Majalah DIMENSI Edisi 57

Page 1

dimensi majalah kampus politeknik negeri semarang

urgensi penyelesaian permasalahan

perikanan

Indonesia

edisi lvii - september 2017 issn 0853-9731


biarkan perbedaan warna menjadi potensi besar berkembangnya pola pikir


Kita Ingat, Waktu masih kekanakan.. kita ingat, ketika tumbuh lebih besar, tetapi Apakah kita tidak pernah ingat, kitalah yang meninggalkan sampah itu

Iklan Layanan Masyarakat ini Dipersembahkan Oleh:

Lembaga Pers Mahasiswa

dimensi


Lembaga Pers Mahasiswa

dimensi

cover

Pelindung Ir. Supriyadi, M.T. Penasehat Rustono, S.E., M.M. Pembina Junaidi, S.T., M.T. Pemimpin Umum Akhdan Zufar Faiz Sekretaris Umum Winda Dwi Astuti, Rima Hidayati (non aktif) Bendahara Umum R.A. Fajriani Amalia, Alifatul Amiroh Rumah Tangga Ahmad Kafi, Yurita Setiana Pemimpin Redaksi Gilang Dwiangga Putra (non aktif) Plt. Pemimpin Redaksi Nur Alifa Aliyah Redaktur Majalah Nurindah Suminaringwulan Redaktur Buletin Nefia Ayu Prasasti Redaktur Pelaksana Wilda Nur Laili C. Redaktur Artistik Adinda Rizki Paradipta, M. Awan_Faradi Redaktur Foto Rizal Lutfiansyah Redaktur Cyber Echa Lutfiana Hardianti Reporter Yuli Hastuti, Mawar Anahidayah, Akidatul Ulfa, Richa Meiliyana R., Nurul Wahidatur R. Ilustrator Johny Danang S., Nunu Nur Afifah, Rosita Intan P. Layouter Nurianah, Salma ‘Ainuzzahroh, Nurul Khalim M. Fotografer Farriza Hayyu K., Galih Perdana, Kurniani Panji R. Cyber Aprilia Aratika S., Maria Putri Anggun L. Pemimpin Litbang Annora Deshty Zaneta Kepala Divisi PSDM Afif Arinugroho Kepala Divisi Riset Dian Irawati Kepala Divisi Humas Sandy Mukti Wibowo Staf PSDM Indri Safitri, Husna Syafyya A. Staf Riset Jamiah, Durrotun Nasikhah Staf Humas Rifqi M. Yofatama, Annisa Reza N. Pemimpin Perusahaan Yasinta Budie Pangestika Bendahara Perusahaan Anindita Della (non aktif) Kepala Divisi Non Produk Aryo Winugroho Kepala Divisi Periklanan Rinda Anggreni Kepala Divisi Produksi dan Distribusi Yulia (non aktif) Staf Non Produk dan Periklanan Erni Astuti, Zulfikar Bayu H Staf Produksi dan Distribusi Rifkandi Jauza, M. Iffan Fuadul H.

Ilustrasi Johny D. Sudarmanto Grafis Salma A

salurkan idemu! Redaksi menerima tulisan, karikatur, ilustrasi, atau foto. Hasil karya merupakan karya asli, ­bukan terjemahan/saduran atau hasil kopi. Redaksi berhak memilah karya yang masuk dan menyunting tulisan yang akan dimuat tanpa mengubah esensi. Karya dapat langsung dikirim melalui e-mail ­redaksidimensi23@gmail.com atau dikirim langsung ke alamat kantor redaksi di:

Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa Baru Lantai II No. 4-5 Kampus Politeknik Negeri Semarang Jalan Prof. Soedharto Tembalang, PO Box 6199 Semarang 50061 Selamat berkarya!

M.A_F


D ari Dapur B

agi mahasiswa awam pasti akan berpikir, kenapa majalah kampus setingkat Dimensi membahas mengenai perikanan Indonesia? Kenapa tidak membahas halhal seputar kampus atau seputar politik hingga masalah kemiskinan yang menjadi permasalahan publik dari tahun ke tahun. Tetapi untuk kali ini mahasiswa juga perlu memahami betapa peliknya permasalahan perikanan yang ada di Indonesia disamping juga tingginya konsumsi komoditas ikan di Indonesia. Topik utama yang kami angkat dari mulai maraknya kasus illegal fishing hingga perselisihan mengenai penggunaan cantrang antara nelayan dengan pemerintah yang jarang terekspos oleh media. Di majalah edisi 57 ini kami berusaha mengangkat kasus lain yang jarang dibahas oleh majalah kampus pada umumnya, selain itu kami juga berusaha untuk mengedukasi pembaca bahwa perikanan indonesia merupakan salah satu polemik yang harus dibahas dan dibenahi bersama. Disamping membahas mengenai polemik perikanan di Indonesia, majalah Dimensi edisi 57 kali ini juga menyajikan liputan liputan menarik baik kuliner seputar perikanan juga wisata wisata pantai yang ada di Jepara, dan untuk liputan seputar kampus kami melengkapinya dengan mengangkat topik mengenai prestasi yang diraih kampus tercinta Politeknik Negeri Semarang yaitu diperolehnya akreditasi A. Terakhir, mengingat kutipan dari Menteri Perikanan dan Kelautan, Susi Pudjiastuti “Kalau tidak makan ikan, saya tenggelamkan�. Mari sebagai mahasiswa, sebagai agent of change, kita bantu pemerintah menyelesaikan permasalahan perikanan di Indonesia agar dapat banyak makan ikan sehingga dapat memenuhi asupan gizi yang dibutuhkan dan dapat membantu memberikan manfaat pada kemaslahatan masyarakat Selamat Membaca! Hidup Pers Mahasiswa!

Redaksi~


CONTENT

LAPORAN UTAMA potensi maritim yang tergerogoti illegal fIshing (10) ancaman illegal fIshing bagi Perikanan indonesia (13) komitmen kkp menangkap pelaku illegal fIshing (16)

LAPORAN KHUSUS mengenal catrang, alat yang menuai pro kontra (20) pelanggaran penggunaan catrang meresahkan kaum nelayan (22) opini, Pergolakan dalam Masa Transisi Cantrang (25) Upaya Pemerintah Dalam Pelarangan Penggunaan Cantrang (28) sosok, JIWA BAHARI UNTUK NELAYAN INDONESIA(30) infografIs, penggarapan illegal fIshing (32) kronik, perahu kuno punjulharjo, pusaka peradaban yang tertanam (34)

A_F

KAMPUSIANA

POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

Penyerahan SK BAN PT Tentang Akreditasi A Kepada Politeknik Negeri Semarang (38)

TERAKREDITASI


SEMARANGAN dirasa lebih efektif pantai semarang di kelola swasta (42) Galeri foto (43) komunitas, (43)

TRAVELOGUE PLESIR, MENIKMATI WISATA ALA BACKPACKER DI JEPARA (50) Menikmati keunikan kuliner khas Demak (54)

INGCOGNITO CERPEN, Catatan Rekanita 1968 (56) RESENSI BUKU, MEGAMENDUNG KEMBAR (58) RESENSI FILM, THE LOVELY BONES (59) KELAKAR, GENRASI KEPO SALAH ARAH (61) NGEDIMS (62) KANGPROV (63)


-Surat Pembaca-

Alat Hasil Tugas Akhir Kemana? Desain : Nurul K. Maulidiyah

T

ugas akhir atau skripsi merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan mahasiswa ketika mereka akan lulus suatu Perguruan Tinggi, tak terkecuali Politeknik Negeri Semarang (Polines). Mengingat Politeknik sendiri khususnya jurusan Teknik Mesin harus membuat dan merancang suatu alat yang memiliki manfaat dan mengembangkan teknologi. Selain itu tugas akhir digunakan untuk penerapan apa yang didapatkan oleh mahasiswa tersebut selama perkuliahan. Hasil tugas akhir sendiri bermacam-macam bentuknya, dapat berupa alat atau teknologi dan analisa sutau masalah. Setelah saya menjadi mahasiswa tingkat akhir di jurusan Teknik Mesin dan mengerjakan tugas akhir, saya jadi berpikir apa tindak lanjut dari alat yang saya buat. Apakah mampu diterapkan di masyarakat? Kurangnya tindak lanjut dari alat yang saya buat, melihat dari alat yang sudah dibuat oleh kakak tingkat yang sudah lulus hanya dibiarkan begitu saja. Alat tersebut hanya didiamkan dan rusak termakan waktu, karena kurangnya publikasi sehingga sedikit orang yang mengetahui. Padahal untuk proses membuat alat tersebut menghabiskan banya biaya. Biaya tersebut tidak kecil, berkisar antara 6 juta sampai 15 juta untuk satu alat. Prosesnya pun membutuhkan waktu yang panjang, mengingat mahasiswa tingkat akhir juga masih ada kuliah dan harus membuat tugas akhir serta bimbingan. Saran saya, sebaiknya alat yang sudah dibuat mahasiswa tingkat akhir lebih diperhatikan agar dapat diterapkan dalam masyarakat. Hal ini membutuhkan kesadaran dari mahasiswa itu sendiri untuk mensosialisasikan alat tersebut dan bantuan institusi untuk pendanaan. Selain itu juga harus diberikan waktu khusus untuk membuat alat dalam rangka tugas akhir agar dapat fokus dalam mengerjakannya.

Oleh : Miftakhudin Assidik (D3 Teknik Mesin)


laporan utama

-Laporan Utama-


Angin bertiup layar terkembang Ombak berdebur di tepi pantai Pemuda berani bangkit sekarang ke laut kita beramai-ramai

Nenek moyangku orang pelaut Gemar mengarung luas samudra Menerjang ombak tiada takut Menempuh badai sudah biasa

Potensi Maritim

yang Tergerogoti Illegal Fishing Oleh : Richa Meiliyana R

Desain : Ahmad Kafi

Sejenak mengingat masa kanak-kanak beberapa tahun silam, lagu sederhana “Nenek Moyangku Seorang Pelaut” ciptaan Ibu Soed itu diajarkan oleh guru ketika mata pelajaran bernyanyi di sekolah dasar dulu. Melalui lirik-lirik lagu tersebut, sebenarnya kita sudah cukup diberitahu bahwa negeri ini adalah sebuah negeri maritim yang kaya akan laut dan aneka sumber daya didalamnya. Mari menilik sejarah terdahulu, sejak Kerajaan Kutai pun masyarakat Indonesia telah memanfaatkan aktivitas laut de­ ngan berdagang dan mencari penghidupan. Masyarakat melakukan kegiatan jual beli antar pulau dan kerajaan dengan berlayar. Tak hanya dibuktikan dengan itu saja, Kerajaan Majapahit juga menjadi pusat kerajaan maritim Nusantara

yang berperan melindungi jalur perdagangan laut sebagai jalur utama perdagangan di sepanjang wilayah laut Nusantara hingga kawasan di sekitarnya. Jadi tak khayal jika kultur bahari dan maritim ini melekat pada negeri ini. Potensi maritim yang sangat kuat, dibuktikan dengan dokumen yang telah dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik bahwa luas lautan Indonesia mencapai 3.544.743,9 km², sedangkan luas daratan sebesar 1.910.931,32 km². Hal tersebut menunjukkan bahwa 64,97% dari total wilayah Indonesia adalah lautan. Menurut data dari Food and Agriculture Organization pada 2012 lalu pun, Indonesia berhasil menempati peringkat ketiga terbesar dunia dalam produksi perikanan di bawah China dan India. Tak dipungkiri, kekayaan alam khususnya laut di Indonesia memang sangatlah besar. Ketika berpidato dalam National Maritime Convention pada 1963, Bung Karno berpesan, “Untuk membangun Indonesia menjadi negara besar, negara kuat, negara makmur,

10


-Laporan Utama 1-

izin palsu, penangkapan ikan menggunakan alat tangkap terlarang, dan penangkapan ikan dengan spesies yang tidak sesuai dengan izin.

negara damai yang merupakan National Building bagi negara Indonesia, maka negara harus dapat menguasai lautan. Untuk menguasai lautan kita harus menguasai Armada yang seimbang.�

Data dari tempo menunjukkan bahwa sepanjang 2017 sendiri, 95 kapal lilegal telah ditangkap oleh KKP. Sebanyak 95 kapal nelayan ilegal itu terdiri dari 23 kapal perikanan Indonesia (KII) dan 72 kapal perikanan asing (KIA). Sedangkan Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Laut berhasil menangkap 53 kapal, Polisi Air Udara (Polairud) menangkap 195 kapal, dan Badan Keamanan Laut (Bakamla) menangkap 24 kapal. Sehingga sejumlah 367 kapal illegal fishing berhasil diamankan di tahun 2017 ini.

Sejak 2014 hingga sekarang pun, tercatat sejumlah 317 kapal illegal yang telah Namun lagi-lagi potensi dan kekayaan alam ditenggelamkan. Beberapa oknum dari neuntuk menjadi negara yang kuat seperti apa gara lain masuk ke dalam perairan Indonesia yang dicita-citakan Bung Karno pun belum tanpa izin, yakni Vietnam (144 kapal), Filipidapat dipenuhi oleh Indonesia. Jika dalam na (76 kapal), Malaysia (50 kapal), Thailand UUD 1945 pasal 33 ayat (3) disebutkan, (21 kapal), Papua Nugini (2 kapal), Cina (1 bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang kapal), dan Belize (1 kapal). terkandung di dalamnya dikuasai oleh ne- Ketika membuka Simposium Kejahatan gara dan dipergunakan untuk kemakmuran Perikanan Internasional II di Gedung Agung rakyat, hingga 2017 kini kekayaan laut di Istana Kepresidenan Yogyakarta pada Senin, Indonesia masih banyak yang dikuasai oleh 10 Oktober 2016 lalu pun, Presiden Joko pihak asing, bahkan tak sedikit jumlahnya Widodo menyatakan bahwa praktik illegal yang illegal. Adapun aktifitas illegal fishing fishing selama ini sangat merugikan Indoneyang dimaksud meliputi penangkapan ikan sia. Menurutnya, nilai kerugian yang tanpa izin, penangkapan ikan menggunakan

11


ditimbulkan akibat pencurian ikan ini mencapai US$ 20 miliar atau sekitar Rp 260 triliun, sehingga akibat praktik tersebut stok ikan dunia stok ikan dunia berkurang sebesar 90,1 persen. Bagai jago merah yang melahap rumah kayu, maraknya kasus illegal fishing yang terungkap beberapa tahun belakangan ini semakin menunjukkan betapa mirisnya potensi dan kekayaan alam Indonesia yang masih terus dieksploitasi oleh pihak asing. Dilansir dari situs berta online tempo.co, Rimawan Pradiptyo selaku ekonom dari Universitas Gajah Mada yang juga tim Satgas 115 Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyatakan bahwa kasus kejahatan laut di Indonesia sangatlah parah. “Lebih kompleks dari korupsi,� ujarnya dalam acara Dua Tahun Pemerintahan Jokowi-JK Reformasi Bidang Kelautan di Jakarta pada Kamis, 20 Oktober 2016 lalu. Menurutnya, bila mengungkap mengenai kasus illegal fishing, maka akan terkait juga dengan kasus pencucian uang, korupsi, perbudakan, penyeludupan barang sampai transaksi narkoba. Rasmijan, Ketua Himpunan Nelayan Seluruh pun mengungkapkan tentang dukungannya terhadap Pemerintah untuk segera memberantas praktik illegal fishing yang dilakukan oleh kapal asing. Namun disatu sisi, ia sangat menyayangkan tentang nasib nelayan Indonesia yang dibatasi jumlah gross ton (gt) untuk dapat melaut di Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE). “Nelayan pada menangis. Karena ada 17 alat tangkap yang dilarang oleh Susi, terutama cantrang. Kapal baru, kapal yang sudah perpanjangan CV-nya nggak bisa. Dia punya program ada bantuan 4000 kapal 5 gt. Nelayan kita suruh dipinggiran, tidak untuk melaut lepas,� jelasnya ketika kami temui di kediamannya di Pati, Jawa Tengah. Sebagai pejuang hak nelayan yang dahulu pernah menjadi nelayan hingga nakhkoda, Rasmijan berharap besar kepada pemerintah, agar nelayan Indonesia diperbanyak serta diperkuat dan tidak dibatasi gt kapal dalam beroperasi dijalur ZEE, sehingga dapat membantu menjaga keamanan laut dari kapal-kapal asing yang melakukan operasi illegal fishing. Dalam hal ini, pemerintah diharapkan perlu bertindak dengan tangkas dalam mengatasi kasus-kasus illegal fishing. Tak hanya itu, kesejahteraan nelayan Indonesia pun mutlak dipikirkan. Mengingat sejatinya kekayaan alam Indonesia, sepeti lautan dan sumber daya didalamnya digunakan semurni-murninya untuk kesejahteraan rakyat, bukan untuk individu ataupun golongan yang berkepentingan.

12


-Laporan Utama 2-

Ancaman Illegal Fishing bagi Perikanan Indonesia

“IUU Fishing merusak tidak hanya ekonomi tetapi juga lingkungan.” kata Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti di Jakarta, seperti dikutip dari Antara, Selasa 14 Maret 2017. Indonesia yang dikenal sebagai negara maritim memiliki wilayah perairan sepertiga dari seluruh wilayahnya menjadikan potensi tindak kejahatan maritim baik di kancah Nasional maupun Internasional, seperti kapal pribumi yang tidak melengkapi surat izin melaut serta kapal asing yang melaut di wilayah perairan Indonesia. Adanya kejahatan illegal fishing ini tentu­nya akan berdampak pada kondisi Indonesia dan segala kekayaan yang ada didalamnya.

Namun bagimana sebenarnya illegal fishing bisa mengancam Indonesia? Illegal, Unreported, and Unregulated Fishing (IUU Fishing) telah mengancam persediaan ikan di seluruh dunia. Menurut data Food and Agriculture Organisation (FAO), dalam pertengahan tahun 1970-an, proporsi penurunan atau eksploitasi ikan secara berlebihan (overfishing) hanya 10 persen, sekarang sudah meningkat menjadi 25 persen. Angka ini tentunya akan semakin bertambah apabila tanpa ada upaya pemberantasan IUU Fishing. Menurut Mukhtar, Pengawas Perikanan Kementrian Kelautan dan Perikanan dalam blog pribadinya menuliskan bahwa Kegiatan Illegal Fishing di wilayah pengelolaan perairan Indonesia telah mengakibatkan kerugian yang besar bagi negara. Overfishing, overcapacity, ancaman terhadap kelestarian sumberdaya ikan, iklim usaha perikanan yang tidak kondusif, melemahnya daya saing perusahaan dan termar-

jinalkannya nelayan merupakan dampak nyata dari kegiatan IUU fishing. Kerugian lain yang tidak dapat di nilai secara materil namun sangat terkait dengan harga diri bangsa, adalah rusaknya citra Indonesia pada kancah Internasional karena dianggap tidak mampu untuk mengelola perikanannya dengan baik. Dalam setiap kesempatan, Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, seringkali mengutarakan bahwa negara sudah banyak dirugikan oleh praktek IUU fishing. Ia menyebutkan, nilai kerugiannya diperkirakan mencapai Rp 300 triliun per tahun. Hal ini tentu sangat memprihatinkan, wilayah perairan luas yang seharusnya dapat memberikan keuntungan besar bagi Indonesia malah harus merugikan negara dan merusak lingkungan di dalamnya.

Lantas, akankah masalah illegal fishing yang terjadi sudah dapat diatasi? Selama menjabat sebagai Menteri di Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP), Susi telah menetapkan beberapa kebijakan diantaranya dengan meledakkan dan menenggelamkan kapal asing yang melaut di wilayah perairan Indonesia. Hal ini tentu membawa dampak positif bagi nelayan lokal karena dengan adanya kebijakan tersebut maka hasil melautnya bertambah karena tidak ada lagi kapal asing. “Sekarang kapal kita bisa melaut di Arafuru disana ikannya sangat banyak. Sebelum ada pelarangan illegal fishing melaut hanya di Kalimantan dan Laut Jawa soalnya banyak kapal asing, kalau melaut sampai Arafuru kapal kita tidak ada teman bisa ditabrak kapal asing, namun sekarang lebih aman”, terang Tomo salah seorang pemilik kapal dari Juwana Pati. Sama halnya dengan Tomo, Kusrin Ketua Paguyuban Nelayan dari Juwana Pati juga setuju dengan adanya kebijakan penenggelaman kapal asing. “Illegal fishing itu kan Kebijakan Susi, nelayan Indonesia tidak melakukan illegal fishing yang melakukan kan nelayan asing. Adanya kapal asing masuk tentu ada oknum pejabat, tidak mungkin nelayan Indonesia yang memasukkan kapal asing di Indo­nesia. Kalau ada kapal asing masuk, Saya juga ikut melawan. Itu lautan milik kita bangsa Indonesia ngapain kapal asing menangkap ikan di wilayah kita, disitu pasti ada kongkalikong dengan pejabat,” terangnya.

13


Namun ada yang kacau menurut Kusrin dengan adanya penenggelaman kapal asing. Ia mengkritik kebijakan menteri Susi tersebut. “Kapal ditenggelamkan, lalu kemana nahkodanya,” kata Kusrin menggebu-gebu saat ditanya tentang kebijakan illegal fishing. Tokoh nelayan sekaligus pemilik kapal ini menjelaskan bahwa kebijakan Menteri Susi kapal di bom nahkoda tidak ditahan, sedangkan anggotanya nahkoda ada yang ditahan sampai saat ini. Keadilan untuk kapal asing tapi kenapa kapal pribumi juga dianggap melakukan illegal fishing? Ada dari Tegal, Pekalongan, dan Juwana, menangkap ikan di wilayah Indonesia dibilang illegal fishing padahal masih termasuk di perairan Indonesia. Karena hal itu anak buah kapal dipulangkan, nahkoda ditangkap dan kapal ditahan. Nahkoda tersebut lalu diadili di Kalimantan karena ditangkap disana. “Kan Laut Jawa luas begitu ada gelombang nelayan kecelakaan kapalnya sampai di Kalimantan lha itu ditangkap polisi karena melewati batasan Laut Jawa”, terang Kusrin menceritakan kronologis kejadian penangkapan anggo­tanya. Selain itu ada juga masalah lain yang menyebabkan kapal pribumi ditangkap yaitu karena

14

tidak melengkapai surat izin melaut atau dokumen kapal. Tomo sang pemilik 14 kapal juga menambahkan bahwa ia merasa terbebani dengan banyaknya dokumen yang harus tersedia di kapal. “Dokumen yang harus ada di kapal saat melaut ada 21 dan itu masa berlaku tidak bersama-sama jadi agak susah mengurusnya”. Mau tidak mau nelayan harus mematuhi aturan yang sudah dibuat diantaranya dengan melengkapi dokumen kapal, atau akan ditangkap akibat melakukan illegal fishing. Sakinah Roselasari, Kepala Bidang Perikanan Tangkap Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah mengatakan bahwa dokumen kapal harus dipenuhi kalau tidak mau dibilang ilegal. Misalkan orang naik motor harus pakai helm dan membawa SIM, STNK dampaknya nyaman enak, dampak illegal fishing yang diterapkan bisa dirasakan. Melanggar itu sesuatu yang tidak benar dilakukan, misal tidak pakai helm kecelakaan. Kalau tidak ada illegal fishing maka nelayan kecil menangkap ikan dijalur yang tepat, tidak ada konflik antar nelayan, ikannya juga banyak karena diatur alat tangkapnya.”


-Laporan Utama 2-

Jadi upaya apa yang seharusnya dilakukan untuk menjaga wilayah pengelolaan perairan Indonesia? Namun kebijakan yang dikeluarkan Menteri Susi menuai kritikan pedas. Seperti yang diungkapkan oleh Rasmijan, Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Pati. “Kalau hanya menaikkan PHP setinggi langit dan melarang, lulusan SD juga bisa,” terangnya. Kebijakan yang dijalankan oleh Susi dinilai menindas nelayan kecil. Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam pidato kenegaraannya saat baru diangkat menjadi Presiden telah menegaskan tekadnya, untuk mengembalikan secara nyata semboyan yang telah lama dicetuskan oleh nenek moyang rakyat Indonesia, ‘Di Laut Kita Jaya’.

Pada akhirnya, upaya yang dilakukan pemerin­ tah bagaikan pisau bermata dua. Di satu sisi terjadi peningkatan perolehan hasil laut karena adanya penenggelaman kapan asing namun disisi lain banyak nelayan yang mengeluh akibat kebijakan-kebijakan baru yang merugikan nelayan. (Nurul Wahidatur Rohmah)

Dalam upaya tersebut melalui KKP, Jokowi menetapkan Susi sebagai Menteri dan telah menge­ luarkan sejumlah kebijakan untuk menanggulangi illegal fishing yang marak terjadi di Indonesia. Bahkan kebijakan tersebut mendapat dukungan dari beberapa nega­ra diantaranya yaitu Maroko yang memiliki permasalahan illegal fishing.

15


Komitmen KKP Menangkap Pelaku Illegal Fishing Oleh : Akidatul Ulfa

Design : Erica Aditya

Bak kanker ganas, aktivitas illegal fishing terus menggerogoti sektor kelautan dan perikanan Indonesia. Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) semakin mantap menjalankan komitmennya untuk tidak lagi memberi ruang bagi para perampok ikan Indonesia.

Indonesia sebagai negara kepulauan dimana 70 persen wilayahnya adalah lautan tentu memiliki potensi sumber daya kelautan yang sangat besar. Potensi itu sudah seharusnya diupayakan untuk menopang perekonomian bangsa. Ironisnya selama ini potensi itu tidak termanfaatkan dengan baik dan maksimal serta tidak memberikan kontribusi yang nyata bagi pembangunan bangsa. Bahkan negara cenderung dirugikan akibat banyak praktik eksploitasi sumber daya kelautan dan perikanan yang tidak bertanggung jawab atau maraknya terjadi illegal fishing ( Illegal Unreported Unregulated / IUU). Seiring tekad untuk mengembalikan kejayaan Indonesia, pemerintahan Joko Widodo berkomitmen untuk terus melakukan pembenahan atas berbagai persoalan tersebut. Melalui KKP dengan mengeluarkan berbagai peraturan agar praktik illegal fishing tidak terjadi lagi di kelautan Indonesia. Sejak ditetapkannya Peraturan Menteri KP Nomor 2/PERMEN-KP/2015 tentang pelarangan penggunaan alat penangkapan ikan pukat hela dan pukat tarik di wilayah perikanan RI serta tindakan-tindakan perombakan oleh menteri Susi, pemerintah setingkat provinsi dan kota telah menggalakkan kegiatan sosialisasi sampai tingkat daerah. “Apabila masih ada nelayan yang menyatakan tidak mengetahui tentang aturan baru yang sekarang bukan tanggungjawab pemerintah, karena sosialisasi telah dilakukan oleh utusan dinas sebagai Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) sampai ke kelompok-kelompok nelayan desa,� terang Sakinah. Sesuai mandat Susi Pudjiastuti dalam situs resmi Kementrian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia saat pidato penutupan Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) (12/7) menyatakan bahwa Indonesia harus membuktikan kedaulatannya, dengan berkomitmen dan konsisten menjaga lintas kedaulatan terirorial. Upaya itu menjadi wujud nyata komitmen KKP atas kapal-kapal yang melanggar aturan seperti penggunaan anak buah kapal (ABK) asing, penggunaan alat tangkap, docking serta aksi pencurian ikan. “Tindakan pemerintahan yang sekarang sudah baik. Bahwa setiap pemimpin memang memiliki cara mimimpin yang berbeda-beda. Akan tetapi semuanya dibentuk demi menjaga kedaulatan wilayah RI, bukan kepentingan warga asing,� tegas Sakinah Roselawati selaku Kepala Bidang Perikanan Tangkap, Dinas Kelautan dan Perikanan, Jawa Tengah. Perlu diketahui, penenggelaman kapal dalam aturan pasal 69 Ayat 4 UU perikanan, menyebutkan bahwa pembakaran atau penenggelaman kapal berbendera asing merupakan tindakan khusus yang dapat dlakukan jika ada bukti permulaan yang cukup. Selain kebijakan Moratorium Perizinan Kapal, pemerintah dalam hal ini KKP juga telah memperketat larangan alih muatan (transhipment) ikan di laut. Hal itu dipertegas dengan diterbitkannnya Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan (Permen KP) Nomor 57/PERMEN-KP/2014 tentang Perubahan Kedua Atas Permen KP Nomor PER.30/MEN/2012 tentang Usaha Perikanan Tangkap di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPP-NRI) pada tanggal 12 November 2014 yang lalu. Pelarangan

16


-Laporan Utama 3dilakukan untuk mewujudkan pengelolaan sumber daya perikanan yang bertanggung jawab dan penanggulangan Illegal fishing di wilayah perairan republik Indonesia. Namun dalam praktiknya justru banyak dilakukan pelanggaran yang banyak merugikan negara. Hal yang sering dilanggar seperti ABK kapal yang tidak memenuhi standar surat surat nelayan yang tidak berlaku hingga pelangaran saat alih muatan. �Jika ditemui kasus pelanggaran saat alih fungsi, maka polisi segera menindaknya dengan menahan nahkoda kapal hingga kurungan penjara dan denda. Semua tergantung muatan dan Gross Ton (GT),� kata Edy Suprapto selaku Polisi Air dan Udara. Menurut pasal-pasal tentang alih muatan ikan hasil tangkapan dapat dilakukan asalkan memenuhi persyaratan yang ditetapkan pemerintah. Misalnya, dengan mewajibkan kapal pengangkut ikan untuk mengaktifkan transmitter Vessel Monitoring System ( VMS ) sehingga dapat dipantau secara online. Termasuk, melaporkannya kepada kepala pelabuhan perikanan dan pengawas perikanan sesuai Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI) dan Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan (SIKPI). Mengutip dari rilis laman Parangtritis Geomaritime Science Park (17/7) untuk mengatasi persoalan illegal fishing, Menteri Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Susi Pudjiastuti mengeluarkan aturan penghentian sementara (moratorium) izin usaha per-ikanan tangkap bagi kapal eks asing. Peraturan Menteri No. 56/2014 menjelaskan izin yang dimoratorium meliputi Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP), Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI), serta Surat Izin Kelayakan Penangkapan Ikan (SIKPI), selain persoalan izin, moratorium juga mengatur jumlah tangkapan per Wilayah Penangkapan Perikanan (WPP), batasan bulan (masa tangkap) serta alat dan metode penangkapan ikan. “Banyak nelayan desa Juwana yang tidak mampu kalau harus mengganti alat tangkap. Karena untuk agunan ke bank itu tidak cukup dengan surat-surat motor, tapi sampai sertifikat rumah. Sedangkan bunga bank juga tidaak sedikit,� keluh Rasmijan selaku Ketua Himpunan Nelayan Indonesia. Menanggapi keluhan para nelayan yang merasa kesulitan dalam permodalan untuk mengganti alat tangkap, pemerintah memberikan alternatif kepada nelayan. Sakinah menuturkaan bahwa pemerintah menjalin hubungan dengan bank agar dipermudah pengajuan kredit bank bagi nelayan yang bermuatan kurang dari sepuluh Gross Ton (GT). Karena menurut Sakinah nelayan yang sudah memiliki kapal bermuatan lebih dari sepuluh GT dianggap mampu untuk mengganti alat tangkapnya. Sementara untuk memberikan efek jera, KKP telah melakukan beberapa tindakan tegas. Untuk mengadili pelaku illegal fishing oleh pemerintah telah membentuk Satuan Tugas Pemberantasan Penangkapan Ikan secara legal (satgas 115). Bersumber dari PresidenRI.go.id (12/5/15) ada ratusan kapal asing yang ditangkap dan ditenggelamkan karena tidak berijin. Dampaknya sudah mulai dirasaka nelayan. Pada bulan Januari 2015 saja, KPP mengklaim telah menyelamatkan satu juta ton ikan dari illegal fishing. Dampaknya, nelayan di perairan Laut Arafuru lebih mudah mendapatkan ikan. Bahkan nelayan di Muncar, Jawa Timur bisa mencetak surplus tangkapan hingga 300.000 ton. Langkah tegas ini barulah awal. Setelah Indonesia mulai menindak tegas para pelaku praktik illegal fishing , mata publik pun tertuju pada pertanyaan besar selanjutnya yaitu, sejauh mana Indonesia akan menjalankan rencana aksi internasional dan nasional dalam penanggulangan illegal fishing dan bagaimana semua komponen bangsa menjalankan rencana aksi ini sesuai peran dan fungsi masing-masing. Karena pada intinya poros maritim dunia tidak mungkin akan terjadi jika tidak ada peran dari komponen institusi dan masyarakat, yang selanjutnya diarahkan pada pembangunan ekonomi kemaritiman.

17


l l

l l

l

l

need more news?

CAMPUS. POLINES. POLYTECHNIC. JOURNALISTIC. JOURNALISM. NEWS. COLLEGE STUDENTS. NATIONALISM. SEMARANG. INCOGNITO. ENTERTAINMENT. CREATIVE. CRITICAL. ARTISTIC. COLORFUL. AGENT OF CHANGE. FRESH. UPDATE. ACTUAL. INDONESIA. SIGHTS. UNITY IN DIVERSITY

visit us on:

www.lpmdimensi.com 18


laporan Khusus

19


-Laporan Khusus 1Oleh Mawar Anahidayah, Design : M.A_F

Mengenal Cantrang, Alat yang Menuai Pro Kontra Cantrang adalah Alat Penangkap Ikan (API) berbentuk kantong terbuat dari jaring dengan dua panel dan tidak dilengkapi alat pembuka mulut jaring. Bagian utama dari alat tangkap ini terdiri dari kantong, badan, sayap atau kaki, mulut jaring dan tali penarik (selambar), pelampung dan pemberat. Rata-rata ukuran mata jaring cantrang yang digunakan adalah 1,5 inchi, dimana hal ini tidak sesuai dengan Peraturan Kementerian (Permen) Kelautan dan Perikanan Nomor 02 Tahun 2011 bahwa ukuran mata jaring cantrang yang diperbolehkan berukuran lebih dari 2 inchi. Kecilnya mesh size inilah dikhawatirkan akan mengganggu kelestarian ikan. Subani, W dan H.R. Barus, 1989 dalam buku Alat Penangkapan Ikan Dan Udang Laut Di Indonesia menyebutkan alat cantrang ini digunakan untuk menjaring ikan jenis demersal. Ikan demersal merupakan ikan yang hidup dan makan di dasar laut dan danau (zona demersal). Lingkungan mereka pada umumnya berupa lumpur, pasir, dan bebatuan, jarang sekali terdapat terumbu karang. Cantrang pertama kali dikreasikan oleh nelayan Inggris di Laut Mediterania pada kurun tahun 1930-an. Cantrang adalah upaya pengganti Trawl atau yang biasa disebut Pukat Harimau oleh masyarakat Indonesia, yang terlalu efektif menekan pertumbuhan sumber daya hayati dan lingkungan habitat dasar perairan laut, Cantrang pada awal penggunaannya adalah API yang ramah lingkungan. Cantrang tersebut muncul untuk menggantikan API yang tidak ramah lingkungan dan dilarang oleh pemerintah melalui Keputusan Presiden RI Nomor 1980. Gejolak sosial nelayan era 1960-1980 yang disebabkan alat tangkap Trawl yang tidak erkendali melawan nelayan non-trawl memunculkan kebijakan Keppres 39/1980 tentang larangan Trawl secara berahap di Jawa, Sumatera dan Kalimantan. Maka munculah uji coba alat tangkap pengganti Trawl berupa cantrang Eropa. Cantrang tersebut pada mulanya oleh Keputusan Dirjen Perikanan hanya boleh digunakan untuk nelayan kecil dengan kapal dan daya mesin penggerak kapal maksimal sebesar 5GT dan 15PK dengan bukaan mulut jaring maksimal dua meter, tujuannya untuk menghidupkan ekonomi nelayan kecil. Sejumlah nelayan kemudian memodifikasi trawl menjadi cantrang, dogol dan lamparan karena alat tangkap itulah yang paling efektif untuk menangkap ikan di perairan pulau Jawa. Mansyur, nelayan Tambak Mulyo Semarang mengungkapkan bahwa cantrang yang diizinkan pada awal diperkenalkan pleh pemerintah sebenarnya tidak boleh menggunakan pemberat, jaring tidak panjang dan masih ditarik tangan manusia. “Seiring kemajuan zaman, cantrang saat ini jaringnya bisa mencapai beberapa kilometer, menggunakan pemberat dan ditarik mesin dengan kapal besar biasanya 30GT,� tambahnya. Menurut para nelayan, cantrang adalah alat kerakyatan karena paling efektif untuk nelayan dengan modal tidak terlalu besar, bahkan dengan sistem cantrang muncul berbagai usaha bisnis filet ikan. Legiyo, pengrajin jaring cantrang berkata, “Bahan jaring terbuat dari

20


lawe, cepat rusak jika terkena ikan besar dan karang. Harga jual jaring ukuran biasa saya jual ke nelayan sebelas juta rupiah.� Sumarto, Pengepul sekaligus pedagang ikan Pasar Rejomulyo Lama Semarang mengatakan bahwa hasil tangkapan ikan dari cantrang beragam jenis dan ukuran. “Hasil tangkapan biasanya adalah jenis ikan patek, kuniran, pe, manyung, utik, bawal, layur, remang, kembung, cumi, kepiting, rajungan, cucut dan lain sebagainya,� jelasnya. Hasil tangkapan inilah yang menghidupi tempat pelelangan ikan dan sejumlah pedagang di pasar ikan yang tersebar di Pulau Jawa. Sesuai dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 71/PERMEN-KP/2016 tentang Jalur Penangkapan Ikan dan Penempatan Alat Penangkapan Ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia, pemerintah resmi melarang alat penangkapan ikan (API) yang dianggap bisa merusak lingkungan baik habitat maupun populasinya. Antara lain Pukat Tarik (Seine Nets), Pukat Hela (Trawls), dan Perangkap dimana total sub bagian golongan ada 20 jenis. Dimana cantrang tercantum dalam golongan Pukat Tarik. Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti mengatakan bahwa alasan melarang penggunaan cantrang ini untuk melindungi lingkungan. Cantrang diyakini akan menjaring seluruh ikan, dari ukuran besar sampai yang masih sangat kecil. Susi juga mengungkapkan apabila penggunaan cantrang tidak dibatasi, maka kekayaan laut Indonesia bisa hilang. Untuk melestarikan sumber daya ikan, perlu adanya pengaawasan dan pengaturan terhadap alat tangkap yang digunakan agar menunjang perikanan yang bertanggung jawab dan lestari. Suatu kebijakan dikatakan salah ketika merugikan rakyat. Namun disini, pemerintah menghadirkan sebuah solusi yang baik dengan memberikan senggang waktu kepada para nelayan serta memberikan alat tangkap baru yang ramah lingkungan kepada para nelayan. Kebijakan Menteri Perikanan dan Kelautan ini suatu langkah tujuan bersama yang patut didukung keberlanjutannya


Doc. google

Pelarangan Penggunaan Cantrang Meresahkan Kaum Nelayan Oleh : Anggun Larasati Desain : Dwi Aprilia P

T

erombang-ambing dalam ketidakpastian rasanya tidak menyenangkan. Begitulah yang dihadapi oleh banyak nelayan Indonesia saat ini. Pelarangan penggunaan alat tangkap seperti cantrang dan alat

22

lainnya sangatlah meresahkan nelayan. Menteri Kelautan, Susi Pudjiastuti mengeluarkan peraturan pelarangan penggunaan beberapa jenis alat tangkap yang tertuang dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.2/PERMEN-

KP/2015 tentang Larangan Penggunaan API Pukat Hela (Trawls) dan Pukat Tarik (Seine Nets) di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia dan diperbarui dalam Surat Edaran Nomor 72/MEN-KP/ II/2016.tentang pelarangan


-Laporan Khusus 2alat tangkap cantrang bagi nelayan Indonesia. Seolah-olah semudah membalikan telapak tangan, larangan tersebut harus segera dilakukan dan dianggap tidak ada waktu cukup untuk masa peralihan. Protes pun bermunculan dari masyarakat nelayan yang menggunakan alat tangkap cantrang. Kusrin selaku nelayan dan ketua Paguyuban Nelayan Minasantosa di Juwana, Pati mengatakan bahwa butuh sekitar tiga tahun untuk beralih alat tangkap. Alasannya agar nelayan siap dengan alat tangkap yang baru. Jangka waktu tiga tahun tersebut dianggap ideal karena tidak mungkin kapal akan didiamkan terlalu lama di pantai dan tidak dipakai melaut. Ia pun berkata batas waktu penggunaan alat tangkap tersebut awalnya sampai akhir tahun 2016 namun diperpanjang hingga Juli 2017 dan setelah dilakukan demo, Presiden pun menetapkan bahwa masa transisi sampai bulan desember 2017. Ia pun juga mengatakan bahwa tempatnya memang tidak mendapat penggantian alat tangkap serta tidak ada pembinaan atau sosialisasi mengenai peraturan tersebut. Kusrin pun mengeluhkan biaya penggantian alat tangkap dari cantrang ke alat tangkap lainnya mencapai tiga hingga empat miliyar. Belum lagi

dengan adanya pajak yang mahal terkait Gross Ton (GT) kapal. Pajak satu GT bisa mencapai 1,5 juta apabila dikalikan sesuai GT yang dimiliki maka pajak yang dibayar juga besar. Tentunya hal ini sungguh meresahkan nelayan. Banyak jalan dan cara pun ditempuh oleh Kusrin dan teman-temanya dari demo hingga dialog dengan Joko Widodo selaku Presiden Indonesia dan Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti. Kusrin pun juga mengatakan bahwa Jokowi akan segera mencari permecahan terbaik untuk masalah ini. “Jika masalah cantrang ini dianggap merusak biota laut seharusnya pejabat ikut melaut agar tahu apa yang terjadi dan tidak hanya memberikan peraturan saja,� katanya. Senada dengan Kusrin, Rasmijan yang merupakan Ketua Himpunan Nelayan Indonesia mengatakan jika peraturan ini membuat nelayan kelas bawah, menengah, dan atas menjadi kesulitan dengan hal ini. Bahkan pedagang ikan pun mengalami penurunan pendapatan akibat kekurangan stok ikan. Tentunya perubahan alat tangkap ini juga berpengaruh terhadap berubahnya pendapatan yang diperoleh. Harjitomo selaku pemilik kapal mengatakan bahwa pendapatan yang diperoleh dari menggunakan cantrang dengan alat tangkap lain-

nya memang mengalami perubahan. Jika dengan cantrang, ia hanya menggunakan modal sedikit namun penghasilannya cukup besar.Berbeda dengan alat tangkap lain penghasilan menjadi menurun. Pemilik kapal yang sudah tidak memakai cantrang ini, mengungkapkan biaya penggantian dari cantrang ke alat yang lain memang cukup besar. Penggantian cantrang ke porsen memakan biaya sebesar 2,5 milyar, sedangkan untuk ganti ke jaring gillnet mencapai 3,5 miliar. “Tentunya banyak yang tidak mampu dengan biaya sebesar itu, jika ingin diadakan penggantian seharusnya difasilitasi dengan pinjaman bank atau lainnya,� kata Hajitomo. Pelarangan alat tangkap ikan untuk cantrang memang banyak diprotes oleh nelayan Indonesia khususnya nelayan pantai utara jawa. Nelayannelayan tersebut rata-rata menggunakan cantrang sebagai alat tangkap ikan dikarenakan harga cantrang yang relatif murah dan kebiasaan menggunakan alat tersebut sejak lama. Pada awal mulanya, penggunaan cantrang dianggap tidak membahayakan. Namun sungguh disayangkan, cantrang sudah dimodifikasi sehingga menyerupai trawls dan menangkapi ikan-ikan kecil yang belum berkembang biak. Bahkan, ketika

23


-Laporan Khusus 2alat tangkap itu digerakan dengan kapal maka dapat merusak terumbu karang. Cantrang merupakan alat tangkap ikan berbentuk kantong terbuat dari jaring dengan 2 (dua) panel dan tidak dilengkapi alat pembuka mulut jaring. Bentuk konstruksi cantrang tidak memiliki medan jaring atas, sayap pendek dan tali selambar panjang. Cantrang merupakan alat tangkap yang termasuk Danish Seine yaitu jenis alat tangkap dengan metode penangkapannya tanpa menggunakan otterboards, jaring dapat ditarik menyusuri dasar laut dengan menggunakan satu kapal. Alat tangkap cantrang merupakan salah satu alat tangkap ikan yang dianggap produktif sehingga banyak digunakan oleh para nelayan. Susi selaku Menteri Kelautan dan Perikanan mengungkapan jika ia tak ingin kondisi laut Indonesia seperti laut-laut didaerah Timur Tengah. Dikarenakan eksploitasi besar-besaran, laut-laut di daerah tersebut sudah kosong dan tidak terdapat sumber daya didalamnya. Sebagai seseorang yang benar-benar terjun dalam dunia kelautan, Susi pun berani mengambil kebijakan tersebut. Tentunya kebijakan ini tidak hanya sekedar larangan namun juga ada penyelesaian untuk masalah tersebut.

24

Mewakili Kementrian Kelautan, Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Tengah pun memberikan jawaban. Supoco selaku Kepala Pelabuhan Perikanan Pantai Tasik Agung mengatakan bahwa setelah dikeluarkannya Permen Nomor 72 Tahun 2016, pemerintah mulai mempercepat replacement penggantian alat tangkap. Syarat penggantian alat tangkap adalah kapal yang dimiliki harus dibawah 10 GT. Saat mengajukan nelayan harus membawa alat tangkap yang lama dan kartu tanda nelayan. Sedangkan untuk nelayan dengan total gross ton 10-30 GT maka akan dipinjami uang dari bank. Jika ukuran kapal lebih dari 30 GT maka tidak mendapat bantuan karena dianggap telah mampu untuk mengganti alat tangkap sendiri. Sakinah Roselasari, Kepala Bidang Perikanan Tangkap Dinas Perikanan dan Kelautan Jawa Tengah mengatakan bahwa yang mengajukan penggantian alat tangkap di 15 kabupaten/kota sebanyak 6634 orang, namun setelah diseleksi dan di verifikasikan di dinas perhubungan menjadi 2341 orang. Dalam proses seleksi dilakukan pengukuran gross ton kapal sebagai dasar apakah nelayan tersebut layak mendapatkan penggantian alat tangkap atau tidak. Selain itu,

Sakinah juga mengatakan sosialisasi telah banyak dilakukan. “ Kami telah melakukan banyak sosialisasi seperti keselamatan berlayar, alat ramah lingkungan dan sebagainya. Sosialisasi dilakukan bersama Kelompok Usaha Bersama. Memang tidak kami undang semua agar orang yang melakukan sosialisasi dapat menularkannya ke orang lain,� kata Sakinah.Edy Suprapto, Bripka jabatan Ba Lidik Sub Dit Gakkum Dit Pol Air Polda Jateng mengatakan bahwa mereka tidak akan melakukan penangkapan terhadap nelayan yang menggunakan cantrang dikarenakan sedang dalam masa transisi. Peraturan pelarangan penggunaan alat tangkap ikan memang sangat meresahkan masyarakat. Keluh kesah akibat biaya penggantian alat tangkap serta hasil tangkapan yang menurun menjadi masalah. Selain itu masa transisi penggantian alat tangkap yang dianggap kurang menimbulkan protes dari nelayan. Peraturan tersebut dibuat seyogyanya untuk menjaga kekayaan laut Indonesia agar anak cucu kita dapat merasakan kekayaan laut kita. Selama proses pun pastilah akan timbul gejolak. Hal ini pun menjadi PR bagi kita dan pemerintah untuk menjaga kekayaan laut Indonesia.


- Opini -

Pergolakan dalam Masa Transisi Cantrang Oleh: Dr. Aristi Dian Purnama Fitri, M. Si (Ketua Departemen Perikanan Tangkap Undip) Ketua kelompok kerja alat tangkap Purse Seine Indonesia 2012 – 2016 Pengurus Himpunan Nasional Seluruh Indonesia Provinsi Jawa Tengah Devisi Penelitian dan Pengembangan 2017 oleh : Durrotun&Johny | desain : aryo winugroho

Penggunaan alat tangkap ikan (API) cantrang hingga saat ini masih menjadi polemik dalam masyarakat nelayan. Gejolak ini terjadi setelah Menteri Kelautan dan Periklanan, Susi Pudjiastuti mengumumkan kebijakan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan (Permen KP) No. 2 tahun 2015 tentang larangan penggunaan cantrang. Hal ini juga menuai banyak opini dari bebagai pihak mulai dari pengusaha, stake holder, hingga praktisi akademisi. Berbicara mengenai cantrang, pada mulanya cantrang merupakan alat tangkap ikan yang legal dan bersifat pasif. Dimana nelayan menggunakan cantrang di permukaan laut dengan cara menunggu ikan hingga masuk ke jaring kemudian diangkat. Namun karena dianggap kurang efisien oleh para nelayan, maka nelayan menggunakannya dengan cara diseret bahkan sampai ke dasar laut. Tentu saja hal ini tidak sesuai dengan aturan izinkannya kapal menggunakan cantrang mulai yang ada, oleh karena itu cantrang dianggap seb- dari jalur dua yaitu 4 sampai 12 mil dari bibir agai alat tangkap yang ilegal. pantai dengan cacatan ukuran maksimal 30 Pelanggaran lainnya adalah dengan cara di- Gross Ton (GT), dan menyerahkan Surat Izin hela, yaitu dilakukan terus-menerus dalam jang- Usaha Perikanan (SIUP), serta Surat Ijin Penka waktu yang lama. Inilah yang dilarang Susi, angkapan Ikan (SIPI). menangkap ikan sampai kedasar laut hingga menyapu ikan–ikan kecil dan merusak terumbu karang. Sedangkan, penggunaan alat tangkap legal di dasar laut harus dengan ketentuan berpasir, berlumpur, dan bebas dari termbu karang. Sehingga hal tersebut menjadi alarm bagi hubungan sumber daya ikan. Akhirnya pemerintah mengeluarkan larangan menggunakan API Pukat Hela (Trawls) dan Pukat Tarik (Siene Nets) termasuk cantrang. Saat dikeluarkan peraturan tersebut, cantrang telah banyak dioperasikan di wilayah Jawa yaitu Dalam melakukan perizinan ini, ternyata Rembang dan Pemalang yang merupakan pengbanyak nelayan Jawa melakukan kecurangan guna terbanyak se-Indonesia. Pasalnya tidak hanya dari konstruksi saja yang dilarang tetapi dengan menurunkan ukuran (markdown) pada juga di daerah operasinya. Sedangkan batas di- dokumen kapal. Mulanya 50 GT tetapi di

25


turunkan. Seharusnya mereka harus berlayar diwilayah Zona Ekonomi Eksusif (ZEE) dengan biaya operasional sampai puluhan juta, tidak boleh di wilayah 12 mil. Akan tetapi API cantrang terlanjur digunakan oleh para nelayan karena dianggap efektif dan efesien dari segi waktu. Balai Pengembangan Penangkapan Ikan (BBPI) yang saat itu dibawah Kementerian Pertanian meminta pemerintah untuk berfikir memberikan solusi kepada nelayan yang sudah terlanjur menggunakan API. Sebab BPPI lah yang pertama kali mengembangkan ide cantrang sebagai pengganti pukat harimau. Jika dilarang maka secara otomatis tidak bisa mengoperasikannya lagi, sedangkan biaya yang dihabiskan mencapai puluhan juta. Tetapi dengan kondisi sekarang yang tidak teratur, banyak nelayan menyeleweng membuat Susi hantam kromo jika semua alat yang sebenarnya resmi tapi tidak digunakan sebagaimana mestinya, maka tidak boleh dioperasikan. Inilah yang membuat ramai para kritisi dan praktisi akademisi, sebab Susi dianggap tidak meminta pendapat. Akan tetapi keputusan Susi bukanlah tanpa sebab. Dalam kinerjanya ia langsung turun lapangan dan ia mengatakan gebyah uyah bahwa sekarang ikannya kecil-kecil. Sementara itu Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah menyatakan pro dengan rakyat, ditambah lagi nelayan terbesar berada di Jawa Tengah. Dalam acara Kompas TV yang turut mengundang Kepala Dinas Kelautan, akademisi, serta para nelayan, Ganjar mengatakan bahwa ia berusaha bernegosiasi mengenai larangan terse-

26

but. Ternyata hasilnya adalah peraturan tersebut diberikan tenggang waktu agar dapat berfikir alat apa yang diganti, dan solusi agar tidak terjadi kerugian, karena mahalnya harga cantrang. Sehingga Susi memberi dispensasi kepada Provinsi Jawa Tengah untuk memberikan masa transisi sampai akhir Desember 2017. Tetapi ternyata tidak ada penyelesaian. BBPI sudah memberikan solusi tapi ditolak mentah-mentah karena tidak bisa menggantikan cantrang. Menurut BPPI alat tangkap yang sifatnya pasif adalah alat yg ramah lingkungan. Namun itu bukan cara yang tepat untuk mengembalikan biaya operasional yang dikeluarkan oleh para nelayan. Problema yang berimbas di masyarakat Masalah ini akan berdampak pada sebuah rantai kehidupan. Ketika seorang nelayan tidak mengajukan SIUP dan SIPI maka tidak ada pembayaran pajak. Sedangkan bergulirnya biaya operasional suatu pemerintah yaitu dari pajak. Saat dilarang dan itu mayoritas berarti berakibat pada anggaran pendapatan menurun. Kemudian pabrik pengelola ikan akan tutup dan akan banyak orang pengangguran. Yang paling kelihatan adalah pabrik surni yaitu daging ikan yang dihaluskan. Misalnya di Rembang yaitu pabrik pengolah kecap atau pasta ikan yang dieksport yang terpaksa tutup. Bahan baku untuk surimi yaitu ikan berukuran kecil, antara lain ikan kurisi, kapasan, dan bloso dimana cara tangkap ikan tersebut menggunakan cantrang karena keberadaannya di dasar laut dan modelnya yang menggerombol.


- Opini -

Kebijakan dan solusi pemerintah. Menanggapi hal tersebut sudah banyak pihak termasuk para akademisi yang membuat suatu inovasi pengganti cantrang. Namun menurut nelayan itu belum menyelesaikan masalah karena tidak ada solusi atas cantrang yang mereka operasikan. Sebab cantrang merupakan investasi bagi nelayan yang biaya operasinya mencapai 30 juta. Sementara itu bank pun tidak mau menjadikannya sebagai agungan, dan pemerintah juga tidak mau tukar tambah. Akhirnya dikeluarkan revisi Permen KP No. 71 tahun 2016 tentang jalur penangkapan ikan. Penggunaan cantrang hanya untuk di perairan dasar, kemudian dalam revisi ini memperbolehkan semuanya selain cantrang. Indonesia harus memiliki punishment karena kesadaran untuk mentaati peraturan masih kurang. Selain itu pengawasan masih sangat minim karena dari segi sarana dan prasarana serta sumber daya manusia masih rendah. Pengawasa di wilayah perairan dasar dianggap masih bisa dilihat. Sedangkan pengawasan ditingkatkan mulai di ZEE karena maraknya kapal asing yang lebih diutamakan. BBPI dan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) selalu membuat kajian-kajian langsung uji coba di lapangan supaya dapat memberi solusi pengguna cantrang. Kemudian bekerjasama dengan bank untuk memberikan pinjaman lunak bagi nelayan terutama yang cantrang kecil, dan benar-benar sesuai aturan. Melalui Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) pemerintah bersama Bank Negara Indonesia (BNI) dan Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah memberikan pinjaman. Namun tidak secara pribadi, melainkan dalam bentuk suatu usaha bersama. Dari Kelompok Usaha Bersama (KUB) itulah pemerintah memberikan pinjaman secara resmi, artinya ada struktur organisasi, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) yang jelas. Sementara itu Bank Indonesia (BI) pernah melakukan suatu penelitian yang bermula dari pemerintah yang menyentil salah satu perbankan karena dianggap menganak tirikan nelayan. Pemerintah menganggap bahwa bank tersebut hanya menginginkan golongan yang dapat memberikan jaminan bunga sehingga diinisiasi oleh BI waktu itu. Kebetulan penelitian tersebut melibatkan akademisi dari Institute Teknologi Bandung (ITB) dan Universitas Diponegoro (Undip) untuk mendata seberapa besar pengetahuan nelayan tentang bank. Kemudian dari BI juga memberikan evaluasi kenapa tidak memberikan pinjaman. Akhirnya hal itu menjadi evaluasi di akhir tahun 2015 dan dijadikan sebagai dasar bank akan memberikan pinjaman secara lunak asalkan seorang nelayan mempunyai KUB yang ada AD/ART. (Durrotun&Johny )

27


doc. google

Upaya Pemerintah

Dalam Pelarangan Penggunaan Cantrang Oleh : Yuli Hastuti | Desain : Damar Satria A.

S

eperti kita tahu bahwa penggunaan cantrang telah dilarang sejak diberlakukannya Peraturan Menteri (Permen) Kelautan dan Perikanan (KP) No.2 tahun 2015 tentang larangan penggunaan Alat Penangkap Ikan (API) Pukat Hela (Trawls) dan Pukat Tarik (Seine Nets), di wilayah Pengelolaan Perikanan Ne– gara Republik Indonesia. Akibat pelarangan tersebut terjadilah perdebatan antara nelayan dan pemerintah hingga tahun 2017 ini. Ma– salahnya karena cantrang sendiri sudah lama menjadi API yang biasa digunakan oleh nelayan. Terhitung sudah 35 tahun sejak diterbitkannya Keputusan Presiden (Keppres) tahun 1980 oleh Presiden Soeharto, tentang pelarangan penggunaan jaring trawl yang kemudian digantikan dengan cantrang. Layaknya pepatah, mengubah kebiasaan itu sulit, maka tak heran jika hampir dua tahun ini pemerintah masih kesulitan dalam memeratakan kebijakan tersebut. Pelarangan cantrang sendiri diberlakukan bukan tanpa alasan, cantrang menjadi pemborosan sumber daya. Kenapa? Alasan pertama adalah hasil tangkapan cantrang tidak selektif dengan komposisi hasil tangkapan yang menangkap semua ukuran ikan, udang, kepi– ting, serta biota lainnya. Biota-biota yang belum matang gonad dan memijah yang ikut tertangkap tidak dapat berkembang biak menghasilkan individu baru. Kondisi ini menyebabkan deplesi stok atau pengurangan stok sumber daya ikan, hasil tangkapan akan semakin berkurang. Kedua, biota yang dibuang akan mengacaukan data perikanan karena tidak tercatat sebagai hasil produksi perikanan. Ketiga, pengoperasian cantrang yang mengeruk dasar perairan dalam dan pesisir tanpa terkecuali terumbu karang dan merusak lokasi pemijahan biota laut. Keempat,

28

sumber daya ikan di perairan laut Indonesia akan mengalami degradasi dikarenakan padatnya aktivitas penangkapan dari berbagai daerah termasuk dalam penggunaan alat tangkap cantrang. Fishing ground (lokasi penangkapan) nelayan akan ikut berpindah dan menjauh, serta biaya operasional penangkapan semakin tinggi. Maka dari itu dengan adanya larangan penggunaan cantrang dan beralih ke alat penangkap ikan lainnya dapat meningkatkan penghasilan para nelayan. Meskipun jumlah tangkapan ikan memang menurun karena alat tangkap yang digunakan lebih selektif, namun nilai produksinya justru melonjak. Seperti yang telah dijanjikan pemerintah melalui pernyataan Jokowi, yang kami kutip melalui Kompas.com , “Tetapi percayalah pemerintah akan memberikan solusi yang baik bagi nelayan” , kini pemerintah tengah berupaya membantu permasalahan nelayan yang merugi akibat sudah tidak bisa lagi menggunakan cantrang. Langkah awal dari pemerintah yaitu melakukan sosialiasasi tentang peraturan perundang undangan, keselamatan berlayar, serta API ramah lingku–ngan. Lalu dibantu Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) di setiap pelabuhan dilakukan replacement API. Sistematika sosialisasi sendiri memang tidak melibatkan semua nelayan, hal tersebut karena sulitnya menghimbau nelayan yang masih kontra dengan kebijakan pemerintah. Namun, agar masalah terselesaikan peme– rintah mengundang satu Kelompok Usaha Bersama (KUB) dengan harapan nantinya KUB tersebut akan mengajak nelayan-nelayan yang lain. Namun saat melihat ke–


-Laporan Khusus 3nyataan dilapangan, hanya satu dua KUB yang datang, tidak meneyeluruh hal tersebut disebabkan karena para nelayan merasa kalau belum diundang secara langsung ya mereka menganggap mereka tidak tahu, tambah Sakina Rosellasari, Kepala Bidang Perikanan Tangkap Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Tengah. Kemudian untuk replacement, sistematikanya dimulai dari pendataan nelayan yang mendaftarkan diri kepada UPTD pelabuhan Kabupaten lalu menyerahkan API lama. Setelah itu nantinya UPTD melaporkan data tersebut kepada pemerintah pusat, kemudian dilakukan verifikasi lapangan. Jika data yang dilaporkan benar dan sesuai maka replacement API yang ramah lingku–ngan diberikan kepada nelayan. “Bantuan replacement diberikan cuma-cuma oleh pemerintah kepada kapal yang berukuran dibawah 10GT, namun untuk kapal 10-30GT yang termasuk golongan kapal sedang pemerintah memberikan bantuan berupa fasilitas permodalan perbankan. Alasannya karena mereka dianggap mampu”, tambah Sukoco, Kepala Pelabuhan Perikanan Pantai UPTD Tasik Agung, Kabupaten Rembang. Tepat pada (1/7) 2017 nanti, waktu perpanjangan yang diberikan pemerintah kepada nelayan untuk replacement (API) dari cantrang ke API ramah lingkungan telah usai. Lalu sebagai tindak lanjut, pemerintah daerah, salah satunya Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Tengah sudah melakukan replacement API sebanyak 2341 unit untuk nelayan Jawa Tengah yang sebe– lumnya telah diverifikasi lapangan sesuai by name by address. Di Pulau Jawa Sendiri berdasarkan klaim Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), wilayah pantai utara (pantura) sudah rusak karena pemakaian cantrang. Hal itu berdampak pada area tangkap ikan di pantura Pulau Jawa semakin menciut. Sehingga jika replacement tidak segera digalakkan makan kerusakan akan semakin bertambah luas. Menurut pengakuan Sakinah, untuk cantrang di jateng itu memang dominan, da–

tanya terdiri dari kapal dibawah 10GT sebanyak 6634 yang ada di 15 kabupaten dan kota, 10-30GT berdasarkan perizinan di Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) ada 1223 unit. Sehingga dalam pelaksanaan replacement tersebut pihaknya dibantu oleh UPTD di 10 pelabuhan perikanan pantai , satu Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) seluruh Jateng, yang terdiri dari Pantai Utara (Pantura) dan Pantai Selatan mulai dari Kabupaten Rembang yaitu Tasik Agung, Bajo Mulyo, Moro Demak, Karimunjawa, Tawang-Kabupaten Kendal, Klidang lor-Batang, Wonokerto-Pekalongan, Asem DoyongPemalang, Tegal Sari-Tegal, PPI larangan di Tegal , Loh Gending–Kebumen , serta dua UPT Konservasi dan Pengawasan. Upaya penerapan kebijakan baru memang susah diterapkan mengubah kebijakan lama, sebagai bukti masih banyak nelayan yang ngotot menggunakan cantrang hingga waktu replacement hampir usai. Pemerintahpun kewalahan, lalu untuk mengatasinya, UPTD tidak menerbitkan Surat Persetujuan Berlayar (SPB). Sehingga dengan sanksi yang ada, mau tidak mau, cepat atau lambat mereka harus tetap menggunakan API ramah lingkungan jika ingin tetap berlayar dan mencukupi kebutuhan hidup. Masyarakat dunia memang dianugerahi dengan adanya sumber daya alam yang melimpah untuk mencukupi kebutuhan hi– dup. Namun bukan berarti ketersediaannya tidak akan habis. Terlebih lagi jika penggunaannya tidak diatur sedemikian baik, maka anak cucu kita sebagai generasi selanjut– nya tentu tidak akan bisa menikmati sumber daya yang melimpah saat ini. Memang akan banyak hal yang dirugikan namun itu hanya sementara, seiring dengan berlalunya waktu maka semua itu akan teratasi dan akan membawa manfaat yang besar dikehidupan berikutnya.

29


SOSOK

JIWA BAHARI UNTUK NELAYAN INDONESIA Oleh : Erni dan Nunu | Desain : Nurianah Dulu perikanan dan kelautan hanya dipandang sebatas memancing dan menangkap ikan serta belum banyak orang yang tertarik dengan bidang tersebut. Prof. Dr.Ir. Johannes Hutabarat, M.Sc., awalnya berniat melanjutkan pendidikannya di Fakultas Kedokteran. Karena tidak diterima, ­a­khirnya ia memutuskan untuk melanjutkan pendidikan S1 di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Diponegoro. Dari situlah titik awalnya dalam menekuni bidangnya. Pengalaman yang diperoleh semasa kuliah membuatnya terus memperdalam bidangnya. Prof. Dr. Ir. Johannes Hu-

30

tabarat, M.Sc merupakan salah satu dosen di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Diponegoro bersama de­ ngan kakaknya yang usianya hanya terpaut satu tahun, yaitu Prof. Dr. Ir. Sahala Hutabarat, M.Sc. Ia me­ngawali profesinya sebagai dosen di FPIK pada tahun 1976. Johannes meraih gelar doktor dalam bidang aqua culture di Inggris. Saat ini ia aktif dalam berbagai organisasi yang berkaitan dengan perikanan dan kelautan. Johannes Hutabarat merupakan pendiri sekaligus presiden pertama organisasi Masyarakat Akuakultur I­ ndonesia (MAI). Ma­syarakat Akuakul-

tur ­Indonesia (MAI) adalah suatu organisasi profesi yang berorientasi pada pembangunan sektor akuakultur (budidaya perairan dan perikanan) yang terdiri dari para peneliti, pendidik, dosen, LSM, pemerintah, dan pengamat pembangunan sektor budidaya perikanan. Organisasi lain yang beliau tekuni antara lain Ikatan Sarjana Perikanan Indonesia (ISPIKANI), Ikatan Sarjana ­Oseanologi Indonesia (ISOI), Himpunan Ahli Pelabuhan Indonesia (HAPI) Jawa Tengah, serta Konsorsium Intra Bahari Jawa Tengah. Dalam Konsorsium Intra Bahari Jawa Tengah, pria kelahiran 23 Maret 1951 ini bersama Dinas Kelau-


- Sosok tan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah melakukan penanggulangan abrasi pantai yang terjadi di Demak. Hal tersebut dilakukan denga cara menggerakkan penduduk setempat untuk dapat melakukan mitigasi bencana agar daerah tempat tinggal mereka tidak terkena banjir dan tergerus ombak. Johannes yang bertempat tinggal di Jalan Welirang I/31 Candi Baru, Kota Semarang kerap pula diundang mejadi pembicara dalam berbagai seminar. Terakhir beliau mengisi seminar di Hotel Aston Semarang. Pada seminar tersebut beliau berbicara mengenai pelarangan alat tangkap cantrang. Pelarangan alat tangkap cantrang yang dianggap merusak ekosistem tercantum dalam Peraturan Menteri KKP Nomor 2 Tahun 2015 diganti Peraturan Menteri KKP Nomor 71 Tahun 2016. Cantrang sendiri merupakan alat tangkap ikan yang digunakan oleh sebagian besar nelayan di pantai utara pulau Jawa. Pemerintah melalui surat perintahnya menganjurkan nelayan untuk mengganti cantrang dengan alat tangkap gill net. Batas penggantian alat tangkap dari cantrang menjadi gill net diperpanjang dari yang semula bulan Juli menjadi Desember 2017, hal ini disebabkan karena keterbatasan modal yang dimiliki oleh nelayan.

Menurut Johannes, pelarangan alat cantrang tidak bisa dilakukan seketika harus ada kajian terlebih dahulu. Seharusnya pemerintah sebelum membuat peraturan, melakukan diskusi terlebih dahulu dengan perguruan tinggi apakah betul alat catrang dapat merusak populasi ikan. Karena melalui diskusi tersebut perguruan tinggi dapat memberikan usul terkait potensi lestari atau jumlah maksimum ikan yang masih dapat diperbolehkan untuk ditangkap dari beberapa daerah. Dasar pelarangan alat cantrang merupakan kepentingan konservasi. Pelarangan cantrang seharusnya hanya dilakukan dengan pengurangan jumlah penggunaannya bukan dilarang total. Misal di beberapa daerah yang populasi ikannya sedikit maka jumlah penggunaan cantrang dibatasi. Menurut Johannes, selain memikirkan pelarangan penggunaan cantrang atau alat tangkap yang dilarang, pemerintah juga harus memikirkan nelayan. Maraknya kasus illegal fishing maka banyak pencabutan izin operasi kapal-kapal industri penangkap ikan. Karena berkurangnya jumlah kapal yang beroperasi maka jumlah ikan yang tidak tertangkap akan meningkat. Hal tersebut dapat dimanfaatkan oleh nelayan tradisional, tetapi justru nelayan dipersulit untuk menangkap

ikan. Terkait dengan sanksi penenggelaman kapal yang dibuat oleh Menteri Perikanan dan Kelautan, Susi Pudjiastuti, Johannes berpendapat selama hal tersebut tidak melanggar ketentuan internasional itu tidak masalah. Ia juga menjelaskan jika Susi ­ Pudjiastuti menyatakan bahwa sanksi penenggelaman kapal tersebut sudah sesuai dengan hukum internasional. Hal tersebut dijelaskan saat Susi ­ WWPudjiastuti meraih gelar Doctor Humanis Causa di Universitas Diponegoro. Karena jangan sampai penenggelaman kapal tersebut dapat menimbulkan konflik bilateral dan mengganggu hubungan diplomatik. Pemerintah juga harus memikirkan tindak lanjut dari upaya penenggelaman kapal, bagaimana industri perikanan di Indonesia dapat berkembang. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara meningkatkan kualitas kapal-kapal tangkap di Indonesia seperti kualitas kapal yang ditenggelamkan agar ikan-ikan yang dapat dicuri oleh kapal asing dapat ditangkap oleh kapal-kapal tangkap Indonesia.

31


Penggarapan Illegal Fishing

oleh : Jami’ah & Annora Deshty Z desain : Aryo Winugroho

Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan. Tujuh puluh persen dari wilayah Indonesia me­ rupakan lautan yang memiliki potensi sumber daya kelautan dan perikanan yang besar. Sudah seharusnya potensi tersebut dapat diandalkan untuk menopang perekonomian bangsa. Namun, ironisnya, selama ini potensi tersebut belum dapat dimanfaatkan dengan baik dan belum memberi kontribusi nyata bagi pembangunan bangsa. Bahkan, negara cenderung dirugikan atas keberadaan sumber daya tersebut hingga mencapai Rp 300 triliun per tahun akibat adanya praktek eksploitasi sumber daya kelautan dan perikanan yang tidak bertanggung jawab. Upaya-upaya telah dilakukan oleh pemerintah Republik Indonesia dalam mencegah dan memberantas praktik eksploitasi sumber daya kelautan dan perikanan pada kasus illegal fishing, dengan membentuk satuan tugas pemberantasan penangkapan illegal fishing (Satgas 115) berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 115 Tahun 2015. Satgas 115 ini terdiri dari TNI AL, Polair, Bakamal, dan PSDKP KKP.

Penenggelaman Kapal oleh Satgas 115

2014 - 2016 236

2014 - juni 2017 317

Data hasil operasi kapal pengawas mencatat bahwa selama kurun waktu 2014 hingga 2016, pihak Satgas 115 telah menenggelamkan 236 kapal pelaku illegal fishing dengan rincian bendera kapal Vietnam 96 kapal, Filipina 58 kapal, Thailand 21 kapal, Malaysia 38 kapal, Indonesia 15 kapal, Papua Nugini 2 kapal, Cina 1 kapal, Belize 1 kapal dan 4 kapal lainnya tanpa negara. Sedangkan total kapal pencuri ikan yang ditenggelamkan sejak 2014 hingga Juni 2017 mencapai 317 kapal.

32


- Infografis Sedangkan untuk kasus penangkapan kapal pencuri ikan sendiri, hingga Juni 2017 sebanyak 294 kapal pencuri ikan telah ditangkap dengan perincian 116 kapal Indonesia dan 66 kapal asing. Kapal asing itu terdiri atas kapal berbendera Malaysia 6 unit, Vietnam 54 unit, Filipina 5 unit, dan Taiwan 1 unit. Dengan adanya upaya-upaya tersebut, terjadi peningkatan ketaatan pelaku atas peraturan kelautan dan perikanan yang dicantumkan

52%

dalam hasil Pertemuan Multilateral I dalam rangka Penyusunan RKP 2017 Kemaritiman dan Kelautan oleh Kedeputian Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam, yaitu : Tahun 2014 sebesar 52 persen, tahun 2015 meningkat menjadi 66%, tahun 2016 meningkat menjadi 73%. Sedangkan target tahun 2017 adalah sebesar 76% dan 2018 sebesar 87%.

73%

66%

82%

76%

Peningkatan tersebut mendorong kenaikan stok ikan hasil tangkap di perairan Indonesia. Berdasarkan hasil kajian Komnas Kajiskan, MSY Indonesia terus mengalami kenaikan dari 7,3 juta ton pada 2015, menjadi 9,93 juta ton pada 2016, dan 12,541 juta ton pada 2017. MSY di 9 dari 11 Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) juga mengalami peningkatan, namun dua di antaranya mengalami penurunan. Penurunan terjadi akibat masih maraknya praktik illegal fishing dan penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan. Upaya-upaya tersebut masih menyisakan dampak eksploitasi yang menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah Republik Indonesia, khususnya Kedeputian Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam, yaitu: 1. Bergesernya mata pencaharian nelayan menjadi importir ikan. Jumlah nelayan di Indonesia dari 1,6 juta KK menjadi 800 ribu KK (berdasarkan sensus 10 tahun terakhir). Dengan bergesernya mata pencaharian nelayan Indonesia, maka akan berpeluang memanggil penangkap ikan asing untuk masuk ke perairan Indonesia. Hal itu akan meningkatkan potensi eksploitasi kelautan dan perikanan kemudian perairan

Indonesia justru akan didominasi kapalkapal asing. 2. Rusaknya kelestarian laut Sisa terumbu karang yang kondisinya sangat baik hanya 5.32 persen, kemudian 30 persen lain dengan kondisi kurang baik. Hal ini berarti kondisi terumbu karang yang rusak hampir mencapai 30 persen. (dilansir pada tahun 2016 oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia).

Peningkatan praktik illegal fishing yang terjadi di Indonesia dapat mengancam keberadaan sumber daya laut yang kita miliki serta akan menggeser mata pencaharian nelayan di wilayah pesisir. Meningkatnya ekploitasi sumber daya kelautan dan perikanan ini diikuti dengan meningkatnya penegakkan hukum oleh Indonesia serta meningkatnya ketaatan pelaku eksploitasi. Namun hal ini belum dapat menanggulangi keseluruhan praktik illegal fishing yang terjadi. Oleh karena itu, pemerintah perlu memperhatikan kondisi prihatin ini dengan terus menggalakkan secara tegas atas peraturan UU, implementasi Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP/50/ MEN/2012 tentang Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Illegal, Unreported, and Unregulated Fishing (IUU Fishing), dan aturan lain yang mendukung.

33


Perahu Kuno Punjulharjo, Pusaka Peradaban yang Tertanam Oleh : Durotun Nasikhah | Desain : Nurianah

I

ndonesia merupakan negara kepulauan dengan wilayah pesisir yang besar. Sehingga karakteristik budaya kemaritiman bukanla feno­ mena baru. Sejarah mencatat bahwa kehidupan bahari Indonesia sudah lahir sejak zaman pra sejarah. Tidak banyak sumber yang dapat digali untuk menampilkan sejarah pelayaran Indonesia dalam masa pra sejarah, kecuali dari penuturan lisan dan relief yang tergambar pada candi-candi Hindu maupun Budha yang banyak dibangun setelah tahun 500 Masehi. Salah satu bukti terkuat yang menggambarkan perahu tradisional Nusantara pada masa Hindu – Budha adalah relief perahu bercadik yang dipahatkan pada Candi Borobudur. Pada bulan Juli 2008, penduduk desa Punjulharjo, Kecamatan Rembang, Kabupaten Rembang tanpa sengaja menemukan perahu kuno di kedalaman 2 meter yang membujur arah timur barat, ketika mereka sedang menggali tanah untuk membuat tambak garam. Lokasinya hanya berjark 500 meter dari pinggir pantai, dengan sekelilingnya adalah tambak-tambak garam. Dalam kerangka sejarah

34

maritim di Nusantara, perahu kuno Punjuharjo merupakan temuan yang sangat penting. Selain berumur tua, perahu ini merupakan satu-satunya perahu kuno yang pernah ditemukan di Indonesia bahkan di Asia Tenggara dengan kondisi yang relatif utuh. Temuan ini cukup menggemparkan saat itu, tidak hanya di lingkungan masyarakat setempat, tetapi juga di kalangan para peneliti. Balai Arkeologi Yogyakarta dengan penelitiannya, berupaya mengungkap rahasia keberadaan perahu kuno tersebut, termasuk umurnya. Analisis radiokarbon terhadap sampel tali ijuk perahu di Beta Analytic Radiocarbon Laboratory, Miami, Florida, USA menunjukkan bahwa perahu kuno Punjulharjo berasal dari abad 7-8 Masehi. Ukuran­nya yang besar, mencapai 18 meter, menyiratkan bahwa perahu tersebut digunakan untuk keperluan pelayaran jarak jauh. Di daerah-daerah kepulauan di wilayah Asia Tenggara, pada masa lalu memang telah berkembang tradisi pembuatan perahu dengan teknologi yang khas, yaitu menggunakan ikatan tali ijuk dan pasak kayu untuk membentuk badan perahu atau lebih dikenal

sebagai teknik papan ikat dan kupingan pengikat (Sew plank and lushed – plug technique). Teknik ini yang terlihat dalam konstruksi perahu kuno Punjulharjo. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Direktorat Jenderal Kebudayaan, berupaya mengkonservasi perahu kuno Punjulharjo untuk mencegahnya dari kerusakan. Konservasi perahu kuno ini merupakan konservasi kayu basah (waterlogged wood) terbesar yang pertama dilakukan di Indonesia. Kegiatan konservasi perahu kuno Punjulharjo dilakukan secara bertahap. Dimulai sejak tahun 2011 dan direncanakan berakhir tahun 2018. Kondisi kayu penyusunan perahu kuno Punjulharjo yang sudah sangat lama terendam dalam lahan basah mengakibatkan dinding sel kayu rusak dan penuh berisi air. Pengeringan dengan cara biasa dapat mengakibatkan material menyusut dan pecah secara ekstrim. Oleh karena itu diperlukan suatu tindakan konservasi yang tepat agar perahu terus lestari. Berikut adalah rangkaian proses konservasi perahu


- Kronik kuno Punjulharjo.

2011

Balai konservasi Borobudur melakukan uji coba untuk mengetahui dan menentukan metode konservasi yang tepat terhadap perahu kuno Punjulharjo. Perendaman menggunakan larutan Polyethylene glycol (PEG) merupakan metode yang dianggap paling sesuai untuk mengkonservasi waterlogged wood berukuran besar seperti perahu kuno Punjulharjo. Perendaman dengan Polyetrhylene PEG merupakan perendaman menggunakan bahan pe­ nguat yang akan menggantikan air yang terdapat dalam sel-sel kayu, sehingga setelah proses pengeringan nantinya, kayu perahu tidak akan mengerut dan lebih kuat. Hal ini dilakukan secara bertahap dengan konsentrasi yang terus menerus ditingkatkan sampai pada kondisi kayu perahu dianggap cukup kuat. Perendaman menggunakan PEG 400 pada tahap awal dan PEG 4000 pada tahap akhir dilakukan secara bertahap selama 3 tahun dengan total jumlah PEG yang dibutuhkan sekitar 26 ton (60 drum).

2012

Tahap pra konservasi dipersiapkan terlebih dulu sarana dan prasarana untuk menunggang kegiatan konservasi seperti bengkel kerja (werkit) dan alat-alat konservasi, serta mempersiapkan perahu dan lingkun-

gannya agar siap dilakukan proses konservasi dengan membuat tanggul penahan air pasang, tanggul pengaman untuk mencegah erosi di area sekeliling perahu.

2013

gunakan larutan PEG 400 dengan konsentrasi awal 9% dan terus ditingkatkan hingga mencapai konsentrasi 35-40%. Tujuannya untuk menghilangkan kandungan air dalam sel-sel kayu.

Dibuatkan wadah berukuran 18 meter dari bahan fiber (mangkuk penanganan) untuk merendam perahu dengan larutan PEG, karena konservasi dilakukan di tempat asli penemuannya (in situ) tanpa mengangkat dan melepaskan bagian-bagian perahu.

2016

2013

2017

Perahu kuno Punjulharjo sudah diletakkan di dalam mangkuk penanganan dan siap untuk direndam de­ngan larutan PEG 400.

2014

Tahap awal konservasi, dilakukan penghilangan kandungan garam pada fisik perahu , pembersihan papan-papan kayu pe­ rahu secara mekanis dan penanganan menggunakan fungisida. Selain itu dipersiapkan sumur pengontrol permukaan air tanah di dekat perahu, dan termasuk pembuatan bak besar di dalam werkit untuk persiapan membuat larutan PEG.

Perendaman menggunakan larutan PEG 400 tahap lanjut. Pembuatan modifikasi mangkuk treatment dan instalasi panas yang berfungsi sebagai media untuk memanaskan larutan PEG 4000 pada saat proses konservasi tahap akhir. Perendaman menggunakan larutan PEG 4000 dengan konsentrasi 35% sampai 70% yang disertai pemanasan pada suhu 60’C dilakukan untuk memperkuat struktur kayu perahu.

2018

Pada tahap akhir proses konservasi, perahu kuno akan dibersihkan dari sisasisa bahan konservasi yang digunakan dan membongkar mangkuk treatment.

2019

Pengembangan situs perahu kuno Punjulharjo, pasca konservasi perahu.

2015

Direktorat Pelesterian Cagar Budaya dan Pemuseuman menyelenggarakan workshop konservasi waterlogged wood untuk mempersiapkan tenaga teknis yang akan melakukan konservasi perahu. Mulai dilakukan perendaman meng-

35


visit www.lpmdimensi.com


kampusiana

37 35


POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

TERAKREDITASI “A” “Nilai yang kami peroleh sebesar 366 dari 400” Ir Supriyadi, M.T.

Penyerahan SK BAN PT Tentang Akreditasi A Kepada Politeknik Negeri Semarang Oleh : Husna Syafyya A

P

Desain : Ahmad Kafi

oliteknik Negeri Semarang berhasil meraih predikat A pada Akreditasi Institusi Perguruan Tinggi (AIPT) yang diresmikan pada hari Jumat, 6 Januari 2017 di Ruang Serba Guna (RSG) Politeknik Negeri Semarang (Polines). Acara peresmian ini dihadiri oleh Direktur Pembinaan Kelembagaan Perguruan Tinggi Kemristekdikti yaitu Dr Totok Prasetyo BEng M.T., Anggota Dewan Eksekutif BAN-PT yaitu Dr Ir Fauzri Fahimudin MSc, Ir Supriyadi M.T selaku Direktur Polines, seluruh jajaran pimpinan Polines, ketua dan sekretaris jurusan/program studi, kepala bagian/sub bagian/pusat/unit/satuan di lingkungan Polines, perwakilan organisasi kemahasiswaan, serta mitra industri.

38


- Kampusiana Dalam wawancara dengan Direktur Politeknik Negeri Semarang Ir Supriyadi, M.T., ia menjelaskan bahwa dalam undang-undang, akreditasi adalah wajib untuk sebuah institusi karena ada hubungannya dengan pengakuan eksternal. Akreditasi yang sudah diajukan sejak Juni 2016 ini akhirnya membuahkan hasil. Pada 20 Desember 2016, Polines berhasil mengemban predikat A dan berlaku hingga 20 Desember 2021 mendatang. “Tantangan kami adalah mempertahankan atau bahkan meningkatkan akreditasi, karena mempertahankan tidak semudah ketika kami meraihnya,� tutur Supriyadi. “Nilai yang kami peroleh sebesar 366 dari 400, sedangkan nilai minimal adalah 361, jadi perlu ditingkatkan lagi,� tambahnya. Komponen penilaian akreditasi terdiri dari beberapa aspek, diantaranya adalah visi, misi, tujuan, dan sasaran, serta strategi pencapaian, tata pamong kepemimpinan dan sistem penjaminan mutu, mahasiswa dan lulusan, sumber daya manusia, kurikulum pembelajaran, pembiayaan sarana dan prasarana dan sistem infor-

masi, serta penelitian pelayanan dan pengabdian. Adapun borang yang diisi berisi sekitar 100 butir penilaian. Politeknik Negeri Semarang berhak berbangga hati karena dari 4.445 Perguruan Tinggi di Indonesia, yang tercatat mendapatkan akreditasi A untuk saat ini hanya 49 Perguruan Tinggi. Adapun rinciannya adalah 28 Perguruan Tinggi Negeri, 15 Perguruan Tinggi Swasta, 3 Kampus Asrama, dan 3 Kelembagaan. Dalam meraih predikat A tentu tidaklah mudah, banyak kendala yang harus dihadapi. Salah satunya adalah komitmen semua unsur pelaksana yang terkadang tidak stabil, selain itu juga banyaknya dosen yang absen mengajar lantaran mengurus proses akreditasi sehingga mahasiswa menjadi korban karena banyaknya jam kosong. Kerjasama warga Polines sangat berpengaruh dalam tercapainya predikat A, termasuk dalam hal kemahasiswaan. Oleh karena itu diadakanlah audiensi bersama direktur yang dihadiri oleh perwakilan Organisasi Mahasiswa (Ormawa). Audiensi

tersebut membahas tentang langkah ke depan demi mempertahankan predikat A yang telah diemban oleh Polines. Institusi menyampaikan kepada perwakilan ormawa yang hadir bahwa peningkatan kualitas kegiatan yang diadakan ormawa sangatlah penting, disamping dapet menaikkan rating Ormawa itu sendiri, juga bisa menaikkan rating institusi. Sedangkan aspirasi yang disampaikan Ormawa kepada institusi tidak lain adalah mengharapkan adanya transparansi dana kemahasiswaan agar tidak menimbulkan opini atau anggapan yang berujung negatif terhadap institusi sendiri. Predikat A yang diraih Polines memberikan banyak keuntungan untuk mahasiswanya. Seperti yang diungkap Arifah Kusuma, mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, ia mengaku bangga karena almamaternya dapat menjadi salah satu politeknik yang bisa menjadi acuan bagi politeknik lain, selain itu juga menjadi daya tarik bagi calon mahasiswa baru yang hendak memilih tempat perkuliahan.

POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

39


Ins:EdisiXLVI

KEWAJIBAN UTAMA JURNALISME ADALAH

MENGUNGKAP KEBENARAN YANG TERTUTUP


Semarangan


- Semarangan -

M

enghabiskan waktu dengan berlibur kesebuah tempat wisata merupakan kegemaran hampir setiap masyarakat. Seiring berjalanannya waktu, kini tidak sedikit masyarakat yang menjadikan mall sebagai tempat untuk berwisata. Terutama dikotakota besar salah satunya Semarang. Namun begitu jika dicermati lebih jauh Semarang memiliki banyak potensi daerah wisata alam. Berbasis kontur wilayah mulai dari pegunungan hingga pesisir pantai. Berbicara mengenai pesisir pantai, Semarang merupakan kota yang berbatasan langsung dengan laut jawa. Akan tetapi patut untuk diakui bahwa Semarang masih belum memiliki wisata pantai yang dapat diandalkan, seperti kota-kota tetangga yang berbatasan langsung dengan laut. Tidak banyak diketahui oleh masyarakat bahwa wilayah wisata pantai di Semarang dikelola oleh pihak swasta, yang artinya bahwa pemerintah tidak ambil bagian dalam urusan kepengelolaan wisata pantai. Dalam hal ini pemerintah hanya menjalankan fungsi pengawasan, mulai dari pengawasan masalah kebersihan, tarif masuk, hingga keberlangsungan jangka panjang wisata-wisata pantai itu sendiri. Keberlangsungan jangka panjang yang dimasudkan disini adalah dimana kondisi pantai sendiri tidak mengalami degradasi dan juga dapat memberikan daya dukung di wilayah pesisir, hal ini dapat terwujud melalui kerjasama pemerintah, baik dinas pariwisata, dinas pertanian ataupun dinas perikanan, beserta masyarakat setempat. Namun demikian dapat dikatakan bahwa kepengelolaan ditangan pihak swasta diharapakan dapat memberikan dampak yang lebih efektif, dibanding ditangan pemerintah meskipun hasil yang dinikmati masyarakat saat ini masih belum maksimal. “Dalam kondisi tersebut apabila masyarakat dapat mengelola dengan baik, maka pemerintah akan memberikan dukungan. Maka jika kita berbicara masalah pariwisata, sebenarnya hasil yang diinginkan bukan semata-mata hanya penghasilan untuk daerah. tapi peran masyarakat sekitarlah yang lebih penting� ungkap karis, dinas pariwisata

42

Dirasa Lebih ­Efektif­ Pantai Semarang ­dikelola Swasta Oleh : iffan & indri Desain : Nurul K. Maulidiyah

kota Semarang. Pengelolaan ditangan pihak swasta memang dirasakan memiliki beberapa keuntungan jika dilihat dari sudut pandang tertentu. Karena pengelolaan ditangan swasta dapat dilakukan lebih fleksibel. Semisal dilihat dari masalah penganggaran, pengelolaan ditangan swasta dirasa lebih luwes karena pendapatan pada tempat wisata tersebut langsung dapat digunakan disitu juga. Akan tetapi apabila pengelolaan ditangan pemerintah, maka harus masuk kas daerah terlebih dahulu, satelah itu baru dianggarkan ditahun berikutnya. Jadi apabila terdapat kebutuhan yang mendesak, proses penyelesaiannya akan lebih lama apabila wisata tersebut dikelola oleh pemerintah. Dalam konteks ini, bukan berarti pemerintah tidak bisa mengelola dengan baik, pihak pemerintah tetap mengusahakan yang terbaik untuk semua kalangan, termasuk masyarakat setempat, pengunjung maupun pihak swasta. Namun terkadang dalam situasi ini terdapat batasan – batasan yang tidak bisa dilewati oleh pemerintah dalam upaya mengoptimalkan wilayah pantai. Dilain Pihak, pemerintah dan pihak swasta tetap saling berkoordinasi dan berkerjasama untuk memajukan pariwisata di kota Semarang. “pola pikir yang harus ditekankan adalah mana yang paling strategis dan bermanfaat untuk kepentingan bersama� tutur Karis, dinas pariwisata kota Semarang. Diharapkan dengan ini semua pihak yang terkait baik pihak pengelola maupun masyarakat dapat memperoleh imbas yang baik. Selain itu keberlanjutan daya dukung wilayah pantai terhadap lingkungan alam dapat tetap terjaga, yang justru tidak menyebabkan kerusakan alam. Wisata alam merupakan tempat wisata yang memberikan hiburan serta tempat pembelajaran, dengan tidak merusak alam itu sendiri.


- Galeri Foto -

I

ndonesia adalah negara maritim, negara kepulauan yang memiliki perbandingan lautan lebih besar daripada daratannya. Karena daerah Indonesia dominan laut maka berbagai jenis ikan tersimpan didalamnya, kekayaan yang melimpah ini tentunya memberikan peluang bagi rakyat untuk memanfaatkan sumber daya tersebut. Terbuktinya dengan adanya banyak pasar ikan di Indonesia, salah satunya TPI Pasar Kobong Semarang yang berlokasi di daerah Rejomulyo Semarang Timur. Peranan Pasar Kobong Semarang ini adalah untuk memajukan perekonomian masyarakat terutama para nelayan di daerah Semarang dan sekitarnya. Aktifitas di Pasar Kobong dominan pada malam hari sampai dini hari dikarenakan banyak pasokan-pasokan ikan yang baru saja datang dari kapal. Berikut adalah kegiatan aktifitas di pasar kobong yang terpotret dari lensa dimensi :

Fotografer : Akhdan Zufar Desain : Ahmad Kafi

Aktifitas Pasar Ikan, Cerminan Hasil Laut

Pamer Dagangan Nelayan Hasil Melaut (doc. Dimensi/Akh-

43


(doc. Dimensi/Akhdan)

Nelayan yang menyetorkan hasil melaut kepada pedagang

Terlihat Seorang Warga Sedang Memilih Hasil Laut

Bersama mengangkat dagangan

Penimbangan ikan yang hendak dijual

Membeli dagangan disalah satu nelayan

44


- Galeri Foto -

Bandeng tangkapan terbanyak para nelayan

Terlihat Seorang Warga Sedang Memilih Hasil Laut

Menata bak ikan sembari beristirahat

Memilih ikan yang hendak dijual

45


Belajar Berwirausaha dengan hasil perikanan Indonesia

KecebonK merupakan salah satu dari sekian banyak Unit Kegiatan Mahasiswa yang ada di Universitas Diponegoro , Organisasi Kecebonk terbentuk pada tanggal 15 juli 2010 oleh dukungan dan dampingan dari Drs. Mustofa Niti Suparjo, MS serta dosen-dosen program studi Manajemen Sumberdaya Perairan. Organisasi ini tersusun dengan cara memilih anggota yang telah mempunyai pengalaman dalam bidang kewirausahaan perikanan. Anggota organisasi ini akan mendidik generasi mahasiswa perikanan guna dapat menjadi tempat untuk memberikan pengetahuan tentang kewirausahaan dan bagaimana menjadi wirausahawan perikanan. Kegiatan kegiatan yang ada di kecebonK antara lain seminar dan edukasi edukasi mengenai perikanan dan juga berwirausaha pada bidang perikanan, serta belajar mengenai jenis jenis ikan yang dapat menjadi lahan berwirausaha, selain itu kecebonK juga melakukan sosialisasi ke desa-desa untuk budidaya ikan. Saat ini Organisasi KecebonK sudah menginjak usia ke 10 dan memiliki filosofi yaitu : KecebonK selalu bermetamorfosis. KecebonK terus berupaya membuat kreasi, inovasi dalam mengembangkan dan memperbarui sektor perikanan.

46

A


A_F

- Komunitas -

serta melestarikannya dengan KecebonK Universitas Diponegoro

KecebonK bergerak bebas di dalam air berkubang KecebonK terus berkarya walau dalam kondisi apapun. KecebonK hidup bergerombol KecebonK selalu menjaga silaturahmi kekeluargaan anggota dan menjaga keutuhan jejaring usaha. KecebonK selalu di jaga oleh Katak Alumni KecebonK terus membimbing keluarga Kecebonk agar mampu bersaing dan dapat berwirausaha mandiri. KecebonK mampu mengenali aroma predator KecebonK mampu bersaing dan bertahan di dalam kompetisi wirausaha perikanan. Bagaimana? Tertarik untuk mengikuti aktivitas-aktivitas dari organisasi KecebonK? Bisa mengikuti kegiatannya di akun instagram kecebonk undip yaitu di www.instagram.com/kecebonk2

Salam Wirausaha!

47


Tunjukkan Kreatifitas An da

LPM DIMENSI

48 36

THE WAY OF JOURNALI

SM


travelogue

49


Menikmati Wisata ala Backpacker Rifqi M.oleh: ­Yofatama di Jepara Desain: Salma A

P

esona wisata Provinsi Jawa Tengah (Jateng) tidak kalah eloknya dengan daerah lain di Pulau Jawa ini, dan tentu saja Jateng mempunyai wisata bahari disini yang mirip dengan Pulau Bali dengan pasir putihnya yaitu di Jepara. Kabupaten Jepara terletak di pantura timur Jawa Tengah yang bagian barat dan utaranya dibatasi oleh Laut Jawa. Bagian timur wilayah kabupaten ini merupakan daerah pegunungan dan berbatasan Kabupaten Pati dan Kabupaten Kudus, serta Kabupaten Demak di selatan. Wilayah Kabupaten Jepara juga meliputi Kepulauan Karimunjawa, yakni gugusan pulau-pulau di Laut Jawa. Kali ini kami akan membahas seputar wisata ala backpacker dan daerah favorit untuk tempat camping (berkemah) khususnya di Kabupaten Jepara ini. Suasana sunyi pantai dengan deburan ombak yang mengalun di tiap detik akan sangat menyenangkan menemani malam hari dan, sensasi berbeda yang anda rasakan ketika berkemah di pantai dengan berkemah di dataran tinggi atau di gunung.

50


dimensi

Letaknya bersebelahan dengan Pantai Bandengan yang sudah terkenal di kalangan wisatawan, dengan ciri khas banyaknya perahu atau kapal kecil yang bersandar di pinggiran pantai ini, pasir putih yang luas sangat cocok untuk mendirikan tenda dan juga bermain bersama kerabat terdekat anda. Ketika kami mencoba berkemah, disana kami bertemu cukup banyak bertemu dengan pelancong yang berkemah disana, bahkan hingga larut malam ada beberapa pelancong yang datang dan akan berkemah disana. Kelebihan wisata disini adalah dekat dengan dermaga Pantai Bandengan, sehingga pada dapat menyeberang dan berwisata ke Pulau Panjang. Ada juga Banana Boat dan juga persewaan pelampung bagi wisatawan yang mau bermain di laut

Pulau Panjang google

google

Pantai Kampung Prau

- Plesir -

51


Pantai Pecatu (Gua Manik)

google

Pulau yang terletak di utara Kabupaten Jepara dengan luas 19 hektare ini dapat ditempuh dengan perahu motor dari dermaga Pantai Bandengan, dengan mengeluarkan kocek 20 ribu rupiah per orang dengan perjalanan sekitar 15 menit, anda sudah sampai di Pulau yang terdapat Makam Syekh Abu Bakar. Taman Pulau Kecil sebagai area bermain pasir putih dan juga pendirian tenda untuk berkemah, menjadikan tempat ini seperti tempat wisata pribadi. Disini kita bisa berjalan menyusuri pulau di jalan setapak yang melingkari pulau ini. Tidak hanya pemandangan hamparan lautan yang disuguhkan di Pulau Panjang, kita bisa berenang ber-snorkelling di bibir pantai yang menyuguhkan eloknya terumbu karang di dalam air. Fasilitas MCK disini pun cukup memadai apabila ingin berlama-lama menikmati indahnya pulau ini.

Pantai Pecatu atau Pantai Gua Manik disebut juga Gua Manik Pecatu Park adalah pantai yang terletak di Desa Banyumanis tepatnya di sebelah selatan dari Benteng Portugis. Pantai Wisata Guamanik terdapat di sebelah selatan Benteng Portugis. Letaknya sangat berdekatan bahkan pantainya menyatu hanya dipisahkan oleh sebuah sungai kecil. Di ujung selatan pantai terdapat bukit cukup tinggi yang ditumbuhi pepohonan liar. Pengunjung dapat melakukan aktivitas di pantai atau laut, trekking mengelilingi bukit, atau berjalan naik ke atas bukit untuk melihat pemandangan di sekitar kawasan wisata seperti Benteng Portugis dan Pulau Mandalika. Di pantai yang berbukit ini terdapat Mercusuar dan tulisan Gua Manik yang menjadi ciri khas dan cocok menjadi spot berfoto selfie, luasnya areal bukit cocok dijadikan tempat mendirikan tenda untuk berkemah. Suasana sunyi sangat cocok untuk anda yang ingin menikmati keindahan laut dan juga menenangkan pikiran.

52


- Plesir -

Pantai Pailus

dimensi

Pantai yang terletak di Desa Karanggondang, Kecamatan Mlonggo ini menjadi alternatif untuk destinasi pelancong yang mendambakan Pantai yang masih alami, disini tidak terdapat warung, tidak terdapat penyewaan ban dalam, tidak ada penyewaan perahu wisata, dan jauh dari pemukiman penduduk, sehingga pengunjung serasa berada di pantai pribadi. Pantai yang seperti ini lah yang sangat dicari oleh wisatawan terutama wisatawan mancanegara. Karena wisatawan lebih suka wisata pantai perawan, Oleh karena itu warga Desa ­Karanggondang membuat peraturan yang isinya melarang siapapun yang membuat bangunan di Kawasan Pantai Pailus, dan didenda dengan jumlah sesuai ukuran bangunan tersebut. Hal ini dilakukan supaya para wisatawan yang sangat mendambakan wisata pantai yang sunyi bersih alami dan perawan bisa berdatangan ke Pantai Pailus. Secara tidak langsung para wisatawan tersebut masuk kampung-kampung untuk membeli makan minum maupun menginap, sehingga meningkatkan ekonomi warga Desa Karanggondang. Ketika berkunjung disana kami mendapatkan ada wisatawan yang telah mendirikan tenda untuk bermalam disana. Fasilitasnya tidak sekomplit di obyek wisata lain, tapi kesan natural yang membuat pantai ini cukup diminati. Hanya dengan membayar tiket parkir mobil senilai 5000 rupiah,dan motor 1000 rupiah anda dapat mengeksplor Pantai yang terdapat banyak pohon dipinggir pantainya.

I

tulah beberapa tempat referensi wisata ala backpacker dan daerah favorit untuk tempat camping (berkemah) khususnya di Kabupaten Jepara yang telah kami rangkum. Tulisan atau foto yang kami bagikan tidak akan berbicara banyak apabila anda tidak mencoba langsung berwisata ke destinasi tersebut. Semoga informasi yang kami sampaikan dapat bermanfaat untuk kalian, Salam Lestari!

53


-Kuliner-

Menikmati keunikan kuliner khas Demak

“Bandeng Bakar Lumpur� Oleh : Rinda Anggarini Desain : Ahmad Kafi

K

uliner yang terbuat dari ikan sudah menjadi hal yang biasa di kalangan masyarakat terutama bagi pebisnis dan penikmat kuliner seafood . Apalagi di Indonesia yang memiliki potensi kekayaan laut termasuk potensi perikanan didalamnya, tidak akan terlepas dari menu olahan yang berbahan dasar dari ikan. Sehingga kuliner ikan banyak dijumpai di setiap daerah nusantara, dan setiap daerah memiliki kuliner khas yang terbuat dari olahan ikan. Kuliner yang berbahan dasar ikan umumnya disajikan dengan cara di goreng atau dibakar, namun menu Bandeng Bakar Lumpur merupakan salah satu makanan khas di daerah pesisir Moro Demak, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Secara kuliner di daerah ini memang banyak dijumpai olahan yang berbahan dasar ikan karena mata pencaharian mayoritas sebagai nelayan. Sehingga untuk makanan pun memiliki banyak jenis kuliner yang berbahan dasar ikan salah satunya adalah Bandeng Bakar Lumpur tersebut. Hal ini sangat wajar, mengingat posisi geografis daerah Moro Demak yang berada dekat dengan laut Utara Jawa. Ikan bandeng segar yang ditangkap oleh para nelayan disajikan berbeda yakni ikan bandeng dibakar dengan cara dibalut lumpur tambak dan dicampur rempah-rempah sehingga menciptakan citarasa pedas manis yang pastinya sangat sulit ditolak bagi pecinta kuliner seafood. Ikan yang dipakai sebagai olahan Bandeng Bakar Lumpur merupakan ikan bandeng yang banyak dijumpai baik di air tawar maupun air aisn. Berbahan dasar ikan bandeng, kuliner Bandeng Bakar Lumpur menjadi menu pilihan dan banyak diolah oleh masyarakat Moro Demak, karena ikan bandeng banyak dijumpai di daerah tersebut . Cara membuat atau mengolah kuliner ini pun sangat sederhana dan mudah untuk dilakukan. Biasanya ikan bandeng dicuci dan dibersihakan terlebih dahulu untuk menghilangkan kotorannya, sisik ikan tidak perlu

54

dibersihkan karena akan ikut terkelupas bersamaan dengan lumpur yang nantinya akan dibakar. kemudian ikan bandeng dilumuri dengan garam dan perasan lemon untuk menetralisisr bau amisnya . Setelah itu, yang perlu disiapkan adalah arang sebagai bahan untuk membakar ikannya. Sambil menunggu untuk menghilangkan bau amisnya dapat menyiapkan lumpur yang diambil dari tambak. Lalu ikan bandeng dibalut dengan lumpur tersebut hingga menutupi semua bagian ikan. Ikan yang sudah dilbalut dengan lumpur kemudian dibakar diatas arang yang telah disiapkan. Didiamkam selama beberapa saat sampai lumpur mengering dan terkelupas. Kemudian bumbu sebagai pelangkap disiapkan. Bumbu yang terdiri dari rajangan bawang merah, cabe rawit dan tomat segar dicampur dengan kecap manis lalu ditambahkan garam sesuai dengan selera . Setelah ikan selesai dibakar dan diberishkan dari lumpur kering yang mungkin masih menempel. Ikan yang masih hangat kemudian digeprek bersamaan dengan bumbu kecap yang telah disiapkan. Kemudian Ikan Bandeng Bakar Lumpur pun siap untuk disajikan. Bandeng Bakar Lumpur memiliki citarasa yang unik. Rasa pedas, manis, dan gurih bercampur dengan kenyalnya daging ikan bandeng. Bandeng yang dibakar dengan lumpur hasilnya lebih bersih dan warnanya lebih menarik, karena yang hangus terbakar adalah lumpurnya. Meskipun demikian daging ikan bandeng matang hingga kedalam. Makanan ini tidak hanya nikmat namun juga menyehatkan karena tidak menggunakan bahan kimia sama sekali. Biasanya, Ikan Bandeng Bakar Lumpur menjadi makanan pendamping ketika menikmati nasi. Sudah pasti, tidak akan kecewa menikmati Bandeng Bakar Lumpur khas Moro Demak ini. Selain harganya terjangkau, cara mengolahnya mudah, dan rasanya pun luar biasa lezat.


incognito

55


Catatan Rekanita,

1968. A

ku tertegun memandang jendela. Sore itu hanya ada daun kering berguguran di luar sana. Memaknai sebuah penyesalan hanya akan membuat luka baru dalam hati. “Bu, ini obatnya diminum dulu. Setelah ini dokter masuk untuk memeriksa.” kata seorang suster paruh baya yang telah merawatku selama ini. Ku minum obat yang membosankan itu. Malah sekarang bertambah banyak lagi. Aku pikir aku ingin segera mengakhiri hidup jika aku terus-terusan hanya minum obat saja tanpa ada kegiatan lain yang berarti. Rumah ini begitu jauh dari keramaian. Aku rindu berbelanja. Aku rindu pergi bersama temanteman. Aku rindu bersosialisasi dengan orang-orang. Aku rindu dengan Kayla. Ah, sudah berumur berapakah dia sekarang ya, pasti ia sangat cantik. Ia adalah tetanggaku yang sering ku ajak bermain boneka dan rumah-rumahan. “Bagaimana, Bu? Apakah sudah lebih baik?”. Dokter menyapaku. “Aku akan lebih baik jika tinggal di Jakarta.” sahutku. “Saya dan suster merawat Ibu atas amanah Bapak. Jadi kami berharap Ibu bisa mengerti itu.” rayunya seakan agar aku tidak melarikan diri. --------------------------------------------------Pagi telah tiba. Dan aku kembali mengingat Mas Sandy yang gagah berwibawa. Entah me­ngapa aku sangat merindukannya. --------------------------------------------------

56

Malam tiba dengan udara agak menusuk tubuhku. Semilir angin terasa hingga jendela tertutup dengan sendirinya. Seorang ajudan mengetuk pintu kamarku perlahan sebanyak 2 kali. Kemudian aku mempersilahkannya masuk. Ia mengantarkan sepucuk surat dan aku hapal persis itu adalah tulisan tangan Mas Sandy. “Maaf Laras. Perjuanganku ternyata juga harus mengorbankanmu. Walaupun entah kapan kita bertemu, aku akan selalu merindukanmu. Percayalah bahwa aku akan terus hidup dalam dirimu. Esok lusa aku akan dibawa ke pengasingan bersama puluhan petinggi lain. Aku harap kau bisa ikhlas. Doamu akan selalu ku nanti. Dari yang terkasih, Sandy.” Surat itu ku terima 3 hari setelah surat itu ditulis oleh Mas Sandy pada 27 September 1965. Aku membaca raut kesedihan dalam tulisan Mas Sandy, bahkan ketika Bapak mulai sakit sekitar Juli waktu itu ada sedikit cemas dalam raut wajahnya saat kita terakhir kali bertemu. Entah mengapa hatiku sakit membaca surat itu. Ingin rasanya aku menangis karena aku merasa seakan semuanya akan menghilang dengan cepat. Aku tau ia orang yang gagah berani, namun dalam tulisan itu aku melihat sudah tak ada harapan lagi. Negeri adalah hidup dan matinya bahkan aku pun ditinggalkannya. Pernah aku mendengar dari kamar, bahkan sering Mas Sandy kedatangan tamu londo tak dikenal. Dengan suaranya yang keras, bahasa kasar dan membentak. Bikin gemetar! Aku pun takut meskipun hanya untuk mengintip. Pernah

Oleh : Annora Deshty Zaneta Desain : Dwi Aprilia P. juga aku mendapati, sekitar Mei 1965, lebam di pipi Mas Sandy yang entah berasal darimana, dan aku kira itu adalah bekas tangan suruhan si empunya. Ku lihat Mas Sandy lesu namun berusaha tegar di depanku sepulangnya dari Rapat Raksasa Hari Lahir di Gelora Bung Karno. Padahal hari itu adalah pesta besar bagi Mas Sandy dan kawan-kawan. Semua itu akibat dari suruhan sang empunya kendali sebagai desakan untuk terus secara paksa meminta Mas Sandy agar mau cepat lepas jabatan. Mungkin itu cara agar si dalang bisa menduduki peringkat 1 (satu) di jajaran pejabat penting. Kala itu, jabatan menjadi sangat penting seakan Negeri hanya miliknya. Namun aku tahu, keteguhan dan keberanian Mas Sandy dan para petinggi lain membuat mereka tak hentihentinya melakukan desakan itu. Sampai mati pun tak akan runtuh hanya karena kecurangan. Dan itu telah terbukti oleh Mas Sandy ku sendiri. Aku ingat sekitar tanggal 18 April 1965 sesaat setelah Mas Sandy berkunjung ke rumahku, ia langsung bergegas karena panggilan Bapak. Sepertinya kondisinya begitu genting sehingga harus kembali bertugas. Dan benar, aku mendengar berita di radio beberapa jam setelah Mas Sandy bergegas, bahwa jajarannya telah diserang habis-habisan oleh pihak-pihak yang tidak diketahui. Bahkan hingga merenggut beberapa nyawa dan keesokannya dilakukan pemakaman. Melewati hari-hari di masa itu adalah hal yang cukup menegangkan bagiku. Walaupun aku tidak ikut dalam tim prajurit, tidak ada


saat perang, atau tidak ikut saat melawan serangan yang tiba-tiba datang, menjadi rekanita Mas Sandy pun telah membuatku tahu bagaimana seorang prajurit harus berjuang. Bahkan aku, harus ikut berjuang dan setiap hari hanya berharap apakah Mas Sandy akan datang berkunjung atau tidak. Tak ada yang pasti di masa itu, semua terasa tiba-tiba. Tiba-tiba hilang, tiba-tiba mati, tiba-tiba tertembak. Kau tau bagaimana rasanya jadi aku jika Mas Sandy tiba-tiba hilang? Atau mati? Mungkin aku salah satu orang yang beruntung bisa hidup hingga sekarang. Banyak rekanita lain yang justru menjadi sasaran empuk untuk meluluh-lantahkan jabatan para prajurit dan pe­tinggi. Ada yang disandera hingga mati, ada yang dipenjara dan dikurung, ada yang dipasung, ada yang tembak jelas-jelas didepan sang kekasih. Dan yang paling mengerikan menurutku adalah ada yang diracun. Aku membayangkan bagaimana bila terjadi padaku? Atau ternyata suster membawakanku racun dan bukan obat? Habis riwayatku. -----------------------------------------Aku ingat kembali Jumat, minggu pertama bulan April 1965. Aku lupa tanggalnya karena saat itu Mas Sandy berkunjung selepas sholat Jum’at. Ia menanyakan sesuatu kepadaku. “Laras, apa kau masih menungguku hingga akhir perjuanganku selesai? Aku pun takut suatu hari aku tidak bisa kemari mengunjungimu lagi. Aku tidak tahu kapan takdir mendapatiku. Hidup dan mati adalah dadu yang tak berangka yang kumainkan setiap hari, Laras... ” “Rasanya aku tak ingin menjawab. Kau harusnya tahu aku disini, tinggal disini, hidup disini untuk siapa. Dalam hari-hariku, aku akan selalu berdoa agar kau

selamat dan sehat. Aku selalu berharap kau datang kemari. Aku selalu menunggu.” Jawabku dengan nada agak lirih karena aku tak kuasa lagi menahan sedih mengingat bahwa itu adalah kenyataan yang aku hadapi. Setiap aku bertanya padanya saat berkunjung, ia hanya berbicara tentang aku dan dia saja, tidak yang lain. Ia selalu berusaha menyenangkanku saat kita bertemu, seakan aku dan dia akan hidup bersama selama-lamanya. Cara ia memperlakukanku tak terlihat seperti ia akan meninggalkanku. Sesaat sebelum kembali bertugas, Mas Sandy menyematkan cincin cantik di jari manisku. Aku tahu ia berusaha agar aku tenang. Sore setelah Mas Sandy pulang, aku berusaha menghubungi ajudan untuk bisa datang dan menjelaskan semuanya. Namun tak ada jawaban. Semua seakan sibuk dengan hiruk-pikuknya di masa itu. Satu minggu setelahnya, tanggal 30 September 1965 aku menerima surat itu dari Mas Sandy. Dan firasatku benar, Mas Sandy akan pergi. ------------------------------------------------Aku menunggu dan terus menunggu. Aku tahu persis bagaimana ia bisa membagi waktunya untukku, untuk Bapak, dan untuk Negeri ini. Menjadi rekanita seorang prajurit masa itu sekaligus membuatku menjadi seorang prajurit juga. Merasakan bagaimana harapan digantungkan, hidup dan mati adalah teman setia. Bahkan aku juga merasa terancam akan terbunuh karena menjadi sasaran. Aku tidak pernah menyesal separuh waktuku kuhabiskan hanya untuk menunggu Mas Sandy. Ia adalah pahlawan negeri dan pahlawanku. Banyak hal yang kupelajari darinya. Ia bisa memperlakukan

- Cerpen -Resensi Bukuajudannya bukan sebagai ajudan, namun sebagai teman, tetapi seluruh jajarannya bisa sangat segan padanya. Ia bisa adil dengan semua orang, dan denganku. Keberanian dan kegigihan seorang Mas Sandy turut menjadikanku orang yang pantang menyerah hingga saat ini. Energi itu tertanam dalam diriku hingga aku bisa berjuang sampai saat ini. Hidup dan memiliki kenangan bersama Mas Sandy adalah anugerah untukku. --------------------------------------------------Dua tahun berselang. Aku masih dengan masa pengobatanku. Sore itu seorang utusan datang untuk mengajakku pergi. Ah, senang sekali bisa keluar rumah dan pergi melihat suasana baru. Agak aneh dan membuat hatiku sedikit terguncang, ia membawaku ke pemakaman. Makam pahlawan. Mungkin aku akan bertemu Mas Sandy disini yang sedang melakukan pemakaman prajurit lain. Aku diminta duduk di sebuah pusaran. Tanggal wafat pusaran itu tepat dua tahun yang lalu, tepat sehari setelah surat itu aku terima, 31 September 1965. Sandy Sasoeno Soedirjo. Sudah tak ada air mata yang jatuh karena sudah kuhabiskan di hari-hari kemarin selama 2 tahun ini. Aku berdoa agar Tuhan selalu mengingatmu sebagai pahlawan yang berani dan yang paling gigih. ----------------------------------------------Aku terluka, namun aku tidak menyesal. Memaknai sebuah penyesalan hanya akan membuat luka baru dalam hati.

Laras, 7 Januari 1968

57


-Resensi BukuDesign : M.A_F

MEGAMENDUNG KEMBAR Kepenatan akan pekerjaan sebagai art director di Ibukota membuat Awie mengambil cuti seminggu untuk berlibur sekaligus mengunjungi Simbahnnya yang tinggal di desa Kalitengah Cirebon. Desa Kalitengah merupakan salah satu desa sentra produksi batik Cirebonan. Simbah sendiri dulunya seorang pengrajin batik yang mahir dan mempunyai pekerja yang menghasilkan batik tulis dengan kualitas terbaik. Namun seiring berkembangnya zaman, usaha batik rumahan ini semakin tergerus oleh waktu dan kalah dengan batik printing produksi pabrik. Apalagi usaha batik Simbah ini tidak ada anak cucunya yang mau melanjutkannya. Selama masa cuti tesebut Awie merasakan kerinduan Simbahnya akan membatik. Awie sendiri sering melihat Simbah menangis di depan kain dan alat-alat membatiknya. Simbah seperti mempunyai ikatan batin yang khsusus dengan batiknya. Semenjak Suaminya meninggal, aktivitas membatik Simbah behenti total. Namun, hasil dari kelincahan tangannya masih tersimpan rapi di lemari. Saat melihat-lihat koleksi batik Simbahnya, tanpa sengaja Awie melihat kain Megamendung yang begitu menarik. Biasanya Megamendung memiliki gradasi warna sebanyak tujuh warna, namun kain milik Simbah ini memiliki gradasi sembilan warna.

Penulis: Retni SB Penerbit: Gramedia ­Pustaka Utama Tebal: 360 halaman Cetakan Pertama: Juli 2016 ISBN: 9786020332307

Awie pun memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya. Ia memilih untuk menemani Simbahnya dan meneruskan usaha batik. Niat baik itu disambut bahagia oleh Simbah. Berawal dari situlah Awie mulai mengkorek-korek informasi tentang batik khususnya batik Megamendung. Tapi ketika Awie menyinggung tentang asal-usul batik megamendung tersebut, raut wajah Simbah mendadak berubah, seperti sedih.Tak jauh dari desa Kalitengah, Awie menemukan kain batik megamendung yang sama persis dengan milik Simbah. Kain tersebut hanya dipajang, tidak diperjualbelikan. Awie bertanya-tanya siapa gerangan yang mempunyai batik dengan motif sama persis dengan milik Simbahnya. Jika ditelusuri buku ini memiliki tiga bagian kisah. Bagian pertama yaitu kepulangan Awie ke Cirebon dan menemani Simbah, bagian kedua tentang kisah Sinur si pembatik, dan kisah ketiga tentang cinta beda nasib milik Awie dan Sinur serta jawaban mengapa ada dua motif batik megamendung yang sama persis. Walaupun ending dari buku ini merupakan kisah cinta yang berbeda nasib namun buku ini kental akan budaya batik tulis Cirebonan. Pergolakan batin Sinur, dialog jiwa antara pembatik dan alat-alatnya, serta dialog-dialog tokoh yang kental dengan dialek Cirebonan, membuat buku ini unik dengan caranya sendiri. Buku ini sangat direkomendasikan untuk penikmat romansa dan pecinta batik nusantara. Karena adanya kisah cinta, pengharapan, keluarga, dan sejarah yang tidak boleh dilupakan yang melebur unik dalam buku ini.

58


T

H

N E O S B � Y L E V Misteri tulang-tulang cantik O L E Oleh: Alifatul Amiroh

Judul : The Lovely Bones Produser : Peter Jackson, Fran Walsh, Carolynne Cunningham, Aimee Peyronnet, Steven Spielberg Skenario : Peter Jackson Sutradara : Peter Jackson Pemain : Saoirse Ronan, Mark Wahlberg, Rachel Weisz, Susan Sarandon, Stanley Tucci, Michael Imperioli

resensi film Desain : Nurul K. Maulidiyah

59


-Resensi Film-

F

ilm yang naskahnya ditulis dan disutradarai oleh Peter Jackson ini bercerita tentang seorang gadis berusia 14 tahun yang mati mengenaskan karena dibunuh setelah diperkosa oleh seorang pria tua bernama Mr Harvey. Mr Harvey yang penyendiri, ternyata memiliki banyak rahasia yang dipendamnya, yaitu memiliki insting untuk membunuh korbannya dengan jebakan. Sebetulnya, Susie sudah diincar sekian lama oleh Mr Harvey melalui pengamatan, rencana ruang penjebakan, dan hari H itu sendiri. Susie Salmon, nama yang mirip dengan nama ikan, dirinya pun juga seperti ikan yang mudah terpancing oleh sebuah umpan yang cukup menggiurkan. Susie sebetulnya baru saja mau merasakan cinta pertamanya dengan seorang pria, bernama Ray Singh, namun, pada hari rencana pertemuan keduanya, Susie berhasil dijebak oleh Mr Harvey sepulang dari sekolah di sebuah ruang bawah tanah yang berada di ladang jagung yang begitu luas. Dengan ajakan yang diturutinya, Mr Harvey memperlihatkan sebuah tempat yang disebutnya sebagai “tempat bermain� yang tidak boleh dimasuki oleh orang dewasa selain dirinya. Sayang, Susie tidak diperbolehkan keluar dari tempat itu. Ketika Ia berusaha untuk kabur, Ia akhirnya berhasil menjadi korban keganasan Mr Harvey berikutnya. Awalnya Susie begitu takjub dengan apa yang ada di dalam ruangan rahasia itu. Namun beberapa menit kemudian, keanehan mulai terjadi, suasana yang mencekam mulai terasakan olehnya. Apalagi sewaktu Mr Harvey mulai memasang muka dingin, lalu tak memperbolehkan Susie untuk keluar ketika ia meminta. Dengan rasa takut, tapi berusaha memberanikan diri untuk kabur, akhirnya dengan cepat Susie lari menaiki

60

tangga dan pergilah dia dari ruangan yang penuh dengan kengerian tersebut. Tapi, sangat disayangkan, ternyata yang pergi dari ruangan tersebut adalah roh-nya sendiri. Ia pun tersadar sewaktu melihat semua hal yang tiba-tiba saja berubah menjadi berbeda. Segalanya menjadi begitu hening, terasa tak ada satu orang pun yang ada di sekitarnya. Begitu menakjubkan! Di akhir cerita, Lindsey akhirnya menemukan sebuah bukti yang dapat menjebloskan Mr Harvey ke dalam penjara. Tapi karena ia lebih cepat kabur, jadinya George sama sekali tak tertangkap. Namun tragisnya, ia malah mati dengan cara yang begitu menyakitkan. Ia jatuh dari tebing sampai tulang tangan dan kepalanya menjadi patah. Sedangkan untuk Susie, akhirnya di dalam hati terdalamnya, ia menerima semua yang sudah terjadi di dalam kehidupannya. Ia memutuskan untuk tak melihat ke belakang lagi, dan segera pergi ke Surga. Film berdurasi kurang lebih dua jam ini telah memberikan sebuah pembelajaran yang baik. Pada akhirnya, keluarga Susie pun dengan ikhlas melepaskan kepergian Susie, mereka tidak mengejar Mr Harvey, karena bagaimanapun juga Susie telah tiada. Keikhlasan itu disertai dengan terkuburnya jasad Susie yang membuat arwahnya tenang. Susie yang berada di alam lain pun digambarkan bertemu dengan gadis-gadis yang merupakan korban keganasan Mr Harvey, dan mereka sadar bahwa pada akhirnya manusia juga akan meninggal dengan sendirinya. Begitupun dengan nasib yang menimpa Mr Harvey, setelah beberapa tahun kemudian, Ia pun harus menelan kematian tragisnya yang jatuh ke sebuah jurang. Ending yang sangat mengesankan. Percintaan, pembunuhan, pencarian keadilan, hingga keikhlasan, mewarnai film ini. “The Lovely Bones� tidak hanya menghibur, tetapi juga memberikan sebuah arti baru tentang pentingnya sebuah keikhlasan, karena pada akhirnya, semua orang akan mati, sehingga tidak perlu membalas sebuah kematian dengan kematian juga.


-Kelakar-

Banyak dari generasi muda sekarang ini yang tidak asing lagi dengan istilah “kepo�. Kepo merupakan rasa ingin tahu seseorang terhadap sesuatu yang menarik baginya. Ia akan mencari tahu segala informasi yang terkait dengan hal yang dianggapnya mena– rik. Hal tersebut dapat berupa benda ataupun orang. Karena rasa keingintahuan tersebut biasanya seseorang mencari informasi dari berbagai sumber entah literatur dari internet, social media hingga orang lain. Seringkali orang tersebut tidak memastikan terlebih dahulu apakah informasi itu benar atau tidak. Tanpa disadari hal ini mungkin mengganggu kenyamanan seseorang. Banyak orang yang membatasi dirinya dan enggan bersosialisasi karena menurutnya masyarakat diluar sana terlalu ikut campur terhadap dirinya. Apalagi masyarakat sekarang ini telah dimudahkan dengan adanya dunia maya. Dimana sesuatu yang tidak jelas kebenaranya dapat dengan mudah disebarluaskan. Orang–orang dengan membabi buta membela atau menyalahkan seseorang tanpa alasan yang jelas. Orang–orang tanpa tahu menahu berkomentar dengan bebasnya tanpa rasa bersalah sedikitpun. Dimana tindakan ini dapat berakhir dengan bullying. Bullying dapat membuat seseorang menjadi tertekan dan depresi. Karena merasa telah dikucilkan dari lingkunganya sesesorang mungkin merasa bahwa kehadiranya tidak dibutuhkan lagi. Ini tentunya dapat berpengaruh bagi pola fikir dan mentalitas orang tersebut. Sebagai masyarakat modern sekarang ini kita seharusnya dapat lebih berpikir dengan cerdas bahwa seseorang berhak mendapatkan kebebasan dalam bertindak dan berfikir selama hal tersebut tidak melanggar aturan yang ada. Semakin kesini banyak anak–anak dari generasi kita yang terlalu direpotkan dengan trend sehingga kita marasa perlu tau dan mengomentari, bahkan mengurusi sesuatu yang menurut kita menarik atau penting padahal tidak. Secara tidak langsung kita telah memaksa diri kita sendiri bahwa trend itu perlu, Mengurusi urusan orang lain itu baik. Kita tidak mempertimbangkan sama sekali alasan seseorang melakukan hal seperti itu. Kita hanya melihat dan berkomentar. Tanpa mencari tahu kebenaranya dan mengoreksi diri sendiri. Karena dengan pola pikir yang demikian ini kita mungkin bisa menyalahkan apa yang benar dan membenarkan apa yang salah. Sebagai umat manusia yang dapat berfikir kita seharusnya dapat merasakan apakah suatu hal tersebut perlu untuk di perbincangkan. Apakah tindakan yang kita lakukan ini mungkin dapat mengganggu kenyaman orang lain. Apakah apa yang kita bicarakan dapat berpengaruh bagi orang lain. Apakah apa yang kita lakukan bermanfaat bagi yang lain. Ada baiknya manusia menimbulkan mental sifat sadar diri dan mengontrol diri. Mengarahkan rasa ingin tahu tersebut pada sesuatu yang lebih positif. Agar sesuatu yang tidak diinginkan tidak terjadi. (Alif)

61


>> NGEDIMS Pemilihan Direktur Polines gencar diumumkan. Semoga Direktur terpilih dapat membawa perubahan.

Ormawa baru buatan BEM “FKMPI�. Semakin membuka korelasi di Politeknik lain.

Masih sering terjadi pencurian di lingkungan Polines. Dan akhirnya terjadi lagi, kalau terus-terusan apakah nyaman di Polines ? Tempat parkir sudah ditambah lantai, parkir tetap membludak di lantai dasar. Berharap kesadaran atau berharap penertiban ?

R U O Y PLACE ! e r e h ADS 100% ORIGINAL CHOCOLATE FLAVOUR

Make You Happy From The Ice Blend

Kunjungi Mitra Kami yang tersebar di Kota Anda 62 www.passionofchocolate.com

Dapatkan cara yang mudah dan murah untuk mempromosikan produk dan/ atau usaha anda melalui Dimensi.

contact person: Rinda (0858-7536-3588)


- Kang Prov -

63


LPM DIMENSI The Way of Journalism

64


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.