Koran Edents
LPM Edents
Volume
02
Dinamika Intelektual Mahasiswa Edisi 25 Maret - 7 April 2019
Dihantam Isu Miring, AIESEC : Kita Juga Ormawa Biasa
Dari Redaksi Setiap tahunnya, Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Universitas Diponegoro rutin menyelenggarakan acara Dies Natalis sebagai bentuk rasa syukur atas pertambahan umur. Memeriahkan hari kelahiran yang ke 59, FEB menyelenggarakan beberapa rangkaian acara yang melibatkan semua warga fakultas dengan ciri khas kuning ini. Kemudian, kemeriahan Dies Natalis turut diramaikan dengan pesta pemilihan mahasiswa berprestasi dan pelantikan organisasi mahasiswa FEB. Pada laporan utama, kami membahas salah satu rangkaian puncak Dies Natalis, yaitu pidato ilmiah oleh Kementrian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi. Turut dibahas isu terkini mengenai pengembalian status AIESEC menjadi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) tingkat fakultas beserta klarifikasi dari pihak AIESEC atas isu yang santer berkembang di lingkungan Undip beberapa waktu terakhir. Kemudian, berita Guest Lecturer oleh Dekan Fakultas Ekonomi Curtin University kami persembahkan untuk menambah wawasan pembaca mengenai Global Leaddrship, serta kabar prestasi dari Muhammad Rizky, mahasiswa berprestasi satu Fakultas Ekonomika dan Bisnis. Kritik saran sangat diperlukan untuk menjadikan LPM Edents menjadi lebih baik, terima kasih. Selamat membaca!
Kabar Prestasi
dok.Edents
keputusan rektor ke ranah UKM Fakultas yakni di FEB Undip. AIESEC Dikembalikan Ke Kampung Halaman, Fakultas Kuning
Association Internationale des Etudiants en Sciences Economiques et Commerciales (AIESEC) merupakan organisasi pemuda terbesar di dunia yang berfokus pada pengembangan kepribadian pemuda melalui pembelajaran pengalaman. Didirikan di Eropa pada tahun 1948, organisasi ini kemudian berkembang dengan pesat, hingga kini AIESEC sudah menjalin kerja sama dengan 2.000 lebih universitas dari seluruh negara di dunia, salah satunya adalah Universitas Diponegoro, dengan nama AIESEC in Undip. Napak Tilas Lahirnya AIESEC
Setiap organisasi memiliki sejarah berdirinya masing-masing dan tidak terkecuali dengan AIESEC in Undip. Pendirian AIESEC di Undip diinisiasi oleh seorang mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Undip bernama Agung. Pada saat itu, AIESEC Indonesia baru melebarkan sayapnya di tiga universitas, yaitu Universitas Indonesia, Universitas Padjajaran dan Universitas Andalas. Awalnya, Agung merasa tergerak setelah mengikuti konferensi AIESEC yang diadakan di Universitas Indonesia, lalu ia mulai melakukan koordinasi dengan AIESEC Indonesia terkait kemungkinan pendirian AIESEC in Undip. Pada tahun 1991, AIESEC in Undip terbentuk. Pada awal pendirian, lingkup AIESEC berada pada wilayah FEB Undip saja. Di tahun 2009, AIESEC merasa perlu lebih mengembangkan diri, sehingga ia memutuskan untuk menaikkan parameter ke tingkat Universitas, menjadi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) tingkat Undip. AIESEC menghabiskan waktu satu tahun untuk mengurus proses administrasi, hingga pada tahun 2010 berhasil menjadi UKM universitas. Namun, setelah delapan tahun berdiri di UKM Universitas, AIESEC terpaksa diturunkan lagi melalui
Saat ditemui di AIESEC Office, Local Committee Vice President (LCVP) External Relation AIESEC, Pramudito, mengatakan bahwa alasan pemindahan kembali AIESEC lingkungan FEB Undip juga belum bisa diketahui secara pasti. Cerita dimulai ketika AIESEC tidak diundang pada pelantikan organisasi mahasiswa tingkat universitas. AIESEC kemudian mencoba mengklarifikasi hal ini pada rektorat, namun nihil. Tidak lama kemudian, muncul Surat Keterangan (SK) Rektor yang menyatakan bahwa AIESEC akan dipindahkan kembali ke FEB Undip, menjadi UKM Fakultas. Terhitung semenjak surat tersebut dikeluarkan, AIESEC sudah mulai melakukan proses pemindahan administrasi.
Alasan pemindahan AIESEC yang tertuang pada SK Rektor menyatakan bahwa kegiatan AIESEC akan lebih cocok jika dilaksanakan di lingkup FEB Undip, serta adanya hubungan baik dengan alumni FEB Undip tahun 1991 hingga 2009 tantu akan lebih bermanfaat. Menurut AIESEC, dalam proses pemindahan administrasi, tidak terdapat masalah yang begitu rumit karena pihak FEB menerima kedatangan mereka dengan baik dan hampir semua masalah telah menemukan jalan tengah. Masalah terbesar yang dihadapi ketika pemindahan adalah keanggotaan, karena hanya 15% dari keseluruhan anggota AIESEC yang merupakan mahasiswa FEB Undip. Namun, Pramudito mengatakan bahwa Wakil Dekan Kemahasiswaan FEB Undip, Anis Chariri, menyatakan bahwa itu bukan suatu masalah besar. Terkait masalah ini, AIESEC memiliki dua pilihan yang belum diputuskan oleh pihak dekanat, apakah akan melakukan restrukturisasi atau memilih anggotanya yang merupakan mahasiswa FEB Undip sebagai ketua legal dalam SK Ormawa. Teka-teki Pemindahan Status AIESEC?
Turunnya AIESEC dari status UKM Universitas tentu tidak akan terjadi jika tidak didasari alasan yang kuat. Sebelum AIESEC mendapat keputusan legal mengenai pemindahan, santer tersebar beberapa isu buruk yang menerjang organisasi ini. Dua di antaranya adalah isu pelaksanaan fashion show Lesbian Gay Biseksual Transgender (LGBT) dan AIESEC yang tidak mengundang petinggi Undip untuk hadir dalam acaranya. Isu ini juga didukung oleh penyampaian Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan FEB pada saat pelantikan Organisasi Mahasiswa FEB Undip “Ada kesalahan AIESEC yang membuat wakil rektor satu marah. AIESEC membuat acara fashion show LGBT.
Masalah lainnya, mereka membuat acara dan tidak ada pihak Undip yang diundang.” Ucap Anis, (09/03). Namun, isu ini dibantah oleh Local Committee President (LCP) AIESEC, Luthfi, bahwasanya semua isu yang beredar sifatnya tidak benar. Luthfi menyatakan bahwa dirinya tidak mengetahui bagaimana isu itu dapat berhembus dan berkembang ke arah yang negatif. Ia menyatakan bahwa AIESEC tidak pernah mengadakan acara fashion show LGBT atau acara serupa dalam bentuk apapun. Selain itu, Ia juga mengonfirmasi mengenai absennya petinggi Undip dalam acara bersama Walikota Semarang bahwa pembina sekaligus dosen FEB Undip yang pada saat itu diundang, sedang berhalangan hadir. Adanya rumor ini sangat disayangkan karena kemunculannya tidak disertai bukti yang jelas dan tidak adanya kesempatan bagi AIESEC untuk memberikan klarifikasinya kepada pihak eksternal. Belum Ada Titik Terang Kejelasan Posisi AIESEC
Urusan AIESEC dengan pihak Rektorat belum berhenti, AIESEC belum dilantik oleh pihak dekanat FEB Undip sehingga belum ada legal yang menyatakan keberadaan AIESEC dalam fakultas kuning. Dari sisi AIESEC mengatakan bahwa tidak dilantiknya organisasi mereka merupakan keputusan sepihak yang dibuat oleh Wakil Dekan Kemahasiswaan setelah adanya kunjungan dari Wakil Rektor Akademik dan Kemahasiswaan yaitu Muhammad Zainuri. Namun, untuk alasan tidak disampaikan kepada AIESEC. Di sisi lain, Anis Chariri, pada Pelantikan Ormawa FEB Undip 2019 menyatakan bahwa AIESEC terpaksa tidak dilantik karena isi SK Ormawa yang masih berseberangan dengan pelaksanaan organisasi AIESEC sehingga harus diluruskan terlebih dahulu.
Dengan adanya masalah ini, AIESEC harus terus mempersiapkan diri untuk segala kemungkinan yang ada. Namun menurut AIESEC, isu ini tidak menggoyahkan kinerja internal organisasi dan sebaliknya dapat membangun potensi organisasi dari sisi yang lain. “Please, jangan punya mindset buruk terhadap AIESEC karena pada akhirnya kita juga ormawa biasa gitu, kita juga kalo ngadain acara pasti mikir dulu dong,” sebut Luthfi. AIESEC berharap bahwa nantinya mereka dapat menjalin hubungan yang baik terhadap semua pihak, baik pihak dekanat maupun ormawa lainnya. Meskipun nantinya, tidak dilantik, AIESEC ingin hubungan dengan pihak dekanat tetap terjaga. Selain itu, AIESEC terbuka bagi siapapun yang ingin mengetahui kegiatan yang dilakukannya sekaligus menunjukkan bahwa apa yang dikerjakan AIESEC selama ini adalah murni untuk tujuan pengembangan pemuda. (jl)
Mengenal Rizki Fadhillah, Mawapres FEB Undip
Pesta
Pilmapres
Kampus
Ekonomika
dan
Bisnis
Pemilihan Mawapres dilaksanakan secara berjenjang, dimulai dari tingkat jurusan atau departemen, fakultas, perguruan tinggi, seperti universitas, institut maupun sekolah tinggi, Kopertis Wilayah (untuk Perguruan Tinggi Swasta), dan tingkat nasional. Pemilihan Mawapres (Pilmapres) mempunyai lima komponen penilaian yaitu, Indeks Prestasi Kumulatif (IPK), karya tulis ilmiah beserta ringkasan, prestasi atau kemampuan yang diunggulkan, Bahasa Inggris dan Bahasa PBB lainnya (bila ada), dan kepribadian. Pada Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Universitas Diponegoro, pemilihan Mawapres tingkat fakultas diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM). Panitia Pemilihan Mahasiswa Prestasi (Pilmapres) memulai penyeleksian dengan membuka sesi pendaftaran bagi semua mahasiswa FEB sebagai perwakilan setiap program studi dan dilanjutkan sesuai dengan pedoman penilaian Pilmapres tahun 2019. Pada tahun ini Pilmapres terbagi atas dua yaitu Pilmapres Utama dan Pilmapres Pemetaan. Pilmapres Utama 2019
Kordents Volume 2 Edisi 25 Maret - 7 April 2019
Diterbitkan Oleh Lembaga Pers Mahasiswa Edents
saya juga harus membuat persyaratan-persyaratannya,” tutur Rizki ketika ditanya tentang hambatan yang dihadapi.
doc. Edents
Menjadi mahasiswa berarti memikul tanggung jawab sebagai insan dewasa yang diharapkan mampu mengembangkan potensi diri secara maksimal agar dapat memenuhi kepentingan nasional dan meningkatkan potensi sumber daya manusia. Mahasiswa diharapkan dapat menyelaraskan kecerdasan komprehensif, tidak hanya menekuni ilmu pada bidang yang ia pelajari (hardskill), tetapi juga mengembangkan softskill melalui kegiatan organisasi kemahasiswaan. Namun, tidak semua mahasiswa mampu melaksanakan hal tersebut. Acap kali mahasiswa hanya menitikberatkan pada satu sisi, banyak mahasiswa dengan nilai akademik yang tinggi tidak memanfaatkan waktu dan peluang dalam kegiatan non-akademik. Sebaliknya mahasiswa yang aktif dalam organisasi kemahasiswaan kurang mementingkan nilai akademik. Sedangkan pada dunia nyata, dibutuhkan lulusan yang dapat menyeimbangkan hardskills dan softskills. Maka dari itu, Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan setiap tahun menyelanggarakan pemilihan Mahasiswa Berprestasi (Mawapres), yaitu sebuah kegiatan untuk memilih atau mencari dan memberikan penghargaan kepada mahsiswa yang berhasil mencapai prestasi tinggi, baik kurikuler, kokurikuler, maupun ekstrakulikuler sesuai dengan kriteria yang ditentukan.
Selain itu IPK yang dibawah kompetitor lainnya juga menjadi suatu hambatan bagi Rizki, mengingat IPK merupakan salah satu komponen penilaian Pilmapres ini. Peluang yang Rizki punya adalah keaktifannya dalam kegiatan organisasi dan prestasi yang dimilikinya. Banyaknya kegiatan organisasi yang diikuti menjadi suatu nilai lebih dalam penilaian Pilmapres, karena organisasi menyumbang skor yang tinggi dalam penilaian. Disamping itu kemampuan Bahasa Inggris yang diatas para kompetitor lainnya juga berpengaruh dalam penentuan Rizki menjadi Mawapres. Menikmati Semua yang Dilakukan
ditujukan untuk angkatan 2016 dan 2017, sedangkan Pilmapres Pemetaan 2020 ditujukan untuk angkatan 2017 dan 2018 yang akan dipersiapkan untuk Pilmapres ditahun yang akan datang. Rizki Fadhillah, Mawapres Satu FEB
Muhammad Rizki Fadhillah atau yang biasa disapa Rizki adalah mahasiswa FEB Universitas Diponegoro jurusan Ekonomi Islam tahun 2016 dan merupakan Mawapres Satu Fakultas Ekonomika dan Bisnis. Selain menjadi mawapres, Rizki juga tergabung dalam BEM Fakultas dan menjabat sebagai Kepala Bidang Riset dan Keilmuan. Dikenal sebagai sosok yang aktif dalam berbagai kegiatan organisasi mahasiswa, Rizki dapat membuktikan jika dia mampu menyeimbangkan kegiatan organisasi dengan prestasi akademik. Hal ini jelas tidak mudah, mengingat besar dan banyaknya tanggung jawab dalam kegiatankegiatan di organisasi, jadwal belajar, serta tugas kuliah yang padat. Banyak hambatan yang telah dihadapi Rizki selama mengikuti Pilmapres ini karena bukan hanya sebagai peserta, tetapi Rizki juga berperan sebagai panitia Pilmapres mengingat dia menjabat sebagai Kepala Bidang Riset dan Keilmuan. “Untuk hambatan sendiri, saya pusing ketika harus menjadi panitia penyeleksian, peserta penyeleksian, kemudian
Pemimpin Umum: Dirga Ardian ; Pemimpin Redaksi: Julian Karenina ; Pemimpin Artistik: Rafi' Qurnia ; Editor: Karima Suci ; Reporter: Luthfia, Difa, Cinka, Dypa, dan Rizki
Sekretariat : Gedung PKM Lt. 1 FEB Undip, Tembalang Edents Call Center : 024-91181513
Dengan kegiatan yang padat, jelas pertanyaan yang akan timbul adalah bagaimana cara menyeimbangkan kesibukan kuliah dan organisasi. Setiap orang memang mempunyai caranya tersendiri dalam mengatur waktu, namun Rizki percaya jika kita sudah memilih untuk mengikuti banyak kegiatan maka kita akan menikmati apa yang kita lakukan. “Kalau saya menjalankan sesuatu, saya tidak pernah mengharapkan apapun, karena semua kegiatan yang saya lakukan sesuai dengan keinginan saya.” tuturnya. Rasa lelah pasti menghampiri, namun karena sudah memilih hal tersebut maka sikap untuk menikmati sebuah proses harus dilakukan “Memang untuk mengharapkan sesuatu yang lebih dari orang lain, kamu harus membayar lebih untuk itu,” ujar Rizki. Mawapres Hanya Sebuah Gelar
Menurut Rizki menjadi Mawapres jelas merupakan suatu kebanggaan bagi seorang mahasiswa, namun yang harus diingat adalah Mawapres hanyalah sebuah gelar ketika kita tidak dapat membagikan ilmu kepada orang lain. Menurutnya, ketika terpilih menjadi Mawapres yang harus diingat adalah bagaimana ilmu tersebut dapat dibagikan kepada orang lain, bagaimana diri kita dapat menjadi inspirasi bagi orang lain, dan bagaimana diri kita dapat bermanfaat untuk orang lain. “Usahakanlah kamu selalu bermanfaat untuk orang lain dengan cara apapun,” ujar Rizki. Selain tanggung jawab tersebut, menjadi Mawapres jelas mempunyai banyak manfaat, diantaranya dapat belajar sesuatu yang baru dari para kompetitor, memperbanyak relasi, juga diprioritaskan untuk mendapat beasiswa. (jl)