LEMBAGA PERS MAHASISWA EDENTS
KORAN EDENTS Dinamika Intelektual Mahasiswa
Dari Redaksi Universitas riset. Itulah salah satu visi dan misi Universitas Diponegoro yang kiranya akan dicapai pada tahun 2020. Maka, telah sepatutnya bila masing-masing fakultas di Undip memunculkan iklim risetnya. Tak terkecuali Fakultas Ekonomika dan Bisnis. Mau tak mau, FEB harus berjuang keras demi pencapaian kuantitas dan kualitas riset yang dihasilkan mahasiswanya mengingat masih tingginya apatisme di kalangan mahasiswa FEB.
Vol. 2 Edisi 30 Maret - 12 April 2015
Minggu Ini
w w w.lpmedents.com
lpmedents.com
Prestasi Debat FEB Undip di UKSW
StudentsxCEOs Summit Semarang Siapkan Future Leader Semarang (28/3) – Bertajuk Empowering the Next Generation of Sustainable Leader in 2030, StudentsxCEOs Summit Semarang mengadakan seminar di Gedung LPPU Undip Tembalang. Acara ini bertujuan untuk mengembangkan para pemuda menjadi pemimpin di bidang pemerintahan maupun entertainment.
Sementara itu, di sisi lain, FEB Undip memiliki program baru tiap hari rabu, yakni hari Ormawa dan english day. Bagi para mahasiswa yang mengikuti kegiatan ormawa, setiap hari rabu diwajibkan memakai sergam ormawa yang diikuti dan menggunakan bahasa inggris bila berkomunikasi dengan anggota ormawa lainnya, khususnya jika berada di gedung PKM. Usaha pencapaian iklim riset di FEB dan pelaksanaan serta sosialisasi hari Ormawa dan english day akan kami ulas lebih dalam pada Laporan Utama Koran Edents Volume 2 Edisi 30 Maret - 12 April 2015 Tak hanya itu, Koran Edents kali ini juga membahas mengenai Seminar Pengalihan Bahan Bakar Minyak yang masih serangkaian Dies Natalis FEB yang ke-55. Pun kabar gembira yang datang dari perwakilan mahasiswa FEB yang meraih juara 3 dalam lomba debat yang diselenggarakan oleh Universitas Kristen Satya Wacana. Akhir kata, sekian dari Redaksi, selamat membaca bagi para penerus bangsa!
Kordents Volume 2 Edisi 30 Maret - 12 April 2015 Diterbitkan Oleh Lembaga Pers Mahasiswa Edents Pemimpin Umum: Rio Putri Paramita; Pemimpin Redaksi: Gita Suksesi; Pemimpin Artistik: Anih Purwanti; Editor: Nur Wahidin; Reporter: Anisa Fatmawati, Dea, Anis, Mentari, Haning, Ifa, Ahmad Rodhi, Fajar; Layouter: Husain Muh Makhluf Sekretariat: Gedung PKM lt. 1 FEB Undip, Tembalang Edents Call Center : 024 - 91181513
Delegasi FEB Undip di UKSW dari kiri : Mustika , Khairunnas, Yosua Tak henti-hentinya menjemput prestasi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro turut serta dalam lomba Debat yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Universitas Kristen Satya Wacana. Tim pertama adalah tim Diponegoro Satu yang beranggotakan Alan, Saka, dan Arba. Sedangkan tim Diponegoro Dua beranggotakan Mustika, Yosua, dan Khairunnas. Kegiatan yang berlangsung dari 16 Maret hingga 18 Maret 2015 ini diadakan dalam rangka menyambut Masyarakat Ekonomi ASEAN. Sebelum lolos untuk mengikuti lomba di kampus UKSW terlebih dahulu mereka harus mengirimkan sebuah makalah untuk diseleksi. Dari semua makalah yang dikirim, selanjutnya dipilih 10 tulisan terbaik. 10 tim tersebut antara lain berasal dari Undip, Universitas Negeri Semarang, Universitas Airlangga, UKSW, IAIN Salatiga dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Proses perlombaan menggunakan sistem dua partai yaitu lima tim menjadi partai yang pro terhadap materi yang ada dan lima tim lainnya sebagai partai yang kontra. Tim Diponegoro satu pada sesi ini berkesempatan melawan tim dari IAIN Salatiga sedangkan tim Diponegoro dua melawan tim dari Unnes. Setelah melewati tahap pertama ini, terpilih beberapa tim terbaik untuk melaju ke babak semifinal, tim-tim tersebut adalah tim Diponegoro Dua, tim Unnes, UMY, dan IAIN Salatiga.
di
Kendala Menurut Mustika Dyah kendala yang dihadapi dalam pembuatan makalah tersebut adalah mengenai keberadaan anggota tim yang masih di kampung halaman masing-masing ketika ada informasi lomba tersebut, sehingga kesulitan dalam penulisan makalah. “Kalau dari tim saya, Yosua sedang berada di Malaysia, saya sendiri sedang magang di Malang, sedangkan Unas masih di Padang, kan kita mencar-mencar, kami nulis papernya dulu kemudian kami kirim lewat e-mail, terus nanti teman-teman yang revisi,” ujarnya. Mustika juga menegaskan bahwa mereka baru berkumpul dan berdiskusi mengenai materi perlombaan pada saat sudah sampai di Semarang. Kendala lainnya yang dihadapi adalah ketidaktahuan peserta mengenai partai mana yang akan mereka ikuti dan perbedaan bidang ilmu yang didebatkan. Menurut Mustika lawan terberat mereka adalah tim dari Unnes karena sudah sering mendapat juara sehingga lebih berpengalaman. Meskipun Mustika mengakui bahwa kurang adanya persiapan, namun tim Diponegoro Dua bersyukur mendapat juara tiga. Sedangkan Juara satu diraih oleh tim UMY dan juara dua diraih oleh tim Unnes. Mustika berpesan jika ingin sukses maka harus rajin membaca tidak hanya buku namun membaca lingkungan. “Man jadda wa jadda aja deh, kalau kita mau berusaha itu pasti ada hasilnya kok,” pesan Mustika. (gt)
LPM Edents Adakan Rapat Kerja 2015 FEB Undip (28/3) – LPM EDENTS mengadakan rapat kerja bertempat di PKM lantai dua FEB Undip. Acara ini merupakan salah satu program kerja divisi Human Resource Development (HRD) LPM EDENTS yang dilakukan setiap tahunnya. Rapat kerja ditujukan untuk memperkenalkan programprogram di setiap divisi kepada seluruh pengurus Edents agar kemudian dapat dijalankan dengan baik. Dies Natalis ke-55, FEB Gelar Seminar Bahas BBM FEB Undip (24/3) – Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro menggelar seminar yang bertajuk Pengalihan Subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM). Seminar ini merupakan seminar terakhir yang digelar FEB Undip dalam rangka Dies Natalis FEB ke-55.
Kabar Kampus
Seminar Pengalihan Subsidi Bahan Bakar Minyak, The Voice of Society Kemeriahan Dies Natalis ke-55 Fakultas Ekonomika dan Infrastruktur Nasional.” Ia menjelaskan rencana-rencana Bappennas Bisnis Universitas Diponegoro masih terus berlanjut. Selasa (24/3), Republik Indonesia dalam 5 tahun ke depan terkait Alokasi pengalihan digelar seminar bertajuk “Pengalihan Subsidi Bahan Bakar Minyak BBM ke pembangunan infrastruktur nasional. Menurutnya, subsidi (BBM)” yang termasuk rangkaian acara Dies Natalis. Seminar yang diselenggarakan di Hall Gedung C ini Para pembicara dalam Seminar Pengalihan Subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) (doc.Edents) menghadirkan beberapa pembicara. Diantaranya ialah Wismana Adi Subroto selaku Deputi Bidang Pendanaan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia, Enny Sri Hartati selaku Direktur INDEF, dan Nugroho SBM selaku akademisi FEB Undip. Selain itu, hadir pula Heru Sudjatmoko yang merupakan wakil gubernur Jawa Tengah dan Dante S. Nugroho selaku Manager Bank BTN cabang Semarang. Tak ketinggalan, seminar ini juga dihadiri oleh Suharnomo selaku Dekan FEB Undip. Dalam sambutannya, Suharnomo menyampaikan bahwa Pengalihan Bahan Bakar Minyak dipilih sebagai tema seminar kali ini karena kampus harus menyuarakan sesuatu. Menurutnya, kampus harusnya tidak menjadi menara gading yang lepas dari masyarakat. Di sisi lain, kampus tetap harus menjadi partner yang baik dan kritis bagi pemerintah dan menjadi “The Voice of Society”. Dengan tema Pengalihan Bahan Bakar Minyak, Suharnomo menjadi momentum Fakultas Ekonomika dan Bisnis dalam usia ke-55 tahun agar menjadi partner pemerintah untuk menaikkan harkat, martabat, dan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Pengalihan BBM Diawali oleh Wismana Adi Subroto yang memaparkan makalahnya yang berjudul “Alokasi Pengalihan BBM dan Pembangunan
pengendali banjir berupa tanggul sungai dan tembuk laut dengan total sepanjang 475 km. Untuk meningkatkan kapasitas jalan, pemerintah akan membangun tambahan jalan baru sepanjang 258,9 km dan pelebaran jalan sepanjang 1.237 km. Wismana juga menerangkan bahwa Pemerintah menganggarkan dana untuk menambah kapasitas jalur kereta. Sementara itu, di sektor perhubungan laut pemerintah akan menambah armada perintis sebanyak 13 kapal baru yang akan dioperasikan di wilayah Indonesia timur. Selain itu, juga dialokasikan anggaran untuk meningkatkan kapasitas pelabuhan di 67 lokasi. Sebagai bandingan, dana alokasi per tahun untuk subsidi BBM mencapai 310 triliun rupiah, lebih besar dari dana alokasi untuk pembangunan infrastruktur yang hanya mencapai 306 triliun rupiah. Sementara itu, Enny menyampaikan materi tentang “Alokasi Pengalihan BBM dan Keterkaitannya dengan Kesejahteraan masyarakat dan Tantangan Perubahan Ekonomi Global.” Enny juga menyoroti tentang Indonesia yang mengalami ketergantungan pemenuhan kebutuhan BBM dari impor, serta lifting minyak yang selalu mengalami kerugian. Terakhir, pemaparan materi disampaikan oleh Nugroho dengan materinya tentang “Alokasi Pengalihan BBM dan Kesiapan Daerah”.
energi yang hampir 1 Triliun rupiah per hari akan lebih bermanfaat jika dialihkan ke sektor pembangunan infrastruktur, seperti infrastruktur di bidang ketahanan pangan berupa sembilan waduk baru. Selain proyek pembangunan waduk, pemerintah juga akan membangun tambahan saluran irigasi untuk mengairi 37.000 hektar lahan pertanian, di samping membangun fasilitas
Seminar yang berakhir pada pukul 12.30 WIB ini mendapat tanggapan positif dari peserta. Danang Wahyu, salah satu peserta mengakui bahwa seminar ini memberikan manfaat. “Seminarnya bagus, memberikan pandangan baru mengenai pengalihan subsidi BBM,” ujarnya. (gt)
Kunjungi !
w w w.lpmedents.com
Kordents. 2 Edisi 30 maret - 12 April 2015
Laporan Utama
Membangun Iklim Riset di FEB melalui Program Kreativitas Mahasiswa Untuk mendorong mahasiswa untuk meneliti itu susah. - Edy Yusuf Agung Gunanto, Pembantu Dekan III FEB UndipUniversitas Diponegoro telah berkomitmen menjadikan dirinya sebagai universitas riset pada tahun 2020. Iklim riset pun telah ditumbuhkan mulai dari sekarang. Demi pencapaian yang selaras, dibutuhkan kerja sama antara pihak universitas dan masingmasing fakultas guna menciptakan iklim riset di Undip. Tak terkecuali di Fakultas Ekonomika dan Bisnis. Sudahkah iklim riset terbentuk di kampus kuning ini? Apa saja yang digalakkan pihak fakultas demi mendukung pencapaian Undip sebagai universitas riset?
Partisipasi Mahasiswa Terhadap PKM Manfaat dari pembuatan PKM nyatanya tak digubris oleh mahasiswa FEB. Bukan hal baru bila mahasiswa FEB terlihat kurang berpartisipasi dalam ajang PKM. Terbukti hanya enam PKM dari FEB yang lolos didanai dari Dinas Pendidikan Perguruan Tinggi. Sementara jika melirik ke fakultas lain, jumlah tersebut masih tergolong sedikit. Tengok saja ke Fakultas Kesehatan Masyarakat. Jumlah PKM yang lolos didanai Dikti ada pada kisaran 60 PKM. Bahkan, di Fakultas
Antara Dosen dan Mahasiswa Tak hanya mengandalkan kalangan mahasiswa semata, iklim riset di FEB Undip juga dapat dibangun dari penelitian yang dilakukan oleh Dosen di FEB. Setiap penelitian yang dilakukan oleh dosen melibatkan mahasiswa dalam prosesnya. Oleh karena itu, secara otomatis, hal ini akan melatih mahasiswa dalam melakukan penelitian yang pada akhirnya diharapkan dapat menciptakan iklim riset di lingkungan FEB Undip. “Jadi beberapa dosen yang melakukan penelitian pasti melibatkan mahasiswa sehingga bisa membantu mahasiswa untuk berlatih melakukan penelitian,” ucap Edy Yusuf Agung Gunanto,selaku Pembantu Dekan III FEB Undip. Selain itu, Program Kreativitas Mahasiswa menjadi alternatif lain guna menumbuhkan iklim riset di FEB. PKM inilah salah satunya yang dapat dijadikan pembuktian Undip nantinya sebagai universitas riset di kancah nasional.
Rahayu juga menjelaskan bahwa PKM dalam ruang lingkup FSM telah tersosialisasi dengan baik. Salah satu langkah yang telah yang telah dilakukan pihak fakultas bekerja sama dengan organisasiorganisasi kampus yaitu dengan memberikan informasi mengenai PKM dengan memanfaatkan media sosial. Pun memberi informasi-informasi mengenai PKM secara detil kepada mahasiswa secara langsung. Di FSM, sebagian dosen ikut berpartisipasi dalam mewujudkan iklim riset mengenai PKM dengan memberi informasi-informasi tentang tema PKM kepada mahasiswa setelah selesai memberi materi kuliah. Mahasiswa FEB Belum Paham Riset Program pengenalan PKM pada mahasiswa gencar dilakukan dari pihak kampus melalui BEM seperti seminar dan pelatihan. Meski begitu, tidak adanya kontinuitas dari pelatihan dan pembimbingan mengakibatkan tidak adanya hasil optimal dari program tersebut. “Sekali lagi yang perlu digarisbawahi pelatihan itu hanya sebatas pelatihan saja. Hanya sebatas pelatihan dan selesai latihan yaudah selesai, jadi tidak ada kontinuitas dari pelatihan tersebut,” ujar Rizky.
PKM sebagai Ajang Pembuktian Diri Kompetensi mahasiswa dapat ditingkatkan dengan Edy Yusuf saat ditemui di sela - sela kesibukannya (doc. Edents) adanya PKM, baik itu di bidang penelitian maupun kewirausahaan. “Yang suka meneliti, ya PKM penelitian. Yang punya usaha ya Teknik, terdapat lebih dari 100 PKM yang lolos didanai Dikti. Melihat PKM wirausaha,” ujar Edy. PKM juga membantu mengembangkan hal ini, Edy pun angkat bicara. Ia berujar bahwa pertama ia masuk kemampuan softskill mahasiswa untuk berfikir mengembangkan menjadi Pembantu Dekan, baru satu atau dua PKM yang lolos dan kemampuan ide dan gagasan yang dimilikinya. Tak hanya softskill, sekarang sudah enam PKM. Sementara jumlah penelitian yang PKM pun dapat melatih hardkill para mahasiswa, yakni dalam bidang dilakukan masih dua. “Emang untuk mendorong mahasiswa untuk kepenulisan. Mahasiswa yang telah terbiasa membuat PKM akan meneliti itu susah,” tegas Edy. Dituturkan pula oleh Rizky bahwa mudah dalam membuat judul skripsi. “PKM itu sangat membantu, minat mahasiswa FEB terhadap PKM masih rendah. Selain itu, ego misal nih untuk bisa membantu diri mahasiswa pribadi bagi yang mahasiswa terhadap diri mereka sendiri masih ada. lolos PKM, terbantunya dalam hal apa, dalam hal menulis, jika dia terbiasa menulis dia tidak akan kesulitan dalam membuat skripsi,” Melirik Fakultas Lain ungkap Rizky Eko Saputro, Kepala Departemen Akademik dan Berbeda dengan FEB, fakultas lain seperti Fakultas Sains dan Intelektual Badan Eksekutif Mahasiswa Matematika (FSM) sudah mencanangkan beberapa program mengenai PKM untuk para mahasiswanya. Salah satu program
Laporan Utama
yang dicetuskan adalah pencanangan 250 PKM. “Semua dosen yang mengajar selalu menyisipkan tema PKM dalam setiap waktu pengajaran. Fakultas juga mencanangkan 250 PKM,” ujar Rahayu Damayanti, mahasiswa Biologi 2013.
Rizky juga menambahkan bahwa pengenalan tentang riset diberikan pada saat Orientasi Mahasiswa Baru dengan tiga hal yang harus masuk yaitu pendidikan karakter, riset, dan sosial dan hukum. Meski begitu, pihak fakultas hanya menekankan pada pendidikan karakter pada angkatan 2014. Oleh karena itu, BEM akan mewajibkan pembuatan PKM bagi mahasiswa baru tahun ajaran 2015/2016. Apatisme mahasiswa FEB yang dituturkan oleh Rizky dan terbatasnya anggaran yang diberikan oleh fakultas yang disampaikan oleh Edy guna mengadakan penelitian menjadi kendala dalam pelaksanaan Undip menuju universitas riset. Pembuktian Undip sebagai universitas riset akan terhambat bila sebagian mahasiswanya di FEB masih belum paham akan riset. Oleh karena itu, dibutuhkan solusi dari berbagai pihak dalam mengentaskan permasalahan ini. Pelatihan dan Pembimbingan yang dilakukan secara terus menerus dalam penulisan PKM menjadi salah satu alternatif solusinya. Dapatkah FEB membantu Undip mewujudkan impiannya? (gt)
Rabu Ormawa, Rabu English Day
“Hari ormawa ini bertujuan untuk memotivasi mahasiswa untuk lebih aktif, serta mengurangi apatisme dalam diri mahasiswa,” ujar Muhammad Naufal Thaha, selaku ketua Badan Eksekutif Mahasiswa FEB UNDIP. ini ,untuk menunjukan eksistensi organisasi dalam FEB undip serta membuat mahasiswa bangga dengan organisasinya,” ujar Muhammad Naufal Thaha, selaku ketua Badan Eksekutif Mahasiswa FEB Undip. Pun diungkapkan bahwa dengan adanya hari ormawa ini bertujuan untuk memotivasi mahasiswa untuk lebih aktif, serta mengurangi apatisme dalam diri mahasiswa. Pembantu Dekan III FEB Undip, Edy Yusuf Agung Gunanto, menyatakan bahwa hari ormawa itu menyadarkan mahasiswa untuk aktif di organisasi kemahasiswaan. Dunia kerja sekarang ini menganggap bahwa IP sudah menjadi standar karyawan baru namun yang dicari adalah karyawan yang mampu berkomunikasi sebagai pemimpin dalam kelompok kerja. Selain itu, Edy menyampaikan bahwa dalam bekerja yang dibutuhkan 10% kemampuan akademik dan 90% kemampuan softskill. “Jadi sekarang berlakunya sudah beda. IP itu sudah standar, tetapi yang dicari perusahaan itu adalah yang bisa berkomunikasi,” ujar Edy. Mengenai hari berbahasa inggris atau dikenal dengan istilah english day, Edy membenarkan bahwa kemampuan Bahasa inggris dalam lingkungan kampus memang masih lemah, padahal mahasiswa akan dihadapkan dengan persaingan dari berbagai Negara. Selain itu, untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN sekarang diminta TOEFL 500. Meski begitu, mahasiswa kurang memperhatikan hal tersebut, oleh karena itu diharapkan dengan adanya english day dapat mengingatkan mahasiswa akan pentingnya berbahasa inggris.
Hari ormawa dan English day telah diterapkan di kampus Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro sejak Rabu (18/3) lalu. Program yang dicetuskan saat rapat Senat Mahasiswa 2015 ini bertujuan untuk mengurangi apatisme mahasiswa dan memotivasi untuk lebih aktif berorganisasi serta melatih kemampuan berbahasa inggris mahasiswa. “Tujuan diadakannya hari ormawa
Penggunaan bahasa inggris setiap Rabu tidak serta merta dilaksanakan oleh seluruh mahasiswa di FEB. “Jadi saya minta anak BEM-nya itu lingkupnya di PKM dulu saja. Jangan mencoba untuk langsung banyak. Sesuatu yang bagus, lalu ada ketakutan mahasiswa kampus, maka hari itu hilang semua, susah itu nanti,” terang Edy. Antusias Mahasiswa Menurut Nurika Kurniawati, mahasiwa yang aktif berorganisasi di kampus FEB UNDIP mengaku baru mengetahui hari ormawa dan
English day. “Saya baru tau ya, dari beberapa orang tentang hari ormawa dan English day ini, menurut saya bagus karena mahasiswa dapat belajar untuk berbicara bahasa inggris dan lebih aktif berorganisasi, semua itu penting untuk menghadapi persaingan internasional nanti kan,” ujar Nurika. Sosialisasi yang dilakukan oleh BEM dirasa masih kurang karena sebagian mahasiswa belum tahu akan adanya english day dan hari ormawa, terutama mahasiswa yang tidak berpartisipasi dalam ormawa. “Saya baru tau ada english day dan hari ormawa, saya kira informasinya hanya diketahui oleh anggota ormawa saja jadi informasi belum sepenuhnya disosialisasikan kepada mahasiswa yang nggak ikut berorganisasi,” ujar Rizma Zamiluni. Meski begitu, ia juga menganggap bahwa program ini sangat bagus dan bermanfaat untuk mahasiswa sebagai sarana belajar. Anggota Ormawa tak Berbahasa Inggris, Sanksi? Perihal sanksi, menurut Naufal untuk mahasiswa yang kurang berbahasa inggris tidak akan dikenakan sanksi atau hukuman yang diterapkan karena program ini masih dalam tahap percobaan. “Kita kan masih dalam tahap tester, jadi kami ingin melihat seberapa efektif program ini, jadi kira–kira kami menyosialisasikan terlebih dahulu dalam organisasi untuk menggunakan bahasa inggris, misalnya dengan twitter atau line tadi, nah jadi belum ada sanksi atau hukuman bagi yang tidak menggunakan bahasa inggris ini, kan kita masih dalam proses belajar ya,”ujar Naufal. Harapan Setelah dilaksanakannya program ini Edy berharap agar seluruh mahasiswa FEB Undip bisa menerapkan english day dan hari ormawa ini dengan baik untuk menjadikan Undip menjadi world class university. “Harapan saya untuk seluruh mahasiswa FEB supaya bisa menerapkan hari ormawa dan english day karena baik untuk menunjang mahasiswa untuk menjadikan Undip terutama di FEB menjadi universitas go international,” ujar Edy. (gt)