Volume
Koran Edents
LPM Edents
05
Dinamika Intelektual Mahasiswa Edisi 21 Mei - 4 Juni 2019
Tambakrejo, Sisi Lain Kota Semarang yang Terluka Dari Redaksi
Pada laporan utama Koran Edents Volume 5, kami laporkan kabar terkini korban penggusuran Tambakrejo. Mulai dari permasalahan penggusuran yang tidak kunjung usai hingga trauma yang dialami anak-anak dan perempuan. Kemudian, turut kami beritakan Musyawarah Mahasiswa (Muswa) yang diadakan oleh Senat Undip yang membahas mengenai student goverment.
Selain itu, kami kabarkan kegiatan FEB Berbagi yang menghiasi ibadah di Bulan Ramadhan sebagai ajang sosial dan saling berbagi. Terakhir, kabar prestasi dari salah satu mahasiswa FEB yang berhasil meraih penghargaan di negeri tirai bambu menjadi penutup Koran Edents Volume 5. Kritik saran sangat diperlukan untuk menjadikan LPM Edents menjadi lebih baik, terima kasih. Selamat membaca!
memasuki tahap pengurukan dan perataan tanah. Hunian sementara ini dijadikan sebagai tempat tinggal sementara warga menunggu selesainya pembangunan rusunawa. “Dapat dikatakan bahwa pemerintah melanggar kesepakatan, pengurukan Kali Banger belum selesai, namun warga sudah digusur,” jelas Nico. Momok Kelam Tambakrejo: Histeris, dan Putus Sekolah
Dok. Edents
Penggusuran merupakan momok yang paling menakutkan bagi semua orang. Seperti bencana, penggusuran merenggut kebahagiaan setiap insan. Terlebih perihal harta benda yang memang jelas dirasakan kehilangannya. Tidak terkecuali warga Tambakrejo, digusur secara paksa dan tiba-tiba. Histeris mempertahankan rumah, tanah, dan hak yang sudah diingkari. Mereka, berjuang sampai titik darah penghabisan, mempertahankan kehidupan yang layak dengan memegang teguh keyakinan akan hak sebagai warga Kota Semarang.
“Warga Tambakrejo adalah Warga Negara Indonesia (WNI) , memiliki hak atas perumahan yang layak, hak atas rasa aman dan nyaman, hak atas ganti rugi, tapi itu tidak dipenuhi oleh Pemkot Semarang” - Nico Wauran.
Penggusuran paksa yang terjadi hari Kamis (9/5/2019) di Desa Tambakrejo, Kelurahan Tanjung Mas, Semarang Utara, Kota Semarang menyisakan derita bagi warga Tambakrejo. Sebanyak 97 Kepala Keluarga (KK) harus kehilangan tempat tinggal. Pasalnya, penggusuran yang terjadi merupakan bentuk pengingkaran kesepakatan yang telah disetujui Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang dengan warga Tambakrejo. “Sebuah perjanjian yang disepakati bersama, disaksikan oleh Komnas HAM ternyata diingkari oleh Pemkot Semarang,” ujar Nico Wauran selaku Koordinator Relawan. Nico menambahkan, Pemkot Semarang melakukan penggusuran dengan tujuan normalisasi Banjir Kanal Timur (BKT). Kesepakatan Dilanggar, Rumah Digusur
Pada tanggal 13 Desember 2018 telah terjadi mediasi yang dihadiri oleh warga Tambakrejo selaku pihak pertama, Pemerintah Kota Semarang, Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) selaku pihak kedua, dan Komisi Nasional (Komnas) HAM sebagai mediator. Dalam perjanjian itu, ada sepuluh poin kesepakatan, diantaranya warga bersedia pindah dari Tambakrejo ke Rumah Susun Sewa (Rusunawa) yang dekat dengan laut. Warga Tambakrejo merasa bahwa Pemkot Semarang melanggar janji karena pada tanggal 3 Mei 2019 Pemkot Semarang melakukan upaya penggusuran. Namun, berhasil dihalau oleh warga. Kurang dari seminggu, tepatnya tanggal 9 Mei 2019, Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) datang dan menggusur lahan tanpa adanya dialog dengan warga terlebih dahulu. Padahal proses pembangunan hunian sementara yang terletak di Kali Banger baru
Trauma, Takut,
Setelah kehilangan tempat tinggal, warga Tambakrejo tidak memiliki kepastian untuk tempat menetap. Mereka tidur dan melakukan segala kegiatan di tenda darurat yang dibangun oleh relawan. Bahkan sebelum adanya tenda tersebut para warga harus tidur di bawah jembatan. “Ini cukup membantu daripada hari pertama kemarin yang sama sekali tidak ada tenda. Hanya tidur di bawah jembatan,” terang Nico. Meskipun sudah ada tenda darurat, tetap saja tidak melindungi warga secara penuh dari cuaca. Terlebih saat hujan, tenda sering bocor dan mengakibatkanterganggunya kenyamanan warga. Bahan makanan yang ada di tenda pusat ikut basah oleh hujan. Dengan kondisi dan cuaca yang tidak mendukung, banyak warga yang sakit hingga beberapa dari mereka dilarikan ke rumah sakit terdekat. Menanggapi hal ini, Pemerintah Kota Semarang memberikan bantuan berupa puskesmas keliling, namun kedatangannya tidak se-intens yang diharapkan warga. Penggusuran yang terjadi secara tiba-tiba juga menimbulkan dampak yang cukup berarti bagi masyarakat Tambakrejo, seperti banyaknya warga yang mengalami trauma, terkhusus para perempuan dan anak-anak. “Ada anak-anak yang ketika dia melihat orang berseragam, mereka takut dan histeris,” jelas Nico. Begitupun dengan sekolah anak-anak di Tambakrejo. Mereka sempat bolos dua hari setelah kejadian penggusuran. “Dua hari kemarin, Jum’at dan Sabtu mereka bolos sekolah,” tambah Nico. Untungnya banyak relawan dan mahasiswa yang mengusahakan agar anakanak tidak putus sekolah dengan mengadakan kegiatan belajar mengajar di Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ). Kegiatan belajar mengajar ini juga memiliki tujuan untuk mengurangi rasa trauma yang dialami anak-anak. Ganti Rugi untuk yang Merugi
Banyak bantuan yang berdatangan dari berbagai pihak ke Tambakrejo. Seperti tas, seragam sekolah, pakaian, makanan, alat tidur, alat mandi, tikar, tenda, dan obatobatan. Pihak pemerintah juga memberikan bantuan berupa tiga kali makan (sahur, makan siang, dan buka puasa), air bersih, serta listrik. Meskipun aliran listrik sempat diputus, namun relawan tetap mengusahakan agar disambungkan kembali. “Kemarin sempat diputus selama empat hari, tapi kita upayakan untuk bisa disambung lagi,” terang Nico.
Tak hanya itu, Pemkot Semarang juga memberikan
Kabar Prestasi
ganti rugi sebesar Rp 1.500.000 untuk biaya pembongkaran dan pendirian rumah. Uang ganti rugi sudah diberikan kepada 30 KK dan 67 KK belum menerima. Namun warga merasa sia-sia karena semua barang yang dimiliki sudah tidak bisa diselamatkan. “Kita awalnya setuju diberi uang sebesar itu karena masih ada barang, kalau kondisinya seperti sekarang, rumah tiba-tiba digusur, tidak ada harta yang bisa diselamatkan. Kalau gitu, uang Rp 1.500.000 tidak akan cukup,” keluh warga, Dani dan Agus. Rusunawa Harusnya Dibangun Didekat Laut
Informasi dari Dani dan Agus selaku wargaTambakrejo, Pemerintah Kota Semarang sudah mendirikan Rusunawa di Kudu untuk korban Tambakrejo, namun warga menolak untuk melakukan pemindahan. Hal ini dikarenakan lokasi rusunawa sekitar 10-15 kilometer dari Tambakrejo, sementara mayoritas warga bekerja sebagai nelayan. Warga Tambakrejo berupaya untuk mempertahankan mata pencahariannya sebagai seorang nelayan, karena mereka tidak memiliki keahlian lain dan sebagian besar hanya lulusan SD atau SMP bahkan tidak bersekolah, tentunya akan sulit untuk mencari pekerjaan baru. ”Kami berharap pemerintah membuat lapangan pekerjaan baru, entah itu pekerjaan apa, yang penting menyejahterakan kami," ucap Agus. Selain itu alasan yang diberatkan adalah masalah biaya sewa yang terlalu tinggi yaitu 400-650 ribu per bulan, apalagi belum termasuk ongkos perjalanan yang harus dikeluarkan untuk melaut. “Seharusnya pemerintah memahami aspek kehidupan disini. Kalau bisa ya rusunawa yang dibangun dekat dengan laut, sesuai dengan mata pencaharian warga. Kalau bisa lagi ya rusunami atau rumah deret, bukan rusunawa," ujar Agus dan Dani. Warga Tambakrejo : Pentingkah Taman Daripada Kami?
Dengan adanya penggusuran yang mendadak, warga berharap agar pemerintah meminta maaf terhadap apa yang mereka lakukan dan segera membangunkan hunian sementara atau rusunawa yang dekat dengan laut. Kondisi sekarang sangat menyusahkan bagi warga. Terlebih bagi kepala keluarga, mereka tidak bisa pergi melaut dan harus menyaksikan istri dan anak-anaknya mederita di tenda darurat. “Harapan kami, pemerintah meminta maaf kepada semua warga Tambakrejo dan apa yang dijanjikan oleh
pemerintah seharusnya harus dipenuhi semua," ujar Dani.
Dani dan Agus juga menekankan, penggusuran dilakukan untuk kepentingan rakyat Semarang. Selain pembangunan Banjir Kanal Timur, Pemkot Semarang juga akan membangun taman. “Selain BKT, di sini juga akan ada taman untuk warga Semarang. Tapi, kami juga warga Semarang. Memangnya, sebegitu pentingkah taman dari pada kehidupan kami?” tutup Dani dan Agus. (jl)
Kompetisi Pertama di Luar Negeri, Sabet Dua Penghargaan Sekaligus didampingi oleh Sundari, dosen Fakultas Sains dan Matematika.
SIEI merupakan lomba exhibition untuk mahasiswa yang diadakan oleh Innopa pada tanggal 19-21 April 2019 di Shanghai, China. Negara yang berpartisipasi dalam lomba SIEI ini ada dari Arab Saudi, China, Taiwan, Macau, dan Indonesia. Lomba serupa tidak hanya dilaksanakan di China saja, namun ada beberapa negara yang turut mengadakan, seperti Indonesia, Korea Selatan, Taiwan, Turki, dan Jerman. Dok. Pribadi
Persiapan Matang, Bekal Untuk Berjuang
Umi Khulsum, mahasiswi jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (IESP) angkatan 2017 berhasil menyabet dua penghargaan bergengsi di Shanghai International Exhibition of Inventions (SIEI) 2019. Ia tergabung dalam tim dari Indonesia bersama enam mahasiswa lain dari jurusan Matematika 2015, yaitu Vera Meika Istantina, Sinta Marito Sirait, Riska Permata Sari, Disna Tyas Sulamas, Desi R N Sagala, dan Putri Namba Apriyani. Ketujuh mahasiswa ini
Tahapan lomba dimulai dari seleksi yang terdiri dari seleksi abstrak dan dilanjutkan seleksi administrasi. Jika lolos kedua seleksi tersebut, selanjutnya calon peserta akan diundang untuk mengikuti expo di negara pelaksana. Umi dan tim mulai melaksanakan persiapan lomba setelah dinyatakan lolos seleksi. Persiapan dilakukan sejak tiga bulan sebelumnya, tepatnya sejak bulan Februari. Banyak persiapan yang
yang harus dilakukan dan cukup memakan waktu yang lama. “Persiapan tersebut antara lain proses pembuatan makalah, pengajuan sponsor, pembuatan dokumen administrasi (paspor dan visa), persiapan mental dan penyesuaian hidup terhadap musim dan budaya di China,” jelas Umi. Kemudian, ditambahkan oleh Umi ada juga karya yang dipersiapkan untuk ditampilkan saat expo yaitu poster dan pernak-
pernik stand. Untuk pematangan konsep karya yang dipresentasikan mulai difokuskan di akhir bulan Maret. Ketika memasuki tujuh hari terakhir sebelum berangkat ke Shanghai, tim difokuskan untuk mempersiapkan materi dan presentasi untuk lomba SIEI. Inovasi Berbuah Prestasi dan Apresiasi
Selama tiga hari di Shanghai, Umi dan tim berkompetisi dengan membawa inovasi berupa analisis limbah cair batik terhadap COD (Chemical Oxigen Demand) dengan menggunakan metode regresi linier berganda. Tema ini dipilih karena banyaknya limbah cair berbahaya yang dikeluarkan oleh pabrik kain batik yang langsung dibuang ke sungai. “Ada kandungan yang terbukti setelah adanya penelitian limbah cair batik, yaitu TSS. Kandungan ini dapat mempengaruhi permintaan oksigen hewan laut dan mikroorganisme sehingga dapat berujung kematian dan lama kelamaan akan menyebabkan kepunahan,” jelas Umi. Oleh karena itu, Umi dan kawankawan menganjurkan untuk perusahaan segera mengambil kebijakan untuk mengurangi kandungan TSS dalam limbah sebelum dibuang. Hari pertama di Shanghai, peserta mengikuti technical meeting dan menghias stand untuk sesi presentasi. Selanjutnya adalah pelaksanaan expo sekaligus awarding day. Umi dan tim berhasil menyabet dua penghargaan sekaligus yaitu Bronze Medal dan Special Award from
Kordents Volume 05 Edisi 21 Mei - 4 Juni 2019
Pemimpin Umum :Dirga Ardian Nugroho ; Pemimpin Redaksi : Julian Karinena ; Pemimpin Artistik: Rafiqurnia ; Editor : Julian Karinena; Layouter : Mila Sri Utami H ; Reporter : Luthfia, Marsha, Cahyani Wulan, Dewima, Rizqy, dan Anisulfuad.
Diterbitkan Oleh Lembaga Pers Mahasiswa Edents
Sekretariat : Gedung PKM Lt. 1 FEB Undip, Tembalang Edents Call Center : 024-91181513
Kunjungi !
w w w.lpmedents.com
Macau. Special Award adalah penghargaan bagi tim perwakilan negara yang berhasil memberikan presentasi dan ide yang dianggap menarik oleh negara lain. Berkat penghargaan yang didapatkan, mereka mendapatkan banyak apresiasi dan dukungan dana sponsor dari WCU (World Class University), pemerintah daerah, alumni, dan Kemenpora serta dari pihak Universitas Diponegoro. Jangan Pernah Takut untuk Mencoba
Mengikuti sebuah perlombaaan tentu tidak lepas dari
adanya tantangan. Terdapat beberapa tantangan yang
Laporan Utama
Kordents Vol. 05 Edisi 21 Mei - 4 Juni 2019
dihadapi, salah satunya adalah perbedaan bahasa. bahwa pengalaman pertamanya berlomba di luar negeri cukup mendebarkan, terutama ketika dia harus mempresentasikan hasil karyanya dengan Bahasa Inggris. Maka dari itu, tujuh hari terakhir selama persiapan, Umi dan tim melakukan pertemuan intensif untuk berlatih. Perlombaan ini juga memberikan pengalaman luar biasa bagi Umi Khulsum, salah satunya yaitu penyesuaian musim dan budaya. “Di China sedang terjadi pergantian musim dari musim salju ke musim semi, sehingga suhu udara menjadi sangat dingin yaitu sekitar 9–19 derajat celcius,” jelas Umi. Sementara itu,
budaya masyarakat China yang mayoritas penduduknya beragama non-muslim menyebabkan mereka cukup kesulitan untuk beribadah dan menemukan makanan halal. Umi berpesan untuk mahasiswa yang berkeinginan mengikuti lomba di luar negeri agar tidak takut untuk mencoba karena di luar sana banyak sekali kesempatan dan pengalaman yang dapat dirasakan. Persiapan mental dan penyesuaian dengan perbedaan budaya dan musim di negara tersebut juga menjadi hal yang wajib diperhatikan. “Jangan pernah takut untuk mencoba. Kalua mau ikut kompetisi diluar negeri, harus dipersiapkan mental dan penyesuaian dengan perbedaan budaya dan musim tersebut,” tutup Umi. (jl)
Student Goverment dalam Muswa 2019
Sebagai organisasi mahasiswa tertinggi, Senat memiliki peran penting dalam kehidupan perkuliahan. Menaungi seluruh organisasi-organisasi di kampus menjadikan Senat sebagai organisasi yang berpengaruh terhadap pengambilan keputusan dan kebijakan organisasi. Senat juga merupakan penghubung antara organisasi dengan pihak kampus. Tidak hanya berada di tingkat universitas, Senat juga terdapat di tingkat fakultas. Melihat hal tersebut, baik Senat tingkat fakultas maupun tingkat universitas harus saling berkomunikasi dan berkoordinasi. Koordinasi yang terjalin membahas segala hal yang berhubungan dengan kelanjutan organisasi kampus, bagaimana bentuk pemerintahan di kampus dan bagaimana kehidupan kegiatan organisasi ke depannya. Salah satu contoh bentuk koordinasi antara senat fakultas dengan senat universitas adalah adanya Musyawarah Mahasiswa (Muswa). Kegiatan berkumpulnya perwakilan mahasiswa dari berbagai Organisasi Mahasiswa (Ormawa) guna membahas lebih dalam suatu permasalahan dengan tujuan ditemukannya hasil dan mufakat. Mengenal Musyawarah Mahasiswa
Muswa merupakan forum pengambilan keputusan tertinggi dalam Ormawa Universitas Diponegoro (Undip). Muswa diadakan oleh Senat Undip dan dihadiri oleh perwakilan Ormawa. Dilaksanakan pada tanggal 10, 11, dan 12 Mei 2019 di ICT II lantai 8 Universitas Diponegoro, dijelaskan dalam PPU 2017 mengenai beberapa aturan, yang pertama adalah amandemen PPU GBHK dan agenda lain yang disepakati. Untuk keberlangsungan acara, sebelum pelaksanaan Muswa, telah diadakan Pra-Muswa. Melalui Pra-Muswa, suatu persoalan akan diusulkan untuk kemudian dijadikan pembahasan dalam Muswa dengan tujuan dicapainya kesepakatan bersama. Namun karena pembahasan belum mencapai kata sepakat dan setiap peserta masih tetap pada pendapatnya masing-masing maka peserta sepakat Muswa ditunda dan dilanjutkan kembali satu minggu kemudian. “Kemarin Muswa di-pending karena pembahasannya belum selesai dan forum menyepakati di-pending satu minggu,” ucap Muhammad Naufal Nadhif selaku Ketua Senat Undip. Keberlanjutan dari Muswa Tahun 2018
Pembahasan Muswa Universitas Diponegoro tahun 2019 adalah amandemen PPU 2017. Keputusan tersebut didasarkan pada hasil dari Pra-Muswa dimana terdapat salah satu usulan perubahan beberapa pasal terutama pada bagian student government. Seperti disampaikan Nadhif, sebenarnya isu student government adalah salah satu agenda Muswa di tahun 2018 sehingga menjadi agenda
Kabar Kampus
Dok. Pribadi
lanjutan dalam Muswa tahun ini yang diteruskan oleh kepengurusan 2019. Alasan diangkatnya isu student government bermula ketika PPU 2016 dibentuk pada saat Keluarga Mahasiswa dibubarkan oleh Rektorat, kemudian pada tahun 2017 dibentuk ormawa BK-MWA sebagai kelanjutan dari Keluarga Mahasiswa. Tetapi pembahasan mengenai pembentukan ormawa baru belum selesai. Pada tahun 2017 muncul sebuah kesepakatan tentang pembentukkan Mahkamah Mahasiswa, selain itu pada tahun itu juga muncul sebuah wacana pembentukkan Republik Mahasiswa sebagai pengganti Keluarga Mahasiswa. Namun musyawarah pembahasan Repubik Mahasiswa sempat terhenti di tahun 2018 karena peserta forum masih gigih pada pendapatnya dan alotnya perdebatan. “Pembahasan student government berhenti di tahun 2018 karena memang forumnya alot dan banyak perdebatan akhirnya dilanjutkan lagi di kepengurusan 2019,” tambah Nadhif.
Begitupula yang dirasakan oleh Undip saat ini. Banyaknya persoalan dan kepentingan
Tidak lengkap rasanya jika suatu negara tidak mempunyai lembaga yudikatif.
Tiga dari Tujuh Puluh Pasal
Pentingnya Lembaga Yudikatif Kampus
antar lembaga yang saling tumpang tindih menyebabkan konflik yang penyelesaiannya berkepanjangan. Oleh karena itu diperlukanlah lembaga yudikatif sebagai pihak ketiga atau penengah yang bernama Mahkamah Mahasiswa. Tujuannya adalah saat terjadi masalah dapat diselesaikan melalui pihak ketiga sebagai penengah, bukan melalui dialog antar pimpinan ormawa yang berkonflik. Jika tidak dibentuk maka yang terjadi adalah pihak yang berkonflik harus saling kompromi. Meskipun dapat menyelesaikan masalah namun ketidakpuasan terhadap hasil kesepakatan dapat membuat dampak yang lebih buruk kedepannya. “Ketika ada masalah antar ormawa, masing-masing pihak harus bisa kompromi dan legowo. Tapi, berkemungkinan ada pihak yang belum puas dengan komprominya. Akan lebih bagus jika ada pihak ketiganya yaitu lembaga yudikatif sebagai pemberi keputusan,” jelas Nadhif. Muswa
tahun
ini
berjalan
sangat
alot karena terdapat beberapa peserta yang masih memegang teguh argumennya. Salah satu fakultas sempat mengusulkan untuk dibentuk student government baru di Undip. Namun peserta yang lain masih belum yakin sehingga usulan tersebut belum menjadi kesepakatan. Hal tersebut membuat Ketua Senat dan BEM baik di Undip maupun seluruh fakultas dan BK-MWA membentuk tim pansus yang bertugas untuk mengkaji lebih mendalam mengenai student government tersebut. Mereka berhasil memutuskan bahwa bentuk student govermenet Undip adalah Keluarga Mahasiswa. Keluarga Mahasiswa merupakan sebuah sistem pemerintahan universitas dimana pengambilan keputusan tertinggi ada di kongres. Terdapat berbagai kendala yang dihadapi dalam berlangsungnya Muswa tahun ini. Beberapa diantaranya adalah diawal tahun banyak fakultas yang meminta untuk disegerakan tetapi dari SM Undip masih mengalami kesulitan dikarenakan pada bulan Februari beberapa fakultas masih libur dan banyak anggota dari komisi empat selaku penanggung jawab Muswa masih berada di kampung. Menurut penuturan Nadhif, Muswa kali ini tidak akan selesai dalam waktu dekat karena dari tujuh puluh pasal yang dibahas saat ini baru sampai pasal tiga. “Mungkin Muswa tidak akan selesai dalam waktu dekat karena kemarin baru sampai pasal tiga dari tujuh puluh pasal. Sementara juga kita belum memasuki ranah setiap ormawa dan tugas-tugasnya,” tambah Nadhif. Student
Goverment
sebagai
Pemersatu
Kejelasan bentuk dan pelaksanaan study government menjadi harapan bagi peserta Muswa. Karena student government merupakan bentuk kedaulatan mahasiswa dan dapat menjadi pemersatu seluruh ormawa sebagai satu kesatuan di Undip. Kemudian, diharapkan juga apabila setiap anggota fakultas mempunyai aspirasi hendaknya langsung disampaikan kepada Senat atau BEM fakultas masing-masing mengingat Muswa belum masuk ke pembahasan yang lebih lanjut. ” Saya harap student government menjadi bentuk representasi kedaulatan penuh mahasiswa dan menjadi pemersatu seluruh ormawa sebagai satu kesatuan. Kalau dari teman-teman fakultas ada aspirasi, langsung saja sampaikan kepada BEM atau Senatnya, mumpung belum sampai bahasan lainnya,” tutup Nadhif. (jl)
Dok. Edents
Bersyukur Tiada Henti, Berbagi Sepenuh Hati bersama FEB Berbagi
FEB (18/ 05) - Telah terlaksana acara Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Berbagi di Gedung Laboratorium Kewirausahaan (KWU) FEB pada pukul 15.00 WIB sampai 19.00 WIB. FEB Berbagi merupakan acara tahunan Peduli Dhuafa, organisasi kerohanian Mizan yang bekerja sama dengan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FEB Undip. FEB Berbagi dilaksanakan pada bulan Ramadhan dengan acara inti pembagian sembako, bingkisan, serta buka bersama dengan anak panti.
Selain dari pihak Peduli Dhuafa dan BEM FEB Undip, turut dilibatkan mahasiswa FEB dalam menyukseskan acara dengan cara membuka pendaftaran panitia pelaksana. Hafid selaku ketua, berharap dengan keikutsertaan mahasiswa dapat meramaikan dan menyukseskan acara. Kemudian, dengan tergabungnya panitia non Mizan dan non BEM FEB menunjukkan jika mahasiwa masih memiliki ketertarikan dalam kegiatan sosial. Harus Selalu Bersyukur dan Saling Berbagi
Pemilihan bulan Ramadhan sebagai hari pelaksanaan FEB Berbagi dikarenakan Ramadhan merupakan bulan penuh berkah dan
LPM Edents FEB Undip
ajang mengumpulkan pahala. Kemudian, saling berbagi juga merupakan salah satu cara untuk memaksimalkan ibadah dibulan suci. Selain itu, dengan mengundang anak-anak dari berbagai panti diharapkan dapat menghibur sekaligus memberikan kesenangan bagi mereka. Senada dengan jargon FEB Berbagi “Bersyukur tiada henti, Berbagi sepenuh hati” yang mengartikan bahwa sebagai manusia harus selalu bersyukur dengan apa yang ada dan jangan lupa untuk berbagi atas apa yang dimiliki kepada sesama. Mengundang 150 anak panti, semua peserta saling berbagi kebahagiaan dan rasa syukur. Canda dan tawa tidak berhenti terlontar dari wajah peserta, terutama bagi anakanak. Tentu, berbagi merupakan kegiatan yang bermanfaat dan penuh dengan taburan kasih sayang. Terlebih di bulan Ramadhan, keinginan untuk meningkatkan amal dan ibadah semakin membuncah. Mendongeng untuk Memotivasi
Rangkaian acara FEB Berbagi lebih berfokus pada pengumpulan donasi serta jalannya acara di hari H. Acara diawali dengan sholat asar berjamaah dan dilanjut dengan penampilan Felovoice, grup Nasyid Acapella Fakultas Psikologi Undip. “Terus kemarin pembukaannya juga diisi oleh Felovoice, grup penyanyi nasyid dari Fakultas Psikologi Undip,” jelas Hafid, selaku ketua pelaksana FEB Berbagi. FEB Berbagi pada tahun ini juga menghadirkan pembicara dari PKPU yang merupakan sebuah lembaga kemanusiaan serta juga dihadirkan Kak Slam, seorang pendongeng sekaligus
lpmedents.com
motivator terutama bagi anak-anak. Tidak hanya itu, Dekan FEB, Suharnomo turur hadirdan meraimakan acara dengan memberikan permainan tebak-tebakan kepada anak-anak. Dengan hadirnya pembicara yang luar biasa ini, diharapkan semua peserta, terutama anak-anak semakin bersemangat dan memiliki motivasi untuk belajar. “Kita juga mengundang Kak Slam, seorang pendongeng yang diharapkan bisa memberi motivasi kepada semua peserta, terutama anak-anak,” tambah Hafid, Wujudkan Mimpi dengan Gerakan Samsak
Tantangan mengenai persiapan FEB Berbagi tahun ini adalah mengenai dana yang diperuntukkan untuk panti asuhan baru bisa terkumpul dua minggu sebelum acara. Hal ini juga menyebabkan kinerja panitia tertunda. “Kendala utamanya mengenai dana. Seperti dana panti asuhan yang baru terkumpul H-2 acara yang menyebabkan kinerja panitia juga terhambat, pasalnya uang untuk melakukan kegiatan tidak tersedia,” jelas Hafid. Dana yang ditargetkan akhirnya dapat tercapai dengan kerja keras panitia mengumpulkan dana. Kegiatan yang dilakukan panitia seperti ngawul, mencari dana sponsor, dan mengumpulkan donasi terbuka dari mahasiswa melalui Gerakan Samsak. Gerakan Samsak (Satu Mahasiswa Satu Anak Panti) adalah gerakan yang mewadahi mahasiswa untuk berdonasi serta turut menyukseskan acara FEB Berbagi. Mahasiswa yang sudah mendaftarkan
@tbv2341m
diri bisa langsung memberikan donasi ke panitia bagian pendanaan. Terdapat dua paket gerakan Samsak, yang pertama adalah donasi senilai Rp40.000 untuk kontribusi memberikan konsumsi kepada 1 anak panti dalam bentuk santapan berbuka. Kedua adalah donasi senilai Rp60.000 untuk kontribusi memberikan santapan berbuka pada anak panti sekaligus dapat berpartisipasi dalam acara dan juga buka puasa bersama anak panti. Hidup untuk Membahagiakan Orang Lain
FEB Berbagi tahun ini dinilai sudah sesuai target dikarenakan target awal yang sudah direncanakan dapat tercapai. “Tujuan awal FEB Berbagi untuk berbagi santapan buka dan membantu panti alhamdulillah sudah terpenuhi semua, kita sudah bisa berbagi menu buka bersama anak panti serta memberikan bantuan bingkisan atau sembako kapada panti-panti yang dating,” kata Hafid.
Selain itu, Hafid juga bersyukur karena jalannya acara dapat sesuai rencana awal baik itu dalam segi rundown sampai pembagian bungkusan. Selain itu, diharapkan FEB Berbagi akan terus ada pada tahun-tahun berikutnya. Karena selain penyelenggaraannya yang bertepatan pada momentum Bulan Ramadhan, acara ini juga sekaligus menjadi wadah untuk memaksimalkan ibadah dan berbagi terhadap sesama yang membutuhkan. “FEB Berbagi mengajarkan kita bahwa hidup itu tidak hanya untuk membahagiakan diri sendiri saja, namun juga harus membahagiakan orang lain disekitar kita,” tutup Hafid. (jl)
@lpmedents