Buletin Mahasiswa FTSP
Forum Aspirasi Mahasiswa FTSP
Terpaksa Bungkam Wejangan Menceng di Pekan Ta’aruf Mau dibawa Kemana Divisi Penertib Lapangan ? SOLID / LANDSCAPE EDISI SEPTEMBER 2014
Cover : M. Irfan A.
EDISI PEKTA
DAFTAR ISI
4
Laporan Utama Terpaksa Bungkam
DAFTAR ISI LANDSCAPE
“Cuma secara etika saya kok merasa agak risih gitu ya. Secara ini kan acara kita, yang ngonsep kita, uang kita” ungkap Ghozi Faiz Habibi mengungkapkan perasaannya tentang keberadaan Tim Pengawas Pekta 2014. Berdasarkan hasil audiensi yang telah dilakukan oleh pihak dekanat dan panitia Pekta 2014 diputuskan bahwa tidak boleh ada kekerasan baik dalam bentuk fisik, verbal dan mental. pada Pekta kali ini, adanya DPL bukan lagi untuk mengkonfrontasi mahasiswa baru sebagai peserta Pekta 2014.
foto / ilustrasi 2 3 8
Wejangan Menceng di Pekan Ta’aruf
6
Sebagai bagian dari FTSP seluruh pihak diharapkan turut serta dalam mensukseskan acara Pekta. Seperti yang diungkapkan Widodo Brontowiyono selaku Dekan FTSP bahwa semua pihak turut membantu agar pelaksanaan Pekta FTSP aman, lancar, tertib dan Islami. Namun seorang Dosen Arsitektur bersikap bertentangan.
EDITORIAL Surat Pembaca
10 11
GALERI Pekta 2014
12
DAFTAR ISI Sapaan Redaksi
Laporan Khusus
OPINI Mau dibawa Kemana DPL? KAMPUSIANA Pengenalan Lembaga Berantakan IPTEK “Bimsalabim” Plastik Jadi Bensin
13 14 15
PROFIL Berkerja Untuk Ibadah RESENSI FILM Kebenaran Yang Terlambat Terungkap POLLING Lembaga di Mata Maba
SAPAAN
Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin. Puji syukur kami panjatkan atas rahmat dari Allah SWT sehingga buletin LANDSCAPE edisi khusus PEKTA ini berhasil kami selesaikan. LANDSCAPE edisi PEKTA ini kami buat sebagai bentuk konsistensi kami untuk membagikan informasi kepada seluruh warga FTSP. PEKTA yang merupakan acara tahunan di FTSP memang selalu menjadi salah satu hajat besar, sehingga tidak lengkap rasanya bila tidak diliput secara khusus. Semoga dengan adanya LANDSCAPE edisi khusus PEKTA ini bisa menjadi gambaran bagi mahasiswa baru FTSP tentang fakultas kita ini. Selamat datang Maba-Miba baru FTSP 2014!
2
Alamat Redaksi: Jalan Kaliurang Km 14,5 Kampus Terpadu FTSP UII Basement, Yogyakarta 55581.
SEP 2014
08572929867 fax 895330
|
@solidftspuii
|
lpmsolidftspuii@gmail.com Instagram
@solidftspuii
PEMIMPIN UMUM Arya Praditya G PIMPINAN BIRO UMUM Putri Sihospi PEMIMPIN REDAKSI Andi Mufly M.M REDAKTUR PELAKSANA Fathia R.N.Husna REDAKTUR FOTO Iqbal Ramadhan REDAKTUR LAYOUT DAN ILUSTRASI Arifin Agus S & Osi Novenda S PIMPINAN P3 Helmy Badar N & M. Arief Guswandi REPORTER Muhammad Irfan A, Adi Nugroho, Sofiati Mukrimah, Yosi Mutiara P, Bowin Yulianti, Nurul Fajri, Mia Erpinda, Luthfiana Rahmasari, Baiq Raudhatul J, Lilis L Rumalutur, Ulfa Nur Hanifah
EDITORIAL LANDSCAPE
EDITORIAL P
ekan Ta’aruf (Pekta) yang merupakan acara tahunan di FTSP berlangsung lancar dengan banyak perubahan di sana-sini. Salah satu yang paling dirasakan perubahannya adalah Divisi Penertib Lapangan (DPL). Tahun ini, dekanat membentuk langsung tim advokasi yang bertugas mengawasi jalannya acara Pekta 2014. Hal ini merupakan salah satu cara
untuk mencegah adanya tindak kekerasan, baik kekerasan fisik, mental, maupun verbal di Pekta 2014. Namun, pengawasan yang dinilai berlebihan membuat beberapa pihak ‘gerah’. Tindakan pengawasan yang berlebihan itu dianggap sebagai bentuk ketidakpercayaan terhadap penyelenggara.
Dari : Tim Advokasi Pekta Untuk : Dekanat
Untuk persiapan PEKTA kalau dari panitia menurut saya sudah cukup baik, hanya ada beberapa hal yang sudah direncanakan tetapi persiapan dilakukan mepet ke hari H. Contoh seperti surat-surat yang masuk untuk peminjaman apapun. Kurangnya koordinasi antar divisi juga menghambat persiapan. Bukan hanya dari segi mahasiswa terkhususnya panitia PEKTA, pihak dekanat juga seakan mempersulit acara PEKTA ini. Memang beberapa saran yang disampaikan sangat bagus, tetapi seakan memberikan interversi dalam acara ini. terlalu banyak permintaan dan terlalu banyak hal yang salah menurut mereka. Interversi itulah yang menurut saya sudah mencederai dari sistem yang kita anut, yaitu student goverment agar tidak terjadi lagi interversi-interversi seperti yang sudah dilakukan. Untuk panitia PEKTA harus tetap semangat, persiapan semua sebaik mungkin. Buktikan kalau kita memang dapat membuat acara yang baik untuk menyambut keluarga baru kita
Pada hari pertama pelaksanaan PEKTA FTSP 2014, telah terjadi pelanggaran terhadap kesepakatan yang terjalin oleh pihak dekanat dan tim advokasi DPM FTSP. tindakan tersebut mencederai kepercayaan yang telah terjalin sebelumnya, sehingga seakan-akan dari pihak dekanat tidak mempercayai mahasiswa sebagai penyelenggara dan pelaksana kegiatan Pekan Ta’aruf 2014. Ketika mereka bertanya “Apa sih susahnya diawasi? Kami kembali bertanya “Apa sih susahnya percaya kepada kami?” Apa yang menjadi ketakutan pihak dekanat, sehingga terjadi hal seperti ini?! :(
SEP 2014
Dari : Muhammad AD Zikri (SekJen DPMF) Untuk : Dekanat
3
SURAT
LAPORAN UTAMA LAPUT
Terpaksa Bungkam
LANDSCAPE
Oleh: Baiq Raudatul Jannah | Foto: Nurul Fajri Reporter: Sofiati Mukrimah, Yosi Mutiara Pertiwi, Nurul Fajri Cuma secara etika saya kok merasa agak risih gitu ya. Secara ini kan acara kita, yang ngonsep kita, uang kita -Ghozi Fariz Habibi
T
4 SEP 2014
ahun ajaran baru telah dimulai, para pelajar yang dulunya berstatus ‘siswa’ berubah menjadi mahasiswa, mahasiswa baru (maba) dalam proses pengenalan dengan lingkungan kampus dan teman membutuhkan fasilitator dari kampus, yang biasa di sebut Orientasi Pengenalan Kampus (OSPEK). Sesuai dengan namanya, OSPEK merupakan kegiatan yang diberikan kepada para mahasiswa baru sebelum mereka benar-benar menjadi warga kampus. Di kampus perjuangan, Universitas Islam Indonesia(UII) kegiatan Ospek dinamai sebagai Pesona Ta’aruf (Pesta) di tingkat Universitas dan Pekan Ta’aruf (Pekta) di tingkat fakultas. Selain fungsi ini sayangnya Ospek sering di kaitkan dengan tindak kekerasan, perpeloncoan dan senioritas dari para mahasiswa yang mengadakan acara Ospek ini sendiri, di beberapa universitas negeri ataupun swasta kegiatan ini menjadi
ajang balas dendam senior ke junior, bahkan menurut berita yang dimuat oleh situs berita online kompas.com Ospek di Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang menyebabkan kematian seorang mahasiswa akibat peloncoan oleh senior dalam acara Ospek yang dilakukan di luar kampus yang menyebabkan tercoretnya kegiatan perkenalan yang semestinya baik dan mendidik. Potret Ospek di UII beberapa tahun belakangan juga tidak lepas dari isu ini, tapi bagaimana dengan Pekta FTSP tahun ini ? AUDIENSI Hal yang terlihat berubah pada Pekta FTSP kali ini yaitu adanya surat Keputusan Dirjen Dikti NOMOR 25/ DIKTI/Kep/2014 tentang Panduan Umum Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru yang mengatur banyak bagian dalam pelaksaaan Ospek di setiap universitas, termasuk Ospek di fakultas. Dampak dari adanya surat keputusan ini terli-
hat dalam acara audiensi yang dihadiri oleh pihak Dekanat FTSP dan pihak panitia Pekta FTSP 2014, dimana pada audiensi kali ini ditentukan jenis kekerasan yang tidak diperbolehkan dalam acara Pekta 2014, yaitu tidak akan ada kekerasan fisik, kekerasan mental dan kekerasan verbal. Hal ini juga telah ditegaskan oleh semua pihak yang diwawancarai oleh Tim Solid yaitu Dekan FTSP Widodo Brontowiyono, Tim Pengawas, Steering Committee Pekta 2014 dan pihak Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) FTSP. Selain itu Ketua Lembaga Eksekutif Mahasiswa (LEM) FTSP Ghozi Faiz Habibi menyatakan, “Kesepakatan dengan Dekanat itu yang pertama: Tim Pengawas dari dekanat berjumlah empat, tidak adanya alat bantuan. Karton misalnya untuk memukul atau apa, terus perbedaan antara kekerasan verbal dengan ketegasan. Kami sudah memberikan contoh-contoh dan mereka menyanggu-
LAPUT LANDSCAPE
saat baris berbaris menuju lokasi acara Pekta 2014, Inner Court FTSP. Rusydi Rasyid selaku Steering Committee Pekta 2014 menyatakan bahwa ia merasa terganggu dengan adanya Tim Pengawas. “Menurut saya terlalu berlebihan (adanya Tim Pengawas-red), lah karena inikan kegiatan mahasiswa, tidak seharusnya mereka (Tim Pengawas—red) mencampuri kegiatan kita,” Rasyid juga mengatakan bahwa dengan hasil audiensi kemarin, jika kedepannya DPL ada kesalahan di Pekta tahun ini, pihak DPL memiliki ketakutan bahwa mungkin tahun depan DPL tidak akan ada lagi. Mengenai masalah intervensi ini, pihak Tim Pengawas melalui ketuanya, Lukman Hakim, menyatakan bahwa hanya akan menengahi jika ada acara yang tidak sesuai seperti misalnya peserta yang tidak dapat beribadah atau terjadi kekerasan. Sedangkan menurut Tim Advokasi Pekta mengaku bahwa berdasarkan hasil audiensi setiap masalah yang ada akan di selesaikan terlebih dahulu oleh internal panitia dan tim advokasi. “Sebisa mungkin, kita menyelesaikan masalah kita sendiri, karena kita menggunakan student government,” jelas Vicky Saputra selaku ketua Tim Advokasi Pekta 2014
5
teri-materi yang bersifat edukatif kepada para peserta. Pada Pekta FTSP tahun ini, beberapa mahasiswa baru mengatakan bahwa DPL tahun ini sama-sekali tidak mengintimidasi mereka, ataupun mereka tidak merasa tertekan dengan tindakan DPL. “Biasa aja,” kata salah satu mahasiswa baru, Satria Agung jurusan Arsitektur saat diwawancarai oleh Tim Solid di hall FTSP, malah ia sangat menyambut baik adanya pihak DPL sebagai penegak disiplin peserta Pekta. Berbeda dengan Pekta FTSP tahun lalu, banyak kasus bentakan yang terjadi yang dapat di kategorikan sebagai kekerasan verbal langsung kepada mahasiswa baru 2013, menurut Lisa Gustia, mahasiswi Teknik Lingkungan angkatan 2013 semasa Pekta 2013 yang mendapat konfrontasi berupa teriakan oleh DPL yang bertugas saat itu, saat di konformasi kepada Ghozi Faiz Habibi yang juga selaku anggota Tim Advokasi Pekta 2014, Ia sendiri mengaku bahwa pada Pekta FTSP tahun lalu belum ada batasan yang jelas tentang kekerasan verbal yang dapat dilakukan. Dengan adanya Tim Pengawas, menurut pantauan Tim Solid, beberapa DPL terlihat agak canggung untuk menertibkan Maba-miba pada
Tim Pengawas di Dampingi Panitia Pekta 2014
SEP 2014
pi. Terus ada lagi, sisir barisan. Kalo yang cewek disisir barisan oleh DPL cewek, kalo yang cowok sama yang cowok. Paling perjanjian seperti itu.” TIM PENGAWAS YANG TIBA-TIBA BERJUMLAH BANYAK Tim Pengawas melakukan pengawasan untuk mengawasi jalannya kegiatan pengenalan kampus agar sesuai dengan aturan yang telah di tetapkan oleh negara dan universitas, Tim Pengawas sendiri merupakan badan yang mendapat instruksi langsung dari Dekanat berdasarkan surat keputusan Dirjen Dikti No.25/ DIKTI/Kep/2014. Hal-hal yang diawasi oleh Tim Pengawas berdasarkan hasil wawancara Tim Solid kepada ketua Tim Pengawas Lukman Hakim yaitu: jalannya acara berupa ketepatan waktu sholat dan konsumsi. Juga, mencegah terjadinya tindak kekerasan seperti yang terjadi di universitas lain. Berdasarkan hasil kesepakatan dalam Audiensi, Tim Pengawas Pekta 2014 berjumlah 4 orang, namun saat dilihat di lapangan, jumlah Tim Pengawas berlipat menjadi 24 orang, hal ini mengejutkan panitia dengan jumlah Tim Pengawas yang tiba-tiba banyak. Lukman Hakim selaku Ketua Tim Pengawas menyatakan bahwa hal ini sesuai dengan keputusan Dikti No.25/DIKTI/Kep/2014 yang menyatakan “Pengawasan dilakukan oleh yang ditetapkan panitia yang terdiri atas unsur civitas akademika, pejabat struktural, karyawan, orang tua dan semua unsur lain yang di anggap perlu.” Dengan landasan ini, Lukman Hakim bedalih bahwa banyaknya pengawas dikarenakan factor banyaknya unsur yang disebutkan Keputusan Dikti tersebut. KEBERADAAN Divisi Penertib Lapangan (DPL ) DALAM PENGAWASAN DPL atau Divisi Penertib Lapangan pada Pekta FTSP 2014 menurut Rusydi Rasyid sebagai Steering committee komisi D menjelaskan seperti namanya bertugas untuk menertibkan barisan dan memberikan ma-
LAPORAN KHUSUS LAPSUS LANDSCAPE
Wejangan Menceng di Pekan Ta’aruf Oleh: Mia Erpinda Reporter: Luthfiana Rahmasari, Lilis L Rumalutur ,Ulfa Nur Hanifah Foto:
D
“Tidak ada etika dosen bisa memprovokasi mahasiswa untuk tidak mengikuti kegiatan mahasiswa,” Muhammad AD Zikri
6 SEP 2014
alam rangka menyiapkan mental dan memberikan gambaran tentang sistem pembelajaran dan kehidupan di kampus maka diperlukan adanya program orientasi bagi mahasiswa baru untuk mempercepat adaptasi dengan lingkungan yang baru. Masa ini dapat dijadikan titik tolak inisiasi pembinaan idealisme, menanamkan dan membina sikap cinta tanah air, kepedulian terhadap lingkungan dalam rangka menciptakan generasi yang berkarakter jujur, cerdas, peduli, bertanggung jawab dan tangguh (DIKTI No 25 tahun 2014). Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Universitas Islam Indonesia (UII) pun melakukan hal yang sama dari tahun ketahun dalam bentuk Pekan Ta’aruf (Pekta), untuk mempersiapkan mahasiswa barunya. Tujuan dari orientasi sendiri telah dijelaskan dalam Dirjen Dikti itu sendiri yaitu memberikan perbekalan pada mahasiswa
baru agar lebih cepat beradaptasi dengan lingkungan kampus ,khususnya kegiatan pembelajaran dan kemahasiswaan. Acara ini dilaksanakan selama 2 hari, yaitu tanggal 6-7 September 2014. Sebagai bagian dari FTSP seluruh pihak diharapkan turut serta dalam mensukseskan acara Pekta. Seperti yang diungkapkan Widodo Brontowiyono selaku Dekan FTSP bahwa semua pihak turut membantu agar pelaksanaan Pekta FTSP aman, lancar, tertib dan Islami. Namun seorang Dosen Arsitektur bersikap bertentangan. Senin , 1 September 2014, FTSP mengadakan kuliah perdana (kuper) dimasing-masing jurusan usai kuliah perdana di Gedung Kahar Mudzakir. Menjelang kuper, jurusan memberikan waktu kepada Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) untuk bertaaruf dengan para maba-miba. Disela perkenalan HMJ, menurut seorang mahasiswi baru (miba) arsitektur
2014, sebut saja namanya Ara, salah seorang dosen jurusan Arsitektur datang tiba-tiba menyela, “Yang Artistek ndak wajib ikut Pekta, saya ndak mau kalian dimarahi,” tuturnya menirukan perkataan dosennya. Hal senada juga disampaikan oleh mahasiswa baru (maba) arsitektur 2014 bahwa dosen tersebut menyarankan kepada mereka untuk tidak mengikuti Pekta. Dosen itu belakangan diketahui bernama Arman Yulianta. Perbedaan pendapat antara mahasiswa dan dosen adalah wajar. Sebagaimana yang dikatakan Sekretaris Jenderal FTSP Muhammad AD Zikri bahwa tindakan dosen tersebut mengarah kepada provokasi. “Ibaratnya itu sesuatu tindak provokasi gitu kan, karena dia kalau sekedar kritikan nggak perlu nyampeinnya di kelas. Sekarang dilakukan lagi pas kuliah perdana dan bukan wewenang dia ada di situ. Dia ini seharusnya mendukung gitu lho. Tidak ada etika dosen bisa
Muhammad AD Zikri
LAPSUS LANDSCAPE 7
2012, Vicky Saputra, adalah dosen yang bagus dalam belajar mengajar, namun dalam non akademik terutama kelembagaan, mahasiswanya dikekang. “Kayak agak dikekang,” ujar Vicky. Arman pun, menurut Vicky, tidak pernah menjelaskan alasan atas sikapnya, “Itu sendiri aku pribadi nggak pernah tau alasan bapaknya kenapa kayak gitu kan.” Menyikapi sikap beliau, lebih lanjut, Vicky yang juga merupakan Ketua komisi I Internal DPM FTSP
meminta Dekan FTSP membuatkan surat anjuran mengikuti Pekta untuk mahasiswa baru. Vicky menyatakan harapannya bahwa dengan adanya surat dari dekan akan menghapus kekhawatiran maba tentang larangan mengikuti Pekta. Berbeda dengan yang diharapkan Vicky , terjadi miss komunikasi antara pihak dekan dan DPM yang menyebabkan dekan hanya memberikan surat pengumuman. “Ya kalo yang kami minta, anjuran dari bapaknya tapi malah dibuat pengumuman,” ungkap Vicky. Mengingat tujuan dari Pekta seperti yang tertera dalam keputusan Dikti no 25 tahun 2014, Pekta penting diadakan dan diikuti oleh mahasiswa baru. Pekta merupakan salah satu ajang menyeimbangkan akademik dan non akademik. “IP ( Indeks Prestasi) sangat penting tapi IP saja tidak cukup. IP 4 bagus, tapi lebih bagus lagi kalau IP 4 juga berkegiatan,” tutur Widodo Brontowiyono selaku Dekan FTSP dalam sambutannya di acara pembukaan Pekta 2014. Ketua Tim pengawas Pekta FTSP 2014 , Lukman Hakim menyatakan bahwa beliau sangat mendukung kegiatan Pekta namun hanya saja perlu pembenahan. “Sangat mendukung,pekta ini perlu,sangat perlu, hanya saja kemasan materinya,” tutup Lukman.
Maba-Miba Berpose di Tengah Rangkainan Pekta
SEP 2014
memprovokasikan mahasiswa untuk tidak mengikuti kegiatan mahasiswa.” Ketika Tim Solid pertama kali berusaha untuk mengklarifikasi masalah ini kepada dosen tersebut, Ia sama sekali tidak mau angkat bicara. “Saya tidak mau di wawancara, saya tidak mau diverifikasi, saya tidak mau dimuat.” Kemudian, untuk kedua kalinya ketika ingin mewawancarainya di Studio Perancangan Arsitektur, Ia sempat berkata sepatah dua kata kepada Tim Solid, “Lab ini udah mau ditutup,” dan kemudian langsung menutup pintu studio yang berada di lantai empat Gedung FTSP tersebut. “Kalau memberikan kritik ya langsung ke lembaga nggak usah memprovokasi mahasiswa. Tapi pas dimintai apa pas kita minta klarifikasi, dia sendiri nggak mau ngasih gitu,” tutur AD Zikri menanggapi sikap beliau yang terkesan menutup mulut. Dalam wawancaranya, AD Zikri juga menceritakan bahwa dosen Arsitektur tersebut juga merupakan Tim Pengawas dari pihak fakultas. “Nah yang masalah dia Tim Pengawas dari Dekanat selama kami audiensi dia, tiga kali audiensi dia datang audiensi kedua di menit terakhir.” Jelas sekjen DPM FTSP UII. Sehari-harinya, Arman Yulianta, menurut mahasiswa Arsitektur
OPINI OPINI
Mau dibawa Kemana Divisi Penertib Lapangan?
LANDSCAPE
Oleh: Yosi Mutiara Pertiwi
Orang bilang teknik itu keras. Lantas apakah hal yang keras dapat diluluhkan dengan sesuatu yang keras pula? Bukankah saat batu dilawan batu hanya akan memercik bara api?
M
10 SEP 2014
enurut Wikipedia, Orientasi Studi Pengenalan Kampus (OSPEK) dengan seluruh rangkaian acaranya merupakan awal pembentukan watak bagi seorang mahasiswa baru. Ini adalah masa pengenalan, penyesuaian bagi para mahasiswa baru agar mampu bertahan dikehidupan yang serba baru. Menilik nama dari Universitas yang menaungi kita ini, Universitas Islam Indonesia. Universitas kita memiliki identitas “Islam�. Dengan memiliki identitas tersebut, tentunya OSPEK sendiri pun tidak boleh melanggar nilai islam tersebut. Pagi dihari pertama saat Pekan Taaruf (Pekta) terlihat kekakuan dari para tim Divisi Penertib Lapangan (DPL). Kekakuan ini tercipta karena sebelumnya telah diadakan audiensi pada Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP). Hasil dari audiensi inilah yang menjadikan adanya perubahan regulasi bagi tim DPL. Dimana hasilnya adalah merupakan batasanbatasan tindakan yang boleh dilaksanakan oleh DPL. Selain itu audiensi pun membahas perbedaan antara kekerasan verbal dan ketegasan. Tahun-tahun sebelumnya DPL selalu menggunakan cara yang keras.
Kekerasan verbal banyak ditemukan diberbagai sudut ketika DPL ada dilapangan. Selain adanya audiensi ini, pengawasan terhadap tim DPL ini lebih diperketat. Sejumlah 24 orang dari Tim Pengawas dibentuk Dekanat demi menghindari adanya kekerasan verbal seperti tahun-tahun sebelumnya. Sebagaimana mestinya, DPL ini bertugas menertibkan mahasiswa-mahasiswa baru di lapangan, mendisiplikan, dan harus memberikan edukasi dalam setiap perintahnya, bukan mengintimidasi. Orang bilang teknik itu keras. Lantas apakah hal yang keras dapat diluluhkan dengan sesuatu yang keras pula? Bukankah saat batu dilawan batu hanya akan memercik bara api? Ini yang dikhawatirkan ketika budaya tahun lalu diterapkan kembali. Pemahaman mereka menjadi melenceng dan menganggap anak teknik me-
mang harus keras, dan menggunakan kekerasan. Dengan adanya pengawasan terhadap tim DPL ini mampu secara perlahan menghapuskan budaya kekerasan di FTSP. Beruntungnya Pekta 2014 ini meski banyak campurtangan dari selain mahasiswa juga mampu berjalan lancar. Pekta 2014 ini tidak banyak ditemukan kekerasan verbal. Mengutip puisi Anak Belajar dari Kehidupannya karya Dorothy Law Nolthe, “Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baiknya perlakuan, ia belajar keadilan.� Maka sudah seharusnya adik kita semua yang baru datang ini kita sambut dengan kebahagiaan dan dibimbing dengan sepenuh hati, diperlakukan sebaik-baiknya. Bukan dengan seenaknya mengintimidasi. Diharapkan tim DPL ini dalam memberikan peringatan kepada para mahasiswa baru ini sesuai dengan kadar dan situasi yang terjadi. Tidak mengintimidasi dan memberi peringatan tanpa alasan. Dengan kata lain diharapkan DPL mampu bersifat objektif, bukan subjektif antar personal yang terlibat. Selain itu diharapkan DPL mampu mengaplikasikan segala penertiban yang ada dilapangan, dengan penertiban diri sendiri pula. Semoga saja tim DPL ini tidak hanya menggertak diawal perkuliahan, namun selanjutnya justru memberikan contoh yang lebih baik. Sehingga setiap pelajaran yang telah diberikan pun tidak begitu saja mental kembali karena yang memberikan materinya sendiri tidak menerapkannya.
P
engenalan lembaga di Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) pada acara Pekan Ta`aruf (Pekta) 2014 molor. Pengenalan lembaga yang direncanakan pukul 10.00-11.25 WIB tidak sesuai rencana. Hal ini mengakibatkan beberapa lembaga seperti Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) SOLID, Koperasi Mahasiswa (KOPMA), dan Lembaga Dakwah Fakultas (LDF) Al-mustanir tidak bisa mengenalkan lembaganya kepada seluruh mahasiswa baru. “Sangat disayangkan hal tersebut bisa terjadi. Mungkin bisa dijadikan bahan evaluasi,” ujar Andre Kurnia Putra selaku Ketua LDF Al-Mustanir. Acara positif ini juga tidak berjalan lancar mengingat acara ini seharusnya dijadikan langkah awal untuk regenerasi lembaga. “ Sosialisasi kan sangat penting untuk mahasiswa baru yang ingin mengetahui lembaga-lembaga yang ada di FTSP, serta langkah pertama untuk regenerasi lembaga,” kata pria bertubuh subur ini. Lebih lanjut lagi, Andre mengaku mau tidak mau harus memikirkan cara lain untuk mengenalkan lembaganya.
Hal senada juga disampaikan oleh Ghozi Faiz Habibi selaku ketua Lembaga Eksekutif Mahasiswa (LEM) FTSP yang menyayangkan adanya pemotongan waktu pengenalan lembaga. Walaupun sudah mengenalkan ke semua mahasiswa baru, namun hal ini dirasakannya belum maksimal. “Durasi yang sangat singkat sekali, ini sebagai bahan evaluasi terhadap masalah waktu ya.” Ghozi melanjutkan, divisi acara PEKTA 2014 sebaiknya lebih memerhatikan waktu, apalagi, menurutnya sejak pagi sudah terjadi keterlambatan acara hingga merembet ke acara lain. Mengenai keterlambatan ini, Gema Asra Prayoga selaku koordinator divisi acara menjelaskan bahwa waktu adalah alasan utamanya . Gema juga menambahkan bahwa masalah lain yang memicu terjadinya keterlambatan ini adalah warga yang masih nekat melewati jalur PEKTA karena satpam tidak menutup portal. Kordinasi panitia kemudian dipertanyakan. Erwin Ketna Wirandani mengatakan, “Bagaimana kordinasinya? Seharusnya kita bisa menyampaikan ke semua mahasiswa baru, tapi kita hanya menyampaikan ke sebagian mahasiswa baru.” Gema ingin mengupayakan adanya pengenalan lembaga lagi apabila waktunya memungkinkan. “Kalau
ada waktu kosong mungkin bisa diadakan sosisalisasi lagi, itu bisa kalau benar-benar ada acara yang kosong,” tegas mahasiswa asal Sukabumi ini. Sementara itu Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) FTSP yang telah mengenalkan lembaganya ke seluruh mahasiswa baru turut menyayangkan keterlambatan ini. Panitia juga dinilai kurang berani dalam memotong pengenalan lembaga yang waktunya sudah habis, “Ketika waktu sudah habis, langsung saja di cut, jangan sebentar-sebentar lagi. Itu akan memolorkan waktu dari panitia sendiri, jadi harus tegas dengan aturan yang sudah teman-teman panitia buat bersama,” ujar Sobar Ganda Permana selaku Ketua Komisi 2 (Bagian Keuangan) DPM FTSP . Namun, cukup disayangkan ketika DPM FTSP sendiri tetap melanjutkan pengenalan lembaganya meski panitia sudah mencoba menghentikannya, “memang pada saat di acara pengenalan DPM FTSP pada saat ditegur tidak mengindahkan panitia, karena pada saat itu ada yang perlu disampaikan gitu.” Harapan disampaikan dari lembaga-lembaga di FTSP agar kejadian ini dapat menjadi bahan evaluasi kedepannya agar acara penting ini bisa lebih optimal.
LANDSCAPE 11
Oleh: M.Irfan A. Reporter: Luthfiana rahmasari Foto: Luthfiana rahmasari
SEP 2014
Pengenalan Lembaga Berantakan
KAMPUSIANA
KAMPUSIANA
IPTEK IPTEK
“Bimsalabim� Ubah Plastik Jadi BBM
LANDSCAPE
Oleh: Lilis L Rumalutur
P
enumpukan limbah plastik menjadi masalah bagi masyarakat.Limbah sendiri adalah sisa proses produksi atau bahan yang tidak mempunyai nilai yang tidak berharga untuk pembuatan atau pemakaian dikehidupan sehari-hari. Namun, seorang pengajar listrik dasar dan elektrolisis pada Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 3 Kota Madiun mengubah masalah tersebut menjadi inovasi yang bermanfaat. Adalah Tri Handoko yang merupakan Peraih gelar master Mekatronika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.Ia menyulap ribuan ton limbah plastik di tempat pembuangan akhir (TPA) kota Madiun, JawaTimur, menjadi bahan bakar
minyak (BBM) Sistem kerja yang digunakannya yakni destilasi kering.Limbah plastik dipanaskan di atas suhu leburnya sehingga berubah jadi uap. Selanjutnya, molekul didinginkan yang disebut fase cair. Destilasi ulang menggunakan temperatur berbeda, yakni mengacu pada titik uap. Untuk menghasilkan minyak tanah dan solar diperlukan rantai hidrokarbon dengan molekul panjang, yakni C11–C15 (minyak tanah) dan C16-C20 (solar).Pada proses akhir dilakukan refinery, yakni pengolahan bahan baku minyak menjadi minyak siap pakai. Caranya dengan mencuci,penambahan aditif, mereduksikan dungan gum atau zatberacun, dan mengklasifikasikan berdasarkan panjang ran-
Dua kondensor membedakan titik penguapan. Uap hidrokarbon yang lebih berat dengan rantai molekul yang panjang tertampung di kondensor 1. Kondensor 2 menampung uap hidrokarbon ringan dengan rantai molekul yang lebih pendek
tai hidrokarbon. Alat berbentuk tripod ini terdiri atas saluran intake manipul dari besi.Fungsinya,memasukkan sampah plastik ke dalam tangki reaktor di atas tungku pembakar..Untuk memperoleh uap, tangki reaktor dihubungkan kondensor yang berada di atas tangki. Selanjutnya, pada setiap kondensor dipasang pipa penyalur untuk mengalirkan embun dari uap yang dihasilkan.Tetes demi tetes embun ditampung dalam botol sebelum proses refinery. Manfaat yang lebih diharapkan dari inovasi ini adalah membantu mengatasi masalah lingkungan, dan tawaran solusi mencari energi alternatif.
Kondensor 2 uap yang dihasilkan kondensor 2 diproses menjadi minyak premium
Kondensor 1 uap yang dihasilkan diproses menjadi minyak tanah dan minyak solar
Limbah plastik bekas berbahan polimer dimasukan
Proses pemurnian: (1) Mengubah uap menjadi fase cair, (2) Pencucian dari kotoran, (3) Penambahan adiktif, (4) Reduksi kandungan 'gum', (5) Mengklasifikasikan sesuai panjang rantai hidrokarbon, (6) Memisahkan limbah berupa cairan yang masih diteliti kandugannya
Kompas.com
12
dua kondensor membedakan titik penguapan. Uap hidrokarbon yang lebih berat dengan rantai molekul yang panjang tertampung di kondensor 1. kondensor 2 meAnampung uap hidrokarbon ringan dengan rantai molekul yang lebih pendek
SEP 2014
Tangki reaktor
Minyak tanah dan solar
Premium
itu Jurusan Teknik Lingkungan di UII merupakan jurusan baru dan belum memiliki pegawai. Pada awal kepindahannya, jurusan Teknik Lingkungan hanya memiliki 3 orang dosen dan 1 karyawan. “Dulu itu kita jurusan yang paling menderita. Ya mulai dari orangnya kan cuma sedikit. Dulu di sini itu cuma Pak Kasam, Pak Lukman, Pak Hudori, sama saya karyawannya,” ucap pria kelahiran 23 Agustus 1975 ini. Pria 39 tahun yang sering dijumpai di ruang jurusan Teknik Lingkungan FTSP ini lulus sebagai sarjana jurusan pertanian Universitas Wangsa Menggala yang sekarang bernama Universitas Mercu Buana. Ia mengakui bahwa dirinya melamar bekerja di FTSP ini hanya isengiseng saja. Jika dilihat jabatan yang ia pegang sekarang memang tidak sesuai dengan gelar sarjana yang ia peroleh. Namun, ia mensyukuri apa yang telah Allah takdirkan bagi hidupnya. “Ya itu takdir, saya cuma iseng-iseng aja melamar kerja disini dan Alhamdulillah diterima,” tutur pria yang menggemari futsal sebagai hobinya ini. Suami dari Nani Warni ini sangat berpengaruh bagi warga FTSP, khususnya jurusan Teknik Lingkung-an. Pasalnya, banyak tugas penting yang
sehari-hari dikerjakannya. Mulai dari surat menyurat, mengurus tugas akhir (TA) dan Kuliah Praktik (KP), mengurus keuangan prodi dan membantu tugas Ketua Prodi dan Se- kretaris Prodi. Banyaknya tugas yang harus ia jalani tidak mematahkan semangat ia untuk bekerja. Karena ba- ginya membantu orang lain itu adalah merupakan hal yang ia senangi. Di samping hal itu, pria yang sudah 14 tahun mengabdi di UII ini, mengakui duka selama bekerja itu adalah menanggung tugas yang ia jalani, sehingga ia jarang berkumpul untuk berlibur bersama keluarganya. “Dukanya di jurusan ini pekerjaannya sangat berat, jadi kalo mau cuti aja susah.” jelas pria yang tinggal di daerah Tegal Mindi, Sukoharjo Ngaglik-Sleman ini. Baginya, bekerja diniatkan untuk beribadah. Bekerja sambil mencari pahala merupakan motto hidup. Motivasi yang membuat ia bertahan bekerja sebagai staf di jurusan Teknik Lingkungan ini adalah karena ia sangat senang membantu orang lain, walaupun itu susah. Baginya segala sesuatu itu harus kita kerjakan dengan ikhlas dan harus tetap tersenyum. “Saya berharap jurusan Teknik Lingkungan UII semakin mendunia dan dapat mewujudkan akreditasi tingkat Internasional.”
PROFIL LANDSCAPE
Oleh: Bowin Yulianti | Foto : Baiq Raudatul Jannah
13
I
khlas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti bersih hati, tulus hati memberikan pertolongan kepada orang lain. Islam juga mengajarkan kita untuk mempunyai sifat ikhlas, ikhlas dalam melakukan segala perbuatan maupun pekerjaan. Memang mudah mengucapkan kata ikhlas, namun tidak semua orang bisa melakukannya. Akan tetapi di ruang Jurusan Teknik Lingkungan gedung Muhammad Natsir Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Universitas Islam Indonesia (UII), ada seorang bapak yang selalu ikhlas bekerja dalam menjalankan tugasnya dan kepada setiap mahasiswa yang meminta bantuannya. Ya, dialah Agus Adi Prananto, pria yang bekerja di FTSP UII sebagai staf Jurusan Teknik Lingkungan. Pria yang telah memiliki 2 anak ini sebelumnya bekerja di Perpustakaan FTSP UII sebagai karyawan bagian sirkulasi pada tahun 2000. Namun, Agus hanya bertahan 3 bulan bekerja di perpustakaan FTSP. Ia dipindahkan ke jurusan Teknik Lingkungan dikarenakan pada saat
PROFIL
SEP 2014
Bekerja Untuk Ibadah
RESENSI FILM RESENSI FILM
Kebenaran Yang Terlambat Terungkap
Judul Sutradara Rilis Genre Music
: Miracle in The Cell No.7 : Lee Hwan-Kyung : 23 Januari 2013 : Comedy, Drama : Lee Dong-june
LANDSCAPE
Oleh: Ulfa Nur Hanifah
F
14
ilm ini memiliki alur mundur yang menceritakan kehidupan seorang anak yang bernama Ye Sung (Kai So Won) bersama dengan ayahnya yang memiliki keterbelakangan mental bernama Lee Yong-Goo (Ryoo Seung-Ryong) di Tahun 1997 . Namun, ayahnya sangat menyayanginya. Ayahnya berjanji untuk membelikan Ye Sung tas bergambar Sailor Moon, sebuah tas yang sangat diinginkan putrinya tersebut. Suatu hari ketika hendak membeli tas tersebut, Ia dituduh membunuh dan memperkosa seorang gadis kecil. Gadis tersebut adalah putri dari seorang komisaris polisi. Sebenarnya gadis tersebut meninggal karena terjatuh dan sebuah batu menghantam kepalanya. Kemudian Lee Yong-Goo segera memberikan pertolongan pertama, namun seorang wanita
melihat kejadian tersebut dan menyalahartikan apa yang dilihatnya. Wanita tersebut kemudian melaporkannya kepada Polisi, dan pada akhirnya Lee Yong-Goo dimasukkan ke dalam sel no.7. Di dalam sel tersebut Lee Yong-Goo menemukan 5 sahabat Seo (Kim Gi-Cheon), Shin Bong-Shik ((Jung Man-Shik), Choi Chun-Ho(Park Won-Sang), Kang Man-Beom (Kim Jung-Tae), dan So Yang-Ho (Oh DalSu). Pada awalnya mereka berlima memusuhi Lee Yong-Goo, namun seiring berjalannya waktu mereka mengetahui bahwa Lee Yong-Goo tidak bersalah. Sehingga mereka bersedia membela Lee Yong-Goo di persidangan. Setelah beberapa tahun dan Ye Sung sudah tumbuh menjadi seorang gadis dewasa (Park Shin Hye), Ia membantu menyelesaikan kasus milik ayahnya dengan berdiri sebagai
pembela pihak Lee Yong-Goo. Dan pada akhirnya Lee Yong-Goo terbebas dari hukuman yang dijatuhkan padanya. Adegan yang menunjukkan rasa sayang ayah terhadap anaknya adalah yang paling banyak menguras air mata di dalam film ini, namun terdapat juga adegan lucu yang terjadi di dalam sel no.7 tersebut. Tokoh utama dalam film ini mampu memompa emosi penonton dengan ekspresi dan penghayatan mereka, sehingga membuat adegan-adegan dalam film ini lebih hidup. Kekurangan film ini adalah kurang detailnya hal-hal kecil di dalam cerita sehingga ada bagian-bagian tertentu yang membuat penonton bertanya-tanya dan juga ada adegan yang secara tiba-tiba memutus cerita sebelumnya, di mana sang ayah dan putrinya menaiki balon udara.
SEP 2014
LPM SOLID Menerima Hak Jawab Atas Segala Tulisan yang Dimuat dalam Buletin Kami
POLLING
LANDSCAPE
POLING
Lembaga Di Mata Mahasiswa Baru Oleh: Luthfiana Rahmasari
D
unia kampus dan menjadi mahasiswa, merupakan hal yang berbeda ketika masih duduk di bangku SMA. Pikiran kritis dan inovatif sangat di tuntut pada jenjang ini dibandingkan sebelumnya. Hal ini dapat didukung dengan adanya organisasi atau lembaga yang kita ikuti. Mahasiswa sendiri dibebaskan dalam menentukan lembaga apa yang sesuai untuk mendukung pikiran, bakat dan kemauan mahasiswa itu sendiri. Namun, bagi mahasiswa baru, pemahaman mengenai Student Government (Struktur Pemerintahan Mahasiswa) dan lembaga-lembaga di kampus pun berbeda-beda. Untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan mahasiswa baru mengenai kelembagaan di Fakultas Teknik Sipil dan Perancanaan (FTSP), Universitas Islam Indonesia (UII), kami mencoba mengumpulkan data melalui kuesioner yang disebar pada Pekan Ta’aruf (Pekta) 2014. Setelah penelitian dilakukan, di dapatakan data seperti berikut. Pengetahuan mengeni apa itu lembaga Pengetahuan Struktur Pemerintah Di FTSP
Pengetahuan Fungsi Kerja Lembaga Di FTSP
Minat Mahasiswa Baru Mengikuti Lembaga Di FTSP
98,2 % YA
1,2 % TIDAK
87,3 % YA
12,7 % TIDAK
76,1 % YA
23,9 % TIDAK
82,2 % YA
17,8 % TIDAK
SEP 2014
15
Pengetahuan Mahasiswa Baru Tentang Kelembagaan Di FTSP
telah di kuasai sebanyak 98.2% dan hanya 1.2% yang belum mengetahui. Sebanyak 87.3% menyatakan bahwa mereka mengetahui apa struktur pemerintaha mahasiswa (student government) dan sebanyak 12.7% menyatakan belum tahu. Sedangkan mahasiswa yang mengeti mengenai fungsi dari lembaga sebanyak 76.1% sedangkan yang belum mengerti sebanyak 23.9%. Minat untuk mengikuti suatu kelembagaan di FTSP UII ini pun tidak mengecewakan. Sebanyak 82.2% suara menyatakan berminat mengikuti kelembagaan dan sisanya menyatakan tidak berminat. Dari data mengenai pengetahuan dan minat kelembagaan di FTSP UII tersebut. Diharapkan mahasiswa baru ini dapat berpartisipasi untuk membangun lembaga yang jauh lebih baik. Dengan mengikuti kegiatan kelembagaan sendiri secara otomatis soft skill para mahasiswa akan terasah. Sehingga dapat menciptakan manusia yang berintelektual dan soft skill yang baik.