Alam, dengan seluruh limpah curah kasih-Nya,
redaksi Majalah Pabelan dapat menyelesaikan
serangkaian proses penyusunan majalah edisi ini
dengan terarah. Beriring sepenuh kesadaran hati,
redaksi majalah mengaku masih sangat jauh dari kata
sempurna, tetapi kami cukup.
Membicarakan sejarah, sama halnya membincangkan
masa lalu. Ada banyak pertanyaan masuk ke meja
redaksi, tentang mengapa kami mengangkat isu
sentimen rasial dalam edisi kali ini; untuk apa
mengungkit luka, menyibak kembali masa lalu?
Masing-masing telah hidup untuk masa depan, bukan
masa yang sudah jauh menjadi bayang-bayang di
belakang.
“Masa lalu mencerminkan masa depan,” kata Ibnu
Khaldun, “lebih daripada tetesan air menyerupai satu
sama lain”. Senada dengan Friedrich Nietzsche yang
memaparkan bahwa melakukannya adalah penting.