K
BULETIN
KONTEMPORER EDISI #16 | OKTOBER 2020
REKAPITULASI 2019 tampak mata Buntut Pro-Kontra Kaos 2019: Vandalisme di Sekretariat BEMI 1 | inter upsi Tanggapan Pembantu Rektor III Mengenai Pro-Kontra Kaus PKKMB 2019 2 | pent ing Selisik Bidikmisi Maret 2019 3 | sikat Polemik dalam Pemilu BEM ISI Yogyakarta 3 | jujur Ada Apa dengan Pembangunan
Pagar di Depan Gedung Serbaguna dan Concert Hall 4 | isu Drama Pemilihan Rektor ISI Yogyakarta 5 | ironi komik
K
KONTEMPORER
GORESAN PENA
Salam Redaksi! Sudah seharusnya mahasiswa dan birokrat kampus berjalan
topik-topik penting yang terjadi sepanjang tahun 2019. Beberapa
berdampingan untuk saling melakukan kontrol terhadap satu
topik yang diangkat antara lain mengenai BIDIKMISI, Pengenalan
sama lain. Dalam prosesnya, diperlukan adanya pengawasan,
Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB), proses pemilihan
pemberian kritik, dan penilaian yang objektif terhadap mutu
Rektor Institut Seni Indonesia Yogykarta dan beberapa tajuk lain
sistem birokrasi yang berjalan didalamnya. Kontribsusi setiap
yang kami maksudkan untuk memicu pertumbuhan iklim
pihak dalam bentuk-bentuk tersebut, patutnya diperhatikan dan
kampus yang progresif dan tidak menyimpang.
diberi ruang demi terciptanya perubahan yang lebih baik dan terus berkembang dalam relasi kehidupan birokrasi kampus.
Akhir kata, kami sampaikan selamat membaca! Redaksi
Pada buletin edisi ke-16 ini, kami mengangkat tema “Rekapitulasi” untuk memberi gambaran dan informasi mengenai
PUNGGAWA KONTEMPORER P ELINDUNG:
EDITOR:
M UHAMMAD S HOLAHUDDIN S.SN., M.T
I D'DHA P ARTA D RIASMARA / F ILM
F LORENTINA K RISANTI / M USIK 2016
G EDUNG S TUDENT C ENTER
P EMBINA:
M IFTACHUL A RIFIN / F ILM
I NSTITUT SENI I NDONESIA Y OGYAKARTA
A LAMAT:
&
&
T ELEVISI 2017
T ELEVISI 2015
F RANCISCA S HERLY TAJU S.S N., M.S N
UKM P ERS M AHASISWA P RESSISI
J ALAN P ARANGTRITIS KM. 6,5 S EWON, BANTUL, Y OGYAKARTA 55188, I NDONESIA
R EPORTER: P EMIMPIN U MUM:
C ITRA C ONDE SISTYOAYU / SENI M URNI 2016
N EO K ASPARA W IDIASTUTI / F ILM
&
T ELEVISI 2016
N EO K ASPARA W IDYASTUTI / F ILM I D'DHA P ARTA D RIASMARA / F ILM
&
&
T ELEVISI 2016
T ELEVISI 2017
B ENDAHARA:
F LORENTINA K RISANTI / M USIK 2016
C ITRA C ONDE S ISTYOAYU / S ENI M URNI 2016
M OHAMMAD I LHAM R AMADHAN / P EDALANGAN 2018
K ONTAK: W EB:
LPMPRESSISI.COM
F ACEBOOK: LPM P RESSISI E -MAIL
: ISIPRESSISI@GMAIL.COM
I NSTAGRAM S EKRETARIS:
I LUSTRATOR:
F LORENTINA K RISANTI / M USIK 2016
G OZI A FDOLI / SENI M URNI 2016 L AYOUTER:
P IMPINAN R EDAKSI: I D'DHA P ARTA D RIASMARA / F ILM
&
T ELEVISI 2017
R EDAKTUR P ELAKSANA: F LORENTINA K RISANTI / M USIK 2016 K EPALA D IVISI F OTOGRAFI: I D'DHA P ARTA D RIASMARA / F ILM
&
TELEVISI 2017
K EPALA D IVISI I LUSTRASI: C ITRA C ONDE S ISTYOAYU / S ENI M URNI 2016
A RINA H AQ L ATIFATUZZAHRO / DKV 2017
: @LPMPRESSISI
BULETIN KONTEMPORER
TAMPAK MATA
BUNTUT PRO-KONTRA KAUS PKKMB 2019: VANDALISME DI SEKRETARIAT BEMI T E K S : N E O K A S PA R A W I D IA S T U T I / F I L M DA N T V 2 0 1 7
PKKMB yang diadakan tahun 2019 memunculkan polemik yang berakibat terjadinya vandalisme di sekretariat BEMI. Tidak hanya itu, berbagai kejadian lain juga terjadi. Apakah yang sebenarnya memicu hal tersebut?
Menjelang diselenggarakannya program Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB) 2019 di
Mengenai pilihan untuk menggambar sendiri pun, menurut Bima akan lebih mudah bagi mahasiswa seni
Institut Seni Indonesia Yogyakarta pada tanggal 21-23
rupa bila dibandingkan dengan jurusan lain mengingat
Agustus 2019, terjadi aksi protes dari beberapa mahasiswa
adanya kemungkinan ketidakmampuan menggambar
di sekretariat Badan Eksekutif Mahasiswa Institut (BEMI)
atau membeli.
ISI Yogyakarta. Aksi tersebut disampaikan dalam bentuk vandalisme berisi tulisan provokatif pada pintu utama sekretariat BEMI yang berada di Student Center. Beberapa dekorasi panggung acara PKKMB yang telah dibuat oleh BEMI sebagai panitia acara juga ditemukan telah dibakar dan dirusak di sekitaran gedung Concert Hall. Mereka menemukan sekretariat dalam kondisi tersebut pada pagi hari, tepat sebelum PKKMB diadakan (21/3). Aksi protes ini dipicu oleh diwajibkannya mahasiswa baru (Maba) 2019 yang harus mengenakan kaus berwarna putih dengan logo PKKMB. Kaus tersebut sudah disediakan oleh panitia PKKMB. Maba bisa membelinya dengan harga Rp80.000,00, jika tidak ingin membeli maka mereka diperbolehkan menggambar logo ISI Yogyakarta di kaus masing-masing atau dengan cara disablon secara mandiri. LPM Pressisi sempat mewawancarai Bima (nama disamarkan), salah satu mahasiswa aktif ISI Yogyakarta yang mendukung aksi tersebut, beberapa saat setelah kejadian. Menurut Bima, BEMI mengambil untung dari pembelian kaus tersebut, dilihat dari harga kaus yang baginya cukup tinggi. Ia mempertanyakan arah penggunaan uang tersebut, tujuan dan fungsinya, serta alasan yang mendasari kewajiban pembelian kaus.
Bima sempat menghitung jika harga kaus Rp 60.000 maka bisa mendapatkan untung Rp 20.000,00. Bila nominal tersebut dikali dengan jumlah mahasiswa yang membeli maka uang tersebut akan dilarikan ke mana? Menurut Bima, dari kampus sendiri sudah memberikan anggaran untuk PKKMB. “Namanya nyuruh kalau tidak dilakukan pasti ada sanksi. Apa iya orang yang tidak punya uang dan tidak bisa menggambar akan dapat sanksi? Ya mending pakai kalung ceker ayam, jelas di angkringan ada, talinya juga bisa dicari. Daripada nyuruh pakai kaus dengan logo tertentu, dan logo yang menurutku rumit, untuk anak Seni Rupa saja rumit apalagi sekarang kalau mahasiswa pedalangan atau pertunjukan yang enggak ada basic ke situ, pasti kesusahan sekali,“ ungkap Bima. Ia sendiri merasa prihatin pada maba kurang mampu yang sudah banyak pengeluaran, dan pasti akan keberatan jika masih harus membayar kaus dengan harga tersebut. Selain masalah kaus, Bima juga membahas penggunaan tampah untuk membuat formasi mozaik. Bima mengatakan BEMI lebih memilih menggunakan tampah dari pada kertas. “Kalau kertas yang lebih murah katanya nyampah, terus apa bedanya? Orang tampahnya juga enggak kepake lagi,“ ujarnya.
4
BULETIN KONTEMPORER
Vandalisme di pintu sekretariat BEMI ISI Yogyakarta di Student Center. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Nugi (nama disamarkan), maba Jurusan Etnomusikologi, mengaku bahwa pengumuman memakai kaus dengan gambar logo PKKMB tersebut diumumkan secara mendadak sehingga ia tidak sempat menggambar atau menyablon sendiri. Ia tidak keberatan untuk membeli kaus tersebut, menurutnya kaus yang ia dapat sesuai dengan harganya. Ia juga menjelaskan bahwa tampah yang digunakan untuk membuat formasi mozaik diberikan oleh panitia PKKMB dan maba tidak diperintahkan untuk membayar. Rudi dan Budi (nama disamarkan) maba dari Fakultas Seni Rupa dan Jurusan Seni Musik juga mengaku merasa biasa saja atas ketentuan membeli kaus berlogo PKKMB dari panita, dan mereka tidak keberatan. Lain halnya dengan Rama (nama disamarkan), salah satu maba yang mengaku memilih menggambar sendiri dari pada membeli dari panitia, karena harga kaus yang menurutnya mahal dan ia sedang banyak pengeluaran. Viola Alexandra Putri atau biasa dipanggil Alex selaku wakil ketua BEMI menganggap adanya aksi protes di
ongkos kirim dan lain-lain. “Untuk tampah itu mintanya H-seminggu. Jadi Pak Adin PR III kita, tiba-tiba minta, kita konďŹ gurasi lah. Setelah rapat-rapat, medianya tampah aja, daripada kertas habis selesai dibuang. Tampah itu nanti ada tugas kelompok setelah ini, dibuat instalasi. Setiap kelompok harus buat instalasi 35 tampah untuk diberikan kepada SD terdekat, TK terdekat untuk 17 Agustus,“ ujar Alex. Mengenai konteks kaus tersebut, menurut Alex, maba memang wajib memakai kaus seragam berwarna putih dengan logo PKKMB, tetapi mereka tidak diwajibkan untuk membeli kepada panitia PKKMB. Mereka diperbolehkan memakai kaus pribadi dan menggambar logo PKKMB sendiri, meskipun panitia telah memesan 1000 kaus dengan sablon logo PKKMB. Pihak sablon sendiri siap menanggung kerugian seandainya kaus tersebut tidak laku. Alex menambahkan dari seluruh jumlah peserta PKKMB, tidak semua membeli kaus pada panitia. Ia juga menegaskan seandainya maba yang tidak bisa menggambar dan tidak mampu membeli hingga
kantor BEMI merupakan cultural shock. Sejak tahun-
terpaksa memakai kaus seadanya, tidak ada hukuman
tahun sebelumnya maba memang diwajibkan memakai
yang diberikan. Menurutnya ini adalah momen kenang-
kaus putih, dan mereka harus membeli sendiri atau
kenangan. Alex berpendapat seandainya tidak memiliki
memakai kaus pribadi jika memang sudah memiliki kaus
biaya untuk membeli, sebagai mahasiswa yang berada di
dengan warna tersebut. Bedanya, tahun ini memang
ruang kreatif, yaitu di ISI Yogyakarta, memang mereka
panitia mewajibkan agar kaus tersebut bergambar logo
didorong untuk memenuhi kewajiban tersebut dengan
PKKMB dan telah disediakan. Kaus yang disediakan
kreativitas yang dimiliki. Ia juga menghargai dan
panitia sendiri seharga Rp60.000,00 sudah beserta
mengapresiasi bagi maba yang berusaha membuat logo
sablonnya, sedangkan sisanya dibelikan tampah seharga
sebisanya daripada hanya mengeluh. [k]
Rp10.000,00 dan Rp10.000,00 untuk cat yang digunakan pada tampah tersebut, beserta keperluan lain seperti
K
KONTEMPORER
INTERUPSI
Tanggapan Pembantu Rektor III Mengenai Pro-Kontra Kaus PKKMB 2019 T E K S : C I T R A C O N D E S I S T YOAY U / S E N I M U R N I 2 0 1 6 I D’ D HA P A RTA D R IA S M A R A / F I L M DA N T V 2 0 1 7
Wawancara dengan Muhamad Sholahuddin, selaku Pembantu Rektor III
Menurut Bapak, bagaimana jalannya Pengenalan
Apakah terdapat aturan khusus yang mengatur
Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB) tahun
mengenai teknis masa pengenalan dunia kampus bagi
2019 ini?
mahasiswa baru?
Sebenarnya PKKMB tahun 2019 ini sudah relatif lebih aman, tidak ada gejolak yang begitu berarti. Kalau ada
Sebenarnya PKKMB program yang secara resmi diselenggarakan kampus, jadi kepanitiaannya ada di
sedikit gejolak dan ketidaksepahaman, itu gejala yang
tingkat institut, pelaksananya ada dosen, mahasiswa dan
wajar dari mahasiswa. Dan saya cukup salut kepada
karyawan. Di dalam agenda yang dimuat oleh
mahasiswa yang bisa menahan diri, punya kemampuan
Kemenristekdikti, di situ tidak menyebutkan secara rinci
untuk bermusyawarah dengan baik.
tentang apa yang harus diselenggarakan. Makanya ada beberapa hal yang harus diikuti dari buku petunjuk
Bagaimana tanggapan Bapak mengenai adanya protes
PKKMB kemenristekdikti misalnya tujuan-tujuannya,
dari beberapa kalangan mahasiswa kepada BEMI terkait
kemudian waktu pelaksanaan, jenis acara, yang juga
aturan penggunaan kaus seragam PKKMB 2019?
dimuat di buku panduan. Kalau masalah yang ada di
Kami melibatkan lebih dari seratus orang untuk menjadi panitia acara, yang terdiri dari BEMI, HMJ, BEM dari 3 fakultas ditambah UKM termasuk Sasenitala. Saya pikir di sana pasti ada perbedaan-perbedaan yang terjadi di lapangan. Kembali lagi bahwa di sini yang menjadi
lapangan, saya kira setiap kegiatan apapun itu pasti ada problemnya ya, yang melibatkan banyak orang. Apakah benar bahwa mahasiswa diwajibkan membeli kaus dari kampus?
panitia itu kalau di tingkat mahasiswa itu adalah wakil-
Kalau masalah kaus, itu tidak kita publish sebagai
wakil dari BEMI, BEM, dan HMJ yang sudah merapatkan
kewajiban (membeli). Tetapi kami itu khususnya BEMI
dan menyepakati bahwa acara maupun kelengkapan
ingin membantu mempermudah pengadaan seragam kaus
sudah disepakati dan disetujui bersama. Artinya, itu tidak
itu sendiri bagi mahasiswa baru. Itu tidak hanya kaus, jadi
ada sampai saat ini yang diluar kesepakatan.
ada perlengkapan atau persiapan kebutuhan untuk papermop tapi kalau ini kita ganti pakai tampah, yang
6
BULETIN KONTEMPORER
tiga itu kita sepakati juara kedua yang kita ambil, kita pakai. Siapa saja pihak yang mengesahkan keputusan
...itu (adalah) proses pendidikan yang harus dijalani mahasiswa untuk meningkatkan softskill di proses perkuliahan ini tentang bagaimana bersosialisasi, bekerjasama, mengungkapkan pendapat, menuangkan ide kreatifnya, menahan egonya, menerima pendapat orang lain, berpikir positif.
tersebut? Panitia dan rapim yang menyetujui memilih logo, dengan beberapa penyempurnaan dari aspek warna dan garis. Dari mana sajakah sumber pendanaan acara PKKMB diperoleh? Kalau untuk pengadaan seluruh panitia, itu dari dana institut. Tapi khusus kalau yang tampah itu dari mahasiswa sendiri, untuk acara papermop. Kenapa memilih media tampah untuk acara papermop, dan bukan kertas?
kita mulai adakan mulai tahun 2019 ini. Kalau memakai kaus berlogo PKKMB itu memang wajib, karena itu seragam resminya, karena kita semua juga pakai.
Memangnya kalau tampah kenapa? Itu bisa ditanyakan ke BEMI karena dari panitia BEMI punya rencana untuk bakti sosial dan sebagainya.
Apa respons pribadi Bapak terkait gejolak yang ada? Saya pikir itu proses pendidikan yang harus dijalani mahasiswa untuk meningkatkan softskill di proses perkuliahan ini tentang bagaimana bersosialisasi, bekerjasama, mengungkapkan pendapat, menuangkan ide kreatifnya, menahan egonya, menerima pendapat orang lain, berpikir positif. Ini yang harus mulai dipelajari, harus mulai diterapkan dalam proses belajar mahasiswa. Apa usaha yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah di lapangan tersebut? Saya sampaikan kepada ketua PKKMB, Mbak Alex, setiap masalah harus diselesaikan dengan baik, secepat mungkin dan tidak menimbulkan efek yang negatif untuk semua pihak, Inilah proses belajar bagi mahasiswa dalam mengorganisir sebuah event. Inilah waktunya mahasiswa belajar. Mungkin nanti kalau di dunia kerja, masalahnya lebih luas lagi Bagaimana pengambilan keputusan aturan soal kaus dilakukan pada PKKMB 2019? Kita mulai dari pengadaan logo. Kita waktu itu bikin kompetisi logo di tingkat mahasiswa; itu pemenangnya ada
Berapa harga yang diberikan kampus kepada Maba untuk membeli perlengkapan PKKMB 2019? Kalau harga-harga itu di tingkat panitia sudah disetujui terlebih dahulu. Detailnya saya lupa karena yang menangani BEMI. Karena kita itu selaku pimpinan harus bisa percaya pada mahasiswa. Saya paham dari banyak orang kerja sebagai tim pasti ada berbagai macam pemikiran, tetapi bagaimana itu bisa dikolaborasi menjadi sesuatu yang bisa berjalan dengan baik. Bagaimana kampus melihat para mahasiswa kurang mampu untuk bisa memenuhi perlengkapan PKKMB 2019? Ya saya sampaikan sekali lagi, dalam acara itu tidak ada yang berjalan mulus. Apalagi ini acara yang melibatkan banyak orang. Mahasiswa ada yang punya dan tidak punya itu juga wajar. Tapi kan sejauh ini acara masih berjalan lancar, tidak ada paksaan, semua masih di bawah kendali panitia. Apa pesan Bapak untuk mahasiswa baik itu panitia maupun nonpanitia PKKMB? Mahasiswa bisa meningkatkan softskill, sehingga selain
tiga, dari jurusan DKV, GraďŹ s, dan DKV lagi. Dari tiga itu
kemampuan hardskill yang sudah dipilih di jurusan
kita tidak mengatakan itu satu yang harus dipakai, dari
masing-masing, mahasiswa bisa mengembangkan
6
BULETIN KONTEMPORER
kemampuan lain. Kembangkanlah bakat selama ada di sini. Jadi dengan proses yang dijalani, diharapkan bisa
Apa harapan Bapak untuk kelompok-kelompok kegiatan mahasiswa?
melahirkan manusia-manusia dan lulusan yang utuh dan komprehensif seperti yang diharapkan oleh tujuan
Harapannya saya bisa lebih memahami bagaimana kondisi UKM yang ada di ISI dan mari kita
pendidikan tinggi.
bersama-sama menghidupkan kegiatan UKM tersebut. Ke depannya saya juga berharap semua UKM bisa lebih berprestasi.
PENTING
Selisik Bidikmisi Maret 2019 T EKS : I D’ DHA P ARTA D RIASMAR A / F ILM DAN T V 2017
Program BIDIKMISI merupakan bantuan biaya pendidikan dari pemerintah bagi mahasiswayang memiliki potensi akademik di atas rerata kriteria ketentuan minimal berupa nilai maupun prestasi, tetapi terhalang oleh keterbatasan ekonomi, dengan tujuan untuk menjami kebutuhan hidup selama satu semester. Lalu bagaimana jika laju pencairan dana BIDIKMISI tersendat? Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta sebagai salah
Mahdian Ma'ruf, mahasiswa Fakultas Seni Media
satu kampus negeri di Indonesia, sejak tahun 2010 telah
Rekam sekaligus penerima beasiswa BIDIKMISI
menjalankan program BIDIKMISI. Program BIDIKMISI
mengungkapkan bahwa pencairan dana BIDIKMISI
merupakan bantuan biaya pendidikan dari pemerintah
sempat mengalami masalah pada periode bulan Maret
bagi mahasiswa yang memiliki potensi akademik di atas
2019. Pasalnya, hingga melewati jadwal waktu ideal
rerata kriteria ketentuan minimal berupa nilai maupun
pencairan yang dijanjikan oleh pihak kampus, dana
prestasi, namun terhalang oleh keterbatasan ekonomi. ISI
beasiswa tidak kunjung cair. Mahdian menerangkan
Yogyakarta menggelontorkan dana sebesar
kepada LPM Pressisi (20/5), bahwa seharusnya dana cair
Rp.4.200.000,00 bagi tiap penerima beasiswa dengan
pada awal bulan Maret 2019. “Harusnya awal Maret udah
tujuan untuk menjamin kebutuhan hidup peserta
cair, tapi kami harus nunggu sekitar sebulanan baru cair,“
BIDIKMISI selama satu semester. Tentu selain sebagai
ujar Mahdian.
penunjang proses pendidikan, dana tersebut juga merupakan salah satu tumpuan utama mereka dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Lalu bagaimana jika laju pencairan dana BIDIKMISI tersendat?
Menanggapi kejadian tersebut, Jadun selaku Kasubbag Pelayanan Kesejahteraan Mahasiswa Biro Administrasi Akademik, Kemahasiswaan, Perencanaan, dan Sistem Informasi (BAAKPSI) menjelaskan bahwa alasan
8
BULETIN KONTEMPORER
tersendatnya pencairan dana disebabkan karena adanya
ruang Pelayanan Kesejahteraan Mahasiswa BAAKPSI.
beberapa nomor rekening peserta BIDIKMISI yang
”Ada yang ke sini, saya sampaikan ke perwakilan saja,
terblokir oleh sistem perbankan, sehingga mengharuskan
semua sedang proses, dan urusan kami di sini kan tidak
kampus mengurus ulang data-data mahasiswa terkait ke
hanya BIDIKMISI saja,“ terang Jadun.
pihak bank penyelenggara terlebih dahulu. Adanya rekening peserta BIDIKMISI terblokir tersebut, dinilai oleh Jadun disebabkan karena penggunaannya yang kurang bijak oleh beberapa oknum mahasiswa yang justru memanfaatkan dana BIDIKMISI untuk kepentingan-kepentingan di luar konteks pendidikan. “Lha anak-anak itu ada yang rekeningnya cuma sisa lima puluh, dua puluh (ribu-red), padahal pencairan periode berikutnya masih lama. Itu yang menyebabkan rekening hangus,“ terangnya. Jadun juga menambahkan bahwa rekening hangus sudah menjadi momok pada tiap periode pencairan dana BIDIKMISI bagi para pegawai bagian Pelayanan Kesejahteraan Mahasiswa, BAAKPSI. Pasalnya, mengatasi hal tersebut membutuhkan upload data ulang yang memakan waktu untuk kembali mengaktifkan rekening mahasiswa terblokir, sedangkan dana BIDIKMISI tidak bisa dicairkan jika semua rekening penerima belum siap. Menurut data yang dipaparkan kepada Pressisi (22/5), diketahui bahwa jumlah mahasiswa yang mengalami rekening terblokir mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Tahun 2017 terdapat enam orang, dan tahun berikutnya meningkat menjadi 15 orang mahasiswa. Pihak kampus yang bekerja sama dengan bank penyelenggara, berinisiatif membentuk satu sistem baru pencairan dana BIDIKMISI, untuk mengatasi permasalahan rekening terblokir karena statusnya hangus terjadi lagi. Batas saldo maksimal penarikan dana menjadi hanya sebesar Rp.700.000,00. Nominal tersebut dicairkan dalam periode satu bulan sekali. Dana BIDIKMISI dapat diambil sesuai kebutuhan masing-masing mahasiswa yang dibebaskan besaran jumlah nominal dan waktu pengambilannya, pada masa pencairan periode semester sebelumnya, . Tidak heran, pemberlakuan sistem baru pada periode Maret 2019 mendapat banyak kritik bahkan protes dari para mahasiswa, termasuk Mahdian. “Aku kecewa waktu tahu ada pembatasan. Nggak enak lah menghambat,“ jelas Mahdian. Tidak sedikit mahasiswa lain yang mengajukan protes. Jadun menerangkan bahwa pada masa itu ada beberapa mahasiswa yang bahkan datang langsung ke
Sistem pencairan dana perbulan tersebut langsung dikoreksi. Pihak kampus akhirnya mengeluarkan surat perintah kepada bank penyelenggara untuk mengembalikan sistem pencairan dana seperti semula, namun dengan aturan baru yang memerintah bank penyelenggara mengunci sejumlah saldo dana jatah BIDIKMISI sebesar Rp.200.000,00 di dalam tabungan agar rekening tidak terblokir karena hangus. “Ada pertemuan antara kampus dan bank, berdiskusi dan akhirnya menyegel dua ratus ribu di dalam biar rekening tidak hangus,“ terang Jadun. Semua proses ini tentu tak bisa dimungkiri justru semakin memperlambat masa pencairan dana ke rekening semua mahasiswa BIDIKMISI. Jadun pun mengakui kejadian tersebut bahkan sempat membuat situasi tegang antara mahasiswa dan kampus, terutama bagian Pelayanan Kesejahteraan Mahasiswa BAAKPSI. “Bulan Maret itu, yang namanya HP ditelpon, di-SMS, diWA tidak berhenti mas, terus kapan cair, kapan cair sampai jam satu malam,“ tambahnya. Mahdian menyayangkan kurangnya update informasi yang ia peroleh selama masa penantian pencairan dana. Ia mengaku harus beberapa kali pergi ke bank penyelenggara untuk menanyakan kejelasan. Ia juga menjelaskan bahwa pihak kampus perlu memberi sosialisasi yang detail agar masalah tersebut dapat ditanggulangi dan tidak terjadi lagi. “Aku sendiri enggak pernah make sampai habis. memang harus diperbanyak forum komunikasi antara pihak kampus dan pesertapeserta BIDIKMISI,“ ungkapnya. Jadun menilai ada beberapa peserta BIDIKMISI yang masih kurang memahami kewajibannya. Menurutnya, mereka bisa lebih disiplin dan kooperatif membangun kerja sama dengan kampus dalam statusnya sebagai mahasiswa BIDIKMISI. “Harapan saya anak-anak yang itu mbok bertanggung jawab dalam kuliah juga sebagai penerima BIDIKMISI. Kasihan peserta lain yang benarbenar niat kuliah. Tingkatkan kedisiplinan agar kejadian ini tidak terjadi terus menerus,“ tutupnya. [k]
K
KONTEMPORER
SIKAT
Polemik dalam Pemilu BEMI ISI Yogyakarta T E K S : I L HA M R A M A D HA N / P E DA L A N G A N 2 0 1 8
Badan Eksekutif Mahasiswa Institut (BEMI) kembali menggelar pemilihan umum guna menentukan Ketua dan Wakil Ketua BEMI periode 2020-2021. Acara ini berhasil menarik suara-suara mahasiswa akan pentingnya pemilihan Ketua dan Wakil Ketua BEMI periode selanjutnya. Jumlah dari peserta pemilihan pun melebihi dari Pemilu BEMI tahun lalu. Namun, di balik acara tersebut, muncul polemik yang menyebabkan
BEMI kembali menggelar pemilihan umum yang
pemilu dan disaksikan oleh mahasiswa ISI Yogyakarta
diselenggarakan di halaman Concert Hall Institut Seni
serta saksi dari kedua pasangan calon (paslon).
Indonesia Yogyakarta pada hari Rabu, 12 Februari 2020
Penghitungan suara berlangsung cukup menegangkan,
guna menentukan Ketua dan Wakil Ketua BEMI periode
karena selisih perolehan suara dari masing-masing paslon
2020-2021. Acara yang berlangsung dari pukul 09.00-
sangat tipis dan saling mengejar. Akhirnya hasil pun
14.30 ini berhasil menarik suara-suara mahasiswa akan
mengatakan bahwa paslon nomor urut 1 yang dipegang
pentingnya pemilihan ketua dan wakil ketua BEMI
oleh AlďŹ an Rizqi Pradana selaku calon ketua dengan
periode selanjutnya. Jumlah pemilih pun melebihi dari
Devani Ayu Widayanti selaku calon wakil ketua
Pemilu BEMI tahun lalu, itu berarti adanya perubahan
mendapat perolehan suara sebanyak 205 suara,
dari pola pikir mahasiswa akan pentingnya memilih
sedangkan paslon nomor urut 2 yang dipegang oleh Arif
pemimpin dalam suatu Organisasi Mahasiswa (Ormawa).
Rahman Saleh selaku calon ketua BEMI dengan Sabilla
Acara berlangsung ramai dengan jumlah pemilih sebanyak 345 suara yang terbagi dalam 3 fakultas, yaitu Fakultas Seni Rupa, Fakultas Seni Pertunjukan, dan Fakultas Seni Media Rekam. Setelah sesi pemilihan dari para mahasiswa dilanjutkan dengan pemilihan dari Pembantu Rektor 3 yaitu bapak M. Sholahuddin atau yang biasa dipanggil Adin. Ia berkata kalau suara dari institut itu sebesar 30% dari total suara yang terkumpul dari mahasiswa. Artinya, pihak kampus mendapatkan surat suara yang harus dicoblos sebanyak 104 lembar. Jadi total keseluruhan surat suara dalam pemilu ini berjumlah 449 lembar yang terdiri dari mahasiswa dan institut. Setelah sesi pemilhan dari kedua belah pihak selesai, dilanjutkan dengan sesi penghitungan suara oleh panitia
Bahana Jagad selaku calon wakil ketua BEMI mendapat perolehan suara sebanyak 204 suara, dengan suara tidak sah berjumlah 40 suara. Itu artinya kemenangan berada di paslon nomor urut 1 yang memiliki selisih perolehan suara tipis dengan paslon nomor urut 2. Walaupun sempat terjadi kesalahan dalam penghitungan surat suara, tapi itu sudah diklariďŹ kasi oleh panitia dan hasilnya tetap menyatakan bahwa paslon nomor urut 1 adalah pemenang dalam pemilihan umum tahun ini, periode 2020-2021. Namun, dalam pemilihan umum tahun ini pasangan calon nomor urut 2 ingin mengajukan banding, karena menurut mereka ini tidak adil, serta ada salah satu aturan yang tidak dilakukan sesuai kesepakatan sebelumnya, yaitu pihak institut memberikan tambahan suara
10
BULETIN KONTEMPORER
...ada salah satu aturan yang tidak dilakukan sesuai kesepakatan sebelumnya, yaitu pihak institut memberikan tambahan suara sebanyak 30% dari jumlah suara yang ada di mahasiswa.
sebanyak 30% dari jumlah suara yang ada di mahasiswa.
jadi aku sama Marina (Ketua BEMI 2019-2020-red) bisa jadi
“Soal penentuan 30% hak suara yang dicoblos sama
perantaranya gitu. Nanti saya coba tanyakan lagi sama PR
Pembantu Rektor 3, dia pegang 104 suara tapi coblos
3 terkait ini, karena saya diamanahkan jadi panitia untuk
sendiri gitu. Sedangkan aturan yang dia pakai itu aturan
pemilu tapi yang memegang penuh tetap institut,“ terang
untuk pemilihan dan pemberhentian rektor. Karena
Dian selaku Ketua Panitia Pemilu BEMI.
undang-undang yang dipakai adalah undang-undang nomor 19 tahun 2017, di situ dijelaskan bahwa kementerian dan senat itu mempunyai bagian masingmasing. Kementerian mempunyai hak suara 35% sedangkan senat itu mempunyai bagian 65%. Enam puluh lima persen itu hak suaranya sama, ketika ada satu orang yang memilih maka hak suaranya satu. Tapi sebetulnya itu tidak masuk untuk kategori mahasiswa, karena Ormawa berdiri sesuai peraturan undang-undang nomor 12 tahun 2012 dan 2017, dan di situ tidak dituliskan bahwa pembantu rektor atau institusi memiliki hak 30% suara, mereka tetap milihnya satu, semua sama,“ terang Arif selaku calon ketua nomor urut 2. Ajuan banding ini pun sudah mendapatkan respons dari panitia pemilu. Namun, dengan terbatasnya aturan yang dimengerti oleh panitia terhadap pihak institut, ini membuat panitia harus mengklarifikasikannya terlebih dahulu dengan pihak institut. “Kalau misalkan mau ada
Adanya ajuan banding oleh paslon nomor urut 2, membuat panitia dan institut seperti mendapatkan sentilan agar dapat melakukan proses pemilu dengan sebaik-baiknya dan terbuka terhadap peraturan apapun, sehingga aturan pemilu dari institut dapat disepakati oleh kedua belah pihak pasangan calon BEMI selanjutnya. “Sebenarnya aku sama Arif sangat legowo malah kalau misalkan kita enggak terpilih. Tapi, oke mungkin dengan kemenangan itu ya udahlah, yang udah ya udah. Cuma dalam hati kita kan 'apakah iya terima?' gitu. Karena dari birokrasi yang kayak gini, jangan kita terus diam gitu. Ini yang sebenarnya harus diperbaiki,“ terang Jagad selaku calon wakil ketua nomor urut 2. Sampai saat ini panitia belum bisa memberikan keterangan lebih lanjut terkait banding yang diajukan oleh paslon nomor urut 2, karena masih harus menunggu persetujuan dari pihak institut. [k]
banding, ranahnya langsung sama PR 3 kalau menurutku,
Sesuai dengan siaran pers BEMI ISI Yogyakarta pada 9 Maret 2020, Arif Rahman Saleh telah terpilih secara mufakat menjadi Ketua BEMI dengan Jasmine Amanda Nibraska sebagai wakil ketua. Sabilla Bahana Jagad sebagai calon Wakil Ketua BEMI sebelumnya mengundurkan diri dengan alasan yang tidak dikemukakan. Arif dan Jasmine akan menjabat hingga Maret 2021.
K
KONTEMPORER
JUJUR
Ada Apa dengan Pembangunan Pagar di Depan Gedung Serbaguna dan Concert Hall? T EKS: C ITRA C ONDE S ISTYOAYU / S ENI M URNI 2016
Tanpa kita sadari, pembangunan pagar di depan Gedung Serba Guna (GSG) dan Concert Hall (CH) memunculkan komentar-komentar dari beberapa mahasiswa dan mahasiswi Institut Seni Indonesia ISI Yogyakarta. Kebanyakan adalah mahasiswa seni pertujukan dan anggota UKM Saraswati Drum & Bugle Corps yang sering menggunakan pelataran GSG dan CH sebagai tempat rapat, latihan tari, latihan marching band, atau sekadar nongkrong sambil diskusi.
Nailasalma (Seni Tari ‘16) “Hmm.. Kalau menurutku ada pengaruhnya, karena memang itu wilayah kampus, jadi keamanan lingkungan
Tiara Mawarni (Seni Tari ‘16) “Menurutku pagar depan GSG dan CH itu sebenarnya bagus, berguna dan aman, tapi juga ada negatifnya.
kampus pun harus dijaga. Sebagai mahasiswi tari yang
Bagusnya ada pagar itu karena lebih aman aja jadi orang
sering latihan disitu, justru aku merasa aman, karena yang
luar atau pendatang tidak seenaknya di GSG dan CH
dulunya terbuka tanpa pagar itu justru banyak orang
untuk hal yang tidak-tidak, karena sering terjadi hal-hal
kampung atau warga sekitar yang sering mengganggu
yang tidak di inginkan terjadi. Namun hal sebaliknya
aktivitas mahasiswa. Ada kejadian di mana kami
pagar GSG sering di tutup jika ingin latihan, jadi tidak ada
seangkatan latihan pada malam hari untuk acara kami,
yang menjaga. Walaupun ada yang menjaga mahasiswa
beberapa orang dari luar kampus mungkin sedang mabuk
harus lewat memutar ke belakang dan memberi tahu jika
datang menghampiri kami yang sedang sibuk-sibuknya
ingin latihan di GSG agar gerbangnya dibuka, Kalau
latihan. Ada salah satu kawan kami dipukul hingga
malam GSG juga enggak begitu terang dan samping GSG
berdarah dan terjadilah pertengkaran. Di situ kami
ada gedung kosong. Kadang aku pernah liat ada orang luar
merasa, latihan kami menjadi tidak efektif karena
entah warga atau tidak, di situ ada pasangan lagi
terganggu dengan keadaan warga sekitar. Saat kejadian
berduaan takutnya melakukan hal yang tidak-tidak.
teman saya tidak melawan, mungkin mereka lewat terus
Pernah aku mendengar dari beberapa teman jika di situ
temenku ngejawab, tapi jadi salah paham. Setelah kejadian
pernah ada alat kontrasepsi jadi seperti disalahgunakan.
itu, satpam kampus datang, dan dari situ mungkin
Itu sering terjadi di belakang GSG, yang gedung baru
dibuatnya pagar agar mahasiswa merasa aman untuk
sekarang menjadi gedung laboratorium ISI, dan sekarang
latihan. Tapi di sisi lain, pagar itu jadi tidak terlalu bebas,
sudah tidak seperti kemarin-kemarinnya yang sudah
yang artinya pagar itu biasanya dikunci pada jam malam
dibersihkan dan lampu sudah terang. “
walau tidak setiap hari, kalau aku masih (diperbolehkanred). Mungkin karena aku mahasiswa ISI, jadi aku merasa memang wilayah itu bisa dipakai untuk kami eksplorasi
Firda Dinika Abidin (Seni Tari ‘16) “Kalo menurutku sebagai mahasiswa jurusan tari
gerak atau latihan. Minusnya itu pagarnya sering dikunci
khususnya bila latihan terlalu malam itu kadang bisa
kalau sudah malam, sedangkan aktivitas kami melebihi
dibuka-tutup dan kalo dikunci kita enggak bisa latihan di
hingga pagi.“
GSG. Pembangunan pagar yang di depan GSG dan CH
12
BULETIN KONTEMPORER
PAGAR BARU KAMPUS. Tampak pagar baru kampus yang berlokasi di area pelataran Gedung Serba Guna dan Concert Hall (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
tidak ada pengaruhnya, soalnya Anak Kampung Sini
asing yang nongkrong di area tersebut. Mungkin lebih-
(Akamsi) masih bisa masuk nongkrong dan pada saat
kurangnya yang saya rasakan seperti ini.“
Akamsi nongkrong disitu mereka berisik, ganggu, dan kadang goda-godain yang latihan tari di situ. Nah, keadaan saat Akamsi nongkrong di situlah yang membuat tidak nyaman saat latihan. Menurutku pembangunan pagar itu tidak ada pengaruhnya, karena walaupun gerbang ditutup Akamsi masih bisa masuk lewat pintu belakang. Kecuali pagarnya seperti di UGM pada saat masuk pakai karcis, jadi selain mahasiswa tidak bisa masuk, kendaraan pun aman dan tidak hilang. Walaupun selama ini belum pernah dengar kehilangan kendaraan yang parkir di depan GSG atau CH, tetapi tetap ada rasa khawatir jika parkir disana.“ Masta Silalahi (Pendidikan Seni Pertunjukan ‘16) “Kalau sebagai mahasiswa saya menanggapi adanya pagar putih di depan GSG dan CH itu awalnya saya sedikit
Lia Yuliati (Pendidikan Seni Pertunjukan ‘16) “Aku sebenernya jarang nongkrong di situ sih, tapi menurutku itu antara ada dan tidak ada pengaruhnya. Sebenernya kayak sia-sia sih, soalnya masih banyak Akamsi yang nongkrong disana. Tapi kalau sekarang jadi lebih privat aja, maksudnya kalau ada pagernya itu jadi terkesan kalau itu bukan tempat umum. Jadi pagarnya itu iya ada pengaruhnya, setidaknya mereka agak segan kalau nongkrong di situ. Saat awal-awal ada pagar di situ dulu jarang banget yang nongkrong, kalo sekarang sudah mulai banyak lagi. Kalau hari-hari tertentu kayak malam Sabtu, malam Minggu, dan di hari-hari libur. Sekarang malah ada yang berpindah tempat di jalan samping CH yang jalan ke arah masjid itu, depan Student Center. Soalnya kalau di depan CH mereka kesusahan parkirnya.“
terkejut kenapa sampai dibuatkan pagar di depan GSG dan CH, awalnya terkesan berlebihan. Tetapi ketika sudah merasakan dampaknya, baru dapat memahami kalau pemasangan pagar didepan GSG dan CH adalah sebuah ide yang sangat bagus. Dampak positifnya, pertama tingkat keamanan GSG dan CH menjadi lebih baik, kedua tidak sembarang orang bisa masuk ke lingkungan GSG dan CH, seperti yang kita ketahui sebelum dipasangnya pagar di depan GSG dan CH terdapat muda-mudi yang suka nongkrong di depan GSG dan CH, itu dapat menjadi alasan ketidaknyamanan para mahasiswa. Ketika merasa lebih tertata pengaturannya kalau sebagai orang yang mengikuti marching band, kurang lebihnya sama dengan yang diatas, merasa lebih tertata dan rapi. Ketika terdapat beberapa anak latihan di depan GSG pun tidak ada orang
Yohanes (Film dan TV ‘16) “Menurut saya dalam pembangunan pagar di depan GSG atau CH itu tidak penting. Tapi niatnya emang baik buat jaga-jaga dari Akamsi yang masuk kampus mungkin, soalnya banyak akamsi yang nongkrong di situ. Tapi misalkan ada anak-anak di situ satpam suka tidak ada yang peduli itu mahasiswa atau bukan. Walaupun kadang pagarnya tidak dikunci, kadang pula terkunci, tapi pengunciannya asal ngunci. Jadi misalkan ada anak masuk tengah malam tidak ada yang mau ngurus, kadang satpam juga ngunci tapi tidak mau tahu anak yang masuk kampus itu mahasiswa apa bukan. Jadi kelihatan pagarnya nggak berguna.“
K
KONTEMPORER
ISU
Drama Pemilihan Rektor ISI Yogyakarta T EKS: F LORENTINA K RISANTI / M USIK 2016
Pemilihan rektor yang bersifat tertutup dan hanya bisa diikuti oleh pejabat akademik, membuat mahasiswa bertanya-tanya, apa yang membuat seorang rektor dipilih?
Mahasiswa kadang bertanya-tanya, bagaimana seorang rektor dipilih? Proses pemilihan rektor saat ini mengacu
menuliskan di status Facebook-nya bahwa ia dianulir dari pemilihan rektor pada tanggal 1 Maret 2019.
pada Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan
Pemberitahuan tersebut baru saja disampaikan hari itu
Tinggi (Permen Ristekdikti) nomor 19 tahun 2017 tentang
juga. Status tersebut kemudian menuai semangat dan
Peraturan dan Pemberhentian Pemimpin Perguruan
dukungan dari warganet, yang didominasi oleh alumni
Tinggi Negeri. Berbeda dengan pemilihan presiden atau
dan civitas academica ISI Yogyakarta. Terkait dengan hal
kepala daerah yang bersifat umum, pemilihan rektor
tersebut, Paguyuban Alumni ISI Djogdjakarta Indonesia
sifatnya tertutup dan hanya bisa diikuti oleh para pejabat
(PAIDJO Indonesia) mengeluarkan pernyataan sikap
akademik. Proses pemilihan rektor diawali dengan penjaringan bakal calon. Para dosen yang memenuhi syarat diundang untuk mendaftarkan diri ke panitia penyelenggara. Panitia ini terdiri dari beberapa anggota Senat ISI Yogyakarta. Kemudian panitia akan mengadakan penyaringan untuk menentukan tiga kandidat rektor. Penyaringan ini dilakukan dengan presentasi visi-misi
bahwa Senat ISI Yogyakarta dan Panitia Pemilihan Rektor ISI Yogyakarta tidak bekerja sebagaimana mestinya; lalu proses dan hasil sementara pemilihan rektor yang seharusnya merupakan sebuah kontestasi bersih, berwibawa, dan memiliki legitimasi kuat secara sosial dan etik, tidak terjadi. Pernyataan tersebut dikeluarkan pada tanggal 1 April 2019 di laman Facebook mereka. Suwarno mengatakan bahwa alasan ia dianulir adalah
dari para calon, lalu Senat mengadakan pemungutan suara
kesalahan tafsir dari panitia penyelenggara. Salah satu
dari para dosen. Kandidat rektor dipilih dari para calon
persyaratan untuk menjadi calon rektor menurut
yang menduduki posisi tiga besar. Kandidat rektor
Peraturan Menristekdikti nomor 19 tahun 2017 pasal 4
kemudian diajukan ke Kementerian Ristekdikti. Pemilihan
huruf d adalah memiliki pengalaman manajerial paling
rektor dilakukan dengan pemungutan suara hanya oleh
rendah sebagai ketua jurusan atau sebutan lain yang
Menteri dan Senat. Menteri memiliki 35% hak suara dan
setara, atau ketua lembaga paling singkat dua tahun di
Senat memiliki 65% hak suara dari keseluruhan pemilih
PTN. Tetapi menurut tafsir panitia, di pascasarjana ketua
yang hadir. Rektor terpilih akhirnya ditetapkan dan
program studi justru berada di bawah ketua jurusan.
dilantik oleh Menteri. Pemilihan rektor di ISI Yogyakarta sempat menuai polemik. Suwarno Wisetrotomo, Ketua Program Studi Magister Pengkajian dan Penciptaan Seni ISI Yogyakarta,
Suwarno dianulir karena posisinya sebagai ketua prodi, yang artinya memiliki tingkatan berada di bawah ketua jurusan. Penganuliran tersebut terjadi ketika yang bersangkutan berada di posisi tiga besar. Ia merasa
14
BULETIN KONTEMPORER
persyaratan tersebut hanya berlaku di tahap penyaringan dan sepertinya tidak berlaku di tahap selanjutnya. “Saya sebenarnya tidak akan berkomentar karena itu semua sudah selesai, tapi itu kecerobohan prosedur menurut saya. Ya sejak awal saya mestinya dinyatakan tidak memenuhi syarat, dong,” ujar Suwarno. Ia menyayangkan hal seperti ini bisa terjadi, sebab ini bukan kali pertama ISI Yogyakarta mengadakan pemilihan
Pemilihan rektor yang seharusnya merupakan sebuah kontestasi bersih, berwibawa, dan memiliki legitimasi kuat secara sosial dan etik, tidak terjadi.
rektor, sehingga ia sempat menyebutkan terdapat rapuhnya kredibilitas di status Facebook-nya. Beberapa
mendewasakan diri. Kendati pemilihan rektor adalah
mahasiswa dan alumni menduga bahwa kesalahan tafsir
kegiatan tertutup tanpa melibatkan mahasiswa,
ini disengaja karena ada persaingan dan tujuan tertentu,
setidaknya mereka bisa sedikit berpartisipasi lewat
jika dilihat dari status tersebut. Mengenai hal itu, Suwarno
komunikasi yang baik. “Menurut saya ya membangun
memilih untuk tidak berkomentar.
komunikasi yang intens; mendorong, mencoba membuka ruang-ruang komunikasi dengan jajaran birokrasi, rektor,
Kini, rektor untuk periode baru telah terpilih.
dan pembantu rektornya; untuk bisa berdialog dan
Suwarno merasa tak keberatan sama sekali. Ia memilih
menyampaikan aspirasi. Ini bukan politik praktis seperti
untuk mengajak civitas academica tetap ikut mendukung
pemilihan lurah, bupati, gubernur, atau presiden. Media
dan membesarkan ISI Yogyakarta serta berpikir positif. Ia
kampus bisa akses, mendapat, dan menyebarkan
juga berharap organisasi dalam ISI Yogyakarta–seperti
informasi; mendukung kebijakan rektor yang baik,
Senat—juga diperbarui agar lebih sehat sehingga lebih
mengkritisi setiap kebijakannya, menurut saya itu
berani berbicara dan mengkritik, sebagai cara
partisipasi (mahasiswa),“ pungkasnya. [k]
IRONI
I LUSTRASI: G OZI A FDOLI / S ENI M URNI 2016
K
KONTEMPORER
KIRIMANMU
Sudah 2020 Komunikasi Masih “Blunder”! T EKS: WT
“...Karena pandemi COVID-19 segala kegiatan seolah berubah jadi online. kuliah online, kegiatan organisasi online, bahkan KRS semi online yang selama ini berlangsung di ISI Yogyakarta benar-benar dilaksanakan secara online seutuhnya. Eh ternyata datang kabar yang simpang siur, dan berhasil bikin bingung mahasiswa...”
Bulan Agustus 2020 sempat merasa kesal dengan kampus tercinta. Jadi begini ceritanya, karena pandemi
melakukan konsultasi pengisian KRS dengan dosen pembimbing pada tanggal 26-28 Agustus. Padahal
COVID-19 yang sedang terjadi ini, segala kegiatan seolah
menurut KRS tahun-tahun sebelumnya, konsultasi
berubah menjadi online. Kuliah online, kegiatan
dengan dosen pembimbing dilakukan bersamaan dengan
organisasi online, bahkan pengisian Kartu Rencana Studi
pengisian KRS di portal akademik kampus. Setelah
(KRS) semi online yang selama ini berlangsung di Institut
mahasiswa selesai konsultasi, pengisian KRS dapat
Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta benar-benar dilaksanakan
dilakukan di gedung dekanat dan menyerahkan lembar
secara online seutuhnya. Kalau dulu kan istilahnya saja
KRS yang sudah ditandatangani dosen pembimbing.
“online,“ tapi tetap harus datang ke kampus untuk konsultasi dengan dosen wali.
Jadi saya dan teman-teman angkatan tua pikir, semua mahasiswa harus sudah mengisi KRS di portal akademik
Kenapa bisa disebut online seutuhnya? Karena
pertanggal 26-28 Agustus. Dosen pembimbing pun sudah
konsultasi KRS dengan dosen wali dapat dilakukan
mengingatkan untuk segera konsultasi dan mengisi KRS.
melalui aplikasi WhatsApp tanpa harus bertatap muka.
Bahkan salah seorang dosen pembimbing teman saya
Hati sudah riang gembira, bisa KRS dari rumah dan
sampai marah-marah di grup WhatsApp, karena
enggak perlu balik ke Sewonderland. Eh ternyata datang
mahasiswanya tak kunjung melakukan input KRS. Oleh
kabar simpang siur yang berhasil bikin bingung
beliau, mahasiswa semester 9 ke atas diimbau untuk
mahasiswa, terutama angkatan 2013-2016. Para
meng-input KRS dulu baru bayar UKT. Kami makin
mahasiswa tingkat akhir atau mahasiswa semester 9 ke
bingung, karena tidak bisa input KRS di website
atas tersebut dikabarkan baru dapat melakukan
siak.isi.ac.id lantaran belum registrasi (bayar UKT). Loh
pembayaran Uang Kuliah Tunggal (UKT) pada 31 Agustus
katanya baru bisa bayar mulai tanggal 31 Agustus?
– 11 September, karena akan mendapat keringanan 50%
Katanya bisa KRS dulu baru bayar belakangan? Gimana
dengan syarat hanya mengambil 6 SKS. Sedangkan
sih ini?
mahasiswa angkatan 2017-2019 dapat membayar UKT pada tanggal 25 Agustus - 11 September. Kemudian seluruh mahasiswa semua angkatan dapat
Kemudian setelahnya berhembus kabar yang dibagikan oleh beberapa dosen pembimbing melalui grup WhatsApp. Isinya mengabarkan bahwa setelah konsultasi
16
BULETIN KONTEMPORER
dengan dosen pembimbing, mahasiswa S1 semester 9 ke
untuk konsultasi saja. Sedangkan input KRS di SIAK,
atas, dan D3 semester 7 ke atas bisa lapor ke bagian
dilaksanakan setelah membayar UKT yakni tanggal 31
Akademik dan Kemahasiswaan (Akmawa) fakultas
Agustus – 11 September. Sangat disayangkan dengan
mengenai jumlah SKS yang diambil, agar Akmawa
kemudahan komunikasi di zaman ini, berita penting tidak
fakultas yang melaporkan ke rektorat untuk penyesuaian
disampaikan dengan baik, sehingga jadi simpang siur dan
UKT. Setelah itu mahasiswa membayar UKT dan dilanjut
membingungkan banyak mahasiswa. Saya enggak paham
registrasi ke sistem. Wah, makin ribet kalau begini.
bagaimana sistem komunikasi antara rektorat, fakultas,
Padahal waktu KRS hanya tinggal tiga hari, pikir saya
dan prodi sampai bisa salah paham begini. Apakah salah si
waktu itu.
sumber informasi yang kurang rinci dalam
Saya sempat menghubungi teman-teman untuk menanyakan perkara KRS, namun tidak ada jawaban memuaskan. Mereka sama bingungnya. Daripada bermasalah, saya lalu memutuskan pulang ke Jogja. Tentu
menyampaikan, atau pihak penerima yang malas bertanya? Bukan cuma masalah KRS kemarin, teman-teman juga mengeluh kalau komunikasi rektorat ke fakultas, lalu
saja untuk lapor ke Akmawa fakultas dan segera
fakultas ke prodi, memang sering salah paham dan jadi
melakukan input KRS. Kalau begini caranya, enggak jadi
blunder. Sebagai mahasiswa biasa, saya enggak tahu ya
online dong? Setelah sampai Jogja, baru ada pengumuman jelas dan terperinci, bahwa tanggal 26-18 Agustus adalah waktu
sistem komunikasinya gimana. Tapi sepertinya masalah ini harus segera diatasi agar enggak berlarut-larut. [k]
K
KONTEMPORER
KOMIK
I LUSTRASI: G OZI A FDOLI / S ENI M URNI 2016