Dari Redaksi Dari Redaksi
BULETIN ERLANGGA 17 DITERBITKAN OLEH :
Awal tahun ini Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Makarim, menggagas konsep Kampus Merdeka dengan tujuan mempercepat inovasi di dunia pendidikan. Salah dua dari empat poin dalam program Kampus Merdeka ialah kemudahan membuka program studi baru dan mempermudah syarat kampus menjadi PTN-BH. Tak hanya itu, Kemendikbud bekerjasama dengan Kementerian Pertahanan untuk membuat program baru untuk perguruan tinggi. Pada laporan utama, kami fokus membahas bagaimana implementasi program Kampus Merdeka yang baru diputuskan berlangsung di Universitas Diponegoro. Dalam pembahasan ini, kami juga membahas apa saja kendala yang dihadapi dalam program Kampus Merdeka tersebut. Setelah itu, turut dibahas pula program hasil kerjasama yang dicanangkan oleh dua kementerian yakni program Bela Negara. Selain itu, pada Buletin Edents Volume 4 Edisi Oktober 2020 ini kami turut menyajikan berbagai rubrik pendamping yaitu, Tea Time, Polling, Review Film, Kolom Opini, Kolom Sastra, Geliat Usaha, dan Teka-Teki Silang.
Akhir kata, kami dari redaksi memohon maaf apabila ada kesalahan dan kekeliruan dalam penulisan. Kritik dan saran selalu kami harapkan dari para pembaca.
Lembaga Pers Mahasiswa Edents
Pemimpin Umum: Bayu Teguh Imani
Pemimpin Redaksi: Amadea Arum Diani
Redaktur Pelaksana Buletin: Luthfia Rizqi Maulida Pemimpin Artistik: Kurnia Wulandari
Layouter dan Ilustrator: Khaira Aqliya Reporter:
Aji Darmawan, Sheila Anya,
Alam Suprobo, M. Anisulfuad, M. Rijal, Aditya Febriansyah,
Susan Liya, Nurul Rohmatun Nisa, Yunita Nurul, Prastio Anggoro
Sirkulasi dan Pendanaan:
Selamat membaca!
Erlangga 17 | Volume 4 Edisi Oktober 2020 Erlangga 17 | Volume 1 Edisi April 2017
Winnarti
Daftar Isi Tea Time with
1
Anas Tegar Saputra
LAPORAN UTAMA: Kampus Merdeka sebagai Upaya Peningkatan Kompetensi Mahasiswa
6
polling: Pro Kontra Kebijakan Kampus Merdeka dan Program Bela Negara
resensi film: Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini
10
8
GELIAT USAHA:
Mengenal Tigos, Bisnis Kuliner dengan Menu Khas Jepang dan Western
KOLOM SASTRA: Seruan Senyap Selepas Paripurna
14
3
13
kolom pemimpin: Sengkarut Demokrasiku
TEKA-TEKI SILANG
Erlangga 2020 Erlangga 1717|| Volume Volume Edisi Maret Erlangga17 | Volume31 1Edisi EdisiOktober April 2020 2017
16
Tea Time with Anas Tegar Saputra Oleh: M. Anisulfuad
Perlombaan diikuti?
apa
saja
yang
pernah
“Untuk perlombaan lumayan banyak yang sudah diikuti. Contohnya, tahun 2018 ikut lomba National Economic Paper Competition dan mendapatkan peringkat 2 serta Best Presentation. Tahun selanjutnya, ikut lomba yang diselenggarakan AIGC Nanyang Technological University juga mendapatkan peringkat kedua. Perlombaan ini yang paling berkesa, soalnya banyak pengalaman baru dan perjalanan yang panjang. Baru-baru ini saya meraih Top 10 National Bussiness Case Competition.” Bagaimana awal mula mengikuti perlombaan hingga taraf Internasional?
1
”Jadi awalnya memang dari mimpi. Karena mungkin saya anak perantauan, jadi saya memang punya ambisi yang kuat buat jadi mahasiswa yang engga biasa-biasa saja (dalam konteks positif). Sampai akhirnya saya punya plan selama kuliah di mana saya harus bisa menyeimbangkan antara akademik, organisasi, dan lomba baik tingkat nasional maupun internasional. Sejak tahun 2017 saat mahasiswa baru, saya udah mulai ikut lomba dan lomba pertama saya itu debat. Dan ternyata gagal. Berkali-kali gagal. Tapi karna ambisi saya kuat saya masih terus mencobanya di tahun-tahun berikutnya. Sampai akhirnya saya bisa merayakan kemenangan pertama
dok. Pribadi
Anas Tegar Saputra adalah seorang mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro jurusan Manajemen angkatan 2017. Selama perkuliahan, Anas telah meraih beberapa penghargaan atas capaian yang diperoleh dari berbagai ajang yang diikuti. Selain itu Anas juga aktif dalam berbagai organisasi baik dalam maupun luar kampus.
saya sebagai Juara 2 nasional Economic Paper Competition dan Best Presentation. Selain itu, ternyata karya kami dari delegasi Undip dijadiin sebuah buku oleh penyelenggara. Yang menurutku semakin menambah kepercayaan diri lagi. Dengan banyaknya ikut lomba semakin banyak juga relasi dan pada akhirnya saya diajak salah satu teman saya dari jurusan akuntansi untuk menyelesaikan sebuah project untuk diajukan lomba di Singapore. Dan alhamdulillahnya dapet silver medal. Intinya harus punya mimpi yang kuat dulu.” Pengalaman lomba apa yang paling berkesan?
“Kalau yang paling berkesan itu waktu ke Singapore. Karena kita prepare sekitar 6 bulanan di mana dalam waktu yang sesingkat itu kami harus menyiapkan sejumlah dana yang tentunya tidak kecil. Dari cari sponsor, jasa titip (jastip), bahkan danusan pun dilakuin. Belum lagi kita harus tetap menjalankan kuliah, prepare data, latihan presentasi, dan sebagainya. Jadi harus siap mental, fisik dan pikiran. Bahkan waktu pulang ke Indonesia kami sempet ketinggalan pesawat juga tuh karna malamnya kami kecapean dan terkendala di transportasi dimana lokasi dari hotel ke airport yang lumayan jauh.” Aktif organisasi apa saja?
Erlangga 17 | Volume 4 Edisi Oktober 2020
“Selama kuliah saya mengikuti beberapa organisasi. Tahun 2018 gabung di Senat Mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis (SM FEB) menjabat sebagai staff ahli komisi 4. Di tahun yang sama saya aktif di Economic Finance Study Club (Ecofinsc) sebagai public relation staff. Kemudian tahun 2019 menjabat sebagai ketua umum Ecofinsc. Selain di dalam kampus, saya juga mengikuti kegiatan di luar kampus.” Kendala apa aja yang biasa dihadapi selama persiapan lomba?
“Sebenernya kendala terbesarnya itu kalau kita tidak bisa mengontrol diri kita sendiri. Sebagai contoh terkadang dalam perlombaan kita terlalu fokus dengan competitor dan melalaikan segala persiapan kita sendiri. Kalo kita terlalu fokus dengan kelebihan kompetitor kita, jatuhnya nanti kita malahan lebih pesimis. Seharusnya kita fokus saja pada pengembangan diri. Kirakira apa yang kurang segera diperbaiki. Dan aku baru bisa merubah mindset ini setelah dua hingga tiga kali ikut lomba. Jadi waktu lomba keempat mindsetnya udah berubah: aku datang lomba dengan tujuan bukan hanya untuk menang, tapi juga menjalin relasi dengan finalis yang lain. Dan terbukti itu memberikan impact yang besar sih. Jadi lebih ikhlas atas segala keputusan final yang terjadi dan lebih menikmati perlombaan.” Bagaimana cara antara akademik, perlombaan?
menyeimbangkan organisasi, dan
“Kalau aku setiap harinya bikin action plan dan bikin skala prioritas. Selain itu kalo mau ketiga hal ini seimbang saranku jangan jadi deadliner, apalagi kalo jadi pimpinan. Karna diri kita bukan hanya untuk sendiri aja melainkan untuk kepentingan orang lain. Baik itu dalam pengambilan keputusan, ketemu mitra kerja dan sebagainya. Kalau Ecofinsc kan mitranya lumayan banyak jadi ya deliver jobdesk juga harus tepat sasaran.” Bagaimana cara menemukan ide yang bagus untuk suatu perlombaan?
“Kalau cara saya buat nemu ide yang oke tuh kita lihat dulu tema lombanya dan pahami tipikal dari perlombaannya. Setelah itu baca sebanyak mungkin berbagai informasi tentang hal tersebut. Nah barulah kita berimajinasi. Berimajinasi tuh bisa diwaktu kita lagi ngapain aja. Dengan dasar kita udah baca banyak info sebelumnya aku yakin bakalan punya ide yang oke dan imajinasinya akan lebih terukur.” Pernahkah mengalami kegagalan dalam lomba? Bagaimana cara bangkit dari kegagalan tersebut?
“Pernah. Ini waktu lomba debat di mana team-ku kebetulan semuanya orang senat yang emang udah biasa ngomong. Pada saat final kita optimis banget bisa dapet juara. Pada saat malam hari case dibagi kita engga tidur tuh di hotel, tidur palingan cuma hitungan menit aja. Karna kita latihan dan siapin data. Dihari H kita bisa menang sampai akhirnya tinggal tersisa empat tim. Masih optimis bisa masuk minimal 3 besar tapi ternyata Allah berkehendak lain kita cuma diposisi 4. Cara buat bangkit ya karna mimpi itu. Dan berusaha berdamai dengan keadaan.” Adakah perlombaan yang sedang diikuti atau perlombaan yang tertunda karena pandemi? Kemudian target ke depan seperti apa? “Sekarang ini diajak sama temen buat coba business case dan lagi on progress. Sebenarnya cuma buat ngisi waktu luang aja sih karena lagi pandemi. Target sekarang ini lulus dengan predikat cumlaude. Setelah lulus baru fokus sama target-target lain yang harus dicapai.” Bagaimana tips dan trik bagi mahasiswa yang ingin mengikuti perlombaan?
“Tipsnya, pertama niat. Kedua, fokus pada diri sendiri bukan kompetitor. Ketiga, cari mentor yang sesuai. Dosen FEB sangat terbuka sebenarnya. Keempat, ikhlas.” (amd)
Erlangga 17 | Volume 4 Edisi Oktober 2020
2
LIPUTAN UTAMA
Kampus Merdeka sebagai Upaya Peningkatan Kompetensi Mahasiswa Oleh: Aji Darmawan dan Sheila Anya
dok. sevima..com
dapat beradaptasi dan fleksibel terhadap perkembangan zaman mengingat bahwa saat ini telah memasuki era di mana generasi muda Indonesia dituntut dapat bersaing secara internasional. Maka, melalui program Kampus Merdeka ini pemerintah ingin membantu mahasiswa supaya memiliki koneksi lebih luas sehingga mahasiswa tidak hanya sekadar kuliah.
Kampus Merdeka merupakan program yang baru saja dikeluarkan pada Januari 2020 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Nadiem Makarim. Kampus ini pada dasarnya merupakan kelanjutan dari konsep Merdeka Belajar yang telah dicanangkan sebelumnya. Kampus Merdeka dipandang sebagai suatu perwujudan visi misi untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) di Indonesia. Kebijakan Kampus Merdeka sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Republik Indonesia No. 3 Tahun 2020, tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi. Melalui kebijakan ini, mahasiswa memiliki kesempatan untuk menempuh pembelajaran di luar kampus. Mahasiswa diberi kesempatan 3 semester untuk belajar di progam studi dan perguruan tinggi yang berbeda, serta pembelajaran yang dilakukan di luar perguruan tinggi. Pembelajaran di luar perguruan tinggi ini dapat berupa magang, exchange, pengabdian masyarakat, penelitian, ataupun program kemanusiaan.
Pada dasarnya, terdapat empat kebijakan dalam kebijakan Kampus Merdeka ini. Pertama, terdapat program pembukaan prodi baru. Kedua, penyederhanaan sistem akreditasi perguruan tinggi. Ketiga, PTN yang merupakan Badan Layanan Umum (PTN BLU) ataupun PTN Satuan Kerja (PTN Satker) menuju PTN berbadan hukum (PTN BH). Keempat, pengambilan mata kuliah di luar program studi (prodi) dan pembelajaran di luar perguruan tinggi selama kurang lebih 3 semester.
3
Abdul Muqsith, Ketua Bidang Harkam BEM Undip, secara pribadi memandang Kampus Merdeka merupakan program yang dipandang pemerintah sebagai implementasi dari Pasal 28 UUD 1945 mengenai kebebasan berargumen, berpendapat, berserikat, berkumpul, dan sebagainya. Menurutnya, merdeka diartikan sebagai bagaimana mahasiswa
Tujuan dan Makna Kampus Merdeka
Kebijakan Kampus Merdeka bertujuan untuk meningkatkan kompetensi dan kualitas lulusan baik dari segi soft skills dan hard skills, yang nantinya diharapkan para lulusan ini lebih unggul dan siap dalam menghadapi perkembangan zaman. Kebijakan ini pun akan mendorong mahasiswa untuk lebih berinteraksi dan bersosialisasi di dunia luar, sehingga ruang lingkup pembelajaran tidak hanya di kampus. Dengan sistem yang berbasis experiential learning ini, juga membekali dan mengenalkan mahasiswa dengan dunia luar atau khususnya dunia kerja sejak dini. Sehingga, mahasiswa memiliki berbagai ilmu yang bermanfaat saat mereka menapaki dunia kerja nantinya.
Muqsith berpendapat bahwa makna dan tujuan dari kebijakan ini sudah terlihat dari namanya. Dari perspektif mahasiswa, Muqsith mengatakan bahwa kebijakan ini dibuat pemerintah sebagai upaya membentuk sistem di mana mahasiswa itu bebas, baik bebas berpendapat, berargumentasi, berserikat, dan lain-lain. Namun, realitanya belum sesuai dengan tujuan ini. “Nyatanya, argumentasi yang ingin diberikan mahasiswa kadang masih dijegal, aspirasi yang ingin disampaikan mahasiswa kadang dengan mudahnya digembos,� tambah mahasiswa jurusan kimia itu.
Namun, menurutnya, dari segi program pemerintah mengenai Kampus Merdeka ini sendiri sudah cukup mengakomodasi. Seperti halnya memperluas jaringan melaui magang, kegiatan di luar program studi selama 3 semester, kemudahan akreditasi, atau fleksibilitas bagi mahasiswa dalam mempelajari hal di prodi baru sebagai bentuk upaya mengikuti perkembangan zaman. Kurikulum dan Pembukaan Prodi Baru
Tentu perlu adanya banyak adjustment pada kurikulum dengan adanya sistem Kampus Merdeka. Seperti yang telah disinggung sebelumnya bahwa kebijakan Kampus Merdeka
Erlangga 17 | Volume 4 Edisi Oktober 2020
ini mengandung kebijakan tentang pemberian hak bagi mahasiswa untuk menempuh pembelajaran di prodi ataupun perguruan tinggi yang berbeda selama jangka waktu tertentu. Hal ini menyebabkan perlunya kurikulum yang dapat mendukung pelaksanaan kebijakan tersebut. Misalnya, kurikulum yang dapat memfasilitasi mahasiswa dalam mengambil mata kuliah di prodi lain atau perguruan tinggi lain.
Muqsith berpendapat, “Kurikulum itu sebenarnya dikembalikan ke masing-masing fakultas karena masing-masing fakultas itu punya fokus kerjanya”. Ia memberi contoh seperti Fakultas Teknik (FT) yang mungkin akan lebih berfokus ke arah program magang, Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) yang akan berfokus ke program exchange karena dipermudah dengan sudah terjalinnya hubungan erat dengan FEB di kampus lain, atau Fakultas Sains dan Matematika (FSM) yang kurikulumnya diintegrasikan dengan kebutuhan perusahaan supaya alumninya lebih mudah dalam masuk ke perusahaan-perusahaan. Jadi, teknis penerapan Kampus Merdeka di tiap-tiap fakultas akan ada beberapa perbedaan. Dengan adanya Kampus Merdeka ini tentu saja akan ada pembukaan Progam Studi baru, seperti yang telah diatur dalam Kebijakan Kampus Merdeka yang berlandaskan Permendikbud 5 dan 7 Tahun 2020. Menurut Muqsith, Universitas Diponegoro (Undip) sendiri juga akan membuka prodi baru. Ia mendukung kebijakan tersebut apalagi prodi tersebut dinilai fleksibel terhadap perkembangan zaman. Namun, ia menyoroti tentang pentingnya memerhatikan fasilitas bagi prodi baru tersebut nantinya. Misalnya, seperti fasilitas untuk praktikum yang memadai dan penyaluran dosen yang mumpuni juga berkualitas. Menurutnya, ini sangat penting untuk diperhatikan supaya mahasiswa yang menjalani prodi tersebut dapat terfasilitasi dengan baik dan dapat menuntut ilmu secara optimal. Selain itu, ia juga mewanti-wanti agar permasalahan seperti Program Studi di Luar Kampus Utama (PSDKU) Undip tidak terulang. PSDKU sendiri merupakan program yang baik karena bertujuan untuk meratakan pendidikan di kawasan Jawa Tengah. Namun, sayangnya tidak disertai dengan persiapan yang matang, seperti permasalahan gedung yang terjadi pada waktu itu sehingga akan merugikan mahasiswa. Implementasi di Undip
Secara spesifik, di Undip akan ada tiga kebijakan yang akan disoroti atau difokuskan. Kebijakan tersebut antara lain, pembukaan program studi baru, sistem akreditasi perguruan tinggi, dan pengambilan mata kuliah di luar program studi. Sedangkan untuk kebijakan mengenai PTN BLU
atau Satker menjadi PTN BH tak akan terlalu difokuskan karena Undip telah menjadi PTN BH.
Muqsith berpendapat bahwa sebenarnya mengenai implementasi Kampus Merdeka ini sudah diterapkan di Undip, seperti adanya PSDKU Undip yang terealisasi di tahun 2020. Secara sederhana, Undip mendirikan prodi di luar kampus utama. Lalu, perbedaanya dengan adanya kebijakan Kampus Merdeka ini adalah jika sebelumnya dalam membuka prodi di luar kampus harus ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, dengan adanya Kampus Merdeka ini lebih dipermudah. Terkait dengan peresmian program Kampus Merdeka ini yang telah dilakukan beberapa waktu lalu, beberapa upaya sosialisasi mengenai kebijakan baru ini telah mulai dilakukan. Upaya sosialisasi ini sendiri terbagi menjadi sosialisasi universitas dan sosialisasi fakultas. Untuk sosialisasi fakultas, berjalan dengan sendirinya. Ketua BEM yang akan mengundang pimpinan ormawa-ormawa atau perwakilan dari ormawa yang nantinya akan rapat secara offline di fakultas. “Sejauh ini, implementasi atau penerapan kebijakan Kampus Merdeka masih berjalan sebatas sosialisasi di fakultas masingmasing dan belum secara resmi,” jelas Muqsith. Namun, di tingkat universitas belum ada sosialisasi resmi dari ormawa tingkat universitas, khususnya BEM Undip mengenai Kampus Merdeka. Muqsith berasumsi bahwa hal ini dikarenakan Kampus Merdeka masih dalam tahap perumusan yang penuh perhitungan. Alasan lainnya sebab lingkup universitas lebih kompleks dibandingkan tingkat fakultas, mengingat kebijakan ini nantinya harus mencangkup segala aspek di tingkat universitas. Selain itu, Kampus Merdeka ini masih dalam tahap uji coba, seperti dengan adanya program exchange Permata Sakti yang beberapa waktu lalu telah diselenggarakan. Dan dari program ini nantiya dapat dievaluasi untuk kepentingan perumusan kebijakan secara matang.
Sosialisasi tingkat universitas memang belum ada, tetapi Undip telah mengeluarkan landasan yuridis yang termaktub dalam SK Rektor Nomor 4 Tahun 2020. Secara detail dijelaskan pada pasal 19, 30, dan 31. Pasal tersebut mengatur secara detail pelaksanaan kampus merdeka juga syarat-syarat disahkannya Kampus Merdeka. Misalnya, mengenai program exchange yang akan dilaksanakan dengan syarat-syarat yang sudah diatur dalam Peraturan Rektor Nomor 4 Tahun 2020. Kendala dalam Pelaksanaan Kebijakan
“Kendalanya enggak jauh-jauh dari fasilitas
Erlangga 17 | Volume 4 Edisi Oktober 2020
4
dan sarana prasarana,” tutur Muqsith saat menyampaikan pendapatnya mengenai kendala dalam penerapan di Undip. Dalam pelaksanan program exchange dengan universitas lain atau pembukaan prodi baru, sarana dan prasarana ini merupakan hal yang penting dan masuk dalam pertimbangan. Misalnya, dalam menerima mahasiswa exchange, Undip harus mengakomodasi sarana dan prasarana yang memadai bagi mahasiswa program pertukaran ini. Apabila terdapat pertukaran, tetapi secara sarana prasarana tidak memadai juga akan merugikan mahasiswa. Ia sangsi Undip siap dengan pengadaan sarana dan prasarana. Ia menilai sarana prasarana di Undip belum cukup maksimal untuk pembukaan program studi baru. Muqsith berpendapat bahkan dengan kenaikan UKT bagi mahasiswa angkatan 2020, fasilitas atau sarana dan prasarana tidak meningkat secara signifikan. Permata Sakti sebagai Program Dukungan
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, terdapat Program Pertukaran Mahasiswa Tanah Air Nusantara - Sistem Alih Kredit dengan Teknologi Informasi (Permata-Sakti) yang telah diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi sebagai upaya dukungan untuk program Kampus Merdeka. Secara sederhana, Permata Sakti ini merupakan program pertukaran mahasiswa nelalui kerja sama antar universitas se-Indonesia. “Program Permata Sakti itu seperti trial and error Kemendikbud untuk mematangkan sistem Kampus Merdeka,” imbuh Muqsith.
Program Permata Sakti ini salah satunya bertujuan untuk meningkatkan wawasan kebangsaan, integritas, dan solidaritas antar mahasiswa se-Indonesia. Muqsith memandang program ini bertujuan untuk membuat mahasiswa aware terhadap keadaan di universitas lain di Indonesia yang nantinya dapat memperluas wawasan mahasiswa. Tidak hanya itu, berdasarkan Panduan Program Permata Sakti 2020, program ini memiliki beberapa tujuan lain seperti mengembangkan leadership skill dan soft skill lainnya, memberikan pengalaman belajar di universitas ataupun prodi lain, meningkatkan mutu pendidikan tinggi, menerapkan sistem Pendidikan Jarak Jauh (PJJ), serta mendukung program Kampus Merdeka dan Merdeka Belajar.
5
Perihal kendala dalam penerapan di Undip pada masa pandemi, Muqsith mengaku ia kurang memahami secara detail. “Sejauh ini tidak ada kendala dan masih berjalan terus,” terangnya. Namun, ia tak tahu apakah ada kendala teknis dalam menunjang akademik seperti kuota ataupun dalam pelaksanaan kelas online.
Program Permata sendiri telah diselenggarakan sejak tahun 2014 dan terus mengalami penyempurnaan tiap tahunnya dan hasilnya dinilai baik dan progresif. Lalu pada tahun 2019 program ini menjadi Program Permata Sakti, sebagai bentuk inovasi program dalam menghadapi era Revolusi 4.0. Didasari dengan adanya pandemi Covid-19 di tahun 2020, penyelenggaraan program ini pun dilakukan secara full daring. Muqsith berharap dengan pengalaman program yang telah berjalan di beberapa tahun terakhir ini dapat dievaluasi secara maksimal dan melihat dari segala kekurangan yang ada. Sehingga, dapat dilakukan development di program Permata Sakti ini supaya dapat lebih baik lagi pelaksanaannya. Persiapan bagi Generasi Muda
“Saya secara pribadi sepakat dengan adanya kebijakan ini. Jadi, memperluas kegiatan mahasiswa tidak hanya di akademik saja atau memperluas kegiatan di luar akademik, seperti hanya KKN dan magang,” tutur Muqsith. Namun, ia mengatakan bahwa tetap harus ada permasalahan atau kedaulatan mahasiswa yang perlu diperhatikan. Ia memberi contoh seperti dalam pembukaan prodi baru, apakah berdasarkan kebutuhan atau hanya sebagai ‘sarana mencari uang’. Selain itu, fasilitas praktikum ataupun gedung untuk program studi baru ini juga perlu diperhatikan kesiapannya. Jangan sampai mahasiswa dirugikan dengan ketidaksiapan-ketidaksiapan sarana prasarana. Muqsith berharap program ini tidak sekedar alat bagi perusahaan supaya mendapatkan tenaga kerja yang fresh dan berkualitas. Namun, dengan adanya Kampus Merdeka ini juga dapat mempersiapkan generasi muda untuk siap bersaing di kancah internasional dan siap menjadi pemimpin-pemimpin negeri ini.
Muqsith juga berharap semoga program Kampus Merdeka yang dicanangkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Nadiem Makarim, ini dapat berjalan sukses. Muqsith menambahkan bahwa ia dan kawan-kawan mahasiswa lainnya akan terus mengawal jalannya program ini supaya program berjalan sukses dan kedaulatan mahasiswa tidak dicederai. (amd)
Erlangga 17 | Volume 4 Edisi Oktober 2020
Polling
Erlangga 17 | Volume3 Edisi Oktober 2017
6
7
Erlangga 17 | Volume 3 Edisi Oktober 2017
RESENSI FILM
dok. tirto
Judul Sutradara Penulis Tahun Pereview
Film Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini (NKCTHI) diperankan oleh beberapa artis yaitu Angkasa (Rio Dewanto), Aurora (Sheila Dara), dan Awan (Rachel Amanda). Yang membuat film NKCTHI mengagumkan yaitu karena sinematografinya yang apik ini merupakan hasil dari Yadi Sugandi. Dalam pembuatan skenarionya, Angga Dwimas Sasongko dibantu oleh Jenny Yusuf sehingga menghasilkan film yang memiliki alur cerita yang tidak biasa dan mencuri perhatian penonton. Kisah Pedih di Balik Keluarga yang Terlihat Harmonis
Film ini bercerita tentang keluarga yang selalu terlihat harmonis namun sebenarnya masing-masing dari anggota keluarga mereka menyembunyikan kesedihannya sendiri. Di keluarga ini terdapat kakak beradik yaitu Awan, Angkasa, dan Aurora. Awan dalam keluarga ini merupakan pusat dunia karena dia merupakan anak yang terakhir dari ketiga bersaudara sehingga ayahnya sangat menjaga Awan dan terkesan protektif padanya. Angkasa sebagai seorang kakak, ia harus memikul tanggung jawab untuk menjaga adikadiknya hingga ia lupa bahwa dirinya sendiri pun perlu diperhatikan. Aurora
: Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini : Angga Dwimas Sasongko : Marcella FP : 2020 : Nurul Rohmatun Nisa
yang merupakan anak tengah, seringkali jarang diperhatikan oleh keluarganya dan harus memikul semua masalahnya sendiri. Film yang diawali dengan cerita kilas balik saat keluarga itu menanti anggota keluarga baru yang merupakan anak terakhir mereka tetapi di balik kebahagian itu tersimpan juga kesedihan mendalam yang harus disembunyikan selama bertahun-tahun. Dengan cerita masa-masa kecil dari ketiga bersaudara tersebut yang dari awal mereka masing-masing mempunyai kisah pilunya sendiri, hingga pada akhirnya mereka bertumbuh besar dan Awan yang harus mengalami kegagalan untuk pertama kalinya. Angkasa semakin dituntut untuk menjaga adik-adiknya dan tekanan dari pacarnya yang merasa bahwa hubungan mereka berdua sudah tidak sejalan. Aurora pun mengalami kesedihan karena ia merasa dilupakan oleh keluarganya. Adegan puncak di film ini ketika Aurora sudah mencapai tahap lelah dengan keluarganya dan hal itu membongkar rahasia keluarga mereka yang tentunya berpengaruh besar pada hubungan keluarga mereka. Pertama kali mengetahui tentang masalah tersebut adalah Ayah yang diberi tahu oleh suster bahwa kembaran Awan dinyatakan meninggal dunia saat
Erlangga 17 | Volume 4 Edisi Oktober 2020
8
RESENSI FILM dibawa ke ruang inkubasi, lalu dengan berat hati memberitahukan pada istrinya bahwa anak kembarnya yang selamat hanya satu. Seketika hati seorang ibu hancur mendengar berita itu, ia pun langsung menangis dan hampir depresi karena merasa kecewa dengan insiden ini. Lalu, ayah mempunyai ide bahwa masalah ini harus dirahasiakan dari anak kedua dan anak bungsunya. Ia mempunyai prinsip bahwa masalah ini hanya sebuah masa lalu yang harus dilupakan dengan harapan bisa memulai hidup yang baru tanpa kesedihan di masa lalu. Seiring waktu, kedua orang tua pun menjelaskan bahwa anak bungsunya mempunyai kembaran yang sudah meninggal saat dilahirkan bersama anak yang sekarang diberi nama “Awan� dan kembarannya yang sudah meninggal juga diberi nama “A� yang tertulis pada batu nisan yang mungil. Setelah tahu semua cerita ini, mereka pun sedikit kecewa karena semua ini disembunyikan dari mereka. Namun akhirnya mereka dapat mengerti dan menerima semuanya dengan lapang.
9
Dari hal itu kita dapat memahami bahwa walaupun orang tua kita terlihat dewasa dan kuat tetapi mereka mempunyai titik lemah juga. Selain itu, film ini juga diselipkan kisah romantis antara Awan dan Kale (diperankan Ardhito Pramono) yang membuat Awan belajar banyak hal termasuk melawan ketakutannya sendiri dengan mengahadapinya. Akhir dari cerita film NKCTHI mampu membuat penonton tersadar arti pentingnya untuk saling memahami perasaan satu sama lain dalam sebuah keluarga. Keluarga yang harmonis
harus saling mengerti satu sama lain.
Nuansa Unik dan Visual yang Bagus Secara keseluruhan film ini sangat bagus, hal ini dapat dilihat dari visualnya. Sutradara memberikan nuansa yang unik secara visual dengan menampilkan nuansa biru di setiap adegan flashback yang berbeda dari film yang umumnya. Selain itu, juga dapat dilihat dari alur film yang disajikan yaitu tidak seperti film pada umumnya. Film NKCTHI menyajikan alur film campuran tetapi memperjelas setiap kisah yang terjadi di masa kini dan di masa lalu. Soundtrack yang mengiringi setiap adegan film sangat sesuai dengan setting dan keadaan di setiap adegan. Meski terdapat berbagai hal yang dapat dijadikan sebagai keunggulan, film NKCTHI ini juga memiliki kelemahan. Terdapat beberapa adegan yang seharusnya tidak perlu ada karena tidak terlalu penting, yang juga tidak mengubah cerita yaitu ketika adegan Kale dan Awan serta cerita Awan dan rekan kerjanya di kantor. Adegan ini dirasa kurang cocok untuk ditonton oleh semua kalangan. Tema dari film ini sangat berkaitan dengan kehidupan kita sehari-hari tentang keluarga bagaimana cara kita untuk lebih saling memahami perasaan setiap dari anggota keluarga untuk menciptakan keharmonisan dan chemistry. Selain itu, film ini mengandung banyak nasehat-nasehat yang dapat kita petik. (amd)
Erlangga 17 | Volume 4 Edisi Oktober 2020
Geliat Usaha
Mengenal Tigos, Bisnis Kuliner dengan Menu Khas Jepang dan Western
dok. Pribadi
Oleh: Susan Liya
Tigos atau biasa dikenal juga dengan Tigos Chicken merupakan sebuah bisnis kuliner yang terletak di Jalan Klentengsari 22Aa, Pedalangan, Banyumanik, Semarang, Jawa Tengah. Bisnis kuliner ini menggunakan konsep open kitchen dengan menjual berbagai menu khas Jepang dan berbagai makanan western. Tigos cenderung menyajikan makananmakanan main course dengan katsu dan karage sebagai signature dish-nya. Sesuai namanya, Tigos menggunakan ayam sebagai bahan bakunya.
Berdirinya Tigos tak luput dari inisiatif Avi Adimas, mahasiswa Manajemen 2017 Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro (FEB Undip) bersama beberapa
temannya sesama pendiri Tigos. Ada Rifqi dari Manajemen 2017, Raihan Ilyas dari Manajemen 2017 pula, serta Ilham Radityo dari Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (IESP) 2016 yang turut berperan penting dalam berkembangnya Tigos ini. Belum lama berdiri, Tigos memulai bisnisnya dengan mengadakan grand opening pada 5 Maret 2020 lalu. Avi Adimas sendiri mengungkapkan bahwa sebenarnya ide bisnis Tigos ini sudah ada sejak tahun 2019, namun baru bisa direalisasikan di awal tahun 2020. Nyaris berbarengan dengan pandemi Covid-19 yang mulai mewabah di Indonesia, Tigos tetap mampu mempertahankan eksistensinya di dunia kuliner khususnya di area Semarang atas. Motivasi Utama Mendirikan Bisnis Tigos
Bisnis kuliner mereka dimulai saat mereka membuka tenant di Ecocar (Economics Carnival) yang merupakan salah satu event FEB Undip. Pada saat itu mereka menjual rice box dengan saus yang sama dengan yang saat ini dijual di Tigos. Saus inilah yang menjadi salah satu ciri khas dari Tigos. Selanjutnya, mereka mendapat tempat di kawasan Tembalang dekat kompleks Al-Azhar. Di situlah mereka mengembangkan bisnis Tigos ini. Selain itu, konsentrasi Kewirausahaan yang diambil oleh Avi Adimas dan Rifqi juga menjadi alasan berdirinya bisnis tersebut. Target dari konsentrasi Kewirausahaan tersebut
Erlangga 17 | Volume 4 Edisi Oktober 2020
10
Geliat Usaha mengharuskan mahasiswanya untuk memiliki bisnis yang berjalan. Timing yang tepat serta keinginan untuk menciptakan lapangan kerja menjadi motivasi dari berdirinya bisnis ini. Lingkungan Ramai Menjadi Target Pasar
Seperti bisnis kuliner pada umumnya, Tigos menarget semua kalangan masyarakat untuk menjadi pelanggan mereka. Di sisi lain, Tigos menyasar kalangan menengah ke atas untuk menjadi pasar utamanya. Mahasiswa dan anak-anak sekolah juga merupakan salah satu target utama pemasaran Tigos karena populasinya yang terbilang cukup tinggi di kawasan Tembalang. Biasanya, ketika tidak berada di tengah situasi pandemi Covid-19, komplek Al-Azhar di mana Tigos berada sering ramai oleh para orang tua yang hendak menjemput anaknya sepulang sekolah. Hal ini tentu menjadi salah satu kesempatan emas yang tentunya tidak disia-siakan oleh Tigos.
11
Dilihat dari aspek pemasaran, ada beberapa cara yang digunakan oleh Tigos untuk memasarkan usahanya. Mulai dari mulut ke mulut, membuat konten di akun Instagram Tigoschicken (@tigoschicken), membangun komunitas di Twitter, serta melalui WhatsApp bisnis milik Tigos. Terdapat perbedaan antara cara promosi yang dilakukan oleh Tigos melalui akun Instagram dengan Twitter. Dituturkan oleh Avi Adimas, akun Instagram lebih cenderung digunakan untuk membuat konten promosi produk dan promosi online delivery. “Sebenarnya samasama untuk mempromosikan usaha tetapi gaya penyampaiannya yang beda. Kalau di Instagram kita lebih ke promosi produk kemudian ada promosi untuk online delivery. Tapi kalau ke Twitter lebih ke membangun komunitas Team Tigos,� jelasnya. Dalam membangun komunitas tersebut, Tigos menggunakan #TeamTigos untuk lebih membaur dengan warga Twitter. Sementara
itu, WhatsApp bisnis Tigos digunakan untuk meletakkan foto-foto menu beserta harganya dengan memanfaatkan fitur katalog di WhatsApp bisnis. Daya Tarik Tigos
Banyaknya outlet yang menjual beraneka ragam kuliner khusunya di wilayah Tembalang tak dipungkiri membuat persaingan semakin ketat. Hal ini tentu juga menjadi tantangan tersendiri bagi Tigos. Perlu ada strategi ataupun inovasi khusus yang menjadi nilai keunikan dari Tigos itu sendiri. Hal itu ditujukan agar minat beli dari masyarakat lebih meningkat. Oleh karena itu, Tigos melakukan inovasi pada saus yang digunakan dalam menumenu mereka. Ada tiga jenis saus yang saat ini mereka gunakan, yaitu saus kari jepang, honey mustard sauce, dan tar-tar sauce. Di Tembalang, menurut pihak Tigos sendiri, untuk makanan dengan inovasi yang mereka kembangkan memang belum banyak pesaingnya. Mereka berkaca dari restoran-restoran besar di sana yang juga menyediakan produk makanan Jepang. Penampilan dan kualitas dari menu makanan yang ada di Tigos menjadi hal yang selalu mereka utamakan demi terjaganya Tantangan di Tengah Pandemi
Pandemi Covid-19 di Indonesia, khususnya di Semarang sempat membuat pasar Tigos goyah. Banyak mahasiswa dan anakanak sekolah yang learn from home serta pekerja-pekerja yang work from home. Tigos kemudian menggencarkan strategi online delivery food dan menghadirkan berbagai promo untuk produk makanan mereka. Tigos juga membuat produk baru berupa frozen food katsu dan karage yang tentunya lebih mudah untuk didistribusikan ke pelanggan. Frozen food ini bisa dipesan melalui WhatsApp bisnis milik Tigos ataupun melalui situs dan aplikasi online
Erlangga 17 | Volume 4 Edisi Oktober 2020
Geliat Usaha ataupun melalui situs dan aplikasi online food delivery yang telah tersedia saat ini. Frozen food ini nantinya akan diantar oleh Tigos Supply, salah satu bentuk usaha lain dari Tigos. Layanan untuk rumah makan atau restoran dan sejenisnya yang ingin menggunakan bahan baku ayam dari Tigos pun juga tersedia. Tak hanya itu, pesanan dari rumahan pun juga akan dilayani oleh Tigos. Yang menjadi tantangan bagi Tigos ialah bagaimana caranya agar makanan mereka bisa sampai ke lidah pelanggan dengan baik, entah itu pelanggan lama maupun pelanggan baru. Usaha untuk meningkatkan kapasitas produksi dengan membuka pesanan partai besar pun juga pernah Tigos lakukan. Mereka mencoba untuk melobi beberapa perusahaan dan kantor-kantor yang ada di Semarang untuk menjalin kerja sama. Percobaan untuk memperluas pemasaran pun juga dilakukan dengan menyebar konten dan brosur-brosur Tigos ke masyarakat. Ada satu hal yang menjadi branding dari Tigos itu sendiri. Mereka membuat sebuah program bernama Tigos Berbagi yang merupakan sarana atau wadah bagi pelanggan Tigos untuk berbagi kepada orang-orang yang membutuhkan. Hal ini tentunya juga meningkatkan produktivitas dari dapur Tigos itu sendiri. “Biasanya tiap hari Jumat itu minimal 50 item makanan pasti buat sedekah Jumat. Jadi bersyukur juga tiap hari Jumat pasti ada dari Team Tigos yang sedekah Jumat lewat kita gitu,” kata Avi Adimas.
Team Tigos merupakan sapaan akrab bagi pelanggan Tigos. Untuk program Tigos Berbagi, Tigos ikut terjun membagikan secara langsung kepada orangorang yang sekiranya membutuhkan, mendistribusikannya ke masjid-masjid, dan membagikannya kepada kaum duafa. Program Tigos Berbagi ini pun diakui oleh
Avi Adimas sebagai hal yang membuat usaha mereka bisa bertahan sampai sekarang. Harapan untuk Tigos
Meski terbilang baru, Tigos telah mampu membentuk pasarnya sendiri dan telah berhasil menanamkan pengaruhnya pada dunia bisnis kuliner di Tembalang khususnya. Meski begitu, belum ada keinginan dari Tigos untuk membuka outlet baru di Semarang ataupun daerah sekitarnya dalam waktu dekat ini. “Kalau outlet, kita belum ada acara nambah lagi ya. Kita fokus ke gedein usahanya dulu. Ya semoga Tigos bisa makin sukses bisa buka di tempat lain,” pungkas Avi Adimas.
Setiap bisnis pasti diharapkan bisa bertahan dalam jangka panjang, begitu juga yang diharapkan oleh Tigos. Eksistensi Tigos di dunia bisnis kuliner menjadi sesuatu yang selalu diharapkan dan diusahakan oleh Tigos sendiri. Dengan presentasi dan kualitas produk yang selalu dijamin pada setiap produknya menjadikan keyakinan bagi Tigos untuk bisa tetap eksis di Semarang, khususnya. (amd)
“Kalau outlet, kita belum ada acara nambah lagi ya. Kita fokus ke gedein usahanya dulu. Ya semoga Tigos bisa makin sukses bisa buka di tempat lain,” –Avi Adimas, Pendiri Tigos
Erlangga 17 | Volume 4 Edisi Oktober 2020
12
KOLOM SASTRA
Seruan Senyap Selepas Paripurna Oleh : Yunita Nurul Selepas paripurna ‌
Dalam malam yang beranjak larut
Saat langit masih bertabur bintang
Angin berhembus dari penjuru para dewan
Memeluk tubuh-tubuh yang jatuh dalam kekecewaan Ketukan palu menjunjung kepentingan Seruan rakyat menuntut keadilan Namun, senyap
Wakil rakyat hanya menganggapnya gurauan Entah tuli atau begitulah sajak birokrasi
Wakil rakyat hanya melenggang tak tahu diri Hak-hak rakyat banyak terampas
Sementara perampas hanya terenyum bebas Hari berlalu dan langit terlihat begitu biru
Terlalu cerah untuk demokrasi yang terkurung dalam sangkar
Entah kemarin, esok, atau untuk tahun-tahun yang akan berlayar Senyap; suara rakyat tak pernah didengar ___________________
- Pekalongan, 6 Oktober 2020 –
13
Erlangga Erlangga1717| Volume | Volume4 3Edisi EdisiOktober Oktober2020 2017
KOLOM OPINI
Sengkarut Demokrasiku Oleh : Prastio Anggoro Sudah lebih dari 75 tahun sejak kemerdekaan negara Indonesia dikumandangkan, permasalahan demokrasi di negeri ini terus menjadi permasalahan yang tak kunjung meredup. Definisi ideal tentang demokrasi dari Abraham Licoln yang menggambarkan bahwa demokrasi merupakan suatu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat nampaknya mulai dilencengkan oleh beberapa oknum yang duduk di pemerintah. Jika ditelisik lebih lanjut lagi dari sisi etimologi ada sebuah ketidakseimbangan peran demos (rakyat) dan kratos (pemerintah) yang mana menjadi asal usul kata demokrasi. Nampaknya hanya kratos yang berperan dominan dalam negara ini.
Seiring berjalannya waktu, sudah banyak variasi demokrasi yang coba diterapkan di negara ini mulai dari demokrasi liberal, demokrasi parlementer, dan yang terakhir demokrasi pancasila. Akan tetapi, nampaknya belum ada yang bisa membuat demokrasi di Indonesia mendekati ideal sesuai yang dicita-citakan. Kisah kelam demokrasi nampaknya sangat pekat terlihat dalam masa Orde Baru, di mana hampir seluruh institusi sosial politik kenegaraan “dipasung� secara sistematik oleh kendali presiden (Purnawerni, 2004). Kemudian beranjak dari situ setelah tumbangnya rezim Orde Baru, masyarakat Indonesia mulai menemukan titik terang keadilan demokrasi pada masa reformasi. Kemerdekaan berpendapat, kebebasan serikat, kebebasan pers juga menandai optimisme masyarakat tentang demokrasi di negeri ini. Akan tetapi, apakah hal tersebut masih sekarang
dirasakan?
Kebebasan berpendapat tanpa didengar oleh pemangku kebijakan juga menjadi sesuatu hal yang sia-sia. Demo dan aksi protes memang tumpah ruah di jalanan, tetapi apa hal tersebut didengar oleh mereka yang duduk terhalang tembok yang tinggi nan megah? Inilah potret sengkarut demokrasi Indonesia, yang jangan sampai negara ini masuk kedalam demokrasi semu atau “demokrasi jadi-jadian�. Demokrasi di negara ini sejatinya harus merujuk pada sila ke-IV Pancasila yang mana seharusnya rakyat dipimpin oleh wakil-wakilnya dalam rangka memperoleh kebijaksanaan yang memandang permusyawarahan sebagai jalan utama untuk mencapainya. Wakil rakyat tersebutlah yang seharusnya menjadi penyambung lidah rakyat ke pemerintah. Apakah hal tersebut sudah semestinya dilakukan oleh wakil kita di pemerintahan? Sejak pertama kali dilangsungkan pemilu langsung pada 2004 silam, di mana kita memilih langsung wakil rakyat kita di pemerintahan seharusnya menjadi langkah ideal untuk mewujudkan demokrasi yang hakiki. Akan tetapi, permasalahan yang baru justru muncul karena sistem tersebut. Permasalahan utama yakni tingginya biaya politik di negara ini. Kontestasi politik yang disertai dengan mahar pencalonan serta money politic menjadi titik tolak sengkarut demokrasi di negeri ini. Jika kita berpacu pada kontestasi politik di pilkada DKI Jakarta saja, sekitar 60-80 miliar rupiah yang harus dikeluarkan setiap paslon untuk mendanai kampanyenya (Kompas.com).
Erlangga | Volume 4 Edisi Oktober Erlangga 17 | 17 Volume3 Edisi Oktober 20172020
14
KOLOM OPINI Yang terburuk adalah jika tingginya dana tersebut digunakan untuk membeli suara dalam pemilu. Di mana ada oknum rakyat yang bersedia “menggadaikan suaranya” ke wakil pemerintahan yang bahkan asal usulnya pun belum jelas diketahui oleh masyarakat. Hal ini lah yang menjadi akar permasalahan mengapa demokrasi di Indonesia terutama yang kontras sekali terlihat pada polemik Undang-Undang Cipta Kerja yang resmi disahkan oleh DPR pada tanggal 5 oktober yang lalu. Sengkarut UU Cipta Kerja atau omnibuslaw ini menjadi gambaran jelas akan adanya suara rakyat yang tidak didengar oleh wakilnya sendiri dan relasi elit dengan rakyat yang semakin melebar. Permasalahan tingginya mahar politik juga menjadi awal mula mengapa korupsi di Indonesia tak kunjung usai. Dengan modal sangat tinggi yang sudah dikeluarkan oleh para wakil rakyat untuk melenggang ke Senayan, tentu ada oknum wakil rakyat yang ingin “membalikan modal” untuk menutupi biaya pencalonannya. Hal ini yang seringkali membuat kasus korupsi kebanyakan berasal dari para wakil rakyat. Data yang dikeluarkan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tahun 2020 juga menguatkan fenomena tersebut, di mana DPR dan DPRD menjadi pemuncak utama dalam hal jumlah korupsi terbanyak yang tercatat di KPK. Total ada 274 kasus korupsi yang berasal dari jabatan tersebut. Banyaknya oknum wakil rakyat yang “memperdagangkan kewenangan” sudah menjadi permasalahan yang mengakar di negara demokrasi ini.
15
Akan terlalu kusut permasalahan demokrasi di negeri ini jika dibiarkan. Bahkan survey Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) tahun 2020 mengatakan bahwa demokrasi
di Indonesia telah mengalami kemunduran. Ketika rakyat tidak bisa mengubah sistem demokrasi di negara ini, maka salah satu jalan yang tepat dilakukan yakni jangan menggadaikan suara rakyat ke wakil rakyat yang tidak merakyat. Menghentikan praktik money politic menjadi langkah tepat ketika ingin permasalahan demokrasi di negara ini mendapatkan sebuah titik terang. Literasi politik harus ditingkatkan untuk bisa memilih wakil rakyat yang sesuai dengan visi dan misi kita, bukan karena iming-imingan uang semata. Pilkada bulan Desember nanti seharusnya menjadi pembuktian rakyat bahwa demokrasi ini akan lebih baik ketika pemilu yang dilakukan juga dengan baik. Permasalahan demokrasi ini tentu harus diselesaikan dengan serius ketika tidak ingin polemik seperti UU Cipta kerja, korupsi politik, dinasti politik, serta ancaman kebabasan berpendapat tak terulang kembali. (amd)
*) Penulis merupakan Pemimpin HRD LPM Edents 2020
Erlangga Erlangga1717| Volume | Volume4 3Edisi EdisiOktober Oktober2020 2017
Erlangga 17 | Volume3 Edisi Oktober 2017
16
17
Erlangga 17 | Volume 3 Edisi Oktober 2017
Erlangga 17 | Volume3 Edisi Oktober 2017
18