E RL ANGGA1 7 B U L E TI NL P ME DE NTS
S URATKETERANGAN PENDAMPI NGI J AZAH I S S N0 2 1 5 0 2 5 5
Vo l . 2 / E d i s i Me i 2 0 1 6
“Dari Redaksi
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro (FEB Undip) kembali melakukan perbaikan di segala bidang. Kali ini akademis menjadi titik sorotan utama. Surat Keterangan Pendamping Ijazah (SKPI) akan mulai diberlakukan. SKPI ini merupakan wujud nyata penghargaan bagi mahasiswa yang aktif di bidang akademik maupun non-akademik. Dengan diberlakukannya SKPI ini diharapkan nantinya dapat menjadi pertimbangan bagi pemberi kerja dalam mengevaluasi mahasiswa. Serta memudahkan mahasiswa ketika mencari kerja dan melanjutkan ke level yang lebih tinggi. SKPI ternyata sudah lebih dulu diterapkan di Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) sejak tahun 2013 lalu dengan istilah lain yaitu Angka Kredit Mahasiswa (AKM). Sama halnya dengan SKPI di FEB, AKM di FKM juga ditujukan bagi mahasiswa penggiat organisasi. Tidak hanya prestasi akademik saja yang oke, tapi non-akademik juga tak ketinggalan. Mahasiswa dituntut untuk terus mengembangkan softskill-nya, karena seperti yang kita tahu persaingan dunia kerja dewasa ini semakin ketat dan jika hanya mengandalkan prestasi akademik pastilah tidak akan cukup. Hal inilah yang akan menjadi bahasan pada Buletin Erlangga 17 volume 2 edisi April 2016 ini. Selain itu, simak wawancara ekslusif bersama Conny Siahaan, lulusan sarjana yang kini menjabat sebagai Country Manager of ACCA (Association of Chartered Certified Accountant) Indonesia berkat pengalaman bekerja di perusahan asing. Dihadirkan pula opini dari Pemimpin Umum, Akbar Sih Pambudhi mengenai permasalahan UKT dan SPI yang santer terdengar di kampus belakangan ini. Tak ketinggalan, terdapat opini dari Pemimpin Perusahaan LPM Edents periode 2016, Sandy Hadisurya, yang mencoba mengkritisi masalah historic accident pada dunia otomotif Indonesia. Jangan lewatkan pula rubrik kuliner yang menyuguhkan kuliner asli Solo, Markobar.
BULETIN ERLANGGA 17 DITERBITKAN OLEH : Lembaga Pers Mahasiswa Edents Pemimpin Umum: Akbar Sih Pambudhi Pemimpin Redaksi: Nur Wahidin Redaktur Pelaksana Buletin: Yulina Masyrifatun Nisa’ Pemimpin Artistik: Anastania Shafira Layouter dan Ilustrator: Rismanto Irawan, Siti Aisyah Fitria Reporter: Afnurul, Mutia, Rismanto, Ida, Niki, Rizki Amalia, Fajar Fansur, Dian P, Cynthia, Filza, Khikmah, Gadis, Emmanuela Sirkulasi dan Pendanaan: Sandy Hadisurya S.
Terakhir, kami dari redaksi mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan berita. Kritik dan saran selalu kami harapkan dari para sahabat Edents. Selamat membaca!
doc.Edents
Tim Buletin 2 kiri-kanan Niki, Sandy, Akbar, Rismanto, Fajar, Dian P, Chyntia, Afnurul, Filza, Ida, Emmanuela, Aisyah, Yulina, Mutia
Erlangga Erlangga17 17||Volume Volume22Edisi EdisiMei Mei2016 2016
“Daftar Isi 1
Tea Time With Conny Siahaan
5
Polling: Pemberlakuan Kebijakan SKPI di FEB Undip
9
Menilik Pelaksanaan Angka Kredit Mahasiswa di FKM
12 15 19
SKPI Untuk FEB yang Lebih Baik ExploreSemarang KOMIK “SKPI”
RESENSI BUKU “Catatan Kecil Pengajar Muda”
KOLOM PEMIMPIN UMUM
Opini "Sebuah Historic Accident Dari Dunia Otomotif Indonesia"
Kuliner
MARKOBAR, Inovasi Martabak Berbentuk Pizza
Opini
"Tidak Hanya Dia, Media Pun Turut Berubah" Erlangga Erlangga17 17| Volume | Volume22Edisi EdisiMei Mei2016 2016
3 7 11 13 17
Tea Time with Conny Siahaan
doc.Stella Rajagukguk Portraits
Oleh : Fajar Sidiq Fansur
Hanya lulusan sarjana, tapi pengalaman kerjanya yang ekstensif di perusahaanperusahaan asing mampu mengantarkannya menduduki posisi sebagai Country Manager of Association of Chartered Certified Accountant (ACCA) Indonesia. Sosok ramah yang mempunyai motto hidup jangan takut bermimpi dan berhenti belajar ini, dulunya sangat aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Administrasi (HMJIA) UI. Ia percaya bahwa organisasi adalah salah satu tempat untuk melatih kepercayaan diri. Siapakah ia dan bagaimana perjalanan karirnya? Simak kisahnya dalam hasil wawancara tim LPM Edents berikut ini.
Apa latar belakang pendidikan Ibu? Background pendidikan saya dulu waktu SMA itu IPA. Jadi ada dua profesi yang diakui orang tua saya dulu, yaitu dokter atau pengacara. Karena saya dari IPA itulah justru membuat saya melihat bahwa ilmu sosial itu sesuatu yang masih unik dan belum lazim orang kejar. Pada saat ujian masuk perguruan tinggi negeri (UMPTN) pilihan pertama saya jatuh pada Ilmu Akuntansi Universitas Indonesia (UI) dan pilihan kedua saya jatuh pada Ilmu Administrasi Niaga di UI pula. Kemudian saya diterima di pilihan kedua yaitu Ilmu Administasi Niaga UI. Akhirnya saya memutuskan untuk mengambilnya, karena saya merasa apa yang dipelajari di
“Saran saya, asahlah skills dari sekarang. Karena orang punya knowledge saja dan orang yang punya skills itu berbeda dan ketika kalian sudah bekerja, kalian akan menjumpai kompetisi.�- Conny Siahaan, Country Manager of ACCA Indonesia
1
Erlangga 17 | Volume 2 Edisi Mei 2016
dalamnya masih mirip dengan Ilmu Bisnis yaitu belajar Manajeman dan Akuntansi. Jenjang pendidikan apa yang berhasil Ibu selesaikan sampai saat ini? Saya pernah mendapat kesempatan beasiswa di University of Westminster Inggris, tapi karena ada pekerjaan yang tidak bisa saya lewatkan sehingga tidak bisa meninggalkan Indonesia. Akhirnya saya memutuskan untuk menundanya terlebih dahulu, jadi sampai sekarang saya belum mengambil jurusan apapun untuk gelar master. Saya ini masih lulusan sarjana, tetapi karena pengalaman kerja dan banyak bekerja pada perusahaan asing mengantarkan saya sebagai Country Manager ACCA sekarang. Prestasi apa saja yang pernah Ibu peroleh? Prestasi dari sisi karir ya, jadi saya pernah bekerja di Australia & New Zealand Bank (ANZ Bank) menjabat sebagai senior supervisor atau setara manager. Saya terpilih menjadi the best sales manager dan berhasil menyabet gelar the best team. Setelah itu, saya pindah ke Education di Wallstreet Institute dan berhasil menghidupkan kembali divisi sales marketing yang hampir ditutup karena dinilai kurang memberi kontribusi kepada perusahaan, serta berhasil mengubahnya menjadi divisi dengan kontribusi cukup besar kepada perusahaan. Apa organisasi yang pernah ibu ikuti ? Waktu kuliah saya ikut aktif di Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Administrasi (HMJIA). Saya terlibat di bagian dana usaha (Danus), jadi kalau kalian butuh support kegiatan kemahasiswaan, pasti saya support.
Karena saya tahu sulitnya mencari uang untuk mendanai sebuah kegiatan. Menurut Ibu, seberapa pentingkah berorganisasi itu? Organisasi itu penting sekali, salah satunya adalah melatih kepercayaan diri. Dunia kuliah dan kerja itu sangat berbeda, jadi saya menganggap mahasiswa yang terlibat aktif di organisasi itu melatih leadership. Apa motto hidup Ibu? Hidup saya ini tidak mulus, penuh cobaan, kegagalan, up and down. Tapi yang terpenting bagi saya adalah untuk terus maju dan terus bermimpi. Contoh paling real adalah saya ini anak kampung tidak pernah berfikir melihat kota Paris dan New York. Tetapi dengan kerja keras itu semua bisa diraih, saya sudah hampir keliling dunia. Itu karena saya tidak takut bermimpi, jangan berhenti belajar. Keep Dreaming! Apa pesan Ibu untuk para mahasiswa? Dunia kerja itu berbeda dengan kuliah. Dalam dunia kerja yang terpenting adalah skills, kalian harus mengembangkan diri kalian. Misalnya jurusan Akuntansi itu mempelajari jurnal, lajur, dan materi lainnya, tetapi yang terpenting adalah kemampuan menganalisa laporan keuangan. Karena apa yang dipelajari pada saat kuliah itu tidak secara langsung di praktikkan pada saat kerja, itulah pentingnya skills agar kalian mampu bersaing. Saran saya, asahlah skills dari sekarang. Karena orang punya knowledge saja dan orang yang punya skills itu berbeda dan ketika kalian sudah bekerja, kalian akan menjumpai kompetisi. (nw)
Erlangga 17 | Volume 2 Edisi Mei 2016
23
LIPUTAN UTAMA
SKPI Untuk FEB yang Lebih Baik Oleh: Afnurul Widya Permata, Rismanto Irawan, Mutia Rahmania
Angin segar bagi mahasiswa bertipe kuliah rapat-kuliah rapat. Pasalnya, saat ini Fakultas Ekonomika dan Bisnis Undip mulai memberlakukan kebijakan baru yaitu adanya Surat Keterangan Pendamping Ijazah (SKPI). Kebijakan baru di bidang akademik ini, menjadi suatu bentuk penghargaan bagi mahasiswa yang aktif di bidang akademik maupun non-akademik. SKPI memuat keterangan detail program studi yang diambil, keahlian, pengalaman organisasi, magang, prestasi, maupun pengalaman menjadi pembicara pada suatu acara. Level yang dicapai setiap mahasiswa berbeda mulai dari S1 pada level enam; profesi level tujuh; S2 level delapan; hingga level sembilan untuk S3. Namun, tidak semua dapat dimuat dalam SKPI karena setiap mahasiswa hanya mempunyai jatah empat halaman yang sudah ditetapkan oleh bidang akademik Undip. SKPI di mata kemahasiswaan Mahasiswa saat ini dirasa hanya mengedepankan nilai akademik semata dan kurang mengikuti kegiatan di luar akademik. Lala Irviana, Staf Ahli Bidang Kemahasiswaan FEB Undip, mengungkapkan bahwa mahasiswa yang benar-benar aktif di kemahasiswaan hanya segelintir saja, “Karena selama ini mahasiswa yang aktif hanya itu-itu saja di bidang kemahasiswaan. Ada mahasiswa yang hanya kuliah pulang. Nah dengan adanya SKPI ini tujuannya supaya mahasiswa yang aktif berorganisasi semakin banyak,” jelasnya. Kebijakan SKPI ini merupakan peraturan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Peraturan tersebut berlaku untuk seluruh fakultas yang ada di Indonesia
3
yang telah menerapkan kurikulum Berbasis Kompetensi. “SKPI ini sebetulnya merupakan peraturan dari pemerintah pusat yaitu peraturan pemerintah No. 81 pasal 5 tahun 2014. Jadi ini berlaku di seluruh perguruan tinggi baik negeri maupun swasta,” jelas Lala. Tanggapan Menanggapi hal tersebut, Ari Nugroho, mahasiswa FEB 2013, mendukung apabila SKPI diberlakukan. “Menurut saya sangat bermanfaat sekali. Terutama bagi mereka yang aktif selama perkuliahan dan bukan cuma study oriented saja. Mereka yang getol banget berorganisasi, atau mereka yang sering juara dalam berbagai perlombaan, mereka yang sering ikut pelatihan dan seminar, mereka yang mempunyai kemampuan bahasa asing dan merekamereka lainnya, akan merasa terapresiasi dengan adanya SKPI ini,” ujarnya. Hal ini juga disetujui oleh Fadil Mufid, mahasiswa FEB 2015. “Kalau menurut saya, dengan diberlakukannya SKPI itu juga dapat memacu teman-teman mahasiswa untuk melatih soft skill-nya. Jadi menurut saya, pengadaan SKPI itu cukup berpengaruh dalam keahlian dari mahasiswa tersebut,” ungkapnya. SKPI mempunyai manfaat yang cukup besar bagi mahasiswa, terutama untuk keperluan mencari kerja dan melanjutkan pendidikan ke S2. “Artinya gini, jadi kalau penerima kerja itu mau melihat kualitas ya bisa melihat SKPI-nya. Oh, dia punya keahlian ini. Misalnya akuntansi ya, oh dia punya kemampuan mengaudit, menyusun laporan keuangan, kan ada gambarannya itu.,” ujar Anis Chariri selaku Wakil Dekan bidang Akademik.
Erlangga 17 | Volume 2 Edisi Mei 2016
“Artinya gini, jadi kalau penerima kerja itu mau melihat LIPUTAN kualitas ya bisa melihat SKPI-nya. Oh, dia punya keahlian UTAMA ini. Misalnya akuntansi ya, oh dia punya kemampuan mengaudit, menyusun laporan keuangan, kan ada gambarannya itu.,” ujar Anis Chariri selaku Wakil Dekan bidang Akademik Kemudian, apabila mahasiswa ingin melanjutkan pendidikan S2 di luar negeri, SKPI sudah tercantum dalam bentuk terjemahan bahasa Inggris. Jadi, universitas luar negeri yang dituju bisa mengetahui kemampuan serta level yang dimiliki oleh pemegang SKPI. Sehingga mereka tidak perlu kebingungan lagi untuk menentukan apakah mahasiswa layak untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya. Anis juga bercerita mengenai kesulitan yang harus ia hadapi tatkala ingin melanjutkan pendidikan ke S2. Ia harus berdebat dan membawa silabussilabus untuk membuktikan statusnya yang saat itu masih dipertanyakan. Oleh sebab itu, SKPI diperlukan untuk mempermudah administrasi kuliah di luar negeri. Selain untuk mahasiswa, SKPI pun dijadikan target bagi fakultas untuk meluluskan mahasiswanya. “Mahasiswa itu harus mempunyai kualifikasi sebagaimana yang dituangkan ke dalam SKPI. Misalkan keahliannya bisa ini, kemampuannya harus ini. Nah kalau dia belum memenuhi syaratsyarat itu ya dianggap belum lulus.,” ungkap Anis. Sistem Pelaksanaan SKPI Mengenai sistem pelaksanaan SKPI, mahasiswa diharuskan men-download form di Sistem Informasi Mahasiswa Berbasis Web (Simaweb) dan mengisinya dengan kegiatan yang pernah diikuti selama berada di perkuliahan. Kemudian form diupload beserta bukti dokumen pendukung. Berkas administrasi tersebut nantinya akan diverifikasi oleh pihak dekanat bagian akademik.
Pemberlakuan SKPI bukan tanpa hambatan, sebab kebijakan ini tergolong baru sehingga sebagian besar mahasiswa belum mengenal tentang SKPI. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan tersebut dengan terus melakukan sosialisasi. “Sosialisasi selalu ada, kita sosialisasinya melalui Senat dan BEM,” imbuh Lala. Dosen pun berperan aktif dalam menyosialisasikan tentang SKPI dengan mengenalkan kebijakan tersebut di sela-sela mengajar. Seperti yang diakui Ari, ia mengatakan bahwa beberapa dosen pernah bercerita tentang SKPI di FEB. Tidak hanya masalah sosialisasi, terdapat juga kendala di bidang teknis. Anis Chariri mengungkapkan bahwa kendala teknis yang pertama adalah pada pengadaan kertas. Kemudian yang kedua adalah pada software yang akan digunakan. Dengan tidak adanya software akan memberatkan petugas, karena SKPI berisi hal-hal yang mendetail. Lain halnya dengan ijazah yang hanya mencantumkan nama, keterangan lulus, dan gelar. “Padahal Undip sekali wisuda di Ekonomi bisa 200 sampai 300. Nah kan kasian petugasnya. Maka dari itu, FEB buat software-nya dulu, dan waktu itu di tingkat Undip sendiri kan masih berubah-ubah terus format SKPI-nya. Itu yang selama ini jadi masalah,” jelas Anis. Dengan berlakunya SKPI tersebut diharapkan mahasiswa lebih aktif untuk melakukan kegiatan yang positif baik secara akademik maupun non-akademik, sehingga dapat menambah softskill dari mahasiswa. “Harapan saya dengan pemberlakuan SKPI ini adalah dapat meningkatkan motivasi mahasiswa dalam melakukan berbagai kegiatan positif diluar perkuliahan,” tutup Ari. (nw)
Erlangga 17 | Volume 2 Edisi Mei 2016
45
Polling
N
5
Erlangga 17 | Volume 2 Edisi Mei 2016
Polling
Erlangga 17 | Volume 2 Edisi Mei 2016
67
doc.Edents
ExploreSemarang
doc.Edents
Salah satu objek wisata khas semarang, Lawang Sewu
Kelenteng Gedung Batu Sam Po Kong
7
Erlangga 17 | Volume 2 Edisi Mei 2016
ExploreSemarang
doc.Edents
Suasana Lawang Sewu Malam Hari
doc.Edents
Gereja Blenduk Erlangga 17 | Volume 2 Edisi Mei 2016
89
LIPUTAN UTAMA
Menilik Pelaksanaan Angka Kredit Mahasiswa di FKM Oleh: Ida Maslakhah, Niki Agni Eka Putra Merdeka, Rizki Amalia
9
Salah satu fakultas di Undip yang telah menerapkan Surat Keterangan Pendamping Ijazah (SKPI) adalah Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM), dengan istilahnya adalah Angka Kredit Mahasiswa (AKM). Menurut Hadi Anwar, Kepala Bagian Kemahasiswaan FKM 2016, AKM adalah pemberian poin terhadap kegiatan-kegiatan ekstra kurikuler wajib maupun opsional yang diikuti oleh mahasiswa. AKM tertuang pada BAB II tentang Penetapan Angka Kredit Kegiatan Ekstra Kulikuler dalam buku Pedoman Penilaian Kegiatan Ekstra Kurikuler Mahasiswa FKM Undip pasal 3 yang berbunyi: “Ruang lingkup kegiatan Ekstra Kurikuler meliputi segala aktivitas mahasiswa yang dilakukan dalam bidang penalaran, minat bakat, dan pengabdian kepada masyarakat dalam lembaga kemahasiswaan yang ada pada tingkat fakultas, universitas, maupun di luar universitas.” Menurut Sinta, Kepala Bidang Kesejahteraan Mahasiswa Badan Eksekutif Mahasiswa (Kabid Kesma BEM) FKM 2016, AKM ini merupakan salah satu apresiasi yang diberikan fakultas kepada mahasiswa FKM untuk menilai tentang keaktifan mahasiswa, memotivasi mahasiswa, dan juga menghasilkan alumni FKM yang mampu berdaya saing. Pihak FKM menyadari bahwa apa yang didapat dari universitas atau dari fakultas (kegiatan perkuliahan biasa –red) tidak terlalu membantu mahasiswa nanti di dunia pasca kampus. Justru ketika mahasiswa sudah lulus, yang menjadi pertimbangan dunia kerja sekitar 80 persen adalah softskill dan sisanya prestasi akademik. Hal inilah yang melatarbelakangi penerapan Angka Kredit Mahasiswa di FKM. “Makanya kan kita
sebagai, istilahnya, supporting mahasiswa untuk ber-ekstra, untuk pengembangan softskill, itu kita dengan angka kredit itu,” terang Hadi. Sistem baru Sistem Angka Kredit Mahasiswa di FKM terbilang baru, yaitu pertama kali diterapkan tahun 2013 pada angkatan 2009. Sosialisasi telah dilaksanakan terlebih dahulu, sebagai salah satu program kerja bidang kemahasiswaan. Bekerjasama dengan bidang Pengelolaan Sumber Daya Manusia (PSDM) BEM FKM, pihak akademik mensosialisasikan AKM secara keseluruhan meliputi fungsi, cara pengisian teruntuk mahasiswa baru di semester genap. Menurut Nisak, mahasiswa FKM angkatan 2015, mengatakan bahwa sosialisasi berkaitan dengan AKM kepada mahasiswa angkatan 2015 belum ada. “Untuk angkatan 2015 sendiri sih belum, tapi untuk angkatan 2014 sudah disosialisasikan cuma belum begitu efektif, jadi banyak angkatan 2014 itu yang belum ngisi Angka Kredit Mahasiswa tersebut karena kurangnya sosialisasi, seperti itu,” tambahnya. Menanggapi Nisak, Hadi membenarkan bahwa memang belum ada sosialisasi untuk angkatan 2015. “Nah itu, sosialisasi untuk 2015 belum, karena mungkin sekitar bulan Mei kalau di Fakultas Kesehatan Masyarakat itu. Jadi kalau kurang sosialisasi memang benar, karena belum,” tukasnya. Pelaksanaan AKM Pelaksanaannya, mahasiswa membuka sistem informasi akademik FKM lalu melakukan inputing data secara rutin
Erlangga 17 | Volume 2 Edisi Mei 2016
“Makanya kan kita sebagai, istilahnya, supporting mahasiswa untuk ber-ekstra, untuk pengembangan softskill, itu kita dengan angka kredit itu,” terang Hadi Anwar, Kepala Bagian Kemahasiswaan FKM 2016
Masih terus melakukan pengembangan Selain itu, Nisak, menambahkan bahwa sistem yang ada sekarang masih belum bagus. “Terus kalau di FKM sendiri sistemnya masih belum bagus, dimana seorang yang ikut kepanitiaan selama satu tahun itu nilainya sama kayak ikut kepanitiaan yang cuma tiga bulan, dua bulan, kayak gitu kan yang setahun juga kasihan ya poinnya sama kayak yang cuma tiga bulan,” keluh Nisak. Menanggapi saran Nisak, Hadi menjelaskan bahwa pihak kemahasiswaan masih terus berusaha untuk memperbaiki sistem yang ada saat ini. “Seperti yang saya sampaikan tadi, jadi penilaian untuk kepanitiaan satu tahun itu sama dengan penilaian untuk kepanitiaan tiga bulan, lha itu yang baru kita proses istilahnya pengembangan karena kita kesulitan untuk mencari ideal nilai itu seperti apa gitu kan,” papar Hadi.
Harapan Menurut Hadi, selama ini penerapan sistem Angka Kredit Mahasiswa di FKM sudah seperti yang diharapkan fakultas. Para mahasiswa termotivasi untuk mengikuti kegiatan ekstra kurikuler dengan harapan mencapai level tertinggi. “Kalau misalkan ketika wisuda fakultas, itu ada transkrip akademik, ijazah, lha ini di FKM itu ada satu, transkrip angka kredit kegiatan ekstra kulikuler,” terang Hadi. Hadi berharap semoga kegiatan ini tetap ditingkatkan, mengingat AKM berguna untuk pengembangan softskill mahasiswa sekaligus menjadi syarat wisuda di FKM. Ia juga memberikan saran untuk lebih memperbaiki unsur-unsur yang ada dalam penilaian AKM. “Jadi ya semacam kayak orang seminar, itu sebagai peserta, atau sebagai istilahnya panitia, atau sebagai narasumber, itu yang kita sulit membedakan. Jadi kompetensi mana yang bisa sebagai pengembangan softskill, ataupun mana yang hanya sebagai ikut-ikutan saja kan, itu yang menjadi kesulitan kita memberi penilaian,” pungkasnya. (nw)
doc.Pribadi
(per semester atau per triwulan). “Jadi kalau mahasiswa mau yudisium atau mau wisuda, itu kan lolos akademik, lolos keuangan, lolos perpus, kita masuk di lolos kemahasiswaan dengan pencapaian itu,” jelas Hadi. Walaupun AKM merupakan salah satu syarat untuk wisuda atau yudisium, ternyata masih banyak mahasiswa yang hanya memperbarui AKM ketika ada kegiatan-kegiatan tertentu. Contohnya saat mendekati seleksi Mahasiswa Berprestasi (Mawapres), wisuda, atau yudisium. Kurangnya supporting mahasiswa seperti hal tersebut, menurut Hadi, adalah kendala dalam pelaksanaan AKM. “Tapi tidak hentihentinya kita sarankan kalau misalkan ada informasi terbaru mengenai kegiatan yang diikuti segera update. Kita sering ingatkan itu,” terangnya.
LIPUTAN UTAMA
Hadi Anwar, Kepala Bagian Kemahasiswaan FKM 2016
Erlangga 17 | Volume 2 Edisi Mei 2016
11 10
doc.Edents
KOMIK
11
Erlangga 17 | Volume 2 Edisi Mei 2016
RESENSI BUKU
doc.Google
Judul novel Pengarang Penerbit Tahun terbit Tebal buku Peresensi
: Catatan Kecil Pengajar Muda : Tim Indonesia Mengajar : Gagas Media : 2013 : 418 halaman : Khikmah Rizqi Awaliyah
“Setahun mengajar, seumur hidup menginspirasi.�
Itulah kalimat penyemangat yang selalu dikobarkan dalam jiwa pengajar muda. Pengajar muda merupakan generasi muda terbaik bangsa yang terpilih dalam program Indonesia Mengajar yang dikirim ke pelosok negeri untuk menjadi pengajar di Sekolah Dasar. Program Indonesia Mengajar digagas oleh Anis Baswedan sebagai usaha dalam mewujudkan janji kemerdekaan, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Buku ini berisikan setidaknya kurang lebih 25 pengajar muda yang menorehkan catatan pengalamannya. Setiap catatan berisikan cerita mengharukan dan inspiratif yang dialami para Pengajar Muda selama bertugas. Tak hanya pengalaman menjadi guru saja, melainkan catatan kenangan ketika menjadi bagian dari keluarga serta sahabat bagi anak-anak didiknya juga dituliskan. Pengajar muda mengajar selama satu tahun di daerah pelosok Indonesia, rela meninggalkan kemapanannya demi mengabdi pada negeri. Mereka menetap bersama keluarga baru dengan orang tua angkat selama satu tahun, yang berarti melewati berbagai siklus secara penuh. Mereka melewati satu siklus musim, cuaca laut, keagamaan, ritual budaya, kegiatan sekolah, sosial, dan pendidikan. Mereka beradaptasi dengan lingkungan baru, lingkungan yang jauh berbeda dari kondisi kehidupan asal mereka. Mulai dari kekurangan air, minim cahaya dan listrik, kondisi bangunan sekolah yang hampir tidak layak, hingga akses jalan yang sulit di tempuh. Sebagian besar anak didik yang diampu oleh para pengajar muda belum bisa
membaca dan menulis dengan baik, bahkan berbahasa Indonesia pun mereka kesulitan. Hal itulah yang menjadi PR mereka selama menjadi pengajar muda, bagaimana caranya menyelesaikan permasalahan tersebut. Berbicara tentang PR, nyatanya terdapat perbedaan proses mengerjakan antara anak sekolah di daerah pengajar muda berasal dengan anak sekolah di daerah pelosok. Jika di daerah pelosok, mereka harus pintarpintar membagi waktu antara membantu orang tua dengan mengerjakan PR. Berbeda dengan PR yang dikerjakan oleh anak-anak kota yang mengikuti lembaga bimbingan belajar terkenal. Inilah yang menjadikan proses mengerjakan PR anak pelosok lebih berharga daripada anak-anak kota. Terlepas dari PR, banyak sekali kisah inspiratif lainnya dari kerja keras, pantang menyerah, dan semangat anak-anak pelosok nusantara di dalam lingkaran keterbatasan. Keterbatasan menjadikan mereka kuat dan dari keterbatasan itulah pengajar muda belajar menjadi lebih kuat. Dari keterbatasan ini lah para Pengajar Muda menemukan anak-anak super di balik bukit, di bawah tebing, maupun di tengah hutan. Buku ini ditulis berdasarkan pengalaman nyata dari para Pengajar Muda. Buku ini pun mampu memberikan inspirasi dan motivasi bagi pembaca, memberikan pengetahuan tentang keadaan Indonesia yang sebenarnya, serta mampu mengajak pembaca berkeliling ke pelosok nusantara dengan kisah yang mengharukan maupun memacu semangat juang. (nw)
Erlangga 17 | Volume 2 Edisi Mei 2016
13 12
KOLOM PEMIMPIN UMUM
Kebijakan Kenaikan UKT dan Pemberlakuan SPI di Undip
doc.Edents
Oleh: Akbar Sih Pambudhi
Uang Kuliah Tunggal (UKT ) baru mulai diterapkan pada mahasiswa angkatan 2013 atau tiga tahun lalu. Tujuan diberlakukan sistem UKT adalah mengemas biaya-biaya perkuliahan menjadi satu nominal dan di bayarkan tiap semester. Diterapkanya sistem UKT juga berdasarkan Surat Edaran Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Nomor 97/E/KU/2013 tanggal 5 Februari 2013 yang di dalamnya terdapat instruksi dari DIKTI agar Perguruan Tinggi Negeri di Indonesia. Pertama menghapus uang pangkal bagi mahasiswa baru program S1 Reguler mulai tahun akademik 2013/2014. Dan yang kedua menetapkan dan melaksanakan Tarif Uang Kuliah Tunggal bagi mahasiswa baru program S1 Reguler mulai tahun akademik 2013/2014. Jika diperhatikan sekilas UKT memang meringankan mahasiswa baru, yakni biaya pendidikan dibagi secara merata selama masa kuliah sehingga nominalnya akan menjadi lebih kecil pada semester pertama. Namun, sesungguhnya beban yang ditanggung selama kuliah tetaplah sama. Jadi, dengan kata lain UKT tidak membuat uang kuliah menjadi lebih murah tetapi hanya terlihat ringan.
13
Sistem UKT juga menyebabkan penurunan pendapatan Perguruan Tinggi Negeri (PTN) secara signifikan. Karena PTN tidak bisa menarik uang pangkal pada mahasiswa yang dikenakan UKT. Sehingga Penurunan pendapatan PTN ini dibantu oleh pemerintah dengan dana Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN) yang sudah dimulai pada tahun 2013. Kenaikan UKT Rencana kebijakan Undip untuk menaikan UKT pada tahun 2017 membuat BEM Undip menggelar diskusi mengenai isu UKT dan pemberlakuan Sumbangan Pengembangan Institusi (SPI). Salah satu hasil diskusi menyepakati untuk melakukan aksi turun ke jalan yang dilakukan pada saat hari kedua Ujian Tengah Semester. Aksi mahasiswa ini didasarkan atas tidak adanya transparansi keuangan Undip dan janji Rektor Undip dalam debat calon rektor pada saat itu. Janji Yos Johan Utama, Rektor Undip periode 2015-2019 untuk tidak menaikan UKT bertolak belakang dengan kenyataan di Undip saat ini. Namun tidak bisa dipungkiri kebutuhan PTN tiap tahun pasti akan
Erlangga 17 | Volume 2 Edisi Mei 2016
KOLOM PEMIMPIN UMUM
Beban SPI bagi Mahasiswa Baru Selain kenaikan biaya UKT, Undip juga memberlakukan Sumbangan Pembangunan Institusi (SPI) bagi Mahasiswa Undip angkatan 2016. SPI bisa saja disebut sebagai uang pangkal, karena dikenakan pada semester pertama perkuliahan. Sebelumnya Undip sudah menjadi Universitas PTN-BH atau Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum. Dengan diubahnya Undip menjadi PTN-BH maka dana BO-PTN sudah tidak lagi diberikan kepada Undip. Oleh karena itu Undip butuh sokongan dana untuk menutupi kebutuhan Undip yang tadinya dibantu oleh dana BO-PTN. Hal inilah yang sangat disayangkan, perubahan status Undip menjadi PTN-BH justru berimbas kepada mahasiswa. Akhirnya timbul kembali pertanyaan “Siapkah Undip menjadi PTNBH?” Status PTN-BH yang diharapkan dapat menjadi institusi yang mandiri dan menghimpun dana melalui pihak swasta justru dibebankan kepada mahasiswa melalui SPI. SPI akan dikenakan kepada mahasiswa baru yang diterima melalui Ujian Mandiri, dengan nilai nominal yang berbeda tiap fakultasnya. Kecolongan Status Undip yang berubah menjadi PTNBH menyebabkan kewenangan dari Undip yang bisa menarik dana dari mahasiswa baru jalur Ujian Mandiri. Selain itu presentasi mahasiswa yang dikenakan SPI yaitu sebesar 30 persen dari total mahasiswa baru. Dengan
kata lain satu per tiga mahasiswa Undip merupakan mahasiswa yang kaya atau mampu. Sebenarnya sudah siapkah Undip menjadi PTN-BH? menjadi pertanyaan yang timbul di benak saya. Perubahan menjadi PTN-BH yang seharusnya dapat dimanfaatkan untuk kepentingan akademik seperti merespon kebutuhan pasar dengan menyesuaikan program studi dan meningkatkan kualitas, kapasitas dan kerja keras mahasiswa ataupun pengembangan aset usaha Undip. Justru menjadi beban yang harus ditanggung oleh mahasiswa melalui SPI tersebut. Saya berharap kebijakan kenaikan UKT dan pemberlakuan SPI dapat meningkatkan kualitas Undip sebagai salah satu Universitas terbaik di Indonesia. Selain itu kebijakan ini harus terus dikawal bersama-sama oleh seluruh civitas yang ada di Undip. Setiap pihak mempunyai alasan tersendiri dan terkena dampak negatif dan positif. Saya rasa nantinya perlu ada transparansi mengenai kenaikan dan pemberlakuan UKT bagi mahasiswa baru angkatan 2016. (nw)
doc.Edents
meningkat. Mahasiswa Ekonomi pasti familiar dengan kata “inflasi”, yang merupakan kenaikan harga secara umum dalam jangka waktu terus menerus. Oleh karena itu tidak dipungkiri kenaikan UKT merupakan suatu hal yang wajar dilakukan dalam perspektif ekonomi.
*) Penulis merupakan Pemimpin Umum LPM Edents periode 2015/2016
Erlangga 17 | Volume 2 Edisi Mei 2016
15 14
Opini
Sebuah Historic Accident dari Dunia Otomotif Indonesia Oleh: Sandy Hadisurya Saryadi
Sejarah dunia otomotif di Indonesia Kebutuhan primer merupakan kebutuhan pokok manusia yang terdiri dari sandang, pangan, dan papan. Namun, ada yang berbeda dalam pengertian kebutuhan primer di Indonesia yang terdiri dari sandang, pangan, papan, dan kendaraan pribadi. Sejarah transportasi khususnya mobil dan motor di Indonesia bisa dikatakan sama umurnya dengan negara ini. Yaitu dimulai pada saat mobil merek Benz menjadi mobil pertama milik Kerajaan Kasunan Surakarta, yang mana mobil tersebut merupakan pesanan pribadi Pakubuwono X pada tahun 1894. Tahun 1907 salah satu keluarga kerajaan di Surakarta, Kanjeng Raden Sosrodiningrat, juga membeli sebuah mobil merek Daimler. Mobil-mobil tersebut memang tergolong mahal dan hanya dimiliki orang-orang berkedudukan tinggi. Selain mobil, sepeda motor juga sudah ada di Indonesia sejak tahun 1893 yang dimiliki oleh seorang berkebangsaan Inggris, John C. Potter. Seiring berjalannya waktu, pada tahun 1950 ribuan sepeda motor merek BMW masuk ke Indonesia dengan dua cara, yaitu lewat jalur pemerintah dan swasta. Awal tahun 1960 skuter Vespa masuk ke pasar industri sepeda motor disusul dengan skuter Lambretta pada akhir tahun 1960. Kemudian produsen-produsen asal Jepang seperti Honda, Yamaha, dan Suzuki juga ikut
15
masuk ke pasar industri sepeda motor di Indonesia. Sampai saat ini produsen motor Honda dan Yamaha mampu bertahan dan bisa dibilang dapat menguasai pasar industri motor di Indonesia. Seiring dengan kebutuhan dan adanya permintaan dari masyarakat yang terus bertambah, perkembangan industri baik itu mobil maupun sepeda motor di Indonesia cenderung sangat cepat dan meningkat setiap tahunnya. Hal ini disebabkan semakin berkembangnya zaman yang menuntut manusia untuk bergerak lebih mudah dan cepat dalam melakukan aktivitasnya, dan juga kondisi dan jumlah transportasi publik di Indonesia yang masih di bawah standar. Transportasi publik yang ada saat ini belum mampu memenuhi apa yang dibutuhkan masyarakat seperti keamanan, kenyamaan, tepat waktu, layak pakai, dan keterjangkauan dalam harga maupun keterjangkauan dalam artian semua elemen masyarakat dapat dengan mudah menggunakan transportasi publik tersebut. Masalah yang ditimbulkan Di lain pihak, dengan terus bertambahnya kendaraan pribadi di Indonesia mengakibatkan munculnya masalah pelik, di mana kendaraan pribadi yang ada tidak sebanding dengan panjang dan luas jalan. Akibatnya hampir setiap
Erlangga 17 | Volume 2 Edisi Mei 2016
Opini
Sebuah Historic Accident Meningkatnya jumlah kendaraan bermotor tidak hanya berbanding lurus dengan peningkatan kemacetan. Permasalahan yang seringkali dilupakan dan tidak disadari masyarakat adalah historic accident, maksudnya adalah bahwa mobil dan motor sudah ada di Indonesia sejak tahun 1990-an yang merupakan barang impor, kemudian terus berkembang hingga berbagai macam merek berada di industri otomotif Indonesia. Mengapa hal ini menjadi masalah? karena dengan adanya berbagai merek mobil dan sepeda motor impor di pasar industri otomotif memunculkan adanya barrier to entry bagi merek-merek lainnya. Merek-merek mobil dan sepeda motor seperti Toyota, Daihatsu, Honda, dan Yamaha sudah lebih dulu masuk ke pasar otomotif dan sudah sangat mengerti pasar di Indonesia. Mereka mengerti seperti apa kendaraan yang lebih dibutuhkan dan menjadi preferensi masyarakat sehingga hal ini terkesan seperti who gets in first can block entry new competitors. Dengan adanya hambatan bagi perusahaan baru di bidang otomotif, baik itu mobil atau motor mengakibatkan perusahaan ini cenderung tidak bertahan lama, karena masyarakat pun lebih percaya dengan merek-merek mobil dan motor
yang sudah ada lebih dulu. Ditambah lagi adanya kemudahan bagi masyarakat untuk membeli dan merawat kendaraan mereka. Hal ini menjadi tantangan bagi perusahaan otomotif domestik yang akan berkembang di Indonesia. Namun, bukan berarti industri otomotif yang merupakan merek dari luar negeri ini harus dihilangkan. Industri otomotif di Indonesia merupakan salah satu industri yang banyak menyerap tenaga kerja domestik, karena tidak sepenuhnya mengimpor barang jadi. Industri otomotif di Indonesia merupakan industri perakitan yang komponennya merupakan barang impor dan dalam proses perakitan masih membutuhkan tenaga manusia. Jadi tidak sepenuhnya industri otomotif yang menjual merek-merek dari luar negeri itu merugikan. Namun, seharusnya pemerintah membuat kebijakan-kebijakan yang dapat memudahkan perusahaan otomotif domestik dapat berkembang di negaranya, karena tidak selamanya kita akan mengimpor dari negara lain. (nw)
doc.Edents
pagi dan sore kita temui kemacetan dan keruwetan. Kebijakan pemerintah untuk mengurangi masalah ini pun seakan-akan tidak berpengaruh, mengapa bisa? Pertama, ketika pemerintah melakukan perbaikan terhadap transportasi publik, hal itu masih dinilai belum sesuai di mata masyarakat dan mereka juga lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi karena lebih efisien dibandingkan dengan transportasi publik. Kedua, masyarakat merasakan kemudahan dalam pembelian kendaraan pribadi baik itu mobil ataupun motor karena beberapa bank memberikan kemudahan kredit kendaraan bermotor.
*) Penulis merupakan Pemimpin Perusahaan LPM Edents periode 2015/2016
Erlangga 17 | Volume 2 Edisi Mei 2016
17 16
Kuliner
MARKOBAR, Inovasi Martabak Berbentuk Pizza
doc.Edents
Oleh: Gadis Ayu Klara dan Emmanuela Hana Roretta Siregar
Hadirnya kuliner unik baru di Semarang tepatnya di Jalan Pemuda 163 A, Semarang (depan DP Mall) ini, dapat menjadi salah satu referensi kunjungan wajib bagi para pecinta kuliner. MARKOBAR, merupakan kuliner asal Solo yang berpusat di daerah Kota Barat. Hal inilah yang menjadi asal muasal terciptanya nama MARKOBAR, yang berarti Martabak Kota Barat. Kuliner martabak yang disajikan dengan tampilan unik dan menarik, serta memiliki banyak varian rasa topping ini menjadi kuliner yang sangat digandrungi masyarakat mulai dari usia kanak-kanak sampai dewasa. Tentunya, untuk menjadi MARKOBAR yang digandrungi oleh para penikmatnya, perjalanan MARKOBAR tidaklah pendek. Menurut penuturan Firmandito Adriantoro, kapten cafe MARKOBAR cabang Semarang, awal berdirinya dimulai pada tahun 1996. Di mana pada saat itu MARKOBAR masih berbentuk martabak kaki lima yang hanya menjual martabak manis dengan topping ceres, keju, dan kacang. Awal inovasi MARKOBAR dimulai pada tahun 2014 pada saat kepemimpinan Arif, menggantikan ayahnya, Budi, yang memimpin dari tahun 1996 sampai 2013. Arif menginovasi martabak yang awalnya hanya bertopping coklat dengan tampilan
17
seperti martabak pada umumnya yaitu dilipat dan dipotong, menjadi tampilan seperti pizza dengan berbagai varian rasa topping. Topping yang disajikan pun bervariasi mulai dari empat rasa, delapan rasa, dan ke depannya akan muncul 16 rasa. Di tengah perjalanan Arif dalam melakukan inovasi, muncul sosok Gibran yang melirik usahanya tersebut. Ia kemudian mengajak Arif bekerja sama untuk mengembangkannya. Singkat cerita, akhirnya munculah cabang-cabang MARKOBAR yang berada di Solo (sebelah Grand Mall), Yogyakarta, Jakarta, dan Semarang. Dalam pangsa pasarnya, MARKOBAR tidak menjurus hanya pada satu segmen pasar. “Semua kalangan, kita tidak tertuju pada satu titik, semua bisa merasakan MARKOBAR,� jelas Firmandito. Salah satu teknik pemasaran yang dilakukan oleh MARKOBAR yaitu peningkatan dalam jam operasional guna meningkatkan omzet. Yang pada mulanya MARKOBAR buka dari pukul 16.00 WIB sampai 23.00 WIB, sekarang buka lebih awal yaitu pukul 12.00 WIB. Teknik pemasaran lain yang diaplikasikan
Erlangga 17 | Volume 2 Edisi Mei 2016
doc.Edents
Kuliner
Kendala dan rencana buka cabang Usaha kuliner MARKOBAR tidaklah selalu berjalan mulus. Muncul beberapa kendala, salah satunya adalah masalah tenaga kerja yang ada. “Pada awal buka kita bingung bagaimana untuk memasarkan MARKOBAR ini. Pemasarannya kita bingung karena belum ada manajer marketing dan yang lainnya,” tutur Firmandito. Kendala lokasi juga menjadi titik sorotan utama. Banyak masyarakat yang belum mengetahui MARKOBAR dikarenakan lokasinya yang tidak ketara sehingga seringnya hanya terlewati begitu saja. MARKOBAR akan terus melakukan pengembangan usahanya dengan membuka beberapa cabang baru di Indonesia. “Buka cabang setelah di Semarang tentunya di Surabaya terlebih dahulu. Setelah itu kemungkinan di Manado, nah kalau di
Manado itu nanti kerjasama lagi, bukan kepemilikan sendiri,” jelas Firmandito. Untuk ke depannya, Firmandito berharap akan ada lebih banyak inovasi, seperti menyajikan menu selain martabak. “Harapannya ya harus positif, positif lebih ramai tentunya. Terus saya pengin ada inovasiinovasi aja, kayak nggak hanya martabak. Jadi memang menu utamanya martabak, cuma saya pribadi pengin-nya kayak ada tambahan makanan apa gitu biar nggak martabak melulu,” ujar Firmandito berharap. (nw)
doc.Edents
oleh MARKOBAR yaitu sosialisasi melalui sosial media yang berupa twitter dan instagram. “Mungkin kalau saya pribadi dibikin penasaran aja customer-nya. Semakin customer penasaran, semakin dia ingin tahu MARKOBAR itu seperti apa,” jelas Firmandito.
MARKOBAR
Erlangga 17 | Volume 2 Edisi Mei 2016
19 18
Opini
TIDAK HANYA DIA, MEDIA PUN TURUT BERUBAH
doc. Matthewfinney.me
oleh : Afnurul Widya Permata
Pernahkah kalian merasakan dunia telah berubah? Bukan. Peradabanlah yang semakin maju buah dari perkembangan teknologi. Arus globalisasi tidak dapat dielak oleh siapa pun. Menurut Thomas Larsson dalam bukunya The Race to The top, "Is the process of world shrinkage, of distances getting shorter, things moving closer. It pertains to the increasing ease with which somebody on one side of the world can interact, to mutual benefit, with somebody on the other side of the world". Kini media massa pun turut mengikuti evolusi teknologi. Sesuai perkembangan zaman, banyak media massa mulai melirik potensi format digital. Seluruh bentuk informasi disajikan dalam gaya digital. Mulai dari berita berupa teks, gambar, video hingga live streaming. Salah satu contoh Harian Kompas telah memiliki situs online Kompas. com sebagai sub kanal koran Kompas. Hal
19
inilah menjadi akar dari konvergensi media. Konvergensi media merupakan bentuk penggabungan dari komunikasi massa, seperti media cetak, radio, televisi yang dikemas secara digital. Internet pula menjadi konsumsi bagi masyarakat yang haus akan informasi cepat dan instan. Jaringan internet sebagai alur distribusi utama pada laman website. Dalam kehidupan seharihari, banyak masyarakat berhubungan dengan media teknologi informasi dan komunikasi. Berangkat dari anak sekolah yang mengunduh e-book, mahasiswa yang gemar belanja online, hingga perusahaan yang menggunakan komputerisasi untuk pelayanan yang cepat dan tepat. Tampilan dan berita yang disajikan dalam media digital juga up to-date dan menarik. Masyarakat saat ini membutuhkan informasi yang dapat diperoleh kapan dan di mana saja tanpa ripuh terlebih dahulu.
Erlangga 17 | Volume 2 Edisi Mei 2016
Opini Lantas bagaimanakah nasib media cetak? Eksistensi media cetak kini mulai tergantikan oleh media online. Hampir semua masyarakat beralih mengikuti tren. Kendati demikian, masih ada pihak yang mempertahankan media cetak sebagai andalan mereka. Aktualisasi dan faktualisasi menjadi ciri khas dalam menegakkan media cetak. Selain itu, media cetak masih dibutuhkan karena tidak semua kalangan masyarakat memiliki akses yang sama terhadap media digital. Faktor fisik media cetak juga tidak mudah menimbulkan lelah pada mata. Kelengkapan dan validitas berita pada media cetak bahkan menjadi jurus mereka. Tidaklah mungkin berita yang dicetak adalah multi tafsir apalagi kabar burung. Tentunya media cetak diproses secara redaksional yang panjang. Sehingga menghasilkan produk yang tidak dimilki oleh media daring (media dalam jaringan). Ada banyak pilihan untuk mendapatkan informasi. Pembaca hanya perlu memilih sesuai dengan kebutuhan. Apabila ingin informasi yang detail, baca koran atau majalah. Ingin memperoleh informasi cepat dan singkat baca saja berita online. Semua
tergantung dari kepuasan masing-masing pembaca. Akan tetapi yang terpenting ialah masyarakat dapat berproduktif dan bertanggung jawab dalam era media yang sudah terkonvergensi. Jangan jadikan globalisasi membunuh kreativitas kita untuk berpendapat, menghambat seni jurnalisme yang ada pada diri kita, dan lesu dalam berkarya. Ikuti arus yang ada dengan bekal kode etik jurnalistik. Tidak perlu khawatir jika media cetak lambat laun akan terkikis. Informasi akan tetap mengalir sesuai wadahnya. Entah berada di cawan berlapiskan emas maupun masih di tempayan. Ia tetap memberikan fakta-fakta kehidupan. Maka dari itu, peran anak muda Indonesia diperlukan. Melalui media yang sudah canggih ini, mereka dapat memberikan pengaruh positif di lingkungan sekitar. Mengerti, memahami, dan menggunakan media online sesuai dengan tujuan masing-masing. Cobalah kita satukan semburat cahaya realita menjadi satu sinar terang kabar baik untuk pembaca. Berita mudah punah, namun cepat terbarukan.
doc.Edents
*) Penulis merupakan pemenang Best Monthly Article Magang Edents 2014
Erlangga 17 | Volume 2 Edisi Mei 2016
20
AKANSE GE RATE RBI T Maj al ahe de nts vol ume1e di sixxi v me i201 6