Koran Edents
LPM Edents
Volume
02
Dinamika Intelektual Mahasiswa Edisi 25 Maret - 7 April 2019
Dihantam Isu Miring, AIESEC : Kita Juga Ormawa Biasa
Dari Redaksi Setiap tahunnya, Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Universitas Diponegoro rutin menyelenggarakan acara Dies Natalis sebagai bentuk rasa syukur atas pertambahan umur. Memeriahkan hari kelahiran yang ke 59, FEB menyelenggarakan beberapa rangkaian acara yang melibatkan semua warga fakultas dengan ciri khas kuning ini. Kemudian, kemeriahan Dies Natalis turut diramaikan dengan pesta pemilihan mahasiswa berprestasi dan pelantikan organisasi mahasiswa FEB. Pada laporan utama, kami membahas salah satu rangkaian puncak Dies Natalis, yaitu pidato ilmiah oleh Kementrian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi. Turut dibahas isu terkini mengenai pengembalian status AIESEC menjadi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) tingkat fakultas beserta klarifikasi dari pihak AIESEC atas isu yang santer berkembang di lingkungan Undip beberapa waktu terakhir. Kemudian, berita Guest Lecturer oleh Dekan Fakultas Ekonomi Curtin University kami persembahkan untuk menambah wawasan pembaca mengenai Global Leaddrship, serta kabar prestasi dari Muhammad Rizky, mahasiswa berprestasi satu Fakultas Ekonomika dan Bisnis. Kritik saran sangat diperlukan untuk menjadikan LPM Edents menjadi lebih baik, terima kasih. Selamat membaca!
Kabar Prestasi
dok.Edents
keputusan rektor ke ranah UKM Fakultas yakni di FEB Undip. AIESEC Dikembalikan Ke Kampung Halaman, Fakultas Kuning
Association Internationale des Etudiants en Sciences Economiques et Commerciales (AIESEC) merupakan organisasi pemuda terbesar di dunia yang berfokus pada pengembangan kepribadian pemuda melalui pembelajaran pengalaman. Didirikan di Eropa pada tahun 1948, organisasi ini kemudian berkembang dengan pesat, hingga kini AIESEC sudah menjalin kerja sama dengan 2.000 lebih universitas dari seluruh negara di dunia, salah satunya adalah Universitas Diponegoro, dengan nama AIESEC in Undip. Napak Tilas Lahirnya AIESEC
Setiap organisasi memiliki sejarah berdirinya masing-masing dan tidak terkecuali dengan AIESEC in Undip. Pendirian AIESEC di Undip diinisiasi oleh seorang mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Undip bernama Agung. Pada saat itu, AIESEC Indonesia baru melebarkan sayapnya di tiga universitas, yaitu Universitas Indonesia, Universitas Padjajaran dan Universitas Andalas. Awalnya, Agung merasa tergerak setelah mengikuti konferensi AIESEC yang diadakan di Universitas Indonesia, lalu ia mulai melakukan koordinasi dengan AIESEC Indonesia terkait kemungkinan pendirian AIESEC in Undip. Pada tahun 1991, AIESEC in Undip terbentuk. Pada awal pendirian, lingkup AIESEC berada pada wilayah FEB Undip saja. Di tahun 2009, AIESEC merasa perlu lebih mengembangkan diri, sehingga ia memutuskan untuk menaikkan parameter ke tingkat Universitas, menjadi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) tingkat Undip. AIESEC menghabiskan waktu satu tahun untuk mengurus proses administrasi, hingga pada tahun 2010 berhasil menjadi UKM universitas. Namun, setelah delapan tahun berdiri di UKM Universitas, AIESEC terpaksa diturunkan lagi melalui
Saat ditemui di AIESEC Office, Local Committee Vice President (LCVP) External Relation AIESEC, Pramudito, mengatakan bahwa alasan pemindahan kembali AIESEC lingkungan FEB Undip juga belum bisa diketahui secara pasti. Cerita dimulai ketika AIESEC tidak diundang pada pelantikan organisasi mahasiswa tingkat universitas. AIESEC kemudian mencoba mengklarifikasi hal ini pada rektorat, namun nihil. Tidak lama kemudian, muncul Surat Keterangan (SK) Rektor yang menyatakan bahwa AIESEC akan dipindahkan kembali ke FEB Undip, menjadi UKM Fakultas. Terhitung semenjak surat tersebut dikeluarkan, AIESEC sudah mulai melakukan proses pemindahan administrasi.
Alasan pemindahan AIESEC yang tertuang pada SK Rektor menyatakan bahwa kegiatan AIESEC akan lebih cocok jika dilaksanakan di lingkup FEB Undip, serta adanya hubungan baik dengan alumni FEB Undip tahun 1991 hingga 2009 tantu akan lebih bermanfaat. Menurut AIESEC, dalam proses pemindahan administrasi, tidak terdapat masalah yang begitu rumit karena pihak FEB menerima kedatangan mereka dengan baik dan hampir semua masalah telah menemukan jalan tengah. Masalah terbesar yang dihadapi ketika pemindahan adalah keanggotaan, karena hanya 15% dari keseluruhan anggota AIESEC yang merupakan mahasiswa FEB Undip. Namun, Pramudito mengatakan bahwa Wakil Dekan Kemahasiswaan FEB Undip, Anis Chariri, menyatakan bahwa itu bukan suatu masalah besar. Terkait masalah ini, AIESEC memiliki dua pilihan yang belum diputuskan oleh pihak dekanat, apakah akan melakukan restrukturisasi atau memilih anggotanya yang merupakan mahasiswa FEB Undip sebagai ketua legal dalam SK Ormawa. Teka-teki Pemindahan Status AIESEC?
Turunnya AIESEC dari status UKM Universitas tentu tidak akan terjadi jika tidak didasari alasan yang kuat. Sebelum AIESEC mendapat keputusan legal mengenai pemindahan, santer tersebar beberapa isu buruk yang menerjang organisasi ini. Dua di antaranya adalah isu pelaksanaan fashion show Lesbian Gay Biseksual Transgender (LGBT) dan AIESEC yang tidak mengundang petinggi Undip untuk hadir dalam acaranya. Isu ini juga didukung oleh penyampaian Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan FEB pada saat pelantikan Organisasi Mahasiswa FEB Undip “Ada kesalahan AIESEC yang membuat wakil rektor satu marah. AIESEC membuat acara fashion show LGBT.
Masalah lainnya, mereka membuat acara dan tidak ada pihak Undip yang diundang.” Ucap Anis, (09/03). Namun, isu ini dibantah oleh Local Committee President (LCP) AIESEC, Luthfi, bahwasanya semua isu yang beredar sifatnya tidak benar. Luthfi menyatakan bahwa dirinya tidak mengetahui bagaimana isu itu dapat berhembus dan berkembang ke arah yang negatif. Ia menyatakan bahwa AIESEC tidak pernah mengadakan acara fashion show LGBT atau acara serupa dalam bentuk apapun. Selain itu, Ia juga mengonfirmasi mengenai absennya petinggi Undip dalam acara bersama Walikota Semarang bahwa pembina sekaligus dosen FEB Undip yang pada saat itu diundang, sedang berhalangan hadir. Adanya rumor ini sangat disayangkan karena kemunculannya tidak disertai bukti yang jelas dan tidak adanya kesempatan bagi AIESEC untuk memberikan klarifikasinya kepada pihak eksternal. Belum Ada Titik Terang Kejelasan Posisi AIESEC
Urusan AIESEC dengan pihak Rektorat belum berhenti, AIESEC belum dilantik oleh pihak dekanat FEB Undip sehingga belum ada legal yang menyatakan keberadaan AIESEC dalam fakultas kuning. Dari sisi AIESEC mengatakan bahwa tidak dilantiknya organisasi mereka merupakan keputusan sepihak yang dibuat oleh Wakil Dekan Kemahasiswaan setelah adanya kunjungan dari Wakil Rektor Akademik dan Kemahasiswaan yaitu Muhammad Zainuri. Namun, untuk alasan tidak disampaikan kepada AIESEC. Di sisi lain, Anis Chariri, pada Pelantikan Ormawa FEB Undip 2019 menyatakan bahwa AIESEC terpaksa tidak dilantik karena isi SK Ormawa yang masih berseberangan dengan pelaksanaan organisasi AIESEC sehingga harus diluruskan terlebih dahulu.
Dengan adanya masalah ini, AIESEC harus terus mempersiapkan diri untuk segala kemungkinan yang ada. Namun menurut AIESEC, isu ini tidak menggoyahkan kinerja internal organisasi dan sebaliknya dapat membangun potensi organisasi dari sisi yang lain. “Please, jangan punya mindset buruk terhadap AIESEC karena pada akhirnya kita juga ormawa biasa gitu, kita juga kalo ngadain acara pasti mikir dulu dong,” sebut Luthfi. AIESEC berharap bahwa nantinya mereka dapat menjalin hubungan yang baik terhadap semua pihak, baik pihak dekanat maupun ormawa lainnya. Meskipun nantinya, tidak dilantik, AIESEC ingin hubungan dengan pihak dekanat tetap terjaga. Selain itu, AIESEC terbuka bagi siapapun yang ingin mengetahui kegiatan yang dilakukannya sekaligus menunjukkan bahwa apa yang dikerjakan AIESEC selama ini adalah murni untuk tujuan pengembangan pemuda. (jl)
Mengenal Rizki Fadhillah, Mawapres FEB Undip
Pesta
Pilmapres
Kampus
Ekonomika
dan
Bisnis
Pemilihan Mawapres dilaksanakan secara berjenjang, dimulai dari tingkat jurusan atau departemen, fakultas, perguruan tinggi, seperti universitas, institut maupun sekolah tinggi, Kopertis Wilayah (untuk Perguruan Tinggi Swasta), dan tingkat nasional. Pemilihan Mawapres (Pilmapres) mempunyai lima komponen penilaian yaitu, Indeks Prestasi Kumulatif (IPK), karya tulis ilmiah beserta ringkasan, prestasi atau kemampuan yang diunggulkan, Bahasa Inggris dan Bahasa PBB lainnya (bila ada), dan kepribadian. Pada Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Universitas Diponegoro, pemilihan Mawapres tingkat fakultas diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM). Panitia Pemilihan Mahasiswa Prestasi (Pilmapres) memulai penyeleksian dengan membuka sesi pendaftaran bagi semua mahasiswa FEB sebagai perwakilan setiap program studi dan dilanjutkan sesuai dengan pedoman penilaian Pilmapres tahun 2019. Pada tahun ini Pilmapres terbagi atas dua yaitu Pilmapres Utama dan Pilmapres Pemetaan. Pilmapres Utama 2019
Kordents Volume 2 Edisi 25 Maret - 7 April 2019
Diterbitkan Oleh Lembaga Pers Mahasiswa Edents
saya juga harus membuat persyaratan-persyaratannya,” tutur Rizki ketika ditanya tentang hambatan yang dihadapi.
doc. Edents
Menjadi mahasiswa berarti memikul tanggung jawab sebagai insan dewasa yang diharapkan mampu mengembangkan potensi diri secara maksimal agar dapat memenuhi kepentingan nasional dan meningkatkan potensi sumber daya manusia. Mahasiswa diharapkan dapat menyelaraskan kecerdasan komprehensif, tidak hanya menekuni ilmu pada bidang yang ia pelajari (hardskill), tetapi juga mengembangkan softskill melalui kegiatan organisasi kemahasiswaan. Namun, tidak semua mahasiswa mampu melaksanakan hal tersebut. Acap kali mahasiswa hanya menitikberatkan pada satu sisi, banyak mahasiswa dengan nilai akademik yang tinggi tidak memanfaatkan waktu dan peluang dalam kegiatan non-akademik. Sebaliknya mahasiswa yang aktif dalam organisasi kemahasiswaan kurang mementingkan nilai akademik. Sedangkan pada dunia nyata, dibutuhkan lulusan yang dapat menyeimbangkan hardskills dan softskills. Maka dari itu, Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan setiap tahun menyelanggarakan pemilihan Mahasiswa Berprestasi (Mawapres), yaitu sebuah kegiatan untuk memilih atau mencari dan memberikan penghargaan kepada mahsiswa yang berhasil mencapai prestasi tinggi, baik kurikuler, kokurikuler, maupun ekstrakulikuler sesuai dengan kriteria yang ditentukan.
Selain itu IPK yang dibawah kompetitor lainnya juga menjadi suatu hambatan bagi Rizki, mengingat IPK merupakan salah satu komponen penilaian Pilmapres ini. Peluang yang Rizki punya adalah keaktifannya dalam kegiatan organisasi dan prestasi yang dimilikinya. Banyaknya kegiatan organisasi yang diikuti menjadi suatu nilai lebih dalam penilaian Pilmapres, karena organisasi menyumbang skor yang tinggi dalam penilaian. Disamping itu kemampuan Bahasa Inggris yang diatas para kompetitor lainnya juga berpengaruh dalam penentuan Rizki menjadi Mawapres. Menikmati Semua yang Dilakukan
ditujukan untuk angkatan 2016 dan 2017, sedangkan Pilmapres Pemetaan 2020 ditujukan untuk angkatan 2017 dan 2018 yang akan dipersiapkan untuk Pilmapres ditahun yang akan datang. Rizki Fadhillah, Mawapres Satu FEB
Muhammad Rizki Fadhillah atau yang biasa disapa Rizki adalah mahasiswa FEB Universitas Diponegoro jurusan Ekonomi Islam tahun 2016 dan merupakan Mawapres Satu Fakultas Ekonomika dan Bisnis. Selain menjadi mawapres, Rizki juga tergabung dalam BEM Fakultas dan menjabat sebagai Kepala Bidang Riset dan Keilmuan. Dikenal sebagai sosok yang aktif dalam berbagai kegiatan organisasi mahasiswa, Rizki dapat membuktikan jika dia mampu menyeimbangkan kegiatan organisasi dengan prestasi akademik. Hal ini jelas tidak mudah, mengingat besar dan banyaknya tanggung jawab dalam kegiatankegiatan di organisasi, jadwal belajar, serta tugas kuliah yang padat. Banyak hambatan yang telah dihadapi Rizki selama mengikuti Pilmapres ini karena bukan hanya sebagai peserta, tetapi Rizki juga berperan sebagai panitia Pilmapres mengingat dia menjabat sebagai Kepala Bidang Riset dan Keilmuan. “Untuk hambatan sendiri, saya pusing ketika harus menjadi panitia penyeleksian, peserta penyeleksian, kemudian
Pemimpin Umum: Dirga Ardian ; Pemimpin Redaksi: Julian Karenina ; Pemimpin Artistik: Rafi' Qurnia ; Editor: Karima Suci ; Reporter: Luthfia, Difa, Cinka, Dypa, dan Rizki
Sekretariat : Gedung PKM Lt. 1 FEB Undip, Tembalang Edents Call Center : 024-91181513
Dengan kegiatan yang padat, jelas pertanyaan yang akan timbul adalah bagaimana cara menyeimbangkan kesibukan kuliah dan organisasi. Setiap orang memang mempunyai caranya tersendiri dalam mengatur waktu, namun Rizki percaya jika kita sudah memilih untuk mengikuti banyak kegiatan maka kita akan menikmati apa yang kita lakukan. “Kalau saya menjalankan sesuatu, saya tidak pernah mengharapkan apapun, karena semua kegiatan yang saya lakukan sesuai dengan keinginan saya.” tuturnya. Rasa lelah pasti menghampiri, namun karena sudah memilih hal tersebut maka sikap untuk menikmati sebuah proses harus dilakukan “Memang untuk mengharapkan sesuatu yang lebih dari orang lain, kamu harus membayar lebih untuk itu,” ujar Rizki. Mawapres Hanya Sebuah Gelar
Menurut Rizki menjadi Mawapres jelas merupakan suatu kebanggaan bagi seorang mahasiswa, namun yang harus diingat adalah Mawapres hanyalah sebuah gelar ketika kita tidak dapat membagikan ilmu kepada orang lain. Menurutnya, ketika terpilih menjadi Mawapres yang harus diingat adalah bagaimana ilmu tersebut dapat dibagikan kepada orang lain, bagaimana diri kita dapat menjadi inspirasi bagi orang lain, dan bagaimana diri kita dapat bermanfaat untuk orang lain. “Usahakanlah kamu selalu bermanfaat untuk orang lain dengan cara apapun,” ujar Rizki. Selain tanggung jawab tersebut, menjadi Mawapres jelas mempunyai banyak manfaat, diantaranya dapat belajar sesuatu yang baru dari para kompetitor, memperbanyak relasi, juga diprioritaskan untuk mendapat beasiswa. (jl)
Kunjungi !
w w w.lpmedents.com
Kordents Vol. 2 Edisi 25 Maret - 7 April 2019
Industri 4.0, Selamat Datang Bumi Pertiwi Jenjang Karir Revolusi Industri 4.0 di Indonesia
doc. Edents
Adanya perubahan transformasi digital yang tinggi menuntut setiap negara di dunia harus mampu menyesuaikan kondisi negaranya dengan perubahan tersebut, tidak terkecuali Indonesia. Menyiapkan penyesuaian dalam rangka menyambut era industri 4.0, pemerintah mulai menuntut munculnya entrepreneur-entrepreneur muda Indonesia, terutama generasi milenial. Langkah pemerintah mulai berhasil, ditandai dengan semakin banyaknya jumlah start-up yang berdiri di Indonesia setiap tahun. “Untuk tahun 2015 sampai tahun 2018, lebih dari 1.300 start-up berdiri di Indonesia. Jumlah tersebut jauh lebih meningkat dibandingkan tahun 2004 sampai 2014 yang hanya berjumlah 15 start-up.” Ucap Mohamad Nasir.
“Perguruan tinggi harus berani melakukan berbagai terobosan, berani mendobrak kebiasaan-kebiasaan lama, berani memunculkan program studi baru yang mencetak keahlian masa kini dan masa depan.” Joko Widodo, Oktober 2018 Revolusi Industri 4.0 adalah tren di dunia industri yang menggabungkan teknologi otomatisasi dengan teknologi cyber. Kondisi tersebut tentu berdampak pada semua bidang, termasuk pendidikan. Industri 4.0 menyebabkan pendidikan mengalami cyber physical system atau perubahan pada digital, fisik, dan manusia. Berarti, pengaruh penggunaan teknologi sangat berdampak kepada proses pendidikan, baik positif maupun negatif.
Industri 4.0 yang dimiliki negara Indonesia sangat rendah terhadap pertumbuhan pembangunan bila dibandingkan dengan negara lain. “Sangat rendah yaitu hanya sebesar 0,694 untuk Indonesia, sementara Malaysia 0,82 dan Thailand 0,7. Sangat miris sekali, jika dibandingkan dengan negara di seluruh dunia saja, Indonesia setara dengan Uganda,” ujar Mohamad Nasir, Menristekdikti Indonesia dalam acara Pidato Ilmiah Dies Natalis ke 59 FEB Undip.
Mengantisipasi rendahnya tingkat perkembangan industri 4.0 terhadap pembangunan dan untuk mempersiapkan generasi agar dapat menghadapai industri 4.0 dibutuhkan pengembangan bahasa, logika, matematika, dan sains. Tantangan yang sangat besar juga harus ditaklukan oleh negara Indonesia di bidang pendidikan. Walaupun Indonesia peringkat pertama untuk tingkat kebahagiaan siswa, namun untuk tingkat kompetitif justru menempati peringkat ke-64 dari 71 negara. Dan hal inilah yang harus menjadi perhatian utama, bagaimana pemerintah dapat membangun atmosfir persaingan yang kompetitif, sehat, dan cerdas.
Disaat Indonesia baru bisa menghasilkan 15 industri start-up dengan kondisi belum optimal pada tahun 2004 sampai tahun 2014, Iran sudah mampu menghasilkan 1.000 industri startup. Meskipun demikian, Indonesia terus melakukan perbaikan. Berselang empat tahun, lebih dari 1.300 start-up sudah menghiasi perekonomian bangsa yang menandai kemajuan Indonesia untuk menciptakan lingkungan industri 4.0. Selain itu, munculnya berbagai unicorn yang merupakan start-up dengan nilai kapitalisasi aset lebih dari satu milyar semakin mempertegas bahwa Indonesia siap berkecimpung dalam industri 4.0.
Saat ini Indonesia sudah mempunyai empat unicorn, yaitu Gojek, Tokopedia, Traveloka, dan Buka Lapak. Ke-empat startup tersebut memiliki kapitalisasi aset lebih dari satu milyar dalam satu tahun. Namun sangat disayangkan bahwa hanya satu unicorn saja yang mempunyai riset centre di Indonesia, yaitu Buka Lapak. Buka Lapak melakukan kerjasama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) untuk membuka riset center di Indonesia yang diresmikan oleh Menrisdikti, Mohamad Nasir, dengan harapan dapat mendorong lahirnya teknologiteknologi baru buatan Indonesia yang meningkatkan kemajuan industri 4.0. Sementara 3 unicorn lain memiliki riset centre yang berlokasi di luar negeri. Gojek mendirikan riset center di India, sedangkan Tokopedia dan Traveloka memilih China sebagai riset center-nya. Tentunya hal tersebut harus menjadi perhatian utama, karena meskipun unicorn tersebut milik Indonesia namun jika tidak ada sumber daya manusia Indonesia yang terlibat dalam pengembangan teknologi, maka transfer teknologi akan sulit untuk dilakukan. Permasalahan pelokasian riset centre terjadi karena sulitnya mendapatkan resources yang mumpuni di Indonesia. Mau tidak mau, pengusaha tersebut akhirnya membangun riset centre di luar negeri dengan maksud mendapatkan resources yang tepat. Misi Indonesia Mengejar Ketertinggalan
Guna mengatasi permasalahan-permasalahan yang timbul seiring perkembangan industri 4.0 ada beberapa hal yang harus mulai dilakukan. Pertama, keterampilan individu ke depan harus mulai dibentuk, terutama mahasiswa. Dalam hal ini perguruan tinggi dirasa sudah tidak perlu mempunyai banyak fakultas namun harus mulai disatukan saja. “Contoh penyatuan
fakultas adalah Faculty of Health Sciences terdiri dari jurusan Dokter Umum, Dokter Gigi, Farmasi, Kesehatan Masyarakat, dan Psikologi. Begitu juga dengan fakultas-fakultas lain. Karena apabila berhasil disatukaan maka kementerian dapat menghemat anggaran pendidikan sebesar 60-80 milyar.” Jelas Nasir.
Melalui penyatuan berbagai fakultas, nantinya sistem perkuliahan juga harus diubah. Dari yang sebelumnya adalah konvesional diubah menjadi digital dan face to face diubah menjadi online learning. Sehingga satu dosen tidak lagi mengajar 30 mahasiswa sosial dan 20 mahasiswa sains, namun satu dosen dapat mengajar 1000 mahasiwa. Selain itu penguasaan programming dan audit harus dilakukan agar mahasiswa mempunyai digital talent. Pengembangan diri dan melakukan inovasi juga harus dilakukan agar dapat bersaing dengan negara lain.
Kedua, perguruan tinggi harus berani melakukan berbagai terobosan baru, mengubah kebiasaan lama, dan para dosen harus diarahkan ke penelitian yang lebih baik. Karena dunia sudah sangat berubah, maka perguruan tinggi harus bisa menyesuaikannya. Misalnya adalah pembukaan program studi baru. Beberapa perguruan tinggi sudah melakukan hal tersebut, seperti program studi Rekayasa Keselamatan Kebakaran Hutan oleh Universitas Negeri Jakarta dan Pengelolaan Perkebunan Kopi oleh Universitas Gajah Putih Aceh dan hal tersebut harus dicontoh oleh perguruan tinggi lain. Yang terakhir adalah para mahasiswa harus didorong untuk menjadi wirausahawan. Mereka tidak lagi mencari pekerjaan namun merekalah yang menciptakan pekerjaan. Sertifikat kompetensi menjadi hal yang sangat penting saat ini. Karena apabila melamar pekerjaan di perusahaan asing, mereka tidak hanya menanyakan ijazah dari mana namun sertifikat kompetensi merupakan kunci utamanya. Antusiasme warga FEB terhadap Isu Industri 4.0
Menurut M. Zacky Zulfikar, selaku peserta pidato ilmiah dies natalis ke-59 FEB Undip, acara pidato ilmiah ini dapat menambah wawasan para peserta tentang bagaimana dampak revolusi industri 4.0 pada pendidikan tinggi di Indonesia serta bagaimana perkembangannya di luar negeri. Acara pidato ilmiah ini dapat memotivasi mahasiswa untuk semakin berkembang dan mampu melakukan perubahan yang lebih positif untuk kondisi pendidikan di Indonesia
Antusiasme peserta pidato ilmiah dies natalis FEB Undip dirasa wajar sebab penyampaian materi dari Mohamad Nasir sangat tepat sasaran dan sesuai dengan isu yang sedang berkembang di Indonesia. Terkusus bagi mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisinis, pengetahuan mengenai industri 4.0 yang disampaikan oleh pembicara sangat memberikan manfaat dan memberikan pemikiran baru dalam proses belajar, mengingat isu perekonomian adalah makanan sehari-hari bagi mahasiswa ekonomi. “Pidato ilmiah ini dapat menambah pengetahuan kita sebagai mahasiswa serta membuat pikiran dan sudut pandang kita lebih terbuka.” Ucap Tina, mahasiswa manajemen 2018. (jl)
Kabar Kampus
Melalui Guest Lecturer, FEB Undip Siap Wujudkan Global Leadership dihadapi adalah bisnis global, kemiskinan, hak asasi manusia dan gerakan sosial, etika bisnis dan keberlanjutan perusahaan, peningkatan ketimpangan sosial, pengaruh investasi, security concerns, perbedaan budaya dan peningkatan nasionalisme. Setiap negara mempunyai adat dan kebiasaan yang berbeda. Perbedaan inilah yang dapat menyebabkan permasalahan. “Seperti kebiasaan orang Indonesia yang ingin mengapresiasi hasil kerja keras seseorang dengan memberikan hadiah, akan tetapi di negara lain hal tersebut justru dianggap sebagai salah satu upaya penyogokan,” ucap Evans. Oleh sebab itu pelaku bisnis harus dapat memahami budaya atau culture suatu negara, terutama bagi pemimpin untuk bisa menghadapi segala kemungkinan masalah, sehingga dapat meningkatkan kulaitas dan menjadi pemimpin yang bermutu.
Guna meningkatkan semangat dan motivasi peserta untuk menjadi pemimpin yang baik, Evans memberi contoh strategi keberhasilan Sundar Pichai menjadi CEO Google. Strategi yang pertama adalah seorang pemimpin wajib mengenali dirinya dengan baik, kemudian berani mengambil resiko dan jika gagal, ia harus bangkit dan mencoba kembali. “Jangan takut untuk gagal. Jadikan kegagalan itu sebagai lencana kehormatan,” ucap Dekan Fakultas Ekonomi Curtin University tersebut. Strategi lainnya adalah bekerja dengan orang yang lebih baik dari kita, maka kita akan mendapat pelajaran yang semakin baik. Strategi terakhir Sundar yang disampaikan Evans ialah “Think big and follow your dreams.” Bagaimana berfikir cerdas, bermimpi, dan berusaha dengan sungguhsungguh dalam mewujudkan mimpi.
Pada dasarnya, acara Guest Lecturer sama seperti kuliah umum biasanya, tapi yang membuat spesial adalah pembicara yang didatangkan langsung dari Curtin University, Australia. “Yang spesial dari kuliah umum kali ini jika dibandingkan dengan kuliah umum lainnya adalah pembicara yang didatangkan dari luar negeri, yaitu Dekan Fakultas Ekonomi Curtin University.” ungkap Difi selaku ketua pelaksana. Alasan lainnya adalah selain untuk menambah wawasan dan membuka pandangan yang lebih luas tentang Global Leadership kepada semua peserta kuliah umum, acara ini juga dijadikan ajang kerja sama antara FEB Undip dengan Fakultas Ekonomi Curtin University. Kerjasama yang diusung ini tentunya diharapkan dapat memberikan hubungan yang saling menguntungkan antara ke dua belah pihak.
Strategi Jitu Menjadi Pemimpin Bermutu
Setelah membahas strategi keberhasilan versi Sundar, Evans kembali membahas mengenai Global Leadership Challenges. Menurutnya, Global Leadership Challenges yang sering
LPM Edents FEB Undip
Lebih Spesial dari Acara Lainnya
Adapun tentang pelaksanaan kuliah umum tidak ditemui kendala yang berarti, hanya saja dari pihak International Office terlalu mendadak memberikan informasi yang
lpmedents.com
doc. Edents
FEB Undip (14/03) – Bertempat di Hall Gedung C Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) telah berlangsung acara Guest Lecturer dengan pembicaranya adalah Dekan Fakultas Ekonomi Curtin University, Robert Evans. Acara ini diadakan dalam rangka memperingati Dies Natalis ke-59 FEB Undip. Acara ini diawali dengan sambutan dari Anis Chariri selaku Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan FEB Undip. Acara selanjutnya adalah penyampaian materi oleh Evans mengenai Global Leadership. Evans menekankan setiap mahasiswa maupun individu lainnya harus memiliki rasa kepemimpinan. Evans menjelaskan bagaimana cara menjadi seorang pemimpin yang baik. Ia juga menambahkan, yang paling penting dari seorang pemimpin ialah kejujuran dalam menjalankan roda kepemimpinan.
membuat panitia pelaksana harus berusaha lebih keras untuk menyiapkan acara. Dalam pelaksanaan, juga terdapat kendala berupa masalah kabel penghubung ke proyektor yang sering mati dan membuat Evans sedikit terhambat saat melakukan presentasi. “Masalah kabel penghubung ke proyektor pastinya menghambat penyampaian materi, tapi itu jadi bahan evaluasi kami” tutur Syukron yang ikut terlibat menyiapkan Guest Lecturer acara. Mingkatkan Motivasi Menguasai Bahasa Inggris
Syukron berharap teman-teman yang sudah hadir di acara ini mendapat ilmu mengenai Global Leadership dan secara tidak langsung mengasah kepiawaian mereka dalam berbahasa Inggris. Tidak berbeda dengan Anisa, sebagai peserta ia juga berharap mendapatkan ilmu dan motivasi untuk belajar bahasa Inggris “Semoga dengan adanya seminar ini kita termotivasi untuk semakin maju. Pembicaranya tidak mungkin bebahasa Indonesia, jadi kita termotivasi untuk belajar Bahasa Inggris dan mempelajari segala hal dengan cara pikir internasional,” ujar Anisa, sebagai salah satu partisipan. (jl)
@tbv2341m
@lpmedents