K
BULETIN
KONTEMPORER EDISI #17 | DESEMBER 2020
KAMPUS SENI KAL A PANDEMI tampak mata Problematika Kuliah Daring 3 | inter upsi Kuliah Daring di ISI Yogyakarta, Apa Kabar? 6 | pent ing Dilematika KRS Online 8 | sikat Kosongnya Ruangan-Ruangan di Student Center 9 | jujur Tanggapan Mahasiswa ISI Mengenai Uang Pembangunan Gedung 11 | ironi 13 | kirimanmu Ada Buron di Prodi FTV! 14 | komik 15
K
KONTEMPORER
GORESAN PENA
Salam Redaksi! Pandemi COVID-19 telah merubah cara masyarakat hidup.
diberlakukan. Dari sisi yang lain, relevansi pemakaian Kartu
Sektor pendidikan perguruan tinggi tak luput dari perubahan
Rencana Studi Manual tak luput dari liputan kami. Selain itu,
yang dilakukan demi penanggulangan bencana ini. Taktis
kami juga mencoba menguak rasionalisasi fenomena gedung
semenjak virus COVID-19 menyebar di Indonesia, kehidupan
Student Center yang jarang digunakan oleh mayoritas unit
kampus melakukan banyak penyesuaian seperti misalnya
kegiatan mahasiswa, bahkan sebelum pandemi bermula.
memberlakukan Sistem Pembelajaran Daring, dan
Terakhir, liputan tentang penelusuran tanggapan mahasiswa
menyelenggarakan acara-acara kampus secara virtual. Kami
mengenai kebijakan biaya pendaftaran jalur reguler yang
berusaha untuk menyoroti tiap pergerakan tersebut sebagai
mengharuskan mahasiswa membayar nominal senilai lima juta
lembaga pers mahasiswa, untuk menyediakan medium
rupiah. Semua liputan kami sajikan berdasarkan data dari para
klarifikasi mengenai isu-isu yang beredar di lingkungan kampus.
narasumber terkait yang bisa dipertanggungjawabkan.
Pada buletin edisi ke 17 ini, kami memutuskan untuk
Akhir kata, kami sampaikan selamat membaca!
mengangkat tema “Kampus Seni Kala Pandemi”. Isu ini kami Redaksi
angkat untuk menyoroti kinerja kampus ditengah pandemi yang tengah terjadi, termasuk kebijakan-kebijakan final yang
PUNGGAWA KONTEMPORER P ELINDUNG:
EDITOR:
M UHAMMAD S HOLAHUDDIN S.SN., M.T
I D'DHA P ARTA D RIASMARA / F ILM
&
TELEVISI 2017
F LORENTINA K RISANTI / M USIK 2016 P EMBINA: F RANCISCA S HERLY TAJU S.S N., M.S N
R EPORTER:
P EMIMPIN U MUM: N EO K ASPARA W IDIASTUTI / F ILM
T ELEVISI 2016
&
A QILAH M UMTAZA / M USIK 2019
A LAMAT:
D ESI S OFIANTI / SENI M URNI 2019
UKM P ERS M AHASISWA P RESSISI
EMILDA M EIDISA / D ESAIN I NTERIOR 2018
G EDUNG STUDENT C ENTER
G USTAMI N UR A LAMI / D ESAIN I NTERIOR 2019
I NSTITUT SENI I NDONESIA Y OGYAKARTA
S EKRETARIS:
K ANIA A. D HARMAWAN / E TNOMUSIKOLOGI 2019
J ALAN P ARANGTRITIS KM. 6,5 S EWON, BANTUL,
F LORENTINA K RISANTI / M USIK 2016
P UTRI H ESTI L ESTARI / ETNOMUSIKOLOGI 2019
Y OGYAKARTA 55188, I NDONESIA
P UTRI I NTAN M ARGARETA/ K RIYA 2019 B ENDAHARA:
SYAHRUL Z IDANE A SSIDIQ / F OTOGRAFI 2019
C ITRA C ONDE S ISTYOAYU / S ENI M URNI 2016 P IMPINAN R EDAKSI:
F AIQOTUL M USTABSYIROH &
T ELEVISI 2017
/
BATIK F ASHION 2019
G OZI A FDOLI / S ENI M URNI 2016 M UHAMMAD A BI H AMZAH / SENI M URNI 2019
R EDAKTUR P ELAKSANA: F LORENTINA K RISANTI / M USIK 2016
L AYOUTER:
K EPALA D IVISI F OTOGRAFI:
A RINA H AQ L ATIFATUZZAHRO / DKV 2017
I SANATUNGGA B ANUPUTRI / T ATA K ELOLA S ENI 2019 I D'DHA P ARTA D RIASMARA / F ILM K EPALA D IVISI I LUSTRASI: G OZI A FDOLI / S ENI M URNI 2016
&
TELEVISI 2017
LPMPRESSISI.COM
F ACEBOOK: LPM P RESSISI
I LUSTRATOR: I D'DHA P ARTA D RIASMARA / F ILM
K ONTAK: W EB:
: ISIPRESSISI@GMAIL.COM
I NSTAGRAM
: @LPMPRESSISI
BULETIN KONTEMPORER
TAMPAK MATA
PROBLEMATIKA KULIAH DARING T EKS: K ANIA A. D HARMAWAN / E TNOMUSIKOLOGI 2019 G USTAMI N UR A LAMI / D ESAIN I NTERIOR 2019
Pandemi COVID-19 turut memengaruhi sektor pendidikan yang membuat institusi-institusi melakukan perkuliahan secara daring. Namun, hal itu tentu menimbulkan berbagai problematika yang juga dialami oleh Institut Seni Indonesia Yogyakarta.
Situasi pandemi COVID-19 membawa perubahan besar di berbagai sektor, salah satunya adalah dalam sektor
layaknya kuliah secara tatap muka atau offline dengan menggunakan fasilitas- fasilitas tersebut. Bentuk interaksi
pendidikan. Pendidikan menjadi salah satu bidang yang
antara dosen dengan mahasiswa tersebut dapat
terkena dampak besar akibat pandemi COVID-19 .
berbentuk pertemuan tatap muka secara daring, tanya-
Serangan wabah yang muncul secara tiba-tiba, membuat
jawab, tes formatif, dan presentasi. Selebihnya,
perguruan tinggi termasuk Institut Seni Indonesia (ISI)
pembelajaran kebanyakan dilakukan secara mandiri oleh
Yogyakarta, harus memutuskan secara cerdik dan cepat
mahasiswa melalui penugasan. Salah satu dosen Jurusan
apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi permasalahan
Etnomusikologi, Eli Irawati menjelaskan terkait sulitnya
tersebut. Kuliah daring dianggap sebagai solusi paling tepat untuk melaksanakan proses pembelajaran bagi mahasiswa di tengah situasi pandemi ini. Alasannya adalah karena salah satu cara menekan penyebaran COVID-19 dengan membatasi kerumunan, maka metode
situasi yang dihadapi saat ini, maka hal yang menurutnya paling penting adalah kemampuan mahasiswa untuk belajar secara mandiri di rumah serta ketepatan waktu dalam menyelesaikan tugas. Hal yang tidak kalah penting untuk diperhatikan adalah materi pembelajaran dan kegiatan perkuliahan
kuliah tatap muka yang sebelumnya diterapkan tentunya
harus tetap berjalan sesuai rencana secara daring. Harus
sulit untuk dilaksanakan. Kebijakan kuliah daring
diakui bahwa metode pembelajaran kuliah daring
akhirnya diterapkan, meski sebenarnya kampus kurang
memberikan dampak terhadap materi pembelajaran.
memiliki fasilitas dan kecakapan yang memadai tentang
Biasanya dosen membuat rencana perkuliahan beserta
belajar secara daring. Bagaimanapun juga kuliah daring
dengan capaian mata kuliah yang diajarnya pada awal
merupakan hal yang harus dilakukan karena merupakan
semester. Rencana perkuliahan memuat materi atau topik
bagian dari kebijakan pemerintah dan dilakukan dengan
yang akan dibahas setiap minggunya.
tujuan untuk mengurangi resiko penyebaran COVID-19. Kampus juga tidak punya pilihan lain karena kegiatan pembelajaran tentunya tidak mungkin ditiadakan. Kuliah daring menerapkan metode pembelajaran yang
Mau tidak mau rencana tersebut terganggu dengan adanya kebijakan kuliah daring. Kecepatan pembahasan materi secara luring berbeda dengan kecepatan pembahasan materi secara daring, sehingga terdapat
dilakukan melalui internet dengan menggunakan
kemungkinan beberapa materi tidak sempat dibahas
berbagai fasilitas seperti platform Zoom, Google Meet,
selama periode perkuliahan. Selain itu untuk
Google Classroom, e-learning, dan lain- lain. Mahasiswa dan dosen tetap dapat berinteraksi satu sama lain
4
BULETIN KONTEMPORER
mengkhawatirkan mahasiswa yang belum memiliki fasilitas yang layak, serta mahasiswa dari daerah-daerah yang terpencil, yang akses jaringannya belum memadai.
...pentingnya membangun komunikasi dua arah antara dosen dan mahasiswa. Hal tersebut agar nantinya baik mahasiswa maupun dosen dapat menemukan formula yang sama sama tidak membebani satu sama lain.
“Aku di rumah saja, Wi-Fi di rumah aku kan First Media, maksudnya itu kan sudah Wi-fi yang lumayan, tapi itu saja kadang-kadang masih suka mati. Jadi kadangkadang aku yang sudah pakai Wi-Fi First Media saja kadang masih suka kesulitan kuliah karena masalah sinyal. Apalagi teman-teman lainnya atau bahkan kampus jurusan kita sendiri yang Wi-Fi-nya tidak sebagus Wi-Fi di rumah aku,“ ungkap Mawar. Kondisi jaringan yang buruk ini mengakibatkan beberapa mahasiswa kesulitan mengumpulkan tugas tepat waktu,
mata kuliah praktik, pelaksanaannya tentu akan lebih sulit secara daring. “Kita secara mayoritas sebenarnya belum siap untuk kuliah daring, terutama untuk mata kuliah praktik yang dilakukan secara kolektif,“. Beliau menambahkan bahwa hal tersebut berdampak pada pembelajaran yang pada akhirnya tidak sesuai dengan target yang diharapkan.
tidak dapat menghadiri kelas daring, bahkan tidak dapat mengikuti ujian. Selain masalah koneksi internet, Mawar juga mengeluhkan tugas dari dosen yang banyak dan berat. “Kalau kita kuliah secara langsung (luring) itu kan waktunya terbagi antara pertemuan langsung (mata kuliah), pelatihan di kampus, dan tugas, dan ujian, cuma karena daring semuanya itu diganti jadi tugas. Kita
Perkuliahan sebenarnya tetap dapat berjalan daring
kebanyakan tugas dan itu melelahkan banget,“ paparnya.
selama terdapat kerja sama dan kedisiplinan dari dosen dan mahasiswa. “Sikap dosen dan mahasiswa harus sama sama menyadari dan paham keadaan pandemi saat ini, dan kita tidak boleh egois untuk tetap menuntut hak seperti keadaan normal. Yang paling penting adalah jangan membuat dosen dan mahasiswa stress kan, istilahnya cukup berjalan saja perkuliahan sesuai kesepakatan bersama itu sudah cukup,“. Beliau menyadari pentingnya membangun komunikasi dua arah antara dosen dan mahasiswa. Hal tersebut agar nantinya baik mahasiswa maupun dosen dapat menemukan formula yang sama-sama tidak membebani satu sama lain.
Dosen memang memberikan tugas untuk mengukur kemampuan mahasiswa dan pengganti kuliah offline. Namun, deadline yang singkat dan menumpuknya tugas terkadang membuat mahasiswa stress, selain itu mengakibatkan penguasaan materi yang kurang mendalam. Meskipun begitu, sistem pemberian materi perkuliahan yang diterapkan sudah cukup baik di tengah keterbatasan ini. Menurutnya beberapa mata kuliah teori memberikan materi yang dapat diterima dengan baik hingga 75%. Sementara sisanya memberikan materi yang tidak tersampaikan dengan baik dengan tingkat pemahaman yang bahkan tidak sampai 50%, umumnya
Lantas, apakah sejauh ini perkuliahan secara daring
merupakan mata kuliah praktik..
sudah berjalan efektif? Apakah pertukaran antara mahasiswa dengan dosen sudah berjalan dengan baik? Sampai hari ini, suara-suara mahasiswa dalam menanggapi perkuliahan secara daring muncul dengan beragam seperti: adanya masalah terhadap koneksi internet, pembelian kuota internet untuk menunjang perkuliahan daring, hingga sulitnya mengikuti jadwal perkuliahan yang tidak teratur. Mawar (nama disamarkan) salah satu mahasiswi jurusan Etnomusikologi mengatakan bahwa dirinya yang terbilang memiliki fasilitas yang baik untuk mengakses internet pun terkadang mengalami kendala jaringan. Ia
Kesulitan lain yang ia rasakan adalah susahnya mencari referensi materi perkuliahan karena sistem belajar yang berbeda. “Mahasiswa itu perlu buku untuk mengerjakan tugas. Apalagi dosen kan lebih puas kalau sumber referensinya itu dari buku, bukan dari link saja. Nah, tapi kita sendiri juga kesusahan karena perpustakaan pada tutup karena pandemi,“ ujar Mawar. Ia juga mengeluhkan format pengerjaaan tugas yang kebanyakan dalam bentuk video. Menurutnya hal
5
BULETIN KONTEMPORER
tersebut sangat membebankan, karena dirinya merasa sebagai mahasiswi Jurusan Etnomusikologi, kemampuan utamanya bukan dalam meng-edit video. “Masalah yang lain itu kita disuruh buat video terus. Meng-edit video itu kan sebenarnya enggak terlalu diperlukan di perkuliahan. Cuma karena daring juga karena praktik kan ya mau bagaimana lagi, mau enggak mau kita harus bisa untuk mengerjakan tugas dalam bentuk video,“ jelas Mawar. Ia sendiri pun mengerti bahwa kesulitan yang dialami tidak hanya oleh mahasiswa saja, melainkan berlaku juga untuk pihak dosen. Kondisi pandemi ini memaksa sistem pembelajaran daring diterapkan agar kuliah tetap berjalan. Hambatan seperti pemberian materi yang kurang lancar menjadi masalah kedua pihak, baik dosen maupun mahasiswa. Masalah selama kuliah daring yang telah berjalan selama sembilan bulan ini tentunya dapat dijadikan bahan evaluasi untuk pelaksanaan kuliah daring selanjutnya,
Mahasiswa Etnomusikologi sedang mengikuti kuliah daring dari rumah (Sumber: Dokumen Pribadi)
baik itu dari segi metode pembelajaran ataupun kesiapan mahasiswa dan dosen. Maka kekurangan dapat
Sistem kerja dan model perkuliahan daring memang
diminimalisir dan pembelajaran dapat berjalan dengan
sudah perlu disiapkan lebih matang lagi, agar semua
lancar.
pihak nantinya tidak menjadi kelabakan seperti sekarang ini. Apalagi situasi dan kondisi seperti ini tidak ada yang
Apabila kuliah daring masih harus dilakukan, untuk ke depannya perlu diadakan strategi khusus agar
bisa memastikan beberapa tahun ke depan akan terjadi lagi atau tidak. Pengalihan pembelajaran daring yang
perkuliahan terutama kegiatan praktik dapat berjalan
terkesan “dipaksakan“ saat ini semoga dapat
dengan maksimal. Perlu adanya blended learning yaitu
menyadarkan warga akademik dan pemerintah bahwa
perpaduan antara luring dan daring untuk mencapai
pembelajaran era kekinian sudah selayaknya lebih
efektivitas dalam pembelajaran. Kegiatan pembelajaran
diperhatikan. Jadi, bukan karena ada pandemi COVID-19
akan lebih mudah dilaksanakan dengan metode blended
lantas mendadak ada sistem pembelajaran daring.
learning ini, sesuai yang diungkapkan oleh Mawar. “Kalau
Setidaknya ini menjadi pembelajaran positif akan
praktik itu enakan luar jaringan, jadi enak ketemu
pergantian proses belajar mengajar secara konvensional
langsung. Karena jujur aku saat ini sudah muak banget
dengan proses belajar mengajar yang memanfaatkan
disuruh bikin video terus. Aku sudah capek, aku enggak
teknologi internet, karena hal tersebut tentunya tidak
mau lagi. Kalau untuk teori, itu enggak papa tetap daring.“
bisa dihindari untuk terjadi di masa mendatang.
K
KONTEMPORER
INTERUPSI
Kuliah Daring di ISI Yogyakarta, Apa Kabar? T E K S : S YA H RU L Z I DA N E A S S I D I Q ( F O T O G R A F I 2 0 1 9 )
Wawancara dengan Stepanus Hanggar Budi Prasetya, selaku Pembantu Rektor I
Kegiatan kuliah daring ini apakah sudah lancar atau masih ada yang perlu diperbaiki? Kuliah daring di ISI masih dalam tahap proses penyempurnaan sebab banyaknya kendala yang dihadapi seperti pembiasaan pengajaran secara praktikum apalagi dengan kondisi pada saat datangnya COVID-19 yang mendadak sekali sehingga harus menyesusaikan kembali.
bantuan kuota dari pemerintah berupa kuota belajar sebesar 45 GB dan 5 GB kuota reguler untuk para mahasiswanya, sehingga dapat meringakan mahasiswa dalam mendapatkan akses internet untuk belajar. Kenapa buku di perpustakaan sulit untuk dipinjam? Untuk perkara perpustakaan yang susah dalam
Rektorat telah mengupayakan beberapa cara seperti
meminjamkan buku, disebabkan oleh adanya suruhan
pelatihan kepada dosen-dosen dalam bagaimana caranya
Pemerintah Daerah Bantul yang tidak memperbolehkan
mengajarkan mahasiswanya lewat daring sebab masih
mahasiswa untuk datang ke kampus, dan juga membatasi
banyak dosen yang kesulitan dengan sistem aplikasi yang
karyawan yang datang sebanyak 25% saja yang
ada. Secara kesiapan hanya FSMR sajalah yang mampu
diperbolehkan masuk, sehingga pada saat ini peminjaman
melaksakannya 100% menghadapi e-learning, sedangkan
buku mungkin agak lebih diperketat, sebab pencegahan
FSP dan FSR masih banyak kendala hal-hal lain sebab
COVID-19 dari pihak kampus dan suruhan Pemerintah
pengajaran praktek yang hilang sehingga harus
Daerah Bantul.
beradaptasi lebih lama dibanding dengan FSMR. Lalu apakah buku-buku itu tidak bisa didigitalisasi Menurut tanggapan bapak, mengapa e-learning dari SIAK masih belum cukup efektif? Untuk e-learning sendiri apakah sudah ada alokasi bantuan, lalu itu berupa apa saja? Dosen-dosen menggunakan WA sebab menggunakan
agar mahasiswa yang sedang ada di luar kota bisa membaca untuk kepentingan tugas kuliah? Digitalisasi sebetulnya sudah diupayakan dengan memperbanyak artikel jurnal yang dapat diakses melalui UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta, namun untuk buku
WA dapat sinkronus dalam mengajar dan mempermudah
utama belum dapat didigitalisasi karena keterbatasan
juga dalam mengajar, namun itu kondisional setiap dosen,
akses. Artikel Jurnal juga sudah cukup untuk memenuhi
jadi setiap dosen punya caranya sendiri dalam mengajar
bacaan mahasiswa selama pandemi ini dan Artikel Jurnal
online. Namun, rektorat telah memberi saran
seiring waktu terus ditambah.
menggunakan Google Classroom dan Zoom untuk kelancaran perkuliahan. Untuk bantuan ISI mendapat
dilaksanakan, jadi kalau diumumkan satu semester full kuliah online dan tiba-tiba memungkinkan terjadinya
...sosialisasi yang mendadak itu juga karena koordinasi dari Pemerintah Bantul yang setiap bulannya terdapat pergantian kebijakan karena pertumbuhan pasien COVID-19 di daerah Bantul.
kuliah tatap muka, bisa jadi ada keributan di mahasiswa yang sudah dijanjikan kuliah online satu semester. Tapi untuk saat ini kuliah teori diwajibkan daring full satu semester. Namun, untuk praktik ada kemungkinan bisa luring di tengah-tengah semester, sehingga pemberitahuan hanya berlangsung tiga bulan untuk kuliah online di awal-awal perkuliahan. Apa harapan bapak ke depan untuk mahasiswa dan dosen di ISI selama kuliah online?
Mengapa di ISI sosialisasi selalu mendadak, tidak seperti kampus lain yang awal semester langsung diumumkan satu semester kuliah online? Berbeda dengan di ISI yang per bulan atau 2-3 bulan sekali diperpanjang. Mengapa dibuat seperti itu? Perkara sosialisasi yang mendadak itu juga karena
Mungkin untuk kondisi saat ini kualitas belajar tidak akan sama dengan kondisi belajar seperti biasanya. Para dosen dan mahasiswa mau tidak mau harus terbiasa dengan kondisi yang baru dengan belajar daring, dan harapannya dosen dan mahasiswa mampu dengan semaksimal mungkin untuk belajar selama perkuliahan berlangsung, dengan memikirkan strategi terbaik dan ide-ide yang baru
koordinasi dari Pemerintah Bantul yang setiap bulannya
walau dalam kondisi seperti saat ini, dan berharap juga
terdapat pergantian kebijakan, karena pertumbuhan
COVID-19 ini cepat usai.
pasien COVID-19 di daerah Bantul. Ini yang menyebabkan juga tidak bisa dibanding-bandingkan dengan kampus lain yang notabene berada di luar daerah Bantul, seperti UGM dan UNY yang berada di Sleman. Kemudian ada pertimbangan kuliah praktek yang memungkinkan dapat
K
KONTEMPORER
PENTING
Dilematika KRS Daring T EKS : D ESI S OFIANTI / S ENI M URNI 2019 I LUSTR ASI: G OZI A FD OLI / S ENI M URNI 2016
Tahun ini pengisian Kartu Rencana Studi (KRS) sepenuhnya dilaksanakan secara daring. Faktor-faktor yang menjadi penyebab munculnya masalah di tahun sebelumnya telah diupayakan tidak terjadi di tahun ini. Akan tetapi, program yang telah dilaksanakan sejak tahun 2013 ini nyatanya masih mendapat permasalahan baru. Pengisian KRS daring tahun ajaran 2020-2021 tidak jauh berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Jika di tahun
Selain itu, mahasiswa juga mengungkapkan bahwa kelas per mata kuliah yang mereka pilih saat KRS selalu
sebelumnya pengisian KRS daring dilaksanakan secara
diacak kembali pada perkuliahan awal semester, sehingga
daring sekaligus luring, di tahun ini pengisian KRS
perkuliahan tidak bisa dilaksanakan tepat waktu.
sepenuhnya dilaksanakan secara online. Faktor-faktor
Permasalahan ini selalu terjadi setiap tahun. Meskipun
yang menjadi penyebab munculnya masalah di tahun
tahun ini waktu pengisian KRS diperpanjang sampai
sebelumnya, telah diupayakan tidak terjadi di tahun ini.
beberapa minggu, permasalahan yang sama tetap terjadi.
Akan tetapi, program yang telah dilaksanakan sejak
Hal tersebut membuat mahasiswa merasa dirugikan
tahun 2013 tersebut nyatanya masih mendapat
karena mengurangi jam perkuliahan.
permasalahan baru. Permasalahan kali ini tidak lagi mengenai kecepatan internet atau server yang tidak memadai
"Sebenarnya pihak kampus sudah menyediakan internet dengan kecepatan 375 Mbps, itu sudah cepat. Jadi untuk masalah sinyal tidak perlu diragukan lagi. Jika ada
seperti sebelum-sebelumnya, akan tetapi lebih kepada
permasalahan saat mengisi KRS ya mungkin karena
pengolahan data di dalam web KRS daring itu sendiri.
faktor alam yang tidak mendukung. Kami sudah memberi
Kasus ini terjadi pada sebagian besar mahasiswa Program
waktu beberapa hari bagi mahasiswa untuk mengisi KRS,
Studi Seni Murni. Data yang mereka input saat KRS tidak
bahkan memberi perpanjangan waktu agar mahasiswa
sesuai dengan data yang tertera saat mereka periksa
yang daerahnya sulit mendapat sinyal masih bisa mengisi
kembali. "Kemarin pas ngisi KRS itu sudah sesuai sama
KRS. Akan tetapi, kebiasaan buruk mahasiswa yang suka
matkul semester ini, tapi pas dicek lagi kok malah ganti
mengisi KRS di hari terakhir membuat sistem terganggu
matkul semester atas?" ungkap salah seorang mahasiswa
karena yang mengakses terlalu banyak. Ketika hal
Progam Studi Seni Murni.
demikian terjadi yang disalahkan sistemnya," klarifikasi dari Stepanus Hanggar Budi Prasetya selaku Pembantu Rektor I. Sebenarnya kasus yang terkait dengan KRS online selalu terjadi setiap tahunnya, tentunya dalam bentuk yang beragam. Masukan dari mahasiswa sangat penting dan memang ditunggu oleh pihak kampus. Akan tetapi komunikasi yang minim antara kedua nya membuat masalah KRS tetap berlanjut. Sudah semestinya masalah ini tidak terjadi lagi di semester berikutnya.
K
BULETIN KONTEMPO OR R EE R R
SIKAT
Kosongnya Ruangan-Ruangan di Student Center -
T E K S : A Q I L A H M U M TA Z A / M U S I K 2 0 1 9 PUTRI INTAN MARGARETA/ KRIYA 2019
Sebagian besar ruangan-ruangan yang ada di Student Center kini kosong tak berpenghuni. Salah satu UKM memilih untuk menggunakan tempat lain yang juga digunakan sebagai sekretariat. Lalu, bagaimana alasan UKM-UKM lain yang tak lagi tampak di Student Center ?
Student Center (SC) merupakan salah satu fasilitas
mereka yang bertempat di masjid kampus. “Setahuku sih
penunjang yang diberikan oleh kampus di bawah
karena memang KMI ditempatkan di SC itu masih baru,
pengelolaan bidang kemahasiswaan. Fasilitas tersebut
kalau gak salah September atau Oktober 2019, dan sebelum
memiliki beberapa ruangan yang digunakan sebagai
itu KMI sekretariatnya di masjid kampus, kemungkinan sih
sekretariat bagi beberapa Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)
karena masih terbawa kebiasaan lama, yakni kumpulnya di
yang ada di kampus. Namun, ada beberapa ruangan di SC
masjid, jadi SC kelihatannya kurang digunakan. Padahal ya
yang terlihat jarang digunakan untuk rapat ataupun
beberapa kali juga sebelum pandemi digunakan rapat,“ jelas
pertemuan oleh UKM yang menempatinya . Bahkan,
Mahrus selaku ketua UKM KMI.
sebelum pandemi, hal ini sudah banyak terjadi.
Begitu pun dengan Badan Eksekutif Mahasiswa
Salah satu anggota UKM Saraswati Basketball
Institut (BEMI) yang jarang memakai ruangannya di SC dan
menjelaskan bahwa mereka jarang menggunakan ruangan
lebih sering melakukan rapat di Gedung Rektorat karena
sekretariat dikarenakan bentuk kegiatan UKM tersebut
sekretariat SC mereka tidak cukup untuk menampung para
yang merupakan aktivitas fisik di luar ruangan, tepatnya di
anggota BEMI. “Ya karena banyak anggota kalau kumpul
lapangan basket. Selain itu, kegiatan seperti rapat biasanya
jadi lebih sering ke rektorat, biar lebih gede aja,” ujar Ilham
hanya dilakukan jika akan ada kompetisi, itupun mereka
selaku anggota BEMI.
laksanakan di lapangan basket sekaligus latihan. Maka dari itu, ruangan yang telah disediakan di SC hanya digunakan sebagai tempat untuk menyimpan barang-barang mereka saja.
Muhammad Sholahudidin selaku Pembantu Rektor III menanggapi hal tersebut dengan memberikan saran agar sebisa mungkin untuk menggunakan dan mengaktifkan kegiatan di SC supaya tidak menjadi pertanyaan bagi UKM
Sementara itu, salah satu anggota dari UKM Keluarga
lain karena ruangan yang jarang digunakan. Beliau juga
Mahasiswa Katolik (KMK) menjelaskan bahwa mereka
mengatakan, saat ini ruangan BEMI pindah ke Gedung
tidak memiliki agenda pertemuan rutin, sehingga ruangan
Serba Guna (GSG) karena sering menerima tamu dan
di SC pun jarang digunakan. Apabila mengadakan sebuah
membutuhkan tempat yang lebih rapi. Pemindahan
rapat, biasanya mereka melaksanakannya di rumah salah
tersebut dilakukan sejak awal semester tahun 2020. Selain
satu anggota, dikarenakan sekretariat SC dinilai kurang luas
BEMI, ada pula beberapa UKM yang kini bertempat di GSG,
untuk menampung para anggota UKM KMK. Senada dengan pernyataan di atas, UKM Keluarga Mahasiswa Islam (KMI) menjelaskan bahwa mereka masih terbawa kebiasaan untuk berkumpul di sekretariat lama
antara lain: Paduan Suara Mahasiswa (PSM) Vocalista Harmonic, Marching Band Saraswati Drum Corps dan Oricon. Saat ini ada sekitar tiga atau empat ruangan kosong di GSG, dan Sholahuddin mengaku sudah mengajukan
10
BULETIN KONTEMPORER
Ruangan di gedung SC tampak dari depan. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
permohonan ke bidang II Rektorat agar ruangan-ruangan tersebut bisa digunakan oleh UKM. Bisa dikatakan penyebab kosongnya beberapa ruangan di SC adalah tempat yang kurang luas. “Memang kita melihat ada UKM yang kegitannya full, misalnya Sasenitala, sehingga mungkin Sasenitala butuh tempat yang lebih banyak. Kemungkinan banyak ruangan di SC itu digunakan oleh Sasenitala, yaitu sekitar tiga ruangan,” terang Sholahuddin. Saat rapat pimpinan yang diadakan pada hari Jumat, 13
SC masih dibuka seperti biasa. Mahasiswa juga diperbolehkan untuk melaksanakan kegiatan disana, pada masa pandemi s ep erti saat ini. Hanya saja harus menggunakan protokol kesehatan COVID-19 dan tidak boleh melibatkan terlalu banyak orang. “Kalau kegiatankegiatan yang melibatkan banyak orang itu kita harus memakai protokol COVID-19. Aturan dari Satgas COVID, bahwa kita masih bisa mengadakan kegiatan secara luring, asalkan mematuhi p eraturan protokol kes ehatan. Misalnya, kalau ruangan kecil tidak boleh digunakan lebih dari 10 orang. Sedangkan kalau ruangannya besar, itu bisa
Novemb er 2020, Sholahuddin meminta untuk
diisi hingga mencapai 50% dari kapasitas ruangan. Jadi,
memperbesar wilayah SC dan berharap agar semua
semisal di Student Center itu ada kegiatan, asal mereka
sekretariat UKM serta BEMI berada di satu tempat dan tidak
mematuhi protokol kesehatan dan tidak melibatkan terlalu
terpecah-pecah seperti saat ini. Beliau juga berpendapat
banyak orang, itu tidak masalah,“ pungkas Sholahuddin.
bahwa SC dinilai belum memenuhi fasilitas standar yang nyaman untuk kegiatan mahasiswa.
K
KONTEMPORER
JUJUR
Tanggapan Mahasiswa ISI Mengenai Uang Pembangunan Gedung TEKS: PUTRI HESTI LESTARI / ETNOMUSIKOLOGI 2019 EMILDA MEIDISA / DESAIN INTERIOR 2018
Bagaimana pendapat mahasiswa tentang uang lima juta jalur masuk reguler?
Annes (Teater '19) “Menyangkut soal uang pembangunan udah worth it banget dengan nominal segitu udah dapat banyak banget
Andreas (Etnomusikologi '19) “Untuk uang pembangunan mungkin kita belum mengerti semua tentang apa yang akan dibangun. Tapi
perlengkapan yang komplit. Apalagi kita sekolah seni kan,
alangkah baiknya uang itu dipergunakan memang demi
itu sudah termasuk uang pembangunan yang paling
membangun fasilitas kampus dan kebutuhan mahasiswa
murah karena kan pastinya sekolah seni itu butuh banget
dari segi akademis mengajar maupun dalam proses
sarana dan prasarana yang lengkap terus juga butuh
berkesenian. Aku memang tidak bisa berprasangka buruk
fasilitas-fasilitas yang memadai, apalagi jurusan seni
karena setiap ada kekurangan ketika prosesi akademis di
pertunjukan bakal banyak banget tempat yang kami
kampus selalu diperbaharui. Hanya butuh transparansi
butuhin. Kami juga butuh alat, properti, dan semacamnya
dalam bentuk fisik saja terhadap apa-apa yang telah
gitu yang bisa kita pakai buat mata kuliah ataupun saat
kampus laksanakan, juga sebagai bukti kinerja yang lebih
pertunjukannya. Walaupun gedungnya agak keliatan tua
baik bahwa uang yang telah diberikan untuk
dikit ya maklum ya namanya juga sekolah seni tertua.
pembangunan itu dapat dilihat manfaat dan fungsinya.“
Tapi, jangan salah nilai, dengan harga uang pembangunan segitu ISI udah punya semua.“
Mutia (Desain Produk '19) “Untuk bayar di awal-awal nggak masalah, mungkin
Puti (Teater '19) “Kalo dari aku pribadi sih nggak keberatan selama uang itu digunakan untuk fasilitas kampus dan uang itu juga
nanti kalo dimintain per-semester baru aku mungkin menanyakan uang ini ke mana karena fasilitasnya masih kurang. Tapi aku yakin uang ini pasti udah dapet uang dari
bisa dipertanggungjawabkan. Uang itu kan udah
pemerintah, hanya saja nggak sebanyak kampus-kampus
diamanahkan ke pengurus fasilitas dan lain-lain. Tapi kalo
PTN yang udah besar lainnya. Jadi, selama orang-orang
di jurusanku sendiri, uang itu kayak belum keliatan
itu nggak masalah ya nggak apa-apa menurut aku.“
fungsinya di jurusan. Tapi mungkin uang itu buat keperluan yang lain, soalnya di jurusanku sendiri ya udah
Fachrul (Desain Produk '19)
fasilitasnya gitu-gitu aja nggak ada yang diperbaiki selama
“Kalo menurut saya ya normal saja, uang segitu untuk
aku kuliah sejauh ini. Sebenernya aku juga nggak
pembangunan gedung, karena yang membayar juga
keberatan sama uang yang nominalnya cukup gede dan
hanya mahasiswa-mahasiswi yang lewat jalur mandiri
beberapa temen-temenku sebenernya agak ngerasa
saja, sedangkan kampus kita juga butuh dana untuk
keberatan karena jumlahnya yang bukan sedikit. Mereka
mengembangkan fasilitas buat masing-masing program
ngeluh ini anak-anak mandiri bayar uang lima juta kok
studi. Kalo dibandingin kampus lain, kampus ISI juga
belum ada efeknya, ya? Tapi, kalo dari aku sendiri nggak
termasuk yang murah.“
keberatan asal uang itu bener-bener dipake buat kebutuhan Institut, gitu.“
12
BULETIN KONTEMPORER
Fifa (Sendratasik '19) “Kalau menurut saya, uang lima juta untuk yang maksudnya untuk pendaftaran yang mandiri itu cukup
pembayaran awal itu nggak masalah sih menurutku. Kalo toh kembali juga untuk memperbaiki fasilitas kampus gitu.”
wajar sih. Soalnya kan ya dibanding univ-univ yang lain ya, itu cukup terjangkau lah ya. Lagipula kalau menurut saya, setiap tes mandiri juga ada uang pembangunan dan biasanya lebih dari lima juta sih. Di situ masuk kategori
Lathifah (Kriya '16) “Menurutku udah sewajarnya kalo misalkan ISI diberlakukan uang gedung. Namun yang gedung itu
murah, bahkan sangat murah sih menurut saya dan
harus dipergunakan dengan sebaik mungkin dan tidak
itupun ya worth it lah kalau cuma lima juta gitu ya, uang
hanya untuk memperbagus gedung-gedung luarnya saja.
lima juta itu kan kalo kita udah fix keterima jalur mandiri
Namun fasilitas-fasilitas kampus seperti alat-alat musik
gitu kan itu baru bayar lima juta kan? Itu worth it lah
atau alat-alat untuk berprakarya. Alat-alat perawatan itu
soalnya kan mandiri juga, ya meskipun ngga ngeremehin
juga harus lebih diperhatikan lagi dan tidak hanya untuk
mandiri sih.Cuma kan kalo mandiri itu kan dari univnya
estetika luar gedung saja gitu.“
langsung jadi mungkin ketentuan dan aturannya beda, regulasinya beda dan itupun juga banyak sistem-sistem begitu udah banyak di univ-univ lain.Jjadi kalo untuk nominal yang segitu sih menurutku wajar dan bahkan worth it sih.
Ama (Pendidikan Musik) “Kalo menurutku, buat uang lima juta masuk jalur mandiri itu, ini sih kalo emang peraturannya itu sudah tertulis itu wajar aja. Cuman kalo misalnya nih ada permintaan lima juta masuk jalur mandiri tapi ngga
Mulya (Desain Interior '18)
tertulis peraturannya atau istilahnya tidak ada surat
“Ya kalo menurut saya, untuk uang pembangunan lima
perjanjian, atau macam kayak peraturan yang tertulis
juta, jujur itu terlalu memberatkan, apalagi di awal
atau emang sistem dari kampusnya sudah tertulis seperti
perkuliahan. Nah, itu kan latar belakang orang beda-beda
itu, itu baru yang, apa ya aku bilang ngga wajar karna
gitu lho, nggak semuanya tersiapkan dari awal. Jadi, kalo
ibaratnya ngga resmi kan. Dan formalitas itu perlu hitam
seandainya di tahun saya ada uang pembangunan. Nah
di atas kertas itu kayak pembuktian gitu lho. Jadi suatu
itu mungkin rada menyusahkan. Mungkin lumayan
saat kalo misalnya, ternyata si lima juta ini tidak
menyusahkan orang tua untuk masuk ke ISI. Emang kalo
terdistribusikan sesuai dengan anggaran kampus gitu kan,
untuk uang kuliah di ISI emang murah. Tapi kan di
tidak untuk kepentingan kampus nah itu baru kan kita
jurusan interior apalagi bikin-bikin furniture dan
bisa ibaratnya mempertanggungjawabkan gitu lho
aksesoris interior pun itu lumayan menguras kantong
meminta tanggung jawab dari pihak kampus tentang lima
setiap di pembuatan tugasnya.“
juta itu. Menurutku juga sih karna aku tau beberapa informasi tentang jalur mandiri di beberapa kampus lain,
Dila (Seni Tari '17) “Kalo menurut saya sih, karna mungkin pihak dari
nominal segitu ngga begitu besar ya. Mungkin itu patokan harga minimal gitu lho. Kalo nominal segitu sih wajar-
Insitut mungkin sudah memikirkan bahwa adanya uang
wajar aja karna kalo di kampus-kampus lain mungkin bisa
gedung tersebut dapat memperbaiki dan menambah
lebih banyak gitu lho daripada nominal itu gitu.”
fasilitas serta sarana prasarana di kampus ya itu sah-sah aja sih, nggapapa sih, toh juga itu kembali lagi untuk memenuhi fasilitas kampus. Dan UKT kita bisa dibilang juga lebih murah dari kampus atau univ-univ lain yang nominalnya lebih jauh di atas kita, jadi uang lima juta di
K
I LUSTRASI: F AIQOTUL M USTABSYIROH/ B ATIK D ESAIN 2019
KONTEMPORER
IRONI
K
KONTEMPORER
KIRIMANMU
Ada Buron di Prodi FTV! T EKS: DS
Kiranya awal bulan Desember lalu, saya membaca warta tentang kampus Institut Seni Indonesia (ISI)
Mendalami fenomena ini dari sudut yang lebih dalam, saya dapat menyimpulkan bahwa ketidakhadirannya
Yogyakarta tercinta yang diliput sebuah media kredibel
sebagai pengajar, telah memicu munculnya cacat proses
berskala nasional. Inti berita tersebut menyebutkan
dalam laju pemberian maupun pencernaan ilmu serta
bahwa paling tidak dalam satu semester ke depan, ISI
tumbuh kembang mahasiswa. Banyak kawan, bahkan
Yogyakarta masih akan menerapkan Sistem
saya sendiri yang kemudian tidak puas terhadap kualitas
Pembelajaran Daring (SPADA) akibat pandemi COVID-19
output tugas kelas Bang Toyib. Hal ini terjadi bukan
yang entah kapan akan mulai usai. Hal tersebut
lantaran rasa malas ataupun keengganan untuk mencari
mengonfirmasi bahwa mayoritas perkuliahan di kampus
resensi sendiri, tetapi dikarenakan saking minimnya
ini masih akan dilakukan dengan cara jarak jauh.
input yang kami dapat dari kelas beliau. Ibarat kata, kami
Menghadapi tantangan tersebut, saya mencoba menilik ke belakang tentang SPADA semester lalu. Sialnya, ihwal
tidak tahu hendak kemana bis yang kami naiki. Praktik yang dilakukan Si Toyib jelas menyalahi
ini lantas justru memunculkan sebuah trauma dan
aturan. Dilihat dari sisi manapun, ia tetap salah.
amarah tersendiri, terutama ketika mengingat tugas
Harusnya, paling nggak ia bisa mencari asisten dosen. Opsi
dalam grup kelas mata kuliah seorang dosen bernama
itu mungkin akan bisa tetap menjaga kegiatan belajar-
Bang Toyib. Tentu, nama tersebut bukan nama asli dosen
mengajar kelas beliau on-track, sehingga mahasiswa tetap
yang saya maksud. Nama ini saya sematkan karena
bisa mendapat transferan ilmu. Lebih-lebih, kita juga bisa
perasaan jengkel saya terhadap performa kerja “beliau”
tetap mendapatkan hak sebagai siswa, dan warga negara
yang sering bolos kelas sejak pembelajaran jarak jauh
yang telah membayar uang kuliah disebuah perguruan
dilakukan di program studi saya, yakni Film dan Televisi.
tinggi negeri.
Konon semenjak era SPADA berlangsung, hanya mahasiswa cutilah yang jumlah absennya melebihi jumlah ketidakhadiran si Toyib dalam perkuliahan. Bang Toyib kali ini mendapat satu impresi buruk bukan karena ia jarang pulang, tapi karena ia jarang nongol. Bang Toyib adalah namanya. Menghilang selama
Saya bukan sedang berusaha melakukan pergunjingan kepada seseorang. Saya hanya tengah berusaha untuk mengajak sebanyak-banyaknya orang untuk juga menyuarakan segala hal yang berkaitan dengan ketidakadilan seperti yang saya terima sebagai peringatan atas orang-orang lalim. Terlebih, ketidakadilan itu
hampir satu semester penuh adalah hobinya, dan
menyangkut soal hak mendapatkan akses belajar, yang
memberi tugas ujian akhir semester tanpa merasa
sedikitnya pasti akan berpengaruh terhadap masa depan
bersalah setelah hilang hampir nggak pernah nongol
mahasiswa.
adalah passionnya. Seorang dosen senior yang bahkan pernah menjabat sebagai Pembantu Dekan di Fakultas Seni Media Rekam ini layak dijadikan buron, paling tidak bagi saya, dan teman-teman kuliah yang senasib masuk ke dalam kelasnya selama masa SPADA. Pasalnya, Si Toyib ini telah meresahkan para mahasiswa di kelasnya dengan kebiasaan absen yang terlampau sering ia lakukan tanpa memberi keterangan apapun.
Idealnya, laju proses belajar dapat tercipta dalam lingkungan belajar yang kondusif. Setiap komponen dalam laju tersebut harus siap menjalankan tugas kodratnya masing-masing untuk membentuk habitat belajar yang baik. Harus ada yang menyimak selagi ada yang mengajar, pun kebalikannya. Bukannya harus ada pihak yang protes karena satu pihak lain hilang entah kemana. Dasar, Toyib,.. Toyib...
K
KONTEMPORER
KOMIK
I LUSTRASI: M UHAMMAD A BI H AMZAH / S ENI M URNI 2019