1 minute read

Gambar 4.5. I Wayan Sumasta dan I Gede Budiarsa

BSV (Gambar 4.5). Harapan yang disampaikan adalah terkait dengan upaya yang bisa dilakukan untuk meningkatkan produksi pisang, menjadikannya berkelanjutan, memberikan nilai tambah ekonomi bagi petani, dan mampu berintegrasi dengan kegiatan pariwisata. Selain itu, mereka juga menginginkan agar adanya alih budaya dan edukasi dalam mengimplementasikan pertanian yang efektif. Berikut adalah cuplikan dari hasil wawancara. 1. Bagaimana cara meningkatkan produksi pisang dari Desa Bukti? Beliau melihat bahwa awal dari upaya untuk meningkatkan produksi pisang itu harus diawali dengan adanya edukasi pada masyarakat (petani) yang memiliki harapan dari hasil pisang (1), harus ada penilaian kesesuaian lahan pisang (2), tersedianya sumber air yang cukup untuk mengatasi keterbatasan air yang hanya tersedia pada musim hujan (maksimal hanya 4 bulan setahun). Juga menurutnya, untuk membuat petani bergairah adalah dengan menyediakan bibit unggul (3), dan adanya nilai tambah bagi petani dengan meningkatkan harga buah pisang yang beriringan dengan jalannya kegiatan pariwisata di Bali (4).

Gambar 4.5. I Wayan Sumasta dan I Gede Budiarsa.

Advertisement

2. Apa yang utama harus dilakukan setelah buah pisang bisa dipanen? Melimpahnya buah pisang yang diproduksi pada setiap panen di BSV harus disertai dengan pemasaran yang baik (1). Bali identik dengan majunya pariwisata, kegiatan ini sudah sangat sustainable sehingga menurutnya pisang harus bisa dipadukan dengan pelaksanaan program pariwisata di Desa Bukti khususnya, dan di Bali pada umumnya (2). Beliau ingin ada warung, toko kelontong, swalayan, minimarket sampai pada hotel dan restoran bisa menjadi rekanan terdekat bagi petani dan BSV untuk memajukan budi daya pisang di Bukti. Kesediaan ini diwujudkan dalam hal menerima dan membeli hasil panen pisangnya.

38 | Desa Bukti: Desa Cerdas Berbasis Pisang Pertama di Dunia

This article is from: