1,5 TAHUN SOLO BERSAMA LPMVISI.COM • EDISI XXXIX • TAHUN 2022 VISI MUARA PEMIKIRAN KAMPUS MENINJAU PROGRAM KERJA GIBRAN: MAMPUKAH MENJAWAB KERAGUAN MASYARAKAT? KIPRAH GIBRAN: DARI WALI KOTA HINGGA RUMOR MENJADI GUBERNUR MELIHAT LEBIH DEKAT GAYA KEPEMIMPINAN GIBRAN ISSN: 1410-0517 GIBRAN
REDAKSI
REDAKTUR PELAKSANA MAJALAH
Dimas Dwicahyono, Cisya Ratna, Rifqi Zidan H. EDITOR
Arina Zulfa, Maulidina Zahra
REPORTER
Afifatul Aufa, Arina Zulfa, Anggie Desriantika, Muthia Alya, Kanyaka Anindita, Amalia Putri, Daraninggar Nirmala, Fatimah Tunjung, Mutiah Wulandari, Rista Ambarwati, Maulidina Zahra, Dimas Dwicahyono, Cisya Ratna, Rifqi Zidan Habibie, Novema Kumalasari, Nabila Mahadewi, Priska Bianita, Dila Septi, Ruhul Malik, Adisti Daniella, Razita Sabrina, Elly Shofia, Isyfina Tazki, Davieq Fasholla, Hasna Abidah, Diva Andina, Tatiana Pramudya, Cika Rania, Alya Putri, Salsabiila Mahdiyyah, Fina Umi Nurjanah
FOTOGRAFER Fina Umi Nurjanah
PENELITIAN & PENGEMBANGAN Bidang Penelitian & Pengembangan
LAYOUT & SAMPUL Dila Septi, Royhan Anwar, Ajeng Kartika Saraswati
ILUSTRASI Dila Septi IKLAN Ekonomi Kreatif PRODUKSI & SIRKULASI Ekonomi Kreatif
Bagaimanakah 1,5 Tahun Surakarta Bersama GibranTeguh?
Meski belum genap setengah periode masa jabatan Gibran-Teguh, kepemimpinan mereka banyak mencuri perhatian masyarakat. Gibran yang saat itu tidak ingin berkiprah di dunia politik, secara tiba-tiba namanya mencuat menjadi calon kandidat Wali Kota Surakarta. Hal tersebut tentunya menuai kontroversi di kalangan masyarakat. Banyak yang tak yakin akan kemampuannya, akan tetapi sebagian yang lain mendukung pemimpin dengan gaya milenial seperti Gibran untuk maju sebagai wali kota agar tercipta inovasi yang cemerlang dalam proses pembangunan Kota Surakarta.
Setelah berhasil mengalahkan lawan politiknya dan resmi dilantik menjadi wali kota dan wakil wali kota, Gibran-Teguh kemudian dihadapkan dengan suatu masalah yang besar pada saat awal kepemimpinan, yakni dunia yang sedang digemparkan oleh pandemi Covid -19. Gencarnya vaksinasi yang dilakukan untuk melindungi seluruh lapisan masyarakat Surakarta, pengusahaan pembangkitan UMKM pasca pandemi, revitalisasi serta pembangunan fasilitas penunjang publik yang secara gamblang dicetuskan oleh Gibran-Teguh tentunya menjadi hal yang menambah daya tarik masyarakat untuk melihat inovasi apalagi yang dikreasikan oleh mereka. Melihat hal tersebut, LPM VISI FISIP UNS mencoba untuk menilik lebih dalam keberjalanan Surakarta selama 1,5 tahun Bersama Gibran-Teguh. Kami memandang bahwa banyak program kerja positif yang dicanangkan oleh Gibran-Teguh demi terciptanya Kota Surakarta yang lebih maju. Selain tuaian pujian, kami juga menghadirkan kritik serta saran yang membangun sebagai evaluasi kinerja Gibran-Teguh kedepannya.
Kami berharap pembaca dapat menikmati sajian tulisan yang disusun oleh kami dalam majalah ini. Kami sadar bahwa tulisan yang kami garap masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, besar harapan kami agar pembaca dapat memberi kritik serta saran yang membangun agar kedepannya, kualitas tulisan kami dapat jauh lebih baik. Akhir kata, selamat membaca!
VISI • EDISI 39 • 2022 3
Redaksi LPM VISI menerima kritik, tulisan, dan karya lainnya Artikel, karya sastra, maupun tulisan lain yang telah masuk ke redaksi, menjadi hak penuh kami untuk diedit tanpa mengubah esensi. Apabila terdapat kesalahan dalam penulisan dan pengutipan pernyataan, Redaksi LPM VISI menerima hak jawab sesuai UU Pers No. 40 Th.1999 Pasal 1 Ayat 1.
Salam, Redaksi LPM VISI
PEMIMPIN
Maulidina Zahra
LPM VISI FISIP UNS Sekretariat LPM VISI Gedung 2 Lt. 2 FISIP UNS Jl. Ir. Sutami No.
57126
lpmvisi @gwi5930m
EDITORIAL
36A Surakarta
redaksilpmvisi@gmail.com www.lpmvisi.com
@LPM_VISI lpmvisi.com
VISI • EDISI 39 • 2022 4 DAFTAR ISI Meninjau Program Kerja Gibran: Mampukah Menjawab Keraguan Masyarakat? 08 LAPORAN UTAMA Mpok Sinah Klamben Penopang UMKM Kelurahan Mangkubumen Surakarta LAPORAN KHUSUS 52 Kiprah Gibran: dari Wali Kota hingga Rumor Menjadi Gubernur LAPORAN UTAMA 14 Pendongkrak Aspirasi Pedagang Mebel Gilingan SOSOK 28 Melihat Lebih Dekat Gaya Kepemimpinan Gibran LAPORAN UTAMA 22 Pasar Legi Sepi Setelah Renovasi, Ada Apa? LAPORAN KHUSUS 48 Perkuat Sinergi dengan Pemkot Surakarta, UNS Turut Sukseskan ASEAN Para Games 2022 SEKAKEN 31
VISI • EDISI 39 • 2022 5
ONLINE
David Christopher, Novema Kumalasari, Nabila Mahadewi, Priska Bianita | REDAKTUR PELAKSANA FOTO & DESAIN TERBITAN: Dila Septi, Royhan Anwar | PEMIMPIN
PENGEMBANGAN: Ajeng K. Saraswati | STAF DEPARTEMEN PENDUKUNG TERBITAN: Ruhul Malik Akbar, Adisti Daniella, Amelia Erlintang, Razita Sabrina, Elly Shofia | STAF DEPARTEMEN PEWACANAAN EKSTERNAL: Isyfina Tazki, Davieq Fasholla, Haning Sukma, Ruth Ivanaomi, Hasna Abidah | PEMIMPIN KADERISASI: Diva Andina Putri | STAFF DEPARTEMEN SKILL & LEADERSHIP: Humaira Putri, Berlian, Tatiana Pramudya | STAFF DEPARTEMEN KAJIAN & DISKUSI INTERNAL: Cika Rania, Yesyka Wahyu, Salsabiila Mahdiyyah, Fina Umi Nurjanah Kepengurusan LPM VISI 2021-2022: Wajah Baru Wisata Surakarta Pasca Pandemi 57 LAPORAN KHUSUS Revitalisasi Solo Technopark, Program Prioritas Gibran yang Sukses Hadirkan Manusia-Manusia Kreatif SPEKTRUM 64 Gibran di Mata Legislatif VISI BERTANYA 62 EDITORIAL 03 SURAT PEMBACA 06 INFOGRAFIS 35 POTRET 38 DETAK 36 TEROPONG 42 PUISI 71 REFLEKSI 61 CERPEN 66 PODIUM 70 BUKU 74 SERIES 76
PELINDUNG:
Prof. Dr. Ismi Dwi Astuti Nurhaeni, M.Si | PEMBIMBING: Sri Hastjarjo, S. Sos., Ph.D | PEMIMPIN UMUM: Arina Zulfa Ulhaq | SEKRETARIS UMUM: Anggie Desriantika | STAF DEPARTEMEN KOMUNIKASI INTERNAL: Muthia Alya, Noor Rizky, Afifatul Aufa | STAF DEPARTEMEN ADMINISTRASI: Naila Elief, Nadila Urlia | EKONOMI KREATIF: Kanyaka Anindita | STAF KEUANGAN: Deamita Febriyani, Amalia Putri, Daraninggar Nirmala | STAF USAHA: Bagas Sasongko, Ariella Pritty, Fatimah Wahyu, Mutiah Wulandari, Rista Ambarwati | PEMIMPIN REDAKSI: Maulidina Zahra Nabila | REDAKTUR PELAKSANA MAJALAH: Dimas Dwicahyono, Cisya Ratna, Rifqi Zidan H. | REDAKTUR PELAKSANA BULETIN: Tiara Unggul, Qisti Luffiah, Silfani Infazah | REDAKTUR PELAKSANA PORTAL
:
PENELITIAN &
Pentingnya Mahasiswa Mengenal Ruang Karya dan Potensinya dalam
Memaksimalkan Peran Agent of
Oleh: Abiyu Raihan Hanif
Mahasiswa Administrasi Publik 2018
Mahasiswa di pandangan masyarakat dianggap sebagai komunitas terpelajar yang berada di masyarakat. Mahasiswa juga belum mendapatkan pengaruh kepentingan golongan, sehingga masyarakat berpikiran jika mahasiswa merupakan seorang pejuang idealisme yang mengutamakan kebenaran ilmiah tanpa campur tangan kepentingan golongan. Maka, dari berbagai potensi dan kesempatan yang dimiliki oleh mahasiswa, tidak sepantasnya bila mahasiswa hanya mementingkan kebutuhan dirinya sendiri, melainkan mencari kebenaran di setiap fenomena yang ada secara kebenaran ilmiah. Oleh karena itu, mahasiswa merupakan Agent of Change atau Agen Perubahan.
Banyak yang berpikiran jika menjadi Agent of Change harus ikut organisasi pergerakan, seperti Badan Eksekutif Mahasiswa. Menjadi Agent of Change tidak selalu lewat pergerakan BEM, tentu saja banyak ruang yang cocok dengan minat dan bakat masing-masing. Mahasiswa mempunyai minat dan bakat yang harus ditampung di wadah yang tepat untuk bisa membangun potensi atau mengembangkan suatu karya. Pentingnya mahasiswa mengenal ruang karya dan potensi adalah mahasiswa dapat mengekspresikan dirinya sesuai dengan wadah yang tepat. Masih banyak sampai saat ini mahasiswa yang masih belum paham akan hal semacam itu, bahkan ada yang hanya ikut ikutan teman dalam ikut ke suatu lingkungan yang belum tentu cocok dengan dirinya. Banyak terjadi permasalahan seperti stres saat menjalani rangkaian kegiatannya atau yang bisa memberikan dampak negatif ke organisasi atau UKM tersebut, seperti tanggung jawab yang dilaksanakan tidak berjalan dengan baik karena satu orang yang menghambat. Contoh mahasiswa dengan minat dan bakat di bidang olahraga mengikuti kepanitiaan konser musik terkenal. Setelah itu, mahasiswa tersebut akan merasa waktu untuk menyalurkan minat dan bakatnya di olahraga habis dan mulai tidak serius dengan kepanitiaan konser musik yang dia jalani. Bahkan, kemungkinan terburuk ia akan meninggalkan kepanitiaan tersebut tanpa konfirmasi sama sekali. Maka dari itu, sebagai mahasiswa penting untuk mengetahui ruang yang cocok untuk dirinya, sehingga dapat menentukan proses yang diinginkan.
Lalu bagaimana Mahasiswa menjadi Agent of Change jika tidak memiliki minat dan bakat di organisasi pergerakan?
Setiap mahasiswa pasti memiliki keunikannya sendiri
Change
yang tidak bisa disamaratakan. Mahasiswa tidak selalu harus ikut Organisasi atau Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang sama dengan orang lain. Mahasiswa tidak selalu harus ikut BEM kalau dia tidak suka dengan halhal berbau organisasi. Mahasiswa tidak selalu harus ikut UKM pecinta alam jika merasa dirinya tidak suka kegiatan di alam bebas. Mahasiswa tidak selalu harus ikut himpunan prodinya dengan alasan takut dikatakan bukan bagian dari teman temannya. Bahkan sekarang sering dijumpai mahasiswa yang menjadi founder dari sebuah ruang baru demi menampung karya dan potensi yang dimilikinya. Mahasiswa sekarang banyak yang bisa menciptakan ruang sendiri di segala bidang secara mandiri. Kita bisa menyaksikan, anak-anak muda secara jujur dan cerdas membentuk ruang yang hadir untuk masyarakat. Inisiasi kegiatan menyebar dimana-mana, aktivitas sosial masyarakat tersebar, komunitas sosial bisa masuk ke elemen elemen masyarakat secara menakjubkan.
Mahasiswa yang merasa memiliki minat dan bakat di bidang musik, ikutlah UKM di bidang seni musik, agar bisa berkontribusi membuat konser amal atau membuat suatu gerakan dengan seni musik. Mahasiswa dengan minat dan bakat di bidang pecinta alam bisa ikut andil di masyarakat dengan mengkampanyekan aksi bebas limbah plastik atau kegiatan alam dengan kerjasama bersama masyarakat. Mahasiswa dengan minat dan bakat di bidang game buatlah komunitas game untuk mengembangkan minat dan bakat masyarakat yang mempunyai skill dalam bermain game. Mahasiswa dengan minat dan bakat wirausaha bisa membuat komunitas wirausaha dengan masyarakat. Mahasiswa dengan minat dan bakat keilmiahan bisa ikut dengan UKM keilmiahan dan mengimplementasikan ke masyarakat.
Terakhir, kesimpulan bahwa mahasiswa sebagai Agent of Change tidak berhenti hanya di satu bidang. Tidak dengan hanya satu organisasi, tidak hanya satu UKM, tidak hanya satu gerakan. Dari segala potensi yang ada, saya berpendapat mahasiswa bisa menjadi Agent of Change di perannya masing-masing sesuai dengan ruang karya dan potensi yang dimiliki. Bisa melalui organisasi kampus, UKM, komunitas, maupun individu. Oleh karena itu, menjadi maksimal di setiap peran menjadi sebuah keharusan, kenali ruang karya dan potensi untuk memaksimalkan peran Agent of Change. Sebagai mahasiswa tentu sudah harus sadar, sudah tidak ada kata “hanya ikut-ikutan”.
VISI • EDISI 39 • 2022 6
Bukan Hanya Tentang Sampah
Oleh: Ilman Abdurahman Mahasiswa Ilmu Komunikasi 2019
Belakangan ini, kantin FISIP tak hanya diramaikan dengan menu-menunya yang enak dan murah, tetapi juga diramaikan dengan bertebarnya sampah bekas makanan di meja-meja dan berbagai sudut kantin. Gelas plastik berserakan, piring dan gelas bekas makan pun teronggok begitu saja seakan tak ada yang peduli. Sama sekali tak indah dipandang. Kejadian ini tentu mengundang komentar banyak pihak, apalagi setelah ramai di media sosial. Kebanyakan ikut kesal melihat pemandangan tak mengenakkan itu, sebagian lainnya membandingkan kondisi kantin yang dahulu tak pernah sekotor itu, dan sisanya, entah bercanda atau tidak, siap melayangkan bogem mentah jika mendapati ada yang tidak bertanggung jawab atas sisa makanannya.
Melihat situasi tersebut, sungguh miris rasanya jika permasalahan buang sampah pada tempatnya saja, untuk level mahasiswa, masih perlu untuk diingatkan berkali-kali. Hal yang sudah seharusnya kita ketahui dan jalani sebagai manusia untuk menjaga kebersihan dan kerapian lingkungan di sekitar kita seakan terlalu sulit untuk dilakukan. Lucu rasanya jika di kelas atau forum diskusi begitu semangatnya ia melontarkan pertanyaan dan pendapat, lalu begitu hebohnya ia tertawa sana-sini saat makan di kantin, tetapi untuk membawa dan membuang sampahnya sendiri setelah makan ia tak mampu. Padahal, sebelum ini, tak pernah seburuk itu kondisi kantin FISIP meskipun ramai dengan pengunjung. Apakah pandemi telah mendegradasi kepedulian kita tentang dunia luar? Atau memang sebagian dari kita saja yang tak pernah benar-benar peduli dengan kondisi sekitar? Coba kita tanyakan saja pada rumput yang bergoyang. Memahami kejadian ini sebenarnya cukup mudah, jika saja kita mau untuk mengorbankan sedikit waktu dan tenaga kita demi kenyamanan bersama. Datang bersih, pulang bersih. Sesimpel itu. Datang kotor, pulang bersih pun tak mengapa. Sedikit berbuat baik untuk kelalaian orang lain. Tetapi, orang baik pun ada sabarnya, kalau kondisinya selalu kotor saat hendak ditempati, ya siapa juga yang tidak kesal? Maka akan lebih baik jika semua peduli dengan apa yang ia tinggalkan setelah makan. Siklus datang bersih, pulang bersih pasti akan terwujud dengan mudah di lingkungan kantin FISIP.
Permasalahan yang kita hadapi bersama ini sebenarnya tak hanya soal sampah dan bagaimana cara
menanganinya dengan benar. Jauh lebih dari itu, bagaimana kita benar-benar peduli dengan apa yang ada di sekitar kita. Jika saja permasalahan sampah ini selesai dan orang-orang sudah membuang sampah pada tempatnya, sementara rasa kepedulian pada sekitar itu belum muncul, maka akan kembali muncul masalah baru. Misal, menggunakan tempat terlalu lama untuk mengobrol, padahal ada banyak pengunjung lain yang hendak makan, bercanda dan tertawa terlalu keras hingga mengganggu pengunjung lain yang mungkin sedang mengobrol santai. Ya sah-sah saja sih kalau memang maunya begitu, tapi apa iya, sebegitu tidak pedulinya mahasiswa dengan apa yang ada di sekitarnya?
Bukan hanya tentang sampah, ini tentang bagaimana kita peduli dengan apa yang ada di sekitar kita. Peduli dengan ramainya pengunjung yang akan menggunakan meja setelah kita, peduli dengan bapak ibu mas mbak kantin yang harus menjemput peralatan makan yang tersebar di berbagai penjuru, peduli dengan kebersihan kenyamanan lingkungan. Dimulai dari kantin, semoga sikap peduli ini terus meluas hingga kehidupan sehari-hari kita. Seperti mulai peduli dengan ketepatan waktu, peduli dengan udara segar yang orang-orang berhak untuk hirup di sekitar kita, peduli dengan tetangga kos yang mungkin belum terdengar kabarnya setelah beberapa hari. Rasa peduli itu tidak muncul tiba-tiba, memang kita yang harus melatih diri untuk terbiasa melakukannya. Terbiasa untuk yakin bahwa kita selalu memiliki peran untuk dapat membawa perubahan di sekitar kita. Terbiasa untuk sadar bahwa apa yang kita lakukan akan memiliki dampak bagi kehidupan orang lain. Kalau sudah begini, sekalipun kantin FISIP punya katsu paling enak seantero kampus, atau bahkan Margo jualan risol mayo di kantin FISIP pun tak perlu khawatir lagi melihat sampah bertebaran di mana-mana. Karena kepedulian sudah datang dari diri sendiri, bukan lagi atas kekhawatiran orang lain.
VISI • EDISI 39 • 2022 7 SURAT PEMBACA
Meninjau Program Kerja Gibran: Mampukah Menjawab Keraguan Masyarakat?
LAPORAN UTAMA
PEMBANGUNAN Salah satu program dari sepuluh titik prioritas masa kepemimpinan Gibran Rakabuming Raka adalah Pembangunan elevated rel di Simpang Joglo (Dok. VISI/Fina)
Sejauh ini Gibran-Teguh sudah menjabat sebagai Wali Kota dan Wakil Wali Kota Surakarta selama 1,5 tahun. Pemerintahan yang dipimpin Gibran mengusung visi mewujudkan Surakarta sebagai kota budaya yang modern, tangguh, gesit, dan sejahtera. Visi ini diuraikan ke dalam tujuh poin, yaitu: (1) Meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat yang berkelanjutan; (2) Memperkuat pertumbuhan ekonomi; (3) Mewujudkan tata ruang dan infrastruktur kota yang mendukung kemajuan kebudayaan dan pariwisata; (4) Meningkatkan kualitas daya saing pemuda, masyarakat umum, di bidang pendidikan, budaya, dan olahraga; (5) Mengembangkan tata kelola pemerintahan dan pelayanan publik yang gesit, kolaboratif, berlandaskan semangat gotong royong, dan kebhinekaan; (6) Mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan bersama warga kota yang berkeadilan dan inklusif, dan; (7) Mewujudkan daerah yang kondusif, kerukunan umat beragama dalam tatanan kehidupan bermasyarakat yang saling menghormati.
Visi ini menjadi bagian-bagian dari program yang Gibran lakukan. Sejak awal kampanye, program-program yang Gibran usung telah disinkronkan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Provinsi yang kemudian menjadi RPJMD Kota Surakarta untuk satu periode kepemimpinan Gibran, yaitu tahun 2021 hingga 2026 mendatang. RPJMD Kota Surakarta ditetapkan dalam Perda Nomor 6 Tahun 2021 yang ditetapkan maksimal enam bulan setelah dilakukannya pelantikan.
Kota Surakarta yang dipimpin Gibran saat ini tidak jauh berbeda dengan kepemimpinan Rudy sebelumnya. Menurut Herwin Nugroho, Kepala Bagian Protokol Komunikasi dan Administrasi Pimpinan Sekretariat Daerah Kota Surakarta, hal yang membuat pemerintahan yang dipimpin Gibran tidak jauh berbeda dengan Rudy adalah bahwa RPJMD Kota Surakarta pada dasarnya menginduk pada rencana jangka panjang pembangunan Kota Surakarta tahun 2005 hingga 2025, sehingga pemerinta-
han Gibran dan Teguh berada di periode akhir RPJMD tersebut. Namun, kondisi tidak terduga lantas tidak membuat hal-hal yang tertuang dalam RPJM harus dilaksanakan persis seperti rencana awal. Hadirnya Covid-19 menjadikan aspek kesehatan dan ekonomi sebagai kondisi utama yang harus segera ditangani. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada masa awal Covid-19 mengalami penurunan yang drastis. Surakarta pun mengalami penurunan hingga berada di angka minus 1,7 persen. Menghadapi masalah ini, Gibran melakukan pendekatan
VISI • EDISI 39 • 2022 10
kesehatan dan ekonomi sebagai fokus utama. Vaksinasi dengan tagline “Kebut Vaksinasi Kebut Pemulihan Ekonomi” terus digencarkan oleh pemerintah yang bekerja sama dengan berbagai stakeholder, seperti TNI/Polri, organisasi-organisasi masyarakat, dan swasta. Stakeholder dalam program ini berperan penting dalam memenuhi target vaksinasi masyarakat Surakarta sekaligus memenuhi misi Gibran, yaitu kolaborasi dan inovasi dengan stakeholder. Aspek kesehatan sangat berkaitan dengan aspek ekonomi untuk membantu masyarakat pulih
dari keterpurukan akibat Covid-19. Terkait kondisi Covid-19, refocusing anggaran Pendapatan Asli Daerah (PAD) dilakukan. Pendekatan ekonomi yang dilakukan Gibran salah satunya adalah penyelenggaraan pameran di Paris pada 9 Juni 2022 lalu. Acara tersebut menjadi lompatan bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam menaikkan standar kualitas, permintaan pasar global, dan penyerapan tenaga kerja.
Gibran merupakan pemimpin muda sekaligus sebagai sosok milenial. Di dalam pe-
VISI • EDISI 39 • 2022 11
PENDIRIAN Masjid pemberian Sheikh Zayed juga menjadi prioritas yang sudah terealisasi di era Gibran. (Dok. VISI/Fina)
merintahannya, Gibran melakukan pendekatan menggunakan media sosial yang adaptif dengan perkembangan. Penyampaian informasi terkait program kerja kota dilakukan dengan membuka kanal langsung komunikasi dengan masyarakat agar lebih mudah dalam penyampaian aspirasinya. Di samping itu, penyampaian melalui media konvensional, seperti televisi dan radio pun masih tetap dilakukan. Cara ini menjadi bagian dari pemulihan sektor ekonomi.
Satu setengah tahun kepemimpinan Gibran-Teguh telah membuahkan hasil. Program-program yang sebelumnya hanya rencana, perlahan mulai direalisasikan. Adapun pada tahun, 2022 Gibran memiliki sepuluh titik prioritas, yaitu: (1) Pembangunan Sheikh Zayed; (2) Pembangunan Islamic Center; (3) Pembangunan elevated rel di Simpang Joglo; (4) Revitalisasi Solo Technopark; (5) Revitalisasi Ngarsopuro; (6) Revitalisasi Kebun Binatang Jurug; (7) Pembangunan selter
VISI • EDISI 39 • 2022 12
INFRASTRUKTUR Proyek pembangunan jalur Kereta Api elevated rel di Simpang Joglo. (Dok. VISI/Fina)
Manahan; (8) Revitalisasi Lokananta; (9) Revitalisasi Taman Balekambang menjadi pusat budaya Jawa; (10) Revitalisasi IKM (Industri Kecil Menengah) mebel Gilingan. Beberapa program tersebut telah rampung, sisanya masih dalam proses pembangunan. Hal ini menampilkan capaian Gibran selama setahun kepemimpinannya di Kota Surakarta.
Herwin , Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UNS mengatakan bahwa tahun kepemimpinan Gibran-Teguh telah menjawab kera-
guan masyarakat. “Pada Februari 2022 baru masuk satu tahun pelaksanaannya. Capaian-capaiannya sudah seperti yang diharapkan. Pada awal pandemi, awal pemerintahan Mas Gibran, pertumbuhan ekonomi di angka minus 1,7 persen dan sekarang sudah di angka 4 persen,” terang Herwin saat ditemui VISI pada Selasa (14/06)
Sementara itu, salah satu mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UNS, sebut saja Naka (bukan nama sebenarnya -red), juga berpendapat bahwa kepemimpinan Gibran-Teguh selama satu setengah tahun ini dinilai bisa menjawab keraguan masyarakat. “Menurut saya sendiri, kinerja Pak Gibran dalam satu tahun sebagai Walikota Surakarta sudah bagus. Banyak hasil kinerja yang positif, seperti penertiban PKL (Pedagang Kaki Lima -red) dari trotoar hingga rencana pembangunan flyover di daerah Joglo. Walaupun ada beberapa kebijakan Pak Gibran yang kerap mendapatkan kritikan tetapi saya yakin jika kebijakan tersebut bertujuan untuk membangun Kota Surakarta menjadi lebih baik,” ujarnya.
Hal serupa juga disampaikan oleh warga Solo, Arif Budiana (50). Menurutnya, kepemimpinan Gibran-Teguh sejauh ini diyakini sudah dapat menjawab keraguan masyarakat.
“Selama ini berjalan dengan baik dilihat dari sudut pembangunan yang dapat dikatakan sangat bagus seperti pembangunan rel kereta layang, kemudian kondusifnya keamanan seperti tidak ada demo yang menghalangi jalannya pemerintahan, kemudian pelayanan birokrasi berjalan dengan baik dan lancar serta sejauh ini jarang terdengar keluhan dari masyarakat,” imbuhnya.
(Cisya, Afifatul, Razita)
VISI • EDISI 39 • 2022 13
Kiprah Gibran: dari Wali Kota hingga Rumor Menjadi Gubernur
LAPORAN UTAMA
KERJA SAMA Penandatanganan Momerandum of Understanding (MoU) oleh Pemerintah Kota Surakarta dengan beberapa mitra sebagai bentuk kerja sama untuk percepatan pengembangan dan penelitian di Surakarta (Dok. VISI/Dila)
Gibran Rakabuming Raka, merupakan Wali Kota Surakarta dengan periode jabatan 2021 hingga 2024 mendatang. Meski awalnya tidak tertarik dengan dunia politik, perlahan pandangan Gibran berubah. Ia kemudian meyakini bahwa politik bisa menjadi jalan untuk dapat bermanfaat bagi banyak orang. Bisa dikatakan, Gibran tidak memiliki latar belakang politik, kecuali mengenai ayahnya, Joko Widodo, yang menjadi Wali Kota Surakarta dan berlanjut menjadi Presiden Republik Indonesia saat ini. Sejak tahun 2010, Gibran hanya berfokus pada pengembangkan berbagai bisnis kuliner, mulai dari usaha Katering “Chilli Pari”, Markobar, hingga Mangkok Ku yang bekerja sama dengan sang adik, Kaesang Pangarep dan Chef Arnold Poernomo.
Pada tahun 2019, Gibran mulai menunjukkan keseriusannya di dunia politik. Ia dipasangkan dengan Teguh Prakosa untuk maju ke Pilkada Surakarta 2020. Pasangan Gibran-Teguh ini diusung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan sejumlah partai pendukung lain, yaitu Partai Golkar, Partai Gerindra, PAN, PPP, PKB, Nasdem, Perindo, dan PSI. Hingga akhirnya Pilkada Surakarta 2020 berhasil dimenangkan Gibran-Teguh dengan presentase 86.5 persen atau sekitar 225.419 suara.
Transparansi Program Kerja
Sama seperti dengan calon wali kota maupun pemimpin daerah lain, Gibran turut me lakukan kampanye untuk menarik hati masyarakat. Sejak awal berkampanye, Gibran memberi janji politik dan program yang bersifat normatif, seperti mengurangi pengangguran dan kemiskinan. Program kerja lain pun tetap disesuaikan dengan gaya politiknya sebagai kawula muda, misalnya dalam bidang pariwisata dengan pembuatan world tourism. Visi misi Gibran kemudian dituangkan dalam peraturan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Surakarta.
Lebih lanjut, terdapat 10 program pembangunan yang diprioritaskan dalam periode kepemimpinan Gibran, yaitu:
1. Pembangunan Masjid Syekh Zayed Al-Nahyan
2. Pembangunan Islamic Center
3. Pembangunan Elevated Rail Simpang Joglo
4. Revitalisasi Solo Technopark
5. Revitalisasi Ngarsopuro dan Gatot Subroto
6. Revitalisasi Kebun Binatang Jurug
7. Pembangunan Shelter Manahan
8. Revitalisasi Lokananta
9. Revitalisasi Taman Balekambang
10. Revitalisasi Sentra UKM Mebel
Anggota Komisi IV DPRD Kota Surakarta, Ginda Ferachtriawan, mengungkapkan harapannya kepada anak muda agar dapat berkunjung dan memanfaatkan fasilitas yang telah disediakan dengan semaksimal mungkin, salah satunya Solo Technopark. Jika ada fasilitas atau pelayanan yang kurang pun bisa dikritisi supaya bisa menjadi bahan evaluasi Pemerintah Kota Surakarta.
“Technopark semacam tempat co-working space, kumpul-kumpul, googling, gaming itu di sana,” ujar Ginda.
Selain revitalisasi Solo Technopark, selanjutnya ada revitalisasi Lokananta. Menurut Ginda, Lokananta nantinya akan menjadi sejenis Solo Technopark. Segala sesuatu yang kaitannya dengan musik dan pertunjukkan akan dilakukan di sana. Dengan revitalisasi Lokananta ini, diharapkan pemusik dari Surakarta memperoleh dukungan sehingga mereka tidak pindah ke kota lain, seperti Jakarta, Bandung, maupun Yogyakarta untuk bisa menjadi artis nasional.
Ginda menambahkan bahwa Gibran juga mengupayakan program go international untuk Kota Surakarta. Salah satunya adalah mengikutsertakan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) lokal Surakarta dalam pameran bertajuk “Java in Paris” pada Juni 2022 lalu. Bertempat di Paris, Prancis, Gibran memboyong beberapa produk UMKM lokal seperti batik dan handycraft. Jauh sebelum itu, Gibran telah mengadakan program pembinaan bagi para UMKM di Kota Surakarta. Setelah pembinaan, ia mengadakan kurasi dari berbagai produk
VISI • EDISI 39 • 2022 16
UMKM tersebut yang selanjutnya akan dipamerkan di Paris. Menurut Gibran, momen ini sangat berpotensi untuk mengenalkan produk lokal ke kancah internasional, sehingga bisa menjadi kesempatan bagi produk UMKM Surakarta untuk memiliki prestise tersendiri seta dapat menjadi momen bangkitnya UMKM setelah pandemi.
Upaya lain yang dilakukan oleh Gibran adalah dengan memperbaiki akses mobilitas ke Bandara Adi Soemarmo. Hal ini dilakukan agar pesawat atau maskapai tertarik untuk langsung direct pendaratan di Surakarta, tanpa perlu transit beberapa kali di bandara lain. Selanjutnya adalah dengan pengadaan banyak event di Surakarta, seperti yang baru saja digelar adalah Asean Para Games yang diadakan pada 30 Juli6 Agustus 2022 lalu. Pengadaan event seperti ini diharapkan akan membuat Surakarta lebih dikenal banyak orang dan perekonomian semakin meningkat.
“Event di Surakarta memberi efek domino bagi sektor di sekitarnya. Misalnya hotel laku,
kuliner laku, ojek online laku,” imbuhnya. Tak hanya itu, program kerja Gibran juga menyasar masyarakat menengah ke bawah dengan mengadakan program pengembangan UMKM, pemberian kredit, perbaikan pasar, dan permodalan industri kreatif. Sebenarnya, sudah ada pelatihan untuk UMKM melalui dinas terkait sejak dahulu, tetapi pelatihannya terkesan monoton. Pada masa kepemimpinannya, Gibran mengajak dinas-dinas terkait untuk lebih terlibat terhadap pelatihan tersebut. Semua dinas digandeng untuk mengembangkan serta mendorong ekonomi menengah ke bawah. Perbaikan kawasan kumuh dan rumah tak layak huni juga digencarkan melalui dinas pembangunan dan pemukiman. Akses jalan, selokan, hingga pengadaan listrik dan air mulai diperbaiki. Gibran juga tak lupa memberikan bantuan tunai kepada mereka.
Dengan gaya kepemimpinan milenial yang dimiliki, Gibran turut aktif menggu-
VISI • EDISI 39 • 2022 17
GO INTERNASIONAL Expo De Java in Paris di Solo Technopark yang hadirkan produk-produk UMKM yang nantinya dipilih untuk ditampilkan di Paris (Dok. VISI/Zulfa)
nakan media sosial seperti Twitter (@gibran_ tweet), Instagram (gibran_rakabuming), dan Youtube (GibranTV). Tiga platform ini digunakan Gibran untuk membagikan kegiatan atau program yang ia lakukan, sekaligus sebagai ajang berinteraksi dengan masyarakat.
“Di Twitter itu kalau tweet-nya berbentuk jawaban (membalas tweet sebelumnya -red) itu Mas Gibran sendiri yang balas,” terang Ginda. Ketika disinggung mengenai progres program kerja, Ginda mengungkapkan bahwa program kerja Gibran selama kurang lebih satu setengah periode ini sudah baik. Pemerintahan sebelumnya telah mewariskan pondasi yang kuat bagi Kota Surakarta, sehingga saat ini menjadi tugas Gibran untuk mengembangkannya lebih baik lagi. Semua prokernya meningkat secara signifikan, kecuali ketika pandemi karena hampir semua aspek terkena dampaknya. Jadi, sekarang ini bisa dibilang bahwa Kota Surakarta sedang berusaha bangkit dari pandemi. Rumor Dicalonkan Sebagai Gubernur Jawa Tengah
Pada Juni 2022 lalu, sebuah lembaga survei di Indonesia, Charta Politika, merilis hasil survei “Preferensi Politik Masyarakat Menuju Pemilu 2024”. Survei ini mereka lakukan di Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Salah satu hasil surveinya menunjukkan bahwa untuk pemilihan gubernur (Pilgub) di Jawa Tengah 2024, Gibran Rakabuming Raka, Wali Kota Surakarta saat ini memiliki elektabilitas tertinggi dengan 38.8 persen suara. Gibran berhasil mengungguli Taj Yasin Maimoen yang mendapatkan 12.5 persen suara, dilanjutkan dengan Hendrar Prihadi sebanyak 7.7 persen, FX Hadi Rudyatmo dengan 4.7 suara, Achmad Husein sebanyak 3.7 persen, Sudirman Said sebanyak 3.1 persen, Rustriningsih 2.2 persen, dan Komjen Condro Kirono sebanyak 0.5 persen. Responden yang memilih tokoh lainnya sebanyak 2.3 persen dan tidak tahu/tidak menjawab sebanyak 25.8 persen. Berangkat dari hasil survei ini, banyak pihak yang kemudian ikut mendukung dan mengusulkan Gibran untuk maju ke Pilgub Jawa Tengah 2024 mendatang. Salah satunya berasal dari Partai Golongan Karya (Golkar). Melansir
VISI • EDISI 39 • 2022 18
KERJA SAMA Percepatan pengembangan dengan menjalin kerja sama dengan Nestle, Pijar, WIKA Industri Manufaktur, ACER, AWS, dan masih banyak lagi. (Dok. VISI/Dila)
kompas.com, Ketua Harian DPD Partai Golkar Surakarta, Bandung Joko Suryono, menuturkan bahwa dari internal Partai Golkar akan mengajukan Panggah Susanto, Ketua DPD Partai Golkar Jateng, sebagai calon gubernur. Kemudian, dari eksternal partai muncul nama Gibran Rakabuming Raka. Gibran dinilai sebagai pemimpin muda yang mampu meningkatkan kualitas kota pasca pandemi Covid-19 di berbagai sektor kehidupan masyarakat. Senada dengan Bandung, Ginda mengungkapkan bahwa Gibran telah mengantongi beberapa kriteria yang menurutnya bisa membuatnya cocok menjadi gubernur. Kriteria tersebut adalah: (1) bagaimana seorang pemimpin mampu bekerja dalam melaksanakan visi misi, target, dan janjinya; (2) komunikatif, baik melalui tatap muka maupun online; (3) mengikuti perkembangan zaman; dan (4) bisa memelihara apa yang telah ia bangun. “Gaya kepemimpinan Gibran berbeda dibanding gaya-gaya wali kota sebelumnya. Secara output program kerja, semua sesuai dengan harapan. Banyak terobosan baru yang diambil. Beliau pun mampu menyesuaikan diri dengan tren kekinian, dan tahu betul bonus demografi dan cara memberdayakannya,” ujar Ginda.
Ginda pun sangat mendukung dengan persentase maksimal. Menurutnya, orangorang seperti Gibran ini sangat dibutuhkan. Gibran bisa jadi role model anak muda lain yang ingin berkarir di dunia politik dengan baik dan benar.
Berbeda dengan Bandung dan Ginda, seorang aktivis Front Mahasiswa Nasional (FMN), Rikmanenda Arya (21), mengungkapkan jika Gibran mencalonkan menjadi gubernur Jawa Tengah, ada satu hal yang menurutnya belum dilakukan, yaitu masalah investigasi ke daerah-daerah di Jawa Tengah. Investigasi ini bertujuan untuk menakar kondisi ekonomi, sosial, politik, dan budaya di kota-kota yang ada di Jawa Tengah.
“Culture seperti apa, ekonominya seperti apa. PR paling utama ya investigasi sosial itu,” ujar Rikman ketika diwawancarai VISI (11/11).
VISI • EDISI 39 • 2022 19
Ia menambahkan perihal Gibran akan menjadi gubernur tersebut baru sebatas rumor sehingga tidak bisa terlalu jauh mengandai-andai. Dari sudut pandang Rikman, jika menjadi seorang gubernur, Gibran memang sudah memiliki beberapa modal di berbagai bidang, meliputi sosial, politik, ekonomi, dan simbolik. Akan tetapi, belum diketahui siapa yang akan menjadi lawan Gibran, sehingga belum bisa dikatakan layak atau tidak menjadi gubernur. Rikman menambahkan bahwa ia memberikan persentase kelayakan Gibran menjadi gubernur
hanya sebesar 30 persen, 70 persen lainnya tidak diberikan karena masih terdapat permasalahan fundamental mengenai pengetahuan atau investigasi soal daerah-daerah di Jawa Tengah. Hal tersebut masih sangat minim bagi seorang Gibran.
“Bahkan saya kalau dia naik, nih, memberikan predikat 30 persen karena kepercayaan saya kepada seorang Gibran hanya sekitar 30 persen. Dimana 30 persen itu cuma sebatas dia punya modal simbolik, dia anaknya presiden. Dia punya modal simbo-
VISI • EDISI 39 • 2022 20
lik okelah, cuma untuk investigasi terkait daerah-daerah di Jawa Tengah dia masih belum, kurang, kasih 30 persen aja sih,” tuturnya. Terakhir, dapat ditarik kesimpulan bahwa Gibran berhasil menjadi wali kota di usianya yang masih tergolong muda. Program kerja yang ia lakukan banyak dipublikasikan di akun media sosialnya sebagai bentuk transparansi. RPJMD pun dapat diakses secara bebas oleh masyarakat melalui website resmi Pemerintah Kota Surakarta. Mengenai rumor pencalonan gubernur, Gibran dinilai telah memiliki modal untuk maju. Namun, terdapat hal lain yang harus dipertim-
bangkan yaitu mengenai lawannya ketika benar-benar maju untuk pencalonan gubernur dan PR-nya yang tentu semakin banyak, salah satunya adalah perlunya mempelajari dan memahami tiap budaya atau ciri khas dari masing-masing kota/kabupaten di Jawa Tengah.
VISI • EDISI 39 • 2022 21
(Muthia, Wulan, Ruhul)
REVITALISASI Upaya penghidupan kembali Taman Satwa Taru Jurug yang sudah berjalan sejak Juni 2022. (Dok. VISI/Fina)
Melihat Lebih Dekat Gaya Kepemimpinan Gibran
KELAS PENGEMBANGAN Gibran menunjukkan salah satu program yang ada di Solo Technopark yaitu sekolah khusus untuk game developer. (Dok. @gibran_tweet)
Makna Pemimpin dalam Filosofi Jawa: Jadi Pamong Rakyat
Setelah sembilan tahun Kota Solo dipimpin oleh FX Hadi Rudyatmo, pada 2021 kemarin roda kepemimpinan resmi beralih kepada Gibran Rakabuming Raka. Sebelum menjadi wali kota, Gibran dikenal sebagai pemilik usaha katering Chili Pari di Solo. Saat ini, kepemimpinan Gibran sudah berjalan selama kurang lebih 1,5 tahun. Meskipun demikian, Gibran dianggap telah banyak melakukan terobosan bagi Kota Solo. Lalu, apakah hal tersebut sudah cukup untuk mengatakan bahwa Gibran merupakan sosok pemimpin yang berhasil?
Menurut Supriyadi, Dosen Sosiologi UNS, keberhasilan kepemimpinan Gibran yang masih separuh jalan ini dapat dilihat melalui teori serta data yang ada. Untuk menjelaskan perihal keberhasilan seorang pemimpin, ia menggunakan filosofi Jawa yang memaknai pemimpin sebagai pengayom rakyat. Pengayom disini berarti pemimpin tersebut juga mengajak rakyat untuk menjadi bagian dari kerajaan sehingga ada proses dialogis.
“Filosofi Jawa ini mempunyai makna bahwa pemimpin itu sebagai pengayom rakyat. Ada dasar filosofi lagi, yaitu rakyat jadi bagian dari kerajaan ‘manunggaling kawula (rakyat dan pemimpin -red) lan gusti’,” terangnya.
Pemimpin atau Wali Kota Solo dari dulu hingga kepemimpinan Gibran, menurutnya telah memperlihatkan tanda-tanda filosofi jawa tersebut. “Dari dulu sampai Gibran ini ada tanda-tanda sebagai pengayom rakyat,” tambah Supriyadi.
Senada dengan Supriyadi, Agung Satyawan, Dosen Hubungan Internasional UNS juga menggunakan filosofi ini untuk melihat indikator keberhasilan Gibran dalam menyampaikan visi, misi, serta programnya pada rakyat.
“Indikatornya adalah seorang pemimpin itu harus ngemong, bukan sebagai pangkrek. Artinya, bagaimana pemimpin itu bisa menjaga dan melayani warganya,” terang Agung.
Agung juga menjelaskan bahwa filosofi jawa tersebut sudah dilakukan Gibran de-
VISI • EDISI 39 • 2022 23 LAPORAN UTAMA
ngan usahanya untuk melayani warga Solo serta menghormati siapapun yang lebih tua. Bahkan Agung berpendapat bahwa hal tersebut menjadi keberhasilan Gibran. Selain itu, indikator ini menjadi sangat penting karena kita hidup dalam budaya Jawa.
“Dan saya kira itu (menerapkan filosofi jawa -red) keberhasilan Gibran dan modal utama untuk menjadi pemimpin,” jelasnya. Gibran, Pemimpin Muda yang Penuh Gebrakan Baru?
Setelah masa kepemimpinan FX. Hadi Rudyatmo habis, jabatan Wali Kota Solo kemudian dipegang oleh Gibran Rakabuming Raka, yang tak lain adalah putra sulung Presiden Joko Widodo. Kiprahnya memang sudah jauh terlihat sejak ia menjadi pemilik usaha katering Chili Pari dan Gedung Serba Guna Graha Saba Buana. Namun, rencana pencalonannya sebagai wali kota beberapa tahun lalu menarik perhatian warga lantaran Gibran yang dikenal sebagai pengusaha kuliner secara tiba-tiba masuk dalam dunia politik. Tak bisa dipungkiri bahwa sebagian orang meragukan kemampuannya menjadi pemimpin Kota Solo, ditambah ia masih tergolong sangat muda untuk berkecimpung di politik pemerintahan. Menanggapi hal tersebut, Supriyadi mengatakan bahwa pengalaman Gibran dalam memimpin bisnis merupakan modal yang dimilikinya, sehingga masyarakat sebetulnya tidak perlu meragukan kemampuan dan potensi Gibran sebagai seorang pemimpin daerah.
“Gibran itu pemimpin, lho. Dia punya organisasi ekonomi yang efektif dan strategis. Setidaknya dia bisa memimpin usaha kateringnya, itu modal. Belum lagi memimpin keluarga, perusahaan, dan mungkin organisasi masyarakat. Jadi kegelisahan masyarakat yang dulu meragukan (kemampuan Gibran -red), tapi Gibran punya pengalaman dan saya yakin dia juga belajar dari bapaknya atau pemimpin-pemimpin yang lain,” ujar Supriyadi.
Keraguan masyarakat Solo terjawab dengan adanya terobosan-terobosan yang
dilakukan Gibran selama 1,5 tahun menjabat sebagai wali kota. Terobosan tersebut dapat terlihat dari kebijakannya terkait pemecatan sopir BST, lurah yang ketahuan pungli (pungutan liar -red), hingga pemecatan direktur PDAM Solo karena kasus pencabulan terhadap siswi SMA. Meskipun Supriyadi menyebut bahwa kebijakan ini sangat berani, Gibran harus tetap berhati-hati karena ada aturan tersendiri untuk pemecatan Pegawai Negeri Sipil (PNS). “Ini (pemecatan dan pencopotan jabatan -red) luar biasa, sangat berani. Hanya masalahnya satu, pencopotan jabatan boleh, tetapi untuk memecat PNS itu ada aturannya. Makanya Gibran harus hati-hati karena nanti bisa dikom-
VISI • EDISI 39 • 2022 24
plain, diajukan gugatan. Memecat jabatan oke, tapi memecat PNS tidak bisa semena-mena karena ada aturannya,” terang Supriyadi. Selain itu, Supriyadi juga membagi beberapa indikator yang menunjukkan adanya terobosan baru dari kepemimpinan Gibran, salah satunya dalam bidang ekonomi. Sektor informal masyarakat seperti UMKM, khususnya di dunia kuliner mulai bergerak, apalagi ketika Covid-19 telah mereda. Ini kemudian ditunjukkan lagi ketika beberapa bulan lalu UMKM dibawa ke Paris, Prancis. Dari segi komunikasi politik, Agung berpendapat bahwa dari kunjungan ke Paris ini Gibran ingin menunjukkan serta mengenalkan
pada dunia internasional tentang Kota Solo. “Intinya, Gibran sejauh ini mampu mengkomunikasikan kepada khalayak, terutama di dunia internasional ‘ini lho Solo’,” imbuhnya. Tak hanya kuliner, terobosan di bidang ekonomi juga terlihat pada sarana prasarana serta transaksi di pasar-pasar tradisional. Hal tersebut emang beanar adanya bahwa di beberapa pasar di Kota Solo akan diterapkan transaksi nontunai (cashless -red). Di Pasar Legi dan Pasar Purwosari, misal nya sedang dipersiapkan oleh Gibran untuk digitalisasi. Penerapan digitalisasi ini guna mempermudah para penjual karena seluruh pengeluaran dan pemasukan menjadi terdata.
Supriyadi juga menyebut bidang lain yang menunjukkan kinerja Gibran sebagai pemimpin daerah, yaitu bidang pengembangan kota dengan adanya ruang-ruang publik. Ruang publik yang dimaksud adalah tempat-tempat untuk berdiskusi, bercengkrama, dan nongkrong. Menurut Supriyadi, tersedianya ruang publik ini menandakan bahwa warga diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam pembangunan kota. Untuk ruang publik sendiri, terdapat beberapa taman yang menjadi tempat favorit sebagian besar warga Solo. Salah satunya adalah Taman Balekambang yang terletak di sebelah utara Manahan. Taman Balekambang ini tidak pernah sepi pengunjung. Pasalnya, taman ini memiliki pemandangan yang indah, teduh, serta banyak tumbuhan hijau yang membuat taman ini tampak asri. Terdapat pula berbagai hewan di Taman Balekambang dan juga telaga buatan. Selain ruang publik, tersedianya fasilitas umum untuk kaum disabilitas telah menunjukkan bahwa kepemimpinan Gibran sudah memperhitungkan kenyamanan teman disabilitas. Yang perlu menjadi catatan adalah perihal pemeliharaan fasilitas-fasilitas umum tersebut. Fasilitas umum untuk disabilitas di Solo dapat ditemukan baik di Batik Solo Trans (BST) maupun halte BST. Jalur miring halte
VISI • EDISI 39 • 2022 25
TUAN RUMAH Gibran sebagai ‘tuan rumah’ menyambut tamu pada perhelatan Muktamar Muhammadiyah ke-48 yang dilaksanakan di Stadion Manahan. (Dok. @gibran_ tweet)
BST di Slamet Riyadi memberikan kemudahan bagi penyandang disabilitas untuk menjangkau BST. Selain itu, terdapat pula guiding block terminal Tirtonadi di bagian tengah seluruh lantai utama terminal. Saat ini, Kota Solo juga terus berusaha memberikan pemenuhan hak-hak bagi penyandang disabilitas. Salah satu fasilitas yang sedang diusahakan saat ini adalah adanya uji coba bus low deck berkonsep medium monocoque yang ramah difabel. Agung menambahkan bahwa Gibran telah berhasil dalam mem-branding Kota Solo, salah satunya dengan memajukan potensi di sektor pariwisata, mengingat Solo
tidak punya potensi lain seperti pertanian dan agrikultur. Menurutnya, Gibran sangat paham akan potensi-potensi yang dimiliki Kota Solo. Solo memang dikenal dengan kota yang memiliki banyak peninggalan bersejarah seperti Keraton Kasunanan Surakarta. Hingga hari ini, keraton tersebut masih ramai dikunjungi oleh para wisatawan dari luar pulau bahkan luar Indonesia. Selain keraton, terdapat beberapa kampung batik yang juga ramai oleh wisatawan. Tempat-tempat tersebut mampu mem-branding Kota Solo seperti yang dikatakan oleh Agung.
VISI • EDISI 39 • 2022 26
Dari semua kebijakan dan terobosan baru yang ada, Supriyadi melihat bahwa Gibran merupakan sosok pemimpin daerah yang progresif dan ada harapan. “Saya menyebutnya prospektif. Karena baru satu tahun tapi ada harapan,” ujarnya.
Di sisi lain, Agung mengatakan bahwa untuk menyebut Gibran adalah pemimpin yang berhasil, maka perlu dilihat hingga akhir masa jabatan. “Berhasil atau tidaknya itu kita lihat sampai akhir jabatannya, apakah visi yang sudah dicanangkan itu sesuai dan teraplikasi dalam masa jabatan. Namun, saya melihat proses menuju visi misinya itu sudah dilakukan Gi-
bran meskipun belum finish karena masih panjang masa jabatannya,” ujar Agung. Gaya Memimpin Gibran Mirip dengan Jokowi?
Terlepas dari kontroversi politik dinasti yang mencuat beberapa waktu kemarin, menarik untuk melihat bagaimana ayah dan anak menjadi pemimpin pada waktu yang bersamaan, termasuk Jokowi dan Gibran. Banyak yang membandingkan gaya kepemimpinan Gibran dengan sang ayah, terutama dalam hal gestur, suara, serta logat saat berbicara. Hal ini dikarenakan Gibran memang memiliki suara yang sangat mirip dengan Jokowi. Tak hanya soal suara, Gibran juga terlihat sering blusukan, sama seperti sang ayah yang selalu melakukan blusukan langsung ke lapangan. Meskipun demikian, Supriyadi mengatakan bahwa Gibran sedikit lebih kaku daripada Jokowi. “Ya mirip-mirip (gaya kepemimpinannya -red) tapi lebih soft pak Jokowi. Soft diplomacy lebih bagus pak Jokowi. Karena terpaut umur yang banyak. Kalo gibran masih kaku, masih banyak belajar,” ujarnya. Terlihat juga hal yang menarik di berbagai media massa ketika Gibran diwawancara oleh teman-teman wartawan, yakni penggunaan Bahasa Jawa Ngoko saat ia menjawab pertanyaan yang diajukan. Menurut Agung, ini menunjukkan bahwa Gibran ingin sama dengan wartawan dan menjadi rekan kerja karena bagaimanapun seorang wali kota tidak bisa lepas dari peran wartawan. “Saya melihat Gibran dengan wartawan itu teman kerja, jadi nggak mungkin wali kota itu terlepas dari wartawan. Justru dengan Bahasa Jawa Ngoko itu, kan terlihat ada semacam keakraban gitu. Dalam hal ini lebih kepada friendship dengan wartawan,” terang Agung.
VISI • EDISI 39 • 2022 27
(Disti, Tatiana, Tunjung)
CUITAN Wali Kota Surakarta ini terkenal sering berinteraksi dengan warga twitter melalui cuitan-cuitan jenakanya. (Dok. @gibran_tweet)
Bu Nyemuk: Pendongkrak Aspirasi Pedagang Mebel Gilingan
Semua program yang dicanangkan pemerintah, terdengar selalu memberi kebermanfaatan untuk kesejahteraan masyarakat. Namun, ketika diulik lebih dalam, seringkali dijumpai kekurangan dan dampak yang masih merugikan beberapa pihak. Keberlangsungannya dinilai tak selalu berjalan mulus. Salah satunya pembangunan sentra Industri Kecil Menengah (IKM) di Pasar Mebel Gilingan, Kec. Banjarsari, Surakarta yang mendapat penolakan dari para pedagang mebel.
Sutarmi (58), Ketua Paguyuban Pedagang Pasar Mebel, melakukan protes terhadap program pemerintah yang dinilai merugikan para pelaku uasaha industri mebel. Bentuk protes yang ia gencarkan yakni mulai dari menuliskan surat penolakan ke Dinas Perdagangan Solo, Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian Solo, pemasangan spanduk di kawasan sekitar Pasar Mebel, hingga melakukan audiensi ke DPRD Solo dan Wakil Wali Kota Solo. Namun, usahanya tak membuahkan hasil dan ia harus kembali dengan tangan kosong. Menurutnya, melawan kebijakan pemerintah merupakan suatu hal yang sulit, terlebih bagi warga yang tidak memiliki kekuasaan, seringkali mustahil untuk menang. Pedagang pun tergusur dan dipaksa untuk pindah ke eks Bong Mojo, Jebres, yang lokasinya masih berupa hamparan tanah bekas makam Tionghoa. Untuk saat ini, sebagian besar pedagang berada di
pasar darurat, sedangkan sebagian yang lain memilih untuk membuka usaha di rumah masing-masing atau menyewa ruko karena tempatnya yang sempit, sehingga tidak bisa menampung seluruh pedagang yang ada.
“Kita menempati ini 50 tahun, kalau mau dipindah ada yang pro dan kontra itu sudah biasa. Ibu termasuk yang menolak karena dari tempat ini kita bisa mencari nasi, tapi pemerintah tiba-tiba memaksa kita untuk pindah dengan seenaknya sendiri tanpa melakukan sosialisasi. Kasihan teman-teman yang tidur di sini. Tapi kalau melawan negara ya pasti kita tetap kalah,” ujarnya saat ditemui oleh VISI pada Kamis (18/08). Ia juga menya yangkan sikap pemerintah yang tidak melibatkan pedagang saat mengambil keputusan Berbeda dengan warga yang menyebutkan tak ada sosialisasi dari pemerintah, Pemkot Solo mengklaim telah mengantongi surat pernyataan dari warga yang berisi persetujuan menempati pasar darurat, mendaftarkan, dan menempati pasar baru. Hal ini direspon oleh Bu Nyemuk, demikian Sutarmi sering di sapa, bahwa perjanjian awal setelah revitalisasi pasar rampung dibangun, pedagang bisa kembali lagi untuk berjualan. Namun, nyatanya kebijakan baru mengubah pasar menjadi sentra IKM dan pedagang di pindahkan ke eks Bong Mojo, Jebres. IKM dan Ciri Khas Pasar Tradisional IKM merupakan program dari pemerintah yang bertujuan untuk memfasilitasi pelaku industri mebel yang berada di Solo untuk mengembangkan produknya, sehingga memiliki kualitas yang lebih baik untuk
VISI • EDISI 39 • 2022 28
berdaya saing di pasar dalam negeri maupun luar negeri serta meningkatkan perekonomian masyarakat Solo. Rencananya, pembangunan sentra IKM Mebel ini akan dilengkapi dengan ruang pamer, ruang produksi, ruang jual beli, dan gudang. Salah satu fasilitas unggulan di ruang produksinya adalah kiln dry, yakni ruangan yang didesain khusus untuk mengeringkan kayu dan dianggap sangat vital, mengingat di Pasar Mebel sendiri belum ada fasilitas tersebut. Tujuan dari pembangunan sentra IKM yang menelan anggaran bermiliaran ini terdengar sangat membantu untuk mendorong kesejahteraan masyarakat. Namun, realitanya untuk masuk ke dalam industri tersebut tidak semudah yang dibayangkan. Para pelaku usaha harus melewati tahapan yang ditetapkan oleh pemerintah dan dirasa terlalu rumit. Salah satunya, yakni produk yang bisa masuk ke sentra IKM harus melalui tahap kurasi terlebih dahulu.
Pelaku industri mebel yang tergusur dan ingin kembali ke tempat semula memang diperbolehkan, dengan catatan harus lolos tahap kurasi tersebut. Selain itu, dari total 80-an orang, hanya 20-an orang saja yang akan diterima. Bu Nyemuk menjelaskan, meskipun 20 orang itu bisa masuk, tetapi melihat rumitnya persyaratan dan proses pemasaran lebih modern, ia meyakini bahwa sebagian besar pedagang belum tentu bisa dan mau untuk masuk. Hal itu disebabkan karena modal yang harus dikeluarkan lebih besar, ketidakmampuan dalam mengikuti standar yang ada, rasa kecewa yang masih membekas, dan sulitnya beradaptasi dengan sarana prasarana yang lebih maju dari pasar sebelumnya yang ber-notabene sebagai pasar tradisional.
“Ibu jualan ini sudah 30 tahun. Kebiasaan kita kan seperti ini, sebetulnya tujuannya (pembangunan IKM) itu bagus, tapi saya pribadi tidak mampu. Kita itu ibarat ikan air tawar yang dipindah ke air laut, ya tidak bisa. Sebe-
narnya programnya Pak Wali itu bagus, cuma menurut saya salah tempat,” tuturnya. Selain itu, ia juga menyebutkan bahwa pasar mebel ini merupakan pasar tradisional yang harus dipertahankan ciri khas kearifan lokalnya. Apabila dibangun IKM, maka semuanya akan berubah menjadi serba modern dan hal itu yang dirasa kurang tepat untuk diterapkan pada Pasar Mebel Gilingan.
Memanusiakan Para Pedagang Mebel Menanggapi pembangunan IKM yang telah berjalan sejak Juli 2022 lalu, Bu Nyemuk mengutarakan pendapatnya agar pemerintah bisa lebih matang dalam memutuskan suatu program, sehingga tidak merugikan pihak yang lain. Salah satunya adalah keinginan agar pemerintah bisa mengedepankan pembangunan tempat relokasi di eks Bong Mojo terlebih dahulu sebelum membangun IKM di Pasar Mebel. Dengan demikian, ketika para pedagang harus direlokasi, mereka sudah pu-
VISI • EDISI 39 • 2022 29 SOSOK
SUTARMI Ketua Paguyuban Pedagang Pasar Mebel. (Dok. VISI/Novema)
nya tempat yang lebih aman dan nyaman untuk berjualan.
“Kita sebagai pedagang kalau khawatir jualannya nggak laku kan wajar, tho? Mbok ya seperti di Malioboro, walaupun direlokasi tapi masih dimanusiakan, dibuatkan tempat dulu. Kalau kita kan tidak, dilepas begitu saja. Pedagang mebel sudah morak-marik nggak karuan. Akhirnya yang kena imbas ya orang kecil. Biasanya saya karyawannya lima, lha ini sepi ya mending libur,” ujarnya membandingkan pembangunan IKM di Malioboro yang menurutnya lebih terstruktur.
Sangat disayangkan, terlepas dari tujuan pembangunan IKM yang berharap agar perekonomian masyarakat semakin maju, pemerintah justru kurang memperhatikan beban psikis yang ditanggung para warga karena usahanya yang sepi pembeli. Pemerintah terlalu menyibukkan diri untuk mengedepankan pembangunan fisik dari pasar itu sendiri, tetapi melupakan rasa kemanusiaan. Tak ada kompensasi sepeser pun yang diberikan oleh pemerintah, hanya ucapan janji terkait pembangunan pasar di lokasi
yang baru meskipun anggarannya belum tersedia. Hal tersebut yang membuat para pedagang sangat kecewa karena menganggap Pemkot Solo bisa saja mengingkari janji. Bu Nyemuk menambahkan, apabila para pedagang harus melupakan persoalan ini dan menerima semua kebijakan dari pemerintah tentu bisa, tetapi butuh waktu dan proses yang tidak bisa berjalan dengan instan. Ia pun mewakili para pelaku usaha mebel hanya bisa pasrah dan menerima untuk dijadikan korban dari kebijakan pemerintah.
VISI • EDISI 39 • 2022 30
(Amalia, Dimas, Novema)
LAPAK Usaha mebel milik Sutarmi yang terpaksa harus direlokasi mengikuti program pemerintah. (Dok. VISI/Zulfa)
Perkuat Sinergi dengan Pemkot Surakarta, UNS Turut Sukseskan ASEAN Para Games 2022
SEKAKEN
ASEAN PARA GAMES Venue Perlombaan Goalball pada ASEAN Para Games yang bertempat di Gelanggang Olah Raga (GOR) Universitas Sebelas Maret UNS. (Dok. Pribadi/Audrey)
Perhelatan ASEAN Para Games 2022 telah digelar di Solo pertengahan tahun ini. Acara yang dimulai dari Sabtu (30/7) hingga Sabtu (6/8) ini menyelenggarakan 14 cabang olahraga, antara lain: atletik, panahan, bulutangkis, boccia, catur, sepak bola cerebral palsy, goalball, judo, powerlifting, voli duduk, renang, tenis meja, basket kursi roda, dan tenis kursi roda.
ASEAN Para Games (APG) merupakan acara pesta olahraga difabel yang diikuti oleh sebelas negara Asia Tenggara dan diselenggarakan setiap dua tahun. Indonesia, tepatnya Kota Solo, pada tahun ini didapuk menjadi tuan rumah dari APG 2022.
Universitas Sebelas Maret (UNS) sebagai salah satu kampus di Kota Solo, dipercaya untuk menyediakan tiga dari 14 venue yang digunakan untuk masing-masing cabang olahraga. Fakultas Keolahragaan (FKOR) digunakan untuk pertandingan boccia, Stadion UNS untuk pertandingan sepak bola CP, dan GOR UNS untuk pertandingan goalball. Hal ini didasari dari penilaian Tim The ASEAN Para Sports Federation (APSF) bahwa venue di UNS memenuhi syarat untuk pertandingan difabel.
“Pertama karena event-nya ada di Solo. Kedua, untuk mencari venue yang standar untuk pertandingan tidak banyak. Setelah ditinjau oleh Tim APSF, di UNS ada yang aksesnya sesuai standar dan tempat bagus ada tiga. Apalagi tempat latihannya juga di UNS. Maka kalo di UNS, jadi venue yang menguntungkan bagi atlet. Pada akhirnya, tiga venue kita terpilih,” terang Sapta Kunta Purnama selaku Dekan FKOR UNS ketika dihubungi VISI (14/10).
Untuk menyediakan venue yang ramah disabilitas, UNS perlu menyiapkan fasilitas penunjang atlet dan akses tim pendukung. Pihak Perumahan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) pun telah membantu UNS dalam memasang fasilitas tambahan di venue.
Selanjutnya Sapta menjelaskan bahwa lokasi olahraga di UNS awalnya memang telah diperbaiki untuk keperluan latihan. Namun, karena akan digunakan untuk APG 2022, ve-
nue diperbaiki lagi, sehingga memenuhi standar kejuaraan internasional.
Selain itu, Sapta yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua 1 Pelaksana Indonesia ASEAN Para Games Organizing Committee (INASPOC) ini kerap diminta tolongi oleh Gibran sebagai Wali Kota Solo untuk turut menyukseskan APG 2022, terlebih perihal melayani tamu-tamu asing yang hadir dalam urusan keuangan.
“Penyelenggaraan ini harus sukses, yang penting tidak hanya dalam prestasi, tapi juga melayani tamu tamu asing yang terbaik. Karena penyelenggaraan ini juga memerlukan anggaran, agar tidak terjadi penyelewengan. Sukses prestasi, sukses penyelenggaraan, sukses administrasi,” tuturnya.
Dalam mempersiapkan acara, Sapta dan tim panitia juga mengalami banyak kendala. Salah satunya terkait dengan transportasi untuk para atlet, khususnya yang menggunakan kursi roda, serta masalah perizinan. Namun,
VISI • EDISI 39 • 2022 32
ATLET Para atlet goallball putra Indonesia pada ASEAN Para Games 2022. (Dok. pribadi/ Audrey)
dengan bantuan dari stakeholder dan sosialisasi kepada pihak yang terlibat, kendala seperti itu dapat ditangani.
“Misalnya saja transportasi untuk disabilitas, secara kuantitas dan penanganan harus khusus. Kita dari UNS memberikan edukasi terhadap para petugas yang di lapangan. Perizinan juga perlu koordinasi karena dari berbagai instansi,” jelas Sapta lebih lanjut.
Disamping penyediaan venue olahraga, UNS juga membantu keberlangsungan APG 2022 terkait penyiapan atlet dengan menghadirkan pelatih dan tim pendukung dari alumni, dosen, sampai mahasiswa.
Event APG 2022 yang telah berlangsung menjadi ajang yang menumbuhkan harapan bagi Sapta untuk bisa membebaskan penyandang disabilitas dari diskriminasi ditambah komitmen dari pemerintah yang juga tinggi untuk penyetaraan disabilitas.
“Kita sebagai lembaga pendidikan dan Menpora memberikan amanat kepada UNS sebagai
pembina atlet-atlet disabilitas. Selain menjadi tanggung jawab juga ada keinginan untuk memberikan peningkatan kualitas hidup teman-teman disabilitas,” harapnya.
Adapun FKOR UNS berencana untuk membuat Program Studi Penjas Adaptif dan Olahraga Paralimpian dengan harapan dapat menghilangkan marjinalitas terhadap penyandang disabilitas, terutama di bidang olahraga, terciptanya prestasi, kesetaraan, dan kesejahteraan penyandang disabilitas. Program studi ini juga sudah mendapat dukungan dari Wali Kota Solo dan Menpora.
Selain Sapta sebagai Dekan FKOR, salah satu mahasiswa UNS, Saphira Pualam Langit Biru (19), atau yang sering disapa Audrey juga membagikan pengalamannya selama menjadi volunteer di APG 2022. Menurutnya, venue di UNS terutama GOR UNS sudah baik dan terlihat layak karena terdapat fasilitas untuk disabilitas.
Mahasiswi Ilmu Komunikasi UNS tersebut menjadi volunteer di bidang Media Public Relations. Lebih khusus, Audrey bertugas untuk acara goalball di GOR UNS dan langsung berhubungan dengan jurnalis media serta para atlet yang akan diwawancarai. Ia juga memilah berita mana yang sudah ditulis oleh jurnalis untuk nantinya bisa naik tayang di media.
Selama menjadi volunteer di APG 2022, Audrey banyak belajar tentang bidang yang ia lakukan, juga terkait dengan olahraga bagi difabel yang merupakan hal baru bagi Audrey.
“APG itu jadi momen untuk kita menuju kesetaraan. Sesuai tagline ‘Striving for Equality’. Kaget goalball itu pemain tunanetra tapi penontonnya juga tunanetra. Kok bisa ya mereka nonton? Padahal kan penglihatannya kurang baik. Aku merasa mereka mendambakan kesetaraan,” jelasnya.
(Anya, Tazki)
VISI • EDISI 39 • 2022 33
VISI • EDISI 39 • 2022 35 INFOGRAFIS
Gibran dan Esensinya Sebagai Seorang Pemimpin
Selayaknya seorang pemimpin yang menjadi patokan bagi rakyatnya, penting bagi mereka untuk dapat mengatur dan mengarahkan jalannya sebuah pemerintahan. Dalam melaksanakan sebuah tanggung jawab, pemimpin berpegang pada visi misi yang telah disusun sejak awal sebagai sebuah landasan untuk mencapai sebuah tujuan yang besar, yakni kepuasan rakyat dan pembangunan yang mengantarkan daerahnya menuju daerah yang maju, terdepan, makmur, serta berdaya guna.
Gibran menjadi kepala daerah yang memimpin kota administratif atau kota madya. Adapun wali kota sendiri mencakup kekuasaan di bagian perkotaan. Gibran sendiri sudah menjalani masa jabatannya selama kurang lebih 1,5 tahun, setelah sebelumnya menang Pilkada pada tahun 2020. Kewajiban dari seorang pemimpin daerah memang menjalankan program kerja yang dicanangkan. Terdapat beberapa poin dalam visi misi Gibran-Teguh pada saat mencalonkan diri sebagai wali kota. Diantaranya ingin menjadikan Surakarta sebagai kota budaya yang modern, tangguh, gesit, kreatif, dan sejahtera. Visi tersebut terbagi dalam tujuh poin misi Gibran-Teguh, yaitu: 1) memastikan kota Surakarta tidak ada peningkatan kasus pandemi Covid-19 dan memberikan rasa aman kepada seluruh ma-
syarakat; 2) menjaga pertumbuhan ekonomi; 3) memajukan tata ruang, pariwisata, dan pelestarian budaya untuk kemajuan kota; 4) meningkatkan kepemimpinan pemuda di bidang ekonomi, seni budaya, dan olahraga; 5) mengembangkan semangat gotong royong; 6) mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan warga kota Surakarta; 7) mewujudkan pola kerukunan antar umat beragama untuk saling toleransi.
Terpilihnya Gibran sebagai Wali Kota Surakarta kemudian membuatnya dijuluki sebagai pemimpin muda yang siap membawa Kota Surakarta lebih maju dengan berbagai inovasi yang dibawanya. Apabila pemimpin dapat membawa kemajuan, maka masyarakat akan terus mengingat masa kepemimpinan tersebut. Apalagi jika suatu kota terlihat lebih maju dan modern, maka perubahan itu akan
VISI • EDISI 39 • 2022 36
Oleh: Dimas Dwicahyono Putro Redaktur Pelaksana Majalah
terus melekat di pikiran masyarakat. Namun, ketika seorang pemimpin gagal membawa sebuah kota menjadi lebih maju dari pemimpin sebelumnya, maka masyarakat pasti akan menagih visi misi dari wali kota.
Gibran telah menjabat sebagai Wali Kota Surakarta selama 1,5 tahun. Beberapa program yang ingin dilakukan oleh Gibran sudah mulai terlihat. Dahulu, sebelum Gibran memutuskan untuk menjadi wali kota, banyak masyarakat meragukan kemampuannya karena dianggap belum memiliki keahlian di bidang politik, mengingat sebelumnya Gibran merupakan seorang pebisnis. Namun kini, Gibran mulai unjuk kualitasnya tahap demi tahap.
Adapun program yang sudah dijalankan oleh Wali Kota Surakarta yaitu: pembangunan revitalisasi Solo Technopark, revitalisasi
Taman Balekambang, revitalisasi Kebun Binatang Jurug, revitalisasi Industri Kecil Mene-ngah (IKM) mebel Gilingan, dan lain sebagainya. Capaian yang dikerjakan oleh Gibran selama ini memang tidak bisa dipandang sebelah mata. Karena selama keberjalanan kepemim- pinannya terdapat beberapa perubahan yang patut diberikan apresiasi.
Terhitung ketika 1,5 tahun Gibran menjabat sebagai Wali Kota Surakarta, mulai timbul berbagai pro dan kontra dari masyarakat. Hal ini disebabkan oleh kebijakan-kebijakan baru dari Gibran setelah menjadi wali kota dari beberapa program yang sudah berjalan. Salah satu yang menimbulkan pro-kontra adalah revitalisasi Industri Kecil Menengah Mebel Gilingan. Banyak pedagang yang kecewa akibat lokasi tempat mereka mencari nafkah dipindah akibat adanya rencana mebel Gilingan dijadikan tempat sentra IKM. Dibalik capaian Gibran selama ini, ternyata masih ada masyarakat yang menolak program yang dicanangkan oleh Wali Kota Surakarta. Seperti layaknya sebuah kota yang ingin terlihat maju, maka perlu diketahui bahwa seorang pemimpin seharusnya tidak hanya fokus terhadap pembangunan infrastruktur. Tetapi, seorang pemimpin juga harus memerhatikan sumber daya manusia. Dimana memberikan bekal untuk masyarakat juga merupakan bagian penting dari membangun sebuah perkotaan. Seperti memberikan bekal kepada masyarakat, jika kota mempunyai pembangunan atau pemeliharaan baik, maka masyarakat yang akan menerima dampak positifnya.
VISI • EDISI 39 • 2022 37
DETAK
POSPENAS IX Gibran menyalakan obor api pada Kirab Obor Pekan Olahraga dan Seni Antar Pondok Pesantren Tingkat Nasional (Pospenas) IX tahun 2022 Selasa (22/11) di Balai Kota Solo (Dok. @gibran_tweet)
Foto Oleh: Fina Umi | Teks Oleh: Arina Zulfa
Sulap Solo jadi Lebih Menawan, Gibran Fokuskan 10 Titik Pembangunan Kota Solo
Selama 1,5 tahun menjabat sebagai walikota, Gibran Rakabuming Raka yang notabenenya adalah anak dari orang nomor satu di Indonesia, Presiden Joko Widodo, memiliki beberapa program pembangunan yang menjadi prioritas. Dalam keberjalanannya, ada beberapa pembangunan yang sudah tampak dan dapat dimanfaatkan masyarakat Surakarta. Beberapa diantaranya adalah Masjid Syekh Zayed Al-Nahyan yang megah dan mampu menampung 10 ribu orang. Kemudian revitalisasi Solo Technopark yang menyediakan co-working space bagi mahasiswa ataupun event dan pelatihan yang dapat meningkatkan UMKM di Surakarta. Sementara pembangunan di titik lainnya masih dalam proses.
POTRET
VISI • EDISI 39 • 2022 40
VISI • EDISI 39 • 2022 41
Gibran: Simbol Kepemimpinan Milenial atau Sekedar Politik Dinasti?
Leni Winarni Staff Pengajar Program Studi Hubungan Internasional UNS
Kiprah politik Gibran Rakabuming Raka, sebelum menjadi Wali Kota Solo memang hampir tidak pernah terdengar. Namun, pada tahun 2020, namanya tiba-tiba muncul ke publik, setelah ia mendaftarkan diri bersama Teguh Prakosa untuk mengikuti pilkada (pemilihan kepala daerah) Wali Kota Solo. Pasangan tersebut di gadang-gadang menjadi calon kuat Wali Kota Solo periode 2021-2026 karena diusung oleh PDIP (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan), partai terkuat di Solo dan mendapat dukungan dari beberapa partai besar lainnya, seperti PAN (Partai Amanat Nasional), PKB (Partai Kebangkitan Bangsa), Golkar (Golongan Karya), PSI (Partai Solidaritas Indonesia) dan partai Gerindra (Gerakan Indonesia Raya). Awalnya, pencalonan Gibran oleh PDIP sempat mendapatkan pertentangan karena tidak memenuhi aturan partai yang mengharuskan ia harus menjadi anggota terlebih dahulu minimal selama tiga tahun. Namun, pada akhirnya PDIP meresmikan dukungannya pada tanggal 17 Juli 2020 dan menyingkirkan pencalonan wakil Wali Kota petahana, Achmad Purnomo. Ibarat tokoh politik “karbitan” banyak pula yang meragukan kemampuan Gibran, yang notabene adalah wakil dari milenial dan tak punya pengalaman politik. Gibran memang pu nya background pendidikan yang mengesankan dan pengalaman manajerial yang “mumpuni”, mengingat punya pengalaman sebagai seorang pengusaha, tetapi latar belakangnya itu dianggap kurang menyakinkan untuk terjun ke dunia politik. Terlebih lagi, ia tidak akan menjadi sedemikian populer tanpa ketokohan Joko
Widodo, yang sebelumnya pernah berkiprah sebagai Wali Kota Solo selama hampir dua periode (2005-2012) dan saat ini Presiden Indonesia. Gibran yang dikenal masyarakat saat itu tak lebih dari seorang pengusaha milenial yang sukses, apa adanya dan hanya bicara seperlunya di depan wartawan. Setidaknya begitu kesan dari seorang Gibran yang wara-wiri di layar kaca televisi hingga berbagai lini media sosial.
Oleh karena itu, ketika Gibran mendaftar sebagai calon Wali Kota Solo, politik dinasti kembali marak di media massa. Isu ini cukup beralasan sebab ketika putra sulungnya mengikuti Pilkada, Joko Widodo masih menjabat sebagai presiden. Namun, tidak mudah juga bagi Gibran untuk membuktikan bahwa faktor utama ia dipilih oleh warga Solo adalah karena sosoknya, bukan karena ketokohan Joko Widodo atau merujuk pada ‘politik dinasti.’
Gibran, Tantangan Demokrasi dan Politik Dinasti
Sejak merdeka, sebenarnya demokrasi telah menjadi acuan dasar sistem pemerintahan Indonesia dari Orde Lama, Orde Baru sampai Reformasi. Demokrasi pun telah menemukan tantangan yang berbeda-beda di setiap zaman. Situasi ini dapat dipahami karena perbedaan variabel waktu dan lingkungan yang berbeda, baik konstelasi politik di tingkat internasional maupun domestik, sehingga menghasilkan demokrasi yang lentur pula. Akan tetapi, dalam perjalanannya demokrasi tidak sepenuhnya mewakili bentuk yang ideal, sebab telah terjadi penyimpangan-penyim-
VISI • EDISI 39 • 2022 42
pangan dalam praktiknya. Ketika rezim Orde Baru runtuh yang ditandai dengan mundurnya Presiden Soeharto pada Jumat, 21 Mei 1998, euforia ‘demokrasi’ kembali menggema di tanah air seolah-olah kata tersebut adalah istilah baru di Indonesia. Pergantian kekuasaan dari rezim Orde Baru yang kerap diidentikkan dengan otoritarianisme menuju penegakan demokrasi, menyebabkan perubahan cukup frontal dalam banyak hal. Pada masa itu, Reformasi selalu tidak dimaknai sebagai proses perubahan secara bertahap, melainkan kebebasan masif pada hampir semua dimensi kehidupan bermasyarakat di Indonesia, terutama politik. Perubahan mendasar paling tampak pada sistem pemilihan umum (pemilu), yaitu sistem multi partai. Selayaknya pemilu pertama tahun 1955, yang kemudian diikuti dengan pemilihan calon pemimpin secara langsung, baik pemilihan calon dewan yang akan duduk di parlemen, pilkada (pemilihan kepala daerah), dan pilpres (pemilihan presiden). Proses pemilihan bakal calon pemimpin ini memang menjadi tolak ukur yang paling mudah untuk mengetahui apakah suatu negara telah mengadopsi sistem demokrasi atau tidak. Kendati demikian, demokrasi pada tahap ini terkesan menjadi sekadar ritual atau lazim disebut demokrasi prosedural, dimana demokrasi hanya menjadi ajang untuk mendulang suara rakyat. Meskipun demikian, taraf ke-
hidupan berdemokrasi di Indonesia dinilai lebih baik dibandingkan negara-negara di kawasan Asia Tenggara lainnya walau hanya bertanggar di ‘a half democracy.’ Mengutip pemikiran Aristoteles sekaligus pencetusnya, demokrasi mungkin bukanlah satu-satunya sistem yang ideal karena suatu saat dapat bertransformasi menjadi tirani, sehingga menyebabkan demokrasi seperti dua sisi mata uang logam. Hal ini sangat beralasan, karena faktor utama yang dapat memenangkan calon pemimpin tertentu dibandingkan pemimpin lainnya adalah seberapa besar ia memiliki pengaruh dan mampu menggerakkan massa untuk memilih dirinya. Akibatnya, kriteria-kriteria seorang calon pemimpin menjadi kurang diperhatikan atau bahkan terabaikan. Pemilihan langsung mengharuskan setiap calon pemimpin saling bersaing mencitrakan diri dan memberikan janji-janji pada pemilihnya yang mungkin tidak akan terpenuhi hingga masa pemerintahannya berakhir. Demokrasi mungkin adalah pilihan paling bijak saat ini dibandingkan dengan sistem pemerintahan manapun. Sebab, siapapun yang maju dalam pemilihan adalah pilihan rakyat yang terbaik, jikalau pilihan itu ternyata tidak sesuai harapan, maka itu adalah konsekuensi negatif dari demokrasi itu sendiri.
Ada dua hal yang perlu digarisbawahi terkait dengan budaya politik di Indonesia yang masih lestari di era demokrasi. Pertama, kekaguman berlebihan terhadap tokoh politik, sehingga menjurus pada kultus individu yang seringkali dikaitkan dengan karisma dari tokoh tertentu. Citra yang terlanjur disanjung oleh publik menjadi pintu legitimasi kekuasaan dan membenarkan status quo. Situasi dan kondisi ini, dapat kita telusuri dari rekam jejak kepemimpinan di masa lalu, terutama di era Presiden Soekarno dan Presiden Soeharto. Sementara itu, di lain pihak, tokoh yang dianggap memiliki
VISI • EDISI 39 • 2022 43
TEROPONG
ilustrasi: Dila
karisma semakin memiliki kesempatan untuk memperkuat posisinya di pemerintahan, misalnya dengan melegitimasi perubahan undang-undang yang berkaitan dengan kekuasaan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, karisma berarti “keadaan atau bakat yang dihubungkan dengan kemampuan yang luar biasa dalam hal kepemimpinan seseorang untuk membangkitkan pemujaan dan rasa kagum dari masyarakat terhadap dirinya” atau “atribut kepemimpinan yang didasarkan atas kualitas kepribadian individu.”
Kedua, politik dinasti atau suksesi kepemimpinan yang dilanjutkan oleh kerabat pemimpin yang berkuasa. Politik dinasti yang menjadi lazim di era demokrasi saat ini sangat berkaitan erat dengan ‘karisma’ dari ketokohan penguasa sebelumnya. Dengan kata lain, karisma yang menjurus kultus individu telah mendorong publik untuk memilih calon pemimpin yang masih mempunyai hubungan kekerabatan dengan sosok pemimpin yang mereka anggap berkarisma. Publik berharap bahwa gaya kepemimpinan tokoh politik yang dipilihnya akan sama atau tidak akan jauh berbeda dengan sosok karismatik tersebut. Hingga saat ini, dengan mudah kita mendapati banyak tokoh-tokoh politik di Indonesia yang memiliki relasi dengan tokoh politik sebelumnya. Sisi negatif dari hal ini, tentu terjadinya oligarki kekuasaan yang hanya berada di satu circle kekuasaan saja. Bahkan di negara advanced democracy seperti Amerika Serikat, politik dinasti juga terjadi. Misalnya ketika George Walker Bush terpilih menjadi Presiden AS ke-43 (2001-2009), yang merupakan putra dari George Herbert Walker Bush, Presiden AS ke 41 (1989-1993). Begitu pula ketika Hillary Clinton, yang merupakan istri dari Bill Clinton, Presiden AS ke-42 (1993-2001), maju pada pemilihan presiden AS pada tahun 2016 head to head dengan Donald Trump.
Meskipun politik dinasti menjadi sisi negatif dalam demokrasi, pada kenyataannya, tidak
ada satupun pihak yang bisa melarang seseorang untuk maju mencalonkan diri sebagai calon pemimpin dalam kampanye politik selama ia memenuhi semua kriteria. Kondisi ini memungkinkan kerabat penguasa dapat melanjutkan estafet kepemimpinan, apalagi kemunculannya dalam panggung politik didukung rakyat dan partai politik. Namun, negara yang menganut demokrasi pun tak kalah cerdik, sebab regulasi membatasi periode kepemimpinan dinasti ini. Lantas, bagaimana dengan pencalonan Gibran sebagai Wali Kota Solo pada 2020 lalu? Tentu saja hal itu menimbulkan pro kontra di publik dan semakin memperpanjang daftar para elite yang melanggengkan kekuasaannya melalui politik dinasti. Atas jawaban keraguan bahwa terjunnya ia ke dunia politik hanya bermodalkan figur ayahnya, Gibran harus dapat membuktikan bahwa ia memiliki kapabilitas dan kapasitas untuk memimpin Solo hingga 2026 mendatang. Solo di Bawah Kepemimpinan Gibran Kemenangan telak pasangan Gibran-Prakoso pada Pilkada Solo tahun 2020 bukanlah hal yang mengejutkan. Seperti yang telah diprediksi sebelumnya, berdasarkan hasil survei Indonesian Public Institute (IPI) terkait tingkat elektabilitas bakal calon Wali Kota Solo, Gibran menempati urutan teratas sebesar 38,6 persen mengalahkan calon-calon lainnya yang tertinggal jauh, kurang dari 5 persen. Ditambah lagi, mesin partai berlambang kepala banteng, PDIP, rupanya sangat efektif dalam mengangkat elektabilitas Gibran. Adalah sebuah fakta yang tak terelakkan bahwa saat ini Solo berada di bawah kepemimpinan Gibran yang mewakili kaum milenial. Ia menjadi sosok pemimpin muda yang berani dalam mengambil kebijakan yang mungkin bagi sebagian pihak beresiko dan dapat mengancam citranya. Keputusan-keputusan yang diambil selama ia memerintah tentu tidak lepas dari kalkulasi seorang Gibran yang ingin serba cepat selayaknya kaum muda.
VISI • EDISI 39 • 2022 44
Pada masa pemerintahannya di Solo yang baru seumur jagung, badai pandemi Covid-19 melanda dunia, termasuk Indonesia. Situasi itu berdampak pada semua sektor, baik mencakup kesehatan dan perekonomian maupun kehidupan sosial. Oleh karena itu, selain karena masa pemerintahannya yang bahkan belum memasuki paruh kedua dan situasi pandemi yang belum berakhir, sebenarnya tidak mudah untuk mengukur bagaimana kinerja Gibran saat menjadi Wali Kota Solo secara obyektif. Namun, survei terkait Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) yang dirilis Magister Administrasi Publik, Unisri (Universitas Slamet Riyadi) Solo, dapat digunakan sebagai tolak ukur kepuasan warga terhadap kinerja pemerintahannya. Hasil survei menunjukkan bahwa mayoritas responden mengaku puas dengan kinerja Gibran, dengan rata-rata nilai mencapai 79.3 persen. Salah satu pertanyaan dalam survei berhubungan dengan tingkat kemudahan warga Solo dalam memperoleh pekerjaan pada tahun 2021 dibandingkan pada tahun 2020, dimana sebanyak 31,1 persen mengaku lebih mudah mendapatkan pekerjaan. Sementara 1,3 persen warga, menjawab sebaliknya. Survei tersebut dilakukan pada tanggal 4-13 Februari 2022, kepada 550 responden yang tersebar di beberapa kecamatan, yaitu Banjarsari, Jebres, Laweyan, Pasar Kliwon, dan Serengan. Faktor kemudahan mendapatkan pekerjaan sebenarnya juga dilatarbelakangi oleh beberapa indikator, sayangnya tidak ada rincian dari hasil survei yang dirilis di media, apakah hal itu terkait dengan kebijakan di masa pemerintahan Gibran atau tidak. Agaknya, masih terlalu prematur untuk melihat kinerja yang baru sekitar satu tahun, perlu diadakan survei-survei berikut nya yang mencakup responden lebih luas untuk mengukur kinerja seorang pemimpin.
Sementara itu, dibandingkan dengan kinerjanya, gaya kepemimpinan Gibran selama menjabat wali kota justru lebih banyak disorot media dan menjadi pro kontra bagi sebagian tokoh masyarakat, pengamat politik, politikus,
maupun akademisi. Mereka yang pro, seperti mantan KPU (Komisi Pemilihan Umum) Sragen, Roso Prajoko, menyatakan bahwa gaya kepemimpinan Gibran sangat unik dan konsisten karena dapat melakukan teguran halus dan tindakan tegas. Sebagai contoh, Gibran menindak tegas Suparno, Lurah Gajahan, Kecamatan Pasar Kliwon yang diberhentikan dari jabatannya lantaran terlibat pungutan liar berkedok penarikan zakat. Banyak warga yang memprotes aksi Gibran itu dan mendukung Suparno karena menganggap ia tak bersalah dan hanya menjadi korban dari oknum Linmas (Perlindungan Masyarakat). Namun, Gibran tetap konsisten dengan apa yang telah diputuskannya. Belakangan, terkuak fakta bahwa Suparno sama sekali tidak mendapatkan hasil sepeserpun dari pungutan liar tersebut, namun ia telah mengakui kesalahannya. Sikap Gibran yang tegas mengakibatkan reaksi yang berbeda dari warga, baik positif maupun negatif. Komitmen ini mendeskripsikan bahwa ia adalah sosok yang tak segan-segan turun ke lapangan langsung ketika mendapati laporan warga atau servant leadership. Gaya kepemimpinannya itu mencontoh sikap dan tindakan Joko Widodo ketika masih menjabat Wali Kota Solo. Gibran bahkan menerapkan kebiasaan yang sama seperti Joko Widodo, yang membawa karung beras untuk dibagikan pada warga yang membutuhkan. Kinerjanya yang serba cepat dan diikuti dengan proses kreativitas memang telah merepresentasikan kaum milenial. Bahkan, Profesor Jamal Wiwoho, Rektor UNS, turut berkomentar positif terhadap kinerja Gibran selama setahun memimpin Solo. Ia menyatakan bahwa Gibran mampu melakukan konsolidasi internal dan eksternal dengan baik, hal itu dibuktikan dengan penataan birokrasi di kota Solo. Ia menilai bahwa Gibran mampu memberikan terobosan yang berdampak pada warga Solo di era pandemi karena telah
VISI • EDISI 39 • 2022 45
berhasil mengantarkan UMKM binaan sampai mengekspor produk hingga ke Eropa.
Bertolak dari hal itu, Gibran justru dinilai tidak konsisten. Misalnya, ia dianggap berseberangan dengan kebijakan sebelumnya yang dibuatnya sendiri, yakni SE 067/1309 tentang Perpanjangan PPKM Mikro, yang menyebutkan pelaku perjalanan yang akan bepergian ke Solo untuk tujuan wisata diperbolehkan jika telah memenuhi syarat sesuai protokol kesehatan. Tetapi pada kesempatan yang lain, ia menyatakan penolakan terhadap kehadiran wisatawan yang berasal dari luar Solo dengan alasan untuk mengurangi mobilitas warga agar tidak terjadi kembali lonjakan kasus Covid-19 di wilayahnya. Kegamangan tersebut mungkin dapat dimaklumi sebab sejumlah daerah juga berupaya untuk menekan laju penularan Covid-19, sehingga seringkali kebijakan di era pandemi berjalan dengan tidak sesuai semestinya.
Ia pun juga tak luput dari kritik terkait dengan cara berkomunikasi dengan warga Solo yang dianggap tidak merakyat. Daryono, politikus PKS (Partai Keadilan Sejahtera) menyatakan bahwa kinerja Gibran tidak lebih baik dari era Joko Widodo merujuk pada hasil IKM yang dirilis Unisri. Ia menambahkan hal itu wajar-wajar saja jika nilai IKM tergolong tinggi karena survei itu dibuat pada awal tahun pertama. Pernyataan tak jauh berbeda juga diungkapkan oleh Mohammad Abdul Hakim, pengamat psikologi politik UNS, yang mengemukakan bahwa citra positif yang dibangun Gibran belum linier dengan kebutuhan dan terpenuhinya aspirasi Solo melalui kebijakan yang ia buat. Kritik tajam terutama ditujukan terhadap cara berkomunikasi Gibran yang dianggap kurang komunikatif, khususnya terhadap orang yang lebih dewasa karena ia tidak hanya berhadapan dengan generasi muda, tetapi juga generasi yang lebih tua yang secara kultural dan sosial masih memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat Solo. Tentu sikap
ini berbeda dengan politikus senior yang dalam bersikap dan mengambil kebijakan lebih dengan penuh kehati-hatian dan pertimbangan, sehingga terkesan lamban. Bagaimanapun, menjadi pemimpin di masyarakat yang heterogen dan majemuk tidak bisa bersandar pada satu standardisasi atau mengandalkan persepsi diri saja, sebab citra diri yang dibangun secara positif dapat berbalik jika tidak mampu membaca situasi dengan bijak. Di satu sisi, seorang pemimpin pun memang tidak dapat memberikan keputusan yang menyenangkan semua pihak, tetapi adalah bagaimana mengambil resiko terkecil dari keputusan tersebut. Dari sejumlah pernyataan pengamat, baik yang berkomentar positif maupun mengkritik, Gibran memang diakui punya kemampuan manajerial yang baik dan diharapkan dapat membenahi birokrasi, membuat sejumlah terobosan kebijakan yang bermanfaat bagi warga Solo. Menjadi pemimpin bukan hanya persoalan kinerja saja, tetapi juga bagaimana pemimpin mampu berempati dan melakukan komunikasi politik yang dapat diterima oleh semua pihak. Untuk hal ini, rupa-rupanya menjadi pemimpin menjadi tantangan tersendiri, apalagi di Solo yang sangat kental dengan budaya Jawa.
Sebagai pemimpin muda, kepemimpinan Gibran tentu menjadi pilot project dan menjadi role model bagi generasi muda dan selanjutnya. Sekaligus membuktikan bahwa usia tidak membatasi seseorang untuk maju sebagai pemimpin dengan segala kontroversi yang mengawali karir politiknya. Adalah fakta yang tidak terbantahkan bahwa proses dirinya naik ke tampuk kekuasaan sedikit banyak dipengaruhi oleh Joko Widodo. Sehingga ketika ada pihak yang melontarkan jika Gibran mendapatkan privilege dari kepopuleran ayahnya adalah hal yang wajar. Momen Gibran memang adalah saat ini, karena di masa depan momentum dirinya untuk terjun ke dunia politik mungkin telah sirna.
VISI • EDISI 39 • 2022 46
Pasar Legi Sepi Setelah Renovasi, Ada Apa?
LAPORAN KHUSUS
SITUASI Pasar Legi yang terpantau sepi ketika disambangi oleh VISI. (Dok. VISI/Fina)
Pasar Legi merupakan pasar induk terbesar di Kota Solo yang mengalami revitalisasi saat kepemimpinan Gibran-Teguh. Pasar yang dulu dikenal aktif dari pagi hingga dini hari, merupakan salah satu pasar tradisional kuno yang ada di Kota Surakarta. Setelah lebih dari 80 tahun beroperasi, terjadi kebakaran yang menyebabkan 250 kios di Pasar Legi terbakar habis. Untuk memperbaiki keadaan tersebut, pemerintah melakukan renovasi besar-besaran terhadap bangunan Pasar Legi. Jika dulu hanya berbentuk kios sederhana, kini Pasar Legi telah disulap menjadi pasar dengan bangunan megah. Akan tetapi, dibalik megahnya bangunan baru Pasar Legi, terdapat keluh kesah yang berasal dari pedagang setempat lantaran transformasi ini tak membuat pengunjung semakin ramai.
Wiwik (59) sebagai salah satu pedagang Pasar Legi mengungkapkan bahwa sebelum direnovasi, Pasar Legi lebih ramai baik dari sisi penjualan maupun pengunjung. Sepinya kondisi pasar ini merupakan imbas dari pengaruh online shop dan masyarakat yang dihantui rasa takut akan naiknya harga barang karena wajah Pasar Legi yang baru terlihat seperti supermarket bernuansa modern. Kondisi Pasar Legi Pasca Renovasi Pembangunan kembali Pasar Legi setelah kebakaran menjadi tanggung jawab wali kota Solo melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Pasar Legi kini terdiri dari 3 lantai dengan 306 kios, 2.190 unit los, dan 250 unit los untuk pedagang pelataran. Bangunan Pasar Legi yang baru sudah disesuaikan dengan aturan pasar yang ada, yakni luas kios harus sama selebar 12 m2 dan ukuran los 4 m2. Dengan ukuran tersebut, banyak pedagang yang mengkritik lantaran terlalu sempit. Menurut Joko Sartono, Kepala Bidang Sarana Distribusi Perdagangan, bangunan Pasar Legi ini masih menjadi hak dari Kementerian PUPR dan baru bisa dihibahkan setelah dua tahun, terkait dengan keluhan kios terlalu sempit baru bisa diatur oleh regulasi pemerintah kota setelah proses hibah itu selesai.
Pasca renovasi pasar, ternyata tidak semua pedagang kembali untuk berjualan di kios-kios, sehingga penjualnya berkurang. “Harusnya semua kembali saat selesai renovasi, tapi nyatanya belum pada balik karena masih sepi pembeli dan belum dipakai,” ungkap Wiwik saat ditanya VISI pada Rabu (07/09) terkait penjual di pasar yang berkurang.
Problematika Pasca Renovasi Wajah baru Pasar Legi yang megah nyatanya masih memiliki beberapa masalah. Menurut Wiwik, Pasar Legi sekarang memang lebih bersih dan bagus, tetapi pengunjung yang datang sepi, sehingga penjualannya menurun.
VISI • EDISI 39 • 2022 50
SITUASI Sudut lain Pasar Legi yang terpantau sepi. (Dok. VISI/Fina)
“Pasarnya sudah bagus, suasananya nyaman tapi kok nggak ada yang beli,” tutur Wiwik. Sepinya penjualan ini dapat dilihat dari sedikitnya barang yang berhasil terjual. “Penjualan pedagang sayur yang biasanya habis dalam satu hari, kalau sekarang bisa sampai empat hari masih ada yang belum habis.”
Selain dari sisi pengunjung, masalah juga ditemukan dari segi fasilitas bangunan pasar. Meskipun gedung Pasar Legi sudah megah, ternyata sanitasi toilet dan buangan air kurang terawat. Terlebih ketika hujan, lantai satu akan terkena banjir yang mengakibatkan bau busuk dari toilet tercium dimana-mana. “Masa bangunan baru udah bocor, terus airnya masuk dan yang
lantai bawah itu becek sampai depan kios. Pasar bagus-bagus tapi lantainya kotor basah semua kalo hujan,” ungkap Wiwik. Keadaan-keadaan tersebut mencerminkan bahwa renovasi Pasar Legi perlu ditinjau ulang, guna meningkatkan kenyamanan baik bagi pedagang maupun pengunjung pasar. Para pedagang Pasar Legi ini berharap semoga fasilitas dapat diperbaiki secepatnya, sehingga aktivitas ekonomi dapat kembali bergejolak.
Tanggapan Dari Pemerintah
Terkait dengan keluhan sempitnya kios dari para pedagang, pemerintah baru bisa menetapkan regulasi ulang setelah bangunan tersebut dihibahkan dari kementerian PUPR. Selain itu, banyaknya pedagang yang masih mengontrak di luar menyebabkan pasar menjadi sepi. Pemerintah juga sudah berupaya untuk melakukan penertiban dengan cara memberikan peringatan dan sanksi bagi pedagang yang tidak mau mematuhi aturan, tetapi masih tetap sama saja.
Berkaitan dengan laporan sanitasi yang buruk dan air masuk ketika hujan deras ini sudah ada tindak lanjut, yaitu dengan pemasangan kanopi dan bangunan landscape. ”Ya kita evaluasi terkait dengan hal ini termasuk keluhan-keluhannya,” tutur Joko.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk menciptakan pasar yang nyaman dan sesuai dengan aturan yang ada, sehingga terdapat kesamarataan kepentingan. Optimalisasi terkait keluhan dari para pedagang ini akan diselesaikan dengan program yang juga akan mengikuti perkembangan zaman, termasuk nantinya pembayaran dan kerjasama dengan salah satu ojek online, sehingga diharapkan pasar akan kembali ramai.
(Anggie, Hasna, Zihab)
VISI • EDISI 39 • 2022 51
Mpok Sinah Klamben Penopang
UMKM Kelurahan Mangkubumen Surakarta
Surakarta merupakan salah satu kota yang banyak melakukan inovasi-inovasi untuk kemajuan wilayahnya. Inovasi-inovasi tersebut dilakukan pada berbagai bidang, seperti pelayanan publik, perekonomian, dan lain-lain. Salah satu daerah di Kota Surakarta yang melakukan inovasi tersebut adalah Kelurahan Mangkubumen. Kelurahan Mangkubumen terletak di Kecamatan Banjarsari. Pemerintah Kelurahan Mangkubumen melakukan inovasi yang berfokus pada pengembangan dan pemberdayaan ekonomi warga Kelurahan Mangkubumen. Inovasi tersebut kemudian dikembang-
kan menjadi berbagai program, salah satunya adalah Kelompok Seni dan Usaha Kecil Menengah Kelurahan Mangkubumen atau yang biasa disebut sebagai “Mpok Sinah Klamben” pada tahun 2018.
Mpok Sinah Klamben merupakan program pemberdayaan masyarakat pedagang kaki lima dan pelaku kesenian yang dicetuskan oleh Lurah Mangkubumen saat itu, Beni Supartono Putro. Adapun Mpok Sinah Klamben sendiri dibangun dengan tujuan untuk memanfaatkan Gedung Sasono Kridha Warga Mangkubumen. Mpok Sinah Klamben ter-
VISI • EDISI 39 • 2022 52
PEMBERDAYAAN UMKM Timlo Bu Hasan, salah satu UMKM yang ada di Mpok Sinah Klamben. (Dok. VISI/Elly)
masuk salah satu program yang mendukung terwujudnya misi dari Wali Kota Surakarta, Gibran Rakabuming Raka pada misi keempat, yakni meningkatkan kualitas dan daya saing pemuda dan masyarakat umum pada bidang pendidikan, ekonomi, seni budaya, dan olahraga.
Pemerintah Kelurahan Mangkubumen dalam membentuk Mpok Sinah Klamben hendak mewujudkan pedagang-pedagang kaki lima, UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) dan pelaku kesenian mandiri dalam menghasilkan pendapatan sendiri tanpa harus berpindah-pindah tempat akibat tergusur oleh razia. Karena di Mpok Sinah Klamben ini mereka sudah diberi fasilitas tempat serta sarana-prasarana yang memadai, sehingga bisa menunjang keberjalanan kegiatan ekonomi mereka.
Esnenaningsih, salah satu pelaku UMKM Mpok Sinah Klamben menceritakan bahwa ia merasa terbantu dengan adanya Mpok Sinah Klamben ini. Esnenaningsih merupakan penjual Timlo, yang dulu tempat berjualannya berada di luar wilayah Kelurahan Mangkubumen. Alasan beliau bergabung dengan Mpok Sinah Klamben ini adalah karena faktor jarak antara rumah dengan tempat jualan yang jauh serta faktor umur. Esnenaningsih sudah bergabung dengan Mpok Sinah Klamben sejak awal dibentuk, sehingga ia sudah tahu kondisi dan kendala yang dihadapi ketika Mpok Sinah Klamben baru saja di rintis. Sejarah Terbentuknya Mpok Sinah Klamben
Kelurahan Mangkubumen merupakan salah satu kelurahan di Kota Surakarta yang memiliki topografi berupa dataran rendah dengan luas wilayahnya sekitar 19,7 hektar. Jauh sebelum dibangunnya Gedung Sasono Kridha Warga Mangkubumen, pernah berdiri sebuah gedung kumuh yang pernah dijadikan sebagai tempat kesenian srimulat, pemuda teater, dan kesenian lainnya. Namun, lambat laun keadaannya kosong dan tidak terawat, akhirnya gedung tersebut dirubuhkan. Pihak kelurahan bersama LPMK (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelura-
han) saat itu mengusulkan untuk dibangun kembali satu gedung pertemuan.
“Dulu pernah dibangun lagi Gedung LSD (Lembaga Sosial Desa -red), tapi kosong lagi selama beberapa tahun. Akhirnya, dibangunlah Gedung Sasono Kridha Warga ini, dengan menghabiskan budget sebesar tiga miliar rupiah,” tutur Ketua LPMK Kelurahan Mangkubumen, Hariadi Giarso.
Pihak pemerintah Kelurahan Mangkubumen bersama LPMK dan masyarakat kemudian berkonsolidasi untuk membahas pemanfaatan gedung tersebut supaya tidak terbengkalai dan kosong lagi.
“Pak Beni selaku lurah pada saat itu mengusulkan suatu kegiatan kolaborasi antara pelaku UMKM dengan pelaku kesenian,” terang Hariadi.
Ia menambahkan bahwa untuk mewujudkan kolaborasi tersebut, diciptakanlah inovasi program Mpok Sinah Klamben (Kelompok Seni dan Usaha Kecil Menengah Kelurahan Mangkubumen).
Pengembangan Program Mpok Sinah Klamben
Pada awal merintis Mpok Sinah Klamben ini, pemerintah Kelurahan Mangkubumen menunjuk secara langsung pengurus dan stakeholder yang terlibat dalam pengelolaan Mpok Sinah Klamben. Setelah itu, dibuat dasar hukum berupa Surat Keputusan Pengurus Mpok Sinah Klamben oleh Pemerintah Kelurahan Mangkubumen. Pengurus sendiri memiliki tugas untuk membangun perekonomian mandiri warga Mangkubumen. Selain itu, guna mendukung tugas tersebut, pengurus Mpok Sinah Klamben harus mengajak warga sekitar untuk bergabung dengan Mpok Sinah Klamben. Namun, proses tersebut tidaklah mudah. Terdapat berbagai kendala yang berasal dari mindset masyarakat sekitar itu sendiri.
“Pada awalnya, kita menawarkan kepada masyarakat sekitar untuk bergabung
VISI • EDISI 39 • 2022 53 LAPORAN KHUSUS
ke Mpok Sinah Klamben. Tapi banyak warga yang menolak dan tidak jarang ada warga yang menanyakan akan dikasih modal untuk jualan berapa,” ujar Aris (47), Ketua Mpok Sinah Klamben.
Diluncurkannya program Mpok Sinah Klamben ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar, dengan menghasilkan dana secara mandiri tanpa bantuan dari pemerintah atau pihak manapun. Sementara itu, pada masa perintisan, jumlah pengunjung Mpok Sinah Klamben masih sedikit bahkan cenderung sepi. Akibatnya, banyak pelaku UMKM yang sudah bergabung memilih untuk keluar dari Mpok Sinah Klamben. Terdapat kurang lebih tiga pelaku UMKM yang masih bertahan dari awal perintisan hingga saat ini. Selain karena faktor jumlah pengun-
jung yang sedikit, kendala dari pelaku UMKM di Mpok Sinah Klamben pada saat perintisan adalah tempat dagang yang belum nyaman.
“Dulu hanya menggunakan payung untuk dagang, jadi kalau hujan itu susah. Tapi sekarang sudah diganti menjadi pakai tenda besar,” ujar Esnenaningsih.
Saat ini terdapat sekitar 12 pelaku UMKM yang bergabung dengan Mpok Sinah Klamben.
Pada saat pandemi tahun 2020 hingga 2021, aktivitas perekonomian Mpok Sinah Klamben sempat berhenti dan baru beroperasi kembali tahun ini. Hal ini menjadi fokus pengurus Mpok Sinah Klamben, untuk menghidupkan kembali aktivitas Mpok Sinah Klamben di era new normal saat ini.
“Saya menggunakan koneksi dengan pihak luar untuk membantu promosi Mpok
VISI • EDISI 39 • 2022 54
Salah satu binaan dari program Kelompok Seni & Usaha Kecil Menengah atau yang dikenal dengan Mpok Sinah Klamben (Dok. VISI)
Sinah Klamben, seperti melalui media Instagram Agenda Solo. Mpok Sinah Klamben juga sudah punya akun Instagram sendiri, yakni mpoksinahklamben.official,” ujarnya. Sementara itu, di bidang kesenian, banyak dilakukan kegiatan seperti live music, sanggar tari, sanggar karawitan, dan lain-lain.
“Live music ini saya memanfaatkan koneksi untuk diajak tampil. Mereka ini pure ngamen, tanpa digaji oleh pihak Mpok Sinah Klamben,” jelas Aris. Ia juga menambahkan bahwa di Mpok Sinah Klamben ini tidak memakai modal, karena Mpok Sinah Klamben ini tujuannya pure untuk membantu warga memiliki penghasilan mandiri, tanpa harus bergantung pada bantuan modal pemerintah. Mpok Sinah Klamben dalam keberjalanannya sejak dulu hingga sekarang belum
pernah mendapat bantuan modal berupa uang dari pemerintah Kota Surakarta. Pemerintah Kota Surakarta lebih banyak memberi bantuan pada pembangunan gedung, pemberian fasilitas fisik seperti meja; kursi; dan lain-lain.
“Untuk bantuan dari pemerintah Kota Surakarta berupa barang fisik seperti kursi, meja, tenda, gedung, dan seperangkat gamelan. Tahun 2022 ini mendapat bantuan tambahan meja serta kursi lagi dari pemerintah Surakarta yang disalurkan melalui DPA Kelurahan Mangkubumen,” ujar Aris.
Prestasi Mpok Sinah Klamben
Setelah melihat bahwa Mpok Sinah Klamben menemukan titik keberhasilan, pemerintah Kelurahan Mangkubumen mengembangkan program lain yang bertujuan untuk mengatasi masalah warga Mangkubumen tentang pinjaman
VISI • EDISI 39 • 2022 55
kredit pada rentenir. Melihat hal itu, pemerintah Kelurahan Mangkubumen membuat program bernama Mangku Lawren (Mangkubumen Lawan Rentenir), program ini diharapkan dapat menghentikan dan membebaskan warga Mangkubumen untuk melakukan kredit pada rentenir.
“Sebelum dikeluarkan program Mangku Lawren ini, pemerintah Kelurahan Mangkubumen membantu melunasi sebanyak 15 UMKM yang sudah terjerumus kredit rentenir. Kita mencari bantuan modal di luar Kelurahan Mangkubumen supaya bisa melunasi hutanghutang tersebut,” jelas Hariadi. Setelah Mpok Sinah Klamben dan Mangku Lawren berjalan hampir satu tahun, Kelurahan Mangkubumen memenangkan Evaluasi Perkembangan Desa dan Kelurahan tingkat kota dan melaju ke tingkat provinsi. Pada tingkat provinsi ini Kelurahan Mangkubumen berhasil menjadi juara, yang berhak mewakili Jawa Tengah dalam lomba tingkat nasional. “Menjadi suatu kebanggaan untuk saya yang bisa ikut membawa dua program unggulan Kelurahan Mangkubumen ke lomba tingkat nasional,” ujar Hariadi. Setelah memperoleh kesuksesan tersebut, Mpok Sinah klamben terus melakukan perbaikan dan inovasi, salah satu inovasi terbaru yang sedang dirintis adalah dibentuknya Pasar Jadoel. “Pasar Jadoel ini berisi makanan-makanan tradisional seperti pecel, apem, dan lain-lain. Dibuka setiap dua kali dalam sebulan, minggu kedua dan keempat mulai pukul 07.00 WIB,” ujar Aris. Sama seperti Mpok Sinah Klamben, perintisan Pasar Jadoel ini juga melalui proses yang cukup lama, mulai dari minat warga untuk bergabung sedikit dan pengunjung yang sepi. Kemudian Aris berinisiatif untuk menggandeng komunitas reog sebagai daya tarik, agar minat masyarakat untuk datang ke Pasar Jadoel bertambah. Aris menjelaskan jika Pasar Jadoel tidak mempunyai aspek pendukung lain seperti hiburan, maka akan sepi pengunjung.
Kontribusi Pemerintah dan Harapan Untuk Mpok Sinah Klamben
Keberjalanan Mpok Sinah Klamben ini tidak lepas dari peran pemerintah yang ikut mendukung di belakang. Pemerintah Kota Surakarta memberikan dukungannya melalui Pemerintah Kelurahan Mangkubumen, seperti: penyediaan tempat; lapak berjualan; meja dan kursi; listrik; serta air. “Saat Musrenbangkel (Musyawarah Perencanaan Pembangunan Kelurahan -red), Mpok Sinah klamben selalu dimasukkan ke dalam anggaran. Kadang juga ditanya mengenai kebutuhan apa yang masih kurang,” jelas Hariadi.
Untuk memajukkan Mpok Sinah Klamben masih diperlukan peningkatan-peningkatan aspek lagi antara lain manajemen organisasinya diubah ke arah profesional dan lebih banyak warga sekitar yang mindset berpikirnya sudah mengarah pada pola pikir entrepreneur.
“Karena kendala kita dalam mencari UMKM ini adalah masih banyak mindset warga yang lebih baik bergantung pada bantuan modal pemerintah, daripada harus berjuang untuk menghasilkan dana mandiri,” jelas Aris.
Lalu, perlu dilakukan sosialisasi mengenai penyajian dan pengemasan makanan yang baik serta menjaga kebersihan fasilitas toilet serta mushola. Selain itu, Hariadi juga mengharapkan lapak di Mpok Sinah ini juga bisa dipesan melalui aplikasi online.
“Kedepannya, Mpok Sinah Klamben akan bekerja sama dengan Shopee untuk melakukan promosi digital dan bisa berjualan secara online. Pihak Shopee sudah survei ke Mpok Sinah Klamben, jadi secepatnya Mpok Sinah Klamben dapat berjualan secara online,” pungkasnya.
(Cika, Salsa, Elly)
VISI • EDISI 39 • 2022 56
Wajah Baru Wisata Surakarta Pasca Pandemi
LAPORAN KHUSUS
Kios milik Sri Sudarmi, salah satu pedagang di Pasar Klewer. (Dok. VISI/Nabila)
Sejak 2020 silam, Surakarta menjadi salah satu kota yang terkena imbas dari adanya pandemi Covid-19. Hal ini mengakibatkan aktivitas dari berbagai sektor terhambat, termasuk pariwisata dan industri kreatif. Akibatnya, terjadi penurunan ekonomi yang cukup signifikan. Dinas Pariwisata Kota Surakarta mencatat bahwa pada tahun 2019, terdapat 5.353.834 wisatawan domestik dan 32.317 wisatawan mancanegara yang datang ke Kota Surakarta. Kemudian setelah adanya pandemi di tahun 2020, terjadi penurunan yang cukup drastis. Jumlah wisatawan menjadi hanya 1.420.315 wisatawan lokal dan 4.485 wisatawan asing saja. Selain adanya pandemi Covid-19, 2020 juga merupakan tahun yang penting bagi masyarakat Kota Surakarta, pasalnya tahun itu merupakan tahun bagi ajang pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Surakarta yang baru. Gibran Rakabuming Raka, sebagai Wali Kota terpilih, menyampaikan 8 program utama apabila ia dan pasangannya, Teguh Prakosa, terpilih menjadi pemimpin Kota Surakarta. Program-program utama yang dijanjikan pasangan Gibran-Teguh, antara lain : (1) Bangkit dari pandemi Covid-19, (2) Pendapatan daerah dan pembiayaan bangunan, (3) Pendidikan dan kesehatan, (4) Pariwisata dan industri kreatif, (5) Tata ruang dan infrastruktur, (6) Investasi kebudayaan, (7) Kepemudaan dan kesetaraan gender, dan (8) Kerjasama Surakarta Raya.
Dari delapan program utama yang dijanjikan, VISI menyoroti satu poin, yaitu poin keempat tentang pariwisata dan industri kreatif, terkhusus di bidang industri kreatif. Poin ini berbuah menjadi beberapa janji-janji baru yang lebih kompleks. Lebih lanjut, kami berfokus pada poin (1) Pembebasan retribusi UMM selama pandemi, dan (2) Memberikan kelonggaran pembayaran pajak daerah dan retribusi untuk UMM pasca pandemi.
Pada Jumat (26/8) VISI telah mewawancarai dua pedagang batik di Pasar Klewer, untuk mengetahui apakah janji yang diberikan oleh Gibran-Teguh nyata adanya, khususnya di
bidang industri kreatif dan UMKM. Dari hasil wawancara tersebut, VISI mendapati bahwa Pemerintah Kota Surakarta memberikan bantuan kepada pedagang di Pasar Klewer berupa pembebasan biaya retribusi selama beberapa bulan. Salah satu pedagang Pasar Klewer, Wartini (44) mengungkapkan bahwa kiosnya hanya membayar retribusi sebesar Rp150.000,00 per bulan.
“Kios ini milik saya sendiri, hanya membayar retribusi perbulan seratus lima puluh ribu
VISI • EDISI 39 • 2022 58
rupiah. Waktu pandemi, retribusi dibebaskan beberapa bulan,” jelas Wartini. Hal serupa juga diungkapkan oleh pedagang lain, yakni Sri Sudarmi (67). “Ada bantuan bayar retribusi beberapa bulan, terus ada bayar Himpunan Pedagang Pasar Klewer untuk penjagaan, karena ada penambahan satpam, saya bayar perbulan sekitar Rp160.000,” ungkapnya. Terkait inovasi, ada beberapa inovasi yang juga diterapkan oleh Gibran untuk mendukung
perealisasian janjinya di bidang pariwisata dan industri kreatif, salah satunya dengan cara mempromosikan kegiatan-kegiatan pariwisata yang ada di Surakarta melalui kanal YouTubenya, Gibran TV.
Selain itu, dalam masa kepemimpinannya, Gibran turut memperkenalkan Kota Surakarta dalam program yang bernama Java in Paris. Program ini merupakan hasil kerjasama antara Shopee, Pemerintah Kota
VISI • EDISI 39 • 2022 59
Pakaian dagang milik Wartini yang dipajang. (Dok. VISI/Nabila)
Surakarta, Kedutaan Besar Republik Indonesia di Paris, dan Le BHV Marais Paris Program “Java in Paris” merupakan bentuk perealisasian komitmen dari Pemerintah Kota Surakarta untuk terus mendukung UMKM Kota Surakarta agar bisa naik kelas dan berdaya saing di tingkat global. Java in Paris merupakan kesempatan agar bisa memperkenalkan Batik Surakarta di Paris yang merupakan pusat fashion dunia. Sayangnya, ketika ditanya mengenai dampak dari diadakannya program Java in Paris, Wartini mengaku bahwa tidak ada dampak positif yang terlalu berarti bagi UMKM mereka.
“Setelah pandemi ini, belum ada lagi turis luar negeri yang datang,” jelas Wartini saat ditemui di kiosnya. Alasan lebih lengkap juga dituturkan oleh Sri Mulyani (51). Sri mengatakan bahwa dampak yang diberikan oleh program Java in Paris itu tidak akan sampai ke pedagang-pedagang kecil, karena kualitas produk yang berbeda.
“Kalau batik di Pasar Klewer kebanyakan dijual lagi alias tidak ecer, jadi gak ngaruh. Kalo alusan kaya di butik itu mungkin ngaruh, disini tidak ada dampak sama sekali soalnya bahan yang dibeli pasti yang bagus,” jelas Sri Mulyani.
Memasuki masa setelah pandemi mereda, Gibran mulai menggenjot pariwisata Kota Surakarta dengan membentuk Badan Promosi Pariwisata Daerah Kota Surakarta yang tugas utamanya meningkatkan kunjungan wisatawan serta meningkatkan citra pariwisata. Kota dengan slogan Spirit of Java ini dikenal dengan acara atau kegiatan seni budayanya yang spektakuler.
Penyelenggaraan acara ini turut serta dalam memicu pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta setelah pandemi. Banyak event budaya atau musik yang kini digelar kembali, seperti International Mask Festival (IMF), Surakarta Batik Carnival (SBC), Surakarta Batik Music Festival (SBMF), Surakarta International Performing Arts (SIPA), Sekaten, Festival Payung, Festival Keroncong,
Kirab Suro dan Muludan, dan masih banyak lagi event menarik lainnya. Gibran juga semakin gencar mempromosikan event di sosial media pribadinya. Dalam promosi sektor pariwisata bisa dibilang sukses karena banyak pengunjung yang datang saat event berlangsung.
Melihat data yang tercatat di situs web Dinas Kota Surakarta dan fakta lapangan pada sektor industri kreatif khususnya UMKM, bahwa memang terdapat perubahan pada perekonomian masyarakat Surakarta yang menjadi salah satu komponen penggerak di sektor pariwisata dan industri kreatif.
Selama kurang lebih 1,5 tahun menjabat sebagai Wali Kota Surakarta, Gibran telah melakukan upaya penghidupan kembali kedua sektor tersebut, meskipun dampak yang dihasilkan belum cukup signifikan. Pedagang menengah kebawah yang seharusnya menjadi target utama dari usaha perbaikan geliat ekonomi yang dilakukan belum mendapatkan pelayanan yang optimal dari pemerintah, sehingga dengan sisa waktu kepemimpinan yang ada, Gibran perlu untuk turut berfokus pada kalangan menengah kebawah dengan ekonomi yang sulit agar keadaan perekonomian di Kota Surakarta bisa merata ke berbagai kalangan.
(Nabila, Priska, Rista)
VISI • EDISI 39 • 2022 60
Menilik Keberjalanan Surakarta dalam
1,5 Tahun Gibran-Teguh
Afrizal Nur Eknanto Mahasiswa Sosiologi 2020
Kota Surakarta atau yang biasa kita kenal dengan sebutan Kota Solo terkenal dengan slogan Spirit of Java. Solo yang menjadi salah satu kota besar di Provinsi Jawa Tengah kerap menjadi sorotan dan juga menjadi orientasi dari berbagai daerah lain dalam hal pengembangan dan keberjalanan kotanya. 2021 menjadi suatu awal dari keberjalanan pasangan Gibran-Teguh dalam memimpin Kota Surakarta. Perwajahan Kota Surakarta dibawah kepemimpinan Wali Kota muda yang diharap banyak inovasi-inovasi modern demi kemajuan Kota Surakarta.
Sebelum kita coba melihat bagaimana keberjalanan kepemimpinan Gibran-Teguh selama setahun ini, alangkah lebih baik kita menilik kembali sebuah gagasan yang diusung oleh Gibran-Teguh dalam visi yang mereka bawa. “Mewujudkan Surakarta Sebagai Kota Budaya yang Modern, Tangguh, Gesit, Kreatif dan Sejahtera” menjadi narasi yang dibawa oleh Gibran-Teguh. Narasi yang tentunya ada suara-suara harapan dari masyarakat kecil Kota Surakarta agar tidak hanya jadi sekadar janji manis politik. Jika kemudian kita tilik sejauh mana visi tersebut tercapai dalam setahun ini, mungkin terlalu dini untuk menyimpulkan bagaimana Gibran-Teguh dalam memegang amanah tersebut.
Beberapa hal mungkin bisa masuk menjadi poin apresiasi terhadap apa yang sudah Gibran-Teguh tempuh sejauh ini. Cepat tanggapnya pemkot terhadap isu-isu viral yang terjadi di Surakarta, pembangunan dan revitalisasi mungkin menjadi nilai positif yang diberikan oleh Gibran-Teguh. Pengupayaan kota yang
modern, tangguh dan gesit menjadi pencirian wajah Surakarta di 1,5 tahun Gibran-Teguh. Namun, masih ada beberapa catatan penting dan juga mungkin bisa menjadi pengingat bagi Gibran-Teguh dalam menjalani masa kepemimpinan. Masalah-masalah seperti kemiskinan dan pemukiman kumuh tentunya masih menjadi suatu hal yang belum bisa terselesaikan. Menjadikan narasi kota yang sejahtera terasa kurang sempurna. Pembangunan-pembangunan yang sudah di prioritaskan tak semestinya mengesampingkan problema kemiskinan yang tak kunjung usai. Hal ini menjadi catatan penting bagi Pemkot Surakarta untuk segera menemukan solusi guna menekan angka kemiskinan di Kota Surakarta. Selain permasalahan kemiskinan yang tak terselesaikan, kini terjadi suatu problema di dunia pendidikan terkhusus pada sekolah dasar negeri. Beberapa SD negeri yang terpaksa di regrouping karena sepinya peminat. Hal itu menjadi suatu bentuk evaluasi sektor pendidikan yang perlu ditemukan akar permasalahannya.
Kami juga mencoba menyampaikan sedikit pesan dari kawan-kawan paguyuban pemulung di kawasan TPA Putri Cempo yang sampai saat ini belum mendapat jaminan kehidupan mereka kedepannya apabila pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) mulai berjalan. Ada beberapa kerisauan yang mereka hadapi tentang bagaimana apabila mereka nantinya tidak diperbolehkan lagi memulung di Putri Cempo. Sekian beberapa evaluasi dari saya. Suatu bentuk kepedulian dari masyarakat yang peduli dengan kotanya.
VISI • EDISI 39 • 2022 61 REFLEKSI
Gibran di Mata Legislatif
Sudah kurang lebih 1,5 tahun Gibran memimpin Kota Solo. Tentunya banyak perubahan-perubahan dan dobrakan yang ingin dilakukan Gibran Sebagai seorang wali kota. Ketika menjalankan suatu program kerja, kepemimpinan Gibran perlu dievaluasi. LPM VISI berhasil mewawancarai Wakil Ketua DPRD Kota Solo, yakni Bapak Sugeng Riyanto untuk mengevaluasi kinerja Gibran sebagai wali kota Solo.
Apa yang bapak ketahui tentang program kerja Gibran?
Gibran mempunyai 10 program kerja yang akan direalisasikan, seperti Kebun Binatang Jurug, Masjid Baru, Persimpangan Joglo, Stadion Manahan, Taman Balekambang, Islamic Center, Solo Technopark, Ngarsopuro, Lokananta, dan Sentra IKM. Inilah yang akan menjadi produk Solo, dengan begitu pendapatan asli daerah Solo akan meningkat. Menurut saya, program-program ini bagus karena tidak membebani pada APBD Solo. Kalaupun ada anggaran dari APBD Solo, itu angkanya kecil. Akumulasi uang yang digunakan untuk 10 proker itu besar sekali, tidak hanya ratusan miliar, tetapi sudah triliun. Dari sisi itu, kita mengapresiasi karena tidak banyak wali kota yang bisa melakukan gebrakan sebesar ini. Nilai pembangunannya besar, tetapi tidak membebani APBD. Hal ini tentu ada kaitannya dengan privilege Gibran sebagai anak seorang Presiden, tidak bisa ditiru oleh kepala daerah yang lain.
Apa saja program kerja Gibran yang sudah terealisasi?
Dalam mengukur kinerja wali kota itu, DPRD menilai dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota (RPJMD). RPJMD merupakan cikal bakal dari sebuah Peraturan Daerah (Perda). Pasca dilantik, seorang kepala daerah harus punya RPJMD semaksimal-maksimalnya enam bulan. RPJMD itu semacam penjabaran dari kisi-kisi wali kota saat kampanye, lalu di-breakdown dalam program strategis tahunan. Gibran dilantik tahun 2021, maka ia harus menyusun RPJMD untuk 2022, 2023, sampai 2026. APBD 2022 menjadi APBD tahun pertama genuine yang dikelola Gibran karena pada tahun 2021 yang menyusun masih wali kota sebelumnya. Pada tahun 2022 ini, kalau pembangunan fisik rata-rata sifatnya melanjutkan apa yang dirintis wali kota sebelumnya, seperti pembangunan rel, revitalisasi Pasar Legi, dan Manahan. Kalau Gibran, gebrakannya dari sisi APBD belum terlalu ke-
VISI • EDISI 39 • 2022 62
LEGISLATIF Wakil Ketua DPRD
Kota Solo, Sugeng Riyanto dari Fraksi PKS. (Dok. Pribadi)
lihatan. Gibran banyak terfokus pada penanggulangan Covid-19, jadi memaksimalkan vaksinasi. Lalu, setelah penangan Covid-19 ini selesai, supporting kepada UMKM dan bagaimana agenda-agenda kota baru bisa berjalan lagi. Pada tahun 2022 ini, banyak event-event besar diadakan di Solo, seperti ASEAN Para Games yang dimana Solo mendapat kehormatan menjadi tuan rumah, hal ini lumayan menggeliatkan perekonomian. Secara APBD, banyak program-program yang sifatnya melanjutkan dari 2021. Fokus Gibran yang sudah terealisasikan lebih kepada menggeliatkan perekonomian.
Sejauh ini, Apakah Proker Gibran sudah terlihat berdampak untuk Masyarakat Solo?
Vaksinasi Covid-19 saat kepemimpinan Gibran menjadi program yang berdampak bagi masyarakat Solo. Hal itu karena Solo mampu mendapatkan jatah vaksin di awal. Capaian vaksinasi di Solo termasuk tinggi dan cepat dibandingkan dengan daerah lain. Dari sisi itu, Solo sangat luar biasa dalam memastikan masyarakat mendapatkan supply untuk bisa vaksin. Vaksinasi dirasakan oleh semua lapisan masyarakat. Upaya tersebut patut diapresiasi dalam penanganan Covid-19. Lalu, jika dilihat dari aspek masifnya, pembangunan-pembangunan fisik di Kota Solo pada tahun ini seperti Jembatan Jurug, kebun binatang, Jembatan Mojo, Simpang tujuh Joglo juga perlu diapresiasi. Pembangunan-pembangunan yang akan direalisasikan itu menggunakan APBD dengan jumlah yang sedikit, artinya APBD bisa dimaksimalkan untuk membuat program-program yang bersinggungan langsung dengan masyarakat. Kalau APBD digunakan untuk bangun jembatan, masjid, dan pembangunan lainnya, kesejahteraan rakyat menjadi berkurang karena dialokasikan untuk infrastruktur. Akan tetapi, ketika kepemimpinan Gibran ini berjalan, pembangunan infrastruktur di Solo diambil dari APBN, sehingga APBD Solo sekitar 2,4 triliun bisa dioptimalkan untuk program kesejahteraan masyarakat, seperti vaksinasi, bantuan sosial sembako, serta kebijakan-kebijakan event yang menstimulasi perekonomian.
Apa saja Janji Gibran yang belum terealisasi atau ada kendala/hambatan?
Kalau dilihat dari apa yang disampaikan Gibran saat kampanye, ia ingin membawa Solo dapat melompat lebih jauh kepada pembangunan fisik. Solo tidak punya sumber daya alam mineral yang bisa menjadi andalan pendapatan kota. Oleh karena itu, Solo mengandalkan sektor perdagangan, jasa, dan pariwisata. Secara umum, lompatan-lompatan yang dikampanyekan Gibran sedang berjalan, terutama dalam pembangunan fisik. Akan tetapi, pembangunan fisik tanpa diimbangi dengan pembangunan mental, spiritualnya itu nanti akan bermasalah. Semua fasilitas fisik terpenuhi, tetapi spiritual mentalnya tidak diisi. Jadi, saya mendorong wali kota untuk peduli dan memperhatikan aspek-aspek spiritualitas. Pembangunan fisik memang penting, tetapi juga harus diimbangi dengan pembangunan manusianya. Misal, dalam bidang pendidikan. Bangunan SD dan SMP di Solo itu bagus-bagus, tetapi di Solo masih terjadi penerimaan siswa baru yang pendaftarnya hanya 1 orang. Banyak SD di Solo banyak yang regrouping, karena muridnya tidak ada. Masyarakat sekarang lebih percaya ke sekolah swasta karena sekolah negeri dinilai kurang kualitasnya, karena tidak dibangun SDMnya. Kualitas pendidikan akan berbeda kalau yang mengajar anak SD di Solo itu tamatan S2, akan lebih berkualitas. Menyekolahkan guru-guru SD agar punya kualifikasi yang bagus dan menjadikan anak SD itu pintar-pintar bisa jadi alternatif untuk pembangunan SDM yang mumpuni. Mewariskan bangunan itu bagus, tetapi mewariskan masyarakat yang terdidik itu jauh lebih bagus. Pembangunan fisik saja tidak cukup, harus dibangun SDM nya, aspek mental spiritual, dan pendidikan. Hal-hal tersebut yang belum tersentuh oleh Gibran.
(Fina/Zahra)
VISI • EDISI 39 • 2022 63 VISI BERTANYA
Revitalisasi Solo Technopark, Program Prioritas Gibran yang Sukses Hadirkan Manusia-Manusia Kreatif
GEDUNG
Siapa sangka Solo Technopark yang dulunya misterius karena tak banyak masyarakat yang mengetahui apa isi dari gedung besar itu, kini menjadi ramai berisikan mahasiswa yang keluar masuk sejak pagi hingga petang. Tak sedikit dari mereka mengunjungi Solo Technopark untuk bertempur dengan laptopnya, melaksanakan kewajiban sebagai mahasiswa, belajar dan mengerjakan tugas. Jika mengingat kembali beberapa tahun silam, Solo Technopark memang belum eksis seperti sekarang, bahkan sempat dipertanyakan oleh masyarakat mengenai tujuan utama dari kehadirannya. Masyarakat sekitar semakin mempertanyakan ketika Solo Technopark diperuntukkan sebagai tempat karantina semasa merajalelanya pandemi Covid-19 dua tahun silam. Namun, kehadiran Solo Technopark kini menjadi salah satu tempat ikonik, khususnya bagi mahasis-
wa di sekitarnya. Sebab sekarang ini, terdapat co-working space yang menjadi salah satu daya tarik utama sarana Solo Technopark, dan kehadirannya membawa angin segar bagi para mahasiswa, sekaligus bagi masyarakat sekitar sebagai salah satu sarana public space di Kota Surakarta yang bebas digunakan oleh seluruh pihak secara inklusif.
Wajah Baru Solo Technopark
Solo Technopark merupakan kawasan sains dan teknologi yang berada langsung di bawah pengawasan Pemerintah Kota Surakarta sebagai pusat inovasi dan vokasi. Solo Technopark adalah salah satu kawasan ruang publik yang mengkolaborasikan antara akademik, bisnis, government, komunitas dan media. Yudit (56) selaku pimpinan Solo Technopark mengungkapkan bahwa tujuan kehadiran Solo Technopark adalah untuk menumbuhkan UMKM
VISI • EDISI 39 • 2022 64
Solo Trade Center merupakan gedung yang berisikan berbagai co working space dari berbagai mitra dan public space yang terbuka untuk umum. (Dok. VISI/Zulfa)
serta memberikan layanan riset bagi industri, se hingga Solo Technopark dapat meningkatkan daya saing Kota Surakarta. Pada awal berdirinya di tahun 2009, Solo Technopark hanya memfasilitasi sektor manufaktur. Namun dalam perkembangan nya, kini Solo Technopark memfasilitasi sektor layanan dan industri serta sektor Research and Development (RnD). Hingga hari ini, kehadiran Solo Technopark juga turut memberikan wadah untuk menumbuhkan UMKM Kota Surakarta. Yudit juga mengatakan bahwa bentuk program revitalisasi Solo Technopark yang menjadi bagian dalam proyek besar kepemimpinan Wali Kota Surakarta, Gibran Rakabuming adalah untuk menjadikan Solo Technopark sebagai wadah kolaborasi antara pemerintah, UMKM dan investor.
Program selanjutnya yang dicanangkan oleh Solo Technopark bersama dengan Pemerintah Kota Surakarta adalah mewujudkan inkubasi game melalui kerjasama investor dari Taiwan. “Dengan inkubasi game diharapkan kita dapat membuat game secara mandiri, sehingga, keuntungan-keuntungan ekonomis dapat kita peroleh langsung,” ungkap Yudit.
Selain melakukan percepatan kerjasama dengan para investor, Solo Technopark juga melakukan kerjasama dengan pihak akademisi, termasuk di dalamnya Universitas Sebelas Maret, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Universitas Slamet Riyadi dan Politeknik AKMI, Adapun kerjasama dengan akademisi yang dimaksud berupa penyediaan layanan riset, penyediaan layanan pelatihan serta layanan technopreneurship.
Komitmen Solo Technopark untuk mewujudkan cita-cita terciptanya ruang publik yang bermanfaat untuk menumbuhkan daya saing Kota Surakarta terlihat dari perbaikan secara fisik berupa pembangunan sarana-sarana infrastruktur di kawasan Solo Technopark. Saat ini, Solo Technopark sedang melakukan pembangunan beberapa gedung untuk mewadahi sektor inkubasi game dan sektor pembinaan UMKM. Selain pembangunan secara fisik, Solo Technopark juga memfasilitasi pembangunan nonfisik berupa pelaksanaan diklatdiklat dengan metode 3 in 1, yakni metode melatih, mensertifikasi dan menyalurkan. Kehadiran diklat-diklat tersebut guna melahirkan manusia-manusia kreatif yang kedepannya dapat menjadi bekal bagi anak muda untuk memasuki dunia kerja.
Kehadiran Solo Technopark dilengkapi dengan berbagai program inovasi yang kini sedang dioptimalisasikan oleh Solo Technopark disertai dukungan penuh dari pemerintah Kota Surakarta diharapkan dapat menjadi fasilitator untuk menumbuhkan ekosistem digital yang dibangun untuk mewujudkan Kota Digital di tahun 2030. Selain itu, Solo Technopark bersama dengan para investor, juga ditujukan untuk melahirkan manusia-manusia kreatif melalui program digitalisasi UMKM, dengan harapan kedepannya UMKM dapat tumbuh melalui pembinaan yang disediakan oleh kawasan Solo Technopark.
VISI • EDISI 39 • 2022 65 SPEKTRUM
PIMPINAN Yudit Cahyantoro pimpinan Solo Technopark. (Dok. Solo Technopark)
Lebih Merangkul dan Membimbing Mahasiswa
Dengan wajah baru yang lebih segar, Solo Technopark juga semakin berupaya untuk mengikuti perkembangan zaman yang terus maju. Selain bekerjasama dengan investor Taiwan guna mewujudkan inkubasi game, masih banyak kerjasama-kerjasama yang dilakukan Solo Technopark. Mulai dari pengadaan event yang menarik anak muda seperti seminar beasiswa, talkshow mengenai karir ataupun pembuatan skripsi, workshop, pertunjukan budaya, lomba pembuatan konten, hingga yang paling mencolok adalah pengadaan co-working space
untuk belajar mahasiswa dan masyarakat Surakarta. Solo Technopark yang membuka kesempatan bagi mahasiswa untuk mengikuti Magang Kampus Merdeka dan menjadi bagian dari mahasiswa Magang dan Studi Independen Bersertifikat pun membuat Solo Technopark menjadi semakin fresh dan mampu melahirkan manusia-manusia kreatif. “Dengan Solo Technopark jadi mitra di Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB), tentunya selain STP lebih dikenal sama masyarakat, juga mahasiswa dari berbagai kampus jadi punya kesempatan untuk belajar banyak melalui project profesional di
VISI • EDISI 39 • 2022 66
CO WORKING SPACE Salah satu co-working space di gedung Solo Trade Center adalah milik Shopee yang paling sering dikunjungi untuk kegiatan seperti berdiskusi atau sekadar mengerjakan tugas (Dok. VISI/Zulfa)
Solo Technopark,” ujar Ammar (21), mahasiswa MSIB batch 1 Solo Technopark.
Ammar mengungkapkan bahwa ia mengikuti magang di Solo Technopark untuk mendapatkan pengalaman dan pengetahuan yang relevan dengan dunia kerja. Bertekad untuk membantu promosi Solo Technopark akan fasilitas-fasilitas yang sudah dimilikinya, Ammar merasa bahwa transformasi Solo Technopark kini sudah luar biasa bagus.
“Mulai Februari 2022, transformasi Solo Technopark dalam memberikan berbagai fasilitas kepada mahasiswa jadi lebih masif lagi. Di Solo Technopark, mahasiswa bisa secara gratis
untuk punya tempat keren untuk nugas, rapat organisasi, hangout, ikut kegiatan yang banyak benefitnya, bahkan sekarang ada gaming space pertama di Indonesia.”
Ia berharap untuk kedepannya Solo Technopark dapat selalu memberikan fasilitas dan layanan terbaik bagi masyarakat umum. Sebagai pusat inovasi di Solo dan bahkan untuk Indonesia, semoga selalu bisa seperti slogannya, “Where Competence, Innovation, Technology, and Business Grow”.
(Zulfa, Diva)
VISI • EDISI 39 • 2022 67
Kanigara
Oleh: Nada Nu’ma Azkiya Mahasiswa Ilmu Komunikasi UNS
Eyang membenci cinta, begitu yang dapat kuketahui.
Pernah satu sore, aku bertanya pada sosoknya yang asik menggumam lagu di kursi goyang dan melukis bunga matahari setengah jadi.
“Eyang kenapa nggak percaya cinta?”
Nada-nada acak yang keluar dari bibir Eyang terbang pada sela-sela pot monstera dan kembang cinta di teras. Aku duduk bersisihan, melupakan buku yang semenit lalu kubaca.
Tangan keriput Eyang menari lincah pada kanvas. Menorehkan warna oranye pada kelopak bunga matahari, sebentar lagi lukisannya jadi.
“Berarti Eyang nggak cinta aku, Mama, dan Ayah?”
“Beda! Ya jelas beda.”
Netra Eyang memicing dari balik kacamata, berpindah mencari cat hijau untuk batang. Umurku baru 12 tahun waktu itu, tapi aku paham betul Eyang dan melukis selalu bersisian dalam satu paragraf.
“Berbeda kalau itu,”
Cat hijaunya ditemukan terselip di dekat pot kaktus.
“Jelas Eyang sayang kamu, Mama dan Ayahmu.”
“Cinta itu, Kani,” berdeham Eyang melanjutkan bicara, “terlalu naif. Manusia berubah dan bagaimana juga cinta. Tidak semua akan terus sama.”
Seperti yang lalu-lalu juga, sore itu ditutup tanpa banyak obrolan lebih lanjut. Kanvas berisi gambar bunga matahari dengan tujuh kelopak diletakkan hati-hati di tepian tangga.
Ada banyak hal yang tidak cukup kupahami dari Eyang.
Mungkin salah satunya tentang obsesinya dengan bunga matahari. Sudah ada banyak hal berbau bunga kuning itu yang dimiliki Eyang.
Kanvas dengan objek serupa menggantung pada dinding-dinding rumah. Sebagian disimpan di kamar dalam bentuk anyaman, karpet, gelas keramik, dan jam. Terakhir, bungabu-nga kuning itu ditanam sedemikian rupa pada halaman depan rumah kami.
Lain hal soal Eyang adalah bagaimana cara ia membenci cinta di dunia ini.
Mama yang sudah tinggal dengannya sejak umur 10 tahun bahkan tidak pernah tahu kenapa. Orang bertanya bagaimana Eyang bisa hidup lebih dari setengah abad tanpa punya pasangan, dan ia cuma terkekeh kecil.
“Pada akhirnya yang bisa menolong kita juga cuma kita,” jawabnya. Kala itu, pada heran mereka.
Kupikir cuma dua hal itu yang tidak cukup kupahami darinya. Cukup membuatnya dipertanyakan, tapi ternyata tidak.
Karena setelah itu, Eyang buka suara dari diamnya rutinitas melukis bunga matahari di teras.
“Eyang akan tinggal di panti jompo,” katanya.
Itu sebuah pernyataan telak bagi kami.
Panti Jompo, tulis Aan Mansyur, adalah tempat orang-orang yang punya anak-anak terlalu sibuk, tempat orang-orang merasa dekat sekali dengan makam, tempat orangorang susah payah mengingat bagaimana caranya tersenyum—dan bagi kami Eyang tidak se-’jompo’ itu untuk datang kesana.
Meski aku tidak lagi tinggal di rumah karena urusan pekerjaan, masih ada Mama dan Ayah juga sekian hal lain untuk menemani Eyang di usia senjanya—kanvas, klub pecinta vinyl, tetangga, taman kanak-kanak di sudut perumahan, tukang sayur yang tiap pagi lewat.
Tapi sebagaimana Eyang tidak percaya cinta yang membuatnya hidup sendiri tanpa
VISI • EDISI 39 • 2022 68
mengikat hubungan dengan siapapun, keputusan untuk pergi ke panti juga tidak bisa serta-merta dipatahkan.
“Eyang tidak sendiri, kok. Ada Bu Tati tetangga sebelah juga. Punya teman di sana.” Mama memilih untuk berpikir positif di hari kepergian Eyang bersama koper baju, kaleng-kaleng cat yang baru saja dibeli, dan kuas-kuas tuanya.
Tentu tipikal Eyang yang menyiapkan rencana matang, tapi tetap saja, untuk apa?
Di belahan bumi bagian lain, orang-orang berumur tua susah-susah menghindar di tempat bernama panti jompo, sedangkan Eyang malah secara sukarela menyerahkan akhir hidupnya di sana.
Tidak ada yang pernah tahu alasannya dan Eyang tidak pernah memberi tahu untuk berbulan-bulan ke depan. Lima bulan, Dua belas bulan, Lima belas bulan.
Tidak banyak yang berubah.
Masih Eyang kami yang sama; mata bentuk bulan sabit tiap kali ia tersenyum, nada suara yang tinggi dan tegas, lukisan bunga matahari dengan tujuh kelopak yang selalu digambarnya. Hanya garis keriputnya yang bertambah banyak dan tubuh yang tak lagi sekuat dulu.
Cerita soal panti jompo dari bibir Eyang tidak pernah absen dari percakapan teleponku dengannya. Ada banyak kawan di sana. Sama-sama tua. Sama-sama dimakan usia. Sama-sama selesai dengan dunia.
“Eyang senang bisa tinggal di sini. Ada bunga matahari.” Obrolan di teleponku minggu lalu menjadi yang terakhir dengan Eyang. Delapan puluh enam tahun dan tubuh rentanya pun mengalah dengan waktu.
Karangan bunga deras berdatangan. Sebagian bahkan tak sempat diberdirikan di beranda rumah. Dinding merah muda bangsal panti berganti kuning untuk beberapa hari ke depan: karangan bunganya disusun dengan bunga matahari yang merepresentasikannya dengan baik.
Bangsal Merpati tempat tinggal Eyang di panti jompo, berduka besar-besaran. Seperti ada
nyala yang hilang, kata suster di sana. Orang berpikir Eyang mungkin terlalu skeptis untuk percaya hal-hal romantis, tapi mereka lupa Eyang juga manusia yang punya empati. Bahkan kupikir Eyang lebih bisa untuk berempati dibanding mereka yang hari-hari membual soal urusan cinta dan hal sebagai- nya.
“Ke depannya, kami mungkin melihat bunga matahari dengan cara berbeda.” Suara seorang suster menarikku kembali pada lorong sepi Bangsal Merpati. Tempatku berdiri mengamati satu persatu karangan bunga matahari buatan penghuni panti yang dipajang. Di dekatnya menggantung pigura foto Eyang dan kawan-kawannya.
Sudah lewat satu minggu. Aku memutuskan berkunjung ke panti untuk terakhir kali, menemui suster bangsal dan pengurus untuk ucapan terima kasih.
Keputusan Eyang tinggal di panti memang penuh pertentangan. Terlepas dari itu, panti jompo merawat Eyang dengan baik di sisa hidupnya.
“Rekam rawat Bu Rumi baru saja selesai diurus. Masih di Bangsal Merak,” suster muda itu mengecek jam di pergelangan tangan kirinya. “Saya bisa bantu antarkan ke sana,” tawarnya sambil tersenyum.
Kupilih untuk berjalan sendiri, melihat pekerjaan suster muda punya banyak tumpukan pekerjaan di mejanya. Setelah diberitahu letak bangsalnya dan mengucap terima kasih, aku pun berpamitan pergi.
Baru kutahu Bangsal Merak di ujung kompleks panti jompo ternyata tempat bagi penghuni fasilitas khusus dengan riwayat penyakit.
Jadi begitu selesai mengurus administrasi, aku memutuskan untuk menetap sebentar di sini. Berjalan ke arah taman, beberapa penghuni dengan kursi roda tampak beristirahat di bangunan kamar. Sesekali berpapasan dengan gerombolan suster yang asik
VISI • EDISI 39 • 2022 69 CERPEN
mengobrol dan berhenti menyapaku dengan senyum ramah.
“Pak Gar belum mau bicara, ya? Duh, sudah bertahun-tahun begitu gimana, ya?”
“Oh, iya? Dari kapan memang?”
“Sejak datang ke sini. Dua tahun lalu.”
“Maaf mbak, tapi ... bukan bisu, kan?”
“Eh, bukan, bukan. Memang Pak Gar nggak mau bicara saja. Paling jauh buka mulut ya menyanyi kalau lagi sendiri.”
Mengecek gawai, hanya ada Mama yang mengingatkan untuk pulang cepat acara tujuh harian malam nanti di rumah, kuhela napas panjang.
Langit sore berubah oranye kekuningan, yang entah bagaimana mengingatkanku dengan bunga kuning kesukaan Eyang. Apapun sekarang juga selalu mengingatkanku tentang sosoknya.
Atau mungkin hari ini aku sudah terlalu banyak mengingatnya, sampai lagu yang sering dinyanyikannya terdengar masuk ke telingaku sekarang. Lagu tanpa lirik, hanya nada-nada acak yang digumamkan saat melukis di teras.
Lalu entah berbekal keberanian apa, kuikuti dari mana angin membawa suara itu terbang yang akhirnya berhenti pada satu sosok.
Dengan kursi roda. Kacamata baca. Rambut keperakan yang disisir rapi. Badan tua renta. Buku dan pensil di pangkuan. Dan dengan itu semua, pandangan mata kami bertabrakan untuk menemukan satu sama lain.
Darahku berdesir sesaat begitu mengetahui satu hal yang aku yakini, aku bisa melihat bayang Eyang yang menyala dari sorotnya.
Lengang untuk sesaat sebelum aku berdeham menyapa, memohon izin untuk duduk di bangku sebelahnya yang hanya dihadiahi anggukan samar.
Ia terdiam di kursi rodanya, tidak melanjutkan lagi pertunjukan kecil gumaman nada-nada acak tadi. Aku juga duduk terdiam, sibuk dengan pertanyaan di pikiranku sendiri.
Lima belas menit duduk diam tanpa me-
ngenal satu sama lain, tapi aku yakin bisa melihat Eyang hidup pada dirinya.
Dengan sedikit kurang ajar, kuintip ia yang ternyata sedari tadi sibuk menggoreskan pensil di buku. Membuat sketsa dari garis abuabu yang bersambung, menciptakan bunga matahari.
Kepalaku penuh dengan kemungkinan yang terjadi sore ini. Tidak diberi waktu untuk merangkai ide-ide yang ada, lelaki kursi roda membuka suaranya terlebih dulu.
“Bunga matahari,” tangannya masih sibuk menggerakkan pensil, “cantik, ya. Seperti dia.”
Napasku tertahan sedetik begitu sorot matanya yang dalam berpindah padaku yang kebingungan di sebelah.
“Saya bisa lihat diri dia di kamu. Kalian mirip.”
“Saya bukan cucu sedarahnya.”
Adalah kalimat spontan itu yang kuucapkan untuk mengikuti alur obrolan yang ia ciptakan. Meski, pikiranku bahkan belum benar terurai untuk tahu apa yang terjadi saat ini.
Menariknya, lelaki kursi roda terkekeh kecil. Daripada bahagia, kutangkap ia sebagai nada-nada parau dan menyedihkan.
“Masih sama, ternyata. Belum juga mau mencari pasangan.”
“Eyang membenci cinta. Ia nggak pernah percaya hal itu,” koreksiku cepat, seperti jawaban yang sudah-sudah saja ketika orang lain bertanya. “Pilihan hidup masing-masing orang kan berbeda.”
“Rumi nggak pernah mau memilih itu. Saya yang membuatnya memilih.” Nada suaranya naik satu oktaf seolah menegaskan hal penting.
Tubuhku kaku di bangku. Mengamatinya yang tertegun dengan sketsa bunga matahari di pangkuan, aku bertanya siapa yang bisa membuat Eyang kami yang keras kepala selama hidup ini bisa memilih. Atas dasar apa?
Lelaki kursi roda menghela napas panjang, bicara perlahan, memutar kembali kaset
VISI • EDISI 39 • 2022 70
memorinya di kepala.
“Sejak awal, harusnya kami tak pernah saling memiliki. Rumi tidak akan pernah bisa hidup dengan saya. Tidak dengan penyakit ini. Tidak dengan kemungkinan umur saya. Rumi harus dengan orang lain untuk bahagia.”
Hening sejenak, kami sama-sama mengisi rongga paru-paru dengan udara yang banyak seolah tidak ada waktu untuk bernapas baik.
“Saya mencintai Rumi, maka dari itu saya minta dia pergi.” Kalimatnya memelan di akhir.
Petang berjalan panjang. Kami berdua memperhatikan awan oranye yang jalan beriringan mengawal benam. Dua pertanyaan mengenai Eyang terjawab hari ini.
“Memang dasarnya perempuan keras kepala. Kusuruh nikah sama yang lain tidak mau. Lalu tiba-tiba ikut tinggal di panti jompo,” kekeh lelaki kursi roda.
Satu pertanyaan lagi mengenai Eyang terjawab.
“Lebih lucunya lagi, dia malah yang pergi duluan...” Kali ini tanpa kekehan, hanya ada sorot mata yang memudar dan napas yang dihela panjang.
“Saya nggak tahu diri, ya?”
Malam beranjak datang pun dengan panggilan telepon dari Mama yang menyuruhku pulang. Acara tujuh harian Eyang.
Tidak ada yang bisa kuberikan sebagai jawaban atau kalimat manis perpisahan. Aku pun sama tertegunnya.
Yang kusadari bahwa Eyang mungkin tidak benar-benar membenci cinta. Seperti dari bagaimana ia memutuskan menghabiskan sisa hidupnya di panti jompo. Meyakinkan orangorang bahwa ia mampu dan mau hidup sendiri, namun pada akhirnya juga tidak.
Sebelum langkah membawaku pergi, lelaki kursi roda menitipkan secarik sketsa bunga matahari yang selesai ia gambar. Dimintanya kertas itu untuk kuletakkan dekat makam Eyang.
“Nama saya Kanigara. Artinya bunga matahari. Rumi jadi suka sekali dengan bunga mata-
hari.” Tuturnya menyalamiku erat, wajah keriputnya ikut mengulas senyum tulus.
Satu pertanyaan lagi terjawab.
Eyang merekam memorinya dalam bentuk lukisan bunga matahari atau segala hal tentang bunga itu. Untuk menjadi pengingat seberapa jauh ia membenci cinta, seberapa besar dia tidak percaya: pada akhirnya Eyang selalu punya alasan.
Eyang membuat representasinya berbentuk bunga matahari dengan baik, meletakkannya pada hal-hal yang ia dekat dan sukai.
“Kanigara? Masih lama?” Telepon dari Mama.
“Sudah selesai, ini mau pulang.”
“Oh, ya sudah, acaranya dimulai sebentar lagi. Hati-hati di jalan.”
Termasuk dengan menyematkannya pada namaku.
VISI • EDISI 39 • 2022 71
VISI • EDISI 39 • 2022 72 PODIUM
BIBI AKAL DAN NONA KALBU
Oleh: Bernadia Wikasanti Handoko Mahasiswa Sosiologi UNS
Nona Kalbu kembali membatu Berdiam diri, sendiri di depan pintu Entah kapan pintu itu terbuka Entah terbuka bagi siapa Tak ada yang dapat memastikan Tuan Rumah tak pernah di sana Pintunya tak pernah menganga Hanya Nona yang setia Pintu terbuka, ia tertawa Pintu tertutup rapat, ia tak apa Bibi Akal terheran dibuatnya Nona Kalbu memang tangguh Pendiriannya begitu teguh Walau perlahan ia rubuh Bibi harap Nona pulang Ke rumah yang sejati Bukan saja pintu jati Milik seorang Tuan Keras Hati Yang kukira bahkan sudah mati
VISI • EDISI 39 • 2022 73 PUISI
Beranikah Kamu Untuk Tidak Disukai?
seorang pemuda yang mendatangi filsuf selama lima hari berturut-turut untuk menanyakan tentang cara meraih kebahagiaan, karena menurut pemuda itu, gagasan apapun tentang kebahagiaan adalah hal yang sangat tidak masuk akal. Kemudian pertanyaan filosofis pemuda itu dijawablah dengan kalimat sederhana yang akhirnya mampu meyakinkan pemuda itu bahwa hidup bahagia bukanlah hal yang rumit.
JUDUL:
PENULIS: Ichiro Kishimi & Fumitake Koga
PENERBIT:
TAHUN TERBIT: 2013
HALAMAN: 232 halaman
“Memikirkan hal seperti seharusnya dia menyukaiku, atau aku sudah melakukan semua ini jadi aneh kalau dia tidak menyukaiku adalah cara berpikir yang berorientasi pada imbalan. Seseorang bisa bergerak maju tanpa memikirkan kemungkinan untuk dibenci.”
Membaca judulnya saja sudah cukup untuk menarik perhatian kita. “Berani Tidak Disukai” ini mampu membuat kita menerka-nerka isi dari buku dan membayangkan rasanya tidak disukai masyarakat. Buku “Berani Tidak Disukai” merupakan karya dua orang Jepang yang telah meneliti teori psikologi Alfred Adler, berisikan ekstraksi berbagai pemikiran dan ajaran filosofis serta psikologi. Menariknya, jika buku ilmiah lain membagi tiap pembahasan menjadi beberapa bab, buku ini mengganti kata ‘bab’ dengan ‘malam’. Penggunaan kata malam ini sesuai dengan cerita yang membuka buku ini, mengenai
Dalam buku “Berani Tidak Disukai” ini, pembaca akan diajak untuk hanyut dalam perbincangan antara pemuda dan filsuf yang membahas mengenai kebahagiaan. Materi disampaikan dengan menarik dan tidak biasa, karena berisi dialog antara filsuf dengan pemuda yang menampilkan penyangkalan dan berbagai tanggapan. Adanya contoh kasus yang diberikan dalam buku ini sukses membantu pembaca untuk memahami pandangan dan hal-hal definitif serta teoritis yang disampaikan sang filsuf. Meskipun mengangkat filosofi dan psikologi, buku ini sangat menarik dan tidak membosankan, sehingga mampu membuat pembaca betah bahkan mungkin ikut terbawa suasana ketika sang filsuf dan pemuda tengah beradu argumen.
Pertanyaan pertama pemuda yang membuka perdebatan panjang itu sangat menarik dan seringkali muncul juga di benak sebagian orang. Pemuda menanyakan gagasan filsuf bahwa dunia ini sederhana dan hidup juga sederhana. Menurutnya, hal itu hanya dapat dirasakan seorang anak yang masih belum memiliki banyak tanggung jawab. Namun, ketika sang anak tumbuh dewasa, ia akan mengetahui kehidupan yang sebenarnya. Terjerat dalam hubungan-hubungan antar ma-
VISI • EDISI 39 • 2022 74
Berani Tidak Disukai
PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
nusia yang rumit, dibebani bermacam-macam tanggung jawab, hingga pandangannya berganti menjadi kenyataan yang kejam, terlebih pada era ketika agama mendominasi, dan setiap orang hidup untuk dirinya sendiri. Jawaban filsuf yang menganggap gagasan tersebut tetaplah benar disampaikan secara menarik oleh penulis. Menurutnya, hidup ini tetaplah sederhana. Namun, manusialah yang membuatnya menjadi rumit. Pandangan setiap orang mengenai dunia ini akan berbeda-beda, karena itulah kita semua hidup di dunia yang subjektif. Apabila saat ini dunia terlihat rumit pagi si pemuda, mungkin jika pemuda berubah maka dunia akan terlihat lebih sederhana. “Persoalannya adalah bukan bagaimana dunia ini, tapi bagaimana engkau,” begitulah jawaban sederhana filsuf yang kemudian akan berlanjut dengan perdebatan selama lima hari.
Malam pertama yang berjudul “Menyangkal Keberadaan Trauma” membahas mengenai bagaimana manusia bisa berubah, cara hidup tanpa dikendalikan masa lalu, hingga pembahasan mengenai ketidakbahagiaan yang dipilih oleh seseorang untuk dirinya sendiri. Sebagian manusia selalu memilih untuk tidak berubah, dan itulah yang menyebabkan ia tidak mampu mencapai kebahagiaan sejati. Malam kedua dilanjutkan dengan judul “Semua Persoalan adalah Tentang Hubungan Interpersonal” yang membahas bagaimana seseorang bisa tidak menyukai diri sendiri atas segala kekurangan pada dirinya, atas segala pandangan orang lain terhadap dirinya, dan atas segala kecemasan yang sebenarnya diciptakan oleh dirinya sendiri.
Kemudian pada malam ketiga yang berjudul “Menyisihkan Tugas-Tugas Orang Lain”, dibahas bagaimana seseorang harus hidup tanpa memenuhi ekspektasi orang lain, tanpa berharap untuk diakui, dan tidak takut untuk tidak disukai orang lain. Karena tidak disukai orang lain adalah bukti bahwa seseorang mampu hidup dengan prinsipnya sendiri, dan hidup dalam kebebasan tanpa terkekang oleh hasratnya un-
tuk menyenangkan orang lain. “Tidak ingin dibenci adalah tugasku, tapi apakah orang lain menyukaiku atau tidak bukanlah tugasku. Sekalipun ada orang yang tidak berpikir baik tentangku, aku tidak bisa mengintervensinya.”
Pada malam keempat yang berjudul “Di Manakah Pusat Dunia Ini”, dikatakan bahwa orang yang takut dinilai orang lain, terobsesi untuk diakui, adalah orang yang mementingkan diri sendiri. Mereka hanya memedulikan diri sendiri, dan berpikir bahwa merekalah pusat dunia ini. Memang kontroversial, namun penjelasan sederhana dari filsuf, seperti biasa, dapat diterima akal sehat dengan baik. Selain itu, pada malam keempat dibahas mengenai bagaimana cara seseorang yakin bahwa dirinya berarti, dan mengapa manusia tidak bisa memanfaatkan dirinya dengan benar. Kemudian pada malam kelima yang berjudul “Hidup dengan Sungguh-Sungguh di Sini pada Saat Ini”, dibahas mengenai penerimaan diri, esensi dari bekerja, memberi makna pada hidup, dan pastinya kebahagiaan. “Hiduplah dengan sungguh-sungguh, jangan melihat masa lalu, jangan melihat masa depan. Jalani setiap momen yang utuh bagaikan tarian. Tidak perlu bersaing dengan siapapun, tidak memerlukan tujuan apa pun. Ketika kau sungguh-sungguh menari di sini pada saat ini hingga akhir, saat itulah makna kehidupan menjadi jelas bagimu.” Pada akhirnya, setelah mendengarkan penjelasan sederhana dan mendalam selama lima hari dari filsuf, pemuda itu percaya dengan setiap penjelasannya untuk dapat mencapai kebahagiaan sejati dengan hidup yang sederhana.
(Arina Zulfa)
VISI • EDISI 39 • 2022 75
BUKU
Ratu Hwa-Ryeong: Simbol Payung Kehidupan Dinasti Joseon
JUDUL: 슈룹 (syuroop) / Under The Queen’s Umbrella
SUTRADARA: Kim Hyeong-Sik
PEMERAN: Kim Hye-Soo, Kim Hae-Sook, Choi Won-Young, Moon Sang-Min, Ok JaYeon, Bae In-Hyuk, Yoo Seon-Ho, Chani SF9, Kim Min-Ki, dsb.
TAHUN: 2022
Paruh akhir tahun 2022, pecinta Drama Korea disajikan suguhan series drama baru yang mengangkat latar belakang kerajaan Dinasti Joseon berjudul Under The Queen’s Umbrella. Bagi penikmat drama bertema sageuk (sejarah), mungkin series ini menjadi salah satu yang paling ditunggu-tunggu. Under The Queen’s Umbrella tidak sekadar menyajikan dan memperkenalkan sejarah kerajaan Korea, namun juga banyak pelajaran yang bisa dipetik dari tiap-tiap episodenya.
Drama sejarah yang disutradarai Kim Hyung-Sik ini diperankan oleh kombinasi aktris dan aktor senior serta para pendatang baru
di dunia per-drakor-an, seperti Kim Hye-Soo, aktris veteran Kim Hae-Sook, Choi WonYoung, Moon Sang-Min, Ok Ja-Yeon, Yoo Seon-Ho, Chani SF9, Kim Min-Ki, dan masih banyak lagi.
Drama ini bercerita mengenai seorang Ratu bernama Im Hwa-Ryeong (Kim HyeSoo), yang seharusnya bersikap anggun dan bermartabat. Akan tetapi, karena anak-anaknya yang dikenal pembuat onar di kalangan istana, membuat Ratu mau tidak mau harus melanggar protokol kerajaan dan berjuang mengubah anak-anaknya menjadi Pangeran yang semestinya melalui pendidikan.
VISI • EDISI 39 • 2022 76
Drama sageuk sangat kental dengan intrik politik kerajaan. Begitu pula dengan Under The Queen’s Umbrella yang sejatinya tidak memiliki perbedaan jauh dengan drama-drama sageuk lainnya. Namun, yang menjadi daya tarik dari drama ini adalah cerita yang diangkat yaitu mengenai pendidikan untuk Pangeran-Pangeran di lingkungan istana. Pada episode-episode awal, cerita berfokus pada persaingan para Pangeran Agung (putra-putra dari Ratu) dan para Pangeran (putra dari Selir-Selir Raja) untuk mendapatkan posisi menjadi teman belajar dari Putra Mahkota (Bae In-Hyuk).
Namun, tidak lama setelah Pangeran Bogum (Kim Min-Ki), putra dari Selir Tae, terpilih menjadi teman belajar Putra Mahkota, kabar duka datang dari istana. Putra Mahkota dinyatakan meninggal dunia karena penyakit yang dideritanya. Ratu dan Pangeran Agung Seongnam (Moon Sang-Min) tidak lantas percaya begitu saja mengenai penyebab kematian Putra Mahkota adalah penyakit. Keduanya meyakini bahwa Putra Mahkota diracun sehingga posisi Putra Mahkota untuk sementara waktu kosong. Akibatnya, Pangeran lain dan para Selir Raja pun mulai bersaing untuk mengisi kekosongan tersebut.
Permainan politik istana mulai terasa kental ketika banyak rumor-rumor buruk mengenai para Pangeran Agung yang tersebar di lingkungan istana. Hal ini bertujuan untuk menghambat langkah putra Ratu yang ingin meneruskan takhta kerajaan menjadi Putra Mahkota selanjutnya. Banyak pula kecurangan yang terjadi selama ujian pemilihan Putra Mahkota. Dalang di balik kericuhan ini semua adalah musuh terbesar dalam cerita ini sendiri yaitu Ibu Suri yang diperankan oleh aktris veteran Kim Hae-Sook. Ibu Suri yang memiliki dendam pribadi dengan Ratu pun menghalalkan segala cara demi menjatuhkan para Pangeran Agung.
Under The Queen’s Umbrella juga menonjolkan metode belajar yang diterapkan oleh para ibu di istana kepada para Pangeran. Poin ini
juga cukup menarik perhatian karena penulis berhasil menguatkan karakter tiap tokoh dengan memperlihatkan pola asuh dan cara mendidik anak-anaknya. Politik, pendidikan, romansa, bahkan hingga pencarian jati diri membumbui kisah kehidupan istana Ratu Hwa-Ryeong.
Namun, yang paling menjadi sorotan di drama adalah sisi keibuan dari Ratu Hwa-Ryeong yang berusaha melindungi semua orang yang ia sayangi melalui kecerdasan dan kecerdikannya. Karakter Ratu Hwa-Ryeong digambarkan sebagai sosok yang terlihat kuat dan keras dari luar ternyata menyimpan banyak sisi lemahnya ketika berkaitan dengan anak-anaknya. Setiap adegan yang menunjukkan sisi keibuan dan sisi ‘manusia’ dari Ratu berhasil menyentuh hati tiap penontonnya. Ratu yang tidak mau kehilangan orang yang disayang untuk kedua kalinya pun melakukan banyak pengorbanan. Hal ini dilakukannya agar tidak ada lagi yang harus meregang nyawa demi merebutkan kedudukan di istana.
Drama yang memiliki total 16 episode ini tayang di TV kabel TvN sejak tanggal 15 Oktober 2022 hingga 4 Desember 2022 dan berhasil mencetak rekor rating tertingginya di angka 16.852%. Angka ini terbilang cukup fantastis untuk kelas drama yang tayang di TV kabel. Untuk menonton episode lengkapnya, drama ini bisa disaksikan di Netflix. Selamat menonton!
(Dila Septi)
VISI • EDISI 39 • 2022 77 SERIES