Buletin Acta Diurna Edisi 33

Page 1

ZAMAN

Acta Diurna No.33/XII/2021

Bidikan Utama

Siakad New, Inovasi Tanpa Sosialisasi Problematika

Carut Marut MBKM, Sudah Siapkah? Profil

Ikut Pertukaran Mahasiswa, Kenapa Enggak Enggak??


EDITORIAL Kampus 4.0 merupakan istilah sekaligus tema yang hendak Acta Diurna angkat di tengah dinamika kehidupan pendidikan tinggi. Menyandang predikat sebagai kampus 4.0 tentunya merupakan hal yang prestisius dan diharapkan oleh kampus-kampus di Indonesia. Pembaruan kurikulum, digitalisasi serta pemanfaatan teknologi sangat ditekankan dalam penerapan kampus 4.0 ini. Hal yang sama dilakukan oleh Universitas Sebelas Maret (UNS). Untuk menyandang predikat sebagai kampus 4.0, UNS melakukan berbagai perubahan dan kebijakan. Kebijakan yang dilakukan seperti, penggantian sistem Sistem akademik (Siakad), keikutsertaan dalam program Merdeka Belajar Kampus Merdeka milik Menristekdikti serta penyelenggaraan Hibah MBKM UNS. Namun, bagaimana proses dalam perubahan tersebut? Apakah dalam penerapannya UNS telah benar-benar siap melakukan perubahan ini? Untuk mengetahui lebih dalam, kami telah melakukan wawancara kepada berbagai narasumber, antara lain mahasiswa, pihak akademik, hingga dosen. Hal ini kami lakukan untuk mengetahui kesiapan UNS dalam menyelenggarakan kampus 4.0.

SURAT PEMBACA Buletin Acta Diurna 32 Terbit 27 Agustus 2021

BACA DI SINI

Finansial Terbelenggu, Mental Terganggu

Gak ada uang, hidup gak tenang. Yang penting bagaimana cara meminimalisir stres karena uang menipis dengan pola pikir yang tenang. Hal ini membuat kita tidak ragu untuk melangkah. Tetaplah fokus, berdoa, dan semangat! Felanza Herma Destia Mahasiswa Ilmu komunikasi 2021

Realita Kuliah Sambil Bekerja Sebagian mahasiswa memutuskan kuliah sambil bekerja. Apalagi dengan kondisi perekonomian keluarga yang sulit. Penting bagi mereka untuk membagi waktu agar kegiatan kuliah tetap berjalan dengan baik. Yesyka Wahyu Leonyta Mahasiswa Sosiologi UNS 2021

LPM VISI FISIP UNS Sekretariat LPM VISI Gedung 2 Lt. 2 FISIP UNS, Jl. Ir. Sutami No. 36A Surakarta 57126

redaksilpmvisi@gmail.com

@lpmvisi @gwi5930m http://www.lpmvisi.com/ @LPM_VISI Lpm Visi Fisip Uns

Susunan Redaksi Pelindung Penanggung Jawab Pemimpin Redaksi Redaktur Pelaksana Editor Reporter Ilustrasi dan Tata Letak Riset

: Prof. Dr. Ismi Dwi Astuti Nurhaeni, M.Si : Bintang Surya Laksana : Gede Arga Adrian : Tiara Unggul Herawati : Bintang Surya Laksana, Gede Arga Adrian, Tiara Unggul Herawati : Bintang Surya Laksana, Nova Nurlaila, Ruhul Malik Akbar, Nur Haliza, Maulidina Zahra Nabila, Kanyaka Anindita, Arina Zulfa Ul Haq, Aulia Bilqis, Humaira Putri Ardelia, Hida Essin Karomah, M. Ainul Falah, Mu hammad Qais Al Qurni, Awalludin Djalu Achmad Zidane : Dila Septi A. K., Ajeng Kartika Saraswati, Arina Zulfa Ul Haq : Bidang Litbang

Redaksi menerima kritik dan saran serta tulisan, artikel, informasi, ataupun karikatur. Naskah atau gambar yang dikirim menjadi hak penuh redaksi. Apabila terdapat kesalahan dalam penulisan dan pengutipan pernyataan, Redaksi LPM VISI menerima hak jawab sesuai UU Pers No. 40 Tahun 1999 pasal 1 ayat 11. Kirim ke: Sekretariat LPM VISI Gd. 2 Lt. II FISIP UNS Jl. Ir. Sutami 36A Surakarta 57126, email: redaksilpmvisi@gmail. com

2

Acta Diurna No.33/XII/2021


BIDIKAN UTAMA

Siakad New, Inovasi Tanpa Sosialisasi

ilustrasi: Dila

Pandemi tidak terasa sudah berjalan selama kurang lebih dua tahun. Beriringan dengan itu teknologi terus berkembang dan semakin canggih. Begitu pula dengan dunia pendidikan yang harus mengikuti arus perkembangan teknologi, seperti penggunaan sistem kehadiran daring hingga penyampaian materi secara daring. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta (FISIP UNS) juga berusaha mengikuti perkembangan teknologi yang ada. Hal tersebut salah satunya diterapkan pada perubahan sistem dari Siakad Old menjadi Siakad New. Siakad merupakan layanan akademik yang digunakan mulai dari pengambilan mata kuliah, konsultasi Kartu Rencana Studi (KRS), hingga konsultasi skripsi dengan dosen pembimbing. Siakad UNS sudah ada sejak tahun 2000 dalam versi desktop. Siakad kemudian berkembang menjadi Siakad Old sampai tahun 2019. Mulai pertengahan tahun 2019, Siakad mulai dikembangkan dalam bentuk yang lebih terbarukan semenjak adanya Single Sign On (SSO) ke dalam Siakad New. Dahulu, Siakad New hanya digunakan untuk registrasi di awal semester baru, pengajuan masa studi, keringanan, penundaan, hingga pengunduran diri. Perubahan sistem ini tentu saja menambah fitur yang dijadikan sebagai gambaran pembaruan dari teknologi yang ada. Pada tahun 2021, Siakad New bisa digunakan untuk mengambil rencana mata studi atau KRS. Selain diperuntukkan kepada mahasiswa baru, Siakad New ini juga diperuntukkan untuk mahasiswa lama. Sejauh ini, perubahan sistem yang dilakukan belum 100%. Hal ini dikarenakan beberapa fitur pada Siakad Old juga masih

diaktifkan meskipun sebagian besar sudah dinonaktifkan. Sosialisasi perubahan sistem tersebut dilaksanakan saat kegiatan Program Kenal Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB), Minggu, (15/09) oleh Staff Akademik FISIP UNS, Suhardi, A.Md. Suhardi mengatakan, perubahan tersebut diinisiasi oleh Tim Development dari Lembaga Pengembangan dan Penjaminan Mutu (LPPMP) dan Unit Pelaksana Teknis Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (UPT TIK UNS). Meskipun demikian, Suradi mengaku perubahan tersebut memang mendadak. Bahkan, Suradi turut membeberkan dirinya mendapat informasi tersebut satu hari sebelum pelaksanaan PKKMB. “Kami sebagai admin fakultas juga cukup kaget dengan proses pengambilan KRS 2021. Beberapa mahasiswa sudah menggunakan Siakad Old untuk input KRS. Namun ternyata dalam perjalanannya mereka diwajibkan menggunakan Siakad New. Begitu juga dengan mahasiswa baru yang harus menggunakan Siakad New ini,” tutur Suhardi saat dihubungi VISI, Selasa (9/11). Terdapat beberapa alasan mengapa Siakad Old harus

Acta Diurna No.33/XII/2021

3


diganti dengan Siakad New. Suhardi mengatakan, hal ini menyesuaikan perkembangan teknologi. Selain itu, menurut Suhardi, Siakad Old akan segera ditinggalkan karena sistem keamanan Siakad New lebih baik daripada Siakad Old. “Kalau yang saya lihat, mengikuti perkembangan versi yang terbaru (Siakad -red), dan dari keamanan juga lebih bagus. Karena saat ini teknologinya juga seperti ini, misalnya dari segi tampilan yang akan mengikuti lebar atau ukuran layar. Terutama teknologi, karena di UNS ada sistem seperti keuangan dan itu terintegrasi menjadi satu. Jadinya dengan teknologi baru akan memudahkan untuk bertukar data dengan berbagai sistem yang ada,” imbuh Suhardi. Perubahan yang terkesan mendadak, tak ayal menimbulkan kebingungan di kalangan mahasiswa dan dosen. Devita Putri Lestiawan (21), mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP UNS mengaku sebenarnya ia telah mengetahui rencana perubahan Siakad sejak semester empat. Akan tetapi ia tidak mengetahui kapan akan terealisasi, hingga akhirnya terjadilah perombakan besarbesaran secara mendadak di awal semester lima. “Saya tidak mendapat sosialisasi apapun. Bahkan, karena adanya perubahan yang terjadi, saya mengalami beberapa kendala saat memperbarui data dan mengisi kartu rencana studi karena saya hampir benar-benar tidak tahu caranya dan sistem yang eror berhari-hari. Saya salah mengklik sesuatu kemudian eror dan harus masuk kembali untuk mengisi formulir dari awal,” keluh Devita saat dihubungi VISI Senin, (15/11) Tak mau larut dalam kebingungan, Devita kemudian berusaha mencari nomor staf akademik FISIP, meskipun pada akhirnya hasilnya nihil. Ia kemudian hanya bisa menunggu hingga sistem dapat digunakan secara lancar dan bertanya pada teman. Devita mengatakan, walaupun Siakad Old tampilannya tidak lebih menarik dari Siakad New, ia merasa lebih nyaman menggunakan Siakad Old di mana sinkronisasi dari Siakad Old lebih cepat, tidak seperti Siakad New yang membutuhkan waktu untuk melakukan sinkronisasi. “Yang harus dibenarkan selain kualitas sistem adalah kualitas informasi dan layanan ketika mengalami kesusahan. Menurut saya, semua ini berpengaruh terhadap tingkat kepuasaan pengguna Siakad, khususnya dari kalangan mahasiswa,” ungkap Devita. Hal serupa juga dialami para dosen di FISIP. Migrasi Siakad Old ke Siakad New telah terdengar di telinga para dosen, termasuk Dr. Rina Herlina Haryanti, S.Sos, M.Si, dosen Ilmu Administrasi Negara FISIP UNS. Namun,

Rina mengaku, sosialisasi secara langsung mengenai Siakad New tidak dilakukan. “Sosialisasi langsung itu tidak ada, hanya diberitahu dari admin bahwa sekarang validasi KRS menggunakan Siakad New. Sedangkan untuk input nilai masih menggunakan Siakad Old,” tutur Rina saat dihubungi VISI, Kamis, (17/11). Kurangnya sosialisasi ini berdampak pada banyaknya dosen yang mengalami kesulitan karena adanya perbedaan fitur-fitur yang terdapat dalam Siakad New. Kesulitan tersebut juga dialami saat dosen akan melakukan validasi KRS. Sebagian dosen tidak paham bagaimana caranya untuk memvalidasi KRS tersebut. “Karena kita akan kembali memasuki semester baru, dimana mahasiswa akan mengisi KRS, sehingga harus ada sosialisasi yang lebih jelas. Mungkin bisa dilakukan secara luring, sehingga seluruh dosen benar-benar didampingi. Karena ternyata, kami pun harus melakukan evaluasi terkait Siakad New,” ungkap Rina. Meskipun menemui berbagai kendala, Rina mengaku, Siakad New lebih lengkap dan terperinci dari segi fitur. Hal ini dikarenakan pengelolaan data lebih terstruktur karena menggunakan Microsoft Excel. Ia berharap, akan ada sosialisasi dan modul penggunaan Siakad New. “Mungkin boleh ditambahkan panduan semacam modul seperti laman SPADA (Sistem Pembelajaran Daring -red) yang mempunyai panduan juga, baik untuk mahasiswa ataupun dosen. Karena selama ini, kalau kita ingin tahu penggunaan ini untuk apa, kita harus mencari tahu sendiri,” pungkas Rina.

Nova, Maulidina, Hida

4

Acta Diurna No.33/XII/2021


PROBLEMATIKA

Carut Marut MBKM, Sudah Siapkah?

ilustrasi: Dila

Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) merupakan suatu program yang diluncurkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikbudristek) pada bulan Agustus 2021. Program ini merupakan bentuk inovasi pada sistem pendidikan di perguruan tinggi. Program ini kemudian diterapkan di seluruh universitas yang ada di bawah naungan Kemdikbudristek di Indonesia. Salah satu Universitas Sebelas Maret meluncurkan program Hibah MBKM yang didalamnya terdapat delapan dari sembilan aktivitas Merdeka Belajar seperti Kewirausahaan, Kuliah Kerja Nyata Tematik, Studi independen, Kegiatan Kemanusiaan, Magang, Penelitian, Asistensi Mengajar. Salah satu kegiatan yang dapat diikuti mahasiswa adalah bantuan dana wirausaha untuk mahasiswa. Untuk mengikuti kegiatan tersebut, mahasiswa diharuskan menyusun proposal terlebih dahulu. “Proposal yang lolos seleksi berkesempatan mendapatkan pendanaan hingga 10 juta, juga rekognisi berbagai mata kuliah atau SKPI dengan bobot maksimal 20 SKS yang diatur oleh prodi masing-masing,” jelas Mahmut, panitia program Hibah MBKM UNS

Pada tahun 2021 sebanyak 108 kelompok lolos pendanaan Hibah MBKM UNS. Salah satunya penerima bantuan dana tersebut adalah Fitriana atau yang akrab disapa Nana, mahasiswi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) angkatan 2018. Nana mengatakan, tujuan untuk ikut MBKM Hibah UNS ini bukan karena adanya rekognisi mata kuliah, melainkan ada permasalah di Kabupaten Cilacap tepatnya di Nusawungu. “Di sana masyarakatnya punya persoalan tentang perekonomian. Masyarakatnya bermata pencaharian sebagai buruh tani sekaligus buruh bangunan. Dalam setahun, mereka kerja hanya berapa bulan. Selebihnya menganggur. Mereka juga ada budidaya ikan. Tetapi budidaya ikan ini belum konsisten dan belum bisa dihargai oleh pasar karena budidayanya pun masih konvensional,”

Acta Diurna No.33/XII/2021

5


tutur Nana saat dihubungi VISI pada Selasa (2/11/2021). Lain halnya dengan Syifa, mahasiswi Sekolah Vokasi Jurusan Komunikasi Terapan. Syifa menjelaskan, alasannya mengikuti program Hibah MBKM UNS adalah agar dapat mengaplikasikan ilmu kehumasan yang selama ini sudah dipelajarinya di dalam perkuliahan. Selain itu Syifa menambahkan pihak prodi mewajibkan untuk mengikuti program MBKM ini. “Bahkan yang tidak lolos karena telat submit proposal pun juga disuruh membuat project. Disuruh buat project karena memang mungkin disemester ini bentuk kuliahnya project based learning, bedanya mereka dananya ya sendiri, kalo yang lolos didanai sama MBKM,” jelasnya. Namun dalam keberjalanannya, program Hibah MBKM UNS mengalami beberapa kendala yang dirasakan oleh peserta dan juga dosen pembimbing. Hal tersebut sempat dirasakan Nana saat mengikuti program Hibah MBKM UNS ini. “Kendalanya tu di dana. Jadi kemarin dananya cukup lama turunnya, baru turun pertengahan Oktober. Kita pakai uang pribadi kita dulu untuk keberjalanan program selama ini,” ujar Nana. Hal senada juga dirasakan Syifa. Syifa mengatakan masalah sistem dan administrasi sempat menghambat jalannya program ini. “Banyak masalah sebenarnya. Aku sendiri sering bingung tahapan selanjutnya harus melakukan apa? Sudah memenuhi syarat belum?” terang Syifa. Menanggapi kendala tersebut, Addin Kurnia Putri, MA, salah satu dosen Prodi Sosiologi FISIP UNS sekaligus Panitia MBKM UNS, mengatakan, kendala yang terjadi disebabkan karena program berada di tengah semester. ”Seringkali kesulitan untuk merekognisinya dan kemudian mahasiswa itu sedang berada di pertengahan kuliah. Tentu saja cukup mengganggu, karena beberapa mata kuliah tidak bisa direkognisi,” tutur Addin. Addin mengatakan, solusi dari masalah tersebut adalah dibuatnya laman web khusus MBKM sehingga dosen pembimbing dapat memantau apa saja yang dikerjakan mahasiswa selama mengikuti MBKM. Menurut Addin, program MBKM yang terbilang mendadak ini menyebabkan koordinasi dengan berbagai pihak menjadi kurang. “Yang penting mahasiswa itu tidak ada kebingungan apalagi mahasiswa banyak yang di luar kota, yang penting mahasiswa tidak disulitkan,” ujarnya. Kendala lain pun juga dirasakan oleh Mahmud selaku panitia MBKM Hibah UNS. Mahmut sebagai narahubung menjelaskan, dirinya terkadang tidak tahu harus menjawab apa dari pertanyaan peserta.

6

Acta Diurna No.33/XII/2021

“Ini adalah program yang baru pertama kali sehingga kalau bertanya ke atasan juga seringkali slow respond karena mereka juga ada pekerjaan lain,” tuturnya. Mahmut menjelaskan, kendala yang sering terjadi seperti panitia yang harus menjawab pertanyaan yang sama. “Sering peserta udah nanya pertanyaan yang udah ditanyain di grup, padahal tinggal scroll up,” jelasnya. Panitia pun mengeluhkan keteledoran dari beberapa peserta MBKM terkait pengumpulan berkas-berkas yang terkadang tidak sesuai deadline. “Contohnya untuk bahan SK (surat keterangan -red), kadang data dari peserta belum lengkap atau bersamaan dengan jadwal perbaikan tetapi tidak segera diperbaiki. Saat sudah diproses baru bilang ada data yang tidak sesuai,” lanjut Mahmud Namun hal tersebut disanggah oleh peserta. Nana menjelaskan, segala informasi berkaitan MBKM serba mendadak. Hal ini menyebabkan molornya pengumpulan berkas-berkas. Nana berharap, ke depannya tidak ada lagi kendala seperti yang ia alami. Selain itu, Nana berharap adanya kenaikan dana atau subsidi silang pada kelompok yang lebih membutuhkan. “Ketika ada (kelompok -red) yang tidak sampai 10 juta, uangnya dapat diberikan kepada yang sekiranya membutuhkan uang 10 juta. Sehingga lebih terkesan adil. Kemarin ada beberapa yang dia hanya penelitian habis satu juta saja. Nah, yang jadi pertanyaannya, ke mana sembilan juta sisanya?” pungkasnya. Lebih lanjut, Addin berharap program ini akan terus berjalan. Hal ini dikarenakan dirinya menilai program ini dapat membuat mahasiswa memahami sekaligus mempraktikkan ilmu yang didapat dalam perkuliahan.

Aulia Bilqis, Qais, Anya, Bintang


SUPLEMEN

Sumber : 100 Responden Mahasiswa FISIP UNS | Diolah oleh Litbang LPM VISI

Acta Diurna No.33/XII/2021

7


PROFIL

Ikut Pertukaran Mahasiswa, Kenapa Enggak?

Program Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA) merupakan program baru dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Republik Indonesia. Salah satu program turunan dari Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) ini banyak sekali diminati mahasiswa di seluruh Indonesia. Dengan mengikuti program tersebut mahasiswa dapat merasakan kuliah di kampus-kampus di seluruh dunia. Termasuk kesempatan berkuliah di kampus yang dapat dikatakan sebagai kampus top dunia. Tahun ini IISMA memberangkatkan 970 mahasiswa untuk mengikuti pertukaran pelajar ke 59 perguruan tinggi kelas dunia di 28 negara. Afifah Vidina Rosy yang akrab dipanggil Rosy, mahasiswi semester tujuh Program Studi Hubungan Internasional, Universitas Sebelas Maret (UNS), yang saat ini sedang mengikuti kuliah di University of Pecs, Hungaria selama satu semester melalui Program IISMA. Ia merupakan salah satu dari 71 mahasiswa seluruh Indonesia yang dapat mengikuti kuliah di Hungaria dan Jerman. Kali ini VISI berkesempatan berbincang dengan Rosy tentang bagaimana awal ia mengetahui program ini, hingga hal unik yang ia temukan saat mengikuti program tersebut. Rosy mengaku, dirinya mendapatkan informasi mengenai pembukaan awal program IISMA melalui

8

Acta Diurna No.33/XII/2021

International Office UNS. “Aku kebetulan tergabung di UNS Global Ambassador (GLAD) 2021 yang dibawahi International Office, jadi aku tahu program ini dari situ,” jelas Rosy saat dihubungi VISI Senin, (25/10). Selain melalui GLAD, Rosy mengatakan, program IISMA juga diinformasikan melalui webinar dalam bentuk information session dengan pihak Kemendikbud yang dilaksanakan beberapa kali serta disebar melalui Instagram International Office UNS. Program yang baru dirilis tahun 2021 ini berbeda dengan Kampus Mengajar yang merupakan program lama sehingga saat ini masih banyak webinar yang membahas program tersebut. Rosy mengaku, motivasinya mengikuti IISMA adalah, sebagai seorang mahasiswa, dirinya harus bisa melihat program ini sebagai peluang. Ia mengatakan, selain program ini didanai secara penuh oleh pemerintah, mahasiswa pasti memperoleh banyak pengalaman ketika kuliah di luar negeri. “Karena memang ingin merasakan pertukaran budayanya, bagaimana kehidupan multikultural dengan orang-orang asing, dan merasakan kuliah selain di UNS. Karena aku sudah pernah ikut Program Permata Sakti juga, yang pertukaran dalam negeri dan merasakan keseruannya juga kuliah di kampus lain,” sambung Rosy. Ada beberapa berkas yang harus diurus sebagai dokumen persyaratan. Rosy mengatakan, terdapat empat syarat yang harus dipenuhi mahasiswa. Pertama, english proficiency atau kemampuan berbahasa inggris yang dapat dibuktikan dengan International English Language Testing System (IELTS), Duolingo english test, dan lain sebagainya. “Kalau di universitas yang aku pilih, standar Duolingo english test minimal 110, IELTS rata-rata 5,5, ITP minimal 550, TOEFL ITP sekitar 78. Hanya saja, ada beberapa universitas yang menerapkan standar nilai lebih tinggi,” ungkap Rosy. Syarat kedua yang harus disiapkan yaitu transkrip nilai. Ketiga, surat rekomendasi yang harus ditandatangani oleh pihak rektorat Bidang Kerja Sama. Yang terakhir, esai dalam bahasa inggris. Terdapat lima esai yang harus dibuat yaitu seputar tentang pencapaian pribadi, pengalaman-pengalaman, bagaimana beradaptasi, rencana kedepan, serta rencana yang akan dilakukan ketika lolos mengikuti program ini.


Kenapa Pecs University? Rosy mengaku, pertimbangan utama memilih University of Pecs yaitu course atau mata kuliah yang ditawarkan. Rosy mengungkapkan hal ini dikarena setiap universitas menawarkan mata kuliah tertentu. Selain itu, ia juga mempertimbangkan kondisi lokasi kampus yang dipilih. “Pecs berada di kota kecil. Dia bukan ibu kota gitu, karena ibu kotanya ada di Budapest. Aku melihat kotanya bagus, budaya, orang-orangnya, seperti Solo atau Jogja,” beber Rosy. Di kampus ini ia mengambil empat mata kuliah yang berada di Faculty of Humanity and Social Science yaitu Introduction to Social Communication, Sustainable Development and Environmental Protection, The EU in International Affairs, dan The Geography of elections. Total empat mata kuliah tersebut setara dengan 20 SKS. Kampus ini menerima 5 ribu – 7 ribu mahasiswa termasuk mahasiswa internasional. Rosy mengaku terdapat beberapa perbedaan yang ia rasakan selama kuliah di University of Pecs dengan di Indonesia. Pertama, dari segi mahasiswanya. Saat perkuliahan satu kelas akan diisi dengan mahasiswa S1, S2, bahkan ada mahasiswa Ph.D atau S3. Kedua, ketika hari kerja, mahasiswa benar-benar belajar dan tidak bisa diganggu. Sedangkan saat akhir pekan, mahasiswa dapat bermain atau berlibur. Ketiga, mahasiswa di sana aktif selama mengikuti perkuliahan. Dosen di sana

sangat menghargai mahasiswanya sehingga kelasnya selalu interaktif. Selain itu, yang paling berbeda adalah hari libur perkuliahan. Di Indonesia hari libur hanya saat tanggal merah atau hari libur nasional saja. Kalau di University of Pecs liburnya per musim dan setiap fakultas berbeda. “Mereka selalu menghargai apa yang kita utarakan. Dulu aku berpikir kalau mahasiswa luar negeri itu pintar semua. Ternyata tidak juga. Mereka juga banyak yang mengutarakan pertanyaan yang udah dijelasin tadi tapi kenapa dia menanyakannya kembali. Nah, di situ dosennya benar-benar menghargai mahasiswanya dan tidak pernah menyindir atau lainnya,” tutur Rosy. Meskipun ia menemukan berbagai perbedaan Rosy mengaku tidak terlalu kesulitan beradaptasi pada saat kuliah di sana. Hal ini karena Rosy merasa meskipun materi yang diajarkan sangat cepat, Rosy mampu mengikuti pola pembelajaran di sana. Akan tetapi, tantangan tersendiri adalah urusan bahasa dikarenakan orang-orang di negara tempatnya mengenyam pendidikan tidak terlalu fasih berbahasa Inggris. Rosy pun mengaku dirinya harus mempelajari bahasa tubuh sebagai alat komunikasinya. Lebih lanjut, Rosy berpesan agar mahasiswa yang ingin mengikuti program serupa, harus lebih proaktif dalam mencari informasi. Menurutnya, informasi kegiatan pertukaran pelajar sudah sangat banyak. Hanya saja apakah mahasiswa tersebut mau mencari informasi atau tidak.

Nur Haliza, Ruhul

Acta Diurna No.33/XII/2021

9


RETORIKA

Glorifikasi Overwork, Masih Relevan? Oleh: M. Ainul Falah Mahasiswa S1 Ilmu Komunikasi 2019 Melihat perkembangan sosial media akhir-akhir ini membuat saya menggelengkan kepala. Entah algoritma Instagram saya yang aneh atau bagaimana, banyak konten bertemakan “menuju pendewasaan diri”. Belum lagi konten tersebut ditulis dengan judul yang sangat akurat dan benarbenar menggelegar untuk ditonton. Beberapa judul yang masih saya ingat adalah “Lakukan hal ini sebelum umur 25”, “Rugi banget baru tau ini di umur 23”, “Awas nyesel, pelajari skill ini sebelum umur 30”. Namun dari sedikit judul itu, dapat dilihat kalau semuanya menuju pada satu pesan moral yaitu memanfaatkan waktu sebelum semakin tua. Tentu saya tidak menyangkal konten seperti itu tidak baik, justru konten tersebut menjadi pengingat bagi anak muda yang masih saja bersantai di zaman yang penuh persaingan ini. Namun, konten tersebut akan menjadi toxic bagi mereka yang menganggap konten tersebut memerintahkan mereka agar berusaha mati-matian demi hidup enak di masa tua nanti. Pada akhirnya, penonton yang melihat konten-konten seperti itu terus bekerja keras bahkan sampai overwork. Lucunya, kaum overwork seperti itu bukannya istirahat di sela-sela pekerjaan, mereka malah meromantisasi hal tersebut di sosial media. Bicara soal glorifying overwork, saya teringat novel “Kami (Bukan) Jongos Berdasi” karya Uda J.S Khairen. Dalam buku tersebut terdapat kisah sekumpulan geng kantoran yang rela lembur demi liburan mewah dan gawai canggih. Tak lupa update ke media sosial agar semua orang tahu kegiatan lembur mereka. Hal itu diungkapkan penulis dalam tulisannya, yang berkata perbudakan zaman sekarang lebih berkelas karena menggunakan pakaian rapi dan gawai canggih, berbeda dengan zaman dahulu yang menggunakan baju lusuh dan seperangkat alat berat. Namun di akhir cerita, mereka tetap begitu-begitu saja, tidak ada perubahan signifikan. “Sesuatu yang berlebihan itu gak baik”, Mungkin banyak dari kita yang sudah bosan mendengar kutipan sederhana tersebut. Tapi jika dimaknai lebih dalam, tema tersebut sangat cocok dengan pembahasan kali ini. Makan tentu hal yang sangat menyenangkan. Namun, jika terusterusan makan, kita akan mendapat efek buruk mulai dari kekenyangan, ngantuk, dan efek parahnya adalah obesitas. Begitu pula dengan bekerja, proker-an, dan lain sebagainya. Banyak sekali ditemukan kasus orang-orang yang meninggal ketika kerja karena kekurangan istirahat.

10

Acta Diurna No.33/XII/2021

Dan soal romantisasi di media sosial, saya sebenarnya tidak pernah mempermasalahkan, toh saya tidak punya hak untuk mengatur media sosial pengguna lainnya. Tapi yang saya permasalahkan adalah orang-orang yang meromantisasi sambil menjelek-jelekan profesi yang lain seakan mereka yang tidak lembur tidak punya masa depan. “Lembur dulu biar nanti gak PO cireng di Instastory”, “Lembur gais, biar gak jbjb di Twitter orang nawarin Netflix”, “Lembur dulu biar gak jualan Pop Ice”. Coba di kalkulasi ulang, seandainya PO cireng dijual Rp10 ribu, dalam satu hari ada 20 orang yang pesan, satu hari sudah Rp200 ribu terkumpul. Itu anggapan kalau sepi. bagaimana kalau ramai? Berapa penghasilannya dalam sebulan? Setahun? Zaman sekarang segala sesuatu terasa berjalan cepat. Yang kemarin viral besoknya sudah hilang. Yang kemarin jadi buah bibir besoknya tidak terdengar lagi. Dunia berputar dengan cepat, kerja dengan otot saja tidak relevan lagi. Itulah kenapa banyak ungkapan ‘kerja cerdas’, karena kerja keras saja tidak cukup. Orang yang bisa menggunakan otaknya ketika bekerja bisa memanfaatkan peluang yang ada. Itulah kenapa ada orang yang kerjanya cuma tidur tapi duit tetap mengalir ke kantongnya. Sementara ada yang kerja pagi pulang pagi tapi uangnya habis entah kemana. “Tapi kan orang-orang yang begitu orang-orang yang punya privilese”, tidak perlu jauh-jauh bahas privilese dan cari alasan, memang dasar kamunya saja yang malas! Akhir kata, saya tidak bermaksud untuk menghakimi orang-orang yang kerja lembur. Alih-alih, saya salut dengan kegigihan kalian yang tetap berjuang demi orang-orang tersayang. Tapi alangkah baiknya istirahat ketika ada waktu, bukannya update Instastory dan menjelek-jelekan yang lain. Semoga kalian yang berjuang demi orang-orang tersayang atau demi hal-hal baik lainnya tetap diberi kesehatan dan keberkahan dalam kegiatan yang kalian lakukan.


RESENSI

Bijak Mengelola Keuangan, Merdeka Secara Finansial Oleh: Humaira Putri Ardelia

Judul Penulis Bahasa Penerbit Tahun Terbit Tebal Buku

: The Psychology of Money : Morgan Housel : Inggris : JAICO Publishing House : 2020 : 252 halaman

“Spending money to show people how much money you have is the fastest way to have less money.” Uang merupakan persoalan fundamental dalam sudut pandang manusia, bahkan kerap dijadikan sebagai ukuran kebahagiaan. Manusia begitu mendambakan uang guna memperoleh aksesibilitas kehidupan hingga mencapai titik kekuasaan. Akan tetapi, pemaknaan mengenai uang tidak sesederhana yang dikonstruksikan manusia secara umum. Relasi antara manusia dengan uang lebih kompleks dari sebatas objek untuk mendatangkan kekayaan. Dalam The Psychology of Money, Morgan Housel berhasil menyibak kompleksitas hubungan manusia dengan uang melalui perspektif perilaku unik manusia. Dengan menyuguhkan strategi pengelolaan keuangan yang dapat diaktualisasikan dalam kehidupan nyata, The Psychology of Money berpengaruh signifikan bagi masyarakat era kapitalisme saat ini. Setidaknya, terdapat beberapa poin penting yang diangkat Morgan Housel. Housel menekankan bahwa tingkat intelektual manusia tidak begitu saja menentukan intelektualitasnya mengatur keuangan. Namun, intelektualitas mengatur keuangan dipengaruhi softskill dan pengalaman hidup seseorang. Kedua komponen tersebut menjadi landasan penting dalam merumuskan keputusan keuangan. Sebagai contoh menarik, buku ini mengangkat kisah hidup dua sosok manusia dengan latar belakang kontradiktif. Melalui kisah hidup kedua orang tersebut, dapat diketahui bahwa kendati berbekal kepintaran akademis, seseorang dapat mengalami kegagalan keuangan. Housel menyatakan, “Doing well with money has a little to do with how smart you are and a lot to do with how you behave”. Dalam bagian berikutnya, Housel mengajak pembaca untuk menyelami pentingnya memiliki rasa cukup dalam kehidupan. Dalam chapter III bertajuk Never Enough, Housel menguraikan bagaimana keserakahan dapat menjadi perangkap bagi manusia. Oleh karenanya,

memiliki rasa cukup menjadi unsur krusial dalam rangka menekan hasrat ambisius. Dalam chapter ini, penulis mendorong pembaca untuk merefleksikan diri mengenai kadar rasa syukur yang dimiliki selama ini. Intensitas rasa syukur yang dimiliki manusia dapat menahannya terjerumus dalam kesengsaraan. Sebaliknya, selalu mengkomparasikan kekayaan pribadi dengan kekayaan orang lain justru memicu malapetaka, yaitu persaingan atau kontestasi yang tidak berujung. Pada akhirnya, manusia berambisi menunjukkan kekayaan secara berlebihan demi memperoleh pengakuan di lingkup sosialnya. The Psychology of Money menekankan bahwa menunjukkan kekayaan secara berlebihan bukanlah makna kekayaan sebenarnya. Melalui bukunya, Housel berupaya mengedukasi pembaca mengenai perbedaan antara konsep rich dan wealthy. Rich berkorelasi dengan kekayaan yang terlihat secara fisik, seperti rumah ataupun mobil mewah. Seseorang dengan label rich menginginkan gaya hidup tinggi untuk menunjukkan dirinya sukses secara finansial, meskipun membeli barang mewah dengan hutang. Sementara itu, kekayaan secara wealthy bermakna bahwa kekayaan tidak terlihat atau tidak dibelanjakan. Seseorang dengan wealth memilih untuk menyimpan kekayaannya, meskipun uangnya cukup untuk membeli barang mewah. Buku The Psychology of Money membawa banyak pesan moral yang berlaku bagi seluruh lapisan masyarakat. Apabila kita menelisik melalui perspektif mahasiswa sebagai generasi muda, pesan-pesan yang disampaikan Morgan Housel dapat diaktualisasikan dalam menghadapi persoalan finansial di masa transisi menuju dewasa. Merdeka secara finansial tidak selalu ditentukan oleh kepintaran akademis maupun dimaknai dari gaya hidup tinggi. Akan tetapi, merdeka secara finansial bermakna kita bijaksana mengelola keuangan dan berdamai dengan ambisi.

Acta Diurna No.33/XII/2021

11



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.