Lentera news edisi #24 Mei 2016

Page 1

Lentera news smart | beriman | inspiratif

Pelecehan Seksual

Lentera news - ed Mei 2016 | 1


DAFTAR ISI

Lentera news Edisi #24 Mei 2016

Sapaan Redaksi

3

Telisik Pemred

4

Lentera Utama

7

Lentera Iman

10

Lentera Refleksi

12

Reportase

14

Sastra

16

Lapo Aksara

19

Credit ilustrasi cover : 足 http://www.warrenphotographic.co.uk/39551-white-japanesespitz-dog-hiding-face-in-shame

Lentera news - ed Mei 2016 | 2


Sapaan Redaksi

Salam sejahtera, Sahabat Pembaca Lentera news! Media nasional belakangan ini ­erap dihias pemberitaan hukuman k pasung kelamin bagi pelaku pelecehan seksual. Sebelum memilih duduk memilih pihak yang benar, ada baiknya takzim dibaca percikan gagasan dari Ketua Komsos KAM, Romo Hubertus dan Suster Angel. Masing-masing dalam kolom ‘Telisik’ dan ‘Lentera Utama’ bulan ini.

Percikan gagasan ini bukan hendak mempengaruhi pilihan untuk sikap kita. Namun menggali dan merenungi sejenak sudut pandang yang dialami kalangan perempuan dan anak. Sosok yang menjadi korban dalam kejahatan ini. Inikah pertanda semakin mundurnya adab kita? Inikah awal ­ dalam melahirkan zaman saling ­curiga dan memilih terpinggir. M ­ enyendiri. Kiranya kedua percikan tadi ­turut memberi jawab dari tanya dalam lorong hati semasing. ­ Namun, hendaknya ­ tidak mengurangi ­pengharapan akan kasih dari P ­ encipta kita. Sang Maha Pengampun, juga Maha Pengasih

Sahabat Pembaca, jangan lupa ‘teguk’ inspirasi lainnya dalam kolomkolom segar Lentera News edisi ini Seluruh percikan-percikan kecil ini semoga dapat menyejukkan hati, dan menggugah hati untuk kehidupan yang lebih baik lagi. Jika kita tidak menghadirkan sendiri pengharapanmelalui Dia, siapa lagi? Shalom,

Redaksi

Ilustrasi: http://www.123rf.com/ 3 | Lentera news - ed Mei 2016


Telisik Pemred

PEMERKOSAAN DAN KEBIRI

P

RP Hubertus Lidi OSC Ketua Komsos KAM

eternak ­tradisonal di beberapa d ­ aerah, mempunyai ­kebiasaan mengebiri hewan piaraannya. Terutama babi, anjing, dan kambing, yang berkelamin jantan. Ada beberapa pertimbangan dan alasan: misalnya agar hewannya itu tambun, atau dengan sengaja mengurangi jumlah pejantannya, agar para penjantan itu tidak saling gigit-menggigit. Dan benar, nampaknya hewan yang ­bersangkutan ­setelah dikebiri, menjadi lebih gemuk. Wajar si, k ­ arena ­aktifitas birahi yang menghabiskan tenaganya berkurang, hewan yang dikebiri itu hanya makan, tidur, dan malas-malasan. Dampak lanjut hewan yang bersangkutan kalau dijual harganya menjadi lebih ­mahal, volume dagingnya lebih banyak. Dalam dunia Kitab Suci ada kisah semirip kebiri: Para Sida. Mereka adalah orang-orang yang dengan sengaja dihilangkan ­hasrat ­seksualnya, agar hasrat tersebut ga muncul, kala ia mengawal para Srikandi Ratu atau Putri-Putrinya. Sudah pasti orang yang ­dikawal b ­ ebas atau aman dari ­hantaman gelombang nafsu

Lentera news - ed Mei 2016 | 4

dari pengawal itu. Ataupun sebaliknya kalau Sri kandi Ratu atau ­Putri-Putrinya ­berhasrat, ia toh hanya bertepuk sebelah tangan saja, sebab tanggapan kawan ­tandingnya dingin-dingin aja. Kebiri sebagai hukuman bagi para pemerkosa anakanak, kini menjadi ­diskusi yang santer. Pasalnya ­kejahatan pemerkosaan ­terutama anak-anak, ­makin menjadi-jadi. Realitas ­hukuman ini ditujukan ­kepada manusia, pelaku kejahatan itu. ­Bagaimanapun ia manusia, walaupun ­kelakukannya bak binatang yang tak terdidik. Pemerintah sebagaimana dilansir oleh beberapa media, ­nampaknya setuju dan menempakan ­Kebiri ­sebagai hukuman tambahan. ­Diskusi dan ­perdebatan masih ­mewarnai hukuman ­seperti ini. Ya repot si.... kalau ­hewankan ­tubuhnya akan menjadi ­tambun dan harga jual di pasar lebih ­mahal karena ­volume dagingnya lebih banyak. Inikan manusia jadi tak bisa dijual, lalu mau diapakan? Jaman behula si.... boleh-boleh saja dijual untuk kepentingan budak, karena tangguh dan kuat. ­Hukuman yang demikian pada ­prinsipnya ­‘menghewankan’


karena ­perbuatannya ­memang hewani, ga punya akal dan nurani. Hanyalah insting dan biarahi yang ­melekat pada tubuh dan kehidupannya. Terlepas dari pro dan kontra akan ­hukuman jenis ini, ­paling tidak, secara sosial mereka pantas dipermalukan. Miris bahwa para pelaku kejahatan yang sampai kini tertangkap adalah yang ­berekonomi lemah dan dari latar belakang sosial masyarakat kecil. Realitas ini ­menantang para pelaku ­kebijakan, para ahli, ­pemerhati sosial-masyarakat sejenak bertanya, apakah kesulitan hidup merupakan salah satu faktor yang ­membuat mereka menjadi brutal dan buas? Apakah ketidak ­berdayaan ­menghadapi sistim yang kuat membuat mereka cenderung ­mengorbankan yang kecil dan lemah? Tentu hal ini ­membutuhkan riset yang serius, mendalam, dan ilmiah. Pertanyaan yang ­demikian bukan berarti ­membenarkan perbuatan mereka yakni memperkosa anak-anak berusia dini. Toh perbuatan mereka salah, melawan hukum dan tidak mencerminkan semangat agama yang dianutnya. Peristiwa ini tentu juga membawa komentar, ­tanggapan dari siapa saja. Apapun jenis komentarnya yang penting adalah ­mempertimbangkan rasa ­keluarga dari si korban. Komentar yang cender-

ung mempersalahkan si ­korban, ­misalnya “Wong Siapa ­nyuruh dia jalan sendirian? Yang tak berpakaian inilah...itulah wajar diperkosah”. ­Komentar yang ­memperlihatkan kearoganan dan kesewenang-wenangan. Apalagi yang berkomentar itu seseorang yang secara sosial mempunya ‘nama.’ Hemat saya salah kaprah kalau yang dipersalahkan adalah si korban. Bak sudah jatuh ditimpah tangga. Sebenarnya sederhana saja, anda tentu mempunyai ibu, dan saudari. Gimana kalau ibumu dan saudarimu diperkosah dan dibegitukan apakah komentarmu juga sama? Kalau hatimu sudah dimakan babi, kemungkinan besar kualitas komentarnya gitu. Adalah tanggung jawab ­bersama menghargai ­kehidupan ini, bermula dari diri dan bermuara pada orang lain. Anda tentu tak mau dirimu disakiti, ­makanya jangan menyakiti orang lain. Pemerkosaan dan ­pembunuhan yang lagi marak adalah derita kita semua, tak berlebihan kalau ­dikatakan bahwa kita hidup dalam jaman edan. Apakah kita sedang menelusuri loronglorong kota Sodom dan Gemora alias (simbol LGBT) menuju kota Kota Neraka (simbol pekalu k ­ elajatan kemanusiaan)???? Tidak dunia ini harus lebih baik dan manusiawi.

5 | Lentera news - ed Mei 2016


Jeda

Lentera news - ed Mei 2016 | 6


Lentera Utama

Perempuan dan Anak : “Obyek Pelecehan Seksual”

D

Sr. Angela Siallagan FCJM Biarawati FCJM | Penulis Buku “Manusia Mahluk Beratribut”

alam kisah ­penciptaan, ­manusia ­diciptakan baik adanya. Ada makhluk ­laki-laki, ada juga ­perempuan. ­Allah tidak ­pernah ­mengatakan bahwa ada manusia kelas satu ­ataupun kelas dua. Kitab Kejadian 1:26 ­mengisahkan : “Kemudian Allah ­menciptakan ­manusia ­menurut ­gambarnya, ­menurut gambar Allah ­diciptakannya dia, lakilaki dan perempuan ­diciptakannya mereka”. Jelas bahwa tidak ada ­penggolongan antara ­kelas superordinat dan kelas ­subordinat. Manusia ­adalah Citra Allah, imago Dei. ­Artinya manusia diciptakan segambar dan serupa dengan Allah, baik laki-laki ­maupun ­perempuan. Dan secara ­serentak ­dipanggil untuk mewujudkan cinta ilahi (2 Kor 4 : 4). ­Dengan ­demikian, ­manusia ­hendaknya ­mengimplikasikan ­kesetaraan pribadi, ­kesetaraan martabat, saling menghormati, saling ­melengkapi, harmoni dalam berbagai perbedaan dan ­tingkatan usia. Pelecehan Seksual ­Terhadap Kaum Perempuan Komisi Nasional (komnas) Perempuan ­memandang

bahwa kekerasan t­ erhadap ­perempuan adalah ­perwujudan ketimpangan historis dalam hubungan kekerasan antara laki-laki dan perempuan. Juga ­merupakan hambatan yang bersifat struktural bagi tercapainya keadilan sosial, perdamaian dan pengembangan diri yang berkelanjutan. Dicatat bahwa pada 2015 ­terdapat 321.752 kasus kekerasan terhadap ­perempuan. Artinya sekitar 881 kasus terjadi setiap hari. A ­ ngka pelecehan seksual a ­ dalah bentuk kekerasan seksual yang paling mendominasi. Dari ­tahun ke tahun, kasus ­pelecehan seksual terhadap kaum perempuan makin ­merebak dan mengenaskan. Kasus seks menjadi wacana yang tak pernah lepas dari rekam jejak para pelaku m ­ edia, baik media cetak, media elektronik sampai media sosial. Kiranya hal ini m ­ endesak setiap pemimpin Negara untuk bertindak dengan cara yang luar biasa dan berupaya memperkuat fondasi moralitas bangsa. Dalam banyak kasus, pelaku pelecehan seksual adalah orang yang sudah dikenal korban, misalnya: teman dekat, kekasih, saudara, ayah, guru, pemuka agama, atasan, dan sebagainya. Pelecehan seksual dapat juga terjadi pada 7 | Lentera news - ed Mei 2016


Ilustrasi: Little Red Riding Hood And A Predator. Link: http://image.shutterstock.com/z/stock-vector-little-red-riding-hood-and-a-predator-conceptual-illustration-on-child-abuse-188603846.jpg

orang yang belum dikenal. Pelecehan seksual terhadap kaum ­perempuan bisa terjadi dari faktor intern dan ekstern. Faktor intern yakni dari dalam diri individu itu sendiri. ­Terjadi karena faktor k ­ ejiwaan, ­kondisi kejiwaan atau ­keadaan diri yang tidak n ­ ormal ­sehingga ­mendorongnya untuk m ­ elakukan kejahatan. ­Misalnya, nafsu seks yang abnormal, sakit jiwa, psycho patologi dan aspek ­psikologis dari instink-seksuil, ­faktor b ­ iologis, faktor moral. Orang yang tidak bermoral ­cenderung untuk melakukan kejahatan. Faktor ekstern, yakni dari luar diri pelaku. Bisa terjadi ­karena ­berkembangnya tatanan kehidupan Lentera news - ed Mei 2016 | 8

s­ osial budaya. ­Misalnya, ­berkembangnya ­sosial ­budaya barat atau modern yang ­terbuka luas di tengah-tengah masyarakat. Bisa juga karena faktor ekonomi. Dan bisa juga karena jenjang pendidikan yang rendah sehingga mendapat pekerjaan yang tidak layak dan hal tersebut menyebabkan terjadinya kejahatan seksual di tempat kerja. Pelecehan Seksual Terhadap Anak Sama halnya dengan pelecehan seksual terhadap kaum perempuan, demikian juga bagi anak-anak dibawah umur. Pelecehan seksual ­terhadap anak khususnya anak ­perempuan makin

marak di berbagai Negara termasuk I­ ndonesia. Komisi ­Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyebut Indonesia dalam kondisi lampu merah kejahatan seksual terhadap anak. Data yang dilansir UNICEF, 1 dari 10 anak perempuan di dunia telah menjadi korban kejahatan seksual. Perlindungan terhadap anak sepenuhnya adalah ­tanggung jawab orang tua, maka, hulu pendidikan anak adalah di ­keluarga. Orang tua perlu memberikan pengasuhan terhadap anak atau p ­ arenting. Kedekatan orang tua ­terhadap anak perlu d ­ ibangun dan dipelihara. Orang tua ­kepada anak-anaknya perlu ­membangun ikatan batin sehingga komunikasi berjalan lancar berlandaskan kejujuran. Pada zaman ini media ­komunikasi berkembang pesat. Para pelakon p ­ anggung dunia telah menggeser ­ruang ­“factual” menjadi ruang “maya”. Banyak orang lebih mementingkan gadget yang mereka miliki dari pada relasi personal dalam k ­ eluarga. ­Dunia menjadi begitu “dekat” dengan kehadiran piranti-piranti dari teknologi ­komunikasi dan informatika dengan berbagai cara seperti BBM, WhatsApp, Facebook, Twitter, Skype, Just Voip, Line dan jejaring sosial lainnya. Sehingga di satu sisi, yang jauh menjadi dekat dan yang dekat menjadi jauh. Situasi ini sudah menyusup ke dunia anak dibawah umur. Orang tua tidak lagi memiliki waktu untuk keluarga dan anakanak. Orang tua sibuk dengan ­pekerjaannya, dan anak-anak sibuk dengan ponselnya. Anakanak bebas browsing dan game


­online setiap saat. Perkembangan ­tersebut ­dapat menjadi pemicu ­terjadinya pelecehan seksual terhadap anak terutama anakanak yang minim dari pengawasan orang tua. Kadangkala penampilan anak juga bisa memancing pelaku, misalnya karena berbaju ketat dan hiperaktif. Tetapi bisa juga karena pelaku yang maniak dan kecanduan pornografi, miras, dan narkotika. Tindakan tersebut dilakukan dengan menggunakan paksaan, ancaman, suap, tipuan atau tekanan. Bentukbentuk pelecehan seksual itu sendiri bisa berupa tindak perkosaan ataupun pencabulan. Epilog Dengan begitu banyaknya korban pelecehan ­seksual dalam negeri ini, sudah saatnya alarm ­bahaya ­kejahatan ­seksual terus ­disuarakan. Setiap elemen harus mampu memperhatikan secara ­serius, secara pribadi, orang tua, pemangku pendidi-

kan, juga pemerintah untuk menghalau para penjahat seksual. Pelecehan seksual bagi kaum perempuan dan anak tentu membawa dampak buruk bagi korban. Korban perempuan akan merasa tertekan, depresi, trauma, merasa tak berharga, sakit fisik dan banyak juga ­korban yang akhirnya bunuh diri. Pelecehan seksual terhadap anak akan menyebabkan anak tersebut akan menderita gejala p ­ sikologis, depresi, merasa rendah diri, gelisan, gangguan psikologis yang umum seperti ­somatisasi, sakit saraf, sakit kronis, ­perubahan perilaku seksual, masalah sekolah/­belajar, dan masih banyak lagi. Setiap pribadi hendaknya menjaga diri agar terhindar dari pelecehan ini. Kaum ­perempuan hendaknya ­menjaga diri, memakai ­pakaian yang sopan bukan rok mini, hot-pant, legging dan lain ­sebagainya. Hal ini ­menjadi daya tarik tersendiri bagi ­kebanyakan orang, ­terutama pria. Anak-anak

menjadi ­tanggung jawab penuh orang tua. Maka, orang tua harus ­terdidik sebelum bisa ­mendidik anak. Orang tua dituntut untuk selalu ­memelihara dan ­mendamping anak dengan baik, ­memperhatikan ­pendidikan, iman dan kasih. Anakanak dilatih untuk mampu ­berkomunikasi dengan jujur kepada orang tua, dan menjalin kedekatan batin.

Ingin membaca artikel inspiratif mengenai refleksi iman? Sila beli dari Tokopedia!!! Ketikkan judul buku: “manusia mahluk beratribut” di kotak p ­ encarian. Lalu, klik tombol ‘beli’. 9 | Lentera news - ed Mei 2016


Lentera Iman

MENGHAYATI YUBILEUM DAN PINTU SUCI

Benediktus Diptyarsa Janardana Mahasiswa Psikologi di Universitas Negeri Malang

B

eruntungnya kita di Tahun Yubileum Kerahiman ini, Bapa Suci Fransiskus akan memperluas cakupan keberadaan Pintu Suci dengan menetapkan bahwa sepanjang Tahun Yubileum ini, Pintu Suci tidak hanya akan berada di basilika-basilika saja, namun juga di seluruh katedral dan tempat ziarah Kerahiman di seluruh dunia. Maka kita tak perlu lagi jauh-jauh ke Roma atau ke Filipina atau ke mana pun yang jauh-jauh untuk memperoleh rahmat Allah melalui Pintu Suci, namun cukup ke katedral atau tempat ziarah Kerahiman terdekat yang ditunjuk keuskupan setempat. Enak kan? Nah, sekarang bagaimana kita dapat menghayati Tahun Yubileum ini dengan semaksimal mungkin? Pertama-tama, seperti kata Bapa Suci Fransiskus dalam Bulla Kepausan “Misericordiae Vultus”, kita harus mau merenungkan misteri Kerahiman di setiap napas kehidupan kita, sebab

Lentera news - ed Mei 2016 | 10

di dalam Kerahiman lah terdapat sukacita, ketenangan, dan kedamaian. Bagaimana cara kita merenungkannya? Ambillah waktu senggang dan cobalah membaca Kitab Suci. Kenapa? Karena di dalam Kitab Suci lah seluruh sejarah Kerahiman Allah terangkum dengan sempurna. Lebih bagus lagi jika kita melakukan “Lectio Divina” saat membaca Kitab Suci sehingga buah-buah Kerahiman Allah tadi sungguh merasuk dalam hati kita. Jangan lupa sebelum membaca Kitab Suci, berdoalah kepada Roh Kudus supaya hati, budi, dan pikiran kita dilayakkan untuk memahami Sabda Allah dalam Kitab Suci. Yesus telah mewariskan Kerahiman-Nya yang Maha Agung melalui Sakramen-Sakramen Suci. Dengan Sakramen-Sakramen tersebut, kita boleh diperbaharui dan dibentuk menjadi semakin serupa dengan Kristus berkat Kerahiman-Nya yang mengarahkan kita kepada Dia, Sang Jalan

(credit foto: http://monroenews.com) & Google

Kebenaran dan Hidup. Maka, mulai Tahun Yubileum Kerahiman ini, rajinrajinlah mengikuti Perayaan Ekaristi dan hayati sungguh Misteri yang terkandung dalam Misa mulai dari awal sampai akhir. Jika belum paham betul tentang Perayaan Ekaristi, kita dapat membaca bacaan-bacaan rohani dari para santo-santa juga dokumendokumen dan Katekismus Gereja. Sungguh SIA-SIA jika kita tidak betulbetul paham akan rahmat Allah yang begitu besar dicurahkan pada waktu Perayaan Ekaristi berlangsung! Selain mengikuti Perayaan Ekaristi, kita juga harus rajin membersihkan diri kita dari kelemahan dan dosa kita lewat Sakramen Tobat. Seperti kita yang ke dokter saat sakit atau terluka, demikianlah kita ke bapa pengakuan saat diri kita dipenuhi dosa. Tahukah bahwa Allah juga mencurahkan rahmat dan Kerahiman-Nya yang begitu besar saat kita mau mengakukan dosa-dosa kita di hadapan bapa pengakuan? Dengan mengaku dosa, hubungan kita dengan


Allah yang semula rusak karena dosa dipulihkan secara sempurna, dan kita diperbolehkan lagi menatap Allah dan mencicipi Kerahiman-Nya melalui Hosti Kudus. Harus disadari bahwa ketika menyambut Hosti Kudus dalam Misa HARUS TERBEBAS dari dosa-dosa, terutama dosa berat. Kenapa? Karena seperti yang dikatakan St. Paulus bahwa jika kita menyambut Tubuh dan Darah Kristus dalam kondisi tidak layak / berdosa berat, kita telah berdosa terhadap Tubuh dan Darah Tuhan serta mendatangkan hukuman atas kita sendiri (1 Kor 11:27-29). Maka melalui Sakramen Tobat, kita mau disadarkan bahwa kita adalah manusia yang rapuh dan lemah. Tanpa Kerahiman Allah, kita tidak akan pernah mencapai keselamatan kekal dan tidak akan pernah menikmati buah-buah Kerahiman. Dalam Sakramen Tobat pula, kita mau dilayakkan supaya kita pantas menyambut rahmat-rahmat-Nya yang berguna bagi kehidupan kita sehari-hari. Maka mulai dari Tahun Yubileum ini, rajinrajinlah mengaku dosa, minimal sebu-

lan sekali. Setelah diri kita dipenuhi buahbuah Kerahiman Allah, jangan lupa untuk membagikannya kepada sesama di sekitar kita. Tidak perlu melakukan sesuatu yang besar dulu. Dengan kita membagikan sukacita dan Terang Allah pada keluarga, teman-teman, guru atau dosen, rekan kerja, atau siapapun yang berada di dekat kita, kita sudah berperan besar dalam mewartakan rahmat dan kasih Allah. Singkat kata, mulai Tahun Yubileum ini, kita dipanggil untuk menjadi missionaris Kerahiman yang mau sungguh-sungguh menghidupi Kerahiman Allah. Dengan menjadi missionaris Kerahiman, kita mau menjadi sukacita bagi mereka yang bersedih, sahabat bagi mereka yang kesepian, cinta dan harapan bagi mereka yang kehilangan semangat hidup, dan berkat bagi mereka yang meratapi nasib. Dengan menjadi missionaris Kerahiman, kita mau melakukan 14 karya belas kasih seperti yang dijelaskan dalam Katekismus Gereja Katolik, yakni; 7 karya belas kasih jasmani 1. Memberi makan kepada orang yang

lapar. 2. Memberi minuman kepada orang yang haus. 3. Memberi perlindungan kepada orang asing. 4. Memberi pakaian kepada orang yang telanjang. 5. Melawat orang sakit. 6. Mengunjungi orang yang dipenjara. 7. Menguburkan orang mati. 7 karya belas kasih rohani 1. Menasihati orang yang ragu-ragu. 2. Mengajar orang yang belum tahu. 3. Menegur pendosa. 4. Menghibur orang yang menderita. 5. Mengampuni orang yang menyakiti. 6. Menerima dengan sabar orang yang menyusahkan. 7. Berdoa untuk orang yang hidup dan mati. Mari, kita sambut Tahun Yubileum Kerahiman ini dengan mau membuka diri kita dengan rahmat KerahimanNya yang begitu besar melalui Gereja, sehingga kita berani menjadi missionaris Kerahiman yang mau menyebarkan Sukacita Injil kepada Dunia! Amin.

11 | Lentera news - ed Mei 2016


Lentera Refleksi

Doa Sesudah Komuni: ANIMA CHRISTI (JIWA KRISTUS) Anima Christi, sanctifica me. Corpus Christi, salva me. Sanguis Christi, inebria me. Aqua lateris Christi, lava me. Passio Christi, conforta me. O bone Jesu, exaudi me. Intra tua vulnera absconde me. Ne permittas me separari a te. Ab hoste maligno defende me. In hora mortis meae voca me. Et iube me venire ad te, Ut cum Sanctis tuis laudem te. In saecula saeculorum. Amen. * Jiwa Kristus, kuduskanlah aku. Tubuh Kristus, selamatkanlah aku. Darah Kristus, kuduskanlah aku. Air dari lambung Kristus, basuhlah aku. Sengsara Kristus, kuatkanlah Lentera news - ed Mei 2016 | 12

aku. Oh Yesus yang baik, dengarkanlah aku. Dalam luka-lukamu, sembunyikanlah aku. Jangan pernah pisahkan aku dari Engkau. Dari kejahatan musuh, belalah aku. Saat ajalku, panggillah aku. Undanglah aku untuk datang kepada-Mu, Agar aku dapat memuji Engkau bersama persekutuan para Kudus-Mu, selama-lamanya. Amin. Sumber: Fanpage Gereja Katolik Ilustrasi: http://www.catholicspringtime.com/i/latin%20 cards/197_AnimaChristi.jpg


Jeda

13 | Lentera news - ed Mei 2016


Reportase Resensi Buku

GELIAT PERTANIAN LIANG MELAS TANAH KARO (bag. 2) Menjaga Hutan Selain menanam jeruk ­manis, masyarakat Liang Melas ­banyak juga menanam kopi, ­jagung, t­ embakau dan cabe. Saat harga cabe melambung tinggi mereka memperoleh banyak keuntungan.

RP Moses Elias ­Situmorang, OFM Cap Parokus Paroki Brastagi

Di daerah Liang Melas juga ada kolam ikan untuk budi daya dan juga untuk yang diperuntukkan sebagai kolam pancing untuk ­rekreasi. Hari Minggu dan hari libur biasanya kaum laki-laki ­berekreasi dengan memancing ikan, kaum muda main volley dan kaum ibu mengisi hari libur d ­ engan membentuk arisan. Tak mengherankan di ­daerah ­ iang Melas ada b L ­ eberapa kedai makan termasuk juga rumah makan ­Muslim. ­Penduduk disini hidup damai dan saling ­menghargai. ­Dengan usaha ­pertanian khususnya jeruk mereka mau menghapus stigma daerah ini daerah ladang ganja menjadi surge pertanian baru di Tanah Karo. Pengalaman mereka ­puluhan tahun silam yang sering ­menjadi intaian polisi k ­ arena sering dicurigai sebagai kurir atau penjual ganja kini ­sudah berubah total. Dengan tegak

Lentera news - ed Mei 2016 | 14

dan percaya diri mereka berangkat keluar dari Liang Melas kalau ada kepentingan atau pesta di kota Kabanjahe, Berastagi, Medan dan kota lainnya tanpa takut akan dicurigai polisi. Kini daerah Liang M ­ elas kecamatan Mardingding ­kabupaten Karo menjadi sepenggal surga pertanian yang sangat menjanjikan. Hanya saja pemerintah perlu mengawasi dengan ketat agar hutan alam jangan sampai dirusak. Pengawasan dari Pemerintah kita yakini akan menjadikan daerah Liang ­Melas Tanah Karo sebagai surga pertanian untuk jangka waktu yang lama. Mejuah-juah. * Penulis sejak tahun 2013 ­ ertugas sebagai pastor paroki b santo Fransiskus Asisi Berastagi Tanah Karo.


Buah ranum jeruk manis hasil perawatan yang baik (gambar atas), dan hamparan kebun jeruk (gambar bawah) sejauh mata memandang nampak hamparan luas kebun jeruk di daerah Liang Melas kabupaten Karo. Dalam kurun waktu 15 tahun terakhir luas ladang jeruk manis diperkirakan sudah mencapai 750 hektar. Penduduk menjaga hutan di s足 ekitarnya karena diyakini hutan menjadi sumber tanah humus dan air yang sangat berguna untuk jeruk manis dan tanaman lainnya.

15 | Lentera news - ed Mei 2016


Sastra

Sampai Jumpa Lagi ...

Alfonsus Hia Mahasiswa STFT St. Yohanes 足Pematangsiantar

Lentera news - ed Mei 2016 | 16

Ini cerita penangkal dingin malam yang mengekang tulang-belulang pada ujung kemarau dataran tinggi di Bukit Senyum. Harus kuperjelas karena aku tidak menyimpan dendam apa pun di dalam kisah yang hendak kututurkan ini. Aku hanya minta pengertianmu untuk sepenuhnya percaya pada apa yang kuungkapkan. Seluruhnya. Tapi jika engkau skeptis atau hanya setengah percaya, berhentilah membaca. **** Saat itu, kudengar angin datang. Senja mulai kelam. Sementara lonceng Gereja berbunyi rutin. Lalu datang subuh itu. Dan inilah yang ingin kuceritakan kepadamu, bahwa cinta tidaklah lebih tinggi harganya dari sebuah impian. Seandainya saja aku tidak mengenal siapa dirimu dan siapa namamu, aku yakin, aku juga tidak tahu apa itu cinta. Dan tidaklah menjadi beban pikiranku sampai saat ini. Sebab karenamulah aku bisa merasakan bagaimana manisnya cinta. Namun, janganlah cepat bertanya, mengapa karena aku? Karena di dalamnya juga

aku merasa bangga bisa membangun cinta bersamamu. Aku dapat mengerti bahwa cinta butuh pengorbanan, dan bisa memahami bahwa cinta tak senantiasa menautkan raga. Tetapi ia dapat hidup dengan caranya sendiri. Tapi di ujung kemarau dataran tinggi di Bukit Senyum ini. Aku minta maaf untuk kali ini. Aku ingin kita cukupkan sampai di sini. Bukan karena cemburu atau karena kamu kurang perhatian kepadaku. Tetapi karena suara hati mengatakan, cinta tidaklah lebih penting dari sebuah impian. Jadi, ijinkanlah aku pergi untuk meraih impian itu. Aku pergi bukan berarti aku tidak akan kembali lagi. Tapi, janganlah berpikir bahwa aku juga seutuhnya milikmu seorang. Seperti yang aku katakan tadi, bahwa cinta dapat hidup dengan caranya sendiri. **** Clara, Aku tahu bahwa menjadi Imam itu tidak mudah. Karena hidup menjadi imam itu dikhususkan. Mungkin juga kamu mengerti bahwa inilah yang membuat hatiku bergeming dan terhentak, karena di dalamnya banyak


rasa takut yang datang menggerayangi hatiku, berbohong dengan berkata TIDAK..!!! meskipun itu adalah derita. Tetapi andai kamu tahu, Tuhan juga menuntut secara khusus bahwa aku harus menyangkal diri, memikul salib dan mengikuti Dia. Dan inilah yang kuinginkan, Clara. Panggilan ini telah lama kucari, kapan sesaat itu akan datang. Dan saat ini ia datang tanpa kuundang. Ia menyapaku dengan seberkas senyum. Senyuman yang sekaligus dibarengi dengan cinta. Tapi cinta-Nya itu bukan cinta manusiawi yang hanya sebentar, Clara. CintaNya abadi dan lembut menyapa setiap insan. Siapa yang hidup di dalamnya, akan hidup selamanya. Dan bagiku juga, penderitaan bersama Yesus adalah penderitaan yang membawa nikmat. Jadi, bukankah ini suatu rahmat bagiku yang seharusnya kamu dukung? Atau, barangkali termasuk dirimu jika engkau menginginkannya? Tapi ini bukan berarti aku mempen-

garuhimu untuk menjalani panggilan ini bersama-sama. Sebenarnya, hal itu baik adanya. Namun, dalam panggilan ini sejauh yang aku pahami, kita perlu mengikuti suara hati, bukan paksaan. Namun aku yakin 80%, bahwa engkau barangkali tidak ingin mengikuti jalan panggilan ini. Memang kusadari, aku tidak bisa membaca suara hati nuranimu. Hanya saja jika engkau ingin, betapa bahagianyalah aku. Kita bisa membangun cinta yang lebih besar bersama Dia dan membagikannya kepada sesama. Clara, sekarang aku ingin 足mengakhiri semuanya ini. 足Terimakasih atas cintamu yang pernah menjadi milikku. Bawalah aku dalam doa heningmu agar aku dapat menjalani panggilan Tuhan ini dengan baik. Yakinlah kita pasti akan jumpa kelak. Asalkan Tuhan masih menyimpan nyawaku dan nyawamu di sekujur tubuh kita. Dan janganlah cepat menyerah, karena manusia hidup bukan

hanya dari roti saja. Tetapi dari setiap Firman Tuhan juga manusia dapat hidup. *** Secara perlahan kudengar angin datang lagi. Pagi datang membawa hawa dingin yang sangat kuat. Dataran tinggi ini membentang sunyi. Kabut masih menyelimuti Bukit Senyum yang menutupi bukit dan lembah di sekitarnya. Sebentar lagi matahari menghadiahi bumi dengan sinar yang cemerlang. Angin nyaris membekukan wajah dan mengusap-usap rambutku, namun hatiku tak terpengaruh. Cahaya dalam berkasnya, akan mewarnai cerita hidupku, hadir dalam diriku yang sesungguhnya. Mengukir asa dalam kesendirianku. Mencoba untuk tetap semangat, entah sampai kapan, akan tetap aku jalani. Dan terakhir, terimakasih untuk Clara yang pernah menjadi bagian dalam hidupku. 足Sampai jumpa lagi!

17 | Lentera news - ed Mei 2016


Lentera news - ed Mei 2016 | 18


Lapo Aksara

Bertanya & Tertawalah!

T

Ananta Bangun Redaktur Tulis

eman saya, Rocky Barus, punya cerita jenaka tentang kelakar bertanya. “Satu waktu ada penumpang bus, satu ibu bersama satu anaknya hendak pergi ke Pematangsiantar,” Rocky memulai kisah itu. Ia melanjutkan, sebelum ­berangkat si ibu meminta tolong pada kernet agar membangunkan anaknya jika tiba di Lubuk Pakam. Dengan cuek si kernet menganggukkan kepala. Karena sikapnya itu, si kernet tak sadar jika bus mereka telah melewati ibu kota Deli Serdang itu, sampai mendekati kota Tebing Tinggi. “Waduh, bang Supir. Bagaimana ini? Tadi ibu itu sudah minta tolong bangunkan kalau sudah sampai Lubuk Pakam,” berkata dengan wajah cemas. Bang Supir pun turut menampilkan muka masam. Usai diskusi sebentar, bus tersebut pun berbalik arah kembali ke Pakam. Setibanya di Pakam, dengan perasaan lega, kernet pun membangunkan si ibu dan anaknya. “Oh, sudah sampai di Pakam ya. Kok agak lama,” ujar si ibu. Lalu, dengan tenang ibu itu membuka rantangan dan makan pagi bersama anaknya. “Kami tadi

belum sarapan, jadi saya siapin rantang agar bisa sarapan saat tiba di Pakam.” Astaga! Seandainya saja si kernet ­bertanya lebih awal, tentu bus tidak perlu ­putar arah sedemikian jauh. ­Demikian benak setiap insan ­menyimpulkan setiap kali ­mendengar kelakar tadi. Tentunya setelah terbahak-bahak lebih dahulu. Bertanya tidak hanya ­menghindarkan diri dari kerugian sebagaimana cerita di atas, namun boleh jadi bencana besar. Semisal, jika saja Romeo bertanya pada Pastor yang memberi obat tidur pada Juliet, barangkali dia tidak mati blingsatan karena racun. Tentu harus diingat juga kadar untuk bertanya. Jangan pula seperti ular mencari pentungan, kalau tiada henti bertanya pada narasumber tanpa pandang tempat dan waktu segala. Silakan bertanya apa saja, agar kita tak masuk generasi gagu yang bertopang dagu. Tak ada salahnya. Meskipun terjadi, kesalahan itu memang untuk ditemukan pembenarannya. Dan ditertawakan. Terbahak-bahak.

19 | Lentera news - ed Mei 2016


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.