraningrat menyatakan bahwa suatu sifat dari bangsa Indonesia yang sering kita banggakan adalah faktor ane­ ka warna bangsa, namun sifat ini mempunyai aspek-aspek yang membuat pembangunan sangat sukar. Ma­syarakat majemuk memiliki potensi ketegangan antar suku bangsa dan golo­ngan. Memang tidak bisa di­pungkiri, bila pemba­ ngunan terhambat karena munculnya multi krisis, khu­ susnya krisis moral. Pandan­ gan ini mempertegas bahwa adanya krisis moral dapat menghambat pembangunan suatu ne­geri. Lalu siapa yang akan bertanggung jawab atas terhambatnya pembangunan negeri? Menurut Dr. Haryo Nu­ groho sejarawan dan peneliti LIPI, Kemajuan dan martabat

bangsa bukan hanya diten­ tukan oleh prestasi material, tetapi juga oleh kekuatan akhlak, moralitas dan kara­ kter bangsa. Pembangunan kekuatan akhlak, mora­litas dan karakter bangsa tersebut harus dilakukan secara serius, konsisten dan bersama-sama seluruh potensi dan elemen bangsa. Dalam hal ini semua elemen bangsa baik pemer­ intah maupun masyarakat harus bersama-sama dan konsisten dalam meningkat­ kan kemajuan bangsa. Sayangnya, situasi saat ini tidak seperti yang diha­ rapkan. Budaya kekerasan menjadi ciri, pergaulan bebas, dan kejahatan terjadi di berbagai tempat. Ironisnya, di kalangan anak-anak remaja sekarang penyimpangan akan norma-norma yang berlaku di masyarakat menjadi hal yang biasa, bahkan menjadi hal tabu dan kuno apabila ada diantara mereka yang membenarkan atau tetap pada norma. Anak-anak yang dianggap sebagai anak ‘baik-

R


-Laporan Utama 2-

asi Moral

nah Rohmah | Desain : Nuria

baik’ dengan sangat menge­ jutkan telah melakukan suatu tindakan kekerasan yang belum pernah dibayangkan sebelumnya. Dalam penelitian yang dilakukan Thomas Lickona, diketahui bahwa kebanyakan anak bermasalah selalu datang dari keluarga yang bermasalah. Kurangnya peran orangtua dalam men­ didik anak menjadi faktor utama yang menyebabkan sekolah merasa perlu untuk melakukan pendidikan nilai. Hal lain yang menjadi faktor penyebabnya adalah media yang terdapat di sekitar kehidupan anak. Sebagai con­ tohnya peran televisi dengan berbagai tayangan - tayangan kekerasan yang terdapat di dalamnya. Krisis moral erat kaitan­ nya dengan krisis tanggung jawab, seseorang yang tidak bertanggung jwab terhadap sesuatu yang semestinya, merupakan contoh dari ben­ tuk penyimpangan tingkah laku dan dapat dikategorikan

sebagai krisis moral. Penyim­ pangan tersebut dapat ber­ dampak pada berbagai sektor diantaranya sektor ekonomi, yang dapat menyebabkan kri­ sis ekonomi dan pangan. Sec­ tor sosial, menyebabkan krisis social, anarkhis dan tidak berperikemanusiaan. Sektor budaya, menyebabkan krisis etis estetika. Serta sektor poli­ tik, yang dapat menyebabkan krisis kepercayaan. Selain berdampak buruk pada pembangunan negeri, degradasi moral rupanya juga dapat memberikan dampak buruk bagi pribadi atau pelakundalam kehidupannya. Menurut Dra Endang Sri In­ drawati M. Si Psikolog Ketua Lembaga Konsultasi dan Ban­ tuan Hukum Untuk Wanita dan Keluarga (LKBHUWK) Semarang bahwa pada umumnya remaja sekarang yang terlibat dalam seks dini hanya mengetahui dampak jangka pendek, kebanyakan dari mereka tidak mengeta­ hui dampak jangka panjang apa yang akan terjadi. Mereka

hanya befikir sempit padahal seks dini juga memiliki dam­ pak jangka panjang. Dalam hal ini justru yang berbahaya adalah dampak jangka pan­ jang. Misal seks bebas jangka panjang dari segi kesehatan efek gangguan reproduksi, penyakit tersembunyi, dan dapat merusak diri. Secara psiko­logis kejiwaan pada remaja berdampak ke­ tika menjadi istri atau suami sangatlah negative, karena masalalu yang kelam baru sadar setelah berproses, seka­ rang dia sudah menjadi baik namun masalalu yang kelam itu tidak dapat dilupakan dan dapat terungkap

13


-Laporan Utama 2terjerumus terlalu jauh dalam penyimpangan.“Saya selalu meluangkan waktu untuk anak Saya agar dia dapat berbagi cerita, lalu saya memberikan solusi atas masalahnya tersebut”, ungkap Endang. Pada akhirnya, degradasi moral sangatlah mengkha­ watirkan terhadap keberlang­ sungan Negara Indonesia karena dapat menghambat kemajuan bangsa. Akankah ma­syarakat Indonesia dapat menepis anggapan bahwa degradasi moral dapat meng­ hambat kemajuan bangsa, keputusan ada pada tangan semua elemen bangsa baik masyarakat, pemerintah, dan yang pa­ling penting adalah remaja yang sangat berpen­ garuh terhadap perubahan bangsa di masa mendatang.

MORAL MORAL

L

RA

14

yang dilakukan oleh kedua orang tuanya, saudara dekat serta kerabat yang terdekat. Realitas yang demikian itu perlu mendapat perhatian tersendiri, karena perkem­ bangan moral anak akan san­ gat ditentukan oleh kondisi dan situasi yang terdapat dalam keluarga­nya. Hal ini berkaitan de­ngan kedudukan keluarga­nya sebagai lingkun­ gan yang pertama dan utama bagi anak. Pendapat ini jelas, bahwa yang berperan pent­ ing dalam perkemba­ngan moralitas anak adala­h para orang tua. Seperti yang dit­ ambahkan oleh Endah bahwa selama ini orang tua tidak menyadari bahwa mendidik anak bukanlah pekerjaan yang ringan, pekerjaan yang berat harus ada ilmu penge­ tahuan, harus ada beberapa tahapan revisi evaluasi secara berulang-ulang. Ke­luarga yang paling pertama bertang­ gung jawab, kalau keluarga baik anak-anak­nya juga akan baik. Remaja butuh kete­ ladanan dari orang tua. Lantas apa yang seharus­ nya dilakukan para orang tua agar dapat menciptakan moral yang baik bagi anakanaknya. Para orang tua seharusnya mampu menjadi panutan dan memberikan teladan yang baik. Membe­rikan contoh dan bersikap sesuai dengan norma yang benar. Serta bertindak sebagai pengontrol agar pada saat perilaku anak mulai me­ nyimpang dapat sigap denagn segera diluruskan agar tidak

MO

kembali seperti kasus yang terjadi beberapa waktu lalu tentang seorang yang su­ dah tenar kemudian ada sese­ orang yang mengaku sebagai anaknya. Hal ini tentu akan menjadi noda hitam pada orang tersebut walaupun sekarang dia sudah mencapai kesuksesan. Sunarto S.H, M.Hum seorang dosen di Universitas Tujuh Belas Agustus juga mengatakan bahwa pada dasarnya kasus-kasus mo­ ralitas pada remaja sekarang Terjadi karena rendahnya rasa toleransi dalam ber­ masyarakat, kurang saling menghargai terhadap orang lain, tidak perduli terhadap lingkungan dan memba­ hayakan masyarakat. Hal ini tentunya akan mengaki­ batkan rendahnya kualitas SDM terutama gene­rasi muda yang menjadi generasi penerus bangsa. Menimbul­ kan kriminalitas mengurangi rasa tenggang rasa terhadap sesama dan membahayakan bagi kesehatan diri sendiri serta bagi jiwa orang lain. Jadi akankah masalah moralitas yang melanda Indonesia di biarkan begitu saja? Tanpa berbenah diri, ma­ salah moralitas yang melanda akan semakin menggerogoti kemajuan bangsa, pembangu­ nan akan terhambat dan akan timbul masalah masalah baru yang lebih parah. Perlu upaya nyata untuk mulai berbenah. Menurut Mardiya (2005), Seorang anak secara naluriah akan menirukan perbuatan


Ayah.. Ibu.. aku ingin membawa buku seperti mereka, bukan Koran “Jangan renggut masa depan mereka” “Stop mempekerjakan anak dibawah umur!!!”

Layanan masyarakat ini dipersembahkan oleh

Lembaga Pers Mahasiswa Politeknik Negeri Semarang


Degradasi Mental Generasi Muda Masa Kini Ika Febrian Kristiana, S.Psi, M.Psi Dosen Psikologi Universitas Diponegoro Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) Jawa Timur Ikatan Psikolog Perkembangan Indonesia Penyunting : Alif | Desain : Nurianah Masa remaja merupakan masa peralihan anak menuju dewasa. Pada masa transisi seperti ini remaja akan mu­ dah mengalami perubahan mental. Remaja akan cender­ ung mengikuti sesuatu yang ada di lingkunganya tujuanya yaitu untuk mencari jati diri maupun hanya untuk diakui oleh kelompoknya. Baru-baru ini masyarakat banyak dir­ esahkan oleh kelakuan remaja yang tidak seharusnya. Ban­ yak remaja menggunakan rok mini ke sekolah, seks bebas, menggunakan narkoba dan sebagainya. Namun tak se­ dikit juga remaja di lingkun­ gan kita yang berprestasi dan memiliki pola pikir dewasa pada usianya yang masih muda. Pada uraian dibawah ini akan dijelaskan pendapat dari Ika Febrian K terkait kondisi remaja sekarang ini. Apakah arti degradasi moral? Menurut terminologi, degra­ dasi artinya penurunan yang drastis. Sedangkan dari sisi kontekstual psikologi yaitu

16

prinsip-prinsip moral dan tahap –tahap perkemban­ gan moral yang seharusnya dapat dicapai pada level usia tertentu. Artinya degradasi moral ­ya­itu hilangnya prin­ sip-prinsip moral, atau tidak tercapainya tugas perkem­ bangan moral pada tahap usia yang seharusnya. Bagaimana kondisi moral bangsa zaman sekarang? Indonesia ada pada fase memprihatinkan. Kondisi moral secara keseluruhan dapat dilihat dari data kriminalitas. Kejahatan yang semakin meningkat dari ragam dan kuantitas­nya. Cu­ kup mengerikan dari mulai level usia, status sosial, dan masyarakat kecil, menengah, hingga atas. Seperti pejabat pun sudah banyak melakukan perilaku amoral. Apakah penyebab degradasi moral tersebut? Menurut saya moral adalah sebuah sistem, tidak bisa menyalahkan keluarga saja maupun pendidikan saja,

tetapi juga masyarakat seb­ agai kontrol. Jadi kalau ma­ syarakat sendiri sudah tidak memiliki kemampuan untuk mengontrol adanya degradasi moral, misalnya ada orang ciuman dianggap hal yang wajar di depan umum artinya masyarakat sendiri juga sakit. Jadi disini segala sesuatunya saling mempengaruhi dari lingkaran sistem tersebut. Bagaimana dampak degradasi moral bagi generasi muda Indonesia? Dampaknya meliputi jangka pendek dan jangka panjang. Dampak jangka pendeknya yaitu angka kejahatan yang meningkat. Sedangkan dam­ pak jangka panjang yaitu jika kita mempunyai misi mem­ bangun dan juga mengede­ pankan karakter, bagaimana kita akan membangun dan mengedepan­kan karakter jika ­­menampi­­­k adanya degradasi moral. Mungkin kita akan kuat secara fisik namun tidak secara mental dan spiritual. Dampak jangka panjang


-Opinijuga akan berdampak pada bangsa Indonesia di masa mendatang. Kalau pada masa remaja saja sudah melakukan perbuatan amoral bagaimana dengan 20 atau 30 tahun mendatang saat para remaja menjadi pemimpin. Apa hal utama yang harus dibenahi? Pertama, bangsa kita bangsa yang butuh model. Berbuat baik kalau ada model. Kedua berbuat baik karena ada pengawasan dan control. Itu bisa diadopsi dari keluarga. Bagaimana menjadi model yang baik serta pengawasan yang terkontrol kepada anak. Bagaimana sejauh ini ­upaya pemerintah untuk me­ngatasi degradasi moral? Sebenarnya pemerintah cukup bagus dalam level ide dan kebijakan. Misalnya dalam menetapkan pen­ didikan berbasis karakter, namun dalam penerapan­nya pemerintah masih lemah dalam hal pengawasan. Jadi hanya bagus dalam ide dan kebijakan namun di lapa­ngan seperti tahap-tahap, moni­ toring, dan evaluasi­nya tidak ada. Kemudian juga seharus­ nya peme­rintah berfungsi sebagai teladan, namun ini pun juga masih kurang. Kalau dilihat peran-peran individu yang ada di level atas seperti pejabat diberitakan banyak berkasus, ini tentu akan menjadi model yang tidak bagus bagi masyarakat. Bagaimana seharusnya

­Indonesia dalam meng­hadapi ancaman degradasi moral? Pertama yaitu pemimpin yang dapat menjadi teladan moral, kemudian nanti akan menular. Dari pemimpin akan lahir kebijakan dan aturan yang akan memi­ hak pada moralitas. Dari pemimpin yang bagus akan lahir peraturan yang bagus, dari situlah akan terbentuk sistem dibawahnya yang bagus pula. Jadi bagaimana kemudian sebuah sistem, masyarakat, sekolah, keluarga akan diatur oleh sistem yang lebih tinggi yaitu pemerintah. Tugas penting bagi pemer­ intah adalah bagaimana membuat keluarga mampu mengajarkan moral bagi anaknya. Dengan menyiap­ kan orang tua yang punya prinsip moral bagus. Akan menarik jika pemerintah memiliki program misal sebelum menikah ada konsel­ ing pernikahan dimasukkan bagaimana mampu menjadi orang tua yang dapat menjadi teladan, mampu memberi­ kan prinsip-prinsip moral terhadap anak. Karena kelu­ arga merupakan sistem yang paling rendah dari sebuah sistem, yang paling dekat dengan anak untuk menga­ jarkan moral sejak dini.

negative. Memang tidak bisa dipungkiri kita hidup diera globalisasi. Yang terpenting adalah fileterisasi (penyar­ ingan) mana yang baik dan mana yang buruk. Bagaimana tips secara umum agar tidak terjerumus perilaku amoral? Pertama, dekatkan diri dengan keluarga. Kedua, tingkatkan nilai-nilai religi­ usitas. Peran keluarga den­ gan berbagai nilai positif dan religiusitas perlu ditanamkan sejak dini. Tidak ada remaja yang kebal terhadap segala perubahan. Tapi yang ada adalah remaja yang mampu memilih mana yang baik dan yang buruk. Orang tua pun harus peka. Memang remaja cenderung dekat terhadap te­ man sebaya. Tapi bagaimana orang tua tetap memberikan pengawasan terhadap remaja agar tidak terjerumus terha­ dap hal-hal yang negatif.

Bagaimana seharusnya bersi­ kap sebagai generasi muda? Kondisi sekarang anca­ man moral adalah ancaman yang paling berbahaya bagi Indonesia. Semua peruba­han diserap tanpa memperha­ tikan dampak positif atau

17


Membangkitkan dan Meningkatkan Kualitas Moral Bangsa dari Dergradasi M

Oleh : Mawar Anahidayah Desain : Ahmad Kafi

egahnya sebuah kerajaan tergantung kepada kehebatan dari pengurus dan keluarga kera­ jaan. Jayanya suatu negara tergantung kepada jiwa pemimpin dan peran pemudanya. Mustahil sekali kejayaan, kemegahan dan kemakmuran dicapai apabila peran pemuda tidak bisa memberikan nilai kontribusi kepada negaranya. Kontribusi yang dimaksud adalah sejauh mana kualitas moral dan intelektual generasi muda disumbangkan kepada eksistensi negaranya. Sudah menjadi hukum alam generasi tua akan digantikan yang muda, yang patah akan ditumbuhi tunas baru untuk terus berkembang sehingga siklus perkembangan berjalan secara hukum alam dan kodrati. Generasi muda merupakan harapan untuk Maka dari itu, salah satu bentuk perwujudan menggantikan mereka yang sudah tua. Sudah implementasi UU Nomor 40 Tahun 2009 ten­ sepantasnya generasi muda harus siap melan­ tang Kepemudaan, Pemerintah Kota melalui jutkan, bahkan mengembangkan apa yang su­ Dinas Sosial Pemuda dan Olahraga (Dinsos­ dah dilakukan oleh orang sebelumnya. Hal ini pora) Semarang membentuk inovasi rintisan akan terus berjalan sesuai dengan perkemban­ event Kampung Pemuda. Kampung Kemuda gan zaman dan menjadi pengaruh besar dalam adalah suatu fasilitas kegiatan ajang ekspresi perkembangan sebuah bangsa dan negara ke bagi para pemuda yang positif di Kota Sema­ depan. rang dengan tema Clear and Clean. “Kami Moral remaja dari tahun ketahun terus men­ berharap melalui kegiatan tersebut diharapkan galami degradasi atau penurunan kualitas dapat menumbuhkan moralitas yang baik bagi dalam segala aspek moral mulai dari tutur anak muda, bersih dari narkoba dan kenakalan kata, cara berpakaian, dan sikap. Faktor yang remaja lainnya,” tambah Tri Waluyo. Fasilitasi mempengaruhi moral remaja, salah satunya yang disiapkan Pemkot, antara lain penyulu­ adalah arus globalisasi dengan segala tawaran­ han narkoba dari Badan Narkotika Nasional nya yang menggiurkan. Kurangnya kesadaran (BNN) Jateng, penyuluhan dan layanan pasca dari penikmat globalisasi menyebabkan ke­ rehabilitasi tentang HIV-AIDS serta distruktif munduran moral pada remaja. Maka dari itu dari Dinas Kesehatan, dan dialog keagamaan. diperlukan peran aktif dari pemerintah untuk Acara yang melibatkan semua generasi muda menghentikan terjadinya penurunan mutu dari mulai pelajar, mahasiswa, anak jalanan, moral anak bangsa. dan masyarakat lainnya ini sudah tiga kali di­ Kabid (Kepala Bidang) Kepemudaan Dinas laksanakan dari tahun 2015 hingga 2016, yakni Sosial Pemuda dan Olahraga (Dinsospora) pada akhir bulan Agustus 2015, Juli dan No­ Kota Semarang, Tri Waluyo mengatakan, “Saya vember 2016. pribadi sangat khawatir dan waswas terhadap Contoh evaluasi dari Dinsospora Kota Sema­ fenomena ini, sehingga kami melakukan Ino­ rang adalah pendidikan karakter melalui kegia­ vasi perubahan pembinaan atau pelayanan.” tan Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra) atau Pemerintah Kota (Pemkot) ataupun Pemer­ Praja Muda Karana (Pramuka) sangat efektif intah Daerah (Pemda) lain sesuai dengan UU untuk membentuk karakter anak bangsa. Tidak Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan, hanya membentuk karakter moralitas yang pemerintah memfasilitasi kegiatan kepemu­ baik, melalui kegiatan tersebut para pemuda daan. juga mengerti adanya wujud Bela Negara.

18


-Laporan Utama 3Dalam menanggulangi kenakalan remaja saat ini, intinya pemuda harus selalu berkarya. Akan lebih besar kesempatan para remaja untuk melakukan kegiatan amoralitas ketika mereka tidak produktif dan tidak berkarya. Dengan berkarya para pemuda dapat mengekspresikan diri dan menghindari penyimpangan moral yang ada. Maka dari itu Dinsospora memfasilitasi para anak muda untuk melakukan pelatihan keterampilan sesuai karakteristik keahlian masing-masing in­ dividu.

Dalam kaitannya peningkatan moralitas anak bangsa, pemuda harus berpendidikan. Din­ sospora berintegrasi dengan dinas pendidikan mengarahkan dan memfasilitasi anak sejak dini untuk mendapatkan pendidikan non formal dan informal yang berisi pendidikan dalam bermasyarakat. Tidak hanya berbekal pendidi­ kan akademis, para siswa juga harus memiliki pendidikan karakter. Karakter merupakan suatu implementasi dari tingkah laku dan sikap seseorang, dimana merupakan salah satu pilar penting yang akan menentukan prestasi dan pencapain seseorang. Maka proses pemahaman mengenai Pendidikan karakter ini harus mulai ditanamkan sejak dini agar dapat menjadi dasar yang kuat bagi seseorang untuk menghadapi kehidupan di masa mendatang. Oleh Sebab itulah pendidikan karakter pada saat ini di im­ plementasikan kedalam semua mata pelajaran. Bukan hanya terintegrasi dalam mata pelajaran kewarganegaraan, pendidikan agama, dan mata pelajaran lain yang relevan tetapi pendidikan

karakter juga terintegrasi ke dalam semua mata pelajaran. Pemerintah berharap dapat berhasil menggalakan generasi bangsa yang bermarta­ bat, bermoral, dan beragama. Peran kemajuan teknologi dirasa sangat besar pengaruhnya bagi moralitas anak bangsa. Salah satunya adalah peran media. Media saat ini juga dirasa sangat jauh dari kode etiknya, tidak bisa membedakan mana yang layak untuk dikon­ sumsi publik dan sebaliknya. Media sebagai sumber informasi nomor satu seharusnya dapat memberikan informasi yang layak dicerna oleh publik, bukannya justru menjadi inspirasi sese­ orang untuk melakukan tindakan yang negatif. Namun tidak semua media memberikan infor­ masi yang negatif, terkadang juga memberikan tauladan yang positif. Terlepas dari itu semua, kini tergantung dari pemikiran seseorang yang menyerap informasi dari media tersebut, apa­ kah baik, atau sebaliknya. Tri Waluyo juga mengatakan bahwa pihak Din­ sospora Kota Semarang juga melakukan pem

19


-Laporan Utama 3-

binaan, evaluasi dan masukan atas kinerjanya kepada organisasi kepemudaan setiap tahun­ nya, seperti organisasi Badan Eksekutif Maha­ siswa (BEM), Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS), Pramuka, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), dan semua lapisan organisasi kepemudaan lainnya termasuk berbagai komu­ nitas pemuda. Dra. Endang Sri Indrawati,M.Si Psikolog yang sekarang ini menjabat sebagai Ketua Lembaga konsultasi dan bantuan hukum untuk wanita dan keluarga (LKBHUWK) Kota Semarang berpendapat bahwa orang tua adalah kunci utama dalam moralitas dan karakter anak. Tri Waluyo juga berpendapat yang sama mengenai hal itu. “Namun fenomena yang terjadi saat ini adalah para orang tua terlalu sibuk bekerja se­ hingga tersisa sedikit waktu untuk mengawasi dan mendidik perilaku anaknya,” imbuh En­ dang. Endang menjelaskan bahwa selain orang tua, peran guru juga sangat penting untuk men­ gajarkan dan mengawasi pendidikan karakter murid di sekolah. Tetapi yang terjadi saat ini adalah pendidikan karakter yang dibentuk dan diajarkan oleh guru saat ini seolah-olah tidak sepenuhnya diimplementasikan dalam kehidu­ pan. Endang menjelaskan,“Seiring berjalannya waktu, para guru di sekolah seakan-akan takut dan membatasi diri dalam berusaha menegak­ kan moralitas anak didiknya dikarenakan tun­ tutan para orang tua murid.” Padahal sesung­ guhnya guru berhak menasehati dan menegur siswanya yang berperilaku tidak sesuai. “Jika ini terus terjadi para siswa penerus bangsa akan tumbuh menjadi manusia yang bermental rapuh dan tidak sesuai dengan karakter morali­ tas,” tambah Endang. Endang berpendapat bahwa pemerintah harus

20

menciptakan regulasi kepada masyarakat In­ donesia untuk memberi kesempatan kehidu­ pan keluarga yang memanamkan moral secara maksimal dan terkendali. Endang juga men­ gatakan, ”Sampai saat ini pemerintah kurang mendukung hal tersebut.” Masyarakat juga harus memberi contoh yang baik serta peduli dengan penyimpangan per­ ilaku generasi muda. Selain sebagai pendidi­ kan kedua setelah keluarga, lingkungan dan masyarakat memiliki andil yang besar dalam mendidik para generasi muda. Lunturnya nilai moral remaja tidak bisa dilepaskan dari bu­ ruknya peran serta lingkungan dan masyarakat dalam fungsi pengawasan dan pembinaan. Masyarakat yang acuh tak acuh terhadap per­ ilaku menyimpang di lingkungan tersebut akan menjadikan legalitas terhadap perilaku meny­ impang tersebut. Perilaku menyimpang ini bu­ kan tidak mungkin akan ditiru oleh para gen­ erasi penerus mereka. Agama adalah benteng terakhir dalam mencegah lunturnya moralitas dan mentalitas generasi muda. Pendidikan agama yang ditan­ amkan sejak dini dan berkesinambungan se­ cara langsung akan membangun mental dan moral generasi muda. Generasi muda yang did­ idik dengan baik keagamaannya akan memi­ liki setidaknya penghambat, untuk melakukan hal-hal yang bertentangan dengan nilai-nilai keagamaan. Sebaliknya, bila generasi muda tidak ditanamkan nilai-nilai keagamaan yang baik dan berkesinambungan maka kesempatan untuk melakukan hal-hal yang bertentangan dengan nilai-nilai keagamaan akan semakin be­ sar. Padahal kita semua tahu bahwa nilai-nilai keagamaan selalu mengajarkan hal baik dan selaras dengan pembangunan moralitas serta mentalitas.


-Laporan Khusus-


“Bulan september kemarin, anak saya cerita sering dipegang-pegang saat pelajaran ­Bahasa Ingris. Setiap pelajaran, pasti dipegang-pegang. Jadi, anak saya itu takut kalau ada pelajaran Bahasa Inggris. Saya kasihan pasti tertekan psikisnya,” ucap orang tua siswa yang anaknya, NF, mengaku menjadi korban pelecehan seksual, Mjl (38). Kutipan wawancara yang saya ambil dari liputan6.com itu menerangkan sepenggal pengakuan orang tua salah seorang korban pelecehan seksual dari 21 siswi Sekolah Dasar (SD) yang mengalami pelecehan seksual oleh guru Bahasa Inggrisnya, Mjl (38) di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah.

Pelecehan Seksual Mengganggu Proses Normal Kedewasaan Oleh : Yuli Hastuti

P

Desain : Ahmad Kafi

elecehan seksual yang menimbulkan ban­ yak korban tersebut pada mulanya karena sikap bungkam dari para korban. Korban yang merupakan siswa SD tentu belum memiliki pemikiran yang mendalam berkaitan dengan apa itu pelecehan seksual. Aksi pegang-pegang guru yang tengah mengajar mereka mungkin tak disadari mereka bahwa hal tersebut meru­ pakan tindak kejahatan yang seharusnya tidak dilakukan oleh seorang guru. Terlebih lagi perbuatan sang guru dilakukan didalam kelas. Kebanyakan korban setelah itu akan merasa tertekan namun tidak mampu melaporkan atau menceritakannya kepada orang tua mereka. Sehingga munculah korban-korban yang lain karena tersangka merasa aman tak ada yang mengetahui aksi bejatnya. Kerap kali kita dengar bahwa korban pelecahan seksual akan mengalami kesulitan dalam ber­ sosialisasi dengan lingkungan dan masyarakat sekitarnya. Satu dua mungkin masih bisa ber­ interaksi, namun tak banyak dari mereka akan menutup diri untuk orang lain. Hal tersebut da­ pat dilihat dari sikap mereka yang lebih banyak berdiam diri, melamun, bahkan ada yang keta­ kutan hingga berteriak teriak walaupun dalam keadaan dirinya tenang sebelumnya. Jika anak-

22

Foto : Galih P

anak atau remaja yang mengalaminya tentu perkembangan mental mereka akan terganggu, pun untuk proses normal kedewasaan mereka. Tengok saja kisah Ann dalam buku berjudul pelecehan seksual karya Josh McDowell dan Ed Steward, dalam buku tersebut disebut­ kan bahwa Ann anak usia lima tahun korban pelecehan seksual oleh kakeknya sendiri terus mengalami mimpi buruk dalam kurun waktu 10 tahun hingga usianya 15 tahun. Dirinya tak pernah menceritakan kejadian buruk tersebut kepada siapapun tak terkecuali kedua orang tuanya karena saat itu ia diancam oleh sang kakek, dan ia merasa mungkin telah melaku­ kan kesalahan sehingga ia pantas menerima hal itu sebagai hukuman. Padahal dalam konteks ini kakek merupakan keluarga dan haruslah menjadi tempat berlindung bagi cucunya. Hal ini secara langsung menjadi luka emosional bagi Ann dan akan menjadi ingatan buruk yang terus menerus menghantuinya karena ia tak mampu mencritakan kepada oranglain. Seka­ lipun ia masih bisa menjalani kehidupan nor­ mal layaknya para remaja seusianya yang tidak menjadi korban, ia tak mampu mengembang­ kan potensinya secara maksimal karena lebih banyak berdiam diri dan merenung.


-Laporan Khusus 1Jika kamu adalah korban pelecehan seksual, dalam berbagai macam bentuknya boleh jadi kamu telah terluka secara emosional dan mungkin juga secara fisik, karena tindakan seorang dewasa yang egois. Luka secara emosional tersebut tentu akan menghambat proses normal kedewasaan seseorang. Berikut beberapa efek pelecehan seksual hubungannya dengan proses normal kede­ wasaan seseorang sakit dan luka jasmani, kehamilan, rasa bersalah, aib, tak berdaya, jatuhnya harga diri, pelcehan seksual lanjutan.

Sikap Bungkam Lahirkan Penjahat Seks Lanjutan Beberapa hal tersebut merupakan efek umum, namun untuk pekembangan mental atau emo­ sional korban pelecehan seksual tentu akan berpengaruh. Terlebih lagi korban yang berusia dibawah umur, proses kedewasaan akan lam­ ban bahkan terganggu. Sebagai contohnya ka­ rena trauma yang dialami korban akan menjadi orang yang tidak mempercayai orang lain bah­ kan dirinya sendiri sehingga karena hal inilah membuat mereka tak mampu mengembangkan potensi yang ada didalam dirinya. Selanjutnya, perbuatan pelaku tentu akan menjadi ingatan buruk berkepanjangan bagi korban, biasanya hal ini akan membatasinya untuk bersoialisasi dengan lingkungan, dan teman. Selanjutnya karena mereka tak dapat bersosialisasi penyakit mental seperti depresi, marah, takut, cemas, dan kecenderungan untuk bunuh diri timbul. Beberapa pembahasan diatas merupakan gangguan proses kedewasaan yang kita lihat dri sudut pandang korban pelecehan seksual, seka­ rang mari kita lihat dari sudut pandang pelaku pelecehan seksual itu sendiri. Tidak hanya proses kedewasaan korban saja yang terganggu, tetapi pelaku pun demikian., bahkan jika kita telisik lebih mendalam, pelau pelecehan seksual mengalami gangguan emosioanl lebih lama yai­ tu diawal sebelum mereka menjadi pelaku dan setelah mereka menjadi pelaku. Di awal, mung­ kin pelaku adalah anak yang normal namun karena ganguan disfungsi keluarga, misalnya, mereka yang memiliki riwayat kekerasan, orang tua kurang member kasih sayang, dan kurang pengawasan atau masuk kedalam pergaulan be­ bas lalu karena disfungsi tersebut ia melampias­ kannya ke tontonan-tontonan prono kemudian saking terbiasanya timbul sexualization of be­ havior, atau perilaku kadung menjadi pecandu seks. Pada titik ini mental sipelaku sudah san­

gat terganggu, karena terus menerus mencari cara melampiaskan hasrat nafsunya kemudian berusahalah ia mencari pelampiasan. Setelah mendapat, ia juga akan terus terganggu karena akan merasa kecanduan dan hanya terus ber­ pikir tentang seks tanpa bisa memikirkan hal lain. Sebenarnya kita juga tidak bisa langsung mengambing hitamkan pelaku pelecehan seksual sebagai tersangka perusak moral, ka­ rena bisa saja mereka juga merupakan korban pelecehan seksual. Mereka terjebak kedalam lingkaran setah karena tidak mendapatkan penanganan secara intensif, seperti rehabilitasi mental, atau mungkin saja pernah tapi reha­ bilitasi itu gagal dan tidak diketahui. Karena hal itulah, pada akhirnya mereka hanya bungkam, dan pada titik puncaknya mereka meluapkan semua emosi yang mereka pendam dengan melampiaskannya kepada individu pengganti. Hal inilah yang menyebabkan kasus pelecehan seksual berdampak mengganggu proses normal kedewasaan, sekalipun telah diatasi penyakit mentalnya dengan rehabilitasi. Karena pada dasarnya rehabilitasi itu tidak menyembuhkan tetapi hanya mengurangi traumatik akan ke­ jadian buruk akibat pelecehan seksual. Jika perbuatan pelecehan seksual terhadap anak terus belanjut, bukan menjadi barang mustahil jikalau negara ini akan krisis generasi yang berkarakter. Hal ini akan menjadi siklus yang tidak ada habisnya. Karena seseorang yang menjadi korban bila tidak segera ditan­ gani akan dikhawatirkan melalukan hal yang sama. Dan melampiaskannya kepada orang lain, sehingga timbulah korban baru. Seperti yang dikatakan Irma salah seorang staf di Pu­ sat Pelayanan Terpadu (PPT) Bagi Perempuan Dan Anak Korban Kekerasan Berbasis Gender,

23


Human Trafficking Oleh : Akidatul Ulfa

Desain : Ahmad Kafi

S

emakin hari korban human trafficking (perdagangan orang) kian memprihatinkan. Di In­ donesia korban tercatat sudah mencapai angka satu juta orang pertahun. Sehingga dapat di­ hitung bahwa setiap satu detik pasti ada korban human trafficking. Berlangsunganya lalu lintas perdagangan orang menjadi semakin memprihatinka dan menyedihkan ketika akibatnya telah membelenggu hak-hak asasi serta kemerdekaan diri korban yang menghambat perkembangan kepribadian serta menghambat proses pembangunan sumber daya manusia Indonesia yang ber­ potensi dan berkualitas. Perdagangan orang terkait erat dengan krimi­ nalitas ranah nasional yang merendahkan mar­ tabat bangsa dan Negara. Memperlakukan kor­ ban semata-mata sebagai komoditi yang dibeli, dijual, dikirim dan dijual kembali. Kenyataan bahwa yang lebih dominan korbannya ada­ lah perempuan dan anak. Hal itu dikarenakan merekalah kelompok yang sering menjadi sasa­ ran dan dianggap paling rentan. Korban per­ dagangn biasanya ditipu, diberlakukan tidak manusiawi, dan dieksploitasi. Bentuk-bentuk eksploitasi itu sendiri diantaranya dengan cara memperlakukan korban untuk bekerja yang mengarah pada praktik eksploitasi seksula, perbudakan atau bentuk perbudakan modern, perbuatan transplantasi organ tubuh sampai penjualan bayi. Kasus tersebut di Indonesia terutama yang sudah terungkap paling banyak terjadi di kota-kota besar seperti Jakarta, Band­ ung, Surabaya, Bali, Medan Padang, Pontianak, Makassar, dan Manado. Riris selaku staff fulltimer Badan Pember­ dayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (BP3AKB) Jawa Tengah menyatakan bahwa, kasus trafficking yang telah masuk dalam pendataan BP3AKB terkait kasus perdagangan manusia adalah berupa pemalsu­ an data diri, pemberian janji-janji serta mem­ perkerjakan untuk mendapat gaji yang tinggi di luar negeri. Semua kasus yang masuk dalam ranah pelayanan BP3AKB tingkat provinsi Jaws Tengah paling banyak terjadi di daerah per­

24

batasan seperti contohnya di Sragen. Terkait pekerjaan ke luar negeri tentunya dari dinas tenaga kerja sudah mensosialisaikan sampai tingkat provinsi, kabupaten dan desa masing-masing. Akan tetapi karena alasan ekonomi membuat mata orang buta akan infor­ masi. Merka tidak terlebih dahulu memeriksa kebenaran layanan tenaga kerja yang diketahui. Disisi lain syarat yang harus mereka penuhi tidak mereka ketahui. Misalnya mereka harus memiliki keterampilan dan kecakapan bahasa asing pula. Biasanya para agen penyalur kerja menyatakan akan membawa korban untuk diberi pelatihan dan pembekalan sebelum pemberangkatan ke luar negeri. Akan tetapi selama dua sampai tiga bulan janji-janji agen itu tidak kunjung tereal­ isasi. Semua korban ( kisaran 28 orang) hanya dihunikan pada sebuah rumah penampungan sementara di daerah Semarang Barat. Tanpa ada pelatihan khusus apapun yang menunjang apa pekerjaan mereka nantinya. Dan parahnya mereka tidak diijinkan untuk keluar dari tem­ pat penampungan itu. “ Pelapor (red-korban) memaparkan kejadian asal muasal kasus ini. Mereka menyatakan bahwa mereka adalah penduduk Nusa Tenggara Timur (NTT) yang dibawa ke Semarang untuk dipekerjakan di luar negeri. Akan tetapi selama ini mereka dibiarkan di tempat penampungan. Sehingga sebagian dari mereka melarikan diri kemudian melapor ke Polisi Sekitar (Polsek) Semarang Barat pada


-Laporan Khusus 2-

Hak Korban yang Dipertaruhkan tahun 2015 bulan-bulan akhir lalu,” ungkap Riris. Lanjut keterangan Riris bahwa semua korban yang ditemukan dari beragam usia. Terdapat usia orang dewasa yang siap untuk bekerja, ada pula usia anak-anak yang menyalahi aturan usia minimum pekerja. Para korban belum semuanya memiliki keterampilan yang mumpuni untuk bisa bekerja di luar negeri. Fenomena anak perempuan yang dilacurkan untuk indus­ tri seks semakin marak juga di Indonesia. Walaupun tidak ada data yang pasti mengenai jum­ lah anak yang dilacurkan, di tempat-tempat pelacuran ban­ yak ditemukan pakerja seks yang merupakan anak-anak di bawah umur (dibawah usia 18 tahun menurut konvensi ILO). Berbagai tulisan melapor­ kan adanya keterlibatan anak dalam industri seks di hampir seluruh kota-kota besar di In­ donesia. Menurut keterangan dalam literatur buku Utang Selitot Pinggang menyebut­ kan bahwa penelitian Hull di kompleks pelacuran Dolly di Surabaya memperkitakan bah­ wa jumlah pekerja seks anak kira-kira mencapai sepersepu­ luh dari jumlah total penghuni kompleks pelacuran itu. Jelas terbukti bahwa pelacur sudah tidak memandang usia, sam­ pai anak-anak pun ikut men­ jadi korbannya.

Perdagangan anak juga belum tertangani. Atas antisipasi oleh Undang-Undang No 4 Tahun 1979 tentag Kesejahteraan Anak, yang dimaksud un­ tuk memberikan perlindun­ gan hukum kepada anak dan dinyatakan oleh US Departe­ men of State Publication 2005 bahwa Indonesia sebagai Ne­ gara sumber dan transit per­ dagangan orang internasional, khususnya untuk tujuan seks komersial dan burh anak di dunia,” referensi buku Aspek Hukum Perdagangan Orang Indonesia. Praktik pemalsuan identitas usia juga memungkinkan ter­ jadinya pemanipulasian usia perempuan untuk bisa dini­ kahkan sebelum mencapai usia dewasa secara hukum. Dalam kasus anak perempuan yang dilacurkan, banyak terja­ di pemalsuan identitas dengan memanipulasi usia ataupun memanipulasi status perkaw­ inan mereka. Karena belum membudayanya pencatatan kelahiran dan mudahnya pemalsuan identitas dalam Kartu Tanda Penduduk (KTP) .(Kompas, 1999) Akhir-akhir ini kasus perda­ gangan orang yang menimpa anak-anak kembali marak terjadi. Menurut surat kabar harian Kompas (20/2) menye­ butkan bahwa tujuh anak dari Timika, Papua dievakuiasi dari tempat penampungan illegal

di Jalan Intisari Raya, Pasar Rebo, Jakarta Timur, Jumat (17/2). Mereka diperlakukan tidak layak dan sering men­ galami kekerasan fisik ataupun intimidasi. Menurut keter­ angan Ketua Umum Komisi Nasional Perlindungan Anak Arist MS di dalam muatan surat kabar tersebut, mereka adalah M (13), K (10), Y (7), Y (5), JH (7), Y (9), dan CR (5) sebagian anak sudah dijemput oleh kedua orang tuanya. Dan sebagian lagi belum diketahui orang tua serta alamatnya. Lanjut keterangan Arist, bah­ wa mereka diserahkan oleh orang tuanya kepada biarawati berinisial SK (35) dengan janji akan disekolahkan di Jakarta. Para orang tua hanya percaya saja karena SK sering datang ke Papua. Dan ternyata biaya sekolah untuk biaya anak-anak mereka di Jakarta masih saja dikirimkan ke SK oleh orang tuanya. Kasus tersebut sekarang sudah ditangani pihak polisi setelah mendapat laporan dari warga sekitar.” Kemudian diketa­ hui tempat penampungan itu dikelola oleh individu dan tidak berstatus hokum. Anakanak tersebut kerap terlantar dan dikunci di dalam rumah. Bahkan, karena lapar, ada anak yang kabur dari dalam ru­ mah untuk mengambil roti di warung,” jelas Arist.

25


Upaya Pemerintah dalam Mengatasi Pelecehan Seksual

Oleh: Maria Putri Anggun Larasati | Design: Nurul K. Maulidiyah

P

ada pertengahan tahun 2016 ini, banyak peristiwa kekerasan dan pelecehan seksual yang terjadi di Indonesia. Seolah-olah menjadi trend, kasus-kasus tersebut semakin banyak dan tersebar diberbagai daerah. Ketika terdapat satu kasus kekerasan seksual yang beritanya heboh, tak lama kemudian muncul peristiwa yang serupa namun berasal dari daerah lain. Lebih mengagetkan lagi pelakunya tidak hanya orang dewasa tetapi juga anak dibawah umur. Kasus yang terjadi pun tidak hanya berupa pelecehan seksual ­ringan tetapi hingga kekerasan seksual yang berujung maut. Tentunya kita tidak akan lupa akan kasus Yuyun. Seorang remaja yang menempuh pendidikan di tingkat SMP yang diperkosa oleh 14 pemuda dan ketika diakumulasi ternyata ada 23 orang dan hal tersebut terjadi tidak hanya dalam satu waktu. Peristiwa yang terjadi di ­pedalaman­­ Bengkulu ini menjadi sangat terkenal hingga di media sosial hingga tercipta hastag Nyala untuk Yuyun, hal tersebut dilakukan sebagai bentuk kepedulian masyarakat terhadap kasus Yuyun dan me­rupakan cara masyarakat agar pemerintah mendengar dan mengatasi kasus tersebut. Aktivis pun berdemo di Monas dan ­menuntut agar perilaku pemerkosaan dihukum ­seberat-beratnya. Bahkan Presiden Joko Widodo hingga menuliskan bela sungkawanya melalui akun twitter pribadinya yang menyatakan bahwa ia turut berduka atas kepergian YY dan ia pun menyatakan bahwa perempuan dan anak-anak harus dilindungi dari kekerasan.Lalu bagaimana dengan kasus-kasus di Semarang dan Jawa Tengah? Seberapa parahkah kasus kekerasan seksual pada anak dan perempuan? Apa upaya pemerintah dalam menangani hal ini? Hal pertama yang perlu diketahui adalah kasus-kasus kekerasan seksual apa saja

26

yang terjadi di Semarang dan ­sekitarnya. DIMENSI menelusuri beberapa kasus tersebut ke Pusat Pelayanan Terpadu (PPT) Seruni, Semarang. Irma, salah satu staf dari PPT Seruni bercerita bahwa dari ­beberapa kasus kekerasan, kekerasan seksual menempati urutan kedua setelah kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) pada tahun 2015. “Penyebabnya adalah situasi lingkungan dan kondisi yang mendukung. Misalnya wanita yang berpakaian seksi. Namun saat ini wanita yang berpakaian tertutup pun juga bisa menjadi korban. Pelaku biasanya adalah korban pelecehan dan kekerasan sekual yang kemudian tidak tertangani dengan baik lalu menjadi pelaku,” kata Irma. Kekerasan dan pelecehan seksual memang harus segera ditangani dengan baik. Pengalaman Irma saat mendampingi korban kekerasan dan pelecehan seksual adalah anak-anak yang diam, marah-marah, dan tidak ingin cerita. “Bahkan ada salah satu anak pada tahun 2014, ketika ia pipis terasa sakit dan akhirnya dia bisa cerita, jadi memang kita harus mengorek informasi anak tersebut dengan telaten,” ungkap Irma. Lalu bagaimana prosedur penan­g­ an masalah kekerasan seksual tersebut? “Prosedur penanganan masalah ini adalah korban ataupun keluarga korban mengadu, lalu kita identifikasi masalahnya dan kita analisis penanganan seperti apa yang dibutuhkan korban. Apakah membutuhkan terapi psikis, pemulihan traumatik, rumah aman, atau membawa permasalahan ini hingga ke kepolisian,” jelas Irma Apakah kasus di kota Semarang lebih besar daripada kota-kota lainnya? Menurut Irma setiap tahunnya kasus selalu meningkat dan dimungkinkan karena kesadaran masyarakat yang semakin besar untuk melapor, namun untuk dibandingkan dengan


-Laporan Khusus 3kota lain belum ada datanya. Untuk peran pemerintah sendiri, dari pihak. Dinas Sosial dan Kepemudaan sudah menjalin kerjasama dengan lembagalembaga seperti PPT Seruni, kepolisian, hingga Dinas Kesehatan untuk menangani kasus tersebut. Tersedianya Rumah Aman bagi para korban bertujuan untuk menjauhkan korban dari Pelaku dan menghilangkan traumatik. Hal ini agar pelaku dapat melanjutkan pendidikan dan terus berkembang kedepannya Upaya pemerintah dalam menangani kasus kekerasan dan pelecehan seksual pada perempuan dan anak khusunya, telah mendapat perhatian khusus. Tentunya bangsa Indonesia tidak menginginkan moral bangsa rusak dengan adanya masalah tersebut. Undang-undang pun mulai dirancang untuk mengatasi masalah kekerasan seksual pada anak dan perempuan. Arigus Wirati (Riris), staff fulltimer dan lawyer PPT Provinsi Jawa Tengah mengatakan bahwa Rancangan Undang-Undang belum disahkan dan masih memakai Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) UU perlindungan anak. “Untuk pelaku dewasa proses hukum yang berlaku adalah seluruhnya full ancaman dan hukuman. Sedangkan untuk pelaku anak hukumannya pun hanya sepertiga dari hukuman orang dewasa. Dan untuk pelaku tindak pidana ringan diberikan hukuman peralihan dikembalikan kepada orang tua atau diserahkan ke pantipanti yang disediakan oleh Dinas Sosial,� jelas Riris. Bagaimanakah penetapan pelaku tersebut anak-anak atau orang dewasa? Berapakah usia yang ditetapkan pelaku tersebut adalah anak-anak atau bukan? Riris berkata,� seorang pelaku dikatakan sebagai anak apabila saat melakukan tindakan tersebut berumur dibawah 18 tahun. Namun menurut KUHP sendiri anak-anak adalah yang berumur 21 tahun.� Riris pun juga mengungkapkan bahwa tidak hanya Semarang saja yang sebagai pusat provinsi yang banyak terdapat kasus tersebut. Menurut data terakhir ada kota Brebes dengan pelaku satu orang dewasa

dengan korban 16 anak, Salatiga dengan pelaku 5-6 orang dengan korban 9 anak dan Kabupaten Semarang dengan kasus 9 pelaku dengan korban yang berjumlah 9 yang sama-sama berusia 9 tahun. “Biasanya ketika pelaku tersebut sama-sama anak-anak, pelaku tersebut adalah teman bermain yang sudah dekat dengan korban.� ungkap Riris. Sungguh memprihatinkan apabila data tersebut semakin meningkat setiap tahunnya. Apalagi kita pun sama-sama tahu jika salah satu penyebab kasus kekerasan dan pelecehan seksual pada anak dan perempuan adalah semakin meningkatnya teknologi informasi dan komunikasi. Sehingga semua orang dapat mengakses apa saja yang berada di internet termasuk halhal yang tidak senonoh yang menyebabkan pelaku terutama anak-anak bertambah banyak dikarenakan mereka hanya meniru apa yang ada di internet. Jika sudah begitu apakah lebih baik jika teknologi tidak usah berkembang saja dan kasus tersebut tidak terjadi? Tentu pilihan tersebut juga tidak baik karena setiap manusia harus berkembang begitu pula dengan teknologi. Manusialah yang seharusnya bisa bersikap dengan baik terhadap teknologi, bukan malah sebaiknya manusia yang diperalat oleh teknologi. Terlepas dari itu semua, tentunya hal ini menjadi PR bagi pemerintah dan masyarakat. Pemerintah mulai saat ini tidak boleh menutup mata atas kejadian-kejadian tersebut. Pemerintah tidak boleh hanya memikirkan isu-isu politik dan urusan partainya. Dikarenakan kasus dan kejadian kekerasan seksual yang terjadi pada anak dan perempuan merupakan hal yang sangat penting untuk segera ditangani. Anak adalah masa depan bangsa, anak-anak yang merupakan investasi bangsa menjadi rusak moralnya, tentunya bangsa pun akan ikut rusak moralnya. Oleh karena itu kita semua harus bersama-sama menangani kasus ini bersama dan jangan hanya diam dan tidak peka terhadap apa yang terjadi di sekitar kita.

27


“Pelayanan seperti ini sudah masuk ke hati saya sehingga yang dibutuhkan adalah yang penting ikhlas dan tidak menyerah”

Kepedulian Hati menjadikannya Aktivis Kekerasan Seksual pada anak Oleh: Maria Putri Anggun Larasati

Awal mula menjadi aktivis dalam penan­ ganan kasus kekerasan pada perempuan dan anak dimulai ketika ia mengikuti kegiatan PKK didaerahnya. Wanita kelahiran 7 Feb­ ruari 1966 ini akhirnya menjadi aktivis sosial setelah ia melihat bahwa ternyata banyak kasus kekerasan pada anak yang terjadi khususnya di daerah Semarang Timur. Kasus-kasus kekerasan pada anak dan perempuan yang banyak terjadi itu membuat Zubaidah merasa miris sehingga ia mau men­ jadi pekerja sosial. Ia pun dibimbing oleh ses­ eorang yang sering ia panggil Bu Jeki sehingga ia bisa memahami apa saja yang dibutuhkan pelayanan tersebut. Zubaidah yang bekerja di Pusat Pelayan­ an Terpadu (PPT) Kartini di Jalan Krakatau VIII/8 kecamatan Semarang Timur, telah ter­ jun dalam aktivitas ini sejak tiga tahun yang lalu. Sudah banyak kasus yang ia tangani tidak hanya kasus kekerasan seksual namun juga ka­ sus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) hingga kasus kekerasan dalam pacaran. Ia pun mengatakan bahwa awalnya ia harus banyak belajar dari banyak sumber mengenai

28

Oleh: M Alwan F

Sosok: Zubaidah

pelayanan tersebut. “Ya saya mengikuti berb­ agai pelatihan seperti PPT Seruni, KDH, PPT Provinsi termasuk pembimbing saya Bu Jeki itu,” ucap Zubaidah. Wanita lulusan manaje­ men keuangan itu mengatakan bahwa ia harus banyak belajar karena ia bukan dari lulusan psikologi maupun hukum yang lebih mengerti mengenai penanganan kasus tersebut. Ketika ditanya mengenai apa saja kesulitan dalam pelayanan ini, ia pun menjawab bah­ wa penanganan kasus yang paling menguras tenaga adalah kekerasan seksual pada anak. Ia mengatakan bahwa kasus tersebut harus panjang penanganannya termasuk visum, hu­ kum dan sebagainya. Namun ternyata kasus kekerasan dalam pacaran lah yang merupakan kasus paling sulit untuk diajukan ke hukum di­ karenakan belum adanya undang-undangnya dan dianggap bahwa pelaku dan korban di­ dasarkan “mau sama mau”. Pada akhir tahun 2016, Zubaidah menan­ gani kasus kekerasan seksual yang dilakukan oleh ayah kandung terhadapa anak kandung­ nya yang berumur 8 tahun dan 3 tahun. Ka­ sus tersebut terkuak ketika si adik ingin ikut


- Sosok -

kakaknya kerumah ayahnya. Ketika pulang si adik dengan polos bercerita kepada ibunya jika ia merasa disiksa oleh ayahnya. Setelah diperiksakan ke dokter telah terjadi robekan kecil di kemaluan si adik. Awalnya si ibu tidak tahu bagaiman cara menangani masalah terse­ but, hingga ia diberitahu untuk menghubungi Zubaidah. Akhirnya sang kakak diamankan oleh Zubaidah dan dalam berbagai cara, anak tersebut mengaku bahwa ia telah disetubuhi oleh ayahnya setiap hari selama dua bulan se­ menjak orang tuanya resmi bercerai . Anak tersebut tidak pernah memberontak karena mengira jika perlakuan ayahnya adalah bentuk kasih sayang seorang ayah terhadap anaknya. Zubaidah pun memberitahu anak tersebut dan melakukan terapi agar anak tersebut tidak traumatis. Bahkan hingga ke kepolisian dan pengadilan Zubaidah lah yang menangani ka­ sus tersebut. Ia pun berkata,”Pelayanan seperti ini sudah masuk kedalam hati saya, sehingga yang dibutuhkan yang penting ikhlas dan tidak menyerah.” Tentunya apa yang dilakukan oleh wanita yang bertempat tinggal di Mlati Harjo ini ti­ dak lepas dari dukungan keluarganya terutama

suaminya. Walaupun pada awal mulanya sang suami kurang setuju dengan apa yang dilaku­ kannya akhirnya ia pun mendukung bahkan sering memberikan konsultasi kepada Zubai­ dah. Bahkan ibu dari empat orang anak ini pun masih sering diprotes oleh anak-anaknya dikarenakan harus pulang malam dan menjadi kurang diperhatikan. Menjadi seseorang seperti Zubaidah tida­ klah mudah. Ada beberapa hal yang harus dikorbankan. Apa yang telah dilakukan oleh Zubaidah merupakan salah satu contoh yang patut diapresiasi. Demi masa depan bangsa Indonesia, ia yang awalnya hanya seorang ibu rumah tangga pun rela memberikan tenaga, waktu, dan pikiran tanpa tahu berapakah hon­ or yang didapat. Hal ini dilakukan agar bangsa ini mentalnya tidak menjadi bobrok karena hasil dari kondisi lingkungan sosial yang tidak sehat. Apakah kalian para generasi penerus bangsa yang nantinya akan memimpin bang­ sa ini peduli dengan kondisi bangsa ini? Ses­ eorang yang umurnya telah paruh bayah pun masih berpikir tentang hal itu, bagaimana den­ gan kalian? Silahkan kalian sendiri yang men­ jawabnya.

29


oleh: Tim Riset Dimensi Design: Salma A

H

ak Asasi Manusia (HAM) adalah hak-hak yang dimiliki manusia sejak lahir dan berlaku seumur hidup serta tidak bisa diganggu gugat. Namun, dalam kenyataannya banyak pelanggaran HAM yang sering kita temui di Indonesia. Salah satu contoh pelanggaran HAM yang sering dijumpai di Indonesia yaitu kejahatan dan kekerasan terhadap anak. Menurut UU Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas UU Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Anak mempunyai rasa ketergantungan serta menginginkan rasa kasih sayang yang lebih terhadap orang yang lebih dewasa. Apalagi dunia anak masih meraba-raba sehingga dibutuhkan dukungan penuh dari orang tua dan orang-orang terdekat agar pergaulannya terkontrol. Rasa ketergantungan yang ada dalam diri seorang anak mengakibatkan anak rentan menjadi korban kejahatan. Unit Perlindungan Perempuan Anak (PPA) Sat Reskrim Polrestabes Semarang sepanjang tahun 2012-2016 telah mencatat kasus kekerasan terhadap anak mencapai angka 212. Mulai dari kekerasan fisik, kekerasan psikis, kekerasan seksual, penelantaran, hingga anak berkonflik hukum (AHK). Dari data tersebut 107 diantaranya merupakan korban kekerasan seksual. Kampanye anti kekerasan terhadap anak kini semakin digalakan, akan tetapi kasus kejahatan dan kekerasan terhadap anak setiap tahunpun kian berjatuhan. Pemerintah juga telah melakukan upaya untuk mencegah maupun mengatasi kasus tersebut, yaitu mengatur undang-undang khusus perempuan dan anak, menciptakan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan Pos Pelayanan Terpadu (PPT) di setiap kecamatan, serta mengadakan sosialisasi di setiap daerah. Selain itu bagi pelaku persetubuhan terhadap anak akan mendapat sanksi sesuai dengan UU No. 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak Pasal

30

foto: iran-daily

Potret Kekerasan Seksual terhadap Anak


- Infografis 81, sedangkan pelaku pencabulan terhadap anak akan diadili dengan pasal 82. Meskipun peraturan perundang-undangan sudah ditetapkan, namun saat ini kekerasan seksual terhadap anak semakin miris di kalangan masyarakat. Sebab dalam kasus ini pelaku tidak hanya berasal dari orang asing namun juga dari orang terdekat, bahkan ada pelaku inses yang mana pelaku adalah ayah kandung korban. Tindakakan kekerasan seksual yang terjadi berupa persetubuhan, pencabulan, dan pemerasan. Hal ini terjadi karena berbagai faktor. Menurut AKP Kumarsini, Kepala Unit PPA Sat Reskrim Polrestabes Semarang, motif pelaku kejahatan terhadap anak dilatarbelakangi oleh masalah ekonomi, ketergantungan obat (narkoba dan minuman keras), gaya hidup yang nilainya sudah luntur dan menyimpang (penyimpangan seksual), serta kemerosotan moralitas. Kumarsini menjelaskan bahwa kasus ini berdampak buruk terhadap kondisi korban (anak) seperti dampak psikologis, emosional, fisik dan sosialnya meliputi depresi, gangguan stres pasca trauma, kegelisahan, rasa rendah diri yang buruk, dan kekacauan kepribadian. Yang paling membahayakan adalah perubahan perilaku seksual, yang kemungkinan besar akan terjadi setelah dewasa korban akan menjadi pelaku kejahatan seksual akibat trauma yang pernah dialaminya sejak kecil. “Bagi korban, akan mengalami madesu (masa depan suram)�, tandasnya. Berikut adalah data tentang tindak kejahatan dan kekerasan terhadap anak yang ditangani unit PPA Sat Reskrim Polrestabes Semarang Tahun 2012 – 2016 (Oktober).

Kekerasan Fisik 71

Kekerasan Psikis 31

Kekerasan Seksual 107

Penelantaran 2

AHK 1

Sedangkan berikut merupakan potret data jumlah kekerasan seksual terhadap anak di kota Semarang yang ditangani unit PPA Sat Reskrim Polrestabes Semarang sepanjang tahun 2012 – 2016 (Oktober).

31


Tunjukkan Kreatifitas An da

LPM DIMENSI

THE WAY OF JOURNALI

SM


-Kampusiana-


Pembukaan

Magister Sains Terapan di Polines

oleh: Ramadhan & Indri design: salma a

34


- Kampusiana -

Pembukaan program magister sains terapan (M.St) di Politeknik Negeri Semarang (Polines) baru akan di selenggarakan pada semester ganjil tahun ajaran 2017/2018 mendatang” ungkap direktur Politeknik Negeri Semarang, Supriyadi MT. Hal itu ditandai dengan telah terbitnya Surat Keputusan (SK) Menristekdikti no. 345/KPT/I/2016 tertanggal 13 September 2016 tentang Pembukaan Program Studi Teknik Telekomunikasi Magister sains Terapan Polines. program magister sains terapan sendiri adalah adalah program S2 di untuk sekolah vokasi yang setara dengan program master di universitas. Sejauh ini telah Direncanakan bahwa program ini akan diselenggarakan di dua jurusan yaitu jurusan teknik elektro dan jurusan akutansi, namun tidak menutup kemungkinan bahwa 3 jurusan lainnya akan turut serta menyelenggrakan program ini. Untuk jurusan teknik elektro program ini akan

diselenggrakan di program studi teknik telekomunikasi dan akan dibuka pada semester ganjil tahun ajaran 2017/2018, sementara pada jurusan akutansi program ini akan dibuka di program studi perbankan syariah, yang ditargetkan pada tahun ini upaya pengusulan terhadap Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia akan selesai pada tahun ini. “kedua program studi ini telah memenuhi persyaratan yang diajukan dikti, maka dari itu kita membuka program masternya, selain itu untuk program studi perbankan syariah sendiri politeknik telah menerima hibah, untuk pengadaan program magister sains terapan.” jelas Supriyadi selaku direktur Polines. Berbagai persyaratan dasar yang diberlakukan Menristekdikti diantranya adalah terdapat minimal 6 orang doktor sebagai staf pengajar serta adanya program Sarjana Terapan (D4), pada program studi yang sama. Namun demikian,

berbagai hal masih perlu dibenahi. Berbagai alat serta fasilitas masih memerlukan revitalisasi, untuk menunjang penyelenggraan program magister sains terapan yang tentunya disesuaikan dengan anggaran yang di berikan oleh Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi. Alasan serta dasar pemikiran dibukanya program magister sains terapan ini adalah guna memberikan akomodasi bagi para staf pengajar yang telah bergelar doktor serta diharapkan Polines mampu memperkuat peran perguruan tinggi ditengah masyarakat sebagaimana diungkapkan oleh Hendro selaku Ketua Komisi F Dewan Senat “ alasan utama dibukanya program magister sains terapan ini adalah kebutuhan ditengah masyarakat, yaitu kebutuhan akan master dibidang praktisi yang mana saat ini masih belum banyak tersedia, dan akan menghasilkan suatu karya yang dibentuk dan dibuat sendiri” terang Hendro.

35


Pro-Kontra Dibukanya Magister Terapan di Polines

oleh: Ramadhan Hafidz & Indri Safitri design: salma a

M

agister Sains Terapan (M.ST) adalah program lanjutan dari jenjang D4 di sekolah vokasi atau program yang setara dengan S2 di universitas. Untuk saat ini, politeknik yang membuka program magister sains terapan ini masih sangat terbatas jumlahnya, tidak terkecuali Politeknik Negeri Semarang (Polines). Namun, tidak lama lagi Polines akan membuka program Magister Sains Terapan lebih tepatnya pada semester ganjil tahun ajaran 2017/2018. Pembukaan program ini akan diawali pada Jurusan Teknik Elektro, Program Studi Teknik Telekomunikasi. Bagaimana pendapat para mahasiswa tentang dibukanya magister terapan ini?

Ardhea Pramesti Anandari | Teknik Elektro

Saya sangat setuju dengan magister sains terapan ini, karena seperti yang saya tahu program studi Telekomunikasi ini masih cukup sulit untuk mencari lanjutan ke program magister sains terapan. Hanya saja, menurut saya fasilitas di Polines masih belum memadai, tapi jika kita ada kemauan dan keinginan untuk memperbaiki fasilitas yang ada pasti akan tercapai fasilitas yang kita inginkan. Saran saya, fasilitasnya agar diperbaiki lagi serta kurikulum dosen dan semua prosedur yang diperlukan lebih ditingkatkan lagi.

Ahsani Taqwim Damaska | Teknik Mesin

Saya setuju dengan program tersebut, karena masih sedikit dari universitas dan politeknik di Indonesia yg memiliki program magister terapan, sehingga dapat menjunjung nama Polines khususnya di bidang terapan. Tetapi tetap harus ditunjang ­dengan sarana dan prasarana yg memadai serta kualitas pengajar maupun regenerasi calon dosen pengajar magister terapan yang baik, dengan begitu para lulusan sarjana terapan di Indonesia tidak ragu untuk memilih program magister terapan di Polines. Polines sudah menjalankan program D3 sejak pertama berdiri dan program S.ST selama beberapa tahun terakhir ini, dan lulusannya pun kompeten serta tidak kalah saing dengan program non t­ erapan di universitas. Jika program magister terapan ini didirikan, bukan tidak mungkin untuk menyaingi magister non terapan di Universitas bahkan kita bisa untuk lebih baik dari mereka.

36


- Speak Up Respati Adi Nugraha | Teknik Sipil

Saya kurang setuju dengan adanya magister terapan ini, dikarenakan politeknik berbasis vokasi, sedangkan vokasi berbeda daripada universitas, yaitu vokasi dengan keunggulan praktiknya. Jadi jika ingin membuat program magister pengajarannya kurang mencerminkan ciri politeknik.

Riny Hajrul Fattah | Akuntansi

Keputusan Polines untuk membuka program magister sains ­terapan ini cukup tepat karena mahasiswa D4 tidak kesulitan untuk melanjutkan ke program selanjutnya, karena program ­magister sains terapan juga masih jarang. Dari fasilitas masih belum memadai, diliat dari masih banyaknya fasilitas untuk D3 yang belum terpenuhi. Harapannya agar dilakukan peningkatan dalam fasilitas dan program ini juga dibuka di jurusan lainnya di Polines.

Herdiyanto Dwi Nugroho | Teknik Sipil

Menurut saya program ini sangat baik untuk membuat Polines lebih maju. Dengan adanya program magister ini, maka ­diharapkan lulusan Polines bisa lebih terampil. Meskipun jika kita melihat dari segi fasilitas yang masih kurang, berkaca dari fasilitas yang ada saat ini saja masih belum memadai seperti lab saat praktek ataupun wi-fi. Saran saya agar lebih dimantapkan lagi baik dari segi kurikulum dan dosen-dosen pengajarnya agar lebih berkualitas, supaya menghasilkan lulusan yang berkualitas juga, dan juga dari segi fasilitas agar lebih ditingkatkan.

Rizaldi Nanjaya | Akuntansi

Menurut saya itu sudah baik. Seperti yang kita ketahui, mahasiswa D4 ingin melanjutkan ke jenjang S2 tidak mudah jika ke universitas. Dengan adanya program magister sains terapan, maka mahasiswa D4 akan lebih mudah jika ingin melanjutkan ke jenjang berikutnya. Dari segi fasilitas saya rasa masih belum memadai, seperti yang kita ketahui akuntansi mulai semester ini juga sudah mulai kuliah sampai malam. Harapnnya selain membuka program studi baru agar dapat ditinjau kembali mengenai kesiapan fasilitasnya mulai dari kelas, serta sarana dan prasarananya.

37


oleh: litbang LPM Dimensi Design: Aryo W dan Ahmad Kaffi

Sadarkah Mahasiswa dengan Human Trafficking?

P

engertian perdagangan orang (human trafficking) sendiri menurut Undang-Undang No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang adalah tindakan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain tersebut, baik yang dilakukan di dalam negara maupun antar negara, untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi. Di Indonesia, sebanyak 74 kasus human trafficking dari tahun 2011 sampai tahun 2015 belum dituntaskan, hal tersebut dikutip dari laman tribunnews.com. Berdasarkan penjelasan tersebut diatas, tim riset LPM Dimensi melakukan survei mengenai pendapat mahasiswa Politeknik Negeri Semarang mengenai permasalahan human trafficking yang sedang marak terjadi di Indonesia. Survei tersebut dilakukan selama kurun waktu 2 bulan terhadap 155 responden secara acak (Rundom Sampling) dalam bentuk kuesioner online yang disebar pada lima jurusan di Politeknik Negeri Semarang. 1. Apa pendapat Anda mengenai human trafficking? Menurut mahasiswa, sebanyak 93,55% dari 155 berpendapat bahwa kasus human trafficking di Indonesia harus segera dituntaskan, sedangkan sebanyak 3,87% berpendapat bahwa kasus tersebut lumayan penting, bahkan ada yang berpendapat bahwa itu bukan masalah penting. Bukan masalah penting 0,65% Lumayan penting Harus segera dituntaskan Lainnya

38

3,87% 93,55% 1,94%

2. Apa bentuk human trafficking yang paling sering terjadi?

Dari seluruh mahasiswa dari 155, 47,10% ber足 pendapat bahwa eksploitasi untuk seks meru足 pakan bentuk human trafficking yang paling sering terjadi, sedangkan 27,74% adalah perda足 gangan anak, dan sisanya menjawab perbuda足 kan, perdagangan organ dan lain-lain.


11,61 %

5,81 %

Lainnya

18,06 %

Kekuasaan

59,35 %

Kurang Pengetahuan

Sebagian besar mahasiswa dari 155 mahasiswa, 59,35% di­ antaranya berpendapat bahwa kasus human trafficking di Indonesia disebabkan karena kemiskinan, sedang 18,06% akibat kurangnya pengetahuan, 11,61% pengangguran, dan 5,81% mengatakan karena penyalahgunaan kekuasaan serta lainnya mengatakan kurangnya keimanan dan kurang tegasnya hukum.

Kemiskinan

3. Menurut Anda, apa yang menjadi penyebab terjadinya human trafficking?

Pengangguran

- Polling -

5,16 %

4. Menurut Anda, kelompok masyarakat mana yang rentan menjadi korban human trafficking? Seluruh mahasiswa dari 155 sebanyak 45,81% menyatakan bahwa kelompok remaja adalah kelompok yang rentan terhadap tindakan human trafficking, sedang sebesar 40% menjawab anak-anak. Sebaliknya bahwa perempuan biasa tidak terlalu rentan menjadi korban, yakni dengan jumlah persentase 7.74%. 5. Bagaimana penanganan human trafficking di Indonesia? Sangat Puas 0%

Puas 3,23 %

Cukup Puas 27, 10 %

Sangat Tidak Puas 69,68 %

Lainnya 0%

Terkait pertanyaan tentang penanganan human trafficking di Indonesia, sebesar 69,68% mahasiswa dari 155 menyatakan sangat tidak puas atas penanganan tersebut. Sedangkan, sebesar 27,10% merasa cukup puas, dan 3,23% merasa puas. 6. Pihak manakah yang paling bertanggung jawab dalam menangani human trafficking?

Seluruh mahasiswa dari 155, sebanyak 85,81% berpendapat bahwa semua pihaklah yang paling bertanggung jawab atas penanganan human trafficking. Sedangkan sebanyak 6,45%, 4,52% dan sisanya menjawab pihak pemerintah pusat maupun daerah, penegak hukum dan masyarakat.

39


-Polling7. Upaya apa yang paling efektif untuk mengatasi human trafficking?

8. Apa pendapat Anda mengenai upaya pencegahan tindak traffick­ing di Indonesia? Sangat Puas 0%

Puas 11,61%

Tidak Puas 68,39 %

Sangat Tidak Puas 18,71 %

Lainnya 0%

Tidak Menjawab 1,29 %

8,39% 3,23% 0,65%

20,00%

16,13%

51,61%

Selain daripada pencegahan untuk menanUntuk mengetahui seberapa besar upaya gani human trafficking di Indonesia, upayapencegahan tindak human trafficking yang upaya efektif yang perlu dilakukan untuk telah di Indonesia, sebesar 68,39% responmeng­atasi hal tersebut yaitu melalui tinden mengatakan tidak puas, 18,71% mendakan memutus mata rantai trafficking, gatakan sangat tidak puas, 11,61% merasa memaksimalkan pencegahan, melalui penpuas, dan sisanya memilih tidak menjawab. egakan hukum. 9. Upaya apa yang paling efektif untuk mencegah human trafficking? Menggiatkan karang taruna dan PKK Koordinasi dengan pemerintah desa Koordinasi dengan kepolisian Tidak melakukan apa-apa Lainnya tidak menjawab

Berdasarkan pada kasus-kasus human trafficking yang terjadi di Indonesia, perlu adanya upaya pencegahan untuk mengurangi tingkat terjadinya kasus tersebut, yakni dengan salah satunya menggiatkan karang taruna dan PKK, selain itu memilih melakukan koordinasi dengan kepolisian, melakukan koordinasi dengan pemerintah desa.

KESIMPULAN

Dari hasil riset yang telah dilakukan mengenai pendapat mahasiswa Politeknik Negeri Semarang tentang perdagangan manusia (human trafficking), dapat disimpulkan bahwa banyak mahasiswa yang belum puas atas penanganan kasus perdagangan manusia yang terjadi di Indonesia. Selain itu upaya pencegahannya pun dirasa kurang karena peran serta semua pihak, baik itu pemerintah pusat maupun daerah, masyarakat dan penegak hukum masih belum dirasakan. Kemiskinan, kurangnya pengetahuan, pengangguran sampai penyalahgunaan kekuasaan menjadi alasan mengapa ada banyak korban human trafficking berasal dari kalangan remaja, anak-anak hingga dewasa. Selain itu, bentuk kasus human trafficking seperti eksploitasi seks, perdagangan anak, dan perdagangan organ sering terjadi di Indonesia. Hal tersebut tentu menjadi masalah serius yang harus segera dituntaskan. Oleh karena itu, perlu adanya penanganan yang efektif untuk mengatasinya, seperti memutus mata rantai human trafficking, memaksimalkan pencegahan dan penegakan hukum oleh aparat hukum. Seiring dengan melakukan penanganan tersebut, hal penting lainnya yaitu melakukan tindakan pencegahan seperti dengan melakukan penggiatan karang taruna dan Program Kesejahteraan Keluarga (PKK), berkoordinasi dengan kepolisian dan pemerintah desa dan melakukan pendidikan sejak dini kepada anak. Dengan demikian, diharapkan kasus perdagangan manusia (human trafficking) yang terjadi di Indonesia dapat berkurang.

40


-Semarangan-


F

a

Jaw h u isa gg n ,Ann a U n s : Hu gah ng g Oleh n a U mara y n tur i Se n d u L n Alwa M : n g i

s ,. De

“...Sebuah mutiara yang hilang,” “semoga daerah (suku) lain di indonesia ini, yang tentunya mempunyai pranatan (aturan) unggah-ungguh sendiri tidak mengalami seperti apa yang terjadi di jawa,...” Begitulah kutipan kompasiana.com pada ar­ tikelnya yang berjudul “bahasa jawa yang kian memudar”. Kabar buruk bagi indonesia karena hari ini salah satu budayanya mulai punah lantaran kemajuan zaman cepat sekali mengikisnya. Pakaian khas jawa yang anggun dan lembut­ nya bahasa krama kini seolah tidak lagi men­ jadi identitas masyarakat jawa tengah. Hal ini senada dengan ungkapan sriaji tapsir anom, seorang pengamat budaya daerah semarang yang menjelaskan bahwa budaya asli jawa yang berkembang di wilayah semarang kini hanya tersisa 10%. Ir H soewito, penulis lepas di sebuah ma­ jalah berbahasa jawa joyoboyo menjelaskan bahwa unggah-ungguh adalah kebudayaan turun temurun yang dianut orang jawa. Dari kata unggah dan ungguh. Unggah dari kata munggah yang artinya menaikkan kedudukan seseorang, sedangkan ungguh artinya tentang bagaimana cara berinteraksi dengan seseorang. Unggah-ungguh ini lebih kepada pemikiran apakah pantas melakukan sesuatu yang akan menimbulkan rasa saling menghargai dan menghormati satu sama lain. Unggah-ungguh secara tidak langsung dapat meninggikan de­ rajat diri kita sendiri dan mengatur moral aturan-aturan bermasyarakat. Salah satu unggah-ungguh jawa yang keta­

42

ra sekali penurunannya adalah Bahasa jawa ngoko dan krama. Penggunaan bahasa krama yang sejatinya dapat mempererat hubungan antar keluarga kini tak lagi banyak orang gu­ nakan. Kebanyakan dari mereka menggunakan bahasa indonesia untuk percakapan seharihari. Bahkan di zaman modern ini, tak sedikit orang tua lebih bangga mengenalkan bahasa indonesia ketimbang bahasa krama kepada anak-anaknya.untuk membuktikan bagaimana remaja sekarang mengenal bahasa jawa dalam keseharian terutama bahasa jawa karma. Penulis mencoba bertanya apa bahasa jawa krama dari kata pulang kepada salah seorang remaja asal kota semarang yang tengah duduk di kelas 2 sebuah sma negeri favorit di sema­ rang., gadis cantik bernama rosana yang biasa di panggil ana hanya tersenyum dan menggeleng­ kan kepala tampak kesulitan menjawab pertan­ yaan penulis. Lebih lanjut penulis menanyakan mengapa ia yang benar-benar penduduk jawa tulen tidak paham dengan bahasa jawa krama bahkan untuk sebuah kata pulang ,kata yang cukup sering kita pergunakan sehari hari. Ala­ sannya cukup klise bahwa sejak kecil ia telah terbiasa menggunakan bahasa indonesia untuk percakapan sehari hari di lingkungan keluarg­ anya. Bukan hanya ana, ana hanyalah mewakili satu dari beberapa anak muda yang telah ke­ hilangan jati diri budaya tanah kelahirannya.


- Semarangan Di luar sana masih banyak Ana-Ana yang lain, yang juga mungkin sudah lupa dengan bahasa jawa krama. Hal ini tentunya membuat miris bagi kita dan kecemasan bahwa kelak bahasa jawa akhirnya akan terkikis dan bahkan punah hanya tinggal sejarah. Perkembangan zaman selalu menjadi ala­ san utama lunturnya unggah-ungguh jawa. Anak muda lebih menyukai hal praktis, tidak mau ribet,. Melihat kondisi seperti ini penu­ lis mencoba menemui dra peny kusumarini M.Hum seorang dosen fakultas ilmu budaya universitas dipongoro untuk menanyakan hal-hal yang menyebabkan terkikisnya bahasa jawa krama dalam kehidupan sehari-hari bagi masyarakat jawa itu sendiri. Lebih lanjut be­ liau mengatakan faktor lingkungan menjadi latar belakang yang paling signifikan terhadap fenomena tersebut. Dalam hal ini terutama media. Baik media cetak maupun elektronik jarang sekali ada yang menggunakan bahasa jawa krama. Di samping itu, menurutnya di lingkungan semarang khususnya, sangat jarang ditemukan anak-anak berkomunikasi meng­ gunakan bahasa jawa krama, baik itu berbicara dengan orang-orang yang lebih tua yang ada disekitarnya, ataupun kepada yang orang yang baru dikenal. Selain itu orang-orang yang su­ dah sepuh juga semakin menipis. Mereka yang ahli bahasa jawa satu persatu meninggal dunia, padahal ajarannya belum diturunkan. Anak muda zaman sekarang juga enggan mempela­ jarinya. Beliau juga berkata, “kita tidak perlu mencarinya jauh-jauh. Ambil saja guru bahasa jawa. Saat ini jumlah mereka sudah menipis. Kampus pun juga jarang membuka jurusan ini. Alasannya adalah kurang banyak yang minat dan prospek kedepannya juga tidak baik. Akh­ irnya banyak peminta yang mengganti pilihan­ nya ke jurusan yang lebih bergengsi misalnya matematika atau bahasa inggris.” Ada bebera­ pa anak sekolah yang mengatakan jika bahasa jawa adalah pelajaran yang menyusahkan. Ba­ hasa ini susah dipelajari oleh siapa saja hingga akhirnya dibenci. Hilangnya penggunaan bahasa jawa krama dalam kehidupan sehari-hari mendapat tang­ gapan serius dari ir h soewito, harus ada upaya untuk tetap mempertahan penggunaan ba­

hasa jawa ngoko dan krama dalam kehidupan sehari-hari sebelum mereka mengenal bahasa nasional, bahasa indonesia atau bahasa yang lain. Pemerintah juga berkewajiban untuk melestarikan akar budaya bahasa jawa mini­ mal dalam kurikulum pendidikan dasar untuk tetap menyertakan pendidikan bahasa jawa se­ bagai mata pelajaran setidaknya dalam lingkup pendidikan sd dan sltp, syukur-syukur sampai ke jenjang slta. Lebih jauh pemerintah provinsi jawa tengah pun telah melakukan berbagai upaya untuk tetap melestarikan penggunaaan bahasa jawa ngoko dan krama. Penulis mencoba mewawa­ ncarai sastrawan budaya jawa, h soewarno di kediamannya di kawasan srondol bumi indah. Beliau mengatakan pemerintah provinsi jawa tengah kini lebih serius melindungi, membina dan mengembangkan bahasa, sastra dan aksara jawa. Keseriusan itu diwujudkan dengan terbit­ nya peraturan gubernur jawa tengah no. 55 / 2014 tentang perubahan atas peraturan guber­ nur jawa tengah no. 57 / 2013 tentang bahasa, sastra dan aksara jawa. Dalam peraturan gu­ bernur yang diundangkan per 22 agustus 2014 tersebut, bahasa jawa tak hanya digunakan masyarakat sebagai bahasa informasi, komu­ nikasi dan edukasi pada khotbah keagamaan, rapat-rapat rt / rw, lembaga-lembaga adat, ke­ giatan masyarakat dan organisasi pemerintah provinsi jawa tengah, pemerintah kabupaten/ kota serta instansi lain terutama pada situasi tidak resmi. Beliau juga menuturkan, perlunya diadakan pelaksanaan mata pelajaran bahasa jawa yang harus berdiri sendiri sebagai mata pelajaran Mengakhiri perbincangan kami di teras rumah yang asri dengan arsitektur jawa kuno dengan ornamen ukiran jepara dan gebyog kudus, penulis menanyakan harapan-harapan seorang budayawan jawa untuk tetap eksisnya budaya bahasa jawa di tengah kuatnya arus modernisasi. Beliau berharap generasi muda untuk tidak melupakan penggunaan Bahasa jawa ngoko dan krama dalam kehidupan se­ hari-hari. Sehari Bahasa jawa suatu hari tidak hanya tinggal cerita. Kalau bukan kita siapa lagi?

43


SGRC UI Organisasi

Permasalahan Gender dan Kejahatan Seksual Oleh: Rinda & Yurita | Design: Nurul K. Maulidiyah

M

araknya seks di kalangan remaja dan meledaknya permasalahan lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) yang terjadi di Indonesia menimbulkan banyak keresahan di kalangan masyarakat dan menimunculkan jiwa sosial mahasiswa yang mulai membentuk kegiatan kegiatan guna menghindarkan masyarakat utamanya mahasiswa dari masalah masalah tersebut dan kejahatan seksual. Salah satu dari sekian banyak Unit Kegiatan Mahasiswa dan Komunitas dengan bidang yang sama adalah dari Universitas Indonesia (UI), membentuk sebuah oganisasi yang dinamakan Support Group and Resource Center On Sexuality Studies (SGRC), yang berfokus pada pendidikan, penelitian dan kajian pemikiran terhadap hak tubuh dan kesehatan reproduksi. . “Saya memang punya ketertarikan di bidang atau isu seksualitas dan gender sejak saya kuliah S1 Psikologi. Saya belajar tentang cinta, hubungan, serta relasi antar kelompok dan juga memang pembahasan mengenai seksualitas dan gender itu ahlinya masih sedikit. Jadi, itulah yang membuat saya tertarik untuk mempelajarinya”, ungkap Ferena Debineva selaku Founder SGRC UI. atas dasar gagasan tersebut ia berinisiatif untuk mengumpulkan pandangan-pandangan dari fakultas lain agar mendapat pemahaman yang komprehensif mengenai seksualitas dan gender. Dibentuk pada Mei 2014 dengan anggota pertama yang mendaftar sebanyak 150 mahasiswa. Organisasi ini mengupayakan pemahaman yang lebih menyeluruh ­mengenai permasalahan gender dan seksualitas. Jenis kegiatan organisasi ini pun beragam seperti kegiatan seminar, diskusi, arisan, dan workshop. Seminar diadakan setiap satu se­mester­­ ,­­­diskusi mengenai seksualitas dan gender. Sedangkan arisan itu adalah diskusi dua mingguan yang didatangi oleh para anggota. “Ini adalah acara yang paling sering dan paling seru menurut teman-teman anggota”, ungkap Ferena . Prosedurnya dengan cara memasukan nama dan topik yang akan dibahas. Lalu, satu orang mendapatkan satu topik random yang sama sekali tidak tahu dan dua minggu kemudian dia harus presentasi. Topik-­ topiknya mengenai seksualitas seperti LGBT Movement, aseksualitas, transmen (transgender dari perempuan ke laki-laki), make up and gender, pregnancy, bishoner, poligami, poliandri, ataupun poliamori. Isu-isu yang dibicarakan ada kaitannya tentang cinta, LGBT ataupun kaitannya dengan tubuh, serta HIV/AIDS. Serta kegiatan workshop yang mem­ bahas pendidikan seksual untuk remaja akhir sampai dengan dewasa awal. “SGRC fokus pada pendidikan dan penelitian dengan latar belakang anak muda yang tidak dapat pendidikan seks. Mengetahui tentang seksualitas dianggap tabu dan mesum. Ditambah sebagai peneliti kami sulit untuk mengakses literature terkait seksualitas”. Kata Nadya, selaku Koordinator SGRC UI. Untuk mendukung berlangsungya kegiatan SGRC UI, sumber atau resource yang digunakan berasal dari koleksi perpustakaan digital khusus

44


- Komunitas -

seksualitas dan gender. Namun terbentuknya SGRC menimbulkan banyak respon baik positif maupun negatif di kalangan masyarakat khususnya di civitas UI sendiri. Respon positif adanya SGRC yakni menjadi wadah bagi mahasiswa yang punya ketertarikan di bidang atau di isu seksualitas dan gender, tetapi adapula yang merespon negatif dan menimbulkan isu terhadap komunitas SGRC, isu tersebut menyatakan bahwa SGRC UI sebagai wadah untuk melindungi dan menampung kaum lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT), hal tersebut diperbesar dengan keberadaan SGRC UI yang bukan merupakan sebuah Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) tetapi merupakan sebuah komunitas. “Kalaupun heboh, ya tadi yang saya bilang yang bikin heboh sebenarnya adalah seperti bissa, media-media yang pakai judul yang memang hanya mengejar klik. Ya kalian tahu lah bagaimana media framing suatu berita agar klliknya banyak. Misalnya “komunitas SGRC ini tidak didukung oleh UI” sebenarnya tidak ada masalah dari itu, yang jadi masalah adalah ketika tokoh-tokoh itu yang bilang hal-hal yang memang tildak masuk akal dan tidak support darimana-mana yang berdasarkan opini saja, terus opininya ngaco luar biasa. Kemudian juga heboh karena ada debat sana-sini yang juga sayangnya itu tidak ada basic akademiknya ataupun ada basic ademiknya tapi informasinya dipotonog setengah kemudian semua orang menjadi ketakutan”. Keluh Ferena saat menanggapi mengenai isu negatif yang tersebar Pendapat senada dinyatakan oleh Zolanski, salah satu anggota SGRC UI menanggapi bahwa selain berdampak negatif dengan bertambahnya haters baru, di pihak intern ­anggota sempat panik juga, bahkan sampai diteror dan orang tua pun takut. Namun ada­nya isu tersebut juga memberi dampak positif yakni semakin banyaknya orang yang tertarik mengenai SGRC dan kegiatannya. Sehingga sempat diundang ke acara universitas seperti Universitas Padjajaran (Unpad) dan Institut Teknlogi Bandung (ITB). Sementara itu, menurut salah seorang angggota SGC UI yang berinisial AU mengatakan “Aku sebenarnya nggak punya masalah sama sekali dan nggak terkena masalah apa-apa ketika isu SGRC mencuat. Ada temen-temen di SGRC yang terkena tekanan gara-gara isu tersebut, sampai-sampai sempet di SGRC dibilang ya mungkin ini memang preventif dari SGRC sendiri.sih. kalau ada yang nanya apakah kalian anggota SGRC ataupun punya teman anggota SGRC, bohong saja gapapa. Daripada nanti kalian ditekan/dijudge”. Ferena juga menyangkal jika SGRC dibilang sebagai sebuah wadah untuk melindungi dan menampung kaum lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT). “Kami adalah ­organisasi yang membahas seksualita dan gender. LGBT adalah sala satu bagian dari ­seksualitas dan gender itu sendiri”, pungkas Ferena

45


Eksistensi Ngesti Pandhawa di Era Globalisasi Di era perkembangan zaman modern dan teknologi yang serba instan dimana-mana. Wayang Orang Ngesti Pandhawa masih eksis dan mengabdi untuk menghibur masyarakat kota Sema­ rang. Ngesthi Pandhawa didirikan pada tanggal 1 Juli 1937 di Maospati, M ­ adiun, Jawa Timur oleh Ki Sastro Sabdo. Baru pada tahun 1950 masuk ke Semarang , Jawa Tengah dan menjadi identitas kesenian budaya dikota tersebut. Persaingan global yang sangat pesat membuat pemi­ nat wayang orang semakin menurun ketika memasuki tahun 80-an. Namun Ngesthi Pandhawa tetap betahan dan berani bersaing. Hanya dipinjami TBRS selama 3 hari untuk bermain dan membiayai segalanya sendiri, tak membuat ­Kru Ngesti Pandhawa berhenti mengibur dan mem­ perkenalkan wayang kepada generasi muda agar bisa melestarikan budaya ini.

doc. Rizal

1. Antusiasme pengunjung sebelum wayang orang dimulai

doc. Farizza

2. Salah satu wayang orang merias diri

46


- Galeri Foto -

3. Para Pemain Wayang Perempuan Unjuk Aksi dalam Pentas

doc. Farizza

4. Wayang Orang Menghibur Penonton

doc. Rizal

5. Seorang anak mengabadikan keberlangsungan pertunjukan

47


Oleh: Team Ilustrasi


KUNJUNGI

www.lpmdimensi.com



-Travelogue-


Tuban

a g r u S n a g den a y n h a n a T di B awah ta Intan P. oleh: Rosi

design: Salma A

T

foto: doc. Dimensi

uban, pelabuhan utama pada masa kerajaan Majapahit ini mungkin masih asing di telinga kita untuk urusan wisatanya, karena Tuban lebih dikenal sebagai salah satu kabupaten yang terkenal sebagai pusat penyebaran Agama Islam oleh para Walisongo. Kabupaten Tuban juga memiliki banyak julukan yaitu Kota KoesPlus, Kota Tuak, Bumi Ronggolawe dan Kota Seribu Goa. Dari sekian banyak julukan, yang paling membuat saya tertarik adalah julukan Kota Seribu Goa, bagaimana mungkin Tuban yang berlokasi di daerah pesisir bukannya dijuluki sebagai Kota Seribu Pantai tetapi malah dijuluki Kota Seribu Goa. Dengan berbekal keberanian, sedikit uang, dan izin dari orang tua, saya mengajak tiga orang teman saya untuk memulai petualangan ke Tuban, kebetulan sekali satu dari tiga orang teman yang saya ajak adalah penduduk asli Tuban jadi dialah yang menjadi pemandu wisata kami selama bertualang di Tuban. Hari Minggu tanggal 14 Agustus 2016, tepatnya pada pukul sembilan pagi kami berempat berangkat ke Tuban dengan mengendarai sepeda motor, menurut kami menjelajah wisata alam di Indonesia paling efektif dan menyenangkan adalah dengan mengendarai sepeda motor, ditambah karena dengan mengendarai sepeda motor kami juga bisa lebih menghemat biaya transportasi. Untuk menuju ke Tuban, sebenarnya ada dua rute yang dapat kami tempuh, yaitu rute Purwodadi atau rute Pantura tetapi kami memilih dan lebih menyarankan pembaca sekalian agar melewati rute Pantura karena rute Pantura merupakan rute tercepat untuk sampai di Tuban dan tentu saja anti-macet. Perkiraan kami sampai di Tuban adalah pukul empat sore, tetapi perkiraan kami salah besar karena sepanjang jalan menuju Tuban, kami disuguhkan berbagai pemandangan alam yang menakjubkan, setiap menemukan view yang menarik, kami selalu berhenti sejenak, menyempatkan diri untuk mengambil beberapa gambar dan kami unggah ke media sosial kami masing masing. Pemberhentian kami paling lama adalah ketika kami sampai di Pantai Sluke Rembang disana kami terlalu asyik berfoto hingga tidak terasa sudah mendekati pukul lima sore, jauh diluar ekspektasi kami yang seharusnya pukul empat

52


- Plesir sore kami sudah berada di Tuban. Kami pun bergegas mencari masjid terdekat untuk melaksanakan shalat Ashar yang belum sempat kami tunaikan. Seusai shalat kami langsung melanjutkan perjalanan menuju ke Tuban, keberangkatan kami disambut oleh derasnya hujan tetapi hujan tidak menyurutkan niat kami untuk segera sampai di Tuban. Tepat pukul sepuluh malam kami tiba di Tuban, lagi-lagi kami disuguhi dengan pemandangan yang sangat menakjubkan. Gemuruh ombak pantai, dan penampilan kotanya yang terlihat rapih dan tertata d ­ engan apik menjadikan kabupaten ini terlihat seperti kota kecil yang sangat menyenangkan, sambil membayangkan hari-hari yang sangat mengasyikkan ketika kami berada disini. Tak terasa kami sudah sampai disalah satu rumah milik teman yang akan kami tumpangi selama kami berada di Tuban. Di sana tuan rumah yaitu teman kami dan orang tuanya menyambut kami dengan sangat ramah sekali, selain di ijinkan untuk menginap secara gratis kami juga disuguhi dengan berbagai macam makanan khas Tuban, karena perlakuan baik tersebut kamipun sudah bisa membayangkan betapa ramahnya penduduk-penduduk kabupaten Tuban. Keesokan harinya kami mulai mencari tahu kenapa Tuban dijuluki sebagai Kota Seribu Goa. Menurut penduduk sekitar julukan tersebut muncul karena Tuban memiliki banyak goa, oleh karena letak geografis Tuban yang berada di Pegunungan Kapur Utara. Penduduk sekitar pun merekomendasikan kami untuk pergi ke Goa Perut Bumi, karena goa tersebut sangatlah unik, kata penduduk sekitar didalam Goa tersebut terdapat masjid dan digunakan sebagai pesantren untuk para nabi. Kamipun berpikir keras, bagaimana bisa didalam sebuah goa dibangun masjid? Begitu pikir kami. Terlampau penasaran, tanpa ba bi bu lagi kami pun segera berangkat menuju Goa Perut Bumi, waktu yang ditempuh dari alunfoto: doc. Dimensi

53


- Plesir -

foto: doc. Dimensi

alun Tuban hanya sekitar 45 menit. Sesampainya disana, kami diharuskan izin dahulu dengan penjaga Goa Perut Bumi tersebut dan mengatakan apa maksud kedatangan kami kesini, setelah memberi penjelasan kami pun langsung diizinkan untuk masuk tanpa dipungun biaya sepeser pun, hanya saja kami diingatkan untuk tidak berbuat gaduh. Ketika kami sampai di dalam goa serentak kami mengucap kata Subhanallah, karena di dinding-dinding goa dihiasi dengan ukiran lafaz Al-Quran. Ternyata benar apa yang dikatakan penduduk sekitar tadi bahwa didalam goa memang terdapat sebuah masjid yang biasa digunakan para santri untuk menunaikan ibadah shalat, ziarah, manasik haji, dan kegiatan islami lainnya. Setelah puas melihat-lihat dan mengagumi Goa Perut Bumi, kami berkesempatan untuk berbincang dengan Pak Sapto, juru kunci dari Goa Perut Bumi. Beliau bercerita bahwa asal mula dari Goa ini adalah ketika kyai Subkhan, salah satu pemuka agama di Tuban memimpikan bahwa ia menemukan sebuah goa yang mana didalam goa tersebut juga terdapat petilasan. Setelah memimpikan hal tersebut, Goa Perut Bumi ditemukan pada tahun 2002 silam, terhitung masih baru karena sudah memasuki era 2000an goa ini ditemukan, setelah ditemukan dengan di komando olah kyai Subkhan sendiri Goa ini dibangunkan masjid dan miniatur Ka’bah di dalamnya, dan seluruh rancangan arsitekturnya dari Kyai Subkhan. Setelah dari Goa Perut Bumi rasa penasaran kami atas julukan Tuban sebagai Kota Seribu Goa sirna sudah, tidak perlu melihat seluruh goa di Tuban, hanya dengan berkunjung ke Goa Perut Bumi saja sudah meyakinkan kami bahwa Tuban memang memiliki goa-goa yang indah dan wajib dikunjungi. Sepulang dari goa kami pun kembali ke rumah teman kami untuk berpamitan dan mengucapkan banyak terimakasih karena telah diizinkan menginap. Tepat pukul empat sore kami melanjutkan perjalanan kembali ke Semarang, tetapi sebelum benar-benar kembali ke Semarang, kami menyempatkan diri untuk berkunjung ke beberapa pantai di Tuban, yaitu Pantai Boom dan Pantai Sowan yang terkenal karena kebersihan dan pasir putih di pantainya. Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul setengah enam sore, kami harus segera kembali ke Semarang dan memulai aktivitas kami seperti biasanya, meskipun berat harus kembali pulang tapi kami berjanji suatu saat akan kembali ke Tuban lagi dengan mengajak teman-teman kami dan menunjukkan pada mereka bahwa Tuban memang menyimpan Surga di Bawah Tanahnya.

54


-Kuliner-

angut Beong M g n a l Oleh : Galih P. | Design : Nurul K. Maulidiyah Mage s a h er K n terdiri dari sayur sayuran i l Ku yang di taburri urap kelapa

M

angut adalah masakan berkuah santan dengan bahan utama ikan yang memiliki rasa bervariasi yaitu gurih, asam, dan terutama pedas. Tapi apakah anda tau mangut beong? makanan ini sangat terkenal di Magelang khususnya warga daerah Borobudur, banyak wisatawan lokal maupun luar kota yang sering memburu masakan ini karna masakan ini termasuk makanan langka. Salah satu warung yang terkenal disini adalah warung makan sehati selera pedas yang berlokasi di jalan raya salaman, desa kambanglimus, kecamatan Borobudur , kabupaten magelang. Sedangkan ikan beong sendiri adalah ikan (khas dari kabupaten magelang ) endemik yang hanya dapat ditemukan di Sungai, kalau di Kabupaten magelang, kita bisa jumpai ikan beong di Sungai Progo. Bentuk ikan beong ini menyerupai lele, namun ukurannya lebih besar dan memiliki daging yang cukup banyak di bagian kepalanya. Mangut beong disini memiliki dua varian rasa yaitu rasa gurih dan pedas, khusunya rasa pedas menjadi daya tarik olahan mangut beong di warung ini karena sangat pedas namun membuat nagih untuk menyatapnya lagi. Rasa pedas dari mangut biasanya di adukan rasa gudangan yang

yang gurih.selain disajikan utuhan, Anda juga bisa memilih bagiang tubuh beong yang anda sukai. Di warung ini juga menyediakan camilan untuk menemani melahap masakan ini seperti krupuk, gorengan, dan tempe kripik. Tekstur ikan beong ternyata berbeda jauh dengan ikan lele yang dagingnya lembut. Menurut saya, tekstur ikan beong malah hampir mirip dengan tekstur ikan gurame, dagingnya tebal dan tidak begitu lembut. Ikan beong memang pas diolah menjadi mangut yang memiliki rasa gurih pedas yang mantap, sebab jika hanya digoreng atau dimasak gurih akan menjadi kurang lezat. Bau amis pada ikan beong sangat tajam, dan cukup sulit untuk dihilangkan. Namun, dengan memasaknya menjadi mangut yang pedas, bau amis ikan ini dapat dihilangkan. Proses pembuatan mangut beong sendiri dimulai dengan membersihkan ikan terlebih dahulu. Kemudian menyiapkan semua bumbu dapur seperti kunyit, lengkuas, serai, daun salam, ketumbar, dan merica. Untuk menghilangkan bau amis dari beong, jangan lupa untuk memberikan daun jeruk. Kemudian, ikan beong terlebih dahulu digoreng sebelum dimasukkan ke dalam gulai. Setelah semua bumbu di-

siapkan, lalu ditumis hingga baunya terasa. Setelah itu, ditambahkan santan hingga mendidih. Lalu, ikan beong yang sudah digoreng dimasukkan ke dalam santan yang mendidih. Jangan lupa terus diaduk agar bumbunya meresap ke dalam daging. Dalam satu hari warung makan sehati bisa menghabiskan 50-100 kg ikan beong untuk di olah untuk mangut beong. beong diperoleh dari nelayan sungai progo Karena ikan ini belum ada yang bisa membuidayakannya.oleh karna itu kendala yang sering ditemui penjuak adalah stok ikan yang kadang sedikit bahkan tidak ada sama sekali. terkadang juga karena peminat konsumen yang banyak dan bahan yang kurang mengakibatkan warung sering tutup lebih awal karena kekurangan bahan baku.jadi untuk anda yang berminat untuk mencicipi kuliner khas ini alangkah baiknya dating lebih awal agar tidak kecewa karena kehabisan kuliner tersebut.

55


~Tradisi ~

Memperingati Hari Kelahiran Desa dengan Merdhi Deso Oleh: Iffan dan Bayu

Design: M Alwan F

doc. irfan Tradisi merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan turun temurun sejak dulu. Tradisi bisa bertahan sampai saat ini itu karena ma­ syarakat setempat senantiasa menjunjung tinggi nilai – nilai kedaerahan dan menghor­ mati para leluhur mereka. Setiap tradisi pasti memiliki suatu nilai yang bisa kita terapkan dalam kehidupan kita untuk kebaikan kita sendiri. Setiap daerah pasti memiliki tradisi masing – masing, seperti halnya pada desa Limbangan, kec. Limbangan kab. Kendal, di­ sana ada tradisi yang dinamakan Merdhi Deso. Merdhi deso merupakan tradisi masyarakat limbangan untuk memperingati hari ke­lahiran desanya. Tradisi ini dilakukan pada hari Jumat wage malam sebtu kliwon bulan kaidah yang dulunya bertepatan dengan hari lahirnya desa tersebut. Sampai sekarang, pada hari itu para masyarakat Limbangan melakukan tradisi Merdhi deso yang tujuannya untuk menyela­

56

matkan desa agar di jauhkan dari bahaya, serta agar masyarakat dapat hidup aman, nyaman dan tentram. “Merdhi deso intine seko deso nggo nylameti deso.” Ucap bapak Ndori sekalu modin di desa Limbangan Di desa Limbangan dulu pernah kedatangan orang hebat. Masyarakat Limbangan sering menyebutnya sang “mbaurekso”. Mbaurekso merupakan sebutan untuk para leluhur di dae­ rah tersebut. Beliau adalah orang yang hebat yang mendirikan desa Limbangan. Nama­nya adalah kyai Plembang. Berbagai macam– macam peristiwa di zaman dulu yang me­ ­ nyebabkan terbentuknya desa Limbangan. Asal usul desa Limbangan itu sendiri berasal dari kata timbangan. Di desa Limbangan ter­ dapat satu pohon beringin besar dan dua makam, yang letaknya satu berada di sebelah timur yang satunya berada di sebelah barat dan pohon beringinnya berada di tengah - ten­


- Tradisi gahnya. Pada sebuah timbangan biasanya ter­ dapat cagak timbangan yang letaknya di ten­ gah dan ada dua beban yang barada di samping kanan dan kiri cagak. Konon pada z­aman dahulu pohon beringan itu yang menjadi cagaknya dan makam di timur dan barat yang menjadi bebannya. Di dalam sejarah dicerita­ kan bahwa makam sebelah timur lebih berat, maka makam di sebelah barat di tambahkan dengan sebuah batu besar yang sampai seka­ rang masyarakat setempat menyebutnya “watu gemblong”. Karena prinsipnya hampir sama ­ dengan timbangan, sampai sekarang wilayah tersebut sering dipanggil dengan sebutan ­Limbangan yang berasal dari kata timbangan. Dalam acara merdhi deso biasanya terdapat gunungan yang digunakan sebagai syarat ­untuk berlangsungnya acara tradisi tersebut. Gunungan tersebut isinya berupa hewan kutu – kutu walang ataga. Kutu-kutu walang ataga adalah hewan 9 macam, Yang terdiri dari ayam, jangkrik, ikan wader, luwak, burung, kelelawar, tupai dan katel. Selain itu gunungan juga di isi oleh sayuran – sayuran yang merupakan hasil pertanian bumi. Bermacam-macam kegiatan yang dilakukan untuk memperingati tradisi merdi deso, antara

lain menguras blumbang tejo, berburu hewan kutu-kutu walang ataga, membuat gunungan, dan pengarakan gunungan. Blumbang tejo merupakan suatu kolam yang airnya bersum­ ber dari tanah. Airnya sangat jernih oleh kare­ na itu dalam kehidupan sehari-hari airnya bisa digunakan masyarakat setempat untuk kebu­ tuhan rumah tangga. Letak dari blumbang tejo itu sendiri berada di samping pohon beringin yang diasumsikan sebagai cagak dari sebuah timbangan pada zaman dulu. Kegiatan mengu­ ras blumbang tejo ini biasanya dilakukan 3hari sebelumnya. Setelah menguras blumbang tejo masyarakat setempat melakukan slametan, yaitu kegiatan memanjatkan doa agar kedepannya di berikan kelancaran dalam segala hal. Kegiatan selanjut­ nya adalah berburu hewan kutu – kutu walang ataga. Biasanya kegiatan ini dilakukan oleh para pemuda setempat. Setelah mendapatkan hewan – hewan tersebut, lalu hewan-hewan­ nya itu dimasak. Daging dari hewan ada yang dimakan ada juga yang ambil beberapa bagian tubuhnya untuk dibuat sesajen. Kegiatan yang dilakukan setelah berburu

doc. bayu 57


-Tradisi -

doc. irfan ­hewan adalah membuat gunungan. Berb­ agai macam hasil pertanian bumi seperti padi, sayur kacang, timun dll dihias sedemikian rupa agar menyerupai gunung. Bentuk dari gunung­an dibuat seperti itu kerena mengand­ ung pesan dari leluhurnya kepada masyarakat setempat. Setelah semua persiapan merdhi deso sudah selesai, baru acara puncaknya dilakukan. Acara ini lakukan tepat hari H nya, yaitu hari Jumat wage sebtu kliwon bulan kaidah. Gunungan di bawa ke kelurahan balai desa, setelah itu gunugan di arak keliling desa. Karena seir­ ing berkembangnya waktu, kini gunungan di arak sambil diiringi oleh masyarakat dengan menunjukkan pertunjukan – pertunjukan ke­ cil, yang hampir sama seperti karnaval. Semua itu dilakukan semata mata hanya agar acara merdhi deso lebih meriah. Banyak sekali orang – orang yang ikut serta dalam acara tradisi merdhi deso tahun ini. Dari anak – anak sam­ pai orang tua, mereka tidak hanya menonton acara tersebut di pinggir jalan, tetapi mereka datang untuk ikut memeriahkan acara tradisi merdhi deso tahun ini. Bahkan bisa dibilang acara tahun ini lebih meriah dari tahun – ta­ hun sebelumnya. “Taun iki acarane di gawe koyo karnaval, ben rame” tutur Imadin selaku mantan carik desa Limbangan. Gunungan diarak keliling desa selanjutnya gunungan di­ bawa menuju ke masjid. Sampai di masjid, ­kepala desa Limbangan membacakan sambu­ tan – sambutan untuk warganya yang senantia­

58

sa masih melestarikan tradisi desa Limbangan dari tahun ke tahun. Setelah sambutan selesai acara selanjutnya adalah doa. kegiatan sehabis doa yaitu rebutan isi gunungan. Sangat ramai pada saat kegiatan rebutan isi gunungan itu. Ada yang dapat banyak, ada yang dapat sedikit, ada juga yang tidak dapat apa – apa, bahkan ada yang hanya ikut ikutan berdesak desak­ kan saja. Soalnya peristiwa seperti ini hanya terjadi setahun sekali. “Nek merdhi deso ben taun pisan, tapi nek nyadran ping pindo.” Jelas Imadin Bermacam – macam tradisi yang ada di dae­ rah Limbangan membuat penulis sedikit pena­ saran apakah setiap kegiatan dalam tradisi ada hubungannya. Bahkan tidak hanya di daerah situ, di seluruh Indonesia pasti banyak sekali daerah – daerah yang mempunyai tradisi yang lebih unik untuk di selidiki asal mulanya. Ter­ kadang memang ada sedikit perubahan kecil dari tradisi yang sudah dilaksanakan setiap tahunnya. Perubahan kecil seperti itu memang penting untuk menarik para masyarakat se­ tempat untuk ikut berpartisipasi serta tidak melupakan tradisi yang sudah turun temu­ run dilakukan oleh masyrakat terdahulunya. ­Inovasi – inovasi atau ide – ide baru boleh dimasukkan kedalam rangkaian acara tradisi tetapi dengan batasan – batasan tertentu. Inti­ nya jangan sampai mengubah, mengurangi ataupun menghilangkan sebagian dari runtut­ an acara suatu tradisi.


-Incognito-


-Resensi Film-

Mirracle in Cell No. 7 Industri perfilman korea rasanya memang sangat kreatif. Nyatanya, banyak sekali filmfilm korea yang mempunyai jalinan cerita drama yang kuat. Miracle In Cell No. 7 adalah sebuah drama korea yang menjadi box office di negaranya sendiri. Maka, Indonesia pun ikut meng-impor film ini dan akhirnya meril­ isnya baru-baru ini. Di tahun 1997, Ye Sung (Kai So Won) hidup dengan ayahnya bernama Lee YongGoo (Ryoo Seung-Ryong). Ayahnya menderita keterbelakangan mental. Setiap hari mereka menatap sebuah toko yang memajang sebuah Tas Sailor Moon. Ye Sung sangat mengingink­ an tas itu. Hingga suatu hari, Tas tersebut di beli oleh anak dari Komisaris Polisi. Suatu hari saat bekerja, anak yang membeli tas tersebut pun memberi tahu tempat yang menjual Tas Sailor Moon yang persis sama dengannya. Tetapi di perjalanan, anak tersebut mengalami kecelakaan yang membuat anak tersebut meregangkan nyawanya. Yong-Goo pun dituduh melakukan pem­ bunuhan dan pemerkosaan terhadap anak tersebut. Dia pun masuk penjara. Disana dia bertemu dengan banyak orang baru. Para narapidana di sana membantu Yong-Goo untuk bertemu dengan anaknya. Setelah beberapa tahun, Ye Sung dewasa (Park ShinHye) membantu menyelesaikan kasus milik ayahnya ini. Setelah 120 menit saya mengikuti film Miracle In Cell No. 7 berhasil membuat saya menangis layaknya gadis kecil. Ini adalah sebuah film drama keluarga yang jelas akan membuat kita dengan gampang menitihkan air mata. Sebuah jalinan cerita tentang hubun­ gan ayah-anak yang begitu erat yang mungkin akan sangat menyentuh sisi sentimentil pe­ nontonnya. Sebuah kisah drama yang begitu

60

kuat dengan ritme yang begitu terjaga dari awal film hingga akhir. Miracle In Cell no. 7 ini pun sudah mem­ berikan cerita yang mengharukan sejak 30 menit film ini berlangsung. Adegan demi ad­ egan yang bisa mengoyakkan hati penonton­ nya pun disajikan dengan begitu kuat dengan penuturan yang apa adanya. Natural dan tidak berlebihan. Jadi bagi para penonton, bersedialah satu wadah penuh tissue sebagai teman anda saat menyaksikan film ini. Pria ataupun Wanita kebanyakan menitihkan airmata nya saat menyaksikan film ini. Tapi tenang, tak selamanya film ini me­ nyajikan kisah mengharu biru yang mungkin akan membuat ritme sedihnya terkesan ber­ lebihan. Toh Lee Hwan-Kyung dan temantemannya masih memberikan tempat kosong untuk menyelipkan banyak unsur komedi di film ini. Semua adegan-adegan konyol cukup membuat kita tertawa. Sangat tepat jika penggunaan alur maju mundur untuk menyajikan film ini. Scene flashback untuk menceritakan Ye Sung kecil sebagai saksi kasus ayahnya ini dan alur maju untuk menceritakan perjuangan Ye Sung de­ wasa untuk memenangkan kasus ayahnya ini. Film ini sangat saya rekomendasikan bagi kalian para pecinta melo drama, karena film ini banyak adegan yang mengharukan dan dijamin akan membuat kalian meneteskan air mata, disamping itu film ini juga menyelipkan bagian-bagian komedi yang membuat jalur cerita film ini menjadi lebih menarik. Jika di nilai dari angka 1-10 saya akan memberikan nilai 10 pada film ini, karena menurut saya ini adalah film yang bisa ditonton oleh semua umur dan ceritanya pun tidak membosankan.


-Resensi Buku-

The Luckiest Man Oleh : Rifqi M. Yofatama Desain : Ahmad Kafi Phillip Antonius, seorang mahasiswa jurusan manajemen, usianya 24 tahun, mahasiswa bangkotan yang hanya mempunyai kesempatan setahun untuk lulus sebelum di depak (drop out) dari universitasnya. Dengan perawakan rambut gondrong dengan tubuh kurus kering, meskipun termasuk warga keturunan, kulit hitam dan mata belonya menjadikan ia seperti pemuda biasa. Orang tuanya tidak miskin, tapi tidak juga kaya, uang bulanannya kurang bisa menutup hobinya yang suka hura-hura seperti nyimeng (hisap ganja), minum alkohol dan juga rokok di tiap harinya. Kaos kesayangannya berlogo Superman, dan ia memiliki 3 kaos tersebut. Karena senangnya tiap hari ia memakai kaos itu, bahkan ia biasa diapanggil Superman, Sup! Sup! Begitulah orang memanggilnya. Awal kesialan dan juga keberuntungannya datang ketika ingin menolong nenek tua yang membawa barang bawaan, naasnya dia diteriaki, Maling! dan ia dikeroyoki orang se-stasiun, untungnya petugas segera datang dan ia tidak jadi dibakar hidup-hidup. Hari itu ia berakhir di penjara. Sialnya ia digebuki penghuni lama sel tahanan karena berulah dan akhirnya terbaring pingsan di ruangan rumah sakit penjara.. Keberuntungan datang saat bertemu kakek tua yang terbaring di ruangan itu juga, ialah Ketua Panji, yaitu seorang ketua organisasi semacam mafioso Pada saat itu juga ia diajak kabur ke luar negeri, namun di tengah perjalanan ia bertemu teman dekatnya yaitu Roy, yang ia tidak ketahui pula nasibnya telah berganti menjadi kurir di pabrik ayahnya. Pertemuan di Cirebon tersebut membantu Phillip, Ketua Panji dan kawanannya masuk ke kapal pelariannya, dan akhirnya tidak sengaja Roy terbawa ikut dengan kapal itu ke luar negeri. Rombongan itu tiba di New York, Amerika. Sampai disana mereka bertemu dengan Nelson Offbeach, Pimpinan Utama organisasi mafioso, Marles Corporation, tempat Ketua Panji dan Budi bekerja. Tugas pertama mereka disana adalah menjadi debt. Collector organisasi atau perusahaan tersebut. Pada saat mereka beberapa waktu kedepan, mereka dibantu oleh wanita yaitu Roberta alias Anya, si pembunuh bayaran cantik. Di tengah petualangan kerja menjadi anak buah Marles Corp.

Jenis Buku : Novel fiksi Penulis: Elda Simar Penyunting : Bene’ Sampul : Adhi Nugroho Penerbit : Puspa Swara Halaman : 194 Terbit : 2006 ISBN : 979 24 4863 2 Novel (buku) ini sangat menarik karena menyimpan banyak misteri dan berisi pemikiran yang sangat kreatif dari penulis yang terlihat pada jalan ceritanya yang terlihat out of the box. Sangat menyenangkan untuk dibaca pada tiap alur ceritanya, jalan cerita yang berakhir bahagia menjadikan klimaks di akhir cerita menjadikan novel cerita fiksi ini menjadi lebih seru.

61


Kau tau melodi itu darinya Karena samudra luas terakhir sudah bisa lihat dikedipan mata terakh­ ir ini, maka waktunya untuk mengemasi barang-barang yang dibawa untuk menuju pulau yang tersohor ini. Dalam sekejap sudah terasa hawa keasingan pulau yang aku sendiri tidak tahu bagaimana atmos­ fer yang sesungguhnya nanti. Mungkin pikiranku sudah tenang untuk cukup sampai dipulau ini tapi ketika timku memaksakan untuk segera menuju hotel. Mungkin mereka menginginkan untuk tidak mem­ buang banyak waktu dan segera untuk mengenalkanku di project-nya dipulau ini. “Melbourne Bounce?” setengah tersedak mendangar dan tercetus tanda tanya. Bukannya tidak mengerti, level yang mumpuni untuk menuju keaslian sebuah karya yang sangar tersebut sangat diperlukan. “ayolah, kau ingin menyerah disini? Atau karir dalam lingkup ini ber­ henti?” Manajer project sedang meremas ke-pesimis-an agar luntur dari diri­ ku. Mas Danang hanya perlu karyaku yang dimintanya, pemilihan melodi yang bagus, sering kata kata itu yang terdengar dari telingaku darinya. Langit gelap sudah menutupi terangnya siang yang berlalu, kini ting­ gal tubuhku yang seharusnya direbahkan karena pegalnya duduk lama dikapal tadi siang, digerakkan untuk menuju sebuah studio. Ruangan yang lebih banyak peralatan ini tidak biasa mataku melihat­ nya, lebih banyak alat yang tersedia ditempat, Mas Danang mengarah­ kanku ke dalam ruangan besar tidak seperti biasanya untuk pikiranku mengerjakan tugas yang tanpa pengedap suara dan alat seadanya. “mulailah malam ini, carilah melodi barumu, jangan sampai kau mengecewakanku”

oleh: Ahmad Kafi design: MAlwan F

62


- Cerpen -

suara itu yang mengawaliku untuk memulai meme­ gang tut-tut hitam putih, mencoba mencari aliran nada. Memejamkan mata sejenak untuk menenang­ kan hati agar bisa konsentrasi, betapa efektifnya cara ini untuk ku. Setelah membuka mata hatipun terasa tenang dan suasana diruanganpun terasa sepi dan hening. Tak ada suara apapun kecuali beberapa tarik ulur nafasku sendiri. Terlalu tenang pikirku untuk mencari ide yang cemerlang, dan hasil yang dirasa cukup untuk melebarkan telinga dan memanjakan hati mendengarnya. “aaaarghh serius nih, project ini besar dengan bud­ get besar juga, mana ide belum ada” menggerutu dan memanaskan pikiranku agar semua isi kepala dapat menghasilkan hal yang bagus untuk ditampilkan. Sejenak ku terdiam dan mendengar suara dari bi­ lik lain dengan melodi yang keras. Sembari berjalan dan mencari suara itu, dengan sendirinya kepala mengangguk-angguk ikut menari mendengar lagu tersebut. “ gilaa asyik banget nih lagu, siapa ya yang bikin?” penasaran dan terkagum dengan lagu yang dimain­ kan tadi. Langkah terhenti, ternyata dalam bilik itu terlihat seorang yang tidak begitu asing di mata dan telingaku. Dia yang menginspirasiku untuk menjadi seorang arranger dan Disk Jokey sekarang ini. be­ tapa terpatungnya aku, sehingga dengan sendirinya menghentikan anggukan dan tari menari yang ter­ jadi tadi. “hey, kamu yang ini kan, itu yang dibilang mas Dan­ ang soal anak baru itu, salam kenal ya, osvaldo” Ungkapnya dengan berdiri menghadapku dan mengulurkan tangan untuk berjabat. Tidak me­ nyangkanya bahwa dia berada didepanku, karena selama ini aku hanya melihat di konser nya dari ke­ jauhan dan video rekamannya yang diunggahnya di situs video terkenal. Tak selang lama lalu ku jawab, dengan membalas jabatan tangannya dan melanjutkan perbincangan serta menjelaskan bahwa aku sangat menyukai kary­ anya dan menginspirasikan lagu lagu yang terbuat dari tangan seorang amatiran di dunia Elektronik musik ini. “seberat apapun perjalananku bro, kalau aku itu yang penting melodi melodi yang kubuat bisa ber­ dendang ditelinga orang orang itu aku sudah merasa sangat bahagia, gitu bro ”

Itulah yang telah keluar dari mulutnya untuk seke­ dar mengucapkan motivasinya karena pertanyaanku, setelah dia mengajarkan ku beberapa teknik dasar dan sekumpulan trik untuk musik yang terdengar lebih mengancam telinga pendengar. *** Tak berharap yang lebih dari pujian karena hasil editanku selama empat hari ini bukan lagi hal biasa menurutku. Dengan mendengar editan lagu lagu dari DJ lain yang lebih hebat dariku, membuat hati ini menjadi lebih optimis untuk mendengarkan kumpulan sound dan melodi melodi indah dari se­ tiap titik di dalam lagu tersebut. Ketenangan pun su­ dah mulai hilang ketika perjalanan kendaraan roda empat dari pabrikan Jepang ini mengantarkanku ke sebuah pantai yang tersohor di pulau itu. Tak terlalu lama untuk tiba disana, terlihat panggung yang san­ gat besar serta kerlap kerlip lampu yang amat sangat banyak. Ratusan orang berkumpul untuk berpesta dan mengeriuhkan sorak sorai dari musik elektronik yang sedang boom-ing ini. Mas Danang yang sudah siap di venue tersebut sedang mengarahkan beberapa orang DJ yang tak sering kulihat di manapun. Mungkin mereka juga undangan sepertiku yang diundang untuk tampil diacara ini. Terlihat pula osvaldo yang terkenal den­ gan trap yang unik dan menarik, seperti yang terlihat di brosur kalau dia merupakan Guest Star diacara ini. “ rasanya nggak karuan banget ini hati, acaranya se asia tenggara “ Ungkapan gelisah dan tegang sebelum panggung sebesar itu menampungku. “ kau siap? Kau naik jam 8.40 ya sebentar lagi siap­ kan dengan sebaik-baiknya” Mas Danang mengarahkanku untuk siap menaiki panggung megah itu. selang mas danang pergi untuk ­menemui yang lainnya, terlihat osvaldo berjalan ke­ sana kemari dengan muka bingung. “ ada apa kak? Kau terlihat bingung, ada masalah apa?” sembari menghampirinya dan bertanya ingin tahu ada apa dengannya. “ eh kau jav, no problem kok.. santai hanya demam panggung saja” Dengan jawaban itu membuatku mengerutkan wa­ jahku dan bertanya tanya di fikiranku. Mungkin

63


-Cerpenada masalah dengan musiknya atau apapun itu yang dihadapinya aku hanya bisa terdiam dan menahan untuk terlalu ingin tahu kepadanya. Memikirkan osvaldo mungkin akan mengubah dan merusak konsentrasiku pada penampilan nanti, lebih baik aku melupakannya. Dan waktu menunjukkan saatnya melodi dan lagu yang aku bikin untuk bisa ditampilkan ke hadapan publik. Panggung meneri­ maku dengan baik, tetapi sorak sorai penonton tak mengiringiku naik ke atas. Mungkin penonton ma­ sih bingung atau memikirkan bahwa aku ini siapa. Mengakhiri penampilanku dengan sebuah goresan melodi manis dan tidak terlalu up-beat. Sekitar 37 menit berlalu dengan begitu cepat riuh penonton dan tangan mereka yang saling bertepuk satu sama lain untuk menghargai usaha yang telah kulakukan. “ kau seorang proffesional ? kalau kau mengakui itu, lakukan dan kerjakan apa yang kau mau sehingga kau bisa terlihat hebat di hadapan penonton beriburibu itu.” Bentakan itu terdengar ketika menuruni panggung dan segera aku melihat apa yang terjadi. “ kau tampil sebentar lagi, kau yang utama jangan seenaknya menceramahiku” Kedua kalinya suara keras terdengar dan terlihat osvaldo yang dihadapi mas danang, tak begitu lama osvaldo pergi dari hadapan mas danang. Apa yang terjadi sebenarnya yang dihadapi oleh osvaldo, me­ mang misterius. Menghiraukannya merupakan hal yang biasa kulakukan, bukan karena aku tak peduli karena aku baru mengenalnya empat hari lalu dan pertemuan itu mungkin hanya dianggapnya sebagai orang lalu. Secepatnya aku pergi ke toilet untuk melegakan ketegangan pada penampilanku tadi. Osvaldo terli­ hat didalam toilet sendiri, sedang menenangkan dari demam panggung tadi. Membasuh muka dengan air keran dan menatap keca di atas wastafel, kembali senyum lebar dan mengirup udara dengan panjang. Sesekali ingin teriak tetapi tertahan. “javelin, kau tadi sangat bagus, tetaplah berjuang untuk musik mu, ini ada file musik yang original dan bisa kau miliki “ Aku hanya terkejut ketika osvaldo berbicara seperti itu dan memberikan sebuah flashdisk di saku depan bajuku. Kemudian dia pergi untuk menahanku ber­ tanya lagi. Dia memang hebat, memberikanku se­ buah hasil karyanya yang belum tau apa benar itu isinya, dan berharap benar nyatanya sebuah karyan­ ya yang ada di dalam flashdisk itu. Karena aku tidak terlalu percaya tentang pemberiannya, lalu menaruh

64

flashdisk itu di tas milikku yang ada diatas meja meja. Terdengar suara pembawa acara yang memanggil osvaldo tadi kemudian terdengarlah riuh penonton memanggil osvaldo. Karena aku suka penampilan­ nya, berjalan ke sekitaran penonton adalah pili­ hanku. Tak lama berselang musik berdendang, detik demi detik terus berjalan hingga sampailah dimelodi yang khas darinya. Penonton bersorak dan menarinari dihadapannya. “dyar!!!” “aaaaaaaaa” Musik terus berjalan tetapi teriakan penonton dan membuat suasana berhamburan karena suara tem­ bakan dari arah penonton paling belakang. Semua penonton lari dan saling kebingungan. Panik, per­ asaan ini juga kurasakan. Melihat dipanggung mas danang naik dan memanggil kru untuk segera naik. Pikiranku ada yang tertembak di atas panggung, dan kemungkinan salah satu kru yang tertembak. Ingin tahu lebih apa yang terjadi, berlari kesamping panggung dan bertanya kepada osvaldo apa yang ter­ jadi. dilarikan kerumah sakit kata kru dari mas dan­ ang yang terdengar ditelingaku. Musik yang tadinya masih berbunyi sekarang sudah berhenti dan hanya teriakan penonton yang terdengar. Aku menutup niat untuk kesamping panggung dan pergi ke meja meja yang ada tas berisi Flashdisk pemberian osvaldo. Menyalakan laptop dan melihat apa isinya, dua file terlihat di dalamnya. Sebuah vid­ eo dan sebuah musik yang bisa diedit. Dari malam itu aku tahu perjalanan yang dihadap­ inya memang tidak mudah. Sehingga dia hanya bisa terus berkarya untuk memanjakan telinga penonton dan orang orang penikmat musik. Perkataanya yang selalu teringat dibenakku yaitu Seberat apapun per­ jalananku ketika melodi itu berdendang ditelinga orang-orang akan menjadi kebahagiaan tersendiri. Dari kata kata itulah yang membuatku meneruskan karya musiknya. Disetiap karya yang ku hasilkan, tak akan ku lupakan untuk mencantumkan genre musik elektronik hasil karya original dari orang yang menginspirasi hidupku untuk terjun dunia seperti ini yaitu Beld Osvaldo. Begitu nama itu terdengar ditelingaku maka teringat dibenakku genre musik elektronik yaitu Future Hip, karena flashdisk dengan isi musik yang bernama tersebut didalamnya. dialah penemu musik tersebut yang sekarang terkenal dari hasil karyaku.

Sekian


-Kelakar-

Mentalitas esia Generasi Muda Indon Oleh : Akhdan Zufar Faiz

design: M alwan F

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mentalitas adalah keadaan dan aktivitas jiwa, cara berfikir dan berperasaan terhadap sesuatu. Dimana mentalitas individu merupakan suatu faktor penentu dalam pembangunan suatu bangsa. Ir Soekarno pernah berkata “ Beri aku seribu orang tua niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku sepuluh pemuda niscaya akan aku guncang dunia” dalam perkataan Ir Soekarno tersebut dapat terlihat bahwa pemuda merupakan individu yang sangat mampu dalam mencapaikan suatu cita. Indonesia merupakan negara besar dengan banyak budaya didalamnya. Hal ini t­entunya akan mempengaruhi kultur dari masyaratkat indonesia sendiri. Apalagi di era ­globalisasi seperti sekarang ini banyak terjadi asimilasi budaya di berbagai tempat. Selain karena faktor globalisasi teknologi merupakan salah satu pegaruh besar bagi mentalitas suatu bangsa. Apalagi hampir semua pemuda pemudi Indonesia telah merasakan nikmat­ nya teknologi sekarang ini. Karena dengan teknologi segala sesuatu yang sulit menjadi ­mudah. Namun karena kemudahan itu sendiri tak sedikit anak muda yang enggan berfikir segalanya ia pasrahkan pada teknologi dan banyak fasilitas lain yang amat sangat me­ mudahkan. Lihat saja sekarang ini banyak anak muda yang dengan mudahnya adu pukul hanya karena suatu konten yang memprovokasi. Banyak anak muda yang masuk jeruji karena barang haram. Banyak anak muda yang merengek ke orang tua meminta uang agar dapat berhaha hihi dengan teman – teman. Banyaknya generasi salah fokus baru – baru ini sedikit banyak dipengaruhi oleh mudahnya akses keluar. Banyak informasi yang didapat dari berbagai sumber entah positif atau negatif. Namun, dilain pihak tak sedikt pula generasi muda Indonesia yang menginspirasi, mempelopori hal baru untuk menggerakkan Indonesia semakin ke depan. Entah melalui media internet, menulis buku, hingga mengikuti ajang lomba diberbagai negera. Banyak­ dari mereka yang ingin mengenalkan indonesia dimata dunia. Banyak dari mereka yang ingin negerinya maju. Banyak dari mereka yang ingin melihat masyarakat negerinya berkembang tidak terbelakang. Tak sedikit dari mereka yang berharap dengan tindakanya dapat merubah dunia. Namun, tak sedikit pula dari generasi kita sekarang ini yang hanya dapat melihat suatu kejadian kemudian mengomentari, tidak ikut bertindak memperbaiki padahal ia mampu. Jika mental ini belum bisa memperbaiki negeri ini paling tidak kita tidak memperburuk yang telah buruk ataupun merusak yang masih baik.

65


ngedims

Lahan parkir baru sudah jadi.

bareng Kang Prov

Jadi tidak perlu rebutan tempat parkir.

Ada penambahan kelas baru. Ruang kelas kapan ditambah?

Team accessor BAN-PT melakukan akreditasi institusi Polines. Semoga akreditasi Polines jadi A.

Bakal ada program magister terapan baru di Polines adinda

Infrastruktur dan SDM sudah siap belum, ya?

* CHOYOG

Herbal Soap

R U O Y PLACE ! e r e h ADS

Natural Plant Oil Soap

Anti Jerawat Dan Anti Aging

Harum Mawar

Dapatkan cara yang mudah dan murah untuk mempromosikan produk dan/atau usaha anda melalui Dimensi.

contact person: Rinda (0858-7536-3588)

Harum Melati Keraton

Harum Green Tea



LPM DIMENSI

The Way Of Journalism


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.