Majalah DIMENSI edisi 60

Page 1

EDISI 60 / MARET 2019

DIMENSI

ISSN 0853-9731

MAJALAH KAMPUS POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

Cyber Bullying R E A L I T A S

D U N I A

M A Y A


“Biarkan Perbedaan Warna Menjadi Potensi Besar Berkembangnya Pola Pikir�


LEMBAGA PERS MAHASISWA

DIMENSI

COVER

Pelindung Ir. Supriyadi, M.T. Penasehat Adhy Purnomo, S.T., M.T. Pembina Junaidi, S.T., M.T. Pemimpin Umum M. Gunawan Angga Kusuma Sekretaris Umum Puji Nofita Sari Bendahara Umum Dwi Aprilia P. Pemimpin Redaksi Wahyu Sari Redaktur Majalah Irma Aprilyani, Joti Dina K. Redaktur Buletin Nur Nadia A. R. Redaktur Cyber Febi Nur C. Redaktur Artistik Erica Aditya N., Ilham Fatkhu A. Redaktur Foto Damar Satria A. Reporter Hani Cahya K., Hanifah N. I., Lisa Chilly S., Nisrina Nibras L. F., Umi Farida, Saputri Rizki R. Artistik Rizky Yoga, Silfi Sabrina, Yekti Zulia P. Fotografer Ahmad Arizal S., Firda Yustika R. Pemimpin Litbang M. Devan Balaya Kepala Divisi PSDM Tri Romandhona Kepala Divisi Riset Iklimadani Seviana A. Kepala Divisi Humas Aji Syamsul A. Staf PSDM Andi Saputra, Ahmad Ichsani Staf Riset Asyifa Aprylyanti, Sandra Gusti A. Staf Humas Alifian Imam A. Pemimpin Perusahaan Alfandy Ilham S. Bendahara Perusahaan Nabila Listya D. Kepala Divisi Periklanan dan Non Produk Ainul Maghfuroh Kepala Divisi Logistik Dhea Ernanda S. Staf Perusahaan Nadya Rezki, Sania Vina R, Satriana Erra B. M.

Model Nofi Silfiana Foto Firda Yustika Rosyid Grafis Ilham Fatkhu Arroyyan

SALURKAN IDEMU ! Redaksi menerima tulisan, karikatur, ilustrasi, atau foto. Hasil karya merupakan karya asli, ­bukan terjemahan/saduran atau hasil kopi. ­ ­ Redaksi ­berhak memilih karya yang masuk dan me­nyunting tulisan yang akan dimuat tanpa mengubah ­esensi. Karya dapat langsung dikirim melalui e-mail redaksidimensi23@gmail.com atau dikirm langsung ke alamat kantor redaksi di: Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa Baru Lantai 2 No. 4-5, Kampus Politeknik Negeri Semarang Jalan Prof. Soedharto Tembalang, PO Box 6199 Semarang 50061 Selamat berkarya!


Dari

DAPUR 60

Kenikmatan sebesar apapun yang didapatkan, kalau diri tak pandai bersyukur semua tak akan ada artinya. Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas anugerah-Nya kepada kita semua, sehingga Majalah LPM Dimensi edisi 60 dapat hadir di tangan pembaca.

Waktu berlalu begitu cepat. Disadari ataupun tidak, semua hal dalam kehidupan juga ikut berkembang dari waktu ke waktu. Begitupun dengan bagaimana cara manusia bersosialisasi, dengan berkembangnya sosial media interaksi antar manusia juga turut berkembang. Kini setiap orang dapat berkomunikasi dengan orang-orang baru melalui berbagai media sosial. Bahkan saat ini kita pun dapat dengan mudah berinteraksi di dunia maya dengan para publik figur di negeri ini.

DARI DAPUR Melihat berbagai fenomena perkembangan media sosial saat ini, maka kami menampilkan rubrik yang fokus kepada “Kejahatan Cyber-Bullying”. Topik ini diambil sebagai bentuk keresahan terhadap kasus kejahatan di dunia maya yang kini marak terjadi sebagai akibat dari kurang bijaknya orang dalam ­bersosial media. Kami juga melakukan riset mengenai cyber-bullying kepada masyarakat umum untuk mengetahui seberapa tahukah masyarakat terhadap tindakkan bullying di dunia maya. Dalam majalah edisi 60, juga terdapat rubrik yang membahas secara khusus tentang era Revolusi Industri 4.0. Sebagaimana kita ketahui pula bahwa ­tantang­an di era Revolusi Industri 4.0 menjadi momok yang dibicarakan banyak orang. Selain topik-topik utama tersebut, kami juga menyajikan berbagai konten ­informatif lainnya pada rubrik Kampusiana dan Semarangan. Konten pemanis pun kami sajikan dalam rubrik Incognito. Serta kami sajikan pula rubrik kuliner dan plesir yang mungkin dapat dijadikan sebagi referensi para pembaca dalam mengisi waktu luang. Pembaca yang kami cintai, kami menunggu berbagai kritik maupun saran yang membangun terhadap isi majalah edisi 60 ini. Harapan kami semoga majalah ini dapat membawa keberkahan bagi semua orang yang membacanya. Selamat membaca!

60

HIDUP PERS MAHASISWA! Re d a ks i


CONTENTS CONTENTS Semarangan

Laporan Utama 08

Mengupas Cyber-Bullying, Problema Serius di Era Digital

36

Sebuah Upaya Menolak Lupa Kasus Pelanggaran HAM

10

Sosial Media dan Maraknya Cyber-Bullying

38

12

Opini: Fenomena Borderless, Penggguna Media Sosial Mudah Lakukan Cyber-Bullying

Komunitas: Wadah Kreatif Bagi Penonton Setia Net.TV

40

14

Polling: Menelisik Kejahatan Bullying di Dunia Maya

Galeri Foto: Meninggalkan Tradisional-­ Konvensional

CONTENT Travelogue

Laporan Khusus 18

Revolusi Industri 4.0, Lulusan Perguruan Tinggi Banyak Yang Menganggur?

20

Tantangan Dunia Pendidikan Vokasi di Era ­Re­volusi Industri 4.0

22

Sosok: Menanggulangi Sampah Melalui Ide Kreatif Berbasis Digital

24

Infografis: Perkembangan Revolusi Industri

46

Plesir: WAPALHI ME-RAUNG “Perjalanan Wapalhi Mendaki Gunung Raung”

49

Kuliner: Gulai Legendaris Khas Kampung Bustaman Semarang

Incognito Kampusiana

52

Puisi: Seraut Wajah dalam Sirat

53

Puisi: Penantian

54

Resensi Film: Searching

56

Resensi Buku: Sabar Gorky: Hidup Saya Dimulai Ketika Berkaki Satu

58

28

Menyoal IPK Penerima Bidikmisi dan Peran ­Kamadiksi Polines

Kelakar: Anehnya, Ketika Gibah Dikomersilkan dan Jadi Hiburan

60

Ngedims

32

IPK Minimum Bidikmisi, Beratkah?

61

Kuis

62

Kangprof: Tak Asal Berkomentar di Media Sosial


/SURAT PEMBACA/

Perlunya Perluasan dan Peningkatan Kebersihan di Mushola TN Oleh: Etiek Apriliyani Mukharomah, Jur usan Administrasi Bisnis

T

empat yang bersih pastinya akan membuat orang yang berada di tempat itu lebih n ­ yaman. Apalagi jika itu adalah mushola sebagai tempat yang digunakan untuk ber­ibadah bagi umat Islam. Mushola Tata Niaga misalnya, mushola ini merupakan salah satu tempat penting di Politeknik Negeri Semarang yang digunakan untuk beribadah oleh maha­siswa di lingkung­ an kampus, khususnya mahasiswa dari Jurusan Akuntansi dan ­Administrasi Bisnis. Perihal yang akan dibahas disini yaitu mengenai Mushola Tata Niaga yang menurut saya perlu diperluas dan peningkatan kebersihan di Mushola tersebut.

Kurang lebih sudah tiga minggu nih pelaksanaan kuliah di semester ini. Pasti­ nya yang mahasiswa baru sudah tau kan mushola Tata Niaga? Apalagi mahasiswa lama, pastinya lebih tau nih. Yap, Mushola Tata Niaga itu berada di depan Griya HiMA dan sering digunakan oleh mahasiswa dari Jurusan Akuntansi dan Administrasi Bisnis yang kebanyakan mahasiswanya adalah perempuan. Apalagi di tahun ini dari prodi Mana­jemen Pemasaran sendiri menambah satu kelas, jadi otomatis jumlah mahasiswa di lingkungan Tata Niaga bertambah. Banyaknya mahasiswa di lingkungan Tata Niaga merupakan salah satu faktor yang mendukung untuk adanya perluas­ an mushola, karena dengan luas m ­ ushola yang sekarang itu menjadikan kurang efektif dalam menjalankan salat, terutama saat salat zuhur di waktu istirahat kedua. Saat jam istirahat kedua dilaksanakan pada pukul 11.50 sampai 12.30, lebih banyak digunakan untuk mengantri salat. Dimulai dari mengantri untuk wudhu yang cukup

06

DIMENSI EDISI 60

panjang, kemudian mengantri mukena dan baru mengantri untuk salat. Terkadang yang sudah membawa mukena pun masih harus mengantri karena sudah tidak ada tempat untuk salat. Sedangkan untuk kebersihan di lingkungan mushola sendiri, terkadang masih ada kotoran di sajadah yang telah digelar di lantai. Oleh karena itu, mungkin lebih baik jika mushola tata niaga bisa diperluas agar ­lebih mudah jika akan melaksanakan ­salat dan ­tidak terlalu lama menunggu ber­bagai antrian. Diharapkan juga kepada maha­ siswa, terutama dari Jurusan Akuntansi dan Adminis­trasi Bisnis yang menggunakan mushola bisa turut serta menjaga keber­ sihan mushola, karena dengan kebersihan akan membuat kita mudah menemukan ­ketenangan.

Keep Istiqomah!

60


PEMBATAS LAPUT


Dok. Arizal

Mengupas Cyber-Bullying, Problema Serius di Era Digital

C

Oleh : Hanifah Nurulinayah

yber-bullying bukan menjadi hal yang asing di telinga kita saat ini. Hampir di semua sosial media tak jarang kita jumpai suatu komentar yang lebih cenderung menghujat atau me­ ngomentari postingan orang lain. Sukmadiarti, psikolog sekaligus penulis buku #parenting school menyatakan cyber-bullying adalah hal yang umum sekarang ini, tetapi masih banyak yang tidak menyadari bahwa mereka melakukan cyber-bullying. Minimnya kesadaran akan cyber-bullying turut mempengaruhi tingginya tingkat cyber-bullying di media sosial. Selain itu, cyber-bullying jelas berkaitan erat dengan penggunaan media sosial. Penggunaan media digital sekarang memang cukup baik meskipun banyak juga dijumpai konten yang tidak baik ­seperti hujatan, provokasi terhadap hal negatif, yang mana hal tersebut dapat merujuk ke cyber-bullying. Sebenarnya apa itu cyber-bullying? Semua orang hampir me­ ngetahui makna dari bullying itu sendiri, terlebih cyber-bullying yang hampir semua kalangan tidak asing dengan istilah tersebut. Dilansir dari artikel Cyber-bullying Research Center dalam website cyberbullying.com, yang melakukan survei tentang cyber-­bullying dengan melibatkan siswa. Dalam artikel tersebut disebutkan ­cyber-bullying adalah saat dimana seseorang berulang kali meng­ olok-olok orang lain secara online dengan melalui e-mail atau pesan teks atau ketika seseorang memposting sesuatu secara ­ ­online t­ entang orang lain yang tidak mereka sukai. Selain itu, Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika, Dadang ­Somantri, menyampaikan pengertian cyber-bullying dari pandang­ an pemerintah, “Cyber-bullying ya ungkapan-ungkapan yang isi­ nya bisa saja melecehkan kepada seseorang, baik dalam bentuk ­gambar, foto, ditambah hate speech dan tentu saja menggunakan sarana media digital,” ujarnya. Bagaimana bisa terjadi cyber-bullying? Bila kita menyoroti apa yang menyebabkan orang melakukan


/LAPORAN UTAMA/

c­ yber-bullying, maka akan kita dapatkan tiga hal pokok. Pertama, menyoal kepribadian baik itu pelaku maupun korban. Kedua, keadaan realita si pelaku juga turut mendorong ia melakukan cyber-bullying. Ketiga, media yang mendukung pelaku melakukan bullying.

yang memiliki background psikologi, bahwa keadaan terhubung melalui dunia maya inilah yang menjadi posisi aman bagi sebagian orang untuk memberikan komentar negatif pada postingan orang lain, khususnya yang tidak saling kenal satu sama lain.

Kepribadian seseorang sangat mempe­ ngaruhi pola perilakunya, baik itu dalam du­nia nyata maupun maya. Menurut salah seorang dosen Jurusan Administrasi Bisnis Politeknik Negeri Semarang, Rara Ririn menyebutkan bahwa manusia memiliki kecenderungan dalam berperilaku, yang mana pola perilakunya terbagi menjadi tiga meliputi; agresif, sub­ misif, dan asertif.

Sukmadiarti menilai bahwa nilai-nilai aga­­ ma dan moral yang baik mampu mendasari seseorang agar berperilaku sesuai aturan. Namun apabila nilai-nilai tersebut mulai menurun, maka dapat dikatakan dasar dalam bertindak mulai lemah, “Penurunan nilai-nilai itu membuat minimnya filter dalam dirinya untuk bertindak sesuatu yang buruk dan me­ rugikan orang lain,” ujar Sukma. Netizen dalam Cyber-bullying

Pola perilaku agresif bisa kita gambarkan sebagai pelaku bullying. Mengapa? Karena mereka memiliki sifat dominan dan suka mengatur orang lain, dari segi komunikasi mereka ingin merasa menang dan cenderung selalu merasa benar. Sedangkan pola perilaku submisif cenderung pasif, pemalu, pendiam kemudian hak dalam komunikasinya diambil orang lain, mereka hanya akan diam saja. Korban cyber-bullying belum tentu memiliki sifat submisif, boleh jadi mereka memiliki pola pe­ rilaku asertif yang bisa bersikap sesuai situasi yang dihadapi atau bisa memposisikan dirinya win-win dalam komunikasi.

Istilah yang bukan lagi asing di telinga kita saat menyebut pengguna internet atau warga internet (warganet) dengan netizen. Kini justru kata ‘netizen’ sudah masuk dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring. Awalnya netizen dimaknai sebagai pengguna sosial media saja, namun kini maknanya mulai me­ luas. Netizen identik dengan komentar atau tanggapan atas suatu postingan public figure. Yang menjadi sorotan adalah netizen menjadi pelaku utama cyber-bullying, baik itu ditujukan kepada tokoh hiburan maupun tokoh politik.

Selain kepribadian, keadaan realita si pem-bully juga turut menjadi faktor pendorong melakukan bully. Kondisi keluarga yang rukun dan tidak sedang dalam kondisi bermasalah tentu tidak akan menyebabkan gangguan psikis seseorang. Pembentukan karakter di keluarga seperti bagaimana menghargai orang lain sangatlah penting, karena bila diterapkan dalam kehidupan pastilah tidak akan ada orang yang mengomentari orang lain seolah-olah tahu apa yang sedang orang lain alami.

Jenis cyber-bullying pun tidak hanya tentang komentar netizen saja, berdasarkan pos­tingan salah satu platform media daring Kumparan.com menyebutkan bahwa ada beberapa jenis cyber-bullying yang kerapkali terjadi. Berikut beberapa contoh cyber-bullying; doxing (publikasi data personal orang lain), cyber stalking (penguntitan di dunia maya), dan revenge pom (penyebaran foto atau vi­ deo orang lain dengan tujuan balas dendam). Selain itu, body shaming juga termasuk jenis cyber-bullying.

Memang di era saat ini media sosial dan internet membuat setiap orang bisa saling terhubung, walaupun tidak saling kenal. D ­ alam hal inilah kita menyebutnya globalisasi, dunia ini seolah tanpa batas karena adanya kecanggihan teknologi seperti internet. Sebagai­ mana yang diungkapkan oleh Sukmadiarti

Bullying merupakan perbuatan yang dapat dicegah. Salah satu wadah komunitas yakni Campain.org menyuarakan tagar #BalasYangBaik dalam rangka pencegahan cyber-­bully­ ing. Tagar itu seharusnya mengingatkan kita agar bisa menggunakan sosial media dengan baik, bukan untuk menjatuhkan orang lain. DIMENSI EDISI 60

09


DAN MA RA KNYA CYB ER- B UL LY IN G

SOSIAL MEDIA

/LAPORAN UTAMA/

Oleh: Joti Dina Kartikasari

10

DIMENSI EDISI 60

Dok. Arizal Model: Nofi Silfiana, Pijar Puan B., Noe Fitria Y.

“

Kerendahan seseorang diketahui melalui dua hal: banyak berbicara tentang hal-hal yang tidak berguna, dan bercerita padahal tidak ditanya

�

Kutipan di atas merupakan kalimat dari Plato seorang filsuf Yunani. Bagaimana dia menegaskan bahwa orang yang berbicara tentang sesuatu yang tidak berguna me­ rupakan tanda kerendahan yang dimiliki. Jika ditarik garis lurus tentulah ini berkorelasi dengan maraknya bullying yang saat ini terjadi. Bagaimana seseorang dapat dinilai rendah karena ucapannya yang tidak berguna bahkan cendurung menghakimi orang lain. Alfiana Kurriya atau lebih akrab di panggil Fia, adalah seorang Mahasiswi Psikologi salah satu perguruan tinggi di Yogyakarta. Ia pun turut mengungkapkan keprihatinannya mengenai banyaknya bullying di sosial media saat ini. Menurutnya memang sudah selayaknya pengguna sosial media bersikap bijak dalam menjaga tutur kata, terlebih bila mengingat adanya dampak yang begitu fatal dari aksi bullying. Fia menyampaikan pula perlu adanya ketegasan yang lebih dari pemerintah dalam menindak pelaku bullying yang saat ini kian marak.


/LAPORAN UTAMA/

Sore itu, sekitar pukul 16.00 WIB saya dan rekan reporter saya menemui Ririn, salah satu dosen Administrasi Bisnis (AB) Polines yang memiliki latar pendidikan psikolog. Kami membahas perihal Cyber-bullying kala itu. Ririn mulai membuka topik bullying de­ ngan menegaskan bahwa bullying adalah hal yang tidak baik. Tidak memandang apakah itu cyber atau real bullying, menurutnya ­bullying jelas menganggangu bila dilihat dari segi psiko­logi. Orang-orang korban bullying cenderung mengisolasikan dirinya dari orang lain. Ia menyatakan bahwa tidak ada yang bisa di­ benarkan dari bullying. Segala bentuk perlakuan bully adalah salah, termasuk juga bullying yang dilakukan di internet, atau lebih dikenal dengan istilah cyber-bullying. Bullying dapat menimbulkan beberapa akibat buruk terhadap korbannya. Stres dan depresi adalah salah satu dampak buruk dari sekian banyak akibat yang bisa timbul karena aksi bullying. Jika disinkronkan di era saat ini, memang begitu mudah untuk setiap orang dalam meng­ akses internet. Hal tersebut berimbas pada makin banyaknya pelaku bullying di ­media sosial. Saya sendiri dapat dengan m ­ udah menemui bullying secara verbal di sosial media, misalnya di instagram. Orang-orang dengan ucapan tidak pantasnya dapat dengan mudah saya temui di kolom komentar para p ­ esohor negeri ini, tidak memandang apakah itu artis maupun pejabat negara, semuanya tak bisa luput dari sasaran bully oleh pemakai sosial media. Jika dilihat profil akun dari pem-bully ini, hampir semuanya adalah akun bodong ­(palsu). “So, the real instagram accounts are their fake selves, and the fake accounts are their real selves.” Kutipan tersebut di­ posting dalam salah satu artikel website Pijar ­Psikologi. Kutipan yang menggambarkan bahwa pengguna sosial media memiliki lebih dari satu akun sosial media (fake account), dan ­biasanya pengguna menunjukkan jati diri asli

di akun kedua yang dimiliki. Riset dari website Cyber-Bullying Research Center melalui penelitian pada lebih dari 20.000 siswa dari sekolah menengah dan perguruan tinggi dari seluruh Amerika Serikat, sejumlah sepuluh studi dari dua belas proyek unik mereka, menunjukkan sekitar 28% dari siswa telah menjadi korban cyber-bullying. Sedangkan sejumlah 16% siswa mengaku pernah menindas orang lain. Lalu Apa Yang Sudah Dilakukan Pemerintah? Dari segi kebijakan, tentulah pemerintah telah mengupayakan agar etika dalam ber­ sosial media tetap terjaga. Dalam hal ini yaitu UU No. 19 tahun 2016 atau yang lebih dikenal dengan UU Informasi dan Transaksi Elektro­ nik (ITE) yang mulai diberlakukan sejak tahun 2016. Bila dikupas secara rinci, UU ITE telah mengatur pelanggaran beserta sanksinya. Netizen kini dalam menggunakan sosial media dibatasi dengan aturan tersebut, seperti salah satunya terdapat pada pasal 45 ayat (3) yang berisikan bahwa pengguna media sosial yang menyebarkan konten mengandung pencemaran nama baik akan dipidanakan dan didenda, selain itu pada pasal 45 A ayat (2) juga memuat larangan menyebarkan informasi yang menimbulkan kebencian maupun permusuhan. Namun dalam pelaksanaannya justru UU ITE tersebut dinilai sering salah sasaran, dan kerap dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab. Misalnya saja ­kasus yang menimpa Baiq Nuril. Nuril dijerat pelanggaran Pasal 27 ayat 1 UU ITE, karena dituding telah mentransmisikan rekaman suara antara dirinya dengan Muslim atasannya. Padahal faktanya yang memindahkan rekaman itu justru bukan Nuril melainkan orang lain. Dengan adanya UU ITE setidaknya dapat membuat orang lebih berhati-hati dalam berperilaku di dunia maya. Jangan sampai UU ITE ini justru menimbulkan masalah baru karena salah membidik pelaku kejahatan. DIMENSI EDISI 60

11


/OPINI/

F ENOMENA BORDERLESS,

Penggguna Media Sosial Mudah Lakukan CYBER-BULLYING

C

Oleh: Hani Cahya Kamila

Y

B E

Dr. Lintang Ratri Rahmiaji, M. Si adalah seorang dosen Komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Diponegoro.

S

eiring

berkembangnya media sosial muncul ­feno­mena borderless dalam masyarakat. Tidak ada b ­ atas wilayah, waktu, termasuk juga tidak ada ­batas norma dan nilai. Orang dapat dengan mudah ber­bicara apa saja kepada siapa saja. Dengan hal ini, norma s­ osial dan norma agama yang kita patuhi sudah tidak ada lagi di ­dunia maya, sudah tergerus. Perkembangan media yang sudah masuk dalam ranah global village atau dunia desa global, pada akhirnya bukan hanya memunculkan b ­ orderless secara teknis tapi juga etik dan psikologis. Dengan adanya fenomena border less ini erat hubungan­ nya dengan cyber-bullying. Bullying dalam Bahasa ­Indonesia berarti perundungan. Perundungan berbeda de­ ngan hate speech ataupun provokatif. Perundungan a ­ dalah aktivitas menyakiti yang sebetulnya bukan hanya soal fisik dan kata-kata tetapi juga bisa soal simbolik. Kekerasan itu bermacam-macam, bisa dalam bentuk verbal maupun non

12

DIMENSI EDISI 60

R

Dok. Hani


B

verbal. Kekerasan dalam bentuk simbolik itu seperti memperlakukan orang lain untuk duduk di­lantai sedang kita duduk di atas. Dari hal itu kita bisa melihat adanya kekerasan. ­Kekerasan simbolik dapat terjadi tanpa kita perlu berbicara apapun, tanpa perlu juga kita menyakiti secara fisik. Sedangkan cyberbully­ing ­sendiri adalah kekerasan yang ada di dunia maya, sesederhana itu sebetul­nya. ­Cyber-bullying dalam bentuk simbolik pun ada, seperti misalnya dengan memblokir akun media sosial orang lain se­hingga orang ter­ sebut tidak dapat mengakses. Perundungan itulah yang membedakan dengan provokatif. Kalau ujaran kebencian sudah jelas termasuk hate speech, juga termasuk perundungan secara verbal. Dalam hal adanya cyber-bullying ini, akademisi berupaya dengan literasi digital. ­ ­Pemerintah juga berupaya dengan menerbitkan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) walaupun banyak yang merasa bahwa pasal dalam UU ITE adalah ­pasal karet. Memang kebebasan b ­ erekspresi itu dilindungi oleh undang-undang pasal 28 tapi batasannya ada di UU ITE. Misalnya ­tidak boleh ada hoax, tidak boleh menyebarkan berita bohong, tidak boleh ada ujaran kebencian, tidak boleh me­ng­ancam, ataupun tidak boleh mengandung suku, a ­gama, ras dan antar golongan (SARA). D ­ e­ngan banyaknya batasan-batasan itu, arti­nya pemerintah melihat adanya potensi-­potensi negatif dari media sosial terutama sekarang ini. Tetapi pribadi masyarakat Indonesia ­belum terlalu sadar hukum, karena banyak yang terlalu awam tetang UU ITE. Kasus tidak sadar hukum ini juga diperparah dengan sikap semena-mena dalam mengunakan media ­sosial. Kita berpikir media sosial adalah kotak hampa, sehingga saat kita berbicara di sosial media seakan-akan tidak ada orang yang tau. Tanpa sadar saat kita berbicara di ranah ini yang dihadapi bukan hanya dua orang saja tetapi seluruh pengguna media sosial. Dilihat dari pola komunikasi intergroup masyarakat Indonesia yang kolektif ­cen­derung memperkuat fenomena bullying. Walaupun perkembangan media yang ­sudah masuk ­ dalam ranah global village tetapi

/OPINI/

­ulturnya tetap sama, masyarakatnya juga k tetap sama, hanya wadahnya saja berbeda yaitu sosial media. Ini menjadi saling me­ nguatkan dengan adanya karakteristik media sosial yang borderless. Kacaunya lagi dalam psikologi masyarakat kita itu masuk dalam golongan middle down atau menengah kebawah hal ini juga memicu kecemburuan ­dalam sosial. Perilaku mem-bully dari segi psiko­ logi sendiri merupakan refleksi kekurangan diri pelakunya, karena adanya kecemasan pada hal-hal yang menurut dia tidak stabil. Orang melakukan bullying sebenarnya adalah orang-orang yang powerless. Hal ini juga di­ pengaruhi kurangnya self esteem, sehingga dia mencari cara bagaimana orang lain dapat melihat keberadaannya. Cara meng­ atasi orang-orang dengan perilaku bullying se­ benarnya mudah yaitu dengan tetap ­riang dan biasa-biasa saja saat kita mendapat ­perlakuan bullying, karena hal itu merupakan hantaman terbaik bagi mereka. Maka dari itu, ketika kita diledek kita dapat membalas de­ngan berani menunjukan bahwa kita bahagia. Setiap orang itu punya struggle ­de­ngan ­dirinya sendiri, punya potensi masing-­masing, dan juga punya bahagianya masing-­masing. Tidak bisa manusia itu harus jadi sempurna seratus persen. Misalnya, kita melihat orang posting di akun media sosialnya, “Dia kok backpackeran terus sih, enak banget,” itu yang kita pikirkan tentang orang tersebut. Di sisi lain, misalnya ketika kita pulang ke rumah sudah disambut dengan senyum hangat dan masakan kesukaan kita oleh ibu. Se­andainya faktanya adalah orang yang kita lihat di ­media sosial, yang dalam anggapan kita se­ lalu bahagia itu belum tentu benar. Barangkali ­ bila kita meng-upload masakan ibu dan orang itu melihat story instagram kita, dia justru iri de­ngan kita, ia justru menginginkan seperti kita ‘aku kangen masakan ibu’. Saat ia pulang jus­tru ia kesepian, tidak ada yang menyambutnya dengan senyum hangat dan aroma masakan ibu kesukaannya. Jadi tidak perlu saling iri, justru kecemburuan sosial dari hal sederhana itulah yang menyebabkan terjadi­ nya bullying. DIMENSI EDISI 60

13


M M /POLING/

Menelisik Kejahatan Bullying di Dunia Maya Oleh : Tim Riset

Kejahatan di masa sekarang sudah sangat beragam. Tidak hanya di dunia nyata, seiring dengan berkembangnya teknologi, kejahatan juga terjadi di dunia maya. Cyber-bullying, yaitu perlakuan yang ditujukan untuk mempermalukan, menakut-nakuti, melukai, atau menyebabkan kerugian bagi pihak yang lemah dengan menggunakan sarana komunikasi teknologi informasi. Saat ini marak terjadi kasus cyber-bullying, dimana pelakunya tidak hanya dari kalangan orang dewasa melainkan juga anak-anak dan remaja. Korbannya pun berasal dari berbagai kalang­an mulai dari orang biasa sampai publik figur. Maka dari itu, tim riset LPM Dimensi melakukan sebuah survei yang ditujukan kepada ­ma­syarakat umum mengenai kesadaran mereka akan cyber-bullying. Melalui survei secara ­online dengan responden sebanyak 256 orang dalam rentang usia15-25 tahun secara acak (Random ­Sampling).

POLING 1. Apa anda memiliki fake account?

71,8%

Sebanyak 28,5% responden mengaku mempunyai fake ­account, dan sebanyak 71,5% responden mengaku tidak memiliki fake account. Alasan responden yang memiliki fake account sebagian besar di­ gunakan untuk stalking baik orang maupun akun lain seperti online shop. Alasan lainnya adalah untuk mengakses hal-hal yang diingin­ kan tanpa diketahui identitas aslinya.

2. Apa anda tahu mengenai kejahatan cyber-bullying?

86,3% 14

DIMENSI EDISI 60

Berdasarkan data yang diperoleh, sebanyak 86,3% responden me­ ngetahui tentang adanya kejahatan cyber-bullying, sebanyak 10,5% lainnya mengaku ragu dengan adanya kejahatan cyber-bullying, dan sisanya menjawab tidak tahu mengenai kejahatan cyber-bullying.


/POLING/

3. Apa anda pernah mengalami cyber-bullying?

30,1%

Sebanyak 30,1% pernah mengalami, sedangkan 69,9% tidak pernah mengalami. Dari semua responden yang pernah mengalami cyber-bullying, 63% diantaranya mengenal pelaku sementara 37% lainnya tidak mengenal pelaku. Lain-lain

26,4% Denigration

25,6% Exclusion

21,6% Cyber-Stalking

20% Harrasment

6,4%

Berdasarkan jawaban responden, cyber-bullying yang paling sering terjadi adalah ­denigration ­(fitnah) dengan 26,4%, selanjutnya terdapat exclusion (pengucilan) sebanyak 25,6%, cyber-­ stalking (teror) sebanyak 21,6%, dan harrasment (pelecehan) sebanyak 20%. Sedangkan 6,4% lainnya adalah perkataan kasar, sindiran, penghinaan, dan lain-lain.

POLING

4. Apa anda juga pernah melakukan cyber-bullying? Jika pernah, apa alasannya?

87,1%

Sebanyak 87,1% mengaku tidak pernah melakukan, sedangkan 10,6% mengaku pernah, dan sisanya sebanyak 2,6% mengaku ragu dan mungkin pernah melakukan cyber-bullying. Alasan dari responden yang melakukan cyber-bullying sendiri beragam, beberapa di­ antaranya melakukan cyber-bullying karena kesal, balas dendam dan bercanda. Namun beberapa ada yang menjawab bahwa mereka dulu tidak mengetahui cyber-bullying dan hanya terbawa arus.

5. Apakah anda tahu bahwa cyber-bullying itu melanggar hukum dan merupakan tindakan pidana? Sebanyak 92,6% menjawab mereka mengetahuinya, dan sisanya sebanyak 7,4% mengaku tidak mengetahui. 92,6% Mengetahui

7,4% Tidak

Kesimpulan : Dari riset yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden telah ­mengetahui tentang cyber-bullying dan memiliki pengetahuan cukup akan status cyber-­ bullying sebagai tindakan pidana. Namun, masih ada yang melakukan cyber-bullying ­d­e­ngan beberapa diantaranya berkedok ‘hanya bercanda’. Dari hasil riset ini, dapat di­cermati ­lebih dari 50% responden pernah menjadi korban cyber-bullying. Itu artinya, walaupun ­masyarakat sudah tahu bahwa cyber-bullying sebagai tindakan pidana dan jika melakukannya akan berurusan dengan hukum, masih ada pelaku cyber-bullying yang tidak peduli terhadap hal tersebut. DIMENSI EDISI 60

15



PEMBATAS LAPSUS


Ilus

tras

/LAPORAN KHUSUSI/

i:E

rica

AN

Oleh: Umi Farida

REVOLUSI INDUSTRI 4.0, LULUSAN PERGURUAN TINGGI

BANYAK YANG MENGANGGUR? “Saya percaya bahwa revolusi industri 4.0 akan melahirkan jauh lebih banyak lapangan kerja baru daripada jumlah lapangan kerja yang hilang.” Begitulah yang dikatakan Joko Widodo dalam pembukaan Indonesia Industrial Summit 2018 di Jakarta Convention Centre, Senayan, Jakarta Pusat, pada Rabu (4/4/2018). Hal itu bersamaan dengan digaungkannya gagasan “Making Indonesia 4.0,” oleh Menteri Kementrian Perindustrian yang dilansir dari laman PresidenRI.go.id. Revolusi industri sendiri merupakan s­ ebuah tahapan kehidupan perkembangan industri dunia. Mengenai teknologi yang akan berkembang pada era industri 4.0 ini, ada 12 teknologi yang akan berkembang. Hal itu disampaikan oleh Joga Dharma Setiawan, BSc, MSc, PhD saat menyampaikan presentasi dalam seminar nasional Dies Natalis ke-36 Politeknik Negeri Semarang (Polines), 12 teknologi tersebut yaitu Space technologies, Augmented Reality and Virtual Reality (AR&VR), Neurotechnology, New Computing Technologies, Internet of Things, GEo Engineering, 3D printing, Advanced Materials,

18

DIMENSI EDISI 60

Artificial Intelegence and Robotic, Biotechnology, Energy Capture, Storage and Transmission, dan Blockchain and Distributed Ledger.

Lapangan Pekerjaan Berkurang Perkembangan-perkembangan tersebut mengakibatkan sebagian pekerjaan akan hilang. Seperti dikutip dari artikel ber­­ ju­ dul “Profesi Kasir Bank Akan Lenyap Karena Digitalisasi” dalam CNN Indonesia, Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) yaitu Hanif Dhakiri memproyeksi digitalisasi dan re­ volusi industri 4.0 bakal menggerus sejumlah pekerjaan. Sedikitnya sepuluh bidang pekerjaan akan berkurang dalam 10 tahun mendatang. Hilangnya lapangan pekerjaan tersebut terjadi secara bertahap. Menurut Data Kemenaker, penggerusan lapangan pekerjaan terjadi pada periode 2017-2020, seperti ­manajer administrasi, mekanik, tukang cetak, supir, petugas ekspedisi, pekerja pabrik, ope­rator mesin jahit, serta perangkat komunikasi dan radio.


/LAPORAN KHUSUS/

Kemudian disusul pada periode 20212025, pekerjaan yang berkurang antara lain resepsionis, tukang kayu, desain tiga dimensi, pengolah semikonduktor, kasir ­ bank, agen biro perjalanan, juru masak makanan siap saji, hingga operator mesin. Selanjutnya diikuti oleh pengurangan pekerjaan ahli las, staf akuntan, supir truk, hingga ahli mesin pada 2025-2030 mendatang. Kita tak perlu takut dengan dampak yang diberikan dari istilah yang disebut oleh Klaus Schwab tersebut. Seperti yang dikatakan oleh Presidon Joko Widodo, bahwa revolusi industri 4.0 akan melahirkan peluang baru dalam dunia kerja. Akan ada yang datang setelah ada yang pergi. Akan ada banyak jenis pekerjaan baru yang muncul sebagai dampak dari revolusi serba instan dan cepat ini.

Industri dan Pendidikan Harus Seimbang Dibutuhkan SDM yang memiliki kemampuan yang seimbang dengan kebutuhan industri. Bukan hanya pemerintah yang harus berpikir, masyarakat sendiri juga harus memperkirakan dan menentukan apa yang akan terjadi pada dirinya di masa mendatang. Seperti yang dikatakan oleh Fahrur Ronzi selaku pihak yang mengurus bagian pelatihan dan produktivitas tenaga kerja di Dinas Ketenagakerjaan (Disnaker) Provinsi Jawa tengah, bahwa dibutuhkan pelatihan bagi SDM untuk mencukupi kebutuhan industri. “Untuk itu pemerintah menyiapkan SDM, baik aparat pemerintah sendiri maupun masya­rakat. Bagi masyarakat, kami sediakan Balai Latihan Kerja (BLK). Industri minta seperti apa, kita mencoba menyediakan pelatihan untuk SDM yang ada,” ujar Ronzi saat ditemui siang hari di kantornya. Untuk mendukung gagasan “Making Indonesia 4.0” pemerintah memfokuskan pada lima bidang industri yaitu makanan dan minuman, tekstil, otomotif, elektronik serta kimia. Pemerintah berupaya memberi­ kan pelatihan serta berusaha untuk merubah mindset de­ngan menciptakan lapangan pekerjaan, bukan mencari lapangan pekerjaan. Dengan terus mengembangkan I­ ndustri

Kecil dan Menengah (IKM), harapannya dapat membantu memajukan perekonomian Indonesia. Disampaikan oleh Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Jawa tengah, M. Arif Sambodo, SE, M.Si, bahwa dari 100% industri yang terdaftar di Jawa Tengah, sekitar 70-80% didominasi oleh IKM, sisa­nya merupakan industri besar. Diantaranya 70-80% tersebut, kurang lebih 40% sudah menggunakan teknologi industri sebagai­mana mestinya. Melihat situasi masyarakat yang telah banyak menggunakan ponsel pintar, Arif mengatakan sebenarnya masyarakat sudah paham mengenai teknologi, tinggal bagai­ mana penempatannya. Revolusi industri tidak hanya berfokus pada sektor industrinya saja, sektor lain juga perlu diperbaiki dan dikaji ulang. “Kalau kami di sektor industri, kami siap. Tapi sektor-sektor lain juga harus me­nyikapinya terutama sektor pendidikan,” ujar Arif saat saya wawancarai di ruang ­kerjanya. Maka dari itu, Arif mengatakan bahwa perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Ia berpendapat bahwa pengangguran pada masa ini didominasi oleh lulusan dari SMK yang dianggap tidak kompeten untuk memasuki dunia kerja. “Kurikulum yang ada di SMK harus sesuai dengan kurikulum yang dibutuhkan oleh industri. Setelah itu, siswa harus magang di industri sesuai dengan jurusannya,” jelasnya. Selain dari lulusan SMK, pendidikan ­tinggi vokasi harus memiliki ketrampilan agar bisa bersandingan dengan dunia i­ndustri. Didukung dengan bobot pendidikan yang terdiri dari 70% praktik dan 30% t­ eori, diharap­ kan mampu meningkatkan mutu ­ lulusan pendidikan tinggi vokasi tersebut. Jika dari sektor industri siap, begitu juga dari sisi sumber daya manusia siap, tidak m ­ enutup kemungkinan bahwa sebelum tahun 2025 Indonesia siap dalam menghadapi tantangan revolusi industri 4.0.

DIMENSI EDISI 60

19


/LAPORAN KHUSUSI/

Tantangan Dunia

Pendidikan

Vokasi di Era Revolusi

Industri 4.0

Oleh: Saputri Rizki R.

bulan April 2018 lalu, Presiden Republik Indonesia Joko Widodo telah meresmikan RoadD Map sebagai rencana persiapan untuk menghadapi revolusi industri atau dikenal dengan i

Making Indonesia 4.0 di acara Industrial Summit 2018, dimana direncanakan Indonesia akan siap dengan revolusi industri 4.0 di tahun 2025.

Yang masih menjadi pertanyaan adalah bagaimana nasib tenaga kerja selanjutnya jika tenaga manusia digantikan oleh tek­ nologi canggih ataupun robot. Pemerintah perlu meningkatkan kualitas sumber daya manusia terutama pada pendidikan tinggi vokasi. Terlebih dengan memperhatikan sumber daya manusia yang dibutuhkan oleh industri. Teknologi disruptif menjadi salah satu tulang punggung revolusi industri 4.0, masa dimana teknologi akan muncul dengan inovasi terbaru yang membantu menciptakan pasar baru, mengganggu atau merusak pasaran yang sudah ada. Menurut Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), Prof. M. Nasir, beberapa teknologi disruptif yang harus diterapkan pada perguruan tinggi yaitu pertama, competency-based education (pendidikan berbasis kompetensi). Lalu kedua, the internet of things (segala hal dengan internet). Ketiga, virtual / augmented reality (menciptakan lingkungan bagi mahasiswa Indonesia se­ hingga mereka dapat bekerja melalui sistem virtual tetapi dengan program yang sama). Keempat yaitu artificial intelligence (platform pembelajaran online).

20

DIMENSI EDISI 60

Penerapan Artificial Intelligence akan membantu mahasiswa Indonesia untuk menyesuaikan dengan tuntutan yang di­ butuhkan mahasiswa tersebut. Untuk menghadapi revolusi industri 4.0 pemerintah RI melakukan suatu usaha untuk menghadapi Industri 4.0, diantaranya pemerintah melalui Kemeristekdikti mengembangkan mutu vokasi politeknik atau perguruan tinggi vokasi dengan program Revitalisasi Politeknik. Kebijakan Revitalisasi Politeknik Awal tahun 2017, Kementrian Riset Tek­ nologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), mengadakan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) di Graha Sabha Pramana Universitas Gadjah Mada (UGM) yang menyepakati tentang adanya program Revitalisasi Poli­ teknik (Revpol). Revpol ini membahas tentang implementasi perubahan kurikulum. Ada lima poin yang dibahas; pertama, jumlah dosen yang mengajar di politeknik diatur menjadi 50% dari industri dan 50% dari perguruan tinggi. Kedua, penerapan dual system (sistem 3-2-1), usulan ini mencontoh kurikulum yang ada di Jerman. Implementasi mahasiswa menerima kuliah selama 3 semester, 2 semester magang industri dan 1 semester untuk menggarap


/LAPORAN KHUSUS/

tugas akhir. Ketiga, adalah pembangunan teaching factory. Membuat miniatur industri, workshop atau tempat praktek mahasiswa yang teknologinya sudah berstandar industri. Keempat, pelatihan untuk dosen politeknik. Kelima, kampus politeknik menjadi Tempat Uji Kompetensi (TUK) dan Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP). Bukan tanpa alasan, program Revpol ini dilakukan karena seringnya mendapat keluhan dari industri. Lulusan dari perguruan tinggi belum cukup relevan dengan kebutuhan industri dari segi kompetensi maupun jumlah. Merespon keluhan industri, Direktur Jendral Kelembagaan Iptek dan Dikti dalam Rakernas mengusulkan untuk mengubah kurikulum politeknik agar s­ e­suai dengan tantangan pada dunia industri. Program Revpol ini pun baru diterapkan di 12 politeknik dan satu politeknik kesehatan yang menjadi pelaksana Revpol tahap tahun 2017-2019, yakni Politeknik Kesehatan ­Kemenkes Yogyakarta. Sistem Pendidikan di Polines Sementara itu, pendidikan di Politeknik Negeri Semarang (Polines) belum melaksanakan program Revpol seluruhnya. Polines tetap pada Peraturan Akademik Tahun 2018 yang terdapat pada pasal 14 ayat 11 tentang Sistem dan Masa Pendidikan, dimana pendidikan vokasi dengan jenjang pendidikan diploma III di Polines tetap dengan jumlah waktu perkuliahan 6 semester, dimana 5 semester untuk kuliah di kampus dan 1 semester untuk magang industri dan menyelesaikan tugas akhir. Hal ini disampaikan oleh Endro Warsito selaku Wakil Direktur I Bidang Akademik, bahwa Polines belum siap untuk melaksanakan program Revitalisasi Politeknik. Hal ini disebabkan karena Politeknik Ne­ geri Semarang mempunyai berbagai jurusan dan memiliki prodi yang berbeda-beda, yang menyebabkan tidak bisa disamakan sistem perkuliahan dengan jurusan yang lain. Jika Polines dengan setiap angkatannya sekitar 1.500 mahasiswa dengan waktu magang

s­elama satu tahun, tidak semua industri mau menerima. Oleh karena itu, Polines menggencarkan bagaimana mahasiswa dapat diterima di industri, yang dilakukan antara lain kerjasama dengan industri dan mengadakan sertifikasi-sertifikasi kompetensi untuk mahasiswa. Selain itu, belum dilakukannya Revpol di Polines bukan berarti Polines tidak me­ nyamai sistem yang dibutuhkan di lapangan kerja industri. Saat ini, baru program DIII dan DIV Jurusan Teknik Elektro Prodi Tele­komunikasi yang sudah melakukan percobaan magang yang hampir mirip dengan sistem Revpol, yaitu dilakukannya magang di industri selama satu semester atau 6 ­bulan. “Di Polines memang belum semua mene­ rapkan magang di industri selama 6 bulan, hal ini disebabkan karena masing-masing jurusan di Polines sudah menetapkan waktu ma­sing-masing dan tergantung pada kondisi di industri,” ujar Endro Warsito selaku Wakil Direktur I, Bagian Akademik. Achmad Faozi, mahasiswa semester 5 Teknik Mesin angkatan 2016, yang tengah magang di Industri pun menceritakan bahwa waktu magang di Industri selama kurang lebih tiga bulan sudah mengakibatkan jadwal kuliah di semester berikutnya menjadi lebih padat. Hal itulah yang dimaksudkan oleh Endro Warsito, jika Polines melakukan program Revpol secara keseluruhan, terlebih dengan sistem perkuliahan 3-2-1 pada semua jurusan, akan semakin memadatkan jadwal mata kuliah di setiap semesternya. Meskipun Polines belum siap untuk melakukan Revpol secara keseluruhan ­se­perti himbauan pemerintah, lulusan perguruan tinggi vokasi masih menjadi rujuk­ an bagi industri. Dimana bobot pendidikan yang terdiri dari 70% praktik menjadikan politeknik dipandang lebih unggul. De­ngan itu mahasiswa lulusan politeknik dapat ­de­ngan mudah menyesuaikan keadaan yang ada di industri, dan dapat siap mengadapi revolusi industri 4.0 di tahun 2025 karena sudah dibekali ilmu selama pendidikan di politeknik. DIMENSI EDISI 60

21


/SOSOK/

B

ermula dari hanya mengumpulkan sampah kertas di kosnya tahun 2012 lalu, kini Reanes Putra, seorang pemuda berusia 27 tahun sukses mengelola bisnis ­digital platform yang diberi nama Sampahmuda. Ia bersama dua founder lainnya, yakni Ferindo Magarwi dan Iwan Afandy mulai merintis bisnis yang bergelut di dunia sampah ini sejak awal tahun 2017 lalu, ketika ia memenangkan kompetisi “Gerakan 1.000 Digital” yang diadakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) pada akhir tahun 2016. Reanes yang saat itu berpikir bahwa sampah adalah masalah yang cukup besar dan hampir terjadi dimana-mana, mulai merasa bahwa harus ada seseorang yang fokus untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, dan salah satunya melalui Sampahmuda.

Oleh: Nur Nadia

Ketika ditanya tentang alasannya kenapa ingin berbisnis di bidang sampah, Reanes menjelaskan bahwa sampah itu tanggung jawab pribadi masing-masing individu, jadi perspektifnya bukan tentang jual-beli sampah, tetapi mendaur ulang sampah menjadi lebih bermanfaat. Disini bisnisnya tidak hanya sekedar soal jual-beli, t­ etapi juga soal berapa sampah yang sudah kita daur ulang dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Menanggulangi Dok. Pribadi

Sampah

Melalui Ide Kreatif Berbasis Digital

Sebelum merambah ke bisnis digital platform, Reanes yang ­me­rupakan mahasiswa Universitas Negeri Semarang (Unnes) pada tahun 2012 lalu, hanya mengumpulkan sampah-sampah kertas di kos­nya. Hingga akhirnya ia dapat menyewa gudang di Unnes dan menamai usaha­nya itu dengan nama Lapak Kertas. Dari Lapak Kertas itu ia hanya melakukan jual beli kertas bekas ke pengepul, hingga seiring berjalannya waktu ia mulai mendapat akses untuk langsung menjual ke pabrik kertas di daerah Kudus.

Lapak Kertas Reanes terus berkembang, hingga pada tahun 2014 ia mulai mencoba membuka jasa penghancuran dokumen. Usaha yang awalnya hanya di ling­kup kos-kosan, saat itu mulai berkembang ke lapak-lapak lain sampai perkantoran. Namun Lapak Kertasnya

22

DIMENSI EDISI 60


/SOSOK/

harus berhenti di tengah jalan ketika partner Reanes, yang tidak lain adalah temannya sudah lulus kuliah dan bekerja sebagai konsultan pajak, sedangkan ia sendiri disibukkan dengan dunia perkuliahan. Tahun 2017, menjadi tahun bangkitnya usaha Reanes. Ia bersama partner baru­nya mencoba membuka ruang gerak usaha sampahnya ke ranah bisnis digital. Yang awalnya bernama Lapak Kertas kini bisnis tersebut dikenal dengan nama S ­ ampahmuda. Ranahnya bukan hanya untuk sekedar mengejar keuntungan saja, tapi juga memberikan edukasi kepada masyarakat untuk memilah sampah. “Kita lebih memilih untuk menjalankan Sampahmuda yang memang saat ini saya katakan belum menguntungkan, tapi ini lebih memiliki value untuk mengajak orang agar lebih peduli terhadap sampah. Makanya tagline kita yaitu sampah menjadi lebih bernilai dan bermanfaat,” ujar Reanes. Sampahmuda dapat dikatakan s­eperti apli­kasi Go-Jek, dimana salah satu fitur di dalamnya ada Go-Food yang menjual makanan tapi tidak mempunyai ­ restaurant sendiri. Reanes menjelaskan bahwa di Sampah­muda pun sama, yakni sistemnya m ­ itra yang mana tidak semua dikerjakan oleh founder, tetapi memberdayakan masyarakat sekitar. Jadi Sampahmuda mempunyai mitra untuk daur ulang, antar jemput dan lain-lain. Hingga saat ini, Sampahmuda mempunyai enam agen yang tersebar, sedangkan agen terdekatnya baru di daerah Semarang atas. “Di Sampahmuda juga ada istilah drop point, dimana kita bekerjasama dengan beberapa bank sampah. Jadi orang bisa datang ke titik-titik yang kita sediakan dan setor sampah di tempat tersebut. Sampahmuda juga menyediakan service tentang bagaimana memilah sampah, karena persoalan tentang sampah itu banyak,” tutur Reanes. Setiap orang yang menyetorkan sampah yang telah dipilah akan diberikan reward berupa poin. Jadi poin tersebut merupakan bentuk terima kasih Sampahmuda kepada

mereka yang sudah mau memilah sampah­nya. Poin itu akan masuk ke akun mereka dan nantinya dapat ditukarkan dengan Go-Pay, pulsa, listrik, dan lain-lain. Penentuan poin yang didapatkan didasarkan dari berat sampah dan jenis sampah yang di setor. Bergerak di bidang sampah bukanlah se­ suatu yang mudah, Reanes harus menghadapi berbagai macam tantangan dan masalah yang datang dari lingkungan sekitar termasuk keluarganya. Sebelum mulai memba­ngun Sampahmuda, ia sempat bekerja sebagai pegawai kantoran selama kurang lebih tujuh bulan, dengan alasan hanya ingin mencari pengalaman kerja dan etos kerja di kantor, hingga pada akhirnya ia memutuskan untuk berhenti dan mulai fokus di Sampahmuda. Ketika Sampahmuda lolos pada program semi inkubasi di Astra, keluarga Reanes ­bahkan mengira kalau dirinya diterima kerja di perusahaan tersebut. Pandangan miring dari orang-orang tentu banyak, bahkan ada yang berkata, “Kuliah kok malah mulung”, dikarenakan dulu ketika awal-awal memang ia se­ring membawa keranjang di motor. Reanes yakin apapun bidangnya kalau kita fokus maka akan berbuah keberhasilan. “Banyak orang memandang bekerja ya bekerja kantoran, atau berprofesi profesional. Padahal ternyata saat saya mendalami tentang sampah di situ ada bidangnya,” ujar Reanes. Usaha Reanes tidak sia-sia, pada tahun 2017 ia mendapat reward Star Up dari Tempo. Respon masyarakat lambat laun menjadi positif. Misalnya di Unnes justru banyak yang tertarik untuk berpartisipasi, hingga kini ada sekitar 1.400 mahasiswa yang ikut andil. Sampai saat ini pun Sampahmuda terus meng­ ­ ajak orang untuk bergabung. Reanes berharap bahwa Sampahmuda dapat ber­ peran mewujudkan Indonesia bebas sampah, dan ia berpesan agar kita bisa menjadi orang yang mempunyai peran penting untuk memberi solusi permasalahan sampah di ­Indonesia. DIMENSI EDISI 60

23


/INFOGRAFIS/

Oleh : Tim Riset, di himpun dari berbagai sumber

1784 1

Revolusi Industri

PE

Kemunculan Mesin Uap Dampak Positif Harga barang menjadi lebih murah karena ongkos produksi lebih murah. Negatif Peran manusia sedikit terganti oleh mesin.

1870 2

Revolusi Industri

Penggunaan Mesin Produksi Massal Tenaga Listrik/BBM Dampak Positif Standar hidup yang lebih tinggi, pekerjaan yang lebih banyak, produk yang lebih terjangkau, dan perkembangan kota. Negatif Ketimpangan ekstrim dalam gaya hidup ­kapitalis, iklim kerja industri sangat ­berbahaya, perlindungan yang kurang memadai ketika bekerja dengan mesin.

24

DIMENSI EDISI 60


ERKEMBANGAN

/INFOGRAFIS/

REVOLUSI INDUSTRI

Penggunaan Teknologi Informasi & Mesin Otomasi Dampak Positif Kemampuan mesin produksi meningkat, kecepatan penyebaran informasi yang jauh lebih tinggi dan jumlah informasi yang jauh lebih besar oleh internet. Negatif Peningkatan jumlah penganggur yang harus ­dipelihara oleh pemerintah, kebutuhan yang semakin sangat beragam, produksi barang secara terpusat akan mulai berkurang.

Penggunaa Mesin Terintegrasi Jaringan Internet Dampak

Positif Transportasi semakin lancar, perdagangan makin berkembang, peningkatan produktifitas, peningkat­ an permintaan pekerjaan pada bidang analis data, tenaga medis, perancang software, progammer. Negatif Rawannya keamanan data privasi konsumen, penurunan terhadap permintaan tenaga kerja, terjadinya gap yang semakin besar antara negara maju yang mudah mengaplikasikan teknologi dengan negara miskin dan tertinggal.

1969 3

Revolusi Industri

20114

Revolusi Industri

DIMENSI EDISI 60

25


rkat grafi be g o m e d us ­ oomin de bon roduktif. B io r e p i t p trian enikma an usia si 4.0. Kemen gt m ­ n h e r a g m en lu la ten duk da gan era revo 4.0 dalam m tas aat ini u s d ia n s e e p n Indon nal lin pulasi onesia aan de nya po ersam ing Ind rior­ itas nasio alam ba­nyak mografi ini b ancang Mak nesia d da 10 p o d a r e d e In d A i s m r h st at. n pa bonu ian ­tela ustri keemp struktur ­indu rgetka i pe­ r t a s it u d d a Perin elalu si ind rkuat antiny i revolu paya mempe sa depan. N nomi dunia m hadap u o a sar ek n di m dalam ntanga enjadi 10 be sektor a t i p a m ad meng­h 30 Indonesia 0 2 n u i 4.0. tah Industr n a p a ner

TRIVIA

SE

I S U L O V

GD DATAN T A M LA

RE

I ERA

INDU

0 . 4 I STR


PEMBATAS KAMPUSIANA


/KAMPUSIANA/

MENYOAL IPK PENERIMA BIDIKMISI dan Peran Kamadiksi Polines Oleh : Nisrina Nibras

Beasiswa Pendidikan Mahasiswa Miskin Berprestasi atau biasa disebut Bidikmisi merupakan salah satu bantuan dari pemerintah yang diberikan kepada mahasiswa berprestasi yang memiliki kekurangan dalam segi ekonomi. Beasiswa ini berupa pemberian uang saku sebesar Rp.650.000/bulan kepada mahasiswa yang diberikan langsung tiap semester.

KAMPUSIANA 1

28

DIMENSI EDISI 60


/KAMPUSIANA/

Sebagai mahasiswa Bidikmisi tentunya memiliki kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi sebagai bentuk balas budi terhadap negara. Kewajiban tersebut sudah diatur ­ dalam suatu perjanjian bermatrai sebelum mahasiswa Bidikmisi membuka rekening bank. Salah satu dari kewajiban tersebut yang menjadi sorotan terbesar adalah tentang ­ mahasiswa Bidikmisi yang ­harus memiliki IPK minimal 3,0. Banyak yang mempertanyakan bagaimana IPK mahasiswa Bidikmisi, mengingat banyak isu yang ­me­ngatakan jika IPK kurang dari 3.0 maka Bidikmisi akan dicabut.

Mahasiswa Bidikmisi yang memiliki IPK di bawah 3.0 tidak serta – merta beasiswanya langsung dicabut begitu saja, ada ­beberapa tahapan yang dilakukan institusi untuk menangani hal tersebut. Yang pertama, ­institusi akan memberikan surat peringatan kepada mahasiswa tersebut, surat ini di­ tujukan sebagai tanda peringatan sekaligus memotivasi mahasiswa untuk meningkatkan lagi prestasinya. Apabila setelah tahap itu IPK mahasiswa Bidikmisi belum juga mencapai batas ­ minimum, maka institusi akan melakukan ­ pemanggilan mahasiswa beserta orang tua. Pada tahapan ini pula mahasiswa akan di­ ajak untuk berdialog untuk mecari solusi dari IPK nya yang menurun atau IPK yang masih dibawah batas minimum, apabila setelah dilakukan evaluasi, dan tidak ada peru­bahan prestasi kearah yang lebih baik, maka Bidikmisi akan dicabut atau ­dinon­aktifkan.

KAMPUSIANA 1 Berdasarkan data Keluarga Mahasiswa Bidikmisi (Kamadiksi) Polines tahun 2017, lebih dari 96% mahasiswa Bidikmisi memiliki IPK di atas 3.0 dengan rincian 40% mahasiswa memperoleh IPK rentan 3.0 – 3.49, 53% mahasiswa memperoleh IPK rentan 3.5 – 3.89, 4% mahasiswa memperoleh IPK rentan 3.9 – 4.0 dan sisanya sebesar 3% mahasiswa memperoleh IPK kurang dari 3.0. Selain itu untuk mahasiswa berprestasi Polines sudah tiga tahun berturut-turut diraih oleh mahasiswa bidikmisi dan ketiganya lolos hingga tahap 10 besar nasional. Dari data tersebut menunjukan betapa menonjolnya mahasiswa Bidikmisi dalam bidang aka­demik. Arifin selaku koordinator Bidikmisi ­Polines mengatakan jika mahasiswa Bidikmisi b ­ anyak menoreh prestasi karena sejak awal ­mereka sudah diberi motivasi agar kelak m ­ ereka tidak minder dan dapat terus berprestasi, sedangkan menurut Ardhan selaku Ketua Kamadiksi Polines 2018 mengatakan jika mahasiswa yang memiliki ekonomi rendah cenderung berusaha untuk ­berprestasi untuk menaikkan citra dan martabatnya.

Lalu, apa peran Kamadiksi Polines?

Kamadiksi Polines tidak memiliki ­ peran khusus dalam penanganan mahasiswa ­ ­Bidikmisi yang memiliki IPK di bawah 3.0. Kamadiksi Polines hanya berperan sebagai mediator antara institusi dengan mahasiswa Bidikmisi. Menjembatani apabila ada permasalahan, seperti mahasiswa yang belum mendapat pencairan dana, selain itu Kamadiksi Polines juga merekap prestasi mahasiswa Bidikmisi sebagai salah satu bentuk evaluasi akademik mahasiswa Politeknik itu sendiri. Pada dasarnya Kamadiksi Polines memberikan informasi apapun yang berhubungan dengan Bidikmisi di Polines, “Jadi pantauan kita sebatas mendata, melapor, dan sebagai penengah antara mahasiswa dengan instustusi,” ujar Ardhan.

Lantas, bagaimana dengan mahasiswa Bidikmisi yang IPK-nya kurang dari 3.0?

DIMENSI EDISI 60

29


/SPEAK UP/

,

isi m k i d i B inimum

IPK M

? h a k t a r Be Oleh Dh

S

ea Erna

ndha S

eperti yang kita ketahui, Politeknik Negeri Semarang (Polines) telah memberlakukan

syarat Indeks Penilaian Komulatif (IPK) minimum 3.0 bagi mahasiswa penerima Bidikmisi. Adanya ketentuan tersebut diharapkan dapat memicu prestasi mahasiswa Bidikmisi. Namun bagaimanakah pendapat mahasiswa tentang diberlakukan­nya ketentuan ini, apakah batas tersebut dinilai berat atau ringan? Sebagaimana kita ketahui, t­ idak mudah meraih IPK tinggi di beberapa jurusan di Polines. Nah, bagaimana pula pendapat mereka tentang mahasiswa Bidikmisi yang tidak memenuhi ketentuan IPK minimum tersebut? Yuk simak pendapat beberapa mahasiswa Polines berikut.

SPEAK UP Agung al-Rasyid (Teknik Elektro)

Menurut saya, IPK minimal 3.0 tidak berat tergantung pada masing-masing orang. Tapi kalau buat saya sebagai mahasiswa Teknik Elektro, IPK minimal 3.0 sejauh ini tidak memberatkan. Jika ada mahasiswa yang Bidikmisinya dicabut karna IPK-nya kurang dari 3, menurut saya itu merupakan kesalahannya sendiri. Karena sebelum pencabutan, pasti sudah ada peringatan dan upaya dari pihak institusi untuk memperbaiki nilainya.

Irhas Adi (Teknik Mesin) Anak Bidikmisi kan bukan sembarang orang, rata-rata dari mereka juga pintar. Jadi kalau ditarget untuk dapat IPK minimal 3 menurut saya tidak apa-apa, tidak harus dipermasalahkan, kan mereka sudah dibiayai kuliahnya. Diberi syarat IPK minimal 3 itu agar ada persyaratan beasiswa, jadi tidak sembarang orang yang mendapatkan beasiswa itu. Sebenarnya banyak faktor yang mempengaruhi IPK mahasiswa Bidikmisi tidak memenuhi syarat. Beberapa diantaranya ya dari dalam diri mahasiswa itu sendiri, contohnya malas atau kurang keinginan untuk belajar. Selain itu ada kemungkinan faktor dari luar seperti terlalu sibuk dalam berorganisasi, jadi dia tidak fokus belajar. Bisa jadi faktor dosen yang susah untuk didapatkan nilainya, seperti yang sedang saya alami.

30

DIMENSI EDISI 60


/SPEAK UP/

M. Basmal Haidar (Teknik Mesin) Menurut pendapat saya, IPK minimal 3 untuk mahasiswa Bidikmisi itu berat. Apalagi untuk mahasiswa Teknik Mesin. Semua mahasiswa juga tau kalau mendapatkan IPK tinggi di Teknik Mesin itu sulit, apalagi di prodi saya (Teknik Mesin Produksi dan Perawatan) yang mana dosen-dosennya me­ rupakan dosen yang sangat berpengalaman. Namun disisi lain, kebijakan tersebut dapat memicu mahasiswa Bidikmisi untuk menunjukkan bahwa kita bisa. Untuk mahasiswa yang tidak memenuhi syarat tersebut, menurut saya ada dua kemungkinan. Pertama, dia sudah berusaha tapi nilainya masih belum memenuhi. Saran saya, mahasiswa tersebut seharusnya diberi motivasi agar nilainya memenuhi syarat. Kedua, karena memang mahasiswa tersebut bermalas-malasan. Saran saya seharusnya dia sadar kalau dirinya sudah dibiayai oleh negara.

SPEAK UP Nur Vinda S (Akuntansi)

Bagi saya yang bukan merupakan penerima B ­ idikmisi, syarat IPK minimal 3 itu bagus. Jadi bisa memacu m ­ ahasiswa tersebut mendapat nilai yang bagus. Agar bantuan beasiswa tersebut tidak terkesan cuma-cuma, sehingga ada timbal b ­ aliknya. Kalau ada mahasiswa Bidikmisi yang IPK­-nya kurang dari 3, seharusnya dia sadar bahwa dia kuliah juga mendapat bantuan berupa beasiswa jadi harus ada kesadaran untuk menghasilkan yang terbaik, jangan menyia-nyiakan apa yang sudah di­amanahkan. Dia harus mampu jadi panutan untuk teman-temannya. Harus baik dan seimbang dalam aka­demis maupun organisasi. Mungkin salah satu penyebab dia tidak memenuhi syarat adalah belum bisa memlih mana prioritas yang paling penting atau belum bisa membagi waktu. Untuk tindak lanjutnya mungkin institusi bisa memberikan teguran dan dari diri mereka sendiri harus ada usaha memperbaiki diri.

Dwi Mulyani (Administrasi Bisnis) Sebagai penerima Bidikmisi, IPK minimal 3 itu ­tidak sulit. Karena nilai IPK 3 mudah didapatkan dengan kerja keras, kemauan, dan usaha kita. Bagi mahasiswa Bidikmisi yang memiliki IPK kurang dari 3, mungkin mahasiswa itu kurang bersemangat dalam kuliah. Seharusnya mahasiswa tersebut diberikan motivasi dan dukungan agar IPK-nya bisa meningkat. Kan mahasiswa Bidikmisi sudah dibiayai negara, jadi harus ada timbal baliknya untuk negara.

DIMENSI EDISI 60

31


M

DWI NOFI

TA

AH B EN D

SARI

M TA R ISU M U E R K SE P UJ I

I

PE

ALFA

AM S

M RU P EM I PE

AINU A D. LISTY

A AN A H ARRU SA H A B EN D PE

SANIA

VINA

L MA

GHFU

A K.

MUM

A RAU M U M

I N A G OR ILH N DY

.

SA H A

M. D

RO H

& IVISLI A N A N

P EM I

ERNA

KEPA

N DA

AND

I SAP

HM - A UTRA

SATR R. -

STA F

P ERU

AD - N

A SA HA

E YA R

AD IC

HSAN

I

S.

RA

I A. GUST

AP SYIFA - A

STA F

ANTI RYLY

R I S ET

ZKY

N

IAN IM

AM A

.

S HUMA STA F

ALIF

YA

M P I NLIT

ISI IK LA D IVLO G IST

SAND

RA

BALA

PS D M STA F

LA D ER IK KEPA NP O N PRO D U K

ER IANA

EVAN

AN

DHEA

ILA NAB

NDIN

NGG

I S SA

r u t k tru PIN

S

APRI

RIA LIA P

AN A

IN U MIMP

AW . GUN


I S ISA

N A G R O

ur t k u tr

S

DI LPM

WA H

YU S

P EM I

ARI

M P I NR EDA

G

Stru

AN I RO M

DHO

N A RG

ktur

O

NA

IVIPSSID M

NAD

A DA N

I SEV

LA KEPA

IANA

TRI R

S YAM

KEPA

IZ

IRMA

R.

YANI APRIL

R EDA

N IFAH

ISA . - L

C

UL A

CHU

R EDA

K.

DINA

NUR

SNAE

NI

KTU RCY B ER

H KTUMRAJA LA

UBRU LET IN

N - HA KI R.

J OT I

-

RIN - NIS Y S. HILL

R EPO

A NIB

RAS

L. F.

- HA

HYA NI CA

UMI K. -

FARID

A

RTER

A.

I D IVISIS ET R

SILF

AJI S

IA A

UR LIEF

KT R EDA

NUR

SAPU

IKLIM

KS I

FEBI

LA D KEPA

TR

S

019

I S ISA

A

T BA N

MEN

8/2 I 201

IS

A ABRIN

Y YO

GA A

.

KT - YE

I ZUL

ILH

IA P.

UA ATKH AM F

RIC . - E

R EDA

A AD

ITYA

N.

KTUARRT IST IK

TI K A RTIS STA F K - RIZ

.

I S I AS LA D I V H U M

DA M

AHM

A

IZ D AR

FIRD . AL S

FOTO

G RAF

A YU

ER

STIK

A R.

AR S

R

ATRIA

AJI

TU R TO EDA K F O


BULLYING IS A CRIME, NOT JUST A PROBLEM

"JANGAN TAKUT LAWAN BULLYING"

LAMAS

Ilustrasi: Aziz

Iklan Layanan Masyarakat Ini Dipersembahkan Oleh: Lembaga Pers Mahasiswa

DIMENSI


PEMBATAS SEMARANGAN


/SEMARANGAN/

Sebuah Upaya Menolak Lupa Kasus Pelanggaran HAM

Aksi Kam

Dok. Damar

Oleh : Febi Nur C. & Tri Romandhona

isan pada

Kamis, 4 Oktober 2018

.

Aksi Ka misa misan! Lawan! n! Jangan Dia m!

Aksi Ka

Begitulah jargon yang sering digembor-gemborkan saat mereka beraksi. Kata-kata yang mungkin saja terlihat biasa, namun inilah yang benar-benar ingin mereka suarakan dengan lantang. Kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang semakin lama semakin ditenggelamkan oleh rezim penguasa membuat mereka geram. Bagaimana tidak? Pasalnya para pemegang kendali seakan ­tutup mata dan telinga.

36

DIMENSI EDISI 60

Kasus demi kasus diungkap dengan tema yang tak melulu sama. Menariknya, mereka selalu punya cara untuk menemukan kasus yang akan mereka angkat. Kasus terkini pun tak dilupakannya. Semangat aksi terlihat jelas dengan datangnya relawan dari ber­ bagai lapisan di Semarang yang bersatu ­untuk menyuarakan perlawanan terhadap setiap kasus pelanggaran di setiap minggunya.


/SEMARANGAN/

Payung berwarna hitam bertuliskan ‘AKSI KAMISAN SEMARANG’ selalu menghiasi pelataran Kantor Gubernur di Kamis sore, menandakan konsistensi mereka dalam memperjuangkan HAM. Dipilihnya payung sebagai simbol perlindungan, sedangkan warna hitam melambangkan keteguhan, kekuatan, serta rasa duka, dan Kantor Gubernur dipilih sebagai simbol pusat kekuasaan. Aksi yang tersebar di berbagai daerah di ­Indonesia ini merupakan bentuk ingatan pada luka masa lalu akibat ketidakadilan yang ­diperoleh keluarga korban pelanggaran HAM sejak tahun 1965. Meskipun mereka hanya berdiri di depan Kantor Gubernur, itu bukanlah suatu langkah yang sia-sia. Berdirinya mereka disana menandakan bahwa mereka ada dan mereka masih mempunyai harapan. Bak sebuah lilin, mereka adalah nyala api yang mencari celah dalam kegelapan. Se­ makin banyak lilin, maka semakin banyak ­cahaya dan harapan di sana. Berangkat dari Aksi Kamisan yang ada di ­Jakarta pada tahun 2006, kala itu ada Bejo Untung (korban 1965), Sumarsih (ibu dari Wawan, mahasiswa yang meninggal dalam Tragedi Semanggi I) dan Misiati (ibu dari Bima Petrus, mahasiswa yang hilang). ­Mereka melakukan aksi di depan Istana N ­ egara bersama dengan Ibu Suciwati, istri dari aktivis HAM Munir. Pada awalnya, aksi dilakukan di depan Istana dari tahun 2004 sampai 2006, namun tidak pernah ada penyelesaian. Akhir­ nya, sampai pada suatu Kamis sore, mereka se­pakat untuk melakukan aksi diam dengan berdiri di depan Istana Merdeka sebagai tanda bahwa masih ada perjuangan untuk menuntut penyelesaian kasus pelanggaran HAM. Aksi ini adalah wujud empati kepada keluarga korban. Mereka menolak lupa! Meskipun waktu terus berjalan, mereka tak akan pernah lupa bahwa ada ketidakadilan yang mereka alami. Pelaku mungkin bisa melenggang seenaknya karena kasus tersebut tidak pernah diselesaikan, namun di sisi lain ada

keluarga yang kehilangan anggotanya, yang lukanya tak pernah padam. Aksi yang dilakukan pun tidak hanya sebatas aksi diam, mereka juga melakukan gerakan nyata. Bisa dilihat dari kasus penggusuran di Tambakrejo akibat normalisasi Banjir Kanal Timur, mereka secara aktif ikut serta dalam usaha penyelesaian. Tidak hanya kasus kemanusiaan yang ada di Semarang, Aksi Kamisan Semarang juga selalu meng-update kasus pelanggaran HAM di berbagai daerah. Mulai dari penggusuran, pembungkaman, kriminalisasi, ketidakadilan hukum, dan aksi-aksi pengingat kasus pelanggaran HAM masa lalu. Sejak dibentuk pada 6 Desember 2017, Aksi Kamisan Semarang sudah banyak berkontribusi dalam pengangkatan isu kemanusiaan. Tak ayal banyak relawan yang lalu lalang berdatangan. Meski sudah berumur satu tahun, rupanya kasus pelanggaran HAM tak kunjung ada perubahan, bahkan jumlahnya kian lama kian bertambah. Kamisan terbuka untuk semua elemen yang ingin bergabung dan sadar akan HAM bersama. Dalam pergerakannya, Kamisan didukung oleh berbagai elemen antara lain Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Semarang, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Jawa Tengah, Pattiro Semarang, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Semarang, Persaudaraan Lintas Agama (Pelita), seniman, wartawan, dosen, budayawan, dan masih banyak lagi. ­Elemen tersebut bersatu dan membaur ber­ sama atas nama HAM. Aksi Kamisan tetap ada ketika masih ada orang yang peduli terhadap kasus-kasus pelanggaran HAM. Tidak ada regenerasi, ­ ­karena Kamisan bukanlah organisasi melainkan sebuah wadah bagi siapa saja yang ingin ikut andil. Aksi Kamisan selalu terbuka ke­ pada siapapun yang hendak berkontribusi di dalamnya. Maka dari itu, datang dan jadilah bagian dari gerakan menolak lupa.

DIMENSI EDISI 60

37


gi a B TV f i t ea Net. r K tia h e a S d Wa nton no e P /KOMUNITAS/

Oleh: Febi Nur C. & Nabila Listya

Dok. Pribadi

Kali pertama mendengar kata Net, hal ­pertama yang terbayang pastilah salah satu stasiun TV swasta di Indonesia. Yaps, Net. TV merupakan alternatif tontonan hiburan masa kini yang menyuguhkan berbagai tayangan yang berbeda dari stasiun TV lainnya. Selain memberikan tontonan yang berbeda, Net juga unggul dalam produk digital, antara lain Net. Z, Zulu, Net. Connect, Net. Jalan-jalan, dan Net. Citizen Journalist. Dari sinilah banyak masyarakat yang menggemari Net.TV dengan segala keunikannya tersebut. Hal ini tentu menjadi perhatian khusus bagi CEO Net Mediatama, yaitu Wishnutama. Dia berusaha membuat sebuah wadah khusus bagi penonton setia Net.TV yang nantinya akan mewakili suara masyarakat guna keberlangsungan Net ­­ke-

38

DIMENSI EDISI 60

depannya. Tak ayal banyak masyarakat yang tertarik, terlebih kaum milenial seperti sekarang ini. Bermula ketika mahasiswa Universitas Semarang (USM) melakukan Kuliah K ­ erja Lapangan (KKL) ke Net.TV pusat di Jakarta. Dari pihak Public Relation Net.TV menawarkan untuk membuka peluang kepada ma­ syarakat luas agar ikut berpartisipasi dalam kegiatan Net melalui Net Good P ­ eople (NGP). Tentu saja, pada tanggal 10 Maret 2017 dibentuklah komunitas Net Good ­ People (NGP) di empat daerah, yakni Semarang, Bandung, Yogyakarta dan Jabodetabek. De­ ngan background pertelevisian, komunitas ini didominasi oleh mahasiswa Ilmu Komunikasi yang tidak jauh dari broadcasting dan public relation.


/KOMUNITAS/

Di Semarang sendiri, komunitas ini disebut dengan Net Good People Semarang (NGPS). Dalam jangka waktu satu tahun, nampaknya peminat komunitas ini semakin meluas. Tercatat sebanyak 62 orang telah menjadi anggota dari perkumpulan Net lovers ini. Perkembangan dari Net Good People memang tidak bisa dipungkiri. Bahkan komunitas ini tersebar hampir di seluruh daerah di Indonesia. Untuk Jawa Tengah sendiri, Net Good People telah merambah ke Semarang, Brebes, Tegal, Pekalongan, Banjarnegara, Wonosobo, dan Purwokerto.

nalism. Sekarang ini banyak media yang

Meskipun Net Good People identik dengan dunia jurnalistik, tetapi banyak orang yang bertahan karena tertarik dengan pertelevisian dan public relation. Walaupun sedari awal tidak paham akan jurnalistik, tetapi dengan berkecimpung di dunia pertelevisian maka jiwa jurnalis akan timbul dengan sendirinya. Seperti yang dikatakan oleh Jennia Rosa selaku Wakil Koordinator NGPS, “Kalau aku memang belum bisa jatuh hati dengan dunia jurnalistik. Tapi disini juga ada public relation. Karena di TV tidak melulu tentang jurnalistik.”

Selain itu, untuk menjaga keharmonisan para anggota Net Good People, Net.TV kerap melakukan berbagai perlombaan. Tak hanya untuk kesenangan semata, perlombaan yang diadakan pun bertujuan untuk mengasah potensi dan kreativitas setiap Net Good People yang ada. Tidak tanggung-tanggung, NGPS sendiri pernah meraih juara kedua “­Video Greeting 10 Detik Nasional”. Selain itu, pada saat Anniversary Net Good People yang pertama pada 27 September 2018, NGPS ber­hasil mendapat predikat sebagai “Social Media of The Year”.

Banyak hal yang dapat dilakukan di komunitas ini, misalnya sharing seputar jurnalistik, fotografi, editing, dan pembuatan konten. Selain hal-hal yang berhubungan dengan jurnalistik, NGPS juga selalu membuat acara yang bertujuan untuk mengakrabkan, baik itu antar anggota maupun antar Net Good People di lain daerah. Pada bulan rama­dhan lalu, mereka membagikan takjil gratis, memberikan infaq serta melakukan galang dana bencana alam. NGPS juga ikut berpartisipasi ketika pihak Net.TV melakukan peliputan di Semarang. Mereka bekerja sama dan berkoordinasi dengan Net biro Jawa Tengah, misalnya dalam hal pembuatan konten youtube seperti web series. Tak j­arang pula mereka dilibatkan dalam berbagai event yang diadakan Net.TV di Semarang.

Untuk bergabung dengan Net Good People, kita hanya perlu mendaftar di goodpeople. netmedia.co.id. Sangat mudah kan? Dan tentunya siapa saja boleh bergabung dalam komunitas ini.

Lalu apa yang kita dapat dari NGPS? Disini kita bisa belajar mengenai Citizen Jour­

mendayagunakan masyarakat dalam penca­ rian berita. Nantinya konten yang dihasilkan akan diangkat dalam pemberitaan di televisi. Selain itu, Wishnutama juga memberikan sebuah sertifikat yang ditandatanganinya sebagai tanda keanggotaan. Dengan sertifikat inilah yang menjadi sebuah pertimbangan ketika mendaftar magang atau pekerjaan di Net.TV dimana anggota NGP tentunya akan lebih diutamakan. Jalinan relasi yang dihasilkan juga sangat bermanfaat bagi karir dan kehidupan sosial mereka kedepannya.

Dok. Pribadi NGP Semarang meraih penghargaan sebagai Sosial Media of The Year.

DIMENSI EDISI 60

39


/GALERI FOTO/

Meninggalkan

Tradisional-Konvensional Oleh: TimFoto

Di era digital sekarang ini banyak hal-hal penunjang aktivitas yang tradisional sampai konvensional perlahan mulai ditinggalkan. Namun, tak sedikit juga yang masih bertahan. Misalnya saja produk media cetak seperti majalah yang sedang kita baca ini, atau bahkan koran yang 足masih eksis hingga saat ini meskipun sudah banyak portal berita online. Begitu pula perkembangan kendaraan umum di kota besar seperti di Kota Semarang. Mulai dari bus Trans 足Semarang sampai ojek online yang berjalan berdampingan dengan ojek pangkal足an, bus mini sampai 足becak, yang tetap bertahan walau beberapa sudah jarang kita jumpai.

Menjajakan koran kepada pengguna jalan.

40

DIMENSI EDISI 60


/GALERI FOTO/

Seorang tukang becak sedang membawa penumpang.

Seorang Petugas Bus Trans Jateng sedang membantu penumpang naik ke bus.

Beberapa Taksi terparkir rapi di kawasan Tawang.

DIMENSI EDISI 60

41


/GALERI FOTO/

Salah satu pangkalan ojek yang masih ­beroperasi di daerah Jalan Prof Soedarto, Tembalang.

Seorang pengendara ojek online sedang menurunkan penumpang.

42

DIMENSI EDISI 60


/GALERI FOTO/

Penumpang menaiki angkot yang berhenti.

Sebuah bus kota terlihat masih beroperasi di daerah Stasiun Tawang Semarang.

DIMENSI EDISI 60

43



PEMBATAS TRAVELOGUE


/PLESIR/

“Perjalanan Wapalhi Mendaki Gunung Raung” Oleh: UKM Wapalhi

P

ada Senin, 22 Oktober 2018 lalu, kami yang berjumlah 9 orang diberi kesempatan oleh Allah SWT untuk dapat melakukan pendakian ke Gunung Raung, Banyuwangi, Jawa Timur. Perjalananan kali ini digagas oleh alumni atau saudara tua Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Wahana Pecinta Lingkungan Hidup (Wapalhi). Perlu banyak persiapan untuk pendakian kali ini, karena Gunung Raung tak seperti gunung-gunung biasanya, yang hanya cukup dengan bermodal peralatan camping saja. Tetapi pendakian Gunung Raung membutuhkan alat panjat tebing seperti carmentel, webbing, carabiner, dan masih banyak lainnya untuk menunjang perjalanan menuju puncak sejati. Mungkin itu sebabnya Gunung Raung mendapat julukan gunung dengan trek atau jalur terekstrem di Indonesia. Perjalanan ini dimulai dari tanggal 22 Oktober, pukul 15.00 WIB. Kami mulai mempersiapkan peralatan yang akan dibawa, membeli bahan makanan, mengisi gas, dan mengemas itu semua ke dalam carier (tas punggung besar untuk mendaki). Pukul 01.30 WIB dini hari, kami bergegas menuju Terminal Sukun untuk menaiki bus jurusan Solo. Setelah menunggu hampir satu jam, akhirnya kami mendapatkan bus untuk

46

DIMENSI EDISI 60

menuju Solo. Jalanan yang sepi membuat bus yang kami naiki melaju kencang, hingga ­kurang dari 2 jam kami telah sampai di ­tujuan kami yaitu Kota Solo. Kami melanjutkan perjalanan ke Stasiun Purwosari Solo dengan berjalan kaki kurang lebih 1 km. Setelah ­lelah berjalan kaki selama 20 menit, akhirnya kami sampai di Stasiun Purwosari. Karena kereta yang akan kami naiki berangkat pukul 07.55 WIB, kami memutuskan untuk istirahat di stasiun. Pagi harinya sekitar pukul 05.00 WIB kami bangun untuk persiapan diri dan juga sarapan. Tampak suasana di stasiun sudah mulai ramai oleh para penumpang. Pukul 07.50 WIB kereta api Sri Tanjung tujuan Kalibaru Banyuwangi telah tiba. Kami bergegas menaiki gerbong dan mencari tempat duduk sesuai dengan tiket yang telah kami pesan jauh-jauh hari. Perjalanan ke Kalibaru membutuhkan waktu kurang lebih 12 jam, sepanjang perjalanan kami isi dengan senda gurau, mencamil, dan jika lelah kami gunakan untuk tidur. Pukul 19.18 WIB kami tiba di stasiun ­alibaru Banyuwangi. Sesaat setelah ke­ K luar dari stasiun, banyak tukang ojek me­ nawarkan jasanya untuk mengantar ke base camp Raung. Kali ini kita memilih untuk ke


/PLESIR/

base camp Bu Soeto dengan menggunakan jasa ojek dengan memabayar Rp. 35.000 per orang­nya. Perjalanan ke base camp butuh waktu ­kurang lebih 30 menit melewati perkampungan dan kebun kakao. Sampai di base camp, kami disambut oleh penjaga base camp dan ditawari untuk memesan makan malam. Keadaan base camp kala itu sepi hanya ada rombongan kami. Sembari menunggu pesanan makan malam, kami mengecek ulang barang bawaan kami untuk pendakian esok hari. Pengecekan ini juga diawasi pihak base camp guna melihat alat yang kami bawa telah memenuhi syarat untuk melakukan pendakian. Persiapan juga meliputi pembagian beban setiap carier-nya, dan pembagian botol air minum. Dalam pendakian ini se­tiap orang minimal membawa air sebanyak 6 liter, karena di puncak tidak terdapat sumber air. Persiapan selesai bebarengan dengan pesanan makan malam kami yang telah siap juga. kami bergegas menyantapnya karena perut yang sudah lapar. Setelah perut kenyang, kami memutuskan untuk istirahat agar perjalanan esok berjalan dengan lancar dan sesuai dengan harapan kami. Keesokan harinya, tepatnya pukul 7 pagi kami telah siap melakukan pendakian. Beranjak dari base camp Bu Soeto, untuk mempersingkat waktu dan meng­ hemat tenaga, kami memilih menggunakan jasa ojek untuk ke pos 1. Sebelum ke pos 1, kami sempat singgah ke sekretariat untuk melakukan registrasi. Pos 1 sen­ diri memiliki ketinggian 980 mdpl, di sini merupakan titik sumber air terakhir. Jadi harus dimanfaatkan de­ ngan sebaik mungkin.

Dok. Pribadi

Perjalanan Penuh Tantangan ­Dimulai, Pos 1 – Puncak Tusuk Gigi Selepas pos 1 perjalanan dilanjut menuju pos 2. Trek masih terasa landai dengan pemandangan b ­ erupa kebun kopi dan disambung oleh hutan yang cukup rimbun, sedangkan medan didominasi oleh tanah padat. Setelah berjalan sekitar 3-4 jam, kami sampai di pos 2. Pos 2 sendiri merupakan sebuah tempat bernama Pos Semar, berada pada ketinggian 1.431 mdpl. Di sini, para pendaki dapat mendirikan tenda dan beristirahat. Sebab tempat ini me­ miliki area datar yang cukup luas. Perjalanan dilanjut menuju camp 3, dengan kemiringan trek meningkat cukup tajam, melipir melintasi punggung bukit. Pemandangan di sebelah kanan berupa hutan yang sedikit terbuka, dan sebelah kiri berupa jurang. Pendaki harus berhati-hati dalam memilih pijakan. Setelah berjalan sekitar 1 jam, sampailah rombongan kami di camp 3. Perjalanan selanjutnya terasa landai, bahkan di beberapa titik kita dapat menemukan turunan. Setelah berjalan sekitar 2 jam, tibalah kami di camp 4 yang berada pada ketinggian 1.855 mdpl. Jarak antara camp 4 dan camp 5 sekitar 45 menit, namun kemiringan trek semakin menanjak membuat perjalanan terasa lambat. Semen­ tara hutan semakin rimbun dan j­ alur sempit diimpit oleh semak belukar yang berduri. Hal ini membuat kita harus berhati-hati. Selepas camp 5, perjalanan semakin berat dengan trek yang semakin sadis. Me­lewati tiga pundakan yang cukup terjal, terlebih jurang mengapit jalur di ­sebelah kanan dan kiri. Camp 6 yang merupakan pos 3 atau pos Petruk, berada pada ketinggian 2.285 mdpl. DIMENSI EDISI 60

47


Dok. Pribadi

/PLESIR/

Puncak sejati Gunung Raung

Semakin naik maka kadar kesadisan trek akan terus meningkat, dan tanjakan pun semakin terjal. Pemandangan di camp 7 lebih terbuka dengan berada pada ketinggian 2.541 mdpl, membuat angin berhembus terasa sangat kencang. Perjalanan dilanjut me­ nuju camp 8 dengan trek menanjak, melewati Gunung Wates, serta melipir di punggungan gunung. Setelah berjalan sekitar 1 jam dari camp 8 sampailah kami di camp 9 atau pos 4 bernama Pos Bagong. Kami melanjutkan perjalanan menuju ­uncak Bendera yang hanya membutuhP kan waktu 15 menit, medan didominasi oleh ­bebatuan dan kerikil. Ketinggian berada pada 3.154 mdpl, merupakan tempat peristirahatan terakhir. Puncak Bendera merupakan gerbang masuk menuju jalur pendakian paling ekstrem di Indonesia. Pendaki akan melintasi jalur ekstrem berupa punggungan gunung, ber­ jalan di bibir jurang. Medan didominasi oleh pasir yang membuat jalur terasa licin. Perjalanan ini akan membawa para pendaki pada titik rawan 1 dan titik rawan 2, yang terkenal de­ ngan ke-ekstremannya.

48

DIMENSI EDISI 60

Jarak dari Puncak Tusuk Gigi menuju ­ uncak Sejati adalah sekitar 100 menit, vege­ P tasi sangat terbuka, kadang angin bertiup sangat kencang dan medan masih didominasi oleh bebatuan dan kerikil. Jalur yang dilewati juga merupakan jalur paling curam. Sampailah Pada Puncak Sejati Gunung Raung Ketinggian Puncak Sejati mencapai 3.344 mdpl, menempatkannya di urutan ke-14 ­dalam jajaran 50 puncak tertinggi di I­ndonesia. Di sini kami melihat sebuah kawah yang me­ miliki kedalaman sekitar 500 meter dan me­ rupakan kaldera terbesar di Indonesia. Sungguh sebuah rasa haru, senang, bangga, dan takjub kami dapat mencapai puncak sejati Gunung Raung ini. Dengan perjalanan yang tidak mudah dan tentunya butuh suatu persiapan dan perjuangan untuk dapat menggapai puncak sejati ini. Semua usahamu, ­lelahmu, seakan akan terbayar oleh indahnya lukisan alam Allah SWT. Tapi ingatlah, tujuan mendaki gunung itu pulang ke rumah dengan selamat, karena puncak itu hanyalah sebuah bonus yang harus kita kejar.

Indonesia itu i­ ndah, keluar dan nikmatilah!


/KULINER/

KULINER Gulai Legendaris Khas Kampung Bustaman Semarang Oleh: Alfandy Ilham S.

G

ulai merupakan makanan yang umumnya berisi olahan daging ayam, kambing, sapi, aneka ikan dan jeroan, yang diolah dalam kuah dengan bumbu rempah bercita rasa gurih. Makanan ini pastinya tidak asing di telinga kita, karena kita dapat menjumpai gulai di berbagai kota di Indonesia. Tak terkecuali di Kota Semarang, dengan akulturasi budayanya hingga memuculkan masakan gulai yang legen­

daris yaitu Gulai Bustaman. Seperti nama­ nya, Gulai Bustaman berasal dari sebuah kampung di Semarang yaitu Kampung Bustaman. Kampung ini sangat terkenal sebagai pusat pemotongan dan pengolahan kambing. Sekilas info, nama kampung ini diambil dari nama se­orang kiai, yaitu Kiai Kertoboso Bustam yang merupakan kakek buyut dari Raden Saleh. Warga Kampung Bustaman percaya bahwa dahulu kala

Kiai Bustam membangun sebuah sumur yang menjadi cikal bakal dari kampung ini. Bagi kalian yang ingin menikmati sajian lezat Gulai Bustaman, kalian dapat berkunjung ke warung ma­ kan­­“Gulai Kambing Asli Bustaman Bu Qomariyah” yang teletak di pinggir Jalan Mataram, berjarak 500 meter dari Kampung Bustaman. Setiap harinya warung Qomariyah buka mulai pukul 10.00 WIB sampai 16.30 WIB. DIMENSI EDISI 60

49


/KULINER/

Warung makan tersebut merupakan milik pasangan suami istri yakni Qomariyah dan Hartono. Qomariyah mulai berjualan sejak bulan Oktober tahun 2000. Dari yang dahulunya masih menggunakan gerobak hingga saat ini sudah memakai ­tenda atau terpal. Jika dilihat warung Qomariyah memang tidak semewah res­ toran, ­namun pembelinya hingga kalangan pejabat dan artis. Sebelum menyajikan seporsi Gulai Kambing Asli Bustaman, Qomariah ­­ akan terlebih dahulu memotong satu persatu daging menjadi kecil-­ kecil di atas piring. Untuk kuah gulai dipanaskan di sebuah tungku kecil ­ di atas gerobak. Gulai lalu disaji­kan bersama potongan bawang serta ­je­­ruk nipis dan sepiring nasi.

Ada beberapa hal yang membedakan Gulai Kambing Asli Bustaman dengan kebanyakan gulai lainnya, yaitu tidak hanya berisi jeroan dan usus saja, namun ada kepala, kaki, lidah dan kuping kambing serta ususnya pun dibentuk kepang agar rapi. ­ Selain itu gulai bustaman ini kuahnya dibuat tanpa menggunakan santan. Kuah­nya berasal dari tumbu­ kan parutan kelapa yang digoreng atau serundeng kemudian menjadi minyak kelapa. Sama halnya dengan isian–nya, ­ bumbu rempah-rempah yang digunakan pun berbeda karena ada tambahan penggunaan kapulaga arab asli dari Arab Saudi, sehingga membuat aroma gulai lebih sedap dan daging tidak berbau apek.

50

DIMENSI EDISI 60

Qomariyah menerangkan bahwa racikan bumbu yang ia gunakan me­ rupakan resep turun temurun dari neneknya, yang dulunya merupakan penjual Gulai Bustaman pertama di lokasi kediamannya. Jadi untuk kalian pecinta masakan daging kambing, serta teman-teman dari luar kota yang ingin berkunjung ke Kota Semarang, tidak ada salah­ nya mampir sebentar untuk mencicipi lezatnya masakan Gulai Bustaman. Harga untuk satu porsi gulai dibandrol mulai dari Rp 25.000 hingga Rp 35.000. Harga yang cukup murah ­untuk sajian kaya rasa yang kelezatan­ nya melegenda.

Berbagai macam isi dalam satu porsi Gulai Bustaman


PEMBATAS INCOGNITO


/PUISI/

Seraut Wajah dalam Sirat Karya: Hanifah N

Seraut wajah itu Yang mampu silih berganti Entah itu dengan lengkung senyum hingga muram Ada sirat narasi di baliknya Bak kilasan adegan sinema yang menyatu Insan ini Seraut wajah yang disertai elastis kakunya bibir, terkadang dengan topengnya

Kala duka, bukankah seraut wajah bukan suatu objek arogansi Barangkali ia masih dalam telusurnya dalam dialog diri Barangkali ia hanya menumpulkan pekanya Iyakah lalu siapa penerkanya, penerjemahnya Seraut wajah itu seperti beningnya gelas atau menyelami air keruh Ayolah diri, kala ku bercermin kau harus beri respon Ia masih membisu, tatap itu masih penuh gejolak, hei seraut wajah jawablah daku...

PUISI

Mata Yang kala menerka raut wajah, mata sedikit sukar diterka Redup bersinarnya bak menelusuri labirin Seraut wajah Mata Sendunya terbacakah? Batinnya teriris, jiwanya luluh lantak Masihkah terbaca?

Masih gelengan kepala responnya Akan ada seraut wajah yang langka Dimana insan itu berserah Kembali pada makna dirinya Mengapa? Musabab kala ia berserah hingga kerendahan hatinya pudarkan arogan Bukan lagi insan lain yang saksikan kembali menghambanya seorang hamba Tapi seorang insan dengan jiwanya sendiri, raganya sendiri Raut wajah? Lalu seraut wajah dalam rutinitasnya itu semu kah? Menelisik pergerakan setitik demi setitik pada wajah? Masihkah seraut wajah jadi dominasi label kebaikan? Masihkah jadi tolak ukur keelokan watak?

Ilustrasi: EricaAN

52

DIMENSI EDISI 60


/PUISI/

Penantian Karya: Febryananda

Setetes embun basahi dedaunan Kabut pagi hantarkan sepi Pasca malam suram terlewatkan Dia menanti cahaya mentari Yang ditunggu tak kunjung datang Adzan berkumandang Ia tetap terpatung Bukan raganya, hatinya terlantung

Yang ditunggu tak kunjung datang Adzan menggema di sore hari Harapannya mengambang-ambang Dia terus menanti

PUISI

Sembari menunggu kabar angin Ia menyanyikan lagu kesukaannya Ayat-ayat kecintaannya Tak terpaksa, dia hanya ingin Ingin menggulang waktu Bersama harmoni pagi buta Bersenda gurau, burung berkicau Menanti mentari penuh warna Yang dinanti tak kunjung datang Hatinya gelisah resah Hari mulai terang Dia menunggu pasrah

Yang ditunggu tak kunjung datang Adzan berkumandang Dia tergoncang-goncang Berharap pada seseorang Seseorang dari dia Paling dia banggakan Paling dia cinta Kini dia menanti kedatangan

Menunggu kabar dari senja Sambil bertanya-tanya: “Sedang apa anakku? Lupakah engkau padaku?” Yang ditunggu tak menjawab pertanyaan Dia menangis menderu-deru Adzan pecahkan syahdu Kala petang datangkan kesedihan Sedih, pilu, dia rasakan Sambil menangis ia berkata: “Aku menunggu ucapan, Selamat sore mama.” Yang ditunggu enggan mengucapkan Surya tertidur berganti malam Adzan ikut menggelapkan Hatinya melebur dalam kelam Dia berteriak di malam suram “Apa salahku ya Tuhan, Ku hanya ajarkan padanya kehidupan, Aku lupa mengajari kematian.” Malam semakin larut Kegelapan membawa kalut Di tempat penantian ia putus asa Yang ditunggu tak kunjung merasa

DIMENSI EDISI 60

53


/RESENSI FILM/

SEARCHING SEARCHING Oleh: Sania Vina R.

Judul Sutradara Tanggal perilis Pemeran Bahasa

54

DIMENSI EDISI 60

: Searching : Aneesh Chaganty : 24 Agustus 2018 (Indonesia) : John Cho, Debra Messing, Michelle La : Inggris


/RESENSI FILM/

I

ndustri perfilman di dunia saat ini sedang berkembang sangat pesat dan kreatif. Nyatanya, banyak film buatan Hollywood yang mempunyai ide-ide menarik. Searching merupakan salah satu film Hollywood dengan ide yang jarang dicoba di perfilman dunia. Film ini berkisah tentang keluarga David Kim (Jhon Cho) yang hidup harmonis ber­sama sang istri bernama Pam, dan anak perem­ puannya bernama Margot (Michelle La). Dalam film ini Pam didiagnosa kanker, hal tersebut menjadi hantaman bagi keluarga mereka. Pam yang tidak bisa diselamatkan, meninggalkan suami dan anak perempuannya. Setelah kepergian Pam, semua berjalan seperti biasa. Hingga suatu waktu, Margot menghilang di pagi hari. Padahal di malam sebelumnya, David sempat me­nerima telepon dari Margot saat ia tertidur. 37 jam berlalu, setelah mencoba menghubungi teman-temannya, David segera melapor kepada kepolisian untuk mencari putrinya yang hilang.

aplikasi yang digunakan dalam film tersebut diolah dengan sangat baik oleh sutradara. Sempat terpikir akan pusing menyaksikan ­layar komputer dan ponsel pintar, namun justru seru karena hal itulah yang menjadi ke­ seharian kita di era modern saat ini. Beragam jokes di internet yang tidak dimengerti orang tua akan membuat penonton tertawa. Film Searching juga menjadi pesan untuk orang tua agar lebih peka dan memperhatikan anak mereka, terlebih untuk usia remaja yang rentan. Dalam film ini kita diajak untuk lebih waspada dalam menggunakan media sosial, karena tidak semua yang kita temui di internet itu baik.

RESENSI FILM Dalam pencariannya, David didampingi oleh Detektif Rosemary Vick (Debra Messing). Untuk menemukan keberadaan Margot, ­ ­David harus mengulik jejak digital putrinya di media sosial. Mulai dari search ­history, transaksi rekening sampai live streaming. Awal mulanya, Detektif Rosemary Vick ­yakin kalau putri David sengaja menghilang karena urusan pribadinya di rumah. Namun setelah bukti demi bukti perlahan terbuka, David mencium sesuatu yang tidak beres atas peristiwa hilangnya Margot. Setelah menonton dan mengikuti alur ­cerita dari film Searching ini, membuat saya berfikir bagaimana cara menyelesaikan ­masalah dengan menggunakan teknologi yang ada di era sekarang. Sepanjang film sering diperlihatkan beragam layar komputer Windows, Mac, hingga ponsel pintar iPhone. Berbagai

Film Searching mendapatkan penghargaan “Alfred P. Sloan Prize 2018”. Bahkan, sang produser sekaligus yang terlibat dalam penulisan naskahnya, Sev Ohanian mendapatkan NEXT Audience Award dan Amazon Studios Producer Award ketika mereka mengenalkan pertama kali film Searching pada Festival Sundance 2018. Walaupun banyak yang berkomentar tentang cuplikan trailler-nya yang tidak terlalu menarik, sehingga membuat para penonton bertanya-tanya tentang jalan ceritanya.

Film ini sangat saya rekomendasikan bagi kalian para pencinta film misteri. Di sini penonton diajak menjadi detektif dan me­mutar otak. Selama menonton film S ­ earching ini, kita akan dibuat bertanya-tanya, “­Siapa pelakunya? Apakah dia?” Dan semua ­ja­waban yang ada dipikiran saya ter­ nyata salah. ­Emosi penonton juga dibuat naik turun de­ ngan berbagai petunjuk yang ada di ­sebuah layar komputer, yang selalu di­ gunakan dengan baik selama film berlangsung. Jika dinilai dari angka 1-10, saya akan memberikan nilai 9 karena ide yang digunakan dalam film Searching tersebut sangatlah menarik untuk penonton yang sebagian besar adalah remaja.

DIMENSI EDISI 60

55


/RESENSI BUKU/

SABAR GORKY Hidup Saya Dimulai Ketika Berkaki Satu

RESENSI BUKU Oleh: Wahyu Sari

Judul Buku : Sabar Gorky: 100 Nilai Hidup Melawan Keterbatasan di Tengah Keterbatasan Penulis : Sabar Gorky Editor : Ferrial Pondrafi Penerbit : PT Tiga Serangkai Pustaka Mandari Tebal Buku : vi + 218 hlm; 21 cm Kota Terbit : Solo Tahun Terbit : Desember 2016

M

endaki puncak tertinggi dunia dengan keterbatasan fisik, inilah Sabar Gorky

s­ eorang pendaki yang hanya memiliki satu kaki. Tidak main-main, puncak ter­tinggi dunia berhasil ia taklukan. Sabar Gorky mampu membuktikan bahwa keterbatasan bukanlah penghalang suatu keinginan yang besar. Ia mampu menginjakkan kakinya di empat gunung dari seven summits; Elburs, Kalimanjaro, Aconcangua dan Cartenz. Sebuah kisah perjalan hidup yang penuh dengan tantangan. Masa muda di bangku t­ ingkat sekolah menengah menjadi titik awal keterpurukan Sabar Gorky. Seorang anak ­Sekolah ­Menengah Atas (SMA) yang pada umumnya masih dijanjikan masa depan cerah harus ­ke­hilangan salah satu kakinya. Ia terpuruk karena bayangan akan menjadi difabel yang tidak memiliki masa depan cerah. Kakinya terlindas roda besi kereta saat ia hendak menaiki kereta yang sudah berjalan.

56

DIMENSI EDISI 60


/RESENSI BUKU/

Terpuruk terus-menerus bukanlah solusi dari sebuah masalah. Ia mulai untuk me­ne­rima keadaan diri. “Saya harus mulai mene­rima keadaan diri saya sendiri; manusia baru de­ ngan satu kaki. Itulah satu-satunya cara agar mampu melanjutkan hidup,” salah satu cu­ plikan pada halaman 7. Gorky meng­gunakan pendekatan baru dalam beraktivitas agar mandiri dan tidak menyusahkan orang lain. Memang bukanlah sesuatu yang mudah, namun dengan kesungguhan ia yakin dapat membuatnya terbiasa. Ia meyakini bahwa menjadi manusia mandiri lebih merdeka daripada terus-menerus meminta pertolong­ an kepada orang lain. Apalagi di era seperti sekarang, sangat penting menjadi orang mandiri terlepas dari pandangan kita sempurna fisik maupun tidak.

memberikan jalan terbaik ketika kita masih kecil hingga sekarang telah dewasa, baik ketika suka maupun duka. Dalam buku ini, Gorky menyampaikan satu tulisan dalam salah satu sub bab yang mana ia berontak terhadap pendapat orang tua, asalkan untuk keadaan yang lebih baik tak menjadi masalah. Menghormati dan patuh kepada orang tua memang penting, namun kita tetap memiliki pilihan untuk menentukan hidup kita sendiri. Bagaimanapun juga, kita sendirilah yang akan menjalani per­ jalanan hidup ini.

RESENSI BUKU Gorky mencoba terus bangkit. Tetap konsisten menumbuhkan dan menjaga kepercayaan dirinya dengan ketidaksempurnaan yang ada. Percaya atau tidak, memang diri sendiri adalah suporter terbaik dalam hidup. Peran orang lain dalam memberikan dukung­ an h ­anya sebatas memberikan inspirasi, nasihat, kesediaan untuk mendengarkan dan memberi bantuan. Selebihnya diri sendiri­ lah yang harus mengambil tanggung jawab dalam memotivasi diri. Jika hanya meng­ ­ andalkan orang lain dalam hidup ini, maka bersiaplah untuk merasakan kekecewaan.

Buku ini merupakan buku yang i­nspiratif karena penuh motivasi. Di dalamnya memuat b ­ eberapa bab yang dekat dengan sosok ­penulis, yakni Sabar Gorky. Didalamnya di­ ceritakan secara singkat mengenai kecelakaan yang dialami penulis sehingga menyebabkan ia kehilangan kakinya, bagaimana perjalanan hidupnya sebagai difabel yang sebagian besar masyarakat ­beranggapan miring. Namun ia terus bang­ kit dan menjadi dikenal karena mampu me­ naklukan gunung tertinggi dunia. Cara penulis menyampaikan setiap pengalaman hidupnya begitu ringan dan membuat pem­ baca dapat masuk ke dalam cerita yang di­ sampaikan. Sehingga nilai kehidupan yang ingin disampaikan penulis dapat dengan mudah diterima pembaca.

Ketika mengadapi suatu keadaan yang sulit, memang terkadang kita tidak dapat sepenuhnya mengatasi semua masalah sendirian. Disinilah perlunya orang-orang terdekat untuk memberikan support. Sebagaimana kita ketahui bahwa orang-orang terdekat adalah penyemangat hidup. Orang terdekat yang paling utama ialah orang tua. Orang tua adalah mereka yang paling berjasa dalam perjalanan hidup kita. Mereka telah

Namun alangkah lebih menarik apa­bila pembahasan di beberapa sub topik yang sekiranya perlu diulas lebih dalam seharusnya di perdalam. Sehingga tidak terkesan menggantung inti ceritanya, seperti saat topik perjalanan mendaki di puncak tertinggi. Selebihnya buku ini patut untuk dibaca oleh kalangan anak muda maupun tua. Hal ini karena di dalamnya terdapat nilai-nilai kehidupan yang dapat diambil.

DIMENSI EDISI 60

57


/KELAKAR/

Anehnya, Ketika Gibah

Dikomersilkan

dan Jadi Hiburan Oleh: Wahyu Sari

KELAKAR M

embicarakan urusan orang lain memang men­jadi salah satu topik yang dianggap cukup menarik bagi sebagian orang ketika sedang berkumpul. Menggibah menjadi suatu fenomena akut di t­ engah-tangah masyarakat. Hal apapun tentang ­masalah orang lain bisa menjadi obrolan sedap. ­Obrolan ini pun biasanya akan semakin panjang dan lebar pembahasannya. Dari sekedar obrolan biasa hingga menjadi obrolan yang berujung membicarakan keburukan orang lain. Hal semacam ini menjadi biasa karena sedikitnya orang sadar terhadap ­buruknya perbuatan gibah.

58

DIMENSI EDISI 60

Ilustrasi: EricaAN


/KELAKAR/

Yang awalnya tidak mau ikut-ikutan akhir­nya menjadi terperosok pula karena lemahnya prinsip. Pada intinya gibah me­ rupakan tindakan membicaran aib orang lain, yang tentunya akan menimbulkan rasa tidak suka apabila orang yang digunjingkan tersebut mengetahuinya. Padahal dalam pandangan islam, ketika seseorang menggunjing orang lain maka diibaratkan orang tersebut sedang memakan daging saudaranya yang sudah mati. Bukankah kalau dibayangkan hal itu sungguh men­ jijikkan? Namun kebanyakan orang menganggap membicarakan aib orang lain adalah hal biasa. Kebanyakan berpikir yang pen­ ting semua yang dibicarakan merupakan ­fakta, masa bodoh yang dibicarakan tentang ­kebaikan atau keburukan. Ada pula yang beranggapan membicarkan kejelekan orang lain untuk memberi pelajaran bagi diri sendiri. Sungguh alasan yang konyol bin aneh. Menyoal gibah pun juga sudah merambah di berbagai acara pertelevisian di negeri ini. Coba saja sekarang kita amati hampir semua channel televisi pasti memiliki program reality show ataupun infotainment. Semua acara tersebut dikemas semenarik mungkin untuk menyedot perhatian pe­ nikmat sajian televisi. Dari yang jadwal tayang pagi, siang hingga sore pun ada. Padalah isi dari program tersebut lebih mengarah kepada informasi aib selebriti. Hal ini pun seiring dengan pernyataan dari Komisioner KPI Pusat Koordinator Bidang Pengawasan Isi Siaran, Hardly Stefano F Pariel, berdasarkan artikel dari detiknews berjudul “Survei Kualitas Siaran TV, KPI: Program Infotainment Paling Rendah” yang terbit pada 21 Desember 2017, bahwa program infotainment dinilai lebih banyak menyebarkan gosip ketimbang menyampaikan hal positif. Benar saja seolah-olah topik gosip menjadi primadona

yang ditawarkan dari program infotainment. Miris, infotainment yang berarti informasi dan hiburan justru isinya membe­ ritakan gosip dan berita yang belum tentu kebenarannya. Tapi entah mengapa justru tanyangan seperti itu dilirik para penonton televisi. Hal ini mengisyaratkan bahwa, tanpa disadari gibah memang sudah menjadi hal lumrah di tengah-tengah masya­ rakat saat ini. Sungguh memprihatinkan. Bahkan gibah juga telah merambah dunia maya, Instagram misalnya. Banyak akun yang berisi gosip-gosip yang justru akun tersebut malah menjadi fenomenal. Jutaan akun mengikuti akun gosip tersebut. Tag line-nya “Gosip adalah fakta yang tertunda,” kalau tau masih gosip kenapa mesti disebarkan? Bukankah itu termasuk gibah? Gibah memang sudah menjadi sesuatu yang dikomersilkan oleh orang-orang yang hanya mengejar keuntungan belaka, tanpa melihat dampak buruknya. Membicarakan urusan orang lain seolah-olah menjadi hal yang asik dan biasa di era yang makin modern ini. Ranahnya pun sudah tidak ­ terbatas, baik secara langsung, melalui ­tontonan, dan bahkan media sosial. Pada intinya melalui tulisan ini saya ingin menegaskan bahwa, sesuatu yang benar ya benar, salah ya salah. Jangan sampai kita memaksakan sesuatu yang salah agar menjadi benar. Jangan pula membudayakan budaya gibah yang tidak bermanfaat bahkan cenderung merugikan orang lain. Kalau bukan diri kita sendirilah yang memutus rantai gibah atau menggosip itu, lalu ­siapa? Kitalah yang harus menjadi pelopor perubahan ke arah yang lebih baik. Pikirkan ber­ ulang-ulang kali setiap ada peluang untuk memulai membicarakan keburukan orang lain, jangan sampai kita ikut hanyut dalam hal gibah tapi tak menyadarinya. Ingatalah bahwa diri kita sendiri juga me­miliki ke­ kurangan dan kesalahan. Stop gibah! DIMENSI EDISI 60

59


NGEDIMS Tahun politik, banyak politisi tebar sensasi.

Mahasiswa jangan sampai terbawa perasaan, harus bijak dalam milih pemimpin.

Organisasi eksternal kampus sudah dilegalkan masuk lingkungan kampus.

Semoga jadi hawa segar bagi semua pihak.

Tanaman vertical garden hasil dari Program Cinta Kampus saat WaRNA 2018 banyak yang mati.

Tanggung jawab merawat bukan hanya ­ diawal-awal saja, tapi harus berkelanjutan.

Hotspot kampus mulai lancar digunakan.

Sayang setiap ganti port harus log in lagi.

60

DIMENSI EDISI 60

K


KUIS

KUIS

Kuis Teka-Teki Misteri

Ada seorang dosen Bahasa Indonesia dari universitas ternama menghilang entah ke mana. Dosen ini dikenal sebagai seseorang yang perfeksionis dan selalu menerapkan segala ilmu yang ia miliki di dalam kehidupannya sehari-hari. Setelah diselidiki ternyata ada surat yang ditinggalkan di atas meja kerja dosen tersebut. Surat ini terlihat memiliki noda basah di suratnya seperi tetesan keringat atau air mata. Isi suratnya seperti ini. “Aku tau surat ini mungkin sulit dipahami. Aku yakin kalau kamu mengenal aku dengan baik, paling tidak pesanku bisa kamu baca dengan benar. Aku berpesan: Aku tahu ada kalanya kosa kata yang terucap menyakitkan orang lain. Kadang tugas mahasiswa sering aku obrak-abrik. Bukan tanpa maksud, aku sudah mengajar lebih dari satu dasa warsa. Aku ingin mahasiswa ikhlas mengerjakan, tidak sekadar membuat saja. Cendikiawan di Indonesia sangat susah ditemui, itu hutangku pada negeri ini. Mungkin ini laknat Tuhan karena caraku yang tak mau mengikuti zaman. Ikhlas, padahal itu yang selalu kutanamkan dalam diriku dan anak didikku. Mung­kin bagi mereka pengajaranku lebih mirip khutbah yang membosankan didengar. Nampaknya sudah komplit kesalahanku sebagai pengajar. Aku hanya perlu antri bertemu Tuhan. Segala yang kupercayai sudah rubuh dimakan zaman. Nampaknya hanya tersisa desain kecil untuk aku dikenang kelak. Aku izin beristirahat sejenak.

KUI

Penuh cinta isi surat ini kutujukan untuk anak didikku�

KUIS

Polisi melacak tersangka dan diduga kuat salah satu dari tiga mahasiswanya adalah pelaku pembunuhan atau penculikan dari sang dosen. Mereka antara lain Kardi, Arni dan Mata. ­Kira-kira dari surat yang ditinggalkan korban siapa pelakunya? Dan apa alasannya?

Kirim jawaban terbaikmu melalui WhatsApp ke 0877-4793-7096 (Chilly). Tulis jawaban kreatifmu.

3

Pemenang akan diumumkan di akun instagram lpm_dimensi

pengirim terbaik akan mendapat hadiah menarik dari Dimensi.

KUIS

DIMENSI EDISI 60

61


KangProv Oleh: Silfi Sabrina

62

DIMENSI EDISI 60

Tak Asal Berkomentar di Media Sosial


ISPRIMA


COVER BELAKANG Yekti

Kehebatan kalian akan sia-sia ketika tidak bisa menghargai orang lain - Dimensi


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook

Articles inside

Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.