3 minute read
Batasan Bermedia Sosial
Batasan Bermedia Sosial: Upaya Kewaspadaan Diri Menjaga Privasi
Oleh: M Reski Efendi | Desainer: Rakha Yusan Al Hafizh | Ilustrator: Riris Metta Karuna
Advertisement
Siapa sih yang tak mengenal media sosial? hampir semua lapisan masyarakat Indonesia bahkan dunia sudah memilikinya. Penggunaan medsos tak mengenal siapa dan berapa umur seseorang, sekalipun Generasi X yang lahir ketika baru dimulainya perkembangan teknologi. Dilansir dari laman datareportal.com, sampai Januari 2020 pengguna medsos di Indonesia mencapai 160 juta dari total 175,4 juta pengguna internet. Angka ini menunjukkan bahwa antusiasme masyarakat yang tinggi terhadap penggunaan medsos. Namun, dibalik penggunaannya yang cukup populer, ternyata perusahaan pengembangnya pun banyak mengambil data para pengguna, salah satunya aplikasi Facebook.
Berdasarkan laman databoks.katadata.co.id, Facebook mengambil sekitar 70,6 persen data dari setiap pengguna, mulai dari email, nama pengguna, nomor telepon, dan alamat tempat tinggal. Hal ini baru dilihat dari satu contoh yang ada, belum dengan aplikasi lainnya yang banyak beredar. Secara tidak langsung dan tanpa disadari, para pengguna telah membagikan data privasinya kepada pihak pengembang aplikasi. Hal ini perlu dan patut untuk diwaspadai karena keamanannya belum tentu terjamin.
Potensi Kelalaian Privasi Pengguna Media Sosial
Membahas soal privasi, menjaganya menjadi hal yang krusial bagi setiap pengguna karena keamanannya menimbulkan rasa khawatir. Yosia Yogaswara selaku Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala Seksi Pengelolaan Media Dinas Komunikasi, Informatika, Statistika, dan Persandian (Diskominfo) Kota Semarang mengatakan bahwa menjaga privasi di medsos amat penting agar pengguna tidak sembarangan mengunggah data yang dimiliki. “Menjaga privasi di medsos sangat penting, sehingga diperlukan batasan tersendiri mengenai data apa yang perlu dan tidak untuk dibagikan,” ujar Yogas. Kemungkinan yang timbul akibat kelalaian pengguna ialah dimanfaatkannya suatu yang bersifat privasi oleh orang yang tidak bertanggung jawab, seperti Nomor Induk Kependudukan (NIK) dan nomor kartu Anjungan Tunai Mandiri (ATM).
Bagi sebagian pengguna, bermain medsos memberikan rasa nyaman dan kesan tersendiri. Kelalaian sering terjadi ketika pengguna tidak sengaja mengunggah data pribadi, padahal awalnya pengguna hanya iseng agar terlihat aktif di medsos. Oleh karenanya, dengan cara itu pengguna mendapatkan empati dan respons yang cepat dari pengguna lainnya. Perlu diketahui, kelalaian dalam bermedsos tak selalu berkutik pada identitas pengguna, bahkan foto, video, dan tulisan yang diunggah pun memiliki potensi yang sama sebagai upaya tersebarnya privasi. Oleh karena itu, diperlukan batasan dalam bertindak di medsos agar privasi tidak berujung dirugikan, baik privasi diri sendiri maupun privasi sesama pengguna.
Heri Kurniawan, pengguna aktif Instagram dengan puluhan ribu pengikut memilih untuk lebih teliti dan berhati-hati dalam mengunggah konten, sebab interaksinya tak hanya dilakukan dengan orang-orang yang dikenal saja, tetapi juga dengan orang yang tidak dikenalnya sama sekali. “Memiliki pengikut yang cukup banyak, rasa takut untuk mengunggah konten tidak ada, tetapi rasa kehati-hatian lebih ditingkatkan,” ujar Heri. Selain untuk menghibur diri, akunnya pun juga dimanfaatkan sebagai sarana pekerjaan dan memperoleh inspirasi, tetapi tetap dalam batasan waktu yang ditentukan.
Perlunya Edukasi Dalam Bermedia Sosial
Tak dipungkiri, mayoritas pengguna medsos adalah mereka yang berusia produktif sebab kehidupannya tak bisa jauh dengan teknologi. Rasa khawatir tak perlu dimunculkan secara berlebih jika pengguna memiliki umur yang cukup matang untuk bisa mengontrol penggunaannya. Enda Nasution, Pengamat dan Penggiat Media Sosial yang mengkoordinir Gerakan #BijakBersosmed mengungkapkan jika rasa khawatir seharusnya ditujukan kepada pengguna medsos yang masih dibawah umur. “Kekhawatiran tumbuh ke mereka yang masih berusia dibawah umur karena belum memiliki kedewasaan dalam mengambil keputusan dan tanggung jawab ketika bertindak di medsos,” ungkap Enda.
Meski penggunaan medsos masyarakat Indonesia terkadang melenceng dari aturan yang ada, tetapi Enda meyakini dan menilai bahwa mayoritas penggunaan sudah cukup baik untuk hal-hal yang bermanfaat dan produktif. Edukasi penggunaan medsos yang baik dan bijak seharusnya dilakukan sedini mungkin ketika seseorang mulai mengenal smartphone dan medsos tanpa melihat seberapa muda umur seseorang. Dalam hal ini peran orang tua sangat dibutuhkan untuk mendampingi dan mengarahkan anaknya. Selain itu, diperlukan banyak informasi mengenai tata krama yang baik dalam bermedsos. Informasi tersebut dapat dibagikan secara masif dan dibuat semenarik mungkin agar mudah dijangkau oleh semua pengguna medsos.