7 minute read

LAPORAN KHUSUS

Vaksinasi, Satu Langkah Menghadapi Pandemi

Oeh : Alam, Rachel, Banindhia

Advertisement

Dok.Unsplash.com

Coronavirus atau yang biasa dikenal dengan Covid-19 sudah terjadi diberbagai belahan di dunia lebih dari satu tahun. Dikutip dari laman Kementerian Kesehatan tentang FAQ Coronavirus, virus ini merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan. Pada manusia biasanya menyebabkan penyakit infeksi saluran pernapasan, mulai flu biasa hingga penyakit yang serius seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Sindrom Pernafasan Akut Berat atau Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus jenis baru yang ditemukan pada manusia sejak kejadian luar biasa muncul di Wuhan, China, pada bulan Desember 2019, kemudian diberi nama Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-COV2), dan menyebabkan penyakit Coronavirus Disease-2019 (Covid-19). Pada dasarnya seperti penyakit pernapasan lainnya, Covid-19 dapat menyebabkan gejala ringan termasuk pilek, sakit tenggorokan, batuk, dan demam. Sekitar 80% kasus dapat pulih tanpa perlu perawatan khusus. Namun, sekitar satu dari setiap enam orang mungkin akan menderita sakit yang parah, seperti disertai pneumonia atau kesulitan bernafas, yang biasanya muncul secara bertahap. Virus ini juga beresiko bagi orang yang berusia lanjut, dan orang-orang dengan kondisi medis yang sudah ada sebelumnya seperti diabetes, tekanan darah tinggi dan penyakit jantung, mereka biasanya lebih rentan untuk menjadi sakit parah.

Setitik Harapan pada Vaksin Covid-19

Sudah banyak tindakan yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan virus ini. Namun hingga saat ini, belum ditemukan obat untuk Covid-19, dikarenakan virus tidak sama dengan bakteri yang dapat dibunuh dengan antibiotik. Sudah banyak obat antivirus yang telah diuji coba, serta usulan obat-obatan dilakukan akan tetapi virus tidak bisa dibunuh sampai dengan hari ini. Melalui berbagai penelitian, pemberian vaksin yang dinilai

paling efektif untuk mengatasi pandemi Covid-19 yang masih terus berlangsung. Vaksin adalah virus yang dimasukkan ke dalam tubuh manusia tetapi sudah dimatikan. Sementara vaksinasi adalah pemberian vaksin (antigen) yang dapat merangsang pembentukan imunitas (antibodi) sistem imun di dalam tubuh. Sistem kekebalan tubuh manusia terhadap suatu penyakit bisa terbentuk secara alami saat seseorang terinfeksi virus atau bakteri penyebabnya. Dengan prosedur vaksinasi yang benar diharapkan akan diperoleh kekebalan yang optimal, menurunkan risiko terkena penyakit dan kematian dan mendorong terbentuknya kekebalan kelompok (herd immunity). Selain itu, vaksinasi Covid-19 bertujuan untuk melindungi dan memperkuat sistem kesehatan secara menyeluruh, juga menjaga produktivitas dan mengurangi dampak sosial masyarakat. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan (KMK) Nomor 9860 Tahun 2020, terdapat enam jenis vaksin yang digunakan Indonesia. Keenam vaksin itu merupakan produksi dari PT Bio Farma, AstraZeneca, Sinopharm, Moderna, Pfizer Inc. - BioNTech, dan Sinovac Biotech Ltd. Salah satu vaksin yang telah beredar di Indonesia yaitu vaksin Sinovac. Kelebihan dari vaksin Sinovac yaitu dapat disimpan dengan suhu antara 2-80C atau dapat disimpan di dalam kulkas. Sementara Moderna harus disimpan pada suhu -200C dan vaksin Pfizerer pada -700C. Selain itu, kelebihan Sinovac yaitu dengan virus yang sudah dimatikan maka tidak akan membuat rasa sakit dan virus ini juga tidak dapat berkembang biak. Sinovac menggunakan teknologi lama yang sudah berpuluh-puluh tahun, dimana dengan teknologi ini, sudah dapat dijamin bahwa vaksin ini aman, dan valid penelitiannya.

Vaksin Tidak Dapat Menjadi Penangkal Virus Covid-19 Seutuhnya

Muncul sebuah pertanyaan, apakah vaksin saja cukup untuk menangani Covid-19? Menurut Sudiro, salah satu akademisi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Diponegoro, menerima vaksinasi saja belum cukup efektif untuk menangkal virus Covid-19 ini. Hal itu dikarenakan vaksin Sinovac yang ada di Indonesia berdasarkan uji klinis pada suntikan pertama yang disuntikkan kepada 1.000 orang yang terlindungi dari virus Covid-19 kira-kira hanya sekitar 33-34% saja. Sehingga dari pengujian ini, dari 1.000 orang tersebut, terdapat sekitar kurang lebih 700 orang masih belum dapat terlindung dari virus. Kemudian pada suntikan kedua dengan jumlah orang yang sama, terjadi peningkatan sekitar 63% yang dapat terlindungi. Namun, masih ada sisa sekitar 37% yang tidak terlindungi dari virus Covid-19. Artinya, meskipun telah disuntik vaksin sebanyak dua kali, masih ada sisa orang yang bisa terkena Covid-19. Oleh sebab itu, masyarakat dianjurkan untuk tetap mematuhi protokol kesehatan seperti menjaga jarak, memakai masker, mencuci tangan, serta berbagai tindakan preventif lainnya.

Penyaluran Program Vaksinasi dan Tantangannya

Semenjak adanya produksi vaksin dan dapat didistribusikan ke berbagai negara, Indonesia sudah memutuskan mengambil vaksin Sinovac pada bulan Januari sekitar 300 juta dosis kepada China. Indonesia juga diperbolehkan untuk memproduksi vaksin yang bibitnya dari China. Selain itu, Indonesia juga mengambil vaksin lain seperti yang tertera pada KMK No. 9860 Tahun 2020. Terbaru, Indonesia menerima kedatangan vaksin AstraZeneca sebesar 3.852.000 dosis vaksin siap pakai pada pada 26 April 2021. Penyaluran vaksinasi ini dilakukan secara bertahap. Dilansir dari sehatnegeriku.kemkes.go.id, Siti Nadia Tarmidzi selaku juru bicara vaksin Covid-19 Kementerian Kesehatan menyampaikan bahwa untuk menuntaskan program vaksinasi Covid-19 di Indonesia dengan mencapai total populasi sebesar 181,5 juta orang, dibutuhkan waktu 15 bulan, mulai Januari 2021 hingga Maret 2022. Pelaksanaan ini akan berlangsung selama dua periode. Periode pertama berlangsung dari Januari hingga April 2021 dengan memprioritaskan 1,3 juta tenaga kesehatan dan 17,4 juta petugas publik yang ada di 34 provinsi. Sedangkan periode kedua mulai dari April 2021 hingga Maret 2022 untuk menjangkau jumlah masyarakat hingga 181,5 juta orang. Masalah yang timbul dari pengadaan vaksinasi ini yaitu perbedaan kecepatan distribusi vaksinasi karena Indonesia terdiri dari 17.000 pulau. Selain itu, tidak semua daerah terpencil di Indonesia memiliki puskesmas, fasilitas kesehatan, dan tenaga kesehatan yang memadai. Hal tersebut menjadi tantangan yang tidak mudah dilampaui karena faktanya pelayanan kesehatan di setiap daerah berbeda-beda. “Menurut saya kenyataan dan fakta seperti ini itu harus dijalankan menggunakan tenaga tenaga medis perawat atau siswa-siswa semester akhir dikirim untuk melakukan penyuntikan di daerah-daerah yang tenaga kesehatan tidak ada,” ujar Sudiro. Dilansir dari nasional.kompas.com, terdapat beberapa kendala yang dihadapi pemerintah dalam proses vaksinasi nasional. Kendala tersebut antara lain terbatasnya fasilitas kesehatan, sistem informasi atas data yang dibutuhkan untuk vaksinasi masih belum sempurna, serta kendala pada alur komunikasi yang dibutuhkan untuk masyarakat. Menurut Sudiro, agar vaksin dapat menjangkau seluruh wilayah Indonesia, Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 memerlukan adanya kebijakan pemerintah sektoral dengan pemerintah perhubungan, di mana Kementerian Perhubungan memerintahkan transportasi, baik jalur darat, laut, maupun

dr. Sudiro, MPH. DrPH Akademisi Fakultas Kesehatan dan Masyarakat Dok.iconscout Undip

udara untuk membantu pendistribusian vaksin ke daerah-daerah. Kemudian, Kementerian Pendidikan dapat membantu dengan memerintahkan kepada sekolahsekolah perawat yang akan lulus bisa dilatih menyuntik. Perlu adanya tindakan juga dari pemerintah daerah yakni dengan memfasilitasi perumahan atau kos-kosan gratis untuk ditempati oleh tenaga kesehatan. Di berbagai media masa, telah beredar kabar bahwa Indonesia akan segera memproduksi vaksinnya sendiri. Berdasarkan kabar tersebut, Sudiro beranggapan bahwa Biofarma mampu memproduksi vaksinnya sendiri. Bahkan sebelumnya, Biofarma sendiri juga telah berhasil membuat berbagai jenis vaksin lainnya. Seperti vaksin polio, defteri, dan lain sebagainya. Pada kesempatan kali ini, Biofarma akan membuat vaksin merah putih yang memiliki license dari Sinovac.

Lebih Untung Jika Menerima Vaksin

Hadirnya program vaksinasi memang sempat menimbulkan pro kontra di kalangan masyarakat. Adanya berita yang simpang siur juga menimbulkan banyak keraguan masyarakat untuk menerima vaksin. Padahal, penerimaan vaksin sangatlah penting sebagai salah satu jalan mencapai herd imunity. Melalui vaksin ini, diharapkan daya imun akan menjadi lebih baik sehingga mampu menangkal virus Covid-19 dan dapat melakukan aktivitas secara normal. Setiap vaksin pasti memiliki side effect atau efek sampingnya masing-masing. Contohnya ada salah satu vaksin untuk radang di otak, dimana apabila disuntikkan dengan dosis berlebih, maka akan beresiko menyebabkan radang di otak serta kejang-kejang. Namun, kejadiannya hanya sekitar 0,01%, bahkan bisa tidak ada kejadian. Kemudian, untuk vaksin Covid-19, efek sampingnya hanya panas, batuk, dan badan terasa lemas. Tapi pada umumnya, orang hanya akan mengalami demam dan badan terasa lemas.

Gejala-gejala yang ditimbulkan oleh Covid-19 adalah panas, batuk kering, dan lemas. Terkadang, ada yang sampai mengalami sesak napas. Namun, jika ada orang yang mengalami gejala berat tersebut, bisa diindikasikan bahwa orang itu memiliki penyakit bawaan lain, seperti asma dan penyakit penyerta lainnya. Terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi sebelum menerima vaksinasi. Orang yang menderita kurang gizi, atau memiliki penyakit berat yang tidak dapat memenuhi syarat untuk menerima vaksinasi. “Selama orang yang mau divaksin sehat, baik sudah tua atau masih muda dapat diberikan vaksin. Menurut saya, lebih untung jika menerima vaksin,” tutur Sudiro. Berdasarkan alasanalasan tersebut, akan lebih baik jika masyarakat mau menerima vaksinasi.

Protokol Kesehatan Harus Tetap Dijalankan

Anggapan bahwa setelah divaksin maka akan aman dari Covid-19 adalah kurang tepat. Vaksin memang salah satu upaya dalam mengatasi pandemi ini. Akan tetapi, vaksinasi ini tidak sepenuhnya menjamin seseorang akan aman dari virus Covid-19. Oleh karena itu, penerapan protokol kesehatan tetap menjadi hal mutlak untuk dilaksanakan meskipun telah divaksin. Sudiro menuturkan bahwa harapannya tentu saja adalah bahwa pandemi Covid-19 ini bisa hilang. Akan tetapi, harapan itu tidak dapat sepenuhnya terwujud. Hal itu disebabkan karena masyarakat Indonesia masih kurang patuh dalam mengikuti protokol kesehatan. “Padahal, salah satu syarat agar vaksin sukses adalah mengikuti protokol kesehatan. Kalau sudah divaksin, tapi malah bebas dan tidak mematuhi protokol kesehatan lagi, ya percuma,” tutupnya. (lth)

This article is from: