7 minute read
LAPORAN KHUSUS
Momentum Industri Kesehatan di Era Pandemi
Oleh : Aji, Marsha, dan Putri
Advertisement
Dok. antaranews.com
Pandemi Covid-19 berdampak luas di setiap negara, tak terkecuali Indonesia. Berbagai ke- bijakan telah dilakukan pemerintah untuk menanggulangi dampak pandemi. Pandemi ini memberikan berbagai dam- pak di hampir setiap sektor, salah satunya yakni sektor industri. Sektor industri merupakan salah satu sektor yang sangat berdampak saat pandemi. Beberapa sektor industri mengalami kenaikan ataupun penurunan, salah satunya yakni sektor industri kesehatan.
Industri kesehatan merupakan sektor yang diunggulkan di era pandemi saat ini. Banatul Hayati, salah satu akademisi Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Universitas Diponegoro (Undip) mengatakan bahwa industri kesehatan yakni unit usaha yang melakukan kegiatan barang atau produk serta jasa pelayanan di bidang kesehatan. Lebih jauh, Wahyu Widodo yang juga akademisi FEB Undip menambahkan bahwa dalam arti luas yakni sektor usaha yang menyediakan pelayanan kesehatan, rumah sakit, laboratorium dan lain sebagainya.
Kesehatan sebagai Komoditas Ekonomi yang Prospektif
Sejarah mengenai perkembangan industri kesehatan tak lepas dari organisasi terkait kesehatan yakni World Health Organization (WHO) yang didirikan pada 7 April 1948. Di Indonesia sendiri perkembangan terkait industri kesehatan berkembang dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Menurut Banatul, dengan mun- culnya jaminan kesehatan nasional, maka masyarakat yang dulunya enggan berobat karena masalah finansial kini dengan teratur melakukan pengobatan sehingga mendorong adanya industri kesehatan. Saat ini, sektor kesehatan sudah menjadi komoditas ekonomi. Kesehatan tidak dapat dipisahkan dari kegiatan ekonomi. Menurut Wahyu, kesehatan merupakan syarat utama dari segala kegiatan ekonomi. Peluang sektor kesehatan untuk menjadi komoditas ekonomi yang menjanjikan menjadi sangat prospektif. Hal ini terbukti bahwa secara global, kesehatan memberikan kontribusi terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) hampir 10%. Wahyu juga menambahkan bahwa jika merujuk pada struktur PDB, terdapat kontribusi sekitar 1,48% dari sektor jasa kesehatan dan sosial terhadap PDB tahun 2020. Kemudian industri kimia, farmasi, dan obat tradisional yang berkontribusi sebesar 2% terhadap PDB. Hal tersebut menunjukkan kontribusi tersebut sangatlah bagus. Selain itu, Indonesia adalah salah satu negara dengan jumlah populasi yang besar (Big Population Country). Menurut Banatul, dengan jumlah penduduk yang besar maka masih memungkinkan terjadi permasalahan pada kesehatan sebagai akibat dari pola hidup masyarakat. Akibatnya, potensi kesehatan dapat menjadi masalah yang krusial bagi pereko-
nomian Indonesia sekaligus memberi peluang bagi industri kesehatan. Faktor-faktor tersebut menurutnya menjadikan industri kesehatan menjadi komoditas yang dapat diandalkan.
Peluang Tumbuhnya Sektor Industri Kesehatan
Perkembangan sektor industri kesehatan tumbuh positif dari tahun ke tahun. Kesehatan yang semula sebagai sektor yang berperan kecil terhadap pembentukan PDB menjadi berkembang pesat berdasarkan data dari Badan Pusat Statistika (BPS). Menurut Banatul industri kesehatan di Indonesia selama tahun 2012 sampai 2018 menunjukkan kenaikan pertumbuhan yang cukup pesat. Menurutnya berdasarkan perkembangan tersebut industri kesehatan semakin meningkat, terlebih dengan adanya pandemi Covid-19. Wahyu menuturkan terdapat faktor yang mendorong industri kesehatan, yakni permintaan pada industri tersebut sangat tinggi untuk mitigasi dampak pandemi. Namun, di luar konteks pandemi ia berpendapat bahwa kesehatan tetap menjadi faktor utama dalam hal pembangunan manusia di mana merupakan aspek Indeks Pembangunan Manusia (IPM). “Oleh karena pentingnya kesehatan dalam hal membangun sumber daya manusia, maka semakin mendorong penyediaan alat kesehtan yang layak dan baik. Pada akhirnya, industri kesehatan secara keseluruhan akan bergerak,” tutur Wahyu.
Berbagai Tantangan Industri Kesehatan
Banyak tantangan yang harus dihadapi pada industri kesehatan saat ini. Tantangan pertama berasal dari masyarakatnya sendiri. Masih sangat banyak masyarakat potensial yang memilih berobat di luar negeri, sehingga dapat di- katakan bahwa kita mengekspor devisa ke luar negeri. Pa- dahal, menurut Banatul potensi tersebut seharusnya bisa diambil oleh industri kesehatan dalam negeri. Oleh karena itu, meyakinkan masyarakat untuk berobat di dalam negeri merupakan satu tantangan di industri kesehatan. Banatul menambahkan bahwa impor produk kesehatan, terutama terkait bahan baku juga masih tinggi. Hal tersebut cukup rentan dengan pergerakan kurs.
Selain itu, Wahyu menuturkan beberapa tantangan yang harus dihadapi. Pertama, industri kesehatan merupakan industri high technology sehingga membutuhkan dana research and development yang tinggi. Oleh karena itu, tantangannya ke depan harus ada anggaran yang khusus. Kedua, keterbatasan sumber daya manusia (SDM) baik di industri kesehatan maupun jasa kesehatan. Ketiga, regulasi yang belum sepenuhnya mendukung dan cenderung menghambat. Kemudian tantangan dari sisi persaingan, yang mana industri kesehatan sifatnya global dan beberapa negara sangat maju dalam sektor kesehatan. Selanjutnya, adalah dari faktor kelembagaan. Hal lainnya adalah sarana prasarana kesehatan Indonesia masih belum mampu memenuhi permintaan yang tinggi.
Dampak Vaksin Covid-19 bagi Industri Kesehatan
Awal tahun 2021 para ilmuan dunia telah melakukan inovasi untuk penanggulangan pandemi, salah satunya yakni dengan adanya vaksin corona. Terdapat banyak kandidat vaksin yang masih menjalani berbagai tahapan uji coba sebelum dipastikan aman untuk diberikan kepada warga dunia. Pembuatan vaksin biasanya membutuhkan penelitian dan pengujian bertahun-tahun sebelum mencapai klinis. Hal tersebut tentunya berdampak pada industri kesehatan sendiri. Vaksin akan menggeser semua isu kesehatan yang lain.
Menurut Wahyu, setelah vaksinasi ini berhasil maka permintaan untuk produk-produk dan layanan yang sifatnya upaya mengatasi pandemi akan sedikit demi sedikit menurun. “Maka industri kesehatan akan sedikit menurun demand-nya. Akan tetapi, ada positif- nya yaitu pengalaman pandemi ini memberikan kesadaran yang tinggi bagi masyarakat dan pemerintah akan penting- nya kesehatan. Pada akhirnya, kesadaran pentingnya ke- sehatan itu merupakan demand bagi sektor kesehatan di masa mendatang,” tutur Wahyu. Sementara itu, Banatul menuturkan ditemukannya vaksin Covid-19 akan membutuhkan peranan industri kesehatan, seperti ketersediaan alat suntik, ketersediaaan alat-alat pendeteksi hipertensi, diabetes, dan beberapa alat tes lainnya yang dibutuhkan sebelum menjalankan vaksin. Begitu pula dengan tenaga medis yang dibutuhkan untuk membantu proses vaksinasi tersebut.
Wahyu menambahkan ketika pandemi berakhir dan semua kembali normal nantinya, kurva akan menurun dan demand akan kembali normal. Namun, penurunan tersebut bukan berarti kemerosotan bagi industri kesehatan, melainkan siklus bisnis yang normal. Sementara itu, Banatul menuturkan bahwa justru penggunaan alat kesehatan seperti masker dan handsanitizer akan menjadi kebiasaan masyarakat. Peluang industri kesehatan juga tetap terbuka mengingat populasi Indonesia yang besar seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Kesadaran akan pentingnya kesehatan selepas pandemi juga dapat berimbas pada meningkatnya investasi industri kesehatan.
Wahyu Widodo, Akademisi FEB Undip
Dok. iesp.feb.ndip.ac.id
Peran Industri Kesehatan dalam Pemulihan Ekonomi
Dalam beberapa hal, dengan berkembangnya industri kesehatan ini bisa membantu pemulihan ekonomi. Wahyu menuturkan bahwa kesehatan merupakan aktor utama dari pemulihan ekonomi di mana permasalahan kesehatan harus diselesaikan ter
Dok. Pribadi
Banatul Hayati, Akademisi FEB Undip
lebih dahulu kemudian ekonomi akan pulih. Menurutnya negara-negara Eropa melakukan lockdown untuk menyembuhkan kesehatan. Kemudian, Banatul juga menjelaskan bahwa peran industri kesehatan yang meningkat saat pandemi menjadi pendorong pemulihan sektor lainnya. “Bisa dikatakan dengan adanya perkembangan di industri kesehatan itu membuka kesempatan bagi mereka baik itu para pengusaha ataupun tenaga kerja, untuk beralih orientasi,” kata Banatul.
Kebijakan Utang Luar Negeri dalam Pemenuhan Pelayanan Kesehatan dan Pemulihan Ekonomi
Pemerintah Indonesia selama pandemi terus berupaya menanggulangi Covid-19 beserta dampaknya, terutama pada perekonomian. Dengan dana yang terserap cukup besar untuk anggaran penanggulangan pandemi selama ini pemerintah melakukan kebijakan utang luar negeri untuk pelayanan kesehatan yang dinilai masih kurang serta untuk pemulihan ekonomi. Terdapat banyak pro dan kon- tra mengenai kebijakan tersebut. Menurut Wahyu, khusus untuk program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), memang tidak ada cara lain selain pembiayaan dengan utang luar negeri karena Indonesia negara yang emerging economies. Kesiapan pembiayaan dari APBN dan penerimaan pajak juga tidak memungkinkan untuk menutup dana tersebut.
Banatul juga menjelaskan bahwa hal tersebut wajar karena memang dibutuhkan dana yang cukup besar untuk menangani pasien-pasien dan upaya-upaya untuk melakukan pembatasan social distancing. Hal tersebut menjadi tantangan terutama bagi industri kesehatan, bagaimana industri dapat meminimalisir utang luar negeri. Ia menuturkan bahwa industri kesehatan dalam negeri ini harus bangkit dan tumbuh. Hal tersebut dapat dilakukan dengan mengembangkan dan menciptakan sendiri alat-alat dan obat-obatan yang didatangkan dari luar negeri dengan dana besar, sehingga mampu menekan alokasi pembiayaan. “Jadi ini sudah saatnya bagaimana kita memanfaatkan peluang di tengah musibah pandemi Covid-19 ini, bagaimana industri kesehatan ini bisa bangkit baik dari alat kesehatan, farmasi, obat-obatan yang bisa mensubstitusi impor,” ujar Banatul.
Pentingnya Peran Pemerintah, Pelaku Usaha, dan Masyarakat
Kita semua tentunya berharap pandemi ini segera berakhir dan sektor-sektor yang menurun akibat dampaknya dapat kembali meningkat. Hal tersebut tentunya menjadi tugas seluruh elemen masyarakat Indonesia untuk mampu bersatu padu serta bergotong-royong untuk meminimalisir penyebaran Covid-19 serta melakukan vaksinasi. Menurut Wahyu peningkatan daya saing penting dalam industri kesehatan. Dengan daya saing semakin meningkat tentunya harus didukung oleh faktor-faktor seperti regulasi terkait birokrasi dan institusi yang memberikan ruang gerak yang lebih baik. Sehingga persaingan akan lebih kompetitif, research and development juga harus difasilitasi sehingga kelak kita akan bisa bersaing dengan negara-negara yang lebih baik industri kesehatannya. Sementara itu, Banatul menuturkan bahwa industri kesehatan di Indonesia memiliki peluang yang besar. Peluang ini harus dimanfaat- kan dengan baik dengan adanya kerjasama dari pemerintah, pelaku usaha di sektor industri kesehatan, serta dari ma- syarakat. Selain itu, ia juga menambahkan industri kesehatan harus mandiri dan berkualitas. “Selain itu tentunya harapan dari industri kesehatan sendiri adalah bagaimana industri kesehatan kita mampu memberikan pelayanan yang terbaik, berkualitas, mempunyai daya saing, dan lebih mandiri dalam menciptakan atau memproduksi obat-obatan dan alat kesehatan, sehingga masyarakat menjadi semakin yakin dan percaya untuk menggunakan produk atau jasa pelayanan maupun perawatan kesehatan yang dihasilkan industri kesehatan dalam negeri,” pungkas Banatul. (lth)