9 minute read

VISI BERTANYA

Next Article
LAPORAN KHUSUS

LAPORAN KHUSUS

Berbagi Pandangan Politik Kota Solo

Ilustrasi: Azizah

Advertisement

Politik selalu menjadi hal yang menarik untuk diperbicangkan. Pandangan politik dan peran dari generasi muda penting untuk didengar dan diperhatikan. Ardan atau akrab disapa Blowor, seorang aktivis gerakan rakyat di Solo, membagikan cerita dan pandangannya terhadap politik di Kota Solo dengan VISI.

Sejak anda menaruh perhatian terhadap kondisi politik di Solo?

Biasanya kalau teman-teman itu tertarik dengan politik waktu jadi mahasiswa, kalau saya justru dimulai sejak saya berhenti jadi mahasiswa pada akhir tahun 2017. Saya melihat gerakan di Solo belum ada yang membahas isu politik secara luas untuk tujuan menginisiasi. Sejak lama, sebenarnya saya sudah tertarik untuk membuat atau terlibat dalam gerakan politik. Tapi saat itu saya merasa tidak ada yang menarik di organ-organ di dalamnya.

Pengertian politik menurut anda?

Banyak orang berpikir, politik adalah suatu hal yang selalu berkaitan dengan pemerintahan. Padahal setiap apa yang kita lakukan dengan tujuan mendapatkan sesuatu adalah politik. Bahkan dulu, saya pernah berdebat dengan senior saya di LPM. Dia mengatakan jika pers itu tidak bekaitan dengan politik sedangkan menurut saya adalah sebaliknya karena pers tentu terlibat dalam politik media. Bagaimana pandangan anda terhadap situasi politik di Solo Raya?

Belum ada suatu hal alternatif atau tandingan dari orang-orang yang berkuasa di pemerintahan saat ini. Menurut saya kondisi politik saat ini masih sama seperti dahulu. Kalau berbicara mengenai kesadaran politik, Solo masih tergolong baru dalam memulai suatu kesadaran politik. Kondisi objektif perpolitikan di Solo Raya, sebenarnya tidak hanya di pemerintahan saja, tetapi juga ke masyarakat secara luas dengan tingkat kesadaran perpolitikan saat ini yang masih kurang.

Bagaimana pendapat anda terhadap pendidikan untuk meningkatkan kesadaran politik?

Kita tidak bisa berharap pada partai politik untuk pencerdasan ini. Karena dibalik itu ada sesuatu yang ingin mereka lakukan dengan niat-niat tertentu untuk keuntungan di dalam kekuasaan mereka. Dengan demikian kaum intelektual seperti mahasiswa diharapkan dapat mencerdaskan masyarakat.

Bagaimana melahirkan wacana tandingan politik?

Melibatkan diri ke konflik yang ada di masyarakat. Di sana kita bisa melihat ketimpangan, hak-hak yang dirampas dan sebagainya. Di sinilah salah satu cara kita bisa sadar jika negara kita sedang tidak baik-baik saja.

Giza, Prissil

Man Jadda Wa Jada, Mantra Menuju Kesuksesan

JUDUL: Negeri 5 Menara PENULIS: Ahmad Fuadi

PENERBIT:Gramedia Pustaka Umum TAHUN: 2009 TEBAL: 416 halaman

Alif adalah seorang anak yang berasal dari suatu kampung di dekat danau Maninjau. Ia adalah salah satu murid yang pintar. Pada saat kelulusannya di MTs, dia mendapatkan juara umum sebagai peraih nilai tertinggi di kabupatennya. Mulai saat itulah dia berpikir bahwa dia harus melanjutkan ke sekolah umum dan mengejar cita citanya, menjadi seperti B.J. Habibie. Ibunya memiliki niatan untuk menyekolahkan ia di sekolah agama lagi. Alif membantah, ia tidak mau sekolah di sekolah agama. Namun ibunya juga bersikeras, akhirnya Alif mengalah dan diapun masuk ke kamar dan mengurung diri. Selama mengurung diri di kamar, ia mendapatkan pesan dari pamannya yang merupakan lulusan suatu universitas di Mesir. Ada suatu pondok di Jawa Timur yang sangat bagus, alumninya terkenal akan kecerdasan dalam berbahasa. Akhirnya Alif keluar dari kamar dan memutuskan bahwa ia akan masuk ke pondok di Jawa Timur. Dengan berat hati ibunya pun melepasnya. Di pondok, ia bertemu dengan banyak sahabat baru. Orang pertama adalah Raja, dia berasal dari Medan. Ia selalu membawa kamus oxford, ia yakin bahwa itu dapat membantunya memperlancar bahasa inggris. Malam harinya para muridpun dikumpulkan disuatu aula yang besar untuk mendengarkan sambutan sang pimpinan pondok Kyai Rais. “Man Jadda Wa Jada,” itulah kalimat yang selalu diucapkannya. Kalimat ajaib yang menjadi pegangan para siswa pondok Gontor, termasuk Alif.

Hari pertamanya berjalan dengan penuh kejutan, ia terlambat untuk sholat ke masjid. Tyson, panggilan mereka untuk petugas keamanan yang selalu berkeliling menggunakan sepeda. Ia menahan Alif dan kawan kawannya. Lalu dia meletakan tangannya di telinga Alif dan menjewernya. Alif pun melakukan pada kawan disebelahnya, menjadi jewer berantai. Merekalah sahabat-sahabat Alif, ada Atang dari Bandung, Raja dari Medan, Dulmajid dari Sumenep, Baso dari Gowa, dan Said dari Surabaya. Sahibul Menara, begitulah julukan mereka.

Mereka bersama-sama menjalani kehidupan di pondok, melewati sekian banyak rintangan dan ujian. Hingga suatu hari salah satu dari mereka, Baso, memutuskan untuk keluar dari pondok. Ia memilih untuk mengasuh neneknya yang telah membesarkannya. Dengan berat hati, sahibul menara melepasnya demi berbakti pada neneknya. Akhirnya mereka harus mengejar mimpi mereka tanpa Baso, dan akan bertemu ditempat yang mereka janjikan. Novel ini menceritakan kehidupan di pondok pesantren dengan tokoh utamanya Ahmad Fuadi sendiri yang digambarkan sebagai Alif. Jalan cerita yang disajikan relevan dengan kehidupan banyak orang. Di mana seseorang perlu mengejar cita-citanya walaupun harus bekerja keras dan menapaki jalan yang berliku. Dengan mengangkat cerita anak negeri yang berasal dari daerah plosok dan harus merantau untuk menimba ilmu demi meraih cita-citanya, novel ini dapat meningkatkan semangat anak muda sehingga menarik untuk dibaca.

Gaya bahasa mudah dipahami serta alur cerita seakan membawa para pembaca masuk kedalam cerita dengan merasakan susah dan senangnya menjalani hidup di pesantren mulai dari bangun tidur, belajar mati matian menuntut ilmu, hingga keseharian yang membuat pembaca merasakan sendiri. Di novel ini juga terdapat nilai nilai Islami yang bisa memotivasi, seperti syair dari Imam Syafi’i, “Man Jadda Wa Jada”. .

Muhammad Ainun Falah

Ini 5 Alasan Kenapa Kamu Harus Nonton Tunnel versi Indonesia!

JUDUL: Tunnel PRODUSER: Shanty Harmayn SUTRADARA: Sidharta Tata, Wicaksono Wisnu Legowo, dan Ifa Isfansyah PEMERAN: Doni Alamsyah, Putri Ayudia, Andri Mashadi, dan Hana Malasan TAHUN: 2019

Zaman sekarang banyak platform yang menyajikan tontonan berkualitas. Apalagi, selama pandemi Covid-19 kita mulai cari-cari nih, film, drama, atau serial yang seru buat marathon. Nah, salah satu serial Indonesia yang wajib banget kamu tonton adalah Tunnel hasil remake Drama Korea populer dengan judul yang sama.

Tunnel sendiri diawali ketika terjadi penemuan mayat perempuan di ladang milik warga pada tahun 1990. Namun, kondisi mayat saat ditemukan dalam keadaan yang tidak wajar. Pergelangan tangan mayat tersebut dipotong lalu dibentuk tangan ngithing dan diletakkan di atas sesajen.

Kasus ini pun ditangani oleh detektif berbakat kepolisian Yogyakarta, Tigor, detektif asal Medan yang diperankan oleh Doni Alamsyah. Dalam menangani kasus ini, Tigor dibantu rekan kerjanya yang bernama Ario atau yang kerap dipanggil Yoyo.

Akan tetapi, selama penyelidikan berlangsung, pembunuhan semakin banyak terjadi dengan kondisi mayat yang serupa. Hingga suatu malam, saat Tigor menyisir kawasan terowongan, ia melihat seseorang yang mencurigakan di terowongan tersebut. Tigor pun mengejarnya akan tetapi saat melakukan pengejaran tiba-tiba ia jatuh pingsan. Ketika terbangun, Tigor sudah berada di tahun 2020.

Dari sinopsis ceritanya aja udah menarik untuk ditonton, nih. Nah, inilah 5 alasan kenapa kamu harus banget nonton Tunnel versi Indonesia!

1. Cerita Adaptasi dari Drama Korea Tunnel

Kita sudah tidak asing dengan Drama Korea yang bergenre kriminal. Namun, di Indonesia sendiri genre ini masih asing, apalagi jika dibuat serial. Mungkin juga tidak pernah terlintas di benak kita ada serial Indonesia bergenre kriminal.

Tunnel versi Korea pertama kali ditayangkan pada tahun 2017. Di Korea, Tunnel menjadi drama yang memiliki rating tertinggi sepanjang sejarah saluran OCN. Saluran OCN sendiri merupakan salah satu saluran televisi Korea yang memang sudah terkenal menayangkan drama-drama bergenre aksi dan kriminal. Jadi, kamu tidak perlu ragu lagi untuk menambahkan Tunnel versi Indonesia ke waiting list tontonan kamu.

2. Digarap 3 Sutradara yang Kompeten

Ada yang unik dari serial Tunnel versi Indonesia. Serial ini merupakan hasil kolaborasi 3 sutradara yang memang ahli dalam bidangnya. Tiga sutradara itu yakni Sidharta Tata yang terkenal dengan film pendek berjudul Natalan/ Desember yang tayang pada tahun 2015.

Ada juga, Wicaksono Wisnu Legowo yang menyutradarai film Turah di tahun 2016.

Tidak hanya itu, Wicaksono juga menghasilkan banyak film pendek seperti Undar (2018), Mengukir di Atas Air (2011), Kisun Kusut (2011), dan masih banyak lagi. Sutradara terakhir yang ikut mengambil bagian dalam pengerjaan Tunnel versi Indonesia adalah Ifa Isfansyah. Ifa menghasilkan beberapa film yang apik seperti Garuda di Dadaku (2009), Sang Penari (2011), Ambilkan Bulan (2012), dan Pendekar Tongkat Emas (2014).

3. Sinematografi yang Apik

Tim produksi mengambil gambar dengan latar tempat Yogyakarta. Pengambilan gambar di setiap adegan bisa dibilang sangat memanjakan mata. Apalagi, beberapa adegan diambil dengan latar waktu 1990. Karakter dan setting dibuat sedetail mungkin sehingga kita bisa merasakan atmosfer tahun 1990 secara real.

Dalam serial ini kita juga dapat menemukan tempat-tempat baru di Yogyakarta yang belum pernah muncul di film lain. Di awal episode kita bisa melihat padang ilalang yang sangat estetik. Selain itu, latar tempat yang digunakan untuk syuting pun mennggunakan tempattempat yang bisa dibilang merakyat sehingga kita sebagai penonton bisa merasakan keaslian dari jalan cerita.

4. Aktor Aktris yang Keren

Selain Doni Alamsyah, ada jajaran aktor dan aktris yang aktingnya sudah tidak perlu diragukan lagi. Ada Putri Ayudya yang berperan sebagai Ambar, istri dari Tigor. Meskipun bisa dibilang aktris pendatang baru, aktingnya tidak perlu diragukan lagi. Selain di Tunnel, Putri juga berperan di beberapa film seperti Gundala, Love for Sale 2, dan Perempuan Tanah Jahanam.

Andri Mashadi adalah aktor pendatang baru yang berperan penting dalam serial ini. Andri memerankan peran Tito yang banyak bekerja sama dengan Tigor untuk memecahkan kasus di tahun 2020. Aktris lain yang berperan dalam serial ini adalah Hana Malasan. Sebelum membintangi serial ini, Hana sudah terlebih dahulu membintangi serial TV lain seperti, Patriot, OK-JEK, dan Catatan Harian Si Boy The Series.

Selain aktor dan aktris di atas, ada beberapa nama yang sering kita jumpai di film-film kenamaan seperti Verdi Solaiman yang berperan sebagai Yoyo di tahun 2020, Rukman Rosadi, Kiki Narendra, dan masih banyak lagi.

5. Cerita yang Disesuaikan dengan Budaya Indonesia

Ada beberapa adegan dalam Tunnel Korea yang mungkin tidak cocok apabila diremake ulang dalam versi Indonesia. Dalam serial ini kita bisa menemukan hal yang bisa dibilang Indonesia banget, misalnya seperti cara bicara Tigor yang menggunakan logat Medan, cara pembunuh berantai menandai ‘hasil karyanya’ dengan memotong tangan lalu dibentuk gerakan ngithing, prosesi pernikahan Tigor dan Ambar dengan adat Jawa, dan masih banyak lagi.

Tunnel versi Indonesia sendiri sudah tayang mulai akhir tahun 2019 kemarin. Total keseluruhan episode serial ini adalah 16 episode dengan rata-rata penayangan tiap episodenya 25 sampai 30 menit. Tunnel bisa kamu tonton di aplikasi GoPlay. Happy Watching!

Dila Septi

PUISI Kemerdekaan yang Fana

Oleh: Rista Septiana Mahasiswa Sosiologi UNS

Gemerlap lampu mewarnai sudut kota Hamparan hijau terbentang di halaman desa Megahnya bumi raya Indonesia Menyisihkan tanda tanya Apakakah benar Indonesia sudah merdeka?

Negeri yang kaya, itulah Indonesia Namun, apakah kaya berarti jaya?

Hamparan hijau kini subur ditanami beton Rakyat kecil hanya pasrah dijadikan lakon Di seberang sana, Pemerintah bebas berkuasa sebagai sutradara Sungguh nahas, kejayaan hanyalah milik petinggi negara

Lihatlah, Rakyat kecil yang gamang Menangis tanpa suara Melangitkan seluruh doa Menalar banyak dugaan Menanyakan dimanakah keadilan

Miris Dasar negara telah bergeser Toleransi seakan lengser Perbedaan semakin nyata Memecahkan persatuan bangsa Seribu budaya telah lepas Rasisme kian buas Persatuan dan kesatuan bangsa telah bias Kekayaan alam habis dieksploitasi Keadilan pudar dimonopoli Bangsa ini hilang arah Termakan ego, terjajah oleh rakyatnya sendiri

Katanya, Indonesia negeri mahakaya Namun nyatanya, rakyatnya menjerit sengsara Diambang duka bersimpuh nestapa Dipeluk pilu untuk harapan yang semu

Ibu pertiwi telah rimpuh Bangkitlah dan eratkan genggaman Menghargai dalam segala beda Memeluk untuk saling menjaga Merangkul agar tetap seirama Bersinergi untuk nusantara Membangun Indonesia merdeka yang nyata

This article is from: