Newsletter Bitranet 08

Page 1

newsletter

bitranet Edisi 8/Januari - Februari 2013 Untuk Kalangan Terbatas

Upaya Mengatasi Perubahan Iklim Daftar Isi Tajuk Utama - Pertanian Organik Cegah Perubahan Iklim - Kementerian Pertanian Siap Hadapi Tantangan Perubahan Iklim - PBB Serukan Dunia Kurangi Bahan Kimia Berbahaya - Lingkungan Kunci Pertumbuhan Asia-Pasifik - Solusi Pangan Selamatkan Alam Advokasi - Konversi Lahan di Sergai Mengkhawatirkan - Radio Komunitas Benteng Serangan “Budaya Luar” - Musrenbangdes & Perdes Wajib untuk Kesejahteraan Masyarakat Desa - Penguatan Perempuan Desa Sebelum Musrenbangdes

2 3 4 5 5 6 7 8 9

Pertanian - Pertanian Berkelanjutan Penting untuk Selamatkan Iklim dan Ketahanan Pangan

10

Credit Union - Ekonomi Kolektif CU untuk Modal Perkebunan Polikultur

11

Kesehatan Alternatif - Terapi Listrik untuk Kesehatan Masyarakat 12 - Manfaat Buah Duku bagi Kesehatan Tubuh 13 Profil - Hadi Siswoyo, Buruh “Pocokan” yang Nyaris “Menaklukkan” British Council

14

Kabar Dari Kampung - Masih Minim Keanggotaan CU Rosella - Pengobatan Alternatif CU Rosella - Gagal karena tak Tersentuh

15 15 15

Memasuki tahun 2013, fenomena perubahan iklim dan dampak pemanasan global kembali menjadi isu hangat. Apalagi sejak konferensi perubahan iklim (COP18) yang diadakan di Doha, Qatar, akhir 2012 lalu, di mana sebanyak 200 negara sepakat memperpanjang periode Protokol Kyoto hingga 2020. Memang, perubahan iklim ini terjadi secara evolusioner, perlahan-lahan, sehingga tak banyak orang yang mau meributkannya. Lagipula, tingkat pencemaran sebelum tahun 2000-an dianggap masih relatif kecil dan bisa diserap oleh alam dan udara. Akan tetapi, dampak perubahan iklim jelas telah mengancam eksistensi kehidupan umat manusia dan makhluk hidup lainnya di Bumi. Ambil contoh saja, kalau suhu Bumi dibiarkan naik menjadi 2 derajat Celcius, diperkirakan akan terjadi gangguan alam dan cuaca secara ekstrem; seperti badai, banjir, kekeringan, tanah longsor, tsunami, dan kebakaran hutan, ditambah laut yang meluap akibat mencairnya es di kutub dan salju di puncak gunung. Puluhan pulau dari beberapa negara kepulauan bahkan terancam akan tenggelam. Berubahnya pola musim secara drastis yang mempengaruhi sistem pertanian juga berdampak pada ketahanan pangan. Lantas apa yang harus dilakukan umat manusia saat ini? Dari kajian para ahli Inter-governmental on Climate Change (IPCC) disimpulkan, berubahnya iklim bukan saja terjadi secara alamiah, tetapi karena ulah dan aktivitas manusia. Terutama aktivitas yang berkaitan dengan pemanfaatan sumber energi berbahan bakar fosil (minyak bumi, gas bumi dan batu bara). Pembabatan hutan dan alih lahan juga merupakan bagian dari persoalan serius ini. Industrialisasi yang dianggap sebagai primadona modernisasi ternyata juga menyumbang banyak persoalan pada perubahan iklim. Efek gas-gas rumah kaca (GRK) seperti karbon dioksida, metana, nitrat oksida, dan klorofluorokarbon yang meningkatkan pemanasan global adalah salah satu dampak dari industrialisasi tadi. Itu sebabnya diperlukan langkah bijak-preventif demi masa depan umat manusia dan makhluk hidup lainnya. Antara lain dengan melakukan upaya mitigasi, seperti program penghijauan atau mengurangi konversi lahan hutan yang bertujuan untuk membatasi dan menurunkan emisi GRK. Upaya adaptasi juga dibutuhkan untuk mengantisipasi bencana alam atau mengurangi risiko akibat perubahan iklim tersebut, termasuk soal dukungan pendanaan dan alih teknologi. Kecuali itu, pola pertanian polikultur dan pertanian organik dapatlah dijadikan sebagai program berkelanjutan. Karena untuk mengurangi pemanasan global, terbukti kedua sistem ini mampu menyimpan lebih banyak karbon. (red)

Newsletter Bitranet / Edisi 8: Januari-Februari 2013

1


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.