Buletin Acta Diurna Edisi 32

Page 1

ZAMAN

Problematika

Acta Diurna No.32/VIII/2021

Bidikan Utama

Finansial Terbelenggu, Mental Terganggu

Realita Kuliah Sambil Bekerja

Profil

KSPM FH UNS: Saatnya Mahasiswa Belajar Investasi!


EDITORIAL Persoalan finansial seringkali menjadi momok yang berat bagi sebagian kalangan. Tak terkecuali mahasiswa. Persoalan finansial oleh sebagian kalangan dinilai sangat krusial karena menyangkut kelangsungan hidup seseorang. Apalagi di tengah kondisi pandemi Covid-19 seperti saat ini dimana isu finansial menjadi permasalahan yang harus segera diatasi. Masalah seperti kesulitan membayar uang kuliah, pemutusan hubungan kerja, atau kebangkrutan orang tua marak terjadi. Tidak sedikit yang mengalami stres akibat kondisi ini. Mahasiswa kemudian berlomba-lomba mencari solusi bagaimana mengatasi masalah tersebut. Salah satunya adalah dengan berkerja paruh waktu. Lantas bagaimana upaya mahasiswa UNS mengatasi hal tersebut? Wawancara kami lakukan kepada beberapa narasumber seperti mahasiswa hingga dosen. Wawancara tersebut untuk mencari jawaban bagaimana cara yang mereka lakukan dalam mengatasi permasalahan finansial. Hal ini sangat krusial mengingat dewasa ini, beban mental yang dihadapi mahasiswa semakin tinggi.

SURAT PEMBACA Buletin Acta Diurna 31

Terbit 10 November 2020

BACA DI SINI

Tentang Beropini Sembunyi-Sembunyi

Mirisnya, orang sering memanfaatkan base buat menyebarkan hate speech atau hoax, dan merasa aman karena sifatnya anonim. Penting bagi kita memiliki etika dalam bermedia sosial, karena di balik layar gawai/komputer kita juga ada orang yang memiliki perasaan sama seperti kita. Nada Nu’ma Azkiya Mahasiswa Ilmu komunikasi 2019

Kuliah Daring dan Kesehatan Mental Mahasiswa Kuliah daring yang menjadi salah satu perihal penting di masa pandemi menyadarkan kita bahwa mengeluh lelah terhadap aktivitas kuliah bukanlah hal yang menyedihkan. Tak ayal, kuliah daring membuat sebagian dari kita menjadi berdiam diri, jenuh, dan kehilangan arah melangkah. Hal-hal sepelepun kini menjadi beban pikiran hingga membuat malas meraih impian. Meski begitu, mari tetap kuat demi jiwa dan raga untuk menggapai lagi mimpi-mimpi yang sempat melesap. Amanda Rahma Mazida Mahasiswa Sosiologi UNS 2020

LPM VISI FISIP UNS Sekretariat LPM VISI Gedung 2 Lt. 2 FISIP UNS, Jl. Ir. Sutami No. 36A Surakarta 57126

redaksilpmvisi@gmail.com

@lpmvisi @gwi5930m http://www.lpmvisi.com/ @LPM_VISI Lpm Visi Fisip Uns

Susunan Redaksi Pelindung Penanggung Jawab Pemimpin Redaksi Redaktur Pelaksana Editor Reporter Ilustrasi dan Tata Letak Riset

: Prof. Dr. Ismi Dwi Astuti Nurhaeni, M.Si : Bintang Surya Laksana : Gede Arga Adrian : Tiara Unggul Herawati : Bintang Surya Laksana, Gede Arga Adrian, Tiara Unggul Herawati : Bintang Surya Laksana, Nova Nurlaila, Ruhul Malik Akbar, Nur Haliza, Maulidina Zahra Nabila, Kanyaka Anindita, Arina Zulfa Ul Haq, Aulia Bilqis, Humaira Putri Ardelia, Hida Essin Karomah, M. Ainul Falah, Mu hammad Qais Al Qurni, Awalludin Djalu Achmad Zidane : Dila Septi A. K., Ajeng Kartika Saraswati, Arina Zulfa Ul Haq : Bidang Litbang

Redaksi menerima kritik dan saran serta tulisan, artikel, informasi, ataupun karikatur. Naskah atau gambar yang dikirim menjadi hak penuh redaksi. Apabila terdapat kesalahan dalam penulisan dan pengutipan pernyataan, Redaksi LPM VISI menerima hak jawab sesuai UU Pers No. 40 Tahun 1999 pasal 1 ayat 11. Kirim ke: Sekretariat LPM VISI Gd. 2 Lt. II FISIP UNS Jl. Ir. Sutami 36A Surakarta 57126, email: redaksilpmvisi@gmail. com

ActaDiurna DiurnaNo. No.30/XII/2019 32/VIII/2021 2 Acta


BIDIKAN UTAMA

Realita Kuliah Sambil Bekerja

Ilustrasi: Zulfa

Pandemi Covid-19 masih belum usai. Selama satu tahun sejak kasus pertama Covid-19 muncul di Indonesia Maret 2020 lalu, berbagai sektor telah terkena imbasnya. Sektor-sektor tersebut meliputi pendidikan, kesehatan, hingga perekonomian. Salah satu yang mengalami dampak serius adalah sektor ekonomi. Dalam Laporan Badan Statistik (LBS), pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2020 minus 5,32%. Melemahnya kondisi perekonomian pada masa pandemi ini berdampak pada bidang ketenagakerjaan di Indonesia. Banyak pegawai yang mengalami pemotongan gaji hingga menerima surat Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Kondisi seperti ini mempengaruhi kehidupan banyak mahasiswa yang orang tuanya mengalami PHK. Kondisi ini membuat sebagian mahasiswa memutuskan untuk bekerja ataupun berbisnis sambil kuliah untuk meringankan beban orang tuanya. Bagi mahasiswa, kerja paruh waktu bukanlah hal yang asing. Banyak dari mereka yang memutuskan untuk kerja paruh waktu karena ingin belajar mandiri dan mengenal lebih jauh tentang dunia kerja. Namun, tak sedikit pula mahasiswa yang memutuskan untuk menyambi bekerja karena alasan ekonomi, untuk menambah uang saku atau membiayai kuliahnya sendiri. Salah satu Mahasiswa FISIP yang melakukan kuliah sambil bekerja adalah Amelia Bella Benita. Mahasiswa Ilmu Komunikasi 2019 ini memutuskan untuk terjun di dunia kerja. Perempuan yang akrab disapa Amel ini memutuskan untuk terjun di dunia kerja sejak semester tiga. Ia mengatakan bahwa pandemi ini sangat mempengaruhi kondisi ekonomi keluarganya. “Aku butuh pemasukan tambahan buat meringankan beban orang tua, buat nyicil uang kuliah juga. Paling

tidak, kebutuhan sehari-hari sendiri bisa aku tanggung sendiri,” ungkap Amel saat dihubungi VISI. Meskipun berat, Amel berusaha untuk menjalaninya dengan sepenuh hati. Kuliah dengan sistem daring (dalam jaringan) makin memudahkan Amel untuk bekerja. Waktu kuliah yang fleksibel dan tidak mengharuskan tatap muka membuatnya bisa mengikuti kelas dimana saja dan kapan saja. Amel mengungkapkan, tugas kuliah yang diberikan oleh dosen ia kerjakan di sela-sela waktu kerja. Apabila sampai selesai bekerja belum juga tuntas, tugas kuliah akan ia kerjakan selepas bekerja atau pada hari libur. Terkait dengan perkuliahan, jika dosen meminta mahasiswanya untuk berkuliah menggunakan teleconference, Amel meminta jadwal kerjanya diganti ke shift malam. Namun, jika perkuliahan hanya berlangsung melalui Google Classroom atau grup WhatsApp, maka ia memilih bekerja di shift pagi atau siang. Kuliah sembari bekerja tentu bukan hal yang mudah. Amel bercerita dirinya harus mengorbankan waktu bermainnya. Ia sering absen dalam rapat kegiatan kampus, atau izin meninggalkan kegiatan lebih awal untuk bekerja. Menurutnya, manajemen waktu menjadi hal yang penting ketika memutuskan untuk kuliah sambil bekerja. Amel fokus terhadap apapun yang Ia tekuni. Jika sedang kuliah Ia akan fokus untuk mengikuti kuliahnya.

Acta ActaDiurna DiurnaNo. No.30/XII/2019 32/VIII/2021

3


Sebaliknya, jika sedang bekerja, Amel akan fokus menjalani pekerjaannya. Menurutnya, menyeimbangkan segala kegiatan yang Ia lakukan sangat penting agar tidak menjadi berantakan. Untuk menekan rasa jenuh terhadap keseharian dan kesibukannya saat bekerja maupun berkuliah, Amel sering berbagi keluh kesahnya dengan sang kekasih. Ia mengaku bercerita membuat hatinya lega. Tak jarang, sang kekasih juga memberikan dukungan kepada Amel agar tetap kuat dalam menjalankan keputusan yang telah ia pilih. Selain bercerita, tidur merupakan hal yang dipilih Amel untuk menghilangkan rasa jenuhnya. “Kalau masih belum yakin untuk kuliah sambil bekerja, mending jangan lakuin dulu, karena kuliah sambil kerja adalah hal yang nggak gampang. Ketika kamu yakin untuk kuliah sambil bekerja, pasti kamu bisa ngelakuin hal itu,” ujar Amel. Hal serupa juga dialami oleh Melinda Putri, mahasiswi semester enam, Jurusan Ilmu Administrasi Negara. Perempuan yang akrab disapa Meli ini mengaku, dirinya memutuskan untuk bekerja paruh waktu sejak sebelum menjadi mahasiswa. Hal ini Ia lakukan karena ingin membiayai kuliahnya sendiri dan membantu meringankan beban orang tuanya. Pandemi Covid-19 ternyata berdampak pada sektor kerja paruh waktu. Dampak tersebut juga dirasakan oleh Meli karena sejak adanya pandemi Covid-19, jam kerjanya menjadi lebih fleksibel. “Dari yang awalnya masuk full selama seminggu, jadi cuma tiga atau empat hari per minggu dengan waktu kerja yang tidak tentu. Makanya aku sering ikut kuliah di sela waktu kerja,” ujar Meli saat dihubung VISI. Sama seperti Amel, Meli mengaku dirinya juga mengorbankan banyak waktunya. Hal tersebut seringkali membuat Meli merasa jenuh. Meli mengaku ini adalah konsekuensi dari pilihannya untuk kuliah sambil bekerja. Menurutnya, perasaan jenuh dan lelah tersebut muncul karena banyak tugas yang harus dikerjakan. Meskipun begitu, Meli mengatakan tidak ada salahnya memutuskan untuk berkuliah sambil bekerja. Hal ini karena kerja bukan hanya untuk mendapatkan uang, melainkan untuk menambah pengalaman dalam dunia kerja. “Kehidupan di dunia kampus menurutku berbeda banget dengan dunia kerja. Walaupun waktu kuliah juga ada magang, tapi tetap saja rasanya berbeda,” tutur Meli. Di Mata Dosen Fenomena mahasiswa yang memutuskan untuk kuliah sambil bekerja ternyata memunculkan berbagai pendapat, tak terkecuali dari kalangan dosen. Dosen sebagai pihak pengajar yang bertanggung jawab terhadap keberlangsungan proses belajar mengajar dalam kelas

ActaDiurna DiurnaNo. No.30/XII/2019 32/VIII/2021 4 Acta

tentu merasakan dampak dari adanya mahasiswa yang kuliah sambil bekerja. Tak sedikit dosen yang mendukung mahasiswa yang melakukan kerja paruh waktu. Salah satunya adalah Dosen Ilmu Komunikasi FISIP UNS, Monika Sri Yuliarti, S.Sos., M.Si. Monika berpendapat dengan berkuliah sambil bekerja, maka akan menambah pengalaman baru, relasi baru, dan dampak positif bagi mahasiswa. “Selain dinilai dari nilai KHS (Kartu Hasil Studi – red), mahasiswa juga dinilai dari soft skill yang dimiliki. Nah, soft skill ini bisa didapatkan dari pekerjaan-pekerjaan sampingan mereka,” ujar Monika saat dihubungi VISI. Akan tetapi, Monika menambahkan beberapa diantara mahasiswa yang berkuliah sambil bekerja tidak dapat memanajemen waktu dengan baik. Tak jarang ada mahasiswa yang sampai terlambat mengumpulkan tugas. Kondisi tersebut tidak membuat Monika memberikan toleransi keterlambatan pengumpulan tugas bagi mereka yang berkuliah sambil bekerja. “Kalau dia telat, ya otomatis cuma 80% nilainya, terlepas dari dia punya pekerjaan sampingan atau enggak. Pokoknya nggak ada privilege meskipun dia termasuk aktif di kelas dan tipe anak yang kritis, jadi bukan tipe anak yang pendiam,” sambung Monika. Monika mengingatkan bagi mahasiswa yang berkuliah sambil bekerja agar dapat memanajemen waktu dengan baik dan menempatkan kuliah sebagai prioritas utama. Mahasiswa harus sadar bahwa tujuan utama mereka adalah kuliah, sehingga apapun yang terjadi, mereka harus memprioritaskan kuliah dibanding pekerjaan mereka. Hal senada juga diungkapkan oleh Anjang Priliantini, S.I.Kom., M.A., Dosen FISIP UNS. Anjang berharap mahasiswa yang berkuliah sambil bekerja diharapkan dapat mengatur waktu dengan baik. Tanpa adanya kesadaran untuk mengatur waktu, maka tidak hanya perkuliahan dan pekerjaan yang kacau, tetapi juga berimbas dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kesadaran itu mahasiswa yang mengambil pekerjaan sampingan diharapkan memiliki performa yang sama dengan mahasiswa yang tidak mengambil pekerjaan sampingan. “Keputusan untuk berkuliah sambil bekerja merupakan keputusan yang luar biasa sebab mahasiswa tidak hanya mencurahkan tenaga dan pikirannya untuk perkuliahan saja, tetapi juga untuk bekerja. Saya benar-benar salut kepada mahasiswa yang dapat melakukan hal itu dengan baik karena saya pikir itu hal yang keren,” pungkas Anjang saat dihubungi VISI.

Nova, Zahra, Hida, Djalu


PROBLEMATIKA

Finansial Terbelenggu, Mental Terganggu

Ilustrasi: Zulfa

Akhir-akhir ini, topik mengenai finansial sering menjadi pembicaraan hangat. di tengah kondisi pandemi covid-19 yang belum usai, permasalahan finansial menjadi momok tersendiri. kondisi ini seringkali menyebabkan terganggunya kesehatan mental seseorang. tidak terkecuali mahasiswa.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Rifa Fauziyyah yang termuat dalam Jurnal Biostatistik, Kependudukan, dan Informatika Kesehatan keluaran Maret 2021, persoalan mental pada masa pandemi dapat terjadi pada mahasiswa. Pengaruh yang terjadi adalah meningkatnya stres serta kecemasan mahasiswa akibat pandemi Covid-19. Penelitian yang dilakukan Rifa ini menjelaskan bahwa penyebab stres pada mahasiswa selama pandemi di antaranya: kekhawatiran tentang masa depan, masalah dan peluang sosial, berpisah dari orang tua, dan masalah finansial

Dilansir BBC.com, penelitian menunjukkan bahwa orang yang terkena dampak finansial pada masa pandemi lebih rentan mengalami gangguan mental. Salah satu yang rentan terkena gangguan mental adalah mahasiswa. Meski umumnya mahasiswa tidak berperan sebagai pencari nafkah utama dalam keluarga, tetapi mahasiswa juga berisiko terkena tekanan mental. Hal ini dapat disebabkan adanya pemotongan gaji hingga Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) orang tua akibat Covid-19. Akibatnya, beberapa mahasiswa mengalami gangguan mental karena kondisi finansial mereka yang terganggu. Hal inilah yang dirasakan oleh Almira Ayu, Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Sebelas Maret (UNS). Almira mengaku dirinya kerap merasa cemas dan terganggu akibat kondisi finansialnya. Dia takut orang tuanya tidak dapat memenuhi kebutuhan untuk kegiatan perkuliahannya. Melihat banyaknya mahasiswa yang terkena gangguan mental di masa pandemi, Parasdisa, Konselor Mahasiswa, mengatakan kondisi finansial selama pandemi sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental mahasiswa. Ia mengatakan salah satu akibat dari gangguan mental ini

Acta 32/VIII/2021 ActaDiurna DiurnaNo. No.30/XII/2019

5


adalah tingkat kecemasan yang tinggi. “Faktor ekonomi bisa jadi salah satunya dan bisa jadi faktor yang penting juga karena biar bagaimana pun, kehidupan rasanya tidak bisa berjalan maksimal jika faktor ekonomi ini terkendala,” jelas Parasdisa saat dihubungi VISI. Terkait dengan rasa cemas yang dirasakan Almira terhadap kondisi finansialnya, Parasdisa mengungkapkan apa yang seseorang rasakan tergantung pada bagaimana cara individu tersebut menghadapi keadaan yang dialaminya. Tentunya cara tersebut haruslah sesuai dengan pengalaman yang pernah dirasakan sebelumnya. “Kalau kita menganggap keadaan ekonomi yang menurun sebagai sebuah stimulus yang negatif, maka kemungkinan yang dapat terjadi adalah kita akan merasakan ketakutan atau kekhawatiran terhadap hal ini. Tetapi kalau kita dapat mengartikan hal itu sebagai sesuatu yang berbeda sebagai sebuah tantangan, maka kita akan berusaha mengatasi kondisi tersebut dan tidak merasa terpuruk,” tutur Parasdisa. Menurut Parasdisa, kondisi keuangan yang terganggu dapat membawa dampak signifikan yang dapat dirasakan oleh mahasiswa. “Dampak paling signifikan yang mungkin terjadi terkait kesulitan finansial ini adalah gangguan mental seperti depresi dan gangguan kecemasan. Kemudian, mahasiswa bisa mengalami demotivasi sampai merasa putus asa karena merasa tidak bisa menggapai cita-citanya lantaran kondisi finansial yang tidak mendukung,” jelas Parasdisa. Lebih lanjut, dampak dari kondisi finansial yang dialami oleh mahasiswa dapat mempengaruhi mahasiswa dalam melaksanakan kegiatan perkuliahan mereka. Seperti yang diakui oleh Almira, dirinya mengaku terkadang merasa tidak fokus dalam perkuliahan karena kondisi keuangan keluarganya yang tidak stabil. “Kadang, sih, takut saja tiba-tiba ada kejadian yang bikin aku tidak bisa lanjut kuliah. Apalagi memang lagi tidak stabil kondisi perekonomian orang tua,” ungkap Almira. Hal serupa juga dialami oleh Amelia, Mahasiswa Ilmu Administrasi Negara UNS. Amel mengaku dampak yang ia rasakan akibat kondisi finansial yang terganggu adalah rasa sungkan untuk meminta uang kepada orang tua. “Kondisi finansial yang menurun kadang berdampak sama kegiatan kampus. Misal mau ke kampus untuk mengurus ini itu tapi malu untuk meminta uang bensin. Terus kalau ada tugas kuliah yang membutuhkan akses internet dan kebetulan kuotanya habis, juga menggangguku

ActaDiurna DiurnaNo. No.30/XII/2019 32/VIII/2021 6 Acta

kalau sedang tidak ada uang lebih untuk beli kuota internet,” ujar Amelia saat dihubungi VISI. Parasdisa membagikan beberapa hal yang sebaiknya dilakukan mahasiswa apabila sedang mengalami kondisi finansial yang buruk sehingga berpotensi mengganggu kesehatan mental mahasiswa. Pertama, mencoba merubah perspektif kita terhadap kondisi finansial yang menurun. Kondisi ini memang terasa berat. Namun, dalam setiap permasalahan akan ada jalan keluar atau usaha yang bisa dilakukan untuk mengatasi kondisi ini. Kedua, kita dapat mencoba mengatur kebiasaan mengenai pengelolaan keuangan. Parasdisa mencontohkan mahasiswa yang dulunya mahasiswa sering pergi ke kafe atau bermain dengan teman-temannya, lebih baik mulai mengurangi aktivitas tersebut sehingga dapat menghindari pengeluaran yang tidak perlu. Selain itu, hal ini melatih mahasiswa untuk memahami kondisi keuangan yang sedang dihadapi saat ini. Ketiga, apabila hal-hal tersebut sudah dilakukan tetapi kondisi mental tidak membaik atau semakin menunjukkan gejala-gejala kecemasan atau depresi yang parah, maka sebaiknya lakukan konsultasi kepada psikolog. ”Karena kalau kita terus terpuruk otomatis kita akan membuang banyak waktu hanya untuk meratapi keadaan dan hal itu pastinya tidak akan merubah apapun. Malah bisa semakin membuat mental kita menurun dengan permasalahan tersebut,” pungkas Parasdisa.

Aulia Bilqis, Qais, Anya, Bintang


SUPLEMEN

Sumber : 100 Responden Mahasiswa FISIP UNS | Diolah oleh Litbang LPM VISI

Acta Acta Diurna Diurna No. No.30/XII/2019 32/VIII/2021

7


PROFIL

KSPM FH UNS: Saatnya Mahasiswa Belajar Investasi!

Investasi pasar modal akhir-akhir ini menjadi hal yang banyak dilirik oleh berbagai kalangan, tidak terkecuali mahasiswa. Kondisi pandemi Covid-19 membuat orang-orang harus memutar otak untuk mencari sumber pemasukan. Hal inilah yang mendorong banyak orang untuk melakukan investasi. Kali ini VISI berkesempatan untuk belajar mengenai investasi di pasar modal bersama Komunitas Studi Pasar Modal, Fakultas Hukum, Universitas Sebelas Maret (KSPM FH UNS). KSPM FH UNS merupakan unit kegiatan mahasiswa yang mewadahi mahasiswa Fakultas Hukum UNS yang tertarik belajar tentang pasar modal. KSPM FH UNS dibentuk pada 23 Maret 2015. “KSPM FH UNS ini terbentuk karena bertujuan untuk mempelajari apa itu pasar modal. Selain itu, karena latar belakang kita ini Fakultas Hukum, kita pastinya juga ingin mempelajari hukum yang berkaitan dengan pasar modal,” ujar Hatta, Direktur Utama KSPM FH UNS saat dihubungi VISI. Hatta mengungkapkan saat ini masyarakat, khususnya mahasiswa, semakin melek investasi. Imbasnya, komunitas yang terbentuk sejak 2015 ini juga makin ramai peminatnya. Hatta menjelaskan kegiatan yang dilakukan KSPM FH UNS meliputi edukasi mahasiswa tentang pasar modal melalui webinar seputar pasar modal, ngobrol investasi mengenai isu-isu yang ada dalam pasar modal, mengadakan lomba-lomba internal seperti lomba trading, stocklab, essay, dan lain-lain.

ActaDiurna DiurnaNo. No.30/XII/2019 32/VIII/2021 8 Acta

Belajar Investasi di Pasar Modal Bersama Komunitas Menyikapi tren investasi di pasar modal saat ini, Hatta menjelaskan beberapa hal yang perlu dipelajari mahasiswa sebelum terjun ke dunia pasar modal. Mahasiswa harus mempelajari terlebih dahulu mengenai apa saja instrumen yang ada di dalam pasar modal seperti saham dan obligasi. Tak hanya itu, mahasiswa harus mempelajari cara bertransaksi di pasar modal hingga risiko yang bisa didapatkan dari investasi. Sebab dari banyaknya instrumen investasi, masing-masing mempunyai risiko yang berbeda. Selain itu, sebagai investor, mahasiswa harus memperhatikan analisisanalisis tertentu sebelum membeli saham. Saat ini, salah satu bentuk investasi di pasar modal yang sedang marak di masyarakat adalah trading. Hatta menjelaskan bagi investor pemula yang ingin melakukan trading perlu berhati-hati. “Trading memiliki jangka waktu yang sangat pendek sehingga resikonya tinggi. Jika belum cukup paham, khawatir kerugiannya akan sangat besar” jelas Hatta. KSPM juga sering mengadakan sharing tentang pasar modal di akun Instagram @kspm_fhuns. Bagi mahasiswa maupun masyarakat umum yang tertarik untuk berinvestasi atau menambah wawasan tentang investasi khususnya pasar modal, dapat mengunjungii media sosial mereka ataupun diskusi langsung dengan anggota-anggota KSPM FH UNS.

Nur Haliza, Ruhul


RETORIKA

Remix TikTok: Antara Kreatif atau Merusak? Oleh: M. Ainul Falah Mahasiswa S1 Ilmu Komunikasi 2019 Beberapa tahun belakangan, aplikasi TikTok tengah digemari oleh para pengguna internet. Aplikasi ini merupakan platform media yang menyediakan video singkat berdurasi 15-60 detik dengan berbagai macam tema video, mulai dari video edukasi, dance cover, tips dan trik, dan lain-lain. Aplikasi ini sudah diunduh lebih dari 100 juta pegguna, dengan rating sebesar 4,1 dari 10 juta pengguna. Sebelum setenar sekarang, aplikasi ini sempat dianggap aneh dan norak pada 2018 silam karena memuat konten yang dianggap tidak jelas bagi sebagian user kala itu. Bahkan Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia sempat memblokir karena dianggap meresahkan. Namun, setelah tiga tahun, Tiktok seolah mendapat tempat tersendiri di hati pengguna media sosial. Ibarat TikTok dulu adalah sampah, sekarang sampah itu sudah didaur ulang menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat, walaupun masih terdapat beberapa konten yang, ah sudahlah. Dalam linimasa TikTok, banyak sekali ditemukan video yang menggunakan latar musik (backsound) sebagai pelengkap video. Ibarat sayur tanpa garam, TikTok tanpa backsound terasa kurang bahkan cenderung hambar untuk dinikmati. Backsound dalam berbagai video TikTok menambah kesan dan menekankan tentang apa yang menjadi perhatian dalam video yang ditampilkan. Namun dalam beberapa lagu, saya merasa sedikit terganggu dengan banyaknya lagu yang dijadikan remix dan terkesan menghilangkan mood dari lagu aslinya. Sebagai penikmat musik tanpa embel-embel ‘Remix’ dan semacamnya, tidak berlebihan jika saya katakan bahwa musik yang menjadi korban remix para Disc Jockey (DJ) tidak bisa dinikmati dan cenderung membuat saya garukgaruk kepala karena heran. Bagaimana tidak, suara penyanyi yang anggun dan membuat saya kadang melamun seolah menjadi mereka, tiba-tiba berubah menjadi suara Alvin and The Chipmunks yang cempreng dan aneh untuk didengar. Mungkin jika lagu itu seorang manusia, pasti mereka akan menolak dengan bilang “Hash, ramashok”. Walaupun terkesan merusak, namun saya tetap menghargai para DJ dengan berkata “Kok mereka kepikiran ya bikin remix kayak begini?” karena saya tahu tidak mudah untuk mencari lagu yang bisa dijadikan remix dan menjadi

Ilustrasi: Saras

fenomenal. Selain itu, kreativitas dari para DJ ini melahirkan bibit-bibit unggul dalam industri musik tanah air. Dan saya juga mengapresiasi para DJ dengan mengatakan bahwa remix TikTok menjadi sebuah genre baru yang tumbuh sebagai hiburan yang dapat diresapi ketika Anda sedang badmood, dengan berharap suasana hati Anda membaik bukannya malah semakin kacau. Namun sebagai orang yang kadang masih belum bisa menerima remix TikTok ini, anggap saja ini sebagai surat terbuka bagi para DJ agar termotivasi untuk membuat karya lain selain remix TikTok. Karena mungkin beberapa tahun ke depan para DJ ini akan dapat mengalahkan berbagai DJ kelas dunia seperti Martin Garrix, The Chainsmokers, Calvin Harris, Zedd, dan kawan-kawannya. Tidak menutup kemungkinan pula para DJ ini akan sampai melakukana tur keliling dunia untuk memperkenalkan pada dunia betapa kerennya lagu yang mereka remix hingga pendengar terheran-heran.

Acta Diurna No. No.30/XII/2019 32/VIII/2021

9


RESENSI

Atur Bahagiamu dengan Stoisisme Oleh: Arina Zulfa Ulhaq Judul Penulis Bahasa Penerbit Tahun Terbit Tebal Buku

“B

: Filosofi Teras : Henry Manampiring : Indonesia : PT. Kompas Media Nusantara : 2019 : 314 halaman

erikan waktu sedikit saja untuk dipikirkan. Tidak ada yang bisa menghentikanmu untuk memutuskan mencintai hidupmu. Saat ini. Hari ini. Detik ini.” - Henry Manampiring

Belajar filsafat biasanya identik dengan bahasan yang berat dan bikin ingin tidur. Namun di Filosofi Teras, Henry Manampiring berhasil membuat filsafat jadi topik yang asyik. Jauh dari kesan filsafat sebagai topik berat dan mengawang-awang, Filosofi Teras justru bersifat praktis dan relevan dengan kehidupan Generasi Milenial dan Gen-Z masa kini. Buku ini seolah hadir sebagai penghibur bagi pembaca yang sedang dilanda kecemasan dan ingin memperoleh hidup yang lebih tenang. Buku ini berisi hasil pemikiran dan pengalaman Henry Manampiring ketika dirinya didiagnosis menderita Major Depressive Disorder selepas mengunjungi seorang psikiater. Penulis merasa masalah kondisi mental seringkali masih dianggap remeh oleh sebagian besar masyarakat, bahkan terdapat stigma bahwa orang yang menderita permasalahan mental berarti kondisi jiwanya terganggu atau gila. Pada masa pemulihan, ia menemukan buku “How To Be A Stoic” karya Massimo Pigliucci, yang ternyata mampu membuatnya menemukan terapi tanpa obat dan membantunya merasa lebih tenang, damai, dan tidak mudah stres. Mengetahui bahwa belum banyak buku yang membahas mengenai Stoisme, maka penulis

ActaDiurna DiurnaNo. No.30/XII/2019 32/VIII/2021 10 Acta

berniat untuk membantu orang lain yang merasa cemas bahkan depresi untuk mengembangkan sikap mental yang lebih tangguh agar bisa tetap tenang menghadapi terpaan hidup apapun. Buku Filosofi Teras ini dibuka dengan hasil Survei Khawatir Nasional yang diselenggarakan oleh penulis selama satu minggu dengan jumlah responden sebanyak 3.634 orang dan 70 di antaranya merupakan perempuan. Pertanyaan yang disediakan Henry mencakup berbagai kekhawatiran dalam hidup yang pastinya pernah dialami oleh setiap masyarakat. Hasilnya, banyak sekali kecemasan yang dirasakan oleh seseorang mulai dari seorang pelajar/ mahasiswa, orang yang masih single, orang yang sedang menjalin hubungan pacaran, hingga yang sudah menikah. Meskipun kekhawatiran dalam hidup sering dianggap normal karena hampir setiap orang merasakannya, menurut penulis kekhawatiran adalah sesuatu yang bisa dan bahkan seharusnya dikurangi. Selain karena menghabiskan energi, waktu, dan uang, kekhawatiran itu juga bisa mengganggu kesehatan tubuh, baik mental maupun fisik. Menurut penulis, setiap orang mampu menerapkan filosofi Stoisisme karena Stoisisme tidak memandang harta, popularitas, ataupun gelar akademis sebagai definisi sukses.


Ilustrasi: Zulfa

Namun, perasaan tenteram, sukacita yang tidak mudah pudar, kepedulian sosial, dan hidup dalam kebaikan adalah definisi sukses dan itulah buah-buah dari praktik Stoisme. Maka terdapat kutipan dalam buku ini yang berbunyi “Damai dan tenteram ini kokoh karena berakar dari dalam diri kita, bukan pada hal-hal eksternal yang bisa berubah, hancur, atau direnggut dari kita”. Kalimat ini mencerminkan bahwa seseorang akan merasakan kebahagiaan yang sejati ketika mereka bergantung pada keceriaan yang berasal dari dalam diri, bukan dari luar. Hal-hal dari luar yang dimaksud seperti perlakuan orang lain, opini orang lain, status dan popularitas (yang ditentukan orang lain), kekayaan, maupun hal eksternal lainnya. Hal ini karena bergantung pada hal-hal yang tidak bisa kita kontrol adalah hal yang tidak rasional. Karena adanya hal-hal yang tidak dapat kita kendalikan, maka dikotomi kendali diubah menjadi trikotomi kendali. Hal ini membuat seseorang harus mengusahakan hal-hal yang berada di bawah kendali dengan baik. Rajin bekerja adalah bagian dari jati diri manusia, bukanlah jerih payah untuk bertahan hidup ataupun membuat seseorang menjadi kaya. Tidak ada dosa untuk kemalasan, hanya saja dengan malas bekerja kita sudah mengingkari alam dan takdir kita sebagai manusia. Sehingga kemalasanlah yang akan membawa diri kita ke dalam kesusahan. Sederhananya, Filosofi Teras ini mengajarkan bahwa kita tidak bisa bergantung pada hal-hal di luar kendali kita, tapi bukan berarti kita boleh malas dan tidak mengusahakan hal-hal yang masih bisa kita kendalikan. Membahas berbagai kekhawatiran dalam kehidupan, sebagian besar orang pasti sudah menyadari bahwa segala

emosi yang mengganggu kita sebenarnya berasal dari cara penilaian kita yang salah. Jika seseorang merasa kesusahan akan hal-hal yang berada di luar kendali diri sendiri, maka perasaan susah itu datang dari pikiran atau persepsi diri sendiri. Sehingga, kita harus selalu mengingat bahwa kita memiliki kekuatan untuk mengubah pikiran dan persepsi kita kapan pun juga. Filosofi Teras ini mengajarkan berbagai hal yang sangat bermanfaat untuk diterapkan dalam kehidupan manusia. Salah satu yang paling penting adalah entah kita kaya atau miskin, sehat atau sakit, memiliki anggota tubuh lengkap atau tidak, kita semua sanggup merasa bahagia dan tentram serta menjalani hidup dengan baik. Karena meskipun kita kaya, berparas cantik atau tampan, sehat, memiliki anggota tubuh lengkap, kita tetap dapat merasa tidak bahagia. Mungkin kalimat ini memiliki kesan bahwa Filosofi Teras ini anti kekayaan. Namun faktanya, sebagian besar filsuf Stoa merupakan seseorang yang kaya raya. Itulah yang membuktikan bahwa kebahagiaan sejati muncul dari dalam diri sendiri dan dari hal-hal yang berada di bawah kendali manusia. Bukan bergantung pada hal-hal yang berada di luar kendali manusia. Maka poinnya adalah manusia tidak mempunyai kuasa untuk memiliki apapun yang dia mau. Tetapi dia mempunyai kuasa untuk tidak menginginkan apa yang dia belum miliki. Manusia harus mampu memaksimalkan apa yang dia terima dengan gembira.

11

ActaDiurna DiurnaNo. No.30/XII/2019 Acta 32/VIII/2021



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.