Buletin Erlangga 17 Edisi September 2018

Page 1


“Dari Redaksi Tidak lengkap rasanya, jika suatu organisasi mahasiswa tidak mengadakan suatu acara besar yang dapat mem-branding organisasi itu sendiri. Dimulai dari acara yang bertajuk talkshow, seminar, training, pensi, dan lain sebagainya. Acara-acara tersebut tidak dapat mungkin berjalan jika tanpa adanya dana yang mendanai pelaksanannya. Lalu, apa sajakah sumber pendanaan organisasi mahasiswa dalam menyelenggarakan acaranya? Apakah danusan memang telah menjadi budaya dalam pendanaan acara ini? Melihat hal ini, kami tertarik untuk mengangkat isu tersebut menjadi tema pada Buletin Edents Volume 3 Edisi September 2018 ini.

Pada laporan utama satu, kami akan berfokus pada pendanaan secara umum yang berkaitan dengan penyelenggaraan acara suatu organisasi mahasiswa. Dimulai dari sumber-sumbernya hingga aliran dananya. Kemudian pada laporan utama dua, kami akan berfokus pada salah satu kegiatan pendanaan yang sangat menarik bagi mahasiswa, yaitu danusan. Dimulai dari latar belakang, ragam kegiatannya, hingga kendala dalam melakukan danusan itu sendiri. Selain itu, pada buletin ini juga kami menghadirkan rubrik Tea Time bersama Afif Arfenda selaku ketua Senat Mahasiswa FEB Undip periode 2018-2019. Kami juga akan menguak popularitas Ontiemay, yang merupakan pilihan alternatif bagi kegiatan danus mahasiswa.

Akhir kata, kami dari Redaksi LPM Edents memohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kekeliruan dalam penulisan. Kritik dan saran selalu kami harapkan dari para pembaca.

BULETIN ERLANGGA 17 DITERBITKAN OLEH : Lembaga Pers Mahasiswa Edents

Pemimpin Umum: Aradeya Tangguh

Pemimpin Redaksi: Fana Mustika

Redaktur Pelaksana Buletin: Pearlytha Mayling

Pemimpin Artistik: Mutia Rahmania

Layouter dan Ilustrator: Rafi' Qurnia Reporter:

Elvi, Julian, Ayu, Pearlytha,

Farah, Nailul, Kurnia, Barda Sirkulasi dan Pendanaan: Cynthia Farah

Selamat Membaca!

Erlangga | Volume 1 Edisi April 2017 Erlangga 1717 | Volume 3 Edisi September 2018


“Daftar Isi 1

Tea Time with Afif Arfenda

6

3

Program Kerja Organisasi Mahasiswa, darimana Dananya?

Polling: Danus di Mata Mahasiswa

8 Danusan, Pemberat Sekaligus Penyelamat

11

Resensi Buku "Kelemahanku adalah Kekuatanku"

13 Geliat Usaha Ontiemay: Alternatif Sumber Danus Proker Mahasiswa Erlangga 17 17 || Volume Volume 11 Edisi Edisi April April 2017 2017 Erlangga Erlangga 17 | Volume 3 Edisi September 2018


Tea Time with Afif Arfenda Oleh : Elvi Hidayati Diana

dok. Pribadi

Afif Arfenda atau yang biasa dipanggil Afif adalah Mahasiswa FEB jurusan manajemen 2015 yang saat ini menjabat sebagai Ketua Senat Mahasiswa FEB Undip. Afif Lahir di Jakarta, 24 Januari 1997. Afif menempuh pendidikan SMPSMA nya di Boarding school Al-Kahfi Bogor. Afif merupakan mahasiswa yang aktif di berbagai organisasi. Namun, meskipun aktif di berbagai organisasi Afif tetap bisa mengatur kuliah dan pelajaran akademiknya agar tetap seimbang. Organisasi apa saja yang pernah Anda ikuti baik dibangku Sekolah maupun di bangku Kuliah ?

“Waktu SMP aktif menjadi anggota pramuka hampir tiga tahun, baru off setelah kelas tiga SMP karena harus fokus untuk ujian-ujian. Di SMA tahun kedua ikut organisasi OSIS sama ekskul-ekskul. Sedangkan di Kuliah sendiri tahun pertama aktif di tiga organisasi yaitu UKM-F Basket, Senat FEB sebagai staff Ahli, dan KSEI sebagai staff Event. Di tahun kedua Kuliah hanya aktif di dua organisasi yaitu KSEI sebagai kabiro dari jaringan atau humas dan Senat Universitas komisi 4.” Mengapa Anda memilih untuk aktif di berbagai organisasi ?

1

“Aku sendiri beranggapan kalau empat tahun di kampus ini hanya sekedar akademik saja itu kurang, karena banyak hal-hal yang perlu dipersiapkan untuk kehidupan pasca kampus. Salah satu contoh yaitu untuk meningkatkan kapasitas diri melalui softskill, kerjasama tim, dan lain-lain. Nah, aku memilih untuk meningkatkan kapasitas diri itu melalui organisasi. Mungkin ada teman-teman yang mengembangkan softskill lewat prestasi, lomba, tulisan-tulisan dan lain-lain. Kalau aku sendiri lebih memilih untuk meningkatkan kapasitas diri itu melalui organisasi. Sebenarnya di tahun pertama, awalnya kepikiran mau di basket saja, sisanya belum ada, belum tau mau ikut apa. Akhirnya setelah sharing sama kakak tingkat yang alumni SMA ku juga, menyarankan untuk ikut KSEI. Daftarlah KSEI, dan Alhamdulillah diterima.

Kemudian coba untuk daftar BEM tapi ternyata tidak diterima, akhirnya berfikir yaudah ikut dua saja eh ternyata masih ada nih Senat yang masih open recruitment dan sama kakak kelas disarankan untuk apply, dan ternyata diterima. Kemudian ditahun kedua ternyata dipercayai oleh temanteman Senat FEB untuk mewakili Senat Fakultas di Universitas. Setelah itu masuklah ke Senat Universitas di tahun kedua kuliah, disana belajar banyak sekali. Setelah satu tahun di Senat Universitas, aku merasa aku dapat pelajaran ini karena dipercaya temanteman Senat FEB untuk belajar di Senat UNDIP. Akhirnya ditahun ketiga ini mencoba memberikan feedback lah untuk temanteman di Senat FEB dari apa yang sudah aku pelajari di Senat UNDIP.” Apa saja kendala selama menjabat sebagai ketua senat sejauh ini ?

“Kendala ya yang jelas kalau di senat sendiri kan sistemnya delegasi jadi kendala yang selama ini dirasakan itu, pertama, bagaimana menyatukan pemikiran dari teman-teman senat yang lain. Karena kita merupakan delegasi dari 21 organisasi yang ada di FEB, ada yang dari LPM Edents, ada

Erlangga 17 | Volume 3 Edisi September 2018


yang dari MIKAT, ada yang dari himpunan, ada yang dari kelompok studi, jadi setiap senator itu punya background yang berbeda-beda. Ada yang memiliki budaya organisasi yang dibawa dari organisasi sebelumnya, jadi budaya organisasi setiap senator itu beda-beda. Seperti contohnya kelompok studi dengan basket itu budaya organisasinya sudah beda, fokusnya sudah beda. Menyatukan pemikiran dari setiap senator itu yang sulit menurutku. Karena tadi, kita harus membuat budaya baru yang pas untuk 21 orang senator yang latar belakangnya berbeda-beda.

Kemudian kendala internal kedua yaitu ada di ranah kerja. Kalau dulu kita di organisasi awal sebagai eksekutor, kita membuat event, memberikan inovasi-inovasi untuk eventnya, nah sedangkan kalau di senat ini sekarang kita berbeda, kita tidak membuat event, kita lebih mengawasi program kerja-program kerja organisasi lain, untuk regulasi dan lain-lain. Jadi secara ranah kerja pun 180 derajat berbeda, tidak sama dengan organisasi sebelumnya. Jadi PR kedepannya yaitu menyatukan pemikiran, mengubah maindset yang sebelumnya sebagai seorang eksekutor menjadi seorang legislator, itu kendala internal dari senat.� Menurut Anda, apa hal tersulit dalam menjadi seorang pemimpin ?

�Hal tersulit menjadi seorang memimpin menurutku yaitu bagaimana menciptakan generasi setelah kita lebih bagus daripada generasi kita. Jadi bagaimana kita membonding orang-orang yang nantinya akan melanjutkan kepengurusan kita. Apalagi di senat kan belum pasti anggota penerusnya, jadi kita setiap tahun itu pasti rombak besarbesaran dari segi pengurusnya. Beda dengan organisasi sebelumnya. Misalnya aku di KSEI, tahun pertama aku di staff tahun keduanya lanjut menjadi kabiro. Sedangkan di senat tidak, belum tentu ditahun kedepannya lanjut. Nah, mem-bonding orang-orangnya ini yang harus dipersiapkan. Menerima orang-orang yang sekiranya bisa berkontribusi. Adakah pengalaman terbaik dan tak terlupakan selama menjabat sebagai ketua senat ?

“Belum ada sih, karena ya menurutku, satu hal yang aku syukuri aku dipertemukan dengan teman-teman senat yang memang siap berkontribusi, siap kompak, siap membangun iklim kekeluargaan. Jadi overall di tahun pertama itu iklim kekeluargaannya sudah mulai kita bangun, tidak cuma aku, mereka juga siap membangun iklim kerjanya.

Kemudian dari segi kerjanya mereka juga siap berkontribusi. Mungkin itu sih salah satu yang aku syukuri. Kalau dibilang pengalaman yang berkesan sepertinya belum ada, ya karena belum selesai menjabat jadi belum tau mana yang benar-benar berkesan. Mungkin nanti setelah selesai menjabat baru sadar oh iya nih ternyata yang ini berkesan.� Bagaimana cara Anda mengatur waktu antara organisasi dan kuliah ?

�Berat ya sebenarnya ikut banyak kegiatan. Tapi menurutku, enak-tidak enak kita harus disibukkan dengan berbagai kegiatan. Seperti kata guru SMA ku “kalau kita tidak disibukkan dengan hal-hal yang baik kita akan disibukkan dengan hal-hal yang tidak baik�. Oleh karena itu carilah kesibukan yang positif. Tapi memang benar, namanya berkorban waktu itu benar-benar perlu usaha lebih. Di organisasi kita dapat tanggung jawab baru, tanggung jawab lebih dibanding teman-teman yang tidak ikut organisasi. Jadi, benar dari segi waktu pun kita harus meluangkan lebih banyak. Kalau dulu sih prinsip ku fokus, ketika kita emang lagi dalam tugas organisasi, ya sudah kita benar-benar tidak usah memikirin kuliah dulu, tidak usah memkirkan yang lain dulu. Ketika tugas kuliah juga gitu, kita tidak usah memikirkan organisasi dulu, dan lain-lain. Pertama biar fokus, kedua tinggal bagaimana kita menentukan prioritas. Dilihat dulu mana sih yang penting dan mendesak, yang mana sih yang penting dan kurang mendesak. Kita harus benar-benar menentukan itu. Ketika memang benar-benar bertabrakan, kita harus benar-benar memastikan, mana yang menurut kita prioritas, mana yang mendesak, dengan benar.� Apa motto hidup Anda ?

Motto hidup aku yaitu “Sebaik-baik orang itu adalah orang yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain�. Jadi apapun kita, siapapun kita, peran apapun yang sedang kita jalankan, menjadi bermanfaat itu harus. Apa pesan untuk mahasiswa saat ini ?

Masa kuliah itu tidak panjang, masa-masa pasca kuliah itu harus dipersiapkan dari sekarang. Lengkapi masa kuliah dengan hal-hal positif, dengan prestasi, organisasi, ataupun lewat tulisan-tulisan. Intinya, semua hal-hal positif perlu dijalankan untuk mempersiapkan kehidupan kita pasca kampus. (fn)

Erlangga 17 | Volume 3 Edisi September 2018

2


LIPUTAN UTAMA

Program Kerja Organisasi Mahasiswa, darimana Dananya? Oleh : Julian Karinena dan Ayu Wulandari

dok. freepik.com

Organisasi mahasiswa (Ormawa) setiap tahunnya memiliki program kerja yang harus dilaksanakan. Dalam pelaksanaannya, program kerja tentu tidak hanya membutuhkan sumber daya manusia sebagai pelaksana tetapi juga membutuhkan dana agar program kerja berjalan sebagaimana mestinya. Setiap ormawa di Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) memiliki sistem pendanaannya masing-masing meskipun secara garis besar relatif sama. Berbagai Macam Sistem Pendanaan

Terdapat banyak organisasi mahasiswa yang ada di FEB, satu diantaranya adalah Kelompok Studi Pasar Modal (KSPM). Seperti halnya ormawa lain, KSPM memiliki sistem pendanaan untuk membiayai program kerjanya. Reyhan Fadhil Zachary, ketua KSPM FEB Undip, mengatakan setidaknya terdapat lima sumber pendanaan di KSPM, yaitu dari dana dekanat, sponsorship perusahaan

3

emiten, support dari IDX, investasi kas dan surplus kepengurusan tahun sebelumnya. Sponsorship, sama halnya ormawa lainnya, KSPM setiap acara juga mencoba untuk kerjasama dengan perusahaanperusahaan, yang menbedakan adalah KSPM bekerjasama dengan satu perusahaan yang setiap tahunnya akan dipastikan menjalin kerjasama dalam hal pendanaan untuk setiap acara KSPM yaitu PT Phillip Sekuritas. Selain pendanaan dari PT Phillip Sekuritas, KSPM juga mendapat sumber pendanaan tetap yang berasal dari IDX. Menurut Reyhan, KSPM mendapat support dari IDX dikarenakan KSPM termasuk kedalam galeri BEI yang mana galeri BEI ini merupakan program dari BEI sehingga semua kegiatan akan selalu di-support. Tidak ada Danus, Investasi Kas Solusinya

Satu yang menarik dari sistem pendanaan KSPM adalah di KSPM tidak dilaksanakan

Erlangga 17 | Volume 3 Edisi September 2018


dana usaha untuk membiayai program kerjanya. Dana usaha adalah sistem pendanaan yang biasanya ada pada setiap ormawa namun tidak dengan KSPM. Berjualan gorengan, ngawul, dan pre order makanan, kaos serta totebag merupakan bentuk bentuk dana usaha yang sering dilakukan oleh ormawa-ormawa di FEB. Alasan KSPM tidak melakukan dana usaha adalah karena dari sumber pendanaan yang lain sudah bisa dan cukup untuk membiayai segala keperluan program kerja KSPM.

Untuk menggantikan dana usaha ini, Reyhan mengatakan bahwa KSPM melakukan investasi kas. Sumber investasi ini berasal dari surplus kepengurusan tahun sebelumnya yang kemudian diinvestasikan. Investasi kas ini sistem pendanaan yang baru dilaksanakan di kepengurusan tahun 2017/2018. Gain dari investasi kas ini yang kemudian menjadi salah satu sumber pendanaan program kerja KSPM meskipun kontribusi dari gain ini masih relatif kecil dibandingkan dengan sumber pendanaan yang lain. Investasi kas dilakukan oleh divisi divest yang sekaligus menjadi pihak yang bertanggungjawab dari investasi kas ini. Lain Ormawa, Lain Cerita

Berbeda dari KSPM, Keluarga Mahasiswa Akuntansi (KMA) justru menjadikan dana usaha sebagai salah satu sumber pendanaan yang paling sering digunakan untuk membiayai program kerja. Fatkhi Asri Mulya, Bendahara II KMA FEB Undip, menuturkan sumber pendanaan KMA terbagi menjadi dua yaitu dana internal dan dana eksternal. Dana internal yaitu dana yang digunakan untuk mebiayai program kerja internal KMA seperti Rapat Kerja dan Forum Kajian Akuntansi. Sumber pendanaan ini berasal dari Kas pengurus KMA, kewirausahaan Divisi Kesejahteraan Mahasiswa (Kesma), dan Alumni. Divisi Kesma sendiri menjual baju polo akuntansi, stiker, dan makanan

Setiap organisasi mempunyai cara unik dan berbeda dalam mencari sumber pendanaan untuk melaksanakan program kerjanya masing-masing. katering sebagai produknya. Dana eksternal dimaksudkan untuk membiayai program kerja yang bersifat eksternal seperti DASH, Accofest, dan Explosion. Dana ini bersumber dari dana usaha, sponsor, dan dana kemahasiswaan dekanat. Seluruh panitia memiliki kewajiban yang sama untuk melakukan dana usaha. Ada target tertentu yang harus disetorkan panitia, tergantung dari seberapa besar target dana yang dibutuhkan dalam kepanitiaan.

Dana usaha tergolong menjadi beberapa pendanaan yaitu danus harian, preorder (PO), ngawul, dan paid promote. Sistem pendanaan ini tergantung dari kebijakan yang dibuat koordinator pendanaan tiap kepanitiaan yang biasa disebut koor danus. Sistem danus harian dan preorder KMA relatif sama pada umumnya. Danus harian menjual gorengan dan sosis bakar dengan harga lebih besar dari harga pokok produksi (HPP). Misal masing-masing panitia menjual sosis bakar sebanyak 25 tusuk per hari. Satu tusuk sosis bakar dengan HPP senilai Rp2.000,00 akan dijual sebesar Rp3.000,00. Maka penjualan sosis bakar memberikan keuntungan sebesar Rp25.000,00 per hari. Sistem PO biasanya berupa makanan yang dipesan terlebih dahulu dan dibayar setelah mendapatkan makanannya. Dalam

Erlangga 17 | Volume 3 Edisi September 2018

4


memesan, PO memiliki batas pembukaan dan penutupan PO yang disebut open PO dan close PO. Demi tercapainya target dana, koor danus menjadi sosok yang bertanggung jawab di bidang ini. “Koor danus di awal harus nentuin berapa besaran target per orang. Terus tugasnya lagi itu bikin timeline. Dia bakal danusan berapa kali dan berapa kali PO sebelum hari-H acara, bikin pembukuan, reminder buat pembayaran, dan nagihnagihin,” ujar Fatkhi yang juga pernah menjadi koor danus. Adanya Bantuan dari Alumni

Fatkhi menjelaskan bahwa pencarian sumber pendanaan untuk program kerjaprogram kerja eksternal dilakukan serentak, “Biasanya habis pengumuman penerimaan grand oprec (kepanitiaan-red), kita rapat pertama, minggu selanjutnya kita langsung jalanin buat nyari danus. Karena biasanya dioptimalkan waktu yang ada biar bisa nyari duit lebih banyak,” ucap Fatkhi. Pelaksanaan danus harian dirasa cukup berat bagi panitia. Selain karena bersaing dengan kepanitiaan lain, pelanggan yang rata-rata mahasiswa FEB mulai bosan dengan produk yang relatif sama dari hari ke hari.

KMA sering kali mendapat dana dari sponsor, namun dianggap sebagai tambahan saja. Alumni juga sering memberikan bantuan baik dalam bentuk uang maupun bentuk lainnya, seperti konsumsi dan pembicara. Kegiatan Gathering Alumni memudahkan alumni untuk menyalurkan dana kepada KMA , biasanya ketua-ketua KMA terdahulu atau dosen-dosen yang sering memberikan deposito abadi. Selain itu, Fatkhi mengaku KMA sering mendapatkan pendanaan dari danusan dan kas pengurus untuk membiayai program kerjanya. Ada pula tiga sistem pendanaan yang dinilai paling efektif untuk

5

mendapatkan dana. “Sebenarnya paling efektif ya dari dana usaha karena di sini kita usaha murni gitu. Entah dari danusan harian maupun preorder sebenarnya itu uang asli murni dapat duit. Sponsor kecil juga benerbener efektif sebenarnya,” ungkapnya. Suka Duka Mencari Pendanaan

Tidak lakunya danus harian, PO yang tidak sesuai target, dan gagalnya mendapatkan sponsor menjadi duka tersendiri bagi panitia. Sebaliknya, tercapainya target dana dan berjalannya program kerja yang didanai adalah kabar baik bagi mereka. Fatkhi berharap ada solusi lain dalam mendapatkan sumber pendanaan. “Pinginnya sih ada solusi lain selain harus ngawul, danus harian, ataupun sponsor kecil. Tapi belum ketemu apa yang bisa dilakuin buat dapat uang lagi selain itu,” tutupnya. (fn)

“Sebenarnya paling efektif ya dari dana usaha karena di sini kita usaha murni gitu. Entah dari danusan harian maupun preorder. Sponsor kecil juga bener-bener efektif sebenarnya,” Fatkhi Asri Mulya, Bendahara II KMA FEB Undip.

Erlangga 17 | Volume 3 Edisi September 2018


Polling

Erlangga 17 | Volume3 Edisi Oktober 2017

6


7

Erlangga 17 | Volume 3 Edisi Oktober 2017


LIPUTAN UTAMA

Danusan, Pemberat Sekaligus Penyelamat

Ilustrasi: Edents

Oleh: Farah Nofri Pudjianti dan Ayu Wuland

Danusan, atau dana usaha, begitulah kepanjangannya. Sebagai seorang mahasiswa, pasti sudah tidak asing dengan istilah satu ini. Danusan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa untuk mengumpulkan dana. Dana ini yang nantinya akan digunakan untuk membiayai organisasi mahasiswa ataupun event yang akan diadakan.

Danusan kerap dijadikan alternatif bagi organisasi ataupun anggota kepanitiaan untuk mendapatkan dana guna menutup kekurangan anggaran. Hal ini dikarenakan danusan bersifat pasti dan jelas jika dibandingkan dengan dana sponsor. Sudah menjadi rahasia umum bahwa sponsorship

juga sering dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pendanaan program kerja mahasiswa. Hanya saja, sifat ‘ketidakpastian’ dana sponsor membuat mahasiswa mencari jalan keluar untuk mencari sumber pendanaan yang lebih pasti dan dapat diandalkan, salah satunya adalah melalui kegiatan danusan. Dari Gorengan hingga Ngawul Baju Bekas Danusan sendiri sangat beragam, tidak hanya berjualan gorengan saja. Meskipun sampai saat ini memang jualan gorengan masih menjadi hal yang paling sering dilakukan. Selain berjualan gorengan, ada

Erlangga 17 | Volume 3 Edisi September 2018

8


“Setiap hal pasti ada yang setuju dan tidak setuju. Di EECC pernah dibahas tentang danusan, ada beberapa yang tidak setuju dan bebrapa alasannya karena danusan kurang inovatif hanya berjualan, dan paling banyak karena danusan mengganggu aktivitas kuliah seperti menyita fokus dan pikiran mereka,� –Bila, Ketua Umum EECC sistem danusan lain yang dinilai cukup efektif dalam mengumpulkan dana serta sedang sering dilakukan pada kegiatan organisasi atau kepanitiaan saat ini yaitu paid promote. Dengan sistem ini, seluruh kepanitiaan dari sebuah acara akan mempromosikan usaha seseorang melalui media sosial. Berbagai macam danusan lainnya juga bisa dilakukan dengan berjualan pakaian bekas atau yang akrab disebut ngawul. Di Semarang sendiri ada beberapa titik yang sering dijadikan sebagai tempat ngawul, yaitu Stadion Diponegoro, Sam Poo Kong, dan Pamongarsih. Selain itu masih ada juga pre order atau biasa dikenal dengan istilah PO. Seperti namanya, PO dilakukan dengan melakukan pesanan terlebih dahulu. Barang yang menjadi objek PO pun bisa makanan ataupun kaos.

Ada satu jenis danusan lagi yang belum sering dilakukan, yaitu sponsor kecil. Sederhananya sponsor kecil ini adalah versi sederhana dari sponsorship. Jika jumlah dana dalam sponsorship mampu mencapai jutaan rupiah, maka dalam sponsor kecil ini hanya berkisar ratusan ribu saja. Perbedaan lainnya, jika dalam sponsor menggunakan proposal sponsor, maka sponsor kecil menggunakan booklet. Jenis danusan ini dianggap leih mudah untuk dilakukan

9

dibandingkan sponsor besar dalam mencari dana. Pemberat sekaligus Penyelamat Danusan memang masih menuai pro dan kontra. Hal ini membuat danusan menciptakan dua tanggapan dari sisi yang berseberangan. Banyak yang menganggap bahwa danusan memberatkan, namun tidak sedikit pula yang beranggapan bahwa danusan merupakan sumber pendanaan yang dapat diandalkan dalam menutupi kebutuhan dana. “Menurutku danus itu sebuah alternatif. Seperti yang aku bilang, kita ga bisa memastikan dan mengandalkan dana dari eksternal/luar, oleh karena itu kita buat dana yang lebih pasti yang kita dapatkan untuk menunjang kegiatan,� tutur Aprian selaku Ketua Pelaksana Explosion 2018.

Namun permasalahannya, tidak semua anggota organisasi atau kepanitian dengan sukarela menerima sistem danusan tersebut. Ada beberapa orang merasa keberatan karena membuat fokus belajar terganggu, dan ada beberapa lagi yang merasa lelah bahkan jenuh. Intensitas danusan pun sangat tergantung dari jenis acara yang dilakukan.

Erlangga 17 | Volume 3 Edisi September 2018


Jika acara yang akan diadakan ini besar, maka tentu membutuhkan dan yang besar pula, sehingga panitia harus melakukan danusan jauh-jauh hari sebelum hari-h dan dengan intensitas yang tinggi. Berbeda dengan proker kecil yang danusannya bisa dilakukan dengan santai. Terlebih lagi, danusan juga memiliki kendala yang harus dipertimbangkan. Kita tentu tahu tidak semua orang menyambut baik kegiatan mencari dana ini. Ada beberapa orang yang lebih memilih membayar denda danus daripada melakukan danusan. Tetapi, kebanyakan denda ini tidak langsung dibayar yang pada akhirnya akan menumpuk di akhir kegiatan. Bahkan sampai tidak melunasi denda danus tersebut. Selain itu, kendala danusan yang banyak dirasakan oleh organisasi maupun kepanitiaan lainnya adalah mencari pasar danusan. Dikarenakan yang melakukan danusan, tidak hanya satu organisasi atau kepanitiaan dan pasar yang digunakan untuk menjadi target danus yaitu hanya sekitar lingkup FEB sehingga area pasar kecil dan mahasiswa yang melakukan danusan harus lebih usaha lagi dalam menjual danusan agar habis sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Kedua hal yang inilah yang membuat kehadiran danus menjadi pemberat namun dapat menjadi penyelamat sumber pendanaan yang pasti bagi mahasiswa di waktu yang bersamaan. Seni dalam Menjalani Sebuah Kepanitiaan Terlepas dari kendala yang ada, danusan memiliki manfaat yang cukup besar baik bagi acara yang dilakukan oleh organisasi atau kepanitiaan serta untuk

mahasiswa yang melakukan danusan. Dalam kepanitaan atau organisasi, kita tahu bahwa danusan memberikan manfaat yaitu mendapatkan dana pasti yang nantinya akan menutupi anggaran yang telah dibuat. Selain itu, bagi panitia atau divisi danusan dalam organisasi dapat meningkatkan kemampuan dalam membuat target danusan dari anggaran yang ada. Mahasiswa yang melakukan danusan juga dapat melatih kemampuan dalam skill marketing untuk melakukan danusan. “Manfaat dari danusan untuk penutupan penganggaran, kita udah bikin anggaran berapa danusan sebagai salah satu alternatif. Sekali lagi aku bilang bahwa itu sifatya alterrnatif,� pungkas Bila.

Aprian, berpendapat bahwa kegiatan danusan menjadi seni tersendiri bagi para panitia dalam menjalankan sebuah kepanitiaan. “Sebenarnya mau gamau setiap kepanitiaan harus ada danus, karena danus itu merupakan seni dalam kepanitiaan. Seni mencari uang dengan cara danusan merupakan salah satu langkah itu yang bisa jadi sebuah pelajaran bahwa kita harus mencari uang untuk mengejar sesuatu yang kita inginkan,� tuturnya. Danusan merupakan hal yang paling tepat dilakukan oleh organisasi atau kepanitiaan dalam mencari dana untuk membantu penutupan anggaran sebuah acara. Untuk kedepannya, diharapkan danusan dapat lebih berkembang dan inovatif dengan membuat alternatif lainnya sehingga mahasiswa juga tidak jenuh, serta kepanitiaan atau organisasi dituntut lebih aktif dalam melakukan kegiatan danusan. (fn)

Erlangga 17 | Volume 3 Edisi September 2018

10


dok. Edents

RESENSI BUKU Judul Penulis Tebal uku Penerbit ISBN Cetakan Peresensi

: Kelemahanku adalah Kekuatanku : Habibie Afsyah : 112 Halaman : Gramedia Pustaka Utama : 978-979-22-5138-8 : Pertama, Jakarta 2009 : Nailul Maghfiroh

“Kelemahan diri, termasuk keterbatasan fisik, tidak harus selalu berujung pada pelumpuhan diri. Pergulatan sudah pasti ada, tetapi kelemahan bisa diolah menjadi kekuatan. Kalau Saya yang punya keterbatasan seperti ini saja bisa, Anda pasti bisa! Kemandirian dan kesuksesan adalah kodrat Anda.” (Habibie Afsyah, 2009).

Motivasi, satu kata untuk buku ini.

Bisa Anda bayangkan bagaimana sulitnya

seorang penyandang difable yang bahkan

usianya divonis tidak lebih dari 25 tahun harus menjalani kerasnya hidup ini?

Habibie Afsyah namanya, pemuda

yang mengidap penyakit Muscular Dystrophy Progressiva yang hanya bisa menggerakkan satu

jari

tangannya

telah

menuliskan

autobiografi dirinya sendiri dengan tujuan untuk memotivasi orang lain untuk tidak

meyerah dengan keterbatasan yang dimiliki. Dengan buku ini, Habibie menuturkan

perjalanan hidupnya yang dahulu sering

diolok-olok sejak kecil hingga kini ia bisa mendulang

kesuksesan

melalui

bisnis

internet marketing dengan omzet jutaan

rupiah. Kisah perjalanan sukses dari Habibie ini tidak lepas dari kasih sayang sang ibunda tercinta yang selalu mendukungnya. “Sudah

Bermula saat seorang berkata, besar

kok

masih

dimanja!

Dorong saja ke got!” ujar seseorang pada pengasuhnya saat Habibie masih TK dan ibunya menanggapi, “Mungkin orang tidak

11

Erlangga 17 | Volume 3 Edisi September 2018


RESENSI BUKU tahu keadaan sebenarnya. Kalau tahu, dia

di Amazon dengan nilai US$ 24 untuk produk

keadaanya sendiri. Mengapa dia tidak bisa

dari laba yang didapat, hal ini membuat

pasti tidak akan tega berkata seperti itu�. Habibie mulai bertanya-tanya mengenai berdiri? Kalau pun belum waktunya, kapan

dia bisa seperti layaknya teman-teman sebayanya?

Sejak itu, Habibie mulai mengalami

pergulatan batin yang cukup luar biasa

hingga membuatnya kecewa, frustasi dan marah dengan keadaan dirinya yang tidak

seperti kebanyakan orang sampai dia merasa

pesimis dengan hidupnya dan hanya gemar

bermain game online serta berselancar di dunia maya. Namun, atas kasih sayang dan dukungan yang selalu dicurahkan kedua orangtuanya, Habibie bisa menamatkan

pendidikannya sampai tingkat SMA setelah mengalami beberapa kali penolakan sebab keterbatasan fisiknya. Atas

inisiatif

dari

ibunya

pula, setelah lulus dari SMA, Habibie diikutsertakan

dalam

kursus

internet

marketing tingkat dasar dengan biaya 5 juta. Melihat Habibie yang menunjukkan

semangatnya dalam belajar, kedua orang

tuanya menjual mobil yang biasa disewakan untuk membiayai kursus lanjutan Habibie

sebesar 15 juta. Meskipun awalnya menolak,

Habibie akhirnya menuruti keinginan ibunya dan bersungguh-sungguh dalam belajar

hingga dia bisa menjual produk pertamanya

game PS3. Walaupun dia masih merugi karena biaya pengiklanannya lebih besar

Habibie senang dan tetap berusaha untuk

menjadi internet marketer yang lebih baik

lagi. Dengan tekun, Habibie terus berusaha hingga nilai komisinya meningkat menjadi US$2.000.

Dari

penghasilannya

ini

dia

telah menutupi biaya mahal yang harus

dibayar oleh ibunya demi untuk bisa mengikutsertakaannya dalam kursus ini.

Dari sini pula, Habibie kembali mengikuti kursus-kursus mendapatkan

lain

hinggga

penghasilan

ia

bisa

sendiri

dan

sukses seperti ini. Sekarang, Habibie telah mendirikan “Yayasan Habibie Afsah� yang mengangkat kehidupan penyandang cacat seperti dirinya.

Pada akhirnya, melalui buku ini

dengan bahasa yang ringan dan mudah dipahami pembaca

Habibie untuk

Afsyah

memotivasi

sebagai

kelemahan

mensyukuri

segala

pemberian Tuhan dan tidak menjadikan keterbatasan

diri

melaikan menjadikannya sebagai dorongan untuk

memberdayakan

diri.

Buku

ini

benar-benar layak dibaca kawula muda

untuk menghidupkan semangat juang yang

tertidur dalam dirinya. Jika ia bisa, mengapa kita tidak? (fn)

Erlangga 17 | Volume 3 Edisi September 2018

12


Geliat Usaha

Ontiemay: Alternatif Sumber Danus Proker Mahasiswa Oleh: Kurnia Wulandari dan Barda Musaif

dok. Pribadi

diproduksi sendiri dengan minimal pesanan 50 box. Mereka menyediakan produk berupa rice box dengan berbagai varian menu dan rasa. Selain dengan sistem PO, mereka juga membuka tenant pada saat acara tertentu, seperti bazaar.

Kata PO alias Pre-Order pasti tidak asing di telinga kalian yang “budak proker”. Ketika mencari dana usaha biasanya para “budak proker” menggunakan sistem ini disamping menjajakkan gorengan setiap hari. Dalam sistem PO, mereka menampung pesanan terlebih dahulu selama beberapa hari dan kemudian barang yang dipesan akan siap pada tanggal yang telah ditetapkan. Melihat Peluang

Salah satu ormawa di FEB yaitu Kelompok Mahasiswa Wirausaha (KMW), divisi Business Development, melihat peluang ini dan membuka usaha yang memfasilitasi PO. Nama usahanya adalah “Ontiemay”. Dibentuk pada 9 November 2017, Ontiemay merupakan supplier di bidang makanan yang

13

“Jadi motivasi kita buat Ontiemay ini karena kita divisi yang bagian praktiknya. Nah, kalo misalnya di KMW itu kan ada bagian divisi education, kita tuh bagian business development yang memang praktik kerja langsung ke lapangannya. Jadi, kita langsung bikin produk. Selain Ontiemay, kita juga bikin ada produk-produk lainnya, kayak bazaar, atau vendor gitu. Jadi salah satunya makanan itu, Ontiemay,” jelas Isna Neysa sebagai penanggungjawab Ontiemay. Awal Mula dan Kesulitan

Awalnya pada saat bazaar KMW tidak mempunyai produk sendiri. Oleh karena itu, KMW berinisiatif membuat Ontiemay sebagai produk tetap sekaligus untuk branding nama KMW. Untuk kesulitannya sendiri, Neysa mengaku kesulitan dalam hal pemasaran dan penetapan harga. Mereka ingin menetapkan harga di bawah harga pasar karena memang kalangan yang dibidik adalah mahasiswa. Mereka juga menjelaskan hal-hal yang tidak diinginkan, seperti salah menulis pesanan. Jika itu terjadi dan merupakan kesalahan

Erlangga 17 | Volume 3 Edisi September 2018


Geliat Usaha dari Ontiemay, mereka akan membuat pesanan lebih dan dapat ditukar. Namun apabila itu kesalahan dari pihak pemesan, pihak pemesan yang harus mengatasinya.

Alasan KMW memilih usaha ini adalah mereka bosan dengan kegiatan danus dengan menjual gorengan. Neysa menjelaskan, “Kita mikir, apa sih selain kayak rice bowl, kan dulu rice bowl kan. Jadi, kita mikirnya ada rice box yang lebih kecilnya lah ibaratnya. Mahasiswa itu lebih milih makan nasi yang kenyang untuk makan siang. Jadi kita di sini melihat pasar juga. Selain danusan gorengan bikin batuk, bikin sakit tenggorokan, jadi di sini kita lebih milih pre-order rice box.� Modal dan Omset

Modal usaha mereka menggunakan pemasukan divisi business development tahun lalu. Namun, apabila mengalami kekurangan mereka menggunakan dana perorangan. Nantinya keuntungan Ontiemay akan dikembalikan pada sumber modal usaha mereka tadi. Rata-rata Ontiemay mendapatkan pesanan empat sampai lima kali dalam sebulan. Mereka bisa mendapat omzet sebesar 1,5 juta rupiah per pesanan. Ontiemay hanya menggunakan dua jenis menu, yaitu reguler dengan harga sepuluh ribu rupiah dan premium dengan harga dua belas rupiah. Dan setiap jenis menu memiliki empat varian rasa.

Untuk pekerjanya, Ontiemay hanya menggunakan anggota divisi business development yang berjumlah sembilan orang untuk mengurus pesanan. Apabila dari sembilan orang tersebut berhalangan hadir, mereka dibantu oleh anggota lain dari KMW. Adapun tugasnya antara lain memasak, menggunting stiker, packaging, menggunting stiker, printing, mencuci piring, dan mengantar pesanan. Harapan

Terakhir, Neysa juga memberikan harapannya pada Ontiemay. “Harapannya pangsa pasarnya lebih luas dan bisa memiliki karyawan dari luar. Karena selama ini kan yang mengerjakan dari kita sendiri, mahasiswa, dan butuh banyak waktu. Harapannya usaha ini semakin berkembang, bisa mempunyai restoran atau cabang.� Jika berminat, kalian dapat secara langsung ke tempat produksinya di Jalan Citra nomor K12, Tembalang, Semarang. Bisa juga menghubungi lewat media sosial milik Ontiemay, yaitu @ontiemay (Instagram dan Line). Jangan lupa follow ya! (fn)

Waktu Pengoperasian dan Pekerja

Dalam seminggu Ontiemay hanya beroperasi satu kali. Mereka beroperasi pada hari Senin, artinya setiap pesanan telah siap untuk diberikan kepada pemesan pada hari Senin. Apabila ingin memesan, Ontiemay masih menerima data hingga H-2. Mereka bisa melayani minimal order 100 box. Khusus daerah sekitar FEB, Ontiemay juga memberikan gratis ongkos kirim kepada pemesannya.

14

dok. Pribadi

Erlangga 17 | Volume 3 Edisi September 2018



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.