33 minute read

POLLING

Oleh: Ulfa

Advertisement

Dari Pers Mahasiswa Menjadi Peneliti Muda

Oleh: Nur Alfi Komariyah

Lembaga Pers Mahasiswa Edents (LPM Edents) adalah organisasi mahasiswa yang bergerak pada bidang jurnalistik di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro (FEB Undip). Organisasi ini sudah berdiri sejak lama, yaitu sejak tahun 1976 yang menjadikannya sebagai salah satu organisasi jurnalistik tertua yang ada di Jawa Tengah. Dengan julukan ini, maka tak mengherankan jika pada saat sekarang ini, sudah banyak alumni atau yang sering disebut ‘Mantan Edents’ telah sukses di bidangnya masing-masing. Salah satu mantan Edents yang cukup sukses di bidangnya yaitu Alan Ray Farandi mantan Edents tahun 2012. Di usianya yang baru menginjak 27 tahun, pria tersebut kini telah menjadi seorang peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Berawal dari Keinginan Mengembangkan Diri

Pada saat masih menjadi mahasiswa baru, Alan melihat cukup banyak organisasi mahasiswa (ormawa) bagus dan menarik. Namun, ia menyayangkan beberapa organisasi yang sebenarnya bagus, akan tetapi untuk arah gerak maupun kegiatannya dirasa tidak sesuai dengan bidang maupun kompetensi organisasi itu sendiri. Hal ini menjadikannya selektif dalam memilih organisasi dan kegiatan yang akan diikutinya. Dalam tahap pencarian ini, ia mencoba mencari ormawa yang sesuai dengan keinginannya. Pada saat itu, ia memiliki ketertarikan untuk belajar mengenai kepenulisan. Ia menilai bahwa Edents sebagai lembaga pers dapat menjadi wadah baginya untuk bisa mengembangkan minat dan potensi yang dimilikinya akan dunia kepenulisan. Oleh karena itu, ia memutuskan untuk mendaftarkan diri di LPM Edents.

Proses seleksi yang dilalui untuk menjadi anggota Edents atau Edentser itu sendiri cukup panjang dan berbelit, mulai dari pengumpulan berkas, interview, hingga proses pembuatan majalah semu pun harus dilaluinya. Namun, baginya tahap itu bukanlah hal melelahkan melainkan menyenangkan karena ia bisa belajar secara langsung bagaimana membuat sebuah berita. Setelah diterima menjadi bagian Edents, ia juga ia juga semakin aktif mengasah kemampuannya dalam menulis.

Dari Menulis hingga Menjadi Mawapres

Semasa kuliah, Alan tergolong sebagai mahasiswa yang sangat aktif mengikuti berbagai kegiatan, baik di Edents maupun luar Edents. Di Edents, ia merupakan salah satu reporter yang aktif menulis berita, tak jarang ia mengajukan diri untuk meliput berita. Alan mengungkapkan salah satu alasan dirinya sering mengajukan diri untuk meliput berita adalah karena dalam pihak yang dijadikan narasumbernya adalah tokoh-tokoh hebat yang menjadi idolanya. “Dulu itu, kalau ada berita yang narasumbernya menarik, aku suka ngajuin diri ke atasan biar aku aja yang ngeliput,” jelasnya. Selama tergabung di Edents, ia pernah menjabat sebagai redaktur pelaksana buletin dan redaktur pelaksana majalah. Selain itu, ia juga sangat aktif di organisasi lainnya. Bahkan, hingga di tahun ketiga masa kuliahnya, Alan masih sangat aktif mengikuti kegiatan kampus. Selain berorganisasi, Alan juga aktif dalam mengikuti kegiatan seperti program volunteering, magang, hingga berbagai jenis lomba. Pengalamannya di bidang jurnalistik yang erat dengan kepenulisan membawanya menjuarai beberapa perlombaan kepenulisan, seperti esai dan paper. Ia juga berhasil lolos pendanaan Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM) dan juga mendapat penghargaan sebagai Mahasiswa Berprestasi (Mawapres) 2 FEB Undip.

Suka Duka di Edents

Jika ditanya terkait suka duka dalam berorganisasi, Alan cenderung merasa lebih banyak suka dibandingkan dukanya. Ia menuturkan bahwa selama di Edents, ia tak menjumpai duka yang begitu berarti. Ketika ia menjabat sebagai redaktur pelaksana majalah, ia tidak merasa banyak kendala. Jika pun ada, itu masih dalam batas wajar. “Dukanya, paling ditolak narasumber ataupun pusing nyari topik. Tapi dari semua itu masih wajar, kok,” ujarnya.

Dibandingkan duka, justru ia merasa banyak hal yang menyenangkan yang ia alami, salah satunya adalah dengan memiliki kesempatan untuk bertemu bahkan mewawancarai tokoh-tokoh hebat yang bahkan belum tentu bisa ia temui serta secara langsung. Selain itu, ia juga berkesempatan untuk menjalin relasi dengan para narasumber itu sendiri. Seringkali, ketika mewawancarai narasumber, ia juga berusaha untuk bisa menjalin hubungan yang baik dengan narasumber. Tak jarang, ia juga menyisipi pertanyaan-pertanyaan pribadi yang diluar draf pertanyaan yang ia buat. Baginya, itu merupakan hal-hal yang sangat menyenangkan karena ia bisa belajar langsung dari sumbernya.

Ilmu Kepenulisan yang Sangat Berguna

Selama bergabung di Edents, ia merasa banyak sekali ilmu bermanfaat yang ia peroleh, yang bahkan masih bisa diterapkan hingga saat ini. Melalui Edents, ia banyak belajar dan mempraktikan teori-teori yang mungkin belum dipelajari dan dipraktikkan secara mendalam di perkuliahan, seperti penulis artikel dengan sudut pandang ketiga, kaidah kebahasaan dan lainnya. Menjadi seorang jurnalis di Edents, maka ia harus terbiasa untuk bisa menulis artikel dengan baik sesuai dengan kaidah kebahasaan yang ada. Hal seperti ini membuatnya menjadi familiar dan terbiasa untuk membuat tulisan yang baik dan benar yang bahkan hingga saat ini masih ia gunakan hingga saat ini. Alan mengungkapkan bahkan disaat ia menyusun skripsi, ia sangat terbantu dengan ilmu-ilmu yang ia pelajari dari Edents. “Di Edents, kita kan dibiasakan menulis dari sudut pandang orang ketiga, terstruktur dan sesuai kaidah kebahasaan, ini yang ngebantu banget waktu nyusun skripsi” terangnya. Hingga saat ini, ilmu yang ia peroleh dari Edents pun masih ia gunakan sebagai pendukung dalam membuat laporan penelitian. Sebagai seorang alumni, Alan berharap agar Edents dapat terus berkembang lebih baik kedepannya dan bisa terus menciptakan alumni-alumni hebat lainnya. Ia pun berpesan agar Edentser yang aktif dapat memanfaatkan waktu dan pembelajaran yang ada di LPM Edents karena itu akan sangat bermanfaat bagi Edentser di masa depan.

Perjalanan Karir

Berbicara terkait dengan perjalanan karir seorang Alan Ray Farandi, bisa dibilang karirnya cukup sukses. Semasa kuliah, Alan sempat menjadi menjadi Asisten Dosen Dekan FEB. Setelah lulus ia sempat bekerja di bawah Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia untuk beberapa waktu sebelum akhirnya berpindah ke LIPI. Alan termasuk beruntung, karena pada saat itu ia merupakan peneliti yang bergelar S-1 yang terakhir bisa diseleksi. “Aku ngerasa beruntung banget, sih, bisa bergabung disini karena setelah aku diterima, pendaftaran untuk jenjang pendikan S1 udah nggak bisa,” ujar Alan. Di LIPI ia sempat di tempatkan sebagai peneliti yang bertugas melakukan berbagai analisis ekonomi sebelum akhirnya berpindah ke Biro Organisasi dan Sumber Daya Manusia dan melaksanakan tugas untuk menempuh pendidikan S-2 di Amerika. Bila dirangkum secara keseluruhan, maka jenjang karirnya tidak pernah jauh dari kegiatan menulis artikel, yang mana ilmu yang pernah ia pelajari di Edents masih ia terapkan hingga saat ini.

Bersungguh-sungguh dan Lakukan yang Terbaik

Jika ditanya terkait kunci keberhasilannya hingga saat ini, Alan menuturkan bahwa ini tentu karena kehendak Allah SWT, restu orang tua, serta usaha yang sungguhsungguh. Dalam melakukan sesuatu, ia selalu menerapkan agar dapat melakukan yang terbaik yang bisa ia lakukan, karena ia yakin tidak ada usaha yang sia-sia. Apa yang telah didapatkannya hingga saat ini merupakan hasil dari usaha yang ia terapkan. (lth)

Menjadi Prestatif itu Pilihan, Bukan Sebuah Paksaan

Oleh: Tsania Kristya dan Kanaya

Nur Lely Sofia atau yang kerap disapa Lely, merupakan salah satu mahasiswi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro (FEB Undip) angkatan 2018. Mahasiswi asal Rembang ini memang sangat aktif dalam mengikuti perlombaan, mulai dari lomba essay, olimpiade, paper, dan juga pernah mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang membawanya menjadi salah satu finalis Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) ke33. Tidak hanya aktif di perlombaan, Lely pun ternyata juga sangat aktif dalam organisasi. Dari organisasi-organisasi yang diikuti, ia mulai terinsipirasi dan termotivasi untuk aktif mengikuti lomba-lomba. Lely mengaku mendapatkan beasiswa untuk kuliah.

Berprestasi Sejak Dahulu

Sebelum menempuh dunia perkuliahan, Lely menyelesaikan pendidikannya di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Rembang. Ia menjelaskan bahwa selama menempuh pendidikan di MAN, ia mengambil jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dan selalu menduduki peringkat paralel satu maupun dua selama bersekolah. Mengaku aktif saat di kelas, ia akhirnya mulai banyak dikenal guru-guru dan diikutkan berbagai lomba. Beberapa lomba yang ia ikuti antara lain Olimpiade Sains Nasional (OSN) bidang ekonomi dan Kompetisi Sains Madrasah (KSM). Untuk mempersiapkan OSN, Lely mendapatkan bimbingan selama dua bulan dan menikmati proses tersebut. “Ternyata lomba itu enak. Dikasih jajan, pesangon, udah gitu di sana cuma belajar dan dikasih makan doang,” ujarnya. Ia pun menuturkan akhirnya mendapatkan juara umum Kompetisi Sains Madrasah (KSM) tingkat Kabupaten. Salah satu guru Lely berpesan untuk tidak hanya pasif di perkuliahan, harus aktif dan mencoba hal baru karena dunia itu luas.

Relasi Organisasi dan Prestasi

Lely memilih tiga organisasi yang ia ikuti selama perkuliahan, yaitu Kelompok Studi Ekonomi Islam (KSEI), Mizan, dan organisasi daerah (Orda). Alasannya memilih beberapa organisasi adalah untuk mencari lingkungan yang membuatnya nyaman dan mampu memberikan sesuatu yang membuatnya lebih positif. Alasan ia memilih KSEI karena ia ingin berprestasi dan organisasi tersebut memiliki ilmu-ilmu serta orang-orang yang menuntunnya untuk lebih prestatif. Melalui organisasi tersebut, ia merasa mendapatkan banyak ilmu, mulai dari cara yang baik untuk berorganisasi, cara ikut lomba, cara menulis paper dengan benar, dan bagaimana menjadi orang yang bermanfaat. Dari KSEI pula, Lely mulai banyak mengikuti perlombaan di bangku kuliah. Menurutnya, berprestasi merupakan suatu pilihan bagi seseorang. “Prestasi itu sebuah pilihan karena semua orang itu bisa berprestasi kalau dia mau. Jadi, kalau memang bukan kemauan kita maka akan sulit dijalani,” ujar Lely. Organisasi itu penting karena melalui organisasi, seseorang bisa belajar mengenal budaya baru, mengenal teman baru, melatih cara berpikir kita, mendapatkan wawasan baru, melatih public speaking, melatih bekerja sama dengan orang lain, dan semuanya itu ada sehingga bisa melatih softskill juga. “Dengan kita berorganisasi, teman kita banyak maka informasi yang kita dapat pun lebih banyak,” tukasnya.

Perjalanan Mengikuti Banyak Perlombaan

Hingga semester enam ini, Lely telah mengikuti banyak perlombaan. Perlombaan pertamanya adalah Temu Ilmiah Regional (Temilreg) pada November 2019, yang mana diikuti banyak peserta dari KSEI se-Jawa Tengah. Meskipun belum beruntung pada perlombaan pertamanya, ia tak patah semangat. Leli mengikuti perlombaan lainnya, yaitu Temu Ilmiah Komisariat (Temilkom). Usaha membawa hasil, di mana akhirnya Lely dan timnya berhasil mendapat juara pada bidang olimpiade. Dari situ, Lely mulai ada rasa untuk ingin terus mengikuti lomba dan selalu ingin mencoba untuk ikut perlombaan. Ia kemudian mendapat ajakan untuk menikuti lomba essay se-Jawa Tengah. Meskipun awalnya menolak karena merasa belum ada pengalaman lomba essay, akhirnya ia menerima tawaran tersebut dan berpikir bahwa ajakan itu mungkin sebuah motivasi dan dorongan untuk Lely sendiri. “Kakak tingkat percaya aku bisa, kenapa aku nggak percaya kalau aku bisa?” tutur Lely. Menurutnya, kesempatan tidak akan datang dua kali sehingga harus dimanfaatkan sebaik mungkin. “Jadi, kalau ada orang yang ngajakin kamu dan kamu nggak mau, kamu nggak bakal diajak lagi,” tambahnya.

Usaha lagi-lagi tak menghianati hasil. Ia dan timnya berhasil lolos lomba paper dan lolos pendanaan. Dari situlah ia mendapat banyak tawaran lomba. Ajakan lomba, baik paper, essay, olimpiade, dan lainnya Lely dapatkan dan ia pilah dengan baik. Beberapa perlombaan tingkat nasional juga ia menangkan. Ia bahkan menjadi salah satu finalis bersama timnya dalam ajang perlombaan bergengsi tingkat nasional, yaitu PIMNAS ke-33. Walaupun tak semua perlombaan ia menangkan, tapi ia tetap bersyukur karena mendapatkan banyak pengalaman yang berharga. Baginya, menang kalah hanyalah sebuah bonus. “Untuk menang kalahnya dari perlombaan itu adalah bonus, yang penting kita berusaha dulu,” ujarnya. Hingga pandemi seperti sekarang, Lely juga tetap mengikuti beberapa perlombaan yang dilaksanakan secara daring.

Kebahagiaan Orang Tua adalah Dorongan Utama

Orang tua berperan penting dalam membentuk jiwa prestatif Lely hingga seperti sekarang ini. Sejak menduduki bangku sekolah menengah pertama, tuntutan orang tua akan prestasi akademiknya di sekolah memotivasinya untuk berprestasi lebih baik lagi. Ia selalu mengusahakan yang terbaik. Membuat orang tua bangga dan bahagia adalah dorongan utama Lely untuk selalu berprestasi. Faktor lingkungan juga turut andil memotivasinya. Menurut Lely, ketika ia sudah mencapai yang terbaik dan dicap baik dalam pandangan orang lain, maka ia harus bisa mempertahankan bahkan meningkatkan prestasi yang diraihnya. Selain itu, dorongan pribadi berupa keinginannya untuk mengetahui sejauh mana kemampuannya membuat ia berani mencoba hal-hal baru.

Tentang Pencapaian dan Perjalanan Mengikuti PIMNAS

Mengikuti banyak perlombaan, salah satu pencapaian terbesar menurut Lely adalah ketika ia berhasil dalam perlombaan olimpiade. Selain itu, ia juga berhasil menjadi finalis PIMNAS ke-33. Ia menuturkan bahwa sebenarnya ia tidak mengikuti Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM) sejak awal. Ia diberi tawaran untuk menggantikan kakak tingkatnya dalam tim PKM tersebut karena orang tersebut sudah menyelesaikan pendidikannya. Tawaran tersebut ahirnya ia terima. PKM dengan judul Peningkatan Kinerja Keuangan Bank Syariah Melalui Implementasi Good Corporate Governance berhasil membawa tim Lely melaju ke ajang PIMNAS ke-33. Lely menuturkan bahwa ide PKM tersebut berasal dari skripsi kakak ingkat yang ia gantikan. Dijelaskan bahwa masih sedikit penelitian yang membahas pengaruh Good Corporate Governance (GCG) terhadap perbankan syariah, sehingga dipilihlah ide tersebut. Meskipun awalnya tidak begitu paham, bersama timnya, Lely belajar dan berusaha memberikan yang terbaik. Ia tidak ingin mengecewakan kepercayaan yang diberikan kepadanya.

Ingin Lebih Fokus ke Akademik

Di semester enam ini, Lely sudah demisioner dari semua organisasi yang pernah ia ikuti. Ia hanya aktif sebagai pengawas di Orda dan KSEI. Lely merasa begitu sibuk saat mengikuti organisasi, sehingga saat ini ia memutuskan untuk mulai fokus ke kuliah saja. “Aku ngerasa kayak aku pengen di semester ini nggak ngapangapain,” tuturnya. Lely menjelaskan bahwa ia sedang sibuk untuk tugas-tugas dan mulai fokus untuk skripsi. Lely juga menuturkan bahwa ia masih mendapat tawaran untuk mengikuti berbagai perlombaan. Ia menjelaskan bahwa saat ini ia kembali mengikuti PKM atas ajakan temannya dan berhasil lolos seleksi internal dan menuju tahap selanjutnya. Meskipun awalnya menolak karena sudah pernah merasakan bagaimana susahnya mengatur waktu dan sebagainya saat mengikuti PKM, ajakan berkali-kali dari temannya akhirnya membuat Lely menyetujui untuk bergabung dalam tim PKM tersebut. Meskipun demikian, ia tetap menjadikan kuliah sebagai prioritas saat ini.

Jangan Buang Waktu dan Tetap Produktif

Lely menuturkan bahwa modal berprestasi adalah kemauan dan kemampuan. Setiap orang memiliki keinginan dan kemampuan yang berbeda-beda. Dengan kemampuan yang dimilikinya, setiap orang dapat memutuskan apakah ia mau menggunakan kemampuan tersebut untuk berprestasi. Selain itu, diperlukan sebuah usaha untuk mencapai sesuatu. “Kalau kita mau dan berusaha tidak ada yang tidak mungkin,” ujarnya. Ia juga menyampaikan agar mahasiswa tidak banyak membuang waktu untuk berpikir tanpa bertindak. “Langsung dieksekusi aja, terkait bisa apa nggak-nya belakangan,” ujar Lely. Menurutnya, selagi ada kesempatan untuk berprestasi, maka ambilah kesempatan tersebut. Di masa pandemi seperti sekarang, Lely juga menuturkan bahwa sebenarnya dengan sistem daring seseorang berkesempatan untuk lebih produktif. Untuk berprestasi, lingkungan yang nyaman dan sikap pantang menyerah juga penting. Namun demikian, Lely juga mengingatkan untuk tetap fokus akan tujuan utama yang ingin dicapai. “Kita boleh berprestasi setinggi mungkin, tapi jangan lupa dengan tujuan awal kita kuliah di Undip. Harus imbang antara prestasi dan kuliahnya,” pungkas Lely. (lth)

Seafood Nusantara, Rasa Istimewa Harga Mahasiswa

Oleh : Yusak Yanto

Dok. pribadi

Seafood merupakan makanan laut yang kaya protein, kolestrol, omega-3 yang baik untuk perkembangan kemampuan otak. Seafood digemari dari berbagai kalangan mulai dari anak-anak, remaja hingga orang dewasa. Seafood akan lebih nikmat jika dihidangkan dengan paduan berbagai macam saos dan akan lebih nikmat apabila disajikan kemudian di santap saat masih panas atau baru matang. Tingginya peminat makanan seafood, membuka peluang bagi para wirausahawan untuk terjun di bidang kuliner. Peluang ini di manfaatkan oleh Sutawi yang merupakan pemilik dari warung Seafood Nusantara yang terletak di Jalan Sirojudin Nomor 04 Tembalang, Semarang.

Sejarah berdirinya Usaha Seafood Nusantara

Dibangun pada tahun 2015, usaha seafood ini buka setiap hari kecuali hari libur, mulai pukul 15.00 WIB hingga 22.00 WIB. Produk yang ditawarkan antara lain, cumi-cumi, udang, aneka kerang, kepiting, aneka ikan dengan berbagai pilihan saos yaitu saos asam manis, padang, mentega, lada hitam, balada kecap, dan tiram. Sebelum menjadi usahawan, beliau pernah bekerja sebagai pedagang asongan keliling. Berhenti sebagai pedagang asongan, beliau kemudian berpindah usaha ke bidang kuliner dengan mambangun warung nasi yang memiliki menu utama nasi gandul. Sayangnya, usaha tersebut pada akhirnya mengalami penurunan hingga akhirnya tutup. Seiring berjalannya waktu, Sutawi melihat peluang usaha dan akhirnya tercetuslah ide untuk membuka bisnis kuliner seafood. Demi menafkahi anak dan istrinya, Sutawi bersemangat untuk membangun bisnis kuliner tersebut. Dipilihnya seafood sebagai usaha yang akan dijalaninya tidak lepas dari kejeliannya melihat peluang yang ada. Dengan sasaran utama para mahasiswa, ia menilai usaha kuliner seafood ini berpeluang besar. “Seafood itu banyak di gemari oleh semua kalangan baik anakanak remaja maupun orang dewasa. Nah, anak kuliah sekarang, kan, berganti (selera). Kebanyakan suka seafood,” ujar Sutawi.

Kepuasan Pelanggan adalah Prioritas

Setiap usaha tentu memiliki tantangan tersendiri. Pemiliknya harus memiliki berbagai cara agar bisa bertahan. Di area usaha Seafood Nusantara tersebut, daya saing kuliner dengan pesaing cukup tinggi. Hal ini memaksa Sutawi untuk memutar otak demi memanjakan lidah konsumen sehinga mereka tidak bosan untuk kembali. Kebanyakan mahasiswa, terutama mereka yang merantau, tentu identik dengan kebiasaan mereka mencari barang berkualitas dengan harga yang miring. Begitu pula dengan urusan makanan, mereka cenderung mencari makanan enak dan terjangkau. Sutawi menuturkan rasa yang enak dan harga yang terjangkau menjadi prioritas usaha ini. Di samping itu tempat yang cukup strategis mudah di akses menjadi pendukung ciri khas usaha ini. Menjaga kepuasan pelanggan juga menjadi prioritas Seafood Nusantara dengan memperhatikan produk yang di sajikan dan pemasaran. Cita rasa yang khas

menurut Sutawi juga harus memperhatikan tingkat kematangan, kebersihan, keamisan, dan konsistensi rasa harus dijaga. Sutawi juga menuturkan bahwa ciri khas usahanya ini adalah terus berkembang mengikuti selera pasar. “(Ciri khas) terutama adalah mengikuti kemajuan. Misal orang dulu sukanya yang berkuah santan, nah, sekarang anak-anak, kan ¸sukanya yang seger dan fresh kayak cumi, kerang,” ujar Sutawi.

Strategi Pemasaran

Strategi pemasaran menjadi hal penting dalam suatu usaha. Memasuki era ekonomi digital, Sutawi memanfaatkan hal ini untuk memasarkan produknya. Pemasaran dilakukan secara online melalui akun sosial seperti Instagram dan Whatsapp. Seafood Nusantara juga bekerja sama dengan platform bisnis seperti Gofood dan Grabfood. Dari segi lokasi, usaha ini bertempat di lokasi yang strategis yang mana dekat dengan area tempat tinggal mahasiswa. Kemudian harga yang ditawarkan cukup terjangakau, mulai dari Rp10.000 sampai Rp 45.000 sehingga pas untuk kantong mahasiswa. Produk yang ditawarkanpun beragam dengan cita rasa yang khas. Selain itu, menciptakan suasana yang nyaman dan mengutamakan kebersihan tempat, khususnya bagi para mahasiswa sebagai pelanggan utama perlu diperhatikan. Hal ini sangat berpengaruh untuk menjaga loyalitas dari para konsumen dan menjaga kepuasan konsumen. Di samping itu, disaat pandemi seperti sekarang ini strategi yang digunakan juga harus benar benar diperhatikan agar tetap mampu bertahan. Sutawi menuturkan bahwa saat ini cukup sulit untuk memperoleeh keuntungan. Menurutnya yang terpenting saat ini adalah mempertahankan cita rasa agar pelanggan yang masih ada tetap membelinya.

Akbat Pandemi, Penjualan Menurun

Adanya pandemi yang memunculkan kebijakan study frrom home membuat banyak mahasiswa memutuskan untuk kembali ke kampung halaman. Hal ini berdampak besar pada berbagai sektor usaha yang pangsa pasar utamanya adalah mahasiswa. Akibatnya, pelanggan berkurang drastis begitu pula dengan pendapatan yang diperoleh. Sutawi menuturkan akibat pandemi ini, penjualan mengalami penurunan drastis. “Penjualan selama pandemi ini mengalami penurunan yang sangat drastis bahkan mencapai 50% dari penjualan normalnya,” terang Sutawi. Hal ini dikarenakan mayoritas pelanggan Seafood Nusantara adalah mahasiswa. Metode pembelajaran daring yang dilakukan dari rumah masing-masing mengakibatkan jumlah pelanggan berkurang. Meski demikian, Sutawi tetap bersyukur usahanya masih berjalan walau mengalami penurunan. Menurutnya, bersyukur dan sabar adalah kunci untuk mempertahankan kelangsungan bisnisnya. Selain itu, tantangan berat yang dihadapi adalah ketika bahan baku mengalami kenaikan harga dan kelangkaan. Hal ini cukup susah mengingat harga yang ditawarkan juga otomatis naik ketika bahan baku langka maupun mahal.

Perlunya Keuletan dan Ketelatenan

Sutawi berharap usahanya akan terus maju dan memberikan yang terbaik untuk pelanggan setianya. Ia juga berpesan bagi para wirausahawan maupun calon wirausahawan agar tetap semangat dalam menjalani usaha. Menurutnya, masa pandemi seperti sekarang ini membuat persaingan di dunia usaha begitu susah. Dalam hal ini kesabaran dan ketelatenan juga harus ada karena itu penting pada masa seperti ini. (lth)

“(Ciri khas) terutama adalah mengikuti kemajuan. Misal orang dulu sukanya yang berkuah santan, nah, sekarang anak-anak, kan ¸ sukanya yang seger dan fresh kayak cumi, kerang,” ~Sutawi, pemilik warung Seafood Nusantara

SOSOK Shafa Azahra dan Kepeduliannya Akan Kesehatan Mental

Oleh: Shela Nur Fajriya dan Vaneza Tadzkia

Sejak duduk di bangku SMP, Shafa Azahra telah aktif menyuarakan pentingnya kesehatan mental. Mahasiswi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro (FEB Undip) jurusan Manajemen ini memulai kepeduliannya dengan membagikan tulisan yang ia buat pada media sosial Line yang saat itu sedang ramai-ramainya digunakan oleh anak muda. Bermula dari sebuah tulisan yang mendapatkan respons sangat baik dari pengguna Line dan forum diskusi yang memiliki lima puluh ribu partisipan dan puluhan ribu komentar saat itu, ia pun melanjutkan kegiatannya dengan menjadi seorang mental health advocate untuk mengadvokasikan pentingnya kesehatan mental dan juga terus belajar mengenai hal tersebut sampai saat ini.

Mentalh Health Advocate dan Pentingnya Kesehatan Mental

Mental health advocate pada intinya merupakan seseorang yang aktif dalam menyuarakan kepeduliannya akan kesehatan mental. Mereka merupakan “agen” yang mencoba speak up dan memberi edukasi tentang pentingnya kesehatan mental, menjadi teman bagi mereka yang berjuang dengan masalah kesehatan mental, dan lain sebagainya. Shafa, begitu panggilan karibnya, menjelaskan bahwa kesehatan mental sebenarnya adalah apapun yang berhubungan dengan kita sehari-hari. Bukan hanya kesehatan fisik yang penting, kesehat- an mental juga tak kalah pentingnya. Dicontohkan apabila ada seseorang yang merasa sakit, tidak perlu berpikir lama orang tersebut akan segera pergi ke rumah sakit untuk mendatangi dokter. Tetapi, tidak dengan seseorang yang memiliki keresahan tentang kesehatan mentalnya. Hal inilah yang menjadi salah satu motivasi Shafa untuk menjadi seorang mental health advocate. Kurangnya kesadaran tiap individu mengenai kesehatan mental masing-masing dan juga stigma negatif yang masih bertebaran di masyarakat akan seseorang yang memiliki masalah kesehatan mental menjadi fokus Shafa untuk terus menyuarakan pentingnya kesehatan mental. Ia menuturkan bahwa mereka yang berjuang menghadapi masalah mental tidaklah sendirian. “Aku pengen temen-temen online aku di luar sana itu tahu juga kalau ini bisa diobatin, and I’m there for you to company, gitu,” ujarnya. Shafa juga menekankan bahwa sakit mental itu merupakan suatu hal yang normal dan bukan hal yang memalukan.

Dari Mendapat Teman Baru hingga Label SJW yang Melekat

Kegiatannya sebagai seorang mental health advocate bermula dari seringnya berdiskusi dengan seorang teman yang berpendidikan di jurusan Psikologi. Hasil dari diskusi mereka terkait mental health tersebut akhirnya disajikan kepada khalayak melalui media sosial masingmasing. Sampai saat ini, pengikut di Instagram Shafa sendiri dengan username @shafaazahras mencapai 11,2 ribu pengikut, sebuah jumlah yang dapat dibilang cukup besar. Menurut Shafa, menjadi seorang mental health advocate membuatnya banyak belajar mengenai ilmu baru tentang kesehatan mental. Ia juga dapat merasakan suasana kekeluargaan dan pertemanan baru. Shafa menyatakan bahwa dirinya merupakan orang yang senang untuk berkenalan dengan teman baru. Lebih menariknya lagi, dengan online, teman baru yang ditemui pun memiliki latar belakang dan kondisi yang berbeda-beda sehingga tidak perlu merasa takut untuk saling terbuka dan tidak perlu juga berpura-pura menjadi kuat karena ada banyak kepala dan telShafa Azahra - inga yang siap mendengar dan merangkul untuk Mahasiswi Manajemen FEB Undip membantu. Namun, di balik suka pastilah ada duka. Shafa bercerita bahwa ia kerap dilabeli sebagai SJW atau so- cial justice warrior. Sebuah istilah yang maknanya disalahgunakan menjadi sebutan untuk mengejek orang-orang yang bersuara soal keadilan dan kesetaraan namun bermasalah di portal media sosial. Hal ini dikarenakan belum semua orang bisa menerima pembicaraan terbuka mengenai kesehatan mental dan hal ini jugalah yang menjadi salah satu perhatian Shafa untuk menghapus stigma yang kurang benar mengenai kesehatan mental di masyarakat. Masih banyaknya orang yang belum terlalu peduli dan underestimate akan persoalan mental health menjadi suatu tantangan tersendiri bagi Shafa sekaligus motivasi untuk mengajak masayarakat agar lebih peduli akan kesehatan mental.

Pandemi, Fenomena Cari Perhatian, dan Cyberbullying

Adanya situasi pandemi ini membuat masyarakat mulai sadar atas kesehatan mentalnya. Banyak orang bisa leb-

ih dekat dengan dirinya sendiri meupun dengan orang yang ada di rumah. Dengan itu, orang-orang bisa selfreflection dan self-evaluation. Shafa juga pernah berkesempatan untuk berdiskusi langsung dengan psikolog dari aplikasi Alodokter di mana ada fitur chat didalamnya. Menurutnya, aplikasi Alodokter merupakan suatu first step yang akan membantu masyarakat yang raguragu untuk datang langsung ke psikolog. Namun, saat pandemi ini pula, fenomena berpura-pura sakit jiwa untuk mendapatkan perhatian atau ‘followers and likes’ merupakan suatu isu yang kian marak terjadi di media sosial. Shafa sudah sering melihat di aplikasi Twitter dan melihat dampaknya terhadap orang sekitar. Dampak yang timbul dari isu ini adalah orang-orang yang ingin speak up atau mencari pertolongan diremehkan oleh orang lain. Selain maraknya fenomena cari perhatian, kasus bullying maupun cyberbullying juga menjadi salah satu hal yang marak di kampus-kampus Indonesia dan negara lainnya. Universitas seharusnya memandang penting bahwa bullying ini merupakan suatu hal yang penting untuk dipecahkan. Tetapi, realita yang kita dapat dari kasus-kasus selama ini adalah universitas belum bergerak cepat jikalau ada mahasiswanya yang terlibat dalam kasus bullying. Shafa sadar kalau universitas baru akan tanggap dan mengeluarkan regulasi atau hukuman apabila kasusnya sudah blow-up atau viral. Tak hanya dari pihak universitas, hal ini seharusnya juga menjadi perhatian pemerintah untuk kasus masyarakat secara umum. Berdasarkan laporan “Digital Civility Index” yang dirilis Microsoft, riset menunjukan bahwa tingkat kesopanan online netizen Indonesia paling rendah se-Asia Tenggara. Menurut Shafa, hal tersebut menjadi bukti bahwa regulasi atau prosedur dari pemerintah kurang memiliki efek yang solid.

Menangani Stres di Masa Pandemi

Pandemi yang mengakibatkan adanya kebijakan work from home membuat banyak masyarakat merasa stres, termasuk mahasiswa dan pelajar. Hal ini disebabkan banyaknya tugas yang diberikan serta kejenuhan selama berada di rumah. “Menurut aku, cara mengurangi stres terbaik itu yang pertama, ini dari aku pribadi, aku meditasi. Meditasi setiap hari itu menurut aku sangat penting, seengaknya minimal 10 menit.” jawab Shafa saat ditanya tentang cara mengurangi stres. Selain meditasi, Shafa juga berolahraga dan tidur yang cukup. Shafa sempat mengalami insomnia dan efek darinya adalah kesehatan mentalnya, maka dari itu dia menyarankan bahwa tidur merupakan sesuatu yang seharusnya tidak diremehkan dan mempunyai dampak yang sangat besar. Kemudian hal selanjutnya adalah get to know yourself more, yang mana ia melakukan evaluasi pada malam hari atas kesehariannya. Shafa menuturkan bahwa ia memuliki sebuah jurnal untuk menuliskan apa saja yang sudah ia lakukan dalam satu hari. Ketika bingung ingin bercerita pada siapa, menurut Shafa mengeluarkan unek-unek melalui tulisan dalam buku jurnal dapat mengurangi stres. “Self-appreciation dan jangan lupa untuk self-evaluation dan self-reflection,” tambahnya.

Semua Orang Bisa Menjadi Mental Health Advocate

“Menurut aku, semua orang itu bisa menjadi mental health advocate,” tukas Shafa saat ditanya mengenai makna dan kegiatan seorang mental health advocate. Ia berpendapat bahwa semua orang harus sadar akan mental health dan memiliki kewajiban untuk meningkatkan kepekaan masyarakat terhadap kondisi kesehatan mental, setidaknya kepada diri sendiri. Dimulai dengan mempelajari tentang apa itu mental illnes, mental health, dan mengapa itu penting, seseorang dapat mencoba menunjukkan kepeduliannya akan kesehatan mental. Terkait dengan hal ini, Shafa pun sedang merencanakan untuk mempersiapkan sebuah wadah di Instagram berupa first-aid atau pertolongan pertama untuk orangorang yang ingin bercerita mengenai kesehatan mental mereka. Memang tidak direncanakan akan tersedia ahli berupa psikolog ataupun psikiater dalam project-nya, namun wadah ini ditujukan menjadi tempat berkeluh kesah dan apabila dibutuhkan penanganan lebih lanjut oleh profesional, akan dibantu untuk dirujuk ke pihak yang memiliki kapasitas tersebut.

Jangan Takut Memvalidasi Perasaan Diri Sendiri

Saat ditanya apa pesan untuk orang-orang yang sekarang merasa tertekan, Shafa menjawab agar tidak takut untuk mevalidasi perasaan diri sendiri. Menurutnya, tidak masalah ketika saat ini merasa tertekan, karena pasti ada waktunya perasaan tersebut hilang pelan-pelan dan akhirnya mengerti bagaimana mengatasi perasaan tersebut dengan cara kita sendiri. “Kita harus inget, kita nggak sendirian. You have me, you have your friends, your family around you, yang akan bisa selalu nemenin kalian,” ujar Shafa. Ia juga menambahkan bahwa masyarakat harus lebih berani untuk berbicara soal apa yang mereka rasakan dan mencari pertolongan ketika hal tersebut dibutuhkan. Pertolongan tersebut bisa dengan pergi ke psikolog maupun dimulai dengan bercerita kepada orang terdekat. (lth)

“Step-by-step dan mungkin kalian akan tau kalau it’s okay not to feel okay,” - Shafa Azahra, Mental Health Advocate Undip

Menilik Segelintir Desa Terpencil di Pelosok Negeri

Oleh: Rahayu dan Tarisa

Dok. Pribadi

Indonesia merupakan negeri kepulauan dengan wilayah perairan maupun daratan yang luas. Pembangunan nasional terus digalakkan untuk menjangkau akses ke seluruh negeri. Sayangnya, masih banyak terdapat daerah yang dapat dibilang tertinggal dan perlu mendapat perhatian dari pemerintah. Desa-desa terpencil dengan kondisi memprihatinkan seringkali masih belum tersentuh bantuan. Kondisi warga yang memprihatinkan, bahkan harus bersusah payah untuk mendapatkan makanan. Ditambah lagi adanya pandemi Covid-19 yang semakin mempersulit akses keluar masuk. Keadaan yang begitu miris mengingat masih ada desa-desa yang tidak terurus di wilayah Indonesia ini. Padahal jika kita menengok daerah-daerah tempat tinggal kita, sudah sangat maju, sarana-prasarana yang memadai, serta kemudahan dalam setiap akses. Di tengah ironi tersebut, masih ada segelintir manusia yang menunjukkan kepeduliannya. Sebut saja Leliyana Andryani bersama timnya, Lely Foodies, yang berinisiatif untuk memberikan bantuan sembako bagi warga Desa Loa Ipuh, salah satu desa yang berjarak 30 km dari Samarinda. Meski dalam masa pandemi, Leliyana dan tim semangat membantu warga Loa Ipuh tanpa melupakan protokol kesehatan, seperti mengenakan masker dan memakai handsanitizer. Ia juga melakukan kegiatan serupa di desa-desa lain.

Leliyana dan ‘Power’ Ajakan Berbagi

Leliyana Andriani, seorang wanita yang bekerja di Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Kalimantan Timur yang juga seorang master ceremony ini merupakan salah satu tokoh inspiratif masa pandemi ini. Di tengah kesibukannya, dia masih bisa mengerahkan energinya untuk berbuat baik dan berbagi untuk orang-orang yang membutuhkan. Uniknya, dia begitu menekankan untuk mengeluarkan power-nya melalui media sosialnya untuk mengajak berbagi bahkan terbuka bagi siapa saja yang ingin mem-follow up orangorang yang membutuhkan bantuan. Dia bahkan mengaku telah bernazar akan menggunakan media sosial miliknya untuk melakukan hal itu. Hal itu dapat dilihat tatkala dirinya dan timnya menyambangi desa Loa Ipuh di Kalimantan Timur beberapa bulan lalu setelah mendapatkan direct message dari seseorang yang dikuatkan dengan foto dan video, berlanjut komunikasi via WhatsApp dan observasi langsung. Setelah memberi bantuan secara pribadi, dia pun membuka donasi bagi desa Loa Ipuh hingga enam kali melalui media sosialnya.

Mengintip Desa Loa Ipuh

Leliyana mengungkapkan bahwasanya keadaan masyarakat Loa Ipuh yang notabene masyarakat kurang mampu semakin terpuruk, hampir seluruh sektor di sana hancur di masa pandemi ini. Bahkan, ia mengungkapkan pada masa pandemi ini pendapatan masyarakatnya bisa mencapai Rp 0. Masyarakat Loa Ipuh rata-rata bekerja sebagai petani, buruh bangunan,

dan tukang bersih-bersih jalan. Masyarakatnya sendiri makan sehari-hari dari hasil pertaniannya. Melihat kondisi tersebut, Leliyana dan tim memilih memberikan donasi berupa sembako, masker, dan hand sanitizer.

Dekat Namun Tak terlihat

Ada fakta unik yang mencuat bahwasanya ternyata desa Loa Ipuh ini memiliki akses keterjangkauan yang memadai. Untuk mencapai ke sana hanya membutuhkan waktu sekitar 15-20 menit dari Kutai Kartanegara dan bisa dengan kendaraan roda dua maupun roda empat. Akan tetapi, pada kenyataannya desa ini belum terjamah bantuan dari pemerintah. Menanggapi hal itu, Leliyana mengungkapkan bahwasanya itu merupakan tanggungjawab pemerintah masing-masing daerah tingkat II terkait semacam program bagi orang miskin. Selain itu, juga untuk mendapatkan bantuan itu, butuh sinergi dengan dinas sosial provinsi dan keselarasan dengan pemerintah tingkat bawah. Ini menjadi salah satu spot yang harus diperhatikan pemerintah karena pada kenyataannya banyak daerah-daerah yang dekat namun terabaikan, apalagi yang terisolir.

Tantangan dan Celah Untuk Bangkit

Leliyana mengungkapkan bahwasanya tidak hanya desa-desa terpencil atau masyarakat menengah ke bawah saja yang terdampak akibat masa pandemi ini. Seluruh lapisan masyarakat bahkan di seluruh dunia juga terdampak bahkan risiko terbesar ialah kematian. Pandemi ini menurutnya memanglah tantangan, tapi bukan halangan untuk berkarya dan bangkit. “Pandemi ini memang sebuah tantangan, ya, tapi jangan sampai ini jadi halangan buat kita untuk berkarya. Jangan sampai ini menjadi halangan kita untuk bangkit,” ujar Lely. Ia menuturkan bahwa setiap orang bisa melakukan hal yang terbaik untuk dilakukan dalam menanggapi tantangan ini. Contoh dasarnya adalah untuk menjaga kesehatan di masa pandemi, maka setiap orang perlu untuk menjalankan protokol kesehatan. Kemudian untuk meningkatkan sektor perekonomian, Leliyana mengatakan bahwa sebenarnya masih banyak peluang untuk bangkit walaupun tidak bisa sama seperti pada masa normal tanpa pandemi. Asal mau berusaha dan merasakan bahwa tantangan yang ada menjadi motivasi akan adanya tantangan baru untuk diperjuangkan, maka peluang tersebut pasti bisa diraih. “Saya juga merasakan hal yang sama. Apapun yang saya bisa, apapun yang saya mampu, akan saya coba lakukan. Dan itu, sih, yang saya harapkan ke semua orang,” terang Leliyana. Ia juga menambahkan bahwa perubahan drastis akibat pandemi ini memang tidak pernah diduga-duga sehingga perlu adanya penyesuaian keadaan dengan cepat. “Kalau kita nggak cepat menyesuaikan, kita akan benar-benar tertinggal bahkan nggak bisa menyesuaikan sama sekali. Ya udah, kita kalah dalam games ini,” jelasnya. Oleh karena itu, penyesuaian diri akan keadaan selama pandemi ini sangat diperlukan untuk bertahan. Dengan belajar sedikit demi sedikit untuk menyesuaikan diri, celah untuk bangkit dapat ditentukan. Semua akan kembali kepada diri sendiri terkait jalan yang mana yang dipilih untuk bangkit dan bertahan ini. “Karena semua balik ke diri kita, nggak ada yang bisa bantu apa-apa selain diri kita,” tutup Leliyana. (lth)

Dok. Pribadi

Pertunjukan Wayang Kulit di Masa Pandemi

Oleh : Aditya Febriansyah

Dok. Wikimedia Commons/ PL 05 SIGIT

Indonesia adalah negara yang memiliki banyak keragaman budaya. Berbagai warisan budaya turun-menurun banyak ditemui di berbagai daerah. Salah satu kebudayaan yang dimiliki Indonesia adalah wayang. Jenis wayang sendiri ada beberapa macam. Salah satu yang paling umum adalah wayang kulit, yaitu wayang yang terbuat dari lembaran kulit kerbau yang telah dikeringkan. Pertunjukan wayang kulit telah diakui oleh UNESCO pada tanggal 7 November 2003 sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan berharga (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity).

Mengenal Wayang Lebih Dekat

Wayang merupakan salah satu kebudayaan yang diwariskan oleh nenek moyang yang diperkirakan telah ada sejak tahun 1500 SM. Pada awalnya wayang erat kaitannya dengan pemujaan roh leluhur yang disebut hyang. Ritual tersebut berfungsi untuk menghormati dan memujanya agar selalu mendapatkan perlindungan dari roh leluhur yang dilakukan dengan pertunjukan bayang-bayang. Ketika Islam mulai memasuki pulau Jawa, kehidupan masyarakat yang penuh dengan tradisi perlahan-lahan mulai mengalami perubahan. Para pembawa dan penyebar Islam menyebarkan ajaran Islam dengan menggunakan pendekatan budaya dengan cara mencari celah-celah di antara kekuatan animisme dan dinamisme, sehingga penyebar Islam menggunakan kesenian wayang dalam menyebarkan ajaran Islam agar dakwah yang diberikan dapat diterima oleh masyarakat pada waktu itu. Kata “wayang” sendiri dapat diartikan sebagai gambar atau tiruan manusia yang terbuat dari bahan kulit, kayu, dan sebagainya untuk mempertunjukan sesuatu lakon atau cerita. Lakon tersebut dibawakan dan diceritakan oleh seorang yang biasa disebut dalang. Arti lain dari kata wayang adalah ayangayang (bayangan), karena yang dilihat adalah bayangan dalam kelir. Di samping itu ada yang mengartikan bayangan ialah angan-angan. Bentuk wayang yang beragam didasarkan atas perilaku tokoh yang dibayangkan dalam angan-angan, misalnya orang baik digambarkan dengan badan kurus, mata tajam, dan seterusnya dan orang jahat digambarkan memiliki bentuk mulut lebar, muka lebar, dan seterusnya, sedangkan kulit menunjuk pada bahan yang digunakan. Wayang sebagai salah satu pagelaran masyarakat sering diartikan sebagai bayangan yang tidak jelas atau samar dan bergerak kesana kemari. Bayangan tersebutlah yang memiliki filosofi tentang watak yang ada pada manusia. Kesenian ini telah tersebar ke seluruh Indonesia khususnya pulau Jawa yang mana memiliki ratusan jenis wayang yang dapat digolongkan berdasarkan isi cerita dan cara pementasan wayang. Sayangnya banyak dari jenis wayang tersebut sudah tidak lagi dipertunjukkan lagi, bahkan beberapa diantaranya sudah punah. Dari sekian banyak pertunjukkan wayang, terdapat satu jenis wayang yang cukup terkenal di masyarakat hingga saat ini, yaitu wayang kulit yang sering dipertunjukkan di daerah Jawa Tengah. Kepopuleran kesenian wayang kulit terjadi karena cerita dari wayang kulit memiliki nilai filosofis, pedagogis, historis, dan simbolis yang kuat.

Dalang, Sang Sutradara Pewayangan

Dalam setiap pertunjukkan wayang, terdapat seseorang yang memiliki peran vital dalam berjalannya pertunjukkan tersebut yakni dalang. Dalang adalah pemain utama dan pemimpin dari keseluruhan kegiatan dalam pertunjukan wayang atau lazimnya

disebut dengan istilah wayangan/pakeliran. Dalang memiliki posisi vital karena bertugas untuk menyampaikan cerita dan pesan-pesan yang terkandung dalam pertunjukkan wayang. Untuk menjadi seorang dalang diperlukan kriteria tersendiri disesuaikan dengan kemampuan/kecakapan/keahlian/ spesialisasi dan orientasinya. Tidak semua orang bisa menjadi dalang, banyak dari mereka lahir dari keturunan seorang dalang, tetapi ada juga orang biasa (bukan keturunan dalang) yang belajar atau berguru kepada dalang-dalang senior. Hal ini menunjukkan bahwa semua orang bisa menjadi dalang asalkan mau berusaha. Terdapat beberapa tipe dalang dalam pewayangan, diantaranya yaitu dalang sejati mampu mempertunjukkan wayang dalam perspektif ajaran kesempurnaan hidup, dalang purba mampu menyajikan wayang untuk semua kalangan, dalang wasésa mampu memengaruhi perasaan penonton untuk larut dalam suasana yang kehendaki, dalang guna dapat menuruti selera penonton, dan dalang wikalpa hanya menirukan seniornya. Zaman dahulu, dalang disebut-sebut sebagai manusia terpilih yang mampu berinteraksi dengan roh leluhur. Kemampuan ini menentukan harmoni semesta, biasanya dikenal dengan jagad gedhe (jagad besar) dan jagad alit (jagad kecil). Selain hanya bertugas menghibur masyarakat dengan memainkan wayang, dalang juga bertugas menjaga ketentraman sebuah desa (tolak balak) hingga menyembuhkan orang sakit. Selain itu, ajarannya merupakan pitutur dan piwulang yang dijadikan pedoman hidup oleh masyarakat Jawa. Peran penting dalang juga ada dalam ritus keagamaan.

Imbas Pandemi tehadap Pertunjukan Wayang Kulit

Wabah Covid-19 yang melanda Indonesia menyebabkan seluruh lini aktivitas masyarakat menjadi terhambat, aktivitas yang mengundang massa pun seiring berjalannya waktu perlahan-lahan mulai ditiadakan dan dilakukan pengawasan ketat terhadap pemberlakuan aturan tersebut. Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Parekraf) merupakan salah satu sektor yang paling terpukul dengan adanya pandemi Covid-19. Sebanyak 44.295 pekerja seni terkena imbas pandemi. Oleh sebab itu, tidak mengherankan jika efek tersebut turut berdampak ke pagelaran kesenian daerah khususnya wayang kulit. Situasi pandemi sekarang ini yang paling berdampak adalah pelaku seni, terutama pertunjukan wayang. Sebab, kebijakan yang dibuat pemerintah selama ini hampir tidak mengakomodasi kepentingan mereka untuk dapat lagi bisa berkiprah. Akibatnya, tidak sedikit para dalang dan seluruh kru yang selama ini mengandalkan hidup dari pertunjukan seni tradisi tersebut harus banting setir ke profesi lain. Selama masa pandemi yang telah berjalan setahun belakangan ini menyebabkan dalang harus memutar otak dalam memenuhi kebutuhan hidup mulai dari mencari profesi sampingan di luar dalang hingga terpaksa harus menjual perlengkapan wayang dan pendukung lainnya dan mencoba beralih profesi lain yang dapat menunjang kebutuhan pada masa pandemi ini. Selain itu, dampak lain yang dirasakan adalah tempat pelatihan dalang dan peralatan pendukung kesenian wayang kulit yang secara perlahan mulai mengalami penurunan yang mana jumlah tempat pelatihan secara perlahan mulai berkurang dan aktivitas penjualan peralatan pendukung wayang kulit juga berkurang akibat pembatasan aktivitas masyarakat dan juga berkurangnya uang yang beredar dimasyarakat. Untuk menunjang dan memudahkan para dalang dalam bertahan pada masa pandemi seperti ini, dalang dapat menggunakan kemajuan teknologi untuk melakukan inovasi dalam melakukan pementasan wayang secara online. Penggunaan teknologi seperti itu dapat membantu dalang dalam melanjutkan mata pencahariannya sehingga tidak perlu beralih profesi ataupun melakukan pekerjaan tambahan guna memenuhi kebutuhan hidup dalang. Selanjutnya pemerintah pun akan berusaha dalam memberikan bantuan ekonomi dalam bentuk pemberian insentif dengan jumlah yang bisa dikatakan cukup. Jumlah insentif yang digelontorkan pemerintah adalah sebesar Rp. 26,5 miliar untuk 26.500 pelaku budaya yang ekonominya terdampak akibat adanya pandemi Covid-19 ini.

Adaptasi Baru Pagelaran Wayang Kulit

Pemberlakuan aturan mengenai tindakan pencegahan Covid-19 seperti pembatasan massa, izin acara diperketat, dan jaga jarak menyebabkan pementasan wayang kulit cukup terpukul. Akibatnya pemberlakuan aturan tersebut, pentas wayang kulit yang biasanya hadir di tengah masyarakat sempat mengalami penurunan secara signifikan bahkan sempat mengalami “tidur panjang”. Dapat diketahui bahwa dalang selalu dihadapkan oleh situasi-situasi baru dalam setiap episode zamannya. Demi mempertahankan eksistensinya, dia kemudian menjadi subjek yang bertahan. Pertahanan subjek inilah yang kemudian melahirkan berbagai bentuk skema pertahanan diri dalang. Berdasarkan hal ini penggiat kesenian wayang kulit khususnya dalang berusaha melakukan inovasi pementasan guna merespon perkembangan zaman yang memaksa pembatasan massa dan penerapan jaga jarak. Seiring berjalannya waktu, terciptalah invovasi baru dalam pementasan wayang kulit yang biasanya diadakan langsung dengan mengundang kerumunan, kini hanya dihidupkan di layar virtual. Namun, dari layar virtual itulah fleksibilitas wayang kulit tradisional terbukti di tengah pandemi Covid-19. Memang tidak ada lagi penonton langsung, melainkan berubah menjadi penonton virtual yang tentunya tidak kalah dengan pementasan langsung. Mereka ramai riuh di handpone masing-masing. Selain itu aktivitas pementasan yang biasanya dilaksanakan pada malam hari dan menghabiskan waktu berjam-jam, kini berubah menjadi lebih fleksibel dimana pementasan wayang dapat dilakukan tidak hanya pada malam hari melainkan dapat dilaksanakan siang hari dan durasi pementasan wayang dipersingkat menjadi empat jam saja. Pemberlakuan inovasi pementasan wayang secara virtual memberikan dampak positif bagi peningkatan jumlah partisipan wayang. Penggunaan konsep borderless ke dalam seni wayang kulit menyebabkan pentas wayang kulit tradisional yang dahulu mengandalkan penonton di sekitar lokasi pentas, sekarang semakin berkembang. Pada era virtual ini, satu judul wayang bisa disaksikan hingga mancanegara, selain itu pementasan wayang yang telah dilaksanakan dapat diputar ulang bagi mereka yang ketinggalan siaran sehingga hal ini dapat meningkatkan antusias penonton. Oleh karena itu, selama pandemi ini merebak banyak dalang yang menggelar pentas wayang secara virtual dengan tetap menerapkan protokol kesehatan yakni memakai masker, jaga jarak, dan rajin cuci tangan. Hal ini dilakukan untuk menekan penyebaran Covid-19. (lth)

This article is from: