LEMBAGA PERS MAHASISWA EDENTS
KORAN EDENTS Dinamika Intelektual Mahasiswa
w w w.lpmedents.com
Volume 16 Edisi 22 Desember 2015 - 4 Januari 2016
Dari Redaksi Kepengurusan Organisasi Mahasiswa (ormawa) akan segera memasuki babak baru. Perubahan sistem pemilihan baik di tingkat fakultas maupun universitas turut mewarnai budaya demokrasi mahasiswa. Pergantian estafet kepemimpinan menjadi tonggak awal mulainya perjuangan baru bagi para pemerannya. Koran Edents Volume 16 Edisi 22 Desember 2015 - 4 Januari 2016 ini juga menyajikan berita utama mengenai perubahan dalam kalender akademik Universitas Diponegoro oleh pihak Rektorat. Alasan dan harapan pun muncul dari perubahan tersebut yang dinilai mendadak tersebut. Dari mulai sistem perubahan hingga dampak akibat kalender akademik yang baru ini menjadi topik menarik untuk dibaca. Selain perubahan dalam kalender akademik 2016 juga disajikan mengenai perubahan dalam hal pemilihan ketua Sema FEB periode ini. Sikap pro dan kontra pun muncul dari beberapa pihak atas perubahan sistem ini. Menurut Lala Irviana, selaku Staff Ahli Bidang Kemahasiswaan, perubahan ini sebenarnya sudah menjadi wacana sejak satu tahun yang lalu. Sementara itu, berita seputar kampus kali mengangkat topik Pemira 2015 yang diikuti oleh dua pasang calon Ketua dan Wakil Ketua BEM Undip. Rangkaian acara pun telah usai digelar sejak awal November lalu hingga puncaknya pada hari Kamis (17/12) lalu. Selain menyajikan berita dari sudut pandang ormawa, Koran Edents kali ini juga menghadirkan opini tentang “metamorfosa” masa SMA menjadi bangku universitas. Pengalaman baru dan tantangan yang datang menjadi obat yang manjur untuk mencapai tujuan yang lebih baik.
Kordents Volume 16 Edisi 22 Des 2015 – 4 Jan 2016 Diterbitkan Oleh Lembaga Pers Mahasiswa Edents Pemimpin Umum : Akbar Sih Pambudhi; Pemimpin Redaksi : Nur Wahidin; Pemimpin Artistik : Anastania Shafira; Editor : Adhevyo Reza; Reporter : Aradeya, Eva dwi, Susi, Hesti, Emanuela, Dias Wahyu, Abdan & Riya Niri; Layouter : Filza Bazlina E Sekretariat : Gedung PKM Lt. 1 FEB Undip, Tembalang Edents Call Center : 024-91181513
Minggu Ini
Kabar Kampus
Pemira 2015, FEB Turut Ambil Bagian “Kalo menurut saya sih, tahun kemarin kita ‘kan aklamasi. Sekarang pemilih yang masuk ke kita ada 366 dan menurut saya itu sangat lebih dari cukup, jadi cukup antusias,”-Ripdian Nisa, Petugas TPS FEB Pemungutan suara dalam gelaran Pemilihan Raya (Pemira) untuk memilih Ketua dan Wakil Ketua BEM Undip telah usai dilaksanakan pada Kamis (17/12). Bertempat di dome, mahasiswa FEB pun ambil bagian. Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang semula direncanakan dibuka pukul 08.00 molor hingga pukul 09.00. “Jadi, kita nunggu instruksi dari Panlih (Panitia Pemilih-red) untuk gimana kelanjutannya. Dan, bisa diambil saksi dari salah satu mahasiswa aja untuk membuktikan bahwa kotak masih kosong. Akhirnya jam 9 kita baru buka TPS,” ujar Ripdian Nisa, selaku petugas TPS FEB. Pemilih dalam Pemira ini adalah mahasiswa aktif FEB angkatan 2012 hingga 2015 yang dibuktikan dengan kartu identitas seperti Kartu Tanda Mahasiswa (KTM), kartu Flazz, atau kartu perpustakaan. Daftar Pemilih Tetap ( DPT ) di FEB sebanyak 750 orang, tetapi hanya sebanyak 366 mahasiswa yang menggunakan hak pilihnya. Menurut Nisa, antusiasme mahasiswa FEB tahun ini sudah dirasa cukup. “Kalau menurut saya sih, tahun kemarin kita ‘kan aklamasi. Sekarang pemilih yang masuk ke kita ada 366 dan menurut saya itu sangat lebih dari cukup, jadi cukup antusias,” tutur Nisa. Desca, selaku pemilih, mengaku bahwa sangat penting untuk berpartisipasi dalam Pemira tahun ini. Dengan begitu ia lebih mengetahui identitas, pengalaman dan prestasi dari masing-masing calon Ketua dan Wakil Ketua BEM Undip. Serta mengetahui visi dan misi mereka guna memilih calon yang terbaik untuk memimpin BEM Undip setahun kedepan.
Harapan Adanya Pemira ini diharapkan dapat meningkatkan iklim demokrasi khususnya dikalangan mahasiswa FEB. Harapan pun juga terlontar dari Desca, ia berharap kepada calon yang terpilih nantinya dapat berlaku amanah, jujur dan cerdas menjalankan tugas sebagai Ketua dan Wakil Ketua BEM Undip. Puncak dari Pemira tahun ini adalah penghitungan suara dari masing-masing fakultas. Penghitungan suara tersebut menghasilkan pasangan nomor urut 2. Fawas-Luthfi (6266 suara) lebih unggul dari pasangan nomor urut 1. Hafiz-Eko (3014 suara). Dilanjutkan dengan masa pengaduan dan penyelesaian sengketa yang dimulai sejak Sabtu (19/12) hingga Selasa (22/12). Dan untuk Ketua dan Wakil Ketua BEM Undip terpilih direncanakan akan diumumkan pada hari Rabu (23/12).
di
lpmedents.com Kurang Diminati Mahasiswa, KSEI FEB Sosialisasikan PKMKT (15/12) – Direktorat Jendral Perguruan Tinggi (Dikti) tawarkan kepenulisan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yaitu Karya Tulis (KT). Menjelang realisasi PKM KT oleh Dikti pada akhir Maret 2016, Kelompok Studi Ekonomi Islam (KSEI) Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Undip menyelenggarakan sosialisasi dan pelatihan terkait. Harmoni Diponegoro 2015, Wadah Apresiasi dan Kreativitas Mahasiswa Undip (14/12) – Departemen Minat dan Bakat Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Diponegoro (BEM Undip) kembali menyelenggarakan Harmoni Diponegoro 2015. Bertempat di Gedung Prof. Soedharto, S.H, Harmoni Diponegoro diisi dengan serangkaian apresiasi dan pentas seni. Serba-Serbi Pesta Demokrasi Undip 2015 (18/12) – Pesta demokrasi terbesar di Universitas Diponegoro (Undip) telah selesai dihelat. Pemilihan Umum Raya (Pemira) merupakan ajang untuk memilih Ketua dan Wakil Ketua BEM Undip 2016 secara serentak di seluruh fakultas di Undip.
Kendala Nisa mengaku mendapati kendala dalam hal mengatur waktu dan tenaga petugas TPS. “Kendala keseluruhan mungkin waktu dan tenaga dari TPS dan Panlih, SDMnya nggak banyak,” ungkap Nisa. Ia juga menambahkan bahwa kendala lain yang dihadapi adalah banyaknya surat suara yang dibutuhkan serta ketidaksediaan kotak suara dari Kota Semarang akibat masih digunakan dalam Pemilihan Kepala Daerah serentak lalu.
Opini Satu Semester “Magang” Hitam Putih
Kuliah Tamu Ekonomi Islam Bahas Kaidah Dasar Fiqih dan Penerapannya (17/12)- Program Studi (Prodi) Ekonomi Islam Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Undip menggelar kuliah tamu dengan mengangkat tema Kajian Dasar Fiqh dan Penerapannya dalam Ekonomi Islam.
“Selama satu semester menjalani rutinitas baru yang disebut kuliah dimana kata orang tidak seperti sinetron, saya rasa di perkuliahan lah kita mulai belajar cara me-manage waktu, bertemu dengan orang baru karena berjalannya sistem moving class, belajar cara menghadapi orang lain, dosen contohnya.” Semester ganjil sebentar lagi usai, mahasiswa baru hanya tinggal menunggu Ujian Akhir Semeter (UAS) untuk melepaskan seragam hitam putihnya. Kenapa saya sebut sebagai "Magang Hitam-Putih" ? Karena di semester awal merupakan peralihan masa Sekolah Menengah Atas (SMA) menjadi seorang mahasiswa maupun mahasiswi baru diwajibkan mengenakan pakaian atasan putih polos dan bawahan hitam layaknya seorang yang tengah magang di suatu perusahaan maupun swalayan. Selama satu semester kami diharuskan mengenakan seragam hitam-putih pada hari Senin hingga Kamis, dan mengenakan baju batik pada hari Jumat. Saya rasa peraturan ini cukup masuk akal, karena para mahasiswa baru tidak harus bingung mengenakan pakaian apa yang cocok dipakai pada saat perkuliahan berlangsung,terutama para mahasiswi. Hal ini juga memberi identitas atau pembeda antara mahasiswa baru dengan mahasiswa yang sudah lebih dulu menghuni kampus. Sementara peraturan untuk mengenakan baju batik di hari Jumat sebagai upaya agar para mahasiswa makin bangga dan terbiasa memakai batik. Kampus Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) terbagi menjadi beberapa jurusan S1 dan DIII yaitu Manajemen, Ilmu
Ekonomi dan Studi Pembangunan, Akuntansi dan Ekonomi Islam. Saya adalah salah satu mahasiswa jurusan S1 Manajemen. Gedung A merupakan gedung yang biasa saya dan para mahasiswa jurusan manajemen gunakan. Gedung yang berlokasi paling dekat dengan gerbang dan cukup strategis karena berdekatan dengan Masjid FEB, Dekanat, tempat parkir gedung A, dan Laboratorium. Walaupun berdekatan dengan Masjid FEB, gedung A memiliki mushola di lantai dua yang mempermudah mahasiswa dalam melakukan ibadah. Suasana mushola memang sangat tenang dan nyaman, bahkan kadang mahasiswa sampai mengalihkan fungsi mushola untuk mengerjakan tugas dan beristirahat sejenak menunggu kelas dimulai. Jika berbicara mengenai kelas, saya akan membahas masalah co-branding flazz atau biasa kita sebut kartu flazz untuk absen. Penggunaan kartu ini memang memudahkan dalam mencatat absensi dan mengurangi tingkat kecurangan mahasiswa untuk titip absen . Namun yang terjadi adalah seringkali saat mahasiswa sudah nge-tap, absen tersebut masih kosong dan membuat pekerjaan absensi menjadi tersendat. Seringkali kami pun menggunakan absen manual. Tidak hanya co-branding flazz, projector yang ada di tiap kelas terlihat tidak jelas bahkan tidak ada gambar yang muncul. Sementara terkadang di setiap mata kuliah, tujuh puluh persen menggunakan projector.
Perbedaan antara masa sekolah dengan kuliah terlihat juga dengan para pengajar dan sistemnya. Jika dulu di SMA kita hanya terima jadi dan pasrah saat mendapat jadwal dan guru yang akan mengajar kita tiap semesternya. Kini kita bisa memilih sendiri dosen dan mata kuliah yang kita inginkan bahkan kita juga bisa menentukan ingin berapa hari kita kuliah. Tidakkah itu menyenangkan? Namun, kelemahan dari sistem ini adalah saat menginput Kartu Rencana Studi (KRS), perebutan dosen kerap kali terjadi. Saat menentukan KRS kita harus cepat memilih dosen yang menurut kita menyenangkan dan bisa menunjang nilai kita. Selama satu semester menjalani rutinitas baru yang disebut kuliah dimana kata orang tidak seperti sinetron, saya rasa di perkuliahan lah kita mulai belajar cara me-manage waktu, bertemu dengan orang baru karena berjalannya sistem moving class, belajar cara menghadapi orang lain, dosen contohnya. Dunia perkuliahan memang cukup berat jika kita melihatnya dari satu sisi saja, contohlah sebuah kubus yang memiliki banyak sisi. Setelah melihat dari berbagai sisi,maka munculah pemikiran positif yang bisa memotivasi kita dalam menjalani sesuatu meskipun tugas yang banyak sekalipun dengan deadline yang mendesak.
Kunjungi !
w w w.lpmedents.com
Kordents. 15 Edisi 7 - 21 Desember 2015
Laporan Utama Senat Mahasiswa FEB Tak Lagi Melakukan Pemira Pemilihan Ketua Senat Mahasiswa periode 2015-2016 mulai memasuki babak baru. Metode pemilihan yang baru mulai diterapkan pada periode ini. Tanggapan dan harapan pun muncul untuk mewujudkan FEB yang lebih baik Senat Mahasiswa (Sema) Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) telah selesai melaksanakan pemilihan ketua periode 2015/2016 beberapa waktu yang lalu (9/12). Proses pemilihan ketua senat kali ini memiliki perbedaan dibandingkan periode sebelumnya. Periode sebelumnya pemilihan ketua Senat dilakukan secara demokrasi dalam Pemilihan Fakultas (Pemiltas), kemudian digabungkan dengan perwakilan dari Organisasi Mahasiswa (ormawa) untuk menentukan ketua Sema selanjutnya. Namun, Dwi Swasana Ramadhan, selaku ketua Senat Mahasiswa FEB periode 2014/2015 menuturkan bahwa tahun ini, proses pemilihan murni dilakukan dengan musyawarah bersama delegasi dari tiap-tiap Ormawa. “Jadi semua murni pelaksanaan organisasi mahasiswa, dengan tujuan Senat ini menjadi majelisnya antar organisasi mahasiswa,” ujar mahasiswa yang kerap disapa Roma ini. Roma juga menjelaskan bahwa salah satu tujuan penggantian metode ini agar Sema dapat menjalankan fungsi koordinasi. “Tujuannya itu nanti senat ini bisa menjadi organisasi yang sekaligus punya fungsi koordinasi, kalo menurut PPO (Pedoman Pokok Organisasi-red) kan memang ada fungsi koordinasinya,” imbuhnya. Lala Irviana, selaku Staff Ahli Pembantu Dekan IV Bidang Kemahasiswaan menuturkan bahwa sebenarnya perubahan metode pemilihan ini sudah dibicarakan sejak satu tahun yang lalu. “Jadi kalau dibilang ini adalah mendadak atau perubahan yang baru agak ketinggalan jaman, karena memang ini sudah di-gembargembor-kan sejak satu tahun yang lalu,” ujar Lala. Menurutnya perubahan yang baru ini mengacu pada peraturan rektor.
Yohanes Ario, ia mengatakan bahwa proses pemilihan seperti ini sah-sah saja, namun ia menganggap hal ini terlalu tertutup sehingga mahasiswa FEB tidak tahu apa-apa. “Tidak ada pemberitahuan kenapa Pemira ditiadakan, alasanya apa, mahasiswa FEB tidak tahu,” ujar Ario. Ia juga menganggap meskipun sudah ada perwakilan dari Ormawa, tapi itu juga dianggap kurang demokratis.
Menurut Ario, untuk jenis ormawa selain himpunan maupun Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), pemilihan secara internal bisa dilakukan. Namun organisasi yang mencakup seluruh mahasiswa FEB seperti Sema, proses pemilihan secara internal dianggap kurang demokratis karena tidak mewakili seluruh keinginan mahasiswa FEB. “Jadi tidak hanya Senat saja di dalamnya, tetapi juga menjadi perwakilan dari mahasiswa lain, itu menurutku kurang demokratis, kurang bisa mewakili apa yang jadi keinginan seluruh mahasiswa FEB,” tutup Ario. Harapan-harapan Lala mengatakan bahwa Senat yang terpilih sekarang, diharapkan dapat lebih baik dari yang sebelumnya. “Ini walaupun sound klise tapi saya berharap bahwa Senat sekarang yang dikomandoi oleh Mas Galuh dan kawan-kawan akan berkinerja lebih baik daripada ketika dikomandoi Mas Ramadhan dan kawan-kawan, minimal adalah sama ya,” ujar Lala. Selain itu ia juga mengharapkan agar Senat senantiasa berdiskusi kepada para Pembina yang dalam hal ini adalah staff ahli kemahasiswaan. Meskipun Ario menyayangkan metode pemilihan baru ini, ia tetap mendukung Senat selaku badan pengawas di FEB. “Bukan mempersalahkan dipilih sama seluruh mahasiswa FEB atau hanya internal tetapi yang penting kan prosesnya bekerja, kalau baik kenapa harus dikritik awalnya,” ujar Ario. Barra, yang berada dalam posisi sebagai ketua Mizan mengharapkan fungsionaris serta ketua Senat Mahasiswa FEB yang sudah terpilih bisa menjalankan amanah dengan baik dan tidak mementingkan kelompok. Roma mengharapkan ke depannya Senat bisa lebih baik dan kondusif. “Harapannya ke depannya akan jadi lebih baik, lebih kondusif dalam hal perencanaan dan lain sebagainya. Senat itu kan mengabdi dan dedikasi. Memberikan yang terbaik untuk kemajuan Fakultas Ekonomika dan Bisnis, untuk Undip dan Indonesia,” tutupnya.
Tanggapan Pemilihan ketua Senat tak lepas dari peran Ormawa. Barra Bahtiar Aziz, selaku ketua Mizan 2015 menuturkan bahwa ia sudah percaya dengan perwakilan-perwakilan yang dikirim ke dalam proses pemilihan ketua Senat. “Jadi, istilahnya kita yang telah mendelegasikan senat-senat per UPK ini di Mizan sendiri sudah, ya percaya lah dengan delegasi-delegasi ini. Dan yang ditunjuk juga nanti Insya Allah memang keputusan bersama,” ujar Barra. Di lain pihak, menurut ketua Kesmes,
Penerapan Kalender Akademik Baru, Libur Semester Diperpendek “Saya akan melakukan sosialisasi kepada para mahasiswa agar berbesar hati menjalankan sesuai kalender yang baru, karena bukan mahasiswa saja yang berat, dosen pun akan keberatan karena plot pekerjaannya juga bertambah,”- Anis Chariri, Pembantu Dekan 1 Bidang Akademik Mendekati Ujian Akhir Semester ganjil 2016 di Universitas Diponegoro, beredar kabar bahwa Rektorat telah membuat kebijakan tentang masa libur semester yang akan diperpendek dari tahun-tahun sebelumnya. Ketidakpastian ini tentu membuat resah semua kalangan, baik dari mahasiswa, dosen maupun karyawan. Sampai sekarang, keputusan dari kabar tersebut belum jelas dan masih menunggu Surat Keputusan Rektor. Pembantu Dekan bagian akademik Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Undip, Anis Chariri, menyatakan bahwa belum dapat memberikan pernyataan resmi mengenai realisasi kebijakan ini karena belum adanya surat resmi dari rektorat. Pelaksanaan “Tidak ada kaitannya dengan PTN-BH (Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum-red). Kebijakan ini karena selama ini ada kesulitan dalam SPJ aspek teknik anggaran ada kesulitan diantaranya ada honor honor yang belum dibayar,” ungkap Anis. Ia juga menambahkan bahwa jika kebijakan ini diterapkan maka tahun akademik akan sama dengan tahun anggaran. Sehingga tidak ada masalah keterlambatan Surat Pertanggungjawaban (SPJ) karena aktivitas yang belum jalan. Namun, untuk memberlakukan kebijakan ini pada tahun 2016 pihak dekanat FEB merasa agak berat karena masih banyak mahasiswa yang melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN). Proses penyesuaian nya pun membutuhkan waktu, apalagi kebijakan ini baru saja di umumkan dan rapat untuk membahas hal tersebut baru digelar sekitar dua sampai tiga minggu yang lalu. Semua kegiatan juga harus dipercepat seperti ploting kuliah, pemberian nilai, dan pengajuan Kartu Rencana Studi (KRS). Dari segi administrasi, FEB tidak terlalu bermasalah dengan kapan waktu penetapan kebijakan. “Kalau dari segi administrasi tidak ada masalah karena saya telah membuat ancang-ancang semacam antisipasi kalender akademik jika
keputusan diterapkan tahun 2016,” tutur Anis. Namun ia lebih setuju jika kebijakan tersebut diberlakukan pada tahun 2017. Dampak Menurut Anis Chariri lagi, masalah yang timbul dari pemberlakuan kebijakan ini adalah dipersingkatnya waktu untuk libur setelah Ujian Akhir Semester bagi semua kalangan. Selain itu pihak jurusan juga harus segera mengatur program kerja, dan pihak akademik harus mempersiapkan kalender akademik yang baru. “Masalah inti terletak pada rentangan waktu untuk libur dan mahasiswa yang KKN,” imbuh Anis. Sarah Nabila, mahasiswi Akuntansi 2015, mengaku kebijakan tersebut tidak berpengaruh kepadanya karena berasal dari Semarang. Namun ia menyayangkan jika kebijakan tersebut terlaksana. ”Aku keberatan soalnya aku melihat banyak teman-teman yang dari luar kota dan luar Jawa mereka pasti pengen pulang,” keluh Sarah. Harapan Anis berharap semua pihak hendaknya berbesar hati karena masalah hanya pada awal penerapannya saja. Menurut Satrio B Haryanto, anggota Senat Mahasiswa FEB, jika liburan tidak diperpendek, dampak berikutnya juga akan lebih besar. Ujian semester genap akan bertabrakan dengan lebaran serta libur semester genap jatuh setelah lebaran. Tentu hal yang demikian akan lebih sulit lagi. Dilain pihak pada bulan Januari akan libur total. Selain itu yang merayakan natal dan tahun baru, akan lebih senang karena tidak harus memikirkan ujian atau semua kegiatan akademik di kampus. “Saya akan melakukan sosialisasi kepada para mahasiswa agar berbesar hati menjalankan sesuai kalender yang baru, karena bukan mahasiswa saja yang berat, dosen pun akan keberatan karena plot pekerjaannya juga bertambah,”tutup Anis.