ISSN 0215-0255
DARI REDAKSI Arus Modernisasi telah menjadi bagian kehidupan masyarakat dalam berbagai sektor. Tak ketinggalan pula sektor ekonomi yang giat memanfaatkan perkembangan teknologi. Secara umum,
teknologi memudahkan kita untuk saling berhubungan dengan cepat, mudah dan terjangkau,
serta memiliki potensi untuk mendorong pembangunan ekonomi masyarakat. Perkembangan Teknologi yang dulu merupakan harapan, kini nyatanya mempunyai “sanksi” atas penerapannya terkhusus di sektor ekonomi. Berbagai masalah mulai muncul, mulai dari ketenagakerjaan hingga
redupnya pasar ritel. Hasil dari penerapan teknologi kini sudah diambang ketidakseimbangan, dan merubah persepsi potensi teknologi menjadi ancaman untuk pelaku pasar dan masyarakat. Berdasarkan masalah diatas LPM Edents berinisiatif mengangkat isu penerapan teknologi sebagai salah satu produk kami.
LPM Edents yang genap berusia 42 tahun dengan bangga menerbitkan majalah Edents volume XXVIII edisi Mei 2018. Majalah yang di launching pada perayaan ulang tahun ini mengangkat
tema besar “Lampu Kuning Arus Modernisasi”. Majalah Edents ini membagi tema besar tersebut
ke dalam 4 Laporan utama. Laporan utama yang pertama membahas tentang sejarah arus modernisasi. Kedua, laporan utama membahas bagaimana perkembangan teknologi yang dulunya
sebuah potensi kini perlahan menjadi ancaman. Laporan utama ketiga juga mendukung dengan
menyajikan dua sisi arus modernisasi di sektor ekonomi primer. Tak ketinggalan di laporan
utama 4 membahas tentang tantangan Indonesia di bidang pendidikan dalam mempersiapkan lulusan yang akan menghadapi arus modernisasi di masa mendatang.
Sementara itu pada laporan khusus, kami menyajikan isu-isu yang timbul akibat dari penerapan
teknologi. Isu yang dibahas mulai dari subtitusi tenaga kerja manusia dengan mesin, redupnya pasar ritel, hingga digitalisasi perbankan. Rubrik-rubrik lain seperti sosok, komunitas, kabar kampus, geliat usaha, tentang mereka, dan opini mahasiswa turut mengisi halaman demi halaman majalah ini.
Redaksi mengucapkan terima kasih untuk segenap Wadya Bala Edents dan seluruh pihak terkait
yang berpartisipasi dalam pembuatan majalah edisi XVIII ini. Di usia LPM Edents yang ke 42 tahun ini, akan terus berusaha menghadirkan tulisan-tulisan yang terbaik demi para pembaca sekalian.
Tak lupa kami juga menantikan kritik dan saran demi perbaikan tulisan di masa mendatang.
Akhir kata kami ucapkan selamat membaca, semoga majalah Edents ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian.
Selamat membaca!
MAJALAH EDENTS diterbitkan oleh:
Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Edents ISSN 0215-0255 Pelindung: Dr. Suharnomo, S.E., M.Si., ; Penasehat : Anis Chariri, SE., M.Com., Akt, Ph.D,CA. ; Pembina: Darwanto, S.E., M.Si., Surya Rahadrja, S.E., M.Si., Akt. ; Pemimpin Umum: Aradeya Tangguh; Pemimpin Redaksi: Fana Mustika ; Pemimpin Perusahaan: Dewi Hastuti; Pemimpin HRD: Veronica Febriana ; Pemimpin Marketing Communication: Yayuk ; Pemimpin Artistik: Mutia Rahmania ; Redaktur Pelaksana Majalah: Dias Wahyu Rawikarani; Redaktur Pelaksana: Arvita, Pearlytha, Arsenio, Niki ; Staf Redaksi: Dirga, Albertus, Julian; Layout: Rafi, Haritz; Foto dan Ilustrasi: Asma, Kintan Staf HRD: Mariani, Mahardika, Nisrina, Herdini, Ayu, M. Fauzan, Nadia ; Staf Perusahaan: Cynthia, Farah, Fatyatul, Susi, Fanny, Wakhidatun, ; Staf Marcomm: Yolanda, Aditya Mila, Fendiawan, Alyani, Sequoia, Sekar Anggit Magang Edents : Alifa Hasnanda Putri, Amadea Arum Diani, Anika Fathur, Annisa Jasmine Barda Rajaza Musaif, Bayu Teguh Imani, Dewi Nur Aini, Elvi Hidayati Diana, Farah Nailal 'Azzah, Fatimah Fitriana, Gardini Dena Raditha, Gilang Wicaksono, Jessica Rahma Sekar Ayu, Karima Suci Ariani, Kurnia Dwi Hantari, Kurnia Wulandari, Mila Sri Utami Hayati, Nailul Maghfiroh, Olivia Gita Melinda, Prastio Anggoro, Putri Dewi Lestari, Rizka Hesti Aulia, Salsabila Putri Rifdah, Sastiansyah Rizki Akbar, Sigit Nugroho, Sri Aida Fitriani, Winnarti, Yasinta Tirani Hepartiwi, Yuna Setyaningtyas
Daftar Isi LAPORAN
UTAMA
Definisi, Hakikat, dan Eksistensi Modernisasi di Indonesia
4
POLLING
Perkembangan Arus Modernisasi di Indonesia TENTANG
MEREKA
24
Muda Berkarya
17
20
Penulis Tidak Pernah Mati, Mereka Abadi
Reanes Putra dan Ferindo Tito, Penggagas Platform Pengelolaan Sampah Berbasis Teknologi
30
23 SUDUT PROFESI
Profesi Akuntan Masa Sekarang vs Masa Depan EDENTS
Volume 1 Edisi XXVIII Tahun 2018
GELIAT USAHA
Branding Acara Seminar Bersama Seminarholic
1
Daftar Isi
46
KOMUNITAS
32
Komunitas Futsal Semarang, Lebih dari Sekedar Komunitas Olahraga
39
KABAR KAMPUS
Rumah Baca Sampun Maos: Menumbuhkan Minat Baca Anak-Anak Sejak Dini
33
41 49
Perekonomian Indonesia dalam Belenggu Capital Intensive
EDENTS
Volume 1 Edisi XXVIII Tahun 2018
LAPORAN KHUSUS Menjadi Saksi Hubungan antara Industrialisasi dan Pendidikan dalam Arus Modernisasi
Sri Mulyani turut Meriahkan Rangkaian Acara Dies Natalis FEB Undip ke-58
KOLOM REDAKSI
SOCIAL MOVEMENT
Sosial Budaya
Menilik Kota Semarang dari Kacamata Sosial Budaya
2
EDENTS
Volume 1 Edisi XXVI Tahun 2017
3
LAPORAN UTAMA
Definisi, Hakikat, dan Eksistensi Modernisasi di Indonesia Oleh : Rafi' Qurnia, Pearlytha Mayling, Dewi Hastuti
Dok. duniapendidikan.com
Manusia hidup di sebuah garis waku yang linear. Garis waktu tersebut kerap disebut sebagai zaman, yang merupakan tahapan dan fase kehidupan yang dilewati atau diibaratkan sebagai ‘bilik’ yang terus bertransformasi. Manusia, sebagai makhluk yang hidup di dalam ‘bilik’ yang berubah-ubah tersebut, juga dianugerahkan sebuah kemampuan untuk menyesuaikan diri dan beradaptasi. Apabila manusia tidak melakukan penyesuaian terhadap perubahan yang terjadi di sekitarnya, maka ia akan mengalami ketertinggalan dan mengalami stagnasi. Penyesuaian yang manusia lakukan sangatlah luas, meliputi budaya, kebiasaan, gaya hidup dan teknologi. Tidak terkecuali dalam bidang ekonomi. Hal itulah yang menyebabkan manusia tidak dapat terlepas dari adanya mekanisme penyesuaian dari segala aspek kehidupannya. Penyesuaian tersebut, yang kerap kita sebut dengan istilah modernisasi.
Berdasarkan pengertian dari KBBI, yang dimaksud dengan modernisasi adalah proses pergeseran sikap dan mentalitas sebagai warga masyarakat untuk dapat hidup sesuai dengan tuntutan masa kini. Sedangkan modernisasi pada bidang ekonomi dapat diartikan sebagai perkembangan yang terjadi dalam bidang ekonomi yang membuat terjadinya pergeseran pola hidup masyarakat. “Modernisasi sebenarnya adalah upaya untuk menciptakan manusia hidup dari tradisional menjadi
EDENTS
Volume 1 Edisi XXVIII Tahun 2018
modern melalui transformasi nilai,” ujar Maruto, Akademisi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro. Modernisasi Meliputi Hard Technology dan Soft Technology
Eksistensi modernisasi ditandai dengan sebuah pergerakan dari berbagai kaum di Eropa yang memiliki pemikiran atau berperspektif bahwa negara-negara berkembang selain negara maju merupakan negara yang terbelakang. Oleh karena itu, mereka menerapkan sistem-sistem atau perkembangan yang ada ke negara berkembang tersebut. Pada masa-masa tersebut, istilah modernisasi mulai berkembang dan terimplementasi langsung ke berbagai negara berkembang. Dewasa ini, modernisasi selalu dianggap sebagai bentuk alih tekonologi atau perkembangan teknologi yang semakin maju. Padahal, pada zaman dahulu, tepatnya pada awal abad ke-19, modernisasi tidak hanya dianggap sebagai perkembangan teknologi yang berbentuk secara fisik (Hard Technology). Modernisasi dalam arti luas juga meliputi bentuk perkembangan dari soft technology, yaitu perkembangan dalam bentuk organisasi atau dalam bentuk pemerintahan. “Modernisasi itu juga meliputi pemahaman mengenai konteksnya, yaitu materi. Materi yang terlihat secara fisik adalah teknologi. Nah, pada zaman dulu itu teknologi dinamakan
4
LAPORAN UTAMA
sebagai soft technology, yaitu dalam bentuk organisasi, sistem pemerintahan, dan bentuk perusahaan,� ungkap Yeti, Akademisi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro.
Yeti menambahkan bahwa ada pergeseran makna modernisasi yang terjadi akibat perubahan zaman. Definisi dan hakikat modernisasi juga selalu berkembang menyesuaikan perubahan zaman. “Mungkin kalau pemahaman anda sekarang, modernisasi itu teknologi, komputer, gitu-gitu kan yang secara fisik kelihatan. Kalau pada zaman dulu itu lebih soft, teknologi dalam artian bentuk sistem birokrasi, sistem manajemen perusahaan, itu abad 19 sudah masif,� tambahnya. Perkembangan di Indonesia
Modernisasi terjadi dalam berbagai aspek kehidupan manusia, seperti layaknya gaya hidup, budaya, pola perilaku manusia. Masyarakat dahulu yang sifatnya lebih nomaden dan primitif kini telah beralih ke kehidupan yang glamour. Proses modernisasi ini sebenarnya terjadi tidak hanya disebabkan oleh satu orang saja, melainkan karena adanya perbauran antara satu dengan yang lainnya. Modernisasi terjadi karena ada seseorang yang membawa arus tersebut ke suatu tempat yang dirasa perlu untuk dilakukan perubahan. Proses ini terus berlanjut hingga kehidupan terus mengalami kemajuan yang pesat. Hal tersebut juga terjadi di dalam sektor ekonomi. Merujuk kepada sejarah yang terjadi, perkembangan modernisasi dibidang ekonomi berkembang sejak masa-masa revolusi di negara-negara Eropa. Khususnya pada masa Revolusi Industri di Inggris, dimana modernisasi dalam bidang ekonomi berkembang begitu pesat. Pada masa tersebut lahir berbagai macam faham yang hingga saat ini digunakan. Seperti salah satunya adalah Kapitalisme. “Itu kan kita bicara modernisasi di Hindia Belanda, di Indonesia ini kan tidak terlepas dari revolusi industri di Perancis kemudian revolusi politik di Inggris, ya dari situlah seperti membuka sistem baru, perekonomian terbuka dan merambah kemana mana nih yang namanya kapitalisme. Ibaratkan air bah yang mengalir mencari saluran air,� tutur Yeti.
Di Indonesia sendiri, masuknya arus modernisasi ekonomi ini ternyata telah dirasa sejak lama, bahkan sejak zaman penjajahan Belanda. Pada saat itu Indonesia masih mengandalkan sistem barter, yaitu melakukan jual beli barang dengan cara menukar barang yang dimiliki dengan barang yang diinginkan. Hal tersebut kemudian berubah pada masa penjajahan. Pada saat itu, VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) menetapkan sistem mata uang yang kemudian diterapkan kepada bangsa Indonesia. Kemudian pada orde baru, modernisasi ekonomi juga terasa melalui revolusi hijau yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan ketahanan pangan. Hal ini terus menerus terjadi hingga kini, yang ditandai dengan banyaknya teknologi yang mewarnai pasar ekonomi seperti e-money, e-commerce, dan lain sebagainya. Jauh sebelum Belanda masuk ke Indonesia, pengaruh
EDENTS
Volume 1 Edisi XXVIII Tahun 2018
modernisasi yang dibawa oleh Belanda ke Indonesia sudah dibawa masuk ke Indonesia sejak awal abad ke-19. Dalam konteks sejarawan khususnya pada bidang sejarah ekonomi, masyarakat Indonesia yang dulunya dikenal dengan Hindia-Belanda menyambut dengan baik adanya modernisasi. “Seperti dalam konteks modernisasi itu kan ada yang putus itu, padahal kondisi kita di abad 19 sudah luar biasa, industri sudah maju, cuma masyarakatnya yang belum tergarap, sehingga mungkin Anda bisa melihat adanya sistem ekonomi dualistik,� ucap Yeti. Dua Sisi Modernisasi
Selain teknologi, modernisasi juga terasa dalam hal perilaku manusia. Hal ini dapat dilihat dari perilaku manusia yang saat ini cenderung lebih konsumtif. “Salah satu contoh perubahan manusia yang sekarang ini adalah perilaku manusia yang cenderung konsumtif. Indonesia itu tercatat sebagai pasar terbesar handphone. Bisa kita liat setiap tiga bulan itu muncul produk baru dan fitur baru,� jelas Yeti. Hal ini dikarenakan kecenderungan masyarakat Indonesia yang lebih memilih untuk banyak melakukan konsumsi dibandingkan dengan produksi. Adanya modernisasi di bidang ekonomi tentu membawa banyak perubahan yang terjadi dan berpengaruh terhadap kegiatan perekonomian di dalam negeri. Salah satu contohnya adalah penggunaan teknologi mesin yang digunakan di pabrik tekstil. Pada awalnya, mesin tekstil yang digunakan adalah mesin sederhana dengan bantuan tenaga kerja langsung lebih dari lima orang. Namun dengan perkembangan yang ada, teknologi yang diciptakan semakin canggih. Mesin tersebut kini digunakan hanya dengan tenaga kerja sebanyak satu hingga dua orang saja. Hal ini tentu akan mengurangi biaya dari produksi dari pabrik tersebut. Namun disisi lain, banyak tenaga kerja yang di PHK (Pemutusan Hubungan Kerja). Perusahaan akan semakin mengurangi penggunaan tenaga kerja. Teknologi yang berkembang cepat harus diselaraskan dengan kemampuan dan kapabilitas dari manusianya juga, sehingga tenaga manusia tidak serta-merta akan tergantikan dengan keberadaan teknologi. Eksistensi modernisasi bukan untuk menggantikan manusia, namun untuk berkomplementer dengan manusia.
Eksistensi moderinasi selalu disertai dengan dampak positif dan negatif. Akibat positif dari adanya modernisasi yaitu perubahan sebuah pola pikir masyarakat, yang dulunya masyarakat selalu berpikir primitif, dengan adanya modernisasi maka pola berfikir masyarakat itu sendiri akan ikut berkembang dengan sendirinya. Tidak hanya pola pikir masyarakat saja yang berkembang, tetapi konsep-konsep pemikiran dalam teori-teori ekonomi juga berkembang dan terus bermunculan mengikuti perkembangan zaman. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa modernisasi dapat menyebabkan dampak buruk juga. Seperti halnya dengan adanya modernisasi maka akan muncul konsep-konsep mengenai negara terbelakang dan negara yang tertinggal, dimana pemikiran tersebut merupakan konsep awal dari adanya mod-
5
LAPORAN UTAMA
ernisasi. Selanjutnya efek negatif yang dapat muncul sebagai akibat dari adanya modernisasi adalah kecenderungan masyarakat akan budaya atau penggunaan teknologi yang secara berlebihan. “Kalau memajukan sebuah masyarakat, bangsa itu harus dipetakan dulu kondisi objektifnya. Masyarakat itu punya apa, sistem sosialnya, politiknya, ekonominya, dan budayanya,” pungkas Yeti. Yeti menambahkan bahwa modernisasi yang diterapkan pada sebuah kelompok masyarakat harus memerhatikan kondisi masyarakat tersebut. Karena treatment suatu masyarakat terhadap modernisasi berbeda-beda. Selain itu, pendidikan merupakan salah satu determinan penting yang memengaruhi proses modernisasi. “Harus paham basic apa yang mereka miliki, itulah yang kita majukan. Pengalaman dulu, pada masa orde baru masyarakat desa supaya hidup sehat diberi bantuan jamban-jamban atau kakus WC, orang desa kan budayanya masih belum terbentuk, udah biasa di kebun biasa di sungai, harusnya dirubah dulu mindsetnya. Mindset yang seperti tadi kita katakan determinan modernisasi yang terakhir adalah pendidikan, ya modernisasi dari sistem pendidikan dulu karena itu akan merubah mindset, itu akan mempengaruhi pola pikir, dan pola pikir akan mempengaruhi culture,” tambahnya. Modernisasi Berpotensi Mengikis Kemandirian Suatu Negara Yeti memaparkan banyak hal yang dapat dipetik atau diambil dari adanya modernisasi. Khususnya dalam bidang ekonomi, dengan adanya modernisasi, maka akan menimbulkan kemandirian masyarakat untuk memaksimalkan potensi daerah atau alami yang ada di masyarakat itu sendiri. Dengan memanfaatkan potensi-potensi tersebut maka perekonomian harapannya akan maju. Pada dasarnya ekonomi tradisional bertumpu pada akar tradisional yang ada pada masyarakat, tidak menciptakan ketergantungan dengan pihak luar, sehingga akan menciptakan kemandirian. “Ekonomi tradisional itu justru ekonomi yang bertumpu pada akar budaya mereka, jadi mereka bisa substain itu disitu. Itu kalau dalam konteks ekonomi tradisional itu yang perlu kita lestarikan apa? Kemandirian. Sistem ekonomi tradisional itu tidak menciptakan ketergantungan terhadap pihak luar tapi kemandirian,” jelas Yeti.
Namun, di titik inilah dampak negatif dari modernisasi muncul. Yeti mengatakan bahwa sistem ekonomi tradisional yang mandiri tersebut sangat rentan dan berpotensi untuk didominasi dengan sistem ekonomi modern. Secara tidak langsung, arus modernisasi membuat sifat ketergantungan suatu negara dengan negara lain, mengikis nilai-nilai kemandirian. “Itu yang dibabat habis oleh sistem ekonomi modern. Modern itu semua dari luar, tradisional itu berdasar pada sendi-sendi ekonomi yang sudah ada. Jadi kalau ada krisis ya pabrik-pabrik pada tutup, sedangkan industri kecil dan rumahan nggak goyah, itu bukti. Nah untuk masyarakat sekarang, itu loh kemandiriannya ya memanfaaatkan potensi lokal, harus dicreate oleh orangorang muda seperti kalian ini. Jangan terlalu silau akan kemajuan, kita gali, kita kembangkan supaya ini nanti ekonomi kita
EDENTS
Volume 1 Edisi XXVIII Tahun 2018
mandiri,” ungkap Yeti. Modernisasi dapat mengikis nilai-nilai kemandirian suatu negara, menciptakan sifat ketergantungan terhadap negara lain. Namun, semua resiko itu dapat dikelola apabila masyarakat dapat tetap memanfaatkan potensi lokal sebaik mungkin, menggunakan teknologi dengan berasaskan pada kemandirian. Ciptakan Entrepreneur untuk Harapan Kedepan
Berdasarkan dampak-dampak tersebut timbul sebuah pemikiran untuk memberikan harapan-harapan demi kebaikan Indonesia kedepannya. Oleh karena itu, harapan-harapan tersebut harus dipupuk dengan baik agar menjadi harapan yang kuat di masa depan. Salah satu caranya dengan menciptakan entrepreneur-entreprenur muda yang mana dengan adanya entrepreneur muda maka bangsa Indonesia akan memiliki visi kemandirian secara ekonomi di masa depan. “Kalau mau maju ya itu digarap, bagaimana menciptakan enterpreneur-enterpreneur dari bangsa kita tapi berorientasi pada ekonomi kita dengan visi kedepan membangun kemandirian, membangun sektor ekonomi yang mandiri. Karena ketergantungan itu diciptakan oleh sistem global, jadi kita harus sadar akan hal itu. Bangun ekonomi, walaupun skalanya kecil nggak masalah, tapi berbasis potensi lokal. Nilai-nilainya, kemudian aset-asetnya. Apalagi generasi millenium, saya optimis kok, anak muda sekarang senang banyak yang senang di bidang itu,” tutup Yeti. (fn)
“Modernisasi itu juga meliputi pemahaman mengenai konteksnya, yaitu materi. Materi yang terlihat secara fisik adalah teknologi. Nah, pada zaman dulu itu teknologi dinamakan sebagai soft technology, yaitu dalam bentuk organisasi, sistem pemerintahan, dan bentuk perusahaan,” -Yety Rochwulaningsih, Akademisi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro. 6
LAPORAN UTAMA
Teknologi, Ekonomi, dan Resiko yang Menyertainya Oleh : Yayuk, Sekar Anggit, Niki Agni
“Sebenarnya teknologi itu mempengaruhi semua tatanan kehidupan, jadi teknologi itu adalah hal yang murni,” –Wahyu Widodo, Akademisi FEB Undip.
Teknologi dan Ekonomi
Berbicara keterkaitan antara teknologi dan ekonomi akan selalu dikaitkan dengan revolusi industri. World Economic Forum (WEF) menyebutkan bahwa revolusi industri setidaknya sampai pada saat ini sudah mencapai generasi keempat. Sejak 2010, revolusi industri generasi keempat sudah merambah ke seluruh dunia yang ditandai dengan perkembangan internet, digitalisasi, nano-teknologi, dan beberapa ciri-ciri lainnya. Namun, masingmasing fase teknologi itu kemudian memiliki dampak yang berbeda-beda. Dalam perkembangannya, teknologi selalu dikaitkan dengan ekonomi. Wahyu Widodo, salah satu Akademisi FEB Undip mengatakan bahwa teknologi dan ekonomi itu tidak bisa dihubungkan secara langsung, karena teknologi itu menjadi ‘darah’ untuk seluruh aktivitas baik yang sifatnya itu terkait langsung dengan ekonomi tetapi kemudian pada akhirnya kita akan melakukan kalkulasi yaitu dampaknya bisa dilihat dari sisi ekonomi. Menurut Wahyu, teknologi mempengaruhi semua tatanan kehidupan, dan merupakan hal yang murni. Teknologi dan ekonomi juga seringkali dikaitkan dengan Fungsi
EDENTS
Volume 1 Edisi XXVIII Tahun 2018
Produksi. Fungsi produksi merupakan perbandingan konversi input menjadi output untuk menentukan praktik produksi yang paling efektif dan efisien. Teknologi dalam perspektif ekonomi secara teoritis dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang kemudian bisa meningkatkan produktivitas. Namun, hal ini kian menjadi pertanyaan besar, apakah kemudia perkembangan teknologi tersebut dapat fit atau tidak dengan kondisi Indonesia saat ini, mengingat sebagian industri di Indonesia masih menganut labour intensive, yang artinya teknologi dan tenaga kerja. Contohnya adalah mekanisasi pertanian yang akan menggantikan cara-cara manual dalam produksi. Sekarang pertanian sudah tidak lagi berpijak pada lahan yang luas tetapi memanfaatkan teknologi digital berbasis komputer, kemudian memanfaatkan satelit untuk mengestimasi musim tanam, kemudian memanfaatkan rumah produksi dan teperaturenya bisa diatur, pasokan airnya kemudian diatur, dan segala macam, maka dari itu produktivitasnya akan meningkat. Technological Disruption
Berbagai resiko dan dampak yang ditimbulkan oleh perkembangan teknologi, memunculkan sebuah istilah yang kita kenal sebagai technological disruption, yang artinya teknologi yang mengganggu kemapanan saat ini. Kemapanan saat ini bukan berarti yang ada saat ini adalah yang terbaik tetapi yang ada saat ini akan digantikan dengan sesuatu yang baru yang kemudian memberikan eksternalitas negatif pada kondisi yang sekarang ini.
Wahyu mengatakan bahwa Indonesia bukanlah negara yang berbasis teknologi, sebab Indonesia bukan ‘koordinator’ untuk melakukan inovasi. “Kalau di negara maju seperti Belanda contohnya, dalam bidang pertanian atau negara-negara lain, sebenarnya revolusi industri generasi keempat itu bagian dari perilaku normal kehidupan teknologi di negara Eropa, mereka terus melakukan inovasi, seperti Jerman contohnya,” ujarnya. Wahyu menambahkan, untuk kasus di Indonesia, laju revolusi
7
Ilus: Henty
Kemajuan teknologi menjadi jawaban dari kemajuan globalisasi yang menyelimuti dunia. Suatu kemajuan yang tentunya akan memberikan dampak bagi peradaban hidup pelajar. Tidak dapat dipungkiri, kini kita telah menjadi ‘budak’ dari peradaban teknologi informasi itu sendiri. Bagaimana tidak, banyaknya pelajar yang sekaligus berperan sebagai pengguna teknologi informasi dan komunikasi, membuktikan bahwa kehidupan yang mereka lakoni tak pernah lepas dari peran teknologi informasi. Kita tidak bisa pula menipu diri akan kenyataan bahwa era teknologi informasi dan komunikasi mendatangkan malapetaka dan kesengsaraan bagi kehidupan kita. Dalam peradaban modern yang muda, terlalu sering manusia terhenyak dari dampak negatif perkembangan teknologi ini terhadap kehidupan umat manusia
LAPORAN UTAMA
Meskipun teknologi berpotensi untuk mensubstitusikan tenaga kerja, bukan berarti ia tidak memiliki dampak positif. Wahyu memaparkan salah satunya adalah digital platform yang dapat menyerap tenaga kerja. “Contoh kalau di Indonesia, itu adalah Gojek atau taksi online. Gojek, Grab, dan lain-lain itu kan digital platform, itu memungkinkan dilakukan di Indonesia dan kemudian menyerap tenaga kerja yang sangat banyak. Basisnya itu adalah revolusi industri generasi keempat dengan memanfaatkan Internet of Things (IOT) yang segala sesuatunya serba internet, koneksinya menggunakan satelit. Jadi, menurut saya harus seimbang melihat kemungkinan dampak posisif dan negatif karena karakteristik perekonomiannya berbeda-beda,” ujar wahyu. Teknologi dalam Perbankan dan Keuangan
Selain hal-hal yang telah disebutkan diatas, teknologi juga merambah ke dalam bidang perbankan dan keuangan. Contohnya adalah E-Lending, yaitu pemanfaatan teknologi untuk mempertemukan orang yang membutuhkan dana dengan orang yang kelebihan dana, dengan birokrasi yang sangat mudah. Meskipun terbilang efisien, hal ini dapat menimbulkan masalah baru, yaitu apakah sudah sesuai dengan regulasi di Indonesia, karena seperti yang kita ketahui bahwa industri perbankan harus memenuhi kriteria-kriteria yang disyaratkan, karena itu berkaitan dengan sektor moneter.
Selain E-Lending, merambahnya teknologi dalam bidang perbankan dan keuangan dibuktikan dengan hadirnya berbagai macam mata uang digital atau yang disebut sebagai cryptocurrency. Eksistensi cryptocurrency ini juga menimbulkan berbagai dampak dan resiko dalam pasar uang, misalnya, nilainya yang sangat fluktuatif. Tekait hal ini, Wahyu mengatakan bahwa selain cryptocurrency, juga ada istilah lain yakni blockchain. Blockchain sederhananya adalah basis data global online—yang bisa dipakai siapa saja di seluruh dunia yang terkoneksi internet. Seperti buku kas induk di bank yang mencatat semua transaksi nasabah, Blockchain juga mencatat semua transaksi yang dilakukan penggunanya. Hanya saja, jika buku kas induk cuma boleh dilihat dan dicek oleh pihak berwenang di bank, maka semua transaksi lewat Blockchain bisa dilihat oleh semua penggunanya. Blockchain ini merupakan bagian dari Cloud Competing, dimana internet pada saat ini dijadikan sebagai pusat pengelolaan data dan aplikasi.
Terkait dengan cryptocurrency, Wahyu memaparkan bahwa penggunaannya di Indonesia masih belum memungkinkan, karena belum adanya regulasi dari otoritas moneter, dan berbagai resiko yang meneyrtainya. Salah satunya adalah fluktuasi nilainya yang besar. “Kalau cloud competing itu memang menjadikan perusahaan itu efisien. Perusahaan besar dan terkenal di
EDENTS
Volume 1 Edisi XXVIII Tahun 2018
dunia, salah satunya google, juga mempunyai teknologi itu. Tetapi kalau bitcoin dan cryptocurrency itu lebih cenderung berbeda dan untuk di Indonesia otoritas moneter masih belum memberikan berikan lampu hijau untuk penggunaan itu, karena berbagai macam kemungkinan resiko,” pungkas Wahyu. Berbeda dengan cryptocurrency, Wahyu menambahkan bahwa blockchain dan cloud computing justru layak untuk diadposi di Indonesia, karena berpotensi memberikan dampak positif. “Kalau cloud competing dan blockchain itu mau tidak mau harus diadopsi oleh perusahaan, karena itu baik untuk efisiensi perusahaan,” ungkapnya.
Pada akhirnya, kita dapat melihat bahwa segala yang ditimbulkan dari adanya perkembangan teknologi, khususnya dalam bidang ekonomi, semuanya dapat berpotensi menjadi ancaman. Artinya, teknologi yang pada awalnya diciptakan untuk membuat kegiatan ekonomi menjadi lebih efisien, justru dapat menimbulkan berbagai resiko yang membahayakan kegiatan ekonomi itu sendiri. Sederhananya, perkembangan teknologi yang tidak memerhatikan kondisi masyarakat akan berpotensi menjadi senjata makan tuan. Oleh karena itulah, hendaknya, perkembangan teknologi harus tetap diiringi dengan penciptaan kondisi ekonomi yang kondusif untuk menunjangnya, agar resiko yang ditimbulkan dapat dikelola dengan baik. (fn)
Wahyu Widodo, Akademisi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Dok. pribadi
8
Kunjungi! www.lpmedents.com
industri akan menimbulkan variasi dalam impactnya. “Sebenarnya Indonesia juga tidak sedikit yang sudah memanfaatkan teknologi generasi keempat, contohnya industri Pulp and Papper. Itu salah satu industri Indonesia yang memang terbaik di dunia yang secara teknologi sudah mengadopsi, yang meskipun inovasinya tidak di Indonesia,” tambahnya.
LAPORAN UTAMA
Indonesia di Bawah Bayang-Bayang Resource Curse dan Dilema Peran Teknologi Oleh: Dirga Adrian Nugroho, Cynthia Farah Sakina, Herdini Nur Islamiati
“Maka itu kalau kita lihat di data dari tahun 1960 itu ada 103 negara yang masuk ke kelas menengah, tapi hanya 13 negara yang mampu keluar dari negara kelas menengah. Kunci keberhasilan mereka salah satunya menggunakan teknologi,” - Iskandar Simorangkir, Deputi Bidang Koordinasi Kebijakan Makro dan Keuangan, Kementerian Keuangan RI. Zaman terus berkembang dan pergerakan arus modernisasi semakin tak terbendung. Berbagai penemuan kreasi tangan manusia kian beragam, salah satunya adalah teknologi. Peran teknologi dari masa ke masa semakin terlihat di tengah kehidupan masyarakat. Bisa kita rasakan betapa mudahnya kita berkomunikasi dengan orang lain, betapa cepatnya informasi yang kita peroleh, itu semua merupakan dampak dari adanya teknologi.
Kolaborasi Ekonomi dan Teknologi
Salah satu peristiwa penting yang memiliki keterkaitan antara ekonomi dan teknologi adalah Revolusi Industri yang terjadi di Inggris pada tahun 1850-an. Revolusi tersebut merupakan momentum dimana alat-alat canggih sebagai faktor produksi, seperti mesin uap bermunculan dan mampu memberikan dampak yang amat luas bagi kehidupan masyarakat saat itu. Adanya peristiwa tersebut memicu kemunculan kota-kota industri di Inggris dan pemberhentian tenaga kerja secara besar-besaran akibat perannya tergantikan oleh mesin. Secara teoritis, hubungan antara teknologi dan ekonomi bisa dijelaskan melalui model pertumbuhan yang dikemukakan oleh Robert Solow. Model pertumbuhan yang dikemukakannya ini dirancang untuk menunjukkan sejauh mana persediaan modal, angkatan kerja, dan perkembangan teknologi saling berpengaruh terhadap output barang ataupun jasa yang dihasilkan oleh suatu negara secara keseluruhan. Menurut Iskandar Simorangkir, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan, jika suatu negara ingin keluar dari jebakan negara kelas menengah, maka negara tersebut harus mampu mendorong faktor produksinya melalui peningkatan alat-alat canggih dan pengembangan keahlian pada tenaga kerjanya. Hal tersebut tercermin dari apa yang pernah dilakukan Jepang semasa kepemimpinan Kaisar Meiji. Penduduk Jepang dikirim ke luar negeri guna mempelajari teknologi khususnya dari Amerika. Alhasil, Produk Domestik Bruto (PDB) Jepang mampu
EDENTS
Volume 1 Edisi XXVIII Tahun 2018
Maka tidak heran apabila saat ini negara-negara di dunia berlomba-lomba untuk menciptakan dan menerapkan berbagai macam inovasi teknologi guna mendorong produktivitasnya. Di samping itu, peningkatan kualitas sumber daya manusia juga terus diupayakan melalui berbagai cara seperti pendidikan maupun pelatihan. Maruto Umar Basuki, Akademisi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Undip, mengutarakan bahwa berkembangnya teknologi harus dibarengi dengan peningkatan kompetensi manusia. Manusia harus mampu menyesuaikan diri dengan berbagai macam perubahan yang dibawa oleh teknologi. “Ketika manusia selalu updating, selalu menyesuaikan dengan perubahan teknologi, atau justru bisa bersama-sama menciptakan teknologi dan sebagainya, itu kan akan menjadi hubungan simbiosis mutualisme,” ujar Maruto. Penetrasi Teknologi pada Lapangan Usaha Indonesia
Sektor-sektor produksi dalam ekonomi dapat diklasifikasikan menjadi 3 kategori, yaitu sektor primer, sektor sekunder, dan sektor tersier. Sektor primer merupakan sektor ekonomi yang memanfaatkan sumber daya alam secara langsung. Sektor ini meliputi pertanian, kehutanan, perikanan, dan pertambangan. Sedangkan sektor sekunder merupakan sektor ekonomi yang mengolah hasil dari sumber daya alam (sektor primer) menjadi barang jadi, seperti pada manufaktur dan konstruksi. Industri pada sektor ini bisa dibagi menjadi industri ringan dan industri berat. Ada pula sektor tersier yang juga dikenal sebagai sektor tata niaga dan sektor jasa. Tiga sektor dalam lapangan usaha ini memiliki kontribusi yang variatif dari tahun ke tahun terhadap PDB yang dimiliki oleh Indonesia. Peranan teknologi dalam lapangan usaha di Indonesia secara sektoral memiliki efek yang cukup signifikan. Misalnya saja pada sektor jasa, fenomena ojek online seperti GO-JEK, Grab, dan Uber mampu merubah pola hidup masyarakat. Guna memperoleh barang yang kita inginkan, terkadang kita perlu mendatangi toko atau produsen barang yang menyediakan, akan
9
Ilus: Henty
Dampak teknologi di era sekarang sudah merambah ke berbagai macam aspek kehidupan manusia, tak terkecuali ekonomi. Efek dari adanya hal tersebut bisa dilihat dari berbagai macam hal, seperti efisiensi produksi, sistem pembayaran yang semakin mudah, dan lain sebagainya. Namun, perlu kita sadari bahwa teknologi mampu membawa efek positif dan negatif tak terkecuali bagi perekonomian khususnya di Indonesia.
menyalip milik Australia pada tahun 1990-an. Padahal, di tahun 1800-an PDB yang dimiliki oleh Jepang tertinggal hampir 6 kali lipat dari milik Australia. “Maka itu kalau kita lihat di data dari tahun 1960 itu ada 103 negara yang masuk ke kelas menengah, tapi hanya 13 negara yang mampu keluar dari negara kelas menengah. Kunci keberhasilan mereka salah satunya menggunakan teknologi,” pungkas Iskandar.
LAPORAN UTAMA tetapi dengan adanya ojek online tersebut kita cukup melakukan prosedur pengorderan melalui gawai yang kita miliki tanpa mendatangi si penyedia barang tersebut. Fenomena ini juga menunjukkan bahwa peran dari adanya teknologi mampu menurunkan angka pengangguran dengan penyerapan jumlah tenaga kerja baru. Hal tersebut dibuktikan dengan data yang dirilis oleh AlphaBeta pada tahun 2017, dimana sekitar 43% dari mitrapengemudi Uber yang disurvei, sebelumnya tidak punya pekerjaan.
Tidak hanya pada sektor jasa, adanya teknologi juga mampu berperan terhadap sektor lapangan usaha lainnya yang ada di Indonesia. Secara umum, efek kemunculan teknologi pada sektor industri dapat dengan mudah dilihat dari banyaknya industri-industri yang menggunakan mesin sebagai alat pemudah proses produksi sebuah industri. Hal ini tidak lain bertujuan untuk menekan biaya produksi dan juga meningkatkan efisiensi sebuah industri. Efisiensi yang ditimbulkan pun tidak hanya dari segi biaya (cost), akan tetapi juga berpengaruh terhadap waktu produksi. Iskandar mengutarakan adanya hal ini mampu memberikan keuntungan yang lebih kepada sebuah industri yang mampu menerapkan teknologi dengan baik. “Contoh sederhananya seperti ini, produksi baju menggunakan alat tenun biasa di Riau hanya untuk 2 meter saja itu memerlukan waktu sekitar 1 minggu. Jika dibandingkan dengan pabrik tekstil yang baru, setiap hari bisa ber-yard-yard. Berarti bisa dia 1 hari sampai 2 km menghasilkan. Berarti output yang dihasilkan semakin besar, jadi income-nya makin besar. Itu karena mesin baru tadi menggunakan teknologi baru,” tegas Iskandar. Ia juga menambahkan bahwa meskipun output yang dihasilkan akan meningkat, kuantitas faktor produksi lain yaitu tenaga kerja dapat berkurang, hal tersebut mampu memicu adanya pengangguran.
Sama halnya pada lapangan usaha lainnya, sektor primer di Indonesia juga tidak terlepas dari efek munculnya teknologi. Berbagai macam alat-alat canggih kini mulai digunakan sebagai penunjang faktor produksi pada bidang pertanian, perikanan, dan pertambangan. Contohnya saja traktor, salah satu alat yang berperan dalam bidang pertanian ini mampu menggantikan peran manusia dalam membajak sawah. Hal ini tentu mampu menekan biaya faktor produksi dan meningkatkan efisiensi serta produktivitas petani. Namun, penggambaran tersebut tidak selalu selaras dengan realita yang ada. Dibandingkan jenis lapangan usaha lainnya, sektor primer memiliki tantangan yang lebih kompleks. Keterbatasan modal usaha, keterampilan dan pengetahuan para pelakunya, serta kecenderungan minat masyarakat Indonesia untuk beralih ke lapangan usaha lainnya menjadi pekerjaan rumah yang cukup penting bagi pemerintah Indonesia. Terlebih bagi sub-sektor primer yaitu pertanian, permasalahan alih fungsi lahan sebagai kawasan industri maupun permukiman penduduk bisa mengancam produktivitas para petani. Resouce Curse Membayangi Indonesia
Kontribusi yang diberikan oleh sektor-sektor lapangan usaha Indonesia pun mengalami fluktuasi dari periode tahun 2014-2017. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), laju pertumbuhan ekonomi Indonesia terus mengalami peningkatan selama 2 tahun terakhir. Pada tahun 2015, Indonesia mampu mencatatkan
EDENTS
Volume 1 Edisi XXVIII Tahun 2018
angka pertumbuhan ekonomi sebesar 4,79 persen. Meskipun angka tersebut mengalami penurunan dari tahun 2014 yaitu 5,02 persen, pertumbuhan ekonomi Indonesia kembali mencatatkan kenaikan ke angka 5,02 persen pada tahun 2016 dan 5,07 persen pada tahun 2017. Kendati mengalami peningkatan selama 2 tahun terakhir, capaian ini selalu gagal mencapai target yang sudah tetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yaitu senilai 5,2 persen. Dalam capaian ini, pertumbuhan tertinggi dari sisi produksi selalu dicatatkan oleh sub-sektor tersier (jasa). Pada tahun 2016, Jasa Keuangan dan Asuransi menjadi penyumbang tertinggi dengan angka mencapai 8,90 persen. Sedangkan, pada tahun 2017, Lapangan Usaha Informasi dan Komunikasi memiliki kontribusi terbesar terhadap laju pertumbuhan ekonomi dengan angka 9,81 persen. Apabila ditelisik lebih dalam, dua sub-sektor ini memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan teknologi
Secara kumulatif, sub-sektor pertanian mengalami fluktuasi dari tahun 2014-2017. Sempat mengalami penurunan dari tahun 2014 ke 2015 yaitu dari 3,85 persen menjadi 3 persen, pertumbuhannya mampu merangkak naik ke angka 3,42 persen di akhir tahun 2017. Fluktuasi juga terjadi pada sub-sektor pertambangan. Dari data yang dirilis oleh BPS, pertumbuhannya pernah mengalami kontraksi sebesar 3,42 persen pada tahun 2015, meskipun pada akhirnya mengalami pertumbuhan yang positif sebesar 0,69 persen di akhir tahun lalu. Sub-sektor perikanan juga mengalami hal yang serupa. Sempat mengalami penurunan selama 3 tahun terakhir, pertumbuhannya meningkat pada tahun 2017, yaitu sebesar 5,95 persen. Jika dibandingkan dengan apa yang terjadi pada tahun 2016, sub-sektor ini hanya mampu tumbuh sebesar 5,15 persen. Bila dibandingkan dengan sektor lapangan usaha lainnya, sektor primer memiliki pertumbuhan yang relatif kecil. Indonesia yang terkenal sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam cenderung belum mampu mengoptimalkan potensi yang dimilikinya. Hal ini mampu memicu terjadinya fenomena Resource Curse. Fenomena ini sering diartikan sebagai keadaan dimana suatu negara tidak mampu mengoptimalkan sumber daya alam yang dimiliki, sehingga pada akhirnya kekayaan alam yang dimilikinya justru menjadi sebuah ‘kutukan’.
Rendahnya pertumbuhan sektor primer bukan tanpa sebab, Iskandar Simorangkir menganggap minimnya nilai tambah dari komoditas sektor tersebut memberikan income yang kurang optimal. “Sektor primer itu memberikan nilai tambah yang rendah karena belum diolah. Berarti kalau ingin mendapatkan nilai tambah dari sektor primer maka output yang dihasilkan dari sektor primer harus diproses. Kalau dibiarkan ya kita habis dilindas negara-negara lain,” jelas Iskandar. Oleh karena itu, kemunculan teknologi seharusnya mampu menolong produktivitas sektor primer yang ada di Indonesia dengan memberikan nilai tambah. “Maka kenapa kita wajibkan perusahaan pertambangan untuk membangun Smelter. Ketika diproses, misalkan nikel yang bahan mentahnya diproses, bisa memberi nilai tambah berlipat-lipat. Nilai tambah yang meningkat berlipat-lipat itu meningkatkan produktivitas itu tadi. Jadi dari satu unit bisa menciptakan seribu unit akibat teknologi,” tambahnya.
10
LAPORAN UTAMA Dalam fenomena Resource Curse, dijelaskan suatu negara melakukan kegiatan ekspornya melalui pengeksploitasian sumber daya alam tanpa memberi nilai tambah terhadap komoditas yang diperjualbelikan. Kecenderungan harga yang tidak stabil pada komoditas sektor primer dapat menyebabkan fluktuasi pada tingkat pendapatan yang diterima. “Ekspor kita kan sangat bergantung pada sumber daya alam, begitu harga sumber daya alam turun, misalkan karet turun, kopi turun, ekspor kita akan anjlok. Ketika misalkan ekspor kita anjlok, maka pendapatan dari eksportir itu juga akan anjlok,” tutur Iskandar. Fenomena Resource Curse sudah terjadi di beberapa negara di belahan dunia, contohnya Nigeria yang tidak mampu mengoptimalkan potensi minyak bumi yang dimilikinya ataupun Republik Kongo yang gagal memanfaatkan sumber daya intannya dan menempatkannya sebagai salah satu jajaran negara termiskin di dunia. Peran Pemerintah Terhadap Munculnya Teknologi
Munculnya teknologi sebagai sarana pemicu naiknya produktivitas membawa efek negatif dimana akan mengurangi faktor produksi lainnya yaitu kuantitas tenaga kerja yang mampu menyebabkan pengangguran. Bagi sektor primer sendiri yang memiliki harga komoditas yang cukup fluktuatif, pendapatan yang diperoleh juga bisa membawa kerugian dan memunculkan kebangkrutan. “Bahkan kalau kita lihat, karena banyak yang bangkrut, rugi, perusahaan-perusahaan pertambangan dan sumber daya alam lainnya PHK-in orang kan, itu terjadi terus ketika terjadi penurunan harga,” ujar Iskandar.
Penyesuaian teknologi memang tidak dapat diadaptasikan dengan kemampuan masyarakat dalam jangka waktu yang pendek, semuanya perlu melalui proses yang bertahap. “Teknologi itu mulai bertahap, dimana-mana juga orang penguasaan teknologi memang harus disesuaikan dengan kondisi negaranya,” jelas Iskandar. Ia juga menjelaskan bahwa proses ATM (Amati, Tiru, dan Modifikasi) yang dilakukan oleh Jepang terhadap Amerika merupakan bentuk upaya penguasaan teknologi guna menunjang perekonomian suatu negara.
Alangkah baiknya apabila kemunculan teknologi mampu dimanfaatkan dengan baik oleh suatu negara tak terkecuali Indonesia. Keberhasilan pemanfaatan teknologi sudah terbuktikan oleh negara-negara seperti Singapura dan Jepang, dimana keduanya merupakan negara yang tidak memiliki sumber daya alam sekaya Indonesia. Peran pemerintah dalam peningkatan mutu pendidikan sangat diperlukan, mengingat pentingnya penguasaan terhadap alat-alat canggih mampu meningkatkan keterampilan yang dimiliki suatu individu. Akibat dari adanya hal ini tentunya mampu membantu pengembangan sektor-sektor lapangan usaha guna memperoleh income yang optimal. Oleh karena itu, peran teknologi dan manusia harus saling melengkapi dan bergerak bersama di seluruh sektor ekonomi yang ada. (fn)
Bagi individu yang memiliki pengetahuan serta keterampilan yang kurang, tentunya akan tergilas arus modernisasi dan hanya akan menjadi korban dari adanya teknologi. Disinilah peran pemerintah diperlukan guna memitigasi bencana yang ditimbulkan oleh teknologi. Melalui Kebijakan Pemerataan Ekonomi, pemerintah berusaha untuk menekan tingkat pengangguran melalui salah satu instrumen di dalamnya yaitu pendidikan vokasi. “Nanti orang yang terkena dampak akibat teknologi sehingga dia mengganggur, nanti di-training melalui pendidikan vokasi disesuaikan dengan bidang dia. Jadi nanti akan ada menampung mereka dari satu bidang ke bidang lain,” tukas Iskandar. Hal senada juga diutarakan oleh Irwani, Akademisi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Undip. Irwani mengungkapkan pentingnya peningkatan keterampilan bagi para pekerja khususnya nelayan di Indonesia. “Menurut saya, permasalahannya sebenarnya kan nelayan itu ikut orang yang memiliki modalmodal besar. Sekarang kita harus menaikan tingkat pendidikan pengetahuan juga dari nelayan-nelayan ini agar pengelolaan keuangannya pintar, menajemen keuangannya juga pintar, dan paham terhadap teknologi,” pungkas Irwani. Irwani juga menambahkan dengan adanya peningkatan pada segi pendidikan, nelayan mampu menjadi pelaku usaha yang baik, bukan sebagai obyek usaha para pemilik modal. “Saya berharap nelayan jadi nelayan yang tangguh. Tingkat pendidikan dan sebagainya baik. Dia bisa jadi pelaku usaha, bukan sebagai obyek. Bisa membuat kelompok nelayan mengelola bareng-bareng, syukur-syukur bisa membuat pabrik yang dimiliki bersama,” tambahnya.
EDENTS
Volume 1 Edisi XXVIII Tahun 2018
Iskandar Simorangkir, Deputi Bidang Koordinasi Kebijakan Makro dan Keuangan, Kementerian Keuangan RI Dok. pribadi
11
LAPORAN UTAMA
Manusia dan Teknologi: antara Substitusi dan Komplementer Oleh: Julian Karinena, Veronica, Mahardika
Dok. wiztechneo.blogspot.com
Di abad ke-21, perkembangan teknologi sudah tidak dapat diragukan lagi percepatannya. Perkembangan teknologi pada dasarnya merupakan hasil dari pola pikir manusia yang selalu menginginkan inovasi. Teknologi sendiri dapat diartikan sebagai cara untuk melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan bantuan alat. Manusia selalu berusaha untuk mengembangkan teknologi dan menciptakan inovasi baru dengan harapan teknologi yang diciptakan dapat menyelesaikan pekerjaan manusia secara lebih efisien. Karena tidak dapat dipungkiri bahwa ada beberapa jenis pekerjaan manusia yang lebih efektif apabila dikerjakan dengan bantuan teknologi. Hal tersebut memunculkan dua kemungkinan kausalitas yang terjadi antara manusia dan teknologi. Asumsi pertama, teknologi berpotensi untuk membuat segala sesuatu menjadi lebih efisien sesuai yang diharapkan. Asumsi kedua, karena teknologi dapat mengerjakan pekerjaan manusia ‘lebih baik’ dari manusia itu sendiri, maka ia berpotensi menjadi sebuah variabel substitusi akan peran manusia. Teknologi sebagai Variabel Peningkatan Akselerasi Ekonomi
Perkembangan teknologi yang semakin cepat akan membawa pengaruh yang dapat menguntungkan manusia. Teknologi pada hakikatnya memang diciptakan dengan tujuan untuk mempermudah manusia dalam memenuhi kebutuhan, meningkatkan efisiensi, dan meningkatkan produktivitas. Keberadaan teknologi tidak dapat dihindari oleh negara manapun termasuk Indonesia.
Menurut Iskandar Simorarangkir selaku Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan, teknologi
EDENTS
Volume 1 Edisi XXVIII Tahun 2018
dapat membuat suatu negara memiliki daya saing yang tinggi dan kesejahteraan rakyat makin tinggi. Ia mencontohkan Korea Selatan dan Jepang sebagai negara yang berhasil memanfaatkan teknologi dengan optimal. Menurutnya, apabila suatu negara tidak memiliki sumber daya alam yang melimpah tetapi penguasan teknologinya optimal dan ‘merata’ di semua sektor, maka ouput dan income suatu negara akan meningkat. “Kalau Anda ingin meningkatkan kesejahteraan Anda, untuk bisa mengejar negara – negara yang lebih maju, kuasailah teknologi karena teknologi akan meningkatkan produktivitas dan akan meningkatkan efisiensi di dalam ekonomi,” tutur Iskandar. Teknologi bagai Dua Sisi Mata Uang
Seperti halnya dua sisi mata uang, teknologi tidak hanya membawa dampak positif tetapi juga dampak negatif. Meningkatkan efisiensi pekerjaan manusia menjadi salah satu dampak positif dari teknologi. Sederhananya, suatu pekerjaan yang sebelumnya diselesaikan oleh sepuluh orang, kemudian setelah berganti dengan mesin hanya membutuhkan satu orang untuk operator untuk menyelesaikannya. Dalam contoh tersebut, artinya sembilan orang yang lain akan menganggur karena kehilangan pekerjaan. Hal inilah yang merupakan salah satu dampak negatif yang menjadi konsekuensi dari tercapainya pekerjaan manusia yang lebih efisien. Contoh tersebut menunjukan bahwa selalu ada dua dampak yang dibawa oleh teknologi, dampak positif dan negatif. Menurut Iskandar, dampak negatif pasti akan selalu ada namun dampak negatif atau resiko tersebut dapat dimitigasi. “Memang ada dampak negatifnya (red-perkembangan teknologi) akan tetapi dampak negatifnya bisa kita
12
LAPORAN UTAMA mitigasi resikonya. Misalkan pindah ke jasa. Contoh pemutusan hubungan kerja, bisa pindah ke Gojek. Bahkan pendapatannya lebih tinggi pas dia ke Gojek,” terang Iskandar. Job Opportunity Baru Akibat Teknologi
Tersubstitusinya peran manusia akibat dari teknologi pada satu sektor akan menyebabkan munculnya job opportunity baru pada sektor yang lain. Seperti halnya yang sudah disebutkan diatas, pada industri manufaktur, ketika mesin menggantikan peran tenaga kerja maka tenaga kerja tersebut dapat dialihkan pada sektor lain seperti sektor jasa. Contoh lainnya adalah petugas pintu masuk tol yang digantikan oleh keberadaan e-toll, maka petugas tersebut dialihkan kepada pekerjaan atau job opportunity lainnya. Mengantisipasi terjadinya peralihan peran manusia akibat teknologi, pemerintah melakukan pelatihan vokasi. “Pemerintah sudah melakukan berbagai cara, salah satunya adalah dengan pendidikan vokasi untuk menyesuaikan tenaga kerja dengan keahlian dia. Kita kan tidak boleh membuat dia menganggur,” terang Iskandar. Iskandar melanjutkan tenaga kerja yang menganggur akibat teknologi akan dilatih dalam vocational training sesuai bidang dan keahlian masing-masing. Simbiosis Mutualisme antara Teknologi dengan Manusia
Teknologi akan selalu membawa perubahan-perubahan dalam kehidupan manusia. Termasuk didalamnya dalam bidang ekonomi. Berkembangnya e-commerce dalam kegiatan ekonomi merupakan satu dari banyaknya kemajuan yang dibawa oleh teknologi. Di satu sisi, e-commerce menyebabkan toko-toko tradisional tutup, akan tetapi menurut Iskandar, seharusnya e-commerce bukan bersaing tetapi saling melengkapi dengan perusahaan manufaktur. “Seharusnya e-commerce dan perusahaan yang menghasilkan barang jangan bersaing tapi saling melengkapi. Contohnya Bluebird. Tahun lalu mereka memprotes taksi online, tapi akhirnya mereka bekerja sama kan? Akibatnya apa yang terjadi? Mereka mendapat keuntungan dari kerjasama itu,” terang Iskandar. “Para penjual harus bisa menyesuaikan metode marketing, tidak bisa door-to-door atau menunggu pembeli dating ke tokonya. Ya kerjasama. Silahkan buka toko masih tetap, tapi metode pemasarannya bisa lewat online,” tambah Iskandar. Teknologi yang berkembang dan semakin canggih akan memudahkan manusia dalam melakukan pekerjaannya. Peran manusia yang mulai tergantikan oleh teknologi bukanlah hal yang harus dikhawatirkan menurut Iskandar. “Engga perlu mengkhawatirkan, dengan teknologi pasti akan ada suatu pekerjaan baru. Dulu waktu mesin tercipta itu butuh tenaga montir dia untuk memelihara mesin, iya kan? Sebelumnya ada ngga tenaga montir? Ngga ada. Mungkin yang tadi nganggur bisa dia didik untuk tenaga montir – montir memperbaiki mesin, nah itu pasti akan menciptakan pekerjaan baru,” tutur Iskandar. Intervensi Pemerintah Dibutuhkan
EDENTS
Volume 1 Edisi XXVIII Tahun 2018
Maruto Umar Basuki, selaku akademisi FEB Undip turut mengemukakan pendapatnya mengenai hubungan kausalitas yang terjadi antara manusia dan teknologi. Menurut Maruto, dalam menghadapi perkembangan teknologi, sudah seharusnya pemerintah mengintervensi dan melakukan berbagai agar hal tersebut dapat dijadikan sebagai nilai tambah bagi perekonomian. “Semakin berkembangnya teknologi, pemerintah seharusnya sudah menciptakan pendidikan yang mampu terkait adaptasi, inovasi, dan kreatifitas manusia terhadap teknologi. Pendidikan teknologi diibaratkan sama dengan ekonomi yang selalu berkembang,” jelas Maruto. Maruto menambahkan bahwa prinsip teknologi adalah suatu cerminan agar kita menjadi lebih baik. “Kalau bicara ekonomi, sekarang mulai dari pertama yang hanya menganggap bahwa manusia yang homogen menjadi tidak homogen kan itu rumit. Terutama analisis manajemen. Jadi semua prinsip teknologi ada cerminan untuk kita agar lebih baik. Ketika ada dampak sangat mungkin saya melihat kegiatan manusianya,” terang Maruto. Menurut Maruto, sifat manusia bisa lahir dari dalam diri sendiri dan juga dari budaya. Sehingga akan diperlukan pendidikan yang peka terhadap perkembangan teknologi dengan tujuan agar manusia dapat beradaptasi serta memanfaatkan teknologi itu sendiri.
Pemerintah diharapkan dapat atraktif terhadap teknologi agar tidak terjadi pergesekan antar perusahaan yang berbasis online dengan offline. Selain itu, pemerintah juga diharapkan dapat menciptakan berbagai regulasi melalui Undang-undang mengenai teknologi, sigap terhadap informasi layanan online, serta melakukan analisis untuk memprediksi berbagai peristiwa yang dapat terjadi dimasa depan. Hal tersebut nantinya dapat digunakan oleh pemerintah untuk mengantisipasi kekacauan yang mungkin saja bisa terjadi dimasa yang akan datang. Manusia harus Beradaptasi
Teknologi dapat dimanfaatkan dengan optimal apabila dipadu dengan manusia. Di Indonesia, teknologi berkembang dengan cukup pesat, akan tetapi tidak diimbangi dengan kompetensi sumberdaya manusia. Dengan demikian teknologi dapat berdampak negatif bagi masyarakat Indonesia. Permasalahan ini dapat diatasi jika sumber daya manusia yang ada selalu aktif, kemauan untuk menyesuaikan, dan kemauan untuk memperbaharui pengetauannya terhadap teknologi. Melalui hal ini, hubungan simbiosis mutualisme antara teknologi dengan manusia dapat terjadi. “Sebagai contoh tekstil, tekstil itu perkembangannya cepat sekali. Dulu satu mesin satu operator, sekarang bisa 6-10 mesin satu operator. Ya ini membantu kemampuan operasional kerja, maka dari itu kan kalo kita bicara kan tidak bentuk parsial , yang namanya lapangan pekerjaan atau tempat bekerja itu tempat melakukan aktivitas ekonomi kan banyak sekali,” tutur Maruto. Lebih lanjut, beliau mengatakan bahwa manusia diberikan anugerah berupa kemampuan penyesuaian atas apa yang terjadi di sekitarnya. “Teknologi datang, manusia pasti punya kemampuan untuk bertahan dan berkembang pasti ada solusi, aplikasi teknologi itu membutuhkan sesuatu, manusia juga mengambil posisi tertentu atau juga bisa beralih
13
LAPORAN UTAMA ke sesuatu yang membuat manusia mengembangkan diri,” tambahnya. Apabila teknologi dapat menyatu dengan manusia, maka teknologi dapat digunakan dengan optimal.
Iskandar menambahkan bahwa langkah pertama untuk menguasai teknologi adalah dengan sistem ATM, yakni Amati, Tiru, dan Modifikasi. “Langkah Pertama untuk menguasai teknologi itu ya amati, tiru, dan modifikasi, tapi itu nggak akan bertahan lama karena kompetitor memproduksi barang lebih murah lagi dengan teknologi. Maka dari itu dia harus menyesuaikan industrinya dengan teknologi dan semua sektor harus begitu,” pungkas Iskandar. Teknologi Seharusnya Komplementer dan Bukan Substitusi
Terkait teknologi sebagai subtitusi dari peran manusia, Maruto menjelaskan bahwa teknologi pengaruh utamanya yaitu peningkatan produktivitas. Menurutnya teknologi yang mensubstitusi peran manusia terjadi pada revolusi industri pertama yang menyebabkan pengangguran meningkat karena terjadi pemutusan tenaga kerja besar-besaran. “Teknologi menggantikan manusia itu terjadi pada saat revolusi industri pertama, karena saat itu terjadi PHK besar-besaran dan kemudian banyak pengangguran akibat teknologi,” ungkap Maruto. Hadirnya teknologi dalam kehidupan manusia seakan – akan berperan sebagai pengganti dari tenaga manusia itu sendiri. Tetapi, Iskandar mengatakan bahwa teknologi bukanlah kompetitor manusia, melainkan menjadi sebuah variabel komplementer. “Sebenarnya teknologi komplemen, harusnya begitu. Jangan kita anggap teknologi itu kompetitor kita. Justru melengkapi supaya produktivitas kita naik. Justru melengkapi supaya output yang kita hasilkan lebih besar,” ungkap Iskandar. “Teknologi itu harus jadi pelengkap semua sektor, jangan dimusuhi, justru itu jadi kontra produktif,” tutupnya. (fn)
“Teknologi menggantikan manusia itu terjadi pada saat revolusi industri pertama, karena saat itu terjadi PHK besar-besaran dan kemudian banyak pengangguran akibat teknologi,” - Maruto Umar Basuki Akademisi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro
Dok. thayyiban.com
EDENTS
Volume 1 Edisi XXVIII Tahun 2018
14
Jelajah
Dok. Edents
Sembilan Puluh Hari Terbaik dalam Hidup: Sepenggal Kisah Perjalanan di Negeri Seribu Pagoda Oleh : Yayuk
Myanmar, apa yang pertama kali terbesit di kepala kalian jika mendengar negara yang satu ini? Buddha? Pagoda? Rohingya? Eits, mari kita telusuri lebih jauh lagi dan mari singkap sisi lain negara yang telah memberikan memori terbaik di hidup saya ini. Perjalanan saya ke negeri ini sebetulnya adalah untuk program pertukaran pelajar selama satu semester di Yangon University of Economics, namun saya pun tidak membuang kesempatan untuk menjelajahi setiap sudut wisata dan keunikan yang terdapat di negeri ini.
Meskipun sejak tahun 1998 Myanmar bergabung sebagai anggota terakhir ASEAN, rezim militer yang berkuasa pada saat itu membuat Myanmar bagai negara tertutup. Sejak 2012, pemerintah Myanmar membuka peluang investasi bagi investor asing. Yangon sebagai kota terbesar di Myanmar menerima banyak arus dana investasi asing, menjadikan Yangon sebagai New Kid on The Block di kawasan ASEAN. Jika umumnya warga negara ASEAN bebas mengunjungi negara ASEAN lain tanpa visa, Myanmar masih mewajibkan seluruh pengunjung memiliki visa untuk berkunjung kesana sampai tahun 2013. Untungnya, sejak kunjungan presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Myanmar pada 2013, pemerintah Myanmar dan Indonesia sepakat untuk meningkatkan kerjasama bilateral. Sehingga sejak tahun 2014, paspor Indonesia bisa digunakan ke Myanmar tanpa visa. Saat ini baru enam negara di dunia yang bebas visa ke Myanmar, termasuk Indonesia. Di ASEAN, warga Singapura, Thailand dan Malaysia masih perlu visa untuk ke Myanmar. Yangon, I am in Love!
Kota yang pertama kali saya sambangi adalah kota terpadat di Myanmar, yaitu Yangon. Di kota inilah saya tinggal dan melakukan aktivitas studi saya. Saya tinggal di asrama khusus bagi mahasiswa asing yang disediakan oleh pihak universitas.
Yangon (dahulu Rangoon) adalah kota terbesar di Myanmar dan sekian lama menjadi ibukota dari Myanmar, sebelum akhirnya pada tahun 2012 ibu kota administratif pindah ke Naypyidaw. Namun demikian, sampai saat ini sebagian besar fungsi pemerintahan masih berada di Yangon, begitu pula dengan kedutaan besar negara-negara sahabat, semua masih berlokasi di Yangon. Bahkan karena telalu padatnya kota ini membuat pemerintah Myanmar mengeluarkan kebijakan pelarangan penggunaan sepeda motor di kota ini. Ya! Kamu tidak akan pernah melihat sepeda motor berada di sini. Bagi penduduk yang tetap nekat memakai sepeda motor di kawasan ini, maka akan mendapatkan penalti sebesar 600ribu kyats, atau sekitar 6 juta rupiah! Tapi jangan heran, meskipun tanpa sepeda motor,
EDENTS
Volume 1 Edisi XXVIII Tahun 2018
lalu lintas di sini terbilang cukup sangat padat. Kota ini penuh dengan berbagai macam kendaraan roda empat yang berlalu lalang.
Sejak pertama kali menginjakkan kaki di Yangon International Airport, saya sudah langsung dibuat jatuh cinta dan kagum oleh kota ini. Warga di sini masih sangat kental dengan budaya negeri mereka. Di mulai dari ciri khas penduduk lokal Myanmar yang selalu mengenakan longyi kemanapun mereka berpergian. Longyi merupakan pakaian khas Myanmar dengan berbagai macam motif yang indah, pemakaian longyi bagi pria seperti sarung bagi penduduk Indonesia. Selain longyi, penduduk lokal juga memakai thanaka, bedak tradisional Myanmar yang terbuat dari batang pohon. Bedak ini dipakai oleh anak-anak hingga perempuan dewasa. Umumnya, bedak ini dipakai di pipi namun bisa juga dipakai diseluruh wajah atau tubuh. Sebagian besar penduduk lokal memakainya cukup tebal dibagian pipi dengan berbagai bentuk yang mereka suka. Bahkan tak sedikit pula teman-teman kelas saya yang menggunakan thanaka saat berada di kampus. Bagi warga Myanmar, bedak ini bagus untuk melindungi kulit dari sinar matahari, mencerahkan kulit, dan bahkan bagus untuk melawan jerawat. Selain itu, bedak ini dapat memberikan efek yang sangat dingin pada kulit. Sangat cocok dengan cuaca Yangon yang sangat panas. Di minggu awal kedatangan saya, teman-teman kelas langsung menyuruh saya mencoba memakai thanaka, dan benar saja, krim dingin dari thanaka sangat membuat nyaman kulit karena efek ekstrimnya sinar matahari di Yangon. Tak heran mengapa sebagian besar penduduk kota memakai bedak ajaib ini. Bicara mengenai cuaca, saya cukup kaget ketika pertama kali menginjakkan kaki di kota ini. Matahari sangat terik. Padahal kedatangan saya di Yangon termasuk musim dingin di Myanmar, namun suhunya saja sudah mencapai hampir 40 derajat. Tidak bisa membayangkan bagaimana keadaan musim panas yang biasanya di mulai pada bulan April. Penduduk lokal memberi tahu saya, suhunya mencapai 40 hingga 50 derajat pada musim panas. Dahsyat! Itulah mengapa sebagian besar penduduk lokal memakai payung kemanapun mereka berjalan. Ya! Berjalan. Berbeda dengan kebiasaan orang Indonesia, penduduk Myanmar lebih suka untuk berjalan, tak heran trotoar di sepanjang jalan selalu ramai pejalan kaki yang berlalu lalang. Tourist Attraction di Kota Yangon
15
Jelajah Setelah mengetahui kondisi sosial, geografis, dan sejarah singkat mengenai Kota Yangon, rasanya tidak sah apabila tidak turut membahas destinasi wisata di Kota Yangon itu sendiri. Berikut adalah beberapa tourist attraction utama di kota ini.
Shwedagon Pagoda, Tempat pertama yang wajib dikunjungi tentu saja adalah Shwedagon Pagoda. Pagoda paling besar dan indah di dunia. Ini adalah kuil Buddha paling impresif sekaligus suci bagi warga Myanmar. Betapa tidak, kuil berusia 2500 tahun ini dilapisi ribuan batang emas dan berlian yang menawan. Pada malam hari, Shwedagon akan terlihat cantik dengan kilauan emasnya dan siraman cahaya lampu. Pada siang hari, sinar matahari memantul dari permukaan emas yang memberikan efek spektakuler lewat tumpukan stupa dan patung yang sangat cantik. Bagi warga asing seperti saya, memasuki kawasan Shwedagon dikenai tarif sekitar 100ribu rupiah. Namun, penduduk lokal Myanmar dapat dengan gratis keluar masuk pagoda ini. Meskipun begitu, sama sekali tidak ada ruginya berkunjung ke pagoda indah ini.
Sule Pagoda, Pagoda ini terletak di tengah kawasan bisnis pusat kota Yangon, sehingga mudah di jangkau. Meskipun bukan yang terbesar, Sule Pagoda adalah pagoda tertua di Yangon, diperkirakan dibangun pada 500 tahun sebelum masehi. Pagoda ini juga merupakan titik kumpul masyarakat Yangon untuk kegiatan yang melibatkan massa banyak, seperti kampanye politik maupun demo dan protes, mungkin perannya mirip bundaran HI di Jakarta. Inye Lake, Danau terbesar di kota Yangon ini berada di utara pusat kota, tepatnya pas di belakang kampus saya studi. Pemandangan di Inye Lake sangat indah dan bersih. Kawasan perumahan di sekitar Inya Lake adalah kawasan perumahan paling elit di Yangon. Kebanyakan warga Yangon datang kesini untuk piknik, berolah raga ringan, jogging, senam, ataupun bermain kano dan perahu wisata.
Hangatnya Kota Mandalay dan Memori di Shan Sate
Bagi pecinta novel historical romance pasti tidak asing dengan kota yang satu ini. Saya sendiri mengenal kota Mandalay sejak di SMA dari novel The Glass Palace, yang menceritakan kisah epik dan romantik dari cerita hidup Dolly dan Rajkumar. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya saya dapat menginjakkan kaki di kota dua sejoli itu. Kota Mandalay sendiri merupakan kota
EDENTS
Volume 1 Edisi XXVIII Tahun 2018
Kedatangan saya di kota ini adalah untuk berkunjung di Mandalay University selama lima hari. Di mana saya mengkuti Thingyan Festival di kampus ini. Thingyan Festival merupakan water festival yang setiap tahun diadakan oleh warga Myanmar untuk menyambut tahun baru mereka. Pengalaman yang sungguh tak terlupakan, bermain air diiringi musik dengan para mahasiswa dari Mandalay University. Berbeda dengan cuaca Yangon yang sangat terik, Mandalay bias dikatakan lebih hangat.
Shan State merupakan tempat wisata favorit saya di Myanmar dan memang salah satu pusat utama tourist attraction di sini. Untuk mencapai kesana dibutuhkan perjalanan 10 jam dengan bus dari Yangon. Shan State terkenal dengan danau indahnya, Inle Lake, yang membuat danau ini spesial adalah adanya atraksi dari para penangkap ikan pada saat sunrise yang sungguh sangat indah dan mengagumkan, kemudian bertemu langsung dengan Long Neck Women, para perempuan tangguh yang memiliki leher panjang akibat tidak melepas kalung emas besi hingga puluhan tahun, selain itu juga bisa bermanis manja menikmati pasar tradisional sambil memandang pagoda dengan warna emas, putih dan cokelat. Tiga hari di kota ini merupakan liburan paling berkesan dalam hidup! Myanmar dan Segala Keunikannya
Menghabiskan sembilan puluh hari di negeri ini tentu saja memberikan banyak pengetahuan, pengalaman dan pespektif baru bagi saya. Dapat berdiskusi dan bertukar pikiran dengan orangorang hebat yang merupakan pengalaman yang tak tergantikan.
Penduduk Myanmar dengan segala jenis keunikannya dan keramahtamahan serta kehangatan mereka, akan selalu terkenang dalam hidup saya. Guru-guru, teman-teman dan para warga lokal yang selalu siap sedia jika saya membutuhkan bantuan membuat susah sekali untuk move on dari negeri ini. Bahkan setelah satu bulan kembalinya saya dari Myanmar, aroma, hiruk-pikuk, keramaian, dan kehangatan di negeri ini masih sangat melekat di benak saya. Mingarlabar Myanmar! Sampai jumpa kembali! (fn)
Dok. Edents
Bogyoke Market, Bogyoke Market terletak di kawasan elite dan pusat kota di area Junction City. Bogyoke Market selalu ramai oleh wisatawan asing terutama dari western. Kawasan ini merupakan pusat belanja batu mulia dan souvenir khas Myanmar. Myanmar memang terkenal sebagai penghasil batu mulia seperti Ruby dan Jade.Souvenir tempelan kulkas, gantungan kunci, piring hias, t-shirt, tas, dompet sampai longyi khas kerajinan Myanmar banyak dijual disini.Di pasar ini juga banyak penjual jajanan pasar khas Myanmar, mulai dari makanan sejenis dodol, minuman mont let saung yang mirip es cendol dan es campur, ada juga minuman yoghurt lokal, gorengan budi jo yang isinya sayuran, dan yang paling terkenal serta menjadi favoit saya adalah mohinga, bihun dengan sup ikan khas Myanmar, karena Myanmar berbatasan dengan Thailand, India dan China, pengaruh makanan dari negara-negara tersebut sangat kuat pada makanan Myanmar.
terbesar dan terpadat setelah Yangon. Kota Mandalay dapat dijangkau 8 jam menggunakan bus dari Kota Yangon. Sama dengan Yangon kota ini dihiasi dengan gemerlap cahaya emas dari pagoda-pagoda. Namun, yang membuat sangat berbeda adalah banyaknya lalu lalang sepeda motor di kota ini. Sangat berbeda dengan Yangon!
16
POLLING
EDENTS
Volume 1 Edisi XXVI Tahun 2017
17
POLLING
EDENTS
Volume 1 Edisi XXVI Tahun 2017
18
POLLING
EDENTS
Volume 1 Edisi XXVI Tahun 2017
19
Tentang Mereka
Penulis Tidak Pernah Mati, Mereka Abadi Oleh: Yolanda Bella dan Rakintan
Dok. pribadi
“Kalau kita menulis, walaupun pribadi kita sudah mati, tetapi tulisannya masih hidup, diibaratkan kita sebenarnya masih hidup karena karya kita masih dikenang,” -Hardi Wanoto LPM Edents adalah salah satu ormawa yang ada di FEB Undip yang bergerak di bidang jurnalistik. LPM Edents sudah berdiri selama 42 tahun dan merupakan salah satu ormawa tertua di FEB Undip. Sejak pertama kali berdiri hingga sekarang, banyak alumni Edents atau yang kerap dikenal dengan ‘mantan Edents’ yang telah diberi amanah untuk menduduki jabatan penting di berbagai lembaga pemerintahan maupun swasta. Hardi Wanoto merupakan salah satu mantan Edents yang dimaksud. Ia merupakan mahasiswa jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan (IESP) FEB Undip angkatan 1988 dan sekarang menjabat sebagai Dekan Fakultas Ekonomi di Universitas Muhammadiyah Semarang. Transformasi Hardi Sejak Mengikuti LPM Edents
Keadaan Hardi yang dulu dapat digolongkan sebagai seorang yang introvert dan pendiam membuat ia berpikir untuk meningkatkan kepercayaan diri dan softskillnya. Akhirnya, ia menemukan satu organisasi yang cocok, yaitu Edents. Menurutnya, Edents “is my way of life”. Bergabung di Edents adalah sebuah persaingan yang ketat, karena proses seleksinya yang rumit seperti seleksi tertulis, wawancara dan sebagainya. Meskipun tahap seleksi yang ketat, Hardi tetap tertarik bergabung di Edents.
Baginya, Edents adalah perkumpulan persaudaraan dan kekeluargaan sehingga selain memiliki etos kerja yang tinggi, solidaritas dan persahabatan antar anggotanya sangat bagus dan sangat menghargai perbedaan. Edents membuat ia lebih banyak mengeksplorasi diri untuk mengembangkan softskillnya dan dapat mendidik dirinya untuk menjadi lebih berani. Selama masuk Edents, Hardi menjadi lebih berani bertemu orang-orang untuk melakukan proses wawancara, berani untuk berdebat dan berani untuk melakukan kesalahan. Berawal dari Menulis Artikel hingga Mengundang Dosen Killer
Pada masa-masa awal di Edents, Hardi lebih fokus menulis untuk mengasah kemampuannya di bidang jurnalisitik. Tulisan menarik yang pernah ia buat ialah artikel-artikel dengan tema yang berat seperti ekonomi pancasila, proses industralisasi di Indonesia dan tema-tema berat lainnya. Dengan itu ia dapat mengasah kemampuan berpikir dan menambah wawasan terkait isu global yang sedang dibahas di masa tersebut. Menurutnya, tulisan yang dimuat di majalah adalah sebuah prestasi, sebab tulisan tersebut akan diseleksi dan hanya tulisan terbaik yang nantinya akan dimuat dalam majalah, sehingga para Edentser semasa itu harus bersaing.
Bagi Hardi, tulisan yang dimuat di majalah Edents itu adalah sebuah kebanggaan baginya. ‘’Untuk tulisan bisa dimuat ya kalau punya kualifikasi tulisan yang bagus, tulisan saya biasa dibredel gitu sampai tulisan tiga halaman harus diperbaiki, kan zaman dulu masih manual, kalau memperbaiki mulai dari awal tidak bisa didelete, bisa dimuat gitu ya bagus lah jadi suatu kebang-
EDENTS
Volume 1 Edisi XXVIII Tahun 2018
gaan bagi saya,’’ jelasnya.
Selain itu semasa di Edents, ia juga dikenal aktif mengundang diskusi, bahkan dosen-dosen yang disebut dosen killer justru ia ajak untuk menjadi narasumber. ‘’Dosen-dosen yang saya takuti, saya undang untuk jadi narasumber di Edents supaya saya jadi dekat gitu,’’ pungkasnya. Segudang Manfaat di LPM Edents
Bergabungnya Hardi di Edents bukan semata-mata untuk menulis, tetapi juga untuk menambah relasi pertemanan. Menurutnya, pengalaman yang berkesan selama di Edents adalah ketika wawancara dan kegiatan bersama. ‘’Pengalaman berkesan itu ya kalau kita bersama, outbond sama temen-temen Edents kemudian pergi wawancara bersama-sama. Kalau wawancara dulu kan ke Jakarta, ke Jogjakarta jadi piknik gratis lah gitu, saya bisa pergipergi itu karena ada tugas Edents kalau nggak ada tugas Edents ya nggak pergi-pergi,’’ jelasnya.
Selain itu, masih banyak manfaat yang Hardi dapatkan saat dirinya bergabung di Edents. Pertama, ia memiliki teman dan relasi yang banyak. Kedua, bertambahnya wawasan dan pengetahuan yang ia dapatkan. Hardi berpendapat bahwa penampilan anak Edents dengan mahasiswa yang lain itu berbeda. Menurutnya, anak Edents terlihat lebih aktif di kelas dan mau untuk berdiskusi. Hal ini dikarenakan pada zaman dahulu untuk mencari ilmu harus ke perpustakaan dan berdiskusi, berbeda dengan zaman sekarang yang sudah terdapat internet, sehingga informasi dapat diperoleh dengan mudah. Selain itu, Hardi juga meceritakan bahwa pada zamannya, bentuk majalah Edents masih berbentuk kliping. Sehingga ketika ia diberi tugas untuk membuat rubrik majalah, ia bisa mendapatkan majalah itu secara gratis untuk belajar. Ia juga mengatakan bahwa majalah Edents kerap ia gunakan sebagai alternatif referensi untuk bahan perkuliahan. “Jadi kalau saya beli majalah sendiri kan saya gak punya uang, otomatis kalau dari Edents itu sendiri kan saya banyak kliping. Waktu itu harga koran Tempo juga mahal, jadi dengan di Edents itu saya punya kliping banyak. Dengan kliping itu kan saya bisa banyak pengetahuan ketika di kelas,’’ tutur Hardi. Pesan untuk Seluruh Edentser
Di tengah kesibukannya menjadi seorang dekan, Hardi masih tetap menulis. Ia kerap meluangkan waktu senggangnya untuk menulis karena menulis adalah suatu kegemaran bagi dirinya. Menurutnya, apabila seseorang telah menulis, maka ia telah membuat karya yang abadi, setidaknya untuk dirinya dengan mengoleksinya di rumah. “Kalau kita menulis, walaupun pribadi kita sudah mati, tetapi tulisannya masih hidup, diibaratkan kita sebenarnya masih hidup karena karya kita masih dikenang,’’pungkas Hardi. Hardi berpesan kepada para Edentser agar tidak mudah putus asa. ‘’Jadi, misalnya ada masalah ya jangan putus asa, kalau misalnya ada konflik ya jangan putus asa, kalau ada perbedaan pendapat ya jangan putus asa. Semua dinilai dengan baik pasti ada solusi dan komitmen terhadap profesi, komitmen terhadap pekerjaan dan komitmen terhadap tugas itu pasti jadi,’’ tuturnya. Hardi juga berharap agar para Edentser tidak cepat bosan dengan pekerjaan dan terus menjalin komunikasi yang baik antar Edentser. ‘’Pengurus Edents tidak boleh cepat bosan, tetap harus mengayomi, pokoknya Edents harus tetap jaya, tetap bisa terbit secara rutin dan suskses untuk kedepannya,’’ tutup Hardi. (fn)
20
Dok. pribadi
Oleh: Nadia Shafira dan Haritz Faiz
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro (FEB Undip) memiliki segenap lulusan mahasiswa yang membanggakan. Tidak hanya dari segi lulusannya, hal tersebut juga tampak dari keberhasilan mereka selama meniti karier di organisasi FEB. Ebenezer Saragih, adalah salah satu alumni FEB Undip jurusan Akuntansi 2013 yang dimaksud. Kini, Ebenezer telah bekerja di Brillliant Tax Consultant dan tengah mengambil pendidikan S2 di Universitas Indonesia jurusan Pendidikan Profesi Akuntansi. Sebelumnya, ia pernah magang selama empat bulan di salah satu The Big Four Kantor Akuntan Publik Indonesia, PricewaterhouseCoopers (PwC), untuk menambah pengalamannya. Selain itu, selama kuliah ia tidak hanya menjadi mahasiswa pasif yang kerap disebut sebagai mahasiswa kupukupu (kuliah-pulang-kuliah-pulang), namun pernah menjabat sebagai Vice President Finance and Governance di Association Internationale des Etudiants en Sciences Economiques et Commerciales (AIESEC) dan menjadi salah satu penerima Beasiswa Astra. Perjalanan Kuliah di Undip
Ebenezer mengatakan bahwa akuntansi Undip bukan pilihan pertamanya untuk melanjutkan pendidikannya pada jenjang kuliah. akuntansi Undip, merupakan pilihan keduanya setelah Akuntansi Universitas Indonesia (UI). “Nah waktu itu aku masih coba-coba yang lain, coba SIMAK di UI dan Ujian Tulis (UTUL) di UGM, itu aku juga ambil jurusan Akuntansi pilihan pertamanya,” ujar Ebenezer. Kesempatan untuk lolos pada pilihan pertama di SIMAK UI dan UTUL UGM saat itu belum berpihak kepada Ebenezer karena hasilnya samasama jatuh pada pilihan kedua, UGM jurusan Hukum dan UI jurusan Administrasi Fiskal. Setelah menerima hasil tersebut, Ebenezer berdiskusi dengan ayah dan guru pembimbingnya untuk menentukan mana yang sebaiknya diambil. Melihat latar belakang keluarga Ebenezer yang lulus dari jurusan akuntansi, akhirnya akuntansi Undip menjadi pilihannya untuk lanjut ke jenjang kuliah. Ebenezer termasuk orang yang aktif selama kuliah. Banyak kegiatan organisasi yang ia ikuti, seperti menjadi panitia lepas di himpunan serta panitia di Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FEB Undip. Disamping itu, Ebenezer mengatakan bahwa untuk kegiatan yang baginya mengikat adalah menjadi salah satu staf di AIESEC dan sebagai penerima Beasiswa Astra. Pertama kali di AIESEC, Ebenezer ditempatkan menjadi staf incoming global volunteer yang bertanggung jawab untuk menerima exchange participant dari luar negeri ke Semarang. Selama menjadi staf dengan mendapat beberapa pengalaman, ia menyadari bahwa kemampuan yang dimiliki kurang bagus maka untuk selanjutnya ia memilih untuk apply menjadi manajer di bagian external relation. Tanggung jawab yang dijalankan yaitu maintain hubungan antara AIESEC Undip dengan pihak luar, yaitu pemerintah dengan kampus lain selain kampus undip, yang bersedia untuk terlibat. Detailnya, mendukung dalam hal perizinan surat-menyurat, akses, untuk mengirimkan exchange participant yang mau ke luar negeri. “Nah pas sudah jadi manajer, aku balik ke tujuan utamaku yaitu aku pengen berkembang di bidang finance jadi aku apply deh Vice President Finance and Governance,” tuturnya. Ekspektasi awal Ebenezer setelah terpilih menjadi Vice President (VP) adalah ingin lebih banyak belajar tentang teknik budgeting dan forecasting keuangan ke depannya, tetapi justru yang didapat adalah mengenai kepemimpinan. Vice President Finance and Governance merupakan satu-satunya departemen yang tidak memiliki staf, tetapi memiliki empat manajer. Hal
EDENTS
Volume 1 Edisi XXVIII Tahun 2018
“Menurutku sih untuk ke depannya gimana menurut aku jauh lebih baik kalau orang itu sebelum mengambil keputusan dia harus bener-bener mengetahui apa yang dia inginkan,” -Ebenezer Saragih tersebut yang menyebabkan Ebenezer mendapat pelajaran lebih banyak mengenai orang lain karena keempat manajernya berasal dari jurusan yang berbeda-beda, beda pemikiran, sehingga sebagai VP harus mengerti tiap manajernya. Menjadi Penerima Beasiswa Astra
Ebenezer mengatakan bahwa pada awalnya, per-batch Beasiswa Astra mengambil 80 orang sebagai penerimanya. Sejak tahun 2013, yang terpilih sebagai penerima hanya 40 orang dari 6000 pendaftar. Dari Undip terdapat satu tim penerima Beasiswa Astra, Astra First Undip, yang beranggotakan tiga orang, salah satunya adalah Ebenezer. “Nah itu aku bertiga dari tim Astra First Undip itu disuruh ngasih solusi bagaimana cara agar masyarakat menggunakan program ACC Yes, dari salah satu anak perusahaan Astra, ACC (Astra Credit Company) agar bisa diterima oleh masyarakat,’ ungkapnya. Selain itu, juga terdapat beberapa rangkaian event yang ia buat. “Ada juga salah satu eventnya, waktu itu ada Astra Talk, jadi kita bikin talkshow mengenai Beasiswa Astra dan pembicaranya adalah temanku,” ujar Ebenezer. Bukan hal yang mudah untuk menangani suatu event yang hanya dipegang oleh tiga orang, sedangkan saat itu dikatakan oleh Ebenezer bahwa dua orang partner-nya juga ada kesibukan lain. Hal tersebut membuat ia harus siap menjalankan program kerja dengan sumber daya manusia yang terbatas, pengalaman tersebut dijadikan pembelajaran baginya. Organisasi Mahasiswa sebagai Cerminan di Dunia Kerja
Menurut penuturan Ebenezer, AIESEC dan Beasiswa Astra merupakan dua kombinasi yang melatih pola pikir sehingga sangat bermanfaat di dunia kerja. AIESEC mengajarkan bahasa inggris baik secara teknik maupun bentuk tulisan, cara memanage orang yang kita bawahi, menerima pendapat dari orang lain, cara berdiskusi, cara berhubungan dengan orang lain, serta cara kerja profesional. Sedangkan Astra mengajarkan kea rah business mindset, banyak kasus yang harus segera diberi problem solving, serta cara menjalankan suatu program kerja menggunakan sumber daya manusia terbatas. “Sebenernya di AIESEC sama di Astra masalah terbesar yang aku hadapi itu masalah nge-manage orang atau bekerja sama sama orang,” pungkasnya. Hal tersebut menjadi kesan tersendiri baginya karena tidak bisa didapatkan di lain tempat. Perihal pesan agar sukses di dunia kerja, Ebenezer mengatakan bahwa hendaknya seluruh mahasiswa FEB harus memahami diri sendiri terlebih dahulu, memahami apa yang diinginkan oleh diri sendiri. “Menurutku sih untuk ke depannya gimana menurut aku jauh lebih baik kalau orang itu sebelum mengambil keputusan dia harus bener-bener mengetahui apa yang dia inginkan,” ujar Ebenezer. Walaupun belum bisa dikatakan sukses, ia tetap berpesan berdasarkan pengalaman yang ia dapat bahwa yang hal yang penting bagi mahasiswa adalah mengerti apa tujuan hidupnya, lalu lakukan hal yang berhubungan dengan apa yang menunjang tujuan tersebut. (fn)
21
Kunjungi! www.lpmedents.com
Ebenezer Saragih: AIESEC, The Big Four, hingga Tax Consultant
Tentang Mereka
Tentang Mereka
Muhammad Priaji Adhikara, Mawapres FEB 2017 dan Kiat-Kiat Suksesnya Oleh: Aditya Mila Karmila
Mohammad Priaji Adhikara, yang kerap disapa Aji merupakan mahasiswa akuntansi angkatan 2014. Ia merupakan mahasiswa berprestasi (mawapres) tahun 2017 Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB). Aji menuturkan bahwa prestasinya tersebut datang karena ia berani mengambil resiko dan tantangan. “Lambat laun aku ikutin aja kesempatan dan alur yang diberikan oleh Allah dan menjawab semua tantangan-tantangan yang dikasih ke aku, dan juga karena saat itu 2017 susah banget cari perwakilan akuntansi yang mau berkompetisi ke mawapres FEB ya aku ikut meramaikan aja niatnya, eh malah menang,” tutur Aji.
Mengikuti Mawapres untuk Melawan Physical Bullying Motivasi lelaki kelahiran Semarang, 10 Mei 1996 ini dalam mengi kuti seleksi mawapres adalah murni untuk mewakili KMA dan jurusan akuntansi. Pada saat itu, hanya tiga orang yang mau berpartisipasi untuk seleksi. Motivasi lainnya yaitu sebagai ajang pembuktian ke banyak orang yang suka memandang rendah orang sepertinya dan mengedepankan physical bullying. Persiapan yang dilakukan untuk mengikuti ajang ini secara mendadak hanya mengandalkan hal-hal yang dilalui semenjak kuliah. Untuk ajang ini, Aji menyarankan untuk mahasiswa yang memang dari awal berniat bisa menata waktunya untuk terus berorganisasi, ikut berbagai kompetisi dan tetap mempertahankan IPK minimal di 3,5 serta melatih terus public speaking-nya. Menurut Aji, kendala yang dihadapi saat itu adalah pembuatan karya tulis. Hal ini dikarenakan Aji berasal dari lingkup soshum, sehingga ia merasakan kesulitan dalam membuat suatu karya yang unpredictable dan ilmiah. Hal ini menjadikan Aji harus banyak membaca untuk menemukan ide penelitiannya karena karya tulis ilmiah merupakan satu nilai penting dalam mengikuti mawapres.
Mahasiswa dengan Segudang Prestasi Aji adalah salah satu mahasiswa yang gemar mengoleksi prestasi. Tidak tanggung-tanggung, setidaknya terdapat enam prestasi yang dia dapatkan selama kuliah. Prestasi yang pernah Aji raih diantaranya adalah KPMG Asean Scholarship, Top 5 Accounting Business Case by Institute of Chartered Accountants in England and Wales 2017, Top 5 HSBC Business Case Competition by HSBC Hong Kong and Indonesia 2017, 1st Runner Up DSPC Asian
EDENTS
Volume 1 Edisi XXVIII Tahun 2018
Dok. pribadi
““Mahasiswa FEB itu latar belakangnya beragam dan disini banyak sekali kesempatan yang tersedia untuk menambah wawasan dan kemampuan kita di bidang lain. Fasilitas dari kampus juga memadai serta menunjang, banyak dosen yang welcome untuk berbagai ilmu, kalaupun tidak lewat dosen di perpustakaan banyak sekali referensi yang bisa kita baca,” –Muhammad Priaji Adhikara, Mawapres FEB 2017
Parliamentary Debate by FISIP Undip 2016, Top 5 CIMB ASEAN Stock Challenge 2016 Indonesia Region, Top 10 Sharia Economy Essay Competition Edents 2016. Selain segudang prestasi yang pernah diraih, Aji juga merupakan penerima beasiswa KPMG pada tahun 2016. Ia mencoba dua beasiswa yang sering menjadi incaran yakni Astra 1st dan juga KPMG. “Alhamdulillah Allah kasih aku kesempatan untuk memilih diantara kedua itu dan pilihan tersebut jatuh ke KPMG,” ujar Aji. KPMG adalah beasiswa pendidikan dari salah satu kantor akuntan publik yang termasuk empat besar (The Big Four) di dunia. Manfaat yang didapat tidak hanya mendapatkan uang, namun juga mentoring, kesempatan magang di dalam dan luar negeri serta kontrak kerja langsung. Giat Berorganisasi tanpa Kendorkan Semangat Kuliah
Mengikuti organisasi dengan catatan tidak kendor dan malas belajar merupakan kiat sukses Aji. Tips dan triknya diantaranya menggunakan waktu kuliah yang cenderung tidak terlalu padat untuk terus menambah kemampuan, misalnya perbankan, ekonomi syariah, pasar modal, dan kemampuan-kemampuan penunjang lain supaya bisa menjadi pribadi yang punya nilai lebih dibandingkan yang lainnya. Sedangkan untuk mendapatkan beasiswa, mahasiswa harus lebih aktif berorganisasi, menjaga IPK-nya, memahami betul tentang beasiswa apa yang ingin diambil dan berdiskusi dengan senior yang sudah pernah mendapatkan beasiswa tersebut. Diskusi tersebut dapat berupa tips dan trik tackle setiap babak penyisihan untuk mendapatkan beasiswa itu. Misalnya, FGD (Focus Group Discussion) dan proses wawancara. Aji memiliki hobi yang menunjang prestasinya, yakni gemar browsing untuk mencari tahu hal-hal yang unik dan membaca karya tulis dari berbagai belahan dunia agar tetap up to date. Ia juga sering berkunjung ke SMA untuk melatih teknik debat yang berguna untuk menjaga kemampuan komunikasi dan softskill. Selain itu, Aji juga sering membuka berbagai tutorial di Youtube untuk membuat powerpoint yang bagus atau melihat daily talkshow untuk mengasah kemampuan berkomunikasi dalam bahasa inggris. Terakhir, Aji berpesan bahwa sebaiknya mahasiswa FEB dapat memaksimalkan seluruh fasilitas yang diberikan untuk menunjang peningkatan kualitas diri masing-masing. “Mahasiswa FEB itu latar belakangnya beragam dan disini banyak sekali kesempatan yang tersedia untuk menambah wawasan dan kemampuan kita di bidang lain. Fasilitas dari kampus juga memadai serta menunjang, banyak dosen yang welcome untuk berbagai ilmu, kalaupun tidak lewat dosen di perpustakaan banyak sekali referensi yang bisa kita baca,” pungkasnya. (fn)
22
Geliat Usaha
Branding Acara Seminar Bersama Seminarholic Oleh : Dias Rawirakarni
Seorang mahasiswa pasti tidak asing dengan kegiatan seminar. Skala seminar juga bermacam-macam, mulai skala kecil, menengah, hingga besar. Ketika kita mengikuti sebuah seminar, biasanya selain konsumsi, kita juga bisa mendapat sebuah paket seminar kit. Paket seminar kit rata-rata berisi minimal pulpen dan note yang berguna untuk mencatat isi dari seminar tersebut. Seminar dengan skala menengah dan besar terkadang memberi goodie bag yang bisa dimanfaatkan bahkan setelah seminar usai. Penyelenggara seminar memberikan seminar kit dalam rangka membantu penyampaian pesan seminar lebih mudah terserap oleh peserta. Awal Mula Berdirinya Usaha
Berangkat dari pemikiran tersebut, Fiana Indra Sari, mahasiswi Akuntansi Universitas Diponegoro angkatan 2015 memulai peruntungannya dalam bisnis seminar kit pada bulan Januari 2016. Pada mulanya, ia memulai bisnis ini karena alasan ekonomi. “Dulu saya pernah kehabisan uang sedangkan kondisi keuangan keluarga sedang tidak terlalu baik, jadi saya tidak berani meminta uang pada orang tua. Saya kemudian memutar otak agar dapat menghasilkan uang tambahan,” tutur Fiana. Fiana pun selanjutnya melakukan riset pasar dan merasa bahwa seminar kit, khususnya yang dapat dipesan sesuai keinginan pelanggan (custom) merupakan peluang bisnis. Hal tersebut karena seminar kit juga dapat berfungsi untuk branding acara seminar sekaligus organisasi penyelenggaranya. “Seminar kit custom merupakan produk yang sangat tepat untuk branding acara dan organisasi. Misalnya goodie bag yang didapatkan dari seminar dapat digunakan kembali. Blocknote juga masih bisa digunakan untuk mencatat. Secara tidak langsung jika ada yang menggunakan seminar kit itu lagi maka akan turut mempromosikan acara dan organisasi kalian,” jelas Fiana. Bisnis seminar kit miliknya diberi nama ‘Seminarholic’ yang terdiri dari dua kata seminar dan holic, yang bermakna bahwa Seminarholic adalah vendor seminar kit untuk mereka yang sering membuat seminar. Keunggulan Seminarholic
Seminarholic menawarkan berbagai paket seminar kit custom yang harganya pas di kantong mahasiswa. Harga produk mulai 5 Ribuan untuk paket map, blocknote & pulpen, dan 7 Ribuan untuk paket goodie bag spunbond, blocknote dan pulpen. Seminarholic juga memproduksi stiker, pin, gantungan kunci, buku tulis custom dan papan ujian custom. Keinginan dan kepuasan klien merupakan prioritas nomor satu bagi Fiana. Semua produk seminar kit miliknya dapat di desain sesuai keinginan pelanggan. Seminarholic juga menjamin kualitas barang, dengan cara penyortiran terlebih dahulu kualitas dan jumlahnya sebelum diserahkan ke konsumen. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari kesalahan pesanan. Garansi penggantian produk juga disediakan apabila setelah sampai di konsumen ternyata produk tidak sesuai dengan surat pesanan. Tidak ketinggalan pula, banyak bonus seminar kit yang dapat diperoleh konsumen.
EDENTS
Volume 1 Edisi XXVIII Tahun 2018
Dok. Seminar Holic
“Seminar kit custom merupakan produk yang sangat tepat untuk branding acara dan organisasi kalian” – Fiana Indra Sari, Pemilik Seminarholic
Berkembangnya Seminarholic Sasaran pasar Seminarholic sendiri adalah seminar-seminar yang selalu diadakan oleh mahasiswa. Seperti yang kita ketahui, kegiatan mahasiswa itu tak pernah sepi. Hal inilah yang dianggap sebagai peluang pasar. Meski pemasarannya telah mencakup seluruh wilayah Semarang, namun Seminarholic tetap mengkhususkan target di wilayah Tembalang. Di sisi lain, teknik pemasaran Seminarholic cukup unik, yakin dengan cara word of mouth marketing. “Saya sangat mengutamakan kepuasan pelanggan. Jika mereka puas maka akan merekomendasikan ke orang lain. Atau sering disebut word of mouth marketing. Sejauh ini sekitar 80 persen orderan seminarholic dari cara ini,” pungkas Fiana. Demi memperluas pasar, Seminarholic juga melakukan promosi melalui sosial media baik itu Official Account Line dari Seminarholic sendiri maupun yang lainnya. Aktifnya orang Indonesia dalam menggunakan media sosial juga menjadi pertimbangan bagi Fiana untuk berani memulai bisnisnya, karena dia bisa menjangkau pasar yang cukup besar dengan biaya minimum. Cara untuk menarik lebih banyak pelanggannya, Fiana mengaku menggunakan berbagai strategi. Mulai dari pemberian diskon pada bulan-bulan tertentu khususnya pada peak season, yaitu pada bulan dimana banyak pesanan. Harga yang masih bisa nego, hingga kebersediaan Seminarholic untuk bermitra sponsorship. Bisnis Seminarholic ini, kini makin berkembang, dan mendatangkan omset yang cukup menggiurkan. Fiana membagi omsetnya kedalam dua golongan yaitu peak season, dimana pada bulan tersebut permintaan produk tinggi yaitu pada bulan September, Oktober, November, Mei dan Juni sekitar 12-17 juta perbulan, sedangkan saat low season sekitar 3-7 juta perbulan. Kendala yang Dialami
Berjalannya usaha yang sudah berkembang dua tahun belakangan ini, tidak terlepas dari kendala. Fiana mengaku sudah memiliki order dari luar Semarang seperti Jakarta, Jogjakarta dan Purwokerto. Orderan luar kota tersebut sayangnya belum bisa maksimal karena terkendala ongkos kirim yang cukup mahal. Fiana pun menyiasatinya dengan mencari beberapa referensi jasa pengiriman murah untuk dijadikan alternatif pengiriman. Mengenai usahanya serta berbagai kendala dalam hal pendirian dan proses berjalan usahanya ini, Fiana selaku pemilik dari Seminarholic juga mengungkapkan harapan kedepan untuk usahanya ini. Harapannya, di masa mendatang atau kedepannya bisnisnya ini dapat terus menjadi bagian dari kesuksesan acara organisasi di kampus. Memperkuat profesionalisme lagi dalam usaha ini, mengembangkan produk, dan mempertahankan kualitas produk atau bahkan bisa meningkatkan kualitas produk juga menjadi hal yang diharapkan terus ada. Tak lupa, Fiana juga mengungkapkan keinginannya untuk membuka cabang di luar kota, agar keunggulan yang dimiliki Seminarholic dalam menyediakan seminar kit dapat dirasakan lebih banyak orang. (fn)
23
Muda Berkarya
Reanes Putra dan Ferindo Tito, Penggagas Platform Pengelolaan Sampah Berbasis Teknologi Oleh : Alyani Shabrina dan M. Fauzan
Dok. sampahmuda.com
“Jual sampahmu di sampah muda, kumpulkan poin untuk berbelanja dan dapatkan tips info menarik tentang sampah. Kami percaya bahwa sampah yang dikelola dengan baik bisa memberikan manfaat dan keuntungan bagi lingkungan dan manusia. Apakah kamu sudah tahu cara mengelola sampah yang baik dan mudah?� Sepenggal kalimat di atas merupakan deskripsi yang bisa kita lihat ketika membuka website sampahmuda.com. Sampah Muda merupakan usaha sosial berbasis platform digital pengelolaan sampah dengan menggunakan pendekatan teknologi. Usaha ini digagas oleh Reanes Putra bersama dua orang rekannya yakni Ferindo Tito serta dibantu oleh enam orang anggotanya. Karena Sampah Muda merupakan usaha sosial, maka Reanes dan Ferindo tidak hanya fokus untuk menjalankan usahanya saja namun juga berusaha untuk memberikan dampak yang lebih baik kepada masyarakat. Salah satu tujuan mereka adalah meningkatkan kesadaran masyarakat akan tanggung jawab mereka terhadap sampah mereka sendiri dan bersama-sama menciptakan wilayah yang lebih bersih. Memperbaiki Stigma Masyarakat
Ide Reanes dan Ferindo dalam mendirikan Sampah Muda berangkat dari stigma masyarakat khususnya di perkotaan yang berpikir bahwa ketika sampah mereka diangkut, maka permasalahan selesai. Padahal sampah yang mereka buang tersebut tidak berhenti hanya sampai disitu, melainkan akan diolah dan dipilah kembali mana yang bisa digunakan mana yang harus dihancurkan. Selain itu, mereka juga bertujuan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat bahwa sebenarnya semua sampah itu tidak ada yang tidak berguna. Ada beberapa jenis sampah yang mampu di daur ulang dan menghasilkan pundi-pundi rupiah. Serta adapula sampah yang juga bisa menjadi sumber daya dan bermanfaat bagi orang lain.
EDENTS
Volume 1 Edisi XXVIII Tahun 2018
Dalam aktivitasnya, Sampah Muda membantu masyarakat untuk lebih peduli tentang pengelolaan sampah. Para pelanggan yang menjual sampah mereka ke Sampah Muda dapat memilih untuk menukarkan poin yang mereka dapatkan dengan uang tunai atau dapat juga menukarkannya dengan pulsa listrik. Sampah Muda juga menghubungkan tiga pihak dalam melakukan kegiatan pengelolaan sampah. Pertama, penimbun sampah yang berasal dari Usaha Mikro, Kecil dan Menenah atau sejenisnya. Kedua, pengelola sampah yang berasal dari pengepul dan bank sampah. Serta pihak ketiga, industri pengolah. Pengelolaan sampah ini membantu bank sampah untuk memiliki lebih banyak pelanggan serta memberikan jalur supaya mereka bisa mendapatkan harga yang lebih baik. Awalnya Bernama Lapak Kertas
Reanes dan Ferindo mulai berkecimpung dan mengelola usaha sampah sejak tahun 2013, namun sampah muda baru benar-benar didirikan pada bulan maret 2017. Sebelum menjadi Sampah Muda, usaha ini diberi nama Lapak Kertas. Sejak rekanrekan lain bergabung, nama usaha tersebut lantas diubah menjadi Kertas Muda. Dari awal berdiri hingga menjadi Kertas Muda, aktivitas usahanya hanya berfokus pada trading yakni mengambil sampah dari pengepul lain, yaitu tempat Pembuangan Akhir (TPA), bank, kantor, pabrik dan industri lain yang menghasilkan sampah. Sampah Muda kini memiliki cakupan yang lebih luas serta mempunyai dampak sosial, karena persoalan sampah bukan hanya jual belinya saja akan tetapi juga pengaruh terhadap kesehatan lingkungan. Ketika Lapak Kertas berubah menjadi Kertas Muda, sebagian pekerjanya adalah orang-orang yang berada dibawah garis kemiskinan. Hidupnya di daerah sampah-sampah. Setelah Reanes dan Ferindo memutuskan untuk mengikuti program 1000 start-up digital dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), Sampah Muda mulai berpikir untuk
24
Muda Berkarya dapat memberikan dampak yang lebih besar berkaitan dengan sampah. Mereka menyadari bahwa sebenarnya banyak pihak yang bisa diajak berperan serta membantu mereka.
Di sisi lain, kebutuhan industri kertas Indonesia akan bahan baku berupa kertas tidak cukup hanya mengandalkan kertas berkas sehingga mereka harus mengimpor kertas bekas. Bukan karena tidak tersedianya kertas di dalam negeri namun karena banyak sampah kertas yang berakhir di TPA dan tidak sampai ke pabrik kertas tersebut. Hal ini juga yang menyebabkan Sampah Muda ingin ikut bergerak mengumpulkan kertas bekas agar dapat membantu mereka mendapatkan pasokan kertas bekas. Keuntungan dari Pengguna Sampah Muda
Untuk penghitungan poin di Sampah Muda, seratus trash poin itu sama dengan 1000 rupiah dan itu bergantung pada jenis sampah yang mereka berikan. Sampah-sampah yang diterima bisa berupa botol plastik, plastik bekas minuman dan kertas-kertas bekas. Kertas bekas tersebut dibutuhkan untuk daur ulang di industri kertas yang biasanya mengimpor kertas bekas untuk didaur ulang.
Reanes mengatakan bahwa pelanggan sampah muda berasal dari kalangan mahasiswa dan masyarakat pada umumnya. Apalagi bagi mahasiswa yang baru menyelesaikan studinya, mereka biasanya memiliki kertas bekas yang relatif banyak dan tidak terpakai. Untuk di masyarakat sudah memulai tapi baru di satu daerah, tepatnya di Ungaran. Sampah Muda bekerjasama dengan NGO (non-governmental organization) untuk mendampingi mereka mulai dari sosialisasi sampai pengadaan workshop dan mengajak mereka untuk mulai melakukan pengolahan sampah. Desa-desa yang menjadi sasaran proyek ini berada di daerah sungai Kaligarang yang isunya berkaitan dengan masalah lahan dan sampah. Proyek ini mulai berlangsung pada bulan Agustus 2017 dan akan berakhir pada bulan Juni mendatang. Namun, program dari sampah Muda sendiri kepada masyarakat luas akan terus berlanjut, tidak hanya sampai disini saja. Sampah Muda Bersama Aktivis Lingkungan
Sampah Muda pernah digandeng oleh Komunitas Lindungi Hutan yang program utamanya adalah reboisasi dan penghijauan. Mereka membuka donasi dimana semua orang dapat mendonasikan sampah mereka untuk penanaman mangrove. Sampah yang digunakan merupakan sampah anorganik yang kemudian dikumpulkan. Jika sampah tersebut mencapai empat kilo, maka itu artinya mereka mendonasikan untuk satu pohon. Adapun uang dari sampah tersebut nantinya akan digunakan untuk pembibitan dan perawatan serta akan ada laporan terkait kondisi bibit secara berkesinambungan. Terhitung hingga saat ini, Sampah Muda sudah dua kali melakukan kerjasama dengan Komunitas Lindungi Hutan. Rencananya pada bulan Juni mendatang akan mengadakan campaign untuk memperingati Hari Laut. Selain itu, Sampah Muda serta Komunitas Lindungi Hutan sedang mencari daerah di Semarang yang memiliki masalah abrasi untuk nantinya dibantu penanaman daerah tersebut. Pada bulan Maret 2018, Sampah Muda
EDENTS
Volume 1 Edisi XXVIII Tahun 2018
telah mengadakan event workshop untuk ibu rumah tangga, salah satu SMP yang ada di Kendal serta mengadakan program di beberapa kampus yang bernama Danus Muda. Danus Muda merupakan program dimana sampah dari mahasiswa akan didrop kepada pihak Danus Muda, yang kemudian dijual kepada Sampah Muda dengan harga yang lebih tinggi untuk sampah kertas dan plastik. Program ini akan menggunakan sistem drop point, yakni ketika sampah sudah terkumpul banyak akan diambil oleh pihak Sampah Muda. Mendapatkan Penghargaan dari Koran Tempo
Perihal prestasi, Reanes dan Ferindo bersama rekanrekan sampah muda mendapatkan penghargaan dari Koran Tempo sebagai Best New Comer dalam kompetisi start-up. “Awalnya saya juga gak ngerti. Jadi waktu itu Koran Tempo memilih empat puluh startup dari seluruh Indonesia, kemudian dilakukan seleksi lagi dan setelah itu ada interview. Kemudian mengerecut menjadi duapuluh lima dan kemudian dikerucutkan menjadi enam belas peserta,� pungkas Reanes. Penghargaan ini merupakan hasil dari jerih payah Reanes dan Ferindo serta rekan-rekan yang tergabung dalam Sampah Muda, mengingat apa yang dilakukan tidaklah mudah. Namun, dengan berbekal niat baik dan memikirkan dampak positif yang dapat diterima masyarakat akan adanya Sampah Muda ini, Reanes dan Ferindo tetap berjuang. Mereka beranggapan bahwa penghargaan yang diterima ini adalah pembuktian bahwa apa yang mereka lakukan selam ini tidaklah sia-sia. “Kami memiliki misi upaya impact-nya akan lebih besar dan semakin banyak yang mengapresiasi dan turut serta. Kami beryukur semakin kesini, semakin banyak orang yang peduli dengan masalah sampah,� tutur Reanes. Wujudkan Tahun 2025 Indonesia Bebas Sampah Selain penghargaan dari Koran Tempo, Reanes dan Ferindo bersama Sampah Muda juga turut mengikuti event tahunan bernama Jambore Bebas Sampah yang diikuti oleh para penggiat sampah se-Indonesia. Pada awalnya, Jambore Bebas Sampah mencetuskan Indonesia Bebas Sampah 2020 namun terakhir ada perpanjangan waktu menjadi Indonesia Bebas Sampah 2025. Ini merupakan gerakan nasional, dimana masingmasing daerah bersama-sama bergerak mewujudkan Indonesia Bebas Sampah 2025.
Penggagas acara ini selain dari pegiat sampah juga dari pemerintah, mengingat ini merupakan masalah yang kompleks dan membutuhkan banyak pihak untuk mewujudkannya. Sampah Muda rencananya juga akan mengadakan penanaman kembali sebelum memasuki bulan puasa yang akan dilakukan di daerah Tambakrejo yang merupakan pemukiman yang dekat dengan laut. Serta penanaman pohon kembali di area pesisir pantai yang terkena abrasi pada bulan Juni mendatang sebagai perayaan Hari Laut Sedunia. (fn)
25
EDENTS
Volume 1 Edisi XXVI Tahun 2017
26
Potret
EDENTS
Volume 1 Edisi XXVI Tahun 2017
27
Potret
EDENTS
Volume 1 Edisi XXVI Tahun 2017
28
Potret
EDENTS
Volume 1 Edisi XXVI Tahun 2017
29
Sudut Profesi
Profesi Akuntan Masa Sekarang vs Masa Depan Oleh: Mariani
menerima resiko pada titik tertentu yang melebihi resiko pegawai itulah yang menjadi penting dalam sebuah profesi.
Dok. pribadi
Resiko itulah yang dialami oleh seseorang dengan profesi akuntan. Penting bagi seorang akuntan untuk mematuhi standar, jika standarnya sudah terpenuhi maka akan bebas dari klaim klien, tidak ‘bertabrakan’ dengan kode etik dan mentaati peraturan. Darsono pernah mengikuti organisasi Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan Institut Akuntan Publik (IAP) yang memiliki visi untuk meningkatkan daya terima atau peningkatan penghargaan terhadap profesi akuntan. “Sebagai dosen dan Pegawai Negeri Sipil (PNS) selama ini, saya berada pada balancing atau keseimbangan dalam memenuhi tugas-tugas pegawai negeri dan berpraktek. Pada Undang-Undang Akuntan Publik pun memperbolehkan pegawai negeri menjadi akuntan publik bahkan boleh menjadi pejabat di Lembaga Pendidikan,” ujar Darsono. Mendirikan Kantor Akuntan Publik
Darsono, Akademisi FEB Undip dan Pendiri Kantor Akuntan Publik
Berawal dari pegawai swasta, hingga memiliki bayangan untuk menjadi pegawai negerilah yang mengantarkan Darsono, Akademisi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro menjadi seorang akuntan. Setelah mendalami ilmu tersebut banyak manfaat yang dirasakannya, misalnya ketika sedang mengajar maka muatan dalam mengajar tidak hanya teori tetapi juga ada prakteknya. Praktek akuntansi sendiri dapat dibedakan menjadi dua, yaitu praktek jangka panjang dan jangka pendek. Awal Mula Karir dan Resiko Profesi Akuntan
Darsono mengatakan bahwa untuk menjadi akuntan harus memenuhi syarat pendidikan sebagai pintu masuk, disamping itu juga perlu persyaratan profesi termasuk pengalaman dan juga sertifikasi. Jika hal-hal tersebut telah terpenuhi, maka baru bisa masuk ke dalam dunia praktek. Di dunia praktek ada satu syarat yang harus dipenuhi, yakni berani mengambil resiko. Hal ini karena ketika melakukan praktek, maka pasti selalu ada resiko yang membuntuti. Beda halnya dengan mejadi pegawai, dimana resiko yang dialami tidak terlalu terlihat karena menyatu bersama dengan yang lain dan kemudian bergerak dalam sebuah organisasi. Resiko yang diterima pegawai, misalnya tidak naik pangkat dan dipecat ketika perusahaannya bangkrut. Namun, Resiko seperti itu disebut kecil karena banyaknya orang yang mengalami sehingga dinilai tidak terlalu berat. Berbeda halnya ketika kita berpraktek dengan resiko yang ditanggung sendiri, mulai dari kebangkrutan, mencari klien, membayar gaji dan beban-beban lain yang harus diterima. Jadi, kemauan untuk
EDENTS
Volume 1 Edisi XXVIII Tahun 2018
Kantor Akuntan Publik (KAP) milik Darsono didirikan sejak tahun 1997 sampai saat ini. Dalam melaksanakan tugas seorang akuntan, ia berpartner dengan Budi Cahyo. Berdasarkan pengalaman yang dialaminya, seorang praktisi harus memiliki kemampuan manajerial waktu yang baik.
Selain itu, dalam hal menjadi seorang praktisi, Darsono mengatakan pentingnya memiliki partner yang memiliki semangat dan visi yang sama dengan kita. “Ketika melakukan praktisi haruslah memiliki partner, agar sewaktu sibuk akan ada orang yang menggantikan. Kita harus memahami partner, jangan asal memilih orang untuk menjadi partner apalagi nantinya putus ditengah jalan,” tuturnya.
Darsono juga menekankan pentingnya sisi independen dalam dunia akuntan, meskipun resiko tindak pidananya tergolong tidak terlalu tinggi. “Meskipun dibayar, kita tetap harus independen, sehingga tidak boleh membela pihak yang membayar. Dunia akuntan itu menarik karena sebenarnya resiko akuntan itu tidak tinggi dalam artian tindak pidananya,” tambahnya. Profesi Akuntan di Masa Sekarang Versus Masa Depan
Darsono mengatakan bahwa profesi akuntan tidak akan terganti dengan teknologi yang lebih pesat di masa depan, tetapi pola kerjanya yang akan berubah. Adanya bantuan teknologi dapat menyebabkan jumlah pegawai untuk melakukan proses pemeriksaan menurun. Dengan pola kerja seperti ini, akan ada efisiensi sehingga jumlah tenaga lapangan akan lebih sedikit. Tidak dipungkiri bahwa tenaga kerja yang ada akan tergantikan dengan komputer, tetapi disisi lain kebutuhan dan aktivitas ekonomi juga meningkat. Hal tersebut tidak dapat diatasi karena telah menjadi kebutuhan dalam perkembangan teknologi serta dapat menimbulkan kontraksi, tetapi kontraksinya juga tergantikan dengan adanya peluang. “Pekerjaan menjadi seorang
30
Sudut Profesi akuntan sendiri menjadi sangat luas dan kita jangan hanya berkutat pada pekerjaan tradisional saja,” ungkap Darsono.
Melihat perkembangan teknologi dan modernisasi yang terjadi saat ini, sistem dan metode kerja seorang akuntan pasti mengalami perubahan. Hal ini harus dicermati, semuanya akan berubah, tetapi perubahan ini harus dimaknai dengan kemampuan. Sistem akuntansi adalah pekerjaan di perusahaan, sedangkan standar ialah sesuatu yang mengatur tata cara akuntan bekerja. Standar akuntansi di Indonesia mengacu pada standar internasional, sehingga konteksnya harus masuk ke dalam dunia yang memang telah maju, tidak boleh stagnan. Standar ini memperlihatkan trendnya yang lebih mencerminkan kondisi pasar sehingga menyebabkan harga-harga harus diarahkan kesana, baik pendidikan maupun profesinya. Hal ini tidak dapat ditolak karena seluruh masyarakat dunia mengikuti hal itu. Yang harus dilakukan ialah bagaimana kita memberi warna pada perkembangan trend itu, sebab melawan trend tidak mudah. Harus Memiliki Wawasan yang Luas
Ketika Darsono berpraktek sebagai akuntan publik, banyak peraturan-peraturan yang mengatur dan terkadang peraturan tersebut sering berubah sehingga harus benar-benar cermat. Perkembangan profesi mengikuti perkembangan kebutuhan dilapangan, resiko yang paling tinggi ialah resiko ketika salah kerja, karena ada tuntutan hukum. Darsono memberikan motivasi untuk generasi yang ingin menjadi akuntan di masa depan, salah satunya adalah meyakini bahwa menjadi seorang akuntan merupakan pekerjaan yang sangat menarik. Selain itu, banyak pekerjaan yang bisa dilakukan, tidak sekedar menjadi akuntan internal bahkan bisa menjadi analis hingga menjadi direktur di perusahaan-perusahaan. Jika kita berkembang dan menguasai perusahaan baik dari sisi keuangan, sistem, maupun manajemen, tentu kita akan lebih maju dibanding yang lain. Menjadi akuntan dapat mengerjakan tugasnya sendiri atau dengan tenaga orang lain. Oleh karena itu, Darsono berpesan bahwa untuk menjadi seoarang akuntan harus memiliki wawasan yang luas, tidak hanya sekedar menjadi pegawai atau melayani dengan tenaganya sendiri. Akuntan merupakan syarat utama menjadi seorang manajer keuangan, ahli analisis keuangan, direktur keuangan, serta dewan komisaris karena menguasai keuangan dengan detail. Dalam hal ini, basic dalam akuntansinya harus kuat, kemampuan berbisnis dan leadership harus dikembangkan serta wajib mempelajari ilmu teknologi informasi. Akuntan Sebagai Pejuang Anti-Korupsi
Akuntansi adalah pilar demokrasi, dengan adanya akuntansi orang dapat menyajikan data yang akurat sehingga dapat mengambil keputusan berdasarkan data serta harus transparan. Darsono mengatakan bahwa salah satu unsur pendukung demokrasi ialah transparansi, sehingga dalam hal ini tidak boleh ada pengambilan informasi yang bersifat asymmetric information. Profesi akuntan memiliki etika untuk mengembangkan dan menyajikan, sehingga terhindar dari orang-orang yang ingin korupsi, oleh karena itu seorang akuntan dapat disebut pejuang korupsi atau anti-korupsi. Sistem akuntansi yang baik di pemerintahan maupun di perusahaan akan menutup
EDENTS
Volume 1 Edisi XXVIII Tahun 2018
peluang untuk orang yang ingin korupsi.
Darsono berpesan kepada mahasiswa, ini saatnya untuk masuk dan ikut serta membangun tata kelola atau goverment yang baik, sehingga ada unsur keadilan di dalam pengambilan keputusan. Dengan pesatnya perkembangan teknologi dan modernisasi, maka seorang akuntan harus mengembangkan leadership dan ilmu teknologi informasi, tidak hanya manual saja. Mengenai kondisi profesi akuntan dimasa depan, Darsono tetap optimis bahwa profesi tersebut akan tetap terus berkembang dengan caranya sendiri, akan selalu ada, hanya metodenya yang berubah, karena ilmu akuntansi sudah melekat di kehidupan manusia. “Saya sangat optimis karena akuntansi telah ada sejak manusia hidup, berdagang dan melakukan tukar menukar sudah ada akuntansi dan audit, sampai orang meninggal pun akuntansi tetap dipakai untuk menghitung kekayaan yang ditinggalkan, wairsan, itu sudah termasuk akuntansi,” tutur Darsono. Ia bependapat bahwa perkembangan teknologi hanya mengubah metode kerjanya saja, dan membantu akuntan dalam menyelesaikan permasalahannya. “Sampai dunia ini tutup, akuntansi itu tetap ada, hanya saja metode kerjanya yang berubah. Kalau dulu manual, sekarang sudah dibantu teknologi informasi,” tutup Darsono. (fn)
“Saya sangat optimis karena akuntansi telah ada sejak manusia hidup, berdagang dan melakukan tukar menukar sudah ada akuntansi dan audit, sampai orang meninggal pun akuntansi tetap dipakai untuk menghitung kekayaan yang ditinggalkan, wairsan, itu sudah termasuk akuntansi. Sampai dunia ini tutup, akuntansi itu tetap ada, hanya saja metode kerjanya yang berubah,” –Darsono, Akademisi FEB Undip dan Pendiri Kantor Akuntan Publik
31
Social Movement Rumah Baca Sampun Maos: Menumbuhkan Minat Baca Anak-Anak Sejak Dini Oleh : Fendiawan Adams “Supaya anak-anak yang tidak mampu bisa merasakan pendidikan ekstrakurikuler. Untuk berbagi dan kebersamaaan gitu ya,” -Nikmatunniayah, Pendiri Rumah Baca Sampun Maos
Di tengah kondisi minat baca Indonesia yang memprihatinkan, masih ada orang yang mau berjuang untuk menyadarkan masyarakat Indonesia perihal pentingnya membaca untuk mengembangkan diri. Nikmatunniayah atau yang biasa dipanggil Nikmat, salah satu akademisi Politeknik Negeri Semarang, adalah penggagas Rumah Baca Sampun Maos. Rumah Baca Sampun Maos telah berdiri selama dua tahun, lebih tepatnya pada tanggal 17 Agustus 2016. Selain di Semarang, Rumah baca ini juga memiliki cabang di Ungaran, tetapi hanya bertahan selama satu tahun. Hal ini terjadi karena mayoritas muridnya terdaftar di sekolah yang menerapkan full day school. Berangkat dari Pelatihan Pentas Seni
Rumah baca ini berdiri pada saat Nikmat mendapat tugas untuk melatih anak-anak desa dalam pentas seni di hari kemerdekaan. “Awalnya saya diminta orang desa untuk melatih anak-anak pentas, nah terus kan anak-anak tiap hari kesini untuk latihan menjelang pentas, saya ajari puisi dan angklung awalnya, nah terus kan mulai kenal dengan anak-anaknya. Lalu saya bilang ke pengurus desa kalau mau mendirikan rumah baca, terus diumumin di desa,” ucap Nikmat. Rumah baca ini berdiri karena adanya dorongan kuat dari Nikmat untuk membuat sanggar yang menyediakan pendidikan ekstra yang bersifat gratis karena dirasa pendidikan ekstra mempunyai biaya yang mahal. “Supaya anak-anak yang tidak mampu bisa merasakan pendidikan ekstrakurikuler. Untuk berbagi dan kebersamaaan gitu ya,” pungkas Nikmat. Kegiatan Rutin dan Karya Wisata
EDENTS
Volume 1 Edisi XXVIII Tahun 2018
Selain kegiatan belajar mengajar, rumah baca sampun maos juga mempunyai kegiatan semesteran, yakni karya wisata. “Yang sudah pernah itu piknik di Kebun Binatang Semarang. Rangkaian acaranya itu ke kebun binatang lalu ke waterpark, kemudian pulangnya mampir ke pameran buku. Jadi misalnya kalo ada pameran buku rutin di gedung wanita itu, anak-anak kita berangkatkan. Rumah baca juga ada seragamnya,” jelas Nikmat. Tiap kegiatan memiliki guru atau mentor, kegiatan belajar hari Rabu memiliki dua guru, kegiatan mengaji mempunyai dua guru, dan kegiatan seni memiliki tiga guru. Kendala, Dukungan dan Harapan
Dalam pelaksanaan kegiatannya ada beberapa kendala yang dihadapi oleh rumah baca ini, yaitu kurangnya kesadaran orang tua untuk mendorong anak-anak datang ke rumah baca. “Dulu waktu awal-awal malah saya jemput satu-satu anaknya, dua saya jemput, saya antar ke rumah terus saya jemput lagi dua. Kan kadang muridnya udah datang sebagian, gurunya belum,” ungkap Nikmat. Meskipun mengalami kendala, Nikmat bersyukur karena kegiatan yang dilakukan rumah baca sampun maos mendapat dukungan dana dari beberapa orang, kebanyakan adalah teman mengajar Nikmat di Politeknik Negeri Semarang. Dana itu digunakan untuk memberi insentif bagi para guru. Sedangkan untuk pengadaan alat seni dan kegiatan wisata, Nikmat biasanya menggunakan dana pribadi. “Kalau untuk pengadaan alat seperti piano, angklung, rebana dan seragam anak itu pakai dana pribadi. Seragam juga dipakai hanya jika ada acara penting,” ujar Nikmat. Nikmat berharap untuk rumah baca ini bisa menjadi pusat belajar literasi, seni dan agama, untuk masyarakat dan kaum dhuafa, dan agar anak-anak yang tidak punya kesempatan untuk belajar di kelas ekstra yang elit bisa menikmati pelajaran itu. “Semoga rumah baca ini bisa menjadi contoh/role model untuk penggiat lain dalam mendirikan rumah baca seperti ini, menjadi ajang pengabdian bagi mahasiswa, serta menjadi wadah untuk mahasiswa agar bisa mengabdi di masyarakat,” tutup Nikmat. (fn)
Dok. sanggarrbsm.wordpress.com
Rumah Baca Sampun Maos memiliki tiga kegiatan rutin setiap minggu. Kegiatan yang pertama adalah les mata pelajaran matematika dan sains yang dilaksanakan tiap hari Rabu. Anakanak dibagi menjadi tiga kelompok dalam kegiatan ini, pertama adalah kelompok Taman Kanak-kanak (TK), yang kedua adalah kelas 1-3 SD, yang ketiga adalah kelas 4-6 SD. Selain belajar materi di buku, anak-anak juga melakukan praktek belajar, seperti membuat pelangi dan membuat tanaman hidroponik. Kegiatan yang kedua adalah kegiatan belajar mengaji yang diadakan tiap hari Jumat. Untuk keigiatan mengaji tiap bulan dilaksanakan pelajaran mengenai wudhu dan sholat. Lalu yang terakhir adalah kegiatan seni yang dilakukan tiap hari Sabtu. Kegiatan seni terdiri dari pelajaran musik angklung, piano, dan tari saman. “Hari sabtu khusus untuk seni, tujuannya untuk melestarikan seni dan budaya daerah. Rebana ini kan budaya islam dari demak, kalau angklung ini kan musik daerah jawa barat. Baik angklung maupun rebana ini kan mengajarkan anak untuk
kerja sama,” tuturnya.
32
Kunjungi! www.lpmedents.com
Kondisi minat baca bangsa Indonesia memang cukup memprihatinkan. Berdasarkan studi “Most Littered Nation In the World” yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016 lalu, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca. Indonesia persis berada di bawah Thailand (59) dan di atas Bostwana (61). Padahal, dilihat dari segi infrastuktur pendukung membaca, peringkat Indonesia berada di atas negara-negara Eropa.
Arus Modernisasi | Laporan Khusus
Menjadi Saksi Hubungan antara Industrialisasi dan Pendidikan dalam Arus Modernisasi Oleh: Sequoia Satria, Arsenio Wicaksono, Albertus Agung
telah beranjak pada tahap industri keempat yang sering disebut juga dengan sebutan industry 4.0.
Dok. pribadi
Edi Subkhan, Akademisi Universitas Negeri Semarang
“Perubahan yang terjadi karena teknologi–teknologi yang dihasilkan di era-era sekarang yang basisnya digital itu mengubah cara orang berkomunikasi, mengubah cara orang melakukan aktivitas ekonomi, mengubah cara orang mencari hiburan, termasuk mengubah cara orang belajar,� jelas Edi. Ucapannya memberi makna berarti sebagaimana kita saat ini hidup menjadi saksi dari perubahan-perubahan yang telah banyak terjadi. Semisal dulu sebelum adanya beragam aplikasi berita yang kini mudah didapatkan pada perangkat telepon seluler kita pada saat ini, kita harus bergegas untuk berangkat kuliah pagi hari demi membaca koran yang biasa dipajang di mading-mading kampus. Namun sekarang, berkat adanya teknologi, kini kita mudah untuk mendapatkan informasi seperti berita hanya tinggal satu ketukan jari pada perangkat telepon seluler, informasi telah hadir dengan mudah dan praktis dibanding sebelumnya. Industry 4.0 dan Penyesuaian di Bidang Pendidikan
Plato, filsuf klasik asal Yunani mengungkapkan bahwa waktu adalah cerminan realitas yang bergerak. Ucapan ini mengungkapkan bahwa waktu tidak dapat terhenti selama realitas itu terus bergerak dan memberi arti bahwa manusia merupakan pemeran dari terciptanya realitas. Hal ini menyebabkan manusia tidak dapat untuk menghentikan waktu sementara manusia selalu memberi peran pada realitas itu sendiri. Dalam kaitannya dengan waktu, ialah sejarah. Karl Marx, filsuf asal Prusia pernah mengungkapkan bahwa sejarah tidak bersifat konstan dengan keadaan tanpa campur tangan manusia, ungkapannya digunakan untuk memberi suatu anti-thesis sekaligus sintesis atas pola pikir yang berkembang pada waktu itu yang menganggap bahwa sejarah terjadi karena sudah begitulah adanya dan seharusnya. Pola pikir yang kemudian dipanggil dengan sebutan pola pikir idealis.
Antara waktu dan sejarah, terdapat industri yang terus berkembang dan semakin modern seiring dengan berjalannya waktu dan hal inilah yang kini kita sering dengar merupakan dampak dari arus modernisasi. Melalui adanya arus modernisasi, Edi Subkhan, dosen Fakultas Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Semarang ( FTP UNNES) dan juga penulis dari beberapa judul buku, menjelaskan bagaimana kehidupan kita sehari-hari semakin dipermudah melalui kemajuan industri yang ada hingga saat ini, ialah kemajuan industri tahap keempat yang serba mengandalkan teknologi yang semakin canggih. Hingga sekarang, kita
EDENTS
Volume 1 Edisi XXVIII Tahun 2018
Tahap industrialisasi keempat ini merupakan tahap perubahan industri yang berbeda dari yang telah terjadi sebelumnya. Jika pada sebelumnya perubahan industri berbuah pada terciptanya mekanisasi pekerjaan, produksi barang secara massal, adanya komputerisasi dan munculnya beragam perangkat elektronik canggih seperti komputer yang memudahkan pekerjaan. Industry 4.0 menerapkan perubahan lebih lanjut pada perangkat elektronik yang serba mengandalkan jaringan nirkabel. Sebab dari arus perkembangan industri keempat inilah yang menghasilkan suatu era baru yang kemudian disebut oleh Edi sebagai era digitalisasi dan automasi. Imbas dari hadirnya era digitalisasi ini ia sebutkan memiliki dampak yang besar pada cara belajar yang sekarang serba otonom. Artinya, saat ini pelajar atau siapa saja mampu untuk mengakses informasi berupa pendidikan secara bebas dan bisa ditentukan oleh dirinya sendiri. Hal ini ia katakan berbeda dengan metode-metode belajar secara tradisional yang selama ini diterapkan. Pada metode belajar tradisional, siswa diterapkan untuk menunggu instruksi dari guru untuk kemudian belajar mengenai berbagai macam materi yang dibutuhkan, bedanya disebutkan oleh Edi adalah seperti metode belajar yang mengandalkan perangkat elektronik bebas untuk menentukan konsep, sistem, dan materi apa saja yang diingkan untuk dikuasai.
“Revolusi besar! Kini orang cukup memiliki handphone Android,
33
Arus Modernisasi | Laporan Khusus dan punya paket data bisa terbang ke mana saja untuk mengakses bermacam informasi pendidikan yang ada. Ini memberi imbas yang secara langsung mengubah bagaimana cara-cara kita untuk memperoleh informasi pendidikan tidak seperti masamasa sebelumnya. Dunia pendidikan bisa saja semakin personal dan ini memberi akibat juga bahwa kini siapa saja memiliki otonomi tersendiri ketika ingin menguasai materi tertentu,� tegas Edi. Ia juga mengatakan bahwa pada kondisi pendidikan dewasa ini, instruksi dari pengajar dan tatap muka bukan menjadi sebuah keharusan. “Beda dengan metode pembelajaran tradisional, kita menunggu instruksi untuk kuasai materi dan kemudian dipresentasikan. Tapi melalui era digitalisasi ini, sekarang belajar pun tidak harus tatap muka dengan pengajar. Nggak dibatasi ruang dan waktu lagi. Cukup ada colokan dan Wi-Fi anak-anak sekarang sudah bisa belajar,� tutur salah satu penulis buku berjudul Manipulasi Kebijakan Pendidikan itu.
Dalam memandang perubahan industri, Edi menyampaikan sebuah pandangan mengenai apa yang perlu disesuaikan. Menurutnya, pemerintah perlu untuk terus melakukan pengembangan kurikulum dan desain sistem pendidikan yang tentunya harus kompatibel dengan perubahan era industri. Edi mengatakan bahwa perlu adanya pembaharuan kurikulum, ia menyebutkan bahwa hal ini merupakan tuntutan yang harus terjadinya kesesuaian antara dunia pendidikan dan juga relevansi pada dunia pekerjaan. Satu hal yang ia soroti sebagai kunci adalah kompetensi dari sumber daya manusia. Menurut Edi, pembaharuan kurikulum di dunia pendidikan lima tahunan bisa saja menjadi kurang nantinya, ia menyebutkan alasannya dengan berpendapat bisa saja nanti pendidikan tertinggal, artinya tidak adanya kesesuaian relevansi antara dunia pendidikan dan dunia pekerjaan apabila hal semacam ini dianggap remeh dan kurang diperhatikan. Perkembangan Industri Automasi
Pada dasarnya, automasi merupakan bahasa yang berasal dari Bahasa Yunani, ‘automotos’ yang memiliki arti ialah membawa maksud untuk bergerak sendiri (self-moving) dan juga Bahasa Latin, ‘ion’ yang mengandung arti dalam keadaan tetap. Automasi sendiri kerap dikaitkan dengan terjadinya perkembangan industri, dan automasi inilah yang sering juga dikhawatirkan oleh banyak orang mengenai status pekerjaannya yang bisa jadi dan banyak diprediksi mampu menggantikan berbagai jenis pekerjaan manusia yang akan digantikan oleh suatu sistem ataupun robot.
EDENTS
Volume 1 Edisi XXVIII Tahun 2018
Edi menilai bahwa perkembangan industri yang terjadi bisa saja mengakibatkan hilangnya beberapa jurusan yang ada pada kampus yang sifatnya teknis. “Bisa jadi begitu, walaupun tidak selamanya. Kita kalau mau menyimpulan hilang atau berganti program studi kan harus research untuk dapat mengkalkulasi itu, memprediksi dan sejenisnya. Tapi bisa jadi itu akan hilang, berganti dengan program studi yang lebih suesuai dengan kebutuhan yang lebih riil,� ucapnya. Paradoks Pengembangan Sekolah Vokasi
Belakangan, pemerintah kerap masuk pada judul berita dengan hajatnya untuk ‘menggenjot’ program Sekolah Vokasi (SV) untuk meningkatkan keterampilan dan keadaan siap kerja untuk generasi muda. Dalam kaitannya dengan perkembangan industri keempat, banyak anggapan bahwa kebijakan ini mengandung banyak kontradiksi. Di satu sisi Pemerintah ingin agar lebih banyak lagi orang untuk siap kerja, namun di sisi lain industry 4.0 menghadirkan kemajuan teknologi yang diprediksi mengakibatkan banyak pekerjaan manusia digantikan oleh mesin dan sistem. Terkait hal tersebut, Edi berpendapat bahwa terdapat kondisi paradoks yang terjadi diantara hal tersebut. Adapun paradoks yang terjadi adalah paradoks pada pola pikir (mind-set), yakni tradisi yang berkembang. Selama ini, pola pikir yang terjadi adalah bahwa SV hanya memberikan pekerjaan berupa materimateri teknis saja, padahal ada hal yang lebih luas daripada itu. “SV mengembangkan kompetensi bersifat learning how to learn. Konsep pembelajaran sepanjang hayat dapat berjalan karena kalau tidak, lulusan-lulusan SMK itu mencukupkan diri dengan kompetensi yang diberikan sekolah mereka tidak mampu untuk dikembangkan potensinya,� jelas Edi.
Menurutnya, yang perlu dimaksimalkan dan lebih diperhatikan dari ‘menggenjot’ SV itu sendiri adalah bagaimana Pemerintah harus jeli untuk mengembangkan potensi sesuai yang dimiliki dengan Indonesia. Berbagai industri di bidang otomotif, elektro atau sejenisnya bisa saja keok bersaing dengan negara lain. “Coba kamu lihat apa yang bisa dikembangkan dengan potensi besar di Indonesia. Contohnya maritim. Ini bisa jadi potensi besar buat kita, toh ya kita negara kepulauan terbesar. Bayangkan kalau pendidikan bisa sejeli itu untuk melihat potensi yang ada. SV dalam kaitannya dengan pendidikan SMK adalah jalan shortcut yang diambil pemerintah untuk mengatasi pengangguran terdidik,� tegasnya.
Dok. Edents
Menyinggung mengenai terjadinya automasi, pria kelahiran Grobogan itu menyebutkan bahwa pada dasarnya, automasi merupakan konsep dari beberapa aktivitas pekerjaan yang bisa berjalan secara otomatis. Aktivitas tersebut datang sebagai imbas dari perkembangan yang besar dari perkembangan industri yang menghasilkan berbagai teknologi seperti artificial intelligence atau yang biasa disingkat sebagai AI dalam ejaan Bahasa Inggris. “Misalnya masuk tol itu udah gak butuh kasirnya itu harus pakai kartu sehingga banyak orang yang di-PHK karena harus pake kartu tol itu, nah itu juga berimbas pada beberapa jenis pekerjaan yang sifatnya rutin, repetisi, yang bisa digantikan oleh mesin itu akan digantikan,� pungkas Edi.
Edi menambahkan bahwa dunia pendidikan harus dapat memberikan solusi alternatif atas permasalahan tersebut, dengan memberik kompetensi lain. “Nah, ini yang kemudian menjadikan dunia pendidikan harus bisa menjawab masalah itu dengan memberikan kompetensi-kompetensi yang lain, yang sifatnya bukan rutin atau semacam itu,� tambahnya. Edi pun kembali memberi contoh seperti beberapa pekerjaan yang dulu kerap dilakukan secara kerja teknis oleh manusia seperti yang dilakukan oleh Kantor Pos di zaman dahulu untuk berbagai jenis pekerjaan stempel . Hal ini terbukti dari berbagai kegiatan surat menyurat yang kini telah digantikan oleh berbagai media seperti e-mail, dan aplikasi sosial media yang sudah mudah diraih seperti WhatsApp.
Melihat Fungsi Negara dan Peran yang bisa Diambil Maha-
34
Arus Modernisasi | Laporan Khusus siswa Hadirnya arus perkembangan industri yang terjadi, tentu peran Pemerintah tidak boleh dilupakan untuk menyejahterakan rakyatnya. Edi kembali berpendapat dengan argumennya yang menguatkan betapa pentingnya perannya melalui kebijakan yang bisa diambil. Ia memberi contoh pada negara Amerika Serikat (AS), untuk menekan pasar bebas, AS membuat kesepakatan dengan berbagai negara agar produk dalam negerinya bisa dikirimkan ke negara lain dan melakukan proteksi melalui kebijakan peraturan, tarif, dan berbagai hal lainnya agar produk dalam negeri AS tidak tergerus oleh produk dari negara luar. “Indonesia juga perlu melakukan hal yang serupa agar perkembangan teknologi itu tidak merugikan semua orang terus tiba-tiba dikelola oleh robot dan orang jadi nganggur. Untuk jangka pendek itu perlu dilakukan, tapi untuk jangka panjang barangkali juga selain kebijakan itu di ranah public yang bersifat umum ya intervensi dunia pendidikan itu, mengembangkan dan merekonstruksi kurikulum, mengidentifikasi kompetensi yang dibutuhkan, mengembangkan sistem agar bisa merespon secara cepat,” ungkapnya.
Terkait peran apa yang dapat diambil oleh mahasiswa, Edi berpendapat bahwa di era perkembangan industri dan era digitalisasi ini, perlu adanya kesadaran dari mahasiswa sendiri untuk terus berkompetisi untuk mengembangkan kompetensi sebagai akibat dari serba autonomnya informasi yang mampu diakses. “Mahasiswa perlu untuk bisa menggunakan perangkat teknologi yang dimiliki secara bijak untuk dirinya. Perkembangannya luar biasa, sehari bisa muncul beberapa situs bermacam-macam dan itu jadi sumber belajar. Jadi kompetensi yang diperlukan ya belajar, up to date dan selalu mengkontrol serta memanfaatkan diri. Kalau di dunia pendidikan disebut self-directed learning, aitu pembelajaran yang direct sendiri oleh diri sendiri, jadi itu butuh kesadaran diri,” tutup Edi. (fn)
“Revolusi besar! Kini orang cukup memiliki handphone Android, dan punya paket data bisa terbang ke mana saja untuk mengakses bermacam informasi pendidikan yang ada. Ini memberi imbas yang secara langsung mengubah bagaimana cara-cara kita untuk memperoleh informasi pendidikan tidak seperti masa-masa sebelumnya. Dunia pendidikan bisa saja semakin personal dan ini memberi akibat juga bahwa kini siapa saja memiliki otonomi tersendiri ketika ingin menguasai materi tertentu,” –Edy Subkhan, Akademisi Universitas Negeri Semarang
Dok. wikipedia.com
EDENTS
Volume 1 Edisi XXVIII Tahun 2018
35
Arus Modernisasi | Laporan Khusus
Ancaman dan Peluang Pasar Ritel Ditengah Derasnya Arus Modernisasi Oleh: Wakhidatun Nurrohmah, Fatyatul Ulfa, Susi Susanti
“Umumnya mayoritas orang masih sering membeli dan bertransaksi di pasar tradisional, bahkan pasar tradisional sampai saat ini masih menjadi salah satu tempat untuk mengukur besarnya inflasi. Badan Pusat Statistika (BPS) biasanya mengambil data inflasi berdasarkan kondisi pasar tradisonal, bukan modern,” - Muhammad Arif Sambodo, Kepala Dinas Perindutrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah. Ada banyak pengertian mengenai pasar ritel. Salah satunya menjelaskan bahwa pasar ritel merupakan tempat pemasaran yang melibatkan semua aktivitas berkaitan dengan penjualan barang dan jasa yang kemudian didistribusikan langsung kepada konsumen dan pemanfaatannya untuk dikonsumsi, tidak untuk diperjual belikan kembali. Pasar ritel sendiri dibagi menjadi dua, yakni ritel tradisional dan ritel modern. Secara sederhana, ritel tradisional merupakan kegiatan jual beli barang secara eceran langsung ke konsumen terakhir dengan area berjualan yang tidak terlalu luas, barang yang dijual pun tidak terlalu banyak jenisnya dengan sistem pengelolaan atau manajemennya masih sederhana. Dalam pasar ini kegiatan tawar-menawar masih dapat terjadi. Sedangkan ritel modern merupakan kegiatan jual beli barang secara eceran langsung ke konsumen terakhir dengan area berjualan yang luas. Barang yang dijual banyak jenisnya, sistem pengelolaan atau manajemennya sudah modern dan dalam pasar ini harga sudah menggunakan harga netto atau dengan kata lain sudah tidak dapat dilakukan tawar-menawar. Pasar Ritel adalah Pasar Rakyat
Keberadaan pasar ritel tradisional atau yang sering pula disebut pasar rakyat masih mendominasi kegiatan ekonomi dengan proporsi 75%-80% di Jawa Tengah maupun Indonesia. “Umumnya mayoritas orang masih sering membeli dan bertransaksi di pasar tradisional, bahkan pasar tradisional sampai saat ini masih menjadi salah satu tempat untuk mengukur besarnya inflasi. Badan Pusat Statistika (BPS) biasanya men-
EDENTS
Volume 1 Edisi XXVIII Tahun 2018
gambil data inflasi berdasarkan kondisi pasar tradisonal, bukan modern,” jelas Muhammad Arif Sambodo selaku Kepala Dinas Perindutrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah.
Dewasa ini, pesatnya perkembangan teknologi sudah menjalar di berbagai bidang kehidupan, tak terkecuali dalam aktivitas ekonomi. Meningkatnya kebutuhan terhadap aplikasi teknologi sistem informasi menjadi salah satu ciri keberadaan ritel modern. Sebagai contohnya kini banyak toko yang menjalankan aplikasi sistem operasi tokonya dengan media komputer. Dapat dikatakan bahwa pasar ritel modern saat ini mengalami perkembangan yang sangat cepat. Hal ini ditandai dengan banyaknya Mall atau pusat perbelanjaan di berbagai kota. Seperti yang sudah sering kita jumpai, ritel modern menawarkan kenyamanan tersendiri jika dibandingkan dengan ritel tradisional yakni menyediakan banyak toko dengan berbagai kebutuhan didalam satu atap. Dengan demikian, waktu perjalanan bagi para pembeli menjadi semakin efektif serta efisisen. Selain itu, ritel modern memadukan aktivitas berbelanja dan hiburan dengan menyediakan tempat untuk berbelanja, bersosialisasi, berjalan-jalan, dan serta tempat makan sekaligus dalam satu tempat. “Karena masyarakat saat ini sudah mulai berpikiran praktis dan cenderung ke arah mencari kenyamanan. Kebanyakan pasar ritel (modern) saat ini, disamping menjadi pusat perbelanjaan juga menjadi tujuan wisata,” ungkap Arif. Perubahan Preferensi Masyarakat
Pesatnya perkembangan teknologi tidak hanya men-
36
Arus Modernisasi | Laporan Khusus tradisional. “Kalau saya tegaskan, memang pasar online (e-commerce) ini menjadi ancaman utama dalam perkembangan pasar ritel. Sedangkan untuk hal-hal lain seperti permodalan dan lainlain pemerintah masih bisa menghandle dan membantu dengan optimal,” tuturnya. Arif menekankan dua hal penting yang harus diperhatikan terkait perkembangan pasar online, yakni regulasi akan pasar tersebut dan penyesuaian oleh pelaku ekonomi. “Untuk perkembangan pasar online ini ada dua hal yang harus diperhatikan. Pertama, pengaturan atas pasar online itu sendiri. Yang kedua adalah bagaimana sikap para pelaku pasar untuk menyesuaikan diri kepada perkembangan globalisasi,” tambahnya.
Dok. pribadi
Muhammad Arif Sambodo, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah
gubah sistem pengoperasian sebuah toko. Tetapi juga mengubah cara konsumen dalam melakukan sebuah transaksi. Hal ini ditunjukkan dengan semakin berkembangnya e-commerce. E-commerce (perdagangan elektronik) adalah kegiatan jual beli barang atau jasa melalui jaringan elektronik, terutama internet. Dengan adanya perkembangan teknologi informasi dan software seperti ini membuat transaksi konvensional menjadi mungkin untuk dilakukan secara elektronik. Perdagangan secara online kini menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat. Banyak yang beranggapan bahwa sistem online ritel telah membuat daya beli masyarakat melemah dalam aspek membelanjakan uangnya secara fisik. “Begini, sebenarnya bukan karena daya beli masyarakat yang menurun. Orang sekarang itu lebih bersikap memahami tentang sesuatu yang bersifat leisure atau bersenang-senang,” pungkas Arif. Ia mengatakan bahwa preferensi alokasi pendapatan masyarakat sekarang lebih diarahkan kepada kegiatan wisata dan leisure, bukan untuk konsumsi. “Contohnya kita menahan untuk belanja, tapi kita gunakan uang itu dalam keperluan wisata. Nah, mall yang mengubah tempatnya menjadi tempat yang tidak hanya bisa digunakan untuk berbelanja saja kemungkinan besar dapat survive. Sementara toko yang terpaksa tutup itu karena mereka tidak mampu mengikuti perkembangan zaman,” tambahnya. Pasar Online Bukan Satu-satunya Ancaman bagi Pasar Ritel
Menurut Arif, pasar online merupakan salah satu ancaman utama perkembangan pasar ritel baik itu modern maupun
EDENTS
Volume 1 Edisi XXVIII Tahun 2018
Terkait dengan pendapat Arif yang mengatakan bahwa pasar online adalah ancaman utama bagi pasar ritel, pendapat berbeda justru muncul dari Budi Suseno selaku Ketua Asosiasi Pasar Ritel Indonesia (Aprindo) Semarang. Budi, yang tidak senada dengan pendapat Arif, menegaskan bahwa perkembangan e-commerce tidak terlalu mengancam keberadaan pasar ritel tradisional maupun modern. “Menurut saya masih perlu waktu, cuma sekarang sudah ada pengaruhnya tapi belum banyak. Perdagangan online atau e-commerce hanya mempengaruhi perekonomian sekitar 5- 7 %,” ujar Budi.
Selain perkembangan perdagangan online atau e-commerce yang semakin meningkat, ada faktor-faktor lain yang menjadi ancaman bagi pasar ritel itu sendiri, antara lain ketidakelastisan para pelaku pasar utamanya produsen dan adanya perang tarif. Penggunaan sarana online dalam kegiatan ekonomi memang tidak bisa dilarang, Sehingga keelastisan pedagang dalam merespon hal tersebut merupakan hal penting agar eksistensinya tidak kalah bersaing. “Kalau menurut saya, ancamannya itu sebenarnya lebih kepada ketidakelastisan mereka mengikuti perkembangan. Kalau mereka tetap dengan kondisi seperti ini tentunya akan kalah bersaing. Ibaratnya pasar tradisional itu harus kenyal terhadap perubahan yang sedang terjadi. Hal tersebutlah yang harus diperkenalkan untuk pedagang tradisional,” tutur Arif. Arif menekankan bahwa disinilah intervensi pemerintah dibutuhkan, yakni dalam hal mengakomodir para pedagang tradisional dalam menghadapi perubahan yang terjadi. Pemerintah harus berupaya menyadarkan para pedagang tradisional bahwa zaman sudah berubah. Salah satu upayanya adalah dengan melakukan penerapan teknologi dan sosialisasi kepada pedagang tradisional. Sosialisasi ini berfungsi agar pedagang tradisional dapat memahami dengan adanya dinamika perkembangan IT, memungkinkan bagi konsumen untuk melakukan transaksi secara online. Muncul berbagai sarana yang memungkinkan konsumen dan pordusen untuk melakukan transaksi yang tidak hanya bersifat offline. Tutupnya Pasar Ritel dan Ancaman Pengurangan Tenaga Kerja Pabrik
Fenomena tutupnya beberapa toko ritel besar bisa dikatakan bahwa perkembangan pasar ritel semakin redup dan digantikan oleh pasar online yang lebih disukai masyarakat karena kemudahan yang ditawarkannya. “Memang perdagangan saat ini agak redup sedikit, karena ada kemungkinan travelnya me-
37
Arus Modernisasi | Laporan Khusus ningkat. Karena retail itu adalah pusat penjualan secara eceran kepada masyarakat,” pungkas Budi.
Budi menambahkan bahwa eksistensi pasar online juga berpengaruh tidak hanya pada pasar ritel, namun juga pada pabrik-pabrik penghasil barang jadi. “Barang retail tersebut kan diambil dari pabrik, dampaknya ya yang terjadi nanti pabrikpabrik akan mengurangi tenaga kerja karena industri penjualannya agak berkurang. Karena barang barang ini kan berasal pabrik yang kita pajang di toko-toko. Kalau toko-toko sendiri omsetnya berkurang kan pengambilannya industri juga akan berkurang. Padahal peraturan yang baru ini adalah terutama barang-barang impor itu dikenakan bea masuknya tinggi,” tambahnya. Pandangan berbeda disampaikan oleh Arif. Adanya peralihan dari pasar tradisional yang cara transaksinya masih konvensional ke pasar online tentu akan berdampak pula pada penggunaan faktor-faktor produksi utamanya tenaga kerja. Arif membantah jika peralihan tersebut berdampak pada pengurangan tenaga kerja. “Tidak perlu khawatir tentang tenaga kerja yang berkurang, karena akan ada peralihan lapangan keja yang semula dia memikul barang-barang di pasar tradisional, suatu saat dia akan dagang menggunakan motor mengantarkan barang pesanan mereka,” tegasnya. Strategi yang Diperlukan Seiring berlalunya waktu, pasar ritel modern mungkin akan menggeser eksistensi dari pasar ritel tradisional. Menjamurnya pasar online (e-commerce) bisa menjadi suatu ancaman baik pasar ritel tradisional maupun ritel modern jika tidak diantisipasi sejak dini. Budi mengatakan bahwa hal terbaik yang dapat dilakukan oleh pedagang tradisional adalah meningkatkan kualitas pelayanan dan menyediakan barang yang menarik. “Meningkatkan pelayanan sebaik mungkin, menyediakan barang yang menarik, soal harga juga harus dihitung secara cermat agar harga jual tidak tinggi. Yaitu dengan mengurangi pembiayaan operasional. Di pihak lain, dukungan dari pemerintah antara lain pemberlakuan pajak yang tidak terlalu ketat,” ujar Budi.
Pasar ritel modern memang sudah mempunyai posisi tersendiri di mata konsumen. Namun bukan serta merta keberadaan ritel tradisional bisa ditinggalkan begitu saja. “Hal itu tidak akan ditinggalkan, justru ritel tradisional harus dan perlu di revitalisasi. Revitalisasi disini berarti penataan sarana dan prasarana dengan cara diperbaiki serta manajemen pasarnya juga perlu diperbaiki, begitu pula mindset,” terang Arif.
Pemerintah provinsi saat ini sudah gencar dalam melaksanakan program revitalisasi pasar ini. Target secara nasional adalah sebanyak 5.000 pasar sampai dengan tahun 2019. Salah satu bentuk revitalisasi ini adalah adanya standarisasi SNI (Standar Nasional Indonesia ) pada ritel-ritel tradisional. Di Jawa Tengah sendiri revitalisasi pasar ini dibiayai baik melalui APBN maupun APBD. Di Jawa Tengah sudah ada tiga pasar yang berstandar nasional, yaitu Pasar Manis Puwokerto, Pasar Legi Temanggung, dan Pasar Tanggul Surakarta. “Seperti Pasar Legi di Temanggung itu ada eskalator, ruang pertemuan, ruang laktasi, itu merupakan standar-standar yang diperkenankan ada di aturan. Karena mau tidak mau pasar tradisioanal masih menjadi yang dominan di dalam perkembangan dinamika ekonomi khususnya dunia perdagangan sehingga harus di revitalsasi dan diperbaiki,” terang Arif.
Aprindo sebagai salah satu perkumpulan yang mewadahi pengusaha-pengusaha ritel di Indonesia tentunya terus menjalankan program-program yang dapat menunjang perkembangan pasar ritel di Indonesia. Di Semarang sendiri, salah satu program yang saat ini sedang digalakkan adalah ‘Semarang Great Sale’. Program ini berbentuk pemberian kupon berhadiah dan diskon selama satu bulan pada toko-toko ritel yang tergabung dalam Aprindo Semarang. Program ini juga didukung dan diikuti oleh Perhimpunan Hotel dan Resort Indonesia (PHRI), Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APBI), kemudian juga diikuti oleh para pedagang-pedagang non-asosiasi yaitu antara lain pedagang kaki lima pasar tradisional. (fn)
Senada dengan Budi, Arif mengatakan bahwa harus ada perimbangan dan asas keadilan dalam pemberlakuan pajak diantara ketiga macam pelaku ekonomi tersebut. Pemberlakuan pajak dan retribusi juga harus diperlakukan kepada para produsen yang bergerak di pasar online. Pasar Ritel Harus Direvitalisasi, Bukan Ditinggalkan
EDENTS
Volume 1 Edisi XXVIII Tahun 2018
Dok. pribadi
Budi menambahkan bahwa pada kondisi seperti ini, peran pemerintah sangat dibutuhkan agar ketiga pasar yakni ritel tradisional, ritel modern, dan e-commerce dapat berjalan beriringan tanpa harus mematikan salah satunya. Bentuk dukungan pemerintah tersebut antara lain pengenaan pajak yang adil. “Pemerintah harus berlaku adil kepada wajib pajak yang sudah terdaftar dan pengusaha yang tradisional itu tidak terlalu berat pajaknya, dibanding dengan pengusaha online yang mereka tidak dikenakan pajak. Nanti akan dibuat aturan sendiri yang online dikenakan pajak. Supaya ada perimbangan,” ungkap Budi.
Budi Suseno, Ketua Asosiasi Pasar Ritel Indonesia Semarang
38
Arus Modernisasi | Laporan Khusus
Digitalisasi Perbankan: Membawa Dampak Positif dan Negatif Oleh: Asma Muthiah Sahidah, Mutia Rahmania, Nisrina Nuril Mala
“Jadi sebenarnya suatu teknologi itu digunakan untuk apa. Kalau digunakan untuk kebaikan ya hasilnya baik tetapi jika digunakan untuk kejahatan hasilnya jelek. Namun secara umum, dengan adanya digitalisasi itu sangat membantu sekali orang untuk melakukan aktivitas dan mempermudah kehidupan manusia,” –Wisnu Mawardi, Akademisi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Berdasarkan Strategi Nasional Keuangan Inklusif dari Bank Indonesia, inklusi keuangan didefinisikan sebagai hak setiap orang untuk memiliki akses dan layanan penuh dari lembaga keuangan secara tepat waktu, nyaman, informatif, dan terjangkau biayanya dengan penghormatan penuh kepada harkat dan martabatnya. Sejalan dengan hal itu, Wisnu Mawardi selaku akademisi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro menuturkan bahwa inklusi keuangan merupakan pemerataan pelayanan jasa-jasa keuangan kepada seluruh lapisan masyarakat. Pemerataan ini mempunyai maksud bahwa seluruh lapisan masyarakat mulai dari di pedesaan hingga ke perkotaan dapat mengetahui apa itu jasa-jasa keuangan. Wisnu mengatakan bahwa Inklusi keuangan bisa tercapai dengan baik manakala literasi keuangan terus diadakan dan dapat dirasakan masyarakat saat mereka mengetahui akan keputusan dalam menyimpan uang serta meminjam dana. Masyarakat dapat membuat pilihan, apakah mereka akan menyimpan uangnya dalam bentuk tabungan ataukah mendepositositokannya. Inklusi keuangan membuat masyarakat mengetahui jasa-jasa keuangan beserta produknya serta menghindarkan dari praktek-praktek keuangan yang ilegal dan tidak jelas. Pentingnya Inklusi Keuangan di Indonesia
Wisnu Mawardi menjelaskan dari data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bahwa angka melek keuangan masyarakat Indonesia masih berada dibawah angka 50 persen. Sedangkan menurut data Global Findex 2014, tercatat orang Indonesia yang memiliki akses dengan lembaga keuangan hanya sekitar 36 persen, sisanya masih tergolong unbankable atau belum tersentuh akses keuangan. Hal ini sangat disayangkan karena Indonesia merupakan negara besar dan keuangannya cukup banyak. Sehingga harus terus dilakukan inklusi keuangan diseluruh lapisan masyarakat. “Inklusi keuangan sangat penting, karena dengan keuangan itu adalah bagian dari sistem ekonomi,” tutur Wisnu. Ia menjelaskan, sistem keuangan memiliki lembaga-lembaga keuangan seperti bank dan lembaga lain. Bank menjadi sentral atau sering disebut sebagai penggerak ekonomi, terutama untuk pendanaan. Bank sangat penting untuk pendanaan pembangunan dan pertumbuhan permodalan perusahaan. Apabila masyarakat tidak mengetahui bank, maka mereka tidak bisa mengakses permodalan karena bank merupakan sentralnya pertumbuhan ekonomi. Permodalan merupakan bagian penting dari sebuah
EDENTS
Volume 1 Edisi XXVIII Tahun 2018
usaha. Suatu usaha bisa berdiri jika usaha tersebut mendapatkan modal yang cukup. Modal dalam usaha digunakan untuk membeli bahan baku, membayar gaji karyawan, dan biaya operasional maupun non operasional lainnya. Sebaliknya suatu usaha tidak bisa berdiri jika tidak bisa mengakses permodalan. Digitalisasi Perbankan sebagai Solusi
Adanya kemudahan akses informasi membuat masyarakat mengetahui berbagai macam bank, untuk apa bank itu, dan produk yang ditawarkan lembaga perbankan. “Selain bank, ada lembaga keuangan lainnya, ada pegadaian misalnya yang bisa diakses lewat internet. Sehingga pengenalan-pengenalan produk keuangan, literasi keuangan itu bisa terbantu sangat cepat dengan adanya internet dan termasuk teknologi informasi dan komunikasi. Bahkan sudah bisa dilakukan melalui internet. Ada internet banking, ada digital banking, ada transfer by internet ada klik BCA dan klik Mandiri,” tutur Wisnu. Wisnu menambahkan, kini Bank Perkreditan Rakyat (BPR) sudah mulai mengenalkan jasajasa keuangannya melalui teknologi informasi. Pesatnya perkembangan teknologi menandakan bahwa kini teknologi sudah mendunia. Globalisasi tidak mengenal batas. Indonesia merupakan salah satu negara yang sudah terjamah globalisasi bahkan sudah terjadi secara cepat di berbagai wilayah. Wisnu mengungkapkan, siap tidak siap Indonesia harus mengikuti perkembangan teknologi informasi. Kalau Indonesia tidak bisa menjalin hubungan dengan negara lain, maka transaksi keuangan dengan negara lain akan terhambat. Ia menggambarkan, sebagai contoh kini banyak negara lain mengirim letter of credit (L/C) ke Indonesia yang sudah memakai digital by internet, tidak memakai telegram atau surat lagi. Penggunaan digital by internet harus diikuti karena hal ini menyangkut sistem kerja secara global. Terutama lembaga keuangan yang menggunakan devisa maka akan secara otomatis berhubungan dengan bank bank di luar negeri (bank koresponden). Maka mau tidak mau, Indonesia juga harus mengimbangi teknologinya. Inherent Risk Digitalisasi Perbankan
Wisnu menguraikan ada beberapa tantangan yang harus dihadapi dengan dilakukannya digitalisasi jasa keuangan. Pertama, pengetahuan masyarakat. Melek teknologi masyarakat Indonesia masih belum merata. “Jika di kota Semarang mahasiswa sudah net minded bisa net banking dan tidak ada masalah. Tapi jika dilihat ke desa-desa ada yang menyalakan komputer saja belum
39
Arus Modernisasi | Laporan Khusus bisa, laptop saja belum tahu, atau bahkan mereka belum memiliki laptop. Jadi pemerataan pengetahuan teknologi informasi itu yang menjadi tantangan. Sehingga kalau hal itu belum merata berarti literasi juga belum merata juga,� tutur Wisnu.
Kedua, terkait dengan tingkat investasi dan pendanaan. Tidak semua lembaga keuangan mempunyai teknologi yang sama . Ada yang sudah canggih dengan memakai net banking tapi ada juga yang masih stand alone, bahkan menggunakan sistem online pun belum dilakukan. Kebutuhan investasi terhadap teknologi informasi perbankan serta keuangan berbeda-beda antar lembaga keuangan. Sehingga ada beberapa hal yang sudah bisa diakses dan ada yang belum bisa diakses dengan internet. Hal ini dikarenakan kemampuan yang berbeda-beda dalam hal investasi serta teknologi informasi yang bisa dikatakan tidak murah sehingga membutuhkan dana yang cukup untuk berinvestasi dalam hal teknologi.
Tantangan yang terakhir, dengan adanya teknologi informasi maka ada aktivitas baru yang berbasis internet. Apabila ada aktivitas baru maka akan menimbulkan inherent risk (resiko yang menyertainya). “Resiko yang dapat menyertainya seperti listrik yang mati, koneksi yang tidak cepat, komputer error sampai pada pembajakan program-program yang sering dinamakan degan hacker,� pungkas Wisnu. Selain itu, ia juga mengatakan adanya peluang dan potensi pemalsuan berbagai perangkat di dunia digital. “Selain itu terdapat pemalsuan perangkat-perangkat lunaknya (programnya) bahkan perangkat-perangkat kerasnya, berupa pemalsuan chip atau kartu atm nya. Jadi konsekuensinya ketika memakai teknologi itu harus dibarengi dengan antisipasi manajemen resiko utamanya manajemen resiko teknologi,� tambahnya. Wisnu mengatakan bahwa teknologi dan modernisasi menjadi sebuah ancaman atau peluang tergantung kepada penggunaan teknologi itu sendiri. Karena pada dasarnya, teknologi adalah sebuah alat. “Jadi sebenarnya suatu teknologi itu digunakan untuk apa. Kalau digunakan untuk kebaikan ya hasilnya baik tetapi jika digunakan untuk kejahatan hasilnya jelek. Namun secara umum, dengan adanya digitalisasi itu sangat membantu sekali orang untuk melakukan aktivitas dan mempermudah kehidupan manusia,� jelas Wisnu. Wisnu menegaskan dampak digitalisasi perbankan mempunyai banyak dampak positif karena mempermudah kehidupan manusia. Hanya saja, antisipasi resiko-resiko yang muncul perlu dilakukan secara bersamaan. Digitalisasi tidak perlu ditentang, karena hal itu merupakan suatu perkembangan teknologi yang tidak bisa dibendung. Jadi bagaimana digitalisasi sebagai suatu tools (alat) digunakan untuk mempermudah kehidupan manusia.
dari jurnal, buku besar, neraca lajur sampai dengan laporan laba rugi keluar pada zaman dahulu dibuat secara manual. Ada beberapa karyawan dalam hal journal keeper, ledger keeper, dan bagian pembuat laporan keuangan. Hal itu sudah menyerap banyak tenaga kerja ditambah dengan asisten-asistenannya. Begitu teknologi masuk, terjadi komputerisasi akuntansi. Siklus akuntansi ini yang melibatkan banyak orang sudah digantikan dengan teknologi komputer. Adanya digitalisasi dan komputerisasi berdampak pada pengurangan penggunaan tenaga kerja,� tuturnya.
Solusi terkait pengurangan tenaga kerja akibat digitalisasi dan komputerisasi adalah dengan mencari kompetensi lain. Mereka yang kinerjanya telah tergantikan dengan teknologi harus mencari kompetensi-kompetensi yang di lain bidang untuk dapat bertahan. “Arah pengembangan-pengembangan sumber daya manusia harus juga menjadi suatu perhatian karena ada kompetensi tertentu yang sudah tidak diperlukan karena tergerus dengan adanya digitalisasi dan komputerisasi teknologi informasi,� jelas Wisnu. Dengan adanya digitalisasi perbankan, diharapkan perbankan semakin mendekat dengan seluruh lapisan masyarakat sehingga peran perbankan yang sangat sentral terhadap pertumbuhan atau perkembangan ekonomi di Indonesia akan bisa dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Majunya perbankan berarti pembiayaan-pembiayaan terhadap usaha maju dan merata. Apabila maju dan merata maka semua sektor yang berhubungan dengan perbankan tidak ada masalah dengan pembiayaan dan permodalan. Apabila pembiayaan dan permodalan sudah oke, maka salah satu kesulitan pengembangan usaha sudah teratasi. Kesulitan-kesulitan yang seharusnya tidak perlu terjadi di dalam lembaga keuangan sudah teratasi dengan digitalisasi perbankan. Sehingga bank sebagai sentral perkembangan ekonomi perannya sudah on track atau sudah pada posisinya yang tepat. Apabila perbankan sudah on track, maka tinggal membangun di sektor-sektor yang lain. Hal ini terjadi karena pembangunan ekonomi tidak hanya terjadi di satu sektor saja. Tentunya dengan syarat bahwa resiko-resiko dapat terkelola dengan baik. (fn)
Hidup Tanpa Dunia Digital Merupakan Suatu Ketertinggalan
Bagi Wisnu, digitalisasi merupakan suatu keharusan karena hidup di dunia tanpa digital merupakan suatu ketertinggalan. Di negara maju, kemampuan teknologi dan kemampuan sumber daya manusia dalam mengakses teknologi sudah merata. Dengan adanya hal ini otomatis akses negatif harus diantisipasi, termasuk penyerapan tenaga kerja yang tergantikan. Dilihat dari aspek akuntansi, Wisnu memberikan gambaran mengenai berbagai pencatatan transaksi yang semula dilakukan secara manual, namun sekarang sudah berganti secara digital. “Mulai
EDENTS
Volume 1 Edisi XXVIII Tahun 2018
Dok. marketing.co.id
40
Sosial Budaya
Menilik Kota Semarang dari Kacamata Sosial Budaya Oleh: Nailul Maghfiroh dan Sigit Nugroho
Kota Semarang merupakan ibu kota Provinsi Jawa Tengah sekaligus kota metropolitan kelima terbesar di Indonesia. Sebagai salah satu kota yang paling berkembang di Jawa, Semarang memiliki jumlah penduduk yang mencapai 2 juta jiwa lebih. Perkembangan Semarang dalam beberapa tahun terakhir ditandai oleh berdirinya gedung pencakar langit dan industri-industri baru sehingga membuat Semarang dikenal sebagai kota industri. Hal tersebut tidak lantas membuat Semarang mengesampingkan pembangunan dalam bidang kebudayaan dan kesenian. Berdirinya Taman Budaya Raden Shaleh, terawatnya Kota Lama, adanya Semarang Art Gallery dan pembentukan Komunitas Tari Bawaika Semarang Art Enthusiast yang telah mengukir berbagai prestasi baik di tingkat nasional maupun internasional membuktikan bahwa Semarang memiliki sudut keberagaman sosial dan budaya yang terus dilestarikan hingga sekarang. Sejarah Singkat Kota Semarang
Berbagai sumber literatur menunjukkan sejarah Kota Semarang dimulai sekitar abad ke-8 M. Saat itu, Semarang merupakan daerah bernama Pragota (Bargota), wilayah pesisir laut bagian dari Kerajaan Mataram Kuno yang menjadi sebuah pelabuhan. Di pelabuhan ini, armada Lakmana Cheng Ho bersandar pada tahun 1435 M. Di tempat persinggahannya, Laksamana Cheng Ho kemudian mendirikan kelenteng dan masjid yang disebut Sam Po Kong. Pada abad ke-15 M, Pangeran Made Pandan ditempatkan oleh Kerajaan Demak untuk menyebarkan agama Islam dari perbukitan Pragota. Daerah itu dari waktu ke waktu menjadi subur dengan banyaknya pepohohanan yang tumbuh. Pohon asam arang yang tumbuh subur itulah, menjadikan awal daerah ini dinamakan Semarang. Menjadi daerah yang subur dan memiliki pelabuhan yang sering dikunjungi banyak pedagang serta merupakan bagian dari Pulau Jawa membuat Semarang tidak lepas dari penjajahan Belanda dan Jepang. Banyak bangunan dan tempat bersejarah di Semarang yang menjadi saksi atas perjuangan masyarakat Indonesia melawan penjajah. Dilihat dari sejarah inilah, Semarang memiliki keberagaman budaya yang berasal dari orang-orang yang mendarat di pelabuhan untuk berdagang sekaligus menyebarkan agama dan kebudayaan mereka. Keberagaman Kebudayaan Semarang
Penduduk Kota Semarang yang terdiri dari banyak suku membuat kebudayaan Semarang menjadi beragam. Diantara kebudayaan yang berkembang di Semarang pada waktu itu adalah Islam (Arab), Tionghoa, Eropa serta Jawa. Hal ini dilihat dari empat pusat kebudayaan tersebut yang sebagian masih sering dikunjungi saat ini, sedangkan sebagian lain hanya sebatas bangunan tua. Keempat tempat tersebut adalah Kampung Kauman, Kampung Pecihan, Kampung Belanda dan Kampung Melayu.
EDENTS
Volume 1 Edisi XXVIII Tahun 2018
Kampung Kauman dihuni oleh sebagian besar suku Jawa dan Arab. Sedangkan Kampung Pecihan dipadati oleh suku Tionghoa. Lalu Kampung Belanda dulunya merupakan daerah pemerintahan kecil Belanda yang saat ini dikenal sebagai Kota lama. Kampung Melayu ditempati oleh keturunan Arab, namun saat ini orang Jawa juga banyak yang bermukim tinggal disana. Dari keempat budaya yang berkembang saat itu kemudian saling dipadukan hingga melahirkan akulturasi budaya. Terbukti dengan adanya tradisi dan seni yang menjadi perpaduan budaya. Berikut adalah diantaranya. Tari Semarangan, adalah tari tradisional khas Semarang yang dalam gerakan, kostum dan musiknya melekat perpaduan antar tiga kebudayaaan. Tari ini memiliki empat gerakan dasar yang diadopsi dari vokalis grup gambang semarang yaitu tepak, geol, ngondek dan ngeyek. Sementara kostum yang dipakai dalam tari ini berbentuk kebayak encim dengan warna merah cerah dominan hasil perpaduan budaya Arab dan Tionghoa. Tari Semarang biasanya dipertunjukkan saat ada event atau festival besar di Semarang. Selanjutnya, untuk melestarikan tari tradisional, di Kota Semarang terdapat sebuah komunitas tari yang bernama Bawaika Semarang Art Enthusiast yang memiliki visi misi untuk melestarikan kesenian tradisional dan mempromosikan kebudayaan Nusantara. Dalam pembentukan komunitas ini tidak bisa lepas dari peran Tim Misi Budaya Studio 8 Universitas Diponegoro (Undip). Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang dibentuk pada 2013 yang saat ini telah berkembang hingga para anggota membuat wadah kreatif seni tari. Saat ini, komunitas Bawaika Semarang Art Enthusiast bertempat di Jalan Karonsih Ngaliyan, dan Jalan Tembalang Selatan IV. Beberapa prestasi yang telah diraih dalam bidang seni tari sudah mencapai kancah Nasional maupun Internasional. Adanya komunitas ini diharapakan perkembangan tari tradisional akan semakin baik. Gambang Semarangan, merupakan salah satu kesenian yang menarik di Semarang adalah Gambang Semarang. Sebuah kesenian yang terdiri dari unsur musik, vocal, lelucon/lawak serta
“Terkenal sebagai kota industri, bukan berarti Kota Semarang mengesampingkan pembangunan dalam budaya dan kesenian. Terawatnya Kota lama, dibangunnya Semarang Art Gallery, Taman Budaya Raden Saleh dan beberapa tempat lainnya bisa menjadi tujuan wisata budaya Anda. Selain itu, berdirinya komunitas tari Bawaika Semarang Art Enthusiast juga bisa menjadi wadah bagi Anda untuk mengenal dan mempelajari lebih jauh tentang kebudayaan Semarang.�
41
Sosial Budaya Dok. Edents
Dok. TBJT
tari tradisional yang merupakan perpaduan antara kebudayaan Jawa dan Tionghoa yang terlihat pada instrument musik yang pakai. Saat ini untuk tetap menghidupkan Gambang Semarang terdapat komunitas Gambang Semarang Art Company (GSAC). GSAC ini merupakan organisasi seni yang berkecimpung di kesenian tradisi Gambang Semarang. Organisasi ini dibentuk oleh Alumni Universitas Diponegoro yang pernah menjadi pengurus dari UKM Kesenian Jawa Universitas Diponegoro dengan tujuan menghidupkan kembali serta melestarikan seni Gambang Semarang.
Warak Endug, merupakan sebuah boneka raksasa dengan bentuk kepala naga merujuk simbol Cina, bentuk badan Arab dan kaki kambing Jawa sehingga Warak Endug menjadi simbol perpaduan semua budaya yang ada di Semarang. Warak Endung hanya ada saat perayaan Dugderan, sebuah festifal rakyat di awal bulan Ramadhan untuk menyambut, memeriahkan serta sebagai upaya dakwah. Dalam perayaan ini, perpaduan dari beberapa budaya menyatu dalam Warak Endug. Secara harfiah, warak yang berasal dari bahasa Arab, warai yang berarti suci. Sedangkan, endug berasal dari bahasa Jawa yeng berarti telur menjadi simbol pahala yang akan didapat seseorang setelah melakukan perbuatan suci yang dalam hal ini perbuatan untuk menjaga kesucian bulan Ramadhan. Berbagai Destinasi Wisata
Sebagai kota terbesar kelima di Indonesia, selain memiliki banyak sektor industri yang membuat Kota Semarang semakin maju, kota ini juga mempunyai objek wisata budaya yang sering dikunjungi banyak wisatawan. Berikut adalah beberapa tempat yang menjadi objek wisata budaya di Semarang.
Kelenteng Sam Po Kong, Kelenteng dan masjid yang didirikan oleh Laksamana Cheng Ho ini memiliki tiga kelenteng utama dengan di belakangnya terdapat relief yang menceritakan perjalan Laksamana Cheng Ho selama berlayar. Saat ini, selain ramai dikunjungi oleh orang Cina untuk beribadah, Sam Po Kong juga dikunjungi oleh banyak orang untuk berwisata budaya. Lawang Sewu, Terletak di pusat Kota Semarang, Lawang Sewu menjadi objek wisata budaya yang kental dengan sejarah. Lawang Sewu yang dulunya merupakan kantor perusahaan kereta api Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij saat ini difungsikan sebagai Museum Kereta Api yang banyak dikunjungi wisatawan.
Taman Budaya Raden Shaleh, Berada di Jalan Sriwijaya no.29, Taman Budaya Raden Saleh (TBRS) yang merupakan gedung untuk mengolah dan melestarikan seni budaya, khususnya budayaJawa Tengah ini tak pernah sepi pengunjung. Fasilitas yang dimiliki gedung pertemuan, gedung kesenian Ki Narto Sabdo serta open theater dan joglo dapat digunakan untuk pagelaran seni, pameran hingga pentas seni membuat TBRS menjadi objek wisata budaya andalan Semarang. Kota Lama, merupakan sebuah wilayah yang dulu dibangun oleh pemerintahan Belanda. Namun, saat ini Kota Lama masih terawat dan dijadikan objek wisata. Bangunan-bangunan disa-
EDENTS
Volume 1 Edisi XXVIII Tahun 2018
na yang lekat dengan sejarah dan memiliki karakteristik sama dengan bangunan Eropa menarik perhatian tersendiri bagi para wisatawan. Ditambah dengan adanya beberapa gedung baru di Kota Lama yang sudah diberi sentuhan seni membuat tempat ini sekarang menjadi objek wisata budaya dengan Taman Srigunting sebagai pusatnya. Taman ini dijadikan pusat wisata para pengunjung karena letak taman yang berada ditengah-tengah objek wisata lainnya. Seperti, di sebelah kiri taman ini terdapat Gereja Blenduk atau Gereja GPIB Immanuel, sebuah gereja yang dibangun oleh masyarakat Belanda zaman dulu. Sedangkan di sebelah kanan taman ini terdapat satu gang kecil yang terdapat banyak stand yang menjajakan barang-barang antik dan kuno. Kemudian di ujung gang ini dibangunan sebuah galeri seni kontemporer yang dinamakan sebagai Semarang Comtemporary Art Gallery atau Galeri Semarang yang menjadi tempat pameran karya seni kontemporer berbagai seniman tanah air, terutama seniman muda Kota Semarang. Selain galeri seni itu, di Kota Lama terdapat satu galeri yang berada tidak jauh juga dari Taman Srigunting. Galeri itu menempati bangunan cagar budaya yang kemudian diberi nama Semarang Creative Gallery. Di dalam galeri ini terdapat pameran produk-produk kreatif dari UMKM yang berupa tas, sepatu, batik dan aneka kerajinan tangan yang menarik pengunjung. Ada pula kafe yang dapat digunakan untuk bersantai. Adanya galeri UMKM ini diharapkan dapat semakin menggerakkan perekonomian di Kota Semarang. Selain beberapa tempat diatas, masih banyak tempat-tempat yang ada di Kota Lama, atau di Semarang yang menarik untuk dikunjungi sebagai objek wisata budaya. Dengan demikian, menilik Semarang dapat dilihat dari kacamata dan perspektif dan beragam. Wilayah yang dikenal dengan kota industri dan perdagangan ini menyimpan banyak peninggalan sejarah serta memiliki ragam kebudayaan yang sudah seharusnya terus dilestarikan oleh setiap masyarakat agar kebudayaan tersebut tidak luntur termakan zaman dan bisa dinikmati serta dilestarikan kembali oleh generasi mendatang. (fn)
42
Diantara Kita
Menjadi Supir Angkot pada Era Transportasi Berbasis Online Oleh: Ayu Wulandari
Memasuki abad ke-21, arus modernisasi tak pernah berhenti, teknologi semakin canggih dengan perkembangan yang semakin pesat. Manusia seolah ingin menghilangkan semua kesulitan yang ada, menggantinya dengan teknologi yang menjanjikan efisiensi dan efektivitas yang terus diagungkan. Teknologi telah diaplikasikan di berbagai bidang, bukan hanya di bidang riset dan penelitian, tapi juga di bidang pendidikan, pemerintahan, kesehatan, bahkan di bidang transportasi.
Dalam waktu lima tahun, Indonesia sedang booming dengan transportasi berbasis online yang diakses melalui aplikasi. Pada masa awal peluncurannya, memang belum banyak masyarakat yang tertarik. Namun beberapa tahun kemudian sistem ini berhasil di terima oleh masyarakat Indonesia dari berbagai kalangan, meskipun sempat menuai beberapa penolakan dari beberapa pihak transportasi konvesional, sebut saja supir angkot dan ojek. Lahirnya penerapan teknologi di bidang transportasi ini melahirkan berbagai demonstrasi yang menolak sistem transportasi online, yang terjadi di beberapa kota besar Indonesia. Namun bisa kita lihat hasilnya, sampai sekarang transportasi berbasis online tersebut masih beroperasi dan terus berkembang. Di Semarang, transportasi online mulai diluncurkan pada akhir tahun 2015. Adanya janji soal efisiensi dan efektivitas mampu membuat sistem ini berhasil diterima masyarakat Semarang. Banyak kalangan yang kini menggunakan transportasi online dalam kesehariannya, mulai dari pelajar, mahasiswa, rumah tangga, bahkan para pekerja. Namun kemudahan dan ‘efisiensi yang dijanjikan’ tersebut ternyata tidak dirasakan oleh semua kalangan. Dibaliknya terdapat beberapa pihak pelaku usaha transportasi konvensional yang tergerus. Salah satu contohnya adalah supir angkutan kota atau angkot. Banyaknya masyarakat yang beralih ke transportasi berbasis online, sekarang angkot menjadi sepi penumpang.
Implementasi teknologi dalam bidang transportasi pada kenyataanya memiliki dampak kurang baik bagi sebagian orang. Janji adanya efisiensi dan efektivitas ternyata tidak dapat diterima semua oleh orang, hanya orang tertentu saja yang bisa menikmatinya. Saat ini pihak yang yang terkena dampak kurang baik itu hanya memiliki dua pilihan, yaitu mengikuti perkembangan yang ada atau tetap berada di jalur semula dengan kondisi yang
EDENTS
Volume 1 Edisi XXVIII Tahun 2018
Mugi mengungkapkan bahwa teman-temannya banyak yang berhenti menjadi supir angkot. Mereka beralih menjadi mitra dari sistem trasportasi berbasis online tersebut. Dengan bermodalkan sepeda motor yang telah dimiliki, banyak supir angkot yang akhirnya memutuskan untuk menjadi driver ojek online. Inilah yang mengakibatkan jumlah angkot semakin berkurang, jumlahnya jauh berbeda dengan beberapa tahun silam. Ketika ditanya mengapa tidak ikut menjadi driver ojek online, Mugi menjawab bahwa jumlah ojek online saat ini sudah banyak dan menjamur. Ia memastikan bahwa jika ikut menjadi driver ojek online, hasilnya akan sama dengan saat ia narik angkot. Hal ini senada dengan logika ekonomi sederhana yang mengatakan bahwa semakin banyak pelaku usaha/penawaran dalam suatu sistem pasar, maka persaingan di dalamnya akan semakin ketat. Walaupun sering kebingungan ketika tak memperoleh penghasilan, ia memutuskan untuk tetap berada di jalurnya yang semula, menjadi supir angkot. Hal ini merupakan preferensi yang mugi pilih, begitu pula resiko yang membuntutinya. Mugi berharap agar transportasi berbasis online juga diperlakukan sama dengan mereka para supir angkot yang telah memiliki trayek, mengikuti koperasi dan rutin melakukan uji kendaraan atau KIR. Banyak supir angkot yang mengeluh bahwa transportasi online bisa bebas mengambil penumpang dimana saja, sedangkan angkot hanya dapat beroperasi sesuai dengan trayeknya. Mugi selalu berharap agar pemerintah menanggapi masalah ini dengan serius.
Perkembangan teknologi memang sangat pesat. Adanya janji efisiensi dan efektivitas yang ditimbulkan oleh perkembangan teknologi seakan memberikan angin segar bagi semua permasalahan yang ada. Namun hendaknya kita juga memikirkan cara-cara lama yang masih dipakai di lingkungan masyarakat. Disinilah peran pemerintah diperlukan, untuk memberikan solusi terbaik agar teknologi benar-benar dapat menyeluruh dan menjangkau ke seluruh lapisan masyarakat. Apabila pemerintah telah memberikan solusi dan alternatif yang terbaik, maka semua kembali pada pilihan masyarakat. Memilih untuk bertahan hidup mengikuti perkembangan yang ada atau tergerus di dalamnya. (fn)
Dok. manado.tribunnews.com
Mugi, seorang sopir angkot berusia 38 tahun menuturkan kisahnya yang telah bekerja sebagai supir angkot selama empat tahun. Dia mengatakan bahwa empat tahun silam, penumpang angkot masih sangat ramai. Meskipun jumlah angkot di Semarang masih banyak, tapi semuanya tak pernah sepi penumpang. Dalam sehari saja ia mampu menghasilkan uang bersih sekitar seratus ribu rupiah. Berbeda dengan sekarang, angkot bersaing ketat dengan transportasi online. Mugi mengungkapkan bahwa kondisi saat ini mengakibatkan penghasilannya jadi tak menentu, bahkan kadang juga tak memperoleh uang sama sekali. Saat itu terjadi, maka tak ada uang yang dapat disetorkan dan ia mengalami kerugian karena telah mengalokasikan uangnya untuk bahan bakar (bensin). Pada kondisi seperti ini, penghasilannya menjadi supir angkot tak lagi bisa diandalkan untuk menghidupi istri dan ketiga anaknya. Untuk menutupi kebutuhan seharihari, ia harus melakukan perkerjaan serabutan. Istrinya juga turut membantu dengan bekerja sebagai karyawan pabrik.
serba kekurangan dan tergilas.
43
Kajian Jurusan
Accounting Conservatism, IFRS Convergence, and Value Relevance: Empirical Evidence From Indonesia By: Fuad, Ph.D. Department of Accounting, Faculty of Economics and Business, Universitas Diponegoro
Dok. asa.in
A wide array of research in accounting have concerned for the loss of value relevance of accounting information. Their main interest is that the accounting information have not been optimally used for the investors’ decision making and as a consequence, the relationship between accounting information and equity price tends to decline overtime. Indonesian PSAK (Indonesian Statement Financial Accounting – Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) has converged with International Financial Reporting Standards (IFRS) that continously claimed that the principle-based, instead of rules-based accounting, is inherenly to be of more qualified, higher quality and as a consequence, to be more useful for decision making as compared to the Generally Accounting Accepted Principles (GAAP), despite few empirical evidences have been conducted (see for example Barth et al 2012, Suadiye, 2012 Wehrfritz and Haller 2014, Palea 2014). The higher quality of accounting standards is apparent when there is a stronger association between stock prices and earnings and book value as what have been suggested by Barth et al. (2001), higher earnings quality better reflects a firms’ economic condition. Barth et al. (2008) also claimed that firms that can minimize the opportunistic behavior of the managers may result in higher relevance of accounting earnings. However, empirical evidences were stand divided about the lemma whether the IFRS or domestic GAAP may induce the value relevance of accounting information. For exam-
EDENTS
Volume 1 Edisi XXVIII Tahun 2018
ple, Bartov et al. (2005), Barth et al. (2012), Palea (2014) and Liu and Liu (2007) showed that book value of accounting information and earnings tend to be more relevant under the IFRS as opposed to the GAAP. Interestingly, another extreme of the empirical findings (Hung and Subramanyam, 2007) have provided some convincing evidence that accounting earnings in the local GAAP tends to be more relevant compared to the IFRS-based financial reporting.
Interestingly, Ball (2006) and Daske et al. (2007) have concurred that the accounting numbers of IFRS adoption would be more value relevant for countries that have weak enforcements of full disclosure to the their stakeholders rather than for countries that already have a strong foundation of governance systems. Other studies that are worth mentioning that use value relevance as a proxy for accounting standards quality include Tswei (2013), Jiang and Stark (2013), Eccher and Healey (2003), Bartov et al. (2005), Lin and Chen (2005), Schiebel (2006), Horton and Serafeim (2006), Christensen et al. (2007), Turel (2009). Despite the fact that it is interesting to compare the value relevance of accounting information under IFRS vs IGAAP, some authors have questioned the comparability issue. Daske et al. (2008), Barth et al. (2012) and Soderstrom and Sun (2007) maintained that the interdepence of accounting standards and the country specific factors produced the uncomparable re-
44
Kajian Jurusan search findings. They posited that the findings are uncomparable if the unit analysis of the IFRS-based studies are countryspecific settings. Another main reason for the lack of consistens findings of these studies was that they were performed in different countries, which have different economics, political and cultural systems. Ali and Hwang (2000) also stated that individual firms incentives may also yield different economic consequence of financial reporting standards, despite two distinct, but may be related, empirical evidences of the deline in the value relevance of accounting information and the increase in the level of accounting conservatism. In order to test the lemma, we tested the following hypotheses: H₀.₁ : the value relevance of accounting information does not increase over time H₀.₂ : Accounting consevatism increases the value relevance of accounting information.
H₃ : The value relevance of accounting information is not higher after the firms adopting high quality, international accounting standards (IFRS) H₀.₄ : The accounting conservatism does not influence the value relevance of accounting information even after the implementation of high quality accounting standards (IFRS)
The study found that accounting value relevance tends to increase from the observation periods of 2003 to 2014. This finding is mainly in line with Collins (1999) that showed that the value relevance of book value and earnings, when analyzed simultaneously tends to increase in the long run. We highly believe that the well-functioning regulatory institutions in Indonesia contributed to the increase, as the accounting disclosure is more valuable for invesment decision making (Filip and Raffournier, 2010, Hellstrom 2006). The increase of value relevance is more persistent when we controlled for the loss making firms and industry heterogeneity. However, following the methods of Balachandran and Mohanram (2006) and Kousenidis et al. (2009), after decomposing the firms’ conservatism into high, medium and low conservatism, we found that value relevance is strongest amaong the medium level of conservatism, and surprisingly, in which the declining value relevance can be observed. Value relevance of simultaneous book value and earnings tend to remain constant among the low and high level of conservatism. We also consistenly found although value relevance of earnings is higher among the profit making firms, value relevance of book value is higher among the loss making firms, particularly among the firms with the medium and low level of conservatism and all the sampled firms.
Moreover, in line with the results of Beisland and Knivslå (2015) our study strongly found that combined value relevance of earnings and book value is higher after the adoption of IFRS-based Indonesian standard. We, however cannot further scrutinize whether the economic contractions may also contribute to the finding as Jenkins et al. (2009) hinted the higher value relevance in the constraction as opposed to the expansion economics. Interestingly, when taking separately, value relevance is
EDENTS
Volume 1 Edisi XXVIII Tahun 2018
higher after IFRS adoption only for the earnings measure, but the value relevance of book value is higher prior to IFRS full convergence. The effect however, does not differ for loss making vs profit making firms.
Similarly with the conditional conservatism, we also found that value relevance of earnings is stronger when the unconditional conservatism is lower, although value relevance of book value is stronger when unconditional conservatism is higher. Our result partially support Balachandran and Mohanram (2011) maintaining that unconditional conservatism is the main driver for the decline of value relevance only for the book value measure. However, this rules out for the value relevance of earnings that tends to increase in line with the increase of unconditional conservatism. This finding does not differ for the loss vs profit making firms as we found no significant three way interactions between loss making, negative accruals and earnings or book value measures. Nevertheless, our findings also indicate that both the conditional (asymmetric timeliness) and unconditional conservatisms (negative accruals) are higher during post IFRS adoption. We also found the partial support of the non-linear relationship between accounting conservatism and value relevance. Particularly, we found that the effect of conditional conservatism on the value relevance of earnings and book value are inverse U-shaped and U-shaped, respectively. More specifically, our results indicate that there is a curse (blessings) in too few and too much conservatism for the value relevance of earnings (book value). In other words, we found that value relevance of earnings can be optimally achieved for the firms with medium level of conservatism, while the optimum value relevance of book value can be attained for firms with low and high level of conservatism. Although we have tried to minimize the potential bias inherently attached in the study, we still however discovered some weaknesses. First, missing data observed in the study lead the analysis to be conducted with unbalanced sample, although balanced panel will make more robust estimation. Second, we did not conduct any sample selection bias test that may lead the data to be biased. Third, we only test the value relevance of accounting information, and although non-accounting information may be fruitful, we left this unexplored area to other researchers. (fn)
Fuad, Head of Accounting Department of FEB Undip Dok. akuntansi.feb.undip.ac.id
45
Komunitas Futsal Semarang, Lebih dari Sekedar Komunitas Olahraga Oleh: Fanny Dinda
Dok. Komunitas Futsal Semarang
Kunjungi! www.lpmedents.com
Komunitas
Pembentukan Komunitas Futsal Semarang Berangkat dari bertemunya para penggemar futsal di sebuah media sosial. Setelah bertemu di media sosial, para penggemar futsal ini bertemu dalam acara kopi darat untuk saling bertukar pikiran. Pemuda yang tergabung dalam komunitas ini sadar bahwa kota semarang tidak hanya terkenal di bidang kuliner atau wisata. Mereka melihat potensi di bidang olahraga yang cukup besar. Mereka berpikir bagaimana caranya untuk menyalurkan hobi olahraga yang sekaligus dapat membanggakan Semarang dengan prestasi, khususnya futsal.
Komunitas ini terbentuk pada tanggal 18 Desember 2014, dan memiliki visi untuk mengharumkan nama Semarang di bidang futsal. “Visi Komunitas Futsal Semarang ialah ingin membanggakan kota Semarang terutama di bidang futsalnya. Selain itu, Komunitas ini juga berfungsi sebagai wadah setiap orang yang hobi futsal, dari kalangan anak-anak, remaja, dewasa, dan bahkan orang tua,” ujar Johanes, pengurus Komunitas Futsal Semarang. Solidaritas dan Rasa Memiliki yang Kuat
Beranekaragam umur dan latar belakang yang dimiliki masing-masing anggota Komunitas Futsal Semarang tidak menjadi penghalang untuk menyatukan rasa kekeluargaan. Pentingnya rasa memiliki dan menghormati satu sama lain sangat diteguhkan di komunitas ini. “Kalau owner di komunitas ini, kita semua sama rata. Jadi untuk semua anggota atau pengurus itu merupakan owner. Harapannya adalah semuanya anggota maupun pengurus komunitas mempunyai rasa memiliki,” ujar Johanes. Terlebih lagi, keragaman umur dan latar belakang para anggota justru menjadi nilai positif yang didapatkan dari setiap anggota. Nilai positif didapat dengan cara berbagi pengalaman dan memperluas relasi. Komunitas Futsal Semarang tidak hanya rutin melakukan melakukan kegiatan futsal. Mereka kerap mengagendakan acara kopi darat kepada seluruh anggota untuk memperkuat dan memperlancar komunikasi antar anggota dan pengurus dengan cara saling terbuka dan transparan. Kegiatan kopi darat ini juga ditujukan untuk refreshing dengan canda tawa serta bertukar pikira antar sesama anggota yang masing-masing memiliki kesukaan, selera, perkerjaan atau hobi yang lain. Dengan bertukar pikiran, anggota komunitas akan memiliki wawasan yang semakin luas dan terbuka. Terhitung hingga tahun 2018, jumlah anggota Komunitas Futsal Semarang mencapai 250 orang. Untuk bergabung dalam komunitas ini hanya perlu menghubungi pengurus di media sosial yang nantinya diberikan agenda futsal, kopi darat dan kegiatan bakti sosial. Selain itu, anggota
EDENTS
Volume 1 Edisi XXVIII Tahun 2018
baru tidak perlu takut mengkhawatirkan adanya senioritas, perbedaan umur, dan sebagainya. “Tidak ada senioritas, kita ini semua sama. Kita hanya membedakannya dengan pengurus dan member. Kalo pengurus itu kan ada benefit tersendiri kalo yang member juga benefit tersendiri,” pungkas Johanes. Pembuatan Turnamen sebagai Bentuk Branding Komunitas
Terkait prestasi, pencapaian yang pernah diraih oleh Komunitas Futsal Semarang terjadi pada tahun 2017. Komunitas ini dan berkolaborasi dengan Super Soccer untuk mengadakan turnamen dengan 96 tim yang memiliki syarat pemain hanya boleh main di satu tim. Kolaborasi ini membuat Komunitas Futsal Semarang diakui didaerah Jawa Tengah dan Yogyakarta. Dibalik prestasinya komunitas ini juga memiliki kendala yang dihadapi. Untuk melakukan latihan bersama, beberapa anggota komunitas perlu menempuh jarak yang cukup jauh dari lokasi latihan. Namun hal ini tidak mematahkan semangat, usaha dan ambisi untuk tetap hadir dan mengikuti latihan yang telah diagendakan. Solusi yang dilakukan yaitu dengan cara mengubah lokasi latihan futsal secara berkala dan mengagendakannya. Sehingga setiap anggota Komunitas Futsal Semarang merasakan hal yang serupa untuk menempuh jarak jauh maupun dekatnya lokasi latihan. Kontribusi kepada Masyarakat Semarang
Kegiatan Komunitas Futsal Semarang tidak hanya melakukan beberapa pertandingan dan turnamen, melainkan turut berkontribusi kepada masyarakat sekitar Semarang. Beberapa agenda adalah melakukan aksi peduli sosial. “Setiap tahunnya kita melakukan bakti sosial yang ditujukan untuk kalangan masyarakat dan pada bulan ramadhan kita juga mengadakan sahur, buka bersama dan membagikan takjil bersama di lingkungan masyarakat sekitar. Selain di bulan ramadhan, kita bisa agendakan sumbangan ke masyarakat sekitar Semarang,” jelas Johanes. Hal ini membuat Komunitas Futsal Semarang lebih memiliki nilai lebih dari sekedar komunitas di bidang olahraga, dengan melakukan kegiatan positif yang yang berdampak pada masyarakat semarang. Perihal harapan, Komunitas Futsal Semarang berharap dapat lebih dikenal masyarakat luas dan dapat memajukan kota Semarang. “Harapannya ya semoga bisa lebih maju lagi di beberapa tahun yang akan datang. Lebih dikenal oleh masyarakat dengan agenda yang positif terutama mengadakan kegiatan futsal dan memiliki lebih banyak lagi prestasi yang dicapai untuk membanggakan kota Semarang,” tutup Johanes. (fn)
46
KAMPUS
KABAR
Sri Mulyani turut Meriahkan Rangkaian Acara Dies Natalis FEB Undip ke-58 Oleh: Arvita Kusuma
“Anda semua akan menyaksikan dan melihat perubahan yang ada. Terkadang kita sering menengok ke belakang, padahal di depan kita perubahan terus berjalan dengan cepat. We should oriented our think,” - Sri Mulyani, Menteri Keuangan Republik Indonesia Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro (FEB Undip) kembali merayakan hari jadinya pada bulan Maret lalu. Genap berusia umur 58 tahun pada tanggal 14 Maret 2018 silam, FEB Undip menggelar berbagai macam kegiatan untuk memeriahkan rangkaian acara Dies Natalis, yaitu Jalan Sehat & Panggung Seni, Parade Band Dies Natalis, Zuma Deluxe Competition serta Mancing Mania. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 24 Maret 2018 yang bertempat di FEB Undip dan diperuntukkan bagi dosen, karyawan, hingga mahasiswa. Tak ketinggalan, alumni-alumni yang tergabung dalam Ikatan Alumni Fakultas Ekonomi (IKAFE) turut memeriahkan acara ini. Diawali dengan Jalan Sehat
Rangkaian acara Dies Natalis diawali dengan senam bersama oleh seluruh peserta dan sambutan oleh Suharnomo selaku Dekan FEB Undip, kemudian dilanjutkan oleh jalan sehat oleh semua peserta yang hadir. Jalan sehat kali ini mengambil rute mulai dari belakang Fakultas Kedokteran, melewati Gedung Teknik Industri menuju Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan kemudian hingga kembali lagi ke FEB. Pada jalan sehat kali ini FEB juga tak lupa menyiapkan doorprize dan stand makanan serta minuman yang dipersiapkan secara gratis oleh panitia bagi para peserta jalan santai. Setelah kegiatan jalan usai, acara dilanjutkan oleh Panggung Kesenian serta Parade Band Akustik dan ditutup dengan pembagian doorprize kepada peserta.
Selain kegiatan yang telah dilaksanakan hari sabtu silam, sebelumnya panitia juga telah mengadakan Talkshow Industri Keuangan Non Bank Syariah (INBK) pada hari selasa (21/3) bertempat di gedung Kewirausahaan FEB Undip. Acara tersebut merupakan kerjasama antara Program Studi Ekonomi Islam FEB Undip dengan Otoritas Jasa Keuangan dan Forum Dosen Ekonomi dan Bisnis Islam (FORDEBI) Jawa Tengah. Acara tersebut mengangkat tema ‘Membuka Wawasan Baru Produk Keuangan Syariah’ yang dimana didalamnya terdapat talkshow interaktif antara narasumber dengan para peserta. Hadirnya Sri Muyani
Berbeda dengan tahun sebelumnya, puncak acara Dies Natalis tahun ini diselenggarakan dengan kegiatan Kuliah Umum bersama Menteri Keuangan Republik Indonesia, Sri Mulyani Indrawati dalam sidang senat terbuka. Acara ini bertempat di Gedung Prof. Soedarto Universitas Diponegoro pada tanggal 9 April. Dengan mengusung tema ‘Digital Discruption: Peluang dan Tantangan Membangun Pondasi Ekonomi Indonesia 2045’.
EDENTS
Volume 1 Edisi XXVIII Tahun 2018
Sempat Terancam tidak ada Perayaan Dies Natalis Tahun Ini
Dibandingkan dengan tahun lalu, Dies Natalis tahun ini diusung dengan konsep yang sederhana. Hal ini dikarenakan panitia dies masih merasa kewalahan setelah tahun sebelumnya mengadakan dua kegiatan yakni Dies Natalis FEB dan Undip, dimana pada tahun sebelumnya yakni pada tahun 2017, FEB ditunjuk menjadi panitia penyelenggara Dies Natalis Undip yang ke-60. Ahmad Syakir Kurnia, selaku Ketua Panitia Dies Natalis FEB tahun 2018, mengatakan bahwa rencananya pada tahun ini tidak ada acara Dies Natalis. “Sama seperti sambutan dari pak dekan tadi sebenarnya direncakan tidak akan ada acara dies tahun ini, karena dah kelelahan kita. Rangkaian-rangkaian dies tahun lalu yang masih menyisakan rasa lelah itu langsung harus menyelenggarakan kegiatan Dies Undip pula,” ungkapnya. Namun, ia mengungkapkan bahwa akan terasa wagu apabila tahun ini tidak diadakan acara peringatan hari jadi FEB tersebut. “Tapi dalam perkembangannya dirasa wagu kalau tidak ada dies, apalagi dari IKAFE itu menghendaki adanya dies. Ya akhirnya kita adakan tapi dengan konsep yang sederhana. Waktu itu saya sampaikan ke pak dekan, meskipun sederhana saya mengusahakan agar acara formalnya yaitu pidato dies nya menghadirkan tokoh yang kaliber nasional bahkan dunia,” tuturnya.
Seperti yang dihadapi oleh setiap acara, Dies Natalis tahun ini juga menghadapi beberapa kendala, terutama masalah pendanaan. “Saya kira sama seperti penyelenggaraan kegiatan lain. Kendala itu pasti di pendanaan, sumberdaya yang harus kita kelola, tapi itu hal yang biasa. Dinamika-dinamika dalam penyelenggaraan pasti seperti itu, jadi itu hal yang wajar,” pungkas Syakir. Terkait harapan, Syakir mengutarakan harapannya yang sederhana, yaitu berharap agar FEB diusianya yang sudah menginjak angka 58 tahun ini semakin baik, untuk seluruh warga FEB Undip tanpa terkecuali. (fn)
Dok. Edents
Pada penyampaian materinya, Sri Mulyani membahas permasalahan terkait revolusi industri, gambaran perekonomian Indonesia di masa sekarang serta masa depan, problematika yang ada, industri 4.0 dan masih banyak lagi. Sri Mulyani juga turut mengajak dan menghimbau para peserta yang hadir untuk ikut berpikir kritis ke depan akan tantangan dan peluang yang akan terjadi pada tahun 2045. Pada sesi akhir pidatonya, Sri Mulyani menegaskan bahwa Indonesia menuju 2045 membutuhkan fondasi untuk menghadapi perubahan teknologi yang terjadi, keempat fondasi tersebut yakni sumberdaya manusia, kualitas
dari infrastruktur, kualitas dari kelembagaan serta yang terakhir policy sebagai fondasi utamanya.
47
KOLOM PU
Pers Independen: Definisi Kebenaran yang Diperjuangkan Oleh: Aradeya Tangguh*)
Media massa seolah telah menjadi pendamping keseharian masyarakat. Hal ini menjadi sebuah tuntutan tersendiri bagi perusahaan-perusahaan media massa. Wartawan, yang merupakan profesi utama dalam penyediaan informasi bagi perusahaan media massa dituntut pula untuk selalu ‘pasang badan’ setiap saat. Dengan kondisi yang kadangkala tertekan, para wartawan seringkali melupakan kode etik jurnalistik, terutama yang terkait dengan prinsip fundamental dari seorang wartawan yaitu harus bersifat independen. Pers disebut lembaga yang independen, bukan lembaga yang netral. Ada perbedaan pemahaman antara independen dan netral yang awamnya diduga sama. Ketika menyebut sebuah lembaga pers adalah netral, maka pers tersebut secara penuh tidak berpihak pada pihak manapun, dan informasi yang disajikan hanya sebatas reportase semata–tidak ada pihak yang diperjuangkan. Pers yang independen berarti sebuah lembaga yang berdiri sendiri, tidak mendapat pengaruh dari golongan manapun, dan memiliki keberpihakan tersendiri. Keberpihakan ini yang terkadang menjadi sebuah konflik pemahaman. ‘Manakah yang benar, pers berpihak pada kebenaran atau pers berpihak pada rakyat?’ Idealisme Pers: Apa yang Diperjuangkan?
Kembali pada pembahasan, bahwasanya pers yang berdikari bukan berarti tidak memiliki keberpihakan. Pertanyaannya adalah, berpihak pada siapa? Awamnya kita sering mendengar bahwa pers harus berpihak pada kebenaran. Pun demikian, belum menjawab pertanyaan sebelumnya. Muncullah lagi sebuah pertanyaan: yang dimaksud kebenaran itu seperti apa? Kebenaran dalam konteks sosial tidak dapat didefinisikan secara tunggal. Masing-masing golongan, bahkan individu, memiliki persepsi tersendiri tentang apa yang dianggap sebagai suatu kebenaran. Misalnya saja, dalam konflik antar agama, terlalu berbahaya jika sebuah lembaga pers mendefinisikan kebenarannya sendiri dan menempatkan diri pada salah satu kubu karena merasa kubu tersebut yang dianggap sebagai suatu kebenaran. Dari pertikaian pemahaman tentang kebenaran, dapat kita munculkan sebuah pemahaman baru bahwa pers harus berpihak kepada rakyat. Asumsi ini didasarkan pada kenyataan bahwa rakyat sebagai sekelompok orang yang secara hierarkis berada di bawah pemerintah, seringkali berada pada posisi kubu yang “ter-zhalimi”.
Dengan asumsi bahwa pers harus berpihak pada rakyat, maka pemahaman akan keberpihakan pada kebenaran dapat sedikit terarahkan. Rakyat, yang secara fundamental adalah penggerak utama dinamika sosial dalam suatu wilayah umumnya akan selalu berada pada pihak yang “benar”. Contoh sederhana, pada persitiwa penggulingan pemerintahan Orde Baru pada tahun 1998. Kebobrokan pemerintahan terjadi, rakyat dalam posisi sedang ter-zhalimi, hingga kondisi krisis ekonomi, semuanya cukup untuk menjadi alasan bahwa rakyat ada dalam posisi yang benar. Dalam kasus ini, pemberitaan dari media–etisnya–mengarah pada dukungan terhadap suara rakyat yang menginginkan keadilan pada saat itu. Dari sini, dapat didefinisikan bahwa
EDENTS
Volume 1 Edisi XXVIII Tahun 2018
kebenaran adalah suatu keadaan dimana tuntutan akan sebuah keadilan dapat terpenuhi. Rakyat dan Kebenaran
Pers menjadi pengatur dinamika sosial yang ada dalam masyarakat. Informasi yang diberikan harus dapat dengan ramah masuk ke dalam masyarakat pula. Ketika sudah sampai di sini, perlulah seorang wartawan paham akan berita seperti apa yang sepatutnya dipublikasikan kepada masyarakat. Maka dari itu, konteks kebenaran dalam jurnalistik haruslah dapat dikaitkan dengan masyarakat.
Bagaimana ketika ada sebuah hal yang dilihat dari sisi manapun merupakan sebuah kebenaran, namun tidak bisa berpihak kepada rakyat? Misalnya saja sebuah peristiwa penggusuran wilayah pemukiman di atas tanah milik pemerintah. Secara de facto, rakyat yang digusur memang berada dalam posisi yang salah, namun tidak untuk ditempatkan sebagai pihak yang “ditekan” dalam pemberitaan. Berita haruslah bersifat meredam– menampilkan fakta namun dengan tetap menghormati informasi yang didapat melalui sudut pandang rakyat yang tergusur. Di sini, kita mendapat benang merah lagi tentang prinsip berita yang harus cover both sides. Sebagai penyedia informasi, pers harus bisa menampilkan fakta dan informasi-informasi yang didapat dari berbagai sumber yang berbeda–dua belah pihak yang saling bertikai, misalnya. Akhirnya, prinsip-prinsip pemberitaan yang diketahui para jurnalis hingga saat ini saya rasa bermula dari sebuah pemahaman akan independensi pers yang sering dielu-elukan. Tulisan ini semata-mata ditujukan bagi para rekan-rekan pers yang masih menggantungkan pemahamannya akan keberpihakan pers, juga bagi masyarakat yang masih mempertanyakan independensi dari sebuah lembaga pers–yang saat ini mulai bias akibat kepentingan-kepentingan golongan tertentu. Selama kode etik jurnalistik masih menjadi pedoman, maka idealisme seorang jurnalis akan tetap hidup. Selamat hari kebebasan pers! (fn)
*) Penulis adalah Pemimpin Umum LPM Edents Tahun 2017/2018
48
KOLOM REDAKSI
Perekonomian Indonesia dalam Belenggu Capital Intensive Oleh : Fana Mustika Insanu*)
Dok. kredx.com Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terpadat di dunia. Terhitung hingga tahun 2017, jumlah penduduk di Indonesia telah menyentuh angka 261 juta jiwa. Angka tersebut sukses membuat Indonesia bertengger di urutan keempat sebagai negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia, tepat dibawah Cina, India, dan Amerika Serikat. Belum lagi, berdasarkan proyeksi yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia akan mengalami bonus demografi pada rentang tahun 2020 hingga 2030, dimana terdapat ledakan jumlah penduduk usia produktif (usia 16-74 tahun) hingga 70 persen pada rentang waktu tersebut. Kondisi populasi penduduk Indonesia yang ‘meledak’ dan berlimpah ini dapat menjadi sebuah anugerah, namun secara simultan juga dapat menjadi ancaman apabila tidak diimbangi dengan kondisi perekonomian yang kondusif. Berangkat dari kondisi tersebut, tidak mengherankan apabila pemerintah Indonesia pada era Presiden Joko Widodo mengeluarkan segenap kebijakan berisi ‘sinyal’ yang mengarah pada pembangunan program padat karya. Beberapa bukti otentik dari ‘sinyal’ tersebut diantaranya muncul dari sebuah mandat presiden kepada Kementerian Koordinator Bidang Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) terkait alokasi dana desa yang dianggarkan dalam APBDes. Dalam anggaran desa tersebut, sebanyak 20 persen harus dialokasikan untuk pembangunan program padat karya. Selain itu, sinyal kebijakan pembangunan program padat karya juga terlihat dari adanya program ‘pembenahan’ sekolah vokasi di berbagai perguruan tinggi, yang tujuannya semata-mata untuk meningkatkan skill sumberdaya manusia agar memiliki bargaining power yang kuat bagi tenaga kerja Indonesia.
EDENTS
Volume 1 Edisi XXVIII Tahun 2018
Berbagai sinyal kebijakan tersebut membuktikan bahwa pemerintah Indonesia telah menyadari betul kondisi bonus demografi yang kelak dialami Indonesia dapat dimanfaatkan sebagai ‘senjata’ untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa mendatang. Sebuah permasalahan muncul ketika pemerintah Indonesia tidak dapat menyiapkan kondisi perekonomian yang kondusif untuk menyambut kedatangan bonus demografi tersebut, salah satunya adalah tidak tersedianya lapangan kerja yang memadai. Salah satu dari sekian banyak penyebab minimnya ketersediaan lapangan kerja adalah maraknya substitusi tenaga kerja oleh teknologi (dalam hal ini mesin) di beberapa industri produktif. Perkara substitusi ini bukan tanpa alasan, melainkan karena memang sudah menjadi ‘tradisi’ dari adanya perkembangan zaman, dimana teknologi terus mengalami improvisasi.
Teknologi, yang kerap diproksikan sebagai mesin, dianggap dapat membuat kegiatan produksi menjadi lebih efisien, baik dari segi waktu pengerjaan yang minim hingga output yang meningkat. Kondisi yang dianggap ‘lebih efisien’ ini menimbulkan dua fenomena; Pertama adalah perusahaan yang semula faktor produksinya berorientasi pada tenaga kerja manusia (labour intensive) bergeser mensubstitusinya melalui penggunaan mesin (capital intensive); Kedua adalah perusahaan yang memang pada awalnya sudah capital intensive seperti layaknya industri hulu dituntut semakin ‘capital’. Fenomena ini terjadi bukan karena semata mata perusahaan mengikuti trend teknologi yang berlaku, namun untuk menyelamatkan dirinya pada persaingan yang terjadi. Semua kembali lagi, karena embel-embel efisiensi. Lantas muncul pertanyaan esensial, apakah benar capital intensive benar-benar lebih efisien daripada labour intensive?
49
KOLOM REDAKSI Sebelum menjawab pertanyaan diatas, penulis mengajak anda untuk memahami terlebih dahulu mengenai fungsi produksi dan makna ‘efisien’ dalam ilmu ekonomi. Everett dan Erbert (1992) mendefinisikan fungsi produksi sebagai suatu kegiatan untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang, mengubah sesuatu yang nilainya lebih rendah menjadi sesuatu yang memiliki nilai lebih tinggi (output) dengan menggunakan sumber daya yang ada (input). Pada tulisan ini, penulis mengajak anda untuk berasumsi bahwa faktor produksi terdiri dari dua macam, yaitu mesin (capital) dan tenaga kerja (labour). Mesin dan tenaga manusia dikombinasikan dan diberdayakan untuk mencapai suatu tingkat output tertentu, yang dimana kombinasi tersebut kerap digambarkan dalam kurva isoquant. Besaran atau jumlah kombinasi penggunaan diantara masing-masing variabel tersebut merupakan keputusan suatu produsen, dengan menghasilkan output yang sama. Contoh, asumsinya adalah apabila produsen rokok ingin memproduksi 1000 linting rokok, maka ia membutuhkan 2 mesin dan 100 tenaga kerja. Namun seiring berjalannya waktu, kombinasi diantaranya dapat diubah, produsen tersebut meminimalisir penggunaan mesin, yaitu 1 mesin. Implikasinya, produsen tersebut harus mem-backup dengan cara menambah tenaga kerja menjadi 200 untuk menghasilkan 1000 linting rokok. Setelah memahami makna fungsi produksi, penulis mengajak anda untuk memahami makna efisiensi dalam ilmu ekonomi. Terdapat beberapa teori yang dapat menjelaskan makan efisiensi dalam ekonomi, salah satunya adalah efisiensi pareto optimum. Stiglitz dan Hayman (2008) mengatakan bahwa efiensi pareto optimal adalah suatu kondisi dimana sudah tidak memungkinkan lagi mengubah alokasi sumberdaya (dalam hal ini adalah input atau faktor produksi) untuk meningkatkan kesejahteraan suatu pelaku ekonomi tanpa mengorbankan kesejahteraan pelaku ekonomi lainnya. Pernyataan tersebut dapat diadopsi ke dalam ekonomi mikro, yang dimana dalam hal ini membahas tentang proses produksi. Hal ini selaras dengan pernyataan mengenai kombinasi fungsi produksi yang telah disebutkan, bahwa untuk meningkatkan kesejahteraan (dalam hal ini output yang meningkat), maka produsen harus mengorbankan salah satu diantara faktor produksi (input) tersebut. Satu ditingkatkan dan satu lagi dikurangi. Apabila keduanya ditambahkan secara bersamaan, maka produksi tersebut dikatakan tidak efisien karena terdapat batasan anggaran atau isocost, yang menyebabkan biaya untuk produksi melebihi proyeksi penerimaan dari penujualan barang tersebut. Singkatnya, produsen tersebut akan rugi. Efek Surgawi bagi Produsen Penganut Capital Intensive
Capital Intensive atau Padat Modal merupakan industri yang dalam kegiatan produksinya ditunjang oleh modal dan teknologi yang tinggi. Dalam tulisan ini, penulis menggunakan asumsi mesin sebagai proksi dari kapital. Umumnya, metode capital intensive ini digunakan oleh berbagai industri dasar atau industri hulu yang menghasilkan barang elektronik, logam dasar, dan lainnya. Capital intensive ini memiliki kelebihan diantaranya adalah dapat menghasilkan output yang optimum dengan biaya produksi yang relatif lebih rendah. Selain itu, dari segi pemanfaatan waktu, kapital atau mesin dapat melakukan produksi yang relatif lebih cepat dibandingan dengan tenaga kerja manusia. Karena yang bekerja adalah mesin, jam kerja dapat ditambah
EDENTS
Volume 1 Edisi XXVIII Tahun 2018
dan ‘dieksploitasi’, tidak seperti manusia yang memiliki keluhan ‘lelah’, protes, atau tuntutan uang lembur. Terlebih lagi, dengan penggunaan mesin, produktivitas akan tinggi, stabil, dan kualitasnya dapat dipertanggungjawabkan.
‘Efek surgawi’ lainnya yang dirasakan produsen dalam penggunaan mesin adalah mereka dapat terhindar dari masalah-masalah perburuhan yang ‘mengganggu’ dan berbiaya tinggi dalam proses penyelesaiannya. Dengan segala kelebihan dan efek surgawi yang dirasakan produsen dalam penggunaan mesin dapat dikatakan hamper tidak memiliki celah kekurangan. Jikalau ada hal yang paling merepotkan bagi para penganut capital intensive, hal tersebut adalah modal awal yang besar untuk membeli mesin-mesin tersebut. Namun, permasalahan tersebut dapat diatasi oleh kredit atau pinjaman, yang dimana dalam jangka waktu tertentu mengingat produktivitas mesin yang amat tinggi, hal tersebut dapat diatasi dengan mudah. Investasi dan pembelian mesin untuk produksi menjadi sebuah hal yang worth it untuk dilakukan. Jika sudah seperti ini kondisinya, ditambah dengan orientasi perusahaan yang selalu berusaha untuk memaksimalkan profit, rasanya labour intensive sudah tidak lagi memiliki tempat di dalam pikiran mereka. Labour Intensive menjadi ‘Obat’ bagi Ledakan Pengangguran Setelah menyadari betapa ‘surgawinya’ capital intensive di mata produsen, kita menyadari bahwa labour intensive seakan menjadi hal tersier yang eksistensinya tidak diperlukan dan tidak layak diperjuangkan. Namun, semua kondisi diatas berasaskan pada asumsi ekonomi pasar yang didalamnya menjadikan ‘kapital’ sebagai tuhan dan berorientasi penuh pada profit. Kondisi diatas terlihat masuk akal dan ‘wajar saja untuk dilakukan’ apabila kita menggunakan asumsi ekonomi pasar. Sedangkan, apabila kita berbicara Indonesia, tentu kita mengetahui bahwa hal tersebut jauh dari kata ‘wajar untuk dilakukan’ karena mengabaikan nilai-nilai kekeluargaan dan kesejahteraan rakyat yang diagungkan dalam pasal 33 UUD 1945. Terlebih lagi, seperti yang telah penulis sampaikan di awal tulisan bahwa kondisi penduduk Indonesia yang ‘tumpeh-tumpeh’ dan kelak mengalami bonus demografi membuat capital intensive seakan menjadi tidak relevan, dalam hal ini, untuk Indonesia.
Bonus demografi, yang alih-alih menjadi senjata bagi akselerasi pertumbuhan ekonomi Indonesia, justru dapat menjadi momok mencekam yang dapat mengancam perekonomian Indonesia apabila capital intensive merajalela menutupi metode labour intensive. Selaras dengan apa yang dikatakan oleh Solow (1956) bahwa salah satu yang menjadi kunci dari pertumbuhan ekonomi adalah tenaga kerja. Artinya, apabila ledakan jumlah penduduk produktif Indonesia tidak diimbangi dengan lapangan kerja yang memadai, substitusi tenaga kerja terhadap mesin yang terus menerus, dan pola pikir produsen yang tidak memperhatikan nilai-nilai kekeluargaan, maka implikasinya adalah melonjaknya tingkat pengangguran. Sederhananya, ledakan penduduk produktif yang dialami oleh Indonesia akan menjelma menjadi ledakan pengangguran. Ledakan pengangguran, tentu akan menjelma menjadi efek negasi bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pada kondisi inilah kita melihat peran labour intensive bekerja. Program padat karya dan industri berbasis labour intensive ber-
50
Kunjungi! www.lpmedents.com
Fungsi Produksi dan Konsep Efisiensi dalam Ekonomi
KOLOM REDAKSI peran untuk ‘mewadahi’ tenaga kerja yang berlebihan di Indonesia. Salah satu contoh upaya pemerintah adalah alokasi dana desa, transfer daerah, atau kredit usaha rakyat (KUR) yang diharapkan dapat ‘menjantankan’ UMKM atau industri-industri padat karya dapat menyerap tenaga kerja yang cukup besar. Atas perspektif dari kondisi ini, kita dapat melihat bahwa labour intensive berpotensi menjadi senjata ampuh bagi akselerasi pertumbuhan ekonomi Indonesia dan menjelma menjadi obat ampuh atas permasalahan ledakan pengangguran.
sive yang membelenggu.
Berdasarkan apa yang penulis paparkan, kita semua mengetahui bahwa akan selalu terjadi trade-off di setiap kegiatan ekonomi, tak terkecuali dalam hal penentuan input dan faktor produksi. Merujuk kepada hakikat fundamental bahwa ilmu ekonomi tercipta karena adanya scarcity (kelangkaan) yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara sumberdaya yang terbatas dan kebutuhan manusia yang tidak terbatas, manusia memang seakan diciptakan untuk dapat memilih. Memilih agar alokasi sumberdaya dapat memenuhi kebutuhan manusia secara efisien. Begitupula dengan konsep efisiensi pareto optimal yang mengatakan bahwa manusia tidak dapat meningkatkan kesejahteraannya tanpa mengurangi kesejahteraan manusia lain. Hal ini, dapat disintesiskan bahwa kita sebagai manusia harus dapat memilih mana yang paling bijaksana untuk diambil.
Disinilah intervensi dan peran pemerintah diperlukan. Pemerintah, yang berperan sebagai regulator, harus ‘mengenal lebih dalam’ mengenai kondisi perekonomian negaranya di masa sekarang maupun masa mendatang. Merujuk kepada aspek terakhir, yakni aspek ekonomi yang salah satunya telah dipaparkan diatas mengenai bonus demografi yang akan dialami Indonesia, seharusnya sudah memahami betul apa langkah yang seharusnya dilakukan. Pemerintah sudah seharusnya menciptakan job opportunity baru yang memadai bagi tenaga kerja manusia, mengingat beberapa jenis pekerjaan telah tergantikan oleh capital (mesin). Penciptaan job opportunity ini bukan semata-mata untuk mewadahi tenaga kerja yang menganggur, tetapi juga untuk dijadikan senjata ampuh dalam peningkatan akselerasi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Mengingat bonus demografi adalah momen yang langka.
Ilmu Ekonomi adalah Ilmu Memilih
Terkait dengan capital atau labour intensive, mengenai ‘mana yang lebih baik’ atau ‘mana yang harus dikorbankan’ juga menjadi perkara yang melibatkan hakikat ilmu ekonomi sebagai ilmu memilih. Tentunya, untuk menentukan mana yang lebih baik dan mana yang dikorbankan harus melalui berbagai pengamatan kompleks yang meliputi aspek sosial, hukum, dan aspek ekonomi itu sendiri. Sederhananya, harus memahami kondisi lingkungan dan masyarakat untuk dapat menilai mana yang lebih baik dan mana yang lebih fit untuk diterapkan di Indonesia. Sudah menjadi hukum alam bahwa modernisasi akan selalu terjadi di setiap sendi kehidupan manusia. Namun, hal yang menjadi perhatian disini adalah kita semua manusia, bukan mesin. Jika manusia berpikir seperti mesin, maka sulit mengatakan bahwa alih teknologi tersebut tidak menguntungkan bagi manusia. Seperti yang penulis paparkan diatas, bahwa alih teknologi tersebut memberikan ‘efek surgawi’ yang luar biasa pada produsen, membuat segalanya menjadi lebih menguntungkan. Tetapi disinilah aspek sosial bekerja, bahwa manusia dianugerahkan rasa empati dan hati nurani. Sederhananya, apabila kita berpikir sebagai manusia dengan hati nurani, bukan sebagai manusia yang mengutamakan profit, pasti mengatakan bahwa alih teknologi dan capital intensive yang berlebihan tidaklah benar. Karena cepat atau lambat, semakin banyak manusia yang tergerus di dalamnya.
Senada dengan aspek sosial, apabila kita merujuk kepada aspek hukum, yakni UUD 1945 Pasal 33 ayat 1 yang mengatakan bahwa perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan, semakin menguatkan bahwa pentingnya sisi humanisme dalam sektor perekonomian. ‘Asas kekeluargaan’ merupakan pernyataan yang paling lengkap untuk mengungkapkan bahwa kepedulian antar masyarakat adalah penting. Rakyat Indonesia, tidak bisa menutup mata akan dampak yang terjadi kepada mereka yang terenggut haknya atas capital inten-
EDENTS
Volume 1 Edisi XXVIII Tahun 2018
Pemerintah sebagai Regulator Penulis menyadari bahwa modernisasi adalah sebuah kepastian. Tidak mengikuti perkembangan zaman akan menyebabkan manusia hidup dalam stagnasi dan ketertinggalan. Namun, sebagai seorang jurnalis, penulis terbiasa untuk berpikir cover both side, yakni mencari cara agar proporsi perusahaan labour intensive seimbang dengan capital intensive. Menjadi kedua hal yang bersifat komplementer, bukan substitusi.
Satu hal lagi yang penting untuk diperhatikan, bahwa penciptaan job opportunity yang baru juga harus diimbangi dengan perbaikan kualitas sumberdaya manusia. Melalui pendidikan, konvensional maupun non-konvensional, dapat meningkatkan bargaining power dari tenaga kerja. Tidak menutup kemungkinan apabila kualitas sumberdaya manusia yang baik, dapat menciptakan job opportunity dengan sendirinya. Contoh sederhananya adalah maraknya kemunculan entrepreneur muda. Namun, itu semua tentu juga harus secara simultan dengan rangsangan dari pemerintah sebagai regulator. (fn)
*) Penulis adalah Pemimpin Redaksi LPM Edents Tahun 2017/2018
51
OPINI MAHASISWA
Teknologi, Pemuda, dan Pembangunan Nasional Oleh: Kurnia Wulandari*)
Dok. kamiindonesia.id
Faktor penting dari sebuah proses pembangunan nasional adalah Sumber Daya Manusia (SDM). Tanpa SDM, sebuah negara saja tidak akan terbentuk, apalagi untuk membangun negara. Kualitas SDM yang dimiliki juga akan memengaruhi berhasil tidaknya sebuah pembangunan nasional. Pembangunan Nasional
Pembangunan nasional adalah serangkaian usaha pembangunan yang berkelanjutan meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara untuk mewujudkan tujuan nasional yang termaksud dalam Pembukaan UUD 1945. SDM tidak hanya berasal dari masyarakat saja. Pemerintah juga bagian dari SDM. Sehingga, untuk mencapai pembangunan nasional yang diinginkan, pemerintah harus bekerja sama dan bersinergi dengan masyarakat. Begitu pula masyarakat yang mau membantu pemerintah dalam menyukseskan program-program pemerintah.
Jumlah Penduduk dan Rasio Ketergantungan Penduduk Indonesia Berbicara mengenai jumlah SDM yang dimiliki oleh Indonesia, tampaknya kita tidak perlu khawatir akan kehabisan stok. Berdasarkan data dari BPS, jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 adalah sebanyak 237.641.326 jiwa. Sedangkan rasio ketergantungan penduduk Indonesia adalah 51,31. Angka ini menunjukkan bahwa setiap 100 orang usia produktif (15-64 tahun) terdapat sekitar 51 orang usia tidak produkif (0-14 dan >65), yang menunjukkan banyaknya beban tanggungan penduduk suatu wilayah. Mengingat delapan tahun berlalu, jumlah penduduk
EDENTS
Volume 1 Edisi XXVIII Tahun 2018
tersebut dapat dipastikan meningkat dan rasio ketergantungan penduduk Indonesia terus mengalami penurunan. Bonus Demografi dan Kaitannya dengan IPTEK
Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap tahunnya ilmu pengetahuan dan teknologi terus mengalami perkembangan. Ilmu pengetahuan dan teknologi adalah satu kesatuan. Teknologi ada karena ilmu pengetahuan ada. Tak jarang inovasi-inovasi yang tidak pernah terbayangkan muncul dan semakin mempermudah kinerja manusia di zaman sekarang. Teknologi tak melulu berurusan dengan gawai. Teknologi mempunyai makna yang luas. Menurut KBBI, teknologi adalah metode ilmiah untuk mencapai tujuan praktis; ilmu pengetahuan terapan; keseluruhan sarana untuk menyediakan barangbarang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia. Itu artinya teknologi merupakan sesuatu yang dapat memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi manusia dalam melangsungkan kehidupannya.
Dapat dikatakan bahwa Indonesia saat ini berada pada tahap terbukanya jendela kesempatan (windows of opportunity), yakni kondisi di mana rasio ketergantungan penduduk Indonesia terus berkurang dan menuju pada titik terendah yang menurut perhitungan akan terjadi pada 2020-2030 (UNFPA, 2015). Pada 20202030 mendatang, kondisi tersebut akan memunculkan bonus demografi, yaitu peluang yang dinikmati suatu negara sebagai akibat dari besarnya proporsi penduduk produktif (rentang usia 15-64 tahun) dibandingkan dengan penduduk usia nonproduk-
52
OPINI MAHASISWA tif (usia kurang dari 15 tahun dan di atas 65 tahun). Dengan persiapan yang matang, bonus demografi bisa dimanfaatkan untuk pembangunan nasional. Dalam rangka memanfaatkan bonus demografi tersebut, setidaknya ada empat upaya yang dapat dilakukan, antara lain dengan peningkatan kualitas hidup; peningkatan kualitas SDM yang produktif dan pemerataan penyebarannya; peningkatan kualitas SDM yang mampu menggunakan, menguasai, memanfaatkan, dan mengembangkan iptek yang berwawasan lingkungan; serta pengembangan pranata yang mendukung upaya peningkatan kualitas SDM. Diantara upaya-upaya tersebut, salah satunya terasa sangat dekat dengan kita, terutama untuk pemuda, yaitu penggunaan, penguasaan, pemanfaatan, dan pengembangan iptek. Teknologi dalam Pembangunan Nasional
Keberadaan teknologi di berbagai bidang tentu sangat membantu upaya pembangunan nasional. Sebagai contoh, masyarakat sekarang dapat mempromosikan serta menjual barang dagangannya tanpa harus mempunyai toko sendiri, cukup dengan aplikasi daring. Jangkauan konsumennya pun lebih luas. Tentu saja ini sangat membantu perekonomian masyarakat Indonesia dan secara tidak langsung membantu pemerintah dalam membuka lapangan pekerjaan.
Jika dikaitkan dengan bonus demografi yang dimiliki Indonesia, pemuda di zaman sekarang rasanya tidak akan bisa lepas dari apa yang namanya teknologi. Anak sesusia SD kini sudah dijejali gawai. Bahkan dalam kasus tertentu anak lebih pandai menggunakan gawai dibanding orang tuanya. Tentu keadaan ini sangat berbeda dengan keadaan zaman 90-an ke atas, dimana internet saja belum masuk ke Indonesia. Dengan kemudahan akses yang dimiliki oleh anak zaman sekarang, hal tersebut bisa dimanfaatkan sebagai akses pengembangan diri demi kualitas SDM yang lebih baik. Misal, pemuda dapat menggali informasi secara cepat dan mudah yang bisa digunakan untuk menambah ilmu. Selain itu, para pemuda juga dapat mengembangkan potensi, ide, kreativitas, dan gagasan yang dimilikinya dengan adanya internet.
November 2017.
Bisnis start-up seperti Bukalapak, Tokopedia, Traveloka, dan Go-Jek merupakan contoh konkrit karya anak Indonesia yang berkontribusi, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam membantu pemerintah memperbaiki kondisi perekonomiam Indonesia. Dengan kondisi perekonomian yang baik, masyarakat diharapkan akan merasa sejahtera dan bisa mendapatkan pendidikan yang layak. Dan kemudian dapat menciptakan kondisi yang sesuai dengan tujuan nasional yang menjadi indikator keberhasilan pembangunan nasional. Dampak Negatif Teknologi
Ibarat dua sisi mata uang, dibalik sisi positifnya, teknologi juga memiliki sisi negatif. Penggantian tenaga manusia dengan teknologi yang dapat mengurangi lapangan pekerjaan merupakan salah satu dampak negatifnya. Namun, jika para pemuda dapat memanfaatkan teknologi dengan baik, mereka justru dapat menciptakan lapangan pekerjaan mereka sendiri. Perusahaan juga dapat mengalihkan pekerjanya untuk beralih ke posisi lain dengan pemberian pendidikan dan pelatihan secara berkala kepada para tenaga kerjanya.
Selain masalah ketenagakerjaan, internet juga memberikan dampak negatif terhadap moral penerus bangsa Indonesia. Misalnya, transaksi narkoba yang semakin mudah, cyber bullying, konten pornografi, hingga informasi hoaks yang dapat dengan mudah menyebar dan memberikan informasi palsu. Selain itu, aksi kriminal juga kerap mengintai dan merugikan pengguna internet. Teknologi sebagai Pilar Pembangunan Nasional
Jadi, dengan mudahnya akses terhadap teknologi yang didapatkan generasi muda zaman sekarang, diharapkan teknologi dapat menjadi salah satu pilar tercapainya pembangunan nasional sesuai tujuan nasional yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945. Namun, dibalik itu, perlu diingat bahwa generasi muda juga harus bijak dalam menggunakan teknologi agar tidak terjerumus dalam lubang yang salah. (fn)
Bisnis Start-Up yang Menjanjikan
Di Indonesia, baru-baru ini menjamur bisnis start-up. Salah satu bentuk pengaplikasian ide-ide pemuda dalam bidang teknologi. Istilah start-up diartikan sebagai perusahaan baru yang sedang dikembangkan. Bisnis start-up ini lebih sering berkaitan dengan teknologi, web, internet, atau yang berhubungan dengan ranah tersebut. Start-up di Indonesia dapat digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu pencipta game, aplikasi edukasi, dan e-commerce-informasi. Pemerintah juga turut mendukung adanya bisnis start-up ini. Dengan dibentuknya Badan Ekonomi Kreatif, pemerintah berusaha mewadahi para pengusaha di bidang digital dalam melakukan usahanya. Bahkan Bekraf memberikan pembinaan bagi start-up baru. Program tersebut dianamakan BEKUP (Bekraf for Pre-Start-Up) dan telah diselenggarakan selama empat bulan di 15 kota. Program tersebut diadakan mulai tanggal 29 Juli hingga
EDENTS
Volume 1 Edisi XXVIII Tahun 2018
*) Penulis merupakan Magang Edents 2017
53
Resensi
BUMI MANUSIA : SEKELEBAT KISAH DI ERA PEMBANGUNAN NASIONAL Tetralogi Buru Bumi Manusia merupakan buku pertama dari Tetralogi Buru karya Pramoedya Ananta Toer yang diterbitkan pada tahun 1980. Dinamakan Tetralogi Buru karena roman-roman tersebut dibuat dan diceritakan secara lisan oleh Pram semasa ia menjadi tahanan politik di Pulau Buru (1965-1979). Adapun alasan penahanan Pram adalah adanya keterkaitan Pram dengan PKI. Ia tergabung dalam organisasi Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat) yang berada dibawah naungan PKI. Cerita dan Penokohan
Seperti yang diketahui, abad ke-20 merupakan masa Kebangkitan Nasional. Kaum terpelajar mulai bermunculan pada masa itu. Sebagian besar kaum tersebut berasal dari kalangan priayi yang berkesempatan merasakan pendidikan kolonial. Salah satu diantaranya adalah Minke, tokoh utama dalam roman ini. Minke sendiri adalah tokoh yang terinspirasi dari sosok Tirto Adhi Soerjo, Bapak Pers Indonesia. Karena profesi Ayah Minke sebagai bupati, ia dapat bersekolah di sebuah Hoogere Burgerschool (HBS) atau setara SMA di Surabaya. Hal ini membuat sosok Minke menjadi pribadi yang bebas dan merdeka.
Suatu ketika, Minke diajak oleh Robert Suuhorf, temannya, untuk menemaninya berkunjung ke sebuah rumah mewah di daerah Wonokromo dengan alasan mendapat undangan. Walaupun teman, Suuhorf ini kerap mengolok Minke karena ia pribumi. Padahal, jika dilihat dari garis keturunannya, Suuhorf adalah seorang Indo (campuran) yang kastanya di bawah orang Belanda totok, tetapi masih di atas pribumi. Walaupun begitu, Suuhorf enggan dan menolak jika ia disebut Indo. Ia justru berperilaku layaknya warganegara Belanda. Kembali ke rumah mewah, rumah tersebut adalah milik keluarga Mellema, keluarga kaya pemilik perusahaan pertanian Buitenzorg. Suuhorf mengenal anak laki-laki dari keluarga tersebut, Robert Mellema, dan memperkenalkannya pada Minke. Kesan pertama Minke terhadap Robert terlihat kurang baik karena Robert yang menatap dan melirik tajam kepadanya. Adik Robert juga turut diperkenalkan pada Minke. Namanya Annelies Mellema atau yang sering dipanggil Ann. Ann diilustrasikan sebagai perempuan yang sangat cantik hingga Minke terpesona padanya. Ia juga sangat terbuka dengan status Minke yang sebagai pribumi. Hal ini mengingat statusnya juga sebagai seorang Indo dan ibunya yang sebagai pribumi. Bahkan Ann mengaku lebih suka jadi pribumi.Ibu dari Ann dan Robert Mellema bernama Nyai Ontosoroh, seorang Jawa tulen. Nyai Ontosoroh ini bukan istri resmi dari Tuan Herman Mellema, melainkan hanya seorang selir atau gundik. Pada saat itu, menjadi selir dianggap tidak memiliki norma kesusilaan. Anggapan seperti ini pun masih ada sampai sekarang. Tapi Nyai Ontosoroh berbeda, ia ingin keberadaan dan hak asasinya sebagai manusia diakui. Ia berusaha untuk terus belajar walau tanpa sekolah formal. Nyatanya, kepintaran dan kecakapan Nyai juga tak kalah dengan wanita Eropa.
EDENTS
Volume 1 Edisi XXVIII Tahun 2018
Judul Buku : Bumi Manusia Penulis : Pramoedya Ananta Toer Tebal Buku : 418 halaman Penerbit : Hasta Mitra Cetakan :Ke-tujuh, Februari 2001 Peresensi : Kurnia Wulandari
Pertemuan di Wonokromo itu membuat Minke jatuh hati pada sosok Ann dan menjadikannya semakin sering mampir ke Wonokromo. Karena itu, ia kerap kali mendapat omongan miring dari orang-orang bahwa Nyai akan berpengaruh buruk baginya jika ia tetap berkunjung dan bergaul dengan Nyai. Konflik mulai timbul ketika Minke memutuskan tinggal di rumah Nyai dan Ann. Sama seperti di zaman sekarang, pasti lah Minke mendapat sindiran dari masyarakat. Minke tetap pada pendiriannya dan tidak memedulikan gosip tentang dia karena ia merasa hanya �numpang� tinggal di rumah itu dan tidak lebih. Sampai temanteman Minke menjauhinya. Bahkan Direktur Sekolah juga memanggil dan mengeluarkannya dari sekolah. Mereka menganggap Minke terlalu revolusioner. Konflik terjadi lagi ketika Maurits Mellema, anak sah dari Herman Mellema, datang. Ia datang untuk menguasai seluruh kekayaan dari ayahnya dan ingin mengambil hak asuh untuk Ann yang masih dianggap di bawah umur. Tentu saja hal ini membuat Minke geram. Ann sudah menjadi istri sahnya, itu berarti Ann adalah tanggung jawabnya. Mengapa pula Merits harus mengambil Ann darinya? Respon Masyarakat
Roman ini cukup mendapatkan respon yang baik dari masyarakat. Hanya dalam kurun waktu duabelas hari setelah penerbitan (Juli 1980) buku ini berhasil terjual 5.000 eksemplar. Beberapa bulan kemudian buku tersebut sudah diterjemahkan dalam beberapa bahasa. Bahkan sampai tahun 2005, roman ini sudah diterjemahkan ke dalam 33 bahasa.Meski mendapat respon positif dari masyarakat, nyatanya pemerintah Orba tidak mendukung diterbitkannya buku-buku karya Pram. Padahal di dalam bukunya sama sekali tidak menyinggung aliran kiri (MarxismeLeninisme). Hingga akhirnya buku ini harus ditarik dari peredaran mulai 1981 dan diterbitkan lagi pada tahun 2001. Memiliki Nilai Tersendiri
Roman ini dapat dibaca oleh kalangan manapun, kecuali anakanak. Bahasa yang terlalu tinggi dan cerita yang dirasa kurang cocok bila diceritakan pada anak-anak menjadi alasannya. Dan bagi yang berminat untuk membaca, buku lawas ini memang sedikit sulit untuk ditemukan di toko buku besar, tetapi dapat ditemukan di toko buku bekas atau dengan mudah dapat dibeli di Google Play Books. (fn)
54
Review Film
Akulturasi Amerika dan Jepang dalam Film The Last Samurai Rilis : 22 November 2003 Genre : Action, Historical Fiction Penulis Skenario : John Logan Sutradara : Edward Zwick Rumah Produksi : Warner Bros Pemain : Tom Cruise, Timothy Spall, Ken Watanabe, Billy Connolly, Hiroyuki Sanada Peresensi : Kurnia Wulandari Film bergenre fiksi sejarah (historical fiction) memang telah eksis sejak beberapa tahun silam, tak terkecuali film The Last Samurai yang dirilis pada tahun 2003. The Last Samurai, memiliki latar waktu saat masa Restorasi Meiji di Jepang, sebuah masa yang mengubah Jepang secara besar-besaran di bidang politik dan sosial. Jadi, walaupun mengambil latar waktu saat Restorasi Meiji, cerita ini memiliki campuran fiksi di dalamnya. Sinopsis dan Tokoh
Sebelum Restorasi Meiji, Jepang dipimpin oleh seorang Shogun (Jenderal) atau semacam Perdana Menteri pada zaman sekarang. Shogun dilantik oleh Kaisar dan berperan sebagai kepala pemerintahan Jepang. Keshogunan Tokugawa adalah pemerintahan diktator militer feodalisme di Jepang yang didirikan oleh Tokugawa Ieyasu, dipimpin oleh shogun keluarga Tokugawa, dan runtuh saat Restorasi Meiji dimulai. Keshogunan Tokugawa pun menyerahkan diri dan mengembalikan kekuasaan kepada Kaisar. Sejak saat itulah feodalisme Jepang secara perlahan-lahan digantikan oleh ekonomi pasar dan terpengaruh dari budaya barat. Dalam upayanya, para Samurai terakhir tidak berjuang sendirian, ia dibantu oleh sesosok serdadu veteran Perang Saudara di Amerika Serikat, yaitu Nathan Algren (Tom Cruise). Awalnya, Algren datang ke Jepang untuk membantu Kaisar melatih rakyat Jepang berperang dengan peralatan modern seperti senapan. Ia dipercayai Kaisar karena sebelumnya ia pernah berhasil menaklukan pemberontakan yang dilakukan suku Indian di Amerika. Rakyat yang dilatih oleh Algren berasal dari kalangan pedagang dan petani dan dipimpin oleh Jenderal Hasegawa (Togo Igawa). Masalah menjadi sangat komplikasi ketika Algren yang sudah pulih kembali ke tempat dimana dia berasal sebelumnya. Semuanya telah berbeda. Pengamanan di kota lebih ketat dari sebelumnya. Bahkan bergaya seperti Samurai pun tidak diperbolehkan. Contoh saja anak Katsumoto, Nobutada (Shin Koyamada) yang terpaksa harus dipotong rambut cepol-nya oleh prajurit. Klimaks yang ada di film ini terdapat pada saat Omura dan pemerintah Jepang menahan Katsumoto. Namun, Katsumoto berhasil melarikan diri. Sayangnya, Nobutada menjadi korban saat berusaha membantu ayahnya melarikan diri dan tewas karena tembakan peluru milik prajurit penjaga. Cerita ini tidak fokus kepada peristiwa Restorasi Meiji, melainkan pada perjuangan hidup kelompok samurai terakhir yang dipimpin oleh Katsumoto (Ken Watanabe) dalam mempertahankan kebudayaannya di tengah gempuran arus modernisasi di
EDENTS
Volume 1 Edisi XXVIII Tahun 2018
Jepang. Di saat mereka berusaha mempertahankan budayanya, Kaisar justru melihat usaha ini sebagai upaya pemberontakan. Hal ini dikarenakan Kaisar melarang adanya penggunaan pedang dalam kehidupan sehari-hari. Respon Kritis dari Masyarakat
Dengan Anggaran yang hanya USD $140 Juta saja, film ini berhasil mendapatkan pendapatan sebesar USD $ 456.8 Juta, tiga kali lipat lebih banyak dari anggarannya. Cukup positif respon dari masyarakat. Khususnya masyarakat Jepang yang lebih antusias terhadap film ini.
Dalam hal ini, Amerika dianggap dapat menggambarkan Jepang dengan sangat baik. Contoh saja kebiasaan-kebiasaan kecil masyarakat Jepang, seperti kedisiplinan, gigih, dan cinta tanah air. Namun, ada beberapa hal yang dianggap tidak sesuai dengan kenyataan aslinya, yaitu penggambaran samurai yang bijaksana dan mulia seperti Katsumoto. Di kehidupan aslinya, samurai dinilai lebih urakan dan korup dibanding penggambaran sosok Katsumoto.Film ini mendapatkan review sebesar 66% tomatometer dan 83% untuk nilai dari para penonton (rottentomatoes) atau 7,7 dari angkutan: 16 Hikmah yang Dapat Diambil
Dalam film ini, terdapat banyak hikmah yang dapat kita ambil untuk kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari. Pertama, belajar dari kesalahan. Algren berhasil menang melawan suku Indian, tapi batinnya tidak tenang karena ia hampir memusnahkan penduduk asli Amerika itu. Karenanya, dia tidak mau mengulang kesalahan yang sama. Kedua, pantang menyerah. Dari Katsumoto dan pasukannya kita dapat belajar bahwa mereka benar-benar orang yang gigih dan giat bekerja. Tidak peduli dengan segala rintangan, yaang terpenting kita melakukan hal yang menjadi tujuan kita sampai titik darah penghabisan. Ketiga, jangan lupakan identitas bangsa, karena itu merupakan salah satu ciri khas bangsa kita. Kalau negara kita saja tidak mempunyai ciri khas, lantas apa yang dapat kita banggakan dari negara ini? (fn)
55
EDENTS
Volume 1 Edisi XXVI Tahun 2017
56
EDENTS
Volume 1 Edisi XXVI Tahun 2017
57
ISSN 0215-0255