DARI REDAKSI
Ekonomi dan lingkungan merupakan dua hal yang saling terkait. Ekonomi yang kian berkembang tak lain dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang kondusif. Begitu pun sebaliknya, lingkungan yang baik sejatinya juga diakibatkan pula dari adanya pembangunan ekonomi yang kian meningkat. Keduanya mempunyai hubungan keterkaitan, baik yang bersifat positif maupun negatif. Ekonomi dan lingkungan pun tak akan berjalan tanpa adanya dukungan dari tiap–tiap elemen. Jika hanya ada satu elemen yang berjalan, disatu sisi elemen yang lain akan tertinggal dan berakibat fatal. Bukan menjadi masalah mana yang dipentingkan, akan tetapi bagaimana kedua elemen ini berjalan bersama mencapai tujuan yang sama. Berdasarkan masalah diatas, LPM Edents berinisiatif mengangkat isu Ekonomi dan Lingkungan sebagai salah satu tema pada produk kami.
LPM Edents dengan bangga menerbitkan majalah Edents volume XXXI edisi Oktober 2019. Majalah yang di-launching kali ini mengangkat tema besar “Mengulik Sinergitas Ekonomi dan Lingkungan dalam Pembangunan Berkelanjutan�. Majalah Edents ini membagi tema besar tersebut ke dalam empat laporan utama. Laporan utama pertama membahas mengenai permasalahan antara lingkungan dan
ekonomi dalam suatu pembangunan. Laporan utama kedua, membahas tentang dampak revolusi industri bagi lingkungan. Laporan utama ketiga, mengangkat topik pajak sebagai upaya peredam eksternalitas kegiatan ekonomi di bidang lingkungan. Dan terakhir di laporan utama keempat, membahas mengenai pemanfaatan sampah dan limbah untuk pertumbuhan ekonomi kreatif di Indonesia.
Sementara itu pada laporan khusus, kami menyajikan isu-isu mengenai efek pemindahan ibu kota baru, bentuk kepedulian bisnis terhadap lingkungan melalui CSR, dan upaya pengurangan sampah plastik. Rubrik-rubrik lain seperti sosok, komunitas, kabar kampus, geliat usaha, tentang mereka, dan opini mahasiswa turut mengisi halaman demi halaman majalah ini.
Redaksi mengucapkan terimakasih untuk segenap Wadya Bala Edents dan seluruh pihak yang berpartisipasi dalam pembuatan majalah edisi XXXI ini. LPM Edents akan terus berusaha menghadirkan tulisan-tulisan yang terbaik demi para pembaca sekalian. Tak lupa kami juga menantikan kritik dan saran demi perbaikan tulisan di masa mendatang. Akhir kata ucapkan selamat membaca, semoga majalah Edents ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian. Selamat membaca!
MAJALAH EDENTS diterbitkan oleh:
Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Edents ISSN 0215-0255 Pelindung: Dr. Suharnomo, S.E., M.Si., ; Penasehat : Anis Chariri, SE., M.Com., Akt, Ph.D,CA. ; Pembina: Darwanto, S.E., M.Si., Surya Rahadrja, S.E., M.Si., Akt. ; Pemimpin Umum: Dirga Ardian; Pemimpin Redaksi: Julian Karenina ; Pemimpin Perusahaan: Wakhidatun Nurrohmah; Pemimpin HRD: Nadia Shafira ; Pemimpin Marketing Communication: Fendiawan Adams ; Pemimpin Artistik: Rafi' Qurnia ; Redaktur Pelaksana Majalah: Arvita Kusuma; Redaktur Pelaksana: Karima, Amadea, Rizka ; Staf Redaksi: Farah; Layout: Kurnia, Mila; Foto dan Ilustrasi: Jessica Staf HRD: Nina, Putri, Fatimah, Ayu, Barda, Dewi ; Staf Perusahaan: Anika, Diana, Nailul, Ulfa, Anisa, Winnarti, ; Staf Marcomm: Bella, Olivia, Pras, Igi, Bayu, Yasinta Magang Edents : Fika, Aan, Camila, Difa, Aji, Amira, Camila, Cinka, Dewima, Dhia, Difa, Dypa, Fikannisa, Luthfia, Marsha, Muhammad Anislfuad, Nur Alfi, Nurul, Rachel, Risqy, Siti, Yunita, Yusuf.
Daftar Isi LAPORAN
UTAMA
Proses Pembangunan dalam Kajian Ekonomi dan Lingkungan
POLLING
3
Belajar Berbisnis melalui "Dapur Centhong"
15
Mengulik Kerekatan Ekonomi dan Lingkungan
17
Mantan Edents
20
Berawal dari Ketertarikan, Hingga menjadi Wartawan Volume 2 Edisi XXXI Tahun 2019
Social Movement
Meningkatkan Minat Baca dengan Komunitas Lentera Nusantara 22
EDENTS
18
Tentang Mereka
Geliat Usaha
Kreskos.id, Less Waste More Nature 1
Daftar Isi
24
SOSOK
34
Aga Ramadani: Muda, Bertalenta, dan Berani Berwirausaha
36
KOMUNITAS
KOPHI : "Inspiring Community" Generasi Muda Peduli Lingkungan
KABAR KAMPUS
Kenali Passion di Acara Explosion dan Enfution
25
38
Sudut Profesi
Pentingnya Menempatkan Isu Lingkungan menjadi Prioritas Laporan Khusus
27
Pemindahan Ibu Kota, Urgensikah Bagi Indonesia?
KOLOM PU
Natural Resource Curse: Mimpi Buruk Perekonomian Indonesia
40
KOLOM REDAKSI
Impor Sampah dan Problematikanya
42
DIANTARA KITA
Kiprah Tukang Becak yang Tak Mengenal Lelah
44
RESENSI
Interstellar: Misi Pencarian Pengganti Planet Bumi EDENTS
Volume 2 Edisi XXXI Tahun 2019
2
LAPORAN UTAMA
Proses Pembangunan dalam Kajian Ekonomi dan Lingkungan Oleh : Putri Dewi, M. Anisulfuad, Karima Suci Ariani
Pembangunan ekonomi adalah usaha dalam perekonomian guna mengembangkan kegiatan ekonomi sehingga infrastruktur, pertumbuhan ekonomi, taraf pendidikan serta taraf ekonomi semakin maju dan berkembang. Berbeda dengan definisi sebelumnya, ekonomi pembangunan mempunyai artian yang menunjukkan bagaimana sebuah pembangunan dapat memacu suatu pertumbuhan ekonomi yang di dalamnya terdapat investor yang terlibat. Ekonomi pembangunan juga dikaitkan dengan kegiatan yang bermanfat bagi masyarakat umum. Kedua hal ini merupakan suatu hal yang saling terkait, saling mempengaruhi dan tidak akan berjalan tanpa komitmen yang sama dalam pelaksanaannya. Elemen yang Berjalan Beriringan
Dalam suatu pembangunan terdapat dua hal penting yang terkait yakni ekonomi dan lingkungan. Kedua hal tersebut tidak dapat dipungkiri merupakan penunjang utama bagi suatu pembangunan, akan tetapi pembangunan atas ekonomi lebih besar sisi positifnya dan mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap proses pembangunan. “Kemungkinan perhitungan antara kerugian atau manfaat pembangunan terhadap ekonomi, saya kira lebih besar segi positifnya atas pembangunan,” jelas Adityo G. Pratidina, Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi Dinas Pembangunan Umum Semarang. Dalam prosesnya sendiri banyak yang berasumsi bahwa dalam melakukan suatu pembangunan harus ada yang dikorbankan entah itu dari segi ekonomi maupun lingkungan. Menurut Adityo, seharusnya konsep pembangunan bukan hal antara berkorban atau yang dikorbankan. Akan tetapi berkonsep jalan beriringan, baik antara ekonomi maupun lingkungan. Ekonomi yang baik tidak akan ada tanpa dukungan lingkungan yang baik pula, begitu pun sebaliknya. Pembangunan harus berkonsep kualitas, dimana harus dapat memberikan edukasi bagi masyarakat mengenai arti pentingnya pembangunan yang sedang dilakukan. Adanya eduksi yang baik terhadap masyarakat pun membutuhkan perhatian yang cukup ekstra. Hal ini dikarenakan tiap masyarakat memiliki latar belakang yang berbeda-beda dengan pemahaman yang berbeda pula. Ekonomi, pembangunan dan lingkungan harus berjalan secara sistematis dan beriringan. Baik atau tidak baiknya pengaruh pembangunan terhadap lingkungan tergantung dari cara berfikir seseorang. Pola pikir yang dikembangkan adalah bagaimana mengintegrasikan cara berfikir dalam pengelolaan lingkungan. Tidak hanya itu, pemikiran bahwa apapun yang dilakukan akan mem-
EDENTS
Volume 2 Edisi XXXI Tahun 2019
pengaruhi lingkungan, tidak hanya pembangunan saja. Semuanya kembali lagi kepada masyarakat, bagaimana membangun konsep berfikir mengenai penjagaan lingkungan. “Mengubah cara berpikir sebenarnya didasari pada konsep bagaimana kita menjaga lingkungan kedepan. Dimulai dari pola pikir satu orang saja sudah dapat membantu mengatasi permasalahan lingkungan,” ucap FX, dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro. Pembangunan Memacu Investasi
Suatu pembangunan pasti sudah terencana dan memiliki kajian Analis Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) untuk setiap pembangunannya. Sehingga otomatis dalam pembangunan tersebut sudah mempertimbangkan risiko lingkungan yang akan terjadi. Adanya kajian AMDAL ini secara tak langsung dapat memicu investor untuk berinvestasi terhadap ekonomi suatu daerah. “Orang seluruh Indonesia mungkin dalam beberapa item mengenal kota Semarang melalui banjir kanal barat, festival, dan sebagainya. Semua itu didukung karena ada pembangunan, karena ada pembangunan. Orang datang ke Semarang petunjuk dari pak wali, kalo bisa menghabiskan uang di Semarang. Jangan sampai mengeruk uang di Semarang. Jadi itu, ruhnya dari pembangunan, menarik supaya orang mau berinvestasi kepada kita,” jelas Adityo. Selain menarik minat para investor, pembangunan dilakukan dengan tujuan untuk menarik minat wisatawan ke suatu daerah. Sebagaimana yang dituturkan oleh Adityo, pembangunan jalan dan infrastruktur di Kota Semarang dibangunan sebaik dan senyaman mungkin dilakukan dengan tujuan salah satunya untuk mempermudah wisatawan datang. Pembangunan jalan dan infrastruktur yang layak dan membuat wisatawan nyaman datang ke Semarang secara tidak langsung menarik investasi dari para pengunjung yang datang ke Kota Semarang. Adityo juga mengatakan bahwa ekonomi pasti akan berkembang apabila infrastruktur atau pembangunannya berjalan dengan bak. “Contohnya saja Kalimantan. Kalimantan kalau tidak dibangun insratruktur seperti jalan tol tidak akan bisa seperti sekarang. Dijadikan tujuan utama untuk pembangunan investasinya,” tambah Adityo. Kajian mengenai Tata Ruang
Pada dasarnya pembangunan dan lingkungan memiliki porsinya masing-masing, entah itu positif
3
LAPORAN UTAMA
ataupun negatif. Tidak selamanya pembangunan Fokus Pembangunan yang Berbeda memberikan dampak buruk kepada lingkungan, begiSetiap daerah dan wilayah pasti dibangun dentupun sebaliknya untuk menjaga lingkungan tidak ha- gan sebuah rencana dan tujuan tersendiri. Pembangurus mengorbankan perkembangan pembangunan. Dalam nan yang dilakukan mempunyai beberapa fokus seperti hubungan pembangunan dan lingkungan, ada banyak ekonomi, lingkungan, dan lain-lain. Fokus pembangunan hal-hal yang harus diperhatikan oleh semua pihak. Tidak dituntut untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Oleh hanya pemerintah ataupun masyarakat, tapi juga seluruh karena itu tiap daerah memiliki fokus berbeda dalam elemen yang ada. Misalnya saja dibalik pembangunan pelaksanaan pembangunan karena kondisi ditiap daerah infrastruktur dan gedung-gedung harus memperhati- berbeda. Seperti kondisi pembangunan di kota Semakan sistem drainase atau pembuangan massa air secara rang yang dilakukan dengan perencanaan kerja selama alami maupun buatan dari permukaan suatu tempat lima tahun. Selain perencanaan dari daerah, terdapat untuk mengalihkan dan mengalirkan air. Jika pemban- perencanaan pusat yang juga menjadi acuan bagi daerah gunan tersebut tidak memperhatikan drainase bisa saja untuk melakukan suatu pembangunan. Namun perlu diakan memberikan dampat buruk bagi lingkungan seperti perhatikan juga bahwa tiap pembangunan didaerah pada banjir. Oleh karena itu kajian mengenai tata ruang dalam akhirnya akan dinikmati oleh masyarakat terutama di pembangunan menjadi daerah. Maka dari itu perlu hal yang sangat diperluadanya persiapan perencaPerlu adanya pengendalian dan kan. Harus memperhatinaan yang tidak lepas dari kan apakah pembangunan pengarahan ke masyarakat. Tidak tujuan program pusat dan yang akan dilakukan beprovinsi agar dapat saling rada di kawasan hijau atau hanya dari pemerintah pusat mendukung dan tidak terkawasan mati dan apakah jadi benturan. Komitmen kawasan tersebut cocok dan pemerintah daerah, pihak pemerintah dalam melakatau tidak untuk dibangun sanakan pembangunan kelurahan dan kecamatan juga suatu infrastruktur atau sangat diperlukan dalam pun gedung. hal ini.
harus ikut aktif melaksanakan
Kelemahan dari Kabupaten atau pengendalian. Karena itu selain suatu pembangunan tak kota membangun serta dapat dipungkiri akan melakukan pembangunan, peran memperluas kekuatan ekoterjadi. Begitu pula suatu nominya sesuai kapasitas pembangunan juga harus masing-masing. Semarang pemerintah juga mencegah mempertimbangkan menmemang belum bisa digenai manfaaat terhadap agar permasalahan dengan katakan luar biasa, namun lingkungan sekitar. Sebepembangunan di Semarang masyarakat dan benturan sosial lum melakukan pembanselalu ditingkatkan sebgunan, regulasi ataupun agaimana yang diterangtidak terjadi peraturan yang melandasi kan Adityo. Kepala Dinas harus turut diperhatikan. Pekerjaan Umum kota Menurut Adityo, salah satu Semarang mengatakan dari hal yang menjadi patokan yang pertama yang harus di- 1.012 ruas jalan yang ada untuk akses kota, hanya 20% perhatikan ialah Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). hingga 30% saja yang masih butuh penanganan, selainDengan adanya RTRW, pembangunan akan menjadi lebih nya sudah dalam proses pengembangan. Jika hal seperti terarah. Mengetahui pula daerah yang layak dan tidak jalan dikembangakan, maka akan diikuti dengan perlayak untuk dilakukan pembangunan serta cocok tida- tumbuhan ekonomi. Bahkan walikota menargetkan Kota knya suatu lingkungan dilakukan pembangunan. “Misal- Semarang untuk mengejar posisi tiga kota besar di Indonya saja dalam suatu daerah adanya dataran tinggi dan nesia yang menjadi Smart City. Selain itu pembangunan dataran rendah, di kawasan mana saja yang diperboleh- Kota Semarang juga dilakukan dengan ilmu yang didapat kan untuk menjadi kawasan industri apakah di kawasan dari kota lain seperti Surabaya dan Bandung. dataran rendah atau dataran tinggi itu harus diperhatikan. Kawasan industri tidak mungkin ditempatkan diten- Harus Dipahami Setiap Pihak gah kota karena, kawasan industri harus berada di pingPelaksanaan pembangunan tak lepas dari isu gir kota,� terang Adityo. lingkungan dan sosial. Pembangunan yang dilakukan oleh
EDENTS
Volume 2 Edisi XXXI Tahun 2019
4
LAPORAN UTAMA
sung pihak dinas setempat diperlukan dalam menanggupemerintah terkadang menimbulkan isu-isu di langi permasalahan ini. “Perlu adanya pengendalian dan lingkungan masyarakat sekitar pembangunan. Konflik pengarahan ke masyarakat. Tidak hanya dari pemerintah benturan kepentingan pun tak dapat dielakkan dalam pusat dan pemerintah daerah, pihak kelurahan dan kepelaksanaan suatu pembangunan. Konflik tersebut bisa camatan juga harus ikut aktif melaksanakan pengendalsaja terjadi dikarenakan beda pemahaman serta pemikiian. Karena itu selain melakukan pembangunan, peran ran antar pihak. Benturan yang terjadi di lapangan anpemerintah juga mencegah agar permasalahan dengan tara pihak pemerintah dengan masyarakat harus dapat masyarakat dan benturan sosial tidak terjadi,� tutur Adidijelaskan agar mendapatkan penyelesaian serta pematyo. haman yang baik. Pemerintah sebagai pihak yang melaksanakan pembangunan harus dapat meyakinkan kepada Pentingnya Edukasi terhadap Masyarakat masyarakat bahwa pembangunan Sejauh ini permasalahan yang dilakukan tidak merugikan pembangunan maupun lingkungan mereka. Namun justru bertujuan adalah edukasi kepada masyarauntuk meningkatkan pembangunan kat. Edukasi ini selain memerludemi kesejahteraan dan kenyamankan banyak biaya juga dimensinya an masyarakat. Disisi lain, pemerinsangat luas. Sehingga untuk mentah juga harus bisa merangkul dan gantisipasi hal demikian, diperlumenjelaskan kelebihan atau manfaat kan strategi pembangunan yang apa yang akan masyarakat dapatkan berkualitas. Ketika sudah medengan bahasa yang mudah pahami milih strategi pembangunan yang oleh masyarakat. Pentingnya pemberkualitas atau pendidikan dan bangunan harus dipahami oleh tiap kesehatan, aspek human capitalpihak termasuk masyarakat. Hal ini nya harus dibenahi. Ketika pematidak dilakukan karena pada hakihaman sudah diberikan kepada katnya, suatu pembangunan tidak masyarakat mengenai hubungan akan dapat terlaksana tanpa adanya dukungan dari masyarakat. Isu lingAdityo G. Pratidina, Pejabat Pengelola Informasi pembangunan dan lingkungan dan Dokumentasi Dinas Pembangunan Umum Semarang. maka akan ada rasa percaya yang kungan atau isu sosial juga harus dikaji dan diselesaikan dengan AMDAL. Jikapun ada ma- diterima oleh pemer- intah selaku pembuat kebijakan salah hal ini menjadi tugas pemerintah untuk mem-floor- dan pengkonsep pembangunan. Karena sejatinya lagi kan masalah tersebut di lapangan. “Jadi tidak ada masalah pembangunan tidak akan dapat berjalan tanpa ekonomi kalau saya, yang penting proses, harus bisa memberikan pun ekonomi akan pincang tanpa adanya pembangunan. pemahaman dengan bahasa yang baik. Mungkin ada Edukasi ekonomi, pembangunan, dan lingkunsedikit masalah, tapi itu tugas pemerintah, bagaimana gan juga sangat penting dilakukan agar masyarakat menmemfloorkan masalah tersebut di lapangan,� ujar Adityo. getahui bahwa tidak semua pembangunan memberikan Permasalahan Pembangunan Masalah Bersama dampak buruk kepada lingkungan. Hanya saja ada bePada dasarnya, tujuan dari suatu daerah melak- berapa hal yang harus dikorbankan untuk sebuah tusanakan pembangunan adalah untuk mengatasi atau juan dan hasil yang diharapkan. Yang perlu kita lakukan keluar dari masalah-masalah yang selama ini dihadapi. adalah menimbang, manfaat mana yang mungkin akan Dalam melakukan pembangunan, kendala bisa saja ter- lebih banyak dirasakan masyarakat jika melakukan pemjadi baik untuk perencanaan maupun implementasi. Adi- bangunan. Itulah mengapa pembangunan dan lingkuntyo mengatakan bahwa dalam pelaksanaan pembangu- gan harus dilakukan secara beriringan, agar manfaatnya nan di Kota semarang khususnya tidak ada permasalahan dapat dirasakan maksimal pun keberjalanannya juga bisa akan tetapi permasalahan ada pada implementasinya. Hal terlaksana dengan baik. Pemahaman bahwa pembanguini dikarenakan implementasi dari pembangunan yang nan memberikan dampak buruk kepada lingkungan tisering menyimpang atau disalahgunakan oleh masyara- dak sepenuhnya benar, juga lingkungan akan lebih baik kat. Misalnya trotoar yang dibangun untuk pejalan kaki tanpa pembangunan merupakan pemikiran yang salah. justru digunakan untuk berjualan, bahu kanan kiri jalan Kedepannya harus mampu menanamkan pemikiran yang yang digunakan untuk parkir dan masih banyak lagi. Ke- berkualitas jika sejatinya masing-masing poin saling mesadaran dari masyarakat yang masih kurang inilah yang miliki porsi dan kebermanfaatannya masing-masing. (jl) kini menjadi permasalahan. Adanya campur tangan lang-
EDENTS
Volume 2 Edisi XXXI Tahun 2019
5
LAPORAN UTAMA
Revolusi Industri 4.0 dan Lingkungan, Antara Eksternalitas dan Realitas Oleh: Farah, Mila, Yusuf
Bumi merupakan tempat tinggal manusia yang telah berusia lebih dari 4,5 miliar tahun. Dengan usia bumi yang semakin tua, permasalahan yang dihadapi bumi juga semakin kompleks. Berdasarkan data dari Worldometers, jumlah penduduk di bumi pada 2019 mencapai lebih dari 7,7 miliar manusia. Indonesia berada diperingkat empat dengan jumlah penduduk sebesar 271 juta, sedangkan peringkat pertama masih dipertahankan oleh China dengan 1,4 miliar penduduk. Pada urutan kedua ada India dengan 1,3 miliar penduduk dan setelahnya Amerika Serikat dengan posisi ketiga dengan 329 juta penduduk. Jumlah ini menunjukkan bahwa bumi sudah “terlalu penuh” untuk menjadi tempat tinggal manusia. Peningkatan jumlah penduduk yang signifikan dari waktu ke waktu ini, memberikan korelasi penuh terhadap ketersediaan ruang dan pangan manusia yang semakin berkurang. Semakin banyak penduduk yang tinggal di bumi, tandanya semakin sedikit lahan tersedia. Jika lahan semakin sedikit, maka ketersediaan sumber daya alam akan semakin berkurang. Hal ini lantas akan memunculkan fenomena “scarcity” atau kelangkaan dalam jangka panjang. Untuk mengurai permasalahan yang dihadapi bumi, tentunya diperlukan adanya pembangunan yang berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan ini meliputi proses pemeliharaan sumber daya alam yang sudah ada agar tetap terjaga kelestariannya, lalu pengembalian keseimbangan ekosistem sebagai akibat dari perilaku buruk manusia serta pemberdayaan lingkungan melalui ruang terbuka hijau yang efektif dan efisien. Sebelum menelusuri lebih dalam terkait pembangunan berkelanjutan, proses pembangunan dapat dikatakan sebagai jalan yang harus ditempuh oleh berbagai negara, baik negara maju maupun negara berkembang. Solusi pembangunan dihadirkan atas permasalahan dari pertumbuhan ekonomi yang tidak merata. Efek domino yang ditimbulkan dari ketidakmerataan ekonomi diantaranya, kemiskinan semakin tinggi yang diikuti bertambahnya jumlah pengangguran, meningkatnya disparitas pendapatan antar daerah atau antar wilayah, kurangnya produktivitas pada sektor sumber daya manusia sehingga sumber daya alam lebih diandalkan, dan lain-lain. Pembangunan kemudian ditafsirkan sebagai tujuan dari segalanya yang mampu menyelesaikan semua masalah, yakni kemiskinan, pembangunan, dan semua dimensi-dimensi keterbelakangan (Siahaan, 2004). Pola pembangunan yang dilakukan oleh negara maju tidak bisa serta merta diterapkan di negara berkembang. Keduanya memilki karakteristik berbeda serta permasalahan sosialnya masingmasing. Posisi Aspek Lingkungan dalam Tiga Pilar Pembangunan
Konsep pembangunan berkelanjutan tidak hanya bertumpu pada satu aspek, yaitu aspek ekonomi saja tetapi melihatnya secara utuh dari tiga aspek yang dituju, yaitu aspek ekonomi, lingkungan hidup, dan sosial masyarakat. Makna pembangunan harus sedemikian dalam pola yang saling mengisi dari berbagai
EDENTS
Volume 2 Edisi XXXI Tahun 2019
unsur-unsur pokok pembangunan berkelanjutan, yang bersifat Tri-Matra. Matra Ekonomi berdampak positif pada matra sosial dan lingkungan; Matra Sosial berdampak positif pada matra ekonomi dan lingkungan; dan Matra Lingkungan memberikan dampaknya secara positif kepada matra ekonomi dan sosial (Salim dalam Siahaan, 2005). Pada praktiknya, matra lingkungan masih dipandang dilevel terendah dari kesadaran perilaku masyarakat khususnya oleh pelaku industri. Aspek ekonomi masih menjadi motif utama keberlangsungan sebuah industri di suatu kawasan. Padahal seperti yang kita tahu, pembangunan kawasan industri tentunya akan menimbulkan dampak signifikan terhadap keseimbangan ekosistem. Industri mau tidak mau, akan menggunakan lahan-lahan hijau, lalu melakukan pengambilan air bawah tanah untuk operasional kegiatan perusahaan, dan pengelolaan limbah baik limbah gas, cair, maupun padat. Apabila unsur-unsur ini tidak diperhatikan dengan baik, maka yang akan terkena dampak secara langsung adalah masyarakat setempat, belum lagi jika terkait dengan permasalahan kesehatan. Menurut Winardi Dwi Nugraha, Akademisi Departemen Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, jika dilihat lebih dalam lagi pembangunan berkelanjutan yang memprioritaskan pada aspek lingkungan dalam jangka panjang sebenarnya akan berdampak positif bagi perusahaan. Apabila perusahaan memfokuskan perhatiannya pada aspek lingkungan maka akan tercipta “multiplier effect” pada aspek ekonomi dan sosial. Perusahaan dengan memperhatikan pengelolaan sumber daya alam, pengolahan limbah yang sesuai dengan peraturan pemerintah maka akan mampu menekan biaya operasional perusahaan dan memicu optimalnya efisiensi dan efektifitas produksi. Selain itu, dampak positif yang ditimbulkan dari perhatian pada aspek lingkungan yaitu berkurangnya risiko pencemaran lingkungan di sekitar masyarakat. “Saya kira banyaklah manfaatnya kalau industri memperhatikan lingkungan. Dulu kan semata-mata mengejar profit, tetapi kan semakin lama berdampak pada lingkungan lalu terjadi pencemaran. Pasti memikirkan pengelolaan limbah, lalu pembuangannya, nah kalau industri mulai memikirkan itu sejak proses awal mestinya limbah yang kita hasilkan jadi sedikit, ” ujar Winardi. Jika kondisi lingkungan baik, maka secara otomatis tanggung jawab kepada masyarakat akan pencemaran lingkungan menjadi berkurang. Industri yang mulai memperhatikan aspek lingkungan justru mereka akan mendapatkan keuntungan tidak hanya dari sisi keuangan tapi juga aspek sosial masyarakat, keberlangsungan industri menjadi mudah, dan sebagainya. Kondisi Lingkungan Terkini dalam Wacana Eksternalitas Industri
Perkembangan industri pada sepuluh tahun silam jelas dirasakan perubahannya oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia, khususnya di Semarang, Jawa Tengah. Irma Damayanti, selaku Kasi Penataan Lingkungan Hidup, Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Jawa Tengah, menyatakan bahwa perubahan ini bisa dilihat dari banyaknya proyek bangunan,
6
LAPORAN UTAMA
Bertambahnya jumlah industri juga mempengaruhi kondisi iklim dan cuaca, hal ini dapat dilihat dari perubahan musim penghujan dan kemarau yang tidak bisa diprediksi. Terjadinya penurunan kualitas udara yang disebabkan oleh limbah gas industri yang dikeluarkan dari cerobong asap tanpa melalui proses filtrasi yang tepat sesuai ketentuan atau parameter baku mutu lingkungan hidup. Ditambah lagi dengan peningkatan volume kendaraan yang digunakan baik dari masyarakat sekitar maupun karyawan industri tersebut. Perubahan-perubahan kondisi lingkungan ini dianggap sebagai bentuk eksternalitas dari kegiatan industri. Eksternalitas muncul apabila seseorang melakukan suatu kegiatan dan menimbulkan dampak pada orang lain dapat dalam bentuk manfaat eksternal atau biaya eksternal yang semuanya tidak memerlukan kewajiban untuk menerima atau melakukan pembayaran (Suparmoko, 2000). Dampak dari eksternalitas ini, apabila tidak disikapi dengan tepat oleh industri, maka akan berpengaruh terhadap produksi barang dan jasa yang dihasilkan. Hal ini juga terkait dengan biaya eksternal yang harus dibayarkan sebagai dampak dari eksternalitas tersebut, belum lagi jika masyarakat turut terkena imbasnya. Sehingga agar tercapai efisiensi yang optimal perusahaan perlu memperhitungkan biaya eksternal tersebut sebagai kemungkinan dari biaya produksi. Dua Sisi Mata Uang Revolusi Industri 4.0 Bagi Lingkungan
Pekembangan teknologi beberapa dekade ini telah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Kemudahan mengakses data dan
keterbukaan informasi menjadikan jarak antar elemen dimasyarakat semakin tidak terbatas. Perubahan ini ditanggapi sebagai dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Kehadiran revolusi industri 4.0 telah mengubah tatanan perilaku masyarakat dan kondisi lingkungan saat ini sebagai dampak dari perilaku masyarakat sendiri. Ditengah tuntutan dunia yang serba cepat, adanya perubahan-perubahan apabila tidak disadari maka akan berdampak pada banyak aspek di kehidupan manusia. Dampak yang ditimbulkan dari revolusi industri 4.0 adalah percepatan pertumbuhan yang tidak terkendali sehingga berpengaruh pada perubahan kondisi lingkungan. Namun dalam percepatan pertumbuhan tersebut harusnya diimbangi dengan perubahan pola pikir masyarakat, yaitu pembangunan yang berorientasi pada lingkungan (kembali ke alam), bagaimana menciptakan sebuah industri yang ramah lingkungan, bahkan mampu mengangkat kearifan lokal daerah setempat. Sebagai dua sisi mata uang, tentunya revolusi industri 4.0 memiliki dampak positif yang menjadikannya terus berkembang dan diminati. Jika tidak memberikan benefit pada manusia, tentunya “wacana” revolusi industri 4.0 akan tenggelam begitu saja. Kehadiran revolusi industri 4.0 menciptakan pergeseran secara masif dan menyentuh hampir seluruh aspek pekerjaan manusia. Penggunaan mesin otomatis, teknologi berbasis internet (Internet of Things) menyebabkan pekerjaan manusia menjadi lebih efisien, sehingga berpengaruh terhadap meningkatnya produktivitas pekerja. Kondisi yang seperti ini dapat mendorong terciptanya industri kreatif dimana sebuah usaha tidak lagi diidentikkan dengan bentuk fisik bangunan, karena dapat dilakukan dalam bentuk non-fisik (berbasis internet). Adanya industri kreatif, juga mendorong penggunaan resources yang ramah lingkungan. “Memasuki era revolusi industri 4.0 itu kan semuanya sudah digitalisasi. Teknologi, terkoneksi dengan internet dan sebagainya. Saya rasa kedepan industri harus mengadopsi hal itu. Nanti kan muncul industri kreatif yang mungkin tidak butuh kantor jadi bisa bekerja dari rumah menggunakan perangkat internet dan sebagainya. Ini semuanya memang mesti siap, untuk tenaga kerjanya juga harus siap,” ujar Winardi. Tantangan dan Hambatan dalam Mengelola Lingkungan
Dok. pribadi
Dok. pribadi
Perubahan yang diakibatkan dari revolusi industri 4.0 tak urung menciptakan tantangan dan hambatan tersendiri khususnya dari pemerintah sebagai pemangku kebijakan mengenai lingkungan. Pemerintah berperan dalam menegakkan sistem regulasi terkait izin mendirikan industri, mengawasi kelayakan limbah buangan, dan menindaklanjuti pelaku industri yang tidak memperhatikan keseimbangan ekosistem. Lebih dari itu, peran pemerintah menjadi sangat krusial terutama dalam hal pengambilan keputusan terkait peraturan yang mengatur antara industri dan lingkungan. Pemerintah memerlukan kajian yang komprehensif terhadap dampak didirikannya industri di suatu kawasan. Irma Damayanti mennyatakan bahwa salah satu hambatan dalam mengelola lingkungan yaitu adanya proyek strategis pemerintah yang tak jarang bertentangan dengan prinsip lingkungan. Pertentangan ini secara tidak langsung menimbulkan dilematisasi, antara tuntutan pembangunan berkelanjutan dan dampak yang dihasilkan dari pembangunan tersebut, karena mau tidak mau merugikan lingkungan dan masyarakat sosial. “Dengan adanya pembangunan strategis nasional yang tidak bisa kita hindari. Pembangunan jalan tol, bandara, kereta api, itu kan kalau mau buka lahan luar biasa dampaknya. Karena itu kan program pemerintah, maka proyek strategis nasional harus dijalankan untuk menciptakan lapangan kerja, atau mempemudah akses. Nah itu kadang hal-hal yang dilema ya,” ujar Irma.
Ir.Winardi Dwi Nugraha, M.Si, Akademisi Fakultas Teknik Undip
EDENTS
Volume 2 Edisi XXXI Tahun 2019
Dampak yang ditimbulkan dari pengadaan proyek strategis nasional ini juga terkait dengan berkurangnya lahan terbuka hijau, ladang persawahan, sehingga akan mempengaruhi kebutuhan pangan wilayah tersebut. Belum lagi hilangnya situs-
7
Kunjungi! www.lpmedentsundip.com
proyek infrastrukur, serta peningkatan jumlah kendaraan pribadi. Semakin banyaknya kawasan industri berarti mencerminkan banyaknya tenaga kerja yang diperkirakan terus memproduksi sampah dalam jumlah besar. Jumlah tenaga kerja yang tinggi ini, melalui penggunaan kendaraan pribadi akan berdampak pada tingkat polusi udara. “Untuk di Semarang sendiri, kita membandingkan dengan kondisi sepuluh tahun yang lalu mungkin sudah mengalami perubahan yang cukup signifikan. Jelas jumlah industri, jumlah hotel, jumlah mall-mall, pertokoan, itu kan mempengaruhi ke sektor industri sehingga pasti dampaknya ke lingkungan dan itu pasti sangat besar,” ungkap Irma.
LAPORAN UTAMA
Mochammad Arief Budihardjo, S.T., M.Eng.Sc., Ph.D, Akademisi Fakultas Teknik Undip Dok. pribadi situs kearifan lokal, sumber mata air, dan embung yang rusak. Proses pembukaan bukit atau lahan dalam proyek pembangunan apabila sudah dilakukan maka tidak dapat dikembalikan lagi. Meskipun dari pihak pemerintah telah melakukan kajian mendalam terkait dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) dan Upaya Pengelolaan Lingungan Hidup (UKL) untuk mencegah kerusakan lingkungan. “Meskipun berdasarkan penilaian AMDAL, UKL, dan dokumen-dokumen yang mengantisipasi pencegahan kerusakan lingkungan semua sudah dipenuhi tapi alam kan tidak bisa dikembalikan sampai kapanpun seperti semula. Ekosistem didalamnya sudah rusak nggak bisa kita mengembalikan atau memindahkan ke mana. Gitu kalau saya sih, di satu sisi prihatin,� tambah Irma. Selain itu, tantangan yang dihadapi pemerintah dalam hal ini Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Jawa Tengah yaitu sistem pengintegrasian informasi yang belum sempurna untuk menghimpun data-data dari beberapa kabupaten/kota di Jawa Tengah. Sehingga, dalam prosesnya masih membutuhkan waktu yang cukup lama dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
hingga pada akhirnya dalam keberlangsungan alam diperlukan kepedulian dari manusia untuk berperan aktif dalam melindungi dan menjaga keseimbangan alam. Sudah selayaknya perbaikan-perbaikan yang dilakukan dimulai dari diri sendiri, dari sekarang, dan dari hal-hal kecil. Selain itu pemerintah memiliki berbagai macam instrumen regulasi untuk mengatur keberlangsungan industri. Salah satunya dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah meluncurkan sistem penilaian kinerja industri melalui Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (PROPER). PROPER didesain untuk mendorong penataan perusahaan dalam pengelolaan lingkungan melalui instrumen insentif dan disinsentif. Insentif diartikan penyebarluasan kepada publik tentang reputasi atau citra baik bagi perusahaan yang mempunyai kinerja pengelolaan lingkungan yang baik. Reputasi tersebut dinilai dari berbagai aspek diantaranya sistem manajemen lingkungan, efisiensi energi, pengurangan emisi, pengelolaan limbah B3 dan non B3, konservasi air, keanakearagaman hayati, dan community development. Peringkat yang dibuat ditandai dengan label Emas, Hijau, dan Biru. Disinsentif diartikan bentuk penyebarluasan reputasi atau citra buruk bagi perusahaan yang mempunyai kinerja pengelolaan lingkungan yang tidak baik. Peringkat yang dibuat ditandai dengan label Merah dan Hitam.
Adanya sistem penilaian PROPER, tentunya memudahkan masyarakat untuk mengakses informasi mana saja perusahaan atau industri yang memperhatikan lingkungan. Peran industri dan masyarakat juga bisa diwujudkan melalui program Corporate Social Responsibility (CSR). Program ini merupakan bentuk tanggung jawab dan kepedulian industri terhadap lingkungan serta pemberdayaan masyarakat sekitar. CSR yang dilakukan oleh perusahaan dapat dilakukan dalam bentuk edukasi tentang pengelolaan limbah, tidak hanya pembiayaan maupun pelatihan pada masyarakat tetapi turut serta membantu masyarakat dalam mengelola limbah maupun sampah dan sebagainya. Oleh karena itu, dalam menyikapi permasalahan lingkungan diperlukan tanggung jawab dan kesadaran dari semua elemen masyarakat untuk menciptakan alam yang lebih baik kedepannya. (jl)
Mochammad Arief Budihardjo, Akademisi Departemen Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Undip, mengatakan bahwa sebuah industri dapat dikatakan ramah lingkungan apabila memenuhi beberapa kriteria. Kriteria tersebut yaitu menggunakan sumber daya alam secara bijak, dapat seminimal mungkin menghasilkan limbah dengan menerapkan konsep “produksi bersih� atau Cleaner Production, dan beralih ke bahan bakar ramah lingkungan. Konsep produksi bersih (cleaner production) berfokus pada efisiensi penggunaan sumber daya alam sehingga limbah yang dihasilkan juga cenderung minim dan dapat dikelola dengan baik. Konsep produksi bersih menekankan pada strategi pencegahan secara keseluruhan pada proses produksi dari awal hingga akhir untuk selanjutnya dapat dikembangkan secara berkelanjutan. Limbah yang dihasilkan dapat didaur ulang, sehingga dalam proses produksinya dalam jangka panjang akan menghasilkan penghematan energi dan penurunan biaya produksi. Permasalahan Lingkungan menjadi Tanggung Jawab Bersama Dengan begitu banyaknya permasalahan lingkungan yang dihadapi, tentunya harus disikapi secara bijak bahwa permasalahan-permasalahan terjadi akibat perbuatan manusia sendiri. Se-
EDENTS
Volume 2 Edisi XXXI Tahun 2019
Dok. pribadi
Cleaner Production sebagai Upaya Preventif Mengurangi Pencemaran
Irma Damayanti, S.Hut., M.M , Kasi Penataan Lingkungan Hidup, Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Jawa Tengah 8
LAPORAN UTAMA
Pajak: Instrument Peredam Eksternalitas Ekonomi dan Lingkungan Oleh : Annisa, Yunita, Olivia
Pembangunan konvensional telah berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi, tetapi gagal dalam aspek sosial dan lingkungan (Salim, dalam Azis, Napitupulu, Patunru, dan Resosudarmo, 2010:22). Hal ini dikarenakan pembangunan konvensional meletakkan ekonomi pada pusat persoalan pertumbuhan dan menempatkan faktor sosial serta lingkungan pada posisi yang kurang penting. Kondisi ini menunjukkan perlunya model pembangunan berkelanjutan yang dapat menghasilkan keberlanjutan dari sisi ekonomi, sosial, dan lingkungan secara bersamaan dalam tiga jalur pertumbuhan yang terus bergerak maju (Salim, dalam Azis dkk., 2010:23).
Pembangunan Berkelanjutan dalam Upaya Pelestarian Lingkungan Konsep pembangunan berkelanjutan sebenarnya sudah sejak lama menjadi perhatian para ahli. Namun istilah keberlanjutan (sustainability) sendiri baru muncul beberapa dekade yang lalu, walaupun perhatian terhadap keberlanjutan sudah dimulai sejak Malthus pada tahun 1798 yang mengkhawatirkan ketersedian lahan di Inggris akibat ledakan penduduk yang pesat. Satu setengah abad kemudian, perhatian terhadap keberlanjutan ini semakin mengental setelah Meadow dan kawan-kawan pada tahun 1972 menerbitkan publikasi yang berjudul “The Limit to Growth� (Meadowet al.,1972). Dalam kesimpulannya bahwa pertumbuhan ekonomi akan sangat dibatasi oleh ketersediaan sumber daya alam. Dengan ketersediaan sumber daya alam yang terbatas, arus barang dan jasa yang dihasilkan dari sumber daya alam tidak akan selalu bisa dilakukan secara terus menerus (on sustainable basis).
Pembangunan berkelanjutan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi manusia (Emil Salim,1990). Pembangunan yang berkelanjutan pada hekekatnya ditujukan untuk mencari pemerataan pembangunan antar generasi pada masa kini maupun masa mendatang. Menurut KLH (1990) pembangunan (yang pada dasarnya lebih berorientasi ekonomi) dapat diukur keberlanjutannya berdasarkan tiga kriteria yaitu : (1) Tidak ada pemborosan penggunaan sumber daya alam atau depletion of natural resources; (2) Tidak ada polusi dan dampak lingkungan lainnya; (3) Kegiatannya harus dapat meningkatkan useable resources ataupun replaceable resource. Dari sisi ekonomi Fauzi (2004) setidaknya ada tiga alasan utama mengapa pembangunan ekonomi harus berkelanjutan. Pertama menyangkut alasan moral. Generasi
EDENTS
Volume 2 Edisi XXXI Tahun 2019
kini menikmati barang dan jasa yang dihasilkan dari sumber daya alam dan lingkungan sehingga secara moral perlu untuk memperhatikan ketersediaan sumber daya alam tersebut untuk generasi mendatang. Kewajiban moral tersebut mencakup tidak mengekstraksi sumber daya alam yang dapat merusak lingkungan, yang dapat menghilangkan kesempatan bagi generasi mendatang untuk menikmati layanan yang sama. Kedua, menyangkut alasan ekologi, keanekaragaman hayati misalnya, memiliki nilai ekologi yang sangat tinggi. Oleh karena itu aktivitas ekonomi semestinya tidak diarahkan pada kegiatan pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan semata yang pada akhirnya dapat mengancam fungsi ekologi. Faktor ketiga, yang menjadi alasan perlunya memperhatiakan aspek keberlanjutan adalah alasan ekonomi. Alasan dari sisi ekonomi memang masih terjadi perdebatan karena tidak diketahui apakah aktivitas ekonomi selama ini sudah atau belum memenuhi kriteria keberlanjutan. Seperti kita ketahui, bahwa dimensi ekonomi berkelanjutan sendiri cukup kompleks, sehingga sering aspek keberlanjutan dari sisi ekonomi ini hanya dibatasi pada pengukuran kesejahteraan antargenerasi (intergeneration welfare maximization). Penyebab Munculnya Eksternalitas
Keterkaitan antara kegiatan ekonomi dengan sumber daya alam dan lingkungan menjadi penting. Hal ini dikarenakan proses produksi dan konsumsi tidak hanya membutuhkan sumber daya alam sebagai salah satu faktor input, tetapi juga akan menghasilkan output sisa (limbah) yang akan mempengaruhi kondisi maupun kelangsungan lingkungan (Fauzi, 2004:15). Masalah yang sering muncul dalam pengelolaan sumber daya alam adalah berbagai dampak negatif yang mengakibatkan manfaat diperoleh dari sumber daya sering tidak seimbang dengan biaya sosial yang harus ditanggung (Fauzi, 2004:19). Permasalahan ini timbul karena karakteristik dari beberapa sumber daya alam dan lingkungan dikategorikan sebagai barang publik (public goods) yang berimbas pada tindakan konsumsi maupun eksploitasi yang berlebihan. Konsumsi terhadap barang publik sering menimbulkan dampak yang disebut sebagai eksternalitas. Eksternalitas adalah dampak tindakan ekonomi seseorang atau satu pihak terhadap orang atau pihak lain tanpa disertai aliran kompensasi (Azis dkk., 2010:32). Dalam keterkaitannya dengan sumber daya alam dan lingkungan, eksternalitas sangat penting untuk diketahui karena akan menyebabkan alokasi serta pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan
9
LAPORAN UTAMA menjadi tidak efisien. Eksternalitas juga menyebabkan perbedaan persepsi akan biaya dari sudut pandang individu maupun sudut pandang sosial (masyarakat). Akibatnya, terjadi distorsi dimana harga dan kuantitas mungkin optimal secara pribadi tetapi di bawah optimal secara sosial (Patunru, dalam Azis dkk., 2010: 32). Dengan kata lain, jika mekanisme pasar tidak eksis maka alokasi sumber daya alam dan lingkungan akan tidak efisien dan tidak optimal (Azis, 2004:21). Dalam kenyataannya, eksternalitas tidak hanya sebagai dampak negatif tetapi dapat dianggap sebagai dampak positif. Atau biasa disebut eksternalitas negatif dan eksternalitas positif. Eksternalitas negatif adalah biaya yang dikenakan pada orang lain di luar sistem pasar sebagai produk dari kegiatan produktif. Sebagai contoh, pencemaran udara dimana suatu mekanisme pasar tidak terjadi secara sempurna, karena menurut mekanisme pasar maka pelaku pencemaran (polluter) tersebut seharusnya membayar kompensasi terhadap masyarakat yang terkena dampak pencemaran. Di sisi lain, eksternalitas positif yaitu  tindakan suatu pihak yang memberikan manfaat bagi pihak lain, tetapi manfaat tersebut tidak dialokasikan di dalam pasar. Jika kegiatan dari beberapa pihak menghasilkan manfaat bagi pihak lain dan pihak yang menerima manfaat tersebut tidak membayar atau memberikan harga atas manfaat tersebut maka nilai sebenarnya dari kegiatan tersebut tidak tercermin dalam kegiatan pasar, sebagai contoh dengan adanya suntikan antibodi terhadap suatu penyakit, maka suntikan tersebut selain bermanfaat bagi orang yang bersangkutan juga bermanfaat bagi orang lain yakni tidak tertular penyakit. Cara Mengatasi Eksternalitas, Antara Pajak atau Subsidi
Terkait dengan upaya untuk meminimalisasi dampak perubahan iklim serta tindakan produksi dan konsumsi yang tidak ramah lingkungan dalam kerangka konsep pembangunan berkelanjutan dapat dicapai dengan penerapan instrumen ekonomi. Penerapan instrumen ekonomi seperti pajak, denda, dan subsidi dapat diterapkan untuk memitigasi eksternalitas negatif terhadap lingkungan. Selain itu, hal tersebut juga dapat menghasilkan pengaruh yang cukup kuat untuk merubah pola produksi dan konsumsi menjadi lebih berkelanjutan. Pengelolaan lingkungan, terutama dalam mengendalikan dampak eksternalitas negatif terhadap lingkungan, dapat dilakukan melalui tiga metode (Aziz, 2012). Pertama, melalui direct regulation (peraturan atau regulasi langsung), yaitu menetapkan standar tertentu yang membutuhkan pengawasan. Kedua, melalui voluntary measures (tindakan sukarela), yaitu melalui pemberian insentif tanpa penalti, namun sekaligus mengurangi biaya pengawasan. Ketiga adalah market instrument (instrumen ekonomi pasar), yaitu mendorong perilaku efisien berdasarkan dinamika penawaran dan permintaan melalui mekanisme harga pasar. Kelemahan utama penerapan regulasi langsung adalah biaya pelaksanaannya seringkali sangat mahal karena semua orang dihadapkan pada standar yang sama padahal terdapat perbedaan kemampuan tiap orang dalam memenuhi aturan tersebut. Selain itu, sistem regulasi langsung juga mengharuskan diterapkannya sistem pengawasan yang ketat agar tujuan tercapai, hal ini dikarenakan terdapat insentif cukup besar dari pelaku eksternalitas untuk mengabaikan peraturan (Hartono dkk., dalam Azis dkk., 2010:60). Selanjutnya, untuk men-
EDENTS
Volume 2 Edisi XXXI Tahun 2019
Dok. pribadi
Eksternalitas Positif dan Negatif
Dr. Zulaikha, M.Si., Akt, Akademisi FEB Undip gatasi penerapan regulasi langsung yang dinilai tidak efisien maka dapat dilakukan pendekatan mekanisme pasar sebagai alternatif solusi. Alasan penting mengapa internalisasi eksternalitas dapat dianggap efektif dalam memecahkan berbagai problem lingkungan adalah karena solusi ini menyentuh akar permasalahan (yaitu, tidak diperhitungkannya biaya kerusakan lingkungan akibat polusi) dan bukan immediate cause (sebab langsung dari polusi, yaitu adanya polutan) (Hartono, Yusuf dan Resosudarmo, dalam Azis dkk., 2010:50). Pajak merupakan bentuk yang relatif sederhana dari pendekatan mekanisme ekonomi pasar untuk mengatasi eksternalitas negatif terhadap lingkungan. Jenis pajak atau denda ini juga dikenal sebagai corrective tax atau Pigouvian tax (Hartono dkk., dalam Azis dkk., 2010:61). Ketika terjadi eksternalitas negatif maka harga barang yang ditetapkan oleh perusahaan tidak menunjukkan titik keseimbangan (ekuilibrium) yang sebenarnya karena pembentukan harga didasarkan pada Marginal Private Cost. Sehingga, harga barang akan dirasa lebih murah dan akan memicu tingkat produksi yang lebih besar. Hal ini terjadi karena dalam proses produksi tidak memperhitungkan besarnya residual hasil kegiatan produksi yang dilepaskan ke alam dan berpotensi menimbulkan eksternalitas negatif bagi lingkungan. Selanjutnya, agar pengalokasian sumber daya menjadi optimal maka pembentukan harga di pasar harus berpatokan pada konsep Marginal Social Cost, dimana hal tersebut dapat diperoleh dengan Marginal Private Cost ditambahkan biaya eksternalitas (Marginal Externality Cost). Dengan demikian, mekanisme pasar dapat terjadi dengan menetapkan harga barang sama dengan besarnya Marginal Social Cost. Upaya internalisasi eksternalitas dapat juga dilakukan dengan mengenakan subsidi. Pengenaan subsidi ini dapat dilakukan pemerintah ketika eksternalitas yang terjadi menimbulkan manfaat eksternal (external benefit=positive external
10
LAPORAN UTAMA ity). Bila konsumen maupun produsen terlalu underestimate benefit dengan tidak mempertimbangkan manfaat tersebut pada orang lain, maka dengan subsidi akan dapat mengurangi private cost dan mendorong peningkatan dalam konsumsi pada tingkat yang efisien. Bila sebab utama terjadinya eksternalitas adalah tidak adanya property right, maka cara mengatasi eksternalitas adalah dengan membuat suatu property right bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap suatu sumber daya. Bila solusinya seperti ini maka tidak perlu lagi ada intervensi pemerintah (internalization of externality). Hal inilah yang dimaksud dengan Coase Theorema. Secara lebih rinci Coase Theorema ini menyatakan bahwa pemerintah dengan membuat suatu right untuk menggunakan suatu sumber daya, maka dapat menginternalisasikan eksternalitas ketika biaya transaksi adalah nol. Bila hal ini dicapai maka masing-masing pihak dalam aktivitas yang ada akan dapat melakukan pertukaran dengan bebas terhadap property right yang ada dengan pembayaran secara tunai, sehingga tingkat efisiensi dalam penggunaan sumber daya dapat dicapai. Terkait dengan tanggung jawab perusahaan, dalam UU No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pasal 74 memuat tentang tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan dan tanggung jawab sosial terhadap lingkungan. Dengan adanya peraturan tersebut, perusahaan pasti akan mengeluarkan biaya untuk bertanggung jawab terhadap lingkungan. Keefektivan Pajak sebagai Peredam Eksternalitas Perusahaan
Di mata perusahaan, pajak menjadi efektif jika biaya lingkungan dapat dikurangkan dengan penghasilan kena pajak sehingga pajak yang dibayarkan lebih ringan. Sebagaimana dituturkan oleh Zulaikha, selaku Dosen Akuntansi Universitas Diponegoro, pajak akan efektif jika biaya lingkungan dapat dikurangkan dengan penghasilan kena pajak sehingga pajak yang dibayarkan lebih ringan itu menjadi efektif. Boleh jadi dalam undang-undang sebelumnya mengatur tanggung jawab tentang lingkungan. “Dalam UU kadang-kadang perusahaan tidak peduli terhadap lingkungan ketika dalam UU pajak dikatakan kalau menyumbang untuk memperbaiki lingkungan dianggap sebagai sumbangan dan itu tidak boleh dikurangkan. Sehingga perusahaan itu mau membayar dan membantu untuk memperbaiki lingkungan akan berpikir ulang karena dianggap sudah menyumbang tetapi sumbangan tersebut tidak boleh dikurangkan penghasilan kena pajak, pajaknya tambah 25% dari sumbangan tersebut,” ungkap Zulaikha. Menurut Zulaikha, sebenarnya ada cara lain untuk meredam eksternalitas selain melalui pajak yaitu dengan cara pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat dan kepedulian dari masyarakat itu sendiri perlu digalakkan. Tepatnya insentif pengurangan pajak bukan pajak. Insentif pengurangan pajak artinya biaya lingkungan boleh dikurangkan penghasilan kena pajak bisa digunakan sebagai peredam. Salah satunya misalnya dengan adanya peraturan UU No. 40 tahun 2007 yang dapat digunakan untuk meredam eksternalitas. Selain itu dengan cara pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat dan kepedulian masyarakat juga perlu digalakkan. Masyarakat harus ada sosialisasi dari dinas terkait tentang lingkungan dan diberi kesadaran pada lingkungan. Hal ini tidak lain agar saat perusahaan melanggar dan membuat lingkungan rusak ada saluran kepedulian masyarakat yang bisa mencegah hal tersebut. “Jadi kalau masyarakatnya tidak peduli dan misalnya tidak ada sosialisasi
EDENTS
Volume 2 Edisi XXXI Tahun 2019
terhadap masyarakat, perusahaan akan membuang limbah seenaknya sedangkan orang tidak peduli padahal itu bahaya dan dinas tidak pernah memberikan sosialisasi bahwa itu bahaya, ya artinya rusak, kan? Dinas lah yang harus memberikan sosialisasi kepada masyarakat agar masyarakat sadar akan kesehatan lingkungan,” ungkap Zulaikha. Besarnya biaya insentif pajak untuk mengurangi eksternalitas ini berbeda-beda dan dibatasi jumlahnya oleh pemerintah. “Ada aturan yang mengatur seberapa besar yang akan dikeluarkan dan sifatnya berbeda-beda. Jadi ya kalau dari sisi pemerintah dibatasi jumlahnya. Dari sisi dinas tekait yang penting lingkungan tersebut tidak rusak,”, ungkap Zulaikha. Selain itu eksternalitas juga dapat diredam dengan menetapkan baku mutu lingkungan. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menyebutkan bahwa baku mutu lingkungan hidup adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi atau komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup. Sehingga dengan adanya penetapan baku mutu lingkungan hidup maka eksternalitas dapat sedikit diredam karena sudah terdapat regulasi mengenai ukuran batas komponen atau unsur pencemar. Pengaruh Insentif Pajak dalam Biaya Lingkungan
Zulaikha menjelaskan bahwa pengurangan insentif pajak terhadap produsen sangat berpengaruh dan dapat membantu upaya penyelamatan lingkungan. “Dari sisi produsen, kalau perusahaan mengeluarkan biaya lingkungan dan mendapatkkan insentif pajak ya otomatis bagi perusahaan pengaruhnya besar. Bagi perusahaan jika bisa membantu menyelamatkan lingkungan, perusahaan akan mendapatkan pengurangan pajak otomatis pendapatannya akan adil,” ujar Zulaikha. Pengurangan insentif pajak tidak memiliki efek langsung bagi konsumen. Tapi dapat menjadi isu bahwa perusahaan merusak lingkungan dan menjadi dampak bagi konsumen berupa tidak dapat mengonsumsi barang dari hasil produksi.
Dengan adanya pengurangan insentif pajak ini, perusahaan akan lebih merasa diperlakukan secara adil karena pengeluaran perusahaan atas konsekuensi aktivitas perusahaan dapat dikurangkan dalam pejak. Akan tetapi pengurangan insentif pajak ini juga mengakibatkan penerimaan negara berkurang. “Dampak positifnya, perusahaan akan lebih merasa diperlakukan adil dan efektif. Dampak negatif ya mungkin penerimaan negara akan berkurang dan itu sebagai konsekuensi terhadap lingkungan,” tutur Zulaikha. Insentif pajak sebagai peredam eksternalitas ini sangat penting dan berlaku sejak keluarnya UU No. 40 tahun 2007. Pajak dipilih untuk meredam eksternalitas karena biaya untuk pengurangan limbah termasuk biaya untuk menyelamatkan kelangsungan hidup perusahaan. Misalnya perusahaan itu merusak lingkungan dan masuk pada list negatif maka kelangsungan hidupnya akan terancam. Sehingga pajak dinilai sebagai instrumen yang tepat untuk meredam eksternalitas. (jl)
11
LAPORAN UTAMA
Menuju Ekonomi Kreatif dengan Pemanfaatan Sampah dan Limbah
Dok. dorendamico.com
Oleh: Jessica Rahma S.A, Prastio Anggoro, Luthfia Rizqi M.
“Biasanya sampah yang terolah itu otomatis akan mendapatkan output ataupun pemasukan. Pemasukan itu tergantung kreatifitasnya,” – Agung Tri Harnadi, Kepala Seksi Pengelolaan Sampah dan Limbah P3 Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Jawa Tengah.
Sampah merupakan salah satu masalah yang hingga kini sulit teratasi. Banyaknya penduduk di Indonesia menjadikan setiap rumah tangga, setiap manusia menggunakan sampah. Minimnya pengetahuan akan limbah dan sampah menjadikan sampah-sampah tersebut dibuang begitu saja tanpa ada pengolahan terlebih dahulu. Jika hal ini terus menerus terjadi, maka Indonesia akan dipenuhi oleh timbunan sampah. Sebelum itu terjadi, pemerintah melakukan upaya-upaya bagaimana cara untuk mengolah sampah yang masih bisa didaur ulang. Terbukti dengan adanya rumah produksi kreatif yang dikelola oleh masyarakat yang bekerja sama dengan pemerintah untuk memasarkan produk hasil mereka. Selain usaha dari pemerintah, harusnya masyarakat turut andil dalam pengurangan pemakaian sampah. Upaya pemerintah tidak ada berjalan dengan baik tanpa adanya dukungan dari masyarakat itu sendiri. Apabila pemerintah dan masyarakat mampu bekerja sama dengan baik, maka permasalahan mengenai sampah dan limbah akan teratasi dengan mudah. Sampah, Limbah dan Perekonomian
Berdasarkan Undang-Undang No. 18 Tahun 2008, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Pengelolaan sampah yang dimaksudkan adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penan-
EDENTS
Volume 2 Edisi XXXI Tahun 2019
ganan sampah. Meningkatnya volume timbunan sampah memerlukan pengelolaan. Pengelolaan sampah yang tidak menggunakan metode dan teknik pengelolaan sampah yang ramah lingkungan, selain akan dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan juga akan sangat mengganggu kelestarian fungsi lingkungan baik lingkungam pemukiman, hutan, persawahan, sungai dan lautan. Tetapi jika sampah dan limbah tersebut dapat diolah dan dimanfaatkan menjadi suatu karya yang kreatif serta menarik maka akan dapat memberikan suatu nilai jual yang tinggi. Dapat memberikan dampak yang positif bagi perekonomian Indonesia khususnya dalam bidang ekonomi kreatif.
Menurut Agung Tri Harnadi, Kepala Seksi Pengelolaan Sampah dan Limbah P3 Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Jawa Tengah, mengungkapkan bahwa pemanfaatan sampah membawa dampak pertumbuhan ekonomi tetapi tidak signifikan. Hal ini dikarenakan pemanfaatan dan pengolahan sampah dimulai dari skala kecil yakni dimulai dari skala rumah tangga yang kemudian dipilah dan dikumpulkan ke dalam bank sampah ataupun Tempat Pembuangan Sampah (TPS). Setelah kumpulan sampah dipilah serta diolah dan bahan-bahan yang tidak ikut diolah nantinya akan dibawa ke pengepul maupun ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). “”Biasanya sampah yang terolah itu otomatis akan mendapatkan output ataupun pemasu-
12
LAPORAN UTAMA
Stigma Lama yang Sulit Berubah
Ketika kita mendengar kata TPS maka otomatis akan muncul kata “bau” di benak kita. Hal ini yang telah menjadi realita dan asumsi kita mengenai TPS. Padahal jika permasalahan sampah betul-betul dikelola sesuai dengan aturan yang berlaku, sebenarnya tidak akan menimbulkan bau. Asumsi tersebut yang belum sepenuhnya dipahami oleh masyarakat membuat masalah penolakan pembangunan TPS terjadi dimana-mana. Masyarakat sendiri seringkali berasumsi jikalau akan ada pembangunan lokasi untuk TPA atau daur ulang sampah, masyarakat akan langsung menolaknya dikarenakan permasalahan akan bau dan kotor. Kondisi ini dikarenakan tak lain masih kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai permasalahan sampah dan pengolahan sampah dan perlu diperbaiki saat ini. Kebanyakan masyarakat di Indonesia akan menolak jika tempat pembuangan sampah maupun tempat pembuangan akhir berada di sekitar pemukiman warga. Hal ini menjadikan masalah baru bagi pemerintah. Terlebih lagi semakin sulitnya mencari lahan kosong di daerah-daerah tertentu. Biasanya solusi dari permasalahan ini yakni dilakukan dengan mendekati para tokoh masyarakat dengan memberikan pengertian terkait permasalahan yang ada. Diharapkan dengan adanya diskusi, tokoh masyarakat tersebut dapat membantu untuk menyadarkan masyarakat bahwa sampah bukanlah permasalahan sulit yang menimbulkan dampak negatif. Sebaliknya apabila sampah dikelola dengan baik akan membawa dampak positif. Sebenarnya ada masyarakat beberapa daerah yang sudah sadar akan asumsi tersebut. Dimana pembangunan TPA yang dekat dengan permukiman bukan suatu masalah bila dikelola dengan baik. Salah satunya contohnya ada di daerah Jawa Timur yakni tepatnya di pusat daur ulang Jambangan di Surabaya yang berlokasi di tengah-tengah perumahan. Meski begitu hal tersebut tidak menjadikan masyarakat komplain atas lokasi daur ulang sampah. Hal ini dikarenakan dari transportasi mengangkut sampah, sistem pengolahan sampah yang sesuai dengan ketentuan sehingga mengakibatkan tidak adanya bau di sekitar lokasi. Kesadaran Masyarakat yang Masih Minim
Sosialisasi tentang pemanfaatan sampah dan limbah pun gencar dilakukan oleh pihak pemerintah kepada para masyarakat. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar mereka sadar bahwa sampah dan limbah yang mereka produksi sebenarnya memiliki nilai ekonomis yang dapat menambah pendapatan mereka. Seperti yang dilakukan oleh pihak DLHK Jawa Tengah yaitu dengan memberikan fasilitas berupa bank sampah, gerobak sampah, serta pelatihan dan pengelolaan sampah. “Sejak dikeluarkannya UU 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, DLHK Provinsi Jawa Tengah mulai tahun 2009 sudah melakukan sosialisasi dan memberikan bantuan sarana dan prasarana terkait sampah serta memberikan fasilitas pelatihan tentang pengelo-
EDENTS
Volume 2 Edisi XXXI Tahun 2019
laan sampah. Bahkan semenjak tahun 2010 sampai 2016, DLHK meningkatkan pemberian fasilitas tidak hanya sarana dan prasarana tempat sampah tetapi juga memberikan fasilitas berupa kendaraan roda tiga untuk menAgung Tri Harnadi, Kepala Seksi gangkut sampah Pengelolaan Sampah dan Limbah dan bangunan P3 Dinas Lingkungan Hidup dan fisik bank sampah. Kehutanan (DLHK) Jawa Tengah Bahkan di tahun ini turut memberikan bantuan fisik TPS 3R beserta sarana dan prasarananya berupa mesinnya,” ujar Agung.
Dok. Edents
pemasukan. Pemasukan itu tergantung kreatifitasnya,” imbuh Agung.
Upaya-upaya yang telah dilakukan tersebut tentu belum cukup untuk mengatasi permasalahan mengenai sampah. Ada hal mendasar yang harus diubah oleh masyarakat kita yakni mindset masyarakat Indonesia tentang sampah. Agung menjelaskan bahwasanya permasalahan sampah di Indonesia dan diluar negeri seperti, Australia dan Jepang berbeda jauh. Hal ini dikarenakan di luar negeri memberlakukan sanksi yang benar-benar ditegakkan dengan nominal denda yang lumayan besar. Warga Indonesia yang pernah tinggal atau berkunjung keluar negeri mau tak mau harus ikut disiplin sesuai aturan yang telah ditetapkan terkait sampah, dikarenakan takut akan terkena sanksi. Tetapi mirisnya ketika mereka pulang ke Indonesia, kebiasaan membuang sampah sembarangan terulang kembali. Hal inilah salah satu contoh kebiasaan atau mindset orang Indonesia yang masih minim mengenai sampah. “Kesimpulan intinya adalah yang pertama, mindset kesadaran masing-masing orang. Yang kedua, terkait dengan peraturan dengan ditegakkannya peraturan otomatis akan menjadikan permasalahan pengolahan sampah bisa teratasi,” terang Agung. Pelatihan Kreatifitas dalam Pengolahan Sampah
Pemanfaatan sampah dan limbah yang dilakukan oleh masyarakat tentunya perlu dukungan serta ilmu, agar karya yang dihasilkan dapat menarik para konsumen. Pemerintah dalam hal ini dapat memberikan fasilitas seperti pelatihan pengolahan sampah dan limbah dengan narasumber yang sudah berpengalaman dalam pengolahan sampah. Tak hanya itu saja, pemerintah juga harus melakukan monitoring evaluasi dimana secara detail pemerintah menanyakan dan mencatat kepada pihak-pihak pengelola sampah terkait. Dimulai dari kumpulan sampah yang utuh belum dikelola, sampai menjadi pengelolaan suatu produk, pengurangan sampah dan juga residu sampah yang
13
LAPORAN UTAMA betul-betul sudah tidak diolah. Tidak hanya pihak pemerintah saja yang melakukan pelatihan tersebut, tetapi ada beberapa pihak lain yang turut membantu. Salah satunya seperti yang dilakukan Rumah Kreatif Bank (RKB) BRI Semarang. Rumah Kreatif ini berfungsi sebagai fasilitator untuk para peserta yang memiliki kreatifitas dalam pengolahan sampah dan limbah. Menurut Anggih Pangestiku Raharjo, selaku Administrasi dan Koordinasi RKB BRI Semarang menyatakan bahwa RKB BRI memberikan pelatihan-pelatihan bagi para peserta yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh para peserta tersebut. “Jadi para peserta yaitu dari kalangan umum dapat mendaftarkan materi yang dibutuhkan kemudian kemudian mengkonfirmasi jadwal pelatihannya,” imbuh Anggih. “Rumah kreatif sendiri lebih memberikan pelatihan seperti workshop, seperti pelatihan riset pasar bisnis. Menggali ilmu bagaimana kajian mengenai pasar seperti contohnya untuk pemasaran produk yang baik, cara tentang administrasi keuangan, bagaimana cara mengelola keuangan yang baik, dan sebagainya,” lanjut Anggih. Selain memberikan pelatihan, rumah kreatif juga memberikan sarana perizinan dengan menghubungkan antara pemerintah dan para pemilik rumah produksi yang ingin mendaftarkan hasil produksinya. Kurangnya Ide-ide Inovasi
Walaupun pemanfaatan sampah dan limbah bagus untuk menumbuhkan ekonomi kreatif, akan tetapi tetap saja memiliki kendala dalam kegiatannya. Kendala yang paling utama adalah kurangnya inovasi dalam hal pemasaran produk yang disebabkan oleh kurangnya inovasi terhadap hasil produknya. Misalnya terhadap pengolaan sampah anorganik yang dimana hasil produknya berupa tas penjualannya memerlukan waktu yang agak lama. Hal ini dikarenakan hasil produk belum mampu menarik perhatian para konsumen sehingga sangat dibutuhkan suatu inovasi agar produk tersebut dapat memberikan dampak positif bagi pengelola. “Terkait hasil olahan anorganik kita selalu mengingatkan terkait dengan kreasi untuk mencitakan inovasi yang baru sehingga pemesan akan berkelanjutan dalam membeli produk. Produk-produk yang kecil keberhasilannya sementara ini kita dorong, kita datangkan pengelola sampah yang sudah berhasil untuk memberikan motivasi kepada mereka yang belum berhasil,” ujar Agung. Hal yang sama pun juga diungkapkan oleh Aggih bahwa produk yang dihasilkan oleh para peserta masih kurang inovasi. Produk yang dihasilkan bentuknya bersifat homogen yang dirasa bahwa produk tersebut tidak ada perbedaan dengan produk yang lain. Sehingga menyebabkan pemasaran produk tersebut susah untuk dilakukan. Disinilah peran pemerintah dibutuhkan untuk memberikan pengetahuan dan pengalaman terkait dengan inovasi-inovasi produk agar masyarakat mampu mengembangkan usaha yang mereka miliki. Pelatihan keterampilan juga sangat diperlukan agar produk yang dihasilkan cukup bervariasi dan menarik daya beli masyarakat. Daya Dukung dalam Mengatasi Permasalahan Sampah
Di era 4.0 ini, teknologi semakin berkembang dengan pesat dan sangat canggih. Hampir semua masyarakat meng-
EDENTS
Volume 2 Edisi XXXI Tahun 2019
gunakan teknologi yang ada. Jadi bukan tidak mungkin jika nantinya akan ada teknologi untuk mengatasi masalah sampah. Sekarang saja sudah banyak teknologi terhadap sampah, hanya mungkin perlu kejelian untuk memilih teknologi mana yang sesuai dengan keadaan saat ini. Sebagai contoh, Kota X memiliki potensi penerimaan sampah sebesar sekian ton, lalu dicocokkan dengan teknologi mana yang sesuai dengan kondisi tersebut. Sebab sekarang ini ada teknologi dengan potensi penerimaan sampah sebsar ratusan ton dan ada pula yang memiliki potensi penerimaan sampah puluhan ton. Pemerintah saat ini sedang mengidentifikasi teknologi yang ramah lingkungan agar lingkungan sekitar tidak menimbulkan dampak negatif yang besar. Apabila teknologi-teknologi ini berjalan dengan baik otomatis akan menciptakan pertumbuhan ekonomi serta permasalahan tentang pengolahan sampah dan limbah akan teratasi. Selain itu, banyaknya komunitas peduli sampah tentu membawa angin segar pada permasalahan sampah. Banyak anak-anak muda sekarang yang peduli tentang permasalahan sampah berkumpul dan turut melakukan aksi dalam satu wadah yang biasanya disebut komunitas peduli sampah. Secara langsung komunitas-komunitas pengolah sampah ini cukupmembantu bagi pemerintah. “Hanya saja komunitas tersebut tergantung pada lokasinya. Seperti kemarin saya sempat diundang untuk melakukan pengarahan di Karanganyar, otomatis membawa dampak untuk Karanganyar itu sendiri. Lalu ada juga komunitas di Kota Tawangmangu yang tentunya akan membawa dampak bagi Kota Tawangmangu,” jelas Agung. Dengan adanya komunitas-komunitas diberbagai kota, nantinya secara keseluruhan akan membawa dampak positif bagi kota tersebut. Pengelolaan Sampah Harus dari Hulu ke Hilir
Terlepas masih banyaknya pekerjaan rumah yang harus diselesaikan terkait permasalahan sampah di negara Indonesia, namun kita masih bisa sedikit bersyukur karena masih ada masyarakat yang peduli akan permasalahan ini. Hal ini tercermin dari banyaknya komunitas sampah maupun banyaknya bantuan sarana dan prasarana dari pemerintah sendiri untuk mengatasi permasalahan sampah di Indonesia. Permasalahan sampah haruslah diselesaikan dari hulu ke hilir. Hulu dalam hal ini yakni sampah yang ada sebisa mungkin dikelola mulai dari rumah tangga, setelah dikelola sisa sampah yang tidak bisa diolah barulah akan kita ditaruh di TPA. Sehingga sampah yang ada di TPA ataupun TPS adalah sampah yang betul-betul sudah tidak bisa dikelola. Bahkan apabila memungkinkan lagi maka sampah tersebut bisa berbentuk residu. Penanganan memang harus dari hulu yang nantinya membawa dampak positif ke hilir. Selain itu produk-produk kreatif sampah juga kedepannya diharakan bisa lebih dikenal dilingkup nasional terlebih dahulu dengan harapan nantinya dapat dikenal sampai ke luar negeri. “Jadi beberapa karya mereka yang masih kurang bagus di segi pemasarannya kami akan coba membantunya dan kami juga menginginkan produknya lebih terkenal lagi dan market placenya bisa lebih luas lagi,” pungkas Anggih. (jl)
14
EDENTS
Volume 2 Edisi XXXI Tahun 2019
15
EDENTS
Volume 2 Edisi XXXI Tahun 2019
16
Mantan Edents Berawal dari Ketertarikan, Hingga menjadi Wartawan Oleh : Nurul Nisa dan Camila
“Menjadi wartawan berbicara mengenai apa karya yang dihasilkan ‘doing society’ bukan berbicara mengenai menjadi atau menjabat sebagai apa ‘being society’ ” Sasongko Tedjo, Redaktur Senior Harian Suara Merdeka yang Juga Mantan Edents
Melatih Keterampilan dan Kepekaan Isu
Menurut Sasongko, Edents pada zamannya yakni awal tahun 1980 bisa dikatakan telah mati. Akan tetapi karena minat dan ketertarikan akan Edents, Sasongko bersama teman-teman lainnya mencoba untuk menghidupkan kembali Edents. Salah satunya yakni melalui majalah, meskipun diakuinya bahwa pada waktu itu masih dibuat sangat sederhana. Bersama rekannya, Sasongko mulai melatih kemampuan menulis serta kepekaan terhadap isu-isu sosial politik yang akan diangkat dalam majalah. “Nah, disitulah kita mulai melatih tulisan, dan tidak hanya dari segi jurnalistik tapi juga melatih kepekaan-kepekaan sosial politik. Jadi waktu itu mengkritisi kebijakan-kebijakan presiden Suharto waktu itu, yang hanya pro pertumbuhan tapi tidak memperhatikan keadilan,” tutur Sasongko. Dalam Edents, tiap anggota tidak hanya belajar dari sisi menulisnya saja tapi juga harus dari segi mengasah kepekaan-kepekaan dan daya analisa mengenai kontennya. Memahami masalah-masalah baik sosial, politik, dan ekonomi yang ada. Hal tersebut yang kelak menjadikan anggota Edents mendapat ilmu jurnalistik yang mumpuni.
Selain pengetahuan akan jurnalistik, Edents, bagi Sasongko merupakan wadah untuk belajar lebih banyak hal perkembangan di masyarakat. Sistem text-book thinking yang diperolehnya dibangku kuliah berbeda dengan pengalaman yang diperolehnya saat di Edents. Materi ataupun ilmu yang diperoleh dalam pelajaran dapat diterapkan secara nyata di Edents. Hal inilah yang menyebabkan mengapa Edens disebut sebagai wadah untuk belajar. Minat Berprofesi menjadi Wartawan
Minat yang sudah lama tertanam dalam jiwa Sasongko telah menuntunya dalam memilih jalur pekerjaan. Profesi sebagai wartawan telah dipilihnya. Ia bergabung sebagai wartawan di Harian Suara Merdeka, perusahaan berita yang terbesar dan tersebar di seluruh Jawa Tengah pada waktu itu. Panggilan kerja dari Bank Indonesia telah ditolaknya demi melakoni pekerjaan yang telah lama ia minati yakni profesi sebagai wartawan. Temantemannya pada saat itu sempat tercengang saat mendapati Sasongko telah menolak tawaran pekerjaan yang notabene sangat diminati oleh para mahasiswa lulusan ekonomi. “Saya diundang untuk langsung datang dan wawancara, tapi saya tidak datang karena punya minat yang lain. Waktu itu sampai disurati Bank Indonesia. Wah, temen-temen waktu itu geger, karena lulusan ekonomi kan cita citanya pasti bekerja di BI dulu kan,” ungkapnya. Tapi Sasongko merasa bahwa hal itu tidak ada yang salah. Menurutnya, minat akan sesuatu tidak dapat dinilai dengan halhal yang seperti itu. Luasnya pergaulan menjadi salah satu alasan mengapa Sasongko merasa senang akan pekerjaan sebagai wartawan. Ia merasa bahwa pengalaman di masa lalu bermanfaat untuk karir ke depannya. Buktinya ia kini sekarang menjabat dalam puncak karir profesi wartawan yakni sebagai senior editor. Hampir Tak Ada Duka
Berbicara mengenai profesi sebagai wartawan, Sasongko mengatakan bahwa lebih banyak pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh daripada kekayaan sebagai ha-
EDENTS
Volume 2 Edisi XXXI Tahun 2019
sil pekerjaan yang dijalani. “Seperti yang saya katakan tadi, wartawan itu mungkin kalau mencari kekayaan materi itu gak terlalu ya. Wartawan itu rata rata kelas menengah lah, bawah sih engga. Tetapi, keuntungannya adalah pergaulan dan pengalaman yang luas. Saya dengan profesi wartawan misalnya, sudah bisa keliling beberapa negara, gitu kan,” ungkap Sasongko. Wartawan juga merupakan pekerjaan yang bisa dibilang sepanjang hidup karena meskipun telah pensiun dari pekerjaan, masih ada media sendiri yang dapat dikelola. Menulis dalam website maupun mengeola blog pribadi manjadi salah satu cara yang dapat dilakukan. Tidak ada kata pensiun, terus dalam belajar dan tak berhenti dalam menulis. Bagi Sasongko, bekerja sebagai wartawan lebih banyak suka yang ia alami. Hampir tak ada duka yang dialaminya. Stereotip masyarakat terhadap wartawan yang masih sedikit kurang mungkin menjadi salah satu hal yang dirasa masing sangat disayangkannya. “Banyak masyarakat memandang profesi wartawan ya seperti itulah, tapi itu tergantung dari diri masing-masing. Tergantung dari orangnya juga, orientasinya pada status sosial atau pada apa,” tutur Sasongko. Menjadi wartawan berbicara mengenai apa karya yang dihasilkan “doing society” bukan berbicara mengenai menjadi atau menjabat sebagai apa “being society”. Tips dan Trik yang harus Dikuasai
Sasongko dalam wawancaranya berbagi tips bagi anggota Edents. Menurutnya, dalam lembaga PERS dirasa sangat perlu diperhatikan tips dan trik yang harus dikuasai. Ada tiga hal, yang pertama yakni pengelolaan akan sumber daya yang ada untuk dapat menghasilkan produk Edents yang baik pula. Kedua yakni keterampilan menulis yang harus terus diasah. “Berprofesi apapun nanti, itu tidak ada yang tidak terkait dengan tulis menulis. Jadi pengalaman Anda walaupun nanti gak jadi wartawan pun, itu banyak sekali manfaatnya di bidang apapun,” terang Sasongko. Dan yang ketiga yakni mengasah keilmuan dalam konteks perkembangan sosial kemasyarakatan. Tidak hanya text book thinking tapi kepekaan sosial juga perlu ditingkatkan dengan cara memperbanyak diskusi serta banyak pula membaca. “Tips saya ya, belajar dan baca. Karena menulis itu adalah input dan output. Kalau input yang dimasukan sedikit ya outputnya sedikit. Jadi harus banyak membaca. Syarat menulis ya banyak membaca, baru dari sana dapat mengolah, melahirkan tulisan,” jelas Sasongko. (jl)
Dok. pribadi
Lembaga Pers Mahasiswa (LPM Edents) kini telah menginjak usia ke 43 tahun. Banyak alumni Edents atau yang kerap dikenal dengan ‘mantan’ Edents yang kini telah sukses didunia kerja dan menjadi sosok yang menginspirasi. Sasongko Tedjo merupakan salah satu dari sekian banyak mantan Edents. Ia sekarang bekerja sebagai Redaktur Senior di Harian Suara Merdeka Semarang. Selain aktif di Harian Suara Merdeka, Sasongko juga menjabat sebagai Sekretaris Dewan Kehormatan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) pusat di Jakarta. Peraih gelar mahasiswa teladan Undip tahun 1982.
Sasongko Tedjo, Redaktur Senior Harian Suara Merdeka yang Juga Mantan Edents. 17
Tentang Mereka Belajar Berbisnis melalui "Dapur Centhong" Dok. Edents
Oleh: Yasinta “Jadilah berbeda bukan karena ingin terlihat berbeda, jadilah berbeda untuk menjadi lebih baik.” –Bintang Mega, owner Dapur Centhong. ***
Pilihan Berbisnis Kuliner
Semua orang pasti membutuhkan yang namanya makan. Makanan akan selalu jadi kebutuhan pokok dan akan selalu dicari. Terlebih dengan perkembangan zaman, banyak inovasi-inovasi kreatif yang menyajikan makanan berat maupun makanan ringan dalam segala bentuk. Bisnis kuliner Dapoer Centhong sendiri berdiri dilatabelakangi oleh keinginan owner untuk memudahkan masyarakat lebih mengenal berbagai jenis makanan dan tidak asing dengan salah kuliner-kuliner kekinian. Menurut penuturan Mega, bisnis yang sedang dijalaninya ini lebih berfokus pada royal dessert tetapi tidak menolak jika ada pesanan catering yang masuk dalam pesanannya. Berawal dari hobinya yang suka memasak dan makan, membuat Mega memberanikan diri untuk membuka bisnis ini. Ditambah dengan program studi yang sedang ditempuhnya yakni manajemen, langkah dalam memulai bisnis menjadi seuatu yang pas baginya. Daripada hanya membuang-buang waktu dan tidak menghasilkan sesuatu maka ia mencoba bisnis kuliner ini. Memadukan ilmu yang didapat di kampus dengan menerapkannya didunia nyata. Berawal dari bisnis yang hanya dijualkan pada temen-temen dekat sekarang juga menjamah ke masyarakat luas. Sistem penjualannya bisnis ini dilakukan dengan sistem preorder, dimana produk akan dibuat setelah ada pesanan. Sistem ini lebih memudahkan dalam menanggulangi masalah jika terjadi kekurangan pada modal. Menurut Mega, usaha yang telah dirintisnya selama kurang lebih satu tahun terakhir sudah mulai terkenal tidak hanya pada lingkup tempat ia kuliah yakni Fakultas Ekonomika dan Bisnis tetapi kini sudah mulai dikenal di berbagai ranah fakultas di Undip. Banyak pelanggan yang sudah memesan untuk keperluan dana usaha (danus) program kerja kepanitiaan hingga pesanan dalam jumlah besar atau catering. Seiring berkembangnya teknologi, Dapoer Centhong dipasarkan tidak hanya dari mulut ke mulut tetapi juga melalui social media. Karena pada era sekarang, social media sangat membantu orang-orang berbisnis baik menjualkan produk maupun jasa. Memudahkan suatu bisnis lebih dikenal orang karena hampir semua orang terutama anak milenial menggunakan social media. Kritik dan Saran menjadi Peningkat Kualitas
Adanya berbagai kritik dan saran dari para pelanggan maupun teman-teman dijadikan pelajaran serta pengalaman dalam menjalankan usahanya untuk menjadi lebih baik. Layanan maupun kualitas cita rasa yang diberikan dari hari ke hari kepada pelanggan semakin ditingkatkan melalui berbagai kritik dan saran yang hadir. Hal ini Mega lakukan karena menyadari bahwa saat ini ia pun sedang belajar merintis bisnis, sehingga kritik dan saran serta penilaian yang jujur sangat dibutuhkan. Bahkan celaan dari orang lain tidak dianggapnya sebagai alasan untuk dia berhenti melakukan usahanya, tetapi ia dijadikan motivasi agar kedepannya menjadi lebih baik. “Awalnya tidak sedikit yang mencela rasa masakannya tapi tidak menyurutkan semangatnya karena dia berpikir itu suatu masukan disamping menyadari lidah setiap pelanggannya berbeda,” terang Mega. Sadar akan banyaknya pesaing, Mega selalu menciptakan inovasi-inovasi baru agar produknya tidak kalah dengan pesaing. Cita rasa yang diciptakan pun harus lebih baik agar tidak mengecewakan
EDENTS
Volume 2 Edisi XXXI Tahun 2019
pelanggan. Selalu memperhatikan kualitas maksimal dengan harga yang murah agar menarik lebih banyak pelanggan dikalangan mahasiswa. Karena menurutnya ciri khas mahasiswa terutama mahasiswa rantau seperti dia, cenderung memilih makanan dengan banyak varian dengan rasa enak dan harga yang murah. Berbisnis Tak Menjadi Penghalang Menimba Ilmu
Sibuk dalam menjalankan bisnis bukan berarti menganggu tujuan utamanya dalam menimba ilmu. Mega membagi waktu untuk belajar, berorganisasi dan juga berbisnis, tetapi tidak lupa juga untuk meluangkan waktu untuk hanya sekedar bermain. Semua kegiatan yang ia lakukan berjalan dengan lancar karena kepandaiannya dalam membagi waktunya. Tidak menyia-nyiakan kesempatan maupun waktu yang ada dengan yang hal-hal yang tidak berguna. Kegiatan produktif selalu ia lakukan untuk mengisi waktu luangnya. Meskipun pada awalnya mengalami sedikit kesusahan tetapi dengan seiringnya waktu, ia mulai dapat membagi waktunya dengan baik. “Karena setiap pilihan pasti ada risikonya, sehingga adanya risiko bukan menjadi halangan tetapi dijadikan sebagai tantangan baru. Karena jika dijadikan tantangan akan berpikir bagaimana caranya agar bisa menaklukan tantangan yang ada. Risiko yang ada dijadikan semangat untuk terus berkembang tidak untuk menyerah dengan halangan yang ada,” tutur Mega. Kunci dalam Memulai Usaha
Menurut Mega, dalam menjalankan bisnis baik kecil maupun besar harus dilakukan dengan sepenuh hati dan tidak setengah-setengah. Menjalankan bisnis dengan menumpahkan segala pikiran, usaha, waktu serta harus ada yang dikorbankan. Harus bisa mengutamakan yang lebih penting dan membuang yang tidak berguna. Ia megakui bahwa sejak mulai menjalankan bisnis, waktunya untuk bermain kini tidak sebanyak saat dia belum merintis bisnis ini. Selalu berpikir kedepan, tidak mau menyia-nyiakan masa muda, kesempatan, peluang maupun kelebihan yang dimiliki. Tidak semua mahasiswa memikirkan bisnis di usia muda, padahal semua mahasiswa memiliki kesempatan maupun peluang dengan kelebihan yang dimiliki masing-masing. Kebanyakan mahasiswa tidak memikirkan jangka panjang. “Jadilah berbeda bukan karena ingin terlihat berbeda, jadilah berbeda untuk menjadi lebih baik,” ujar Mega. Ia lakukan semua hal yang telah dilalui karena ingin memanfaatkan sebaik mungkin masa mudanya, tidak hanya mengikuti kesenangan sementara seperti yang dilakukan kebanyakan mahasiswa jaman sekarang. Bisnis ini berjalan sendiri tanpa kerja sama. Hanya terkadang Mega meminta tolong pada teman-teman dekat untuk bantu menjualkan maupun memasarkan di social media masing-masing. Karena relasi pertemanan tersebut lebih memudahkan bisnis lebih dikenal masyarakat luas. “Jadi jika membutuhkan catering maupun menginginkan dessert bisa langsung menghubungi. Banyak sekali manfaat yang didapat dari social media maupun relasi pertemanan. Karena bisa menjadi faktor pendukung majunya suatu bisnis. Semakin banyak yang mengenal bisnis kita maka semakin mudah pula kita menjualkannya baik produk maupun jasa,” pungkas Mega. (jl)
18
Kunjungi! www.lpmedentsundip.com
Dapoer Centhong merupakan sebuah bisnis kuliner yang didirikan oleh salah seorang mahasiswa manajemen Universitas Diponegoro (Undip) yang bernama Bintang Mega. Mahasiwa angkatan tahun 2017 ini mulai merintis bisnis usahanya pada Bulan Februari 2018. Dibesarkan dari keluarga pebisnis memudahkannya dalam merintis usaha Dapoer Centhong ini.
Tentang Mereka
Jaka Isgiyarta: Menjadi Dosen itu Bukan Pilihan Dok. Edents
Oleh: Bayu Teguh dan Fika “Bukan karena memilih karena pada saat itu saya sudah lama menjadi asisten. Ada keperihatinan bahwa teman-teman angkatan tidak ada yang ingin menjadi dosen, sehingga menjadi dosen bukan menjadi pilihan tapi karena keharusan,” – Jaka Isgiyarta ***
Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Universitas Diponegoro Semarang dikenal memiliki lulusan yang membanggakan serta memegang jabatan penting di tempat kerjanya. Salah satunya yakni Jaka Isgiyarta lulusan FEB yang kini berprofesi menjadi salah satu dosen jurusan akuntansi FEB Undip dengan gelar Dr. H. Jaka Isgiyarta, S.E.,M.Si., Akt. Selain menjadi dosen, ia sekarang menjabat sebagai Wakil Rektor II Bidang Sumber Daya di Universitas Tidar (Untidar) Magelang Jawa Tengah. Latar Belakang
Pria kelaharian 51 tahun silam memulai pendidikan Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Klaten Jawa Tengah. Namun ketika melanjutkan ke jenjang menengah atas ia memutuskan pindah ke Semarang dan melanjutkan Sekolah Menengah Atas di SMA N 3 Semarang. Pada masa awal akan melanjutkan ke universitas ia mengambil jurusan teknik sipil, akan tetapi karena beberapa keadaan Jaka memutuskan pindah jurusan ke akuntansi. Pindahnya jurusan yang ia ambil menjadikan pemahaman dan sudut pandangnya menjadi lebih bervariasi. Saat menjalani masa perkuliahan, Jaka pernah menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa Departemen Akuntansi (HMDA) atau kebanyakan orang menyebutkan sebagai Keluarga Mahasiswa Akuntansi (KMA). Membidangi bidang akademik menjadikan Jaka mulai mengajar sebagai asisten di jurusan akuntansi. “Karena menjadi pengurus KMA dan membidangi akademik saya mengajar menjadi asisten dari semester 4 dan 5 sebagai koordinator tentir,” ungkap Jaka. Selain kesibukannya menjadi dosen di FEB, Jaka juga menjabat sebagai Wakil Rektor II Bidang Sumber Daya Universitas Tidar (Untidar) Magelang. Jabatan ini merupakan mandat yang disampaikan secara langsung oleh Rektor Undip, Yos Johan Utama kepada Jaka untuk menjadi wakil rektor dan mengelola Untidar yang notabene merupakan perguruan tinggi negeri baru. “Saya menjadi wakil rektor bukan karena pilihan melainkan ditunjuk atau ditugaskan oleh Rektor Undip untuk menjadi Wakil Rektor II Bidang Sumber Daya di Untidar Magelang. Rektornya pun juga dari Undip yang dulunya Dekan Fakultas Peternakan dan Pertanian yaitu Prof. Dr. Ir. Mukh Arifin, M.Sc,” jelas Jaka. Bukan Pilihan tapi Keharusan
Pada tahun 1986, Jaka mulai mengajar atau menjadi dosen. Akan tetapi baru secara resmi memulai mengajar sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di FEB Undip pada tahun 1993. “Kalau mengajar menjadi dosen tahun 1993, diangkat menjadi PNS tahun 1993” tutur Jaka. Menurutnya, menjadi dosen bukanlah sebuah pilihan akan tetapi sebuah keharusan. Hal ini dikarenakan pada masa itu sangat jarang alumni FEB Undip yang menginginkan menjadi dosen dan lebih memilih berprofesi sebagai akuntan maupun bekerja di perusahaan. “Bukan karena memilih karena pada saat itu saya sudah lama menjadi asisten. Ada keperihatinan bahwa teman-teman angkatan tidak ada yang ingin menjadi dosen, sehingga menjadi dosen bukan menjadi pilihan tapi karena keharusan,” ungkap Jaka. Banyak tawaran datang untuk bekerja di perusahaan tetapi ia tetap memilih menjadi dosen karena faktor keprihatinan yang timbul berupa kurangnya minat dari para alumni yang ingin berkarir menjadi dosen. Jaka tidak melihat bahwa uang adalah faktor kesuksesan seseorang. Meskipun gaji yang ditawarkan sangat sedikit, akan tetapi ia lebih memilih untuk menjadi dosen karena keprihatinan yang timbul tadi.
EDENTS
Volume 2 Edisi XXXI Tahun 2019
Penghargaan dalam Diri Hal yang menarik bagi Jaka yakni suatu prestasi kadangkala bukan dalam bentuk sebuah penghargaan atau yang lainnya. Hal ini dikarenakan pada dasarnya setiap pencapaian berbeda-beda bagi setiap orang. “Saya itu tidak mempunyai achievement, karena achievement saya belum tentu menjadi achievement bagi orang lain,” imbuh Jaka. Terkadang keinginan diri dan apa dilakukannya belum tentu sesuai dengan standar orang lain. Sehingga setiap penghargaan mempunyai standar sendiri-sendiri dan tidak berdasarkan pada standar orang lain. Dalam setiap pembelajaran beliau selalu menanamkan ilmu-ilmu yang diajarkan berdasarkan ideologi Pancasila. Menurutnya ilmu yang diajarkan sekarang bagaikan sebuah doktrin, dimana semua berpaku pada ideologi kapitalis dan cenderung kebarat-baratan padahal Indonesia sudah mempunyai dasar negara Pancasila yang dibisa digunakan pada setiap lini kehidupan. Bagi Jaka penghargaan terbesar baginya ialah ketika mahasiswa paham mengenai ilmu yang diberikan dan selalu menanamkan ilmuilmu yang berdasarkan pada Pancasila. Dengan hal tersebut diharapkan mahasiswa ketika lulus mampu menerapkan ilmu yang diterima dan menjadi pribadi pancasilais bukan menjadi orang-orang yang kapitalis. “Mungkin ada persepsi yang beda ketika seseorang menjadi mahasiswa dan tidak suka dengan treatment yang saya berikan dan terkadang mahasiswa merasakan pengalaman yang sangat berkesan ketika mereka lulus asal tidak ada dendam kedepannya,” jelas Jaka. Langkah Kedepan
Sadar bahwa ilmu-ilmu yang diajarkan di era sekarang ini melenceng dari nilai-nilai Pancasila. Menjadikan Jaka sadar untuk membangun ilmu khususnya dibidang ekonomi akuntansi bedasarkan nilai-nilai Pancasila. “Secara pribadi saya ingin membangun ilmu, ilmu yang berbasis Pancasila. Jadi bagaimana ilmu ekonomi itu basisnya Pancasila, mengelola bisnis berbasis Pancasila, dan akuntansi bercorak Pancasila,” terangnya. Pancasila merupakan dasar negara yang sudah paling ideal di negara Indonesia dan harus mulai dibangun sejak sekarang. Sehingga beliau bertekad untuk terus menanamkan ilmu yang berdasarkan asas Pancasila sehingga anak cucu kita dapat menikmati buah dari yang kita perjuangkan.
Diakhir wawancara, Jaka berpesan bahwa mahasiswa sekarang jangan hanya mencari nilai tetapi mencari ilmu. Menekankan bahwa mahasiswa jangan selalu berpikiran untuk cepat-cepat lulus tetapi lulus secara wajar sudah cukup, karena ilmu yang akan didapat juga bisa maksimal. “Mahasiswa sekarang jangan mencari nilai tetapi mencari ilmu, kalau mahasiswa pengin cepet lulus ya dapat ilmunya sedikit. Sehingga tidak tuntas dan saya sarankan lebih fokus mecari,” tutur Jaka. Ia berharap agar alumni Undip dapat membawa nama baik Undip dan dapat menunjukan bahwa kompetensi alumni Undip dapat diandalkan. Mengingat Undip sendiri sudah menjadi kampus yang besar. Mahasiswa juga harus meninjau kembali apakah ilmu yang diperoleh dapat memberikan kehidupan yangg lebih baik, misal apakah ilmu yang diperoleh tidak bertentangan dengan Pancasila dan sebagainya. (jl)
19
Social Movement
Meningkatkan Minat Baca dengan Komunitas Lentera Nusantara Oleh: Dhia Putri L. Dok. pribadi
Penelitian yang dilakukan organisasi pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan PBB (UNESCO) pada 2016 terhadap 61 negara di dunia menunjukkan kebiasaan membaca di Indonesia tergolong sangat rendah. Hasil studi yang dipublikasikan dengan nama “The World’s Most Literate Nations”, menunjukan Indonesia berada di peringkat ke-60, hanya satu tingkat di atas Botswana. Penyebab rendah minat dan kebiasaan membaca itu antara lain kurangnya akses, terutama untuk di daerah terpencil. Hal itu merupakan salah satu yang terungkap dari Indeks Aktivitas Literasi Membaca (Alibaca) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Mengingat akan fakta tersebut, kini banyak komunitas maupun aksi sosial yang yang mulai memperhatikan kondisi yang ada untuk mengatasi rendahnya minat baca masyarakat. Salah satunya komunitas yang concern dalam bidang ini yakni komunitas Lentera Nusantara. Awal Pembentukan hingga Misi Komunitas
Komunitas Lentera Nusantara atau yang lebih sering disebut Lensa adalah komunitas yang bergerak dalam bidang literasi. Lensa pertama kali didirikan oleh tiga orang mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro pada Desember 2011. Ketiga founder merasa gelisah pada saat berkunjung ke rumah Indoshelter. Indoshelter adalah perpustakaan yang dibiayai oleh NJO Belanda untuk anak–anak yang tidak bersekolah dan berada dilingkungan yang tidak kondusif untuk mereka. Berangkat dari hal tersebut ketiga founder menginisiasi gerakan sendiri dengan mengumpulkan buku dari orang–orang sekitar dan disumbangkan ke Indoshelter dan berpikiran untuk membuat sebuah komunitas. Pada Desember 2011, Komunitas Lensa disepakati untuk
EDENTS
Volume 2 Edisi XXXI Tahun 2019
dibentuk. Ketiga founder menyebarkan ide yang mereka punya kebeberapa orang, lewat ajakan tersebut lalu bergabunglah volunteers baru yang berjumlah belasan hingga puluhan. Pada awal pembentukan, Lensa memiliki tiga program kerja yaitu gerakan berbagi susu gratis yang ditujukan untuk anak–anak yang berada di lingkungan yang kondisi gizinya tidak diperhatikan oleh orang tuanya. Kedua yaitu one person one book dan yang ketiga yaitu ekspedisi lensa. Dalam hal ini Lensa berperan sebagai jembatan antara pemilik buku dan yang membutuhkan buku. Ekspedisi lensa bertujuan untuk membantu daerah–daerah yang kesulitan untuk membuka taman baca atau kesulitan untuk mengumpulkan buku-buku ataupun donasi. Lensa akan membantu dengan gerakan one person one book dan menyebarkan informasi seluas-luasnya.
Lentera Nusantara juga mempunyai misi yang ingin dicapai, yakni mengharapkan agar anak-anak Indonesia cinta akan buku dan gemar membaca. Adanya ouput yang ingin dihasilkan berupa anak-anak yang gemar membaca, menjadikan motivasi tersendiri dari komunitas untuk terus melanjutkan program dan keberlaksanaan komunitas hingga saat ini. “Misi awal founder sebenarnya ingin agar anak-anak cinta baca, cinta buku dah gitu aja. Jadi dengan adanya Lensa mereka ingin, pertama anak-anak jadi suka baca buku, terpapar atau terkena exposure positif sejak dini,” ungkap Ismi selaku Ketua Komunitas Lentera Nusantara. Merombak Ulang Sistem Organisasi
Komunitas Lentera Nusantara sempat mengalami vacum karena founder Lensa tidak menyiapkan regenerasi yang pas. Pada masa tersebut terjadi kekosongan jabatan yang menyebabkan rumah Lentera kewalahan dalam mengatasinya. Akhirnya pada Maret 2019 salah seorang anggota yang bernama Ismi mulai
20
Social Movement
Struktur komunitas benar-benar dirombak total, dari yang awalnya hanya ada sekretaris, bendahara dan divisi event. Struktur sekarang dibentuk dengan penambahan beberapa divisi seperti divisi socialpreneur, divisi marketing dan media serta divisi library. Tujuan dibentuknya divisi library yaitu agar peminjaman dan pengembalian buku lebih terorganisir, karena sekarang Lensa sudah memiliki perpustakaan. Saat ini apabila Lensa megadakan event, mereka memberdayakan teman-teman komunitas anggota lensa untuk membentuk kepanitiaan kecil dan akan ditunjukan satu orang untuk menjadi ketuanya. “Ketua ini akan ditunjuk secara bergantian, karena aku ingin mereka memiliki pengalaman sebagai seorang leader, mulai dari memimpin grup kecil dulu,” ujar Ismi Tahapan Seleksi untuk Bergabung
Komunitas Lentera Nusantara melakukan open recruitment anggota baru dengan menentukan kriteria. Kriteria tersebut seperti dapat meluangkan waktu paling tidak seminggu dua kali untuk fokus di Lensa, orang yang harus berdomisili di Semarang, berada di rentang umur antara 18 – 35 tahun, dan yang paling penting yaitu mampu berkontribusi. Tidak membatasi calon anggota, dengan kata lain semua orang boleh masuk asalkan lolos seleksi. Tahapan seleksi tersebut dimulai dengan essay online, wawancara, lalu dilanjutkan diseleksi lebih lanjut. Essay online dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui alasan mereka untuk bergabung dengan komunitas Lensa. “Jadi lebih ke ingin mengulik sebenarnya motivasi mereka untuk join ke Lensa itu apa,” jelas Ismi Kendala yang Dihadapi Ada beberapa kendala yang dihadapi Komunitas Lensa, diantaranya yakni sulitnya menyesuaikan waktu. Hal ini dikarenakan kebanyakan dari anggota Lensa merupakan anak kuliahan. “Jadi kalau yang kepengurusan tahun ini tuh unik. Tidak tersebar merata tapi sebagian besar mereka dari teman-teman D3 Perpustakaan dan Informasi ada lima belasan orang yang diterima di Lensa. Sedangkan yang lain-lain ini seperti dari Unissula, UIN Walisango, bahkan ada yang sudah kerja juga itu agak susah untuk menyesuaikan waktu untuk ketemu,” jelas Ismi. Meski begitu, saat komunitas mengadakan event beberapa dari anggota tersebut tetap menyempatkan untuk datang. Meskipun diakui untuk kumpul rutin masih sedikit terkendala dikarenakan kesibukan masing-masing anggota. “Kendalanya lebih ke kesibukan untuk mengatur prioritas anggota antara kuliah dan kegiatan yang lain,” tutur Ismi. Selain kendala waktu, masalah keuangan turut hadir. Karena komunitas Lensa memiliki fasilitas yang otomatis membutuhkan dana operasional setiap bulan, Lensa membutuhkan dana dari donator dan dari sisi social business agar tetap dapat berja-
EDENTS
Volume 2 Edisi XXXI Tahun 2019
lan. “Jadi Lensa bisa mendapatkan pendapatan secara mandiri untuk bisa mendanai biaya operasional dan juga kegiatan yang diadakan oleh komunitas,” terang Ismi. Kendala yang lain yaitu buku-buku yang ada di Rumah Lensa masih kurang lengkap dan masih membutuhkan dukungan banyak. “Kalau mau donasi buku bisa kontak ke aku, teman-teman dari divisi library atau bisa langsung DM ke Instagram Lensa. Biasanya nanti langsung janjian dan diarahkan ke divisi library untuk penyerahan buku mau dijemput atau janjian di Rumah Lensa,” ujar Ismi. Rumah Lensa sendiri dibuka hanya pada waktu weekend yaitu Sabtu dan Minggu karena kebanyakan dari anggota Lensa masih berada dibangku kuliah dan masih sulit menyesuaikan waktu. (jl)
“Misi awal founder sebenarnya ingin agar anak– anak cinta baca, cinta buku udah gitu saja. Jadi dengan adanya Lensa mereka ingin, pertama anak – anak jadi suka baca buku, terpapar atau terkena exposure positif sejak dini,” – Ismi, Ketua Komunitas Lentera Nusantara
21
Kunjungi! www.lpmedentsundip.com
membantu teman-teman untuk memulai dari awal lagi membangun komunitas, seperti merekrut orang-orang baru. Perekrutan kembali dilakukan karena semua anggota-anggota yang lama sudah sibuk bekerja. Setelah itu program kerja baru mulai dicanangkan dengan lingkup yang lebih luas, seperti sustainable development goals yang tidak hanya memberikan literasi tetapi juga ditujukan untuk anak-anak muda. Komunitas Lentera Nusantara juga melakukan kegiatan pemberdayaan bagi ibu-ibu yang bertempat tinggal di sekitar Rumah Lensa, kegiatan tersebut berupa socialpreneur yang memberdayakan ibu-ibu yang memiliki skill atau potensi untuk membantu produk mereka lebih dekat ke pasaran. Pelatihan ibu-ibu tersebut merupakan long term goals dari Komunitas Lensa, karena saat ini Lensa sedang memetakan potensi.
Geliat Usaha
Kreskos.id, Less Waste More Nature Oleh : Elvi Hidayati Diana
“Kreskros dimulai sebagai social enterprise yang selain fokus dan mengurangi limbah plastik, Kreskros juga memberdayakan warga setempat dengan menyediakan lapangan pekerjaan dan alternative life skills,� tutur Deasy, owner Kreskos. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebutkan bahwa saat ini Indonesia sedang mengalami darurat sampah plastik. Berdasarkan data yang pernah dipublikasikan oleh KLHK, jumlah rata-rata produksi sampah di Indonesia mencapai 175.000 ton per hari atau setara dengan 64 juta ton per tahun.
Jika diasumsikan, sampah yang dihasilkan setiap orang per hari sebesar 0,7 kilogram (kg). Bahkan, berdasarkan studi yang dirilis oleh McKinsey and Co dan Ocean Conservancy, Indonesia disebut sebagai negara penghasil sampah plastik nomor dua di dunia setelah Tiongkok.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jenna R. Jambeck dari University of Georgia, pada tahun 2010 ada 275 juta ton sampah plastik yang dihasilkan di seluruh dunia. Sekitar 4,8-12,7 juta ton diantaranya terbuang dan mencemari laut. Data tersebut juga mengatakan bahwa Indonesia merupakan negara dengan jumlah pencemaran sampah plastik ke laut terbesar kedua di dunia. China memimpin dengan tingkat pencemaran sampah plastik ke laut sekitar 1,23-3,53 juta ton/tahun. Pencemaran laut oleh sampah plastik ini nantinya dapat berdampak pada penuruan sektor pariwisata di Indonesia. Oleh karena dampak yang sangat merugikan dari sampah plastik ini, pemerintah mengupayakan berbagai cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi sampah plastik. Salah satunya yaitu Gerakan Indonesia Bersih.
EDENTS
Volume 2 Edisi XXXI Tahun 2019
Tidak hanya pemerintah, seluruh masyarakat Indonesia seharusnya juga ikut berpasrtisipasi dalam upaya pengurangan sampah plastik di Indonesia. Mengolah Limbah Plastik Bernilai Jual Tinggi
Seperti yang dilakukan oleh perempuan asal Ambarawa, Deasy Esterina, yang mengolah limbah plastik menjadi barang layak pakai dan bernilai jual tinggi. Usaha daur ulang limbah plastik yang dijalankan oleh Deasy diberi nama Kreskos. “Sesederhana karena usaha ini dimulai dari kresek (KRES) dan crochet (KROS), atau kresek yang di-kroskros-kan (disilang-silangkan),� ungkap Deasy saat diwawancarai mengenai arti dari nama Krekos tersebut. Usaha Kreskos ini didirikan sejak tahun 2014. Saat itu Deasy yang merupakan pemilik Kreskos, merasa prihatin melihat banyaknya limbah plastik yang dihasilkan dari pabrik-pabrik konveksi di kota kelahirannya yakni Ambarawa. Oleh karena itu, ia berfikir untuk membuat suatu usaha yang dapat mengurangi limbah sampah plastik tersebut. Selain itu Deasy yang merupakan lulusan desain memang memiliki hobi membuat kerajinan tangan. Dari hobi itulah ia mencoba untuk membuat produk-produk kerajinan tangan dari limbah plastik, dan ternyata mendapatkan feedback yang baik dari para pelanggan. Selain untuk mengurangi limbah plastik, Kreskos juga didirikan untuk memberikan lapangan
22
Geliat Usaha
Dok. Edents
media, serta ada juga yang melalui email. Sedangkan pemasaran secara offline dilakukan melalui sales team. Penjualan produknya dilakukan secara Business to Business (B2B) dan Business to consumer (B2C). Sebagian besar dijual ke Jakarta dan kota-kota lain di Indonesia, serta banyak juga yang diekspor ke Singapura dan Australia. Produk ini dinilai unik oleh konsumen karena selain bahan dasarnya yang terbuat dari limbah plastik, produk Kreskros pekerjaan bagi warga sekitar. “Kreskros dimu- memiliki keunggulan dalam desain dan kualilai sebagai social enterprise yang selain fokus tas. Penampilannya tidak terlihat bahwa barang dan mengurangi limbah plastik, Kreskros juga ini dibuat dari sampah. Sehingga memiliki nilai memberdayakan warga setempat dengan me- jual yang tinggi. “Selain bahan dasarnya, yaitu nyediakan lapangan pekerjaan dan alternative limbah plastik yang mengurangi polusi, produk life skills,� tutur Deasy. Kreskros memiliki keunggulan dalam desain dan kualitas. Penampilannya tidak terlihat bahProduk Unik yang Diminati Masyarakat wa barang ini dibuat dari sampah,� tutur Deasy. Produk-produk yang dihasilkan dalam Omset yang dihasilkan cukup tinggi setiap buusaha ini yaitu berbagai macam tas dan pouch- lannya yaitu berkisar diangka Rp20.000.000 es dengan berbagai design dan fungsi. Rentang hingga Rp40.000.000. harga produknya yaitu berkisar dari Rp100.000 hingga Rp2.400.000. Proses pembuatan Ajang Passion Diri produknya masih manual. Plastik dipilah berSuka dan duka telah banyak dilalui oleh dasarkan tingkat kebersihan dan kualitas Deasy, sebagai owner. Ia pernah mengalami plastiknya. Kemudian plastik tersebut dipo- moment perputaran keuangan yang tersendat, tong-potong dan disambung-sambung hingga manajeman sumber daya manusia yang adamenyerupai benang, lalu dikumpulkan dengan ada saja masalahnya, dan berbagai hal sulit cara digulung. Gulungan plastik kemudian di- lainnya. Namun ia tetap harus merasa bersyurajut biasa dan dijahit beserta dengan material kur telah membuka usaha Kreskos, karena denlain. Untuk bahan bakunya didapat dari limbah gan usaha ini passion-nya dapat tersalurkan. Ia pabrik konveksi di sekitar Ambarawa, limbah sangat mencintai pekerjaan tersebut, semacam plastik dari Ibu-ibu PKK, karang taruna, serta menjalankan hobby yang dibayar. Ia juga berlimbah pribadi dan keluarga. syukur karena dapat membawa manfaat bagi Target pasar yang dituju oleh Kreskos orang-orang disekitarnya, berbagi kebahagiaan yaitu concious millenials dengan gaya hidup kota. dengan semua tim dan pekerja. Diusianya yang Pemasaran produk-produk Kreskos dilakukan baru 28 tahun ini, Deasy juga telah mendapatmelalaui media online dan offline. Pemasaran kan penghargaan sebagai perempuan pengusasecara online dilakukan melalui website, sosial ha daur ulang limbah plastik profesional termuda dari Lembaga Prestasi Indonesia Dunia. (jl)
EDENTS
Volume 2 Edisi XXXI Tahun 2019
23
SOSOK Aga Ramadani: Muda, Bertalenta, dan Berani Berwirausaha Dok. Edents
Oleh : Difa dan Marsha
“Ketika kita bisa berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain, istilahnya independen, bagiku itu dia udah sukses,” – Aga Rahmadi ***
Aga Rahmadani atau yang akrab disapa Aga merupakan seseorang yang bekerja di industri kreatif khususnya dunia ilustrasi yang sekarang ini tengah mengembangkan studio kreatif miliknya sendiri. Aga sendiri merupakan lulusan program studi Desain Komunikasi dan Visual (DKV), Fakultas Seni Rupa, Universitas Negeri Semarang. Setelah menyelesaikan studinya, ia memutuskan untuk melanjutkan pekerjaan sesuai dengan minat dan bidangnya, yaitu pada industri kreatif. Awal Mula Berkecimpung pada Dunia Seni
Ketertarikan Aga dengan dunia ilustrasi sudah dimulai sejak ia menginjak usia lima tahun. Berawal dari pengalihan ketika sedang merasa kesal atau sedih, Aga yang memang menikmati waktunya untuk menggambar, memutuskan untuk terjun secara serius ke dunia ilustrasi dengan melanjutkan masa sekolahnya ke jenjang universitas pada jurusan seni. Dimulai dengan menjadi freelance illustrator yang mempunyai ciri khas hasil karya colorful, Aga kini sudah membuka studionya sendiri dan mulai mencoba untuk berwirausaha. Perjalanan Karir
Aga memulai karirnya dengan cara meng-upload portofolio karyanya melalui Facebook dan juga media online lainnya. Dari awal ia memang sudah menargetkan untuk memasarkan karyanya ke kancah internasional seperti Amerika, Malaysia, Australia, dan negara lain. Hal ini karena kurangnya tanggapan positif dari pasar lokal diawal. Aga memperkenalkan karyanya pada tahun 2015. “Waktu itu tahun 2015, tanggapan mereka (pasar lokal) kurang dibanding orang luar, akhirnya aku pindah dari lokal ke internasional,” ujar Aga. Menurutnya jika suatu bisnis tidak diterima disuatu pasar yang perlu dilakukan adalah memindahkan pasarnya saja. Setelah mencoba masuk ke pasar internsional akhirnya ia mendapat projek untuk pertama kalinya dari luar negeri. Sebagai freelancer, Aga juga tetap merintis usahanya di pasar Indonesia yang sudah mulai terbuka di industri kreatif yang kini telah berlangsug selama dua tahun. Hal ini membuahkan hasil positif hingga ia mulai merambahkan karyanya ke dunia periklanan. Aga juga menerima pesanan berupa desain untuk mengiklankan produk makanan maupun restoran. Menurutnya, pencapaian yang ia raih sejauh ini tidak luput dari orang-orang yang selalu memberi dukungan moral dan motivasi, seperti keluarga, teman dekat, sahabat, dan teman-teman lain yang terlebih dahulu sukses. Merintis Studio
Sekarang Aga memiliki sebuah studio sendiri yang digunakan sebagai tempat untuk bisnis ilustrasinya. Di studio ini, Aga dibantu oleh beberapa rekan yang ia rekrut dari teman dekat, kakak tingkat, maupun adik tingkat semasa kuliahnya yang sekiranya memiliki struggle, seperti anak beasiswa yang membutuhkan pendapatan tambahan, dan passion yang sama di dunia ilustrasi. Untuk sekarang ini, tim ilustrasi Aga sedang mengerjakan projek ilustrasi buku anak, majalah, cover, iklan di media sosial, yang semuanya dapat dilakukan dalam bentuk kontrak baik bulanan maupun tahunan dan juga pegawai lepas. Untuk memasarkan bisnisnya, Aga masih mengandalkan media sosial, seperti Facebook, dan juga melalui situs web pencari pekerjaan. Dilain itu ia juga mulai menambah lingkup bisnisnya dengan cara mengikuti komunitaskomunitas, public speaking, sharing session, dan pemberdayaan wanita. Target Kedepannya
Walau sudah membuka studio, Aga masih mempunyai beberapa target yang ingin segera dia capai. “Pengennya studionya lebih besar lagi, punya studio sendiri karena ini masih sewa, punya galeri sendiri, seperti toko mungkin,” pungkas Aga ketika ditanya target pencapaian kedepannya. Aga berharap dapat membuka studio yang terbagi atas dua bagian dimana terdapat passive serta active income yang mengalir dari
EDENTS
Volume 2 Edisi XXXI Tahun 2019
area kerja serta galeri atau toko yang difungsikan untuk menjual dagangan hasil ilustrasinya serta makanan dengan merk dagang sendiri. Suka dan Duka di Dunia Ilustrasi
Selama menjalani karirnya di industri kreatif ini, tentu Aga mengalami masa jatuh bangun yang sangat banyak. Tetapi Aga tetap menikmati karirnya mengingat ia memang menyukai dunia kreatif. “Seneng aja sih, kerja tapi kayak jalanin hobi kamu,” ujar Aga. Walau tertempa banyak masalah ia selalu menikmati pekerjaannya karena ketika bekerja di industri kreatif pasti selalu menemukan hal-hal baru. Disitulah hiburan yang dapat ditemui Aga, mencari ide dan konsep untuk karyanya merupakan hal yang menyenangkan baginya. Disamping itu, tetap ada permasalahan yang timbul, seperti ilustrator yang sering menurunkan harga atau malah banting harga sehingga Aga ataupun ilustrator lain yang memiliki dasar ilmu seni dapat tersingkirkan. Selain itu munculnya software otomotis pembuat logo, poster, dan lainnya yang dapat dengan mudah diakses oleh khalayak umum, sehingga persaingan di dunia kreatif saat ini bukan hanya manusia tetapi juga robot. Pesan untuk Para Ilustrator Muda dan Milenial
Bagi para ilustrator muda, Aga mengingatkan untuk selalu percaya akan karya yang dimiliki. “Kuncinya percaya diri, karyamu kayak gimana share aja terus,” pesan Aga. Bekerja di bidang kreatif berarti harus selalu percaya akan karya yang telah dibuat. Ketika memutuskan untuk menjadi ilustrator, Aga berpesan untuk harus tampil berani dan selalu membagikan hasil kerjanya. Entah masih proses atau sudah menjadi suatu karya, ilustrator muda harus selalu membagikan karya tersebut. Untuk kedepannya Aga berharap agar para ilustrator lain dan dunia industri kreatif dapat semakin berkembang, karena pesaing sekarang bukan hanya sesama ilustrator tetapi juga robot, software, yang semakin berkembang. Aga berharap jika para ilustrator muda dapat terus menggali potensi dan kreatifitasnya serta membagikan hasil karyanya dengan rasa percaya diri yang tinggi.
Selain untuk ilustrator muda, Aga juga menitipkan pesan kepada angkatan milenial. Aga menilai jika angkatan milenial sekarang terlalu berfokus pada apa yang dia suka sehingga keterkaitan antara kenyamanan dan income tidak seimbang. Para milenial harus menjunjung loyalitas. “Jangan belum apa-apa pindah, kurang dari setahun udah move on, kalau misalkan kerja lagi di tempat lain, orang yang mau rekrut bakal mikir kita itu fokus atau tidak sih,” pesan Aga. Seperti ketika merintis suatu usaha, ketika ada masalah ditengah jalan atau kegagalan yang menjatuhkan usaha tersebut, harus tetap menjalankannya dan jangan pernah berhenti. Disetiap pekerjaan harus selalu fokus dan menjunjung loyalitas, tidak hanya untuk milenial tetapi semuanya harus selalu mengingat sikap pantang menyerah. Jangan cepat berputus asa sehingga meninggalkan tujuan awal yang telah diimpikan. Ketika dilanda kegagalan harus tetap mengingat apa yang ingin diraih dan jangan hanya berdiam di zona nyaman. Selain itu jangan terlalu berfokus dengan kesuksesan orang lain. Aga sendiri mengartikan kesuksesan sebagai bukti kemandirian, “Ketika kita bisa berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain, istilahnya independen, bagiku itu dia udah sukses,” tutur Aga. Kesuksesan dimata Aga juga dapat diartikan ketika seseorang dapat dengan bebas melakukan hal-hal yang dia sukai tanpa beban, dapat mengerjakan hal yang dia sukai pada waktu luangnya, hal tersebut juga merupakan kesuksesan. (jl)
24
Sudut Profesi
Pentingnya Menempatkan Isu Lingkungan menjadi Prioritas Oleh: Dypa dan Fendi
galaman-pengalaman tak luput didapatkannya.
Dok. pribadi
Berkarier sebagai Aktivis Lingkungan
Setiap organisasi lingkungan memiliki karakternya masing-masing. Begitupula dengan Yayasan Bintari, karakternya dalam menyuarakan pendapat adalah dengan cara melalui tulisan, negosiasi, lobi, dan pendampingan proyek. Tidak seperti Greenpeace atau WALHI, para aktivis lingkungan di Yayasan Bintari tidak pernah menyuarakan pendapat melalui demo atau aksi langsung. Mereka lebih sering terjun langsung ke proyek, pendampingan langsung dengan masyarakat, pemerintah, dan swasta.
Selama sembilan belas tahun mengabdikan dirinya kepada Yayasan Bintari, tentu saja Lia telah mengalami beberapa kali kenaikan jabatan. Dari yang pada awalnya hanya menjadi seorang volunteer, kini dapat menduduki posisi sebagai Communication and Public Engagement Manager. Prestasi yang kini diraihnya tentu saja membutuhkan waktu yang tidak singkat. Kenaikan jabatan dari satu jabatan ke jabatan yang lebih tinggi paling tidak membutuhkan waktu minimal dua tahun. Ketika dalam waktu dua tahun kinerja yang diberikan dianggap bagus maka kenaikan jabatan akan di terima. Akan Amalia Wulansari, atau yang kerap disa- tetapi, ketika kinerja dan kemampuan dianggap pa dengan Lia, adalah seorang aktivis di bidang tidak mengalami kenaikan maka posisi yang lingkungan yang sekarang menjabat sebagai diterima akan tetap sampai kemampuannya diCommunication and Public Engagement Man- anggap mencukupi untuk naik jabatan. ager di Yayasan Bintari (Bina Karta Lestari). Lia Menurut Lia, hal yang paling penting mulai bergabung dengan Yayasan Bintari sejak untuk dimiliki ketika ingin menjadi seorang tahun 2010 sebagai volunteer, hingga sekarang, yang artinya sudah sembilan belas tahun ia le- aktivis adalah passion dan konsisten. Jika ingin wati dengan mengabdi kepada yayasan terse- menjadi seorang aktivis lingkungan, maka pasbut. Diawali dengan ketertarikannya kepada sion yang harus dimiliki tentu saja passion di isu-isu lingkungan yang terjadi di masa kuliah, lingkungan. “Kemudian kita juga konsisten di Lia mulai bergabung dengan salah satu organ- kehidupan sehari-hari. Misalnya kita ingin meisasi lingkungan yang bernama Klub Indone- nyuarakan tentang pengurangan sampah plassia Hijau. Dari klub ini ia mendapatkan banyak tik, ya kemudian kita juga setiap hari gak usah kawan dan relasi baru, salah satunya adalah pakai sampah plastik. Jangan sampai kemudian yang mengenalkannya dengan Yayasan Bintari. kita menyuarakan tentang pengurangan samTidak hanya kawan dari fakultas yang sama, ia pah plastik tapi tiap hari go food dan minum di juga mendapatkan banyak kawan dari berbagai kafe pakai sedotan plastik. Kan itu nyampah,� fakultas. Selain kawan dan relasi tentunya pen- ungkap Lia. Menjadi seorang aktivis lingkungan
EDENTS
Volume 2 Edisi XXXI Tahun 2019
25
Sudut Profesi
Dok. pribadi
merupakan pekerjaan yang berorientasi bukan terhadap keuntungan, akan tetapi terhadap keadaan lingkungan. Keuntungan yang didapatkan dianggap menjadi sebuah bonus. Lia sendiri lebih senang ketika melihat orang lain teredukasi tentang perlunya memperhatikan keadaan lingkungan daripada keuntungan berupa uang yang didapatkan. “Ya tergantung sih. Kembali kepada nilainya. Kalo nilainya ingin kaya ya ada beberapa yang bisa. Banyak loh teman-teman aktivis lingkungan yang kaya,” tutur Lia. Kegiatan yang Dilakukan
Saat ini terdapat dua program yang dikerjakan oleh Lia. Kedua program itu yakni pengelolaan sampah dan kegiatan-kegiatan di pesisir Semarang dan Pekalongan. Untuk program pengelolaan sampah yang dijalani, Lia dan tim sekarang sedang mendampingi lima puluh bank sampah yang berada di Semarang untuk dikelola. Pendampingan yang dilakukan oleh Lia dan tim ini bertujuan untuk menaikkan kapasitas pengumpulan sampah dan mengurangi sampah-sampah yang bernilai rendah atau bahkan tidak bernilai agar tidak bocor ke laut. “Indonesia itu kan merupakan negara nomor dua penyumbang sampah terbesar ke laut,” ujar Lia.
Hambatan, Kendala, serta Risiko yang Dihadapi
Dari sisi masyarakat, kesadaran untuk peduli lingkungan dikalangan masyarakat masih kurang dikarenakan mereka lebih memikirkan dari segi ekonomi. Masyarakat menginginkan dampak keuntungan yang secara cepat dan langsung, sedangkan jika melihat dari aspek lingkungan, keuntungannya tidak dapat dirasakan secara cepat dan harus menunggu beberapa waktu. Hambatan dan kendala yang Lia hadapi dijadikan tantangan untuk menjadikan Menurut Lia, sampah-sampah yang berisu lingkungan menjadi prioritas entah itu di nilai rendah seperti kemasan mie instan atau masyarakat maupun pemerintah. “Banyak juga makanan ringan merupakan sampah yang palsih. Dari sisi pemerintah, sisi masyarakat itu ada ing banyak bocor ke laut. Sedangkan untuk masing-masing dan sebenarnya kontekstual,” sampah-sampah yang masih bernilai seperti ujar Lia. botol biasanya dikumpulkan oleh para pemulung. Sampah-sampah tidak bernilai inilah yang Menurut Lia, semua pekerjaan pasti menjadi fokus Lia dan tim untuk dikelola. Dalam memiliki risiko. Begitu pula dengan menjadi pelaksanaannya, mereka menemukan kendala seorang aktivis lingkungan. Ketika mereka meyaitu belum menemukan solusi dan teknologi nyerukan pendapat dengan cara yang keras, untuk mengelola sampah tersebut. Akan tetapi, kemungkinan diajaknya untuk bekerja sama Lia dan tim berencana untuk mencoba menge- akan menipis. Dalam melakukan pekerjaannya, lola sampah tersebut menjadi pyrolysis atau ba- seringkali Lia menghadapi benturan ide dengan han bakar. pihak lain seperti ketika ada pihak yang ingin membangun pabrik. Pihak tersebut terkadang Sedangkan untuk program kedua, Lia belum tentu memikirkan dampak dari pemlebih fokus ke daerah pesisir Pekalongan. Sepbangunan pabrik tersebut terhadap lingkungan erti yang dikatakan oleh Lia, bahwa pesisir Pesekitar. Ketika benturan ide terjadi, yang dilakukalongan memiliki kasus yang sama dengan kan selanjutnya adalah melakukan kompromi. Semarang yaitu rob-nya semakin lama semakin Hal ini dikarenakan Lia tidak memiliki kekuameluas dan bertambah parah. Program yang tan untuk mendorong suatu proyek untuk tidak dilakukan oleh mereka dengan masyarakat jadi dilaksanakan. Menawarkan beberapa alteradalah bagaimana cara agar masyarakat dapat natif solusi yang bisa di pilih dan kemudian di tetap bertahan hidup dengan rob tersebut. Sejalankan dengan konsekuensi yang berbeda-bedangkan dengan pemerintah adalah bagaimana da untuk setiap alternatif solusinya. Tak hanya cara menanggulangi rob. itu, Lia juga akan terus melakukan pendekatanpendekatan kearah yang lebih baik lagi. (jl)
EDENTS
Volume 2 Edisi XXXI Tahun 2019
26
Ekonomi dan Lingkungan | Laporan Khusus
Pemindahan Ibu Kota, Urgensikah Bagi Indonesia? Oleh : Amadea, Kurnia, dan Cinka
Mengutip artikel dari Sekretariat Kabinet RI terkait dengan anggaran pemindahan ibu kota, presiden menyatakan bahwa total anggaran sebesar Rp466 triliun perlu disiapkan untuk menyukseskan kebijakan ini. Pemerintah mengaku, hanya 19% dari APBN yang akan digunakan untuk membiayai rencana tersebut dan sisanya akan diperoleh melalui skema Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KBBU), investasi, dan BUMN. Pemindahan ibu kota ini bukanlah suatu keputusan yang sederhana, melainkan sebuah keputusan besar yang perlu dipikirkan dan dipertimbangkan dengan matang. Dalam merencanakannya, pemerintah tentu perlu melakukan kajian dari berbagai aspek karena keputusan ini akan membawa dampak di kemudian hari bagi ibu kota yang lama maupun yang baru. Diantara aspekaspek tersebut, yang paling terdampak dan sedang dikhawatirkan oleh masyarakat adalah aspek lingkungan, ekonomi, dan sosial budaya masyarakat di sekitar “calon� ibu kota baru.
Dok. pribadi
Ibu Kota Indonesia dan Sejarahnya
Pada tanggal 26 Agustus 2019, Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo secara resmi telah mengumumkan lokasi ibu kota baru yang saat ini terletak di Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta berpindah di sebagian Kabupaten Penajam Pasir Utara dan sebagian Kutai Kertanegara. Dilansir dari laman resmi Sekretariat Kabinet Republik Indonesia (RI), pemerintah telah melakukan kajian-kajian mendalam dalam tiga tahun terakhir hingga terpilihlah dua lokasi tersebut sebagai lokasi baru ibukota Indonesia. Jokowi menjelaskan beberapa alasan yang mendukung pengambilan keputusan tersebut. Beberapa hal yang dipertimbangkan dalam pemilihan kedua lokasi tersebut antara lain kecilnya risiko bencana yang dapat terjadi, lokasi yang strategis, lokasi yang dekat dengan kota-kota yang sudah berkembang, hingga tersedianya lahan yang dikuasai pemerintah dan infrastruktur yang relatif lengkap.
EDENTS
Volume 2 Edisi XXXI Tahun 2019
Secara historis, pemindahan ibu kota negara Indonesia bukan hanya sekali terjadi. Ibu kota negara Indonesia pernah mengalami dua kali pindah di era Revolusi Nasional. Pada tahun 1947, karena serangan Agresi Militer I, ibu kota terpaksa pindah ke Yogyakarta. Kemudian disusul pada tahun 1948, Agresi Militer II memaksa Indonesia untuk memindahkan ibu kotanya lagi karena ibu kota RI yang di Yogyakarta telah dikuasai Belanda. Untuk mempertahankan negara Indonesia yang Belanda anggap sudah bubar, dibuatlah Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Bukittinggi, Sumatera Barat. Walaupun ada histori mengenai pemindahan ibu kota, tapi ini tidak menampik bahwa Indonesia belum pernah memisahkan ibu kota sebagai pusat pemerintahan dengan ibu kota sebagai pusat perekonomian. Pemilihan Jakarta sebagai ibu kota Indonesia pun juga karena aspek historis. Jakarta yang dulunya bernama Batavia ini telah menjadi pusat administrasi dan perdagangan oleh J.P. Coen di era kolonial.
Seperti yang diakui oleh FX. Sugiyanto selaku Akademisi FEB Undip bahwa Indonesia tak punya aspek historis tentang pemisahan ibu kota pemerintahan dengan ibu kota perekenomian atau perdagangan. “Jadi historisnya memang tidak ada dukungan bahwa ada pola-pola kota dagang sendiri. Kota industri sendiri, kota ibukota pemerintahan sendiri kan di Indonesia. Ini kan sesuatu yang baru
27
Ekonomi dan Lingkungan | Laporan Khusus saya. Jadi, karena dulu dimana pun pusat pemerintahan, kalau kita lihat sejarah itu juga ternyata pusat perdagangan. Contoh saja Kesultanan Surakarta, dimana Solo berperan sebagai pusat kerajaan dan juga pusat perdagangan,” tutur Sugiyanto.
Urgensi akan Pemindahan Ibu Kota
Rencana pemindahan ibu kota yang terkesan terburu-buru ini kemudian menimbulkan pertanyaan. Apakah pemindahan ibu kota adalah sebuah urgensi yang harus dilakukan sekarang? Dilihat dari aspek historis lagi, kedua pemindahan ibu kota sebelumnya terjadi karena adanya tekanan dari Belanda. Namun, apa yang menekan Indonesia sekarang hingga menyebabkan pemerintah harus segera memindahkan ibu kotanya. Di sini yang menjadi fokus utamanya adalah kondisi Jakarta. Jakarta sudah menanggung beban sebagai ibu kota selama berpuluh-puluh tahun. Menurut Ketua Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Jawa Tengah, Ismail Al Habib, beban yang diampu Jakarta di beberapa aspek itu sudah sangat berat. Daya dukung dan tampungnya sudah begitu padat. Kondisi lingkungannya juga sudah mengkhawatirkan. Solusi dan masalah di Jakarta itu seakan tidak pernah selesai. Kemudian dengan alasan pemerataan pembangunan dan ekonomi serta meringankan beban Jakarta, rencana pemindahan ibu kota pun dipilih. Di lain pihak, Sugiyanto mengatakan bahwa pemindahan ibu kota itu penting tetapi ada masalah-masalah yang lain yang seharusnya lebih diprioritaskan. “Jadi, itu urgent, tetapi ada masalahmasalah yang lain yang menjadi prioritas. Bukan berarti itu ditinggalkan kan gitu. Menurut saya ada masalah-masalah lain yang perlu penanganan tanpa mengesampingkan ibu kota tadi atau membuat ibu kota tanpa mengesampingkan masalah lain. Artinya tidak harus trade-off lah satu sama lain,” paparnya. Berkaitan dengan istilah trade-off, Sugiyanto menjelaskan bahwa yang dimaksud adalah adanya pertukaran anggaran yang seharusnya digunakan untuk masalah yang lebih penting jadi digunakan untuk membiayai anggaran pemindahan ibu kota tadi. Menurutnya, masalah yang seharusnya ditangani Indonesia saat ini adalah membangun dengan lebih adil di Indonesia Timur. Ia juga berpendapat bahwa pemindahan ibu kota juga perlu untuk jangka panjang, minimal untuk aspek legalnya lima tahun ke depan sudah diresmikan, tetapi trade-off anggaran tadi-lah yang menjadi cost yang harus dibayar untuk mewujudkan hal tersebut.
Persiapan Pemindahan
Persiapan yang perlu dilakukan pemerintah dalam rangka memindahkan lokasi ibu kota tentu tidaklah sedikit. Sugiyanto memandang lingkungan sosial perlu untuk diperhatikan, terutama kesiapan masyarakat Kalimantan. “Memindah gedung itu bukan berarti hanya memindah gedung saja tetapi
EDENTS
Volume 2 Edisi XXXI Tahun 2019
kultur dan konteks-konteks sosialnya. Nah, itu yang justru perlu disiapkan secara matang,” jelas Sugiyanto. Sugiyanto berpendapat bahwa perubahan kultur yang luar biasa dapat terjadi di Kalimantan yang budayanya relatif tradisional. “Walaupun anggarannya lebih banyak untuk fisik, ya, yang jelas terukur itu fisik, tapi social engineering itu justru harus dipersiapkan jauh lebih penting,” tambah Sugiyanto. Sementara itu, Ismail mengatakan bahwa ibu kota yang baru harus dirancang menjadi sebuah smart and green city. Dia beralasan bahwa karena lokasi ini baru, jadi desain konsepnya dapat dirancang dengan matang, tidak adanya kendala yang terkait penggusuran pun menambah poin plus bagi ibu kota baru agar menata kotanya menjadi lebih “matang”, lahan terbuka hijau pun dapat diperluas.
Jangka waktu Pembangunan dan Keefektifan Proses Secara logika, membangun ibu kota baru memang tidak bisa dilakukan hanya dalam waktu lima tahun. “Kalau waktunya terlalu dekat, dalam pengertian harus jadi, pasti itu ambisius. Tapi ini persoalan legitimasi dan legasi. Mungkin kalau groundbreaking-nya itu di periodenya Jokowi ini atau infrastruktur hukumnya dalam masa Jokowi, saya pikir itu tepat karena untuk mengamankan supaya nanti ketika terjadi ganti presiden itu tetep jalan. Jadi mungkin justru aspek legalnya itu yang didahulukan tapi kalau fisiknya itu kelihatannya kok memerlukan waktu yang cukup panjang,” jelas Sugiyanto.
Paling tidak pembangunan ibu kota secara fisik akan rampung sekitar dua puluh hingga dua puluh lima tahun mendatang dan baru secara efektif berperan sebagai ibu kota baru. Untuk periode jangka pendek, agaknya ini akan menjadi sedikit boros karena Indonesia mempunyai dua ibu kota. Menurut Sugiyanto, desain pemindahan pemerintahan itu harus dalam jangka panjang. Kalau efektivitas dimaknai sebagai konteks pengelolaan kepemerintahan itu artinya pasti akan berdampak dan akan terjadi cost-lift pada proses pelayanan publik.
Aspek yang Terdampak
Mendengar isu pemindahan kota agaknya membuat masyarakat berdebat antara pro dan kontra. Masyarakat terutama dari para pecinta lingkungan, pastinya khawatir dengan pemilihan Kalimantan sebagai ibu kota baru. Sebagaimana yang ditahu, Kalimantan merupakan paru-paru dunia, bentangan hutan hujan tropisnya sangat besar dan luas. Ditambah lagi dengan adanya bencana kebakaran hutan yang marak terjadi, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di Brazil akhir-akhir ini membuat para penggiat lingkungan serta masyarakat yang secara sadar peduli lingkungan khawatir dengan kondisi bumi dan paru-paru dunia dalam jangka panjang. Terkait dengan pemindahan ibukota, konsekuensi dari dampak yang akan ditimbulkan akan cukup banyak terjadi. Ismal berpendapat bahwa se-
28
Ekonomi dan Lingkungan | Laporan Khusus tuk menjadi daerah yang ramah lingkungan dengan konsep “green.” “Termasuk sumber-sumber energi-nya, kebutuhan air bersihnya, termasuk ruang hijaunya, ini memang karena ini sebuah perencanaan baru mestinya sudah memakai kaidahkaidah itu. Seharusnya memang, peraturan untuk mencegah adanya konsekuensi-konsekuensi izin pertambangan dan adanya potensi kebakaran hutan ini mulai disiapkan. Karena kaitannya juga nanti dengan perwajahan ibu kota ke depan,” ungkap Ismail. Di lain sisi, Sugiyanto menjelaskan bahwa akan ada dampak budaya dan ekonomi. Salah satunya yaitu aktivitas ekonomi yang berbeda dan melibatkan wilayah yang sangat luas. Untuk menyikapi hal ini, Sugiyanto menyatakan bahwa perencanaan terhadap dibangunnya ibu kota di Kalimantan itu juga harus dilengkapi dengan perencanaan kotakota yang lainnya di sekitar Kutai dan Penajam Pasir Utara karena hal tersebut menjadi aktivitas pendukung.
Perlunya Pertimbangan Matang
Jokowi membuat target bahwa pada tahun 2024 ibu kota baru di Kalimantan sudah harus siap dan semuanya dapat dipindahkan. Menurut Sugiyanto, keputusan seperti ini terkesan sangat terburu-buru. Belum lagi dengan adanya keputusan mendadak ini, tidak banyak diskusi dan kajian mengenai
penting atau tidaknya urusan ini. Padahal dialog-dialog dan perdebatan seperti itu diperlukan untuk dapat menghasilkan keputusan yang paling optimal. “Kalau terburu-buru saya pikir ada risiko yang nanti juga harus ditanggung. Janganjangan nanti kotanya jadi sepi dan pemerintahan menjadi tidak efektif,” terang Sugiyanto. Dari sisi WALHI, mengamini bahwa eksekusi pemindahan ibu kota ini perlu pertimbangan yang lebih matang lagi. “Saya pikir memang kejelasan konsep kota baru ini yang mesti dipersiapkan sehingga ke depannya tidak mengulangi kesalahan-kesalahan yang terjadi di Jakarta. Kehidupan di sana (re: Jakarta) itu kan nggak manusiawi ya, udara yang dihisap nggak bersih lalu supply air bersihnya sangat kurang,” jelas Ismail. Hal ini dikarenakan beberapa dampak dari pembangunan berpotensi merugikan unsur lingkungan yang ada di Kalimantan apalagi dengan peran Kalimantan sebagai salah satu paru-paru dunia. Ismail juga berharap dengan dibangunnya pemerintahan di Kalimantan, pemerintah dapat membuat kebijakan baru terkait penjagaan kelestarian lingkungan untuk menciptakan ruang yang lebih nyaman bagi masyarakat. (jl)
Dok. facebook.com
EDENTS
Volume 2 Edisi XXXI Tahun 2019
29
Ekonomi dan Lingkungan| Laporan Khusus
Corporate Social Responsibility (CSR): Tanggung Jawab Perusahaan Terhadap Lingkungan Oleh: Wiwin, Anika, Rachel Sebuah perusahaan dalam mencapai keuntungan ekonomi sebagai tujuan perusahaan tersebut pasti baik secara langsung maupun tidak langsung memberikan dampak kepada masyarakat dan lingkungan sekitar. Dampak positif dan negatif akan timbul sebagai hasil aktivitas perusahaan dalam menjalankan kegiatannya. Sebagai etika dalam bisnis dan perusahaan juga merupakan bagian dari masyarakat, perusahaan seharusnya memberikan dampak positif yang lebih besar dari dampak negatifnya terhadap masyarakat terhadap lingkungan sekitarnya. Laporan pertanggungjawaban sosial diperlukan oleh perusahan untuk menunjukkan bukti serta tanggungjawab mereka terhadap lingkungan sekitar. Sebuah Aksi Nyata
Corporate Social Responsbility (CSR) atau dikenal juga dengan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) dalam UU Perseroan Terbatas (PT) adalah konsep serta tindakan yang dilakukan oleh suatu perusahaan sebagai rasa tanggung jawab terhadap sosial serta lingkungan. Program CSR dilakukan bagi kemajuan ataupun perkembangan perusahaan. Tanggung jawab ini diberikan oleh perusahaan terhadap lingkungan sekitar dimana perusahaan tersebut berdiri dan berkembang. CSR merupakan komitmen dari sebuah perusahaan untuk turut serta dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas dan kesejahteraan kehidupan masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Menjaga lingkungan, memberikan beasiswa untuk anak tidak mampu, dana untuk pemeliharaan fasilitas umum, sumbangan untuk membangun desa atau fasilitas masyarakat yang bersifat sosial dan berguna untuk masyarakat banyak, khususnya masyarakat yang berada di sekitar perusahaan tersebut berada merupakan beberapa contoh dari program CSR perusahaan. Dilansir dari Wikipedia, CSR diartikan sebagai suatu konsep bahwa organisasi, khususnya memiliki berbagai bentuk tanggung jawab terhadap seluruh pemangku kepentingannya. Pemangku kepentingan yang ada diantaranya ialah konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan yang mencakup aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Oleh karena itu, CSR berhubungan
EDENTS
Volume 2 Edisi XXXI Tahun 2019
erat dengan "pembangunan berkelanjutan", yakni suatu organisasi, terutama perusahaan, dalam melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya tidak semata berdasarkan dampaknya dalam aspek ekonomi, misalnya tingkat keuntungan atau deviden, tetapi juga harus menimbang dampak sosial dan lingkungan yang timbul dari keputusannya itu, baik untuk jangka pendek maupun untuk jangka yang lebih panjang.
Dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas (UU PT) No. 40 Tahun 2007 pasal 74 ayat (4) CSR atau TJSL telah diatur dan dijelaskan. Konsep CSR atau TJSL di berbagai negara maju, dianggap sebuah konsep yang berdimensi etis dan moral sehingga pelaksanaannya pun oleh perusahaan pada prinsipnya bersifat sukarela bukan sebagai suatu kewajiban hukum. Di Indonesia, konsep TJSL justru dijadikan sebagai sebuah kewajiban hukum yang harus diaptuhi oleh perusahaan, sebagaimana yang ditegaskan dalam pasal 74 ayat (1) UU PT. Tanggung jawab sosial bersifat wajib bagi perusahaan yang menjalankan usaha di bidang sumber daya alam (SDA) atau yang berkaitan dengan sumber daya alam. Artinya sebuah perusahaan yang menggunakan sumber daya alam dalam proses produksinya atau berdampak terhadap sumber daya alam disekitarnya wajib melakukan CSR. Awal Terbentuknya Program CSR
Dahulu praktisi mempercayai bahwa perseroan hanya memiliki satu tanggung jawab yakni mencari keuntungan sebesar-besarnya. Namun seiring berkembangnya dunia bisnis tanggung jawab perusahaan tak lagi terbatas terhadap pemegang saham dalam bentuk keuntungan, tetapi juga dalam kelompok-kelompok yang memiliki kepentingan yang terkait dengan perusahaan. Lahirnya CSR perusahaan didasari oleh Millennium Development Goals (MDGS) yang merupakan deklarasi millennium hasil kesepakatan antara 189 negara anggota PBB yang dimulai pada tahun 2000 dan mencapai pokok tujuan pada tahun 2015. Indonesia termasuk dalam negara yang ikut dalam deklarasi tersebut dan berkewajiban melaksanakan poin-poin yang disepakati salah satunya mengenai pembangunan nasional. Pendanaan pengadaan CSR berasal dari perusahaan itu sendiri dan tidak diperkenankan untuk dihitung sebagai biaya produksi. Jika dihitung sebagai biaya produksi, maka
30
Ekonomi dan Lingkungan | Laporan Khusus biaya pendanaan CSR akan dibebankan pada konsumen, sehingga output produksi akan lebih mahal. Dalam hal penindakan perusahaan yang belum menerapkan CSR, di Indonesia masih belum ada sanksi yang tegas. Hal ini dikarenakan dalam UU PT maupun Peraturan Pemerintah (PP) mengenai CSR akan dikenai sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dimana peraturan perundang-undangan yang dimaksud adalah Peraturan Daerah (Perda) masing-masing tiap daerah. Pentingnya CSR
rutin dilakukan dan ini sudah menjadi agenda tetap bagi kami untuk selalu bisa hadir ditengah-tengah masyarakat dan kita bisa memberi sedikit bantuan bagi masyarakat yang membutuhkan,” tutur Panji.
BPR Restu Artha Makmur telah melaksanakan program CSR yang salah satu kegiatannya berupa kegiatan penyaluran air bersih di daerah Kecamatan Kedungjati, Kabupaten Grobogan - Purwodadi. Kegiatan ini dilatar belakangi karena daerah tersebut mengalami kekurangan akan ketersediaan air bersih pada musim kemarau. Hal ini dikarenakan pada musim kemarau di daerah tersebut menderita kekeringan dan kesulitan untuk memperoleh air bersih, serta sumber mata air bersih cukup jauh dari permukiman. Oleh karena itu dengan adanya kegiatan penyaluran air bersih oleh BPR Restu Artha Makmur telah membantu warga setempat dalam memperoleh air bersih. “Kehadiran kami disambut sangat antusias oleh masyarakat di Desa Panimbo. Keberadaan sembilan dusun ini agak terisolir sehingga kita fokus membantu wilayah tersebut. Jadi kita kemarin, saya kira ini sudah tepat sasaran,” jelas Panji.
Dok. Pribadi
Menurut Panji, selaku Kepala Kantor Kas Menoreh, BPR Restu Artha Makmur, program CSR yang dilaksanakan oleh perusahannya merupakan kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan usahanya. Hal ini dikarenakan perusahaan berada di tengah-tengah masyarakat, sehingga perusahaan perlu mendapat perhatian dan dikenal oleh masyarakat. Perusahaan juga harus menjalin relasi yang baik dan lebih dekat lagi dengan masyarakat. Oleh karenanya, memberikan kepedulian terhadap masyarakat yang membutuhkan Panji juga menuturkan bahwa dalam melalui program CSR penting melakukan program CSR, perusahaan untuk dilakukan oleh perusahaan. selalu melihat kondisi lingkungan yang Pelaksanakan program CSR dapat dituju. Hal ini dilakukan semata-mata Panji Angga Mahardika, diartikan sebagai bentuk kepedulian Kepala Kantor Kas Menoreh BPR agar program yang akan diterapkan tepat perusahaan terhadap masyarakat, sasaran dan bermanfaat bagi lingkungan Restu Artha Makmur karena keuntungan yang diperoleh sekitar. “Jadi untuk daerah yang akan kita bukan dilihat dari seberapa besar yang diperoleh melainkan tuju, kita selalu melihat kondisi suatu keadaan di suatu pemenuhan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap wilayah. Seperti yang diselenggarakan kemarin, mengingat masyarakat. sekarang sedang musim kemarau, jadi ada satu desa yang letaknya di luar Kota Semarang, dimana tempat ini memang Program CSR juga penting bagi keberhasilan perusahaan. sangat membutuhkan penyaluran air bersih. Oleh karena itu Karena sebuah perusahaan butuh dukungan dari masyarakat kita mengadakan kegiatan dibagian penyaluran air bersih untuk menjadi perusahaan yang berkembang dan sukses. di daerah Kecamatan Kedungjati, Kabupaten Grobogan – Karena alasan ini juga perusahaan harus memberikan timbal Purwodadi,” ungkap Panji. Untuk penilaian keberhasilan balik kepada masyarakat. “Karena perusahaan tidak akan program CSR yang diterapkan oleh perusahan ditentukan bisa maju untuk bergerak tanpa keterlibatan masyarakat oleh penilaian dari masyarakat dan seberapa besar dampak juga. Demikian juga perusahaan juga harus memberikan yang diperoleh. Oleh karena itu perusahaan melakukan sesuatu untuk membantu masyarakat yang membutuhkan, yang terbaik dan mengharapkan masyarakat memperoleh karena memang kita juga tujuan perusahaan sendiri adalah manfaat dari program CSR yang dilaksanakan. memberikan sesuatu untuk masyarakat. Tanpa adanya dukungan dari masyarakat, kita pun juga tidak bisa maju,” Kendala, Hambatan, Tantangan dalam Melaksanakan ungkap Panji. Kegiatan CSR Penerapan Program untuk Lingkungan Sekitar
Setiap perusahaan pasti memiliki kebijakan CSRnya sendiri dan berbeda-beda. Salah satu contoh program CSR yang dilaksanakan oleh perusahaan yakni program CSR BPR Restu Artha Makmur dengan program kerja tetap yang telah diagendakan setiap tahunnya. Akan tetapi dalam pelaksanaannya, setiap kegiatan memiliki tema kegiatan yang berbeda setiap tahunnya. “Namun setiap tahunnya memiliki tema yang berbeda-beda, tapi pelaksanaannya
EDENTS
Volume 2 Edisi XXXI Tahun 2019
Dalam setiap pelaksanaan sebuah kegiatan pasti terdapat kendala dan hambatan. Mengadakan program CSR sendiri menjadi sebuah tantangan, karena perusahaan belum tentu diterima oleh masyarakat. Perusahaan diharapkan harus selalu hadir dan ada bagi masyarakat yang membutuhkan. “Jadi sebenarnya kalau menganggap kendala dan hambatan tersebut sebagai tantangan saja, maka itu tidak ada artinya. Karena hal itu merupakan hal yang wajar di lapangan. Maka dari itu, hal tersebut kita anggap sebagai tantangan yang harus kita lalui dengan satu tujuan, yaitu agar bisa bermanfaat bagi masyarakat,” pungkas Panji. (jl)
31
Ekonomi dan Lingkungan | Laporan Khusus
Mengenal Lebih Jauh Tentang Sampah Plastik Oleh: Rizka, Kiki, Fatimah
“Plastik ada beberapa bahan tambahan yang sebenarnya sangat berbahaya. Tergantung dari penanganan yang dilakukan. Dengan adanya upaya dan program pemerintah seperti pengurangan plastik dan terdapat peraturan yang mengikatnya akan turut berpengaruh meskipun tidak signifikan” -Sri Sumiyati, Dosen Teknik Lngkungan Undip. Seperti yang diketahui selama beberapa tahun terakhir, sampah plastik menjadi kasus lingkungan yang sering disorot. Jumlahnya yang begitu banyak sering menimbulkan keresahan lingkungan. Tidak hanya ekosistem darat saja yang menjadi dampaknya, ekosistem laut pun turut terkena dampaknya. Dalam dekade ini sampah plastik menjadi perhatian yang cukup besar bagi masyarakat hampir di seluruh dunia.
Bahaya yang Ditimbulkan
Menurut Ika Bagus Priyambada, Dosen Teknik Lingkungan Universitas Diponegoro, plastik sebenarnya tidak berbahaya karena tidak mengalami perubahan bentuk. Meskipun sekarang sudah muncul inovasi plastik yang bisa terurai. Namun secara umum, plastik tidak mengalami perubahan bentuk. Dari sisi sinilah terdapat plus dan minus dari plastik itu sendiri. Arti sebenarnya dari nilai tambah sendiri adalah jika masuk ke badan lingkungan, tanah misalnya, plastik tidak mencemari tanah dari sisi kualitas. Begitupun di sungai, plastik tidak mengalami perubahan bentuk. Jadi dari segi kualitas kimia maupun biologi, sungai tersebut tidak banyak mengalami gangguan karena plastik. Akan tetapi yang disayangkan atau dampak negatif dari plastik adalah jumlahnya yang begitu banyak sehingga plastik menyita tempat di sungai. Dilihat dari segi estetika tentu saja tidak baik. Sampah di sungai tersebut akan masuk ke laut, kemudian bermuara di laut dan menjadi konsumsi binatang laut. Salah satu kasus di kawasan perairan terkait dengan sampah yang memprihatinkan yakni adanya peristiwa dimana paus ditemukan mati terdampar di Wakatobi, Sulawesi Tenggara dikarenakan menelan plastik seberat 5.9 kg. Plastik terkondensasi dari material organik salah satunya hidrokarbin dan polimery yang akan membentuk rantai panjang yang tidak terputus. Material
EDENTS
Volume 2 Edisi XXXI Tahun 2019
plastik dibuat tidak dari tumbuhan tetapi dari fosil. Proses polimerisasi membentuk rantai panjang inilah yang akan mempunyai dampak berbahaya untuk lingkungan. “Plastik ada beberapa bahan tambahan yang sebenarnya sangat berbahaya. Tergantung dari penanganan yang dilakukan. Dengan adanya upaya dan program pemerintah seperti pengurangan plastik dan terdapat peraturan yang mengikatnya akan turut berpengaruh meskipun tidak signifikan,” tutur Sri Sumiyati, Dosen Teknik Lingkungan Undip.
Sebenarnya, bahaya plastik lebih dikarenakan jumlahnya yang begitu banyak dan tidak terkendali. Akan tetapi jika dari sisi pencemaran konsentrasinya sebenarnya tidak terlalu berbahaya, dengan asumsi plastik ini bersih atau tidak digunakan untuk memuat zat-zat kimia. Karena sifatnya yang tidak bisa berubah bentuk inilah, sampah plastik membutuhkan pengelolaan agar sampah plastik itu sendiri tidak menganggu lingkungan secara umum. Terkait dengan banyaknya sampah plastik yang tidak terkelola dengan baik, sampah plastik itu sendiri jika sudah tidak terpakai akan berakhir di TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Dari segi kebahayaan, tidak ada yang ditimbulkan namun dari segi estetika sampah menjadi hal tidak enak dipandang dan akan menyita tempat cukup banyak di TPA. Pada umumnya TPA memiliki jangka umur 20 tahun – 30 tahun. Namun jika banyak orang yang membuang sampah disana melebihi standar, maka umur TPA bisa berkurang hanya menjadi 10 tahun – 15 tahun. Sampah yang telah termakan oleh hewan ternak pun sangat berbahaya. Beberapa kasus dijumpai bahwa terkadang masyarakat menggembalakan hewan ternak mereka ke TPA. Hewan ternak yang nantinya memakan sampah-sampah termasuk sampah plastik yang ada di sana secara tidak langsung akan membahayakan. Bahaya yang terjadi bukan dikarenakan plastiknya, namun lebih kepada polutan yang terkandung dalam plastik tersebut
32
Ekonomi dan Lingkungan | Laporan Khusus yang mana konsentrasi polutan tersebut akhirnya masuk ke dalam tubuh sapi. Polutan sampah sendiri terdiri dari logam berat dan bermacam-macam jenisnya. “Bagian sapi terutama jeroan setelah dilakukan penelitian banyak mengandung bahan-bahan seperti PB, mercury dan zatzat logam berat yang berbahaya lainnya,” ungkap Ika.
Penanganan yang Tepat
Beberapa waktu yang lalu pernah dijumpai masalah terkait Indonesia mengimpor sampah dari negara lain. Ika berpendapat bahwa mengenai masalah ini, kembali pada fungsi sampah digunakan untuk tujuan apa. Jika sampah tersebut dapat difungsikan sebagai suatu material tertentu dan kemudian dipertanggung jawabkan recycle atau masa daur hidupnya, maka hal tersebut tidak menjadi masalah. Dalam kamus lingkungan, ada istilah “cradle to crade” yang mana artinya produk yang keluar dari pabrik nantinya akan kembali ke pabrik lagi. Hal inilah yang menjadi solusi paling baik. Namun hal yang buruk adalah apabila produk tersebut “cradle to grave” yang artinya produk dari pabrik akan masuk ke TPA dan tidak dikelola kembali.
Solusi yang lebih baik terkait penanganan sampah plastik dapat dilakukan dengan cara lebih baik dicegah dan dikurangi, bukan setelah ada baru diolah. Hal yang meresahkan adalah kebanyakan produk makanan dan minuman, ataupun yang lain banyak menggunakan plastik sebagai kemasannya. Kemasan plastik akan dibuang setelah selesai dipakai yang mana artinya daur hidup sampah model ini sangat pendek. Kebijakan yang baik adalah bagaimana agar kemasan tersebut tidak menggunakan plastik kembali. Hal tersebut dikarenakan mengelola sampah dengan teknologi akan sangat costly atau mahal. Saat biayanya mahal dan hasil tidak sebanding dengan value yang diberikan hasil produksinya, maka progress menjadi lambat. Adanya permasalahan terkait limbah sampah dari perusahaan dapat diatasi dengan kebijakan mendaur ulang dari perusahaan sendiri. Dimana hal ini dimungkinkan akan berdampak pula pada meningkatnya citra dari perusahaan. “Bisa saja konteks tersebut menjadi wajib jika dipaksakan oleh pemerintah dengan pemberian awards tertentu seperti keringanan pajak. Akan tetapi, bisa saja perusahaan tidak melaksanakan kebijakan tersebut jika tidak dipaksa secara normative dengan alasan akan meningkatkan overhead cost dari produk itu sendiri sehingga nilai jualnya menjadi mahal dan akhirnya tidak terbeli oleh masyarakat,” ungkap Ika. Cara lain untuk mengatasi permasalahan plastik selain mengelola dan mengolah dapat dilakukan dengan mencegah sebelum terjadi. Dalam konteks lingkungan, terdapat prinsip polutan, dimana pencemar harus membayar denda untuk itu. Apabila kita menganggap produsen plastik sebagai pencemar, maka produsen plastik tersebut harus membayar dana kepada pemerintah untuk mengelola sampahnya, atau mendaur ulang sampahnya (konsep cradle to cradle).
kat hanya diharuskan membayar plastik dalam jumlah yang kecil. “Jika plastik berbayar dihargai sampai (misal Rp 5000) maka orang akan berpikir ulang untuk membelinya dan akhirnya menggunakan totebag atau tas belanja dari kain untuk membeli sesuatu,” ungkap Ika. Kesadaran masyarakat pun masih rendah, walaupun sudah ada perkembangan jika dilihat dari zaman dulu. Peran dari semua kalangan harus terlibat dalam penanganan sampah yang tepat. Peran dari generasi muda juga sangat diperlukan dengan pemikiran yang jauh kedepa serta pikiran kreatif yang dapat melakukan invovasi mengenai pengelolaan sampah. Pengelolaan sampah oleh masyarakat juga diperlukan. Seperti halnya yang dilakukan oleh Bank Sampah Sempulur Asri Kecamatan Banyumanik yang melakukan kegiatan dengan proses pemilahan sampah untuk dikumpulkan. Proses pemilahan dilakukan di rumah masing-masing warga. Sampah dipilah tergantung jenisnya, organik atau anorganik. Setelah dipilah kemudian diserahkan ke sekretariat tiap RW untuk kemudian ditimbang oleh petugas direktur bank sampah. Sri mengungkapkan bahwa kesadaran akan lingkungan akan memiliki dampak baik bagi diri. “Kalau kita niatnya untuk merawat, maka insyaAllah Allah akan memberi balasannya. Apabila kita mencintai dan merawat alam maka alam akan mencintai kita. Rezeki tidak harus berupa uang, mempunyai banyak teman, diberikan kesehatan, mempunyai pengalaman baru juga merupakan rezeki dari Allah,” terang Sri. Selain itu, pengelolaan sampah yang baik juga sudah mulai diterapkan dibeberapa wilayah kampus Undip, salah satunya di Departemen Teknik Lingkungan. Kebijakan yang dilakukan yakni salah satunya dengan menggunakan botol minum atau tumbler untuk menggantikan botol plastik, menggunakan sedotan stainless, hingga tidak menggunakan plastik mika saat menjilid suatu laporan atau makalah. Ika menyampaikan beberapa tips bagi mahasiswa maupun masyarakat untuk berperan aktif dalam pengurangan sampah dengan mengurangi minum dalam kemasan plastik dan mengurangi penggunaan plastik dalam hal lainnya. “Kurangi plastik sebisa yang kita bisa. Jika satu mahasiswa, dua mahasiswa, sepuluh mahasiswa, dan seluruh mahasiswa Undip melakukan itu, maka efeknya akan luar biasa,” pungkas Ika. (jl)
Kesadaran Pengelolaan Sampah
EDENTS
Volume 2 Edisi XXXI Tahun 2019
Dok. pribadi
Ada beberapa faktor yang menyebabkan pengurangan sampah plastik itu sendiri kurang efektif. Sebagian besar orang menganggap plastik praktis serta sifat alami manusia selalu menyukai sesuatu yang praktis. Hal yang menjadi masalah disini adalah bagaimana mengubah mindset orang yang menyukai sisi kepraktisan untuk mulai berpikir ke arah lingkungan. Saat ini, kebijakan plastik berbayar dirasa kurang efektif karena masyara-
33
Komunitas KOPHI : "Inspiring Community" Generasi Muda Peduli Lingkungan Oleh: Wakhidatun Nurrohmah dan Nailul Maghfiroh
Dok. pribadi
budaya masyarakat yang tidak sehat bagi lingkungan hingga menyebabkan perubahan iklim. Oleh karena itu, KOPHI memiliki visi untuk menjadi wadah bagi generasi muda khususnya bagi masyarakat umum untuk sama-sama merubah budaya masyarakat terutama mengenai isu perubahan iklim tersebut. Untuk visi regional Jawa Tengah, lebih kepada pengembangan riset. Dari proses melakukan riset, para anggota KOPHI mendalami tentang suatu latar belakang suatu masalah sehingga dibentuk tujuan untuk membuat program peduli lingkungan yang berdasarkan pada riset yang telah dilakukan.
Riset sebagai Basis Pengadaan Program Lingkungan
Sejarah Berdirinya Berangkat dari kecintaan dan keresahan pada lingkungan, begitulah KOPHI dibentuk. Koalisi Pemuda Hijau Indonesia Jawa Tengah atau yang biasa disingkat KOPHI Jateng merupakan sebuah komunitas generasi muda yang memiliki satu minat yang sama, yaitu cinta dan kepedulian terhadap lingkungan. Jika kebanyakan komunitas adalah untuk menyalurkan hobi dan mengasah kemampuan diri, KOPHI hadir sebagai generasi penggerak perubahan budaya masyarakat untuk peduli terhadap lingkungan.
Awalnya, beberapa orang yang mempunyai minat terhadap pengelolaan lingkungan secara tidak sengaja bertemu dalam suatu event dan terlibat dalam diskusi. Dari diskusi tersebut mereka berpikiran bahwa mereka membutuhkan sebuah wadah yang dapat mengekspresikan mereka di bidang pengelolaan lingkungan. Akhirnya pada tahun 2010 berdirilah KOPHI yang diresmikan di Museum Bank Mandiri dan memiliki pusat pengorganisasian di Jakarta. Seiring berjalannya waktu, beberapa orang dari daerah masing-masing berinisiatif untuk membentuknya di regional masing-masing. Dari sini KOPHI Jawa Tengah terbentuk, tepatnya pada tahun 2011 dengan founder-nya adalah mahasiswa dari Universitas Diponegoro dan Universitas Soedirman. Walaupun sudah terbentuk sejak tahun 2011, namun KOPHI Jateng baru diresmikan pada tahun 2012 pada Kongres Nasional KOPHI yang diadakan di Jakarta setiap dua tahun sekali. Saat ini, KOPHI sudah tersebar di 15 provinsi di seluruh Indonesia.
Visi-Misi, dari Pemuda untuk Lingkungan dan Masyarakat
Berbeda dengan komunitas hobi lainnya, KOPHI Jateng terbentuk dari keprihatitan para pemuda pada
EDENTS
Volume 2 Edisi XXXI Tahun 2019
Sejak berdiri hingga saat ini, KOPHI telah melakukan berbagai macam program lingkungan. Secara umum, program dilakukan sesuai dengan isu yang diangkat dalam Kongres Nasional. Isu yang dibahas itu akan menjadi isu yang akan dibawa selama dua tahun ke depan dalam program KOPHI di tiap-tiap regional. Pada tahun 2019 ini, isu yang diangkat adalah tentang persampahan. Seperti yang disebutkan sebelumnya, KOPHI Jawa Tengah, lebih cenderung melakukan riset dan edukasi sehingga programnya seputar pada pengidentifikasian lingkungan. Identifikasi lingkungan ini merupakan program yang ditunjukkan untuk calon anggota baru. “Kita latih mereka buat mengidentifikasi masalah, kirakira di lokasi ini permasalahannya terkait sampah itu karena apa? Apakah dari budaya masyarakatnya? Atau dari pemerintahnya? Regulasinya? Nah, kita coba kaji dan kita fasilitasi temen-temen yang baru mau belajar,” jelas Ikbal, selaku ketua KOPHI Jateng. Selain program identifikasi masalah, ada program sekolah lingkungan yang diadakan tiga bulan sekali. Sekolah lingkungan merupakan program dimana para anggota KOPHI datang ke sebuah sekolah untuk memberikan edukasi terkait lingkungan. Dalam program ini, ada rancangan kurikulum yang sengaja dibuat untuk mendukung kerberjalanan sekaligus keberhasilan dari program ini. “Dari tim litbang kita membentuk ibaratnya kurikulumya seperti apa. Nah nanti dipertemuan pertama itu apa yang kita berikan, kemudian di evaluasi untuk pertemuan kedua dan ketiga. Jadi kita memang take action apa yang memang sudah kita kasih untuk temen-temen sekolah,” ungkap Ikbal. Program-program lainnya yang sering digalakkan adalah cabut paku. Cabut paku adalah program dimana masyarakat dilibatkan secara langsung untuk mencabuti paku yang ada di pohon-pohon karena bekas iklan, poster dan lain- lain. Cabut paku ini merupakan program yang sedang di kawal secara massif, mengingat peraturan daerahnya sudah ada, namun keberjalanannya belum sepenuhnya optimal.
Dalam setiap program atau kegiatan yang diadakan, KOPHI selalu berharap ada output yang dapat dinikmati kembali oleh masyarakat setempat. “Nah, dari setiap kegiatan itu kita gak cuma sekedar program aja, tetapi juga sharing-sharing, pelatihanpelatihan seperti pelatihan membuat totebag dari
34
Komunitas baju bekas. Nah, antusias masyarakat setempat cukup tinggi, dimana masyarakat tidak hanya dimintai berkegiatan mencabuti paku yang ada di pohon, tetapi ada sisi ekonomisnya yang bisa dipelajari sekaligus dimanfaatkan masyarakat setempat,” tegas Ikbal.
Kolaborasi KOPHI
Dalam setiap kegiatan yang dilakukan, KOPHI selalu melibatkan masyarakat setempat seperti karang taruna, Ibu-ibu PKK secara langsung untuk turun tangan. Tujuannya adalah agar kesadaran masyarakat akan lingkungan semakin meningkat. Sebagai komunitas peduli lingkungan, KOPHI memerlukan kerjasama dari berbagai pihak untuk melaksanakan programnya. Diantara pihak yang bekerjasama dengan KOPHI Jateng adalah Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Semarang. Selain DLH, komunitas ini juga pernah bekerjasama dengan Uber. Di tahun 2017, bekerja sama dengan “Hutan Itu Indonesia” untuk membuat project Hari Hutan Nasional, karena selama ini hanya ada hari hutan internasional. Jadi bersama KOPHI, anggota “Hutan Itu Indonesia” memprakarsai Hari Hutan Nasional.
Inspiring Community
Dengan adanya kerjasama yang terjalin dengan berbagai pihak juga komunitas pecinta lingkungan yang serupa diharapkan eksistensi KOPHI Jawa Tengah ini dapat terus dipertahankan dan dapat menjadi inspirasi bagi masyarakat secara luas. Seperti beberapa waktu yang lalu, KOPHI Jawa Tengah berhasil memperoleh penghargaan sebagai “Inspiring Community” dari YOT Semarang. Dengan penghargaan yang sudah diraih itu semakin memacu komunitas ini untuk berkembang lagi dan menciptakan program yang berkelanjutan bukan hanya eventual saja. KOPHI berharap dapat menyebarkan virus kebaikan tentang bagaimana menjaga dan mencintai lingkungan sekitar. “Kita memang tidak bisa secara langsung mengubah budaya masyarakat, kita tidak bisa merubah secara langsung pola negatif yang memang ada di sekeliling kita, tetapi ketika kita punya niat dan kemampuan kenapa kita tidak maksimalkan disitu saja. Meskipun hanya satu dua orang yang kita berikan virus kebaikan tentang bagaimana menjaga lingkungan, InsyaAllah satu orang tersebut akan menularkan juga ke orang lain yang lebih banyak lagi,” tutup Ikbal. (jl)
“Kita memang tidak bisa secara langsung mengubah budaya masyarakat, tetapi kita punya niat dan kemampuan. Meskipun hanya satu dua orang yang kita berikan virus kebaikan tentang bagaimana menjaga lingkungan, yang satu dua orang tersebut akan menularkan juga ke orang lain yang lebih banyak lagi.” -Ikbal Herdhiansyah
Dok. pribadi
EDENTS
Volume 2 Edisi XXXI Tahun 2019
Ketua KOPHI Jateng 35
KAMPUS
KABAR
Kenali Passion di Acara Explosion dan Enfution Oleh: Dewima Rima Aini dan Yolanda Bella Dok. Edents
Menggali Makna Passion
Keluarga Mahasiswa Akuntansi (KMA) dan Management Student Association (MSA) Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Universitas Diponegoro (Undip) telah menyelenggarakan acara seminar mengenai passion pada bulan September silam. Kedua acara yang diusung oleh tiap prodi ini diselenggarakan dalam rentang waktu yang berbeda. Acara Explosion mengangkat tema “Flare up Your Passion to Build Our Nation’’, diadakannya dengan tujuan sebagai bentuk nyata pengabdian KMA untuk melayani masyarakat pada umumnya dan mahasiswa akuntansi pada khususnya agar mampu menggali serta mengembangkan apa yang menjadi passion-nya. Sedangkan acara yang diselenggarakan oleh MSA mengangkat tema “Discover the Meaning of Life Ethics and Mindset to Elevate Industrial 4.0”. Enfution merupakan acara tahunan dari MSA, yang mana Enfution tersebut terdiri dari dua rangkain acara yaitu Diponegoro Business Case Competition (DBCC) dan seminar nasional.
Acara Explosion diselenggarakan di Laboratorium Kewirausahaan FEB Undip pada tanggal 9 September 2019 dengan menghadirkan empat narasumber yang akan berbagai passion mereka. Narasumber tersebut adalah Nicholas Saputra (Aktor Indonesia), Gita Savitri (Youtuber dan Influencer), DR Tirta (Chief Executive Officer of Shoes and Care) dan Miftachur Robbani (Chief Manager Officer of Lindungi Hutan). Sedangkan untuk seminar Enfution dilaksanakan di Gedung Gradhika Bhakti Praja, Semarang pada tanggal 15 September 2019. Narasumber yang dihadirkan ada enam yaitu Keenan Pearce (Entrepreneur), Tasya Farasya (Beauty Influencer), Dana Karseno (President Director of PT Anantara Digital Indonesia), Delly Nugraha (Vice Precident of Central Java Go-jek), Haidar Wurjanto (Precident Director of Simha Group) dan Eko Prasetio (Precident Director of IDL.Cargo).
EDENTS
Volume 2 Edisi XXXI Tahun 2019
Dalam acara Explosion, masing-masing pembicara menyampaikan materi tentang passion dan berbagi pengalaman mereka tentang passion. Materi pertama disampaikan oleh Miftachur Robbani mengenai passion-nya yang gemar melestarikan hutan dengan menanam pohon. Ia bergabung dalam komunitas Lindungi Hutan. Lindungi hutan merupakan platform crowdplanting penggalangan dana online untuk konservasi hutan dan lingkungan. Miftachur menceritakan pengalamannya ketika bergabung di komunitas Lindungi Hutan dan mengajak para peserta untuk melestarikan hutan dengan menanam pohon. Hal ini tidak lain dikarenakan hutan merupakan komponen yang penting di bumi. Selain itu, ia juga menjelaskan bahwa seseorang akan mengetahui passion-nya apa setelah melakukan sesuatu. “Passion akan tahu kalau kita sudah melakukannya,” jelas Miftachur. Dilanjutkan materi kedua mengenai passion dibidang wirausaha yang disampaikan oleh DR Tirta. Ia menceritakan pengalamannya yang sudah merintis usaha dibangku kuliah. Tirta selalu mencoba peluang usaha agar tidak menjadi pengangguran ketika masih mengenyam pendidikan. Menariknya, justru Tirta tidak percaya dengan passion, menurutnya yang terpenting itu adalah skill dan jangan takut untuk mencoba sesuatu. ‘’Saya tidak percaya dengan passion, yang terpenting sekarang adalah kita punya skill apa, karena passion itu tidak akan ketemu kalau belum dicoba. Jangan takut kalau dagangan kita tidak laku, tapi harus berpikir sebaliknya kita harus optimis” tutur Tirta. Gita Savitri sebagai pembicara dalam acara Explosion juga turut membagikan pengalamannya dalam hal passion. Menurut Gita, seseorang yang bekerja dan melakukan sesuatu sesuai passion, pekerjaan akan terasa menyenangkan. Namun menemukan passion tidak mudah karena seseorang harus mencoba banyak hal terlebih dahulu hingga menemukan sesuatu yang dirasa cocok.
Pembicara terakhir dalam acara Explosion ialah Nicholas Saputra yang dikenal masyarakat sebagai seorang aktor. Tidak hanya itu saja, Nicholas juga dikenal sebagai pecinta travelling. Hal itu dapat dilihat dari unggahan instagramnya yang memuat banyak tempat yang pernah dikunjunginya. Tidak jauh berbeda dengan Gita Savitri, Nicholas juga berpendapat bahwa sesorang harus mau mencoba banyak hal untuk menemukan passion-nya. Pengalaman akan semakin bertambah dengan mencoba banyak hal sehingga pembelajaran baru pun akan mengiringinya. Menurutnya seseorang sudah melakukan pekerjaan sesuai passion ketika mereka merasa nyaman dan senang.
Diakhir acara, Hizkia Efraldo, selaku ketua
36
KABAR panitia Explosion berharap agar acara tahun depan lebih sukses dan KMA dapat mengembangkan soft skill mahasiswa akuntansi. “Saya berharap acara tahun depan terus mengudara, khususnya mahasiswa akuntansi. Karena acara ini menjadi tempat untuk mengembangkan softskill mahasiswa akuntansi serta kemampuan untuk bekerjasama dengan orang lain,” tutur Aldo.
Mengenal Tips dan Trik Berwirausaha dalam Industri 4.0 Berbeda dengan Explosion, Enfution membahas mengenai etika dalam industri 4.0 dan juga passion. Di era yang sudah canggih ini dimana hampir semua aspek kehidupan sudah memanfaatkan teknologi dan banyak orang yang justru menyalahgunakannya. Salah satunya adalah kejahatan dalam pinjaman online. Menurut Dana Karseno selaku pembicara pertama dalam seminar Enfution, di zaman 4.0 ini banyak pinjaman online berbahaya yang tidak diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Tidak dapat dipungkiri bahwa sudah banyak kasus kejahatan yang melibatkan pinjam online berbahaya tersebut. Peluang dari pinjaman berbahaya tersebut adalah semua kalangan masyarakat menjadi target pasar, dengan “iming-iming” yang menggiurkan yaitu bunga rendah. Oknum yang melakukan hal tersebut selalu berusaha agar masyarakat terjun dalam pinjaman “bodong”. Untuk itu Dana berpesan kepada generasi milenial agar ketika ingin berwirausaha di era 4.0, masyarakat harus membuat konsep dan model bisnis yang baik dengan belajar serta tenang. Mengingat keuangan adalah komponen penting dalam berwirausaha, ia mengingatkan supaya wirausaha pemula harus pandai dalam mengatur keuangannya.
Selain pintar dalam mengelola keuangan, kaum milineal juga harus tahu mengenai bagaimana cara berwirausaha yang baik di era 4.0. Materi ini disampaikan Haidar Wurjanto yang membagikan tips kepada para mahasiswa dalam melakukan marketing di era 4.0. ‘’Marketing 4.0 harus mempelajari selera, permintaan, dan kebutuhan costumer sehingga peluang kita besar jika kita tahu apa yang dibutuhkan oleh customer,’’ jelas Haidar. Tak kalah penting memiliki connecting dengan supplier diperlukan sebagai hal yang harus diketahui jika ingin berwirausaha terutama diera 4.0 ini seperti yang disampaikan oleh pembicara selanjutnya oleh Eko Prasetio. Seorang wirausaha akan muncul ketika seseorang mampu membaca peluang yaitu dengan melihat suatu permasalahan lalu menemukan solusinya. Delly Nugraha, salah satu pembicara dalam acara Enfution menjelaskan bahwa salah satu contoh wirausahaan yang mampu membaca peluang yakni founder dari Gojek. Hanya berawal dari permasalahan kecil dengan mencari transportasi yang efektif, bisnis Gojek hingga saat ini telah berkembang pesat tidak hanya di Indonesia tetapi juga berekspansi ke luar negeri. Menurut Delly, tips dan trik untuk membangun start up adalah harus memiliki mindset ingin bermanfaat bagi orang lain dan mau menerima kritik untuk membangun diri,
EDENTS
Volume 2 Edisi XXXI Tahun 2019
KAMPUS memiliki jiwa pemimpin, mengutamakan pelanggan, dan segera memulai action tentunya dengan perencanaan matang pada awalnya. Dimeriahkan dengan Acara Talkshow
Tidak hanya seminar, acara Enfution juga diadakan dengan konsep talkshow. Dilaksanakan setelah break selama satu jam talkshow diisi oleh Keenan Pearce (Entrepreneur) dan Tasya Farasya (Beauty Influencer) dengan dipandu dua pembawa acara. Topik yang dibahas adalah bagaimana cara menemukan passion di era 4.0. Tasya Farasya sendiri merupakan seorang youtuber dengan subscriber lebih dari dua juta, tentunya hal tersebut secara tidak langsung menjadikan ia sebagai beauty influencer mengingat banyak orang mengikuti saran-saran yang diberikannya. Namun siapa sangka ternyata Tasya adalah lulusan Ilmu Gigi. Wanita yang menggemari make up ini berpikir bagaimana hobi yang dilakoninya bisa menjadi bisnis sampingan dan mendatangkan uang. Akhirnya ia mulai mendalami make up dan memutuskan membuat youtube. Dari konten youtube tersebut, sampai saat ini banyak orang menyukai konten-konten yang ia ciptakan dan hal tersebut bisa menghasilkan uang. Sementara Keenan, salah seorang enterpreuneur, menceritakan pengalamannya bahwa berawal dari lingkungan, ide dan kreativitas bisa muncul dan mendatangkan ide dalam berwirausaha. Keenan memilih pergaulan yang perfect dalam artian bisa mendukung, membangun dirinya, dan lingkungan yang mau mengkritiknya dalam hal yang positif. Menurutnya seseorang yang ingin memulai wirausaha harus memikirkan impact bagi masyarakat dan mampu memecahkan suatu permasalahan. Persaingan di zaman sekarang lebih mementingkan untuk berlomba-lomba dalam pemecahan masalah, bukan berlomba-lomba untuk mendapat uang sehingga mindset yang sadar akan impact dan kemampuan memecah masalah sangat dibutuhkan. Keenan berpendapat bahwa passion adalah suatu hal yang menyenangkan ketika dilakukan. ”Hal terpenting adalah kita harus mencintai apa yang kita kerjakan dan lakukan yang terbaik, namun harus tetap melihat realita apakah kamu bisa survive di passion yang kamu senangi, kalau tidak, kamu bisa switch your passion, karena menurut aku pribadi passion itu bisa di switch,” tegasnya.
Berlian Risqi selaku CEO Enfution 2019, mengatakan bahwa tujuan dari acara ini adalah agar mahasiswa menyadari di era 4.0 dimana sebagian besar sudah menggunakan teknologi, budaya nasional harus tetap dilestarikan. ”Kita melihat situasi dunia kita sekarang, semua mempunyai HP dan menggunakan teknologi, tetapi tetap harus seimbang antara kemajuan zaman dan pelestarian budaya nasional,” tutur Berlian. (jl)
37
KOLOM PU
Natural Resource Curse: Mimpi Buruk Perekonomian Indonesia Oleh: Dirga Ardian Nugroho*) Roda waktu kehidupan terus berputar. Kita sebagai manusia dan segala aspek kehidupannya terus mengalami perkembangan. Dari tradisional menjadi modern, dan dari manual menuju ke otomatisasi. Segala bentuk perubahan tersebut tentunya bertujuan untuk semakin memudahkan kehidupan manusia di muka bumi ini, baik di bidang sosial, budaya, ekonomi, politik, dan lain-lain. Berbagai perubahan menuju kemudahan tersebut berasal dari hasil kreasi tangan manusia yang disebut teknologi. Perkembangan dan pergerakan arus modernisasi terus menerus bergulir dan tak terbendung. Munculnya teknologi di tengah-tengah peradaban manusia semakin bisa kita rasakan. Contoh yang paling nyata ialah dalam bidang komunikasi. Cara kita untuk berkomunikasi jarak jauh pada masa lampau, berbeda dengan di masa sekarang. Tidak hanya dalam bidang komunikasi saja, teknologi juga turut memberikan pengaruhnya terhadap aspek kehidupan manusia lainnya, seperti ekonomi. Munculnya teknologi dalam kaitannya dengan ekonomi, dapat terlihat dengan semakin efisiennya kegiatan produksi dengan bantuan mesin, semakin terintegrasinya sistem pembayaran, dan bentuk-bentuk kemudahan lainnya. Namun tidak sampai di situ saja, hal yang perlu kita sadari ialah, bahwa kemunculan teknologi ini juga turut membawa dampak positif dan dampak negatif.
Salah satu bentuk dampak positif dari adanya teknologi ini ialah dapat meningkatkan efektivitas suatu proses produksi. Contohnya seperti teknik produksi yang awalnya masih tradisional dengan mengandalkan banyak tenaga manusia (labor intensive) dapat beralih ke proses produksi yang lebih efisien dengan bantuan mesin. Akan tetapi, kondisi ini akan menimbulkan pengurangan faktor-faktor produksi, yaitu pengurangan tenaga kerja. Dimana hal tersebut dapat memicu pengangguran. Maka dari itu, ada hal yang dirasa perlu diberi perhatian lebih, karena peralihan ini tidak dapat berlangsung begitu saja.
Robert Merton Solow dalam Teori Pertumbuhan Ekonominya, menjelaskan bahwa teknologi memiliki peran penting dalam mendorong kondisi perekonomian sebuah negara. Hal ini tentu juga dapat berlaku di Indonesia. Bagaimana teknologi dapat menjadi sebuah ‘suplemen’ guna menciptakan kemakmuran di tengah masyarakat Indonesia. Salah satu hal yang patut didorong dalam menyokong kondisi ekonomi di Indonesia adalah dengan cara mengedepankan sektor-sektor unggulan atau potensi yang dimiliki oleh Indonesia. Dengan demikian akan mampu menciptakan kemandirian dari dalam negara Indonesia itu sendiri. Salah satu jenis potensi atau keunggulan yang dimiliki oleh Indonesia ialah Sumber Daya Alam (SDA). Sejarah telah membuktikan bahwa sejak dahulu kala Indonesia menjadi rebutan oleh para penjajah asing karena terkenal dengan sumber daya alamnya yang melimpah. Namun, di masa sekarang, dapatkah Indonesia secara mandiri dapat mengoptimalkan kekayaan yang dimilikinya ini? Negeri yang Kaya
Sudah bukan hal yang tidak dapat dipungkiri lagi bahwa Indonesia memang benar-benar kaya akan sumber daya alam yang dimilikinya. Dalam laporan yang dirilis oleh US Geological Survey – sebuah lembaga di bidang geologi dari Amerika Serikat – menyebutkan bahwa Indoneisa dalam sisi produksi dan cadangan bahan
EDENTS
Volume 2 Edisi XXXI Tahun 2019
tambang, menempati beberapa posisi yang menjanjikan di antara negara-negara lain. Indonesia mempunyai cadangan timah terbesar kedua sedunia. Selain itu, Indonesia mempunyai cadangan emas keenam terbesar di dunia dan panas bumi terbesar di dunia.
Bila dilihat secara menyeluruh, kontribusi sektor primer – pertanian, kehutanan, perikanan, dan pertambangan – yang dimiliki oleh Indonesia memiliki laju pertumbuhan yang beragam. Dari tahun 2014-2018 laju pertumbuhan sektor pertanian, kehutanan, perikanan, dan pertambangan secara kumulatif mengalami fluktuasi. Menurut data Badan Pusat Statistika (BPS), pada tahun 2014, Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan secara kumulatif, laju pertumbuhannya mencapai angka 4,24%. Angka tersebut adalah titik atau capaian tertinggi selama tahun 2014-2018. Sedangkan, titik terendahnya terjadi pada tahun 2016, dimana laju pertumbuhannya hanya mencapai 3.37%. Berbeda dengan Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, Sektor Pertambangan dan Penggalian justru pernah mengalami kontraksi. Kendati kondisi Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sempat mengalami penurunan pada tahun 2014-2016, hal tersebut tidak sampai menyebabkan kontraksi dalam sektor tersebut. Sektor Pertambangan dan Penggalian pernah mengalami kontraksi hingga 3,42% pada tahun 2015. Meskipun demikian, kondisi laju pertumbuhannya berangsur membaik hingga tahun 2018, dimana sanggup mencapai angka 2,16%. Angka tersebut juga menjadi capaian laju pertumbuhan tertinggi dari tahun 2014-2018.
Kendati menjadi negara yang kaya akan SDA, laju pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dari sisi produksi, justru didominasi oleh sektor lain. Pada akhir tahun 2018 lalu, laju pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor Jasa Lainnya dengan capaian sebesar 9,08%. Disusul oleh sektor Jasa Perusahaan (8,94%) dan Pengadaan Air (7,92%). Sedangkan, laju pertumbuhan Pertanian dan Pertambangan merupakan 2 (dua) sektor dengan laju pertumbuhan terendah di tahun yang sama. Hal ini tentu harus diperbaiki, mengingat apa yang menjadi sumber kekayaan utama Indonesia adalah SDA yang dimilikinya. Bukan Sembarang Kutukan
Ketidakmampuan Indonesia atau negara-negara lain dalam mengoptimalkan kekayaan SDA yang dimilikinya, dapat berujung fatal. SDA yang ada tidak dapat memberi sumbangan atau kontribusi yang optimal bagi kondisi perekonomian sebuah negara. Ketidakmampuan ini dikenal dengan istilah Natural Resources Curse (Kutukan Sumber Daya Alam). Hal ini menjelaskan bahwa sebuah negara dengan kelimpahan SDA, justru memiliki kondisi ekonomi yang tidak cukup baik. Paradoks Kutukan Sumber Daya Alam pertama kali diperkenalkan oleh Richard M. Auty. Dalam penelitiannya yang bertajuk “Sustaining Development in Mineral Economies: The Resource Curse Thesis”, dirinya menelusuri ketergantungan ketergantungan negara-negara yang secara
38
KOLOM PU ekonomi bergantung pada kekayaan sumber daya alam, khususnya sumber daya mineral. Ada beberapa hal yang dapat menimbulkan terjadinya fenomena ini, seperti kebergantungan yang berlebih pada SDA sebagai komoditas ekspor. Harga yang ditentukan oleh pasar global kerap kali tidak dapat diantisipasi karena harga komoditas SDA yang belum diolah cenderung fluktuatif. Kemudahan untuk mendapatkan hasil alam tanpa pengolahan lebih lanjut – hanya bersifat ekstraktif – menimbulkan efek ketergantungan, apalagi kalua harga komoditasnya tengah di titik tinggi-tingginya. Hal ini juga memicu minimnya inovasi untuk pengembangan SDA.
terkait kualitas sebuah pemerintahan, Singapura merupakan negara yang memiliki nilai yang cukup baik. Tiaptiap indikator dalam penelitian ini memiliki batas nilai bawah (-) 2,5 dan batas atas (+) 2,5. Singapura dalam salah satu indikator penilaian yaitu Government Effectiveness menduduki peringkat teratas dengan nilai sebesar 2,21. Sedangkan Indonesia ada di peringkat ke-86 dari 193 negara dengan nilai 0,04.
Natural Resource Curse bukanlah mitos belaka. Fenomena ini sudah terjadi di beberapa negara di belahan dunia. Contohnya Nigeria yang tidak mampu mengoptimalkan potensi minyak bumi yang dimilikinya. Ada pula Republik Kongo yang gagal memanfaatkan sumber daya intannya dan menempatkannya sebagai salah satu jajaran negara termiskin di dunia.
Dalam mengatasi hal di atas, perlu dilakukan inovasi agar tidak melulu begantung pada hasil ekstrasi alam yang minim akan nilai tambah. Perlu adanya suatu proses yang dapat memberikan nilai tambah yang lebih. Dimana dari hal ini, diharapkan dalam jangka panjang suatu negara tidak akan bergantung pada sumber daya alam terus menerus. Hal ini dapat mengandalkan peran teknologi. Senada dengan Teori Pertumbuhan Ekonomi yang diutarakan oleh Robert Solow. Kendati demikian, hal ini tidak dapat begitu saja perlu adanya kolaborasi dan dukungan dari pihak pemerintah dan swasta.
Tidak sampai di situ saja, Leonard Wantchekon dalam penelitiannya – Why Do Resource Dependent Countries Have Authoritarian Governments? – tentang hubungan antara kekayaan SDA dengan kualitas kelembagaan pemeirntah menyebutkan bahwa 1 (Satu) persen peningkatan ketergantungan terhadap SDA dapat meningkatkan probabilitas pemerintahan yang otoriter hamper 8 (delapan) persen. Hal ini mencerminkan tentang adanya hubungan kekayaan SDA terhadap tata kelola pemerintah. Dimana pemerintah juga memegang peran penting dalam pengelolaan kekayaan negara, salah satunya adalah SDA.
Sumber Daya Alam dalam Dunia Pemerintahan
Kekayaan SDA yang dimiliki oleh suatu negara tentu dapat menjadi modal dalam mengakselerasi pertumbuhan ekonomi. Terkait tentang prakti serta strategi pembangunan ekonomi yang besangkutan, pemerintah memiliki peran yang cukup penting dalam pengelolaannya. Kondisi pemerintahan yang cukup baik tentunya dapat mengoptimalkan modal – dalam hal ini adalah kekayaan SDA – guna menciptakan pertumbuhan ekonomi serta kesejahteraan bagi masyarakatnya. Akan tetapi, bagaimana bila yang terjadi justru sebaliknya?
Keluar dari Bayang-bayang Kutukan
Sebuah negara akan cenderung bergantung pada sumber daya alam bila kontribusinya menjanjikan. Hal ini dapat dilihat salah satunya dari aktivitas ekspor yang terus menerus bergantung pada komoditas sumber daya alam. Padahal ekspor jenis ini harganya cenderung fluktuatif. Pada saat harga komoditas sumber daya alam mengalami boom, bukan tidak mungkin sebuah negara akan cenderung mengandalkannya terus menerus guna mendapatkan pendapatan yang berlebih. Namun, dalam jangka panjang, bukan tidak mungkin harga komoditas sumber daya alam dapat mengalami bust, karena harganya yang ditentukan oleh pasar. Maka saat itulah pendapatan sebuah negara dari sektor sumber daya alam sebagai komoditas ekspor akan menurun.
Selain itu, perlu adanya peningkatan kualitas sumber daya alam pula. Baik dalam masyarakat itu sendiri dan juga dari dalam tubuh pemerintah. Agar kekayaan sumber daya alam yang dimiliki oleh Indonesia dapat dioptimalkan dengan baik. Sehingga, perlahan Indonesia dapat keluar dari kutukan sumber daya alam. (jl)
Singapura contohnya, salah satu anggota ASEAN ini menjadi salah satu negara yang dapat menyandang predikat sebagai negara maju dari segi ekonominya. Bila dilihat dari salah satu program penelitian Bank Dunia, yaitu Worldwide Governance Indicators, dimana di dalamnya terdapat beberapa komponen atau indikator penilaian
EDENTS
Volume 2 Edisi XXXI Tahun 2019
Dok. Edents
Otaviano Canuto dan Marcelo Giugale dalam bukunya yang berjudul “The Day After Tomorrow”, menjelaskan bahwa kekayaan SDA dapat berujung pada kondisi perekonomian yang buruk. Negara dengan kondisi pemerintahan yang relatif buruk akan menerapkan kebijakan perekonomian yang cenderung buruk pula. Hal ini akan memicu terjadinya kesalahan dalam pengalokasian dan pemberdayaan sumber daya. Dengan kata lain, kualitas pemerintah – baik atau buruknya – memegang kendali yang cukup penting. Bahkan, beberapa negara yang tidak memiliki sumber daya alam yang melimpah justru memiliki kondisi perekonomian yang relatif lebih baik.
*Penulis adalah Pemimpin Umum LPM Edents tahun 2018/2019
39
KOLOM REDAKSI
Impor Sampah dan Problematikanya Oleh: Julian Karinena B *)
Sampah merupakan salah satu polemik utama terkait dengan lingkungan. Permasalahan sampah seakan tidak memiliki ujung. Jumlah masyarakat yang tinggi mengakibatkan tingginya pula konsumsi masyarakat yang pada akhirnya sisa konsumsi atau sampah juga akan meningkat. Di sisi lain lahan yang akan digunakan untuk menampung sisa konsumsi rumah tangga atau masyarakat semakin berkurang. Akibatnya sampah dibuang sembarangan. Sampah ini dapat berupa sampah organik ataupun sampah anorganik. Tidak jarang sampah-sampah yang dihasilkan oleh masyarakat terbuang ke laut. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Jenna R. Jambeck menyebutkan bahwa Indonesia berada pada posisi ke dua setelah Tiongkok untuk penyumbang sampah plastik ke laut.
Indonesia setiap hari memproduksi 65 juta ton sampah. Dari total tersebut sekitar 24 persen atau sekitar 15 juta ton mengotori ekosistem dan lingkungan karena tidak ditangani (data menurut riset dari Sustainable Waste Indonesia – SWI). Sedangkan tujuh persen dari sampah yang dihasilkan per hari didaur ulang dan 69% persen sampah berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Menariknya adalah dengan jumlah sampah yang begitu banyak dan tidak didaur ulang, Indonesia justru melakukan impor sampah. Lalu apa sebenarnya urgensi Indonesia melakukan impor sampah dan bagaimana keberjalanan impor sampah selama ini? Bahan Baku Industri Dipenuhi dari Impor Sampah
Alasan Indonesia melakukan impor sampah salah satunya adalah kebutuhan terkait bahan baku industri. Industri yang membutuhkan bahan baku tersebut biasanya adalah industri kertas dan plastik. Oleh karena itu, sampah yang diimpor adalah adalah sampah kertas dan plastik yang tentunya sampah tersebut adalah jenis sampah yang bisa didaur ulang dan tidak berbahaya. Sampah yang dapat diimpor hanya berupa sisa, reja, dan scrap. Tentunya sampah yang diimpor tidak terkontaminasi limbah B3. Ketentuan terkait impor sampah ini diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan No. 31 Tahun 2016.
Data dari Kementerian Perindustrian menunjukan kebutuhan bahan baku untuk industri plastik mencapai 5.6 juta ton per tahun. Dari kebutuhan tersebut, 2.3 juta ton dipenuhi dari bijih plastik murni, impor bijih plastik sebesar 1.67 juta ton dan pemenuhan dalam negeri 1.1 juta ton. Pemenuhan tersebut masih kurang sebanyak enam ratus ribu ton. Kekurangan tersebut dipenuhi dari impor sampah berupa scrap sebanyak 110.000 ribu ton. Selain industri plastik yang membutuhkan impor sam-
EDENTS
Volume 2 Edisi XXXI Tahun 2019
pah untuk memenuhi kebutuhan akan bahan bakunya, ada pula industri kertas yang bernasib serupa. Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton) menemukan adanya volume impor kertas bekas sebanyak 739 ribu ton per tahun 2018. Jumlah tersebut mengalami peningkatan sebesar 193 ribu dari tahun sebelumnya yaitu tahun 2017 yang berjumlah 546 ribu ton. Data ini merupakan data impor bahan baku indutri kertas di Jawa Timur. Pantauan Ecoton, 12 pabrik di Jawa Timur bahkan menambah lahan penampungan sampah mereka untuk mengantisipasi kenaikan impor bahan baku kertas bekas. Kebijakan Tiongkok Meningkatkan Volume Impor Sampah Indonesia
Impor sampah di Indonesia meningkat sekitar tiga puluh persen pada tahun 2018 dibandingkan dengan tahun 2017. Kenaikan ini bukan tanpa sebab. Pasalnya semenjak Tiongkok membuat kebijakan terkait dengan penghentian impor sampah dari Eropa dan Amerika Serikat, membuat negara-negara pengekspor sampah seperti Eropa dan Amerika mencari negara baru untuk tujuan ekspor. Akibatnya, negara-negara di Asia Tenggara menjadi tujuan ekspor sampah mereka. Tak terkecuali Indonesia. Menyikapi kebijakan Tiongkok yang menghentikan impor sampah pada negaranya, 187 perwakilan negara berkumpul di Basel, Swiss untuk membicarakan dan mengambil sikap atas hal tersebut. Diketahui bahwa Tiongkok dalam kurun waktu 1988-2016 telah menyerap sekitar 45.1 persen sampah plastik dunia.
Meskipun kebijakan Tiongkok memberikan dampak pada negara-negara lain yang menerima sampah sebenarnya negara-negara ASEAN termasuk Indonesia sudah sedari awal juga merupakan negara yang menerima impor sampah. Hanya saja akibat kebijakan Tiongkok tersebut terjadi kenaikan yang signifikan pada volume impor sampah di Indonesia. Impor Limbah Disusupi Sampah
Keberjalanan impor sampah tidak semanis tujuannya. Kendati tujuan impor sampah adalah untuk bahan baku industri baik kertas maupun plastik, nyatanya fakta di lapangan terkait impor bahan baku tidak berjalan semestinya. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, melalui Peraturan Menteri Perdagangan No. 31 Tahun 2013 tentang Ketentuan Impor Limbah Non Bahan Beracun Berbahaya, kegiatan impor diatur. Meski sudah terdapat aturan mengenai impor sampah, penerapan ketentuan atau aturan ini dalam praktiknya
40
KOLOM REDAKSI jauh dari apa yang tertuang dalam hitam putih. Hal ini karena pada implemetasinya, masih terdapat area abuabu antara apa yang disebut sampah dan apa yang disebut limbah yang masih bisa digunakan untuk bahan baku produk industri. Praktiknya, impor sampah yang biasa dilakukan oleh pabrik-pabrik kertas disusupi oleh limbah yang menandung zat berbahaya. Negara-negara eksportir melakukan praktik illegal dengan menyusupkan sampah atau limbah B3 ke dalam limbah yang diimpor oleh Indonesia. Sampah yang disusupkan kedalam limbah yang diimpor Indonesia antara lain seperti sampah bekas alat medis, limbah B3, sampah plastik yang tidak dapat didaur ulang atau tidak sesuai standar yang ditetapkan Indonesia, bahkan hingga bekas popok bayi. Permasalahan ini menyebabkan puluhan kontainer yang berisi limbah akan dipulangkan ke negara asalnya.
tuang di atas hitam dan putih tetapi juga implementasi pada lapangan berjalan dengan semestinya.
Sudah seyogyanya menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah untuk mengatasi permasalahan terkait dengan impor sampah. Bagaimana kemudian pemerintah dapat memperketat aturan terkait impor sampah dan tidak mudah untuk menerima begitu saja impor sampah yang tidak sesuai dengan aturan yang sudah dibuat adalah penting untuk dilakukan. Memperhatikan lingkungan tidak akan membuat kegiatan perekonomian menurun. Lingkungan dan ekonomi dapat berjalan bersama-sama dalam proses pembangunan. Terkait dengan sampah dan daur ulang sampah, bukan hanya menjadi pekerjaan dari pemerintah tetapi dari semua elemen masyarakat. Tidak akan pernah mencapai sebuah tujuan apabila semua elemen tidak bersinergi. (jl)
Tidak hanya “ulah nakal� dari pengusaha atau negara pengekspor, importir atau perusahaan di Indonesia yang melakukan impor tidak menutup kemungkinan untuk melakukan “ulah�. Perusahaan kertas biasanya melakukan impor bahan baku kertas berupa pulp impor dengan jenis mixed paper seperti kardus, koran, majalah, dan kertas bekas. Dari produksi mixed paper biasanya akan menghasilkan sampah plastik. Sampah plastik yang dihasilkan tersebut akan dijual kepada masyarakat dengan dalih daur ulang. Faktanya, hanya 30-60 persen sampah plastik yang di daur ulang. Sisanya dibakar dan atau dibiarkan berceceran di tengah pemukiman atau sungai. Dok. Edents
Mengatasi permasalahan yang muncul pada impor sampah, pemerintah melakukan revisi terhadap peraturan yang berkaitan dan melakukan pengawasan ketat pada proses impor dan kepada para eksportir. Sampah Dalam Negeri Tidak Terkelola dengan Baik, Sampah Impor Tidak Berjalan dengan Apik
Indonesia sebagai peringkat kedua penghasil sampah plastik dengan mencapai jumlah 187.2 ton per tahun, seharusnya Indonesia bisa memenuhi kebutuhan bahan baku industri plastik tanpa harus impor dari negara lain. Permasalahannya adalah sampah plastik yang dihasilkan dalam negeri tidak dapat dikelola dengan baik sehingga hanya menjadi gunungan sampah yang tidak memiliki arti.
*Penulis adalah Pemimpin Redaksi LPM Edents tahun 2018/2019
Impor sampah bukan sesuatu yang haram untuk dilakukan. Sama halnya dengan impor-impor barang yang lain, apabila memang dirasa butuh dan dalam negeri tidak mampu memenuhi maka impor adalah solusi. Tetapi kemudian yang menjadi permasalahannya adalah bagaimana kebijakan impor tersebut berjalan. Tidak hanya ter-
EDENTS
Volume 2 Edisi XXXI Tahun 2019
41
Kunjungi! www.lpmedentsundip.com
Ulah Imporir Memperburuk Keadaan
Diantara kita
Kiprah Tukang Becak yang Tak Mengenal Lelah Oleh: Amira Fathia dan Nadia Shafira
Alat transportasi telah menjadi hal paling penting dalam mendukung aktivitas semua orang setiap harinya. Kebutuhan serta telah majunya teknologi untuk mendapatkan alat transportasi guna membantu setiap manusia beraktivitas telah menemukan titik link and match, dimana semakin mudah kita untuk cepat sampai tujuan dalam bertransportasi. Banyak inovasi transportasi seiring perkembangan zaman dan banyak pula masyarakat yang mulai meninggalkan transportasi yang diangga tidak tren di zamannya. Lain halnya dengan Rusdi, pria 59 tahun, yang tetap kekeuh melanjutkan pekerjaannya sebagai tukang becak ditengah-tengah zaman yang makin canggih. Rusdi, seorang perantau dari Salatiga, bertekad menyambung hidup demi keluarga sampai ke Semarang. Bekerja sebagai Tukang Becak
Rusdi mengatakan bahwa memang saat ini teman yang memiliki mata pencaharian sama dengannya sudah mulai berkurang, saat ini hanya satu sampai dua orang saja. Hal tersebut dikarenakan faktor fisik yang sudah tidak memungkinkan lagi serta telah beralihnya ke becak motor. Menggunakan becak motor tidak terlalu melelahkan karena sudah mengunakan mesin tetapi, Rusdi memilih tidak beralih dari becak kayuh menjadi becak motor karena menurutnya dirasa lebih berat dan akan kesulitan jika ingin putar arah maupun untuk mundur di gang sempit.
Pendapatan yang ia peroleh dari menjaga
Dok. pribadi
Berawal dari ajakan temannya untuk merantau bersama di Ibu Kota Jawa Tengah ini, pekerjaan pertama yang ia dapatkan adalah sebagai tukang bangunan. Dengan bekal keahlian yang ala kadarnya ia tetap berusaha untuk bekerja demi menyambung hidup untuk keluarganya. Hingga di tahun 1990-an ia banting setir menjadi pengayuh becak hingga saat ini. Bermodal 150 ribu untuk membeli becak di awal ia bekerja, sampai saat ini becak tersebut masih ia gunakan untuk bekerja. “Kalau rusak sih enggak ya, paling cuman ganti ban saja, soalnya kan dipake jalan kesana kemari,� ungkap Rusdi. Dengan kondisi fisik yang bisa dikatakan sudah tidak muda lagi, Rusdi tetap menekuni pekerjaan yang telah dijalaninya selama 23 tahun.
Kecanggihan teknologi yang kian menggalahkan kehadiran transportasi becak tidak menyurutkan semangat Rusdi untuk terus bekerja meskipun pekerjaan yang dilakukan sangat melelahkan. Jauh dari keluarga, tetapi justru hal tersebut yang membuat Rusdi selalu bersemangat mencari rezeki untuk anak dan istrinya yang tinggal di kampung. Keseharian pendapatan guna memenuhi keberlangsungan hidup dapat dikatakan cukup, tetapi hal tersebut tidak lantas membuat Rusdi hanya mengandalkan dari pekerjaannya sebagai tukang becak. Pekerjaan lain yang sekiranya dapat dilakukan, dengan senang hati akan ia dikerjakan. Sebagai contoh, tidak hanya berprofesi sebagai tukang becak, tetapi juga sebagai penjaga Taman Kanak-kanak (TK) Siwi Peni 14 yang beralamat di Jl. Jomblang Barat, Semarang. Jika pagi hari ia bekerja dengan mengayuh becak, maka di malam hari ia bekerja sebagai penjaga TK.
Demi Menyambung Hidup
EDENTS
Volume 2 Edisi XXXI Tahun 2019
42
Diantara kita
“Kalau saya narik, saya malah sehat karena bisa sekalian olahraga,” tutur Rusdi, salah satu Tukang Becak di Semarang.
tawan luar kota, penduduk sekitar, serta ibu-ibu pun menjadi langganan penumpang becak Rusdi. “Anak-anak SMP, SMA sekarang naiknya Gojek dan Grab. Dulu ya, banyak yang jadi langganan saya, tapi akhirnya naik Gojek dan Grab,” ujar Rusdi. Tarif yang dipatok Rusdi tergantung dari jauh maupun dekatnya lokasi tujuan. “Biasanya juga diliat dari jaraknya, kalau cuma dekat paling Rp10.000,00 sampai Rp15.000,00,” kata Rusdi. Dalam sehari ia mampu mengumpulkan pendapatan sekitar 50 sampai 60 ribu. Untuk pemenuhan kebutuhan ia merasa cukup dari pendapatan harian yang diperoleh. Meskipun saat ini sudah menjamur transportasi online di seluruh tempat, hal itu tak mengurangi pendapatan Rusdi sebagai seorang tukang becak. Menurutnya, rezeki sudah diatur oleh Tuhan sehingga tidak perlu risau dengan adanya pesaing baru. Tak hanya itu, di tengah maraknya aplikasi ojek online yang menjadi pengganti alat transportasi seperti becak, masih terdapat anak muda yang menjadi langganan Rusdi. Salah satu contohnya adalah dua siswa Sekolah Dasar (SD) Santo Yusuf, yang menjadi langganan tetap untuk dijemput saat pulang sekolah. Dengan tarif yang diberikan sebesar 20 ribu per hari dan dibayarkan tiap minggunya. Pengalaman yang Dilalui
Pengalaman pahit yang pernah ia alami salah satunya mengantar penumpang dari daerah Java Mall menuju Mangkang dengan jarak kurang lebih sekitar 15 km dibayar dengan tarif 40 ribu. Tidak setiap saat ia memperoleh penumpang, jika keadan sedang sepi terkadang ia diminta tolong oleh orang untuk membawa sayur dari pasar atau membawa bahan material seperti semen atau pasir karena atap dari becak dapat dibuka sehingga sanggup untuk membawa barang yang cukup banyak. Menurutnya, selama menjadi tukang becak tidak ada kendala yang dihadapi, karena ia bekerja dengan ikhlas serta menikmati pekerjaan tersebut. “Kalau saya narik, saya malah sehat karena bisa sekaPelanggan Becak Rusdi lian olahraga,” tuturnya. Musim hujan pun buSetiap harinya sebagai tukang becak, Rus- kan penghalang baginya, ia mengunakan plastik di memilih untuk berpangkalan di seberang di bagian depan dan samping penumpang unJava Mall Semarang, dari pukul 7 pagi hingga 8 tuk melindungi dari air hujan serta ia sendiri malam. Baginya dari situlah pundi-pundi uang akan mengunakan jas hujan. Rusdi berharap dia dapatkan. Terkadang begitu jauhnya lo- untuk kedepannya, jika ia sudah tak mampu lagi kasi tujuan yang harus ditempuh Rusdi demi untuk mengayuh becak ia menginginkan untuk mendapatkan uang dari profesinya sebagai tu- kembali berkumpul bersama keluarga di kamkang becak, hal itu dengan ikhlas dan semangat pung dan memilih untuk bertani. (jl) kerja ia tempuh setiap harinya. Dengan semangat Rusdi yang tidak pernah surut, selalu datang rezeki menghampirinya. Penumpang yang menjadi langganannya pun tidak pandang umur, mulai dari yang muda hingga tua. Selain itu, wisaTK sebesar 300 ribu bisa ia sisihkan sebagai tabungan. Merangkap profesi yang juga sebagai penjaga TK dapat meringankan beban Rusdi karena setidaknya ada tempat bagi Rusdi untuk berteduh setiap harinya. Jika sebelumnya ia tak memiliki tempat tinggal permanen karena keterbatasan biaya, sehingga untuk tidur saja ia lakukan di dalam becaknya dan berada di pinggir jalan. Dengan adanya profesi ini, tidak perlu kesusahan mencari tempat tinggal maupun kontrakan, sebagai penjaga TK beliau mendapatkan upah serta tempat bernaung secara cuma-cuma.
EDENTS
Volume 2 Edisi XXXI Tahun 2019
43
Resensi
Interstellar: Misi Pencarian Pengganti Planet Bumi Film bergenre scence fiction sedari dulu memang selalu diminati banyak orang. Tak heran, mengingat science fiction sering menampilkan inovasi teknologi dan ilmiah, yang dapat memanjakan imajinasi para penontonnya. Kepopuleran film dengan genre science fiction ini telah dimulai sejak serial televisi “Star Trek” dan “Star Wars”. Melihat kepopuleran kedua serial televisi ini, para produser film mulai berlomba mengembangkan ide mereka dalam bentuk film science fiction. Hingga kini, film ber-genre science fiction merupakan salah satu film yang hampir selalu meraup keuntungan dan jumlah penonton yang tinggi. Begitu pula dengan film “Interstellar” yang hadir mengusung sci-fi dengan latar belakang yang unik berupa global warming. Dikisahkan adegan dalam film ini terjadi setelah bumi manusia yang sudah tidak dapat ditinggali lagi dan memaksa para tokoh untuk menacari solusi berupa planet baru yang bisa ditinggali manusia di masa depan nanti. Sinopsis dan Penokohan
Awal film dimulai dengan latar belakang bumi yang semakin hancur tiap harinya. Selalu ada badai debu dan kesulitan dalam agrikultural, membuat bumi hampir tak mampu lagi menyediakan kebutuhan pangan untuk manusia. Maka untuk menghindari kelaparan massal, banyak manusia yang beralih profesi menjadi petani. Tak terkecuali Cooper (yang diperankan oleh Matthew Mc.Conaughey) seorang mantan pilot NASA yang sekarang tinggal di rumah petani bersama ayah mertuanya, putranya Tom (Timothée Chalamet) dan putri bungsunya Murphy (Mackenzie Foy). Murphy yang dekat dengan ayahnya selalu mengeluhkan bahwa ada hantu di kamarnya, dan percaya bahwa hantu itu ingin berbicara padanya. Awalnya Cooper menghiraukan celotehan putrinya, namun ketika badai debu melanda rumah mereka, Cooper dan Murphy melihat pesan dari sosok tak berbentuk. Pesan tersebut dikirim dengan menggunakan gelombang gravitasi, yang ternyata mengungkap koordinat biner dalam debu dan mengarahkan mereka menuju instalasi rahasia milik NASA.
Kedatangan Cooper ke instalasi rahasia NASA menjadi awal drama di film ini, apalagi ketika Profesor Brand (Michael Caine) mencoba merekrut Cooper dalam misi Lazarus, misi untuk menjelajahi angkasa demi menemukan planet baru sebagai pengganti bumi yang sudah tidak lagi layak untuk di huni. Profesor Brand mengungkapkan bahwa telah muncul wormhole (lubang cacing) 46 tahun lalu, Worm hole sendiri merupakah sebuah jalan pintas melintasi ruang benda. Apapun yang memiliki massa akan menciptakan lengkungan dalam ruang, artinya ruang dapat diperlebar, dibelokkan atau bahkan dilipat sehingga dapat menghubungkan kedua wilayah angkasa yang sangat jauh. Dengan bantuan lubang cacing tersebutlah professor Brand berharap bahwa Cooper bersama dengan rekannya dapat menemukan planet baru sebagai pengganti bumi. Terinspirasi Teori Relativitas Kip S Thorne
Film berdurasi hampir tiga jam ini memang cukup menyita konsentrasi. Tak heran karena film ini terilhami dari teori relativitas fisikawan Kip S Thorne mengenai Wormhole (lubang cacing) dan medan gravitasi. Kip S Thorne meyakini bila Wormhole adalah medan yang mempunyai gravitasi kuat dan dapat dipakai sebagai mesin waktu. Kip S Thorne sendiri merupakan sahabat lama dan rekan Stepen Hawking dan Carl Sagan. Thorne men-
EDENTS
Volume 2 Edisi XXXI Tahun 2019
Judul : Interstellar Penulis : Jonathan Nolan dan Christopher Nolan Tahun Terbit : 2014 Penerbit : Warner Bross Sutradara : Emma Thomas Durasi : 169 menit Peresensi : Dewi Nur Aini
jabat sebagai Dosen Fisika Teori Feyman di Institut Teknologi California sampai tahun 2009. Kip S thorne sendiri ditunjuk sebagai konsultan ilmiah dan produser eksekutif dalam film ini. Penggambaran film dengan istilah-istilah ilmiah fisika dan astronomi memang agak membingungkan bagi para penonton yang kurang familiar dengan istilah tersebut. Tapi jangan khawatir, seiring dengan keberjalanan film semuanya akan menjadi masuk akal dan mudah dicerna oleh para penonton. Respon Masyarkat
Total pendapatan yang dihasilkan oleh Interstellar mencapai $675.120.017, melebihi anggaran produksi pembuatannya sebesar $165 juta. Hal ini menunjukkan antusias masyarakat yang menyambut baik film tersebut. Bagaimanapun juga pilihan Warner Bro’s mempercayakan film Interstellar kepada Christopher Nolan adalah keputusan yang sangat tepat. Apalagi adiknya Jonathan Nolan juga membantunya sebagai penulis script. Kehebatan Christoper Nolan dalam dunia perfilman memang sudah lama diakui. Sebut saja Memento (2000), Insomnia (2002), Batman Begins (2005), The Prestige (2006), The Dark Night (2008), Inception (2010), The Dark Night Rises (2012) dan yang terbaru Interstellar adalah bukti bahwa Nolan mampu memvisualisasikan imajinasinya dalam film dengan baik. Kisah Haru Ayah dan Anak
Walaupun bertema fiksi sains, bisa dikatakan bahwa film ini cukup lengkap dalam membahas hal lainnya. Ia juga membahas fisika, cinta, dan keluarga. Hal tersebut tercermin dari kedua tokoh di film Interstellar, yakni Cooper (sang ayah) dan Murphy (sang anak perempuan). Mereka tetap saling percaya, walaupun terpisah 60—70 tahun. Hubungan Cooper dan Murph di film Interstellar digambarkan sangat dekat, saling percaya satu sama lain. Walaupun, tentu saja, tetap ada pertengkaran di antara mereka, misalnya saat Cooper akan dikirim ke luar angkasa sebagai pemimpin misi, Murph tidak setuju. Mereka bertengkar hebat. Walaupun Cooper sudah berjanji akan kembali, Murph tetap tak menyetujui penerbangan itu. Dalam film ini diceritakan bahwa Murphy menunggu Cooper kembali hingga 70 tahun. Adegan menyentuh selanjutnya adalah saat Cooper kembali menemui Murphy seusai menjalani misinya. Karena dibatasi waktu, usia Cooper sudah 128 tahun, tetapi penampilannya sama seperti ketika ia berangkat. Sementara itu, Murphy sudah berusia 70-an tahun dengan penampilan yang sangat tua. Saat Cooper menengok Murphy yang sudah sangat tua, Murphy berkata pelan, “Aku sudah tahu bahwa ayahku akan kembali.” Cooper kaget. Mengapa Murphy bisa tetap yakin bahwa dirinya akan kembali? Padahal, ia sudah pergi dari bumi sekitar 70-an tahun. Kebanyakan orang tentu sudah akan kehilangan harapan. Jawaban Murphy pun sungguh mengagetkan, “Karena ayahku sudah berjanji padaku.” (jl)
44
ADVETORIAL Pura Group: Perusahaan Lokal dengan Kualitas Global
Indonesia sedang gencar-gencarya melakukan pembangunan fisik. Pembangunan ini dilakukan karena masih kurangnya kualitas fasilitas publik di Indonesia. Awal tahun 2015 menjadi awal mula pembangunan ini dimulai. Pemerintah mulai melakukan pembangunan fasilitas-fasilitas publik di seantero Indonesia, mulai dari daerah pelosok hingga daerah pusat. Selain pembangunan fasilitas publik, pemerintah melakukan pembaharuan dokumen negara seperti KTP dan juga menambah beberapa dokumen untuk menggunakan fasilitas publik seperti Kartu Indonesia Pintar dan Kartu Indonesia Sehat.
yang baik. Indonesia memiliki perusahaan yang bergerak di bidang percetakan yang sangat berpengalaman. Perusahaan ini bernama Pura Group. Pura Group memiliki sederet pencapaian yang menunjukkan profesionalisme dan kualitas mereka. Salah satu pencapaian Pura Group yang patut diapresiasi adalah perusahaan pertama di Asia Tenggara yang memproduksi kertas sekuriti dan Kertas Uang.
Selain percetakan, Pura Group juga telah memperluas usahanya pada bidang teknologi. Pura Group adalah perusahaan pertama di Indonesia yang mengembangkan dan memproduksi Microcapsule sebagai bahan utama pembuatan Tahun ini merupakan akhir dari pemer- carbonless paper, sistem pengawetan cabe terintahan lembaga eksekutif dan merupakan awal lama, Solar window film, dan masih banyak lagi. dari lembaga eksekutif untuk memulai langkah Produk-produk yang dihasilkan oleh baru. Proses pembangunan akan tetap dilakuPura Group dapat memenuhi beberapa bahan kan, kebutuhan akan dokumen juga semakin baku dan teknologi yang dibutuhkan dalam meningkat mengingat banyaknya masyarakat industri di Indonesia tanpa harus melakukan yang masih membutuhkan dokumen tersebut. impor. Beberpa dari produk-produk ini bahUntuk memenuhi kebutuhan dokumen yang terus bertambah pemerintah membutuhkan kan merupakan inovasi asli yang pertama kali bahan baku dan proses produksi modern un- dikembangkan di Indonesia. Untuk mengetahui tuk mendapatkan kualitas dokumen/kartu tentang Pura Group lebih jauh, silakan akses ke www.puragroup.com
EDENTS
Volume 2 Edisi XXXI Tahun 2019
45
Terima Kasih Atas Kerjasamanya
EDENTS
Volume 2 Edisi XXXI Tahun 2019
46