Denyut Asa Desa Sukawijaya: Rencana Tapak Wisata Agraria

Page 1

D E N Y U T

A S A

D E S A

SUKAWIJAYA : RENCANA TAPAK WISATA AGRARIA PUSAT PEMBERDAYAAN PERDESAAN LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

PENULIS

DR. ALLIS NURDINI, S.T., M.T., IAI DEWI LARASATI, S.T, M.T, PH.D., IAI NUR FITRA HADIANTO, S.PD., M.T. MARYAM AL LUBBU, S.T., M.SI. KRISNA AGUSTRIANA, S.ARS. PENATA LETAK

KRISNA AGUSTRIANA, S.ARS.



D E N Y U T

A S A

D E S A

SUKAWIJAYA : RENCANA TAPAK WISATA AGRARIA PUSAT PEMBERDAYAAN PERDESAAN LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

PENULIS

DR. ALLIS NURDINI, S.T., M.T., IAI DEWI LARASATI, S.T, M.T, PH.D., IAI NUR FITRA HADIANTO, S.PD., M.T. MARYAM AL LUBBU, S.T., M.SI. KRISNA AGUSTRIANA, S.ARS. PENATA LETAK

KRISNA AGUSTRIANA, S.ARS.




Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh Puji syukur kita panjatkan kepada Yang Maha Kuasa atas karunia-Nya dan kasih sayang-Nya sehingga buku Denyut Asa Desa: Sukawijaya ini akhirnya rampung disusun. Denyut Asa Desa: Sukawijaya merupakan naskah kajian berisi rencana perancangan desa wisata di Sukawijaya, Kecamatan Tambelang, Kabupaten Bekasi. Penyusunan buku ini merupakan salah satu rangkaian pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh tim dari Pusat Pemberdayaan Perdesaan (P2D) ITB.

KATA SAMBUTAN

Pengabdian masyarakat ini merupakan pertemuan jalinan kebutuhan nyata dari masyarakat Desa Sukawijaya yang berpadu bersama para sivitas akademika ITB untuk menghadirkan solusi pembangunan desa yang representatif di masa depan menjadi Desa Wisata Berbasis Agraria. Kerja sama ini bermula dari aspirasi kelompok muda Desa Sukawijaya yang dimotori oleh Bapak Sophal Jamil sebagai Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) dan didukung Kepala Desa Sukawijaya kepada ITB untuk mempertahankan karakter desa yang berbasis pertanian sawah sekaligus memiliki nilai tambah wisata lokal. Desa Sukawijaya realitanya berada di pinggiran Bekasi yang terus mengalami urbanisasi. Namun, masyarakat dan para tokohnya berharap dapat menjaga eksistensi persawahan sekaligus dapat memberikan tambahan kesejahteraan warganya. Oleh karena itu, rencana wisata lokal masyarakat ini berkarakter persawahan. Semoga rencana dalam buku Denyut Asa Desa Sukawijaya: Rencana Tapak ini mampu dikembangkan sehingga pembangunan Desa Sukawijaya dapat menjadi representasi wajah Desa Wisata Agraria.

SUKAWIJAYA D E N Y U T

A S A

D E S A :

Salam, Ketua Tim Penyusun Naskah Rencana Tapak Wisata Agraria Desa Sukawijaya Dr. Allis Nurdini, ST, MT, IAI



DAFTAR ISI

1 2 3

4 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG RUMUSAN MASALAH TUJUAN DAN SASARAN METODOLOGI PENYUSUNAN SISTEMATIKA PENULISAN

KAJIAN LITERATUR PENGEMBANGAN DESA BERBASIS POTENSI LOKAL KONSEP DESA WISATA

PROFIL LOKASI DESA SUKAWIJAYA LOKASI

01 02 02 03 04 04

05

5

06 07

09 10

6

ANALISIS PERENCANAAN TAPAK ANALISIS AKTIVITAS DAN FUNGSI ANALISIS POTENSI RUANG DESA (SPACE SYNTAX) ANALISIS STAKE HOLDER / INSTITUSI ANALISIS TAPAK

KONSEP PERENCANAAN TAPAK KONSEP AKTIVITAS DAN FUNGSI KONSEP ZONASI KONSEP PENGEMBANGAN INSTITUSI KONSEP RENCANA TAPAK

11 12 13 14 15

21 22 23 24 25

DETAIL RENCANA TAPAK & BANGUNAN KAMPUNG WISATA 26


1

PENDAHULUAN


SUKAWIJAYA D E N Y U T

A S A

D E S A :

LATAR BELAKANG

RUMUSAN MASALAH

Desa merupakan wilayah yang terbentuk oleh berkumpulnya orang atau kelompok, berkembang dari generasi ke generasi dan dicirikan oleh ikatan sosial dalam jangka panjang. (Obermayr, 2017; Rahmat & Widjajanti, 2019; Silas, 1992; Sudarwanto et al., 2017). Dalam perjalanannya, wilayah pedesaan tidak lagi hanya dikaitkan dengan produksi komoditas hasil pertanian, namun juga dipandang sebagai lokasi stimulasi aktivitas sosial dan ekonomi baru seperti kegiatan pariwisata, rekreasi, produksi, konsumsi makanan khas, dan e-commerce. (Saxena et al.,2007). Keberlanjutan perencanaan dan pengelolaan pariwisata pedesaan semakin mendapat perhatian di mana dipandang penting untuk mengembangkan indikatorindikator keberlanjutan dalam perencanaan dan perancangan desa yang mencakup dimensi sosial, ekonomi, dan lingkungan. (Blancas et al., 2011). Mbaiwa (2011) dan Zhang (2012) mengemukakan bahwa keberadaan desa wisata mampu memberikan berbagai manfaat, diantaranya meningkatkan ekonomi kolektif desa, memperindah tatanan pedesaan, memperkuat pembangunan peradaban pedesaan, meningkatkan ekonomi masyarakat, mengubah aktivitas dan gaya hidup tradisional masyarakat, dan mampu mengurangi kesenjangan antara perkotaan-perdesaan serta membangun masyarakat yang harmonis. Pembentukan desa wisata ditujukan untuk memberdayakan masyarakat agar dapat berperan sebagai pelaku langsung dalam upaya meningkatkan kesiapsiagaan dan kepedulian dalam menyikapi potensi pariwisata di masyarakatnya serta memiliki peluang dan kesiapan mendapatkan manfaat yang dapat dikembangkan dari kegiatan pariwisata untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi. 02


SUKAWIJAYA D E N Y U T

Di Indonesia, Badan Pusat Statistik pada tahun 2018 mencatat terdapat sekitar 1.734 desa dalam setahun yang berpotensi menjadi desa wisata, meningkat dari 1.302 desa wisata pada tahun 2014. Desa wisata yang tersebar di setiap pulau, Jawa - Bali menempati posisi tertinggi dengan 857 desa wisata, disusul Sumatera sebanyak 355 desa, Nusa Tenggara 189 desa, dan Kalimantan 117 desa. Selain itu, Pulau Sulawesi juga mencatat 119 desa wisata, 74 desa di Papua, dan Maluku sebanyak 23 desa.

A S A

D E S A :

Kabupaten Bekasi merupakan salah satu kawasan penyangga Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang saat ini terus menunjukkan peningkatan dalam penyediaan kantung-kantung wisata, salah satunya Kampung Wisata yang berada di Desa Sukawijaya. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Bekasi Tahun 2020, Desa Sukawijaya berada di wilayah Kecamatan Tambelang yang memiliki luas wilayah 4,5 Ha dengan jenis topografi berupa dataran dan memiliki penduduk sebesar 4.167 jiwa. Di antara desa lain di Kecamatan Tambelang, Desa Sukawijaya termasuk desa yang memiliki sarana dan prasarana ekonomi yang sedikit. Tercatat hanya terdapat 5 toko/warung kelontong dan 2 warung/kedai makanan di wilayah ini. Pada aspek infrastruktur komunikasi, telah terdapat 5 operator layanan komunikasi telepon seluler yang menjangkau wilayah ini dengan kondisi sinyal telepon seluler dalam tingkat kuat dan sangat kuat di sebagian besar wilayah. Di lain pihak, desa ini satu-satunya desa di Kecamatan Tambelang yang belum memiliki moda angkutan umum dengan trayek tetap. Dari data yang telah disampaikan, untuk dapat memaksimalkan keberadaan Kampung Wisata di Desa Sukawijaya diperlukan berbagai upaya lebih, salah satunya dengan penataan fisik Kampung Wisata ini melalui kegiatan Perencanaan Tapak (Site-Plan) agar dapat mendatangkan kebermanfaatan bagi masyarakat sekitar karena mampu melayani wisatawan dengan baik melalui keteraturan seperti yang telah direncanakan. 03

TUJUAN DAN SASARAN

Tujuan dari penyusunan ini yaitu kajian penataan fisik wilayah yang tertuang dalam naskah Rencana Tapak (Site-Plan) Desa Wisata di Sukawijaya, Kecamatan Tambelang, Kabupaten Bekasi. Sasaran dari Rencana Tapak ini yaitu: 1. Tersusun kajian fisik dan nonfisik sebagai dasar perancangan tapak desa wisata; 2. Teridentifikasi potensi masalah dan solusi perancangan tapak desa wisata pada lokasi terpilih; 3. Tersusun analisis yang memadai sebagai landasan penyusunan kriteria perancangan tapak desa wisata; 4. Tersusun rancangan tapak desa wisata di lokasi terpilih sebagai dasar pembangunan dan pengembangan lokasi terpilih secara berkelanjutan.


SUKAWIJAYA D E N Y U T

A S A

D E S A :

SISTEMATIKA PENULISAN

Bab 1 merupakan pendahuluan. Bagian ini berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran, metodologi penyusunan, dan sistematika penulisan dalam penyusunan dokumen ini. Bab 2 merupakan kajian literatur. Pada bagian ini berisi kajian singkat tentang pengembangan desa berbasis potensi lokal. Selain itu, pada bagian ini ditulis pula kajian singkat tentang konsep desa wisata.

METODOLOGI PENYUSUNAN Metodologi dalam penyusunan rencana tapak di lokasi terpilih, yang dilakukan sebagai rangkaian program pengabdian kepada masyarakat Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) ITB dan Pusat Pemberdayaan Perdesaan (P2D) ITB ini dilakukan dengan langkah sebagai berikut. 1. Identifikasi kondisi/karakteristik wilayah Desa Sukawijaya, Kecamatan Tambelang, Kabupaten Bekasi; 2. Penerimaan saran, masukan dan aspirasi dari Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Kali Dozer di Desa Sukawijaya; 3. Penyusunan Perjanjian Kerjasama antara Pokdarwis Kali Dozer Desa Sukawijaya dengan P2D ITB; 4. Focus Group Discussion (FGD) bersama aparat desa dan masyarakat setempat; 5. Penyusunan analisis dan konsep penataan fisik Desa Wisata; 6. Pembuatan naskah Rencana Tapak (Site-Plan) Desa Wisata; 7. Presentasi pada forum ilmiah atau seminar nasional yang diprakarsai LPPM ITB/P2D ITB; 8. Publikasi di media massa dan pada channel media-sosial/website LPPM ITB dan P2D ITB; 9. Penyusunan dokumen dan diterbitkan oleh Penerbit ITB.

Bab 3 merupakan profil lokasi rencana desa wisata. Pada bagian ini berisi profil singkat Desa Sukawijaya, Tambelang, Bekasi. Bab 4 merupakan analisis perencanaan tapak. Analasis-analisis pada bagian ini adalah analisis aktivitas dan fungsi, potensi ruang desa, stake holder/institusi, dan analisis tapak. Bab 5 merupakan konsep perencanaan tapak. Pada bagian ini berisi konsep tentang aktivitas dan fungsi, zonasi, pengembangan institusi, serta rencana tapak. Bab 6 merupakan detail rencana tapak dan visualisasi bangunan-bangunan desa wisata di Sukawijaya. 04


2

KAJIAN LITERATUR


SUKAWIJAYA D E N Y U T

A S A

D E S A :

Perbedaan permukiman dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Perdesaan berbeda dengan perkotaan bila dilihat dari fungsi dan makna lahan serta ruang bagi penduduknya. Lahan dan ruang di perdesaan adalah sumber ekonomi penduduknya, dan penduduknya pun berperan sebagai produsen pangan atau jasa. Tetapi perdesaan pun adalah tempat kehidupan reproduktif: tempat untuk tinggal, istirahat, kehidupan keluarga dan komunitas yang berbagi kepentingan tempat: Desa Padi Organik; Desa Salak, Desa Sayur dan Bunga; Desa Wisata, dan lain-lain.

PENGEMBANGAN DESA BERBASIS POTENSI LOKAL Lingkungan desa dikembangkan untuk mencapai permukiman yang berkelanjutan. Sebagai neighborhood dapat berupa suatu lingkungan Rukun Warga, Dukuh, Banjar, kumpulan rumah serta lingkungan tempat tinggal lain yang setara, yang penghuninya membentuk suatu komunitas kepentingan bersama atas tempat tersebut. Yang dimaksud dengan kawasan perdesaan yaitu wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Yang perlu dikembangkan di permukiman perdesaan maupun perkotaan sebagaimana tertuang dalam amanat UU Nomor 1 Tahun 2011, bila disimak, pada dasarnya sama. Yang berbeda adalah karena subjeknya berbeda fungsinya, yaitu perkotaan mempunyai kegiatan utama bukan pertanian, sedangkan perdesaan mempunyai kegiatan utama pertanian.

Pada ketentuan umum UU No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman dan Teori Ekistiks yang dikemukakan oleh Doxiadis telah menyebutkan adanya unsur unsur yang membentuk suatu permukiman. Bila ditelaah lebih lanjut dengan mengikuti teori Ekistiks dan apa yang dapat kita jumpai di suatu permukiman, maka unsur unsur permukiman tersebut adalah: Terkait dengan lingkungan alami, yang menjadi unsur permukiman adalah tanah (land). Semua makhluk hidup memerlukan ruang dan tanah. Permukiman pun akan berdiri di atas suatu hamparan tanah; Sebagai tempat tinggal, suatu permukiman akan terdiri dari rumah yang selanjutnya membentuk suatu perumahan (househousing); Sebagai tempat tinggal, permukiman perlu mempunyai unsur sarana atau fasilitas guna memenuhi kebutuhan warganya sehari-hari Permukiman sebagai suatu lingkungan buatan memerlukan infrastruktur atau prasarana dan utilitas umum; Sebagai suatu lingkungan tempat tinggal, permukiman tentu ada penghuninya yang membangun suatu komunitas. Dengan demikian suatu permukiman terdiri dari unsur tanah, rumah-perumahan, sarana, dan infrastruktur (prasarana dan utilitas umum). 06


SUKAWIJAYA D E N Y U T

Permukiman di perdesaan didorong untuk dapat menyelenggarakan pembangunan yang berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan yaitu pembangunan yang meningkatkan kualitas hidup keseluruhan, untuk masa sekarang dan yang akan datang, dengan cara memelihara proses ekologi yang menjadi gantungan kehidupan. Prinsip pembangunan berkelanjutan (Abdullah, 2017) antara lain: Keterlibatan Komunitas. Diperlukan dukungan dan keterlibatan komunitas secara keseluruhan untuk dapat mencapai pembangunan berkelanjutan. Lingkungan Sosial yang Terbuka dan Ramah untuk Semua (Inklusi sosial). Komunitas yang merangkul semua, masing-masing individu merasa aman dan nyaman mendapatkan hak dan melaksanakan kewajibannya. Seluruh elemen masyarakat mendapat perlakuan yang setara dan memperoleh kesempatan yang sama sebagai warga negara, terlepas dari perbedaan apa pun, dan saling menghargai. Keadilan. Adanya kesempatan yang setara/sama dan jujur (fair) terhadap peluang yang ada untuk generasi sekarang danyang akan datang. Perbaikan. Lingkungan mempunyai kecenderungan untuk menurun kualitasnya, karena itu merupakan keharusan untuk segera melakukan tindakan-tindakan perbaikan secara berkesinambungan, terus-menerus, untuk mewujudkan tujuan berkelanjutan. 07

A S A

D E S A :

KONSEP DESA WISATA

PENDEKATAN TRIPLE BOTTOM LINE Sumber: (Queensland Government, Public Works Department), “Smart and Sustainable Homes Design Objectives", hal 2

Pendekatan “Triple Bottom Line” pada pembangunan desa yang berkelanjutan menunjukkan arti pencapaian aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan dalam berkelanjutan. Permukiman yang ramah lingkungan, ramah ekonomi, dan ramah sosial adalah permukiman yang efisien dalam pembiayaan dan penggunaan sumber dayanya, dengan rancangan yang membuka akses bagi semua orang; yang sesuai dengan kebutuhan mereka yang berkebutuhan khusus, dan sekaligus menghasilkan sistem rancangan yang dapat memenuhi kebutuhan yang lebih baik bagi semua orang (rancangan yang bersifat universal dan inklusif), serta memenuhi persyaratan keselamatan dan keamanan.

Secara lebih rinci, arti pemenuhan berkelanjutan pada aspek ekonomi, aspek sosial, dan aspek ekonomi permukiman yang berkelanjutan adalah: Secara lingkungan, memenuhi persyaratan energi, air, material dan persampahan yang berkelanjutan; mencegah dampak negatif pengerjaan tapak, dan menjaga keanekaragaman hayati, antara lain: tatanan lanskap memungkinkan penggunaan energi alami secara optimum, energi terbarukan, meminimalkan kehilangan keanekaragaman hayati, penggunaan tanah yang efisien, cut & fill yang tidak merusak lingkungan, mengurangi kerusakan/degradasi tanah, sedimen run off; penggunaan tanaman lokal dan lain sebagainya. Material tidak hanya efisien dalam biaya, tapi juga ramah lingkungan: material yang terbarukan, biodegarable, dan mengutamakan material lokal. Secara sosial, permukiman memenuhi persyaratan kenyamanan, kesehatan, keselamatan, keamanan (comfort, healthy, safety, security); desain rumah-perumahan yang inklusif dan universal memenuhi harapan/dikehendaki oleh berbagai kelompok masyarakat pada berbagai tahap kehidupannya, mudah diakses oleh semua penghuni/pengunjung/ambulans/pemadam kebakaran dan alat penolong kondisi darurat dan kebencanaan lainnya. Secara ekonomi, efisien dalam semua pembiayaan penyelenggaraan permukiman (konstruksi, material, pemeliharaan, pengoperasian, perbaikan/ perubahan yang mungkin perlu dilakukan, dan biaya komunitas).


SUKAWIJAYA D E N Y U T

A S A

D E S A :

Bila perencanaan/ perancangan tapak dan bangunan yang memuat unsur-unsur permukiman dilakukan dengan menggunakan persyaratan standar/peraturan yang sudah didasarkan pada kriteria hijau tersebut, maka sudah dapat dihasilkan rencana/ rancangan tapak dan bangunan berkelanjutan (green siteplan dan green building), yang artinya permukiman berkelanjutan berpotensi akan terwujud, dimulai dari pemenuhan kebutuhan dasar, pengembangan kualitas perumahan hingga pencapaian permukiman ramah lingkungan, sosial dan ekonomi. Pada tahap permukiman kebutuhan dasar seperti yang dikemukakan Harris and Young tahun 1983, persyaratan aspek lingkungan memenuhi kebutuhan/ standar kesehatan (health) dan keselamatan (safety); dalam aspek sosial terpenuhinya jaminan atas berhuni, yaitu adanya kejelasan atau jaminan hak berhuni, baik itu hak milik, hak pakai, hak sewa atau hak guna bangunan; sedangkan dalam aspek ekonomi adalah bangunan rumah terjangkau dan dapat dihuni oleh kelompok MBR. Namun persyaratan aspek sosial, ekonomi dan lingkungan tetap menjadi pertimbangan keputusan perencanaan dan perancangannya secara keseluruhan. Pada tahap selanjutnya yaitu permukiman yang merupakan pemenuhan peningkatan kualitas, adalah permukiman yang dalam aspek lingkungannya mencapai lingkungan yang nyaman; dalam aspek sosial tercapai hunian yang memang diinginkan oleh warganya, mampu mendorong terbentuknya ikatan sosial yang berdaya. Sedangkan pemenuhan peningkatan kualitas di aspek ekonomi adalah tercapainya hunian yang dapat mendorong kesejahteraan penghuninya, antara lain adanya efisiensi dalam pembiayaan operasi, pemeliharaan dan atau biaya komunitas.

Pemenuhan Kebutuhan Dasar

Pengembangan Kualitas Perumahan

Pencapaian Permukiman Ramah Lingkungan, Sosial, dan Ekonomi

TAHAP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN MENUJU DESA WISATA

Pencapaian permukiman berkelanjutan yang paling terakhir yaitu pencapaian permukiman ramah lingkungan, sosial dan ekonomi. Permukiman ini merupakan permukiman yang mempunyai kemampuan bertahan dan dapat memperbaiki diri ketika mendapat tekanan, beban dan atau bentuk-bentuk lain yang bersifat mendorong permukiman ke arah yang memburuk, misalnya mampu bertahan dari bencana dan mendayagunakan lahan terlantar sebagai bagian untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi semua dan meningkatkan kualitas hidup. Aspek sosial yang paling berkelanjutan yaitu di mana hunian menjadi pendorong ikatan sosial yang berdaya saing, inklusif; ekonomi yang terus tumbuh, lapangan kerja tersedia, masyarakat yang makmur dan sejahtera secara merata dengan tersedianya lapangan kerja; sementara secara ekologi mampu menjaga kelestarian dan ketersediaan sumberdaya yang diperlukan oleh generasi yang akan datang. 08


3

PROFIL LOKASI DESA SUKAWIJAYA


SUKAWIJAYA D E N Y U T

A S A

D E S A :

Desa Sukawijaya Kec. Tambelang Kab.Bekasi adalah salah satu desa tertua di Kecamatan Tambelang yang berdiri sejak tahun 1952. Seiring dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk desa serta dengan pertimbangan luas wilayah, maka sejak berdiri sampai dengan saat ini, Desa Sukawijaya telah mengalami 2 (dua) kali pemekaran, yaitu pada tahun 1979 dengan Desa Sukabakti dan tahun 1984 dengan Desa Sukamantri.

LOKASI Luas Wilayah Desa Sukawijaya yaitu 446,5 ha dengan persawahan seluas 413,5 ha dan perkampungan 33 ha. Batas-batas desa sebagai berikut: Sebelah Utara Desa Sukamantri, Tambelang Sebelah Timur Desa Sukamulya, Sukatani Sebelah Selatan Desa Sukabakti, Tambelang Sebelah Barat Desa Sukawangi, Sukawangi

Kecamatan

Kecamatan

Kecamatan

Kecamatan

10


4

ANALISIS PERENCANAAN TAPAK


SUKAWIJAYA D E N Y U T

A S A

D E S A :

ANALISIS AKTIVITAS DAN FUNGSI Potensi komoditas yang berada di desa Sukawijaya secara umum berupa beras dan buah kelapa. Hamparan sawah mendominasi sebagian besar wilayah Desa Sukawijaya dan berimplikasi pada mata pencaharian sebagian besar penduduk desa yaitu sebagai petani. Hasil dari pertanian berupa beras yang sudah cukup banyak diperjualbelikan di dalam maupun luar desa. Di sekitar sawah terdapat pohon kelapa yang digunakan sebagai batas kepemilikan lahan dan beberapa pohon kelapa yang masih produktif meghasilkan buah kelapa. Selain bertani, terdapat beberapa mata pencaharian yang juga digeluti oleh warga di Desa Sukawijaya. Mata pencaharian tersebut diantaranya dalam hal perniagaan dan industri kreatif. Dalam perniagaan, bentuk jenis yang diperjual belikan sebagian besar terkait dengan pangan, seperti telur asin, rempeyek, kue basah, dan otak-otak. Dalam hal industri kreatif, hasil karya yang dikembangkan oleh warga sekitar diantaranya berupa hasil olahan tumbuh-tumbuhan seperti tas rajutan, anyaman bambi, dan lampu hias.

12


SUKAWIJAYA D E N Y U T

Langkah awal yang dilakukan dalam rencana penataan fisik Desa Sukawijaya yang diproyeksikan untuk dijadikan sebagai Desa Wisata adalah analisis tingkat aktivitas masyarakat melalui jejaring jalan. Analisis yang digunakan yakni analisis Space Syntax, yang digunakan untuk melihat hierarki jejaring jalan yang menunjukkan dan memprediksikan tingkat dan pola aktivitas masyarakat. Adapun alat yang digunakan dalam analisis Space Syntax ini menggunakan software Depth MapX, yang dapat menampilkan beberapa aspek analisis seperti Konektivitas, Pilihan, dan Integrasi.

A S A

D E S A :

ANALISIS POTENSI RUANG DESA (SPACE SYNTAX) Hasil yang didapat dari analisis Space Syntax menunjukkan bahwa Jalan Sukatani menjadi ruas jalan yang menunjukkan adanya tingkat aktivitas masyarakat yang tertinggi. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan Jalan Sukatani merupakan ruas jalan utama di Desa Sukawijaya yang menghubungkan antar desa di sekitarnya. Di tingkat berikutnya, Jalan Pulomurub merupakan ruas jalan yang dianalisis sebagai jalan yang juga memiliki tingkat aktivitas atau kegiatan masyarakat yang cukup tinggi di Desa Sukawijaya. Hasil analisis awal tersebut kemudian dijadikan salah satu dasar untuk menentukan titik-titik atau area-area lokasi mana saja yang berpotensi untuk dipertahankan dan dikembangkan agar memiliki nilai aktivitas yang meningkat. Dengan peningkatan aktivitas di suatu tempat atau area, diharapkan dapat meningkatkan nilai ekonomi dari area tersebut.

13


SUKAWIJAYA D E N Y U T

A S A

D E S A :

ANALISIS STAKE HOLDER/INSTITUSI

MUSRENBANG

Keterangan Singkatan: POKDARWIS = Kelompok Sadar Wisata CSR = Corporate Social Responsibility APBD - DAK = Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah - Dana Alokasi Khusus APBN = Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara MUSRENBANG = Musyawarah Perencanaan Pembangunan

Beberapa institusi dapat dipetakan yaitu masyarakat sebagai warga desa, pemilik lahan, Pokdarwis (kelompok sadar wisata), pihak swasta yang berpotensi mendatangkan program community service responsibility (CSR), serta koperasi atau badan usaha milik desa (bumdes) dalam mewujudkan rancangan hingga konstruksi desa wisata di masa mendatang secara bertahap. Di sisi lain, pemerintah bersama program terkait merupakan institusi utama yang perlu dihimpun dan diintegrasikan melalui musyawarah rencana pembangunan (Musrenbang) yang kemudian dapat dialokasikan baik melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja (APB) Desa, APB Daerah (APBD) hingga APB Negara (APBN). Secara prinsip semua potensi jejaring yang ada dapat didayagunakan untuk perwujudan rancangan, konstruksi bahkan hingga operasi dan pemeliharaan fasilitas wisata. Harapan utama yaitu adanya partisipasi dari warga para pemilik lahan yang berkontribusi langsung dan mengelola modal kekayaan alamnya.

14


SUKAWIJAYA D E N Y U T

ANALISIS TAPAK KONDISI TANAH

D E S A :

Kondisi tanah di Desa Sukawijaya terbilang subur. Hampir 92% dari luas desa diperuntukkan sebagai lahan pertanian. Sisanya merupakan permukiman secara umum berjumlah 1 lantai dan bangunan lainnya berjumlah 2 lantai (sekolah dan pesantren).

TOPOGRAFI

15

A S A

Bentang lahan Desa Sukawijaya termasuk dataran rendah dengan ketinggian 2.5 m dari permukaan laut. Ilustrasi ketinggian dan kontur Desa Sukawijaya adalah seperti gambar di atas.


SUKAWIJAYA D E N Y U T

A S A

D E S A :

IKLIM

Desa Sukawijaya termasuk dalam area khatulistiwa dengan suhu rata-rata 28-33 derajat celcius. Sedangkan, curah hujan di daerah Sukawijaya yaitu 1280 mm/Hm.

16


SUKAWIJAYA D E N Y U T

HIDROLOGI

A S A

D E S A :

Desa Sukawijaya diapit oleh dua aliran air yaitu di bagian selatan dan utara. Aliran ini berfungsi sebagai pengairan untuk persawahan. Sumber air ini berasal dari Kali Bancong yang berada di bagian timur desa.

AKSESIBILITAS Area perancangan Wisata Kali Dozer Desa Sukawijaya terletak di ruas Jalan Pulomurub. Ruas jalan tersebut diapit oleh Jalan Raya Sukatani di bagian selatan dan Jalan Pamahan di bagian utara. Area desa wisata dapat ditempuh melalui tiga akses. Akses pertama dan kedua dari arah timur dan barat melalui Jalan Raya Sukatani. Sedangkan, akses berikutnya melalui Jalan Pamahan di bagian utara area Desa Wisata Sukajaya.

VEGETASI WILD LIFE 17


SUKAWIJAYA D E N Y U T

A S A

D E S A :

Akses A berasal dari arah timur Jalan Raya Sukatani. Lebar jalan kira-kira 4-5 meter dengan sirkulasi kendaraan dua arah. Biasa dilalui kendaraan roda empat dan dua. Kabarnya, pelebaran memungkinkan terjadi pada jalan tersebut. Area timur Jalan Raya Sukatani cenderung ramai sebab terdapat beberapa perumahan. Selain itu, area timur tersebut juga merupakan pusat Kecamatan Sukatani. Terdapat beberapa bangunan seperti pusat pemerintahan, pendidikan, pasar dan permukiman. Akses B berasal dari arah barat Jalan Raya Sukatani. Lebar jalan kira-kira 4-5 meter dengan sirkulasi kendaraan dua arah. Biasa dilalui kendaraan roda empat dan dua. Akses B ini merupakan pertemuan antara Jalan Raya Sukatani dengan Jalan Raya Sukawangi. Baangunan sepanjang ruas Jalan Raya Sukawangi menuju persimpangan Jalan Raya Sukatani bertipologi komersial dan permukiman yang cenderung padat. Sedangkan, fanorama bentangan sawah masih sesekali terlihat di beberapa ruas Jalan Sukatani menuju Jalan Pulomurub. Akses C berasal dari arah utara Jalan Pamahan. Lebar jalan kira-kira 3-3,5 meter dengan sirkulasi kendaraan dua arah. Jalan ini cenderung sempit dan hanya biasa dilalui oleh kendaraan bermotor. Meskipun demikian, jalan ini juga sesekali digunakan oleh mobil. Di salah satu samping jalan terdapat irigasi terbuka. Akses C ini memiliki fanorama indah yaitu bentangan sawah yang sangat luas. Hal tersebut menjadi daya tarik bagi beberapa orang misalnya anak muda yang memanfaatkan area tersebut untuk berfoto.

18


SUKAWIJAYA D E N Y U T

KUALITAS UDARA

19

A S A

D E S A :

Secara umum kondisi lingkungan di Desa Sukawijaya cukup ideal jika dijadikan tempat tujuan wisata. Hal ini diamati dengan parameter kualitas udara yang tergolong kategori baik. Suhu udara di siang hari pada pukul 11.00 menunjukan 28oC, letak geografis Desa Sukawijaya yang berdekatan dengan pantai menyebabkan iklim yang relatif panas. Parameter bahan pencemar udara yang tercatat adalah sebagai berikut: PM25: 29.7 µg/m3 (baku mutu 14 µg/m3) PM10: 27.2 µg/m3 (baku mutu 24 µg/m3) SOx: 21.1 µg/m3 (baku mutu 2 µg/m3) NOx: 2.9 µg/m3 (baku mutu 7 µg/m3) Ozone (O3): 21.9 µg/m3 (baku mutu 37 µg/m3) CO: 5.6 µg/m3 (baku mutu 878 µg/m3)


SUKAWIJAYA D E N Y U T

A S A

D E S A :

KUALITAS AIR

Keadaan sungai Kali Dozer mengalami tingkat pencemaran yang cukup tinggi diantaranya dengan kondisi air yang cukup keruh serta timbulnya bau tidak sedap. Hal ini mengindikasikan tingginya tingkat pencemaran organik. Permukaan air tertutup oleh gulma (eutrofikasi) air yaitu tanaman kangkung dan duckweed. Keberadaan tanaman kangkung yang menutupi perairan akan menyebabkan tingginya nilai BOD dan rendahnya nilai DO. Kedua parameter tersebut tidak sempat terukur karena kurangnya alat ukur. Pengukuran pH menunjukkan nilai pH yang cukup netral cenderung basa yaitu 7.38. Nilai TDS 770 mg/L menunjukkan bahwa terdapat partikel tersuspensi di dalam air yang cukup tinggi. Nilai Electrical conductivity (EC) menunjukkan 252 µS/cm yang mengindikasikan rendahnya ion-ion terlarut dalam air. Nilai baku mutu air untuk sungai yang digunakan sebagai sarana rekreasi memenuhi baku mutu 2 yang diatur dalam Lampiran VI Peraturan Pemerintah (PP) no 22 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Baku Mutu Air Nasional. Nilai baku mutu untuk 3 parameter diatas adalah pH 6-9, TDS 50 mg/L, dan EC 200-500 µS/cm. Sehingga dapat ditarik kesimpulan awal bahwa tingkat pencemaran sungai kali dozer cukup tinggi dan perlu dilakukan normalisasi air sungai agar dapat digunakan sebagai sarana rekreasi yang ideal.

20


5

KONSEP PERANCANGAN TAPAK


SUKAWIJAYA D E N Y U T

A S A

D E S A :

KONSEP AKTIVITAS DAN FUNGSI Turunan komoditas beras diantaranya sekam, bekatul, dan jerami dapat didayagunakan sebagai potensi bisnis. Sekam diperoleh dari pecahan kulit gabah setelah panen padi. Sekam mengandung senyawa Si yang bersifat hidrofilik (mengikat air) sehingga sangat baik jika digunakan sebagai media tanam. Bekatul diperoleh dari hasil sampingan penggilingan padi sebanyak 6-7%. Pemanfaatan bekatul dapat berupa campuran makanan ternak (unggas) dan bahkan menjadi salah satu campuran pangan alternatif yang kaya gizi. Jerami merupakan hasil sampingan komoditas beras yaitu tanaman padi yang memiliki biomassa terbesar. Jerami dapat dimanfaatkan sebagai campuran pakan ternak (mamalia) atau bahan baku pembuatan asap cair.

Turunan komoditas kelapa diantaranya briket/arang batok, kerajinan dari sabut dan ijuk. Briket dapat dihasilkan dari batok kelapa yang dibakar dan dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar. Demikian pula sabut diperoleh dari cangkang buah kelapa yang dimanfaatkan menjadi kerajinan yang unik dan dapat dibuat khas Desa Sukawijaya. Ijuk dapat diperoleh dari pangkal pelepah kelapa dan dimanfaatkan dalam pembuatan atap saung atau kerajinan lainnya. Di sekitar jalan Desa Sukawijaya telah ada beberapa kios penjualan hasil dari turunan komoditas kelapa ini.

22


SUKAWIJAYA D E N Y U T

A S A

KONSEP ZONASI Dari hasil analisis Space Syntax yang telah dilakukan di awal, maka tahap selanjutnya adalah melakukan pemetaan zonasi titik-titik yang berpotensi untuk dijadikan objek wisata. Adapun titik-titik lokasi yang berada pada jejaring jalan yang telah memiliki tingkat aktivitas masyarakat tinggi seperti di Jalan Sukatani, hanya memaksimalkan fasilitas-fasilitas eksisting yang akan ditingkatkan nilai fisiknya melalui penataan-penataan wilayah. Rencana kegiatan tersebut diantaranya penataan area jalur pedestrian di ruas Jalan Sukatani. Di ruas Jalan Pulomurub direncanakan terdapat beberapa peningkatan fasilitas fisik, diantaranya adalah Renovasi Kompleks Balai Desa Sukawijaya, Pembuatan Wisata Sawah, Penangkaran Burung Belekok, dan Revitalisasi Wisata Ziarah di Makam K.H Nawawi. Rencana peningkatan fasilitas fisik tidak hanya dilakukan di ruas Jalan Sukatani dan Pulomurub, tetapi juga direncanakan dilakukan pada ruas-ruas jalan yang berada di sekitar Kali Dozer. Hal ini ditunjang oleh keberadaan Kali Dozer yang dapat menjadi salah satu potensi area wisata di Desa Sukawijaya selain keberadaan sawah-sawahnya. Adapun rencana penataan fisik yang akan dilakukan di area ini diantaranya adalah penataan area UMKM, pembuatan balai warga, home stay, dan wisata air. Dengan direncanakannya beberapa kegiatan penataan fisik tersebut, maka diperlukan juga peningkatan kemudahan akses yang kelak akan diberikan kepada setiap pengunjung atau wisatawan. Untuk mencapai berbagai wahana tersebut, direncanakan terdapat 2 (dua) moda transportasi wisata yang akan dikembangkan, yakni odong-odong dan sepeda.

23

D E S A :


SUKAWIJAYA D E N Y U T

A S A

D E S A :

KONSEP PENGEMBANGAN INSTITUSI

Untuk mencapai pembangunan desa wisata yang berkelanjutan diperlukan sejumlah pembangunan dan pengembangan institusi. Beberapa jejaring yang utama yang diperlukan menuju desa wisata yang berkelanjutan yaitu: Sektor kebijakan publik atau pemerintah, baik pusat, daerah hingga desa; Sektor swasta dan industri yang dapat menjadi mitra utama desa; Sektor masyarakat, baik lembaga masyarakat, yayasan, dan kelompok masyarakat yang terkait. Semua jejaring tersebut diperlukan sinerginya untuk setiap proses perwujudan desa wisata, yaitu Pendanaan (funding); Perencanaan dan perancangan; Konstruksi; Operasi dan Pemeliharaan; Monitoring dan Evaluasi.

24


SUKAWIJAYA D E N Y U T

KONSEP RENCANA TAPAK Secara umum, perencanaan berbagai wahana wisata yang akan dikembangkan di Desa Sukawijaya memanfaatkan kondisi eksisting yang sebelumnya telah terbentuk, terutama terkait dengan kondisi alam. Kondisi alam yang tersedia dikembangkan dengan sentuhan desain baik program ruang, tata-letak, komposisi bentuk dan pemilihan material. Selain itu, dalam perencanaan tapak ini, semaksimal mungkin untuk tidak mengganggu ekosistem yang telah terbentuk, seperti ekosistem di area persawahan, tumbuh-tumbuhan, dan juga air. Adapun pencapaian dari satu wahana ke wahana lain di dalam kawasan wisata bagi para wisatawan, direncanakan untuk dapat dicapai dengan menggunakan 2 (dua) moda transportasi, yakni odong-odong dan sepeda. Di lain pihak, untuk kendaraan yang digunakan para wisatawan yang datang mengunjungi Desa Wisata Sukawijaya akan dikonsentrasikan pada satu titik, sehingga diharapkan tidak terjadi kepadatan kendaraan di dalam kawasan wisata.

25

RENCANA PENGGUNAAN LAHAN

A S A

D E S A :

Strategi pengembangan fisik yang meliputi penggunaan lahan (zoning), perletakan massa dan ruang luar, serta kontekstualitas kawasan sebagai desa wisata sub‐urban menghasilkan bentukan massa dan tata letak pada master plan.

SIRKULASI DI DALAM KAWASAN

Sirkulasi utama pada tapak terdiri dari: 1) sirkulasi pengguna sepeda; dan 2) sirkulasi kendaraan bermotor, dalam hal ini berupa odong-odong. Pencapaian antar klaster / destinasi wisata diutamakan dengan menggunakan sepeda dan odong-odong, di mana alat ini akan disediakan oleh pengelola desa wisata, untuk mendukung keberlanjutan lingkungan alam dan mempertahankan keasrian konteks rural setempat.

EKSPRESI RURAL DESA WISATA

Ruang terbuka dan ruang hijau yang ada di dalam tapak merupakan ruang yang saling terhubung atau terkoneksi. Selain sebagai ruang yang memberikan terciptanya kesempatan bagi para pengguna untuk bersosialisasi dan mendapat manfaat rekreatif, ruang terbuka dan ruang hijau akan menjadi tempat bagi penyerapan air limpasan hujan pada bangunan dan air hujan yang berguna sebagai bahan baku berbagai proses keseharian kegiatan desa wisata dan permukiman warga yang ada.

KARAKTER LANSKAP

Lahan desa akan menampung komposisi sejumlah jenis lanskap yang berbeda yang akan membentuk sejumlah zona yang bersifat multifungsi. Akses dan pergerakan – menghubungkan fungsi‐fungsi yang ada di dalam desa wisata dengan Jaringan Pergerakan Infrastruktur Hijau yang Berkelanjutan Keanekaragaman Hayati Peningkatan manajemen air dan proses alam lainnya Penciptaan karakter kawasan sebagai rural village yang berada pada daerah penyangga Peningkatan kualitas, tinggal dan sosialisasi serta rekreasi dari desa wisata


SUKAWIJAYA D E N Y U T

A S A

D E S A :

6

DETAIL RENCANA TAPAK & BANGUNAN DESA WISATA 26


SUKAWIJAYA D E N Y U T

Ruas jalan utama Desa Sukawijaya memiliki dua karakter unik. Satu ruas jalan diapit oleh pemandangan alam hijaunya persawahan. Sedangkan pada ruas jalan yang lain, di kanan dan kirinya berupa permukiman warga. Menyikapi hal itu, desain pensuasanaan di kedua titik dibuat berbeda.

Google Maps

27

Google Maps

Pada ruas jalan yang diapit oleh permukiman, pensuasanaan desa wisata berupa penatanaan kembali jalur pedestrian di sana. Penataan itu ialah penambahan pagar kayu yang seragam, vegetasi-vegetasi kecil, lampu jalan, tempat duduk, dan bollard batang kayu. Sedangkan, pada ruas jalan lain ditambahkan pohon tabebuya sebagai aksen ketika menyaksikan pemandangan kehijauan sawah.

A S A

D E S A :

RUAS JALAN


SUKAWIJAYA D E N Y U T

A S A

D E S A :

Letak kompleks balai desa yang berada di simpang antara Jalan Sukatani dan Jalan Pulomurub menjadikannya sebagai wajah dan salah satu ikon utama saat akan memasuki kawasan Desa Wisata Sukawijaya. Program ruang, tata-letak, dan desain dari kompleks balai desa ini akan disesuaikan untuk dapat memperkuat karakter Desa Sukawijaya sebagai desa wisata. Untuk mendapatkan ancangan balai desa ini, diselenggarakan sayembara demi menghasilkan desain terbaik dan partisipasi masyarakat lainnya. Pada tahap awal sejak diumumkan Sayembara ini tanggal 22 Juli 2021 tercatat 51 peserta dalam tim mahasiswa yang beranggotakan 2 -3 orang, di mana kemudian tim yang lolos secara administratif pada tanggal 23 Agustus 2021 yaitu 17 tim. Selanjutnya dilakukan proses penilaian oleh Dewan Juri yang diketuai oleh Bapak Ir. Achmad Deni Tardiyana, MUDD, IAI dan beranggotakan Bapak Dr-Ing. Andry Widyowijatnoko, ST, MT, IAI dan Bapak Sophal Jamil, S.T.

KOMPLEKS BALAI DESA 28


SUKAWIJAYA D E N Y U T

A S A

D E S A :

WISATA SAWAH

2 1 3

KETERANGAN 1. DEK KAYU PEMATANG SAWAH 2. TEMPAT PARKIR SEPEDA DAN NAUNGAN 3. RUAS JALUR SEPEDA DAN POHON TABEBUYA

29


SUKAWIJAYA D E N Y U T

A S A

D E S A :

Ruas Jalur Sepeda dan Pohon Tabebuya

Tempat Parkir Sepeda dan Naungan Multifungsi

Di area wisata sawah terdapat tiga spot penting. Dek kayu dibuat dengan pola asli mengikuti pematang sawah di tapak perancangan. Dek ini menjadi jalur bagi pengunjung untuk mengeksplorasi panorama pertanian yang kental. Selain itu, terdapat ruas jalur sepeda dengan jajaran pohon tabebuya di samping kanan-kirinya. Sementara, di setiap persimpangan menuju dek pematang sawah, terdapat tempat parkir sepeda dan naungan yang selain berfungsi sebagai tempat berteduh, juga bisa menjadi lapak/warung nonpermanen Dek Kayu Pematang Sawah

30


SUKAWIJAYA D E N Y U T

A S A

PENANGKARAN BURUNG BELEKOK 31

D E S A :


SUKAWIJAYA D E N Y U T

A S A

D E S A :

Desa Sukawijaya saat ini memiliki penangkaran burung belekok alami. Lokasi penangkaran ini persis berada di sudut tepian sawah dan dikelilingi oleh pepohonan bambu. Di area ini direncanakan beberapa penataan, diantaranya pembuatan akses bagi wisatawan, undakan tribun untuk menonton hinggapnya burung belekok di area kolam, dan perbaikan tempat penangkaran atau kandang burung belekok.

Area Pengangkaran Burung Belekok

32


SUKAWIJAYA D E N Y U T

A S A

D E S A :

WISATA ZIARAH

33


SUKAWIJAYA D E N Y U T

A S A

D E S A :

Keberadaan Desa Sukawijaya tidak terlepas dari keberadaan makam KH.Rochimuddin Nawawi, sebagai Tokoh Agama penting di Bekasi. Makam tersebut berada di kompleks Perguruan Islam Al-Hidayah yang merupakan salah satu destinasi wisata ziarah di Desa Sukawijaya. Dalam satu tahun, terdapat 2 hingga 3 kali Haul yang diselenggarakan di tempat ini dan dapat mendatangkan ribuan orang dalam satu kali acara.

Di area ini, penataan yang direncanakan diantaranya perbaikan akses, di mana akses ke dalam makam dan kompleks Perguruan Islam Al-Hidayah yang semula menjadi satu akan dipisahkan. Selanjutnya, direncanakan pembuatan gapura ke dalam makam, perbaikan pendopo area ziarah, dan perbaikan area tunggu di sekeliling pemakaman yang berbatasan langsung dengan area jalan.

Area Makam

34


SUKAWIJAYA D E N Y U T

A S A

D E S A :

AREA UMKM

35


SUKAWIJAYA D E N Y U T

A S A

D E S A :

Keberadaan area UMKM di Desa Sukawijaya diharapkan dapat dimunculkan dengan penataan lingkungan dengan beberapa hal. Adapun bentuk penataan lingkungan yang direncanakan diantaranya perbaikan akses, pembuatan dekoratif lingkungan dengan mural, pembuatan taman-taman kecil, dan pembuatan signage sehingga area ini dapat dinikmati oleh para wisatawan sebagai salah satu titik yang dilewati.

36


SUKAWIJAYA D E N Y U T

PONDOK INAP

D E S A :

Pondok inap merupakan penginapan hasil dari renovasi area tempat pesantren. Tapak area dibenahi dengan penambahan tempat parkir, area hijau, pekarangan, dan kolam. Selain itu, tiga area kamar tidur diperbaiki tampilannya oleh pulasan cat putih bersih dipadukan dengan hijau segar aneka vegetasi.

Area Parkir

37

A S A

Area Pekarangan


SUKAWIJAYA D E N Y U T

A S A

D E S A :

Area masjid diperbaiki dengan nuansa lebih terbuka. Selain itu, penambahan kolam juga ditujukan untuk memberikan hawa kesegaran di tapak perancangan. Di bagian depan tempat imam salat, terdapat kolam air sebagai harapan dapat meningkatkan khusyuk ketika beribadah.

Area Pekarangan

Area Masjid

Area Penginapan

Area Masjid

38


SUKAWIJAYA D E N Y U T

BALAI WARGA, GUEST HOUSE, DAN TAMAN EDUKASI 39

A S A

D E S A :


SUKAWIJAYA D E N Y U T

A S A

D E S A :

1

2

3

KETERANGAN 1. PAPAHARE 2. TAMAN EDUKASI 3. GUEST HOUSE

40


SUKAWIJAYA D E N Y U T

A S A

D E S A :

Tampak Depan Balai Warga 'Papahare'

BALAI WARGA 'PAPAHARE' Suasana Sekitar Balai Warga 'Papahare'

41


SUKAWIJAYA D E N Y U T

A S A

D E S A :

Papahare ialah wadah berkumpul para petani setempat. Lantai 1 papahare dibuat sangat terbuka sehingga ruang yang tercipta cenderung lengang. Area ini dapat dimasuki dan dilalui oleh siapa pun dengan leluasa. Sedangkan, lantai 2 papahare berupa menara pandang. Spot tersebut dapat menjadi tempat untuk para wisatawan memandang keindahan alam, baik bentangan persawahan dilatarbelakangi permukiman warga sekitar maupun bentangan sawah berpadu sungai setempat.

Halaman Depan Balai Warga 'Papahare'

Area Balai Warga 'Papahare'

Balai Warga 'Papahare'

42


SUKAWIJAYA D E N Y U T

Taman edukasi merupakan area di mana instalasi turbin angin didirikan. Hal tersebut dapat menjadi pendidikan kepada penduduk sekitar mengenai perkembangan teknologi.

43

TAMAN EDUKASI

A S A

D E S A :


SUKAWIJAYA D E N Y U T

A S A

D E S A :

Turbin angin didirikan di atas kolam lingkaran. Pada lengkungan itu, wisatawan dan penduduk sekitar dapat duduk beristirahat. Selain itu, disediakan juga tempat duduk seperti bangku-bangku di beberapa sudut taman. Area taman edukasi juga dilengkapi petakan sawah agar berkesan bahwa itu masih bagian dari lingkungan persawahan. Pohon-pohon juga ditumbuhkan di sana untuk menciptakan kerindangan.

Area Taman Edukasi

Area Taman Edukasi

44


SUKAWIJAYA D E N Y U T

GUEST HOUSE

45

A S A

D E S A :


SUKAWIJAYA D E N Y U T

A S A

D E S A :

Area penginapan merupakan cottage yang tersebar di beberapa titik. Bangunan-bangunan itu didirikan di persawahan dengan di sekelilingnya terdapat perimeter selebar 1.5 meter untuk kegiatan pemeliharaan. Bangunan ini terdiri dari satu lantai berisi ruang tamu yang dapat beralih fungsi juga menjadi tempat tidur. Selain itu, terdapat juga lantai mezanin yang di bawahnya menjadi area untuk duduk bersantai.

SUKAWIJAYA D E N Y U T

A S A

D E S A :

46


SUKAWIJAYA D E N Y U T

WISATA AIR 47

A S A

D E S A :


SUKAWIJAYA D E N Y U T

A S A

D E S A :

Kali Dozer merupakan salah satu sumber daya alam yang juga menjadi andalan Desa Sukawijaya selain area persawahan. Di area ini direncanakan penataan bantaran sungai yang dapat digunakan bagi warga dan wisatawan untuk menikmati kegiatan seluruh wisata air, baik perdagangan antar perahu maupun bersandarnya perahu wisatawan. Selain itu juga direncanakan untuk dibangun areaarea berdagang bagi warga yang akan menjajakan berbagai hasil usaha kerajinan maupun kuliner khas dari Desa Sukawijaya.

48



DAFTAR PUSTAKA Abdullah, O. S. (2017). Ekologi manusia dan pembangunan berkelanjutan. Gramedia Pustaka Utama. Badan Pusat Statistik Indonesia. (2018). Statistik Objek Daya Tarik Wisata. BPS RI. ISBN: 978-602-438-343-5 Badan Pusat Statistik Kabupaten Bekasi. (2020). Kecamatan Tambelang Dalam Angka 2020. BPS Kabupaten Bekasi. ISSN: 2087-7552 Blancas, F. J., Lozano-Oyola, M., González, M., Guerrero, F. M., & Caballero, R. (2011). How to use sustainability indicators for tourism planning: The case of rural tourism in Andalusia (Spain). Science of the Total Environment, 412, 28-45. Doxiadis, C. A. (1970). Ekistics, the Science of Human Settlements: Ekistics starts with the premise that human settlements are susceptible of systematic investigation. Science, 170(3956), 393-404. Harris and Young. (1983). Buyer Motivations = Human Needs. Real Estate Today, p.29-30 Mbaiwa, J.E. (2011). Changes on traditional livelihood activities and lifestyles caused by tourism development in the Okavango Delta, Botswana. Tourism Management, 32, pp 1050 – 1060 Obermayr, C. (2017). Sustainable City Management–Final Considerations. In Sustainable City Management (pp. 167-172). Springer, Cham. https://doi.org/10.1007/978-3-319-49418-0_8 Queensland Department of Public Works. (2008). Smart and Sustainable Homes Design Objectives. The State of Queensland, p.2 Rahmat, R. R. B., & Widjajanti, R. (2019). Pemaknaan penghuni terhadap kampung Bustaman di kota Semarang. Jurnal Pengembangan Kota, 7(1), 57-67. https://doi.org/10.14710/jpk.7.1.57-67 Saxena, G., Clark, G., Oliver, T., Ilbery, B., Clark, G., & Chabrel, M. (2007). Conceptualizing integrated rural tourism. Tourism Geographies, 9(4), 347-370. Silas, J. (1992). Government-community partnerships in kampung improvement programmes in Surabaya. Environment and Urbanization, 4(2), 33-41. https://doi.org/10.1177/095624789200400204 Sudarwanto, B., Hardiman, G., Suprapti, A., & Sarjono, A. B. (2017). The uniqueness and complexity of kampung city Bustaman Semarang Indonesia. In IOP Conference Series: Earth and Environmental Science (Vol. 99, No. 1, p. 012005). IOP Publishing. https://doi.org/10.1088/1755-1315/99/1/012005 Zhang, X.M. (2012). Research on the Development Strategies of Rural Tourism in Suzhou Based on SWOT Analysis. Energy Procedia, 16, pp. 1295 – 1299.


LAMPIRAN


RENCANA TAPAK

1

0

50 m

100 m

200 m

11


GAMBAR SITUASI RUAS JALAN

2

11


GAMBAR SITUASI WISATA SAWAH

3

11


GAMBAR SITUASI PENANGKARAN BURUNG BELEKOK

4

11


GAMBAR SITUASI AREA WISATA ZIARAH

5

11


GAMBAR SITUASI AREA UMKM

6

11


GAMBAR SITUASI PONDOK INAP

7

11


GAMBAR SITUASI BALAI WARGA "PAPAHARE"

8

11


GAMBAR SITUASI TAMAN EDUKASI

9

11


GAMBAR SITUASI GUEST HOUSE

10

11


GAMBAR SITUASI AREA WISATA AIR, PUSAT WISATA CINDERA MATA DAN KULINER

11

11



SUKAWIJAYA D E N Y U T

A S A

D E S A :


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.